Tri Sudaryono Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Disampaikan pada Semnas PERHORTI di FP-UB, 5-6 Nopember 2014
OUTLINE I
• Prospek • Tantangan dan Masalah
II
• Pengembangan Kawasan
III
• Dukungan Balitbangtan
IV
• Strategi Diseminasi • Penutup
PROSPEK HORTIKULTURA KITA
VISI-MISI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK, FOKUS : ● BIDANG EKONOMI ● BIDANG PANGAN ● BIDANG ENERGI
HORTIKULTURA SBG PANGAN FUNGSIONAL
Mengkomsumsi buah, sayur dan biji-bijian terbukti mampu mencegah seseorang dari penyakit kronis (Hasil Penelitian Tim Univ. of Adelaide, Australia)
KONSUMSI BUAH TINGKAT NASIONAL KONSUMSI BUAH 100 90
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Konsumsi Kg/kapita/ tahun
Indonesia
Malaysia
Filipina
Thailand
FAO
40,06
52
67
92
65,75
5
KONSUMSI SAYUR TINGKAT NASIONAL 120 100 80 60 40 20 0 Konsumsi
Ind
Singapur
Myanmar
Vietnam
Filipina
Malaysia
Thailand
FAO
Kg/kapita/tahun
40,1
120
80
75
55
49
30
75
6
KONDISI TERKINI PERBUAHAN INDONESIA Strengths
• Nilai ekonomi cukup tinggi. • Plasma nutfah buah cukup potensial, beberapa jenis telah menembus pasar LN. • Dapat tumbuh dan berkembang pada kisaran AEZ yang cukup luas. • Distribusi saat panen cukup luas • Tenaga kerja yang cukup berlimpah. • Tersedia teknologi inovatif.
Opportunities • Tersedianya pasar domestik dan LN yang potensial. • Permintaan cukup tinggi pada bulan-bulan tertentu (Okt-Jan) khususnya untuk pasar Asia. • Ketersediaan lahan cukup luas bagi pengembangan areal baru
Weaknesses • • • •
Kualitas yang tidak konsisten, Daya saing produk rendah. Varietas unggul belum berkembang. Kurangnya kompetensi petani dalam pemasaran dan pengembangan pasar. • Agroindustri belum tertata dengan baik sehingga menyulitkan dalam implementasi program litbang perbuahan • Diseminasi inovasi teknologi belum optimal.
Threats • Kompetisi buah-buahan sub tropis dan Impor buah tropis dari LN. • Perubahan iklim yang semakin ekstrim menuntut ketersediaan teknologi spesifik lokasi/ varietas
Terbukanya Pasar di Era Globalisasi Memperketat Perdagangan Internasional Dampaknya pada pasar buah tropika nusantara: • Buah impor membanjiri pasar-pasar kita sampai ke pasar tradisonal karena tidak dapat mencegah dengan cara barier konvensional (biaya tarif) • Buah lokal bisa terdesak oleh buah impor sejenis dengan mutu penampilan prima.
1. Jeruk Produksi nasional Konsumsi Surplus Import
: 1.411.229 ton : 745.920 ton : 665.300 ton : 284.125 ton
2. Durian Produksi nasional Konsumsi Surplus Import
: : : :
3. Mangga Produksi nasional Konsumsi Surplus Import
: 2.058.609 ton : 602.280 ton : 1.456.329 ton : 393 ton
689.683 ton 105.840 ton 583.843 ton 19.785 ton
IMPOR BUAH UTAMA
No
Komoditi
Harga (USD/kg)
Nilai Import (USD)
0,80
227.300.473
1
Jeruk
Jumlah Import (ton) 284.125
Negara pemasok utama
2
Apel
164.870
0,92
151.680.865 China, AS
3
Klengkeng
125.069
1,16
145.000.000 Thailand, Vietnam, China
4
Anggur
57.649
2,07
119.334.667 AS, China
5
Durian
19.785
1,46
28.886.403 Thailand, Malaysia
6
Mangga
393,3
2,82
1.109.203 Thailand
7
Pisang
677,8
1,52
1.030.314 Filipina,
Argentina, China, Australia
Sumber data : Dirjen Hortikultura – Kementerian Pertanian, BPS (diolah) 2012
GAMBARAN BUAH KITA VS IMPOR
vs vs vs
Kebenaran var dan kualitas benih rendah
Program kurang fokus karena tingginya diversitas buah
Perubahan iklim
₊ Ketersediaan SDG & PN ₊ Tekn sain dan komunikasi tumbuh pesat ₊ Ketersediaan SDM & sarpras riset
Perubahan standar preferensi konsumen
Kuantitas, kualitas & Kontinyuitas produksi rendah
Diseminasi tek. belum optimal
Mayoritas produksi pekarangan
Penerapan teknologi rendah
CITRA BUAH NUSANTARA RENDAH
― Kelembagaan ― Permodalan ― SDM pertanian ― Koordinasi antar institusi
Tuntutan perbaikan Persyaratan penerapan GAP/ SOP
Kebutuhan buah untuk diversitikasi pangan dan kecukupan nutrisi
Kebutuhan buah untuk kesehatan
KAWASAN PERTANIAN (Permentan 50/2012) • “Gabungan dari sentra-sentra pertanian yang terkait secara fungsional baik dalam faktor sumber daya alam, sosial budaya, maupun infrastruktur, sedemikian rupa sehingga memenuhi batasan luasan minimal skala ekonomi dan efektivitas manajemen pembangunan wilayah” Pengembangan
• Ketahanan pangan • Bioindustri dan bio-energi
KAWASAN PERTANIAN NASIONAL 1. Mencakup pengembangan kawasan 40 komoditas unggulan nasional yang memiliki kesatuan wilayah produksi (cross cutting) dan keterkaitan fungsional sistim agribisnis (hulu, on-farm, dan hilir) 2. Kesatuan wilayah produksi dapat terdiri dari lintas provinsi dan atau lintas kabupaten/kota maupun hanya pada suatu kabupaten/kota tertentu yang yang dipandang telah memiliki skala ekonomi wilayah 3. Keterkaitan fungsional sistem agribisnis mengharuskan adanya struktur dan pola koleksi dan distribusi yang beragam dan lokasinya yang terkonsentrasi atau tersebar sesuai persyaratan efisiensi 4. Konektivitas dapat dicapai dengan dukungan keberadaaan prasarana transportasi dan komunikasi yang memadai 5. Hasil kesepakatan Musrenbangtan 2014 telah ditetapkan sebaran lokasi kabupaten yang menjadi kawasan pertanian nasional menurut sub sektor : (a) kawasan tanaman pangan nasional (b) kawasan hortikultura nasional, (c) kawasan perkebunan nasional, dan (d) kawasan peternakan nasional
Kriteria Kawasan Hortikultura • Tahun 2015-2019 akan dikembangkan adalah komoditas: Cabai, Bw Merah, Kentang, Jamur, Jahe, Temu Lawak, Jeruk, Mangga, Durian, Dalak, Manggis, Melon, Semangka , Krisan, Anggrek • Pengembangan kawasan hortikultura sebagai tindaklanjut dari amanat UU 13/2010 • Kriteria khusus kawasan hortikultura mencakup aspek luasan agregat (skala ekonomi) sbb: 1. Tanaman sayuran : 50 ha/unit 2. Tanam obat : 10 ha/unit 3. Tanaman buah semusim : 10 ha/unit 4. Tanaman buah tahunan : 50 ha/unit 5. Tanaman hias : 1-2 ha/unit
BENTUK DUKUNGAN BALITBANGTAN
PERAN BALITBANGTAN Membuka langkah-langkah strategis mengembangkan inovasi berbasis sumber daya alam dengan menggunakan teknologi yang tepat, diarahkan untuk mendukung terciptanya sistem Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Membuat kerangka Science-Innovation-Networks Badan Litbang Pertanian kurun waktu 2010-2013 melepas sebanyak 31 varietas buah tropika, di antaranya untuk mengatisipasi kondisi lahan marginal (manggis Ratu Tambilahan untuk tanah marginal basah; manggis Ratu Kamang untuk marginal di dataran tinggi; dan pisang Kepok Tanjung untuk lahan endemis layu fusarium & bakteri) Memperkuat kegiatan diseminasi teknologi ke pengguna
Varietas unggul nasional Komoditas
∑ var
Varietas
Status pengmbngan
Pisang
4
Ketan 01, Raja Siem, Raja Kinalun, Kepok Tanjung
Kaltim
Manggis
2
Ratu Kamang, Ratu Tembilahan
Riau
Mangga
11
Sala 250, Gajam 315, Manggasari 243, Dugur 141, Marifta 01, Ken Layung, Kraton 119, Garifta gading, Garifta Kuning, Garifta orange, Garifta Merah,
Pemda Kab Pasuruan
Alpukat
3
Mega Murapi, Mega Paninggahan, Mega Gagauan
Pemda Kab Solok
Pepaya
1
Carindo, Merah Delima
Kab. Pelalawan, Teluk Kuantan
Melon
4
Galuh, Kanaya, Carmelo, Indorif
Salak
2
Sari Intan 48, Sari Intan 541, Sari Kampar
Pemda Bintan
Aneka komdtas
31
Melon, nenas, salak, mangga, pisang
Terdaftar pd Pusat PVT
Produksi dan distribusi benih sumber Tahun
Komoditas
Target
Realisasi
2010
Durian Mangosteen
2011
Durian Mangosteen
8000 4000 12.000 8000 4000 12.000
8000 4000 12.0000 8000 4000 12.000
Avocado
400
400
Durian
1400
1400
Mango
11000
11000
Mangosteen
1000
1000
Soursop
1000
1000
14.800
14.800
Avocado
400
400
Durian
2500
2500
5000
5000
1000
1000
Salacca
15
6
Soursop
2000
1000
10.915
10.915
2012
2013 Mango per 31 October Mangosteen
Distribusi Jumlah Propinsi Sumbar, Riau, Jakarta, Kalsel, Jabar 580 Sumbar, Riau, Jakarta, Kalsel, Jabar 60 640 Sumbar, Sumut, Riau, Sumsel, Jatim, Jateng 942 Sumbar, Riau, Jatim 1901 2.843 Aceh, Bengkulu, Jambi, Jabar, Kalsel, Riau, Sulsel, Sulut, 115 Sumbar, Sumut Aceh, Bengkulu, Jambi, Kalsel, Kepri, Riau, Sulsel, Sulut, 3.447 Sumbar, Sumsel, Sumut 5.564 Sumbar Aceh, Jambi, Jabar, Kalsel, Kaltim, Papua barat, Riau, Sulsel, 18.229 Sulut, Sumbar, Sumsel, Sumut Aceh, Bengkulu, Kalsel, Riau, Sulsel, Sulut, Sumbar, Sumsel, 108 Sumut 27.463 Aceh, Banten Jakarta, Jambi, Jateng, Jatim, Lampung, Riau, 156 Sulut, Sumbar, Sumsel Aceh, Banten, Jakarta, Jambi, Jabar, Jateng, Jatim, Kepri, 894 Lampung, Riau, Sumbar, Sumsel, Sumut Jabar, Jateng, Jatim, Sulbar, Sulteng, NTB 0 Aceh, Banten, Jakarta, Jambi, Jabar, Jateng, Jatim, Kalsel, 669 Riau, Sumbar, Sumsel, Sumut 0 Aceh, Banten, Jakarta, Jambi, Jabar, Jateng, Jatim, Kepri, 140 Lampung, Riau, Sumbar, Sumsel, Sumut
1.859
VARIETAS UNGGUL Varietas Sembrani Potensi hasil : 9 – 24,4 ton/ha
Daya simpan : 5 bulan
VARIETAS UNGGUL Varietas Maja Potensi hasil : 12 ton/ha
Daya simpan : 5 bulan
VARIETAS UNGGUL Varietas Trisula Potensi hasil : 6,5 – 23,2 ton/ha
Daya simpan : 5 bulan
• Teknologi purigasi untuk meningkatkan persentase ukuran buah mangga Arumanis-143 (>400 g/buah) • Teknologi pembuahan mangga off season • Teknologi pengendalian lalat buah ramah lingkungan, • Teknologi pengendalian penggerek batang mangga, • Teknologi pemupukan kombinasi antara anorganik dan organik • Memperpanjang masa simpan mangga melalui manajemen pendinginan • Pengendalian penyakit stem end rot pada mangga menggunakan kombinasi aplikasi fungisida sintetk dan botani • Teknologi pengendalian OPT mangga/manggis menggunakan minyak atsiri, • Teknologi pengendalian getah kuning manggis, pengendalian penyebab buah burik, • Teknologi pengendalian semut menggunakan umpan dan sereh wangi • Teknologi pengendalian penyakit layu bakteri dan layu fusarium pada tanaman pisang (biocontrol, solarisasi), • teknologi perbaikan mutu buah sirsak. • Tenologi top working
STRATEGI DISEMINASI
SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANNEL
MODEL DUKUNGAN KAWASAN HORTIKULTURA Puslitbang Horti Balitsa, Balitbu, Balithi, B alit Jestro, Balittro
BB-SDLP BB-MEKTAN, BB-PASCAPANEN BB-BIOGEN PSEKP
Pedum, koordinasi, pr omosi
Pelatihan ToMT Penyediaan BS, FS, Biopestisida
Identifikasi kawasan, pupuk, pengel. air Alsin pra & pascapanen, pelatihan Sex feromon
B B P2 T P
B P T P
•Demplot •Materi penyuluhan •Pendampingan teknologi dan kelembagaan •Pelatihan
Pedum Kelembagaan asosiasi pemasaran
LL Kawasan
Pedum, koordinasi, promosi
Puslitbang Horti Balitsa, Balitbu, Balithi, Balit Jestro, Balittro
Pelatihan ToMT Penyediaan BS, FS, Biopestisida
Identifikasi kawasan, pupuk, pengel. air Alsin pra & pascapanen, pelatihan Sex feromon
BB-SDLP BB-MEKTAN, BB-PASCAPANEN BB-BIOGEN
B B P2 T P
B P T P
•Demplot •Materi penyuluhan •Pendampingan teknologi dan kelembagaan •Pelatihan •Advokasi
Pedum Kelembagaan asosiasi pemasaran
PSEKP
Pra Prod Tanah Buruh
LL-PAH SL-PAH
Input INOTEK Input Pertanian Akses modal
SL GAP-SPO Registrasi Sertifikasi Pelatihan
Farm Produksi
Off Farm
Pengumpul
Akses
Sortasi, Grading, Packing House
market SL GHP/SOP Registrasi Sertifikasi Pelatihan
Kawasan Advokasi
Fresh Packaging Branding
Konsumen Processin Packaging Branding
PENGUATAN LEMBAGA PENYULUHAN
Mencakup :
Kawasan Hortikultura
- Antar Desa dlm 1 Kec - Antar Desa
antar Kec
UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K)
Pasal 8 : Kelembagaan Penyuluhan Pemerintah pada tingkat Kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan, yang mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan dan berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama serta pelaku usaha, yang bertanggung jawab kepada Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/Kota.
FUNGSI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN
Akses Informasi
PENDERASAN INOVASI TEKNOLOGI DAN LOGISTIK PADA BPK
PENUTUP • Tingkat konsumsi buah dan sayur yg msh rendah mrp potensi pasar hortikultura kita • Guna memenuhi unsur 3 K (Kontinuitas, Kuantitas dan Kualitas) penataan usahatani hortikultura melalui konsep kawasan perlu diwujudkan • Ketersediaan inotek dan logistik (benih/bibit VUB) yg dihasilkan oleh lembaga riset dan perguruan tinggi dinilai cukup mendukung usahatani hortikultura secara komersial • Penguatan diseminasi pd kawasan dan lembaga penyuluhan merupakan salah satu kunci keberhasilan pengembangan kawasan hortikultura