TINJAUAN PUSTAKA Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Langkah pertama pengeksplorasian adalah mencari informasi ke dinas-dinas dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh informasi tentang jenis dan habitat tumbuhnya. Informasi ini kemudian dikembangkan pada saat eksplorasi ke lokasi sasaran yang umumnya daerah asal dan penyebaran jenis tanaman. Tahura merupakan bentuk pelestarian alam terkombinasi, antara pelestarian ek-situ dan in-situ. Sehingga Tahura dapat ditetapkan baik dari hutan alam maupun hutan buatan. Namun demikian, fungsi yang jelas sebuah hutan raya adalah sebagai etalase keanekaragaman hayati, tempat penelitian, tempat penangkaran jenis, serta juga sebagai tempat wisata. Tahura Bukit Barisan mempunyai maksud dan tujuan utama yakni sebagai sumber genetic dan plasma nutfah, pusat informasi dan penelitian peranan flora dan fauna bagi generasi kini dan mendatang. Selain itu juga memiliki fungsi perlindungan hidrologi, bahwa kawasan Tahura Bukit Barisan merupakan sumber mata air bersih bagi warga kota Medan, pencegah erosi dan banjir daerah pantai timur Sumatera Utara, peredam polusi kendaraan dan industri kota Medan dan sekitarnya, lokasi penyuluhan dan pendidikan konservasi. Racun merupakan salah satu senjata pembunuh makhluk hidup yang sudah sangat tua, setua kehidupan manusia. Racun yang menjadi favorit untuk melenyapkan nyawa seseorang karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak meninggalkan jejak pembunuhan, mudah diperoleh, mudah
Universitas Sumatera Utara
digunakan, dan sangat efektif. Disamping berfungsi sebagai agen maut, racun apabila diberikan pada dosis yang tepat dapat berfungsi sebagai obat ataupun kegiatan yang menunjang lainnya. Disamping pengobatan, sebagian racun dapat digunakan sebagai kegiatan penunjang hidup manusia. Racun adalah zat atau senyawa yang dapat masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Umumnya berbagai bahan kimia yang mempunyai sifat berbahaya atau bersifat racun, telah diketahui. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa jenis hewan dan tumbuhan, termasuk beberapa jenis tanaman pangan yang ternyata dapat mengandung racun alami, walaupun dengan kadar yang sangat rendah. Tanaman pangan seperti sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan nutrien, vitamin, dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk diet sehat. Meskipun demikian, beberapa jenis sayuran dan buahbuahan dapat mengandung racun alami yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Racun alami adalah zat yang secara alami terdapat pada tumbuhan, dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur, serangga, serta predator (BPOM, 2012). Tanaman mengandung sejumlah besar zat kimia yang aktif secara biologis. Zat-zat pada tanaman dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang menimpa ternak maupun manusia (contohnya adalah digitoksin, kolcisin dan atropin). Widodo (2005) menyatakan bahwa zat kimia tertentu yang ada dalam tanaman dipercaya untuk memberi beberapa tingkat perlindungan dari predator tanaman seperti serangga dan ruminan.
Universitas Sumatera Utara
Grainge mengandung
dan
Ahmed
metabolit
(1988)
sekunder
menyatakan
umumnya
bahwa
mengeluarkan
tanaman
yang
zat-zat
hasil
metabolisme sekunder dengan cara pencucian air hujan (contohnya pada daun dan kulit tanaman), penguapan dari daun (contohnya kamfer), ekskresi eksudat pada akar (contohnya alang-alang) dan dekomposisi bagian tanaman itu sendiri (jatuh ke tanah dan membusuk). Komponen Senyawa Beracun dalam Tumbuhan Racun dapat diidentifikasi pada tumbuhan beracun dan kemungkinan dapat disebabkan oleh hasil metabolisme sekunder yang terkandung di dalam tumbuhan beracun tersebut. Setiap jenis tumbuhan beracun pada umumnya mengandung zat-zat atau senyawa kimia yang berbeda-beda. Senyawa racun yang bersifat alami dalam tumbuhan beracun belum sepenuhnya diketahui dan belum semuanya dimanfaatkan secara aplikatif. Beberapa jenis tumbuhan beracun mengandung dua atau lebih senyawa racun yang berbeda komponen kimianya satu dengan lainnya. Hanenson (1980) menyatakan bahwa komponen-komponen kimia yang dihasilkan tumbuhan beracun melalui metabolisme sekunder terbagi atas beberapa macam seperti alkaloid, glikosida, asam oksalat, resin, phytotoxin, tanin, saponin, polipeptida dan asam amino serta mineral lainnya. 1. Alkaloid Kandungan alkaloid dalam setiap tumbuhan 5-10% dan efek yang ditimbulkan hanya dalam dosis kecil. Kadar alkaloid pada tumbuhan berbedabeda sesuai kondisi lingkungannya dan alkaloid umunya tersebar di seluruh bagian tumbuhan. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi
Universitas Sumatera Utara
alkaloid adalah pupil yang membesar, kulit terasa panas dan memerah, jantung berdenyut kencang, penglihatan menjadi gelap dan menyebabkan susah buang air. 2. Glikosida Glikosida adalah salah satu komponen yang dihasilkan melalui proses hidrolisis yang biasa dikenal dengan sebutan aglikon. Glikosida merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam tumbuhan bahkan lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah alkaloid yang terkandung. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi glikosida adalah iritasi pada mulut dan perut serta diare. 3. Asam oksalat Kadar asam oksalat pada tumbuhan tergantung dari tempat tumbuh dan iklim. Kadar asam oksalat paling tinggi ada pada saat akhir musim panas dan musim gugur. Hal ini disebabkan oleh asam oksalat yang dihasilkan tumbuhan terakumulasi selama masa tumbuhan produktif pada musim-musim itu. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi asam oksalat adalah mulut beserta kerongkongan terasa terbakar, lidah membengkak hingga menyebabkan kehilangan suara sekitar selama dua hari dan bahkan dapat menyebabkan kematian jika terkontaminasi terlalu banyak. 4. Resin Resin dan resinoid termasuk ke dalam kelompok asam polycyclic, fenol, alkohol dan zat-zat netral lainnya yang mempunyai karakteristik fisis tertentu. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi resin adalah iritasi langsung terhadap tubuh atau otot tubuh, gejala muntah-muntah, bengkak dan kulit melepuh.
Universitas Sumatera Utara
5. Phytotixin Phytotixin adalah protein kompleks terbesar yang dihasilkan oleh bagian kecil tumbuhan dan memiliki tingkat keracunan yang tinggi. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi phytotoxin adalah iritasi hingga menyebabkan
luka
berdarah
dan
pembengkakan
organ
tubuh
setelah
terkontaminasi. 6. Tanin Tanin adalah senyawa polifenol yang bersifat terhidrolisa dan kental. Senyawa ini telah dikembangkan oleh tanaman sebagai bentuk pertahanan terhadap serangan eksternal dari predator yang memiliki rasa sangat pahit atau kelat. Jika terkonsumsi lebih dari 100 mg bisa menghasilkan masalah pada saluran pencernaan seperti diare, sakit perut, urin bercampur darah, sakit kepala, kurang nafsu makan dan lain-lain. 7. Saponin Saponin adalah glikosida tanaman yang ditandai dengan munculnya busa di permukaan air bila dicampur atau diaduk, yang telah dikenal serta diakui sebagai sabun alami dan telah menyebabkan beberapa tanaman seperti soapwort (Saponaria officinalis) umum digunakan sebagai sabun untuk waktu yang lama. Saponin ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar daripada yang diizinkan, senyawa ini menjadi tergolong beracun. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila saponin dikonsumsi secara berlebihan adalah dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa pencernaan sehingga menderita muntah-muntah, sakit perut, perdarahan, pusing, maag dan begitu terkontaminasi ke sistem peredaran
Universitas Sumatera Utara
darah, senyawa ini dapat merusak ginjal dan hati serta mempengaruhi sistem saraf bahkan dapat menghasilkan serangan jantung. 8. Polipeptida dan asam amino Polipeptida dan asam amino hanya sebagian kecil yang bersifat racun. Gejala yang ditimbulkan bagi manusia apabila terkontaminasi polipeptida (hypoglycin) adalah akan menyebabkan reaksi hypoglycemic.
Universitas Sumatera Utara