KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG DENGAN MENGGUNAKAN PAKAN LIMBAH SAYURAN PASAR Nizar Ramadhan 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Unang2) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] Dedi Sufyadi 3) Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya, penerimaan, pendapatan dan kelayakan usaha penggemukan sapi potong. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus pada peternak sapi di Kelurahan Tamanjaya Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Agustus 2015 sampai dengan bulan Januari 2016. Usaha sapi potong yang dilakukan oleh peternak menghasilkan sebanyak 14 ekor selama satu kali produksi (enam bulan) dengan harga jual per ekor sebesar Rp 15.500.000. Biaya yang dikeluarkan selama satu kali produksi sebesar Rp 182.750.000., penerimaan sebesar Rp 217.000.000 dan pendapatan sebesar Rp 34.250.000.Tingkat kelayakan dari usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran menghasilkan perhitungan Revenue Cost Ratio (R/C) sebesar 1,19 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan maka akan menghasilkan penerimaan sebesar sembilan belas rupiah. Pemeliharaan sapi potong harus lebih efisien dan peternak melakukan penambahan skala usaha untuk meningkatkan hasil pendapatan dalam satu kali produksi. ABSTRACT
This study aims to determine the costs, revenues, earnings and business feasibility fattening beef cattle. The method used in this study is the case study method on dairy farmers in the village Tamanjaya Castle District Tasikmalaya. This study was conducted over five months from August 2015 to the month of January 2016. Beef cattle business done by breeders produce as much as 14 tails during the time of production (six months) with a selling price of Rp 15.500.000 per head. Costs incurred during the time of production of Rp 182.750.000., Revenues of Rp 217.000.000 and revenues of Rp 34.250.000. The feasibility of fattening beef cattle feed using waste vegetable produce calculations Revenue Cost Ratio (R/C) of 1,19 means that every single rupiah costs it will generate revenue of nineteen 1) Peneliti 2) Pembimbing 1 3) Pembimbing 2
1
2
rupiah. Maintenance should be more efficient beef cattle and breeders make additions scale effort to increase revenue in a single production. PENDAHULUAN
Sudah kita ketahui sejak dulu Indonesia merupakan negara agraris yang mana mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah di sektor pertanian, maka dapat dipastikan bahwa sektor pertanian merupakan faktor penting bagi pertumbuhan sektor ekonomi penduduknya. Sektor pertanian menyediakan pangan dan lapangan pekerjaan bagi mayoritas penduduknya. Meningkatnya jumlah penduduk disertai dengan peningkatan ekonomi nasional menyadarkan masyarakat terhadap kebutuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Hal itu menyebabkan meningkatnya permintaan produk-produk yang berasal dari hewan ternak. Peternakan di Indonesia terdapat beberapa jenis hewan ternak yang menjadi sumber penghasilan peternak nasional yaitu ternak sapi, domba, kambing, dan kerbau. Lahan pertanian yang semakin menyempit disebabkan oleh sektor non pertanian. Hal tersebut menyebabkan para petani Indonesia mulai mencari kegiatan lain untuk memenuhi kebutuhannya, salah satunya usaha ternak. Para peternak terus mencoba untuk mengembangkan peternakan di Indonesia untuk memenuhi banyaknya permintaan hasil peternakan yang dibutuhkan oleh pasar. Ada beberapa jenis sapi potong di dunia, diantaranya ada sapi potong impor dan sapi potong lokal. Sapi potong impor di Indonesia sudah banyak di kenal dan digemukan oleh masyarakat untuk dikonsumsi dagingnya atau dijadikan olahan oleh pabrik-pabrik menjadi makanan setengah jadi. Ada beberapa sapi potong impor yang cocok dengan iklim di Indonesia. Jenis sapi potong impor di Indonesia yaitu sapi aberdeen angus, sapi limosin, sapi hereford, dan sapi simmental. Adapun jenis sapi lokal yaitu sapi bali, sapi madura, sapi peranakan ongole (PO). Jenis sapi tersebut sapi potong impor lebih unggul dibandingkan sapi potong lokal dari segi ukuran badan dan bobotnya lebih besar, dalam pertumbuhannya sapi impor lebih cepat besar dari pada sapi lokal. Kota Tasikmalaya adalah salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 183,85 km2 berpotensi untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian atau peternakan. Salah satu wilayah yang mengembangkan usaha ternak sapi potong adalah kampung Palahan kelurahan Tamanjaya kecamatan Tamansari. Usaha ternak sapi potong ini bagi masyarakat tersebut sudah dilakukan sudah lama tetapi hanya sebatas pengusahaan sampingan. Salah satu ciri dari usaha sampingan tersebut, tidak seluruh potensi tenaga kerja keluarga dicurahkan pada usaha tersebut. Begitu pula skala usahanya, masih relatif kecil berkisar 5-10 ekor. Berkaitan dengan berbagai permasalahantersebut maka pemanfaatan bahanpakan lokal perlu dioptimalkan sehinggadapat menekan biaya pakan tanpa
3
menggangguproduktivitas ternak. Salah satuupaya yang dapat ditempuh adalah dengan memberikan pakan limbah sayuran pasar pada ternak sapi potong.Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan sekitar. Dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan dapat dikategorikan dalam tiga aspek yaitu dampak terhadap kesehatan, lingkungan, dan dampak secara sosial ekonomi (Gelbert, dkk 1996). Berdasarkan hal di atas maka, penulis ingin mengetahui analisis usaha penggemukan ternak sapi potong yang diberi pakan limbah sayuran pasar, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :1) Bagaimana aspek budidaya pembesaran sapi potong yang dilakukan oleh peternak? 2) Berapa biaya, penerimaan, dan keuntungan pada usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar? 3) Bagaimana kelayakan usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar? Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, 1) Aspek budidaya pembesaran sapi potong. 2) Biaya, penerimaan, dan keuntungan pada usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar. 3) Kelayakan usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada seorang peternak sapi di Kelurahan Taman Jaya, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya.Menurut Moehar Daniel (2003) studi kasus adalah penelitian yang sifatnya lebih terarah atau terfokus pada sifat tertentu yang tidak berlaku umum, biasanya dibatasi oleh kasus, lokasi, tempat tertentu dan waktu tertentu. Penentuan lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive sampling). Pertimbangan tersebut bahwa peternak sapi tersebut merupakan peternak yang mengusahakan penggemukan sapi potong dengan pakan limbah sayuran pasar di Kota Tasikmalaya, dengan jumlah sapi potong sebanyak 14 ekor sapi pada satu kandang. Kerangka Analisis Penelitian ini dilakukan analisis deskriptif untuk menjelaskan tentang aspek teknis budidaya pembesaran sapi potong. Analisis finansial digunakan untuk menghitung besarnya biaya, pendapatan, penerimaan, serta kelayakan usaha budidaya sapi potong dengan perhitungan sebagai berikut : 1) Biaya total diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya tetap dengan total biaya variabel dengan rumus sebagai berikut. TC
= TFC + TVC
4
Keterangan : TC = Total cost (biaya total) TFC = Total Fixed Cost (total biaya tetap) TVC = Total Variable Cost (total biaya variabel) 2) Secara umum total penerimaan dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut. TR
= TP.HP
Keterangan : TR = Penerimaan Total (Total Revenue) TP = Produksi Total HP = Harga satuan Produksi 3) Pendapatan π
= TR – TC
Keterangan : π
= Pendapatan usahatani
TR
= Penerimaan Total
TC
= Biaya Total
4) Analisis kelayakan usaha menggunakan analisis (R/C) R/C rasio = R/C ini menunjukan penerimaan yang diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk satu kali periode produksi. Kriteria pengambilan keputusannya sebagai berikut : 1. Nilai R/C > 1 usaha memiliki keuntungan, sehingga layak untuk dijalankan. 2. Nilai R/C < 1 usaha dalam keadaan rugi, sehingga tidak layak dijalankan lagi. 3. Nilai R/C = 1 usaha berada pada titik impas, sehingga usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan atau tidak memperoleh kerugian (impas). HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Budidaya Sistem Perkandangan Kandang merupakan bangunan atau tempat tinggal yang digunakan oleh hewan ternak. Kandang berfungsi sebagai pelindung bagi ternak dan penunjang produktivitasnya. Kebanyakan kandang yang dipergunakan yaitu kandang setengah tertutup, hal tersebut untuk memudahkan peternak mengontrol ternaknya. Akan tetapi sistem perkandangan yang digunakan peternak responden
5
berbeda dengan kandang lainnya. Kandang yang digunakan yaitu kandang tertutup, hal tersebut untuk mengurangi faktor lingkungan yang kurang menguntungkan, seperti hujan, banjir, angin kencang, terik matahari dan gangguan pencuri. Sementara sebagai penunjang produktivitas, kandang memudahkan dalam pemeliharaan ternak sehari-hari, khususnya penanganan pengawasan terhadap ternak dapat dilakukan lebih teliti, baik menyangkut masalah kesehatan maupun reproduksi ternak. Manfaat kandang yang berkaitan dengan fungsi tersebut adalah untuk memudahkan pada waktu pengambilan, pengumpulan dan pembersihan kotoran ternak berupa campuran berupa feses, urin dan sisa pakan yang bermanfaat bagi lahan pertanian. Kandang terbuka kekurangannya yaitu mencemari lingkungan di sekitar kandang akan terasa bau ternak yang dipeliharanya berbeda dengan kandang tertutup. Jadi apabila kandang tersebut berada di sekitar rumah warga lebih baik menggunakan kandang tertutup. a) Atap Kandang Kemiringan atap harus diatur agar air hujan dapat meluncur lancar sehingga pada musim hujan tidak masuk ke dalam ruangan kandang. Jenis atap yang digunakan peternak yaitu menggunakan genteng, karena dengan menggunakan genteng akan mengurangi tingkat suhu panas di dalam kandang dibandingkan dengan kandang yang menggunakan asbes. Menurut Edy Rianto dan Endang Purbowati, (2009) didasarkan pada segi ekonomis dan pengetahuan peternak bahwa atap tersebut dapat menahan panas sinar matahari. b) Dinding Kandang Dinding kandang berfungsi untuk membentengi ternak agar tidak lepas, menahan angin ke dalam kandang dan menahan keluarnya panas dari tubuh ternak itu sendiri pada malam hari. c) Lantai Kandang Peternak menggunakan lantai beton untuk lantai kandangnya, karena dengan menggunakan lantai beton lebih mudah untuk membersihkan kotoran dan urin ternak tersebut. Sementara kebanyakan peternak lain hanya menggunakan tanah sebagai lantai kandangnya.
6
d) Tempat Pakan dan Minum Tempat pakan dan minum yang digunakan peternak responden yaitu membuat tempat pakan dari beton memanjang di depan ternak agar lebih mudah dalam pemberian pakannya dan menggunakan ember sebagai tempat minum. Pemilihan media ember sebagai tempat minum agar lebih praktis dan lebih mudah dibersihkan, tetapi penggunaan media ember sebagai tempat minum tidak menjamin ketersediaan air minum untuk sapi setiap waktu, karena peternak mengisi airnya secara berkala. Sarana dan Prasarana a) Pemeliharaan Sapi Peternak membeli sapi bakalan ketika berumur sekitar satu setengah tahun sampai dua tahun dengan bobot 250 kilogram, sapi bakalan tersebut digemukan selama enam bulan lamanya sehingga bobot tersebut bertambah hingga 450 kilogram. Sapi bakalan yang sudah digemukan dengan bobot sekitar 450 kilogram sudah siap dipasarkan. b) Pemasaran Sapi Pemasaran dalam pemasaran sapi potong memiliki porsi yang cukup penting. Peternak melakukan pemasaran kepada konsumen, peternakan, atau ke pejagalan, bagaimana kondisi yang lebih menguntungkan dalam penjualan. Pembeli sapi potongnyapun ada yang dari wilayah kota Tasikmalaya ada juga yang dari luar kota Tasikmalaya, khususnya Priangan Timur. c) Sarana Produksi Ketersediaan sarana produksi yang berkelanjutan akan mempengaruhi keberlangsungan dari suatu usaha khususnya usaha ternak sapi. Sarana produksi yang mudah didapatkan seperti bibit yang berkualitas, vitamin dan obat-obatan akan memperlancar usaha ternak sapi dan keberlangsungan usaha ternaknya itu sendiri. Ketersediaan sarana produksi seperti vitamin dan obat-obatan yang tersedia di peternak. Akan tetapi ketersediaan bibit yang berkualitas sampai saat ini susah untuk dipenuhi. Hal itu disebabkan oleh adanya kendala yang menyelimuti usaha pembibitan sapi potong, diantaranya adalah skala usaha yang
7
kecil, kualitas pakan yang rendah, produktivitas pembibitan yang rendah dan pemeliharaan yang kurang baik. Peternak responden menggunakan pakan limbah sayuran yang baru atau belum lama dibuang dan menjadi busuk karena pakan yang busuk akan mempengaruhi kepada kesehatan ternak yang dipelihara. Teknik Pemeliharaan a) Iklim Langkah yang paling utama untuk melakukan usaha peternakan sapi adalah menentukan wilayah yang cocok untuk jenis sapi yang akan diternakan. Indonesia tergolong wilayah yang cocok untuk usaha penggemukan sapi potong karena iklimnya adalah iklim tropis. Ciri-ciri iklim tropis adalah kelembaban udara rata-rata diatas 60 persen, curah hujan rata-rata diatas 1800 mm/tahun dan perbedaan suhu antara siang dan malam sekitar 2-5 derajat celcius. b) Sapi Bakalan Bakalan yang digunakan akan sangat mempengaruhi keberhasilan usaha penggemukan sapi potong. Oleh karena itu, perlu penyeleksian yang ketat ketika memilih bakalan, baik dari segi keturunan, umur, bentuk badan dan kesehatan sapi. Beberapa kriteria yang bisa digunakan sebagai patokan dalam memilih bakalan di anataranya bakalan harus merupakan keturunan yang memiliki bobot badan dewasa tinggi, bakalan harus gemuk, sehat, jenis kelamin jantan dan tidak mengidap penyakit. c) Pemberian Pakan dan Minum Jenis pakan yang diberikan peternak yaitu berupa limbah sayuran pasar seperti kulit jagung, kulit kacang garut, pecai, kol dll. Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Banyaknya pakan yang diberikan sebanyak 15 kilogram per sapi setiap harinya. Jadi setiap harinya petani harus membeli 210 kilogram limbah sayuran pasar untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi untuk 14 ekor. Sedangkan pemberian air minumnya dilakukan satu kali setiap hari pada sore hari. d) Sistem Penggemukan Sapi Sistem penggemukan yang dilakukan yaitu sapi yang digemukan di tempatkan di dalam kandang sampai bobot sapi yang diinginkan tercapai dan pemberian pakan dilakukan di dalam kandang. Pakan yang diberikan berupa
8
limbah sayuran pasar, menurut pengetahuan peternak dengan menggunakan pakan tersebut dapat mempercepat pertambahan bobot badan bakalan sapi yang digemukan. e) Kebersihan Kandang Lingkungan peternakan harus bersih dan sehat agar sapi yang digemukan terbebas dari penyakit, ternak-ternak yang dipelihara harus dalam keadaan sehat begitu juga dengan peternak yang memeliharanya harus dalam keadaan sehat karena berhubungan langsung dengan ternaknya. Untuk kebersihan kandang sapi, peternak harus selalu membersihkan kandangnya dari kotoran sapi setiap hari. Kegiatan yang dilakukan peternak sapi yaitu membersihkan lantai kandang, membersihkan kotoran dan mencuci peralatan yang digunakan oleh sapi. f)
Pemberian Vitamin dan Obat-obatan Vitamin dibutuhkan ternak agar dapat hidup dantumbuh secara normal.
Vitamin tidak menghasilkan energi tapi untuk mengatur metabolisme. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil tetapi apabila ternak kekurangan vitamin akan menimbulkan akibat yang parah. g) Pengelolaan Kotoran Kotoran ternak dianggap sebagai limbah yang mencemari lingkungan kandang atau lingkungan sekitarnya. Padahal kotoran ternak dapat dijual atau dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk kandang untuk tanaman. Peternak menjual kotoran ternak tersebut ke petani yang membutuhkan untuk diolah menjadi pupuk kandang. h) Lamanya Penggemukan Sapi Waktu yang dibutuhkan untuk penggemukan sapi selama enam bulan dari sapi bakalan sampai sapi siap jual. Sapi bakalan berkisar umur satu setengah tahun sampai dua tahun. Selama enam bulan penggemukan sapi itu diberikan pakan setiap hari dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar. i) Perbandingan Pakan Rumput dengan Pakan Limbah Sayuran Pasar Pakan rumput banyak digunakan peternak untuk penggemukan sapi potong, dikarenakan rumput mudah untuk didapatkan setiap hari dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk proses penggemukan sapi potong tapi apabila musim kemarau tiba maka rumput susah untuk didapat. Akan tetapi pakan
9
limbah sayuran pasar cukup baik dan lebih cepat dalam pertambahan bobot badan sapi meskipun untuk mendapatkannya memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pakan rumput, pakan limbah sayuran pasar dapat menjadi alternatif lain untuk peternak apabila susah untuk mendapatkan pakan rumput. Perbandingan pertambahan berat badan sapi harian dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Jenis Pakan Penggemukan Sapi Potong Jenis Pakan Rumput
Berat Awal (Kg) 250
Berat Akhir (Kg) 401,2
250 462,4 Limbah Sayuran Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Selisih Berat (Kg) 151,2
Pertambahan Berat Badan Harian (Gram/hari) 840
212,4
1180
Analisis Kelayakan Analisis usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar ditujukan untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Analisis usaha ini ditekankan pada usaha penggemukan sapi potong. Usaha yang bergerak di bidang produksi, maka keuntungan usaha tersebut ditentukan oleh penerimaan dan biaya produksi. Sapi potong yang dijual pada periode bulan Maret sampai dengan bulan Agustus sebanyak 14 ekor sapi potong lokal jawa. Biaya Produksi Biaya produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi, diantaranya adalah kandang ternak, peralatan yang digunakan dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sementara biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang diantaranya adalah sapi bakalan, pakan limbah sayuran pasar, vitamin dan obat-obatan, tenaga kerja dan transportasi. a) Biaya Tetap Biaya tetap dalam penggemukan sapi potong terdiri dari penyusutan kandang,biaya Pajak Bumi dan Bangunan(PBB) dan penyusutan alat. Besarnya biaya tetap penggemukan sapi potong sebesar Rp 2.500.000.
10
Tabel 2. Rincian Biaya Tetap Usaha Penggemukan Sapi Potong pada Peternak Sapi dalam satu kali Produksi No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Uraian
Jumlah Unit
Harga Beli (Rp)
Total (Rp)
Kandang Cangkul Parang Suntikan Vaksin Ember Selang Sekop Tali Tambang PBB
1 2 1 1
22.000.000 50.000 15.000 200.000
22.000.000 100.000 15.000 200.000
5 1 1 1
50.000 50.000 75.000 400.000
250.000 50.000 75.000 400.000
Umur Ekono mis (Tahun) 5 1 1 2
1
Penyusutan Alat Pertahun (Rp) 4.400.000 100.000 15.000 100.000
Penyusutan Alat 1 kali Produksi (6 bulan) (Rp) 2.200.000 50.000 7.500 50.000
1 2 1 2
50.000 25.000 75.000 200.000
25.000 12.500 37.500 100.000
1
35.000
17.500 2.500.000
Total Biaya Tetap Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Penyusutan alat dihitung berdasarkan pengurangan nilai pembelian dengan nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis yaitu pada saat alat-alat tersebut mulai digunakan sampai tidak dapat dipergunakan kembali. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh peternak sapi untuk penggemukan sapi potong untuk satu kali produksi yang meliputi penyusutan kandang sebesar Rp 2.200.000, biaya penyusutan alat untuk satu kali produksi sebesar Rp 282.500 dan biaya PBB sebesar Rp 17.500. b) Biaya Variabel Biaya variabel untuk penggemukan sapi potong pada peternak sapi terdiri darisapi bakalan, pakan limbah sayuran pasar, Biosan TP/ Injektamin, Vetoksi LE, Vetoksi SB, Tenaga Kerja dan Transportasi. Tabel 3. Rincian Biaya Variabel Penggemukan Sapi Potong No 1 2 3 4 5 6 7
Uraian
Unit
Sapi Bakalan 14 Pakan Limbah Sayuran 840 Pasar Biosan TP/ Injektamin 2 Vetoksi LE 1 Vetoksi SB 1 Tenaga Kerja 180 Transportasi 14 Total Biaya Variabel Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Satuan Ekor Karung Botol Botol Botol HOK
Harga Perunit (Rp) 11.500.000 10.000
Jumlah (Rp) 161.000.000 8.400.000
150.000 75.000 75.000 50.000 100.000
300.000 75.000 75.000 9.000.000 1.400.000 180.250.000
11
Berdasarkan tabel 3 bahwa biaya variabel untuk sapi bakalan sebesar Rp 161.000.000, pakan limbah sayuran pasar sebesar Rp 8.400.000, Biosan TP atau Injektamin Rp 300.000, Vetoksi LE Rp 75.000, Vetoksi SB Rp 75.000.Jenis tenaga kerja yang dipergunakan merupakan tenaga kerja harian atau tidak tetap dengan upah sebesar Rp 9.000.000 selama satu kali produksi.Untuk biaya transportasi sebesar Rp1.400.000 selama satu kali produksi. c) Biaya Total Biaya total dalamusahapenggemukan sapi potong yang dilakukanoleh peternak sapi merupakanhasilpenjumlahandaribiayatetapdanbiaya variabel. Tabel 4. Biaya Total Pada Usaha PenggemukanSapiPotong No 1 2
Uraian
Penggemukan Sapi Potong (Rp)
Biaya Tetap Biaya Variabel Jumlah Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Tabel
tersebut
menunjukkan
Presentase (%) 1,37 98,63 100
2.500.000 180.250.000 182.750.000
besarnya
biaya
total
pada
usaha
penggemukan sapi potong yang dilakukan Peternak Sapi Potong adalah Rp 182.750.000. Dimana besarnya biaya tetap dari usaha penggemukan sapi potong sebesar Rp 2.500.000 dan biaya variabel sebesar Rp 180.250.000. Penerimaan dan Pendapatan dari Usaha Penggemukan Sapi Potong Penerimaan dari usaha penggemukan sapi potong yaitu berupa penjualan sapi hidup.Jumlah keseluruhan sapi sebanyak 14 ekor dengan harga jual Rp 15.500.000 per ekor sapi.Sehingga penerimaan yang didapat dari penjualan sapi sebesar Rp 217.000.000.Sedangkanuntuk pendapatan yang diterima oleh peternak adalahpenerimaan dikurangi dengan biaya total produksisebesar Rp 182.750.000. Tabel 5. Pendapatan Penggemukan Sapi Potong No 1 2
Uraian Penggemukan Sapi Potong (Rp) Penerimaan 217.000.000 Biaya Total 182.750.000 Pendapatan 34.250.000 Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Jadi pendapatan yang diterima oleh Peternak Sapi selama satu kali produksi menerima pendapatan sebesar Rp 34.250.000.
12
Analisis kelayakan (R/C ratio) dari Usaha Penggemukan Sapi Potong Rasio R/C (Revenue Cost Ratio) bertujuan untuk mengukur efisiensi input dan output, dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total dengan biaya produksi total. Analisis ini digunakan untuk menganalisis imbangan antara penerimaan dengan biaya. Hasil perhitungan analisis R/C ratio pada pemeliharaan sapi potong menggunakan pakan limbah sayuran pasar. Tabel 6. R/C Ratio Usaha Penggemukan Sapi Potong dengan menggunakan Pakan Limbah Sayuran Pasar No 1.
2.
3.
Uraian PENERIMAAN Penjualan Sapi Potong *14 ekor Total Penerimaan BIAYA TETAP a. Penyusutan Kandang satu kali produksi b. Penyusutan Alat satu kali produksi c. PBB Total Biaya Tetap BIAYA VARIABEL a. Sapi Bakalan *14 ekor b. Pakan Limbah Sayuran Pasar c. Biosan TP/ Injektamin d. Vetoksi LE e. Vetoksi SB f. Tenaga Kerja g. Transportasi Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi
4.
PENDAPATAN R/C rasio Sumber : Data Primer Diolah, 2015
Jumlah Biaya (Rp) 217.000.000 217.000.000 2.200.000 282.500 17.500 2.500.000 161.000.000 8.400.000 300.000 75.000 75.000 9.000.000 1.400.000 180.250.000 182.750.000 34.250.000 1,19
Hasil perhitungan analisis R/C rasio usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar adalah sebesar 1,19. Hasil tersebut menunjukan setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar sembilan belas rupiah. Jadi dapat disimpulkan ketika hasil R/C nilainya lebih dari satu maka usaha penggemukan sapi tersebut menguntungkan atau layak untuk dijalankan.Analisis R/C rasio penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan pakan rumput dapat dilihat pada tabel 7.
13
Tabel 7. R/C Ratio Usaha Penggemukan Sapi Potong dengan menggunakan Pakan Rumput No 1.
2.
3.
Uraian PENERIMAAN Penjualan Sapi Potong *14 ekor Total Penerimaan BIAYA TETAP a. Penyusutan Kandang satu kali produksi b. Penyusutan Alat satu kali produksi c. PBB Total Biaya Tetap BIAYA VARIABEL a. Sapi Bakalan *14 ekor b. Biosan TP/ Injektamin c. Vetoksi LE d. Vetoksi SB e. Tenaga Kerja f. Transportasi Total Biaya Variabel
Jumlah Biaya (Rp) 210.000.000 210.000.000 2.200.000 282.500 17.500 2.500.000 161.000.000 300.000 75.000 75.000 9.000.000 1.400.000 171.850.000
Total Biaya Produksi 4.
174.350.000
PENDAPATAN R/C rasio Sumber : Data Primer Diolah, 2015
35.650.000 1,20
Hasil perhitungan tersebut menunjukan usaha penggemukan sapi potong dengan pakan rumput mempunyai nilai R/C sebesar 1,20 sedangkan R/C usaha penggemukan sapi potong menggunakan pakan limbah sayuran sebesar 1,19. Jadi pakan limbah sayuran tidak layak dibandingkan dengan pakan rumput, padahal dari kualitas pakan limbah sayuran lebih baik dari rumput dan pakan limbah sayuran memiliki keunggulan dari pertambahan bobot badan sapi yang lebih cepat dibandingkan dengan pakan rumput. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil analisis yang telah dilakukan mengenai
kelayakan usaha
penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar di peternak sapi potong, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.
Budidaya sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar, ada beberapa tahap untuk menghasilkan sapi-sapi yang mempunyai produktifitas tinggi, diantaranya dengan mengetahui tatalaksana perkandangan yang sesuai, pakan yang cukup, pemeliharaan sapi dan pemasaran sapi.
14
2.
Usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar dapat menghasilkan produksi sapi potong dalam satu kali produksi dengan penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 217.000.000 dan memerlukan biaya produksi sebesar Rp 182.750.000 maka dari itu diperoleh pendapatan sebesar Rp 34.250.000 pada saat harga jual sapi potong Rp 15.500.000 per ekor.
3.
Usaha penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran pasar layak untuk diusahakan (R/C 1,19).
Saran Berdasarkan hasil dan simpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan ini maka penulis menyarankan : Penggemukan sapi potong dengan menggunakan pakan limbah sayuran memiliki keunggulan dari pertumbuhan yang lebih cepat dan pertambahan bobot badan sapi yang lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pakan lain, untuk peternak lain disarankan untuk beralih menggunakan pakan limbah sayuran pasar dibandingkan dengan menggunakan pakan jerami atau rumput disamping pertumbuhannya lebih cepat untuk konsumen juga akan lebih puas dengan sapi yang dibelinya, karena potensi dari limbah sayuran pasar yang dihasilkan cukup besar jadi penggemukan tersebut dapat diikuti oleh peternak lain.
15
DAFTAR PUSTAKA As Sudarmono. 2010. Pengaruh Iklim Pada Sapi Potong.Online.Tersedia: http://duniasapi.com/id/budidaya/943-jenis-iklim-untuk-ternak-sapi.html Bambang, Agus Murtidjo. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius.Yogyakarta. Bayu, Herlambang. 2014. Jadi Jutawan dari Beternak Sapi Potong dan Sapi Perah.FlashBooks.Yogyakarta. Bestari, Asparini, Bahrun R. 2011. Fungsionalisasi Sampah Organik Pasar Tradisional Sebagai Bahan Bakar, Pupuk, dan Pakan Ternak Bernilai Ekonomis.IPB. Bogor. BPS. 2015. Tahun Depan Permintaan Daging Sapi Naik 8% jadi 639.000 ton. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan.2012. Buku Statistik Peternakan Direktorat Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan.Direktorat Jendral Peternakan. Jakarta. Edy Rianto dan Endang Purbowati. 2009.Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya. Bogor. Gelbert M, Prihanto D, dan Suprihatin A, 1996. Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan Wall Chart.Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup. Malang. Mara, D dan Cairncross, S. 1994. Pemanfaatan Air Limbah dan Ekskreta.Institut Teknologi Bandung dan Universitas Udayana. Mersyah dalam Siti.2012. Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dengan Cara Pengembangan Sapi Potong dengan Pola Kemitraan.Jurnal Lingkungan Hidup Moehar, Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi.PT Bumi Aksara. Jakarta. Said, Rusli. 1995. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta. Priyanti dalam Suryana. 2009. Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Beorientasi Agribisnis Dengan Pola Kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian. Kalimantan Selatan. Syananta. 2009. Uji Fisik Wafer Limbah Sayuran Pasar dan Palatabilitasnya Pada Ternak Domba. Fakultas Peternakan. IPB. Bogor Widyawati, E dan Widalestari, Y. 1996.Limbah Untuk Pkan Ternak. Penerbit Trubus. Agrisarana. Jakarta. Y Bambang, Sugeng. 2002. Sapi Potong: Pemeliharaan, Perbaikan Produksi, Prospek Bisnis, Analisis Penggemukan. Penebar Swadaya. Jakarta.