TUGAS METODOLOGI PENELITIAN “PENENTUAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF”
Disusun Oleh : 1. Wahyu Sekti Retnaningsih 2. Susilowati Halim 3. Sulis 4. Winarno 5. Rika
Program Magister Pendidikan Biologi Universitas Mulawarman Tahun 2016
PENENTUAN MASALAH DALAM PENELITIAN KUALITATIF
A. Latar Belakang Masalah adalah titik tolak terpenting dalam melakukan sebuah penelitian. Karena tanpa adanya masalah, maka penelitian tidak akan terjadi atau pun berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, langkah pertama yang mesti dilakukan dalam rangka mengadakan sebuah penelitian adalah mencari atau memilih sebuah masalah untuk diteliti. Masalah yang diteliti tentunya dimunculkan melalui serangkaian proses penalaran tertentu dari sumber-sumber tertentu. Sesuatu yang belum jelas, sesuatu yang masih tanda tanya, sesuatu yang belum terketahui secara pasti, dan jawabannya terletak atau bergantung pada kenyataan empiris itulah yang disebut “masalah penelitian”. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah: “Mengapa hal tersebut dinilai dan dimunculkan sebagai “masalah”? apa yang melatarbelakanginya sehingga disebut dan dimunculkan sebagai “masalah”? dalam konteks seperti itulah, “Istilah Latar Belakang Masalah” kita gunakan di dalam menyusun usulan atau rancangan penelitian (Faisal, 2008; 90-93). B. Pengertian masalah Menurut Sugiyono (2009:52) dalam Afif Burhanudin (2013) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksana. Menurut Prajudi Atmosudirjo, dalam Afif Burhanuddin (2013) Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan, direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan.
Secara umum pengertian masalah adalah kesenjangan yang terjadi antara harapan dengan kanyataan. Sedangkan dalam penelitian, masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaannya dan yang sejenis dengan hal tersebut (Ira Humairah, 2013). Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa masalah merupakan suatu keadaan yang tidak normal, yang menyimpang, dari keadaan yang ideal atau yang seharusnya terjadi. Masalah dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan: 1. Masalah yang dibawa peneliti tetap artinya dari awal hingga akhir penelitian tidak berubah. 2. Masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki objek penelitian berkembang yaitu memperluas, memperdalam dan menyempurnakan masalah yang telah dipersiapkan. 3. Masalah yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus mengganti masalah. Artinya bisa saja antara judul proposal penelitian dengan judul skripsi tidak sama. Dan institusi (kampus) harus bisa memahami ini dengan baik. Peneliti yang merubah masalah atau mengganti judul penelitian setelah memasuki objek penelitian, menurut pandangan beberapa ahli, merupakan penelitian kualitatif yang lebih baik. Karena dipandang mampu melepaskan persepsi dan pikirannya sebelum memasuki lapangan serta dianggap telah menguasai objek penelitian dengan baik, karena mampu melihat fenomena secara lebih luas dan sempurna sesuai apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti.
C. Jenis-jenis Permasalahan Permasalahan dalam penelitian sering pula disebut dengan istilah problema atau problematik. Secara garis besar, peneliti mempermasalahkan fenomena atau gejala atas tiga jenis: 1. Problema untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena. Sehubungan dengan jenis permasalahan ini terjadilah penelitian deskriptif (termasuk di dalamnya survei), penelitian historis dan filosofis. 2. Problema untuk membandingkan dua fenomena atau lebih (problema komparasi). Dalam penelitian ini peneliti berusaha mencari persamaan dan perbedaan fenomena, selanjutnya mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan. 3.
Problema untuk mencari hubungan antara dua
fenomena (problema korelasi). D. Sumber Masalah Sumber masalah dapat digali dari berbagai peristiwa dalam kehidupan di sekitar kita. Kesenjangan yang semakin jauh antara si kaya dan si miskin, perkelaihan antara dua kelompok masyarakat, gangguan keamanan dan ketertiban, demo buruh menuntut kenaikan upah merupakan masalah-masalah sosial yang muncul di sekitar kita. Masalah juga dapat bersumber dalam dunia bisnis yang bisa diangkat menjadi permasalahan dalam peneltian kualitatif.
PHK besar-besaran ya dilakukan perusahaan,
krisis moneter, terjadinya kartel dalam perdagangan, nilai komoditi ekspor yang semakin merosot, nilai rupiah yang semakin merosot terhadap dolar, kinerja Bank Nasional yang semakin lesu dan sebagaiya merupakan masalahmasalah yang bisa diangkat menjadi sumber masalah dalam penelitian kualitatif Dalam dunia pendidikan banyak juga masalah yang bisa diangkat sebagai bahan penelitian kualitatif seperti turunnya kinerja guru, kurangnya kemampuan guru
menggunakan IT dalam pembelajaran, perkelaihan antar pelajar, banyaknya kejadian guru berbuat asusila dengan siswanya, kesenjangan antara perkembangan sekolah dengan dana yang digelontorkan pemerintah, banyaknya guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran dan sebagainya. Menurut Stonner (1982) dalam
Sugiyono (2006: 52), seperti dikutip oleh ira
Humairah (2013) masalah dalam dunia pendidikan biasanya bersumber dari: 1. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, misalnya pengelolaan pendidikan dengan sistem sentralisasi dirubah menjadi sistem disentralisasi atau dengan MBS, tentu saja akan muncul masalah. Bagaimana pelaksanaannya? Apa yang terjadi setelah perubahan tersebut? 2. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan, misalnya dengan kebijakan kurikulum KBK atau KTSP seharusnya pendidikan akan meningkat kualitasnya, ternyata tidak demikian kenyataannya. 3. Ada Pengaduan, misalnya sekolah pada dasarnya tenang-tenang saja tidak ada masalah. Tiba-tiba ada pengaduan bahwa produk (lulusannya) tidak ada yang diterima kerja atau pelayanannya ternyata tidak memuaskan, dll. 4. Ada Kompetisi, misalnya adanya persaingan antara lembaga pendidikan negeri dengan lembaga pendidikan swasta. E. Identifikasi masalah dalam penelitian kualitatif. Setelah peneliti mengetahui bahwa masalah yang ada sangat banyak untuk dapat dijadikan bahan penelitian maka harus melakukan identifikasi masalah yang layak untuk diangkat menjadi bahan penelitian. Hal ini perlu dilakukan agar penelitian tersebut bisa dilaksanakan sehingga tidak putus ditengah jalan.
Dari segi kelayakan masalah yang diangkat, Toha Anggoro,dkk., (2007) dalam Anonim (2013) memberikan tiga pedoman yaitu : 1. Masalah tersebut “layak diteliti” artinya pengkajian terhadap masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara terukur secara empiris melalui pengumpulan data dan pengolahan data. Dengan demikian, masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu filosofis, etika, moral atau nilai-nilai ideal tidak bisa dijadikan masalah karena sulit diukur. 2. Sifat dari masalah tersebut, yaitu mempunyai nilai teoritis dan praktis, artinya masalah tersebut diangkat dan ada teorinya yang kuat dan mempunyai dampak praktis. 3. Masalah tersebut realistis; arti realistis di sini sangat luas, di antaranya masalah itu terjangkau oleh kemampuan, baik dari segi keilmuan, penguasaan konsep atau teori, waktu, tenaga dan biaya, dll Menurut Nasution (1996:16) dalam Afif Burhanudin (2013), masalah dapat dipilih berdasarkan pertimbangan pribadi dan praktis, misalnya: 1. Apakah masalah itu sesuatu yang baru, menarik serta menimbulkan rasa ingin tahu pada peneliti? 2. Apakah masalah itu sesuai dengan jurusan, kemampuan dan latar belakang pendidikannya? 3. Apakah masalah memerlukan alat-alat khusus dan kondisi kerja yang dapat dipenuhi oleh calon peneliti? 4. Apakah dengan metode tertentu dapat dikumpulkan data yang diperlukan? 5. Apakah calon peneliti dapat menanggung segala pembiayaannya? 6. Apakah calon peneliti dapat menyelesaikannya dalam waktu yang tersedia?
Selain itu perlu dilakukan Pembatasan terhadap masalah yang akan diangkat dalam penelitian. Pembatasan masalah ini perlu dilakukan agar penelitian yang akan dilakukan tidak terlalu melebar yang pada akhirnya menyulitkan peneliti dalam mengambil kesimpulan. Walaupun sifat masalah dalam penelitian kualitatif bisa berkembang namun pengembangan masalah tersebut masih dalam kerangka masalah yang diteliti. Misalnya seorang peneliti akan menganalisis kemampuan guru menggunakan IT. F. Perumusan Masalah dalam Penelitian Kualitatif. Rumusan masalah merupakan hasil dari identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dilakukan peneliti. Rumusan masalah menjadi fokus peneliti untuk menentukan langkahlangkah selanjutnya dalam penelitian. Rumusan masalah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang akan dijawab oleh peneliti pada akhir penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif di rumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Menurut Garis Besarnya, rumusan masalah dapat dibagi atas rumusan masalah deskriptif, rumusan masalah komparatif dan juga rumusan masalah asosiatif. Contoh-contoh rumusan masalah yang dimaksud sebagai berikut. 1. Deskriptif - Berapa persen tingkat disiplin kerja di guru di Kabupaten A? 2. Komparatif - Bagaimana perbedaan disiplin siswa di sekolah A dengan di sekolah B ? 3. Asosiatif - Bagaimana hubungan antara sekolah A dan sekolah B ?
Beberapa contoh kesalahan kesalahan umum yang sering terjadi di dalam merumuskan masalah: 1. Berusaha mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang dengan harapan sesuatu pasti akan dapat timbul dari analisis. 2. Menggunakan data yang sudah dikumpulkan atau yang telah ada, kemudian dilanjutkan dengan mencari masalah yang kira kira cocok dengan data yang ada. 3. Merumuskan tujuan secara mengambang atau terlalu umum sehingga kesimpulannya juga bersifat umum. Akibatnya, tujuan menjadi kurang terpusat. 4. Melaksanakan penelitian tanpa mengadakan kajian pustaka terhadap penelitian lainnya yang relevan. 5. Melakukan penelitian ad-hoc, unik untuk suatu situasi khusus sehingga tidak memungkinkan perluasan (generalisasi) dan tidak menghasilkan sumbungan berarti dalam memajukan ilmu. 6. Melakukan penelitian tanpa landasan teori yang mapan untuk memberi kesempatan membandingkan hasilnya dan mengevaluasi kesimpulannya. 7. Dalam merumuskan hipotesis tidak mengkaji secara tuntas adanya kemungkinan hipotesis tandingan yang dapat menjaga interpretasi atau kesimpulan penelitian. 8. Tidak menyadari kekurangan metodologi penelitian yang digunakan, sehingga yang terjadi dapat membatasi penafsiran kesimpulan penelitian.
PENUTUP 1.
Kesimpulan Terkadang beberapa peneliti, khususnya para pemula, menganggap remeh
soal pembuatan perumusan masalah dalam sebuah penelitian. Akibatnya, terjadi banyak kasus seputar beberapa hasil penelitian yang kurang sempurna disebabkan oleh lemahnya perumusan masalah yang mereka buat. Kasus ini dapat terjadi baik pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Dalam hal inilah, maka langkah utama yang harus dilakukan pertama kali dalam penelitian adalah justru merumuskan perumusan masalah dengan benar, agar tujuan dari penelitian yang dilakukan berjalan beriringan atau sesuai dengan rumusan masalah yang dibuat. Adapun perlu kita ketahui bahwa terdapat perbedaan antara perumusan masalah pada penelitian kualitatif dan perumusan masalah pada penelitian kuantitatif. Karena masalah yang diambil pada penelitian kuantitatif dilakukan dengan mengontrol variabel dan validitasnya. Sedangkan masalah yang diangkat dalam penelitian kualitatif pada prosesnya memakan waktu yang cukup lama dengan prosedur yang tidak baku dan reabilitas keabsahan data. Memang terdapat perbedaan yang kontras antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Lebih jelasnya, letak perbedaan dari kedua penelitian itu adalah paradigma yang digunakan oleh masing-masing penelitian. Guba dan Lincoln (2009) mengatakan bahwa perbedaan paradigma itu terletak pada aspek ontologi, epistemologi dan metodologi. Dalam aspek ontologi, paradigma yang digunakan oleh penelitian kuantitatif adalah realisme naif (realitas itu nyata dan dapat dipahami), sedangkan pada penelitian kualitatif digunakan paradigma
realisme krtitis (realitas itu nyata dan mungkin dapat dipahami). Dalam aspek epistemologi, penelitian kuantitatif menggunakan paradigma dualis/objektivis. Sedangkan penelitian kualitatif menggunakan paradigma dualis objektivis yang dimodifikasi. Sedangkan dalam aspek metodologi, penelitian kuantitatif menggunakan paradigma eksperimental dan verifikasi hipotesis terutama pada metode-metode kuantitatif. Sedangkan paradigma yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah eksperimental yang dimodifikasi, keragaman kritis, dan falsifikasi hipotesis yang bisa jadi meliputi metode-metode kualitatif. Namun dari perbedaan paradigma yang kontras ini, tidak mengakibatkan metode penelitian kualitatif maupun kuantitatif sejatinya selalu bertentangan. Karena banyak para peneliti yang kini mencoba menggabungkan kedua pendekatan itu (kualitatif dan kuantitatif). Karena kita baru akan memilih sebuah pendekatan jika kita sudah menetapkan suatu masalah. Tanpa masalah, maka kita tidak akan bisa melakukan suatu penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
- Afif
Burhanuddin (2013) dalam 2013/09/24/cara-memilih-masalah/
https://afidburhanuddin.wordpress.com/
- Cokro Aminoto (2012) http://www.menulisproposalpenelitian.com/2012/02/rumusan-
masalah-dalam-penelitian.html%3Fm%3D0 -
Ira
Humaiirah (2013) http://www.slideshare.net/Irahumairah/memahami-danmenemukan-masalah-untuk-menentukan-judul-pene