UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) TENTANG PERMASALAHAN SOSIAL KELAS IV DI SDN JELITA 01 PAGI JAKARTA TIMUR Aay Nurhayati Rivai ABSTRAK; Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Jelita 01 Jakarta Timur tentang Permasalahan sosial dengan metode problem solving. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat dikemukakan bahwa pada pembelajaran siklus I nilai rata-rata tes hasil belajar kelas hasil evaluasi adalah 56% sedangkan hasil rata-rata tindakan siswa dalam pembelajaran adalah 50% dan data pemantuan tindakan guru 54%, sedangkan proses pembelajarannya 58%. Selanjutnya pada siklus II hasil penilaian pembelajaran tentang contohcontoh permasalahan sosial adalah sebagai berikut: Rata-rata kelas untuk siklus II adalah 81,07 dan nilai tersebut sudah mencapai target yang ditentukan. Data pemantuan siswa 80%, data pemantuan guru 82% dan penilaian proses 82%. Dengan demikian pembelajaran IPS tentang permasalahan social dikelas IV melalui metode pemecahan masalah (problem solving) SDN Jelita 01 Pagi Jakarta Timur dikatakan berhasil. Kata Kunci : IPS, Problem Solving. mendorong atau memfasilitasi siswa dalam
PENDAHULUAN IPS merupakan salah satu unsur
mengkonstruksi pemahamannya akan hakikat
dalam pendidikan. Mata pelajaran IPS telah
IPS. Keberhasilan guru dalam pembelajaran
diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat
bukan hanya dilihat dari hasil belajar siswa
dasar sampai ke jenjang yang lebih tinggi,
tetapi juga pada proses dari pembelajaran
namun demikian kegunaan IPS bukan hanya
tersebut.
memberikan kemampuan berfikir sosial tetapi
Salah satu upaya untuk meningkatkan
juga bagaimana siswa dapat memecahkan
kemampuan
masalah
siswa, khususnya mata pelajaran IPS adalah
yang
dihadapi
pembentukan
terutama
kemampuan
dalam
menganalisis,
dengan
pemecahan
menerapkan
masalah
model
belajar
pembelajaran
membuat sintesis, melakukan evaluasi hingga
problem solving atau pemecahan masalah.
kemampuan memecahkan masalah. Dengan
Problem solving merupakan salah satu aspek
kenyataan ini bahwa IPS mempunyai potensi
yang sangat penting dalam belajar IPS di SD.
yang
Rendahnya
sangat
besar
dalam
hal
memacu
siswa
dalam
menyelesaikan
terjadinya perkembangan secara cermat dan
masalah akan mempengaruhi hasil belajar
tepat
siswa
maupun
masyarakat
dalam
yang
perkembangan
mempersiapkan
mampu
dengan cara
mengantisipasi berpikir
dan
di
sekolah,
khususnya
mengenai
pemecahan masalah. Dengan menggunakan metode problem solving, siswa akan mampu
bersikap pula. Pembelajaran hendaknya lebih
menemukan
dan
mengembangkan
sendiri
menekankan pada bagaimana upaya guru
fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mendorong atau memfasilitasi siswa belajar,
mengembangkan sikap dan nilai. Seluruh
bukan pada apa yang dipelajari siswa. Jadi,
tindakan dalam proses belajar mengajar akan
pembelajaran IPS merupakan upaya guru Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87
menciptakan kondisi belajar yang melibatkan
di dalam kelas pada saat menyajikan mata
siswa aktif.
pelajaran PIPS, agar tujuan dan sasaran
Pemecahan
masalah
merupakan
pembelajaran dapat dengan mudah dicerna
bagian dari kurikulum IPS yang sangat penting
oleh siswa sesuai dengan tujuan yang
karena dalam proses pembelajaran maupun
diharapkan
penyesuaian,
siswa
dimungkinkan
Syaiful mengatakan :
memperoleh
pengalaman
menggunakan
untuk
Lebih
lanjut
“Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antar unsur dua manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa denga guru, dibutuhkan komponen pendukung yang edukatif”.
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan sendiri informasi atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip atau simpulan.
Penekanannya disini adalah bahwa
Rumusan masalah dalam penelitian ini
antara guru-siswa merupakan dua insan yang
adalah sebagai berikut: “Apakah melalui
sama.
metode
diwujudkan
problem
dicapai.
solving
dapat
Maka
oleh
suatu
sebab suasana
itu
perlu
lingkungan
meningkatkan hasil belajar IPS pada mata
belajar yang akrab, penuh kekeluargaan,
pelajaran IPS di SDN Jelita 01 Jakarta
bersahabat,
Timur”?.
harmonis, menyadari bahwa siswa adalah
jauh
dari
ketegangan,
insan individu dan insan sosial yang unik, TINJAUAN PUSTAKA.
holistik yang perlu harus diperlakukan sesuai
1. Proses Belajar Mengajar PIPS
dengan kodratnya.
Proses belajar-mengajar merupakan proses
pendidikan
membentuk
dalam
pribadi
rangka siswa,
mengembangkan ilmu pengeahuan serta untuk
memberikan
keterampilan
dalam
menerapkan ilmu pengetahuan tersebut di
Seiring
yang terkandung di dalam mata pelajaran tersebut, diiringi oleh suatu harapan bahwa keterampilan yang didapatkan oleh siswa dari
mata
pelajaran
tersebut
akan
memberikan manfaat serta akan bermakna dalam kehidupan nyata di masyarakat.
dan
kreativitas
guru
Conny
kegiatan belajar-mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam menyampaikan dan mengorganisasikan bahan pelajaran serta pengelolaan kelas. Bahan pelajaran yang disampaikan guru dalam proses belajar -mengajar di kelas
harus
dimengerti,
benar-benar
dan
dikuasai
dipahami, oleh
guru.
Keberhasilan proses belajar-mengajar di kelas didukung oleh keberhasilan mengajar dan guru. Selanjutnya Djahiri mengemukakan bahwa, kualitas suatu pengajaran di ukur
Jadi penekanannya disini adalah keaktifan
itu
mengememukakan bahwa, keberhasilan suatu
masyarakat. Guru di dalam kelas menjelaskan bahan pelajaran sekaligus menanamkan nilai
dengan
untuk
dan ditentukan sejauh mana kegiatan belajarmengajar
tertentu
dapat
merupakan
alat
tanggap terhadap segala situasi yang terjadi Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87
perubah tingkah-laku individu, ke arah yang
dan holistik dalam konteks pertumbuhan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
dan perkembangannya.
Sehubungan dengan itu, maka guru dalam
Pengaruh hasil penelitian psikologis
mengelola kegiatan belajar-mengajar di kelas
yang diterapkan dalam penyusunan
hendaknya mampu mengembangkan pola
pengembangan kurikulum di dalam dunia
interaksi antara berbagai pihak yang terlibat
pendidikan terutama untuk jenjang sekolah
di dalamnya. Dengan demikian keberhasilan
dasar, telah disesuaikan dengan bidangnya
belajar-mengajar
masing-masing,
tergantung
pula
pada
sehingga
kita
dan
dapat
aktivitas komunikasi yang terjadi antara guru
menerima tiga kelompok aliran yang besar
dengan siswa.
pengaruhnya
dalam
yaitu:
behaviorist
Djahiri mengingatkan bahwa guru
the
dunia
pendidikan model;
harus pandai memberikan motivasi siswa
cognitive model; dun the
untuk terbuka, kreatif, responsif, trans-aktif,
model (Gredl er, 1986:330).
the
interactionist
interaktif, dan evaluatif. Dimyati mengatakan
Ilmu Pengetahuan Sosial ialah ilmu-
bahwa, terdapat tiga aspek yang perlu dimiliki
ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan untuk
oleh seorang guru dalam mengemban
penggunaannya di sekolah atau situasi belajar
misi
interpersonal
lainnya. Ia mengambil materi dan berbagai
skill, cognitive skill, dan motivasi. Karena itu
disiplin ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi,
kemampuan atau memahami prinsip-prinsip
ekonomi, sosiologi, politik, psikologi sosial
dan
dan sebagainya. Hal ini kemudian di pertegas
kependidikan
menafsirkan
yaitu;
hasil-hasil
penelitian
pendidikan guna kepentingan pengajaran. Dengan
demikian
maka
secara
semakin
Pada kegiatan tersebut, peran guru nampak mulai dari tahap perencanaan sampai dengan Namun
demikian
pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajarmengajar yang dilakukan oleh guru masih tergantung pada pengorganisasian bahan, penggunaan media, metode vana digunakan, penyajian
dan
penggunaan
waktu
yang
Ragam
William
B,
“The social studies are concerned with the wide dessimination of information, the development of social skill and the improvement of social behavior. The social studies program draws materials from the various social sciences, but it also users materials from the local community that can not be properly classified as belonging exclucivaly to any of them, the social studies.”
prosres belajar-mengajar sangat dibutuhkan.
kegiatan.
oleh
(1960:5) yang mengatakan :
jelaslah bahwa kemampuan guru dalam
selesainya
lengkap
Maksudnya bahwa, studi sosial adalah berkenaan dengan pemberian informasi yang
tersedia. Selain itu guru sekolah dasar
luas,
umumnya dihadapkan pada suatu situasi
penyempurnaan sosial behavior. Program
psikologis, dimana anak usia sekolah dasar
studi sosial tidak hanya mengambil materi
adalah
dari
insan
individu
yang
mengalami
pertumbuhan
perkembangan
intelektual,
sedang
pengembangan
berbagai
ilmu
sosial
sosial,
tetapi
dan
juga
dan
mengambil bahan-bahan dan masyarakat
emosional,
setempat yang tidak dapat digolongkan pada
maupun pertumbuhan fisik. Oleh sebab itu
salah satu disiplin ilmu-ilmu sosial. Program
anak sebagai insan individu adalah unik
studi
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
sosial
di
sekolah dasar
moderen
87
tidaklah menekankan kepada subyek pokok
bahan-bahan
saja, tetapi kepada fungsi dan subyek-subyek
yang tidak tergolong pada salah satu disiplin
matter yang menjadi sumber pengembangan
ilmu sosial yang diorganisir dan disajikan
sosial skill, sosial behavior (tingkah laku) anak
secara
didik. S e i r i n g d e n g a n h a l t e r s e b u t d i
kebutuhan
atas,
serta
maka
Somantri
(1997),
mengemukakan bahwa :
dari
ilmiah
masyarakat
dan
setempat
pedagogis
pendidikan
disesuaikan
untuk
dipersekolahan
dengan
tingkat
perkembangan peserta didik. Mengacu dan
Pendidikan IPS adalah rekonstruksi dari disiplin ilmu pendidikan dan disiplin ilmu-ilmu sosial, humaniora, yang diorganisir dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk tujuan pendidikan Karena pendidikan IPS ruang lingkupnya menyangkut kegiatan dasar manusia maka bahannya bukan hanya mencakup ilmu-ilmu sosial dan humaniora tetapi juga segala gerak kegiatan dasar manausia seperti agama, scienceteknologi, seni dan sebagainya yang bisa memperkaya Pendidikan IPS.
berpedoman pada Undang-undang nomor
Secara khusus Somantri (1997)
ekonomi, antropologi, tata negara, dan
memberikan
batasan
pengertian
2
tahun
1989,
pasal
3
bahwa
“pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan
serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia
mewujudkan
tujuan
dalam
upaya
nasional”.
Program
pengajaran IPS di sekolah dasar adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial berdasarkan pada kajian geografi,
sejarah (KTSP:2007).
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada
Rumusan tujuan pendidikan ilmu
tingkat pendidikan dasar dan menengah yaitu:
pengetahuan sosial di sekolah dasar,
“Merupakan penyederhanaan disiplin ilmu-
mengisyaratkan bahwa : “Pada penerapan proses pembelajaran pendidikan ilmu pengetahuan sosial pada jenjang sekolah dasar, tidak hanya berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan sosial, tetapi juga berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap dan kecakapankecakapan dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari dan memenuhi kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat" (KTSP, 2007).
ilmu sosial yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk mencapai tujuan institusional sekolah.” Lebih
lanjut
Wesley
(1950:34)
menyatakan: “The Social Studies are the social sciences simplified for pedagogical purposes”, maksudnya ilmu pengetahuan sosial
adalah
disederhanakan Demi maka
ilmu-ilmu untuk
kegunaannya mated
disederhanakan
sosial
yang
tujuan
pendidikan.
dibidang
pendidikan
ilmu-ilmu sehingga
sosial sesuai
itu
dengan
tingkat perkembangan subyek didik. Berdasarkan atas
maka
penulis
rumusan
Selanjutnya dalam kurikulum KTSP pendidikan
ilmu
pengetahuan
sosial
di
sekolah dasar bertujuan agar siswa mampu
tersebut
berpendapat
di
bahwa
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan dasar yang berguna bagi
Pendidikan IPS adalah merupakan suatu
dirinya
program pengajaran yang materinya berasal
sedangkan
dari
juga
bertujuan agar siswa mapu mengembangkan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87
disiplin ilmu-ilmu sosial
dan
dalam
kehidupan
tujuan
sehari-hari,
pengajaran
sejarah
memahami
tentang
masyarakat
perkembangan
Indonesia
sejak
masa
antropologi,
itmu
bumi
(geografi)
yang
lalu
diorgani sir, disajikan secara ilmiah dan
hingga masa kini, sehingga memiliki rasa
psikologis untuk mencapai tujuan pendidikan
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan
(KTSP 2007).
cinta tanah air.
Guru IPS mempunyai misi untuk
Maksudnya bahwa pendidikan ilmu pengetahuan pelajaran
sosial
tidak
sebagai
hanya
mata
membekali
ilmu
membina dan mengelola pengetahuan sosial sebagai alat transformasi nilai sosial budaya masyarakat
dan
bangsa
dengan
pola
pengetahuan saja tetapi lebih dari itu
pendekatan keterampilan proses yang variatif
membekali sikap dan nilai, serta keterampilan
dalam
dalam kehidupannya di masyarakat, bangsa
kegiatan seperti ini maka aktivitas anak akan
dengan
berbagai
lebih hidup dan bermakna mengembangkan
Sebagai
mata
pengetahuan
karakteristiknya. pelajaran
sosial
sekolah
potensi
belajar-mengajar.
siswa
secara
Dengan
optimal,
yang
dasar
memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan
bertolak dari kondisi nyata di masyarakat
yang diharapkan dan bertanggung jawab
dengan
sebagai
tujuan
di
ilmu
proses
untuk
memanusiakan
manusia melalui seluruh aspek kehidupan
dalam
kehidupan
lingkungan
masyarakatnya sendiri tennasuk lingkungan
pendidikan
bahwa
ilmu
atas,
sosial
kepada
dan
siswa
keterampilan
dalam
rangka
di
dasar melihat
kenyataan sosial yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
menyatakan
Pandangan
bahwa,”pendidikan
Natawidjaja
(1989:2)
Untuk melaksanakan tugas profesionalnva, guru itu perlu memahami dan menghayati wujud siswa sebagai manusia yang akan dibimbingnya. Disisi lain guru harus pula memahami dan menghayati wujud anak lulusan sekolah sebagai gambaran basil didikannya yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan filasfat hidup dan nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia.
sekolah dasar berupaya mengembangkan pengetahuan
maka
menyatakan:
pengajaran
pengetahuan
(Wijaya
Seiring dengan hal tersebut di
sosial, dan lingkungan sekitarnya. Kajian ini mengisyaratkan
masyarakat
&Rusyan 1994:3).
manausia, agar tidak merasa terasing di
anggota
lain ilmu
Dari kenyataan tersebut di atas
pengetahuan sosial di sekolah dasar lebih
maka
menitik beratkan pada bagaimana mendidik
meningkatkan
kemampuan
dan
siswa untuk inengenal, mamahaini, dan
keterampilannya
dalam
dan
mampu
menggunakan berbagai model, metode dan
mengaplikasikan
keterampilan
nilai,
dan
pengetahuan, moral
dalam
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa”.
guru
senantiasa
dituntut
memilih
untuk
strategi pembelajaran (Djahiri, 1994), agar pembelajaran IPS di sekolah dasar benar-
Pendidikan ilmu pengetahuan sosial
benar mengkondisikan upaya pembekalan
sebagai konteks ilmu pengetahuan diartikan
kemampuan dan keterampilan dasar bagi
sebagai label untuk beberapa mata pelajaran
siswa untuk menjadi manusia dan warga
yang berasal dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
negara yang baik. Karena pengkondisian
humanities seperti sejarah, ekonomi sosiologi,
iklim belajar merupakan aspek penting bagi
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87
tercapainya tujuan pendidikan. Salah penting
satu
dari
memudahkan keterampilan
hal
yang
sangat
dirasakan bennanfaat bagi pengembangan diri
guru
untuk
dan potensi siswa, sebagai bekal dalam
dalam
rangka
para siswa
proses
berlangsung agar pembelajaran benarbenar
yaitu
kemampuan
kehidupannya
kelak
Menciptakan
sitnasi
di
masyarakat.
sosial
kelas
yang
guru secara optimal dalam menggunakan
mendukung terselenggaranya pembelajaran
berbagai metode di dalam pembelajaran.
dengan baik tidaklah mudah. Karena hal ini
Keterampilan proses adalah keterampilan
penting dilakukan maka guru perlu memiliki kiat-
siswa untuk mengelola perolehan yang
kiat khusus untuk menciptakan suasana kelas
didapatnya melalui proses belajar-mengajar
sedemikian
yang memberi kesempatan seluas-luasnya
nyaman dan aman menerima informasi dan
kepada
pesan-pesan pelajaran.
siswa
untuk
menggolongkan,
mengamati,
meneliti dan mengkomunikasdikan bahan dipelajarinya.
Selanjutnya
Moerdiyanto (1989) mengemukakan pula
mengembangkan
sehingga
siswa
kreativitas,
secara
mengembangkan berfikirnya.
aktif
kemampuan
Dalam hal ini siswa dipacu
untuk mengembangkan kemampuan kognitif, afektif ataupun kemampuan psikomotorik yang dimilikinya sesuai dengan pengalaman belajarnya
baik
melalui
bimbingan
guru
maupun melalui hubungan langsung dengan teman-temannya atau dalam kontak langsung dengan
lingkungan
sekitarnya.
Melalui
keterampilam proses dimaksudkan agar anak menemukan
pengetahuan
atau
konsep
tertentu. Dengan kata lain, yang lebih dititik beratkan
adalah
anak
merasa
2. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) a. Pengertian Metode Pemecahan Masalah (Problem solving) Pemecahan
bahwa, keterampilan proses ini bertujuan untuk
sehingga
merencanakan,
menafsirkan, meramalkan, menerapkan,
yang
rupa
mengetahui
bagaimana
mempelajari apa yang dipelajari. Mengacu pada maksud di atas, maka hendaknya rancangan pembelajaran IPS dari guru harus difokuskan sesuai dengan pengembangan iklim yang kondusif bagi siswa untuk belajar sekaligus melatih pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilannya selama pembelajaran
masalah
(problem
solving) bukanlah merupakan suatu hal yang baru bagi banyak pihak, karena memecahkan masalah merupakan suatu aktifitas dasar dalam
kehidupan
pendidikanpun
pada
manusia.
Tujuan
hakekatnya
adalah
suatu proses terus menerus manusia untuk menanggulangi
masalah-masalah
dalam
hidupnya. Oleh sebab itu siswa sebagai salah satu komponen pendidikan harus dilatih dan dibiasakan berpikir secara mandiri untuk pemecahan masalah. Oleh sebab itu agar keterampilan
Pemecahan
Masalah
dapat
dimiliki siswa, maka tidak berlebihan apabila pemecahan masalah dijadikan sebagai salah satu
strategi
belajar-mengajar
dalam
pembelajaran di persekohan pada semua jenjang
pendidikan,
termasuk
jenjang
pendidikan dasar dalam hal ini sekolah dasar. Apa yang dimaksud dengan problem solving. Morris L. Bigge dan Maurrice P. Hunt (1980: 488) berpendapat bahwa Problems are either personal or societal in nature. Problem pribadi merupakan hal yang paling dominan
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87
dalam
kehidupan
problem-problem
siswa, diluar
sedangkan
pribadi
yang lebih jelas;
siswa,
2) menyatakan masalah dalam
Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt (1980 :
bentuk yang lebih operasional;
489) mengatakan :
3) menyusun hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang diperkirakan
Societal problems are felt personally by someone or they never would have been identified as problems in the first place; but commonly they are perceived only by some adult, and sometimes only by expert in field of knowledge relevant to specific question. Pertanyaan
merupakan
baik; 4) mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya; 5) mengecek kembali hasil yang sudah diperoleh.
suatu
Lebih
jauh
buku
“The
Gagne
(1977:165)
Condition
Learning”,
masalah bagi seorang siswa, tetapi mungkin
dalam
bukan merupakan suatu masalah bagi siswa
mengemukakan
lain.
pertanyaan
penemuan
(discovery)
merupakan suatu masalah bagi seorang
(creativity)
kadang-kadang
siswa pada suatu saat, tetapi
sebagai
Demikian
pula
suatu
bukan
bahwa
kata-kata dan
pemecahan
seperti
kreativitas
diasosiasikan
masalah.
Slavin
merupakan suatu masalah lagi bagi siswa
(1991:185)
tersebut pada saat berikutnya. Beberapa
semakin
pandangan tentang konsep pemecahan
dipelajari untuk dipecahkan oleh siswa, dan
masalah
dalam
pembelajaran
semakin besar mereka harus berpikir untuk
dikemukakan
oleh.
ahli,
memecahkannya, maka akan semakin besar
Para
(1975)
menglompokkan
belajar,
yaitu:
belajar
Gagne
delapan isyarat,
mengemukakan
berbeda
jenis
bahwa
problem
yang
tipe
kesempatan dimana pada saat menghadapi
stimulus
soal kehidupan nyata, soal mereka akan
respons, rangkaian gerak, rangkaian verbal,
mampu
membedakan, pembentukan konsep dan
pengetahuan mereka kepada sitnasi yang
problem solving. Dilihat dari urutan belajar
baru. Pemecahan masalah juga merupakan
tersebut, belajar pemecahan masalah adalah
upaya memunculkan kreativitas siswa.
tipe belajar yang paling tinggi karena lebih
mentransfer
Dalam
keterampilan
hal
Problem
Solving
kompleks dari tipe belajar sebelumnya
Kreatif,
yaitu
(1991:187),
mengusulkan enam elemen
dari
strategi
pembentukan
belajar
aturan
pemecahan
berusaha
menyeleksi
Dalam
masalah, dan
tipe siswa
menggunakan
aturan-aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk
membuat
formulasi
pemecahan
masalah. Gagne
Frederiksen
atau
suatu
dalam
untuk
Slavin
mengajarkan
pemecahan masalah yaitu : 1) Allow time for incubation: Salah satu prinsip
yang
penting
adalah
untuk
menghindari langkah yang terburu-buru dalam
Winatapura
kepada
suatu
solusi,
lebih
beristirahat
dan
(1993:159) mengemukakan bahwa, dalam
tepatnya
proses pemecahan masalah, biasanya ada
mencerminkan
lima langkah yang harus dilakukan , yaitu :
berpikir melalui beberapa solusi altematif
1) menyajikan masalah dalam bentuk
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
untuk
tetapi
pada
masalah
dan
sebelum memilih satu lintasan tindakan.
87
2) Suspens judgment: Dalam pemecahan
meskipun masalah itu sebelumnya sudah
masalah kretif, siswa hares didorong
pernah diselesaikan oleh orang lain. Prinsip
untuk
penilaian,
yang lain mengenai pemecahan masalah
semua
adalah untuk mengambil keputusan secara
kemungkinan sebelum mencoba suatu
rasional. Untuk mengambil keputusan rasional
solusi.
tersebut diperlukan aktifitas mental yang
mendukung
mempertimbangkan
3) Estabilish approriate climates: Pemecahan
tinggi
dan
suatu
keterampilan
(1989)
berpikir.
masalah kreatif dipengaruhi oleh suatu
Nasution
mengemukakan
bahwa
lingkungan yang santai dan rileks.
problem dapat dihadapi dengan berbagai
4) Analize and juxtapose elemen: Salah satu
macam pendekatan tergantung pada kondidsi
metode pemecahan masalah kreatif sering
dimana kita berada. Pendekatan itu dapat
disugestikan untuk mendata karakteristik
bersifat reaktif, antisipatif, reflektif, atau
utama atau elemen-elemen spesifik dan
inpulsif. Winecof
suatu problem.
bahwa
(1988)
keempat
mengemukakan
pendekatan
dalam
5) Teach underlying cognitif abilities: Para
pemecahan
masalah
siswa dapat diajari strategi-strategi spesifik
pendekatan
dalam
untuk mendekati problem solving kreatif,
berpikir Pendekatan reaktif dapat dilihat dalam
seperti
gagasan-
situasi dimana seseorang tiba-tiba dihadapkan
rutin,
dengan masalah yang harus sekejap itu
pemikiran
gagasan
tentang
yang
memunculkan
tidak
banyak
gagasan,
merencanakan, kemungkinan,
memetakan merangkai
kata-kata,
diputuskan.
Proses
tersebut
sebagai
menganalisis
berpikir
proses
reaktif
tidak
mempunyai banyak alternatif, karena waktu yang
singkat
untuk
mempertimbangkan
atau memasukkan masalah dengan jelas
konsekuensinya. Misalnya saja waktu tidur
ke dalam pikiran.
bantal terbakar. Pendekatan antisipatif dapat
6) Provide practice with feedback: Cara yang
dilihat bila mana seseorang menggunakan
paling efektif untuk menggunakan problem
proses
solving
masalah
adalah
dengan
memberikan
kepada siswa banyak praktek.
sejak
diketahui
Pada keragaman tipe masalah yang luas, dengan
berpikirnya
untuk
awal
secara
memungkinkan
mengantisipasi
masalah
sistematis, untuk
tersebut sehingga
memikirkan
memberikan umpan balik
seperangkat alternatif lalu memilih salah satu
bukan hanya kebenaran dari solusi-solusi
diantaranya yang diduga sebagai jawaban.
mereka saja tetapi juga pada proses yang
Melalui
dapat mereka gunakan untuk sampai pada
mengantisipasi
solusi-solusi
perkembangan problem solving itu lalu terus
tersebut.
Pandangan-
proses
berpikir saat-saat
juga kritis
dalam
menerus
masalah
banyak
mengadakan penyesuaian menurut apa yang
kesamaannya, yang pada prinsipnya suatu
diperlukan. Pendekatan reflektif dapat dilihat
soal atau pertanyaan dikatakan “problem”,
bilamana seseorang mengambil waktu untuk
apabila sebelumnya siswa tidak pernah
memikirkan
menyelesaikan
mendalam,
pembelajaran
masalah
khusus
itu,
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
suatti
agar
dapat
pandangan para ahli tentang Pemecahan dalam
memantaunya,
ini,
masalah
menganalisis
dapat
secara semua
87
komponennya
sambil
menirnbang
dengan
2) Problem solving: titik berat dalam
cermat tiap kemungkinan tindakan yang dapat
problem
solving
diambil.
terpecalikannya suatu masalah secara rasional-logis
b. Proses Belajar Mengajar IPS dengan
mengejar
(IPS) di sekolah dasar dan menengah sejak
mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Salah satu metode yang
dipandang
efektif
untuk
pengajaran IPS adalah metode pemecahan masalah
(problem
solving).
Penggunaan
metode pemecahan masalah dalam proses belajar mengajar dalam pengajaran IPS sejalan dengan sasaran utama pengembangan cara belajar siswa aktif.
solving mengandung arti yang sejiwa, yaitu istilah yang menunjukkan suatu kegiatan atau cara belajar yang bersifiri mencari secara logic-kritis-analitis menuju suatu kesimpulan yang
meyakinkan.
Untuk
mendapatkan
kejelasan tentang perbedaan istila-istilah tersebut oleh Thorstone dalam bukunya “Sealing Attitude” mengemukakan sebagai berikut :
hakekat
sampai dari
yang
terletak
pada
derajat/tingkat kedalaman pencariaannya dan cara kerjanya. Dalam inquiry tingkatannya lebih tinggi dan lebih complicated. Problem solving sebagai metode/kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan secara individu, kelompok maupun kiasikal, dapat dilakukan dengan cara tanya-jawab, diskusi ataupun kegiatan lain di dalam maupun di luar kelas. Salah satu nilai penting yang terkandung dalam kegiatan problem solving ialah nilai yang
berupa
pengembangan
kepercayaan diri pada siswa untuk secara mandiri
melakukan
kegiatan
intelektual
menghadapi masalah. Keterlibatan mental para siswa dalam proses belajar mengajar akan memberi motivasi kuat bagi lahirnya kegiatan yang sungguh-sungguh dari pihak siswa Mereka merasa dipercaya, dihargai, sehingga timbullah harga din mereka untuk berprestasi dan bertanggungjawab. Ada dua pendekatan utama dalam metode ini. Yang
1) Inquiry: hal yang yang dipentingkan dalam inquiry ialah siswa mencari sesuatu
sampai
tingkatan
"yakin"
(belief-percaya). Tingkatan ini dicapai melalui dukungan fakta , analisa, interpretasi
serta
pembuktiannya.
Bahkan lebih dari itu dalam inquiry akan
tidak
Perbedaannya
psikologis
Istilah Inquiry-Discovery atau problem
solving
pada proses terpecahkannya masalah.
efektif dalam pengajaran IPS. Pengajaran
sosial memerlukan cara pendekatan yang
Jadi
ditemukannya, tetapi lebih ditekankan
tahun 1975 maka diperlukan metode yang
IPS yang bermaterikan masalah-masalah
path
benar/tepat.
problem
kegiatannya
Pengajaran ilmu pengetahuan sosial
mengajar
dan
dalam
Metode Problem Solving
diletakkan
dicari
alternatif
tingkat
(pilihan
pencarian
kemungkinan)
pertama,
adalah
menciptakan
satu
lingkungan yang merangsang sehingga anak didik memperoleh motivasi yang kuat untuk menjawab
permasalahan
menemukan
jawaban
yang
kemudian memadai
di
bawah bimbingan guru yang kompeten. Yang kedua, adalah dengan menghadapkan anak didik
kepada
kemudian
masalah-masalah
mencari
pemecahannya.
untuk Yang
pemecahan masalah tersebut. Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87
pertama
didasarkan
pada
situasi
nyata,
kritis atau reflektif cara berpikir ini mengikuti
scdangkan yang kedua didasarkan pada
suatu proses sebagai berikut :
suatu situasi buatan atau yang di ren
1) Menyadari adanya masalah
canakan.
2) Mencari petunjuk untuk pemecahannya : a)
Pemecahan masalah (problem solving)
Memikirkan kemungkinan pemecahannya
didasarkan pada kesadaran, bahwa mengajar
dan
bukanlah
sekedar
kemungkinan-kemungkinan
kepad.a
anak
memberikan didik,
informasi
bukan
sekedar
mengkomunikasikan ilmu pengetahuan, bukan pula berarti belajar atau mengingat fakta semata-mata bagaimana
yang
kurang
kepentingan
fakta
itu.
3) Menggunakan
Melalui
sebagai
(difficulties)
atau
sumber
(Dictionary
of
benar-benar dalam
dihayati,
diminati
siswa
macam
ragam
pengembangan
sikap
cara berpikir obyektif mandiri kritis analitis, baik
secara individu
maupun
secara
kelompok.
pada kenyataannya tidak sesuai dengan yang
Untuk mencapai maksud ini, program
dikehendaki. Dengan kata terdapat ketidak
Landasan pemecahan masalah ialah berpikir
membaca
penasaran/ingin tahu lebih jauh dan
dapat diartikan sebagai suatu situasi yang
yang dikehendaki (ideal), (Johnson & Johnson).
informasi/data,
berbagai
4) membina
Secara operasional, masalah sosial
keadaan yang nyata (actual) dengan keadaan
seperti
kemungkinan.
Sciences-Unesco 1964).
cocokan (discrepency) atau perbedaan antara
serentetan
berpikir tadi, diproses dalam situasi yang
lain
Social
atas
3) melalui pemecahan masalah kemampuan
pnasan
the
terdiri
membutuhkan latihan dan pembiasaan,
(unhappiness) dan yang memungkinkan untuk ditanggulangi
memecahkan
data, dan lain-lain yang penerapannya
kesulitan
ketidak
mampu
berpikir
mengumpulkan
sosial dapat diartikan sebagai suatu situasi
dianggap
sikap/keterampilan
keterampilan-keterampilan
untuk
orang-orang
untuk
Proses
yang dihadapinya. Secara umum masalah
oleh
ini
bertambah bila pengetahuan bertambah.
memecahkannya terhadap setiap masalah
atau
solving
siswa. Kemudian berpikir tidak hanya
kenyatan-kenyataan sosial yang terjadi di
yang mempeng-Lruhi banyak orang dan yang
problem
2) mengembangkan kemampuan berpikir para
yang dimilikinya maka siswa mampu melihat
mampu
metode
secara obyektif dan mandiri.
sosial siswa. Dengan keterampilan sosial
mereka
yang
permasalahan serta mengambil keputusan
yang
salah satunya adalah membina keterampilan
oleh
pemecahan
1) mengembangkan siswa
harapan
sekaligus
suatu
bermanfaat untuk :
diinginkan melalui pembelajaran IPS yang
dan
tersebut
cocok dengan kriteria.
menganalisa, inquiry dan menyelidiki.
sekitarnya
Menguji
berdasarkan kriteria tertentu.
Akan
dengan seksama, menemukan, memikirkan,
dengan
b)
memasalahkan
tetapi mengajar adalah untuk meneliti
Sesuai
pendekatannya.
dan
jalannya
memberi
pengajaran
kesempatan
hendaknya:
1)
pengembangan
pengalaman individual dan siswa. 2) dibina suasana
belajar/kelas
yang
bebas
dari
tekanan, ketakutan atau paksaan. Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87
Pengajaran
dengan
metode
solving di Sekolah Dasar. Pertama adalah
pemecahan masalah ini menyangkut banyak
pendekatan total proces, dimana anak melalui
kegiatan. Menurut Clare kegiatan-kegiatan
tahap-tahap dari dilema atau problem menuju
yang hams dilakukan ialah:
solusinya. Kedua adalah pendekatan skill,
1) memilih judul.
dimana bisa diajarkan skill khusus seperti
2) membuat kerangka permasalahan.
interview. Guru tidak bersifat langsung, tetapi
3) membuat rencana tentang keterangan-
membantu mereka cara sendiri dengan lebih
keterangan apa yang diperlukan dan
banyak
dimana memperolehnya.
memudahkan mereka pindah dari satu tahap
4) persiapan pedoman studi (study guide)
pertanyaanpertanyaan
yang
ke tahap lain. Pertanyaan yang digunakan
untuk siswa, yang berisi pertanyaan-
untuk
pertanyaan yang harus dijawab atau
mengembangkan
fakta-fakta yang hams dikumpulkan.
intelektual yang berbeda atau memberi anak
5) kumpulkan
bahan
sebanyak
memandu
siswa,
sifatnya
kemampuan-kemampuan
mungkin,
kesempatan melatih kemampuan-kemampuan
sediakan bahan bacaan, gambar-gambar
intelektualnya. Bloom, mengidentifikasi daftar
dan sebagainya.
aktivitas intelektual atas enam kelompok
6) siswa sendiri yang hams menyelidiki
kognisi:
pengetahuan,
pemahaman,
masalah itu untuk menemukan fakta-
aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.
faktanya
Taksonomi
yang
berisi
pandangan-
pandangan dan alasan pro dan kontra. 7) siswa sendiri yang menarik kesimpulan
ini
bersifat
(bertahap/urutan).
Taksonomi
pertanyaan-pertanyaan.
baca,bahas
menunjukkan
yang
pandangan-pandangan
diperoleh,
dan
alasan-
alasan. Pakailah cam diskusi, panel, debat
dan
sebagainya.
Akan
8) siswa untuk mempertahankan pendirian
Riset
bahwa
pertanyaa-
pertanyaan level tinggi dalam taksonomi cenderung berefek positif bagi prestasi siswa.
tetapi
jangan paksa
perlu
dipertimbangkan dalam mengembangkan
atas dasar bahan yang mereka telah apa
hirarkis
Pada dasarnya tidak akan ada suatu pemecahan
masalah
permanen.
Makna
yang
tuntas
pengalaman
dan
belajar
karena hal ini dapat menutup pikiran
dengan metode pemecahan masalah ini bagi
mereka,
siswa adalah merangsang mereka berpikir
9) akhiri dengan penjelasan yang openended 10) Sesuai dengan uraian terdahulu tentang
secara
ilmiah
(scientific
method)
atau
mengembangkan daya nalar mereka dalam menghadapi berbagai masalah.
pendekatan dalam kurikulum pengajaran IPS yaitu menggunakan pendekatan
METODE DAN DESAIN PENELITIAN.
"spiral" yaitu, dimulai dari lingkungan
1. Metode Penelitian
yang terdekat sampai kepada yang lebih
Metode Penelitian yang digunakan
kompleks
adalah metode classroom action research
Pada dasarnya ada dua pendekatan
(penelitian
tindakan
kelas).
Proses
yang
dalam mengajar dan menggunakan problem
digunakan dalam PTK ini adalah model proses
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87
siklus (putaran/spiral) yang mengacu pada
pembelajarannya 84.51%. Dengan demikian
model PTK menurut Kemmis Taggart R.
pembelajaran tentang permasalahan sosial
Dimulai dari putaran atau tahapan siklus satu
dikelas IV SDN Jelita 01 Pagi Jakarta Timur
ke siklus berikutnya dengan target agar
dikatakan berhasil.
kualitas
pembelajaran
semakin
disertai
peningkatan
hasil
meningkat
belajar
Pemantau tindakan yang diuraikan
Ilmu
berikut ini adalah hasil pengamatan terhadap
Pengetahuan Sosial (IPS) SD yang semakin
penilaian proses terhadap kegiatan belajar
tinggi dengan menggunakan metode problem
siswa kelas IV SDN Jelita 01 Pagi Jakarta
solving.
Timur
dalam
proses
pembelajaran
kemampuan mengidentifikasi permasalahan 2. Disain Intervensi Tindakan
social dalam bentuk chek list. Pada siklus I
Disain penelitian yang digunakan
diperoleh
mengacu pada model perencanaan Kemmis dan Mc. Taggart yang mulai dengan
Pemantauan
maslah, kemudian disusun sebuah modifikasi dalam bentuk rangkaian tindakan, pengamatan dan refleksi kagi, begitu seterusnya
tindakan
guru/peneliti
seperti yang tertuang di dalam instrumen metode problem solving. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: Instrumen metode problem solving pada siklus I adalah 40%.
membentuk sebuah siklus.
Instrumen metode problem solving pada siklus II adalah 88%.
PEMBAHASAN.
Dari
Data penelitian ini diperoleh dari 28 orang responden siswa kelas IV SDN Jelita 01 Pagi Jakarta Timur. Dari data hasil yang terkumpul kemudian dianalisa, berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan pembelajaran tentang permasalahan sosial yang dilakukan dalam dua siklus. Hasil rata-rata pada siklus I kelas hasil evaluasi adalah 56.8% sedangkan metode
problem
solving
adalah 40%, dan sedangkan penilaian proses
Selanjutnya
pada
rangkaian
pengujian
maka
ditemukan kesimpulan bahwa pembelajaran menulis karangan cerita sederhana dapat meningkat
dengan
menggunakan
media
gambar di kelas IV SDN SDN Jelita 01 Pagi Jakarta Timur. Pembelajaran IPS tentang permasalahan sosial tanpa ditunjang alat bantu media gambar dengan ukuran besar dan berwarna
belum
dapat
meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah-masalah social.
pembelajarannya 39.75%. siklus
II
permasalahan sosial adalah sebagai berikut: hasil rata-rata kelas pada siklus II hasil evaluasi siswa adalah 85% sedangkan hasil instrument metode problem solving adalah sedangkan penilaian
Namun
hasil
penilaian pembelajaran tentang contoh-contoh
dan
proses
pada proses pembelajaran meliputi 25 item
dasar untuk suatu rancangan memecahkan
88%,
penilaian
rata-rata penilaian proses 84.51%.
refleksi. Perencanaan kembali merupakan
instrument
rata-rata
39.75%. Sedangkan di siklus II diperoleh data
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
hasil
data
proses
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
ketika
pembelajaran
IPS
ditunjang dengan alat bantu belajar berupa media gambar dengan ukuran besar dan berwarna serta suasana pembelajaran yang menyenangkan juga bimbingan dari guru yang lebih
intensif
telah
dapat
meningkatkan
kemampuan siswa dalam meningkatkan hasil
87
belajar siswa. secara umum nilai hasil rata-rata
82%. Dengan demikian pembelajaran IPS
menulis siswa menunjukkan peningkatan, hal
tentang permasalahan social dikelas IV melalui
ini sudah cukup menggembirakan bagi peneliti
metode pemecahan masalah (problem solving)
khususnya.
SDN Jelita 01 Pagi Jakarta Timur dikatakan
Tabel 1 : Hasil Belajar Siswa persiklus Dimensi Hasil Belajar
berhasil.
Prosentase hasil di setiap siklus Siklus I Siklus II
2. Saran
56.8 %
hasil penelitian tindakan kelas, maka peneliti
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi
85%
menyampaikan saran yang bertujuan untuk Tabel 2: Instrumen metode pemecahan masalah Prosentase hasil Dimensi di setiap siklus Siklus Siklus I II Metode pemecahan masalah
40%
meningkatkan kemampuan siswa dan guru dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat dioptimalkan sebagai berikut: 1)
88%
Tabel 3: Hasil Penilaian Proses Belajar Persiklus Prosentase hasil Dimensi di setiap siklus Siklus Siklus I II Penilaian proses 39.75% 84.51 %
Dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran
IPS,
menciptakan
situasi
hendaknya dan
guru kondisi
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat membentuk makna dari materi pelajaran sehingga konsep-konsep IPS yang diperoleh dapat tersimpan dalam jangka panjang khususnya pada materi pemecahan masalah dikelas IV. 2)
PENUTUP
pihak untuk mengembangkan lebih lanjut
1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan
yang
hasil telah
penelitian diuraikan
metode
dan dapat
dikemukakan bahwa pada pembelajaran siklus
evaluasi adalah 56% sedangkan hasil rata-rata tindakan siswa dalam pembelajaran adalah 50% dan data pemantuan tindakan guru 54%, sedangkan proses pembelajarannya 58%. Selanjutnya pada siklus II hasil penilaian tentang
contoh-contoh
permasalahan sosial adalah sebagai berikut: Rata-rata kelas untuk siklus II adalah 81,07 dan nilai tersebut sudah mencapai target yang ditentukan. Data pemantuan siswa 80%, data pemantuan guru 82% dan penilaian proses
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
pemecahan
melengkapi
bahan
penunjang
kegiatan
masalah
dengan
pustaka
sebagai
pembelajaran
di
sekolah.
I nilai rata-rata tes hasil belajar kelas hasil
pembelajaran
Dukungan dan dorongan dari berbagai
3)
Sedapat mungkin memanfaatkan alat dan bahan
agar
kegiatan
pembelajaran
menjadi efektif dan dapat dikaji metodemetode
yang
lain
dalam
upaya
peningkatan hasil belajar IPS di sekolah dasar agar kualitas pembelajaran terus meningkat sehingga dapat menarik minat siswa untuk belajar, keterbatasan sarana dan prasarana hendaknya tidak dijadikan alasan untuk tidak bisa menerapkan pendekatan yang dianggap baru.
87
4)
Dalam
proses
menggunakan
pembelajaran metode
dengan
pemecahan
dengan
berbagai
macam
metode
pembelajaran
masalah, penerapannya dapat dipadukan DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-model mengajar, Bandung: Alfabeta, 2008. Conny R Semiawan, Belajar dan pembelajaran dalam taraf pendidikan Usia Dini: pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Jakarta: Prehalindo, 2002. Dimyati dan Mujiono, Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Kosasih Djahiri, Proses Belajar Mengajar IPS, Alumni Press, 1989. Martini Yamin, Strategis pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta:Gaung Persada Press, 2003. Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Numan Soemantri, Menggagas Pembaharuan IPS, Bandung: Rosdakarya. R. Roejipto, Pembelajaran IPS, Jakarta: Percetakan Negara RI, 1986. Samlawi, Fakih, Konsep Dasar IPS, Bandung: Depdikbud, 1990. Sumaatmadja, Nursid, Metodologi Pengajaran IPS, Bandung: Alumni Press, 1978. Standar Isi Satuan Pendidikan, Tujuan pembelajaran IPS Sekolah Dasar, Penerbit: Cipta Jaya, Jakarta, 2006. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2006. Wahab, Aziz., (2007). Metode-metode pembelajaran IPS. Bandung: Alfa Beta. Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Daftar Riwayat Hidup Penulis : Dra. Aa Nurhayati Rivai, M.Pd., adalah Dosen UPBJJ–UT Jakarta.
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87
Jurnal Ilmiah PGSD Vol.VI No.2 Oktober 2014
87