TEXTURA JURNAL ILMIAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU LINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG Jurnal ini terbit dua kali setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. Jurnal ini berisi artikel tulisan ilmiah dalam bentuk penelitian, kajian analisis, aplikasi teori, dan pembahasan tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan bidang ilmu-ilmu Linguistik, Sosial dan Humaniora. Jurnal ini mengambil nama TEXTURA, yang diambil dari bahasa Latin yang bermakna struktur, jaringan, dan bahasa, dengan pemahaman bahwa bahasa dalam arti luas adalah sangat beragam, berstruktur, tetapi juga saling terkait, saling terhubung, membentuk jaringan yang padu. Semangat inilah yang menjadi landasan terbitnya jurnal ilmiah ini, agar semua pihak, para cendekiawan, staf pengajar, mahasiswa, dan pemerhati kajian bidang ilmu Linguistik dan Pengajaran Bahasa, Sosial dan Humaniora dapat saling berbagi dan berinteraksi, agar dapat meningkatkan kuantitas, kualitas, dan penyebarluasan kajian-kajian diatas. PELINDUNG DR. H. K. Prihartono AH, Drs., S.Sos., S. Kom, MM. PEMIMPIN REDAKSI E. Wityasminingsih, S.Pd., M.Hum. DEWAN REDAKSI Kosasih, S.Pd., MM. Heri Heryono, SS., M.Hum. Ardi Taryanto, S.Si, MM. Fauzi Chaniago, S.Ag., M.Ag. MITRA BESTARI DR. Rita Zulbetti, MM. PENYUNTING BAHASA Santy Christinawati, SS., M.Hum. Novitasari, SS., M.Hum STAF REDAKSI Ferri Sutanto, S.St.
Alamat Redaksi/Penerbit: Politeknik Piksi Ganesha Jl. Jend. Gatot Subroto No.301 Bandung 40274 Telp. 022 87 3400 30 Fax. 022 87 3400 86 Email:
[email protected] Online Publication: www.scientific-journals.net
Harga langganan (Pengganti Biaya produksi) Pulau Jawa Luar Pulau Jawa Rp. 65.000,Rp. 75.000,Percetakan: Caraka Indonesia
DAFTAR ISI TEXTURA - Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pengembangan
Ilmu-Ilmu Linguistik, Sosial dan Humaniora Volume IV, Nomor 1, Edisi Juli – Desember 2016
The Translation Shift of Verb ‘Come’ in Some of Sydney Sheldon’s Novel
1
Neneng Yuniarty
Comics, A Language in Signs: Semiotics Study
7
Yudhy Purwanto
Perbandingan Sintaksis dan Semantik dari “Wanting” dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang
14
E. Wityasminingsih
Hukum dalam Kaitan dengan Pluralisme dan Multikulturalisme
20
Andrias Nurkamil Albusthomi
Keefektifan Metode Engage – Explain – Evaluation dalam mengajar Reading
33
Wahyu Trimastuti
Transformasi Representasi Perempuan dalam penokohan “Amba”: Sebuah Kajian Intertekstualitas terhadap Kisah Mahabharata (2003) karya Nyoman S. Pendit dan Novel Amba (2012) Karya Laksmi Pamuntjak
41
Cut Novita Srikandi
Presupposition on A Talk Show Entitled Gains Through Governance: An Analysis of Presupposition in ‘Insight Talk Show’
47
Rima Homsa and Dwi Sloria Suharti
Usaha-Usaha Badan Amil Zakat Nasional Kota Bandung Dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan Fauzi Caniago
55
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
PERBANDINGAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK DARI “WANTING” DALAM BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JEPANG E. Wityasminingsih
[email protected] Politeknik Piksi Ganesha Bandung ABSTRACT The verb "mau" and "ingin" has in commonly meaning with "tai" and "hoshii" in Japanese. But in Japanese, desiderative modalities have also another form, namely “tagaru". Both form a conjugate for the sentence, in different forms, namely: if it is ending in "-tai", form the word adjective will be ending with - i, while if it has ended by "tagaru" will form one class of verbs. These forms indicate the sense of "wanting" is indicated by the inflection of the verb. Both of these forms is the true form of informal, and can be used as a polite form or the other levels through the usual methods. While the form of "hoshii" is used to express a desire to nouns (nouns). In the Indonesian, words “mau” and “ingin” can also be regarded as intentional modalities related to psychological rules for disposition towards the sustainability of the incident rooted in a person's consciousness. It can be said that the 'wants' reflects the attitudes of the speaker associated with non-actual controlled attitude. Keywords: desiderative modalities, modality intentional, non-actual attitude of control 1. PENDAHULUAN Penelitian ini menampilkan dan menganalisa bentuk keinginan yang ada dalam bahasa Indonesia dan membandingkannya dengan kata yang bermakna sama dalam bahasa Jepang. Contoh penggunaannya dapat dilihat dalam contoh-contoh berikut: (1)
Anak itu mau/ingin kue. こども
ほ
子供 は ケー
が欲
いです。 Kodomo wa keeki ga hoshii desu. (The child wants a cake) こども
(2)
子供 は
ケーキを
AE
つく
作 りたい です。 Kodomo wa keeki o tsukuritai desu. (The child wants to make a cake). A
こども
(3)
子供
AE
は
ケーキ
を
Kodomo wa keeki o tsukuritagarimasu. (The child wants to make a cake). Jika dipahami secara sepintas, maka keempat kalimat di atas menunjukkan makna yang sama, yaitu menyatakan keinginan. Namun ternyata di dalam bahasa Indonesia antara kata ingin dan mau, selain memiliki makna leksikal yang berbeda, juga menunjukkan tingkat kemauan yang kuat dan lemah (Alwi, 2010: 38). Maka saat mengkaji dua kata ini hendaknya memisahkannya berdasarkan kekuatan keinginan yang ditampilkan. 2. Keinginan Berikut ini ‘keinginan’ diuraikan dengan memperhatikan masalah yang berhubungan dengan makna, predikasi, dan perwujudan makna.
つく
作 りたがります。 A
14
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
2.1. Makna Secara dapat dikatakan bahwa ingin dan mau mengungkap makna yang dapat digolongkan sebagai ‘keinginan’ meskipun makna leksikalnya berbeda, yaitu ‘keinginan’ untuk ingin, ‘kemauan’ untuk mau. Tinjauan berdasarkan makna leksikal tidaklah menggambarkan gradasi makna ‘keinginan’ yang diungkap kedua. Oleh karena itu, ‘keinginan yang kuat’ yang dinyatakan oleh ingin perlu dibedakan dari ‘keinginan yang lemah’ yang dinyatakan oleh mau. Gradasi itu dapat dilihat berdasarkan dua faktor yang dihubungkan saat ujar (speech time; time of speaking (Johnson, 1981)) atau saat tutur (moment of utterance (Smith, 1981)) dengan saat aktualisasi peristiwa (event time (Johnson, 1981)), yaitu perikeadaan dan faktor peluang. Pada ‘keinginan yang kuat’yang kuat ditonjolkan ialah faktor perikeadaan, sementara ‘keinginan yang lemah’ faktor peluanglah yang menentukan. 2.2. Kadar ‘Keinginan’ Faktor perikeadaan dan peluang yang mengakibatkan adanya gradasi makna ‘keinginan’) dapat juga diamati berdasarkan parameter yang digunakan Marino (1973: 315-316), yaitu ‘keperluan’ (necessity), ‘kemungkinan’ (possible), dan ‘pelaksanaan’ (execution). Faktor perikeadaan dapat disejajarkan dengan ‘keperluan’ dan ‘kemungkinan’, sedangkan faktor peluang dengan ‘pelaksanaan’. Atas dasar itu pandangan Morino tentang wish menggambarkan kadar ‘keinginan’ sementara pandangannya tentang future sekaligus menggambarkan kadar ‘kemauan’ dan ‘maksud’ serta kadar ‘keakanan’.
(5) – necessity - Possible + Execution (6) + Necessity + Possible + Execution Seperti telah disebutkan pada hanya ingin yang dapat digunakan untuk menyatakan kadar ‘keinginan’. Akibatnya ingin pada (7) tidak dapat disubtitusikan dengan mau, hendak, maupun akan bandingkan dengan mau (8) atau hendak (9) yang memperlihatkan bahwa keduanya saling menggantikan. (7)
Aku ingin keluar dari rumah ini.
わたし
うち
で
私 は 家 へ 出 たい です。 Watashi wa uchi e detai desu. E
A
AE
わたし A
E
私
E
AE
うち
は A
AE
家
A E
で
へ
E A
AE
出 る
A E
こと
E A
が
欲しい です。 Watashi wa uchi e deru koto ga hoshii desu. わたし
私
(8) Saya mau pergi sekarang! うち
で
は 家 へ 出 たがって います。 Watashi wa ima uchi e detagatte imasu. わたし
私
E
A
は
いま
うち
家
AE
E A
へ
で
出る
AE
EA
こと
が 欲しい です。 Watashi wa ima uchi e deru koto ga hoshii desu. (9) Aku pekerjaanku.
hendak
melanjutkan
15
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016 わたし
私
E
は A
しごと
仕事
AE
を
EA
つ
津 ずく
AE
E A
したい
Tabel 2. Perubahan Kata Kerja “wanting” Golongan II Bahasa Jepang
です。 Watashi wa shigoto o tsuzuku shitai desu. わたし
A
E
私
E
A
は
しごと
仕事
A E
E A
を
つ
津 ずく
A E
E A
する
こと が 欲しい です。 Watashi wa shigoto o tsuzuku suru koto ga hoshii desu. Kadar ‘keinginan’ juga dapat diungkapkan baik oleh menginginkan, mengingini, dan berkeinginan’. Pemakaian menginginkan dan mengingini dapat disubstitusikan dengan menghendaki. Dari contoh di atas memperlihatkan kadar ‘keinginan’ menggambarkan sikap pembicara terhadap peristiwa nonaktual. Dalam bahasa Jepang gradasi kemauan yang ditunjukkan oleh “-tai” dan “hoshii” maupun bentuk “tagaru” yang merupakan bentuk sopan dari ”tai” tidaklah setegas pembatasan yang ada pada “want” dan “wish” dalam bahasa Inggris, ataupun dalam “mau”/”ingin”. Namun tetap saja pemilihan bentuknya, akan menunjukkan intensitas keinginan penuturnya. Perubahan kata kerja yang terjadi akibat penambahan afiks “- tai” sebelum digunakan dalam kalimat dapat dilihat berikut ini: Tabel 1. Perubahan Kata Kerja “wanting” Golongan I Bahasa Jepang
Dari bentuk-bentuknya dapat dikatakan lebih bervariasi jika dibandingkan dengan kata mau dan ingin dalam bahasa Indonesia, yang tidak perlu mendapat perubahan apaapa. Hal ini dikarenakan perubahan yang terjadi hanya pada kata kerja yang mengikutinya. Dalam penggunaannya, akan terasa perbedaan pola kalimat bahasa Jepang dan bahasa Indonesia seperti contoh di bawah ini. 飲みたい
(10) ingin minum Q
nomitai V V AE
E
Q
暖かい
(11)
ingin M minum V kopi
atatakai
コーヒー
kohii
飲み
O/Nnomi たい
hangat M tai
を E
o E
M O/N
V
M
3. Negasi Coates (2011: 178, 182) berpendapat bahwa yang dinegasikan pada pemakaian will dengan makna muasal ialah predikasi pengungkap modalitas dan yang dinegasikan pada pemakian will dengan makna epistemik ialah predikasi kalimatnya (Halliday, 2010: 333). Kedua macam penegasian itu oleh Palmer (2012: 26) masingmasing disebut sebagai penegasian modalitas (negation of the modality) dan penegasian peristiwa (negation of the event). Negasi dalam bahasa Indonesia berarti ingkaran, misalnya tidak, bukan,
16
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
jangan. Jadi, dalam hal ini kata yang digunakan untuk menyatakan ketidakinginan dalam modalitas intensional. Sedangkan dalam bahasa たい
Jepang bentuk “ tai ” akan berubah 欲しい
menjadi “takunai” dan “hoshii” menjadi E
EA
欲 し く な い
“hoshikunai” AE
EA
Contoh: (12) Saya tidak ingin makan nasi.
わたし A
私
E
E
は A
はん
ご 飯 A E
た
を 食 べたくない
E A
AE
AE
です。 Watashi wa gohan o tabetakunai desu. わたし
A
E
私
E
は A
と が
はん
ご 飯 A E
E A
を
た
食 べる
A E
EA
こ
Berdasarkan perilaku atau perwujudan sintaksisnya, “ingin” dan “mau” berbeda dari “hendak” dan “akan”. Perbedaan itu ditinjau dari kemungkinan menggunakan keempat bentuk itu sebagai verba pewatas atau sebagai verba utama. “Ingin” dan “mau” dapat digunakan baik sebagai verba pewatas maupun sebagai verba utama, sedangkan “hendak” dan “akan” hanya dapat digunakan sebagai verba pewatas. Perbedaan itu mengakibatkan “ingin” dan “mau” dapat berdiri sendiri (tanpa diikuti oleh bagian kalimat yang lain), sedangkan “hendak” dan “akan”. Selain itu, “ingin” dan “mau” dapat digunakan sebagai jawaban, sementara “hendak” dan “akan” tidak dapat digunakan. Dapat dibedakan melalui contoh berikut.
ほ
欲 しいくない AE
AE
です。 Watashi wa gohan o taberu koto ga hoshikunai desu. 4. Crossed Control Constraction (CCC) Saat membicarakan crossed control constraction (CCC) yang dijadikan topik pembahasan utama saat meneliti “wanting” dalam bahasa Indonesia, maka hendaknya dapat dibatasi bahwa kajian ini akan dikaitkan dengan interpretasi kedua yang akan muncul saat menggunakan mau dan ingin. Jika dibandingkan dengan bahasa Jepang, biasanya hal ini akan menjadi kendala pembelajar bahasa Jepang untuk memaknai interpertasi lain (baca: makna tersirat) dari penggunaan “ A
たい
欲しい
tai ” dan “ hoshii ”. CCC biasanya dikaitkan dengan penggunaan mau dan ingin dalam bentuk pasif, maka di dalam bahasa Jepang tidak bisa ditemukan bentuk pasif dari “-tai” dan “hoshii”. Pernyataan pasif akan menggunakan bentuk ukemi dengan afiks yang lain, seperti rareru, sareru, kudasaru, dan lainlain. 5. Perwujudan Sintaksis E
E
Perbedaan antara ingin, mau, hendak, dan akan itu dapat pula diamati berdasarkan kemungkinan keberurutan pemunculannya. Seperti pada, di antara kemungkinan itu hanya akan ingin dan akan mau yang dapat digunakan. Oleh karena itu, pemakaian hendak setelah ingin pada konstruksi itu hendak seterusnya tidak digunakan.
17
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
Kesimpulan Di dalam perbandingan pemaknaan mau dan akan dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, yang たい
欲しい
disandingkan dengan “ tai ” dan “hoshii” terdapat beberapa perbedaan. Di dalam E
たい
EA
欲しい
penggunaan “ tai ” dan “ hoshii ” kekuatan keinginan memang juga dipandang sebagai aspek yang penting, hanya saja pemisahan kekuatan maknanya tidaklah setegas mau dan ingin dalam bahasa Indonesia. Selain itu, jika dalam mau dan ingin ada saat dimana mereka tidak dapat bertukar tempat. Sementara dalam A
たい
E
E
A
A
E
E
A
欲しい
“ tai ” dan “hoshii” pertukaran keduanya bisa dilakukan oleh penutur saat memutuskan seberapa kuat keinginan yang ingin disampaikan pada lawan bicara. A E
E A
AE
EA
Daftar Pustaka Alwi, Hasan, 2010, Modallitas dalam bahasa Indonesia, Penerbit Kanisius Arka, T.W., Manning, CD., 1998. Voice and grammatical relations in Indonesian: A new perspective. Tn: Butt, M., King, T.H. (Eds.), Proceedings of the LFG98 Conference. CSLI Publications, Stanford, CA. In: http://cslipublications.stanford.edii/LFG/3/arkamanning.btml. Belletti, A., Rizzi, L., 2011. Psych-verbs and ©-theory. Natural Language and Linguistic Theory 6, 291-352. Chomsky, N., 2000. Lectures on Government and Binding. Foris,
Dordrecht. Chung, S., 2012. On the subject of two passives in Indonesian. In: Li, C.N. (Ed.), Subject and Topic. Academic Press, New York, NY, pp. 57-98. Bojinsha, Minna no Nihongo 1 Dowty, D., 2010. Thematic proto-roles and argument selection. Language 67, 547-619. Ernst, T., 2002. The Syntax of Adjuncts. Cambridge University Press, Cambridge. Gil, D., 2002. The prefixes di- and n- in Malay/Indonesian dialects. In: Wouk, F. Ross, M. (Eds.), The History and Typology of West Austronesian Voice Systems. Pacific Linguistics, Canberra, pp. 241- 283. Goodall, G., 2014. Wanna-contr?'tic as restructuring. In: Georgopoulos, C, Ishihara, R. (Eds.), Interdisciplinary Approaches to Language: Essays in Honor of S.-Y. Kuroda. Kluwer, Dordrecht, pp. 326-345. Grimshaw, J., 2010. Argument Structure. MIT Press, Cambridge, MA. Heim, I., 2012. Presupposition projection and the semantics of attitude verbs. Journal of Semantics 9, 183-221. Heim, I., Kratzer, A., 2008. Semantics in Generative Grammar. Blackwell, Maiden, MA. Jackendoff, R., 1972. Semantic Interpretation in Generative Grammar. MTT Press, Cambridge, MA. Lakoff, G., 2010. Irregularity in Syntax. Holt, Rinehart, and Winston, New York. Lobeck, A., 2012. Licensing and identification of elliptic categories in English. In: Berman, S., Hestvik, A. (Eds.), Maria Polinsky*•*, Eric Potsdam, 2007, a Department of linguistics, Harvard University, Boylston Hall, Cambridge, MA 02138, USA b Linguistics, P.O. Box 15454, University of Florida, Gainesville, FL 32611, USA Tenny, C, 2008. Psych verbs and verbal passives in Pittsburghese. Linguistics 36, 591—597. Vamarasi, M., 2009. Grammatical Relations in Bahasa Indonesia. Pacific Linguistics, Canberra. Yoshida, Kasuo & I Ketut Surajaya, 1993, Bahasa Jepang Modern, Erlangga
18
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
19
FORMULIR BERLANGGANAN
1. Nama
2. Alamat
: ............................................................................................ : ............................................................................................
3. Telepon/HP : ............................................................................................ 4. e-mail
: ............................................................................................
Menyatakan bersedia untuk berlangganan Jurnal Ilmiah “TEXTURA” – Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Linguistik, Sosial dan Humaniora Politeknik Piksi Ganesha Bandung mulai edisi ..................................... dan bersedia membayar biaya cetak and ongkos kirim sebesar ........................................ per eksemplar. Pemohon, (....................................) Formulir berlangganan dapat dikirim lewat pos/fax/email ke:
● Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Ilmu Linguistik dan Pengajaran Bahasa Politeknik Piksi Ganesha Bandung ● Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto No.301 Bandung 40274 ● Telepon : Telp. 022 87 3400 30 Fax. 022 87 3400 86 ● e-mail : Email:
[email protected] www.piksi-ganesha-online.ac.id