133
VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG 88.1. Pendahuluan Kabupaten
Gowa
mensuplai
kebutuhan
bahan
material
untuk
ppembangunan fisik, bahan pangan dari sayur-mayur sampai aliran air bersih dari W Waduk Bili-Bili bagi daerah sekitarnya dikarenakan keadaan alamnya. Kabupaten ddengan luas wilayah sekitar 1.883,3 km2 ini memiliki enam gunung dan yang ttertinggi e adalah Gunung Bawakaraeng (BPS Kabupaten Gowa, 2008). Daerah ini jjuga u dilalui Sungai Jeneberang yang di daerah pertemuannya dengan Sungai dibangun Waduk Bili-Bili. Keuntungan alam ini menjadikan Kabupaten JJenelata e Gowa kaya akan bahan galian, di samping tanahnya subur. G Potensi Kabupaten Gowa yang sesungguhnya adalah sektor pertanian. P Pekerjaan utama penduduk Kabupaten Gowa adalah bercocok tanam atau bertani. K Kecamatan-kecamatan yang berada di dataran tinggi di hulu DAS Jeneberang se seperti Kecamatan Parangloe, Kecamatan Bungaya, dan terutama Kecamatan T Tinggimoncong merupakan sentra penghasil buah-buahan dan sayur-mayur. B Buah-buahan yang banyak dibudidayakan adalah rambutan, mangga dan pisang. S Sedangkan sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah kentang, kubis, sa sawi, bawang daun, dan buncis. Hasil panen sayur-sayuran pertahun melebihi 55.000 ton. Sayuran dari Kabupaten Gowa mampu memenuhi pasar Kota Makassar ddan sekitarnya, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan dan Maluku melalui Pelabuhan Pare-Pare dan Pelabuhan Mamuju (BPS Kabupaten Gowa, 2010). P Berdasarkan hal tersebut di atas, maka usahatani hortikultura makin bberkembang dan tidak terkendali serta tidak mempertimbangkan kondisi lahan hujan, elevasi, dan tingkat kemiringan lereng). Bahkan pertanaman ((curah c hhortikultura berkembang sampai ke perbukitan dan daerah resapan air, sehingga erosi semakin meningkat. Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya ttingkat i ddegradasi lahan. Sehubungan dengan hal tersebut, timbul pertanyaan apakah usahatani hhortikultura di hulu DAS Jeneberang dapat berkelanjutan. Usahatani berkelanjutan
134
m merupakan implementasi dari pembangunan berkelanjutan. Keraf (2002) m mengemukakan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah upaya mensinkronkan, m mengintegrasikan dan memberi bobot yang sama terhadap tiga aspek, yaitu aspek ek ekonomi, sosial budaya dan aspek lingkungan hidup. Debermann (2005) bberpendapat bahwa keberlanjutan usahatani diukur dari stabilitas produksi. Dalam m mempertahankan keberlanjutan usahatani diperlukan introduksi teknologi. Hasil ppenelitian Backes (2001) menunjukkan bahwa teknologi introduksi akan diadopsi ooleh 53% petani jika teknologi tersebut sudah dikenal di daerahnya, sedangkan 447% petani akan mengadopsi jika nilai tambah teknologi tersebut minimal relatif dengan teknologi yang ada di petani. OECD (1993), Kay dan Alder (1999) ssama a menyebutkan beberapa kriteria yang dapat menjadi acuan pembangunan m bberkelanjutan, yaitu menyangkut aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya serta hhukum dan kelembagaan. Menurut Susilo (2003) kriteria atau atribut setiap aspek ttersebut e merupakan hal penting dalam menilai status keberlanjutan secara cepat ((rapid r appraisal), dengan menggunakan metode multivariabel non-parametrik yyang disebut multi dimentional scaling (MDS).
88.2. Metode Penelitian 88.2.1. Sumber dan Teknik Pengambilan Data Jenis data yang diperlukan dalam analisis keberlanjutan pertanian hhortikultura pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang adalah data primer bberupa atribut-atribut
yang terkait dengan
lima dimensi
keberlanjutan
ppembangunan pertanian yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi. Data primer dapat bersumber dari responden dan pakar yang dipilih, tte e sserta hasil pengamatan di lokasi penelitian. se Metode pengumpulan data dalam analisis analisis keberlanjutan pertanian hhortikultura pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang dilakukan melalui wawancara, diskusi, kuisioner, dan survey lapangan. Respondennya berasal dari w wilayah penelitian, dan terdiri dari beberapa pakar dan stakeholder yang berkaitan w ddengan pengembangan tanaman hortikultura.
135
88.2.2. Metode Analisis Data Untuk menilai keberlanjutan pertanian hortikultura buah-buahan dan sa sayuran berbasis agroekologi secara cepat (rapid appraisal) digunakan metode m multi atribut non-parametrik (multi dimentional scaling = MDS), yang merupakan m modifikasi dari RAPFARM (The Rapid Appraisal of the Status of Farming). A Analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu : (1) tahap penentuan atau kriteria pengelolaan pertanian hortikultura berkelanjutan, mencakup aatribut t dimensi (ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi), (2) tahap llima i ppenilaian setiap atribut dalam skala ordinal berdasarkan kriteria keberlanjutan dimensi, (3) tahap analisis ordinasi nilai indeks keberlanjutan dengan ssetiap e menggunakan metode MDS. Nilai indeks keberlanjutan dalam analisis ini m ddikelompokkan ke dalam 4 kategori status keberlanjutan, yaitu : 0 – 25 (buruk), 226 – 50 (kurang), 51 – 75 (cukup) dan 76 – 100 (baik). Atribut dan skor yang ddigunakan dalam menilai keberlanjutan usahatani tanaman hortikultura buahbbuahan dan hortikultura sayuran pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, m meliputi dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi. 88.3. Hasil dan Pembahasan 88.3.1. Analisis Keberlanjutan Budidaya Tanaman Hortikultura BuahBuahan Hasil analisis RAP-Farm multidimensi dengan menggunakan teknik oordinasi melalui metode MDS menghasilkan nilai indeks keberlanjutan usahatani hortikultura buah-buahan sebesar 48,42. Nilai indeks keberlanjutan ttanaman a termasuk kategori kurang berkelanjutan karena nilainya berada antara 25 – 50. tte Nilai indeks keberlanjutan ini diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 46 atribut N yyang tercakup pada lima dimensi yaitu dimensi ekologi (11 atribut), dimensi eekonomi (9 atribut), dimensi sosial (9 atribut), dimensi kelembagaan (8 atribut), ek ddan dimensi teknologi (9 atribut). Hasil analisis RAP-Farm selain nilai indeks keberlanjutan juga diperoleh nnilai stress dan nilai R2. Nilai stress dan nilai R2 menunjukkan goodness of fit ddalam MDS, dimana angka yang rendah menunjukkan ketepatan (good fit), dan aangka yang tinggi menunjukkan hal sebaliknya. Nilai stress digunakan untuk an
136
m mengukur seberapa tepat konfigurasi dari suatu titik dapat mencerminkan data aaslinya. Kavanagh dan Pitcher (2004) dalam Budiharsono (2007) menyatakan bbahwa nilai stress yang diperbolehkan adalah apabila di bawah nilai 0,25. Hasil an analisis menunjukkan nilai stress sebesar 0,15, artinya berada di bawah 0,25 sse sehingga e hasil analisis ini cukup baik. Nilai R2 (koefisien determinasi) m menunjukkan keterkaitan antara sistem dengan atribut-atribut yang digunakan. N Nilai R2 yang didapatkan yaitu sebesar 0,95 menunjukkan bahwa sistem dengan m menggunakan atribut-atribut saat ini sudah menjelaskan 95,00% dari sistem yang aada. Nilai ini menunjukkan bahwa atribut yang digunakan sebagai indikator yang ddiberi skor (diboboti), mampu menerangkan perilaku sistem usahatani tanaman hhortikultura buah-buahan pada lahan di hulu DAS Jeneberang sebesar 95,00%. Dengan demikian seluruh atribut dari lima dimensi yang digunakan sudah cukup D bbaik dalam menerangkan kondisi sistem usahatani hortikultura buah-buahan yang aada saat ini. Untuk mengetahui indeks keberlanjutan dari masing-masing dimensi serta at atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan usahatani hortikultura buahbbuahan pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, telah dilakukan analisis RAP-Farm dan analisis laverage pada setiap dimensi (ekologi, ekonomi, sosial, R kkelembagaan, dan teknologi). Dimensi Ekologi Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura buah-buahan ddimensi ekologi menunjukkan nilai indeks sebesar 54,91. Angka ini menggambarkan bahwa dimensi ekologi pada usahatani hortikultura buah-buahan m ppada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang termasuk kategori cukup bberkelanjutan karena nilai indeksnya berada pada selang 50 – 75. Hasil analisis laverage keberlanjutan dimensi ekologi seperti terlihat pada Gambar 20 menunjukkan bahwa dari sebelas atribut yang dianalisis, ada satu G atribut yang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura buahaat t bbuahan, yaitu kondisi penutupan lahan. Atribut kondisi penutupan lahan sangat eerat r kaitannya dengan atribut lainnya, karena atribut ini akan menentukan tingkat Hal ini akan mempengaruhi produktivitas tanaman buah-buahan dan eerosi. r
137
kkualitas hasil tanaman hortikultura. Apabila penutupan lahan kurang dan kkemiringan lereng tinggi maka akan mempengaruhi tingkat erosi. Tingkat erosi yyang tinggi menyebabkan produktivitas tanaman hortikultura buah-buahan m menurun, hal ini disebabkan karena hilangnya lapisan permukaan tanah. Lapisan iin ini n merupakan lapisan tanah yang subur, mengandung bahan organik dan unsuruunsur hara yang dibutuhkan tanaman sebagai nutrisinya. Apabila nutrisi tanaman terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya maka produktivitas tanaman akan ttidak i menurun. Oleh karena itu yang paling penting untuk dikelola pada dimensi m adalah kondisi penutupan lahan, karena akan mempengaruhi atributeekologi k lainnya dalam sistem usahatani hortikultura buah-buahan. aatribut t Leverage of Attributes
Kemampuan Lahan
0,62
Kesesuaian Lahan
0,72
Prediksi Erosi
0,80
Pengelolaan Lahan
0,86
Attribute
Tingkat Kemiringan Lereng
0,73
Kondisi Penutupan Lahan
2,93
Tingkat erosi yang terjadi
0,66
Penggunaan Pupuk dan Pestisida
0,63
Ketersediaan Bahan Organik
0,26
Kualitas Hasil Tanaman Hortikultura
1,48
Produktivitas Tanaman Hortikultura
0,20 0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 20. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan usahatani buahG buahan untuk dimensi ekologi.
138
Dimensi Ekonomi Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura buah-buahan ddimensi ekonomi menunjukkan indeks sebesar 51,40. Angka ini menggambarkan bbahwa dimensi ekonomi pada usahatani hortikultura buah-buahan pada lahan bberlereng di hulu DAS Jeneberang termasuk kategori cukup berkelanjutan karena nnilai indeksnya berada pada selang 50 – 75. Leverage of Attributes Kontribusi terhadap PAD
0,64
Kestabilan harga
0,52
Kontribusi terhadap pendapatan petani
0,61
Attribute
Komoditas unggulan tanaman hortikultura
3,75
Harga produk komoditas hortikultura
0,37
Pengelolaan hasil pertanian hortikultura
0,70
0,86
Luas lahan garapan Ketersediaan pemasaran
0,27
Pemanfaatan kredit pinjaman
0,63 0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 21. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan usahatani buahG buahan untuk dimensi ekonomi. Hasil analisis laverage keberlanjutan dimensi ekonomi seperti terlihat ppada Gambar 21 menunjukkan bahwa dari sembilan atribut yang dianalisis, ada satu atribut yang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura ssa bbuah-buahan, yaitu komoditas unggulan tanaman hortikultura. Atribut komoditas uunggulan tanaman hortikultura sangat besar pengaruhnya terhadap sistem uusahatani hortikultura buah-buahan khususnya pada dimensi ekonomi, karena ini mencakup luas areal penanaman dan produksi tanaman hortikultura. aatribut t JJenis tanaman hortikultura yang banyak diusahakan petani adalah jenis tanaman Je yyang produksinya tinggi dan nilai jual di pasar juga tinggi. Sehingga atribut kkomoditas unggulan hortikultura sangat terkait dengan pendapatan petani. Apabila
139
kkomoditas unggulan dengan produktivitas tinggi dan harga yang tinggi maka akan m meningkatkan pendapatan petani, hal ini disebabkan karena hasil yang diperoleh ddalam jumlah yang tinggi. Produksi yang tinggi dan harga jual yang tinggi maka ppendapatan petani akan meningkat. Sebaliknya apabila menanam tanaman non uunggulan dengan produktivitas yang rendah maka kontribusi dari penjualannya ke ppendapatan petani menjadi kecil. Dimensi Sosial Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura buah-buahan ddimensi sosial menunjukkan indeks sebesar 43,77. Angka ini menggambarkan bbahwa dimensi sosial pada usahatani hortikultura buah-buahan pada lahan bberlereng di hulu DAS Jeneberang termasuk kategori kurang berkelanjutan karena nnilai indeksnya berada pada selang 25 – 50. Leverage of Attributes
Eksistensi rumah tangga petani hortikultura
1,42
Tingkat pendidikan formal masyarakat
0,40
Status kepemilikan lahan
0,39
Attribute
Eksistensi layanan Pemerintah
0,66
Intensitas penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi ramah lingkungan
3,68
Adopsi teknologi konservasi tanah
0,92
Persepsi masyarakat terhadap upaya konservasi tanah
1,03
Persepsi masyarakat tentang partisipatori
1,54
Pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan
2,30 0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 22. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan usahatani buahG buahan untuk dimensi sosial.
140
Hasil analisis laverage keberlanjutan dimensi sosial seperti terlihat pada G Gambar 22 diketahui bahwa dari sembilan atribut yang dianalisis, ada satu atribut yyang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura, yaitu in intensitas penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi ramah lingkungan. A Atribut intensitas penyuluhan dan pelatihan teknologi ramah lingkungan sangat bbesar pengaruhnya terhadap sistem usahatani hortikultura buah-buahan khususnya ppada dimensi sosial, karena atribut ini dapat merubah perilaku petani dalam bberusahatani hortikultura. Apabila atribut intensitas penyuluhan dan pelatihan ramah lingkungan dilakukan dengan baik maka akan merubah sistem tteknologi e uusahatani hortikultura, karena subjek atau pelaku dari sistem mengalami pperubahan. Dimensi Kelembagaan Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura dimensi kkelembagaan menunjukkan indeks sebesar 50,64. Angka ini menggambarkan bbahwa dimensi kelembagaan pada usahatani hortikultura pada lahan berlereng di hhulu DAS Jeneberang termasuk kategori cukup berkelanjutan karena nilai indeksnya berada pada selang 50 – 75. in Hasil analisis laverage keberlanjutan dimensi kelembagaan seperti terlihat ppada Gambar 23 diketahui bahwa dari delapan atribut yang dianalisis, ada satu atribut yang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura, yaitu at intensitas pertemuan kelompok tani. Atribut intensitas pertemuan kelompok tani in n besar pengaruhnya terhadap sistem usahatani hortikultura buah-buahan ssangat a kkhususnya pada dimensi kelembagaan, karena atribut ini merupakan wadah bagi ppetani hortikultura buah-buahan untuk menyampaikan aspirasinya dan melalui wadah ini pula dapat berfungsi sebagai fasilitasi untuk menjalin kerjasama dengan w ppihak atau lembaga lainnya. Apabila atribut intensitas pertemuan kelompok tani dasar diperkuat dan dilakukan dengan baik dan teratur maka akan ssebagai e merubah sistem usahatani hortikultura buah-buahan, karena inti untuk m bberkembang ada pada kelompok tani. Atribut kelompok tani mempunyai kketerkaitan yang sangat erat dengan atribut lainnya yang ada dalam dimensi kkelembagaan.
141
Leverage of Attributes
Ketersediaan lembaga keuangan mikro
1,00
Ketersediaan lembaga pemasaran
0,70
Attribute
Ketersediaan lembaga penyalur saprodi
0,60
Keberadaan kelompok tani
0,47
Intensitas pertemuan kelompok tani
4,31
Jumlah penyuluh pertanian
0,58
Konflik antar kelompok tani
0,67
Kelompok usaha di bidang pertanian
0,28
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 23. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan usahatani buahG buahan untuk dimensi kelembagaan. Dimensi Teknologi Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura buah-buahan ddimensi teknologi menunjukkan indeks keberlanjutan sebesar 41,90. Angka ini menggambarkan bahwa dimensi teknologi pada usahatani hortikultura pada lahan m bberlereng di hulu DAS Jeneberang termasuk kategori kurang berkelanjutan karena nnilai indeksnya berada pada selang 26 - 50. Hasil analisis laverage keberlanjutan dimensi teknologi seperti terlihat ppada Gambar 24 diketahui bahwa dari sembilan atribut yang dianalisis, ada dua yang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura, yaitu aatribut t penggunaan mulsa dan teknologi konservasi tanah dan air. Kedua atribut tteknik e tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap sistem usahatani hortikultura buahtte e bbuahan khususnya pada dimensi teknologi, karena atribut ini menentukan kkuantitas dan kualitas produksi hortikultura. Apabila kedua atribut ini ddilaksanakan dengan baik maka akan merubah sistem usahatani hortikultura buahbbuahan. Kedua atribut ini mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan atribut
142
la lainnya yang ada dalam dimensi teknologi khususnya dan atribut lain pada ddimensi lainnya. Leverage of Attributes Tingkat penerapan teknologi budidaya hortikultura
0,04
Tingkat penguasaan teknologi pasca panen
1,78
1,57
Teknologi pembuatan pupuk organik
1,34
Attribute
Penggunaan pupuk organik dan biofertilizer
Teknik penggunaan mulsa
5,08
1,43
Intensitas penggunaan pestisida
3,02
Teknologi konservasi tanah dan air
Teknik pengolahan tanah
1,08
Teknologi pembuatan biopestisida
1,64 0
1
2
3
4
5
6
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 24. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan usahatani buahG buahan untuk dimensi teknologi. Komoditas hortikultura buah-buahan yang termasuk komoditas unggulan yyaitu rambutan, mangga, durian, dan pisang. Diagram layang-layang dari nilai indeks keberlanjutan dari lima dimensi untuk komoditas unggulan hortikultura iin bbuah-buahan di hulu DAS Jeneberang tersaji pada Gambar 25. Dari diagram layang-layang ini diketahui bahwa masing-masing dimensi mempunyai nilai lla a indeks keberlanjutan yang berbeda-beda pada setiap komoditas unggulan, iin n sehingga memerlukan pengelolaan yang berbeda pula. Dimensi yang harus sse e ddiutamakan untuk menjadi prioritas dalam pengelolaannya adalah dimensi dengan status kurang berkelanjutan, sehingga dapat menjadi status baik atau cukup sst t bberkelanjutan.
143
Ekologi 100 80 60 40
Teknologi
Ekonomi
20 0
Sosial Durian
Kelembagaan Mangga
Pisang
Rambutan
Gambar 25. Diagram layang-layang analisis indeks dan status keberlanjutan G sistem usahatani komoditas unggulan buah-buahan pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang. Berdasarkan Gambar 25 terlihat bahwa dimensi sosial untuk semua kkomoditas mempunyai nilai indeks antara 38,54 – 44,25 berada pada status kkurang berkelanjutan, demikian pula dengan dimensi teknologi untuk semua kkomoditas buah-buahan mempunyai indeks antara 27,16 – 41,90 berada pada status kurang berkelanjutan. Sedangkan dimensi ekologi pada komoditas st rambutan dengan nilai indeks 57,59 (cukup berkelanjutan), pada komoditas ra mangga (46,48), durian (46,62), dan pisang (43,12) statusnya kurang m bberkelanjutan. Dimensi ekonomi untuk komoditas rambutan (51,40) dan mangga berada pada status cukup berkelanjutan, sedangkan komoditas durian ((56,82) 5 (46,62) dan pisang (42,39) berada pada status kurang berkelanjutan. Dimensi ((4 kkelembagaan pada komoditas rambutan (50,64), mangga (50,64), dan durian ((50,64) berada pada status cukup berkelanjutan, sedangkan komoditas pisang (5 (49,91) berada pada status kurang berkelanjutan. ((4 Dimensi sosial dan dimensi teknologi perlu diprioritaskan pengelolaannya sehingga statusnya bisa ditingkatkan menjadi cukup berkelanjutan. Untuk sse meningkatkan nilai indeks dimensi sosial maka pengelolaannya pada atributm
144
at atribut sensitif yang berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi sosial, terutama m mengelola atribut intensitas penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi ramah li lingkungan dan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan. Kondisi eksisting uusahatani hortikultura buah-buahan di hulu DAS Jeneberang, penyuluhan dan ppelatihan mengenai teknologi ramah lingkungan belum intensif dilakukan oleh ppihak penyuluh pertanian Kecamatan Parangloe, sehingga hal ini perlu dditingkatkan karena atribut ini yang sangat berperan (atribut sensitif) dalam mempengaruhi sistem usahatani hortikultura buah-buahan di hulu DAS m Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat tani JJeneberang. e kkurang, sehingga pengetahuan masyarakat tentang lingkungan juga rendah. Akibatnya masyarakat dalam berusahatani tidak menerapkan kaidah-kaidah A uusahatani konservasi. Empat komoditas unggulan buah-buahan, komoditas pisang yang memiliki iindeks n keberlanjutan dari lima dimensi (ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, ddan teknologi) statusnya kurang berkelanjutan. Komoditas durian memiliki indeks kkeberlanjutan dimensi kelembagaan statusnya cukup berkelanjutan, sedangkan empat dimensi lainnya statusnya kurang berkelanjutan. Komoditas mangga em memiliki indeks keberlanjutan dimensi ekonomi dan kelembagaan statusnya m cukup berkelanjutan, sedangkan tiga dimensi lainnya masuk kategori kurang cu bberkelanjutan. Komoditas rambutan memiliki indeks keberlanjutan dimensi ekologi, ekonomi, dan kelembagaan statusnya cukup berkelanjutan, sedangkan ek ddimensi sosial dan teknologi masuk kategori kurang berkelanjutan. Hasil analisis MDS pada Tabel 25, menunjukkan nilai stress untuk semua dimensi dan multidimensi pada setiap komoditas unggulan memiliki nilai lebih d kecil dari 0,25 yaitu berkisar antara 0,14 – 0,17. Semakin kecil nilai stress k semakin baik data yang digunakan. Artinya pengaruh galat terhadap penilaian s se suatu atribut adalah sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Sedangkan nilai s su koefisien determinasi (R2) di setiap dimensi dan multidimensi pada setiap k kkomoditas unggulan berkisar antara 0,94 – 0,95, nilai-nilai ini cukup tinggi dan m mendekati angka 1. Ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang erat antara atributaat atribut dalam suatu dimensi yang diuji coba. Kedua parameter statistik ini (nilai sstress t dan R2) menunjukkan bahwa seluruh atribut yang digunakan di setiap
145
ddimensi pada usahatani hortikultura buah-buahan sudah cukup baik untuk m menerangkan keberlanjutan sistem usahatani hortikultura buah-buahan pada lahan bberlereng di hulu DAS Jeneberang. T Tabel 25. Parameter statistik (Goodness of fit) dari analisis indeks dan status keberlanjutan usahatani hortikultura buah-buahan pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang
Dimensi D
Rambutan Nilai R2 Stress
Buah-Buahan Mangga Durian 2 Nilai R Nilai R2 Stress Stress
Pisang Nilai R2 Stress
Ekologi E
0,14
0,95
0,15
0,95
0,16
0,94
0,15
0,95
Ekonomi E
0,16
0,94
0,15
0,94
0,16
0,94
0,15
0,94
Sosial S
0,16
0,94
0,16
0,94
0,16
0,94
0,15
0,94
Kelembagaan K
0,16
0,94
0,16
0,94
0,16
0,94
0,15
0,95
Teknologi T
0,14
0,95
0,14
0,95
0,14
0,94
0,14
0,95
Hasil analisis Monte Carlo dan Multidimesi (Tabel 26) menunjukkan bbahwa nilai status indeks keberlanjutan usahatani hortikultura pada masingmasing dimensi dengan selang kepercayaan 95%, untuk analisis Multidimensi m bberkisar antara 32,19 – 57,59 dan analisis Monte Carlo berkisar antara 27,25 – 559,08. Perbedaan antara- keduanya relatif kecil berkisar antara 0,04 – 1,50. Kecilnya perbedaan nilai indeks keberlanjutan diantara kedua analisis ini K mengindikasikan bahwa kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif m kkecil, ragam pemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, proses analisis yyang dilakukan secara berulang-ulang stabil, dankesalahan pemasukan data dan ddata yang hilang dapat dihindari. Perbedaan ini juga menunjukkan bahwa sistem uusahatani hortikultura buah-buahan yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan yyang tinggi. Beberapa parameter hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa metode Rap-farm cukup baik untuk dipergunakan sebagai salah satu alat evaluasi R kkeberlanjutan sistem usahatani hortikultura buah-buahan pada lahan berlereng kuantitatif dan cepat (rapid appraisal). ssecara e
55,55
51,40
43,77
50,64
41,90
Ekonomi Ek kon ono
Sosial So osiial a
Kelembagaan Ke eleem
Teknologi Te eknnoo ek
MDS
Ekologi Ek kol olog
Dimensi Di ime men
42,55
51,24
44,25
51,90
54,54
MC
Rambutan
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Cukup
Status
41,90
50,64
43,77
56,82
50,21
MDS
42,55
51,24
44,25
57,20
51,57
MC
Mangga
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Cukup
Status
34,59
50,64
43,77
46,62
50,07
MDS
Buah-Buahan
35,31
51,24
44,25
46,58
50,64
MC
Durian
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Cukup
Status
27,16
49,91
38,54
42,39
49,37
MDS
27,25
50,60
38,66
43,65
47,79
MC
Pisang
Kurang
Cukup
Kurang
Kurang
Kurang
Status
Tab bel 226. Hasil analisis Monte Carlo (MC) dan Multidimensi (MDS) untuk nilai RAP-Farm komoditas unggulan hortikultura buahTabel buahan dengan selang kepercayaan 95%
146
147
88.3.2. Analisis Keberlanjutan Budidaya Tanaman Hortikultura Sayuran Hasil analisis RAP-Farm multidimensi dengan menggunakan teknik oordinasi melalui metode MDS menghasilkan nilai indeks keberlanjutan usahatani tta a tanaman hortikultura sayuran sebesar 53,16. Nilai indeks keberlanjutan termasuk kkategori cukup berkelanjutan karena nilainya berada antara 51–75. Nilai indeks kkeberlanjutan ini diperoleh berdasarkan penilaian terhadap 46 atribut yang ttercakup pada lima dimensi yaitu dimensi ekologi (11 atribut), dimensi ekonomi te ((99 atribut), dimensi sosial (9 atribut), dimensi kelembagaan (8 atribut), dan ddimensi teknologi (9 atribut). Hasil analisis RAP-Farm selain nilai indeks keberlanjutan juga diperoleh nnilai stress dan nilai R2. Hasil analisis menunjukkan nilai stress sebesar 0,14, berada di bawah 0,25 jadi hasil analisis ini cukup baik. Nilai R2 (koefisien aartinya r ddeterminasi) menunjukkan keterkaitan antara sistem dengan atribut-atribut yang ddigunakan. Nilai R2 yang didapatkan yaitu sebesar 0,946 menunjukkan bahwa ssistem i dengan menggunakan atribut-atribut saat ini sudah menjelaskan 94,60% ddari sistem yang ada. Nilai ini menunjukkan bahwa atribut yang digunakan se sebagai indikator yang diberi skor (diboboti), mampu menerangkan perilaku sistem usahatani tanaman hortikultura sayuran pada lahan di hulu DAS si Jeneberang sebesar 94,60%. Dengan demikian seluruh atribut dari lima dimensi Je yyang digunakan sudah cukup baik dalam menerangkan kondisi sistem usahatani hhortikultura sayuran yang ada saat ini. Untuk mengetahui indeks keberlanjutan dari masing-masing dimensi serta yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan usahatani hortikultura sayuran aatribut t ppada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang, telah dilakukan analisis RAP-Farm ddan analisis laverage pada setiap dimensi (ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, ddan teknologi). Dimensi Ekologi Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura sayuran dimensi ekologi menunjukkan indeks sebesar 48,17. Angka ini menggambarkan bahwa eek k ddimensi ekologi pada usahatani hortikultura sayuran pada lahan berlereng di hulu
148
D DAS Jeneberang termasuk kategori kurang berkelanjutan karena nilai indeksnya bberada pada selang 25 – 50. Leverage of Attributes
2,97
Kemampuan Lahan Kesesuaian Lahan
1,14
Prediksi Erosi
4,06
Pengelolaan Lahan
2,33 4,57
Attribute
Tingkat Kemiringan Lereng Kondisi Penutupan Lahan
5,24
Tingkat erosi yang terjadi
5,07
Penggunaan Pupuk dan Pestisida
2,95
Ketersediaan Bahan Organik
5,15
Kualitas Hasil Tanaman Hortikultura
3,86
Produktivitas Tanaman Hortikultura
3,86 0
1
2
3
4
5
6
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 26. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan usahatani sayuran G untuk dimensi ekologi. Hasil analisis laverage keberlanjutan dimensi ekologi seperti terlihat pada Gambar 26 menunjukkan bahwa dari sebelas atribut yang dianalisis, ada tujuh G atribut yang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura aat sayuran, yaitu kondisi penutupan lahan, tingkat erosi yang terjadi, tingkat ssa kkemiringan lereng, prediksi erosi, ketersediaan bahan organik, kualitas hasil tanaman hortikultura, dan produktivitas tanaman hortikultura. Ketujuh atribut ini tta a erat kaitannya, karena atribut tingkat penutupan lahan dan kemiringan ssangat a lereng sangat menentukan tingkat bahaya erosi yang terjadi dan akan seiring lle e ddengan nilai prediksi erosi hasil perhitungan, dan sangat mempengaruhi pproduktivitas dan kualitas hasil tanaman hortikultura. Apabila penutupan lahan dan kemiringan lereng besar menyebabkan tingkat erosi yang terjadi tinggi rrendah e
149
se sehingga produktivitas dan kualitas hasil tanaman hortikultura menurun, hal ini ddisebabkan karena hilangnya lapisan permukaan tanah. Lapisan ini merupakan la lapisan tanah yang subur, mengandung bahan organik dan unsur-unsur hara yang ddibutuhkan tanaman sebagai nutrisinya. Apabila nutrisi tanaman tidak terpenuhi sse sesuai e dengan kebutuhannya maka kuantitas dan kualitas hasil tanaman akan m menurun. Oleh karena itu yang paling penting untuk dikelola pada dimensi ekologi adalah tingkat penutupan lahan dan kemiringan lereng, karena akan eek mempengaruhi atribut-atribut lainnya dalam sistem usahatani hortikultura m sayuran. Demikian pula dengan pengelolaan lahan dan ketersediaan bahan ssa oorganik, kedua atribut ini akan mempengaruhi tingkat erosi dan prediksi erosi. Apabila pengelolaan lahan mengikuti kaidah konservasi tanah dan ketersediaan A bbahan organik cukup, maka prediksi erosi dan tingkat erosi dapat diminimalkan. Dimensi Ekonomi Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura sayuran dimensi eek ekonomi menunjukkan indeks sebesar 64,85. Angka ini menggambarkan bahwa ddimensi ekonomi pada usahatani hortikultura sayuran pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang termasuk kategori cukup berkelanjutan karena nilai indeksnya D bberada pada selang 50 – 75. Hasil analisis laverage keberlanjutan ekonomi seperti terlihat pada Gambar 27 menunjukkan bahwa dari sembilan atribut yang dianalisis, ada enam G atribut yang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura aat t sayuran, yaitu komoditas unggulan tanaman hortikultura, harga produk komoditas ssa hhortikultura, kontribusi terhadap pendapatan petani, pengelolaan hasil pertanian hhortikultura, luas lahan garapan, dan ketersediaan pemasaran. Atribut komoditas uunggulan tanaman hortikultura sangat besar pengaruhnya terhadap sistem uusahatani hortikultura khususnya pada dimensi ekonomi, karena atribut ini mencakup luas areal penanaman dan produksi tanaman hortikultura. Jenis m tanaman hortikultura yang banyak diusahakan petani adalah jenis tanaman yang tta a pproduksinya tinggi dan nilai jual di pasar juga tinggi. Atribut komoditas unggulan hhortikultura sangat terkait dengan pendapatan petani. Apabila komoditas unggulan ddengan produktivitas tinggi dan harga yang tinggi serta ketersediaan pemasaran
150
bbaik maka akan meningkatkan pendapatan petani. Produksi yang tinggi dan harga ju jual yang tinggi maka pendapatan petani akan meningkat. Sebaliknya apabila m menanam tanaman non unggulan dengan produktivitas yang rendah maka kkontribusi dari penjualannya ke pendapatan petani menjadi kecil. Demikian pula ddengan pengelolaan hasil pertanian hortikultura akan berpengaruh pada kualitas hhasil. Apabila pengelolaanya baik maka kualitas hasil dari hortikultura sayuran akan baik pula sehingga nilai jualnya akan meningkat. aak Leverage of Attributes Kontribusi terhadap PAD
2,15
Kestabilan harga
1,54
Kontribusi terhadap pendapatan petani
4,38
Attribute
Komoditas unggulan tanaman hortikultura
4,75
Harga produk komoditas hortikultura
4,47
Pengelolaan hasil pertanian hortikultura
4,38
Luas lahan garapan
4,11
Ketersediaan pemasaran
3,57
Pemanfaatan kredit pinjaman
2,55 0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 27. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan usahatani sayuran G untuk dimensi ekonomi. Dimensi Sosial Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura sayuran dimensi sosial menunjukkan indeks sebesar 39,58. Angka ini menggambarkan bahwa sso o ddimensi sosial pada usahatani hortikultura pada lahan berlereng di hulu DAS JJeneberang termasuk kategori kurang berkelanjutan karena nilai indeksnya berada Je ppada selang 25 – 50.
151
Hasil analisis laverage keberlanjutan dimensi sosial seperti terlihat pada G Gambar 28 menunjukkan bahwa dari sembilan atribut yang dianalisis, ada lima at atribut yang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura sa sayuran, yaitu intensitas penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi ramah lli lingkungan, i adopsi teknologi konservasi tanah, eksistensi layanan Pemerintah, ppengetahuan masyarakat tentang lingkungan, persepsi masyarakat tentang ppartisipatori, dan persepsi masyarakat terhadap upaya konservasi tanah. Atribut intensitas penyuluhan dan pelatihan teknologi ramah lingkungan sangat besar iin ppengaruhnya terhadap sistem usahatani hortikultura sayuran khususnya pada ddimensi sosial, karena atribut ini dapat merubah perilaku petani dalam bberusahatani hortikultura sayuran. Apabila atribut intensitas penyuluhan dan ppelatihan teknologi ramah lingkungan dilakukan dengan baik maka akan merubah sistem usahatani hortikultura, karena subjek atau pelaku dari sistem mengalami ssi pperubahan. Leverage of Attributes
Eksistensi rumah tangga petani hortikultura
2,79
Tingkat pendidikan formal masyarakat
0,41
Attribute
Status kepemilikan lahan
1,31
Eksistensi layanan Pemerintah
5,25
Intensitas penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi ramah lingkungan
5,25
Adopsi teknologi konservasi tanah
2,47
Persepsi masyarakat terhadap upaya konservasi tanah
3,09
Persepsi masyarakat tentang partisipatori
3,54
Pengetahuan masyarakat terhadap lingkungan
4,37 0
1
2
3
4
5
6
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 28. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan dimensi sosial G pada usahatani hortikultura sayuran.
152
Dimensi Kelembagaan Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura sayuran dimensi kkelembagaan menunjukkan indeks sebesar 56,45. Angka ini menggambarkan bbahwa dimensi kelembagaan pada usahatani hortikultura sayuran pada lahan bberlereng di hulu DAS Jeneberang termasuk kategori cukup berkelanjutan karena nnilai indeksnya berada pada selang 50 – 75. Leverage of Attributes
Ketersediaan lembaga keuangan mikro
1,38
Ketersediaan lembaga pemasaran
1,70
Attribute
Ketersediaan lembaga penyalur saprodi
2,00
Keberadaan kelompok tani
5,36
Intensitas pertemuan kelompok tani
5,17
Jumlah penyuluh pertanian
2,13
Konflik antar kelompok tani
1,83
Kelompok usaha di bidang pertanian
0,64
0
1
2
3
4
5
6
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 29. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan usahatani G hortikultura sayuran untuk dimensi kelembagaan. Hasil analisis laverage keberlanjutan dimensi kelembagaan seperti terlihat ppada Gambar 29 menunjukkan bahwa dari delapan atribut yang dianalisis, ada ddua atribut yang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura yaitu keberadaan kelompok tani dan intensitas pertemuan kelompok tani. ssayuran, a Atribut keberadaan kelompok tani sangat besar pengaruhnya terhadap sistem A uusahatani hortikultura khususnya pada dimensi kelembagaan, karena atribut ini wadah bagi petani hortikultura sayuran untuk menyampaikan aspirasinya dan w melalui wadah ini pula dapat berfungsi sebagai fasilitasi untuk menjalin kerjasama m ddengan pihak atau lembaga lainnya. Apabila atribut keberadaan lembaga
153
kkelompok tani sebagai dasar diperkuat dan dilakukan dengan baik maka akan m merubah sistem usahatani hortikultura sayuran, karena inti untuk berkembang ada ppada kelompok tani. Atribut kelompok tani mempunyai keterkaitan yang sangat er erat dengan atribut lainnya yang ada dalam dimensi kelembagaan. Demikian hhalnya dengan intensitas pertemuan kelompok tani, apabila intensitasnya m meningkat dan dilaksanakan secara rutin, maka kelompok tani akan semakin maju ddan berkembang. Hal ini disebabkan dalam pertemuan kelompok tani akan terjadi pengalaman dan ide-ide cemerlang yang dapat diterapkan dalam melakukan ttukar u uusahatani hortikultura sayuran. Dimensi Teknologi Hasil analisis indeks keberlanjutan usahatani hortikultura dimensi menunjukkan indeks keberlanjutan sebesar 56,71. Angka ini tteknologi e m menggambarkan bahwa dimensi teknologi pada usahatani hortikultura pada lahan bberlereng di hulu DAS Jeneberang termasuk kategori cukup berkelanjutan karena nnilai indeksnya berada pada selang 50 – 75. Leverage of Attributes Tingkat penerapan teknologi budidaya hortikultura
2,91
Tingkat penguasaan teknologi pasca panen
2,80
Teknologi pembuatan pupuk organik
8,58
Attribute
Penggunaan pupuk organik dan biofertilizer
8,97
Teknik penggunaan mulsa
10,63
Intensitas penggunaan pestisida
7,14
Teknologi konservasi tanah dan air
0,94
Teknik pengolahan tanah
0,82
Teknologi pembuatan biopestisida
5,31 0
2
4
6
8
10
12
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
Gambar 30. Atribut sensitif yang mempengaruhi keberlanjutan usahatani G hortikultura sayuran untuk dimensi teknologi.
154
Hasil analisis laverage keberlanjutan dimensi teknologi seperti terlihat ppada Gambar 30 menunjukkan bahwa dari sembilan atribut yang dianalisis, ada li lima atribut yang sensitif mempengaruhi sistem usahatani tanaman hortikultura sa sayuran, yaitu teknik penggunaan mulsa, penggunaan pupuk organik dan bbiofertilizer, teknologi pembuatan pupuk organik, intensitas penggunaan pestisida, ddan teknologi pembuatan biopestisida. Kelima atribut ini sangat besar ppengaruhnya terhadap sistem usahatani hortikultura sayuran khususnya pada ddimensi teknologi, karena atribut ini menentukan kuantitas dan kualitas produksi hhortikultura sayuran. Apabila keempat atribut ini dilaksanakan dengan baik maka aakan k merubah sistem usahatani hortikultura. Keempat atribut ini mempunyai kketerkaitan yang sangat erat dengan atribut lainnya yang ada dalam dimensi khususnya dan atribut lain pada dimensi yang lainnya. tteknologi e Diagram layang-layang nilai indeks keberlanjutan dari lima dimensi untuk llima i komoditas unggulan hortikultura sayuran di hulu DAS Jeneberang tersaji ppada Gambar 31. Dari diagram layang-layang ini diketahui bahwa masing-masing ddimensi dari setiap komoditas mempunyai nilai indeks keberlanjutan yang bberbeda-beda sehingga memerlukan pengelolaan yang berbeda pula. Dimensi yyang harus diutamakan untuk menjadi prioritas dalam pengelolaannya adalah ddimensi dengan status kurang berkelanjutan, sehingga dapat menjadi status baik atau cukup berkelanjutan. at Diagram layang-layang pada Gambar 31 terlihat bahwa dimensi sosial uuntuk semua komoditas mempunyai nilai indeks antara 39,58 – 39,64 berada pada status kurang berkelanjutan, demikian pula dengan dimensi teknologi untuk sst komoditas sayuran mempunyai indeks antara 49,33 – 49,34 berada pada ssemua e status kurang berkelanjutan. Sedangkan dimensi ekologi pada komoditas kentang sst ddengan nilai indeks 56,29, pada komoditas kubis (51,39), sawi (55,42) statusnya ccukup berkelanjutan, dan komoditas bawang daun (42,90) dan komoditas wortel cu statusnya kurang berkelanjutan. Dimensi ekonomi untuk komoditas ((38,17) 3 kkentang (57,96), kubis (57,96), wortel (50,70), dan sawi (51,40) berada pada sstatus cukup berkelanjutan, sedangkan komoditas bawang daun (47,71) berada st ppada status kurang berkelanjutan. Dimensi kelembagaan pada semua komoditas sayuran berada pada status cukup berkelanjutan. ssa
155
Ekologi 100 80 60 40
Teknologi
Ekonomi
20
0
Sosial B. Daun
Gambar 31. G
Kentang
Kelembagaan Kubis
Wortel
Sawi
Diagram layang-layang analisis indeks dan status keberlanjutan sistem usahatani hortikultura sayuran pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang.
Dimensi sosial dan dimensi teknologi perlu diprioritaskan pengelolaannya sse sehingga statusnya bisa ditingkatkan menjadi cukup berkelanjutan. Untuk meningkatkan nilai indeks dimensi sosial maka pengelolaannya pada atributm atribut sensitif yang berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi sosial, terutama at mengelola atribut eksistensi layanan Pemerintah, intensitas penyuluhan dan m ppelatihan mengenai teknologi ramah lingkungan, pengetahuan masyarakat tentang lingkungan, persepsi masyarakat tentang partisipatori, dan persepsi masyarakat li terhadap upaya konservasi tanah. Kondisi eksisting usahatani hortikultura sayuran te ddi hulu DAS Jeneberang, layanan Pemerintah terhadap masyarakat tani khususnya ppetani sayuran belum memenuhi harapan petani, penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi ramah lingkungan belum intensif dilakukan oleh pihak m ppenyuluh pertanian Kecamatan Tinggimoncong, sehingga hal ini perlu dditingkatkan karena atribut ini yang sangat berperan (atribut sensitif) dalam mempengaruhi sistem usahatani hortikultura sayuran di hulu DAS Jeneberang. m Penyuluhan dan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat kurang, sehingga P ppengetahuan masyarakat tentang lingkungan juga rendah. Akibatnya masyarakat ddalam berusahatani tidak menerapkan kaidah-kaidah usahatani konservasi. Demikian pula dengan persepsi masyarakat tentang partisipatori dan upaya D kkonservasi tanah. Masyarakat belum memahami tentang partisipatori, sehingga
156
ppetani selalu menunggu bantuan dari Pemerintah, keterlibatan masyarakat tani bbaru pada tahap pelaksanaan. Lima
komoditas
unggulan
sayuran
yang
dianalisis
indeks
kkeberlanjutannya menunjukkan bahwa komoditas bawang daun yang memiliki iin indeks n keberlanjutan empat dari lima dimensi (ekologi, ekonomi, sosial, dan tteknologi) e statusnya kurang berkelanjutan, dimensi kelembagaan statusnya cukup bberkelanjutan. Komoditas wortel memiliki indeks keberlanjutan untuk dimensi ekonomi dan kelembagaan statusnya cukup berkelanjutan, sedangkan tiga dimensi eek statusnya kurang berkelanjutan. Komoditas kentang, kubis, dan sawi llainnya a memiliki indeks keberlanjutan dimensi ekologi, ekonomi, dan kelembagaan m statusnya cukup berkelanjutan, sedangkan dua dimensi lainnya masuk kategori sst kkurang berkelanjutan. Hasil analisis MDS pada Tabel 27, menunjukkan nilai stress untuk semua d dimensi dan multidimensi memiliki nilai lebih kecil dari 0,25 yaitu berkisar antara 0 0,13 – 0,16. Semakin kecil nilai stress semakin baik data yang digunakan. Artinya pengaruh p galat terhadap penilaian suatu atribut adalah sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Sedangkan nilai koefisien determinasi (R2) di setiap dimensi dan d multidimensi berkisar antara 0,93 – 0,95, nilai-nilai ini cukup tinggi dan m mendekati angka 1. Ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang erat antara atributm atribut dalam suatu dimensi yang diuji coba. Kedua parameter statistik ini (nilai at stress dan R2) menunjukkan bahwa seluruh atribut yang digunakan di setiap st ddimensi pada usahatani hortikultura sayuran sudah cukup baik untuk menerangkan kkeberlanjutan sistem usahatani hortikultura sayuran di hulu DAS Jeneberang. Hasil analisis Monte Carlo dan Multidimesi (Tabel 28) menunjukkan bahwa nilai H status indeks keberlanjutan usahatani hortikultura sayuran pada masing-masing sst ddimensi dengan selang kepercayaan 95%, untuk analisis Multidimensi berkisar aantara 32,19 – 62,52 dan an
analisis Monte Carlo berkisar antara 38,42 – 72,85.
Dan perbedaan antara keduanya relatif kecil berkisar antara 0,02 – 2,09. Kecilnya D pperbedaan nilai indeks keberlanjutan diantara kedua analisis ini mengindikasikan bbahwa kesalahan dalam pembuatan skor setiap atribut relatif kecil, ragam ppemberian skor akibat perbedaan opini relatif kecil, proses analisis yang dilakukan
0,14 0,15 0,15 0,15 0,13
Ekonomi E Ek ko
Sosial So S os
Kelembagaan Ke K el
Teknologi Te T ek
Nilai Stress
Kentang
Ekologi Ek E ko
Dimensi Dim
0,94
0,94
0,95
0,95
0,95
R2
0,13
0,15
0,15
0,15
0,14
Nilai Stress
Kubis
0,94
0,94
0,95
0,94
0,95
R2
0,13
0,15
0,15
0,17
0,14
Nilai Stress
0,94
0,94
0,95
0,93
0,95
R2
Bawang Daun
Sayuran
0,13
0,15
0,15
0,16
0,14
Nilai Stress
Wortel
0,94
0,94
0,95
0,94
0,95
R2
0,13
0,15
0,15
0,16
0,13
Nilai Stress
Sawi
0,94
0,94
0,94
0,94
0,95
R2
T abe 27. Parameter statistik (Goodness of fit) dari analisis indeks dan status keberlanjutan usahatani hortikultura sayuran di hulu DAS Tabel Jeneberang
157
MC
Status
MDS
MC
Status
MDS
Teknologi Te T ek
cukup
56,47 56,50
cukup
cukup
56,47 55,91
cukup
56,47 56,45
47,71 47,41 kurang 50,70 51,61
cukup
cukup
56,47
51,40
49,33 49,64 kurang 49,34 49,64 kurang 49,34 49,90 kurang 49,34 49,50 kurang 49,34
Kelembagaan K Ke el 56,47 55,52
57,96 57,31
42,90 43,40 kurang 38,17 39,66 kurang 55,42
MDS
39,58 40,29 kurang 39,58 40,20 kurang 39,58 39,64 kurang 39,58 39,64 kurang 39,58
cukup
cukup
Status
Sosial So S os
MC
51,39 51,40
MDS
Wortel
57,96 57,92
cukup
Status
Bawang Daun
Ekonomi E Ek Eko k
MC
Kubis
56,29 56,94
MDS
Kentang
Ekologi E Eko Ek k
Dimensi Di D im
Sayuran
T abe 28. Hasil analisis Monte Carlo dan Multidimensi (MDS) untuk nilai RAP-Farm dengan selang kepercayaan 95% Tabel
49,50
56,87
39,84
52,71
56,19
MC
Sawi
kurang
cukup
kurang
cukup
cukup
Status
158
159
se secara berulang-ulang stabil, dan kesalahan pemasukan data dan data yang hilang ddapat dihindari.
Perbedaan ini juga menunjukkan
bahwa sistem usahatani
hhortikultura yang dikaji memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Beberapa pparameter hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa metode Rap-farm cukup baik uuntuk dipergunakan sebagai salah satu alat evaluasi keberlanjutan sistem uusahatani hortikultura sayuran di hulu DAS Jeneberang secara kuantitatif dan ccepat (rapid appraisal). 88.3.3. Perbandingan Status Keberlanjutan Usahatani Tanaman Hortikultura Buah-Buahan dan Sayuran di Hulu DAS Jeneberang Hasil analisis status keberlanjutan usahatani hortikultura buah-buahan dan disajikan pada Tabel 29. Status keberlanjutan buah-buahan untuk dimensi ssayuran a ekonomi, dan kelembagaan yaitu cukup berkelanjutan, sedangkan eekologi, k ddimensi sosial dan teknologi statusnya kurang berkelanjutan. Demikian pula pada ttanaman a sayuran, dimensi ekologi, ekonomi, kelembagaan dan teknologi statusnya cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi sosial statusnya kurang sst bberkelanjutan. Artinya yang perlu mendapat prioritas penanganan adalah dimensi sosial dan teknologi sehingga statusnya dapat dinaikkan, sehingga pemanfaatan so lahan di hulu DAS Jeneberang untuk tanaman hortikultura tetap lestari. la Tabel 29. Status keberlanjutan usahatani hortikultura buah-buahan dan sayuran di T hulu DAS Jeneberang Buah-Buahan Dimensi D
Sayuran
MDS
Status
MDS
Status
Ekologi E
54,41
cukup
48,17
kurang
Ekonomi E
51,40
cukup
64,85
cukup
Sosial S
43,77
kurang
39,58
kurang
Kelembagaan K
50,64
cukup
56,47
cukup
Teknologi T
41,90
kurang
56,71
cukup
Perbandingan antara status keberlanjutan tanaman hortikultura buahbbuahan dan sayuran menunjukkan nilai pada dimensi ekologi dan sosial, buahbbuahan lebih besar nilai indeks keberlanjutannya dibandingkan sayuran. Pada
160
ddimensi ekonomi, kelembagaan, dan teknologi, nilai indeks keberlanjutan hhortikultura sayuran lebih besar dari hortikultura buah-buahan. Hal ini te tergambarkan pada diagram layang-layang, dimana kurva tanaman sayuran lebih bbesar pada tiga dimensi (ekonomi, kelembagaan, dan teknologi), sedangkan tta tanaman a Buah-buahan kurvanya lebih besar pada dimensi ekologi dan dimensi ssosial (Gambar 32). so Ekologi 100
80 60 40
Teknologi
Ekonomi
20 0
Sosial
Kelembagaan
Sayur
Buah
Gambar 32. Diagram layang-layang analisis indeks dan status keberlanjutan G sistem usahatani hortikultura buah-buahan dan sayuran di hulu DAS Jeneberang. 88.4. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan : Indeks keberlanjutan untuk sistem usahatani hortikultura buahbuahan berkisar antara 41,90 sampai 54,41. Dimensi ekologi (54,41), dimensi ekonomi (51,40), dan dimensi kelembagaan (43,77), termasuk status cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi sosial (43,77) dan dimensi teknologi (41,90) masuk status kurang berkelanjutan. Atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap keberlanjutan sistem usahatani hortikultura buah-buahan sebanyak 9 atribut.
161
Atribut sensitif meliputi tingkat erosi yang terjadi, kondisi penutupan lahan, tingkat kemiringan lereng, produktivitas tanaman hortikultura, pengelolaan lahan, komoditas unggulan, intensitas penyuluhan dan pelatihan
mengenai
teknologi
ramah
lingkungan,
intensitas
pertemuan kelompok tani, teknik penggunaa mulsa dan teknologi konservasi tanah dan air. Komoditas pisang yang tingkat keberlanjutannya paling rendah dan komoditas rambutan yang tingkat keberlanjutannya cukup. Indeks keberlanjutan untuk sistem usahatani hortikultura sayuran berkisar antara 39,58 sampai 64,85. Dimensi ekologi (48,17), dimensi ekonomi (64,85), dimensi kelembagaan (56,47), dan dimensi teknologi (56,71) termasuk status cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi sosial (39,58) masuk status kurang berkelanjutan. Atribut-atribut yang sensitif berpengaruh terhadap keberlanjutan sistem usahatani hortikultura sayuran sebanyak 23 atribut. Atribut sensitif meliputi tingkat erosi yang terjadi, ketersediaan bahan organik, kualitas hasil tanaman hortikultura, produktivitas tanaman hortikultura, pengelolaan lahan, komoditas unggulan tanaman hortikultura, harga produk komoditas hortikultura,
kontribusi
terhadap pendapatan petani, pengelolaan hasil pertanian hortikultura, luas lahan garapan, ketersediaan pemasaran, intensitas penyuluhan dan pelatihan mengenai teknologi ramah lingkungan, adopsi teknologi
konservasi
tanah,
eksistensi
layanan
Pemerintah,
pengetahuan masyarakat tentang lingkungan, persepsi masyarakat tentang partisipatori, persepsi masyarakat terhadap upaya konservasi tanah, keberadaan kelompok tani, intensitas pertemuan kelompok tani, teknik penggunaan mulsa, penggunaan pupuk organik dan biofertilizer,
teknologi
pembuatan
pupuk
organik,
intensitas
penggunaan pestisida, dan teknologi pembuatan biopestisida. Komoditas wortel yang tingkat keberlanjutannya paling rendah dan komoditas sawi dan kentang yang tingkat keberlanjutannya cukup.
162
Komoditas hortikultura sayuran status keberlanjutan lebih tinggi dibandingkan komoditas buah-buahan, kecuali pada dimensi ekologi.