17
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika kenaf menurut Ben-Hill et al. (1960) sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Kelas: Dicotyledoneae; Ordo: Malvales; Famili: Malvaceae; Genus: Hibiscus; Spesies: Hibiscus cannabinus L.. Kenaf membentuk akar tunggang yang panjangnya dapat mencapai 25 - 75 cm. Akar lateralnya tegak lurus pada akar tunggang, panjangnya 25 - 30 cm. Perakaran kenaf lebih kuat dibanding perakaran rosela. Dalam keadaan tergenang air pada batas tertentu akar kenaf masih dapat bertahan. Perakaran tanaman kenaf akan toleran di saat tanaman sudah berumur 1,5 - 2 bulan (Sastrosupadi, 1983). Batang kenaf terdiri dari bagian kulit yang mengandung serat dan bagian kayu. Untuk tujuan penghasil serat, maka diperlukan tanaman serat yang tanpa cabang. Cabang pada batang kenaf tidak dibutuhkan karena menurunkan produksi serat, sedangkan wiwilan adalah tunas kecil tidak menurunkan produksi serat bahkan membantu mempertinggi fotosintesis. Batang berwarna hijau, merah, atau campuran merah dan hijau tidak teratur. Diameter batang kenaf dapat mencapai 25 mm tergantung varietas dan lingkungan tumbuhnya. Permukaan batang kenaf ada yang licin, berbulu halus, berbulu kasar dan ada juga yang berduri. Kandungan serat terbanyak berada pada batang bawah setinggi 1 - 1,25 m (Wijiastuti, 2013). Daun tanaman kenaf letaknya berselang-seling (alternate), dan terletak pada cabang dan batang utama. Permukaan daun (atas dan bawah) ada yang berduri, berbulu, berduri dan berbulu, maupun tidak berduri dan tidak berbulu. Pada daun akan kelihatan perbedaan warna, terutama pada urat daun dan tepi
Universitas Sumatera Utara
18
daun. Panjang tangkai daun (petiole) 3 - 18 cm dan tidak beruas. Warna tangkai daun umumnya berbeda saat tanaman muda dengan tanaman menjelang panen. Letak tangkai daun pada cabang berbeda pada setiap spesies antara lain intermediate, horizontal, dan terkulai. Pada ketiak daun terdapat stipula. Tepi daun kenaf umumnya bergerigi (Setyo danBudi, 2013). Tanaman kenaf termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri, tetapi sekitar 4% terjadi penyerbukan silang. Tanaman kenaf bersifat otosensitif, yaitu pembungaannya dipengaruhi oleh panjang hari, yaitu akan berbunga awal jika mendapat penyinaran yang lebih pendek dari fotoperiode. Kenaf mulai berbunga pada minggu ke 12 setelah tanam. Bunga biasanya berdiri sendiri, terdapat pada ketiak daun bagian atas. Bunga kenaf terdiri dari: 1) kelopak tambahan 7 - 10 helai, berdaging tipis, hampir lepas, berbentuk garis; 2) kelopak yang berwarna hijau terbagi lima, tidak lebih panjang dari kelopak tambahan; 3) tajuk atau mahkota berjumlah lima kelopak berbentuk bulat telur terbalik, panjang sampai 6 cm, berwarna kuning atau putih dengan noda merah tua pada pangkalnya; 4) benang sari seluruhnya tertutup dengan kepalasari, dan 5) putik berwarna merah ada yang menonjol dan ada yang pendek tangkai putiknya. Periode pembungaan kenaf tidak serempak. Mekarnya sangat singkat, biasanya terjadi sebelum matahari terbit dan akan menutup kembali pada siang hari atau sore hari (Wijiastuti, 2013). Buah kenaf (kapsul) berbentuk bulat meruncing (seperti kerucut) dengan panjang 2 - 2,5 cm dan diameter 1 - 1,5 cm. Permukaan buah terdapat bulu pendek, halus dan banyak, ada juga yang berduri. Buah muda berwarna hijau.
Universitas Sumatera Utara
19
Sedangkan buah tua berwarna hijau tua, dan buah kering berwarna cokelat (Setyo dan Budi, 2013). Biji kenaf biasanya berbentuk ginjal berdiameter sekitar 0,3 - 0,5 cm, berwarna
kelabu
agak
kecokelatan
Ada
juga
yang
berbentuk
reniform,subreniform, dan angular (Ochse et al., 1961). Syarat Tumbuh Tanah Kenaf dapat tumbuh hampir pada semua tipe tanah, tetapi tanah yang ideal untuk kenaf yaitu tanah lempung berpasir atau lempung liat berpasir dengan drainase yang baik (Dempsey, 1963). Kenaf mampu beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, tetapi yang paling sesuai untuk pertumbuhan kenaf adalah pada tanah yang subur, remah dan lempung
berpasir
yang mengandung humus dengan
drainase
baik
(Sastrosupadiet al., 1996). Kenaf agaktahan
padakekeringan, namun karena seluruh bagian
vegetatifnya (batang) harus dipanen pada umur 3,5 - 4 bulan, maka ketersediaan air selama pertumbuhan harus cukup. Kebutuhan air untuk kenaf sebesar 600 mm selama empat bulan (Iswindiyono dan Sastrosupadi, 1987). Kisaran pH cukup luas, yaitu dari 4,5 - 6,5 sehingga kenaf dapat tumbuh baik di tanah yang agak masam, antara lain di lahan gambut. Iklim Daerah penyebaran kenaf sangat luas, terletak antara 450 LU sampai dengan 30o LS. Kenaf sangat toleran terhadap temperatur harian dengan variasi sekitar 10oC - 50oC, tapi akan mati pada suhu dingin (frost). Kenaf akan tumbuh
Universitas Sumatera Utara
20
baik pada daerah dengan kisaran temperatur 20oC - 35oC, dengan curah hujan 500 - 625 mm selama musim tanam (5 - 6 bulan), umumnya peka fotoperiodisitas dan sedikit yang kurang peka fotoperiodisitas (Brink dan Escobin, 2003). Curah hujan yang dikehendaki oleh kenaf selama pertumbuhannya sebesar 500 - 750 mm atau curah hujan setiap bulan 125 - 150 mm (Berger, 1969; Dempsey, 1963). Bila curah hujan kurang dari jumlah tersebut, umumnya perlu dibantu dengan pengairan dari irigasi maupun pompa. Varietas Kenaf Kenaf memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman lain yang sejenis maupun dengan tanaman tahunan bila digunakan sebagai bahan baku suatu industri, antara lain: mudah dibudidayakan dengan teknologi sederhana, umur relatif pendek yaitu 4 - 5 bulan, mampu beradaptasi pada berbagai lingkungan tumbuh, tanaman kenaf ramah lingkungan karena mampu menyerap CO2 dalam jumlah yang banyak (Sudjindro, 2010). Usaha peningkatan penggunaan tanaman kenaf dapat dilakukan dengan menghasilkan varietas unggul kenaf yang mampu menghasilkan biomasa lebih banyak. Karangploso 9 (KR9) merupakan varietas potensi serat yang tinggi (2,75 - 4,20 ton/ha). Berumur dalam , mulai berbunga pada umur 86 - 92 hari dan umur panen 130 - 140 hari. Tahan terhadap genangan dan kekeringan, serta terpengaruh fotoperiodesitas. Dapat ditanam di sembarang waktu tanam. Agak tahan terhadap hama wereng kenaf dan nematoda puru akar serta memlilki produktivitas benih rendah yaitu 0,5 - 0,7 ton/ha (Balittas, 2010). Karangploso 12 (KR 12) merupakan varietas berumur genjah, dan pada umur 130 - 140 hari telah dapat dipanen. Potensi hasil serat tinggi ( 2,75 - 4,20
Universitas Sumatera Utara
21
ton/ha). Tahan terhadap genangan dan juga relatif peka terhadap fotoperiodisitas dan serangan hama wereng serta nematoda. memiliki produktivitas benih tinggi yaitu 1 - 2 ton/ha (Balittas, 2010). Karangploso 14 (KR 14) merupakan varietas mulai berbunga pada umur 75 - 85 hari dan bisa dipanen pada umur 120 - 130 hari. Potensi hasil serat tinggi (2,75 - 4,20 ton/ha). Tahan genangan dan kekeringan, dan juga kurang berpengaruh fotoperiodisitas. Dapat ditanam di sembarangan waktu tanam. Agak peka terhadap hama wereng kenaf dan nematode puru akar. Memiliki produktivitas benih rendah yakni 0,5 - 0,7 ton/ha (Balittas, 2010). Pupuk N, P, K Pupuk merupakan suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman, dapat memperbaiki sifat fisik, sifat kimi, sifat biologi tanah dan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Cara-cara atau metode serta usaha-usaha yang dilakukan dalam pemberian pupuk atau unsur hara ke dalam tanah atau tanaman yang sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman normal (Hasibuan, 2004). Pemupukan merupakan kegiatan pemeliharaan tanaman yang bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah melalui penyediaan hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Dalam pemupukan, hal penting yang perlu diperhatikan adalah efisiensi pemupukan. Agar pemupukan efektif dan efisien maka cara pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi lahan, dengan teknologi spesifik lokasi, dan dapat memanfaatkan secara optimal sumber daya alam (Istiana, 2007). Ketersediaan unsur hara bagi tanaman selama pertumbuhan sangat diperlukan, karena ketersediaan unsur hara merupakan syarat utama dalam
Universitas Sumatera Utara
22
meningkatkan produksi tanaman. Penambahan unsur hara ini akan memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah yang menunjang pertumbuhan tanaman. Kekurangan unsur nitrogen mengakibatkan daun berwarna hijau pucat dan terjadi pengeringan dari bawah ke atas, kekurangan unsur fosfos menyebabkan warna hijau tua pada tepi daun, cabang serta batangnya mengering, sedangkan kekurangan unsur kalium menyebabkan daun mengeriting tidak merata dan timbul bercak merah coklat (Sudjianto dan Krestiani, 2009). Pemupukan baik jenis, dosis, dan waktu pemberian sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Unsur nitrogen, fosfat, dan kalium pada pertumbuhan awal sampai akhir terus diperlukan bagi tanaman kenaf. Pemberian pupuk NPK mempermudah dalam mendeteksi peningkatan produksi kenaf. Nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif, sedang fosfat berperan dalam perkembangan akar tanaman, dan kalium umumnya berkaitan dengan kualitas, berupa tebal atau tipisnya kelopak bunga (Hakim, 2009). Nitrogen (N) mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan suatu tanaman, kekurangan nitrogen dapat menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan ditandai dengan warna daun hijau pucat atau hijau kekuningan, klorosis pada daun serta terjadi nekrosis pada daun tua. Nitrogen juga berpengaruh pada fase awal pertumbuhan vegetatif,
tanaman
yang
demikianpemberian
karena
nitrogenberperan
berkorelasidengan pupuk
produksi
amonia
mendorong kelopak
yang
pertumbuhan
bunga.
Namun
berlebihan
akan
menyebabkanpertumbuhan vegetatif menjadi pesat, tetapi produksibuah menurun (Wijayanti, 2010).
Universitas Sumatera Utara
23
Selain nitrogen, unsurfosfat juga dibutuhkan oleh tanaman. Hal ini terbukti bahwapemberian fosfat dapat meningkatkan jumlah buah danbobot kelopak bunga. Peran fosfatsebagai regulator, pertumbuhan akar, sehingga tanamandapat tumbuh tegak, kokoh dan daya jelajah akar lebihmenyebar dalam mengambil air.Selain itu pemberian fosfat pada tanaman yangberumur muda dapat menjamin pembentukan primordialpada bagian-bagian reproduksi tanaman. Tumbuhan yangkekurangan fosfor menjadi kerdil dan berwarna hijau tua.Fosfat tersebar dengan mudah pada sebagian besartumbuhan, dari organ yang satu ke organ lainnya, danmenghilang dari daun tua, menumpuk di daun muda danbunga serta biji yang sedang berkembang (Salisbury dan Ross, 1995). Unsur hara ketiga yang dibutuhkan tanaman kenaf adalah kalium. Kalium merupakan hara makro yangdibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak setelah N dan P. Kalium berperan sebagaikatalisator, terutama di dalam perombakan protein menjadiasam amino. Lebih lanjut dikemukakan bahwa kaliummempunyai tugas membongkar dan menyusun karbohidrat,sehingga apabila tanaman kekurangan kalium
maka
prosesfotosintesis
dan
respirasi
akan
terhambat.
Selain
berperandalam proses fotosintesis dan pernapasan, kalium jugaberperan dalam pembentukan pati, aktivator dari enzim,pembukaan stomata, proses fisiologis dalam tanaman,proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapanunsurunsur lain, mempertinggi daya tahan terhadapkekeringan dan penyakit serta meningkatkan sistem perakaran, membentuk batang yang lebih kuat, serta berpengaruhterhadap hasil (Santoso et al., 2012).
Universitas Sumatera Utara
24
Penanaman Tanaman Kenaf di bawah Tegakan Karet Teknologi tanaman sela diantara tanaman karet akan memberikan manfaat : (1) efisiensi pemanfaatan hara tanaman, air dan cahaya ,(2) memperkecil peluang serangan hama dan penyakit tanaman, (3) mengurangi resiko kegagalan panen, ketidak pastian dan fluktuasi harga, (4) pemeliharaan kebun lebih intensif, meningkatkan produktifitas lahan, (5) membantu percepatan peremajaan karet (petani tidak kehilangan sumber pendapatan) dan (6) mendistribusikan sumberdaya secara optimal dan merata sepanjang tahun serta menambah peluang lapangan kerja, termasuk tenaga kerja wanita/gender (Todaro, 1998). Bertanam secara tumpangsari (sebagai tanaman sela) di bawah tegakan tanaman perkebunan merupakan salah satu alternatif dalam budidaya tanaan ternaungi.
Bertanam
secara
tumpangsari
merupakan
bentuk
modifikasi
pertanaman ganda, terdiri atas dua jenis tanaman atau lebih yang ditanam pada lahan yang sama dan waktu tanam sama atau berbeda tetapi masih dalam fase vegetatif (Gomez dan Gomez, 1986). Di lahan tidur di bawah tegakan karet yang selama ini belum dioptimalkan pemanfaatannya, talas dapat dikombinasikan sebagai tanaman sela. Menurut BPS (2000) potensi lahan karet yang dapat dimanfaatkan sekitar 1,5 juta hektar. Kendala utama yang dihadapi pada budidaya tanaman seperti ini ialah rendahnya intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tanaman kenaf. Provinsi Riau pada tahun 2014 mengembangkan kenaf sebagai tanaman sela untuk pengembangan tanaman karet dan kelapa sawit. Pemilihan kenaf sebagai tanaman sela tersebut dikarenakan prospek dan nilai ekonomis yang
Universitas Sumatera Utara
25
tinggi, kontur tanah di Provinsi Riau yang cocok untuk pengembangan kenaf serta adanya perusahaan yang telah bersedia menerima hasil panen petani. Budidaya tanaman kenaf sebagai tanaman sela di bawah tegakan tanaman perkebunan, hutan tanaman industri (HTI), atau tumpang sari dengan tanaman semusim lain merupakan strategi untuk meningkatkan produksi dan efisiensi lahan. Namun, usaha budidaya kenaf sebagai tanaman sela atau tumpangsari menghadapi berbagai kendala salah satunya kekurangan cahaya akibat naungan. Asadi et al. (1997) menyebutkan bahwa perkebunan kelapa sawit TBM 2-3 tahun memberikan naungan 33-50%, sedangkan pada perkebunan karet umur 2 tahun setara dengan naungan paranet 25 %, umur 3 tahun setara dengan naungan 50% dan umur 4 tahun keatas sudah melebihi naungan 75% (Sukaesih, 2002). Tanaman yang tumbuh pada lingkungan berintensitas cahaya rendah memiliki akar yang lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang berdinding tipis. Hal ini terjadi akibat terhambatnya translokasi hasil fotosintesis dari akar. Ruas batang tanaman lebih panjang tersusun dari sel-sel berdinding tipis, ruang antar sel lebih besar, jaringan pengangkut dan penguat lebuh sedikit. Daun berukuran lebih besar, lebih tipis dan ukuran stomata lebih besar, sel epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit, ruang antar sel lebih banyak. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menurunkan laju fotosintesis hal ini disebabkan adanya fotooksidasi klorofil yang berlangsung cepat, sehingga merusak
klorofil. Intensitas cahaya yang terlalu rendah akan membatasi
fotosintesis dan menyebabkan cadangan makanan cenderung lebih banyak dipakai daripada disimpan. Pada intensitas cahaya yang tinggi kelembaban udara berkurang,sehingga proses transpirasi berlangsung lebih cepat (Treshow, 1970).
Universitas Sumatera Utara
26
Penurunan hasil selain ditentukan oleh intensitas cahaya, juga ditentukan oleh lamanya penaungan (Jiang dan Egli, 1995). Penelitian lain membuktikan bahwa kekurangan cahaya mengakibatkan berkurangnya jumlah polong yang terbentuk (Kurosaki dan Yumoto, 2003). Oleh karena itu, pengembangan kedelai melalui penggunaan varietas yang adaptif terhadap kondisi biofisik lahan dibawah tegakan tanaman tahunan dan tanaman semusim dengan tingkat penetrasi pencahayaan rendah pada sistem tanaman sela atau tumpang sari perlu dilakukan. Bentuk adaptasi tersebut dapat dipelajari melalui respon spesifik pada berbagai tingkatan seperti adanya perubahan anatomi, morfologi, fisiologi, biokimia dan molekuler (Bruce et al., 2001).
Universitas Sumatera Utara