HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA CANDISARI KABUPATEN perpustakaan.uns.ac.id
GROBOGAN TAHUN 2010
digilib.uns.ac.id
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Oleh : Suprapto S820809032
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user
HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA CANDISARI KABUPATEN perpustakaan.uns.ac.id
GROBOGAN TAHUN 2010
digilib.uns.ac.id
Disusun oleh :
Suprapto S820809032
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. …………..... NIP 19590201 198503 2 002
..………
Pembimbing II
Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. …………….. NIP 19500930 197603 1 004
..………
Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup
Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP 19500930 197603 1 004
ii
commit to user
HUBUNGAN ANTARA JENJANG PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN DENGAN SIKAP KEPALA KELUARGA TERHADAP PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI DESA CANDISARI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010 perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Disusun oleh :
Suprapto S820809032
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. H. Soegiyanto, S.U.
………….....
………
Sekretaris
Prof. Drs. Indrowuryatno, M.Si.
……………..
………
Anggota Penguji
1. Prof.Dr.Siswandari, M.Stats.
……………..
………
2. Prof.Dr. Sigit Santoso, M.Pd.
……………..
………
Mengetahui Ketua Program Studi PKLH
Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. NIP. 19500930 197603 1 004
……………..
………
Direktur Program Psacasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc.,Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
……………..
………
iii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Suprapto, S820809032. 2010. The Relationship between The Education Level and The Earnings toward the Attitude of the Family Heads in Managing the Domestic Garbage at Candisari Village, Grobogan Regency year 2010. Thesis: Magister Program of Sebelas Maret University Surakata. The aims of this research are to investigate: (1) Relationship between the education level and the attitude of the family heads in managing domestic garbage, (2) Relationship between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage, (3) Relationship between both education level and the earnings toward the attitude of the family heads in managing domestic garbage. Correlational Method was used for conducting this research. There are three variables in this research, namely two free variables; Education Level (X1) and Earnings of Family Heads (X2) and one tied variable; Attitude of Family Heads in managing domestic garbage. The Population of this research are all family heads in Candisari Village, Purwodadi sub-district, Grobogan Regency. The sample collecting technique was random sample as many as 156 family heads. Data collecting technique were questionnaires, documentation and observation. Data analysis applied in this research was double regression method. The results of this research are; (1) there is positive correlation between education level and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount> rtable that is : 0,297 > 0,159, (2) there is positive correlation between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,230 > 0,159, ( 3) there is positive correlation between both education level and the earnings toward the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,3057 > 0,159. The equation of function regression line is Y= 110,353 + 2,137 X1 + 0,740 X2.
commit to user xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id xxiii
ABSTRACT
Suprapto. S820809032. "The Relationship between The Education Level and The Earnings toward the Attitude of the Family Heads in Managing the Domestic Garbage at Candisari Village, Grobogan Regency year 2010". Supervisor I: Prof. Dr. Siswandari, M.Stats. Supervisor II: Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd. Thesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Magister Program, Sebelas Maret University, 2010. The aims of this research are to investigate: (1) Relationship between the education level and the attitude of the family heads in managing domestic garbage, (2) Relationship between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage, (3) Relationship between both education level and the earnings toward the attitude of the family heads in managing domestic garbage. Correlational Method was used for conducting this research. There are three variables in this research, namely two free variables; Education Level (X1) and Earnings of Family Heads (X2) and one tied variable; Attitude of Family Heads in managing domestic garbage. The Population of this research are all family heads in Candisari Village, Purwodadi sub-district, Grobogan Regency. The sample collecting technique was random sample as many as 156 family heads. Data collecting technique were questionnaires, documentation and observation. Data analysis applied in this research was double regression method. The results of this research are; (1) there is positive correlation between education level and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount> rtable that is : 0,297 > 0,159, (2) there is positive correlation between the earnings and the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,230 > 0,159, ( 3) there is positive correlation between both education level and the earnings toward the attitude of family heads in managing domestic garbage which can be shown in the number of rcount > rtable that is: 0,3057 > 0,159. The equation of function regression line is Y= 110,353 + 2,137 X1 + 0,740 X2. Key word:
Correlation, Education Level, Earnings, Attitude of Family Heads, Managing Domestic Garbage
commit to user
ABSTRAK Suprapto, S820809032. 2010. Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, (2) Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,(3) Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Variabel dalam penelitian ini ada tiga yakni dua variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dan satu variabel terikat yakni Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik acak / Random Sampling sejumlah 156 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,297 > 0,159 (2) terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,230 > 0,159 (3) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,3057 > 0,159. Model persamaan fungsi garis regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2.
xxi
commit to user
xxii
ABSTRAK
Suprapto. S820809032. ”Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010”. Pembimbing I: Prof. Dr. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Siswandari,M.Stats. Pembimbing II: Prof. Dr. Sigit Santoso,M.Pd. Tesis. Surakarta : Program Studi Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, (2) Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga,(3) Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Variabel dalam penelitian ini ada tiga yakni dua variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dan satu variabel terikat yakni Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik acak / Random Sampling sejumlah 156 kepala keluarga. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,297 > 0,159 (2) terdapat hubungan positif antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,230 > 0,159 (3) terdapat hubungan positif antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga yang ditunjukkan dengan perolehan angka rhitung > rtabel yaitu : 0,3057 > 0,159. Model persamaan fungsi garis regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2. Kata Kunci :
Hubungan, Jenjang Pendidikan, Pendapatan, Sikap Kepala Keluarga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, Desa Candisari, Kabupaten Grobogan, Tahun 2010
commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah perpustakaan.uns.ac.id Kehidupan
manusia
pada
hakekatnya
senantiasa
digilib.uns.ac.id tergantung pada
lingkungannya. Untuk membina kesejahteraan hidup manusia diperlukan empat macam kebutuhan hidup yakni pangan, sandang, papan, dan pendidikan. Kebutuhan hidup manusia selalu meningkat seirama dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dan budayanya. Untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia memanfaatkan lingkungan alam sekitarnya. Bersamaan dengan meningkatnya pembangunan dan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, produksi sampah dan limbah hasil aktivitas manusia juga semakin meningkat. Usaha yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah bagaimana cara membuang dan memusnahkan sampah tersebut. Akan tetapi di kemudian hari timbul masalah baru, karena lahan tempat pembuangan sampah semakin sempit. Perlu disadari bahwa sampah adalah hasil aktivitas manusia, dan yang perlu dipikirkan dengan secara cermat adalah bagaimana manusia penghasil sampah dapat mengendalikannya, sehingga sampah tidak mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia. Sampah yang paling sulit diatasi adalah sampah yang tidak dapat membusuk karena penanganannya harus dibakar ataupun didaur ulang (recycling). Sampah yang dapat didaur ulang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produksi sehingga bermanfaat bagi umat manusia. Untuk penanganan daur ulang sampah diperlukan 1
commit to user
2
teknologi dan biaya yang cukup tinggi. Pengelolaan masalah sampah rumah tangga berkaitan erat dengan kesadaran masyarakat yang menghasilkan sampah itu sendiri. Keikutsertaan seseorang yang berpartisipasi dalam menanggulangi sampah karena sampah memiliki kesamaan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dengan virus penyakit yang ditimbulkan setiap hari, dan ini dipengaruhi oleh faktor keadaan masyarakat sosial ekonomi (Yuli Soemirat Slamet, 2002:154). Faktor sosial ekonomi masyarakat dapat berbentuk jenjang pendidikan seseorang dan besar pendapatan perbulan. Kedua hal tersebut akan mempengaruhi sikap seseorang terhadap penanganan sampah yang ada di lingkungannya. Jenjang pendidikan yang dimiliki oleh seseorang turut mempengaruhi sikap orang tersebut terhadap pengelolaan sampah. Jenjang pendidikan seseorang yang tinggi cenderung lebih memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang jenis dan bahaya sampah. Misalnya orang yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) hanya mengetahui sebatas bahaya yang ditimbulkan dari sampah. Sedangkan orang yang berpendidikan lebih tinggi berdasarkan pengalaman biasanya telah mengetahui tentang sampah seperti jenisnya, asalnya, karakteristiknya dan juga bagaimana upaya penanganannya. Berdasarkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya orang akan lebih aktif dalam melakukan upaya penanggulangan pengelolaan sampah, bahkan tidak hanya memikirkan sampah di rumahnya sendiri tetapi juga berfikir untuk kepentingan yang lebih luas. Tingkat pendapatan keluarga dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kegiatan penanganan sampah. Orang yang memiliki pendapatan rendah, cenderung melakukan penanganan sampah untuk ditangani sendiri secara sangat
commit to user
3
sederhana, maka penanganan sampah yang dilakukan hanya sebatas kemampuan kerjanya. Sedangkan orang yang berpenghasilan tinggi cenderung melakukan penanganan masalah sampah menggunakan sarana peralatan yang lebih baik dengan meminta bantuan orang lain (pembantu). Mereka akan menyediakan tempat sampah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id di dalam maupun di luar rumah serta membayar orang lain untuk menangani sampah di sekitarnya. Maka penanganan sampah yang dilakukan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan dana yang dimilikinya untuk membayar jasa orang lain serta menggunakan sarana peralatan yang diperlukan dalam penanganan sampah rumah tangga. Berkaitan dengan faktor sosial ekonomi tersebut dapat diketahui tentang sikap kepala keluarga terhadap penanganan sampah. Sikap seseorang terhadap sampah merupakan kepedulian untuk penanganan sampah selanjutnya. Sikap dari orang yang mengerti bahaya sampah akan berbeda terhadap orang yang belum mengerti bahaya sampah. Orang yang telah mengerti tentang bahaya sampah dalam kehidupannya cenderung melakukan penanganan membersihkan dan membuang sampah dari lingkungannya dengan segera. Sebaliknya orang yang belum dan kurang mengerti bahaya sampah akan cenderung menimbun sampah walaupun pada akhirnya akan membuang dan memusnahkannya. Sesuai yang dikemukakan oleh Widodo dan Haryono (2000:4) bahwa pengelolaan limbah rumah tangga merupakan cara untuk menciptakan kondisi rumah tangga yang bersih, sehat dan indah. Mengenai pengelolaan sampah rumah tangga ini belum semua anggota masyarakat sadar dan tahu. Seperti halnya dengan sebagian masyarakat di Desa
commit to user
4
Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan yang pendidikannya menengah ke bawah, pendapatannya kurang dari cukup maka sikap di dalam pengelolaan sampah rumah tangga kurang baik (banyak sampah-sampah yang menumpuk di pekarangan dan berceceran di sekitar rumah serta saluaran air). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Supaya mereka dapat menerima dan mau mengelola sampah dengan baik dan benar maka menuntut kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Berdasarkan uraian latar belakang masalah ini penulis tertarik untuk membahas hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepalakeuarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010? 2. Adakah hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010? 3. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersamasama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?
commit to user
5
C. Pembatasan Masalah Permasalahan kesadaran terhadap kesehatan / sanitasi lingkungan khususnya pengelolaan sampah rumah tangga merupakan persoalan yang sangat komplek, karena menyangkut sikap kepedulian seseorang atau kelompok masyarakat yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berhubungan dengan jenjang pendidikan dan pendapatan. Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah dan tidak terlalu luas maka masalah-masalah yang diteliti dibatasi sebanyak tiga variabel, yaitu: 1. Jenjang pendidikan kepala keluarga. Jenjang pendidikan adalah tingkat pendidikan yang dicapai kepala keluarga yang meliputi pendidikan dasar (tidak tamat Sekolah Dasar, Sekolah Dasar), pendidikan menengah (SLTP, SLTA), pendidikan tinggi (Diploma. Sarjana, Magister, Doktor). 2. Pendapatan kepala keluarga. Pendapatan kepala keluarga adalah penghasilan kepala keluarga yang berbentuk uang tunai dalam jangka waktu 1 (satu) bulan. Pendapatan kepala keluarga berupa pendapatan pokok dan pendapatan tambahan. 3. Sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Sikap adalah merupakan kesediaan dan kehendak keluarga untuk bereaksi terhadap obyek tertentu (pengelolaan sampah rumah tangga). Sikap seseorang (anggota masyarakat) dapat teratur dalam bentuk perasaan (afektif), pemikiran (kognitif) dan tindakan (konatif). Hasil reaksi seseorang (anggota masyarakat) terhadap obyek tertentu dapat bersifat mendukung atau tidak mendukung secara sukarela atau secara terpaksa, secara positip atau negatip menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju.
commit to user
6
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang akan diteliti maka dapat ditentukan perumusan masalah sebagai berikut : perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010? 2. Adakah hubungan antara besarnya pendapatan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010? 3. Adakah hubungan antara jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan kepala keluarga secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010?
E. Tujuan Penelitian Sebelum mengadakan suatu penelitian atau penyelidikan ilmiah terlebih dahulu peneliti menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Fungsi dari penetapan tujuan ini adalah untuk memberikan arahan terhadap penelitian tentang apa yang nantinya akan diperoleh. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa
commit to user
7
Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010. 2. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 3. Untuk mengetahui hubungan antara jenjang pendidikan kepala keluarga dan pendapatan kepala keluarga secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.
F. Manfaat Penelitian Permasalahan pengelolaan sampah rumah tangga merupakan masalah yang sangat kompleks yang menuntut setiap warga masyarakat untuk dapat memahami dan mengelola atau menanganinya dengan baik dan tepat. Oleh karena itu dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis Penelitian
ini
diharapkan
bermanfaat
bagi
pengembangan
ilmu
pengetahuaan dan teknologi khususnya dalam pengelolaan sampah domestik (sampah rumah tangga) yang baik, sehingga: a. Timbulnya sumber sampah rumah tangga (domestik) dapat diminimalkan atau dikurangi. b. Dapat dihindarkan dampak negatif dari sampah rumah tangga. c. Dapat digunakan digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti berikutnya.
commit to user
8
2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Desa Candisari: memberikan sumbangan informasi bagi Kepala Desa Candisari Kabupaten Grobogan dalam hal penanganan sampah rumah tangga. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Bagi lembaga-lembaga terkait: sebagai bahan masukan kepada lembagalembaga terkait terhadap kebersihan dan kesehatan, khususnya pengelolaan sampah rumah tangga dalam rangka memperbaiki lingkungan hidup di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sehingga tercipta kondisi lingkungan yang baik, bersih, dan sehat bagi masyarakat desa. c. Bagi peneliti: agar memiliki wacana yang lebih luas mengenai pengelolaan sampah rumah tangga sehingga dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dalam upaya menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman.
commit to user
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN HIPOTESIS
A. Lingkungan Hidup perpustakaan.uns.ac.id 1. Pengertian Lingkungan Hidup
digilib.uns.ac.id
Di dalam pasal 1 Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Sudarjo BW,1994:4). Lingkungan hidup di sini merupakan sistem yang meliputi lingkungan alam hayati, lingkungan alam nonhayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Menurut Prabang Setyono (2008: 1-2) pengertian lingkungan dijelaskan bahwa lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat di mana organisme atau komunitas organism hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di hutan dan lain sebagainya. Jadi habitat secara garis besar dapat dibagi menjadi habitat darat dan habitat air. Keadaan lingkungan dari kedua habitat itu berlainan.
9
commit to user
10
Setiap
organisme,
hidup
dalam
lingkungannya masing-masing.
Begitu juga jumlah dan kualitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama. Faktor-faktor yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi sesama faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu. Oleh karena itu untuk dapat memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor dari lingkungan tersebut. Penggolongan faktor-faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu (Zoer’aini Jamal Irwan,1984 dalam Prabang Setyono, 2008): (1) Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya, atmosfir, hara mineral, air, tanah, api. (2) Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan abiotik. Faktor lingkungan biotik dan abiotik / fisik saling berhubungan yang disebut
sebagai
suatu
ekosistem.
Apabila
komponen-komponen
dalam
lingkungan hidup dalam keadaan seimbang, maka akan membentuk suatu ekosistem lingkungan hidup yang seimbang pula. Konsep penelilian lingkungan berarti merupakan suatu usaha pengelolaan lingkungan yang bertujuan menjaga kemampuan lingkungan hidup agar dapat mendukung kehidupan manusia secara berkesinambungan, pada tingkat kehidupan yang lebih baik.
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup Di dalam pasal 1 Undang-Undang RI nomor 4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu
commit to user
11
dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup (Sudarjo BW,1994:4). Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan : a. Tercapainya keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup perpustakaan.uns.ac.id sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya;
digilib.uns.ac.id
b. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana; c. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai Pembina lingkungan hidup; d. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang; e. Terlindungnya negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan. (Sudarjo BW,1994:4). Menurut Otto Sumarwoto (2001: 95) ruang lingkup pengelolaan lingkungan hidup meliputi : (1) Pengelolaan rutin. (2) Perencanaan dini terhadap pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan tuntunan bagi perencanaan pembangunan. (3) Perencanaan lingkungan hidup berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi akibat suatu proyek pembangunan
yang sedang direncanakan. (4) Perencanaan pengelolaan
lingkungan hidup untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan, baik karena sebab alamiah maupun karena tindakan manusia. Manusia secara rutin mengelola lingkungannya. Pembuangan sampah dan pembuatan saluran pembuangan sampah dari dapur dan kamar mandi merupakan contoh kegiatan pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa fungsi lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) lingkungan memberikan ruang untuk hidup, sebagai tempat tinggal dan melakukan fungsi kehidupan. 2) lingkungan merupakan sumber daya hayati dan non hayati, baik yang dapat
commit to user
12
diperbaharui ataupun yang tidak dapat diperbaharui, 3) Lingkungan sebagai penyedia dan pendukung kehidupan organisme lain.
3. Pencemaran Lingkungan Hidup perpustakaan.uns.ac.id Pencemaran
lingkungan
menurut
Sudarjo
BW
digilib.uns.ac.id (1994:5) dapat
didefinisikan sebagai berikut: ”Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”. Lingkungan tidak mengenal batas. Pada prinsipnya, lingkungan (air, udara, tanah, sosial, dan lain-lain) tidak dapat dipisah-pisahkan, karena tidak mempunyai batas yang nyata dan merupakan suatu kesatuan ekosistem. Misalnya air tidak dapat dipisahkan dengan nyata dari udara, karena di dalam udara terdapat uap-uap ataupun bintik-bintik air. Begitu pula terdapat gas-gas yang terlarut di dalam air. Udarapun terdapat di dalam tanah. Karenanya, apabila udara mengandung sulfur dioxida, maka bila hujan turun, maka air hujan akan bersifat asam, dan air permukaan menjadi asam pula (Yuli Soemirat Slamet, 2002:36). Pencemaran lingkungan mempengaruhi berbagai sisi kehidupan makhluk hidup. Pengaruh langsung maupun tidak langsung dari pencemaran lingkungan menimbulkan perubahan terhadap kualitas dan fungsi lingkungan yang kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan keperuntukannya.
commit to user
13
4. Macam-macam Pencemaran lingkungan a. Berdasarkan Tempat Terjadinya Berdasarkan lingkungan atau tempat yang mengalami pencemaran, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id secara garis besar pencemaran lingkungan dapat dikelompokkan menjadi pencemaran air, tanah, dan udara.
1) Pencemaran Air Di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih banyak lagi. Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan enceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang.
commit to user
14
Pengertian pencemaran air dalam Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 02/MENKLH/I/1988, Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa: ”Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”. (Sudjoko,dkk, 2008: 3.27) Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa air tercemar adalah air yang mengandung bahan-bahan asing dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air minum, pertanian, perikanan, dan lain-lain. Ditinjau dari asal polutan dan sumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara lain :
a) Limbah Pertanian Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan makhluk hidup di sungai. Jika makhluk hidup di sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia, maka orang yang memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradable
commit to user
15
(dapat terurai oleh mikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Hendaknya tidak membuang sisa obat ke sembarang tempat. Adapun pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian bendungan. Bendungan akan cepat dangkal, pertumbuhan serta perkembangbiakan makhluk hidup air akan terganggu dan akhirnya mati karenanya.
b) Limbah Rumah Tangga Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan dari rumah tangga. Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai dan akhirnya kelaut. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun drastis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol.
commit to user
16
Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Di kota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Di dalam air got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan jamur.
c) Limbah Industri Yaitu limbah yang dihasilkan dari proses produksi maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh industri yang tidak disertai dengan pengolahan limbah sebelumnya. Limbah industri ini disebabkan karena adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air tanpa diolah terlebih dahulu. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organik (berbau busuk), polutan anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dilaut, sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan kapal lain. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah menggenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer. Ikan, terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang mati karenanya.
commit to user
17
d) Penangkapan Ikan Menggunakan Racun Penduduk
yang
tinggal
dipingiran
pantai
banyak
menggantungkan hidupnya melalui laut. Para nelayan tersebut ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan) atau potas (racun) untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menangkap ikan di laut. Racun tersebut tidak hanya hewan-hewan dewasa, tetapi juga hewan-hewan yang masih kecil. Dengan demikian racun yang disebarkan akan memusnahkan berbagai jenis makluk hidup yang ada di dalam air. Kegiatan penangkapan ikan dengan cara tersebut mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan dan menurunkan sumber daya perairan. Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran air antara lain: terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen, terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi), pendangkalan dasar perairan, punahnya biota air.
2) Pencemaran tanah Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang karena proses erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan limbah padat yang mencemari tanah. Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah tangga (domestik), industri dan alam (tumbuhan). Adapun menurut jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan sampah
commit to user
18
anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam dan kaleng. Sampah dapat dihancurkan oleh jasad-jasad renik menjadi mineral, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id gas, dan air, sehingga terbentuklah humus dari sampah organik. Sampahsampah tersebut tergolong sampah yang mudah terurai. Sedangkan sampah anorganik seperti besi, alumunium, kaca, dan bahan sintetik seperti plastik, sulit atau tidak dapat diuraikan. Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga puluahn bahkan ratusan tahun yang akan datang. Bungkus plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sebaiknya, sampah yang akan dibuang dipisahkan menjadi dua wadah. Pertama adalah sampah yang terurai, dan dapat dibuang ke tempat pembuangan sampah atau dapat dijadikan kompos. Kedua adalah sampah yang tak terurai, dapat dimanfaatkan ulang (penggunaan ulang = reuse). Misalnya, kaleng bekas kue digunakan lagi untuk wadah makanan, botol selai bekas digunakan untuk tempat bumbu dan botol bekas sirup digunakan untuk menyimpan air minum. Baik pendaurulangan maupun penggunaulangan dapat mencegah dan mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan sehingga beban lingkungan menjadi berkurang. Pencemaran tidak mungkin dihilangkan, yang dapat kita lakukan adalah mencegah dampak negatif dan mengendalikannya. Selain penggunaulangan dan pendaurulangan, masih ada lagi upaya untuk mencegah pencemaran, yaitu melakukan pengurangan
commit to user
19
bahan atau penghematan (reduce), dan melakukan pemeliharaan (repair). Akibat yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah antara lain: terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam tanah), berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk pertumbuhan tanaman serta mempengaruhi keseimbangan ekologi.
3) Pencemaran Udara Udara dikatakan tercemar jika udara tersebut mengandung unsurunsur yang mengotori udara. Bentuk pencemar udara bermacam-macam, ada yang berbentuk gas dan ada yang berbentuk partikel cair atau padat. Pencemaran udara banyak disebabkan oleh asap buangan, misalnya gas CO2 hasil pembakaran, SO, SO2, CFC, CO, dan asap rokok.
a) CO2 Pencemaran udara adalah terkontaminasinya udara dengan polutan atau zat-zat yang dihasilkan dari kegiatan manusia maupun alam itu sendiri. Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO2 di udara. Karbon dioksida itu berasal dari pabrik, mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar fosil seperti batubara, minyak bumi, juga dari mobil, kapal, pesawat terbang, dan pembakaran kayu. Meningkatnya kadar CO2 di udara tidak segera diubah menjadi oksigen oleh tumbuhan karena banyak hutan di seluruh dunia yang ditebang. Sebagaimana diuraikan diatas, hal demikian dapat mengakibatkan efek rumah kaca.
commit to user
20
b) CO CO atau karbonmonoksida dapat mencemari lingkungan disekitar rumah. Misalnya, menghidupkan mesin mobil di dalam garasi tertutup. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jika proses pembakaran di dalam mesin tidak sempurna, maka proses pembakaran itu menghasilkan gas CO yang keluar memenuhi ruangan. Hal ini dapat membahayakan orang yang ada di dalam garasi tersebut. Selain itu, menghidupkan AC ketika tidur di dalam mobil dalam keadaan tertutup juga berbahaya. Bocoran gas CO dari knalpot akan masuk ke dalam mobil, sehingga dapat menyebabkan kamatian.
c) CFC CFC atau biasa disebut dengan gas chloro fluoro carbon merupakan salah satu gas yang berbahaya dalam pencemara udara. Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang, karena tidak beraksi, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya. Gas ini digunakan misalnya untuk pembuatan busa kursi, untuk AC atau freon, pendingin pada almari es, dan penyemprot rambut (hair spray). Gas CFC yang membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O3). Jika gas CFC mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara CFC dan ozon, sehingga lapisan ozon tersebut “berlubang” yang disebut sebagai “lubang” ozon. Lapisan ozon ini merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya ultraviolet. Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi, menyebabkan kematian
commit to user
21
organisme, tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetik, menyebabkan kanker kulit atau kanker retina mata. Karena itu penggunaan zat CFC harus dibatasi dan digunakan sebaik mungkin. perpustakaan.uns.ac.id d) SO, SO2
digilib.uns.ac.id
Gas belerang atau SO dan gas belerang oksida atau SO2 di udara dihasilkan oleh pembakaran fosil baik minyak maupun batubara. Gas tersebut dapat beraksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam. Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati. Produksi pertanian merosot. Besi dan logam mudah berkarat. Bangunan kuno, seperti candi, menjadi cepat aus dan rusak. Demikian pula bangunan gedung dan jembatan juga cepat rusak.
e) Asap Rokok Zat yang mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan manusia adalah asap rokok. Asap rokok mengandung berbagai bahan pencemar yang dapat menyebabkan batuk kronis, kanker paru-paru, mempengaruhi janin dalam kandungan dan berbagai gangguan kesehatan lainnya. Perokok dapat dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Perokok aktif adalah mereka yang merokok secara langsung. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi menghirup asap rokok di suatu ruangan. Baik perokok aktif maupun perokok pasif, keduanya memiliki resiko yang tinggi. Jadi, merokok di
commit to user
22
dalam ruangan bersama orang lain yang tidak merokok dapat mengganggu kesehatan orang lain. Akibat yang ditimbulkan rokok adalah terganggunya kesehatan manusia, seperti batuk dan penyakit pernapasan (bronkhitis, asma, dan kemungkinan kanker paruparu). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Berdasarkan Macam Bahan Pencemarnya Pencemaran
lingkungan
menurut
macam
bahan
pencemarnya,
dibedakan menjadi berikut ini: 1) Pencemaran kimiawi : CO2 logam berat (Hg, Pb, As, Cd, Cr, Ni,) bahan radioaktif, pestisida, detergen, minyak, pupuk anorganik. 2) Pencemaran Biolagi : mikroorganisme seperti Escherichia coli, Entamoeba coli, Salmonella thyposa. 3) Pencemaran fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik, karet. 4) Pencemaran Suara : kebisingan.
c. Berdasarkan Tingkat Pencemaran Pencemaran
lingkungan
berdasarkan
tingkat
pencemarannya,
pencemaran dibedakan menjadi: 1) Pencemaran ringan, yaitu pencemaran yang dimulai menimbulkan gangguan ekosistem lain. Contohnya pencemaran gas kendaraan bermotor. 2) Pencemaran kronis, yaitu pencemaran yang mengakibatkan penyakit kronis. 3) Pencemaran akut, yaitu pencemaran yang dapat mematikan seketika. Contohnya pencemaran gas CO dari knalpot yang mematikan orang didalam mobil tertutup, dan pencemaran radioaktif.
commit to user
23
5. Dampak Pencemaran Lingkungan Dampak pencemaran bagi manusia secara menyeluruh dapat terjadi apabila kadar CO2 di udara naik akibat pembakaran bahan bakar minyak, batubara, dan kebakaran hutan. Gas CO2 ini akan berkumpul di digilib.uns.ac.id atmosfer bumi. perpustakaan.uns.ac.id Jika jumlahnya sangat banyak, gas CO2 ini akan menghalangi pantulan panas dari bumi ke atmosfer sehingga panas akan diserap dan dipantulkan kembali ke bumi. Akibatnya, suhu di bumi menjadi lebih panas. Keadaan ini disebut efek rumah kaca (green house effect). Selain gas CO2, gas lain yang menimbulkan efek rumah kaca adalah CFC yang berasal dari aerosol, juga gas metan yang berasal dari pembusukan kotoran hewan. Efek rumah kaca dapat menyebabkan suhu lingkungan menjadi naik secara global, atau lebih dikenal dengan pemanasan global (global warming). Akibat pemanasan global ini, pola iklim dunia menjadi berubah. Permukaan laut menjadi naik, sebagai akibat mencairnya es di kutub sehingga pulau-pulau kecil menjadi tenggelam. Keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem dan membahayakan makhluk hidup, termasuk manusia. Akibat lain yang ditimbulkan pencemaran udara adalah terjadinya hujan asam. Jika hujan asam terjadi secara terus menerus akan menyebabkan tanah, danau, atau air sungai menjadi asam. Keadaan itu akan mengakibatkan tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya terganggu dan mati. Hal ini akan mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia. Dampak pencemaran lingkungan secara khusus antara lain adalah:
commit to user
24
a. Punahnya Spesies Sebagaimana telah diuraikan di atas, polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. digilib.uns.ac.id Ada yang peka, perpustakaan.uns.ac.id ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar, adapula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.
b. Peledakan Hama Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena predator punah, maka serangga hama akan berkembang tanpa kendali.
c. Gangguan Keseimbangan Lingkungan Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya, keseimbangan lingkungan terganggu. Daur materi dan daur biogeokimia menjadi terganggu.
d. Kesuburan Tanah Berkurang Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan
commit to user
25
tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan asam.
d. Keracunan dan Penyakit Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dapat mengalami keracunan. Ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan ada yang menyebabkan cacat pada keturunannya.
e. Pemekatan Hayati Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk dikenal sebagai pemekatan hayati, dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai biomagnificition.
f. Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca Terbentuknya lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia. Hal ini disebabkan karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain.
6. Beberapa Upaya Dalam Menanggulangi Pencemaran Lingkungan Berbagai upaya telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, antara lain melalui penyuluhan dan penataan lingkungan. Namun, usaha tersebut tidak akan berhasil jika tidak ada dukungan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
commit to user
26
Untuk membuktikan kepedulian kita terhadap lingkungan, kita perlu bertindak. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran lingkungan, diantaranya sebagai berikut: perpustakaan.uns.ac.id a. Membuang sampah pada tempatnya
digilib.uns.ac.id
Membuang sampah ke sungai atau selokan akan meyebabkan aliran airnya terhambat. Akibatnya, sampah akan menumpuk dan membusuk. Sampah yang membusuk selain menimbulkan bau tidak sedap juga akan menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit. Selain itu, dapat meyebabkan banjir pada musim hujan. Salah satu cara untuk menanggulangi sampah terutama sampah rumah tangga adalah dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos. Sampahsampah tersebut dipisahkan antara sampah organik dan anorganik. Selanjutnya, sampah organik ditimbun di dalam tanah sehingga menjadi kompos. Adapun sampah anorganik seperti plastik dan kaleng bekas dapat didaur ulang menjadi alat rumah tangga dan barang-barang lainnya.
b. Penanggulangan limbah industri Limbah dari industri terutama yang mengandung bahan-bahan kimia, sebelum dibuang harus diolah terlebih dahulu. Hal tersebut akan mengurangi bahan pencemar di perairan. Dengan demikian, bahan dari limbah pencemar yang mengandung bahan-bahan yang bersifat racun dapat dihilangkan sehingga tidak mengganggu ekosistem. Menempatkan pabrik atau kawasan industri di daerah yang jauh dari
commit to user
27
keramaian penduduk. Hal ini dilakukan untuk menghindari pengaruh buruk dari limbah pabrik dan asap pabrik terhadap kehidupan masyarakat. c. Penanggulangan pencemaran udara perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pencemaran udara akibat sisa dari pembakaran kendaraan bermotor dan asap pabrik, dapat dicegah dan ditanggulangi dengan mengurangi pemakaian bahan bakar minyak. Perlu dipikirkan sumber pengganti alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan, seperti kendaraan berenergi listrik. Selain itu, dilakukan usaha untuk mendata dan membatasi jumlah kendaraan bermotor yang layak beroperasi. Terutama pengontrolan dan pemeriksaan terhadap asap buangan dan knalpot kendaraan bermotor.
d. Diadakan penghijauan di kota-kota besar Tumbuhan mampu menyerap CO2 di udara untuk fotosintesis. Adanya jalur hijau akan mengurangi kadar CO2 di udara yang berasal dari asap kendaraan bermotor atau asap pabrik. Dengan demikian, tumbuhan hijau bisa mengurangi pencemaran udara. Selain itu, tumbuhan hijau melepaskan O2 ke atmosfer.
e. Penggunaan pupuk dan obat pembasmi hama tanaman yang sesuai Pemberian pupuk pada tanaman dapat meningkatkan hasil pertanian. Namun, di sisi lain dapat menimbulkan pencemaran jika pupuk tersebut masuk ke perairan. Eutrofikasi merupakan salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh pupuk buatan yang masuk ke perairan. Begitu juga dengan
commit to user
28
penggunaan obat anti hama tanaman. Jika penggunaannya melebihi dosis yang ditetapkan akan menimbulkan pencemaran.
Selain dapat mencemari
lingkungan juga dapat meyebabkan musnahnya organisme tertentu yang dibutuhkan, seperti bakteri pengurai atau serangga yang membantu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penyerbukan tanaman. Pemberantasan hama secara biologis merupakan salah satu alternatif yang dapat mengurangi pencemaran dan kerusakan ekosistem pertanian.
f. Pengurangan pemakaian CFC Untuk menghilangkan kadar CFC di atmosfer diperlukan waktu sekitar ratusan tahun salah satu cara penanggulangannya yaitu dengan mengurangi penggunaan CFC yang tidak perlu oleh manusia. Mengurangi penggunaan penggunaan CFC dapat mencegah rusaknya lapisan ozon di atmosfer sehingga dapat mengurangi pemanasan global.
B. Sampah Rumah Tangga 1. Pengertian Sampah Para ahli telah banyak mengemukakan tentang pengertian sampah. Untuk dapat memahami arti sampah dapat ditelaah dari beberapa pengertian sampah dari beberapa ahli dan sumber. ”Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat” (Gumbira Sa’id, 1987: 9). Sampah yang dihasilkan dalam kegiatan setiap hari di rumah oleh kepala keluarga dan anggota keluarga adalah sampah rumah tangga yang umumnya berbentuk keadaan limbah padat. Yuli Soemirat
commit to user
29
Slamet (2002:152) memberikan batasan bahwa sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. ”Sampah (waste) adalah zat-zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id proses industri” (Wied Harry Apriadji, 2000 : 1). Bahar (1986:5) menyatakan bahwa sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik refuse) biasanya berupa sisa-sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak dipakai lagi dalam rumah tangga, sisa pengolahan makanan, bahan pembungkus, bermacam-macam kertas, kain bekas, kaleng dan lain sebagainya. Dari beberapa pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa sampah adalah sisa-sisa barang yang berbentuk padat yang telah digunakan manusia yang tidak berguna lagi dan jika tidak segera diatasi dapat mengganggu kehidupan manusia. ”Sampah ialah bahan buangan sebagai akibat aktifitas manusia dan binatang yang merupakan bahan yang sudah tidak digunakan lagi, sehingga dibuang sebagai barang yang tidak berguna” (Anonim, 1987: 21). Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia dan binatang tidak digunakan lagi, misalnya kegiatan manusia dalam pembuatan bungkus makanan dari plastik, daun atau kertas, potongan-potongan dan sisa plastik, daun atau kertas yang tidak digunakan dibuang sebagai sampah. Hasil kegiatan binatang yang tidak digunakan misalnya sisa-sisa makanan binatang seperti rumput, jerami dan kotoran binatang dibuang sebagai sampah. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, yang dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/ atau proses alam yang
commit to user
30
berbentuk padat (Anonim,2008). Pengertian sampah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 disebutkan bahwa pengertian sampah adalah limbah padat yang berasal dari lingkungan pemukiman, bukan bahan berbahaya dan beracun, yang dianggap tidak berguna lagi. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa manusia bukanlah satusatunya penghasil sampah, karena sampah dapat dihasilkan oleh proses secara alamiah yang terjadi di muka bumi. Selanjutnya bahan yang berbahaya dan beracun tidak termasuk dalam kategori sampah.
2. Pengertian Rumah Tangga Pengertian rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 dijelaskan bahwa lingkup dari rumah tangga terdiri dari: a.
Suami, isteri, dan anak.
b.
Orang-orang
yang
mempunyai
hubungan
keluarga
dengan
orang
sebagaimana dimaksud pada huruf (1) karena hubungan darah, perkawinan, pengasuhan, dan perwalian, yang menetap dalam rumah tangga. c.
Orang yang bekerja membantu rumah tangga dan menetap dalam rumah tangga tersebut.
Rumah tangga dalam ilmu sosial didefinisikan sebagai bagian terkecil dari masyarakat. Rumah tangga merupakan bagian yang sangat penting pengaruhnya terhadap sosialisasi manusia.
3. Pengertian Sampah Rumah Tangga Pengertian sampah rumah tangga menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dalam rumah tangga, tidak
commit to user
31
termasuk tinja dan sampah spesifik yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosisal, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Adapun yang dimaksud sampah spesifik meliputi : a. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; c. Sampah yang timbul akibat bencana; d. Puing bongkaran bangunan; e. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah;dan/atau f. Sampah yang timbul secara tidak periodik (Anonim,2008:4)
Berdasarkan kutipan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud sampah rumah tangga adalah sampah yang timbul akibat kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga .
4. Jenis-Jenis Sampah Yuli Soemirat Slamet (2002:152) menyatakan bahwa sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah yang mudah membusuk dan tidak membusuk. Sampah yang tidak membusuk adalah plastik, kertas, logam, karet, bahan bangunan bekas, dan kaca. Sedangkan sampah yang membusuk seperti sayuran, daging, daun, dan zat-zat organik yang tidak terpakai lainnya. Sampah dibedakan atas dasar sifat biologis dan kimia sebagai berikut : a. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian dan lainnya. b. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam, dan lainnya.
commit to user
32
c. Sampah yang berupa debu/abu, dan d. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah berasal dari industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya. Menurut Azrul Azwar (1996 : 54) menjelaskan bahwa macam sampah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dikenal beberapa cara pembagian : (1) Jenis sampah berdasarkan zat pembentuk yakni : Sampah organik dan, Sampah anorganik. (2) Jenis sampah berdasarkan atas dasar sifat yakni : Sampah yang mudah membusuk, Sampah yang tidak mudah membusuk, Sampah yang mudah terbakar, Sampah yang tidak mudah terbakar.
5. Sumber Sampah Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 bahwa yang dimaksud dengan ”sumber sampah adalah asal timbulnya sampah” (Anonim,2008:2). Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa sumber sampah segala sesuatu yang dapat menyebabkan timbulnya sampah. Sampah perlu diketahui sumber atau asalnya karena
sebagai upaya
untuk melakukan penanganan secara terprogram. Ada beberapa sumber atau asal sampah antara lain : a. Sampah domestik yaitu sampah yang berasal dari tempat pemukiman, biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga tunggal atau beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu rumah atau bangunan perumahan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sisa-sisa sayuran, sisa-sisa makanan, dan bekas pembungkus yang berbentuk sampah basah (garbage) dan sampah kering (rubbish).
commit to user
33
b. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat. Sarana pelayanan masyarakat adalah tempat-tempat : hiburan umum, parkir, pelayanan kesehatan, gedung pertemuan, pantai sebagai tempat rekreasi dan jalan umum. Sampah yang dihasilkan pada tempat-tempat tersebut biasanya berupa sampah anorganik dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id organik. c. Sampah dari tempat umum. Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan, seperti pasar, toko, tempat penginapan, warung/ restoran/ kafe. Jenis sampah yang dihasilkan misalnya sisa sayuran, sisa makanan, sisa pembungkus makanan, dan sampah kering seperti sisa bahan bangunan dan abu. d. Sampah alami yaitu sampah yang dihasilkan dari akbiat bencana alam, seperti sampah yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan. e. Sampah industri yaitu sampah yang dihasilkan dari kegiatan industri. Jenis sampah industri tergantung pada kegiatan industri itu sendiri. Misalnya pada industri keramik maka sampah yang dihasilkan adalah potongan atau pecahanpecahan keramik.
6. Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah yang baik tidak akan berdampak negatif pada kesehatan lingkungan yang merugikan bagi kehidupan manusia serta tidak menjadi tempat perantara perkembangbiakan penyakit dan juga tidak mencemari udara, air dan tanah. Namun sering dijumpai sampah tidak pada tempatnya sehingga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan. Sampah yang tidak dikelola secara baik dapat berfungsi sebagai tempat berkembangbiaknya
commit to user
34
mikroorganisme, yang dapat menimbulkan bau busuk dan dampak negatif pada kesehatan lingkungan. Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan ”pengelolaan sampah adalah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kegiatan yang sistemis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah” (Anonim, 2008: 2). Definisi Pengelolaan sampah menurut Yuli Soemirat Slamet (2002:156) dilakukan atas dasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : Untuk mencegah terjadinya penyakit, Konservasi sumber daya alam, Mencegah gangguan estetika (keindahan), Memberi insentif untuk daur ulang/pemanfaatan kembali, Kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat. Dijelaskan oleh Yuli Soemirat Slamet bahwa Kenyataan yang ada pada saat sekarang sampah sulit dikelola oleh karena beberapa hal antara lain: ”Cepatnya masyarakat
perkembangan untuk
teknologi,
mengelola
dan
lebih
cepat
memahami
daripada
persoalan
kemampuan persampahan;
meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan; meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang termasuk bidang persampahan; kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar, menimbulkan permasalahan pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah yang turun kadar estetiknya, bau, dan memperbanyak populasi lalat dan tikus; kegagalan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali barang bekas. Juga ketidakmampuan orang memelihara barangnya, sehingga cepat rusak. Ataupun produk manufaktor yang sangat rendah mutunya, sehingga cepat menjadi sampah; semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akan sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah, juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan penggunaan sampah;
commit to user
35
kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan, Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca yang panas; sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan; pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa hingga saat ini kebanyakan sampah dikelola oleh jawatan pemerintah; pengelolaan sampah di perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id masa lalu dan saat ini kurang memperhatikan faktor-faktor non teknis, seperti partisipasi masyarakat dan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih. (Yuli Soemirat, 2002: 156). Pengelolaan sampah dilakukan untuk mencapai tujuan yaitu lingkungan yang bersih, sehat dan aman serta semua faktor-faktor lingkungan berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja dan biaya sedikit tanpa mengganggu atau merugikan faktor-faktor lingkungan. Hasil maksimum yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Sumber atau sarana yang digunakan misalnya : tenaga kerja (man), biaya (money), pelayanan (service), waktu (time), bahan-bahan pokok (materials), peralatan atau mesin (machine), dan cara kerja (method). Dalam pengelolaan sampah diperlukan adanya manajemen personalia yang baik. Yang dimaksud dengan manajemen personalia menurut Edwin Flippo bahwa: ”Manajemen
personalia
adalah
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan , organisasi dan masyarakat” (Flippo, 1996 : 5). Dari kutipan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa dalam pengelolaan
commit to user
36
sampah yang baik diperlukan perencanaan dan
pengorganisasian secara
terintegrasi oleh pemerintah bekerja sama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai tujuan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat dan nyaman. Selanjutnya di dalam buku yang berjudul ”Pembuangan Sampah” yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diterbitkan oleh Proyek Pembangunan Pendidikan Tenaga Sanitase Pusat Jakarta disebutkan bahwa: ”Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan terhadap penimbunan, penyimpanan sementara, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik (engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan pertimbangan-pertimbangan lingkungan lainnya dan juga mempertimbangkan sikap masyarakat” (Anonim, 1987 : 30).
Berdasarkan kutipan tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa di dalam pengelolaan sampah hendaknya dilakukan pengaturan kegiatan-kegiatan: (1) Penimbunan sampah, (2) Penyimpanan sampah sementara, (3) Pengumpulan sampah di bak sampah atau container, (4) Pemindahan atau pengangkutan sampah, (5) Pemrosesan dan pembuangan sampah, (6) Pemusnahan sampah. Keenam tahapan tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan suatu cara yang terbaik bagi kesehatan masyarakat dengan mempetimbangkan prinsipprinsip: (1) Ekonomis, (2) Teknik yang dapat digunakan, (3) Perlindungan alam, (4) Keindahan, (5) Sikap masyarakat.
7. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
commit to user
37
dapat dibedakan menjadi dua kegiatan yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah (Anonim, 2008 :10). Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga pada intinya meliputi dua kegiatan pokok yaitu kegiatan untuk perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mengurangi sampah dan kegiatan untuk menangani sampah.
a. Pengurangan Sampah Kegiatan pengurangan sampah dimaksudkan agar jumlah atau kuantitas pertambahan timbulnya sampah dapat ditekan atau diperkecil. Dengan kata lain bahwa kegiatan pengurangan sampah bertujuan untuk memperlambat atau mengurangi frekuensi timbulnya sampah. Kegiatan pengurangan sampah meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu : 1). Pembatasan timbulan sampah Sampah yang timbul pada setiap hari dapat dikurangi dengan cara meminimalisasikan barang atau material yang dipergunakan. Semakin sedikit barang atau material yang kita gunakan maka akan semakin sedikit pula sampah yang dihasilkan. 2). Pendaurulangan sampah Yang dimaksud pendaurulangan sampah adalah memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak berguna untuk diolah menjadi barangbarang baru yang dapat dimanfaatkan kembali. Dengan kata lain bahwa kegiatan pendaurulangan ini bertujuan untuk mengurangi sampah dengan cara mengolah sampah menjadi barang baru lain yang dapat dimanfaatkan kembali oleh manusia, misalnya sampaah dari ember plastik yang sudah
commit to user
38
rusak dapt diolah kembali menjadi ember plastik baru atau barang baru lain yang dapat dimanfaatkan kembali. 3). Pemanfaatan kembali sampah Dalam penelitian ini yang dimaksud pemanfaatan kembali sampah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id adalah memanfaatkan atau menggunakan suatu barang lebih dari satu kali, misalnya botol minuman aqua yang airnya sudah habis dapat digunakan kembali sebagi tempat air minum. Air yang dimasukkan ke dalam botol ini disebut sebagai air isi ulang. Dengan melakukan isi ulang botol air, maka dapat diperoleh setidaknya dua keuntungan. Keuntungan pertama dapat mengurangi timbulnya sampah. Keuntungan yang kedua harga air lebih murah.
b. Penanganan Sampah Kegiatan
penanganan
sampah
dimaksudkan
untuk
menangani
keberadaan sampah yang terus bertambah seiring dengan bertambahnya waktu. Kegiatan penanganan sampah bertujuan agar sampah yang timbul di lingkungan rumah tangga tidak mengganggu kesehatan dan kehidupan manusia sehari-hari. Kegiatan penanganan sampah meliputi kegiatan: 1). Pemilahan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis dan atau sifat sampah. 2). Pengumpulan sampah dalam bentuk pengambilan dan pemindahan dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara. 3). Pengangkutan sampah dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan atau tempat penampungan sementara ke tempat pemrosesan terakhir.
commit to user
39
4). Pengolahan sampah dalam bentuk mengubah karakteristik dan komposisi serta jumlah sampah. 5). Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan atau residu hasil pengolahan sampah ke media lingkungan secara aman bagi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id manusia dan lingkungan.
8. Sistem Pengelolaan Sampah Secara Umum Sistem operasional pengelolaan sampah mencakup juga sub sistem pemrosesan dan pengolahan sampah, yang perlu dikembangkan secara bertahap langsung sebagai bahan baku maupun sebagai sumber energi, sehingga tercipta keseimbangan dan keselarasan antar sub-sistem, baik dalam pengoperasian maupun pembiayaannya. Untuk memperoleh skala ekonomis atau ”economies of scale”, maka dalam perencanaan dan implementasinya hendaklah mengupayakan peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pembiyaan dan operasionalnya. Sistem pengelolaan persampahan yang selama ini dilaksanakan di Indonesia, hendaknya dikembangkan dengan memasukkan pilihan pemrosesan dan pengolahan untuk menjadikan sampah sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan, baik di tingkat kawasan pemukiman atau perumahan, perusahaan atau industry, tempat-tempat umum maupun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sebagaimana terlihat dalam bagan berikut, mulai dari tahap awal yaitu pengumpulan atau pewadahan sampah dilakukan pengolahan dan pemrosesan sampah, sehingga sampah yang akan diurug ke dalam tanah dapat diminimalkan. Bagan di bawah ini menggambarkan pengembangan atau pergeseran sistem pengelolaan persampahan.
commit to user
40
Pola Eksisting Pengumpulan / Pewadahan
Pemindahan/ Pengangkutan
perpustakaan.uns.ac.id
Pemusnahan/ Pengurugan digilib.uns.ac.id
Pola Yang Sebaiknya Diterapkan Pengumpulan/ Pewadahan
Pemindahan/ Pengangkutan
Lokasi TPA Pengolahan Pemrosesan
Pengolahan Pemrosesan
Pemusnahan/ Pembuangan Residu
Bagan 1. Pergeseran Pola Pengelolaan Persampahan (http//Wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah) Paradigma baru yang ditopang oleh sumber daya manusia, peran serta masyarakat, visi kewiraushaan, kemampuan manajemen operasional, modal investasi dan dipicu oleh perkembangan teknologi telah mengubah pola pandang banyak pihak terhadap sampah. Dengan melihat karakteristik dan komposisinya, sampah berpotensi memberikan nilai ekonomis, misalnya bila diolah menjadi bahan kompos dan bahan daur ulang. Namun potensi nilai ekonomis ini hendaknya harus dilihat secara proposional dan lebih mengedepankan prinsip agar sistem yang dipilih dapat berkesinambungan. Dilihat dari komposisi sampah, maka sebagian besar sampah di Desa Candisari adalah tergolong sampah hayati, atau secara umum dikenal sebagai
commit to user
41
sampah organik. Jenis sampah dengan prosentase organik yang tinggi sangat cocok diolah menjadi kompos, sumber gasbio dan sejenisnya. Sedang komponen anorganik mempunyai potensi sebagai bahan daur ulang yang juga cukup potensial seperti plastik, kertas, logam/kaleng, kaca, karet. Berdasarkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kenyataannya tersebut, akan lebih baik bila pengurangan jumlah sampah dilakukan melalui proses pengolahan sampah yang terpadu.
9.
Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Sistem pengelolaan sampah secara terpadu merupakan perpaduan dan pengembangan dari sistem pengelolaan sampah yang dilaksanakan oleh masyarakat secara umum. Sampah yang berasal dari sumber timbunan sampah dipilah atau dipisahkan menurut jenis dan karakterisitik sampah atau source reduction. Selanjutnya pada tahap pengumpulan sampah juga dilakukan pemilahan sampah sesuai jenis dan karakteristik sampah. Pemilahan sampah juga dilakukan setelah sampah tersebut diangkut ke tempat pengolahan dan pemrosesan akhir. Pengolahan dan pemrosesan akhir meliputi kegiatan daur ulang, pengomposan atau composting, pemusnahan residu daur ulang dan pengoposan di sanitary landfill dan incenerator. Hasil pemusnahan di sanitary landfill dan icenerator berupa abu dapat digunakan sebagai campuran kompos dan pembuatan barang baru atau produk lain misalnya batako. Hasil industri daur ulang, komposting, dan batako dapat diamanfaatkan oleh konsumen. Sistem pengelolaan sampah terpadu seperti dijelaskan pada uraian tersebut di atas, secara konseptual dapat digambarkan seperti pada bagan berikut.
commit to user
42
Sumber Timbunan Sampah (Terjadi Pemilahan/ Source Reduction)
Bahan Daur Ulang
Industri Daur Ulang
Residu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengumpulan (Ada Pemilahan) Sanitary Landfill (SLF) Dan Insinerator
Pengangkutan Residu
Pemilahan
Pembuatan Produk Lain Misal: Batako
Abu
Sebagai Bahan Campuran Kompos
Komposting
Konsumen
Bagan 2. Skema Konseptual Pengelolaan Sampah Terpadu (http//Wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah)
Pembangunan sistem persampahan yang lengkap dan dikelola secara terpadu, selain memerlukan modal investasi awal yang cukup besar, juga memerlukan
kemampuan
manajemen
operasional
yang
baik.
Untuk
mewujudkan maksud tersebut dapat dijalin hubungan kerjasama antar daerah dan atau bermitra usaha dengan sektor swasta yang potensial dan berpengalaman. Kerjasama kemitraan dapat mempercepat proses penyediaan sarana dan prasarana dengan cakupan pelayanan yang lebih luas dan peningkatan
dalam
mutu
pelayanannya.
Sistem
pengelolaan
yang
dikembangkan harus sensitif dan akomodatif terhadap aspek komposisi dan
commit to user
43
karakteristik sampah dan kecenderungan perubahannya di masa mendatang. Sistem pengelolaan sampah harus disesuaikan dengan pergeseran nilai sampah (waste shifting values) yang selama ini dianggap sebagai bahan buangan yang tidak bermanfaat, bergeser nilainya dengan bahan-bahan bernilai bila diolah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjadi kompos dan bahan daur ulang dan daur pakai. Sebagian besar sampah sebetulnya belum cocok
dikatakan sampah,
karena nilai gunanya belumlah betul-betul habis. Sebagai contoh sebagian besar sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos yang sangat baik bagi tanaman. Contoh lain misalnya plastik bekas juga dapat didaur ulang menjadi barang plastik lainnya. Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas diterapkan di lapangan, khususnya di negara industri antara lain adalah: ”(1) Pemilahan sampah, baik secara manual maupun secara mekanis berdasarkan jenisnya. (2) Pemadatan sampah (baling). (3) Pemotongan sampah. (4) Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan rekayasa. (5) Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bio. (6) Pembakaran dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan energi panas”. (http//wikiepedia.id/sistem pengelolaan sampah) Secara teknis keberhasilan cara-cara meminimalisasikan sampah tersebut banyak tergantung pada bagaimana memilah dan memisahkan sampah sedini mungkin, yaitu dimulai dari wadah penghasil sampah di rumah yang telah dipisah, gerobak sampah yang secara terpisah mengangkut sampah sejenis serta truk sampah yang akan mengangkut sampah sejenis atau bergantian menuju
commit to user
44
tempat pemrosesan. Tanpa upaya ini konsep meminimalisasikan dinilai kurang begitu efisien. Melihat komposisi sampah di Desa Candisari yang sebagian adalah sisasisa makanan, khususnya sampah dapur, maka sampah sejenis ini akan cepat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id membusuk, atau tergradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam mini. Cara inilah yang sebetulnya dikembangkan oleh manusia dalam bentuk pengomposan atau biogasifikasi. Di Desa Candisari, dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi, sehingga menyebabkan seresah dari pepohonan dapat mudah kering dan hancur. Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organik (hayati) yang mudah membusuk. Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai karakteristik sebagai humus dan bebas dari bakteri, serta tidak berbau yang tidak enak. Alasan utama kegagalan pengomposan selama ini adalah pemasaran. Aktivitas daur-ulang sampah dapat dimulai dari rumah-rumah, misalnya penggunaan komposter individual. Sampah-sampah dapur ditampung ke dalam sebuah bak penampung atau container yang mampu menampung sampah dalam kurun waktu yang cukup lama. Setelah penuh, yang dihasilkan adalah kompos yang perlu penanganan lebih lanjut. Sampah juga merupakan sumber biomassa sebagai pakan ternak atau sebagai pakan cacing. Khususnya untuk pakan cacing, jenis sampah yang cocok adalah sampah hayati, khususnya sampah yang berasal dari dapur.
10. Pengeloalan Sampah Berbasis Peran Serta Masyarakat Pihak swasta umunya berperan dalam mengelola sampah yang telah
commit to user
45
dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sedangkan dari unsur masyarakat, pada umumnya masyarakat hanya berperan pada sektor pengumpulan sampah di sumber sampah, padahal penanganan sampah juga memerlukan kepedulian dari masyarakat untuk menjaga lingkungan dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id swadaya pengelolaan sampah berbasis peran serta masyarakat. Untuk menerapkan paradigma tersebut, perlu disosialisasikan penanganan sampah dengan menggunakan prinsip-prinsip produksi bersih yang sering dikenal dengan prinsip 4R, yaitu:
a. Reduce (Mengurangi); Reduce adalah usaha untuk mengurangi timbulnya sampah dengan cara mengurangi atau meminimalisasi barang atau material yang kita pergunakan. Semakin banyak manusia menggunakan barang atau material, semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.
b. Reuse (Menggunakan kembali); Reuse atau penggunaan kembali adalah menggunakan kembali suatu barang lebih dari sekali. Sebisa mungkin dipilih barang-barang yang bias dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai (disposable). Hal ini mencakup penggunaan kembali secara konvensional yang memakai kembali barang dengan fungsi yang sama maupun penggunaan kembali barang dengan fungsi yang berbeda. Contoh klasik penggunaan kembali secara konvensional adalah botol galon air mineral yang bisa diisi ulang.
commit to user
46
Manfaat Penggunaan Kembali (reuse): (1) Menghemat bahan mentah dan energi selama barang yang digunakan kembali dapat menggantikan barang baru yang dapat diproduksi industri. (2) Mengurangi kebutuhan akan tempat sampah dan biaya. (3) Dapat memberikan lapangan pekerjaan yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berkelanjutan. (4) Bermanfaat bagi konsumen dengan menghemat uang karena barang yang dipergunakan kembali pada umumnya dijual dengan harga yang reltif lebih murah dibandingkan dengan barang baru. Kerugian Penggunaan Kembali (reuse): (1) Terkadang membutuhkan proses pembersihan dan transportasi yang mengorbankan lingkungan juga. (2) Beberapa barang mungkin berbahaya jika dipakai kembali, misalnya beberapa jenis plastik yang membentuk kemasan makanan, tidak direkomendasikan untuk dipergunakan kembali karena risiko zat plastik yang berdifusi ke dalam makanan. (3) Barang yang dipergunakn kembali haruslah lebih tahan lama. Hal ini berarti bahwa dalam proses produksi awal, barang tersebut akan membutuhkan lebih banyak material. (4) Mensortir dan mempersiapkan barang untuk dipergunakan kembali membutuhkan waktu lama, yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi konsumen dan mengorbankan uang.
c. Recycle (Mendaur Ulang); Terdapat perbedaan arti antara kata penggunaan kembali (reuse) dengan daur ulang (recycle). Penggunaan kembali (reuse) adalah menggunakan kembali suatu barang lebih dari sekali. Arti Recycle adalah memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak berguna lagi untuk diolah
commit to user
47
menjadi barang yang dapat dimanfaatkan kembali. Sebisa mungkin diusahakan agar barang-barang yang sudah tidak berguna dapat didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah banyak industri swasta dan industri rumah tangga yang memanfaatkan dan mengolah sampah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjadi barang lain.
d. Replace (Mengganti); Replace atau mengganti merupakan usaha pengelolaan sampah dengan mengganti barang-barang yang hanya sekali pakai dan cepat rusak dengan barang-barang yang lebih tahan lama dan lebih ramah lingkungan. Hal ini bermanfaat untuk mengurangi sirkulasi dan jumlah timbulnya sampah.
11. Pemusnahan Sampah Bentuk dan bahan tempat sampah rumah tangga bermacam-macam tetapi memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai penampungan sampah (refuse storage) dari keluarga. Kemudian sampah dikumpulkan pada suatu tempat tertentu yang disebut tempat pengumpulan sampah sementara (refuse collegtion). Selanjutnya sistem pembuangan sampah adalah langkah yang terakhir di mana sampah dimusnahkan dengan bermacam-macam cara tergantung pada kepentingan dari pihak yang memusnahkan, tahap akhir pemusnahan sampah ini disebut pembuangan sampah (refuse disposal). Dari uraian tersebut maka pembuangan dan pemusnahan sampah merupakan satu kesatuan kegiatan dalam pengelolaan sampah, karena sampah yang dibuang
commit to user
48
tanpa dimusnahkan maka keberadaan sampah akan tetap ada dan bertambah banyak jumlahnya serta menambah masalah baru dalam kehidupan. Menurut Azrul Azwar (1996 : 59) metode pembuangan sampah yang lazim dipergunakan adalah : a. Hog feeding yaitu penggunaan sampah jenis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id garbage untuk makanan hewan (babi); b. Inceneration yaitu pembakaran sampah secara besar-besaran melalui fasilitas (pabrik) yang khusus dibangun untuk itu; c. Sanitary land fill yaitu pembuangan sampah dengan cara menimbun sampah dengan tanah, yang dilakukan lapis demi lapis sedemikian rupa sehingga sampah tidak berada di alam terbuka; d. Composting yaitu pengolahan sampah jadi pupuk, yakni dengan terbentuknya zat-zat organik yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah; e. Discharge to sewers yaitu sampah dihaluskan dan dibuang ke dalam saluran pembuangan air bekas; f. Dumping yaitu pembuangan sampah dengan meletakkan begitu saja di tanah; g. Dumping in water yaitu pembuangan sampah dengan dibuang ke dalam air; h. Land fill adalah pembuangan sampah di tanah rendah, tanpa ditimbun dengan lapisan tanah; i. Individual incineration yaitu pembakaran sampah yang dilakukan secara perorangan di rumah tangga; j. Recycling yaitu pengolahan sampah dengan maksud pemakaian kembali hal-hal yang masih kita pakai; k. Reduction yaitu menghancurkan sampah menjadi jumlah yang kecil dan hasilnya dimanfaatkan; l. Salvaging adalah pemanfaatan beberapa macam sampah yang dipandang dapat dipakai kembali. Dari Beberapa metode pembuangan sampah tersebut di atas ada yang baik bagi manusia dan ada yang tidak baik bagi kehidupan pada umumnya.
commit to user
49
Metode pembuangan sampah yang baik menurut penulis adalah dengan metode composting, inceneration, sanitary land fill, recycling. Composting atau pengomposan adalah merupakan metode pembuangan dan pemusnahan sampah yang baik karena dalam proses pemecahan bahanperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bahan organik dari sampah terjadi secara biokimia, yang dapat memproduksi hasil akhir bahan- bahan sejenis humus yang digunakan untuk mengatur kondisi tanah pertanian dan berfungsi sebagai pupuk tanaman. Inceneration atau pembakaran adalah metode pembuangan dan pemusnahan sampah dengan membakar sampah dan alat yang digunakan dilengkapi dengan peralatan yang dapat menghindari terjadinya polusi udara akibat pembakaran sampah, seperti debu, gas-gas yang bersifat korosif terhadap logam. Sanitary
Landfill
adalah
metode
pembuangan
sampah
dengan
membuang sampah ke tempat-tempat rendah dan ditutup dengan tanah untuk memenuhi persayaratan- persyaratan sanitasi. Sanitary landfill merupakan cara pembuangan dan pemusnahan sampah yang paling mudah dan murah dibanding cara-cara lain. Recycling adalah cara pembuangan dan pemusnahan sampah dengan proses daur ulang dengan cara mengolah sampah tersebut menjadi barang baru.
12. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sampah Kuantitas dan kualitas sampah sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Yuli Soemirat Slamet (2002:154) menyatakan beberapa faktor yang penting dalam sampah adalah :
commit to user
50
a. Jumlah penduduk. Dapat difahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk maka semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah inipun terpacu dengan laju perlambatan penduduk. b. Keadaan ekonomi sosial. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah perkapita sampah yang dibuang. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kualitas sampahnya semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan. Kenaikan kesejahteraan inipun akan meningkatkan kegiatan konstruksi
dan
pembaharuan
bangunan-bangunan,
transportasipun
bertambah, dan produk pertanian, industri, dan lain-lain akan bertambah dengan konsekuensi bertambahnya volume dan jenis sampah. c. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualilas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula. Secara
umum
pengaruh
sampah
terhadap
kesehatan
dapat
dikelompokkan menjadi dampak yang langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan dampak langsung adalah dampak yang disebabkan karena hubungan langsung dengan sampah. Adapun yang dimaksud dampak tidak langsung adalah pengaruh yang dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah.
C. Jenjang Pendidikan 1.
Pengertian Pendidikan Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan adalah sebagai berikut:
commit to user
51
”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Anonim, 2003: 4). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari kutipan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kebutuhan pendidikan bagi suatu bangsa tumbuh dari dalam diri bangsa itu sendiri yang menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi individu, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut maka perlu dilakukan usaha dan rencana untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang aktif dan kreatif serta inovatif guna mengembangkan potensi diri agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengedalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya sendiri, masyarakat, maupun bangsa dan Negara. Ki Hajar Dewantara dalam Soejono (1993:46) mengemukakan tentang pengertian pendidikan yaitu pendidikan adalah usaha kebudayaan, yang bertujuan memberi tuntutan dalam perkembangan hidup jiwa raga anak. Diharapkan agar anak kelak dalam garis kodrat pribadinya dan dengan pengaruh segala keadaan yang mengelilingi dirinya, dapat berkembang dalam hidupnya lahir dan batin menuju ke arah adab kemanusiaan. Dari kutipan di atas dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan budi daya manusia untuk member tuntunan dalam perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Tujuan akhir dari pendidikan adalah agar peserta didik berbekal kemampuan yang ada di dalam dirinya dan hasil belajar
commit to user
52
dari lingkungannya dapat berkembang secara optimal kehidupan jasmani dan rohaninya menuju kehidupan manusia yang beradab.
2.
Tujuan Pendidikan Nasional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa : ”Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrartis serta bertanggungjawab” (Anonim, 2003:7) Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan antara lain menjadikan seseorang agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa keapada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki akhlak yang mulia, memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab pada kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Jika seseorang tidak memiliki bekal yang telah di sebutkan di atas maka ia akan tertinggal dalam persaingan dalam menukupi kebutuhan hidupnya.
3.
Jenjang Pendidikan Di Indonesia ”Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan” (Anonim, 2003: 5). Definisi tersebut menegaskan bahwa jenjang pendidikan seseorang atau
commit to user
53
peserta didik didasarkan pada tingkat perkembangan, kemampuan, keluasan dan kedalaman bahan pengajaran. Jika seseorang belum mencukupi tingkat perkembangan, kemampuan, keluasan dan kedalamannya dalam mencerna bahan pengajaran tentu ia tidak dapat melanjutkan atau melangkah pada tingkat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id / jenjang yang lebih tinggi. Jenjang pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal pernah ditempuh seseorang tersebut atau ijazah terakhir yang dimiliki seseorang. Jenjang pendidikan formal tersebut adalah jenjang pendidikan sekolah sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah Pasal 14 Undang - Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa ”jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi” (Anonim, 2003: 11). Sebetulnya pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik lingkungan keluarga, sekolah dan dalam lingkungan masyarakat. Dalam pendidikan sehari-hari dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu:
a. Pendidikan Formal Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Anonim, 2003: 5). Ciri yang menonjol pada pendidikan formal ini adalah dengan adanya pengorganisasian yang ketat programnya lebih formal secara urut dan
commit to user
54
sistematis. Yang termasuk jalur pendidikan sekolah antara lain: 1) Pendidikan umum Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang diwujudkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pada tingkah laku akhir pada akhir masa pendidikan, misalnya pendidikan SD, pendidikan SMP, pendidikan SMA. 2) Pendidikan kejuruanan Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program bekerja dalam bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan dilaksankan oleh Sekolah Menengah Kejuruan atau sering disingkat SMK. Sekolah Menengah Kejuruan biasanya membuka beberapa pilihan jurusan atau spesialisasi, misalnya elektronika, otomotif, Teknik Informatika dan Komputer, akutansi, listrik. 3) Pendidikan luar sekolah Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental, misalnya pendidikan SLB. 4) Pendidikan Kedinasan Pendidikan kedinasan yang berusaha menghasilkan kemampuan atau lembaga pendidikan non departemen, misalnya prajabatan, sepala, sepadya. 5) Pendidikan Keagamaan Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menurut penguasaan
commit to user
55
khusus tentang ajaran agama, misalnya Madarasah Ibtidaiyah(MI), Madarasah Tsanawiyah (MTs), Madarasah Alliyah (MA). Pendidikan tersebut dilaksanakan di bawah naungan Kementerian Agama Republik Indonesia. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pendidikan Nonformal Yang dimaksud pendidikan Nonformal menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (Anonim, 2003:5). Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat (Long life education). Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup (life skills), pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup (life skills),dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
commit to user
56
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan nonformal ini tercipta karena adanya desakan kepentingan masyarakat yang secara terus-menerus membelajarkan dirinya guna membekali diri dalam persaingan yang semakin ketat. Pendidikan nonformal perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id ini secara nyata dapat berwujud kursus, pelatihan, penataran, program magang dan sebagainya. Pendidikan nonformal dapat dikatakan sebagai pelengkap pendidikan formal yang berupa pengalaman praktis yang langsung dapat digunakan.
c. Jalur Pendidikan Informal Pendidikan informal sering disebut pendidikan keluarga karena berlangsung di dalam keluarga. Sanapiah Faisal dan Abdillah (1981:46) menyatakan bahwa pendidikan informal, adalah apa yang dipelajari seseorang dalam seluruh kehidupannya yang diterima melalui pengalaman dan interaksi keseharian dengan orang-orang tertentu di lingkungan sosial maupun pekerjaannya. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Anonim,2003: 6). Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungannya secara mandiri. Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya dan orang yang lebih muda di lingkungan keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
commit to user
57
D. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan Dalam mengukur tingkat ekonomi keluarga secara lebih spesifik dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diketahui dari pendapatan keluarga. Pengertian pendapatan keluarga menurut Wolf-Birkenbihil dalam Bambang Riyanto (2001:9) menyatakan bahwa : ”pendapatan adalah hasil yang didapat berbentuk uang riil dari usahausaha untuk menyediakannya. Pendapatan dari setiap keluarga berasal dari sumber yang berbeda dan selalu berubah sesuai dengan kesempatannya terhadap musim, waktu, pasar tenaga di setiap waktu”. Pengertian pendapatan menurut Mulyanto Soemardi (1982: 35) bahwa: ”pendapatan adalah uang yang diterima dan diberikan kepada subyek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa pendapatan dari pekerjaan,pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perseorangan dan pendapatan dari kekayaan serta dari sektor sub sistem. Pendapatan sub sistem adalah pendapatan yang diterima dari usaha-usaha tambahan yang tidak dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga”. Lieffman dalam Bambang Riyanto (2001:9) memberikan definisi yang lebih maju dengan menyatakan bahwa pendapatan itu meliputi uang dan barang (yang dapat dinilai dengan uang) yang mana hasil dari usaha untuk menyediakan uang sehingga dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah nilai uang riil yang didapat dari usaha-usaha penyediaan dana oleh seseorang. Pendapatan yang diterima keluarga, baik itu rendah, cukup, atau tinggi adalah ukuran relatif. Hal ini tergantung dari kebutuhan masing-masing keluarga dalam
commit to user
58
mengkonsumsi pendapatannya.
2. Pengertian Keluarga dan Kepala Keluarga Keluarga diartikan sebagai sesuatu satuan sosial terkecil yang memiliki perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama ekonomi (Munandar Soeleman, 2001: 115). Dengan kata lain dapat dikatakan keluarga adalah sekumpulan orang yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang hidup dalam ikatan hubungan pernikahan yang sah menurut peraturan agama maupun peraturan negara. Bentuk keluarga pada umumnya terdiri dari seorang suami, seorang istri dan anak-anak yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama atau biasanya disebut keluarga inti. Besar kecilnya keluarga ditentukan oleh banyak sedikitnya anggota keluarga. Besar kecilnya keluarga ikut menentukan besar kecilnya kegiatan dalam sub sistem dan pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan konsumsi. Menurut Rozy Munir (1987: 18-20) mengemukakan bahwa : ”Kepala Keluarga adalah seorang pemimpin dari keluarga yang dibangun dengan kehendak bersama bukan karena paksaan antara sepasang suami istri dan anak-anaknya. Kepala keluarga biasanya adalah suami, dan dapat digantikan oleh istri jika suami sudah meninggal atau keluarga tersebut melakukan perceraian”. Dari uraian di atas maka yang dimaksud kepala keluarga dalam penelitian ini adalah seorang laki-laki yang dalam pernikahan berstatus sebagai
commit to user
59
suami. Jika suami meninggal atau terjadi proses perceraian maka kepala keluarga dapat digantikan oleh seorang istri.
3. Pengertian Pendapatan Keluarga perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pada umumnya tingkat pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut Soemitro (1985: 21) bahwa tinggi rendahnya taraf hidup seseorang tergantung pada tinggi rendahnya penghasilan seseorang, makin banyak penghasilan seseorang makin tinggi taraf hidupnya. Selanjutnya dikemukakan bahwa tingkat pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh kepala keluaraga beserta anggota keluarganya yang bersumber dari sektor formal, sektor informal, dan sektor sub sistem dalam waktu satu bulan yang diukur berdasarkan rupiah (Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers, 1982: 8). Salah satu cara menghitung besarnya pendapatan atau penghasilan menurut Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers (1982: 292) dapat dihitung berdasarkan tiga sumber utama yaitu : a. Pendapatan tetap (formal): yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil pekerjaan pokok; b. Pendapatan tidak tetap (informal): yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil pekerjaan sampingan; c. Pendapatan sub sistem: yaitu pendapatan yang tidak dengan uang atau tanpa menukar barang. Menurut Mulyanto Soemardi dan Hans Dieter Evers (1982: 227) besar pendapatan keluarga dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a. Golongan berpenghasilan sangat rendah (lowest income group). b. Golongan berpenghasilan rendah (low income group) c. Golongan berpenghasilan sedang (moderate income group)
commit to user
60
d. Golongan berpenghasilan rata-rata atau golongan menengah (middle income group) e. Golongan berpenghasilan tinggi atau berpenghasilan di atas rata-rata (high income group). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari beberapa uraian di atas dapat dikatakan lebih singkat dan jelas bahwa pendapatan keluarga adalah penghasilan yang diperoleh kepala keluarga beserta anggota keluarganya selama satu bulan yang dinilai dengan satuan ukuran uang (rupiah) setelah dikurangi biaya hidup keluarga.
4. Faktor-faktor Pendapatan Faktor penting dalam pendapatan menurut Van Home dalam Bambang Riyanto (2001:10) adalah: a. untuk mencukupi kebutuhan dan investasi; b. cara melakukan usaha untuk mendapatkan pendapatan; c. kepuasan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan usaha. Menurut Heidrachman dan Suad Husnan (1990:139) faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya pendapatan seseorang adalah: a. Kebutuhan dan permintaan tenaga kerja suatu organisasi
pemerintah
ataupun swasta;
b. Kemampuan orang yang bekerja dan yang membayar upah; c. Produktivitas; d. Biaya hidup orang yang bekerja; e. Kebijaksanaan pemerintah. Selain beberapa faktor yang diuraikan tersebut di atas maka penulis dapat tambahkan bebrapa faktor lain yang mempengaruhi pendapatan keluarga sebagai berikut: a. Jumlah orang yang bekerja dalam suatu keluarga. Semakin banyak orang yang bekerja dalam suatu keluarga maka
commit to user
61
investasi yang diperoleh dalam keluarga akan semakin besar. b. Jumlah orang yang tidak bekerja dalam suatu keluarga Semakin banyak orang yang tidak bekerja dalam suatu keluarga maka beban hidup yang ditanggung oleh keluarga tersebut akan semakin tinggi atau perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id besar. Sehingga sisa investasi yang diperoleh dari hasil bekerja tinggal sedikit. Dengan demikian maka pendapatan bersih keluarga menjadi kecil. c. Sikap dan jiwa kewirausahaan. Seseorang yang memiliki sikap dan jiwa kewirausahaan yang tinggi akan mampu menumbuhkembangkan dan menciptakan sikap mental yang kreatif, inovatif, professional, bertanggungjawab, serta berani menggung resiko dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya sebagai bekal untuk meningkata berani menggung resiko dalam mengelola potensi diri dan lingkungannya sebagai bekal untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas hidupnya. d. Jenis ketrampilan dan pekerjaan Orang yang memiliki ketrampilan rendah maka penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya akan rendah pula. Sebaliknya semakin tinggi ketrampilan seseorang maka penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya akan semakin tinggi. Sebagai contoh orang yang bekerja sebagai sekretaris perusahaan yang mampu mengoperasikan komputer atau laptop akan mendapatkan gaji yang lebih tinggi daripada orang yang bekerja sebagai petugas kebersihan (cleaning service).
commit to user
62
5. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Keluarga yang sejahtera dan bahagia merupakan dambaan setiap orang. Penilaian kesejahteraan penduduk dapat dilihat atau diukur dari aspek dan sangat bervariasi. Ada yang menggunakan pendekatan ekonomi, ada pula yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan pendekatan sosial. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa Tengah (1994: 4) disebutkan bahwa keluarga sejahtera dikelompokkan atas 5 (lima) tahap atau kategori dilihat dari segi tahapan pencapaian kesejahteraannya, yaitu: a. Keluarga Pra Sejahtera 1) Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut agamanya; 2) Seluruh anggota keluarga tidak mampu makan dua kali sehari; 3) Seluruh anggota keluarga tidak memiliki pakaian berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian; 4) Bagian terluas dari rumah berlantai tanah; 5) Tidak mampu membawa anggota keluarga ke sarana kesehatan. b. Keluarga Sejahtera Tahap I 1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama; 2) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih; 3) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja/ sekolah dan bepergian; 4) Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah 5) Anak sakit atau Pasangan Usia Subur (PUS) ingin ber KB dibawa ke sarana kesehatan. c. Keluarga Sejahtera Tahap II 1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama secara teratur; 2) Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging, ikan/telur;
commit to user
63
3) Setahun terakhir anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru; 4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni; 5) Tiga bulan terakhir anggota keluarga dalam keadaan sehat dan dapat melaksanakan tugas/ fungsi masing-masing; perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6) Ada anggota keluarga umur15 tahun ke atas berpenghasilan tetap; 7) Anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bisa baca tulis 8) PUS dengan anak hidup 2 atau lebih saat ini memakai kontrasepsi. d. Keluarga Sejahtera Tahap III 1) Berupaya meningkatkan pengetahuan agama; 2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung; 3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang sekali sehari dan dimanfaatkan untuk berkomunikasi; 4) Keluarga sering ikut dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal; 5) Keluarga berekreasi di luar rumah paling kurang sekali dalam enam bulan; 6) Keluarga memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah; 7) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi setempat. e. Keluarga Sejahtera tahap III Plus 1) Keluarga secara teratur dengan sukarela memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan sosial; 2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus perkumpulan / yayasan / institusi masyarakat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin sejahtera maka keluarga tersebut semakin banyak dapat melakukan aktivitas untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
E. Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah 1.
Pengertian Sikap
commit to user
64
”Sikap adalah suatu predisposisi untuk melakukan perbuatan, suatu keadaan siap untuk bertindak dengan cara tertentu. Sikap adalah keadaan umum pada individu yang mengacu keberbagai cara bertingkah laku. Dengan kata lain, tingkah laku seseorang adalah konsisten dengan sikapnya, seperti menyukai, berteman, membantu, menghormati, dan sebagainya”. (Oemar Hamalik, 1993: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 110). Dari kutipan tersebut di atas dapat diartikan bahwa sikap merupakan proses oreintasi, yakni proses yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara selektif dengan lingkungannya. Dengan sikap itu maka seseorang akan berorientasi untuk melakukan suatu perbuatan yang selaras dengan sikapnya. Sikap sebagai suatu inferensi, artinya sikap itu sendiri tak dapat diamati secara langsung. Yang dapat diamati adalah tingkah laku. Berdasarkan tingkah laku teramati itu, dapat ditafsirkan, ditentukan sikapnya. (Oemar Hamalik, 1993: 110). Sikap, menurut Nasution (1992:27) diartikan sebagai perhatian yang kemudian bertindak yang mengandung perasaan. Sikap sebagai satu faktor tingkah laku dan perasaan seseorang, merupakan faktor phsycis non intelectual dan berpengaruh terhadap semangat bertindak. Pendapat yang lain menurut Winkel (1978:18) arti sikap adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Dalam kehidupan sehari-hari masalah sikap berkaitan erat dengan aktivitas dalam segala hal. Secara umum Suharsimi Arikunto (1998:103) mendefinisikan sikap sebagai kecenderungan seseorang untuk menerima atau
commit to user
65
menolak suatu kegiatan. Pengertian ini menitik beratkan pada kecenderungan manusia untuk menerima atau menolak suatu kegiatan saja, akan tetapi jika ditinjau lebih lanjut sikap seseorang tidak hanya terhadap sesuatu kegiatan tetapi dapat juga terhadap benda, manusia, atau suasana tertentu. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Jadi sikap seseorang dalam pengelolaan sampah adalah suatu aktivitas seseorang untuk melakukan kegiatan pengelolaan sampah dengan dorongan perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut atau sikap dalam penguasaan ilmu pengetahuan.
2.
Ciri-Ciri Sikap Ciri-ciri sikap dijelaskan oleh Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Manajemen” sebagai berikut: a. Sikap menunjukkan adanya hubungan antara subyek dan obyek. Sikap dihubungkan dengan obyek, orang, tempat, peristiwa, gagasan yang abstrak, dan konsep-konsep dalam lingkungan seseorang. Hal ini menyebabkan keperbedaan antara seorang dengan yang lainnya. b. Sikap memiliki arah tertentu. Sikap terarah dan berorientasi kearah obyek: orang, tempat, atau gagasan. c. Sikap bercirikan suatu faktor intensitas. Sesuatu sikap mnegandung kekuatan atau kelemahan. Sikap yang intensitasnya tinggi akan tampak pada tingkah lakunya kuat pula. d. Sikap itu diperoleh. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh berkat diskriminasi dan generalisasi. Dengan kemampuan itu, seseorang dapat menfasirkan dan mereaksi terhadap stimuli lingkungannya. e. Sikap ditandai oleh stabilitas dan konsistensi. Kestabilan dan keserasian sutu sikap tampak pada penafsiran dan reaksi
commit to user
66
terhadap lingkungannya. (Oemar Hamalik, 1993: 110) Dari uraian kutipan di atas dapat dirangkum bahwa cirri-ciri sikap adalah adanya hubungan antara subyek dan obyek, memiliki arah tertentu, dan adanya factor intensitas, diperoleh bukan bawaan, ditandai oleh digilib.uns.ac.id stabilitas dan perpustakaan.uns.ac.id konsistensi.
3.
Pembentukan Sikap Untuk mempelajari sikap bukan semata-mata melalui usaha coba-coba, melainkan difasilitasi melalui proses imitasi (peniruan) dan proses identifikasi. a. Tingkah Laku Imitasi (Peniruan) Proses imitasi adalah proses di mana seseorang memperoleh pola-pola tingkah laku orang lain dengan cara menirunya. b. Proses Identifikasi Proses identifikasi adalah proses di mana seorang individu terlibat secara psikologis di dalam dan menerima pola-pola tingkah laku orang lain.
4.
Pengaruh Kelompok Terhadap Pembentukan Sikap Pembentukan sikap individu dipengaruhi oleh sikap-sikap dalam kelompok yang bersangkutan. a. Keanggotaan kelompok dan kelompok referensi Kedua konsep ini berbeda dengan yang lainnya. Keanggotaan kelompok, adalah suatu kelompok di mana seorang individu berperan secara formal dalam kelompok di mana dia dianggap sebagai seorang anggota. Kelompok referansi, adalah suatu kelompok yang mempengaruhi sikap-sikap
commit to user
67
seorang individu sebab dia beridentifikasi dengan kelompok itu kendatipun tidak menjadi anggota kelompok secara formal. b. Situasi kelompok dan tingkah laku sosial Situasi kelompok memberikan dua pengaruh yakni meningkatkan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id rasa persaingan dan motivasi di satu sisi, dan meningkatkan kecerdasan dan distraksi di sisi lain.
5.
Perubahan Sikap Sikap tumbuh dari pengalaman. Jika sikap berubah maka individu tersebut pasti memiliki pengalaman baru yang relevan dengan perubahan sikap yang diinginkannya. Selain itu perubahan sikap juga dapat terjadi melalui komunikasi antara individu dengan orang-orang lainnya. Perubahan sikap menurut Oemar Hamalik (1993: 114) terjadi karena beberapa faktor, ialah: a. Predisposi yang dimiliki oleh individu yakni sikap yang dimilikinya yang membawanya ke situasi dalam proses komunikasi atau belajar; b. prinsip-prinsip belajar sehingga diperolehnya konsep, prinsip, fakta, dan ide; c. peran serta individu dalam kegiatan komunikasi itu, misalnya keaktifan dalam diskusi; d. barangkali faktor kepribadian juga turut mempengaruhi terjadinya perubahan sikap kendatipun faktor tersebut agak krusial sifatnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sikap pada diri seseorang dapat terjadi karena pengalaman, komunikasi, proses dan hasil belajar, peranserta individu dalam kegiatan komunikasi, dan faktor kepribadian seseorang.
commit to user
68
F. Penelitian Yang Relevan Menurut pengetahuan penulis, penelitian tentang hubungan antara sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga dengan jenjang pendidikan dan pendapatan keluarga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id belum pernah dilakukan. Tetapi penelitian yang berhubungan dengan masalah sampah telah dilakukan oleh beberapa orang di daerah lain. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Sri Sulestri (2001) dalam penelitian yang berjudul ”Hubungan Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu Rumah Tangga dengan Pengelolaan Sampah Domestik di Kartosuro”. Hasil penelitian adalah terdapat hubungan positip dan signifikan antara tingkat pendidikan dan pengelolaan Sampah domestik di Kartosuro. r hitung > r tabel atau 0,783 > 0,153 pada tarap signifikansi 5%. Penelitian yang dilakukan oleh Sutoto (2002) dalam penelitian yang berjudul ”Sikap dan Partisipasi masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Perumahan (Studi Komparatif di Perumahan Baturan dan Songgolangit)”. Hasil dari penelitian adalah ada perbedaan antara sikap masyarakat dalam pengelolaan sampah di Baturan dan Perumahan Songgolangit. Tingkat sikap responden antara dua perumahan dengan perbedaan keberhasilan dalam pengelolaan sampah di perumahan Baturan 68,75 dan di perumahan songgolangit 64,70 (pada tingkat signifikansi 5%) nilai t tabel = 2,032 dan t hitung 3,243.
G. Kerangka Berpikir Bahwa lingkungan sosial budaya merupakan bagian yang tidak dapat
commit to user
69
terpisahkan dari makhluk hidup. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia melakukan usaha untuk memperoleh penghasilan atau pendapatan. Selain itu sebagai makhluk yang paling sempurna, manusia diwajibkan untuk belajar atau menuntut ilmu baik secara formal, informal maupun nonformal. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut pendapat peneliti bahwa sikap seseorang dalam pengelolaan sampah ada hubungannya dengan jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan. Jenjang pendidikan yang berupa pendidikan formal dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Sebaliknya, semakin rendah jenjang pendidikan seseorang maka semakin rendah pula sikap kepedulainnya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Pendapatan merupakan besarnya penghasilan seseorang yang diperoleh setiap bulan yang dapat diukur dengan nilai uang. Besar kecilnya pendapatan seseorang berbeda-beda atau tidak sama tergantung dari jenis pekerjaan dan jumlah jam kerja yang ditekuni. Semakin besar pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Jenjang
pendidikan
dan
pendapatan
secara
bersama-sama
dapat
mempengaruhi sikap seseorang terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan dan pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah urmah tangga. Kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk bagan atau skema, sebagai berikut:
commit to user
70
Makhluk Hidup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Lingkungan Sosial Budaya
Jenjang Pendidikan Formal: · Tidak Tamat SD · SD · SLTP · SLTA · Perguruan Tinggi
Pendapatan Keluarga:
· Kurang dari Rp 500.000 · Rp 501.000 - Rp 1.000.000 · Rp 1.001.000 - Rp 1.500.000 · Rp 1.501.000 - Rp 2.000.000 · Lebih dari 2.000.000
Sikap Kepala Keluarga Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Penyimpanan Sampah Sementara
Pengumpulan sampah
Pemindahan/ Pengangkutan
sampah
Pembuangan/ Pemusnahan sampah
Kondisi Lingkungan Hidup yang Bersih, Sehat, dan Nyaman
Bagan 3. Skema kerangka berpikir penelitian tentang hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan Tahun 2010.
commit to user
71
Dari skema kerangka berpikir di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut: Dalam kehidupan kita sehari-hari kita tak lepas dengan sampah. Karena sampah adalah barang sisa-sisa yang merupakan kotoran dari aktivitas manusia. Untuk melakukan penanganan masalah sampah orang cenderung pada pola pikirnya perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan masalah dana yang dikeluarkan untuk penanganannya. Sikap seseorang dalam hal ini kepala keluarga dalam pengelolaan sampah dipengaruhi oleh jenjang pendidikannya dan pendapatan yang diperolehnya. Jenjang pendidikan merupakan faktor yang mengandung unsur kognitif, afektif dan konatif terhadap seseorang untuk bertindak. Sedangkan besar pendapatan merupakan faktor yang dilihat dari ekonomi seseorang. Dengan pendapatan itu seseorang dapat bersikap apatis terhadap sampah tetapi dapat pula bersikap aktif memerangi sampah. Berdasarkan dari hal tersebut di atas dapat dilakukan kajian sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga ditinjau dari jenjang pendidikan dan pendapatan.
1.
Hubungan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga Jenjang
pendidikan yang terdapat pada pendidikan formal / sekolah
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan (Anonim, 2003:5). Jenjang pendidikan kepala keluarga kemungkinan erat hubungannya dengan pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka cenderung semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang
commit to user
72
diperolehnya sehingga semakin tinggi pula dukungannya terhadap lingkungan khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
2.
Hubungan antara pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendapatan kepala keluarga dimungkinkan memiliki hubungan erat dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Pendapatan kepala keluarga yang berupa pendapatan pokok dan pendapatan tambahan merupakan penghasilan keluarga yang berbentuk uang dalam jangka waktu satu bulan. Dengan demikian semakin besar pendapatan kepala keluarga maka cenderung semakin besar kesempatan dan kemampuan yang diperoleh sehingga semakin tinggi pula kepeduliannya terhadap lingkungan khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
3.
Hubungan antara jenjang pendidikan dan pendapatan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga Jenjang pendidikan dan pendapatan keluarga diduga mempunyai hubungan erat dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang dan semakin besar pendapatan kepala keluarga, maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh dan semakin banyak kesempatan dan kemampuan yang diperoleh sehingga semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap lingkungan khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga.
commit to user
73
H. Hipotesis Berdasarkan kajian teori, landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis sehagai berikut: 1. Ada hubungan yang positip antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010. 2. Ada hubungan yang positip antara besarnya pendapatan keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010. 3. Ada hubungan yang positip antara jenjang pendidikan dan pendapatan keluarga secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010.
commit to user
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu perpustakaan.uns.ac.id 1. Tempat
digilib.uns.ac.id
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, dengan alasan karena permasalahan ini belum pernah diteliti di tempat ini. Selain itu harapan peneliti dapat memperoleh data dengan mudah dan akurat, serta dapat memberikan kontribusi yang positip terhadap perkembangan dan kemajuan pembangunan di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan.
2. Waktu Penelitian Jangka waktu penelitian ini berlangsung selama tujuh bulan, yaitu dimulai pada awal bulan Maret 2010 sampai akhir bulan September 2010, terhitung mulai disusunnya proposal sampai dengan selesainya penyusunan laporan penelitian. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan penelitian dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat atau lebih lama sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Rencana waktu penelitian tersusun dalam jadwal kegiatan penelitian (Time schedule) dalam Tabel 1 pada lampiran 1 halaman 126.
74
commit to user
75
B. Metode Penelitian Menurut Consuelo G. Sevilla (1993:2) dijelaskan bahwa penelitian (riset) berarti pencarian teori, pengujiaan teori atau pemecahan masalah. Ini berarti bahwa masalah itu telah ada dan telah diketahui bahwa pemecahan masalahdigilib.uns.ac.id tersebut sangat perpustakaan.uns.ac.id diperlukan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah dengan pencarian teori, pengujian teori untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian dapat diadakan penelitian ilmiah yang tergolong jenis penelitian deskriptif korelasi yang akan mencari apakah ada hubungan atau tidak di antara variabel dalam penelitian ini.
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (1998:115) populasi adalah keseluruan obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan yang terdiri dari tiga dusun yaitu Dusun Krajan yang terdiri dari 2 RW (Rukun Warga) dan 14 RT (Rukun Tetangga), Dusun Candi Dukuh yang tersiri dari 2 RW dan 12 RT, serta Dusun Kebonagung yang terdiri dari 2 RW dan 13 RT. Secara keseluruhan Desa Candisari terdiri dari 6 RW dan 39 RT. Jumlah penduduk Desa Candisari sebanyak 4.980 jiwa, yang terdiri dari 2.511 jiwa laki-laki dan 2.469 jiwa perempuan, yang terbagi dalam 1.553 kepala keluarga (KK).
commit to user
76
2. Sampel Sanafiah Faisal (1994:113) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian populasi yang diambil sebagai representatif atau wakil dari populasi yang bersangkutan. perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik acak sederhana (random sampling). Menurut Suharsimi Arikunto (1998:120) apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15% atau 20-25 % atau lebih sebagai sampel penelitian. Pada penelitian ini diambil sampel sebanyak 156 (seratus lima puluh enam) Kepala Keluarga (KK) atau 10% dari keseluruhan jumlah populasi. Sampel sebanyak 156 tersebut menyebar di tiga Dusun, yaitu di Dusun Cadisari Krajan ( RW I dan II) sebanyak 51 (lima puluh satu) responden, di Dusun Kebon Agung (RW III dan VI) sebanyak 53 (lima puluh tiga) responden, dan di Dusun Candi Dukuh (RW IV dan VI) sebanyak 52 (lima puluh dua) responden. Dengan jumlah responden yang menyebar secara merata di seluruh wilayah Desa Candisari diharapkan sampel sebesar 10% dari jumlah kepala keluarga tersebut dapat mewakili seluruh populasi kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi tahun 2010.
3. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling atau sampel acak. Teknik pengambilan sampel dengan mencampur subyek-subyek di dalam populasi, sehingga subyek-subyek di dalam
commit to user
77
populasi dianggap sama. Dengan demikian peneliti memberi hak kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan (change) dipilih menjadi sampel (Suharsimi Arikunto, 1998: 120). Dalam penelitian ini masing-masing kepala keluarga di Desa Candisari perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id diambil secara acak dengan menggunakan undian, untuk memperoleh kesempatan menjadi anggota sampel.
D. Variabel Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 91), variabel adalah merupakan obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:
1. Variabel Bebas (Variabel Prediktor) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenjang pendidikan (X1) dan pendapatan keluarga (X2).
2. Variabel Terikat (Variabel Kriterium) Variabel terikat adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga (Y). Skema hubungan variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut.
commit to user
78
X1= Jenjang Pendidikan Y = Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah rumah Tangga digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id X2= Pendapatan
Bagan 4. Skema Hubungan Variabel Penelitian.
E. Batasan Operasional Variabel Penelitian Batasan dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenjang Pendidikan (X1) Adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang dimiliki atau dicapai oleh kepala keluarga yang meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), dan Perguruan Tinggi (PT).
2. Pendapatan (X2) Yang dimaksud pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh oleh kepala keluarga dalam jangka waktu satu bulan yang dinilai dengan uang tunai dari pendapatan pokok dan pendapatan tambahan.
commit to user
79
3. Sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga (Y) Adalah merupakan suatu perbuatan yang berdasarkan suatu pendirian, pendapat atau keyakinan seseorang untuk melakukan kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga dengan dorongan perubahan tingkah lakudigilib.uns.ac.id pada diri orang perpustakaan.uns.ac.id tersebut. Sikap dapat diukur dengan menggunakan skala likert melalui pernyataan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tahu atau ragu-ragu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) terhadap suatu permasalahan yang disajikan dalam bentuk pernyataan angket penelitian.
F. Sumber Data 1.
Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari responden dengan memberikan pertanyaan yang telah dipersiapkan dalam bentuk daftar pertanyaan atau angket mengenai data yang akan dianalisis kepada responden.
2.
Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber lain berupa arsip, buku-buku, monografi yang ada di kantor Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Data ini digunakan sebagai pelengkap dan konfirmasi data yang telah didapatkan dari data primer.
commit to user
80
G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pelaksanaan penelitian dapat terlaksana dengan lebih mudah, diperoleh hasil yang lebih baik dan akurat, cermat, lengkapdigilib.uns.ac.id dan sistematis perpustakaan.uns.ac.id sehingga lebih mudah untuk diolah. Untuk meneliti ketiga variabel (jenjang pendidikan, pendapatan, dan sikap kepala keluarga) digunakan instrumen penelitian berupa dokumentasi, angket, observasi dan angket.
1. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi dilakukan peneliti dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 1998:148). Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah Buku Monografi Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Data ini digunakan sebagai data pendukung peneliti untuk mengetahui deskripsi di tempat penelitian seperti luas dan letak tempat penelitian, jumlah dan komposisi penduduk serta keadaan fisik tempat penelitian.
2. Metode Observasi Metode pengamatan atau metode observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi Arikunto, 1998: 145). Dalam penelitian ini metode observasi digunakan peneliti untuk mengamati keadaan sebenarnya di lapangan. Obyek
commit to user
81
yang diteliti meliputi keadaan sanitasi rumah penduduk, saran tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah rumah tangga serta perilaku penduduk dalam pengelolaan sampah rumah tangga. perpustakaan.uns.ac.id 3. Metode Angket
digilib.uns.ac.id
Oleh Sanapiah Faisal (1981: 2), dijelaskan bahwa angket adalah sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari sumber data yang berupa orang (responden). Metode angket atau kuesioner ini digunakan untuk mmeperoleh data primer yaitu data tentang jenjang pendidikan, besarnya pendapatan, dan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Langkah-langkah dalam penyusunan dan penggunaan metode angket atau kuesioner adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jenis angket Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih sesuai dengan fakta-fakta yang dikuasai oelh responden.
b. Menyusun kisi- kisi angket Sebelum mneyusun angket, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi angket ynag mencakup tiga variabel yang terdapat dalam penelitian ini yaitu jenjang
commit to user
82
pendidikan, pendapatan dan sikap warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Kisi-kisi angket seperti terlihat pada lampiran …
c. Menentukan Skor Angket perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Untuk penilaian atau skor angket penelitian digunakan angka dari nilai yang terendah sampai yang tetinggi untuk positip, yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5. Sedangkan untuk negatip dibalik yaitu 5, 4, 3, 2, dan 1. Nilai tersebut didasarkan pada rangking kualitas masing-masing jawaban dari yang terendah sampai yang tertinggi. Rangking jawaban terendah diberi skor 1 dan rangking tertinggi diberi skor 5, skor angket penelitian pada setiap variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Variabel X1 = Jenjang Pendidikan Jenjang pendidikan hanya terdiri dari satu pertanyaan berdasarkan pernyataan pendidikan formal dengan cara penilaian sebagai berikut: a) Tidak Sekolah dan Tidak tamat SD
= Skor 1
b) Tamat SD
= Skor 2
c) Tamat SLTP
= Skor 3
d) Tamat SLTA
= Skor 4
e) Tamat Perguruan Tinggi dan Akademi = Skor 5 Jumlah butir angket penelitian untuk jenjang pendidikan sebanyak satu butir angket, dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.
commit to user
83
2) Variabel X2 = Pendapatan Kepala Keluarga Besarnya pendapatan kepala keluarga (X2) termasuk dalam ukuran interval yang angka-angkanya mengandung pengertian tingkatan dan mempunyai jarak yang sama dengan mengurutkan obyek yang terendah ke perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id obyek yang tertinggi. Cara penilaian pendapatan kepala keluarga adalah sebagai berikut: a) Kurang dari Rp 500.000
= Skor 1
b) Rp 501.000
– Rp 1.000.000
= Skor 2
c) Rp 1.001.000 – Rp 1.500.000
= Skor 3
d) Rp 1.501.000 – Rp 2.000.000
= Skor 4
e) Lebih dari Rp 2.000.000
= Skor 5
Sebagai dasar dan alasan penulis dalam menentukan interval besarnya pendapatan kepala keluarga adalah hasil observasi yang dilakukan penulis di lapangan terhadap masyarakat Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 yang dapat dideskripsikan sebagai berikut. Warga Desa Candisari yang bekerja karyawan toko di kota Purwodadi mengatakan bahwa gaji karyawan toko di kota Purwodadi di antara Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) setiap bulan, tergantung jenis pekerjaan, ketrampilan, dan pengalaman pekerja. Warga masyarakat Desa Candisari yang bermata pencaharian sebagai petani yang menggarap sawah seluas satu per empat bahu (sekitar 1.600 meter kubik / satu per enam hektar) setiap bulan berpenghasilan di antara
commit to user
84
Rp 600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) sampai dengan Rp 900.000,00 (Sembilan ratus ribu rupiah) tergantung jenis tanaman dan luas sawah yang digarapnya. Sebagian besar masyarakat petani dan buruh tani di Desa Candisari mengerjakan sawah seluas satu per enam hektar. Bagi warga perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id masyarakat yang berprofesi sebagai tenaga serabutan, tukang batu, tukang kayu, kepala tukang batu memiliki penghasilan antara Rp 1.050.000,00 (satu juta lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah). Upah tenaga serabutan adalah Rp 35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah) setiap hari. Untuk upah tukang kayu maupun tukang batu sebesar Rp 45.000,00 (empat puluh lima ribu rupiah) setiap hari. Sedangkan upah kepala tukang setiap harinya sebesar Rp 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah). Bagi warga masyarakat yang berprofesi sebagai PNS golongan II dan III memiliki penghsailan di antara Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) sampai Rp 2.000.000,00 (dua juta ribu rupiah) per bulan sesuai masa kerja dan golongan ruangnya. Bagi PNS golongan IV penghasilannya lebih dari Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah). Berdasarkan hasil observasi tersebut maka dapat dijadikan sebagai pedoman atau patokan bagi penulis dalam menentukan kelas interval dan penilaian mengenai besarnya pendapatan kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 seperti yang telah disusun tersebut di atas. Jumlah butir angket penelitian untuk pendapatan kepala keluarga sebanyak satu butir angket, dengan skor tertinggi 5 dan skor terendah 1.
commit to user
85
3) Variabel Y = Sikap kepala keuarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Sikap warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga diteliti dengan beberapa pertanyaan yang dapat dilihat dalam instrument perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id angket penelitian. Untuk mengukur sikap warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga digunakan skala likert. Untuk pertanyaan yang bernilai positif, cara memberi skor penilaiannya adalah sebagai berikut: SS (sangat setuju) = Skor 5, S (setuju) = Skor 4, TT (tidak tahu) = Skor 3, TS (tidak setuju) = Skor 2, STS (sangat tidak setuju) = Skor 1. Sebaliknya jika pertanyaannya bernilai negatif, maka cara memberi skor penilaiannya adalah sebagai berikut : SS (sangat setuju) = Skor 1, S (setuju) = Skor 2, TT (tidak tahu) = Skor 3, (tidak setuju) = Skor 4, STS (sangat tidak setuju) = Skor 5. Berdasarkan jumlah angket penelitian tentang sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga sebanyak 30 item angket, maka skor tertinggi adalah 150 dan skor terendah adalah 30.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998: 158). Suatu instrumen yang sahih atau valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya
commit to user
86
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk mengukur validitas dalam penelitian ini digunakan rumus teknik korelasi Product Moment dari Pearson sebagai berikut: perpustakaan.uns.ac.id NΣXY – (ΣX)(ΣY) rxy = {N(ΣX2) – (ΣX2)}{N(ΣY2) – (ΣY)2}
digilib.uns.ac.id
Keterangan: rxy
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y,dua variabel yang korelasikan
N
= Jumlah responden penelitian
ΣX
= Jumlah skor X(item)
ΣY
= Jumlah skor Y (total) (Suharsimi Arikunto, 1998:138)
b. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui hasil reliabilitas angket, maka digunakan rumus dari Spearman Brown sebagai berikut:
2r½½ r11 = (1+ r ½ ½) Keterangan: R11
= reliabilitas instrument
r ½ ½) = rxy yang disebut indeks korelasi antara dua belahan instrument.
commit to user
87
Dengan teknik Spearman Brown tersebut akan diperoleh nilai atau angka koefisien reliabilitas. Koefisien reliabilitas terbesar adalah 1 (satu). Semakin besar koefisien reliabilitas akan menunjukkan semakin reliabel alat ukur tersebut. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Koefisien reliabilitas yang diperoleh dibandingkan dengan indeks korelasi sebagai berikut: - Antara 0,800 sampai dengan 1,00
= sangat tinggi
- Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi - Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup - Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah - Antara 0,00 sampai dengan 0,200 = sangat rendah (Suharsimi Arikunto,1998: 221)
H. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan teknik analisis regresi linier ganda, yaitu suatu cara atau teknik khusus untuk mencari atau mengetahui berapa besar hubungan dari masing-masing variabel bebas/prediktor terhadap variabel terikat/ kriterium. Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
3.
Uji Prasyarat Sebelum data dianalisis, maka dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu
commit to user
88
terhadap data tersebut. Adapun uji prasyarat yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah residu terdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas residu dilakukan dengan membuat plot antara residu versus ordered-normal (skor normal dari residu yang bersangkutan). Jika residu berdistribusi normal maka plot yang diperoleh akan tampak sebagai garis lurus (Siswandari, 2009: 45).
Y Residu
X Skor Normal Residu
Gambar 1. Plot Residu Versus Skor Normal
b. Uji Linearitas Untuk mendeteksi adanya hubungan linier antara variabel X dan Y dapat dilakukan melalui uji linier. Dalam penelitian ini uji linier dilakukan melalui kegiatan Plot antara residu versus Y-top. Jika plot yang bersangkutan menggambarkan suatu scatter diagram (diagram pencar) dalam arti tidak
commit to user
89
berpola maka dapat dikatakan tidak terjadi misspesifikasi pada fungsi garis regresi. Hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel X dan Y adalah linear (Siswandari,2009: 35). perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Residu
Y-topi (Ŷ)
Gambar 2. Plot antara Residu Versus Y-topi (Ŷ)
4.
Uji Analisis Data Kegiatan yang dilakukan dalam uji analisis data dengan menggunakan teknik analisis regresi linier ganda adalah:
a. Menentukan persamaan regresi linier ganda dengan rumus: Ŷ = a0 + a1X1 + a2X2 Koefisien a0, a1, dan a2 dapat dihitung dengan rumus: a0 = Y - a1X1 – a2X2 (ΣX22) (ΣX1Y) - (ΣX1X2)( ΣX2Y) a1 =
(ΣX12) (ΣX22) - (ΣX1X2)2 (ΣX12) (ΣX2Y) - (ΣX1X2)( ΣX2Y)
a2 =
(ΣX12) (ΣX22) - (ΣX1X2)2
commit to user
90
b. Menghitung koefisiensi korelasi sederhana antara X1 dengan Y dan X2 dengan Y
Menurut Sudjana (1996: 47) untuk menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat digunakan rumus perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebagai berikut:
1) Koefisien korelasi X1 dengan Y nΣX1Y – (ΣX1)(ΣY) ry1 =
{n(ΣX12) – (ΣX12)}{n(ΣY2) – (ΣY)2}
Apabila dari hasil perhitungan ry1 > r tabel, maka dapat diartikan bahwa antara X1 dan Y ada hubungan yang berarti.
2) Koefisien korelasi antara X2 dengan Y dengan rumus: nΣX2Y – (ΣX1)(ΣY) ry2 =
{n(ΣX22) – (ΣX22)}{n(ΣY2) – (ΣY)2}
Apabila dari hasil perhitungan ry2 > r tabel, maka dapat diartikan bahwa antara X2 dan Y ada hubungan yang berarti. (Sudjana: 1996: 47)
c. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda Dalam Sudjana (1996: 385) dijelaskan bahwa untuk menghitung koefisien korelasi ganda antara prediktor X1 dan prediktor X2 dengan Y
commit to user
91
dapat digunakan rumus sebagai berikut:
ry12 + ry22 – 2.ry1.ry2.r12 ry(1,2) =
1 – r122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dimana: ry(1,2)
= koefisien korelasi antara Y dan X1 dan X2
ry1
= koefisien korelasi antara Y dan X1
ry2
= koefisien korelasi antara Y dan X2
r1,2
= koefisien korelasi antara X1 dan X2 (Sudjana,1996: 385)
d. Melakukan Uji Signifikansi Korelasi Untuk melakukan uji signifikansi korelasi antara kriterium dengan prediktor-prediktornya dapat digunakan rumus:
R2 / k F= (1-R2) / (n – k – 1)
Keterangan: K
= menyatakan banyaknya variabel bebas
n
= menyatakan ukuran sampel (Sudjana, 1996: 385)
commit to user
92
Uji signifikansi dilakukan dengan maksud untuk memeriksa keberartian regresi, apakah regresi (berbentuk linier) yang didapat bias dipergunakan untuk membuat kesimpulan mengenai pertautan sejumlah variabel yang sedang dipelajari. Jika F hitung > F tabel, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id alternatif diterima dan koefisien korelasi adalah berarti atau signifikan.
commit to user
BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data perpustakaan.uns.ac.id 1. Deskripsi Data Umum
digilib.uns.ac.id
a. Lokasi Penelitian Secara administrasi Desa Candisari termasuk wilayah Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah. Jarak Desa Candisari ke ibu kota Kabupaten Grobogan kira-kira 8 km. Adapun batasbatas wilayah Desa Candisari adalah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Desa Cingkrong Kecamatan Purwodadi
Sebelah Timur
: Desa Genuksuran Kecamatan Purwodadi
Sebelah Selatan : Desa Sugihan Kecmatan Toroh Sebelah Barat
: Desa Pengkol Kecamatan Penawangan
Luas wilayah Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan adalah 539 hektar, yang terdiri dari 3 Dusun, 6 Rukun Warga (RW), dan 39 Rukun Tetangga (RT).
b. Kependudukan Jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi menurut jenis kelamin terdiri dari 2.511 orang penduduk laki-laki dan 2.469 orang penduduk perempuan. Sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 1.553 kepala keluarga (KK). 93
commit to user
94
Berdasarkan buku monografi Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan diperoleh data jumlah penduduk menurut kelompok umur adalah sebagai berikut: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 1. Komposisi Penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin No
Kelompok Umur
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 1
2 0 – 4 tahun
3 233
4 243
5 476
2
5 – 9 tahun
281
298
579
3
10 – 14 tahun
284
294
578
4
15 – 19 tahun
282
292
574
5
20 – 24 tahun
242
217
459
6
25 – 29 tahun
243
212
455
7
30 – 34 tahun
173
278
351
8
35 – 39 tahun
164
175
339
9
40 – 44 tahun
118
109
227
10
45 – 49 tahun
115
105
220
11
50 – 54 tahun
96
91
187
12
55 – 59 tahun
90
90
180
13
60 tahun +
190
165
355
2.511
2.469
4.980
Jumlah
Sumber: Data Monografi Desa Candisari
c. Agama dan Pendidikan Jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan menurut agama adalah 4.980 orang beragama Islam. Dengan kata
commit to user
95
lain dapat dikatakan bahwa semua penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan adalah beragama Islam. Sarana pendidikan yang ada di Desa Candisari terdiri dari tiga Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri), satu SMP Negeri, dua Taman Kanak-Kanak (TK), perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id satu Kelompok Bermain (Play Group), dan tiga Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ). Adapun komposisi penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Menurut Jenjang Pendidikan No.
Jenjang Pendidikan
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
1 1
2 Belum/tidak Sekolah
3 516
4 10,36
2
Belum Tamat SD
621
12,47
3
Tidak tamat SD
1.428
28,67
4
Tamat SD
1.385
27,81
5
Tamat SLTP
566
11,37
6
Tamat SLTA
378
7,59
7
Tamat Akademi/
86
1,73
4.980
100
Perguruan Tinggi Jumlah
Sumber: Data Monografi Desa Candisari Dari data pada tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi kabupaten Grobogan yang tidak tamat
commit to user
96
SD adalah paling besar yaitu 1.428 jiwa atau 28,67 %, sedangkan yang berpendidikan tamat SD sebanyak 1.385 jiwa atau 27,81 %.
d. Mata Pencaharian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Data jumlah penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan menurut mata pencaharian adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun 2010 Mata Pencaharian No.
Mata Pencaharian
1
Jumlah (Jiwa)
Prosentase
3
4
2
1
PNS
78
2.95
2
TNI / POLRI
32
1,21
3
Karyawan (Swasta)
32
1,21
4
Wiraswasta
67
2,54
5
Tani
1.605
60,75
6
Pertukangan
52
1,97
7
Buruh Tani
748
28,31
8
Pensiunan
13
0,49
9
Pemulung
15
0,57
2.642
100
Jumlah
Sumber: Data Monografi Desa Candisari
Jika dilihat dari lapangan pekerjaan, maka penduduk Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebagian besar adalah sebagai petani dan buruh tani.
commit to user
97
e. Keadaan Tanah Data statis mengenai keadaan tanah di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan secara keseluruhan terdiri dari tanah sawah dan tanah kering seperti dalam tabel berikut: perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4. Penggunaan Lahan di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Tahun 2010 No.
Uraian
1 1.
Jumlah (Hektar)
2
3
Tanah Sawah 1.1. Irigasi Teknis
2.
314
1.2. Irigasi ½ teknis
-
1.3. Irigasi Sederhana
-
1.4. Tadah Hujan
2
Tanah Kering 2.1. Pekarangan / bangunan
136
2.2. Tegalan / kebun
47
Sumber: Monografi Desa Candisari tahun 2010.
Berdasarkan tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebagian besar merupakan tanah irigasi teknis dan tanah pekarangan / bangunan. Tanah irigasi teknis yang ada di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan,
sumber
pengairannya
berasal
Kedungombo.
commit to user
dari
bendungan
Waduk
98
2.
Deskripsi Data Khusus Deskripsi data khusus dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 156
kepala keluarga yang berdomisili di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kabupaten Grobogan tahun 2010. Variabel dalam penelitian terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas pertama adalah Jenjang Pendidikan kepala keluarga (X1), variabel bebas kedua adalah besar pendapatan kepala keluarga (X2). Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap warga masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga (Y). Dari ketiga variabel tersebut dapat diuraikan dalam deskripsi data sebagai berikut :
a. Jenjang Pendidikan (X1) Data tentang jenjang pendidikan diperoleh melalui angket. Cara pemberian nilai skor tentang jenjang pendidikan yaitu responden yang tidak sekolah dan tidak tamat SD diberi skor 1, responden yang tamat SD diberi skor 2, skor 3 diberikan kepada responden yang tamat SLTP (SMP dan MTs), nilai skor 4 diberikan kepada responden yang pendidikannya tamat SLTA (SMA,SMK, Madarasah Aliyah), dan nilai skor 5 untuk responden dengan jenjang pendidikan akademi dan perguruan tinggi. Berdasarkan angket penelitian diperoleh data tentang jenjang pendidikan kepala keluarga sejumlah 156 responden yang dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut.
commit to user
99
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Jenjang Pendidikan Kepala Keluarga (X1) Kelas Interval (Ki) perpustakaan.uns.ac.id 1 1
Frekuensi (f)
f (%)
2 10
2
Kumulatif f
f (%)
3 7
4 10
digilib.uns.ac.id 5 7
87
56
97
63
3
24
15
121
78
4
24
15
145
93
5
11
7
156
100
JUMLAH
156
100
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah responden 156 orang Kepala Keluarga, skor tertinggi 5 yaitu akdemi dan Perguruan Tinggi, dan yang paling rendah 1 yaitu yang tidak sekolah dan tidak tamat SD. Nilai rata-rata atau mean = 2,610, median = 2,000, modus = 2,000, variansi = 1,104 standar deviasi = 1,051. Berdasarkan hasil ini dapat diketahui bahwa lebih dari 50% responden berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut :
commit to user
100
90 80 70 60 50 40 perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id
20 10 0
1
2 3 Kelas Interval
4
5
Gambar 3. Grafik Histogram Jenjang Pendidikan Kepala Keluarga (X1)
b. Pendapatan Kepala Keluarga (X2) Untuk mendapatkan data tentang pendapatan kepala keluarga dapat diperoleh melalui angket atau kuesioner. Dari data angket yang disebarkan kepada responden sebanyak 156 KK, diperoleh skor tingkat pendapatan KK tertinggi adalah 5 yang menunjukkan pendapatan sebesar lebih dari Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah). Sedangkan yang terendah adalah 1 yaitu pendapatan di bawah Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Berdasarkan angket penelitian diperoleh data tentang pendapatan kepala keluarga sejumlah 156 responden yang dapat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut.
commit to user
101
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Pendapatan Kepala Keluarga (X2) Kelas Interval (Ki) perpustakaan.uns.ac.id 1 1
Frekuensi (f)
f (%)
2 72
2
Kumulatif f
f (%)
3 46
4 72
digilib.uns.ac.id 5 46
60
38
132
84
3
9
6
141
90
4
6
4
147
94
5
9
6
156
100
JUMLAH
156
100
Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah responden 156 orang Kepala Keluarga, skor tertinggi 5 yaitu berpendapatan lebih dari Rp 2.000.000,00 dan yang paling rendah 1 yaitu berpendapatan kuranag dari Rp 500.000,00. Nilai rata-rata atau mean = 1,850, median = 2,000, modus = 1,000, variansi = 1,176 standar deviasi = 1,085, kuartil 1= 2, artinya 75% dari responden berpendapatan Rp 1.000.000,00 ke bawah. Kuartil 2 = 2, artinya 50% dari responden memiliki pendapatan Rp 1.000.000,00. Kuartil ke 3 = 1, artinya 25% responden berpendapatan kurang dari Rp 500.000,00. Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut :
commit to user
102
80 70 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50 40 30 20 10 0
1
2
3
4
5
Kelas Interval Gambar 4. Grafik Histogram Pendapatan Kepala Keluarga (X2) c. Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y) Data tentang sikap Kepala Keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga diperoleh melalui angket. Dari data angket tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden 156, mean = 117,29, median = 117,000, mode = 112, standar deviasi = 9,121, variance = 83,190, minimum = 91, maximum = 141. Kuartil 1 = 124,000 artinya 25 % dari responden memiliki nilai > 124,000 kuartil 2 = 117,000, artinya 50% dari responden memiliki nilai > 117,000, kuartil 3 = 111,00 artinya 75% dari responden memiliki nilai > 111,000.
commit to user
103
Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 7. sebagai berikut :
Tabel 7. Deskripsi Variabel Uraian perpustakaan.uns.ac.id 1 N
X1
X2
2
3
Y digilib.uns.ac.id 4 156
156
156
156
156
156
0
0
0
Mean
2,610
1,850
117,290
Std. Error of Mean
0,084
0,087
0,730
Median
2,000
2,000
117,000
Mode
2,000
1,000
112,000
Std. Deviation
1,051
1,085
9,121
Variance
1,104
1,176
83,190
Range
4,000
4,000
50,000
Minimum
1,000
1,000
91,000
Maximum
5,000
5,000
141,000
407,000
288,000
18.298,000
25
2,000
1,000
111,000
50
2,000
2,000
117,000
75
3,000
2,000
124,000
Valid Missing
Sum Percentiles
Sumber : Analisis Data Primer
B. Pengujian Prasyarat Analisis Sebelum data penelitian dianalisis maka data tersebut harus dilakukan pengujian prasyarat analisis terlebih dahulu.
commit to user
104
1.
Uji Normalitas (Pendekatan Grafis) Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residu terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil normalitas residu dengan cara membuat
plot antara residu versus ordered normal (skor normal dari residu yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bersangkutan diperoleh hasil sebagai berikut :
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 5. Plot Antara Residu Ordered Normal Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa plot antara residu versus N score cenderung membentuk garis lurus setinggi residu berdistribusi normal. Dengan kata lain Predicted value (p-value) > 1,46 yaitu 117,29 > 1,46, maka hipotesis nol tidak ditolak dengan demikian disimpulkan bahwa residu
commit to user
105
berdistribusi normal.
2.
Uji Linieritas (Pendekatan Grafis) Uji linieritas diperlukan untuk mendeteksi adanya hubungan linier antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id variabel X dan Y. berdasarkan uji linieritas dengan cara membuat plot antara residu (e) versus Y-topi diperoleh basil sebagai berikut:
Scatterplot
Dependent Variable: Standardized Residual 3.00000
Standardized Residual
2.00000
1.00000
0.00000
-1.00000
-2.00000
-3.00000 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Studentized Residual
Gambar 6. Plot Antara Residu Versus Y-topi
Berdasarkan gambar di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa model hubungan antara variabel bebas dan terikat adalah linier dan plot antara residu
commit to user
106
dan Y-topi membentuk diagram pencar atau tidak berpola, sehingga dapat dikatakan bahwa variansi residu konstan dan model hubungan antara X dan Y adalah konstan. perpustakaan.uns.ac.id 3. Uji Konstan Variansi
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil perhitungan uji konstan variansi diketahui bahwa korelasi antara e2 dengan Y-topi sebesar 0,952. Hasil perhitungan tesebut kemudian dikonsultasikan dengan tabel r product moment pada taraf signifikansi 5% dan N = 156 diperoleh hasil sebesar 0,159. Sehingga rhitung > rtabel atau 0,952 > 0,159 maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi residu adalah tidak konstan.
4.
Uji lndepedensi Uji independensi digunakan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan antar variabel bebas X1 dan X2. Berdasarkan hasil perhitungan uji independensi dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh r
x1x2
= 0,575.
Selanjutnya nilai hasil perhitungan tersebut dikonsultasikan dengan tabel r product moment pada taraf signifkansi 5% dan N= 156 diperoleh hasil sebesar 0,159. Karena rhitung > rtabel atau 0,575 > 0,154 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel X1 dan X2 namun demikian angka 0,575 ini menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 258) termasuk tidak berkorelasi tinggi yakni dibawah 0,80.
commit to user
107
5.
Uji Non Otokorelasi Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Durbin-Watson Statistic diperoleh nilai sebesar 1,946. Nilai hasil perhitungan tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan tabel Durbin Watson pada taraf signifikansi 5% dan N perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 156 diperoleh nilai sebesar 1,60. Karena DWhitung > Dwtabel atau 1,946 > 1,60 maka antar residu tidak saling berkorelasi.
C. Uji Validitas dan Reliabilitas 1.
Uji Validitas Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen penelitian perlu dilakukan uji coba instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang telah selesai disusun kemudian diujicobakan terlebih dahulu untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 1998: 136). Uji coba instrumen dilakukan pada tanggal 27 Juli 2010 dengan melibatkan 40 responden yang merupakan kepala keluarga dari penduduk di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus r product moment dari Pearson dengan bantuan program komputer pengolahan data statistik SPSS versi 12.0 for windows. Berdasarkan pengolahan data statistik diperoleh hasil perhitungan validitas instrument sebagai berikut.
commit to user
108
Tabel 8. Hasil Uji Validitas Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y) No. Instrumen 1 1 2 perpustakaan.uns.ac.id 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
2.
r-hitung 2 0,382 0,425 0,353 0,489 0,417 0,374 0,384 0,391 0,611 0,342 0,403 0,598 0,461 0,413 0,437 0,425 0,361 0,380 0,542 0,370 0,656 0,750 0,475 0,407 0,569 0,643 0,480 0,346 0,532 0,466
r-tabel 3 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.317 0,312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312 0.312
Keterangan 4 Valid Valid digilib.uns.ac.id Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui ketetapan atau
commit to user
109
keajegan hasil apabila digunakan berulang-ulang pada kelompok subyek yang sama. Kriteria pengujian reliabilitas instrumen adalah, jika r11 > rtabel, maka instrumen dinyatakan reliabel. Dalam penelitian ini digunakan responden sebanyak 40, maka diperoleh rtabel = 0,312. Interpretasi dari koefesien reliabilitas perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dapat diperhatikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 9. Interpretasi Koefisien Reliabilitas Besarnya nilai r
Interpretasi
0,800 < r < 1,000
Tinggi
0,600 < r < 0,800
Cukup
0,400 < r < 0,600
Agak rendah
0,200 < r < 0,400
Rendah
0,000 < r < 0,200
Sangat rendah
Sumber: Sutrisno Hadi (2001:275) Untuk mencari reliabilitas dalam penelitian ini penulis menggunakan nimus Alpha, dengan bantuan-bantuan program komputer pengolahan data statistik SPSS versi 12.0 for windows. Pada Variabel Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y) diperoleh hasil r11 hitung sebesar 0,874 sehingga r11 hitung > rl1 tabel = 0,312, maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas angket penelitian dapat diterima dan dapat digunakan untuk pengukuran dalam pengumpulan data penelitian. Hasil keluaran program komputer untuk penghitungan reliabilitas variabel ini dapat dilihat pada lampiran 5.
commit to user
110
D. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang dirumuskan dapat terbukti kebenarannya atau tidak terbukti. Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabeldigilib.uns.ac.id bebas dengan perpustakaan.uns.ac.id variabel terikat, yaitu: 1. Variabel bebas terdiri dari Jenjang Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga. Variabel terikat terdiri dari satu variabel yaitu Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini digunakan teknik analisis korelasi dengan Product Moment dan regresi ganda.
1.
Pengujian Hasil Analisis Data Berdasarkan pengujian hasil analisis data yang diperoleh dari hasil perhitungan analisis korelasi dengan menggunakan rumus Product Moment dan regresi ganda, maka hipotesis yang telah dirumuskan dapat terjawab sebagai berikut:
a. Hubungan antara Jenjang Pendidikan (X1) dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y) Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif antara Jenjang Pendidikan dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan tahun 2010 digunakan teknik analisis korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi product moment, diperoleh nilai rx1Y = 0,297. Hasil perhitungan ini kemudian dikonsultasikan dengan tabel
commit to user
r
111
product moment dengan N = 156 dan pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil konsultasi dengan tabel r product moment diperoleh r tabel = 0,159 sehingga r hitung lebih besar dari rtabel atau 0,297 > 0,159. perpustakaan.uns.ac.id b. Hubungan antara Pendapatan Kepala Keluarga (X2) digilib.uns.ac.id dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y) Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif antara Pendapatan Kepala Keluarga dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 digunakan teknik analisis korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi product moment, diperoleh rX2Y = 0,230. Hasil perhitungan uji dikonsultasikan dengan tabel nilai r product moment dengan N = 156 dan taraf signifikansi 5% diperoleh r
tabel
= 0,159 sehingga rhitung lebih besar dari
rtabel atau 0,230 > 0,159.
c. Hubungan antara Jenjang Pendidikan (X1) dan Pendapatan Kepala Keluarga (X2) dengan Sikap Kepala Keluarga Terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Y) Untuk menguji hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga secara bersamasama dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 digunakan teknik analisis korelasi. Perhitungan analisis korelasi digunakan rumus sebagai berikut.
commit to user
112
ry12 + ry22 – 2. ry1 . ry2 . r12 ry(1,2) =
1 – r122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 0,2972 + 0,2302 – 2.0,297.0,230.0,575
ry(1,2) =
1 – 0,5752
0,062553 ry(1,2) = 0,669375
ry(1,2) =
0,093449
ry(1,2) = 0,305694 Berdasarkan hasil analisis data diperoleh r
y(1,2)
= 0,305694. Angka
ini jika dibulatkan menjadi 0,3057. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan komputer program SPSS versi 12.0 for windows diperoleh
angka
sebesar
0,305.
Hasil
perhitungan
ini
kemudian
dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan N = 156 dan pada taraf signifikansi 5% diperoleh r
tabel
= 0,159 dengan demikian r
hitung
lebih
besar dari atau 0,305694 > 0,159. Dari hasil uji F diperoleh Freg = 7,872 dengan p-value = 2,876 maka F
hitung
>F
commit to user
tabel
atau 7,872 > 2,876. Persamaan
113
garis regresi ganda atau model hubungan antara X1 dan X2 dengan Y adalah: Ŷ = 110,353 + 2,137 X1 + 0,740 X2.
2.
Penafsiran Pengujian Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat ditafsirkan bahwa: a. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dengan Y sebesar 0,297 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara X1 dan Y. b. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dengan Y sebesar 0,230 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara X2 dan Y. c. Besarnya koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y sebesar 0,3057 menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara X1 dan X2 dengan Y.
3.
Kesimpulan Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil analisis data dan penafsiran pengujian hipotesis tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Jenjang Pendidikan dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 dapat diterima dengan r hitung lebih besar dari rtabel atau 0,297 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%. b. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Pendapatan Kepala Keluarga dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah
commit to user
114
Rurnah Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 dapat diterima dengan rhitung lebih besar dari rtabel atau 0,230 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%. c. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara Jenjang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga secara bersama-sama dengan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010 dapat diterima r
hitung
lebih besar dari rtabel atau 0,3057 > 0,159 pada tingkat
signifikansi 5%. Berdasarkan hasil signifikansi atau keberartian korelasi ganda diperoleh Freg = 7,872 kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan tabel F dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 150 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan hasil tabel diperoleh Ftabel = 3,06 sehingga F hitung > atau 7,872 > 3,06 maka dapat dikatakan bahwa koefisien korelasi tersebut berarti atau signifikan.
E. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan pembahasan sebagai berikut: Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa variabel Jenjang Pendidikan ikut menentukan Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Hal ini ditunjukkan oleh adanya hubungan yang positif antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga dengan r hitung lebih besar daripada r tabel atau 0,297 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%. Variabel Jenjang Pendidikan (X1) turut
commit to user
115
menentukan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga karena dengan adanya Jenjang Pendidikan yang tinggi pada Kepala Keluarga berarti mencerminkan pula kepedulian mereka akan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Variabel Pendapatan Kepala Keluarga (X2) juga turut mendukung Sikap perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Dukungan pendapatan kepala keluarga tersebut ditunjukkan oleh adanya hubungan yang positif antara pendapatan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga dengan r hitung lebih besar daripada r tabel atau 0,230 > 0,159 pada tingkat signifikansi 5%. Semakin tinggi Pendapatan Kepala Keluarga maka akan semakin tinggi pula sumbangan positif yang diberikan pada Sikap Kepala Keluarga dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Berdasarkan perhitungan menggunakan teknik analisis korelasi product moment, kedua variabel secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga sebesar 0,3057. Sedangkan menurut perhitungan teknik analisis regresi ganda, variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan positif dengan variabel Y sebesar 7,872. Ini berarti bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan dan pendapatan kepala keluarga maka sikap kepedulian kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga akan semakin tinggi pula. Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga dengan Sikap Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dapat dijelaskan sebagai berikut: Berdasarkan hubungan positif yang diberikan oleh kedua variabel tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Sikap Kepala Keluarga dalam
commit to user
116
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dipengaruhi oleh Jenjang Pendidikan dan Pendapatan Kepala Keluarga. Ringkasan hasil analisis data melalui perhitungan korelasi product moment dan regresi ganda dapat dilihat pada tabel berikut. perpustakaan.uns.ac.id Tabel 10.
Ringkasan Hasil Analisis Data Korelasi Product Moment dan Regresi Ganda
No Variabel 1 1
digilib.uns.ac.id
Uji
2 3 Hubungan Teknik antara Xl
Ringkasan Keterangan Hasil Tabel 4 5 6 rx1Y= 0,297 r tabel = 0,159 N=156
Analisis
Taraf signifikan 5%
dengan Y Korelasi
r hitung > r tabel 0,297>0,159 Uji terbukti
2
Hubungan Teknik
rx2Y=0,230
r tabel = 0,159 N=156
antara X2 Analisis
Taraf signifikan 5%
dengan Y Korelasi
r hitung>r tabel 0,230>0, 159 Uji terbukti
3
Hubungan Teknik
ry12= 0,3057
antara X1 Analisis Fhit = 7,872 dan X2
r tabel = 0,159 N=156 Ftabel = 3,06
Korelasi b1 = 2,137
dengan Y dan Regresi
Taraf signifikan 5% r hitung > r tabel
b2 = 0,740
0,3057 > 0,159
k =110,353
Fhit > Ftabel 7,872>3,06 Model persamaan regresi Y= 110,353+2,137X1+0,740X2 Signifikan secara statistik
commit to user
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Kesimpulan penelitian dilakukan berdasarkan pada kajian teoritik dan hasil analisis data. Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian yang telah dilakukan terhadap kepela keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut : 1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara jenjang pendidikan dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang dimiliki oleh kepala keluarga maka akan semakin tinggi pula dukungannya dalam pengelolaan sampah rumah tangga, karena dengan pendidikan yang dimilikinya maka pengetahuan yang dimilikinya tinggi pula dan mudah untuk menerima serta menyerap informasi baru hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga kepala keluarga memiliki peningkatan dukungan sikap yang positif dalam pengelolaan sampah rumah tangga. 2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pendapatan kepala keluarga dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Pendapatan yang dimiliki seseorang akan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dikerjakan, begitu pula dengan kepala keluarga, karena pengelolaan sampah rumah tangga memerlukan waktu, tenaga dan biaya serta sarana yang cukup dalam pengelolaannya. 117
commit to user
118
3. Ada hubungan yang positif dan siginifikan antara jenjang pendidikan dan pendapatan secara bersama-sama dengan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Dengan dimilikinya jenjang pendidikan dan pendapatan yang tinggi oleh kepala keluarga maka akan dapat memotivasi kepala perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Model Persamaan garis regresi adalah Y= 110,353 + 2,137X1 + 0,740X2
B. Implikasi 1.
Implikasi Teoretis Berdasarkan teori dan hasil-hasil penelitian yang telah teruji kebenarannya dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan dan pendapatan kepala keluarga sangat berpengaruh terhadap sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010. Hipotesis dalam penelitian ini telah dibuktikan bahwa jenjang pendidikan dan pendapatan mempengaruhi sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun 2010.
Dengan adanya hubungan yang posistif
secara terpadu antara jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan kepala keluarga yang tinggi diharapkan sikap kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga
dapat meningkat dan semakin baik, sehingga dapat
menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman. Hasil penelitian mendukung teori tentang perubahan sikap yang dikemukakan oleh Oemar Hamalik (1993: 121) sepeti dalam kutipan berikut.
commit to user
119
”perubahan sikap terjadi melalui komunikasi antara individu dan orang-orang lainnya. Perubahan sikap disebabkan oleh faktor-faktor predisposisi yang dimiliki oleh individu, prinsip-prinsip belajar, peran serta individu dalam kegiatan komunikasi, dan faktor kepribadian”. Berdasarkan kutipan tentang teori perubahan sikap digilib.uns.ac.id tersebut di atas perpustakaan.uns.ac.id maka dapat dikatakan bahwa jenjang pendidikan seseorang dapat mengubah sikap orang tersebut terhadap suatu obyek tertentu. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa sikap seseorang atau individu berbeda-beda menurut jenjang pendidikan yang dimiliki oleh individu tersebut. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap kepeduliannya terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Hasil penelititan ini juga mendukung teori tentang perubahan sikap yang menyatakan bahwa: ”Kedudukan kelompok juga berpengaruh pada derajat keakraban kelompok. Terdapat kecenderungan di mana kelompok atas yang berada pada status yang lebih tinggi memiliki derajat keakraban yang lebih tinggi pula dibandingkan dengan kedudukan kelompok yang statusnya lebih rendah, asalakan pembentukan kelompok-kelompok itu berdasarkan kemampuan (abilitet) para anggota”. (Oemar Hamalik, 1993: 118). Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa derajat sikap kepedulian seseorang dapat dipengaruhi oleh status sosial orang tersebut. Status sosial seseorang antara lain ditentukan oleh jenjang pendidikan dan besarnya pendapatan yang dimiliki oleh orang tersebut. Kaitannya dengan pengelolaan sampah rumah tangga, maka orang yang memiliki pendapatan yang lebih besar akan ia akan lebih akrab dengan lingkungannya. Dengan kata lain semakin
commit to user
122
c. Memperbaiki sikap dan kebiasaan yang kurang baik mengenai pengelolaan sampah serta memberi contoh kepada seluruh anggota keluarga serta masyarakat luas untuk bertindak ramah terhadap lingkungan guna menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Memberikan pemahaman kepada anggota keluarga bahwa pengelolaan sampah rumah tangga bukan hanya tanggung jawab kepala keluarga dan petugas kebersihan semata, tetapi menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga sebagai bagian dari kehidupan rumah tangga. e. Masyarakat hendaknya aktif dalam mengikuti penyuluhan yang diadakan di desa sehubungan dengan pengelolaan sampah seta kebersihan dan kesehatan lingkungan. f. Memilah sampah sesuai dengan jenis- jenis sampah, agar dapat daur ulang, diolah menjadi bahan lain atau digunakan kembali. g. Diusahakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengurangi dan menekan timbulnya sampah yang lebih banyak dengan menggunakan peralatan yang dapat digunakan secara berulang-ulang. h. Sebaiknya setiap orang warga masyarakat Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan berpendidikan yang lebih tinggi. Bagi warga yang tidak mampu dan atau sudah berkeluarga dapat menempuh pendidikan di kelompok belajar (kejar) paket A yang setara dengan pendidikan SD, paket B yang setara dengan jenjang pendidikan SLTP, paket C yang setara
dengan
jenjang pendidikan Sekolah
(SLTA).
commit to user
Lanjutan
Tingkat
Atas
120
besar pendapatan seseorang maka semakin besar pula derajat sikap kepeduliannya terhadap pengelaolaan sampah rumah tangga.
2.
Implikasi Praktis
perpustakaan.uns.ac.id Berdasarkan hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwadigilib.uns.ac.id semakin tinggi jenjang pendidikan kepala keluarga akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman dan pengembangan daya pikir serta untuk menentukan sikap dan mengambil tindakan dalam menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Selain jenjang pendidikan yang dimiliki tak kalah pentingnya adalah besarnya pendapatan yang dimiliki oleh kepala keluarga. Dalam penelitian ini besarnya pendapatan kepala keluarga memiliki pengaruh positif terhadap pengelolaan sampah rumah tangga. Usaha menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman khususnya dalam pengelolaan sampah rumah tangga akan lebih mudah tercapai jika seseorang memiliki pendapatan yang tinggi. Dengan adanya perpaduan dari jenjang pendidikan dan pendapatan yang tinggi dari kepala keluarga akan dapat merangsang timbulnya sikap positif bagi kepala keluarga dalam pengelolaan sampah rumah tangga guna menciptakan lingkungan hidup yang bersih, sehat dan nyaman. Berdasarkan uraian di atas maka sebaiknya kepala keluarga berpendidikan yang lebih tinggi dengan cara menempuh pendidikan di kelompok belajar (kejar) paket A yang setara dengan pendidikan SD, paket B yang setara dengan jenjang pendidikan SLTP, paket C yang setara dengan jenjang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).
commit to user
121
Selain itu guna menciptakan menciptakan sikap kepedulian kepada masyarakat yang lebih tinggi terhadap pengelolaan sampah rumah tangga, sebaiknya kepala keluarga berusaha keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan secara aktif dan kreatif menciptakan lapangan kerja perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id wirausaha sebagai sumber penghasilan pokok keluarga maupun sebagai sumber panghasilan tambahan, rajin menabung dan hemat dalam mengatur ekonomi rumah tangga. . C. Saran Untuk mencegah meluasnaya dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah rumah tangga di lingkungan pemukiman penduduk, maka pada kesempatan ini penulis hendak memberikan saran yang bersifat membangun berdasarkan pada teori-teori yang ada dan hasil di lapangan sebagai berikut.
1. Kepada masyarakat khususnya kepala keluarga di Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan a. Di setiap depan rumah juga di dalam ruangan rumah perlu disediakan tempat sampah. Diusahakan tempat sampah tersebut diberi tutup agar bau busuk yang ditimbulkan oleh sampah tidak menyebar secara meluas. a. Sampah yang sudah menumpuk sebaiknya ditutup tanah atau dipindahkan ke Tempat Pembuangan Sampah (TPA). b. Perlu dibiasakan tidak membuang sampah di selokan, parit, sungai, kolam atau saluran air lainnya karena dapat menyumbat aliran air, menimbulkan bau busuk yang mengganggu pernapasan dan sebagai sarang penyakit.
commit to user
123
i. Sebaiknya semua warga masyarakat Desa Candisari Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan khususnya kepala keluarga berusaha keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dengan secara aktif dan kreatif menciptakan lapangan kerja wirausaha sebagai sumber penghasilan pokok perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keluarga maupun sebagai sumber panghasilan tambahan, rajin menabung dan hemat dalam mengatur ekonomi rumah tangga.
2. Kepada Pemerintah a. Diharapkan mengangkat pegawai sebagai petugas untuk memilah-milah sampah sesuai dengan jenis sampah agar dapat daur ulang, diolah menjadi bahan lain atau digunakan kembali. b. Diharapkan
membangun
penambahan
tempat
penampungan
sampah
sementara di daerah-daerah serta menambah armada pengangkut sampah rumah tangga ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA). c. Diharapkan dapat memberi bantuan bak penampung sampah atau container kepada rakyat agar dapat menampung sampah dalam waktu yang lama. d. Diharapkan dapat menyelenggarakan pendidikan dengan biaya yang lebih terjangkau oleh masyarakat luas agar dapat menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga memiliki sikap terhadap pengelolaan sampah rumah tangga lebih tinggi pula. e. Diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan pendapatan yang lebih tinggi sehingga memiliki sikap terhadap pengelolaan sampah rumah tangga lebih tinggi pula.
commit to user