TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 0,5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004). Batang tanaman merupakan batang semu yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Di bawah batang semu tersebut terdapat tangkai daun yang menebal, lunak, dan berdaging yang
berfungsi sebagai tempat
penyimpanan cadangan makanan. Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berbentuk bulat mirip pipa, berlubang, memiliki panjang 15-40 cm, dan meruncing pada bagian ujung. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua, daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda dan akhirnya mengering dimulai dari bagian ujung tanaman (Suparman, 2010) Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benang sari dan kepala putik. Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna putih, enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah putik. Kadang-kadang, di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga yang memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter. Meskipun kuntum bunga banyak, namun bunga yang berhasil mengadakan persarian relatif sedikit (Pitojo, 2003).
5 Universitas Sumatera Utara
Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1995). Syarat Tumbuh Iklim Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim kering yang cerah dengan suhu udara 250C-320C. Daerah yang cukup mendapat sinar matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan ketinggian tempat 10-250 m dpl. Pada ketinggian 800-900 m dpl bawang merah juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 2007). Tanah Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah yang memiliki aerase dan drainase yang baik. Disamping itu hendaknya dipilih tanah yang subur dan banyak mengandung bahan organis atau humus. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian ini mempunyai aerase dan draenase yang baik. Tanah yang demikian ini mempunyai perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir, dan debu. Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0-
Universitas Sumatera Utara
6,8. Keasaman dengan pH antara 5,5-7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 2007). Pupuk Kascing Sumbangan bahan organik akan memberikan pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia serta biologi tanah. Bahan organik memiliki peranan kimia di dalam menyediakan nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, dan sulfur bagi tanaman (Sarief, 1985). Kascing adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan organiknya. Walaupun sebagian besar penguraian dilakukan oleh jasad renik, kehadiran cacing justru membantu memperlancar proses dekomposisi. Pasalnya, bahan yang akan diurai oleh jasad renik pengurai, telah diurai lebih dulu oleh cacing. Proses pengomposan dengan melibatkan cacing tanah tersebut dikenal dengan istilah vermi-composting. Sementara hasil akhirnya disebut kascing (Agromedia, 2007). Kascing mengandung berbagai bahan atau komponen yang bersifat biologis maupun kimiawi yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Adapun komponen biologis yang terkandung dalam kascing diantaranya adalah hormon pengatur tumbuh seperti giberelin, sitokinin, dan auksin. Selain itu, kascing bersifat netral dengan dengan nilai pH 6,5-7,4 (Palungkun, 2008). Menurut
Krishnawati
(2003),
pemberian
pupuk
kascing
dapat
meningkatkan pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, berat basah, dan berat kering tanaman. Selain itu, kascing yang ditambahkan ke dalam tanah juga
Universitas Sumatera Utara
memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan parameter kualitas tanah meliputi rasio C/N, kapasitas tukar kation, dan kejenuhan basa yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang tidak diberi kascing (Sartika, 2008). Pemberian kompos dengan dosis 10 ton/ha pada tanaman jagung memberikan respons yang nyata pada paremeter tinggi tanaman dan diameter batang (Muhsanati dkk, 2008). Menurut Kastono (2005), pemberian kompos 10 ton/ha pada tanaman kedelai memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah cabang yang produktif, dan tinggi tanaman. Sementara itu Susila (2006), merekomendasikan pemberian kompos sebanyak 5-10 ton/ha pada lahan budidaya tanaman bawang merah. Pupuk Organik Cair Pupuk organik cair adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, dan atau hewan yang telah mengalami rekayasa berbentuk cairan yang digunakan untuk memasok bahan
organik,
memperbaiki
sifat
fisik,
kimia,
dan
biologi
tanah
(Suriadikarta dan Diah, 2010). Pupuk organik cair diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah selama 4 bulan. Pupuk organik cair dapat membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang (Indrakusuma, 2000). Daya larut yang menentukan cepat atau lambatnya unsur hara yang ada di dalam pupuk untuk diserap tanaman atau hilang karena tercuci. Pupuk daun yang
Universitas Sumatera Utara
berkualitas memiliki daya larut yang tinggi sehingga akan memudahkan dalam aplikasi pupuk, terutama tidak perlu terlalu lama. Pupuk berdaya larut tinggi memungkinkan seluruh unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun dapat sampai dan diserap oleh permukaan daun. Jika ada campuran pupuk dan air masih terdapat endapan, bahan yang mengendap tersebut tidak dapat digunakan oleh tanaman. Selain menentukan jenis pupuk yang tepat, perlu diketahui juga cara aplikasi yang benar, sehingga takaran pupuk yang diberikan dapat lebih efisien. Kesalahan dalam aplikasi pupuk akan berakibat pada terganggunya pertumbuhan tanaman, bahkan unsur hara yang dikandung oleh pupuk tidak dapat dimanfaatkan tanaman (Novizan, 2005). Menurut Parman (2007), pupuk organik cair pada konsentrasi 4 ml/l memberikan hasil yang signifikan terhadap jumlah daun, diameter umbi, berat basah tanaman dan berat basah umbi kentang. Selain itu, pupuk organik cair yang diaplikasikan pada tanaman jagung juga memberikan pengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, umur panen, diameter tongkol, berat tongkol, dan panjang tongkol, serta berbeda sangat nyata terhadap produksi tongkol (Rahmi dan Jumiati, 2007). Pupuk Elang Biru adalah pupuk organik cair yang diproduksi oleh PT. Sang Hyang Seri (persero) dan telah mendapatkan sertifikat organik dari Departemen Pertanian dengan nomor izin: L 205/ORGANIK/DEPTAN-PPI/V/2008. Pupuk organik cair Elang Biru adalah pupuk organik cair berwarna coklat yang mengandung Unsur hara makro, mikro, ZPT dan senyawa organik serta diperkaya dengan beberapa spesies mikroorganisme yang bermanfaat seperti: Azospirillum sp, Rhyzobium sp, Lactobacillus sp, Bakteri Pelarut Phosphat. Pupuk organik cair
Universitas Sumatera Utara
Elang Biru berfungsi ganda selain dapat memberikan unsur hara makro dan mikro yang sangat dibutuhkan tanaman, sebagai zat perangsang tumbuh (ZPT), juga berfungsi sebagai pembenah tanah karena mengandung senyawa organik dan mikroba yang dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Pupuk ini bermanfaat untuk semua tanaman dan dapat diaplikasikan ke permukaan tanah maupun tanaman, serta sangat ramah lingkungan. Komposisi dari pupuk organik cair Elang Biru ini adalah: Unsur hara makro yaitu, C organik 4,83 %, P2O5 186 ppm, K2O 1259 ppm, N < 2%. Unsur hara mikro yaitu, Fe 13 ppm, Mn 2 ppm, Zn 2 ppm, Co 0,2 ppm (Sang Hyang Seri, 2010).
Universitas Sumatera Utara