Etos Kerja arif yusuf
[email protected] Etika Profesi © 2015
ETOS KERJA Oleh: Arif Yusuf Hamali, SS, MM. Dosen Tetap Politeknik PIKSI GANESHA Bandung
I. PENGERTIAN ETOS KERJA Akar kata etos berasal dari bahasa Yunani ethos,, pada awalnya kata ini mengandung pengertian sebagai ‘adat adat kebiasaan’ kebiasaan (Sinamo, 2005). Etos dapat membentuk karakter dasar bagi masayarakat yang menganutnya. Etos dalam perkembangan selanjutnya menjadi suatu konsep pemikiran yang menjelaskan tentang bagaimana baga terbentuknya ruh kehidupan (spirit of life) atau jiwa khas yang dimiliki suatu bangsa. bangsa. Munculnya etos yang kuat untuk memotivasi kehidupan masyarakat berkaitan dengan proses perkembangan sosio-historis sosio historis dan cultural yang telah berlangsung lama. Seiring perkembangan peradaban Barat dan konteks klasik yang bersifat teosentrisme terhadap antroposentrisme, kata etos pun mengalami perluasan makna. Pengertian etos tidak hanya menunjuk pada ruh kehidupan suatu masyarakat yang berakar dari tradisi kebia kebiasaan, tetapi sudah menjadi lebih bersifat dinamis. Jansen Sinamo mendefinisikan etos sebagai ruh karakteristik dari suatu kebudayaan, era, atau komunitas sebagaimana diwujudkan dalam sikap dan aspirasinya, atau pun tuntunan kepercayaan pada seseorang, kel kelompok ompok atau institusi. Pengertian etos merujuk pada pendapat Jansen Sinamo di atas, maka secara mendasar etos dapat dirumuskan dalam dua konsep pemikiran. Pertama, etos merupakan karakteristik ruh dari suatu kebudayaan yang dimiliki komunitas tertentu, dal dalam mewujudkan sikap kepribadian masyarakat tersebut dan aspirasi yang dimiliki.
Kedua, sebagai instrumen
penuntun dalam menjalani kehidupan, baik secara perorangan, kelompok atau institusi institusi. Etos kerja ini selanjutnya digerakkan oleh empat kecerdasan utama yaitu (Sinamo, 2005): 1) Spiritual Quotien (Kecerdasan Spiritual), yaitu manifestasi dalam proses transendensi dari wilayah material ke spiritualitas. Aktivitas kerja tidak hanya dilihat sebagai media pencarian sumber kehidupan atau pun harta kekayaan, tetapi tetapi juga menjadi sarana pengabdian kepada Tuhan dan sesame manusia. 1
Etos Kerja arif yusuf
[email protected] Etika Profesi © 2015
2) Emotional Quotien (Kecerdasan Emosional), yaitu sarana proses transformatif, yang berlangsung secara internal internal-personal personal untuk menumbuhkan kesadaran diri sendiri pada yang eksternal-interpersonal onal dalam konstelasi relasi sosial. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesadaran kolektif, hingga mencapai kesuksesan bersama. 3) Adversity Quotien,, yaitu suatu bentuk pengembangan kreativitas individu dan kolektivitas. Kecerdasan ini diperlukan untuk mengatasi mengatasi berbagai masalah yang menjadi tantangan atau penghambat untuk mewujudkan upaya kesuksesan. 4) Financial Quotien,, yaitu suatu bentuk kemampuan manajerial yang diperlukan oleh setiap individu dan kelompok masyarakat. Kecerdasan ini menjadi pembimbing dala dalam pengelolaan kekayaan material secara efektif, efisien, dan fungsional. Jansen Sinamo (2005) merumuskan etos kerja sebagai seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Sinamo berpendapat bahwa jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja, mempercayai dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan melahirkan sikap dan perilaku kerja yang khas. Etos kerja merupa merupakan pondasi dari sukses yang sejati dan otentik. Pandangan Sinamo di atas dipengaruhi oleh kajiannya terhadap studi studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal abad ke-20 ke dan penulisan-penulisan penulisan manajemen dua puluh tahun terakhir, yang semuanya bermuara pada satu kesimpulan utama, bahwa keberhasilan di berbagai wilayah kehidupan ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku kerja. Perilaku kerja ini umumnya disebut sebagai motivasi, kebiasaan, dan budaya kerja. Sinamo lebih memilih menggunakan istilah istilah etos karena menemukan bahwa etos mengandung pengertian tidak hanya sebagai perilaku khas dari suatu organisasi atau komunitas, tetapi juga mencakup motivasi yang menggerakkan, karakteristik utama, ruh dasar, pikiran dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap-sikap, sikap aspirasi-aspirasi, aspirasi, keyakinan-keyakinan, keyakinan prinsipprinsip, dan standar-standar. Pengertian-pengertian pengertian di atas tentang etos kerja, baik secara etimologis maupun praktis, dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan seperangkat sikap atau ata pandangan mendasar 2
Etos Kerja arif yusuf
[email protected] Etika Profesi © 2015
yang dipegang sekelompok manusia untuk menilai bekerja sebagai suatu hal yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku kerjanya. II. ASPEK-ASPEK ASPEK ETOS KERJA Jansen Sinamo (2005) berpendapat bahwa setiap manusia memiliki ruh keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan.
Ruh ini yang menjelma
menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, rasio bertanggung jawab
dan sebagainya melalui keyakinan, komitmen, dan penghayatan atas
paradigma kerja tertentu. Ruh ini akan membuat seseorang berproses menjadi manusia kerja yang positif, kreatif, dan produktif.
Sinamo merumuskan empat pilar yang sesungguhnya ses
bertanggung jawab menopang semua jenis dan system keberhasilan yang berkelanjutan pada semua tingkatan. Keempat pilar ini disebut sebagai Catur Dharma Mahardika yang berarti Empat Darma Keberhasilan utama, yaitu: 1) Mencetak prestasi dengan motivasi superior; 2) Membangun masa depan dengan kepemimpinan visoner. 3) Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif. 4) Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani. Etos kerja dapat memberikan ruh untuk mencapai kesuksesan kerja, baik individu, kelompok, maupun institusi usi (formal dan informal).
Keempat darma di atas kemudian
dirumuskan lagi oleh Sinamo menjadi 8 (delapan) etos kerja professional yaitu: 1) Kerja adalah Rahmat Aku bekerja tulus penuh rasa syukur. Kerja merupakan pemberian dari Tuhan Yang Maha Kuasa, maka individu harus dapat bekerja dengan tulus dan penuh syukur. 2) Kerja adalah Amanah Aku bekerja benar penuh tanggung jawab. Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada manusia sehingga secara moral seseorang karyawan harus bekerja dengan benar dan dan penuh tanggung jawab. 3) Kerja adalah Panggilan Aku bekerja tuntas penuh integritas.
3
Etos Kerja arif yusuf
[email protected] Etika Profesi © 2015
Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa seorang karyawan sehingga karyawan tersebut mampu bekerja penuh integritas. 4) Kerja adalah Aktualisasi Aku bekerja keras penuh semangat. Pekerjaan adalah sarana bagi seorang karyawan untuk mencapai hakekat manusia yang tertinggi sehingga seorang karyawan akan bekerja keras dengan penuh semangat. 5) Kerja adalah Ibadah Aku bekerja serius penuh kecintaan. Bekerja erja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui pekerjaan seorang karyawan mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. 6) Kerja adalah Seni Aku bekerja cerdas penuh kreativitas. Kerja dapat mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan inovatif. 7) Kerja adalah Kehormatan Aku bekerja tekun penuh keunggulan. Pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan. 8) Kerja adalah Pelayanan Aku bekerja paripurna penuh kerendahan hati. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Panji Anoraga (1992) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan sebagai berikut: a) Bekerja adalah hakekat kehidupan manusia. b) Pekerjaan adalah suatu berkat Tuhan. c) Pekerjaan merupakan sumb sumber er penghasilan yang halal dan tidak amoral. d) Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti. e) Pekerjaan merupakan sarana pelayanan dan perwujudan kasih. Akhmad Kusnan (2004) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos Kerja menggambarkan suatu uatu sikap, yang memiliki dua alternatif yaitu positif dan negatif. negati . 4
Seorang individu atau
Etos Kerja arif yusuf
[email protected] Etika Profesi © 2015
kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki Etos Kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: a) Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia; b) Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia; c) Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia; d) Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita; cita e) Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah. Individu atau kelompok masyarakat yang memiliki Etos Kerja yang rendah, maka akan ditunjukkan ciri-ciri ciri yang sebaliknya, yaitu: a) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri; b) Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil manusia; c) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan; d) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan; e) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup. Pembahasan Etos Kerja seorang karyawan di perusahaan juga berkaitan dengan watak manusia yang dikenal dengan “Teori X” dan “Teori Y” dari Douglas McGregor. Teori “X” dan Teori “Y” dikembangkan oleh Douglas McGregor (dalam Soebagio Sastrodiningrat, 1998: 199 4850), yang disebut juga sebagai Teori Kepemimpinan Mekanisme dan Teori Kepemimpinan Humanistis.. Watak, perangai, dan perilaku manusia dapat digolongkan sebagai berikut: A. GOLONGAN “X” sifat-sifat sifat dan ciri ciri-cirinya: Manusia pada umumnya pemalas, tidak suka bekerja dan jika mungkin menjauhi pekerjaan; Manusia golongan ini pasif, kurang imajinasi, kurang inisiatif & kurang perhatian atau mencintai pekerjaan; 5
Etos Kerja arif yusuf
[email protected] Etika Profesi © 2015
Manusia golongan ini serakah akan uang, mau untung dengan mudah, mau aman & selamat (safety player)) tidak mau memikul resiko; Manusia golongan ini kurang rasa tanggung jawab, kurang gairah kerja & mau mudahnya saja, menerima perintah atau diberi petunjuk / dipimpin; Sifat & watak manusia golongan ini perlu dicambuk, diawasi, didera, dipaksa, diancam, atau tau dihukum, agar bisa maju & mau berusaha mencapai tujuan organisasi; Manusia “X” tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, asal asal-asalan, asalan, tidak ada kecintaan kerja & harus diawasi & “ditongkrongi”. Tipe manusia golongan “X” melahirkan kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Management), ), melaksanakan kepemimpinan otoriternya dengan dalih karena adanya bukti absensi yang meningkat, terlambat masuk kerja, mutu hasil kerja kurang baik & tidak memuaskan. Tuntutan kenaikan upah terus-menerus terus menerus meningkat & banyak pemba pembangkangan tugas & kurang disiplin. B. GOLONGAN “Y” sifat-sifat sifat dan ciri-cirinya: ciri Golongan ini pada umumnya gemar bekerja; bekerja dianggap sebagai latihan fisik sama halnya dengan kebutuhan istirahat dan bermain; Dalam kondisi dan situasi yang tepat, golongan manusia “Y” adalah kreatif, mau bekerja & bertanggung jawab; Keberhasilan dalam mencapai tujuan, merupakan kepuasan tersendiri & dianggap hadiah utama dalam menunaikan fungsi pekerjaannya, dan bekerja bukan mengejar uang semata tetapi merupakan tantangan; ntangan; Dalam kondisi tertentu golongan “Y” ini bukan saja menyetujui pertanggungan jawab, melainkan bersedia & berani tanggung jawab atas tugas tugas--tugas yang diserahkan kepadanya; Ancaman hukuman & pengawasan ketat bukan satu satu-satunya satunya sarana untuk menunjang ke arah tercapainya tujuan organisasi.
6
Etos Kerja arif yusuf
[email protected] Etika Profesi © 2015
Manusia “Y” melakukan tugasnya dengan kemauan & kecintaan, oleh karena itu menjaga & mengawasi dirinya sendiri agar melaksanakan tugas sebaik sebaik-baiknya. baiknya. Tipe manusia “Y” menciptakan kepemimpinan demokratik yang memperh memperhatikan perilaku (Democratic Democratic Behavioral Management Management)) & mendorong para pegawai bawahan ke arah pengembangan melalui pendidikan & latihan, pergaulan & berkomunikasi dengan baik, menanamkan ukuran-ukuran ukuran kehidupan yang tinggi & memberi motivasi. Tipe manusia “Y” ini juga merupakan perwujudan dari seorang karyawan yang memiliki etos kerja yang tinggi. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Kusnan. 2004. “Analisis Sikap Iklim Organisasi, Etos Kerja dan Disiplin Kerja dalam Menentukan Efektivitas Kinerja Organisasi di Garnizun Tetap III Surabaya”, Laporan Penelitian, http://www.damandiri.or.id/index.php http://www.damandiri [online: Monday, October 16, 2006, 6:03:24 PM]. Jansen Sinamo. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses Sukses. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Pandji Anoraga. 1992. Psikologi Kerja. Kerja Jakarta: PT Rineka Cipta. Soebagio Sastrodiningrat. 1998. Kapita Selekta Manajemen dan Kepemimpinan. Kepemimpinan Cetakan pertama. Jakarta: Ind-Hill-Co.
7