Bambang Irawan dan M. Septiana
EFEK KOMPOSISI TANAH DAN BIOFARMAKA TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL PADA PENGASINAN TELUR ITIK ALABIO EFFECTS OF SOIL COMPOSITION AND HERBAL MEDICINE TO DECREASE CHOLESTEROL LEVELS IN ALABIO SALTED DUCK EGGS 1
2
Bambang Irawan dan Meldia Septiana , 1
Program Studi Peternakan, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNLAM 2 Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Jl. Jend. A. Yani Km.36 PO Box 1028 Banjarbaru 70714
ABSTRACT The effects of soil composition and herbal medicine to decrease cholesterol levels in Alabio salted duck eggs was investigated on the location of Community Development I-MHERE UNLAM and Laboratory of Animal Sciences and Nutrition, Faculty of Agriculture, Lambung Mangkurat University from June to October 2010. The study has been designed as a factorial experiment with a completely randomized design environment (CRD) factorial patterned 3 x 5 x 3. The first treatment factor was 5 (five) kinds of herbal medicine consisted of Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Namk.), Tempuyung (Sonchus arvensis L.), Kemuning (Murraya paniculata (L.) JACK.) leaves, and a mixture of the three (7:2:1). The second factor was 3 (three) types of soil, i.e. acid sulfate soils, podzolic, and latosol which also serve as the dough dressed over eggs during the salting process, in addition to garlic (Allium sativum Linn.) and salt. Differences in treatment parameters were then tested with the Duncan multiple range-statistical software MINITAB version 14:12 (2004). The results showed that the composition of the soil and herbal medicine significantly (P <0.01) effect the moisture content, fat content, salt content and cholesterol level of Alabio salted duck egg. The interaction between soil type and medicinal factors was not significant to the eggs parameters salinity, while the interaction between soil factors and herbal medicine highly significant (P< 0.01) in lowering the water content, fat content and cholesterol levels of salted Alabio duck eggs. It was concluded that the best type of soil as a medium of egg dressing was Latosol soil. A mixture of herbal medicine treatment of Jati Belanda, Tempuyung and Kemuning on different types of soil, the average can reduce almost half (49%) of salted egg cholesterol levels (226 vs 110 mg/dL). Based on these results, salted eggs treated with medicinal herbs are safe to consume 2-3 eggs per day, depending on the weight or size of the eggs. Key words : Herbal medicine, Soil composition, Cholesterol, Salt egg, Alabio duck. ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk menguji efek komposisi tanah dan biofarmaka terhadap penurunan kadar kolesterol telur itik Alabio yang diasinkan, telah dilakukan di lokasi Community Development I-MHERE UNLAM dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian UNLAM, pada bulan Juni sampai Oktober 2010. Rancangan percobaan Faktorial dengan rancangan lingkungan Acak Lengkap (RAL) faktorial berpola 3 x 5 x 3. Faktor pertama adalah 5 (lima) jenis biofarmaka atas daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Namk.), Tempuyung (Sonchus arvensis L.), Kemuning (Murraya paniculata (L.) JACK.), dan campuran ketiganya (7:2:1). Faktor ke dua adalah 3 (tiga) jenis tanah sulfat masam, podsolik, dan latosol, selain bawang putih (Allium sativum Linn.) dan garam. Perbedaan pada parameter perlakuan selanjutnya diuji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi tanah dan biofarmaka secara nyata (P<0,01) berpengaruh terhadap kadar air, kadar lemak, kadar garam dan kadar kolesterol telur asin itik Alabio. Interaksi antara faktor jenis tanah dan biofarmaka tidak terjadi terhadap parameter kadar garam telur, sedang interaksi antara faktor jenis tanah dan biofarmaka sangat nyata (P,0,01) mampu menurunkan kadar air, kadar lemak dan kadar kolesterol telur asin itik Alabio. Disimpulkan bahwa jenis tanah yang terbaik sebagai media pembalutan telur adalah jenis tanah Latosol. Efek perlakuan campuran biofarmaka Jati Belanda, Tempuyung dan Kemuning pada berbagai jenis tanah, rata-rata mampu menurunkan hampir setengah (49%) kadar kolesterol telur asin (226 vs 110 mg/dL). Berdasarkan hasil penelitian ini, telur asin yang mendapat perlakuan biofarmaka dimungkinkan aman dikonsumsi 2 – 3 butir per hari, tergantung berat atau besar kecilnya telur itik. Kata Kunci : Biofarmaka, Komposisi Tanah, Kolesterol, Telur Itik Asin. PENDAHULUAN Biofarmaka adalah tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat dan
122
nutrasetika, baik untuk manusia, hewan, maupun tumbuhan. Indonesia termasuk salah satu pusat raksasa (mega center) keaneka-ragaman hayati.
Agroscientiae ISSN 0854-2333
Efek komposisi tanah dan biofarmaka terhadap…… Baru sekitar 600 jenis tumbuhan, 1000 jenis hewan dan 100 jenis jasad renik yang telah diketahui potensinya dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Berbagai jenis biofarmaka Indonesia banyak diminta oleh pasar dunia internasional. Sebagai gambaran, sebanyak dari 45 macam obat penting di Amerika berasal dari tumbuhan obat dan aromatik tropika, 14 spesies diantaranya berasal dari biofarmaka asli Indonesia (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2010). Produk biofarmaka yang umum digunakan sebagai obat penurun kadar kolesterol darah adalah Jati Belanda (Guazuma ulmifolia. Namk), Kemuning (Murraya paniculata L. JACK.), Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dan Bawang putih (Allium sativum L.) yang mudah dijumpai di pasar atau dataran pulau di Indonesia (Wikipedia, 2010). Jati Belanda yang termasuk famili Sterculiaceae dengan nama daerah Jati Londo (Jawa) atau Jati Sabrang (Sunda) memiliki senyawa aktif tanin, lendir, zat pahit dan damar yang diketahui berkhasiat diaforetik, tonik dan astringen. Kemuning dengan nama daerah Kamuning, Kamuri, Kamoni, Kamone dan Kajeri memiliki senyawa aktif Glukosida murayin, minyak atsiri dan Kadinena yang diketahui berkhasiat analgesik, diuretik dan stomakik. Sedang Tempuyung termasuk famili Asteraceae (Compositae), ditemui ada 4 (empat) spesies dengan nama daerah Jombang (Jawa), lalakina, lempung, atau rayana (Sunda) memiliki zat aktif alfa-laktoserol, oc-laktuserol, P-laktuserol mannitol, inositol, silika, kalium, flavonoid dan taraksasterol yang diketahui berkhasiat sebagai obat darah tinggi, kandung kencing dan kandung empedu berbatu. Bawang putih (Allium sativum L.) dengan nama daerah bawang bodas (Sunda), bawang handak, bawang basikong, bawang puteh, bawang pulek, Dasun putih. Pio-kan, Kosaiboti, Lasun, Lasuna, Neuna atau Mabida adalah tumbuhan berumpun yang bersiung-siung, tiap siung terbungkus dengan kulit tipis. Bagian tanaman yang digunakan sebagai biofarmaka adalah umbi lapis dengan kandungan zat kimia yang terdapat pada bagian ini adalah belerang, protein, lemak, Dialilsulfida, Alilprophildisulfida, Kalsium, Fosfor, Besi, Vitamin A, Vitamin B1 dan Vitamin C yang diketahui berkhasiat Diaforetik, Ekspektoran, Spasmolitik, Antelmintik, Antiseptik, Antikoagulan, Antihistamin dan Bakteriostatik (Wikipedia, 2010). Bawang putih merupakan salah satu jenis bawang-bawangan yang lazim digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol, apabila telur asin diberi perlakuan bawang putih diharapkan akan terjadi penurunan kolesterol (Ginting, 2007). Ramuan bawang putih sangat populer di masyarakat dan telah ditunjukkan melalui laporan medis, dapat menurunkan tingkat Low Density Lipoprotein (LDL). Studi juga menunjukkan bahwa bawang putih dapat mengurangi kolesterol dan triglycerides 2 hingga 15 persen. Suatu penelitian terhadap orang-orang yang diberi 800 milligrams
Agroscientiae
(sekitar satu sendok) bawang putih setiap hari, mengalami penurunan tingkat kolesterol serta menurunkan tekanan darah (Dalimartha, 2007). Penggunaan biofarmaka pada penelitian ini diilhami oleh pengamatan Turatminah (2008) yang menggunakan akar alang-alang, daun salam dan teh hijau untuk pada proses produksi telur asin dikatakan mampu menurunkan kadar kolesterol telur asin serta obat-obatan herbal penurun kolesterol merk Prolipid yang berbahan dasar sama yaitu Jati Belanda, Kemuning dan Tempuyung, produksi PT. Indofarma Tbk. Berbagai jenis tanah dapat digunakan sebagai bahan adonan pembalut pada proses pengasinan telur itik. Jenis tanah yang diperkirakan baik dipakai untuk adonan pembalut telur adalah bila memiliki kadar liat yang cukup tinggi. Kadar liat yang terkandung pada suatu jenis tanah dimaksudkan untuk memperkuat selaput (coating) pada pembuatan adonan pembalut telur. Tanah sulfat masam merupakan endapan marin yang dapat dicirikan oleh salah satu atau beberapa hal berikut yaitu (1) bahan sulfidik atau pirit, (2) lapisan horison sulfurik, (3) bercak jerosit, dan (4) bahan penetral berupa karbonat atau basa-basa tertukar lainnya. Pada dasarnya kita mengenal dua jenis tanah sulfat masam yaitu tanah sulfat masam potensial dan tanah sulfat masam aktual. Adapun yang dimaksud dengan tanah sulfat masam potensial menurut taksonomi tanah digolongkan kedalam kelompok besar (greatgroup) Sulfaquent, yaitu dicirikan oleh warna kelabu, masih mentah (n > 0,7) dan kemasaman sedang sampai dengan masam (pH 4,0). Sementara itu, yang dimaksud tanah sulfat masam aktual (Sulfaquept), yaitu tanah yang cirinya antara lain kecoklatan pada permukaan cukup matang (n < 0,7) dan sangat masam atau pH < 3,5 (Noor, 2004). Di Indonesia jenis tanah Podsolik dijumpai dalam luasan yang cukup besar dan tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan sedikit di Jawa. Kesuburan kimia tanah Podsolik tergolong rendah, karena miskin hara dan bereaksi masam. (Soepraptohardjo, 1978; Darmawijaya, 1992). Dalam Soil Taxonomy, jenis tanah ini termasuk ordo Ultisols (Buol et al., 1980). Bahan induk pada umumnya tufa masam, batu pasir atau kuarsa (Soepraptohardjo, 1978). Pelindian yang kuat dan berlangsung hampir sepanjang tahun serta suhu yang tinggi merupakan syarat terbentuknya jenis tanah ini. Oleh karena itu jenis tanah ini umumnya terbentuk di daerah tropika dan subtropika dengan curah hujan 2500 – 3500 mm/tahun tersebar merata sepanjang tahun. Sebagian besar tanah Podsolik dijumpai di daerah dengan relief bergelombang hingga berbukit, dan pada ketinggian 50 – 350 m di atas permukaan laut (Soepraptohardjo, 1978). Salah satu penciri jenis tanah ini adalah horizon Bt (B-argilik) yang teksturnya lebih halus dari pada horizon di atasnya, karena horizon ini merupakan horizon penimbunan zarah lempung. Pada horizon
Volume 19 Nomor 2 Agustus 2012
123
Bambang Irawan dan M. Septiana ini juga sering terjadi argiliasi, yaitu adanya selaput lempung halus dari lapisan di atasnya. Berdasarkan warna horizon Bt, jenis tanah ini dibedakan menjadi Podsolik Merah Coklat, Podsolik Kuning, Podsolik Kuning Putih dan Podsolik Merah Kuning (Darmawijaya, 1992). Sifat-sifat tanah seperti tekstur berliat, ruang pori yang rendah, pori makro yang mendominasi, permeabilitas sedang sampai lambat mengakibatkan keterbatasan pergerakan air dan udara akan berakibat lanjut terhadap perkembangan akar yang terhambat. Di samping itu tanah Posdsolik termasuk tanah tua yang hampir semua kandungan mineralnya telah mengalami pelapukan lanjut, unsur hara sebagian besar terlindi dan banyak senyawa beracun seperti Al dan Fe yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat. Istilah Latosol pertama kali diberikan oleh Kellogg (1949). Di Kalimantan Selatan umumnya berasal dari batuan beku. Tanah Latosol termasuk tanah yang mengalami pelapukan intensif dan perkembangan lanjut sehingga terjadi pencucian basa, bahan organik dan silika, tertinggal sesquioksida yang memberi warna merah pada tanah. Umumnya bertekstur liat sampai dengan lempung, berstruktur remah-gumpal lemah dan memiliki konsistensi gembur . Warna merah pada tanah dipengaruhi oleh mineralogi, bahan induk, drainase, umur tanah dan keadaan iklim (Darmawijaya, 1992). METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan mengambil jenis tanah pada beberapa lokasi di sekitar Comunity Development (Comdev) I-MHERE UNLAM yaitu di desa Tinggiran II Luar, Kecamatan Tamban serta beberapa lokasi lain di sekitarnya. Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan analisa pendahuluan sampel tanah yang meliputi: pH, DHL, kandungan N, P dan K, C-organik, Fe-larut, Al-dd dan tekstur tanah, pada bulan Juni sampai Oktober 2010. Metode Penelitian Penelitian dirancang sebagai percobaan Faktorial dengan rancangan lingkungan Acak Lengkap (RAL) faktorial berpola 5 x 3 x 3. Faktor pertama adalah 5 (lima) jenis biofarmaka yang terdiri atas daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Namk.), Tempuyung (Sonchus arvensis L.), Kemuning (Murraya paniculata (L.) JACK.), dan campuran ketiganya dengan perbandingan 7 : 2 : 1. Faktor ke dua adalah 3 (tiga) jenis tanah yaitu sulfat masam, podsolik, dan latosol yang juga berfungsi sebagai adonan pembalut pada proses pengasinan telur, selain bawang putih (Allium sativum Linn.) dan garam. Rancangan perlakuan percobaan dengan 3 (tiga) kali ulangan pada penelitian ini, secara garis besar tertera pada Tabel 1.
124
Tabel 1. Rancangan perlakuan Table 1. The design of treatment Jenis Tanah 1. Sulfat Masam 2. Podsolik 3. Latosol
Kontrol KS KP KL
Jati Belanda JS JP JL
Biofarmaka Tempu Campu Kemuning yung ran TS MS CS TP MP CP TL ML CL
Penelitian dilaksanakan dengan mengambil jenis tanah pada beberapa lokasi di sekitar Comunity Development (Comdev) I-MHERE UNLAM yaitu di desa Tinggiran II Luar, kecamatan Tamban serta beberapa lokasi lain di sekitarnya. Sebelum dilaksanakan penelitian dilakukan analisa pendahuluan sampel tanah yang meliputi: pH, DHL, kandungan N, P dan K, C-organik, Fe-larut, Al-dd dan tekstur tanah. Perbandingan kadar tanah dan garam berdasarkan hasil terbaik pada penelitian Student Grant I-MHERE 2010 yaitu 3 : 1, sebanyak 40 g adonan untuk sebutir telur, sedang kadar kadar bawang putih yaitu sejumlah 10% dari adonan pembalut. Apabila ditemui perbedaan pada parameter perlakuan selanjutnya diuji jarak berganda Duncan dengan Statistical-sofware MINITAB versi 14.12 (2004). Parameter yang diukur dan diamati dalam penelitian ini adalah kadar air, kadar lemak, kadar garam (salinitas) dan kadar kolesterol telur itik. Kadar air dan kadar lemak ditentukan dengan Analisis Proksimat, kadar garam diukur dengan salinimeter, sedang kadar kolesterol diukur menggunakan alat uji Easy Touch – GCU Multi Check, Made in China. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air Pengukuran terhadap pengaruh interaksi jenis tanah dengan biofarma terhadap kadar air (%) kuning telur asin tertera pada Tabel 2. Terlihat bahwa secara signifikan (P<0,01) biofarmaka berpengaruh dalam menurunkan kadar air atau meningkatkan bahan kering (BK) telur asin bila dibandingkan dengan kontrol perlakuan. Perlakuan biofarmaka campuran menurunkan kadar air telur asin rata-rata sampai 68,0% dibandingkan rata-rata kontrol yang mencapai 77,7% dengan perkataan lain bahwa perlakuan penambahan biofarmaka campuran mampu meningkatkan lebih dari 12,5% BK telur asin. Nilai ini sedikit lebih besar dibandingkan kadar air yang dikemukakan oleh Sarwono, B., et.al. (1985) yaitu kadar air telur itik segar rata-rata adalah 70,8% dan telur asin rata-rata adalah 66,5%. Faktor jenis tanah yang mampu menurunkan kadar air telur asin tertinggi adalah jenis tanah Latosol (71,0%).
Agroscientiae ISSN 0854-2333
Efek komposisi tanah dan biofarmaka terhadap…… Kadar Lemak
Kadar Garam
Hasil analisis statistika pada interaksi jenis tanah dengan biofarmaka terhadap parameter kadar lemak kuning telur asin tertera pada Tabel 3. Secara signifikan (P<0,01) biofarmaka berpengaruh dalam menurunkan kadar lemak telur asin bila dibandingkan dengan kontrol perlakuan. Perlakuan biofarmaka campuran menurunkan kadar lemak telur asin rata-rata sampai 13,5% dibandingkan ratarata kontrol yang mencapai 14,6% dengan perkataan lain perlakuan biofarmaka campuran mampu menurunkan lebih dari 1,10% kadar lemak telur asin. Biofarmaka terutama Jati Belanda diketahui mampu meningkatkan aktifitas enzim lipase. Enzim ini akan menghidrolisis lemak lemak tersebut menjadi gliseroldan asam lemak (Edi Ahmad, 2010). Jenis tanah yang mampu menurunkan kadar lemak telur asin tertinggi secara signifikan adalah jenis tanah Latosol (13,8%). Penurunan ini ditengarai karena jenis tanah Latosol memiliki tekstur yang liat sampai lempung sehingga memungkinkan proses pembalutan serta efek biofarmaka terjadi secara sempurna pada proses pengasinan telur itik.
Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan jenis tanah dengan jenis biofarmaka terhadap kadar garam (salinitas) telur asin namun faktor tunggalnya sangat nyata (P<0,01) berpengaruh terhadap kadar garam telur asin. Pengukuran pengaruh jenis tanah dan biofarmaka terhadap parameter kadar garam telur asin tertera pada Tabel 4 dan 5. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa biofarmaka campuran mampu menurunkan serapan garam pada proses pengasinan telur senilai 65,78%. Zat bioaktif yang terdapat di dalam ke tiga campuran biofarmaka yaitu Jati Belanda, Tempuyung dan Kemuning dengan perbandingan berat 7 : 2 : 1 diduga mampu saling menunjang dalam mengurangi penyerapan garam yang diberikan melalui adonan pembalut pada proses pengasinan telur. Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa senyawa tanin dan musilago yang terkandung dalam daun Jati belanda dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan sehingga proses obesitas (kegemukan) dapat dihambat (Dalimartha, 2007).
Tabel 2. Pengaruh interaksi jenis tanah dengan biofarmaka terhadap kadar air (%) telur asin Table 2. Effects on soil types with herbal medicine interaction on water content (%) salted eggs Biofarmaka : Perlakuan Jati Kontrol Tempuyung Kemuning Campuran Belanda g c de e b Sulfat masam 80,10 70,82 71,62 72,77 69,22 Jenis f c de de b Podsolik 77,04 70,01 71,56 72,10 68,61 Tanah f bc d de a Latosol 76,04 69,72 71,32 71,81 66,20 Ket. : Nilai pada kolom yang sama dan bersuperskrip huruf yang tidak sama, dengan Uji Jarak Berganda Duncan berbeda sangat nyata pada P<0,01.
Tabel 3. Pengaruh interaksi jenis tanah dengan biofarmaka terhadap kadar lemak (%) telur asin Table 3. Effect of soil types with herbal medicine interactions on fat content (%) salted eggs Biofarmaka : Perlakuan Jati Kontrol Tempuyung Kemuning Campuran Belanda j e g i cd 15,02 13,86 14,27 14,76 13,66 Sulfat masam Jenis h cd de i bc 14,56 13,62 13,83 14,84 13,49 Podsolik Tanah f b cd i a 14,20 13,40 13,59 14,75 13,20 Latosol Ket. : Nilai pada kolom yang sama dan bersuperskrip huruf yang tidak sama, dengan Uji Jarak Berganda Duncan berbeda sangat nyata pada P < 0,01.
Tabel 4. Pengaruh biofarmaka terhadap kadar garam (ppm) telur asin Table 4. Effect of herbal medicine on salinity (ppm) salted eggs Biofarmaka Kadar Garam (ppm) c 82.33 Kontrol b 68.78 Jati Belanda c 80.00 Tempuyung c 79.89 Kemuning a 65.78 Campuran
Ket. : Nilai pada kolom yang sama dan bersuperskrip huruf yang tidak sama, dengan Uji Jarak Berganda Duncan berbeda sangat nyata pada P<0,01.
Agroscientiae
Volume 19 Nomor 2 Agustus 2012
125
Bambang Irawan dan M. Septiana Kadar Kolesterol Hasil analisis statistika pada interaksi jenis tanah dengan biofarmaka terhadap parameter kadar kolesterol telur asin tertera pada Tabel 6. Secara signifikan (P<0,01) biofarmaka berpengaruh dalam menurunkan kadar kolesterol telur asin bila dibandingkan dengan kontrol perlakuan. Perlakuan biofarmaka campuran menurunkan kadar kolesterol telur asin sampai 110 mg/dL dibandingkan rata-rata kontrol yang mencapai 226 mg/dL dengan perkataan lain perlakuan biofarmaka campuran mampu menurunkan lebih dari 49% kadar kolesterol telur asin. Jati Belanda mengandung senyawa tannin, damar, triterpen, alkaloid, karotenoid, flavonoid, dan asam fenol. Selain bisa menurunkan kadar kolesterol, tanaman ini juga berkhasiat untuk melangsingkan tubuh, astrigen, sebagai obat diare dan obat batuk. Sedangkan Kemuning mengandung atsiri, damar, tannin, glikosida, dan meransin, bisa dipakai untuk mengobati radang buah zakar (orchitis), radang saluran napas (bronkhitis), infeksi saluran kencing, kencing nanah, keputihan, sakit gigi, dan haid tidak teratur. Juga untuk mengurangi lemak tubuh berlebihan, pelangsing tubuh, nyeri pada tukak (ulkus), memar akibat benturan, rematik, keseleo, digigit serangga dan ular berbisa, ekzema, dan luka terbuka pada kulit. Tanaman Tempuyung memiliki rasa pahit dan bersifat mendinginkan. Penurun kadar kolesterol yang tinggi akibat kandungan kimia saponin, flavonoida, politenol, alfa-lactucerol, beta-lactucerol, manitol, inositol, kalium, silika, dan taraksasterol adalah manfaat yang bisa didapatkan dari daun Tempuyung (Kuanto, 2006). Penelitian pada manusia menunjukkan bahwa senyawa tanin dan musilago yang terkandung dalam daun Jati belanda dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus sehingga dapat mengurangi penyerapan makanan sehingga proses obesitas (kegemukan) dapat dihambat. Tanaman Kemuning mengandung atsiri, damar, tannin, glikosida, dan meransin. Tanaman ini bisa dipakai untuk untuk mengurangi lemak tubuh berlebihan, pelangsing tubuh, nyeri pada tukak (ulkus), memar akibat benturan, rematik, keseleo, digigit serangga dan ular berbisa, ekzema, dan luka
terbuka pada kulit. Sedangkan tanaman tempuyung memiliki rasa pahit dan bersifat mendinginkan. Tanaman ini bisa dimanfaatkan sebagai penurun kadar kolesterol dengan kandungan kimia saponin, flavonoida, politenol, alfa-lactucerol, beta-lactucerol, manitol, inositol, kalium, silika, dan taraksasterol (Kuanto, 2006). Tabel 5. Pengaruh jenis tanah terhadap kadar garam (ppm) telur asin Table 5. Effect of soil types on salinity (ppm) salted eggs Kadar Garam Jenis Tanah (ppm) c 82.33 Sulfat masam b 68.78 Podsolik c 80.00 Latosol Ket : Nilai pada kolom yang sama dan bersuperskrip huruf yang tidak sama, dengan Uji Jarak Berganda Duncan berbeda sangat nyata pada P<0,01.
SIMPULAN 1. Jenis tanah yang mampu memberikan hasil terbaik bagi media adonan pembalutan pada proses pengasinan telur adalah tanah jenis Latosol. 2. Biofarmaka campuran antara daun Jati Belanda, Tempuyung dan Kemuning dengan perbandingan berat 7 : 2 : 1 mampu secara signifikan menurunkan kadar kolesterol telur asin itik Alabio. SARAN 1. Tergantung kepada berat atau besar kecilnya, telur asin itik Alabio yang mendapat perlakuan biofarmaka layak dikonsumsi sampai tiga butir per hari. 2. Jati Belanda (secara tunggal) lebih mampu menurunkan kadar kolesterol telur asin itik Alabio sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti kembali efeknya secara tunggal terhadap penurunan kadar kolesterol telur asin dengan berbagai tingkat dosis atau takaran.
Tabel 6. Pengaruh interaksi jenis tanah dengan biofarmaka terhadap kadar kolesterol (mg/dL) telur asin Table 6 . Effect of soil types with medicinal interactions on cholesterol levels (mg / dL) salted eggs Biofarmaka : Perlakuan Kontrol Jati Belanda Tempuyung Kemuning Campuran Jenis Tanah
Sulfat masam
246
h
165
d
183
e
231
g
126
b
Podsolik
223
f
156
cd
165
d
208
f
119
ab
Latosol
208
f
142
c
159
d
164
d
110
a
Ket. : Nilai pada kolom yang sama dan bersuperskrip huruf yang tidak sama, dengan Uji Jarak Berganda Duncan berbeda sangat nyata pada P<0,01
126
Agroscientiae ISSN 0854-2333
Efek komposisi tanah dan biofarmaka terhadap…… DAFTAR PUSTAKA Dalimartha, S. 2007. Turunkan Kolesterol dengan Terapi Herbal. http://rumahdiabetes.com/ 2007/03. Diakses 27 Januari 2010. Darmawijaya, M. I. 1992. Klasifikasi Tanah. Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gama Press. Yogyakarta. Ginting, N. 2007. Teknologi Hasil Ternak. Departemen Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Harmanto, A. 2008. Ambar Turatminah Kembangkan Telur Asin Rendah Kolesterol. http://ningharmanto.wordpress.com. http://www.langitperempuan.com/2008/09/amb ar-turatminah-kembangkan-telur-asin-rendahkholesterol/Diakses 27 Januari 2010. Jaafar, T.F. 2007. Telur Asin Omega-3 Tinggi. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Puslitbang Deptan (29) 4. hal. 20.
Noor, M. 2004. Lahan Rawa. Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. PT Radja Grafindo Persada. Jakarta Perdana, M.F. 2010. Fakta mengenai kolesterol. Quality System Dept. PT. Indofarma (Persero) Tbk. Jakarta Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2010. Pasar Domestik dan Ekspor Tanaman Obat (Biofarmaka). http://seafast.ipb.ac.id/seafast.info. Diakses 16 maret 2010. Sarwono, B; A. Murtidjo dan A. Daryanto. 1985. Telur : Pengawetan dan manfaatnya. Penebar Swadaya. Jakarta. Soepraptohardjo, M.1978. Jenis-Jenis Tanah di Indonesia. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor. Wikipedia. 2010. Informasi Herbal. Tanaman Herbal Indonesia. http://tanamanherbal.wordpress. com. Diakses tanggal 16 Maret 2010.
Kuanto, A. 2006. Herbal-herbal penurun kolesterol. Diakses 27 Maret 2010. http://www.litbang. depkes.go.id/aktual/kliping/herbal030106.htm.
Agroscientiae
Volume 19 Nomor 2 Agustus 2012
127