TEXTURA JURNAL ILMIAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU LINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG Jurnal ini terbit dua kali setahun, yaitu pada bulan Juni dan Desember. Jurnal ini berisi artikel tulisan ilmiah dalam bentuk penelitian, kajian analisis, aplikasi teori, dan pembahasan tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan bidang ilmu-ilmu Linguistik, Sosial dan Humaniora. Jurnal ini mengambil nama TEXTURA, yang diambil dari bahasa Latin yang bermakna struktur, jaringan, dan bahasa, dengan pemahaman bahwa bahasa dalam arti luas adalah sangat beragam, berstruktur, tetapi juga saling terkait, saling terhubung, membentuk jaringan yang padu. Semangat inilah yang menjadi landasan terbitnya jurnal ilmiah ini, agar semua pihak, para cendekiawan, staf pengajar, mahasiswa, dan pemerhati kajian bidang ilmu Linguistik dan Pengajaran Bahasa, Sosial dan Humaniora dapat saling berbagi dan berinteraksi, agar dapat meningkatkan kuantitas, kualitas, dan penyebarluasan kajian-kajian diatas. PELINDUNG DR. H. K. Prihartono AH, Drs., S.Sos., S. Kom, MM. PEMIMPIN REDAKSI E. Wityasminingsih, S.Pd., M.Hum. DEWAN REDAKSI Kosasih, S.Pd., MM. Heri Heryono, SS., M.Hum. Ardi Taryanto, S.Si, MM. Fauzi Chaniago, S.Ag., M.Ag. MITRA BESTARI DR. Rita Zulbetti, MM. PENYUNTING BAHASA Santy Christinawati, SS., M.Hum. Novitasari, SS., M.Hum STAF REDAKSI Ferri Sutanto, S.St.
Alamat Redaksi/Penerbit: Politeknik Piksi Ganesha Jl. Jend. Gatot Subroto No.301 Bandung 40274 Telp. 022 87 3400 30 Fax. 022 87 3400 86 Email:
[email protected] Online Publication: www.scientific-journals.net
Harga langganan (Pengganti Biaya produksi) Pulau Jawa Luar Pulau Jawa Rp. 65.000,Rp. 75.000,Percetakan: Caraka Indonesia
DAFTAR ISI TEXTURA - Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pengembangan
Ilmu-Ilmu Linguistik, Sosial dan Humaniora Volume IV, Nomor 1, Edisi Juli – Desember 2016
The Translation Shift of Verb ‘Come’ in Some of Sydney Sheldon’s Novel
1
Neneng Yuniarty
Comics, A Language in Signs: Semiotics Study
7
Yudhy Purwanto
Perbandingan Sintaksis dan Semantik dari “Wanting” dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang
14
E. Wityasminingsih
Hukum dalam Kaitan dengan Pluralisme dan Multikulturalisme
20
Andrias Nurkamil Albusthomi
Keefektifan Metode Engage – Explain – Evaluation dalam mengajar Reading
33
Wahyu Trimastuti
Transformasi Representasi Perempuan dalam penokohan “Amba”: Sebuah Kajian Intertekstualitas terhadap Kisah Mahabharata (2003) karya Nyoman S. Pendit dan Novel Amba (2012) Karya Laksmi Pamuntjak
41
Cut Novita Srikandi
Presupposition on A Talk Show Entitled Gains Through Governance: An Analysis of Presupposition in ‘Insight Talk Show’
47
Rima Homsa and Dwi Sloria Suharti
Usaha-Usaha Badan Amil Zakat Nasional Kota Bandung Dalam Mengurangi Tingkat Kemiskinan Fauzi Caniago
55
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
USAHA-USAHA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA BANDUNG DALAM MENGURANGI TINGKAT KEMISKINAN Fauzi Caniago
[email protected] Politeknik Piksi Ganesha Bandung ABSTRAK Kemiskinan merupakan masalah besar dan sejak lama telah ada baik pada zaman dahulu maupun sekarang, di negara maju maupun negara berkembang, yang susah penyelesaiannya secara tuntas. Meskipun demikian islam sangat konsisten dan mempunyai perhatian yang tinggi untuk memberantas atau setidak-tidaknya mengurangi tingkat kemiskinan yang berakibat pada kesenjangan sosial, salah satu caranya melalui pelaksanaan zakat yang propesional baik oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan memakai jenis data sekunder serta menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumen. Usaha-usaha yang dilakukan Badan Lembaga Amil Zakat Kota Bandung dalam mengurangi tingkat kemiskinan adalah sebagai berikut :1). Pengelolaan dana zakat BAZNAS Kota Bandung dilakukan oleh para staf pengelolaan yang dibantu oleh lembaga atau instansi lain yang memiliki keterkaitan dalam pengelolaan keuangan seperti Lembaga Instansi Pemerintah/Swasta, Dewan Masjid Indonesia, Tokoh Islam Ulama, Dunia Usaha / Kadin.dan sebagainya., 2). Pendistribusian dana zakat BAZNAS Kota Bandung dilakukan secara bertahap dan melalui prosedur -prosedur yang merupakan kebijakan organisasi zakat. Dilakukan pada waktu-waktu sebagai berikut : a).Pendistribusian Rutin, Asnaf Gharim, Muallaf, Ibnu Sabil dan Riqab., b).Pendistribusian Triwulan., c).Pendistribusian Tahunan., d).Pendistribusian Insidentil. Kata kunci: Badan Amil Zakat Nasional Kota Bandung, kemiskinan A. Pendahuluan Islam memandang kemiskinan sebagai sesuatu yang dapat membahayakan akidah maka kemiskinan harus segera diatasi. Mengentaskan kemiskinan adalah dengan Zakat menjadi sumber dana yang dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat, terutama untuk mengurangi kemiskinan yang berakibat pada kesenjangan sosial. Untuk itu diperlukan pengelolaan zakat secara profesional, baik oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Pengelolaan zakat yang baik, merupakan sumber dana potensial yang dapat dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Dalam Undang-undang RI Nomor 38 Tahun 1999 dijabarkan pasal demi pasal tentang pelaksanaan zakat. A.M. Syaefuddin mengatakan, bahwa zakat merupakan suatu cara untuk mengurangi jurang pemisah antara si kaya dan si miskin, bahkan diharapkan zakat mampu untuk memberantas kemiskinan. Dalam sejarah peradaban islam pernyataan di atas pernah terbukti pada masa
mengentaskan penyebabnya, maka dari itu setiap umat Islam didorong untuk menjadi pembayar zakat. artinya, setiap orang diharapkan dapat mengambil bagian dalam penanggulangan kemiskinan. pemerintahan Islam klasik yaitu pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, yang hanya dalam waktu singkat (sekitar dua tahun enam bulan) memerintah, pemerintahannya sudah merasa kesulitan untuk menyalurkan zakat dikarenakan sudah tidak ada lagi orang yang berhak untuk menerima zakat (mustahiq). Artinya, sudah tidak ada lagi para fakir, kaum miskin, bahkan gharimin (orang yang terhutang) sekalipun. Begitu pula halnya yang dialami oleh gubernur Mu’adz bin Jabal, hanya sekitar tiga tahun ia dapat mengentaskan kemiskinan di wilayahnya. Sampai-sampai seluruh koleksi ZIS (Zakat, Infak dan Sodakoh) pada tahun ketiga disetorkan ke pemerintah pusat di Madinah. Tentu, pengelolaan ZIS pada saat itu benar-benar dikelola secara profesional (sesuai masanya) dengan berbagai sarana, personal, sistem yang baik, dan sangat 55
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
amanah, serta adanya kesadaran yang tinggi dari pihak ‘agniya’ (kaum kaya). Untuk kasus di Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah umat muslim terbesar di dunia, yang secara demoggrafi penduduknya mayoritas umat Islam. Potensi zakat sangat besar harus diimbangi dengan pengelolaan zakat yang professional pula. Indonesia memiliki potensi zakat sebesar 200 triliun rupiah pertahun, namun kenyataannya partisipasi zakat dari warga indonesia baru bisa menyerap sekitar 30 triliun per tahun. Begitupun dengan Kota Bandung potensi zakat diperkirakan mencapai 2 triliun rupiah, akan tetapi, faktanya pencapaian zakat tidak sebesar itu. Persoalannya kemudian adalah bagaimana harta zakat itu dapat dikumpulkan untuk kemudian didistribusikan dan didayagunakan untuk kepentingan penerima zakat (mustahik)? Para pemerhati zakat sepakat bahwa untuk dapat mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat secara optimal, maka zakat harus dikelola melalui lembaga. Dari latar belakang masalah di atas, telihat jelas bahwa peran dan kontribusi lembaga pengelolaan zakat dalam mengentaskan kemiskinan masih jauh dari harapan. Lalu, bagaimana mengoptimalkan fungsi dan juga peran lembaga pengelolaan zakat terhadap persoalan kemiskinan yang ada di Indonesia, sebagai upaya menjadikan dana zakat lebih produktif, khususnya bagi umat Islam? Maka untuk tujuan tersebut penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana Usaha-usaha BAZNAS Kota Bandung dalam pengelolaan zakat sebagai upaya mengurangi tingkat kemiskinan ? 2. Bagaimana Usaha-usaha BAZNAS Kota Bandung dalam penyaluran (pendistribusian) zakat sebagai upaya mengurangi tingkat kemiskinan ? B. Landasan Teori Pengertian Lembaga Pengelola Zakat Secara defenitif, Lembaga pengelola zakat (LPZ) merupakan sebuah institusi yang bertugas dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah, baik yang dibentuk oleh pemerintah seperti BAZ, maupun yang dibentuk oleh
masyarakat dan dilindungi oleh pemerintah seperti LAZ. Bahwa ”Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengkoordinasian dalam pegumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.” Berdasarkan peraturan perundang-undangan, di Indonesia terdapat dua jenis Lembaga Pengelola Zakat, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Untuk dapat mengumpulkan zakat dan mendistribusikannya untuk kepentingan mustahik, pada tahun 1999, dibentuk Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat, yaitu UU No. 38 Tahun 1999. UU ini kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan UU Pengelolaan Zakat dan Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Sebelumnya pada tahun 1997 juga keluar Keputusan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 1998, yang memberi wewenang kepada masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk melakukan pengumpulan dana maupun menerima dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah (ZIS). Diberlakukannya beragam peraturan tersebut telah mendorong lahirnya berbagai Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) di Indonesia. Kemunculan lembagalembaga itu diharapkan mampu merealisasikan potensi zakat di Indonesia. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) misalnya sebagai salah satu pengelola zakat yang dibentuk oleh Pemerintah secara perlahan tapi pasti dapat terus meningkatkan pengumpulan dana zakat yang cukup signifikan. Pada tahun 2007 dana zakat yang terkumpul di BAZNAS mencapai Rp. 450 miliar, 2008 meningkat menjadi Rp. 920 miliar, dan pada 2009 tumbuh menjadi Rp. 1,2 triliun. Untuk tahun 2010, dana zakat yang berhasil dikumpulkan BAZNAS mencapai Rp. 1,5 triliun. Meskipun angka yang berhasil dicapai oleh BAZNAS belum sebanding dengan potensi zakat yang ada di tengah-tengah masyarakat yang diprediksi bisa mencapai Rp. 19 triliun (PIRAC), atau Rp. 100 triliun (Asian 56
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
Development Bank), akan tetapi apa yang telah dicapai oleh BAZNAS sesungguhnya merupakan prestasi yang luar biasa dalam menghimpun zakat.
1)
2) 3)
4)
5)
6)
7)
Asas-asas Lembaga Pengelolaan Zakat Sebagai sebuah lembaga, Lembaga Pengelolaan Zakat memiliki asas-asasyang menjadi pedoman kerjanya. Dalam UU No. 23 Tahun 2011,disebutkan bahwa Asas-asas Lembaga Pengelola Zakat adalah: Syariat Islam. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, LembagaPengelola Zakat haruslah berpedoman sesuai dengan syariat Islam, mulaidari tata cara perekrutan pegawai hingga tata cara pendistribusian zakat. Amanah. Lembaga Pengelola Zakat haruslah menjadi lembaga yang dapat dipercaya. Kemanfaatan. Lembaga Pengelola Zakat harus mampu memberikanmanfaat yang sebesarbesarnya bagi mustahik. Keadilan. Dalam mendistribusikan zakat, Lembaga Pengelola Zakat harusmampu bertindak adil. Kepastian hukum. Muzakki dan mustahik harus memiliki jaminan dankepastian hukum dalam proses pengelolaan zakat. Terintegrasi. Pengelolaan zakat harus dilakukan secara hierarkis sehinggamampu meningkatkan kinerja pengumpulan, pendistribusian, danpendayagunaan zakat. Akuntabilitas. Pengelolaan zakat harus bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan mudah diakses oleh masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan. Lembaga zakat dituntut untuk menjalankan amanah benar-benar terdistribusi kepada mustahik yang delapan. Sebagaimana firman allah:
Artinya:“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana” (At-Taubah :60). Lembaga pengelola zakat yang berkualitas sebaiknya mampu mengelola zakat yang ada secara efektif dan efisien. Programprogram penyaluran zakat harus benar-benar menyentuh mustahik dan memiliki nilai manfaat bagi mustahik tersebut. Lembaga pengelola zakat juga harus bersikap responsif terhadap kebutuhan mustahik, muzakki, dan alam sekitarnya. Hal ini mendorong amil zakat untuk bersifat proaktif, antisipatif, inovatif, dan kreatif sehingga tidak hanya bersifat pasif dan reaktif terhadap fenomena sosial yang terjadi. Selain itu, seluruh organ organisasi pengelola zakat telah memahami dengan baik syariat dan seluk beluk zakat sehingga pengelolaan zakat tetap berada dalam hukum Islam, tentunya hal ini sejalan dengan asasasas pengelolaan zakat. Karakteristik Lembaga Pengelolaan Zakat Di Indonesia terdapat dua lembaga yang bersifat yayasan namun karakteristiknya berbeda, yaitu lembaga nirlaba dan lembaga not for profit. Lembaga nirlaba didirikan benarbenar bukan untuk mencari laba sedikit pun. Produk lembaga nirlaba adalah nilai dan moral sedangkan produk perusahaan adalah barang dan jasa. Sumber dana lembaga nirlaba adalah donasi masyarakat dan digunakan sepenuhnya untuk kegiatan operasional untuk mencapai visi dan misi lembaga. Melihat tugas dan fungsi Lembaga Pengelola Zakat, jelaslah bahwa Lembaga Pengelola Zakat adalah salah satu dari sekian banyak lembaga nirlaba. Olehnya karena itu, Lembaga Pengelola Zakat memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik lembaga nirlaba lainnya, yaitu: 1) Sumber daya, baik berupa dana maupun barang berasal dari para donatur dimana donator tersebut mempercayakan donasi mereka kepada LPZ dengan harapan bisa memperoleh hasil yang mereka harapkan. 57
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
2) Menghasilkan berbagai jasa dalam bentuk pelayanan masyarakat dan tidak mencari laba dari pelayanan tersebut. 3) Kepemilikian LPZ tidak sama dengan lembaga bisnis. LPZ bukanlah milik pribadi atau kelompok, melainkan milik ummat karena sumber dayanya berasal dari masyarakat. Jika LPZ dilikuidasi, maka kekayaaan lembaga tidak boleh dibagikan kepada para pendiri. Namun, sebagai lembaga yang bergerak di bidang keagamaan, dalam hal ini sebagai pengelola zakat, maka LPZ memiliki beberapa karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan lembaga nirlaba lainnya, yaitu: 1) Terikat dengan aturan dan prinsip-prinsip syari’ah Islam 2) Sumber dana utamanya adalahdana zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf 3) Memiliki Dewan Pengawas Syari’ah dalam struktur kelembagaannya. Tujuan Pengelolaan Zakat Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011, tujuan pengelolaan zakat adalah: 1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat yang baik akan memudahkan langkah sebuah LPZ untuk mencapai tujuan inti dari zakat itu sendiri, yaitu optimalisasi zakat. Dengan bertindak efisien dan efektif, LPZ mampu memanfaatkan dana zakat yang ada dengan maksimal. 2) Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Pengelolaan zakat dimaksudkan agar dana zakat yang disalurkan benar-benar sampai pada orang yang tepat dan menyalurkan dana zakat tersebut dalam bentuk yang produktif sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan zakat untuk hal yang produktif dapat dilakukan dengan mendirikan Rumah Asuh, melakukan pelatihan home industry, mendirikan sekolah gratis, dan sebagainya. Jenis Dana yang Dikelola Lembaga Pengelola Zakat LPZ menerima dan mengelola berbagai jenis dana, yaitu: 1) Dana Zakat
Ada dua jenis dana zakat yang dikelola oleh LPZ, yaitu dana zakat umum dan dana zakat dikhususkan. Dana zakat umum adalah dana zakatyang diberikan oleh muzakki kepada LPZ tanpa permintaan tertentu.Sedangkan dana zakat dikhususkan adalah dana zakat yang diberikan olehmuzakki kepada LPZ dengan permintaan dikhususkan, misalnya untukdisalurkan kepada anak yatim, dan sebagainya. 2) Dana Infaq/Shadaqah Seperti dana zakat, dana infaq/shadaqah terdiri atas dana infaq/shadaqah umum dan dana infaq/shadqah khusus. Dana infaq/shadaqah umum adalah dana yang diberikan para donatur kepada LPZ tanpa persyaratan apapun. Sedangkan dana infaq/shadaqah dikhususkan adalah dana yang diberikan para donatur kepada LPZ dengan berbagai persyaatan tertentu, seperti untuk disalurkan kepada masyarakat di wilayah tertentu. 3) Dana Waqaf Waqaf adalah menahan diri dari berbuat sesuatu terhadap hal yangmanfaaatnya diberikan kepada orang tertentu dengan tujuan yang baik. 4) Dana Pengelola Dana pengelola adalah hak amil yang digunakan untuk membiayaikegiatan operasional lembaga yang bersumber dari: 1) Hak amil dari dana zakat 2) Bagian tertentu dari dana infaq/shadaqah 3) Sumber lain yang tidak bertentangan dengan Definisi Kemiskinan Secara etomoligi, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kemiskinan berarti keadaan serba kekurangan. Masalah kemiskinan merupakan salah satu penyebab dari munculnya permasalahan perekonomian masyarakat, karena definisi kemiskinan adalah lemahnya sumber penghasilan yang mampu diciptakan individu masyarakat yang juga mengimplikasikan akan lemahnya sumber penghasilan yang ada dalam masyarakat itu sendiri, dalam memenuhi segala kebutuhan perekonomian dan kehidupanya (sumber: Yusuf Qaradhawi,2005 : 21). Menurut Robert Chambers seorang pakar pembangunan pedesaan Inggris, menjelaskan bahwa masalah kemiskinan 58
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
terjadi karena adanya faktor Deprivation Trap (jebakan kemiskinan). Jebakan kemiskinan ini terdiri dari lima ketidak beruntungan yang terus melilit keluarga miskin. Pertama; Kemiskinan itu sendiri. Kedua; Kelemahan fisik. Ketiga; Keterasingan. Keempat; Kerentaan. Kelima; Ketidakberdayaan (Rural Development, 1983). Faktor yang paling dominan dari kelima jebakan tersebut adalah kerentaan dan ketidakberdayaan, karena dari kedua faktor inilah keberadaan kemiskinan seakan memiliki pondasi yang cukup kokoh di dalam masyarakat. Kemiskian memang bukan hanya menjadi masalah di Negara Indonesia, bahkan Negara majupun masih sibuk mengentaskan masalah yang satu ini. Kemiskinan memang selayaknya tidak diperdebatkan tetapi diselesaikan. Akan tetapi kami yakin : “du chocs des opinion jaillit la verite”. (“ Dengan benturan sebuah opini maka akan munculah suatu kebenaran “). Dengan kebenaran maka keadilan ditegakkan, dan apabila keadilan ditegakkan kesejahteraan bukan lagi menjadi sebuah impian akan tetapi akan menjadi sebuah kenyataan. Islam memandang kemiskinan merupakan suatu hal yang mampu membahayakan akidah, akhlak, kelogisan berpikir, keluarga dan juga masyarakat. Islam pun menganggapnya sebagai musibah yang harus segera ditanggulangi (Yusuf Qaradawi,2005:24). Maka dari itu setiap umat Islam didorong untuk menjadi pembayar zakat. Artinya, setiap orang diharapkan dapat mengambil bagian dalam penanggulangan kemiskinan. Harapan tersebut ditujukan kepada orang-orang yang mampu maupun kepada penyandang kemiskinan itu sendiri. C. Metode Penulisan 1. Jenis Penulisan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi obyek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomana tertentu (Burhan Bungin,
2008:68) 2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan pustaka. Data sekunder tersebut diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan dari beberapa buku referensi, media masa seperti koran, majalah, dan internet. Sumber Data a) Bahan Primer Bahan primer adalah bahan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat. Adapun bahan primer yang kami gunakan adalah Al-Qur’an dan Alhadist, Adendum Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. b) Bahan Sekunder Bahan sekunder sebagai pendukung bahan primer yang penulis gunakan adalah jurnal, literatur, buku, koran, internet, dan sebagainya yang berkaitan dengan peran zakat. c) Bahan Tersier Bahan tersier sebagai pendukung data sekunder dari bahan primer dan tersier yang kami gunakan yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penulisan ini adalah studi dokumen (library research) yaitu mengumpulkan data sekunder melalui identifikasi buku referensi dan media massa seperti koran, internet serta bahan lain yang masih ada hubungannya dengan penulisan ini. Kemudian melakukan analisis isi terhadap bahan yang di kumpulkan. D. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya banyak menganalisa tentang peranan pengelola zakat dan strategi pengelola zakat bukan mengenai usaha-usaha lembaga pengelola zakat sebagaimana yang saya teliti diantara nya adalah : 1) Arif Maslah, (2012), melakukan penelitian tentang : “Pengelolaan pendistribusian zakat oleh BAZIS” dari hasil penelitian disimpulkan bahwa : Pendistribusian hasil zakat berupa seekor kambing untuk diberikan kepada para mustahiq merupakan alternatif solusi pengentasan kemiskinan. Keberhasilan tersebut 59
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
dikarenakan sebagian besar para mustahiq mampu mengelola kambing yang mereka terima untuk dikembangbiakkan 2) Zaky Ramadhan, (2016), melakukan penelitian tentang “Peranan Baznas dalam pengentasan kemiskinan di daerah istimewa Yogyakarta” dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa Baznas Gunungkidul tidak berperan dalam pengentasan kemiskinan di wilayah daerah istimewa Yogyakarta. E. Pembahasan Usaha-usaha BAZNAS Kota Bandung dalam pengelolaan zakat sebagai upaya mengurangi tingkat kemiskinan. 1. Pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat yang dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bandung adalah dilakukan dengan secara bertahap melalui sosialisasi, edukasi dan advokasi, dilaksanakan melalui jalur-jalur : Lembaga Instansi Pemerintah/Swasta, Dewan Masjid Indonesia / Pengurus Masjid, Tokoh Islam Ulama / Mubaligh / Da'i / Ustadz, Dunia Usaha / Kadin. Bentuk dari penyampaiannya dengan cara pemaparan konsep zakat yang akan diterapkan oleh BAZNAS Kota Bandung secara dialogis dan tanya jawab, talk show melalui radio swasta, serta penerbitan bulletin, disamping juga dilakukan melalui kerjasama kemitraan dalam rangka pencapaian tujuan pengelolaan zakat, hasil yang telah dicapai melalui sistem ini adalah : 1) Meningkatnya pembentukan Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) pada Instansi Pemerintah / Lembaga sebagai satu kesatuan dari Badan Amil Zakat Kota Bandung yang bertugas melakukan pengumpulan zakat kepada muzakki secara langsung, seiring dengan bertambahnya muzakki yang menunaikan zakatnya secara benar menurut syari'ah dan peraturan yang berlaku melalui penghitungan zakat (haul dan nishab). 2) Meningkatnya informasi tentang pengelolaan zakat melalui media cetak dan bulletin Tazkiyah yang diterbitkan oleh BAZNAS Kota Bandung, dampaknya sangat positif dan menggembirakan yaitu
berfungsinya Kantor Sekretariat BAZNAS Kota Bandung sebagai pelayanan pengumpul zakat yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan jumlah muzakki serta pemahaman kesadaran berzakat pada masyarakat muslim. 2. Intensifikasi pengumpulan zakat Dalam hal intensifikasi pengumpulan zakat dilakukan dengan cara peningkatan dan kecepatan (tepat waktu), muzakki yang telah menunaikan zakat melalui, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) yang telah dibentuk disetorkan secepatnya kerekening Badan Amil Zakat Kota Bandung pada Bank Jabar Cabang Bandung. 3. Eksistensi pengumpulan zakat Eksistensi pengumpulan zakat dilakukan dengan cara memperluas sasaran muzakki (wajib zakat) serta memperluas jenis zakat yang dikumpulkan dari berbagai kelompok muzakki antara lain memberikan pelayanan khusus kepada muzakki yang bersangkutan oleh sekretariat BAZNAS Kota Bandung dalam bentuk pengumpulan zakat, infaq dan shodaqah. Usaha-usaha BAZNAS Kota Bandung dalam penyaluran (pendistribusian) zakat sebagai upaya mengurangi tingkat kemiskinan. Dalam hal pendistribusian dana zakat yang disalurkan kepada mustahiq perorangan individu atau mustahiq lembaga, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bandung telah menerapkan system dan mekanisme pendistribusian, diantaranya adalah meliputi : 1. Pendistribusian Rutin Pendistribusian rutin adalah, suatu kebijakan yang diterapkan oleh BAZNAS Kota Bandung dengan membentuk Unit Salur Zakat ( USZ) yang berperan sebagai bagian dari BAZNAS Kota Bandung dalam hat ini adalah dibawah koordinasi Seksi Pendistribusian. Unit Salur Zakat (USZ) dibentuk melalui Surat Keputusan BAZNAS Kota Bandung yang bertugas menyalurkan dana zakat sesuai dengan wilayah binaannya secara rutin setiap tiga bulan (triwulan) sekali (Bulan Maret, Juni, September dan Desember) sesuai dengan kebutuhan dan keadaan dana zakat
60
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
yang tersedia pada kas Badan Amil Zakat Kota Bandung. Dan sebelumnya USZ mengajukan realisasi dana zakat 10 hari sebelum penyaluran dilaksanakan, adapun penyaluran dana zakat yang dilaksanakan oleh USZ meliputi beberapa lembaga diantaranya adalah : 1) USZ Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kota Bandung, menyalurkan sebagian dana zakat (Asnaf Sabilillah) kepada Imam dan Kaum Masjid se Kota Bandung (dalam perencanaan Guru-guru Al Qur'an yang dibina oleh IFQAH). 2) USZ LPPTKA-BKPRMI Kota Bandung, menyalurkan sebagian dana zakat (Asnaf Sabilillah) kepada Ustadz/Ustadzah TK/TPA se Kota Bandung 3) USZ Forum Komuniksi Antar Panti Asuhan (FKAPA) Kota Bandung, menyalurkan dana zakat (Asnaf Sabilillah) kepada Guru Agama/Pembinaan Kerohanian Islam se Kota Bandung. 4) USZ Seksi Pekapontren Kantor Dep. Agama Kota Bandung, menyalurkan dana zakat (Asnaf Sabilillah) kepada guru madrasah diniyah se Kota Bandung. 5) USZ Sekretariat BAZNAS Kota Bandung, menyalurkan dana zakat kepada : a. Asnaf Fakir sebanyak 270 orang yang diusulkan oleh Kepala Kelurahan setempat setiap Kelurahan 10 orang. b. Asnaf Miskin melalui sistem pendayagunaan ( bantuan modal usaha atau peningkatan SDM mustahiq ) c. Asnaf Gharim, Muallaf, Ibnu Sabil dan Riqab yang sifatnya insendentil d. Asnaf Amil Pengurus UPZ ( Unit Pengumpul Zakat) Kota Bandung e. Asnaf Sabilillah yang bersifat perorangan atau lembaga. 2. Pendistribusian Triwulan Pendistribusian Triwulan adalah memenuhi dan menyalurkan dana zakat kepada mustahiq yang mengajukan permohonan baik yang bersifat perorangan atau kelompok / lembaga setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian oleh Team Peneliti Kebenaran Mustahiq yang dibentuk oleh BAZNAS Kota Bandung. Pendistribusian Triwulan dilakukan setiap tiga bulan sekali (minggu pertama bulan Maret, Juni, Oktober dan akhir bulan
Desember) dengan memperhatikan bahwa permohonan yang diajukan oleh mustahiq tidak mendesak memerlukan dana zakat secepatnya berdasarkan pendapat Team Peneliti Kebenaran Mustahiq. 3. Pendistribusian Tahunan. Pendistribusian tahunan dilakukan setelah memperhatikan kondisi keuangan kas Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bandung, apabila dana zakat memungkinkan untuk dapat disalurkan maka semua asnaf baik yang pernah mengajukan ataupun tidak, dan selanjutnya berdasarkan usul Seksi pendistribusian atau Seksi Pendayagunaan kepada Badan Pelaksana maka Pendistribusian Tahunan dapat dilakukan. 4. Pendistribusian Insidentil, Pendistribusian insidentil adalah pendistribusian yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi mustahiq sangat mendesak memerlukan dana zakat, pendistribusian ini lebih mementingkan skala prioritas keadaan mustahiq dengan memperhatikan keadaan dana zakat yang tersedia. Pendistribusian Insidentil ini lebih mengedepankan kebijaksanaan khusus yang diambil oleh Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bandung setelah sebelumnya mendengar pendapat Team Penelitian Kebenaran Mustahiq dan Dewan Syari'ah BAZNAS Kota Bandung baik secara tertulis atau lisan. F. Kesimpulan Usaha-usaha yang dilakukan lembaga pengelola zakat kota bandung dalam mengurangi tingkat kemiskinan adalah sebagai berikut : 1. Pengelolaan dana zakat BAZNAS Kota Bandung dilakukan oleh para staf pengelolaan yang dibantu oleh lembaga atau instansi lain yang memiliki keterkaitan dalam pengelolaan keuangan. Seperti Lembaga Instansi Pemerintah/Swasta, Dewan Masjid Indonesia / Pengurus Masjid, Tokoh Islam Ulama / Mubaligh / Da'i / Ustadz, Dunia Usaha / Kadin. Bank, Akuntan Publik, Institusi Pendidikan dan sebagainya. 61
TEXTURA – Jurnal Ilmiah Vol. IV, No. 1, Ed. Juli – Desember 2016
2. Pendistribusian dana zakat BAZNAS Kota Bandung dilakukan secara bertahap dan melalui prosedur – prosedur yang merupakan kebijakan organisasi zakat. Dilakukan pada waktu -waktu sebagai berikut : - Pendistribusian Rutin, Asnaf Gharim, Muallaf, Ibnu Sabil dan Riqab. - Pendistribusian Triwulan. - Pendistribusian Tahunan. - Pendistribusian Insidentil. DAFTAR PUSTAKA A. Muchaddam Fahham, “Padadigma Baru Pengelolaan Zakat di Indonesia”, dalam Jurnal Kesejahteraan Sosial, Vol.III, No. 19/I/P3DI/Oktober/2011 Didin Haffifuddin , 2001. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak dan Sedekah. Jakarta: Gema Insani. Keputusan Menteri Agama RI tentang Pelaksanaan UU No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab 1 Pasal 1 ayat 1 dan 2. Mahmudi, “Penguatan Tata Kelola dan Reposisi Kelembagaan Organisasi Pengelola Zakat”. Ekbisi 2009, volume 4 Nomor 1:6984. Muhammad Yusuf al-Qaradhowi, 2005. Konsesi Islam dalam Mengentas Kemiskinan, Terj. Umar Fanany, Surabaya: PT. Bina Ilmu. Porwo Darminto. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Umi Mahmudah, Manajemen Dana di Lembaga Zakat (Studi pada Lembaga Zakat Baitul Maal Hidayatullah Cabang Malang). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 2007. Undang-undang Republik indonesia Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
62
FORMULIR BERLANGGANAN
1. Nama
2. Alamat
: ............................................................................................ : ............................................................................................
3. Telepon/HP : ............................................................................................ 4. e-mail
: ............................................................................................
Menyatakan bersedia untuk berlangganan Jurnal Ilmiah “TEXTURA” – Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Linguistik, Sosial dan Humaniora Politeknik Piksi Ganesha Bandung mulai edisi ..................................... dan bersedia membayar biaya cetak and ongkos kirim sebesar ........................................ per eksemplar. Pemohon, (....................................) Formulir berlangganan dapat dikirim lewat pos/fax/email ke:
● Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Ilmu Linguistik dan Pengajaran Bahasa Politeknik Piksi Ganesha Bandung ● Alamat : Jl. Jend. Gatot Subroto No.301 Bandung 40274 ● Telepon : Telp. 022 87 3400 30 Fax. 022 87 3400 86 ● e-mail : Email:
[email protected] www.piksi-ganesha-online.ac.id