1
PEMBINAAN AKHLAK ANAK ASUH DALAM BERINTERAKSI SOSIAL DENGAN MASYARAKAT DI YAYASAN PEDULI ANAK YATIM PIATU AL-BAROKAH SEMARANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Tugas untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Ushuluddin
Oleh : KHOIRUL ANWAR 64411009
FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
2
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab. Penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak satupun berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali intlektual yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 7 Juni 2011 Deklarator
Khoirul Anwar
3
4
5
MOTTO
tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùö tƒ (#ρâ“à±Σ$$sù (#ρâ“à±Σ$# Ÿ≅ŠÏ% #sŒÎ)uρ ×Î7yz tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& Apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. alMujadilah / 58 : 11)
Èβ$tãyŠ #sŒÎ) Æí#¤$!$# nοuθôãyŠ Ü=‹Å_é& ( ë=ƒÌ s% ’ÎoΤÎ*sù Íh_tã “ÏŠ$t6Ïã y7s9r'y™ #sŒÎ)uρ šχρ߉ä©ö tƒ öΝßγ¯=yès9 ’Î1 (#θãΖÏΒ÷σã‹ø9uρ ’Í< (#θç6‹ÉftGó¡uŠù=sù ( Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. AlBaqarah / 2 : 186)
6
PERSEMBAHAN
Karya yang sangat sederhana ini aku persembahkan. Pertama kali kepada Allah, yang telah memberiku kenikmatan yang tiada bisa kuhitung. Semoga aku tergolong hamba-hamba yang beruntung. Teruntuk orang yang selalu hadir dalam hatiku, khususnya kepada : Kedua orang tuaku, Bapak Usman Ngatiri, dan Ibu Mustofiah. Yang dipercaya oleh Allah untuk mendidik akhlak kepribadianku. Adikku Dewi Vidya Sari, yang selalu memberikan inspirasi kepadaku, semoga kebahagiaan selalu menyertaimu. Seseorang tersayang yang selalu mendampingiku, semoga kesempurnaan kebahagiaan dapat terbina hingga akhir masa. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2006. Begitu banyak kenangan yang telah kita lewatkan bersama. Semoga kenangan yang indah mendekatkan kita kepada surga. Pada akhirnya karya yang amat sederhana ini, aku persembahkan hanya untuk keridhoan-Nya.
Penulis
7
ABSTRAK
Penelitian ini memfokuskan pada proses pembinaan anak asuh di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang, sehingga dapat memberi kontribusi terhadap proses interaksi sosial dengan masyarakat sekitar. Dengan proses pembinaan akhlak, anak asuh dapat siap membaur dengan masyarakat. Pembinaan dalam konteks ini adalah merupakan usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi anak asuh secara optimal, agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan, dan kebutuhan masyarakat lingkungannya. Dengan kemampuan berperan atas dasar pemenuhan kewajiban, dan tanggung jawab serta penghargaan atas hak-hak yang dimiliki, maka diharapkan anak asuh akan dapat menciptakan keharmonisan dan kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Manusia merupakan mahluk sosial, dimensi sosial mengacu kepada kepentingan sebagai mahluk sosial yang didasarkan bahwa manusia hidup bermasyarakat. Dalam bermasyarakat manusia mengenal sejumlah lingkungan sosial. Mulai dari yang terkecil hingga yang paling kompleks yaitu lingkungan keluarga hingga berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan hal itu maka, pembinaan akhlak diarahkan kepada pembentukan manusia yang memiliki kesadaran akan kewajiban, hak, dan tanggung jawab sosial, serta sikap toleran agar keharmonisan hubungan antar sesama manusia dapat berjalan dengan baik. Akhlak yang buruk, rendahnya kadar keimanan dan ketakwaan suatu masyarakat merupakan faktor tumbuh suburnya praktek-praktek kejahatan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Bahkan juga bisa berkembang menjadi sadisme, kriminalitas, terorisme dan merebaknya pornografi dan porno aksi di tengah-tengah masyarakat. Berkenaan dengan itu, upaya menegakan akhlak mulia bangsa merupakan suatu keharusan mutlak. Islam menghendaki
8
terciptanya kehidupan masyarakat yang damai. Dimana interaksi yang ada didalamnya diwarnai oleh kasih sayang. Seseorang yang memeluk agama Islam berarti memiliki rasa kasih sayang sebagai perwujutan perilaku akhlak yang baik, dimana dengan perilaku akhlak tersebut dapat membawa kebaikan kedamain di dalam masyarakat. Untuk itu akhlak perlu ditingkatkan dengan cara mengaplikasikannya sedini mungkin saat usia masih kanak-kanak, sehingga dapat melekat dan terpatri dalam jiwa anak-anak.
9
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pembinaan Akhlak Anak Asuh dalam Berinteraksi Sosial dengan Masyarakat di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu ALBarokah Semarang”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. Penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, pengarahan, dan dukungan semangat berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang. 2. Dr. H. Muh. In’amuzzahidin, M.Ag pembimbing I skripsi yang telah memberikan bimbingan serta pencurahan waktu dan tenaga pada penulis. 3. Sri Rejeki, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan serta pencurahan waktu dan tenaga pada penulis. 4. Seluruh dosen serta staf Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini. 5. Rekan seperjuangan angkatan 2006 yang selalu memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 6. Ayah, ibu, adik ku tercinta yang telah memberikan motivasi baik secara moral, materiil, dan spiritual kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 7. Seseorang yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
10
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannnya skripsi ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan sepenuh hati demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini, dan kiranya ini dapat berguna bagi semua pihak.
Semarang, 30 Mei 2011
Khoirul Anwar
11
TRANSLITERASI
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987. A. Konsonan Tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
ا
Alif
Tidak dilambangkan
Tidak dilambangkan
ب
ba’
b
be
ت
ta’
t
te
ث
sa’
s
es (dengan titik di atas)
ج
jim
j
je
ح
ha’
h
ha (dengan titik di bawah)
خ
kha
kh
ka dan ha
د
dal
d
de
ذ
zal
z
zet (dengan titik di atas)
ر
ra’
r
er
ز
zai
z
zet
س
sin
s
es
ش
syin
sy
es dan ye
ص
sad
s
es (dengan titik di bawah)
ض
dad
d
de (dengan titik di bawah)
ط
ta
t
te (dengan titik di bawah)
ظ
za
z
zet (dengan titik di bawah)
ع
‘ain
‘
koma terbalik di atas
غ
gain
g
ge
ف
fa
f
ef
ق
qaf
q
qi
12
ك
kaf
k
ka
ل
lam
l
‘el
م
mim
m
‘em
ن
nun
n
‘en
و
waw
w
w
ه
ha’
h
ha
ء ي
hamzah ya
‘ y
apostrof ye
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap
متعددة
ditulis
Muta’addidah
عدة
ditulis
‘iddah
حكمة
ditulis
Hikmah
علة
ditulis
‘illah
C. Ta’ marbutah di Akhir Kata 1. Bila dimatikan ditulis h
(Ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). 2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. كرامة االؤلياء
ditulis
Karamah al-auliya’
زكا ةالفطر
ditulis
Zakah al-fitri
13
D. Vokal Pendek
___
fathah
فعل ___
fa’ala kasrah
ذكر ___
a
i zukira
Dammah
u yazhabu
يذھب
E. Vokal Panjang
Fathah + alif
ditulis
ã
جا ھلية
ditulis
jahiliyyah
Fathah + ya’ mati
ditulis
ã
تنسى
ditulis
tansa
ditulis
î
ditulis
karim
ditulis
ũ
ditulis
furud
Fathah + ya mati
ditulis
ai
بينكم
ditulis
bainakum
Fathah + wawu mati
ditulis
au
قول
ditulis
qaul
Kasrah + ya’ mati كريم Dammah + wawu mati فروض
F. Vokal Rangkap
14
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan apostrof
اانتم
ditulis
a’antum
اعددت
ditulis
u’iddat
لئن شكر تم
ditulis
la’in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam Bila diikuti huruf Qamariyyah maupun Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf “al” القر ان
ditulis
القيا س
ditulis
al-Qiyas
السماء
ditulis
al-Sama’
الشمس
ditulis
al-Syams
al-Qur’an
I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis menurut penulisannya. ذوي الفروض
ditulis
ا ھل السنة
ditulis
zawi al-furud ahl al-sunnah
15
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i HALAMAN DEKLARASI ..................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv HALAMAN MOTTO .............................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. vi ABSTRAK ............................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix TRANSLITERASI ................................................................................................... xi DAFTAR ISI ............................................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ... ..................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8 D. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8 E. Metodologi Penelitian ................................................................................... 9 F. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 11 F. Sistematika Penulisan ................................................................................... 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Akhlak .......................................................................................................... 15 1. Pengertian Akhlak ................................................................................... 15 2. Ciri-ciri Perbuatan Akhlak ....................................................................... 16 3. Istilah dalam Akhlak ................................................................................ 17 4. Krisis Akhlak............................................................................................ 20 5. Macam-Macam Akhlak ........................................................................... 22 6. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak........................................................ 23
16
7. Metode Pembinaan Akhlak ...................................................................... 24 B. Interaksi Sosial ............................................................................................. 27 1. Pengertian Interaksi Sosial ....................................................................... 27 2. Bentuk dan Sifat Interaksi Sosial ............................................................. 29 3. Macam-macam Interaksi Sosial ............................................................... 31 C. Peran Pembinan Akhlak dalam Berinteraksi Sosial .................................... 32 BAB III GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang .................................................................................................... 37 1. Pendirian Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah ...................... 37 2. Letak Geografis ........................................................................................ 39 3. Visi dan Misi ........................................................................................... 39 4. Struktur Organisasi Pengurus .................................................................. 40 5. Data Anak Asuh Panti Asuhan al-Barokah ............................................. 42 6. Jadual Kegiatan ....................................................................................... 43 B. Proses Pembinaan Akhlak Anak Asuh Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang ....................................................................... 44 1. Konflik Anak Asuh ................................................................................. 44 2. Sifat Pembinaan Akhlak Anak Asuh ...................................................... 46 3. Rencana Pelaksanaan Program Pembinaan Akhlak ............................... 48 4. Materi Pembinaan Akhlak Anak Asuh ................................................... 50 5. Cara Pembinaan Akhlak .......................................................................... 54 6. Tujuan Pembinaan Akhlak ...................................................................... 55 C. Program Pembinaan Akhlak Anak Asuh dalam Berinteraksi Sosial dengan Masyarakat ................................................................................. 58 BAB IV A. Analisis Metode dan Proses Pembinaan Akhlak Anak Asuh di Panti Asuhan al-Barokah Semarang .................................................................... 66
17
B. Analisis Interaksi Sosial Anak Asuh di Panti Asuhan ................................ 75 C. Analisis Peran Pembinaan Akhlak Terhadap Interaksi Sosial .................... 91 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................. 94 B. Saran ............................................................................................................ 95 C. Penutup ........................................................................................................ 95 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
18
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dan ditunjuk sebagai kholifah di dunia ini, untuk mengelola seluruh lapisan kehidupan. Semua yang diciptakan-Nya tidak lain hanyalah untuk kepentingan manusia. Proses penciptaan manusia mendapat tanggapan dari malaikat. Mereka menyebutkan bahwa penciptaan manusia tidak lain akan menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi. Allah kemudian menjelaskan kepada malaikat, bahwa Dia mengetahui apa yang tidak mereka ketahui. Sehingga seluruh malaikat diperintahkan untuk bersujud kepada manusia, sedang Iblis senantiasa takabur kepada Tuhannya, dan dia adalah termasuk golongan orang-orang kafir. Sehubungan dengan peran manusia sebagai pemimpin di dunia, maka Allah memberi bekal kepada mereka petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Manusia dengan membawa bekal akal budi telah membuat para malaikat terkagum-kagum. Kemampuan berkreativitasnya sangat luar biasa. Bekal Allah untuk manusia benar-benar teruji oleh malaikat. Namun, manusia juga tidak luput dari kesalahan dan kelemahan.1 Sebagai mahluk ciptaan-Nya, manusia diperintahkan untuk senantiasa menyembah kepada Allah, taat beribadah menjalankan segala yang diperintahkan dan dilarang keras untuk mempersekutukan-Nya. Manusia dianjurkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya, berbuat baik terhadap kerabatnya, berbuat baik terhadap anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahaya. Sebagai seorang yang beriman, manusia diperintahkan untuk selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan mencegah kemungkaran. Manusia juga 1
Sapuri Rafi, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm. 25.
19
perintahkan untuk mendidik anaknya, agar keturunan dan penerus mereka diajarkan untuk sholat yang dapat mencegah dari kemungkaran, senantiasa mengerjakan hal-hal yang baik dan bersabar atas segala ujian yang menimpanya. Sehingga terciptalah manusia yang baik yang dapat memimpin di muka bumi ini. Hal ini sesuai dengan surat Lukman ayat 17. ÇΠ÷“tã ôÏΒ y7Ï9≡sŒ ¨βÎ) ( y7t/$|¹r& !$tΒ 4’n?tã ÷É9ô¹$#uρ Ì s3Ζßϑø9$# Çtã tµ÷Ρ$#uρ Å∃ρã ÷èyϑø9$$Î/ ö ãΒù&uρ nο4θn=¢Á9$# ÉΟÏ%r& ¢o_ç6≈tƒ ∩⊇∠∪ Í‘θãΒW{$# Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS Luqman / 31 : 17) Setiap orang yang beriman diperintahkan untuk merawat dan mengurus anak yatim, sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam surat an-Nisa 6. Ÿωuρ ( öΝçλm;≡uθøΒr& öΝÍκö2s9Î) (#þθãèsù÷Š$$sù #Y‰ô©â‘ öΝåκ÷]ÏiΒ Λäó¡nΣ#u ÷βÎ*sù yy%s3ÏiΖ9$# (#θäón=t/ #sŒÎ) #¨Lym 4’yϑ≈tGuŠø9$# (#θè=tGö/$#uρ ö≅ä.ù'uŠù=sù #ZÉ)sù tβ%x. tΒuρ ( ô#Ï-÷ètGó¡uŠù=sù $|‹ÏΨxî tβ%x. tΒuρ 4 (#ρçy9õ3tƒ βr& #·‘#y‰Î/uρ $]ù#uó Î) !$yδθè=ä.ù's? ∩∉∪ $Y7ŠÅ¡ym «!$$Î/ 4‘x-x.uρ 4 öΝÍκö2n=tæ (#ρ߉Íκô−r'sù öΝçλm;≡uθøΒr& öΝÍκö2s9Î) öΝçF÷èsùyŠ #sŒÎ*sù 4 Å∃ρá.÷èyϑø9$$Î/ Dan ujilah2 anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa yang miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka. Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (QS an-Nisa 4 : 6) 2
Yakni: Mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai.
20
Manusia memiliki dua dimensi yaitu sebagai mahluk individu dan sosial. Kehidupan bersama menimbulkan suatu masyarakat. Masyarakat berasal dari bahasa arab musyarak yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi masyarakat yang
hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.3 Semakin baik akhlak suatu masyarakat, maka semakin makmur suatu masyarakat tersebut, begitu pula sebaliknya. Akhlak yang buruk dan rendahnya kadar keimanan dan ketakwaan suatu masyarakat merupakan faktor tumbuh suburnya praktek-praktek kejahatan seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Bahkan kejahatan itu juga bisa berkembang menjadi sadisme, kriminalitas dan merebaknya pornografi dan pornoaksi di tengah-tengah masyarakat. Berkenaan dengan itu, upaya menegakan akhlak mulia bangsa merupakan suatu keharusan mutlak.4 Islam menghendaki terciptanya kehidupan masyarakat yang damai. Dimana interaksi yang ada didalamnya diwarnai oleh kasih sayang. Oleh karena itu, penekanan tingkah laku individu selalu dikaitkan dengan peranan sosialnya.5 Seseorang yang memeluk agama Islam berarti memiliki rasa kasih sayang sebagai perwujutan perilaku akhlak yang baik, dimana dengan perilaku akhlak tersebut dapat membawa kebaikan kedamaian di dalam masyarakat. Untuk itu akhlak perlu ditingkatkan dengan cara mengaplikasikannya sedini mungkin saat usia masih kanak-kanak, sehingga dapat melekat dan terpatri dalam jiwa anakanak. Terjadinya kelahiran anak manusia bukanlah kehendak dari seseorang ataupun seorang manusia, apalagi anak itu sendiri. Bahkan tidak seorangpun pernah mengetahui atau menginginkan akan terjadinya. Itu semua tidak lain karena kehendak Allah semata, yang menciptakan manusia dan segala sesuatu
3
Abdulsyani, Sosiologi Sistematik, Teori dan Terapan, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hlm. 25. Said Agil Husain al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai al-Qur’ani, Ciputat: Ciputat Press 2005, hlm. 25. 5 Moslen Nurdin, Moral dan Kognisi Islam, Bandung: Alfa Beta, 1993, hlm. 265. 4
21
yang ada. Adapun pandangan terhadap anak sering ditentukan oleh cara seseorang mengajar dan mengasuh mereka.6 Setiap manusia yang dilahirkan kedunia membawa fitrahnya masingmasing. Kehadiran dan ketiadaan seorang anak merupakan kehendak dan ketetapan Allah yang perlu diimani. Maka tidak ada hak seorang manusia untuk membuat seorang anak, karena segala sesuatu tersebut tidak lain karena ijin dari Allah. Anak merupakan bagian dari keluarga. Lazimnya juga disebut dengan rumah tangga, yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat sebagai wadah dan proses pergaulan hidup. Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat dia belajar dan menyatakan diri sebagai mahluk sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.7 Keluarga mempunyai peranan penting dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani anak, serta menciptakan pertumbuhan jasmani dan rohani yang baik.8 Kehadiran seorang anak merupakan pelengkap dari sebuah keluarga. Sebuah keluarga tidak akan berdiri kokoh apabila tidak ada didalamnya seorang anak yang merupakan amanat dan buah hasil dari kasih sayang antara orang tua. Akhlak seorang anak tentu mengalami perkembangan sesuai dengan ajaran yang diterapkan oleh lingkungan keluarga. Semakin baik lingkungan keluarga menanamkan akhlak terpuji, semakin baik pula perkembangan perilaku akhlak anak. Anak-anak yang hidup dalam keluarga yang harmonis, tidak mengalami permasalahan kepribadian. Berbeda sekali dengan anak-anak yang hidup dalam panti asuhan, yang secara umum mengalami disfungsi keluarga, berupa mengalami pemutusan dalam menjalankan keutuhan dalam suatu keluarga, seperti hilangnya peran figur seorang ayah, atau hilangnya seorang ibu dalam keluarga. 6
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, hlm.1. W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung: al-Ma’arif, 1978, hlm. 180. 8 Ramayulis, Pendidikan Islam dan Rumah Tangga, Jakarta: Kalam Mulia, 1990, hlm. 79. 7
22
Hal ini, secara langsung berpengaruh terhadap interaksi sosial anak. Agar dapat menjalankan perannya dalam masyarakat ketika anak telah menginjak usia dewasa. Anak mengalami problematika dalam proses perkembangan, terlebih bila bekal agama yang didapatnya sangat minim. Untuk itu peran panti asuhan sangatlah besar, dalam mendidik dan membina anak untuk dapat hidup berinteraksi sosial dalam masyarakat.9 Pada hakikatnya, faktor lingkungan sangat berperan dalam mendukung pembentukan akhlak anak, yang akan nampak setelah anak meningkat umur ke jenjang kedewasaan. Interaksi sosial yang wajar antara anak dengan anggotaanggota masyarakat di dalam kelompoknya akan menunjang mental yang sehat. Di tengah-tengah masyarakat nilai-nilai perilaku, norma-norma agama dan sosial merupakan peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap individu yang ada dalam kelompok. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses
belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi.10 Dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak dititikberatkan pada pembentukan perilaku agar anak tidak mengalami penyimpangan. Dengan demikian, anak tidak mengalami “Juvenile Deliquency” yang berarti kenakalan anak. Sebab dalam pembinaan perilaku ditekankan bahwa anak dituntut untuk belajar memiliki rasa tanggung jawab.11 Agar terbentuk perilaku yang baik sesuai dengan akhlakul karimah memerlukan latihan dan pembinaan yang baik. Terutama pada anak yang mengalami problem rumah tangga, seperti anak yatim piatu. Untuk itu peran panti asuhan sangat diperlukan. Salah satu diantaranya adalah Panti Asuhan AlBarokah. 9
Nurul Hartini, Deskripsi Kebutuhan Psikologis pada Anak Panti Asuhan, Surabaya: Insan Media, 2001, hlm. 110. 10 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 122. 11 Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. hlm. 148.
23
Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang, yang penulis jadikan sebagai bahan penelitian, mempunyai daya tarik bagi penelitian ini. Menurut penulis ada beberapa perihal yang penting yang perlu dikaji dan diteliti lebih dalam. Beberapa faktor tersebut antara lain dikarenakan panti asuhan tersebut terletak di tengah kota Semarang yang merupakan pusat dari aktivitas manusia modern di Jawa Tengah saat ini, dimana jiwa sosial sering tersingkir oleh kesibukan ekonomi, sehingga sering dijumpai anak-anak terlantar yang tidak terurus dan berkeliaran menggelandang di tengah jalan, meminta-minta dan mengamen, bahkan tidak jarang dijumpai aksi pemalakan. Keunikan dari pendirian yayasan panti asuhan ini adalah, masyarakatnya yang rukun berperan aktif dalam menjalankan dan mempertahankan akidah keislaman, yang mana Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang didirikan sebagai bentuk kepedulian warga RW IV kelurahan Bongsari, terhadap anak yang putus sekolah dan anak-anak usia produktif, akan tetapi sudah mengalami disfungsi keluarga. Sehingga pertanggungjawaban Yayasan ini di bawah naungan Jamaah Masjid al-Barokah Semarang, yang terletak di jalan dr Ismangil Raya kelurahan Bongsari Semarang Barat. Anggaran pembangunan gedung dan pembiayaan, dihimpun dengan mengumpulkan infak shodaqoh warga, dengan cara dibagikan mini kotak amal di setiap rumah keluarga, dan diambil untuk dikumpulkan setiap bulan. Bukan seperti panti asuhan yang lain, yang dibangun oleh seorang dermawan yang mampu secara finansial.12 Lokasi panti asuhan juga strategis karena terdapat gereja-gereja yang sering menawarkan bantuan, sehingga bila tidak hati-hati anak-anak bisa larut dalam pergaulan, yang
bisa jadi dapat mengikis kadar keimanan. Sekolah-
sekolah nonislam juga pernah membantu sebagai bentuk agenda social care mereka, yang bisa memberikan nilai buruk terhadap perkembangan psikis anak
12
Hasil wawancara dengan Bapak Usman Ketua Takmir Masjid al-Barokah pada hari Rabu 9 Maret 2011.
24
dalam hal akidah. Terlebih bila anak sampai mengidolakan sekolah tersebut, dan bercita-cita untuk masuk sekolah tersebut yang tidak ada basic agama Islamnya. Anak-anak yang diasuh juga beragam. Ada yang berasal dari keluarga kota, dari kota kabupaten, ada juga yang berasal dari desa terpencil yang mengandalkan cocok tanam dan membatu. Bahkan ada pula anak asuh yang merupakan titipan Poltabes Jawa Tengah yang diketemukan tanpa ada tanda pengenal. Anak asuh berasal dari problem keluarga yang beragam seperti keadaan yatim atau piatu, anak yang tidak dikehendaki kelahirannya, anak dari keluarga tidak mampu, bahkan anak yatim yang ditinggal ibunya merantau mencari penghidupan ke negeri seberang.13 Gedung asrama terbagi dua, masing-masing berjarak ±300 m. Hal itu disebabkan padatnya pemukiman warga. Pemisahan juga diharapkan dapat menjaga interaksi anak asuh putra dan putri dalam pergaulan. Dengan ini diharapkan anak asuh dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran yang didampingi oleh ustadz dan ustadzah masing-masing.14 Kegiatan akademik formal anak asuh dibagi secara berjenjang. Jenjang pertama untuk anak-anak yang berusia dini, diberikan kepada mereka dengan jenjang Pendidikan Anak Usia Dini. Jenjang kedua diberikan dengan program akademik Madrasah Ibtidaiyah. Jenjang ketiga dengan program pendidikan tingkat Madrasah Tsanawiyah. Jenjang keempat diberikan program pendidikan Madrasah Aliyah, yang seluruh siswanya berada di sekolah al-Khoiriyah Semarang. Jenjang terakhir adalah tingkat perguruan tinggi, diberikan kepada mereka karena memiliki nilai lebih, tercatat empat anak asuh putri dan dua anak putra diberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Perguruan Tinggi.15
13
Hasil wawancara dengan bapak Yanto Kepala Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah pada hari Rabu 16 Maret 2011. 14 Hasil observasi prareset pada hari Rabu 16 Maret 2011. 15 Hasil wawancara dengan ustadz Roni, Pembina di Yayasan Yatim Piatu Al-Barokah pada hari Rabu 16 Maret 2011.
25
Hal-hal tersebutlah yang menjadi latar belakang penulis untuk dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sehingga dapat dijadikan dan dianggap layak sebagai bahan penelitian penulisan skripsi ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk pembinaan akhlak anak asuh di Panti Asuhan al-Barokah Semarang ? 2. Bagaimana interaksi sosial anak asuh dengan masyarakat di Panti Asuhan alBarokah masyarakat ? 3. Bagaimana peran pembinaan akhlak anak asuh di Panti Asuhan al-Barokah terhadap interaksi sosial dengan masyarakat ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu : 1. Ingin mengetahui pembinaan akhlak anak asuh di Panti Asuhan al-Barokah. 2. Untuk mengetahui bentuk interaksi sosial anak asuh dengan masyarakat di Panti Asuhan al-Barokah. 3. Untuk mengetahui peran pembinaan akhlak anak asuh terhadap interaksi sosial dengan masyarakat. D. Manfaat Penelitian Adapun penelitian atau pembahasan terhadap masalah tersebut diatas mempunyai maksud agar berguna bagi : 1. Praktis a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk lebih memahami tentang Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah, yang merupakan sebuah Panti Asuhan yang didirikan berdasarkan kepedulian terhadap anak yatim piatu di lingkungan RW IV kelurahan Bongsari Semarang Barat.
26
b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu kita untuk menanamkan akhlak baik terhadap anak, terutama anak yang mengalami disfungsi keluarga seperti anak asuh di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu AlBarokah. c. Dari penelitian ini penulis harapkan pembinaan akhlak dapat membantu anak asuh dalam berinteraksi sosial di masyarakat, sehingga mereka dapat menjalankan peran di masyarakat dengan berakhlakul karimah.
2. Teoritis Dari penelitian dapat menambah khasanah dan pengetahuan yang berkaitan dengan tasawuf dan psikoterapi terutama masalah pembinaan akhlak dan berinteraksi sosial E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan jenis kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan kata-kata dan rangkaian kalimat, bukan merupakan
deretan
angka
atau
statistik.
Penelitian
ini
berusaha
mendiskripsikan pembinaan akhlak anak dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang. 2. Sumber Data Sumber data primer dari penelitian ini adalah data yang dikumpulkan peneliti atau petugas dari sumber utamanya, dalam hal ini yang menjadi sumber utamanya adalah Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang. Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh peneliti tidak secara langsung dari subjek ataupun objek secara langung, akan tetapi pihak lain seperti lembaga-lembaga terkait dan buku-buku yang berkaitan
27
pembinaan perilaku anak panti asuhan, serta seluruh narasumber pendukung dalam penelitian ini.16 3. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah seluruh pengurus yang berjumlah 15 orang, anak asuh di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang berjumlah 30 anak, dan masyarakat yang berinteraksi dengan anak asuh Panti Asuhan al-Barokah sejumlah 30 orang diambil dari para pengurus organisasi masyarakat dan masyarakat terdekat.
4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Secara metodologi penelitian ini termasuk penelitian lapangan field research17 yaitu penelitian yang berdasarkan pada pengamatan dan menganalisa secara langsung fakta-fakta yang ada dalam lapangan. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Metode Observasi Metode observasi18 yang dilakukan melalui dua tahapan. Tahapan pertama adalah observasi praresert, dalam observasi ini peneliti mengamati tentang aktivitas kegiatan Panti Asuhan sebelum dilakukan penelitian lebih lanjut, pada tahapan ini diperoleh data mengenai faktor pendorong mengapa penelitian lapangan ini menarik dan layak untuk diteliti lebih lanjut sehingga dapat dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi. Tahapan yang kedua yaitu observasi di dalam lapangan, untuk menemukan data-data baru setelah dilakukan pengamatan lebih dalam 16
Muh Pabundu Tika, Metode Penelitian Geografi, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hlm. 60. Suharsini Arikunto, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 1997, hlm. 62. 18 yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian dan pencatatan sistematika gejala yang diteliti. 17
28
mengenai aktivitas Panti Asuhan sehari-hari. Metode ini digunakan untuk pengamatan yang dilakukan oleh peneliti secara langung terhadap pembinaan akhlak anak asuh
Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-
Barokah Semarang dan interaksi sosial dengan masyarakat. b. Metode Interview Metode interview adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis berdasarkan tujuan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan keterangan data secara lisan dari pengurus dalam rangka memperoleh informasi yang sesungguhnya, terutama maksud dan pemikiran yang telah disampaikan. Dalam metode ini peneliti mewawancarai nara sumber yang berkaitan dengan data yang akan dicari. Peneliti mendatangi nara sumber satu persatu, baik di lingkungan Panti Asuhan seperti para ustadz, pengurus, ataupun masyarakat sekitar yang berhubungan dan berinteraksi langsung dengan anak asuh Panti Asuhan. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan buku-buku tentang teori yang berhubungan dengan masalah penelitian.19 Fungsi dari metode dokumentasi adalah untuk memperkuat penelitian yang dilakukan oleh penulis, dan sasaran dari metode dokumentasi adalah kegiatan pembinaan, jadwal aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh pengasuh atau pengurus panti asuhan terhadap pembinaan akhlak anak asuh dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat. 5. Analisis Data Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi. Wawancara dan lainya untuk meningkatkan
19
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset, Bandung: Mandar Maju. 1990, hlm 117.
29
pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain. Data-data yang terkumpul agar mudah ditarik kesimpulan, maka dianalisis dengan metode analisi data diskriptif kualitatif.20 Penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (Case Study). Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Laporan ditulis secara komunikatif, mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga pembaca dapat mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.21 Pada kasus pembinaan akhlak anak asuh dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber. F. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya urgensi tinjaun pustaka adalah sebagai bahan autokritik terhadap penelitian yang ada, baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya. Di samping itu, tinjauan pustaka mempunyai andil besar untuk mendapatkan informasi secukupnya tentang teori-teori yang ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasaran teori ilmiah, data yang dapat dihimpun peneliti antara lain : Skripsi yang disusun oleh Muhammad Fauzi dengan judul Hubungan Bimbingan Hidup Beragama Islam Terhadap Kesehatan Mental, pada Panti Asuhan Muhammadiyah Kaliwungu. Skripsi ini menyatakan bahwa, bimbingan hidup beragama Islam di Panti Asuhan Muhammadiyah Kecamatan Kaliwungu 20 21
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1989, hlm. 64. http// Metode Penelitian Studi Kasus « Ardhana12′s Weblog.html.
30
sangat besar perannya dalam menumbuh kembangkan mental anak. Karena hasil temuan menunjukkan adanya respon positif sejumlah anak terhadap kesehatan mental setelah dilakukan bimbingan mental. Implikasi positif dari pengembangan mental tersebut telah menghasilkan anak yang bermental sehat, berupa hilangnya perasaan rendah diri, rasa cemas, rasa terasingkan, dan rasa putus asa. Sehingga anak dapat menjalankan perannya dengan baik untuk belajar menuntut ilmu tanpa gangguan kesehatan mental. Skripsi yang disusun oleh Muhammad Fadhil dengan judul Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam
pada Anak Yatim Piatu di Panti Asuhan
Hidayatus Shalihin Desa Wringinjajar Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Skripsi ini menjelaskan bahwa, keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam di Panti Asuhan dititik beratkan pada cara pengurus atau konselor dalam membimbing anak. Metode yang digunakan pengurus untuk membimbing anak adalah dengan memberikan kuasa penuh terhadap pengurus untuk membimbing anak. Pembimbing mempunyai ruangan tersendiri dan memberi materi sesuai dengan jadual yang telah ditentukan. Pembimbing bertanggung jawab penuh terhadap kebutuhan, sikap dan perilaku anak asuh selama di Panti. Berikutnya adalah skripsi yang disusun oleh Hidayatul Mufidah dengan judul, Tingkah Laku Anak Yatim Piatu dalam Bersosialisasi Terhadap Lingkungan Sekitar, Studi Kasus di Panti Asuhan Manarul Islam, Pelutan Pemalang. Skripsi ini menggambarkan tentang tingkah laku anak yatim piatu dalam bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar. Tingkah laku anak bukan saja baik di lingkungan Panti akan tetapi juga dengan lingkungan sekitar. Berdasarkan dari beberapa data skripsi tersebut, peneliti mempunyai tujuan untuk menyempurnakan penelitian tersebut, dikarenakan penelitian sebelumnya belum ada yang membahas tentang akhlak anak asuh dan interaksi sosialnya dengan masyarakat. Diantaranya mengenai fokus penekanan terhadap pembinaan akhlak anak asuh. Sebagaimana misi Rasullulah, tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak anak asuh yang baik akan menjadi
31
proteksi diri yang tepat, sebagaimana yang terjadi pada masyarakat modern saat ini yaitu terjadinya krisis akhlak. Selanjutnya dalam
berinteraksi
dengan
lingkungan
sekitar perlu
difokuskan, yaitu interaksi yang bernilai positif bagi tegaknya pilar-pilar ajaran agama Islam. Bukan interaksi sosial yang menguntungkan bagi sekelompok orang ataupun kelompok masyarakat. G. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri atas lima bab, kelima bab tersebut saling berkaitan dan merupakan penjelas pada bab berikutnya. Kelima tersebut adalah sebagai berikut : Bab I menjelaskan tentang pentingnya peran pembinaan akhlak anak asuh di Panti Asuhan Al-Barokah, yang penulis jadikan sebagai latar belakang penelitian ini. Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan penulisannya juga dibahas dalam bab ini. Dengan uraian ini, diharapkan memberikan gambaran umum tentang pentingnya penelitian ini. Bab II menjelaskan tentang landasan teori yang berisi pengertian akhlak, ciri-ciri perbuatan akhlak, istilah dalam akhlak, krisis akhlak, macam-macam akhlak, metode pembinaan akhlak, pengertian interaksi sosial, bentuk dan sifat interaksi sosial, macam-macam interaksi sosial, dan peran pembinaan akhlak dalam berinteraksi sosial. Hal ini dimaksudkan agar mengetahui lebih mendalam tentang teori yang berisi pembinaan akhlak anak asuh dan berinteraksi sosial dengan masyarakat. Bab III menjelaskan secara umum Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu alBarokah Semarang. Dimulai dari proses pendirian sampai dengan aktifitasnya pada saat ini. Hal ini bertujuan agar diketahui keadaan umum panti asuhan yang penulis jadikan sebagai bahan penelitian.
32
Bab IV merupakan analisis proses pembinaan perilaku dalam berinteraksi dengan masyarakat, penulis berusaha mengungkapkan proses pembinaan terhadap anak asuh terhadap berperilaku dalam masyarakat di lingkungan sekitar. Terakhir adalah bab V adalah penutup, yang menerangkan kesimpulan akhir dari seluruh rangkaian penelitian di atas. Kesimpulan ini berisi jawaban atas rumusan masalah yang ada, dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian ini.
33
BAB II LANDASAN TEORI A. Akhlak 1. Pengertian Akhlak Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jama’ dari khulq yang artinya budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Akhlaq merupakan sifat manusia yang terdidik. Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk tanpa membutuhkan pertimbangan. Al-khulq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Pengertian secara istilah cukup beragam, namun keragaman tersebut melengkapi pengertian yang lain sehingga kita mendapatkan pengertian yang luas dan mendalam. Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) sebagaimana dijelaskan oleh Asep Umar Ismail, menyatakan bahwa akhlak merupakan sifat yang tertanam pada jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. 22 Al-Ghazali (w. 550 H/1111 M) sebagaimana dijelaskan oleh Asmaran, menyatakan bahwa akhlak adalah gambaran tentang keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam. Keadaan jiwa itu melahirkan tindakan dengan mudah dan gampang tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. 23 Akhlak adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak. Contohnya,
22
Asep Umar Ismail, Wiwi St Sajarah, dan Sururin. Tasawuf, Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2005, hlm. 5. 23 Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : Rajawali Pers, 1992, hlm. 2.
34
bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan. Al-khulq disebut sebagai kondisi atau sifat yang telah meresap dan terpatri dalam jiwa, karena seandainya ada seseorang yang mendarmakan hartanya yang jarang sekali untuk sesuatu hajat dan secara tiba-tiba, maka bukanlah orang yang demikian itu disebut orang yang dermawan sebagai pantulan dari kepribadiannya. Akhlak yang baik memunculkan budi pekerti mulia akhlakul mahmudah, yang dapat membawa kedalam kedamaian dan ketenangan hidup sedangkan akhlak yang buruk akan memunculkan perbuatan tercela akhlakul madzmumah, yang berujung pada penyesalan, kehinaan dan kebinasaan. Nilai-nilai akhlak mulia hendaknya ditanamkan sejak dini melalui pendidikan agama dan diawali dalam lingkungan keluarga, melalui pembudayaan dan pembiasaan. Kebiasaan tersebut akhirnya diaplikasikan dan diterapkan dalam pergaulan di masyarakat. 2. Ciri-ciri Perbuatan Akhlak Ciri-ciri perbuatan akhlak adalah sebagai berikut : a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tertanam secara terus menerus dalam jiwa seseorang sehingga kuat dan mengakar. b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan mudah dan gampang tanpa menggunakan pemikiran dan pertimbangan. c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dalam diri seseorang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan sesungguhnya, perbuatan yang tidak dilakukan dengan bermain-main atau karena sandiwara. Perbuatan akhlak merupakan perbuatan nyata dalam kondisi sosial.
35
e. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang terpuji dikarenakan untuk ibadah atas dasar keimanan dan ketakwaan terhadap Allah, semata-mata mengharapkan keridhoan-Nya.24 3. Istilah dalam Akhlak Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak, beberapa istilah tersebut antara lain: etika, moral dan kesusilaan. Untuk pengertian selanjutnya adalah sebagai berikut: a. Etika Menurut Ahmad Amin, etika adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka, dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya diperbuat oleh manusia.25 Soegarda
Poerbakawatja
etika
adalah
pengetahuan
nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai, ilmu yang mempelajari nilai-nilai, dan kesusilaan tentang baik dan buruk.26 Ki Hajar Dewantara menyebutkan etika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya, terutama mengenai gerak pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan sampai mengenai tujuan dalam bentuk perbuatan.27 Etika adalah yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik dan buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran. Atau dengan kata lain dengan akallah orang dapat menentukan baik buruknya perbuatan manusia. 24
Wiwi Sajarah, Tasawuf, Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2005, hlm. 5. Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1983, hlm. 3. 26 Soegarda Poerbakawatja, Ensklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1979, hlm, 82. 27 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Taman Siswa, 1966, hlm, 25
138.
36
Perbuatan disebut baik karena akal memutuskannya baik, dan buruk karena akal memutuskannya buruk. b. Moral Secara bahasa moral berasal dari bahasa Latin mores yang merupakan bentuk jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan.28 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.29 Istilah moral dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan. Moral dipahami juga sebagai prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk. Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.30 Moral merupakan ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik, berpedoman pada adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Suatu perbuatan dinyatakan bermoral, apabila sesuai dan sejalan dengan adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan dapat diterima oleh masyarakat. Bisa jadi moral di suatu masyarakat satu berbeda dengan masyarakat yang lain. c. Susila Secara bahasa susila berasal dari bahasa Sansekerta. Su berarti baik atau bagus, sedangkan sila berarti dasar, prinsip, peraturan atau norma. Jadi dapat diartikan bahwa susila merupakan dasar, prinsip, peraturan atau norma hidup yang baik dan bagus. Istilah susila pun mengandung pengertian peraturan hidup yang lebih bagus atau bagus.31
28
Asmaran AS, Pengantar Study Akhlak, cet 1, Jakarta: Rajawali Pers, 1992, hlm. 8. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet 12, hlm. 54. 30 Asep Umar Ismail, Sururin. Tasawuf, Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2005, hlm. 6. 31 M. Said, Etika Masyarakat Indonesia, Jakarta: Pradya Paramitra, 1976, hlm. 23. 29
37
Selain itu, istilah susila dapat juga berarti sopan, beradab dan baik budi bahasanya. Dengan demikian kesusilaan dengan penambahan awalan ke dan akhiran an sama artinya dengan kesopanan.32 Kesusilaan dalam pengertian yang berkembang di masyarakat mengacu kepada makna membimbing, memandu mengarahkan, dan membiasakan seseorang atau kelompok orang untuk hidup sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.33 Susila atau kesusialaan berarti prinsip hidup yang baik, kesopanan dan arahan untuk menjalani hidup sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Seseorang yang hidup tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat dinyatakan bahwa yang bersangkutan asusila atau tuna susila, yang berarti tidak memiliki susila. d. Analisis Perbandingan Dengan membandingkan pengertian akhlak, etika, moral dan susila. Istilah tersebut memiliki persamaan dan perbedaan yang cukup mendasar. Persamaannya yakni ; 1) Akhlak, etika, moral dan susila mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat yang baik. 2) Akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip aturan hidup manusia untuk menakar harkat dan martabat kemanusiaannya. 3) Akhlak, etika, moral dan susila tidak semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, akan tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki oleh setiap orang. Selain terdapat persamaan terdapat pula perbedaan yang menjadi ciri khas dari masing-masing istilah tersebut. Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Nilai-nilai yang 32 33
hlm. 7.
Depdiknas, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet 12, hlm. 982. Asep Umar Ismail, Wiwi St Sajarah, Sururin. Tasawuf, Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2005,
38
menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu perbuatan, kelakuan atau sifat perangai dalam akhlak bersifat universal dan bersumber dari Allah. Sementara itu etika merupakan filsafat nilai, etika bersumber dari pemikiran yang mendalam, yang pada intinya bersumber dari akal sehat dan hati nurani. Etika sangat tergantung pada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang menganutnya. Adapun moral merupakan ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik dan berlaku di masyarakat. Moral berpedoman pada adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat. Jika etika bersifat konseptual teoritis, maka moral bersifat terapan karena mengacu pada apa yang berlaku di masyarakat. Etika dan moral bersumber dari akal sehat dan nurani yang jernih, berarti kualitas moral masyarakat sangat tergantung kualitas manusianya. Sedangkan susila atau kesusilaan memiliki dua pengertian. Pertama dasar, prinsip peraturan atau norma hidup yang baik. Kedua merupakan
proses
membimbing,
membiasakan
seseorang
atau
sekelompok orang untuk hidup sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Moral dan susila bersumber dari pada akal sehat dan nurani yang telah menjadi kesadaran di suatu masyarakat. Etika, moral dan susila akan berdiri kokoh bila dipadukan akhlak Islam dan diterapkan dalam setiap pribadi muslim, keluarga dan masyarakat. 4. Krisis Akhlak Krisis akhlak merupakan sebuah krisis yang perlu dirombak dan dibenahi mulai dari usia dini. Sebuah permasalahan akan terus bermunculan bila krisis akhlak tidak secepatnya dilakukan. Krisis akhlak membutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menanamkan nilai kebudayaan dan kebiasaan di setiap orang, terlebih prosesnya dimulai dari masa kecil hingga dewasa.
39
Krisis akhlak jangan hanya dipandang sebatas nasib buruk yang sedang menimpa tanpa berusaha menghentikannya. Menurut Emmanuel Levinas seorang filosof Perancis, bahwa krisis akhlak berasaal dari ideologi kemajuan dan liberalisme sebagai paham kebebasan. Akibatnya muncul kebebasan yang melampaui batas toleransi manusia seperti pelombaan senjata nuklir, terorisme,
ancaman
perang
dunia
serta
ancaman
konflik
yang
berkepanjangan.34 Secara umum, dapat disampaikan bahwa sumber krisis akhlak itu dapat dilihat dari penyebab timbulnya yaitu : a. Krisis akhlak terjadi karena longgarnya pegangan agama yang menyebabkan hilangnya pengontrolan diri dari dalam self control. Selanjutnya alat control perpindahan kepada hukum dan masyarakat. Namun karena hukum dan masyarakat lemah, maka hilang seluruh alat kontrol. Akibatnya masyarakat berbuat sesuka hati dalam melakukan pelanggaran tanpa ada yang menegur. b. Krisis akhlak terjadi karena pembinaan moral yang dilakukan orang tua, sekolah masyarakat sudah kurang efektif. Pembinaannya terbawa arus kehidupan yang mengutamakan materi tanpa diimbangi dengan pembinaan mental spiritual. Kebiasaan orang tua melakukan sholat berjamaah dalam lingkungan keluarga, membaca al-Qur’an dan keteladanan yang baik bagi putra putrinya sudah jarang dilakukan. c. Krisis akhlak terjadi karena derasnya arus budaya hidup materealistik, hedonistik, dan sekuleristik. Derasnya budaya tersebut didukung oleh para
penyandang modal
yang
hanya
semata-mata
merenguk
keuntungan material dengan memanfaatkan para remaja, tanpa memperhatikan
34
dampaknya
bagi
kerusakan
akhlak.
Said Agil Husain al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai al-Qur’ani, Ciputat: 2005, hlm. 34.
Semakin
Ciputat Press
40
banyaknya tempat-tempat hiburan yang mengandung selera biologis, peredaran obat-obat terlarang dan sebagainya.35 Dalam kaitanya dengan tersebut maka pembinaan akhlak mulia bukan hanya tugas seorang kelompok, akan tetapi seluruh partisipasi masyarakat bangsa dan negara. Krisis akhlak yang menimpa masyarakat umum terlihat pada sebagian sikap mereka yang dengan mudah merampas hak orang lain, main hakim dengan membakar pelaku kejahatan tanpa melalui proses peradilan. Krisis akhlak yang menimpa remaja pelajar terlihat dari banyaknya keluhan orang tua berkenaan dengan ulah sebagian pelajar yang sukar dikendalikan, nakal, mabuk, keras kepala, berbuat onar bahkan tawuran antar sekolah. Kenakalan remaja bukan hanya perbuatan anak yang melawan hukum semata akan tetapi juga termasuk didalamnya perbuatan yang melanggar norma hidup di masyarakat. Perbuatan-perbuatan tersebut menimbulkan
ganguan
keamanan,
ketertiban
dan
ketentraman
masyarakat.36 Pembinaan dan pendidikan akhlak haruslah berada dibarisan depan dengan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia haruslah diikuti dengan keceradasan moral dalam mewujudkan masyarakat yang berbudaya. 5. Macam-macam Akhlak Untuk menjalani kehidupan dengan baik, manusia beriman hendaknya mengikuti akhlak yang telah dicontohkan oleh Rosullulah. Dengan mencontohnya, akhlak yang terbentuk merupakan akhlak yang sempurna. Akhlak yang baik memunculkan budi pekerti mulia (akhlakul mahmudah), yang dapat membawa kedalam kedamaian dan ketenangan 35 36
Ibid, hlm. 34. Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2004, hlm. 114.
41
hidup, sedangkan akhlak yang buruk akan memunculkan perbuatan tercela (akhlakul madzmumah), yang berujung pada penyesalan, kehinaan dan kebinasaan. Akhlakul madzmumah atau akhlak tercela dibedakan atas maksiat lahir dan maksiat batin. Maksiat lahir adalah maksiat yang telah dikerjakan oleh anggota lahir seperti tangan, mata, telinga, kaki dan sebagainya. Maksiat batin adalah maksiat yang dikerjakan oleh anggota batin yaitu hati. Kedua maksiat tersebut membuat orang celaka. Maksiat lahir seperti berkata yang tidak membawa berkah manfaat baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain. Sedangkan maksiat batin dapat berupa marah (gadab), sombong, takabur, dan lain sebagainya. 6. Hubungan Tasawuf dengan Akhlak Para ahli tasawuf pada umumnya membagi tasawuf pada tiga bagian. Pertama tasawuf falsafi, kedua tasawuf akhlaki dan ketiga tasawuf amali. Ketiga macam tasawuf ini tujuannya sama yaitu mendekatkan diri pada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan terpuji. Dengan demikian dalam proses pencapaian tujuan tasawuf seseorang harus terlebih dahulu berakhlak mulia.37 Pada tasawuf falsafi pendekatan yang digunakan adalah rasio atau akal, karena dalam tasawuf ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran dikalangan filosof, seperti filsafat tentang Tuhan, manusia, hubungan antara manusia degan Tuhan dan lain sebagainya. Tasawuf akhlaki pendekatan yang digunakan adalah pendekatan akhlak yang tahapannya terdiri dari takhalli (mengkosongkan diri dari akhlak yang buruk, tahaali (menghiasi dengan akhlak yang terpuji, dan tajalli (terbukanya dinding penghalang hijab yang membatasi manusia dengan
37
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 18.
42
Tuhan, sehingga Nur Ilahiyah tampak jelas padanya. Tasawuf amali pendekatan yang digunakan adalah pendekatan amaliyah atau wirid, yang selanjutnya membentuk tarikat. 38 Dengan mengamalkan tasawuf baik yang bersifat falsafi, akhlaki dan amali seseorang dengan sendirinya berakhlak baik. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja, sadar, pilihan sendiri dan bukan karena terpaksa. Dengan mengamalkan tasawuf secara otomatis seseorang telah melatih untuk berakhlak. Baik akhlak terhadap teman, ataupun terhadap guru mursid sebagai panutan yang harus diikuti seluruh petunjuknya untuk mendekat dan makrifat terhadap Allah. Akhlak yang baik harus dapat dicapai setiap orang yang bertasawuf. Karena Allah maha suci dan mulia, maka Allah juga harus didekati dengan akhlak yang mulia. Tidak mungkin seseorang berakhlak buruk dapat mampu mengenal Allah tanpa ada peran perbuatan akhlak mulia yang tertanam dalam jiwa. 7. Metode Pembinaan Akhlak Pembinaan akhlak menuntut usaha sungguh-sungguh agar dapat dipahami oleh anak asuh dan menerapkannya pada kehidupan sehari-hari. Untuk bisa menerapkan akhlak baik tentu dibutuhkan keteladaan akhlak terhadap Rasullulah. Pembinaan akhlak dapat dilakukan dengan memberikan pengertian bahwa akhlak itu dapat menjadi pengontrol sekaligus alat penilaian terhadap kesempurnaan keimanan seseorang. Kesempurnaan iman dapat dilihat dari perilaku akhlak yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketinggian iman seseorang dapat dilihat dari ketinggian moral dan akhlaknya di tengah-tengah masyarakat. Metode yang dapat digunakan dalam pembinaan akhlak antara lain :
38
Ibid, hlm. 20.
43
a. Metode Uswah (teladan)
Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 : “Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu.” Sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT. Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang,
menghormati
orang
lain,
membantu
orang
yang
membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak mengingkari janji, membersihkan lingkungan, dan sebagainya. Orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.39 b. Metode Ta’widiyah (pembiasaan) Pembiasaan asal katanya adalah biasa. Biasa artinya lazim atau umum, sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembentukan
pribadi
dapat
dibentuk
dengan
mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia. Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’an dan AsmaulHusna shalat berjamaah di masjid dan mushalla, terbiasa makan dengan
39
Asep Umar Ismail, op.cit, hlm. 262.
44
tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang tepat untuk meningkatkan akhlak anak asuh. c. Metode Mauid̩ zah (nasehat) Kata mauidah yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut. Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang amar ma’ruf nahi mungkar, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain.
Namun
yang
paling
terpenting,
pemberi
nasehat
mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.40 d. Metode Qis̩ as̩ (ceritera) Qis̩ as̩ adalah suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja. Ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya, ceritera dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan lain-lain. Aplikasi metode ini, diantaranya adalah, memperdengarkan casset, video dan ceritera-ceritera tertulis atau bergambar. Pembina harus membuka kesempatan bagi anak asuh untuk bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah dalam meningkatkan akhlak mulia.
40
Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm. 204.
45
e. Metode Ams̩ āl (perumpamaan) Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Qur’an dan Hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Allah SWT berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 17 : “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik, karena perumpamaan akan melekat pada pikiran anak dan sulit untuk dilupakan. Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang diajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang sama secara kualitasnya. Dengan perumpamaan diharapkan anak dapat memahami hal-hal yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. f. Metode Ṡawāb (ganjaran) Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain. Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya, pandangan yang sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak memperdulikannya, memberikan ancaman yang positif dan berupa hukuman fisik sebagai alternatif terakhir. B. Interaksi Sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi mempunyai pengertian bahwa saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi antar hubungan. Bila diimbuhi dengan kata sosial, maka berarti hubungan yang dinamis antara orang perseorangan dan orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara
46
kelompok dengan kelompok, hubungan antara orang satu dan yang lain dengan menggunakan bahasa. Masyarakat mempunyai arti sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama, kelompok orang yang merasa memiliki bahasa setara yang berpegangan pada bahasa yang sama.41 Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Dalam berhubungan mereka akan melakukan komunikasi. Komunikasi dilakukan untuk menyatakan bahwa mereka berinteraksi. Komunikasi akan berjalan bila ada kontak sosial, mereka memberikan stimulus dan tanggap dengan membalas respon yang diterimanya. Manusia berkomunikasi menggunakan isyarat dan simbol. Mereka berinteraksi menggunakan bahasa lisan tulisan bahkan dengan sinyal listrik ataupun gelombang. Komunikasi diartikan sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan, saling tukar menukar pendapat, hubungan kontak antar manusia baik individu ataupun kelompok.42 Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang sampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.43 Dengan demikian, interaksi sosial dapat terbentuk dikarenakan beberapa hal seperti jumlah pelakunya lebih dari satu orang, terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial, mempunyai maksud atau tujuan yang jelas dan dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial. Berdasarkan definisi di atas, maka dapat diartikan interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok 41
Depdiknas, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisai Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2006, Cet 3,hlm. 156. 42 AW, Widya, Komunikasi, Jakarta: Bina Aksara, 1986, hlm. 1. 43 AW, Widya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2000, hlm. 13.
47
maupun antara individu dengan kelompok dan membentuk suatu sistem struktur sosial. Sementara itu manusia sebagai mahluk sosial diterangkan dalam alQur’an dengan al-anas dan unas, kemudian dalam sunnah sosial, yaitu hukum baku sunnatullah QS al-Fatir 42-43, berlaku umum tanpa pengecualian QS al-Zumar 9, dan hukum sosial itu adil QS An-Nahl 33.44 Dalam uraianya disimpulkan bahwa wacana sosial sangat erat sekali dalam kajian-kajian keislaman. Pada hakikatnya para sufi enggan bergaul terlalu sering dengan manusia secara umum karena bagi mereka banyak sekali kerugian yang didapat dari pergaulan yang hanya melahirkan keuntungan-keuntungan duniawi. Menghindari
keramaian
dan menyendiri dengan selalu
mengingat Tuhan adalah jalan terbaik bagi mereka. Walaupun demikian mereka tidak lalu lepas tangan. Dalam kesendiriannya dan kesibukanya dengan Tuhan, kemaslahatan umat Islam secara keseluruhan tidak akan pernah luput dari benak pikirannya. Kesalehan holistik didapat dari kesalehan pribadi. Tidak akan pernah terwujud suatu masyarakat yang baik, jika pada tiap pribadinya masih terdapat kerusakan-kerusakan.45 Bagi para sufi, bukan kajian empiris yang ditekankan, akan tetapi ukuran kematangan sikap yang paling didamba, sehingga mereka tidak memerlukan yang namanya pengakuan. Para sufi justru malah selalu menghindar dari pengakuan. Bagi mereka sebuah tataran kehidupan yang baik secara sosial adalah turut bersama merasakan kebahagiaan dan kesusahan di masyarakat. Terlihat dari empirisme yang diberlakukan
44
Achmad Mubarak, Psikologi Keluarga, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005, hlm. 42. Rafi Sapuri, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manuisa Modern, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 391. 45
48
malah terjadi pengkotak-kotakan manusia yang membuat mereka susah untuk merasakan apa yang telah dirasakan masyarakat orang banyak.46 2. Bentuk dan Sifat Interaksi Sosial Bentuk-bentuk dan sifat interaksi sosial ada tiga macam, yaitu : a. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti : 1) Kerjasama (cooperation), adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Merupakan kemampuan seseorang untuk bekerja bersama–sama dengan
orang
lain
atau
secara
kelompok
dalam
rangka
menyelesaikan suatu tugas atau kegiatan yang ditentukan sehingga mencapai daya guna yang sebesar–besarnya. 2) Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara
pribadi
pertentangan.
dan
kelompok
Akomodasi
manusia
berfungsi
untuk
meredakan
diantaranya,
meredakan
pertentangan orang perorangan atau kelompok akibat perbedaan pendapat atau kesalahpahaman, menentukan pilihan adanya kerja sama antar kelompok sosial sebagai akibat faktor–faktor sosial ekonomi psikologis dan kebudayaan atau faktor terisolasinya kehidupan oleh kondisi alam. Mengupayakan penggabungan antara kelompok–kelompok yang terpisah. 3) Asimilasi proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
46
Ibid, hlm. 392.
49
4) Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.47 b. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik, seperti : 1) Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya. 2) Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Hingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka.48 3. Macam-macam Interaksi Sosial Macam-macam interaksi sosial terbagi menjadi tiga macam, yakni:49 a. Interaksi antara individu dan individu. Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan). 47
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 28. 48 Ibid, hlm 30. 49 Hartono, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001, hlm. 237.
50
b. Interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi ini berlangsung antara seorang individu dengan sekumpulan orang atau kelompok, interaksi ini dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Interaksi yang saling menguntungkan disebut dengan simbiosis mutualisme. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisinya. c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok. Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek. C. Peran Pembinaan Akhlak dalam Berinteraksi Sosial Pembinaan berasal dari kata dasar bina yang berarti (1) proses, perbuatan, cara membina, (2) perubahan penyempurnaan, (3) usaha tindakan kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.50 Bina merupakan sebuah proses perbuatan untuk membimbing diarahkan sehingga terbentuk perubahan yang bersifat penyempurnaan. Upaya yang dilakukan berguna agar memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalaninya, untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan serta kecakapan yang sudah ada, untuk mendapat pengetahuan dan kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang sedang dijalani secara lebih efektif. 51 Pembinaan merupakan proses pembelajaran untuk merubah dari halhal yang bersifat negatif menjadi positif. Ini berarti pembinaan merupakan sebuah interaksi, dimana seseorang berperan menjadi pembina ataupun dibina. 50 51
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 152. Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, Yogyakarta: Kanisius, 2002, hlm. 12.
51
Pembinaan difungsikan sebagai penyempurnaan atas kekurangan yang dimiliki. Pembinaan dilakukan karena seseorang tidak sesuai dengan keadaan yang seharusnya. Sehingga perlu dan layak untuk dibimbing agar mendapat kecakapan baru demi kemajuan masa depan. Sebagai seorang yang beriman, kemajuan di masa depan bukan hanya menyongsong hari tua, akan tetapi juga hari akhir sebagai hari pembalasan atas apa saja yang diperbuatnya selama hidup di dunia. Setiap anak lahir dengan suatu perbekalan, yang telah diterima sebagai warisan yang telah diturunkan dari orang tua dan nenek moyangnya. Masingmasing individu memperoleh perbekalan potensi yang tidak sama. Potensi perbekalan itu harus diasah dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Potensi itu terkadang berbentuk kemampuan-kemampuan yang masih belum terwujud, yang memerlukan kesempatan dan lingkungan yang memungkinkan jalanya perkembangan yang lancar. Perkembangan yang lancar dan wajar akan menuju individu yang dewasa yang bertanggung jawab atas segala perbuatannya, dan itu semua akan mungkin tercapai apabila perkembangan tersebut diberi bimbingan.52 Apabila anak tidak diberi bimbingan dengan baik maka, bukan tidak mungkin anak akan tumbuh menjadi orang yang tidak bertanggung atas segala yang diperbuatnya, atau yang sering disebut dengan kenakalan remaja juvenile delinquency. Di Indonesia masalah-masalah kenakalan remaja dirasa telah mencapai tingkat yang cukup meresahkan bagi masyarakat. Kondisi ini memberi dorongan kuat kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap masalah ini, seperti kelompok edukatif di lingkungan sekolah, terutama keluarga dan peran masyarakat. 53 52
Singgih, D Gunarsa, Psikologi Anak Bermasalah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, hlm.
53
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hlm. 2.
112.
52
Pembinaan akhlak merupakan hal penting yang harus ditanamkan kepada anak asuh yang tidak mendapatkan pelajaran akhlak dari orang tua, mengingat generasi sekarang seolah-olah tenggelam dalam suasana dekadensi moral. Disini letak peran sentral lembaga penanganan panti asuhan yatim piatu untuk dapat menjalin komunikasi interaktif dengan anak asuh terhadap problematika yang dihadapinya. Kenakalan dan tawuran mengindisikasikan kurangnya komunikasi yang terjalin antara anak dengan orang tua atau pengasuh. Sehingga seorang anak menuruti kata hatinya tanpa ada pembinaan dari orang tua dan pengasuh. Dalam interaksi sosial suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana perilaku akhlak individu yang satu mempengaruhi perilaku akhlak yang lain.54 Pada umumnya seseorang berusaha menyesuaikan diri dengan situasi lingkungannya, baik lingkungan fisik, psikis dan spiritualnya. Menyesuaikan diri berarti mengubah diri sesuai dengan situasi lingkungan (autoplastis), tetapi juga mengubah diri sesuai dengan keinginan dirinya (aloplastis).55 Pentingnya peran pembinaan akhlak anak asuh adalah mewujudkan akhlak anak asuh baik, siap untuk berinteraksi dengan masyarakat. Anak asuh akan siap diterima dan menjadi mitra masyarakat, seperti mengajar mengaji, menjadi remaja aktif masyarakat, sebagai muadzin ataupun dai kecil yang dapat memperjuangkan dan menegakkan siar Islam, tanpa beban bahwa dia seorang anak yatim ataupun piatu. Manusia dalam konsep an-Nas adalah mahluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri, membutuhkan pergaulan antar sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan masyarakat terjadi interaksi aktif. Masyarakat juga memberi pengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan 54
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 29. 55 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, Jakarta: PT Rieneka Cipta, 2004, hlm. 56.
53
dan perilaku akhlak seseorang yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Penilaian terhadap masyarakat mengacu pada pengertian bahwa : 1. Masyarakat merupakan kumpulan individu yang terikat oleh kesatuan dari berbagai aspek seperti latar belakang budaya, agama, tradisi, lingkungan dan lain-lain. 2. Masyarakat yang terbentuk dalam keragaman adalah sebagai ketentuan dari Allah, agar dalam kehidupan terjadi interaksi sosial dalam bentuk interaksi sesama manusia yang menjadi warganya. 3. Setiap masyarakat memiliki identitas sendiri yang secara prinsip berbeda satu sama lain. 4. Masyarakat merupakan lingkungan yang dapat memberi pengaruh pada pengembangan potensi individu.56 Pernyataan bahwa Rosul merupakan sosok pemilik akhlak yang agung. Beliau menegaskan bahwa tugas utama yang diamanatkan kepada dirinya adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Membentuk suatu kehidupan masyarakat manusia yang warganya terdiri dari individu yang berakhlak mulia. Keutamaan akhlak dinilai sebagai sasaran puncak dalam Islam. Agar arah sasaran akhlak tersebut dapat dipenuhi, maka perlu dirumuskan prinsipprinsip dasar pandangan tentang akhlak yaitu : 1. Akhlak termasuk faktor yang dapat diperoleh dan dipelajari. 2. Akhlak lebih efektif dipelajari dan dibentuk melalui teladan dan pembiasaan yang baik. 3. Akhlak dipengaruhi oleh faktor waktu, tempat, situasi dan cita-cita atau pandangan hidup. Akhlak tidak selalu terpelihara. Kebaikan dan keburukan berpengaruh pada pembentukan akhlak. 4. Akhlak sejalan dengan fitrah dan akal sehat manusia yaitu cenderung kepada yang baik.
56
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2001, hlm. 85.
54
5. Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir manusia yaitu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. 6. Akhlak yang mulia, akhlakul karimah merupakan referensi dari ajaran Islam. 7. Akhlak berintikan tanggung jawab terhadap amanat Allah, sehingga dinilai berdasarkan tolak ukur yang diisyaratkan Allah dalam ajaran Islam. Akhlak diukur dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.57 Pembinaan dalam konteks ini adalah merupakan usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi anak asuh secara optimal agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat lingkungannya. Dengan kemampuan berperan atas dasar pemenuhan kewajiban dan tanggung jawab serta penghargaan atas hak-hak yang dimiliki, maka diharapkan anak asuh akan dapat menciptakan keharmonisan dan kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
57
Wiwi St Sajarah dan Sururin. Tasawuf, Jakarta: Pusat Studi Wanita, 2005, hlm. 4.
55
BAB III GAMBARAN UMUM PEMBINAAN AKHLAK ANAK ASUH DALAM BERINTERAKSI SOSIAL
A. Gambaran Umum Yayasan Peduli Anak Yaitm Piatu Al-Barokah Semarang 1. Pendirian Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Bongsari Semarang. Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Bongsari Semarang Barat berdiri awal pada tanggal 3 September 2005.58 Baru mendapatkan ijin resmi dari Pemerintah dengan notaris pada tanggal 1 Agustus 2007 dengan NPWP 02.405.018.9-503.000.59 Pada mulanya warga Kelurahan Bongsari khususnya RW IV tidak mempunyai fasilitas yang memadahi untuk melakukan aktivitas ini. Warga yang tertampung dalam jamaah Masjid al-Barokah mempunyai gagasan untuk menyantuni anak yatim piatu putus sekolah. Hal ini dikarenakan saat itu banyak anak yang mengalami disfungsi keluarga, sehingga mereka tidak dapat melanjutkan jenjang sekolah berikutnya.60 Pada saat itu Jamaah masjid al-Barokah hanya dapat menyantuni anakanak yatim piatu. Santunan ini diberikan setiap bulan selama setahun. Santunan yang diberikan hanya alakadarnya seperti peralatan mengaji dan sekolah. Akan tetapi itu cukup untuk pemicu rasa jiwa sosial di masyarakat untuk menolong para anak yang mengalami disfungsi keluarga, mengingat anggaran yang terkumpul hanya infaq sholat jum’at, iuran dari para warga dan jamaah masjid. Inisiatif membentuk sebuah panti asuhan akhirnya muncul dalam jamaah masjid, dan diputuskan untuk membentuk panitia pembangunan yayasan. Dengan dibentuknya panitia pembangunan panti asuhan diharapkan 58
Dokumnetasi Masjid al-Barokah Bongasari Semarang. Dokumentasi Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang. 60 Hasil interview dengan Supriyanto, ketua Yayasan pada tanggal 1 Mei 2011. 59
56
dapat fokus dalam pemberdayaan dan penanganan
anak yatim piatu di
kawasan kelurahan Bongsari Semarang. Prosesi terbentuknya panitia pembangunan yayasan berlangsung dalam rapat pengurus Masjid al-Barokah Semarang yang berjalan setiap bulan pada tanggal 15 dan dipilih langsung melalui voting. Ketua yang terbentuk adalah pilihan dari jamaah masjid yang dianggap mampu dalam kapasitas dan kapabilitas sebagai panitia pembangunan gedung panti asuhan. Awal mulanya Panti ini diberi nama Panti Asuhan al-Barokah. Akan tetapi dalam rapat berikutnya nama berubah menjadi Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu alBarokah Semarang.61 Pemberian nama al-Barokah di belakang disandarkan pada nama Masjid tempat rencana awal didirikanya panti asuhan yang bernama Masjid al-Barokah, sedangkan penambahan kata Peduli Anak Yatim Piatu dengan maksud agar menggugah hati para muslim untuk peduli terhadap nasib anak yatim piatu yang mengalami disfungsi keluarga, hingga tidak dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.62 Menurut bapak Usman, pada masa itu jamaah masjid al-Barokah mempunyai cita-cita yang tinggi. Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu alBarokah pertamakali didirikan diharapkan agar menjadi pengganti orang tua bagi anak-anak yang terlantar, yang disebabkan berbagai faktor antara lain : a. Anak yatim, anak piatu, dan anak yatim piatu. b. Orang tua yang melalaikan kewajibannya c. Kemiskinan yang tidak memungkinkan dapat merawat anak untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.
61
Hasil Wawancara dengan Bapak Ngatiri, Seksi Agama RW IV Kelurahan Bongsari Semarang tanggal 1 Mei 211. 62 Hasil wawancara dengan Bapak Supriyanto, ketua Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu alBarokah Semarang tanggal 27 April 2011.
57
d. Hal-hal lain yang dapat menjadikan anak tidak dapat memenuhi kebutuhan jasmani, rohani maupun sosial secara wajar. 63 2. Letak Geografis Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Berikut sekilas gambaran umum tentang letak geografis dan monografis Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang. Sebelah Timur berbatasan dengan: Kelurahan Ngemplak Simongan Semarang Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kelurahan Gisikdrono Semarang Sebelah Barat berbatasan dengan : Jalan Raya Kumudasmoro Semarang Sebelah Utara berbatasan dengan : Jalan Raya Pamularsih Semarang Nama Panti Asuhan
: Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah
Alamat Lengkap
: Jl. dr Ismangil
Akte Notaris
: 1 Agustus 2007
Forum Pembentukan
: Rapat Badan Pendiri
Dasar Operasional
: Anggaran Dasar Rumah Tangga
Sifat Organisasi / Lembaga
: Sosial Kemasyarakatan
Tujuan Organisasi
: Menegakkan Syariat Islam / membantu Pemerintah dalam menangani masalah sosial
Bidang Kegiatan
: Sosial Keagamaan
Wilayah Kegiatan
: Kota Madia Semarang
Sasaran Kegiatan
: 1. Anak yatim piatu 2. Anak Terlantar 3. Anak Putus Sekolah 4. Fakir Miskin
3. Visi dan Misi Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang Adapun visi Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang adalah menyelamatkan yatim piatu sebagai sumber daya pendidikan Islam. 63
Hasil interview dengan Bapak Usman, Takmir Masjid al-Barokah tanggal 29 April 2011.
58
Maksud dari visi tersebut adalah menolong anak yatim piatu dari putusnya pendidikan, dan membentuk mereka sebagai sumber daya bagi tegaknya nilainilai Islam. Dengan berdasarkan hal tersebut maka misi adalah sebagai berikut: a. Membantu anak yatim piatu dari himpitan ekonomi keluarga b. Menolong anak yatim piatu dari putus pendidikan c. Membekali anak yatim piatu dengan program keahlian d. Melindungi anak dengan pendidikan nilai-nilai Qur’ani e. Menyelamatkan anak yatim piatu dengan ajaran pendidikan agama.64 4. Struktur Organisasi Pengurusan Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu AlBarokah Semarang Pembina
: H. Panut Hadi Mulyono Darmin SIP
Ketua
: Supriyanto
Wakil Ketua
: Edi Subagyo
Sekretaris
: Sayoko SPd Budiyanto
Pengawas
: Suratno SH. MM Aiptu Setya Budi Aida Dwi Resyono
Bendahara
: Sutrisno Sugimen
Seksi Usaha
: H. Supriyono Rahmat Tri Wibowo Tri Wartono
Seksi Pendidikan : Drs. HM. Sahidi
64
Dokumentasi Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang.
59
Drs. HM. Suyadi Drs. M. Zainuddin Seksi Kesehatan
: dr Asmawati dr H. Supriyatna Klinik 24 jam Ibnu Sena
Humas
: Jamaah Pengajian Masjid al-Barokah Bongsari Ibu PKK RW IV Kelurahan Bongsari Semarang Barat
Pembantu Umum : Satrio Bayu Supriyanto Suryono Rayner Dedi Ibrahim Sunarto Sholichin Sugiyanto Susunan Petugas Kegiatan Harian Ustadz I
: Roni S.Ag
Ustadz II : Aan Ustadzah : Aisiah al-Khafidz Ketua Asrama Putra
: Ahmad Syaifuddin
Ketua Asrama Putri
: Nuriyah
Koord. Pendidikan Putra
: Tegar Imam Mustakim
Koord. Pendidikan Putri
: Rohmatun Inayah
Koord. Kebersihan Putra
: Muhammad Farikin
Koord. Kebersihan Putri
: Alfiatul Khalimah
Koord. Keamanan Putra
: Fungki Budi Saputro
Koord. Keamanan Putri
: Mawar Senja Elhida
Tugas dan Kewajiban Pengurus : Ustadz/Ustadzah
:
a. Memberikan pelajaran terhadap anak asuh
60
b. Memberikan bimbingan terhadap anak asuh c. Menuntun anak asuh dalam kegiatan pendidikan formal dan non formal. Ketua Asrama
:
a. Mengondisionalkan ketertiban asrama b. Menjaga dan mengawasi kantor yayasan c. Menggantikan ustadz/ustadazh bila berhalangan hadir Koordinator Pendidikan : a. Membantu ustadz/ustadazh mengajar khususnya kelas kecil b. Menyiapkan kegiatan belajar esok hari c. Mengevaluasi pelajaran setiap hari Koordinator Kebersihan : a. Merapikan ruang kantor dan asrama b. Menjaga kebersihan anak balita c. Merapikan peralatan sholat dan mengaji Koordinator Keamanan : a. Menjaga keamanan barang-barang b. Menjaga keamanan ruang asrama c. Memastikan keamanan lingkungan sekitar 5. Data Anak Asuh Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang Adapun status data anak asuh Panti Asuhan sampai dengan bulan Juni 2011 berdasarkan adalah sebagai berikut : a. Anak Yatim
: 35 %
b. Anak Piatu
: 30 %
c. Anak Yatim Piatu
: 15 %
d. Duafa
: 10 %
e. Titipan Poltabes Semarang
:5%
f. Anak tanpa identitas / gelandangan : 5 %
61
Sedangkan data anak asuh berdasarkan daerah asal dapat digolongkan sebagai berikut : a. Berasal dari Kelurahan Bongsari : 40 % b. Berasal dari Kota Semarang
: 30 %
c. Berasal dari Luar Kota Semarang : 20 % d. Berasal dari Luar Jawa
:5%
e. Anak Asuh Tanpa Identitas
:5%
Data anak asuh berdasarkan umur dan jenjang pendidikan sebagai berikut : a. Anak asuh usia Batila dan Balita
:5%
b. Anak asuh usia 5-6 tahun / PAUD
: 10 %
c. Anak asuh usia 6-12 tahun / Madrasah Ibtidaiyah
: 15 %
d. Anak asuh usia 12-15 tahun / Madrasah Tsanawiyah
: 30 %
e. Anak asuh usia 15-18 tahun / Madrasah Aliyah
: 35 %
f. Anak asuh usia > 19 tahun / Jenjang Pendidikan Tinggi : 5 % 6. Jadual Kegiatan Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang a. Kegiatan setiap hari Sholat subuh 05.00 – 05.30 : Mengaji al-Qur’an 05.30 – 06.00 : Makan pagi, persiapan sekolah 06.00 – 14.00 : Belajar di Sekolah 14.00 – 15.00 : Makan siang, istirahat 15.30 – 16.00 : Sholat ashar, belajar sekolah 16.00 – 17.30 : Bersih-bersih mandi 17.30 – 18.45 : Sholat magrib dan mengaji kitab 18.45 – 19.30 : Sholat isyak 19.30 – 20.00 : Makan malam 20.00 – 22.00 : Belajar bersama 22.00 – 05.00 : Istirahat malam / Tidur
62
b. Kegiatan keterampilan dan seni / mingguan a) Menjahit hari Rabu dan Sabtu b) Komputer hari Jum’at dan Minggu c) Musik hari Senin d) Sablon hari Sabtu c. Kegiatan khusus / liburan sekolah
B.
a) Khutbah / khitobah
: Rabu
b) Yasin dan Tahlil
: Kamis
c) Berjanji / maulid diba’
: Minggu
d) Fasholatan
: Jum’at
e) Rebana
: Selasa
f) Outbound / Wisata Realigi
: Liburan panjang sekolah65
Proses Pembinaan Akhlak Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu Al-Barokah Semarang. Proses pembinaan Akhlak di Panti Asuhan al-Barokah mengalami berbagai tahapan seperti berikut ini: 1. Konflik Anak Asuh Konflik anak asuh mendapatkan perhatian awal dalam proses pembinaan. Dengan adanya koflik berarti anak asuh perlu bantuan untuk dibina agar dapat menyelesaikan konflik yang dihadapinya. Diantara kemungkinan penyebab terjadinya konflik di Panti Asuhan yang dapat mengakibatkan kekurang harmonisan antara anak asuh, menurut Syaifudin dan Nuriyah adalah sebagai berikut : Peneliti
: Apakah ada masalah yang dihadapi oleh anak asuh?
Syaifudin : Masalah yang dihadapi biasanya disebabkan oleh berbagai hal seperti: Prasangka buruk, untuk itu para ustadz berusaha mengajarkan anak untuk berprasangka baik kepada setiap orang. 65
Daftar Jadwal Kegiatan Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang.
63
Kesalahpahaman, anak asuh diberikan pengertian bahwa menolong dan membantu sesama haruslah dilandaskan karena ibadah, hanya mengharap pahala dari sisi Allah, bukan karena semata-mata ingin mendapat imbalan. Peneliti
: Adakah sifat atau kepribadian anak asuh yang dapat mengakibatkan adanya konflik masalah di Panti Asuhan?
Syaifudin : Sifat yang menjadi sebab konflik di Panti antara lain, keras kepala / egois, mementingkan diri sendiri, tidak mau mengindahkan nasehat orang lain. Seorang anak asuh diajarkan untuk saling tenggang rasa terhadap temannya, sifat keras kepala dan egois harus dihilangkan, kehidupan di Panti Asuhan berarti kehidupan berkelompok yang saling mengerti baik suasana senang ataupun duka. Agar tidak mudah tersinggung, para ustadz mengajarkan anak asuh mengenai berjiwa besar, dan tata cara menata hati agar perasaan tidak mudah tersinggung dapat tertanam dalam hati. 66 Peneliti
: Konflik atau masalah yang dihadapi anak asuh yang besar seperti apa?
Nuriyah
: Konflik yang dihadapi bermacam-macam, akan tetapi anak asuh yang besar biasanya mempunyai konflik perbedaan interpretasi. Anak asuh yang duduk dibangku Tsanawi dengan Aliyah memiliki cara pandangan berbeda. Anak asuh yang dianggap mampu berkembang dengan baik dapat menghasilkan interpretasi tentang apa yang dipelajarinya. Apa bila terjadi perbedaan interpretasi maka akan dibimbing para ustadz untuk menemukan pemecahan masalah dan diambil mana yang lebih
66
Hasil wawancara dengan Syaifuddin pada Hari Minggu tanggal 22 Mei 2011.
64
bermanfaat. Sehingga konflik tidak terus menerus terjadi pada anak asuh. Peneliti
: Apakah ada perbedaan antara anak yang balita dengan yang sudah remaja?
Syaifudin : Konflik yang terjadi akibat perbedaan kepentingan dan kebutuhan. Kepentingan yang berbeda dapat menjadikan konflik bagi anak asuh, dan dapat menyebabkan mereka merasa tidak nyaman tinggal di Panti Asuhan. Anak asuh balita mungkin hanya butuh mainan, sedangkan yang remaja biasanya berupa peralatan sekolah. Untuk itu diambil langkah beberapa hari untuk mengevalusi anak asuh, apakah mereka masih dalam kebutuhan yang sama. Jika tidak, maka kebutuhan mereka akan segera dipersiapkan oleh pihak Panti Asuhan sesuai dengan proporsinya masing-masing.67 2. Sifat Pembinaan Akhlak Anak Asuh Untuk mengetahui sifat pembinaan akhlak anak asuh, peneliti menginterview ustadz Roni dengan hasil sebagai berikut : Peneliti
: Menurut ustadz Roni bagaimana keadaan perilaku akhlak anak asuh pertama kali masuk di sini?
Ustadz Roni : Keadaan anak pertama kali masuk sangat beragam, ada yang baik, ramah, akan tetapi mayoritas mereka mempunyai sifat yang buruk seperti penampilan kumuh dan kotor, tidak bisa diatur, dan yang paling menjengkelkan adalah bandel, dan nakal. Tidak jarang mereka berkelahi dengan teman sepanti. Saya juga menyadari mereka berasal dari beragam lingkungan keluarga. Ada yang berasal dari keluarga baik-baik, adapula dari
67
Hasil wawancara dengan Nuriyah pada Hari Minggu tanggal 22 Mei 2011.
65
keluarga yang cerai-berai, bahkan ada pula yang berasal dari anak jalanan. Peneliti
: Bagaimana upaya pembinaan akhlak anak asuh di Panti Asuhan ini, agar mereka dapat merubah perilaku akhlak yang buruk tersebut?
Ustadz Roni : Sebetulnya tugas membina anak itu sangat berat. Mengingat anak asuh berasal dari berbagai latar belakang yang berbedabeda. Saya sempat putus asa mendidik akhlak anak asuh, berhubung saya jalani semua dengan ibadah, akhirnya anakanak sedikit berubah perilakunya. Upaya yang pernah saya lakukan antara lain : sifat pencegahan, sifat pengembangan, sifat penyembuhan, dan sifat pemeliharaan. Peneliti
: Bisa tolong digambarkan tentang bagaimana masing-masing sifat tersebut?
Ustadz Roni : Sifat pencegahan, yaitu pemberian bantuan kepada anak asuh pada saat menghadapi permasalahan serius agar menghadapi dengan permasalahan tersebut dengan rileks dan santai. Hal ini dimaksudkan
agar
tercipta
suasana
yang
menyenangkan
dilingkungan Panti Asuhan. Sifat pengembangan, yaitu usaha atau bantuan yang diberikan kepada anak asuh dengan mengikuti perkembangan mentalnya. Hal ini dimaksudkan untuk memantapkan jalan dan pola pikir anak asuh agar berkembang secara optimal. Sifat penyembuhan, yaitu usaha bantuan yang diberikan kepada anak asuh selama anak asuh mengalami kesulitan serius. Hal ini dimaksudkan agar anak asuh merasa terbebas dari masalah tersebut.
66
Sifat pemeliharaan, yaitu usaha bantuan yang diberikan untuk memupuk dan mempertahankan hasil-hasil positif dari proses pembinaan terhadap anak asuh. Hal ini dimaksudkan agar anak asuh dapat menciptakan dan berkarya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Peneliti : Dari usaha pembinaan tersebut apakah anak asuh mengalami perubahan perilaku akhlak yang bagus? Ustadz Roni : Kalau perubahan secara drastis memang mustahil, tapi setidaknya mereka dapat sedikit demi sedikit merubah perilaku buruk akhlaknya, seperti mulai menaati perintah dan aturan yang berlaku di Panti Asuhan.68 3. Rencana Pelaksanaan Program Pembinaan Akhlak Untuk
mengetahui
bagaimana
rencana
pelaksanaan
program
pembinaan akhlak, peneliti mewawancarai ustadz Misbah dengan hasil sebagai berikut : Peneliti : Apakah ada program khusus yang diterapkan Panti untuk membina akhlak anak asuh yang berakhlak buruk? Ustadz Misbah : Program pembinaan yang dilakukan sebetulnya menyesuaikan anak asuh, tergantung dari umur dan seberapakah mereka berakhlak buruk di lingkungan Panti. Kalau anak yang masih kecil kita anggap wajar, cukup dinasehati. Untuk anak yang lebih dewasa ditegur dan dikasih hukuman yang mendidik. Peneliti : Apakah mudah membina akhlak anak asuh, seperti apa usaha yang dilakukan agar pembinaan ini terjadi kondusif? Ustadz Misbah : Untuk membina anak yang berakhlak buruk tentunya mempunyai kendala dan tidak mudah seperti yang dibayangkan, karena pembinaan berhubungan dengan sikap dan perilaku. 68
Hasil interview dengan ustadz Roni pada hari Kamis tanggal 19 Mei 2005.
67
Perilaku seorang anak asuh terbentuk dari segala aspek latar belakang keluarga dan kepribadiannya yang unik dan ruwet. Ada anak yang mudah untuk dididik dan adapula yang mempunyai watak bandel dan nakal. Selain itu, pelaksanaan pembinaan harus dilakukan seseorang yang memiliki keahlian dalam bidang pembinaan dan sanggup bekerjasama dengan teman serta dapat mempergunakan sumber-sumber media yang berguna bagi proses pembinaan. Peneliti : Bagaimanakah usaha pertama kali untuk membina akhlak anak asuh tersebut? Ustadz Misbah : Perlu dikenal dan difahami karakteristik perbedaan akhlak anak asuh satu dengan yang lain, sehingga dapat diberikan pembinaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak asuh yang dibina. Anak perempuan tentunya dibina dengan cara yang lebih halus daripada laki-laki. Peneliti : Bagaimana menurut ustadz tentang proses pembinaan akhlak anak asuh? Ustadz Misbah : Pembinaan merupakan proses membentuk anak asuh agar dapat menolong dirinya sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Seorang anak dilatih untuk dapat memahami masalah yang menimpanya, kemudian menelaah untuk diambil keputusan bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut. Peneliti : Bagaimana cara yang dilakukan agar pembinaan akhlak anak dapat diterima anak asuh, sehingga anak asuh merasa nyaman dengan pembinaan tersebut? Ustadz Misbah : Pembinaan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan anak asuh. Kalau masalah yang dihadapi di lingkungan sekolah berarti cara penyelesaiannya juga di sekolah, begitu juga dengan masalah di masyarakat.
68
Peneliti : Apakah ada evaluasi tentang keberhasilan proses pembinaan akhlak anak asuh? Ustadz Misbah : Proses pembinaan harus dinilai dan dievaluasi secara berkala untuk mengetahui sejauh mana hasil yang dicapai, dan mengetahui apakah pelaksanaan pembinaan telah sesuai dengan rencana semula atau belum. Peneliti : Seperti apakah kriteria program pembinaan akhlak anak yang diterapkan di Panti ini? Ustadz Misbah : Program pembinaan harus sesuai dengan program Panti Asuhan dan menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak dan tidak melanggar ajaran agama Islam.69 4. Materi Pembinaan Akhlak Anak Asuh Untuk mengetahun tentang materi pembinaan anak asuh di Panti Asuhan al-Barokah peneliti mewawancarai para ustadz dengan hasil sebagai berikut : Peneliti : Seperti apa materi atau buku dan kitab-kitab khusus yang membahas pembinaan akhlak pada anak asuh di Panti Asuhan ini? Ustadz Roni : Buku atau kitab yang digunakan sebenarnya menyesuaikan dengan pelajaran di Sekolah formal. Hanya saja buku di Sekolah formal dipelajari ulang dalam belajar besama di Panti Asuhan. Peneliti
: Bisa tolong berikan penjelasan mengenai kitab yang dipelajari aanak asuh berkaitan dengan pembelajaran pembinaan akhlak anak asuh?
69
Hasil interview dengan ustadz Roni pada hari Selasa 10 Mei 2011.
69
Ustadz Roni : dalam rangka membentuk akhlak anak asuh, saya menggunakan buku / kitab karangannya Muhammad Ibn Shalih yang berjudul Makarimul Akhlak.
! "#$ %&'( )* Materi yang ada dalam kitab tersebut antara lain yaitu : Al-Khuluq
(bentuk
mufrad/tunggal
berartiperangai atau kelakuan, yakni
dari
kata
akhlaq
-pent)
sebagaimana yang diungkapkan
oleh para ulama:" Gambaran batin seseorang ". Karena pada dasarnya manusia itu mempunyai dua gambaran : 1. Gambaran zhahir (luar): Yaitu bentuk penciptaan yang telah Allah jadikan padanya sebuah tubuh. Dan gambaran zhahir tersebut di antaranya ada yang indah dan bagus, ada yang jelek dan buruk, dan ada pula yang berada pada pertengahan di antara keduanya atau biasa-biasa saja. 2. Gambaran batin (dalam): Yaitu suatu keadaan yang melekat kokoh dalam jiwa, yang keluar darinya, perbuatan-perbuatan, baik yang terpuji maupun yang buruk (yang dapat dilakukan) tanpa berfikir atau kerja otak. Dan gambaran ini juga ada yang baik jika memang keluar dari akhlaq yang baik, dan ada pula yang buruk jika keluar dari akhlaq yang buruk. Inilah yang kemudian disebut dengan nama "khuluq" atau akhlaq. Jadi, khuluq atau akhlaq adalah gambaran batin yang telah ditetapkan pada seseorang. Dan wajib bagi setiap muslim untuk berperilaku dengan akhlaq yang mulia ini. Karena, sesuatu yang berharga dari tiap-tiap benda merupakan sesuatu yang baik dari benda tersebut, dan di antaranya adalah
perkataan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kepada Mu'adz bin Jabal:
70
م+إياك وكرائم أموا ”…dan hati-hatilah dari harta-harta mereka yang berharga, yakni ketika Nabi memerintahkannya untuk mengambil zakat dari penduduk kota Yaman. Maka, setiap orang harus berusaha agar hati atau gambaran batinnya menjadi mulia. Sehingga ia mencintai kemuliaan dan keberanian, juga mencintai sifat santun dan kesabaran. Ketika bertemu
dengan
sesama
hendaknya ia menampakkan wajah yang berseri-seri, hati yang lapang, dan jiwa yang tenang. Dan semua sifat-sifat di atas merupakan bagian dari akhlaq yang mulia. Telah bersabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
,-$' ./0123 ,456 0 7 893
Sallam:
“Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaqnya. Kesempurnaan Syari'at Islam Ditinjau Dari Sisi Akhlaqnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa di antara
salah
satu
tujuan
dari
diutusnya
beliau
adalah
untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
م مكارم األخالق:إ;ا بعثت أل
“Sesungguhnya
aku
diutus tidak
lain
hanyalah
untuk
menyempurnakan akhlaq yang mulia.” Akhlaq Mulia Antara Sifat Alami Dan Usaha Sebagaimana akhlaq merupakan sebuah tabiat atau ketetapan asli, akhlaq juga bisa diperoleh atau diupayakan dengan jalan berusaha. Maksudnya, bahwa seorang manusia sebagaimana telah ditetapkan padanya akhlaq yang baik dan bagus, sesungguhnya memungkinkan juga baginya untuk berperilaku dengan akhlaq yang baik dengan jalan berusaha dan
71
berupaya untuk membiasakannya. Untuk itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepada Asyajj 'Abdul Qais:
4(< .$= : /?@ -$A BC D6 "Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allah sukai; sifat santun dan tidak tergesa-gesa". Ia berkata:
/$E F$?G )3 , I-$J D-$' K3 ,
”Wahai Rasulullah, Apakah kedua akhlaq tersebut merupakan hasil usahaku, atau Allah-kah yang telah menetapkan keduanya padaku?” Beliau menjawab:
/$E B$?G 8
"Allahlah yang telah mengaruniakan keduanya padamu". Kemudian ia berkata: < /?@ -$' L$E F$?G MN = ”Segala puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlaq yang dicintai oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya”. Maka, hal ini menunjukan bahwa akhlaq terpuji dan mulia bisa berupa perilaku alami (yakni karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya) dan juga dapat berupa sifat yang dapat diusahakan atau diupayakan. Akan tetapi, tidak diragukan lagi bahwa sifat yang alami tentu lebih baik dari sifat yang diusahakan. Karena akhlaq yang baik jika bersifat alami akan menjadi perangai dan kebiasaan bagi seseorang. Ia tidak membutuhkan sikap berlebih-lebihan dalam membiasakannya. Juga tidak membutuhkan tenaga dan kesulitan dalam menghadirkannya. Akan tetapi, ini adalah karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Ia diberikan kepada seorang hamba yang dikehendaki oleh-Nya.
72
Berakhlak mulia dalam bermuamalah dengan Allah. Berakhlaq mulia dalam bermuamalah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala mencakup tiga perkara: a. Mengambil kabar-kabar dari Allah dengan cara membenarkannya. b. Mengambil hukum-hukum Allah dengan cara melaksanakan dan menerapkannya. c. Menerima takdir baik dan buruk-Nya dengan penuh sabar dan ridha. Di atas tiga perkara inilah poros berputarnya sikap akhlaq yang baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.70 5. Cara Pembinaan Akhlak Adapun cara pembinaan akhlak anak asuh di Panti Asuhan ini, peneliti mewawancarai pengurus Panti Asuhan. Peneliti
: Bagaimana cara pengurus agar anak asuh mudah dalam memahami proses pembinaan?
Suryono
: Usaha dari pengurus agar anak asuh mudah memahami adalah dengan memberikan pengertian secara jelas. Anak asuh dijelaskan mengenai dampak dari suatu perbuatan. Anak asuh yang berakhlak buruk diberi pengertian tentang akibat yang akan terjadi.
Peneliti
: Seperti apa perilaku yang harus dicontohkan anak asuh?
Suryono
: Perilaku yang dicontoh adalah perilaku yang diterapkan dan dibiasakan pada setiap aktivitas sehari-hari, seperti menata pakaian sendiri, berbicara sopan santun, dan lain sebagainya.71
70 71
Hasil interview dengan ustadz Roni pada hari Kamis 30 Juni 2011. Hasil interview dengan Suryono pengurus Panti pada hari Selasa 10 Mei 2011.
73
6. Tujuan Pembinaan Akhlak Anak Asuh Untuk mendapatkan tujuan pembinaan anak asuh di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang peneliti mewawancarai Ustadz Aan dengan hasil sebagai berikut : Peneliti
: Apakah tujuan pembinaan akhlak anak di Panti ini?
Ustadz Aan : Tujuan dari pada pembinaan akhlak anak asuh di Panti Asuhan ini antara lain, membantu anak asuh dalam mencapai kebahagiaan hidup, membantu anak asuh dalam mencapai hidup bersama dengan anak asuh yang lain, membantu anak asuh dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang dimilikinya. Peneliti
: Apakah ada tujuan pembinaan akhlak anak asuh yang difokuskan dalam berinteraksi dengan masyarakat?
Ustadz Aan : Tujuan dalam kaitannya dengan masyarakat antara lain membantu anak asuh dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat. Membantu menghidupkan rasa tanggung
jawab
anak
asuh
akan
dapat
menciptakan
keharmonisan dan kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Peneliti
: Apakah ustadz optimis tujuan tersebut dapat terwujud?
Ustadz Aan : Manusia hanya mempunyai rencana, sedangkan kejadian merupakan kehendak Tuhan. Untuk itu saya selaku ustadz hanya bisa berikhtiar berusaha untuk mendidik anak asuh. Semoga saja dapat terwujud demi kehidupan masa mendatang bagi anak asuh.72 Kegiatan Pokok Pembinaan dimaksudkan agar menjadi perhatian utama dalam membina akhlak anak asuh agar sesuai dengan perencanaan di 72
Hasil interview dengan ustadz Aan pada hari Kamis 12 Mei 2011.
74
Panti Asuhan. Dalam hal kegiatan pokok pembinaan anak asuh sesuai dengan hasil interview dengan ustadzah Aisyah sebagai berikut : Peneliti
: Apa usaha awal untuk dapat membina akhlak di Panti ini?
Ustadzah Aisyah : Usaha awal yang dilakukan untuk membinan anak adalah pengumpulan data tentang identitas diri anak asuh dan lingkungannya. Dimaksudkan pengumpulan data dalam rangka program pembinaan adalah usaha untuk memperoleh keterangan sebanyak-banyaknya
tentang
diri
anak
asuh
beserta
lingkungannya. Data ini antara lain sejarah anak asuh, kesehatannya, cita-cita dan keinginanya. Sedangkan data lingkungan anak asuh meliputi hal-hal antara lain lingkungan keluarga anak asuh, lingkungan teman sebaya, kesempatan pendidikan dan lain sebagainya. Peneliti
: Seperti apakah program pokok pembinaan akhlak di Panti Asuhan ini?
Ustadzah Aisyah : Program pokok pembinaan akhlak di Panti ini seperti, pelayanan penyuluhan anak asuh. Penyuluhan ini mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada suatu ketika dan membantu anak asuh dalam mengubah dirinya menuju kedewasaan dan pengarahan diri. Peneliti
: Adakah langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan tersebut?
Ustadzah Aisyah : Langkah yang dilakukan dalam penyuluhan anak beragam diantaranya yaitu : Menentukan masalah yang dihadapi oleh anak asuh, membentuk kondisi yang paling sesuai dengan situasi anak asuh, memilih cara yang tepat untuk dipergunakan dalam penyuluhan pembinaan akhlak, mendorong anak asuh untuk
menyatakan
perasaan
yang
dihadapi,
membantu
75
menjelaskan masalah
yang dihadapi, mengatur susunan
permasalahan dan hubungan satu dengan yang lainnya.73 Sementara itu untuk mendapatkan informasi mengenai dampak terhadap akhlak anak asuh sebelum dan sesudah tinggal di Panti peneliti mewawancarai beberapa anak asuh sebagai berikut : Peneliti
: Berapa lama kamu tinggal di Panti ini, apa yang kamu rasakan sebelum dan sesudah kamu tinggal disini?
Sari
: Saya tinggal selama 2,5 tahun. Saya merasakan ada perubahan dalam diri. Dahulu saya sering manja terhadap orang tua, terutama ayah. Setelah kepergiannya, saya sempat shock dan pingsan, serasa hidup berat karena ditinggal ayah. Akan tetapi setelah disini saya merasa menjadi seorang mandiri. Ternyata saya dapat hidup tegar walau tanpa kehadiran seorang ayah.
Siti
: Saya tinggal selama 1,5 tahun. Sebelum masuk ke Panti ini saya seorang yang jarang bergaul. Setelah tinggal teman saya bertambah banyak. Mulai dari teman sekolah hingga teman waktu pengajian di Masjid.
Idun
: Saya sudah tinggal selama 3 tahun, dahulu saya belum bisa membaca al-Qur’an. Setelah disini saya bisa membaca alQur’an dan mengaji setiap sore. Bahkan dahulu saya belum bisa salat, tidak mengetahui tentang tata caranya berwudhu. Saya senang bisa mengaji disini, padahal orang tua saya tidak bisa mengaji, ataupun mengenal huruf arab / hijaiyah, yang dikenal hanya huruf Indonesia saja.
Acha
: Dahulu sebelum saya masuk kesini, saya anak yang bandel, jarang mandi, waktu hanya dibuat untuk bermain-main. Setelah
73
Hasil interview dengan Suryono pengurus Panti pada hari Selasa 10 Mei 2011.
76
saya tinggal selama 3 tahun, akhirnya saya menjadi mengerti apa arti kebersihan diri. Menjaga kebersihan untuk kesehatan. Ida
: Saya merupakan anak sulung dari 3 bersaudara. Dahulu sebelum masuk saya bersikap cuek dengan adek saya. Meski mereka merengek-rengek meminta sesuatu tidak saya berikan. Setelah saya tinggal di Panti selama 4 tahun. Akhirnya saya dapat memahami arti saudara bagi kehidupanku. Saya tambah sayang terhadap saudara-saudaraku.
Inayah
: Saya sebelum ke Panti adalah murid tamatan Madrasah Tsanawiyah sebuah Pondok Pesantren. Di sekolah hanya bergaul dengan teman perempuan saja. Akan tetapi setelah melanjutkan ke Panti ini saya dapat bergaul dengan berbagai teman termasuk laki-laki. Dahulu saya berfikiran bahwa lakilaki orangnya tidak baik untuk berteman. Setelah di Panti ini selama 2 tahun saya menyadari arti pentingnya persahabatan. Persahabatan sebagai seorang anak asuh yang saling membantu dalam kondisi apapun.74
C.
Program Pembinaan Akhlak Anak Asuh dalam Berinteraksi Sosial dengan Masyarakat Pengurus Panti berupaya agar anak asuhnya berakhlak dengan baik dan dapat berinteraksi dengan masyarakat. Akhlak anak asuh dapat dilihat dengan perilakunya selama di asrama Panti Asuhan. Peneliti mewawancarai beberapa orang untuk mendapatkan gambaran bagaimana interaksi sosial di asrama Panti.
74
Hasil interview dengan Segenap Anak Asuh Panti Asuhan pada hari Kamis 26 Mei 2011.
77
Program Interaksi Sosial dengan Masyarakat yang berupa hubungan interaksi antara anak asuh dengan masyarakat sekitar. Adapun programprogram tersebut sebagai berikut : 1. Muadzin Muadzin merupakan petugas pelengkap khotib saat berkhotbah pada sholat jum’ah. Muadzin merupakan kewajiban dalam sholat jum’ah. Anak asuh diberikan peran sebagai muadzin dalam sholat jum’ah di masjid al-Barokah. Untuk menjadi seorang muadzin diperlukan kecakapan khusus yaitu percaya diri dan hafal kalimah saat sholat jum’ah. Bila seseorang hafal akan tetapi tidak memiliki kemampuan khusus berupa kepercayaan diri maka yang akan terjadi adalah kekacauan seperti rasa grogi, psimis, gagap dan yang lebih fatal adalah lupa apa yang harus dilafal dan diucapkan. Peneliti mewawancarai saudara Tegar sebagai berikut : Peneliti
: Apakah kamu mempunyai persiapan khusus untuk menjadi muadzin dalam sholat Jum’at?
Tegar
: Saya mempersiapkan diri dengan latihan, seperti menghafalkan kalimat, dan berkonsentrasi saat berbicara di hadapan jamaah sholat.
Peneliti
: Apa yang kamu rasakan saat menjadi muadzin pertama kali?
Tegar
: Saya merasa senang dapat menjalankan amanat menjadi muadzin pada sholat jum’ah, meskipun hanya sekali dalam sebulan itu cukup bagi saya untuk ikut berperan dalam menegakkan syariat agama Islam. Sholat jum’ah merupakan media untuk menambah ilmu pengetahuan. Saya merasa mendapatkan tambahan ilmu saat memegang mikrofon, berjuta-juta perasaan bergejolak seperti perasaan was-was bila mengecewakan Panti Asuhan, bila sampai salah atau
78
lupa, karena ini merupakan pertama kalinya saya berdiri di hadapan banyak audien jamaah. Dalam hati terasa ini adalah tugas mulia sebagai
agen penerus tegaknya pilar-pilar
Islam. Peneliti
: Apa harapan kamu sebagai anak asuh Panti Asuhan?
Tegar
: Harapan saya, mudah-mudahan semua anak Panti seperti saya dapat membantu dan bermanfaat bagi masyarakat terutama masyarakat muslim.75
Untuk mendapatkan keterangan mengenai akhlak anak asuh dalam berinteraksi dengan masyarakat, peneliti mewawancarai beberapa anggota masyarakat. Peneliti : Apa tanggapan Bapak mengenai anak Panti yang dapat membantu dalam kegiatan shalat Jum’ah di Masjid? Bapak Sholeh : Pada masa sekarang ini banyak anak remaja masjid, akan tetapi sangat kecil untuk mendapat seorang remaja yang berperan aktif dapat membantu kegiatan keagamaan seperti muadzin pada sholat jum’ah. Anak remaja pada umumnya hanya mengikuti kegiatan kecil di Masjid yang hanya senang dengan kegiatan hilir mudik acara anak remaja. Terlebih daerah ini merupakan kota bukan di desa yang masih kental kegiatan agama, dan mudah mencari remaja yang dapat membantu kegiatan dakwah. Peniliti : Bagaimana perasaan Bapak ketika melihat anak asuh dapat berdiri menjadi muadzin dalam sholat Jum’ah. Bapak Sholeh : Kami selaku jamaah masjid merasa terharu dan bangga dengan anak panti asuhan al-Barokah. Meski mereka terbatas dengan kasih sayang orang tua akan tetapi mereka
75
Hasil interview dengan Tegar Imam Mustakim pada hari Minggu tanggal 1 Mei 2011.
79
dapat berperan aktif membantu terlaksananya sholat jum’ah di masjid al-Barokah.76 2. Rebana Rebana
merupakan
kegiatan
kelompok
musik
Islam
menggunakan alat-alat tradisional yang dapat menghasilkan musik yang indah. Di masjid al-Barokah ini terdapat dua kelompok rebana yaitu kelompok pertama merupakan kelompok rebana anak dan remaja, dan kelompok kedua adalah kelompok ibu-ibu PKK jamah masjid. Semuanya mempunyai organisasi peran dan aktivitas sendirisendiri. Kelompok ibu-ibu merupakan kelompok yang diikuti anggota anak asuh. Peneliti : Bagaimana perasaanmu dapat membantu Ibu-ibu untuk kegiatan rebana? Fungki : Saya merasa senang dapat membantu ibu-ibu dalam latihan rebana sehari-hari. Sampai saya hafal jadwal latihan karena setiap kali latihan saya membantu menyiapkan peralatan rebana. Peneliti : Apa yang kamu lakukan untuk membantu para Ibu-ibu saat latihan rebana? Fungki : Saya membantu mulai dari mengangkati peralatan sampai dengan pemasangan mikrofon. Meskipun saya hanya bisa membantu menyiapkan alat-alat, tetapi ini cukup bagi saya untuk ikut meramaikan suasana latihan. Saya ikhlas membantu terlebih saat saya melihat ibu-ibu keberatan mengangkat bedug, seolah-olah mereka adalah orang tua yang harus saya bantu.77 76
Hasil interview dengan Bapak Sholeh jamah majid al-Barokah pada hari Senin tanggal 2 Mei
77
Hasil interview dengan Fungki Budi Saputro pada hari Senin tanggal 2 Mei 2011.
2011.
80
Peneliti juga mewawancarai ketua rebana Ibu-ibu. Peneliti : Apa yang menjadi latar belakang Ibu mengadakan rebana? Ibu Widodo : Kami adalah ibu-ibu rumah tangga, waktu kami banyak yang luang. Daripada ngerumpi lebih baik membentuk group rebana. Akhirnya kami memutuskan untuk membeli peralatan dan menyiapkan anggota. Hitung-hitung sebagai aktivitas dan mengusir kejenuhan. Peneliti : Bagaimana tanggapan ibu, mengenai anak asuh Panti Asuhan yang membantu pelaksanaan rebana? Ibu Widodo : Waktu kami latihan ada mas Fungki yang datang membantu menyiapkan peralatan, soalnya peralatannya berat, terkadang mikrofonnya tidak mau bunyi. Kami ucapkan terima kasih pada anak asuh mudah-mudahan kebaikan hatinya dapat terus langgeng sampai dengan dewasa.78 3. Barzanji dengan Remaja Masjid Dalam rangka cinta kepada nabi remaja masjid mengadakan barzanji pada minggu malam sesudah isyak. Kegiatan barzanji didampingi oleh bapak-bapak jamaah masjid. Dengan barzanji diharapkan kelak kita dapat diakui sebagai umat nabi Muhammad dan mendapat syafaatnya. Dalam hal ini peneliti mewawancarai Alfiatul. Peneliti : Apa yang dapat kamu pelajari dari barzanji? Alfiatul : Barzanji merupakan kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan ini merupakan ajang berkumpul dan silaturahmi antara anak remaja masjid dengan anak asuh panti asuhan. Kita dapat bertukar pikiran mengenai pelajaran dan pengalaman hidup masing-masing. Pendidikan formal yang berbeda-beda dapat 78
Hasil interview dengan ibu Widodo ketua rebana masjdi al-Barokah pada hari senin tanggal 2 Mei 2011.
81
menyebabkan pengalaman berbeda-beda. Anak asuh berasal dari pendidikan madrasah sedangkan anak remaja masjid berasal dari beragam pendidikan seperti umum dan kejuruan.79 Peneliti juga mewawancari ketua remaja Masjid Peneliti : Bagaimana tanggapan kamu mengenai anak asuh yang mengikuti kegiatan barzanji di Masjid. Aziz : Remaja masjid senang dengan anak asuh panti asuhan untuk ikut barzanji di masjid al-Barokah. Dengan adanya mereka berarti ini memacu semangat kita untuk belajar dan beribadah. Mereka yang terbatas saja dapat membagi waktu dengan baik, tentunya kita sebagai remaja masjid tidak boleh kalah dalam bidang prestasi. Dalam pergaulan mereka juga ramah dan menyenangkan, sopan santun dan kasih sayang.80 4. Taman Pendidikan Qur’an Dalam rangka membumikan al-Quran, maka sejak dini anak harus diajarkan mengenal al-Qur’an. Dengan al-Qur’an Allah telah member dorongan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang akan membawa kemajuan umat. Kelurahan Bongsari juga mempunyai Taman Pendidikan Qur’an al-Barokah yang berdiri sebelas tahun yang lalu. Kepala TPQ mengambil anak asuh Panti asuhan untuk dapat membantu mengajar di kelas. Dalam hal ini peneliti mewawancarai Ni’mah anak asuh yang mengajar di TPQ. Peneliti
79
: Bagaimana perasaanmu dapat mengajar di TPQ?
Hasil interview dengan Alfiatul Khalimah pada hari Selasa tanggal 3 Mei 2011. Hasil interview dengan Muhammad Aziz Munir ketua remaja masjid al-Barokah pada hari Rabu tanggal 4 Mei 2011. 80
82
Ni’ma
: Saya merasa senang dapat mengajar di TPQ dengan ini berarti saya telah mengamalkan ilmu yang saya peroleh. Meskipun ilmu yang bisa saya amalkan hanya sedikit, mudah-mudahan apa yang saya ajarkan dapat bermanfaat bagi anak didik dan mendapat ridho pahala dari sisi Allah.81 Peneliti juga mewawancarai ketua TPQ.
Peneliti
: Bagaimana tanggapan anda mengenai anak asuh Panti Asuhan yang dapat membantu mengajar di TPQ?
Sholichin : Dengan adanya anak asuh panti asuhan sangat membantu kegiatan TPQ terutama kegiatan belajar mengajar di kelas, mengingat ustadz TPQ terbatas. Apabila ada ustadz yang berhalangan hadir anak asuh dapat membantu mengajar di kelas. Para ustadz banyak yang berhalangan hadir seperti bekerja dan mengurus rumah tangga. Dengan didampingi anak asuh panti asuhan, anak didik menjadi lebih disiplin dan tertib mengaji.82 5. Yasin dan Tahlil Kegiatan Yasin dan Tahlil dilaksanakan setiap kamis malam jum’at. Kegiatan ini bertujuan mengirim do’a kepada keluarga mereka yang sudah meninggal, dan mengenalkan cara bertahlil atau bertawasul yang baik kepada anak asuh dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara berikut : Wawancara dengan anak Panti Peneliti
: Berapa kali seminggu kegiatan tahlil ini dilakukan?
Farikhin : Kegiatan Tahlil dan Yasin dilakukan seminggu sekali pada hari kamis malam. 81
Hasil interview dengan Ni'ma Muhammadah pada hari Rabu tanggal 4 Mei 2011. Hasil interview dengan Sholichin Kepala TPQ al-Barokah Semarang pada hari Rabu tanggal 4 Mei 2011. 82
83
Peneliti Farikhin
: Bagaimana tanggapanmu tentang kegiatan ini? :Setelah mengikuti kegiatan ini, saya merasa dapat mengetahui cara melaksanakan Yasin dan Tahlil dengan baik dan benar.83 Wawancara dengan masyarakat
Peneliti
: Adakah manfaat kegiatan ini bagi Bapak?
Bapak Giono : Dengan mengikuti kegiatan Yasin dan Tahlil, saya dapat mengirim do’a kepada keluarga minimal dua kali seminggu. Pertama saat di pemakaman, kedua di majlis ini, terkadang kalau sempat saya tahlil sendiri di rumah. Peneliti
: Bagaimana tanggapan Bapak mengenai kegiatan ini?
Bapak Giono : Setelah mengikuti kegiatan ini, saya merasa dapat mengetahui cara mendo’akan keluarga dengan membaca Yasin dan Tahlil yang baik.84 Peneliti
: Bagaimana harapan Bapak terhadap anak asuh di Panti Asuhan al-Barokah ini agar kelak mereka dapat menjalankan masa depan mereka masing-masing?
Bapak Giono : Saya hanya bisa berdo’a bagi mereka mudah-mudah dapat belajar dengan baik, dan dapat meraih kesuksesan di masa yang akan datang. Mereka menjadi orang yang besar yang dapat memimpin dan menjadi pelopor kemakmuran rakyat, walaupun belajar dengan peralatan yang seadanya.
83 84
Hasil interview dengan Farikhin pada hari Rabu tanggal 18 Mei 2011. Hasil interview dengan Bapak Giono pada hari Rabu tanggal 18 Mei 2011.
84
BAB IV ANALISIS
A. Analisis Metode dan Proses Pembinaan Akhlak Anak Asuh di Panti Asuhan al-Barokah Sebagaimana yang telah tertera dalam bab I bahwa tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk dan peran pembinaan akhlak anak asuh terhadap interaksi sosial dengan masyarakat di Panti Asuhan alBarokah Semarang. Untuk itu, penulisan skripsi ini sesuai dengan metode yang digunakan yaitu menggunakan tehnik pendekatan studi kasus, data yang terkumpul dianalisis dengan metode analisis diskriptif kualitatif. Melepaskan diri dari kebiasaan buruk yang telah lama dijalani bukanlah hal yang mudah bagi sebagian anak asuh. Maka dari itu hal yang paling baik adalah dilakukan dengan cara merubah akhlak secara bertahap. Bangsa Arab pra-Islam memiliki beberapa kebiasaan buruk yang sudah mendarah daging dalam perilakunya, dan tidak mudah pada masa awal dakwah Islam untuk meminta kaum muslimin melepaskan diri dari sebagian kebiasaan buruk yang mereka kenal sejak lama. Oleh karena itu, Islam dalam menghilangkan kebiasaan buruk tersebut menggunakan dua metode.85 Metode yang pertama adalah menunda terapi dengan menghilangkan kebiasaan tersebut sampai keimanan tertanam kuat dalam hati kaum muslimin. Dengan keimanan yang kuat bisa dimanfaatkan sebagai motivasi yang kuat untuk mempermudah proses pelepasan diri dari kebiasaan buruk, dan mempermudah kebiasaan baru sebagai gantinya. Mereka menjadi siap untuk mengubah perilaku, akhlak, kebiasaan, pemikiran dan aturan hidup mereka secara total. Mereka juga siap menerima ayat-ayat al-Qur’an, yang melarang kebiasaan yang sebelumnya banyak mereka lakukan. Seperti pertama kali kaum muslimin mengenal Islam
85
Muhammad Utsman Najati, Psikologi Qur’ani, Surakarta: Aulia Press Solo, 2007, hlm. 222.
85
mereka belum siap untuk meninggalkan khamr dan riba, akan tetapi setelah keimanan tertanam kuat dalam hati, maka menjadi motivasi mereka meninggalkan khamr demi taat kepada Allah dan Rasulnya. Metode yang kedua yang digunakan al-Qur’an dalam mengobati kaum muslimin dari kebiasaan buruk adalah dengan melatih mereka secara bertahap, hal itu dilakukan dengan proses pembentukan bertahap respon pembanding atau respon yang ingin dihilangkan. Al-Qur’an pada mulanya membuat orang membenci dan menjauhi minuman keras tanpa mengharamkan secara total, kemudian secara berangsur-angsur mengharamkannya secara penuh. Dengan menyebutkan pertama bahwa bahaya yang ditimbulkan minuman keras lebih banyak daripada manfaat yang bisa diambil. Kemudian diperintahkan untuk melarang mereka salat dalam keadaan mabuk yang dapat menyebabkan salah dalam membaca al-Qur’an.86 Adapun metode yang digunakan dalam mendidik akhlak anak asuh di Panti Asuhan al-Barokah menurut peneliti antara lain : g. Metode Uswah (teladan) Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku anak asuh yang lebih dewasa, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, dan tidak berbohong. ©!$# t x.sŒuρ t ÅzFψ$# tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ö tƒ tβ%x. yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9 #ZÏVx. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.(QS al-Ahzab / 33 : 21) 86
Ibid, hlm 223.
86
Dalam diri Rasulullah adalah sebaik-baiknya akhlak, yang paling sempurna untuk dijadikan sebagai panutan, sebagai suri teladan yang wajib untuk diikuti akhlaknya. Dengan meniru akhlak Rasul, maka Allah akan memberikan rahmat kepada orang-orang yang menirunya. Anak asuh yang berakhlak baik akan dipilih untuk menjadi panutan bagi anak asuh lain. Mereka yang berakhlak buruk akan diberi pengertian bahwa, perilaku akhlak mereka tidak baik dan harus mengikuti anak asuh yang berakhlak baik. Kebaikan dari metode ini adalah anak akan dapat mudah meniru perbuatan temannya. Anak seolah-olah lebih mudah menerima pelajaran pembinaan akhlak dengan meniru temannya, dari pada harus mengikuti teori yang diajarkan oleh ustadz ataupun pengurus panti asuhan. Dengan meniru berarti anak lebih mudah menangkap pelajaran, mana sikap yang seharusnya diikuti dan mana sikap yang harus ditinggalkan. Kelemahan dan sisi negatif dari metode teladan ini adalah anak asuh yang berakhlak buruk cenderung sulit menerima kenyataan. Karena dia harus meniru perilaku akhlak dari temannya, seolah-olah dia dipaksakan untuk bisa menjadi orang lain. Hal ini akan mengakibatkan anak merasa dibedabedakan. Untuk itu peran ustadz sangat besar dalam menjelaskan kepada anak asuh mengenai pentingnya meniru akhlak yang baik. Selanjutnya diperlukan ustadz atau anak asuh yang mempunyai akhlak yang baik agar dapat ditiru dan dicontoh oleh anak asuh yang lain. h. Metode Ta’widiyah (pembiasaan) Pembiasaan dilakukan dengan cara melakukan kegiatan rutin yang sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan pribadi dibentuk dengan mengembangkan potensi dasar yang
87
ada padanya. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia. Aktivitas yang dilakukan anak asuh diantaranya adalah terbiasa bangun pagi, rajin dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan makan teratur, terbiasa membaca al-Qur’an dan Asma ul-husna, salat berjamaah di masjid dan mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang tepat untuk meningkatkan anak asuh. Menurut peneliti sisi positif dari metode pembinaan akhlak seperti ini adalah materi pembinaan akhlak akan melekat erat pada kepribadian anak asuh, karena mereka sudah terbiasa dengan perilaku dan sikap untuk berakhlak baik. Sikap yang biasanya tidak dilakukan dilingkungan keluarga, sekarang dilakukan di lingkungan Panti Asuhan. Dahulu jarang salat berjamaah sekarang wajib salat berjamaah, dahulu di rumah tidak disiplin, sekarang di lingkungan Panti diwajibkan untuk disiplin dalam menaati segala peraturan. Keuntungan lain yang dapat digunakan dalam metode pembiasaan ini adalah pembinaan dilakukan secara bersama-sama. Seluruh anak asuh ikut dilibatkan dalam pembinaan berupa pembiasaan dalam kehidupan seharihari. Dengan dilakukannya secara bersama-sama, maka anak asuh akan cepat berubah ke sifat lebih baik. Mereka merasa senang, karena dilakukan secara serentak dan ramai-ramai. Tanpa disadari oleh anak asuh kebisaan akhlak mereka berubah dari lingkungan keluarga menjadi taat dan patuh terhadap peraturan yang diterapkan oleh Panti Asuhan. Sisi negatif dari metode pembinaan ini adalah dibutuhkan waktu lama untuk membina akhlak anak. Karena kebiasaan harus dilakukan secara terus menerus. Kebiasaan itu harus dijalankan setiap hari, padahal di lingkungan panti menerapkan hari merah sebagai hari libur. Kebiasaan yang sudah berjalan akhirnya harus sedikit terkikis dengan diberlakukannya hari libur.
88
Selain itu metode pembinaan kebiasaan ini juga memerlukan pengawasan yang ketat. Seorang ustadz harus mengawasi secara total dan menyeluruh terhadap perilaku dan gerak-gerik anak asuh. Apabila tidak diawasi, dapat menimbulkan anak asuh tidak tertib dalam menjalankan aktifitas keseharian. Sedikit saja ustadz tidak mengawasi, maka hal ini akan menjadi peluang anak asuh untuk dapat bermalas-malasan. i. Metode Mauid̩ zah (nasehat) Kata mauid̩ zah yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut. Aplikasi metode nasehat, diantaranya nasehat yang dilakukan adalah, nasehat tentang keimanan, peraturan-peraturan yang baik. Anak asuh yang bandel dan nakal diatasi dengan diberi pengarahan akan akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya. ÏπuΗxqö uΚø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# zÏΒ tβ%x. ¢ΟèO Dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang (QS.alBalad / 90 : 17) Dengan metode ini anak asuh akan diberi nasehat, seperti apa seharusnya mereka berbuat dan berperilaku. Jangan sampai perilaku akhlak mereka semakin buruk tanpa pengawasan. Nasehat yang diterapkan harus bertahap dimulai dari hal yang paling kecil sampai paling besar. Cara penyampaian nasehatpun harus dilakukan dengan hati-hati menggunakan tutur bahasa yang lembut dan halus. Jangan sampai anak asuh merasa dilukai hatinya. Sisi positif dari metode ini adalah pengurus atau ustadz lebih mudah dalam membina anak asuh, cukup dengan perkataan yang bermakna untuk membangun
kesadaran anak asuh agar berakhlak dengan baik. Dengan
metode nasihat ini, anak asuh dapat merasakan sesungguhnya mereka diperhatikan oleh ustadz dan pengurus. Anak asuh dapat mengerti, mengapa
89
dia tidak boleh untuk melakukan perbuatan buruk dan mengapa dianjurkan untuk berbuat kebaikan. Sedangkan sisi negatif dari pembinaan metode ini adalah diperlukan waktu berulang-ulang untuk menasehati anak asuh. Karena metode nasehat ini terkadang tidak bertahan lama. Anak asuh kebanyakan hanya mendengarkan kemudian lupa lagi atas apa yang sudah dinasehatkan kepada mereka. Sedangkan analisis pelaksanaan pembinaan akhlak anak asuh di Panti Asuhan al-Barokah Semarang meliputi hal-hal berikut : 1. Pembinaan melayani semua anak asuh. Dengan kata lain tidak hanya melayani anak asuh yang bermasalah saja, akan tetapi seluruh anak asuh di Panti Asuhan. 2. Pembinaan membantu anak asuh membuat perencanaan dan mengambil keputusan yang harus dilakukan. 3. Pembinaan dikembangkan secara berangsur-angsur dengan melibatkan semua pengurus panti asuhan dalam merencanakannya. 4. Proses pembinaan akhlak berlangsung sejalan dengan proses penilaian diri, baik tentang program itu sendiri maupun tentang kemajuan anak asuh yang dibina. 5. Pembinaan anak asuh difokuskan pada kesiapan anak asuh untuk dapat membaur dan berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Untuk memperlancar pelaksanaan pembinaan akhlak anak asuh di Panti al-Barokah, maka perlu direncanakan lebih khusus program bimbingan akhlak anak asuh yaitu : 1. Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri anak asuh dalam kemajuan di Panti Asuhan. 2. Mengembangkan pengetahuan tentang dunia kerja, kesempatan kerja serta tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja tertentu.
90
3. Mewujudkan potensi yang dimiliki anak asuh dalam dirinya dengan informasi tentang dirinya. Untuk mengetahui seberapa besar pembinaan akhlak anak asuh, maka dapat dilihat dari sifat anak saat belum datang ke Panti Asuhan. Sifat anak asuh sebelum masuk ke Panti Asuhan al-Barokah yang perlu dibina antara lain : 1. Malas Sifat malas dialami seorang anak yang baru masuk di panti asuhan. Mereka memiliki sifat ini dikarenakan saat berada di rumah mereka tidak didik dan diberi latihan untuk melakukan kegiatan sehingga mereka cenderung bermalas-malasan. Anak asuh yang malas-malasan akan diberi jumlah aktifitas yang lebih daripada anak asuh yang lain. Seperti menyapu lantai, merawat anak yang kecil, menjaga kantor, mengawasi barang dagangan, dan lain sebagainya. 2. Jorok Jorok merupakan sifat yang dibawa oleh anak asuh yang baru masuk panti asuhan. Mereka jorok biasanya karena keadaan seadanya. Latar belakang ekonomi yang lemah membuat mereka berpenampilan apa adanya, tidak memperhatikan kerapian, kebersihan pakaian dan diri mereka. Anak yang jorok akan diberikan pembinaan arti kebersihan dan bahayanya bagi kesehatan. Mereka diberi pemahaman tentang thoharoh, bersih-bersih, menjaga diri, pakaian dan tempat tinggal dari segala kotoran dan najis. Anak asuh yang jorok akan dihukum tidak diberi uang saku, jajan, ataupun pakaian-pakain yang baru. 3. Bandel Anak dengan sifat bandel merupakan ujian yang berat bagi pengurus panti asuhan. Meskipun sudah berkali-kali dibina dan didik
91
dalam panti asuhan ternyata sifat ini tidak mudah hilang. Susah untuk diatur, diperlukan waktu untuk membinanya. Anak dengan sifat ini diberikan contoh hidup dengan sifat akhlak yang baik. Untuk itu diperlukan sifat sabar dan telaten dalam membina akhlak anak seperti ini. Perlu hukuman khusus bagi anak dengan sifat ini seperti pengurangan uang saku, atau hukuman berat lain. 4. Agresif Seorang anak yang mempunyai sifat agresif dalam mempunyai kebiasaan yang proaktif. Anak asuh yang mempunyai sifat ini biasanya tidak mau mengalah, dia memaksakan kehendak, meminta sesuatu barang tanpa melihat kemampuan, bahkan ada yang merampas barang milik anak asuh lain. Anak asuh yang mempunyai sifat ini, dibina dengan cara dinasehati pentingnya bertenggangrasa, saling menyayangi, memberi kesempatan pada yang lain. Bila mereka tidak merubah sifat agresif biasanya diberi hukuman yang berkelanjutan, seperti membersihkan kamar mandi mencuci pakaian, tidak diberi mainan dan lain sebagainya. 5. Pemarah Sifat marah ditunjukan oleh anak dengan mudah tersingguh, bila dinasehati menganggap itu dimarahi. Anak semacam ini biasanya mudah mengamuk dan pada akhirnya akan menangis bila tidak dapat terwujud apa yang diinginkannya. Untuk membina anak seperti ini dilakukan dengan cara ditegur dengan keras, ditekan kemudian dengan cara halus. Bila masih marah maka dihukum dengan lebih intensif. 6. Anarki Anak seperti ini diakibatkan oleh berbagai faktor seperti lingkungan dulu tinggal sebelum masuk panti asuhan, sifat terlalu dimanja. Mereka pada awalnya marah karena sesuatu hal, seperti tidak tercapainya
92
kehendak. Anak seperti ini di Panti asuhan al-Barokah menjadi penanganan tersendiri bagi pembinaan anak asuh. Anak ini akan didik dengan cara dihukum terdahulu, setelah berjanji tidak akan mengulangi, maka dia akan diberi nasehat dengan cara halus dan diberi penghargaan seperti pujian, pemberian mainan dan lain sebagainya. 7. Pendiam Pendiam merupakan sifat anak yang tidak mampu berinteraksi dengan temannya. Mereka seolah-olah tidak dapat mengeksplor dirinya. Mereka hanya mampu berinteraksi dengan teman yang dianggap nyaman dengan dirinya, dengan kata lain mereka tidak dapat berinteraksi dengan temannya secara umum. Anak asuh dengan sifat seperti ini diberikan penjelasan dengan halus, diberi pengertian dan dilatih berbicara di depan teman-temanya. Anak asuh pendiam biasanya mencurahkan perasaan terhadap seseorang yang dianggap nyaman. Untuk itu seorang ustadz atau pembina diharapkan dapat menjadi teman sahabat bagi anak asuhnya. 8. Pemalu Anak pemalu mempunyai bentuk interaksi tertutup, dia tidak berani mengungkapkan perasaan yang ada dihatinya. Sifat pemalu terlihat dalam perilaku setiap harinya. Anak dengan sifat pemalu akan dimotifasi dengan potensi yang dimilikinya. Sehingga sifat pemalu lambat laun akan hilang karena sadar akan potensi yang dimilikinya tidak dimiliki oleh orang lain. Sifat pemalu di Panti asuhan akan dibina dengan berbagai tindakan seperti, diperintah untuk menyiapkan peralatan bagi ustadz, menyiapkan hidangan pada tamu, melayani bila ada pembeli, dan segala kegiatan yang melatih mental anak asuh. 9. Murung
93
Sifat inilah yang membuat anak sulit untuk belajar dan berinteraksi dengan baik. Dia akan sulit untuk menerima pelajaran, dan sulit berinteraksi dengan temannya terlebih berkomunikasi dengan masyarakat. Sifat ini bila terbawa terus-menerus dapat berakibat fatal yang tidak dapat menjalani hidup bermasyarakat. TABEL ANAK ASUH DENGAN SIFAT TERTENTU No Nama
Umur
Sifat Buruk
Status
1
Ahmad Syaifuddin
20
Pemalu, Malas
Yatim
2
Muhammad Farikin
19
Anarkis, Pendiam
Yatim
3
Tegar Imam Mustakim
18
Malas, Pemalu
Yatim
4
Ni’ma Muhammadah
20
Pendiam, Jorok
Duafa
5
Mawar Senja Elhida
17
Pemalu, Pendiam
Duafa
6
Alfiatul Khalimah
17
Pemalu, Malas
Yatim
7
Rohmatun Inayah
18
Agresif, Pemarah
Yatim
8
Slamet Sri Rejeki
18
Pendiam, Pemalu
Yatim
9
Fungki Budi Saputro
19
Agresif, Pemarah
Yatim
10
Siti Asrofiyah
17
Pendiam, Pemalu
Duafa
B. Analisis Interaksi Sosial Anak Asuh di Panti Asuhan al-Barokah Agar dapat menjalankan kehidupan di masyarakat, maka seorang anak asuh di Panti Asuhan harus mempunyai bekal kepercayaan diri yang kuat. Kepercayaan diri tumbuh dari kelompok sosial yaitu kelompok panti asuhan.
94
Dengan proses pembinaan akhlak
anak asuh akan dibina dengan latihan
berakhlak secara baik. Apa bila anak asuh berakhlak buruk dilingkungan Panti, maka dia tidak akan bisa berinteraksi dengan baik terhadap temannya dilingkungan Panti, yang nanti akan berkelanjutan dengan tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Menurut peneliti faktor penyebab akhlak anak asuh buruk sebelum tinggal di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya pemahaman tentang agama Pemahaman terhadap ajaran agama merupakan kunci utama mencapai kebahagiaan hidup. Anak asuh diajarkan dengan pengetahuan agama dapat memberikan pondasi agar mereka mengetahui mana yang baik dan buruk. Sebelum mereka masuh di Panti asuhan al-Barokah, mereka berasal dari lingkungan pendidikan yang berbeda seperti sekolah kejuruan dimana mereka mendapatkan sedikit sekali pelajaran agama. 2. Faktor Ekonomi Seorang anak yang berasal dari ekonomi rendah tentunya mempengaruhi pembentukan karakter sifat. Dengan pendapatan rendah para orang tua, tidak jarang mengajak anak-anak mereka untuk membantu mencari pendapatan keluarga yang berujung terlantarnya pendidikan anak. Anak asuh yang berasal dari keluarga seperti ini di dalam panti asuhan mempunyai sifat agresif, pemalu dan pemarah. 3. Kurangnya Kasih Sayang Keluarga Kasih sayang merupakan kebutuhan mutlak semua anak. Terlebih kasih sayang kedua orang tua mereka. Anak asuh yang kurang kasih sayang berakibat sering nakal dan anarki. Di panti asuhan alBarokah anak dengan sifat tersebut cenderung di jauhi temannya.
95
4. Akibat Lingkungan Pergaulan Bebas Pergaulan bebas yang terjadi di usia anak menjadi penentu karakter perkembangannya. Anak asuh yang berasal dari pergaulan bebas merupakan anak yang cenderung bersifat nakal.
Dibutuhkan
tahap lama untuk memperbaiki akhlaknya. Dengan hidup di lingkungan panti asuhan diharapkan dapat mampu memperbaiki akhlaknya. Faktor tersebut dapat membuat keadaan akhlak anak menjadi buruk. Yang pada akhirnya dapat menyebabkan sifat buruk terbawa dalam lingkungan panti asuhan seperti malas, jorok, agresif, pemarah, anarki, pendiam, pemalu dan murung. Dengan pembinaan akhlak yang tepat diharapkan sifat-sifat tersebut dapat terkontrol dan akhirnya anak asuh dapat menjalankan peran kehidupan bermasyarakat dengan baik. Sedangkan menurut peneliti faktor penyebab akhlak anak asuh baik sesudah tinggal di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah adalah sebagai berikut : 1. Pengurus mengetahui dengan baik sifat dan karakter anak asuh Dengan mengerti akan sifat, dan karakter berarti para ustadz atau pengurus dapat menempatkan diri dengan anak asuh. Dengan bermodalkan identitas anak asuh, setidaknya pengurus atau ustadz mengerti latar belakang anak asuh, dan dapat mengambil situasi yang tepat kapan harus memberi pembinaan akhlak, agar anak asuh dapat menerima dan memahaminya. 2. Metode pembinaan akhlak anak asuh yang tepat Metode yang digunakan haruslah sesuai dengan karakter anak asuh. Karakter anak asuh yang nakal tentunya berbeda dengan anak penurut. Dengan menggunakan metode pembinaan akhlak yang tepat menjadikan pembinaan tersebut efektif bagi perkembangan akhlak anak asuh. Anak yang berakhlak baik akan mendapatkan pujian atau imbalan, sedangkan anak yang berakhlak buruk mendapatkan cerca dan hukuman.
96
3. Adanya anak asuh yang dapat dijadikan teladan di Panti Asuhan Sehubungan dengan
metode pembinaan akhlak dengan metode
peneladanan, berarti harus ada figur yang dapat dijadikan contoh panutan bagi anak asuh yang lain. Dengan adanya beberapa anak asuh yang sudah baik akhlaknya di Panti Asuhan al-Barokah, maka dapat dijadikah simbol panutan bagi anak asuh yang lain untuk belajar dan menirunya. 4. Usaha pembinaan akhlak anak asuh dilakukan secara terus menerus Pembinaan akhlak dilakukan dengan terus-menerus, dimana setiap asrama laki-laki dan perempuan didampingi ustadz masing-masing. Sehingga perkembangan akhlak anak asuh dapat diawasi secara langsung oleh usatadznya masing-masing. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang peneliti lakukan dengan para pengurus, pengasuh, pembina dan anak asuh Panti Asuhan alBarokah. Program pembinaan akhlak anak asuh terdapat beberapa hal yang dapat dikatagorikan sebagai berikut : 1. Kasih Sayang Kasih sayang adalah perasaan kasih / perasaan sayang, sayang, cinta, suka.87 Dengan demikian, kasih sayang adalah munculnya perasaan menyukai dan mencintai sesama. Allah juga memerintahkan untuk saling mencintai terhadap orang-orang yang beriman. ÏπuΗxqö uΚø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# zÏΒ tβ%x. ¢ΟèO Dan Dia (tidak pula) Termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang (QS.al-Balad / 90 : 17). Dijelaskan bahwa sebagai seorang muslim yang
beriman
diwajibkan untuk saling mengingatkan dan bersabar, terlebih juga di perintahkan untuk berkasih sayang terhadap orang-orang yang beriman.
87
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 512.
97
Bila kita tidak mempunyai perasaan kasih sayang, maka kita juga tidak diikutkan ke dalam golongan orang-orang yang beriman. #ZÉó|¹ ’ÎΤ$u‹−/u‘ $yϑx. $yϑßγ÷Ηxqö‘$# Éb>§‘ ≅è%uρ Ïπyϑôm§ 9$# zÏΒ ÉeΑ—%!$# yy$uΖy_ $yϑßγs9 ôÙÏ-÷z$#uρ
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS al-Isra’ / 17 : 24) Setiap orang beriman juga dianjurkan untuk merendahkan diri kepada kedua orang tua. Rendah diri dengan penuh kasih sayang, berkasih sayang untuk memintakan ampunan kepada Allah, sebagaimana kedua orang tua yang telah mengasihi dan mendidik anaknya. Berdasarkan hasil wawancara di Panti Asuhan al-Barokah rasa kasih sayang telah ditanamkan kepada anak-anak sejak mereka masuk di tempat ini. Para pengasuh mengajarkan agar anak-anak saling menyayangi sesamanya, harus saling mengasihi, tidak boleh ada rasa saling membenci dan permusuhan. Untuk dapat hidup dengan rukun, anak-anak diwajibkan untuk memeliki rasa kasih sayang, anak yang besar menyayangi yang kecil, dan yang kecil menghormati yang besar. Rasa mengasihi ini dapat diwujudkan dengan memberi perhatian, seperti menjaga kebersihan pakaian anak asuh balita, memperhatikan pelajaran sekolah adik kelas, menjaga kedisiplinan. Dengan kasih sayang seorang anak dapat menyukai sesama anak asuh lain dan memberikan bantuan dengan rasa ikhlas tanpa adanya paksaan atau pamrih.88 Kasih sayang harus ditanamkan sedini mungkin terhadap anak asuh. Dengan kasih sayang, anak akan berinteraksi sebagaimana mereka berinteraksi layaknya dalam sebuah keluarga. Kasih sayang membentuk kepribadian anak asuh untuk dapat membantu temannya dalam segala 88
Hasil interview dengan ustadz Roni pada hari Senin tanggal 2 Mei 2011.
98
hal, seperti saling membantu pekerjaan, bekerjasama dan saling menjaga. Sedangkan kasih sayang ini dapat diterapkan dengan cara mengajarkan mereka arti kasih sayang, tanpa harus membenci, apabila ada yang bersalah harus ditegur dan diingatkan. Ditegur bukan berarti kita tidak sayang kepada mereka, akan tetapi justru dengan teguran itulah kita menunjukkan kasih sayang kepada mereka.89 Menurut Muhammad Farikhin, kasih sayang dapat dia rasakan saat pertama kali masuk dan tinggal di Panti Asuhan. Dia merasa mendapatkan kasih sayang dari ustadz, pimpinan dan pengurus Panti. Meskipun kasih sayang yang dia rasakan tidak sebesar orang tuanya sendiri, akan tetapi ini lebih dari cukup untuk membuat dia kerasan dan nyaman tingggal di sini. Kasih sayang dipraktikan dengan tidak membeda-bedakan dalam berbagai hal terhadap para anak asuh, kasih sayang dianggap wajar bila sesuai proporsional.90 2. Kejujuran Kejujuran artinya ketulusan hati.91 Kejujuran adalah suatu kondisi dimana seseorang mengungkapkan apa adanya, dan adanya kesamaan antara apa yang menjadi suara hati nurani dengan lisan dan perbuatannya.92 Allah memerintahkan kepada hambanya untuk berbuat jujur. šχ%x. z≈sÜø‹¤±9$# ¨βÎ) 4 öΝæηuΖ÷Dt/ éøu”∴tƒ z≈sÜø‹¤±9$# ¨βÎ) 4 ß|¡ômr& }‘Ïδ ÉL©9$# (#θä9θà)tƒ “ÏŠ$t7ÏèÏj9 ≅è%uρ $YΖDÎ7•Β #xρ߉tã Ç≈|¡ΣM∼Ï9 Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan
89
Hasil interview dengan ustadz Aan pada hari Sabtu 30 April 2011. Hasil Interview dengan M. Farikhin pada hari Sabtu 30 April 2011. 91 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, hlm.479. 92 Adiwarman. Sosiologi dan Antropologi, Bandung: PT al-Ma’arif, 2005, hlm. 65. 90
99
itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS Al Israa' / 17 : 53)
: .$T $E P L$ P OR O : O 0E P QR S1 P ?E E [ [ [ d [ ^[_ a[ /` Z eX ` [ [ d [ .*U `X$EX 8U GU WVP OPU YXXZ XTX \V[ 0X]P ^ X d P cV fXC e ` ` X _ a` /` XZ bV P cV _TX bP X [ [ [ [ [ [ [ N*X PT .9U V [_T l-` P X 0`E mXg`* h k d P iWVjX XgXZ TX eU U ` X
X N*X P cV fXC k X X ` X X U V 2X eX ` [ [ [ [ [ [ [ [[ k X N*X P iWVjX Xg TX k U N`*X 8U GU WVP OPU YXXZ XTX R[ V0P ^ X _ a /` XZ RX` nU oU P cV _TX R` nU oU P ^ X _ i /X
. .$1 pPTR lPN9 [P X 0`E[ m X Xg`*U hV 2X Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada surga. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta” (HR Muslim) Dalam hadis ini mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam perkataan, maka akan menjadi karakternya dan barang siapa sengaja berdusta dan berusaha untuk dusta, maka dusta akan menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk. Hadis diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka. Diwajibkan
untuk
berkata
sesuai
dengan
kenyataan.
Diperintahkan untuk berbicara dengan benar, orang beriman juga diperintahkan untuk menjauhi syetan. Karena syetan senantiasa berdusta dan menimbulkan perselisihan. Sedangkan syetan adalah musuh yang nyata bagi orang beriman.
100
ßxÎ=≈¢Á9$# ã≅yϑyèø9$#uρ Ü=Íh‹©Ü9$# ÞΟÎ=s3ø9$# ߉yèóÁtƒ ϵø‹s9Î) 4 $·è‹ÏΗsd äο¢•Ïèø9$# ¬Tsù n﨓Ïèø9$# ߉ƒÌ ムtβ%x. tΒ â‘θç7tƒ uθèδ y7Íׯ≈s9'ρé& ã õ3tΒuρ ( Ó‰ƒÏ‰x© Ò>#x‹tã öΝçλm; ÏN$t↔ÍhŠ¡¡9$# tβρã ä3ôϑtƒ zƒÏ%©!$#uρ 4 …çµãèsùö tƒ Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, Maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik93 dan amal yang saleh dinaikkan-Nya94. dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. dan rencana jahat mereka akan hancur.(QS Faathir / 35 : 10) Allah juga menjanjikan kemuliaan bagi orang yang berkata baik, kemuliaan dan pahala akan diberikan kepada orang-orang yang berkata jujur sesuai dengan kenyataan. Dan orang-orang berkata buruk dan merencanakan kejahatan sesungguhnya mereka akan dihancurkan-Nya dengan adzab yang keras dan pedih. Kita juga diperintahkan untuk mengikuti perkataan dan ajakan yang benar. Kita juga dibekali akal untuk dapat berfikir menentukan ajaran dan perkataan yang benar. Jujur harus ditanamkan pada setiap anak asuh. Mereke harus jujur terutama dalam dirinya sendiri. Jujur untuk mengatakan apa yang menjadi kenyataan. Berani bertanggung jawab atas apa yang diperbuat. Bila mereka berbuat baik, maka akan mendapatkan ganjaran atau pahala, sedang bila mereka berbuat kesalahan, maka akan mendapat hukuman atau dosa. Seorang anak yang tidak berani mengatakan jujur jutru perasaan tersebut akan membuatnya gelisah. Kejujuran merupakan bekal awal kesuksesan, dengan kejujuran seseorang akan mencapai kemuliaan. Hal itu yang selama ini kami senantiasa jaga dan awasi. Agar anak asuh taat dan jujur kami sering melakukan tindakan seperti memberi amanat kepada mereka, tugas yang harus dikerjakan, bahkan kami mengecek keberadaan mereka di sekolah. 93
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Perkataan yang baik itu ialah kalimat tauhid Yaitu laa ilaa ha illallaah; dan ada pula yang mengatakan zikir kepada Allah dan ada pula yang mengatakan semua Perkataan yang baik yang diucapkan karena Allah. 94 Maksudnya ialah bahwa Perkataan baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya pahala.
101
Meskipun jujur tidak dapat dijamin. Akan tetapi kejujuran anak pasti dapat kita nilai. Seseorang anak yang terlihat gaduh dan gelisah biasanya menimbulkan indikasi yang tidak baik, bisa saja dia tidak jujur atau melakukan kesalahan dalam bertindak.95 3. Sopan Santun Sopan santun adalah budi pekerti yang baik, tata krama, peradaban.96 Sopan santun adalah sikap atau perilaku yang mengandung nilai baik, buruk, pantas dan tidak pantas atau kepatutan yang berlaku universal di dalam suatu masyarkat.97 Allah juga memerintahkan untuk beretika sopan santun. (#θä9$s% šχθè=Îγ≈yfø9$# ãΝßγt6sÛ%s{ #sŒÎ)uρ $ZΡöθyδ ÇÚö‘F{$# ’n?tã tβθà±ôϑtƒ šÏ%©!$# Ç≈uΗ÷q§ 9$# ߊ$t7Ïãuρ $Vϑ≈n=y™ Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.(QS Al Furqaan / 25 : 63) ÎÏϑptø:$# ßNöθ|Ás9 ÏN≡uθô¹F{$# t s3Ρr& ¨βÎ) 4 y7Ï?öθ|¹ ÏΒ ôÙàÒøî$#uρ šÍ‹ô±tΒ ’Îû ô‰ÅÁø%$#uρ Dan sederhanalah kamu dalam berjalan98 dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS Luqman / 31 : 19) Pada waktu sedang berjalan orang beriman diperintahkan untuk mensederhanakan dan melunakkan suara dengan suara yang baik. Dan digambarkan bahwa suara yang buruk adalah suara keledai. Dijelaskan dalam sebuah hadis. Dari Abu Hurairah, Rasullulah bersabda : orang yang berkendaraan harus uluk salam lebih dahulu kepada yang berjalan kaki, dan yang berjalan kaki hendaklah uluk salam 95
Hasil interview dengan ustadzh Aisyah pada hari Kamis 27 April 2011. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 1084. 97 Salman Sumadiningrat, Filsafat Etika, Jakarta: PT Gunung Agung, 2004, hlm. 121. 98 Maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah terlampau cepat dan jangan pula terlalu lambat. 96
102
terlebih dahulu kepada orang yang telah duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak. (HR. Bukhari dan Muslim). Dari Abu Umamah Rasullulah bersabda, manusia yang paling baik di sisi Allah adalah yang mau mendahului uluk salam kepada temannya. (HR Abu Daud). Sopan santun ditanamkan kepada anak asuh dan berlaku kepada siapa saja, misalnya terhadap teman tidak bersikap sombong, terhadap orang yang lebih tua harus menghormati dan patuh terhadap perintahnya. Anak panti harus taat dan patuh terhadap perintah pengasuh dan guru, harus melaksanakan apa yang harus dinasehatkan. Keramahtamahan harus diajarkan kepada anak agar mereka dapat berinteraksi dengan lingkungan masyarakat.99 Sopan santun diajarkan kepada anak asuh dengan berbagai cara diantaranya : menjelaskan langsung bagaimana cara berperilaku sopan dan berbicara santun, dimulai dari bertemu dan mengucap salam. Melatih dengan memberi contoh yang baik, berjabat tangan bila berbicara kepada orang tua merunduk dan memperhatikan. Menegur dan menghukum bila melanggar aturan sopan santun seperti, berbicara kasar, kotor dan lain sebagainya. Sopan santun tidak mudah untuk diterapkan, membutuhkan waktu yang lama dan panjang untuk dapat menerapkannya kedalam kepribadian anak asuh. Untuk itu seorang pengasuh harus dituntut waspada terhadap perilaku dan gerak-gerik anak asuh. Sekali saja mereka melakukan kesalahan melanggar sopan berarti menunjukkan indikasi belum terpatri dalam jiwa anak asuh. Bisa jadi kesalahan tersebut akan berulang dan menimbulkan kesalahan lain.100
99
Hasil interview dengan ustadz Aan pada hari Sabtu 30 April 2011. Hasil interview dengan ustadz Roni pada hari senin tanggal 2 Mei 2011.
100
103
4. Persahabatan Persahabatan adalah perihal selaku sahabat, perhubungan selaku sahabat.101 Persahabatan adalah suatu ikatan atau jalinan antara seorang manusia dengan manusia lainnya yang di dalamnya ada ikatan batin, solidaritas, saling menghargai dan mau berkorban untuk kepentingan sahabat sebagai kawan.102 4 ×π|¹$|Áyz öΝÍκÍ5 tβ%x. öθs9uρ öΝÍκŦà-Ρr& #’n?tã šχρã ÏO÷σãƒuρ
Bahkan mereka mengutamakan setia kawan daripada pribadinya, sekalipun mereka sendiri tengah menderita kelaparan. (QS al-Hasyr / 59 : 9) Digambarkan bahwa seorang sahabat adalah setia kepada kawannya daripada dirinya sendiri. Meskipun dirinya sendiri berada ditengah kelaparan. Makanan yang seharusnya dapat dia nikmati, harus diberikan kepada sahabatnya. Padahal dia sendiri sedang dalam keadaan lapar. ߉ƒÌ çΡ Ÿω «!$# ϵô_uθÏ9 ö/ä3ãΚÏèôÜçΡ $oÿ©ςÎ)
#·Å™r&uρ $VϑŠÏKtƒuρ $YΖŠÅ3ó¡ÏΒ ÏµÎm7ãm 4’n?tã tΠ$yè©Ü9$# tβθßϑÏèôÜãƒuρ #·‘θä3ä© Ÿωuρ [!#t“y_ óΟä3ΖÏΒ
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan, mereka berkata “Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.(QS al-Insaan / 76 : 8-9) Dijelaskan pula bahwa dalam memberi makanan tersebut berupa makanan yang disenangi, bukan makanan yang tidak enak kemudian diberikan. Makanan diberikan kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan. Dan tidak lain mereka berniat memberikan makanan hanyalah untuk mengharap ridho Allah semata. Sedangkan mereka tidak mengharap balasan dan ucapan terima kasih dari orang yang diberinya. 101 102
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006, Cet 3 hlm. 1084. Tirtodiningrat, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, hlm. 76.
104
Di panti asuhan al-Barokah persahabatan dapat dilihat sikap perilaku anak asuh dengan teman di lingkungan panti ataupun lingkungan
sekitar.
Para
pengasuh
atau
pengurus
senantiasa
menanamkan pada anak asuh harus menganggap semua orang sebagai sahabat, pengasuh juga mengajarkan bahwa membuat permusuhan itu mudah akan tetapi membuat persahabatan itu sulit. Karena itu, jangan sampai ada musuh. Bila terpaksa maka anak asuh harus lebih mengalah untuk menang. Dengan ini diharapkan anak asuh menjalin persahabatan dengan lingkungannya ataupun dengan lingkungan sekitar. 5. Sabar Sabar merupakan perintah bagi orang yang beriman, sabar juga sangat penting kaitannya dengan kehidupan. Sabar sebagai bentuk perbuatan hati atas segala ujian yang telah diberikan Allah kepada orangorang yang beriman. Siapa saja yang sabar, maka Allak senantiasa bersamanya. Seperti sebagaimana yang telah difirmankan Allah dalam al-Qur’an. tÏèϱ≈sƒø:$# ’n?tã ωÎ) îοuÎ7s3s9 $pκ¨ΞÎ)uρ 4 Íο4θn=¢Á9$#uρ Îö9¢Á9$$Î/ (#θãΖŠÏètFó™$#uρ
Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusyu' (QS al-Baqarah / 2 : 45) tÎÉ9≈¢Á9$# yìtΒ ©!$# ¨βÎ) 4 Íο4θn=¢Á9$#uρ Îö9¢Á9$$Î/ (#θãΨ‹ÏètGó™$# (#θãΖtΒ#u zƒÏ%©!$# $y㕃r'¯≈tƒ
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Sabar dan salat diajarkan sebagai penolong orang yang beriman. Bahkan sabar digambarkan sebagai sesuatu yang berat, hingga hanya orang-orang yang khusu’lah yang dapat mampu melakukannya.
105
Ì Ïe±o0uρ 3 ÏN≡t yϑ¨W9$#uρ ħà-ΡF{$#uρ ÉΑ≡uθøΒF{$# zÏiΒ <Èø)tΡuρ Æíθàfø9$#uρ Å∃öθsƒø:$# zÏiΒ &óy´Î/ Νä3¯Ρuθè=ö7oΨs9uρ šÎÉ9≈¢Á9$#
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (QS alBaqarah / 2 : 155) Bahwasanya seluruh yang ada dalam dunia merupakan ujian, cobaan yang akan diberikan Allah dapat berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan kekayaan, ketentraman jiwa dan berbagai jenis makanan. Dan barang siapa sabar dalam menerima ujian Allah, maka mereka akan mendapatkan balasan berupa kebaikan dan kabar gembira. Anak asuh di Panti Asuhan al-Barokah diajarkan untuk bersabar dalam menjalani hidup. Mereka dilatih untuk bersabar atas apa yang diperoleh. Sabar dalam menghadapi ujian hidup, sabar dalam menuntut ilmu dan mencari bekal untuk kehidupan mendatang. 6. Percaya Diri Percaya diri adalah sikap mental yang membuat seorang berani bertindak dengan keadaan dirinya sendiri. Selama ini anak asuh banyak yang minder dilingkungan sekolah karena status sosialnya. Anak asuh cenderung untuk menyendiri dalam pergaulan. Akan tetapi problematika ini telah dilakukan pemecahan masalah seperti diantaranya : anak asuh membayar penuh anggaran pelajaran sekolah baik berupa SPP, biaya les, ataupun buku sekolah, pengasuh berkeyakinan bahwa dengan membayar penuh tanpa adanya potongan bantuan pembayaran dana sekolah membuat anak asuh bangkit semangat belajar dan menekan rasa malu untuk bergaul dengan teman sesama.103
103
Hasil wawancara dengan Supriyanto, ketua Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang tanggal 27 April 2011.
106
Menurut Mawar, dia percaya diri dan tidak malu saat teman melihat bahwa saya anak panti asuhan. Saya merasa bangga karena walaupun anak panti asuhan, kami dapat membayar SPP, buku dan les penuh. Ini berarti kami diberlakukan sama dengan anak yang lain di sekolah. Bahkan bapak pengasuh pernah mengundang mengajak temanteman kami di sekolah untuk merayakan ulang tahun di panti asuhan, yang membuat kami merasa bangga dan senang, karena dapat mengundang teman untuk makan bersama dengan suasana senang gembira. Lebih menyenangkan lagi saat mereka mengucapkan terima kasih kepada kita saat hendak pulang. Rasa seperti ini tidak mungkin seorang anak panti diberi ucapan terima kasih.104 7. Berbuat kebaikan Berbuat kebaikan merupakan kewajiban bagi setiap orang Islam. Dengan
berbuat
baik
hidup
menjadi
tenteram.
Allah
juga
menggambarkan untuk berbuat baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Banyak sekali jalan atau cara untuk berbuat kebaikan. Baik itu berkaitan dengan kebaikan kepada Allah ataupun kebaikan terhadap manusia dan alam. Yang perlu disadari adalah kebaikan baik dinilai baik disisi Allah, karena kebaikan itu didasari dengan keimanan. Sebagaimana dijelaskan dalam ayat al-Qur’an. ÒΟŠÎ=tæ ϵÎ/ ©!$# ¨βÎ*sù 9öyz ôÏΒ (#θè=yèø-s? $tΒuρ
Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya. (QS al-Baqarah / 2 : 215) ª!$# çµôϑn=÷ètƒ 9öyz ôÏΒ (#θè=yèø-s? $tΒuρ Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya.(QS al-Baqarah / 2 : 197)
104
Hasil wawancara dengan Mawar Senja Elhida anak asuh Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang tanggal 27 April 2011.
107
…çνt tƒ #\ ø‹yz >六sŒ tΑ$s)÷WÏΒ ö≅yϑ÷ètƒ yϑsù Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat balasannya. (QS az-Zalzlah/99:7) Dengan berbuat baik, seseorang akan mendapatkan pahala yang sesuai dengan apa yang telah diamalkannya. Janganlah berkecil hati bila yang diamalkan itu hanya sebesar biji sawi, niscaya Allah akan mengetahui dan membalas kebaikan amal tersebut dengan kebaikan yang berlipat. Orang beriman diperintahkan untuk berbuat baik kepada orang yang telah menyakiti kita dengan perbuatan baik. Seperti yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad. Kita dapat membalas dengan mendoakannya agar mereka yang berbuat dosa diampuni dosanya dan diberi petunjuk. Anak asuh juga diperintahkan untuk berbuat kebaikan. Kebaikan dalam seluruh tindakan, terutama adalah kebaikan untuk dirinya sendiri, dengan belajar untuk berdiri bangkit dari masa lalu demi meraih cita-cita dan sukses untuk masa depan, dirasakan adahal perbuatan yang diutamakan. Meskipun anak asuh diperintahkan untuk berbuat kebaikan. Mereka juga dilarang untuk melupakan tugasnya sebagai seorang anak yang mempunyai tugas dan kewajiban untuk belajar. Anak asuh di Panti Asuhan diberi penjelasan bagaimana hati ini agar dapat menerima atas segala ujian yang diberikan Allah kepada hambanya. 8. Tolong Menolong Sebagai orang beriman diwajibkan untuk saling tolong-menolong sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam al-Qur’an.
108
(#θçΡuρ$yès?uρ ¢ (#ρ߉tG÷ès? βr& ÏΘ#t ptø:$# ωÉfó¡yϑø9$# Çtã öΝà2ρ‘‰|¹ βr& BΘöθs% ãβ$t↔oΨx© öΝä3¨ΖtΒÌ øgs† Ÿωuρ É>$s)Ïèø9$# ߉ƒÏ‰x© ©!$# ¨βÎ) ( ©!$# (#θà)¨?$#uρ 4 Èβ≡uρô‰ãèø9$#uρ ÉΟøOM}$# ’n?tã (#θçΡuρ$yès? Ÿωuρ ( 3“uθø)−G9$#uρ ÎhÉ9ø9$# ’n?tã ∩⊄∪ Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya. (QS AlMaa’idah / 5 : 5) (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ωÎ) Aô£äz ’Å∀s9 z≈|¡ΣM}$# ¨βÎ) Îö9¢Á9$$Î/ Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al-Ashr / 103 : 2-3) Sebagai seorang yang beriman kita diperintahkan untuk tolong menolong dalam segala kondisi selama itu untuk bertakwa kepada Allah. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Orang-orang yang beriman dan beramal sholehlah yang beruntung dan saling menasehati dalam hal kebenaran dan menetapi kesabaran. Anak asuh di Panti Asuhan dianjurkan untuk saling tolong menolong sesama teman. Tolong menolong dalam menyelesaikan masalah dan konflik. Apa bila ada salah satu anak asuh mengalami masalah, maka anak asuh lain ikut membantu menyelesaikan, walaupun hanya sebatas kemampuan.
109
C. Analisi Peran Pembinaan Akhlak Anak Asuh terhadap Interkasi Sosial Analisis peran terhadap pembinaan akhlak anak asuh terhadap interakasi sosial berdasarkan hasil wawancara adalah sebagai berikut : 1. Akhlak anak asuh sesudah masuk Panti Asuhan dalam berinteraksi sosial Akhlak anak asuh mengalami perkembangan yaitu terlihat dari pada pengakuan anak asuh yang tinggal selama 1,5 tahun hingga 4 tahun. Dalam hal ini yang tinggal selama 1,5 tahun adalah Siti, 2 tahun adalah Inayah, 2,5 tahun adalah Sari, 3 tahun adalah Acha dan Idun, dan yang 4 tahun adalah Idha. Menurut Siti, dia mengalami perubahan akhlak dari orang yang pendiam dan pemalu menjadi anak yang dapat bersahabat dan mempunyai banyak teman, terutama teman di pengajian Masjid. Menurut Inayah, sebelum dia masuk ke Panti. Dia hanya tumbuh dilingkungan pondok pesantren yang hanya bergaul dengan santri putri. Dia mengalami perubahan pandangan hidup bahwa seorang laki-laki juga dapat dijadikan teman untuk membantu dalam segala kondisi. Menurut Sari, sebelum dia tinggal di Panti merupakan anak yang manja terutama kepada ayah, dia tidak bisa membayangkan ternyata ayahnya pergi meninggalkan dia dan keluarganya. Setelah tinggal di Panti dia dapat merasakan tabah dan sabar menjalani hidup. Sedangkan menurut pengakuan Acha dan Idun, mereka mempunyai pengalaman yang beragam. Acha sekarang lebih dewasa, mulai mengerti akan kebersihan diri. Sedangkan Idun mulai menyadari bahwa dirinya selama di Panti dapan membaca al-Qur’an, mengingat orang tuanya tidak bisa membaca al-Qur’an. Selanjutnya adalah Ida, dia merupakan anak sulung. Sebelum masuk ke Panti, dia tidak pernah berbagi dengan adiknya. Ida baru menyadari akan pentingnya sebuah saudara setelah tinggal di Panti. Di lingkungan Panti dia
110
harus berbagi, terlebih terhadap saudara serumah, tentunya kasih sayang harus melebihi daripada di Panti Dari data diatas peneliti dapat mengambil pendapat bahwa peran panti asuhan dalam membina akhlak anak asuh dalam berinteraksi sosial adalah sebagai berikut : a. Menanamkan rasa persaudaraan di antara anak asuh. b. Menanamkan untuk saling membantu sesama anak asuh c. Memberikan semangat untuk hidup meski sudah ditinggalkan orang yang disayang. d. Memberikan pengertian tentang arti saudara yang harus saling menyanyangi melebihi sayangnya seorang teman. 2. Akhlak anak asuh dalam berinterakasi dengan Masyarakat Akhlak anak asuh dalam berinteraksi dengan masyarakat dapat diperoleh berdasarkan pengakuan dari Tegar, Farikhin, Syaifuddin, Ni’ma, Alfiatul, dan Fungki. Tegar mengaku bahwa dia merasa senang dapat membantu terlaksanya sholat Jum’ah walaupun hanya sebagai muadzin. Dia merasa ikut menegakkan ajaran Islam, meskipun dalam dirinya bergejolak rasa was-was apabila takut mengecewakan Panti Asuhan. Bapak Sholeh merasa senang karena tidak semua anak remaja masjid dapat berperan menjadi muadzin. Fungki menyadari bahwa dirinya senang dapat membantu ibu-ibu untuk dapat berlatih rebana. Dia menganggap ibu-ibu layaknya ibunya sendiri. Ibu Widodo mengucapkan terimakasih kepada Fungki karena telah bersedia membantu menata alat-alat rebana. Alfiatul mengangap bahwa barzanji yang dia lakukan merupakan ajang berkumpul silaturahmi antara anak masjid dengan anak asuh Panti. Sehingga dapat bertukar ilmu dan pemikiran, terlebih berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda. Aziz sebagai ketua remaja masjid mengucapkan dengan adanya anak Panti berarti memacu semangat remaja masjid untuk
111
tidak kalah prestasi dengan anak asuh panti asuhan. Ini berarti menjadi kompetisi yang mendidik bagi kemajuan prestasi. Ni’ma merasa senang dapat mengajar di Taman Pendidikan Qur’an, berarti dia dapat mengamalkan ilmunya untuk orang lain. Sholichin ketua TPQ mengatakan bahwa dia senang karena dapat membantu apabila terjadi guru yang kosong berhalangan hadir, dan membuat tertib anak-anak mengaji. Farikhin mengaku bahwa dia senang dengan kegiatan tahlil karena dapat mengetahui cara pelaksanaan Yasin dan Tahlil yang benar. Tanggapan dari Pak Giono merasa dapat mengirim do’a untuk keluarganya. Bahkan seminggu dapat dua sampai tiga kali. Dari data diatas peneliti dapat mengambil pendapat bahwa peran panti asuhan dalam membina akhlak anak asuh dalam berinteraksi sosial adalah sebagai berikut : a. Panti memberikan bekal terhadap anak asuh agar dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam pelaksanaan ibadah salat Jum’ah. b. Panti memberikan pelajaran agar membantu dengan ikhlas, dan menganggap bantuan itu sebagai ibadah yang tidak perlu mengharap imbalan. c. Panti memberikan peluang kepada anak asuh untuk memicu semangat remaja masjid agar berlomba dalam hal prestasi. d. Panti mengajarkan kepada anak asuh untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh meskipun hanya mengajarkan huruf hijaiyah. e. Panti membina anak asuh untuk dapat membantu masyarakat agar dapat mendo’akan keluarganya yang sudah tiada dengan membaca Yasin dan Tahlil.
112
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian penulis yang berjudul “Pembinaan Akhlak Anak Asuh dalam Berinteraksi Sosial dengan Masyarakat di Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keadaan akhlak anak yang pertama kali masuk di Panti Asuhan al-Barokah Semarang sangatlah beragam. Anak cenderung mengalami gangguan psikologis seperti hilangnya kepercayaan diri, seperti malu, pendiam dan murung, dengan kondisinya sekarang ini. Ada juga yang malas, jorok, karena merasa hidup hanya begini keadannya seolah tidak ada tujuan citacita dan harapan hidup. Ada pula yang bersifat agresif, pemarah, anarki karena didik dalam keluarganya untuk mendapatkan biaya hidup harus berjuang dengan keras. 2. Akibat dari kondisi akhlak yang tidak baik inilah Yayasan Yayasan Peduli Anak Yatim Piatu al-Barokah Semarang dapat berperan dalam pembinaan akhlak anak asuh dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat. Diharapkan usaha ini dapat berperan untuk membimbing dan mengembangkan potensi anak asuh secara optimal agar mereka dapat berperan serasi dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat lingkungannya. 3. Dari data diatas peneliti dapat mengambil pendapat bahwa peran panti asuhan dalam membina akhlak anak asuh dalam berinteraksi sosial adalah sebagai berikut : a. Panti memberikan bekal terhadap anak asuh agar dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam pelaksanaan ibadah Sholat Jum’ah.
113
b. Panti memberikan pelajaran agar membantu dengan ikhlas, dan menganggap bantuan itu sebagai ibadah yang tidak perlu mengharap imbalan. c. Panti memberikan peluang kepada anak asuh untuk memicu semangat remaja masjid agar berlomba dalam hal prestasi. d. Panti mengajarkan kepada anak asuh untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh meskipun hanya mengajarkan huruf hijaiyah. e. Panti membina anak asuh untuk dapat membantu masyarakat agar dapat mendo’akan keluarganya yang sudah tiada dengan membaca Yasin dan Tahlil. B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dapatlah dimasukkan saran-saran sebagai berikut ini : 1. Bagi para pengurus panti asuhan agar memfokuskan pada akhlak anak, karena pada dasarnya akhlak merupakan pencerminan tentang kadar ketakwaan seseorang. Bukankah Rosul diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak. 2. Bagi masyarakat yang terdapat anak yang mengalami disfungsi keluarga agar dapat membantu dalam membina anak agar tidak terjerumus kedalam perbuatan yang buruk, sehingga anak yatim piatu dilingkungan masyarakat dapat tertolong dalam pendidikan dan berakhlak mahmudah dengan baik. C. PENUTUP Hamdan wa suyukran li Allah. Dalam proses penulisan penelitian ini, peneliti banyak mendapat bantuan, saran dan kritik konstruktif dari banyak pihak. Dengan terselesaikannya penulisan penelitian ini, peneliti berharap semoga bermanfaat dan memberi konstribusi ilmiah di dunia kependidikan Islam. Penulis masih membuka lebar-lebar pintu hati untuk menerima kritik dan saran
114
konstruktif ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini. Demi kesempurnaan penelitian ini. Atas partisipasinya penulis ucapkan banyak terimakasih. Semarang, 4 Juli 2011 Peneliti Khoirul Anwar
115
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani, Sosiologi Sistematik, Teori dan Terapan, Jakarta : Bumi Aksara, 2007 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009 Achmad Mubarak, Psikologi Keluarga, Jakarta : Bina Rena Pariwara, 2005 Ahmad Amin, al-Akhlak, terj K.H. Farid Ma’ruf, cet. 3, Etika Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang, 1983 Asep Umar Ismail, Wiwi St Sajarah, Sururin. Tasawuf, Jakarta : Pusat Studi Wanita, 2005 Asmaran AS, Pengantar Study Akhlak, cet 1, Jakarta : Rajawali Pers, 1992 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, Jakarta : PT Rieneka Cipta, 2004 AW, Widya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta : PT Rieneka Cipta, 2000 --------------------, Komunikasi, Jakarta : Bina Aksara, 1986 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta: Bumi Aksara Depdiknas, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisai Ketiga, Jakarta : Balai Pustaka, 2006, Cet 3 Hartono, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2001 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, Jakarta : PT Grafindo Persada, 2001 Jaudah Muhammad Awwad. Mendidik Anak Secara Islam, Terj. Shihabbudin. Jakarta : Insani Press, 1995
116
Kahar Masyhur, Membina Moral dan Akhlak, Jakarta : Kalam Mulia, 1987, cet 2 Kartini Kartono. Pengantar Metodologi Riset. Bandung : Mandar Maju. 1990 Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta : Taman Siswa, 1966 M. Sulton dan Muh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta : Diva Pustaka Cet 2, 2004 Mangunhardjana, Pembinaan Arti dan Metodenya, Yogyakarta : Kanisius, 2002 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005 Muh Pabundu Tika, Metode Penelitian Geografi, Jakarta : Bumi Aksara, 2005 Muh Said, Etika Masyarakat Indonesia, Jakarta : Pradya Paramitra, 1976 Moslen Nurdin, Moral dan Kognisi Islam, Bandung : Alfa Beta, 1993 Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, 1989 Nursam. Metodologi Penelitian Dakwah, Solo : Ramadani, 1991 Nurul Hartini, Deskripsi Kebutuhan Psikologis pada Anak Panti Asuhan, Surabaya : Insan Media, 2001 Rafi Sapuri, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manuisa Modern, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009 Ramayulis, Pendidikan Islam dan Rumah Tangga, Jakarta : Kalam Mulia, 1990 Said Agil Husain al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai al-Qur’ani, Ciputat : Ciputat Press 2005
117
Sapuri Rafi, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa MAnusia Modern, Jakarta : Rajawali Pers, 2009 Shihabuddin, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani, 2004 Singgih, D Gunarsa, Psikologi Anak Bermasalah, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2004 Soegarda Poerbakawatja, Ensklopedi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung, 1979 Sri Mulyati, Tasawuf Seri Buku Ajar Keislaman Perespektif Gender, Jakarta: PSW UIN Jakarta, 2005 Sudarsono, Etika islam Tentang kenakalan Remaja, Jakarta : Rineka Cipta, 2005 -------------, Kenakalan Remaja, Jakarta : PT Rieneka Cipta, 2004 Suharsini Arikunto, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pusataka Pelajar, 1997 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000 W.A . Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung : al-Ma’arif, 1978 http// Metode Penelitian Studi Kasus « Ardhana12′s Weblog.html
118
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Khoirul Anwar
Tempat Tanggal Lahir : Demak 19 Juni 1988 Alamat
: Jl. Dr Ismangil 4 / IV Bongsari Semarang Barat
Pendidikan
: SD Negeri Kalitengah III lulus tahun 1999 SMP Negeri I Mranggen lulus tahun 2002 SMA Ky Ageng Giri lulus tahun 2005 LPP Graha Wisata Semarang 2006 Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang
Angkatan
2006 Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat, dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, 5 Juli 2011
Khoirul Anwar