UPAYA PENGENDALIAN JAMUR Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK BUAH LEUNCA (Solanum nigrum L.) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)
(Skripsi)
Oleh NERIA VICHA EKSTIANI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2017
Upaya Pengendalian Jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby Penyebab Antraknosa dengan Menggunakan Ekstak Buah Leunca (Solanum nigrum L.) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Oleh Neria Vicha Ekstiani
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah leunca sebagai fungisida alami dan konsentrasi yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sampai Desember 2016 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan dalam penelitian adalah konsentrasi ekstrak buah leunca. Perlakuan menggunakan 5 konsentrasi ekstrak ekstak buah leunca (Solanum nigrum L). yaitu : 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali pengulangan. Parameter yang diamati adalah Intensitas Penyakit, Tinggi Tanaman, Berat Basah dan Berat Kering. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi ekstrak buah leunca 20% merupakan konsentrasi yang terbaik dalam menekan perkembangan penyakit antraknosa tanaman cabai merah yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici.
Kata Kunci : Tanaman cabai (Capsicum annuum L.), Antraknosa, Colletotrichum capsici , leunca (Solanum nigrum L.)
Upaya Pengendalian Jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby Penyebab Antraknosa dengan Menggunakan Ekstak Buah Leunca (Solanum nigrum L.) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)
Oleh : Neria Vicha Ekstiani
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
KOSONG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 16 Juni 1995. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara sebagai buah kasih pasangan Bapak Tama Ferdiansyah dan Ibu Tri Yetti.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Darma Wanita (UNILA), pada tahun 2000, Sekolah Dasar Negeri 2 Raja Basa, pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 3 Bandar Lampung, pada tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas Yayasan Pembina Universitas Lampung (YP UNILA), pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Umum, Biologi Gulma, Biologi Etnobotani dan Ekonomi (BOTEK). Selain itu, penulis juga pernah aktif di organisasi HimpunanMahasiswa Biologi (HIMBIO) sebagai anggota divisi Sains dan Teknologi (SAINTEK) pada tahun
.
2014-2015 dan anggota divisi Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) pada periode 2015-2016.
Kemudian penulis menyelesaikan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sri Sawahan Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dan Program KerjaPraktek (KP), di Laboratorium Mikrobiologi Balai Riset Standardisasi Industri Bandar Lampung.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk orang-orang yang selalu mencintaiku, mengasihiku, dan melindungiku..... 1. Pertama-tama aku persembahkan kepada Kedua Orang Tuaku yang telah Membesarkanku, Mendidikku, Menyayangiku dan selalu mendukung secara Moril maupun Materil. 2. Kedua aku persembahkan kepada Keluarga Besar dan Saudara Kandungku tercinta, banyak sekali dukungan yang selalu mereka berikan yang tak tak terhitung dan selalu mendorong supaya aku menyelesaikan studiku. 3. Ketiga aku persembahkan kepada Febri Romadon, S.E. yang selalu memberikan bantuan, dorongan serta dukungannya pada segala persoalan. 4. Teman-teman terbaikku yang sangat luar biasa dan selalu mendukung semuanya. 5. Almamaterku tercinta.
MOTTO
“ Bertanggung Jawablah dalam bersikap dan berkomitmen dalam bertindak” (Neria Vicha Ekstiani)
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Upaya Pengendalian Jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby Penyebab Antraknosa dengan Menggunakan Ekstak Buah Leunca (Solanum nigrum L.) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bimbingan, bantuan, dan kerjasama semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaiannya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dra.Yulianty, M,Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberi saran, kritik, bimbingan, dan nasihatnya dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. 2. Ibu Dra.Tundjung Tripeni Handayani, M.S., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran, dukungan, ilmu, dan motivasi dalam membantu penulis. 3. Bapak Dr. Bambang Irawan, M.Sc., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran-saran yang membangun, diskusi yang sangat luar biasa pengetahuan yang saya tidak tahu dan bermanfaat.
4. Bapak Dr. Gregorius Nugroho Susanto, M.SC., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bantuan, motivasi, dan saran kepada penulis. 5. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. 6. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA, Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas 7. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap karyawan di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung yang telah memberi ilmu, doa, dukungan dan bimbingan. 8. Kedua Orang Tuaku, Ayahanda Tama Ferdiansyah dan Ibunda Tri Yetti sebagai motivator terbesar dalam menyelesaikan pendidikanku. Walaupun membesarkan anakmu sampai anakmu ini sukses adalah kewajiban kalian, sampai kapanpun aku tidak akan melupakan semuanya. 9. Keluarga Besar dan Saudara Kandungku, Muhammad Khadafi, Destriani Viosa, Frizha Azizia yang memberikan semangat, dukungan, kasih sayang dan doa kepada penulis. 10. Laki-laki yang selalu mendampingiku, Febri Romadon, S.E. yang telah banyak bersabar, memotivasi, membantu, dan memberi dukungan selama ini. 11. Teman-temanku biologi angkatan 2013 Sally Khoirunisa, Siti Nurhayati, Sarah Niati, Nungki Nuari Dewi, Ayu Selvyany, Muna Sari, Dewi Setyawati terimakasih atas kebersamaannya selama ini, merupakan suatu kebanggaan bertemu dengan kalian semua. Semoga sukses dan keberkahan meliputi kita.
xi
12. Almamater tercinta Universitas Lampung Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan pihak-pihak lainnya. Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bandarlampung, 05 Mei 2017 Penulis,
Neria Vicha Ekstiani
xii
DAFTAR ISI
Halaman SAMPUL DEPAN ...................................................................................... ... i ABSTRAK ................................................................................................... ... ii HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................. ... iii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ... iv HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ... v RIWAYAT HIDUP .................................................................................... ... vi PERSEMBAHAN ....................................................................................... ... viii MOTTO ...................................................................................................... ... ix SANWACANA ............................................................................................... x DAFTAR ISI ............................................................................................... ... xiii DAFTAR TABEL ...................................................................................... ... xvi DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ... xviii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................... ... 1 B. Tujuan penelitian ................................................................................. ... 3 C. Manfaat penelitian ............................................................................... ... 3 D. Kerangka Pikir..................................................................................... ... 4 E. Hipotesis .............................................................................................. ... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Tanaman Cabai ....................................................................... ... 6 B. Biologi Tanaman Leunca..................................................................... ... 7 C. Penyakit Antraknosa Tanaman Cabai.................................................. ... 8 D. Pengendalian Penyakit Antraknosa. .................................................... ... 10
III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................. .. 13 B. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... .. 13 C. Rancangan Percobaan .......................................................................... .. 14 D. Prosedur Percobaan ............................................................................. .. 14 1. Pembuatan Media (Potato Dextrose Agar) PDA ............................. .. 14 2. Peremajaan Isolat Murni Jamur Colletotrichum capsici ................. .. 15 3. Pembuatan Preparat Jamur C.capsici............................................... .. 15 4. Perkecambahan Cabai...................................................................... .. 15 5. Penyiapan Media Tanam dan Sterilisasi Tanah............................... .. 15 6. Penyemaian dan Penanaman Benih Cabai Merah Besar ................. ...16 7. Pembuatan Ekstrak Leunca (Solanum nigrum L.) .......................... ...16 8. Inokulasi .......................................................................................... ...17 9. Aplikasi Ekstrak Buah Leunca ........................................................ .. 17 10. Tata Letak Rancangan Percobaan.................................................. .. 18 11. Pengamatan.................................................................................... .. 18 E. Analisis Data ..................................................................................... .. 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ...................................................................................................... 21 1. Intensitas Serangan Jamur C.capsici Pada Tanaman Cabai Merah .......................................................................................... 21 2. Tinggi Tanaman Cabai Merah ..................................................... 24 3. Berat Basah Tanaman Cabai Merah ............................................ 25 4. Berat Kering Tanaman Cabai Merah............................................ 27 B. Pembahasan ......................................................................................... 29 1. Intensitas Serangan Jamur C.capsici Pada Tanaman Cabai Merah............................................................................................. 29 2. Tinggi Tanaman Cabai Merah....................................................... 30 3. Berat Basah Tanaman Cabai Merah.............................................. 32 4. Berat Kering Tanaman Cabai Merah............................................. 33
xiv
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................. 35 B. Saran....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Cara pembuatan ekstrak buah leunca................................................ 17 Tabel 2. Rerata Intensitas Penyakit Tanaman pada tanaman cabai merah yang diperlakukan dengan berbagai konsentrasi ekstrak buah leunca................................................................................................ 22 Tabel 3. Rerata Tinggi Tanaman cabai merah yang diperlakukan dengan berbagai konsentrasi ekstrak buah leunca......................................... 24 Tabel 4. Rerata Berat Basah tanaman cabai merah yang diperlakukan dengan berbagai konsentrasi ekstrak buah leunca......................................... 26 Tabel 5. Rerata Berat Kering tanaman cabai merah yang diperlakukan dengan berbagai konsentrasi ekstrak buah leunca......................................... 28 Tabel 6. Rata-rata Intensitas Penyakit Antraknosa Pada Tanaman Cabai...... 40 Tabel 7. Uji Kehomogenan (Kesamaan) Ragam (Bartlett's test) Intensitas Penyakit............................................................................................ 40 Tabel 8. Analisis Ragam Intensitas Penyakit................................................. 41 Tabel 9. Uji BNT Intensitas Penyakit .....................................................,...... 41 Tabel 10. Tinggi Tanaman Cabai Merah....................................................... 41 Tabel 11. Uji Kehomogenan (Kesamaan) Ragam (Bartlett's test) Tinggi Tanaman......................................................................................... 42 Tabel 12. Analisis Ragam Tinggi Tanaman.................................................. 42 Tabel 13. Uji BNT Tinggi Tanaman.............................................................. 43 Tabel 14. Berat Basah Tanaman Cabai Merah.............................................. 43 .
Tabel 15. Uji Kehomogenan (Kesamaan) Ragam (Bartlett's test) Berat Basah................................................................................... 43 Tabel 16. Analisis Ragam Berat Basah......................................................... 44 Tabel 17. Uji BNT Berat Basah..................................................................... 44 Tabel 18. Berat Kering Tanaman Cabai Merah............................................. 44 Tabel 19. Uji Kehomogenan (Kesamaan) Ragam (Bartlett's test) Berat Kering.................................................................................. 45 Tabel 20. Analisi Ragam Berat Kering.......................................................... 45 Tabel 21. Uji BNT Berat Kering................................................................... 45
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)........................................ 6 Gambar 2. Tanaman Leunca (Solanum nigrum L.)......................................... 8 Gambar 3. Intenstitas Penyakit antraknosa.................................................... 23 Gambar 4. Tinggi Tanaman Cabai Merah...................................................... 25 Gambar 5. Berat Basah Tanaman Cabai Merah............................................. 26 Gambar 6. Berat Kering Tanaman Cabai Merah............................................ 28 Gambar 7. Perkecambahan Cabai Merah....................................................... 47 Gambar 8. Penanaman Cabai Ke Dalam Poliback......................................... 47 Gambar 9. Penyemprotan Jamur Colletotrichum capsici Pada Cabai Merah.......................................................................................... 48 Gambar 10. Tanaman Cabai Yang Terserang Penyakit Antraknosa............. 48 Gambar 11. Pembuatan Ekstrak Buah Leunca.............................................. 49 Gambar 12. Penyemprotan Ekstrak Buah..................................................... 50
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia cabai merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang penting dan dapat dibudidayakan oleh para petani. Sebagai komoditi hortikultura yang penting, cabai dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi, mulai dari ketinggian 0 - 1300 meter dari permukaan laut (Sunaryono, 1984).
Cabai merah merupakan salah satu sayuran yang memiliki banyak manfaat di dalamnya dan memiliki harga jual yang tinggi. Cabai merah disukai baik di Indonesia maupun di mancanegara. Cabai merah biasanya dipakai sebagai bumbu dapur dan pelengkap masakan, selain itu juga dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Rasa pedas pada buah cabai disebabkan karena didalamnya banyak mengandung zat capsaicin. Capsaicin banyak terdapat pada biji cabai dan plasenta, yaitu kulit cabai bagian dalam yang berwarna putih tempat melekatnya biji. Rasa pedas tersebut bermanfaat untuk mengatur peredaran darah, memperkuat jantung, nadi dan saraf, mencegah flu dan demam, serta mengurangi nyeri dan encok (Prajnanta, 1999).
2
Antraknosa adalah penyakit terpenting yang menyerang tanaman cabai di Indonesia. Penyakit ini meluas pada kondisi lembab dan suhu relatif tinggi. Penyakit antraknosa dapat menyebabkan kerusakan sejak dari persemaian sampai tanaman cabai berbuah dan merupakan masalah utama pada buah masak, serta berakibat serius terhadap penurunan hasil dan penyebaran penyakit (Syamsudin, 2007).
Penyakit antraknosa ini disebabkan oleh jamur dari marga Colletotrichum. Contoh jamur Colletotrichum yaitu C. gloeosporioides, C. acutatum, C. dematium dan C. capsici. Lebih dari 90% antraknosa yang menginfeksi cabai diakibatkan oleh jamur Coletotrichum capsici (Syukur, 2007).
Pengendalian penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur selama ini dapat dilakukan dengan cara pemberian fungisida. Namun pemberian fungisida yang terus menerus dapat menimbulkan restistensi patogen, merusak lingkungan dan berbahaya bagi pengguna. Pengendalian seperti itu disebut pengendalian penyakit tumbuhan secara hayati, pengendalian yang tidak akan mencemari lingkungan (Wudianto, R. 2004).
Leunca ( Solanum nigrum L.) mempunyai manfaat yang cukup beragam dan hampir semua bagian tanaman leunca dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Leunca (Solanum nigrum L.) mengandung solanine, solasonine, solamargine dan chaconine (Everist, 1974; Wetter dan Phipps, 1979; Cooper dan Johnson, 1984). Penelitian tentang ekstrak buah leunca oleh
3
(T.Indhumathi, 2014) ekstrak buah leunca sebagai antimikroba. Dalam penelitian tersebut buah leunca mengandung etanol yang bersifat antiseptik sehingga diduga buah leunca dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit antraknosa yang disebabkan jamur Coletotrichum capsici. Hal ini juga dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan yaitu, ekstrak buah leunca sebagai insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles aconitus dengan konsentrasi ekstrak buah leunca 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80% (Reisya,dkk.2015). Oleh karena itu saya memodifikasi konsentrasi ekstrak buah leunca menjadi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Sejauh ini, belum ada penelitian yang menggunakan ekstrak buah leunca untuk menghambat serangan jamur Colletotrichum capsici.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah leunca sebagai fungisida alami dan konsentrasi ekstrak buah leunca yang terbaik dalam menghambat pertumbuhan jamur Colletotrichum capsici penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat buah leunca sebagai fungisida alami untuk membatasi penyakit antraknosa pada tanaman cabai dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi cabai.
4
D. Kerangka Pikir
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat disukai oleh masyarakat yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Setiap tahun kebutuhan cabai terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai.
Pengendalian penyakit antraknosa pada buah cabai dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia. Menggunakan bahan kimia sangat efektif dalam mengendalikan jamur Colletotrichum capsici, namun berdampak pada kerusakan lingkungan di sekitar, menimbulkan restistensi patogen dan berbahaya bagi pengguna. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dicari alternatif lain dengan menggunakan bahan alami. Salah satunya dengan menggunakan buah leunca dalam mengendalikan jamur Colletotrichum capsici. Karena buah leunca mengandung etanol yang bersifat antiseptik sehingga dapat mengendalikan jamur Colletotrichum capsici. Hal ini dibuktikan dengan pada penelitian Reisya tahun 2015, ekstrak buah leunca sebagai insektisida terhadap nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles aconitus dengan konsentrasi 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80%. Oleh karena itu memodifikasi konsentrasi ektrak buah leunca menjadi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% sebagai fungisida alami untuk mengatasi penyakit antraknosa pada tanaman cabai.
5
E. Hipotesis
Ekstrak buah leunca (Solanum nigrum L.) pada konsentrasi tertentu mampu menghambat pertumbuhan jamur Colletotricum capsici penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biologi Tanaman Cabai (Capsicum spp.)
Tanaman cabai merupakan tanaman yang tumbuh tegak. Batangnya berkayu dan memiliki banyak cabang. Tinggi batang bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk sekitar 90 cm. Daun cabai umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung varietas. Daun cabai umumnya berbentuk bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung meruncing. Tergantung pada jenis dan varietasnya. Bentuk bunga cabai seperti terompet dan keluar dari ketiak daun, sedangkan bentuk buah dan ukurannya berbeda-beda. Tanaman cabai memiliki akar tunggang yang terdiri dari akar utama dan akar lateral yang mengeluarkan serabut. Akar ini mampu menembus kedalaman tanah sampai 50 cm dan lebar 45 cm (Tarigan dan Wiryanta, 2003 ).
Gambar 1. Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) (https://bangaoo.blogspot.com/2015/07/manfaat-dan-khasiat-cabai-merah.html)
7
Tanaman cabai memiliki banyak nama popular di berbagai Negara. namun secara umum tenaman cabai disebut sebagai pepper atau chili. Namun pepper lebih umum digunakan untuk menyebut berbagai jenis cabai besar, cabai manis atau paprika. Sedangkan chili biasanya digunakan untuk menyebut cabai pedas, misalnya cabai rawit. Dalam tata nama ilmiah, tanaman cabai termasuk dalam marga Capsicum. Tanaman cabai masih satu suku dengan kentang, tomat, terong yaitu suku Solanaceae ( Warisno dan Dahana, 2010).
B. Biologi Tanaman Leunca (Solanum nigrum L).
Leunca adalah tanaman obat dari keluarga solanaceae. Tinggi leunca adalah 25-100 cm, merupakan tanaman tahunan. Batangnya tegak, bulat, lunak, hijau. Buah berwarna hitam dan hijau, bulat, 8-1 mm. Daun bulat telur, lebar 4-10 cm dan pucuk yang tumpul. Perhubungan kelopak berbentuk cangkir, mahkota putih, lobus bulat telur-lonjong, siliata menyebar, filamen berukuran 1-1,5 mm, anter berukuran 2,5 - 3,5 mm. Biji berebntuk bulat pipih, kecil berwarna putih. Akar tunggang, berwarna putih kecoklat (Chauchan et al., 2012; Depkes RI,1994).
Leunca (Solanum nigrum L.) mengandung bahan sebagai antiseptik, antiinflamasi dan antidisentri (Heiser 1969; Vogel 1990). Menurut Akhtar dan Mohammad (1989) bahwa serbuk dari tanaman dapat sebagai ulcerogenik. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai antimalaria (Watt dan Breyer-Brandwijk,1962)
8
Gambar 2. Tanaman Leunca (Solanum nigrum L.) (http://daunbuah.com/manfaat-luarbiasa-dari-tanaman-ranti-atau-leunca/)
Bijinya dapat digunakan untuk pengobatan disuria (Jain dan Borthakur, 1986). Tandon dan Rao (1974) melaporkan bahwa buah dan jusnya dapat menyembuhkan penyakit perut dan demam sedangkan tunasnya dapat digunakan untuk penyakit kulit. Selain itu, bunga dan daunnya dapat digunakan sebagai penurun panas dan melawan efek overdosis dari alkohol (Heiser, 1963). Daunnya yang di jus digunakan sebagai obat cacing, nyeri pada sendi serta sakit telinga (Grieve, 1931).
C. Penyakit Antraknosa Pada Cabai
Gejala serangan penyakit antraknosa pada tanaman mudah terlihat oleh adanya ciri berupa bercak bulat panjang, berwarna merah kecoklatan, dengan meninggalkan sepanjang bercak luka. Infeksi ini terjadi dalam lokasi potongan kecil yang tersebar kemana- mana dan menyerang daun (Dehne, et al. 1997). Bercak berkembang cepat pada musim hujan, bahkan pada
9
lingkungan yang kondusif penyakit ini dapat menghancurkan seluruh areal pertanaman cabai (Syukur, 2007)
Salah satu kendala rendahnya hasil produksi cabai adalah adanya gangguan dari organisme pengganggu tumbuhan (OPT), salah satu diantaranya menyebabkan penyakit antraknosa. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman cabai karena dapat menyebabkan kerugian antara 20- 50% (Rompas, 2001).
Serangan antraknosa ini disebabkan oleh jamur dari marga Colletotrichum. Jamur ini mempunyai empat jenis utama yaitu C. gloeosporioides, C. acutatum, C. dematium dan C. capsici. Lebih dari 90% antraknosa yang menginfeksi cabai diakibatkan oleh jamur Colletotrichum capsici (Syukur, 2007).
Jamur C. capsici ini mempunyai konidiofor yang pendek dan konidia dibentuk dalam aservulus (Djas, 1980). Colletotrichum mempunyai stroma yang terdiri dari massa miselium yang berbentuk aservulus, bersepta, panjang antara 30-90 µm, umumnya yang berkembang merupakan perpanjangan dari setiap aservulus. Konidia berwarna hialin, bersel tunggal dan berukuran 5-15 µm (Daniel, 1972).
Aservulus tersusun di bawah epidermis tumbuhan inang. Epidermis pecah apabila konidia telah dewasa. Konidia keluar sebagai percikan berwarna putih, kuning, jingga, hitam atau warna lain sesuai dengan pigmen yang
10
dikandung konidia. Diantara bangsa Melanconiales yang konidianya cerah (hialin) adalah Gloeosporium dan Colletotrichum. Keduanya mempunyai konidia yang memanjang dengan penciutan di tengah (Dwidjoseputro, 1978).
D. Pengendalian Penyakit Antraknosa
Metode pengendalian sangat bervariasi dari satu penyakit ke penyakit yang lain, tergantung pada jenis patogen, jenis inang, dan interaksi antara keduanya. Dalam pengendalian penyakit, umumnya tumbuhan diperlakukan sebagai populasi, bukan sebagai individu, walaupun inang-inang tertentu mungkin diperlakukan sebagai individu. Akan tetapi dengan pengecualian pada pepohonan, kehilangan satu atau beberapa individu tumbuhan biasanya dianggap tidak menentukan, dan tindakan pengendalian umumnya ditujukan untuk menyelamatkan populasi tumbuhan, bukan untuk menyelamatkan beberapa individu tumbuhan (Agrios, 1996)
Berbagai cara pengendalian dapat dikelompokkan ke dalam pengendalian dengan peraturan/undang-undang, kultur teknis, hayati, fisik, dan kimiawi. Sebagian besar pengendalian melalui kultur teknis bertujuan untuk membantu tumbuhan tidak berkontak dengan patogen dan mengeradikasi atau menurunkan jumlah patogen yang terdapat pada tumbuhan, lahan atau daerah. Pengendalian secara fisik dan kimiawi bertujuan untuk melindungi tumbuhan dari inokulum patogen yang kemungkinan besar mencapai tumbuhan serta untuk menyembuhkan infeksi yang telah berkembang (Agrios, 1996).
11
Menurut Suhardi (1989) kerusakan akibat penyakit ini mencapai 65 persen. Selama ini pengendalian penyakit ini masih bertumpu pada penggunaan fungisida. Namun disadari selain hasilnya tidak memuaskan, penggunaan pestisida terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya resistensi patogen, merusak lingkungan dan berbahaya bagi konsumen. Dari uraian di atas dirasa perlu dicari alternatif pengendalian penyakit dengan memanfaatkan tanaman sekitarnya. Hasil penelitian Wijayakusuma (1992) dan Kartasapoerta (2004), tanaman sirih, brotowali, nimba, laos, dan gadung dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Menurut Nurmansyah (1997), banyak tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati diantaranya sirih-sirihan. Usaha pengendalian penyakit yang banyak dilakukan oleh para petani adalah penggunaan fungisida sintetis secara intensif. Pengendalian dengan fungisida sintetis dapat menimbulkan berbagai masalah (Than et al., 2008). Pengendalian seperti ini memerlukan biaya besar dan juga efek residunya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan. Efek residu fungisida dapat mematikan jasad sasaran yang banyak bermanfaat bagi kelangsungan ekosistem di alam. Manusia sebagai konsumen tidak lepas dari pengaruh negatif residu fungisida yang terdapat pada buah cabai. Banyak bahan aktif pestisida dapat mengganggu kesehatan manusia, misalnya dapat merangsang pertumbuhan sel-sel kanker. Oleh karena itu penggunaan pestisida sebagai pengendali penyakit tanaman harus ditekan sekecil mungkin dan sebagai penggantinya harus dicari suatu bahan yang bersifat alami yang bertindak sebagai fungisida tetapi tidak berpengaruh negatif terhadap
12
lingkungan maupun manusia. Beberapa jenis tumbuhan yang berfungsi sebagai fungisida alami antara lain mindi (Melia azedarch L.), nimba (Azadiracta indica Juss.), dan urang aring (Eclipta alba) yang dapat menekan perkembangan jamur penyebab penyakit antraknosa (Widyastuti,1996).
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung pada Oktober 2016 sampai Desember 2016.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, tabung reaksi, jarum ose, gelas benda, gelas penutup, labu erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, corong, pipet tetes, pinset, bunsen, stirer, mikroskop, neraca analitik, vortex mixer, kompor listrik, autoklaf, inkubator, oven, lemari es, blender, aluminium foil, kertas saring, polybag, semprotan, penggaris, korek api, hemositometer, gunting, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah buah leunca (Solanum nigrum L.) benih tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) kultivar lokal, isolat jamur Colletotricum capsici yang diperoleh dari IPB, alkohol 70%, aquades, spritus, media PDA sudah jadi, tanah, dan pupuk kandang.
14
C. Rancangan Percobaan
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang digunakan dalam penelitian yaitu, konsentrasi ekstrak buah leunca. Perlakuan menggunakan 5 konsentrasi ekstrak buah leunca (Solanum nigrum L.), yaitu :A (0%), B (5%), C (10%), D (15)% dan E (20%). Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali pengulangan.
D. Prosedur Percobaan
1. Pembuatan Media ( Potato Dextrose Agar) PDA
Media PDA (Potato Dextrose Agar) sebagai media isolasi dan pembiakkan jamur C.capsici. Sebanyak 500 gram kentang yang telah dibersihkan dan dibuang kulitnya dipotong dadu kecil. Kemudian kentang direbus dalam 500 ml aquades selama 2 jam, setelah itu air rebusan disaring dari kotoran atau potongan kentang. Kemudian air rebusan kentang itu dipanaskan kembali dan ditambahkan dengan 20 gram dekstrosa, 15 gram agar-agar dan aquades hingga volumenya menjadi 1000 ml. Larutan tersebut diaduk hingga homogen, setelah itu media diletakkan ke dalam labu erlenmeyer, lalu tutup dengan sumbat kapas dan aluminium foil. Kemudian media disterilkan menggunakan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121 °C dan tekanan 2 atm. Setelah itu media dapat langsung digunakan (Malloch, 1981).
15
2. Peremajaan Isolat murni jamur C.capsici
Koloni jamur diambil dari isolat yang berasal dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Kemudian jamur diinokulasikan ke cawan petri berisi media PDA dan diinkubasi selama ± 5 hari pada suhu 28-30° C. Koloni jamur yang terbentuk kemudian dilihat morfologinya, seperti warna koloni.
3. Pembuatan Preparat Jamur C.capsici Larutan laktofenol diteteskan pada glass benda. Isolat yang diremajakan diambil dengan menggunakan jarum ose. Kemudian isolat jamur C.capsici diletakkan pada kaca benda lalu ditutup dengan kaca penutup, diamati dibawah mikroskop, diukur panjang dan lebar konidia untuk menentukan jenis jamur C.capsici.
4. Perkecambahan Cabai
Cawan petri yang telah disterilisasi diberi kapas sampai padat kemudian di atas kapas diletakkan kertas merang. Di dalam satu cawan petri diletakkan 20 benih cabai merah. Setelah itu diberi aquades secukupnya dan benih cabai dikecambahkan sampai muncul 2 daun sejati.
5. Penyiapan Media Tanam dan Sterilisasi Tanah
Media tanam menggunakan modifikasi metode Kadek (2016) untuk penanaman benih cabai merah besar berupa campuran antara tanah dan pupuk kandang yang sudah di sterilisasikan menggunakan drum, dengan
16
perbandingan 2 kg tanah : 1 kg pupuk kandang yang dimasukkan ke dalam polybag besar dengan ukuran diameter 25 cm dan tinggi 30 cm dengan berat masing-masing 3 kg.
6. Penyemaian dan Penanaman Benih cabai merah besar
Penyemaian dan penanaman benih cabai merah menggunakan modifikasi metode Kadek (2016) kecambah cabai merah yang normal dan sehat dipilih dan dipindahkan ke polybag besar dengan ukuran diameter 25 cm dan tinggi 30 cm berisi media tanam dengan berat 3 kg. Kemudian kecambah ditanam dengan kedalaman 1 cm. Semaian disiram setiap pagi dan sore secukupnya untuk menjaga ketersediaan air. Setelah bibit cabai umur 15 hari, bibit cabai siap diinokulasi jamur.
7. Pembuatan Ekstrak Leunca (Solanum nigrum L.) Pembuatan ekstrak buah leunca (Solanum nigrum L.) modifikasi metode Kadek (2016) dibuat dengan menggunakan aquades sebagai bahan pelarut. Buah leunca dan bijinya yang telah dicuci bersih, diiris tipis kemudian dikering anginkan di tempat yang ternaungi, terhindar dari sinar matahari langsung. Setelah kering, irisan buah diblender sampai didapatkan tepung buah leunca. Untuk pembuatan konsentrasi ekstrak terdapat dalam tabel 1.
17
Tabel 1. Cara pembuatan ektsrak buah leunca No. 1. 2. 3. 4. 5.
Konsentrasi Ekstrak Buah Leunca A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%)
Tepung Buah Leunca (mg)
Aquades
0 5 10 15 20
20 ml 20 ml 20 ml 20 ml 20 ml
8. Inokulasi
Inokulasi modifikasi metode Kadek (2016) biakan C. capsici yang berumur 7 hari dikerok kemudian ditambah air steril, apabila konidia terlalu padat, dilakukan pengenceran sampai diperoleh konidia C.capsici kemudian dihitung jumlah konidianya 106 konidia/ ml. Suspensi C. capsici tersebut disemprotkan ke tanaman cabai sebanyak 20 ml untuk setiap tanaman pada polybag seminggu sebelum penyemprotan ekstrak daun buah leunca, kemudian disungkup selama dua hari.
9. Aplikasi Ekstrak Buah Leunca
Aplikasi ekstrak buah leunca modikasi metode Kadek (2016), Setelah 2 hari disungkup, kemudian dilakukan penyemprotan ekstrak buah leunca dengan cara disemprotkan pada tanaman benih di polybag pada saat tanaman mulai berumur dua minggu. Konsentrasi yang digunakan adalah A (0%), B (5%), C (10%), D (15%) dan E (20%) untuk masing-masing ekstrak.
18
10.Tata Letak Rancangan Percobaan
A1 E2 C1 E3 C2
B1 A2 E5 B2 C3
D1 C5 D5 B3 A3
E1 B4 A4 C4 D4
D2 A5 D3 B5 E4
Keterangan : A = Konsentrasi buah leunca 0% B = Konsentrasi buah leunca 5% C = Konsentrasi buah leunca 10% D = Konsentrasi buah leunca 15% E = Konsentrasi buah leunca 20%
11. Pengamatan Pengamatan modifikasi metode Kadek (2016) dilakukan satu minggu setelah aplikasi ekstrak buah leunca. Intensitas penyakit adalah tingkat kerusakan tanaman karena adanya serangan patogen atau adanya penyakit. Intensitas penyakit terdiri dari keterjadian penyakit (disease incidence) dan keparahan penyakit (disease severity), sehingga peubah yang diamati yaitu : 1. Intensitas Serangan antraknosa pada tanaman cabe merah
=
∑( × ) ×
×
%
IS = Intensitas serangan (%) n
= Banyaknya tanaman dalam setiap kategori serangan
N
= Jumlah tanaman yang dia mati
19
v
= Nilai numerik untuk tiap kategori serangan
V
= Nilai skor tertinggi
Skor penyakit yang digunakan adalah 0 = Tanpa serangan 1 = Bagian tanaman yang terserang mencapai 0 - 20 % tanaman 2 = Bagian tanaman yang terserang mencapai 20 - 40 % tanaman 3 = Bagian tanaman yang terserang mencapai 40 - 60 % tanaman 4 = Bagian tanaman yang terserang mencapai 60 - 80 % tanaman 5
= Bagian tanaman yang terserang mencapai 80 - 100 % tanaman
2. Berat basah
Perhitungan bobot basah dilakukan saat tanaman selesai dipanen langsung dilakukan perhitungan. Satuan pengukuran adalah gram (gr).
3. Berat kering
1. Penimbangan berat segar, misal a gram 2. Pengeringan dengan oven dengan suhu 50oC 3. Penimbangan berat kering, misal b gram maka : 4. Kadar air dari bahan segar =
100 %.
Satuan pengukuran adalah gram (gr).
20
E. Analisis Data Analisis statistik dilakukan terhadap keterjadian, keparahan penyakit, berat basah, dan berat kering tanaman cabai merah. Rancangan percobaan berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dengan perlakuan yaitu konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% dengan ulangan sebanyak 5 kali. Data yang diperoleh dari setiap variabel yang diambil di uji homogenitasnya uji Bartlett kemudian dilanjutkan dengan uji ANARA. Apabila ada perbedaan pada perlakuan, dilanjutkan uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) α 5% untuk melihat perbedaan antar perlakuan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Konsentrasi ekstrak buah leunca 20% merupakan konsentrasi yang terbaik dalam menekan perkembangan penyakit antraknosa tanaman cabai merah yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici. 2. Ekstrak buah leunca memberikan pengaruh terhadap intensitas serangan, tinggi tanaman, berat basah dan berat kering dalam menekan perkembangan penyakit antraknosa tanaman cabai merah yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bagian lain seperti bunga dan daun pada tanaman leunca untuk mengetahui konsentrasi terbaik dalam menekan jamur Colletotrichum capsici pada tanaman cabai.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University. Yogyakarta. Arini Dewi, D.L. Suranto. Edwin Mahajoeno. 2013. Studi Morfologi dan Anatomi Pada Tanaman Capsicum annuum L. Terinfeksi Virus di Daerah Eks Karesidenan Surakarta. Journal Of El-Vivo Vol.1, No.1, (hal 45 – 54). Chauchan, Rajani, Km. Ruby, Aastha Shori, Jaya Dwivedi, 1994. Solanum nigrum with Dinamic Therapeutic Role : A Review. International Journal of Pharamaceutical Sciences Review and Research. 15 (1). 6571. Daniel, A,. 1972. Fundameantal Of Plant Pathology. W.H.Reemen adn Company. San Fransisco. Toppan Limited Tokyo. Japan. P:409. Denhe, W.H., Adam, G., Diekmann, M., Frahm. J., Machnik, M.A., and Halteren, V.P., 1997. Diagnosis and Identification of Plant Pathogends, Kluwer Academic Publishers, London. Djafaruddin. 2004. Dasar – dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Djas, F., 1980. Classification of Fungi and Spesific Characteristic of Each Class. Fakultas Pertanian USU. Medan. Hal:29. Dwidjoseputro. 1978. Pengantar Mikologi. Penerbit Alumni Bandung. Hal:123. Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Gardner, FP, Pearch RB, and Mitchell RL. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. Penerbit UI. Jakarta. Kadek Ariani. 2016. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Fungisida Alami terhadap Jamur Colletotrichum capsici (Syd.) Bulter & Bisby Penyebab Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Skripsi FMIPA. Universitas Lampung.
37
Kartasapoetra, G. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit Rinka Cipta. Jakarta. Malloch, David. 1988. Their Isolation, Cultivation, and Identification. University of Toronto Press. Canada. Muin A, Ekamawantati H.A. & Pandawangi A., 2002, Uji Efektivitas Cendawan Mikoriza Arbuskula Lokal Hasil Isolasi dari Lokasi Hutan Tanaman Industri PT. Inhutani III di Sanggau Kalimantan Barat. Nurfadilah, S. 2013. Pertumbuhan dan Perkembangan Bibit Rhynchostylis retusa L. (Bl.) Orchidaceae pada Buletin Kebun Raya Vol:16 No 1. Nurmansyah. 1997a. Kajian awal potensi gulma sirih-sirih (Piper aduncum L.) sebagai fungisida nabati. Jurnal Stigma An Agricultural Science Journal. Prajnanta, F. 1999. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. Refli, Safrizal. 2010. Kadar Air Bahan. Teknik Pasca Panen. Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala. Reisya, 2015. Uji Efektifitas Ekstrak Buah Leunca (Solanum nigrum L.) Sebagai Insektisida Terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles aconitus. Skripsi Fakultas Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rompas, J.P., 2001. Efek Isolasi Bertingkat Colletotrichum capsici Terhadap Penyakit Antraknosa Pada Tanaman Cabai. Prossding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah, Bogor, 22-24 Agustus 2001. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. 163. Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995c. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. (Diterjemahkan oleh : Diah R, Lukman dan Sumaryono). Penerbit ITB. Bandung Sitompul, S.M dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Suhardi. 1984. Serangan penyakit antraknose pada tanaman lombok di kabupaten Demak. Warta penelitian pengembangan pertanian 6(6):4-5. Suharja dan Sutarno. 2009. Biomassa, Kandungan Klorofil dan Nitrogen Daun Dua Varietas Cabai (Capsicum annum L.) pada berbagai perlakuan Pemupukan. Bioteknologi 6 (1): 11-20, Mei 2009, ISSN: 0216-6887.
38
Sunaryono, H. 1984. Kunci Bercocok Tanam Sayur-Sayuran Penting di Indonesia. Sinar Baru.Bandung. Syamsudin, 2007. Pengendalian Penyakit Terbawa Benih (Seed Born Diseases) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Menggunakan Agen Biokontrol dan Ekstrak Botani, diakses dari http://www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/abstrak/agrobio-vol2-no21999-dwinita.php. Syukur, M., 2007. Mencari Genotip Cabai Tahan Antraknosa, diakses dari HTTP://ipb.bogor.Agricultural.university/mencari.genotip.cabai.tahan.a ntraknosa.htm. Tarigan, Wiryanta, W. 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. T. Indhumathi, S. Mohandass. 2014. Efficacy of Ethanol Extract of Solanum incanum fruit extract for its antimicrobial activity. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences. Volume 3 Number 6 : 939-949. Tjahjadi, Nur. 1991. Bertanam Cabai. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Warisno dan Dahana. 2010. Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Widyastuti S. 1996. Penghambatan Penyakit Damping off pada Pinus Dengan Ekstrak Biji Nyiri. Perlindungan Tanaman Indonesia. 2(l):32-35 Wijayakusuma, H. 1992. Tanaman berkhasiat obat. Penerbit Kartini. Jakarta Wudianto.2004. Fisiologi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. PT Raja Grapindo Persada, Jakarta. Yoshida, S., S. Hiradate., Y. Fuji, and A. Sharanata. 2000. Colletotrichum dematium Produces Phytotoxin in Antracnose Lesion of Mulberry Leaves. Phytopathology 90:285-291.