#31
BULETIN SKK MIGAS
November 2015
EFEK BERGANDA INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS BUMI
Mengkaji Strategi Eksplorasi Migas
SKK MigasUniversitas Aberdeen Jalin Kerja Sama Pendidikan
Suyoto Bupati Bojonegoro Migas untuk Kesejahteraan Rakyat
Sinergi Pengamanan Fasilitas Hulu Migas
Memperkenalkan Industri Hulu Migas ke Publik Aceh
4
8
DAFTAR ISI 20
REDAKSI Pelindung Amien Sunaryadi Budi Agustyono
SALAM REDAKSI
3
FOKUS
PERSPEKTIF
Penanggungjawab Elan Biantoro Pemimpin Redaksi Zudaldi Rafdi Editor Heru Setyadi Ryan B. Wurjantoro Tim Redaksi Adhitya C. Utama Alfian Galuh Andini Heri Slamet Ruby Savira Suhendra Atmaja
SEREMONIAL BIANGLALA
Berganda Mengkaji Kegiatan Sinergi Pengamanan 4 Efek Industri Hulu Minyak 8 Strategi Eksplorasi 10 SKK Migas Pusat 16 Fasilitas Hulu Migas dan Gas Bumi
Migas
Daerah 6 Dari untuk Daerah
17 Mengantisipasi Penggenangan Bendungan Marangkayu
Redaksi menerima masukan artikel melalui :
[email protected] [email protected] Redaksi : Sub Bagian Komunikasi dan Protokol SKK Migas Alamat : Gedung Wisma Mulia Lt.30, Jl. Jend. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 Facebook : Humas SKK Migas Twitter @HumasSKKMigas
www.skkmigas.go.id
FIGUR
18 Suyoto
Bupati Bojonegoro
Migas untuk Kesejahteraan Rakyat
SPEKTRUM Migas20 SKK Universitas
Aberdeen Jalin Kerja Sama Pendidikan
Suplai, 21 Menjaga Membangkitkan Industri
2
Info
22
Memperkenalkan Industri Hulu Migas ke Publik Aceh
SALAM REDAKSI
MEMBALIK KURVA
Grafik harga minyak mentah belum menunjukkan titik balik ke posisi yang menggembirakan menjelang akhir tahun ini. Dalam setahun terakhir, perkembangan bisnis di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) belum terlalu menggairahkan, di mana perusahaan migas masih sedikit menahan diri untuk berinvestasi. Efisiensi dan restrukturisasi pun menjadi pilihan untuk tetap bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan. Imbasnya, jumlah aktivitas eksplorasi dan produksi berkurang dengan alasan faktor keekonomian. Kondisi yang dihadapi sektor hulu migas sekarang memang penuh tantangan. Namun apabila dicermati, perubahan dan ketidakpastian telah menjadi bagian dari “perjalanan hidup” hulu migas sejak industri ini mulai berkembang. Para pelaku usaha di industri hulu migas tidak bisa menghindari siklus naik turunnya harga minyak. Satu hal yang perlu dicermati, meski kurva harga minyak mentah sedang dalam posisi terendah, peluang untuk meraih hasil yang optimal tetap ada. Hingga 20 tahun ke depan, migas masih memegang peranan penting sebagai sumber pendapatan negara, sumber energi, dan mesin penggerak ekonomi. Hanya saja, masa keemasan migas di Indonesia telah berlalu. Kini, sektor hulu migas dihadapkan pada volume produksi yang terus turun, jumlah cadangan yang semakin berkurang, serta fasilitas migas yang kian tua. Dengan prediksi kenaikan konsumsi migas mencapai dua kali lipat pada 2035, Indonesia tidak punya pilihan selain mencari cadangan sebanyak-banyaknya mulai sekarang. Keberadaan cadangan baru dibutuhkan agar Indonesia bisa memenuhi kebutuhan migas domestik dan tidak bergantung pada impor. Selalu ada kesempatan dalam kesempitan. Kondisi seburuk apa pun tetap menawarkan sebuah peluang bagi seseorang
untuk keluar dari keterpurukan. Hal serupa juga dihadapi sektor hulu migas. Turunnya harga minyak mentah tidak hanya berimbas pada perusahaan migas, tetapi juga memberikan efek domino terhadap perusahaan penyedia barang dan jasa di industri hulu migas. Harga layanan jasa dan barang penunjang pun disesuaikan mengikuti fluktuasi harga minyak mentah. Kondisi ini sebenarnya menyuguhkan kesempatan bagi perusahaan migas untuk memperbanyak kegiatan eksplorasi. Harapannya, saat cadangan migas baru ditemukan, harga minyak mentah sudah kembali stabil di level yang menguntungkan. Kurva yang turun pun akan berbalik naik. Migas telah memberikan manfaat besar bagi bangsa Indonesia. Namun Indonesia hendaknya tidak menjadi bangsa yang hanya mampu menghabiskan cadangan sumber daya alam tanpa berupaya menggali lebih dalam untuk mencari sumber yang masih terpendam. Perjalanan bangsa ini masih panjang dan membutuhkan bekal yang bisa bertahan lama. Bekal tersebut perlu dipersiapkan mulai sekarang sehingga generasi berikutnya bisa turut menikmati keberhasilan dan kemakmuran yang telah diraih saat ini.
Elan Biantoro
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat
November 2015 | BUMI
3
FOKUS
EFEK BERGANDA INDUSTRI HULU MINYAK DAN GAS BUMI Oleh: Suhendra Atmaja/
[email protected]
Sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) memiliki peranan yang strategis bagi negara. Sejak Indonesia merdeka, sektor hulu migas tercatat sebagai salah satu penyumbang devisa terbesar kedua setelah pajak. Selain itu, sektor hulu migas menjadi penyedia sumber energi bagi bangsa. Dari berbagai sumber energi yang tersedia di Indonesia, migas masih menjadi sumber energi utama. Pasokan migas untuk memenuhi kebutuhan energi nasional mencapai 70 persen dari total sumber energi yang ada. Masih besarnya pasokan migas tidak lepas dari masih besarnya konsumsi migas nasional. Apalagi, konsumsi migas terus mengalami kenaikan dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy Juni 2015, konsumsi minyak bumi di Indonesia pada 2014 mencapai 1,641 juta barel per hari atau naik 1 persen dibanding konsumsi pada 2013 sebesar 1,615 juta barel per hari. Sementara konsumsi gas nasional pada 2014 mencapai 34,5 juta ton setara minyak atau naik 5,1 persen dibanding konsumsi pada 2013 sebesar 32,8 juta ton setara minyak. Perkembangan ekonomi nasional menjadi salah satu kontributor terhadap kenaikan konsumsi migas nasional. Selain itu, jumlah penduduk Indonesia makin bertambah tiap tahun. Industri hulu migas pun terus berupaya meningkatkan produksi agar kebutuhan energi bisa terpenuhi sehingga ketahanan energi nasional tetap terjaga. Pemerintah terus mendorong kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan-cadangan baru guna memenuhi kebutuhan
4
energi saat ini maupun di masa depan. Penemuan cadangan migas baru tidak hanya menjamin terpenuhinya kebutuhan energi nasional di masa sekarang maupun masa depan. Keberadaan industri hulu migas menciptakan efek lingkup berganda (multiplier effect) bagi sektor lain. Sistem kontrak kerja sama yang diterapkan dalam bisnis hulu migas di Indonesia membuka peluang bagi peningkatan kapasitas nasional. Sistem tersebut memungkinkan SKK Migas selaku institusi pemerintah yang bertugas mengawasi dan mengendalikan kegiatan usaha hulu migas untuk memaksimalkan kapasitas nasional di industri hulu migas, salah satunya di bidang ketenagakerjaan. Seperti diketahui, industri hulu migas merupakan industri padat karya. Sektor strategis ini menyediakan lapangan pekerjaan yang terbuka lebar bagi sumber daya manusia Indonesia. Berdasarkan data SKK Migas, jumlah tenaga kerja Indonesia di industri hulu migas terus meningkat seiring bertambahnya jumlah kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) yang melakukan eksplorasi di wilayah kerja baru maupun pengembangan di wilayah kerja yang sudah berproduksi. Hingga akhir 2014, tenaga kerja Indonesia yang bekerja di industri hulu migas mencapai 32.292 pekerja atau 96,4 persen dari total. Sementara jumlah tenaga kerja asing hanya 1.165 pekerja atau sebesar 3,6 persen. “Industri hulu migas nasional berkomitmen menjadikan tenaga kerja lokal sebagai tuan rumah di negeri sendiri,” kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi. Kontribusi industri hulu migas di bidang ketenagakerjaan tidak terbatas pada penyediaan lapangan kerja. Melalui
program tanggung jawab sosial, kontraktor KKS berupaya memberdayakan warga di sekitar area operasi dengan memberikan pelatihan kerja. Pelatihan ini bertujuan membekali warga setempat dengan keahlian dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bisa bekerja di lapangan migas. Kontraktor KKS juga membuka kesempatan magang bagi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di lapangan migas yang dioperasikan oleh kontraktor KKS lainnya. Program ini merupakan bentuk komitmen industri hulu migas dalam meningkatkan kapabilitas dan kapasitas tenaga kerja Indonesia. Melalui program pengembangan pekerja lintas kontraktor KKS tersebut, pekerja lokal menunjukkan adanya peningkatan kompetensi dasar dalam hal sikap kerja, keterampilan teknik, serta keselamatan kerja. “Sebagai industri yang padat modal dan padat teknologi, industri hulu migas membutuhkan dukungan sumber saya manusia yang mumpuni. Itulah mengapa tenaga kerja lokal perlu dibekali dengan keahlian dan keterampilan sesuai kualifikasi yang diperlukan,” kata Deputi Pengendalian Dukungan Bisnis SKK Migas, Rudianto Rimbono. Efek lingkup berganda yang ditimbulkan sektor hulu migas tidak hanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat teknis. Sektor perbankan nasional turut merasakan riak positif dari sektor hulu migas. Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/10/PBI/2014 tentang Penerimaan Devisa Hasil Ekspor dan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri menyebutkan bahwa seluruh devisa hasil ekspor harus diterima melalui bank nasional, termasuk devisa dari hasil ekspor migas. Peraturan ini membuka kesempatan bagi bank nasional untuk menjadi trustee paying agent dalam mengelola penjualan ekspor migas. Sejak 2009, transaksi industri hulu migas
melalui bank nasional tercatat mencapai sekitar US$44,9 miliar. Peran bank nasional makin bertambah karena kontraktor KKS wajib menjalankan proses penutupan dan pemulihan tambang (abandonment and site restoration/ASR). Guna menjamin ketersediaan dana untuk keperluan restorasi dan rehabilitasi wilayah kerja, kontraktor KKS wajib mencadangkan dana ASR saat menyusun rencana pengembangan lapangan (plan of development/POD). Dana yang dicadangkan harus ditempatkan di bank nasional dan disetorkan setelah POD disetujui. Pencadangan dana ASR membuat bank nasional menjadi lebih sehat karena memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang bagus. Selain memberikan dampak positif bagi sektor lain, sektor hulu migas juga berupaya membangun kemandirian ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah kerja. Melalui program tanggung jawab sosial, kontraktor KKS memberikan berbagai pelatihan keterampilan dan kerajinan tangan, mulai dari pelatihan menjahit, las listrik, perbaikan dan perawatan peralatan elektronik maupun mesin, hingga budidaya ikan dan tanaman pangan. Pelatihan tersebut menjadi bekal bagi warga sekitar wilayah kerja untuk membuka usaha sehingga mereka bisa mandiri secara ekonomi. Program tanggung jawab sosial yang dilaksanakan industri hulu migas tidak hanya fokus di bidang ekonomi, tetapi juga pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan umum, serta lingkungan. Program ini menjadi bentuk kepedulian sektor hulu migas terhadap masyarakat sekitar sehingga seluruh pihak bisa turut merasakan kontribusi positif dari kegiatan eksplorasi dan produksi migas.
November 2015 | BUMI
5
FOKUS
DARI DAERAH UNTUK DAERAH Oleh: Suhendra Atmaja/
[email protected]
Keberadaan industri hulu minyak dan gas bumi (migas) tidak hanya menciptakan efek lingkup berganda (multiplier effect) bagi sektor di luar hulu migas dan masyarakat di sekitar wilayah kerja migas. Pemerintah daerah penghasil migas pun turut menikmati hasil dari kegiatan usaha hulu migas. Seperti diketahui, uang dari hasil komersialisasi migas yang menjadi bagian negara masuk ke kas negara. Pemasukan tersebut selanjutnya digunakan pemerintah untuk membiayai pembangunan sesuai program kerja yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun penerimaan negara dari hasil komersialisasi migas tidak hanya digunakan untuk membiayai program-program yang dilaksanakan pemerintah pusat. Pemerintah daerah tempat migas dihasilkan juga ikut menikmati melalui alokasi Dana Bagi Hasil (DBH). DBH yang dikucurkan Kementerian Keuangan tidak hanya menjadi hak milik kabupaten/kota penghasil migas. Pemerintah provinsi tempat kabupaten/kota tersebut berada juga ikut menerima DBH. Begitu pula seluruh kabupaten/kota lainnya yang berada di wilayah provinsi tersebut. Penerimaan dari DBH migas menjadi andalan bagi pendapatan asli daerah. Dana tersebut masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahun untuk mendanai pembangunan daerah. “Melalui pembangunan yang turut didanai oleh DBH migas, pemerintah daerah bisa meningkatkan
6
kesejahteraan rakyat di daerah masing-masing,” kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi. Pengaruh positif industri hulu migas terhadap peningkatan kesejahteraan warga di daerah diakui oleh kepala daerah penghasil migas, salah satunya Bupati Bojonegoro, Suyoto. Menurut Suyoto, industri hulu migas telah memberikan banyak manfaat bagi warga kabupaten yang dipimpinnya. Saat ini, di Bojonegoro ada dua lapangan migas yang masih aktif, yakni Lapangan Banyu Urip yang dioperasikan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) serta Lapangan Sukowati yang dikelola Joint Operating Body (JOB) Pertamina-PetroChina East Java (PPEJ). Suyoto mengatakan, keberadaan dua lapangan migas tersebut tidak hanya membuka kesempatan kerja bagi warga Bojonegoro, tetapi juga peluang bisnis bagi pengusaha lokal. “Dari segi sumber daya manusia, kualitas pekerja maupun pengusaha lokal menjadi terangkat karena mereka mengikuti standar internasional yang digunakan oleh perusahaan migas,” kata Suyoto.
Selain manfaat yang dirasakan langsung, warga Bojonegoro juga menikmati manfaat tidak langsung dari industri hulu migas. Setiap tahun, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menerima alokasi DBH migas sebesar Rp1,4 triliun. Dana tersebut digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk membiayai pembangunan infrastruktur, meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan, serta program-program lainnya. Desa tempat suatu wilayah kerja migas berada dan desa-desa di sekitarnya juga mendapatkan alokasi tersendiri dari DBH. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro tidak hanya memanfaatkan DBH migas untuk membiayai pembangunan pada saat ini. Suyoto berinisiatif membentuk dana abadi guna mengantisipasi apabila DBH yang diperoleh Bojonegoro tidak lagi cukup untuk membiayai pembangunan atau ketika potensi migas di Bojonegoro sudah habis. Pemanfaatan dana abadi tersebut lebih fokus pada pembangunan kualitas manusia. “Kami sudah menyiapkan berbagai pelatihan tenaga kerja bagi warga Bojonegoro,” kata Suyoto.
DBH
8
5% 4.
Provinsi Penghasil Migas
IMAAN NEG
AR
A
66%%
Selain itu Suyoto sangat berhati-hati dalam membuat estimasi pendapatan DBH yang akan dimasukkan dalam APBD. Suyoto selalu berupaya menghasilkan sisa lebih pembiayaan anggaran yang besar. Kebijakan tersebut dijalankan sebagai langkah antisipasi apabila DBH tidak terealisasi. Adanya sisa lebih pembiayaan anggaran memungkinkan Kabupaten Bojonegoro memiliki dana segar sebagai dana cadangan. Suyoto sangat menyadari kontribusi besar yang telah diberikan sektor hulu migas bagi warga Kabupaten Bojonegoro. Suyoto pun mengajak seluruh warga Bojonegoro untuk tidak menghambat pelaksanaan kegiatan usaha hulu migas. Alih-alih, Suyoto mengajak seluruh warga Bojonegoro untuk memberikan dukungan penuh terhadap sektor hulu migas. Di mata Suyoto, dukungan warga dan para pemangku kepentingan di daerah akan menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investor. “Butuh sinergi semua pihak agar cadangan migas yang ada bisa diproduksikan secara optimal dan memberikan manfaat besar bagi kita semua,” kata Suyoto.
NE R PE
Pendidikan Dasar di Daerah Bersangkutan
6%
ak
5%
Penerimaan Negara
%
.5%
Mi ny
0,
DBH Minyak
3%
15
15
Suyoto menambahkan, pihaknya membuat peraturan daerah untuk menjaga keabadian dana abadi. Melalui peraturan daerah tersebut, dana abadi tidak dapat diubah kecuali ada persetujuan dari rakyat Bojonegoro. Agar keamanan dana lebih terjamin, sebanyak 90 persen dana abadi diinvestasikan di sektor keuangan yang paling aman. Saat ini, Suyoto sudah menginvestasikan dana dalam jumlah besar ke Bank Jatim. Investasi tersebut menempatkan Bojonegoro sebagai pemilik saham terbesar keempat di Bank Jatim. Suyoto juga membentuk badan pengawas yang bertugas mengawasi penggunaan dana tersebut dan menjamin efektivitas penggunaannya.
Kab/Kota Penghasil Migas Kab/Kota Lain di Provinsi Tersebut
IMAAN NEG
AR
A
6 Provinsi Penghasil Migas
NE R PE
Pendidikan Dasar di Daerah Bersangkutan
12% 12%
G
%
Penerimaan Negara
%
.5%
0,5
DBH Gas
6%
30
30
AS
5% 9.
DB H
Kab/Kota Penghasil Migas Kab/Kota Lain di Provinsi Tersebut
November 2015 | BUMI
7
PERSPEKTIF
MENGKAJI STRATEGI EKSPLORASI MIGAS Oleh: Citra Nurwani/
[email protected]
Sektor hulu minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia sedang dihadapkan pada kondisi yang tidak mudah. Di satu sisi, sektor strategis ini dituntut untuk terus meningkatkan produksi migas demi memenuhi kebutuhan energi nasional yang terus meningkat tiap tahun. Di sisi lain, produksi migas nasional terus menurun.
Kondisi cadangan migas nasional pun tidak berbeda jauh. Dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada penambahan cadangan yang signifikan. Di saat yang sama, cadangan yang telah ditemukan terus diangkat ke permukaan. Potensi penemuan cadangan baru di Indonesia sebenarnya masih sangat besar. Potensi sumber daya tersebut hingga saat ini masih menunggu untuk dieksplorasi. Jumlah cadangan minyak nasional tercatat sebesar 7375 juta barel (MMSTB)dan gas bumi sebesar 149 triliun standar kaki kubik (TSCF). Sementara potensi sumber daya yang ada mencapai 106 miliar barel setara minyak (BSTBOE). Menilik data tersebut, eksplorasi pun mutlak harus dilakukan agar potensi sumber daya yang ada bisa dibuktikan menjadi cadangan yang ekonomis untuk diproduksikan. Makin banyak jumlah eksplorasi yang dilakukan, makin besar pula jumlah cadangan yang berhasil ditemukan. “Jumlah cadangan dan produksi migas Indonesia tidak mengalami
8
peningkatan yang signifikan. Kondisi ini harus diperbaiki dengan melakukan eksplorasi sebanyak-banyaknya,” kata Deputi Pengendalian Perencanaan SKK Migas, Gunawan Sutadiwira, ketika membuka Forum Eksplorasi dan Produksi yang dilaksanakan di Jakarta pada 21-23 September 2015. Menurut Gunawan, gairah eksplorasi di Indonesia sekarang masih kurang. Kondisi harga minyak mentah yang turun drastis sejak akhir tahun lalu menambah justifikasi para pelaku usaha di industri hulu migas untuk mengurangi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. Padahal, kondisi tersebut seharusnya dijadikan kesempatan untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi, baik survei geologi dan geofisika, pengeboran eksplorasi maupun studi. “Turunnya harga minyak mentah berimplikasi pada penurunan biaya barang dan jasa industri penunjang hulu migas. Kondisi ini seharusnya menjadi peluang untuk memperbanyak kegiatan
eksplorasi dengan harapan saat cadangan ditemukan, harga minyak kembali naik,” kata Gunawan. Berdasarkan hasil pemetaan pada 2008 yang dilakukan SKK Migas (saat itu BPMIGAS) bersama Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI), terdapat 69 basin yang belum dieksplorasi. Kegiatan eksplorasi dan produksi sejauh ini baru dilakukan di 17 basin. Selama ini, penemuan lapangan migas lebih banyak di kawasan Indonesia bagian barat. Kawasan tersebut telah berkali-kali melalui siklus eksplorasi. Masih terfokusnya kegiatan eksplorasi di kawasan Indonesia bagian barat diakui Vice President Exploration PT Pertamina EP, Nanang A. Manaf. Menurut Nanang, kegiatan eksplorasi Pertamina EP masih terfokus hanya di wilayah Indonesia bagian barat. Padahal di Indonesia bagian timur masih banyak potensi yang menunggu untuk dieksplorasi. Dari segi strategi, Pertamina EP berpegang pada tiga hal dalam melakukan eksplorasi, yakni menemukan cadangan dengan besaran yang signifikan, meningkatkan rasio sukses, dan akselerasi untuk komersial. Saat ini, Pertamina EP bekerja di 14 cekungan yang hampir seluruhnya merupakan cekungan yang sudah mature.
“Sejak 2005 hingga September 2015, Pertamina EP telah melakukan pengeboran 136 sumur eksplorasi dengan sukses rasio sekitar 76 persen,” kata Nanang. Selain masih terpusat di Indonesia bagian barat, besaran cadangan yang ditemukan dari hasil eksplorasi tidak terlalu signifikan. Indonesia pun perlu menerapkan konsep eksplorasi yang baru untuk menemukan cadangan dengan besaran yang cukup signifikan. Kepala Dinas Keteknikan Geologi dan Geofisika SKK Migas, Shinta Damayanti, mengungkapkan untuk menemukan cadangan baru dengan besaran yang cukup signifikan, perlu ada perubahan pendekatan dalam strategi eksplorasi yang diterapkan. Dalam catatan Shinta, saat ini masih cukup banyak closure yang dikembangkan secara individu di dalam struktur yang sama. Banyak pula lapangan berstatus put on production (POP) yang tidak berakhir dengan adanya rencana pengembangan (plan of development/POD). Selain itu, masih banyak potensi eksplorasi yang belum tergarap. “Perlu ada strategi eksplorasi yang bisa mendukung produksi. Untuk itu, konsep yang perlu diterapkan adalah konsep struktur, bukan closure,” katanya.
Menurut Shinta, strategi eksplorasi dengan mengacu pada konsep struktur diperlukan agar suatu struktur bisa dikembangkan secara keseluruhan. Strategi eksplorasi dengan konsep struktur memperbesar peluang kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) untuk menemukan cadangan yang lebih besar. Shinta mencontohkan, 15 sumur POP yang diakselerasi menjadi 6 POD terbukti meningkatkan besaran cadangan secara signifikan. Itulah mengapa kontraktor KKS perlu mengakselerasi status POP menjadi POD. Struktur di mana terdapat sumur yang diproduksikan dengan skenario produksi sumuran (POP), lanjut Shinta, akan meninggalkan area cadangan probable dan possible. Produksi migas juga diperoleh hanya dari 1 sumur. Untuk itu dibutuhkan eksplorasi dengan melakukan pengeboran sumur delineasi. Struktur yang konklusif secara eksplorasi, rencana pengembangannya (POD) dapat meliputi seluruh area, termasuk area cadangan probable dan possible. Produksi migas juga bisa dihasilkan dari dua sumur atau lebih. Shinta menambahkan, SKK Migas sedang mensosialisasikan konsep structure not closure, POP to POD, serta step out and exploration tail. SKK Migas berharap program tersebut diterapkan oleh seluruh kontraktor KKS. “Untuk mendukung hal tersebut, perlu adanya definisi ulang mengenai struktur, optimalisasi jumlah sumur, dan komitmen penyelesaian eksplorasi terhadap struktur-struktur sehingga selalu tercipta kesinambungan antara eksplorasi, eksploitasi hingga produksi,” katanya. Pelaksanaan Forum Eksplorasi dan Produksi tahun ini mengangkat tema “Riset dan Eksplorasi: Masa Depan Cadangan dan Produksi Migas Nasional”. Forum ini diharapkan menjadi wadah sharing knowledge antara SKK Migas, kontraktor KKS, dan para ahli kebumian dalam hal eksplorasi dan eksploitasi migas di Indonesia. Hasil diskusi dalam Forum Eksplorasi dan Produksi menjadi acuan dalam menyusun strategi eksplorasi dan eksploitasi yang tepat di masing-masing area sehingga kontraktor KKS bisa melaksanakan kegiatan tersebut dengan optimal.
November 2015 | BUMI
9
SEREMONIAL
KEGIATAN SKK MIGAS PUSAT
1. APOGCE 2015 – SKK Migas turut berpartisipasi dalam Asia Pacific Oil and Gas Conference and Exhibition 2015 yang diselenggarakan Society of Petroleum Engineers (SPE) bersama Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) di Bali pada 20-22 Oktober 2015. Usai membuka acara, Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, menyempatkan diri berkeliling mengunjungi lokasi pameran dan berdialog dengan peserta konferensi yang hadir (foto a). Kesempatan tersebut dimanfaatkan SKK Migas untuk memberikan edukasi mengenai sektor hulu migas kepada publik umum yang mengunjungi booth SKK Migas (foto b dan c). Di sela-sela pembukaan acara, enam kontrak perjanjian jual beli gas (PJBG) ditandatangani dengan peruntukan bagi kelistrikan, sektor industri, dan memenuhi kebutuhan elpiji (foto d).
a
b
1 c
d
2. Kunjungan ke Trans Corp – Kepala Bagian Humas SKK Migas, Elan Biantoro (kanan), menerima memento dari Trans Corp saat melakukan kunjungan ke kantor Trans Corp di Jakarta pada 8 Oktober 2015. Kunjungan tersebut bertujuan menjalin silaturahmi dan mempererat hubungan SKK Migas dengan kalangan media massa. 3. Sosialisasi Pengadaan Barang dan Jasa - Kepala Bagian Internal SKK Migas, Sapta Nugraha (kedua dari kanan), memberikan penjelasan mengenai mekanisme pengadaan barang dan jasa kepada para rekanan SKK Migas dalam Sosialisasi Teknis Penunjukan Langsung dan Strategi Akhir Tahun 2015 di Jakarta pada 19 Oktober 2015.
2
3
4
5
4. Kunjungan DPRD Kabupaten Sijunjung Deputi Pengendalian Dukungan Operasi SKK Migas, Rudianto Rimbono (keempat dari kiri, duduk), dengan didampingi Kepala Bagian Humas SKK Migas, Elan Biantoro (ketiga dari kiri, duduk), menerima kunjungan anggota DPRD Kabupaten Sijunjung di Jakarta pada 5 November 2015. 5. Sosialisasi Industri Hulu Migas – Kepala Sub Bagian Kelembagaan SKK Migas, Nyimas F. Rikani (kanan), menyampaikan pemaparan mengenai industri hulu migas kepada anggota Himpunan Wanita SKK Migas (HWS) dalam kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan di Jakarta pada 27 Oktober 2015. Kegiatan ini bertujuan agar istri pekerja SKK Migas bisa memahami dan turut menjelaskan industri hulu migas kepada masyarakat sekitar.
10
SEREMONIAL
KEGIATAN SKK MIGAS SUMATERA BAGIAN UTARA
1. Kunjungan VPMR – Guna membantu Kepala SKK Migas dalam menjalankan tugas, Vice President Management Representatives (VPMR) SKK Migas melakukan kunjungan kerja ke wilayah kerja Pertamina EP Asset-1 Rantau Field, Pangkalan Susu Field, TAC Pertamina-Blue Sky, TAC Pertamina-Eksindo Telaga Said Darat, dan TAC Pertamina-Putra Kencana Diski yang dilaksanakan pada 27 September 2015 hingga 2 Oktober 2015. 2. Sosialisasi Pengeboran Sumur Eksplorasi – Menjelang pelaksanaan kegiatan pengeboran sumur eksplorasi gas metana batubara, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara bersama Kontraktor KKS Indon CBM Limited dan para pemangku kepentingan melakukan sosialisasi ke warga Desa Bukit Jaya di Kabupaten Pelalawan pada 1 Oktober 2015.
1
2
3
4 4
5
6
7
8
3. Hulu Migas Goes to School - Sebagai bagian program edukasi sektor hulu migas kepada publik, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara bersama Satuan Lalu Lintas Polres Siak melaksanakan kegiatan Goes to School bertema “Sosialisasi Berlalu Lintas menurut Undang-undang Republik Indonesia” di SMA 2 Dayun, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak pada 10 Oktober 2015. 4. Riau Expo 2015 - Salah satu pekerja Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara (kanan) memberikan penjelasan tentang minyak bumi kepada siswa sekolah dasar yang hadir dalam Riau Expo 2015. SKK Migas bersama kontraktor KKS di wilayah Riau turut berpartisipasi dalam pameran yang diselenggarakan di Pekanbaru pada 26 Oktober 2015 hingga 1 November 2015 tersebut. 5. Sharing Informasi – Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara, Hanif Rusjdi (kedua dari kiri), memberikan penjelasan dan informasi terkini tentang kegiatan usaha hulu migas kepada wartawan di sela-sela kegiatan Riau Expo 2015 di Pekanbaru pada 31 Oktober 2015. 6. Survei Inventori – Menindaklanjuti rencana pengadaan tanah untuk pengeboran Kontraktor KKS Chevron Pacific Indonesia, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara bersama pemilik lahan serta perangkat desa dan kecamatan melaksanakan survei inventori di kawasan South Balam, Kabupaten Rokan Hilir. 7. Pembahasan Izin Gangguan - Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Utara bersama Kontraktor KKS ConocoPhillips dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Anambas menggelar rapat bersama untuk membahas prosedur pembayaran retribusi Izin Gangguan (HO) yang dilaksanakan di Padang pada 27 Oktober 2015. 8. Forum Operasional SKK Migas - Kepala Divisi Penunjang Operasi, Baris Sitorus (tengah, duduk), berfoto bersama peserta Forum Operasional SKK Migas-Kontraktor KKS Sumatera Bagian Utara VI Tahun 2015 yang dilaksanakan di Padang pada 28-30 Oktober 2015.
November 2015 | BUMI
11
SEREMONIAL
KEGIATAN SKK MIGAS SUMATERA BAGIAN SELATAN
1. Rapat Koordinasi Kehumasan – Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan, Tirat Sambu Ichtijar (ketiga dari kiri), memimpin rapat kehumasan di kantor Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan di Palembang pada 28-29 Oktober 2015. Rapat rutin tiap bulan ini diikuti seluruh kontraktor KKS di wilayah Sumatera bagian selatan. 2. Bantuan untuk Korban Kabut Asap – Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan, Tirat Sambu Ichtijar (kanan), secara simbolis menyerahkan bantuan untuk korban kabut asap kepada BPBD Provinsi Sumatera Selatan pada 30 Oktober 2015. Bantuan berupa 20 ribu masker untuk warga di Provinsi Sumatera Selatan ini merupakan bentuk kepedulian sektor hulu migas terhadap korban kabut asap. 3. HUT Kabupaten Tanjung Jabung Timur – Bersama kontraktor KKS yang beroperasi di wilayah Tanjung Jabung Timur, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan menghadiri peringatan HUT Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang dilaksanakan di Gedung DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada 21 Oktober 2015. 4. Rapat Koordinasi Musi Rawas Utara – Menindaklanjuti surat dari Kementerian Keuangan mengenai Izin Gangguan (HO) dalam kegiatan usaha hulu migas, Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan bersama Kontraktor KKS Seleraya Merangin Dua menggelar rapat koordinasi dengan Pemkab Musi Rawas Utara di Palembang pada 20 Oktober 2015. 5. Rapat Gabungan Kantor Perwakilan – Perwakilan SKK Migas Wilayah Sumatera Bagian Selatan menjadi tuan rumah Rapat Koordinasi Humas dan Perizinan seluruh Perwakilan SKK Migas yang dilaksanakan di Palembang pada 15-16 Oktober 2015. Rapat membahas kegiatan yang sudah dilaksanakan pada 2015 dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada 2016.
1
2
3
4
5
12
SEREMONIAL
KEGIATAN SKK MIGAS JAWA, BALI & NUSA TENGGARA
1. Diskusi UGM – Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara turut hadir sekaligus menjadi salah satu narasumber dalam diskusi bertema “Improving Good Governance on Extractive Industries” yang diselenggarakan Universitas Gadjah Mada di Bojonegoro pada 21 Oktober 2015. Diskusi turut dihadiri Non-Government Organization di kawasan Asia Pasifik. 2. Forum Keselamatan Kerja – Guna meningkatkan koordinasi terkait keselamatan kerja di lingkungan Kontraktor KKS ExxonMobil Cepu Limited (EMCL), Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menghadiri Forum Keselamatan Kerja yang dilaksanakan di Bojonegoro pada 13 Oktober 2015. ` 3. Jatim Fair 2015 - Dalam rangka turut memeriahkan Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-70, Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara berpartisipasi dalam Jatim Fair yang dilaksanakan di Surabaya pada 8-18 Oktober 2015. Ajang ini dimanfaatkan oleh SKK Migas untuk melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada publik mengenai sektor hulu migas. 4. Kunjungan Kerja Jawa Tengah - Guna mempererat komunikasi dan silaturahmi, Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, Ali Mashyar (kedua dari kiri), melakukan kunjungan kerja ke Kepala Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Teguh Dwi Paryono, di Semarang pada 7 Oktober 2015.
1
2
3
4
5
6
7
8
5. Musyawarah HNSI – Sebagai tindak lanjut terhadap isu kebocoran pipa Kontraktor KKS JOB Pertamina-PetroChina East Java (PPEJ), Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menghadiri musyawarah bersama Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tuban yang dilaksanakan pada 19 Oktober 2015. 6. Rapat Koordinasi Aset Tanah – Terkait inventarisasi Barang Milik Negara (BMN), terutama aset yang berupa tanah, Pokja Formalitas SKK Migas dan Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menghadiri Rapat Koordinasi Tindak Lanjut dan Monitoring Sertifikasi BMN Aset Tanah Negara yang dilaksanakan Kontraktor KKS JOB Pertamina-PetroChina East Java pada 30 Oktober 2015. 7. Bantuan Air Bersih - Sebagai bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat di sekitar wilayah operasi, Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara bersama Kontraktor KKS Pertamina EP Cepu Alas Dara Kemuning memberikan bantuan air bersih untuk warga Desa Cabak, Kabupaten Blora pada 30 Oktober 2015. 8. Sosialisasi Pengeboran Sumur - Terkait rencana pengeboran sumur Mustika-1 di lepas pantai Jawa Tengah, Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara bersama Kontraktor KKS KrisEnergy (Sakti) BV melakukan sosialisasi ke jajaran Musyawarah Pimpinan Daerah Jawa Tengah pada 7 Oktober 2015.
November 2015 | BUMI
13
SEREMONIAL
KEGIATAN SKK MIGAS KALIMANTAN DAN SULAWESI
1. Kuliah Umum – Guna memberikan pemahaman mengenai kegiatan usaha hulu migas, Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi menggelar kuliah umum di Universitas Mulawarman, Samarinda pada 27 Oktober 2015 (foto a) dan STT Migas Gunung Pasir, Balikpapan pada 5 Oktober 2015 (foto b).
a
b
1 2. Kunjungan DPRD Kabupaten Tabalong – Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi, Nasvar Nazar (kiri), menerima kunjungan DPRD Kabupaten Tabalong di Balikpapan pada 12 Oktober 2015. Dalam kunjungan tersebut, DPRD Kabupaten Tabalong mempertanyakan tentang pemanfaatan air tanah dalam kegiatan usaha hulu migas. 3. Pertemuan Warga Muara Pantuan – Bertempat di kediaman Kepala Desa Muara Pantuan, Kabupaten Kutai Kartanegara, Perwakilan SKK Migas dan Kontraktor KKS Total E&P Indonesie bersama anggota DPRD Kabupaten Kutai Kartanegara menggelar pertemuan dengan warga setempat pada 22 Oktober 2015 yang membahas tentang penyediaan fasilitas pengolahan air bersih.
2
3
4
5
4. Media Gathering Sulawesi Tengah – Kepala Bagian Humas SKK Migas, Elan Biantoro (kedua dari kiri), serta Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi, Nasvar Nazar (kanan), menghadiri media gathering yang dilaksanakan Kontraktor KKS JOB PertaminaMedco E&P Tomori Sulawesi di Bandung pada 10 Oktober 2015. Acara diikuti 10 jurnalis dari media di Sulawesi Tengah. 5. Pertemuan Cluster Pemeliharaan – Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi menggelar Pertemuan Cluster Pemeliharaan Kontraktor KKS Kalimantan yang dilaksanakan di Balikpapan pada 22-23 Oktober 2015. Pertemuan ini menjadi ajang sharing pengalaman dan pengetahuan terkait pemeliharaan sumur. 6. Temu Media Kalimantan Timur – Kepala Bagian Humas SKK Migas, Elan Biantoro (berdiri), memberikan pemaparan tentang kegiatan usaha hulu migas di hadapan wartawan dari Balikpapan, Samarinda, dan Tenggarong dalam acara Temu Media yang dilaksanakan Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi bersama Kontraktor KKS Total E&P Indonesie di Balikpapan pada 5 Oktober 2015.
6
14
SEREMONIAL
KEGIATAN SKK MIGAS PAPUA DAN MALUKU
1. Kunjungan Kerja Wakil Kepala SKK Migas – Untuk mengetahui langsung kondisi dan permasalahan yang dihadapi di lapangan, Wakil Kepala SKK Migas, M.I. Zikrullah, melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sorong pada 16 Oktober 2015. Dalam kesempatan tersebut, Zikrullah mengunjungi kilang LPG Arar Marine Terminal yang dioperasikan Kontraktor KKS PetroChina International (Bermuda) Ltd (foto a) dan Pertamina Unit Pengolahan VII Kasim (foto b). Selain meninjau lapangan, Wakil Kepala SKK Migas menggelar pertemuan dengan Bupati Sorong dan pemangku kepentingan di Kabupaten Sorong (foto c).
a
b
c
1 c
2. Kuliah Umum Universitas Pattimura – Penasihat Ahli Kepala SKK Migas, Gde Pradnyana (ketiga dari kiri), berbincang dengan perwakilan dari Universitas Pattimura usai menjadi pembicara dalam kuliah umum yang dilaksanakan Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku di kampus Universitas Pattimura, Ambon
3. Uji Kompetensi Wartawan - Perwakilan SKK Migas Wilayah Papua dan Maluku bersama kontraktor KKS yang beroperasi di wilayah Papua dan Maluku memfasilitasi pelaksanaan uji kompetensi bagi wartawan yang diselenggarakan di Sorong pada 20-23 Oktober 2015.
4. Peninjauan Kepala Divisi Operasi Produksi - Kepala Divisi Operasi Produksi SKK Migas, Arief Fanzuri, melaksanakan kunjungan kerja ke Pulau Salawati pada 15 Oktober 2015. Dalam kunjungan ini, Arief meninjau lokasi sumur Baladewa-1 yang dioperasikan Kontraktor KKS MontD’Or Oil Salawati (foto a) dan mengunjungi kantor JOB PertaminaPetroChina Salawati (foto b).
2 a
3 b
4
November 2015 | BUMI
15
BIANGLALA
SINERGI PENGAMANAN FASILITAS HULU MIGAS Oleh: Dwinanda Ruditya Yoga/
[email protected]
Fasilitas operasi di industri hulu minyak dan gas bumi (migas) tergolong sebagai objek vital nasional. Sebagai aset negara, pengamanan terhadap fasilitas operasi pun mutlak diperlukan agar kegiatan usaha hulu migas yang dilakukan untuk kepentingan bangsa tidak terganggu. Kegiatan pengamanan yang dilakukan tidak hanya menjadi tanggung jawab tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), tetapi juga seluruh pihak. “Langkah pengamanan fasilitas hulu migas harus melibatkan masyarakat setempat,” kata Direktur Pengamanan Objek Vital Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Yoyok Subagyono, dalam Forum Sekuriti dan Perizinan Bahan Peledak Ke-8 di Malang pada 22-23 Oktober 2015. Menurut Yoyok, dalam menentukan konfigurasi standar pengamanan fasilitas operasi di industri hulu migas, pengelola objek vital nasional perlu mengintensifkan program pemberdayaan masyarakat (community development). Di saat yang sama, Polri membangun program kemitraan dengan masyarakat (community policing) di lingkungan objek vital nasional. Sementara Wakil Asisten Teritorial KASAD, Brigadir Jenderal TNI Marga Taufik, mengungkapkan, sesuai UU Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia, salah satu tugas TNI Angkatan
16
Darat adalah memberdayakan wilayah pertahanan di darat, termasuk membantu kelancaran operasi hulu migas. Langkah ini diperlukan karena gangguan terhadap sektor hulu migas akan mempengaruhi kelangsungan tata negara. “TNI bertugas mewujudkan kemanggulan antara TNI dengan rakyat. Untuk itu, TNI AD harus memiliki kepedulian terhadap masyarakat dan mendukung pemerintah, salah satunya dengan membantu kelancaran operasional industri hulu migas,” kata Marga. Forum Sekuriti dan Perizinan Bahan Peledak merupakan forum rutin tahunan yang digelar Perwakilan SKK Migas Wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara (Jabanusa) bersama kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) yang beroperasi di wilayah Jabanusa. Pertemuan tahun ini turut dimanfaatkan SKK Migas untuk membangun dan memperkuat sinergi dengan TNI dan
Polri dalam melakukan pengamanan fasilitas hulu migas sebagai objek vital nasional. Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Jabanusa, Ali Masyhar, mengatakan hingga saat ini penerimaan negara masih disokong oleh industri hulu migas. Hal ini sangat disadari oleh SKK Migas dan kontraktor KKS. Hanya saja, dalam upaya memenuhi target nasional, industri hulu migas banyak menghadapi kendala, baik teknis maupun non teknis. Dinamika ini membuat industri hulu migas membutuhkan pengamanan yang holistik agar potensi munculnya ancaman dan gangguan bisa diminimalkan. “Perlu adanya sinergi antara jajaran TNI, Polri, SKK Migas, dan kontraktor KKS dalam menjaga fasilitas operasi migas sebagai bagian objek vital nasional, sekaligus menjaga kedaulatan negara,” kata Ali Masyhar.
BIANGLALA
MENGANTISIPASI PENGGENANGAN BENDUNGAN MARANGKAYU Oleh: Danang Agung/
[email protected]
Pembangunan Bendungan Marangkayu di Kabupaten Kutai Kartanegara diharapkan dapat bersinergi dengan kegiatan hulu minyak dan gas bumi (migas). Pasalnya, di lokasi tersebut masih terdapat beberapa sumur migas yang dioperasikan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) VICO Indonesia yang masih aktif. Itulah mengapa proses penggenangan bendungan harus memperhatikan fasilitas migas yang ada.
“Alih guna aset Kontraktor KKS VICO Indonesia juga harus mendapat izin dari Kementerian Keuangan karena aset tersebut termasuk objek vital nasional yang tercatat di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara,” kata Kepala Divisi Survei dan Pemboran SKK Migas, Ngatijan, dalam workshop Bendungan Marangkayu di Samarinda pada 8 Oktober 2015. Sebagai informasi, Bendungan Marangkayu merupakan bagian dari program pengairan 7 bendungan nasional. Pembangunan bendungan seluas 550 hektare tersebut bertujuan mengendalikan banjir, sebagai sumber air baku, irigasi, serta konservasi lahan. Saat ini, konstruksi bendungan sudah selesai dibangun dan siap dialiri air. Dalam kondisi normal, estimasi volume air yang dibendung mencapai 12,6 juta meter kubik dengan elevasi mencapai 18,2 meter. Terkait rencana penggenangan tersebut, ada dua fasilitas migas yang menjadi perhatian utama SKK Migas dan Kontraktor KKS VICO Indonesia, yakni sumur dan jaringan pipa. Tercatat ada empat sumur dengan elevasi di bawah 18 meter. Saat ketinggian permukaan air
mencapai 19 meter, ada sembilan sumur yang terendam. Jalur pipa dan jalan akses juga akan tergenang. Selain itu, sarana irigasi sepanjang 9,2 km akan memotong jalur pipa gas. Menurut Ngatijan, SKK Migas pada prinsipnya mendukung pembangunan Bendungan Marangkayu demi kepentingan masyarakat. Namun pembangunan bendungan perlu memperhatikan kepentingan produksi migas yang berkontribusi bagi pemasukan negara. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek operasional dan keselamatan (safety) kegiatan usaha hulu migas yang ada di lokasi tersebut, baik yang berkaitan dengan sumur produksi maupun fasilitas migas lainnya. “SKK Migas dan VICO Indonesia perlu membuat solusi alternatif terkait pemanfaatan lahan bersama. Sinergi antara pembangunan bendungan dengan aspek kesehatan dan keselamatan kerja dan lingkungan di industri hulu migas juga perlu dibangun,” kata Ngatijan. Kepala Perwakilan SKK Migas Wilayah Kalimantan dan Sulawesi, Nasvar Nazar, mengungkapkan realisasi penggenangan Bendungan Marangkayu
menimbulkan potensi adanya kehilangan produksi maupun kesempatan untuk memproduksikan migas di lokasi tersebut. Turunnya angka produksi akan berpengaruh pada kontribusi sektor hulu migas terhadap APBN maupun Dana Bagi Hasil (DBH) untuk Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Selain itu, perlu ada tindak lanjut terkait aset tanah yang dioperasikan oleh Kontraktor KKS VICO Indonesia yang akan terendam jika dilakukan penggenangan waduk (impounding). Nasvar mengatakan, pihaknya akan membentuk tim gabungan SKK Migaskontraktor KKS dengan instansi-instansi terkait di daerah. Tim ini akan mengkaji langkah-langkah penanganan yang diambil saat penggenangan Bendungan Marangkayu direalisasikan. Kajian yang dilakukan menyangkut permasalahan teknis maupun non teknis, seperti aspek lingkungan dan perjanjian pemanfaatan lahan bersama. “SKK Migas dan kontraktor KKS sepenuhnya mendukung program pembangunan daerah, termasuk pembangunan Bendungan Marangkayu,” kata Nasvar.
November 2015 | BUMI
17
SUYOTO
BUPATI BOJONEGORO figur
MIGAS UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT Oleh: Suhendra Atmaja/
[email protected]
Bojonegoro menjadi salah satu daerah di Indonesia yang memiliki cadangan minyak dan gas bumi (migas) cukup melimpah. Berbagai kegiatan eksplorasi dan eksploitasi telah lama dilaksanakan di salah satu kabupaten di Jawa Timur ini. Migas yang diproduksikan dari lapangan-lapangan di kawasan Bojonegoro turut berkontribusi dalam menjaga laju produksi migas nasional. Negara bukan menjadi satusatunya pihak yang menuai keuntungan dari produksi migas di Bojonegoro. Warga Kabupaten Bojonegoro turut menikmati efek positif dari industri hulu migas di sana,
baik dampak secara langsung maupun tidak langsung. Berikut wawancara dengan Bupati Bojonegoro, Suyoto, tentang bagaimana sektor hulu migas telah memberikan manfaat yang sangat besar bagi warga Bojonegoro. Menurut pria yang akrab disapa Kang Yoto ini, adanya pemahaman yang benar mengenai proses bisnis di industri hulu migas serta sinergi antara seluruh pihak akan membuka jalan bagi sumber daya alam migas untuk turut andil dalam menyejahterakan rakyat. Sinergi antara industri hulu migas dan pemangku kepentingan menjadi salah satu kunci utama dalam kelancaran kegiatan operasional di hulu migas. Bagaimana kiat Bapak dalam membangun sinergi dengan kontraktor kontrak kerja sama
(kontraktor KKS), SKK Migas, dan pihak-pihak lain sehingga sektor hulu migas bisa memberikan manfaat yang optimal bagi rakyat? Sebagai langkah awal, saya menempatkan diri saya di posisi perusahaan migas selaku operator blok migas di Bojonegoro. Saya bayangkan seperti apa kesulitan yang mereka hadapi. Dalam pandangan saya, kontraktor KKS berada dalam posisi yang sulit karena mereka harus berhadapan dengan publik. Rakyat saya beranggapan, pada saat eksplorasi baru dimulai, migas sudah diproduksikan dan bisa dinikmati sehingga mereka pun “menagih” bagian mereka. Pertanyaan semacam ini kerap muncul dan saya bisa memaklumi karena saya sendiri pernah memiliki pertanyaan yang sama. Sumur migas sudah dibor, tetapi rakyat saya kok masih miskin. Namun pada akhirnya saya bisa memahami kesulitan yang dihadapi operator ketika melakukan eksplorasi dan eksploitasi. Berbekal pemahaman tersebut, sejak awal menjabat sebagai bupati, saya sudah mendeklarasikan bahwa pemerintah dan warga Bojonegoro harus mendukung kegiatan eksplorasi dan eksploitasi migas. Deklarasi ini diwujudkan dalam bentuk RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) dan disahkan melalui peraturan daerah. Kami ingin Bojonegoro menjadi lumbung pangan dan lumbung energi bagi negeri. Apa pengaruh nyata yang terlihat di Bojonegoro dengan adanya deklarasi tersebut? Dengan adanya deklarasi tersebut, kami menjadi sangat terbuka dan mau menerima kehadiran perusahaan yang menjadi operator blok migas, serta mulai membangun sinergi dengan berbagai pihak. Semangat keterbukaan dan sinergi tersebut
18
kemudian membuka mata kami untuk melihat bahwa migas berhubungan dengan rakyat. Saya meyakinkan masyarakat tentang apa saja keuntungan yang akan diperoleh dari industri hulu migas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terkait hal tersebut, ada dua hal yang menjadi perhatian utama. Pertama, kami sangat ingin menghindari kerusakan lingkungan hidup. Kedua, kesempatan kerja di industri hulu migas harus dinikmati juga oleh rakyat lokal, termasuk peluang bisnis. Alhamdulillah, kontraktor KKS bisa memahami. Mereka sangat berkomitmen terhadap lindungan lingkungan. Mereka membuka peluang kerja bagi tenaga kerja lokal dan memberi peluang bisnis bagi entitas bisnis lokal. Kontraktor KKS juga berupaya memberdayakan tenaga kerja dan pelaku bisnis lokal sehingga kualitas mereka sama-sama meningkat. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro juga terlibat dalam upaya mengoptimalkan efek industri hulu migas bagi kesejahteraan rakyat. Kita semua tahu, keberhasilan kegiatan usaha hulu migas akan berdampak pada kenaikan pendapatan daerah yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Melalui program-program yang disusun Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, rakyat harus ikut menikmati kenaikan pendapatan daerah yang diperoleh dari industri hulu migas. Selain efek positif yang memang sudah terencana, apakah ada dampak lain yang dirasakan warga Bojonegoro dari industri hulu migas? Ada dampak yang sebenarnya tidak disengaja, namun terasa. Sebagai contoh, kualitas pengusahapengusaha lokal menjadi naik karena mereka harus menyesuaikan
diri dengan standar internasional. Industri hulu migas menghadirkan sebuah lingkungan di mana warga Bojonegoro bisa belajar mengenai banyak hal. Mereka bertemu dan belajar dari orang-orang yang memiliki kompetensi berstandar internasional sehingga secara kultural standar mereka jadi naik. Dulu, warga Bojonegoro berpikiran angger wong bule iku Londo (setiap orang asing pasti orang Belanda, red). Sekarang berubah menjadi “oh ternyata kita perlu migas ya” atau “oh kita tidak mungkin hidup tanpa migas ya”. Bagi saya, dampak itu sebenarnya sangat terasa. Belum lagi dampak dari sisi perbaikan infrastruktur dan lingkungan. Jadi industri hulu migas benar-benar memberikan manfaat yang besar bagi warga Bojonegoro. Seperti apa sinergi yang telah dibangun Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dengan kontraktor KKS? Sejak awal, budaya yang dibangun bukan budaya peminta. Saya suka bersama-sama melihat masalah apa adanya. Itulah mengapa Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan kontraktor KKS berupaya melihat tantangan secara bersama. Salah satu tantangan utama di Bojonegoro adalah bagaimana melakukan pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh, permasalahan yang menyangkut warga di kawasan di mana mereka kehilangan tanah karena digunakan untuk keperluan kegiatan usaha hulu migas. Kami harus memikirkan bagaimana mengkonversi pekerjaan warga dari pertanian ke non pertanian. Upaya ini jelas membutuhkan komitmen bersama. Perusahaan migas bisa membantu melalui instrumen CSR ( corporate social responsibility). Kami bisa melakukan hal yang sama
dengan menggunakan instrumen anggaran pemerintah. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan kontraktor KKS saling bersinergi dan melengkapi dalam upaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di Bojonegoro. Sinergi bisa terbangun karena sejak awal kami punya cara berpikir yang melihat masalah SKK Migas dan kontraktor KKS adalah masalah kami juga. Kontraktor KKS kan sebenarnya suruhan negara. Sementara saya, SKK Migas, dan Kementerian ESDM adalah negara. Fungsi masingmasing pihak sebenarnya sudah jelas. Justru kita harus meyakinkan rakyat untuk tidak mengganggu kontraktor KKS. Kita hanya perlu menetapkan aturan dan standar lalu mengawasi kontraktor KKS supaya mereka bekerja dengan benar. Ke depan, apa yang Bapak harapkan dari sektor hulu migas, terutama perusahaan hulu migas yang beroperasi di Bojonegoro? Kebetulan kami memiliki forum untuk optimalisasi proses eksplorasi dan eksploitasi, bahkan hingga pasca eksplorasi dan eksploitasi. Hal utama yang harus dimatangkan dan diwujudkan bersama-sama adalah bagaimana mengedukasi seluruh pihak, baik pemerintah, politikus maupun publik di Bojonegoro, mengenai proses di hulu migas, mulai dari eksplorasi hingga saat produksi turun. Edukasi ini penting untuk menyiapkan mental dan menyusun skenario yang benar dalam menghadapi seluruh proses yang ada. Edukasi kepada masyarakat ini tidak hanya menjadi tugas kontraktor KKS, tetapi juga SKK Migas dan Kementerian ESDM sehingga seluruh proses di kegiatan usaha hulu migas bisa dipahami dengan benar dan memberikan kesejahteraan bagi semua pihak.
November 2015 | BUMI
19
SPEKTRUM
SKK MIGAS-UNIVERSITAS ABERDEEN JALIN KERJA SAMA PENDIDIKAN Oleh: Adhitya C. Utama/
[email protected]
Pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat diperhatikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas). Berbagai upaya terus dilakukan untuk menjadikan SDM di sektor hulu migas lebih profesional dalam bekerja di bidang masing-masing. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengakomodasi kebutuhan pekerja untuk mengikuti studi di lembaga pendidikan formal. Dalam upaya mengakomodasi kebutuhan tersebut, SKK Migas mengambil langkah pro aktif melalui kerja sama dengan institusi pendidikan, baik di dalam maupun luar negeri. Pada 20 Oktober 2015, SKK Migas menjalin kerja sama resmi dalam bidang pendidikan dengan Universitas Aberdeen. Kerja sama yang tertuang dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) ini ditandatangani oleh Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, dan Emre Usenmez selaku Deputy Director for Internationalization School of Law di Universitas Aberdeen. Berdasarkan nota kesepahaman tersebut, SKK Migas dan Universitas Aberdeen sepakat untuk melakukan kerja sama dan kolaborasi yang saling menguntungkan dalam kegiatan usaha hulu migas. Salah satu fokus kegiatan dalam kesepakatan ini adalah pengembangan personel melalui
20
program studi pasca sarjana. “Klausul ini memberi kesempatan bagi pekerja di sektor hulu migas untuk menempuh studi pasca sarjana di Universitas Aberdeen,” kata Amien. Kerja sama ini juga memberi kesempatan bagi kedua belah pihak untuk bertukar materi, informasi, penelitian, serta publikasi akademik maupun profesional. Kesempatan pendidikan yang diberikan juga tidak terbatas pada program studi pasca sarjana. Pekerja sektor hulu migas nasional bisa mengikuti program pelatihan jangka pendek khusus serta studi singkat. Selain itu, SKK Migas dan Universitas Aberdeen bisa saling memberikan pendapat teknis, finansial, dan/atau hukum terkait hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan usaha hulu migas. Meski nota kesepahaman menekankan
pada lima poin utama, namun lingkup kerja sama dan kolaborasi yang dijalin bisa lebih luas dan tidak hanya terbatas pada kegiatan tersebut. “Melalui kerja sama dengan Universitas Aberdeen, wawasan pekerja diharapkan bisa bertambah sehingga kualitas SDM di sektor hulu migas menjadi lebih baik,” kata Amien. Amien menambahkan, dukungan SDM yang berkualitas sangat dibutuhkan sektor hulu migas dalam menghadapi tantangan untuk meningkatkan produksi migas nasional. Selama ini, SKK Migas telah menjalin kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan, baik perguruan tinggi maupun lembagalembaga pelatihan. Kerja sama serupa juga telah dilakukan beberapa kontraktor kontrak kerja sama (kontraktor KKS) demi mendukung pengembangan SDM lokal.
SPEKTRUM
MENJAGA SUPLAI, MEMBANGKITKAN INDUSTRI Oleh: Adhitya C. Utama/
[email protected]
Untuk gas, jumlah produksi di Asia Pasifik mencapai 51,4 miliar kaki kubik per hari atau 15,3 persen dari produksi gas global. Konsumsi gas di Asia Pasifik mencapai 66 miliar kaki kubik per hari atau 20 persen dari total konsumsi gas dunia. Sementara cadangan gas yang sudah terbukti mencapai 540 triliun kaki kubik atau 8,2 persen dari cadangan global. Asia Pasifik sendiri merupakan kawasan yang unik, di mana terdapat produsen dan konsumen migas di wilayah yang sama. Tantangan ke depan yang dihadapi industri hulu migas tidak hanya terkait peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan energi. Sebagian besar lapangan migas di kawasan Asia Pasifik saat ini sudah berusia tua. Upaya mempertahankan produksi di lapangan-lapangan tersebut juga menyuguhkan tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha di sektor hulu migas. “Dalam menjawab tantangan pemenuhan kebutuhan energi di Asia Pasifik, kita tidak bisa hanya mengandalkan migas. Energi baru dan terbarukan juga perlu dikembangkan,” kata Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi, saat membuka Asia Pacific Oil and Gas Conference and Exhibition (APOGCE) 2015 yang diselenggarakan di Bali pada 20-22 Oktober 2015.
Kebutuhan energi di kawasan Asia Pasifik diprediksi naik dua kali lipat pada 2035. Secara total, konsumsi energi di Asia Pasifik pada tahun tersebut diperkirakan mencapai lebih dari 50 persen kebutuhan energi global. Kondisi ini menyuguhkan tantangan besar bagi industri hulu minyak dan gas bumi (migas) mengingat suplai utama untuk memenuhi kebutuhan energi masih berasal dari minyak maupun gas bumi.
Data BP Statistical Review of World Energy 2015 menyebutkan, wilayah Asia Pasifik, termasuk Timur Tengah, memproduksikan 8,3 juta barel minyak per hari atau 9,4 persen dari produksi minyak global, dengan cadangan terbukti mencapai 42,7 miliar barel atau 2,5 persen dari cadangan minyak dunia. Konsumsi minyak di kawasan tersebut mencapai 30,8 juta barel per hari atau 34 persen dari konsumsi minyak global.
Memang, jumlah cadangan migas di Asia Pasifik masih cukup untuk memenuhi kebutuhan energi. Namun negara konsumen migas perlu mengembangkan energi baru dan terbarukan sehingga ketergantungan terhadap energi fosil bisa dikurangi. Di saat yang sama, negara produsen migas harus lebih giat dalam mencari sumber cadangan baru sehingga keberlanjutan produksi energi fosil bisa dijaga. Direktur Hulu PT Pertamina (Persero), Syamsu Alam, mengatakan upaya untuk meningkatkan produksi migas demi memenuhi kebutuhan energi membutuhkan dukungan banyak pihak, termasuk pemangku kepentingan yang terlibat di industri hulu migas. “Agar produksi migas bisa optimal, industri hulu migas perlu menjalin sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan sehingga permasalahan yang ada bisa diatasi bersama-sama,” kata Dwi. Diselenggarakan Society of Petroleum Engineers (SPE) bersama Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), APOGCE 2015 mengusung tema “Sustain and Gain: Bending the Curve”. Berbagai diskusi yang digelar selama tiga hari membahas beragam isu penting terkait tantangan di industri hulu migas, pengembangan gas alam cair (liquefied natural gas/LNG), migas non konvensional, permasalahan lapanganlapangan tua, integritas aset, dan lain-lain.
November 2015 | BUMI
21
info
MEMPERKENALKAN INDUSTRI HULU MIGAS KE PUBLIK ACEH Oleh: Alfian/
[email protected]
Serangkaian kegiatan sosialisasi seputar industri hulu minyak dan gas bumi (migas) dilaksanakan SKK Migas di Provinsi Aceh pada 12-15 Oktober 2015. Mengusung tema “Mengenal Lebih Dekat Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi”, SKK Migas menyambangi empat perguruan tinggi serta menggelar dialog dengan warga setempat.
22
Empat kegiatan diskusi dengan mahasiswa dan dosen masing-masing dilaksanakan di Universitas Syiah Kuala, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Universitas Abulyatama, dan Universitas Malikussaleh. Dalam rangkaian sosialisasi ini, SKK Migas juga menggelar satu sesi diskusi dengan media massa, lembaga swadaya masyarakat, serta organisasi kepemudaan. Guna memperkuat pemahaman warga Aceh mengenai industri hulu migas, diskusi menghadirkan narasumber dari Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Aceh. SKK
Migas menyampaikan materi tentang bisnis hulu migas, mulai dari kegiatan eksplorasi dan produksi hingga tata kelola yang diterapkan di sektor strategis ini. Rangkaian kegiatan sosialisasi ini merupakan salah satu bentuk dukungan SKK Migas dalam pengelolaan sumber daya alam migas di Provinsi Aceh menyusul terbentuknya Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA). “Peraturan Pemerintah tentang BPMA sudah diterbitkan dan SKK Migas siap mendukung penuh berdirinya BPMA,” kata Kepala Bagian Humas SKK Migas, Elan Biantoro. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2015 menyebutkan,
pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Aceh melakukan pengelolaan bersama sumber daya alam minyak dan gas bumi yang berada di wilayah tersebut. Untuk melakukan pengelolaan bersama tersebut, pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Aceh akan membentuk Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA). Melalui rangkaian sosialisasi ini, publik Aceh diharapkan turut mendukung terciptanya iklim investasi yang sehat sehingga makin banyak investor di sektor hulu migas yang masuk ke Aceh. Peran serta investor sangat dibutuhkan karena bisnis hulu migas memiliki risiko yang tinggi serta membutuhkan modal yang besar.
November 2015 | BUMI
23
sinergi untuk kesejahteraan bangsa Gedung Wisma Mulia Lt.30, Jl. Jend. Gatot Subroto No. 42, Jakarta 12710 www.skkmigas.go.id