ANALISIS KEBUTUHAN DASAR ANAK DI YAYASAN YATIM PIATU BINA YATAMA KELURAHAN PONDOK JAYA DEPOK Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: FAIZ FAUZAN NIM. 106054102069
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juni 2011
Faiz Fauzan 106054102069
Abstrak Faiz Fauzan Analisis Kebutuhan Keluarga Penerima Layanan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama Anak yatim adalah anak yang ayahnya telah tiada sebelum ia mencapai usia baligh. Sedangkan anak yatim piatu adalah anak yang kedua orang tuanya telah tiada, baik ayah maupun ibu, sebelum ia mencapai usia baligh. Salah satu lembaga swasta yang peduli terhadap anak-anak yatim piatu adalah Yayasan Bina Yatama. Yayasan ini bertujuan untuk membantu anak-anak yatim piatu dengan mengasihi, menyantuni dan mengayomi mereka. Santunan yang diberikan oleh Yayasan Bina Yatama diarahkan dalam mengentaskan pendidikan formal melalui santunan pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) dan sederajat sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa kebutuhan keluarga penerima layanan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak yang berada di Yayasan Bina Yatama. Anak merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain terutama keluarga untuk bisa membantu mengembangkan kemampuannya maupun memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, apabila pada saat ini anak-anak terpenuhi kebutuhannya, maka mereka akan tumbuh menjadi generasi muda yang berkualitas yang ditandai dengan cerdas, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan setia kawan. Kebutuhan dasar anak yang perlu dipenuhi dibagi menjadi lima yaitu, kebutuhan fisik, kebutuhan belajar, kebutuhan psikologis, kebutuhan religius dan kebutuhan sosial. Selain itu, kebutuhan dasar ini juga harus disesuaikan dengan empat hak anak yang perlu diberikan agar anak-anak dapat tumbuh kembang secara optimal yaitu, hak kelangsungan hidup, hak perlindungan, hak pengembangan diri dan hak partisipasi. Penulis melakukan penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan) melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa: Pertama, tidak semua kebutuhan dasar anak dapat dipenuhi oleh keluarga penerima layanan. Kedua, Yayasan Bina Yatama belum mampu membantu keluarga penerima layanan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi ini penuh dengan tanda-tanda kebesaranNnya, penguasa kehidupan dan penentu kematian atas segala anugerah, nikmat, dan petunjuk yang dikaruniakanNya sehingga penulis bisa memikirkan, merefleksikan dan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan ini. Shalawat dan salam semoga selalu disampaikan untuk junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setianya. Suatu kenikmatan yang luar biasa yang tidak bisa diungkapkan dengan ungkapan kata adalah selesainya skripsi ini. Harus diakui, dengan serba keterbatasan yang ada sangatlah berat menyelesaikan skripsi ini, akan tetapi motivasi dalam diri penulis mendongkrak semangat dan memecah hambatanhambatan yang ada. Skripsi ini berjudul “Analisis Kebutuhan Keluarga Penerima Layanan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama”. Harapan penulis, skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap wawasan mahasiswa secara umum, khususnya mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, maka kritik yang membangun tentu menjadi masukan yang sangat penting. Perlu penulis sampaikan, banyak sekali orang yang berjasa dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis, berkat doa dan wejangan-wejangan mereka sehingga penulis
ii
mampu menangkap sari-sari pengalaman dan memecah kebuntuan dalam menghadapi permasalahan. Kepada adikku yang membantu dan mendorong penulis menyelesaikan skripsi ini. Dukungan moril dan materil ini memberikan sumbangsih besar dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan dengan balasan yang berlipat. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas wejangannya. 3. Ibu Lisma Dwayati Fuaida, M.Si. selaku pembimbing yang dengan tulus memberikan pengarahan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Siti Napsiyah, MSW ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas arahannya. 5. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas dukungan dan bantuannya. 6. Dosen-dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik dan memberikan dispensasi waktunya terhadap skripsi ini. 7. Pihak Yayasan Bina Yatama yang sudah mengizinkan penulis melakukan penelitian skripsi ini (Bapak Abu, Bapak Acep, Bapak Awi dan Mas Dani) dan keluarga penerima layanan (anak asuh) Yayasan Bina Yatama (Ibu Wati, Ibu Fajriyah, Ibu Nurhasanah dan Ibu Yuliana).
iii
8. Kepada semua teman-teman kessos angkatan 2006 yang selalu mendorong penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini. 9. Kepada adik-adik mahasiswa kessos 2007-2010 dan kakak-kakak mahasiswa kessos 2003-2005 yang banyak memberikan saran. 10. Kepada Ni’matul Farida yang selalu mendorong dan memberikan semangat tanpa henti. 11. Kepada teman-teman HMI Komisariat Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang sering berbagi pengalaman dengan penulis. 12. Kepada teman-teman Paduan Suara VOC yang tak pernah lelah untuk berkarya. Akhirnya, segala kebenaran hanya milik-Nya, semoga Allah SWT membalas jasa kebaikan mereka dengan balasan yang setimpal. Dan mudahmudahan skripsi ini membawa berkah bagi yang membaca. Amin...
Jakarta, 08 Juni 2011
Faiz Fauzan (106054102069)
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ......................................................................................
ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ BAB I
ix
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................
9
1. Pembatasan Masalah .........................................................
9
2. Perumusan Masalah .......................................................... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 10 1. Tujuan Penelitian ............................................................. 10 2. Manfaat Penelitian............................................................ 10 D. Metodologi Penelitian .......................................................... 11 1. Metode ............................................................................. 11 2. Jenis Penelitian ................................................................ 12 3. Teknik Pengumpulan Data............................................... 12 4. Teknik Analisa Data ........................................................ 13 5. Sumber Data .................................................................... 14 6. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 14 E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 15
v
F. Sistematika Penulisan ........................................................... 16 BAB II.
LANDASAN TEORI A. Kebutuhan Dasar Manusia .................................................. 18 B. Kebutuhan Dasar Anak ........................................................ 20 C. Pengertian Anak Yatim Piatu .............................................. 23 D. Pelayanan Sosial Anak ........................................................ 27
BAB III.
GAMBARAN UMUM LEMBAGA A. Sejarah Singkat Lembaga ..................................................... 34 B. Profil Lembaga ..................................................................... 35 C. Visi dan Misi......................................................................... 39 1. Visi ................................................................................. 39 2. Misi................................................................................. 40 D. Tujuan ................................................................................... 40 E. Landasan Hukum .................................................................. 41 F. Landasan Konseptual ............................................................ 41 1. Konsep Ideologi Religius ............................................... 41 2. Konsep Akhlaq ............................................................... 42 3. Konsep Sosial ................................................................. 42 4. Konsep Ekonomi ............................................................ 43 G. Struktur Organisasi ............................................................... 43 H. Program Kerja ...................................................................... 45 1. Program Jangka Pendek ................................................. 45 2. Program Jangka Panjang ................................................ 46 I. Realisasi Program Kerja ....................................................... 52 vi
J. Sarana dan Prasarana ............................................................ 53 K. Sumber Dana ........................................................................ 54 L. Kerja Sama dengan Lembaga Lain ...................................... 54 BAB IV.
ANALISA DATA A. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak ..................................... 56 1. Profil Keluarga Penerima Layanan (Anak Asuh) .......... 56 2. Usaha Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak ........................................................................................ 61 3. Usaha Yayasan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak ........................................................................................ 84 B. Hasil Analisis Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Bina Yatama .............................................................................................. 87
BAB V.
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 94 B. Saran .................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Model Pelayanan Sosial Anak ............................................................... 30 Tabel 2. Data Anak Asuh di Yayasan Bina Yatama ............................................. 36 Tabel 3. Profil Keluarga Ibu Wati ......................................................................... 56 Tabel 4. Profil Keluarga Ibu Fajriyah ................................................................... 57 Tabel 5. Profil Keluarga Ibu Nurhasanah ............................................................. 59 Tabel 6. Profil Keluarga Ibu Yuliana .................................................................... 60 Tabel 7. Kebutuhan Dasar Anak yang Terpenuhi dan Belum Terpenuhi oleh Keluarga Penerima Layanan ................................................................................. 87
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Kebutuhan Dasar Manusia menurut Abraham Maslow ................... 22
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penting untuk masa depan bangsa yang harus dilindungi oleh berbagai pihak, baik dari lingkup terkecil seperti keluarga, masyarakat, maupun negara. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi1. Perlindungan ini harus dilakukan karena anak sebagai asset penting suatu negara memerlukan pembekalan yang cukup untuk mengarungi hidupnya saat dewasa kelak. Karena awal kemajuan pembangunan dari suatu bangsa, pada dasarnya bersumber dari seorang anak. Jika anak tersebut telah memiliki pembekalan yang cukup saat dia masih kecil, baik pembekalan jasmani, rohani, dan sosial maka niscaya saat dia besar nanti, dia akan menjadi tulang punggung suatu negara dalam kemajuan pembangunan nasional maupun pembangunan sosial. Atas dasar inilah pemerintah membuat UU Perlindungan Anak. Perlindungan terhadap anak-anak sudah diatur dalam Undang-Undang, yaitu UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (PA). Di dalam UndangUndang tersebut telah diatur tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan
1
Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami, Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi, Vol.1, No.II, Maret 2007, Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPSW-IPSPI, h.11
1
2
tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara untuk memberikan perlindungan pada anak. Perlindungan dimaksud, seperti termaktub dalam pasal 1 ayat 2 UU PA, “Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”2. Tetapi tidak semua anak di Indonesia mendapatkan perlindungan yang layak, sehingga anak kurang memiliki pembekalan yang cukup selama dia berproses menjadi dewasa. Ada saja permasalahan-permasalahan anak yang membuat seorang anak menjadi tidak bisa tumbuh dengan jasmani dan rohani yang sehat. Ada contoh kasus di Indonesia yang mencatat tentang permasalahan anak. Contoh kasus di Jawa Barat. Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat mencatat, ada sekitar 851.433 anak yang memiliki masalah sosial. Anak bermasalah sosial di antaranya adalah anak yatim, piatu dan yatim piatu, anak terlantar, anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, anak cacat, anak jalanan, serta anak yang bermasalah dengan hukum. Usia anak yang paling rentan terkena masalah sosial adalah 15-18 tahun. Anak pada usia tersebut banyak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Akibatnya, mereka menjadi anak-anak yang sangat rentan dengan permasalahan sosial. Mulai
2
http://www.pdat.co.id/hg/reference_pdat/2005/01/03/UU%20RI%20nomor%2023%20 Tahun% 202002%20tentang%20Perlindungan%20Anak.doc
3
dari
menjadi
pekerja
anak,
eksploitasi,
hingga
perdagangan
manusia
(trafficking)3. Atas dasar inilah maka sangat diperlukan sekali orang atau lembaga yang menangani permasalahan anak. Karena dengan bantuan tenaga-tenaga ahli, anakanak yang memiliki masalah sosial akan mampu dieksplorasi agar menjadi anakanak yang berkualitas sehingga berdampak pada kemajuan suatu negara, baik kemajuan di dalam pembangunan nasional maupun kemajuan di dalam pembangunan sosial. Hadirnya
profesi
pekerja
sosial
dimaksudkan
untuk
membantu
memecahkan permasalahan anak yang terjadi. Pekerja sosial merupakan sebuah profesi yang mengedepankan perubahan sosial, berfokus pada pemecahan masalah pada hubungan antar manusia, pemberdayaan dan kesetaraan manusia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik4. Negara Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia, banyak memiliki permasalahan-permasalahan anak. Seperti kekerasan terhadap anak (child abuse), penjualan anak (child trafficking), anak yang hidup di jalanan atau biasa yang disebut dengan anak jalanan (anjal), anak-anak penyandang cacat (child disability), anak-anak yang tidak bisa tumbuh kembang dengan baik karena orang tuanya telah tiada (anakanak yatim piatu), dan permasalahan-permasalahan lainnya.
3
4
http://bataviase.co.id/node/310130
Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami, Perkembangan Program Perlindungan Anak di Aceh, Vol.1, No.5, Juni 2007, Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPWS-IPSPI, h.27
4
Pemerintah melalui Menteri Sosial menyatakan bahwa, dalam kenyataan kehidupan sosial tidak semua orangtua mempunyai kesanggupan dan kemampuan penuh untuk memenuhi kebutuhan pokok anak dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anak. Kenyataan yang demikian mengakibatkan anak menjadi terlantar baik secara rohani, jasmani maupun sosial5. Begitu juga jika anak sudah tidak memiliki orang tua (anak yatim piatu), maka anak tersebut dapat dipastikan tidak akan menjadi anak yang sejahtera, bahkan akan menjadi terlantar jika tidak ada yang bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani, rohani, maupun sosial. Anak-anak yatim piatu sebagai salah satu permasalahan sosial anak, membutuhkan orang-orang atau lembaga (panti atau yayasan) yang mapan sebagai tempat untuk berlindung dan berkembang menjadi anak-anak yang di kemudian hari akan memimpin negara. Hal ini sesuai dengan Elizabethan Poor Law yang dikeluarkan pada tahun 1601 mencakup tiga kelompok penerima bantuan6: 1. Orang-orang miskin yang kondisi fisiknya masih kuat (the able-bodied poor). 2. Orang-orang miskin yang kondisi fisiknya buruk (the impotent poor). 3. Anak-anak yang masih tergantung pada orang yang lebih mapan (Dependent Children).
5
Ahmad Kamil, M.Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008, h.49-50 6 Isbandi Rukminto Adi, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial, Edisi Kedua, Depok: FISIP UI Press, 2005, h.2
5
Dari ketiga kelompok bantuan tersebut, jelas sekali bahwa anak-anak yatim piatu termasuk di dalam kelompok ketiga, yaitu kelompok anak-anak yang masih bergantung pada orang yang lebih mapan (Dependent Children). Dalam hal ini, orang-orang atau lembaga (panti atau yayasan) yang telah mapan memegang peranan penting untuk membantu anak-anak yatim piatu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain Elizabeth Poor Law yang mencakup tiga kelompok penerima bantuan, terdapat pula empat jenis perawatan alternatif yang disebutkan dalam pasal 20 Konvensi Hak-Hak Anak (KHA) atau dikenal dengan The Convention on the Rights of the Child (CRC) yang disahkan oleh Majelis Umum PBB dalam Sidang Umum PBB pada tanggal 20 November 1989. Keempat jenis perawatan alternatif ini dapat menjadi tempat untuk mengasuh dan merawat anak-anak yatim piatu. Empat jenis perawatan alternatif itu antara lain7: 1. Penempatan Pengasuhan. 2. Kafala (suatu bentuk perawatan alternatif yang dimaksudkan untuk menjamin hak-hak setiap anak atas lingkungan keluarga). 3. Adopsi. 4. Penempatan di lembaga/panti. Untuk itulah, maka diperlukan pihak-pihak
yang peduli
untuk
memberikan pelayanan sosial anak dan fokus terhadap kepentingan anak-anak, khususnya anak-anak yatim piatu. Hal ini bersinggungan dengan Undang7
Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami, Perlindungan Anak, h.17
6
Undang, yaitu UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (PA) pasal 1 ayat 10 UU PA yang isinya adalah, “Anak asuh adalah anak yang diasuh oleh seseorang atau lembaga, untuk diberikan bimbingan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan, dan kesehatan, karena orang tuanya atau salah satu orang tuanya tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar”8. Di Indonesia, pemberian pelayanan sosial bagi anak mayoritas dilakukan oleh panti atau yayasan. Panti atau yayasan secara etimologi berarti suatu nama dari sebuah organisasi. Sedangkan ditinjau dari realita yang berlaku di Indonesia, panti yatim adalah sebuah organisasi yang mewadahi dan menangani anak-anak yatim9. Ditinjau dari kacamata fikih, keberadaan panti dan yayasan berstatus sebagai jihah „ammah ―sesuatu yang berstatus umum dan tidak tertentu terhadap seseorang, seperti masjid, madrasah, Pondok Pesantren, dll― yang sama dengan status masjid atau Pondok Pesantren. Karena itu, penentuan hukum, penanganan, pengelolaan dan segala hal yang terkait juga sama, harus ada seseorang atau sekelompok orang yang menangani panti tersebut, yang biasanya diistilahkan dengan wali10. Dengan melaksanakan pelayanan sosial berbasis panti, diharapkan anakanak yatim piatu yang menjadi anak asuh di panti tersebut dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya. Namun ada kalanya di dalam perjalanan memberikan pelayanan sosial, pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang
8
http://www.pdat.co.id/hg/reference_pdat/2005/01/03/UU%20RI%20nomor%2023%20 Tahun% 202002%20tentang%20Perlindungan%20Anak.doc 9 LPSI, Anak Yatim & Kajian Fikih Realitas Sosial, Jatim: Pustaka Sidogiri, h.31 10 Ibid, h.32
7
dibutuhkan oleh anak asuh tersebut. Hal ini terjadi karena belum ada panduanpanduan yang memastikan bahwa panti asuhan bisa memberikan kualitas pelayanan secara baik11. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Sosial, Save the Chidren dan Unicef tentang “Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Anak di Indonesia” pada tahun 2007, mayoritas panti asuhan di Indonesia memberikan pelayanan sosial dengan lebih mengedepankan dukungan terhadap pendidikan anak asuh tanpa terlalu memperhatikan pola pengasuhannya. Padahal anak asuh juga membutuhkan kasih sayang, perhatian dan dukungan psikososial bagi mereka dengan memperhatikan tumbuh kembang anak12. Tetapi kenyataannya adalah, menurut Tata Sudrajat (seorang peneliti dari Save the Children), banyak panti asuhan yang memperlakukan anak asuh secara kolektif dalam pemberian pelayanan sosial, bukan secara individual dikarenakan tidak ada pekerja sosial yang mempunyai peran secara individual kepada anak13. Ini yang membuat anak asuh tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, karena sebenarnya, kebutuhan dasar setiap anak berbeda-beda. Dari penelitian tersebut juga didapatkan hasil bahwa, mayoritas panti asuhan tidak melakukan asesmen terhadap kondisi keluarga anak asuh sebelum anak tersebut dimasukkan ke dalam panti asuhan, sehingga tidak diketahui apakah anak tersebut memang membutuhkan panti asuhan untuk memenuhi kebutuhan
11
Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Chidren, dan Unicef, DVD “Seseorang yang Berguna: Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia” 12 Ibid 13 Ibid
8
hidupnya atau tidak, dan juga tidak diketahui apakah keluarganya masih mampu atau tidak untuk mengasuh anak tersebut14. Menurut Makmur Sunusi, Ph.D (Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial), sebaiknya panti asuhan adalah tempat terakhir untuk anakanak asuh yang benar-benar sudah tidak memiliki keluarga ataupun kerabat yang bisa memberikan asuhan dan pelayanan untuk mereka. Jadi, apabila anak tersebut sudah tidak memiliki keluarga ataupun kerabat sehingga membuat dia hidup sebatang kara, maka pemerintah maupun institusi-institusi masyarakat wajib memelihara mereka dan memberikan pelayanan-pelayanan sosial yang sesuai lewat panti asuhan. Dan untuk mendukung hal tersebut, menurut Makmur Sanusi, pemerintah akan mengembangkan program yang disebut sebagai program “family support”. Di dalam program ini, semua masalah anak yang mengalami hambatanhambatan dalam hal pengasuhan, akses kepada pendidikan, maupun perlindungan, tidak harus melalui panti asuhan, melainkan bisa dilakukan secara langsung oleh keluarga atau kerabat yang menjadi wali bagi anak tersebut. Jadi panti asuhan hanya benar-benar akan dibutuhkan apabila anak sudah tidak memiliki keluarga atau kerabat sama sekali dan lebih berperan sebagai “last resort”15. Yayasan Bina Yatama merupakan yayasan yatim piatu yang bergerak di bidang sosial yang memiliki peran di dalam pelayanan sosial anak. Yayasan Bina Yatama berdiri pada tanggal 23 Juli 2002 dengan nama pertama yaitu Yayasan Arrahman. Baru pada tanggal 09 Maret 2007 dimekarkan menjadi Yayasan Bina
14 15
Ibid Ibid
9
Yatama setelah menjalani reorganisasi kepengurusan. Yayasan Bina Yatama melayani anak-anak yatim piatu dan anak-anak dhuafa yang total berjumlah 108 anak asuh. Bentuk pelayanan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Yatama adalah santunan rutin tiap bulan berupa uang tunai untuk biaya pendidikan anak asuh. Selain itu, ada juga santunan berupa uang tunai setiap Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Yayasan Bina Yatama memiliki rencana untuk menempatkan seluruh anak asuh di dalam yayasan, karena selama awal berdirinya, Yayasan Bina Yatama hanya menyantuni anak asuh tanpa adanya penempatan anak asuh di dalam yayasan. Selain itu, rencana pelayanan ke depan adalah
adanya
pelatihan-pelatihan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
keterampilan anak asuh. Atas dasar hal tersebut, maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian yang akan menganalisis kebutuhan dasar anak yang diasuh oleh sebuah yayasan yatim piatu. Penelitian ini akan dituangkan dalam skripsi dengan judul: “Analisis Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama, Kelurahan Pondok Jaya, Depok”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Mengingat terbatasnya waktu, dana dan demi terfokusnya pikiran maka peneliti membatasi masalah pada usaha pelayanan yang dilakukan oleh Yayasan Bina Yatama untuk membantu keluarga-keluarga anak asuh dalam memenuhi kebutuhan dasar anak mereka.
10
2. Perumusan Masalah Agar perumusan masalah lebih terarah dan terfokus, maka penulisan skripsi ini dirumuskan dalam rangka menjawab permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana keluarga-keluarga penerima layanan (anak asuh) memenuhi kebutuhan dasar anak mereka? b. Bagaimana yayasan membantu keluarga-keluarga penerima layanan (anak asuh) dalam memenuhi kebutuhan dasar anak mereka?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: a. Pemenuhan kebutuhan dasar anak oleh keluarga penerima layanan (anak asuh). b. Usaha yayasan membantu keluarga penerima layanan (anak asuh) dalam memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. 2. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademik Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mahasiswa mengenai keluarga-keluarga penerima layanan (anak asuh) dalam memenuhi kebutuhan dasar anak. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan masukan kepada lembaga-lembaga yang menangani permasalahan sosial anak, khususnya anak-anak yatim
11
piatu untuk menentukan model pelayanan sosial yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi masukan kepada pihak yayasan untuk pengembangan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak asuh sebagai penerima layanan.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi16. Kriteria data dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti, yaitu data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut17. Oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan secara triangulasi yang menggunakan berbagai sumber dan berbagai teknik
16 17
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cetakan 5, Bandung: Alfabeta, 2009, h.1 Ibid, h.2
12
pengumpulan data secara simultan agar memperoleh data yang pasti18. 2. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubungan dengan variabel yang lain19. Jenis penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati guna mendapat data-data yang diperlukan. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata karena adanya penerapan metode kualitatif. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut20. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi21. Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berkut : a. Observasi berperan serta, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan seharihari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data 18
Ibid, h.3 http://ab-fisip-upnyk.com/files/Konsep%20Dasar%20Penelitian.pdf 20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cetakan 24, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, h.11 21 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabeta, 2003, h.186 19
13
penelitian22. Dalam observasi, penulis berusaha mendapatkan data melalui pengamatan yang dilakukan dengan keterlibatan penulis dalam pelayanan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Bina Yatama. Selain itu untuk memperoleh data yang lengkap tentang kebutuhan dasar anak, penulis juga mengamati keluarga-keluarga penerima layanan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar anak dengan datang ke tempat tinggal mereka. b. Wawancara, yaitu pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu23. Penulis melakukan wawancara dengan tujuh orang informan, diantaranya tiga orang pengurus Yayasan Bina Yatama dan empat orang dari keluarga-keluarga penerima layanan. c. Dokumentasi, yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu yang merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara24. Dalam hal ini penulis memperoleh data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang ada di Yayasan Bina Yatama. 4. Teknik Analisa Data Data yang diperoleh, selanjutnya penulis melakukan analisa data. Tujuan utama dari analisa data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar
22
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.64 Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, h.190 24 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, h.82 23
14
problem penelitian dapat dipelajari dan diuji25. Dalam hal ini penulis menganalisa dengan menggunakan analisa deskriptif, yaitu suatu metode dalam penulisan sekolompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari deskriptif ini adalah untuk berusaha menggambarkan objek penelitian apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada. 5. Sumber Data a. Data Primer, yaitu berupa data yang diperoleh langsung dari informan penelitian, yaitu pengurus Yayasan Bina Yatama dan keluarga anak-anak asuh. b. Data Sekunder, yaitu berupa catatan atau dokumen yang diambil dari buku, skripsi, artikel, buku elektronik, majalah atau internet yang berkaitan dengan penelitian. 6. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitan ini bertempat di Yayasan Bina Yatama, Jl. Raya Citayam, Pondok Terong, RT. 01, RW. 01, No. 01. Kel. Pondok Jaya, Kec. Pancoranmas, Kota Depok, Telp. (021) 77200714, Hotline: 08179131737, Email:
[email protected], Website: www.ya7binayatama.org. Sedangkan waktu penelitan dilakukan pada bulan April 2011 s.d. Juni 2011.
25
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, Cetakan I, Malang: UIN-Malang Press, 2008, h.128
15
E. Tinjauan Pustaka Ada beberapa penelitian yang dijadikan tinjauan bagi penulis dalam membuat skripsi ini. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Aan Saputra (mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial angkatan 2003) dengan judul “Pelayanan Sosial bagi Anak Yatim Piatu di Panti Sosial Asuhan Anak An-Najah Petukangan Selatan Jakarta Selatan”. Penelitian yang dilakukan oleh Aan Saputra menjelaskan tentang berbagai macam kegiatan pelayanan sosial yang diberikan oleh panti asuhan anak kepada anak-anak asuh beserta dengan faktor pendukung dan penghambatnya. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis (mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2004) dengan judul “Peran Pondok Pesantren Al-Qur’aniyah dalam Pemberdayaan Yatim Piatu di Kelurahan Jurang Mangu Timur, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan”. Penelitian yang dilakukan oleh Mukhlis menjelaskan tentang pemberdayaan yang diberikan oleh Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah kepada anak-anak yatim piatu dan menjelaskan tentang faktor pendukung, faktor penghambat, serta dampaknya terhadap warga sekitar. Lalu ada lagi penelitian yang dilakukan oleh Iin Nurhayati (mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2006) dengan judul “Strategi Panti Asuhan Baiturrahman dalam Pemberdayaan Anak Asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya”. Iin melakukan penelitian tentang pemberdayaan anak asuh melalui pelayanan pada strategi pengembangan bidang pendidikan, bidang keagamaan, bidang fisik dan bidang bantuan sosial.
16
Kekurangan dari penelitian-penelitian ini adalah, para peneliti hanya memberikan gambaran tentang keseluruhan proses pelayanan sosial yang dilakukan oleh yayasan, baik itu lewat pemberdayaan maupun strategi-strategi yang dilakukan tanpa melihat apakah anak-anak asuh yang berada di dalam yayasan benar-benar terpenuhi kebutuhan dasarnya. Padahal, tidak semua anak asuh terpenuhi kebutuhan dasarnya. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisa kebutuhan dasar anak asuh.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini, peneliti menggunakan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai pedoman penulisan skripsi ini. Untuk
mempermudah
pembahasan
skripsi
ini,
secara
sistematis
penulisannya dibagi ke dalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan Skripsi.
BAB II
Landasan Teori Kebutuhan Dasar Manusia, Kebutuhan Dasar Anak, Pengertian Anak Yatim Piatu, Pelayanan Sosial Anak
17
BAB III
Gambaran Umum Lembaga Sejarah Singkat Lembaga, Profil Lembaga, Visi dan Misi Lembaga, Tujuan, Landasan Hukum, Landasan Konseptual, Struktur Organisasi, Program Kerja, Realisasi Program Kerja, Sarana dan Prasarana, Sumber Dana, dan Kerja Sama dengan Lembaga Lain.
BAB IV
Analisa Data Hasil Pelaksanaan Penelitian dan Hasil Analisa Data Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Yatim Piatu Bina Yatama.
BAB V
Penutup Kesimpulan dan Saran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kebutuhan Dasar Manusia Untuk memahami kebutuhan dasar manusia, perlu diketahui pandanganpandangan mengenai hakekat manusia. Pandangan-pandangan tersebut antara lain: 1. Pandangan tentang manusia sebagai makhluk individual dan unikum. 2. Pandangan tentang manusia sebagai makhluk sosial. 3. Pandangan tentang manusia sebagai sesuatu yang unitas-multiplex. 4. Pandangan tentang manusia ingin selalu bergerak dan berfungsi. 5. Pandangan tentang manusia yang selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 6. Pandangan tentang manusia yang dalam usahanya untuk berfungsi dan bergerak selalu menemui rintangan1. Abraham H. Maslow menyebutkan macam-macam kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi, kebutuhan untuk penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh2. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:
1
C.Pramuwito, Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial, Cetakan I, Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial, 1997, h.6-12 2 Ibid, h.16
18
19
Gambar 1. Kebutuhan Dasar Manusia menurut Abraham Maslow
Pada dasarnya manusia dalam hidupnya membutuhkan tiga hal, yaitu kebutuhan untuk sehat (kesehatan jasmani, kesehatan rohani, dan kesehatan sosial), kebutuhan untuk bebas dari tekanan-tekanan (tekanan yang bersifat fisik, rohani dan sosial), dan kebutuhan untuk berkembang (secara jasmani, rohani dan sosial)3. Kebutuhan dasar manusia merupakan kebutuhan riil bagi manusia (real needs), hanya tidak semua manusia dapat merasakan kebutuhan itu. Kalau usahanya untuk memenuhi kebutuhannya itu berhasil, manusia akan merasa terpuaskan, merasa bahagia dan merasa senang. Kalau kebutuhan untuk bergaul atau berkeinginan untuk pengakuan sosial dapat terpenuhi manusia akan merasa damai, aman dan sentausa. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar itu pasti ada penyebabnya. Penyebab terebut lazim disebut sebagai masalah sosial4.
3 4
Ibid, h.17-18 Ibid, h. 20
20
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi, kebutuhan untuk penghargaan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh. Namun tidak semua orang bisa mendapatkan semua kebutuhan dasar itu. Oleh karena itu dibutuhkan bantuan dari pihak lain, baik individu maupun lembaga, untuk membantu seseorang memenuhi semua kebutuhan dasarnya.
B. Kebutuhan Dasar Anak Anak merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain terutama keluarga untuk bisa membantu mengembangkan kemampuannya maupun memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini dikarenakan anak pada dasarnya lahir dengan segala kelemahan yang dimilikinya sehingga tanpa bantuan orang lain terutama keluarga, seorang anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Anak sebagai potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, dan oleh karenanya memiliki posisi sangat strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi bangsa di masa depan. Artinya, kondisi anak pada saat ini, sangat menentukan kondisi bangsa di masa depan. Dengan demikian, apabila pada saat ini anak-anak terpenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik, sosial maupun mental-rohaninya, maka mereka akan tumbuh menjadi generasi muda
21
yang berkualitas yang ditandai dengan cerdas, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan setia kawan5. Kebutuhan anak yang perlu dipenuhi, yaitu: 1. Kebutuhan fisik. Kebutuhan fisik adalah jenis kebutuhan yang terkait langsung dengan pertumbuhan fisik-organis anak. Jenis kebutuhan yang diperlukan seperti sandang, tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan vital bagi anak karena menentukan kelangsungan hidup maupun kualitas hidup anak. 2. Kebutuhan belajar. Kebutuhan belajar adalah jenis kebutuhan yang terkait langsung dengan kecerdasan dan kepribadian anak. Jenis kebutuhan yang diperlukan adalah sarana pendidikan dan bimbingan budi pekerti. 3. Kebutuhan psikologis. Kebutuhan psikologis adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan perkembangan psikis anak. Jenis kebutuhan tersebut adalah rasa aman, kasih sayang, dan diperhatikan. Terhambatnya pemenuhan kebutuan psikologis ini menyebabkan anak terhambat perkembangan psikisnya, atau perkembangan mentalnya menjadi tidak wajar. 4. Kebutuhan religius. Kebutuhan religius adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan perkembangan rohani anak. Terpenuhinya kebutuhan rohani ini akan memperkuat ketahanan mental anak, dan mengantarkan anak sebagai manusia yang berbudi pekerti dan berakhlak mulia (jujur, tidak sombomg, rajin, dan lain-lain).
5
Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, Volume 10, No.1, April 2005, Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia, 2005, h.42
22
5. Kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial adalah jenis kebutuhan yang terkait dengan pengembangan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain sebagai anggota keluarga ataupun masyarakat (teman sebayanya). Jenis kebutuhan sosial seperti kebutuhan untuk diterima sebagai anggota kelompok atau menerima orang lain sebagai anggota kelompok, bermain bersama, kepedulian dan tanggung jawab sosial terhadap temannya6. Mengacu pada dokumen Konvensi Hak Anak, ada empat hak anak yang perlu diberikan agar anak-anak dapat tumbuh kembang secara optimal, yaitu: 1. Kelangsungan hidup. Anak memiliki jenis kebutuhan yang disebut kebutuhan fisik atau biologis. Jenis kebutuhan ini seringkali disebut dengan kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar manusia, yang meliputi sandang, pangan, tempat tinggal, dan kesehatan, tidak terpenuhinya sejumlah kebutuhan dasar tersebut akan mengakibatkan anak mengalami gangguan dalam pertumbuhannya, baik fisik maupun intelegensinya. 2. Perlindungan. Dalam arti sempit perlindungan berarti menjaga agar anak tidak mengalami gangguan, baik secara fisik maupun mental/emosional dan sosial. Anak tidak mengalami ketelantaran, dieksploitasi secara ekonomi maupun soial, korban tindak kekerasan, diskriminasi dan diperlakukan salah. 3. Pengembangan diri. Dalam diri anak terdapat potensi diri dalam bentuk mina dan bakat. Potensi diri ini perlu dikembangkan secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Untuk itu diperlukan situasi dan wahana yang kondusif bagi anak, sehingga dalam proses pengembangan diri tersebut tidak 6
Ibid, h.45
23
terjadi penyalahgunaan dan atau eksploitasi anak. Secara alamiah, wahana utama bagi pengembangan diri anak adalah sebuah keluarga asli. Namum karena berbagai alas an, anak perlu dibantu untuk memperoleh wahana pengganti keluarga asli apabila sudah tidak ada keluarga asli. 4. Partisipasi. Partisipasi dalam kaitannya dengan upaya perlindungan anak ini, dipahami sebagai keterlibatan anak secara sukarela dalam membuat keputusan yang menyangkut dirinya. Keputusan dimaksud, misalnya dalam mengikuti pelatihan, sekolah, pengembangan hobi dan mengatur barang miliknya7. Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan anak yang harus dipenuhi adalah kebutuhan fisik, kebutuhan belajar, kebutuhan psikologis, kebutuhan religius dan kebutuhan sosial. Apabila kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi oleh anak, maka anak akan tumbuh menjadi generasi muda yang berkualitas, cerdas, kreatif, mandiri, berakhlak mulia dan setia kawan.
C. Pengertian Anak Yatim Piatu Ada yang menyatakan bahwa yatim bukan hanya anak yang ayahnya sudah meninggal dunia, akan tetapi lebih dari itu, ia adalah anak yang tidak bisa mendapatkan kesejahteraan hidup dan pendidikan yang layak, kendati orang tuanya masih hidup. Sebagian lagi ada yang menyatakan bahwa yatim memiliki pengertian yang luas dan amat beragam, yakni yatim al-maal (anak yang hidup dalam keluarga pra sejahtera), yatim al-aqidah (mereka yang pemahaman akidahnya masih lemah dan dangkal), bahkan yatim al-ilm (yatim dalam bidang 7
Ibid, h.44-45
24
ilmu pengetahuan). Ada juga yang berpedoman pada Q.S. An-Nisa: 6. Kalangan ini beranggapan bahwa status yatim tidak dibatasi dengan masa dan usia. Selama si yatim tidak bisa mandiri dan dapat mengelola hartanya dengan baik, meski ia sudah baligh, tetap dianggap sebagai yatim. Dari berbagai pandangan mengenai definisi yatim tersebut, definisi yatim yang dianggap shahih yang berlaku di dalam kitab-kitab fikih dan berbagai literatur keislaman, dengan berlandaskan pada al-Qur’an dan hadits Nabi adalah: “Anak yang ayahnya telah tiada sebelum ia mencapai usia baligh”. Definisi ini berlandaskan pada hadits Nabi SAW, yang artinya, “Tidak ada yatim setelah masa baligh (dewasa)8. Dalam konteks keindonesiaan, nama yatim diperuntukkan anak yang bapaknya meninggal dunia. Sedangkan bila yang meninggal adalah bapak dan ibunya sekaligus, maka anak tersebut dikatakan yatim piatu9. Seorang anak yang sudah menjadi yatim piatu, membutuhkan orang atau lembaga untuk mengasuh dan memberikan perlindungan untuk mereka. Dengan kata lain, untuk menggantikan peran orang tua, mereka membutuhkan adanya wali. Istilah perwalian berasal dari bahasa Arab derivatif dari kata dasar, waliya, wilayah atau walayah. Kata wilayah atau walayah mempunyai makna etimologis lebih dari satu, di antaranya dengan makna, pertolongan, cinta, kekuasaan atau kemampuan
yang
artinya
kepemimppinan
seseorang
terhadap
sesuatu.
Berdasarkan pengertian etimologis tersebut, maka dapat dipahami bahwa perwalian adalah suatu bentuk perlindungan dengan otoritas penuh atas dasar
8 9
LPSI, Anak Yatim & Kajian Fikih Realitas Sosial, Jatim: Pustaka Sidogiri, h.10-12 Ibid, h.13
25
tanggung jawab dan cinta kasih, untuk memberikan pertolongan atas ketidakmampuan seseorang dalam melakukan perbuatan-perbuatan hukum, baik yang berhubungan dengan harta maupun dengan dirinya10. Dalam terminologi fikih, wali didefinisikan sebagai orang yang memiliki otoritas syar’i untuk mengelola dan mendistribusikan harta orang lain, tanpa membutuhkan legalitas dari siapapun, termasuk pemerintah. Dalam konteks pembahasan anak yatim, wali yatim, menurut madzhab syafi’I, secara berurut (setelah ayah tiada) mulai kakek dari ayah, lalu penerima wasiat dari orang terakhir yang meninggal dari salah satu ayah dan kakek. Bila semua wali di atas tidak ada, maka status wilayah (kewalian) pindah pada qadli (pemerintah)11. Wali memiliki hak-hak sebagai berikut: 1. Hak hajr. Merupakan hak penuh yang dimiliki oleh seorang wali yatim. Secara etimologi, hajr berarti mencegah dan mempersempit. Sementara dalam terminologi syara’ berarti mencegah seseorang untuk mengelola hartanya sendiri. Semua penggunaan dan pengelolaan harta dari anak yatim, baik sudah tamyiz atau belum, dihukumi batal selama status hajr masih melekat kepadanya. Dalam Islam, hajr diberlakukan sebagai rahmah dan saling tolong-menolong. Dalam hal ini adalah mengasihi anak yatim yang masih belum bisa menangani dan mengelola harta kekayaannya sendiri dengan baik. Jika harta itu terpaksa harus diberikan sebelum ia mampu mengelolanya, tentu akan berdampak negatif terhadap anak yatim itu sendiri. Tetapi jika anak 10
Ahmad Kamil, M. Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008, h.175 11 LPSI, op. cit., h.21
26
yatim itu sudah dianggap bisa mengelola hartanya dengan baik, maka harta yang sebelumnya ada pada pengaturan dan kekuasaan wali, harus diberikan sepenuhnya kepada anak yatim itu. 2. Hak finansial. Wali yatim berhak mengambil bagian dari harta anak yatim sekedar untuk memenuhi nafkahnya bila si wali memang fakir dan tidak bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya sebab mengurusi anak yatim yang menjadi tanggungannya tersebut. Tetapi jika si wali tersebut kaya dan bisa memenuhi kebutuhan dari dan keluarganya, maka ia tidak boleh mengambil bagian dari harta anak yatim tersebut. Apabila wali yatim yang fakir sudah menjadi kaya atau bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, ia tidak lagi diperbolehkan untuk mengambil bagian dari harta yatim12. Selain itu, wali juga memiliki kewajiban. Seorang wali yatim berkewajiban menjaga dan mengelola/mengembangkan harta anak yatim dengan berlandaskan maslahah yang kembali pada diri yatim yang diasuhnya. Dan bentuk kemaslahatan itu diserahkan sepenuhnya pada kebijakan dari wali yatim. Wali juga wajib menerima segala pemberian yang diberikan kepada anak yatim dan tidak boleh menolaknya. Wali juga tidak diperbolehkan menghutangkan harta anak yatim, meskipun untuk keperluan wali itu sendiri13. Dari teori tersebut, dapat dikatakan bahwa anak yatim piatu adalah anak yang tidak memiliki ayah dan ibu dikarenakan keduanya telah tiada dan membutuhkan orang untuk merawatnya sampai anak tersebut bisa mandiri dan
12 13
Ibid, h.22-27 Ibid, h.29-30
27
bisa mengelola hartanya dengan baik. Orang yang merawat anak yatim piatu sampai bisa mandiri dan bisa mengelola hartanya dengan baik disebut dengan wali. Wali inilah yang menggantikan peran sebagai orang tua untuk menjaga dan melindungi anak yatim piatu sampai anak tersebut bisa mandiri.
D. Pelayanan Sosial Anak Brenda Dubois dan Karl Krogsrud Miley menyebut pelayanan sosial sebagai suatu dukungan untuk meningkatkan keberfungsian sosial atau untuk memenuhi kebutuhan individu, antar individu maupun lembaga14. Sedangkan Alfred J. Kahn menyebutkan pelayanan sosial sebagai pelayanan yang diberikan oleh lembaga kesejahteraan sosial dan terbagi dalam dua golongan yaitu pekerjaan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit ditentukan identitasnya dan pelayanan sosial yang jelas ruang lingkup dan batas-batas kewenangannya walaupun selalu mengalami perubahan15. Wilensky dan Lebeaux memperkenalkan dua konsep terkenal tentang sistem kesejahteraan sosial dimana penyediaan pelayanan sosial diaplikasikan. Konsep pertama adalah konsep residual. Pelayanan sosial adalah tanggung jawab masyarakat. Usaha-usaha kesejahteraan sosial dilakukan individu ataupun komponen masyarakat lainnya. Sementara negara baru melakukan intervensi pada saat keluarga ataupun pasar sosial tidak mampu melaksanakan fungsi sosialnya. Konsep kedua adalah konsep institusional dimana usaha kesejahteraan sosial 14
Pepen Nazaruddin, Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI, 2004, h.201 15 Ibid, h. 201
28
dilakukan secara melembaga. Pemerintah bertanggung jawab sebagai suatu institusi sosial penyedia pelayanan sosial16. Glassner dan Freedman mencoba menempatkan usaha pelayanan sosial yang merupakan salah satu implementasi dari kebijakan sosial oleh negara bukan merupakan aktifitas yang berdiri sendiri, akan tetapi berada dalam konteks lingkungan sosial tertentu. Sehubungan dengan hal itu dikatakan, bahwa upaya pelayanan sosial oleh negara tersebut akan melibatkan interaksi atau hubungan timbal balik antara tiga pihak, yaitu agency, worker dan client17. Worker memberikan pelayanan kepada client dan client merespons pelayanan
tersebut.
Sementara
itu
agency
berfungsi
menyiapkan,
mengorganisasikan dan menyampaikan pelayanan kepada client dan kemudian clinet memanfaatkan pelayanan tersebut. Dalam hubungan yang lain, agency merumuskan, mendesain dan mempersiapkan seperangkat pelayanan sedangkan worker bertugas sebagai ujung tombak untuk menghubungkan pelayanan tersebut dengan client18. Di negara-negara maju seperti AS, Kanada, Australia, dan New Zealand, pekerjaan sosial merupakan profesi yang sangat identik dengan pemberian pelayanan sosial bagi anak (child welfare services). Meskipun pelayanan sosial bagi anak mencakup anak yang “bermasalah” dan “tidak bermasalah”, intervensi pekerjaan sosial umumnya mengarah pada anak-anak yang mengalami perlakuan
16
Ibid, h.202 Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Cetakan I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h.257 18 Ibid, h.257 17
29
salah (child abuse) atau anak-anak yang memerlukan perlindungan khusus yang dikenal dengan istilah Children in Need of Special Protection (CNSP)19. Pelayanan sosial yang diberikan oleh pekerja sosial, pada dasarnya memiliki model-model yang diperuntukkan untuk menangani permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Model-model pelayanan sosial tersebut dapat berupa: 1. Layanan langsung yang ditujukan ke kelompok (komunitas) sasaran yang dikenal dengan nama direct services. 2. Layanan yang tidak langsung diarahkan pada komunitas sasaran, tetapi bantuan diberikan pada lembaga yang mempunyai program langsung ke komunitas sasaran. Bentuk layanan seperti ini dikenal dengan nama indirect services20. Di dalam memberikan pelayanan sosial bagi anak, terdapat model pelayanan sosial bagi anak secara umum meliputi tiga aras, mikro, mezzo, dan makro seperti diperlihatkan pada tabel berikut ini21:
19
Edi Suharto, Membangun Mayarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Cetakan I, Bandung: PT Refika Aditama, 2005, h.159 20 Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Depok: FISIP UI Press, 2005, h.89-90 21 Ibid, h.165
30
Tabel 1. Model Pelayanan Sosial Anak Aras Model A: Mikro
Fokus Utama Anak
Strategi/Program Intervensi krisis, konseling, perawatan medis, pemisahan sementara/permanen, dukungan sosial.
Model B: Mezzo
Keluarga (orangtua,siblings), kelompok (kelompok bermain, peergroups), significant others
Konseling keluarga dan perkawinan, terapi kelompok, bantuan ekonomi produktif.
Model C: Makro
Komunitas lokal,pemerintah daerah, negara
Pemberdayaan masyarakat, terapi sosial, kampanya, aksi sosial.
Sistem pelayanan yang diberikan, baik model A, B, maupun C, dapat berbentuk pelayanan kelembagaan dimana anak yang mengalami masalah ditempatkan dalam lembaga (panti). Pelayanan konseling, pendidikan atau rehabilitasi sosial diberikan secara menetap dalam kurun waktu tertentu22. Selain berbentuk pelayanan kelembagaan yang mengharuskan anak ditempatkan di dalam panti, terdapat juga pelayanan yang tidak mengharuskan anak ditempatkan di dalam panti. Pelayanan tersebut adalah family centered services. Family centered services (pelayanan berpusat pada keluarga) merupakan pelayanan yang dimaksudkan untuk merefleksikan sejauh mana pelayananpelayanan berfokus pada keluarga dan intensif23. Dengan kata lain, pelayanan ini memfokuskan programnya agar anak-anak asuh tetap tinggal bersama dengan keluarganya. Program-program dari model family centered services dikenal
22
Ibid, h.164 Albert R.Roberts dan Gilbert J.Greene, Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1, Cetakan I, Jakarta: Gunung Mulia, 2008, h.505 23
31
utamanya sebagai pelayanan-pelayanan berbasis keluarga, pelayanan-pelayanan berbasis rumah dan pelayanan-pelayanan pemeliharaan keluarga24. Secara umum, anak-anak berperilaku lebih baik dalam situasi-situasi yang akrab bersama keluarga atau kerabat mereka sendiri. Pada awalnya, praktik berpusat keluarga dipandang utamanya dalam bentuk pelayanan-pelayanan pemeliharaan keluarga. Akhir-akhir ini, pelayanan-pelayanan telah semakin fleksibel dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang unik dari keluargakeluarga secara individual. Melalui pengaruh-pengaruh ini dan yang lain, reformasi kesejahteraan anak semakin dipandang tidak sebanyak dalam hal suatu pilihan antara melindungi anak-anak dan memelihara keluarga tetapi sebagai suatu proses melindungi anak-anak dengan cara memperkuat keluarga25. Dalam beberapa dekade terakhir, panti asuhan di Indonesia mempunyai peranan penting dalam menyediakan pelayanan sosial bagi anak-anak. Namun walaupun banyak anak yang tinggal di panti asuhan, banyak juga anak yang diasuh oleh kerabat mereka26. Keluarga dan sanak saudara memiliki peran yang besar dalam mengasuh anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua lagi. Namun dengan bertambahnya ketergantungan pada panti asuhan, peran ini dapat bergeser27. Padahal, anak akan merasa lebih nyaman dan aman jika mereka tetap tinggal dengan keluarga, sanak saudara maupun kerabatnya dibandingkan dengan tinggal di panti atau yayasan. 24
Ibid, h.505 Ibid, h.513 26 Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Chidren, dan Unicef, Seseorang yang Berguna: Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia, Jakarta: Departemen Sosial RI, Save the Children, dan Unicef, 2007, h.26 27 Ibid, h.27 25
32
Undang-undang Kesejahteraan Anak tahun 1979 menyatakan bahwa tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial anak merupakan tanggung jawab orangtua. Undang-undang tersebut juga menyatakan bahwa anak-anak yang tidak memiliki orangtua memiliki hak untuk diasuh oleh negara atau lembaga lain, sementara anak-anak kurang mampu memiliki hak untuk mendapatkan bantuan untuk memastikan bahwa mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan normal di dalam lingkungan keluarga. Meskipun undangundang tersebut tidak secara khusus menyatakan tentang hak anak untuk tumbuh di dalam keluarganya, kewajiban membantu anak-anak kurang mampu melalui keluarga mereka menjadi prioritas penting pengasuhan berbasis keluarga28. Hal inilah yang mendorong family centered services bisa diterapkan. Yaitu dengan pelayanan berbasis pada keluarga, sehingga anak yang tidak memiliki orang tua bisa tetap tinggal dengan keluarga atau kerabat terdekat mereka. Meskipun demikian, peran panti asuhan atau yayasan tidak sepenuhnya hilang. Panti asuhan atau yayasan tetap memiliki peran untuk menyelenggarakan pelayanan kepada anak-anak dan keluarga mereka di tingkat masyarakat29. Hal ini tercermin dalam Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar di Luar Panti. Meskipun fokus utamanya adalah pelayanan di luar panti asuhan, tetapi pemberian pelayanan tetap bergantung pada keberadaan panti asuhan. Pedoman tersebut menyatakan bahwa: “Pelayanan sosial anak terlantar luar panti adalah sistem pelayanan yang diselenggarakan melalui basis panti terbuka, kelembagaan, maupun 28 29
Ibid, h.28 Ibid, h.28
33
masyarakat yang memberikan perlindungan, bimbingan dan pembinaan baik fisik, mental, dan sosial kepada anak agar dapat hidup, tumbuh kembang dan berpartisipasi secara wajar.”30
Dari penjelasan mengenai pelayanan sosial anak di atas, dapat diketahui bahwa untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak yatim piatu maupun anak terlantar, terdapat dua pelayanan sosial yang bisa diterapkan, yaitu pelayanan sosial berpusat pada panti dan pelayanan sosial berpusat pada keluarga (family centered services).
30
Ibid, h.29-30
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Singkat Lembaga Sekitar awal tahun 2002 beberapa orang yaitu Muhammad Abu Bakar, Taufan Sudrajat, Hasan Basri, Acep Bajuri, Roelly Humdiana, Eka H.Hadi, Benny Sugianto, Denny Febby Permana, Ust.Husaini, dan Ust.Uci Sanusi berkeinginan untuk membantu sesama dalam meningkatkan pendidikan kaum dhuafa. Dengan ijin dan karunia Allah SWT maka pada tanggal 23 Juli 2002 didirikanlah Yayasan Yatim Piatu Arrahman dengan nomor akta notaries 187/AN.YYN/2002 dan mendapat dana awal berupa hibah sebesar lima juta tiga ratus ribu rupiah (Rp. 5.300.000,-) dari Yayasan Al-Chairiyyah, Mampang, Jakarta Selatan1. Dari dana tersebut dikembangkan usaha wartel yang diberi nama wartel Yatim Piatu yang berlokasi di Jl. Raya Citayam Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kota Depok. Dari hasil pendapatan bersih wartel tersebut dimulailah untuk memberikan santunan pendidikan bagi anak-anak tingkat SD sebanyak sepuluh orang, SLTP sebanyak empat orang dan SLTA sebanyak satu orang dengan santunan seluruhnya berjumlah tiga ratus ribu rupiah (Rp. 300.000,-) pada
1
Project Proposal, Pembangunan Pesantren Yatim Piatu Terpadu (Islamic Boarding School) & Traiing Center Bina Yatama
34
35
tiap-tiap bulan, dan pada saat itu Yayasan Arrahman baru dapat membantu 15 orang anak dalam bentuk santunan berupa biaya sekolah (SPP) tiap bulan2. Setelah menjalani reorganisasi kepengurusan maka Yayasan Yatim Piatu Arrahman dimekarkan menjadi Yayasan Bina Yatama dengan Akta Notaris No. 2 tertanggal 9 Maret 2007 dihadapan Notaris Markhamah, SH. Sedangkan nama Arrahman diabadikan menjadi Panti Sosial Arrahman, dan Masjid Jami Arrahman3.
B. Profil Lembaga Yayasan Bina Yatama berdiri pada tanggal 23 Juli 2002 dan didirikan oleh beberapa orang yaitu Muhammad Abu Bakar, Taufan Sudrajat, Hasan Basri, Acep Bajuri, Roelly Humdiana, Eka H.Hadi, Benny Sugianto, Denny Febby Permana, Ust.Husaini, dan Ust.Uci Sanusi. Yayasan ini beralamat di Jl. Raya Citayam, Pondok Terong, RT. 01, RW. 01, No. 01. Kel. Pondok Jaya, Kec. Pancoranmas, Kota Depok dengan nomor telepon: (021) 77200714, Hotline: 08179131737, Email:
[email protected] dan Website: www.ya7binayatama.org5. Dalam mencari penghasilan untuk keperluan anak-anak yatim piatu dan fakir miskin yang menjadi anak asuh, Yayasan Bina Yatama sempat mendirikan usaha wartel yang diberi nama Wartel Yatim Piatu yang keuntungannya dialokasikan untuk menyantuni anak-anak asuh. Sejalan perkembangan usaha
2
Ibid Ibid 4 Ibid 5 Ibid 3
36
yang semakin baik maka pada Juni 2006 didirikan kembali Wartel Yatim Piatu 26. Namun
seiring
perkembangan
zaman,
usaha
wartel
menjadi
kurang
menguntungkan. Usaha wartel ini akhirnya diganti dengan usaha gas, galon air dan usaha kontrakan yang sekarang disewa oleh warung makan, toko foto copy dan toko obat (apotek)7. Semua keuntungan dari usaha-usaha ini akan digunakan untuk menyantuni anak-anak asuh berupa santunan pendidikan yang sampai saat ini berjumlah 108 orang anak8. Selain usaha-usaha yang dijalankan oleh Yayasan Bina Yatama, ada juga donator-donatur, baik itu lembaga maupun perorangan yang memberikan donasinya untuk keperluan anak-anak asuh. Untuk memberikan santunan pendidikan ini, Yayasan Bina Yatama mengeluarkan biaya rata-rata tiap bulan sebesar sepuluh juta rupiah9. Berikut ini adalah tabel data-data anak yang diasuh oleh Yayasan Bina Yatama: Tabel 2. Data Anak Asuh di Yayasan Bina Yatama NO 1 2 3 4 5 6 7 8
NAMA Adam Fahrozi Ari Indra Jaya Nur Anisah Irwan Apriansyah Edi Pramana Azi Febriansyah Gusti Ramadhan Fani Agustina 6
ALAMAT RT 006/01 RT 004/02 RT 003/01 Pd. Jaya RT 003/01 Pd. Jaya RT 003/01 Pd. Jaya RT 05/01 Pd. Jaya RT 05/01 Pd. Jaya RT 006/01
STATUS Dhuafa Yatim Dhuafa Dhuafa Yatim Yatim Yatim Dhuafa
SEKOLAH SD Ponter I SMP Mijan I SD Ponter I SD Ponter I SD Ponter I SD Ponter I SD Ponter II SD Ponter I
Ibid Wawancara dengan Pak Abu pada hari Sabtu, 28 Mei 2011, lihat lampiran h.39 8 Lihat lampiran h.42-44 9 Wawancara dengan Pak Nahrowi pada hari Jum’at, 22 April 2011, lihat lampiran h.33 7
37
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Abdul Rohim Agus Novandi Aisyah Diniyah Aldi Fitri Handayani Angga Anugrah Putra Anisa Triana Ernawati Novrian Robiatul Adawiyah D. Maulia S. Fazrin Dedi Dede Yudiansyah Muhammad Jaka Muhammad Rizal Abudin Fiki Yuliansyah Fajar Hernopi Muhammad Fajar Riki Mahfudin Sukarna Fitria Nur Asiah Mirnawati Fajar Utama Siti Rahmah Marliana Nur Fadjriah Elma Fauziah Reza Falipi Agifah Nurlaila M. Fatur Rizki Irma Darsima Riswan Toni Rifai Nur Maulidya Moammar Rizki Dhea Lintang HS Rizki B. Saban Najwa Shifa
RT 003/01 RT 02/03 RT 02/03 RT 05/03 RT 05/03 RT 002/09 RT 003/06 RT 002/06 RT 002/09 Bojong Pd. Terong RT 001/01 Pd. Jaya RT 001/01 RT 001/01 RT 001/01 Jl. Mandor RT 03/05 Jl. Mandor RT 05/05 RT 006/01 RT 001/01 RT 001/01 RT 006/01 RT 05/03 RT 001/01 RT 006/03 Jl. Mandor RT 03/05 RT 06/04 Jl. Padat Karya RT 02/06 Jl. Padat Karya RT 02/06 RT 07/01 Kec. Cipayung RT 02/01 Pd. Jaya RT 02/06 Pd. Jaya RT 04/02 Rawa Indah RT 02/01 Pd. Jaya RT 02/01 Pd. Jaya RT 02/01 Pd. Jaya RT 02/01 Pd. Jaya RT 03/06 Pd. Jaya RT 03/02 Perm. Depok
Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Dhuafa Yatim Yatim Dhuafa Dhuafa Yatim Yatim Dhuafa Dhuafa Dhuafa Dhuafa Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Dhuafa Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Dhuafa
SMPN 9 MI MI MI MI MI Ar-Rahman MTS Ar-Rahman MTS Ar-Rahman
MI Ar-Rahman SMK Ar-Rahman SMK Ar-Rahman SMK Ar-Rahman SMK As-Salamah SMK As-Salamah SMK As-Salamah SMK As-Salamah SMK As-Salamah
Al-Farabi Al-Farabi Al-Farabi Al-Farabi SMP Dwiguna SMP Dwiguna STM Teknido SMP Mijan SMP Mijan SD kelas VI SD kelas VI SD kelas II SD kelas I SD Mawaddah MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal MI Ar-Rahman SMP Dwiguna MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal
38
47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84
Amelia Maryani Wibowo Saputra Khairul Fauzi Winda Saputri Raelis Marda Rania Fauzia Fadilah Aini Muhamad Aldi Anita Putri Fitriyani Gilang Candra M. Raihan Subakti Muhamad Riyaldi Nurmawati Restu Gilang Rio Destiansyah Asep Reza Yulianti Jamaludin Ovi Apriliani Rohmadaniyah Yudha Febrian Saipul Adi Ida Farida Ahmad Fatulloh Farhan Dede Siti Homsiah Fahmi Muzaki Siti Nurmala Maulana Ine Nurmala Kholilah Lisnawati M. Nasrulloh M. Alfian Fajar Marwiyah Gusti Ayu S.
RT 03/01 Pd. Jaya RT 04/02 Rawa Indah RT 05/01 Pd. Jaya RT 05/06 Pd. Terong RT 03/02 Pd. Jaya RT 04/01 Pd. Jaya RT 05/06 Pd. Terong RT 04/02 Rawa Indah RT 01/06 Pd. Jaya RT 05/03 Pd. Jaya RT 05/03 Pd. Jaya RT 06/04 Pd. Jaya RT 06/04 Pd. Jaya RT 06/04 Pd. Jaya RT 06/04 Pd. Jaya RT 05/01 Pd. Jaya RT 05/01 Pd. Jaya RT 05/03 Pd. Jaya RT 05/03 Pd. Jaya RT 02/06 Pd. Jaya RT 01/06 Pd. Jaya RT 03/01 Pd. Jaya Pd. Jaya Pd. Jaya RT 05/03 Pd. Jaya RT 04/04 Pd. Jaya RT 04/04 Pd. Jaya RT 04/04 Pd. Jaya RT 04/04 Pd. Jaya RT 02/06 Pd. Jaya RT 06/04 Pd. Jaya RT 06/04 Pd. Jaya RT 06/04 Pd. Jaya RT 06/04 Pd. Jaya RT 06/04 Pd. Jaya RT 01/01 Pd. Jaya RT 01/06 Pd. Jaya RT 01/01 Pd. Jaya
Dhuafa Dhuafa Yatim Yatim Dhuafa Yatim Yatim Dhuafa Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Yatim Dhuafa Yatim Dhuafa Yatim Yatim Yatim Yatim
MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal MI Sirajul Athfal Irsyadul Athfal Irsyadul Athfal Irsyadul Athfal Irsyadul Athfal Irsyadul Athfal Irsyadul Athfal Irsyadul Athfal Irsyadul Athfal Irsyadul Athfal Irsyadul Athfal SMA Al-Basyariah
SMK kelas II SLTA SMK kelas I SMK Wira Buana SMPN Nusantara SMP Al-Basyariah SMP Al-Basyariah SMP Al-Basyariah SMP Al-Basyariah SMK Al-Basyariah
SMP Dwiguna MTS Ar-Rahman MTS Ar-Rahman SMK Ar-Rahman
MA Ar-Rahman MA Ar-Rahman MA Ar-Rahman MTS Ar-Rahman
39
85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108
Fajar Julian Akbar Wahyudin Zaid Humaidi Valdi Rizki Pratama Wahyu Marwansyah Rumyanah Febrianah Hastuti Ardian Syahputra Jamalludin Hendra Fikriansyah Jihan Juhairiah Ilham Rafli Detmansyah Intan Kumala Sari Sahrul Syaputra Muhiddin Nesti Ramadhan Nurcahyo Angel Veronica Annisa Nurdhianti Muhammad Avatar Rizki Fadlu Rahman M. Rizki Fadillah Farhan Afrilian
RT 03/05 Pd. Jaya RT 06/04 RT 04/04 RT 04/03 Utan Jaya RT 05/01 Pd. Jaya RT 05/01 Pd. Jaya RT 05/01 Pd. Jaya RT 05/01 Pd. Jaya RT 05/03 Pd. Jaya RT 09/04 Utan Jaya RT 02/06 Pd. Jaya Jl. Pule RT 05/05 Jl. Mandor Depok Jl. Pule RT 04/05 Jl. Pule RT 04/05 Jl. Pule RT 04/05 Gg. Nyamuk RT 07/02 Jl. Mandor Depok Gg. Batas RT 04/05 Pd. Terong Pd. Terong RT 03/01 Rawa Indah RT 02/02 Rawa Indah RT 03/02 Pd. Terong
Yatim Yatim Yatim Yatim Dhuafa Yatim Yatim Yatim Dhuafa Yatim Yatim Yatim Yatim Dhuafa Dhuafa Dhuafa Dhuafa Dhuafa Yatim Dhuafa Dhuafa Dhuafa Dhuafa Dhuafa
MTS Ar-Rahman SMK Ar-Rahman SMK Ar-Rahman SMK Ar-Rahman SMK Ar-Rahman SMK Ar-Rahman SMK Ar-Rahman
SD Ar-Rahman SMA Al-Basyariah SMP Al-Basyariah TK Bintang
SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu SD Restu Ibu
C. Visi dan Misi 1. Visi Visi yang diarahkan oleh Yayasan Bina Yatama adalah: “Menjadikan anak yatim piatu dan fakir miskin generasi islami yang berintelektual tinggi,
40
jujur, amanah, mandiri, dan berakhlak mulia serta bermanfaat bagi seluruh makhluk di sekitarnya di bawah naungan ridha Allah SWT.”10 2. Misi Adapun misi yang dicanangkan oleh Yayasan Bina Yatama adalah sebagai berikut: a. Membantu, mengayomi, membina dan memberdayakan yatim piatu dan kaum dhu’afa pada khususnya serta umat Islam pada umumnya melalui berbagai kegiatan sosial-kemasyarakatan, pendidikan dan keagamaan. b. Menjadikan fungsi dan peran kelembagaan sebagai pusat kegiatan umat Islam sekaligus model percontohan bagi daerah di sekitarnya11.
D. Tujuan Yayasan Bina Yatama yang didirikan oleh generasi muda yang peduli dengan masalah-masalah sosial, kemanusiaan dan keagamaan memliki tujuan sebagai berikut: 1. Mencapai ridho dan berkah dari Allah SWT dan menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan utama dalam mengasihi, menyantuni, mengayomi yatim piatu dan dhuafa. 2. Ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menyantuni anak yatim piatu dan fakir miskin terutama diarahkan dalam mengentaskan pendidikan formal melalui penyaluran dana beasiswa sekolah dari mulai
10 11
Project Proposal, Pembangunan Pesantren Yatim Piatu Terpadu Ibid
41
tingkat Sekolah Dasar sampai dengan SLTA dan dimungkinkan bila anak yatim piatu memiliki kemampuan akademis dengan nilai di atas rata-rata/juara kelas maka dapat diusulkan untuk meneruskan ke jenjang sarjana. 3. Disamping itu juga mengembangkan dan memakmurkan Masjid Jami Arrahman sesuai dengan dinamika dan kebutuhan umat Islam dalam meningkatkan kualitas beribadah dan berkarya bagi bangsa dan Negara Indonesia12.
E. Landasan Hukum Landasan hukum yang menjadi dasar Yayasan Bina Yatama dalam menjalankan berbagai kegiatan dan programnya adalah: SK. Menteri Kehakiman dan HAM R.I. No: C-153.HT.03.01.TH.2006, tanggal 9 Mei 200613.
F. Landasan Konseptual Landasan konseptual yang menjadi acuan Yayasan Bina Yatama adalah sebagai berikut: 1. Konsep Ideologi-Religius Yakni konsep yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT (hablun minallah) sebagai landasan dalam menjalani kehidupan di
12 13
Ibid Ibid
42
dunia. Konsep ini memiliki empat aspek utama, yaitu Iman, Taat, Taqwa dan Ihsan14. 2. Konsep Akhlaq Akhlaq adalah sifat dan perilaku dasar yang dimiliki manusia sejak diciptakan oleh Allah SWT. Akhlaq manusia berbeda-beda, baik sifat maupun kadarnya, namun secara umum memiliki dua kecenderungan yang bertolak belakang, yakni ke arah kebaikan dan keburukan15. 3. Konsep Sosial Adalah konsep yang mengatur hubungan antar individu manusia di tengah kehidupan bermasyarakat (hablun minannas). Konsep ini mengakui pluralism dan perbedaan manusia: warna kulit, suku bangsa, bahasa, status, kedudukan dan lain sebagainya. Sebagai konsekuensi, Islam melarang berbagai bentuk perpecahan dan permusuhan yang dilatarbelakangi perbedaan tersebut. Inti dari konsep sosial Islam ini menganjurkan tiga hal, yaitu: ukhuwah basyariyah (persudaraan sesama manusia), ukhuwah wataniyah (persaudaraan sesama warga negara) dan ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam)16. Konsep sosial Islam ini berlandaskan pada hal-hal berikut: a. Bahwa individu-individu manusia di atas muka bumi ini berasal dari satu keturunan, yakni Adam dan Hawa.
14
Ibid Ibid 16 Ibid 15
43
b. Bahwa manusia secara fitrah saling membutuhkan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat17. 4. Konsep Ekonomi Konsep ekonomi Islam berlandaskan pada prinsip-prinsip kebenaran, keadilan, kejujuran, amanah dan kesejahteraan sosial. Adapun cara-cara dan bentuk
praktisnya
diserahkan
kepada manusia agar sesuai
dengan
perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan. Secara umum sistem ekonomi Islam memiliki beberapa karakteristik, yaitu menggabungkan antara unsur materi dan rohani dalam aktivitas ekonomi, kebebasan ekonomi, kepemilikan ganda dan keseimbangan dalam memelihara maslahat setiap individu masyarakat18.
G. Struktur Organisasi 1. Dewan Pendiri: a. Muhammad Abu Bakar b. Ust. H. Ahmad Kafrawi c. Ir. M.S. Eka Hadi Putra d. Ahmad Husaini e. Benny Sugianto f. M. Wahyu Amien g. Deni Febby Permana
17 18
Ibid Ibid
44
2. Dewan Pembina: a. H. Munir Arifin b. Didin Suryana c. Falah Effendi d. Edy Jusani e. Abdullah f. Subana 3. Dewan Pengawas: a. Purwanto b. Herman Sapuan c. Mohamad Kosasih d. Nahrowi e. M. Amin Idris f. Wasiman g. Nyoto Sujoko 4. Pengurus Harian: a. Ketua Umum
: Muhammad Abu Bakar
b. Wakil Ketua I
: Acep Bajuri
c. Wakil Ketua II
: H. Mochamad Yusuf
d. Sekretaris Umum
: Roelly Humdiana, S.Kom., MM.
e. Sekretaris I
: Hasan Basri
f. Sekretaris II
: M.A. Aristian, SE
g. Bendahara Umum
: Taufan Sudrajat, SE, M.Si
45
h. Bendahara I
: Ahmad Zamzami
i. Bendahara II
: Saaf Amri19
H. Program Kerja Program kerja Yayasan Bina Yatama dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Program Jangka Pendek Program jangka pendek yang dicanangkan Yayasan Bina Yatama adalah menyelenggarakan berbagai pelatihan dan kursus singkat (Training Programme) secara rutin dan berkala, antara lain: a. Pelatihan Bakat Religius (PBR), diantaranya guru ngaji, pidato dan dakwah, tilawatil qur’an, marawis, kaligrafi Islam, dll. b. Pelatihan komputer, diantaranya multimedia, teknisi komputer, desain grafis, dll. c. Pelatihan servis dan mekanik. d. Kursus bahasa (Arab dan Inggris). e. Pelatihan ekonomi Islam dan bisnis mandiri (wirausaha). f. Pelatihan tenaga pengamanan. g. Pelatihan helper (PRT) dan babby sitter. h. Pelatihan perawat dan kebidanan. i. Pelatihan nanny (pendamping belajar dan pengayom perilaku anak). j. Pelatihan kesehatan (terapi medis dan non-medis). 19
Ibid
46
k. Pelatihan jurnalistik dan karya tulis ilmiah. l. Seminar, symposium, diskusi ilmiah20. 2. Program Jangka Panjang a. Menyelenggarakan berbagai kegiatan yang berorientasi pada pembinaan dan pemberdayaan potensi umat Islam, terutama anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa, yang meliputi beberapa aspek sebagai berikut: i. Keagamaan -
Menghidupkan dan memakmurkan masjid Ar-Rahman.
-
Menyelenggarakan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI).
-
Menyelenggarakan pengajian keagamaan (non-formal), baik kitabkitab kuning (klasik) maupun wawasan kekinian (kontemporer).
-
Menerima, mengelola serta menyalurkan harta zakat, infaq dan shadaqah.
-
Meningkatkan
penyuluhan
dan
bimbingan
agama
serta
mengembangkan dakwah Islam melalui penyebaran da’i (di bawah naungan Yayasan) ke berbagai daerah yang membutuhkan. -
Melakukan study banding keagamaan21.
ii. Sosial-Kemasyarakatan -
Memberikan santunan ekonomi (kesejahteraan) dan pendidikan (beasiswa) kepada anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa.
20 21
Ibid Ibid
47
-
Menampung, mengasuh dan membina anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa di dalam lingkungan yayasan.
-
Memberikan bantuan material dan spiritual bagi korban bencana alam dan kecelakaan, serta pengungsi perang.
-
Mengadakan
rehabilitasi
bagi
kelompok
masyarakat
yang
mengalami dekadensi moral dan sosial, antara lain pengemis, anak jalanan (gelandangan), preman, pecandu narkoba, residivis, dll. -
Menampung
orang-orang
hilang
dan
tersesat
serta
menyerahkannya kepada pihak-pihak yang terkait. -
Memberikan pelayanan kesehatan yang murah biaya bagi masyarakat umum dan gratis bagi anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa.
-
Berpartisipasi
dalam
meningkatkan
kesadaran
hidup
bermasyarakat dan melestarikan lingkungan hidup bersama pemerintah dan masyarakat22. iii. Pendidikan -
Menyelenggarakan pendidikan dengan sistem terpadu (integrated system) antara ilmu pengetahuan umum dan agama Islam yang berorientasi pada pengembangan keterampilan (basic skill) dalam berbagai jenjang (tingkat).
-
Memberikan pelayanan pendidikan gratis (cuma-cuma) bagi anakanak yatim piatu dan kaum dhu’afa.
22
Ibid
48
-
Menyelenggarakan berbagai kajian dan penelitian ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
-
Menyelenggarakan
berbagai
pelatihan
dan
kursus
ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk menjaring minat dan bakat. -
Mengadakan pembinaan olahraga dan seni.
-
Melakukan studi banding ke berbagai lembaga pendidikan.
-
Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait, dalam rangka pengembangan kompetensi dan peningkatan mutu pendidikan23.
iv. Ekonomi -
Menyelenggarakan berbagai usaha ekonomi dan bisnis mandiri yang halal dan produktif dan inovatif sebagai basis utama untuk menunjang kelangsungan operasional Yayasan.
-
Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam yayasan.
-
Menyelenggarakan berbagai kursus keterampilan dan pelatihan kerja dalam berbagai bidang dan kompetensi.
-
Menyalurkan tenaga kerja hasil binaan Yayasan (yatim piatu dan dhu’afa) yang telah menyelesaikan sekolah/pendidikan kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan.
23
Ibid
49
-
Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga serupa (berbasis ekonomi) maupun pemerintah dalam rangka mengembangkan jaringan ekonomi serta meningkatkan produktivitas24.
b. Membangun dan mengembangkan berbagai sarana dan prasarana Yayasan secara terpadu dan bertahap sebagai pusat syi’ar Islam yang meliputi beberapa unit sebagai berikut: i. Masjid Jami’ Ar-Rahman -
Ruang shalat.
-
Kantor DKM.
-
Kantor Ikatan Remaja Masjid (IRMA)25.
ii. Pondok Pesantren -
Asrama.
-
Dapur umum dan kantin santri.
-
Ruang tunggu dan penginapan tamu26.
iii. Gedung serba guna
24
Ibid Ibid 26 Ibid 27 Ibid 25
-
Kantor sekretariat yayasan.
-
Ruang pertemuan dan rapat.
-
Aula resepsi dan pesta.
-
Pusat Informasi dan Pelayanan Masyarakat (PPM)27.
50
iv. Gedung pendidikan -
Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ).
-
Taman Pendidikan Anak Usia DIni (PAUD).
-
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT).
-
Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT).
-
Sekolah
Menengah
Kejuruan
Teknologi
Informatika
Multimedia (SMK TIM). -
Sekolah Tinggi Teknologi Informatika dan Multimedia (SSTI).
-
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI).
-
Sekolah Tinggi Kebidanan dan Keperawatan (STKK).
-
Lembaga Pendidikan Bahasa Asing (LPBA)28.
v. Panti Sosial-Kemasyarakatan -
Rumah singgah yatim piatu dan dhu’afa.
-
Pondok Anak Mandiri (Paman).
-
Panti penitipan dan asuhan anak balita.
-
Pusat rehabilitasi pengemis, gelandangan dan preman29.
vi. Unit ekonomi dan usaha
28 29
Ibid Ibid
-
Koperasi dan Baitul Maal wat-Tamwil (BMT).
-
Badan AMil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS).
-
Warnet dan wartel.
-
Poliklinik dan apotek.
dan
51
-
Toko buku dan galeri Islam.
-
Supermarket/waserba.
-
Restorasi/kuliner Yapitu.
-
Biro jasa tenaga kerja.
-
Biro wisata religi, haji dan umrah.
-
Pusat agribisnis (pertanian, perkebunan, peternakan) dan home industry30.
vii. Unit pendukung -
Pusat study dan penelitian.
-
Laboratorium bahasa.
-
Laboratorium TI-Multimedia.
-
Taman baca dan perpustakaan (lokal dan keliling).
-
Taman bermain/Taman Anak Pintar (TAP).
-
Bengkel kreasi dan produksi/Balai Latihan Kerja (BLK).
-
Bengkel akhlaq dan spiritual.
-
Sanggar seni dan budaya.
-
Gedung Olahraga (GOR).
-
Lembaga penyiaran dan jurnalistik Islam (radio, majalah, bulletin, dll)31.
30 31
Ibid Ibid
52
I. Realisasi Program Kerja Dari program-program kerja yang direncanakan oleh para pengurus Yayasan Bina Yatama, baik program kerja jangka pendek atau jangka panjang, hanya terdapat beberapa program kerja yang mampu direalisasikan oleh para pengurus, diantaranya yaitu: 1. Menyelenggarakan pengajian keagamaan rutin setiap hari setelah shalat ashar untuk anak-anak yatim piatu dan dhu’afa. 2. Memberikan santunan ekonomi dan pendidikan kepada anak-anak yatim piatu dan kaum dhu’afa. 3. Melakukan studi banding keagamaan. 4. Menyelenggarakan Peringatan Hari Besar Islam. 5. Menyelenggarakan usaha-usaha ekonomi untuk menunjang kelangsungan operasional Yayasan. Dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi oleh Yayasan Bina Yatama, maka tidak semua program kerja dapat direalisasikan semuanya sampai saat ini. Namun dalam waktu dekat, sekitar tahun 2012, Yayasan Bina Yatama akan membangun SMK Bina Yatama32.
32
Wawancara dengan Pak Acep pada hari Jum’at, 27 Mei 2011, lihat lampiran h.36
53
J. Sarana dan Prasarana Yayasan Bina Yatama terdiri dari tiga lantai, dimana tiap lantainya terdapat sarana dan prasarana untuk menunjang kebutuhannya. Sarana dan prasarana yang terdapat di Yayasan Bina Yatama diantaranya adalah: 1. Lantai satu, terdiri dari: a. Ruang sekretariat, yang didalamnya ada satu kamar mandi, dua unit komputer, satu unit printer, satu televisi, dan ruang tamu kecil. b. Tiga kontrakan (milik Yayasan Bina Yatama), yang terdiri dari toko obat, tempat makan, dan toko foto copy. c. Satu tempat usaha yang menjual dua jenis barang, yaitu air galon dan gas33. 2. Lantai dua, terdiri dari: a. Dua kamar yang nantinya akan digunakan untuk tempat tinggal anak-anak asuh yang di dalam masing-masing kamar ada dua kamar mandi. b. Dapur umum, dengan peralatan dapurnya seperti kompor gas, wastafel, dan peralatan-peralatan masak. c. Tempat pengajian34. 3. Lantai tiga, terdiri dari: a. Aula, yang digunakan untuk shalat berjamaah, majlis ta’lim, dan acaraacara lainnya. b. Tempat wudhu.
33 34
Wawancara dengan Pak Nahrowi pada hari Jum’at, 22 April 2011, lihat lampiran h.34 Ibid
54
c. Satu kamar mandi35.
K. Sumber Dana Dalam menjalankan program-program kerjanya, Yayasan Bina Yatama memerlukan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu, Yayasan Bina Yatama memerlukan sumber dana yang membantu mereka untuk mendanai segala program kerja yang akan dilaksanakan. Sumber dana yang didapatkan oleh yayasan Bina Yatama berasal dari: 1. Kementrian Sosial. Kemensos setiap tahunnya memberikan dana sebesar dua puluh tujuh juta rupiah (Rp. 27.000.000,-). Selain itu, Kemensos juga memberikan peralatan tempat tidur kepada Yayasan Bina Yatama. 2. Kedubes Qatar. Kedubes Qatar memberikan satu ekor sapi setiap tahun pada Hari Raya Idul Adha kepada Yayasan Bina Yatama. 3. Donatur orang-orang di pinggir jalan raya. 4. Donator perorangan, tetap ataupun tidak tetap36.
L. Kerja Sama dengan Lembaga Lain Di dalam melaksanakan berbagai macam program kerja, Yayasan Bina Yatama pernah berkerjasama dengan lembaga-lembaga lain, diantaranya yaitu:
35 36
Ibid Ibid
55
1. FORBIT (Forum Bina Umat), bentuk kerjasamanya adalah pemberian santunan kepada anak yatim piatu setiap tanggal 10 Muharram. 2. Bank BTN Cabang Depok, bentuk kerjasamanya adalah mengadakan khitanan massal sebanyak 60 anak pada tanggal 23 Juli 200337. 3. PT. Gudang Garam, bentuk kerjasamanya adalah kegiatan Idul Adha tahun 2008. 4. Kedubes Qatar, bentuk kerjasamanya adalah pembangunan Yayasan Bina Yatama38.
37 38
Project Proposal, Pembangunan Pesantren Yatim Piatu Terpadu Wawancara dengan Pak Nahrowi pada hari Jum’at, 22 April 2011, lihat lampiran h.34
BAB IV ANALISA DATA
A. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak 1. Profil Keluarga Penerima Layanan (Anak Asuh) Sebelum membahas tentang hasil analisa data yang penulis dapatkan dari hasil penelitian, penulis akan menjelaskan tentang profil dari keluarga penerima layanan (anak asuh) yang menjadi informan sebagai sumber untuk skripsi ini. Informan yang didapat merupakan Ibu dari anak yang mendapatkan santunan di Yayasan Bina Yatama. a. Profil Keluarga Ibu Wati Tabel 3. Profil Keluarga Ibu Wati
No. 1
Nama Wati
2
Umur 50 tahun
Luqman 24 tahun Siti 18 tahun Septi 11 tahun
3 4
Hubungan dalam keluarga Ibu Anak Anak Anak
Pekerjaan/Pendidikan Status Janda
Utama
Sampingan
Serabutan Karyawan swasta SMK kelas 3 MI kelas 6
Ibu Wati merupakan seorang Ibu yang berusia 50 tahun. Di kontrakannya yang sederhana ada tiga orang anak yang tinggal bersamanya 1. Ketiga anak itu bernama Luqman yang berusia 24 tahun, Siti yang berusia 18
1
Observasi pada hari Kamis, 5 Mei 2011 di rumah Ibu Wati
56
57
tahun dan Septi yang berusia 11 tahun. Siti dan Septi adalah anak dari Ibu Wati yang mendapatkan santunan dari Yayasan Bina Yatama. Untuk menghidupi kebutuhan hidup dirinya dan anak-anaknya, Ibu Wati mendapatkan penghasilan dengan membantu orang-orang untuk mencuci, mengepel, menyetrika, memasak jika ada acara, atau memijat. Sedangkan untuk membantu kebutuhan sehari-hari, Luqman juga berkerja di sebuah apartemen di daerah Pondok Indah. Pendapatan Luqman tiap bulannya sebesar satu juta lima puluh ribu rupiah2.
b. Profil Keluarga Ibu Fajriyah Tabel 4. Profil Keluarga Ibu Fajriyah No . 1
Nama
Fajriyah
2
Hilda
3
Zulfakhor
4
Alfian
Umur 49 tahun 25 tahun 21 tahun 17 tahun
Hubunga n dalam keluarga
Pekerjaan/Pendidikan Status
Ibu
Janda
Anak
Menikah
Utama
Anak
Pensiunan Karyawan Tata Usaha Mahasiswa semester 8
Anak
MA kelas 2
Sampingan
Ibu Fajriyah adalah seorang janda berusia 49 tahun. Suaminya sudah meninggal sejak sebelas tahun yang lalu. Ibu Fajriyah memiliki tiga orang anak yang dua diantaranya tinggal bersamanya. Hilda yang berusia 25 tahun, 2
Wawancara dengan Ibu Wati, pada hari Kamis, 5 Mei 2011, lihat lampiran h.7
58
Zulfakhor yang berusia 21 tahun dan Alfian yang berusia 17 tahun. Tetapi, Ibu Fajriyah hanya tinggal dengan Zulfakhor dan Alfian, sedangkan Hilda telah memiliki suami dan tinggal dengan suaminya3. Ibu Fajriyah mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari uang pensiunan yang didapatkan setiap satu bulan sebesar lima ratus ribu rupiah4. Untuk bisa membiayai anak-anaknya sekolah maupun kuliah, Ibu Fajriyah dibantu oleh adik laki-lakinya. Zulfakhor saat masih SMA mendapatkan santunan pendidikan dari Yayasan Bina Yatama, tetapi sejak masuk bangku kuliah, dia sudah tidak mendapatkan santunan lagi karena Yayasan Bina Yatama hanya memberikan santunan pendidikan sampai tingkat SMA saja. Alfian yang sekarang duduk di kelas 2 MA masih mendapatkan santunan pendidikan yang rutin diberikan setiap bulannya. Selain mendapatkan santunan dari Yayasan Bina Yatama, Alfian juga mendapatkan santunan dari Yayasan Abu Dhabi sebesar sembilan ratus ribu tiap tiga bulan sekali. Saat SMA, Zulfakhor juga mendapatkan santunan dari Yayasan Abu Dhabi namun sama seperti Yayasan Bina Yatama, Yayasan Abu Dhabi hanya memberikan santunan sampai tingkat SMA saja5.
3
Observasi pada hari Kamis, 12 Mei 2011 di rumah Ibu Fajriyah Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Selasa, 17 Mei 2011, lihat lampiran h.16 5 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Selasa, 17 Mei 2011, lihat lampiran h.15 4
59
c. Profil Keluarga Ibu Nurhasanah Tabel 5. Profil Keluarga Ibu Nurhasanah No . 1
Nama
Nurhasanah
2
Yudha Fathur
3
Umur 42 tahun 16 tahun 8 tahun
Hubungan dalam keluarga
Status
Ibu
Janda
Anak Anak
Pekerjaan/Pendidikan Utama
Sampingan
Wiraswasta SMK kelas 1 SD kelas 2
Ibu Nurhasanah merupakan janda berusia 42 tahun. Suaminya meninggal sejak tiga tahun yang lalu. Ibu Nurhasanah mempunyai dua orang anak yang masih bersekolah dan tinggal bersamanya6. Anak pertama adalah Yudha yang berusia 16 tahun dan Fathur yang merupakan anak kedua yang berusia 8 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Ibu Nurhasanah memperoleh penghasilan dari angkutan kota. Dia memiliki satu buah mobil angkutan kota7 warisan dari suaminya dan mempekerjakan dua orang supir. Setiap harinya, Ibu Nurhasanah mendapatkan setoran sebesar delapan puluh ribu. Selain itu, dia memiliki kontrakan di Gang Mandor dan merupakan warisan dari suaminya juga8. Untuk membiayai anak-anaknya sekolah, Ibu Nurhasanah
6
Observasi pada hari Jum’at, 20 Mei 2011, di rumah Ibu Nurhasanah Observasi pada hari Jum’at, 20 Mei 2011, di rumah Ibu Nurhasanah 8 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Senin, 23 Mei 2011, lihat lampiran h.22 7
60
dibantu oleh Yayasan Bina Yatama yang memberikan santunan pendidikan rutin setiap bulan.
d. Profil Keluarga Ibu Yuliana Tabel 6. Profil Keluarga Ibu Yuliana
No.
Nama
1
Yuliana
2
Amar
3
Lidya
4
Azwar
Umur 37 tahun 16 tahun 13 tahun 7 tahun
Hubunga n dalam keluarga
Status
Ibu
Janda
Pekerjaan/Pendidikan Utama Serabutan
Anak
SMP kelas 3
Anak
SD kelas 6 Belum sekolah
Anak
Sampingan
Ibu Yuliana yang berusia 37 tahun adalah seorang janda yang suaminya meninggal sejak setahun yang lalu9. Dia memiliki tiga orang anak yang bernama Azwar, Lidya dan Amar yang tinggal bersamanya10. Azwar adalah anak paling kecil yang berusia tujuh tahun dan belum bersekolah. Lidya adalah anak kedua yang berusia 13 tahun dan Amar yang berusia 16 tahun adalah anak pertama. Ibu Yuliana tidak memiliki pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dia hanya bekerja jika ada orang yang minta tolong kepadanya untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti 9
Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Selasa, 24 Mei 2011, lihat lampiran h.26 Observasi pada hari Selasa, 24 Mei 2011, di rumah Ibu Yuliana
10
61
mencuci, memasak, menyetrika atau mengasuh anak. Sejak suaminya meninggal, Ibu Yuliana dan keluarganya hidup dalam kondisi ekonomi yang kurang baik. Untuk membantu ibunya, kadang kala Amar memakai motor yang ada di rumah untuk mengantar orang ke tempat tujuannya dan Amar akan dibayar untuk itu11. Untuk biaya sekolah, Lidya dan Amar mendapatkan santunan dari Yayasan Bina Yatama yang memberikan santunan pendidikan rutin setiap bulan. Selain biaya sekolah, Yayasan Bina Yatama juga membantu Amar dan Lidya untuk membeli buku-buku sekolah12.
2. Usaha Keluarga dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak Setelah menggali tentang profil informan, penulis akan mencoba menggali usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. Seperti yang sudah dijelaskan dalam landasan teori, bahwa kebutuhan dasar anak yang perlu dipenuhi yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan belajar, kebutuhan psikologis, kebutuhan religius dan kebutuhan sosial13. Selain itu, terdapat empat hak anak yang perlu diberikan agar anak bisa tumbuh kembang secara optimal yang mengacu pada dokumen Konvensi Hak Anak, yaitu kelangsungan hidup, perlindungan, pengembangan diri dan partisipasi14.
11
Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Selasa, 24 Mei 2011, lihat lam[iran h.27 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Selasa, 24 Mei 2011, lihat lampiran h.28 13 Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial, Volume 10, No.1, April 2005, Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia, 2005, h.45 14 Ibid, h.44-45 12
62
Dari dua pemaparan tentang kebutuhan dasar dan hak anak tersebut, maka penulis akan mencoba menggabungkannya menjadi satu pemaparan yang berkaitan, yaitu kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak, kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri, kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan, kebutuhan religius serta kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi. a. Keluarga Ibu Wati i. Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak -
Makanan Untuk memenuhi kebutuhan makan anak-anaknya, Ibu Wati membanting tulang mendapatkan penghasilan lewat pekerjaannya menolong orang mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, bahkan sampai memijat. Dia selalu berusaha agar anak-anaknya teratur dalam hal makan. Dia juga selalu bangun tengah malam untuk memasak untuk anak-anaknya sarapan di pagi hari. Seperti yang diutarakannya dalam hasil wawancara berikut: “(Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan makan anak?) Saya mah kerja disuruh-suruh orang, disuruh masak lah, nyuci, ngurut, yang penting saya dapet duit buat anak makan. Saya mah istilah kata orang susah begini, tapi kalau soal makan anak jangan sampe dah pada kagak makan. Buat anak sarapan kadang saya udah bangun jam 2 jam 3 buat masak, jadi pas subuh sarapan udah mateng. Paling kalau misalnya saya lagi masak di tempat orang buat hajatan, saya gak sempet buat masak di rumah”15.
15
Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11
63
-
Kesehatan Ibu Wati menjaga kesehatan anak lewat makanan. Buat dia, jika anak-anak teratur makannya, maka mereka tidak akan mudah kena penyakit16.
-
Tempat Tinggal Untuk membuat anak betah di rumah, Ibu Wati tidak mencoba melakukan usaha dan tidak ada peraturan yang diterapkan di rumah. Dia membebaskan anak-anaknya untuk di dalam rumah atau keluar rumah. Hal ini terlihat dalam hasil wawancara berikut ini: “(Bagaimana cara Ibu menciptakan suasana yang nyaman di rumah agar anak betah tinggal di rumah?) Apa ya?saya mah gak ngelakuin apa-apa, terserah anak-anak aja mau di rumah apa main di luar”17.
-
Pakaian Ibu Wati jarang membelikan pakaian untuk anak-anaknya. Jika dia sedang mempunyai uang, dia akan membelikan anak-anaknya pakaian. Namun menurutnya yang paling sering membeli pakaian adalah Septi, karena tubuh Septi yang mudah untuk membesar18.
16
Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 18 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 17
64
ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri -
Sarana Belajar Ibu Wati mengkhususkan tempat untuk belajar anak-anak yaitu di ruang tamu. Dan setiap anak-anaknya belajar, maka televisi tidak boleh dihidupkan19.
-
Budi Pekerti Ibu Wati mengutamakan kejujuran kepada anak-anaknya di mana saja mereka berada. Dia juga mengajarkan agar anak-anaknya dapat berperilaku sopan kepada siapa saja, cium tangan jika bertemu orang yang lebih tua dan juga menjaga sikap jika ada tamu yang datang berkunjung20.
-
Hobi Untuk menyalurkan hobi Siti yang senang membaca buku, Ibu Wati suka membelikannya buku jika dia sedang punya uang, tetapi jika sedang tidak punya, biasanya Siti yang membeli buku memakai uangnya sendiri. Sedangkan Septi menurut Ibu Wati memiliki hobi main ke luar rumah. Ibu Wati tidak pernah melarangnya untuk bermain dengan syarat Septi tidak boleh lupa waktu21.
19
Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 21 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.11 20
65
iii. Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan -
Perhatian dan Kasih Sayang Ibu Wati termasuk keras dalam memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Namun kerasnya dia tidak sampai memukul anak jika anak melakukan kesalahan. Dia juga akan menuruti keinginan anak-anaknya jika dia sedang memiliki rezeki lebih. Ini terlihat dari hasil wawancara berikut: “(Bagaimana cara Ibu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak?) Saya sayang banget sama anak-anak saya. Istilah kata kalau lagi punya duit mah apa aja saya turutin. Saya mah sebagai orang tua juga dibilang keras sama anak. Bukannya kesel atau apa tapi karena emang sayang, tapi gak pernah dari anak-anak masih bayi sampe sekarang saya mukul, paling anti saya, mendingan saya yang dipukul dah daripada anak saya”22.
-
Perlindungan Karena Siti dan Septi adalah anak perempuan, Ibu Wati melarang mereka untuk pulang terlalu malam jika sedang berada di luar rumah. selain itu mereka juga harus memberitahu kepadanya dengan siapa mereka berada di luar rumah dan tujuannya ke mana23.
-
Mental Menurut Ibu Wati, setiap masalah itu datang dari Allah sehingga anak-anak harus sabar manjalani cobaan itu. Namun Siti
22 23
Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12
66
belum memiliki mental yang kuat karena dia sering menangis jika sedang memiliki masalah24. iv. Kebutuhan Religius -
Ibadah Ibu Wati selalu memberitahu anak-anaknya bahwa ibadah adalah hal terpenting dalam hidup. Jika waktu shalat sudah tiba, dia selalu mengingatkan anak-anaknya untuk meninggalkan semua yang sedang dilakukan dan langsung mengambil air wudhu untuk kemudian menunaikan shalat. Siti juga rajin puasa sunnah. Untuk mengaji, anakanaknya juga rajin25.
v. Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi -
Kepedulian Ibu Wati selalu mengajarkan anak-anaknya agar tidak pernah lupa sama teman-teman jika memiliki rezeki lebih. Anak-anaknya harus saling berbagi dengan teman-teman. Mereka tidak boleh sombong dengan temannya dan harus saling tolong menolong, karena suatu saat mereka juga pasti membutuhkan pertolongan dari temantemannya26.
24
Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 26 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 25
67
-
Tanggung Jawab Ibu Wati tidak suka jika melihat anak-anaknya tidak selesai mengerjakan sesuatu karena itu bukan hal yang bertanggung jawab. Karena itu dia selalu memarahi anaknya jika anaknya tidak selesai mengerjakan sesuatu27.
-
Partisipasi Ibu
Wati
selalu
mengajak
anaknya
berdiskusi
untuk
memutuskan sesuatu yang menyangkut kepentingan anak. Biasanya dia tidak pernah memutuskan sesuatu sendiri dan lebih menyerahkan semua keputusan kepada anak-anaknya28.
b. Keluarga Ibu Fajriyah i. Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak -
Makanan Ibu Fajriyah menjaga pola makan Alfian agar selalu makan tiga kali dalam sehari. Dia juga setiap hari memberikan Alfian sarapan, karena menurutnya sarapan itu penting agar Alfian tidak merasa lemas saat beraktifitas. Namun untuk takaran gizi setiap makanan, dia tidak pernah memperhatikan gizi yang baik untuk anak seperti apa. Seperti yang terlihat dalam hasil wawancara berikut:
27 28
Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12 Wawancara dengan Ibu Wati pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.12
68
“(Bagaimana cara Ibu untuk memberikan asupan gizi kepada Alfian setiap hari?) Yah biasa aja dah, tiap pagi sarapan, terus kalau Alfian pulang sekolah harus udah siap makanan di meja makan. Yang penting mah sarapan gak pernah kelewat sama saya. Kalau misalnya saya ga masak pas sarapan, paling beli lontong atau gak roti. Kalau anak udah sarapan mah saya udah tenang. Tapi saya mah ngasih makan anak biasa aja, ga pernah sesuai sama ukur-ukuran buat gizi gitu, yah seadanya aja, tapi ga tau ya anak-anak mah badannya gedegede padahal gizinya kurang, hehehe”29. -
Kesehatan Hal ini berkaitan dengan kebutuhan makanan yang Ibu Fajriyah selalu berikan kepada Alfian. Walaupun dia tidak memberikan makanan sesuai dengan takaran gizi yang seimbang, namun kesehatan anaknya tidak pernah terganggu. Bahkan Alfian tidak membutuhkan vitamin untuk menunjang kesehatannya. Dan tubuh Alfian memang terlihat sehat dengan bentuk tubuh yang gemuk dan tegap30. Ibu Fajriyah juga tidak pernah membolehkan anaknya untuk tidur larut malam. Saat masih kecil, Alfian sering diberikan susu untuk menunjang kesehatannya, namun sekarang dia sudah tidak memberikan susu lagi31.
-
Tempat Tinggal Agar Alfian merasa nyaman tinggal di rumah, Ibu Fajriyah menyediakan kamar tidur pribadi untuk Alfian. Tetapi dia tidak memanjakan anaknya. Ibu Fajriyah selalu menerapkan kedisiplinan
29
Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Fajriyah 31 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lalmpiran h.17 30
69
agar Alfian membereskan segala sesuatu dengan sendiri, seperti mencuci piring setelah makan, mencuci pakaian sendiri, atau bahkan mengepel dan menyapu lantai rumah. Ini terlihat dari kutipan wawancara berikut: “(Bagaimana cara Ibu menyediakan tempat tinggal yang nyaman supaya Alfian betah tinggal di rumah?) Paling saya nyediain kamar anak buat sendiri, jadi apa-apa juga seringnya di kamar, pada betah dah tuh. (Ibu menerapkan peraturan-peraturan tertentu gak buat anak di rumah?) Peraturan mah kalau anak butuh apa-apa saya suruh kerjain sendiri. Kayak misalnya abis makan ntar cucinya sendiri, terus cuci baju juga sendiri, apa-apa dikerjain sendiri lah. Jadi ga tergantung sama orang tua. Terus juga pada biasa bantu-bantu saya buat ngepel, nyapu. Dari anak masih kecil saya biasain begitu”32. -
Pakaian Pakaian yang dipakai oleh Alfian seperti pakaian yang biasanya dipakai oleh anak seumurannya33. Ibu Fajriyah biasanya memberikan uang kepadanya untuk membeli pakaian yang dia inginkan dan dia butuhkan, namun dia tidak sering membelikan Alfian pakaian34.
ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri -
Sarana Belajar Di rumahnya, Ibu Fajriyah tidak menyediakan secara khusus tempat untuk belajar Alfian. Biasanya Alfian selalu belajar di
32
Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Fajriyah 34 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17 33
70
kamarnya sendiri agar bisa konsentrasi dalam belajar dan Alfian menjadikan kamarnya sebagai sarana untuk belajar35. -
Budi Pekerti Ibu Fajriyah selalu mengajarkan anaknya untuk selalu sopan terhadap siapa saja. Sopan kepada temannya maupun kepada orang yang lebih tua. Selain itu dia juga mengajarkan untuk selalu menghormati kepada temannya dan kepada orang tua36. Hal ini juga bisa penulis lihat saat penulis bertatap muka dan mengobrol langsung dengan Alfian. Terlihat bahwa tutur kata dan sikapnya sangat sopan37.
-
Hobi Menurut Ibu Fajriyah, Alfian sangat hobi dan senang dengan marawis. Hal ini terlihat ketika dia dulu memasukkan Alfian ke pengajian, dari pengajian itu Alfian mulai tertarik dengan marawis sampai saat ini. Dia mendukung sekali dengan hobi Alfian, karena hal tersebut merupakan hal yang positif untuk Alfian. Bahkan dia mendukung Alfian jika anaknya tersebut mendapatkan panggilan untuk main marawis di tempat yang jauh dari rumah38.
35
Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.17 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 37 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Fajriyah 38 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 36
71
iii. Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan -
Perhatian dan Kasih Sayang Ibu Fajriyah mengibaratkan bahwa kasih sayang orang tua sepanjang jalan dan kasih sayang anak sepanjang galah. Dia sering memberikan Alfian nasihat hal yang baik seperti apa dan hal yang buruk seperti apa. Dan saat Alfian memilik kesalahan, dia tidak pernah menegur dengan emosi dan hanya memberikan pengertian39.
-
Perlindungan Ibu Fajriyah selalu waspada terhadap pergaulan yang diikuti anaknya agar tidak terjerumus. Namun sejauh ini, Alfian dalam bergaul masih baik dan tidak pernah keluar jalur40.
-
Mental Kesabaran merupakan hal paling utama yang diajarkan Ibu Fajriyah kepada Alfian. Dengan kesabaran, mental Alfian menjadi kuat saat sedang memiliki masalah41.
iv. Kebutuhan Religius -
Ibadah Dari kecil, Ibu Fajriyah memasukkan Alfian ke pengajian di lingkungan rumahnya. Selain itu untuk selalu menanamkan Alfian pedoman agama yang kuat, dia memasukkan Alfian ke dalam sekolah
39
Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 41 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 40
72
agama seperti sekarang, yaitu Aliyah. Prinsipnya adalah, Alfian harus memiliki keseimbangan dalam hidup dengan terus berpegang teguh pada ajaran agama. Hasilnya sekarang, Alfian tidak pernah meninggalkan shalat wajib dan selalu ikut pengajian di lingkungan rumahnya42. v. Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi -
Kepedulian Kepedulian terhadap sesama, dengan cara saling menghormati dan saling membantu khususnya kepada teman telah ditanamkan oleh Ibu Fajriyah sejak Alfian masih kecil. Jika teman sedang dalam masalah apapun, Alfian sering membantu temannya. Kadang tanpa disuruh oleh ibunya, dia inisiatif sendiri untuk membantu temannya43.
-
Tanggung Jawab Di usia sekarang, Alfian memiliki tanggung jawab sebagai ketua pengajian. Menurut Ibu Alfian, di usianya yang sekarang Alfian sudah bisa mengemban tanggung jawab yang dimilikinya. Ibu Fajriyah selalu memberitahu pentingnya bertanggung jawab terhadap sesuatu yang dilakukan. Di usianya yang sekarang, Alfian diberi kewenangan oleh Ibu Fajriyah untuk memutuskan sendiri apa yang harus dilakukan
42 43
Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.18 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h. 19
73
dan bertanggung jawab atas keputusannya itu. Namun Ibu Fajriyah sebagai orang tua tetap mengawasinya44. -
Partisipasi Setiap ada hal yang menyangkut tentang diri Alfian, Ibu Fajriyah selalu mengajaknya berpartisipasi lewat diskusi untuk menghasilkan suatu keputusan yang baik. Saat Alfian masih kecil, Ibu Fajriyah yang memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk Alfian. Setelah Alfian mulai besar, diskusi selalu dilakukan mereka untuk menghasilkan keputusan yang terbaik untuk Alfian45.
c. Keluarga Ibu Nurhasanah i. Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak -
Makanan Setiap hari Ibu Nurhasanah selalu menyediakan makan untuk Yudha dan Fathur. Namun Yudha dan Fathur tidak memiliki pola yang teratur dalam makanan. Kalau mereka ingin makan maka mereka akan makan, kalau kereka sedang tidak ingin makan maka mereka tidak akan makan. Yudha dan Fathur juga jarang makan malam. Ini terlihat dari kutipan wawancara berikut: “(Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan makan buat Fathur dan Yudha?) Ya gimana ya?hehe, biasa kalau lagi pengen makan juga
44 45
Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.19 Wawancara dengan Ibu Fajriyah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.19
74
makan. Tiap pagi saya siapin sarapan, paling makan malem aja jarang. Saya mah terserah mereka, kalau pada pengen makan ya makan, kalau lagi ga kepengen ya ga makan. Tapi tetep saya sediain terus”46. -
Kesehatan Ibu Nurhasanah sering menegur Fathur untuk menjaga kesehatan dengan tidak sering jajan di luar rumah47. Namun Fathur jarang menuruti kemauan ibunya. Meskipun sedang sakit, Fathur masih sering jajan di luar rumah48.
-
Tempat Tinggal Untuk menciptakan suasana tempat tinggal yang nyaman, Ibu Nurhasanah selalu mengizinkan anak-anaknya, Fathur dan Yudha untuk bermain video game dengan menyewa video game tersebut di rumah. Tetapi hal ini tidak sering dilakukannya setiap hari. Dia juga tidak menerapkan peraturan-peraturan di rumah untuk anak-anaknya dan hanya menegur jika anaknya melakukan kesalahan49.
-
Pakaian Tidak setiap saat Ibu Nurhasanah membelikan anak-anaknya pakaian. Jika dia memiliki uang untuk dibelanjakan, maka dia akan mengajak anak-anaknya untuk membeli pakaian50.
46
Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 48 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah 49 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 50 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 47
75
ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri -
Sarana Belajar Ibu Nurhasanah membebaskan anak-anaknya untuk belajar di mana saja saat di rumah. Anak-anaknya terkadang belajar di kamar atau di ruang tamu51. Fathur lebih sering menghabiskan waktu belajarnya di ruang tamu sedangkan Yudha lebih sering belajar di kamarnya sendiri52.
-
Budi Pekerti Ibu Nurhasanah mengajarkan anak-anaknya agar tidak berbicara dengan kasar kepada setiap orang53. Yudha yang sekarang sudah besar, dengan mudah menuruti apa yang diberitahu oleh ibunya tentang hal tersebut, tetapi Fathur masih sulit untuk melakukannya dan masih sering berbuat nakal54.
-
Hobi Yudha memiliki hobi bermain sepak bola. Dia selalu diizinkan ibunya untuk bermain sepak bola bersama teman-temannya. Namun Ibunya jarang mengizinkan Yudha untuk menonton pertandingan sepak bola di stadion karena seringkali terjadi kerusuhan. Meskipun jarang diizinkan, Yudha tetap sering menonton pertandingan sepak
51
Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah 53 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 54 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah 52
76
bola di stadion. Fathur memiliki hobi bermain di luar rumah. Ibunya membebaskan dia bermain di luar rumah dengan syarat tidak bermain terlalu jauh dari rumah. Hal ini terlihat dari hasil wawancara berikut: “(Cara Ibu menyalurkan hobi anak-anak bagaimana?) Kalau Yudha kan hobinya maen bola tuh, kadang kalau temannya nyamper maen bola ya dia maen. Saya si ga pernah larang. Terus kalau ada pertandingan Persija gitu dia suka nonton sama temen-temennya. Saya sih udah larang, kan suka rusuh gitu ya. Tapi tetep aja dia mah berangkat. (Kalau Fathur bagaimana?) Dia mah masih ga jelas, hehehe. Paling hobinya maen terus keluar, saya mah ga bisa larang dia, terserah dia aja asal ga jauh-jauh maennya”55. iii. Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan -
Perhatian dan Kasih Sayang Ibu Nurhasanah sering memberikan nasihat kepada anakanaknya untuk melakukan hal-hal yang baik dan menegur mereka jika melakukan kesalahan56. Seringkali Ibu Nurhasanah menemani anaknya, khusunya Fathur yang masih kecil, untuk belajar dan mengerjakan PR57.
-
Perlindungan Ibu Nurhasanah jarang mengizinkan Yudha keluar rumah untuk melindunginya dari pergaulan remaja yang kurang baik. Dia hanya mengizinkan Yudha keluar rumah jika ada temannya yang datang menjemput. Dia juga melarang anak-anaknya untuk pulang
55
Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.24 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 57 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah 56
77
larut malam58. Namun Fathur selalu diizinkan untuk main keluar rumah, bahkan terlihat sesekali Fathur keluar rumah setelah pulang sekolah tanpa izin terlebih dahulu kepada ibunya59. -
Mental Ibu Nurhasanah masih belum tahu cara membentuk mental yang kuat untuk anak-anaknya60.
iv. Kebutuhan Religius -
Ibadah Ibu Nurhasanah selalu memberitahu kepadda anak-anaknya untuk melakukan shalat dan mengaji. Tapi tidak ada usaha lain yang dilakukan olehnya selain itu. Kadang-kadang Yudha dan Fathur tidak selalu rajin dalam melaksanakan ibadah, khususnya shalat. Seperti yang terlihat dalam kutipan wawancara berikut: “(Cara Ibu mendorong dan memberikan arahan agar anak-anak mau rajin ibadah bagaimana?) Ya saya mah ngasih tau lah kalau pas lagi waktu shalat saya suruh shalat, tapi kadang anak saya juga ga selalu rajin. Pas waktu ngaji saya suruh ngaji”61.
v. Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi -
Kepedulian Sebagai orang tua, Ibu Nurhasanah memberikan arahan kepada anak-anaknya untuk selalu membantu orang lain yang sedang dalam
58
Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 Observasi pada hari Rabu, 1 Juni 2011, di rumah Ibu Nurhasanah 60 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 61 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 59
78
kesulitan. Mereka juga diberitahu tidak boleh bertengkar dengan sesama teman dan harus saling tolong-menolong62. -
Tanggung Jawab Menurut Ibu Nurhasanah, Yudha tidak pernah lari dari tanggung jawab. Sedangkan untuk Fathur, Ibu Nurhasanah selalu memaklumi dirinya karena menurutnya Fathur masih kecil63.
-
Partisipasi Ibu Nurhasanah tidak pernah melibatkan anaknya dalam membuat keputusan yang menyangkut kepentingan anak. Dia selalu memutuskan sendiri apa yang terbaik untuk anak. Ini terlihat dari kutipan wawancara berikut: “(Bagaimana cara Ibu mengajak anak-anak diskusi untuk memutuskan sesuatu yang menyangkut diri mereka?) Saya gak pernah ngajak mereka diskusi. Hehe, paling saya aja yang mutusin”64.
d. Keluarga Ibu Yuliana i. Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak -
Makanan Untuk makan sehari-hari, Ibu Yuliana mencari penghasilan dengan bekerja membantu orang, seperti mencuci, mengepel, memasak maupun menjaga anak. Dia juga terkadang membantu kakaknya yang punya usaha katering. Selain itu, dia suka
62
Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 64 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Rabu, 1 Juni 2011, lihat lampiran h.25 63
79
mendapatkan rezeki dari teman-teman almarhum suaminya. Anaknya, Amar, juga ikut membantu dengan sering mengantar orang-orang menggunakan motor dan dia akan diberi imbalan berupa uang. Semua penghasilan itu didapatkan sebagian untuk memenuhi kebutuhan makan anak-anak Ibu Yuliana. Seperti yang tercantum dalam kutipan wawancara berikut: “(Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan makan sehari-hari untuk anak?) Saya karena kondisinya begini, jadinya kalau untuk anak-anak makan saya biasanya kerja bantu-bantu orang gitu. Nanti baru dapet duit. Kayak nyuci, ngepel, jaga anak, masak juga. Terus kadang saya juga bantu kakak saya yang punya katering. Terus suka ada juga rejeki yang kadang kita gak tau, suka ada temen almarhum bapak yang telepon, nanti kita dapet rejeki dari dia, suka ada kenalankenalan saya juga yang suka kasih rejeki. Terus anak saya yang paling gede, si Amar, suka ada yang minta tolong sama dia buat nganter ke mana gitu, ke pasar lah, ke sini lah, ke situ lah, nanti abis nganter orang dia dapet duit”65. -
Kesehatan Ibu Yuliana selalu menyediakan obat untuk anak-anaknya di rumah. Setiap Azwar suka sakit jika hujan-hujanan, obat sudah ada di rumah dan langsung diberi oleh Ibu Yuliana. Dan jika Amar dan Lidya sakit, Ibu Yuliana mengobatinya dengan cara mengerik tubuh anakya tersebut66.
65 66
Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30
80
-
Tempat Tinggal Agar
anak-anaknya
nyaman
di
rumah.
Ibu
Yuliana
membebaskan anaknya untuk melakukan apapun di rumah, seperti menyalakan musik. Baginya, yang terpenting adalah anak-anak bisa terlihat olehnya secara fisik sehingga bisa mengawasinya dengan mudah. Meskipun membebaskan anaknya, Ibu Yuliana tetap memiliki peraturan untuk anak-anaknya. Seperti tidak boleh main terlalu jauh, tidak boleh pulang larut malam, dan dia tidak pernah mengizinkan Amar untuk mengendarai motor jika sudah malam, kecuali jika ada orang yang memintanya untuk diantarkan67. -
Pakaian Ibu Yuliana akan membelikan anak-anaknya pakaian jika memang memiliki rezeki lebih. Dia tidak pernah memberi uang begitu saja kepada anak-anak untuk membeli pakaian, tatapi dia akan ikut menemani anak membeli pakaian68.
ii. Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri -
Sarana Belajar Karena rumah Ibu Yuliana yang tidak luas, dia menetapkan bahwa ruang tamu sebagai tempat anak-anak untuk belajar. Karena di dalam hanya ada ruangan sebagai tempat menonton televisi dan dia
67 68
Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30
81
takut itu akan mengganggu konsentrasi anak-anak jika belajar di depan televisi. Dia juga tidak mengizinkan anak-anak belajar di kamar, karena dia takut mereka akan malas karena ada tempat tidur di situ. Seperti yang terlihat dari hasil wawancara berikut: “(Bagaimana cara Ibu menyediakan sarana untuk belajar?) Kalau belajar saya khsusin anak-anak belajar di depan, soalnya kondisi rumah saya kan sempit, dan di dalem juga cuma ada ruangan buat nonton tv. Jadi daripada ganggu konsentrasi, saya nyuruh anak belajar di depan. Kalau di kamar saya larang, karena nanti yang ada malah tiduran ntar malah males buat belajar”69. -
Budi Pekerti Ibu Yuliana mengajarkan kepada anak untuk selalu bersalaman kepada tamu yang datang ke rumah dan cium tangan kepada yang lebih tua. Dia juga mengajarkan etika berbicara dan berperilaku kepada anak jika ada tamu, bahwa tidak boleh berbicara dan berperilaku yang tidak sopan di depan tamu. Ibu Yuliana juga mengajarkan kepada anak cara untuk menjawab panggilan orang tua70.
-
Hobi Ibu Yuliana memilik anak yang memiliki hobi berbeda. Amar yang hobinya mesin sering mengutak-atik motor yang ada di rumahnya. Dia ingin sekali sekolah di STM di Pancoran untuk menunjang hobinya, namun karena ketiadaan biaya, ibunya belum mampu untuk menyekolahkan Amar di situ. Sedangkan Lidya
69 70
Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.30 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31
82
memiliki bakat menyanyi dan berakting. Dia pernah disalurkan ibunya dan almarhum bapaknya untuk ikut audisi acara Idola Cilik. Dia juga pernah bermain sebagai figuran di sebuah sinetron. Tetapi anak Ibu Yuliana yang bungsu yaitu Azwar menurutnya sampai sekarang belum jelas hobinya. Ini terlihat dari kutipan wawancara berikut: “(Cara Ibu menyalurkan hobi anak bagaimana?) Kalau si Amar, apa ya paling dia mah sering ngutak-ngatik motor di depan, seneng sama mesin lah dia. Sampe kepengen sekolah di STM yang di Pancoran tuh, tapi gimana ya buat sekolah di sana mah saya belu ada duitnya. Dulu waktu masih ada bapaknya, Lidya kan suka banget nyanyi, hobi banget dia. Kita salurin deh ke idola cilik. Waktu itu pengen ikut audisi tapi mungkin belu rejeki kali ya, pas dateng ke tempat audisi gak taunya udah tutup. Lidya juga pernah maen sinetron jadi figuran pas filmya si Teuku Ryan. Kalau Azwar belum ketauan hobinya apa sampe sekarang”71. iii. Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan -
Perhatian dan Kasih Sayang Ibu Yuliana termasuk memanjakan anak dalam menuruti kemauan anak-anaknya. Jika dia memiliki rezeki lebih, dia akan menuruti kemauan anak-anaknya. Dia juga sering memberikan teguran kepada anak-anaknya, tetapi menurutnya teguran itu diberikan karena dia sayang kepada anak-anaknya72.
-
Perlindungan Ibu Yuliana termasuk ketat dalam melindungi anak-anaknya dari pergaulan. Dia selalu memberlakukan jam malam untuk mereka.
71 72
Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31
83
Setiap jam 9 malam,mereka harus sudah ada di rumah. Ibu Yuliana juga sering minta tolong kepada orang tua dari teman anak-anaknya untuk mengawasi mereka, jika mereka sedang main ke rumah teman mereka. Ibu Yuliana sering mengingatkan anak-anaknya untuk tidak terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik73. -
Mental Ibu Yuliana mencontohkan dirinya kepada anak-anaknya untuk membentuk mental yang kuat. Dia juga berpesan kepada mereka untuk selalu sabar dalam menghadapi setiap masalah yang datang74.
iv. Kebutuhan Religius -
Ibadah Dalam urusan shalat, Ibu Yuliana selalu mengingatkan anakanaknya untuk langsung menunaikan shalat jika suara adzan telah berkumandang. Dia juga sering memberikan semangat dan arahan kepada anak-anaknya jika mereka sedang malas untuk mengaji75.
v. Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi -
Kepedulian Menurut Ibu Yuliana, anak-anaknya sangat peduli dengan orang-orang. Amar pernah membantu orang tua yang sedang kelaparan dan memberinya makan di rumah. Lidya pernah menolong seorang
73
Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.31 75 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.32 74
84
nenek pikun yang sedang mencari alamat. Ibu Yuliana tidak pernah mengajarkan secara khusus sifat untuk peduli. Dia hanya memberi contoh lewat perilaku yang dilakukannya sehari-hari76. -
Tanggung Jawab Ibu Yuliana selalu mengingatkan anak-anaknya untuk selalu bertanggung jawab terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan. Jika anak-anaknya sedang mengerjakan sesuatu, maka mereka diharuskan untuk menyelesaikannya sebelum melakukan hal yang lain77.
-
Partisipasi Setiap ada masalah, baik itu untuk kepentingan anak, kepentingan Ibu Yuliana maupun kepentingan bersama, Ibu Yuliana selalu mengajak anak-anaknya untuk berdiskusi terlebih dahulu. Mereka selalu bersama-sama mencari jalan keluar yang terbaik untuk memutuskan sesuatu78.
3. Usaha Yayasan dalam Memenuhi Kebutuhan Dasar Anak Dalam menjalankan kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan dasar anak, Yayasan Bina Yatama mengutamakan pendidikan sebagai kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri untuk anak-anak asuhnya. Dari tahun pertama yayasan ini didirikan, para pengurus memfokuskan pendidikan 76
Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.32 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.32 78 Wawancara dengan Ibu Yuliana pada hari Minggu, 5 Juni 2011, lihat lampiran h.32 77
85
sebagai hal penting yang diutamakan. Untuk merealisasikan hal tersebut, yayasan selalu memberikan santunan pendidikan seperti biaya sekolah, bukubuku pelajaran, seragam sekolah dan alat kebutuhan sekolah lainnya untuk menunjang kegiatan belajar anak-anak asuh79. Selain itu, santunan lain untuk memenuhi kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak juga dilakukan oleh yayasan. Seperti yang terlihat dari kutipan wawancara berikut: “(Selain santunan pendidikan, ada santunan lain?) Mereka dapat santunan juga saat hari-hari besar Islam dan hari lebaran yatim piatu”80. “(Selain santunan uang dari yayasan, Fathur sama Yuda pernah dapat santunan apa lagi?) Ni bentar lagi katanya mau ke Tanah Abang, mau dikasih buku, sepatu, sama baju. Bajunya si baju bebas, celana, handuk gitu”81. “(Sembako suka dapet?) Hah? Sembako suka, suka dapet”82. “(Selain uang santunan bulanan, yayasan suka ngasih yang lain ga?) Ya paling buku tulis gitu buat keperluan sekolah. Kadang-kadang juga suka ada santunan lain gitu. Suka ada aja santunan”83. Selain santunan pendidikan yang menjadi kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri untuk anak, Yayasan Bina Yatama juga mengadakan pengajian rutin untuk memenuhi kebutuhan religius anak. Pengajian ini rutin dilaksanakan setiap hari. Pengajian rutin ini berbentuk pengajian lekar, yaitu pengajian dasar untuk anak-anak SD maupun untuk SMP. Seperti yang terlihat dari hasil wawancara dengan ketua yayasan berikut ini: “(Pelayanan yang ada di Yayasan Binayatama seperti apa?) Ya menyangkut sosial berupa santunan bulanan untuk bayar sekolah dan santunan untuk kebutuhan anak-anak sekolah. (Selain santunan, kegiatan lain 79
Observasi pada hari Sabtu, 28 Mei 2011, di ruang sekretariat yayasan Wawancara dengan Bapak Acep pada hari Jum’at, 27 Mei 2011, lihat lampiran h.35 81 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Senin, 23 Mei 2011, lihat lampiran h.22 82 Wawancara dengan Ibu Nurhasanah pada hari Senin, 23 Mei 2011, lihat lampiran h.22 83 Wawamncara dengan Ibu Yuliana pada hari Selasa, 24 Mei 2011, lihat lampiran h.28 80
86
yang dilakukan seperti apa?) Kegiatan kita selama ini anak-anak tingkat SD dan SMP belajar ngaji dasar atau lekar”84. Yayasan Bina Yatama terus berusaha untuk memberikan pelayanan yang sesuai untuk kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak, kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri anak, kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan anak, kebutuhan religius, serta kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi anak. Namun sampai saat ini, yayasan belum mampu memenuhi semua kebutuhan-kebutuhan dasar anak tersebut. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut: “(Dengan pelayanan yang diterapkan apakah sudah sesuai dengan kebutuhan anak seperti fisik, psikologis, religius, belajar dan kebutuhan sosial?) Kalau kebutuhan dasar berupa fisik dan belajar sudah, tetapi masih dirasa kurang karena kita hanya membantu lewat santunan pendidikan saja, seperti kebutuhan sekolah. Sedangkan untuk uang saku kita serahkan sepenuhnya kepada keluarga mereka. Untuk psikologis juga dirasa kurang, karena kita jarang bertatap muka langsung dengan mereka dan kita pun menyerahkan sepenuhnya kebutuhan psikologis kepada keluarga mereka. Mereka juga tidak mau kita tampung di sini, mereka lebih memilih tinggal dengan keluarganya, jadi tidak semua kebutuhan dasar mereka bisa kita penuhi. Padahal niatnya kita ingin menempatkan mereka di sini, jadi perkembangannya dan kebutuhannya bisa kita tahu. Terus untuk belajar sama religius kita baru bisa memberikan fasilitas berupa tempat pengajian supaya anak-anak bisa belajar ngaji, kalau untuk yang lain kita serahkan juga sama keluarga”85. “(Pelayanan yang diberikan di sini apakah telah sesuai dengan kebutuhan anak seperti fisik, psikologi, belajar, religius, dan sosial?) Kalau belajar kita sudah titipkan ke masing-masing orang tua dan sekolah sebagai tempat belajar anak. Kalau kita hanya memberikan arahan-arahan kepada orang tua agar dapat mendidik anaknya dengan baik dan memberikan pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan anak adalah kewajiban kita bersama. Yang terpenting anak itu bisa sekolah. Untuk religius karena keterbatasan kita masih belum tepat sasaran karena guru di sini juga hanya 84 85
Wawancara dengan Bapak Abu pada hari Sabtu, 28 Mei 2011, lihat lampiran h.38 Wawancara dengan Bapak Acep pada hari Jum’at, 27 Mei 2011, lihat lampiran h.36
87
ada satu orang yaitu Pak Asnawi yang mengajarkan anak-anak ngaji dan memberikan pelajaran-pelajaran akhlak setiap pengajian. Untuk sosial mungkin diterapkan anak-anak yang sering mendoakan orang lain jika orang itu minta ke kita untuk didoakan. Buat kebutuhan-kebutuhan lain kita serahkan kepada orang tua yang bertanggung jawab sepenuhnya kepada anak mereka. Intinya kita hanya menutupi kekurangan keluarga yang tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya seperti pendidikan yang kita bantu lewat santunan pendidikan rutin setiap bulan”86.
B. Hasil Analisis Kebutuhan Dasar Anak di Yayasan Bina Yatama Dari berbagai macam kebutuhan dasar anak di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak tidak bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. Terdapat beberapa kebutuhan dasar anak yang tidak bisa keluarga penuhi karena berbagai kekurangan yang dimiliki. Berikut ini adalah penjabaran yang penulis tuangkan lewat tabel. Tabel 7. Kebutuhan Dasar Anak yang Terpenuhi dan Belum Terpenuhi oleh Keluarga Penerima Layanan No 1
Keluarga Keluarga Ibu Wati
Kebutuhan Dasar Anak yang Terpenuhi Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak a. Makanan b.Kesehatan
Kebutuhan Dasar Anak yang Belum Terpenuhi Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak a. Tempat Tinggal b. Pakaian
Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri a. Sarana Belajar 86
Wawancara dengan Bapak Abu pada hari Sabtu, 28 Mei 2011, lihat lampiran h.39
88
b. Budi Pekerti c. Hobi Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan a. Perhatian dan Kasih Sayang b. Perlindungan
Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan a. Mental
Kebutuhan Religius a. Ibadah Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi a. Kepedulian b. Partisipasi 2
Keluarga Ibu Fajriyah
Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak a. Makanan b. Kesehatan c. Tempat Tinggal d. Pakaian Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri a. Sarana Belajar b. Budi Pekerti c. Hobi Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan a. Perhatian dan Kasih Sayang b. Perlindungan
Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi a. Tanggung Jawab
89
c. Mental Kebutuhan Religius a. Ibadah Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi a. Kepedulian. b. Tanggung Jawab c. Partisipasi
3
Keluarga Ibu Nurhasanah
Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak
Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak
a. Tempat Tinggal b. Pakaian
a. Makanan b. Kesehatan
Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri
Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri
a. Sarana Belajar b. Hobi
a. Budi Pekerti
Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan a. Perhatian dan Kasih Sayang
Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan a. Perlindungan b. Mental
Kebutuhan Religius a. Ibadah
90
4
Keluarga Ibu Yuliana
Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi
Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi
a. Kepedulian b. Tanggung Jawab
a. Partisipasi
Kebutuhan Fisik dan Hak Kelangsungan Hidup Anak a. Makanan b. Kesehatan c. Tempat Tinggal d. Pakaian Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri a. Sarana Belajar b. Budi Pekerti Kebutuhan Psikologis dan Hak atas Perlindungan a. Perhatian dan Kasih Sayang b. Perlindungan c. Mental Kebutuhan Religius a. Ibadah Kebutuhan Sosial dan Hak atas Partisipasi a. Kepedulian b. Tanggung Jawab c. Partisipasi
Kebutuhan Belajar dan Hak atas Pengembangan Diri a. Hobi
91
Dari tabel di atas, ternyata dapat diketahui bahwa tidak semua kebutuhan dasar anak bisa dipenuhi oleh keluarganya. Namun ada satu keluarga yang mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anaknya, yaitu keluarga Ibu Fajriyah. Ibu Fajriyah mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anaknya mulai dari kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak, kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri, kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan, kebutuhan religius serta kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi. Dari hasil analisis yang didapatkan dari keluarga Ibu Fajriyah, diperoleh keterangan bahwa ternyata tidak semua penerima layanan di Yayasan Bina Yatama adalah kalangan yang tidak mampu. Ibu Wati tidak mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anaknya. Dia tidak mampu memenuhi kebutuhan tempat tinggal, pakaian, mental, dan tanggung jawab. Namun dia mampu memenuhi kebutuhan makanan, kesehatan, sarana belajar, budi pekerti, hobi, perhatian dan kasih sayang, perlindungan, ibadah, kepedulian dan partisipasi. Ibu Nurhasanah juga tidak mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anaknya. Bahkan banyak sekali kebutuhan dasar anak yang tidak mampu dipenuhinya seperti makanan, kesehatan, budi pekerti, perlindungan, mental, ibadah dan partisipasi. Dia hanya mampu memenuhi kebutuhan tempat tinggal, pakaian, sarana belajar, hobi, perhatian dan kasih sayang, kepedulian dan tanggung jawab.
92
Ibu Yuliana juga memiliki keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan dasar anaknya. Namun meskipun banyak keterbatasan, dia hanya tidak mampu memenuhi kebutuhan hobi anak. Sedangkan kebutuhan dasar anak lainnya seperti kebutuhan makanan, kesehatan, tempat tinggal, pakaian, sarana belajar, budi pekerti, perhatian dan kasih sayang, perlindungan, mental, ibadah, kepedulian, tanggung jawab dan partisipasi mampu dipenuhi oleh Ibu Yuliana. Kebutuhan dasar anak sudah sewajarnya dipenuhi oleh keluarga. Namun terkadang terjadi keterbatasan yang membuat keluarga tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. Jika hal itu terjadi sudah sewajarnya terdapat bantuan dari lembaga-lembaga yang terkait. Dari hasil analisa di atas, dimana tidak semua kebutuhan dasar anak mampu dipenuhi oleh keluarga, maka sudah menjadi tugas Yayasan Bina Yatama sebagai lembaga yang mengasuh anak-anak dari keluarga-keluarga tersebut untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar anak mereka yang belum terpenuhi. Dan Yayasan Bina Yatama seharusnya memiliki peran sebagai yayasan yang melengkapi kebutuhan dasar anak. Namun Yayasan Bina Yatama dengan pelayanan yang diberikan, belum mampu untuk membantu keluarga penerima layanan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Hal ini disebabkan karena Yayasan Bina Yatama memiliki beberapa kendala. Kendala itu adalah kurangnya interaksi antara Yayasan Bina Yatama dengan anak-anak asuh karena anak-anak asuh tidak
93
tinggal di dalam yayasan melainkan tinggal dengan keluarga mereka masingmasing. Seharusnya, menurut Pak Acep, anak-anak asuh tinggal di yayasan agar pengurus yayasan bisa mengetahui perkembangan dan kebutuhan dasar apa saja yang dibutuhkan oleh anak-anak asuh87. Selain itu, kesibukan masing-masing pengurus juga menjadi kendala yang dihadapi oleh Yayasan Bina Yatama. Karena kesibukan yang dimiliki masing-masing pengurus, maka pelayanan yang diberikan oleh Yayasan Bina Yatama belum mampu untuk memenuhi semua kebutuhan dasar anak yang dibutuhkan oleh anak-anak asuh88. Oleh karena itu diperlukan komunikasi yang baik antara keluarga penerima layanan dan Yayasan Bina Yatama dalam memenuhi kebutuhan dasar anak. Keluarga penerima layanan dengan segala keterbatasan yang dimiliki, tetap menjadi pihak yang paling bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar anak mereka. Sedangkan Yayasan Bina Yatama adalah pihak yang bertanggung jawab untuk membantu keluarga penerima layanan dalam memenuhi kebutuhan dasar anak.
87 88
Wawancara dengan Bapak Acep pada hari Jum’at, 27 Mei 2011, lihat lampiran h.36 Ibid
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini menganalisis kebutuhan dasar anak. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapat kesimpulan bahwa tidak semua kebutuhan dasar anak mampu dipenuhi oleh keluarga dan yayasan. Seperti yang telah dibahas bahwa kebutuhan dasar anak dibagi menjadi lima macam kebutuhan yaitu kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak, kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri, kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan, kebutuhan religius serta kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi. Dari hasil penelitian yang datanya didapat lewat metode penelitian kualitatif, terdapat tiga keluarga yang tidak bisa memenuhi semua kebutuhan dasar anak, yaitu keluarga Ibu Wati, keluarga Ibu Nurhasanah dan keluarga Ibu Yuliana. Sedangkan keluarga Ibu Fajriyah mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anak. Hal ini berarti tidak semua penerima layanan adalah kalangan tidak mampu. Yayasan Bina Yatama adalah yayasan yang membantu keluarga penerima layanan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Namun yayasan ini belum mampu memenuhi semua kebutuhan dasar anak dikarenakan berbagai kendala. Kendala yang pertama adalah terbatasnya sumber daya manusia karena masingmasing pengurus yang memiliki banyak kesibukan. Kendala yang kedua adalah
94
95
penempatan anak-anak asuh yang sampai saat ini belum ditempatkan di dalam yayasan melainkan masih tinggal dengan keluarga masing-masing.
B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian dengan metode penelitian kualitatif yang telah dijelaskan dalam skripsi ini, peneliti memiliki beberapa saran-saran yang akan disampaikan oleh Yayasan Bina Yatama. Saran-saran tersebut diantaranya adalah : 1. Meningkatkan pola komunikasi antara keluarga penerima layanan dan Yayasan Bina Yatama agar terjalin kerjasama yang baik untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. 2. Meningkatkan kualitas pelayanan dengan sumber daya manusia yang ada. 3. Menyediakan sarana dan prasarana yang lebih baik sebagai penunjang kebutuhan dasar anak.
Daftar Pustaka
Adi, Isbandi Rukminto. 2005. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Edisi Kedua. Depok: FISIP UI Press . 2005. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Depok: FISIP UI Press Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial. 2005. Volume 10. No.1. April. Jakarta: Pusat Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial Republik Indonesia Kamil Ahmad, M.Fauzan. 2008. Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Kasiram. 2008. Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Cetakan I. Malang: UIN-Malang Press LPSI. Anak Yatim & Kajian Fikih Realitas Sosial. Jatim: Pustaka Sidogiri Majalah Perlindungan Anak: Anak Kami. 2007. Perlindungan Anak: Bukan Basa-Basi. Vol.1. No.II. Maret. Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPSW-IPSPI . 2007. Perkembangan Program Perlindungan Anak di Aceh. Vol.1. No.5. Juni. Jakarta: Resource Centre SFFCCB CPWS-IPSPI Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Cetakan 24. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nazaruddin, Pepen. 2004. Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI Pramuwito. 1997. Pengantar Ilmu Kesejahteraan Sosial. Cetakan I. Yogyakarta: Departemen Sosial RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Roberts, Albert dan Gilbert J.Greene. 2008. Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1. Cetakan I. Jakarta: Gunung Mulia Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Cetakan I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta . 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan 5, Bandung: Alfabeta
Suharto, Edi. 2005. Membangun Mayarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial. Cetakan I. Bandung: PT Refika Aditama Tim Peneliti Departemen Sosial RI, Save the Chidren, dan Unicef. DVD “Seseorang yang Berguna: Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia” . 2007. Seseorang yang Berguna: Kualitas Pengasuhan di Panti Sosial Asuhan Anak di Indonesia. Jakarta: Departemen Sosial RI, Save the Children, dan Unicef http://ab-fisip-upnyk.com/files/Konsep%20Dasar%20Penelitian.pdf http://bataviase.co.id/node/310130 http://ralibt.multiply.com/journal/item/64/64 http://www.pdat.co.id/hg/reference_pdat/2005/01/03/UU%20RI%20nomor%2023%20Tahun% 202002%20tentang%20Perlindungan%20Anak.doc
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pedoman Wawancara (Untuk Penerima Layanan)
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Pendidikan
:
Status perkawinan
:
Profil keluarga
:
No .
Nama
Umur
Hubungan dalam keluarga
Pekerjaan/Pendidikan Status
Utama
Sampingan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1. 2. 3. 4. 5.
Bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak? Bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri anak? Bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan anak? Bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan religius anak? Bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi anak?
1
Pedoman Wawancara (Untuk Pengurus Yayasan Binayatama)
Nama
:
Umur
:
Jenis kelamin
:
Jabatan
:
Pekerjaan
:
1. Bagaimana pelayanan sosial yang diterapkan di Yayasan Binayatama? 2. Bagaimana cara pengurus memenuhi kebutuhan dasar anak?
2
Pertanyaan Wawancara (Untuk Keluarga Penerima Layanan) 1. Kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak a. Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan makan anak? b. Bagaimana cara Ibu menjaga kesehatan anak? c. Bagaimana cara Ibu menyediakan rumah yang nyaman untuk anak? d. Bagaimana cara Ibu menyediakan pakaian yang nyaman untuk anak? 2. Kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri a. Bagaimana cara Ibu menyediakan sarana yang diperlukan untuk belajar anak? b. Bagaimana cara Ibu mengajarkan anak tentang budi pekerti? c. Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan anak supaya anak bisa menyalurkan hobinya? 3. Kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan a. Bagaimana cara Ibu memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak? b. Bagaimana cara Ibu melindungi anak dari pergaulannya? c. Bagaimana cara Ibu membentuk mental yang kuat untuk anak? 4. Kebutuhan religius a. Bagaimana cara Ibu mendorong anak untuk rajin melaksanakan ibadah? 5. Kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi a. Bagaimana cara Ibu menanamkan kepedulian anak dengan teman-temannya yang memiliki masalah? b. Bagaimana cara Ibu mengajarkan anak untuk bertanggung jawab? c. Bagaimana cara Ibu mengajak anak berdiskusi untuk memutuskan sesuatu yang menyangkut anak?
3
Pertanyaan Wawancara (Untuk Pengurus Yayasan Binayatama)
1. Bagaimana pelayanan yang diterapkan di Yayasan Binayatama? 2. Bagaimana respon atau tanggapan dari keluarga penerima layanan dengan pelayanan tersebut? 3. Apakah pelayanan yang diterapkan telah disesuaikan dengan kebutuhan dasar anak asuh (kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup, kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri, kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan, kebutuhan religius, serta kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi)? 4. Bagaimana cara pengurus memenuhi kebutuhan fisik dan hak kelangsungan hidup anak? 5. Bagaimana cara pengurus memenuhi kebutuhan belajar dan hak atas pengembangan diri anak? 6. Bagaimana cara pengurus memenuhi kebutuhan psikologis dan hak atas perlindungan anak? 7. Bagaimana cara pengurus memenuhi kebutuhan religius anak? 8. Bagaimana cara pengurus memenuhi kebutuhan sosial dan hak atas partisipasi anak? 9. Perubahan apa yang pernah dilakukan pengurus agar pelayanan berkembang lebih baik?
4
Transkrip Wawancara (Untuk Penerima Layanan)
Nama
: Ibu Wati
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Status perkawinan
: Janda
Tempat wawancara pertama
: Teras depan rumah Ibu Wati
Tempat wawancara kedua
: Ruang keluarga rumah Ibu Wati
Tempat wawancara ketiga
: Ruang keluarga rumah Ibu Wati
Waktu wawancara pertama
: Kamis, 5 Mei 2011, 13.40-14.05 WIB
Waktu wawancara kedua
: Selasa, 10 Mei 2011, 14.20-15.07 WIB
Waktu wawancara ketiga
: Minggu, 5 Juni 2011, 16.16-16.51 WIB
Wawancara Pertama Pertanyaan Ibu namanya dengan ibu siapa? Umurnya berapa bu? Maaf suami ibu?
Jawaban Ibu Wati. Saya 50, 50 tahun ntar bulan juni besok. Suami saya, udah 8 tahun ga ada, meninggal udah 8 tahun. Anak ibu ada berapa? Anak mah jadi jumlahnya semua ada 6 orang, ya, jadi yatim piatu 2,yang yatim 2, cuman kalo yang sisanya kan ada bapaknya. Maksudnya ada bapaknya? Saya kan 3 kali nikah, jadi yang 2 masih punya bapak, yang yatim piatu 2, yang yatim 2 sama saya d sini perempuan, terus yang masih punya bapak satu orang tinggal di sini laki-laki. Yang sama ibu yang dapat tanggungan dari He eh, si siti sama si septi ni berdua, yang SMK sama yayasan? yang MI. Yang SMK siapa namanya bu? Siti. 5
Berarti yang MI Septi? Kalau boleh tahu yang SMK kelas berapa bu? Kalau Septi?
MI si Septi, ya anak saya emang masuk ke MI semua. Sekarang kelas 3 SMK. Septi udah kelas 6 dia mah, bentar lagi mau masuk ke tsanawiyah katanya.
Pekerjaan ibu sehari-hari apa?
Yah ga tentu ya kadang disuruh sama orang aja gitu, disuruh nyuci, disuruh ngepel gitu.
Kalau pemasukan dari yayasan gimana bu?
Ya ada pemasukan dari yayasan, ni juga kontrakan yayasan yang bayarin, saya kan ngontrak ni, sebulan 350 ribu, yayasan yang bayar.
Kalau untuk kebutuhan sehari-hari?
Kalau untuk sehari-hari ya, kan anak saya yang ada bapaknya kerja tuh.
Kalau untuk ibu sendri tinggal tunggu orang Iya kalau untuk saya sendiri, ada orang yang nyuruh untuk minta tolong ke ibu? saya nyuci, gosok, ya saya jalan, kalau ada yang nyuruh saya masak buat arisan atau buat ngaji gitu saya yang tolong. Anak ibu kan ada 6 ya bu?yang 2 perempuan Jadinya kan jumlahnya tuh yatim piatu ada 2, laki siti sama septi, kalau yang 4? perempuan, terus yang yatim 2 perempuan, duaduanya, kalau yang sama bapaknya mah di sana satu sama saya tuh yang bantuin saya tiap bulannya, yang kerja ini, yang paling gede sama bapaknya. Yang paling gede suka ke sini bu? Oh nggak. Namanya siapa bu? Yang sama bapaknya?namanya Safrudin. Umurnya bu? Udah 30 lebih. Udah berkeluarga juga ya bu Safrudin? Belum dia mah, cacat dia. Maksud ibu? Cacat dia, bisu tuli. Jadi ketergantungan sama bapaknya? Iya jadi dia tinggal sama bapaknya di sana, kalau anak laki yang di sini mah kerja dia, bulan Mei ini umurnya udah 24. Anak laki-laki yang tinggal d sini namanya Lukman. siapa bu? Berarti yang tinggal di sini ada 3?
Jadi yang di sini ada Siti sama Septi, sama Lukman, cuman Siti sama Septi kan yatim ni, nah Lukman mah masih ada bapaknya yang tinggal sama Safrudin, tapi si Lukman mah tinggal di sini, terus yang yatim piatu tinggalnya ga sama saya, ngontrak di tempat lain, tapi kalau buat makan sama butuh duit ke sini gitu. Ya namanya istilah kata mereka tinggal di sana juga rumahnya udah rusak gitu, udah ga layak, tapi di sini juga rumahnya sempit, jadi mau ga mau dah mereka tinggalnya di sana.
6
Yang yatim piatu itu berarti bukan anak Yang yatim piatu itu anak tiri saya, jadi saya punya kandung ibu? anak 6, yang dua yatim Siti sama Septi, tinggal di sini, nah si Safrudin sama bapaknya di sana, tapi adenya Safrudin si Lukman tinggal di sini sama saya, bantubantu saya lah istilah kata, yang yatim piatu 2 orang tuh anak tiri saya, tinggal di kontrakan sana. Anak tiri ibu yang yatim piatu ga kerja? Kalau yang laki mah mancing mulu kerjaannya, umurnya udah 30an tapi ga kerja, kalau yang perempuan si Syifah Fauziah, dulu sempat kerja dia, momong anak. Terus kalau yang suka mancing bu namanya Yang suka mancing Ahmad Gozali namanya. siapa? Kalau mas Lukman umurnya berapa bu? Bulan Mei ini pas 24 tahun, tanggal 9. Rencananya setelah lulus SMK, siti mau Dia mah kepengennya kuliah, tapi kata saya lagi gak langsung kerja atau kuliah? punya duit, mendingan kerja dulu. Kalau emang duitnya udah kekumpul baru kuliah. Septi udah daftar MTS bu? Belum, dia mah belum ujian. Emang Septi ujiannya kapan? Nanti katanya tanggal 10. Ibu udah lama tinggal disini? 2tahun lebih saya disini. Sebelumnya? Di sana dipinggir kali. Mas Lukman kerjanya dimana bu? Di apartemen ini, di Pondok Indah. Penghasilan mas Lukman gimana bu? Nih ngomong ajah dia, bosen katanya. Udah 5 tahun gajinya gak naik-naik Cuma satu juta lima puluh ribu perbulan. Gaji segitu dia ngasih ke saya sebulan enam ratus ribu. Kalau untuk buku-buku pelajaran dapetnya Ya sampe sekarang Alhamdulillah suka ada aja yang darimana bu? ngasih darimana aja. Selama Siti dan Septi sekolah ada halangan Alhamdulillah kalo halangan ga ada, paling cuma baju ga bu, kayak biaya sekolah yang tertunda gitu? sekolah Septi aja yang tiap tahun bisa ganti lima kali. Dia mah emang badannya gede, tiap tahun aja bisa nambah 15 kilo, sekarang aja beratnya 75 kilo. Dia emang doyan makan bu? Masya Allah, yang namyanya ayam gak pernah bosen, tiap hari yang namanya ayam mesti ada dia mah. Yang namanya kulkas aja nih, kalo kosong dia pasti ngomel. Tapi kalo yang namanya pinter mah pinter dia, tiap hari ngaji mulu, tapi dia sekarang udah ga ngaji di yayasan, kata dia di yayasan mah iqro lagi iqro lagi. Dia mah sekarang ngaji di RT sini nih. Kalau Siti makannya gimana bu? Wah kalau dia mah setiap senin ma kamis puasa mulu, gitu dia mah kerjaannya puasa mulu. Siti mah ga mau gemuk anaknya.
7
Kalau masalah shalat gimana bu?
Alhamdulillah pada rajin, biar kata kita orang kaga punya tapi buat saya ibadah mah nomer satu. Shalat itu tiang agama. Biar kata orang ngomong apa sama kita, kita mah masa bodo yang penting mah shalat. Saya mah kalo ngajarin anak buat shalat keras, padahal mah saya juga ga gitu paham kalau lagi ngaji, tinggal anak-anak aja nih yang pada pinter ngajinya. Kadang saya yang ditegor sama anak-anak, kalau yang saya baca salah, panjang pendeknyalah tajwidnyalah.
8
Wawancara Kedua Pertanyaan Ibu kalau makan di sini tiga kali sehari ga?
Jawaban Iya tiga kali sehari, saya mah tengah malem aja udah masak buat anak sarapan.
Setiap hari bu?
Iya saya mah kalau udah jam 12 ga bisa tidur lagi, terus jam 3 saya masak dah buat anak sarapan paginya. Ibu kesuiitannya untuk memenuhi kebutuhan anak- Ya kesulitannya begitu, penghasilan saya pas-pasan, dulu anak ada ga? waktu sebelum saya di sini penghasilan saya sehari bisa 150 ribu, tapi kalau di sini ya kalau lagi ada mah ada, kalau lagi ga ada ya ga ada. Kadang saya juga gali lubang tutup lubang, pinjem sama si anu, pas Lukman gajian baru dh saya ganti. Buat bantu Ibu, Siti sama Septi suka nabung? Nabung pada, sehari bisa nabung lima ribu paling kalau ga jajan. Sekarang mah Septi punya duit 500 ribu, sengaja ga diutik-utik buat nanti masuk Tsanawiyah. Pokoknya duit tabungannya tiap tahun pasti dipake buat dia sekolah, buat beli seragam. Kalau untuk biaya sekolah Siti sama Septi gimana Ya dari yayasan, tapi kan sekarang Siti udah ga dapet, dia bu? bentar lagi juga lulus, paling Septi. Tapi terus terang aj ya, dari yayasan mah tadinya dapet tiap bulan, sebulan 60 ribu buat berdua, Siti 40 ribu, Septi 20 ribu. Tadinya mah Septi cuma dapet 10 ribu, Siti 30 ribu. Nah pas Siti masuk SMK jadi nambah. Terus sekarang mah nggak, ga ada ni dari bulan Januari ga dapet kita dari yayasan. Jadi sekarang yayasan udah ga ngasih santunan Udah nggak, tapi Pak Abu sesuai janjinya sama saya selalu lagi? bayarin kontrakan ni tiap bulan sampe sekarang. Berarti kontrakan masih terus dibayarin ya bu? Iya masih terus. Itu dari uang pribadi Pak Abu atau dari yayasan? Ya kurang tau saya juga. Untuk buku-buku pelajaran lancar bu? Ya suka ada aja dari mana-mana, suka ada yang ngasih juga. Alhamdulillah buat biaya anak sekolah lancar, ada aja rejeki mah meskipun kita begini juga. Belajarnya gimana bu anak-anak? Kalau belajar mah alhamdulillah pada rajin. Siti sama Septi di sekolah prestasinya gimana bu?
Ngajinya pada di mana bu?di rumah atau di luar?
Setiap di rumah Septi suka main keluar?
Septi mah lagi nurun ni. Kelas 1 kelas 2 mah bagus banget rankingnya. Tapi sekarang mah di bawah ranking sepuluh mulu gitu. Kalau Siti mah emang pernah ranking pertama dia mah, kalau Septi belum pernah. Pokoknya mah Siti di bawah enam rankingnya, kalau Septi di bawah sepuluh. Tapi Septi pernah tuh ranking lima belas pas dia sakit pisan tuh, dua bulan dia sakit. pas semesteran belum bae, jaddinya dia semesteran di rumah, saya yang ambil soalnya dari sekolah. gara-gara sakit lama tuh dia jadi nurun banget rankingnya. Septi ikut pengajian di luar, kadang dia juga ngajarin anakanak kecil Iqra. Siti mah ga ngaji, paling di rumah aja ngajinya. Dia mah main mulu, tiap sore tuh motor dikeluarin aja. Sepedaan paling, kalau ga main bola tu di sawah. Dia mah apaan aja maen. 9
Septi udah bisa naik motor? Berarti Septi suka keliling naik motor? Siti suka main keluar? Setelah SMK, ada rencana untuk Siti kuliah? Septi pernah berantem ga sama temannya? Biaya buku untuk satu semester berapa?
Ya bisa, anak saya mah pada bisa semua, emaknya doank ni yang ga bisa. Iya tapi ga saya lepasin gitu, kadang saya ikut sama dia diboncengin. Nggak dia di dalem rumah terus. Ga punya temen dia mah di sini, paling teman-teman sekolahnya pada main ke sini. Paling dia mah di rumah kebet-kebet buku, main hape. Kerja aja dulu, paling kalau kuliah mah pas udah ada biaya. Dia juga sebenarnya pengen kuliah. Kayaknya ga ya, ga tau dah. Kalau ditotal bisa sampe 400an berdua buat buku paket, tapi kalau LKS sekitar 200an berdua.
10
Wawancara Ketiga Pertanyaan Jawaban Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan Saya mah kerja disuruh-suruh orang, disuruh masak makan anak? lah, nyuci, ngurut, yang penting saya dapet duit buat anak makan. Saya mah istilah kata orang susah begini, tapi kalau soal makan anak jangan sampe dah pada kagak makan. Buat anak sarapan kadang saya udah bangun jam 2 jam 3 buat masak, jadi pas subuh sarapan udah mateng. Paling kalau misalnya saya lagi masak di tempat orang buat hajatan, saya gak sempet buat masak di rumah. Bagaimana cara Ibu menjaga kesehatan Yang penting mah itu, makan jangan sampe pada telat. anak? Anak-anak juga kalau makannya kagak telat jadi jarang sakit gitu istilah kata. Bagaimana cara Ibu menciptakan suasana Apa ya?saya mah gak ngelakuin apa-apa, terserah yang nyaman di rumah agar anak betah tinggal anak-anak aja mau di rumah apa main di luar. Kalau di rumah? Siti mah betah aja dia di rumah, paling nyapu, beresberes rumah, baca buku, dia mah jarang banget keluar. Si septi noh kerjaannya maennn mulu di luar. kalau gak maen jajan, kalau gak jajan maen. Ada peraturan yang ditetapkan sama Ibu? Kalau buat ngatur-ngatur gitu mah kagak ya, saya gak pernah bikin peraturan. Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan Saya si jarang ya beli baju buat anak. Paling saya pakaian anak? sering beli baju si Septi, dia mah badannya gampang banget gede, jadi cepet gak muat baju. Istilah kata kalau ada duit mah saya beliin, kalau kagak ya kagak saya beliin. Bagaimana cara Ibu menyediakan sarana Anak-anak kalau belajar saya suruh di sini ni ruang belajar anak? tamu. Makanya ni di tengah kan kosong gini, sengaja buat anak-anak pada belajar. Jadi pas belajar tv mah di matiin, gak boleh dinyalain. Bagaimana cara Ibu mengajarkan budi pekerti Saya mah sering bilangin ke mereka kalau sama orang kepadda anak? harus sopan, kalau ada tamu jangan sering keluar masuk rumah, kagak enak aja diliatnya, sama yang tua cium tangan, terus saya mah yang penting anak bisa pada jujur. Biar kata kita orang gak punya, tapi kita harus jujur di mana-mana juga. Cara Ibu menyalurkan hobi anak bagaimana? Gimana ya?Septi mah hobinya maen mulu di luar sama jajan, paling saya gak pernah larang dia yang penting gak lupa sama waktu aja. Terus kalai Siti mah baca dia hobinya. Baca terus dia mah, buku apaan aja dibaca. Paling kalau lagi ada duit saya yang beliin buku buat dia, kalau gak adda kadang dia yang beli sendiri pake duit dia. 11
Bagaimana cara Ibu memberikan perhatian Saya sayang banget sama anak-anak saya. Istilah kata dan kasih sayang kepada anak? kalau lagi punya duit mah apa aja saya turutin. Saya mah sebagai orang tua juga dibilang keras sama anak. Bukannya kesel atau apa tapi karena emang sayang, tapi gak pernah dari anak-anak masih bayi sampe sekarang saya mukul, paling anti saya, mendingan saya yang dipukul dah daripada anak saya. Bagaimana cara Ibu melindungi anak dari Gimana ya?Yang penting mah kalau pada keluar pergaulan di luar rumah? bilang sama saya mau ke mana, sama siapa. Terus jangan dah pada pulang malem-malem, ngeri saya mah, apalagi Siti sama Septi kan perempuan. Bagaimana cara Ibu membentuk mental yang Saya selalu ngingetin sama anak kalau semua kuat kepada anak? masalah itu dari Allah, jadi kita mesti kuat jalaninnya, mesti mau nerima, mesti sabar, jadi mental juga gak lembek. Yah paling Siti kalau lagi ada masalah masih suka nangis gitu, belum kuat dia mah. Bagaimana cara Ibu mendorong anak untuk Buat saya ni ya, ibadah nomor satu. Saya selalu bilang rajin beribadah? ke anak kalau udah waktu shalat, tinggalin semua, ambil wudhu baru pada shalat. Biar kata kita gak punya, tapi jangan sampe kita miskin hati, yang penting kita punya Iman. Kalau soal puasa juga Siti rajin banget, puasa sunnah terus dia. Ngaji juga pada rajin. Bagaimana cara Ibu menanamkan kepedulian Yang penting buat saya anak jangan sampe lupa sama anak kepada teman dan orang-orang? temen kalau lagi punya rejeki. Bener dah tuh kalau misalnya punya rejeki pasti dibagi sama tementemennya. Makanan biasanya yang sering dibagi, kuekue. Terus saya juga ngasih tau jangan sombong sama temen, karena sama temen harus saling tolong. Siapa tahu nanti kita butuh dia atau dia butuh kita. Bagaimana cara Ibu mengajarkan tanggung Pokoknya saya mah paling gak suka liat anak lagi jawab kepada anak? ngerjain apa gitu, terus ditinggal dan ngak diberesin kerjaannya. Saya pasti ngomel. Saya selalu ngomong ke anak kalau lagi ngerjain apa-apa atau ngelakuin apa-apa harus tanggung jawab dan jangan ditinggaltinggal. Bagaimana cara Ibu mengajak diskusi kepada Biasanya si kalau ngajak diskusi ya biasa gitu. Pas anak untuk memutuskan sesuatu yang saya lagi ada di rumah dan anak ada di rumah saya menyangkut kepentingan anak? sering ngobrol sama anak. Sering diskusi, pokoknya gak pernah dah saya mutusin sendiri, malah kadang saya mah terserah apa kata anak aja.
12
Transkrip Wawancara (Untuk Penerima Layanan)
Nama
: Ibu Fajriyah
Umur
: 49 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Status perkawinan
: Janda
Tempat wawancara pertama
: Ruang tamu rumah Ibu Fajriyah
Tempat wawancara kedua
: Ruang tamu rumah Ibu Fajriyah
Tempat wawancara ketiga
: Ruang tamu rumah Ibu Fajriyah
Waktu wawancara pertama
: Kamis, 12 Mei 2011, pukul 09.47-10.18 WIB
Waktu wawancara kedua
: Selasa, 17 Mei 2011, pukul 10.35-11.02 WIB
Waktu wawancara ketiga
: Rabu, 1 Juni 2011, pukul 11.48-12.27 WIB
Wawancara Pertama Pertanyaan Ibu namanya siapa? Anak Ibu yang di Yayasan ada berapa? Zulfakhor kuliah dimana bu? Alfian sekolahnya dimana? Ibu umurnya berapa? Alfian umurnya berapa bu? Sekarang lagi sekolah? Maaf suami ibu udah berapa tahun gak ada? Total anak ibu ada berapa bu? Yang berkeluarga namanya siapa bu?
Jawaban Saya Bu Fajriah. Sekarang tinggal Alfian, kalau dulu mah berdua sama Zulfakhor tapi sekarang Zulfakhor udah kuliah. Jadi yang dapet santunan cuma Alfian. Dia di UNJ. Dia di Aliyah Arrahman kelas dua. Umur saya 49 tahun. 16 tahun dia. Hah?iya lagi sekolah. Udah sebelas tahun bulan Desember tahun 1999. Ada tiga yang udah berkeluarga satu. Hilda.
13
Dia kerja atau di rumah aja?
Hilda? Iya dia kerja di Yayasan Pendidikan ArRahman, di bagian Tu nya.
Ibu sehari-hari di rumah aja?
Iya, kadang juga keluar rumah buat arisan, kalau ga buat ngaji.
Anak ibu yang di UNJ semester berapa? Zulfakhor, dia semester delapan. Alfian belajarnya gimana bu? Ya gitu, ga pinter ga bodoh. Dari yaysan ibu dapet santunan setiap berapa Dari yayasan buat Alfian dapet sebulan sekali. bulan? Emang perbulannya alfian dapet berapa?
Dapetnya sesuai SPP karena santunannya buat bayar sekolah.
Alfian kalau masalah shalat gimana bu? Alfian sering ngaji ga bu? Pernah ikut ngaji di yayasan?
Beuuhhh…rajin banget dia mah. Iya, dia ikut di Aliyahnya ikut pengajian. Ga, dia ga pernah ikut di yayasan. Di yayasan mah pengajiannya cuma sampe SMP aja.
Alfian di Aliyah ikut ekskul ga bu? Dia punya prestasi sendiri ga bu?
Ga, dia ga ikut ekskul. Ah dia mah ga pernah dapet prestasi pribadi, tapi dia mah dulu SMP pernah ikut Marching Band.
Alfian kalau dirumanya suka main keluar ga?
Ga dia mah kalau keluar cuma buat ngaji doang, kalau gaul sama anak-anak sini mah ibu ngejaga banget. Ya namanya anak-anak ntar begini ntar begitu, ya namanya anak cowok. Dia ngajinya dimana bu kalau disini? Pengajian ini, apa tuh Balai Rombeng bareng sama si itu juga anaknya Pak Abu. Alfian puasa sunahnya gimana bu? Ya kadang-kadang pernah. Abis MA Alfian mau nerusin dimana bu? Insya Allah mau kuliah. Berarti anak ibu semuanya sampe kukliah yah Iya, terus saya juga dibantu omnya anak-anak buat bu? biayain Zulfakhor kuliah sama Alfian sekolah. Kalau anak-anak ibu kan bisa sampe kuliah, Saya aliyah aja. ibu sendiri dulu pendidikannya sampe mana?
14
Wawancara Kedua Pertanyaan Jawaban Selain dari Yayasan Binayatama, Alfian pernah Ada dia, dari Yayasan Abu Dhabi, tiap 3 bulan dapet dapet santunan dari lembaga lain? 900 ribu. Yah alhamdulillah biar kata yatim juga ada aja yang bantuin. Berarti untuk kebutuhan Alfian cukup ya? Hehehe, bisa dibilang lebih dari cukup lah. Si Zulfakhor juga dulu dapet tuh pas SMA dari Abu Dhabi. Saya mah bersyukur banget. Di daerah sini yang dapet dari Abu Dhabi cuma anak saya aja. Dari Abu Dhabi juga sama bu ya dengan Iya abis SMA udah ga dapet lagi, tuh si Zulfakhor Binayatama, sampe SMA aja? sekarang udah ga dapet. Kegiatan di luar Alfian selain sekolah apa Yah paling ngaji, maen marawis di Balai Rombeng. saja? Pas acara-acara maulid juga maen dia. Selain di Balai Rombeng, Alfian marawis di Di sekolahannya paling. mana lagi? Di yayasan pernah main marawis juga?
Sering dapet panggilan untuk main marawis? Kalau ikut pengajian lancar setiap hari?
Di yayasan sini mah udah lama ga ada marawis. Dulu mah ada, tapi katanya mah alat-alatnya dipinjemin, sampe sekarang belum dipulangin. Jadi udah ga ada lagi dah marawis di yayasan. Dulu mah masih ada. Paling sering biasanya pas maulid. Alhamdulillah rajin dia mah. Apalagi dia kan ketua pengajian, harus dateng terus.
Oh Alfian jadi ketua?
Iya dia jadi harus ngasih pengumuman ke yang lain kalau ada pengajian.
Ketua pengajian yang di Balai Rombeng? Biasanya ngajinya kapan? Waktu belajarnya gimana bu, berkurang ga kalau tiap malem harus ikut pengajian? Temen-temen Alfian di sekitar rumah banyak?
Bukan, yang di sini, Masjid Ar-Rahman. Tiap malem ngaji. Kalau dia mah pas mau ulangan aja baru belajar, sisanya mah di sekolahan. Dulu mah banyak, tapi kayaknya sekarang udah pada ga keliatan lagi dah, pada mencar-mencar.
Maksudnya mencar-mencar?
Yah pada sibuk sendiri mungkin. Dulu mah Alfian sering maen sama temen-temennya di sini, tapi sekarang udah nggak. Paling ketemu pas ngaji doang. Ya biasa kalau pergaulan mah. Ga nakal dia mah.
Pergaulan Alfian di sekolah gimana?
Pelajaran yang paling Alfian ga bisa apa? Wah matematika tuh jebol mulu nilainya. Pernah coba belajar matematika sendiri di Tau tuh, kalau sendiri mah ga bisa dia. rumah? Pernah ikut les? Pernah Bahasa Inggris. Di pengajian Masjid Ar-Rahman yang diikutin Bahasa Arab kayaknya dulu pernah deh. Tapi cuma 3 ada pelajaran sekolah yang diajarin? bulan apa. Alfian suka baca ga orangnya? Jarang paling baca buku. 15
Biaya sekolah Alfian berapa per bulan?
Tapi kalau untuk buku sekolah? Ibu sendiri pemasukannya dari mana?
70 ribu kalau ga salah. Tapi kalau sekolah di ArRahman terus punya keluarga di situ, bayaran mah gratis. Mpoknya Alfian kan jadi TU di sana, jadi Alfian sebenernya gratis ga bayar SPP. Buku bayar sendiri. Saya mah paling dapet pensiunan aja sebulan 500 ribu.
Cukup ga bu untuk biayain Alfian sekolah?
Yah cukup si, kan Alfian juga dapet dari Abu Dhabi. Tapi kan yang namanya rezeki mah suka ada aja. Untuk uang saku Alfian berapa bu? Per hari 5 ribu, hehe. Tapi dia jarang si jajan. Paling kalau makan mah di rumah. Sekolah juga kan jalan kaki. Nabung ga Alfian? Nabung. Alfian pernah bandel ga kalau lagi di luar Ah setau saya ga pernah, ngerokok aja nggak dia. rumah?
16
Wawancara Ketiga Pertanyaan Jawaban Bagaimana cara Ibu untuk memberikan Yah biasa aja dah, tiap pagi sarapan, terus kalau Alfian asupan gizi kepada Alfian setiap hari? pulang sekolah harus udah siap makanan di meja makan. Yang penting mah sarapan gak pernah kelewat sama saya. Kalau misalnya saya ga masak pas sarapan, paling beli lontong atau gak roti. Kalau anak udah sarapan mah saya udah tenang. Tapi saya mah ngasih makan anak biasa aja, ga pernah sesuai sama ukur-ukuran buat gizi gitu, yah seadanya aja, tapi ga tau ya anak-anak mah badannya gede-gede padahal gizinya kurang, hehehe. Ow jadi sarapan bu ya yang penting? Iya yang penting itu mah buat saya. Kan kadang suka ada aja yang lemes gara-gara gak sarapan. Terus setiap Alfian pulang sekolah, makanan Iya jadi pas pulang langsung makan, baru deh shalat. juga udah Ibu siapin? Untuk kesehatan Alfian bagaimana menjaga dia supaya gak gampang sakit?
Ibu Biasa aja di sini mah, saya mah gak kayak orang-orang yang anaknya harus makan yang bergizi, saya mah nyediain anak buat makan biasa aja. Ya Alhamdulillah anak-anak mah sehat-sehat aja. Paling saya larang buat tidur malem-malem, biar gak begadang aja. Terus dulu mah saya suka kasih susu tiap pagi biar seger badannya. Tapi sekarang mah udah gak dikasih. Selain susu yang pernah Ibu kasih, Ibu pernah Ah gak pernah tuh. Vitaminnya itu aja, makan, hehe. kasih vitamin buat Alfian? Bagaimana cara Ibu menyediakan tempat tinggal yang nyaman supaya Alfian betah tinggal di rumah? Ibu menerapkan peraturan-peraturan tertentu gak buat anak di rumah?
Paling saya nyediain kamar anak buat sendiri, jadi apaapa juga seringnya di kamar, pada betah dah tuh.
Peraturan mah kalau anak butuh apa-apa saya suruh kerjain sendiri. Kayak misalnya abis makan ntar cucinya sendiri, terus cuci baju juga sendiri, apa-apa dikerjain sendiri lah. Jadi ga tergantung sama orang tua. Terus juga pada biasa bantu-bantu saya buat ngepel, nyapu. Dari anak masih kecil saya biasain begitu. Cara ibu menyediakan pakaian yang layak dan Saya biasanya cuma ngasih duit ke anak, terus biar dia nyaman buat Alfian bagaimana? yang nyari baju sendiri. Kadang kalau saya yang beliin suka ga selera dianya. Tapi jarang juga saya ngasih duit buat beli baju, kalau lagi ada aja. Lalu untuk belajar Alfian, bagaimana cara Ibu Kalau belajar mah biasanya di kamar aja biar pada menyediakan sarana untuk belajar di rumah? konsen gitu, jarang belajar di depan sini.
17
Bagaimana Ibu mengajarkan Alfian tentang Kalau saya mah sesuai sama ajaran yang kita terima budi pekerti? aja, kayak misalnya kalau ketemu orang salaman, terus sama yang lebih tua cium tangan, terus sopan sama orang, terus saya ngajarin buat menghormati sama temen-temennya atau sama orang lain, ya terhadap orang tua, terhadap temen. Cara Ibu untuk menyalurkan hobi Alfian Alfian kan hobi banget tuh sama marawis, saya mah bagaimana? mendukung banget sama hobinya. Itu kan positif banget, daripada gaul di luar ga jelas. Asal gak ganggu belajar mah saya dukung banget. Kalau dulu waktu dia masih kecil awalnya saya masukin dia ke pengajian, terus dari situ dia mulai tertarik tuh sama marawis. Sampe sekarang sering dapet panggilan buat maen di luar. Ibu kan mendukung hobi Alfian, terus kalau Alfian si pernah jauh, tapi gak pernah sampe keluar misalnya Alfian dapat penggilan untuk main kota. Saya mah tetep dukung, paling saya kasih pesen marawis yang letaknya jauh dari rumah ke dia kalau misalnya lagi di kampung orang jangan bagaimana? macem-macem. Bagaimana cara Ibu memberikan perhatian Ya seumpama kalau dia punya salah, saya gak pernah dan kasih sayang Ibu kepada Alfian? ngomelin yang pake emosi gitu, saya nasihatin baikbaik, saya kasih pengertian. Terus saya juga sering kasih nasihat, kalau yang baik itu kayak gimana, yang gak bener itu gimana, biar hati-hati sama pergaulan. Ya yang namanya orang tua mah kasih sayang sama anak seumur hidup, jadi saya mah ngejaga anak betul. Kan katanya kasih orang tua sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah, gitu katanya. Cara Ibu melindungi Alfian dari pergaulan yang Saya mah waspada aja dah. Ya kita liat pergaulannya tidak benar bagaimana? aja, kalau pergaulannya yang nggak-nggak kita mah kasih jalan keluar. Tapi Alhamdulillah pergaulan mah baik terus, gak sampe ke sono. Pokoknya jangan sampe anak keluar jalur lah. Bagaimana cara Ibu membentuk mental yang Ya kan kalau orang tua yang paling utama itu kuat untuk Alfian? kesabaran. Jadi kita mah ngajarin anak biar sabar kalau lagi ada masalah, karena itu yang nomor satu. Alhamdulillah Alfian kalau lagi ada masalah gak pernah tuh sampe ngurung diri di kamar gitu. Dia juga suka cerita sama saya kalau lagi punya masalah. Bagaimana cara Ibu mendorong Alfian agar Iya saya salurin ke pengajian dari kecil, saya masukin terus beribadah? ke sekolah agama kayak Aliyah yang sekarang. Saya mah yang penting keseimbangan dia buat hidup ga hilang. Jadi pegangan agamanya ada. Saya mah bersyukur gara-gara dari kecil saya kasih ajaran agama, sampe sekarang dia shalat rajin, sering ngaji, gak pernah tuh ditinggal sama dia.
18
Bagaimana cara Ibu menanamkan kepedulian Ya kan pas temen dia lagi sakit, saya suka nyuruh dia Alfian untuk membantu teman-temannya yang buat nengokin temennya, kadang tanpa saya suruh dia lagi punya masalah? inisiatif sendiri. Terus kadang kalau temennya lagi ada apa-apa dia juga sering bantu, temennya juga sering bantu pas Alfian yang lagi punya masalah. Ya kita mah saling bantu aja lah gitu. Saya pokoknya ngajarin anak dari kecil itu buat saling hormat dan bantu sama siapa aja, ya sama temen, sama orang tua. Karena kita emang ajarannya udah begitu, jadi kita harus ngajarin ke anak kayak gitu juga. Cara Ibu mengajarkan Alfian agar bertanggung Udah bisa megang tanggung jawab sendiri lah dia. jawab? Sekarang kan Alfian punya tanggung jawab jadi ketua pengajian, gede juga kan tanggung jawabnya, tapi dia bisa lah jalaninnya. Kalau dulu si paling saya kasih wanti-wanti gitu ke dia buat tanggung jawab sama yang dia lakuin, tapi sekarang saya liat buat umur segede dia udah bisa lah dia tanggung jawab. Terus waktu kecil kan saya yang nyuruh dia buat kayak gini, buat ke sini, buat ngelakuin ini, tapi sekarang udah saya lepas. Biar dia jalanin sendiri, mutusin sendiri, dan tanggung jawab sendiri, tapi tetep saya awasin, udah tugas orang tua kan begitu. Bagaimana cara Ibu mengajak Alfian untuk Saya mah sering ngajak Alfian diskusi, kalau dulu berdiskusi memutuskan sesuatu yang waktu kecil kan saya yang mutusin, tapi sekarang saya menyangkut dirinya? selalu ngajak dia buat omongin sama-sama, dia maunya gimana, saya maunya gimana, kita omongin bareng-bareng, selama tujuannya baik.
19
Transkrip Wawancara (Untuk Penerima Layanan)
Nama
: Ibu Nurhasanah
Umur
: 42 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Status perkawinan
: Janda
Tempat wawancara pertama
: Ruang tamu rumah Ibu Nurhasanah
Tempat wawancara kedua
: Ruang tamu rumah Ibu Nurhasanah
Tempat wawancara ketiga
: Ruang tamu rumah Ibu Nurhasanah
Waktu wawancara pertama
: Jum’at, 20 Mei 2011, pukul 09.35-09.55 WIB
Waktu wawancara kedua
: Senin, 23 Mei 2011, pukul 13.24-14.02 WIB
Waktu wawancara ketiga
: Rabu, 1 Juni 2011, pukul 12.38-13.12 WIB
Wawancara Pertama Pertanyaan Ibu namanya siapa? Umurnya berapa bu? Kalau suami ibu, maaf, udah meninggal dari kapan? Anak ibu ada berapa bu? Nama mereka siapa aja bu? Yang paling besar? Dua-duanya dapat santunan dari yayasan? Yuda SMK nya di mana? Fathur SD nya? Kalau sekolah Fathur jalan kaki ya? Kalau Yuda naik angkutan umum?
Jawaban Saya Ibu Nurhasanah. Umur saya 42. Bapak dari tahun 2008 udah ga ada. Kalau anak saya ada dua laki-laki semua. Fathur sama Yuda. Kelas 1 SMK si Yuda, si Fathur kelas 2 SD. Iya berdua, Fathur sama Yuda dapet. Ehhhh, di Cipayung, Jembatan Serong iya, SMK Arjuna. Di sini, SD Pondok Terong 1. Iya, hehe deket soalnya. Yuda? Dia pake motor. 20
Fathur udah pulang sekolah bu?
Udah dia pulang cepet kalau hari jum'at, sekarang anaknya lagi maen keluar. Emang Fathur pulangya jam berapa bu? Ehhhh jam setengah sepuluh. Fathur prestasi belajarnya di dekolah gimana Gimana ya? Belajarnya ya begitu males dia mah. bu? Dapet ranking ga? Nggak, rankingnya biasa aja. Belajarnya di rumah gimana? Ya biasa, kalau lagi belajar ya belajar, kalau lagi males ya begitu, hehehe. Terus suka ditegur sama ibu? Ya suka, kalau dia males saya tegur gitu, hehehe. Tiap pulang sekolah Fathur main keluar terus? Iya, hehe, main terus dia kalau abis pulang sekolah. Fathur sama Yuda dapat santunan berapa dari Dapet buat bayaran sama buku paling. yayasan? Kalau Yuda bayaran sekolah nya berapa? Ehh 150 ribu. Kalau Fathur?
Kalau yang SD ga ada bulanan, Cuma bayar buat buku aja. Kalau masalah makan gimana bu si Fathur? Iya, males dia, iya, hehehe, paling jajan dia. Kalau main keluar rumah ke mana bu si Paling belakang rumah, kadang-kadang main sepeda. Fathur? Tapi kalau main sepeda suka main jauh sama temantemannya, ke sana Permata. Kalau sama teman-temannya di sekolah suka Nggak. main sama-sama? Shalatnya Fathur sama Yuda rajin bu? Yuda kalau lagi inget yaaa dia shalat, Fathur namanya anak-anak ya, hehe kadang-kadang nggak. Ibu suka ngajarin masalah agama ga kayak Suka. shalat atau baca Qur'an gitu? Saat Subuh bangun ga mereka? Kalau lagi bangun, bangun. Tapi Fathur mah susah, hehe. Yuda mah bangun pagi terus sekalian sekolah, jam setengah lima udah bangun. Fathur suka ngaji di sini? Ngaji. Di mana bu ngajinya? Di yayasan tapi jarang kalau di yayasan, paling yang rajin ngajinya di sini ni, sama haji Munatsir abis magrib. Udah al-Qur'an? Belum, masih iqra 6. Yuda suka ngaji? Suka. Di sini juga, haji Munatsir? Nggak, di pengajian anak muda kadang-kadang di Permata gitu. Kalau untuk seragam sekolah buat Yuda sama Fathur mah dapet dari sekolahan, yuda baru beli Fathur dapet gratis atau beli sendiri? sendiri, ga dapet gratis.
21
Wawancara Kedua Pertanyaan Ibu pemasukannya darimana untuk kebutuhan sehari-hari? Ibu ada angkot? Satu angkot itu sopirnya ada berpa? Setorannya berapa per hari? Selain pemasukan dari angkot, Ibu ada pemasukan dari mana lagi? Di mana kontrakannya? Berarti buat kebutuhan sehari-hari cukup ya bu? Fathur ngaji di dua tempat ya bu? Cara ngebagi waktu dia ngaji di dua tempat itu gimana bu?
Yuda ngajinya di dua tempat juga bu? Nggak ngaji di sini, di Balai Rombeng? Yuda belajarnya di rumah kayak gimana bu? Yaa maksud saya rajin atau nggak?
Jawaban Yaaa dari angkot, hehehe. Iya ada tu satu, warisan bapak dulu. Saya ada sopir dua orang, ganti-gantian bawanya. Ke saya 80 ribu, sisanya buat dia orang. Kontrakan, sama warisan bapak juga. Di Gang Mandor. Ada, he eh buat kebutuhan ada. Iya di yayasan sama Haji Munatsir. Ya biasanya satu hari satu tempat pengajian, kayak ntar sore ni dia ngaji di yayasan. Kalau di Haji Munatsir abis magrib. Tapi kadang kalau udah ngaji di yayasan dia males ngaji lagi di Haji Munatsir. Cape katanya. Nggak dia mah di Permata aja. Nggak, hehehe. Kayak gimana maksudnya? Biasa-biasa aja lah, biasanya pulang ngaji kadangkadang belajar.
Selain santunan uang dari yayasan, Fathur Ni bentar lagi katanya mau ke Tanah Abang, mau sama Yuda pernah dapat santunan apa lagi? dikasih buku, sepatu, sama baju. Bajunya si baju bebas, celana, handuk gitu. Ow jadi santunan berupa barang juga dapet? Iya. Sembako suka dapet? Hah? Sembako suka, suka dapet. Fathur tiap main keluar rumah sama teman- DI sini aja dia mah, di luar rumah. Kalau ga ada temannya ke mana aja? temennya kadang dia yang nyamperin ke rumah temennya satu satu. Kalau lagi ga ada temennya paling cuma jajan aja tuh di situ. Suka punya masalah ga sama temen- Yaa paling ledek-ledekan aja, ga sampe berantem temennya? beneran gitu. Kan Fathur tiap mau main suka nyamper Suka pada main juga ke rumah. temen-temennya, tapi temen-temennya pernah main ke sini? Yuda gimana bu? Dia ada temen di sini? Ada. Terus suka main keluar? Iya suka, suka main keluar. Tapi jarang dia, paling kalau disamper temennya. Kalau ga ada yang nyamper ya udah dia mah di kamar aja atau ga nonton tv. 22
Kalau keluar rumah, biasanya jam berapa baru Ga pernah sampe malem si, sore juga pulang. Ya jam pulang? 9 lah. Setelah pulang sekolah di rumah aja? He eh tv paling dia mah. Paling ya itu kalau ada temennya aja dia keluar, ke Citayam gitu bawa motor. Fathur sering jajan ya? Iya, es mulu dia mah. Ini sekarang lagi pilek dia, tapi tetep aja minum es terus. Suka sakit bu? Kadang-kadang pilek dia, radang paling. Yuda suka sakit? Dia si ga pernah ngeluh. Untuk kebersihan badan, Fathur mandinya Iya, pagi sama sore. Tapi kalau sore dia sore banget teratur? gitu, terus dia juga kalau mandi maunya sama air anget, sama air dingin mah ogah dia. Fathur minum susu ga bu? Nyusu dia tiap pagi, paling yuda doang yang nggak. Fathur juga masih ngempeng sampe sekarang. Setiap belajar atau ngerjain PR, ibu suka He eh suka. ngajarin atau nemenin Fathur? Fathur ngerjain PRnya kapan?
Paling malem, pulang ngaji. Kalau siang mah dia main keluar.
Yuda suka ditemenin ibu juga tiap belajar? Atau Nggak, nggak pernah dia mah. cerita-cerita soal pelajarannya ke ibu? Terus kalau misalnya ada masalah di Nggak, hehehe. sekolahnya, Yuda pernah cerita? Fathur suka cerita? Setiap malam Fathur tidurnya jam berapa? Padahal sekolah masuk pagi bu ya? Santunan yang dari yayasan lancar bu tiap bulan?
Iya dia mah cerita, hehehe. Jam berapa ya? Kadang jam setengah 11 baru tidur. Iya jam 7 udah masuk, hehehe. Alhamdulillah lancar sampe sekarang.
Dalam satu bulan pernah ga dapet sama Nggak, nggak pernah. sekali? Di sekolah selain belajar, ada kegiatan lain yang Fathur ikutin ga? Fathur les ga? Kalau untuk les biayanya beda sendiri ya di luar biaya sekolah?
Nggak, di sekolahan dia mah ga ada ekskul. Kelar sekolah ya pulang. Paling di situ mah adanya les. Nggak. Beda lagi dia mah.
Untuk Yuda gimana bu? Ada kegiatan lain ga di Di sekolahan? Paling olahraga dia. sekolahnya selain belajar? Ekskul? Yuda suka nakal ga orangnya kalau lagi di luar rumah? Pernah dapet masalah di sekolahnya?
Nggak, dia ga ikutan. Nggak tau dah kalau di luar mah. Dia mah orangnya pendiem. Kata gurunya juga di sekolah dia pendiem. Kagak, hehehe.
23
Wawancara Ketiga Pertanyaan Jawaban Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan Ya gimana ya?hehe, biasa kalau lagi pengen makan makan buat Fathur dan Yudha? juga makan. Tiap pagi saya siapin sarapan, paling makan malem aja jarang. Saya mah terserah mereka, kalau pada pengen makan ya makan, kalau lagi ga kepengen ya ga makan. Tapi tetep saya sediain terus. Untuk menjaga kesehatan anak supaya gak Ya gitu aja, paling kalau Fathur kan suka jajan, saya sakit bagaimana? mah nyuruh aja supaya jangan keseringan, tapi anaknya aja bandel tetep jajan. Lagi sakit juga tetep aja dia mah jajan. Saya si udah ngasih tau, tapi ga nurut anaknya. Cara Ibu menyediakan tempat tinggal yang Ya itu, iniin nyewa PS, hehehe. Jadi pada betah dah membuat Fathur dan Yudha nyaman di rumah, tapi ga sering sih. bagaimana? Ibu menerapkan peraturan-peraturan gak di Biasa paling, saya bebasin aja, paling saya suka rumah? negor aja kalau pada bandel. Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan Yah kadang kalau lagi ada saya ajak anak-anak beli pakaian anak-anak? baju, kadang saya yang beliin sendiri. Tapi kalau lagi gak ada duit ya gak beli. Lalu kalau anak-anak belajar, cara Ibu Kalau di rumah mah terserah mereka mau belajar di menyediakan sarana buat belajar anak mana aja, ga tentu tempatnya. Saya bebasim aja. bagaimana? Kadang belajar di kamar, di ruang tamu. Bagaimana cara Ibu mengajarkan budi pekerti Biasanya saya ngajarin mereka supaya gak ngomong kepada Fathur dan Yudha? kasar sama orang, kalau ketauan sama saya lagi ngomong kasar saya omelin, gitu. Kalau Fathur ya begitu dia mah, hehehe, susah dibilanginnya, nakal dia sama orang, kalau Yudha kan udah gede, dikasih taunya juga gampang. Cara Ibu menyalurkan hobi anak-anak Kalau Yudha kan hobinya maen bola tuh, kadang bagaimana? kalau temannya nyamper maen bola ya dia maen. Saya si ga pernah larang. Terus kalau ada pertandingan Persija gitu dia suka nonton sama temen-temennya. Saya sih udah larang, kan suka rusuh gitu ya. Tapi tetep aja dia mah berangkat. Kalau Fathur bagaimana? Dia mah masih ga jelas, hehehe. Paling hobinya maen terus keluar, saya mah ga bisa larang dia, terserah dia aja asal ga jauh-jauh maennya.
24
Bagaimana Ibu memberikan kasih sayang dan Hehe, saya mah sayang lah sama anak sendiri, masa perhatian sama anak? gak sayang. Paling saya suka ngasih tau ke mereka yang baik kayak gimana, terus suka negor. Tapi kadang kan suka bandel anak-anak, walaupun saya tegor masih aja bandel. Tapi emang saya gak pernah larang anak terus-terusan, saya mah cukup sekali aja bilanginnya. Yah yang penting anak tau lah mana yang baik. Sayang saya mah sama Fathur sama Yudha. Cara Ibu melindungi anak-anak dari pergaulan Paling ya saya kasih tau aja jangan suka ikut-ikutan bagaimana? kayak gitu, jangan maen sama dia, ya gitu-gitu aja. Saya juga jarang ngasih Yudha keluar rumah, kecuali kalau temen-temennya ada yang nyamper. Kalau Yudha keluar rumah, Ibu tahu gak dia Gak tahu saya, paling kalau lagi nonton Persija dia keluar ke mana? bilang, kalau yang lain saya gak tahu, saya mah asal pulangnya jangan malem-malem aja. Bagaimana Ibu membentuk mental yang kuat Hehe, gimana ya?bingung saya juga, hehe. sama mereka? Cara Ibu mendorong dan memberikan arahan Ya saya mah ngasih tau lah kalau pas lagi waktu agar anak-anak mau rajin ibadah bagaimana? shalat saya suruh shalat, tapi kadang anak saya juga ga selalu rajin. Pas waktu ngaji saya suruh ngaji. Cara Ibu menanamkan kepedulian anak-anak Setau saya si temen-temen mereka ga pernah ada terhadap teman-temannya bagaimana? masalah, ga tau ya anak saya ga pernah cerita. Paling ya saya mah pengen anak biar nolongin temennya gitu. Pernah si waktu itu saya kasih tau ke Yudha sama Fathur kalau sama temen harus kayak gini, ga boleh jahat, harus nolong temen, jangan suka berantem, begitu paling. Bagaimana cara Ibu mengajarkan tanggung Gimana ya? Saya si ga pernah denger anak saya ga jawab ke anak-anak? tanggung jawab gitu, yah kalau Yudha mah saya liat orangnya tanggung jawab. Kalau Fathur namanya masih kecil ya, hehe saya mah maklum. Bagaimana cara Ibu mengajak anak-anak Saya gak pernah ngajak mereka diskusi. Hehe, paling diskusi untuk memutuskan sesuatu yang saya aja yang mutusin. menyangkut diri mereka?
25
Transkrip Wawancara (Untuk Penerima Layanan)
Nama
: Ibu Yuliana
Umur
: 37 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Status perkawinan
: Janda
Tempat wawancara pertama
: Ruang tamu rumah Ibu Yuliana
Tempat wawancara kedua
: Ruang tamu rumah Ibu Yuliana
Waktu wawancara pertama
: Selasa, 24 Mei 2011, pukul 10.12-11.05 WIB
Waktu wawancara kedua
: Minggu, 5 Juni 2011, pukul 14.52-15.27 WIB
Wawancara Pertama Pertanyaan Ibu, yang tinggal di sini ada berapa orang? Anak ibu siapa aja namanya? Muammar sama Lidya di mana sekolahnya? Anak-anak ibu ngaji? Tiga-tiganya ngaji di situ? Ngajinya rajin anak-anak? Pernah ikut pengajian di yayasan? Ibu udah lama tinggal di sini? Kapan mulai tinggal di sini? Suami ibu tahun berapa udah meninggal?
Jawaban Di sini anak saya ada tiga sama bapak saya. Muammar kelas 3 SMP, Lidya kelas 6 SD mau masuk SMP, terus sama yang kecil ni 6 tahun si Azwar, baru mau masuk SD dia tahun ini. Lidya di Ar-Rahman, kalau Muammar di Dwiguna. He eh ngaji di sini ni, di Majlis Ta'lim Ibu Hj. Nuraminah. Kalau anak saya yang laki suka di ini, di Balai Rombeng. Ya gitu kalau lagi males ngajinya di rumah aja sama saya. Tapi pas lagi rajin mah rajin. Suka si tapi katanya suka malu ngaji di situ, udah kegedean katanya. Kebanyakan di situ kan anak-anak kecil yang ngaji. Dulu mah rumah saya bukan di sini tapi di deket Balai Rombeng. Baru satu tahun. Suami saya tahun 2010 bulan Februari. 26
Anak-anak belajarnya gimana kalau di rumah?
Kalau di rumah? Ya gitu harus digembleng dulu sama saya.
Prestasi di sekolah gimana? Dapet ranking?
Ranking si nggak, tapi kalau si Amar gurunya bilang kalau dia murid kesayangannya. Tapi setelah papahnya meninggal anak-anak pada menurun prestasinya, agak goyang gitu. Sekarang si standar aja. Tapi ya gitu, apalagi Amar kan deket banget sama papahnya. Saya ga ada pemasukan sama sekali, paling bantubantu orang aja. Masak, nyuci, momong anak, baru dah ada pemasukan. Tapi saya ga malu, ga gengsi, yang penting buat anak-anak halal. He eh, alhamdulillah dari yayasan. Saya serahin semua ke Pak Abu, alhamdulillah. Kadang kalau ada biaya untuk eli buku atau bayar semester saya suka bayar duluan, nanti baru kwitansinya saya kasih liat ke yayasan. Nanti duitnya diganti sama yayasan. Kayaknya belum satu tahun deh dapet. Baru ya kayaknya.
Sampe sekarang masih menurun? Ibu pemasukan sehari-hari dari mana?
Anak-anak bayar sekolah dari yayasan?
Anak-anak dapet santunan udah lama?
Untuk kebutuhan anak sehari-hari seperti Alhamdulillah makan di sini masih teratur lah. Banyak makan gimana bu? juga yang bantu saya buat menuhin kebutuhan anakanak. Di sekolah, Lidya ikut kegiatan lain selain Lidya ikut PMR dia. belajar? Kalau Amar? Setelah lulus SD, Lidya mau nerusin ke mana? Kalau Amar setelah SMP?
Amar? Dia ikut marawis. Lidya mah di Ar-Rahman aja. Dia mintanya di STM Pancoran, tapi sayanya bingung, saya ga mampu kalau dia pengen sekolah di situ. Tapi dianya kepengen banget. Dia aja sampe bela-belain bantu saya ngojeg ni pake motor buat nganter-ngenter orang. Katanya duitnya buat dia masuk STM. Kemarin juga dia udah beli formulir sama temen-temennya. pake duit sendiri itu juga, saya aja ga tau dia beli formulir, 75 ribu harganya. Saya sedih banget liatnya, dia gigih banget, tapi sayanya ga mampu gini. Terus sampai sekarang Ibu udah kasih Belum, saya masih bingung. Kemarin juga waktu saya keputusan buat Amar? ngomong ke Pak Abu, ya kali aja bisa bantu, Tapi kata Pak Abu mendingan yang deket aja di Ar-Rahman. Ya mungkin yayasan juga lagi banyak pengeluaran. Saya mah ngertiin.
27
Kira-kira ada lagi pihak lain yang bisa bantu Ada si santunan dari Hanura, tapi di daerah di Bogor, Ibu? semua-muanya ditanggung sama dia sampe anakanak kuliah. Tapi anak-anak disuruh mondok semua. Ya ga bisa kalau begitu, anak-anak ga mau kalau misah dari saya. Amar tapi tetep gigih ya pengen di STM Iya dia sampe bilang kalau saya ga bisa biayain dia, Pancoran? dia ga sekolah dulu satu tahun. Dia mau ngumpulin duit dulu baru nanti abis kekumpul duitnya dia sekolah. Selain uang santunan bulanan, yayasan suka Ya paling buku tulis gitu buat keperluan sekolah. ngasih yang lain ga? Kadang-kadang juga suka ada santunan lain gitu. Suka ada aja santunan. Anak-anak per hari dikasih uang jajan berapa Kadang kalau lagi ada duit saya kasih 5 ribu, kadang sama ibu? 3 ribu, 2 ribu, pernah juga saya ga ngasih. Duit jajan itu pernah ditabung sama anak-anak? Nabung si nggak, orang cuma 3 ribu. Paling gede ya 5 ribu saya kasih. Amar sering main sama teman-temannya?
Jadi akrabnya sama teman-teman sekolahnya?
Berarti di luar rumah dia supel orangnya? Lidya sering main keluar?
Nggak, kalau si Amar tuh ga pernah, kecuali tementemen sekolahnya main ke sini. Ya pada makan, pada minum. Kadang-kadang temen-temennya suka bawa makanan sendiri. Tapi kalau udah pulang sekolah, Amar ga kemana-mana. Pernah juga dia main keluar, tapi ga pernah lama. Paling setengah jam udah balik lagi ke rumah. He eh, tapi di sini juga akrab sama temen-temen pengajian. Tapi saya bingung di mana aja pada kenal sama Amar. Kalau saya lagi sama Amar keluar banyak yang negur dia. He eh, orang banyak yang kenal sama dia padahal pendiem orangnya. Kalau Lidya kadang nonton tv, belajar kalau di rumah, main keluar juga sering. Paling di samping rumah ni, ga jauh.
Kalau Azwar? Masalah agama kuat ga bu di sini?
Wah dia mah bolak-balik aja di depan rumah. Kalau agama dari bapak masih ada iya kuat. Tapi yang namanya anak-anak harus digemblenggembleng juga. Kadang juga kalau disuruh shalat ntar ntar aja. Paling ya saya kasih pengertian baru pada shalat. Azwar kan paling kecil bu ya dan belum Saya sering ngajari dia baca. Saya juga pernah beliin sekolah, tapi ibu sering ngajarin pelajaran ga dia buku gambar, nanti dia gambar-gambar gitu. Saya sama dia? juga sering ngajarin itung-itungan. Biar nanti ga kaget pas udah sekolah. Kakak-kakaknya ditemenin juga sama ibu tiap Mereka mah pada belajar sendiri aja. belajar? 28
Lidya sama Amar pernah punya masalah sama Kalau Amar ga pernah, santai dia sama tementemen-temennya? temennya. Tapi kalau Lidya, suka dia berantem sama temennya. Di sekolah masing-masing, mereka punya Kayaknya si belum. Tapi gurunya Lidya sering kontek prestasi sendiri? saya, katanya Lidya sekarang ga ceria kayak dulu lagi. Yah mungkin karena ditinggal sama papahnya kali ya. Dia juga suka males masuk sekolah sekarang. Saya bingung, pas saya tanya dia ga mau bilang alasannya apa. Anak-anak sering cerita ke ibu kalau lagi ada Lidya mah ga pernah, tertutup banget. Kalau Amar dia masalah? cerita mulu sama saya. Ibu ngajarin anak-anak seperti apa?
Saya orangnya keras. Saya nurunin papahnya aja. Dulu papahnya disiplin banget, sekarang saya yang nerusin.
Anak-anak suka puasa sunnah?
Puasa sunnah itu kayaknya jarang. Untuk puasa Ramadhan pada rajin.
Kalau untuk Azwar?
Hehehe, dia paling puasa sampe zuhur, kadang jam 10 aja dia udah ga kuat.
Anak-anak shalatnya rajin? Azwar gimana?
Alhamdulillah pada rajin. Kalau dia shalat sering sama saya. Saya lagi shalat ni, dia jadi ma'mum di belakang saya. Tapi pinter dia udah tau waktu shalat. Kadang dia suka ambil wudhu sendiri, saya perhatiin aja, gerakannya bener. Dia juga shalat sendiri, pas saya perhatiin lagi gerakannya bener juga. Pinter dia.
29
Wawancara Kedua Pertanyaan Jawaban Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan Saya karena kondisinya begini, jadinya kalau untuk makan sehari-hari untuk anak? anak-anak makan saya biasanya kerja bantu-bantu orang gitu. Nanti baru dapet duit. Kayak nyuci, ngepel, jaga anak, masak juga. Terus kadang saya juga bantu kakak saya yang punya katering. Terus suka ada juga rejeki yang kadang kita gak tau, suka ada temen almarhum bapak yang telepon, nanti kita dapet rejeki dari dia, suka ada kenalan-kenalan saya juga yang suka kasih rejeki. Terus anak saya yang paling gede, si Amar, suka ada yang minta tolong sama dia buat nganter ke mana gitu, ke pasar lah, ke sini lah, ke situ lah, nanti abis nganter orang dia dapet duit. Bagaimana cara Ibu menjaga kesehatan Saya suka nyedia obat si tiap hari, jadi pas anak saya anak? sakit, misalnya si Azwar ni, dia kan suka maen gerimis, terus kalau udahannya sakit tinggal saya kasih obat yang udah saya sediain di rumah. Kalau Amar sama Lidya kan gampang, kalau pada sakit, masuk angin gitu tinggal saya kerokin dikit. Agar anak betah di rumah, cara ibu untuk Kayaknya kalau gitu saya gak berbuat sesuatu, saya membuat suasana yang nyaman di rumah cuma bilangin aja ke anak-anak supaya jangan sering bagaimana? keluar rumah, biar sering kumpul di rumah aja. Saya juga gak ngekang anak-anak lah kalau di rumah. Misalnya pada pengen setel musik di rumah, silahkan setel musik. Saya bebasin lah. Yang penting saya tau dia di rumah ngapain, istilahnya kelihatan sama saya. Ibu suka menerapkan peraturan-peraturan Ya ada sih, namanya orang tua ke anak pasti ada ya. tertentu di rumah? Sama saya anak-anak boleh maen keluar, tapi jangan jauh-jauh dan jangan keluar terlalu malem. Saya juga gak pernah kasih Amar naek motor kalau malem, kecuali kalau ada yang minta tolong sama dia buat nganter ke mana gitu. Bagaimana cara Ibu memenuhi kebutuhan Kalau pas saya ada uang biasanya saya ngajak anakpakaian untuk anak? anak belanja baju, saya gak pernah ngasih duit langsung ke anak buat beli baju, pasti saya selalu ikut. Kalau misalnya Amar atau Lidya pengen beli baju atau sepatu yang lagi ngetren terus saya belum punya duit, nanti nanti saya beliinnya. Bagaimana cara Ibu menyediakan sarana Kalau belajar saya khsusin anak-anak belajar di depan, untuk belajar? soalnya kondisi rumah saya kan sempit, dan di dalem juga cuma ada ruangan buat nonton tv. Jadi daripada ganggu konsentrasi, saya nyuruh anak belajar di depan. Kalau di kamar saya larang, karena nanti yang ada malah tiduran ntar malah males buat belajar. 30
Bagaimana cara Ibu mengajarkan budi pekerti Itu si barangkali sama dengan Ibu yang lain kali ya. kepada anak? Kita harus ngajarin anak-anak itu yang baik lah. Saya kalau ngajarin anak saya, misalnya saya panggil mereka, terus mereka belum nyaut "saya", saya gak akan brenti panggil, sampe mereka nyaut "saya" baru saya brenti panggil. Terus misalkan kalau lagi ada tamu salam lah sama mereka, sama yang lebih tua cium tangan. Saya juga ngajarin etika ke anak, kalau lagi ada tamu gak boleh begini, gak boleh begitu, yang sopan lah. Cara Ibu menyalurkan hobi anak bagaimana? Kalau si Amar, apa ya paling dia mah sering ngutakngatik motor di depan, seneng sama mesin lah dia. Sampe kepengen sekolah di STM yang di Pancoran tuh, tapi gimana ya buat sekolah di sana mah saya belu ada duitnya. Dulu waktu masih ada bapaknya, Lidya kan suka banget nyanyi, hobi banget dia. Kita salurin deh ke idola cilik. Waktu itu pengen ikut audisi tapi mungkin belu rejeki kali ya, pas dateng ke tempat audisi gak taunya udah tutup. Lidya juga pernah maen sinetron jadi figuran pas filmya si Teuku Ryan. Kalau Azwar belum ketauan hobinya apa sampe sekarang. Bagaimana cara Ibu memberikan perhatian Saya si ngasih perhatian lewat omongan. Misalnya lagi dan kasih sayang kepada anak? pada kumpul saya bilang ke anak-anak kalau saya sayang sama mereka. Terus dari dulu juga buat anak, kalau anak mau ini, mau itu, pasti saya turutin. Tapi karena sekarang kondisinya udah beda, kadang kalau lagi punya duit baru saya turutin maunya anak-anak. Saya juga sering ngomelin anak bukannya apa, tapi karena emang saya sayang sama mereka makanya saya bilangin, saya omelin. Bagaimana cara Ibu melindungi anak dari Saya paling cuma bilangin lewat kata-kata, lewat pergaulan di luar? teguran ke anak-anak buat jangan ikutin yang nggaknggak. Terus kalau misalnya anak saya lagi maen ke rumah siapa gitu, saya sering minta tolong ke orang tua temennya buat bilangin anak saya jangan bandel. Anak-anak juga gak saya ijinin pulang kemaleman, kalau udah jam 9 saya selalu nyuruh mereka pulang. Bagaimana cara Ibu membentuk mental yang Gimana ya mas ya?saya mah paling nyontohin diri kuat untuk anak? saya ke anak-anak. Kalau sayanya punya mental kuat, saya contohin ke anak-anak harus punya mental kuat juga, harus sabar kalau lagi ada masalah.
31
Bagaimana cara Ibu mendorong anak-anak Saya selalu ngingetin anak-anak tiap waktu shalat untuk rajin ibadah? udah masuk. Pas adzan saya langsung nyruh anakanak langsung shalat. Buat saya maen, makan, nonton tv itu bisa ditunda, tapi shalat gak bisa ditunda. Saya juga sering ngasih semangat ke anak-anak pas mereka lagi males buat ngaji, saya kasih pengertian baru mereka pada ngaji. Bagaimana cara Ibu untuk menanamkan Saya mah gak pernah bilangin gitu, paling anak-anak kepedulian anak sama temen dan sama orang ngeliat perilaku saya sama almarhum bapaknya terus di sekitarnya? nanti diikuitn. Anak saya di mata orang Alhamdulillah baik. Pernah waktu itu Amar nolongin orang tua di jalan. Orang tua itu kelaperan katanya, terus dibawa sama Amar ke rumah, ditolongin sama Amar, dikasih makan sama dia. Lidya juga pernah waktu itu ketemu nenek-nenek pikun di jalan, dia nyasar katanya dia nyari alamat, sampe muter-muter dua jam di jalan terus ketemu sama orang yang kenal nenek itu, baru dah orang itu yang nganterin. Bagaimana cara Ibu mengajarkan tanggung Hmmm, saya cuma bilangin dia aja kalau berbuat jawab kepada anak? sesuatu harus tanggung jawab, istilahnya gitu kan. Kalau lagi ngerjain sesuatu, harus diselesaikan sampe beres, baru ngelakuin sesuatu yang lain. Bagaimana cara Ibu mengajak diskusi anak Saya gak pernah mutusin sendiri, pasti saya ajak anak untuk memutuskan sesuatu yang menyangkut diskusi. Nanti kita cari sama-sama jalan keluarnya kepentingan anak? yang terbaik buat anak gimana. Bukan cuma diskusi buat kepentingan anak aja, kadang saya diskusi masalah rumah , masalah kerjaan saya, masalah apapun lah selalu saya diskusiin sama anak.
32
Transkrip Wawancara (Untuk Pengurus)
Nama
: Bapak Nahrowi
Umur
: 45 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Jabatan
: Dewan Pengawas
Pekerjaan
: Wirausaha
Tempat wawancara
: Kantor Sekretariat Yayasan Bina Yatama
Waktu wawancara
: Jum’at, 22 April 2011, 14.30-14.53 WIB
Pertanyaan Jawaban Pelayanan seperti apa yang diterapkan oleh Kalau untuk membantu anak-anak, kami rutin Yayasan Bina Yatama? memberikan santunan pendidikan setiap bulan. Selain itu kami juga memberikan santunan setiap hari-hari besar Islam. Sebenarnya kami bercita-cita untuk menempatkan semua anak-anak asuh di Yayasan. Namun karena sekarang masing-masing pengurus sibuk dengan kegiatannya masing-masing, keinginan itu sampai sekarang masih tertunda. Selain itu mayoritas anak-anak asuh lebih ingin tinggal dengan keluarganya dibandingkan tinggal di Yayasan. Padahal kami sedah menyiapkan kamar tidur lengkap dengan peralatan tidurnya. Kami juga sudah memnyiapkan dapur untuk anak-anak masak. Namun karena keinginan tersebut masih tertunda, untuk sementara kamar tidur kosong dan dapur hanya digunakan jika ada acara-acara tertentu saja. Santunan pendidikan yang diberikan seperti Kami membantu pembayaran SPP anak-anak, lalu apa? kami juga memberikan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk keperluan sekolah mereka. Berapa biaya yang dikeluarkan oleh Yayasan Rata-rata Yayasan mengeluarkan sepuluh juta rupiah setiap bulannya untuk santunan pendidikan setiap bulannya. ini? Apakah pelayanan yang diberikan sesuai Menurut saya sesuai, karena sampai saat ini belum dengan kebutuhan dasar anak? ada yang mengeluh mengenai santunan yang kami berikan. 33
Bagaimana dengan pemenuhan kebutuhan hidup anak-anak, apakah Yayasan juga memberikan santunan untuk kebutuhan hidup anak-anak? Bagaimana dengan pihak luar atau donatur, adakah yang memberikan donasinya kepada Yayasan?
Selain santunan pendidikan, jika ada dana lebih kami juga kadang-kadang memberikan sembako dan barang-barang kebutuhan sehari-hari seperti pakaian.
Kebetulan setiap tahun Alhamdulillah kami juga mendapatkan dana dari Kementrian Sosial yang besarnya dua puluh tujuh juta rupiah per tahun dan mereka juga memberikan peralatan tempat tidur untuk keperluan anak-anak kelak di Yayasan. Selain itu Kedubes Qatar juga rutin memberikan kami satu ekor sapi setiap Hari Raya Idul Adha. Donasi lainnya datang dari perorangan yang suka datang langsung ke Yayasan atau dari sumbangan di pinggir jalan raya. Apa saja sarana dan prasarana yang terdapat Yayasan Bina Yatama ini ada tiga lantai. Lantai di Yayasan Bina Yatama? pertama ada kantor sekretariat yang di dalamnya ada satu ruang tamu kecil, dua meja kerja, yang satu punya ketua Yayasan, kamar mandi, dua komputer, satu printer, dan satu televisi. Lalu ada juga tiga buah kontrakan milik Yayasan yang saat ini ditempati oleh toko foto copy, toko obat dan warung makan. Di lantai satu juga ada satu tempat usaha milik Yayasan untuk menambah penghasilan yaitu toko air galon dan gas. Lantai dua ada dua kamar yang akan digunakan untuk tempat tinggal atau tempat istirahat anak-anak asuh yang di dalam masing-masing kamar terdapat peralatan tidur lengkap dan satu kamar mandi. Terus di lantai dua juga ada dapur umum dengan peralatannya dan wastafel. Ada juga tempat pengajian yang tempatnya di depan kamar tidur. Di lantai tiga ada aula yang bisa digunakan untuk shalat berjamaah, untuk pengajian majlis ta'lim, dan acara-acara lain. Di lantai tiga juga ada satu kamar mandi dan satu tempat wudhu. Pernah bekerja sama dengan lembaga lain? Pernah, diantaranya yaitu study banding ke Az-Zaitun, lau kerja sama dengan kedubes Qatar untuk pembangunan Yayasan, terus ada juga kerja sama dengan Gudang Garam saat perayaan Idul Adha tahun 2008.
34
Transkrip Wawancara (Untuk Pengurus)
Nama
: Bapak Acep Bajuri
Umur
: 46 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Jabatan
: Wakil Ketua
Pekerjaan
: Guru dan kepala sekolah
Tempat wawancara
: Ruang tamu rumah Pak Acep
Waktu wawancara
: Jum’at, 27 Mei 2011, 13.04-13.28 WIB
Pertanyaan Jawaban Bapak jadi pengurus di Yayasan Binayatama Dari awal berdirinya yayasan saya sudah jadi sejak kapan? pengurus. Sejak Yayasan Binayatama masih bernama ArRahman, bapak sudah jadi wakil ketua? Pelayanan yang diberikan oleh Yayasan Binayatama seperti apa?
Dulu saya sebagai bendahara, baru pas berganti nama menjadi Binayatama saya menjadi wakil ketua. Pelayanan sosial saja, berupa santunan yatim piatu, itu saja.
Santunannya diberikan kapan saja? Santunannnya berupa apa?
Santunan rutin diberikan setiap bulan. Lebih kepada santunan pendidikan, seperti bayar sekolah, buku-buku pelajaran, seragam sekolah. Mereka dapat santunan juga saat hari-hari besar Islam dan hari lebaran yatim piatu. Paling kalau sekarang baru ada pengajian setiap siang sampai sore, kegiatan yang lain belum dapat direalisasikan. Terus ada juga pengajian ibu-ibu. Anak-anak tidak ikut semua di pengajian, sebenarnya itu kan pengajian umum buat anak-anak sekitar yayasan. Jadi siapa pun bisa ikut. Tapi yang kita uatamakan memang anak-anak yatim dan umum kita persilahkan untuk ikut pengajian juga. Sampai sekarang baru sebatas santunan dan pengajian yang kita laksanakan.
Selain santunan pendidikan, ada santunan lain? Kegiatan yang bisa dilakukan oleh anak-anak yatim di yayasan apa saja? Anak-anak yatim yang dapat santunan saya lihat di daftar ada 100 lebih, tapi kenapa yang ikut pengajian sedikit sekali? Kegiatan lain selain itu?
35
Lalu rencana pengurus ke depannya seperti Sebetulnya banyak kegiatan yang ingin kita lakukan. apa? Diantaranya waktu kemarin saya dan beberapa teman sudah merintis kegiatan di bidang pendidikan. Dalam waktu dekat kita akan membangun sekolah pada tahun 2012, yaitu SMK Binayatama. Kalau dulu saat kita raker, kita juga ingin membuat BLK, Balai Latihan Kerja, yang ditujukan untuk anak-anak yatim yang sudah lulus sekolah. Terus kita juga ingin menempatkan anak-anak asuh di dalam yayasan seperti halnya yayasan lain. Tetapi karena berhubung masing-masing pengurus punya kesibukan lain di kegiatan-kegiatan yang lain di luar yayasan, termasuk saya yang sangat sibuk dengan yayasan milik keluarga saya, Yayasan Al-Farabi, jadi mungkin sampai sekarang rencana-rencana kegiatan tersebut belum dapat tercapai. Dan saya punya tanggung jawab yang lebih besar di Yayasan Al-Farabi, karena yayasan tersebut milik keluarga saya dan sebelum di Yayasan Binayatama, saya sudah terlebih dulu menjadi pengurus di Yayasan Al-Farabi. Bagaimana respon atau tanggapan dari para Oh responnya sebetulnya bagus sekali. Mereka penerima layanan dengan model pelayanan sangat mendukung karena merasa terbantu dengan yang masih berupa santunan dan kegiatan adanya lembaga sosial ini. pengajian? Pernah ada keluhan dari mereka? Kalau keluhan setau saya belum ada. Paling saat ada santunan-santunan tertentu dan mereka tidak dapat jatah karena memang terbatas. Dengan pelayanan yang diterapkan apakah Kalau kebutuhan dasar berupa fisik dan belajar sudah sesuai dengan kebutuhan anak seperti sudah, tetapi masih dirasa kurang karena kita hanya fisik, psikologis, religius, belajar dan kebutuhan membantu lewat santunan pendidikan saja, seperti sosial? kebutuhan sekolah. Sedangkan untuk uang saku kita serahkan sepenuhnya kepada keluarga mereka. Untuk psikologis juga dirasa kurang, karena kita jarang bertatap muka langsung dengan mereka dan kita pun menyerahkan sepenuhnya kebutuhan psikologis kepada keluarga mereka. Mereka juga tidak mau kita tampung di sini, mereka lebih memilih tinggal dengan keluarganya, jadi tidak semua kebutuhan dasar mereka bisa kita penuhi. Padahal niatnya kita ingin menempatkan mereka di sini, jadi perkembangannya dan kebutuhannya bisa kita tahu. Terus untuk belajar sama religius kita baru bisa memberikan fasilitas berupa tempat pengajian supaya anak-anak bisa belajar ngaji, kalau untuk yang lain kita serahkan juga sama keluarga.
36
Lalu saya lihat di lantai tiga ada ruangan besar Konsep idealnya memang seperti itu. Jadi dulu kita yang disampingnya ada tempat wudhu, apakah berkeinginan agar anak-anak yang tinggal di sini bisa itu memang dibuat untuk shalat berjamaah? menggungakan ruangan itu untuk shalat berjamaah dan sebagai tempat untuk mengajarkan anak-anak tentang agama. Jadi bisa dibilang sebagai media belajar. Tetapi karena sekarang kenyataannya tidak ada anak-anak yang mau tinggal di sini, jadi ruangan itu hanya digunakan untuk acara-acara tertentu saja dan digunakan untuk pengajian ibu-ibu. Dari pertama kali yayasan didirikan, perubahan- Sebetulnya perubahan-perubahan selalu kita lakukan perubahan seperti apa yang pernah terjadi? karena kita melihat perkembangan. Namun kadangkadang masyarakat kita ada yang tidak siap dengan perubahan. Dari tahun 2000 kita hanya ada beberapa orang saja yang kemudian kita lakukan penggemukan pengurus. Lalu setelah itu ada juga perubahan lain yaitu berupa perubahan nama yayasan yang tadinya bernama Yayasan Ar-Rahman menjadi Yayasan Binayatama. Dan konsep awal yayasan ini berdiri berawal dari masjid Ar-Rahman yang ingin kita fungsikan juga untuk kegiatan-kegiatan sosial seperti saat zamannya Rasul yang menggunakan masjid bukan hanya untuk shalat, tapi untuk menjalankan berbagai bidang seperti politik, sosial dan sebagainya. Nah inilah awalnya terbentuk Yayasan Binayatama yang berawal dari masjid Ar-Rahman. Lalu setelah berdirinya yayasan, kita ingin berubah lagi menjadi lebih baik dengan menyusun program-program kerja yang ingin direalisasikan lewat rapat kerja pengurus yang dilakukan di Citayam selama satu hari. Tapi di dalam perubahan itu ada yang tidak siap. Adanya perbedaan pemahaman dari sekian banyak pengurus yayasan yang membuat program-program kerja itu sampai sekarang belum tercapai. Jadi sampai sekarang program yang berjalan Iya sampai sekarang mungkin hanya ini yang baru hanya berupa santunan pendidikan dan bisa kita lakukan. pengajian yang merupakan kebutuhan fisik, belajar dan religius anak?
37
Transkrip Wawancara (Untuk Pengurus)
Nama
: Bapak Muhammad Abu Bakar
Umur
: 49 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Jabatan
: Ketua
Pekerjaan
: TNI-BIN (Badan Intelijen Negara)
Tempat wawancara
: Kantor Sekretariat Yayasan Bina Yatama
Waktu wawancara
: Sabtu, 28 Mei 2011, 12.35-12.57 WIB
Pertanyaan Jawaban Pelayanan yang ada di Yayasan Binayatama Ya menyangkut sosial berupa santunan bulanan seperti apa? untuk bayar sekolah dan santunan untuk kebutuhan anak-anak sekolah. Selain santunan, kegiatan lain yang dilakukan Kegiatan kita selama ini anak-anak tingkat SD dan seperti apa? SMP belajar ngaji dasar atau lekar Anak-anak yang mengaji di sini kemarin saya lihat hanya anak SD dan SMP, lalu yang SMA tidak ada ya pak? Bagaimana respon penerima layanan terhadap Yayasan Binayatama?
Nggak ada, di sini hanya lekar saja atau disebut ngaji dasar.
Pernah terdengar keluhan dari mereka?
Kalau keluhan saya belum pernah mendengar secara langsung. Keluhan mungkin ada, tapi belum sampai ke saya pribadi.
Mereka senang dapat santunan dan mudah-mudahan juga bersyukur.
38
Pelayanan yang diberikan di sini apakah telah Kalau belajar kita sudah titipkan ke masing-masing sesuai dengan kebutuhan anak seperti fisik, orang tua dan sekolah sebagai tempat belajar anak. psikologi, belajar, religius, dan sosial? Kalau kita hanya memberikan arahan-arahan kepada orang tua agar dapat mendidik anaknya dengan baik dan memberikan pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan anak adalah kewajiban kita bersama. Yang terpenting anak itu bisa sekolah. Untuk religius karena keterbatasan kita masih belum tepat sasaran karena guru di sini juga hanya ada satu orang yaitu Pak Asnawi yang mengajarkan anak-anak ngaji dan memberikan pelajaran-pelajaran akhlak setiap pengajian. Untuk sosial mungkin diterapkan anakanak yang sering mendoakan orang lain jika orang itu minta ke kita untuk didoakan. Buat kebutuhankebutuhan lain kita serahkan kepada orang tua yang bertanggung jawab sepenuhnya kepada anak mereka. Intinya kita hanya menutupi kekurangan keluarga yang tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya seperti pendidikan yang kita bantu lewat santunan pendidikan rutin setiap bulan. Di lantai tiga saya lihat ada aula yang di Semuanya kan sebenarnya untuk mereka. Kebutuhan sampingnya ada tempat wudhu, aula itu sering belajar agama kan bukan hanya ngaji saja. Jadi digunakan untuk apa? bagaimana cara berwudhu, praktek shalat yang semuanya diajarkan oleh Pak Asnawi meskipun tidak setiap hari. Dari awal berdirinya yayasan sampai sekarang Perubahan pasti ada. Walaupun kecil kita coba untuk perubahan yang terjadi seperti apa? terus berubah dari tahun ke tahun. Bangunan ini juga tadinya tidak sebesar ini, tetapi kita bangun sedikitsedikit sampai seperti ini. Dulu kita pernah ada usaha wartel yang keuntungannya untuk kebutuhan anakanak yatim. Tapi karena semakin lama wartel tidak laku, kita ganti dengan usaha gas dan air galon sama usaha kontrakan yang yayasan punya yang Alhamdulillah sekarang ditempatin sama mie ayam, apotek sama foto copy.
39
Foto Keluarga Penerima Layanan
Keluarga Ibu Wati
Keluarga Ibu Fajriyah
Keluarga Ibu Nurhasanah
Keluarga Ibu Yuliana
40
Foto Pengurus Yayasan Bina Yatama
Bapak Muhammad Abu Bakar (Ketua Yayasan Bina Yatama)
Bapak Acep Bajuri (Wakil Ketua Yayasan Bina Yatama)
41
Foto Yayasan Binayatama dan Kegiatannya
Yayasan Bina Yatama
Papan Nama Yayasan Bina Yatama
Tempat Pengajian
Kegiatan Mengaji
42
Santunan
Santunan
Santunan
Santunan
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57