DUNIA VERTIKAL
SERDADU RIMBA
Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
KODE ETIK Pada 15 oktober 1982, UIAA menyatakan beberapa prinsip yang juga terkandung dalam “Deklarasi Kathmandu” mengenai kegiatan pendakian gunung yang isinya : Tim Ekspedisi harus: 1. Menghormati regulasi negara tuan rumah. Dalam artian sebelum memasuki negara lain, tim ekspedisi telah mengetahui ketentuan dan peraturan pendakian dari negara tuan rumah baik dari segi peralatan dan perlengkapan yang ditetapkan. Tim ekspedisi harus menyiapkan segala aspek dan kebutuhan yang dibutuhkan dalam perjalanan. 2. Menjunjung Deklarasi Kathmandu 1982 3. Menjaga dan merawat sportivitas dengan semangat murni Alpinisme dengan menyatakan bahwa tim ekspedisi akan: • Menggunakan logistik dan taktik yang sejalan dengan evolusi modern pendakian Himalayan. • Menghindari penggunaan uang dan material secara berlebihan dari proporsi target. • Menolak menggunakan obat-obatan pemicu stamina buatan, walaupun untuk mencapai kesuksesan. 4. Apapun taktik dan strategi yang digunakan, selalu utamakan keselamatan, terutama keselamatan para pengangkat barang (Sherpa) dan anggota tim dari negara tuan rumah. 5. Memastikan anggota ekspedisi dari negara tuan rumah memiliki peranan yang cukup dalam aktivitas tekhnikal ekspedisi untuk memulai atau melanjutkan ekspedisi. 6. Setelah ekspedisi selesai, berikan informasi mengenai perkembangan, masalah yang dihadapi, hasil yang didapat dan informasi dokumenter dari ekspedisi secara benar, objektif dan tepat. 7. Menghindari pernyataan yang merubah atau melebih-lebihkan fakta yang ada dilapangan, terutama untuk kebutuhan publisitas di artikel manapun, termasuk media. 8. Membuktikan solidaritas dan kebersamaan, tidak hanya pada antar sesama tim saja, tapi juga pada penduduk lokal dan tim ekspedisi lain yang membutuhkan bantuan. 9. Menjaga dan menghormati perlengkapan dan peralatan tim ekspedisi lain dan menghindari menggunakan peralatan tim lain tanpa seijin mereka. 10. Pada akhirnya, dengan semangat Deklarasi Kathmandu, turun gunung dengan selamat. PERJALANAN PADA DATARAN TINGGI Pegunungan dan perbukitan merupakan tempat yang ekstrim. Bagi kita yang terbiasa tinggal pada dataran rendah dibutuhkan adaptasi bagi tubuh agar dapat menyesuaikan diri pada keadaan medan. Pada permukaan 1.500 sampai 2.000 meter diatas permukaan laut, tubuh harus menyesuaikan diri dengan tingkat kadar oksigen yang ada. Pada ketinggian diatas 2.500 meter, tubuh membutuhkan waktu yang cukup untuk beradaptasi pada lingkungan. Semakin tinggi permukaan, maka semakin rendah kadar oksigen yang terkandung dalam udara. Artinya dalam satu tarikan nafas, kadar oksigen yang dibutuhkan bagi tubuh semakin berkurang. Seperti kita ketahui, oksigen dibutuhkan tubuh untuk membakar kalori sehingga dapat menghasilkan energi untuk menjaga stabilitas organ tubuh, otak, dan pergerakan. Bergerak menuju permukaan yang lebih tinggi secara terburu-buru tanpa melakukan aklimatisasi dapat memicu penyakit ketinggian seperti Acute Mountain Shickness (AMS). Lingkungan Lingkungan pada dataran tinggi merupakan lingkungan yang rentan. Kerusakan yang terjadi pada daerah ini dapat berimbas langsung pada daerah dibawahnya. Menjaga dan merawat keadaan agar selalu natural merupakan hal yang wajib dilakukan. Air. Pada dataran tinggi, air merupakan hal yang sulit didapat. Pastikan kita menghindari tindakan yang dapat mengakibatkan polusi terhadap air. Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Makanan. Pada dataran tinggi, mencari makanan merupakan hal yang cukup sulit. Kehati-hatian dan ketelitian dalam memilih makanan merupakan hal yang sebaiknya diperhatikan. Pastikan kita membawa pulang bungkus makanan (terutama bungkus plastik), sehingga tidak mengotori gunung. Kayu. Kayu merupakan benda berharga. Dengan kayu kita dapat membuat api untuk memasak dan menghangatkan tubuh. Pastikan kita tidak menghamburkan kayu yang tersedia, gunakan secukupnya dan jangan pernah mencabut tanaman atau pohon dari akarnya. Hewan liar. Beberapa jenis binatang terancam kepunahan,. Menjaga dan membiarkan mereka pada sifat dan habitatnya merupakan tindakan yang sangat bijaksana.
Beberapa daerah di dunia dengan ketinggian di atas 3.500mdpl
Penyakit Pada Ketinggian Siapa pun boleh mendaki gunung. Namun melakukan latihan intensif agar tubuh terbiasa menghadapi medan yang ekstrim merupakan keutamaan agar kegiatan pendakian dapat berlangsung sukses hingga turun gunung dengan selamat. Selain itu, mengetahui kondisi tubuh merupakan hal wajib sebelum melakukan pendakian. Kondisi Paru-paru. Kenali kondisi paru-paru kita, latih paru-paru kita secara bertahap sebelum melakukan pendakian. Mendakilah secara bertahap dan tidak terburu-buru. Hindari masalah serius, segera turun gunung jika dibutuhkan. Asma. Medan gunung yang dingin dapat memicu asma bagi beberapa orang yang mengidapnya. Pastikan kondisi tubuh fit sebelum berangkat. Latih tubuh secara bertahap. Selalu bawa inhaler dalam perjalanan. Ketahui penyebab pemicu asma dan hindari pemicunya dalam perjalanan. Hindari masalah serius, segera turun gunung jika dibutuhkan. Epilepsi. Pastikan kondisi tubuh fit dan epilepsi tidak akan kambuh setidaknya selama 6 bulan kedepan. Ketahui pemicu epilepsi dan hindari pemicunya dalam perjalanan. Pastikan rekan mengetahui dan mengawasi kondisi kita. Diabetes. Sebelum berangkat, lakukan tes mata. Jika terdapat gangguan pada mata, hindari bergerak menuju permukaan yang terlalu tinggi. Rencanakan kontrol dan monitor glukosa darah. Perhatikan makanan dan diet. Dalam perjalanan pastikan membawa perlengkapan dan obat untuk memonitor glukosa. Permukaan yang tinggi dapat menyebabkan insulin membeku, tempatkan insulin pada tempat yang terlindung. Hindari infeksi dan cari bantuan secepatnya jika terasa sakit.
Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Kondisi Jantung dan Tekanan Darah Tinggi. Pastikan kita memeriksa kondisi jantung dan tekanan darah sebelum berangkat. Dalam perjalanan, jika terasa kondisi tubuh menurun, segera turun gunung. Alergi. Alergi dapat dihindari dengan menyuntikkan adrenalin atau antihistamin sebelum berangkat. Pastikan kita mengetahui pemicu alergi dan menghindarinya. PENYAKIT Acute Mountain Shickness dengan Sakit Kepala Acute Mountain Shickness disertai mual Pencegahan Acute Mountain Shickness High Altitude Oedema (HACE)
OBAT_OBATAN 500mg Paracetamol 400mg Ibuprofen 10mg tablet Metoclopramide 5mg tablet Prochlorperazine 250mg Acetazolamide
Cerebral Oksigen Dexamethasone - Corticosteroid 250mg Acetazolamide High Altitude Pulmonary Oksigen Oedema (HAPE) 20mg Nifedipine 250mg Acetazolamide Diare 750mg Ciprofloxacin Kapsul Azithromycin 2mg kapsul Loperamide Dehidrasi Electrolyte rehydration Solution atau Oralit Infeksi 250mg Amoxycillin 250mg Metronidazole Batuk 10ml Pholcodine Radang Tenggorokan Benzocaine Hidung Tersumbat 60mg Pseudoephedrine Xylometazoline
DOSIS 2 x 4 kali sehari 1 x 3 kali sehari 3 kali sehari 1 sampai 2 x 3 kali sehari Setengah x 2 kali sehari, dimulai 24 jam sebelum pendakian Pernafasan secara kontinyu 8 - 16mg sehari dengan pembagian dosis, selama 5 hari 1 x 3 kali sehari Pernafasan secara kontinyu 2 kali sehari 1 x 3 kali sehari 2 kali sehari Harian selama 3 hari Sampai 8 kali minum Dicampur 200 ml air matang 1 x 3 kali sehari selama 5 hari 1 x 4 kali sehari 1 x 4 kali sehari 1 x 3 kali sehari Nasal spray
JENIS PENDAKIAN Mountaineering merupakan gabungan beberapa jeniis pendakian. Kegiatan ini dapat memakan waktu berhari-hari sampai berbulan-bulan. Disamping penguasaan tekhnik pendakian, hal lain yang dibutuhkan adalah adanya manajemen ekspedisi, pengaturan logistik, komunikasi, strategi pendakian dan lain-lain. Berdasarkan medan yang ditempuh, pendakian gunung dibagi menjadi tiga bagian. Hill walking. Merupakan perjalanan pendakian bukit atau gunung dengan kemiringan landai tanpa memerlukan peralatan tekhnis khusus dengan jalur atau rute yang sudah tersedia. Perjalanan ini dapat memerlukan waktu beberapa jam hingga beberapa hari. Ketrampilan memilih tempat untuk bivak dibutuhkan. Namun dibeberapa lokasi, basecamp atau bivak sudah tersedia. Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
Scrambling. Merupakan pendakian pada permukaan yang tidak terjal, namun tangan digunakan untuk keseimbangan. Bagi pemula, tali sebaiknya digunakan untuk pengamanan sekaligus mempermudah perjalanan. Climbing. Merupakan pendakian yang membutuhkan penguasaan tekhnis dan peralatan pendakian. Permukaan tebing dapat memakan waktu beberapa jam hingga beberapa hari. KLASIFIKASI PENDAKIAN GUNUNG Tingkat kesulitan medan yang dihadapi berbeda-beda. Begitu juga tingkat kemampuan individu untuk menghadapinya. Orang yang sering berlatih akan mampu mengembangkan tekhnik-tekhnik yang ada sehingga tingkat kemampuan menghadapi medan akan meningkat. Klasifikasi pendakian gunung berdasarkan Sierra Club. • Kelas 1. Perjalanan tegak tanpa memerlukan peralatan khusus. • Kelas 2. Medan agak sulit sehingga perlengkapan kaki yang memadai dan penggunaan tangan untuk keseimbangan diperlukan. • Kelas 3. Medan semakin sulit sehingga dibutuhkan tekhnik pendakian tertentu, namun tali pengaman belum dibutuhkan. • Kelas 4. Kesulitan bertambah dan tali pengaman dibutuhkan. • Kelas 5. Rute pendakian tebing sulit, namun peralatan masih berfungsi sebagai pengaman. • Kelas 6. Tebing tidak lagi memberikan point, celah, rongga dan daya geser sehingga pendakian sepenuhnya tergantung peralatan. Klasifikasi pendakian gunung berdasarkan Yosemite Decimal System. • Kelas 1. Perjalanan tegak pada permukan landai dengan sedikit resiko jatuh yang berakibat fatal. • Kelas 2. Permukaan agak curam dengan kemungkinan cedera akibat jatuh, namun tidak berakibat fatal. • Kelas 3. Medan lebih curam dari medan kelas 2, namun resiko jatuh belum berakibat fatal, sehingga tali masih belum dibutuhkan. • Kelas 4. Permukaan lebih curam dan tali sebaiknya digunakan untuk pengamanan. Resiko jatuh dapat berakibat fatal. • Kelas 5. Termasuk kategori pendakian tebing, membutuhkan ketrampilan dan peralatan sebagai pengamanan. Resiko jatuh dapat berakibat fatal. Klasifikasi pendakian gunung berdasarkan New Zealand Grading System. Klasifikasi standard untuk rute alpine pada kondisi normal • New Zealand Grade 1: Pendakian mudah, penggunaan tali hanya dilakukan pada medan sungai es yang licin. • New Zealand Grade 2: Pendakian agak curam, membutuhkan tali pengaman pada beberapa lokasi yang cukup licin. • New Zealand Grade 3: Pendakian curam, memerlukan peralatan tekhnis pada beberapa lokasi. Pendakian es terkadang membutuhkan dua alat pengaman. • New Zealand Grade 4: Technical climbing, dibutuhkan ketrampilan dalam menggunakan dan menempatkan peralatan pengaman. Pendakian dapat memakan waktu beberapa hari. • New Zealand Grade 5: Sustained technical climbing, pada beberapa lokasi terdapat permukaan vertikal.
Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
• •
New Zealand Grade 6: Pendakian permukaan vertikal, dibutuhkan penguasaan tekhnik yang handal untuk menghadapi medan ini. New Zealand Grade 7: Permukaan vertikal yang cukup berbahaya dengan sedikit pengaman.
KLASIFIKASI PENDAKIAN TEBING Menurut tingkat kesulitannya, pendakian tebing dibagi menjadi enam tingkatan. • Grade 1. Membutuhkan waktu hanya beberapa jam pada bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis. • Grade 2. Membutuhkan waktu kurang dari setengah hari untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis. • Grade 3. Membutuhkan waktu setengah hari untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis. • Grade 4. Membutuhkan waktu satu hari penuh untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis. • Grade 5. Membutuhkan waktu satu setengah sampai dua hari untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis. • Grade 6. Membutuhkan waktu lebih dari tiga hari untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis. • Grade 7. Membutuhkan waktu seminggu atau lebih untuk menempuh bagian yang menimbulkan kesukaran tekhnis. Klasifikasi pendakian tebing menurut Yosemite Decimal System. • 5.0 – 5.4. Tebing memiliki dua tumpuan untuk tangan dan dua tumpuan untuk kaki dalam melakukan pergerakan. • 5.5 – 5.6. Tebing memiliki dua tumpuan untuk tangan dan dua tumpuan untuk kaki bagi yang berpengalaman, namun cukup sulit bagi pemula. • 5.7. Tebing hanya memiliki tiga buah titik tumpuan. • 5.8. Tebing hanya memiliki dua atau tiga tumpuan yang cukup sulit. • 5.9. Tebing hanya memiliki satu tumpuan untuk tangan dan kaki. • 5.10. Tebing tidak memiliki tumpuan, namun masih dapat dipanjat. • 5.11. Tebing benar-benar tidak memungkinkan untuk dipanjat, namun beberapa orang yang benar-benar terlatih dapat memanjatnya. • 5.12. Dinding vertikal tegak lurus dengan permukaan licin seperti gelas. • 5.13. Dinding mengantung (overhang) dengan permukaan licin seperti gelas. Klasifikasi pendakian berdasarkan penempatan peralatan pengamanan yang digunakan. • G – Good. Penempatan peralatan pengamanan benar-benar dapat melindungi dengan baik. • PG – Pretty Good. Peralatan pengaman cukup dapat melindungi pemanjat. • PG13 – OK Protection. Penempatan peralatan cukup baik. Jika jatuh tidak menyebabkan masalah serius. Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
• •
R – Runout. Peralatan pengaman berjarak cukup jauh, jika jatuh kemungkinan dapat menimbulkan masalah serius. X – No protection. Berbahaya, jika jatuh dapat menyebabkan kematian.
Klasifikasi pendakian medan es berdasarkan skala numerikal M • M1- M3: Pendakian tebing mudah, biasanya tanpa membutuhkan peralatan. • M4: Tebing cukup curam sampai vertikal, membutuhkan peralatan. • M5: Pendakian tebing harus didukung peralatan. • M6: Tebing vertikal sampai overhang. • M7: Tebing overhang. • M8: Tebing hampir horizontal overhang, yang membutuhkan ketrampilan dan peralatan. • M9: Tebing overhang dengan jarak dua sampai tiga panjang tubuh pemanjat. • M10: Tebing overhang lebih dari 10 meter. • M11: Tebing overhang lebih dari 15 meter. • M12: Sama dengan M11 namun dengan terdapat penghalang yang membutuhkan tekhnik khusus dalam bergerak. Klasifikasi pendakian medan es berdasarkan skala numerikal WI Skala numerikal WI merupakan skala pendakian pada permukaan es (Water Ice) • WI2. Permukaan dengan kemiringan kurang dari 60 derajat dan dapat ditempuh dengan menggunakan satu buah ice axe. • WI3. Permukaan dengan kemiringan 60 sampai 70 derajat dengan beberapa permukaan vertikal berjarak 4 meter. • WI4. Permukaan hampir vertikal dengan jarak mencapai 10 meter, dan membutuhkan peralatan pengaman. • WI4+. Sama dengan WI4 namun dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. • WI5. Permukaan hampir vertikal atau vertikal dengan jarak mencapai 20 meter, dan membutuhkan beberapa jenis peralatan pengamanan. • WI5+. Sama dengan WI5 namun dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. • WI6. Permukaan vertikal dengan jarak 30 sampai 60 meter. Membutuhkan tekhnik pemanjatan dan stamina yang baik. • WI6+. Permukaan vertikal atau overhang dengan jarak 30 sampai 60 meter. • WI7. Permukaan overhang yang berbahaya. Klasifikasi pendakian berdasarkan Original Grading System • A0. Free climbing tanpa membutuhkan peralatan pengaman khusus. • A1. Membutuhkan pengaman khusus, pengaman mudah ditempatkan dengan solid. • A2. Peralatan pengaman dapat ditempatkan dengan baik, pada beberapa point mudah lepas. • A3. Kesulitan bertambah dan pada beberapa point pengaman hanya dapat menahan beban tubuh, namun resiko masih rendah. • A4. Berat tubuh tidak dapat tertahan dengan baik oleh pengaman, sehingga pengamanan biasanya dibuat berjajar. • A5. Berat tubuh tidak dapat tertahan dengan baik oleh pengaman, kemungkinan dapat mengakibatkan resiko jatuh sampai 20 meter.
Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
TABEL PERBANDINGAN TINGKAT PENDAKIAN Free Climbing Grading System
YDS (USA)
2nd class 3rd class 4th class 5.0-5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9 5.10a 5.10b 5.10c 5.10d 5.11a 5.11b 5.11c 5.11d 5.12a 5.12b 5.12c 5.12d 5.13a 5.13b 5.13c 5.13d 5.14a 5.14b 5.14c 5.14d 5.15a 5.15b
British French UIAA Tech/Adj
4a 4b 4c
VD S HS VS HVS
5a E1 5b E2 5c E3 6a
E4 E5
6b
E6 E7
6c
7a
E8 E9 E10
7b
E11
1 2 3 4a 4b 4c 5a 5b 5c 6a 6a+ 6b 6b+ 6c 6c/c+ 6c+ 7a 7a+ 7b 7b+ 7c 7c+ 8a 8a+ 8b 8b+ 8c 8c+ 9a 9a+ 9b
I II III IV IV+ V V+ VIVI VI+ VIIVII VII+
Ewbank (Australia, Saxon NZ & Finnish Norwegian Brazilian South Africa) I II III IV V VI VIIa VIIb VIIc VIIIa VIIIb VIIIc
VIIIVIII VIII+
IXa IXb IXc
IX− IX IX+
Xa Xb Xc
X− X X+
XIa XIb XIc
XI− XI XI+
11 12 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
5− 5 5+
3 4 5− 5
6+
5+ 6− 6−/6 6 6+ 77
7−
7+
7+ 8− 8 8+ 9− 9 9+ 10− 10 10+ 11− 11
7+/8− 88 8/8+ 8+ 99−/9 9 9/9+ 9+
6− 6
Isup II IIsup III IIIsup IV IVsup V VI VI/VI+ VIsup/VI+ VIsup 7a 7b 7c 7c 8a 8b 8c 9a 9b 9c 10a 10b 10c 11a 11b 11c 12a 12b
Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com
NOTABENE Mental, ketrampilan, kecerdasan, kekuatan dan daya juang merupakan bagian diri setiap pendaki gunung maupun penempuh rimba. Pada hakikatnya, tantangan dan resiko yang dihadapi merupakan ujian untuk melihat kemampuan diri ditengah kerasnya alam. Keberhasilan mengatasi kendala yang dihadapi dalam kegiatan pendakian berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan perjuangan atas diri sendiri. Mengenali batas kemampuan diri dan melatih diri agar dapat menembus batas merupakan usaha yang membutuhkan perjuangan. Jelas panduan ini memiliki banyak kekurangan, dan bagi pihak yang ingin memberi tambahan atau sekedar saran dan kritik silakan kunjungi situs kami di http://serdadurimba.blogspot.com
Salam Juang…!
SAVE OUR PLANET STOP GLOBAL WARMING STOP ILEGAL LOGGING Iwan GAOK
Digitally signed by Iwan GAOK DN: cn=Iwan GAOK, c=ID, o=Serdadu Rimba, ou=Serdadu Rimba,
[email protected] Reason: I am the author of this document Date: 2011.08.15 18:04:25 +07'00'
Serdadu Rimba http://serdadurimba.blogspot.com