THE EFFECT OF EXCHANGE RATE AND INTEREST RATE ON ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA.
ABSTRACT The study aims at analyzing the effect of exchange rate and interest rate on economic growth in Indonesi. The secondary that are analyzed in term of time series i.e. exchange rate and interest rate. The method of Simultan Equation Estimation (SEM) is used for analyzing the data. The result finding shows that, simultaneously exchange rate and interest rate have significant effect on economic growth. Partially, exchange rate have also positive and significant effect. And interest rate has a negative and significant, effect on economic growth in Indonesia Key Words: Exchange rate, interest rate, and economic growth
PENGARUH EXCHANGE RATE DAN TINGKAT BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh exchange rate dan tingkat bunga terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data yang di analisis adalah data sekunder berbentuk time series yaitu nilai exchange rate dan tingkat bunga di Indonesia. Analisis data menggunakan metode estimasi regresi persamaan simultan (SEM), Strucrural Equation Modeling Penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan exchange rate dan tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap ekspor sektor perkebunan. Secara parsial exchange rate berpengaruh positif dan signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan tingkat bunga berpengaruh negatif dan signifikan, terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Kata Kunci: exchange rate, tingkat b unga ,dan pertumbuhan ekonomi
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada
dasarnya
pembangunan
ekonomi
bertujuan
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang disertai dengan distribusi pendapatan yang merata bagi masyarakat. Laju pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat dan untuk mengatasi kemiskinan. Tinggi rendahnya laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dibatasi oleh factor-faktor produksi yang tersedia, terutama factor modal, sehingga akumulasi modal sebagai pengerak pembangunan ekonomi menjadi titik sentral dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Menurut Sundrum (1988), factor-faktor internal yang menjadi penyebab utama melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia selama fase gejolak eksternal adalah menurunnya pengeluaran pemerintah dan investasi. Sedangkan krisis ekonomi diberbagai belahan dunia, krisis keuangan international (kelangkaan sumberdana untuk bantuan asing) serta menguatnya Yen Jepang terhadap dollar AS dapat dinyatakan sebagai factor-faktor eksternal yang ikut mendatangkan pengaruh kepada melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 1983-1986.
Menghadapi berbagai persoalan ini pemerintah Indonesia berupaya mempertahankan
stabilitas
ekonomi
dengan
menempuh
serangkaian
kebijakan. Dibidang keuangan pemerintah melakukan devaluasi pada Maret
1983 dan September 1986, menggulirkan Deregulasi Perbankan 1 Juni 1983, Paket Oktober 1986, dan kebijakan pengetatan moneter (tight moneter policy). Dibidang fiscal diadakan reformasi perpajakan (1984, 1985) dan penghematan fiscal (fiscal austerity). Dibidang perdagangan dan industri, pemerintah memperkuat kebijakan orientasi ke dalam melalui rasionalisasi tarif (Maret Kinerja perekonomian Indonesia yang sempat melemah pada tahun 2001 hingga mencapai 3,83 persen, pada tahun 2002
tumbuh sebesar 4,38 persen. Pada tahun
2003 perekonomian Indonesia tumbuh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 4,88 persen. Meskipun diwarnai dengan berlangsungnya proses pemilihan umum dan pemilihan presiden, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,13 persen pada tahun 2004. Meskipun
di akhir tahun 2004 Indonesia mengalami bencana gempa bumi dan
tsunami, namun dalam tahun 2005 perekonomian Indonesia diperkirakan akan tetap tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2004 yang diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga konstan 2000, terbatat sebesar 5,13 persen dengan nilai PDB sebesar Rp.1.660,6 triliun. Pertumbuhan PDB tahun 2004 terjadi pada semua sektor ekonomi, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 12,7 persen.
Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia melalui Paket Stabilisasi Rupiah dalam banyak hal telah membawa hasil yang positif yang tercermin dari terpeliharanya stabilitas nilai tukar terutama
selama paruh kedua 2004. Dalam
periode tersebut,
tingkat volatilitas nilai tukar
menunjukkan kecencerungan menurun. Sementara itu,
secara keseluruhan 2004, tingkat volatilitas nilai tukar rupiah tidak mengalami lonjakan
berarti bila dibandingkan 2003. Bila pada 2003 tingkat volatilitas mencapai 3,3 persen dari Rp.8.593 per dolar, dan pada 2004 volatilitas meningkat menjadi 3,9 persen dari Rp. 8.940 per dolar . Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas pada 2001 dan 2002
yang masing-masing mencapai 10,8 persen dan 6,1 persen. Tapi
walaupun secara rill nilai tukar rupiah selama 2004 masih mengalami undervalued sehingga masih tetap kondusif dalam menunjang kinerja ekspor. Menguatnya tekanan depresiasi dipicu oleh faktor eksternal yang terkait dengan merebaknya ekspektasi masuknya ekonomi AS dalam siklus kebijakan moneter ketat, langka kebijakan yang ambil pemerintah Cina untuk memperlambat ekspansi ekonomi, serta melambungnya harga minyak dunia hingga mencapai di atas $ 40 per barel. Perkembangan ketiga faktor
eksternal
tersebut
mendorong
investor
international
melakukan reposisi
penanaman modal portofolio di pasar keuangan sejumlah negara Asia. Reposisi penanaman modal tersebut mengakibatkan terjadinya pembalikan aliran modal jangka pendek dari pasar keuangan Asia, sehingga menimbulkan tekanan depresiasi terhadap mata uang regional. Faktor sentimen negatif menguat sebagai akibat memanasnya suhu politik menjelang penyelanggaraan pemilu legislatif dan terjadinya peningkatan permintaan valuta asing dari korporasi khususnya dari perusahaa n minyak dan sektor otomotif. 1985), memperkuat proteksi malalui hambatan nontarif, reformasi bea masuk (Inpres No.4/1985), dan peluncuran Paket 6 Mei 1986. Selain itu pemerintah masih terus melanjutkan kebijakan rasionalisasi BUMN dan regulasi per ekonomi pasar
METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui pengaruh Exchange rate (Er) dan tingkat bunga (i) terhadap pertumbuhan ekonomi(Y), data dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif melalui metode statistik, yaitu dengan Structural Equation Modelling (SEM) yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut: Y = f( Er , i) ….……...............................................…...(1) Persamaan (1) merupakan fungsi difungsi (sistem persamaan simultan). Dari persamaan (1), andaikan mengikuti fungsi Cobb-Douglas (non- linier) maka model persamaan yang dikembangkan adalah: Y A0 Er1 1 I 2 2 ………………………..………...........……..…….(2) Persamaan (2) merupakan persamaan non-linier dan dapat dinyatakan bentuk lain untuk estimasi regresi linier dengan mentransferkan ke dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut: ln Eks = ln A0 + 1 ln Er + 2 ln i + 1……….....…................…(3) Sehingga diperoleh bentuk Reduce Formnya sebagai berikut: ln Eks = 0 + 1 ln Er + 2 ln i + Dimana: y = nilai pertumbuhan ekonomi (milyar rupiah) Er = Exchange rate atau nilai tukar rupiah terhadap US $ (rupiah) i = tingkat bunga (persen) 0 = 0 = konstanta/intercep . 1 = 1 = pengaruh exchange rate 2 = 2 = pengaruh tingkat bunga 1 = 1 = error term dari pertumbuhan ekonomi F. Definisi Operasional a. Exchange Rate adalah semacam harga dalam pertukaran antara dua mata uang yang beredar, maka akan terdapat perbandingan nilai antara kedua mata uang asing tersebut, perbandingan inilah disebut exchange rate atau nilai tukar” yang dimaksud di sini adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dinyatakan dalam Rp/dollar. b. tingkat bunga adalah harga yang terjadi dipasr uang dan modal. Tingkat bunga yang digunakan adl tingkat bunga pinjaman yang dinyatakan dalam persentase (persen) pertahun.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. .Analisis Empirik Pengaruh Exchange Rate Dan Tingkat Bunga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Analisis pengaruh variabel eksogen yaitu exchange rate dan tingkat bunga terhadap variabel endogen pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan menggunakan alat analisis metode SEM (Structural Equation Modelling) dengan program AMOS 5 (Analisis Moment of Structure). Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran hubungan antar variabel dalam penelitian diperoleh model yang simultan. Ini dibuktikan dari adanya nilai Chi-square 172,430 dengan tingkat signifikan 0,000, nilai GFI adalah sebesar 0,967 dan AGFI adalah sebesar 0,835. Hasil ini membuktikan bahwa model yang diajukan telah sesuai dengan data. Dengan demikian model hubungan antara variabel dapat diterima. Sedangkan kelayakan model dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien GFI atau koefisien determinasi (R2). Nilai GFI yang ditemukan adalah 0,967. Hal ini dapat berarti bahwa variasi, tingkat bunga, exchange rate dan dapat menjelaskan variasi varibel dependen pertumbuhan ekonomi sebesar 96,7 persen dan variasi variabel lain yang menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi yang tidak diperhitungkan ke dalam model hanya sebesar 3,3 persen sehingga dapat disimpulkan model ini cukup layak. Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel depeneden telah diformulasikan dalam bentuk reduce form. Variabel
B
SE
T
Sig
12,291
6,074
2,024
0,000
Exchange Rate
0,772
0,673
1,147
0,022***
Tingkat bunga
-0,137
0,047
-2,908
0,006**
Constant
R2 = 0,917 Adjust R2 = 0,903 N = 21 Persamaan: Y = 12,291 + 0,772 Ln Er - 0,137 i (2,024) (1,147) (-2,908) Catatan: **) Signifikan 5% ***) Signifikan 10% ns) Tidak Signifika n
Beberapa keputusan yang dapat diambil dari Tabel 1 hasil estimasi di atas adalah: Pertama, kelayakan model dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien determinasai (R2). Nilai yang ditemukan adalah 0,991. Hal ini dapat berarti bahwa
variasi variabel independen yaitu tingkat bunga, exchange rate, dapat menjelaskan variasi variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 99,1 persen. Dengan demikian variasi variabel lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang tidak diperhitungkan ke dalam model hanya sebesar 0,9 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini sangat layak. Demikian pula jika dilihat dari koefisien korelasi model ini yaitu 0,995. Hal ini dapat berarti bahwa hubungan antara variabel independen yaitu tingkat bunga, exchange rate, dengan variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi adalah sangat kuat.
Kedua, uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikan model secara parsial atau menguji keberartian pengaruh variabel independen yaitu tingkat bunga, exchange rate, terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi Variabel independen yaitu tingkat
bunga negatif dengan tingkat signifikan
=5%
terhadap pertumbuhan
ekonomi. Variabel independen yaitu exchange rate berpengaruh positif dengan tingkat signifikan
=10%.
Ketiga, nilai konstanta adalah sebesar 12,291. Nilai ini berarti bahwa apabila tingkat bunga, exchange rate, maka persentase pertumbuhan ekonomi sebesar 12,2911 persen. Nilai
koefisien regresi
tingkat bunga adalah sebesar -0,137. Hal
ini dapat berarti jika tingkat bunga meningkat 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,137 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Dimana tingkat bunga merupakan indikator moneter yang cukup penting dalam menilai perekonomian suatu negara. Tingkat bunga yang tinggi memberikan indikasi yang kurang baik dalam perekonomian suatu negara. Hal ini sejalan teori Keynes bahwa
tingkat bunga merupakan fenomena moneter dan ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi GNP.
Nilai koefisien regresi exchange rate adalah sebesar 0,772. Hal ini dapat berarti jika exchange rate meningkat 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,772 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Pada tahun 2004 paruh kedua nilai tukar rupiah cenderung menguat, Bank Indonesia mengambil beberapa kebijakan dalam kerangka Paket Kebijakan Stabilitas Rupiah untuk mencegah berlanjutnya tekanan depresiasi rupiah pada pertengahan tahun, yang dikhawatirkan akan mengancam stabilitas makro ekonomi dan kesinambungan perbaikan kinerja ekonomi dan dengan berakhirnya ketidakpastian politik pasca terbentuknya pemerintah baru, optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia mulai merebak, pada gilirannya memicu masuknya aliran modal asing/ investor asing untuk menanamkan modalnya
yang
menunjukkan semakin meningkatnya kepercayaan
investor asing terhadap perekonomian Indonesia. Dengan meningkatnya investor yang menanamkan modal menyebabkan terjadinya perluasaan kesempatan kerja yang pada gilirannya akan dapat menurunkan tingkat pengangguran dan meningkat pertumbuhan ekonomi
B. Analisis Pengaruh Langsung Dan Pengaruh Tidak Langsung Exchange Rate Dan Tingkat Bunga Terhadap Pertumbuhan ekonomi Di Indonesia Berdasarkan hasil estimasi model SEM pengaruh exchange rate dan tingkat bunga terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana pada hasil signifikansi secara parsial terdapat beberapa variabel independen yang tidak berpengaruh secara nyata, sementara hasil koefisien determinasi sangatlah tinggi. Hasil ini tidak membuat model menjadi tidak layak, apalagi jika melihat uji signifikansi secara simultan yang
menunjukkan hasil yang sangat nyata, yang dalam kasus ini menggunakan analisis koefisien lintas (path analysis). Variabel independen
Variabel Dependen
Efek Direct
Indirect
Total
Tingkat bunga
Pertumbhan ekonomi
-0,137
-0,046
-0,183
Exchange Rate
Pertumbuhan ekonomi
0,772
0,858
1,629
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat efek langsung dari variabel exchange rate dan tingkat bunga terhadap pertumbuhan ekonomi. Efek langsung tingkat bunga terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar -0,137, tidak langsung -0,046 dan secara total -0,183. Efek langsung exchange rate terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0.772, tidak langsung 0,858 dan secara total 1,629 KESIMPULAN Temuan dan hasil penelitian tentang pengaruh exchange rate dan pajak ekspor terhadap pertumbuhan ekspor sektor perkebunan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Exchange rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan demikian jika exchange rate terdepresiasi maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2. tingkat bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai pertumbuhan ekonomi Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin, Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan Ekonomi Daerah BPFE Yogyakarta, 1999, Cetakan 1
Andersen, 2002 Pengaruh Pinjaman Luar Terhadap Pendapatan Regional Bruto Propinsi Kaltim, Tesis Pasca Sarjana Unhas, Makassar
Anonim, 1990-2004. Indikator Ekonomi Indonesia, BPS Jakarta
, 1983-2003. Statistik Indonesia, BPS Jakarta
,1990-2004. Laporan Perekonomian Indonesia Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2002. Indicator Ekonomi Indonesia, Jakarta
Badan Pusat Statistic, 2003. Statistik Indonesia, Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2004. Laporan Perekonomian Indonesia , Jakarta
Bank Indonesia , 2004 Laporan perekonomian Indonesia Jakarta
Budiono, 1984. Ekonomi Mikro Balai Penerbit FE-UGM, Yogyakarta.
,1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsisi Pengantar Ilmu Ekonomi, N0. 4. BPFEUGM, Yogyakarta. Barro. R. J. Macroeconomic , New York : Jhon Wiley & Sons, Inc
Don Bellante and Mark Jakcson, 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Lembaga Penerbit FE-UI. Jakarta.
Dornbusch, T.F, Makroekonomi, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta, 1994
Djiwandono. J Sudradjad, Perdagangan dan Pembangunan, Tantangan, Peluang dan Kebijaksanaan Perdagangan Luar Negeri Indonesia LP3ES, Jakarta 1992, Cetakan Pertama.
Diamond, J. 1989. Government Expenditure & Economic Growth : An Empirical IMF Working Paper No. 89 / 45. Washington Dc : IMF
Djamin zulkarnain, Pinjaman Luar Negeri Serta Prosedur Administrasi Dalam
THE EFFECT OF EXCHANGE RATE AND INTEREST RATE ON ECONOMIC GROWTH IN INDONESIA.
ABSTRACT The study aims at analyzing the effect of exchange rate and interest rate on economic growth in Indonesi. The secondary that are analyzed in term of time series i.e. exchange rate and interest rate. The method of Simultan Equation Estimation (SEM) is used for analyzing the data. The result finding shows that, simultaneously exchange rate and interest rate have significant effect on economic growth. Partially, exchange rate have also positive and significant effect. And interest rate has a negative and significant, effect on economic growth in Indonesia Key Words: Exchange rate, interest rate, and economic growth
PENGARUH EXCHANGE RATE DAN TINGKAT BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
ABSTRAK Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh exchange rate dan tingkat bunga terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data yang di analisis adalah data sekunder berbentuk time series yaitu nilai exchange rate dan tingkat bunga di Indonesia. Analisis data menggunakan metode estimasi regresi persamaan simultan (SEM), Strucrural Equation Modeling Penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan exchange rate dan tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap ekspor sektor perkebunan. Secara parsial exchange rate berpengaruh positif dan signifkan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan tingkat bunga berpengaruh negatif dan signifikan, terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kata Kunci: exchange rate, tingkat b unga ,dan pertumbuhan ekonomi
PENDAHULUAN B. Latar Belakang Pada
dasarnya
pembangunan
ekonomi
bertujuan
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja yang disertai dengan distribusi pendapatan yang merata bagi masyarakat. Laju pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk meningkatkan tarap hidup masyarakat dan untuk mengatasi kemiskinan. Tinggi rendahnya laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dibatasi oleh factor-faktor produksi yang tersedia, terutama factor modal, sehingga akumulasi modal sebagai pengerak pembangunan ekonomi menjadi titik sentral dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Menurut Sundrum (1988), factor-faktor internal yang menjadi penyebab utama melemahnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia selama fase gejolak eksternal adalah menurunnya pengeluaran pemerintah dan investasi. Sedangkan krisis ekonomi diberbagai belahan dunia, krisis keuangan international (kelangkaan sumberdana untuk bantuan asing) serta menguatnya Yen Jepang terhadap dollar AS dapat dinyatakan sebagai factor-faktor eksternal yang ikut mendatangkan pengaruh kepada melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 1983-1986.
Menghadapi berbagai persoalan ini pemerintah Indonesia berupaya mempertahankan
stabilitas
ekonomi
dengan
menempuh
serangkaian
kebijakan. Dibidang keuangan pemerintah melakukan devaluasi pada Maret 1983 dan September 1986, menggulirkan Deregulasi Perbankan 1 Juni 1983, Paket Oktober 1986, dan kebijakan pengetatan moneter (tight moneter policy). Dibidang fiscal diadakan reformasi perpajakan (1984, 1985) dan penghematan fiscal (fiscal austerity). Dibidang perdagangan dan industri, pemerintah memperkuat kebijakan orientasi ke dalam melalui rasionalisasi tarif (Maret Kinerja perekonomian Indonesia yang sempat melemah pada tahun 2001 hingga mencapai 3,83 persen, pada tahun 2002
tumbuh sebesar 4,38 persen. Pada tahun
2003 perekonomian Indonesia tumbuh lebih tinggi lagi yaitu sebesar 4,88 persen. Meskipun diwarnai dengan berlangsungnya proses pemilihan umum dan pemilihan presiden, ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,13 persen pada tahun 2004. Meskipun
di akhir tahun 2004 Indonesia mengalami bencana gempa bumi dan
tsunami, namun dalam tahun 2005 perekonomian Indonesia diperkirakan akan tetap tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada tahun 2004 yang diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga konstan 2000, terbatat sebesar 5,13 persen dengan nilai PDB sebesar Rp.1.660,6 triliun. Pertumbuhan PDB tahun 2004 terjadi pada semua sektor ekonomi, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 12,7 persen.
Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia melalui Paket Stabilisasi Rupiah dalam banyak hal telah membawa hasil yang positif yang tercermin dari terpeliharanya stabilitas nilai tukar terutama
selama paruh kedua 2004. Dalam
periode tersebut,
tingkat volatilitas nilai tukar
menunjukkan kecencerungan menurun. Sementara itu,
secara keseluruhan 2004, tingkat volatilitas nilai tukar rupiah tidak mengalami lonjakan berarti bila dibandingkan 2003. Bila pada 2003 tingkat volatilitas mencapai 3,3 persen dari Rp.8.593 per dolar, dan pada 2004 volatilitas meningkat menjadi 3,9 persen dari Rp. 8.940 per dolar . Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan volatilitas pada 2001 dan 2002
yang masing-masing mencapai 10,8 persen dan 6,1 persen. Tapi
walaupun secara rill nilai tukar rupiah selama 2004 masih mengalami undervalued sehingga masih tetap kondusif dalam menunjang kinerja ekspor. Menguatnya tekanan depresiasi dipicu oleh faktor eksternal yang terkait dengan merebaknya ekspektasi masuknya ekonomi AS dalam siklus kebijakan moneter ketat, langka kebijakan yang ambil pemerintah Cina untuk memperlambat ekspansi ekonomi, serta melambungnya harga minyak dunia hingga mencapai di atas $ 40 per barel. Perkembangan ketiga faktor
eksternal
tersebut
mendorong
investor
international
melakukan reposisi
penanaman modal portofolio di pasar keuangan sejumlah negara Asia. Reposisi penanaman modal tersebut mengakibatkan terjadinya pembalikan aliran modal jangka
pendek dari pasar keuangan Asia, sehingga menimbulkan tekanan depresiasi terhadap mata uang regional. Faktor sentimen negatif menguat sebagai akibat memanasnya suhu politik menjelang penyelanggaraan pemilu legislatif dan terjadinya peningkatan permintaan valuta asing dari korporasi khususnya dari perusahaa n minyak dan sektor otomotif. 1985), memperkuat proteksi malalui hambatan nontarif, reformasi bea masuk (Inpres No.4/1985), dan peluncuran Paket 6 Mei 1986. Selain itu pemerintah masih terus melanjutkan kebijakan rasionalisasi BUMN dan regulasi per eknomin pasar
METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui pengaruh Exchange rate (Er) dan tingkat bunga (i) terhadap pertumbuhan ekonomi(Y), data dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif melalui metode statistik, yaitu dengan Structural Equation Modelling (SEM) yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut: Y = f( Er , i) ….……...............................................…...(1) Persamaan (1) merupakan fungsi difungsi (sistem persamaan simultan). Dari persamaan (1), andaikan mengikuti fungsi Cobb-Douglas (non- linier) maka model persamaan yang dikembangkan adalah: Y A0 Er1 1 I 2 2 ………………………..………...........……..…….(2) Persamaan (2) merupakan persamaan non-linier dan dapat dinyatakan bentuk lain untuk estimasi regresi linier dengan mentransferkan ke dalam bentuk logaritma natural sebagai berikut: ln Eks = ln A0 + 1 ln Er + 2 ln i + 1……….....…................…(3) Sehingga diperoleh bentuk Reduce Formnya sebagai berikut: ln Eks = 0 + 1 ln Er + 2 ln i + Dimana: y = nilai pertumbuhan ekonomi (milyar rupiah) Er = Exchange rate atau nilai tukar rupiah terhadap US $ (rupiah) i = tingkat bunga (persen) 0 = 0 = konstanta/intercep .
1 2 1
= 1 = pengaruh exchange rate = 2 = pengaruh tingkat bunga = 1 = error term dari pertumbuhan ekonomi
F. Definisi Operasional a. Exchange Rate adalah semacam harga dalam pertukaran antara dua mata uang yang beredar, maka akan terdapat perbandingan nilai antara kedua mata uang asing tersebut, perbandingan inilah disebut exchange rate atau nilai tukar” yang dimaksud di sini adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dinyatakan dalam Rp/dollar. b. tingkat bunga adalah harga yang terjadi dipasr uang dan modal. Tingkat bunga yang digunakan adl tingkat bunga pinjaman yang dinyatakan dalam persentase (persen) pertahun. HASIL DAN PEMBAHASAN B. .Analisis Empirik Pengaruh Exchange Rate Dan Tingkat Bunga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Analisis pengaruh variabel eksogen yaitu exchange rate dan tingkat bunga terhadap variabel endogen pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan menggunakan alat analisis metode SEM (Structural Equation Modelling) dengan program AMOS 5 (Analisis Moment of Structure). Berdasarkan hasil penelitian, pengukuran hubungan antar variabel dalam penelitian diperoleh model yang simultan. Ini dibuktikan dari adanya nilai Chi-square 172,430 dengan tingkat signifikan 0,000, nilai GFI adalah sebesar 0,967 dan AGFI adalah sebesar 0,835. Hasil ini membuktikan bahwa model yang diajukan telah sesuai dengan data. Dengan demikian model hubungan antara variabel dapat diterima. Sedangkan kelayakan model dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien GFI atau koefisien determinasi (R2). Nilai GFI yang ditemukan adalah 0,967. Hal ini dapat berarti bahwa variasi, tingkat bunga, exchange rate dan dapat menjelaskan variasi varibel dependen pertumbuhan ekonomi sebesar 96,7 persen dan variasi variabel lain yang menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi yang tidak diperhitungkan ke dalam model hanya sebesar 3,3 persen sehingga dapat disimpulkan model ini cukup layak. Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel depeneden telah diformulasikan dalam bentuk reduce form. Variabel
B
SE
T
Sig
12,291
6,074
2,024
0,000
Exchange Rate
0,772
0,673
1,147
0,022***
Tingkat bunga
-0,137
0,047
-2,908
0,006**
Constant
R2 = 0,917 Adjust R2 = 0,903 N = 21 Persamaan: Y = 12,291 + 0,772 Ln Er - 0,137 i (2,024) (1,147) (-2,908) Catatan: **) Signifikan 5% ***) Signifikan 10% ns) Tidak Signifika n
Beberapa keputusan yang dapat diambil dari Tabel 1 hasil estimasi di atas adalah: Pertama, kelayakan model dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien determinasai (R2). Nilai yang ditemukan adalah 0,991. Hal ini dapat berarti bahwa variasi variabel independen yaitu tingkat bunga, exchange rate, dapat menjelaskan variasi variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 99,1 persen. Dengan demikian variasi variabel lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang tidak diperhitungkan ke dalam model hanya sebesar 0,9 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini sangat layak. Demikian pula jika dilihat dari koefisien korelasi model ini yaitu 0,995. Hal ini dapat berarti bahwa hubungan antara variabel independen yaitu tingkat bunga, exchange rate, dengan variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi adalah sangat kuat.
Kedua, uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikan model secara parsial atau menguji keberartian pengaruh variabel independen yaitu tingkat bunga, exchange rate, terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi Variabel independen yaitu tingkat
bunga negatif dengan tingkat signifikan
=5%
terhadap pertumbuhan
ekonomi. Variabel independen yaitu exchange rate berpengaruh positif dengan tingkat signifikan
=10%.
Ketiga, nilai konstanta adalah sebesar 12,291. Nilai ini berarti bahwa apabila tingkat bunga, exchange rate, maka persentase pertumbuhan ekonomi sebesar 12,2911 persen. Nilai
koefisien regresi
tingkat bunga adalah sebesar -0,137. Hal
ini dapat berarti jika tingkat bunga meningkat 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,137 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Dimana tingkat bunga merupakan indikator moneter yang cukup penting dalam menilai perekonomian suatu negara. Tingkat bunga yang tinggi memberikan indikasi yang kurang baik dalam perekonomian suatu negara. Hal ini sejalan teori Keynes bahwa tingkat bunga merupakan fenomena moneter dan ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang. Perubahan tingkat bunga akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi GNP.
Nilai koefisien regresi exchange rate adalah sebesar 0,772. Hal ini dapat berarti jika exchange rate meningkat 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,772 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Pada tahun 2004 paruh kedua nilai tukar rupiah cenderung menguat, Bank Indonesia mengambil beberapa kebijakan dalam kerangka Paket Kebijakan Stabilitas Rupiah untuk mencegah berlanjutnya tekanan depresiasi rupiah pada pertengahan tahun, yang dikhawatirkan akan mengancam stabilitas makro ekonomi dan kesinambungan perbaikan kinerja ekonomi dan dengan berakhirnya ketidakpastian politik pasca terbentuknya pemerintah baru, optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia mulai merebak, pada gilirannya memicu masuknya aliran modal asing/ investor asing untuk menanamkan modalnya
yang
menunjukkan semakin meningkatnya kepercayaan
investor asing terhadap perekonomian Indonesia. Dengan meningkatnya investor yang menanamkan modal menyebabkan terjadinya perluasaan kesempatan kerja yang pada gilirannya akan dapat menurunkan tingkat pengangguran dan meningkat pertumbuhan ekonomi
B. Analisis Pengaruh Langsung Dan Pengaruh Tidak Langsung Exchange Rate Dan Tingkat Bunga Terhadap Pertumbuhan ekonomi Di Indonesia Berdasarkan hasil estimasi model SEM pengaruh exchange rate dan tingkat bunga terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana pada hasil signifikansi secara parsial terdapat beberapa variabel independen yang tidak berpengaruh secara nyata, sementara hasil koefisien determinasi sangatlah tinggi. Hasil ini tidak membuat model menjadi tidak layak, apalagi jika melihat uji signifikansi secara simultan yang menunjukkan hasil yang sangat nyata, yang dalam kasus ini menggunakan analisis koefisien lintas (path analysis). Variabel independen
Variabel Dependen
Efek Direct
Indirect
Total
Tingkat bunga
Pertumbhan ekonomi
-0,137
-0,046
-0,183
Exchange Rate
Pertumbuhan ekonomi
0,772
0,858
1,629
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat efek langsung dari variabel exchange rate dan tingkat bunga terhadap pertumbuhan ekonomi. Efek langsung tingkat bunga terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar -0,137, tidak langsung -0,046 dan secara total -0,183. Efek langsung exchange rate terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0.772, tidak langsung 0,858 dan secara total 1,629 KESIMPULAN Temuan dan hasil penelitian tentang pengaruh exchange rate dan pajak ekspor terhadap pertumbuhan ekspor sektor perkebunan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Exchange rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dengan demikian jika exchange rate terdepresiasi maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 2. tingkat bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai pertumbuhan ekonomi Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Lincolin, Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan Ekonomi Daerah BPFE Yogyakarta, 1999, Cetakan 1
Andersen, 2002 Pengaruh Pinjaman Luar Terhadap Pendapatan Regional Bruto Propinsi Kaltim, Tesis Pasca Sarjana Unhas, Makassar
Anonim, 1990-2004. Indikator Ekonomi Indonesia, BPS Jakarta
, 1983-2003. Statistik Indonesia, BPS Jakarta
,1990-2004. Laporan Perekonomian Indonesia Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2002. Indicator Ekonomi Indonesia, Jakarta
Badan Pusat Statistic, 2003. Statistik Indonesia, Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2004. Laporan Perekonomian Indonesia , Jakarta
Bank Indonesia , 2004 Laporan perekonomian Indonesia Jakarta
Budiono, 1984. Ekonomi Mikro Balai Penerbit FE-UGM, Yogyakarta.
,1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsisi Pengantar Ilmu Ekonomi, N0. 4. BPFEUGM, Yogyakarta. Barro. R. J. Macroeconomic , New York : Jhon Wiley & Sons, Inc
Don Bellante and Mark Jakcson, 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Lembaga Penerbit FE-UI. Jakarta.
Dornbusch, T.F, Makroekonomi, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta, 1994
Djiwandono. J Sudradjad, Perdagangan dan Pembangunan, Tantangan, Peluang dan Kebijaksanaan Perdagangan Luar Negeri Indonesia LP3ES, Jakarta 1992, Cetakan Pertama.
Diamond, J. 1989. Government Expenditure & Economic Growth : An Empirical IMF Working Paper No. 89 / 45. Washington Dc : IMF
Djamin zulkarnain, Pinjaman Luar Negeri Serta Prosedur Administrasi Dalam