EFEKTIVITAS LAYANAN PENGUASAAN KONTEN SETING KELOMPOK DENGAN MEDIA FILM DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI BK FKIP UNISRI ULUL AZAM BK FKIP UNISRI ABSTRAK Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas layanan penguasaan konten seting kelompok dengan media film dalam meningkatkan konsep diri positif mahasiswa semester IV Program Studi BK FKIP UNISRI. Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimen dengan desain one group pretest posttest. Layanan penguasaan konten seting kelompok dengan media film untuk meningkatkan konsep diri positif mahasiswa dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan. Pada setiap layanan yang diberikan melewati empat tahapan, yakni tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. Hasil pemberian layanan menunjukan konsep diri positif mahasiswa mengalami peningkatan. Rata-rata skor pretest 126,3 (masuk kategori kurang) dan skor posttest 193,6 (masuk kategori tinggi). Ini berarti layanan yang diberikan efektif dalam meningkatkan konsep diri positif mahasiswa. Oleh karena itu, disarankan agar layanan penguasaan konten seting kelompok dengan media film dapat dilaksanakan secara kontinyu. Kata kunci: layanan penguasaan konten seting kelompok dengan media film, konsep diri positif, mahasiswa ABSTRACT The aim of this study is to determine the effectiveness of mastery service of content group setting with the film as media in improving positive self-concept of fourth semester students study program on guidance and counseling FKIP UNISRI. This study is an pre-experimental study design with one group pretest-posttest. The mastery service of content group setting with the film as media in improving positive self-concept of students performed in 6 meeting. At every meeting that is given through four stages, namely the formation stage, intermediate stage, work stage, and termination stage. The results of the service delivery showed a positive self concept of students increased. Average pretest score 126.3 (categorized as less) and post-test score of 193.6 (categorized as high). It means the service that given are effective in improving positive self-concept of students. Therefore, it is suggested that the mastery services of content group settings with the film as media can be carried out continuously. Keywords: mastery services of content group settings with film as media, a positive self concept, students.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
429
sangatlah
PENDAHULUAN Konsep diri adalah gagasan
siswa
penting sebagai
bagi
aktivitas
pelajar.
tentang diri sendiri yang mencakup
penelitian
keyakinan, pandangan, dan penilaian
Shupe dan Yager (dalam Mayaza dan
seseorang terhadap dirinya sendiri.
Supradewi, 2011:13) menunjukkan
Cara
jika konsep diri dan pencapaian
pandang individu terhadap
dirinya
akan
membentuk
suatu
yang
Hasil
dilakukan
oleh
akademik adalah dua hal yang saling
konsep tentang diri sendiri. Konsep
mempengaruhi. Dalam
tentang diri merupakan hal yang
tingkatan mulai dari sekolah dasar
penting bagi kehidupan individu
sampai dengan perguruan tinggi,
karena
seseorang dengan konsep diri yang
konsep
diri
menentukan
berbagai
bagaimana individu bertindak dalam
positif
berbagai
pencapaian akademik yang lebih
situasi.
Konsep
diri
merupakan seperangkat instrumen pengendali mental dan karenanya
cenderung
memiliki
baik. Konsep
diri
positif
akan
mempengaruhi kemampuan berpikir
meminimalisasi munculnya kesulitan
seseorang. Asumsi tersebut diperkuat
belajar
dalam
diri
oleh pendapat M. Ali dan M. Asrori
individu. Berkurangnya
kesulitan
(2012:173) yang menyatakan bahwa
belajar inilah yang pada akhirnya
konsep diri merupakan salah satu
memungkinkan
aspek
yang
mendapatkan penguasaan akademik
penting dipahami dan dikembangkan
yang lebih baik. Hal ini menandakan
secara optimal.
bahwa konsep diri positif menjadi
psikososial
individu
Seseorang yang mempunyai
individu
untuk
pemacu keberhasilan akademik. Ini
konsep diri positif akan menjadi
artinya
individu yang mampu memandang
memiliki konsep diri negatif akan
dirinya
berani
memperoleh hambatan atau kesulitan
mencoba dan mengambil risiko,
dalam proses pembelajaran sehingga
selalu optimis, percaya diri, dan
berdampak pada hasil yang kurang
antusias menetapkan arah dan tujuan
optimal. Pendapat ini dipertegas oleh
hidup. Secara rasional, konsep diri
Desmita
secara
positif,
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
bahwa
individu
(2009:164),
yang
bahwa
430
rendahnya prestasi dan motivasi
konkrit agar tidak menimbulkan efek
belajar
negatif yang lebih luas.
siswa
serta
terjadinya
penyimpangan-penyimpangan
Layanan
bimbingan
perilaku siswa di kelas banyak
konseling
disebabkan oleh persepsi dan sikap
adalah layanan penguasaan konten
negatif siswa terhadap diri sendiri.
teknik kelompok dengan media film.
Demikian juga dengan siswa yang
Layanan ini merupakan layanan yang
mengalami kesulitan belajar, lebih
bersifat
disebabkan oleh sikap siswa yang
modifikasi dari layanan penguasaan
memandang bahwa dirinya tidak
konten
mampu melaksanakan tugas-tugas di
dilaksanakan secara klasikal, tetapi
sekolah
dalam penelitian ini dilaksanakan
Rendahnya tingkat konsep diri
yang
tepat
dan
diberikan
pengembangan,
yang
secara
pada
yaitu
umumnya
kelompok
dengan
positif seperti paparan di atas juga
memanfaatkan media film sebagai
dialami oleh mahasiswa semester IV
jembatan intervensi.
Program Studi BK FKIP UNISRI.
Layanan penguasaan konten
Asumsi ini didasarkan pada sikap
membantu
dan
aspek-aspek konten tersebut secara
perilaku
mahasiswa
yang
dalam
ditampilkan
menguasai
di
tersinergikan. Dengan penguasaan
kampus (saat pembelajaran maupun
konten, individu diharapkan mampu
di luar pembelajaran). Mahasiswa
memiliki sesuatu yang berguna untuk
merasa jika beban kuliah terlalu berat
memenuhi
kebutuhannya
serta
sehingga tidak mampu mendapat
mengatasi
masalah-masalah
yang
hasil yang optimal, mengeluh dan
dialaminya
mudah
diberikan
tentang konsep diri positif. Suasana
tugas oleh dosen, tidak memiliki
kelompok, yaitu antar hubungan dari
inisiatif dalam belajar, tidak berani
semua pihak yang terlibat dalam
mencoba
kelompok dapat merupakan wahana
menyerah
hal-hal
kegiatan
individu
saat
baru,
kurang
termasuk
percaya diri. Permasalahan yang
dimana
dialami mahasiswa tersebut harus
kelompok itu (secara perorangan)
segera
dapat
mendapat
solusi
secara
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
masing-masing
kebutuhan
memanfaatkan
anggota
semua
431
informasi, tanggapan dan berbagai
konten
reaksi
media film dalam meningkatkan
dari
anggota
kelompok
seting kelompok
lainnya untuk kepentingan dirinya
konsep
yang
semester IV Program Studi BK FKIP
bersangkut
paut
dengan
pengembangan dirinya. Penggunaan
diri
positif
dengan
mahasiswa
UNISRI.
media dapat memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi
METODE
sikap individu terhadap objek yang sedang dipelajarinya.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian pre-eksperimen
Layanan penguasaan konten
dengan
jenis one group pretest-posttest.
seting kelompok dengan media film
Melalui
belum
dilakukan hanya pada satu kelompok
pernah
dilaplikasikan
di
desain
ini
Program Studi BK FKIP UNISRI
dengan
sehingga
pengukuran yaitu O1 (pretest) untuk
efektivitasnya
meningkatkan
dalam
kompetensi
melakukan
penelitian
mengukur
mahasiswa khususnya konsep diri
mahasiswa
positif belum diketahui secara pasti.
treatment
Oleh
konten
karena
itu,
penelitian
ini
dua
konsep
diri
sebelum (layanan
kali
positif diberikan
penguasaan
seting kelompok
dengan
merupakan langkah strategis yang
media film). Pengukuran yang kedua
bisa
O2
dilakukan
membuktikan yang
dosen
efektivitas
dikembangkan
membantu
untuk layanan sekaligus
mahasiswa
(posttest)
mengukur mahasiswa
dilakukan
konsep setelah
diri
untuk positif
diberikan
dalam
treatment. Adanya perbedaan antara
meningkatkan konsep diri positifnya.
pretest dan posttest diasumsikan
Tujuan yang ingin dicapai dari
sebagai efek dari treatment yang
penelitian ini adalah mengetahui
diberikan. Desain penelitian dapat
efektivitas
digambarkan sebagai berikut:
layanan
Pretest O1
penguasaan
Treatment (Variabel Terikat) X
Posttest O2
Gambar 1. One Group Pretest and Posttest Design (Diadaptasi dari Hamid Darmadi, 2011:181) Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
432
Sampel
penelitian
mahasiswa
semester
adalah IV
yang
konsep
diri
positifnya.
Prayitno
(2012:159) menegaskan jika anggota
berjumlah 10 (ditentukan secara
kelompok
purposive
menjadi sumber yang lebih kaya
sampling).
Menurut
Nandang Rusmana (2009:14) jumlah ideal
anggota
kelompok
yang
heterogen
akan
untuk pencapaian tujuan layanan.
dalam
Instrumen dalam penelitian ini
layanan kelompok adalah tidak lebih
digunakan untuk mengungkap data
dari 10 orang. Peneliti memilih 10
kualitatif
mahasiswa
Berikut
sebagai
anggota
kelompok secara heterogen tingkat
Instrumen
Pedoman observasi Skala konsep diri positif
Jenis Data
Pemimpin dan anggota kelompok Kuantitatif 1. Mahasiswa semester IV BK FKIP UNISRI (kelas A dan B). 2. Mahasiswa yang menjadi anggota kelompok.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
ini
data adalah
kuantitatif. tabel
dari
instrumen penelitian:
Subjek
Kualitatif
dan
Tujuan
Analisis
Mengetahui proses pelaksanaan treatment 1. Untuk memilih anggota kelompok secara heterogen 2. Untuk mengetahui tingkat konsep diri positif mahasiswa, sebelum dan sesudah diberi treatment
Deskriptif kualitatif Deskriptif kuantitatif
433
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Konsep Diri Positif Mahasiswa sebelum Pelaksanaan Treatment No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Anggota Kelompok Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Rata-rata
Merujuk pada tabel di atas dapat dilihat tingkat konsep diri positif
Skor Pretest 108 155 96 158 140 180 88 136 77 125 126,3
Kriteria Kurang Sedang Rendah Sedang Kurang Sedang Rendah Kurang Rendah Kurang Kurang
Proses Pelaksanaan Treatment Layanan
penguasaan
konten
mahasiswa yang menjadi sampel
seting kelompok dengan media film
penelitian memiliki kriteria yang
dilaksanakan
heterogen, yaitu 3 mahasiswa berada
pertemuan.
pada kategori rendah, 4 mahasiswa
pertemuannya
berada pada kategori kurang, dan 3
langkah sebagai berikut:
dalam Dimana
6
kali
pada
setiap
melewati
langkah-
mahasiswa berada pada kategori sedang. Tahap
Pembentukan
Peralihan
Kegiatan yang Dilaksanakan 1. Pemimpin kelompok menerima anggota kelompok secara terbuka dan mengucapkan terima kasih atas kehadirannya. 2. Pemimpin kelompok memimpin berdo’a. 3. Pemimpin kelompok sebagai model menampilkan diri secara utuh, jujur, serta terbuka. 4. Pemimpin kelompok menjelaskan pengertian dan tujuan, asas-asas, serta tata cara pelaksanaan treatment (layanan penguasaan konten seting kelompok dengan media film). 5. Pemimpin kelompok mengadakan kesepakatan waktu dengan anggota kelompok. 6. Pemimpin kelompok sebagai perencana kegiatan menciptakan permainan pembentukan kelompok. 1. Pemimpin kelompok mendorong dibahasnya suasana perasaan yang dirasakan oleh anggota kelompok.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
434
2.
3.
1. 2.
3.
Kegiatan 4.
5.
1.
2.
Pengakhiran
3.
4. 5.
Pemimpin kelompok menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. Pemimpin kelompok sebagai perencana kegiatan menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya. Pemimpin kelompok menanyakan kesiapan anggota kelompok secara keseluruhan. Jika anggota kelompok sudah siap, maka bisa dilanjutkan ke tahap kegiatan. Pemimpin kelompok sebagai perencana kegiatan menjelaskan rangkaian pelaksanaan treatment. Pemimpin kelompok memutarkan film yang digunakan sebagai model simbolik dan mendorong anggota kelompok untuk mengamati film yang diputar dengan penuh keseriusan dan penghayatan. Pemimpin kelompok membawa anggota kelompok pada topik bahasan. Pemimpin kelompok sebagai motivator menstimulasi anggota kelompok dengan pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana untuk mengaktifkan dinamika kelompok, difokuskan kepada pemahaman tentang konten yang terkandung dalam film tersebut. Pemimpin kelompok mendorong anggota kelompok untuk menemukan kecenderungan dalam dirinya apakah pengalaman dalam film tersebut dapat termanifestasi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pemimpin kelompok sebagai motivator dan fasilitator terus mengaktifkan dinamika kelompok dan mengkontrol peran anggota kelompok sehingga masing-masing diantara mereka memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapatnya. Pemimpin kelompok sebagai model bagi anggota kelompok dalam menyampaikan kesimpulan hasil kegiatan secara lugas dan baik agar tidak menimbulkan konflik di dalam kelompok. Pemimpin kelompok sebagai fasilitator yang mengatur anggota kelompok dalam menyampaikan kesimpulannya, agar masing-masing anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama. Pemimpin kelompok sebagai evaluator memberikan penilaian melalui pengungkapan pesan dan kesan baik secara lisan maupun tertulis (laiseg) dengan memfokuskan pada kondisi UCA (understanding, comfort, action). Pemimpin kelompok mengajak anggota kelompok untuk membahas kegiatan/pertemuan lanjutan. Pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan do’a serta ucapan salam.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
435
Tingkat Konsep Diri Mahasiswa setelah Pelaksanaan Treatment No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Siswa Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Rata-rata
Skor Pretest 219 225 198 215 199 220 170 218 189 210 193,6
Data di atas menunjukan bahwa semua mahasiswa yang menjadi anggota
kelompok
mengalami
Kriteria Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Uji Efektivitas Treatment dengan Tes Wilcoxon Uji
keefektivan
layanan
peningkatan skor konsep diri positif.
penguasaan konten seting kelompok
Secara rata-rata skor konsep diri
dengan
positif yang diperoleh adalah 193,6
meningkatkan konsep diri positif
(masuk dalam kategori tinggi). Dari
mahasiswa dianalisis dengan statistik
ke-10
menjadi
non-parametrik melalui uji Wilcoxon.
anggota kelompok, 2 mahasiswa
Berikut ini adalah hasil uji efektivitas
masuk
layanan yang dikembangkan pada
mahasiswa
kategori
yang
sedang
dan
8
mahasiswa masuk kategori tinggi.
media
film
untuk
perolehan skor total konsep diri positif:
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
436
No
AK
Pretest X1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Res. 1 Res. 2 Res. 3 Res. 4 Res. 5 Res. 6 Res. 7 Res. 8 Res. 9 Res. 10
108 155 96 158 140 180 88 136 77 125
Posttest X2
Selisih (X2-X1)
Jenjang
111 70 102 57 59 40 82 82 112 85
9 4 8 2 3 1 5,5 5,5 10 7
219 225 198 215 199 220 170 218 189 210 Jumlah
Tanda Jenjang + 9 0 4 0 8 0 2 0 3 0 1 0 5,5 0 5,5 0 10 0 7 0 55 0
Berdasarkan hasil perhitungan
treatment dapat dilihat dari peran
pada tabel di atas untuk uji Wilcoxon
yang dilaksanakan oleh pemimpin
jumlah jenjang yang terkecil nilainya
kelompok dan anggota kelompok
adalah 0. Nilai T tabel dengan N =
pada setiap tahapan, baik tahap
10 taraf kesalahan 5% untuk tes 1
pembentukan, peralihan, kegiatan,
fihak (one tail test) nilainya adalah 8.
dan pengakhiran dimana pada setiap
Ini berarti jumlah jenjang terkecil = 0
tahapan
< dari T tabel = 8, sehingga Ha
kelompok dan anggota kelompok
diterima dan Ho ditolak.
telah mengoptimalkan peranannya.
tersebut
Efektivitas
analisis
proses
pelaksanaan treatment serta hasil yang dicapai oleh anggota kelompok membuktikan
bahwa
dibuktikan
dengan uji hipotesis menggunakan
Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan
treatment
pemimpin
layanan
tes
Wilcoxon
yang
menyatakan
bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Konsep gambaran
diri yang
pada
individu
dengan media film efektif dalam
bagaimana individu melihat dirinya
meningkatkan konsep diri positif
sendiri sebagai pribadi yang disebut
mahasiswa semester IV Program
dengan pengetahuan diri, bagaimana
Studi BK FKIP UNISRI. Indikasi
individu merasa atas dirinya yang
keberhasilan
merupakan penilaian diri sendiri,
pelaksanaan
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
berisikan
diri
penguasaan konten seting kelompok
proses
yang
ada
merupakan
tentang
437
serta
bagaimana
individu
bertentangan, maka akan terjadi
menginginkan diri sendiri sebagai
situasi
manusia
menyenangkan.
yang
diharapkan.
Penghargaan mengenai diri akan menentukan
bagaimana
psikologis
2. Konsep
diri
yang
tidak
menentukan
individu
bagaimana individu memberikan
akan bertindak dalam hidup. Apabila
penafsiran atas pengalamannya.
seorang individu berpikir bahwa
Seluruh sikap dan pandangan
dirinya bisa, maka individu tersebut
individu terhadap dirinya sangat
cenderung sukses, dan bila individu
mempengaruhi individu tersebut
tersebut
berpikir
bahwa
dirinya
dalam
gagal,
maka
dirinya
telah
menafsirkan
pengalamannya.
menyiapkan diri untuk gagal. Jadi
3. Konsep diri berperan sebagai
bisa dikatakan bahwa konsep diri
penentu pengharapan individu.
merupakan
Pengharapan merupakan inti dari
bagian
mempengaruhi pengalaman,
diri
yang
setiap
aspek
itu
pikiran,
baik
perasaan, persepsi dan tingkah laku individu. Konsep
konsep diri.
KESIMPULAN Layanan
diri
penguasaan
konten
mempunyai
seting kelompok dengan media film
beberapa unsur yang penting dalam
efektif dalam meningkatkan konsep
pembentukan
diri positif mahasiswa semster IV
tingkah
laku
seseorang, yakni:
Program Studi BK FKIP UNISRI.
1. Konsep diri memainkan peranan
Peningkatan
dalam keselarasan Individu untuk keselarasan
mempertahankan batin
seseorang.
senantiasa
berusaha
mempertahankan batinnya.
Bila
individu memiliki ide, perasaan,
konsep
diri
positif
mahasiswa adalah sebesar 68,6 poin. Hasil
uji
Wilcoxon
statistik
dengan
menunjukan
tes
jumlah
jenjang terkecil = 0 < dari T tabel = 8, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.
persepsi atau pikiran yang tidak seimbang
atau
saling
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
438
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Konsep diri positif merupakan aspek perkembangan psikososial yang
mutlak
dimiliki
oleh
mahasiswa sehingga hal tersebut perlu mendapat perhatian secara
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hamid
periodik oleh dewan dosen BK
Darmadi. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
FKIP UNISRI. Tinggi rendahnya tingkat
konsep
diri
positif
mahasiswa akan berdampak pada keterampilan
dasar
dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling, baik pada saat mereka praktik maupun setelah mereka lulus. 2. Layanan
penguasaan
film perlu diprogramkan secara periodik dan terencana. menerapkan
penguasaan
konten
seting
dosen bimbingan dan konseling harus bisa memenuhi kompetensi dipersyaratkan
substansi
layanan
Ali dan M. Asrori. 2012. Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Nandang Rusmana. 2009. Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Metode, Teknik, dan Aplikasi). Bandung: Rizki Press.
layanan
kelompok dengan media film,
yang
M.
konten
seting kelompok dengan media
3. Dalam
Mayaza dan Supradewi. 2011. Konsep Diri dan Kebersamaan Hidup pada Remaja di Panti Asuhan. Jurnal Proyeksi. Vol. 6 (2) hal 103-112.
Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Program Pendidikan Profesi Konselor Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP.
pada yang
dikembangkan.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
439