UJI EFEKTIVITAS PUPUK DAUN GROWMORE 32-10-10 TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR HARA TANAMAN JAGUNG DI TANAH LATOSOL DARMAGA (Oxic Dystropept)
Oleh: DAVID KORNELIUS A24102055
PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
UJI EFEKTIVITAS PUPUK DAUN GROWMORE 32-10-10 TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KADAR HARA TANAMAN JAGUNG DI TANAH LATOSOL DARMAGA (Oxic Dystropept)
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh David Kornelius A24102055
PROGRAM STUDI ILMU TANAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
SUMMARY DAVID KORNELIUS. To study the effectiveness of foliar fertilizer of Growmore 32-10-10 to the growth, production, and nutrient content of corn plant (Zea mays L.) in Latosol Darmaga (Oxic Dystropept). Supervised by Sri Djuniwati dan Atang Sutandi. Corn is important food commodity beside rice. The productivity of corn in year of 2005 was 12.52 million tons increased by 1.30 million tons compared to corn productivity in year of 2004. One of methods to increase the productivity is by using fertilizer. Effectiveness fertilize is to add mineral nutrients which are slightly supplied so it can use by the crop optimize. Foliar fertilizer is an artificial fertilizer which given to the crop by mean of spray to the leaf. Generally foliar fertilizer consist of macronutriens such as N, P, K, Ca, and Mg and micronutrients such as Fe, Cu, Co, Mn, and Zn. The main purpose of this research is to observe the effectivity of Growmore 32-10-10 foliar fertilizer compare to standard fertilization on corn crop. The research use randomized complete block design. The treatment consisted of : (1) Control (2) Standar (recommendation fertilization of Indonesian Agricultural Departement) (3) S1G1 (4) S1G2 (5) S1G3 (6) S1G4 (7) S2G1 (8) S2G2 (9) S2G3 (10) S2G4. all of the treatments repeated by three times in block. S1 equal to ¼ standard dose and S2 was equal to ½ standard dose. These doses were combined with Growmore (G1, G2, G3, and G4). The result of the analysis indicated in 4-6 weeks the plant height in S2 treatment is higher than S1, but the height beetwen Standard and S1 wasn’t significantly different. However, in age of 7, 8, and 9 weeks all of the treatment weren’t significantly indifferent. Weight 100 grain seed and diameter S2 is bigger than Control and Standard. The length S2 and S1 with Growmore treatment and Standard weren’t significant ly different and longer than Control. The Weight of dry shelled S2 wasn’t different with Standard and inclined heavier than S1 and Control, but RAE percentage in S2G4 (113.65 %) and S2G2 (111.30 %) higher than standard. Phosphorus degree nutrient of corn crop in S2 with Growmore treatment wasn’t different by real with standard and it’s higher than S2 and Control treatment. Potassium degree of nutrient corn crop beetwen S2 and S1 also Control in age of 9 week wasn’t different by real but lower than standard, whereas Mg, Ca, and N weren’t influentialy by the treatment.
RINGKASAN DAVID KORNELIUS. Uji Efektivitas Pupuk Daun Growmore 32-10-10 Terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Hara Tanaman Jagung Di Tanah Latosol Darmaga (Oxic Dystropept). Dibawah bimbingan Sri Djuniwati dan Atang Sutandi. Jagung merupakan komoditi pangan yang penting setelah padi. Produksi Jagung tahun 2005 sebesar 12.52 juta ton pipilan kering naik sebesar 1.30 juta ton dibandingkan dengan produksi jagung tahun 2004. Salah satu cara meningkatkan hasil produksi adalah dengan menggunakan pupuk. Pemupukan yang efektif adalah menambahkan unsur hara yang tersedia dalam jumlah sedikit dan dapat dimanfaatkan tanaman secara optimal. Pupuk daun adalah pupuk buatan yang cara pemberiannya kepada tanaman dilakukan melalui penyemprotan ke daun. Pada umumnya pupuk daun mengandung unsurunsur hara makro N, P, K, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro sebagai tambahan seperti Fe, Cu, Co, Mn, dan Zn. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas pupuk daun Growmore 32-10-10 dibandingkan dengan dosis standar pada tanaman jagung. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor. Faktor tersebut terdiri dari 10 perlakuan. Perlakuan yang diujikan dalam percobaan ini adalah : (1) Kontrol (2) Standar (dosis anjuran departemen pertanian) (3) S1G1 (4) S1G2 (5) S1G3 (6) S1G4 (7) S2G1 (8) S2G2 (9) S2G3 (10) S2G4. Seluruh perlakuan diulang sebanyak 3 kali. S1 adalah setara ¼ dosis standar dan S2 adalah setara ½ dosis standar yang masing- masing dikombinasikan dengan pupuk Growmore (G). Hasil analisis menunjukkan Pada 4-6 MST tinggi tanaman perlakuan S2 dengan Growmore lebih tinggi daripada S1 dengan Growmore dan Standar, tetapi antara S1 dengan Growmore dan standar tidak berbeda. Namun pada umur 7, 8, dan 9 MST tidak berpengaruh nyata. Pada keliling tongkol dan 100 butir, perlakuan S2 dengan Growmore lebih tinggi daripada Standar dan Kontrol. Sedangkan panjang tongkol perlakuan S1 dan S2 dengan Growmore dan Standar tidak berbeda nyata dan lebih tinggi daripada Kontrol. Bobot pipilan kering S2 dengan Growmore tidak berbeda terhadap Standar dan cenderung lebih tinggi daripada Kontrol dan S1 dengan Growmore, namun nilai RAE pada S2G4 (113.65 %) dan S2G2 (111.30 %) lebih tinggi daripada Standar. Kadar hara P tanaman jagung perlakuan S1 dengan Growmore tidak berbeda nyata dengan Standar dan lebih tinggi daripada perlakuan S2 dengan Growmore dan Kontrol, kadar hara K tanaman jagung 9 MST di antara perlakuan S1 dan S2 dengan penambahan Growmore serta Kontrol tidak berbeda nyata tetapi lebih rendah daripada perlakuan Standar, sedangkan N, Ca, dan Mg tidak dipengaruhi perlakuan.
Judul Penelitian
: Uji Efektivitas Pupuk Daun Growmore 32-10-10 Terhadap Pertumbuhan, Produksi, dan Kadar Hara Tanaman Jagung Di Tanah Latosol Darmaga (Oxic Dystropept). : David Kornelius : A24102055
Nama Mahasiswa Nomor Pokok
Menyetujui :
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Sri Djuniwati, M.Sc. NIP. 130 902 751
Dr. Ir Atang Sutandi, M.Si. NIP. 130 927 427
Mengetahui : Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr NIP. 130 422 698
Tanggal Lulus :
DAFTAR ISI halaman DAFTAR TABEL......................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR..................................................................
ix
PENDAHULUAN Latar Belakang.............................................................................
1
Tujuan Penelitian........................................................................
2
1.3 Hipotesis..............................................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan Lewat Daun......................................................
3
2.2 Latosol..................................................................................
4
2.3 Jagung...................................................................................
5
2.4 Nitrogen Dalam Tanah dan Tanaman...................................
6
2.5 Fosfor Dalam Tanah dan Tanaman.......................................
7
2.6 Kalium Dalam Tanah dan Tanaman.....................................
8
BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat...............................................................
10
3.2 Bahan dan Alat.....................................................................
10
3.3 Metode Penelitian.................................................................
10
3.4 Rancangan Penelitian............................................................
11
3.5 Pelaksanaan Percobaan.........................................................
12
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Pendahuluan Pada Tanah Latosol Darmaga (Oxic Dystropept)....................................
15
4.2 Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun Growmore 32-10-10 Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman..............................
16
4.3 Komponen Produksi.............................................................
17
4.4 Bobot Pipilan Kering dan Rate of Agronomical Effectivness (RAE)............................
19
4.5 Kadar Hara Tanaman Jagung................................................
20
4.6 Dosis Optimum.....................................................................
21
4.7 Analisis Usaha Tani..............................................................
23
4.8 Pembahasan Umum...............................................................
24
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .........................................................................
26
5.2 Saran.....................................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA.................................................................
28
LAMPIRAN................................................................................
30
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
halaman
1.
Keseluruhan Perlakuan Yang Dicobakan .......................
11
2.
Analisis Pendahuluan Tanah Latosol Darmaga ..............
15
3.
Pengaruh Pupuk Daun Growmore 32-10-10 Terhadap Tinggi Tanaman Jagung..................................................
4.
Keliling Tongkol, Panjang Tongkol, dan Bobot 100 Butir Biji Jagung.....................................
5
16
18
Nilai RAE Pupuk Daun Growmore 32-10-10 dan Bobot Pipilan Kering Jagung....................................
19
6.
Kadar Hara Tanaman Jagung 9 MST..............................
20
7.
Analisis Usaha Tani.........................................................
23
Lampiran 1.
Komposisi Hara dan Ikutan dalam Pupuk Growmore 32-10-10 (Balai Penelitian Tanah, Bogor, 2005).............................
30
Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983)..................................................
31
3.
Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jagung 4-9 MST.........
32
4.
Analisis Ragam Panjang Tongkol, Keliling Tongkol,
2.
Bobot Pipilan Kering 100 Butir Jagung, Bobot Pipilan Kering Per Hektar.......................................
33
5.
Analisis Kadar Hara...........................................................
34
6.
Biaya Tetap Pada Analisis Usaha Tani..............................
35
7.
Biaya Variabel Pupuk Pada Analisis Usaha Tani..............
36
8.
Biaya Variabel Tenaga Kerja Pada Analisis Usaha Tani...
37
9.
Biaya Variabel Peralatan Pada Analisis Usaha Tani..........
38
DAFTAR GAMBAR
Nomor
1.
Teks
Halaman
Denah Lokasi Percobaan Uji Efektifitas Growmore 32-10-10...................................
12
2.
Kurva Persamaan Produksi Growmore..............................
21
3.
Kurva Persamaan Harga Growmore..................................
22
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Jagung merupakan komoditi pangan yang penting setelah padi. Tanaman
jagung telah lama dibudidayakan di Indonesia, namun produksinya relatif masih rendah. Pada periode tahun 1990-2000 konsumsi jagung di Indonesia meningkat dengan laju rata-rata 7.21 persen per tahun, tetapi laju peningkatan produksi lebih rendah, rata-rata 4.0 persen per tahun. Akibatnya, sampai dengan tahun 2000 Indonesia masih harus impor jagung lebih kurang 3.2 juta ton. Impor jagung diperkirakan masih akan terjadi pada tahun-tahun mendatang. Selain jumlah, kebutuhan jagung di Indonesia juga belum dapat dipenuhi dari segi waktu maupun mutu (Suwarto et al, 2005). Produksi jagung tahun 2005 sebesar 12.52 juta ton pipilan kering, naik sebesar 1.30 juta ton (11.57 persen) dibandingkan dengan produksi jagung tahun 2004 (http://www.bps.go.id/releases/Production Of Paddy Maize And Soybeans/Bahasa_Indonesia/index.html diakses tanggal 8 juli 2006) Salah satu cara meningkatkan produksi tanaman adalah dengan menggunakan pupuk. Pemupukan yang efektif adalah menambahkan unsur hara yang tersedia ke dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga dapat dimanfaatkan tanaman secara optimal. Selain pemupukan lewat tanah, pemupukan juga dapat dilakukan lewat daun. Pupuk daun adalah pupuk buatan yang cara pemberiannya kepada tanaman dilakukan melalui penyemprotan ke daun. Pada umumnya pupuk daun mengandung unsur-unsur hara makro N, P, K, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro
sebagai tambahan seperti Fe, Cu, Mo, Mn, dan Zn. Pemberian pupuk melalui penyemprotan lewat daun dapat mengatasi kekurangan hara karena pengaruhnya yang cepat dan langsung pada tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk daun dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan serapan hara. Serapan N dan K tanaman sebagai pengaruh pupuk daun Dharmavit cenderung lebih tinggi daripada perlakuan standar dan kontrol (Rahmayani, 2006). Penggunaan pupuk daun leachate mampu menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik daripada pupuk daun Gandasil D dan penyemprotan leachate mampu menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik lagi setelah penambahan unsur-unsur hara (Siregar, 2006). Dengan demikian, pemupukan lewat daun diharapkan dapat meningkatkan efektivitas hara tanaman.
1.2
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas pupuk daun
Growmore 32-10-10 dibandingkan dengan dosis standar (dosis anjuran departemen pertanian)
pada tanaman jagung yang ditanam di tanah Latosol
Darmaga.
1.3
Hipotesis Penggunaan pupuk daun Growmore 32-10-10 dapat meningkatkan
produksi dan efektivitas kadar hara tanaman jagung bila dibandingkan terhadap penggunaan pupuk standar (konvensional).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pemupukan Lewat Daun Pupuk dapat diberikan melalui daun karena daun merupakan salah satu
organ tanaman yang dapat menyerap unsur hara. Pemupukan lewat daun dapat dilakukan pada beberapa jenis pupuk yang larut dalam air. Lingga (1994) menyatakan, wujud pupuk daun ada dua macam; yaitu larutan atau cairan dan kristal halus sampai berupa tepung. Pupuk daun ada yang diramu dari zat kimia (bahan anorganik), ada pula yang bahannya diambil dari bahan organik. Tisdale dan Nelson (1975) menyatakan, keuntungan pupuk daun adalah menyuburkan tanaman dalam keadaan kurang air, menaikkan jumlah dan mutu hasil panen. Selain itu pupuk daun ini dapat diaplikasikan bersama-sama dengan pestisida. Pemberian pupuk daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 3-5 sore dengan catatan tidak terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun diaplikasikan (Lingga dan Marsono, 2003). Pemberian pupuk daun tidak dianjurkan saat terik matahari, karena cahaya matahari pada siang hari merangsang fotosintesis yang berakibat menurunkan kandungan CO2 kira-kira 0.03 - 0.02%, tekanan turgor dari sel -sel juga menurun karena kehilangan air yang berlebih akibat proses transpirasi (Harjadi, 1996). Sel daun mirip sel akar, menyerap unsur hara lewat apoplasma. Untuk pemberian konsentrasi unsur hara dari luar, penyerapan dilakukan oleh keseluruhan daun namun lebih rendah daripada tingkat penyerapan oleh akar, dikarenakan beberapa pori yang sangat kecil pada kutikula membatasi difusi
permukaan luar daun ke dalam isi dari apoplasma daun dan kemudian menuju membran plasma dari sel daun (Marschner, 1995). Marschner (1995) menyatakan bahwa beberapa permasalahan yang terjadi dalam penyemprotan melalui daun antara lain : 1.
Tingkat penetrasi yang rendah, khususnya pada daun dengan kutikula yang tebal
2.
Run-off dari permukaan hidrofobik
3.
Pencucian oleh hujan
4.
kecepatan pengeringan dari larutan semprotan
5.
Tingkat retranslokasi yang terbatas dari unsur hara seperti kalsium dari tempat penyerapan (terutama pada daun tua) ke bagian tanaman lainnya.
6.
Terbatasnya jumlah unsur hara makro yang disediakan dari satu kali penyemprotan lewat daun
7.
2.2
Kerusakan daun (nekrosis dan daun terbakar)
Latosol Tanah Latosol berbahan induk tuff vulkan intermedier, bertekstur liat,
berstruktur remah, halus, lemah, konsistensi gembur hingga sangat gembur dan mempunyai kemasaman dari masam hingga agak masam. Soepardi (1983) menyatakan, kapasitas tukar kation latosol rendah. Hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro-oksida. Inceptisol adalah tanah muda memiliki penampang profil lebih mudah digambarkan dari tanah tua dan memiliki kemiripan dengan bahan induk. Oxic Dystropept adalah tanah inceptisol yang mempunyai KTK (dari 1N NH4 Oac, pH
7) kurang dari 24 cmol(+) kg-1 liat10 di sebagian besar tanah yang berada di dalam kedalaman lebih dari 25 cm dan kurang dari 100 cm atau kontak litik atau paralitik jika kedalaman kurang dari 100 cm. Oxic Dystropept Darmaga terletak pada zone fisiografi Bogor bagian Barat dan berbahan induk batuan volkanik kuarter dari Gunung Salak yang bersusunan andesitik dengan asosiasi augit pada fraksi beratnya. Oxic Dystropept Darmaga mempunyai mineral mudah hancur yang cukup banyak (Yogaswara, 1997). Oxic Dystropept Darmaga merupakan tanah mineral yang terbentuk pada ketinggian 220 m di atas permukaan laut dengan curah hujan 3552 mm/tahun (Yogaswara, 1997).
2.3
Jagung Jagung (Zea mays L.) termasuk keluarga serealia. Bunga jagung berumah
satu (Monoecious) di mana letak bunga jantan dan betina terpisah pada satu tanaman. Jagung merupakan tanaman C4 yang dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi dimana intensitas radiasi surya tinggi, curah hujan rendah dengan cahaya musiman tinggi disertai suhu tinggi, serta kesuburan tanah relatif rendah. Secara taksonomi Sistimatika tanaman jagung adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas
: Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo
: Graminae (rumput-rumputan)
Famili
: Graminaceae
Genus
: Zea
Spesies
: Zea mays L. Sifat-sifat tanaman jagung hibrida antara lain jarak tanam 75 cm x 20 cm,
sangat tanggap
terhadap
pemupukan,
berbatang
kokoh
dengan
tingkat
keseragaman dari seragam sampai sangat seragam, toleran terhadap kerebahan akar, toleransi ketahanan yang tinggi pada serangan bulai, hasil produksi antara 6,80 – 8,98 ton pipilan kering per hektar. (Brosur Jagung Hibrida Pioneer 2004).
2.4
Nitrogen Dalam Tanah dan Tanaman Nitrogen merupakan unsur hara yang menjadi pembatas utama produksi
pertanian di daerah beriklim sedang. Umumnya tanah yang telah diolah kekurangan unsur ini (Sanchez, 1979). Soepardi (1983) menyatakan, Dari tiga unsur yang biasanya diberikan sebagai pupuk, nitrogen memberikan pengaruh paling menyolok dan cepat. Pada serealia nitrogen memperbesar butir-butir dan persentase protein. Hampir pada seluruh tanaman nitrogen merupakan pengatur dari penggunaan kalium, fosfor, dan penyusun lainnya. nitrogen dalam tanah dapat hilang melalui proses volatilisasi, penguraian, hidrolisis, denitrifikasi dan pencucian ataupun diserap oleh tanaman. (Tisdale dan Nelson, 1975; Sanchez, 1979) Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat dan ion amonium (Tisdale dan Nelson, 1975). Sebagian besar nitrogen diserap dalam bentuk ion nitrat karena ion tersebut bermuatan negatif sehingga selalu berada di dalam larutan tanah dan mudah terserap oleh akar. Karena selalu berada dalam arutan
tanah, ion nitrat lebih mudah tercuci oleh aliran air. Sebaliknya, ion amonium bermuatan positif sehingga terikat oleh koloid tanah. Ion tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah melalui proses pertukaran kation. Karena bermuatan positif, ion amonium tidak mudah hilang oleh proses pencucian. (Novizan, 2002) Soepardi (1983) menyatakan, nitrogen yang ditambahkan sebagai pupuk mengalami reaksi- reaksi sama seperti nitrogen yang dibebaskan oleh proses biokimia dari sisa tanaman. Novizan (2002) menyatakan, jika terjadi kekurangan (defisiensi) nitrogen, tanaman tumbuh lambat dan kerdil, daunnya berwarna hijau muda. Sebaliknya jika terjadi kelebihan nitrogen, tanaman tampak terlalu subur, ukuran daun menjadi lebih besar, batang menjadi lunak dan berair (sukulensi). Kelebihan nitrogen juga dapat menunda pembentukan bunga, bahkan bunga yang telah terbentuk lebih mudah rontok. Efek lain dari kelebihan nitrogen adalah pematangan buahnya juga terhambat.
2.5
Fosfor Dalam Tanah dan Ta naman Fosfor merupakan unsur makro yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman, tetapi kadarnya dalam tanaman lebih rendah dari nitrogen, kalium, dan kalsium. Fosfor dinilai lebih penting dari hara kalsium, bahkan mungkin juga hara kalium (Leiwakabessy, 1998). Fosfor diserap tanaman dalam bentuk H2 PO4 -, HPO4 2-, dan PO4 2-, atau tergantung nilai pH tanah. Fosfor sebagian besar berasal dari batuan mineral alami, sisanya berasal dari pelapukan bahan organik.
(Novizan, 2002). Soepardi (1983) menyatakan, kerak bumi merupakan sumber dan cadangan fosfor. Kadar fosfor dalam kerak bumi adalah 0.12 persen fosfor. Selanjutnya Soepardi (1983) menyatakan bahwa fungsi utama fosfor terhadap tanaman adalah : (1) sebagai penyusun metabolit dan senyawa kompleks, (2) sebagai aktivator, kofaktor, atau pengaruh enzim, dan (3) peranan dalam proses fisiologik. Novizan (2002) menyatakan, pemupukan fosfor dapat merangsang pertumbuhan awal bibit tanaman. Fosfor merangsang pembentukan bunga, buah, dan biji. Bahkan mampu mempercepat pemasakan buah dan membuat biji lebih bernas. Jika terjadi kekurangan fosfor, tanaman menunjukkan gejala pertumbuhan lambat dan kerdil, dan perkembangan akar terhambat. Pada jagung, daun berwarna merah keunguan atau pinggiran daunnya berwarna kuning. Kekurangan fosfor juga menyebabkan pematangan buah terhambat, perkembangan bentuk dan warna buah buruk, dan biji berkembang tidak normal.
2.6
Kalium Dalam Tanah dan Tanaman Selain nitrogen dan fosfor, kalium juga merupakan unsur hara makro yang
dibutuhkan oleh tanaman. Jumlah kalium yang diambil tanaman berkisar antara 50 sampai lebih dari 200 kg K/ha tergantung dari jenis tanaman dan besar produksi. Umumnya tanaman monokotil seperti jagung lebih banyak membutuhkan kalium dibandingkan tanaman dikotil (Leiwakabessi et. al., 1998). Kalium ditemui pada cairan sel tanaman. Kalium sangat mudah diserap oleh tanaman dan bersifat sangat mobil (Indranada, 1986)
Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk kation K+. Di dalam tanah, ion tersebut bersifat sangat dinamis (Novizan, 2002). Soepardi (1983) menyatakan, kalium merupakan satu-satunya kation monovalen yang esensial bagi tanaman. Peranan utama dari kalium dalam tanaman adalah sebagai aktivator berbagai enzim, menjamin ketegaran tanaman, membuat tanaman lebih tahan terhadap penyakit, dan merangsang pertumbuhan akar. Kalium cenderung meniadakan pengaruh buruk, dan dapat mengurangi pengaruh kematangan yang dipercepat oleh fosfor. Permasalahan dari kalium adalah : ketersediaan kalium yang dapat dipertukarkan pada setiap saat sering berjumlah sedikit, kehilangan karena pencucian, terangkut tanaman. Kalium tanah dapat digolongkan berdasarkan ketersediannya : (1) tidak tersedia, (2) segera tersedia, dan (3) lambat tersedia. Menurut Leiwakabessy (1998) dan Tisdale et al. (1975), faktor yang mempengaruhi ketersediaan K untuk tanaman adalah : (1) jenis mineral liat, (2) Kapasitas Tukar Kation, (3) jumlah kalium dapat dipertukarkan, (4) kapasitas fiksasi kalium, (5) kalium pada lapisan bawah dan kedalaman perakaran, (6) kelembaban tanah, (7) aerasi, (8) temperatur tanah, (9) reaksi tanah, (10) kadar air tanah, (11) kadar kalium dan magnesium.
III. BAHAN DAN METODE
3.1
Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan dari bulan Februari 2006 sampai Juli 2006.
Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Komplek IPB Darmaga Bogor, sedangkan analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB.
3.2
Bahan dan Alat Bahan pupuk yang diuji adalah pupuk daun Growmore 32-10-10 yang
merupakan pupuk majemuk yang berbentuk serbuk padatan. Bahan lainnya yang digunakan untuk kegiatan di lapang antara lain benih jagung hibrida pioneer P-12, pupuk urea, SP-36, KCl, dolomite, furadan. Sedangkan bahan yang digunakan untuk analisis serapan hara adalah HC lO 4 , HNO3 , NaOH, HCl, dan lain sebagainya. Alat yang digunakan untuk penelitian di lapang antara lain rotary, cangkul, tugal, timbangan, papan nama, meteran, sprayer, plastik, tali plastik, ajir, ember, selang, gayung, alat tulis. Alat yang digunakan untuk penelitian di laboratorium antara lain mesin penggiling, pH meter, Kjeltech, AAS, Flamefotometer, alat-alat gelas, dan sebagainya.
3.3
Metode Penelitian Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor. Faktor
tersebut terdiri dari 10 perlakuan. Perlakuan yang diujikan dalam percobaan ini
adalah : (1) Kontrol (2) Standar (dosis anjuran departemen pertanian) (3) S1G1 (4) S1G2 (5) S1G3 (6) S1G4 (7) S2G1 (8) S2G2 (9) S2G3 (10) S2G4. Seluruh perlakuan yang diujikan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Keseluruhan perlakuan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Sepuluh Perlakuan yang dicobakan. Dosis Growmore Perlakuan
3.4
(32-10-10)
Urea
SP 36
KCl
Kontrol
0
0
0
0
Standar
0
300
200
150
S1G1 (1. 25g/l)
4
0
100
37.5
S1G2 (2.5 g/l)
8
150
150
75
S1G3 (3.75 g/l)
12
0
100
37.5
S1G4 (5 g/l)
16
150
150
75
S2G1 (1.25 g/l)
4
0
100
37.5
S2G2 (2.5 g/l)
8
150
150
75
S2G3 (3.75 g/l)
12
0
100
35.5
S2G4 (5 g/l)
16
150
150
75
Rancangan Penelitian Rancangan percobaan yang dipakai adalah rancangan acak kelompok.
Model matematika percobaan tersebut adalah sebagai berikut : Yijk = µ + Ti + Pj + Eij i = 1, 2, 3 j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 Keterangan : Yijk = respon produksi tanaman jagung akibat pengaruh T ke i dan P ke j
µ = nilai tengah umum Ti = pengaruh kelompok/ulangan ke- i Pj = pengaruh jenis pupuk ke-j Eij = galat
3.5
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan Lahan Pertama-tama disiapkan petak dengan ukuran 3.2 m x 3.4 m dan untuk masing- masing kelompok dibuat 10 petakan. Dengan demikian petakan yang dibutuhkan sebanyak 30 petak. Kemudian dilakukan pengapuran berdasarkan Aldd yang setara dengan 1 x Al-dd (1450 kg/ha). Denah percobaan ini disajikan pada Gambar 1.
U
T GM 32-10-10
Keterangan : 1 = Kontrol 2 = Standar 3 = S1G1 4 = S1G2 5 = S1G3
I II III
8 3 5
9 8 1
5 1 3
4 10 2
7 6 8
10 7 10
1 9 7
3 4 6
2 5 4
6 2 9
6 = S1G4 7 = S2G1 8 = S2G2 9 = S2G3 10 = S2G4
Gambar 1. Denah Lokasi Percobaan Uji Efektifitas Growmore 32-10-10
Penanaman Tanaman yang digunakan untuk penelitian ini adalah jagung hibrida varietas Pioneer 12 dengan jarak tanam 40 x 75 cm.
Pemupukan Pupuk Urea dan KCl diberikan dua kali masing- masing ½ dosis pada saat tanam dan 35 HST, sedangkan SP 36 diberikan semuanya pada saat tanam. Pupuk Growmore yang berupa padatan terlebih dahulu dilarutkan dalam air. Dosis Growmore yang diberikan sesuai dengan perlakuan sebanyak 8 kali dengan interval satu minggu sekali dan penyemprotan pertama dilakukan saat tanaman jagung berumur 2 minggu.
Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan meliputi : 1) penyulaman, dilakukan pada umur 714 HST; 2) penyiangan dari gulma; 3) pembersihan saluran; 4) pembumbunan
Panen Panen dilakukan saat umur tongkol jagung masak (100 hari). Parameter yang dianalisis : 1. Parameter pertumbuhan : yaitu tinggi tanaman jagung yang diukur mulai dari 4 Minggu Setelah Tanam (MST) sampai dengan 9 Minggu Setelah Tanam (MST). 2. Komponen produksi tanaman : •
Bobot pipilan kering per petak yang kemudian dikonversi dalam ha
•
Bobot 100 biji pipilan kering
•
Keliling dan panjang buah
3. Kadar hara N, P, K, Ca, dan Mg. Analisis N menggunakan metode Kjeldahl, P, K, Ca, dan Mg menggunakan metode pengabuan basah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Analisis Pendahuluan Tanah Latosol Darmaga (Oxic Dystropept) Hasil analisis awal tanah latosol Darmaga disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Analisis Pendahuluan Tanah Latosol Darmaga Kriteria Analisis
Metode
Nilai
PPT 1983
pH H2 O
pH meter
5.6
Agak Masam
pH KCl
pH meter
4.7
C-org (%)
Walley & Black
1.91
Rendah
N-total (%)
Kjeldahl
0.17
Rendah
Bray I
11.6
Rendah
HCl 25 %
257.8
Ca (me/100 g)
NH4 O.Ac pH 7
4.32
Rendah
Mg (me/100 g)
NH4 O.Ac pH 7
1.51
Rendah
K (me/100 g)
NH4 O.Ac pH 7
0.36
Sedang
Na (me/100 g)
NH4 O.Ac pH 7
0.5
Sedang
KTK (me/100 g)
NH4 O.Ac pH 7
13.12
Rendah
Perhitungan
50.99
Sedang
Al (me/100 g)
1 N KCl
1.07
H (me/100 g)
1 N KCl
0.24
Fe (ppm)
0,05 N HCl
2.16
Cu (ppm)
0,05 N HCl
0.32
Zn (ppm)
0,05 N HCl
9.2
Mn (ppm)
0,05 N HCl
43.6
P (ppm) P-HCl 25 % (ppm)
KB (%)
Tekstur
Pipet
Liat
Pasir (%)
5.74
Debu (%)
23.13
Liat (%)
72.17
Berdasarkan kriteria yang tertera pada Tabel 2, maka latosol Darmaga memiliki karakteristik : tekstur tanah liat, bereaksi agak masam, kandungan Ntotal dan C-organik rendah, P-tersedia rendah, KTK rendah, Ca dan Mg rendah, K dan Na sedang, KB sedang. Tanah latosol merupakan tanah terlapuk lanjut, sehingga diduga terjadi fiksasi P yang mengakibatkan ketersediaan P pada tanah ini rendah. Tanah latosol darmaga memiliki tekstur liat, tetapi nilai KTK tanah latosol darmaga rendah hal ini disebabkan karena tana h latosol darmaga banyak mengandung liat tipe 1 : 1. Nilai Ca tanah latosol Darmaga rendah sehingga perlu dilakukan pengapuran sebelum penanaman.
4.2
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Daun Growmore 32-10-10 Terhadap Pertumbuhan Tinggi Tanaman Analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk daun Growmore 32-10-10
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 4, 5, dan 6 MST sedangkan pada 7, 8, dan 9 MST tidak berpengaruh nyata. Pengaruh pupuk daun Growmore 32-10-10 terhadap tinggi tanaman (4-9 MST) disajikan pada Tabel 3, sedangkan analisis ragamnya disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 3. Pengaruh Pupuk Daun Growmore 32-10-10 Terhadap Tinggi Tanaman Jagung Perlakuan
MST 4
5
6
7
8
9
74,01
85,93
96,19
Kontrol
24,88a*
44,58a
62,18a
Standar
32,19ab
54,75ab
75,70ab
93,04 107,01 126,01 99,43 113,85 131,64
S1G1
39,28bcd
62,58abc 85,15abc
S1G2
46,48cde
72,48bcd 88,04abc 104,99 119,33 134,16
S1G3
45,55bcd 67,50abcd 89,66abc 108,63 124,29 137,80
S1G4
37,48abc
57,55ab
74,24ab
S2G1
55,88e
88,63cd
114,94c 131,68 145,21 153,65
S2G2
59,54e
89,18d
114,50c 133,15 150,58 160,04
S2G3
48,10cde
79,35bcd 102,80bc 122,13 135,08 147,33
S2G4
52,08de
83,98cd 105,89bc 124,92 138,13 151,06
84,91
95,36 104,64
Keterangan : * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0,05 (a = 5%) dengan uji BNT
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada 4 MST pemberian pupuk daun Growmore 32-10-10 dengan perlakuan S2 nyata lebih tinggi daripada Kont rol dan Standar selanjutnya Growmore dengan perlakuan S1 nyata lebih tinggi daripada kontrol kecuali pada perlakuan S1G4. Pada 5 dan 6 MST perlakuan S2 dengan Growmore lebih tinggi daripada Kontrol dan Standar dan juga cenderung lebih tinggi daripada perlakuan S1 dengan Growmore. Meskipun analisis ragam pada 7 sampai dengan 9 MST tidak berpengaruh nyata, pemberian pupuk konvensional yang dicampur dengan pupuk daun Growmore cenderung menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada kontrol dan standar.
Pada 7 MST sampai dengan 9 MST walaupun diberikan pupuk daun Growmore tetapi tinggi tanaman tidak berbeda nyata hal ini disebabkan karena tanaman jagung pada 42 hari setelah tanam telah memasuki fase premordia. 4.3
Komponen Produksi Analisis ragam pada La mpiran 3 menunjukkan bahwa pupuk daun
Growmore 32-10-10 berpengaruh nyata terhadap diameter dan panjang tongkol, serta bobot 100 Butir Jagung. Hasil uji lanjut pengaruh pemberian pupuk Growmore 32-10-10 terhadap keliling dan panjang tongkol, serta bobot 100 Butir Jagung disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Keliling Tongkol, Panjang Tongkol, dan Bobot 100 Butir Jagung Keliling Tongkol
Panjang tongkol
Bobot 100
Perlakuan
(cm)
(cm)
butir (gram)
Kontrol
3.52a*
11.77a
16.76a
Standar
3.97ab
16.83b
21.83ab
S1G1
3.98abc
15.63b
24.32bcd
S1G2
3.99abc
15.83b
25.87bcd
S1G3
4.11abc
16.75b
26.62bcd
S1G4
4.49bcd
14.44b
23.13bc
S2G1
4.63bcd
15.49b
25.99bcd
S2G2
4.81cd
16.59b
29.54d
S2G3
5.04d
16.34b
29.06d
S2G4
4.77bcd
16.97b
27.89cd
Keterangan : * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0,05 (a = 5%) dengan uji BNT
Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun Growmore 32-10-10 terhadap keliling tongkol pada perlakuan S2 dengan penambahan Growmore
cenderung tidak berbeda terhadap perlakuan S1 dengan penambahan Growmore tetapi lebih besar daripada Kontrol dan Standar. Pada panjang tongkol perlakuan S1 dan S2 dengan penambahan Growmore, serta Standar tidak berbeda nyata tetapi lebih besar daripada Kontrol. Selanjutnya, Bobot 100 butir biji jagung menunjukkan bahwa perlakuan S2 dengan penambahan Growmore lebih tinggi daripada Kontrol dan Standar kecuali pada perlakuan S2G1, sedangkan di antara tiap perlakuan Growmore tidak berbeda nyata kecuali antara perlakuan S2G2 dan S2G3 lebih tinggi daripada S1G4.
4.4
Bobot Pipilan Kering dan Relative of Agronomic Effectivness (RAE) Analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk daun Growmore 32-10-10
berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan kering. Untuk menilai efektivitas pupuk digunakan metode perhitungan RAE (Relative of Agronomic Effectivness). RAE adalah suatu nilai pembanding dalam uji efektifitas pupuk, dimana persamaannya adalah: RAE A (%) =
Produksi Perlakuan A - Produksi Kontrol x100% Produksi Standar - Produksi Kontrol
Nilai RAE dan hasil uji lanjut pemberian pupuk daun Growmore 32-10-10 terhadap bobot pipilan kering disajikan pada Tabel 5, sedangkan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 3.
Tabel 5. Nilai RAE Pupuk Daun Growmore 32-10-10 RAE
Bobot Pipilan
%
Kering (kw/ha)
Kontrol
0.00
6.45a*
Standar
100.00
55.32de
S1G1
41.95
26.95b
S1G2
45.79
28.83b
S1G3
47.26
29.55b
S1G4
62.38
36.94bc
S2G1
87.41
49.17cde
S2G2
111.30
60.84e
S2G3
71.72
41.5bcd
S2G4
113.65
61.99e
Perlakuan
Keterangan : * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0,05 (a = 5%) dengan uji BNT
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun Growmore 3210-10 terhadap bobot pipilan kering pada perlakuan S2 dengan penambahan Growmore tidak berbeda terhadap Standar dan lebih tinggi daripada Kontrol namun cenderung lebih tinggi juga daripada S1 dengan penambahan Growmore Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai RAE tertinggi (113.65 %) diperoleh pada perlakuan S2G4, kemudian diikuti oleh perlakuan S2G2 (111.30%), S2G1 (87.41%), S2G3 (71.72%), S1G4 (62.38%), S1G3 (47.26%), S1G2 (45.79%), dan S1G1 (41.95%).
4.5
Kadar Hara Tanaman Jagung Analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk daun Growmore 32-10-10
berpengaruh nyata terhadap kadar N, P, K tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar Ca dan Mg tanaman jagung pada 9 MST. Hasil uji lanjut kadar hara tanaman jagung 9 MST disajikan pada Tabel 6, sedangkan analisis ragamnya disajikan pada Tabel Lampiran 4. Tabel 6. Kadar Hara Tanaman Jagung 9 MST Perlakuan
N
Kontrol
1.93
Standar
2.82
S1G1
2.26
S1G2
2.30
S1G3
2.41
S1G4
2.37
S2G1
2.50
S2G2
2.65
S2G3
2.83
S2G4
3.46
Kadar Dalam Tanaman (%) P K Ca 0.15a 0.8 1.33a b* 7 0.20 0.6 3.68c d 9 0.19c 0.8 1.74a d 5 0.16 0.7 2.07ab bc 2 0.16 0.6 1.51a bc 6 0.18c 0.6 2.30ab d 7 0.7 0.13a 2.11ab 3 0.15a 0.8 2.17ab b 0 0.7 0.12a 2.98bc 3 0.14a 0.6 2.07ab b 3
Mg 0.31 0.16 0.32 0.25 0.19 0.19 0.16 0.34 0.20 0.12
Keterangan : * Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0,05 (a = 5%) dengan uji BNT
Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun Growmore 32-10-10 terhadap kadar hara P tanaman jagung 9 MST pada perlakuan S1 dengan penambahan Growmore tidak berbeda nyata dengan Standar dan lebih tinggi daripada perlakuan S2 dengan penambahan Growmore dan Kontrol. Pada Tabel 7 juga menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun Growmore 32-10-10 terhadap kadar hara K tanaman jagung 9 MST di antara perlakuan S1 dan S2 dengan
penambahan Growmore serta Kontrol tidak berbeda nyata tetapi lebih rendah daripada perlakuan Standar. 4.6
Dosis Optimum Dosis optimum dari pupuk daun adalah dosis pupuk daun dimana pada
dosis tersebut produksi mencapai optimal dengan keuntungan maksimal. Dosis optimum didapatkan dari kurva persamaan produksi dan persamaan harga pupuk daun. Produksi Growmore 32-10-10 Pada S2
y = -18.933x2 + 560.94x + 3156.3 R2 = 0.7908
8000.00 7000.00 6000.00 5000.00 4000.00 3000.00 2000.00 1000.00 0.00 0.00
5.00
10.00
Produksi (Ribu Rupiah)
Produksi (Ribu Rupiah)
Produksi Growmore 32-10-10 Pada S1
15.00
20.00
y = -11.686x2 + 392.59x + 8781.8 16000.00 R2 = 0.2399 14000.00 12000.00 10000.00 8000.00 6000.00 4000.00 2000.00 0.00 0.00 5.00 10.00
Dosis (kg/ha)
15.00
20.00
Dosis (kg/ha)
Gambar 2. Kurva Persamaan Produksi Growmore Dari kurva produksi didapatkan persamaan produksi untuk perlakuan S1 adalah y = -18.933 x2 + 560.94 x + 3156.3 sedangkan persamaan produksi S2 adalah y = -11.686 x2 + 392.59 x + 8781.8, di mana y = penerimaan total (ribuan Rupiah) dan x = dosis pupuk Growmore (kg/ha). Persamaan Harga Growmore
Harga (x Rp.1.000)
600 y = 30x
500 400 300 200 100 0
5
10
15
20
Dosis Growmore (Kg)
Gambar 4. Kurva Persamaan Harga Growmore
Dari kurva harga Growmore didapatkan persamaan harga Growmore, yaitu y = 30x, di mana y = harga pupuk Growmore (ribuan Rupiah) dan x = dosis pupuk Growmore (Kg/ha). Perhitungan dosis optimum didasarkan pada turunan pertama dari persamaan produksi yang kemudian disatukan dengan persamaan harga Growmore. Pada perlakuan S1: Turunan pertamanya adalah y`
= -37.866 x + 560.94
persamaan harga adalah
y
= 30 x,
dosis optimum adalah
y`
= y,
sehingga
-37.866 x + 560.94
= 30 x
560.94
= 67.866 x
x
= 8.26 kg Growmore/ha
Sehingga dosis optimum untuk S1 adalah 8.26 kg Growmore/ha atau setara dengan 2.58 gram Growmore/liter. Pada perlakuan S2: Turunan pertamanya adalah y`
= -23.372 x + 392.59
persamaan harga adalah
y
= 30 x,
dosis optimum adalah
y`
= y,
sehingga
-23.372 x + 392.59
= 30 x
392.59
= 53.372 x
x
= 7.35 kg Growmore/ha
Sehingga dosis optimum untuk S2 adalah 7.35 kg Growmore/ha atau setara dengan 2.29 gram Growmore/liter.
4.7
Analisis Usaha Tani Hasil ringkasan analisis usaha tani disajikan pada Tabel 7, sedangkan
biaya detail disajikan pada Tabel Lampiran 20 - 23. Tabel 7. Analisis Usaha Tani
Tetap Perlakuan KON STD S1G1 S1G2 S1G3 S1G4 S2G1 S2G2 S2G3 S2G4
Biaya Variabel Total Pendapatan Keuntungan - - - - - - - - - - ribuan Rupiah - - - - - - - - - -
R/C Ratio
Kelayakan
Tidak 4061.5 358.05 4419.55 1290 3129.55* 0.29 Layak 4061.5 2152.88 6214.38 11064 4849.62 1.78 Layak 4061.5 1270.05 5331.55 5390 58.45 1.01 Layak 4061.5 1406.97 5468.47 5766 297.53 1.05 Layak 4061.5 1533.45 5594.95 5910 315.05 1.05 Layak 4061.5 1719.96 5781.46 7388 1606.54 1.27 Layak 4061.5 2011.28 6072.78 9834 3761.22 1.61 Layak 4061.5 2236.31 6297.81 12168 5870.19 1.93 Layak 4061.5 2182.25 6243.75 8300 2056.25 1.32 Layak 4061.5 2486.66 6548.16 12398 5849.84 1.89 Layak Keterangan: * mengalami kerugian sebesar Pendapatan berdasarkan harga jual pipilan kering jagung Rp. 2000/Kg
Kriteria kelayakan pada analisis usaha tani di atas adalah dengan menggunakan Revenue / Cost (R/C) Ratio, yaitu dengan membandingkan jumlah pendapatan dengan jumlah biaya. Bila nilai R/C lebih besar dari 1, usaha tersebut dapat dikatakan layak, atau dengan kata lain tidak akan mengalami kerugian karena penerimaan melebihi biaya. Dari keseluruhan perlakuan yang dianalisis, hanya perlakuan Kontrol saja yang dapat dikatakan tidak layak, sedangkan nilai R/C dan keuntungan yang terbesar adalah perlakuan S2G2, yaitu sebesar 1.93.
Nilai R/C yang dicapai oleh pupuk Growmore kemungkinannya dapat lebih tinggi apabila diusahakan pada lahan dengan tingkat kesuburan tanah yang lebih tinggi.
4.7
Pembahasan Umum Dari hasil ditunjukkan bahwa perlakuan S2 dan S1 dengan penambahan
Growmore memberikan hasil yang lebih baik terhadap tinggi tanaman, keliling tongkol, panjang tongkol, bobot 100 biji, dan bobot pipilan kering bila dibandingkan dengan perlakuan dosis Standar dan Kontrol. Lebih tingginya pengaruh perlakuan S2 dengan penambahan Growmore dan beberapa perlakuan S1 dengan penambahan Growmore dibandingkan perlakuan dosis Standar, menunjukkan bahwa penambahan pupuk Growmore 32-10-10 dapat memberikan pengaruh yang lebih efektif dalam meningkatkan hasil, karena dalam hal ini perlakuan S1 dan S2 adalah penambahan pupuk standar dengan dosis yang lebih rendah yaitu ¼ dan ½ dosis standar memiliki hasil produksi beberapa perlakuan yang melebihi standar. Hal ini disebabkan karena pupuk daun Growmore merupakan pupuk daun dan mudah larut sehingga hara yang terkandung mudah tersedia dan lebih efektif penyerapannya oleh tanaman. Pupuk Growmore 32-1010 selain mengandung unsur hara N, P, dan K juga mengandung unsur hara makro lain (Ca, Mg, dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Cd, dan Co), sehingga dapat melengkapi kebutuhan hara tanaman jagung. Berdasarkan kisaran kecukupan hara, kadar N, P, dan K semua perlakuan masih berada di bawah kisaran kecukupan hara. Menurut Bennet(1993), Kisaran
hara untuk tanaman jagung N adalah 3.5-5.0 %, P sebesar 0.4-0.8 %, dan K berkisar 3.5-5.0 %. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini adalah terjadinya strees air pada 6-9 MST adalah kondisi iklim di lapang dimana tidak terjadi hujan selama beberapa minggu dan menyebabkan tanaman kekurangan air, selain itu diduga karena tingkat keragaman tanah yang tinggi di areal percobaan yang mengakibatkan sulitnya untuk mendapatkan satuan petak yang homogen. Namun demikian, walaupun kadar hara tanaman rendah tetapi dengan penggunaan pupuk daun Growmore 32-10-10 masih dapat meningkatkan produksiyang melebihi produksi perlakuan Standar. Hal ini dapat dilihat dari nilai pipilan kering dan nilai RAE perlakuan S2G2 dan S2G4 yang lebih tinggi daripada Standar. Selain itu analisis usaha tani perlakuan S2G2 dan S2G4 juga memberikan nilai R/C yang lebih tinggi daripada Standar. Dosis optimum pupuk daun Growmore untuk S1 adalah adalah 8.26 kg Growmore/ha atau setara dengan 2.58 gram Growmore/liter, sedangkan untuk S2 adalah 7.35 kg Growmore/ha atau setara dengan 2.29 gram Growmore/liter, dimana pada dosis ini produksi dan keuntungan yang didapat dengan menggunakan pupuk daun Growmore mencapai maksimum.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Pada 4, 5, dan 6 MST perlakuan S2 dengan penambahan Growmore
cenderung memberikan hasil tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada perlakuan Standar dan Kontrol. Keliling tongkol pada perlakuan S2 dengan Growmore memberikan hasil yang lebih tinggi daripada Standar dan Kontrol. Pada pengukuran panjang tongkol perlakuan S1 dan S2 dengan penambahan Growmore, serta Standar nyata lebih tinggi daripada Kontrol. Sedangkan pada pengukuran 100 butir biji jagung perlakuan S2 dengan penambahan Growmore nyata lebih tinggi dibandingkan Kontrol dan Standar kecuali pada perlakuan S2G1. Bobot pipilan kering pada perlakuan S2 dengan penambahan Growmore tidak berbeda terhadap Standar namun cenderung lebih tinggi daripada Kontrol dan S1 dengan penambahan Growmore. nilai RAE tertinggi (113.65 %) diperoleh pada perlakuan S2G4, kemudian diikuti oleh perlakuan S2G2 (111.30%), S2G1 (87.41%), S2G3 (71.72%), S1G4 (62.38%), S1G3 (47.26%), S1G2 (45.79%), dan S1G1 (41.95%). Kadar hara P tanaman jagung perlakuan S2 dengan penambahan Growmore tidak berbeda nyata dengan Kontrol tetapi lebih tinggi daripada
perlakuan S1 dengan penambahan Growmore dan Standar. Kadar hara K tanaman jagung pada perlakua n S1 dan S2 dengan penambahan Growmore serta Kontrol tidak berbeda nyata dan lebih tinggi daripada perlakuan Standar. Dosis optimum pupuk daun Growmore untuk S1 adalah adalah 8.26 kg Growmore/ha atau setara dengan 2.58 gram Growmore/liter, sedangkan untuk S2 adalah 7.35 kg Growmore/ha atau setara dengan 2.29 gram Growmore/liter. 5.2
Saran Perlu dilakukan penambahan perlakuan untuk mendapatkan data pengaruh
dosis terhadap pertumbuhan, produksi, dan kadar hara dengan variasi yang lebih lebar.
VI. DAFTAR PUSTAKA Bennet, W.F. 1993. Nutrient Deficiencies and Toxicities in Crop Plant. The American Phytopathological Society. P.2-14 Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. P. T. Gramedia Pustaka Utama., Jakarta. Indranada, H.k. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT Bina Aksara. Jakarta Lingga, P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya., Jakarta Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya., Jakarta Leiwakabessy, F. M., Suwarno dan U. M. Wahyudin. 1998. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor., Bogor. Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. P. T. Agromedia Pustaka., Jakarta. Rahmayani. 2006. Efektifitas Pupuk Pelengkap Cair Dharmavit Terhadap Pertumbuhan, Produksi, Serta Serapan Hara N, P, K Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa l.) Varietas IR 64 Pada Latosol Darmaga. Skripsi S1 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sanchez, A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika, Jurusan Ilmu Tanah North Carolina, State University. Penerbit Instutut Teknologi Bandung., Bandung. Sarief, E. S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana., Bandung. Siregar, J.L. 2006. Pengujian Leachate Dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir dan Beberapa Pupuk Daun Baru. Skripsi S1 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Suwarto, Yahya. S, Handoko, Chozin. M.A. 2005. Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubi kayu Dalam Sistem Tumpang Sari. Buletin Agronomi. (33) (2) 1-7 Tisdale, S. And W. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. Mc Millan Publs. Co, Inc., New York Yogaswara, A. 1997. Seri-Seri Tanah dari 7 Tempat di Jawa Barat. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor., Bogor.
Tabel Lampiran 1. Komposisi Hara dan Ikutan dalam Pupuk Growmore 32-10-10 (Balai Penelitian Tanah, Bogor, 2005) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Unsur N-Organik N-NH4 N-NO3 Total N P2O5 K2O Ca Mg S Kadar Air Fe
Satuan % % % % % % % % % % Ppm
Nilai No Unsur 19.47 12 Mn 6.05 13 Cu 6.82 14 Zn 32.34 15 B 10.45 16 Pb 10.35 17 Cd 0,02 18 Co 0.13 19 As 0.95 20 Mo 1.98 21 Hg 647
Satuan ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
Nilai 182 168 181 231 Tr 0.2 4.2 Tr Tr Tr
…………………………………..4 MST…………………………………………….
Tabel Lampiran 2. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Berdasarkan PPT (1983) Sifat Tanah C-Organik (%) N-Total (%) C/N P2O5 HCl (mg/100g) P2O5 Bray 1 (ppm) P2O5 Olsen (ppm) KTK (me/100g) Susunan Kation K (me/100g) Na (me/100g) Mg (me/100g) Ca (me/100g) KB (%) Kejenuhan Al (%) pH H2O
Sangat Rendah < 1.00 < 0.10 <5
Rendah
Sedang
Tinggi
1.00-2.00 0.11-0.20 5-10
2.01-3.00 0.21-0.50 11-15
3.01-5.00 0.51-0.75 16-25
>5 > 0.75 > 25
< 10
10-20
21-40
41-60
> 60
< 10 < 10 <5
10-15 10-25 5-16
15-25 26-45 17-24
26-35 45-60 25-40
> 35 > 60 > 40
< 0.1 < 0.1 < 0.4 <2 < 20 < 10 Sangat Masam < 4.5
0.1-0.2 0.1-0.3 0.4-0.1 2-5 20-35 10-20
0.3-0.5 0.4-0.7 1.1-2.0 6-10 36-50 21-30 Agak Masam 5.6-6.5
0.6-1.0 0.8-1.0 2.1-8.0 11-20 51-70 31-60
> 1.0 > 1.0 > 8.0 > 20 > 70 > 60 Agak Alkalin 7.6-8.5
Masam 4.5-5.5
Netral 6.6-7.5
Sangat Tinggi
Alkalin >8.5
SK Perlakuan Blok Galat
JK 2816.844 400.9883 1245.787
db 9 2 18
KT 312.9827 200.4942 69.21037
F-Hit 4.522193 2.896881
P-value 0.003158 0.081149
F-Tabel 2.456281 3.554557
Total 4463.619 29 …………………………………..5 MST……………………………………………. Perlakuan 5743.575 9 638.175 2.716454 0.033992 2.456281 Blok 1340.051 2 670.0253 2.852028 0.083955 3.554557 Galat 4228.729 18 234.9294 Total 11312.35 29 …………………………………..6 MST……………………………………………. Perlakuan 8410.612 9 934.5124 2.544888 0.04379 2.456281 Blok 1201.986 2 600.9931 1.63664 0.222302 3.554557 Galat 6609.809 18 367.2116 Total 16222.41 29 …………………………………..7 MST……………………………………………. Perlakuan 10525.35 9 1169.483 2.320472 0.061411 2.456281 Blok 1918.039 2 959.0193 1.902872 0.177957 3.554557 Galat 9071.731 18 503.985 Total 21515.12 29 ……………………………………8MST……………………………………………. Perlakuan 11799.9 9 1311.1 1.915945 0.11491 2.456281 Blok 2090.237 2 1045.119 1.527259 0.243975 3.554557 Galat 12317.58 18 684.31 Total 26207.72 29 …………………………………..9 MST……………………………………………. Perlakuan 10549.35 9 1172.15 1.783041 0.141659 2.456281 Blok 1772.525 2 886.2626 1.348157 0.284718 3.554557 Galat 11832.99 18 657.3882 Total
24154.86 29 Tabel Lampiran 3. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Jagung 4-9 MST
TabelLampiran 4. Analisis Ragam Panjang Tongkol, Keliling Tongkol, Bobot Pipilan Kering 100 Butir Jagung, Bobot Pipilan Kering Per Hektar …………………......Panjang Tongkol Jagung………………………. SK JK db KT F-Hit P-value F-Tabel Rows 62.66098 9 6.962331 3.010736 0.022263 2.456281 Columns 21.61986 2 10.80993 4.674561 0.023172 3.554557 Error 41.62502 18 2.312501 Total 125.9059 29 …………………….Keliling Tongkol Jagung………………………… Rows 62.66098 9 6.962331 3.010736 0.022263 2.456281 Columns 21.61986 2 10.80993 4.674561 0.023172 3.554557 Error 41.62502 18 2.312501 Total 125.9059 29 …………………. bobot pipilan kering 100 biji (gram)……………….. Perlakuan 394.9368 9 43.88186 3.713243 0.008591 2.456281 Blok 13.46273 2 6.731363 0.569602 0.575622 3.554557 Galat 212.7179 18 11.81766 Total 621.1174 29 …………………... …..bobot pipilan kering (Kw/ha)……………….. Perlakuan 8331.991 9 925.7767 10.5224 1.59E-05 2.456281 Blok 499.5736 2 249.7868 2.839081 0.084785 3.554557 Galat 1583.668 18 87.98156 Total
10415.23 29
Tabel Lampiran 5. Analisis Kadar Hara 9 MST ……………..N………………. SK JK db KT F-hitung P-value F-tabel Perlakuan 4.733084 9 0.525898 1.865918 0.124311 2.456281 Blok 0.543226 2 0.271613 0.9637 0.40031 3.554557 Galat 5.073195 18 0.281844 Total
10.3495 29 ……………..P………………. Perlakuan 0.015071 9 0.001675 7.340305 0.000182 2.456281 Blok 0.00624 2 0.00312 13.67598 0.000244 3.554557 Galat 0.004106 18 0.000228 Total
0.025417 29 ……………..K………………. Perlakuan 12.86498 9 1.429442 3.798628 0.007693 2.456281 Blok 0.198357 2 0.099178 0.263559 0.771226 3.554557 Galat 6.773488 18 0.376305 Total
19.83683 29 ……………..Ca………………. Perlakuan 2.727453 9 0.30305 0.613121 0.770693 2.456281 Blok 0.720987 2 0.360493 0.729338 0.495944 3.554557 Galat 8.896947 18 0.494275 Total
12.34539 29 ……………..Mg………………. Perlakuan 2.1296 9 0.236622 2.404806 0.029611 2.456281 Blok 0.007147 2 0.003573 0.036316 0.964406 3.554557 Galat 1.77112 18 0.098396 Total
4.267867 29
Tabel Lampiran 6. Biaya Tetap Pada Analisis Usaha Tani Biaya Tetap Komponen Sewa Lahan per musim tanam Benih Pestisida Kapur Tenaga Kerja : Pengolahan Lahan Penanaman Pemeliharaan Pemanenan Pasca Panen Peralatan : Penyusutan Cangkul* Penyusutan Plastik Penjemur**
Harga Satuan (Rp) Rp. 500000 per hektar Rp. 40000 per Kg Rp. 6000 per Kg Rp. 270 per Kg Rp. 20000 per HOK
Jumlah 1 Hektar 15 Kg 5 Kg 1383 Kg
Total (Rp) 500.000 600.000 30.000 373.410
50 HOK 10 HOK 20 HOK 25 HOK 20 HOK
1.000.000 200.000 400.000 500.000 400.000
Sub total
20.000 20.000 4.043.410
Rp20.000 Rp20.000
Keterangan: * Asumsi Harga Cangkul Rp.30000 dengan waktu penyusutan 2 tahun Sehingga biaya penyusutan untuk 1 musim tanam (4 bulan) adalah Rp.5000, menggunakan 4 Cangkul **Asumsi Harga Plastik Penjemur Rp30000 dengan waktu penyusutan 1 tahun Sehingga biaya penyusutan untuk 1 musim tanam (4 bulan) adalah Rp.10000, menggunakan 2 plastik
Tabel Lampiran 7. Biaya Variabel Pupuk Pada Analisis Usaha Tani Urea Perlakuan
SP36
KCl
Growmore 32-10-10
Urea Rp 1350/Kg
Jumlah Pupuk (Kg) KON STD S1G1 S1G2 S1G3 S1G4 S2G1 S2G2 S2G3 S2G4
300 0 0 0 0 150 150 150 150
200 100 100 100 100 150 150 150 150
150 37.5 37.5 37.5 37.5 75 75 75 75
4 8 12 16 4 8 12 16
SP-36 Rp 2200/kg
KCl Rp 3400/Kg
Growmore 32-10-10 Rp 30000/Kg
Harga Pupuk (Rp) 405.000 303.750 303.750 303.750 303.750
440.000 220.000 220.000 220.000 220.000 330.000 330.000 330.000 330.000
510.000 127.500 127.500 127.500 127.500 255.000 255.000 255.000 255.000
120.000 240.000 360.000 480.000 120.000 240.000 360.000 480.000
Tabel Lampiran 8. Biaya Variabel Tenaga Kerja Pada Analisis Usaha Tani Tenaga Kerja
Perlakuan
Penanaman + Pemupukan + Penyulaman (Rp)
Penyemprotan (Rp)
KON
300.000
(15 HOK)
STD
300.000
(15 HOK)
S1G1
300.000
(15 HOK)
320.000
(16 HOK)
S1G2
300.000
(15 HOK)
320.000
(16 HOK)
S1G3
300.000
(15 HOK)
320.000
(16 HOK)
S1G4
300.000
(15 HOK)
320.000
(16 HOK)
S2G1
300.000
(15 HOK)
320.000
(16 HOK)
S2G2
300.000
(15 HOK)
320.000
(16 HOK)
S2G3
300.000
(15 HOK)
320.000
(16 HOK)
S2G4
300.000
(15 HOK)
320.000
(16 HOK)
Tabel Lampiran 9. Biaya Variabel Peralatan Pada Analisis Usaha Tani
Perlakuan KON STD S1G1 S1G2 S1G3 S1G4 S2G1 S2G2 S2G3 S2G4
Peralatan (Penyusutan Alat Semprot) (Rp.)
50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000
Produksi Pipilan Kering (Kg) 645.0 5532.0 2695.0 2883.0 2955.0 3694.0 4917.0 6084.0 4150.0 6199.0
Pasca Panen Sewa Mesin Rp. 90/Kg 58,050 497,880 242,550 259,470 265,950 332,460 442,530 547,560 373,500 557,910
Sub Total (Rp) 358,050 2,152,880 1,380,050 1,516,970 1,643,450 1,829,960 2,121,280 2,346,310 2,292,250 2,596,660