1
TREND PENELITIAN FILOLOGI DI UNDIP: Sarana untuk mengaca diri Oleh Nur Fauzan Ahmad
ABSTRAK Tulisan ini akan memaparkan kondisi penelitian filologi di Jurusan Satra Indonesia dan bagaimana kecenderungannya. Data didapat dari hasil skrispi mahasiswa S-1 Filologi pada Jurusan Satra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Undip sejak tahun 2002-2012. Data dicatat dan dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian filologi di Undip muali bergeser ke arah penelitian folklore. Kecenderungan peneliti mencari naskah cetakan daripada manuskrip tulisan tangan asli. Dari sisi analisis ini para peneliti lebih banyak mengungkap aspek moral keagamaan. Masih banyak variasi teks yang belum terungkap yang masih membutuhkan sentuhan peneliti. Sudah waktunya penelitian filologi didorong untuk lebih ke luar tidak hanya berkutat maslah sastra namun juga ke ranah ipteks lain agar fungsi filologi lebih bermanfaat bagi kemanusiaan secara luas. Kata Kunci: Trend, Penelitian, filologi
A. Latar Belakang dan Masalah Filologi menfokuskan penelitian pada hasil budi daya manusia yang berupa pikiran, seni, pengetahuan adat, sejarah dan sebagainya yang tertulis dalam naskah. Isi dari buah pikir nenek moyang sebagai pelahir budaya sebuah bangsa dirasa sangat bermanfaat khususnya dalam penemuan jati diri suatu bangsa. Jati diri ini penting agar pemilik budaya itu tidak tercerabut akar. Penggalian jati diri ini dapat ditelusuri dari naskah tertulis hasil nenek moyang. Buah pikir itu isinya bermacam-macam. Pengertian sastra akhirnya diperluas tidak hanya pada karya yang “indah” atau “belles letters” saja, namun semua karya tulis nenek moyang dulu disebut sastra dan menjadi objek kajian filologi. Isinya bisa bermacam-macam, mulai masalah seni, sastra, agama, sejarah, obat-obatan, doa, mantra, tips-tips, dsb. Karena luasnya cakupan objek isi naskah, maka seorang peneliti filologi dituntut untuk membekali diri dengan berbagai macam disiplin ilmu. Permasalahan bangsa ini sedemikian luas menyangkut beberapa aspek. Beberapa permasalahan itu diamalai pula oleh nenek moyang kita. Hasil pemikiran maupun pemecahannya sebagian terekam dalam bentuk naskah yang tentunya menjadi sumber berharga bagi generasi kini. Sulitnya rekaman itu tidak semuanya bisa didapatkan dengan mudah. Andaipun didapat belum tentu bisa dibaca karena jenis huruf dan
2
bahasa yang sudah kuno. Adalah menjadi tugas peneliti (filolog) untuk mengungkap kandungan isinya dan menyajikannya kepada khalayak ramai. Berlangsungnya penelitian filologi juga tergantung ada tidaknya naskah yang menyimpan teks. Koleksi naskah biasanya dipunyai oleh museum atau perpustakaan. Namun ternyata masih banyak yang berserakan di masyarakat yang belum terdata. Sebuah institusi pendidikan seperti perguruan tinggi seharusnya mempunyai perpustakaan khusus yang mengkoleksi naskah lama sebagai bahan penelitian bagi mahasiswanya. Ketiadaan naskah mengakibatkan kesulitan bagi calon peneliti. Cara
kerja
filologi
meliputi
inventarisir
naskah,
identifikasi
naskah,
perbandingan naskah, penentuan naskah yang akan ditrenasliterasi dan suntingan naskah. Kerja filologi sebetulnya sudah selesai sampai tersajikannya suntingan naskah beserta terjemahannya. Namun untuk saat ini perlu tanggung jawab peneliti untuk mengemukakan kandungan isi naskah dan sejarahnya bagi masyarakat. Oleh karena itu perlu metode lain untuk memahami isinya seperti metode penelitian sastra. Jumlah naskah banyak, perlu kehadiran peneliti. Salah satunya diharapkan dari mahasiswa. Jumlah mahasiswa Sasindo FIB Undip makin hari makin bertambah. Hal ini merupakan pertanda baik akan munculnya penelitian-penilitian kebudayaan. Jumlah mahasiswa yang mengambil peminatan filologi pun semakin naik. Tentunya jumlah naskah yang terbatas pun akan semakin terkurangi sejalan dengan tambahnya tenaga peneliti. Diharapkan pula tema-tema kajian yang diungkap juga beragam seperti banyaknya tema yang tersebar dalam naskah. Dari latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk menulis “Trend Penelitian Filologi di Undip” untuk melihat kecenderungan penelitian filologi yang berlaku di jurusan Sastra Indonesia FIB Undip. Permasalahan yang akan diteliti adalah 1. Bagaimana kondisi studi filologi di Undip? 2. Bagaimana trend penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Undip?
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari penelitian mengenai Trend Studi Filologi di Undip adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kondisi studi filologi di Undip dari tahun ke tahun.
3
2. Ingin mengetahui bagaimana kecenderungan penelitian tentang filologi di Undip sehingga akan didapatkan peluang dan celah untuk pengembangannya ke depan dan ingin mengetahui sebab trend itu terjadi Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Fakultas Ilmu Budaya Undip khususnya Jurusan Sastra Indonesia terlebih seksi filologi sebagai bahan untuk mengevaluasi diri dan mengambil kebijakan arah penelitian filologi ke depan. Diharapkan pula hasil penelitian ini akan berguna bagi dosen, mahasiswa serta masyarakat pada umumnya sebagai pengetahuan tentang studi filologi. D. Metode Penelitian 1. Sasaran dan pendekatan penelitian Sasaran penelitian ini adalah hasil penelitian mahasiswa S-1 jurusan sastra Indonesia berwujud skripsi filologi. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu ingin mengungkap bagaimana 2. Data yang akan dihimpun Data yang akan dihimpun dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah hasil skripsi mahasiswa filologi Undip sejak tahun 1999 sampai 2013.
Sedang data sekunder adalah data selain data kitab, yang diduga
berkaitan erat dengan data primer antara lain informasi dari informan, perpustakaan dan lainnya. 3. Teknik pengumpulan dan analisis data Pengumpulan data akan dilakukan dengan menggunakan tiga macam cara, yaitu pencatatan, pengumpulan skripsi, telaah dokumen. Pencatatan dan pengumpulan skripsi, wawancara, dan telaah dokumen dilakukan di Undip. Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, tanpa dibandingkan atau dihubungkan dengan variabel lain. Peneliti berusaha mendapatkan data apa adanya kemudian menggambarkan (mendeskripsikan) apa adanya. Kinerja peneliti dalam penelitian ini mirip kinerja seorang fotografer, fenomena atau variabel yang diteliti didata karakteristiknya (difoto) kemudian dijelaskan seperti apa adanya yang menggambarkan objek apa adanya. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu (Umar, 2007: 22).
4
E. Kerangka Teori Filologi adalah ilmu yang meneliti tentang kebudayaan suatu bangsa sebagaimana tertera di dalam naskah. Objek filologi adalah naskah dan teks. Teks dimaksudkan sebagai isi dari suatu naskah, sedangkan naskah adalah wujud teks yang dapat dilihat seperti tertuang di dalam kertas, kulit, daun lontar, daluwang, kayu, dan sebagainya. Teks lama berisi segala macam, mulai sastra, kesehatan, pertanian, mantra, dsb. Dalam dunia sastra dikenal jenis (genre) satra, yaitu puisi, prosa dan drama. Dalam naskah lama pun jenis itu hanya ada prosa dan puisi, (Sudjiman, 1988) sedang drama belum ada Objek kajian filologi adalah semua isi naskah. Naskah itu berisi berbagai macam. Pengertian sastra lama tidak terbatas pada teks yang berisi sastra dalam arti belles letters saja. Tetapi semua macam ada. Filologi diartikan sebagai ilmu tentang pengetahuan yang pernah ada. Informasi mengenai segala aspek kehidupan pada masa lampau suatu masyarakat dapat diketahui oleh masyarakat masa kini melalui peninggalan-peninggalan. Peninggalan-peninggalan itu, baik yang berupa benda-benda budaya maupun karya-karya tulisan. Pada umumnya, karya tulisan menyimpan kandungan berita masa lampau yang dapat memberikan informasi secara lebih terurai daripada peninggalan berupa benda budaya. Apabila informasi yang terkandung dalam karya-karya tulisan mempunyai cakupan informasi yang luas, menjangkau berbagai segi kehidupan masa lampau, maka pengetahuan yang dipandang dapat mengangkat informasi yang luas dan menyeluruh itu dipahami sebagai kunci pembuka pengetahuan. Oleh karena itu, kemudian filologi diartikan sebagai ’pengetahuan tentang segala sesuatu yang pernah diketahui orang’, sebagaimana yang dikemukakan oleh Philip August Boekh (Baroroh-Baried, 1994: 3). Pada setiap kebudayaan terdapat tujuh unsur secara universal (Koentjaraningrat, 1992:2) Ketujuh unsur universal kebudayaan Jawa itu adalah (1) sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem organisasi kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencaharian hidup, dan (7) sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur universal tersebut di atas masing-masing menjelma ke dalam tiga wujud kebudayaan (Koentjaraningrat, 1992: 5) yaitu (1) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya; (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat; dan (3) wujud kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1992: 5-6).
5
Semua naskah itu dianggap sebagai hasil sastra lama dan isi naskah itu bermacam-macam. Ada yang sebetulnya tidak dapat digolongkan dalam karya sastra, seperti undang-undang, adat-istiadat, cara-cara membuat obat, dan cara membuat rumah. Sebagian besar dapat digolongkan dalam karya sastra, dalam pengertian khusus, seperti cerita-cerita dongeng, hikayat, cerita binatang, pantun, syair, gurindam, dsb. Ituah sebabnya pengertian filologi diidentikkan dengan sastra lama. Sebagai contoh keragaman isi naskah itu dapat kita lihat padanaskah-naskah Melayu yang tersimpan di Museum Pusat Jakarta, berdasarkan Katalogus Koleksi Naskah Melayu (Sutaarga dkk, 1977). Dalam katalogus itu naskah dapat digolongkan dalam beberapa golongan yaitu : a. Hikayat
: 243 judul
b. Cerita kenabian
: 138 judul
c. Cerita sejarah
: 58 judul
d. Hukum dan adat
: 50 judul
e. Puisi
: 99 judul
f. Pustaka agama Islam
: 273 judul
g. Aneka ragam
: 92 judul
Hasil sastra pada naskah ini dapat dikatakan sebagai periode atau tahap kedua dalam kehidupan sastra pada umumnya. Tahap pertama kehidupan sastra itu muncul secara lisan, sebelum orang mengenal tulisan. Sebagaimana diketahui sastra lisan tidak merupakan obyek penelitian filologi. Hasil sastra pada naskah ini dapat pula dianggap sebagai periode pertama kehidupan sastra setelah orang mengenal tulisan. Ada beberapa masalah pokok yang perlu dilakukan dalam penelitian filologi itu, diantaranya, yaitu : 1.
Inventarisasi naskah;
2.
Deskripsi naskah;
3.
Perbandingan naskah;
4.
Dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasi;
5.
Singkatan naskah; dan
6.
Transliterasi naskah (Djamaris, 2002) Sejarah mencatat bahwa kegiatan filologi di Indonesia kurang lebih dimulai
pada abad ke-16 seiring dengan masuknya pengaruh Eropa. Mereka berasal dari kalangan misionaris, zending, pedagang dan kolonialis. kedatangan para musafir dan para pedagang abad 15 dan 16
misalnya Tomi Pires dan Antonio Lombardo
6
Pigafetta. Dari kalangan Penginjil seperti Francois Valentijn 1685, G.H Wernly pada tahun 1736 menerbitkan Maleische Spraakkunst yang di dalamnya terlampir Maleische Boekzaal, sedangkan dari para Pendeta Nasrani yang dikirim ke Indonesia untuk menyebarkan agama Nasrani. Akan tetapi mereka juga mempelajari adat istiadat setempat. Mereka antara lain : M. Teffer, C.Poensoen, N. Graafland dan Wilken. Selain itu juga dari sarjana bahasa yang dikirim oleh misi dan zending yang bertugas mempelajari bahasa daerah setempat dan menerjemahan kitab Bibel ke dalam bahasabahasa daerah tersebut. Para sarjana bahasa ini dilengkapi bahasa Arab, Ibrani, Persia dan Turki. Para sarjana tersebut antara lain J.F. Gericke di Jawa, B.F. Matthes di Sulawesi, H.C. Klinkert di Riau, Hardeland di Kalimantan dan Adriani di Sulawesi Tengah. Tidak kalah perhatiannya adalah pegawai pemerintah jajahan (Belanda dan Inggris). Kelompok dari pegawai pemerintah jajahan Belanda antara lain Pijnappel, Branders, dkk. Adapun jajahan Inggris antara lain T.S Raffles, W. Marsden, John Crawfurd, dkk. Hasil karya dan penelitian para ahli Barat tersebut ada yang berupa karya kebahasaan, kamus, rekaman budaya, adat istiadat, sejarah, edisi naskah dan disertasi. Orang Indonesia mulai mengambil bagian dalam penelitian filologi nusantara sejak bangkitnya nasionalisme. Misalnya Husein Djajadiningrat. Setelah merdeka, kesadaran semakin meningkat sehingga banyak generasi yang ikut menrambah dunia penelitian filologi ini. Berdirinya Fakultas Sastra di berbagai universitas, khususnya jurusan Sastra Indonesia yang membuka peminatan sastra lama (filologi) memberikan harapan baru akan lahirnya peneliti-peneliti muda untuk bersama membongkar belantara naskah kuno untuk sarana ikut memecahkan permasalahan bangsa.
F. Hasil dan Pembahasan Sumber data adalah seluruh hasil karya tulis mahasiswa berupa skripsi dalam bidang filologi pada jurusan sastra Indonesia di FIB Undip sejak tahun 2002-2013 yang dapat dilacak. Dari catatan hasil penelitian skripsi di Jurusan Sastra Indonesia FIB Undip didapati sebanyak 48 skripsi. Ada beberapa skripsi yang tak tercatat. Dari 48 skripsi yang tercatat tidak semua dilacak bentuk fisik hasil penelitiannya. Hal ini disebabkan penataan yang kurang bagus dan pencatatan (inventarisasi) koleksi yang belum sesuai standar aturan perpustakaan. 1.
Objek Kajian
7
Dari hasil penelusuran didapat skripsi sejumlah 48 buah. Dari jumlah tersebut dapat dibagi dalam dua kategori penelitian naskah dan penelitian sastra lisan. Yang memilih sastra lisan ada 15 buah ( 32 %), sedangkan sejumlah 33 (68 %) buah meneliti naskah. Ini memperlihatkan bahwa penelitian sudah bergeser kepada penelitian folklore berupa sastra lisan (cerita rakyat). Dari beberapa pengakuan mahasiswa didapat hasil, bahwa masalah ini akibat sulitnya naskah didapat, tiadanya koleksi yang dimiliki oleh Undip. Disamping itu juga karena dalam teori filologi memang dikenal adanya teks lisan sebagai objek kajian. 2. Jenis teks Naskah dapat diklasifikasikan dalam jenis dan bentuk yaitu fiksi dan nonfiksi. Dalam satra lama (satra tradisional Melayu) yang termasuk fiksi adalah cerita rakyat, epos, legenda, hikayat, pantun. Sedangkan cerita seperti kitab pelajaran agama, pengobatan, ilmu magis termasuk karya nonfiksi. Pengertian fiksi di sini adalah teks yang berisi cerita khayalan, sedang nonfiksi adalah tulisan/ teks yang berisi selain imaginasi/khayalan seperti teks tentang ajaran moral, sejarah, dsb. Dari yang meneliti naskah sebanyak 33, ada sebanyak 15 (45,5 %) meneliti naskah berjenis fiksi, sedangkan sejumlah 18 (54,6 %) meneliti nonfiksi. Jenis nonfiksi berwujud naskah-naskah keagamaan dan moral (30 )serta sejarah (1), undang-undang (1), cerita nabi (1). Dari sini dapat dilihat bahwa variasi teks yang dipilih masih disekitar naskah moral keagamaan, sedang naskah lain seperti mantra, ketabiban belum menempati posisi yang banyak dipilih. Hal ini bisa terjadi karena para peneliti lebih memilih mencari naskah yang mudah ditemukan. Sedangkan dari jenis fiksi dikenal ada bentuk prosa, puisi dan drama (Sudjiman, 1988). Namun di dalam sastra lama hanya dikenal dua bentuk yaitu puisi dan prosa. Dari 33 peneliti naskah dapat dilihat sebanyak 17 orang meneliti naskah berjenis puisi seperti tembang, dan suluk sedangkan lainnya 16 meniliti bentuk prosa dalam bentuk hikayat dan kitab keagamaan. 3. Bahasa dan Huruf Dari segi bahasa, sebanyak 1 (2 %) meneliti teks yang berbahasa Melayu, sebanyak 1 orang (2 %) bahasa Arab, dan
31 peneliti (64,5%) lainnya bahasa
Jawa dan lainnya 14 (29,7%) meneliti sastra lisan . sedangkan dari sisi pemakaian huruf, didapat hasil naskah yang memakai huruf pegon 16 (33,3%), huruf Arab -
8
Melayu 1 (2,1 %), Arab 1 (2,1 %), huruf Jawa 13 (27,6%), huruf latin 3 (6,4 %), lainnya (30 %) lisan 4. Asal Naskah Dilihat dari cara pemerolehan naskah, sebanyak
28 buah ( 84 %) berasal
dari koleksi perpustakaan, sedangkan 5 buah (15% ) merupakan koleksi pribadi. Sedang dilihat dari keasliannya naskah, sebanyak 2 peneliti (6%) mendasarkan pada naskah asli tulisan tangan yang merupakan koleksi pribadi dan didapat dari hunting, dan sebanyak 7 peneliti (21%) berdasarkan fotokopi dari naskah asli, sebanyak 22 (66 % dari cetakan. Dari
sini
kelihatan
kebanyakan
peneliti
mendapatkan
naskah
dari
perpustakaan dalam bentuk cetakan. Hanya ada 2 peneliti yang mencoba mencari naskah asli dari pencarian ke masyarakat. Ini bisa jadi menggambarkan kemalasan peneliti yang hanya mencari mudahnya saja. 5. Metodologi Pekerjaan utama filolog adalah mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan yang diharapkan akan dapat memberikan pengertian sebaik-baiknya yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai naskah asli (Subadio, 1975:3). Dalam penelitian filologi terdapat dua pendekatan yaitu metode kritik teks dan metode edisi. Metodologi kritik teks dipakai untuk mendapatkan naskah yang dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Edward Djamaris (2002) terdapat langkahlangkah inventarisasi, deskripsi, perbandingan dan suntingan naskah. Sedangkan metode edisi meliputi sejumlah cara membuat suntingan naskah berdasarkan jumlah naskah. Bila hanya ada satu naskah maka digunakan edisi naskah tunggal, sedangkan terhadap naskah yang jumlahnya banyak (jamak) digunakan metode landasan dan gabungan (Sangidu, 2007:77). Dari 33 peneliti yang mengambil naskah semuanya 33 ( 100 %) mengambil edisi naskah tunggal, walaupun ada 2 orang mengambil naskah jamak (lebih dari satu) namun dalam penelitiannya akhirnya memilih satu naskah untuk diteliti tanpa melakukan perbandingan naskah. Alasan dipilihnya metode ini kebanyakan peneliti beranggapan bahwa naskah yang ditemukan kemungkinan merupakan satu-satunya naskah yang ditemukan. Selain itu juga karena mereka merasa kesulitan jika harus mencari naskah lainnya sebagai pembanding, apalagi harus melakukan perbandingan naskah yang tentunya merupakan pekerjaan yang melelahkan dan membutuhkan waktu lama.
9
Selain itu juga cara semacam ini dibolehkan oleh pembimbing terkait kecenderungan penelitian sekarang menerapkan filologi
modern, yang
memandang bahwa setiap naskah bisa diteliti sebagai naskah yang mandiri, di sini bacaan apa pun boleh diteliti dan tidak dipandang sebagai bentuk yang korup tetapi merupakan kreativitas penyalin (Baried, 1994:5) 6.
Analisis Tugas seorang filolog adalah membuat teks dapat dibaca “making a text accesible”. Tugas filolog sebenarnya berakhir ketika sudah tersaji naskah yang sudah siap baca baik dalam bentuk suntingan maupun terjemahan dalam bahasa Indonesia. Namun, seorang filolog juga bertugas untuk
to present and
to
interpret the text (Robson, 1988: 10) maka peneliti juga harus mengadakan analisis isi dari teks yang ditelitinya. Analisis dapat dilakukan dengan analisis intrinsik maupun ekstrinsik. Analisis intrinsik adalah analisis yang didasarkan pada unsur dalam karya sastra /analisis struktur seperti tema, amanat, alur dan latar (Sudjiman, 1988), sedangkan analisis ekstrinsik adalah analisis isi dengan menggunakan pendekatan di laur sastra misalnya, pragmatik, hermeneutik, moral, sejarah, sosiologi, dll. Dari data dapat diperoleh sebanyak 11 peneliti (33%) melakukan analisis intrinsik, dan 22 (66%) melakukan analisis ekstrinsik. Dari aspek intrinsik didapati 5 meninjau dari aspek semiotika, 5 orang dari aspek struktur dan 1 orang pemahaman estetis. Dari yang meneliti aspek ekstrinsiknya didapati sebanyak 8 meninjau dari aspek moral, 1 orang dari aspek aqidah agama, 1 orang dari aspek sejarah, 4 orang dari aspek pragmatik 2 orang dari resepsi, 2 orang dari segi tasawuf, 3 orang dari sosiologi. Hal ini menggambarkan bahwa kecenderungan peneliti lebih banyak meneliti dari aspek ekstrinsik khususnya moral keagamaan. H. Penutup Dari hasil pembahasan didapati beberapa simpulan bahwa trend penelitian filologi di Undip semakin menggembirakan dengan tambahnya para peminat filologi dari mahasiswa. Kecenderungan peneliti memilih naskah-naskah cetakan bukan naskah asli. Hal ini disebakan sulitnya menemukan naskah tulisan tangan. Di samping ketiadaan naskah (manuskrip) di perpustakaan Undip. Dari pemilihan objek saja dapat dilihat kecenderungan jurusan filologi di Undip telah bergeser ke penelitian sastra lisan (cerita rakyat) yang mestinya menjadi objek kajian folklore dibanding tujuan asli
10
filologi untuk meneliti kebudayaan berdasarkan tulisan naskah. Objek kajian teks tidak lagi berkutat pada fiksi, tetapi lebih kepada teks-teks keagamaan, namaun belum banyak yang merambah ke arah lain seperti ekonomi, farmasi, arsitektur, dll yang masih merupakan belantara bagi para peneliti. Beberapa saran yang dapat diberikan antara lain 1. Penelitian ini perlu dilanjutkan lagi secara menyeluruh dan mendalam lagi baik dari objek penelitian, minat peneliti, sehingga akan didapatkan pemahaman yang konprehensif 2. Sudah saatnya mahasiswa didorong untuk meneliti naskah-naskah di luar sastra yang peluangnya masih luas serta agar dapat berkontribusi lebih besar lagi bagi permasalahan kemanuaisan dan kebangsaan. 3. Perlunya jurusan sastra Indonesia FIB Undip mengadakan perpustakaan khusus yang mengoleksi naskah-naskah kuno, paling tidak bisa dimulai dari hasil karya mahasiswa dalam bentuk digital. 4. Agar para dosen filologi lebih aktif dan kreatif lagi untuk mendorong lahirnya filolog-filolog muda dan penelitian yang variatif mengingat banyaknya naskah yang belum terjamah.
11
DAFTAR PUSTAKA Abrams, M.H. 1981. The Mirror and The Lamp : Romantic Theory and The Critical Tradition London : Oxford University Press. Baried, Baroroh. Dkk. 1985a. Pengantar Teori Filologi. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cristomy, Tomy. 1991. “Beberapa Catatan tentang Studi filologi di FS UI” dalam Lembaran Sastra. Edisi khusus, hal 62-69. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia Djamaris, Edward. 2002. Metodologi Penelitian Filologi.
Jakarta: CV Manasco Ensiklopedi Indonesia. 1980. Jakarta: PT Ichtiar Baru – Van Hoeve
Koentjaraningrat. 1992. Antropologi Kebudayaan. Jakarta: Robson, R.O. 1978a. “Pengkajian Sastra-sastra Tradisional Indonesia” dalam Bahasa dan Sastra, 6 (IV) : 3-48. ---------. 1978b. Filologi dan Sastra-sastra Klasik Indonesia. Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.
Sangidu. 2007. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM Subadio, Haryati. 1975. “Penelitian Naskah Lama Indonesia” Bulletin Yaperma. No 7/II Juni . Jakarta: Pdan K Sudjiman, Panuti. 1988. Filologi Melayu. Jakarta: Pustaka Jaya Sutaarga, Amir; Jumsari Jusuf; Tuti Munawar; Retnadi Greha; SZ Hadisutjipto. 1972. Katalogus Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat. Jakarta : Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Nasional, Direktorat Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
12
13
No.
Nama
NIM
Disetujui
JudulSkripsi
Pembimbing
Lampiran Daftar Skripsi Mahasiswa S-1 Jurusan Sastra Indonesia yang menmabil peminatan Filologi sejak tahun 2002-2012
14 1
ABDUL MUID
A2A097001
6 MARET 2002
2
SASI PUJIATI
A2A098023
13 AGUSTUS 2002
3
LAURA ANDRI RM
A2A098017
27 AGUSTUS 2002
4
ANDALIA HIKMAWATI
A2A099005
16 JULI 2003
5
SUTARNI
A2A000025
16 FEBRUARI 2004
6
LATIFAH ISNAENI
A2A099020
27 JULI 2004
SINGIR LARE YATIM SUAU TINJAUAN PRAGMATIK
7
YULIA AGUS PARINA
A2A000029
02 FEBRUARI 2005
HUKUM KANUN ( SUNTINGAN TEKS DISERTAI TINJAUAN SOSIO SASTRA)
8
PIPIT MUGI HANDAYANI
A2A001022
25 MEI 2005
FUNGSI CERITA RAKYAT KITAB BLAWONG BAGI MASYARAKAT DESA PRIINGAPUS UNGARAN
9
ERNA KATON H.
A2A001011
21 JULI 2005
10
RATIH DAMAYANTI
A2A001024
4 AGUSTUS 2005
AJARAN MORAL DALAM SERAT PANUNTUN SUNTI9NGAN TEKS DAN TINJAUAN SOSIOLOGIS SERAT KRAMAT
11
ANI SOVYA
A2A002007
24 MARET 2006
12
SITI ZAENAB
A2A002041
29 MARET 2006
13
RINI ANDRIYANI KHAMIDAH AHMAD ASRONI
A2A002038
6 APRIL 2006
A2A002002
13 APRIL 2006
15
ENI SETYO RAHAYU
A2A002016
1 MEI 2006
16
MUSYAFA’
A2A002029
29 MEI 2006
17
B YANUAR H
A2A002012
28 MARET 2007
18.
MUSTOFA
A2A000020
10 MEI 2007
19
WAHYU HIDAYAT
A2A002044
10 MEI 2007
14
AJARAN TASAWUF KYAI SALEH DARAT STUDI ATAS KITAB MUNJIYAT FUNGSI SENI SEBAGAI AJARAN MORAL DALAM SYI’IR MITRA SEJATI MITOLOGI ONDORANTE DALAM HUBUNGANNYA DENGAN MASYARAKAT PARENGGAN PATI KONSEP BID’AH PADA NASKAH MANHAJ AL-ISTIQOMAH (SUATU TINJAUAN MENGENAI AJARAN AQIDAH ISLAM) SEJARAH BLEDUG, NGEMBAK DAN JONO SEBUAH ANALISIS INTELEKTUAL
SINGIR JAUHARATAT TAUKHID ANALISIS STRUKTURAL DAN SOSIOLOGIS SASTRA SULUK ROSUL (SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK) SERAT KANCIL SEMARANGAN STUDI KODIKOLOGI NASKAH JAWA ASPEK RELIGIUSITAS DALAM CERITA RAKYAT SARIDIN (SYEKH JANGKUNG) REKONSTRUKSI TEKS SECARA FILOLOGIS CERITA TOKOH BHISMA DALAM SASTRA PEWAYANGAN MENGUNGKAP PERAN MORAL TOKOH DENGAN PENDEKATAN INTERTEKSTUAL SINGIR SEKAR KEDATON SUATU TINJAUAN ANALISIS STRUKTURAL DAN EPNDIDIKAN MORAL ASAL USUL DESA TANJUNG SARI KEC NGEMPLAK KAB BOYOLALI JATENG TELAAH SOSIOLOGI SASTRA LISAN AJARAN TASAWUF KIAI SALEH DARAT DALAM KITAB MATNIL HIKAM (ANALISIS FILOLOGIS DAN SEMIOTIK) ANALISIS STRUKTURAL DAMA SINGIR
Drs. H. AnhariBasuki, S.U Drs. M. Muzakka, M.Hum Ken Widyawati, S.S, M.Hum Drs. MudjahirinTohir, M.A Drs. Mulyono Drs. H. AnhariBasuki, S.U Drs. M. Muzakka, M.Hum Dra. Rukiyah Drs. H. AnhariBasuki, S.U Dra. Rukiyah Drs. M. Muzakka, M.Hum Dra. Rukiyah Drs. MudjahirinTohir, M.A Ken Widyawati, S.S, M.Hum Drs. Trias Yusuf Dra. Rukiyah Drs. H. AnhariBasuki, S.U Dra. Rukiyah Drs. M. Muzakka, M.Hum NurFawzan, S.S Drs. H. AnhariBasuki, S.U Ken Widyawati, S.S, M.Hum Drs. Trias Yusuf Drs. M. Muzakka, Drs. MudjahirinTohir, M.A Ken Widyawati, S.S, M.Hum Drs. Trias Yusuf Dra. MiryaAnggraeni
Drs. H. AnhariBasuki, S.U Drs. M. Muzakka, Drs. Trias Yusuf Drs. H. AnhariBasuki, S.U Dr. Abdullah, M.A Drs. H. AnhariBasuki,
15 AHLI SUWARGA 20
YULI FITRI ANA
A2A002045
15 MARET 2007
21
WIWIN ISMAYANTI
A2A003030
8 AGUSTUS 2007
22
PUJI ARGA E. R.
A2A002034
23
ELISYA BUDIAWATI
A2A004014
1 DESEMBER 2007 17 MARET 2008
24
ALI SYUHADA
A2A001002
1 APRIL 2008
25
VERA DHIAN NURVITA
A2A004037
11 APRIL 2008
26
AHMAD BUDI W.
A2A004003
27
JUMAIL
A2A00420
9 SEPTEMBER 2008 19 SEPTEMBER 2008
28
KURROTA AYUN
A2A00422
25 SEPTEMBER 2008
29
QURRATUL AINI
A2A005034
25 MEI 2009
30
AINIA PRIHANTI
A2A005002
3 SEPTEMBER 2009
31
MILA KHUSNAYA
A2A005028
32
BAGUS ARIYANTO NOOR P.H
A2A005055
1 DESEMBER 2009 9 FEBRUARI 2010
33
LAILATUL RIZQIYYAH DIDIK ERMA IRAWAN
A2A006029
15 APRIL 2010
35
ANDREA AKMAL H.P.
A2A007002
36
YASA AKHSANA AWAKA
A2A007045
37
RINA FITRI YULIANA
A2A007032
38
TRI ARIYANI Z.
A2A007042
34
A2A005009
SERAT MINAK JOBIN “PEJAH DUMUGI ING NAGARI YUJANA” SUNTINGAN TEKS DAN TINJAUAN SOSIOLOGIS FEMINISME ZIARAH BUYUT KALU NILAI MORAL DALAM SINGIR IRANG SEKAR PANJANG SYAIR KUMBANG DAN MELATI : SUNTINGAN TEKS DAN ANALISIS SEMIOTIK AJARAN MORAL DALAM HIKAYAT KRAMAT TRADISI LISAN SRANDUL DAN KORELASINYA DALAM MASYARAKAT DESA NGALIYAN (STUDI FILOLOGI) “SYAIR KERAMAT” SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN ASPEK MORAL CERITA RAKYAT NYAI DAPU BAGA MASYARAKAT BOJA KABUPATEN KENDAL SINTREN KEDUNGUTER : SEBUAH KAJIAN TENTANG TEMBANG DALAM TRADISI SINTREN DI KEDUNGUTER BREBES ANALISI RESEPSI LEGENDA MRAPUN ABADI LEGENDA CANDI GEDONG SONGO (TINJAUAN SEMIOTIKA DAN SOSIOLOGI SASTRA) ANALISISI STRUKTURAL SINGIR KAUM WANITA FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIS TRADISI SYAWALAN DI PEKALONGAN KAJIAN RESEPSI – STRUKTURAL NASKAH PARASE KEKASIH INGSUN MITOS DAN SINKRITISME DALAM SISTE GENEOLOGI KELUARGA RAJA DALAM BABAD JAWA BARAT
S.U Drs. M. Muzakka, Drs. Trias Yusuf Drs. H. AnhariBasuki, S.U Drs. M. Muzakka, Drs. Muh. Abdullah, M. Hum Drs. Muh. Abdullah, M. Hum Drs. M. Muzakka, Drs. Muh. Abdullah, M. Hum Drs. Trias Yusuf Drs. Trias Yusuf Dra. Rukiyah Ken Widyawati, S.S, M.Hum Dra. Rukiyah Drs. MudjahirinTohir, M.A Drs. Muh. Abdullah, M. Hum Drs. MudjahirinTohir, M.A Drs. M. Muzakka, Drs. M. Muzakka, AGUS MALADI IRIANTO Ken Widyawati, S.S, M.Hum Drs. MudjahirinTohir, M.A Ken Widyawati, S.S, M.Hum
KAJIAN HISTORIS NABI MUHAMMAD SAW DALAM NASKAH “BERZANJI JAWEN” (SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGIS SASTRA ) AJARAN TASAWUF YANG TERKANDUNG DALAM NASKAH SERT PENGEBAN SESORAHIPUN RADEN ABDUL MUNGTI NILAI NILAI MISTIK DALAM WADAH NGELMOE (SEBUAH ANALISIS SEMIOTIK) PIWULANGANING GESANG DALAM SERAT WEDHASATMAKA (SUTINGAN TEKS DISERTASI KAJIAN DIDAKTIS)
Dra. Rukiyah Drs. M. Muzakka, Ken Widyawati, S.S, M.Hum NurFawzan, S.S
16 39
DEVI PRANITA SARI
A2A607007
40
FAJRUL FALAH
A2A607010
41
M. SHIDIQ L.
A2A008036
42
YOLANDA OCTAVITRI
A2A008051
43
AGUS SUGIHARTO
A2A607001
44
RIVAL ALMANAT
A2A00860
ANALISIS RESEPSI DALAM NASKAH “ KIDUNG RUMIKSA ING WENGI”
45
FITRI ANNA ARFIYANTI
A2A008055
46
ZAHROTUL MUFIDAH
A2A008052
47
M. AGUS SALIM
A2A009058
48
Masriah
A2A003013
KAJIAN SEMIOTIK SYAIR SINDHEN BEDHAYA KETAWANG DALAM NASKAH SERAT SINDHEN BEDHAYA ANALISA STRUKTURAL DAN PENDIDIKAN MORAL TERHADAP BONGSA TEKAT TALABUL NGELMU PESAN DALAM WASITABASA (ANALISIS NASKAH SERTA NILAI-NILAI PRAGMATIK TEKS WASITABASA Aspek Esoteris dalam Naskah Martabat Tujuh
4 APRIL 2012
NASKAH NAZA KITAB HADIS DAJOI : KAJIAN ISI SERTA RELEVANSINYA DALAM KEHIDUPAN MASA KINI RESEPSI MASYARAKAT ASA 41DOYANG TERHADAP MAKNA SUSOLIK TRADISI BARITAN DI DESA ASEM DOYENG DI PEMALANG SERAT PETHIKAN PUSTAKA RAJA PARWA RESEPSI MASYARAKAT TRADISIONAL SUKU BADUY KAB. LEBAK PROVINSI BANTEN TERHADAP UPAACARA SEBA LEGENDA CURUG 7 BIDADRI (KAJIAN STRUKTURALISME LEVI – STRAUSS)
Dra. Rukiyah Drs. M. Muzakka, Drs. MudjahirinTohir, M.A Ken Widyawati, S.S, M.Hum Drs. Trias Yusuf Ken Widyawati, S.S, M.Hum Drs. MudjahirinTohir, M.A Ken Widyawati, S.S, M.Hum Drs. M. Muzakka, Ken Widyawati, S.S, M.Hum Ken Widyawati, S.S, M.Hum Ken Widyawati, S.S, M.Hum Dra. MiryaAnggraeni Dra. Rukiyah Dr. Abdullah, M.Hum Nur Fauzan A, S.S. ,M.A
17