Edisi Mei 2015
Let’s Start To Care Rajamandala
RAJAMANDALA Behind The Scene Tebing 125) Rajutan Asa Si HIJAU PERMAI
Rapuhnya SI PURBA
yang luar biasa dari masyarakat umum, tercatat hampir 600 peserta yang mengikuti kegiatan tersebut. Talkshow tersebut bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap Kars Rajamandala diceritakan kembali oleh teman baru Jantera yaitu Widi yang merupakan salah satu peserta. “Ya, jejak-jejak masa lalu itu masih ada untuk kita. Dan kita berhak menikmatinya tanpa mengesampingkan kewajiban untuk menjaga kelestaraiannya.” -Oka SumarlinSalam Redaksi!
Salam ! Jantera !
Edisi kali ini tidak adil rasanya apabila tidak berbincang-bincang dahulu dengan Ketua Adat baru Jantera yaitu ex– Kabid 2 yang sebelumnya pemimpin redaksi di Buletin Jantera yaitu Kang Rizqi Fadlilah yang dituliskan oleh AM J34 Lutvia.
Pimpinan Redaksi
Bagaimana proses Musyawarah Adat XXXIII yang kemudian memilih Rizqi Fadlilah sebagai Ketua Adat yang baru akan diulas oleh Nissa Adlina J34. Pelantikan Kabinet Baru juga diliput beritanya oleh Siti Jubaedah. Ada pula catatan perjalanan mencoba membuka jalur di Tebing Patenggeng, Purwakarta oleh Nofi Kristanti.
Dwi Endah
Tidak ketinggalan tentang rekam jejak mahasiswa Geografi UPI di Kampung Bojong yang dituliskan oleh AM J34 Nindi. Pengurus yang baru saja dilantik langsung di-treatment berupa outbound oleh para senior, juga diceritakan dalam buletin kali ini.
Editor
Sementara itu, yang baru-baru ini terjadi adalah hajat terbesar Jantera tahun ini yaitu Talkshow dan Pemutaran Film Perbukitan Kars Rajamandala. Setelah syuting film Perbukitan Kars Rajamandala yang dilaksanakan pada November silam yang diceritakan oleh J33 Maryam Silmi dan Nofi Kristanti, Jantera mengadakan talkshow dengan respon
Novi Kristanti Tim Redaksi M Adi Priatna
Binta Zidni Haikal M.I Reporter Lutvia Resta Setiawati
Angga Resgiana Direza Siti Jubaedah Tata Letak & Desain M Husni Mubarok Winda Noer Fajarwati Kritik dan saran dapat dikirim melalui alamat, email sekretariat atau No HP : 083822303797
ISI RAJAMANDALA Behind The Scene (Tebing 125)
4
Behind The Scene PKRajamandala 2
5
Let’s Start To Care Rajamandala
Lebih Dekat Kadat Acil
Rajutan Asa Si HIJAU PERMAI
Rapuhnya SI PURBA
10 18 21 23
Ketukan Sakral Jantera XXII
27
KABINET LINCAH
29
OUTBOND KABINET LINCAH
32
Pengambilan Gambar di Puncak Pabeasan Foto : Dokumentasi Kegiatan Syuting Film PKRajamandala
RAJAMANDALA
BEHIND THE SCENE (Tebing 125)
S
uara nafas tersenggal-senggal terdengar jelas di bukit yang sunyi berkabut itu. Setelah istirahat sekitar 5 jam, hampir pukul 5 pagi kami sudah bergegas dengan peralatan utama kami kali ini, seperangkat kamera dan tripod. Baru kali ini aku meniti jalan di bukit kapur sepagi ini. Minggu ke-empat Bulan November inilah kami mulai melakukan aksi berupa dokumentasi untuk sebuah film. Bertiga, bersama Kadat Angga dan A Imam, syuting pertama dimulai. Untuk saat itu lebih mendokumentasi bentang alam perbukitan kars rajamandala. Berharap mendapat sunrise hari itu, sebangunnya dari tidur setelah menyetting alarm kami langsung bergerak. Udara dingin nan basah pun mulai mendinginkan paru-paru kami yang mulai menyusut dan kesusahan mengambil oksigen karena tubuh yang baru bangun tidur langsung diajak bekerja keras.
Oleh: Nofi Kristanti
pun tanpa sunrise. Kabut lumayan tebal hari itu, hingga pada pukul 8 pagi, matahari masih berdiam dibalik kabut. Perlahan tetapi pasti, angin mulai berhembus membawa kabut, sinar matahari mulai menguapkan kabut tersebut ke lapisan stratosfer. Seiring terhembusnya kabut, nadi kehidupan di Padalarang mulai terlihat dengan lalu lalang motor yang tiada henti dari malam hingga pagi.
Sepagi ini dan di hari weekday ini, tidak ada aktivitas seperti biasa kami temui di tebing ini. Panjat tebing adalah aktivitas paling utama disini. Ya, ini adalah Tebing Citatah di Pasir Pabeasan, atau terkenla dengan sebutan Tebing 125 dengan berbagai macam jalur yang terkenla di kalangan pemanjat. Tebing ini menjadi salah satu objek yang terdaftar dalam lokasi syuting film Perbukitan Kars Rajamandala karena termasuk batuan kars yang tergabung dalam Formasi Rajamandala di Padalarang. Darisini kemudian, kami kembali turun bukit dan menuju lokasi Namun semuanya berjalan lancar walau- selanjutnya.
4
MEI 2015
Crew Syuting Film Rajamandala Foto : Dokumentasi Kegiatan Syuting Film PKRajamandala
Behind The Scene
A
Oleh: Maryam Silmi walnya hanya sekedar tawaran untuk ikut serta dalam pembuatan film “Rajamandala” yang merupakan proyek kerja sama antara Jantera dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Meskipun saya bukan talent ataupun cameraman yang berkecimpung langsung dalam proses pembuatan filmnya, saya turut meramaikan proses pembuatan film tersebut yang tentunya cukup banyak memberi pengalaman dan pengetahuan bagi saya. Persiapan sebelum pembuatan film dimulai kurang lebih selama sepekan lebih (karena kurang tahu pastinya berapa lama). Segala sesuatunya dipersiapkan dengan pasti, mulai dari alur film, skenario, lokasi, pencarian talent, bentuk tim, persiapan logistik, dll. Hingga akhirnya eksekusi pembuatan film bagian pertama ini dimulai sekitar bulan November 2014. Para crew yang terlibat dalam pembuatan film ini ada banyak sekali diantaranya ada a
PKRajamandala 2 Imam sebagai director, Andi dan Novi sebagai talent, a Monyonk, a Mamet, Eja, Lisna, Fenny, Winda, Husni, Adi, Hafid, Mamah Dedeh (Nisa), Jubed, saya dan beberapa yang datang keesokan harinya seperti a Agus, Ani dan Khoi, serta semuanya yang tidak bisa disebutkan satupersatu. Film “Rajamandala” ini bersetting di kawasan perbukitan karst Rajamandala, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Secara umum tempat shooting film ini merupakan tempat pariwisata yang sudah terkenal, seperti Goa Pawon, Goa Sanghyang Tikoro, dan Garden Stone. Bukan hanya itu saja, film ini juga dilaksanakan syutingnya di tempat yang sering dikunjungi untuk kegiatan outdoor seperti rock climbing terdapat beberapa spot yang sering dikunjungi seperti Tebing Citatah 125 dan Gunung Hawu yang merupakan tempat kegiatan Pecinta Alam khususnya Jantera.
5
Padalarang itu sulit, sampai akhirnya saya menemukannya di sekitar Situ Ciburuy. Setiap akan membeli konsumsi, saya dan Nisa harus mencarinya sampai ke Pasar yang jaraknya lumayan jauh. Menuju siang, matahari bersinar cerah setelah pagi yang berkabut Persiapan Pra Lapangan di sekertariatan Jantera dan dingin. Akhirnya sinar matahari Foto : Dokumentasi Kegiatan Syuting Film PKRajamandala menghangatkan tubuh yang kedinginan serta mengeringkan baju-baju yang basah sisa hujan semalam, kehidupan sekitar Hari pertama saya datang ke lokasi Goa mulai terlihat, ayam-ayam mulai berkeliaran Pawon, karena hari sudah malam kami memumencari makan, tak jarang mereka pun ikut cari tuskan untuk ngecamp di sebuah pendopo dekat makan dan mengotori sekitar area camp, selain Goa Pawon yang di dalamnya ada maket miniaitu monyet-monyet yang ada di sekitar Goa tur kawasan sekitar Goa Pawon yang pertama Pawon mulai turun untuk mencari makan di kali membuat saya penasaran ketika masuk kesekitar areal parkir dan ternyata jumlah mereka dalamnya. Semua crew satu persatu mulai bercukup banyak. Hari itu tempat yang menjadi datangan ,yang pertama sampai di camp ada camp kami mulai ramai oleh pengunjung karena Jubed, Hafid, dan saya sendiri kemudian disusul memang kebetulan sedang weekend sehingga oleh yang lainnya. Sejak hari pertama shooting tidak aneh jika Goa Pawon ramai pengunjung. kami sudah disapa oleh hujan yang membuat Tempat selanjutnya yang akan di shoot semua orang basah kuyup saat datang ke camp. pagi itu adalah sekitar Garden Stone dan Goa Setelah semua crew berkumpul, agenda Bancana. Sangat disayangkan sekali saat ini Goa berikutnya adalah briefing untuk kegiatan esok Bancana hanya menyisakan puing-puing batu hari dan melihat hasil kerja selama seharian tadi. gamping yang tidak utuh lagi karena hampir Malam mulai larut semua orang sudah terlihat setiap hari terus menerus mengalami pengerulelah dan kedinginan, kemudian warna-warni kan oleh penambang batu sekitar. Ada sedikit kantung tidur mulai dihamparkan mata semakin cerita di Jantera tentang Goa Bancana. Salah satu layu, pertanda untuk segera beristirahat. Esok angkatan Jantera yaitu J29 Gentra Yuda Kelana hari saat kebanyakan orang masih terlelap saya melaksanakan diklanjut mata latih caving di goa harus sepagi mungkin bangun, walapun kentersebut pada tahun 2010. Goa tersebut terdapat yataannya tidak bangun sepagi yang direncanadi Pasir Bancana yang mulut goanya ditandai kan. Karena takut terlalu siang untuk sarapan dengan adanya satu-satunya pohon tinggi di saya bergegas memacu motor untuk mencari tempat tersebut. Goa tersebut dipetakan dan warung atau apapun yang menjual nasi, ternyata didokumentasikan. mencari tukang nasi kuning di sepanjang jalan
6
MEI 2015
Setelah tahun 2010, penambangan kapur di Pasir Bancana kian merajalela dan menjadi bencana bagi bukit tersebut. Ada sebagian yang sudah rata dengan tanah, sehingga terlihat bukit tersebut sumbing disana-sini. Ternyata, ketika dilakukan survei lagi oleh anggota Jantera pada tahun 2014, sudah tak kelihatan lagi dimana mulut Goa Bancana tersebut. Sungguh tragis! Goa Basecamp di Gua Pawon Foto : Dokumentasi Kegiatan Syuting Film PKRajamandala Bancana tinggal kenangan. Menyedihkan, kini hanya bisa menikmati dokumentasi yang ada. Tentang Bancana yang Goa Pawon yaitu a Feri a.k.a a Monyong, a menjadi bencana membuat kami semakin se- Mamet, bang Encok dan a Agus. Scene di Goa mangat untuk melakukan kegiatan ini, mengin- Pawon hanya diisi oleh 2 talent yaitu Andi dan gat tujuan akhir film ini adalah usaha untuk pen- Novi. Scene tersebut menceritakan tentang peneyelamatan Kars Rajamandala. lusuran goa vertikal. Beralih dari Pasir Bancana ke Garden Stone. Ada dua akses yang dapat ditempuh untuk menuju Puncak Goa Pawon tersebut, dari parkiran Goa Pawon dengan jalurnya lumayan terjal dan licin apalagi sehabis hujan turun atau dari jalan raya masuk ke pertigaan yang ditandai dengan mesjid. Siang hingga sore menjelang dilaksanakan syuting di Tamanbatu itu. Setelah selesai dari Tamanbatu, crew kembali ke basecamp dan beristirahat. Di sela-sela istirahat, kami menyaksikan pemandangan yang sangat jarang kami lihat sekalipun kami sering mengunjungi tempat ini, yaitu tarian kelelawar di udara. Segerombol yang terdiri dari atusan atau bahkan ribuan hewan nokturnal ini keluar dari sarangnya yang kemudian tujuannya mencari makan. Malam kemudian mulai syuting tentang kegiatan caving atau penelusuran goa. Crew khusus telah melakukan instalasi jalur SRT (Single Rope Technic) pada salah satu sink hole
Malam semakin larut setelah pengambilan scene di Goa Pawon, rencananya kami semua akan berpindah tempat untuk mengambil gambar di Tebing Citatah 125 sekaligus berpindah tempat camp, tetapi hari itu disana sedang penuh karena ada yang sedang diklat terpaksa kami harus kembali lagi ke pendopo di Goa Pawon lagi untuk bermalam. Esok paginya kami berencana untuk mengambil scene di sekitar ke Gunung Hawu. Pengambilan gambar kali ini dilakukan tidak seperti biasanya, yaitu dengan menggunakan drone (kamera yang dipasangakan pada baling-baling sehingga mengambil gambar dari udara). Gunung hawu merupakan bagian dari rangkaian perbukitan karst Rajamandala, mengapa dinamai seperti itu karena bagian tengah dari tebingnya memiliki lubang yang besar yang bentuknya seperti hawu atau dalam bahasa Indonesia disebut tungku. Karena terdapat lubang besar pada tebingnya, jika berjalan di atas tebing
7
kita akan melewati “jembatan alami” yang me- buat crew harus menunggu waktu lagi untuk mang tercipta akibat dari adanya proses erosi mengambil ulang gambar serta lebih memperyang menggerus dinding tebing itu sendiri. siapkan semuanya. Sejak awal kami dalam pembuatan film ini hampir setiap hari cuaca tak meAkses menuju Gunung Hawu ini bisa nentu kadang cerah kadang mendung, dengan dibilang agak sulit, karena letaknya yang terpencamp darurat seadanya kami buat untuk mengacil dan diantara tempat tambang, untuk masuk mankan barang-barang dari guyuran hujan dan kesana perlu perizinan terlebih dahulu, karena terik matahari. Hujan sempat membuat semua jalannya diportal sehingga yang tidak bisa diakses aktifitas pengambilan gambar terhenti, sehingga dengan mudah oleh semua orang. Pengambilan kami menunggu agak lama. Ketika semakin sore gambar di Gunung Hawu ini tidak hanya dari kami semua memutuskan untuk menyudahi jarak dekat saja, dengan bantuan drone kami bisa semua kegiatan karena esok harinya beberapa menangkap gambarnya lebih tinggi dengan landdiantara kami harus mulai kuliah lagi. Sebelum scap yang lebih luas, bahkan Husni, Winda, dan pulang kami menyempatkan diri untuk makan Lisna harus blusukan ke sawah agar Gunung malam sekaligus evaluasi kegiatan dan kami Hawunya terlihat seluruhnya. pulang dengan selamat sampai ke sekre dan koBanyak kendala yang kami temui selama san masing-masing. proses pengambilan gambar untuk film tersebut. Rangkaian kegiatan syuting film Cuaca yang tidak bisa di prediksi kadang memPengambilan Gambar di Goa Pawon Foto : Dokumentasi Kegiatan Syuting Film PKRajamandala
8 8
MEI 2015
#PKRajamandala selama beberapa hari itu ternyata masih kurang, selanjutnya masih dilakukan lagi pengambilan gambar ulang di beberapa tempat. Walaupun waktunya tidak sesuai dengan yang diperkirakan, namun proses berjalan dengan lancar hingga edit film di dapur film yang dilakukan oleh a Imam kemudian dllakukan dubbing oleh Reza Santosa. Akhirnya film rampung dan telah launching pada acara Talkshow Pengambilan Gambar di Goa Gunung Hawu Perbukitan Kars Rajamandala pada 9 Foto : Dokumentasi Kegiatan Syuting Film PKRajamandala April 2015. Film tersebut yang kemudian menjadi karya besar Jantera tahun ini diumurnya yang ke-38. Tetap untuk semua saudaraku di Jantera selanjutnya mari buat karya hebat lagi! Bravo Jantera!!!
Crew Syuting Film Perbukitan Kars Rajamandala di Puncak Pasir Pabeasan
99
10
Oleh: Widi Setiadi
Peserta Talkshow yang kian membludak Dokumentasi Talkshow Perbukitan Kars Rajamandala/Nofi Kristanti & Lisna Nurdianti
11
T
epatnya pada tanggal 9 April 2015 pukul 15.30 WIB di Gedung Achmad Sanusi UPI (Universitas Pendidikan Indone-
sia) terselenggara acara Talkshow dan Pemutaran Film Dokumenter Perbukitan Kars Rajamandala. Acara ini menarik untuk dihadiri karena rasa ketertarikan dengan dunia kepecinta alaman atau pun dunia outdoor. Terlihat spanduk dan banner yang terpampang di sekitar area gedung. Rasa syukur dan haru terlihat ketika masih banyak yang peduli dengan masalah lingkungan. Nampak para akademisi, komunitas pecinta alam, mahasiswa, dan berbagai instansi lainnya antusias terhadap acara tersebut. Panitia menggunakan baju lapangan dengan balutan syal berwarna orange yang penuh kebanggaan sangat kompak dan serempak saling koordinasi di la-
Acara Talkshow Perbukitan PKRajamandala
Foto : Dokumentasi Talkshow Perbukitan Kars Rajamandala/N
pangan. Kurang lebih sekitar 500 orang hadir pada acara tersebut. Ini membuktikan bahwa masih ada masyarakat yang peduli dan sadar akan lingkungan terutama Kars Rajamandala ini. Ya, JANTERA. Kelompok pecinta alam
kemudian diangkat kabar dan fenomenanya oleh beberapa narasumber yang ahli yakni : 1. Bapak Titi Bachtiar berprofesi sebagai dosen, peneliti, penulis dan ahli geografi.
yang sangat memperhatikan lingkungan telah 2. Ibu Prof. Hj. Enok Maryani, M.S sebagai berhasil mengajak masyarakat untuk sadar akan lingkungan. Memang penulis tidak tahu banyak akan Kars Rajamandala ini namun setelah mengi-
ahli pemerhati lingkungan. 3. Bapak Dr. Ir. Budi Brahmantyo, M.Sc sebagai dosen ITB.
kuti penulis pun mulai terbuka mata dan menganggap ini adalah masalah yang membutuhkan perhatian berbagai kalangan. Kars Rajamandala
12
MEI 2015
Ketiganya memberikan pengetahuan, pengalaman, bahkan nilai edukasi yang dapat dijadikan
sebagaimana pemaparan pemateri bahwa potensi alam yang ada di Kars
Rajamandala
memang
memiliki nilai finansial dan pastinya membutuhkan SDM pula. Namun faktanya, menurut Ibu Maryani bahwa para pekerja tambang disana harus menjalani operasi setiap tahunnya karena gangguan ginjal yang dialami saat penambangan berlangsung. Usaha untuk memberhentikan aktivitas penambangan yang seharusnya pada tahun 2013 selesai menuai banyak kontra dari kalangan masyarakat sekitar dan
Nofi Kristanti & Lisna Nurdianti
pekerja tambang tutur Bapak Budi dalam materinya karena penambangan tersebut merupakan mata pencaharian
referensi mengenai Kars Citatah ini. Penulis baru menyadari bahwa Perbukitan Kars Rajamandala pada 30 juta tahun yang lalu merupakan sebuah dasar laut yang indah hingga pada akhirnya pada 10 juta tahun yang lalu terangkat menjadi perbukitan kars yang indah dan titik tertinggi hari ini yakni 908 mdpl (Meter Diatas Permukaan Laut) tutur salah satu pemateri Talk-
bagi penduduk disana. Selain itu potensi batu gamping yang ada disana merupakan kualitas terbaik dan ini menjadi komoditas yang dimanfaatkan para pengusaha tambang. Ada ironi tersendiri yang dirasakan, para pekerja tambang digaji sebesar Rp. 30.000/hari yang menurut Pak Bachtiar tidak sesuai dengan UMR (Upah Minimum Rata
show. Sumber Daya Alam (SDA) memiliki korelasi dengan Sumber Daya Manusia (SDM)
-rata) pekerjaan pada umumnya. Kars Rajamandala yang terletak di Kabupaten Bandung Barat dikelola BPLH (Badan
13
ranya pahatan-pahatan alami pada tebing kapur yang sangat pas untuk dijadikan sebagai tempat
olahraga
panjat
tebing. Salah satunya adalah Tebing 125 atau masyarakat Pembagian Doorprize kepada para peserta Talkshow PKRajamandala Foto : Dokumentasi Talkshow Perbukitan Kars Rajamandala
Pengelolaan Lingkungan Hidup) tidak dapat memberikan bantuan yang berarti karena sampai hari ini pun aktivitas penambangan masih berlangsung. Pada saat pemutaran film dari Tim Jantera terlihat asap hitam yang naik kepenggalan langit mewarnai langit Bandung Barat. Berbagai truk besar dan alat berat tidak luput dari sorotan tim Jantera dalam filmnya. Tidak hanya itu, potensi pariwisata pun tentu tidak luput dari pembicaraan para pemateri. Goa Pawon dan Goa Sanghyang Poek yang menjadi sorotan dalam potensi wisata disana. Dibutuhkan pengelolaan yang tegas dan benar dalam upaya penjagaan potensi wisata ini dikarenakan akn terjadi dampak negatif apabila tidak adanya peraturan yang diberlakukan. Selain wisata umum, Kars Rajamandala pun menjadi sorotan untuk wisata minat khusus yaitu panjat tebing. Pengangkatan kawasan kapur ini menyajikan landscape yang unik di anta-
14
MEI 2015
umumnya
pada menyebut
Tebing Citatah. Bukan hanya sebagai kawasan wisata
tingkat lokal, Kars Rajamandala mempunyai potensi yang luar biasa untuk dijadikan sebuah GeoPark seperti Yellowstone National Park di Amerika, mengingat bahwa Kars Rajamandala merupakan warisan alam berjuta tahun. Tentunya ini bukanlah pekerjaan yang mudah menurut para pembicara. Dalam upaya ini, perlu adanya pemahaman yang sama antar masyarakat, pemerintah dan pihak lain yang terkait. Semua dilakukan untuk keharmonisan antara manusia dengan alam. Bagaimanapun juga manusia membutuhkan alam demi keberlangsungan hidup di masa yang akan datang dan sebagai warisan generasi selanjutnya. Sesi taklshow kemudian mengundang para peserta untuk bertanya dan penulis berkesempatan menjadi satu dari tiga penanya yang ditunjuk juri. Ada yang menarik pada pertanyaan
peserta kedua mengenai 2M yaitu Mitos dan
perbedaan keilmuan setiap individu/
Militer, dikatakan bahwa untuk menjaga Kars
instansi
Rajamandala ini adalah dengan memberikan
masing-masing ?
"Mitos" mengenai daerah tersebut dan juga upaya Militer dalam penjagaannya, meski mitos adalah cerita adat yang tumbuh dimasyarakat tidak terlalu memberikan efek yang signifikan dan militer pun dikatakan oleh pemateri akan melanggar HAM sehingga belum mampu membuat "skakmat" aktivitas penambangan.
yang
memiliki
idealisme
Dalam menyikapi persoalan ini pemateri memaparkan bahwa tidak hanya satu keilmuan saja yang dapat menyelesaikan masalah ini. Dikarenakan kondisi ekonomi yang kurang membuat strategi pelestarian kars ini tidak dapat dilaksanakan. Upaya lainnya adalah jika di bidang pariwisata
Sedangkanpertanyaan
yang
MC, Moderator dan Pembicara dalam Talkshow Perbukitan Kars Rajamandala Foto : Dokumentasi Nofi Kristanti & Lisna Nurdianti
disampaikan penulis ada tiga yaitu: Bagaimana upaya
penyadaran
efektif dalam menjaga Kars Rajamandala ? Pemateri menjelaskan
beberapa
upaya yang dilakukan pemateri
adalah
membuat buku mengenai Kars Rajamandala meski dituturkan kurang maksimal, adanya propaganda di media sosial dan yang paling efektif disampaikan adalah kesadaran yang dimulai dari masyarakat itu sendiri. Dan upaya penyadaran harus dilakukan disetiap kalangan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa.
maka manfaatkan cara pengelolaan yang baik seperti membuat Track wisata atau peta wisata dengan dilengkapi -Guide di kawasan wisata. Lalu dalam pemanfaatan lainnya dibutuhkan ahli Speleologi untuk dijadikan penelitian, dan tidak hanya itu dibutuhkan antropolog dan sosiolog juga
Bagaimana menyikapi berbagai macam
15
dalam upaya membangun keharmonisan alam dan masyarakat. Bagaimana hukum yang seharusnya diberlakukan ? Pak Budi menuturkan, Kars adalah Kawasan Perlindungan Nasional sebagaimana dalam Peraturan Menteri nomor 17 tahun 2012. Apalagi jika ada kandungan mineral didalamnya dan hal ini pun tergantung dalam kesepakatan bersama. Hukum yang ditetapkan harus dilaksanakan dengan tegas. Sudah sangat jelas bahwa para pemateri pun sadar bahwa manusia tidak akan lepas dari alam. Tuhan memberikan Sumber Daya Alam yang melimpah untuk kebutuhan manusia dalam melangsungkan hidupnya. Namun manusia Keluarga Besar Jantera sendirilah yang merusak. Eksploitasi tanpa solusi
Foto : Dokumentasi Talkshow Perbukitan Kars Rajamandala/Nof
yang akhirnya manusia sendiri yang merasakan alam. So, let's start to care and love our nature. #PKRajamandala
akibatnya. Dapat disimpulkan bahwa upaya pelestarian dan penyadaran Kars Rajamandala ini harus dilakukan terhadap berbagai kalangan dengan memberikan edukasi yang baik sehingga tercipta kesadaran yang holistik. Penegakan hukum dan aturan serta kerjasama, konsolidasi, dan koordinasi dari para ahli lapangan dan pemerintah adalah upaya nyata untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat dan juga membangun keharmonisan hubungan manusia dan
16
MEI 2015
fi Kristanti & Lisna Nurdianti
Biodata Penulis Penulis adalah pemenang pertama dalam sayembara tulisan #PKRajamandala yang diselenggarakan oleh Jantera sebagai tindak lanjut dari talkshow. Nama : Widi Setiadi Usia
: 20 Tahun
Jurusan : Ilmu Pendidikan Agama Islam - UPI
17
Oleh: Lutvia Resta Setyawati
18
MEI 2015
K
adat Acil, begitulah
panggilan
baru
yang mulai disandang oleh Rizqi Fadlilah
semen-
jak Musyawarah Adat Jantera ke -22
Kadat Acil sedang di Leuwi Malang Foto : Dokumentasi SUSUR CITARUM PURBA
berakhir
beberapa bulan lalu. Pemuda yang lahir di Bandung pada 15 Mei 1992 ini sebelumnya tidak pernah menyangka
akan
diberikan
amanah
sebagai
nahkoda pelayaran selanjutnya setelah Kadat Sule menurunkan jangkar kepemimpinannya. Entah suatu kebetulan atau takdir, Kadat Sule dan Kadat Acil memang memiliki beberapa kemiripan. Diantaranya adalah sama-sama pernah menjadi ketua bidang 2 sebelum menjadi kadat. Nah buletin Jantera kali ini akan sedikit bercerita mengenai Ketua Adat Jantera yang baru, seorang nahkoda yang akan membawa kapal Jantera berlayar kembali ke samudera yang lebih luas dan lebih indah. Berikut adalah percakapan Kadat Acil dengan reporter Buletin Jantera pada beberapa waktu lalu.
19
20
MEI 2015
Wah, indahnya pemandangan situ. Foto: Nindi
RAJUTAN ASA
H
SI HIJAU PERMAI
ari ini langit dihiasi pemandangan indah, tak berawan, dan terasa cerah, pertanda baik untuk melanjutkan misi selanjutnya letttss goooo! P2M merupakan kegiatan rutin Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi UPI Bandung. Dalam kegiatan ini kita membuat suatu misi yang bertujuan untuk mengabdi dan merealisasikan Ilmu Geografi kepada masyarakat. Diniati sanubari yang murni kita akan membuat langkah pembaharuan kepada masyarakat. Yeeaahh i ready to be agent of change! Panas terik matahari menyalakan api semangat dan mengibarkan kobaran tekad untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang lebih maju dengan pengetahuan. Sebelum misi ini dimulai, sejumlah arahan dan intruksi diberikan agar hati kita semakin mantap dan siap dalam menjalankan tugas. Dan sebagai penutup lantunan doa dan harapan dipanjatkan, semoga kegiatan P2M ini berjalan sukses dan berhasil sesuai harapan yang dicita-citakan.
Oleh: NINDI makin pusing, perut mual, muka pucet gara-gara nahan isi makan siang yang ingin keluar, namun kemudian sejenak terlupakan saat melihat guyonan dan aksi konyol teman seangkatan. Tidak terasa dua jam perjalanan sudah kita warnai dengan canda tawa yang membahagiakan. Eng, ing, eng, dan disinilah kita berada di Kampung Bojong Salam, Desa Rancapanggung, Kecamatan Cililin.
Nit... nut... nit... nut... radar dalam otak menangkap sinyal pertanda, misi dimulai. Tatapan penerimaan dan senyum selamat datang menyambut kedatangan kita di pondok pesantren yang dijadikan basecamp P2M ini. Untaian kata penghormatan dan terimakasih dituturkan oleh Ketua BEM Himpunan Jurusan Pendidikan Geografi UPI Bandung sebagai pembuka acara. Kemudian disambut oleh pimpinan pondok pesantren dan tokoh masyarakat yang merasa tersanjung atas kedatangan mahasiswa Goyangan si truk hijau bikin kepala untuk pengabdian
21
gunan yang kuat, berotot dan gagah seperti Ayahnya. Hal ini menyadarkan kita untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat dengan pendidikan. Darisitu, impian untuk menjadi seorang pendidik pun semakin menggebu-gebu. Mencoba berbagi ilmu dengan mereka, walaupun terbatas oleh waktu semoga ada manfaatnya. Sebagai akhir dari kegiatan, P2M HMP Geografi mengadakan perlombaan. Mahasiswa, anak-anak dan warga sekitar tumpah ruah di Setelahrangkaian penyambutan selesai, akhirnya halaman pondok pesantren. Semua perlombaan kita dipersilakan untuk istirahat dan melakukan persiapan untuk memulai kegiatan. Misi Pertama yaitu ‘Jika Aku Menjadi’, misi ini membutuhkan dua mahasiswa untuk setiap rumah. Tugasnya adalah kita harus mempelajari pola kehidupan masyarakat desa yang kuat dan gigih dalam menjalani kehidupan, setelah itu kita harus mencari tahu potensi lingkungan dan budaya desa yang dapat dikembangkan. Misi pertama pun mulai berjalan. Pagi ini kehangatan matahari mengantarkan Si Ambo untuk berladang. Jagung yang tampak mengemas dan menggiurkan dipanen lalu dikumpulkan untuk dijual. Meskipun bulir keringat men- diikuti dengan antusias oleh seluruh peserta. ghiasi wajahnya yang jerawatan, Si Ambo tetap Keakraban dan rasa persahabatan menutup rangsemangat untuk berladang. kaian acara. Dari ladang mari kita terbang menuju Semoga Kampung Bojong Salam si Hijau sekolah, and it’s time for Misi Kedua. Pagi itu Permai banyak menghasilkan tunas-tunas bangsa ruang kelas terasa menyenangkan dengan tawa yang hebat dengan berbagai asa dan impian. riang anak-anak yang sedang mengikuti pembelajaran. Cara hidup bersahabat dengan alam kita ajarkan agar bumi ini diwarisi orang-orang yang mencintai lingkungan. Saat itu terdapatlah seorang anak berperawakan buntal, pipi bapau dan mata yang minimalis, dengan bangga menceritakan imipannya untuk menjadi seorang kuli ban-
22
MEI 2015
Oleh: Nofi Kristanti
T
RAPUHNYA SI PURBA
erletak di Kampung Citukung, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, disitulah berdiri bukit andesit yang bentuknya menjulang mengkerucut. Lihatlah dari arah utara, maka akan terlihat bentuknya menyerupai tumpeng. Bukit batu ini terkenal dengan sebutan Bukit Patenggeng.
Nyebrang di Ci Saunggalah,
Bagi yang pernah melewati Tol Cipularang, maka akan terlihat bentuk lain dari bukit ini. Persis di km 97, akan tampak bukit batu yang menonjol melengkung dikelilingi oleh areal persawahan. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk dapat tiba dibukit ini, yaitu dengan masuk lewat kampung terakhir yaitu Citukung ataupun lewat rest area. Jalur yang digunakan adalah searah dengan menuju Purwakarta. Anda perlu mnyusuri jalan ini hingga menemukan terowongan bawah jalan. Masuk melalui terowongan dan ketika di persimpangan, pilih jalur kanan yang mengarah ke sawah . Tempat ini hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki karena dikelilingi oleh areal persawahan.
Ci Tarum.
aku berjalan ke arah barat, datang ke Bukit Patégéng, sakakala Sang Kuriang, waktu akan membendung
Selain kisahnya yang dikaitkan dengan Legenda Sangkuriang, ada hal lainnya yang membuat penasaran tentang bukit ini, yaitu proses pembentukannya. Bukit ini merupakan singkapan batuan andesit, yang merupakan batuan yang terbentuk dari lava yang membeku. Lava, ya merupakan bagian dari gunung api. Apabila kita lihat kini, ada dimana gunung api yang menghasilkan bukit andesit tersebut?
Pertanyaan tersebut tidak akan terjawab apabila kita mengharapkan adanya gunung api yang masih aktif di sekitar daerah Purwakarta. Namun, pertanyaan tersebut dapat terjawab dengan teori-teori Banyak informasi menyebutkan bahwa Bukit geologis yang berkaitan dengan gunung api purba. Patenggeng ini berhubungan dengan Legenda SangkuDisebutkan kira-kira 2juta tahun yang lalu, di riang. Legenda Sangkuriang pada awalnya merupakan tempat ini berdiri gunung api aktif,yang meletus tradisi lisan. Baru kemudian dituliskan oleh Bujangga berkali-kali membangun dirinya, lalu ketika magma Manik, seorang Pangeran Jaya Pakuan pada abad ketertekan ke atas, ada sebagian yang tertahan, karena 15 saat perjalanannya mengunjungi tempat suci energy penekannya berkurang. Lama-kelamaan Agama Hindu di Jawa dan Bali. Bujangga Manik pulamagma yang tertahan di dapur magma mengalami lah yang pertama kali menyebutkan Bukit Patenggeng proses pendinginan, kemudian membeku. Lamadalam tulisannya. kelamaan bagian yang lemah, terutama bagian luar akan tererosi dan terlapukkan. Selama jutaan tahun Sadatang ka kabuyutan, terlapukkan baru kemudian tersisa bagian yang kuatmeuntas di Ci Saunggalah, nya itulah yang kemudian dinamakan sumbat lava. leumpang aing ka baratkeun, Ciri-ciri sumbat lava : bentuk terobosan datang ka Bukit Patégéng, sasakala Sang Kuriang, masa dek nyitu Ci Tarum. Sesampai ke tempat suci,
seperti pipa, kedudukan memotong perlapisan batuan di sekelilingny, efek kontak terhadap batuan di sekitarnya terjadi di sekeliling tubuh terobosan, ke arah abgian tepi tubuh semakin bertekstur gelas, terdapat struktur lubang di bagian atas tubuh intrusi, dilihat dari atas konsentris, dan, biasanya batuan sekelilingnya mengalami alterasi. (Sutikno Bronto : 2010)
23
Bukit Patenggeng yang terlihat seperti tumpeng. Foto: Nofi Kristanti
Kini sumbat lava tersebut banyak dikunjungi oleh orang-orang, walaupun sangat susah aksesnya. Namun, kenapa perlu alasan sulit akses utnuk tidak mengunjungi bukit ini? Karena anda akan merasa puas ketika dapat melihat pemadangan di sekitarnya dari puncak bukit ini, ataupun sekedar menikmati kemping ceria di tepian sawah itu.
untuk tiba di sisi bukit setelah melewati setapak sawah dan sekumpulan kerbau. Kerbau memang bukan hewan yang menyeramkan, namun, bagi sebagian orang tetap saja merasa ngeri jika ada kerbau yang mendekat. Dengan alas an itu, ada salah seorang dari kami yang mengambil jalur setapak yang lebih jauh untuk menghindari kerbau-kerbau tersebut. Setibanya di sisi bukit, kami langsung mendirikan flysheet untuk Dalam kunjungan kami saat itu, kami men- berteduh, karena matahari Purwakarta saat itu sangat coba untuk membuka jalur pemanjatan di salah satu menyengat. sisi bukit tersebut. Ketika malam tadi kami nikmati di tenda di tepian sawah, paginya kami telah bersiap Peralatan panjat dikeluarkan dari dalam tas, dengan perlengkapan panjat lengkap. gulungan tali kernmantel juga sudah disiapkan. Sebagai pemanjat yang pro di Jantera, Ferry J29 bertugas Dari kemah, butuh waktu sekitar 10menit sebagai leader yaitu untuk membuka jalur dan saya
24
MEI 2015
menghantam tanah. Ya, pembuka jalur terjatuh. Peralatan safety yang digunakan sangat berguna sehingga tidak ada luka, hanya perasaan terkejut saja yang menghampiri pemanjat maupun kita yang melihat dari bawah. Perkiraan kami akan tidak begitu sulit untuk membuka jalur pemanjatan di Patenggeng ini salah besar. Dinding bukit ini sangat rapuh. Setelah jutaan tahun terkikis dan terlapukkan, ternyata dia sudah banyak bagian-bagiannya yang sangat rapuh padahal terlihat kokoh dari luar. Bahkan saking rapuhnya, hanya dengan congkelan tangan, batu tersebut dapat lepas dari dinding bukit tersebut. Maka, kami pun mengurungkan niat untuk melakukan pemanjataan di Bukit Patenggeng tersebut. Walaupun peralatan telah lengkap, tapi tetap keselamatan paling utama. Rencana pertama agar sampai di puncak bukit lewat jalur manjat pun gagal, maka kami melakukan rencana yang kedua yaitu menuju puncak bukit ini lewat jalur scrambling (berjalan di medan yang terjal, kerja tangan dibutuhkan sebagai penyeimbang). Kami mengitari sisi lain bukit ini untuk menggunakan teknik scrambling. Walaupun dengan teknik scrambling, dan medannya tidak terlalu terjal, tetap saja kami harus menggunakan pengaman untuk kegiatan itu. Tali kernmantel dibentang dari bawah hingga ke puncak oleh pembuka jalur yaitu Angga dan Ferry. Cowstail telah menempel pada harness tiap orang. Satu persatu, kami pun mulai scrambling.
bertugas sebagai belayer. “Tok tok tok tok,” bunyi palu tebing yang sedang menancapkan piton pada sisi tebing bergema. Piton pertama sukses dipasang, begitu juga dengan yang kedua. Namun, saat sedang memasang piton yang ketiga, sepertinya leader kehilangan keseimbangan dan “sreetttt”bunyi pijakan yang hilang kesimbangan.
Orang yang naik selanjutnya adalah Husni dan Haikal, dilanjut oleh saya bersama adik ifa kemudian Jubed dan Adi. Akhirnya, kita semua pun tiba di puncak bukit ini. Berdiri di atas gunung api yang dulunya aktif dan banyak sejarah letusannya. Terlihat Tol Cipularang dengan kesibukannya, terlihat Gunung Parang yang masih di daerah Purwakarta dan masih merupakan sumbat lava, terlihat sawah dengan kesibukan petani di sekelilingnya, dan yang paling menarik adalah terlihat bentangan Gunung Burangrang yang merupakan gunung parasitnya Gunung Sunda.
Dihibur dengan landscape yang hijau mem“tuk,”bunyi piton kedua yang berfungsi seba- bentang, juga dimanjakan dengan angin yang sepoisepoi di atas ini, inilah tempat yang cocok untuk megai pengaman lepas. refresh diri dan membuang lelah. Puas kami melihat “duk duk duk,”bunyi batu yang merupakan pemandangan dari puncak, agar tidak terlalu sore, tempat disisipkannya piton tercerai-berai kemudian akhirnya kami turun dan kembali lagi ke tempat
25
Tim pembuka jalur Foto: Nofi Kristanti
dalam kegiatan outdoor. Safety Procedure adalah yang paling penting. Hindari juga aksi vandalisme, karena terlihat ada banyak coretan di puncak bukit itu, yang jelas mengurangi keindahan dan pesonanya. “Ya, jejak-jejak masa lalu itu masih ada untuk kita. Dan kita berhak menikmatinya tanpa mengesampingkan kewajiban untuk menjaga kelestaraiannya.” -Oka Sumarlin-
menyimpan peralatan yang tidak terpakai saat scrambling dan juga tempat Ifa J29 menunggu kami, dia tidak bisa ikut scrambling karena kondisi jempol kakinya yang sakit. Akhir kegiatan kami tutup dengan hidangan ayam sisa tadi malam yang diimasak oleh Ibu dari Angga yang juga berkemah disitu. Rapuhnya Bukit Patenggeng mengingatkan kita pada warisan alam yang harus dijaga dan hati-hati
Setelah tidak berhasil membuka jalur dengan climbing, maka lewatlah jalur samping dengan scrambling! Foto: Nofi Kristanti
26
MEI 2015
Presidium Musyawarah Adat XXII Jantera Foto : Dok. MUSDAT XXII JANTERA
yang cukup tentang keJanteraan, setiap pendapat yang dikeluarkan penuh pertimbangan. alu merupakan komponen peralatan Analoginya adalah balita yang sudah bisa berdiri sidang yang memiliki peran dan fungsi dan berjalan. dalam persidangan. Apabila palu Fraksi ALB lebih banyak menceritakan tersebut diketuk oleh presidium, pengalaman mereka saat menjabat dan ALB maka akan menjadi sebuah ketetapan berdasaringin Jantera lebih maju dan lebih baik lagi dari kan hasil pertimbangan dari setiap fraksi yang kepengurusan sebelumnya, ini seperti anak kecil telah mengkerucut menjadi satu suara. yang sudah bisa berjalan dan ingin berlari untuk Penggunaan palu yang sakral itu adalah mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. ketika diadakannya sidang atau musyawarah. Musdat berperan dan berfungsi untuk Seperti biasa, pastinya suatu organisasi harus memutuskan dan menetapkan hal–hal yang mengadakan musyawarah untuk keberlangsunpenting serta memiliki poin yang penting. Itu gan organisasi tersebut dengan men-demisionerharus dibahas secara rinci demi kelangsungan kan pengurus lama dan kemudian mengangkat dan keselarasan persepsi Jantera dengan poinpengurus yang baru. poin itu. Musdat dijalankan dengan berbagai Pada 20 April 2015, Jantera melaksana- agenda, dimulai dengan pemilihan presidium, kan musyawarah tersebut yang dinamakan agenda acara, tata tertib sidang, pertanggungMusyawarah Adat (MUSDAT). Dalam musdat jawaban pengurus, pembahasan Aturan Khusus, Jantera terdapat 3 fraksi yaitu fraksi Anggota GBPPK dan MKO Jantera, dan pemilihan Ketua Muda (AM), fraksi Anggota Utama (AU) dan Adat yang baru. fraksi Anggota Luar Biasa (ALB). Pastinya Dalam pertanggungjawaban kepengurupemikiran tiap fraksi berbeda-beda, bahkan san 2013-2015 dengan Ketua Adat Angga Resgianggota dalam fraksi itu sendiri juga kadang ana Direza, disimpulkan secara umum bahwa bentrok, itulah yang kemudian membuat ramai kepengurusan tersebut memiliki sisi positif dan suasana persidangan. negative. Kpengurusan kali ini dapat dikatakan Fraksi AM seringkali hanya mengangguk kepengurusan yang bahagia dan sukacita berdengan ’iya’nya karena belum banyak mengeta- sama. Tunduk kala mendaki, tegak kala menuhui dan pengalaman tentang Jantera. Bila run. Dapat ditafsirkan ketika dalam tekanan dianalogikan, serperti bayi yang baru belajar dalam mencapai sebuah tujuan, haruslah rendah merangkak. Fraksi AU bisa dibilang fraksi yang hati dan bersikap santai. Ketika tujuan sudah kritis karena AU telah mempunyai pengetahuan tercapai, tetaplah tegak dan tegar.
Oleh: NISSA ADLINA FADILA
P
27
Fraksi Musyawarah Adat XXII Jantera Foto : Dok. MUSDAT XXII JANTERA
Bahasan demi bahasan berlalu, tibalah di agenda yang ditunggu-tunggu oleh anggota Jantera di manapun berada, yakni pemilihan Ketua Adat. Dengan berpatokan terhadap persyaratan khusus tentang calon Ketua Adat, maka terpilihlah 3 calon dengan visi dan misi yang dapat mengemban dan membesarkan nama Jantera. Ketiga kandidiat ini berpotensi tinggi dalam memimpin, namun nasib berkata bahwa Rizqi Fadlilah yang terpilih menjadi Ketua Adat periode 2015-2016. Sebelumnya, pemilihan Ketua Adat ini berlangsung menegang antar fraksi. Pikiran dan emosi terluapkan dalam pemilihan ini, karena anggota Jantera ingin memilih yang terbaik. Namun kemudian, ketukan sakral keXXII pun diketuk pertanda disahkannya dan diangkatnya Rizqi Fadlilah menjadi Ketua Adat Jantera periode 2015-2016. dengan terpilihnya dan telah dilantiknya Ketua Adat yang baru, pertanda bahwa Musyawarah Adat XXII Jantera telah selesai dilaksanakan. Ucapan terimakasih kepada kepengurusan sebelumnya, karena telah mengemban amanah menjadi pengurus di Jantera. Kesan selama mengikuti persidangan ini
28
MEI 2015
menurut penulis adalah senang bisa menjadi presidium untuk pertama kalinya sehingga penulis belajar dan mengerti bagaimana cara memimpin agar jalannya persidangan yang baik.
Pembacaan Sumpah pengurus Foto: Suci Fadillah
“KABINET LINCAH” OLEH : SITI JUBAEDAH
T
erpilih
dalam
Musdat diumumkan dan diadakan pelantikan
(Musyawarah Adat) pada pengurus Jantera Periode 2015-2016. Februari
silam
mengha-
ruskan sang Ketua Adat
baru yaitu Rizqi Fadlilah membentuk suatu
kepengurusan
dalam
men-
jalankan organisasi Jantera ini. Tidak mudah bagi Ketua Adat untuk menentukan suatu pengurus dalam suatu bidang yang terdapat dalam Jantera. Harus menyesuaikan dengan kemampuan dan pengalaman yang telah didapat selama belajar di Jantera adalah faktor utama yang dipertimbangkan untuk menunjuk seseorang menjadi pengurus. Daftar nama dalam kepengurusan pun telah didapat setelah Kadat melakukan wawancara khusus dengan orang-orang terkait. Maka segeralah
Kabinet LINCAH, atau bisa di sebut Kabinet ACIL (ketua adat periode
2015-2016)
merupakan
nama
kabinet yang dibentuk setelah adanya pelantikan pengurus Jantera peridode 2015-2016.
Pelantikan
dilaksanakan
pada tanggal 06 Maret 2015, bertempat di Lobi Timur FPIPS, dan
sebagai
pembina dalam upacara pelantikan pengurus ini ialah Prof. Dadang Sungkawa, M.Pd. Dalam pidatonya, beliau menyampaikan
tentang
amanah,
kerja
sama, kepercayaan dan kekompakan. Beliau berharap dengan pelantikan pengurus yang baru, bisa melanjutkan laju organisasi di Jantera untuk tahun
29
Simbol kekompakan dan semangat dalam bertugas ‘yooo Jantera!!!’ dan Rapat Perdana Jantera Foto: Suci Fadillah
berikutnya. Tidak lupa, beliau juga
Latihan
mengutarakan rasa bangga terhadap
Staf : 1) Feny Putri
kami, membuat kami semakin berte-
2) M. Deni Mahmuddin
kad untuk mengabdi sepenuh hati.
3) Ani Apriani
Rizqi
Fadlilah (Acil)
sebagai
Ketua Adat periode 2015-2016 menetapkan 34 pengurus baru dalam pelantikan ini, adapun orang tersebut ialah sebagai berikut : Semoga ini sederhana, dan dengan kesederhanaan bisa menjadi sesuatu yang luar biasa! Rizqi Fadlilah (Acil) sebagai
4) Andi Wibawa 4. M Adi Pryatna sebagai Ketua Bidang 2 Keilmuan dan Penjelajahan Staf : 1) Novi Kristanti 2) Dwi Endap P 3) Haikal M Ihsan 4) Inarotul 5) Binta Zidni I’lma 5. M Husni Mubarok Saputra sebagai Ketua Bidang 3 Pengabdian Pada
Ketua Adat periode 2015-2016 me-
Masyarakat
netapkan 34 pengurus baru dalam pe-
Staf : 1) Winda Noer Fajarwati
lantikan ini, adapun orang tersebut
2) Lisna Nurdianti
ialah sebagai berikut :
3) Angga Resgiana Direza
1. Hafid Munjinadir sebagai Sekretaris Staf : Siti Jubaedah 2. Chintya Khoerunisa sebagai Bendahara Staf : Khoirul Munawaroh 3. Mochamad Reza Santosa sebagai Ketua Bidang 1 Pendidikan dan
30
MEI 2015
4) Imam Muwahidin 5) Annisa Yudita 6. Asep Rahmat sebagai Ketua Bidang 4 Logistik Staf : 1) Windya Renata 2) Sahid 3) Mochammad Zaenal A.
7. Rahardika Panji sebagai Ketua Divisi Dana Usaha Staf : 1) Prawida Niko Sahanaya 2) Andi Aji S 3) Nisa Niswatuni E P 4) Desy Laelasari 5) Rizka Bahari 8. Ahmad Wiliana W sebagai Ketua Komisi Disiplin Staf : 1) Doni Arie W 2) Reni Nurjannah
31
OUTBOUND
KABINET LINCAH Oleh: Nofi Kristanti
S
ebagai pengurus yang baru saja dilantik, tentu saja ingin men-cenghar-kan kembali pikirannya agar terisi ide-ide baru yang lebih fantastis dan brilian selain dari pada dituntutnya kekompakan dan komunikasi yang lancar antar setiap pengurus. Dengan tujuan yang demikian, maka diadakanlah Outbound khusus pengurus Jantera oleh beberapa senior yang siap meng-outbound para generasi baru ini.
Outbound itu bukan tentang bagaimana harus mengambil dan merebut sepatu Haikal setelah dijadikan sebagai bahan kuis, bukan tentang tepung-tepung yang membumbui rambut setelah digilir, bukan tentang Binta yang terseret dengan sukses oleh timnya demi merebut bola dengan tim lainnya, bukan tentang hantaman air di plastik yang bertubi-tubi dari panitia outbound. Outbound itu tentang kerjasama untuk menjawab pertanyaan, kepedulian dengan anggota lain, itu bagaimana Bertempat di Pondok Hijau Cilimus, minggu agar Janter bisa lebih Jantera lagi! Jantera adalah karya! kedua Maret dilaksankanlah outbound tersebut. Inti Semoga langkah awal di kepengurusan ini bisa membawa utamanya adalah keceriaan sepanjang outbound. Terlihat Jantera lebih besar dan lebih baik lagi! Bravo Jantera! senyum sumringah dan tawa merekah di setiap orangorang yang di-outbound, terutama adik-adik yang baru saja masuk kedalam spiral Jantera. Rasa kedekatan anggota satu sama lain mulai dirasakan oleh adik-adik baru.
32
MEI 2015
33
34