IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM MENGINTERNALISASIKAN NILAI-NILAI AKHLAK MULIA PADA ANAK USIA DINI DI RA AL MA’ARIF BLIMBING REJO, NALUMSARI JEPARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (SI) Dalam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam
Oleh : Ahmad Maimun 210499
Oleh : Nur Hariroh NIM : 131310001261 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA (UNISNU) JEPARA 2015
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nur Hariroh
Nomor Induk
: 131310001261
Judul
: IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM MENGINTERNALISASKAN NILAINILAI AKHLAK MULIA PADA ANAK USIA DINI DI RA NU AL- MA’ARIF BLIMBING REJO,
NALUMSARI
JEPARA
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015 Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya penelitian, kecuali bagian tertentu yang berisi informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Jepara, Juni 2015 Deklarator,
Nur Hariroh NIM. 131310001261
vii
NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING Lamp. : 4 (empat) eks. Hal
: Naskah Skripsi an. Sdr. Nur Hariroh
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi Saudara : Nama
: Nur Hariroh
Nomor Induk
: 131310001261
Judul
: IMPLEMENTASI METODE PEMBIASAAN DALAM MENGINTERNALISASKAN NILAINILAI AKHLAK MULIA PADA ANAK USIA DINI DI RA NU AL- MA’ARIF BLIMBING REJO,
NALUMSARI
JEPARA
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015 Dengan ini saya mohon kiranya skripsi Saudara tersebut dapat segera dimunaqasyahkan. Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jepara, Maret 2015 Pembimbing,
Drs. Maswan, M.M. iii
MOTTO
(١٣ : ) ﻟﻘﻤﺎن
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:"Haianakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS.Luqman:13)1
1
Al-Qur’an surat Luqman ayat 13, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta :Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 581).
v
PERSEMBAHAN Dengan segenap cinta, harapan dan doa, skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ayahanda dan ibunda yang dengan segenap cinta dan kasih sayang yang tiada kenal henti telah membesarkan dan senantiasa berdoa dengan penuh kesabaran supaya penulis bisa memperoleh kebahagiaan di dunia fana ini dan terlebih kebahagiaan di akhirat kelak. Semua masyayih, asatidz, dosen dan guru yang telah mendidik penulis hingga mempunyai tekad yang penuh kemantapan, tanggung jawab dan optimisme yang tinggi untuk menggapai masa depan yang cerah. Semua saudara, kakak, adik dan kerabatku yang selalu menyayangi dan memberikan pengertian serta motivasi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. “Some one" yang hadir dalam hidupku dan menjadi harapanku. Semoga cinta akan menyatukan kita di kehidupan ini dan di akhirat kelak.
Serta orang-orang yang selalu membantu baik secara moril maupun materiil, semoga pengorbanannya diridhoi dan dibalas oleh Allah dengan sebaik-baiknya pembalasan.
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah wa syukrulillah, senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatnya kepada kita semua, sehingga sampai saat ini kita masih mendapat ketetapan iman dan islam. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke pangkuan Rasulullah Muhammad SAW, pembawa rahmat bagi makhluk sekalian alam dan juga kepada keluarga beliau, para sahabat dan para tabi’in serta kepada kita umatnya, semoga kita mendapatkan pertolongan (syafa’at al-‘udzma) dari beliau di hari kiamat nanti. Skripsi yang berjudul: “Implementasi Metode Pembiasaan dalam Menginternalisasikan Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini di RA NU Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015” telah berhasil disusun dengan sungguh-sungguh, sehingga memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di UNISNU Jepara. Dalam penyelesaian skripsi ini, tentulah tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang berganda laksa kepada : 1. Bapak Prof. DR. H. Muhtarom H.M., selaku Rektor UNISNU Jepara. 2. Bapak Drs. H. Akhirin Ali, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UNISNU Jepara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 3. Bapak Drs, Maswan, M.M, selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan pengarahan demi selesainya skripsi ini. 4. Seluruh Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam UNISNU Jepara, yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memberikan pembelajaran kepada penulis sampai selesainya tugas studi..
viii
5. Ayahanda dan Ibunda terhormat, kakak-kakakku serta adik dan kerabatku yang telah membantu baik moril maupun materiil dan selalu memanjatkan do’a demi tercapainya cita-cita. 6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan ilmu yang penulis ketahui. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Jepara, Penulis,
Juni 2015
Nur Hariroh NIM. 131310001261
ix
ABSTRAK Nur Hariroh (NIM. 131310001261). Implementasi Metode Pembiasaan Dalam Menginternalisaskan Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini Di Ra Nu Al- Ma’arif Blimbing Rejo, Nalumsari Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ; 1) Bagaimana internalisasi metode pembiasaan pada anak usia dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015 2) Bagaimana bentuk internalisasi nilai ahlak mulia pada anak usia dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015? Penelitian ini menggunakan metode studi kasus penelitian lapangan dengan Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif. Data penelitian yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan deskriptif analitis, yaitu menggambarkan wujud data secara apa adanya. Dalam hal ini memaparkan tentang Implementasi Metode Pembiasaan Dalam Menginternalisaskan Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini Di Ra Nu Al- Ma’arif Blimbing Rejo, Nalumsari Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembiasaan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara melalui beberapa kegiatan yang dilakukan di sekolah mulai dari praKBM (Kegiatan Belajar Mengajar) sampai anak pulang sekolah. Bentuk internalisasi nilai ahlak mulia pada anak usia dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015 ialah Penerimaan(Rangsangan), Partisipasi, Penentuan Sikap, Internalisasi. Jadi, Dalam mendidik anak diperlukan suatu metode yang sesuai. Dalam hal ini guru sebelum menggunakan metode harus benar-benar mempertimbangkan berbagai hal yaitu baik materi, metode maupun tujuan pendidikan Islam, sehingga tujuan pendidikan Islam dapat terwujud dengan baik. Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan bahwa terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam internalisasi nilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini melalui metode pemmbiasaan, sehingga untuk mengurangi hambatan tersebut diperlukan adanya sinergisitas yang harmonis antara berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan, khususnya dalam internalisasinilainilai akhlak mulai pada anak usia dini melalui metode pembiasaan. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam UNISNU JEPARA. Kata Kunci : Metode Pembiasaan
ii
PEDOMAN TRANSLITERASI KONSONAN Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
ا
Alif
‘
ب
Ba’
B
ت
Ta’
T
ث
Śa’
Ś
ج
Jim
J
ح
Ha’
H
خ
Kha’
Kh
د
Dal
D
ذ
Żal
Ż
ر
Ra’
R
ز
Za’
Z
س
Sin
S
ش
Syin
Sy
ص
Shad
Ş
S, dengan titik dibawah
ض
had
D
D, dengan titik dibawah
ط
Tha’
Ţ
T, dengan titik dibawah
ظ
Dha’
Z
ع
Ain
‘
غ
Ghin
G
xii
Keterangan Tidak dilambangkan
S, dengan titik di atas
Z, dengan titik di atas
Koma terbalik
ف
Fa’
F
ق
Qaf
Q
ك
Kaf
K
ل
Lam
L
م
Mim
M
ن
Nun
N
و
Waw
W
ه
Ha’
H
ء
Hamzah
‘
ى
Ya’
Y
ة
Ta’ Marbutah
at, ah
Dibaca “ah” ketika mauquf
xiii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………………………………………………………..
i
ABSTRAK PENELITIAN……………………………………………….....
ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………...
iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………
iv
MOTTO…………………………………………………………………..…
v
PERSEMBAHAN…………………………………………………………..
vi
PERNYATAAN……………………………………………………………
vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………
viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………..
x
PEDOMAN TRANSLITERASI……………………………………………
xii
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...………………………………......
1
B. Rumusan Masalah…………………………………………
4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...........................
4
D. Penegasan Istilah………………………………………….
5
E. Metode Penelitian…………………………………………
12
F. Sistematika Penulisan Skripsi……………………………..
14
: LANDASAN TEORI A. Metode Pembiasaan ………................................................
17
1. Pengertian Metode Pembiasaan......................................
17
2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan
21
3. Syarat-Syarat Metode Pembiasaan..................................
25
4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembiasaan...........
28
B. AnakUsia Dini
29
1. Karakter Fisik..................................................................
31
2. Karakter Sosial................................................................
32
3. Karakter Emosional.....................................................
32
x
4. Karakter Kognitif ………………………………………
32
C. Nilai-Nilai Yang Diinternalisasikan Pada Pendidikan Anak Usia Dini ………………………………
34
1. Menginternalisasikan Nilai Keimanan............................
35
2. MengintenalisasikanNilai Ibadah....................................
37
3. Menginternalisasikan Nilai Akhlak.................................
39
4. Supaya anak mempunyai jiwa sosial yang tinggi………
41
D. Cara-Cara Menginternlisasikan Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak......
43
E. Metode Pembiasaan Sebagai Cara Dalam Menginter nalisasikan Nilai- Nilai Akhlak Mulia Pada AnakUsia Dini......................................................................................
45
BAB III : KAJIAN PENELITIAN A. Gambaran Umum RA Al Ma’arif Blimbingrejo Nalumsari Jepara...............................................................
47
1. Tinjauan Historis..............................................................
47
2. Letak Geografis.............................................................
47
3. Visi dan Misi.................................................................
47
4. Struktur Organisasi........................................................
48
5. Keadaan Sarana dan Prasarana....................................
51
B. Proses Pembelajaran di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara............................................................... C. Implementasi
Metode
Pembiasaan
53
dalam
Menginternalisasikan Nilai- Nilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara.................................................................
57
1. Metode Pembiasaan pada Anak Usia Dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara................... 2. Proses Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada
xi
57
Anak Usia Dini Melalui Metode Pembiasaan di RA Al Ma’arif
58
3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi metode pembiasaan dalam menginternalisasikan nilainilai akhlak mulai pada anak usia dini diRA AlMaarif Jepara................................................................
64
BAB IV : ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisis Implementasi Metode Pembiasaan Pada Anak Usia Dini di Desa Blimbingrejo Nalumsari Jepara........................ 67 B. Analisis Proses Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak usia Dini Melalui Metode Pembiasaan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara.............................
70
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Metode Pembiasaan dalam Menginternalisasikan NilaiNilai Akhlak Mulia pada Anak Usia Dini diRA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara............................ BAB V
74
: PENUTUP A. Kesimpulan………………………………………………..
77
B. Saran-Saran………………………………………………..
78
C. Penutup……………………………………………………
78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada murid, namun juga diperlukan adanya suatu metode yang mengantarkan pada sebuah tujuan pendidikan. Sampai saat ini yang masih menyelimuti permasalahan dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran adalah masalah metode. Oleh karena itu, perlu adanya metode efektif sebagai inovasi baru dalam proses belajar mengajar. Metode merupakan bagian dari komponen pengajaran yang menduduki posisi penting, selain tujuan, guru, peserta didik, media, lingkungan dan evaluasi. Dalam kata lain proses pembelajaran dikata sulit mencapai hasil manakala guru tidak menggunakan metode yang tepat sesuai karakteristik bidang studi masing-masing. Oleh karena itu, guru harus mengetahui dan memahami berbagai metode pengajaran. Guru yang tidak mengetahui dan memahami aneka ragam metode pengajaran akan menjadikan siswa cepat bosan, mengantuk, dan bahkan siswa tidak mudah memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.1 Metode ceramah misalnya, metode ini akan menjaddi kurang efektif kalau dipake dalam kelas besar, karena berbagai alasan seperti sebagian siswa kurang memperhatikan pembicaraan guru, bicara sendiri dengan temannya, 1
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasail, 2007), Cet. I, hlm. 55.
1
2 guru kurang optimal dalam mengawasi siswa.2 Metode ceramah ini juga akan menjadikan siswa pasif. Oleh karena itu, perlu adanya metode yang efektif dan efisien dalam menyampaikan materi pelajaran, agar materi tersebut tidak hanya dijadikan sebuah wacana tapi juga mengena dalam hati dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Metode tersebut juga diharapkan mampu menyentuh beberapa aspek pada diri anak didik, yaitu aspek kognitif,
afektif, dan
psikomotorik. Dan metode tersebut adalah metode pembiasaan. Metode pembiasaan ini mengutamakan proses untuk membuat seseorang menjadi terbiasa. Bagi seorang guru harus lihai dalam melaksanakan metode ini, karena pembiasaan akan membentuk pola pikir, pola sikap dan pola tindak peserta didik menjadi lebih matang. Sedangkan dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. 3 Dan jika suatu praktek sudah terbiasa untuk dilakukan, berkat pembiasaan ini, maka akan menjadi habit bagi yang melakukannya, kemudian akan menjadi ketagihan dan pada waktunya menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. 4
2
Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,(Semarang: Rasail, 2008), Cet. I,hlm. 30. 3 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 110. 4 Qodri, A. Azizy, Pendidikan (Agama) Dalam Membangun Etika Sosial, (Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003), hlm. 147.
3 Dan pembiasaan ini dinilai sangat efektif jika penerapannya dilakuan terhadap peserta didik yang berusia kecil, karena memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah larut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai awal dari proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai moral kedalam jiwa anak. Nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya semenjak mulai melangkah ke usia remaja dewasa.5 Selain itu, metode pengajaran pembiasaan ini juga merupakan cara yang efektif dan efisien dalam menanamkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik dalam sendirinya. 6 Metode pembiasaan ini dimulai sejak anak usia dini, karena usia dini merupakan usia dimana anak mulai sensitif untuk menerima dan merangsang berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.7Pelaksanaan metode pembiasaan ini sangat tepat digunakan oleh lembaga formal untuk anak usia dini, misalnya dalam lembaga Taman Kanak-Kanak (TK) atau Raudhotul Athfal (RA). Kegiatan pembiasaan ini bisa berupa do’a sebelum mulai pelajaran, sholat berjama’ah dan lain sebagainya. Dan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara metode pembiasaan itu muncul karena adanya beberapa hal diantaranya yaitu anak didik hanya mampu untuk memahami dan menghafal materi yang diajarkan, 5
Armai Arief, Loc. Cit. Thoifuri, Loc. Cit. 7 Draf Fianal, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhotul Athfal, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004), hlm. 4. 6
4 belum mampu untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, kurangnya kedisiplinan dan kemandirian anak. Oleh karena itu, perlu adanya metode pembiasaan sebagai metode yang efektif dalam mengubah kebiasaan tercela menjadi kebiasaan-kebiasaan yang mulia. Namun di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara selain membiasakan kegiatan seperti berdo’a dan sholat berjama’ah sebagaimana kegiatan diatas, juga ada beberapa kegiatan yang dibiasakan RA. Dengan ini penulis memberanikan diri untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Implementasi Metode Pembiasaan dalam Menginternalisasikan NilaiNilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini di RA NU Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015”. B. Rumusan Masalah Berasal dari latar belakang diatas, maka penulis perlu merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi metode pembiasaan pada anak usia dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015? 2. Bagaimana proses internalisasi nilai ahlak mulia pada anak usia dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui implementasi metode pembiasaan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015.
5 b. Untuk mengetahui proses internalisasi nilai ahlak mulia pada anak usia dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015. 2. Manfaat Penelitian a. Untuk memberikan masukan pada guru tentang metode pembiasaan sangat tepat digunakan dalam proses pembelajaran pada anak usia dini. b. Untuk memperoleh pemahaman bahwa metode pembiasaan sebagai upaya menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini. D. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam judul penelitian ini, maka penulis perlu memberi pengertian dan batasan-batasan istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini. 1. Implementasi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi adalah pelaksanaan, penerapan.8 Jadi yang dimaksud pelaksanaan disini adalah pelaksanaan di lapangan setelah mendapatkan beberapa teori. 2. Metode Pembiasaan Ditinjau dari segi etimologis (bahasa), metode berasal dari Bahasa Yunani “methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “metha” yang berarti melewati atau melalui, dan “hodos” yang berarti jalan atau
8
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet. III., hlm. 427.
6 cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.9 Sedangkan pembiasaan secara etimologi berasal dari kata asalnya yaitu “biasa”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” adalah lazim atau umum, seperti sediakala, sudah merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses. Sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa.10 Secara literal metode berasal dari bahasa Greek-Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. Secara teknis metode adalah (1) suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan,(2) suatu teknik mengetahui yang di pakai dalam proses mencariilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu. Sedangkan menurut Ag. Bambang Setia di dalam bukunya yang berjudul Teaching English As AForeign Language,³Methodis the planof languag eteaching which isconsistent with theories´.11 Metode adalah suatu prosedur pengajaran yang konsisten (sesuai) dengan teori-teori. Bila dikaitkan dengan proses pendidikan, maka metode berarti suatu prosedur
9
Ismail SM, Op. Cit, hlm. 7. Armai Arief, Loc. Cit. 11 Bambang Setiadi,Teaching English As AForeign Language,(Yogyakarta:Graha Ilmu, 2006),edisiI, hlm.8 10
7 yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan tugas kependidikan untuk mencapaitujuan yang telah ditetapkan.12 Sedangkan untuk metode pembiasaan itu sendiri menurut para ahi pendidikan adalah: a. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, ³metode pembiasaan adalah cara atau upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak. 13 b. Menurut
Ramayulis, ³metode pembiasaan adalah cara untuk
menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik.14 c. Menurut Armai Arief, ³metode pembiasaan adalah suatu cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir,bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agamaIslam.15 Dari beberapa definisi diatas, meskipun redaksinya berbedabeda, namun terdapat kesamaan pandang. Meskipun begitu pada prinsipnya
metode
pembiasaan
itu
sangat
efektif
dalam
menginteralisasikan nilai- nilai akhlak pada anak. Selain itu, menurut Drs.Ngalim Purwanto metode pembiasaan adalah suatu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-
12
Al rasyidindanSamsulNizar, Pendekatan Histories,TeoritisdanPraktis,Filsafat PendidikanIslam,(Ciputat:CiputatPress,2005), hlm.65-66 13 Abdullah Nasih Ulwan,Tarbiyatul Aulad Fil Islam,terj.Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim,Pendidikan Anak Menurut Islam,( Bandung:Remaja Rosda karya,1992 ), hlm.60 14 Ramayulis, Metodolaogi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Cipuat Press, 2005), hlm. 110 15 Armai Arief, PengantarIlmu Dan Metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta:Ciputat Press, 2002),Cet. I, hlm.110
8 anak yang masih kecil.16
Sedangkan menurut Dr. Hamzah Ya'qub
yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan. sebagai contoh,merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah merupakan suatu kesenangan bahkan kadang-kadang menimbulkan pusing, karena perbuatan tersebut diulang dan terus diulang akhirnya menjadi kebiasaan yang menyenangkan danlain-lain.17 Dengan contoh diatas memberikan kesan bahwa segala pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan penuh kesenangan atau kegemaran maka pada akhirnya akan menimbulkan suatu kebiasaan. Menurut Dr.Ahmad Tafsir, pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu,walau ada kritik untuk menyadari metode ini karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukannya. Oleh karena itu,
pembiasaan ini harus
mengarah pada pembiasaan yang baik.Perlu disadari oleh guru yang mengajar berulang- ulang, sekalipun hanya dilakukan main-main akan mempengaruhi anak didik untuk membiasakan perilaku itu.18 Dengan pembiasaan
menjadi
metode mengajar dalam
pembinaan sikap ini dimaksudkan bahwa seorang guru dapat
16
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya,1995),Cet.VIII,hlm.177 17 Hamzah Ya’qub, Etika Islam (Pembinaan Akhlakul Karimah), (Bandung: CV. Diponegoro,1996), hlm.617 18 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya Offset,1992), Cet. I, hlm. 144-145
9 mengarahkan serta mempengaruhi siswa untuk membiasakan perilaku itu secara terus menerus. Jadi, metode pembiasaan merupakan cara atau jalan untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara biasa sehingga anak didik akan terbiasa dengan sesuatu yang baik dalam proses belajar mengajar. Metode pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau diucapkan oleh seseorang. Misalnya anak- anak dibiasakan bangun pagi atau hidup bersih. Maka ia akant erbiasa untuk bangun pagi dan hidup bersih. Hampir semua ahli pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan
sebagai salah
satuu paya pendidikan. Dalam pendidikan pra sekolah (TK)penerapan metode ini dapat dilakukan dengan gurum emberi atau melakukan kebiasaan- kebiasaan yang baik untuk
membina dan menanamkan
beragama anak, seorang guru dapat memulainya dengan mengajarkan dan membiasakan berdoa dalam aktivitas sehari-hari. Dengan pelajaran semacam ini,anak akan otomatis menjadi terbiasa baik di sekolah maupun di rumah sehingga akan menjadi sebuah kebiasaan19. 3. Menginternalisasikan Internal artinya masuk ke dalam (tubuh, mobil dan lain-lain)20, kemudian mendapat imbuhan “me” dan sisipan “sasi’ serta akhiran “kan” jadi menginternalisasikan disini sama artinya dengan memasukkan atau menanamkan. 19
Abdurrahman Masud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2001),hlm.224 20 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. Cit, hlm. 439.
10 Internalisasi adalah proses pemasukan nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman. Nilai-nilai tersebut bisa jadi dari berbagai aspek baik agama, budaya, norma sosial dll. 4. Nilai-nilai Akhlak Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai hakikatnya.21 Sedangkan akhlak menurut etimologi, akhlak berasal dari kata “Khuluk” ( )ﺧﻠﻖyang berarti “budi pekerti”. Menurut Al-Ghozali dalam bukunya Ihya’ Ulumuddin, akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada kepikiran.22 Sedangkan mulia artinya adalah berbudi luhur, berhati baik. Dan untuk akhlak mulia sendiri adalah seluruh perilaku umat manusia yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan hadits, yaitu adab sopan santun yang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada seluruh umat manusia ketika beliau masih hidup.23 Jadi, nilai-nilai akhlak mulia merupakan sebuah sistem yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang baik sebagaimana perilaku yang
21
Ibid., hlm. 783. Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), cet. II, hlm. 26. 23 Mirazano, Kajian Akhlak Tauhid, http//: muzfikri. googlepages. com/E11. html. 11/01/2010. 22
11 diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk menyempurnakan manusia sesuai hakikatnya. 5. Anak Usia Dini Anak yang berusia 0 sampai 6 tahun, yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat baik fisik atau mentalnya.24 6. RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara adalah sekolah yang merupakan tempat sasaran penelitian berada. Berdasarkan penegasan istilah diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud “Implementasi Metode Pembiasaan dalam Menginternalisasikan Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini di RA NU Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Tahun 2014/2015” adalah suatu penelitian untuk mengetahui ada dan tidak efektifnya kepemimpinan seorang kyai pesantren yang menjadi kepala sekolah di Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara. E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.25 24
Slamet Suryanto,Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005), cet. I, hlm. 5. 25 LexiJ. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung:PT.Remaja Rosda karya,1993), cet.IV,hlm.3
12 Jadi penelitian ini analisis datanya tidak menggunakan rumus statistika, melainkan dengan tehnik analisis deskriptif yaitu analisis data yang diujikan bukan dalam bentuk angka-angka melainkan dalam bentuk laporan uraian deskriptif dengan pola pikir induktif. Cara berpikir induktif adalah cara menarik kesimpulan yang berangkat dari fakta-fakta dan peristiwa yang bersifat khusus kemudian disimpulkan dengan sifat umum. 2. Fokus Penelitian Fokus penelitian
ini adalah tentang implementasi metode
pembiasaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak pada anak usia dini di RA NU Al- Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara. 3. Teknik Pengumpulan Data Proses pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini dengan teknik atau cara sebagai berikut: a. Metode Observasi Observasi dapat di artikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang di lakukan terhadap obyek di tempat kejadian atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diteliti atau diselidiki.26Metode ini menjadi metode utama dan kunci dalam proses penelitian, maka dalam penelitian ini observasi bertujuan untuk memperoleh bentuk langsung tentang
26
cet.II,hlm.158.
S. Margono, Metodologi Penetian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000),
13 implementasi metode pembiasaan di RA NU Al- Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara. b. Metode Wawancara (Interview) Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi verbal dengan tujuan mendapatkan informasi penting yang di inginkan.27Metode wawancara ini menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan subyek atau responden untuk memperoleh informasi tentang implementasi metode pembiasaan. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu metode pencarian data dengan cara mencari data mengenahi hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, transkip, dokumen dan sebagainya.28 Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dari data wawancara atau observasi. Metodeini digunakan untuk melengkapi metode pengumpulan data yang pertama dan
kedua. Metode
dokumenasi
ini
dapat berupa foto yang
berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang dibiasakan, recording, buku-buku dan lain sebagainya. Metode dokumentasi ini sebagai pelengkap untuk metode sebelumnya.
27
NurulZuriah, MetodologiPenelitian Sosialdan Pendidikan Antara Teoridan Praktek,(Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2006),cet.I,hlm.179 28 Haidar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah MadaUneversity Press,1998),hlm.133
14 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang k a s u s yang di teliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.29 Dalam menganalisa data, penulis menggunakan tehnik deskriptif analitik, yaitu data yang diperoleh tidak di analisa menggunakan rumus statistika, namun data tersebut di deskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan sesuai kenyataan realita. Hasil analisa berupa pemaparan gambaran mengenahi situasi yang di teliti dalam bentuk uraian naratif. Uraian pemaran harus sistematik dan menyeluruh sebagai satu kesatuan dalam konteks lingkungannya juga sistematik dalam penggunaannya sehingga urutan pemaparannya logis dan mudah diikuti maknanya. 30Jadi analisis ini peneliti gunakan untuk menganalisa tentang implementasi metode pembiasaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini di RA NU Al- Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara. F. Sistematika Penulisan Agar lebih mudah dalam menelusuri uraian dalam skripsi ini, secara garis besar sistematika penulisan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
29
hlm. 104.
Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta:RakeSaras,1996),Ed.III,
30
Nana Sudjana, dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,(Bandung:Sinar Baru,1989), hlm.197-198.
15 1. Bagian Muka Bagian ini terdiri dari halaman judul, halaman nota persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi dan halaman daftar tabel. 2. Bagian Isi Pada bagian ini penulis membagi pembahasan dalam beberapa bab sebagai berikut: Bab Satu : Bab ini memuat tentang pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi. Bab Dua
: Kajian Teoritis tentang Metode Pembiasaan dan Internalisasi Nilai-nilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini. Dalam bab ini berisi dua sub bab yaitu: Metode Pembiasaan yang meliputi
pengertian,
dasar
dan
tujuan,
syarat-syarat,
kelebihan dan kelemahan metode pembiasaan. Dan Anak Usia Dini yang meliputi nilai-nilai yang di internalisasikan pada anak usia dini, cara-cara menginternalisasikan dan metode pembiasaan sebagai cara dalam menginternalisasikan nilai akhlak mulia pada anak usia dini. Bab Tiga
: Memuat
tentang
implementasi
laporan metode
hasil
penelitian
pembiasaan
terhadap dalam
menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia pada anak
16 usia dini di RA NU Al- Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara yang terdiri dari dua sub bab yaitu: Situasi umum RA NU Al- Ma’arif Blimbingrejo Nalumsari Jepara yang meliputi; letak geografis, sejarah singkat berdirinya, struktur organisasi madrasah, keadaan pengurus, guru, siswa dan sarana prasarana. Sub bab kedua berisi Situasi khusus RA Al Ma’arif yang meliputi; proses umum pembelajaran di RA Al Ma’arif dan implementasi metode pembiasaan. Bab Empat : Analisis yang berisi tiga sub bab, yaitu: analisis implementasi
metode
pembiasaan,
analisis
proses
internalisasi nilai-nilai akhlak mulia dan analisis faktor pendukung dan penghambat serta solusinya. Bab Lima
: Penutup yang terdiri dari: Kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
3. Bagian Akhir Pada bagian akhir ini terdiri atas: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup.
BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Pembiasaan 1. Pengertian Metode Pembiasaan Secara literal metode berasal dari bahasa Greek-Yunani yang terdiri dari dua suku kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui. Secara teknis metode adalah (1) suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan,(2) suatu teknik mengetahui yang di pakai dalam proses mencariilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu. Sedangkan menurut Ag. Bambang Setia di dalam bukunya yang berjudul Teaching English AsAForeign Language, Methodis the planof languag eteaching whichisconsis tent with theories´.1 Metode adalah suatu prosedur pengajaran yang konsisten
(sesuai) dengan teori-teori. Bila
dikaitkan dengan proses pendidikan, maka metode berarti suatu prosedur yang dipergunakan pendidik dalam melaksanakan tugas kependidikan untuk mencapaitujuan yang telah ditetapkan.2 Dengan demikian setiap orang yang mengerjakan sesuatu haruslah mengetahui
dengan jelas tentang tujuan yang hendak dicapainya.
Demikian jugasetiap pendidikatau guruyang pekerjaan pokoknya mendidik dan mengajar, haruslah mengerti 1
dengan jelas tentang pendidikan.
Bambang Setiadi, Teaching English AsAForeign Language,(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006),edisiI,hlm.8 2 Al-rasyidin dan Samsul Nizar, Pendekatan Histories,Teoritis dan Praktis, Filsafat Pendidikan Islam,(Ciputat:CiputatPress,2005), hlm.65-66
17
18
Pengertian akan tujuan pendidikan ini mutlak perlusebab tujuan itulah yang akan menjadi sasaran dan menjadi pengarah dari pada tindakantindakannya dalam menjalankan fungsiny sebagai guru. Disamping menjadi sasaran dan menjadi pengarah ,tujuan pendidikan dan Pengajaran juga berfungsi sebagai kriteria bagi pemilihan dan penentu alat-alat (termasuk metode)yang akan digunakan dalammengajarnya.3 Sedangkan untuk metode pembiasaan itu sendiri menurut para ahi pendidikan adalah: a. Menurut Abdullah Nasih Ulwan, metode pembiasaan adalah cara atau upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak. 4 b. Menurut
Ramayulis, metode pembiasaan adalah cara untuk
menciptakan suatu kebiasaan atau tingkah laku tertentu bagi anak didik.5 c. Menurut ArmaiArief, metode pembiasaan adalah suatu carayang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir,bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.6 Dari beberapa definisi diatas, meskipun redaksinya berbedabeda, namun terdapat kesamaan pandang. Meskipun begitu pada prinsipnya
metode
pembiasaan
itu
sangat
efektif
dalam
menginteralisasikan nilai- nilai akhlak pada anak. 3
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama Islam,(Solo:Ramdhani,1993 ),hlm.70 Abdullah Nasih Ulwan,Tarbiyatul Aulad FilIslam,terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim, Pendidikan AnakMenurut Islam,( Bandung:Remaja Rosda karya,1992 ), hlm.60 5 Ramayulis, Metodolaogi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Cipuat Press, 2005), hlm.110 6 Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam,(Jakarta:Ciputat Press,2002),Cet.I, hlm.110. 4
19
Selain itu, menurut Drs. Ngalim Purwanto metode pembiasaan adalah suatu alat pendidikan yang penting sekali,terutama bagi anak-anak yang masih kecil.7 Sedangkan menurut Dr. Hamzah Ya'qub yang dimaksud kebiasaan adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan. sebagai contoh, merokok adalah suatu kelakuan yang pada waktu pertama dilakukan tidaklah merupakan suatu kesenangan
bahkan
kadang-kadang menimbulkan pusing,
karena
perbuatan tersebut diulang dan terus diulang akhirnya menjadi kebiasaan yang menyenangkan dan lain-lain.8 Dengan contoh diatas memberikan kesan bahwa segala pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan penuh kesenangan atau kegemaran maka pada akhirnya akan menimbulkan suatu kebiasaan. Menurut Dr.Ahmad Tafsir, pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu,walau ada kritik untuk menyadari metode ini karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukannya. Oleh karena itu, pembiasaan ini harus mengarah pada pembiasaan yang baik. Perlu disadari oleh guru yang mengajar berulang-
ulang,
sekalipun
hanya
dilakukan
main-main
akan
mempengaruhi anak didik untuk membiasakan perilaku itu.9 Dengan 7
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1995),Cet.VIII,hlm.177 8
Hamzah Yaqub, Etika Islam (Pembinaan Akhlakul Karimah), (Bandung: CV. Diponegoro,1996), hlm.617 9 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya Offset,1992), Cet. I, hlm. 144-145
20
pembiasaan menjadi metode mengajar dalam pembinaan sikap ini dimaksudkan
bahwa
seorang
guru
dapat
mengarahkan
serta
mempengaruhi siswa untuk membiasakan perilaku itu secara terus menerus. Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau diucapkan oleh seseorang. Misalnya anak- anak dibiasakan bangun pagi atau hidup bersih. Maka ia akan terbiasa untuk bangun pagi dan hidup bersih. Hampir semua ahli pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu upaya pendidikan. Dalam pendidikan pra sekolah (RA) penerapan metode ini dapat dilakukan dengan guru memberi atau melakukan kebiasaan- kebiasaan yang baik untuk
membina dan menanamkan
beragam aanak, seorang guru dapat memulainya dengan mengajarkan dan membiasakan berdoa dalam aktivitas sehari-hari. Dengan pelajaran semacam ini, anak akan otomatis menjadi terbiasa baik di sekolah maupun di rumah10, sehingga akan menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan itu mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan akhlak yang baik,maka semua yang baik diubah menjadi kebiasaan.11 Kebiasaan-kebiasaan ini
akan menjadi
sangat efektif
diterapkan pada anak memasuki taman kanak-kanak(RA), karena 10
Abdurrahman Masud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN WalisongoSemarang, 2001),hlm.22 11 Imam Abdul Mumin Saaddudin, Al_Akhlaqi Fil Islam, terj. Dadang Sobar Ali, Meneladani Akhlak Nabi,(Bandung:PT.Remaja Rosda karya Offset, 2006), Cet. I, hlm.68
21
mengajarkan materi pada anak tidak cukup dengan ceramah atau dengan lisan, namun seorang guru hendaklah mempraktekkan langsung segala yang berkaitan dengan materi, sehingga anak mudah faham dan merekamnya, maka mereka akan terbiasa dengan perilaku yang baik dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Seoranganak kecil akan selalu ingat apabila dipraktikkan daripada hanya sebuah teori. 2. Dasar dan Tujuan Metode Pembiasaan a. Dasar Metode Pembiasaan. Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buru kdalam arti susila.Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti orang dewasa, sehingga perlu dibiasakan dengan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan dan pola pikir dan pembiasaan itu pun dapat terbentuk karena adanya pengaruh dari lingkungan.12 Dalam teori perkembangan anak didik, dikenal dengan adanya teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya dan dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya.Potensi dasar ini dapat menjadi penentu tingkah laku (melalui proses).Oleh karena itu potensi dasar harus selalu diarahkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam
12
AbuddinNata, Filsafat PendidikanIslam,(Jakarta: LogosWacanaIlmu, 1997),hlm.101
22
mengembangkan
potensi
dasar tersebut adalah melalui kebiasaan
yang baik. Al-Qur’an sebagai
sumber ajaran
agama Islam, memuat
prinsip-prinsip umum pemakaian metode pembiasaan dalam
proses
pendidikan. Dalam merubah perilaku negatif misalnya. al-quran menggunakan pendekatan pembiasaan yang dilakukan secara berangsurangsur. Kasus pengharaman khamar,misalnya, al-Quran menggunakan beberapa tahap. Sebagai gambaran umum Allah menurunkan ayat:
(٦٧ :) اﻟﻨﺨﻞ
Artinya : Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimum yang memabukkan dan rezki yang baik.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaranAllah)bagi orang yang memikirkan´. (QS.Al-Nahl:67)13
Ayat diatas memberikan penjelasan hanya sebatas tentang manfaat yang dapat diperoleh dari buah kurma dan anggur agar mereka merasa kan demikian besar kemaha kuasaan Allah. Ayat ini belum sama sekali menyentuh garis hukum haramnya minuman khamar. Isyarat ayat diatas nilai sangat halus dan hanya dapat di rasakan oleh orang yang bisa merasakan bahwa Allah SWT suatu saat pasti akan melarang minuman yang memabukkan itu.
13
Al-Qur’an surat Al-Nahl:67, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta :Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 274
23
Untuk tahap awal Allah berfirman:
(٢١٩ :) اﻟﺒﻘﺮة
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:" yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat- ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.(QS.AlBaqarah:219)14 Ayat ini mengisyaratkan adanya
alternatif
pilihan yang
diberikan oleh Allah, antara memilih yang banyak positifnya dengan yang lebih banyak negatifnya dari kebiasaan meminum khamar. Tahap kedua,Allah menurunkan ayat yang berbunyi:
(٤٣ :) اﻟﻨﺴﺎء
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedangkamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan´(QSAnnisa: 43)15
Meminum khamar adalah perbuatan dan kebiasaan yang tidak terpuji. Sebagian diantara kaum muslimin telah menyadari dan
14 15
Ibid, hlm.34 Ibid,hlm.54
24
membiasakan
diri
untuk tidak lagi
meminum
minuman
yang
memabukkan. Tahap ketiga, secara tegas Allah melarang meminum khamar Sebagaimana yang tercermin dalam ayat yang berbunyi:
(٩٠ :) اﻟﻤﺎﺋﺪة
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan- perbuatan itu agar kamu mendapat 16 keberuntungan´.(QS.AlMaidah: 90).
Oleh karena itu, pendekatan pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamka nnilai-nilai positif kedalam diri anak didik, baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Selain itu, pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efisien menjadi positif. b. Tujuan Metode Pembiasaan Menurut Muhibbin Syah mengajar dengan metode pembiasaan dengan tujuan agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaankebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu.17 Selain itu menurut Ahmad D.Marimba bahwa tujuan utama dari pembiasaan
adalah
penanaman
kecakapan-kecakapan
berbuatdan
mengucapkan sesuatu, agarcara-cara yang tepat dapat dikuasai oleh
16
Ibid, hlm.90 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekat Baru, (Bandung: Remaja Rosda karya,2000), Cet.V,hlm.124 17
25
peserta didik18, dan perbuatan-perbuatan tersebut dapat dibiasakan dan sulit untukditinggalkan. Dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan diadakannya metode pembiasaan disekolah adalah untuk melatih serta membiasakan anak didik secara konsisten dan continue dengan sebuah tujuan,sehinggabenar-benar tertanam dalam diri anak didik dan akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan dikemudian hari. 3. Syarat-Syarat Metode Pembiasaan Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena kebiasaan akan menghemat kekuatan pada manusia.Namun demikian kebiasaan
juga
akan
menjadi
penghalang
manakala
tidak
ada
penggeraknya.19Dan ditinjau dari ilmu psikologi kebiasaan seseorang itu erat kaitannya dengan figur yang menjadi panutan dalam perilakunya.20 Adapun syarat-syarat yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan metode pembiasaan itu antaralain: a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal lain yang akan dibiasakan. b. Pembiasaan itu hendaknya terus menerus (berulang-ulang) dijalankan secara teratur sehingga menjadisuatu kebiasaan yang otomatis.
18
Ahmad D Marimba, Islam,(Bandung:PT.AlMaarif,1999),Cet.V,hlm.82 19 Abdurrahman Masud dkk,op.cit, hlm.224 20 Armai Arief, op.cit ,hlm.114
Pengantar
Filsafat
Pendidikan
26
c. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistik itu makin harus menjadi pembiasaan yang disertai dengan kata hati anak itu sendiri.21 d. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan memberi kesempatanyang luas pada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah ditanamkan.22 Adapun syarat-syarat tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila didukung oleh alat-alat pembiasaan. Alat-alat pembiasaan itu dibagi menjadi dua golongan: 1. Alat-alat langsung ialah alat-alat yang secara garis lurus searah dengan maksud pembentukan antara lain23: a. Teladan Teladan adalah pendidikan dengan memberikan contohcontoh konkrit pada diri siswa.24 b. Anjuran,Suruhan dan Perintah Anjuran,suruhan dan perintah adalah ala tpembentuk disiplin secara positif. Disiplin perlu dalam pembentuk kepribadian terutama karena akan menjadi disiplin sendiri. c. Latihan Tujuannya adalah untuk menguasai gerakan-gerakan dan menghafal ucapan-ucapan (pengetahuan). Latihan itu juga dapat
21
Ngalim Purwanto, Op.Cit, hlm.178 Armai arief,op.cit, hlm.115 23 Ahmad Marimba,Op.Cit, hlm.83 22
24
Tamyiz Burhanuddin, Akhlak Pesantren,(Yogyakarta:Ittaqa Press, 2001), hlm 55
27
menanamkan sifat-sifat yang utama, misalnya ketertiban, kebersihan dan lain-lain. d. Hadiah dan Sejenisnya Yang dimaksud hadiah tidak selalu berupa barang. Anggukan dengan wajah yang berseri-seri sudah merupakan suatu hadiah tersendiri bagi anak didik. e. Kompetisi dan Kooperasi Kompetisi disini bukan kompetisi untuk mendapatkan hadiah, tapi kompetisiini digunakan untuk memotivasi anak. Sedangkan kooperasi adalah cara individu mengadakan relasi dan bekerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama.25 2. Alat tidak langsung ialah yang bersifat pencegah, penekan(represi), Antara lain: a. Koreksi dan Pengawasan Diketahui anak± anak mempunyai sifat pelupa, lekas melupakan larangan-larangan, atau perintah
yang baru saja
diberikan kepadanya. Oleh sebab itu sebelum kesalahan itu berlangsung cukup jauh, maka harus ada usaha
koreksi dan
pengawasan.
25
Nasution, Didaktik Asas Asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,1995),Cet. I, hlm.148
28
b. Larangan dan sejenisnya Ini merupakan usaha yang tegas dalam menghentikan perbuatan-perbuatan yang salah. Alat inipun bertujuan untuk membentuk kedisiplinan. c. Hukuman dan sejenisnya Setelah larangan dan sejenisnya telah diberikantapi juga masih dilanggar, maka tibalah masa hukuman . hukuman tidak perlu hukuman yang berhubungan dengan badan. Hukuman bisa berupa rasa tidak enak atau hal yang bisa menghilangkan rasa perhatian dan kasih sayang. 26 Adapun faktor yang membentuk adat kebiasaan ada dua, yakni: pertama, kesukaan hati pada suatu pekerjaan, kedua ,menerima kesukaan itu hingga melahirkan suatu perbuatan dan akan mengulang-ulanginya. 27 4. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembiasaan Sebagai suatu metode, pembiasaan juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan metode pembiasaan adalah : a. Dapat menghemat tenaga dan waktu dengan baik. b. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah tapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah. c. Pembiasaan dalam sejarahtercatatsebagaimetodeyang palingberhasil dalam pembentukan kepribadian anak didik. 26 27
Ahmad Marimba,Op.Cit. hlm.87
Farid Ma’ruf, Etika Ilmu Akhlak,(Jakarta:Bulan Bintang,1995),hlm.33
29
Sedangkan kelemahan dalam metode pembiasaan adalah: a. Membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar dapat dijadikan contoh serta teladan bagi anak didik. b. Membutuhkan pendidik yang dapat mengaplikasikan antar teori pembiasaan dengan kenyataan-kenyataan atau praktek nilai-nilai yang disampaikan.28 B. AnakUsia Dini Anak merupakan manifestasi sebuah keluarga, mendidik anaka dalah amanah dan kewajiban secara sadar oleh orang tuanya maupun pendidikan yang dilakukan di sekolah dalam rangka menumbuh kembangkan potensi diri anak untuk terbentuknya manusia yang berakhlakul karimah sesuai dengan ajaran agama Islam. Anak membutuhkan keteduhan dan kebahagiaan di keluarga, perlindungan ayahandanya dan rasa kasihsa yang serta kelembutan hati ibundanya. Maka pendidikan pun seharusnya diberikan sejak dini. Karena usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Pada masa usia dini, semua potensi anak berkembang dengan sangat cepat29. Periodeini ditandai oleh beberapa periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya sampai periode akhir perkembangannya.
28
hlm.160.
Soejono, Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum,(Bandung: Angkasa Offset,1990),
29
Mursyid, Manajemen Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini,(Semarang :AKFIMedia, 2010),Cet.II, hlm.1
30
Salah satu periode yang menjadi ciri masa anak usia dini adalah thegolden age atau periode keemasan.30Sedangkan untuk anak usia dini itusendiri adalah kelompokmanusia yang berusia 0-6tahun, adapun menurut para pakar pendidikan anak, anak usia dini yaitu kelompok manusia yang berusia 0-8 tahun. Anak usia dini adalah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola pertumbuhandan perkembangan, intelegensi (daya pikir, dayacipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual ), sosial emosional, bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak.31 Oleh karena itu perlu adanya pendidikan dan pengajaran sebagai alat pengembangan potensi anak usia dini. Pendidikan merupakan bagian terpenting untuk mengaktualisasikan kesempurnaan potensi dan bakat manusia serta mengasah kepekaan batinnya. Tidak heranjika anak usia dini dipandang sebagai masa mendapatkan pengajaran dan pendidikan yang sempurna, karena manusia tidak akan mampu mencapai kesempurnaan tanpa adanya pendidikan dan pengajaran. Dan untuk anak usia dini ini bias mendapatkan pendidikan dan pengajaran dalam bentuk informal, pendidikan
formal atau anakusia dini
non formal. Dan pendidikan yang menaungi seperti lembaga TamanKanak-Kanak(TK)atau
Raudhotul Athfal(RA) Dasar pendidikan untuk anak usia dini ini sesuai dengan undangundang sistem pendidikan nasional NO.20 tahun 2003 yang berbunyi Taman 30
Ibid, hlm.2 Mansur,Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. III, hlm. 88 31
31
Kanak-Kanak
menyelenggarakan
pendidikan
untuk
mengembangkan
kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Disinilah terlihatakan pentingnya penyelenggaraan pendidikan di Taman Kanak-Kanak. Oleh karena itu taman kanak-kanak jangan dianggap sebagai pelengkap tapi kedudukannya sama penting dengan pendidikandi atasnya.32 Dan untuk karakteristik yang dimiliki oleh anak prasekolah atau anak usia dini menurut Snowman sebagaimana yang dikutip oleh Soemi arti Padmonodewo menjelaskan bahwa ciri-ciri anak usia dini yang ada di taman kanak-kanak meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.33 1. Karakter Fisik a. Anak pra sekolah umumnya sangat aktif, mereka telah memiliki penguasaan
terhadap
tubuhnya
dan
menyukai
kegiatan
yang
dilakukannya sendiri. b. Setelah
anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan
istirahat yang cukup. c. Otot besar pada anak lebih berkembang dari control terhadap jari dan tangan. d. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya.
32
Slamet Suyanto, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,(Yogyakarta: HIKAYAT Publishing, 2005), Cet.I,hlm. 6 33 Soemarti Podmono dewo,PendidikanAnakPraSekolah,(Jakarta:PT. Renika Cipta, 2000), hlm.33-35.
32
2. Karakter Sosial a. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tapi sahabat ini cepat berganti. b. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok ini cepat berganti-ganti. Selain itu juga ada karakter sosial yang lain menurut Jamal Ma’mur Asmani dalam bukunya yang berjudul Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini yang berbunyi pada usia ini anak dapat bergaul dengan anak-anak yang lebih dewasa darinya, meskipun sering terjadi pertikaian karena sering berebut mainan. Dia juga bermain dengan teman-teman imajinasinya´. 34 3. Karakter Emosional a. Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak usia tersebut. b. Iri hati sering terjadi. Mereka seringkali memperebutkan perhatian guru. c. Peka terhadap pujian dan celaan. 4. Karakter Kognitif a. Anak telah terampil dalam berbahasa. Sebagian besar dari mereka senang bicara, khususnya dalam kelompoknya. b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.
34
Jamal Ma’mur Asmani , Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta:DivaPress,2009),Cet.I,hlm.35
33
Pendidikan anak usia dini merupakan pembinaan dan pembelajaran
yang
berorientasi
pada
anak
didik,
membentuk
pertumbuhan dan perkembangannya serta mengembangkan potensi dan bakatnya untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang yang beradab.
Maha Esa, berakhlak mulia serta menjadikan bangsa
34
C. Nilai-Nilai Yang Diinternalisasikan Pada Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Reseri Frondizi nilai´ merupakan
kualitas yang tidak
tergantung pada benda; benda adalah sesuatuyang bernilai, ketidak tergantunganya mencakup setiap bentuk empiris. Nilai adalah kualitasa priori35, jadi nilai merupakan penilaian yang seseorang yakini,bahwa barang itu mempunyai makna dan sarat nilai. Sedangkan dalam pandangan Sidi Gazalba yang dikutip oleh Chabib Thoha,mengartikan nilai: Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah menurut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki, disenangi dan tidak disenangi. Nilai dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, kalau dari segi kebutuhan hidup manusia, nilai menurut Abraham Maslowdi kelompokkan menjadi 5(lima)bagian yaitu nilai biologis, keamanan, cintakasih, hargadiri dan nilai jati diri36. Lain halnya dengan nilai yang dikaitkan dengan pendidikan Islam. Untuk menggali nilai yang termaktub dalam pendidikan Islam dibutuhkan landasan sosiologis dan filosofis sebagai paradigmanya. Sistem nilai dijadikan kerangka dasar yang menjadi pedoman berperilaku lahiriyah dan ruhaniyah sesuai sistem moral yang diajarkan agama Islam. Nilai Islam merupakan suatu sistem yang bersifat komprehensif yang mencakup perbuatan baik dan perbuatan buruk. 35
Reseri Frondizi, Pengantar Filsafagt Nilai,Terj. Cuk Ananta Wijaya,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm.1. 36 ChabibToha, Kapita Selekta Pendidikan Islam,(Yogyakarta:PustakaPelajar,1996), hlm.60.
35
Oleh karenaitunilai-nilai Islam harus diinternalisasikan kepada anak sejak dini melalui pendidikannya. Internalisasi nilai-nilai Islam pada anak ini berorientasi pada perkembanga anak secara total, sehingga pendidik dituntut untuk
mampu
mengkolaborasikan nilai-nilai Islam dengan pengetahuan
melalui program pelatihan dan mendidik anak seoptimal mungkin. Dengan adanya usaha
tersebut akan bermunculan anak-anak yang
cerdas
dan
berpribadi Islami. Karena pada dasarnya setiap aspek dalam kehidupan pribadi harus diimbangi dengan prinsip-prinsip krusial dalam Islam. Bertolak dari pemikiran diatas, maka materi pendidikan keIslaman pada anak usia dini menjadi hal yang fundamental bagi orang tua atau pun guru, berikutini adalah nilai-nilai yang harus diintenalisasikan pada anak usia dini: 1. Menginternalisasikan Nilai Keimanan Menurut Najib Khalid Al Amir, pembinaan keimanan merupakan pembinaan yang pertama kali harus diintenalisasikan dalam jiwa dan pikiran anak. Sehingga pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan pokok sebagai pengembangan fitrah bagi manusia yang mempunyai sifat dan kecenderungan untuk mengakui dan mempercayai adanya Tuhan37. Oleh karena itui nternalisasi nilai keimanan pada anak usia dini merupakan hal yang paling esensial. Dan
di
usia
inilah
menjadi
masa
yang
tepat
untuk
menginternalisasikan nilai keimanan dimana anak sudah mulai bergaul 37
Najib Khalid Al Amir, Min Asalibi ArRasul Fi AtTarbiyah,terj. Miqbal Haetami, Mendidik Cara Nabi SAW,(Bandung:Pustaka Hidayah, 2002), hlm.145
36
dengan dunia luar, banyak hal yang ia saksikan ketika ia berhubungan dengan orang-orang disekitarnya. Dalam pergaulan inilah anak mulai mengenal
Tuhan melalui ucapan-ucapan disekelilingnya, ia melihat
perilaku orang yang mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan. Akan tetapi mereka belum mempunyai pemahaman dalam melaksanakan ajaran agama
Islam,
disinilah
peran
orang
tua
ataupun
guru
dalam
memperkenalkan dan membiasakan anak dalam melakukan tindakanTindakan agama sekalipun sifatnya hanya meniru.38 Dalam al qur’an diterangkan tentang perlunya pemahaman nilai keimanan pada anak usia dini,yakni dalam surat Luqman ayat 13 yang berbunyi:
(١٣ :) ﻟﻘﻤﺎن
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:"Haianakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS.Luqman:13)39 Dari ayat diatas jelas bahwa orang tua atau pendidik diupayakan untuk menginternalisasikan nilai keimanan sejak dini yakni keimanan yang mengesakan Allah SWT Namun keimanan untuk anak usia dini masih bersifat magic dan anthropomorphist. Dimana hubungan mereka Tuhan lebih merupakan hubungan emosional antara kebutuhan individu dengan sesuatu yang gaib dan dibayang-bayangkan secara konkrit menjadi pelindung, pemberi kasih 38
Sururi, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 56 Al-Qur’an surat Luqman ayat 13, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta :Departemen Agama RI, Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 2001), hlm. 581). 39
37
sayang dan pemberi kekuatan ghaib, selain itu sifat keimanan anak usia dinijugabersifatanthomorphisterhadapTuhan.DimanaAllah SWT dianggap bertangan, bermata, bertelinga sebagaimana manusia, sehingga bila mana dikatakan Allah Maha Melihat, mereka bisa membayangkan betapa lebar mata Tuhan.40 Adapun cara untuk menginternalisasikan nilai keimanan pada anak Usia dini baik bagi guru atau orang tua dengan mengajari anaku ntuk menghafalkan dua kallimat syahadat, mengantarkan anak untuk mengimani Allah malalui penyebutan tentang pencipta langit dan bumi, selain itu juga mengajarkan rukun sholat, bilangan rakaat dan cara- caranya. Kemudian membimbing dengan penuh kesabaran, seperti melaksanakan sholat dengan berjamaah, sehingga itu menjadi akhlak dan Kebiasaan bagi anak.41 2. MengintenalisasikanNilai Ibadah Internalisasi nilai ibadah pada anak dimulai dari dalam keluarga. Anak yang masih kecil lebih menyukai kegiatan-kegiatan ibadah
yang
mengandung gerak, sedangkan ajaran agama belum dapat dipahaminya karena ajaran agama yang abstrak tidak menarik perhatiannya42. Masa kanak-kanak bukanlah masa pembebanan atau pemberian kewajiban. Namun merupakan masa persiapan, latihan dan pembiasaan untuk menyambut masa pembebanan kewajiban (taklif) ketika ia telah baligh nanti dan salah satu kewajiban muslim yang sudah baligh adalah 40
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan,(Yogyakarta:TERAS, 2009), Cet. III, hlm. 368 Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, terj. Khalilullah Ahmad Masjkur Hakim,Op.Cit,hlm. 42 42 Zakiah Darajah, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah,(Jakarta:Bulan Bintang,1996), hlm. 60 41
38
melaksanakan ibadah
shalat. Maka
pendidikan ibadah shalat
ini
ditanamkan sejak dini43. Orang tua harus mengingatkan anak untuk melakukan shalat secara terus menerus ketik amereka sudah berusia tujuh tahun bahkan sepuluh tahun dengan lembut namun tegas44. Menjadikan shalat sebagai kebiasaan tidak bisa berhasil dalam waktu satumalam saja. Namun bila orang tua mengajak
anak
tersebut untuk mengerjakan
shalat berjamaah, akan
menjadi tugas membiasakan shalat lima waktu secara teratur ini lebih mudah. Ketika anak lupa, terlambat melaksanakan shalatnya, jangan buat anak menjadi merasa bersalah dan malu. Namun angggaplah sebagai kerikil kecilyang terjadi ditengah perjalanannya dalam bertanggung jawab padadirinya sendiri. Cara mendidik anak melakukan shalat secara rutin, bisa dilakukan dengan membiasakan
mereka diajak kemasjid,
diajak berjamaah atau
menghadiahkan kepada merekabuku-buku yang bercirikan Islami. Karena pada dasarnya anak usia dini sangat membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang yang dianggapnya sebagai topfigur(orang tua atau guru) melalui observasi dan imitasi. Pentingnya menginternalisasikan nilai-nilai ibadah juga melihat pada segi tujuan akhir setiap ibadah adalah taqwa, maka nilai ibadah harus diinternalisasikan sejak dini. Bertaqwa mengandung arti melaksanakan 43
Ibid,hlm.61 Norma Tarazi, The CildIn Islam:aMoslim Parent’s Handbook,terj. NawangSri Wahyuningsih, Wahai Ibu Kenalilah Anakmu:Pegangan Orang Tua Muslim Untuk Mendidik Anak, (Bandung:Mitra Pustaka, 2003), hlm.173 44
39
segala perintah dan meninggalkan segala larangan agama. Ini berarti menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melakukan perbuatan-perbuatan baik(akhlakulkarimah). Perintah Allah ditujukan pada perbuatan- perbuatan baik dan larangan-larangan berbuat jahat. Orang bertaqwa berarti orang yang berakhlak mulia, berbuat baik dan berbudi luhur. Oleh karena itu, ibadah disamping latihan spiritual juga merupakan latihan sikap dan meluruskan akhlak. Didalam melaksanakan ibadah pada permulaannya didorong oleh rasa takut kepada siksaan Allah yang akan di terima diakhirat atas dosadosa
yang pernah dilakukan. Tetapi dalam ibadah itu lambat laun rasa
takut itu hilang dan rasa cinta kepada Allah akan timbul dalam hati, makin suci hatinya, makin mulia akhlaknya dan makin dekat ia dengan Allah, makin besar pula rasa cintanya padaAllah.45 3. Menginternalisasikan Nilai Akhlak Sejalan dengan membentuk nilai keimanan yang kokoh maka diperlukan juga usaha menginternalisasikan akhlak yang mulia pada anak sejak dini karena akhlak yang mulia merupakan aset bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan dimasyarakat. Dan akhlak itu sendiri menurut imam ghazali sebagaimana yang termaktub dalam kitab Ihya’ UlumAd-Din yang artinya Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan. 45
Yatim Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-qur’an,(Jakarta: HAMZAH, 2007), Cet. I, hlm. 6
40
Adapun dalam terjemahan dalam bahasa inggris oleh Constantine Kzurayk yang berjudul The Refinement OfCharacter´yaitu Thisstate istwokind.Onekindsis
naturalandoriginatesint
hetempherament.The
otherkinds isthatwhich isacquirid by habitandsel ftraining´.46Artinya keadaan ini ada dua macam yang pertama adalah sifatnya alamiah dan berasal dari emosi(keadaan jiwa) dan yang kedua adalah dipengaruhi oleh kebiasaan dan latihan diri sendiri. Dengan kebiasaan dan latihan itulah akhlak anak akan terbina sejak dini dan tentunya tidak terlepas juga dari pengaruh dan bimbingan orang tuanya. Menurut Norma Tarazi apabila anak dibesarkan dengan bimbingan akhlak mulia dari orang tua dan lingkungan yang kondusif maka ia akan memiliki
banyak
figur
untuk
diteladani
dan
membantu
dalam
pembentukan pribadi yang Islami pada sianak. 47karena akhlak pada anak terbentuk dari karena akhlak pada anak terbentuk dari meniru, bukan nasehatatau petunjuk. Anak selalu mengawasi tingkah laku orang tuanya. Maka diharapkan orang tua sebagai pendidik pertama untuk lebih berhatihati dan bertindak dan memberikan teladan yang baik. Disamping itu juga anak harus menghormati dan berbuat baik kepada orang tua mereka. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT dalam alqur’an Surat Luqman ayat14 sebagai berikut:
46
Abu Hamid Muhammad AlGhazali, Ihya Ulum Ad-Din,(Beirut: DarAl-Kutub, 1989),Jilid III, hlm.58 47
hlm. 29
Constantine KZurayk, The Refinement Of Characte, (Beirut:American University, tth),
41
(١٤ :) ﻟﻘﻤﺎن
Dan Kami perintahkan kepada manusia(berbuatbaik)kepada dua orang ibu-bapanya;ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu´.(QS.Luqman:14)48.
Adapun tafsiran dari ayat diatas adalah Allah telah mewajibkan kepada manusia untuk berbakti kepada kedua oranng tuanya serta berlaku baik kepada keduanya. sebab, ibunya telah bersabar dalam keadaan yang betul-betul lemah ketika menanggung beratnya beban dan beratnya rasa sakit. Dia menggendong bayinya dan menyusuinya selama dua tahun. Allah
telah mewajibkan
kepada manusia
untuk bersyukur kepada
TuhanNya dengan cara taatdan patuh serta berterimakasih kepada kedua orang tuanya dalam wujud kebaktian dan perbuatan baik. Hanya kepada Allah tempat kembali. Dia akan membalas para
hamba sesuai dengan
Kebaikan atau kerusakan yang telah mereka perbuat.49 Sedangkan
beberapa
nilai
yang
harus
diterapkan
dan
diinternalisasikan pada anak adalah membiasakan anak untuk berdoa sebelum makan, minum, sebelum tidur, ketika ganti baju serta dibiasakan untuk disiplin. Dari tafsir ayat diatas dapat dilihat bahwa anak harus berbakti atau berakhlak mulia pada oranng tua dan bila orang tua akan melarang sesuatu 48 49
NormaTarazi,Op.Cit,hlm.165 Aidh al-Qarni, Tafsi rMuyassar,(Jakarta:Qisthi Press, 2008), Cet. I, Hlm.373
42
pada anak, hendaknya mereka melarangnya dengan suatu hal yang juga mereka hindari. Bila orang tua mengarahkannya pada suatu nilai perilaku, hendaknya merekapun memiliki nilai itu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
mempelajarinya.
Sehingga
anak
akan
mengakui
dan
mau
50
Fenomena ini tidak jarang kita jumpai disekitar kita. Seorang ibu selalu berkata pada anaknya bahwa menceritakan kejelekan orang lain itu tidak baik, karena jika orang yang kita ceritakan aibnya itu mendengar, akan merasa sedih da nsakit. Namun di kesempatan lain, sang ibu menceritakan kejelekan orang lain dengan tetangga-tetangganya. Menjadi catatan yang sangat penting bagi orang tua dalam mendidik
anak. Hendaknya mereka konsisten dengan perintah dan
larangan yang ia berikan pada anaknya dengan tidak mengubah nilai yang ada dan sudah dipahami oleh anak itu sendiri. Dengan demikian anak akan mempercayai ajaran orang tuanya. Karena pada dasarnya prinsip-prinsip dan nilai-nilai akhlak dalam Islam berasal dari Allah SWT, sehingga tidak mengherankan jika prinsipprinsip dan nilai-nilai tersebut sesuai dengan kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Adanya kesesuaian inilah yang mendukung terimplementasinya
50
harapan-harapan
manusia
yang
diperbolehkan
Muhammad Rasyid Dimas, Siyasat Tarbawiyah Khatiah, terj. Sari Narulita, 20 Kesalahan Dalam Mendidik Anak,(Jakarta :Rabbani Press,2005), hlm.71
43
Syari’at, sehingga akan tercipta generasi yang selalu mengedepankan akhlak51. D. Cara-Cara Menginternlisasikan Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak Taman kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan yang pertama, yang keberadaannya sangat strategis untuk menumbuhkan jiwa keagamaan pada anak-anak agar mereka menjadi orang-orang yang kuat, terbiasa dan peduli terhadap segala aturan agama yang diajarkan. Pendidikan nilai-nilai keagamaan merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaanya dan jika hal itu telah tertanam sejak dini maka ini merupakan awal yang baik bagi
pendidikan
anak bangsa selanjutnya. Dan salah
satu nilai-nilai
keagamaan yang diajarkan adalah nilai akhlak. Pengajaran dan internalisasi nilai-nilai akhlak ini yang efektif seharusnya membantu murid memahami nilai itu, menerima dan menunjukkan komitmen
terhadapnya
serta
mengamalkannya
dalam
kehidupan
seharian. 52Untuk mencapai hasil yang di harapkan maka perlu adanya cara-cara untuk menginternalisasikan nilai-nilai akhlak padaanak usia dini. Menurut Dwi Siswoyo,cara itu antaralain: 1. Indoktrinasi Dalam kepustakaan modern, caraini sudah banyak menuai kritik dari pakar pendidikan. Akan tetapi cara ini masih dapat digunakan, dalam cara ini pendidik (guru atau orang tua) memberikan aturan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan disampaikan secara 51
Ali Abdul Halim Mahmud,Akhlak Mulia,(Jakarta:GemaInsani, 2004),Cet. I, hlm.121 Isjoni dan Arif Ismail, Model-Model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan MalaysiaIndonesia,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008), Cet. I, hlm.77 52
44
tegas, terus
konsisten. Jika anak melanggar maka ia akan mendapatkan
hukuman ,akan tetapi bukan berupa hukuman fisik. 2. Klarifikasi nilai Dalam cara klarifikasi nilai, guru tidak
secara langsung
menyampaikan pada anak mengenai benar salah ,baik buruk,tetapi siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan dan menyatakan nilai dengancara mereka sendiri. 53 3. Keteladanan Dengan cara keteladanan berarti memperlihatkan keteladanan baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antar personal sekolah, perilaku pendidikan dan tenaga pendidikan lain yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.54 Dari padaitu, keteladanan juga merupakan salah satu faktor pendidikan yang penting karena pada diri manusia terutama anak-anak kecil, terdapat insting untuk meniru orang terdekat dengan dirinya. Seorang pendidik merupakan contoh di mata anak didiknya sehingga disadari atau tidak, anak akan cenderung meniru-niru pendidik seperti cara berbicara, gerak gerik dan tingkahlakunya.55
53
Sri Purwanta, Penanaman Nilai Moral Untuk Anak Sejak Usia Dini´. http://www.SmanI Prambanan. Sch.Id/30082010. 54 Ahmad Syari, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Pustaka Firdaus,2005),Cet. I, hlm. 62 55 Maratn Shloihah, Mengelola PAUD,(Bantul:KreasiWacana, 2010),cet. I , hlm.7
45
4. Pembiasaan dalam tingkahlaku Pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa
mengamalkan agamanya,
baik secara
individu ditengah kehidupan masyarakat.56 Cara ini sesuai dengan kurikulum yang berlaku diTaman KanakKanak dengan penanaman mora latau internalisasi nilai akhlak lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan tingkah laku dalam proses pembelajarannya. E. Metode Pembiasaan Sebagai Cara Dalam
Menginternalisasikan Nilai-
Nilai Akhlak Mulia Pada AnakUsia Dini Dalam proses belajar dan mengajar pada anak usia dini perlu diperhatikan juga masalah metode yang digunakan, sehingga anak didik mampu dengan mudah menyerap materi yang diajarkan dan mampu mengamalkannya secara biasa dalam kehidupan sehari-hari. Dan salah satu perkembangan anak yang perlu di stimulasi melalui pembiasaan adalah penanaman nilai moral(akhlak)dan agama pada anak usia dini harus dimulai dengan latihan konkrit, sederhana, praktis, tidak menimbulkan perasaan takut, malu, khawatir ataupun rasa salah
yang
berlebihan.57Sehingga nilai akhlak itu mampu dilakukan anak secara terbiasa,
56
Ibid,hlm.60
46
misalnya anak dibiasakan untuk membaca doa dalam hal akan melakukan kegiatan, disiplin dan lain sebagainya. Pada dasarnya, akhlak merupakan gabungan dari kebiasaan-kebiasaan yang bersifat konsisten dan Kebiasaan
sering memiliki pola yang tidak disadari.
tersebut bersifat tetap,
munculsehari-hari, merupakantampilan
akhlak dan membuat seseorang efektif atau tidak efektif. Namun kita tahu bahwa kebiasaan tidak dapat terbentuk dengan cepat, namun pembentukannya Relative membutuhkan waktu yang lama, maka dalam metode pembiasaan dan kaitannya dengan internalisasi nilai-nilai akhlak mulia diperlukan waktu yang lama dan konsisten.58 Agama islam sangat mementingkan pembiasaan,
terlebih dalam
proses pembelajaran pada anak usia dini, karena metode pembiasaan ini di rasa sangat efektif dan efisien dan menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia sejak dini. Dengan begitu akan terbentuk ara penerus bangsa yang selalu mengedepankan akhlak.
57
Lara Fridani dan APELestari, Inspiring Education PAUD,(Jakarta:PT. Alex Media Komputindo,2009), Cet.I, hlm.47 58
145
Darmiyati Zuhdi, Humanisasi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2009),cet. II, hlm.
BAB III KAJIAN PENELITIAN A. Gambaran Umum RA Al Ma’arif Blimbingrejo Nalumsari Jepara 1. Tinjauan Historis Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia maka di Desa Blimbingrejo Nalumsari Jepara organisasi NU berhasil mendirikan madrasah pada tanggal 1 Juni 1990 yang diberi nama RA Al Ma’arif yang dipelopori oleh Bapak Sujak. Beliau dengan ikhlas menyediakan rumahnya untuk lokasi madrasah tersebut demi memperjuangkan agama. Karena kemajuan zaman dan perkembangan pendidikan, seorang sesepuh RA Al Ma’arif yang bernama Bapak Ramijan dengan bantuan masyarakat dapat membeli sebidang tanah, dan pada tahun 1995 RA ini mulai berdiri megah, yang terdiri dari enam kelas dan satu kantor. RA Al Ma’arif dikelola oleh pengurus YPI Attarbiyatul Islamiyah di bawah naungan LP Ma’arif NU Jepara.1 2. Letak Geografis Letak geografis RA Al Ma’arif berlokasi di Desa Blimbing Rejo RT 05 RW 03 Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara.2 3. Visi dan Misi Visi RA Al Ma’arif adalah mencetak siswa siswi beriman, bertaqwa, berilmu, terampil, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap, mandiri, berakhlakul karimah, sebagai kader bangsa yang mampu 1
Hasil wawancara dengan Bapak Faiz, S. Pd.I, Kepala Madrasah RA Al Ma’arif Jepara, pada tanggal 9 Maret 2014. 2 Dokumentasi RA Al Ma’arif Jepara, dikutip tanggal 9 Maret 2014.
47
48
memperjuangkan Islam ala ahlussunnah wal jama’ah sebagai penerus perjuangan ulama. Sedangakan misinya adalah: 1) Menanamkan nilai ajaran Islam ahlussunnah wal jama’ah dan ilmu pengetahuan. 2) Melatih dan mengembangkan daya nalar siswa. 3) Membekali ketrampilan dasar baca, tulis, berhitung dan kemampuan dasar tentang pengetahuan agama Islam dan pengalaman sesuai dengan tingkat perkembangannya. 4. Struktur Organisasi Sebagaimana lembaga-lembaga pendidikan formal lainnya, RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara juga mempunyai kepengurusan yang tersusun dalam sebuah garis struktur organisasi. Adapun struktur organisasinya adalah sebagai berikut:3
3
Dokumentasi RA Al Ma’arif Jepara, dikutip tanggal 9 Maret 2014.
49
Gambar 3. 1. STRUKTUR ORGANISASI RA Al Ma’arif Blimbingrejo Nalumsari Jepara 4
Kepala Sekolah Kepala Desa
Kelas I
Siti Mahmudah, S. Pd. AUD
Sutoyo, S.Pd
Guru Inti Etika ritahati, S. Pd. AUD
Sekretaris /Operator Guru Inti
Nor Sa’adah S. Pd. AUD
Nor Sa’adah S. Pd. AUD
Bendahara Siti Muhayatun, S. Pd. AUD
Pak Bon Nor Hadi
Guru Inti Siti Muhayatun, S. Pd. AUD
Guru Inti Siti Mahmudah, S. Pd. AUD
4
Dokumentasi RA Al Ma’arif Blimbingrejo Nalumsari Jepara, dikutip tanggal 9 Maret 2015, dikutip tanggal 9 Maret 2015
50
a. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa Keadaan guru dan karyawan di RA Al Ma’arif sebanyak 17 orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:5 Tabel 3.1 Keadaan Guru dan Karyawan No.
Nama
TTL
Jabatan
Pend.
Jepara, 17-07-74
Ka RA
S1
2
Siti Mahmudah, S. Pd.AUD Nor Sa’adah, S. Pd. AUD
Jepara, 05-06-85
Guru
S1
3
Etika ritahati, S. Pd. AUD
Jepara, 03-11-69
Guru
S1
4
Siti Muhayatun, S. Pd. AUD
Jepara, 29-06-79
Guru
S1
1
Sedangkan jumlah siswa di RA Al Ma’arif pada tahun 2014/2015 tercatat 46 siswa. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :6 Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas
L
P
Jumlah
A
10
11
21
B
14
11
25
5. Keadaan Sarana dan Prasarana RA Al Ma’arif sebagai suatu lembaga pendidikan memiliki sarana dan prasarana sebagai penunjang keberhasilan belajar mengajar. Sarana dan prasarana yang tersedia di RA Al Ma’arif
Jepara tersebut antara lain
sebagai berikut :7 5
Dokumentasi RA Al Ma’arif Jepara, dikutip tanggal 9 Maret 2014. Dokumentasi RA Al Ma’arif Jepara, dikutip tanggal 9 Maret 2014. 7 Dokumentasi RA Al Ma’arif Jepara, dikutip tanggal 9 Maret 2014. 6
51
Tabel 3.3 Keadaan Gedung Sekolah No.
Ruang
Jumlah
Kondisi
1
Kelas
2
Baik
2
Kantor Guru
1
Baik
3
Kep. Sekolah
1
Baik
4
Musholla
1
Baik
5
Tanah Lapang
1
Baik
6
Kamar Mandi/WC
3
Baik
7
Perpustakaan
1
Baik
8
UKS
1
Baik
9
Koperasi
1
Baik
6. Evaluasi Evaluasi merupakan salah satu komponen integral yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk memperoleh informasi keefektifan proses pembelajaran dan
hasil dari
kegiatan pembelajaran yang telah disampaikan. 8 Proses evaluasi di RA Al Ma’arif dilakukan melalui pengamatan secara kontinyu, setiap saat anak akan melekukan kegiatan belajar untuk dilihat kemampuannya. Misalnya kedisiplinan anak dalam mengikuti upacara yang diadakan pada setiap hari senin, kebiasaan anak untuk berdoa setiap masuk kelas, ketika mau makan, dan kediplinan mereka dalam melaksanakan sholat.
8
190.
Dimyati dan Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm.
52
Selain itu guru juga mengadakan wawancara dengan orang tua akan perilaku anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Apakah apa yang diajarkan dan dibiasakan disekolah juga dilakukan dirumah dalam kehidupan mereka sehari-hari.
53
B. Proses Pembelajaran di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara RA Al Ma’arif merupakan lembaga yang sangat mempengaruhi pendidikan anak selanjutnya, oleh karena itu RA juga merupakan lembaga pendidikan yang harus diperhatikan. Selain itu pendidikan di RA Al Ma’arif merupakan pondasi awal untuk kepribadian anak selanjutnya, maka perlu adanya secara utuh baik dari segi agama maupun dari segi ketrampilan. Dari segi agama inilah yang pada dasarnya menjadi dasar dari semua pendidikan karena dari agama anak akan diajarkan tentang akhlak kepada Allah dan akhlak kepada manusia.Yang semua itu tercantum dalam materi yang diajarkan. Adapun materi-materi yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di RA Al Ma’arif pada kelompok A dan B adalah sebagai berikut: 1. Program Pengembangan Kemampuan Dasar a. Kemampuan bahasa b. Kemampuan kognitif c. Kemampuan fisik dan motorik d. Kemampuan seni 2. Program Pembentukan Perilaku a. Akhlak terhadap al-qur’an dan alhadist b. Akhlak terhadap bangsa dan Negara c. Perasaan dan emosi d. Disiplin dan percaya diri e. Kemampuan bersosialisasi
54
3. Model Pengembangan Pendidikan 4. Pengenalan dasar komunikasi 5. Arena bermain yang memadai 6. Program makan bersama 7. Shalat wajib 8. Iqro’ 9. Pengenalan membaca dasar 10. Tahfidzul qur’an 11. Kesehatan 12. Psikologi 13. Program studi lapangan Tujuan dari semua materi yangakan diajarkan ini tidak akan tercapai
jika
tidak
ada
metode
yang
sesuai
dalam
proses
pembelajarannya, sehingga pelajaran itu tidak sebatas peyampaian pada anak tapimateri-materi yang diajarkan itu dapat terekam
dan di
laksanakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.Oleh karena perlu adanya metode yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dari materi-materi yang dikembangkan diatas untuk materi keRAan yang berasal dari Diknas untuk pelaksanaannya berpacu pada SKM(Satuan Kegiatan Mingguan) yang
telah ditentukan, kemudian
dibentuk SKH( Satuan kegiatan Harian). Sedangkan untuk materi lokal sebagaimana yang telah ada dikurikulum yang telah ditentukan oleh komite sekolah dan guru- guru.
55
Dan untuk materi local itu sendiri terbagi menjadi dua waktu, materi local pertama terdiri atas al-qur’an, al Hadits, Do’a, BahasaArab, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia. Sedangkan untuk materi local
kedua
terdari
dari
Computer,
Siroh
Nabawiyah,
Fiqh,
AqidahAkhlak, dan keNUan. Dan untuk pelaksanaanya sendiri dimulai dengan pembukaan (ikrarn dando,a), materi localI, materi keRAan, istirahat, materi localII, istirahatII, kemudian penutup. Demi tercapainya tujuan pendidikan yang ada, RA Al Ma’arif menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan anak-anak dengan harapan
setelah
diajarkan materi-materi
tersebut anak
mampu merekam dalam ingatanya dan melaksanakannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari, dan metode tersebut adalah metode
pembiasaan. Metode pembiasaan adalah cara atau upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan anak, maka metode ini sangat efektif di Taman Kanak-Kanak melihat usia dini merupakan masa pembentukanbagi anak. Maka dengan metode pembiasaan ini diharapakan dapat menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia melalui materi yang diajarkan di sekolah. Namun metode pembiasaan
ini tidak akan berhasil tanpa
didukung oleh metode yan lain. Dan salah metode tersebut adalah metode suri tauladan. Metode ini menjadi pendukuan dalam
56
implementasi metode pembiasaan karena pada anak usai dini, anak akan menunjukkan perilaku moral dan kehidupan beragama yang baik dengan cara mengobservasi dan imitasi orang dewasa
baik guru
maupun orang tuanya. Karena menganggap bahwa gurunya adalah model yang kompeten dengan kepribadian yang kuat. Apalagi jikagurunya memiliki perilaku sosial yang hangat dan responsive, anak akan benar-benar menjadikannya tokoh panutan. Dan salah satu metode lain yang mendukung metode pembiasaan adalah metode demonstrasi. Dimana dengan metode ini guru secara langsung mempraktekkan materi yang diajarkan, sehingga anakpun menngikuti apa yang diajarkan oleh guru. Dengan metode ini anak akan lebih paham sehingga ini akan terekam dalam ingatannya. Maka di RA Al Ma’arif ini ada integrasi dari metode pembiasaan dengan metode yang lainnya sebagai pendukung dari terlaksananyaa metode pembiasaan itu. Sehingga dari materi yang diajarkan itu akan mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan untuk evaluasi di RA Al Ma’arif dilakukan dengan pantauan dalam keseharian anak misalkan dalam hafalan, sikap dan tingkat kemampuan anak yang dituangkan dalam buku penghubung antara guru dan orang tua sebagai evaluasi kegiatan sehari- hari dan buku ranngkuman penilaian dalam satu semester.
57
Dari
semua
materi
pelajaran
ini
diharapkan
dapat
menginternalisasikan nilai-nilai pada anak,terutama nilai-nilai akhlak baik akhlak pada Allahatau Akhlak pada sesama.9 C. Implementasi Metode Pembiasaan dalam Menginternalisasikan NilaiNilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara 1. Metode Pembiasaan pada Anak Usia Dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Dalam proses belajarmengajar di RA Al Ma’arif menggunakan metode pembiasaan. Pembelajaran melalui metode pembiasaan ini tidak terbatas pada penyampaian materi, tetapi lebih penting lagi pada daya rekam anak didik dalam ingatan sehingga materi itu dapat diterapkan dan di lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian para guru dan kepala sekolah senantiasa berusaha semaksimal mungkin melaksanakan kewajiban
pendidikan
kepada anak didik mereka, salah satunya berupa pembelajaran dengan pembiasaan dan memperbanyak latihan. Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan tersebut merupakan upaya untuk menginternalisasikan nilainilai akhlak mulia pada anak sejak dini. Maka disini anak dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan secara biasa sehingga kegiatan-kegiatan tersebut mampu untuk membawa
9
Hasil wawancara dengan Bapak Faiz, S. Pd.I, Kepala Madrasah RA Al Ma’arif Jepara, pada tanggal 9 Maret 2014.
58
anak pada kebiasaan-kebiasaan yang positif dalam kehidupan mereka sehari-hari. Adapun kegiatan yang dilakukan sehari-hari secara biasa oleh RA Al Ma’arif diantaranya adalah: a. Pembacaan ikrar b. Membaca doa setiap sebelum dan setelah kegiatan, misalnya doa sebelum dan sesudah makan,sebelum dan sesudah pelajaran. c. Bersalaman sebelum masuk sekolah dan ketika akan pulangdengan semua guru. Dari semua kegiatan yang dibiasakan tersebut, peserta didiklah yang menjadi obyek semua itu, dengan harapan dari kebiasaan tersebut dapat menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia pada diri anak sejak dini, namun semua itu tidak terlepas dari pemantauan dari para guru. Adapun tujuan implementasi metode pembiasaan diRA Al Ma’arif adalah : 1) Menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia pada anak sejak dini. 2) Menginternalisasikan nilai-nilai keimanan sejak dini. 3) Menumbuhkankemandirian.10 2. Proses Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak Usia Dini Melalui Metode Pembiasaan di RA Al Ma’arif Dalam proses internalisas inilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini diRA Al Ma’arif melalui metode pembiasaan ini melalui beberapa 10
Hasil wawancara dengan Bapak Faiz, S. Pd.I, Kepala Madrasah RA Al Ma’arif Jepara, pada tanggal 9 Maret 2014.
59
kegiatan yang dimulai dari sebelum materi sampai anak-anak pulang sekolah. Adapun kegiatan tersebut diantaranya adalah : a. Pra KBM Pada praKBM ini diisi dengan pengenalan huruf arab (yanbua) dan huruf latin. Kegiatan ini dilakukan semacam privat sebelum kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini bertujuan
agar anak didik
lancer dan mudah dalam membaca dan menulis latin maupun membaca danmenulis arab (mengaji ). b. Pembukaan Kegiatan Belajar Mengajar Dalam pembukaan KBM ini dimulai dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Pembacaan Ikrar Sebelum
pembacaan
ikrar
ini,
guru
memberikan
rangsangan terlebih dahulu dengan lagu yang berjudul³Tuhanku Ada Satu´. Kemudian guru menerangkan maksud dari lagu tersebut dan kemudian dirangkum dalam pembacaan ikrar.11 Dari pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk menginternalisasikan nilai-nilai keimanan pada anak sejak dini. Semua itu dilaksanakan secara continue dan konsisten. 12 2) Berjabat tangan dengan guru kemudian masukkelasdenganrapi tanpa berdesak-desakan dan saling mendahului
11 12
Hasil Observasi penulis tanggal 1111 Juni 2015 Hasil Wawancara dengan buSaidah Agustiyani pada tanggal 11 Juni 2015
60
Pada kegiatan ini guru terlebih dahulu memberikan pengertian bahwa anak-anak harus menghormati orang yang lebih dewasa darinya terlebih bagi guruny aserta memberikan pengertian untuk saling menghormati teman-temanya untuk membiasakan mengantri
termasuk dalam masuk kelas atau
kegiatan lainnya.
Dalam kegiatan ini terkandung nilai saling menghormati dan nilainilai kesopanan pad aanak didik. 3) Pembacaan doa sebelum belajar yang dipimpin oleh satu peserta didik. Dalam
kegiatan
ini
sebelum
pembacaan
doaguru
memberikan pengertian bahwa dengan berdoa semoga belajar kita mudah dan diberi pemahaman. Oleh karena itu anak dibiasakan untuk berdoa setiap memulai aktifitas. Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan anak berdoa setiap memulai aktifitasnya serta melatih sikap kepemimpinan anak sejak dini. c. Materi Pendidikan Agama Islam / Muatan Lokal I Untuk materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan pada setiap hari ini berbeda-beda, yaituAl Qur’an, bahasaInggris, Hadits, Doa dan Bahasa Arab. Dalam materi inilah yang pada akhirnya akan dibiasakan pada diri anak. Misalnya pada materi alqur’an anak didik diperintah untuk menghafal surat-surat pendek seperti surat AlFatihah sampai surat AdDhuha, dan untuk Hadits anak didik di suruh untuk menghafal hadits
61
misalnya hadits tentang kebersihan, tentang berbakti pada orang tua, tentang menuntut ilmu, tentang kasih sayang dan lain sebagainya. Sedangkan untuk doa, anak diajarkan doa sehari-hari misalkan doa akan dan
bangun tidur, doa mendoakan orangtua, doa memohon kebaikan
dunia dan akhirat. d. Materi Ke-RA-an Setiap hari dibuka 3-4 area yang sesuai dengan tema. Sebelumnya guru menerangkan terlebih dahulu tentang area yang akan di buka dan di
kerjakan dengan memberi contoh. Dan sebelum
memulai pekerjaan, anak-anak membaca basmalah terlebih dahulu dan ketika selesai membaca hamdalah.13 e. Istirahat, Makan Snack dan Membaca Sebelum makan, anak-anak terlebih dahulu diajarkan untuk mencuci tangan ini dilakukan untuk mengajarkan kebersihan kepada anak pada saat sebelum makan. Setelah itu anak membaca doa sebelum makan yang dipimpin oleh satu orang anak. Sesudah makan, anak-anak berdoa bersama. Selain itu pada saat istirahat ini digunakan untuk privat membaca latin dan membaca arab bagi yang belum. f. Penutup Guru menngevaluasi
kegiatan
yang telah
dilaksanakan
dalam sehari, setelah itu anak berdoa setelah belajar, guru memberikan
13
Hasil Wawancara dengan buRahayu WahyuN (GuruKelas) pada tanggal 10 Juni 2015
62
pesan-pesan pendek yang harus anak ingat, kemudian anak berjabat tangan dengan guru secara antri dan rapi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan diRA Al-Maarif Jepara yang dimulai dari praKBM (Kegiatan Belajar mengajar) sampai anak pulang sekolah yang dalam kesehariannya dilakukan denganbiasa dan konsisten inilah yang pada akhirnya sebagai proses internalisasi akhlak mulia, dan metode ini dikatakan berhasil dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia dengan melihat beberapa indikator dibawah ini: 1) Perilaku baik anak itu tidak hanya dilakukand i sekolah namun juga di lakukan di rumah. Ini juga yang didapat oleh guru sebagai hasil home visit yang dilakukan pada setiap semester. 2) Anak mampu cepat menghafal doa-doa karena
doa-doa yang
diajarkan merupakan doa sehari-hari dan di ucapakan secara beulangulang dan terbiasa. 3) Anak mampu mengganti pakaian sendiri, makan tanpa ditemani oran tuanya dans holat dhuhur secara berjamaah. 14 4) Pengaruh hasil pembelajaran disekolah yang menggunakan metode pembiasaan membawa dampak atau pengaruh yang besar pula ketika anak di rumah, misalnya anak dapat berperilaku sopan santun, mandiri, mudah diarahkan jika dirumah.15 Dari indikator diatas dapat di lihat bahwametode pembiasan berhasil dalam menginternalisasikan akhlak mulia pada anak usia 14
Hasil wawancara dengan bu Chasanah sebagai kepala sekolah pada tannggal 11 Juni 2015 15 Hasil wawancara dengan ibuUmi(walimurid) pada tanggal 11 Juni 2015
63
dini, namun itu semua tidak luput dari sebuah hambatan dalam proses internalisasinya. 3. Faktor pendukung dan penghambat implementasi metode pembiasaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulai pada anak usia dini diRA Al-Maarif Jepara a. Faktor pendukung dalam implementasi metode pembiasaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia Dalam
implementasi
metode
pembiasaan
dalam
menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia pada anak usai dini di diRA Al-Maarif Jepara ini dapat terlakasana dengan baik karena adanya faktor pendukung, diantaranya : 1) Keluarga (khususnya orang tua) yang ikut berpartisipasi
penuh
dalam memperhatikan anak untuk selalu melakukan pembiasaan di rumah maupun di sekolah untuk mengimplementasikan pembiasaan yang baik. Yang dimaksud disini adalah keluarga yang membantu pihak sekolah dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia dengan pembiasaan ketika anak dirumah. 2) Lingkungan. Lingkungan yang baik akan mempengaruhi perilaku yang baik. Misalkan lingkungan yang selalu mengedepankan pendidikan bagi anaksejak dini dengan mengadakan adanya TPA atau TPQ.
64
3) Rangsangan, motivasi dan juga pemantauan dari guru secara intensif. Misalkan pemantauan guru dalam setiap pelaksanaan kegiatan (ketika Sholat berjamaah, makan, berdoa, wudhu).16 b. Faktor penghambat dalam implementasi metode pembiasaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia diRA Al-Maarif Jepara Dalam
implementasi
metode
pembiasaan
dalam
menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia pada anak usai dini di di RA Al-Maarif Jepara ini kurang terlasana dengan baik karena adanya faktor penghambat, diantaranya : 1) Keluarga Keluarga (orang tua) yang kurang berpartisipasi dalam melaksanakan
pembiasaan, bahkan
ada orang tua yang terlalu
pasrah terhadap sekolah tanpa mau untuk berpartisipasi dalam melaksanakan pembiasaan itu. 2) Lingkungan. Lingkungan yang kurang baik juga
berpengaruh dalam
proses internalisasi akhlakmulia pada anak. Misalnya anak senang bermain dengan anak yang lebih dewasa dari dirinya atau dengan orang-orang dewasa. Misalkan anak sering bermain playstation, dan lain sebagainya.
17
3) Perkembangan Kognitif
16 17
Hasil Wawancara dengan bu Chasanah pada tanggal 11 Juni 2015 Hasil Wawancara dengan bu Chasanah pada tanggal 11 Juni 2015
65
Tingkat kecerdasan anak didik di RA Al-Maarif Jepara berbeda-beda, ada yang mengikuti materi dengan baik dan ada yang tidak, selain disebabkan belum berkembangnya cara berpikir, juga disebabkan kemampuan anak dalam memahami bahasa. Sehingga sering terjadi kegaduhan didalam kelas. 4) Perkembangan Emosional Anak usia dini cenderung bersifat egosentris, mereka berusaha
memenuhi
kebutuhan
dan
keinginannya
tanpa
mempedulikan teman yang lain. Demikianlah implementasi metode pembiasaan di RA AlMaarif Jepara yang membawa perkembangan
pengaruh baik
terhadap
anak sejak dini dan sangat efektif dalam
menginternalisasikan nilai-nilai akhak mulia baik akhlak terhadap Allahatau akhlak pada sesama, namun implementasi metode ini terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaanya.
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN A. Analisis Implementasi Metode Pembiasaan Pada Anak Usia Dini di Desa Blimbingrejo Nalumsari Jepara TamanKanak-Kanak
adalah
lembaga
yang
selalu
memberikan
bimbingan dan rangsangan terhadap anak secara continue dan konsisten. Anak Taman Kanak-Kanak termasuk dalam kelompok anak usia dini. Pada umur 2-4 tahun anak ingin bermain, melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan, bertanya, menirukan, dan menciptakan
sesuatu. Sehingga
sebagai seorang pendidik baik itu guru maupun orang tua tidak boleh menyianyiakan usia ini, karena ini termasuk usia emas bagi anak. Maka perlu adanya pendidikan yang membimbingnya. Oleh karena itu dalam lembaga pendidikan formal perlu adanya metode yang mampu untuk merekam materi-materi yang diajarkan
dan
akhirnya
pesan-pesan
dari
materi
tersebutdapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara ini agar kesempatan emas bagi anak dapat dimanfaatkan
dengan baik, maka dalam proses
pembelajarannya menggunakan metode yang mampu untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam serta mampu mencapai tujuan pembelajaran, metode tersebut adalah metode pembiasaan. Yaitu sebuah cara yang dilakukan secara berulangulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan. Dan metode pembiasaan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara melalui beberapa kegiatan
66
67
yang dilakukan di sekolah mulai dari praKBM (KegiatanBelajarMengajar) sampai anak pulang sekolah. Adapun pembiasaan itu dilakukan melalui pengorganisasian antara materi yang diajarkan dengan harapan atau tujuan dari materi tersebut melalui pengembangan pemahaman anak. Jadi setelah guru menyampaikan materi dalam kegiatan belajar mengajar dan materi tersebut dapat mudah direkam dalam ingatan anak perlu adanya pembiasaan. Misalkan dari materi akidah yang menerangkan tentang kalimat syahadat, kemudian dari materi tersebut untuk
menjaga
ingatan
anak
maka
di
kemasmelaluipembacaanikrar
(syahadatain) yangdibaca setiap hari ketika anak memasuki kelas. Dan beberapa kegiatan lain yang di dapat dari materi dan akhirnya dibiasakan dalam kegiatan sehari-hari anak ketika disekolaha dalah, sebagai berikut: 1. Membaca doa setiap sebelum dan setelah kegiatan, misalnya doa sebelum dan sesudah makan, sebelumdan sesudah pelajaran. 2. Bersalaman sebelum masuk sekolah dan ketika akan pulang dengan semua guru. Dari segala kegiatan yang dibiasakan disekolah akan termanifestasi dalam pikiran anak dan kemudian akan membawa pengaruh baik ketika anak di rumah. Oleh karena itu sejak dini anak harus dibentuk keribadiannya sehingga kelakakan terbentuk pribadi yang berakhlakul karimah melalui metode pembiasaan. Sebagaimana diungkapkan oleh Abdullah Nasih Ulwan bahwa metode pembiasaan adalah cara atau upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan)dan persiapan anak.
68
Implementasi metode pembiasaan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara di nilai sangat efektif dalam proses belajar mengajar karena sesuai dengan psikologi anak yang mudah menerima, maka disini anak mudah menerima apa yang disampaikan oleh guru. Sehingga dari implementasi metode pembiasaan ini dapat menciptakan kemandirian, rasa menghormati dan menyayangi baik pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan serta anak mampu untuk menghargai waktu. Metode pembiasaan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara itu tidak hanya di lakukan anak ketika dilembaga sekolah saja, namun juga dilakukan ketika anak
dirumah maupun dilingkungan
masyarakat. Selain itu dalam implementasi metode pembiasaan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara juga didukung oleh metode keteladan dari guru, karena sikap anak usia dini yang
masih meniru
sehingga perlu adanya sosok yang dianggap teladan dan berkepribadian baik, yaitu melalui guru itu sendiri. Apalagi jika gurunya memiliki perilaku sosial yang hangat dan responsive, anak akan benar-benar menjadikannya tokoh panutan. Sehingga implementasi
metode pembiasaan itu dapat
terlaksana dengan baik dan akan membentuk pribadi yang baik pula. B. Analisis Proses Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak Mulia Pada Anak usia Dini Melalui Metode Pembiasaan
di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo
Nalumsari Jepara Proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara melalui metode pembiasaan yang
69
dilakukan mulai prakegiatan belajar mengajar KBM) sampai pulang sekolah, dimana proses internalisasinya itu secara teoritis mengacu pada teori dari Benyamin SBloom pada ranah afektif
yang
meliputi penerimaan
(rangsangan), partisipasi, penentuan perilaku, internallisasi yang dari semua proses internalisasi itu disesuaikan dengan obyek akhlak, yaitu akhlak pada Allah, akhlak pada diri sendiri dan akhlak pada sesama. 1. Penerimaan(pembiasaan) Penerimaan (Rangsangan) yang di lakukan oleh anak didik di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara dalam proses internalisasi nilainilai akhlak mulia ini melalui beberapa kegiatan yang dilakukan di sekolah secara terus- menerus. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut adalah : a. Berjabat tangan dengan guru kemudian masuk kelas dengan rapi tanpa berdesak-desakan dan saling mendahului. Kegiatan ini berisi tentang menanamkan rasa menghormati dengan orang dewasa terlebih adalah seorang guru serta menghormati antar teman. Dan dilaksanakan ketika anak didik masuk kelas. b. Pembacaan ikrar Pembacaan ikrar atau pembacaan dua kalimat syahadat ini dilakukan ketika anak sebelum masuk kelas. Adapun pelajar islam, berjalan : 1. Taat kepada Allah dan Rasulnya. 2. Berbakti kepada kedua orang tua dan guru. 3. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
70
4. Rajin belajar dan giat menuntut ilmu. 5. Menjaga ketertiban dan kebersihan dirumah, di sekolah maupun dimasyarakat. 6. Bersikap mandiri, santun dan berahlak mulia. Adapun
tujuan
dari
pelaksanaan
kegiatan
ini
adalah
memberikan pemahaman pada anak bahwa Allah itu satu, tidak ada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah. c. Pembacaan doa sebelum belajar yang dipimpin oleh satu peserta didik. Pelaksanaan
kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada
anakbahwa dengan berdoa semoga Allah memberikan kelancaran dalam belajar serta menumbuhkan rasa kepemimpinan dalam diri anak sejak dini. Adapun kegiatan ini dilaksanakan setiap memulai pelajaran. 7. Partisipasi Setelah anak didik melakukan kegiatan-kegiatan
sebagai bentuk
penerimaan yang dilakukan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara secara terus menerus dan konsisten, namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat kelemahan dan kelebihan dalam setiap kegiatan yang dilakukan anak secara biasa sebagai proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia sejakdini. Adapun kelebihan dari metode pembiasaan sebagai proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara adalah anak mudah untuk menghafal doa-doa, hadits atau
71
surat-surat pendek, anak mampu melakukan kegiatan-kegiatan dengan mandiri serta anak mampu untuk melakukan sholat berjamaah dengan baik. Sedangkan kelemahan
dari implementasi
metode pembiasaan
dalam proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia adalah sikap anakusia dini yang ingin selalu diperhatikan, maka anak akan saling berebut untuk mengambil perhatian dari seorang guru. Ini yang menghambat dari proses internalisasi melalui setiap partisipasi yang diikuti oleh anak didik dalam setiap kegiatan-kegiatan disekolah. 8. Penentuan Sikap Setelah anak menerima rangsangan tersebut, maka langkah selanjutnya sebagai proses internalisasi di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara adalah penentuan sikap. Penentuan sikap ini berupa anak didik melakukan secara langsung kegiatan-kegiatan yang diterapkan disekolah secara terus menerus. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi bersalaman dengan guru ketika memasuki kelas, membaca doa setiap sebelum dan sesudah kegiatan, sholat berjamaah, makan sendiri, menjaga kebersihan baik untuk diri maupun lingkungannya. Dari semua kegiatan yang dibiasakan di sekolah ini tidak hanya terputus ketika anak di sekolah, namun juga berlanjut ketika anak di rumah. Dimana ketika anak di rumah menjadi lebih mandiri dalam melakukan segala sesuatu, misalkan dalam ganti baju, makan dan tidur, serta anak akan mudah untuk diarahkan dan diajak melakukan sholat secara berjamaah.
72
9. Internalisasi Dari setiap kegiatan yang dilakukan anak didik di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara bertujuan untuk menginternalisasikanilainilai akhlak mulia pada anak sejak dini. Adapun internalisasi nilai-nilai akhlak ituberupa akhlak pada Allah dengan menaati segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, akhlak pada diri sendiri, dimana anak mampu untuk menghormati dan menyayangi diri mereka sendiri, serta akhlak pada sesama dengan anak didik mampu untuk hidup bermasyarakat dengan baik. Namun karen aanak didik di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara termasuk anak usia dini yang memiliki sikap hanya meniru,
menerima
secara
spontan
apa
yang
disampaikan
dan
diperintahkanoleh guru, serta seorang anak yang hanya memahami imbalan, hadiah dan hukuman, maka anak didik di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara belum bisa memahami akan suatu nilai yang akan diinternalisasikan dalam dirinya. Namun segala kegiatan yang dilakukan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara secara biasa dan konsisten itu sebagai awal dari proses internalisasi nilai- nilai akhlak mulia pada anak sehingga ketika anak sudah melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya, anak akan mampu memahami nilai-nilai akhlak mulia dengan sendirinya. Bentuk penerimaan (rangsangan), partisipasi, penentuan sikap dan internalsasi yang diterapkan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari
73
Jepara yang secara teoritis mengacu pada teori Benyamin SBloom pada ranah afektif inipun didukung oleh pendapat Abdullah Nasih Ulwan yang mengatakan bahwa dalam lembaga formal untuk pendidikan anak usia dini, sebelum materi di mulai hendaknya terlebih dahulu di berikan rangsangan agar anak didik mudah untuk menerima materi yang akan diajarkan dan akhirnya akan terekam dalam ingatan anak, akhirnnya dari materi itu dapat anak didik implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dalam lembaga informal (keluarga), keluarga khususnya orang tua harus senantiasa mendukung dan membimbing anak untuk membiasakan akhlakakhlak mulia melalui kegiatan- kegiatan yang telah diajarkan di sekolah, dan ketikadi rumah orang tualah yang bertanggung jawab akan pelurusan akhlak anak. Dengan demikian metode pembiasaan adalah pilar terkuat untuk pendidikan dan metode efektif dalam pembentukan iman dan meluruskan akhlak anak sejak dini. C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Metode Pembiasaan dalam Menginternalisasikan Nilai-Nilai Akhlak Mulia pada Anak Usia Dini diRA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara Metode pembiasaan merupakan metode yang digunakan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara sebagai metode yang mengarahkan dan membimbing dalam pengembangan potensianak. Kegiatan pembiasaan ini dilakukan secara terus menerus secara konsisten dalam waktu yang cukup lama, sehingga perbuatan dan ketrampilan
itu benar-benar dikuasai dan
akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan anak.
74
Dalam implementasi metode pembiasaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia ini terdapat hambatan atau kendala yang dijumpai. 1. Faktor pendukung a. Faktor keluarga (orang tua) yang selalu mengingatkan dan mengajak anaknya untuk membiasakan segala kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan disekolah untuk selalu dilakukan juga di rumah, misalnya orang tua yang selalu mengajak anaknya untuk melakukan sholat secara berjamaah, orang tua yang membiasakan anaknya untuk melakukan kegiatannya dengan sendiri, serta orang tua yang selalu mengingatkan anak untuk menghargaiwaktu dan disiplin. Serta orang tua yang mau menerima setiap laporan baik laporan baik atau buruk mengenahi perkembangan anaknya selama dalam proses pembelajaran disekolah. b. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan keluarga yang selalu untuk mengarahkan anak untuk membiasakan perbuatanperbuatan yang baik, dan juga lingkungan sekolah di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara yang selalu memantau anak didiknya dalam setiap kegiatan yang dibiasakan itu. Selain itu juga lingkungan masyarakat yang selalu memberikan pengajaran tentang akhlak dan dibiasakan melalui TPA Atau TPQ dimasyarakat. Sehingga setelah anak menerima materi dari sekolah pada pagi sampai siang hari yang kemudian akan dilanjutnya dengan pendidikan non formal melalui TPA atau TPQ ini akan sangat mendukunn dalam proses internalisasi nilainilai akhlak mulia pada anak didik.
75
c. Motivasi dari guru di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara yang selalu membimbing, memantau dan mengarahkan anak didiknya untuk berbuat dan berperilaku baik dalam sehari-hari. 2. Faktor penghambat a. Faktor keluarga (orangtua) yang terlalu sibuk bekerja sehingga pemantauan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak menjadi minim, ini yang menyebabkan kebiasaan baik yang dilakukan anak di sekolah kurang bisa diimplementasikan dalam kehidupan anak di rumah. Selain itu juga ada keluarga yang terlalu pasrah terhadap setiap pembelajaran disekolah tanpa mau untuk mengoreksi atau membiasakan anak ketika dirumah. b. Faktor
Lingkungan,
yang
dimaksud
disini
adalah
lingkungan
masyarakat kurang kondusif dalam implementasi metode pembiasaan yaitu lingkungan yang bersifat individualis dan ini terjadi bagi anak yang tinggal didaerah perumahan dan lingkungan keluarga yang kuranng pemantauan terhadap pergaulan anak, dimana anak usia dini sering bermain dengan anak yang lebih dewasa darinya. c. Perkembangan Kognitif. Perkembangan kognitif anak didik di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara yang berbeda-beda juga menjadi kendala dalam
proses interalisasi nilai-nilai akhlak mulia
melalui metode pembiasaan. Anak yang mempunyai IQ diatasrata-rata dia akan mudah faham atau mudah untuk menerima setiap materi yang diajarkan oleh guru sehingga dari kefahaman itu anak akan mampu untuk
76
mengimplementasikan setiap tujuan
ari
materi
tersebut
melalui
perbuatan-perbuatannya dan sebaliknya. d. Perkembangan Emosional Pada anak usai dini, anak sudah menyadari akunya, bahwa akunya (dirinya ) berbeda dengan bukan Aku (orang lain atau benda). Yang dimaksud disini pada anak usia dini telah tumbuh dalam dirinya sifat egosentris. Sikap ini juga yang menjadi kendala dalam proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia melalui metode pembiasaan di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara, karena sikap egosentris anak yang selalu ingin menjadi yang terdepan dan ingin mencari perhatian dari guru sehingga ini berakibat pada perkelahian pada anak. oleh karena itu pemantauan intens pun dilakukan oleh guru. Berdasarkan keterangan di atas menunjukkan bahwa terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam internalisasi nilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini melalui metode pemmbiasaan, sehingga untuk mengurangi hambatan tersebut diperlukan adanya sinergisitas yang harmonis antara berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan, khususnya dalam internalisasinilai-nilai akhlak mulai pada anak usia dini melalui metode pembiasaan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah memperhatikan diskripsi yang telah diuraikan pada babI sampai pada bab IV, maka penlis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Implementasi metode pembiasaan dalam menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini di RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara ini dimana implementasi metode pembiasaan itu dilakukansecara terus menerus dan konsisten setiap hari dan dimulai dari anak masuk sekolah sampai anak pulang sekolah. Dan metode ini sangat sesuai untuk anak usia dini, karena pada usia ini anak mempunyai sifat yang mudah meniru dan mudah untuk diarahkan. 2. Proses internalisasi nilai-nilai akhlak mulia pada anak usia dini ini disesuaikan dengan obyek akhlak yaitu akhlak kepada Allah, kepada diri sendiri dan kepada sesama yang melalui proses internalisasi meliputi penerimaan(rangsangan), partisipasi, penentuan sikap dan internalisasi. Dan empat aspek itu terdapat pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah mulai dari praKBM (kegiatan belajar mengajar) sampai pulang sekolah. Kegiatan tersebut meliputi pembacaaan ikrar, pembacaan doa setiap mulai aktifitas, pelaksanaan sholat berjamaah yang tidak lepas dari pantauan guru, mengantri, bersalaman dengan guru setiap masuk dan pulang sekolah. Karena psikologi anak yang hanya suka meniru, menerima belum
77
78
memahami arti dari sebuah nilai-nilai akhlak, tapi ini adalah sebagai sebuah proses internalisasi nilai-nilaia khlak mulia pada anak sejak dini. B. Saran-Saran Dari
ringkasan temuan serta kesimpulan dari peneliti dan dengan
segala kerendahan hati, penulis akan
mengajukan beberpa saran yang
sekiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan. Adapun saran-saran tersebut adalah: 1. Bagi orang tua a. Orang tua harus lebih perhatian pada pendidikan anak sejak dini, terutama adalah pendidikan akhlak. b. Orang tua harus berpartisipasi dalam membiasakan perilaku baik ketika anak di rumah, dan jangan terlalu pasrah pada pihak sekolah akan pelaksanaan pendidikan di sekolah tanpa memperhatikan perkembangan anak. 2. Bagi Guru a. Hendaknya menguasai berbagai metode mengajar, sehingga materi akan mudah dipahami anak. b. Jangan pernah bosan dan jenuh untuk menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia pada siswa sejak dini, walaupun dalam realitanya terdapat banyak kendala. Hal ini sudah menjadi tanggung jawab bersama. C. Penutup Demikianlah akhir dari tulisan ini dengan mengucapkan syukur Alhamdulilah penulis memohon kepada Allah SWT. Mudah-mudahan tulisan
79
ini memberikan manfaat dan konstribusi positif bagi penulis maupun siapa saja yang mau memetik ilmu maupun pengalaman dari penulisan skripsi ini. Tiada gading yang tak retak´ oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Teriring doa semoga setiap langkah kita dalm setiap perbuatan selalu menuntun kejalannya dan selalu mendapatkan ridhoNya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Muhammd Abdul Qadir Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta : IAIN Jakarta, 1985. Ali Quthb, Muhammad Sang Anak dalam Naungan Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro, 1993. Ali Syawakh Ishaq, Metodologi Pendidikan Al-Qur’an dan Sunnah, Terj. Asmu’i Saliha Zakhsyari, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1995. Al-Khalidy, Shaleh Kisah-kisah al-Qur’an Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, Jilid 3, Jakarta : Gema Insani, 1999. Al-Qur’an, Surat Al-Jatsiyah Ayat 20, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag RI, 1992. Al-Qur’an, Surat Al-Maidah Ayat 35, Depag. RI: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1987, Al-Qur’an, Surat An-Nahl Ayat 90, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag. RI, 1987. Al-Qur’an, Surat Ibrahim Ayat 7, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag. RI, 1987, hlm. 380. Al-Qur’an, Surat Luqman Ayat 13, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depag. RI, 1987. Al-Rasyid, Harun et,al., Rukun Iman, Jakarta: Proyek Penerangan, Bimbingan dan Dakwah/Khutbah Agama Islam, 1983. Anton M. Moeliono, et.al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1993. Arief, Armai Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002. Arief, Armai Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Indisipliner, Jakarta : Dunia Aksara, 1997. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Aziz, Abdul Shalih At-Tarbiyah Al-Hadis, Mesir: Darul Ma’arif, t.th., Daradjat, Zakiah Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Draf Fianal, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhotul Athfal,Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Haidar Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada Uneversity Press, 1998. Harun, Salman Sistem Pendidikan Islam, Cet. 2, Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1988. Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail, 2008, Cet. I. Jalaluddin, dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, Konsep dan Perkembangannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994. John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia,, 1983.
Langgulung, Hasan Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi, Filsafat Dan Pendidikan, Jakarta: Alhusna Zikra, 1989. Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1993, cet. IV. Mirazano, Kajian Akhlak Tauhid, http//:muzfikri. googlepages.com/E11.html. 11/01/2010. Moeslichatoen, Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rineka Cipta, 1999. Moleony, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1993. Musthafa, Ibnu Keluarga Islam Menyongsong Abad 21, Bandung: Al-Bayan,, 1993. Nana Sudjana,dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1989. Nata, Abuddin Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,, 1997. Nata, Abudin Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Jakarta : Logos Wacana Ilmu 1997. Noeng Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Saras, 1996, Ed. III. Nur Abdul Hafizh, Muhammad Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Terj. AlBayan, Kuwait, 1984. Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Antara Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, cet.I. Qodri, A. Azizy, Pendidikan (Agama) Dalam Membangun Etika Sosial, Semarang: CV. Aneka Ilmu, 2003. Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia), Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996, cet. II. S. Margono, Metodologi Penetian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, cet.II. Singarimbun, Masri dan Efendy, Sofiah Metode Penelitian Survei, Jakarta : LP3ES, 1989. Slamet Suryanto,Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2005, cet. I. St. Vembrianto, Kamus Pendidikan, Jakarta: Grasindo, 1994. St. Vembriarto, et.al, Kamus Pendidikan, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994. Tadjab, et.al., Dimensi-dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Abditama, 1994. Tafsir, Ahmad Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya,, t.th. Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, Semarang: Rasail, 2007, Cet. I. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, cet. III. Usman, Uzer Moh. Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1995. Walter A. Friedlander, Concepts And Methods of Social Work, Prentice Hall, New Jersey, Inc, t.th.
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Yunus, Mahmud Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah dan Pentafsir Al-Qur’an, 1973. Zuhairini, et.al., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS Nama
: NUR HARIROH
NIM
: 131310001261
TTL
: Jepara, 26 Juni 1992
Alamat
: Blimbingrejo RT/RW 05/03 Kec. Nalumsari Kab.Jepara
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku / Bangsa
: Jawa / Indonesia
Pendidikan Formal : 1. SDN Tunggul Nalumsari Jepara lulus tahun 2005 2. MTs Ismailiyyah Nalumsari Jepara lulus tahun 2008 3. MA Ismailiyyah Nalumsari Jepara lulus tahun 2011
Jepara, Juni 2015 Penulis,
NUR HARIROH
PEMBACAAN IKRAR A. Doa sebelum belajar
ِﲔ أَﻋُﻮذُ ﺑِﺎﷲِ ِﻣ َﻦ َب اﻓْـﺘَ ْﺢ ﻗُـﻠ ُْﻮﺑـَﻨَﺎ ﻓُـﺘـ ُْﻮ َح اﻟْﻌَﺎ ِرﻓ ْ َ ﱠاق ﻳَﺎ َﻛﺮِﱘُْ ر ﱢ ﻳَﺎﻓَـﺘﱠﺎ ُح ﻳَﺎ َﻋﻠِْﻴ ُﻢ ﻳَﺎ َرز ُ ﱠﺣﻴ ِﻢ ﲔ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ اﻟﺮِ َب اﻟْﻌَﺎﻟَ ِﻤ َ ﱠﺣﻴ ِﻢ اﳊَْ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ ر ﱢ اﻟ ﱠﺸْﻴﻄَﺎ ِن اﻟﺮِﱠﺟﻴ ِﻢ ﺑِ ْﺴ ِﻢ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟﺮﱠﲪَْ ِﻦ اﻟﺮِ ﺼﺮَا َط اﻟْ ُﻤ ْﺴﺘَﻘِﻴ َﻢ ِﺻﺮَا َط اﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ﲔ ا ْﻫ ِﺪﻧَﺎ اﻟ ﱢ ﱠﺎك ﻧَ ْﺴﺘَﻌِ ُ ﱠﺎك ﻧـَ ْﻌﺒُ ُﺪ َوإِﻳ َ ِﻚ ﻳـَﻮِْم اﻟﺪﱢﻳ ِﻦ إِﻳ َ ﻣَﺎﻟ ِ ِﲔ ي َوﻟِْﻠﻤ ُْﺆِﻣﻨ ْ َ ْﱄ َوﻟِﻮَاﻟِ َﺪ ﱠ َب ا ْﻏﻔِﺮِ ْ ﲔرﱢ ُﻮب َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ وََﻻ اﻟﻀﱠﺎﻟﱢ َ َﲑ اﻟْ َﻤ ْﻐﻀ ِ ْﺖ َﻋﻠَْﻴ ِﻬ ْﻢ ﻏ ِْ أَﻧْـ َﻌﻤ َ ِﲔ اَﻣ ْ َ ﺻ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ ْل اﻟﻠﱠ ِﻪ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َ أَ ْﺷﻬَﺪ أَ ْن ﻻَاِﻟَﻪَ إِﻻﱠ اﻟﻠﱠﻪُ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ﳏَُ ﱠﻤﺪًا َرﺳُﻮ ُ َﻚ ﻳَﺎذَا اﳉَْﻼ َِل َﻚ وَاﻧْﺸ ُْﺮ َﻋﻠَ ﱠﻲ رَﲪَْﺘ َ َو َﻋﻠَﻰ أ َِل َﺳﻴﱢ ِﺪﻧَﺎ ﳏَُ ﱠﻤ ٍﺪ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ اﻓْـﺘَ ْﺢ َﻋﻠَ ﱠﻲ ِﺣ ْﻜ َﻤﺘ َ َﺎﱐ ﻳـَ ْﻔ َﻘ ُﻬﻮا ﺻ ْﺪرِي َوﻳَﺴ ْﱢﺮ ِﱄ أَْﻣﺮِي وَا ْﺣﻠُ ْﻞ ﻋُ ْﻘ َﺪةً ِﻣ ْﻦ ﻟِﺴ ِ َب ا ْﺷَﺮ ْح ِﱄ َ َاﻹ ْﻛﺮَِام ر ﱢ و ِْ ِﻴﺖ ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ َوﺑِﺎ ِﻹ ْﺳﻼَِم دِﻳﻨًﺎ وَﲟُِ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ َو َرﺳُﻮﻻً ﻗـَﻮِْﱄ َرﺿ ُ ِﲔ َب اﻟْﻌَﺎﻟَﻤ ْ َ ِﲔ ﻳَﺎ ر ﱠ ْﲏ ﻓَـ ْﻬﻤًﺎ أَﻣ ْ َ َارُزﻗ ِْ َب ِزدِْﱐ ِﻋ ْﻠ َﻤﺎً ﻧَﺎﻓِ ًﻌﺎ و ْ رﱢ
B. Nadhom Asmaul Husna
ﺑﺴﻢ اﷲ ﺑﺪءﻧﺎ واﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻳﺎ اﷲ ﻳﺎ رﺑﻨﺎ رﺿﺎك ﻣﻄﻠﻮﺑﻨﺎ ﻳﺎ رﲪﻦ ﻳﺎرﺣﻴﻢ ﻳﺎ ﺳﻼم ﻳﺎﻣﻮء ﻣﻦ ﻳﺎ ﺟﺒﺎر ﻳﺎ ﻣﺘﻜﱪ ﻳﺎ ﻣﺼﻮر ﻳﺎ ﻏﻔﺎر ﻳﺎ ﺑﺎﻋﺚ ﻳﺎﺷﻬﻴﺪ ﻳﺎ ﻗﻮي ﻳﺎ ﻣﺘﲔ ﻳﺎ ﳏﺼﻲ ﻳﺎ ﻣﺒﺪء
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﲪﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ واﳊﻤﺪ ﻟﺮﺑﻨﺎ * ﻟﻠﻨﱯ ﺣﺒﻴﺒﻨﺎ * اﻧﺖ ﻣﻘﺼﻮدﻧﺎ * دﻧﻴﺎﻧﺎ واﺧﺮاﻧﺎ * ﻳﺎ ﻣﻠﻚ ﻳﺎ ﻗﺪوس * ﻳﺎ ﻣﻬﻴﻤﻦ ﻳﺎ ﻋﺰﻳﺰ * ﻳﺎﺧﺎﻟﻖ ﻳﺎ ﺑﺎرئ * ﻳﺎ ﻗﻬﺎر ﻳﺎ وﻫﺎب * ﻳﺎﺣﻖ ﻳﺎ وﻛﻴﻞ * ﻳﺎ وﱄ ﻳﺎﲪﻴﺪ * ﻳﺎ ﻣﻌﻴﺪ ﻳﺎ ﳏﻴﻲ *
ﻳﺎ ﳑﻴﺖ ﻳﺎ ﺣﻲ ﻳﺎ ﻣﺎﺟﺪﻳﺎ واﺣﺪ ﻳﺎﻗﺎدر ﻳﺎﻣﻘﺘﺪر ﻳﺎ اول ﻳﺎ اﺧﺮ ﻳﺎ رزاق ﻳﺎ ﻓﺘﺎح ﻳﺎ ﺑﺎﺳﻂ ﻳﺎ ﺧﺎﻓﺾ ﻳﺎﻣﺬل ﻳﺎﲰﻴﻊ ﻳﺎ ﻋﺪل ﻳﺎﻟﻄﻴﻒ ﻳﺎﻋﻈﻴﻢ ﻳﺎﻏﻔﻮر ﻳﺎﻛﺒﲑ ﻳﺎﺣﻔﻴﻆ ﻳﺎ ﺟﻠﻴﻞ ﻳﺎ ﻛﺮﱘ ﻳﺎ واﺳﻊ ﻳﺎﺣﻜﻴﻢ ﻳﺎواﱄ ﻳﺎ ﻣﺘﻌﺎﱄ ﻳﺎﻣﻨﺘﻘﻢ ﻳﺎ ﻋﻔﻮ ﻣﺎﻟﻚ اﳌﻠﻚ ﻳﺎﻣﻘﺴﻂ ﻳﺎﺟﺎﻣﻊ ﻳﺎﻣﺎﻧﻊ ﻳﺎ ﺿﺎر ﻳﺎ ﻫﺎدي ﻳﺎ ﺑﺎﺑﺪﻳﻊ ﻳﺎرﺷﻴﺪ ﻳﺎ ﺻﺒﻮر
ﺑﺎﲰﺎﺋﻚ اﳊﺴﲎ وﻟﻮاﻟﺪﻳﻨﺎ ﻛﻔﺮ ﻋﻦ ﺳﻴﺌﺎﺗﻨﺎ
* * * * * * * * * * * * * * * * * * *
ﻳﺎ ﻗﻴﻮم ﻳﺎ واﺟﺪ ﻳﺎ اﺣﺪ ﻳﺎﺻﻤﺪ ﻳﺎ ﻣﻘﺪم ﻳﺎ ﻣﺆﺧﺮ ﻳﺎﻇﺎﻫﺮ ﻳﺎ ﺑﺎﻃﻦ ﻳﺎ ﻋﻠﻴﻢ ﻳﺎ ﻗﺎﺑﺾ ﻳﺎراﻓﻊ ﻳﺎﻣﻌﺰ ﻳﺎﺑﺼﲑ ﻳﺎﺣﻜﻢ ﻳﺎﺧﺒﲑ ﻳﺎﺣﻠﻴﻢ ﻳﺎﺷﻜﻮر ﻳﺎﻋﻠﻲ ﻳﺎﻣﻘﻴﺖ ﻳﺎ ﺣﺴﻴﺐ ﻳﺎرﻗﻴﺐ ﻳﺎﳎﻴﺐ ﻳﺎودود ﻳﺎﳎﻴﺪ ﻳﺎﺑﺮ ﻳﺎ ﺗﻮاب ﻳﺎ رؤف ﻳﺎ ﻣﺎﻟﻚ ذاﳉﻼل واﻻﻛﺮام ﻳﺎﻏﲏ ﻳﺎ ﻣﻐﲏ ﻳﺎ راﻓﻊ ﻳﺎ ﻧﻮر ﻳﺎﺑﺎﻗﻲ ﻳﺎوارث ﻋﺰ ﺟﻞ ذﻛﺮﻩ
C. Doa Asmaul Husna
اﻟﺪﻋﺎء اﻏﻔﺮﻟﻨﺎ ذﻧﻮﺑﻨﺎ * وذرﻳﺎﺗﻨﺎ * واﺳﱰ ﻋﻠﻰ ﻋﻴﻮﺑﻨﺎ *
وارﻓﻊ درﺟﺎﺗﻨﺎ
*
واﺟﱪ ﻋﻠﻰ ﻧﻘﺼﺎ ﻧﻨﺎ
D. PEMBACAAN IKRAR ﻋﻠﯿﻜﻢ ورﺣﻤﺔ ﷲ وﺑﺮﻛﺎ ﺗﮫ
اﺷﮭﺪ ان ﻻ اﻟﮫ اﻻ ﷲ و اﺷﮭﺪ ان ﻣﺤﻤﺪا رﺳﻮ ل ﷲ
Kami siswa siswi RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara RA Al Ma’arif Blimbing Rejo Nalumsari Jepara berjanji sebagaimana berikut: 1. Taat kepada Allah dan Rasulnya. 2. Berbakti kepada kedua orang tua dan guru. 3. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. 4. Rajin belajar dan giat menuntut ilmu. 5. Menjaga ketertiban dan kebersihan dirumah, di sekolah maupun dimasyarakat. 6. Bersikap mandiri, santun dan berahlak mulia. ورﺣﻤﺔ ﷲ وﺑﺮﻛﺎ ﺗﮫ
و ﻋﻠﯿﻜﻢ
E. Doa sesudah belajar
ِﻚ َﺧ ِﲑ اﳋَﻠ ِْﻖ ُﻛﻠﱢ ِﻬ ِﻢ َ َﻋﻠَﻰ َﺣﺒِْﻴﺒ َﺤ ِﻢ ِ َال ُﻣ ْﻘﺘ ِ ﻟِ ُﻜ ﱢﻞ ﻫَﻮٍْل ِﻣ َﻦ ْاﻷَ ْﻫﻮ َاﺳ َﻊ اﻟْ َﻜﺮَِم ِ وَا ْﻏﻔ ِْﺮ ﻟَﻨَﺎ ﻣَﺎ َﻣﻀَﻰ ﻳَﺎو
* * *
ًﺻ ﱢﻞ َو َﺳﻠﱢ ْﻢ دَاﺋِﻤﺎً أﺑَ َﺪا َ ي َ ﻣَﻮْﻻ ُْﺐ اﻟﱠ ِﺬ ْي ﺗـ ُْﺮﺟَﻰ َﺷﻔَﺎ َﻋﺘُﻪ ُ ُﻫ َﻮ اﳊَْﺒِﻴ ﺼﻄَﻔَﻰ ﺑـَﻠﱢ ْﻎ َﻣﻘَﺎ ِﺻ َﺪﻧَﺎ ْ َب ﺑِﺎﻟْ ُﻤ ﻳَﺎر ﱢ
ﲔ َ َب اﻟْﻌَﺎﻟَ ِﻤ ِﲔ َواﳊَْ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ ر ﱢ َ ْ ﺼﻔ ُْﻮ َن َو َﺳﻼٌَم َﻋﻠَﻰ اﻟْﻤ ُْﺮ َﺳﻠ ِ ََب اﻟْﻌِﱠﺰةِ َﻋﻤﱠﺎ ﻳ ﱢﻚ ر ﱢ َ ُﺳْﺒﺤَﺎ َن َرﺑ