UI RESMI LUNCURKAN TVUI TEMU KANGEN PLUS : UNTUK INSPIRASI
www.alumni.ui.ac.id
UPAYA INVESTASI UNTUK DANA ABADI UI GERAKAN ANTI KORUPSI (GAK): HARUS PUNYA PROGRAM JANGKA PANJANG!
kartun Bung iLUN Majalah Alumni sebagai penggalang aktivitas bersama alumni UI Salam Makara, Senang sekali setiap saya menerima dan membaca majalah Alumni UI apalagi di rubrik foto-foto Jadul yang mengingatkan saya pada masa-masa kuliah dan teman-teman dari fakultas lain. Sungguh menggugah kenangan manis dan bisa jadi obat kangen. Di masa depan saya mengharapkan majalah Alumni dapat juga menjadi satu wadah alumni yang dapat mengembangkan kegiatannya dengan mengadakan aktivitas-aktivitas kreatif atau sosial yang digalang bersama, misalnya dengan mengajak partisipasi teman-teman untuk melaksanakan kampanye daur ulang, atau kelas membatik bersama atau tur sambil meninjau kehidupan di tempat-tempat terpencil atau apapun aktivitas yang berguna dan menambah keakraban para alumni. Sepertinya selama ini kurang terdengar adanya aktivitasaktivitas alumni, paling hanya sampai pada acara temu kangen lintas fakultas atau lintas angkatan dan reuni akbar yang setahun sekali. Semoga Majalah Alumni bisa dan mau menjadi penggalang kekerabatan para alumni untuk melakukan hal hal yang bermanfaat untuk bangsa.
Ilustrasi: desprindo/Anton
Nuky Noviatiyanti Kristijono Fakultas Sastra / jurusan Inggris, American Study angkatan 1975
Redaksi: Terima kasih untuk gagasan dan harapan Nuky. Akan menjadi masukan bagi Redaksi dan ILUNI UI.
Ayooo..jangan tunda-tunda lagi untuk menyisihkan penghasilan dan berinvestasi. Semakin muda kita mulai berinvestasi semakin besar manfaat jangka panjang yang bisa kita nikmati!
“Tak Terlupakan” . . . . . . . . . .
Inna lillahi wa inna ilaihi raji 'un Telah Berpulang ke Rahmatullah Rabu, 18 November 2015 wib Mahasiswa Biolog i FMIPA UI Angk atan 1979. Foto be saat camping tah rsama un 1979. Deretan belakang dari kir Iman Santoso, Er i-kanan: win Nurdin, Zack y Reza, Wisnu Ward Haryono, Edy H dan Syamsul Baha hana, r. Depan kiri-kan Bimo Prasmadji, an: Hanafi dan Budh i Hardjoko
22
2015 alumni November-Desembar, 2015 alumni EdisiEdisiNovember-Desember,
Kirimkan foto-foto unik Anda & sohib alumni UI ke
[email protected] ya... biar jelas. teks. Jangan lupa!.
Prof. Dr. Benny Hoedoro Hoed. Beliau adalah Prof. Emeritus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI dan Ketua Peer Group Kajian Wilayah Eropa UI. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan dan ketabahan. Amin
tajuk
REKSADANA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK INVESTASI DANA ABADI UI
drg., Nia Ayu Ismaniati, MDSc., Sp Ort (K)
U
Kasubdit Hubungan Alumni dan Potensi Peran Serta Alumni/ Ketua Panitia Penggalangan Dana Abadi UI
niversitas Indonesia yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan bangsa dengan menghasilkan para lulusan yang berkualitas, membutuhkan dana yang tinggi dalam operasionalnya. Dalam menjalankan berbagai program kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi-nya terus berupaya untuk lebih mandiri. Secara struktur, pendanaan UI antara lain berasal dari dana pemerintah, uang kuliah, dana hibah penelitian, dana dari berbagai ventura, dana dari masyarakat, dan dana yang dikembangkan dari hasil kerjasama dengan mitra UI, serta berbagai program, salah satunya program dana abadi. Dana Abadi UI merupakan sekumpulan dana yang dihimpun dan disimpan secara permanen pada suatu Dana Investasi. Hasilnya dapat digunakan untuk mencapai visi dan misi UI. Dalam program Dana Abadi seperti yang terdapat dalam tampilan situs www.sahabatmakara.ui.ac.id, selain ada kolom Donasi terdapat pula kolom Investasi. Investasi seperti apa yang ditawarkan oleh Dana Abadi ini? Investasi dana abadi yang sudah berjalan selama ini baru dalam bentuk deposito. Hasil deposito ini karena jumlah pokoknya masih relatif kecil, penggunaan setiap tahunnya masih terbatas untuk beasiswa mahasiswa. Kedepannya investasi ini ingin dikembangkan agar menjadi lebih besar sehingga penggunaannya bisa lebih luas lagi. Investasi dana abadi direncanakan bekerjasama dengan suatu menejemen investasi, dengan cara membentuk suatu Reksadana milik UI. Kelak siapapun boleh bergabung menjadi investor. Mereka bisa menyimpan dana dan mendapatkan hasilnya. Bagaimana caranya? Universitas Indonesia akan membentuk Reksadana Endowment Fund. Menurut aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk membuka reksadana semacam ini pemilik reksadana, dalam hal ini UI harus menyetor dana minimal Rp. 25 milyar. Lalu siapapun bisa berinvestasi di reksadana tersebut, baik sebagai donatur maupun investor, dengan memilih jenis investasinya, yaitu : -
Platinum : 100% pokok serta 100% hasil investasinya didonasikan untuk UI.
-
Silver
- Gold
- Regular
: 100% pokok tetap milik investor, tetapi 100% hasil investasinya didonasikan untuk UI. : 100% pokok milik investor, 50% hasil investasinya untuk UI.
: Baik dana pokok maupun hasil investasinya 100% milik investor, UI hanya mendapatkan management fee, yang merupakan bagi hasil antara UI dengan manajemen investasi.
Pada universitas-universitas besar di dunia, endowment fund ini sudah sangat dikenal dan menjadi hal utama, bahkan menjadi tulang punggung universitas. Contohnya Harvard University. Dana endowment fund mereka merupakan yang terbesar di dunia, mencapai 36 milyar dolar pada tahun 2015. Bahkan mereka telah memiliki badan dan kebijakan sendiri untuk mengelola dan mengembangkan dana tersebut. Hal ini diperbolehkan untuk suatu lembaga nirlaba selama tidak bertujuan mencari keuntungan. Di Indonesia, beberapa universitas lain ada juga yang sudah memiliki reksadana Dana Abadi dalam jumlah yang cukup besar. Tidak ada kata terlambat, UI yang selama ini masih bersikap konservatif dalam pengelolaan dana abadi-nya, akan segera mengepakkan sayap, agar upaya meningkatkan Dana abadi dengan cara berinvestasi yang melibatkan banyak pihak dapat terlaksana.
Edisi November-Desember, 2015
alumni
3
REDAKSI
www.alumni.ui.ac.id
Cover : Upaya Investasi untuk Dana Abadi UI Foto : Istimewa & Rekayasa Digital Desprindo
Redaksi Alumni bersama dr. Diah M., saat wawancara dengan almarhum Prof. Dr. Benny Hoedoro Hoed di kediamannya.
alumni U N I V E R S I TA S I N D O N E S I A
Kerjasama Direktorat Pengembangan Karir & Hubungan ALUMNI UI dan ILUNI UI.
REDAKSI MAJALAH ALUMNI UI Pelindung : Direktorat Pengembangan Karir & Hubungan ALUMNI UI & ILUNI UI Penasehat : Drs. Erwin Nurdin, M.Si (Direktur Pengembangan Karir & Hubungan Alumni UI) Dr. Chandra Motik Yusuf, SH, MSc (Ketua ILUNI UI) Dewan Redaksi : Dr.Drg. Sandra Fikawati, MPH, Drg. Nia Ayu Ismaniati Suria, MDSC,SpOrt, Ahmad Syafiq, PhD, Ir. Montery D, Rudi Johanes, SH Pemimpin Redaksi : Wicky Rosewiaty, SS Redaksi Pelaksana : Dedeh Kurniasih, SS Kontributor: ILUNI Pusat & Fakultas, Humas dan Dir. Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni UI Alamat redaksi : - Direktorat Pengembangan Karir & Hubungan Alumni UI dan ILUNI UI, Gd. Pelayanan Mahasiswa Terpadu Pusat Administrasi UI, lantai 2, Kampus UI Depok 16424, Tel : (021) 7867222, 78841818, ext. 100040 Fax : (021) 7863453 - Sekretariat ILUNI UI, Jl. Salemba Raya, No. 4 Jakarta Pusat, Tel : 021-3906411
Email :
[email protected] Website : www.alumni.ui.ac.id Media Partner : DESPRINDO (021-79198489)
Untuk Info Pemasangan Iklan Silakan Hubungi: Career Development Center Universitas Indonesia Komplek Pusgiwa Kampus UI Depok Telp: 021-98522842 , email :
[email protected]
4
alumni
Edisi November-Desember, 2015
Salam Makara,
T
ahun 2015 sudah akan berlalu dan tahun 2016 akan dimulai. Majalah Alumni UI tak terasa tengah memasuki usianya yang keempat. Tanpa terasa pula usia kita terus bertambah setahun demi setahun. Dr. Irwan Adi Ekaputra dalam edisi ini mengingatkan kita semua untuk sedini mungkin menyiapkan ‘tabungan’ untuk masa depan dengan menyisihkan kira-kira 20 % penghasilan kita antara lain dengan berinvestasi. Namun, pesan pakar investasi yang juga Ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen UI ini, kita tetap harus waspada dalam memilih macam investasi . Tidak ada salahnya untuk mencoba program investasi untuk Dana Abdi UI yang sedang diupayakan dibentuk segera.“Untuk apa saja uang Dana Abadi ini, saya tidak berpikir jauh sampai ke sana. Karena ada orang-orang di UI yang akan mengelolanya. Harapan saya, semoga Dana Abadi ini bisa bertambah banyak jumlahnya sehingga bunga uangnya dapat dimanfaatkan,” begitu kata Prof. Dr. Toeti Herati yang termasuk salah satu Sahabat Makara dan menjadi bagian dari 100 pendiri Dana Abadi UI. Selain profil alumni UI yang disajikan sebagai menu utama majalah Alumni UI, edisi ini menampilkan judul Temu Kangen Plus yaitu dinamika dari acara acara Temu Kangen yang biasa menjadi luar biasa karena diisi dengan halhal kreatif, inovatif dan bermanfaat. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi alumni lain dan jangan lupa mengirimkannya ke redaksi Alumni UI. Dua edisi terakhir juga dimunculkan rubrik Wisata Alumni. Kalau edisi lalu tentang kunjungan alumni ke pulau Belitong maka dalam edisi ini Wina Armada membagi informasi dan foto-foto tentang keindahan yang maha dahsyat dari Raja Ampat. Alumni yang ingin membagikan pengalaman dan informasi mengenai daerah-daerah wisata tanah air dan mancanegara yang unik dan fantastis silakan mengirim lengkap dengan foto-fotonya ke redaksi. Usulan, kritikan dan tulisan yang membangun dan mendukung majalah Alumni UI, majalahnya alumni UI , dapat dikirimkan ke email :
[email protected] Rasa dukacita sedalam dalamnya juga atas wafatnya Prof. Dr. Benny Hoed guru besar Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang sepanjang hidupnya membaktikan diri pada kemajuan di UI. Selamat jalan Pak Benny Hoed. UI sangat kehilangan.
D A F T A R
I S I 06
TAJUK drg, NIA AYU ISMANIATI, MDSc, Sp Ort (K)
03
FOKUS UTAMA INVESTASI PENDIDIKAN 06-9
GEBYAR LAUNCHING SAHABAT MAKARA
BIDIK ALUMNI NS. HAFIZA ELVIRA N., S.Kep ANIZA ALATAS SANTOSA Dr. HARYONO, SpM PROF. DR. TOETI HERATY N. ROOSSENO -
UI UPDATE
18 20-23
AKTUALITA
24-27
TEMU KANGEN ANTIQUE
10-17
PROFIL
28
SKETSA
29
WISATA ALUMNI
08
30-31
JADOEL
32
PROFIL
34-39
MIA ISMI HALIDA MESTY ARIOTEDJO HANDOKO HENDRIYONO -
30
RAJA AMPAT SORGA NUSANTARA ANIZA ALATAS SANTOSA (FIB ‘ 70) 12
26
NS. HAFIZA ELVIRA N (FIK’2007) 10
MESTY ARIOTEDJO
(FK’2007)
36
MIA ISMI (fib’ 2005) HALIDA 34
14 Edisi November-Desember, 2015
alumni
5
L APORAN UTAMA (MM UI - angk 93)
Dr. Irwan Adi Ekaputra,MM.
Ketua Program Pascasarjana Ilmu Manajemen FEB UI.
INVESTASI : MENIKMATI MANFAAT DI MASA DEPAN
B e g i t u p u n ya p e n g h a s i l a n , j a n g a n tunda-tunda lagi untuk menyisihkan penghasilan dan berinvestasi. Semakin muda kita mulai berinvestasi semakin besar manfaat jangka panjang yang bisa kita nikmati! Begitu nasihat dari D r . I r wa n , p a k a r b i d a n g i n v e s ta s i d a n K e t u a P r o g r a m P a s c a S a r j a n a Ilmu Manajemen UI. Jika kelak UI jadi meluncurkan reksadana, investasi di reksadana UI tentunya pilihan yang terbaik karena selain memiliki ikatan emosional yang kuat, dapat dipercaya, d a n s e k a l i g u s m e m p u n ya i m a n fa a t yang besar bagi investor dan dunia pendidikan tinggi di negeri ini.
D
r Irwan mengaku agak terlambat mengenal dunia investasi, yaitu setelah mendapatkan gelar Magister Manajemen UI. Idealnya, memang begitu punya penghasilan langsung menyisihkan 20% dari pendapatan untuk investasi. Disarankan pula untuk berinvestasi longterm minimal lima tahun agar manfaatnya terasa. Para investor pemula, supaya aman dan dapat merasakan manfaatnya secara langsung, bisa mengambil produk investasi jangka pendek dengan risiko yang rendah namun otomatis tidak dapat
6
alumni
Edisi November-Desember, 2015
mengharapkan return yang besar. “Pada dasarnya, investasi itu adalah kegiatan menunda utility atau manfaat sekarang untuk dinikmati di masa depan,” tegas dosen tetap di UI sejak 2004 ini. Inflasi tidak dapat dicegah dan ini adalah musuh besar kita. Jadi, investasi yang baik seharusnya mampu menghasilkan return yang mengalahkan inflasi atau dikenal sebagai real return. Selama ini, investasi yang lebih dikenal adalah investasi pada real asset berupa properti, tanah, kegiatan bisnis, dan sejenisnya. Namun, sekarang banyak ditawarkan financial
asset sebagai alternatif. Salah satu keterbatasan investasi dalam real asset adalah kesulitan melakukan diversifikasi. Misal, investasi real asset seharga satu milyar diblok sebagai satu aset dan biasanya juga masih memerlukan dana untuk pemeliharaan dan sebagainya. Di lain pihak, financial asset bentuknya liquid dan bisa dibagi-bagi dalam beberapa jenis aset berbeda. Jika kita belum siap berinvestasi financial asset secara langsung, kita bisa menyerahkannya kepada manajer investasi ( fund
L APORAN UTAMA
manager ) dengan membeli produk reksadana. Manajer investasi akan mengelola dana investasi sesuai tujuan dan tingkat risiko fund yang dibentuk, dan sebagai imbalan mereka akan menerima kompensasi berupa management fee. “ Tujuan investasi adalah untuk kesejahteraan masa depan sehingga tentunya kita harus selalu berhati-hati dalam melakukannya,” begitu saran ayah lima orang putra putri ini. Sebelum membeli reksadana, kita harus benar-benar mempelajari jenis produk yang ditawarkan, performa manajer investasi, dan management fee yang diminta. Beberapa reksadana menerapkan subscription fee ketika kita membeli, dan redemption fee ketika kita menjual unit reksadana. Membeli reksadana yang
sudah memperoleh ijin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentunya aman dari penipuan berupa penggelapan dana. Namun demikian, investasi reksadana tetap mengandung risiko kerugian karena perubahan harga pasar atau dikenal sebagai market risk . Harus berhati-hati jika ada tawaran investasi yang tidak jelas. Dalam ilmu keuangan dan investasi, imbal hasil dan risiko selalu berjalan seiring. “Iming-iming manfaat investasi yang luar biasa besar dan tidak masuk akal sebaiknya dihindari. Biasanya ada hidden risk -nya. Kalau saya punya produk dengan imbal hasil yang besar sekali dan tanpa risiko, logikanya pasti saya akan simpan sendiri. Untuk apa ditawarkan pada orang lain? Jadi pasti ada sesuatu yang disembunyikan.” Sebagai pemula atau beginner, peraih Piagam
Penghargaan sebagai Pengajar Terbaik Departemen Ilmu Manajemen FEUI tahun 2007 ini memberi tips untuk berinvestasi pada instrumen reksadana yang berinvestasi di pasar uang (money market) yang memiliki risiko pasar paling rendah, dan tentunya memberikan expected return yang paling rendah juga. Selanjutnya jika ingin mengambil risiko lebih tinggi, kita bisa membeli reksadana pendapatan tetap ( fixed income ). Bagi investor yang lebih sophisticated dan berpengalaman, bisa mengambil yang risk dan return nya paling tinggi, yaitu reksadana saham. Berinvestasi di pasar modal di masa sekarang, menurutnya sangat aman karena setiap investor akan memperoleh single investor identification (SID). Menggunakan SID tersebut, setiap investor dapat memantau investasinya secara online melalui situs www. ksei.co.id. Namun demikian, masalah risiko pasar adalah risiko yang harus ditanggung sendiri, dan besar kecilnya tergantung produk yang dipilih. “Sekarang ini juga ada reksa dana saham tematik di sektor-sektor tertentu, seperti misalnya infrastruktur, consumer goods , dan lain lain. Kalau sudah tersedia, insya Allah mempercayakan investasi melalui reksa dana UI sangatlah tepat,” tambah Penerima Penghargaan HAKI tahun 2008 dengan judul Program Komputer untuk mengelola data arus order dan data transaksi Bursa Efek Indonesia ini mengakhiri perbincangan siang itu. ( WS)
Edisi November-Desember, 2015
alumni
7
L APORAN UTAMA
GEBYAR MALAM APRESIASI DUKUNGAN DANA ABADI UI “DANA ABADI SEHARUSNYA TIGA KALI BIAYA OPERASIONAL. UI BARU MEMILIKI KURANG DARI SATU PERSEN.”
Sambutan Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met.
D
Presentasi Dana Abadi oleh Ketua Umum Program Dana Abadi UI, Drg. Nia A. Ismaniati Noerhadi, MDsc., Sp.Ort (K).
irektorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni mempersembahkan “Malam Apresiasi Dukungan Dana Abadi UI” di Soehanna Hall, The Energy Building pada Kamis, 22 Oktober 2015. Acara dibuka oleh Rektor UI, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met dan persembahan dari Yugo Isal (pianist), Mia Ismi Halida (violist) serta tarian oleh Liga Tari Krida Budaya UI. “Universitas Indonesia mempunyai visi yang sangat global. Singkatan UI sendiri kami artikan sebagai Untuk Indonesia. Kita bersamasama bertekad untuk mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi bagi kemajuan bangsa. Dengan menyandang nama besar Indonesia, universitas terbesar dan terbaik ini
8
alumni
Edisi November-Desember, 2015
Foto bersama Pimpinan UI dan Penerima Apresiasi Dukungan Dana Abadi UI (dari ki-ka: Hamid Chalid, Yozua Makes, Kartika Wirjoatmodjo, Adi Sulistyowati, Muhammad Anis, Darwin Cyril N., Purnomo Prawiro, Mochtar Riady, Adi Zakaria A., dan Erwin Nurdin)
Rektor UI, Muhammad Anis, mencoba mendonasikan sumbangan pribadinya melalui website www.sahabatmakara.ui.ac.id
memerlukan anggaran tidak sedikit dalam penyelenggaraannya. Kami menyadari tidak bisa berharap semua dari pemerintah. Secara struktur, pendanaan UI terdiri dari dana pemberian pemerintah, dana hibah penelitian, dana dari masyarakat, dana dari ventura-ventura, dan dana yang dikembangkan hasil kerjasama dengan mitra UI. Struktur terakhir adalah program dana abadi.” Kata Prof Anis dalam sambutan singkatnya. *** Program Dana Abadi UI ini, lanjut Prof. Anis, sekurang-kurangnya harus terkumpul tiga kali biaya operasional. “Biaya operasional untuk menjalankan Tridarma Perguruan Tinggi bagi UI sekarang
ini terkumpul 1,5 triliun. Idealnya sekurang-kurangnya 4,5 triliun. Saat ini, dana abadi yang kita miliki masih jauh dari 1 persen. Karena itu, perlu dilakukan suatu terobosan dan gebrakan. Malam ini kita melakukan gebrakan untuk penggalangan dana abadi yang tujuannya kontribusi UI untuk anak bangsa!” Prof. Anis mengucapkan selamat kepada mereka yang mendapat penghargaan dan mendukung penuh pembentukan dana abadi ini. Ketua Panitia Dana Abadi UI, drg. Nia. A. Ismaniati Noerhadi, MDsc., Sp. Ort (K) dalam kesempatan itu memberi pemaparan dan penayangan video mengenai dana abadi atau endowment fund, yaitu dana yang dikumpulkan dan disimpan selamanya oleh UI namun hasil
Alya Rohali sebagai MC membacakan nomor rekening atas nama UI Terpadu dengan nomor 8987 908 203002072.
Penampilan Paragita UI Kolaborasi Paragita UI dengan Chaseiro
Pemberian apresiasi kepada Bapak Mochtar Riady
Pemberian apresiasi kepada Bapak Purnomo Prawiro
Pemberian apresiasi kepada Ibu Adi Sulistyowati
Pemberian apresiasi kepada Bapak Kartika Wirjoatmodjo
Pemberian apresiasi kepada Bapak Yozua Makes
Pemberian apresiasi kepada Bapak Darwin Cyril Noerhadi
Mia Ismi Halida dengan permainan biolanya
Persembahan permainan harpa oleh dr. Mesty Ariotedjo
investasinya yang dikelola untuk mendukung Tridarma Perguruan Tinggi serta meningkatkan kualitas seluruh elemen di UI sesuai dengan tujuan program yang bersinergi dengan nilai luhur Universitas Indonesia “Menuju Guru Bangsa.” Acara peluncuran website dan mobile application Sahabat Makara juga menjadi bagian dari acara malam ini. “’Sahabat’ disini artinya siapapun, alumni, dan teman-teman yang concern dengan pendidikan di Indonesia. Sedangkan, ‘Makara’ adalah lambang UI yang berupa pohon. Jadi, Sahabat Makara adalah suatu wadah berbasis website dan kita sediakan untuk para alumni UI maupun masyarakat untuk bisa saling berkomunikasi dan
Salah seorang personel Chaseiro, Rizali Indrakesuma
dapat berpartisipasi mendukung kegiatan pengajaran di UI sebagai donatur. Website Sahabat Makara ini dapat diakses pada laman www. sahabatmakara.ui.ac.id. Sedangkan, mobile application dapat diunduh melalui App Store (platform iOS) atau Play Store (platform Android). Acara puncak adalah pemberian apresiasi bagi pendukung dan pendiri Dana Abadi UI. Beberapa diantara yang hadir antara lain; Mochtar Riady, Purnomo Prawiro, Dr. Darwin Cyril Noerhadi, Yozua Makes, Kartika Wirjoatmodjo, dan Adi Sulistyowati. Acara yang dihadiri oleh civitas dan para sahabat UI diakhiri dengan petikan harpa dr. Mesty Ariotedjo dan kolaborasi Paragita UI dengan Chaseiro. (Dedeh/ ft: yassin ) Edisi November-Desember, 2015
alumni
9
bidik
ALUMNI (FIK 2007)
NS. HAFIZA ELVIRA N., S.Kep “Jangan berpikir sempit kalau perawat bekerjanya hanya di rumah sakit saja”
Hafiza merupakan Mahasiswa Berpretasi Utama Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia pada tahun 2010. Namanya sudah tidak asing terdengar di media massa sebagai wanita yang memberdayakan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) di Kampung Sitanala, Tangerang. Alumni FIK UI 2007 ini merupakan managing director dari ‘Nalacity’, sebuah gerakan proyek social enterprise bagi ibu-ibu mantan penderita kusta.
Apa rutinitas Hafiza saat ini?
Saat ini saya rutin bekerja di Dompet Dhuafa sebagai Head of International Partnership. Kalau di ‘Nalacity’ ini kami datang ke Kampung Sitanala setiap dua minggu sekali.
Bisa diceritakan kah perjalanan Hafiza dengan teman-teman lainnya hingga bisa terbentuk ‘Nalacity’?
lvira N. Hafiza E ector
10
alumni
g Dir Managin ty ci la a N 70 9219 62 +62 856
[email protected] lvir hafiza.e Elvira @Hafiza
Edisi November-Desember, 2015
Awal mulanya itu saat tahun ketiga kuliah, saya ikut seleksi MAPRES (Mahasiswa Berprestasi) FIK UI tahun 2010. Alhamdulillah lolos dan masuk ke seleksi MAPRES UI. Seusai MAPRES UI, kampus memberikan program ILDP (Indonesia Leadership Development Program) bagi para MAPRES. Untuk program ini dipilih 3 orang MAPRES dari tiap fakultas. MAPRES dari 12 fakultas saat itu diberi pelatihan selama 3 bulan, sehingga ada 36 orang yang ikut bergabung program ini. Di akhir pelatihannya, di bulan Januari 2011, kita diminta untuk membuat sebuah proyek di komunitas. Setelah berjalan tahun 2011, kita ikut program lanjutan, yaitu ILC (Indonesia Leadership Camp). Dari MAPRES tiap fakultas, dipilih satu orang perwakilan per-fakultas untuk ikut program ILC. Dari 36 orang MAPRES, diseleksi menjadi hanya 12 orang. Alhamdulillah saya ikut masuk ILC mewakili FIK. Dari 12 orang tersebut kita dibagi menjadi 2 grup. Salah satu grup ini adalah grup ‘Nalacity’. Saat 2011 itu kita mengusung program pemberdayaan masyarakat. Pada awalnya kita diminta mecari lokasi dan proyek sosial apa yang mau dilakukan. Salah satu teman kita yang MAPRES Fasilkom (Fakultas Ilmu Komputer), Andrea Sanjaya, tinggal di Tangerang. Dia bilang ada nih orang-orang yang pernah terkena kusta di daerah Sitanala. Kita sudah lama sekali tidak mendengar tentang kusta. Kita bilang “Masih ada ya kusta?” Oh kayaknya unik nih, kita jadi ingin pelajari. Saat survey, melihat masyarakat yang unik juga dengan masalah diskriminasi sosial, Sitanala terpilih sebagai
B I D I K A LU M N I
tempat proyek sosial kita. Setelah itulah baru muncul konsep bernama ‘Nalacity’.
setelah itu terserah kita mau lanjut atau tidak. Tapi kita berkomitmen bersama untuk melanjutkan ‘Nalacity’ hingga saat ini.
Apa itu ‘Nalacity’? ‘Nalacity’ berasal dari dua kata: ‘Nala’ dan ‘City’. ‘Nala’ itu dari nama tempatnya, yaitu Sitanala. ‘City’ itu kota. Jadilah artinya ‘Kota Sitanala’. Konsepnya pemberdayaan masyarakat dengan kusta di Sitanala. Kita disana bekerja untuk bantu memberdayakan ibu-ibu. Kenapa ibu-ibu? Sebenarnya hampir mirip dengan kondisi bapakbapak disana, mereka sulit mendapat pekerjaan, ditolak, dan lain-lain. Menjadi buruh saja tidak bisa karena kondisi tangan dan kaki mereka yang terbatas. Selain itu karena stigma masyarakat bahwa mereka itu masih menularkan, mereka itu tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Karena itu, rasa percaya diri mereka jadi turun. Namun, bapak-bapak disana mayoritas sudah mempunyai pekerjaan lain, seperti menjadi tukang becak, tukang sapu jalan, dan lain-lain. Yang kita capture kebanyakan adalah ibu-ibu rumah tangga. Dengan penghasilan mereka yang tidak cukup dan mereka punya anak, kita ingin memaksimalkan potensi yang ada pada ibu-ibu di Sitanala. Karena itulah kita membuat kegiatan untuk mereka. Itu mulanya. Dari ibu-ibu apa saja sih yang bisa kita gali? Ternyata rata-rata dari mereka bisa menjahit tangan. Oke, potensi yang ada kita maksimalin. Kita kasih pelatihan menjahit. Awalnya dulu saat program ILC berlangsung kita masih mengonsepkan ‘Nalacity’ sebagai bentuk charity saja. Murni pemberdayaan. Tetapi pada tahun 2012, kita mencoba kompetisi social enterprise/ socio-entrepreneurship/business plan dari Fatigon. Alhamdulillah menang juara dua. Kemenangan tersebut membawa kita diundang ke Kick Andy. Setelah kompetisi itu, kita mengubah mind set. Kalau kita bergantung dari donasi kegiatan ini saja, mungkin ‘Nalacity’ ini tidak akan bertahan lama karena kita juga bukan foundation. Kita coba bangun social enterprise; ada konsep bisnis yang berjalan, nanti profit dari kegiatan tersebut bisa untuk pemberdayaan disana. Biar bermanfaat lah. Ibu-ibu di Sitanala membuat produk sebagai hasil kegiatan. Pertama ibu-ibu diberikan skill dulu, lalu ibu-ibu membuat produk, kemudian produknya grup ‘Nalacity’ jual belikan, profitnya balik lagi ke ibu-ibu di Sitanala. Siklusnya seperti itu. Pada saat itu kampus membantu selama tiga bulan untuk permodalan dan kegiatan pengawasan. Sebenarnya
Bagaimana cara memasarkan produk dari ‘Nalacity’ ini?
Mayoritas kita jualan lewat online. Tapi selebihnya kita ikut bazaar, kalau ada acaraacara kita juga buka stand.
Apa dampak dari pemberdayaan masyarakat melalui ‘Nalacity’?
Ibu-ibu ini berasal dari keluarga yang pernah mengalami kusta. Kalau istilah kemenkes itu OYPMK, Orang Yang Pernah Mengalami Kusta. Dari 20 orang ibu-ibu, mereka dulu pernah kena kusta yang sudah sembuh sekarang, ada 2-3 orang yang mereka sebenarnya sehat tidak pernah kena kusta tapi suaminya yang kena kusta. Jadi, ibarat kemiskinan, pasti berefek. Suaminya kusta, suaminya tidak bisa kerja, tidak bisa makan. Jadi makanya kita tetap membawa ibu-ibunya meskipun mereka sehat. Jadi pemberdayaan wanita untuk turut membantu keluarga.
Kesehariannya di ‘Nalacity’ ini seperti apa?
Kita datangi komunitas tersebut. Kita biasa kumpul di selasar masjid Sitanala. Kita kelola area masjid untuk kegiatan, edukasi, promosi kesehatan, menjahit, dan kegiatan lainnya. Kegiatannya rutin setiap dua minggu sekali.
Apa kontribusi yang telah Hafiza berikan sebagai alumni muda kepada fakultas atau universitas?
Kalau saya sendiri punya cita-cita membuat ‘Nalacity’ ini menjadi NGO dengan skala internasional. Harapannya kita bisa menggalang tempat-tempat yang memang kita bisa bekerjasama dalam isu ini. Jadi, mengajak orangorang yang pernah terkena kusta agar mereka bisa berdaya dimanapun mereka berada di dunia. Itu mimpi besar. Mungkin bentuk kontribusinya kepada kampus adalah membuktikan bahwa lulusan dari UI, khususnya dari FIK UI, juga bisa berkarya di berbagai bidang dan mereka bisa memberi banyak manfaat dari ilmu yang mereka miliki.
Langkah-langkah untuk mewujudkan mimpi besar ini sudah sejauh apa? Kalau itu kita masih dalam proses. Masyarakat di Sitanala memang bukan masyarakat yang bisa cukup diberdayakan lalu ditinggal. Beberapa kan ada masyarakat yang sudah bisa mandiri. Sampai sekarang kita masih guide dulu, sampai nanti kita akan bertemu dengan partner tempat lain yang bisa berkolaborasi.
Adakah pesan kepada alumni muda untuk juga turut membantu membangun UI?
Lebih banyak main. Berpikirnya jangan sempit, maksudnya berpikir kalau perawat bekerjanya hanya di rumah sakit saja. Perawat itu bisa jadi apapun. Bahkan, kalau mau jadi politisi, jadi yang lainnya, bawa saja basis keperawatan. Yang penting kita bawa visi dan nilai-nilai keperawatan, setelah itu berkaryalah dimanapun kalian suka.
Kalau pesan kepada alumni yang sudah lama?
Terus perdalam spesialisasi keperawatannya. Makin berjaya di akademik. Makin banyak menginspirasi dan menunjukkan bahwa perawat itu profesional di rumah sakit. Harapannya juga alumni dapat merubah paradigma masyarakat bahwa perawat itu bukan asisten dokter, tetapi partner dengan seluruh tenaga kesehatan yang ada dimanapun. (Zenithesa Gifta Nadirini, ft: dok pribadi).
Edisi November-Desember, 2015
alumni
11
bidik
FOTO : DOK PRIBADI
ALUMNI
ANIZA ALATAS SANTOSA Peduli pada anak-anak penderita kanker. Berkunjung ke Rumah Kita pasti tak menyangka itu adalah rumah singgah anak kanker. Karena tampak anak-anak ceria dan suka perform. “Melihat anak-anak kanker yang bisa ceria dan gembira merupakan suatu kepuasan batin tersendiri bagi saya. Meski mereka sakit, kita buat mereka selalu gembira. Kita tidak mau memperlihatkan dan menjual kesedihan agar orang merasa kasihan dan mau berdonasi.” Ujar Aniza- pendiri dan Bendahara Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI)
12
alumni
Edisi November-Desember, 2015
P
(FIB ‘ 70)
ertama kali di tahun 2001 diajak sahabat saya ibu Ira Soelistyo ke rumah sakit, saya malah selalu bersembunyi di balik tubuhnya, karena takut melihatnya. Sekarang dia malah bilang saya sudah pintar dan bisa menasehati orang.
Bagaimana ceritanya bisa sampai ke ide ini?
Sahabat saya, Ira Soelistyo anaknya yang usia empat tahun menderita leukemia. Kemudian berobat ke Belanda hingga ditransplantasi sumsum tulang belakangnya. Waktu itu saya menemaninya. Sewaktu di sana kita tinggal di rumah singgah namanya Mc. Donald Huis. Satu kamar untuk satu keluarga. Ia meninggal di usia 25 tahun. Saya terpikir untuk membawa oleh-oleh rumah singgah itu ke Indonesia, karena pasti banyak yang membutuhkan. Banyak orang dari luar kota ke RSCM yang seperti puskesmas raksasa itu. Pasiennya penuh, lama menunggu, dan kadang belum tentu dapat kamar. Saya mengadopsi ide tersebut : rumah singgah dan ada sekolahnya. Sampai ada dokter yang bilang ini ide gila,
PROFIL ALUMNI
B I D I K A LU M N I
karena enggak ada anak sakit yang mau tinggal di rumah singgah apalagi disuruh sekolah. Tepatnya 1 November 2006 Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) didirikan oleh kita berdua dan beberapa sahabat. Ibu Ira Soelistyo sebagai ketua dan saya bendahara. Keberadaan rumah singgah yang kemudian dinamai Rumah Kita ini ternyata sangat membantu. Malah, belum lama ini ada dua anak yang memperoleh beasiswa hingga ke perguruan tinggi. Lokasi awal Rumah Kita di sebuah gang, kita sewa di Jl.Percetakan Negara XI Gang 2 no 32. Jakarta Pusat. Di sini tersedia 5 beds. Satu bed ukuran 120 x 200 cukup untuk anak dan orangtua. Lalu pindah, sewa di Jl.Percetakan Negara IX no 3
dengan kapasitas 18 beds. Rumah Kita yang sekarang ini sudah milik YKAKI dengan kapasitas 28 beds berlokasi di Jl.Percetakan Negara IX no 10A Jakarta Pusat dan kita sudah membelinya.
Anak usia berapa saja yang ada di Rumah Kita?
Ada dari bayi hingga usia 18 tahun, kalau definisi menurut WHO. Sampai saat ini kita sudah menolong sekitar 700 anak kanker dan 30 % sudah meninggal, karena mereka datang sudah terlambat karena kurangnya informasi. Maka itu kita juga membuat awareness untuk para dokter di Puskesmas mengenali gejala kanker dini, seperti anak yang sering mengalami demam yang hilangtimbul, sering mimisan, lemah, lesu, pucat, tampak lebam kebiruan.
ini?
Berapa banyak Rumah Kita yang ada saat
Afiliasi Rumah kita sekarang ada di Bandung, Bali, Yogyakarta, Surabaya, Pekanbaru, Makassar, Manado. Akan menyusul lagi di Semarang dan Malang. Biasanya di tempat-tempat yang ada pengobatan kanker anak, dan atas permintaan dokternya Rumah Kita didirikan. Harapannya agar tidak semua orang daerah harus ke Jakarta. Jadi penanganannya di daerah masing-masing. Lamanya
tinggal di Rumah Kita tidak terhingga, mungkin ada yang sampai tahunan atau dinyatakan sembuh.
Apa saja yang dibantu oleh Rumah Kita?
Menyediakan tempat karena mereka harus menunggu pengobatan, sementara tidak ada tempat tinggal atau keluarga di Jakarta. Pengobatan dilakukan dengan menggunakan BPJS. Tapi adakalanya kehabisan obat sehingga kita perlu membantu mencarikan donator, meskipun pengobatan ini bukan program kita. Program transportasi, bekerjasama d e n g a n perusahaan taksi Express untuk antar jemput pasien yang belum pernah ke Rumah Kita dan yang
pergi-pulang pengobatan. Kita juga memberikan uang belanja untuk makan. Para orangtua di sana sendiri yang menentukan menu dan memasaknya, ada kordinatornya. Program pelatihan keperawatan, mendatangkan perawat ahli dari luar negeri untuk memberikan pelatihan kepada para perawat dalam penanganan anak kanker, karena di sini tidak ada perawat khusus untuk kanker anak. Selain itu di masing-masing afiliasi ada program SekolahKu. pengobatan kanker ini memakan waktu lama dan anak tidak mau menjalani pengobatan karena takut ketinggalan pelajaran. Maka kita adakan SekolahKu. Di Jakarta ada 16 guru yang sarjana pendidikan. Mereka ada di lima rumah sakit yang menangani kanker anak yaitu di RSCM, Fatmawati, Harapan Kita, dan Gatot Subroto. Para guru ini yang akan menghubungi sekolah anak menanyakan pelajaran mereka di sekolah sehingga pelajarannya bisa diteruskan di Rumah Kita. Juga bekerjasama dengan sekolah-sekolah terdekat Rumah Kita dengan menitipkan anak-anak agar bisa bersekolah di sekolah terdekat lokasi. Semoga saja semakin banyak masyarakat yang peduli dengan anak-anak penderita kanker, itu harapan Aniza. (Dedeh/ ft: Yassin) Edisi November-Desember, 2015
alumni
13
bidik
ALUMNI
Dr. HARYONO, SpM
(FK’79)
“Waktu itu tidak banyak orang tahu tentang Batam”
Dokter mata yang bermukim di Batam ini ketika ditemui tengah berada di Jakarta, sedang mengikuti sebuah seminar mata di Hotel Shangri-La. “Kita harus terus mengikuti perkembangan ilmu terbaru mengenai mata. Jadi hadir ke seminar-seminar semacam ini sangat perlu, antara lain untuk perpanjangan Surat ijin Praktek (SIP) yang salah satu syaratnya, harus update ilmu dengan ikut seminar mengenai mata ataupun event-event lain. Baik itu yang diselenggarakan PERDAMI (Persatuan Dokter Mata Indonesia) atau lainnya.” Begitu kata Haryono. Bagaimana ceritanya bisa sampai bekerja ke Batam?
Biodata
14
M. ono, Sp a, dr. Hary : Jakart ir h Nama : la l a ngg ta t, a p Tem 953 12 Mei 1 stuti ra A dra. Ind , SpMd : i tr Is l Widiati a) dr. Nuru mat : 1 lis k a ia n es A (dokter sp na, S.Kom. stari A i d e M ) Anak 2: s sarjana (baru lulu Moza Cucu :
alumni
Edisi November-Desember, 2015
Ketika lulus FKUI tahun 1979, masih ada program Inpres, di mana untuk dokter yang berasal dari Jawa harus keluar Jawa, tetapi ada pengecualian antara lain bila istri masih berstatus mahasiswa dua semester akhir, bisa mengambil di Pulau Jawa. Saya ditugaskan Inpres di Kabupaten Bogor, Kecamatan Rumpin, sementara saya tinggal di Sawangan, Bogor. Di tahun ‘86 saya mendapat kesempatan melanjutkan program spesialis mata di FKUI sampai tahun ‘90. Saat itu Iluni UI (dr. Muki Reksoprodjo, SpOG) menjalin kerja sama dengan Otorita Batam yang saat itu diketuai Prof. Habibie, sedang mencari dokter spesialis untuk ditempatkan di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB), yang kini dikenal sebagai RSBP Batam. Saat itu ada 3 dokter spesialis tambahan yang diperlukan, yaitu dokter spesialis mata, spesialis THT, dan spesialis patologi klinis. Kepala jurusan bagian mata, Prof. Mardiono (Alm.) ingin menempatkan dokter yang sudah spesialis, bukan yang masih dalam pendidikan. Selain itu, beliau juga menyarankan agar dokter yang ditempatkan di Batam adalah lakilaki. Karena rekan laki-laki yang lain sudah terikat dengan salah satu kabupaten, saya ditawarkan untuk ditempatkan di Batam. Waktu itu tidak banyak orang tahu tentang Batam, tetapi saya ikuti arahan Prof. Mardiono, yang saat itu baru saja dinas
B I D I K A LU M N I
mengunjungi Batam. Sejak saat itulah saya pindah ke Batam sampai sekarang.
Kabarnya mendirikan klinik mata pertama di Batam?
Di Batam, belum ada rumah sakit yang memang khusus menangani mata. Sejak status saya pensiun pada tahun 2008 saya mengembangkan klinik mata sendiri. Saya buka klinik mata tahun 2009 sampai sekarang. Saya ditugaskan di Batam dari tahun 1990 di mana penduduk Batam yang jumlahnya 700 ribu dan sekarang sudah lebih dari 3 juta. Saya mengelola dan mengembangkannya berdua dengan anak saya yang juga sudah menjadi dokter
jika ada operasi mata bisa lebih malam lagi. Selain itu, jika ada bakti sosial operasi mata katarak yang diadakan oleh pemerintah/swasta melalui PERDAMI, saya juga ikut berpartisipasi.
Mengapa Dokter tertarik untuk mengambil spesialis mata?
Sebenarnya saya senang dengan k e d o k t e r a n , m a k a ny a s a y a p i l i h kedokteran. Saya mengambil spesialis mata karena kebetulan istri pakai kacamata dan rutin ke dokter mata. Sehingga saya dekat dengan masalah mata dan tertarik untuk mempelajarinya. Selain itu, waktu saya bertugas di Puskesmas, di tahun ‘84-‘85 ada residen mata yang melakukan penelitian pada sekitar 200 anak balita yang mengalami kekurangan vitamin A. Gejalanya selain rabun senja juga kalau diperiksa matanya ada bercak coklat pada selaput konjunctiva-nya yang disebut Bitot’spot, sehingga saya sering ikut membantu pemeriksaan mata tersebut.
Masalah mata apa yang sering ditemui di Batam selama ini?
Selain kelainan refraksi, paling banyak ditemukan masalah karena trauma.
Bersama Istri tercinta
Bersma keluarga besar yang dicintainya
spesialis mata, Nurul Widiati. Klinik mata ini didirikan karena rasa lebih bertanggung jawab dengan ilmu kesehatan mata yang dimiliki, dan penanggulangan kebutaan di Indonesia. Saat ini tuntutan pasien dirasa lebih tinggi, contohnya, dulu jika pasien mata katarak berobat dan dioperasi, asal sudah bisa melihat saja sudah merasa baik dan nyaman. Sekarang, tuntutannya adalah mereka harus dapat melihat layaknya orang normal. Oleh karena itu, kita harus mengikuti perkembangan ilmu terkini agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik.
Mungkin karena di sana banyak industri, jadi banyak terjadi kecelakaan kerja, seperti karena benda asing masuk ke mata, juga karena terkena zat-zat kimia. Kesembuhannya tergantung tingkat ringan beratnya trauma yang dialami. Ada yang bisa disembuhkan kalau terkena di bagian mata depan dan bukan pada bagian mata belakang (posterior).
Apa saja kegiatan sehari-hari Dokter?
Sekarang saya sering ngangon cucu.. hehehe. Praktek di klinik mulai pukul lima sore hingga pukul sembilan malam, tetapi
Apa yang menjadi harapan sebagai dokter mata?
Dalam praktek, kadang ada pasien yang harus kita rujuk ke Jakarta, tetapi mereka lebih memilih ke Malaka yang memakan waktu satu jam perjalanan atau ke Singapura yang memakan waktu 45 menit. Pilihan itu karena lokasi Batam yang lebih dekat ke sana dan transportasi dengan ferry yang lebih murah dan mudah dibandingkan harus ke Jakarta dengan pesawat terbang. Apalagi orang Batam kepulauan umumnya punya keluarga di kedua tempat ini, sehingga mereka tidak perlu akomodasi penginapan untuk keluarga. Saya pun tidak ingin menyusahkan pasien dengan harus merujuk ke Jakarta. Harapan saya, di masa depan pasien mata tidak harus dirujuk ke luar Batam, tetapi bisa ditangani di tempat. Jadi, perkembangan rumah sakit terutama bagian mata mudah-mudahan dapat lebih baik dan maju. Sekarang ini di Batam ada 10 dokter spesialis mata dan belum ada yang sampai jenjang S3, terutama yang mendalami mata bagian belakang. Mudah-mudahan kalau sudah ada, pasien tak perlu dirujuk keluar Batam lagi. (Dedeh,ft: pribadi) Edisi November-Desember, 2015
alumni
15
P R O F I L A LU M N I
yang berlainan. Sebagai mahasiswa yaitu periode dari remaja menjadi dewasa. Berbeda halnya mahasiswa yang sudah berkeluarga akan lebih hemat waktu dan mau cepat selesai. Sedangkan yang belum berkeluarga, masih muda akan lebih santai”, ungkapnya saat ditanya soal definisi alumni. Sebagai alumni UI, lanjutnya, sebetulnya keterlaluan jika tidak terpikir pada kebutuhan almamaternya terutama terkait dengan Dana Abadi yang sangat diperlukan UI. “Saya rasa untuk itu perlu ada upayaupaya untuk mengumpulkan alumni sehingga terasa suasana sebagai alumni dan keterikatan serta dapat menyentuh kesadaran mereka untuk mau menyumbang. Sebenarnya para alumni itu toh sudah dapat memanfaatkan ilmu yang didapatkan dari UI. Apalagi kalau di Jakarta terutama banyak dunia usaha yang berkembang karena orang-orang UI. Belum lagi orang pemerintahan. Jadi perlu ada pihak yang tekun berupaya untuk memberikan kesadaran pada alumni untuk membantu. Upaya ini harus terus dan tidak berhenti”. Nama Toeti Heraty N Roosseno termasuk salah satu Sahabat Makara yang menjadi bagian dari 100 pendiri Dana Abadi UI. “Mengapa saya menyumbang? Karena bukan saya saja yang menjadi alumni. Anak-anak saya dan cucu saya juga ada yang alumni. Misalnya, dua anak kembar saya Cita dan Inda, mereka alumni UI sampai jenjang S3. Anak laki-laki saya Dr. Darwin Cyril Noerhadi, meskipun dia lulusan ITB tapi tingkat S3 di UI. Menantu saya, Nia, juga dosen di FKGUI. Belum lagi dua cucu saya yang baru lulus dari Fakultas Hukum dan satu lagi kuliah di Fakultas Kedokteran Gigi. Jadi, saya pentingkan adalah rasa kebanggaan sebagai alumni dan rasa bersyukur. Kalau kita bisa membantu dengan memberikan dana abadi ya sudah, itulah yang saya lakukan”. Alumni, menurutnya, harus
bersyukur dengan memberi, artinya kita memiliki kelebihan bisa mengambil studi di UI serta memanfaatkan ilmunya. Meskipun tidak langsung bergerak dan sukses di bidang yang diinginkan, namun tetap ada hikmahnya. Jika sudah sukses maka bersyukurlah dan iklaslah dengan memberi. “Untuk apa saja uang Dana Abadi ini, saya tidak berpikir jauh sampai ke sana. Karena ada orang-orang di UI yang akan mengelolanya. Harapan saya, semoga Dana Abadi ini bisa bertambah banyak jumlahnya sehingga bunga uangnya dapat dimanfaatkan!” Meski usianya sudah memasuki 82 tahun namun semangatnya untuk terus berkarya untuk almamater dan negeri ini tidak menyurut. Kegiatannya sehari-hari cukup banyak, sehingga harus pandai membagi waktu. Di kediamannya yang juga menjadi Museum dan Galeri Cemara 6, Toeti acap menerima tamu dari dalam dan luar negeri, membicarakan berbagai kegiatannya sebagai seorang penulis, penyair, dan sastrawan. Kedudukannya sebagai Wakil Ketua Akademi Jakarta dan perannya sebagai ilmuwan dan budayawan di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia serta Pembina Lembaga Bantuan Hukum (LBH) menambah deretan kesibukannya. Belum lagi sebagai pemimpin perusahaan keluarga Biro Oktroi Roosseno di Mega Kuningan, Plaza Oktroi dan Roosseno Tower-Kemang, yang bergerak di bidang hak atas kekayaan intelektual, dan berafiliasi dengan banyak partner di luar negeri. Tak heran bila sebulan sekali bila merasa lelah, Filosof ini “terbang” ke rumahnya di Bali. (Dedeh/ ft : Yassin)
Edisi November-Desember, 2015
alumni
17
temu kangen
Unique Para alumni Fakultas Hukum lintas angkatan berkumpul di Kebonraya Bogor berikrar untuk ikut dala m Gerakan Anti Korupsi (GAK) yang dimotori oleh lintas perguruan tinggi se Indonesia. (WS)
Temu Kangen Plus
A
cara temukangen atau reuni yang dilakukan oleh kelompok alumni dalam jumlah kecil maupun besar sudah bukan hal yang baru lagi. Semakin menjadi trend terutama para alumni dari angkatan yang lebih senior dan mapan. Beberapa kegiatan di bawah ini ternyata punya nilai tambah dan semoga bisa menjadi inspirasi untuk merencanakan acara Temu Kangen yang membuat suasana lebih menyenangkan dan juga berguna bagi lingkungan … Kirimkan acara Temu Kangen Plus alumni UI ke email
[email protected]
Alumni Ikatan Sastra Belanda IKSEDA) UI
lintas angkatan menyerahkan sejumlah buku bacaan anak dan umum yang dikumpulkan bersa ma kepada Eko Cahyono, pendiri Perpustakaan Anak Bangsa (PAB) yang berdiri tahun 19 98 dan memberikan pelayanan peminja man dan penyediaan buku dan bahan bacaan lainnya pada masyarakat secara gratis di desa Sukopuro, Keca matan Jabung, Malang. Tawa dan kegembiraan anak-anak menerima buku-buku bacaan ini memberikan suasana dan kebahagiaan tersendiri dala m acara Temukangen para alumni ini. (kiriman SS)
18
alumni
Edisi November-Desember, 2015
temu kangen
Unique
A Trip with Style
Empat alumni angkatan 82 lintas fakultas : Farida Pratiwi, (FH), Sri Astuti (FPsy ), Nina Halina Nasution (FIB) dan Prislaksana Januareza (Fisip) sebagai fotografer, mengajak 10 teman-teman lawas mereka .
Putih seputih pantai Indrayanti
Sunset di Abhaya Giri dengan etnik Jawa Wisata air di Gua Pindol : tetap dengan safety jacket.
Alumni Angkatan 80 FISIP UI Berefleksi Diri, Berbagi sambil Bereuni
D
alam rangka 35 tahun kebersaDalam rangka 35 tahun kebersamaan sejak mahasiswa sampai saat ini, alumni angkatan 80 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) telah melakukan reuni dan bakti sosial di Bogor pada 14 Oktober 2015. Kegiatan Bakti sosial dilaksanakan di Rumah Perlindungan Sosial (RPS) Tresna Werdha, Kelurahan Paledang, Bogor. Sekitar empat puluhan alumni angkatan 80 FISIP atau sering disebut kelompok “kawan-kawan senasib” (Wanwansib) menyambangi rumah penampungan para perempuan usia lanjut tersebut. Kegiatan bakti sosial berwujud pemberian bantuan uang, beras, kasur dan sebagainya. Selain itu, Wanwansib 80 ini juga membuat acara games dan bernyanyi bersama yang melibatkan para penghuni panti yang masih sehat. Tujuan kegiatan bakti sosial ke tempat ini selain untuk berbagai sumbangan, keceriaan dan
kegembiraan, juga sebagai ajang refleksi diri bagi para anggota Wanwansib yang rata-rata sudah berusia di atas lima puluh tahun. Setelah mengunjungi RPS, para alumni melanjutkan kegiatan reuni di Kebun Raya Bogor dan Megamendung pada hari yang sama. Hadir pada kegiatan tersebut Dekan FISIP UI Dr. Arie S. Soesilo, M.Sc yang sekaligus juga merupakan anggota Wanwansib 80. Hadir juga Hadar Nafis Gumay (Komisioner KPU Pusat) dan Imam B. Prasodjo (pengamat dan aktivis sosial). Kedua nama yang disebut terakhir itu juga adalah alumni angkatan 80 FISIP UI. (Penulis: Awang, FISIP UI).
Tiga alumni angkatan 80 FISIP UI sedang memberikan bantuan kepada seorang ibu yang sedang sakit di Rumah Penampungan Sosial, Bogor.
Dekan FISIP UI Dr. Arie S. Soesilo, M.Sc bersama Ketua Panitia dan Ketua Angkatan 80 sedang memberikan bantuan kepada pengurus Rumah Penampungan Sosial, Bogor.
Edisi November-Desember, 2015
alumni
19
UI
update
http://www.ui.ac.id/news
DIES NATALIS FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UI KE-65. Seminar “Mainstreaming Global Economic Imbalances Through Policy Harmonization” pada tanggal 29 Oktober 2015 di Auditorium FEB UI, Kampus UI Depok merupakan salah satu acara memperingati Dies Natalis FEB ke-65. Keynote Speech oleh Prof. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti (Guru Besar FEB UI), sebagai panelis para Alumni UI, yaitu Rosita Uli Sinaga dan Destry Damayanti. Prof. Iwan Jaya Aziz (Guru Besar FEB UI) juga menjadi panelis melalui teleconference.
DIES NATALIS FAKULTAS HUKUM UI KE-91. Rabu, 28 Oktober 2015, acara puncak perayaan 91 tahun pendidikan tinggi hukum, diisi orasi ilmiah dengan tema “Masyarakat Ekonomi ASEAN: Diuntungkankah Indonesia? Kajian dalam Hukum Perdagangan Internasional” yang diberikan oleh Prof. Hikmahanto Juwana. Orasi ini sangat relevan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan Indonesia untuk bersaing secara terbuka dalam konteks perdagangan internasional sebagai bagian dari Masyarakat Ekonomi ASEAN (Sumber: Kantor Humas dan KIP).
DIES NATALIS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN KE-30. Dengan tema “FIK UI 30 Tahun Merawat Bangsa”, 15 November 2015 diselenggarakan acara puncak Dies Natalis FIK UI yang diisi dengan Sharing Alumni (talkshow), jalan santai seputar kampus UI, fundraising, dan pengumuman pemenang lomba. Diakhir acara dilakukan pemilihan Ketua ILUNI FIK UI, terpilih Dr. Prayetni, S.Kp., M. Kep.
DIES NATALIS FAKULTAS ILMU KOMPUTER UI KE-22. Pada tanggal 27 Oktober 2015 telah diselenggarakan acara puncak Dies Natalis FASILKOM UI yang diisi dengan sesi sharing dari para dosen senior FASILKOM UI serta orasi dari Jos Luhukay, dengan judul “A Not So Scientific Oration: The ABC of ICT in AEC”. Dalam rangka Dies Natalis ini selama bulan Oktober 2015 telah diadakan serangkaian kegiatan antara lain COMFEST 2015, ICACISIS 2015, Pelatihan Jurnal Internasional, dll. (Sumber: Kantor Humas dan KIP).
REUNI ALUMNI FISIP (DAHULU FIS) ANGKATAN MASUK 1973 di Hotel Amarrossa, Jakarta, Minggu, 8 November 2015, turut hadir Dekan FISIP UI Arie Soesilo, Prof. Kamanto Sunarto, Arbi Sanit. Acara hiburan diiringi band dari ibu Luki Salatun (Alumnus FIS 1973)
20
alumni alumni
Edisi Edisi November-Desember, November-Desember, 2015 2015
Dekan FISIP UI, Arie Soesilo bersama 2 orang Alumni FIS/ FISIP 1973 yang saat ini menjabat Duta Besar R.I. Sebelah kiri Gary Rachman Yusuf-Duta Besar R.I. di Republik Fiji dan disebelah kanan Pitono Purnomo-Duta Besar R.I. di Kerajaan Kamboja (sebelumnya Dubes R.I. di Republik Vietnam).
UI
update
http://www.ui.ac.id/news
Dekan FIK, Dra. Junaiti Sahar, M.App.Sc., Ph.D. bersama Guru Besar, Dosen, dan Alumni sedang jalan santai di Kampus UI Depok.
Lagu “Kemesraan” mengiringi keakraban dan kebersamaan para Alumni FIK bersama pimpinan FIK, Ketua ILUNI FIK, Ketua ILUNI UI dan Dir. PKHA.
Reuni Akbar dalam rangka Dies Natalis FIK UI “30 Tahun Merawat Bangsa”
M
inggu, 15 November 2015, Reuni Akbar Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) dihadiri oleh 300 alumni FIK UI dari berbagai daerah. Reuni Akbar ini dilaksanakan dalam rangka Dies Natalis FIK UI ke-30 yang jatuh pada 20 Maret 2015 silam. Tanggal 20 Maret merupakan tanggal spesial bagi FIK UI dimana pada tanggal tersebut berdirinya Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di bawah Fakultas Kedokteran. Sedangkan,
15 November merupakan tanggal PSIK berubah menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan. Acara berlangsung ramah dan meriah dengan adanya kegiatan jalan santai, performance pemenang lomba menyanyi dan puisi Dies Natalis, sharing alumni, pengumuman pemenang lomba Dies Natalis, fundraising untuk pembangunan fakultas, dan pemilihan Ketua ILUNI FIK UI. Talkshow mengangkat opini lewat bidangnya masing-masing, yaitu
pendidikan, birokrat, socioentrepreneur, dan klinisi. Prof. Budi Anna Keliat, S.Kp., M.App.Sc menyampaikan motivasi bagi seluruh alumni FIK UI untuk melanjutkan pendidikan hingga S3. Dr. Prayenti, S.Kp., M.Kep dari Direktur Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medis Kementrian Kesehatan RI dan Ketua ILUNI FIK terpilih (2015- 2017) berharap alumni FIK UI dapat mengkawal kebijakan-kebijakan yang akan diusungkan oleh Kementrian
Kesehatan. Ns. Hafiza Elfira, S.Kep (alumni termuda di acara ini) bercerita tentang bagaimana ia memulai proyek sosial “Nalacity” bersama rekan-rekannya sejak saat masih mahasiswa hingga saat ini. “Nalacity” merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat terhadap pengidap kusta. Cori Tri Suryani, S.Kp., M.Kes turut berbagi cerita sebagai Kepala Bidang Keperawatan di RSCM untuk terus merawat bangsa. (Zenithesa)
Homecoming Day Dalam Rangka Dies Natalis ke 50 Farmasi UI
B Dosen, Alumni dan staf gabung bersama sebelum bersepeda di kampus UI Depok
22
alumni
Edisi Edisi November-Desember, November-Desember, 2015 2015
erbagai civitas akademika Farmasi UI (mulai dari mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, dan alumni), serta seluruh lapisan masyarakat ikut bergabung merayakan Ulang Tahun Emas Farmasi UI sebagai institusi pendidikan Farmasi yang telah berdiri sejak tahun 1965. Dari sejak awalnya berada di bawah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FIPIA/
http://www.ui.ac.id/news
UI
update
Dies Natalis FIB UI 75
TEMA : JELAJAH BUDAYA MARITIM NUSANTARA
I
ndonesia merupakan negara kepulauan. Wilayah geografisnya didominasi perairan, termasuk lautan. Kondisi itu menjadikan laut atau sektor maritim sebagai aspek penting yang menentukan nyaris seluruh aktivitas ekonomi, sosial, politik, dan kebudayaan dalam masyarakat. Meski begitu, pemahaman tentang maritim sejauh ini masih terbatas pada kepentingan ekonomi belaka. Padahal, lautan Indonesia merupakan penentu dari terbentuknya kebudayaan masyarakat nusantara. Aspek budaya dari maritim ini seringkali
luput diperhatikan. Berkenaan dengan itu, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) menyadari peran Tri Dharmanya untuk terus merawat pengetahuan dan kekayaan budaya nusantara. Kesadaran atas hal itu menjadikan perhelatan Dies Natalis FIB-UI ke-75 mengangkat tema “Jelajah Budaya Maritim Nusantara.” Perhelatan yang puncaknya diselenggarakan pada 8 Desember 2015 itu membawa misi menghadirkan lautan nusantara yang nyatanya membentuk kebudayaan bahkan identitas bangsa.
FMIPA) dan untuk menunjang berdirinya Rumpun Ilmu Kesehatan (RIK) Departemen Farmasi berubah menjadi Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) sejak 29 November 2012 dengan visi sebagai salah satu pusat unggulan dalam bidang pendidikan dan penelitian ilmu kefarmasian yang mampu berperan di tingkat global. Guna mencapai tujuan ini Fakultas Farmasi tidak henti-hentinya melaksanakan kegiatan pendidikan yang mampu menghasilkan sumber daya manusia berkualitas di bidang kefarmasian, penelitian pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengabdian masyarakat melalui pelayanan pengujian mutu dan pemberian informasi obat. (sumber:Farmasi)
Perayaan Dies Natalis FIB UI tahun ini dimeriahkan sejumlah rangkaian kegiatan, antara lain, Seminar Nasional Arkeologi pada 20 November 2015, Hari Kebersamaan pada 27-28 November, Cultural Farewell, dan kegiatan terkait lainnya. Mengenai kegiatan Seminar Nasional Arkeologi, mengangkat topik Relasi, Kontroversi, dan Proyeksi, diselenggarakan atas kerjasama dengan Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI). Acara Puncak Dies Natalis FIB UI ke-75 akan diisi dengan Pidato Kenegaraan dari Mantan Presiden Republik Indonesia Megawati
Soekarnoputri, Orasi Budaya dari Prof. Susanto Zuhdi mengenai Maritim Nusantara. Selain itu juga diramaikan dengan Penampilan Khusus dari Dewa Budjana yang berkolaborasi dengan mahasiswa dari FIB UI, Pembacaan puisi-puisi Zawawi Imron oleh Christine Hakim, dan Pertunjukkan Musik dari Grup Band NTRL. Acara Puncak Dies Natalis tahun ini juga disemarakkan dengan Pertunjukan Tari Tradisional yang terinsipirasi dari kebudayaan masyarakat pesisir dari Narthana Budaya. (Humas Dies Natalis 75 FIB)
Penampilan musik dari alumni Farmasi angkata ‘70 Edisi Edisi November-Desember, November-Desember, 2015 2015
alumni
23
AKTUA LITA
30 TH syukuran dan reuni akbar FISIP UI
Tahunnya Departemen Hubungan Internasional FISIP UI
Pendiri Departemen Ilmu Hubungan Internasional FISIP UI, Prof. Juwono Sudarsono, bersama para alumni dan sahabat HI FISIP UI.
Saat ini Departemen HI FISIP UI mengelola dua program studi: tingkat sarjana (S1) dan magister (S2) dengan kualitas yang terus meningkat. Mahasiswa S1 yang diterima setiap tahun berjumlah 50 orang, demikian juga untuk program S2. Jumlah dosen tetap adalah 17 orang sementara dosen tidak Tetap 8 orang. Dalam koordinasi Departemen HI FISIP UI terdapat pusat riset ASEAN Study Center (ASC), Center for International Relations Studies (CIRES), dan Global Civil Society Studies Center (PACIVIS). Departemen ini juga memiliki Jurnal Ilmiah yaitu Global. Prestasi mahasiswa dan staf pengajar Departemen HI tidak hanya pada tingkat nasional di Indonesia tapi juga regional di lingkungan ASEAN dan Global. Saat ini, Alumni Departemen HI FISIP UI berjumlah
Foto bersama lintas angkatan alumni ilmu hubungan internasional FISIP UI.
H
ari Minggu tanggal 27 September 2015 Departemen Ilmu Hubungan Internasional memperingati ulang tahunnya yang ke 30 dengan syukuran dan reuni akbar di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Depok. Acara yang dihadiri oleh sekitar 323 orang yang terdiri dari alumni, mahasiswa, staf pengajar, staf administrasi, keluarga staf pengajar, undangan dan Dekan FISIP UI ini berlangsung meriah dari jam 10.00 hingga jam 16.00 WIB. Sambutan dari Pendiri Departemen HI FISIP UI Professor Juwono Sudarsono, pemutaran video 30 tahun HI FISIP UI, pemotongan tumpeng dan foto bersama perwakilan 30 angkatan, panggung gembira sumbangan penampilan berbagai angkatan, dan pembagian door prize menjadi mata acara puncak. Acara ini juga disertai pemberian kenang-kenangan kepada keluarga pengajar yang telah berpulang, peluncuran buku 30 Tahun HI FISIP UI dan pameran karya ilmiah staf pengajar. Departemen HI FISIP UI didirikan 1985 dengan pembukaan Program Sarjana (S1), yang sebelumnya berada di dalam Departemen Ilmu Politik. Saat itu Departemen masih disebut Jurusan dan hanya menaungi program sarjana jadi ketua jurusan merangkap juga ketua program. Ketua Jurusan pertama HI FISIP UI adalah Profesor Juwono Sudarsono. Dosen tetap antara lain Bapak Soesiswo Soenarko, I Gede Wisura, Hero Kuntjoro-Djakti, Zainuddin Djaffar, serta beberapa dosen muda. Mahasiswa tahun pertama berjumlah sekitar 20 orang.
24
alumni
Edisi November-Desember, 2015
sekitar 900 orang (Alumni S1) dan 600 orang (Alumni S2). Mereka tersebar di berbagai profesi seperti diplomat, pengawai di berbagai kementrian dan BUMN, pegawai di berbagai institusi dan organisasi internasional, pegawai di berbagai kedutaan asing di Indonesia, bankers, jurnalis, peneliti, pengajar/dosen, karyawan perusahaan nasional dn multi -nasional, wiraswasta, activist NGOs, praktisi kesehatan & kebugaran, entertainers, dll. Dalam usia ke 30 tahun ini, civitas akademika FISIP UI terus menyumbang pada kemajuan ilmu hubungan internasional di Indonesia dan dunia serta pada kemajuan bangsa Indonesia. Alumni yang sudah tersebar di berbagai profesi dan di berbagai belahan dunia menjadi kebanggaan bersama. Jaringan dan kerjasama keluarga besar Departemen HI FISIP menunjukkan bahwa Departemen ini bukan hanya menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu Hubungan Internasional tapi juga wadah menempa diri menjadi warga dunia dan tempat di mana pertemanan yang tulus dan saling mendukung berkembang dengan baik. (Evi Fitriani)
AKTUA LITA
SEMINAR ILUNI FT UI :
PANCASILA DAN MASA DEPAN NKRI
T
eknik untuk Semua” adalah seri Diskusi yang diselenggarakan oleh ILUNI FTUI untuk menampung minat alumni FTUI untuk berdiskusi santai dan guyub mengenai hal-hal Non Teknik (Politik-Ekonomi-Sosial-Budaya-Apa Aja). Diskusi PANCASILA dan MASA DEPAN NKRI’ yang akan diselenggarakan pada hari Selasa lalu 20 Oktober 2015 di Sekretariat ILUNI FTUI, Salemba Jakarta adalah salah satu dari rentetannya. Negara memiliki beberapa misi untuk ini, melindungi segenap darah bangsa dan tumpah darah Indonesia, membangun ruang dan bangsa, mencerdaskan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, namun saat ini terjadi ketimpangan sosial, karena sepertinya negara hanya dimiliki oleh beberapa bagian golongan saja. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, tantangan yang ada adalah ketiadaan integritas dan karakter. Menjadi manusia berintegritas adalah manusia yang mampu memenuhi kodrat kemanusiaannya, salah satu contohnya adalah mencintai tanah air. Rantai terlemah dari orang Indonesia adalah karakter kolektif, saling mempengaruhi satu sama lain. 550 orang yang berkarakter baik-baik di Indonesia, ketika berkumpul di Senayan, sebagian besarnya menjadi “penyamun anggaran”, bukan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan perdamaian dunia. Diskusi yang dipandu oleh Tomy Suryatama ini berlangsung makin hidup ketika menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari peserta. Hampir 40-an peserta memenuhi ruang sekretariat ILUNI FTUI malam itu. (Dewi Rumondang, Bachtiar Firdaus/ foto : Epsi R Nurwijayadi)
PENETAPAN KETUA ILUNI UIPALEMBANG
Ketua ILUNI Palembang terpilih Giri bersama ketua ILUNI pusat Chandra Motik
Edisi November-Desember, 2015
alumni
25
AKTUA LITA
Alumni Biologi Angkatan 1986
“Koruptor merajalela bila orang-
I
nilah moto Gerakan Anti Korupsi (GAK) yang dimotori alumni lintas perguruan tinggi antara lain: Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gajahmada (UGM), Institut Teknologi Surabaya (ITS), Universitas Pajajaran (UNPAD), Universitas Trusakti (USAKTI), Institut Kesenian Jakarta (IKJ), UPN Veteran, Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Diponegoro (UNDIP) dan masih akan terus bertambah, menurut Rudi Johannes, alumni Fakultas Hukum UI. Keprihatinan pada terus merajalelanya aksi korupsi mendorong para alumni, Guru Besar sampai mahasiswa mendatangi kantor KPK pada 18 Februari 2015 untuk memberi dukungan kepada para Pimpinan KPK atas segala upaya untuk melemahkan satusatunya lembaga yang tetap memegang janji terhadap upaya pemberantasan korupsi di negeri ini. Prinsipnya adalah sebagai sebuah gerakan moral berbasis intelektual oleh masyarakat madani non partai yang didukung alumni berbagai perguruan tinggi, GAK bersama masyarakat mendukung dan mengawal POLRI, Kejaksaan, dan KPK sebagai Trisula penanggulangan korupsi. Bekerjasama
26
alumni
Edisi November-Desember, 2015
dengan Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi, organisasi dan perorangan baik di dalam dan di luar negeri yang berkomitmen sama yaitu mewujudkan misi dan visi GAK. Ingin bergabung GAK lintas Perguruan tinggi ? Sekretarist Ikatan Alumni (ILUNI) UI di Kampus Perjuangan UI Salemba dan web site : http: // gerakanantikorupsi. org terbuka lebar untuk dikunjungi.
orang baik membiarkannya !”
Edisi November-Desember, 2015
alumni
27
PROFIL
RUDI JOHANES
(alumni FH UI angkatan 73)
A
wal Februari 2015 yang saat itu menggunakan moto ‘‘Save KPK, Reformasi POLRI dan Hentikan Kriminalisasi KPK‘‘, adalah titik awal gagasan untuk terus berjalan sambil bergandengan tangan menumpas korupsi yang membuat rakyat sengsara dan menderita. “Korupsi itu adalah kejahatan luar biasa yang harus menjadi perhatian semua orang“, kata Rudi Johanes, Ketua 1 pada jajaran kepengurusan ILUNI UI dan salah satu pencetus GAK. Tidak kurang dari 11 alumni perguruan tinggi negeri dan swasta kemudian diundang oleh ILUNI UI ke Kampus Perjuangan Salemba untuk menyatukan visi dan misi dalam menghadapi musuh bersama bangsa yang bernama : korupsi. Pertemuan lintas perguruan tinggi ini sepakat untuk memberi penguatan pada KPK dari tindakan-tindakan yang akan melemahkan lembaga ini. Rencana Undang Undang KPK yang diyakini dapat melemahkan KPK dan harus dikawal terus oleh masyarakat dan GAK adalah pasal mengenai aturan penyadapan, penyidik KPK dan pemberian SP3 oleh KPK. ‘‘Kita semua tahu kalau SP3 ini adalah peluang yang paling empuk untuk bisa
28
alumni
Edisi November-Desember, 2015
GAK : Kumpulan kaum intelektual yang bertugas meng-intelektualkan masyarakat...
terjadi tawar menawar , kong kalikong dan negosiasi . Ini tidak boleh terjadi di KPK!“ Kalau sudah menjadi tersangka maka harus ada proses yang ditunjang oleh bukti - bukti kuat untuk menjadi terdakwa. Dan seorang terdakwa harus masuk ke dalam tahanan. Jadi, naik status menjadi terdakwa harus benar benar kuat dan tidak boleh salah, tegas Rudi yang mengambil jurusan Perdata. Dalam agenda jangka panjang, GAK akan memperluas kegiatannya dengan menanamkan pemahaman tentang moral pada anak-anak di sekolah dalam keluarga dan di masyarakat umumnya, melakukan riset dan sosialisasi serta mendorong kesadaran dan partisipasi alumni dan masyarakat tentang pentingnya peduli pada pemberantasan korupsi. ‘‘ Korupsi adalah kejahatan luar biasa yang menyengsarakan rakyat jadi jangan ada pembiaran‘‘, tegas Rudi. Belum genap setahun usia GAK namun beberapa pemikiran dan usul sudah mendapat perhatian pemerintah. ‘‘Empat dari lima calon anggota komisioner KPK yang diusulkan GAK diterima dan sedang dalam
proses penilaian oleh DPR. “Juga beberapa kali Rudi diundang oleh KPK sebagai nara sumber di channel KPK.‘‘ Awal Desember , KPK juga mengundang GAK untuk mengisi salah satu paviliun di pameran KPK dalam rangka Hari Anti Korupsi di Bandung. Di akhir percakapannya, Rudi mengajak semua alumni UI untuk ikut berpartisipasi aktif dalam memerangi korupsi di negeri ini. Bisa datang ke sekretariat ILUNI Salemba atau buka web site http://gerakananti korupsi. org/ sambil menunggu jaringan sosial media lain seperti Twitter, FB dan lain lain untuk mempererat para alumni yang terpanggil melawan korupsi. (WS)
sketsa DISKUSI DAN PUTAR FILM DENGAN PARA SINEAS ASING
D
alam rangkaian acara International Film Festival: Spirituality, Religion, and Visionary (IFFSRV) yang berlangsung di Jakarta dari tanggal 16 – 23 November 2015, beberapa sineas asing hadir berbagi ilmunya dalam acara “Film Discussion and Screening IFFSRV & Filmmakers of the Year”di Ruang Apung Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia (18/11). Acara dibuka dengan sambutan oleh Arman Nefi, Direktur Kemahasiswaan UI. Dikatakannya bahwa Universitas Indonesia (UI) merasa sangat terhormat untuk menyambut sineas-sineas dari luar negeri ke Indonesia dalam rangka diskusi
dan screening film. Saat ini mahasiswa di Indonesia sudah mulai peka dengan festival film yang berperan sebagai ajang temu dengan sineas lainnya. UI sendiri telah memiliki komunitas film di tiap fakultasnya dan Sinematografi Universitas Indonesia (UI) sebagai unit kegiatan mahasiswa tingkat universitas. Para sineas yang ikut berbagi di acara ini adalah sineas asal Kanada, Judith Morrow yang menyutradarai film dokumenter The Healing of Heather Garden, lalu sineas asal negeri Paman Sam, Richard Wells, sineas dari Uni Emirat Arab, Sameh Salem yang memenangkan penghargaan Film Terbaik Perdamaian
pada Festival Film Perdamaian (IFFPIE) yang diselenggarakan pada September lalu. Selain itu turut membagikan ilmunya pula Damien Dematra serta sutradara remaja Natasha Dematra selaku Duta Toleransi. “Saya harap dengan diadakannya diskusi-diskusi seperti ini, generasi muda Indonesia dapat ‘mencuri’ ilmu dari para sineas internasional dan dapat berkembang ke arah yang lebih baik lagi. Saya juga berharap acara ini dapat mengharumkan nama Indonesia.” ucap Damien Dematra, selaku founder dan director International Film Festivals.
VOCADEMIA UI RAIH PRESTASI DI BUSAN CHORAL FESTIVAL & COMPETITION 2015
V
ocademia UI meraih penghargaan di ajang Busan Choral Festival & Competition, yang diselenggarakan pada tanggal 14-17 Oktober 2015. Di Kategori Pop & Acapella, grup Vocademia UI berhasil meraih Gold Medal dan mengharumkan nama Indonesia. Tahun ini adalah tahun ke 11 penyelenggaraan Busan Choral Festival&Competition di mana terdapat 30 choirs dengan total 950 anggota dari 9 negara yang berpartisipasi di dalamnya. Sejumlah program seperti Outreach Concert, Choral Workshop, Gala Concert dan Peace Concert juga mewarnai kemeriahan Festival ini. Sebagai salah satu world-class choir competition, Busan Festival telah mempertemukan berbagai negara di dunia untuk berkumpul dalam satu ‘bahasa’ yaitu Musik.
Kompetisi pada Busan Choral Festival&Competition 2015 terdiri dari 5 kategori: Youth, Classical Mixed, Pop/ Accapella, Ethnic, dan Classical Equal. Bertindak sebagai Juri pada ajang ini: Imant Raminsh (Canada), Jutgen Budday (German), Sang-Hoon Lee (Korea),Shin-Hwa Park (Korea), Jennifer Tham (Singapore). Pada Grand Prix Final, 17 Oktober 2015, Indonesia melalui group Vocademia UI menghadapi persaingan ketat dengan grup vocal dari Phillipine dan Korea. Lewat harmonisasi dan uniqueness yang ditampilkan oleh Vocademia UI, Indonesia berhasil meraih Gold Medal di ajang ini. Vocademia UI merupakan grup vocal yang terdiri atas mahasiswa, alumni
dan dosen dari Universitas Indonesia. Didirikan oleh Drs.A.G.Sudibyo,M.Si secara resmi tahun 2013. Grup vocal ini berakar dari festival Bintang Pop UI yang diselenggarakan setiap tahunnya. UI menemukan sejumlah talenta-talenta musik terbaik dari Bintang Pop tsb, dan kemudian mengembangkannya melalui festival dan kompetisi di tingkat nasional, maupun internasional. Vocademia UI adalah salah satu grup yang lahir dari festival Bintang Pop UI ini.
Edisi November-Desember, 2015
alumni
29
Wisata
ALUMNI
RAJA AMPAT, Oleh : Wina Armada – Fakultas Hukum 78
D
imana kita dapat melihat jernihnya air laut sampai ke dasarnya? Dimana kita dapat melihat keindahan ikan dan tumbuhan bawah air yang begitu mempesona? Dimana kita dapat menemukan laut, pasir putih dan pegunungan secara bersamaan? Jawabannya adalah di Kepulauan Raja Ampat kita dapat menemukan semua itu. Raja Ampat menjadi semacam “sorga baru” di Papua Barat. Pemandangan alamnya menakjubkan dan unik, bukan hanya mempesona tapi juga melahirkan keinginan untuk menyatu dengan alamnya. Ada sekitar 600 an pulau-pulau kecil di kepulauan Raja Ampat. Komposisi pulau-pulau yang dikelilingi oleh air laut
30
alumni
Edisi November-Desember, 2015
yang jernih itu membentuk pemandangan yang luar biasa. Belum lagi apabila airnya surut, muncul daratan-daratan kecil di tengah laut dengan pasir putih yang dapat disambangi. Pemandangan di dalam air tak perlu ditanya. Bagi yang hobi snorkeling dan scuba, Raja Ampat adalah salah satu yang terbaik di dunia, kalau tidak mau disebut yang paling baik! Air jernih, bentuk dan warna-warni ikan menyatu serasi dengan trumbuhan, sebuah pemandangan luar biasa menakjubkan. Pulau-pulau yang ada memiliki kekhasan masing-masing. Ada pulau dengan lumba-lumba yang selalu berjumpalitan. Ada juga pulau dengan ikan hiu jinak. Ada pula dengan kombinasi warna air laut dan lingkungannya, mengalahkan lukisan paling
mahal sekalipun dan semua yang harusnya dilihat dan dinikmati sendiri. Satu hal yang juga menarik, sejak anak-anak penduduk di Raja Ampat sudah dididik untuk menyadari bahwa laut adalah sumber kehidupan dan penghidupan mereka. Oleh karena itu masyarakat disana sangat sadar, kebersihan harus dijaga dan dipelihara. Berbeda dengsan banyak tempat wisata laut di Indonesia lainnya yang sama sekali tidak punya kesadaran pada kebersihan lingkungan. Di Raja Ampat semuanya bersih! Dengan begitu “polusi produk modern” tidak terlihat secuilpun mencemari lingkungan Raja Ampat dan keasriannya tetap terjaga. Mau ke Raja Ampat? Ada pesawat ke kota Sorong. Dari situ naik feri ke pelabuhan yang menghubungkan kita dengan kepulauan Raja Ampat.. Dari pelabuhan ini kita bisa memilih naik speedboat, kapal layar atau yacht, tergantung ketebalan kantong kita saja. Penginapan juga bervariasi dan semua masih berupa rumahrumah panggung, belum ada hotel dan resort internasional nan mewah. Itu juga sebabnya persediaan air bersih untuk mandi juga sangat langka. Salah satu pemandangan yang menakjubkan adalah Teluk Kubai. Di sini terdapat batu yang menonjol langsung dari laut sekitar tujuh sampai 12 meter di atas permukaan. Batu yang terbentuk karena proses geologi yang rumit di atas bentangan air jernih menciptakan pemandangan yang mengagumkan. Apalagi pada sore hari, saat matahari bakal tenggelam. Kita disuguhkan keelokan alam yang spektakuler. Mau snorkeling? Banyak disediakan oleh alam di Raja Ampat ini. Tinggal meloncat dari perahu atau kapal yang ditumpangi. Pemandangan di bawah yang super jernih menguak kekayaan alam bawah laut yang tak bakal terlupakan. Kombinasi warna ikan , binatang laut lain dan berbagai terumbu karang dengan ombak tenang menciptakan suasana yang sulit diungkapkan walau seribu kata sekalipun. Perlu dipertimbangkan untuk dibangun beberapa hotel dan resort dengan fasilitas yang lebih lengkap sehingga kehebatan alam ini juga bisa dinikmati bersama keluarga. Namun supaya kehadiran fasilitas-fasilitas untuk kenyamanan ini tidak merusak lingkungan alam, jumlahnya jangan lebih dari lima dan selebihnya biarkan alamiah seperti yang ada sekarang ini.
WISATA ALUMNI
Edisi November-Desember, 2015
alumni
31
ALBUM JADOEL
ykolog i, fak Ps m u b a aat, Suk ah? (kiri) ung, Cis lk Situgun ...masih kena to fo e r am
32 32
alumni alumni
Edisi November-Desember, 2015 Edisi November-Desember, 2015
i 1 9 74 :
r am e
Kirimkan foto-foto Anda dan teman alumni UI ke redaksi.
[email protected] ya...biar jelas. tks. Jangan lupa!
Acara KKN UI tahun 1980 di desa Sagaranten, Cikadang dan Ujung Genteng : Johny, Yoela, Kikiek, Muftie, Prapto, Henny Andries, Desiree, Uki, Irzal dan Jerry.(kiri bawah, tengah & atas kanan)
Acara Fisip angkatan 1993. : Rocky, Sistarwanto, Gunawan, Yoga A, Wahid, Dave L, Daniel, Febrio M, Millaty, Kristyanto, Donny, Budi, Eva, Esron, Hendra, Mubin, Juni,Elan vito, Pahrel.
F Fakultas Hukum 1978 di gunung Gde. : Gunarsa Utama,
Basuki
H, Yulie
, Yani, R
itha P, M
artin E.
Fisip Sosiologi 1989
dalam berbagai acara tempo doeloe. : Fujiyati, YP Kristyanto, Mira Tri, Yulaksmi, Yudha A, Vigita P, Nanang, Ferdinando G, Decy CH, Lusy Esterina, Eka R, Iwan H Di pantai Anyer dalam rangka Balas Jas
Edisi November-Desember, 2015 Edisi November-Desember, 2015
alumni alumni
33 33
PROFIL
(FIB:2005)
MIA ISMI HALIDA Saya suka biola : sentimental, melodius, dan lebih nyaman
Saya merasa lebih nyaman dengan alat musik melodis. Gaya bermain biola menurut saya juga sangat pribadi dan karakternya berbeda-beda, kata Mia tentang pilihannya pada biola. “Waktu kuliah saya sudah mencari penghasilan dengan bermain biola dan bernyanyi. Semula di kafe-kafe area Depok, kadang di Jakarta. Sejak tahun ketiga kuliah saya sudah membiayai kuliah sendiri.” Masuk UI tahun 2005 lewat jalur test (SPMB), mengambil Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Program Studi Jepang, karena suka belajar mengenai masyarakat seni dan budaya, melihat sudut pandang baru dan tempat-tempat baru. Itulah salah satu mimpinya saat itu. “Waktu masuk UI, seneeeeng sekali”, celoteh pemetik biola piawai ini. Sebenarnya saat itu sudah diterima jalur PMDK di IPB dan sudah sebulan matrikulasi. Ketika diterima di UI, mantan juara dua None Jakarta 2010 ini mengajukan ijin keluar dan langsung ke UI. “Saya lulus di tahun 2009!”.
34
alumni
Edisi November-Desember, 2015
M
ia, begitu ia dipanggil, cukup aktif di Unit Kegiatan Mahasiwa (UKM). Tahun pertama sudah menjadi panitia seksi acara untuk acara MUSIKHATULISTIWA UI, yang mendatangkan para artis seperti Balawan, Tompi, serta Vicky Sianipar. Tahun ke dua ikut tour Arung Sejarah Bahari yang diselenggarakan Depdikbud. Selama 9 hari berkeliling pulau Jawa dengan kapal laut TNI (Kapal Perang KRI Tanjung Kambani). Lalu ikut lomba Bintang POP UI, aktif di vocal grup UKM yang anggotanya para finalis bintang POP. Dari situ juara dua Putri Batik Nusantara 2011 mulai menjuarai berbagai lomba tingkat nasional dan internasional bersama vocal grup UI dan mengajar di sana sejak tahun 2010. Usia empat tahun belajar piano. Kelas 5 SD mulai mengenal biola dan saat SMP belajar selama 2,5 tahun. Selebihnya
PROFIL ALUMNI belajar otodidak karena hobi. Tertarik biola karena melihat grup musik The CORRS. Ternyata biola dapat dimainkan secara solo tidak hanya di orkestrasi. Mia bersama biolanya sudah melalang buana ke Jerman, Turki, Hungaria, London, Singapura, Malaysia, Jepang, Korea dan China katabaru dan kini tergabung dalam trio vocal-violin KAMILA (Mia, Ava, dan Ana). Saat yang paling berkesan bersama biolanya adalah ketika April lalu performance di Konferensi Asia Afrika yang dihadiri sekitar 39 presiden yang menonton secara live, termasuk ada Xi Jin Ping dan Shinzo Abe dan juga peluncuran single Kunang-Kunang yang menjadi salah satu lagu dalam album Tribute To Ismail Marzuki pada 16 November lalu. “Saya suka biola karena sentimentil dan melodius”, katanya. Pengalaman apa yang berkesan semasa menjadi mahasiswa UI? B a ny a k , k h u s u s ny a b e g a d a n g sampai malam di kampus untuk mengerjakan aransemen musik di kost-an teman, karena menjadi panitia acara, atau latihan vocal grup. Saya juga suka menghabiskan waktu di perpustakaan dari pagi sampai sore untuk membaca dan mencari data. Karena dari kecil saya hobi membaca dan menulis puisi, dan sebagainya. Dari berbagai performance, adakah yang dirasa paling berkesan? Performance di luar negeri juga selalu berkesan. Alhamdulillah saya sudah berkeliling. Sebulan lalu, VOCADEMIA ( vocal grup UI yang berisikan dosen, alumni, dan mahasiswa) berhasil meraih Gold Medal kategori Pop Accapella di BUSAN CHOIR FEST di Korea. Apa kegiatan sekarang ini? Saat ini saya tergabung di Eleven management artist untuk project solo saya dan KAMILA. Kami sedang menyiapkan mini album. Single pertama sudah keluar. Sebelumnya saya dan pianis Faizal Andri dalam project FAYMIA juga sudah mengeluarkan single Hanya Cinta Kamu dan sudah ada di Disc Tarra dalam album BAHAGIA
ITU SEDERHANA. Selain musik, saya masih aktif membantu program koperasi dan UKM, ikut dalam grup Dongeng Kebangsaan besutan mas Garin Nugroho. Selain itu juga memulai bisnis yang berhubungan dengan tekstil Indonesia, seperti batik, dan sebagainya. Sederet keinginan dan mimpi juara favorit Putri Wirausaha Kreatif Indonesia tahun 2012 ini. “Karena saya seorang pemimpi ! “ Sejak dulu menginginkan pekerjaan yang tidak monoton, bermimpi keliling dunia. “Alhamdulillah sudah berjalan”, katanya. Bermimpi bisa sebagai Duta yang bisa menginspirasi masyarakat, mengembangkan karir di dunia internasional dalam seni musik, membuat album lagu etnik , pop, dan Performance di Konferensi Asia Afrika yang dihadiri sekitar 39 presiden yang menonton secara live, termasuk ada Xi Jin Ping dan Shinzo Abe
kontemporer serta konser besar di dalam dan luar negeri. Selain itu bekerja sosial dan juga ingin menulis buku. Dari segalanya itu, Mia yang kemudian didaulat oleh Kementrian UKM (Usaha Kecil dan Menengah) sebagai Duta Smesco tahun 2013 dan 2014 ini mengaku sangat bersyukur dan bangga bisa menjadi bagian dari keluarga besar UI. “Saya belajar banyak dari para dosen dan teman teman. Knowledge bagi saya hal paling utama yang saya dapatkan, selain juga behaviour dan networking yang baik. Orang selalu respect ketika kita menyebutkan nama almamater. UI mengajarkan saya untuk terus berprestasi bukan untuk pribadi tapi untuk membawa nama baik almamater dan tanah air Indonesia.” (Dedeh/ft: koleksi pribadi)
Edisi November-Desember, 2015
alumni
35
PROFIL
M
esty, begitulah nama panggilannya yang berasal dari Pramesti, bagian nama lengkapnya, dari Bahasa Sansekerta. Artinya, dewi atau permaisuri yang baik hati. Gadis cantik ini diterima di fakultas kedokteran UI tahun 2007, sebagai pilihan satu-satunya. Sebenarnya, citacitanya ingin menjadi guru. Namun setelah lulus SMA Mesty berpikir bahwa dengan menjadi dokter dirinya dapat menolong orang secara nyata dan dengan menjadi dokter iapun menjadi seorang guru yang dapat mengedukasi banyak orang.
Bagaimana perasaannya sewaktu diterima menjadi mahasiswa UI? Saya tidak langsung diterima melalui jalur SPMB. Saat itu saya merasa gagal untuk pertama kalinya. Saya juga merasakan kekecewaan orang tua saya. Namun alhamdulillah diterima di jalur PPDD. Apakah semasa mahasiswa aktif dalam kegiatan dan organisasi? Sebagai mahasiswa di FKUI, saya biasa saja. Banyak yang lebih pintar dan berprestasi. Saya aktif di organisasi Mahawaditra Orchestra sebagai pemain harpa dan flute. Sejak kapan mulai main musik dan masuk dunia model dan iklan? Saya bermain musik sejak berusia 4 tahun. Awalnya bermain piano hingga SMP. Namun saya memang senang musik sehingga banyak alat musik saya coba untuk pelajari, dari biola, flute, harpa, hingga gamelan. Namun karena pemain harpa masih sedikit, sehingga kesempatan untuk berkembang sangat besar. Saya bermain harpa sejak 8 tahun yang lalu. Masuk dunia modelling dan iklan dimulai dengan ketidaksengajaan. Saya bertemu dengan seorang desainer, Biyan Wanaatmadja di acara fashion show beliau. Kemudian beliau meminta saya untuk menjadi modelnya. Selanjutnya ajakan iklan mulai datang.
36
alumni
Edisi November-Desember, 2015
MESTY ARIOTEDJO (FK’ 2007)
MENJADI DOKTER DAPAT MENOLONG ORANG SECARA NYATA
PROFIL ALUMNI Bagaimana dulu mengatur wak-tu antara kuliah, menjadi model, dan bermain harpa? Saya orang yang mudah bosan, sehingga harus menjalankan berbagai aktivitas agar tetap produktif dan semangat. Karena itu saya harus mensiasatinya dengan memiliki time management yang baik. Itu ternyata tidaklah mudah, karena jadwal kuliah seringkali tidak pasti dan dapat diubah sewaktu-waktu. Sehingga kadang banyak yang harus dikompromikan.
Adakah cita-cita dan harapan yang masih ingin dicapai? Selain menjadi dokter spesialis, Sejak kuliah saya memiliki minat dalam bidang kesehatan masyarakat/global. Saya ingin agar seluruh warga Indonesia memiliki akses kesehatan yang setara. Oleh karena itu, saya mendirikan WeCare.id, suatu wadah crowdfunding untuk pasien-pasien di daerah perifer Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Saya harap WeCare.id dapat berkembang lebih luas lagi.
Bagaimana sekarang ini dalam menjalani profesi dokter, model iklan, dan main musik? Prioritas saya menjadi dokter. Tidak banyak waktu yang saya
Pengalaman berkesan apa semasa menjadi mahasiswa UI? Di masa kuliah, saya me-ngalami banyak tantangan. Jujur, kuliah menjadi dokter sangat melelahkan. Apalagi ketika melewati fase koas dengan banyaknya jadwal jaga. Ketika saya tingkat dua, dan aktivitas saya sebagai model dan pemain harpa mulai berkembang, nilai-nilai saya jatuh dan saya banyak mengalami remedial. Setelah lulus sebagai dokter, saya menyesal bahwa saya tidak kuliah dengan baik. Hal tersebut memotivasi saya dan memberi pelajaran bermakna bahwa saya harus belajar dengan sungguh-sungguh. Menjalankan apa yang menjadi kewajiban saya secara optimal. Di UI saya juga banyak belajar bahwa hidup ini berisi deng an individu yang beragam. Keberagaman itu sangat saya rasakan di UI, sehingga mengajarkan saya untuk lebih dapat beradaptasi dan bertoleransi. Pengalaman ini sangat ber-harga bagi kehidupan saya. Mengapa memilih menjadi dokter spesialis anak endokrinologi? Saya ingin menjadi dokter anak, karena memang saya senang mengedukasi. Saya ingin anakanak tumbuh menjadi individu yang sehat dan berpendidikan. Oleh karena itu, saya juga selalu semangat untuk mengedukasi orang tua mereka. Semua orang tahu bahwa anak adalah masa depan bangsa. Dengan menjadi dokter anak, saya ikut berpartisipasi mencetak anak bangsa yang berprestasi dan bermanfaat.
alokasikan untuk menjadi model ataupun bermain musik. Rata-rata konser dalam sebulan hanya 1-2 kali. Sehingga tidak terlalu sulit membagi waktu, karena sebagian besar waktu habis di RSCM.
Ngomong-ngomong kapan waktu luangnya dan apa yang dilakukan? Tidak ada waktu tertentu. Jika ada waktu kosong saya memilih untuk tidur atau pergi bersama keluarga. Jika ada waktu liburan cukup pan-jang saya pergi diving.
(dedeh)
djo ti Ariote PrameAspril 1989 Biodata ri ta s e karta, 25 a a: Dwi L • Nam t/tanggal lahir: Jadan pemain harp l, pa
• Tem : dokter, mode M • Profesi UI - RSC n: Anak FK Kegiata Ilmu Kesehatan , 1. PPDS nder WeCare.id ncome 2. Co-fou Ambassador La astra Indonesia Harmony 3. Brand ayasan Musik S gratis Children in 4. Duta Y i sekolah musik ward 5. Pendir rs 2014 A ng Leade i: Prestasesia Inspiring YouAward 2015 a at 1. Indon ocial Innovation ve from Indonesi 4 2. Asia S est Representatiorum, Davos 201 3. Young orld Economic F cific Pediatric the W ceiver, Asia Pa 14 20 re 4. Grant inology Society lar Receiver, Endocr hampion Scho n re C 5. Young ational NCD Child Intern ce 2014 n re Confe
Edisi November-Desember, 2015
alumni
37
PROFIL
K
HANDOKO HENDROYONO :
(FISIP: lulusan 1992)
“ERANYA ENTREPRENEUR YANG PUNYA SENSITIFITAS SOSIAL”
edai Filosofi Kopi yang terletak di kawasan ramai Blok M ini berdiri setelah 3 bulan pemutaran filmya berjudul serupa dari novel karya Dewi Lestari yang pernah masuk lima besar Khatulistiwa Literary Award 2006. Produser film yang sekaligus salah satu pemilik kedai ini adalah seorang yang kreatif, Handoko Hendroyono.
Bagaimana awal berdirinya kedai Filosofi Kopi ini?
Sebetulnya kita membuat film ini niatnya adalah membuat konten, yaitu membuat brand kopi melalui film. Seperti halnya Hollywood membuat film, bukan sekedar jualan tiket, tetapi ada suatu
Bersama Chico Jericho (kiri) dan Rio Dewando (kanan)
BIODATanAdoko Hendroyono
38
alumni
Edisi November-Desember, 2015
Nama : H lusan tahun 1992, l FISIP UI : Lu Pendidikan n Kesejahteraan Sosia alah SWA rusa aj M Ju r ni to ra um st Al G r/Illu hotographe ADVERTISIN - Designer/P ative Director NUVO /Cre sia - Art Director or Chuo Senko Indone nesia rect Indo - Creative Di or Mc-Cann Erickson rect - Creative Di or Matari Advertising rect nesia - Creative Di Teller OneComm Indo CO ory r Creative& - Creative St Teller/Content Creato RI PRAHA ory DA St T e RA tiv ea SU - Cr PI & FILOSOFI KO ener, DO &Fish Eye - Produser rd ku : Brand Ga - Penulis Bu Owner) Kedai o- Founder (C . Filosofi Kopi
ekosistem yang dibangun. Begitupun film ini yang kita bangun ekosistemnya yaitu kedai kopi, dan film menjadi real experience-nya. Kita juga membuat buku, merchanside dan juga game. Pemilik Filosofi Kopi ini ada saya sebagai marketing dan branding, Rio Dewando yang memegang product development karena dia juga sudah pengalaman punya produk clothing line-nya, Chico Jericho yang di film sebagai barista, dan sutradara film Angga Dwimas Sasongko. Masingmasing berkolaborasi. Cerita filosofi kopi ini sangat kuat dan lekat dengan dua pemeran utamanya yaitu Chico dan Rio, tapi kita tidak mau terjebak sebagai kedai artis. Kita sangat serius dengan produk kopinya yang dibangun dengan maksimal. Memang kedua aktor tersebut diakui sangat besar pengaruhnya dalam akselerasi brand itu sendiri.
Apa keistimewaan kedai kopi ini dibandingkan kedai kopi lainnya?
Kita membuat film dalam rangka
PROFIL ALUMNI concern terhadap kopi Indonesia. Di sini kita memperkenalkan produk kopi Indonesia. Kita memanfaatkan momentum film di mana ketika di hari-hari awal orang beli tiket nonton mendapatkan free kopi di kedai ini. Menariknya, kedai ini sesuai persis cerita di filmnya.
Kopi apa saja yang tersedia di kedai ini?
Di sini ada kopi racikan atau houseblend seperti Tiwus dari kopi daerah Jawa Barat. Ada kopi Lestari, house blend berbagai biji kopi dari Gayo, Aceh. Sementara perfecto merupakan campuran kopi terbaik dari Kintamani, Bali. Selain kopi racikan juga ada kopi original seperti Mandailing, Toraja, Kintamani. Saya sendiri tadinya tidak ngopi tapi belajar ngopi. Untuk bisa mengenali rasa kopi yang beragam justru tidak pakai gula dan akan muncul beragam rasa seperti fruity, cokelat, dan sebagainya.
Apa saja kegiatan yang terkait dengan kopi ini?
Kita sudah mengeksplor berbagai produk kopi Indonesia seperti Kintamani, Gayo, Toraja, dan lain-lain. Istilahnya, kita melakukan diplomasi kopi. Tak hanya di Indonesia, bahkan sampai keluar negeri. Karena kita sering diundang ke festival film internasional maupun produk kopi. Jadi segala macam bentuk diplomasi kita lakukan. Sebetulnya memang ada idealismenya dengan kondisi kopi kita yang sangat terpuruk. Kita juga tidak bisa bikin brand Toraja kopi karena intelectual propertynya sudah dimiliki Jepang. Saya pernah pergi ke Vietnam di mana mereka baru belajar tentang kopi setelah tahun 90-an dari Lampung. Kini produksinya sudah menyalip Indonesia dengan sistem perkebunannya yang sangat bagus dan produktifitasnya tinggi. Sementara produk kopi kita ini seperti anak tiri di negeri sendiri. Hal inilah yang memanggil kita untuk melakukan sesuatu. Kita mesti akselerasi apresiasi publik terhadap produk kopi Indonesia meski dengan cara ngepop lewat film.
Sebetulnya, bagaimana dengan produk kopi Indonesia sendiri?
Indonesia merupakan penghasil kopi nomor 4 dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Produk kopi Indonesia termasuk dalam 20 kopi terbaik dunia. Ada tiga terbaik dari Indonesia yaitu kopi Mandailing, Wamena, dan Gayo. Penghasil kopi terbesar di Indonesia yaitu daerah Sumatera, terutama Palembang dan Lampung. Untuk produksi kopi Indonesia termasuk rendah dibandingkan Vietnam. Vietnam dengan lahan yang tidak sebesar Indonesia produksinya bisa 4-5 kali lebih besar. Karena sistem perkebunannya sangat baik dan produktif. Sementara di Indonesia diserahkan pada Yang Maha Kuasa.
Apa latar belakang kuliah waktu di UI dulu?
Saya masuk UI tahun 1983, ambil jurusan kesejahteraan Sosial FISIP. Sejak tahun ketiga saya bekerja. Karena tingkat satu orangtua meninggal dan saya harus mandiri. Pertama kali saya terjun bekerja di media sebagai illustrator dan fotografer. Saya memang suka menggambar dan mendesain, makanya saya terjun ke dunia grafis. Kemudian saya beberapa kali pindah kerja di agensi periklanan. Maka itu sewaktu kuliah saya sudah punya gelar creative director. Saya juga menulis dan sudah menghasilkan 3 buku markerting. Semua saya lakukan learning by doing. Bisa dibilang, latar belakang kuliahnya kesejahteraan sosial, tapi saya lebih dekat dengan dunia komunikasi, branding, dan marketing.
Sangat berbeda, apakah menyesal?
Saya tidak menyesal kuliah di jurusan itu karena dengan berjalannya waktu saya juga belajar mengenai socialpreneurship. Saya gabung-gabungkan sendiri antara entrepreneurship dan sosial. Kalau dibilang, sekarang ini abadnya entrepreneur yang punya sensitifitas sosial. Istilah saya, CEO yang sukses adalah CEO yang aktivis yang giat kegiatan sosial. Eranya orang-orang yang peduli pada lingkungan sosial. Contohnya saja, Gojek. Lebih menarik lagi kalau digabungkan dengan entertainment. Karena dunia entertainment sangat strategis untuk mempercepat branding. Jadi, bisa kita gabungkan antara concern sosial, entrepreuner, dan entertainment. Seperti halnya Korea yang maju dengan pola seperti itu.
Mengapa dulu terpikir ingin mengambil jurusan kesejahteraan sosial?
Jaman dulu mana ada yang tidak terjebak hehehe. Maksudnya, kita masuk tanpa kenal dan tahu bidang ilmu di dalamnya. Tapi saya memilihnya karena tertarik dengan masalahmasalah sosial. Banyak mata kuliah menarik waktu itu, tanpa saya tahu kelak mau jadi apa. Saya ingat mata kuliah COCD, Community Organization Community Development. Sebenarnya itu sangat relevan dengan jaman sekarang. Jamannya komunitas di mana empower people dan membuat program yang sustain. Secara tak sadar sebetulnya kita menjalankan itu di filosofi kopi. Misalnya, saya ajak teman-teman untuk concern terhadap petani kopi. Kita buat program yang peduli pada kopi Indonesia dan petani. Bisa dibilang gerakan kita itu kalau dihubungkan dengan mata kuliah tadi jelas sekali. Jadi bagi saya secara prinsip ada cukup pengaruhnya.
Seperti apa pengalaman dan aktivitas dulu semasa kuliah?
Waktu kuliah saya cukup depress, rasanya seperti terisolir. Karena waktu kuliah
di jurusan itu tahunya kalau kerja nanti kayak di panti-panti sosial semacam itu. Sebetulnya, hal ini seharusnya menjadi tantangan bagi jurusan atau fakultas bagaimana membuat inovasiinovasi yang relevan dengan lingkungan. Saya dulu enggak ngeh dengan pekerjaan-pekerjaan seperti menangani empower petani-petani misalnya, seperti yang ada sekarang ini. Di kampus saya termasuk mahasiswa paspasan, kurang berprestasi, dan biasa-biasa saja. Waktu mahasiswa hobinya main tenis. Kemanamana bawa raket tenis dan menemani dosendosen main tenis. Mungkin orang melihatnya saya orang yang enggak serius kuliah.
Apa yang menjadi harapan ke depan?
Sebetulnya, market kopi ini berkembang sangat pesat. Kalau dibagi ada 3 negara yaitu negara yang sudah establish sebagai peminum kopi yang sudah menjadi kebutuhan seperti Amerika dan Eropa. Kedua, negara penghasil kopi sekaligus konsumen seperti halnya Indonesia. Ketiga yaitu negara yang baru sama sekali menjadi konsumen kopi seperti Cina. Jadi, market Asia akan tumbuh termasuk Indonesia. Kita sangat ambisius untuk ekspor dan ekspansi terutama biji kopinya. Untuk kedai kopi ini kita juga akan buka banyak cabang, seperti di Bintaro, Bali, dan lainnya. Kini kedai kopi yang ada merupakan third wave coffee, di mana kedai kopi mempunyai spirit kolaborasi antara petani kopi dan barista. Gelombang ini sangat positif untuk kopi Indonesia, karena kedai kopi tidak lagi memperlakukan kopi secara masal atau sekedar tempat meeting point di mana orang kurang menikmati kopi. Kedai kopi kini berkembang bersama dengan baristabaristanya. Kita juga berkomitmen dengan membuat program three saver yaitu dengan menanam pohon dengan menyumbang benih, melakukan pendampingan petani kopi dan sistem pengairannya. Jadi, melakukan kolaborasi dengan petani, back to farm. Kita sudah melakukannya di daerah Merapi, Pengalengan, Kintamani, dan Gunung Kelir di Jawa Tengah. Kita usahakan sampai sekarang membina hubungan dengan petani karena peran mereka penting bagi industri kopi. Selain itu, sebetulnya saya juga punya concern dengan ekonomi kreatif. Kita akan membuat talkshow dengan para penggerak industri kreatif di kedai ini. Namanya kreatif itu tidak sekedar satu sektor saja, semisal film, tapi juga harus masuk ke segala lini dan strategik, misalnya memajukan pertanian, perindustrian, perdagangan, dan sebagainya.
Apa kegiatan sekarang ini?
Saya sedang mempersiapkan film anak. Juga bekerjasama dengan Visinema membuat film Surat dari Praha. Kegiatan saya lumayan mobile, berkantor di Cilandak atau meeting di Kedai, mencari sponsor, mengonsep program, dan sebagainya.(dedeh/ft: mudak yassin)
Edisi November-Desember, 2015
alumni
39