Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD DI GUGUS III KECAMATAN SERIRIT KABUPATEN BULELENG TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Nyoman Ayu Aryani1, I Nyoman Jampel2, I Kadek Suartama3 1
Jurusan PGSD, 2,3Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar pada pembelajaran IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI) atau pembelajaran langsung pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah keseluruhan 129 orang. Ini ditentukan setelah dilakukan uji kesetaraan menggunakan ANAVA satu jalur. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN 1 Seririt dengan jumlah 24 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SDN 3 Seririt dengan jumlah 29 orang sebagai kelompok kontrol. Data tentang prestasi belajar ranah kognitif dikumpulkan dengan menggunakan tes obyektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan prestasi belajar pada pembelajaran IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Direct Instruction (DI). Hal ini ditunjukkan oleh skor rata-rata yang diperoleh siswa yang dibelajarkan menggunakan model Think Pair Share (TPS), yaitu 36,45 yang berada pada kategori tinggi dan model pengajaran langsung (direct instruction), yaitu 29,51 yang berada pada kategori rendah dan hasil dari uji t yaitu thitung = 8,464, dan ttabel = 1,671 jadi t hitung > ttabel. Nilai uji-t tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Think Pair Share (TPS) berpengaruh terhadap hasil tes prestasi belajar IPS siswa.
Kata-kata kunci: TPS, prestasi belajar IPS.
ABSTRACT This research intendid to obtain the differences of student achievement between a group of students who learned social subject using Learning Model Think Pair Share ( TPS ) strategy and those who using Direct Instruction ( DI ) or direct instruction strategy in the fifth grade students of elementary school in Cluster III District Buleleng regency Seririt Academic Year 2013/2014. This was quasi-experimental research. The population was all students in fifth grade elementary school in Cluster III District Buleleng regency Seririt academic year 2013/2014 which consists of 5 classes with total of students are 129. It was set after having a test equivalence using ANOVA one lane. The Samples were fifth grade students at SDN 1 Seririt with 24 students as the experimental group and fifth grade students at SDN 3 Seririt with the number 29 as the control group . The Data of learning social achievements was
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) collected using an objective matter. The data gained were analyzed using descriptive statistical analysis techniques and inferential statistics, namely t-test. The results showed that there were differences in student achievement between a group of students who learned social subject using Think Pair Share ( TPS ) strategy and those who using Direct Instruction ( DI ) strategy. The result of this research showed that there was a difference on the students acheivement in learning social between a group of students who learned using think pair share and those whoused direct instruction. it was proved by the students’ average score who learned using Think pair share model was 36.50 which categorized in high level and those who used direct instruction model was 29.51 which categorized in low level and also the result of t-test showed that t count = 8,464, and ttabel = 1,671sot hitung> ttabel. . The score of the t-test showed that think pair share (TPS) affected the students achievement in learning social.
Key words: TPS, DI, Learning Social Achievement
PENDAHULUAN Dalam era globalisasi dewasa ini, berkembang sangat pesat. Salah satu dampak globalisasi yaitu pada bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Untuk itulah, dibutuhkan manusia-manusia yang mempunyai sumber daya manusia yaitu melalui pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia agar dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, sehingga mampu menghadapi semua perubahan zaman yang akan menuntut mereka untuk berpikir logis, sistematik, kritis, kreatif, cerdas, terbuka, dan mempunyai rasa ingin tahu. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan mendapatkan pendidikan, peserta didik diharapkan mampu mengembangkan potensi sesuai bakat dan minat mereka masing-masing sehingga mereka memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu mata pelajaran yang diupayakan untuk dapat membentuk SDM yang berkualitas adalah melalui mata pelajaran IPS. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai (PERMENDIKNAS Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi). Dengan mempelajari IPS sesuai dengan standar isi
tersebut, maka peserta didik diharapkan memiliki bekal yang cukup dalam pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Oleh sebab itu, pembelajaran IPS sejak dini sangat penting bagi peserta didik. Pembelajaran IPS sejak dini dapat dilakukan mulai jenjang pendidikan SD. Pada jenjang pendidikan SD, pembelajaran IPS dilakukan secara terpadu. Pembelajaran tersebut dilakukan untuk menanamkan pemahaman peserta didik tentang aspekaspek dan gejala-gejala sosial yang terjadi di masyarakat dan lingkungannya. Secara lebih jelas, pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Namun, kondisi pendidikan dan pembelajaran IPS yang berlangsung saat ini terutama pada jenjang pendidikan SD tidak sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari kompetensi guru dalam mengajar yang lebih cenderung melakukan pembelajaran sepihak dan kurang mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami gejala-gejala sosial yang terjadi di sekitarnya. Guru cenderung lebih fokus pada buku teks daripada mengembangkan materi sesuai dengan kondisi lingkungan siswa. Pembelajaran IPS yang membutuhkan wawasan yang luas, malah menjadi pembelajaran yang lebih terpusat pada permasalahan-permasalahan sesuai dengan buku. Pembelajaran yang lebih berpusat pada guru, membatasi partisipasi siswa saat
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) belajar, sehingga siswa kurang mampu menyerap pembelajaran yang dilakukannya secara optimal. Kurang maksimalnya proses pembelajaran IPS juga disebabkan oleh kurangnya wawasan guru dalam melakukan inovasi-inovasi baru dalam mengelola pembelajaran, seperti kurangnya variasi dalam penggunaan model, metode, dan media pembelajaran. Hal-hal tersebut menjadi permasalahan yang banyak dialami oleh para guru sehingga pembelajaran IPS yang seharusnya menjadi pembelajaran yang menyenangkan menjadi malah terkesan membosankan dan monoton. Kondisi pembelajaran IPS yang demikian juga terjadi di Gugus III Kecamatan Seririt. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, dalam pembelajaran IPS guru lebih sering menjelaskan kemudian dilanjutkan dengan latihan soal sehingga pembelajaran masih didominasi oleh guru, dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Selain itu, siswa kurang dibiasakan bekerja dalam kelompok sehingga siswa kurang terbiasa untuk berdiskusi dengan siswa lainnya, menyampaikan pendapatnya masing-masing dan menghargai pendapat siwa lainnya. Siswa juga tidak mempunyai keberanian untuk bertanya atau mengajukan permasalahan kepada guru dan temannya. Siswa jarang diminta untuk menyimpulkan materi yang sedang dibahas, sehingga guru tidak bisa mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya. Akibatnya, keterlibatan siswa dalam interaksi pembelajaran masih rendah, baik itu interaksi atau kerjasama antar siswa, maupun interaksi siswa dengan guru. Selain masalah yang telah diungkapkan di atas, ada masalah lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar siswa, yaitu penggunaan media pembelajaran. Di SD ini para guru jarang menggunakan media dalam pembelajaran, bahkan tidak pernah menggunakannya. Untuk mata pelajaran lain tidak pernah menggunakan media. Karena guru-guru di SD ini kurang kreatif dalam hal media pembelajaran. Guru hanya mengandalkan buku saja untuk menjelaskan materi. Hal tersebut, tentu saja sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Faktor-faktor di atas berdampak pada ketidaktercapaian tujuan pembelajaran yang
diharapkan secara optimal, sehingga menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Demi mengatasi permasalahan di atas, peneliti berusaha menerapkan model yang relevan terhadap pembelajaran IPS, yaitu model pembelajaran Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Trianto, 2007). Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) membantu siswa menginterpretasikan ide mereka bersama dan memperbaiki pemahaman. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) cocok digunakan di SD karena anak SD menyukai hal baru dan hal yang menarik, serta siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang sulit. Penerapan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) telah dibuktikan oleh beberapa peneliti diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Bangbang (2011) dan Udayani (2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bambang, aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD No.1 Bubunan tahun pelajaran 2011/2012 dapat meningkat yaitu pada siklus I persentase rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 61,43 % dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan persentase 81,60%. Begitu pula dengan penelitian Udayani, menunjukkan adanya peningkatan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Dapat dilihat dari persentase rata-rata untuk aktivitas belajar siswa sebesar 67,75% menjadi 83,69% dan untuk hasil belajar siswa yaitu 65,40% menjadi 79,75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antar aktivitas dan hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan yang dibelajarkan dengan menggunakan model TPS. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar pada pembelajaran IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan model pembelajaran Direct Instruction (DI) pada siswa kelas V SD di
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Gugus III Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SD Gugus III, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng pada bulan Juli tahun 2013. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Seririt dengan jumlah 24 orang dan siswa kelas V SD Negeri III Seririt dengan jumlah 29 orang. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Direct Instruction (DI), sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah prestasi belajar IPS. Penelitian ini termasuk eksperimen semu. Adapun desain penelitiannya adalah Post-test only with non equivalen control group design. Pada penelitian ini dilakukan post-test. Post-test diberikan setelah menerapkan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (treatment). Untuk dapat mengungkapkan secara tuntas mengenai permasalahan yang diajukan, adapun tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1) tahap persiapan, meliputi: a) observasi terhadap rancangan dan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dengan guru pengampu mata pelajaran IPS kelas V, b) menentukan populasi dan sampel penelitian, c) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan menentukan pokok bahasan. d) membuat kisi-kisi instrument, e) Menyusun instrumen penelitian berupa soal objektif. f) mengonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen yang akan digunakan untuk penelitian dengan dosen pembimbing dan guru pengampu mata pelajaran IPS, g) melaksanakan uji coba instrument untuk menentukan validitas dan reliabilitas. 2) Tahap pelaksanaan, meliputi: a) melaksanakan pembelajaran yaitu member perlakuan berupa penerapan model TPS, b) memberikan post-test kepada sampel penelitian. 3) Tahap akhir penelitian, meliputi: menganalisis data hasil penelitian
untuk menentukan hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Metode tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar IPS siswa kelas V pada ranah kognitif. Butir-butir tes yang digunakan sesuai dengan pokok bahasan yang telah diberikan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes objektif dalam bentuk pilhan ganda. Tes pilihan ganda diberikan pada akhir pembelajaran (Post-tes). Skor minimal setiap butir tes adalah 0 (nol) dan skor maksimalnya adalah 1 (satu). Data yang telah diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan mencari mean, median, dan modus dari data sampel. Mean, median, dan modus digunakan untuk membantu dalam membuat penyajian data deskripsi prestasi belajar IPS siswa pada kelompok sampel. Modus, median, dan mean disajikan dalam bentuk grafik polygon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan data prestasi belajar IPS siswa pada post-test. Jika M > Md > Mo maka kurve juling positif, ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah. Jika M < Md < Mo maka kurve juling negatif, ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Jika M = Me = Mo, maka kurve normal. Selain itu, data yang telah diperoleh diuji dengan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran dilakukan untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas data untuk skor prestasi belajar IPS siswa dilakukan dengan uji Chi-Kwadrat pada taraf signifikan 5% yaitu db = (k (jumlah kelas) 1). Dalam penelitian ini menggunakan dua parameter yaitu nilai rata-rata hitung dan standar deviasi. Sedangkan uji homogenitas merupakan analisis prasyarat sebelum dilakukan uji hipotesis. Uji homogenitas ini dilakukan untuk mencari tingkat kehomogenan yang diambil di kelompok sampel dari hasil post-test. Untuk menguji tingkat kehomogenan dapat menggunakan uji F dengan kriteria pengujian, jika
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Ftabel maka sampel tidak homogen Ftabel maka sampel jika Fhit
dan homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1. Setelah uji prasyarat, kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Analisis uji-t karena penelitian ini merupakan penelitian dengan membandingkan 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat yang datanya bersifat skor. Hipotesis yang diuji hipotesis nol (H0) yang berbunyi: ” Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Sedangkan dalam perhitungan statistik digunakan hipotesis kerja (HA) yang berbunyi: ”Terdapat pengaruh model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar pada pembelajaran IPS siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng 2013/2014. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis uji-t sampel berkorelasi dengan kriteria H0 diterima dan HA ditolak, jika harga t-hitung < t-tabel. H0 ditolak dan HA diterima, jika harga t-hitung > t-tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil tes prestasi belajar yang diperoleh melalui post-test untuk kelompok eksperimen terhadap 24 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 42 dan skor terendah adalah 31, dengan M < Md < Mo (36,45 < 36,50 < 38). Jika mean, median dan modus digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa kurve sebaran data kelompok sampel merupakan juling negatif seperti pada Gambar 1.
4.5 4 3.5 Frekuensi
Fhit
3
2.5 2
1.5 1 0.5 0 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 M
Mo
Nilai Tengah
Gambar 1. Grafik Polygon Data Hasil Post-test Kelompok Eksperimen Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan mengikuti skala penilaian atau kategori pada skala lima dan disesuaikan dengan analisis data bahwa nilai mean dari post-test siswa kelompok eksperimen adalah 36,45. Maka, nilai mean dari post-test tersebut berada pada kategori sangat tinggi. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri 1 Seririt, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 sesudah digunakannya model pembelajaran TPS tergolong tinggi. Sedangkan hasil post-test siswa pada kelompok kontrol masi tergolong rendah, bila dibandingkan dengan rata-rata prestasi belajar dengan digunakannya model TPS. Hal ini terlihat dari skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 37 dan skor terendah adalah 26. Dari analisis data diperoleh mean 31,6, dengan M > Md > Mo (36,45 > 36,50 > 38). Jika mean, median dan modus digambarkan dalam grafik polygon tampak bahwa kurve sebaran data kelompok sampel merupakan juling positif seperti pada Gambar 2.
Frekuensi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nilai Tengah
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan mengikuti skala penilaian atau kategori pada skala lima dan disesuaikan dengan analisis data bahwa nilai mean dari post-test siswa kelompok kontrol adalah 29,51. Maka, nilai mean dari post-test tersebut berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar IPS siswa kelas V tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 3 Seririt, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng sesudah digunakannya model pembelajaran langsung tergolong rendah. Rangkuman hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 1.
Gambar 2. Grafik Polygon Data Hasil Post-test Kelompok Kontrol Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Post-test Post-test
Statistik Mean Median Modus Varians Standar Deviasi Skor maksimum Skor minimum Setelah menganalisis data dengan mencari modus, median dan mean, dilanjutkan dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi kuadrat, tes prestasi belajar IPS siswa kelompok eksperimen (X2hitung) adalah 5 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan db = 11, harga X2tabel = 19,675. Hal ini berarti X2hitung < X2tabel, maka data tes
Eksperimen 36,45 34,5 38 9,97 3,15 42 31
Kontrol 29,51 29,50 29 8,11 2,84 35 24
prestasi belajar IPS siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Prestasi Belajar IPS siswa kelompok kontrol (X2hitung) adalah 7,827, sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 3, harga X2tabel = 19,675. Hal ini berarti X2hitung < X2tabel, maka data tes prestasi belajar IPS siswa kelompok kontrol berdistribusi normal.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Sampel Post test Kelompok Eksperimen Post test Kelompok Kontrol
X2hitung 5
X2tabel 19,675
Keterangan Normal
7,827
19,675
Normal
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Setelah melakukan uji normalitas sebaran data, dilakukan uji homogenitas. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas, diperoleh Fhit = 1,22, sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% serta db pembilang 23
dan db penyebut 28 adalah 1,91. Hal ini berarti Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan varians homogen. Rangkuman hasil uji homogenitas varians kelompok sampel disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji homogenitas varians kelompok sampel Sampel Fhitung Kelompok Eksperimen 1,22 Kelompok Kontrol Setelah uji prasyarat, dilanjutkan dengan perhitungan uji-t. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung sebesar 8,646 dan ttabel sebesar 1,671. Hal ini berarti thitung lebih besar dari nilai ttabel (8,646 > 1,671), sehingga Ho ditolak dan HA di terima. Ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi
Ftabel 1,91 belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction (DI) Rangkuman hasil uji-t kelompok sampel disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Kelompok
N
Dk
X
Eksperimen 24 51 36,45 Kontrol 29 51 29,51 Hasil analisis terhadap skor tes prestasi belajar IPS siswa menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai kelompok eksperimen sebesar 36,45 sedangkan rata-rata skor kelompok kontrol sebesar 29,51, serta hasil uji-t sebesar 8,646. Nilai uji-t tersebut menunjukkan bahwa hasil tes prestasi belajar IPS pada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada hasil tes prestasi belajar IPS siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Direct Instruction (DI). Dengan kata lain, ada pengaruh positif pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Seririt, KabupatenBuleleng. Ini berarti bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan prestasi belajar IPS siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif terjadi karena diterapkannya model pembelajaran TPS. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama, Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi
S1
thitung
ttabel
9,97 8,646 1,671 8,11 siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerjasama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompokkelompok kecil secara kooperatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunter (1999), yang menyatakan bahwa Think Pair Share dapat meningkatkan partisipasi dan meningkatkan banyak informasi yang dapat diingat siswa. Melalui TPS siswa saling belajar dan berupaya bertukar pikiran dan rasa percaya diri sebelum mengemukakkan idenya ke kelompok yang lebih besar. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa mempuyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena mereka sudah memikirkan jawaban atas pertanyaan guru. Faktor kedua, Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. Mampu menjunjung akuntabilitas individu karena mereka saling berbagi ide dalam kelompok maupun antar kelompok atau seluruh kelas. Interaksi yang
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang. Faktor ketiga, dalam proses pembelajaran TPS bersifat studentcentered. Siswa diberikan kesempatan untuk mencari tahu sendiri jawaban atas permasalahan yang diberikan melaui tim belajar dengan cara berpasangan. Dalam proses pembelajaran menggunakan model TPS, guru hanya berperan sebagai fasilitator atau pembimbing dalam proses pembelajaran, yaitu menyediakan kondisi yang kondusif selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan menyajikan masalah-masalah yang menantang bagi siswa melalui pemberian lembar masalah yang dikerjakan pada masing-masing kelompok, sehingga muncul motivasi dalam diri siswa untuk memecahkannya. Sa’dijah, Cholis, 2006 (dalam Muhamad Adib, hal : 18) menyatakan bahwa ’pembelajaran TPS melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman’. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) didukung oleh teori belajar sosial dan teori konstruktivis (Trianto, 2007). Menurut teori belajar sosial, bahwa perilaku, berbagai faktor pribadi, dan kejadian di lingkungan sekitar bekerjasama sebagai penentu yang interaktif atau penyebab dari satu terhadap lainnya dalam sistem diri seseorang. Selanjutnya, menurut teori konstruktivis, siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Jadi, berdasarkan kedua teori tersebut, model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ditekankan pada perilaku siswa untuk menemukan informasi kompleks yaitu dengan bekerjasama atau mengadakan interaksi dengan yang lainnya. Dalam model pembelajaran TPS terdapat 3 tahapan penting, yakni Think, Pair, and Share . Pada tahap Think, (siswa diberikan permasalahan kemudian berpikir secara individual), permasalahan bisa dalam bentuk LKS ataupun pertanyaan, tergantung materi yang diajarkan, Pair
(berpasangan dengan teman sebangku), siswa mendiskusikan permasalahan yang diberikan oleh guru dengan teman sebangkunya dan Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas), setelah semua pasangan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kemudian masing-masing pasangan membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Berbeda halnya dengan model pembelajaran TPS, dalam pembelajaran DI siswa tidak dihadapkan pada masalah. Model pembelajaran DI lebih bersifat teacher centered. Dalam proses pembelajaran DI guru menyampaikan materi dan siswa bertugas untuk menyelidiki kebenaran materi-materi tersebut dengan petunjuk-petunjuk penyelidikan yang detail. Sehingga, siswa tidak diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang akan dikaji. Siswa sebagai penerima informasi yang pasif. Kondisi ini cenderung membuat siswa tidak termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, dan sulit mengembangkan keterampilan berpikir. Kondisi-kondisi tersebut mengakibatkan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif yang tidak optimal. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Bambang (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa yang diberikan perlakuan dengan model TPS lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang belajar dengan model konvensional. Temuan lain yang bisa diungkapkan dari hasil penelitian ini adalah meningkatnya prestasi belajar IPS siswa selama pembelajaran. Siswa banyak menanyakan hal-hal baru yang disajikan guru tentang materi IPS. Rasa ingin tahu tidak hanya ditunjukkan saat di dalam kelas namun juga diluar jam belajar. Selain itu juga siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Peningkatan prestasi belajar pada kelompok eksperimen ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Melly Udayani (2010). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD No. 1 Pemaron tahun
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pelajaran 2010/2011 dapat meningkat dan berhasil tercapai. Selain rasa ingin tahu yang tinggi, siswa di kelas eksperimen juga menunjukkan antusias belajar yang tinggi dengan mulai bersikap disiplin untuk masuk kelas tepat waktu serta lebih fokus selama pembelajaran. Dengan temuan-temuan yang telah diuraikan di atas, maka jelaslah bahwa model pembelajaran TPS ini dapat merubah pandangan negatif siswa terhadap pelajaran IPS sekaligus berpengaruh positif terhadap prestasi belajar IPS siswa. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) Nilai rata-rata tes prestasi belajar IPS pada siswa setelah mengikuti model TPS adalah sebesar 36,4 dan berada pada kategori tinggi, (2) Nilai rata-rata tes prestasi belajar IPS pada siswa setelah mengikuti model DI adalah sebesar 31,6 dan berada pada kategori rendah, (3) terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran TPS dengan kelompok siswa yang menggunakan model DI. Nilai rata-rata prestasi belajar kelompok siswa yang menggunakan model pembelajaran TPS lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ratarata prestasi belajar kelompok siswa yang menggunakan model DI. Hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung = 8,646 dan ttabel = 1,671 (thitung > ttabel). Nilai uji-t tersebut menunjukkan bahwa hasil tes prestasi belajar IPS pada siswa yang belajar dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada hasil tes prestasi belajar IPS siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Direct Instruction (DI). Hal ini berarti model Think Pair Share (TPS) memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar IPS pada siswa. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu disarankan kepada para guru agar menjadikan model ini sebagai salah satu alternatif model pembelajaran dalam rangka meningkatkan keefektifan proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dalam kegiatan pembelajaran harus dilatih secara bertahap terutama bagi sekolah yang proses pembelajarannya monoton menggunakan model konvensional. Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) sangat bermanfaat bagi siswa untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa tidak hanya belajar dengan cara menghafal materi saja tetapi benar-benar memahami materi pelajaran karena siswa sendiri yang menemukan jawabannya sendiri sehingga ingatan siswa akan dapat bertahan lebih lama, yang nantinya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran TPS juga perlu dilakukan penelitian pada pokok bahasan yang lainnya. Hal ini bertujuan untuk mengungkap keefektifan model pembelajaran TPS dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan lainnya. DAFTAR RUJUKAN Adib,
Muhamad. 2010. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Think Pair Share Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Manggis I Ngancar Kab. Kediri. Sekripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim
Agung, A. A Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Awalludin, dkk. 2009. Statistika Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. . Bambang Udrayana, Ni Made. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa kelas V Semester Genap Di SD 1 Bubunan Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2011/2012. Singaraja: Undiksha
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Gunter, dkk. 19999 (dalam Hafidz, 2012). Manfaaat Model Pembelajaran Think Pair Share. Tersedia pada http://matheducations.blogspot.com/ 2012/11/model-pembelajarankooperatif-think_125.html. diakses tanggal 15 Oktober 2012. Indien. 2012. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share. Tersedia pada http://007indien.blogspot.com/2012/ 09/pembelajaran-kooperatif-tipethink-pair_1476.html . Diakses tanggal 12 Desember 2012. Jones.
2002 (dalam Hafidz, 2012). Manfaaat Model Pembelajaran Think Pair Share. Tersedia pada http://matheducations.blogspot.com/ 2012/11/model-pembelajarankooperatif-think_125.html. diakses tanggal 15 Oktober 2012.
Koyan. 2011. Asesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: Undiksha Melly.
2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Nomor 1 Pemaron Tahun Pelajaran 2010/2011. Singaraja: Undiksha
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivisik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.