DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, GURU, DAN TEMAN SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP TENDENSI AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA
OLEH REESTY WIDHIA NINGTYAS 80 2010 026
TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, GURU, DAN TEMAN SEBAGAI PREDIKTOR TERHADAP TENDENSI AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA
Reesty Widhia Ningtyas Berta Esti Ari Prasetya Heru Astikasari Setya Murti
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2014
Abstrak
Penelitian ini mengukur dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, guru, dan teman serta apakah dukungan sosial tersebut dapat menjadi prediktor terhadap aktualisasi diri pada remaja. Sampel berjumlah 263 siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang berusia 15-18 tahun. Alat ukur yang digunakan berjumlah 4 buah, yaitu alat ukur mengenai dukungan sosial orang tua, dukungan sosial guru, dukungan sosial teman, dan alat ukur tendensi aktualisasi diri. Masing-masing alat ukur dukungan sosial terdiri atas 4 jenis dukungan sosial yang dibagi menjadi 20 item. Sedangkan alat ukur tendensi aktualisasi diri berdasarkan Brief Index of Self-Actualization yang telah dibuat oleh Sumerlin & Bunderick terdiri atas 7 karakteristik aktualisasi diri yang dibagi menjadi 40 item. Dari pengujian menghasilkan nilai F = 17,172 dan nilai R = 0,342 (p < 0,05), menunjukkan bahwa dukungan sosial orang tua dan guru sudah layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial orang tua sebesar 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Maka dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Serta, angka koefisien nilai Beta dukungan sosial guru sebesar 0,064 dengan nilai t = 1,022 (p > 0,05). Maka dukungan sosial guru secara mandiri belum dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Sedangkan variabel dukungan sosial teman tidak memiliki korelasi dengan tendensi aktualisasi diri dengan nilai r = 0,070 (p > 0,05). Maka variabel dukungan sosial teman tidak dapat diikutsertakan dalam pengujian regresi. Kata Kunci : Dukungan sosial, tendensi aktualisasi diri
i
Abstract
This study investigated social support from parents, teacher, and friends, and also are that social support can be predictor to self actualization tendency in adolescents. Sample from this study are 263 student of Senior High School 3 in Salatiga, aged between 1518 years. This study used four instruments, parents social support scale, teacher social support scale, friends social support scale, and self actualization tendency scale. Each instruments of social support consist of four type social support and each instruments divided to 20 items. While, self actualization tendency scale based from Brief Index of Self Actualization by Sumerlin & Bunderick and this scale consist of seven characteristic self actualization and divided into 40 items. This study result F = 17,172 and R = 0,342 (p < 0,05), showed that social support from parents and teacher are competent as predictor to self actualization tendency in adolescents. Beta of parents social support equal to 0,312 with t = 4,976 (p < 0,05), so parents social support can be predictor toward self actualization tendency in adolscents. And, Beta of teacher social support equal to 0,064 with t = 1,022 (p > 0,05), so teacher social support cannot be predictor toward self actualization tendency in adolscents. While, friends social support doesn’t have correlation with self actualization tendency with r = 0,070 (p > 0,05), so friends social support cannot be included in regression test. Keywords : Social support, self actualization tendency
ii
1
Pendahuluan Meningkatkan kualitas remaja merupakan kekuatan pembangunan negara, karena remaja yang akan menjadi pelaku dalam pembangunan di masa yang akan datang. Menurut Piaget (Hurlock, 1999), masa remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan dalam mental, emosional, sosial, dan fisik. Menurut Santrock (2007), masa remaja adalah periode peralihan perkembangan dari kanak-kanak ke masa dewasa awal. Maka, masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa (Monks, 1999). Hurlock menyatakan bahwa masa remaja dimulai pada usia 13 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Periode Masa remaja dianggap sebagai usia yang menimbulkan masalah. Sementara itu sebenarnya remaja juga memiliki potensi-potensi di dalam dirinya. Potensi tersebut akan berkembang dengan baik jika lingkungan sosial mendukung hal tersebut. Remaja sebagai tulang punggung bangsa memiliki tanggung jawab yang besar untuk memajukan bangsa dan negara. Masa depan generasi muda merupakan masa depan bangsa. Remaja adalah generasi muda yang mempunyai potensi, bukan hanya tugas remaja tersebut untuk menghidupkan dan menggali potensi yang dimilikinya, namun ini juga merupakan tugas kaum dewasa untuk mengembangkan potensi para remaja (Mutiarsih & Atmojo, 2007). Remaja yang belum mengembangkan potensinya secara utuh, pasti akan merugikan masa depan bangsa. Oleh karena itu remaja harus menyadari setiap potensi yang dimiliki dan mengembangkannya, sehingga remaja dapat berperan dalam proses kemajuan bangsa. Untuk meningkatkan kualitas diri, remaja harus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, maka remaja tersebut dapat dikatakan sebagai remaja yang memiliki tendensi aktualisasi diri. Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) mengemukakan bahwa setiap
2
individu
dilahirkan
dengan
potensi
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
dan
perkembangan individu tersebut serta dapat mengarahkannya pada aktualisasi diri. Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh Rogers (dalam Schultz, 2002) bahwa tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terlepas dari kecenderungan aktualisasi diri. Pada awal kehidupan manusia, tendensi aktualisasi berkaitan dengan kebutuhan fisiologis seperti makanan, air, dan udara. Ketika manusia bertambah usia, tendensi aktualisasi diri beralih dari yang fisiologis menjadi psikologis, dan perubahan ini mulai terjadi pada masa anak-anak dan selesai pada akhir masa remaja. Rogers juga mengemukakan bahwa aktualisasi diri merupakan proses yang berlangsung terus dan tidak bersifat statis. Menurut Maslow (Goble, 2013), aktualisasi diri adalah pemaparan tentang kebutuhan psikologis manusia untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya. Goldstein berpendapat bahwa setiap kebutuhan adalah suatu keadaan kekurangan yang mendorong individu untuk menutup kekurangan tersebut (Hall & Lindzey, 1993). Pemenuhan kebutuhan ini yang disebut sebagai aktualisasi diri. Maslow juga berpendapat bahwa aktualisasi diri dapat diartikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat yang ada, serta pemenuhan semua kualitas dan kapasitas manusia (Schultz, 2002). Menurut Maslow (dalam Baihagi, 2008), orang-orang yang mengaktualisasikan diri adalah orang yang setengah tua atau lebih tua. Maslow lebih lanjut mengungkapkan bahwa remaja dan orang-orang muda tidak dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya, tetapi Maslow berpendapat bahwa ada kemungkinan bagi remaja untuk memperlihatkan pertumbuhan yang baik ke arah aktualisasi diri atau yang disebut sebagai tendensi aktualisasi diri. Menurut Rogers tendensi aktualisasi diri adalah kecenderungan setiap manusia untuk bergerak menuju keutuhan atau pemuasan dari potensi (Feist & Feist,
3
2010). Ada tujuh karakteristik dari aktualisasi diri (Sumerlin & Bundrick, 1996), yaitu (a) Inti Aktualisasi Diri (Core Self-actualization) yaitu persiapan untuk masa depan, kekuatan untuk menghadapi masa depan, kontribusi terhadap masyarakat, dan kebahagiaan, (b) Jonah Complex yaitu ketakutan akan potensi yang dimiliki, (c) Keingintahuan (Curiosity), jika individu tidak berhasil dalam mencari pengetahuan dan pemahaman mengenai suatu hal, akan berdampak negatif dalam pekembangan kepribadiannya (Coste, 2005), (d) Kenyamanan dalam Kesendirian (Comfort with Solitude) yaitu kenyamanan untuk mengintrospeksi diri, Maslow (1987) juga mengatakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri akan menyukai kesendirian dan membutuhkan privasi serta merasa nyaman akan hal tersebut, (e) Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to Experience), (f) Karakter Demokratis (Democratic Character) yaitu keinginan untuk membantu kemanusiaan, memberikan dirinya untuk orang lain, dan mengerti akan kebutuhan-kebutuhan orang lain dan (g) Tujuan dan Arti Kehidupan (Life Meaning and Purpose), ketika individu mengetahui tujuan dan arti kehidupannya, dia akan lebih mudah dalam menjalani kehidupan dan berfokus pada hal yang akan mengembangkan potensinya (Ventegodt, Merrick, & Andersen, 2003). Rogers (Baihagi, 2008) juga percaya bahwa setiap individu yang dilahirkan memiliki tendensi ke arah aktualisasi diri. Walaupun setiap individu memiliki tendensi aktualisasi diri sejak lahir, lingkungan sosial juga berperan dalam mengembangkan potensi setiap individu. Maslow (Baihagi, 2008) menyatakan bahwa jika anak tidak menerima cinta, rasa aman, dan penghargaan dari orang sekitarnya maka akan sulit baginya untuk bertumbuh ke arah aktualisasi diri. Selain itu, Rogers berpendapat bahwa dengan adanya tendensi aktualisasi diri, akan memudahkan dan meningkatkan
4
pematangan serta pertumbuhan manusia (Schultz, 2002). Dengan adanya tendensi untuk aktualisasi diri, potensi-potensi yang dimiliki oleh individu akan berkembang. Menurut Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) ada dua faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri, yaitu (a) potensi bawaan, membentuk tujuan serta memberi arah perkembangan dan pertumbuhan pada diri individu dan potensi tersebut juga akan mempengaruhi pilihanpilihan untuk mencapai aktualisasi diri, dan (b) lingkungan memberikan sarana-sarana yang diperlukan oleh individu untuk dapat mencapai aktualisasi diri, seperti lingkungan bermain, lingkungan keluarga, atau lingkungan dimana individu tinggal dapat membentuk kebiasaan individu tersebut. Lingkungan, dalam perkembangan individu akan membentuk individu tersebut. Lingkungan ini terdiri atas lingkungan fisik yaitu segala sesuatu yang bersifat molekul dan lingkungan sosial yaitu seluruh manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan individu (Dahlan, 2002). Maka, setiap individu membutuhkan orang lain untuk tumbuh dan berkembang sehingga setiap potensi yang dimilikinya akan dapat terlihat. Dalam hal ini orang-orang terdekat remaja memegang peranan penting untuk membimbing remaja menjadi manusia yang berkualitas, serta dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh remaja. Dengan memberikan dukungan sosial kepada remaja, remaja akan lebih bersemangat, merasa disayangi, dan merasa dicintai oleh orang disekelilingnya. Dukungan sosial (Baron & Byrne, 2005) adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain. Lin, Dean dan Ensell (Mendieta et al., 2012) mengatakan bahwa dukungan sosial sangat sulit untuk didefinisikan. Namun dalam penelitan Arslan (2009), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah dukungan bersifat sosial dan psikologis yang diberikan oleh lingkungan sekitar. Ada empat jenis dukungan sosial (Mendieta et al., 2012; Dhitaningrum, 2013),
5
yaitu (a) dukungan emosional (emotional support), meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian dari orang lain, sehingga individu merasa dicintai, nyaman, dan tentram, (b) dukungan instrumental (instrumental support), meliputi bantuan secara langsung, misalnya pemberian uang atau pemberian berupa materi, (c) dukungan informasional (informational support), termasuk pemberian nasihat, petunjuk, dan saran-saran, dan (d) dukungan penghargaan (appraisal support), meliputi ungkapan hormat yang positif atau dorongan untuk maju. Dukungan sosial ini sangat penting dalam proses mengembangkan potensi atau kemampuan dalam diri remaja. Dengan adanya dukungan sosial pada remaja, diharapkan dapat membantu remaja mengembangkan potensi dan mengarah pada tendensi aktualisasi diri. Edelman (Santrock, 2007) berpendapat bahwa pengasuhan dan perawatan anak-anak dan remaja sebagai generasi berikutnya merupakan fungsi masyarakat yang paling penting. Maka dari itu, hal ini bukan hanya tugas dari orang tua saja, namun orang di sekitar remaja seperti guru dan teman juga perlu memberikan dukungan sosial kepada remaja tersebut. Orang tua yang memberikan kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama ataupun sosial budaya merupakan faktor yang penting untuk mempersiapkan anak menjadi individu yang sehat (Dahlan, 2002). Menurut Maslow, keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan anak, dengan perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua maka anak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik fisik ataupun sosial (Dahlan, 2002). Oleh sebab itu, dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua merupakan hal yang penting. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan memberikan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya, merupakan faktor yang kondusif untuk
6
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang baik (Dahlan, 2002). Perhatian orang tua yang penuh kasih sayang merupakan faktor penting bagi perkembangan psikologis anak tersebut. Ketika orang tua memberikan dukungan sosial, maka remaja akan merasa diri mereka berharga. Mereka akan merasa dicintai dan dihargai. Sehingga remaja akan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya maka tendensi aktualisasi akan terlihat. Menurut Rachman (Muhammad, 2013), bahwa kurangnya perhatian dari keluarga menyebabkan seorang pelajar menarik perhatian dengan ikut tawuran dan ikutnya remaja dalam tawuran juga disebabkan oleh kurangnya sarana aktualisasi diri bagi para pelajar. Dengan adanya kasih sayang dan dukungan dari orang tua, remaja akan merasa diterima sehingga dia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Meeus dan Dekovic (Del Valle, Bravo, dan Lopez, 2010), mengatakan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua menjadi hal yang paling penting dalam mengembangkan hubungan personal dalam kehidupan remaja. Menurut Barrera & Li (Mendieta et al., 2012), remaja yang menerima dukungan dari orang tuanya memiliki strategi coping yang baik. Sebaliknya, dalam penelitian mengenai dukungan sosial oleh Kashani dkk (Mendieta et al., 2012), menyatakan bahwa kurangnya dukungan sosial dari orang tua menjadi faktor resiko yang penting dalam perkembangan perilaku remaja. Menurut teori ekologi yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner (Berk, 2012), lingkungan adalah tingkatan struktur yang bukan hanya meliputi keluarga tetapi juga luar rumah, sekolah, lingkungan tempat tinggal, dan tempat kerja dimana orang-orang menghabiskan keseharian mereka. Setiap lapisan lingkungan ini dianggap memiliki dampak yang kuat bagi perkembangan individu. Menurut Eccles & Roeser (Bokhorst, Sumter, & Westenberg, 2010), remaja menghabiskan sebagian waktunya di sekolah dan
7
berhubungan dengan guru serta teman, kedua hal ini berpengaruh pada perkembangan remaja. Pengalaman yang diperoleh remaja di sekolah memberikan efek pada proses berkembangnya kedewasaan remaja, pandangan, perilaku, serta hubungan sosial mereka (Mendieta et al., 2012). Noddings (Santrock, 2009) mengatakan bahwa siswa akan berkembang ketika mereka merasa diperhatikan, maka guru diharuskan untuk mengenal siswa dengan baik. Namun ketika guru tidak memberikan dukungan kepada remaja atau bahkan mencela yang mereka lakukan, maka remaja akan merasa diri mereka tidak berharga. Remaja juga tidak berani untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya baik namun tidak dia lakukan karena mendapat celaan dari orang disekitarnya. Remaja akan menghindari tingkah laku yang menyebabkan celaan dari orang disekitarnya, maka sebagai akibatnya kebebasan dirinya akan terbatas dan diri yang sesungguhnya tidak dapat muncul. Hal ini dapat menghambat remaja untuk mengembangkan potensinya dan tendensi aktualisasi diri tidak terlihat. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan McCombs (2001) yang menemukan bahwa siswa yang memiliki guru bersifat mendukung dan penuh perhatian, akan lebih termotivasi untuk terlibat dalam kerja akademis dibandingkan dengan siswa yang mempunyai guru tidak mendukung dan tidak memberikan perhatian (Santrock, 2009). Selain guru, dukungan dari teman juga penting untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh remaja. Sullivan (Santrock, 2007) berpendapat bahwa teman memainkan peranan yang penting dalam membangun kesejahteraan dan perkembangan remaja. Seperti penelitian terdahulu mengenai dukungan sosial (Bokhorst, Sumter, & Westenberg, 2010), dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa remaja mendapatkan lebih banyak dukungan dari teman (M = 3,58) dibandingkan dukungan dari orang tua (M
8
= 3,56), karena pada masa remaja, remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman dibandingkan dengan orang tua. Teman merupakan orang terpercaya yang dapat membantu remaja mengatasi masalahnya dengan memberikan dukungan emosi dan nasihat (Santrock, 2007). Howes & Tonyan (Santrock, 2009), mengatakan bahwa hubungan baik dengan teman merupakan peran penting agar perkembangan individu menjadi normal. Parker & Asher (Santrock, 2009), menyatakan bahwa persahabatan membantu remaja merasa bahwa mereka adalah individu yang berharga dan yang terpenting adalah dukungan sosial dari teman-temannya. Menurut Bagwell dan Bukowski (Berk, 2012) menyatakan bahwa dalam masa remaja, pertemanan terkait dengan banyak aspek kesehatan psikologis dan kompetensi, seperti
memberikan
kesempatan
untuk
mengeksplorasi
diri
sendiri
serta
mengembangkan pemahaman mendalam tentang orang lain, membantu anak muda mengatasi tekanan masa remaja, dan memperbaiki sikap dan keterlibatan di sekolah. Dukungan sosial yang diberikan teman pada remaja akan memberikan dampak pada diri remaja, remaja akan merasa diterima dan dihargai. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Farington (Mendieta et al., 2012) mengenai hubungan sosial remaja dengan teman sebaya, menyatakan bahwa adanya penerimaan dari teman sebaya berdampak positif pada penyesuaian di sekolah, berkurangnya resiko kegagalan dalam prestasi, dan berhasil dalam hubungan sosial. Ketika remaja merasa diterima oleh teman-temannya, remaja akan merasa diperhatikan dan didukung. Sehingga perkembangan potensi yang dimiliki oleh remaja akan dapat terlihat dan hal ini mengarah pada pencapaian tendensi aktualisasi diri. Sedangkan ketika remaja tidak mendapat dukungan dan perhatian dari teman-temanya, remaja akan kesulitan dalam mengembangkan potensinya sehinga tendensi ke arah aktualisasi diri akan sulit dicapai. Hal ini didukung oleh penelitian pada
9
tahun 2004 yang dilakukan oleh Wentzel, Bary, & Caldwell (Santrock, 2009), menyatakan bahwa para siswa yang tidak memiliki teman menjadi kurang terlibat dalam perilaku prososial, mendapatkan nilai yang lebih rendah, dan lebih sedih secara emosional. Seperti yang dikatakan Rachman (Muhammad, 2013), dengan kurangnya perhatian dari orang tua, guru, dan teman maka remaja dapat melakukan tindakantindakan negatif seperti tawuran, memakai narkoba, dan tindakan kriminal. Maka dibutuhkan dukungan sosial dari orang-orang terdekat remaja, agar remaja dapat melakukan tendensi aktualisasi diri. Dukungan sosial merupakan faktor penting untuk mengembangkan potensi remaja sehingga dapat mencapai aktualisasi diri. Menurut Maslow (Dahlan, 2002), apabila seorang anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial, dan harga dirinya, maka anak tersebut dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri atau aktualisasi diri (self-actualization). Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua (non materi) dengan aktualisasi diri pada siswa di Yogyakarta (Wijayanti, 2012), dengan koefisien korelasi sebesar 0,515. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan sosial orang tua (non materi) dengan aktualisasi diri pada siswa tersebut. Maka semakin tinggi dukungan sosial yang diberikan, akan semakin baik pula aktualisasi diri para siswa. Ketika individu bertambah besar, maka diri individu mulai berkembang. Setelah diri individu muncul, maka kecenderungan aktualisasi diri akan lebih terlihat. Cara diri individu berkembang dan sehat tergantung pada cinta dan kasih sayang yang diterima anak dari orang terdekatnya. Orang-orang terdekat remaja memegang peranan penting untuk
membimbing
remaja
menjadi
manusia
yang
berkualitas,
serta
dapat
10
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh remaja. Perilaku orang tua, guru, dan teman yang menghargai remaja, akan menimbulkan rasa aman, cinta dan kasih sayang dalam diri remaja. Maka orang tua, guru, dan teman telah memberikan bekal kepada
remaja
untuk
mempunyai
tendensi
aktualisasi
diri
sehingga
dapat
mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Penelitian-penelitian terdahulu telah mengukur hubungan dukungan sosial secara terpisah terhadap tendensi aktualisasi diri. Namun, penelitian ini mengukur dukungan sosial secara bersama-sama sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri. Sehingga penelitian ini menjadi berbeda dalam melihat pengaruh dukungan sosial terhadap tendensi aktualisasi diri. Dari uraian tersebut peneliti tertarik untuk meneliti dukungan sosial orang tua, guru, dan teman sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Hipotesis Ho
: Dukungan sosial orang tua, guru, dan teman tidak sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja
H1
: 1.
Dukungan sosial orang tua, guru, dan teman secara bersama-sama merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja
2.
Dukungan sosial orang tua secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja
3.
Dukungan sosial guru secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja
4.
Dukungan sosial teman secara mandiri merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja
11
Metode Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 3 Salatiga yang berusia antara 15-18 tahun. Dalam penelitian yang mempunyai variabel bebas lebih dari satu, ukuran sampel idealnya 1000 dan minimal 100 dengan ketentuan semakin besar ukurannya semakin baik hasilnya (Sarwono, 2013). Dengan mempertimbangkan tenaga, waktu, dan biaya, untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil, peneliti menggunakan rumus pengambilan sampel yang berasal dari Slovin yaitu :
Keterangan n
: jumlah sampel
N
: jumlah populasi
e
: margin error (5% = 0,05)
Jumlah populasi siswa SMA Negeri 3 Salatiga adalah 1080 siswa. Sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 291 siswa. Karena ada beberapa data dalam sampel yang bersifat ekstrim, maka peneliti memutuskan untuk menggugurkannya dan didapatkan 263 sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling yaitu melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara individual (Azwar, 2010). Dalam hal ini, sampel diambil tidak dilakukan melalui randomisasi terhadap siswa secara individual, melainkan melalui randomisasi terhadap kelas. Pengukuran Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai variabel yang akan diteliti. Penelitian ini
12
menggunakan empat skala yaitu Skala Aktualisasi Diri, Skala Dukungan Sosial Orang Tua, Skala Dukungan Sosial Guru, dan Skala Dukungan Sosial Teman. Penelitian ini menggunakan try out terpakai, sehingga pengambilan data hanya dilakukan satu kali. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan hasil try out yang telah dilakukan sebagai bahan dalam menganalisis data. Dukungan Sosial Skala ini terdiri atas tiga alat ukur yaitu alat ukur dukungan sosial orang tua, alat ukur dukungan sosial guru, dan alat ukur dukungan sosial teman. Masing-masing dari sumber dukungan sosial tersebut memuat empat jenis dukungan sosial yaitu dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan. Masing-masing alat ukur terdiri atas 20 item. Setiap alat ukur memiliki item favourable berjumlah 10 dan item unfavourable berjumlah 10. Skor dari kuesioner ini menggunakan skala Likert dari 1 sampai 4 dengan keterangan STS, TS, S, SS untuk tiap jenis dukungan sosial. Untuk item favourable, skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 4 menyatakan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan. Sedangkan untuk item unfavourable skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 4 menyatakan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan.
13
Alat Ukur Dukungan Sosial Orang Tua. Berdasarkan uji daya diskriminasi item yang telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 20 item angket dukungan sosial orang tua, 19 item bertahan sedangkan 1 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,341 – 0,653. Kemudian, pengujian terhadap reliabilitas alat ukur ini dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,890. Maka, alat ukur dukungan sosial orang tua termasuk dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial orang tua, semua aspek terwakili oleh 19 item yang bertahan. Alat Ukur Dukungan Sosial Guru. Dari pengujian daya diskriminasi item yang telah dilakukan sebanyak dua kali terhadap 20 item angket dukungan sosial guru, 18 item bertahan sedangkan 2 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,212 – 0,473. Setelah itu dilakukan uji reliabilitas yang menggunakan cronbach’s alpha. Dari pengujian tersebut, didapatkan hasil koefisien reliabilitas alat ukur ini sebesar 0,798. Hal tersebut menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial guru termasuk dalam kategori cukup reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial guru, semua aspek terwakili oleh 18 item yang bertahan. Alat Ukur Dukungan Sosial Teman. Berdasarkan uji daya diskriminasi item yang telah dilakukan sebanyak tiga kali pengujian terhadap 20 item angket dukungan sosial teman, 17 item tersebut bertahan, sedangkan 3 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item sebesar 0,227 – 0,723. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas yang menggunakan cronbach’s alpha. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil koefisien reliabilitas alat ukur ini sebesar 0,882. Hal tersebut menunjukkan bahwa alat ukur dukungan sosial guru termasuk dalam kategori
14
reliabel. Dalam alat ukur dukungan sosial teman, semua aspek terwakili oleh 17 item yang bertahan. Aktualisasi Diri Peneliti menggunakan kuesioner mengenai aktualisasi diri yang berasal dari Brief Index of Self-Actualization yang telah dibuat oleh Sumerlin & Bunderick (1996). Kuesioner ini terdiri atas 7 karakteristik aktualisasi diri yaitu Inti Aktualisasi Diri (Core Self-actualization), Jonah Complex, Keingintahuan (Curiosity), Kenyamanan dalam Kesendirian (Comfort with Solitude), Keterbukaan terhadap Pengalaman (Openness to Experience), Karakter Demokratis (Democratic Character), dan Tujuan dan Arti Kehidupan (Life Meaning and Purpose) yang terdiri atas 40 item. Alat ukur ini memiliki item favourable berjumlah 28 dan item unfavourable berjumlah 12. Reliabilitas dari alat ukur ini sebesar 0,87 (Sumerlin & Bundrick, 1996). Skor dari kuesioner ini menggunakan skala Likert dari 1 sampai 4 dengan keterangan STS, TS, S, SS untuk tiap jenis dukungan sosial. Untuk item favourable, skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 4 menyatakan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan. Sedangkan untuk item unfavourable skala 1 menjelaskan bahwa pernyataan sangat sesuai dengan keadaan partisipan, skala 2 menjelaskan bahwa pernyataan sesuai dengan keadaan partisipan, skala 3 menjelaskan bahwa pernyataan tidak sesuai dengan keadaan partisipan, dan skala 4 menyatakan bahwa pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan partisipan.
15
Alat Ukur Tendensi Aktualisasi Diri. Berdasarkan uji daya diskriminasi item sebanyak dua kali pengujian dari 40 item dalam angket tendensi aktualisasi diri, 25 item bertahan sedangkan 15 item dinyatakan gugur. Item-item tersebut mempunyai koefisien daya diskriminasi item yang bergerak dari 0,205 – 0,496. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s alpha. Dari uji reliabilitas didapatkan koefisien reliabilitas sebesar 0,815. Dilihat dari koefisien reliabilitas pada angket tendensi aktualisasi diri, alat ukur ini termasuk dalam kategori reliabel. Dalam alat ukur tendensi aktualisasi diri, semua aspek terwakili oleh 25 item yang bertahan.
Hasil dan Pembahasan Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Dari uji tersebut didapatkan hasil bahwa tiga dari empat variabel berdistribusi dengan normal, yaitu variabel tendensi aktualisasi diri dengan K-S Z 0,879 yang memiliki signifikansi 0,423 (p > 0,05), variabel dukungan sosial orang tua dengan K-S Z 0,936 yang memiliki signifikansi 0,344 (p > 0,05), dan variabel dukungan sosial guru dengan K-S Z 1,307 yang memiliki signifikansi 0,066 (p > 0,05). Sedangkan variabel dukungan sosial teman dengan K-S Z 3,003 yang memiliki signifikansi 0,000 (p < 0,05), sehingga variabel dukungan sosial teman tidak berdistribusi dengan normal. Uji Linearitas Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel dukungan sosial orang tua, guru, dan teman (variabel bebas) terhadap variabel tendensi aktualisasi diri (variabel tergantung). Maka dari itu peneliti melakukan uji linearitas (p > 0,05). Dari ketiga hubungan tersebut ketiganya memiliki hubungan bersifat linear, yaitu uji
16
linearitas antara variabel dukungan sosial orang tua dengan variabel tendensi aktualisasi diri (F = 1,330) yang memiliki signifikansi sebesar 0,123 (p > 0,05), uji linearitas antara variabel dukungan sosial guru dengan variabel tendensi aktualisasi diri (F = 1,399) yang memiliki signifikansi sebesar 0,111 (p > 0,05) dan uji linearitas antara variabel dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri (F = 1,251) memiliki signifikansi 0,210 (p > 0,05). Uji Multikolinearitas Multikolinearitas variabel yaitu jika terjadi korelasi antarvariabel bebas dengan nilai yang sangat tinggi mendekati 1. Multikolinearitas dapat dilihat dari pearson correlation. Jika nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan dukungan sosial guru sebesar 0,372. Kemudian nilai korelasi antara variabel dukungan sosial orang tua dengan dukungan sosial teman sebesar 0,072. Dan nilai korelasi antara variabel dukungan sosial guru dengan dukungan sosial teman sebesar 0,096. Dengan demikian, semua korelasi antarvariabel bebas di atas menunjukkan bahwa tidak terjadinya multikolinearitas karena nilai tersebut masih jauh di bawah 0,9. Hasil Analisis Data Deskriptif Setelah
melakukan
pengujian
terhadap
normalitas,
linearitas,
dan
multikolinearitas. Peneliti menguji statistik deskriptif setiap variabel. Untuk mengetahui tinggi rendah nilai sampel, maka dilakukan kategorisasi terhadap skala yang dipakai dalam penelitian ini.
17
Tabel 1 Kategorisasi Skor Skala Tendensi Aktualisasi Diri Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean Tinggi 75 ≤ x ≤ 100 179 68,06% 77,89 Sedang 50 ≤ x < 75 84 31,94% Rendah 25 ≤ x < 50 0 0% *x : skor tendensi aktualisasi diri
SD 6,372
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 179 siswa (68,06%) menyatakan bahwa tendensi aktualisasi diri dalam kriteria tinggi, 84 siswa (31,94%) menyatakan bahwa tendensi aktualisasi diri dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor tendensi aktualisasi diri sebesar 77,89. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki tendensi aktualisasi diri yang masuk dalam kategori tinggi. Tabel 2 Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Orang Tua Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean Tinggi 57 ≤ x ≤ 76 195 74,14% 61,61 Sedang 38 ≤ x < 57 68 25,86% Rendah 19 ≤ x < 38 0 0% *x : skor dukungan sosial orang tua
SD 6,969
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 195 siswa (74,14%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria tinggi, 68 siswa (25,86%) menyatakan bahwa dukungan sosial orang tua dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor dukungan sosial guru sebesar 61,61. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial orang tua yang masuk dalam kategori tinggi.
18
Tabel 3 Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Guru Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean Tinggi 54 ≤ x ≤ 72 88 33,46% Sedang 36 ≤ x < 54 175 66,54% 51,83 Rendah 18 ≤ x < 36 0 0% *x : skor dukungan sosial guru
SD 4,213
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 88 siswa (33,46%) menyatakan bahwa dukungan sosial guru dalam kriteria tinggi, 175 siswa (66,54%) menyatakan bahwa dukungan sosial guru dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor dukungan sosial guru sebesar 51,83. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial guru yang masuk dalam kategori sedang. Tabel 4 Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial Teman Kategori Rentang Nilai Frekuensi Presentase Mean Tinggi 51 ≤ x ≤ 68 148 56,27% Sedang 34 ≤ x < 51 115 43,73% 49,48 Rendah 17 ≤ x < 34 0 0% *x : skor dukungan sosial teman
SD 4,724
Berdasarkan hasil kategori yang telah dilakukan, diketahui terdapat 148 siswa (56,27%) menyatakan bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria tinggi, 115 siswa (43,73%) menyatakan bahwa dukungan sosial teman dalam kriteria sedang. Rata-rata dari skor dukungan sosial teman sebesar 49,48. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek memiliki dukungan sosial teman yang cenderung sedang. Uji Regresi Setelah dilakukan pengujian terhadap statistik deskriptif, peneliti ingin melihat korelasi dari masing-masing variabel penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk melihat hubungan masing-masing variabel dalam penelitian dengan menggunakan Pearson
19
correlation. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial orang tua dengan tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,336 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan artinya jika jumlah dukungan sosial orang tua meningkat, jumlah tendensi aktualisasi diri juga meningkat. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial guru dengan tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,180 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel positif signifikan artinya jika jumlah dukungan sosial guru meningkat, jumlah tendensi aktualisasi diri juga meningkat. Besarnya hubungan antara variabel dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri sebesar r = 0,070 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri tidak memiliki hubungan yang signifikan. Setelah mengetahui korelasi dari masing-masing variabel, bahwa variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru yang berkorelasi positif signifikan dengan variabel tendensi aktualisasi diri. Sedangkan variabel dukungan sosial teman tidak berkorelasi dengan variabel tendensi aktualisasi diri, maka variabel ini tidak dapat diikutsertakan dalam pengujian regresi. Oleh karena itu, pengujian regresi hanya melibatkan dua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru, serta satu variabel tergantung yaitu tendensi aktualisasi diri. Selain itu peneliti juga menguji kelayakan model regresi dalam penelitian ini. Dengan ketentuan (p < 0,05). Tabel 5 b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1241.326
2
620.663
Residual
9397.252
260
36.143
10638.578
262
Total
F
Sig.
17.172
a. Predictors: (Constant), DukunganSosialGuru, DukunganSosialOrangTua b. Dependent Variable: TendensiAktualisasiDiri
.000
a
20
Pada bagian ini, menunjukkan besarnya angka signifikansi pada perhitungan ANOVA yang akan digunakan untuk uji kelayakan model regresi. Dalam uji ANOVA, penelitian ini menghasilkan angka F = 17,172 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan nilai R = 0,342. Karena angka signifikansi 0,000 < 0,05, maka model regresi ini sudah layak digunakan untuk memprediksi tendensi aktualisasi diri. Artinya, dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Setelah mengetahui bahwa dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Maka peneliti menguji besarnya pengaruh atau peranan variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru terhadap variabel tergantung yaitu tendensi aktualisasi diri. Tabel 6 b
Model Summary Model
R
1
.342
R Square a
.117
Adjusted R Square .110
Std. Error of the Estimate 6.012
DurbinWatson 1.687
a. Predictors: (Constant), DukunganSosialGuru, DukunganSosialOrangTua b. Dependent Variable: TendensiAktualisasiDiri
Nilai Adjusted R Square dalam tabel di atas sebesar 0,110. Angka tersebut menunjukkan bahwa 0,110 atau 11% tendensi aktualisasi diri dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru. Hal ini berarti dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berperan sebanyak 11% terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja SMA Negeri 3 Salatiga. Jika dilihat dari standar error of the estimate yang bernilai 6,012 dan jumlah ini lebih kecil dari nilai standar deviasi tendensi aktualisasi diri (6,372), hal ini berarti dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru sudah cukup layak dijadikan prediktor untuk tendensi aktualisasi diri.
21
Selain itu dalam tabel ini dapat dilihat otokorelasi. Otokorelasi adalah terjadinya korelasi dalam variabel bebas yang menganggu hubungan variabel bebas tersebut dengan variabel tergantung. Otokorelasi tidak terjadi jika angka Durbin-Watson (DW) : 1 < DW < 3. Nilai Durbin - Watson pada penelitian ini sebesar 1,687 (1 < DW < 3). Nilai ini mempunyai arti bahwa otokorelasi tidak terjadi dalam penelitian regresi ini. Setelah mengetahui kelayakan dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru dalam memprediksi tendensi aktualisasi diri, peneliti menguji koefisien regresi. Tabel 7 Coefficients
a
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error
55.250
4.892
DukunganSosialOrangTua
.286
.057
DukunganSosialGuru
.097
.095
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
11.294
.000
.312
4.976
.000
.862 1.161
.064
1.022
.308
.862 1.161
a. Dependent Variable: TendensiAktualisasiDiri
Untuk menguji koefisien regresi dapat dilihat dari Standardized Coefficients yang dapat menunjukkan besarnya nilai yang digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas secara parsial (mandiri atau sendiri-sendiri) terhadap variabel tergantung. Angka koefisien nilai Beta dukungan sosial orang tua sebesar 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Maka dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri. Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, tendensi aktualisasi diri akan naik sebesar 0,312. Sedangkan angka koefisien nilai Beta dukungan sosial guru sebesar 0,064 dengan nilai t = 1,022 (p > 0,05). Maka dukungan sosial guru secara mandiri belum dapat dikatakan sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri.
22
Pembahasan Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti apakah dukungan sosial orang tua, guru dan teman merupakan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Seperti yang diungkapkan Maslow (Baihagi, 2008), walaupun setiap individu memiliki tendensi aktualisasi diri sejak lahir, lingkungan sosial juga berperan dalam mengembangkan potensi setiap individu. Oleh sebab itu, setiap individu membutuhkan orang lain untuk tumbuh dan berkembang sehingga setiap potensi yang dimilikinya dapat terlihat. Dengan adanya dukungan sosial yang diberikan pada remaja, diharapkan dapat membantu remaja mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya dan mengarahkannya pada tendensi aktualisasi diri. Karena variabel dukungan sosial teman tidak memiliki korelasi dengan tendensi aktualisasi diri. Maka pengujian regresi yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru, serta satu variabel tergantung yaitu tendensi aktualisasi diri. Dari pengujian regresi yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berpengaruh terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian yang telah dilakukan, nilai R = 0,342 dengan nilai F = 17,172 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05), model regresi ini yang melibatkan variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru sudah layak dijadikan prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri. Peranan atau pengaruh variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru (variabel bebas) terhadap variabel tendensi aktualisasi diri (variabel tergantung) sebesar 0,110 atau 11%. Hal ini berarti 11% tendensi aktualisasi diri dapat dijelaskan oleh dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru. Maka dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru berperan
23
sebanyak 11% terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Dari pengujian regresi yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang pertama diterima, karena dukungan sosial orang tua dan guru secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Dari pengujian korelasi didapatkan hasil bahwa, hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan tendensi aktualisasi diri bersifat positif signifikan, yaitu dengan nilai r = 0,336 (p < 0,05). Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wijayanti (2012) mengenai hubungan antara dukungan sosial orang tua (non materi) dengan aktualisasi diri pada siswa SMK di Yogyakarta (r = 0,515), didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial orang tua dengan aktualisasi diri. Dan dari pengujian koefisien regresi, dukungan sosial orang tua dengan tendensi aktualisasi diri memiliki nilai Beta 0,312 dengan nilai t = 4,976 (p < 0,05). Angka tersebut memiliki arti bahwa setiap penambahan 1 dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua, tendensi aktualisasi diri akan naik sebesar 0,312. Dari hasil tersebut, maka dukungan sosial orang tua sudah layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang kedua dalam penelitian ini diterima, karena dukungan sosial orang tua secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Dari hasil penelitian di atas, kemungkinan disebabkan oleh sifat keluarga yang merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan anak, maka dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua merupakan hal yang penting. Seperti yang dikatakan oleh Dahlan (2002), bahwa orang tua yang memberikan kasih sayang dan
24
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama ataupun sosial budaya merupakan faktor yang penting untuk mempersiapkan anak menjadi individu yang sehat. Dengan adanya kasih sayang dan dukungan dari orang tua, remaja akan merasa diterima dan menganggap bahwa diri mereka berharga. Maka dengan adanya dukungan sosial orang tua pada remaja akan membuat mereka merasa dicintai dan dihargai, sehingga dia dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan tendensi aktualisasi dirinya akan terlihat. Dari pengujian koefisien regresi, didapatkan hasil bahwa dukungan sosial guru dengan tendensi aktualisasi diri memiliki nilai Beta sebesar 0,064 dengan nilai t = 1,022 (p > 0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial guru belum layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Maka H1 yang ketiga dalam penelitian ini ditolak, karena dukungan sosial guru secara mandiri belum dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri. Hasil penelitian di atas mungkin disebabkan oleh sulitnya remaja membangun hubungan yang akrab dengan guru. Seperti hasil penelitian Bokhorst, Sumter, & Westenberg, (2010), bahwa remaja sulit membangun hubungan dengan guru dikarenakan jumlah guru yang banyak. Sehingga hubungan antara guru dengan siswa belum terjalin secara akrab, dan masih ada jarak antara guru dengan siswa. Noddings (2001) mengatakan bahwa siswa akan berkembang ketika mereka merasa diperhatikan, maka guru diharuskan untuk mengenal siswa dengan baik (Santrock, 2009). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan McCombs (2001) yang menemukan bahwa siswa yang memiliki guru bersifat mendukung dan penuh perhatian, akan lebih termotivasi untuk terlibat dalam kerja akademis dibandingkan dengan guru yang tidak mendukung dan tidak memberikan perhatian (Santrock, 2009). Sehingga dukungan sosial yang diberikan oleh guru akan membantu siswa dalam mengembangkan setiap
25
potensinya. Namun demikian, agak sulit mengharapkan guru mengenal siswanya dengan maksimal. Mungkin hal tersebut yang menyebabkan tidak mampunya dukungan sosial guru sebagai prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Sedangkan untuk dukungan sosial teman, tidak memiliki korelasi dengan tendensi aktualisasi diri, sehingga pengujian regresi tidak dapat dilakukan. Maka H1 yang keempat dalam penelitian ini ditolak, karena dukungan sosial teman tidak dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh siswa yang masih membeda-bedakan teman dan juga masih terdapat persaingan di antara teman sekelas. Dengan adanya membeda-bedakan dan persaingan di antara teman, maka hubungan pertemanan tidak terjalin dengan akrab. Oleh sebab itu, hal tersebut menyebabkan belum cukupnya pemberian dukungan sosial di antara siswa, sehingga siswa tidak merasa didukung dan tidak diterima oleh teman sekitarnya. Hal ini mungkin juga dikarenakan efikasi diri (self-efficacy) pada diri siswa. Menurut Bandura (Feist & Feist, 2010), efikasi diri adalah keyakinan individu bahwa mereka mampu melakukan suatu perilaku yang dapat memberikan hasil yang diinginkan. Seperti yang dikatakan Hall (Dwitantyanov, 2012), bahwa dengan memiliki keyakinan akan diri sendiri, dapat mendorong individu untuk melakukan sesuatu dengan realisitis dan motivasi untuk pengembangan diri dalam mencapai proses aktualisasi diri. Efikasi diri dipengaruhi oleh persuasi sosial, kata-kata ataupun bantuan dari sumber yang terpercaya dan memiliki status serta otoritas yang lebih tinggi dari individu tersebut, memiliki dampak yang lebih efektif dibandingkan dengan kata-kata yang sama namun dari sumber yang tidak dapat dipercaya. Adanya dukungan teman yang diterima
26
oleh siswa tidak memberikan dampak bagi siswa tersebut. Karena siswa merasa bahwa teman sebaya memiliki otoritas atau status yang sama dengan siswa tersebut, maka persuasi yang diberikan tidak akan membuat siswa untuk memiliki keyakinan dalam mengaktualisasikan dirinya. Maka dengan adanya dukungan sosial teman yang memiliki otoritas atau status yang sama dengan siswa tersebut, tidak memberikan keyakinan dalam diri siswa untuk mengaktualisasikan dirinya karena dukungan yang diberikan bukan berasal dari pihak yang memiliki status atau otoritas yang lebih tinggi. Selain hasil yang didapat dalam penelitian ini, yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri, Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) berpendapat bahwa tendensi aktualisasi diri juga dapat dijelaskan dengan faktor-faktor yang lain, seperti potensi bawaan ataupun lingkungan yang mempengaruhi masing-masing individu. Potensi bawaan membentuk tujuan serta memberi arah perkembangan dan pertumbuhan pada diri individu, potensi tersebut juga akan mempengaruhi pilihan-pilihan untuk mencapai aktualisasi diri (Hall & Lindzey, 1993). Lingkungan memberikan sarana-sarana yang diperlukan oleh individu untuk dapat mencapai aktualisasi diri, seperti lingkungan bermain, lingkungan keluarga, atau lingkungan dimana individu tinggal dapat membentuk kebiasaan individu tersebut (Hall & Lindzey, 1993). Bronfenbrenner (Berk, 2012) menyatakan bahwa setiap lapisan lingkungan, bukan hanya keluarga namun juga sekolah, dianggap memiliki dampak yang kuat bagi perkembangan individu. Cara individu berkembang tergantung pada cinta dan kasih yang diterima oleh individu dari orang terdekatnya. Orang-orang terdekat remaja berperan penting dalam mengembangkan potensi individu.
27
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil yaitu hanya dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru yang secara bersama-sama dapat menjadi prediktor terhadap aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Kedua variabel bebas yaitu dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru hanya berkontribusi sebesar 11% terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja, menurut pengujian yang telah dilakukan variabel dukungan sosial orang tua dan dukungan sosial guru sudah layak menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja. Namun, hanya variabel dukungan sosial orang tua yang secara mandiri dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Sedangkan variabel dukungan sosial guru secara mandiri belum dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Serta, pengujian terhadap dukungan sosial teman tidak dapat dilakukan karena tidak ada korelasi antara dukungan sosial teman dengan tendensi aktualisasi diri. Sehingga variabel dukungan sosial teman tidak dapat menjadi prediktor terhadap tendensi aktualisasi diri pada remaja di SMA Negeri 3 Salatiga. Saran Orang Tua Oorang tua diharapkan tetap membimbing dan memberikan dukungan pada remaja sehingga mereka dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya. Guru Begitu pula dengan guru, bukan hanya berperan sebagai pemberi materi pelajaran namun juga menjadi pendukung dan pembimbing dalam mengembangkan potensi yang
28
dimiliki siswa. Serta sekolah, diharapkan dapat memberikan sarana-sarana kepada siswa sehingga potensi yang dimiliki siswa akan berkembang. Teman Dan dalam pertemanan yang dijalin oleh remaja, diharapkan setiap anggota dapat saling membantu dan memberikan dukungan bagi temannya dengan lebih baik lagi sehingga nantinya remaja dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Penelitian Selanjutnya Karena dukungan sosial orang tua, guru dan teman hanya berkontribusi sebesar 11% terhadap tendensi aktualisasi diri, bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang sama, diharapkan untuk mengkaji masalah ini dengan jangkauan yang lebih luas dengan menambah variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian ini. Selain itu, perbanyak sampel yang akan diteliti sehingga data dapat tergeneralisasi dengan lebih baik. Dan, diharapkan penelitian selanjutnya dapat lebih memperhatikan efektifitas dan daya diskriminasi item dalam alat ukur yang dipakai supaya dapat mengungkap lebih dalam mengenai variabel yang akan diteliti karena akan mempengaruhi hasil penelitian. Semoga penelitian ini memberikan sumbangan yang berarti.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arslan, C. (2009). Anger, self-esteem, and perceived social support in adolescence. Social Behavior and Personality, 37(4), 555-564. Azwar, S. (2010). Metode penelitian. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Baihagi. (2008). Psikologi pertumbuhan. PT Remaja Rosdakarya: Bandung. Baron, R. A. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial jilid 2. Erlangga: Jakarta. Berk, L. E. (2012). Development through the lifespan edisi 5. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Bockhorst, C. L., Sumter S. R. & Westernberg, M. (2010). Social support From parents, friends, classmates, and teachers in children and adolescents aged 9 to 18 years: who is perceived as most Supportive? Social Development, 19(2), 417-426. Coste, B. (2005). Abraham maslow biography: the father of humanistic psychology & self actualization theory. Diakses pada 7 Juli 2014, dari http://www.positiveparenting- ally.com/abraham-maslow.html Dahlan, M. D. (2002). Psikologi perkembangan anak dan remaja. PT Remaja Kosda Karya: Bandung. Del Valle, J. F., Bravo, A. & Lopez, M. (2010). Parents and peers as providers of support in adolescents’ social network: a developmental perspective. Journal of Community Psychology, 38(1), 16-27. Dhitaningrum, M. (2013). Hubungan antara Persepsi Mengenai Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motivasi Belajar siswa SMA Negeri 1 Gondang Kabupaten Tulungagung. Dwitantyanov, A. (2012). Contoh penyususnan skala psikologi: efikasi diri. Diakses pada 6 Desember 2014, dari https://aswendo2dwitantyanov.wordpress.com /2012/05/15/contoh -penyusunan-skala-psikologi-efikasi-diri/
Feist, J. & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian edisi 7. Salemba Humanika: Jakarta. Goble, F. G. (2013). Mazhab ketiga: psikologi humanistik abraham maslow. Kanisius: Yogyakarta. Hall, C. S. & Lindzey, G. (1993). Teori-teori holistik (organismik-fenomenologis). Kanisius: Yogyakarta. Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan. Erlangga: Jakarta.
30
Maslow, A. H. (1987). Motivation and personality third edition. Longman: United State of America. Mendieta, I. H., Jacinto, L. G., Fuentez, J. M. D., Leiva, P. G. & Trave, M. C. (2012). Types of social support provided by parents, teachers, and Classmates during adolescence. Journal of Community Psychology, 40(6), 645-664. Monks, F.J, dkk. (1999). Psikologi perkembangan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Muhammad, D. (2013). Arief rachman: kurangi tawuran, perbanyak sarana aktualisasi diri untuk pelajar. Diakses pada 27 Agustus 2013, dari http://www.republika. co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/08/26/ms4rp2-ariefrachman-kurangitawuran -perbanyak-sarana- aktualisasi-diri-untuk-pelajar Mutiarsih, E. & Atmojo, A. S. S. (2007). Memahami psikologi remaja. Yayasan Pustaka Nusatama: Yogyakarta. Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak jilid 1. Erlangga: Jakarta. Santrock, J. W. (2007). Remaja jilid 1. Erlangga: Jakarta. Santrock, J. W. (2007). Remaja jilid 2. Erlangga: Jakarta. Santrock, J. W. (2009). Psikologi pendidikan edisi 3 buku 2. Salemba Humanika: Jakarta. Sarwono, J. (2013). Statistik multivariat aplikasi untuk riset skripsi. Penerbit Andi: Yogyakarta. Schultz, D. (2002). Psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Kanisius: Yogyakarta. Sumerlin, J. R. & Bundrick, C. M. (1996). Brief index of self-actualization: a measure of maslow’s model. Journal Of Social Behavior and Personality, 11(2), 253-271. Ventegodt, S., Merrick, J. & Andersen, N. J. (2003). Quality of life theory maslow revisited. The Scientific World Journal, 3, 1050-1057. Wijayanti, L. (2012). Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua (Non Materi) dengan Aktualisasi Diri pada Siswa Kelas X Jurusan Boga SMK Negeri 4 Yogyakarta. Abstrak. Diakses pada 7 Juli 2014, dari http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/7086