EFEK BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN PERHATIAN ANAK ATTENTION DEFICIT DISORDER (ADD) Yustinus Joko Dwi Nugroho Universitas Setia Budi
ABSTRAK Salah satu tujuan brain gym adalah menolong individu untuk meningkatkan rentang perhatian seseorang termasuk rentang perhatian pada anak ADD (Attention Deficit Disorder). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai efek brain gym dalam meningkatkan perhatian anak ADHD. Metode penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu dengan subyek sebanyak dua orang anak ADD. Pengukuran dilakukan menggunakan rating scale perhatian berdasarkan gejala inatensi dalam DSM IV yang dilakukan pada saat baseline, posttest dan follow up. Berdasarkan skor rating scale perhatian antara posttest dan baseline, observasi, dan wawancara memperlihatkan bahwa brain gym memberikan efek dalam meningkatkan perhatian anak ADD, meskipun brain gym memberikan untuk meningkatkan perhatian anak ADD, namun peneliti berharap agar dilakukan penelitian serupa yang dilakukan pada subyek lainnya agar dapat lebih menajamkan hasil penelitian ini. Kata kunci : ADD, Perhatian, Brain Gym
PENDAHULUAN Dewasa ini, banyak anak – anak yang mengalami gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan ini disebabkan oleh bermacam-macam hal, antara lain faktor pre dan pasca natal, pola asuh orangtua, faktor genetik dan sebagainya. Salah satu gangguan perkembangan tersebut adalah ADD, yaitu adanya pola yang menetap dari innatention yang disertai dengan impulsivitas pada seseorang. Gejala ini dapat diketahui sebelum usia 7 tahun dan dapat terjadi dalam berbagai macam situasi seperti situasi rumah, sekolah, bermain atau situasi sosial lainnya. Perilaku anak ADD yang cenderung seenaknya sendiri, seringkali menyebabkan ia mengalami kesulitan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, baik orangtua, teman sebaya atau lingkungan sekitarnya. Perilaku mereka ini sebenarnya tidak disadari
sepenuhnya oleh si anak. Hal ini lebih disebabkan oleh faktor internal dimana ia tidak pernah berpikir panjang dan mudah beralih perhatiannya pada stimulus yang menariknya. Selain itu anak ADD cenderung tidak dapat mengendalikan diri sehingga membuatnya kelihatan tidak tahu norma-norma yang ada (Dobson, 2005). Berdasarkan pengamatan di lapangan, perilaku ADD tersebut akan sangat terlihat saat si penyandang berada dalam situasi yang lebih terstruktur, misalnya di sekolah. Salah satu permasalahan anak ADD adalah ketidakmampuannya untuk memusatkan perhatian pada situasi yang sedang dihadapinya. Kesulitan anak ADD dalam memusatkan perhatian nantinya akan berdampak pada beberapa sendi kehidupannya, antara lain dalam proses pembelajaran dan sosialisasinya. Biasanya mereka mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Daya tangkap visual anak ADD tidak dapat dipahami
dan diolah secara benar di otaknya sehingga hal ini seringkali membuatnya kesulitan terlebih saat belajar membaca dan menulis. Membaca merupakan ketrampilan neurologis yang cukup kompleks, karena membutuhkan pengenalan simbol-simbol dan transmisi ke otak, dimana mereka harus dikirimkan, diingat dan diutarakan dalam bentuk bahasa. Dalam proses tersebut diperlukan perhatian yang baik, sedangkan anak ADD memiliki tingkat perhatian yang termasuk tidak baik. Oleh karena itu seringkali anak ADD juga mengalami keterlambatan dalam berbicara. Kesulitan anak dalam membaca biasanya akan berhubungan dengan kemampuan menulisnya. Selain permasalahan pembelajaran, anak ADD juga mengalami permasalahan dalam hal sosialisasinya. Lingkungan sekitarnya memberi cap “anak nakal“ karena anak ADD seringkali kesulitan untuk mematuhi instruksi orang lain. Kesulitan ini merupakan salah satu akibat dari ketidakmampuan anak untuk memberikan perhatian dengan baik pada situasi yang dihadapinya. Seringkali lingkungan tidak mau melihat secara keseluruhan perilaku yang ditunjukkan oleh penyandang ADD. Orangtua memarahi karena anak sangat nakal dan sikap guru yang memberi cap “ bodoh “, malas dan suka berbuat onar pada anak ADD dapat membuat gangguan ADD ini menjadi semakin kompleks. Untuk kedepannya, proses pendewasaan dan perubahan kelenjar yang berhubungan dengan pubertas sering menenangkan remaja ADD yang berusia 12-18 tahun (Dobson, 2005). Secara garis besar anak ADD seringkali mengalami gangguan dalam proses pembelajaran dan sosialisasi dengan orang lain karena kurang bisa fokus pada apa yang sedang dikerjakannya. Anak ADD menanggapi stimulus yang diterima dengan emosi yang berlebihan, misalnya saat akan meminjam mainan temannya, anak ADD langsung merebut mainan tanpa mengutarakan
keinginannya untuk meminjam mainan tersebut. Salah satu penyebab gangguan ADD secara umum adalah kelainan fungsi otak yang mungkin disebabkan oleh cedera otak (Flanagen, 2005). Hal ini nantinya akan mempengaruhi pemusatan perhatian anak ADD, dimana perhatian diatur didalam otak depan sebelah kiri manusia (Lobus Frontalis Hemisphere kiri). Dennison (2002) mengatakan bahwa dalam Brain Gym terutama dalam dimensi pemfokusan, terdapat gerakangerakan yang berguna untuk menstimulasi otak bagian depan (Lobus Frontalis dan otak bagian belakang agar dapat berfungsi dengan maksimal. Berdasarkan salah satu penyebab gangguan ADD ini, maka Brain Gym dirasakan cukup relevan dengan permasalahan subyek yaitu untuk meningkatkan konsentrasi anak (Dennison, 2003). Brain Gym merupakan suatu serangkaian aktivitas fisik yang didalamnya terdapat gerakan-gerakan yang sederhana yang berguna untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran seseorang, baik normal maupun dengan kebutuhan khusus. Pembelajaran ini bermacam-macam, salah satunya adalah pembelajaran untuk memberikan perhatian pada situasi yang sedang dihadapinya. Jadi Brain Gym ini cukup fleksibel karena dapat diterapkan pada anak normal maupun anak dengan kebutuhan khusus, seperti ADD. Gerakan Brain Gym yang sederhana dan menyenangkan dirasakan lebih sesuai dan dekat dengan dunia anak-anak yang identik dengan suatu kesederhanaan, kepolosan dan kesenangan. Salah satu tujuan dari Brain Gym ini adalah untuk meningkatkan rentang perhatian seseorang sehingga memudahkan proses pembelajaran seseorang.Freeman (www.iamthechild, 2006) mengatakan bahwa anak dengan kebutuhan khusus seperti anak ADD membutuhkan gerakan-gerakan Brain Gym untuk menghilangkan stres akibat kerusakan neurologisnya atau beberapa bagian sistem syarafnya.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut efek pemberian Brain Gym untuk meningkatan perhatian anak ADD.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain Quasi Experimental (eksperimen semu) jenis equivalent time samples design (desain ekperimen seri). Subjek perlakuan sekaligus digunakan sebagai kontrol. Bila ada perubahan hasil pengukuran pada baseline dan post-test maka dianggap ada efek dari perlakuan. Peneliti melakukan treatment pada kedua subjek di ruangan dan pelaksana treatment yang sama sebagai kontrol terhadap subjek. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang anak yang sudah didiagnosa ulang oleh peneliti dibantu dengan sudut pandang supervisor (ahli, dalam hal ini pembimbing), mengalami gangguan ADD dan berusia antara 8 – 13 tahun. Diagnosa ulang ini dilakukan pada subyek yang telah didiagnosa oleh psikolog lebih dari 6 bulan atau subjek yang sama sekali belum pernah didiagnosa oleh psikolog. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: 1. Observasi (Pengamatan) Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat semi terstruktur. 2. Wawancara Dalam penelitian ini akan digunakan wawancara dengan pedoman umum dimana dalam proses wawancara peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, mencantumkan hal-hal yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit.
3. Rating Scale Perhatian Dalam penelitian ini, untuk mengungkap tingkat perhatian pada anak ADD digunakan Rating Scale perhatian teknik Thurstone yang dibuat berdasarkan gejala inattention pada kriteria diagnostik ADD dalam DSM IV. Penyajian rating scale perhatian anak ADD diberikan dalam bentuk rentang nilai yang bergerak dari 1 sampai dengan 10. Nilai 1 berarti sangat sulit memberikan perhatian dan 10 sangat memperhatikan. Validitas alat ukur penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yaitu taraf sejauh mana isi alat ukur telah dianggap dapat mengukur hal-hal yang dapat mewakili keseluruhan isi yang hendak diukur oleh alat ukur tersebut. Pengujian pengukurannya melalui analisa rasional atau professional judgment (Azwar, 1992). Dalam penelitian ini digunakan reliabilitas hasil rating untuk meminimalkan pengaruh subjektifitas pemberian skor dan digunakan beberapa orang rater (inter rater), alat ukur ini diberikan pada dua orang rater pada situasi sekolah yaitu guru dan peneliti. Alat ukur isi dalam tiga waktu yang berbeda dalam proses menentukan Base Line pada tiap subjek. Data yang didapatkan dari beberapa kali pengukuran beberapa orang rater tersebut akan dianalisis menggunakan perhitungan statistik untuk melihat reliabilitas alat ukur yang dipergunakan, yaitu : rating scale perhatian di sekolah. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain Quasi Experimental (eksperimen semu) jenis equivalent time samples design (desain ekperimen seri). Gambaran desainnya adalah sebagai berikut: Langkah Penelitian 1. Seleksi Subjek 2. Persiapan Alat Ukur a. Setelah langkah diatas kemudian dibuat Rating Scale perhatian yang berdasarkan inattention pada kriteria diagnostik ADD dalam DSM IV.
b. Dilakukan tryout preliminer terhadap rancangan rating scale perhatian yang telah dibuat. 3. Baseline Pengukuran baseline ini menggunakan rating scale perhatian sekolah dan dilakukan selama satu minggu. Pengukuran baseline diperoleh dengan cara membandingkan data (dari observasi, wawancara dan alat ukur) yang diperoleh dari 2 rater yaitu peneliti dan guru (situasi sekolah). Data baseline hasil dari pengukuran ini dianggap sebagai pretest. 4. Perlakuan (Treatment) Perlakuan Brain Gym diberikan setiap hari selama tiga minggu dengan rincian pertemuan sebanyak 21 kali. Insruktur Brain Gym dilakukan oleh peneliti sendiri. 5. Evaluasi dan Posttest Evaluasi dan posttest dilakukan 3 kali yaitu 2, 4 dan 6 hari setelah pemberian treatment yang terakhir dengan menggunakan alat ukur yang sama seperti pada saat pretest yaitu Rating Scale Perhatian. Evaluasi ini
berguna untuk melihat apakah perhatian subyek penelitian dapat meningkat dan cenderung stabil dalam beberapa situasi meskipun sudah tidak dilakukan treatment. Evaluasi dan posttest dilakukan pada hari yang sama untuk melihat kekonsistenan perhatian subjek kemudian ditarik garis besar dan dibandingkan dengan hasil pretest dan dianalisis. Teknik analisis untuk rancangan penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisa individual dengan menggunakan analisa grafik yang terdapat skor alat ukur saat baseline, treatment, posttest dan follow up. Sedangkan teknik analisis kualitatif dalam penelitian ini menggunakan proses berpikir induktif; artinya, dalam pengujian hipotesis bertitik tolak dari data yang terkumpul kemudian disimpulkan.
HASIL PENELITIAN
Subjek A Hasil Rating Scale Perhatian pada subjek A diperoleh untuk Baseline1 (B1) = 166, B2 = 165 dan B3 = 166. Kondisi yang hampir setara ini memungkinkan dilakukannya penelitian terhadap subjek A. Setelah dilakukan Treatment (T) dengan menggunakan Brain Gym, diberikan 3 kali Posttest dengan hasil sebagai berikut : Posttest 1 (P1) = 219, P2 = 234 dan P3 = 239. Setelah beberapa waktu, peneliti mencoba melihat efek dari follow up yang telah dilakukan oleh keluarganya. Dari hasil follow up diperoleh F.U = 229. Selisih skor antara baseline 1 dan posttest 1 = 53, skor antara baseline 2 dan posttest 2 = 69 dan skor antara baseline 3 dan posttest 3 = 73. Selisih skor antara follow up dan posttest 3 = 10. Berdasarkan hasil data di atas, secara umum terjadi kenaikan nilai pada Rating Scale perhatian selama 3 kali pengukuran berdasarkan selisih antara Baseline dan Posttest masing-masing 53, 69 dan 73 yang berarti ada peningkatan perhatian pada subjek pertama tiap pengukuran. Peningkatan ini antara lain disebabkan karena Brain Gym yang dilakukan memberikan dampak terhadap sikap subjek yang mulai tenang sehingga dapat membantunya untuk dapat mengendalikan dirinya dan memberikan perhatian dengan lebih baik serta memahami pekerjaan dan kondisi yang sedang dihadapinya. Subjek relatif mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain dan mulai ada kesadaran untuk menyelesaikan tugasnya sampai selesai. Pemberian Brain Gym oleh orangtuanya di rumah untuk mendukung proses pembelajaran subjek walaupun sudah tidak diberikan treatment juga merupakan faktor pendukung dalam menjaga keadaan perhatian subyek A dalam berbagai situasi khususnya di sekolah. Dalam keseharian subjek, masih ada beberapa kekurangan yang masih ditampakkan dalam hal kesalahan dalam menulis yaitu huruf yang terkadang masih tertinggal dan agak seenaknya sehingga
memberikan kesan tulisannya jelek, lupa dalam beberapa hal serta terkadang masih reaktif terhadap suara tertentu misalnya : suara teman. Namun secara umum subjek sudah mulai mau menurut kalau diingatkan. Sosialisasi subjek termasuk kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada saat istirahat di sekolah subjek sering bermain sendiri walaupun kadang-kadang bermain bersama teman lain. Subjek lebih senang bermain dengan anakanak yang lebih kecil umurnya yaitu kelas 2. Hal ini mungkin disebabkan di sekolahnya subjek sering menjadi sasaran keusilan temantemannya kelas 5 dan 6 karena perilaku ADDnya. Selisih antara follow up dan posttest 3 sebesar 10 menunjukkan adanya penurunan rentang perhatian. Penurunan skor perhatian dari 73 (selisih posttest 3 dan baseline 3) sampai 10 (selisih follow up dan posttest 3) pada subjek A pada situasi sekolah dipengaruhi oleh berhentinya treatment berupa Brain Gym yang dulu sempat diberikan secara teratur oleh orangtuanya dirumah yang diakibatkan karena kesibukan orangtuanya. Beberapa hal yang menurun antara lain : subjek sering terganggu perhatiannya oleh suara atau objek yang didengar atau dilihatnya. Selain itu perilaku merusak alat tulis miliknya maupun temannya mulai muncul. Selain hal yang menurun, ada hal yang menurut gurunya cenderung meningkat yaitu kelengkapan huruf saat menulis. Subjek B Hasil Rating Scale perhatian pada subyek B diperoleh untuk Baseline1 (B1) = 151, B2 = 153 dan B3 = 150. Kondisi yang hampir setara ini memungkinkan dilakukannya penelitian terhadap subjek B. Setelah dilakukan Treatment (T) dengan menggunakan Brain Gym, diberikan 3 kali Posttest dengan hasil sebagai berikut : Posttest1 (P1) = 189, P2 = 192 dan P3 = 191. Setelah beberapa waktu, peneliti mencoba melihat efek dari follow up yang telah
dilakukan oleh keluarganya. Dari hasil follow up diperoleh F.U = 163. Selisih skor antara baseline 1 dan posttest 1 = 38, skor antara baseline 2 dan posttest 2 = 39 dan skor antara baseline 3 dan posttest 3 = 41. Selisih antara skor antara follow up dan posttest 3 = 28. Berdasarkan hasil data diatas, secara umum terjadi kenaikan nilai pada Rating Scale perhatian selama 3 kali pengukuran berdasarkan selisih antara Baseline dan Posttest masing-masing 38, 39 dan 41 yang berarti ada peningkatan perhatian pada subjek B pada tiap pengukuran. Peningkatan ini diperlihatkan dengan sikap bertanggung jawab terhadap alat tulis dan bukunya sehingga ia jarang sekali diberikan hukuman oleh gurunya karena alat tulis dan bukunya jarang ketinggalan. Tanggung jawab ini juga terlihat pada bukunya yang sekarang sudah tidak dicoret-coret. Subjek juga sudah mulai bisa mengerjakan pekerjaannya di sekolah dengan lebih tenang. Faktor orangtua yang berusaha terus memberikan Brain Gym pada subjek walaupun tiap dua hari sekali dan terkadang lupa, menurut peneliti turut mempengaruhi peningkatan perhatian subjek selain treatment yang telah diberikan oleh peneliti. Beberapa hal yang masih sering dilakukan oleh subjek pada saat belajar adalah beberapa kali tangannya masih memainkan barang-barang yang ada di dekatnya misalnya : pensil dan penggaris dan menggaruk-garuk kepala. Terkadang subjek juga masih menyela. Hal ini biasanya dilakukan pada kondisi ia ingin mengadu pada gurunya. Selain itu terkadang subjek masih terganggu dengan suara di sekitarnya seperti suara teman di luar kelas. Sosialisasi subjek termasuk kurang. Hal ini dipengaruhi oleh sikap mudah menyerah saat ia menemui kesulitan. Sikap teman-temannya yang selalu mengejek saat subjek tidak bisa menjawab pertanyaan atau tidak melakukan dengan benar sesuatu yang disuruh oleh orang lain memberikan pengaruh psikologis pada subjek
yang nantinya juga akan mempengaruhi proses sosialisasi dan perhatiannya. Selisih antara follow up dan posttest 3 sebesar 28 menunjukkan adanya penurunan perhatian. Penurunan skor perhatian dari 41 (selisih posttest 3 dan baseline 3) sampai 28 (selisih follow up dan posttest 3) pada subjek B pada situasi rumah dipengaruhi oleh berhentinya treatment berupa Brain Gym yang dulu sempat diberikan secara teratur oleh orangtuanya karena kesibukan orangtuanya sehingga mereka lupa untuk mengingatkan subjek. Beberapa hal yang menurun antara lain : dalam hal tulisan, intensitas berbicara dan bergurau yang meningkat sehingga mempengaruhi perhatiannya, serta masalah kedisiplinan dalam menyelesaikan tugas yang menurun. Hal yang meningkat dalam situasi sekolah adalah nilai subjek sudah ada peningkatan dan jarang lupa dalam kelengkapan sekolahnya. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis individu tiap subjek dengan menggunakan grafik baseline dan posttest Rating Scale perhatian disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara baseline dan post test, yang berarti bahwa Brain Gym memberikan efek dalam meningkatkan perhatian anak ADD. Perilaku kurang perhatian kedua subjek pada saat baseline antara lain adalah : sering lupa menuliskan huruf (tulisan cenderung jelek), perhatian tidak dapat bertahan lebih dari 10 menit, sering lupa, sering tidak menyelesaikan pekerjaan yang dihadapi, reaktif terhadap stimulus baik suara ataupun benda (listrik dan televisi) dan seringkali merusakkan barang (alat tulisnya) maupun temannya. Setelah dilakukan treatment berupa Brain Gym, kedua subjek mengalami peningkatan perhatian pada rating scale perhatian. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan perilaku yang berhubungan dengan perhatian kedua subjek
antara lain : mampu menyelesaikan tugas dengan lebih tenang, mampu memberikan perhatian lebih dari 10 menit, sudah jarang lupa dan mau bertanggungjawab terhadap alat tulisnya, relatif lebih jarang mengalami kekurangan huruf saat menulis, dan jarang menyela orang lain. Peningkatan perhatian subjek A dan B dapat dilihat secara lebih rinci pada lampiran pada halaman. Hal yang menyebabkan meningkatnya perhatian kedua subjek adalah : Brain Gym yang diberikan oleh peneliti selama treatment kepada kedua subjek. Kedua subjek masih memiliki permasalahan kurang dapat memperhatikan dengan baik yang berpengaruh pada sosialisasinya dimana gejala yang masih nampak antara lain adalah : lupa, sering reaktif terhadap suara dan lain sebagainya. Peneliti menilai bahwa hal ini adalah wajar karena tidak semua gejala dapat langsung hilang. Hal ini disebabkan antara lain karena rentang perhatian seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal (misalnya : kurang maksimalnya kerja otak), namun juga dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti situasi lingkungan subjek yang kurang mendukung dan lain sebagainya. Dalam situasi sekolah, kedua subjek mengalami permasalahan yang berpengaruh pada perhatiannya. Mereka sering diejek dan dijadikan sasaran keusilan oleh temantemannya. Hal ini masih berlangsung sampai sekarang. Subjek A bersekolah di sekolah khusus yang rata-rata kemampuan temantemannya hampir sama sehingga hal tersebut lebih memudahkan proses adaptasinya. Selain itu peraturan yang diterapkan di sekolah tidak seketat dibandingkan dengan sekolah umum. Sedangkan subjek B harus lebih banyak untuk menyesuaikan diri dengan kemampuan temantemannya yang rata-rata perhatiannya lebih baik daripada dirinya sehingga permasalahan akademik dan peraturan menjadi suatu hal yang “memberatkan “ bagi subjek B. Selain itu perhatian yang diberikan seorang guru di sekolah umum tidak dapat maksimal
dibandingkan dengan sekolah khusus karena banyaknya siswa yang harus dihadapi. Gangguan ini dialami oleh beberapa anak ADD yang nantinya akan mengganggu perhatian yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya (Flanagen, 2005) . Peneliti dapat menyimpulkan berdasarkan hasil dari penelitian di atas, bahwa dengan menggunakan Brain Gym dan dilaksanakan secara rutin, dapat membantu meningkatkan rentang perhatian anak ADD. Fungsi dari Brain Gym antara lain adalah membuat anak ADD untuk mengatasi ketegangan yang dialaminya sehingga penyaluran informasi yang diterima oleh otak belakang ke otak depan yang berfungsi sebagai pengungkapan (respon stimulus) menjadi terhambat. Dengan demikian karena banyaknya informasi yang diterima otak belakang sedangkan proses penyaluran informasinya ke otak depan mengalami gangguan, sehingga anak mengalami kurang dapat memperhatikan dengan baik. Aktivitas Brain Gym (khususnya gerakan meregangkan otot) dapat membantu melepaskan ketegangan yang tertahan dalam otot dan tendon yang menahannya sehingga dapat membantu anak untuk mengurangi gejala kurang perhatiannya (Freeman, 2006). Dengan berkurangnya ketegangan, maka rentang perhatian subjek akan mengalami peningkatan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasar hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Brain Gym itu memberikan efek dalam meningkatkan perhatian pada anak ADD. Hal ini tampak dari analisis individual yang menunjukkan adanya pengurangan gejala kurang dapat memperhatikan dengan baik pada masing-masing subjek dan hasil analisis kelompok dengan menggunakan analisis grafik menunjukkan adanya
perbedaan nilai perhatian antara baseline dan post test. Sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut : 1. Bagi terapis dan psikolog Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi terapis dan psikolog dalam menggunakan Brain Gym sebagai salah satu cara untuk membantu para penyandang ADD meningkatkan perhatiannya. 2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian lain yang akan mengambil topik pembahasan yang serupa, disarankan agar memperhatikan peran peneliti yang benarbenar hanya sebagai peneliti. Instruktur treatment sebaiknya dilakukan oleh orang lain karena apabila peneliti juga berperan sebagai seorang instruktur treatment sekaligus rater dikhawatirkan akan mempengaruhi objektivitas dalam memberikan penilaian terhadap subjek penelitian.
Ahmadi, H., Supriyono, A., Widodo. 1991. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta Amen
Clinic. 2006. http://www.amenclinic.com/bp/atlas/c h12.php
Ancok, D. 1987. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada Atkinson, R.L.,Atkinson, R.C. dan Hilgard, E.R. 1993. Pengantar Psikologi : Jilid 2. Alih Bahasa : Dra. Nurdjannah Taufiq. Jakarta : Penerbit Erlangga Azwar, S. 1992. Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset _____. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Child
Development Institute. 2006. www.childdevelopmentinfo.comdisord ersadhd.shtml.htm
DAFTAR PUSTAKA ---------. 2006. http//: biausa.org/ pages/ brain_maps.html
Chong, D. 2005. Workshop Brain Gym Therapy. 20-21 Desember. 2005 Semarang
---------.2006.http://www.specialchild.com/ archives/1a-052.html
Dennison, Paul dan Gail.2003. Brain Gym. Jakarta : PT Grasindo
---------.2006 .http://myweb.tiscali.co.uk/oxfordbrain gym/researh.htm
Dennison, Paul dan Gail. 2002. Relationship Beetween the Lack of Left/ Right Hemispheric Integration and Learning Problems. http://www.rainbowjourney.org/braingym3.htm
----------. 2007. attention
http//:en.wikipedia.org/
----------. 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM IV). Washington : American Psychiatric Association.
Dobson, J. 2005. Anak Hiperaktif. ogyakarta. ANDI Offset Fisher,Barbara,C.2006.http://www.brainevalu ation.com/articles/traumaticchildren.ht ml
Flanagen, R. 2005. ADHD Kids : Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Alih Bahasa : Pamungkas, B, Adiantari, T., Tri Wilujeng, T. Jakarta. Prestasi Pustaka Publisher Freeman, C.K. 2002. http://www.iamthechild.com/ braingym.html ___________. 2006. http:// www.iamthechild.com/braingym.html Gunadi, T. 2005. Pelatihan Dasar Brain Gym dan Snoezelen untuk Anak dengan Kebutuhan Khusus. 26 Maret 2005 . Jakarta : Universitas Indonesia Hadi, S. 2000. Metodologi Research untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi : Jilid I. Yogyakarta : Andi Offset Hannaford, C.1990. The Brain Gym : Option for Hyperactivity, Attention Deficit Disorder, Emotional Handicaps ,Special Education, Learning Disabilities and Fetal Alcohol Syndrom. Australian Journal of Remedial Education. Perth. Vol. 26 No. 1 (7) Haryanti, K dan Setyorini, D. 2002. Psikologi Eksperimen. Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Katholik Soegijapranata Judarwanto, W. 2007. Deteksi dini ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Jurnal Medis. http://putera kembara.org/rm/adhd2.shtml Kaplan dan Saddock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, Jilid Dua. Alih Bahasa :Widjaja Kusuma. Jakarta : Binarupa Aksara.
Latipun.2006. Psikologi Eksperimen, Edisi Kedua. Malang : Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang Lestariningsih, S. 2004. Hiperaktif, “anak nakal “ yang Butuh Pertolongan. No. 15.31 Juli-13 Agustus. Jakarta : PT Grafika Multi Warna Nadesul, H., Dr dkk. 2003. Memahami Otak. Jakarta : Penerbit Kompas. Nanik, Ekowarni E., 2003. Terapi Modifikasi Perilaku, Diet dan Obat untuk Penanganan Perilaku Hiperaktivitas pada Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas. Anima Indonesian Psychological Journal. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Vol 18. No. 2 ( 137 – 156 ) Oltman, S., Pivirotto, L., 2000. www.cwu.edu/~chem/courses/chem56 4/Scott_Laura_ADHD.htm Pantecost, David.2004. Menjadi Orangtua Anak ADD/ ADHD, Tidak Sanggup? Tidak Mau?. Jakarta. Dian Rakyat Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Solso,
Rakhmat. 2005 library.gunadarma.ac.id
.http//:
Suryabrata, S. 1990. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rajawali Press Wasito. 1995. Pengantar Metodologi Penelitian : Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Wibowo C.S, 1999. Pengaruh Amitriptilin terhadap Sistem Kardiovaskuler Sebagai Efek Samping pada Terapi Anak-Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian atau Hiperaktif .Jiwa, Majalah Psikiatri. Jakarta : Indonesian Psychiatric Quarterly. Tahun XXXII no. 3 (270)