TUGAS PENGELOLAAN SUMBER BELAJAR
BAHAN AJAR MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA UNTUK KELAS XI
Nama: Lilis Andriyani Kurukulum dan Teknologi Pembelajaran NIM. 0104510017 e-mail :
[email protected]
FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
MATERI BAHAN AJAR TAHUN PELAJARAN :
Mata pelajaran Pokok bahasan Sub pokok bahasan Kelas/semester Waktu Guru
: Bahasa dan sastra Sunda : Carita Pondok (cerpen) : Unsur Intrinsik Carpon : XI inti / 1 : 2.45' :
I. STANDAR KOMPETENSI Mampu menguraikan isi pikiran, perasaan, dan keinginan dalm bentuk tulisan berupa teks pidato, cerita pendek, resensi buku, dan teks drama.
II. KOMPETENSI DASAR Menulis Cerita Pendek Mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen.
III. TUJUAN PEMBELAJARAN Dapat menulis cerpen dengan baik Dapat mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen yang ditulis.
IV. MATERI Sub pokok bahasan : Unsur intrinsik Carita Pondok a. Carita Pondok. Dalam khasanah sastra Sunda modern, selain kita mengenal novel-novel Sunda, kita juga mengenal cerpen Sunda (Carpon = Carita Pondok). Dewasa ini disaat orangorang semakin disibukan oleh berbagai aktifitas, sungguh sulit bagi seseorang untuk meluangkan waktu agar dapat membaca sebuah novel. Dalam situasi seperti inilah orang butuh bacaan sastra yang tidak memakan banyak waktu. Carpon hadir sebagai sebuah karya sastra yang dapat menjawab hal tersebut, ceritanya pendek tapi tidak membosankan, karena meskipun ceritanya pendek, carpon tetap dibangun oleh unsurunsur intrinsik sebuah karya satra. Di satu sisi orang-orang sekarang sulit meluangkan waktu untuk membaca sebuah karya sastra, di sisi lain animo untuk membaca karya sastra masih dapat dikatakan besar, sehingga karya sastra yang semakin diminati oleh pembaca sekarang ini adalah Carpon.
b. Unsur intrinsik 1. Tema Setiap karya sastra prosa terlepas itu novel ataupun cerpen pasti memiliki tema. Tema adalah unsur intrinsik yang menjadi pondasi sebuah karya. Sebelum suatu karya ditulis, seorang pengarang secara sadar atau tidak sadar telah memilih suatu tema untuk karya yang akan ditulisnya. Jadi dengan kata lain tema adalah ide pokok suatu karya satra. 2. Alur Karya satra prosa naratif pasti memiliki jalan cerita, jalan crita inilah yang disebut alur. Alur adalah urutan kejadian dalam cerita atau kisah, dimulai dari awal cerita (biasanya pengenalan tokoh dan permasalahan/ awal terjadinya konflik), klimaks, kemudian antiklimaks atau ending cerita (biasanya konflik sudah terselesaikan). Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan tahapan di bawah ini. Alur meliputi beberapa tahap: 1. Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita. 2. Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita. 3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak. 4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur - angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang. 5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan. 6. Perwatakan : Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui: - Dialog tokoh Alur terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a. Alur maju Alur maju yaitu alur yang urutan kejadiannya berjalan maju, mulai dari awal, klimaks, ending. Biasanya alur maju ini dapat kita ketauhi melalui beberapa kata kunci yang biasa digunakan untuk alur jenis ini, misal: isukanana (keesokan harinya), dua poe ti harita (dua hari kemudian), sataun ti harita (setahun kemudian) dan lain sebagainya. Berikut contoh paragraph yang mengadopsi alur jenis ini: "Sore harita katempo aya anu tatamu ka imah Pa Ahmad, Pa Ahmad katinggali kurang someah ka eta jalma. Sanajan kitu teu burung Pa Ahmad nitah asup ka jalma eta. Teu karasa peo geus ngagayuh ka peuting, di jero imah katembong Pa Ahmad mimiti padu omong jeung semah,kaayaan tambah panas, teu lila eta semah mimiti nyerang ka nu boga imah, der opo begalan pati. Pa Ahmad ngabela diri tapi hanjakal
nasibna naas, manehna tiwas di tandasa ku eta semah. Ninggali naon anu karandapan ku salakina Bu Ahmadlangsung koceak dengek, eta semah reuwas langsung nandasa Bu Ahmad. Sanggeus ngarogahala nu boga imah, etya semah gura-giru ninggalkeun imah eta. Isukanana tatangga geger nganyahoankeun yen Pa Ahmad jeung garwana geus ngemasing pati tumakaning perlaya." " sore itu terlihat ada orang yang bertamu ke rumah Pa Ahmad, Pa Ahmad terlihat kurang senang dengan kedatangan orang tersebut. Walau begitu tak urung Pa Ahmad memepersilahkan orang itu masuk. Tak terasa hari sudah malam di dalam rumah terlihat Pa Ahmad mulai beradu mulut dengan sang tamu, ketegangan pun meningkat tak lama kemudian tamu itu mulai menyerang sang pemilik rumah, perkelahian pun terjadi. Pa Ahmad berusaha membela diri namun sayang nasib berkata lain, dia tewas di tangan sang tamu. Melihat apa yang menimpa suaminya Bu Ahmad langsung menjerit histeris, sang tamu kaget dan dengan serta merta menusuk Bu Ahmad. Setelah meng habisi kedua tuan rumah sang tamu pun bergegas meninggal kan rumah tersebut. Keesokan harinya para tetangga geger mengetahui Pa Ahmad beserta istrinya telah menjadi korban pembunuhan." b. Alur mundur Alur mundur yaitu alur yang urutan kejadiannya berjalan mundur, awal cerita dalam alur jenis ini merupakan hasil dari kejadian yang akan diceritakan berikutnya. Berikut contoh paragraph yang mengadopsi alur jenis ini: " Isuk-isuk kasampak Pa Ahmad geus rubuh guyang geutih geus teu nyawaan. Peuting samemehna kareungeu aya riributan di imahna, katenjo aya dua urang lalaki keur pakupis silih rangket, teu lila ti harita koceak Bu Ahmad ngajerit. Katinggali aya nu gura giru muru kaluar ti imah Pa Ahmad." "Pagi hari terlihat Pa Ahmad sudah terbujur kaku bersimbah darah tak bernyawa. Malam sebelumnya terdengar ada keributan di rumah Pa Ahmad, terlihat dua orang laki-laki sedang berjibaku saling memiting, tak lama kemudian terdengar Bu Ahmad menjerit. Terlihat ada sosok yang tergesa-gesa meninggalkan kediaman Pa Ahmad." c. Alur campuran yaitu alur yang menggabungkan kejadian dengan tautan sebab- akibat dengan kejadian yang bertautan akibat - sebab di dalam satu narasi. 3. Penokohan Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama.
Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita
4. Latar Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut. a. Latar Tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempattempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu. b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah " kapan " terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah "kapan" teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu c. Latar Sosial Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan. 5. Sudut Pandang Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan "aku", atau seperti tak seorang pun)? 2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti-ganti)? 3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)? 4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau bergantiganti)? Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama. a. Sudut pandang persona ketiga : "Dia" Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya "Dia", narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang "dia"dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh "dia", jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan "pengertian" terhadap tokoh "dia" yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja. 1) "Dia" mahatahu Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut "dia", namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh "dia" tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh "dia"yang satu ke "dia" yang lain, menceritakan atau sebaliknya "menyembunyikan" ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata. 2) "Dia" terbatas, "Dia" sebagai pengamat Dalam sudut pandang "dia" terbatas, seperti halnya dalam"dia"mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh "dia", namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.
b. Sudut Pandang Persona Pertama: "Aku" Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person point of view), "aku". Jadi: gaya "aku", narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si "aku" tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si "aku" tersebut. 1) "Aku" tokoh utama Dalam sudut pandang teknik ini, si "aku" mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si "aku"menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si "aku", peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si "aku" menjadi tokoh utama (first person central). 2) "Aku" tokoh tambahan Dalam sudut pandang ini, tokoh "aku" muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh "aku" hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian "dibiarkan" untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si "aku"tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si "aku" hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si "aku" pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita. 6. Gaya Bahasa dan Nada Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.
MODUL PEMBELAJARAN REMEDIAL Tahun Pelajaran :
Mata pelajaran Pokok bahasan Sub pokok bahasan : Kelas/semester Waktu Guru
: Bahasa dan sastra Sunda : Carita Pondok (cerpen) Unsur intrinsik Cerpen : XI inti / 1 : 2.45' :
Nama : Kelas : Nilai :...
I. STANDAR KOMPETENSI Mampu menguraikan isi pikiran, perasaan, dan keinginan dalm bentuk tulisan berupa teks pidato, cerita pendek, resensi buku, dan teks drama. II. INDIKATOR Mengidentifikasi ciri-ciri carpon. Mengetahui unsur-unsur intrinsik cerpen III. MATERI PEMBELAJARAN 1. Mengenai cerpen.......... Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknikteknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis. Ciri khas cerpen.. Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat. Cerpen dari segi ukuran (fisik) Menetapkan apa yang memisahkan cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang problematic. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846).
Definisi-definisi lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak kurang dari 1.000 kata. Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelette, novella, atau novel. 2. Unsur intrinsik cerpen a. Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita. b. Latar . setting adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung. c. Alur / plot adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita. Alur meliputi beberapa tahap: 1. Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita. 2. Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita. 3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak. 4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur - angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang. 5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan. 6. Perwatakan : Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui: - Dialog tokoh - Deskripsi tokoh - Alur cerita
IV. EVALUASI a. Jawab soal-soal di handap ieu kalayan jentre! 1. Jelaskeun naon ari anu disebut cerpen! 2. Jelaskeun cerpen tina segi fisik/ukuranna! 3. Sebutkeun jeung jelaskeun unsur-unsur intrinsik cerpen! b. ngarang cerpen 1. Coba hidep nulis hiji cerpen dumasar kana rangkai (kerangka) karangan anu geus disusun ku hidep samemehna!
Orang Tua Siswa,
(.)
Guru Mata Pelajaran,
(……………………)
MODUL PENGEMBANGAN MATERI Tahun Pelajaran :
Mata pelajaran Pokok bahasan Guru Waktu Kelas/semester Kegiatan
Tujuan
: Bahasa dan sastra Sunda Nama : : Cerita pendek/ carita pondok Kelas : : Nilai :... : 2.45' : XI inti / 1 : Mengetahui penerapan unsure intrinsic dalam proses penulisan kerangka karangan untuk kemudian dikembangkan menjadi sebuah cerpen. : Memahami fungsi cerpen sebagai suatu alat untuk menympaikan kritik sosial.
I. STANDAR KOMPETENSI Mampu menguraikan isi pikiran, perasaan, dan keinginan dalm bentuk tulisan berupa teks pidato, cerita pendek, resensi buku, dan teks drama.
II. KOMPETENSI DASAR Menulis Cerita Pendek Mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen.
III. TUJUAN PEMBELAJARAN Dapat menulis cerpen dengan baik Dapat mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen yang ditulis.
IV. MATERI PEMBELAJARAN 1. Mengenai cerpen.......... Apa sih cerpen itu......? Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknikteknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.
Ciri khas cerpen.. Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat. Cerpen dari segi ukuran (fisik) Menetapkan apa yang memisahkan cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang problematic. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak kurang dari 1.000 kata. Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelette, novella, atau novel. 2. Unsur intrinsik cerpen a. Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita. b. Latar . setting adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung. c. Alur / plot adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita. Alur meliputi beberapa tahap: 1. Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita. 2. Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita. 3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak. 4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur - angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang. 5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan. 6. Perwatakan : Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga
segi yaitu melalui: - Dialog tokoh - Deskripsi tokoh - Alur cerita V. LANGKAH TUGAS Karya sastra memiliki dua fungsi yang berbeda. Yang pertama karya sastra berfungsi sebagai alat penghibur (fungsi estetika/entertainment ). Yang kedua, karya sastra berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan suatu kritik social dengan dibalut sentuhan nilai estetika. Tugas. -
-
Pilihlah tema sosial yang sedang terjadi sekarang ini dengan disertai lampiran artikel mengenai fenomena social yang menjadi sasaran kritik melalui cerpen yang akan ditulis; Susunlah sebuah kerangka karangan dengan bepijak pada tema yang telah dipilih; Perhatikan unsur-unsur intrinsiknya; Kembangkanlah kerangka karangan tersebut menjadi sebuah cerpern bermuatan kritik sosial yang memenuhi fungsi estetika dan fungsi sosial.
VI. HASIL AKHIR Laporan hasil kegiatan ini dikumpulkan berupa sebuah naskah cerpen beserta lampiran artikel dan kerangka karangan sebelum dikembangkan menjadi sebuah cerpen.
DAFTAR PUSTAKA http://bahasasunda.blogspot.com/2011/02/bab-ii.html jam 10.39 wib