TINJAUAN PUSTAKA Material Titanium Dioksida (TiO2) Nanopartikel TiO2 merupakan material semikonduktor tipe-n yang mempunyai ukuran partikel antara 10 sampai 50 nanometer.3 TiO2 berperan penting dalam pemanfaatan fotoenergi karena memiliki daya oksidatif dan stabilitas yang tinggi terhadap fotokorosi, murah, mudah didapat dan tidak beracun. TiO2 mempunyai kemampuan untuk menyerap dye lebih banyak karena di dalamnya terdapat rongga dan ukurannya dalam nano, maka disebut nanoporous. Struktur TiO2 memiliki tiga bentuk struktur yaitu rutile, anatase dan brukit. Rutile dan anatase cukup stabil, sedangkan brukit sulit ditemukan, biasanya terdapat dalam mineral dan sulit dimurnikan.4 Struktur anatase dan rutile dapat dilihat pada Gambar 1.
a. Anatase
b. Rutile Gambar 1 Struktur kristal TiO2 (001)5,6 Struktur kristal anatase dan rutile . TiO2 adalah tetragonal dan dapat digambarkan sebagai rantai oktahedron
TiO6. Perbedaan keduanya terdapat pada distorsi oktahedral dan pola susunan rantai oktahedralnya. Masing-masing ion Ti4+ dikelilingi oleh enam ion O2-. Oktahedral pada struktur rutile mengalami sedikit distorsi ortorombik, sedangkan pada anatase distorsi ortorombiknya cukup besar sehingga relatif tidak simetri. Jarak antara Ti-Ti anatase lebih besar pada anatase dibandingkan dengan rutile (3,79 dan 3,04 Å dengan 3,57 dan 3,96 Å) sedangkan jarak Ti-O anatase lebih kecil dibanding dengan rutile (1,934 dan 1,980 Å dengan 1,949 dan 1,980 Å). Setiap oktahedron pada struktur rutile dikelilingi oleh sepuluh oktahedron tetangga, sedangkan pada struktur anatase setiap oktahedron hanya dikelilingi delapan oktahedron tetangga. Distorsi ortorombik menyebabkan terjadinya perbedaan luasan aktif, anatase memiliki simetri geometris yang lebih mendukung untuk mengabsorbsi cahaya karena luasan aktifnya lebih besar daripada rutile.7 Panjang gelombang yang dapat diserap anatase adalah 388 nm dan 413 nm pada rutile. Anatase mempunyai kerapatan 3,89 g/cm3, sedangkan rutile 4,26 g/cm3. Anatase dapat disintesis pada suhu rendah dengan metode preparasi elektrolisis TiCl4, TiOSO4, atau dari titanium alkokosida.8 Bentuk kristal anatase terjadi pada pemanasan suhu rendah (100-7000C), sedangkan pada rutile terbentuk pada suhu tinggi (700-10000C) dan pada suhu tersebut rutile dapat mengalami transformasi menjadi anatase.9 Perbedaan antara struktur kristal anatase dan rutile ditunjukkan pada Tabel 1.
3
Tabel 1 Perbedaan struktur kristal anatase dan rutile.10 Faktor perbedaan
TiO2 Anatase
TiO2 Rutile Tetragon al
Sistem kristal
Tetragonal
Parameter kisi a (Å) c (Å) Vol (Å3)
3,7852 9,5139 136,25
4,5933 2,9592 62,07
Massa jenis (gram/ cm3)
3,8950
4,2743
Celah energi (Eg) (eV)
3,2
3,0
CuSCN Elektrolit padat digunakan untuk mengurangi degradasi sel yang terjadi pada elektrolit cair sehingga dapat meningkatkan stabilitas sel surya. CuSCN merupakan senyawa anorganik yang berwarna putih agak transparan dan mempunyai celah energi 3,6 eV. CuSCN merupakan semikonduktor tipe-p. Sel surya ini menggunakan fenomena persambungan semikonduktor p-n, namun disisipi dye diantara keduanya.11 Pada lapisan TiO2 yang merupakan semikonduktor tipe-n pembawa mayoritasnya adalah elektron yang berasal dari atom-atom donor, sedangkan pada CuSCN yang merupakan semikonduktor tipe-p pembawa mayoritasnya adalah hole yang berasal dari atom-atom akseptor.11 Struktur CuSCN dapat dilihat pada Gambar 2.
Antosianin sebagai Dye Sensitizer Antosianin merupakan salah satu dari kelas flavonoid yang berupa pigmen berwarna merah, ungu atau biru dan dapat larut di dalam air. Antosianin merupakan pewarna yang penting dan tersebar luas dalam tumbuhan. Secara kimia antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi. Antosianin tidak mantap didalam larutan netral atau basa, sehingga antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat gelap serta sebaiknya didinginkan. Antosianidin ialah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Ada enam jenis antosianidin, yaitu : sianidin, pelargonidin, peonidin, petunidin, malvidin dan delfinidin.13 Struktur antosianin dapat dilihat pada Gambar 3. Senyawa antosianin memiliki gugus karbonil dan hidroksil pada struktur molekulnya, sehingga membuatnya mampu berikatan kimia dengan permukaan TiO2. Antosianin adalah komposisi kunci dari beberapa dye alami. Antosianin potensial dipergunakan sebagai sensitizer karena memiliki spektrum cahaya dalam rentang yang cukup lebar, dari merah hingga biru. Sementara pada klorofil terdapat gugus alkil pada struktur karoten juga mencegah terjadinya ikatan yang efektif ke permukaan TiO2.14 H
Gambar 2 Struktur senyawa CuSCN.12
4
Gambar 3 Struktur kimia antosianin. 15 Warna pigmen antosianin merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran. Warna yang disebabkan oleh adanya antosianin dipengaruhi oleh konsentrasinya dan pH dari pelarut. Konsentrasi antosianin yang rendah mengakibatkan warna tidak merah melainkan ungu. Apabila konsentrasinya sangat tinggi maka warnanya menjadi ungu tua atau dapat menjadi hitam. pH pelarut sangat berpengaruh terhadap warna antosianin. Secara umum pada pH rendah (pH<7) antosianin berwarna merah, pada pH netral (pH=7) berwarna biru dan pH tinggi (pH>7)berwarna putih. Disamping itu adanya ion logam akan diikat oleh antosianin, misalnya dengan ion Al, menyebabkan antosianin akan berwarna biru.16 Bahan alam seperti anggur merah (Malus pumila), blueberry (Vaccinium corymbosom), cranberry (Vaccinium macrocarpon), strawberry (Fragaria anannassa), kol merah (Brassica oleracea) dan lain-lain mengandung antosianin. Kandungan antosianin dan bentuk glikosida yang terdapat pada sumber makanan tersebut diperlihatkan pada Tabel 3.17 Tabel 2 Kandungan antosianin dan bentuk glikosidanya. Sumber makanan Apel Blueberry
Cranberry Kol merah Stawberry
Antosianin Sianidin Malvidin Petunidin Delpinidin Sianidin Peonidin Sianidin Pelargonidin Sianidin
Bentuk glikosida Monoglikosida Monoglikosida Monoglikosida Monoglikosida Monoglikosida Monoglikosida Diglikosida Monoglikosida Monoglikosida
Dye sensitizer berasal dari dua kata yaitu dye dan sensitization. Dye merupakan molekul pigmen atau senyawa kimia yang dapat menyerap cahaya, sensitisasi merupakan proses membuat sel surya
menjadi peka terhadap cahaya, dan injeksi adalah proses transfer elektron dari molekul dye ke daerah pita konduksi semikonduktor yang terjadi karena absorpsi cahaya2. Lapisan dye yang digunakan merupakan lapisan tunggal (monolayer) dye dan berfungsi sebagai absorber sinar matahari yang utama sehingga menghasilkan aliran elektron. Proses penyerapan cahaya matahari oleh sel surya nanokristal TiO2 tersentisasi dye menyerupai mekanisme fotosintesis pada daun tumbuhan, dengan klorofil sebagai dye-nya. Sel Surya Tersensitisasi Dye Skema kerja dari sel surya tersensitisasi dye yang ditunjukkan pada Gambar 4, pada dasarnya merupakan reaksi dari transfer elektron. Proses pertama dimulai dengan terjadinya eksitasi elektron pada molekul dye akibat absorbsi foton. Elektron tereksitasi dari keadaan dasar (D) ke keadaan tereksitasi (D*). Elektron dari keadaan tereksitasi kemudian langsung terinjeksi menuju pita konduksi (ECB) TiO2 sehingga dye molekul teroksidasi (D+). Dengan adanya donor elektron oleh elektrolit (I-) maka molekul dye kembali ke keadaan awalnya (ground state) dan mencegah penangkapan kembali elektron oleh dye yang teroksidasi. Setelah mencapai elektroda TCO, elektron mengalir menuju counter elektroda melalui rangkaian eksternal. Dengan adanya katalis pada counter elektroda, elektron diterima oleh elektrolit sehingga hole yang terbentuk pada elektrolit (I3-) akibat donor elektron pada proses sebelumnya, berkombinasi membentuk iodide (I-). Iodide ini digunakan untuk mereduksi dye yang teroksidasi membentuk triiodide (I3-), sehingga membentuk suatu siklus transport elektron. Dengan siklus ini terjadi konversi langsung dari cahaya matahari menjadi listrik.18
5
Gambar 4 Skema kerja sel surya tersensitisasi dye.18
Reaksi yang terjadi adalah : D + e- →D* 2D+ + 3e- → 3I- +2D I3- + 2e- → 3I-
(1) (2) (3)
Dye yang digunakan dalam sel surya fotoelektrokimia TiO2 dapat berupa senyawa kimia sintesis yang mengandung pigmen organik atau ekstraksi bahan organik. Dye yang berasal dari ekstraksi bahan organik misalnya pigmen klorofil, karetenoid dan flavonoid yang umumnya terdapat pada daun, bunga, dan buah serta pigmen kuinon yang terdapat pada kulit, kayu dan akar tumbuhan. Dye yang berasal dari senyawa kimia sintesis misalnya [Ru(cdpy)3]2+, [Ru(cdpy)3], [Ru(cdpy)2(NCS)2], Coumarin-343 dan lain-lain.10 Sel Surya CuSCN
Nanokristal
n-TiO2/dye/p-
Sel surya nanokristal TiO2 tersensitisasi dye adalah sel fotoelektrokimia yang memanfaatkan
fenomena fotosintesis yaitu dengan adanya dye yang merupakan penyerap cahaya sehingga menghasilkan aliran elektron. Secara umum sel surya tersensitisasi dye dibentuk antara lain oleh sebuah semikonduktor yang mempunyai pita energi lebar seperti TiO2, sebuah dye yang dilapisi pada semikonduktor untuk penyerap cahaya, elektrolit yang mengandung sebuah pasangan redoks yang sesuai dan elektroda counter berupa lapisan karbon atau platina.8 Sel surya TiO2 tersensitisasi dye terdiri atas lapisan nanokristal TiO2 berpori sebagai fotoanoda, dye sebagai fotosensitizer, elektrolit redoks dan elektroda lawan (katoda) yang diberi lapisan katalis. Sel surya tersensitisasi dye berbentuk struktur sandwich seperti pada Gambar 5, dimana dua elektroda yaitu elektroda TiO2 tersensitisasi dye dan elektroda lawan terkatalisasi mengapit elektrolit membentuk sistem sel fotoelektrokimia. Pada sel surya tersensitisasi dye foton diserap oleh dye yang melekat pada permukaan partikel TiO2
6
yang bertindak sebagai donor elektron dan berperan sebagai pompa fotoelektrokimia.
berekombinasi dengan hole pada pita valensi CuSCN, kedua rekombinasi ini tidak diinginkan karena dapat mereduksi arus yang dihasilkan sel.20 Skema injeksi elektron digambarkan dalam Gambar 6. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : Eks hv + D → D* (Eksitasi) + 1. D* → D + e TiO2 (Injeksi pertama elektron ke TiO2) 2. D+ + e- TiO2 → D (Rekombinasi) 3. D* → D- + h+CuSCN (Injeksi hole pertama ke CuSCN) 4. D+ → D + h+CuSCN (Hole ke CuSCN) 5. D- + h+CuSCN → D (Rekombinasi) 6. D- → D + e- TiO2 (Elektron ke TiO2) 7. e- TiO2 + h+CuSCN → heat (Rekombinasi) 8. e- TiO2 + h+CuSCN → kerja (Aliran muatan ke rangkaian luar)
Gambar 5 Struktur sel surya nanokristal n-TiO2/dye/p-CuSCN.19 Prinsip kerja sel surya nanokristal TiO2 tersensitisasi dye adalah absorbsi cahaya oleh dye sehingga elektron akan tereksitasi ke level LUMO dan akan tercipta hole pada level HOMO di dalam molekul dye. Kemudian terjadi injeksi elektron menuju pita konduksi semikonduktor tipe-n TiO2, sedangkan hole akan terinjeksi menuju pita valensi semikonduktor tipe-p CuSCN karena adanya perbedaan keelektronegatifan. Adanya elektron yang terinjeksi dari dye ke TiO2 dan hole ke CuSCN akan menimbulkan arus yang mengalir ke rangkaian luar. Setelah melewati rangkaian luar, elektron yang terakumulasi pada sisi TiO2 dari sel akan berekombinasi dengan hole pada sisi CuSCN pada elektroda counter. Kemudian ada sebagian elektron dari TiO2
Berdasarkan prinsip kerja sel surya nanokristal TiO2 tersensitisasi dye, partikel TiO2 merupakan pembawa mayoritas elektron, sedangkan partikel CuSCN merupakan pembawa mayoritas hole dan dye berperan sebagai pompa fotoelektrokimia yang mengakibatkan eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi yang diserap.
Pita Konduksi e-1&6 ke rangkaian luar 8
D-/D atau D*/D+ Eksitasi
CuSCN
5
27 n-TiO2 dye hole D-/D* atau D/D+ Pita Valensi
3&4
Gambar 6 Skema injeksi elektron.20
ke rangkaianluar 8
7
Tegangan yang dihasilkan oleh sel surya nanokristal TiO2 tersentisasi dye disebabkan oleh perbedaan dalam tingkat energi antara TiO2 dan mediator tergantung pada bahan pelarut yang digunakan serta keadaan TiO2. Arus yang dihasilkan sel surya TiO2 terkait langsung dengan jumlah cahaya yang diserap oleh dye, yaitu bergantung pada intensitas penyinaran dan jenis dye yang digunakan. Karakterisasi X-ray Diffraction (XRD) XRD dapat digunakan untuk mempelajari dan menentukan sistem kristal (kubik, tetragonal, heksagonal, dll) menentukan kualitas kristal (single kristal, polikristal, amourphous), menentukan simetri kristal, menentukan cacat kristal (dislokasi), mencari parameter kristal (parameter kisi, jarak antar atom, jumlah atom per unit sel) dan analisis kimia.21 Prinsip dari alat XRD adalah sinar X yang dihasilkan dari suatu logam tertentu memiliki panjang gelombang tertentu, dengan memvariasikan besar sudut pantulan sehingga terjadi pantulan elastis yang dapat dideteksi. Maka menurut Hukum Bragg jarak antar bidang atom dapat dihitung dengan data difraksi yang dihasilkan pada besar sudut – sudut tertentu. Prinsip ini di gambarkan pada Gambar 7 di bawah ini.
kisi fraksi (diffraction gfafting), tetapi karena panjang gelombang sinar X yang pendek maka untuk dapat mendifraksikan sinar X harus menggunakan jalur yang letaknya sangat berdekatan dan memiliki kelenturan yang tinggi. Untuk menentukan parameter kisi dapat dilakukan dengan menggunakan Hukum Bragg.23 Sinar-X yang dipantulkan, dibiaskan dan diteruskan apabila melalui suatu bahan. Andaikan garis-garis S1 S1, S2 S2 dan S3 S3 seperti Gambar 8, mewakili bidang-bidang atom yang sejajar dengan permukaan hablur dan terpisah satu sama lain pada jarak d. Andaikan garis-garis AB dan A’B’ mewakili lintasan alur sinar-X pada panjang gelombang yang menuju ke bidang-bidang hablur pada sudut θ terhadap bidang dan masing-masing dipantulkan dalam arah BC dan B’C’. Supaya gelombang dari B’ dapat menguatkan gelombang yang dipantulkan dari B di CC’ , kedua gelombang harus sefasa.23 Dengan kata lain, beda lintasan antara gelombang A’B’C’ terhadap gelombang ABC harus merupakan kelipatan bulat panjang gelombang sinar-X itu, yakni :
Gambar 8 Pantulan sinar-X oleh bidang atom S1S1 dan S2S2 terpisah pada jarak d.24 (A’B’ + B’C’ )–(AB + BC) = nλ
Gambar 7 Prinsip XRD.
22
Sinar X adalah sinar elektromagnetik yang semestinya dapat didifraksikan oleh
Oleh karena DB’ = B’E = d sin θ, maka syarat di atas dipenuhi apabila : λn = 2d sin θ
(5)
8
Keterangan : λ = panjang gelombang (m) d = jarak antara bidang (m) θ = sudut difraksi Dengan mengetahui sistem kristal pada sel surya TiO2 adalah tetragonal maka jarak antara bidang-bidang yang berdekatan yang disusun dalam indeks miller (hkl) adalah 1 h2 k 2 l 2 = + 2 d2 a2 c
(6)
a = b ≠ c, dengan a, b dan c, adalah parameter kisi dan h,k,l adalah indeks miller. Untuk menentukan ukuran kristal diperoleh dari persamaan : (7) Dengan k adalah konstanta sebesar 0.89; λ adalah panjang gelombang sumber sinar-X (dalam hal ini Cu kα sebesar 1.542 Ǻ), dan β adalah setengan lebar puncak difraksi (dalam satuan radian). Karakterisasi Spektrum Serapan Jika radiasi elektromagnetik melalui suatu materi dan pada materi tersebut terjadi serapan selektif maka pada materi tersebut akan terjadi penyerapan komponen radiasi pada panjang gelombang yang berbeda sesuai spektra sinar dan dalam
jumlah yang berbeda pula. Perubahan tingkat serapan sebagai fungsi dari panjang gelombang tersebut sebagai spektrum serapan. Spektrum serapan merupakan karakteristik kualitas suatu bahan, tingkat serapan suatu cahaya pada panjang gelombang tertentu dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu sampel.23 Dasar penentuan kualitatif metode spektrofotometri adalah hukum Beer:
I
I o exp( cl)
(8)
sehingga diperoleh :
A log
Io I
cl
(9)
A adalah absorbansi sampel, Io adalah intensitas tanpa serapan. I adalah intensitas cahaya yang keluar lewat sampel. adalah ketebalan lapisan larutan sampel (cm), ε adalah koefisien serapan molekul dan c adalah konsentrasi (molaritas). Karakteristik Arus – Tegangan Sel Surya Karakteristik sel surya ditentukan oleh beberapa faktor antara lain efisiensi sel surya (η) dan stabilitas dari sel surya tersebut. Efisiensi sel surya merupakan aspek yang menjadi perhatian utama dalam sel surya.11 Hal ini dapat ditunjukan melalui kuantitas arus dan tegangan. Kurva karakterisasi arus-tegangan saat gelap dan disinari cahaya ditunjukkan oleh Gambar 9.
Gelap
Disinari cahaya Gambar 9 Kurva karakteristik arus-tegangan saat gelap dan disinari cahaya.25
9
Hubungan arus dan tegangan sel surya p-n dalam semikonduktor dalam keadaan tanpa cahaya, sama dengan karakteristik arus-tegangan sebuah dioda ideal, dapat dinyatakan dalam persamaan berikut
Voc
nkT q
ln
I ph I0
(12)
sedangkan pada rangkaian pendek (short circuit), ketika V = 0, sehingga diperoleh Iph=Isc, dengan Isc merupakan arus pada rangkaian pendek (short circuit current). Rangkaian pengukuran karakterisasi arus tegangan sel surya ditunjukkan pada Gambar 10. Tegangan terbuka (Voc) terjadi ketika reostat berada pada posisi maksimum, sehingga tidak ada arus yang mengalir melalui reostat (I = 0). Untuk pengukuran tegangan terbuka Gambar 10 (a) seolah menjadi Gambar 10 (b). Arus rangkaian pendek terjadi ketika reostat berada pada posisi minimum sehingga tidak ada arus yang mengalir melalui voltmeter.
(10) Pada saat sel surya terkena cahaya, maka akan dihasilkan arus foto yang terjadi karena pembangkitan elektron oleh cahaya dengan energi tertentu. Sehingga persamaan (10) dapat ditulis menjadi : (11) Iph adalah arus foto, I0 adalah arus saturasi pada kesetimbangan, V adalah tegangan bias dan n adalah faktor dioda karena adanya penyimpangan dari dioda ideal. Tegangan yang diukur pada rangkaian terbuka, (open circuit) ketika I=0, disebut tegangan rangkaian terbuka (Voc), yaitu :
Sel surya
Reostat V R
V Rangkaian pengukur arus
Gambar 10 Rangkaian pengukuran karakterisasi arus-tegangan sel surya.26
Sel surya V
Voc
Rangkaian terbuka
Gambar 11 Rangkaian pengukuran tegangan pada rangkaian terbuka [Voc].26
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2011. Bertempat di Laboratorium Fisika Material dan Biofisika, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Karakterisasi XRD dilaksanakan di BATAN, Serpong. Alat dan Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah substrat transparant conductive oxide (TCO), TiO2 nanokristal (Degussa P25), asetilaseton (MERCK), Triton X-100 (MERCK), aquades, asetonitril (MERCK), HCl 45%, CuSCN, strawberry, etanol, aseton, aluminium foil dan scotch adhesive tape. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mikrovoltmeter digital, amperemeter digital, gelas ukur, gelas piala, rod glass, magnetic stirrer, hot plate, furnace, termometer digital, lampu merkuri 400 watt, XRD, spectrophotometer UV-VIS, power supply, kertas tisu, kertas saring, mortar, penumbuk dan neraca digital. Metode Penelitian Pembuatan lapisan TiO2 Metode yang digunakan pada pembuatan koloid TiO2 adalah “doctor blade technique” atau metode casting. Pembuatan koloid TiO2 dilakukan dengan mencampurkan 0,5 gram TiO2 bubuk nanokristal dengan 0,5 ml aseton dan satu tetes Triton X-100, larutan tersebut ditambahkan aquades 0,3 ml kemudian digerus secara perlahan hingga menjadi bentuk koloid. Larutan TiO2 koloid dideposisikan pada substrat TCO yang sudah dicuci dengan sabun dan dibilas dengan etanol dan aseton. Selanjutnya pada ke dua sisi TCO yang berhadapan ditutup
dengan scotch tape kurang lebih 1-2 mm dan pada kedua sisi lainnya ditutup kurang lebih 5-6 mm, sehingga bagian TCO yang dikosongkan memiliki luas penampang (1,1 x 0,9) cm2 dan (0,9 x 0,9) cm2. Setelah itu larutan TiO2 didistribusikan secara merata di atas substrat TCO dengan menggerakkan batang gelas di atas substrat TCO. Kemudian di keringkan di udara dan setelah satu menit scotch tape dikeluarkan (dibuka) dengan hati-hati. Lapisan dipanaskan pada suhu 300 C selama 30 menit dan didinginkan pada suhu ruang. Hasil deposisi TiO2 tersebut kemudian dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui struktur kristal sampel. Jika struktur kristal tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka proses pembuatan lapisan TiO2 diulang lagi. Pembuatan larutan dye antosianin Larutan dye antosianin dibuat dengan menempatkan 20 gram strawberry segar yang telah dipotong-potong kecil ke dalam sebuah mortar, kemudian ditumbuk hingga halus. Hasil tumbukan yang telah halus kemudian direndam (maserasi) di dalam pelarut yang terdiri dari 50 ml metanol + 8 ml asam asetat + 42 ml aquades selama 24 jam. Selama perendaman larutan dye antosianin harus disimpan di tempat gelap. Setelah direndam selama 24 jam, lalu larutan dye antosianin disaring menggunakan kertas saring ke dalam botol berwarna gelap atau botol yang telah dilapisi aluminium foil. Kemudian larutan dye antosianin dikarakterisasi untuk mengetahui panjang gelombang serapannya. Pembuatan polimer elektrolit CuSCN Elektrolit padat berupa CuSCN dideposisi dengan metode casting. Mulamula 50 ml asetonitril dicampur dengan 0,1 ml HCl 34%. Kemudian diambil 12 ml dari larutan tersebut lalu dimasukkan 0,025 gram bubuk CuSCN sehingga terbentuk larutan CuSCN. Kemudian ditambahkan