PROGRAM MAJELIS TADABBUR AL QUR’AN: INOVASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENINGKATAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI SEKOLAH MASJID TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK
TESIS
OLEH: AHMAD MUBAROK NIM: 21140110000021
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
PROGRAM MAJELIS TADABBUR AL QUR’AN: INOVASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENINGKATAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI SEKOLAH MASJID TERMINAL TERPADU KOTA DEPOK
TESIS Diajukan sebagai persyaratan untuk mencapai Magister Pendidikan Islam Pada Program Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah jakarta
OLEH: AHMAD MUBAROK NIM: 21140110000021 DOSEN PEMBIMBING : Dra. NURLENA, M.A., Ph. D
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama -l-empat/Tgl
:Ahlnad Mubarok Lahir
l Bogor,14」 anuari 1980
NIM
:21140110000021
Program Studi
:Ⅳ fagister Pcndidikanズ ヘgama lslanl
Judul Tesis
:PROGRAM MAJELIS TADABBUR AL― QUR'AN: INOVASIPENDIDIKAN AGAMA ISLAN4
DALAM PENINGKATAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA SEKOLAHヽ lASJID TERⅣlNAL TERPADU DEPOK Dosen Pembimbing : Dra. Nurlena Rifa'i, M.A., Ph.D Dengan ini menyatakan bahrva Tesis yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggungjawab secara akader-nis atas apa yang
saSra
Jakarta, Agustus 2017 Yang membuat pernvatatrn
Ahmad PIubarok 卜ΠLI.21140110000021
tulis.
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul "Program Majelis Tadabbur al-Qur'an: Inovasi
Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual Siswa Sekolah Masjid Terminal Terpadu Kota DepolC' yang ditulis oleh Ahmad Mubarok, NIM: 21140110000021 telah diujikan dalam Sidang Promosi Tesis oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
hari Senin tanggal 21 Agustus 2Afi. Tesis ini telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran Pembirnbing sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan Islam pada Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam..
.Iakarta, Agustus 2017 Dosen Pernbimbing
Drao Nurlena Rifa'i.M.A"Ph.D
NIP.195910201986032001
LEMBAR PENGESAIIAN PENGUЛ SIDANG PROMOSITESIS Tesis dellgan Judlll “PrOgram MaieliS Tadabbur al… Qur'an: Inovasi Pendidikan AgaIEna lslalll dalalll Pclling19tan Kecerdasam Spiritual Sヽ wa Sekolah MaSiid TerIIlinal Terpadu Kota DepOk9'yang ditulis olch 2咄 mad Mllbarok,NINII: 2H40110000021 telab dittlkall d」 alll Sidang Promosis Tesis oloh Fakultas IImu Tarbサ ah dan Keguruan UIN Sy面 f Hidayatullah Jakarta pada han Sell■n tangga1 21 Agustus 2017.Tesis illi tdah¨ C・ b五 ki sesutt dcllgall sarall― saran pellguJl
Jakartq Agustus 2017 Tanggal
Tim Pcllg町
Tanda Tangan
Ketlla Progal■
Dl H Sapiudin Shidiq,N71 Ag NIPi 19710319 199803 2 001 Pellg画 il
Prof DI R■ fat Syauqi Na、
va、 vi,∼
fA
NIP 19520520 198103 1 001 Pcng町 lⅡ
Dr H_Sapiudin Shidiq,M_Ag
NIP,197103191998032001 Peng町 llu Dl‐
Dil■
yati,MA
NIP 19640704 199303 1 003 Pclllbil■ bing DI・ a
Nurlena Rifa'i、
ヽIIP
MA、 Ph D
1959]0201986032001
NIP.195504
31″
C´
%
ABSTRAK Ahmad Mubarok (NIM21140110000021). Program Majelis Tadabbur alQur’an: Inovasi Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui inovasi Pendidikan Agama Islam pada Program Majelis Tadabbur al-Qur‟an dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa. Latar belakang dari penelitian ini adalah perubahan sosial yang terjadi di masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan perubahan sosial dan menimbulkan masalah-masalah sosial menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan.Jumlah anak terlantar dan anak jalanan yang sangat signifikan di Kota Depok menggugah para pemerhati, pegiat, dan relawan pendidikan dan menjadi tantangan untuk mereka. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI), agar ajaran Islam dapat dipelajari secara efektif, efisien, dan sesuai tuntutan zaman, maka inovasi adalah sebuah keniscayaan. Penelitian dilakukan pada warga belajar (siswa) SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu yang berada di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri. Sekolah ini terletak di lingkungan Terminal Kota Depok. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Untuk memperoleh data kualitatif, peneliti mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, pengecekan keabsahan data, teknik analisis data, dan tahapan penelitian. Sumber data berupa data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hal tersebut maka metode analisa yang digunakan adalah metode deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan dan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu; dari pengamatan yang telah dituliskan dalam catatan lapangan, wawancara, dokumen, dan lain-lain. Kemudian mereduksi data dengan cara menganalisis data secara keseluruhan untuk mendapatkan bagian-bagian terkait secara sederhana. Selanjutnya menyusun kemudian pemeriksaan keabsahan data. Selesai tahap ini dilajutkan penafsiran data terhadap data yang didapat. Tahap selanjutnya menyajikan data untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagianbagian tertentu dari penelitian. Kemudian penarikan kesimpulan dengan melakukan interpretasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi program Majelis Tadabbur alQur‟an pada PAI merupakan bagian dari inovasi Sekolah Masjid Terminal Terpadu itu sendiri. Majelis Tadabbur al-Qur‟an menjadi program andalan untuk mencapai visi Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Diantara inovasi tersebut terdapat dalam kurikulum. Jumlah jam mata pelajaran (JMP) yang lebih banyak dari mata pelajaran lain, materi yang disusun dalam modul sebagai pegangan para tutor, pengintegrasian nilai-nilai qur‟ani dalam setiap mata pelajaran. Metode dan model pembelajaran yang digunakan dalam Majelis Tadabbur alQur‟an adalah ceramah, dialog, dan pendampingan. Evaluasi dilakukan setiap hari sehingga ada perkembangan kemajuan bimbingan baca al-Qur‟an dan puncaknya adalah di akhir masa belajar mereka. Kemudian, program Majelis Tadabbur al-Qur‟an memiliki andil besar dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa. Ini terbukti dari beberapa warga belajar yang mengaku mengalami perubahan dalam pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama. Hal ini didasari atas keimanan kepada Allah SWT. Selain itu, warga belajar yang aktif dalam kegiatan Mataqu mereka lebih disiplin, prestasi akademik meningkat, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian yang ada di Majelis Tadabbur al-Qur‟an ataupun di luar Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Kata Kunci
: Inovasi Pendidikan, Pendidikan Agama Islam, Pembelajaran al-Qur‟an, Kecerdasan spiritual. iv
ABSTRACT Ahmad Mubarok (NIM. 21140110000021). The Majelis Tadabbur Al-Qur’an Program: An Innovation of Islamic Education to Improve Students’ Spiritual Quotient at Master (Masjid Terminal, Bus Station Mosque) School Depok Indonesia. This research was aimed to know Islamic education innovation in the Majlis Tadabbur Al-Qu‟an in improving students‟ spiritual quotient. Social changes happening in the soc iety and the development of science and technology that impact social life, economy, politics, education, and culture becomes the background underlies this study. Human population growth followed with the social changes cause some social problems mostly challenging in educational scope. The significant amount of abandoned and homeless children in Depok city appeals the educational observers, activists, and volunteers, and such a challenge to them to deal. In Islamic Education context, the Islamic religious doctrine may be learned in effective and efficient way according to the demands of the era, so innovation is inevitability. The research was conducted in the Senior High School students of SMI (Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok, Bus Station School Depok) which is under the control of Bina Insan Mulia Foundation. This school is located at the Depok city bus station neighborhood. This research was applied using qualitative approach and descriptive method. To collect qualitative data, observation, interview, documentation, validity testing, data analysis, and some research stages were conducted. These data were primary and secondary data collected from the research field. Based on the method of data analysis used in this research, descriptive analysis method was applied by collecting and analyzing the data from some sources; they were: from field note observation, interview, document, and so forth. Then, for the data reduction, the researcher did the comprehensive analysis on the data obtained from the field. Validation was also conducted by the researcher and the last stage is interpreting the data into research finding. The research found that the program Majelis Tadabbur al-Qur‟an program in Islamic Education is a part of the school innovation. program Majelis Tadabbur al-Qur‟an becomes a featured program to achieve the school mission. This innovation is inserted in the school curriculum. This program is allocated in longer time than other subjects and the materials are developed in module as the teaching aids for the tutor; also, integrating Qur‟anic values in each subject matter. The teaching method used in program Majelis Tadabbur al-Qur‟an program is lecture, dialogue, and assistancy. The evaluation is conducted every day, so there is an improvement in the ability of Al-Qur‟an recitation. Then, the program Majelis Tadabbur al-Qur‟an program has an important role in improving students‟ spiritual quotient. This was proved by the confession of some students that they got greater understanding in Islamic values. Beside, some active participants of this program got more discipline, improvement of academic achievement, and active in some organization either in the program Majelis Tadabbur al-Qur‟an program or outside the school. Keywords: Educational Innovation, Islamic Education, Al-Qur‟an Teaching, Spiritual Quotient
v
امللخص :
(NIM. 21140110000021).
PAI “SMI”
SMI
“PAI” SMI
“SMI”
vi
KATA PENGANTAR
Bismillaahorrahmanirrahiim Alhamdulillah, puja dan puji serta rasa syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Zat Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, Zat yang Maha Mengetahui, Zat Yang Maha Memberi segala kebutuhan hamba-hamba-Nya. Atas berkat karunia, kehendak, dan pertolongan-Nya penulis mampu menyelesaikan Tesis ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam pada Program Magister Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada manusia sempurna yang menjadi inspirasi para pemangku Pendidikan Islam, junjungan kita Nabi Muhammad saw., kepada para keluarga, para sahabat, dan mudah-mudahan kita sebagai ummatnya yang senantiasa berusaha mengikuti ajaran dan sunnahnya. Setelah melalui beberapa tahapan dan ikhtiar maksimal, Alhamdulillah penulis berhasil menyelesaikan Tesis yang berjudul “Program Majelis Tadabbur al-Qur’an: Inovasi Pendidikan Agama Islam Dalam Peningkatan Kaecerdasan Spiritual Siswa di Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok” dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Semoga Tesis ini menjadi salah satu sumbangsih penulis dalam khazanah keilmuan Pendidikan Agama Islam pada khususnya serta ilmu pendidikan dan ilmu keislaman pada umumnya. Dengan selesainya penulisan Tesis ini, Penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besranya dan penghargaan yang setingi-tingginya kepada: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin dan motivasi untuk melanjutkan studi di Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bahkan beliau juga berkesempatan memberikan kuliah di sela-sela kesibukannya. Penulis sangat bangga bisa menimba ilmu langsung dari beliau. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan motivasi untuk meneliti dan menyelesaikan penulisan Tesis ini. Dr. H. Sapiudin Shidiq, M.Ag., Ketua Program Studi Magister Agama Islam yang terus memberikan arahan dan motivasi agar para mahasiswa MPAI termasuk Penulis di dalamnya menyelesaikan Tesis dengan baik. Dra. Nurlena, M.A., Ph.D yang bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulisan dan memberikan arahan keilmuan dalam penulisan Tesis ini dengan penuh kesabaran dan ketelitian agar Tesis ini berkualitas dan berbobot. Dr. Ir. Ahmad Nasir Biasane, M.Si, Direktur Pusdiklat Graha Insan Cita dan Saudara Muhammad Hakim, S.Pd.I., MM., selaku Kabag Keuangan yang telah memberikan bantuan beasiswa kepada penulis. Semoga Pusdiklat GIC akan selalu berada dalam keberkahan. Nurrohim, S.E., S.Pd., SH., Dewan Pendiri dan Dewan Pembina Yayasan Bina Insan Mulia yang membawahi Sekolah Master Indonesia (SMI) atas perkenannya memberikan izin penulis untuk meneliti di SMA Master Indonesia. vii
7.
8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15. 16.
17.
Sugeng Riyanto, S.Pd., selaku Ketua Divisi Pendidikan Yayasan Bina Insan Mulia yang telah meluangkan waktunya memberikan informasi berharga untuk memenuhi data penelitian ini. Sri Lestari, S. Sy., Koordinator SMA Master Indonesia yang telah bersedia memberikan informasi dan mengizinkan penulis melakukan penelitian di Sekolah yang dipimpinnya. Nurma Yunita, S.Sy., Tutor Mataqu yang bersedia memberikan data dan informasi berharga. Agus Niyanto, operator Pusat Informasi dan Pelayanan Master (Pilter) yang telah membantu memberikan data dokumen yang dibutuhkan. Para Warga Belajar SMA Master Indonesia atas kesempatannya memberikan informasi dan gambaran tentang Mataqu. Ibunda Hasanah, walaupun dalam keadaan sakit namun tidak berhenti untuk terus mendoakan penulis. Semoga beliau sehat dan panjang umur. Ayahanda H. Hasan dan Ibunda Hj. Amih selaku mertua atas doa dan dukungannya. Semoga beliau sehat dan panjang umur. Rekan-rekan Civitas Akademika MTs Al Kautsar Depok, terkhusus Kepala Madrasah Bapak Shodik Murdiono, S.Pd., MM., Wakil Kepala Madrasah Bapak H. Abdul Qohar Aziz, S.Pd., MM., para Pembantu Kepala Madrasah (PKM) Bapak Drs. Ali Murod Hadiyanto. MM., Bapak H. Marzuki Ar., S.Pd., Bapak H. Apip Fachruddin S, Pd.I., MM., Pembina OSIS Saudara H. Abdul Muiz, S.Pd., MM., Kepala Urusan Tata Usaha Saudara Aan Setiawan, ST., dan seluruh dewan guru dan karyawan yang tidak dapat penulis satu persatu. Terima kasih atas support, motivasi, dan bantuan kepada penulis. Semoga MTs Al Kautsar akan terus Berjaya. Rekan-rekan Kelas Magister PAI angkatan 2014 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuan, informasi serta kebersamaannya. Dan terkhusus kepada sang Bidadari Surgaku, Sri Suci Utami, S.E. atas do‟a, motivasi, serta dukungan lahir batin kepada penulis. Juga kepada para Mujahid Kecilku, Ahmad Zacky Hazami dan Muhammad Adib Dhiya‟ulhaq atas keceriaan dan kebahagiaan yang menjadi penyemangat penulis. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan atas segala bantuan dan doanya untuk penyelsaian Tesis ini.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan Tesis ini bermanfaat untuk umat, bangsa, agama, dan Negara. Billahittaufiq walhidayah Depok, Juli 2017
Ahmad Mubarok
viii
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN................................................................................ LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS .................................. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SIDANG PROMO TESIS ............ ABSTRAK ....................................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR TABEL ........................................................................................... DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................
i ii iii iv vii ix xi xii xiii xiv xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. B. Identifikasi Masalah .................................................................................... C. Batasan Masalah .......................................................................................... D. Perumusan Masalah..................................................................................... E. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. F. Tujuan Penelitian......................................................................................... G. Manfaat Penelitian....................................................................................... H. Penelitian Terdahulu....................................................................................
1 7 8 8 8 8 9 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran al-Qur‟an ............................................................................... 1. Pembelajaran membaca al-Qur‟an ........................................................ 2. Pembelajaran menulis al-Qur‟an........................................................... 3. Pembelajaran menghafal al-Qur‟an ...................................................... B. Inovasi Pendidikan Agama Islam ................................................................ 1. Pengertian Inovasi ............................................................................... 2. Pengertian pendidikan Agama Islam ................................................... 3. Dasar dan Tujuan pendidikan Agama Islam ........................................ 4. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam ...................................... 5. Inovasi Metode dan Model pembelajaran ............................................ 6. Inovasi Evaluasi ................................................................................... 7. Inovasi media Pembelajaran ................................................................ 8. Strategi Inovasi Pendidikan Agama Islam ........................................... C. Kecerdasan Spritual ..................................................................................... 1. Pengertian kecerdasan Spiritual ............................................................ 2. Ciri-ciri kecerdasan spiritual ................................................................. 3. Fungsi kecerdasan spiritual ................................................................... 4. Langkah-langkah meingkatkan kecerdasan spiritual ............................ 5. Hubungan kecerdasan spiritual dengan kecerdasan
11 11 17 18 21 21 22 23 27 29 31 32 32 34 34 35 37 42 ix
intelekltual dan kecerdasan emosional..................................................
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ................................................................................. B. Objek dan Desain Penelitian ....................................................................... C. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... D. Kehadiran Peneliti ....................................................................................... E. Sumber Data ................................................................................................ F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... G. Tehnik Analisis Data ................................................................................... H. Pengecekan Kredibilitas Data......................................................................
52 52 53 53 54 54 55 57
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ............................................................. B. Temuan Penelitian ....................................................................................... 1. Inovasi Majelis Tadabbur al-Qur‟an ..................................................... 2. Majelis Tadabbur al-Qur‟an dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual siswa ................................................................... 3. Kendala-kendala dalam Program Majelis Tadabbur al-Qur‟an ............ C. Pembahasan ................................................................................................. 1. Inovasi Majelis Tadabbur al-Qur‟an ..................................................... 2. Majelis Tadabbur al-Qur‟an dan Kecerdasan Spiritual siswa ...............
83 86 88 88 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ........................................................................................... B. SARAN .......................................................................................................
103 104
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN
59 69 69
106
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data Perkembangan Warga Belajar SMA Terbuka dan Paket C Setara SMA Tahun Pelajaran 2005-2006 sampai dengan 2015-2016 ................................................................................
66
Tabel 4.2. Jumlah Warga Belajar SMA Terbuka dan Paket C Setara SMA Sekolah Master Indonesia Tahun Pelajaran 2016-2017 ..............................................................................
67
Tabel 4.3. Muata Pendidikan Agama Islam pada SMA/MA/SMALB/PAKET C Sesuai Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016......................................................................................
70
Tabel 4.4. Daftar Inventarisasi Tetap SMA Terbuka & Paket C Setara SMA Sekolah Master Indonesia...............................................
82
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Jumlah Warga Belajar SMA terbuka dan Paket C Setara SMA Sekolah Master Indonesia T.P. 2005 sampai dengan T.P. 2015-2016 ........................................................................
66
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Prasangka buruk dan prasangka negatif.......................................
38
Gambar 2.2. Langkah Menentuka prioritas ......................................................
40
Gambar 2.3. Model pembentuksn kepribadian .................................................
41
Gambar 2.4. Kecerdasan ruhaniyah sebagai pusat kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki manusia ......................................................................................
45
Gambar 2.5. Hubungan atara IQ, EQ, SQ dan Tuhan dalam ESQ Model .......................................................................................................
46
Gambar 4.1. Skema Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok .......................
64
Gambar 4.2. Struktur Organisasi SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok ................................................................................................
65
Gambar 4.3. Sinergi Potensi Warga Belajar Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok .................................................................................
83
Gambar 4.4. Persepsi Pelaku Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok tentang Kecerdasan spiritual ............................................................................
86
Gambar 4.5. Proses Pembudayaan dan Perberdayaan Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok .....................................................................
92
Gambar 4.6. Rencana Strategi dan Manajemen Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok .................................................................................
93
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian .......................................................... 110 Lampiran 2 Transkrip wawancara ................................................................... 112 Lampiran 3 Dokumentasi Observasi dan wawancara ...................................... 123 Lampiran 4 Daftar Nama Tutor SMA Terbuka & Paket C Setara SMA .......... 127 Lampiran 5 Daftar Warga Belajar SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok Tahun Pelajaran 2016/2017 .............................................. 130 Lampiran 6 Pengumuman Hasil SNMBPTN Tahun 2017 ............................... 136
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI Transliterasi adalah mengalihaksarakan suatu tulisan ke dalam aksara lain. Misalnya, dari aksara Arab ke aksara Latin. Berikut ini adalah Surat keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor: 158 Tahun 1987 - Nomor: 0543 b/u/1997 tentang Transliterasi Arab-Latin yang peneliti gunakan dalam penulisan Tesis ini. A. Konsonan
ARAB ا ة ت
NAMA Alif Ba‟ Ta‟
Latin B T
ث
Ṡ a‟
Ṡ
ج
Jim
J
ح
Ḥa‟
Ḥ
خ د
Kha Dal
Kh D
ذ
Żal
Ż
ر ز ش ش
Ra‟ Zai Sin Syin
R Z S Sy
ص
Ṣ ad
Ṣ
ض
Ḍ aḍ
Ḍ
ط
Ṭa
Ṭ
ظ
Ẓa
Ẓ
ع
„Ain
„
غ ف ق
Gain Fa Qaf
G F Q
KETERANGAN RUMUS* Be Te Es dengan titk di 1e60 & atas 1e61 Je Ha dengan titik di 1e24 & bawah 1e25 Ka dan ha De Zet dengan titik di 017b & atas 017c Er Zet Es Es dan ye Es dengan titik di 1e62 & bawah 1e63 De dengan titik di 1e0c & bawah 1e0d Te dengan titik di 1e6c & bawah 1e6d Zet dengan titik di 1e92 & bawah 1e93 Koma terbalik di „_ atas Ge Fa Qi xv
ك ل م ى و ه ء ي
Kaf Lam Mim Nun Wau Ha‟ Hamzah Ya‟
K L M N W H ‟ Y
Ka El Em En We Ha Apostrof ye
_‟
*
Rumus hanya dipergunakan untuk font yang tidak ada di kibor komputer gunanya untuk mempermudah. Rumus dioperasikan dengan cara mengetik kode yang tersedia lalu klik alt+x (kode pertama untuk huruf kapital dan kode kedua untuk huruf kecil). B. Vokal 1. Vokal Tunggal Tanda Vokal َا ِا ُا Contoh:
كتت: kataba
Nama Fatḥ ah Kasrah Ḍ ammah
dan
Latin A I U
Keterangan A I U
سئل: su‟ila
2. Vokal Rangkap
Tanda Vokal ْىَي ْىو َ
Nama Fatḥ ah dan ya‟ sakin Fatḥ ah dan wau sakin
Latin Ai Au
Keterangan A dan I A dan U
Contoh:
كيف: kaifa
dan
َحوْل َ = ḥ aula
3. Vokal Panjang Tanda Nama Vokal ىَب Fatḥ ah dan alif ىِي Kasrah dan ya‟ ىُو Ḍ ammah dan wau Contoh:
َقَبل
: qāla َقِيْل
Latin
Keterangan
Rumus
Ā Ī Ū
A dengan garis di atas I dengan garis di atas U dengan garis di atas
100 & 101 12a & 12b 16a & 16b
: qīla dan
ُيَ ُقوْل
: yaqūlu
C. Ta’ Matrbuṭ ah 1. Transliterasi untuk ta‟ matrbuṭ ah hidup Ta‟ matrbuṭ ah yang hidup atau yang mendapat harakat Fatḥ ah, Kasrah, dan Ḍ ammah, transliterasinya adalah “T/t”. xvi
2. Transliterasi untuk ta‟ matrbuṭ ah mati Ta‟ matrbuṭ ah yang mati atau mendapat harakat sakin, transliterasinya adalah “h”. Contoh: طلحة : ṭ alḥ ah. 3. Transliterasi untuk ta‟ matrbuṭ ah jika diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang “al-” dan bacaannya terpisah maka ta‟ matrbuṭ ah ditransliterasikan dengan “h”. Contoh:
روضة األطفبل الودينة الونورة
: rauḍ ah al-aṭ fāl : al-Madīnah al-Munawwarah
D. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydīd) Transliterasi Syaddah atau Tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan tanda tasydīd (ّ)ى, dalam transliterasi dilambangkan dengan huruf yang sama (konsonan ganda). Contoh:
رثّنب نسّل
: rabbanā : nazzala
E. Kata sandang alif-lam “”ال Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan hurug alif-lam ma„rifah “”ال. Namun dalam transliterasi ini, kata sandang dibedakan atas kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah. 1. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyi yaitu “ ”الdiganti huruf yang sama dengan huruf yang mengikuti kata sandang tersebut. Contoh:
الرّجل السيّدة
: ar-rajulu : as-sayyidah
2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai pula dengan bunyinya. Huruf sandang ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan tanda sambung (-). Aturan ini berlaku untuk kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah maupun kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah. Contoh: القلن : al-qalamu الفلسفة : al-falsafah F. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah yaitu menjadi apostrof (‟) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contoh: xvii
شيئ
: syai‟un
اهرت
: umirtu
النوء
: an-nau‟u
G. Huruf Kapital Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasi huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti keteranganketerangan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak menggunakan huruf kapital kecuali jika terletak di awal kalimat. Contoh:
وهب هحود إال رسول Abū Naṣ īr al-Farābīl
: Wamā Muhammadun illā rasūl
Al-Gazālī Syahru Ramaḍ ān al-lażī unzila fīh al-Qur‟ān H. Lafẓ al-Jalālah ()اهلل Kata Allah yang didahului dengan partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya, atau berkedudukan sebagai muḍ āf ilaih (frasa nomina), ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh:
دينبهلل ثبهلل
: dīnullāh : billāh
Adapun ta‟ matrbuṭ ah di akhir kata yang betemu dengan lafẓ ditransliterasikan dengan huruf “t”. Contoh:
al-jalālah,
هن في رحوة اهلل: hum fī raḥ matillah I. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah, dan kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata alQur‟an dari al-Qur‟ān, Sunah dari sunnah. Kata al-Qur‟an dan sunah sudah menjadi bahasa baku Indonesia maka ditulis seperti bahasa Indonesia. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh: Fī ẓ ilāl al-Qur‟ān As-Sunnah qabl at-tadwīn
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai modal dasar dan sarana utama perkembangan hidup manusia yang dibutuhkan dalam dimensi yang setara dengan tingkat daya cipta, daya rasa, dan daya karsa masyarakat beserta angota-anggotanya. Oleh karena antara manusia dengan tuntutan hidupnya saling berpacu berkat dorongan dari ketiga daya tersebut, maka pendidikan semakin penting. Bahkan boleh dikata, pendidikan merupakan kunci dari segala bentuk kemajuan hidup manusia sepanjang sejarah. Bahkan, proses pendidikan ada semenjak Allah menciptakan Adam a.s. dengan mengajarkan nama-nama sesuatu yang saat itu tidak diketahui malaikat. Sebagaimana dinyatakan dalam Q.S. Al Baqarah ayat 31-33:
َ َ َ َ َ َ َ َ َ أ َ أ َ ٓ ل َّ َ ل َّ َ َ ل أ َ َ أ ٓ َ َ أ َ ٓ َ َٰٓ ل َ َو َعلَّ ََم َ َءادم َٱۡلسما َءَ َُكهاَثم َع َٰٓ َ ِ ِنو ي َأِسسماءَِٰٓلٓاءَِن َ ۢنب َأ ال ق ف َ ة ِ ك ئ ل م ٱل َ َلَع م ه ض ر ِ ِ ِ َ أ أ َّ ٓ َّ َ َ َ ل ل أ َ َٰ َ َ ل ل أ َ َٰ َ َ َ أ َ َ َ ٓ َّ َ َ أ َ ك َأ َ َ ِيم َ١٣َ ِيم َٱۡلك ل َنت َٱل َعل ل ِنوا َسبحنك َٓا َعِلم ََلا َنِٓا َماَعلمتنا َۖٓنِن َ َقال١٣َ كنتم َص ِدقِني َ َ َ َ َٰٓ َ َ ل َ أ ل َ أ َ ٓ أ َ َ َّ ٓ َ َ َ ل َ أ َ ٓ أ َ َ َ َ أ َ ل َّ ل أ ِ ٓ َ أ َ ل َ َغ أي َب سمائ ِ ِهمَقالَألمَأقلَلكمَن ِ ِّنَأعلم َ الَيـادمَأۢنبِئهمَأِسسمائ ِ ِهمَۖٓفلماَأۢنبسهمَأِس َ ق َ َ أ َ َ أ َل َ لأل َ ََ ل لأ َ ألل َّ َ ِ تَ ََوٱۡل َِ َٰ ٱلس َم َٰ َو َ َ١١َ ۡرضَوأعلمَماَتبدو َوماَكنتمَتكتمِنو
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orangorang yang benar! Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?”
Manusia adalah makhluk yang secara alamiah akan megalami perubahan. Pada zaman dimana manusia berada dalam ruang lingkup kehidupan yang sederhana, pendidikan berkembang secara sederhana dengan tujuan yang amat terbatas yakni pada hal-hal untuk mempertahankan hidup. Seiring dengan perkembangan zaman, manusia telah dapat membentuk masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan hidup yang makin tinggi. Dalam kondisi ini pendidikan bukan hanya ditujukan pada pembinaan keterampilan melainkan juga pada pengembangan kemampuankemampuan teoritis dan praktis berdasarkan konsep-konsep berpikir ilmiah. Manusia dapat berubah karena wataknya yang fleksibel, Ia bisa menguasai ilmu pengetahuan, adat istiadat, nilai, atau aliran baru begitu pula meninggalkannya karena interaksi sosial (Darajat dkk, 2006, h.60). Islam menerima prinsip watak 1
fleksibilitas dan perubahan manusia, baik itu kelakuan, kebiasaan, keahlian, kemahiran dan pikiran manusia. Proses ini tidak terjadi secara otomatis, tetapi oleh proses pengajaran yang dilalui selama hidupnya. Dalam hal ini, Allah SWT memberikan ruang kepada manusia untuk berubah sebagaimana termaktub Dalam firman-Nya:
َّ َّ َ َ ل َ ِ ل َ َ أ َ َّ َٰ ل َ ِ ل َ َ ل نف َ َۡۗس ِه أم َ َ ِن ِ ٱّللَٓاَيغ ِّيَماَأِقِنو ٍمَحَّتَيغ ِّيواَماَأِس
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. Ar-Ra’du (13) :11) Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala perubahan struktur sosial dan pola budaya dalam masyarakat. Karena sesuai dengan watak dan sifat manusia yang fleksibel, secara alami setiap sosial budaya suatu masyarakat akan mengalami perubahan. Menurut Soemardjan (2009), “perubahan sosial adalah perubahanperubahan pada lembaga-lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai sosial, sikap dan pola tingkah laku antar kelompok dalam masyarakat” (h.447). Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan sosial yang sangat cepat. Perubahan sosial yang cepat itu meliputi berbagai bidang kehidupan dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial seperti industri, agama, ekonomi, pemerintahan, keluarga, termasuk pendidikan. Ahmadi (2004) menyatakan bahwa masalah pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam masyarakat merupakan refleksi masalah-masalah sosial di masyarakat (h. 14). Perubahan sosial secara alami akan terus terjadi karena yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Manusia diciptakan oleh Allah memiliki tujuan. Adam sebagai nenek moyang manusia dan merupakan symbol seluruh umat manusia diciptakan sebagai khalifah di muka bumi (Q.S. Al Baqarah (2):30). Dalam mengemban amanah ini manusia diberikan kelebihan berupa potensi yang memungkinkan untuk mengemban amanah tersebut. Dalam perspektif Islam, sebagaimana diuraikan Ramayulis (2015 h. 249), potensi atau fitrah dapat dipahami sebagai kemampuan atau hidayah yang bersifat umum, yaitu: 1) Hidayah wujdaniyah, potensi manusia yang berwujud insting naluri yang melekat langsung pada saat manusia dilahirkan. 2) Hidayah hisysyiyah, yaitu potensi yang diberikan dalam bentuk kemampuan indrawi. 3) Hidayah aqliyah, yaitu potensi aqal sebagai penyempurna dari potensi insting naluri dan indrawi. Dengan potensi ini manusia mampu berpikir dan berkreasi. 4) Hidayah diniyah, yaitu petunjuk yang diberikan berupa keyakinan dan aturan yang tertulis dalam al-Qur’an dan asSunnah. Dan 5) Hidayah taufiqiyyah, yaitu hidayah yang bersipat khusus. Untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki, manusia memerlukan bantuan orang lain yaitu proses pendidikan. Selain potensi yang diuraikan tersebut, manusia juga tidak terlepas dari potensi psikologis. Secara umum, fitrah sebagai potensi psikologis seperti yang disebutkan al-Qur’an hanya disebut sebagai kemampuan memahami keburukan dan kebaikan, tetapi sesuai dengan kenyataan kehidupan, bahwa manusia memang 2
dipersiapkan Tuhan untuk mengarungi kehidupan sebagai hamba, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berpasangan, maka di dalam potensi awal itu Tuhan juga menyiapkan sub potensi yang diperlukan manusia misalnya jatuh cinta, ketika menghadapi ancaman, ketika bersaing, ketika menyadari kemampuannya, ketika menyadari kelemahan dan realita lainnya (Mubarok, 2005 h. 28). Selain memiliki potensi, manusia juga memiliki kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Law Head, dalam Ramayulis (h. 252) membagi kebutuhan manusia: Kebutuahn jasmani, kebuthan rohani, kebutuhan yang menyangkut jasmani dan rohani, kebutuhan social, dan kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya yang merupakan tuntutan rohani mendalam, yaitu kebutuhan agama. Untuk memenuhi kebutuhan agama ini, diperlukan sebuah proses yang disebut pendidikan agama. Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pasal 28B ayat (2) dinyatakan bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.” Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sosial yang terjadi di masyarakat seharusnya bisa di kawal dengan baik oleh pemerintah, lembaga-lembaga pendidikan, dan tentunya masyarakat itu sendiri agar perubahan sosial yang terjadi tidak berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup serta tumbuh-kembang masyarakat. Disnilah pendidikan itu berperan. Oleh karena itu pada pasal selanjutnya, pasal 28C ayat (1) dinyatakan bahwa “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” Pasal ini secara implisit menyatakan pendidikan menjadi salah satu faktor utama meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia. Disisi lain, ini menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan . Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan bangsa Indonesia. Laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat yang tidak seimbang dengan ruang dan fasilitas pendidikan bahkan mutu pendidikan yang dirasakan menurun, adalah sebagian pekerjaan rumah dunia pendidikan di Indonesia. (Ihsan, 2010, h. 193) Kota Depok, adalah kota di Propinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Propinsi DKI Jakarta. Sebagai salah satu kota penyangga ibukota, Depok menjadi salah satu kota tujuan para pendatang untuk mengadu nasib. Hal demikian menjadikan Kota Depok menjadi kota yang padat penduduk dan mengalami laju pertumbuhan yang cukup pesat. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok (BPS Kota Depok, 2014, h. 41) mencatat pada Tahun 2013 jumlah penduduk Kota Depok sebanyak 1. 962. 160 jiwa. Padahal pada tahun 2010 Kota Depok berpenduduk sebanyak 1. 736. 565 jiwa. Selama tiga tahun pertumbuhan penduduk mencapai 225.595 jiwa atau 12,9 %. Pertumbuhan penduduk yang pesat di Kota Depok, selain menjadi asset namun juga menjadi masalah tersendiri, khususnya penyandang masalah sosial dan kesejahteraan. Pada tahun 2010, jumlah anak terlantar sebanyak 30 anak dan 3
meningkat tajam pada tahun 2013 yang berjumlah 405 atau meningkat sebanyak 1.250%. Pada tahun 2010 jumlah anak jalanan sebanyak 270 anak dan pada tahun 2013 meningkat jumlahnya menjadi 500 anak atau meningkat sebanyak 85,2 %. (BPS, h. 117) Pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan perubahan sosial dan menimbulkan masalah-masalah sosial menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Jumlah anak terlantar dan anak jalanan yang sangat signifikan di Kota Depok menggugah para pemerhati, pegiat, dan relawan pendidikan untuk menjawab tantangan pendidikan tersebut. Sementara itu, berdasarkan data Susenas BPS pada 2013 menunjukkan lebih dari 54 persen umat Islam Indonesia tidak bisa membaca al-Quran (republika.co.id, 9/11/2014). Ini menunjukkan bahwa lebih dari setengah umat Islam di Indonesia tidak bisa membaca al-Qur’an. Di kota Depok, angka melek huruf sebesar 99,07 %, namun jika dilihat dengan angka melek Al Qur’an data Susenas BPS tersebut menunjukkan bahwa angka melek al-Qur’an belum sebanding dengan angka melek huruf latin. Dalam struktur kurikulum 2013 untuk SMA (Kemendikbud, 2013 h.3), Pendidikan Agama Islam termasuk dalam struktur kelompok mata pelajaran wajib yang dialokasikan 3 jam pelajaran perminggu, baik untuk kelas X, XI, dan XII. Waktu yang sangat singkat untuk bisa mempelajari dan memahami agama Islam. Alokasi waktu yang dipersiapkan untuk PAI di SMA memang sangat minim sehingga internalisasi nilai-nilai agama masih dirasa sangat kurang. Untuk menjawab tantangan tersebut dibutuhkan banyak ide-ide kreatif. Ideide inilah yang dikenal dengan inovasi. Dalam pendidikan, inovasi diarahkan untuk mengejar ketertinggalan-ketertinggalan akibat pesatnya laju teknologi, terselenggaranaya pendidikan bagi seluruh warga masayarakat Indonesia, serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Stephen Robbins, mendefnisikan inovasi sebagai sebuah gagasan atau ide baru yang diterapkan untuk memperbaiki suatu produk dan jasa. Dari pengertiannya tersebut Stephen Robbins mempunyai tiga hal yang di fokuskannya: 1. Gagasan atau ide baru yaitu pengolahan pola pikir dalam mengamati fenomena yang sedang terjadi dalam segala bidang termasuk bidang pendidikan, gagasan atau ide baru ini bisa berupa suatu penemuan dari sebuah gagasan pemikiran, ide, sampai dengan kemungkinan gagasan yang mengkristal. 2. Produk & jasa merupakan hasil dari langkah lanjutan adanya gagasan atau ide baru yang di follow up dengan segala kegiatan, kajian, percobaan dan penelitian sehingga dapat melahirkan konsep yang konkret dalam bentuk produk & jasa yang siap di implementasikan dan dikembangkan termasuk dibidang pendidikan. 3. Upaya perbaikan ialah usaha yang sistematis untuk melakukan perbaikan dan melakukan penyempurnaan secara bertahap dan terus menerus agar hasil inovasi itu dapat terasa manfaatnya. Sementara itu, Mattew B. Miles (1973) dalam bukunya Innovation in Education (Wahyudin, 2009 h. 96) mendefinisikan inovasi sebagai spesies dari jenis peubahan (Innovation is a species of the genus change). Inovasi adalah suatu perubahan yang sifatnya khusus (specific), memiliki nuansa kebaruan (novel), dan 4
disengaja melalui progam yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu (planned and deliberate), serta dirancang untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari suatu sistem tertentu (goals of the system). Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI), agar ajaran Islam dapat dipelajari secara efektif, efisien, dan sesuai tuntutan zaman, maka inovasi adalah sebuah keniscayaan. Ini disebabkan bahwa PAI sangat dibutuhkan agar dalam kondisi perubahan sosial yang semakin kompleks, umat bisa memahami ajaran agama secara benar dan meningkatnya kualitas hidup umat Islam dalam segala aspek kehidupan. Terlebih di sekolah-sekolah umum yang porsi waktu untuk PAI sangat sedikit. Pokok pertama materi Pendidikan Agama Islam pada dasarnya adalah alQur’an. Sebagai pokok agama, al-Qur’an memegang peranan yang sangat signifikan dalam pembentukkan tingkah laku manusia atau pembentukkan akhlaq yang mulia. Artinya bahwa, seseorang akan melahirkan sebuah tata nilai yang luhur dan mulia jika mengikuti sumber dari al-Qur’an. Tata nilai itu kemudian melembaga dalam suatu masyarakat dan pada gilirannya akan membentuk sebuah kebudayaan dan peradaban yang islami. Oleh karena itu, kemampuan menulis, membaca, mengerti, dan sekaligus menghayati isi bacaan al-Qur’an, khususnya di sekolah baik yang dibawah lembaga agama atau lembaga umum, adalah sangat penting dalam meningkatkan moral anak didik. Dengan demikian, sebagai orang tua di sekolah, guru sudah semestinya turut memperhatikan dan bertanggung jawab terhadap perkembangan pemahaman agama anak didiknya. Karena perkembangan anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya. Mempelajari al-Qur’an itu sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit, asal ada kemauan dan usaha mempelajarinya pasti akan mampu membaca dan memahami alQur’an dengan baik, Allah sudah menjamin kemudahannya bagi umat yang mau mempelajari al-Qur’an, firman Allah dalam al-Qur’an :
َ َ َ َ أ َ َّ أ َ أ ل أ َ َ ِ أ ُّ َف َه ألَم ٣١َِنَم َّدك ِٖر َولقدَيَّسناَٱلقرءا ََل ِلِك ِر
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (Q.S. al-Qomar (54) ayat 17) َ
Di Kota Depok, Jawa Barat, ada lembaga pendidikan yang menampung anakanak korban perubahan sosial masyarakat. Sekolah ini dikenal dengan nama Sekolah Master, yang merupakan kependekan dari Masjid Terminal. Di Sekolah Masjid Terminal Terpadu Kota Depok ini diselenggarakan pendidikan non formal berupa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan sekolah terbuka dibawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri. Alumni sekolah yang berdiri pada tahun 2000 ini tersebar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Tidak sedikit pula yang melanjutkan ke perguruan tinggi, baik perguruan tinggi negeri seperti Universitas Indonesia, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Islam Negeri maupun perguruan tinggi swasta seperti Unindra. Bahkan, ada beberapa alumni yang mendapatkan beasiswa kuliah ke perguruan tinggi di timur tengah seperti Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, maupun Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Ada juga alumni Paket B setara SMP yang melanjutkan ke sekolah setingkat SMA di Afrika 5
Selatan (edukasi.kompas.com, 4/01/2012). Dua siswa yang melanjtkan ke timur tengah telah hafal al-Qur’an 30 juz. Keberhasilan yang diperoleh para alumni ini tidak terlepas dari program pendidikan inovatif yang digunakan di SMI ini. Termasuk didalamnya inovasi Pendidikan Islam. Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan penulis di sekolah Master, Kota Depok, menunjukkan bahwa sekolah ini layak diteliti karena memiliki program dalam pembelajarannya yang dikenal dengan Majelis Tadabbur al-Qur’an yang disingkat Mataqu sebagai sebuah inovasi dalam Pendidikan Agama Islam. Sugeng Riyanto, Kepala Divisi pendidikan Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim) dalam wawancara pada penelitian pendahulu (28/3/2016) menjelaskan, Sekolah Masjid Terminal Terpadu adalah sekolah gratis yang menampung orangorang yang termarjinalkan dengan perubahan sosial masyarakat. Mereka adalah golongan menengah ke bawah yang tidak punya biaya dan fasilitas untuk melanjutkan pendidikan. Tidak sedikit dari mereka yang harus mencari uang sendiri dengan cara mengamen, menjadi tukang asongan, tukang semir, tukang parkir, bahkan anak-anak remaja yang hidupnya luntang lantung di jalanan. Sekolah ini hadir untuk memberikan mereka harapan besar menjadi manusia yang sukses dalam hidup mereka. Oleh karena itu, pendidikan agama menjadi peindidikan utama di sekolah ini. Walaupun Sekolah Masjid Terminal Terpadu sebenarnya adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan sekolah terbuka dengan jumlah siswa dari tungkat PAUD sampai SMA sebanyak 1.470 siswa, namun lulusan dari sekolah ini tidak kalah dibanding dengan sekolah-sekolah formal lainnya. Ini terbukti dengan banyaknya lulusan sekolah ini yang melanjutkan ke perguruan tinggi negeri termasuk yang diterima di universitas di luar negeri semisal Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir dan Universitas Madinah, Arab Saudi. Diterimanya lulusan sekolah ini di perguruan tinggi negeri dan pergurusn tinggi Islam di luar negeri tidak terlepas dari program pendidikan yang diterapkan di sekolah ini ditambah lagi dengan dedikasi para pengurus, relawan dan fasilitator (sebutan untuk guru). Diantara program dalam bidang Pendidikan Agama Islam adalah program Majelis Tadabbur al-Qur’an (Mataqu). Sebenarnya, istilah Mataqu digunakan sejak tahun 2013, namun isi dari program ini sudah berjalan sejak sekolah ini didirikan. Sebelum Mataqu program ini bernama Bimbingan Baca al-Qur’an (BBQ). Mataqu diterapkan dan dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan: PAUD, TK, SD, SMP, SMA, Paket A (Setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (Setara SMA). Tujuan dari program ini adalah bahwa lulusan SMI minimal bisa membaca dan menulis al-Qur’an serta memahami kandungannya dengan baik dan benar. Program ini dilaksanakan setiap hari sebelum jam pelajaran dimulai. Satu setengah jam sebelum jam pelajaran dimulai, setiap siswa diwajibkan untuk mengikuti belajar membaca, menulis dan memahami kandungan al-Qur’an yang di bimbing oleh para relawan tutor. Bagi siswa yang telah mampu membaca dengan baik dan benar menjadi tutor sebaya bagi temannya. Pada hari-hari tertentu, terkhusus bagi siswa 6
SMA Terbuka dan Paket C, diselingi dengan training motivasi oleh fasilitator atau mengundang trainer dari eksternal sekolah. Kecerdasan setiap siswa di sekolah ini sangat heterogen. Ada sebagian siswa yang mereka bukan hanya mampu membaca dan menulis al-Qur’an dengan baik dan benar namun mereka juga mampu menghafal. Untuk memenuhi “kebutuhan” kecerdasan siswa hebat ini, pihak yayasan memfasilitasinya dengan asrama khusus sehingga mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus menghafal al-Qur’an. Ini terbukti dengan beberapa lulusannya yang hafal al-Qur;an 30 juz dan mendapatkan beasiswa kuliah di universitas di Timur Tengah. Jika diamati, program ini sebenarnya sederhana namun memberikan dampak yang luar biasa. Diantara kegiatan dalam program ini adalah: 1) Program Baca Tulis al-Qur’an, 2) Training motivasi, 3) Asrama Tahfiz}, 4) Pondok Pesantren Terpadu, 5) Pemahaman kandungan al-Qur’an, 6) Training mendidik dengan menjadi Tutor sebaya. 7) Praktek Ibadah dan pemahan hukum Islam Selain sekolah yang terletak di Terminal Terpadu Kota Depok, saat ini yayasan ini mendapatkan bantuan berupa pinjaman rumah dari warga yang berada di sekitar Sekolah Masjid Terminal Terpadu, saat ini ada 3 (tiga) unit rumah yang ditempati siswa. Rumah ini diperuntukkan bagi siswa yang bertakhassus dalam menghafal al-Qur’an dan satu Pondok Pesantren di Jonggol, Bogor, Jawa Barat dengan status wakaf. B. Identifikasi Masalah Dalam latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Watak fleksisbilitas manusia bisa menguasai sekaligus meninggalkan ilmu pengetahuan, adat, nilai dan aliran baru disebabkan adanya interaksi sosial 2. Perubahan sosial yang cepat mengakibatkan masalah tersendiri dalam pendidikan. 3. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat tidak diimbangi dengan sarana dan fasilitas pendidikan. 4. Tingginya angka kriminalitas yang dilakukan oleh anak dan remaja Di Propinsi Jawa Barat, khususnya Kota Depok. 5. Kebutuhan sipritualitas sebagai fitrah manusia yang ingin dipenuhi. 6. Minimnya umat Islam yang mampu membaca ayat suci al-Quran 7. Kurangnya inovasi dalam pendidikan agama islam yang mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa membaca tulis al-Qur’an. 8. Terbatasnya waktu belajar mata pelajaran PAI di sekolah umum, khususnya SMA. C. Batasan Masalah Dari identifikasi masalah tersebut agar penelitian ini lebih terarah dan fokus, maka penulis membatasi permasalahan ini pada siswa yang mengikuti Program Mataqu di Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok dalam meningkatkan kecerdasan spiritual. Karena inovasi Mataqu dalam Pendidikan Agama Islam diharapkan memberikan andil besar dalam meningkatkan kecerdasan sipritual dan pemahaman siswa terhadap ajaran Islam. 7
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang diambil peneliti hanya berkenaan dengan inovasi pembelajaran PAI pada program Mataqu yang dilakukan di SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok dalam meningkatkan kecerdasan spiritualitas siswa. Mengingat sekolah ini merupakan sekolah gratis yang siswanya adalah korban perubahan sosial yang terjadi di masyarakat namun sekolah ini memiliki prestasi yang luar biasa, terkhusus dalam pendidikan agama Islam. Dalam upaya memfokuskan masalah tersebut, penulis merumuskan masalahnya dengan membuat pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana inovasi Pendidikan Agama Islam pada program Majelis Tadabbur alQur’an di SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok? 2. Apakah program Majelis Tadabbur al-Qur’an meningkatkan kecerdasan spiritualitas siswa? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini dilihat dari dua aspek, yaitu secara akademis dan terapan. 1. Akademis Secara akademis, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam pada Mataqu di SMI Depok dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siwa 2. Terapan Secara terapan, penelitian ini untuk memberikan pengetahuan deskripsi inovasi pendidikan agama Islam pada program Mataqu dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa di Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok. F. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan diharapakan penelitian ini bermanfaat terhadap penulis, lembaga pendidikan, lembaga pemerintah, peneliti berikutnya, dan keilmuan terkait program studi penulis. 1. Penulis Manfaat penelitian bagi penulis adalah menambah pengetahuan dan pengalaman terkait fokus penelitian 2. Lembaga Pendidikan dan Pemerintah Manfaat penelitian bagi lembaga pendidikan dan lembaga pemerintah adalah memberikan rekomendasi untuk pengambilan kebijakan di masa depan, sehingga mutu pendidikan lebih baik. 3. Penelitian Berikutnya Manfaat penelitian bagi peneliti lainnya adalah sebagai gambaran sekaligus modal awal untuk melakukan penelitian selanjutnya. 4. Keilmuan Program studi dan khazanah keilmuan Manfaat penelitian bagi program studi Magister PAI dan menambah khazanah dan mengembangkan keilmuan PAI.
keilmuan adalah 8
G. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan dengan apa yang dikaji penulis sebagai berikut: Ali Amran (Tesis, 2015), tentang Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini Berbasis Edutainment di TK Qurrota A’yun Pondok Pesanteen Anak Bantul Jokjakarta. Mengemukakan berdasarkan penemuan penelitiannya bahwa Pengembangan kecerdasan spiritual anak berbasis eduatianment di TK Qurrota A’yun dengan cara memberikan contok sikap keteladanan, pembiasaan, perkataan, dan setiap kegiatan pembelajaran oleh ustadz/ustadzah. Kemudian, adanya relevansi prinsipprinsip edutainment dengan kecerdasan spiritual yang teraktualisasikan dalam kegiatankegiatan yang ada di RKM dan RKH yang meliputi kegiatan pembukaan/klasikal, kegiatan inti, ishoma dan kegiatan penutup. Berbeda dengan peneilitian dalam tesis di atas, jika dalam penelitian di atas program berbasis edutainment yang berimplilkasi pada pengembangan keserdasan spiritual, penulis dalam peneitian ini akan membahas progam Majelis Tadabbur alQur’an (Mataqu) yang merupaka inovasi program dalam Pendidikan Agama Islam dalam pengamalan al-Qur’an. Kemudian dari sisi objek pun berbeda, penelitian diatas adalah siswa Taman Kanak-Kanak, maka penelitian ini objek naya adalah siswa SMA Terbuka. Islamiah (Tesis, 2015) tentang Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Kabiupaten Magelang. Berdasarkan penemuan dalam penelitiannhya, Inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di MI Kabupaten Magelang adalah dengan cara mengembangkan KTSP menjadi KTSP Berkarakter. Di dalam KTSP Berkarakter itu dalam visi dan misinya ada karakter yang diunggulkan. Dari langkah-langkah yang telah dilakukan menunjukkan langkah inovasi dalam membuat kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar dalam pelaksanaan pembelajarannya tidak hanya terfokus kompetensi siswa pada pengetahuan agama Islam saja akan tetapi bisa tertanam dalam sikap dan perbuatannya yang mencerminkan pengamalan ajaran Islam. Sebagai implementasi inovasi pembelajaran pendidikan agama Islam diimplementasikan dalam pengembangan silabus, penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan memasukkan karakter ke dalam unsur-unsur tersebut. pembelajaran agama Islam. Dan untuk kegiatan evaluasi dilakukan penilaian tes unjuk kerja seperti wudhu, sholat, sholat, membaca al-Qur’an, hafalan asmaul khusna, hafalan surat-surat pendek, hafalan doa-doa harian dan hafalan ayat-ayat pilihan dan hadist pilihan. Sedangkan untuk aspek sikapnya dilakukan dengan observasi selama peserta didik ada di dalam kelas. Sebagai laporan kepada orangtua/ wali murid, madrasah memberikan rapor tersendiri dengan nama rapor praktek keagamaan. Sebagai implikasi dari inovasi yang telah dilakukan Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Kabupaten Magelang menjadikan pendidikan agama Islam merupakan bagian kesehariannya bagi diri siswa. Berbeda dengan penelitian dalam tesis tersebut, bahwa hanya inovasi pembelajaran Agama Islam yang diimplementasikan di Madrasah Intidaiyah di Kabupaten Magelang tanpa dihubungkan dengan pengembangan kecerdasan spiritual 9
siswa. Dan objeknya juga adalah Madrasah Ibtidaiyah yang merupakan sekolah formal di bawah naungan kementerian Agama. Mariati (Jurnal Pencerahan Majelis Pendidikan Daerah Aceh, 2012) dengan judul “Manajemen pembelajaran Al Qur’an Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Cabang Iii Ingin Jaya Aceh Besar”. Dalam tulisan di jurnal ini, manajemen pembelajaran Al Qur’an dilaksanakan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan dengam membentuk Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Dalam wadah ini semua guru Al Qur’an berkumpul untuk menyusun silabus, program tahunan, program semester, dan RPP. Pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an di SDIT Nurul Fikri Aceh dilaksanakan selama 8 jam pelajaran pada tiap kelas perminggunya. Baik itu program qiroati ataupun tahfiz. Tempat pelaksanaan pembelajaran tidak hanya di kelas, akan tetapi juga di luar kelas, yaitu musholla, aula, dan di bawah pohon. Evalusai dilaksanakan dengan tiga tahap, yaitu ulangan harian, ulangan tengah semester dan ulangan umum. Berbeda dengan penelitian yang ditulis di jurnal tersebut, jika penelitian di atas dilakukan di sekolah formal dengan embel-embel Islam terpadunya, penelitian yang akan saya lakukan adalah program pembelajaran al-Qur’an integratif dengan inovasiinovasi di dalamnya dan dilaksanakan di sekolah non formal dengan basis siswa anakanak jalanan dan dhuafa. Fitri Oviyanti (Jurnal TA’DIB IAIN Raden Fatah, 2013) dengan judul “Inovasi Pembelajaran PAI dengan Pengembangan Model Contructivism pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”. Dalam tulisan di Jurnal ini, disebutkan bahwa pembelajaran PAI sejatinya memiliki kekuatan pada aspek afeksi (afektif), dan psikomotor, sehingga target pembelajaran PAI di sekolah adalah bagaimana agama dalam diri anak dapat menafasi profesinya. Dengan kata lain, PAI di sekolah dapat membentuk anak yang memiliki perilaku profesi (professional), tetapi nafasnya agama (Islami). Ini yang menjadi tantangan para guru PAI di sekolah. Dalam rangka mewujudkan target tersebut, maka pembelajaran PAI perlu disetting sedemikian rupa. Salah satunya adalah menggunakan pendekatan saintific, seperti yang mendasari model konstruktivisme. Inivasi pembelajaran kontruktivisme ini untuk menjawab permasalahan tentang rendahnya mutu kualitas pembelajaran ini diharapkan lebih meningkat. Sebab, pada model pembelajaran ini keaktivan siswa atau peserta didik lebih diutamakan. Penelitian yang dituangkan dalam jurnal di atas adalah penelitian yang dilakukan di sekolah jalur formal, pendidikan dasar dan menengah (SD, SMP, dan SMA) Berbeda dengan penelitian yang saya lakukan, saya ingin melihat bagaimana inovasi PAI, yang mencakup krikulum, metode dan model pembelajaran, evaluasi dan model pembelajaran di sekolah jalur non formal berupa Pusat Kegiatan Masayarakat (PKBM) yang telah dikenal masyarakat dengan sebutan Sekolah Masjid Terminal Terpadu di Kota Depok Propinsi Jawa Barat.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran al Qur’an 1. Pembelajaran Membaca al Qur’an Membaca dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “baca”, yang berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, juga bermakna mengeja atau melafalkan apa yang tertulis (Alwi dkk, 2007, hal. 83). Secara sederhana, “baca” dapat di artikan sebagai ucapan lafadz bahasa lisan menurut aturan-aturan tertentu. Pada dasarnya membaca meliputi beberapa aspek, yaitu: a. Kegiatan visual, yaitu yang melibatkan mata sebagai indera b. Kegiatan yang terorganisir dan sistematis, yaitu tersusun dari bagian awal sampai pada bagian akhir c. Sesuatu yang abstrak (teoritis), namun bermakna d. Sesuatu yang berkaitan dengan bahasa dan masyarakat tertentu. (Harun, 2007 h. 11) Penyampaian wahyu pertama kepada Nabi Muhammads saw melalui Malaikat jibril adalah pembelajaran al-Qur’an pertama dalam sejarah. Ketika Jibril menyampaikan ayat pertama dari wahyu pertama, surah al-Alaq ayat 1-5, Jibril menyampaikan secara berulang sebanyak tiga kali kepada Nabi Muhammad saw merupakan metode pengajaran al-Qur’an. Setiap al-Qur’an diturunkan, Nabi Muhammad saw menyampaikan dan mengajarkan kepada para sahabatnya. Dalam perkembangan pengajaran al-Qur’an, banyak metode yang diterapkan sepanjang sejarah, baik tidak struktur maupun yang terstruktur. a. Jenis metode pengajaran al Qur’an 1) at-Thariqah at-tarkibiyyah (Metode Sintetik) Yaitu metode pengajaran membaca yang dimulai dari pengenalan huruf Hijaiyyah terlebih dahulu. Kemudian diberi harakat/tanda baca, lalu disusun menjadi sebuah kalimat/kata, kemudian dirangkaikan dalam suatu jumlah (kalimat) dalam istilah bahasa Indonesia. Metode ini dikenal dengan istilah Thariqat Alif Ba Ta (Metode Alfabet). Menurut metode ini kita mulai mengajarkan nama-nama huruf Hijaiyyah menurut urutan yang sekarang ini dari alif, ba, ta sampai ya. Kelemahan metode ini dalam belajar membaca adalah memerlukan waktu yang cukup lama. Sedang kebaikannya adalah peserta didik sangat memperhatikan huruf per huruf sampai terbentuk menjadi kalimat. Di samping itu, metode ini sangat membantu bagi peserta didik yang kurang cerdas dan guru yang belum pengalaman. Dan contoh dari metode ini adalah metode Baghdadiyyah. 2) at-Thariqah as-Shautiyyah (Metode Bunyi) Metode ini dimulai dengan bunyi huruf bukan nama-nama huruf. Contohnya; Aa, Ba, Ta dan seterusnya. Dari bunyi ini disusun menjadi suku kata yang menjadi sebuah kalimat yang teratur. Kekurangan metode ini adalah peserta didik kurang 11
mengenal nama huruf. Dan kelebihan metode ini bagi guru yang menguasai metode akan mempercepat peserta didik dalam membaca, dan peserta didik akan dihadapkan langsung cara baca yang menuntut kefasihan pengucapan. Contoh dari metode ini diantaranya metode iqra dan metode qiroati. 3) at-Thariqah al-Musyafahah (Metode Meniru) Sebagai pengembangan dari metode bunyi, lahirlah meniru bacaan dari seorang guru sampai hafal. Setelah itu baru peserta didik diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda bacanya dari kalimat yang dibacanya. Metode ini sejalan dengan naluri anak dalam belajar bahasanya sendiri. Dia mengucapkan kalimat secara langsung tanpa ada pikiran-pikiran untuk menguraikan huruf-hurufnya. Kelebihan metode ini adalah, secara naluri anak belajar membaca al-Qur’an sebagaimana belajar bicara bahasanya sendiri. Namun kelemahannya Guru harus mengulang-ulang bacaannya dalam batasbatas tertentu. Contoh dari metode ini adalah metode tilawah, hafalan surah pendek, hafalan doa, dan bacaan shalat. 4) at-Thariqah al-Jaami’aht (Metode Campuran) Karena berbagai metode di atas ada beberapa kelemahan, maka sekarang banyak berkembang metode-metode atau pembaharuan metode dengan metode campuran. Dengan metode campuran ini guru diharapkan kebijaksanaannya dalam mengajar membaca. Misalnya bagi anak-anak yang sudah dapat membaca tapi belum mengenal huruf hijaiyyah maka diajarkan dengan metode musyafahah dengan memperhatikan makhraj huruf per huruf. Contoh dari metode ini adalah metode Yanbu’a (Sophia dan Mujab, 2014, h. 336-338). Pada dekade belakangan ini telah banyak bentuk metode pengajaran baca tulis al-Qur'an dikembangkan, begitu juga buku-buku panduannya telah banyak disusun dan dicetak. Para pengajar baca tulis al-Qur'an tinggal memilih metode yang paling cocok baginya, paling efektif dan paling murah. Dunia pendidikan mengakui bahwa suatu metode pengajaran senantiasa memiliki kekuatan dan kelemahan. Banyak ditemukan metode pembelajaran membaca al-Qur’an mulai dari al-Baghdadi, Qiraati, Iqro’, Yanbu’a, Insani, Tartila dan lainnya, yang dapat mempermudah pebelajar membaca al-Qur’an dengan cepat. Keberhasilan suatu metode pengajaran sangat ditentukan oleh beberapa hal,yaitu : 1) Kemampuan guru. 2) Siswa 3) Lingkungan. 4) Materi pelajaran. 5) Alat pelajaran. 6) Tujuan yang hendak dicapai. Dalam mengajarkan baca tulis al-Qur'an harus menggunakan metode. Dengan menggunakan metode yang tepat akan menjamin tercapainya tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan merata bagi siswa.
12
b. Bentuk metode pengajaran al-Qur’an 1) Metode al-Baghdadiyah Metode ini disebut juga dengan metode “Eja“. Syamsir (dalam M.Y. Zulkifli dkk, 2010) menyatakan, “The Baghdadiyyah method however, had existed long time and believed to have been introduced by Abu Mansor Hafzul Fikri Al-Baghdadi in the year of 376 Hijrah” (p. 22). Metode ini telah seabad lebih berkembang secara merata di tanah air. Secara diktatik, materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum sifatnya kepada materi yang terinci (khusus) (Komari, 2008). Metode ini dimulai dengan pengenalan huruf Arab, pengucapan huruf ditambah harokat Fathah, dhammah dan kasrah, kemudian tanwin. Secara bertahap pelajaran memperkenalkan harokat tasydid dengan huruf alif, wawu, dan ya. Kemudian, melanjutkan pelajaran dengan harokat tasydid dan huruf nun. pelajaran secara bertahap diperkenalkan dengan meningkatnya frase suku kata, mulai dari dua dan meningkat menjadi lebih banyak. Ketika ini dilaksanakan, siswa diharapkan untuk membaca Juz Amma sebelum melanjutkan ke Surah al-Baqarah. Secara garis besar, Qoidah al-Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut menjadi tema central dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama. Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat. Beberapa kelebihan Qoidah al-Baghdadiyah antara lain. a) Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif. b) 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara utuh sebagai tema sentral. c) Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi. d) Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik tersendiri. e) Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah. (Komari, 2008, h.1) 2) Metode al-Barqy Metode al-Barqy adalah salah satu metode belajar membaca dan menulis alQuran yang ditemukan oleh Muhadjir Sulthon seorang dosen Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1965. Metode ini disebut juga sebagai metode anti lupa karena struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan huruf-huruf atau suku kata yang telah dipelajari, maka akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru (Astuti, 2013 h. 352). Muhadjir Sulthon (1999) mengungkapkan pengajaran membaca dan menulis huruf hijaiyah dengan metode al-Barqy ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain harus diajarkan secara gradual, dibaca langsung tanpa dieja, tidak diperkenalkan nama huruf hijaiyah, dituntut keaktifan siswa bersifat praktis (diajarkan langsung dalam bentuk praktek), dan sederhana (diawali dengan menerangkan hurufhuruf yang mudah diucapkan) (h.4). 13
Muhadjir Sulthon Manajemen (MSM) merupakan lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal pemberantasan buta Baca Tulis aQur’an dan Membaca Huruf Latin. Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kota besar di Indonesia, Singapura & Malaysia. Metode ini disebut anti lupa karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan hurufhuruf/suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan Anti Lupa itu sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Agama RI. Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa sehingga secara langsung dapat mempermudah dan mempercepat anak/siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar membaca al-Qur’an menjadi semakin singkat. a)
b)
c)
Keuntungan yang di dapat dengan menggunakan metode ini adalah: Bagi guru (guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat mengajar dengan lebih baik, bisa menambah penghasilan di waktu luang dengan keahlian yang dipelajari), Bagi Murid (Murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya lebih murah), Bagi Sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena murid muridnya mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat dibandingkan dengan sekolah lain) (Sophia & Mujab, 20014, h, 342-343)
3) Metode Iqro’ Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM (Angkatan Muda Masjid dan Musholla) Yogyakarta dengan membuka TK al-Qur'an dan TP al-Qur'an. Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas DPP BKPRMI di Surabaya yang menjadikan TK al-Qur'an dan metode Iqro’ sebagai sebagai program utama perjuangannya. Metode Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat perhatian anak TK al-Qur'an. 10 sifat buku Iqro’ adalah : a) Bacaan langsung. b) CBSA c) Private. d) Module. e) Asistensi f) Praktis g) Disusun secara lengkap dan sempurna h) Vriatif i) Komunikatif j) Fleksibel. (Komari, 2008 h. 3) Kelebihan dari metode ini santri akan lebih mudah dan cepat dalam membaca. Namun kelemahannya, santri yang purna belajar belum bisa membaca al-Qur’an 14
dengan sempurna, harus belajar membaca al-Qur’an dengan guru lagi karena bila mendapati kalimat yang tidak lazim bacaannya dapat dibenarkan secara langsung. 4) Metode Qiro’ati Metode baca al-Quran Qira'ati ditemukan KH. Dachlan Salim Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang disebarkan sejak awal 1970-an ini memungkinkan anak-anak mempelajari al Qur'an secara cepat dan mudah. Kiai Dachlan yang mulai mengajar al-Qur'an pada 1963, merasa metode baca al Qur'an yang ada belum memadai. Misalnya metode Qoidah al-Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak mengenalkan cara baca tartil. Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran Membaca al Qur'an untuk TK al-Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada l Juli 1986. Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat, supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qira'ati. Tapi semua orang boleh diajar dengan metode Qira'ati. Dalam perkembangannya, sasaran metode Qira’ati kian diperluas. Kini ada Qira’ati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa. a) b) c) d)
Secara umum metode pengajaran Qiro’ati adalah : Klasikal dan privat Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri ( CBSA) Siswa membaca tanpa mengeja. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan cepat. (Komari, 2008 h. 4).
5) Metode Yanbu’a Yanbu’a merupakan metode pembelajaran al-Qur’an ciptaan dari Tim Penyusun yang dipimpin oleh KH. M. Ulil Albab Arwani, beliau adalah putra kiai kharismatik dari Kudus yang dikenal sebagai ahli ilmu al-Qur’an yaitu KH. Muhammad Arwani. Metode Yanbu’a mempunyai arti sumber, mengambil dari kata Yanbū’ul Qur’an yang berarti sumber al-Qur’an. Yanbu’a berkembang pada tahun 2004, terdiri dari 7 juz atau jilid untuk TPQ dan 1 juz untuk pra TK dan dalam pembelajarannya dimulai dengan pengenalan huruf hijaiyyah beserta harakatnya ditulis secara bertahap, dari tingkat yang sederhana sampai kepada tingkat yang paling sulit. Selain itu, dalam Yanbu’a tidak hanya diajarkan tentang membaca al-Qur’an saja, tetapi juga diajarkan menulis al-Qur’an. Munculnya Yanbu’a adalah usulan dan dorongan dari alumni Pondok Tahfiz{ Yanbū’ul Qur’an, supaya mereka selalu ada hubungan dengan pondok di samping usulan dari masyarakat luas juga dari Lembaga Pendidikan Ma’arif serta Muslimat terutama dari cabang Kudus dan Jepara. Mestinya dari pihak pondok sudah menolak, karena menganggap sudah cukup metode yang ada. Tapi karena desakan yang terus menerus dan memang dipandang perlu, terutama untuk menjalin keakraban antara alumni dengan pondok serta untuk menjaga dan memelihara keseragaman bacaan al-Qur’an (Arwani, 2004, h. 1).
15
Penyampaian materi pembelajaran dengan metode Yanbu’a dilakukan dengan berbagai macam metode, antara lain: Pertama, Musyāfahat yaitu guru membaca terlebih dahulu kemudian siswa menirukan. Dengan cara ini guru dapat menerapkan membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan siswa akan dapat melihat dan menyaksikan langsung praktek keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya. Kedua, ’Ardul Qirā’at yaitu siswa membaca di depan guru sedangkan guru menyimaknya. Sering juga cara ini disebut dengan sorogan. Ketiga, Pengulangan yaitu guru mengulang-ulang bacaan, sedangkan siswa menirukannya kata per kata atau kalimat per kalimat, juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar (Arwani, 2004, h.2). Tujuan Metode Baca al-Qur’an Yanbu’a menurut Arwani (2004, h.1) terdapat lima tujuan penyusunan harīqat baca al-Qur’an Yanbu’a, yang itu semua merupakan bukti pengabdian Yanbu’a bagi masyarakat khususnya berkaitan dengan pembelajaran al-Qur’an. Tujuan tersebut dapat dijabarkan bahwa yang terpenting dari tujuan disusunnya metode baca al-Qur’an Yanbu’a adalah kemampuan membaca al-Qur’an secara baik dan benar sesuai dengan kaidah baca dan aturan yang telah diturunkan kepada para ahli al-Qur’an. Kemampuan membaca al-Qur’an secara baik dan benar dapat diartikan sebagai kemampuan seorang qori dalam membaca, dengan kategori: a) Kemampuan Tartīl Kemampuan Tartīl adalah menebalkan kalimat sekaligus menjelaskan hurufhurufnya. Tartīl lebih menekankan pada aspek memahami dan merenungi kandungan ayat-ayat al-Qur’an. b) Kemampuan Tahqīq Kemampuan Tahqīq adalah kemampuan membaca al-Qur’an dengan memberikan hak-hak setiap huruf dengan tegas, jelas, dan teliti seperti memanjangkan mad, menegaskan hamzah, menyempurnakan harakat, serta melepaskan huruf secara tartīl, pelan-pelan, memperhatikan panjang, pendek, waqaf, ibtida’ dan7merampas hurūf. Untuk memenuhi hal-hal tersebut, metode tahqīq kadang tampak memenggalmenggal dan memutus-mutus dalam membaca huruf dan kalimat al-Qur’an. c) Kemampuan Tadwīr Kemampuan Tadwīr adalah kemampuan membaca al-Qur’an dengan memanjangkan mad, hanya tidak sampai penuh. Tadwīr merupakan cara membaca alQur’an di bawah Tartīl dan diatas Hadr (Tingkatan keempat). d) Kemampuan Hadr Kemampuan hadr adalah kemampuan membaca al-Qur’an dengan cepat, ringan dan pendek namun tetap dengan menegakan awal dan akhir kalimat serta meluruskannya. Suara mendengung tidak sampai hilang. Meski cara membacanya cepat dan ringan, ukurannya harus sesuai dengan standar riwayat-riwayat sahīh yang diketahui oleh pakar-pakar qira’at (Syarifuddin, 2005, h.79). Dari uraian di atas, dapat difahami bahwa setiap metode pengajaran membaca al-Qur’an memiliki kelebihan dan kekurangan. Faktor kompetensi pengajar, siswa 16
yang diajarkan, dan fasilitas yang tersedia tidak terlepas dari keberhasilan metode tersebut. Dalam metode tertentu, seperti qiro’ati dan yanbu’a, pengajar diharuskan mengikuti pelatihan dan kepemilikan sertifikat sebagai syarat utama memberikan pengajaran. Disisi lain, karena popularitas dan ke-familiaran suatu metode, seperti alBaghdadiyyah dan Iqro, maka pengajar dapat memberikan pengajaran walaupun tanpa mengikuti pelatihan. Menurut hemat penulis, metode al-Baghdadiyyah dan Iqro adalah metode yang saat ini digunakan di tengah masyarakat. Pengajian-pengajian di perkampungan yang masih menggunakan sistem tradisional, yang dikenal dengan system “ngaji lekar”, metode al-Baghdadiyyah yang banyak digunakan walaupun sekarang sudah mulai terkikis dan ditinggalkan. Sedangkan di lembaga-lembaga pendidikan nonformal keagamaan, seperti TPA, lebih banyak menggunakan metode Iqro. Bahkan, Iqro mulai menggeser popularitas al-Baghdadiyyah. Hal ini disebabkan karena, diantaranya mudahnya mendapatkan buku Iqro yang dijual bebas dengan harga yang relatif murah. 2. Pembelajaran Menulis al-Qur’an Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan dalam komunikasi secara tidak langsung, keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi harus melalui proses belajar dan berlatih (Wagiran 2005, h.2). Hermawan (2011) mengungkapkan bahwa “keterampilan menulis (maharah alkitabah) adalah kemampuan dalam mendeskripsikan atau mengungkapkan isi pikiran, mulai dari aspek yang sederhana seperti menulis kata-kata sampai pada aspek yang kompleks yaitu mengarang” (h. 151). Menurut Yusuf dan Anwar (1997, h.186) ada beberapa metode pengajaran Bahasa Arab, yakni metode bercakap-cakap, membaca, imla’, mengarang, menghafal dan tata bahasa. Metode imla’ disebut juga metode dikte atau metode menulis dimana guru mengucapkan materi pelajaran dan siswa disuruh menulisnya di buku tulis. Menurut Hasani (2013), keterampilan menulis (maharaht al-kitaabah) adalah mengekspresikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan yang dimiliki kedalam lambang-lambang kebahasaan yang berbentuk tulisan yang dapat dipahami orang lain. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembelajaran yang baik dengan metode yang tepat dari seorang guru agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan (h. 59). Hermawan (2011, h.151-163) membedakan kegiatan menulis Bahasa Arab menjadi 3 jenis: (1) Imla’, adalah kategori menulis yang menekankan rupa/postur huruf dalam membentukkata-kata dan kalimat. Sedangkan menurut Ma’ruf (1985, h.157) Imla’ adalah menuliskan huruf sesuai posisinya dengan benar dalam kata-kata untuk menjaga terjadinya kesalahan mereka. (2) Kaligrafi (al-khath) atau disebut juga tahsin al-khath (menulis indah) adalah kategori menulis yang tidak hanya menekankan rupa/postur huruf dalam membentuk kata-kata dan kalimat, tetapi juga menyentuh aspek-aspek estetika (al-jama>l). Secara garis besar, ada empat macam dan teknik yang harus diperhatikan dalam pembelajaran (Hermawan 2011, h.152-153) imla’yaitu: 17
a. Menyalin (al-imla’ al-manqu>l), yang dimaksud imla’ menyalin adalah memindahkan tulisan dari media tertentu dalm buku. b. Mengamati (al-imla’ al-manz}u>r), yang dimaksud Imla’ mengamati yaitu melihat tulisan dalam media tertentu, setelah itu dipindahkan kedalam buku pelajar tanpa melihat tulisan lagi. c. Menyimak (al-imla’ al-istima>’i), yang dimaksud Imla’ menyimak yaitu mendengarkan kata-kata/ kalimat/ teks yang dibacakan, lalu menulisnya. d. Tes (al-imla’ al-ikhtiba>ri) bertujuan untuk mengukur kemampuan dan kemajuan siswa dalam Imla’ yang mereka pelajari dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya. Dalam pembelajaran al-Qur’an, tulisan al-Qur’an biasa disebut rasm alQur’an. Rasm berasal dari kata rasama-yarsamu yang berarti melukis, yang dimaksud di sini adalah melukis atau merangkai huruf-huruf hijaiyyah. Dengan kata lain rasm alQur’an adalah penulisan mushaf al-Qur’an yang dilakukan secara khusus baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk hurufnya. Jenis-jenis rasm al Qur’an menurut spesifikasi penulisannya terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu rasm qiyasi, rasm arud}i, dan rasm usmani (Sophia dan Mujab, 2014 h. 347). a. Rasm Usmani adalah pola penulisan yang disetujui oleh sahabat Utsman ibn Affan ra. Metode penulisan al-Qur’an dengan rasm usmani memiliki banyak hikmah diantarannya yang terpenting adalah dengan metode ini ragam bacaan (qiraat) yang berbeda dapat terwakili. Kaidah penulisan rasm usmani diringkas para ulama dengan 6 (enam) istilah, yaitu: 1) Al-hadzf; membuang, menghilangkan, atau meniadakan huruf. Contoh, menghilangkan huruf alif pada ya’ nida’. 2) Al-Ziyadah; penambahan. Contoh menambahkan huruf alif setelah wawu atau yang mempunyai hukum jamak dan setelah hamzah marsumah. 3) Al-Hamzah; salah satu kaidahnya adalah apabila hamzah berharakat sukun ditulis dengan huruf berharakat sebelumnya. 4) Badal; penggantian. Seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan. 5) Washal dan Fashl; penyambungan dan pemisahan 6) Kata yang dapat dibaca dua bunyi. Contoh pada lafadz maaliki yaumi ad-di>ni, ma boleh dibaca alif atau harakat. b. Rasm ‘Arud}i adalah cara menuliskan kalimat-kalimat Arab yang disesuaikn dengan wazan syair-syair Arab. Hal ini dilakukan untuk mengetahui nama syair (bahr). c. Rasm Qiyasi disebut juga Rasm Imla’i adalah penulisan menurut kelaziman pengucapan atau penuturan. Menurut imam al-Zarqani, rasm imla’i diperlukan untuk menghindarkan umat dari kesalahan dalam membaca al-Qur’an. 3. Pembelajaran Menghafal al-Qur’an Menghafal menurut kamus Bahasa Indonesia (Alwi, 2003) bahwa menghafal berasal dari kata dasar hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan “me” menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat (h. 381). 18
Al-hifz} (hafalan) dalam pengertian lain secara bahasa adalah lawan dari pada lupa, yaitu selalu ingat dan sedikit lupa. Penghafal adalah orang yang menghafal. Sedangkan al-hafiz} mempunyai berarti tidak lupa (Nawabuddin, 1991, h. 23). Selain itu menghafal juga dapat diartikan dari kata memori yang artinya ingatan, daya ingatan, juga mengucapkan di luar kepala. Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori, dimana apabila mempelajarinya maka membawa kita pada psikologi kognitif, terutama pada model manusia sebagai pengolah informasi. Secara singkat memori melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan dan pemanggilan. Menurut Passer dan Smith (2006, h. 233) memori berhubungan dengan proses yang mengijinkan kita untuk merekam, menyimpan dan kemudian mendapatkan kembali pengalaman dan informasi. Dalam kaitan ini, menghafal al-Qur`an, memelihara serta menalarnya haruslah memperhatikan unsur pokok berikut: a. Menghayati bentuk-bentuk visual sehingga diingat kembali meskipun tanpa kitab b. Membacanya secara rutin ayat-ayat yang dihafalkan c. Mengingat-ingat (Nawabuddin, 1991 h. 23) Secara istilah pengertian al-hifz} sebenarnya tidak berbeda dengan pengertian secara bahasa/etimologi, tetapi ada dua hal yang secara prinsip membedakan seorang Penghafal al-Quran dengan penghafal hadits, syair, hikmah, tamsil ataupun lainnya, yaitu : a. Penghafal al-Quran dituntut untuk menghafal secara keseluruhan baik hafalan maupun ketelitiannya. Karena itu tidaklah dikatakan al-hafiz} orang yang menghafal setengahnya atau dua pertiganya atau kurang sedikit dari 30 Juz dan tidak menyempurnakannya. Dan hendaklah hafalannya dalam keadaan cermat dan teliti. b. Menekuni, merutinkan dan mencurahkan segenap tenaga untuk melindungi hafalannya dari kelupaan. Dalam proses menghafal orang menghadapi materi yang biasanya disajikan dalam bentuk verbal (bahasa), entah materi itu dibaca sendiri atau diperdengarkan. Materi dapat mengandung arti misalnya syair, definisi atau materi yang tidak memiliki arti misalnya huruf abjad atau bahasa asing. Orang akan tertolong dalam menghafal bila membentuk skema kognitif dan mengulang-ulang kembali materi hafalan sampai tertanam sungguh-sungguh dalam ingatan, lebih-lebih pada materi yang tidak mengandung struktur yang jelas (Matlin, 2008, h. 18). Dalam menghafal pelajaran, seseorang menghadapi materi yang biasanya disajikan dalam bentuk verbal (bahasa), entah materi itu dibaca sendiri atau diperdengarkan. Dalam menghafal al-Qur’an, seseorang juga menghadapi materi hafalan dalam bentuk verbal baik dibaca sendiri atau diperdengarkan (simakan/sema’an). Ada beberapa perbedaan menghafal pelajaran secara umum dengan menghafal al-Qur’an. Cara menghafal pelajaran umum, setiap orang memiliki cara, motivasi dan niat yang berbeda-beda sesuai kondisi seseorang. Cara menghafal al-Qur’an dimulai dari memperbaiki tujuan dan bersungguh-sungguh menghafal al-Quran hanya karena Allah SWT serta untuk mendapatkan surga dan keridhaan-Nya. Tidak ada pahala bagi siapa saja yang membaca al-Quran dan menghafalnya karena tujuan keduniaan, karena 19
riya’ atau sum’at (ingin didengar orang), dan perbuatan seperti ini jelas menjerumuskan pelakunya kepada dosa. Diantara mukjizat al-Qur’an adalah bahwa al-Qur’an mudah dihafal bahkan lebih mudah dihafal dibanding kitab-kitab atau buku-bulu lain. Memorization of the Qur’an is easier than memorizing most other books because of its rhythmic style (Risha, 2013 h. 15). Banyak sekali metode-metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal al-Qur`an. Dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahannya menghafal alQur`an, metode-metode tersebut adalah: a. Metode wahdah Metode ini digunakan dengan cara menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat biasa dibaca sebanyak sepuluh kali atau dua puluh kali atau lebih. Sehingga mampu membentuk pola dalam bayangannya. Setelah benar-benar hafal barulah dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya. Dengan cara yang sama, demikian seterusanya hingga mencapai satu muka. Setelah ayat-ayat dalam satu muka telah dihafalnya, maka giliran menghafal urutan-urutan ayat dalam satu muka (Ahsin, 1994, h. 83) b. Metode kitabah Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah disediakan. Kemudian ayat tersebut dibacanya sehingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalnya. Menghafalnya bisa dengan metode wahdah atau dengan metode yang berkali-kali menuliskannya sehingga ia dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalnya dalam hati (Ahsin, 64). c. Metode sima`i Sima`i artinya mendengar. Yaitu mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalnya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra. Terutama bagi penghafal tuna netra atau anak-anak yang masih kecil dibawah umur yang belum mengenal tulis baca al-Qur`an. Metode ini dilakukan dengan dua alternatif: 1) Mendengarkan dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal tuna netra atau anak-anak. 2) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya (Ahsin, 65). d. Metode gabungan Metode ini adalah gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah yakni penghafal menghafalkan ayat-ayat sampai hafal betul. Kemudian setelah selesai penghafal mencoba menulis ayat tersebut yang sudah dihafalnya diatas kertas. Jika ia mampu memproduksi kembali ayat-ayat tersebut dalam tulisan berarti dia bisa melanjutkan ayat seterusnya (Ahsin, 65). 20
e. Metode jama`i Yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif atau bersama-sama dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan siswa bisa menirukan secara bersama-sama (Ahsin, 66). B. Inovasi Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Inovasi Untuk memhami definisi inovasi, berikut adalah beberapa definisi inovasi menurut beberapa ahli. Sa’ud (2012) mendefinisikan, “Inovasi adalah ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik berupa hasil invensi maupun discovery yang diadakan mencapai tujuan tertentu” (h. 29). Rogers (1983), mendefinisikan “innovation is an idea, practice, or object that is perceived as new by an individual or other unit of adaption. The perceived newness of the idea for the individual determines his or her reaction to it. If the idea seems new to the individual it is on innovation” (h. 11). Stephen Robbins, mendefnisikan inovasi sebagai sebuah gagasan atau ide baru yang diterapkan untuk memperbaiki suatu produk dan jasa. Dari pengertiannya tersebut Stephen Robbins mempunyai tiga hal yang di fokuskannya: 1. Gagasan atau ide baru yaitu pengolahan pola pikir dalam mengamati fenomena yang sedang terjadi dalam segala bidang termasuk bidang pendidikan, gagasan atau ide baru ini bisa berupa suatu penemuan dari sebuah gagasan pemikiran, ide, sampai dengan kemungkinan gagasan yang mengkristal. 2. Produk & jasa merupakan hasil dari langkah lanjutan adanya gagasan atau ide baru yang di follow up dengan segala kegiatan, kajian, percobaan dan penelitian sehingga dapat melahirkan konsep yang konkret dalam bentuk produk & jasa yang siap di implementasikan dan dikembangkan termasuk di bidang pendidikan. 3. Upaya perbaikan ialah usaha yang sistematis untuk melakukan perbaikan dan melakukan penyempurnaan secara bertahap dan terus menerus agar hasil inovasi itu dapat terasa manfaatnya. Sementara itu, Mattew B. Miles (1973) dalam bukunya Innovation in Education (Wahyudin, 2009 h. 96) mendefinisikan inovasi sebagai spesies dari jenis peubahan (Innovation is a species of the genus change). Inovasi adalah suatu perubahan yang sifatnya khusus (specific), memiliki nuansa kebaruan (novel), dan disengaja melalui progam yang jelas dan direncanakan terlebih dahulu (planned and deliberate), serta dirancang untuk mencapai tujuan yang diharapkan dari suatu sistem tertentu (goals of the system). Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan untuk menterjemahkan kata dari Bahasa Inggris “discovery” dan “invention”. Ada juga yang mengaitkan Antara invasi dan modernisasi karena keduanya membicarakan usaha 21
pembaharuan (Sa’ud, 2011, h. 2). Discovery, invention, dan innovation dapat diartikan dalam Bahasa Indonesia “penemuan”. Maksudnya ketiga kata tersebut mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru, baik sebenarnya barang itu sendiri sudah ada lama kemudian baru diketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebelumnya tidak ada. Demikian pula mungkin hal yang baru itu diadakan dengan maksud tujuan tertentu. Inovasi dapat menggunakan discovery atau invensi. Discovery adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarnya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada tetapi belum diketahui orang. Invensi adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, maksudnya hasil kreasi manusia. Inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru ini dapat berupa hasil invesi atau discovery, yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah (Rusdiana, 2014, h. 46). Dari beberapa pendapat tentang definisi inovasi di atas, penulis menyimpulan bahwa inovasi adalah ide atau gagasan, metode, barang, dan jasa yang memiliki nuansa kebaruan sebagai sesuatu yang dihasilkan dari pengalaman, kajian dan penelitian dan direncanakan secara sengaja dan terprogram untuk mencapai tujuan tertentu. Nuansa kebaruan disini, bukanlah sesuatu yang serba baru dari segi fisik material. Namun, pemanfaatan sesuatu yang bisa menghasilakan nuansa baru dan berbeda dari sebelumnya. 2. Pengertian Pendidikan Agama Islam. Dari segi Bahasa Arab, sebagaimana ajaran Islam diturunkan dalam Bahasa tersebut, kata pendidikan adalah “tarbiyah” dengan kata kerja “Rabba”. Kata lain yang mngandung pendidikan adalah “ta’dib” dengan kata kerjanya “addaba” Kata pengajaran dalam bahasa Arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerjanya “allama”. Kata “allama” mengandung pengertian sekedar memberitahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung pembinan kepribadian. Lain halnya dengan pengertian “rabba” dan “addaba”, di situ jelas terkandung kata pembinaan, pimpinan, pemeliharaan dan sebagainya. Makanya Pendidikan Islam dikenal dengan “Tarbiyah Islamiyah” (Darajat dkk, 2006 h. 25-27) Al Raghib Al Asfahany dalam Ramayulis (2015) menyamakan makna “rabba” dengan “ansya>-a” yang berarti menumbuhkan atau mengembangkan. Al Asfahaniy mendefinisikan tarbiyah
ِ َّي ِء َحاالً فَ َحاالً إِ ََل َح ِد الت ََّم ِام ْ إنْ َشاءُ الش
Artinya: “menumbuhkan sesuatu secara bertahap hingga sampai kepada batas kesempurnaan” (h.112) Menurut istilah, definisi pendidikan Islam menurut Darajat dkk (2006) adalah “pembentukan pribadi Muslim. Hal ini dikarenakan adanya usaha, kegiatan, alat dan lingkungan hidup yang menunjang perubahan sikap dan tingkah laku manusia sesuai ajaran Islam” (h. 28). 22
Muhammad S.A. Ibrahimy, dalam Arifin (2003 h. 36), berpandangan pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang yang yang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga ia dengan mudah dapat membentuk kehidupan dirinya sesuai ajaran Islam. Menurut Ramayulis (2015), “pendidikan agama Islam adalah proses dari upaya ikhtiar manusia yang menyentuh wujud manusia seutuhnya, baik dari segi jasmani maupun dari segi rohaninya” (h. 121). Menurut Minarti (2013), Pendidikan Islam adalah rangkaian proses sistematis, terencana, dan komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada peserta didik serta mengembangkan potensi yang ada pada diri mereka sehingga mampu melaksanakan tugasnya di muka bumi dengan sebaik-baiknya sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah yang didasarkan pada al-Qur’an dan al-Hadits di semua dimensi kehidupan (h. 33). Adapun Sayid Muhammad al-Naquib al-Attas cenderung menggunakan istilah ta’dib yang lebih tepat untuk memberi arti pendidikan Islam. Menurutnya, pengertian pendidikan dalam Islam sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsurangsur ditanamkan ke dalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut. Dalam hal ini, Naquib al-Attas menegaskan bahwa kata ‘ta’dib” mencakup wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam. Dengan pengungkapan istilah itu, maka pendidikan Islam dalam arti “ta’dib” diperlukan adanya norma-norma agama yang dipatuhi disertai dengan kebiasaan dan keteladanan dalam rangka pembentukan adab (moral) (Sutarman, 2012, h. 228). Dapat disimpulkan berdasarkan pendapat di atas, bahwa pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang sistematis, terencana, dan komprehensif yang menyentuh manusia seutuhnya, baik jasmani maupun rohani, sebagai proses pembentukan pribadi muslim yang sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah dan kehidupan dirinya sesuai ajaran Islam. 3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu, pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan itu dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan. Dasar dan tujuan inovasi pendidikan agama Islam selaras dengan dasar dan tujuan pendikan Islam itu sendiri. Dasar itu terdiri dari al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi yang dapat dikembangkan dengan Ijtihad (Darajat dkk, 2006 h. 19) dan tidak terlepas dari sosio-geografis yang melingkupinya berupa peraturan perundang-undangan (Minarti, 2013 h. 58). 23
a. Al-Qur’an Menurut sebagaian besar ulama, kata al-Qur’an berdasarkan segi Bahasa merupakan bentuk mashdar dari kata qara’a yang bisa dimasukkan dalam wajan fu’lan yang berarti bacaan (Syafre’i, 2010 h. 49). Menurut Abu Zahrah (2010), “al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.” (h. 99). Shidiq (2011) menyimpulkan definisi dari beberapa pendapat ulama, “al-Qur’an adalah lafaz berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, yang dinukilkan secara mutawattir, ditulis dalam mushaf dan membacanya dianggap sebagai ibadah” (h. 27). Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun adalah berkenaan dengan masalah keimanan juga masalah pendidikan. Ayat ini menunjukkan ajakan kepada manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan, tema pembahasannya ilmu pengetahuan, dan apa yang dibawanya pun ilmu pengetahuan (Zahrah, h. 99) Allah berfirman :
ۡ ۡ ۡ َۡۡ ۡ َ َ ذ َ َ ۡ َۡ َ َٰ َ ۡۡ َخلَ َق ۡٱۡل١ۡ ك ۡٱَّلي ۡ َخلَ َق َۡ نس ٱقرۡأ ۡبۡٱسمۡ ۡرب ۡۡ٣ۡ ۡ ۡۡٱق َرۡأ ۡ َو َر ُّبك ۡٱۡلك َرم٢ۡ ن ۡم ۡن ۡعل ٍق ذ َ َ َٰ َ ۡ َ َ ذ َ َۡ َ ذ َ ۡ ۡ٥ۡنۡ َماۡل ۡم َۡي ۡعل ۡم ۡ ۡعلمۡۡٱۡلنس٤ۡۡٱَّليۡعل َمۡبۡٱلقلم
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Q.S. al-Alaq (96) : 1-5)ۡ
Selain ayat tersebut di atas, ayat yang yang dijadikan dasar pendidikan adalah: َ َ ََ َ َ َۡ ََ ۡ َ َ َ َ ۡ َۡ َ ٓ ذَ ذ ٓ َ َٰٓ َ ٓ َ ۡ َ ذ َٰٓ َو َعل َۡمۡ َءادمۡٱۡلسما َءُۡۡكهاۡثمۡع َرضهمۡلَعۡٱلم ۡۢنبِنو يۡبسسماءٰۡٓلٓاء ۡ لئكةۡفقالۡأ َ ۡ َ ۡصَٰدق إنۡكنتم ۡ ۡ٣١ۡني
Artinya: “Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orangorang yang benar!” (Q.S. al-Baqarah (2) : 31). Selain itu, kisah Lukman mengajari anaknya. Cerita ini menggariskan prinsip kurikulum atau materi pendidikan Islam (Darajat dkk, h. 201). Kisah ini terdapat dalam Q.S. Lukman (31) : 12-19. Untuk melakukan inovasi pendidikan agama Islam harus menggunakan strategi. Banyak strategi yang dapat ditempuh, baik teoritis-konseptual ataupuan aplikatif-institusional (Qomar, 2014 h. 188). Strategi inilah yang dikatakan bagian ikhtiar atau usaha, sebagaiman firman Allah:
24
ۡ َ َ َ َۡ َۡ ذ ذ ذ َ ََۡ ٞ َََٰلۥۡم َعق َب َ تۡم ۢن َۡب ۡنيۡيَ َديۡه ۡٱللۡٓاۡيغۡي ۡ ۡٱللهۡإن ۡ ۡۡوم ۡنۡخلفهۡۦَۡيفظِنون ۡهۥۡمنۡأمر َ َ ْ َ َ َ ۡ َ ذ َ َ َ َ ٓٗ ََ َ َ ذ َ ۡ َٓ ََ َ ذ ۡ َٰ ماۡبقِنو ٍمۡح َۡۡلۥۡۡومۡاۡلهم ۡ ٱللۡبقِنو ٖمۡسِنوءاۡفَلۡمرد ۡ َّۡتۡيغيواۡماۡبسنفسهمهِۡإَوذاۡأراد َ ۡ ۡ١١ۡال ٍ منۡدونهۦۡمنۡو Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (Q.S. arRa’d (13) ayat 11). b. As-Sunnah Kata “Sunnah” berasal dari Bahasa Arab yang berarti jalan atau cara. Dalam al-Qur’an kata sunnah disebutkan sebanyak 16 kali yang tersebar dalam beberapa surah (Shidiq, 2011 h. 45). Sedangkan menurut istilah, sebagaiman diungkapkan oleh Muhammad Abu Zahrah (2010), “sunnah adalah ucapan, perbuatan, serta ketetapanketetapan Nabi Muhammad saw” (h. 149). As-Sunnah merupakan sumber pedoman hidup umat Islam kedua setelah alQur’an. Pedoman ini untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, termasuk pendidik. Rasulullah adalah guru dan pendidik. Cara beliau mendidik diantaranya, pertama, dengan menggunakan rumah al-Arqam ibn Abi al-Arqam. Kedua, dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis. Dan ketiga, mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam (Darajat dkk h. 21). Bahkan dalam konteks pendidikan pula, Sunnah memiliki dua fungsi. Pertama, menjelaskan metode pendidikan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan penjelasan lain yang tidak dijelaskan dari al-Qur’an. Kedua, menjelaskan metode pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam kehidupan kesehariannya dan cara beliau menanamkan keimanan (Suyudi dalam Sri Minarti h. 51). c.
Ijtihad
Menurut Bahasa ijtihad adalah usaha maksimal untuk menperoleh sesuatu (Syafe’i h. 98). Sedangkan menurut istilah, sebagaimana diungkapkan Abu Zahrah, “ijtihad adalah usaha mengerahkan seluruh tenaga dan segenap kemampuannya baik dalam menetapkan hukum-hukum syara’ maupun untuk mengamalkan dan menerapkannya” (h. 567). Dalam perkembangannya ijtihad meliputi seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Karena ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Sunnah berupa prinsip-prinsip pokok saja. Seiring engan perubahan zaman, ijtihad dalam pendidikan 25
mutlak diperlukan. Sasarannya bukan hanya dalam hal kurikulum, metode, sarana dan prasarana, evaluasi, namun mencakup seluruh sistem pendidikan Islam. d.
Peraturan perundang-undangan
Dalam konteks kenegaraan Indonesia, Pendidikan Agama Islam termasuk dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia. Maka peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia juga menjadi dasar Pendidikan Agama Islam. Aturan perundangan tersebuat adalah: 1) Undang-undang Dasar 1945 2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 3) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama Adapun tujuan Pendidikan Agama Islam, sebagaimana dikemukakan oleh Darajat dkk (2006 h. 29-32) meliputi: 1) tujuan umum, 2) tujuan akhir. 3), tujuan sementara, dan 4) tujuan operasional. Ramayulis (2015 h. 179-190) membagi tujuan menjadi dua bagian besar. Pertama, Tahap-tahap tujuan, meliputi: 1) Tujuan tertinggi/akhir. 2) Tujuan umum. 3) tujuan khusus. Dan 4) tujuan sementara. Kedua, Aspek-aspek tujuan, meliputi: 1) Tujuan Jasmaniah. 2) Tujuan rohaniah. 3) Tujuan akal. Dan 4) tujuan sosial. Dari segi filsafat pendidikan Islam, Arifin (2003, h. 115-116), menjabarkan bahwa secara teoritis tujuan Pendidikan Agama Islam sebagai berikut. Pertama, tujuan normatif. Tujuan ini mencakup: 1) Tujuan formatif, 2) Tujuan selektif, 3) Tujuan determinatif, 4) tujuan integratif, dan 4) tujuan aplikatif. Kedua, tujuan fungsional. Tujuan ini meliputi: 1) Tujuan individual, 2) Tujuan sosial, 3) Tujuan moral, dan 4) tujuan professional. Ketiga, Tujuan operasional. Tujuan ini meliputi: 1) tujuan umum atau tertinggi sesuai idealistis yang diinginkan. 2) tujuan intermediair yang bersifat sementara. 3) Tujuan partial yang bersasaran pada sebagaian dari tujuan umum. 4) Tujuan incidental yang bersasaran pada hal-hal yang tidak direncanakan. Dan 5) tujuan khusus yang bersasaran pada faktor-faktor khusus tertentu. Tujuan pendidikan dalam al-Qur’an, sebagaimana dikemukakan Shihab (2007, h. 269), adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Atau dengan kata lain yang lebih singkat dan sering digunakan oleh al-Qur’an, “untuk bertakwa kepada-Nya”. Dari uraian di atas dapat difahami, bahwa pendidikan Islam adalah sebuah sistem pendidikan yang berdasar bukan hanya pada nash qhat’i dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, tapi memberi ruang kepada ijtihad dari segi hukum positif. Ini membuka ruang dalam pendidikan Islam untuk terus bisa berkembang sehingga tujuan pendidikan Islam bisa dirumuskan bukan hanya secara teoritis-filosofis namun bisa dalam tataran praktis-aplikatif. Pendidikan Islam sebagai sebuah sistem mempunyai perbedaan dengan sistem pendidikan non Islam. Perbedaan anatara kedua sistem tersebut minimal ada 2 macam: 26
Pertama, sistem ideologi. Pendidikan Agama Islam memiliki ideology attauhid, sedangkan pendidikan non Islam memiliki ideologi yang bersumber dari ideologi ciptaan manusia seperti humanisme, materialisme, kapitalisme, dan sebagainya. Kedua, sistem nilai. Pendidikan Agama Islam bersumber dari nilai-nilai yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang kebenarannya bersifat mutlak. Sedangkan pendidikan non Islam bersumber dari nilai-nilai yang disepakati manusia yang kebenarannya bersifat relatif (Ramayulis, 2015, h. 295). Pendidikan Agama Islam sebenarnya memiliki fungsi dan peran yang sangat besar dan paling menentukan dalam mewujudkan dan mengembangkan peradaban Islam. Maju mundurnya peradaban Islam itu yang berimplikasi pada kemajuan dan kemunduran umat Islam amat tergantung pada kondisi riil pendidikan Islam. Dengan pengertian lain, pendidikan Islam merupakan kunci bagi pengembangan peradaban Islam yang terealisasi pada pembangunan dalam semua dimensi kehidupan kaum muslimin. Pendidikan Islam yang potensial itu diharapkan menjadi modal paling berharga dalam meraih kejayaan Islam masa depan. Umat Islam tidak perlu bernostalgia terlalu lama dengan membayangkan kejayaan Islam masa lampau itu berada di tengah-tengah mereka. Sebaiknya tokoh-tokoh Islam berpikir dan bertindak untuk membangun peradaban alternatif masa depan dengan mengandalkan potensi pendidikan Islam. Setidaknya, pendidikan Islam yang potensial itu dapat dijadikan media dalam hal-hal berikut: Pertama, mempercepat penguatan sumber daya manusia masyarakat muslim dalam meraih kejayaan Islam masa depan. Kedua, memberlakukan budaya yang tinggi (high culture) di kalangan umat Islam. Ketiga, menghadirkan wujud peradaban Islam maju. Keempat, menghadirkan peradaban alternatif dan ideal. Peradaban ini sedang menjadi kerinduan dan ditunggu-tunggu oleh masyarakat dunia (Qomar, 2014, h. 207). 4. Inovasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curi dan curere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dalam sebuah perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus dilalui para kompetitor perlombaan (Mudlofir, 2011 h. 1). Dengan kata lain, rute tersebut harus dipatuhi dan dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan. Konsekuensinya adalah siapapun yang mengikuti kompetisi harus mematuhi rute curere tersebut. Dalam kosakata Bahasa Arab, istilah kurikulum dikenal dengan istilah manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia di berbagai aspek khidupan (Al-Saibani dalam Minarti h. 130). Apabila pengertian ini dikaitkan dengan pendidikan maka manhaj atau kurikulum berarti jalan terang yang dilalui guru dan murid untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam dunia pendidikan, istilah kurikulum ditafsirkan berbeda-beda oleh para ahli. Ronald C. Doll, sebagaimana dikutip Hamalik (2013), menyatakan, “ The 27
curriculum of a school is The formal and informal content and proses by which learner gain knowlwdge and understanding, develop, skills and alter attitudes appreciations and values under the auspice of that school.” (h. 11). Kurikulum sekolah adalah muatan proses, baik formal maupun informal yang diperuntukkan bagi pembelajar untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan keahlian dan mengubah apresiasi sikap dan nilai dengan Bantuan sekolah. Dalam Islam (paling tidak sampai abad ke-13 masehi) belum ditemukan pendapat ulama mengenai definisi kurikulum, sebagaimana definisi kurikulum yang didapat saat ini. Baru pada abad 20 setelah para ulama bersentuhan dengan pendidikan modern barulah bermunculan rumusan ulama tentang kurikulum pendidikan Islam. Sebagai agama yang terbuka, dinamis, dan sesuai dengan perkembangan zaman, dan beroientasi masa depan, ajaran Islam menerima rumusan pengertian modern dengan disesuaikan dengan nilai-nilai islam, terutama dari aspek tauhid (Nata, 2013, h. 126). Dalam usaha mengembangkan kurikulum, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, sebagaimana dijabarkan oleh Darajat (h. 125-127), yaitu: 1) Prinsip relevansi yang meliputi segi relevansi pendidikan dalam lingkungan hidup, relevansi dengan prkembangan kehidupan, dan relevansi dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan. 2) Prinsip Efektifitas yang dapat ditinjau dari segi efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid. 3) Prinsip efisiensi, baik dari segi waktu, tenaga, peralatan, dan biaya. 4) Prinsip kesinambungan, baik itu kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah dan kesinambungan antara berbagai bidang studi. 5) Prinsip Fleksibilitas yang meliputi fleksibilitas dalam memilih program pendidikan dan fleksibilitas dalam mengembangkan program pengajaran. Hasan Langgulung, sebagaimana dikutip Ramayulis (h. 310), mensyaratkan empat komponen utama dalam kurikulum: 1) Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh suatu jenjang pendidikan. 2) Pengetahuan (knowledge), informasi, data-data, aktifitas dan pengalaman yang dimuat oleh suatu kurikulum. 3) Metode dan cara-cara mengajar yang digunakan. Dan 4) Metode dan cara penilaian yang dipergunakan. Kurikulum Pendidikan Agama Islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sistematis diberikan kepada anak didik untuk mencapai tujuan (Minarti, h. 131). Karena falsafah Pendidikan Agama Islam berdasarkan al-Qur’an maka sudah seharusnya kurikulum Pendidikan Agama Islam disusun sesuai al-Qur’an yang dilengkapi dengan al-Sunnah yang dapat dijadikan sebagai pedoman operasional dalam penyusunan kurikulum Pendidikan Agama Islam. Kurikulum tersebut adalah tauhid dan perintah membaca (Ramayulis, h. 314). Nata (2013) mengemukakan ciri dan prinsip kurikulum pendidikan dasar islam: 1) Dasar keagamaan. 2) Dasar psikologis. 3) Dasar sosiologis. 4) Dasar kesinambungan. 5) Dasar pedagogis. 6) Dasar ilmu pegetahuan dan teknologi. Dan 7) Dasar nasioalisme dan kultural (h. 131). Inovasi pendidikan dalam bentuk penyiapan kurikulum baru oleh pemerintah termasuk ke dalam model inovasi yang disebut “top-down model” yaitu inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan. Menyertai bentuk inovasi ini biasanya timbul berbagai fenomena yang dampaknya biasanya terkena langsung kepada para pengguna 28
kurikulum di lapangan yang muncul tatkala inovasi tersebut direalisasikan. Fenomena tersebut antara lain: kendala dan resistensi dari pihak pelaksana inovasi seperti guru, siswa, fasilitas, dana, masyarakat dan sebagainya. Selain model di atas dikenal juga “bottom-up model” yaitu model inovasi yang bersumber dan hasil kreasi dari bawah (para praktisi di lapangan) dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan (Nurzaman, 2007 h. 1). Dari uraian teori di atas, diambil kesimpulan bahwa inovasi kurikulum pendidikan agama Islam adalah sebuah konsep kreatifitas dalam pengembangan kurukulum yang berdasarkan prisip-prinsip, dasar-dasar, komponen utama secara umum yang berpedoman kepada al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai pedoman utamanya. 5. Inovasi Metode dan Model Pembelajaran Metode adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.” Ungkapan cara yang paling tepat dan cepat ini yang membedakan method dengan way (yang juga berarti cara) dalam bahasa Inggris” (Tafsir, 1995 h.9). Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran agama Islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan agama Islam. Shalih Abd. Aziz dalam Ramayulis (h. 410) mendefinisikan secara etimologi Bahasa Arab, bahwa methode dikenal dengan thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Jadi metode pengajaran adalah langkah-langkah mengajar dalam pembelajaran. Langkah-langkah mengajar dimulai dengan membuat lesson plan yang dibuat sebelum mengajar. Teori Glaser berisi empat langkah dalam membuat lesson plan. Langkah pertama merumuskan tujuan, langkah kedua entering behavior, langkah ketiga teaching steps, langkah keempat evaluasi (Tafsir h. 11). Dalam Pendidikan Agama Islam, ada beberapa teori metode pendidikan dan pengajaran yang dikemukakan oleh para ulama pendidikan Islam, diantaranya: Abr. Rahman An Nahlawi mengemukakan method: Hiwar Qurani dan Nabawi, Kisah Qurani dan Nabawi, Amtsal, Keteladanan, Ibrah dan Mau’izhah, Targhib dan Tarhib. Abu Hamid Muhammad Al Ghazali mengemukakan method: Hafalan-pemahaman, Keyakinan-pembenaran, dan Penguatan dengan dalil. Abdullah Nasih Ulwan mengemukakan: Memerintahkan anak mengucapkan Kalimat tauhid, Memperkenalkan hukum halal dan haram, Menyuruh beribadah sejak usia 7 tahun, Mendidik cinta kepada Rasul dan membaca Al Qur’an Muhammad Shalih Samak mengemukakan: Mengaitkan kehidupan anak dengan kehidupan lingkungan sekitar, persiapan mengajar yang matang, mebangkitkan emosional peserta didik, memperluas kegiatan agama di luar ruang belajar, Hari-hari perayaan kegamaan dijadikan momentum menanamkan semangat agama dan kebangsaan, pendidik menjadi tauladan yang baik, menceritakan kisah tokoh agama dan pejuang dan mengambil ibrahnya, membebiasakan praktek keagman sejak dini, membiasakan praktek ibadah, mewujudkan suasana kasih sayang dan harmonis Antara pendidik dan peserta didik, menggunakan nasyid untuk menghidupkan suasana 29
keagamaan, menyediakan waktu luang untuk problem solving anak, menghafal alQur’an dan al-Hadits. Umar Muhammad al-Toumy al-Syaibani mengemukakan: pengambilan kesimpulan secara induktif, perbandingan, kuliah dengan menyiapkan pelajaran, dialog dan perbincangan, lingkaran (halaqah). Abdurrahman Saleh Abdullah mengemukakan: cerita dan ceramah, diskusi tanya jawab dan dialog, perumpamaan dan metafora, hukuman dan ganjaran (Ramayulis, 2015, h. 419-436) Prinsip-prinsip umum terpenting yang menjadi dasar metode mengajar dalam Pendidikan Islam adalah: (1) perlu mengetahui motivasi, kebutuhan dan kinat peserta didik. Oleh karena itu metode pengajaran harus bisa menumbuhkan motivasi peserta didik. Disamping itu metode juga harus mengetahui kebutuhan dan minat peserta didik; (2) perlu mengetahui tujuan dari belajar. Metode pengajaran harus bisa menjaga tujuan pelajar dalam belajar dan menolongnya untuk mengembangkan tujuan yang telah direncanakan tersebut; (3) perlu mengetahui tahap kematangan belajar. Metode pengajaran harus mampu mengetahui tahap kematangan belajar peserta didik; (4) Perlu mengetahui perbedaan-perbedaan individual diantara peserta didik; (5) perlu menediakan peluang pengalaman praktik bagi peserta didik; (6) harus memperhatikan tingkat pemahaman peserta didik dalam menggunakan metode pengajaran; (7) harus menjadikan proses pembelajaran tersebut sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi peserta didik (Primarni & Khairunnas, 2016, h. 134). Metode pembelajaran dalam al-Qur’an sebagaimana diungkapkan Shihab (2007, h. 272-277) dalam mengarahkan pendidikannya kepada masnusia, memandang menghadapi, dan memperlakukan manusia sejalan dengan unsur penciptaannya; jasmani, akal, dan jiwa. Atau, dengan kata lain. “mengarahkannya menjadi manusia sutuhnya”. Karena itu, materi-materi pendidikan yang disajikan oleh al-Qur’an hampir selalu mengarah kepada jiwa, akal, dan raga manusia. Diantara metode yang digunakan al-Qur’an adalah; pertama, kisah. Setiap kisah menunjang materi yang disajikan, baik kisah tersebut benar-benar terjadi maupun simbolik. Kedua, kalimat-kalimat menyentuh hati yang disertai dengan panutan dari si pemberi nasihat. Dan, Ketiga, Pembiasaan. Hal ini dalam rangka memantapkan pelaksanaan materi-materi ajaranhya. Pembiasaan tersebut menyangkut segi-segi pasif maupun positif. Dalam gambaran tersebut, al-Qur’an menuntun peserta didiknya untuk menemukan kebenaran melalui usaha peserta didik sendiri, menuntut agar materi yang disajikan diyakini kebenarannya melalui argumentasi-argumentasi logika, dan kisahkisah yang dipaparkannya mengantarken mereka kepada tujuan pendidikan dalam berbagai aspeknya, dan nasihatnya ditunjang dengan panutan (Shihab, 2007, h. 276). Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sitematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksnakan aktifitas pembelajaran (Saefudin dan Budiarti, 2014 h. 48). Model Pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran diantaranya adalah: 30
a. b. c. d. e.
Model pembelajaran langsung (direct instruction) Model pembelajaran cooperative (cooperative learning) Model pembelajaran berbasis masalah Discovery learning Model pembelajaran berbasis proyek (Project based learning)
Inovasi Metode pengajaran dan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak terlepas dari teori-teori metode pengajaran dan model pembelajaran di atas. Bisa mengambil sebagian, mengabungkan beberapa bagian, atau bahkan mengabungkan semuanya. Dari beberapa teori metode pembelajaran di atas, dalam penelitian penulis mengacu pada teori yang disampaikan oleh Imam Ghozali dan Abdurrahman Saleh Abdullah. Hal ini dikarenakan, sasaran dari objek yang menjadi fokus penulis adalah para remaja yang melaksanakan studi di sekolah SMA. 6. Inovasi Evaluasi Secara etimologis kata evaluasi berasal dari Bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian terhadap sesuatu. Witherington secara singkat merumuskan bahwa an evaluation that something has or does not have value (Administrasi Pendidikan dalam Tafsir, 1995 h. 77). Ada tiga istilah yang hampir sama pengertiannya dengan evaluasi, sama berarti menilai yaitu: 1) tes yang umum ialah menggunakan tes. 2) measurement (pengukuran) penilaian yang sifatnya lebih luas dari instrument yang digunakan dalam tes. Dan 3) evaluasi, mengandung pengertian lebih luas daripada istilah measurement (Tafsir h. 77). Anikunto dalam Ramayulis (2015), mengajukan tiga istilah dalam evaluasi, yaitu “pengukuran yang bersifat kuantitatif, penilaian yang bersifat kualitatif, dan evaluasi yang mencakup pengukuran dan penilaian secara kuantitatif” (h. 441). Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku manusia berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologis dan spiritual religius, karena manusia hasil pendidikan Islam bukan hanya sosok pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan berketerampilan yang sanggup dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya (Uhbiyati, 1997 h. 144). Term evaluasi dalam wacana keislaman tidak dapat ditemukan padanan yang pasti, tetapi terdapat term-term tertentu mengarah pada makna evaluasi. Term-term tersebut adalah: a. Al-Hisab, bermakna mengira, menafsirkan, dang menghitung sebagaimana terdapat dalam Q.S. al Baqoroh:284 b. Al-Bala’, bermakna cobaan dan ujian sebagaimana terdapat dalam Q.S. Al Mulk:2 c. Al-Hukm, bermakna putusan atau vonis sebagaiman terdapat Q.S. An Naml:78 d. Al-Qadha, bermakna putusan sebagaimana terdapat dalam Q.S. Thaha:72 e. An-Nazhar,bermakna melihat sebagaimana terdapat dalam Q.S.An Naml:27 f. Al-Imtihan, bermakna ujian. (Ramayulis, h. 443). 31
Berdasarkan pemaparan teori di atas, penulis berkesimpulan bahwa evaluasi dalam pendidikan islam tidak hanya berbentuk kuantitatif, walaupun hal ini dibutuhkan untuk memberikan laporan kemajuan pembelajaran. Pengamalan nilai-nilai agama yang diajarkan dalam pendidikan Islam tidak bisa diukur dan dinilai dalam bentuk angka-angka saja, tetapi kualitas pengamalan menjadi prioritas. Penilaian sesungguhnya adalah kelak ketika seluruh manusia dihisab di hadapan Allah SWT. 7. Inovasi Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Para ahli mengklasifikasikan kepada dua macam media pembelajaran yaitu: Pertama, alat pendidikan yang bersifat benda. Dan, kedua, alat pendidikan yang bukan benda. Menurut Zakiyah Darajat dalam Ramayulis (2015, h. 397), alat pendidikan yang berupa benda adalah: 1) media tulis, 2) benda-benda alam, 3) gambar yang dirancang grafik, 4) gambar yang diproyeksikan, dan 5) audio recording. Alat yang bukan benda diantaranya adalah: 1), keteladanan 2) perintah dan larangan, 3) ganjaran dan hukuman, 4) lingkungan pembelajaran, dan 5) penilaian hasil pembelajaran. 8. Strategi Inovasi Pendidikan Islam Setidaknya ada dua strategi inovasi pendidikan Islam; inovasi pendidikan Islam secara teoritis-konseptual dan inovasi pendidikan Islam aplikatif-institusional (Qomari, 2014, h. 188). Kedua strategi ini membutuhkan rancangan strategi yang berlainan juga. a. Strategi inovasi pendidikan Islam secara teoritis-konseptual Strategi ini dilakukan dengan cara, pertama, para pemikir pendidikan Islam hendaklah melakukan kajian mendalam dan kritis terhadap konsep-konsep pendidikan Islam. Kedua, para pemikir Islam hendaklah mampu dan berani mengajukan gagasangagasan, dan teori alternatif. Ketiga, para pemikir pendidikan islam hendaknya menggunakan pendekatan epistimologis dan metodologis dalam kosep dan teoretis yang digagas. Keempat, para pemikir Islam hendaknya memiliki target yang harus direalisasikan (Qomari, h. 188). b. Strategi inovasi pendidikan Islam secara aplikatif-institusional. Strategi ini dilakukan dengan cara;, pertama, semua pihak harus membangkitkan kesadaran untuk mewujudkan mutu pendidikan. Kedua, pemerintah senantiasa berusaha meningkatkan perhatian, pendanaan, dan fasilitas pada lembaga pendidikan Islam terutama yang berstatus swasta. Ketiga, para pimpinan lembaga pendidikan Islam berusaha memperbaiki manajeman pendidikannya. Keempat, para guru, memperbaharui strategi pembelajaran. Kelima, para siswa berorientasi pada pemberdayaan diri. Keenam, seluruh stakeholder pendidikan Islam membedah dan merumuskan kurikulum pendidikan Islam yang mampu memberdayakan peserta didik (Qomari, h. 190-191). 32
Berdasarkan paparan di atas, penulis menyimpulkan bahwa inovasi pendidikan Islam adalah ide atau gagasan yang bernuansa kebaruan dihasilkan dari kajian, pemahaman, pengamalan, dan pengalaman pendidikan yang sumber utamanya adalah al-Qur’an dan as-Sunnah dan direncanakan secara sistematis untuk tujuan tertentu. Pendidikan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan dari satu orang ke satu (beberapa) orang lain, tapi juga mentransformasikan nilai-nilai ke dalam jiwa, kepribadian, dan struktur kesadaran manusia itu. Hasil cetak kepribadian manusia adalah hasil dari proses trensformasi pengetahuan dan pendidikan yang dilakukan secara humanis. Namun, pendidikan selama ini hanya sebagai momen “ritualisasi.” Makna baru yang dirasakan cenderung tidak begitu signifikan. Apalagi, menghasilkan insan-insan pendidikan yang memiliki karakter manusiawi. Pendidikan kita sangat miskin dari sarat keilmuan yang meniscayakan jaminan atas perbaikan kondisi sosial yang ada. Pendidikan hanya menjadi barang dagangan yang dibelimoleh siapa saja yang sanggup mendapatkannya. Akhirnya pendidikan belum menjadi bagian utuh dan integral yang menyatu dalam pikiran masyarakat keseluruhan. Berbagai problematika pendidikan tersebut harus segera diseleaikan. Salah satu formula yang dapat digunakan adalah pendekata holistik (Primarni & Khairunnas, 2016, h. 97). Abuddin Nata (2013) mendefinisikan bahwa “pendidikan holistik komprehensif adalah pendidikan yang berbasis pada multi pendekatan, seperti pendekatan psikologi, pendekatan karakter, pendekatan sosial, emosional, spiritual, intelektual dan lain sebagainya. Pendidikan komprehensif juga pendidikan holistik yang terjadi pada seluruh aspek atau komponen pendidikan: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya” (h 38 dan h. 188). Pendidikan holistik komprehensif adalah pendidikan yang bertolak dari filsafat tentang Tuhan, manusia, masyarakat, alam jagat raya, ilmu pengetahuan dan akhlak mulia yang didasarkan pada nilai-nilai agama. Hasil kajian terhadap semua aspek ini selanjutnya digunakan untuk merumuskan berbagai komponen pendidikan, yakni visi, misi, tujuan, kurikulum, tenaga pendidik dan kependidikan, peserta didik, proses belajar mengajar, sarana prasarana, pengelolaan, pembiayaan, lingkungan, kerjasama dan penilaian. Dengan demikian pendidikan holistik komprehensif memiliki ciri-ciri dan corak yang bersifat reflektif, integrasi kurikulum, mengutamakan pembelajaran yang menyenangkan, pengembangan SDM, dan memanfaatkan seluruh pendekatan dan metode pembelajaran yang memadukan antara yang berbasis pada guru dengan yang berbasis pada siswa (Nata, 2013, h. 272). Desain konsep pendidikan holistik komprehnsif dalam pendidikan Islam pada dasarnya adalah upaya mengontruksi seluruh komponen pendidikan: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar menhajar, pendidika, dan tenaga kependidikan, lulusan, pengelolan, sarana prasarana, pembiayaan, lingkungan, ketja sama dan evaluasi erdsarkan pada akar-akar landasan normative, psikologis, sosiologis, kultural, filsafat keilmuan, manajeman, ideology, dan tasawuf, sehingga konsep pendidikan tersebut mampu melahirkan menusia seutuhnya (Nata, h. 292). Kajian terhadap konsep pendidikan holistik dan komprehensif telah mencoba memaksimalkan aspek kreatif inovatif pendidikan, seperti pada pembelajaran yang berbasis karakter, bercorak reflektif, mengintegrasikan kurikulum, mengutamakan 33
pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan mencerahkan, menyempurnakan proses transformasi penidikan, memberdayakan interaksi keilmuan yang dinamis, memfokuskan tujuan demi pendidikan masa depan, memanfaatkan kemampuan basyariah (life skill), mengolah pengalaman siswa, bercorak kontekstual, menumbuhkan spiritualitas anak, mewujudkan pribadi berintegritas, dan lain-lain. C. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Menurut bahasa, cerdas bermakna sempurna perkembangan akal budinya. Kecerdasan berarti kesempurnaan perkembangan akal budi (Hasan Alwi dkk, 2007 h. 209). Sedangkan spiritual bermakna berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, Batin) (h. 1087). “Kercedasan Sipritual berarti kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain, dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa” (h. 209). Danah Zohar dan Ian Marshall (2000) mendefinisikan, SQ I mean the intelligence with wich we addres and solve problems of meaing and value, the intelligence with wich we can place our action and our lives in a wider, richer, meaning-giving context, the intelligence with wich we can asses that one course of action or one life-pathis more meaningful than another. SQ is necessary foundation for effective functioning of both IQ and EQ. It is our ultimate intelligence (h.3). Agustian (2001) memaparkan, “Kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dari kegiatan, melalui langkahlangkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju manusia ynga seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhidi (Integralisti) serta berprinsip hanya karena Allah.” (h.57) Isfahani dan Nobakht (2013) mendefinisikan Spiritual intelligence is related to the inner life of the mind and soul and its relation with the world and is including capacity of deep understanding of existential questions and insight into multiple levels of consciousness. Selfconsciousness is including creative evolutionary life force. Spiritual intelligence appeared as consciousness and the ever-growing knowledge of matter, life, body, mind, soul and spirit (h. 255). Sementara itu, Moosafour, Feizi dan Alipour (2013) mendefinisikan Spiritual intelligence is defined as a set of mental capacities which contribute to the awareness, integration, and adaptive application of the nonmaterial and transcendent aspects of one’s existence, leading to such outcomes as deep existential reflection, enhancement of meaning, recognition of a transcendent self, and mastery of spiritual states (h. 72). Pandangan berbeda dikemukakan oleh Toto Tasmara (2001). Menurutnya, kecerdasan spiritual adalah hasil olah pemikiran barat dengan pendekatan rasional natural dan sekuler tidak berangkat dari nilai-nilai kegamaan. Kalaupun bersinggung dengan agama, hal tersebut dikaji dalam perepektif humanisme yang melekat pada 34
diri manusia (h. viii). Kecerdasan spiritual yang datang dari barat lebih menekankan pada makna spiritual sebagai potensi khas dalam jasad tanpa mengaitkannya dengan kekuasaan dan kekuatan Tuhan (h. ix). Dalam wacana Islam, manusia bebas tapi terikat. Dia bebas untuk mengembara. Mereka bebas untuk bertafakkur, menyelam sejauh mereka mampu untuk mereguk rasa ingin tahu (curiosity). Tetapi, mereka harus tetap muncul kembali pada fitrahnya sebagai manusia yang meng-ilahi. Bila secara ilmiah telah ditetapkan bahwa kecerdasan spiritual yang bebeda pada god spot merupakan fitrah fisikal yang melekat pada manusia, maka kecerdasan ruhaniyah merupakan muatan yang ada di dalamnya, yaitu kesaksian dan pengakuan keilahian. Oleh karena itu, Tasmara menggunakan istilah Kecerdasa Ruhaniyah dengan berlandaskan nilai-nilai ilahiah. Tanpa muatan ilahiyah, seluruh kecerdasan hampa tanpa makna sempurna. Kecerdasan sipiritual masih berada pada potensi kreatif imajinatif, sedangkan kecerdasan ruhaniyah memberikan arah yang kelas imajinasi kreatif tersebut diarahkan (h.xi). Tasmara mendefinisikan, kecerdasan ruhaniyah adalah kecerdasan yang berpusatkan pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah rabb al-‘almin dan seluruh ciptaan-Nya. Sebuah keyakinan yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi, bersifat sementara dan fana. Kecerdasan ruhaniyah merupakan esensi dari seluruh kecerdasan yang ada. Atau dapat dikatakan, sebagai kecerdasan spiritual plus, dan plusnya itu berada pada nilai-nilai keimanan kepada ilahi” (h. x). Walaupun berbeda dalam penggunaan istilah, spiritual dan ruhaniyah, terminologi yang dikemukakan Agustian dan Tasmara berpusat pada sisi yang sama yaitu tauhid dan keimanan kepada Allah SWT. Dari beberapa pendapat di atas, kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang dilandasi keyakinan yang kuat dan rasa cinta yang mendalam kepada Allah SWT untuk memberikan makna dalam setiap perilaku dari kegiatan kehidupan manusia menuju manusia seutuhnya. 2. Ciri-ciri Kecerdasan Spiritual Agustian (2007) membagi nilai dasar kecerdasan spiritual menjadi seven spiritual core values dengan menyederhanakan 99 al-Asma al-Husna yang harus dijunjung tinggi sebagai bentuk pengabdian manusia kepada Allah yang terletak pada pusat orbit (God Spot): a. Jujur, adalah wujud pengabdian manusia kepada Allah melalui sifat al-Mukmin. b. Tanggungjawab, adalah wujud pengabdian manusia kepada Allah melalui sifat alWakiil. c. Disiplin, adalah wujud pengabdian manusia kepada Allah melalui sifat al-Matiin. d. Kerjasama, adalah wujud pengabdian manusia kepada Allah melalui sifat alJaami’. e. Adil, adalah wujud pengabdian manusia kepada Allah melalui sifat al-‘Adl. f. Visioner, adalah wujud pengabdian manusia kepada Allah melalui sifat al-Aakhir. 35
g. Peduli, adalah wujud pengabdian manusia kepada Allah melalui sifat as-Sami’ dan al-Bashir. (h. 90) a. b. c. d. e. f. g. h. i.
a.
b.
c.
d.
Isfahani dan Nobakh (2013 h. 255-256) merinci ciri-ciri kecerdasan spiritual: Kesadaran diri : Anda tahu siapa Anda dan tahu Anda berkomunikasi dengan seluruh dunia . Nilai-nilai visi dan idealisme: nilai-nilai visi mencerminkan kemanusiaan kita . Kemampuan untuk menangani insiden dan peristiwa: mengakui kesalahan dan menggunakan tragedi untuk belajar . Orientasi umum: melihat hubungan antara hal-hal dan menjadi senang dan tertarik tentang segala sesuatu . Keanekaragaman : berkembang dan memuji keberagaman . kemerdekaan lapangan (Tepuk tangan) : kata dari psikologi yang berarti mendorong kemerdekaan. Cenderung untuk bertanya mengapa : pertanyaan yang tak terbatas . Kemampuan untuk membingkai : menempatkan objek dalam konteks yang lebih besar dari makna . Spontanitas : berasal dari bahasa Latin jawaban akar kata yang sama dan tanggung jawab yang tidak diungkapkan dengan rasa takut . Amram (2007, h. 3-4) memaparkan bahwa ciri-ciri kecerdasan piritual adalah: Kesadaran: Dikembangkan kesadaran halus dan pengetahuan diri. 1) Mindfulness, mengetahui diri dan hidup secara sadar dengan maksud yang jelas dan sadar, diwujudkan kesadaran dan kehadiran. 2) Trans-rasional, melampaui rasionalitas melalui sintesis paradoks dan menggunakan berbagai negara/mode kesadaran mis meditasi, doa, keheningan, intuisi, mimpi. 3) Practice. Menggunakan berbagai praktek untuk mengembangkan dan memperbaiki kesadaran atau spiritual kualitas. Menghormati: Hidup dalam keselarasan dengan manifestasi cinta suci bagi dan kepercayaan dalam kehidupan. 1) Sacred, hidup sesuai dengan aturan ilahi, suatu kekuatan hidup universal, alam. 2) Love, hormat dan menyayani hidup berdasarkan rasa syukur, kecantikan, kekuatan, dan sukacita. 3) Trust, berharap/optimis berdasarkan iman atau kepercayaan. Arti: Mengalami penting dalam kegiatan sehari-hari melalui rasa tujuan dan panggilan untuk layanan, termasuk dalam menghadapi rasa sakit dan penderitaan. 1) Transendensi: menyatukan pribadi yang terpisah menjadi keutuhan yang saling berhubungan. 2) Relational I-Thou, memelihara hubungan dan masyarakat dengan penerimaan, rasa hormat, empati, kasih sayang, cinta kasih, emurahan hati dan orientasi IThou. 3) Holism, memanfaatkan perspektif sistem melihat keutuhan, persatuan, dan interkoneksi antara keragaman dan diferensiasi. Kebenaran: Hidup dalam penerimaan terbuka, rasa ingin tahu, dan kasih untuk semua ciptaan (semua itu). 1) Acceptance, memaafkan, merangkul, dan cinta apa yang ada. 36
2) Openness, hati yang terbuka dan pikiran, terbuka rasa ingin tahu, termasuk menghormati terbuka untuk kebijaksanaan beberapa tradisi. e. Menyerah Damai Diri (Kebenaran, Tuhan, Absolute, sifat sejati). 1) Peacefulness, berpusat, ketenangan, penerimaan diri, self-belas kasih, dan batin-keutuhan. 2) Egolessness. melepaskan persona untuk menjaga penerimaan rendah hati, menyerah, dan memungkinkan apa yang diinginkan dan harus terjadi. f. Keterusterangan batin: kebebasan batin selaras dalam tindakan bijaksana bertanggung jawab. 1) Freedom, pembebasan dari pengkondisian, lampiran dan ketakutan, mewujudkan keberanian, kreativitas, dan hiburan. 2) Discernment, kebijaksanaan untuk mengetahui kebenaran menggunakan perasaan (hati nurani). 3) Integrity, menjadi/bertindak otentik, bertanggung jawab, dan dengan keselarasan dengan salah satu nilai. Tasmara (2001), merinci indikasi kecerdasan ruhaniyah menjadi tiga: pertama, takwa (ia mengartikannya dengan tanggungjawab), kedua, iman (prinsip), dan ketiga, amal saleh (achievments orientations) (h.6). Menurut al-Ghazali, kecerdasan spiritual dalam bentuk mukasyafat (penyingkapan langsung) dapat diperoleh setelah roh terbebas dari berbagai hambatan.Yang dimaksud hambatan di sini ialah kecenderungan duniawi dan berbagai penyakit jiwa, termasuk perbuatan dosa dan maksiat. Mukasyafat merupakan sasaran terakhir para pencari kebenaran dan mereka yang berkeinginan meletakkan keyakinannya di atas kepastian. Kepastian yang mutlak tentang kebenaran hanya mungkin dapat dicapai ketika roh tidak lagi terselubung khayalan dan pikiran (Nasarudin Umar, khazanah.republika.co.id, edisi 3 Mei 2012). 3. Fungsi Kecerdasan Spiritual a. Kecerdasan spiritual memfungsikan berfikir unitif. Para ahli otak menemukan bahwa kecerdasan spiritual berakar kuat dalam otak manusia. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak hanya berpotensi pada kekuatan rasional dan emosional, sebagaimana yang telah dikonsepkan oleh William Stern dan Daniel Goleman, melainkan juga termaktub potensi spiritual dalam dirinya, tepatnya dalam otaknya (Pasiak, 2004, h.27). Otak manusia bekerja melalui “jalur” dan urut-urutan sebagai berikut: mulamula otak rasional yang dipakai (di sini panca indera berperan penting). Bila otak pertama menemui jalan buntu untuk menyelesaikan masalah, tugas akan diambil alih oleh otak intuitif. Dan jika otak kedua (intuitif) masih gagal, maka Tuhan akan bermurah hati memberi informasi yang akurat melalui otak spiritual (Pasiak, h. 2829). Kecerdasan unitif adalah fungsi intrinsik otak manusia. Menurut Danah Zohar (dalam Pasiak, h. 275) kecerdasan unitif dapat disebut sebagai kecerdasan spiritual yang merupakan bawaan lahiriah manusia. Artinya kecerdasan itu akan tetap ada sekalipun kecerdasan linear atau asosiatif tidak berkembang. 37
Manusia dapat menciptakan bahasa, pola, dan aturan perilaku dengan jenis berfikir unitif. Kegiatan berbahasa merupakan pekerjaan otak yang tertinggi dan tercanggih yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain (Pasiak, 38). b. Mengaktifkan “God Spot” pada otak Penemuan “God Spot” pada otak manusia membuktikan bahwa manusia senantiasa mencari nilai-nilai mulia (spiritualitas). Manusia adalah makhluk spiritual yang senantiasa merasa bahagia ketika spiritualitasnya terpenuhi. Penemuan “God Spot” pada otak manusia lebih meyakinkan pendapat ini karena manusia akan senantiasa mencari Tuhan-nya, yaitu melalui sifat-sifat Tuhan yang selalu diidamidamkan manusia (Pasiak, h. 68). Fungsi “God Spot” yaitu untuk mendorong dan menuntun manusia untuk terus mencari makna hidup. Seseorang akan merasa bermakna spiritual ketika ia 1) berkata jujur, 2) tanggungjawab, 3) disiplin, 4) kerjasama, 5) adil, 6) visioner, dan 7) peduli. Inilah tujuh nilai yang diambil dari al-Asma al-Husna yang harus dijunjung tinggi sebagai bentuk pengabdian manuasia kepada sifat Allah yang terletak pada God Spot (Agustian, 2001, h. 90). Hal ini dapat dirasakan berupa suara hati. Dengan mengembalikan manusia pada fitrahnya, manusia akan mampu melihat dengan mata hati, mampu memilih, dan memprioritaskan pilihan dengan benar sesuai suara hati (Agustian, h. 82) Untuk mencapai suara hati pada God Spot, Agustian (2001) menjelaskan tujuh belenggu suara hati pada God Spot yang tanpa disadarai membuat manusia menjadi buta. 1) Prasangka negatif.
SISI POSITIF PRASANGKA
TINDAKAN POSITIF
Prasangka dapat dibagi menjadi dua, yakni prasangka positif yang akan melahirkan tindakan positif (baik) dan prasangka negatif yang akan melahirkan tindakan negatif (buruk). Prasangka positif versus prasangka negatif tergambar dalam bagai berikut: Gambar 2.1. Prasangka buruk dan prasangka negatif. (Agustian, 2007 h. 53, 2001, h.18) SALING PERCAYA SALING MENDUKUNG
KOOPERATIF TERBUKA PERFORMA TERBAIK
TINDAKAN NEGATIF
SISI NEGATIF DEFENSIF TERTUTUP MENAHAN INFORMASI NON KOOPERATIF PERFORMA TURUN
38
2) Prinsip hidup Prinsip-prinsip hidup yang diyakini telah menciptakan berbagai tipe pemikiran dengan tujuannya masing-masing. Setiap orang terbentuk sesuai dengan prinsip yang dianutnya. Hasilnya bisa dianggap hebat, mengerikan, bahkan menyedihkan (Agustian, 2001, h. 20). Prinsip-prinsip yang tidak fitrah umumnya akan berakhir dengan kegagalan, baik kegagalan lahiriyah maupun batiniyah. Prinsip-prinsip buatan manusia itu sebenarnya adalah suatau upaya pencarian dan coba-coba manusia untuk menemukan arti hidup yang sebenar-benarnya. Mereka umumnya hanya memandang suatu tujuan dari sebelah sisi saja dan tidak menyeluruh, sehingga akhirnya menciptakan suatu ketidak-seimbangan, meskipun pada akhirnya keseimbangan alam telah terbukti menghempaskan mereka kembali. Hanya berprinsip pada sesuatu yang abadilah yang akan mampu membawa manusia ke arah kebahagiaan yang hakiki (Agustian, h. 21). Berprinsip hidup haruslah selalu kepada Allah Yang Maha Abadi, sebagaimana firman-Nya:
ۡ َ َ ذ ْ َََ ذ َ ذ َ ۡ َ َ ٓ َ ذ ۡ َ َذ ۡۡتۡبَيۡ ٗتاِۖۡإَونۡأ ۡوه َنۡٱۡليِنوت ۡ ينۡٱَّتذواۡۡمنۡدونۡٱللۡۡأ ۡوِلَا َءۡك َمثلۡٱل َعنكبِنوتۡۡٱَّتذ ۡ مثلۡۡٱَّل َ َ ۡ َ َ ْ َ َ ۡ ۡلَ ۡيتۡٱل َعنكب ۡ ۡ٤١ِۡنوتۡل ِۡنوَۡكنِنوا َۡي ۡعلمِنون Artinya: “Perumpamaan orang yang mengambil selain Allah sebagai pelindung adalah seperti laba-laba yang membuat rumah untuk dirinya sendiri. Tetapi sebenarnya rumah laba-laba itu adalah serapuh-rapuhnya rumah, jika mereka tahu” (Q.S. al-Ankabut (29) :41).
3) Pengalaman Pengalaman kehidupan dan lingkungan akan sangan mempengaruhi cara berfikir seseorang, yang berakibat pada terciptanya sosok manusia hasil pembentukan lingkungan sosialnya. Pengalaman-pengalaman hidup, kejadiankejadian yang dialami juga sangat berperan dalam menciptakan pemikiran seseorang sehingga membentuk paradigma yang melekat di dalam pikirannya. Seringkali paradigm itu dijadikan sebagai suatu “kaca mata” dan sebuah tolok ukur bagi dirinya sendiri atau untuk menilai lingkungannya. Hal ini akan sangat merugikan dirinya sendiri atau bahkan orang lain (Agustian, h. 25). 4) Kepentingan dan prioritas. Kepentingan tidak sama dengan prioritas. Kepentingan lebih cenderung bersifat mikro (diri sendiri), sedangkan priotitas bersifat makro (universe) yaitu mengarahkan kita untuk melaksanakan hal yang tepat. Prioritas juga lebih spesifik daripada efisiensi, yaitu mengarahkan kita untuk melaksanakan sesuatu secara benar. Prioritas bermuara dari prinsip, suara hati, kepentingan dan kebijaksanaan (Agustian, h. 27).
39
Langka-langkah menentukan prioritas tergambar dalam bagan berikut: Gambar 2.2. Langkah Menentuka prioritas (Agustian, 2001 h. 29, 2001, h. 66)
PRINSIP
SUARA HATI
KEPENTINGAN
BERPIKIR MELINGKAR (99 Thingking Hats) THAWAF SUARA HATI
PRIORITAS Sering kali suara hati kita turut berbicara memberikan informasi yang maha penting dalam menentukan sebuah prioritas. Tetapi seringkali suara hati itu diabaikan oleh kepentingan dan nafsu sesaat atau kepentingan untuk memperoleh keuntungan jangka pendek yang justru mengakibatkan kerugian jangka panjang. “Dengarlah suara hati, peganglah prinsip karena Allah, berpikirlah melingkar, sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.” (Agustian, h. 31). 5) Sudut pandang Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan suara-suara hati yang bersumber dari asmaul husna. Allah selalu mempertimbangkan semu aspek dari segala sudut pandang agar menghasilkan keputusan yang Esa (terintegrasi), satu kesatuan pikiran dan tindakan (Agustian, h. 36). 6) Pembanding Paradigma penilaian di dalam pikiran kita begitu mudah berubah, hanya dalam hitungan sepersekian detik saja. Ingatlah bahwa ilmu bergerak dari pembenaran dan sanggahan, berdasarkan logika dan bukti-bukti nyata. Kalau itu terjadi, maka kita mampu menjadi sosok manusia yang tidak saja pekerja keras dan berprestasi, namun juga mampu mencari karunia Tuhan, mampu menilai sesuatu, mengambil keputusan secara obyektif berdasarkan prinsip fitrah pribadi, bukan karena pengaruh dan tuntutan lingkungan semata (Agustian, h. 40). 7) Fanatisme Fanatisme adalah sebuah keadaan dimana seseorang atau kelompok menganut sebuah pemikiran dengan membabi-buta, sehingga menganggap diri paling benar dan yang lain salah atau lebih rendah dari dirinya (Agustian, 2007, h. 78) 40
Fanatisme potensial menimbulkan konflik, dan jika diamati, banyak terjadi konflik besar sejarah dunia yang berawal darai fanatisme ini. Sesungguhnya, fanatisme ini lahir melalui berbagai saluran informasi di sekitar kita, diantaranya buku dan media massa dan juga sosial media. Maka, terhadap segala informasi yang masuk, kita sebaiknya men-zero-kan hati kita, dan selalu berfikir melingkar mengunakan suara hati sifat-sifat ilahi (Agustian, h. 79) karena suara hati inilah yang sesungguhnya mampu menjaga kita dari belenggu pemikiran berupa fanatisme ini (h. 80). Ketujuh belenggu di atas merupakan hal yang mempengaruhi cara berfikir seseorang. Oleh karena itu, kemampuan melihat sesuatu secara jernih harus didahului oleh kemampuan mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi kejernihan berfikir. Dengan mengembalikan manusia pada fitrahnya, pada God Spot-nya, manusia akan mampu melihat dengan mata hati, mampu memilih dan memprioritaskan pilihan dengan benar sesuai suara hati (Agustian, h. 82). Dibutuhkan kejernihan hati sebelum mencari dan menemukan kebenaran, kebenaran yang sesuai dengan kehendak Tuhan Sang Pencipta (h. 83). c. Qalbu sebagai fungsi spiritual Qalbu adalah tempat menetapnya fitrah keimanan yang sudah merupakan sifat yang dimiliki ruh ketika ruh diciptakan oleh Allah SWT. Keyakinan akan Allah adalah Rabb sekalian alam dan satu-satunya Allah yang berhak disembah. Hanya saja hati yang sudah dikotori oleh perbuatan maksiat dan dosa telah menutupi dan mengunci qalbunya sehingga kesadaran spiritualnya melemah dan bahkan sampai ada yang tidak berbekas (Nofiar, 2015, h.82). Memahami perilaku seseorang dapat dilakukan dengan melihat proses yang terjadi di dalam qalbu seseorang, sampai muncul dan terjadinya perilaku. Rasulullah saw sudah menjelaskan bahwa penentu baik buruknya seseorang ditentukan oleh qalbunya. Secara visual proses terjadinya perilaku seseorang dengan melihat proses yang terjadi di dalam qlkbunya sebagaimana tergambarkan dalam bagan berikut ini: Gambar 2.3. Model pembentuksn kepribadian (Nofiar, 2015 h. 163)
Bisikan Hati
Ilmu, Amal, dan Akhlak Ide-ide Kehendak Perilaku Kepribadian 41
Bisikan-bisikan hati dan buah pikiran yang berasal dari ilmu, amal, dan akhlak adalah bahan baku muncuknya perilaku manusia. Bisikan hati dan buah pikiran akan berkembang menjadi sebuah ide, lalu ide akan menjelma menjadi kehendak, lalu kehendak yang kuat akan menghasilkan sebuah perilaku. Perilaku yang berulang-ulang akan membentuk suatu kebiasaan pada seorang indivdu (Nofiar, h. 163-164) Secara singkat, Zohar dan Marshall (2007), merinci fungsi kecerdasan spiritual sebagai berikut: 1) Kecerdasan spiritual menempatkan manusia perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Sehingga manusia menjadi kreatif, luwes, berwawasan luas, berani, optimis dan fleksibel. Karena ia terkait langsung dengan problem-problem eksistensi yang selalu ada dalam kehidupan. 2) Kecerdasan yang digunakan dalam masalah eksistensialis, yaitu ketika kita secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran, dan masalah masa lalu akibat penyakit kesedihan. 3) Kecerdasan yang menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki masalah eksistensialis dan membuat kita mampu mengatasinya. Karena kecerdasan spiritual memberi kita semua rasa yang menyangkut perjuangan hidup. 4) Kecerdasan yang dijadikan sebagai landasan bagi seseorang untuk menfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Karena kecerdasan spiritual merupakan puncak kecerdasan manusia. 5) Kecerdasan yang membuat manusia mempunyai pemahaman tentang siapa dirinya dan apa makna segala sesuatu baginya dan bagaimana semua itu memberikan suatu tempat di dalam dunia kepada orang lain dan makna-makna mereka. 6) Keerdasa spiritual memungkinkan kita untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal serta menjembatani antara dirinya dan orang lain. 7) Kecerdasan yang dapat memberikan rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan kaku dibarengi dengan pemahaman sampai batasnya. Karena dengan memiliki kecerdasan spiritual bisa meningkatkan seseorang bertanya apakah saya ingin berada pada situasi atau tidak. Intinya kecerdasan spiritual berfungsi untuk mengarahkan situasi. 8) Kecerdasan yang dapat menjadikan lebih cerdas secara spiritual dalam beragama. Sehingga seseorang memiliki kecenderungan spiritual tinggi tidak berpikiran eksklusif, fanatik, dan berprasangka (h. 12). Dari uraian di atas, kecerdasan spiritual adalah landasar dasar kecerdasan yang dimiliki manusia karena kecerdasan ini adalah fitrah. Kecerdasan spiritual mampu menfungsikan seluruh potensi yang dimiliki manusia. Kecerdasan yang bersumber dari hati kemudian memfungsikan otak maka menjadi sebuah ide dan kehendak dan menghasilkan perilaku. Kecerdasan spiritual juga merupakan puncak kecerdasan manusia.
42
4. Langkah-langkah Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal (2007), keberadan kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan, dengan cara: a. Jalan tugas Jalan ini berkaitan dengan rasa yang dimiliki, kerja sama, memberikan sumbangan dan diasuh oleh komunitas. Kestabilan dan keamanan tergantung pada pengalaman dan pengerabatan kita dengan orang lain serta lingkungan kita yang dimulai sejak kita kecil. b. Jalan pengasuhan Jalan ini berkaitan dengan rasa kasih sayang, pengasuhan, pelindungan, dan penyuburan. c. Jalan pengetahuan Jalan pengetahuan merentang dari pengalaman akan masalah praktis, imam pencarian filosofis yang paling dalam akan kebenaran, hingga pencarian spiritual akan pengetahuan mengenai Tuhan dan seluruh cahaya, dan penyatuan terakhir dengan-Nya melalui pengetahuan. d. Jalan perubahan pribadi Jalan ini adalah jalan yang paling erat kaitannya dengan titik Tuhan dari otak, dengan kepribadian yang terbuka menerima pengalaman mistis, emosi yang ekstrim, dengan mereka yang eksentrik atau berbeda dari kebanyakan orang, dengan mereka yang sering berperan mempertahankan (dan sering kehilangan) kewarasan mereka. e. Jalan persaudaraan Jalan ini dapat menjadi salah satu jalan yang paling maju secara spiritual untuk ditempuh dalam kehidupan. Rasa cinta terhadap kawan, sudara dan rasa persaudaraan yang kuat dapat menuju spiritualitas yang kuat. f. Jalan kepemimpinan yamg penuh pengabdian. Untuk menjadi pemimpin yang efektif, seseorang biasanya memiliki sifat ramah dan percaya diri (h. 226) Dalam islam, peningkatan kecerdasan spiritual bisa melalui tazkiyat al-qolb (pemnbersihan hati) dari sifat tercela (al-muhlikat). Kemudian mengisinya dengan sifat terpuji dengan melakukan ibadah sesuai tuntunan syariat. Dapat diibaratkan, ibadah sunnah adalah suatu pendakian trancedental, yaitu manusia bergerak dari bawah dan pinggir menuju pusat dan sekaligus puncak. Kecerdasan kita tak ubahnya seperti mata, memiliki potensi untuk melihat sesuatu. Ibadah-ibadah sunnah yang kita lakukan tak ubahnya seperti perjalanan untuk mendapatkan dan mendekati cahaya dan dengan pertolongan cahaya, sebagaimana diisyaratkan oleh ayat tentang cahaya inilah kita dapat melihat benda-benda dan semua yang ada sebagaimana adanya (Suharsono, 2005, h. 162).
43
5. Hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan emosional Howard Gardner (2013, h. 21-30) memperkenalkan delapan kecerdasan, yaitu: a. Kecerdasan musical, kemampuan memainkan dan memahami nada musik. b. Kecerdasan kinestetik tubuh, kemampuan menggunakan tubuh untuk mengungkapkan emosi (seperti pada tarian), memainkan permainan (seperti olahraga) atau menciptakan produk baru (seperti merancang suatu penemuan). c. Kecerdasan logis-matematis, kemampuan berpikir ilmiah, pemecahan masalah dan kalkulatif. d. Kecerdasan linguistik, kemampuan menyatukan kata-kata menjadi kalimat dan kemampuan berbahasa. e. Kecerdasan spasial, kemampuan menvisualisasikan benda dari sudut yang berbeda dalam penggunaan ruang. Seperti melukis, ekspresi dalam gamar, dan mempersepsi lingkungan. f. Kecerdasan interpersonal, kemampuan untuk memahami dan bekerja dengan orang lain g. Kecerdasan intrapersonal, kemampuan memahami dan bekerja dengan dirinya sendiri. h. Kecerdasan naturalis, kemampuan mengenal benda-benda di sekitar. Sebenarnya, ada dua kecerdasan yang menjadi pertimbangan Gardner dalam tulisannya: kecerdasan spiritual dan kecerdasan eksistensial. Namun, kedua kecerdasan tersebut tidak masuk dalam kriteria Gardner. Hal ini dengan alasan, bahwa kecerdasan spiritual dikacaukan dengan pengalaman spiritual fenomenologis seorang individu dan tidak bisa dipisahkan dari kepercayaan pada agama dan Tuhan secara umum atau bahkan komitmen pada iman atau sekte tertentu (Gardner, h. 35). Sedangkan tidak masuknya kecerdasan eksistensial dalam kriteria kecerdasan bahwa kecerdasan ini lebih filosofis tentang pertanyaan eksistensial dan alasan subyektif Gardner demi menghormati film terkenal karya Federico Fellini (h. 36). Mengenai hubungan kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional, sejawat Gardner, Goleman (2016) menyatakan, IQ dan kecerdasan emosional bukanlah keterampilan-keterampilan yang saling bertentangan, melainkan keterampilan-keterampilan yang sedikit terpisah. Kita semua mnecampurkan ketajaman akal dengan ketajaman emosi; orang dengan IQ tinggi tetapi kecerdasan emosional rendah atau IQ rendah dengan kecerdasan emosional tinggi relative langka kednati stereotifstereotif itu ada. Sungguh, ada sedikit korelasi antara IQ dan beberapa aspek kecerdasan emosional, meskipun korelasiitu cukup kecil sehingga jelas-jelas kedua hal itu pada umumnya adalah hal yang terpisah (h.58). Dan Goleman (2016, h. 42) menyatakan bahwa kesuksesan yang diperolah seseorang dalam hidupnya, IQ menyumbangkan 20 %. Jadi, 80 % diisi oleh kekuatan-kekuatan dan kecerdasan-kecerdasan lain.
44
Berbeda dengan Gardner dan Goleman, Toto Tasmara (2001, h. 49) menyatakan bahwa dalam firman Allah Q.S. al-Sajdah (32) : 9: “Kemudian Dia menyempurnakannya dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”., memberikan isyarat bahwa manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari lima bagian utama kecerdasan, yaitu: a. Kecerdasan ruhaniah (kecerdasan spiritual), kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral dalam caranya menempatkan diri dalam pergaulan. b. Kecerdasan intelektual, kemampuan seseorang dalam memainkan potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisa dan matematika. c. Kecerdasan emosional, kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri (sabar) dan kemampuan dirinya untuk memahami irama, nada, music, serta nilai-nilai estetika. d. Kecerdasan sosial, kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain, baik individu maupun kelompok. e. Kecerdasan fisik, kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan memainkan isyarat-isyarat tubuhnya. Seluruh kecerdasan tersebut, harus berdiri di atas kecerdasan ruhaniyah/spiritual sehingga potensi yang dimilikinya menghantarkan diri kepada kemuliaan akhlak. Empat kecerdasan yang dikendalikan oleh hati nurani akan memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan dan perdamaian manusia. Hal tersebut tergambar dalam bagan berikut: Gambar 2.4. Kecerdasan ruhaniyah sebagai pusat kecerdasan-kecerdasan yang dimiliki manusia. (Tasmara, 2001 h. 10) Kecerdasan intelektual
Logical and mathematical
Kecerdasan physical
Bodily-kinestetic
Kecerdasan Ruhani/
Kecerdasan emosional
spiritual Qalbu
Qalbu
Esthetical, Musical
Kecerdasan sosial
Interpersonal and intrapersonal 45
Kecerdasan ruhaniyah/spiritual adalah kecerdasan yang paling sejati tentang kearifan dan kebenaran serta pengetahuan Ilahi. Kecerdasan ini membuahkan rasa cinta yang sangat mendalam terhadap kebenaran. sehingga seluruh tindakannya akan dibimbing ilmu ilahiyah yang menghatarkannya kepada ma’rifatullah. Sedangkan, kecerdasan lainnya lebih bersifat pada kemampuannya untuk mengolah segala hal berkaitan dengan bentuk lahiriah (duniawi) (Tasmara, h. 50). Agustian (2007) menyatakan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) secara efektif. SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita (h.13). Sebuah kecenderungan klasik, sepanjang sejarah manusia, bahwa konflikkonflik intelektual yang besar, berlangsung menurut oposisi biner (dua posisi yang bersebrangan). Sebutlah misalnya, iman yang berhadapan dengan rasio, liberalisme dengan sosialisme, EQ versus SQ atau juga IQ yang berkompetisi dengan EQ. Kemutlakan peran IQ yang dulu begitu diagungkan, kini sedikit bergeser posisinya dengan keberadaan EQ yang begitu menghebohkan (Agustian, 2001, h. xli). Berdasarkan hal tersebut, Agustian memperkenalkan ESQ Model, yaitu suatu konsep tentang bagaimana membangun sebuah kecerdasan emosi dan spiritual dengan memanfaatkan kekuatan-kekuatan pikiran bawah sadar atau yang lebih dikenal dengan suara hati yang terletak pada God Spot (Agustian, 2001. h. xlvi). Kecerdasan spiritual menempati poisisi tertinggi dalam hubungannya dengan kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Hal ini terlihat dalam gambar berikut: Gambar 2.5. Hubungan atara IQ, EQ, SQ dan Tuhan dalam ESQ Model (Agustian, 2001 h. xlvi)
Tuhan Spiritual
SQ (God Spot)
Suara Hati
PARADIGMA
PARADIGMA
Zero Mind Process
(Kepentingan)
IQ
(Persepsi)
EQ 46
Seseorang yang hanya memiliki kecerdasan intelektual (IQ) belum tentu memiliki kejujuran, kesabaran, dan ketaatan, karena sifat-sifat ini lebih ditentukan kecerdasan yang lebih tinggi, yakni kecerdasan emosional (EQ) atau kecerdasan spiritual (SQ). Sebaliknya, EQ dan SQ tanpa dilengkapi IQ juga tidak akan banyak berarti karena kedua kecerdasan yang disebut pertama sesungguhnya merupakan kelanjutan dari kecerdasan IQ. Seseorang tidak akan sampai pada kecerdasan EQ dan SQ tanpa melewati IQ. Di dalam kehidupan bermasyarakat, ketiga model kecerdasan itu sangat dibutuhkan terutama di kalangan pemimpin masyarakat dan lebih khusus lagi pemimpin perusahaan. Menurut beberapa survei ahli manajemen, tingkat prestasi IQ yang dimiliki seorang manajer tidak berbanding lurus dengan tingkat prestasi perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer dituntut memiliki kecerdasan ekstra berupa keserdasan kedua (EQ) dan ketiga (SQ). Sebagai pribadi Muslim, sulit dibayangkan akan sukses menjadi abid (hamba) dan khalifah yang sukses tanpa memiliki secara seimbang ketiga model kecerdasan tersebut. Manusia paripurna (insan kamil) sesungguhnya tidak lain ialah orang yang mampu memadukan secara simultan ketiga kecerdasan tersebut di dalam dirinya (Umar, Republika, 2012, para. 20-24). Di dalam Al-Qur’an, kecerdasan intelektual dapat dihubungkan dengan beberapa kata kunci seperti kata ‘aql yang terulang sebanyak 49 kali dan tidak pernah digunakan dalam bentuk kata benda (Ism) tetapi hanya digunakan dalam bentuk kata kerja (Fi’il), yaitu bentuk fi’il madli sekali dan bentuk fi’il mudlari’ 48 kali. Penggunaan kata ‘aql dalam ayat-ayat tersebut pada umumnya digunakan untuk menganalisis fenomena hukum alam sebagai tanda kebesaran Allah (Kurniawan, 2013, h. 11 para. 2). Sebagaimana dalam surat al-Baqarah (2) ayat 164. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan” . Namun, penguasaan kecerdasan intelektual bukan jaminan untuk memperoleh kualitas iman atau kualitas spiritual yang lebih baik, karena terbukti banyak orang yang cerdas secara intelektual tetapi tetap kufur terhadap Tuhan. Hal ini juga ditegaskan di dalam surat Q.S. al-Baqarah (2) : 75. “Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?
47
Ayat ini mengisyaratkan bahwa bahwa kecerdasan intelektual terkadang digunakan untuk melegitimasi kekufuran. Padahal, idealnya kecerdasan intelektual digunakan untuk memperoleh kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi. Seorang ilmuan yang arif tidak berhenti pada level kecerdasan intelektual tetapi melakukan sinergi dengan kecerdasan-kecerdasan yang lebih tinggi. Begitu juga dengan kecerdasan emosional dijelaskan dengan begitu jelas di dalam surat al-Hajj (22) ayat 46. “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. Ayat tersebut di atas cukup jelas menggambarkan kepada kita bahwa faktor kecerdasan emosional ikut serta menentukan eksistensi martabat manusia di hadapan Tuhan. Menurut Nasr, emosi inilah yang menjadi faktor penting yang menjadikan manusia sebagai satu-satunya makhluk eksistensialis, yang bisa turun naik derajatnya di hadapan Tuhan. Binatang tidak akan pernah meningkat menjadi manusia dan malaikat tidak akan pernah turun menjadi manusia karena mereka tidak memiliki unsur kedua dan unsur ketiga seperti yang dimiliki manusia. Kecerdasan spiritual berkaitan langsung dengan unsur ketiga manusia yang disebut dengan ruh. Keberadaan ruh dalam diri manusia merupakan intervensi langsung Allah Swt tanpa melibatkan pihak-pihak lain sebagaimana halnya proses penciptaan lainnya. Hal ini dapat dipahami melalui penggunaan redaksional ayat sebagai berikut: “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. al-Hijr (15) : 29. Kehadiran ruh atau unsur ketiga pada diri seseorang memungkinkannya untuk mengakses kecerdasan spiritual. Namun, upaya untuk mencapai kecerdasan itu tidak sama bagi setiap orang. Seorang Nabi atau wali tentu lebih berpotensi untuk mendapatkan kecerdasan ini, karena ia diberikan kekhususan-kekhususan yang lebih dibanding orang-orang lainnya. Namun tidak berati manusia biasa tidak bisa mendapatkan kecerdasan ini. Ayat tersebut di atas menggunakan kata (dari ruh-Ku), bukan kata (dari ruh Kami) sebagaimana lazimnya pada penciptaan makhluk lain. Ini mengisyaratkan bahwa roh yang ada dalam diri manusia itulah yang menjadi unsur ketiga (ruh) dan unsur ketiga ini pula yang menyebabkanseluruh makhluk harus sujud kepada Adam. Ini menggambarkan seolah-olah ada obyek sujud lain selain Allah. Unsur ketiga ini pula yang membackup manusia sebagai khalifah (representatif) Tuhan di bumi (Kurniawan, 2013, h. 14). Kecerdasan intelektual (IQ) diyakini menjadi sebuah ukuran standar kecerdasan selama bertahun-tahun. Bahkan hingga hari ini pun masih banyak orangtua yang mengharapkan anak-anaknya pintar, terlahir dengan IQ di atas level normal (lebih dari 100). Namun, dalam perjalanan berikutnya orang mengamati, dan pengalaman memperlihatkan, tidak sedikit orang dengan IQ tinggi, yang sukses dalam studi, tetapi kurang berhasil dalam karier dan pekerjaan. Dari realitas itu, lalu 48
ada yang menyimpulkan, IQ penting untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi kemudian jadi kurang penting untuk menapak tangga karier. Untuk menapak tangga karier, ada sejumlah unsur lain yang lebih berperan. Misalnya saja yang mewujud dalam seberapa jauh seseorang bisa bekerja dalam tim, seberapa bisa ia menenggang perbedaan, dan seberapa luwes ia berkomunikasi dan menangkap bahasa tubuh orang lain (Misbach, 2008, h. 2 para. 3). Telah banyak terbukti bahwa kecerdasan emosi memiliki peran yang jauh lebih signifikan disbanding IQ. Kecerdasan otak (IQ) barulah sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun kecerdasan emosilah yang sesungguhnya (hampir seluruhnya terbukti) mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi. Terbukti banyak orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, terpuruk di tengah persaingan. Sebaliknya banyak orang yang kecerdasan intelektualnya biasa-biasa saja, justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pegusahapengusaha sukses, dan pemimpin-pemimpin di berbagai kelompok. Di sinilah kecerdasan emosi atau emotional quotient (EQ) membuktikan eksistensinya. Setelah itu, ketika seseorang dengan kemampuan EQ dan IQ-nya berhasil meraih prestasi dan kesuksesan, acapkali rang tersebut disergap oleh perasaan “kosong” dan hampa dalam celah batin kehidupanya. Setelah prestasi puncak telah dipijak, ketika semua pemuasan kebedaan telah diraihnya, setelah uang hasil jeri payah berada dalam genggaman, ia tak tahu lagi ke mana harus melangkah. Untuk apa semua prestasi itu diraihnya?, hingga hampir-hampir diperbudak oleh uang serta waktu tanpa tahu dan mengerti di mana ia harus berpijak?. Di sinilah kecerdasan spiritual atau yang biasa disebut SQ muncul untuk melengkapi IQ dan EQ yang ada di diri setiap orang. Spiritual Quotient (SQ) merupakan kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataan tersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, karena diperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuh keseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQ yang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) and Soul (Spiritual) (Misbach, para. 5). Dari uraian di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan tertinggi yang dimiliki manusia. Kecerdasan spiritual menjiwai kecerdasan lain dan menghantarkannya kepada Tuhan Sang Pencipta. Orang beriman meyakini bahwa semua yang ada di dunia ini, termasuk manusia dengan segala potensi yang dimilikinya, adalah hasil ciptaan Allah SWT. Semua ciptaan-Nya ini akan kembali kepada-Nya. Kecerdasan spiritual berpusat pada keimanan dan rasa cinta yang mendalam kepada Sang Maha Pencipta. Sehingga melahirkan perilaku baik sebagai bentuk ketaatan dalam melaksanakan nilai-nilai ketuhanan. Kecerdasan intelektual dan 49
kecerdasan emosial akan melahirkan perilaku baik manakala kecerdasankecerdasan tersebut bersinergi dengan kecerdasan spiritual. Kecerdasan Spritual bukanlah agama (religi). Terlepas dari agama, manusia dapat memberi makna melalui berbagai macam keyakinan. Bahkan ada merasakan merasa mendapatkan makna hidup dengan menempuh bahaya bersusah payah mendaki puncak gunung tertinggi Everest dipengunungan Himalaya. Wujud dari kecerdasan spritual ini adalah sikap moral yang dipandang luhur oleh sang pelaku. Karena manusia dapat merasa dipandang luhur oleh sang pelaku. Karena manusia dapat merasa memiliki makna dari berbagai hal, agama mengarahkan manusia untuk mencari makna dengan pandangan yang lebih jauh. Bermakna dihadapan Tuhan. Inilah makna sejati yang diarahkan oleh agama berkaitan dengan kecerdasan spiritual (Ummah, 2003 h. 42). Penerapan ketiga kecerdasan tersebut IQ, EQ dan SQ dalam dunia pendidikan akan sangat membantu perkembangan dunia pendidikan dan mampu mencegahnya gejolak jiwa siswa yang negatif sehingga dapat mengurangi tindak kejahatan yang dilakukan oleh siswa serta menjadikan siswa yang berkarakter, memiliki Intelektual yang hebat, dapat mengontrol emosi serta mengaplikasikan ajaran agama dengan baik. Sehingga diharapkan kedepannya, siswa seperti inilah yang akan memimpin serta membangun Indonesia menjadi Negara yang luhur, maju dan berwibawa. Keberadaan IQ, EQ, dan SQ sebenarnya telah termuat dalam pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya IQ pada pelajaran Sains, IPA, Matematika dan mata pelajaran lainnya. EQ juga dapat ditemukan pada pendidikan moral baik melalui pendidikan Pancasila maupun pedidikan Kewarganegaraan. Sementara SQ juga dapat ditemukan pada Pendidikan Agama. Tetapi semuanya terpetak-terpetak dan tidak terintegerasi dalam satu kesatuan yang saling berhubungan. Hasil yang didapat oleh siswa adalah bagaimana bisa mengerjakan dengan baik soal-soal dari pelajaran-pelajaran tersebut. Keberhasilan siswa dalam belajar diukur dengan nilai yang didapat pada tes ataupun ujian saja, walaupun mereka tidak memahami kandungan yang sesungguhnya dari mata pelajaran yang bersangkutan. Aplikasi dari pembelajaran berwawasan IQ, EQ, dan SQ salah satunya adalah dengan pembelajaran yang dilengkapi dengan pesan-pesan ilaahiyah dalam ayatayat Al-Qur’an. Untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan alam, misalnya fisika mudah dikemas dalam pembelajaran berwawasan IQ, EQ, dan SQ. Hal ini dikarenakan antara ayat-ayat Al-Qur‘an dengan teori-teori yang terdapat dalam ilmu fisika terdapat keselarasan. Selain itu Al-Qur’an juga banyak membicarakan pelbagai subyek yang jelas-jelas ilmiah. Upaya untuk mengintegrasikan ketiga potensi kecerdasan (IQ, EQ, dan SQ) tersebut melalui proses pembelajaran tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan setiap peserta didik memiliki kekhasan masing-masing. Latar belakang ekonomi, lingkungan sosial, bakat, minat, pengetahuan serta motivasi antara satu murid dengan murid yang lain tidaklah selalu sama, bahkan cenderung berbeda. 50
Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan yang mampu memahami karakteristik peserta didik sehingga lingkungan sekolah benar-benar dapat memberi kesempatan bagi pengembangan potensi peserta didik agar mencapai titik maksimal. Selain itu, diperlukan juga kreatifitas dan inovasi dari pendidik agar proses pembelajaran tidak menjemukan yang tentu saja akan berpengaruh pada prestasi peserta didik tetapi menyenangkan (enjoyful learning) (EQ), bermakna (meaningful learning) (SQ), dan menantang atau problematis (problematical learning) (IQ). Dengan pembelajaran seperti ini diharapkan tercipta manusiamanusia pembelajar yang selalu tertantang untuk belajar (learning to do, learning to know) (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together (EQ), serta selalu memperbaiki kualitas diri pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri yang sesungguhnya (real achievement) yang dalam istilah Islam disebut dengan Muslim Paripurna atau al-Insan al-Kamil (Kurniawan, 2013 h. 18). Karena keyakinan itulah, Dari beberapa teori di atas, penulis memiliki kecenderungan kepada teori ESQ Model yang dikemukakan oleh Ary Ginanjar Agustian dan kecerdasan ruhaniyah yang dikemukakan oleh Toto Tasmara. Walaupun tidak meninggalkan sepenuhnya teori-teori yang lain. Hal ini beralasan, karena teori ini sesuai dengan penelitian
51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian Metode penelitian berisi jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk memecahkan masalah penelitian. Desain atau rancangan penelitian berisi pola umum penelitian yang akan digunakan peneliti (FITK, 2013, h. 61). Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Kountur (2007), “penelitian deskripsi adalah jenis peneilitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan objek yang diteliti” (h.108). Menurut Bogdan dan Tylor sebagaimana yang dikutip oleh Lexi J. Moleong (2015, h. 4) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan deskriptif kualitatif adalah metode yang digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan data melalui bentuk kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang diamati. Menurut Lincoln dan Guba, sebagaimana dikutip FITK (2013, h. 61), pendekatan kualitatif disebut “naturalistic inquiry”. Penggunaan pendekatan ini dikarenakan cara pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam latar/setting alamiah, artinya tanpa memanipulasi subjek yang diteliti. Peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dikarenakan ada beberapa pertimbangan di antaranya adalah: penelitian ini bersifat menggambarkan, menguraikan suatu hal dengan apa adanya, maksudnya adalah data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata atau penalaran, gambar, dan bukan angkaangka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan kualitatif; penyajian data dilakukan secara langsung hakikat hubungan peneliti dengan responden; lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan kenyataan. Suatu rencana prosedur kualitatif harus menghasilkan bagian tentang narasi yang muncul dari analisa data. Narasi dalam penelitian kualitatif menyajikan informasi dalam bentuk naskah atau gambar. Penulis dapat memasukkan pembahasan tentang kesepakatan naratif seperti: menggunakan kutipan panjang, pendek dan kutipan yang ada dalam naskah secara bervariasi, menyusun naskah percakapan, memasukkan kutipan dan penafsiran (penulis) secara bergantian menggunakan indeks untuk menandai kutipan-kutipan informan, menggunakan kata ganti orang pertama saya atau kata ganti kolektif kita dalam bentuk naratif. Oleh karena itu, penelitian ini mendeskripsikan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Inovasi PAI pada program Majelis Tadabbur al-Qur’an dalam meningkatkan kecerdasan siswa di SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Kota Depok. Sasaran dalam penelitian ini adalah inovasi kurikulum, metode, model pembelajaran dan evaluasi program Majelis Tadabbur al-Qur’an dan kaitannya dengan kecerdasan spiritual siswa. Dalam melakukan penelitian ini, untuk menghasilkan jawaban maka dilakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisis data dengan menggunakan metode ilmiah. Melalui pendekatan kualitatif peneliti berusaha mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, beriteraksi dengan subjek 52
penelitian, berusaha memahami Bahasa dan tafsiran mereka tentang program tertentu. Untuk memperoleh data kualitatif, peneliti mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi, pengecekan keabsahan data, teknik analisis data, dan tahapan penelitian. B. Objek dan Desain Penelitian Objek dari penelitain ini adalah Inovasi Pendidikan Agama Islam pada program Majelis Tadabbur al-Qur’an dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa di SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok. Penelitian dilakukan ditempat ini dikarenakan adanya inovasi pembelajaran al-Qur’an dalam pendidikan agama Islam di setiap jenjang pendidikan tersebut sehingga cocok untuk menjadi tempat penelitian. Data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka pendekatan yang lebih tepat untuk digunakan peneiliti adalah jenis penelitian deskritif kualitatif. Hal ini diambil karena dalam pebelitian ini berusaha menelah inovasi pendidikan agama Islam dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau ilmiah, bukan dalam kondisi terkendali atau laboratoris. Kountur (2007) menyatakan, “penelitian deskripsi adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti” (h.108). C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok yang merupakan Sekolah Terbuka dibawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri yang berlokasi di Terminal Terpadu Kota Depok Jalan Margonda Raya Kota Depok, Jawa Barat. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan selama bulan Nopember 2016 s/d Juni 2017. D. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti di lapangan menjadi instrumen kunci penelitian yang mutlak diperlukan. Ini dikarenakan terkait dengan penelitian yang telah dipilih, yaitu penelitian dengan pendekatan kualitatif. Pengumpul data utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri atau dibantu orang lain. Oleh sebab itu, kehadiran peneliti disamping sebagai instrumen juga menjadi pelapor yang merupaka faktor penting dalam seluruh kegiatan penelitian ini. Secara langsung peneliti berhadapan langsung dengan informan dan membaur, menjalin suasana keakraban sebagai persyaratan utama pemgumpulan data bsesuai dengan pedoman atau aspek yang diteliti (FITK, 2013 h. 63). E. Sumber Data Data dari suatu penelitian diperoleh dari bermacam-macam sumber, namun dapat dikelompokkan ke dalam dua sumber utama, yaitu: 1). Sumber primer, yang 53
dikenal dengan data primer; dan 2). Sumber sekunder, yang dikenal dengan data sekunder (Kountur, 2007 h. 177). 1. Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumber utamanya (Kountur, h. 182). adapun untuk meperoleh data primer dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara. Penentuan informan dalam wawancara di pilih berdasarkan kriteria; orang yang mengetahui informasi dan masalah yang berkaitan dengan penelitian secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang valid. Kemudian, orang yang terlibat langsung dalam masalah yang berkaitan dengan masalah penelitian. Berdasarkan pertimbangan maka yang dijadikan sebagai informan adalah pengurus yayasan, dalam hal ini pendiri dan dewan Pembina Yayasan Bina Insan Mandiri (Yabim) Kepala Divisi Pendidikan YABIM, Koordinator SMA, Tutor Majelis Tadabbur al-Qur’an, Staf Administrasi Pusat Informasi dan Pelayanan Sekolah Master (Pilter) dan warga belajar. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang bersumber dari hasil penelitian orang lain yang dibuat untuk maksud yang berbeda. Data tersebut dapat berupa fakta, tabel, gambar, dan lain-lain. (Kountur, 2007 h.178). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari buku-buku, tesis, disertasi, jurnal, ataupun media online yang ada kaitannya dengan objek penelitian. F. Tehnik Pengumpulan Data Mengumpulkan data berarti mencatat peristiwa, karakteristik, elemen, nilai suatu variable. Hasil pencatatan ini menghasilkan data mentah yang kegunaannya masih terbatas (FITK, 2013 h. 65). Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara tergantung pada instrument yang digunakan dari sumber datanya. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. 1. Observasi Tehnik observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam obsrervasi ini peneliti tidak ikut terlibat langsung di dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat (FITK, 2013 h. 66). Kountur (2007) berpendapat, “observasi adalah salah satu cara untuk memperoleh data primer. Obsrervasi dilakukan dengan cara mengamati obyek yang merupakan sumber utama data” (h. 184). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dalam rangka mengamati kegiatan yang dilakukan dalam inovasi PAI dalam program Majelis Tadabbur al-Qur’an dan kecerdasan spiritual di SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok. 2. Wawancara Menurut Gunawan (2013), “wawancara pada penelitian kualitatif memiliki sedikit perbedaan dibandingkan dengan wawancara lainnya, seperti wawancara pada 54
penerimaan pegawai baru dan penerimaan mahasiswa baru” (h.143). Kountur (2007) berpendapat bahwa, “wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan bertanya dan mendengarkan jawaban langsung dari sumber utama data” (h. 186). Peneliti merupakan pewawancara dan sumber data adalah orang yang diwawancarai. Sugiono (2010 h. 198) menuturkan bahwa wawancara dapat dilakukan baik dengan face to face maupun menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi. Oleh karena itu, pewawancara perlu memehami situasi dan ondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melkukan wawancara. Pada saat responden sedang sibuk bekerja, sedang ada masalah berat, sedang mulai beristirahat, sedang tidak sehat atau sedang marah, maka harus hatihati dalam melakukan wawancara. Kalau dipaksakan wawancara dalam kondisi seperti itu, maka akanmenghasilkan data yang tidak valid dan tidak releva. Wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara non struktur. Wawancara ini mirip dengan percakapan informasi. Metode ini bertujuan untuk memeperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri responden (FITK, 2013 h. 63). Wawancara dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi secara langsung tentang inovasi pendidikan agama Islam dalam program Majelis Tadabbur al-Qur’an dan kecerdasan siswa di SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok. Wawancara kepada pendiri yayasan berkaitan dengan sejarah dan profil YABIM dan Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok, wawancara dengan kepala Divisi Pendidikan YABIM, koordinator SMA, Tutor dan siswa, berkaitan dengan Program Majelis Tadabbur al-Qur’an dan kecerdasan siswa. 3. Dokumentasi Dokumentasi merupakan sumber data non manusia, sumber ini merupakan sumber yang akurat dan stabil sebagai cermin situasi/kondisi yang sebnarnya serta dapat dianalisis berulang-ulang dengan tidak mengalami perubahan (FITK, h.67). Dengan demikian, tehnik ini digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah dan profil YABIM dan Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok, database tutor dan warga belajar, serta data-data lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini. G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri atau orang lain (Sugiono, 2015, h. 335). Selanjutnya, Sugiono (h. 336) melanjutkan, analisis data kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan. 55
Sementara itu, analisis data menurut Bogdan & Biklen sebagaimana dikutip Moleong (2015, h. 248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yakni proses mengumpulkan dan menyusun secara baik data-data yang didapatkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi serta berbagai bahan lain yang berkaitan tentang Majelis Tadabbur al-Qur’an di Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok dalam peningkatan kecerdasan spiritual siswa. Untuk mempermudah peneliti dalam proses menganalisis berbagai data ini, peneliti menggunakan dua pendekatan: 1. Analisis Sebelum di Lapangan Sebagaimana dikemukakan Sugiono di atas, analisis data dilakukan sejak sebelum memsuki lapangan, maka dalam penelitian ini sebelum terjun ke lapangan peneliti menganalsis berbagai data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang berkaitan dengan pembelajaran al-Qur’an, inovasi Pendidikan Agama Islam, dan kecerdasan spiritual. Untuk memperoleh data yang berarti pada proses analisis data dilakukan secara terus menerus. Proses dimaksud untuk menemukan hal-hal penting, untuk membantu mempermudah peneliti mengkaji Majelis Tadabbur alQur’an dalam peningkatan kecerdasan spiritual. Namun, proses analisis yang dilakukan peneliti sebelum turun ke lapangan sifatnya masih sementara, penelitian ini berkembang setelah peneilti terjun ke lapangan dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian. 2. Analisis di lapangan dengan Menggunakan Model Miles dan Huberman Miles dan Huberman (dalam sugiono, 2015, h. 337) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakuakan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas data dalam analisis data yaitu: data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan). a. Data Reduction (reduksi data) Reduksi data merupakan langkah awal dalam menganalisis data dalam penelitian ini. Mereduksi data berarti metrangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dan membuang yang tidak perlu (Sugiono, h. 338). Reduksi data dalam penelitian bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini, aspek-aspek yang direduksi adalah data hasil observasi, maupun wawancara menyangkut latar belakang berdirinya Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok, latar belakang program Majelis Tadabbur al-Qur’an, serta peningkatan kecerdasan spiritual siswa. Pemenuhan aspek-aspek tersebut memudahkan peneliti dalam penyajian data dan berujung pada penarikan kesimpulan dari hasil penelitian ini. 56
b. Data Display (penyajian data). Penyajian data meripakan tahap kedua dari tiga tahapan aktifitas menganalisis data dalam penelitian kulaitatif menurut Miles dan Huberman. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif (Sugiyono, 2015, h. 341). Sebagaimana proses reduksi data, penyajian data dalam penelitian ini tidakah terpisah dari alanisis data. Hal yang penulis lakukan dalam penyajian data pada penelitian ini adalah peneliti menggambarkan secara umum hasil penelitian dari lokasi peneitian yaitu Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok secara umum, yang tergambar dari latar belakang berdirinya Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok dan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM), visi dan misi dan tujuan Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok, struktur kepengurusan YABIM yang membawahi Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok, tata nilai dasar Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok, letak geografis Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok, prestasi Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok. Kemudian profil SMA Masjid Terminal Terpadu, yaitu aspek struktur organisasi, warga belajar dan tutor. Setelah penyajian gambaran umum lokasi penelitian, penulis mendeskripsikan Program Majelis Tadabbur al-Qur’an yang merupakan inovasi dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok, dan kendala-kendala yang dialami dalam melaksanakan program Majelis Tadabbur al-Qur’an ini. Kemudian bagaimana Majelis Tadabbur al-Qur’an dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa. c. Conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan). Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari proses pengumpulan data, peneliti mulai mencatat fenomena program Majelis Tadabbur al-Qur’an di SMA Master Indonesia, mencari penjelasan tentang pelaksanaan program ini, dan manfaat program ini dalam peningkatan kecerdasan spiritual siswa. Dari aktifitas tersebut, peneliti membuat kesimpulan berdasarkan data-data awal itu dan data tersebut masih bersifat sementara. Penarikan kesimpulan ini berubah menjadi kesimpulan akhir yang akrat dan kredibel karena proses pengumpulan data oleh peneliti menemukan bukyi-bukti yag kuat, valid, dan konsisten dalam mendukung data-data awal tadi. Kesimpulan-kesimpulan yang ada kemudian diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi ini berupa pemikiran kembali selama penulisan dan penyusunan data, tinjauan ulang pada catatan selama penelitian, tinjauan kembali secara seksama dengan dosen pembimbing dan penguji hasil penelitian untuk mengembangkan intersubjektif serta membandingkan dengan temuan-temuan data lain yang berkaitan dengan inovasi PAI dan kecerdasan spiritual. Dengan demikian, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan merupakan merupakan satu kesatuan penting dalam menganalisis data hasil penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman. 57
H. Pengecekan Kredibilitas Data Dalam penelitian ini uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dengan cara: Pertama, perpanjangan keikutsertaan. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrument. Karena itu, keikutsertaan peneliti sangat menentukan pengumpulan data dan akan menguatkan derajat kepercayaan data. Kedua, Trianggulasi. Trianggulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang dilakukan melalui sumber, metode, penyidik dan teori. Tehnik triangulasi dengan sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dapat dicapai peneliti dengan cara: membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, dan membangun hasil wawancara isi suatu dokumen yang berkaitan. Tehnik triangulasi dengan penyidik artinya dengan jalan memanfatkan pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Ketiga, pengecekan sejawat melalui diskusi. Tehnik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Diskusi dengan rekan sejawat ini memberikan suatu kepercayaan awal yang baik untuk menguji suatu hal yang muncul dari pemikiran peneliti.
58
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Sekolah Masjid Terminal Terpadu adalah sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM). Yayasan ini berlokasi di lingkungan Terminal Kota Depok. Seiring waktu berjalan, nama Sekolah Master dikenal dengan namanya walaupun tidak lagi menempati masjid terminal sebagai tempat belajarnya. Bahkan saat ini, sekolah ini memperkenalkan nama sekolahnya dengan sebutan Sekolah Master Indonesia (SMI). Jenjang pendidikan di SMI terdiri dari PAUD, TK, SMP Terbuka, SMA Terbuka. Selain jenis pendidikan formal, diselenggarakan juga jenis pendidikan non formal, yaitu Kelompok Belajar Paket A, Paket B, dan Paket C. Selain itu juga diselenggaralkan sekolah informal berupa kursus vokasi untuk kecakapan hidup. Semua jenjang dan jenis pendidikan tersebut dikenal dengan Masjid Terminal Terpadu Indonesia. Karena keterbatan yang dimiliki Masjid Terminal Terpadu I, baik sarana prasarana, Sumber Daya Manusia, dan lain-lain, setiap jenjang dan jenis pendidikan memodifikasi sistem pembelajaran, namun tetap mengacu kepada sistem pendidikan nasional dan visi, misi, serta tujuan Masjid Terminal Terpadu I. Modifikasi ini juga merupakan hasil inovasi yang kemudian menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kurikulum Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Diantara hasil modifikasi itu adalah Program Majelis Tadabbur al-Qur’an. Program Majelis Tadabbur al-Qur’an ini dilaksanakan di setiap jenjang pendidikan Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Bahkan, syarat pengambilan ijazah setelah mereka lulus adalah hasil dari keikutsertaan siswa dalam program Mataqu yaitu mampu membaca al-Qur’an. Program Mataqu diorientasikan untuk membentuk karakter siswa, baik lahir maupun bathin dan mengembangkan kecerdasan siswa, baik kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti inovasi Majelis Tadabbur alQur’an di sekolah Master dan kecerdasan spiritual siswa. Untuk lebih fokusnya penelitian, jenjang yang akan penulis teliti adalah SMA Terbuka. 1. Latar belakang berdirinya Sekolah Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Nurrohim, Pendiri Sekolah Master dan juga Pendiri dan Pembina Yayasan Insan Mandiri (YABIM), menuturkan (dalam wawancara tanggal 8/12/2016), bahwa Sekolah master berdiri bukan karena by design (direncanakan) namun karena by accident (kebetulan). Pada awalnya, Nurrohim merasa prihatin melihat anak-anak usia sekolah yang pada saat jam-jam belajar di sekolah, seharusnya 59
mereka ada di sekolah namun mereka harus turun ke jalan membantu keluarga mencari rezeki. Nurrohim berfikir, seandainya ada tempat untuk bernaung dan berlindung, memberikan arahan, bimbingan, dan keterampilan yang memadai mungkin akan membuat kehidupan mereka lebih baik lagi. Mereka bisa mendapatkan pendidikan, punya ijazah, punya keterampilan sehingga mereka bisa bersaing dalam dunia kerja. Atas dasar keprihatian tersebut, kemudian Nurrohim berinisiasi berdirinya sekolah alternatif untuk masyarakat marjinal. Langkah awal yang dilakukan Nurrohim adalah mengumpulkan anak-anak tersebut di kiosnya yang kemudian menjadi central berkumpul anak-anak marjinal tersebut. Dalam kumpulan tersebut diisi dengan pengajian dan makan bersama, diskusi, dan ketrampilan usaha. Seiring waktu, kios milik Nurrohim tidak menampung anak-anak yang semakin banyak jumlahnya. Lalu digunakanlah emperan masjid di terminal untuk tempat berkumpul mereka dengan izinnya ke pengurus masjid adalah pengajian. Sebelumnya, Nurrohim terlebih dahulu masuk sebagai pengurus DKM Masjid. Ia membuat program pembinaan anak-anak jalanan, tukang asongan, pengamen, tukang semir sepatu, pemulung dan lain-lain. Komunitas yang menjadi jamaah pengajian di masjid terminal diantaranya Seniman Terminal (Senter), Persaudaraan Asongan Terminal (Pesat). Mereka punya keinginan untuk sekolah dan memiliki ijazah agar bisa kerja. Maka, jadilah emperan masjid terminal sebagai tempat belajar (sekolah) mereka. Pada tahun 2002, barulah terbentuk kelas-kelas di lingkugan masjid. Saat itu, jenjang yang berdiri adalah PAUD, SD, dan SMP. Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok dirintis oleh para Pemuda dan Remaja Masjid Al Muttaqien (PRISMA) pada 28 Oktober 2000, akan tetapi pembelajaran baru bisa berjalan sekitar tahun 2002 (Renstra SMI-YABIM, h. 6). 2. Visi, Misi, dan tujuan Sekolah Sekolah Masjid Terminal Terpadu a. Visi Membina dan Mengembangkan Warga Belajar Berakhlak Mulia, Cerdas, Kreatif, dan Mandiri b. Misi 1) Agar warga belajar dapat menjadi manusia yang ingin belajar seumur hidup (Lifelong learning). Menumbuhkan kecintaan dan kesenangan warga belajar untuk belajar, sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan dan bakatnya secara optimal, alamiah, dan sunnatullah-nya (insan pembelajar). 2) Menwujudkan sistem belajar yang menyenangkan dan melibatkan warga belajar secara aktif (Learners) sehingga memiliki akhlak mulia, berpikir kritis, kreatif, dan insan yang peduli. 60
3) Menumbuhkan rasa kemampuan diri, kreativitas, kemandirian, dan berani mencetuskan ide idenya, serta menjalankan ide-idenya untuk mengeksplorasi potensi didalam dirinya dan menjalin komunikasi dengan memupuk hubungan yang baik. 4) Membangun konsep diri para relawan dan warga belajar yang positif, kepatuhan terhadap aturan dan kode etik yang berlaku di Sekolah Master Indonesia, serta peduli kepada sesama anggota sistem pembelajaran di SMI, dan berkomitmen penuh. 5) Menjalin kemitraan dan kerjasama bersama keluarga, masyarakat, dan pemerintah dalam upaya peningkatan kapasitas sumber daya, sarana prasarana, kurikulum, proses pembelajaran, manajemen kelas dan sekolah, sehingga mampu menghadapi dan memecahkan tantangan pendidikan dan kehidupan. c. Tujuan Lahirnya Sekolah Masjid Terminal Terpadu sejak 28 Oktober 2000 merupakan langkah besar dalam mewujudkan model sekolah alternatif yang mampu memadukan pembelajaran untuk sepanjang hayat, pembelajaran untuk semua, dan pembelajaran semesta. Oleh karena itu, SMI bertujuan: 1) Di tengah-tengah krisis berkepanjangan pada dunia pendidikan mulai dari krisis paradigma, visi, pengembangan, proses (pendekatan pembelajaran), manajemen, dan komunikasi sehingga melahirkan generasi yang gagap; gagap zaman, gagap pergaulan global, gagap moral, gagap teknologi. Sekolah Sekolah Masjid Terminal Terpadu harus mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dalam menanamkan nilai, sikap (karakter), pengembangan bakat (ketrampilan) dan menumbuh-kembangkan potensi akal, jasmani, dan ruhani yang optimal, seimbang, dan sesuai dengan tuntutan zaman sebagai insan pembelajar sejati. 2) Pembelajaran yang benar dan efektif akan melahirkan warga belajar yang berakhlaq mulia, cerdas, kreatif, dan mandiri serta mampu berperan aktif dalam memproduksi kemaslahatan yang menumbuhkan kemanfaatan bagi hidup dan kehidupan. 3) SMI dengan keterpaduan antara nilai IMTAQ dan IPTEK yang pada gilirannya kelak akhirnya akan melahirkan warga belajar yang “Bermental Jawara” yang akan membawa bangsa ini kepada peradaban yang gilang gemilang dan membina warga belajar menjadi insan pembelajar sejati. Implikasi dari keterpaduan ini menuntut pengembangan pendekatan proses pembelajaran yang kaya, variatif, dan menggunakan media serta sumber belajar yang luas dan luwes. Adapun pembelajaran ketrampilan di kemas dalam kegiatan pembelajaran yang menyediakan beragam pilihan yang seluruhnya mengacu kepada prinsip prinsip ketrampilan hidup (life skill). 4) SMI mengembangkan potensi warga belajar dalam 5 aspek : a) Pengembangan Akhlak Mulia. b) Pengembangan Ruhani dan Jasmani. c) Pengembangan Kecerdasan Majemuk d) Pengembangan Sosial dan Kemasyarakatan e) Pengembangan Ketrampilan dan Teknologi 61
5) Sekolah Masjid Terminal Terpadu yang memfokuskan bagaimana membangkitkan rasa empati, etika moral, dan pelayanan sosial dapat menciptakan masyarakat sekolah yang lebih peduli dan mandiri. 3. Struktur Kepengurusan Susunan Kepengurusan Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok Pembina YABIM Ketua YABIM Bendahara YABIM Balitbang Pendidikan (SMI) Bagian Keuangan SMI Koord. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Koord. Paket A (Setara SD) Koord. Paket B (SMP Terbuka): Koord. Paket C (SMA Terbuka) Koord. Master Labskill a. Koord. Lab Komputer b. Koord. Design Grafis & Video Shooting c. Koord. Service HP d. Koord. Fotografi e. Koord. Sablon f. Koord. Bengkel Motor g. Koord. Studio Master h. Koord. Make Up dan Hair Doo i. Koord. Hair Style dan Hair Care j. Koord. Spa dan Body Massage k. Koord.Butik (Designer) l. Koord Aplikasi m. oord. Accessories n. Koord. Seni Pertunjukan o. Koord. Essemble p. Koord. Trashic (Almukarom) q. Koord. Mural Master r. Koord. Teater Kolong Langit s. Koord. Sanggar Seni t. Koord. Seniman Jalanan (Senja) u. Koord. Pondok Master v. Koord. Akademis
: Nurrohim : Mustami’in : Prayudha : Sugeng Riyanto : Wildan dan Rangga : Ma’rifah : Lianti : Muhammad Natsir : Sri Lestari : Sutrisno : Raqib Bayni : Indra : Hengki : Nila : Fathulrozi : Abu Nidal : Arif : Ismi Khoirunisa : Puji Lestari : Lidia : Budi Septian : Dinar : Monika Julianti : Sarkam : Rara : Abdullah : Ochan dan Farush : Angga Roman Widya : Bambang Betet : Georga : Deni Surahman : Agus Niyanto
4. Tata Nilai dasar (Budaya Kemasteran) a. Nilai Dasar (Budaya SMI) 1) Keyakinan: seluruh ucapan, pikiran, dan tindakan perjuangan yang di lakukan di master pasti dapat di wujudkan bila dilakukan dengan spirit,
62
2)
3)
4)
5) 6)
7)
optimisme,dan keyakinan bahwa hal itu sebagai ibadah pada jalan yang benar. Kebersamaan: seluruh kerja dan sukses-sukses organisasi hanyalah mungkin bila dilakukan kerjasama tim yang solid, bukan kerja individuindividu. Kepedulian: seluruh kerja dan kegiatan yang dilakukan senantiasa berorientasi pada pengabdian, kepekaan sosial, dan empati yang kuat bagi masyrakat marginal. Kebersihan dan kelestarian lingkungan: seluruh kerja dan upaya yang di lakukan Sekolah Master merupakan wujud pengabdian dengan selalu mendasarkan pada kebersihan hati dan kebersihan serta kelestarian lingkungan. Kepatuhan: konsistensi dan rasa tanggung jawab untuk melaksanakan keputusan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama. Keharmonisan: keberagaman di Sekolah Master merupakan kekuatan yang senantiasa perlu dirajut sebagai harmoni untuk mewujudkan cita-cita (visi) yang telah ditetapkan. Kemandirian: didalam mewujudkan visi dan misi sebesar-besarnya bertumpu pada kekuatan diri sendiri, dukungan dan kerjasama dengan pihak lain merupakan pelengkap.
b. Nilai Dasar (Budaya Relawan); Keikhlasan, Kesabaran, Komitmen, Keteladanan, Keberanian. c. Nilai Dasar Kepemimpinan dan Manajemen; Visioner, Berwawasan, Keteladanan, Memotivasi, Mengilhami, Memberdayakan, Membudayakan, Koordinatif, Bersinergi, Kerjasama Tim, Akuntabel, Taat Hasil Musyawarah. d. Nilai Dasar Penyelenggaraan SMI; Produktifitas, Efektif, Efisien, Service Excellence, Dapat dipercaya, Responsif, Aspiratif, Antisipatif, Inovatif, Demokratis, Keadilan, dan Inklusif. 5. Letak Geografis. Sekolah Masjid Terminal Terpadu berlokasi di lingkungan terminal Depok. Sekolah yang terletak di pusat Kota Depok ini berbaur langsung dengan terminal hanya dibatasi dengan jalan sebagai jalur keluar masuk angkutan kota dan di sebelah utara berbatasan dengan fly over jalan Arif Rahman Hakim. Di atas tanah seluas 6000 meter ini berdiri bangunan yang yang terbuat dari container yang diperuntukkan untuk ruang kelas, asrama, dan kantor. Selain masjid At Muttaqin, yang merupakan masjid terminal Depok, terdapat 2 musholla untuk kegiatan. 1 musholla diperuntukkan kegiatan warga belajar PAUD, TK, dan SMP dan 1 musholla diperuntukkan kegiatan warga belajar SMA dan Paket C setara SMA. Status kepemilikan tanah ini adalah wakaf dan sebagian yang dimiliki perkumpulan. Kehidupan terminal yang keras mewarnai kehidupan warga belajar di Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Disisi lain, keberadaan sekolah di lingkungan terminal ini memberikan dampak positif bagi para sopir dan kernet. Mereka 63
menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah ini. Walaupun di lingkungan terminal yang identik dengan kekerasan, namun tidak mengurangi semangat belajar dan berkarya para warga belajar dan pengabdian para relawan. 5. Prestasi Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Sejak berdiri pada tahun 2000, Sekolah Masjid Terminal Terpadu memiliki segudang prestasi. Diantara prestasi tersebut diantaranya: 1) Juara I lomba menulis Surat Untuk Presiden RI, BAZNAS 2) Juara II lomba menulis Surat Untuk Presiden RI, BAZNAS 3) Juara I dan II Olimpiade Matematika Setara SD, Jabodetabek 4) Penghargaan dari Menteri Pendidikan Nasional pada Hari Guru 5) Juara I Cerdas Cermat Setara SD Tingkat Propinsi Jawa Barat 6) Juara Melukis Murni 7) Juara III Cerdas Cermat Paket C setara SMA 8) Juara I Tutor terbaik tingkat Propinsi Jawa Bara 9) Juara I Lomba PKBM Tingkat Jawa Barat tahun 10) Juara I Siswa Teladan Paket B 11) Juara I Siswa Teladan Paket C 12) Juara I lomba Musik barang bekas (Trashic) Tingkat Jaboetabek 13) Juara I Menulis bebas Gambar 4.1. Skema Sekolah Masjid Terminal Terpadu
64
6. Profil SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Sekolah Menengah Atas (SMA) Sekolah Masjid Terminal Terpadu adalah bagian yang tak terpisahkan dari struktur Sekolah Masjid Terminal Terpadu. SMA Master didirikan pada tahun 2003, lebih dulu berdiri SD dan SMP, angkatan pertama lulus pada tahun ajaran 2005-2006. Manajemen SMA disatukan dengan Paket C yang dipimpin oleh seorang Koordinator. Koordinator adalah jabatan yang dalam sekolah pada umumnya adalah Kepala Sekolah. Koordinator dibantu oleh Sekjend yang berperan seperti Wakil Kepala Sekolah, Kesekretariatan yang di sebut Pusat Informasi dan Pelayanan Sekolah Master (PILTER) sebagai Tata Usaha atau operatornya, beberapa departemen, para Fasilitator, nama lain dari Wali Kelas dan Tutor atau Guru. Struktur SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu r seperti dalam gambar bagan berikut: Gambar 4.2. Struktur Organisasi SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu (Sumber: Renstra Sekolah Master Indonesia) KOORDINATOR SEKJEND KESERETARIATAN
DEPT. PEMBINAAN
DEPT. SUMBER DAYA
DEPT. STUDENT CENTER
DEPT. PEMBELAJARAN
Pada Tahun Pelajaran 2016/2017, struktur tidak semua terisi dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia. Ini disebabkan para relawan yang menjadi pengurus dan tutor tidak bisa melaksanakan tugasnya di SMA Master Indonesia karena sibuk dengan pekerjaannya. Inilah daftar pengurus yang saat ini aktif di SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu: Koordinator : Sri Lestari, S.Sy Sekjend : Siti Arwah Nasution Fasilitaror (Wali Kelas) : Kelas Mandiri 1 (Kelas X) : Acih Suryanih Kelas Mandiri 2 (Kelas XI) : Sri Lestari, S.Sy Kelas Mandiri 3 (Kelas XII) : Siti Arwah Nasution Pilter (Tata Usaha/Operator) : Agus Niyanto 65
Sejak tahun pelajaran 2005-2006 sampai dengan tahun pelajaran 20152016, perkembangan siswa SMA Terbuka dan Paket C setara SMA cukup signifikan. Perkembangan siswa selama sebelas tahun pelajaran tersebut sebanyak 5.676 orang siswa. SMA Terbuka ini menginduk kepada SMA Negeri 4 Depok dan SMA Negeri 10 Depok. Hal tersebut dapat dilihat dalam table dan grafik berikut: Tabel 4.1. Data Perkembangan Warga Belajar SMA Terbuka dan Paket C Setara SMA Tahun Pelajaran 2005-2006 sampai dengan 2015-2016
Grafik 4.1. Jumlah Warga belajar SMA Terbuka dan Paket C Sertara SMA Tahun pelajaran 2005 sampai dengan 2015-2016
66
Pada Tahun Pelajaran 2016-2017, jumlah warga belajar SMA Terbuka dan Paket C Setara SMA sebanyak 230 orang. Dengan rincian: Paket C sebanyak 82 orang dan SMA sebanyak 148 orang. Jumlah tersebut terbagi dalam 3 rombongan belajar (rombel). Yaitu, Mandiri 1, Mandiri 2, dan Mandiri 3 dengan rincian sebagaimana table di bawah ini: Tabel 4.2. Jumlah Warga Belajar SMA Terbuka dan Paket C Setara SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Tahun Pelajaran 2016-2017 Terdaftar No 1. 2. 3. 4.
Nama Kelompok MANDIRI 1 MANDIRI 2 MANDIRI 3 PAKET C
SMA Terbuka Putra 22 30 26
Putri 22 33 15
Paket C Setara SMA Putra Putri
42 TOTAL JUMLAH
40
Jumlah 44 63 41 82 230
Tenaga pengajar atau tutor yang merupaka para relawan yang mengajar di SMA Master dan Paket C Setara SMA berjumlah 26 orang, terdiri dari 15 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. 18 orang (69,2 %) berpendidikan S1, 1 orang (3,9 %) berpendidikan S2, 3 orang (11,5 %) berpendidikan D3, dan 4 orang (15,4%) berpendidikan SMA/MA/berstatus sebagai mahasiswa. Secara umum, para Tutor di SMI diatur dalam Sistem Manajeman Relawan SMI. Relawan terbagi dalam beberapa kategori dan mendapatkan pembinaan dalam setiap kategorinya. 1. Relawan Tutor Mandiri Relawan ini merupakan relawan tutor yang memang telah memahami orientasi kemasteran, dinamika nafas kehidupan master, dan bekerjasama dalam mewujudkan cita cita lembaga. Relawan ini biasanya telah memahami dan melewati deru kehidupan dalam kurun waktu tertentu. Memiliki keyakinan yang kuat serta menggerakan potensi dirinya dan orang lain untuk bekerjasama, beramal sholeh untuk menggapai tujuan yang telah di tentukan. Nilai-nilai relawan mandiri: 1) Aktif lebih dari 3 tahun, 2) bersifat jangka panjang, 3) berperan sebagai leader, 4) sepenuhnya mendapatkan haknya, 5) memimpin untuk koordinasi, 6) dilibatkan di pembinaan inti. Pembinaan relawan mandiri: 1) Bimtap Visi, Misi, dan Tujuan SMI, 2) strategi budaya kemasteran, 3) kegiatan refreshment training, 4) kegiatan kajian strtegis SMI, dan 5) diskusi budaya SMI.
67
2. Relawan Tutor Pioneer Relawan ini merupakan relawan tutor yang memang di persiapkan memahami orientasi kemasteran, dinamika nafas kehidupan master, dan bekerjasama dalam mewujudkan cita cita lembaga. Relawan ini biasanya sudah memahami dan melewati deru kehidupan dalam kurun waktu tertentu. Memiliki keyakinan serta menggerakan potensi dirinya dan orang lain untuk bekerjasama, beramal sholeh untuk menggapai tujuan yang telah di tentukan. Nilai-nilai relawan pioneer: 1) aktif 1-3 tahun, 2) bersifat jangka menengah, 3) Berperan sebagai Tutor, 4) Sepenuhnya mendapatkan haknya, 5) dilibatkan untuk koordinasi, 6) dilibatkan di pembinaan lanjut. Pembinaan relawan pioneer: 1) Bimtek Visi, Misi, dan Tujuan SMI, 2) implementasi budaya kemasteran, 3) kegiatan refreshment training, 4) kegiatan mentoring, dan 5) diskusi budaya SMI. 3. Relawan Muda Relawan Muda merupakan relawan yang berasal dari internal yang disebut Peer Educator (Relawan Tutor Sebaya) ataupun eksternal misalnya dari mahasiswa berbagai Universitas di Jabodetabek atau dari perseorangan. Jumlahnya lebih banyak dan selalu bergantian tiap semesternya. Sekolah Masjid Terminal Terpadu sangat membuka kesempatan untuk pengabdian dan kepedulian sebagai seorang pendidik. Untuk menjadi seorang relawan sangat mudah, tanpa perlu melewati birokrasi yang panjang. Cukup datang wawancara selanjutnya mengisi Lembar Komitmen dan bisa langsung memfasilitasi proses pembelajaran sesuai dengan jejaring pendidikan dan kemampuan mereka. Proses rekrutmen relawan muda: 1) mengisi formulir relawan, 2) wawancara, 3) observasi/pendampingan, 4) Bimtek relawan SMI, dan 5) Siap di didik dan belajar. Nilai-nilai relawan muda: 1) Aktif 6-12 bulan, 2) Bersifat jangka pendek, 3) Berperan sebagai Tutor mata pelajaran, 4) Belum sepenuhnya dari haknya, 5) Diliobatkan untuk koordinasi, dan 6) Dilibatkan di pembinaan. Pembinaan dasar relawan muda: 1) Visi, Misi, Tujuan, dan Orientasi SMI, 2) Budaya kemasteran, 3) Kegiatan Training for Tutor, 4) Kegiatan mentoring, 5) Olah hati, pikir, raga, rasa, dan 6) Diskusi budaya SMI 4.Relawan Tutor Tamu dan Bina Relawan tamu merupakan relawan yang berasal program magang dari berbagai Universitas di Jabodetabek ataupun mereka yang ingin melakukan penelitian guna menyelesaikan tugas akhir, skripsi, tesis, atau untuk praktek mengajar bagi mereka yang nantinya ingin berkarir sebagai seorang guru. Sekolah Master Indonesia sangat membuka kesempatan bagi mereka yang ingin mengabdikan dirinya sebagai seorang relawan. Relawan Bina adalah relawan yang berasal dari tenaga pendidik dari sekolah induk jalur sekolah terbuka yakni Guru dari SMP N 10 Depok dan SMA N 4 Depok. Nilai-nilai relawan tamu: 1) Aktif lebih dari 6 bulan, 2) bersifat insidental, 3) Butuh pendampingan, 4) Materi diberikan umum, 5) dilibatkan untuk koordinasi, dan 6) Belum dilibatkan di pembinaan. 68
Nilai-nilai relawan bina: 1) Tutor dari sekolah induk, 2) Bersifat berkesinambungan, 3) Bertugas monitoring dan evaluasi, 4) Materi diberikan pendamping, dan 5) Dilibatkan di koordinasi. Paradigma baru manajemen Sekolah Master Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam hal pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan dan harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang tercermin dalam pribadi tutor. B. Temuan Penelitian 1. Inovasi Majelis Tadabbur al-Qur’an. Majelis Tadabbur al-Qur’an (Mataqu) adalah program pembinaan yang terdapat di semua jenjang pendidikan di Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Program ini dilaksanakan sebelum warga belajar mengikuti pembelajaran di masing-masing kelas selama 1,5 jam. Di jenjang SMA Terbuka, Program Mataqu dilaksanakan setiap hari senin sampai jum’at pukul 12.30-14.00 WIB. Pada hari senin, selasa, dan kamis diawali dengan muroja’ah juz 29 dan juz 30 dilanjutkan pembinaan oleh Tutor berupa penyampaian nasehat yang berkaitan dengan hadits, akidah, akhlak, sirrah nabawiyyah, dan motivasi kemudian belajar membaca al-Qur’an oleh Tutor sebaya, warga belajar yang sudah lancar dan baik bacaannya mengajarkan temannya. Belajar membaca al-Qur’an ini dibagi perkelompok berdasarkan kemampuan anak sesuai dengan level masing-masing. Level 1 untuk belajar baca Iqro 1 sampai 3, Level 2 untuk belajar Iqro 4 sampai 6, dan Level 3 untuk belajar Tahsin. Pada hari rabu, setelah muroja’ah juz 29 dan juz 30 dilanjutkan pembinaan praktek sholat. Praktek sholat dilaksanakan di kelas masing-masing di bawah bimbingan tutor. Pada hari jum’at, membaca surat al-Kahfi dilanjutkan kultum (taushiyyah singkat) yang disampaikan oleh warga belajar secara bergantiam. Kemudian, Mataqu juga menjadi wahana pembinaan keislamaan, keummatan dan pengembangan diri. Hal ini sebagaimana terdapat dalam modul yang dijadikan bahan taushiyyah dan kajian bagi para tutor. Hal ini di luar mainstream standar isi mata pelajaran PAI untuk SMA yang ditetapkan pemerintah. Dalam Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah adalah sebagai berikut:
69
Tabel 4.3 Muatan Pendidikan Agama Islam pada SMA/MA/SMALB/PAKET C Sesuai Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tingkat Kompetensi Tingkat Pendidikan Menengah (Kelas XXII)
Kompetensi
Ruang Lingkup Materi
- Menghayati nilai-nilai rukun iman. - Meyakini kebenaran dan berpegang teguh kepada Alquran, Hadis, dan Ijtihad sebagai pedoman hidup dan hukum Islam. - Berpakaian sesuai dengan ketentuan syariat Islam dalam kehidupan seharihari. - Memahami dan menerapkan ketentuan syariat Islam dalam penyelenggaraan jenazah, khotbah, tabligh, dan dakwah di masyarakat. - Memahami manfaat dan menunjukkan perilaku sesuai dengan akhlakul karimah yang mencerminkan kesadaran beriman. - Menganalisis dan memahami makna Asmaul Husna, rukun iman, surah dan ayat pilihan serta hadis yang terkait. - Memahami dan menelaah substansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. di Mekah dan di Madinah dan perkembangan Islam pada masa kejayaan dan masa modern (1800-sekarang). Menelaah dan mempresentasikan prinsipprinsip, praktik ekonomi dalam Islam.
Alquran dan Hadits - Ayat-ayat Alquran pilihan dan hadis terkait: Q.S. Al Anfal (8) : 72); Q.S. AlHujurat (49) : 12; dan QS Al-Hujurat (49) : 10; Q.S. Al-Isra’ (17) : 32, dan Q.S. An Nur (24) : 2, Q.S. AlMaidah (5) : 48; Q.S. Az-Zumar (39) : dan Q.S. At-Taubah (9) : 105, Q.S. Yunus (10) : 40-41 dan Q.S. AlMaidah (5) : 32. - Bacaan ayat-ayat Alquran pilihan. - Hafalan ayat-ayat Alquran pilihan. - Kandungan ayat-ayat Alquran pilihan dan hadis terkait. - Perilaku yang mencerminkan pemahaman terhadap ayat-ayat Alquran pilihan dan hadis terkait. Aqidah - Iman kepada malaikatmalaikat Allah SWT. - Asmaul Husna: alKariim, alMu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al- Jaami’, al-‘Adl, dan alAkhiir. - Iman kepada kitab-kitab Allah SWT. - Iman kepada rasul-rasul Allah SWT. Akhlak dan Budi Pekerti - Berpakaian Islami - Jujur dan perilaku yang mencerminkan sifat jujur. - Hormat dan patuh kepada orangtua dan guru serta perilaku 70
- Membaca dan mendemonstrasikan hapalan surah dan ayat pilihan sesuai dengan kaidah tajwid dan makhrajul huruf dengan lancar. - Meneladani dan menceritakan tokohtokoh teladan dalam semangat mencari ilmu. - Menyajikan dalil tentang ketentuan dan pengelolaan wakaf. - Mendeskripsikan bahaya perilaku tindak kekerasan dalam kehidupan.
yang mencerminkan sifat hormat dan patuh. - Perilaku kontrol diri (mujahadah an nafs), prasangka baik (husnuzzhan), persaudaraan (ukhuwah). - Perilaku menghindari diri dari pergaulan bebas dan perbuatan zina. - Semangat menuntut ilmu, menerapkan dan menyampaikannya kepada sesama. - Sikap luhur budi, kokoh pendirian, pemberi rasa aman, tawakal dan perilaku adil. - Sikap tangguh dan menegakkan kebenaran. Fiqih - Kebenaran hukum Islam. - Sumber hukum Islam. - Taat kepada hukum Islam. - Berpakaian sesuai dengan ketentuan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari. - Ketentuan dan pengelolaan wakaf. - Ketentuan penyelenggaraan jenazah. - Ketentuan pelaksanaan khotbah, tabligh dan dakwah di masyarakat. - Prinsip-prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam. Sejarah Peradaban Islam. - Substansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. di Mekah dan Madinah. - Sikap tangguh dan semangat menegakkan kebenaran. - Sikap semangat ukhuwwah Islamiyah.
71
- Menghayati dan memahami makna nilainilai keimanan dari rukun iman. - Menerapkan ketentuan syariat Islam dalam kehidupan sehari- hari. - Menunjukkan perilaku akhlakul karimah yang mencerminkan kesadaran beriman kepada Hari Akhir dan kepada Qadha dan Qadar Allah SWT. - Menganalisis surah dan ayat pilihan dan hadis terkait. - Memahami dan menyajikan hikmah dan manfaat saling menasihati dan berbuat baik (ihsan) dalam kehidupan. - Memahami ketentuan dan memperagakan tata cara pernikahan dalam Islam, hak dan kedudukan wanita dalam keluarga, pembagian waris berdasarkan hukum Islam. - Membaca dan mendemonstrasikan surah dan ayat pilihan sesuai dengan kaidah tajwid, makhrajul huruf, dan dengan tartil dan lancar. - Menganalisis dan mendeskripsikan strategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia, dan
- Perkembangan peradaban Islam pada masa kejayaan dan masa modern (1800- sekarang). - Sikap semangat menumbuhkembang kan ilmu pengetahuan dan kerja keras. - Perilaku kreatif, inovatif, dan produktif. Alquran dan Hadis - Ayat-ayat Alquran pilihan dan hadis terkait. - Bacaan ayat-ayat Alquran pilihan: Q.S. Ali Imran (3): 190191, dan Q.S. Ali Imran (3): 159, Q.S. Luqman (31): 13-14 dan Q.S. Al-Baqarah (2): 83. - Hafalan ayat-ayat Alquran pilihan. - Kandungan ayat-ayat Alquran pilihan dan hadis terkait. - Perilaku yang mencerminkan pemahaman terhadap ayat-ayat Alquran pilihan dan hadis terkait. Aqidah - Nilai-nilai iman kepada Hari Akhir dan perilaku yang mencerminkan iman kepada Hari Akhir. - Nilai-nilai iman kepada Qadha dan Qadar serta perilaku yang mencerminkan iman kepada Qadha dan Qadar. Akhlak dan Budi Pekerti - Jujur dan perilaku yang mencerminkan sifat jujur. - Hormat dan patuh kepada orangtua dan guru serta perilaku yang mencerminkan sifat hormat dan patuh. - Hikmah dan manfaat saling menasehati dan berbuat baik (ihsan). 72
faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia.
- Perilaku kompetitif dalam kebaikan dan kerja keras. - Sikap toleran, rukun dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan. - Perilaku kreatif, inovatif, dan produktif.
Fiqih - Ketentuan syariat Islam dalam melaksanakan pernikahan dan perawatan jenazah. - Prinsip dan praktik ekonomi Islam. - Hak dan kedudukan wanita dalam keluarga. - Ketentuan syariat Islam dalam melakukan pembagian harta warisan. - Khotbah, tabligh dan dakwah. Sejarah Peradaban Islam - Sikap semangat melakukan penelitian di bidang ilmu pengetahuan sebagai implementasi dari pemahaman dan perkembangan Islam di dunia. - Strategi dakwah dan perkembangan Islam di Indonesia. - Faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia. Modul yang digunakan dalam Majelis Tadabbur al-Qur’an berisi materi yang tidak jauh berbeda dengan standar isi PAI di atas. Hanya saja modul dimodifikasi sehingga lebih memudahkan untuk disampaikan. Dan tidak ada tuntutan untuk menyelesaikan lingkup materi pada kurun waktu yang ditentukan dalam tahun pelajaran. Materi yang disampaikan dalam modul Mataqu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan warga belajar Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Adapun standar isi Mata Pelajaran PAI sebagaimana peraturan di atas tetap disampaikan di dalam kelas karena mata pelajaran PAI juga diajarkan di luar program Majelis Tadabbur al-Qur’an sesuai kurikulum yang berlaku. 73
Dari hasil observasi penulis dalam program Majelis Tadabbur al-Qur’an ini, dari total jumlah warga belajar SMA terbuka sebanyak 148 warga belajar, ratarata yang hadir adalah 90 sampai 100 orang setiap harinya atau 60,81 % sampai 67,56 % warga belajar. Kehadiran warga belajar yang tidak menyeluruh ini disebabkan oleh jarak tempat tinggal ke sekolah yang cukup jauh, ada sebagian yang masih harus mengais rezeki, dan lain-lain. Program Majelis Tadabbur al-Qur’an wajib diikuti oleh seluruh warga belajar. Keberhasilan warga belajar dalam program ini menjadi syarat utama pengambilan ijazah di akhir masa pembelajaran. Syarat utama tersebut berupa mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, hafal bacaan sholat serta mempraktekkan sholat dengan baik dan benar. Warga belajar SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu berlatar-belakang berbeda-beda. Kondisi psikologis mereka pun beragam. Mataqu dilaksanakan sebelum pembelajaran formal setiap hari juga ditujukan sebagai pengkondisian psikologis mereka agar bisa mengikuti pembelajaran dengan baik. a. Kurikulum Majelis Tadabbur al-Qur’an Secara umum, kurikulum yang diberlakukan di Sekolah Masjid Terminal Terpadu adalah KBK, kependekan dari Kurikulum Berbasis Kebutuhan. Istilah ini merupakan plesetan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang pernah diprogramkan pemerintah. Kurikulum Berbasis Kebutuhan merupakan ide dari manajeman SMI karena kurikulum yang digunakan berdasarkan kebutuhan Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Karakteristik warga belajar yang berbeda tidak dipaksakan untuk mengikuti jenis pendidikan tertentu. Warga belajar bebas memilih dan manajemen Sekolah Masjid Terminal Terpadu memfasilitasinya. Program belajar-pembelajaran dilaksanakan dengan prinsip berikut : 1) belajar mandiri dengan menggunakan bahan belajar terprogram yang disebut modul; 2) belajar kelompok-sebaya (peer learning) dengan bantuan kakak kelas yang telah menguasai pelajaran bersangkutan; 3) kompetisi untuk berprestasi dengan tersedianya daftar kemajuan belajar (penguasaan atas modul) yang diisi sendiri dan diketahui semua warga belajar; 4) Fungsi tutor sebagai pengelola kegiatan belajar yang membantu mengatasi masalah yang tidak terpecahkan oleh warga belajar sendiri; 5) Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar; dan 6) Meningkatkan partisipasi masyarakat antara lain dengan melibatkan warga masyarakat sebagai narasumber. Dari semua jenjang dan jalur pendidikan, program Majelis Tadabbur alQur’an adalah kurikulum yang wajib diikuti. Sebab, fokus utama dari kurikulum yang diterapkan adalah pembinaan; pembinaan membaca al-Qur’an, pembinaan mental, dan pembinaan akhlak mulia. Hal ini sebagaimana terdapat dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI). 74
Program Majelis Tadabbur al-Qur’an merupakan terobosan Sekolah Masjid Terminal Terpadu dalam Pembinaan PAI. Pembinaan dalam Mataqu mendapatkan porsi terbanyak dari seluruh mata pelajaran yang diajarkan. 1,5 jam waktu yang dialokasikan setiap hari selama 5 hari pembelajaran, maka 7,5 jam dalam seminggu waktu dialokasikan untuk Mataqu. Kemudian ditambah alokasi mata pelajaran PAI yang diajarkan di dalam kelas sesuai kurikulum yang berlaku selama 2 jam mata pelajaran atau setara dengan 1,5 jam. Jika dihitung total pembelajaran PAI di Sekolah Masjid Terminal Terpadu adalah 9 jam dalam sepekan. Ketika pertama kali Majelis Tadabbur al-Qur’an diprogramkan, telah disusun profil Majelis Tadabbur al-Qur’an yang menjadi acuan dan kurikulum Majelis Tadabbur al-Qur’an. Termasuk buku saku warga belajar yg berfungsi sebagai panduan dan bahan laporan serta evaluasi selama mengikuti program Majelis Tadabbur al-Qur’an. Namun, ketika penulis observasi, dokumen tersebut sudah tidak ada karena tercecer ketika perpindahan ruang sekretariat. Walaupiun demikian, penulis berasumsi bahwa kegiatan Majelis Tadabbur al-Qur’an yang terus berjalan tetap mengacu pada profil tersebut. Fokus utama dari kurikulum Majelis Tadabbur al-Qur’an adalah bimbingan membaca al-Qur’an dan praktek sholat. Ini terbukti dari alokasi waktu khusus yang diagendakan. Kemudian, nilai-nilai yang terkandung dalam alQur’an di sampaikan oleh Tutor. Selain itu, nilai-nilai Majelis Tadabbur al-Qur’an diinternalisasi dan diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. Materi pelajaran yang disampaikan disisipi ayat-ayat suci al-Quran yang sesuai dengan materi yang disampaikan.Untuk materi taushiyyah dan penguatan tadabbur qur’ani, digunakan modul yang sudah tersusun silabusnya. Modul ini diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Potensi Insani (LP2I) Bandung. Beberapa orang relawan SMI terlibat dalam penyusunan modul ini. Modul ini berisi tiga kelompok materi besar, yaitu: Materi dasar keislaman, materi dasar keumatan, dan materi pengembangan diri. Setiap kelompok materi memiliki sejumlah materi yang disusun menurut kedekatan topik tiap materi. Dalam modul ini ada 26 materi yang termasuk kelompok materi dasar keislaman yaitu: konsep diri seorang muslim, sifat-sifat manusia, mengenal dienul Islam, pilar-pilar Islam, karakteristik Islam, urgensi syahadatain, makna dua kalimat syahadat, makna kata “Ilah”, mengenal Allah, Allah selalu bersama kita, cinta kepada Allah, al-Qur’an pedoman hidup muslim, integritas Islam, Rukun Iman (1): Iman kepada Allah, Rukun Iman (2): Iman kepada Rasul, Rasul teladan manusia, Nabi Muhammad saw., sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga, citra diri wanita muslimah, indahnya akhlaqul karimah, berbakti kepada orang tua, syukur nikmat, keutamaan sholat malam, menyebarkan salam, ilmu dalam perspektif Islam. Kelompok materi keumatan ada 7 materi: problematika umat, inovasi pemikiran, urgensi da’wah, ragam pemikiran diantara kaum muslimin, masjid 75
sebagai sarana pembinaan umat, urgensi pembinaan, jawaban Islam atas tantangan zaman. Dan untuk kelompok materi pengembangan diri terdapat 11 materi: know your self, komunikasi (1), konsentrasi, kreativitas (1), perjalanan menemukan jatidiri, merencanakan pengembangan diri, membangun motivasi, manajemen waktu, mendengar dan memberi respon, komunikasi (2), dan kreativitas (2). Pada setiap materi, idealnya diterangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Pengantar: gambaran umum apa yang diterangkan oleh materi 2) Tujuan: apa yang ingin dicapai setelah materi diberikan 3) Pokok bahasan: Hal-hal penting yang harus disampaikan untuk mencapai tujuab materi 4) Metode: bagaimana menyampaikan hal-hal yang terkandung dalam materi 5) Media; alat atau bahan yang dibutuhkan untuk penyampaian materi 6) Waktu: perkiraan waktu yang dibutuhkan 7) Proses: urutan hal-hal yang harus dikerjakan selama pemberaian materi 8) Referensi: buku-buku yang dapat dijadikan rujukan. Dari semua materi yang terdapat dalam modul tersebut tidak semua materi disampaikan. Materi yang disampaikan diserahkan kepada tutor sesuai dengan kesiapannya dan mempertimbangkan situasi dan kondisi warga belajar. Modul dengan nama Panduan Pembinaan Generasi Muda Muslim ini seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam mata pelajaran. Walaupun tidak selengkap RPP, modul ini memuat tujuan, metode, media, waktu, proses, dan referensi. Berikut contoh-contoh isi materi modul tersebut: Materi Dasar Keislaman
KONSEP DIRI SEORANG MANUSIA TUJUAN 1. Peserta memahami hakikat penciptaan manusia. 2. Peserta memahami kedudukan manusia di dunia 3. Peserta memahami tujuan penciptaan manusia METODE : Ceramah dan Tanya jawab WAKTU : 60 menit efektif PROSES 1. Berikan penjelasan tentang hakikat penciptaan manusia Asal kejadian manusia: 1) Dari tanah (turob, Q.S. 3:59), tanah liat (lazib, Q.S. 37:11), tanah kering dan lumpur (shalshaal, Q.S. 15:28), saripati tanah (Q.S. 23:12) 2) Dari air yang hina (Q.S. 32:7-8), dari air yang dipancarkan (Q.S. 86:6-7), dari nuthfah (Q.S. 36:77), 76
Jelaskan bahwa dari ayat-ayat al-Qur’an tersebut Allah mengingatkan manusia tentang asal kejadiannya (Adam) yaitu dari tanah dengan berbagai unsurnya dan keturunannya diciptakan dari saripati tanah berupa air mani yang hina, sehingga sepantasnya manusia menyembah Allah yang telah menciptakannya dengan penuh ketawadhu’an. 2. Berikan penjelasan tentang kedudukan (tugas) manusia di dunia 1) Sebagai hamba Allah Tugas utama diciptakannya manusia adalah sebagai hamba Allah yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya Rabb yang disembah dan sebagai prioritas utama cinta kita. 2) Sebagai khalifah di bumi Kedudukan manusia sebagai wakil Allah di bumi untuk mewujudkn eksistensi Allah di bumi dengan memberi kontribusi mengatur bumi berdasarkan syari’at yang diciptakan Allah (Q.S. 2:30, 6:65, 33,72), memanfaatkan kekayaan bumi dengan ketentuan Allah (Q.S.11:61) dan berlaku adil demi kemaslahatan dan (Q.S. 57:25, 38:26). 3. Berikan penjelasan tentang tujuan penciptaan manusia. Dalam Q.S. 51:56 disebutkan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT. Segala aspek kehidupan seorang hamba Allah seharusnya dilakukan dalam rangka persembahannya kepada Allah SWT dengan niat hanya untuk mencapai keridhoan-Nya. REFERENSI : KSI al-Ummah, Aqidah Seorang Muslim. Materi Keummatan
URGENSI DA’WAH PENGANTAR Materi ini menjelaskan urgensi da’wah sebagai solusi atas berbagai permasalahan umat serta keutamaan-keutamaan orang berda’wah. TUJUAN 1. Peserta memahami urgensi da’wah sebagai solusi atas berbagai permasalahan umat. 2. Peserta memahami keutamaan-keutamaan orang yang berda’wah dan termotivasi untuk berda’wah di lingkungan terdekatnya. POKOK BAHASAN 1. Urgensi da’wah sebagai solusi atas berbagai permasalahan umat 2. Keutaman-keutamaan orang yang berda’wah. WAKTU: 75 menit efektif METODE : Ceramah dan diskusi PROSES 1. Berikan penjelasan tentang urgensi da’wah sebagai solusi atas permasalahan umat. 77
Semua permasalahan umat yang terjadi saat ini pada dasarnya disebabkan oleh faktor utama yaitu jahilnya umat Islam dari Islam. Berbagai kaum kafir tidak akan memberikan pengaruh apapun jika umat Islam komit dengan Islam. Karena itu, tidak ada jalan lain untuk mendapatkan kembali kekuatan umat Islam kecuali dengan mengembalikan komitmen umat terhadap Islam. Dan satu-satunya cara agar umat berkomitmen kembali dengan Islam adalah melalui jalan da’wah 2. Berikan penjelasan tentang keumatan orang yang berda’wah. Namyak keutamaan yang Allah janjikan bagi orang yang berda’wah, diantaranya adalah: a. Umat yang berda’wah adalah umat yang terbaik diantara manusia (Q.S. 3:110). Dengan da’wah Allah memuliakan suatu umat, begitupun sebaliknya, jika diantara suatu umat tidak ada lagi yang mau berda’wah, maka Allah akan menghinakan umat tersebut. Hal ini berlaku tidak hanya pada umat Islam, tapi juga pada umat-umat sebelumnya (Q.S. 3:113-115). b. Orang yang terlibat dalam aktivitas da’wah Allah janjikan akan diperbaiki amal-amalnya dan akan diampuni dosa-dosanya (Q.S. 33:70-71). Karena itu, pada dasarnya tidak tepatlah jika ada orang yang tidak mau terlibat dalam aktivitas da’wah dengan alasan amalnya belum baik, karena justru dengan da’wah lah Allah akan memperbaiki amal-amalnya. Bagaimana Allah memperbaiki amal-amal kita dengan da’wah? Yaitu bagi orang-orang yang berda’wah, Allah jadikan baginya ‘pengawasan melekat’ oleh masyarakat yang menjadi obyek da’wah. Melalui ‘pengawasan melekat’ inilah Allah menjaga dan memperbaiki amal-amal kita. 3. Diskusikan dengan peserta hambatan yang sering ditemui dalam berda’wah. Arahkan agar peserta memunculkan hambata ‘merasa belum layak’ atau ‘belum pantas’ atau sejenisnya. Mentor diharapkan memberikan solusi terhadap masalah tersebut sambil memotivasi peserta untuk tetap beraktivitas da’wah. Perjelas, pertegas, dan perdalam uraian pada poin 2 di atas sehingga peserta semakin mantap dalam aktivitas da’wahnya. REFERENSI: Abdul Karim Zaidan, Prinsip-prinsip Da’wah. Materi Pengembangan Diri
MENCANANGKAN PENGEMBANGAN DIRI TUJUAN: 1. Memahami pentingnya pengetahuan tentang diri untuk pengembangannya. 2. Memahami manfaat dan pentingnya merencanakan pengembangan diri kita. METODE : Ceramah, Simulasi, Diskusi. MEDIA : Papan tulis/OHP/infocus, spidol, lembar tugas, dll 78
WAKTU : 120 menit PROSES: 1. Ceramah pendahuluan a. Proses dalam hidup itu berharap. b. Kita perlu mengenal diri kita saat ini agar dapat melakukan pengembangan diri yang memungkinkan. 2. Simulasi pencarian koordinat diri Tujuan: Melatih peserta menemukan kondisinya saat itu, sehingga ketika peserta menginginkan sesuatu di masa depannya (jangka pendek), maka ia dapat menentukan apa yang harus dilakukan tiap tahapnya untuk mendapatkan keinginannya itu secara logis tidak menghayal/ mimpi. a. Setiap peserta diminta untuk merenung, dan dengan arahan pemateri, diminta untuk membuat kleidoskop, masa lalu sampai saat ini. Poin-poin yang perlu digali adalah kelebihan/kekuatan diri dan kelemahan/kekurangan diri. Berdasarkan pengalaman, apa saja yang merupakan prestasi dan apa saja yang merupakan kegagalan sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya apa dengan mengetahui penyebab kesuksesan dan kegagalan itu apa. Peserta diperbolehkan menuliskan renungannya. b. Setiap peserta diminta menuliskan hasil renungannya ditambah dengan keinginan (agar tidak membingungkan, keinginan jangka pendek saja, misalnya dua tahun ke depan), untuk mencapai keinginan itu peserta diminta memikirkan pula kemungkinan hambatan da peluang dalam mencapai keinginannya itu. Kekuatan
Kelamahan Keinginan
Peluang
Hambatan
3. Simulasi ‘Start Cukup Menentukan’ Tujuan: Memahamkan perlunya mengetahui kondisi diri sebagai titik awal dalam melakukan pengembangan diri. a. Setiap peserta dibagi kelompok, tapi bila memungkinkan sendiri-sendiri saja. Setiap peserta/kelompok diberi tugas untuk mendapatkan suatu benda atau mencapai suatu tempat tertentu. b. Setiap kelompok/peserta tidak diberitahu tempat startnya secara langsung, jadi bisa berupa tebakan/quiz, padahal tempat start merupakan hal penting yang harus ditemukan terlebih dahulu agar peserta dapat mendapatkan benda/tempat tersebut.
79
c. Dalam waktu terbatas diharapkan peserta mendapatkan benda/mencapai tempat yang ditentukan. Dalam simulasi sangat penting merancang medan dimana tempat start sangat menentukan keberhasilan kelompok/peserta. 4. Ulasan simulasi. Untuk simulasi kedua, ulasannya sekaligus dengan pemberian materi secara lebih detail, selain itu ulasan simulasi dapat didiskusikan dengan peserta. PENDAHULUAN Sama seperti materi perjalanan menemukan jati diri, sebaiknya peserta sudah mendapatkan materi hakikat manusia terutama mengenai tujuan hidup muslim. Sumber materi ini hanya satu dan diharapkan pemateri membaca sendiri. Krena itu point-point dalam materi ini saja yang akan ditulis. POINT-POINT MATERI 1. Landasan syar’i 2. Merencanakan diri berarti membangun rumah di akhirat 3. Manfaat merencanakan pengembangan diri. 4. Perjalanan Rasulullah saw., dilihat dari pengembangan dirinya. Dari contoh isi materi modul di atas, perencanaan ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Namun, dalam proses pembelajarannya tidak dijabarkan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Referensi yang tercatat pun tidak memenuhi standar ilmiah karena hanya mencantumkan nama penulis dan judul nya saja. Sehingga siswa tidak bisa mengembangkan pengetahuan dengan mencari referensi tersebut. b. Metode dan Model Pembelajaran Majelis Tadabbur al-Qur’an Sebagai program pembinaan, Tutor Mataqu lebih banyak menggunakan metode ceramah, dialog, dengan strategi pendampingan. Ceramah dilakukan untuk menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang terkandung dalam alQur’an dan al-Sunnah. Dialog dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam keseharian warga belajar, terkhusus dalam masalah keagamaan. Dialog dilakukan langsung ketika materi disampaikan, ataupun di luar waktu materi. Dan pendampingan dilakukan untuk memberikan pembinaan khusus secara personal ataupun kelompok tertentu yang tidak bisa dilakukan di waktu dan tempat Majelis Tadabbur al-Qur’an dilaksanakan. Metode bimbingan membaca al-Qur’an mengunakan metode Iqro. Selain mudah didapat dan familiar, faktor sumber daya manusia menjadi alasan. Hal ini disebabkan belum adanya Tutor yang memiliki kompetensi dalam metode baca al-Qur’an selain Iqro.
80
Metode bimbingan menghafal al-Qur’an menggunakan metode jama’i. Ayat-ayat al-Qur’an dibaca secara kolektif di awal pembelajaran dan dipimpin oleh salah satu warga belajar. Ayat-ayat yang dibaca secara rutin adalah juz 29 dan 30. Dengan dibaca bersama secara rutin setiap harinya diharapkan warga belajar cepat hafal ayat-ayat tersebut dan bagi yang sudah hafal tidak lupa karena di muroja’ah setiap hari. Dalam program Majelis Tadabbur al-Qur’an ini, penulis tidak menemukan pembelajaran menulis al-Qur’an, sehingga tidak ditemukan metode apa yang digunakan dalam pembelajarannya. Model pembelajaran yang di kembangkan dalam Program Majelis Tadabbur al-Qur’an lebih berorientasi kepada pembelajaran langsung (direct instruction) dan pembelajaran kelompok sebaya (peer learning). Pembelajaran langsung diberikan oleh Tutor dihadapan seluruh warga belajar. Pembelajaran kelompok sebaya dilakukan oleh warga belajar yang sudah mahir dalam membaca al-Qur’an kepada teman-temannya yang belum bisa membaca. Hal ini dikenal dengan Tutor sebaya. c. Evaluasi Evaluasi Majelis Tadabbur al-Qur’an dilakukan setiap hari. Kemajuan hasil belajar al-Qur’an terus dimonitor oleh Tutor dan tutor sebaya. Dan puncaknya adalah ketika warga belajar lulus, mereka akan diuji bacaan al-Qur’an dan praktek sholat sebagai syarat pengambilan ijazah. Selain itu, evaluasi Majelis Tadabbur al-Qur’an juga masuk dalam laporan hasil belajar yang diberikan pada akhir semester dan akhir tahun pelajaran kategori mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) dengan nama mata pelajaran Bimbingan Baca al-Qur’an (BBQ). Laporan hasil belajar dalam setiap semester dan akhir tahun pelajaran merupakan kegiatan rutin dalam setiap sekolah. Namun, jarang sekali sekolah yang menjadikan kemampuan membaca al-Qur’an serta praktek sholat dengan baik dan benar. Terlebih, sekolah dengan input siswa dari kalangan marjinal. Pada awalnya dibuat semacam instrument penilaian yang harus terisi dan menjadi bahan evaluasi perkembangan warga belajar. Instrument ini berisi laporan bacaan dan hafalan al-Qur’an, laporan kemampuan praktek sholat, laporan tingkah laku keseharian, dan laporan-laporan lainnya. Namun, karena ada perbedaan pendapat di kalangan pimpinan dan relawan sekolah Master instrument ini belum sempat dibukukan dan masih dalam tahap perumusan. Satu pendapat menginginkan instrument penilaian ini dijadikan sebagai bagian syarat pengembilan ijazah selain bacaan al-Qur’an dan praktek sholat, pendapat yang lain menginginkan instrument yang ada di evaluasi dalam kegiatan sehingga bagi yang tertinggal langsung menyusul lebih intensif. Sebenarnya, instrument penilaian ini penting karena pengukuran keberhasilan dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari hasil evaluasi yang 81
dilakukan. Selain itu, hasil evaluasi bisa dijadikan sebagai bahan acuan untuk mengevaluasi program secara keseluruhan. d. Media pembelajaran Dalam penyampaian materi pembinaan, Tutor terkadang menggunakan media audio visual. Penggunaan media ini belum optimal dan maksimal dikarenakan orientasi Majelis Tadabbur al-Qur’an adalah bimbingan baca alQur’an. Optimalisasi penggunaan media yang kurang ini sangat disayangkan. Mengingat sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMA Master Indonesia terbilang cukup lumayan. Berikut sarana dan prasrana yang dimiliki SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok: Tabel 4.4. [[
Daftar Inventarisasi Tetap SMA/ Paket C Sekolah Masjid Terminal Terpadu Depok NO
KODE BARANG
NAMA BARANG
JML
1
Seperangkat Komputer
3
2
Laptop Toshiba
1
3
Laptop Hp
1
4
Note Book Asus
1
5
LCD/ Proyektor
2
6
Screen/ Layar
1
7
KA.01-02.2014
Kipas Angin
2
8
LB.01-3.2014
Lemari Besi Besar
3
9
Lemari Besi Kecil
1
10
Lemari Boks Kontainer
4
11
Rak Buku
3
Seperangkat HT Motorola
4
13
Dispenser
3
14
Print Epson seri L120
1
15
Print Epson seri L210
1
16
Kursi Lipat
3
17
Modem Bolt
1
18
Modem Huawei
1
Telepon Kantor Handycam/ Kamera Kogan
1
12
19 20
CWT.02.2014
TR.01.2014
KET.
1 rusak
1
82
21
Satu Set Wireless Microphone
1
22
Toa N29
1
2. Majelis Tadabbur al-Qur’an dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa Pendidikan lewat proses pembelajaran harus berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya, yang mengandung kesatuan jasmani-ruhani, mengasah kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Kesatuan model pembelajaran teoritis dan praktis, individu-sosial, akhlak, keagamaan. Karena secara fitrah, manusia memiliki potensi untuk menjadi manusia seutuhnya. Potensi yang dimiliki manusia tersebut menjadi sasaran utama yang harus dibina dan dikembangkan dalam pendidikan dan pembelajaran di Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Seseorang belum dikatakan menjadi manusia seutuhnya jika hanya memiliki kecerdasan intelektual atau hanya salah satu kecerdasan tanpa kecerdasan-kecerdasan lainnya. Seluruh kecerdasan yang merupakan fitrah manusia seharusnya disinergikan. Di SMI, hal tersebut disinergikan sebagaimana dalam gambar berikut: Gambar 4.3. Sinergi Potensi Warga Belajar Sekolah Masjid Terminal Terpadu
Nurohim, pendiri dan inspirator Sekolah Masjid Terminal Terpadu, menyatakan bahwa kecerdasan spiritual adalah sumber atas kecerdasankecerdasan lain. Pemahaman, pembiasaan, dan pengamalan yang ditekankan dalam pendidikan di SMI berdasarkan keimanan. Karenanya, kecerdasan spiritual menjadi perhatian utama. Pembinaan dan pengembangannya lewat program Mataqu dengan komposisi menempati porsi 60 % dari pembelajaran. Porsi 40% di alokasikan untuk mata pelajaran-mata pelajaran yang di Ujian Nasional kan. 83
Dari program Mataqu ini diharapkan akan menghasilkan lulusan sesuai dengan visi dan misi Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Menurut Sugeng Riyanto (wawancara, 12/12/2016), Kepala Divisi Pendidikan Sekolah Masjid Terminal Terpadu, kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang dalam hakikat kehidupan dan keyakinan dalam menjalankan kehidupannya berdasarkan keimanan. Ia menuturkan bahwa warga belajar yang intensif setiap hari mengikuti program Majelis Tadabbur al-Qur’an, selain mereka sedikit demi sedikt mampu membaca al-Qur’an, kepedulian dan interaksi sosial mereka semakin baik. Sehingga keinginan untuk belajar semakin tumbuh. Mereka punya keinginan untuk melanjutkan studi ke bangku kuliah. Peluang bagi mereka untuk kuliah difasilitasi dengan adanya bimbingan belajar intensif bekerjasama dengan mahasiswa Universitas Indonesia dalam Rumah belajarnya. Mereka punya keyakinan bahwa dirinya bisa masuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri dan dapat merubah dirinya. Keyakinan dan semangat belajar ini tumbuh dalam proses Program Majelis Tadabbur al-Qur’an. Ini terbukti dengan adanya beberapa lulusan SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu yang mlanjutkan studi ke perguruan-perguruan tinggi negeri seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Islam Negeri (UIN), ataupun ke perguruan tinggi swasta seperti Universitas PGRI Indraprastya (Unindra). Menurut Sri Lestari (wawancara, 12/12/2016), Koordinator SMA Terbuka, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang karena terbiasa mengamalkan ajaran agama dan berpengaruh terhadap kecerdasan lain. Ini terbukti, bahwa mereka yang berprestasi adalah mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik. Ia menyampaikan bahwa warga belajar yang mengikuti program Mataqu memiliki disiplin yang tinggi. Daya ingat mereka pun semakin terasah karena terbiasa menghafal al-Qur’an. Kebersamaan antar mereka, penghormatan dan adab terhadap guru sangat terlihat. Ini tumbuh dalam proses Majelis Tadabbur al-Qur’an. Menurut Nurma Yunita (wawancara, 13/12/2016), Tutor Majelis Tadabbur al-Qur’an yang hampir setiap hari mendampingi warga belajar, kecerdasan spiritual adalah ungkapan kemampuan diri sesuai dengan perintah Allah SWT yang dilakukan sepenuh hati sehingga bisa menempatkan diri sesuai ajaran agama., Ia menyatakan bahwa Majelis Tadabbur al-Qur’an memberikan dampak besar terhadap warga belajar. Ia menyebut “Hijrah” bagi warga belajar yang berubah. Secara ikhtiyari Majelis Tadabbur al-Qur’an dapat membawa warga belajar menjadi lebih baik. Selain itu, warga belajar juga memiliki prestasi akademik dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi. Menurut beberapa warga belajar, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang yang timbul dari rasa keimanan dan pengamalan ajaran agama yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas semangat belajar. Kanita Rizkynaya, warga belajar kelas Mandiri 3 (wawancara, 13/12/2016) menuturkan, bahwa program Majelis Tadabbur al-Qur’an 84
memberikan banyak pengetahuan agama pada dirinya. Perubahan yang terjadi dalam mengamalkan agama pun sangat berbeda ketika sebelum mengikuti Program Mataqu. Ia mengakui, sebelum masuk Sekolah Master Indonesia, ia kerap buka-tutup jilbab. Memakai jilbab baru sekedar ikut-ikutan. Ini disebabkan wawasan tentang penggunaan jilbab masih sangat terbatas. Tapi saat ini, bisa istiqomah berjilbab karena pengetahuan tentang hukum dan tujuan berjilbab sudah didapat. Ia juga mengakui, bahwa sebelum menjadi bagian dari SMI, ia kerap meninggalkan sholat. Saat ini, bukan hanya sholat wajib yang dilaksanakan tapi juga sholat sunnah rutin dilaksanakan. Hal lain yang ia rasakan saat ini, bahwa ia bisa bertatakrama dengan baik buah dari pembinaan di Majelis Tadabbur alQur’an. Berkenaan dengan bimbingan al-Qur’an, ia mengakui bahwa saat ini lebih dekat dengan mushaf (al-Qur’an) dibandingkan sebelumnya. Bahkan ia terkesan dengan suasana Mataqu dalam mempelajari baca dan menghafal al-Qur’an. Walaupun belum banyak yang ia hafal dari al-Qur’an, juz 30 sudah ia hafal di luar kepala. Hal senada disampaikan M. Rizky Ashari (wawancara, 14/12/2016), warga belajar kelas Mandiri 2 Putra. Ia mengemukakan bahwa ia bisa membaca al-Qur’an buah didikan di Majelis Tadabbur al-Qur’an yang dulu bernama Bimbingan Belajar al-Qur’an (BBQ). Rizky mengikuti program ini selama 5 tahun sejak kelas 6 SD. Ia menyatakan bahwa ia mendapat banyak wawasan keislaman di program ini. Selain itu ia juga menyatakan lebih baik dari sebelum mengikuti program ini. Menjadi lebih baik ini diantaranya disebabkan karena pengetahuan tentang ajaran agama yang didapat dari hadits-hadits yang disampaikan. Ia juga mengemukakan, ada temannya yang sebelum ikut Majelis Tadabbur al-Qur’an sangat menganggap sepele pendidikan yang ditandai bermalas-malasan sekolah, di Majelis Tadabbur al-Qur’an mendapatkan pencerahan sehingga saat ini punya semangat untuk belajar. Saat ini perilaku dia menjadi lebih baik. Khairul Fattah (wawancara, 14/12/2016), warga belajar kelas Mandiri 2 Putra menyatakan, bahwa dengan Program Majelis Tadabbur al-Qur’an ia bisa membaca al-Qur’an setiap hari. Walaupun belum memenuhi kebutuhan pengetahuan agama, Mataqu telah berperan menambah pengetahuan agamanya. Ia juga menyatakan merasa lebih baik dari sebelum mengikuti Majelis Tadabbur al-Qur’an. Bahkan lebih dekat dengan al-Qur’an. Tilawah al-Qur’an menjadi kebiasaan yang rutin dilaksanakan menggantikan kebiasaan menggunakan telepon seluler. Sebelum ikut Majelis Tadabbur al-Qur’an lebih sering menunda sholat wajib saat ini lebih sering takbir bersama imam, maksudnya sholat berjamah. Bahkan, bukan ibadah sholat wajib yang dilaksanakan, sholat tahajjud pun rutin dikerjakan. Muhammad Darmansyah (wawancara, 14/12/2016), warga belajar kelas Mandiri 1 Putra menyatakan, sebelum ikut Majelis Tadabbur al-Qur’an belum bisa membaca al-Qur’an dan belum bisa melaksanakan sholat dengan baik, saat ini telah mampu membaca al-Qur’an bahkan hafal juz 30 dan bisa melaksanakan sholat dengan baik. Ia menyatakan, Mataqu memenuhi kebutuhan pengetahuan agama. Dalam mengamalkan ajaran agama, dalam hal ini ibadah, ia mengaku lebih
85
baik dibandingkan sebelumnya. Sebelumnya lebih banyak lalai sekarang melaksanakan tepat waktu. Dari persepsi pelaku Sekolah Masjid Terminal Terpadu di atas dapat disimpulkan bahwa, kecerdasasan spiritual adalah kemampuan seseorang berdasarkan keyakinan dan pengamalan ajaran agama yang berpengaruh terhadap kecerdasan lain. Kemudian berdasarkan pernyataan beberapa orang warga belajar yang menjadi peserta program Majelis Tadabbur al-Qur’an dan Tutor tersebut, menunjukkan bahwa program Mataqu memiliki andil besar dalam mengembangkan kecerdasan spiritual. Keyakinan adalah keimanan kepada Allah SWT, pengamalan ajaran agama adalah kepatuhan dalam menjalankan syariat yang berpadu menjadi sebuah kemampuan yang berpengaruh terhadap kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan physical, dan kecerdasan sosial. Persepsi ini menunjukkan bahwa keimanan merupakan dasar yang melandasi pengembangan kemampuan warga belajar dalam menemukan kecerdasannya. Keimanan itu ditunjukkan dengan mengamalkan ajaran-ajaran agama. Semakin tinggi keimanan seseorang dan semakin intens mengamalkan ajaran agama maka dia akan memiliki kemampuan yang besar untuk menemukan dan mengembangkan kecrdasannya. Ini berarti semakin cerdas seseorang secara spiritual maka dia akan semakin cerdas dalam kecerdasan-kecerdasan lainnya. Gambar 4.4. Persepsi Pelaku Sekolah Masjid Terminal Terpadu tentang Kecerdasan spiritual KEYAKINAN PENGAMALAN AGAMA
K E M A M P U A N
KECERDASAN INTELEKTUAL KECERDASAN EMOSIONAL KECERDASAN FISIK KECERDASAN SOSIAL
Program Mataqu di Sekolah Masjid Terminal Terpadu Indonesia menjadi wadah pembinaan keimanan dan pengamalan ajaran agama dengan al-Qur’an sebagai media dan rujukan utamanya. Ini berarti bahwa program Majelis Tadabbur al-Qur’an menjadi wadah meningkatkan kecerdasan spiritual. Ini terbukti dari pengakuan beberapa warga belajar yang merasa lebih baik dalam mengamalkan agama setelah mengikuti program Majelis Tadabbur al-Qur’an.
86
3. Kendala-kendala dalam Program Majelis Tadabbur al-Qur’an Dalam pelaksanaan program Mataqu tidak terlepas dari kendala-kendala yang lumrah terjadi dalam sebuah kegiatan. Sugeng Riyanto menuturkan (wawancara, 12/12/2016), kendala utama program Mataqu adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam hal ini adalah para relawan. Kesibukan relawan di luar SMI berakibat tidak maksimal materi yang disampaikan karena harus berganti tutor. Selanjutnya adalah warga belajar itu sendiri. Tanggungjawab keluarga, kondisi keluarga, dan kondisi lingkungan yang berakibat intensitas interaksi mengikuti program sangat kurang dan tidak maksimal. Senada dengan Sugeng Riyanto, Sri Lestari juga mengungkapkan (wawancara, 12/12/2016), diantara kendala program Majelis Tadabbur al-Qur’an adalah ada beberapa warga belajar yang intensitas mengikuti Mataqu sangat kurang karena harus membantu orang tuanya bekerja. Kemudian dorongan orang tua yang masih kurang kepada anaknya untuk mengikuti program Majelis Tadabbur al-Qur’an bahkan ada orang tua yang tidak peduli sama sekali dengan anaknya sekolah di SMI ini. Secara internal kendala yang dialami adalah SDM. Sebagai perbandingan untuk data pendukung atas pernyataan di atas, grafik keaktifan dan kehadiran siswa perbulan Maret 2016 mencapai 81,1%. Ini menunjukkan bahwa 29 % warga belajar belum intensif dalam mengikuti Program Mataqu. Grafik 4.2. Database Keaktifan Warga Belajar SMA Terbuka dan Paket C Per bulan Maret 2016
Nurma Yunita (wawancara, 13/12/2016), salah satu tutor Majelis Tadabbur al-Qur’an, menuturkan kendala dalam melaksanakan program Majelis Tadabbur al-Qur’an adalah sikap anak yang acuh dan agak susah untuk diberi pelajaran sehingga harus terus diperhatikan dan diberikan motivasi terus setiap hari. 87
Kanita Rizkinaya, salah seorang warga belajar, menuturkan salah satu kendala mengikuti program Mataqu adalah keterbatasan jumlah tutor, sehingga tidak semua warga belajar terlayani. M. Rizky Ashari, menuturkan kendala mengikuti program Majelis Tadabbur al-Qur’an ada dalam dirinya sendiri. Ia mengungkapkan sulit menghafal karena banyak hal yang sedang ia pikirkan. Tiga juz al-Qur’an yang sudah ia hafal, juz 28, 29, dan 30, hampir hilang dalam ingatannya. Berdeda dengan teman-temannya, Khairul Fattah mengaku tidak mengalami kendala selama mengikuti program Mataqu. Hal yang sama diakui oleh Muhammad Darmansyah bahwa ia tidak mengalami kendala dalam mengikuti program Mataqu. Dari penuturan para pelaku program Majelis Tadabbur al-Qur’an di atas, secara umum kendala yang dialami adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM). Harus diakui bahwa para tutor ini adalah para relawan atau pekerja sosial yang mengabdi di masyarakat tanpa pamrih dan tanpa imbalan materi. Namun, secara manusiawi mereka membutuhkan materi untuk menunjang kehidupan mereka, terlebih para relawan yang menjadi kepala keluarga. Kesempatan mengembangkan karir pribadi di luar pengabdiannya sebagai relawan menjadi godaan tersendiri. C. Pembahasan 1. Inovasi Majelis Tadabbur al-Qur’an Kehidupan manusia selalu berubah seiring perubahan zaman. Perubahan ini sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Awalnya kehidupan manusia hanya berpusat di daerah tempat tinggalnya saja. Berlangsungnya perdagangan dan interaksi sosial lainnya antar bangsa menyebabkan masyarakat suatu bangsa menikmati hasil-hasil produksi bangsa lain. Jika hal tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang lama dan terus menerus akan mengakibatkan munculnya tatanan sosial dan kebudayaan baru, baik tatanan sosial dan kebudayaan yang benar-benar baru atau hasil penyatuan antara tatanan dan kebudayaan satu bangsa dengan bangsa lainnya. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat seringkali memicu terjadinya kesenjangan sosial. Masyarakat yang tidak siap dengan berbagai perubahan yang terjadi akan termarjinalkan. Perubahan yang terjadi dalam bidang ekonomi, teknologi, pendidikan, dan budaya berdampak besar pada perubahan perilaku dan cara hidup masyarakat. Di sisi lain, perubahan sosial memberikan peluang bagi sebagian masyarakat untuk menelurkan ide-idenya yang bermanfaat untuk masyarakat. Lembaga pendidikan adalah salah satu institusi timbulnya ide-ide tersebut. Ide-ide inilah yang dikenal dengan inovasi. Sebagai institusi sosial, lembaga pendidikan memiliki peran penting, tentunya bersama pemerintah dan masyarakat, untuk mengawal perubahan sosial agar tidak memberikan dampak negatif terhadap masyarakat. Dalam pendidikan, inovasi diarahkan untuk mengejar ketertinggalan-ketertinggalan akibat pesatnya laju teknologi, terselenggaranaya pendidikan bagi seluruh warga masyarakat Indonesia, serta untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 88
Sekolah Masjid Terminal Terpadu, lembaga pendidikan alternatif yang berada di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri (YABIM) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berperan dalam inovasi pendidikan. Sekolah ini menjadi tempat belajar orang-orang marjinal dengan menerima anak-anak yang tidak diterima, melayani yang tidak terlayani di sekolah pada umumnya. Tidak diterima sekolah karena tidak ada biaya, kenakalan, dan lain-lain. Sehingga Sekolah Masjid Terminal Terpadu menjadi benteng terakhir untuk bisa mengenyam pendidikan dan memiliki ijazah. Oleh karena itu, Sekolah Masjid Terminal Terpadu dengan inovasinya bisa dikatakan sekolah dengan pendidikan holistik komprehensif. Abuddin Nata (2013) mendefinisikan bahwa “pendidikan holistik komprehensif adalah pendidikan yang berbasis pada multi pendekatan, seperti pendekatan psikologi, pendekatan karakter, pendekatan sosial, emosional, spiritual, intelektual dan lain sebagainya. Pendidikan komprehensif juga pendidikan holistik yang terjadi pada seluruh aspek atau komponen pendidikan: visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya” (h 38 dan h. 188). Alasan SMI dikatakan sekolah dengan pendidikan holistik komprehensif setidaknya terdapat akar-akar landasan pendidikan holistik komprehnsif sebagaimana dijabarkan Nata (2013, h. 40-50). Pertama, secara normatif pendidikan holistik dapat dijumpai dalam berbagai ajaran agama yang berdasarkan wahyu yang diturunkan Tuhan dan dijelaskan oleh para nabi. Dalam Q.S. al-Baqoroh (2): 208 dan Q.S. Saba’ (34): 28 terdapat kata kaffah yang berarti seluruhnya. Mengandung arti seluruh ajaran Islam, yakni dimensi aqidah, ibadah, muamalah; atau dimensi iman, islam, dan ihsan; atau dimensi teologi, ritual, dan filosofis; dan juga memeluk Islam bukan hanya ucapan, tetapi juga keyakinan dan perbuatan. Selain itu, dalam al-Qur’an juga terdapat istilah insan yang mengacu kepada manusia selain pada dimensi proses kejadiannya, juga mengacu kepada manusia sebagai makhluk yang memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional. Istilah al-Naas yang mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial, dan al-Basyar yang mengacu kepada manusia sebagai makhluk biologis yang memiliki fisik dan pancaindera (h. 41). Secara normatif, dalam konsep membangun paradigma pembelajaran di SMI, SMI mengembalikan esensi pembelajaran sesungguhnya pada realita hidup dan kehidupan. SMI memberdayakan fitrah manusia yang condong kepada nilai-nilai kebenaran hakiki dan kebajikan dalam proses membina seluruh potensi manusia sebagai makhluk yang beriman, berpikir, sehat, kuat, terampil dan berkarya untuk kemaslahatan diri dan lingkungan. Membangun SMI berkualitas berarti menyelenggarakan proses pembentukan kepribadian warga belajar agar sesuai dengan fitrah penciptaan manusia dengan memperhatikan azas fisiologis, psikologis, dan pedagogis menurut situasi zaman dimana warga belajar menjalankan kehidupannya kelak (Restra . SMI). Kedua, akar landasan pendidikan holistik dan komprehensif secara filosofis bahwa pada diri manusia terdapat potensi atau daya tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Jiwa tumbuh-tumbuhan berkaitan dengan potensi yang 89
bersifat jasmani dan kecenderungannya, jiwa binatang yang berkaitan fisik dan hal-hal yang bersifat hedonistik, syahwat dan ghadab, dan jiwa manusia yang berkaitan dengan hal-hal yang abstrak dan nilai-nilai spiritual. Sifat seseorang tergantung pada jiwa manusia dari ketiga macam jiwa tersebut yang berpengaruh pada dirinya (Nata, 2013, h. 42-43). Selanjutnya landasan psikologis bagi pendidikan holistik dan komprehensif dapat dijumpati pada teori multiple intelegences yang berasal dari Howard Gardner. Kemudian dapat digali pada teori yang terdapat pada psikologi belajar seperti teori Gagne, Morris L. Bigge dan Maurice P. Hunt dan Cognitive Gestall Field. Beberapa teori belajar ini digunakan untuk perumusan konsep dari segi proses belajar. Selanjutnya pendidikan holistik dan komprehensif juga dapat dibangun dari tiga teori perilaku yang dikembangkan Benyamin S. Bloom dan kawankawannya dengan nama The Taxonomi of Educational Objectives, yaitu taksonomi tujuan. Lalu pendidikan holistik dan komprhensif juga didasarkan pada teori perilaku yang dikembangkan oleh Masloom, Mac Clelland, dan Mc Gregor. Berbagai motivasi tersebut dapat digunakan secara utuh, yakni tidak hanya menggunakan motivasi yang bersifat fisiologis melainkan juga motivasi yang bersifat psikologis dan aktualisasi diri, penghargaan, dan sebagainya. Dengan cara demikian, akan dapat dihasilkan sebuah metode dan pendekatan yang holistik dalam kegiatan belajar mengajar, dan karenanya tidak akan membosankan para peserta didik (Nata, 2013, h. 43-46). SMI dalam rencana dan strateginya mengungkapkan bahwa proses pembelajaran harus berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya, yang mengandung kesatuan jasmani-ruhani, mengasah kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Kesatuan model pembelajaran teoritis dan praktis, individu-sosial, akhlak, keagamaan, evaluasi pembelajaran juga dilakukan dalam kerangka kesatuan pengetahuan, sikap, dan perilaku menjadikan “SMI Masternya Sekolah” dan mengikuti perkembangan mutu dengan tetap menjaga jati diri dan karakteristik yang sifatnya universal. Keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan pendekatan proses pembelajaran yang kaya, variatif, dan menggunakan media serta sumber belajar yang luas dan luwes. Mengoptimalkan pemberdayaan otak kanan dan otak kiri dengan pendekatan berbasis : a. Adab dan Etika pergaulan seluruh warga sekolah dan lingkungan. b. Kreativitas yang melatih warga belajar untuk berpikir orisinal, luwes (fleksibel), dan imajinatif. c. Problem Solving yang melatih warga belajar berpikir kritis, sistematis, logis dan solutif. d. Suasana harus marak dan ramai dengan segala kegiatan dan perilaku terpuji, seperti: terbiasa dengan menghidupkan ibadah, menebar salam, menyayangi dan melindungi, bersih dan rapih. e. Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas, sehat dan produktif.
90
Ketiga, pendidikan holistik dan komprehensif dapat menggunakan landasan sosiologis, yaitu sebuah ilmu yang didalamnya membahas tentang sekumpulan manusia yang berada di sebuah teritori tertentu yang memiliki tujuan dan cita-cita bersama serta beriteraksi dan berkomunikasi antara satu dan lainnya. Berbagai informasi yang diberikan ilmu sosiologi yang demikian itu harus dipertimbangkan dalam merancang pendidikan yang holistik dan komprehensif. Dengan cara demikian, maka pendidikan tidak akan kehilangan makna dan orientasinya dalam mengembangkan masyarakat (Nata, 2013, h. 46). Melihat latar belakang warga belajar Sekolah Masjid Terminal Terpadu mayoritas berasal dari keluarga yang belum beruntung. Seperti dalam membentuk rumah tangga dan karakter anak-anaknya, kemiskinan dan kesulitan hidup, kekerasan dalam rumah tangga, eksploitasi anak, akan berpengaruh negatif pada perkembangan jiwa dan kepribadian anak. Seyogyanya keluarga adalah tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan mensosialisasikan kehidupan kepada anak dan mengembangkan potensi dan kemampuan dengan dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik. Kurangnya kebersamaan dan interaksi antara orang tua dan anak berdampak pada tingkat perkembangan pada anak, keluarga broken home, orang tua yang otoriter, cenderung menghasilkan anak yang bermasalah yang nantinya mereka akan mencari eksistensi jati dirinya dengan turun ke jalan, tawuran, narkoba, kriminalitas, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat stress yang tinggi dalam keluarga, perilaku kekerasan khususnya kepada anak baik kekerasan fisik dan mental, ditelantarkan, sehingga akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas perkembangan jiwa dan kepribadian anak. Sebagai sekolah alternatif, Sekolah Masjid Terminal Terpadu bukan hanya sebagai tempat belajar yang sudah baku kurikulumnya ataupun berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang sudah terjadwal, namun Sekolah Masjid Terminal Terpadu menjadi tempat berteduh, tempat penampungan, tempat masyarakat, terurama anak-anak dan remaja, mengungkapkan keluh kesahnya, bahkan tempat istirahat masyarakat untuk sejenak melupakan beban hidupnya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, warga belajar Sekolah Masjid Terminal Terpadu meliputi mereka yang : a. Tinggal kelas karena lambat belajar b. Mengganggu lingkungan dengan anak berhadapan dengan hukum. c. Pasangan suami-isteri yang masih berusia sekolah, terutama ibu-ibu belia d. Korban penyalahgunaan obat terlarang atau minuman keras e. Korban trauma dalam keluarga karena perceraian orang tua, kekerasan, atau lainnya. f. Terlantar (gelandangan) g. Menderita karena masalah kesehatan, ekonomi, etnis atau kebudayaan h. Putus sekolah karena berbagai sebab (ijazah tertahan, tidak ada identitas, dll) i. Belum pernah mengikuti program pendidikan sebelumnya. 91
Sekolah Masjid Terminal Terpadu memainkan peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan generasi menghadapi era yang penuh dengan tantangan dan harus mampu menyelenggarakan proses pembekalan pengetahuan, penanaman nilai, pembentukan sikap (karakter), pengembangan bakat (ketrampilan), menumbuhkan potensi akal, jasmani, ruhani yang optimal, seimbang dan sesuai dengan tuntutan zaman. Pembelajaran adalah proses “memanusiakan” manusia dengan pendidikan manusia baru yang dapat menjalankan fungsi dan misi yang sejati. Keempat, pendidikan holistik dan komprehensif juga dapat menggunakan landasan kultural, yaitu landasan yang melihat bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh sistem budaya yang dianutnya, yakni nilai-nilai yang dianggap luhur, teruji, dan ampuh yang selanjutnya secara selektif dijadikan sebagai acuan, referensi, atau blue print dalam menghadapi dan memecahklan masalah yang dihadapi. Dengan adanya landasan kultural tersebut, maka pendidikan holistik dan komprehrnsif akan bersikap bijaksana, adil dan arif. Dengan cara demikian, maka berbagai potensi yang ada di masyarakat akan dapat dibangun dan diberdayakan yang pada gilirannya akan memperkuat ketatanan masyarakat dan Negara (Nata, 2013, h. 46-47). SMI berharap menjadi “Masternya Sekolah” yang berwawasan visioner dan global akan menemukan karakteristik sebagai berikut : a. Mengusung nilai dan pesan rahmat bagi semesta alam, akhlaqul karimah dan nilai kasih sayang sebagai ruh dalam setiap kegiatan. b. Mengintegrasikan nilai hidup dan kehidupan sebagai life maker. c. Metode pembelajaran yang menarik, menyenangkan, aman dan nyaman. d. Mengedepankan keteladanan dalam membentuk karakter warga belajar. e. Menumbuhkan lingkungan keakraban dalam lingkungan SMI. f. Melibatkan peran serta orangtua, masyarakat dan instansi dalam mendukung tercapainya orientasi pembelajaran. g. Menjamin seluruh kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu. h. Mengedepankan aksi kemanusiaan dan kepedulian. Gambar 4.5. Proses Pembudayaan dan Perberdayaan Sekolah Masjid Terminal Terpadu
Kelima, Pendidikan holistik dan komprehensif dapat pula menggunakan landasan filsafat keilmuan, yaitu sebuh filsafat yang mengkaji tentang dimensi 92
ontology (sumber ilmu), epistimologi (cara atau metodologi dalam mengembangkan ilmu), serta aksiologi (cara memanfaatkan ilmu) (Nata, h. 48). Basic SMI adalah masjid maka nilai-nilai keislaman sangat kental dalam kegiatan pembelajaran. Ilmu agama Islam bukan hanya dipelajari dalam program tertentu namun mengintegrasikan nilai-nilai keislaman dalam setiap kegiatan pembelajaran. Keyakinan yang merupakan nilai kemasteran yang pertama merupakan manifestasi keimanan yang harus tertanam kuat. Hal inilah yang kemudian menjadi motivasi untuk terus berbuat dan berkarya karena berkeyakinan bahwa apa yang dilakukan sebagai bentuk ibadah. Keenam, pendidikan yang holistik dan komprehensif juga dapat mrnggunakan landasan manajemen mutu terpadu (total quality management) yaitu manajemen yang melihat seluruh aspek yang terkait dengan fungsi manajemen sebagai satu kesatuan yang saling berkaitan, Antara strengtenth, weakness, opportunity, dan treathmen harus saling berkaitan dan mendukung lahirnya sebuah rencana pengembangan (Nata, h. 48). Dalam perjalannnya, manajemn Sekolah Masjid Terminal Terpadu semakin maningkat dalam kualitasnya. Kepemimpinan dan teamwork yang memahami dan menerapkan berdasarkan karakteristik dan efektivitas bersama sama dengan para relawan tutor berorientasi memberikan yang terbaik bagi warga belajar. Motivasi mendidik yang tinggi yang di barengi dengan adanya harapan yang tinggi untuk mencapai tujuan bersama dengan berorientasi pada terampil dalam mengelola waktu secara efektif. Supervisi yang efektif kepada seluruh aktivitas dan sumber daya dengan memberikan bimbingan, umpan balik, dan dukungan kepada para relawan tutor. Pemantauan yang berkelanjutan terhadap kemajuan prestasi, menggunakan hasil belajar warga belajar untuk program pengembangan maupun perbaikan program, serta melakukan proses penilaian yang sistematis. Program atau kegiatan harus memiliki perencanaan strategis yang jelas, berdasar visi, misi dan tujuan yang luhur yang mengarah pada pembentukan karakter dan pencapaian kompetensi warga belajar. Gambar 4.6. Rencana Strategi dan Manajemen Sekolah Masjid Terminal Terpadu
Dengan menegakkan sistem dalam upaya mencapai efektifnya suatu tujuan bersama telah menemukan jalan yang benar, tinggal lagi dukungan 93
manajemen yang solid, efektif, dan memiliki komitmen yang tinggi. Manajemen yang mampu merencanakan dan mengkomunikasikan tujuan, program dan langkah langkahnya secara strategis. Memiliki kepekaan terhadap segala persoalan yang bermuara pada warga belajar dengan memfungsikan aspek strategis, teknis dan administrasi berjalan baik. Turun aktif dan efektif memberikan contoh dan mengarahkan, mensupervisi, dan pengendalian kegiatan dalam membangun sistem, perencanaan dan pelaksanaan program yang rapi dan menyeluruh. Ketujuh, pendidikan yang holistik dan komprehensif juga dapat menggunakan landasan ideologis, yaitu pandangan dan cita-cita yang mendalam dan sistematik yang digunakan sebagai kerangka konseptual dalam melaksanakan suatu usaha. Pendidikan sebagai usaha besar dan strategis juga memiliki ideology. Dalam membangun pendidikan yang holistik dan komprehensif, seharusnya yang dijadikan landasan adalah ideology pendidikan yang bercorak humanisme teo-centris, yakni keberhasilan pendidikan bukan hanya ditentukan oleh usaha manusia atau Tuhan semata-mata, melainkan ditentukan oleh usaha manusia dan Tuhan bersama (Nata, h. 49). Sekolah Masjid Terminal Terpadu memiliki misi menjadikan manusia berakhlak mulia dan amar ma’ruf nahi mungkar dengan usaha kesadaran secara aktif untuk membentuk kebiasaan baik, sehingga sifat warga belajar agar senantiasa berperilaku sesuai yang diinginkan Allah SWT sebagai khalifah fi alArdh (wakil Allah SWT di muka bumi). Islam mengajarkan bahwa setiap manusia mempunyai kecenderungan (fitrah) untuk mencintai kebaikan. Sekolah Masjid Terminal Terpadu adalah salah satu faktor bagian dari pembelajaran dan lingkungan yang dijalankan oleh warga belajar berusaha memberikan pembelajaran dan sosialisasi di dalam menentukan “buah” seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari warga belajar yang dibina. Dalam pembelajaran dan pengasuhan Sekolah Masjid Terminal Terpadu I ingin merawat fitrah kebaikan sehingga dapat tumbuh menjadi “pohon” yang kokoh dan merawatnya dengan cinta, karakter dan kasih sayang. Ketika pohon yang sedang tumbuh, di sekelilingnya pasti akan tumbuh rumput-rumput gulma yang akan mengganggu pohon tersebut untuk menjadi kokoh. Bahkan pertumbuhan gulma akan lebih cepat dan lebih mudah tumbuh besar jika di bandingkan pohon tersebut. SMI sebagai tukang kebun (para relawan tutor) yang merawatnya, harus terus membersihkan gulma tersebut, mencabutnya ketika gulma itu masih kecil dan tentunya harus waspada dengan hal ini serta memberikan “pupuk” nilai nilai yang akan menyuburkan fitrah (kesucian) untuk pohon yang kokoh. Kedelapan, konsep pendidikan holistik dan komprehensif dapat pula berlandaskan pada konsep insan kamil sebagimana yang dijumpai pada faham tasawuf. Insan kamil adalah suatu tema yang berhubungan dengan pandangan mengenai sesuatu yang dianggap mutlak. Tuhan Maha Mutlak tersebut dianggap mempunyai sifat-sifat tertentu yang baik dan sempurna. Sifat sempurna inilah yang ditiru oleh manusia (Nata, h. 50).
94
Proses pembelajaran di Sekolah Masjid Terminal Terpadu berorientasi pada pembentukan manusia seutuhnya, yang mengandung kesatuan jasmaniruhani, mengasah kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Kesatuan model pembelajaran teoritis dan praktis, individu-sosial, akhlak, keagamaan, Evaluasi pembelajaran juga dilakukan dalam kerangka kesatuan pengetahuan, sikap, dan perilaku. Menjadikan “SMI Masternya Sekolah” dan mengikuti perkembangan mutu dengan tetap menjaga jati diri dan karakteristik yang sifatnya universal. Dari penjabaran di atas, diambil kesimpulan bahwa Sekolah Masjid Terminal Terpadu layak dikatakan sebagai sekolah yang inovatif. Keberadaannya laksana oase di tengah-tengah masyarakat marjinal untuk melampiaskan kebutuhan dahaga pendidikan mereka demi masa depan yang lebih baik. Inovasi di Sekolah Masjid Terminal Terpadu terdapat dalam konsep dan manajeman pendidikannya. Yang menjadi fokus utama dalam penekanannya dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Ini disebabkan bahwa latar belakang warga belajar yang beragam dan dengan kondisi kehidupan yang berbeda maka menumbuhkan nilai-nilai keagamaan adalah sebuah keniscayaan. Terlebih mayoritas warga belajar adalah umat Islam. Penguatan nilai-nilai ini akan berdampak kepada keberhasilan pembelajaran baik yang sifatnya akademik maupun vokasional. Inovasi PAI terprogramkan dalam Majelis Tadabbur alQur’an.Program Majelis Tadabbur al-Qur’an merupakan bagian dari program besar Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Keberadaan program ini tidak terlepas dari karakteristik, manajemen, dan kultur SMI. Bahkan Majelis Tadabbur alQur’an menjadi ruh dalam mencapai visi dan tujuan SMI. Keberhasilan program Majelis Tadabbur al-Qur’an akan menjadi keberhasilan SMI, begitu pun sebaliknya, kegagalannya akan berdampak pada kelemahan dalam mencapai visi dan tujuan SMI. Karenanya, Majelis Tadabbur al-Qur’an menjadi pilar utama dalam pendidikan holistik dan komprehensif di Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Istilah “tadabbur al-Qur’an” diungkapkan dalam al-Qur’an, seperti:
َ َٗ ۡ
ْ
َ
َ
َ َ َ َ
ُۡ َ
َََ
َّ ۡ ۡ ۡ َ لا َي َت َدبَّ ُروناٱلق ۡر َء ا ٱّللِال َو َج ُدواافِيهِاٱختِلَٰفااكث ِ ٗا ۡيا ا ا ا٢٨ۡيا أف ا ِ اناولواَكنامِناعِندِاغ
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran? Kalau kiranya al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”. (Q.S. an-Nisa : 82)
ٓ ُ َ ۡ َ ُ ُ َٰ َ َ ۡ َ َ َ ۡ ُ ۡ َ ُ َّ َ َ َ َ َ َ ا ا٨٢وباأقفال َهاا لايتدبروناٱلقرء ا أف ا ٍ اناأمالَعاقل
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ataukah hati mereka terkunci”. (Q.S. Muhammad:24) Kedua ayat di atas menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah SWT sebagai petunjuk untuk manusia dan tidak ada sedikitpun pertentangan di dalamnya. Orang-orang yang men-tadabburi al-Qur’an maka ia akan mendapatkan kebaikan darinya dan terjaga dari kekerasan hati sehingga hati menjadi lembut dan mudah untuk menerima petunjuk dan pendidikan. 95
Oleh karena itulah, program Majelis Tadabbur al-Qur’an menjadi program dan kegiatan yang sangat penting di sekolah dengan input siswanya berlatang belakang anak-anak jalanan dan terminal. Kerasnya kehidupan jalanan dan terminal menjadi kondisi sosiologis yang sangat mempengaruhi psikologis mereka, men-tadabburi al-Qur’an menjadi penawar agar hati tetap lembut dan mudah menerima pendidikan. Keberadaan program Mataqu merupakan inovasi PAI di Sekolah Masjid Terminal Terpadu. Komposisi yang menempati 60 % dari pembelajaran menjadi buktinya. Sebuah komposisi yang tidak ditemukan di sekolah-sekolah umum bahkan sekolah bercirikan keagamaan sekalipun seperti Madrasah. Komposisi ini hanya bisa ditemukan di pondok pesantren. Makanya tidak mengherankan jika ada orang tua warga belajar yang menyamakan SMI dengan pondok pesantren karena muatan pelajaran PAI-nya melebihi pelajaran-pelajaran lainnya. Pro dan Kontra dalam komposisi PAI yang dominan ini memang terjadi, namun Sekolah Masjid Terminal Terpadu tetap istiqomah dalam programnya karena tujuannya adalah masa depan warga belajar yang lebih baik. Dalam Lampiran Peraturan Materi Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran (JTMP) untuk SMA/MA adalah 45 menit/JTMP. Alokasi untuk mata pelajaran PAI adalah 3 JTMP itu berarti setara dengan 135 menit atau 2 jam 15 menit. Alokasi Mataqu setiap hari senin-jumat adalah 1,5 jam setara 7,5 jam sepekan. Jika dikonversi dengan alokasi waktu JTMP maka alokasi Mataqu dalam sepekan setara 10 JTMP. Dari sisi alokasi JTMP, Mataqu adalah sebuah inovasi. Kurikulum yang diberlakukan merupakan hasil olah para relawan. Penekanan dalam mataqu adalah bimbingan membaca al-Qur’an. Mampu membaca al-Qur’an dengan baik dan benar seolah menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar dan menjadi syarat utama diberikannya ijazah di akhir masa pendidikan. Selain itu, kemampuan melaksanakan sholat dengan baik dan benar gerakan dan bacaannya menjadi syarat berikutnya. Penekanan dalam bimbingan membaca al-Qur’an merupakan inovasi yang tepat. Mengingat input warga belajar SMA Sekolah Masjid Terminal Terpadu yang beragam dengan latar belakang masyarakat marjinal. Tidak sedikit warga belajar yang mengalami kerasnya kehidupan yang mereka alami. Terkadang mereka harus berdagang asongan, mengamen, menyemir sepatu, ataupun kerja keras lainnya. Suasana hidup yang keras ini berefek pada kerasnya hati, tabiat, dan karakter mereka. Bimbingan membaca al-Qur’an menjadi jalan untuk mencurahkan kelembutan ke hati mereka. Semakin sering mendengarkan dan membaca al-Qur’an, akan semakin lembut hati seseorang. Shihab (2014, h. 236-237) mencontohkan berdasarkan riwayat sejarah yang beliau temukan bahwa al-Qur’an berpengaruh terhadap jiwa manusia diantaranya adalah kisah Umar bin Khaththab. Ketika Umar bin Khaththab akan membunuh Nabi Muhammad saw., ia diberitahu seseorang bahwa adiknya 96
Fathimah telah mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. Lalu ia temui adiknya yang saat itu sedang membaca al-Qur’an bersama suaminya di rumahnya. Setelah adiknya ditampar sampai bercucuran darah, lalu ia meminta adiknya untuk membaca lembaran yang berisikan ayat suci al-Qur’an surat Tha Ha ayat 1-6. Setelah mendengar bacaan ayat tersebut kemudian bergetar hati Umar lalu bergegas menemui Nabi Muhammad saw. Kali ini bukan untuk membunuh Nabi Muhammad sebagaimana tujuan awalnya namun menyatakan keimanannya kepada Allah dan kepada Rasulullah saw. Ada lagi peristiwa lain. Kali ini tokohnya adalah Utbah bin Rabi’ah yang diutus kaum musyrik menghadap Nabi Muhammad saw. Setelah bertemu, Nabi membacakan kepadanya al-Qur’an surat Ha Mim sajadah yang kemudian ayat-ayat yang didengarnya berbekas dalam jiwanya yang ditandai dengan wajah yang berbeda dengan wajah ketika berangkat. Kisah tersebut menunjukkan bahwa seorang Umar bin Khaththab yang sangat keras menentang Islam dan dikenal sebagai orang yang bengis saat itu hatinya menjadi lembut dengan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an. Termasuk Utbah bin Rabi’ah yang awalnya sangat membenci Islam keudian jiwanya tersentuh dengan bacaan al-Qur’an. Bimbingan membaca al-Qur’an dengan metode Iqro yang ajarkan dalam program Mataqu merupakan pilihan tepat. Metode Iqro adalah metode yang sudah sangat familiar di tengah-tengah masyarakat dan bukunya pun mudah di dapat. Walaupun idealnya para tutor atau teman sebaya yang membimbing dengan menggunakan metode ini mengikuti pelatihan, namun tanpa pelatihan pun metode ini mudah diajarkan. Dibandingkan dengan metode-metode belajar membaca al-Qur’an lain yang harus memiliki sertifikat tertentu bagi orang yang mengajarkannya dan bukunya pun hanya bisa didapat di tempat-tempat tertentu juga. Pemilihan metode Iqro ini sebagai pilihan praktis untk memudahkan para tutor dan warga belajar. Sebab yang terpenting adalah bahwa seluruh warga belajar bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan benar bukan dengan metode apa mereka belajar al-Qur’an. Selanjutnya, yang menjadi penekanan dalam kurikulum Mataqu adalah bimbingan sholat. Hal ini mungkin hal biasa karena hampir semua sekolah memberikan bimbingan seperti ini. Namun, yang menjadi luar biasa adalah bimbingan ini diberikan kepada warga belajar dengan kondisi kehidupan sebagaimana disebutkan di atas. Hal ini pun merupakan inovasi yang tepat. Setelah hati dilembutkan dengan selalu mendengarkan dan membaca al-Qur’an, kemudian dibentengi dengan sholat agar terjaga dari perbuatan keji dan mungkar. Program Mataqu bukan menjadi satu-satunya program PAI di SMI. Mata pelajaran PAI tetap diajarkan sesuai jadwal dan kurikulum yang berlaku secara normal. Pengintegrasian nilai-nilai keislaman dalam PAI juga dilakukan dalam mata pelajaran yang lain. Pengitegrasian mata pelajaran PAI ke dalam mata pelajaran umum menjadi penting karena: pertama, tidak adanya dikotomi ilmu dalam Islam. Kedua, pencapaian tujuan pendidikan masional tidak hanya 97
melalui mata pelajaran PAI, tetapi juga melalui pelajaran umum. Menjadikan peserta didik beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan lain sebagainya seperti domain PAI. Padahal ini bagian dari mata pelajaran lainnya. Dan, ketiga, setiap guru mempunyai tanggungjwab dalam pembinan karakter peserta didik (Ramayulis, 2015, h. 326-329). Selanjutnya, Ramayulis (h. 330-336) juga menjabarkan cara usaha pengintegrasian mata pelajaran PAI dengan mata pelajara umum. Usaha tersebut diantaranya: Pertama, melalui pencarian dasar dan padanan konsep, teori mata pelajaran umum yang digali dari al-Qur’an dan hadits Nabi, dan pendapat para ulama. Kedua, dengan cara mengambil atau mempelajari konsep dan teori mata pelajaran umum kemudian dipadukan dengan mata pelajaran PAI. Dan, ketiga memadukan IPTEK dengan IMTAK. 2. Sekolah Masjid Terminal Terpadu dan Kecerdasan Spiritual Siswa Manusia terlahir dengan membawa potensi masing-masing. Walaupun Allah menyatakan bahwa manusia lahir tidak mengetahui apa-apa, namun kemudian Allah pula yang menganugerahkan potensi kepada setiap manusia. Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (Q.S. al-Nahl (16):78). Melalui penglihatan, pendengaran, dan hati inilah kemudian manusia memiliki kecerdasan. Gardner (2013, h.21) dengan teori Multiple Inteligences-nya menyatakan bahwa kecerdasan yang dimiliki manusia ada delapan kecerdasan. Tasmara (2001, h. 49) menyatakan bahwa manusia terlahir dengan membawa lima kecerdasan utama. Lebih ringkas lagi Marshal dan Zohar (2000, h.3) dan Agustian (2007, h.13) menyatakan bahwa kecerdasan manusia terdiri dari tiga kecerdasan utama. Semua kecerdasan yang dimiliki oleh manusia sebagaimana disebutkan dalam beberapa pendapat di atas merupakan fitrah manusia yang bisa terus berkembang. Institusi pendidikan memiliki peran besar dalam perkembangan kecerdasan-kecerdasan manusia ini. Menjalankan pendidikan agar menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-undang Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bukan perkara mudah. Beragam peraturan tentang kurikulum dan standar pendidikan nasional sering bergonta-ganti sejak undangundang tersebut diberlakukan. Terlepas dari berbagai kepentingan yang mendasari gonta-ganti peraturan-peraturan tersebut, hal ini menunjukkan bahwa institusi pendidikan berperan menjadi ujung tombak terhadap keberhasilan pendidikan. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut maka proses pendidikan lewat pembelajaran tidak cukup hanya berkutat pada otak dan fisik saja yang bisa didapat dengan indera pendengaran dan penglihatan atau pada ranah kognitif, apektif, dan psikomotorik sebagaimana teori Taxonomi Bloom dan kawan-kawan, namun proses pendidikan juga harus menyentuh jiwa dan 98
hati. Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan fisik tidak akan menjadikan manusia sebagai manusia seutuhnya tanpa memiliki kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual bukanlah pelengkap kecerdasan manusia. Tapi kecerdasan spiritual merupakan dasar untuk mengembangkan kecerdasankecerdasan lainnya. Nabi Muhammad saw., dikenal sebagai sosok yang ummi, tidak bisa membaca dan menulis, tapi beliau menjadi sosok panutan bukan hanya kapasitas beliau sebagai nabi dan Rasul tapi juga sebagai manusia yang memiliki kemampuan di segala bidang. Allah menyatakan hal ini dalam firman-Nya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu… (Q.S. al-Ahzab (33) :21). Ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw menjadi contoh dan panutan bagi manusia dalam segala aspek kehidupan. Selain sebagai Nabi dan Rasul, Syihab al-Din al-Qarafy (w.684 H) berpendapat, sebagaimana dikutip Khon (2011, h.196), beliau berperan sebagai Hakim (Qadhi), Mufti, dan Imam. Kecerdasan yang dimiliki Nabi Muhammad adalah kecerdasan istimewa yang Allah berikan. Selain itu, Allah SWT mempercayakan al-Qur’an sebagai wahyu diturunkan kepada beliau sebagai kitab suci, pedoman hidup manusia, dan mukjizat terbesarnya. Al-Qur’an inilah sebagai pedoman utama beliau dalam menyampaikan risalah ketuhanan kepada umat manusia. Secara spiritual, sebagai Nabi dan Rasul, Muhammad saw. memiliki keimanan, kepatuhan, kedekatan, dan kecintaan yang sangat besar kepada Allah SWT. Kecerdasan spiritual Nabi Muhammad saw menghantarkan beliau menjadi sosok manusia yang sempurna secara intelektual, emosional, bahkan fisik. Maka perilaku, ucapan, dan ketetapan beliau menjadi sumber utama dalam Islam setelah al-Qur’an. Kecerdasan spiritual yang dimiliki Nabi Muhammad saw tidak dimiliki oleh beliau begitu saja tanpa ada usaha. Walaupun kecerdasan spiritual telah ada dalam diri beliau sejak dilahirkan dan tanda-tanda kenabian sudah terlihat sejak beliau masih kanak-kanak tapi proses spiritualitas beliau jalani. Fenomena kenabian bukanlah sesuatu yang supernatural, yang tidak memberi peluang bagi manusia dengan sifat-sifatnya untuk menerimanya. Dengan pemberian kemampuan dan berbagai kecerdasan kepada manusia, kenabian menjadi fenomena alami. Keajaiban yang menyertai para rasul sebelum Nabi Muhammad bukanlah aspek integral kenabian, tetapi hanyalah alat pelengkap alam mempercepat umat meyakini risalah para rasul itu. Bahkan, menurut al-Ghazali, semua manusia pada dasarnya memenuhi syarat menjadi nabi, namun Allah menentukan hanya sebagian kecil di antaranya yang dipilih. Seruan penggunaan model-model kecerdasan di dalam Alquran tidak secara parsial. Keunggulan manusia terletak pada kemampuannya menyinergikan ketiga kecerdasan tersebut. Kemampuan itu merupakan anak tangga menuju pengetahuan tertinggi (makrifat) tentang pencipta-Nya. Karena 99
alam semesta, menurut al-Ghazali dan Ibnu Arabi, merupakan 'tulisan' atau bagian dari ayat-ayat Allah. Al-Ghazali menuturkan, hampir seluruh manusia pada dasarnya dilengkapi kemampuan mencapai tingkat kenabian dalam mengetahui kebenaran, antara lain, dengan kemampuan membaca alam semesta tadi (Umar, Republika, 2012 para 15). Uraian di atas menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual adalah fitrah yang dimiliki manusia yang bisa berkembang melalui proses dan usaha. Dalam dunia pendidikan usaha mengembangkan kecerdasan spiritual bisa dilakukan dalam proses pembelajaran. Program Majelis Tadabbur al-Qur’an yang ada dalam sistem pendidikan di Sekolah Masjid Terminal Terpadu menjadi usaha SMI dalam mengembangkan kecerdasan spiritual warga belajarnya. Ini terbukti berdasarkan pengakuan para pelaku pendidikan di SMI bahwa Mataqu berperan besar dalam proses mengembangkan kecerdasan spiritual. Program Mataqu juga menjadi program andalan dalam usaha mencapai visi SMI. Ini dikarenakan bahwa input warga belajar dari kalangan menengah kebawah dan beragam kondisi sosial ekonominya membutuhkan asupan gizi ruhaniyah dan spiritualnya agar bisa menjadi manusia-manusia yang lebih baik. Pembinaan utama yang dilakukan di Majelis Tadabbur al-Qur’an adalah Bimbingan membaca al-Qur’an. Bimbingan ini menjadi pembinaan yang wajib diikuti oleh warga belajar. Warga belajar dibina membaca, menghafal, dan memahami al-Qur’an. Hal ini dimaksudkan agar warga belajar bersentuhan secara intens dengan al-Qur’an. Memperkaya diri dengan pengalaman yang Qur’ani; membaca, memahami, dan kemudian menjadikannya sebagai sumber inspirasi untuk bertindak. Bertambah kaya pengalaman yang Qur’ani akan bertambah daya kreativitas. Bertambah seringnya mengisi jiwa dengan pengalaman-pengalaman Qur’ani maka bertambah jelas arah langkah dan tindakan (Tasmara, 2004, h.11). Karena proses berfikir ditopang oleh rangkaian jumlah dan kualitas pengalaman, seorang muslim yng ingin menjadikan hidupnya dibalut dan dibayangi naungan al-Qur’an, tidak bisa tidak, dia harus bersentuhan secara intens dengan al-Qur’an dan seluruh aspek keislaman. Hal ini merupakan aksioma ilahiah yang melekat pada fitrah dirinya sebagai seorang muslim. Keberpihakan kepada nilai-nilai yang bersumber dari al-Qur’an merupakan rumus yang bersifat condition sine quanom ‘sesuatu yang harus melekat dalam segala kondisi, tidak boleh tidak’ (Tasmara, h. 12) Dengan demikian tidak ada alasan membuang dan menghampakan diri dari pengalaman al-Qur’an. Karena, hanya dengan menyelami samudra alQur’an, kita akan memperoleh pengalaman hidup yang berharga sebagai bekal menatap masa depan. Kita akan mengangkat segala sesuatu yang bersifat Qur’ani, selama kita berangkat dari penghayatan dan pengalaman Qur’ani yang akhirnya akan menuju pada batas pencapaian yang Qur’ani pula.
100
Program Majelis Tadabbur al-Qur’an menjadikan warga belajar intensif bersentuhan dengan al-Qur’an. Dari beberapa warga belajar menyatakan bahwa bersentuhan dengan al-Qur’an, baik belajar, membaca, menghafal mereka lakukan di rumah. Artinya mereka berinteraksi bukan hanya di sekolah dalam program yang dijalankan, namun termotivasi untuk terus bersama al-Qur’an. Majelis Tadabbur al-Qur’an memberikan pengalaman Qur’ani kepada warga belajarnya sehingga mereka menjadi anak-anak kreatif. Kecerdasan spiritual bersumber dari fitrah manusia itu sendiri yang memancarkan dari kedalaman diri manusia seperti dorongan-dorongan keingintahuan yang dilandasi kesucian, ketulusan hati dan tanpa pretense egoism. Dalam bahasa yang sangat tepat kecerdasan spiritual ini akan mengalami aktualisasinya yang optimal, jika hidup manusia berdasarkan pada visi dan misi utamanya yakni ‘abid dan sekaligus khalifah Allah SWT. Kualitas jiwa dan kekuatan spiritual seseorang dapat dilihat dari akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dilakukan latihan-latihan yang bersifat rohani misalnya : berdzikir, muhasabah, shalat malam, dan membaca Al-Qur’an. Manusia akan merasa bermakna spiritual ketika ia merasakan kehadiran Allah, memiliki kualitas sabar, memiliki empati, berjiwa besar dan memiliki sifat jujur. Orang yang cerdas spiritual mereka merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya selalu dalam pengawasan Allah. Setiap manusia hidup selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut dengan agama, untuk merasakan bahwa dalam jiwanya ada perasaan yang meyakini adanya zat yang Maha Kuasa sebagai tempat untuk berlindung dan memohon pertolongan, sedangkan al-Qur’an dapat memberikan ketenangan jiwa bagi yang membacanya dan inilah yang menunjukkan bahwa al-Qur’an merupakan obat penyakit yang ada di dalam jiwanya, sebagaimana firman Allah: “Hai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (AlQur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang berada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS.Yunus (10) :57). Dengan demikian, pengalaman keagamaan warga belajar dengan intensivitas membaca, memahami, dan menghafal al-Qur’an serta pembinaan keimanan, ketakwaan, dan akhlak dalam program Majelis Tadabbur al-Qur’an diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan spiritual. Semakin intensif bersama al-Qur’an dan pembinaan maka akan semakin tinggi pula kecerdasan spiritualnya. Intensitas kebersamaan bersama al-Qur’an juga memberikan dorongan untuk terus belajar dan menatap masa depan sehingga menumbuhkan semangat keinginan belajar. Semakin tinggi keimanan seseorang dan semakin intens mengamalkan ajaran agama maka dia akan memiliki kemampuan yang besar untuk menemukan dan mengembangkan kecerdasannya. Ini berarti semakin cerdas seseorang secara spiritual maka dia akan semakin cerdas dalam kecerdasan-kecerdasan lainnya.
101
Di SMI, hal tersebut dibuktikan dengan berhasilnya beberapa warga belajar SMA Terbuka Sekolah Masjid Terminal Terpadu lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) tahun 2017. Mereka adalah: 1. Aisyah Nabillah, lulus di Bisnis Islam, Universitas Indonesia. 2. Kanita Rizkinaya, lulus di Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Malang. 3. Ruhidin, lulus di Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Jalarta. 4. Diki Ramadhan, lulus di Manajemen Universitas Indonesia. Keberhasilan beberapa warga belajar ini merupakan buah dari semangat dan kemauan mereka yang besar untuk belajar dan meraih masa depan. Keberhasilan ini, dan keberhasilan tahun-tahun sebelumnya dalam meraih kelulusan masuk Perguruan Tinggi Negeri, menjadi istimewa. Ini dikarenakan, sekolah masyarakat marjinal dengan segala keterbatasannya ternyata mampu menghantarkan warga belajarnya memasuki perguruan tinggi negeri dan bersaing dengan siswa-siswa sekolah lain yang memiliki fasilitas dan serta kemampuan fisik lainnya di atas SMI. Program Majelis Tadabbur al-Qur’an memberikan dampak yang luar biasa dalam peningkatan kecerdasan spiritual yang melahirkan kecerdasan-kecerdasan lainnya.
102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada pokok permasalahan tujuan penelitian kemudian dihubungkan dengan metode penelitian akademis serta dikupas dalam akademis dan pembahasan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan dari penelotian ini ebagai berikut: Pertama, Inovasi Pendidikan Agama Islam pada Program Majelis Tadabbur al-Qur’an (Mataqu) di SMA Sekolah Master Indonesia (SMI) secara umum menjadi bagian Inovasi SMI itu sendiri. Program Mataqu merupakan bagian dari program besar SMI. Keberadaan program ini tidak terlepas dari karakteristik, manajemen, dan kultur SMI. Bahkan Mataqu menjadi ruh dalam mencapai visi dan tujuan SMI. Keberadaan program Mataqu merupakan inovasi PAI di SMI. Komposisi yang menempati 60 % dari pembelajaran menjadi buktinya. Sebuah komposisi yang tidak ditemukan di sekolah-sekolah umum bahkan sekolah bercirikan keagamaan sekalipun seperti Madrasah. Komposisi ini hanya bisa ditemukan di pondok pesantren. Kemudian inovasi dalam aokasi waktu belajar. Alokasi Mataqu setiap hari senin-jumat adalah 1,5 jam setara 7,5 jam sepekan. Jika dikonversi dengan alokasi waktu JTMP maka alokasi Mataqu dalam sepekan setara 10 JTMP. Kurikulum yang diberlakukan merupakan hasil olah para relawan. Mataqu juga menjadi wahana pembinaan keislamaan, keummatan dan pengembangan diri. Hal ini sebagaimana terdapat dalam modul yang dijadikan bahan tawshiyyah dan kajian bagi para tutor. Hal ini di luar mainstream standar isi mata pelajaran PAI untuk SMA yang ditetapkan pemerintah. Materi yang disusun dalam modul sebagai pegangan para tutor adalah modul yang sudah tersusun silabusnya, walaupun diterbitkan oleh pihakluar SMI namun beberpa orang relawan SMI terlibat dalam penyusunannya. Dan Program Mataqu bukan menjadi satu-satunya program PAI di SMI. Mata pelajaran PAI tetap diajarkan sesuai jadwal dan kurikulum yang berlaku secara normal. Pengintegrasian nilai-nilai keislaman dalam PAI juga dilakukan dalam mata pelajaran yang lain. Metode dan model pembelajaran yang digunakan dalam Mataqu adalah ceramah, dialog, dan pendampingan. Ceramah digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai agama, dialog dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam keseharian, dan pendampingan untuk memberikan pembinaan dan bimbingan khusus, baik di tempat belajar Mataqu ataupun di luar tempat dan waktu program dilaksanakan. program Mataqu. Evaluasi dilakukan setiap hari oleh tutor. Dan puncaknya adalah di akhir pembelajaran mereka di 103
SMI. Penekanan dalam Mataqu adalah bimbingan membaca al-Qur’an. Mampu membaca al-Qur’an dan mempraktekkan sholat dengan baik dan benar menjadi syarat utama diberiknnya ijazah di akhir masa pendidikan. Kedua, Program Mataqu yang ada dalam sistem pendidikan di SMI menjadi usaha SMI dalam mengembangkan kecerdasan spiritual warga belajarnya. Ini terbukti berdasarkan pengakuan para pelaku pendidikan di SMI bahwa Mataqu berperan besar dalam proses mengembangkan kecerdasan spiritual. Selain itu, warga belajar yang aktif dalam kegiatan Mataqu mereka lebih disiplin, prestasi akademik meningkat, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian yang ada di Mataqu ataupun di luar SMI. Dengan demikian, pengalaman keagamaan warga belajar dengan intensivitas membaca, memahami, dan menghafal al-Qur’an serta pembinaan keimanan, ketakwaan, dan akhlak dalam program Mataqu diharapkan mampu meningkatkan kecerdasan spiritual. Semakin intensif bersama al-Qur’an dan pembinaan maka akan semakin tinggi pula kecerdasan spiritualnya. B. Saran-saran Berdasarkan dari hasil penelitian, maka penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk Sekolah Master Indonesia (SMI) Program Mataqu adalah program unggulan SMI. Maka seyogyanya program ini tertulis dan tertata dalam sebuah dokumen. Ini menjadi penting karena program ini bisa menjadi contoh untuk sekolah-sekolah lain untuk meningkatkan kecerdasan spiritual siswa dan menekan kriminalitas di kalangan remaja khususnya di Kota Depok. Program ini sudah berjalan sangat baik, bahkan hasilnya sudah sangat terlihat. Walaupun demikian, diperlukan terobosan-terobosan baru untuk terus meningkatkan kualitas program ini. Kemudian, penegasan kepada para tutor dalam memberikan pembinaan supaya materi yang disampaikan bisa berkesinambungan. Pengalaman dan wawasan keislaman bisa didapat dari mana saja dan dari siapa saja. Yang terpenting bisa dipertangungjawabkan. Di kota Depok dan sekitarnya terdapat banyak lembaga-lembaga atau institusi keislaman yang memiliki program dakwah dan pendidikan. Pihak SMI bisa bekerjasama dengan majelis-majelis taklim dan pondok pesantren yang berada di Kota Depok dengan difasilitasi oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ormas-ormas Islam. 2. Untuk penentu kebijakan dan Pemerintah SMI adalah asset yang besar. Keberadaan sekolah ini sedikit banyaknya membantu program pemerintah dalam mengentaskan buta huruf latin dan buta huruf al-Qur’an juga program wajib belajar. SMI juga menjadi benteng terhadap 104
aksi kriminalitas yang dilakukan oleh remaja. Oleh karena itu, pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Depok memberikan perhatian yang besar. Bantuan pendidikan seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Operasional pendidikan (BOP), Bantuan Siswa Miskin (BSM) atau bantuan-bantuan pendidikan lainnya bisa diprioritaskan untuk SMI. Karena warga belajar memiliki hak untuk mendapatkan bantuan itu, bahkan mungkin mereka lebih berhak. Selama ini baru dari pihak swasta yang menjadi mitra memberikan bantuan. 3. Untuk Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Keberadaan SMI menunjukkan bahwa ada sekolah berbasis sekolah marjinal yang memberikan banyak kontribusi dalm pengembangan manusia seutuhnya. Ini menjadi kesempatan kepada para akademisi dan mahasiswa untuk melakukan penelitian dan mengembangkan karya ilmiah dalam bidang pendidikan. Sehingga bisa dijadikan rujukan bagi sebagian masyarakat untuk mengembangkan pendidikan berbasis masyarakat marjinal. Tidak sedikit lokasi penelitian dilakukan di sekolah-sekolah unggulan yang sudah mapan. Namun belum banyak yang meneliti dalam aspek pendidikan di SMI ini. Terbukti dari penelitian-penelitian yang di lakukan di SMI ini lebih banyak dari aspek sosial, manajemen, dan psikologi. Diharapkan dengan hasil penelitian dalam aspek pendidikan bisa memperkaya wawasan keilmuan kependidikan khususnya pendidikan Islam. 4. Untuk institusi dan organisasi keislaman SMI adalah objek dakwah. Organisasi keislaman sebagai institusi yang beperan dalam amar ma’ruf dan nahi munkar memiliki tanggungjawab untuk membentuk masyarakat madani. SMI sebagai tempat dihimpunnya masyarakat yang termarjinalkan dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan seperti anak jalanan, gelandangan, dan lain sebagainya merupakan “sarana ibadah” dalam dakwah. SMI juga bisa menjadi pintu masuk dakwah kepada kelompok masyarakat yang mungkin belum tersentuh oleh dakwah organisasi keislaman selama ini. Program Mataqu membuktikan bahwa masyarakat ini sangat membutuhkan ajaran nilai-nilai keislaman dan sangat potensial menjadi generasi terbaik masa depan ummat.
105
DAFTAR PUSTAKA
a. Buku Agustian, Ary Ginanjar (2001). ESQ, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga. ____________________ (2007). ESQ, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual; ESQ Way 165. Jakarta: Arga. Ahmadi, Abu (2004). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Ahsin, W Hafidz, 1994. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur`an. Jakarta: Bumi aksara. Ali, Muhammad Daud (2004). Pendidikan Agama Islam (Cet. V). Jakarta: RajaGrafindo Persada. Alwi, Hasan dkk (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, Muzayyin (2003). Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Revisi). Jakarta; Bumi .Aksara Asmani, Jama Ma’mur (2014). Tips Menjadi Guru inspiratif, kreatif, dan inovatif (cet. XVIII). Jogjakarta: Diva Press. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok (2014). Kota Depok Dalam Angka 2013/2014. Depok: BPS. Danim, Sudarwan (2002). Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalitas Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia. Darajat, Zakiah dkk (2006). Ilmu Pendidikan Islam (Cet. VI). Jakarta: Bumi Aksara. Gardner, Howard (2013). Multiple Intelligences. (terj: Yelvi Andri Zaimur). Jakarta: Daras Books. Goleman, Daniel (2016). Emotional Intelligence. (terj. : T. Hermaya). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hamalik, Oemar (2013). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (cet. V). Bandung: Remaja Rosdakarya. Harun, Maidir (2007) Kemampuan Baca-tulis al-Qur’an Siswa SMA, Jakarta : Puslitbang Lektur Keagamaan Depag RI Hermawan, Acep. 2011. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Ihsan, Fuad (2010). Dasar-dasar Kependidikan.Jakarta: Rineka Cipta. Kemendikbud (2013). Kompetensi Dasar SMA/MA. Jakarta: Balitbang Kemendikbud RI. Kountur, Ronny (2007). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Buana Printing. Minarti, Sri (2013). Ilmu Pendidikan Islam; Fakta teoritis dan Aplikasi Normatif. Jakarta: Amzah. Moleong, Lexi J. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Rosdakarya Mubarok, Achmad (2005). Psikologi Keluarga dari Keluarga Sakinah Hingga Keluarga Bangsa. Jakarta: Bina Rena Pariwara. Mudlofir, Ali (2011). Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo 106
Musfah, Jejen (2015). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar (Cet.III). Jakarta: Prenadamedia Group. Nawabuddin, Abdurrab dan Ma`arif, Bambang Saiful, 1991. Teknik Menghafal AlQur`an. Bandung: Sinar Baru Nata, Abuddin. (2013). Inovasi Pendidikan Islam. Jakarta. ____________ (2013). Kapita Selekta Pendidikan Islam; Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam. Depok: Rajagrafindo Persada. Nofiar, Yon. 2005. Qalbu Quotient; Heart Based Behavioral Management. Jakarta: PT Quantum Quality International. Pasiak, Taufiq. 2004. Revolusi IQ/EQ/SQ : Antara Neurosains dan Al-Qur’an, Bandung: Mizan. Passer and Smith, 2006. Psychology: The Science of Mind and Behavior. Washington: McGraw-Hill Primarni, Amie dan Khairunnas (2016). Pendidikan Holistik; Format Baru Pendidikan Islam Membentuk Karakter Paripurna. Jakarta: Al Mawardi Prima. Qomari, Mujamil. 2014. Menggagas Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ramayulis (2015). Filsafat Pendidikan Islam, Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. Rusdiana A. (2014). Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung:Pustaka Setia. Rogers, Everett M. (1983). Diffusion of Innovation. London: The Free Press. Rusdiana, A (2014). Konsep Inovasi Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Saefudin, Asis dan Budiarti Ika (2014). Pembelajaran Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya Shaleh, Abdul Rachman (2006). Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Shidiq, Sapiudin (2011). Ushul Fiqih. Jakarta: Kencana. Shihab, M. Quraish (2007). Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan peran Wahyu dalam kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan. ________________ (2014). Mukjizat al-Qur’an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan. Soemardjan, Selo (2009). Perubahan Sosial di Yogyakarta. Depok: Komunitas Bambu. Subandiyah (1996). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suharsono, 2005. Melejitkan IQ, IE, dan IS. Jakarta: Inisiasi Press. Suhartono, Suparlan (2007). Filsafat Pendidikan (Cet. II). Jogjakarta: Ar-Ruz Media. Sulthon, Muhadjir. 1999. Buku Belajar Mengaji Al-Barqi. Surabaya: PenaSuci Syafe’I, Rahmat (2010). Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia. Syah, Muhibbin (2007). Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Tafsir, Ahmad (1995). Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tasmara, Toto (2000). Menuju Muslim Kaffah; Menggali Potensi Diri. Jakarta : Gema Insani Press ____________ (2001). Kecerdasan Ryhaniyah (Transcedental Intelligence); Membentuk Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional, dan Berakhlak. Jakarta: Gema Insani Press. Tilaar, H.A.R. (2012). Perubahan Sosial dan Pendidikan; Pengantar Pedagogik Tranformatif Untuk Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. 107
Uhbiyati, Nur (1997). Ilmu Pendidikan Islam II. Bandung: Pustaka Setia. Wagiran. 2005. Pemerolehan Bahasa dan Pengaruhnya terhadap Pengajaran Bahasa. Semarang: UNNES Press. Wahyudin, Dinn dkk (2009). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful. 1997. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Zahrah, Muhammad Abu (2010). Ushul Fiqih. Alih Bahasa: Saefullah Ma’shum dkk. Jakarta: Pustaka Firdaus. Zohar, Danah dan Marshall, Ian (2000). Connecting With Our Spiritual Intelligence. New York: Bloomsbury. Diakses via e-book dari laman https://www.amazon.co.uk/SQ-Connecting-Our-SpiritualIntelligence/dp/1582340447/277-4437721-3471635?ie=UTF8&redirect=true
Zohar, Danah dan Marshal, Marshal. 2007. Bandung: Mizan.
SQ: Kecerdasan Spiritual.
b. Journal dan Karya Ilmiah Astuti, Rini (2013). Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Quran Pada Anak Attention Deficit Disorder Melalui Metode Al-Barqy Berbasis Applied Behavior Analysis. JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 7 Edisi 2, November 2013, PAUD PPs UNJ. Amram, Yosi (2007). The Seven Dimensions of Spiritual Intelligence: An Ecumenical, Grounded Theory Paper Session on 8/19/07 Presented at the 115th Annual Conference of the American Psychological Association San Francisco, CA August 17-20, 2007. Palo Alto, CA:Institute of Transpersonal Psychology Amran, Ali (2015). Pengembangan Kecerdasan Spiritual Anak Usia Dini Berbasis Edutainment di TK Qurrota A’yun Pondok Pesanteen Anak Bantul Jokjakarta. Tesis. Jogjakarta: Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Isfahani, Ali Nasr dan Nobakht Hamideh (2013). Impact of Spiritual Intelligence on the Staff Happiness (Case Study: Golpayegan Petrochemical Company). International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences July 2013, Vol. 3, No. 7 ISSN: 2222-6990 Islamiyah (2015). Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Kabiupaten Magelang. Berdasarkan penemuan dalam penelitiannhya, Inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan di MI Kabupaten Magelang. Tesis, Salatiga: Pasca Sarjana IAIN Salatiga. Komari, Metode Pengajaran baca Tulis Al Qur’an. Makalah Disampaikan pada Pelatihan Nasional Guru dan Pengelola TK-TPA, Gedung LAN Makassar 24-26 Oktober 2008;LP3Q DPP Wahdah Islamiyah. Kurniawa, Arif (2013). Kecerdasan IESQ; Konsep dan Implementasinya bagi Optimalisasi Perkembangan Peserta Didik. Makalah. Cirebon: Pasca Sarjana IAIN Syekh Nurjati. Mariati,Manajemen Pembelajaran AlQur’an Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Cabang Iii Ingin Jaya Aceh Besar. Jurnal Pencerahan Volume 6, Nomor 2, (September) 2012 Halaman 64-74 ISSN: 1693 – 7775 108
Misbach, Ifa Hanifah (2008). Antara IQ, EQ, dan SQ. Makalah Pelatihan Nasional Guru se-Indonesia. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Moosafour, Sodeif. Feizi, Mohammad dan Alipour, Hosein (2013). Spiritual Intelligence Relationship with Organizational Citizenship Behavior of High School Teachers in Germi City. Journal of Business Management & Social Sciences Research (JBM&SSR) ISSN No: 2319-5614 Volume 2, No.10, October 2013 Nurzaman, Dede (2007). Inovasi Pendidikan Agama Islam dalam Merespon Diberlakukannya KTSP. “JURNAL, Pendidikan Dasar “ Volume : V Nomor : 7 April 2007 Oviyanti, Fitri. (2013) Inovasi Pembelajaran PAI dengan Pengembangan Model Contructivism pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jurnal TA’DIB, Vol. XVIII, No. 01, Edisi Juni 2013. Halama 107-134.
Risha, Sarah (2013). Education and Curricular Perspectives in the Quran. A Dissertation Presented in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree Doctor of Philosophy. Arizona State University. Shophya, Ida Vera dan Mujab, saiful (2014). Metode baca al Qur’an. Jurnal Elementary volume 2 No. 2 Edisi Juli-Desember 2014. Diakses dari www.journal.stainkudus.ac.id. Sutarman (2012). Reorientasi Pendidikan Islam: Dimensi Epistimologi. Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. IX, No. 2, Desember 2012 Ummah, Khairul (2003). SEPIA: Kecerdasan Milyuner, Warisan yang Mencerahkan bagi Keturunan Anda. Bandung: Ahaa Zulkifli, M. Y., Roziati, dan Jamilah, Raja, Learning Methods and Problems of Qur’an Reciters ( Malays and Africans). Centre of Quranic Research International Journal. c. Media Internet edukasi.kompas.com news.okezone.com republika.co.id
109
畿鰈
tdI世
FORM(FR)
No Dokumen
: F:丁 K― FR― AKD-066
Tg!.Terbl
: l Maret 2δ
No. Ha
Revisi: :
01
SURAT PERMOHONAN IZIN PENEL:T:AN
Nomor : Un.O UFI./M p AI.O2zNtIt2ot|
Larnp. : Hal : Permohonan Izin Observasi Yang terhormat,
Kepala Seholah Master Indonesia Depok
Di Tempat As s alamu' al aikum Wr. Wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa:
Nama NIM
: Ahmad Mubarok
Prodi
: Magister Pendidikan Agama Islam
:2114011000021
adalah benar mahasiswa pada Program Magister pendidikan Agama Islarn UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang an di lembaga yang Bapak/Ibu pimpin tesis yang berjudul Majelis Tadabbur Al-Qur'an: Inovasi Pendidikan Agama Islam Dalant peningkatan Kecerdasan siswa di sekolah Master Indonesia Depok. Mahasiswa tersebut memerlukan observasi dan penelitian pada lembagayangBapak/Ibu pimpin. oleh karena itu, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikan bantuannya.
Demikianlah, atas perhatian dan bantuan Bapal,/Ibu kami ucapkan terima kasih. Was s al amu' al ai lcunt Wr. Wb.
Magister PAI
Sapiudin Shidiq, M.Ag. 19670328200003 1001
Tembusan: Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
110
iσ
Bina lnsan Mandiri Foundation YAYASAN PENDIDIKAN SOSIAL DAKヽ VAH DAN PEMBERDAYAAN EKONOMIUMAT
SK MENKUMHAMNO:C-1555.HT.01.02.TH 2007
SURAT KETERATqAN Nomor: 0f 22ISMA/SMI-C/YABIMA/I/I
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
:
Jabatan
: Ketua
Menerangkan bahwa
:
Nurrohim
PKBM Bina Insan lvlandiri
:
Nama Ternpat Tgl Lahir
:Ahad Mubarok
NIM Jenjang
:21140110000021 :S2
Prodi
:Magister Pendidikan Agallna lsialn
Sen-rester
:5(Lim→
Universitas
:UIN SyarifHidayatullah Jakarta
Mahasiswa tersebut
7
'
:BOgor,14」 anuari 1980
di
atas telah melaksanakan penelitian
di SMA
Sekolah Master Indonesia
pada November 2016 - Juni 2017 guna mendapatkan data yang diperlukan, sebagai bahan dalam
"Program Majelis Tadabbur Al-Qur'an : Inovasi Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual siswa di Sekolah Master Indonesia
penyusunan tesis yang berjudul
Kota Depok". Demikian surat keterangan ini di buat dengan sebenamya untuk digunakan sebagai mana mestinya. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih . Wasalamu'alaikum Wr.Wb,
Depok, 20 Juni 20
I7
Ketua Bina I
Sθ
″′ θ ″rr2′ ′
JI Margonda Raya No 58 Tc「 m nal Dcpok
Tclp 021 92612047/021772‖ 501/02195728385 No Rckcning 06100‐ 27‐ 93 a n Yayasan Bina insan Mand H Bank Syariah Mandiri Cabang Dcpok
111
︱
ゴ
Lampiran 2 TRANSKRIP WAWANCARA DI SEKOLAH MASTER INDONESIA Informan I Nama Jabatan
: Nurrohim : Pendiri dan Dewan Pembina Yayasan Insan Mandiri
Indikator
:Profil Sekolah Master Indonesia Depok
1. Bagaimana sejarah pendirian sekolah master ini? Sekolah master berdiri bukan karena by design (direncanaka) namun karena by accident (kebetulan). Pada awalnya, Nurrohim merasa prihatin melihat anak-anak usia sekolah yang pada saat jam-jam belajar di sekolah, seharusnya mereka ada di sekolah namun mereka harus turun ke jalan membantu keluarga mencari rezeki. Nurrohim berfikir, seandainya ada tempat untuk bernaung dan berlindung, memberikan arahan, bimbingan, dan keterampilan yang memadai mungkin akan membuat kehidupan mereka lebih baik lagi. Mereka bisa mendapatkan pendidikan, punya ijazah, punya keterampilan sehingga mereka bisa bersaing dalam dunia kerja ataum mereka bisa berwirausaha. Atas dasar keprihatian tersebut, kemudian saya berinisiasi berdirinya sekolah alternatif untuk masyarakat marjinal. Mulanya, banayka anak-anak yang nongkrong di kios-kios milik saya lalu saya ajak ngobrol mereka. Intinya mereka ingin sekolah. Harus ada pendekatan khusus untuk mereka, sebab mereka tidak bisa sekolah formal.Kemudian saya lakukan pendekatan terlebih dahulu kepada mereka, pada dasarnya mereka adalah anak-anak yang baik karena salah asuh dan salah pola asuh. Mereka adalah anak-anak yang butuh perhatian. Langkah awal yang saya lakukan adalah mengumpulkan anak-anak tersebut di kios milik saya yang kemudian menjadi central berkumpul anak-anak marjinal tersebut. Dalam kumpulan tersebut diisi dengan pengajian dan makan bersama, diskusi, dan ketrampilan usaha. Seiring waktu, kios milik Nurrohim tidak menampung anak-anak yang semakin banyak jumlahnya. Lalu digunakanlah emperan masjid di terminal untuk tempat berkumpul mereka dengan izinnya ke pengurus masjid adalah pengajian. Sebelumnya, Saya terlebih dahulu masuk sebagai pengurus DKM Masjid. Saya membuat program pembinaan anak-anak jalanan, tukang asongan, pengamen, tukang semir sepatu, pemulung dan lain-lain. Komunitas yang menjadi jamaah pengajian di masjid terminal diantaranya Seniman Terminal (Senter), Persaudaraan Asongan Terminal (Pesat). Mereka punya keinginan untuk sekolah dan memiliki ijazah agar bisa kerja. Maka, jadilah emperan masjid terminal sebagai tempat belajar (sekolah) mereka. Pada tahun 2002, barulah terbentuk kelas-kelas di lingkugan masjid. Saat itu, jenjang yang berdiri adalah PAUD, SD, dan SMP. Istilah MASTER itu anak-anak yang mencetuskan namanya. Sehingga ketika mereka ditanya mereka dengan bangga 112
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
menjawab sekolah masjid terminal. Yayasan baru berdiri setelah pendidikan berjalan selama 6 tahun. Pada tahun 2004 meluluskan pertama untuk tingkat SMP. Apa visi dan misi dari sekolah master? Awalnya sekolah ini bervisi melayani yang tidak terlayani menjangkau yang tidak terjangkau. Saat ini SMI bevisi Membina dan Mengembangkan Warga Belajar Berakhlak Mulia, Cerdas, Kreatif, dan Mandiri. Ke depannya memasterkan masyarakat marjinal yang mandiri. Kemudian programnya adalah satu keluarga miskin satu sarjana. Bagaimana struktur organisasi sekolah master saat ini? Struktur teratas itu adalah pendiridan Pembina, kemudian bagan di bawahnya adalah dewan pengawas yayasan. Pengurus terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretris I, sekretaris II, dan bendahara I dan bendahara II. Selanjutnya adalah divisi-divisi. Divisi ini terdiri dari divisi pendidikan, divisi sosial, divisi kesehatan, divisi advokasi, dan divisi pemberdayaan ekonomi. Pemerintah hanya sebagai mitra, karena yayasan ini indeoenden. Apa status lahan yang digunakan untuk sekolah master ini dan berapa luasnya? Status lahan ini adalah milik perkumpulan dan sebagaian atas nama wakaf. Luas tanah adalah 6.000 m2. Fasilitas apa yang sudah dimiliki sekolah master? Sarana pra sarana ruang belajar, ruang ibadah, perpustakaan, laboratorium komputer, sarana workshop, kantor. Ruang kelas ada 20 ruang. Darimana tenaga pengajar sekolah master? Tenaga pengajar dari para alumni sebagai tenaga inti yang berbasis relawan. Kemudian tenaga/relawan pendamping dari para mahasiswa yang sedang meneliti. Lalu dari relawan tamu pada hari sabtu, minggu dan beberapa hari lain juga. Ada juga guru-guru sekolah negeri yang jam mengajarnya kurang untuk memenuhi syarat sertifikasi, di penuhi jam mengajarnya di sini. Seluruh relawan dari seluruh divisi berjumlah 200 orang. Dal relawan yang mengajar sejumlah 100 orang dengan relawan inti sebanyak 60 orang. Bagaimana pendanaan sekolah ini, apakah mendapatkan bantuan dari pemerintah? Dari personal, hasil usaha yang dikembangkan sekolah master, CSR perusahaan. Bantuan dari pemerinta berbetuk bantuan sosial walaupun sangat minim. Biaya Operasional sekolah (BOS) hanya diberikan ke sekolah induk, sekolah master tidak mendapatkannya. Bantuan Siswa Miskin (BSM) hanya sekitar 20% sisa yang mendapatkannya, itu bagi mereka yang lengkap pesyaratan administrasinya. Bagaimana profil siswa sekolah master dan berapa orang siswa yang telah lulus dari sekolah ini sejak pertama didirikan? Hampir 10000 orang siswa. Perthun untuk mewujudkan wajib belajar meluluskan 8001200 orang siswa. Ini untuk sekolah formal dan sekolah non formal di lura sekolah informal. Sekolah informal adalah pemberian bekal usaha dan keterampilan yang tidak mau sekolah. Dan lulusan sekolah master ada yang berorofesi dengan beragam. Ada yang menjadi anggota DPRD, Polisi, TNI, Manajer Perusahaan, Komisaris Peusahaan, pengusaha, seperti konveksi dan lain-lain.
113
Informan II Nama Jabatan
: Sugeng Riyanto, S.Pd : Kepala Divi Pendidikan Pembina Yayasan Insan Mandiri
Indikator
: Program Pembelajaran dan Kurikulum Sekolah Master Indonesia Depok
1. Secara umum, Program apa yang dilaksanakan di SMA Master Indonesia? Program pembinaan yang dulu bernama BBQ sekarang menjadi Mataqu, keterampilan hidup (life skill) yang disebut dengan istilah master lab skill, dan proses pembelajaran dengan mata palajaran yang hanya di UN-kan yang menjadi prioritas kami. Siswa waktu yang ada didi dengan nilai-nilai ke-Master-an, forum kita yaitu para fasilitator menjalin lebih dekat dan lebih mengenal warga belajar. Program ini secara umum dalam setiap jenjang dan jenis pendidikan yang ada di Sekolah Master Indonesia. Yang membedakan di SMA dengan yang lainnya adalah konsep pembinaan, pendekatan, dan mata pelajarannya. Ini dikarenakan karakter, kecenderungan, dan usia belajar yang berbeda dengan jenjang pendidikan di bawahnya. Master memiliki dua jalur pendidikan, pertama pendidikan formal dengan berbasis sekolah terbukanya untuk SMP dan SMA yang sduah mendapatkan izin resmi dari Dinas pendidikan Kota Depok yang menginduk ke SMPN 10 dan SMAN 4 Depok. Saat ini sedang proses perizinan pendirian MI. Kedua, non formal. Yaitu PKBM dengan Kejar Paket A, B, dan C. keberadaan dua jalur pendidikan ini dikarenakan karakteristik warga belajar yang beragam sehingga secara otomatis kita tidak ingin memekasakan mereka dalam satu pintu, mereka bisa memilih sesuai dengan situasi dan keadaannya, mereka yang bekerja, berjualan, narik angkutan, dan lain sebagainya. 2. Bagaimana penerapan kurikulum yang digunakan? Proses pertama lebih cenderung dengan pembinaan. Semua level di jam pertama adalah pembinaan. Mataqu menjadi kurikulum wajib diikuti oleh warga belajar. Dalam Pembinaan dalam program Mataqu diawali muroja’ah. Untuk SMA muroja’ah sampai juz 29 dan 28. 3. Dalam PAI, ada inovasi yang dinamakan Mataqu, bagaimana profil Mataqu? Pertama, mataqu itu adalah sebagai fasilitas memenuhi syarat pengambilan ijazah yang harus mampu membaca al-Qur’an. Makanya porsi waktu dalam Mataqu lebih banyak mempelajari membaca al-Qur’an denga baik dan benar. Waktu yang dialokasikan untuk Mataqu adalah 1,5 jam. 30 menit pertama digunakan untuk muroja’ah, 20-30 menit selanjutnya digunakan untuk tawshiyyah penguatan nilai-nilai keislaman, pembinaan dan mitivasi. Kemudian, 30 menit berikutnya pembagian kelompok berdasarkan kemmapuan anak: level 1 untuk kelompok Iqro 1-3, level 2 untuk kelompok Iqro 4-6, dan level 3 untuk tahsin dan tahfizh. 4. Metode apa yang digunakan dalam Mataqu? Metode yang digunakan dalam pembinaan membaca al-Qur’an adalah metode Iqro. Ini dikarenakan lebih familiar. Sehingga pengelompokkan level 1 dan level 2 menghunakan metode Iqro.
114
5. Media pembelajaran apa yang digunakan dalam Mataqu? Awalnya media Iqro dan al-Qur’an disiapkan olehg pihak sekolah master, namun setahun ke belakang meraka diharuskan memiliki sendiri. Ini untuk membuktikan komitmen dan kesungguhan belajar mereka, Indikator
; Kecerdasan spiritual
6. Apa makna kecerdasan spiritual menurut anda? Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang dalam hakikat kehidupan dan keyakinan dalam menjalankan kehidupannya berdasarkan keimanan. 7. Dari input siswa yang ada di sekolah ini, bagaimana latar belakang spiritual siswa? Pertama mereka yang ikut bergabung belajar di sekolah terminal ini dengan latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Khususnya mereka dari kalangan “marjinal” dengan latar belakang keluarga dengan pendidikan yang sangat kurang bahkan ada juga mereka yang orang tuanya entah berada dimana. Sehingga urusan spiritual dan kegamaan belum menjadi perhatian mereka. Kedua mereka yang bergabung di sekolah ini adalah mereka yang tidak terlayani di sekolah-sekolah lain yang sudah dianggap nakal, mungkin secara akhlak dan agama jauh dari bimbingan dan tuntunan. Sehingga sekolah ini menjadi “tempat pembuangan” terakhir atau benteng terakhir bagi mereka yang mau memiliki pendidikan dan masa depan dan untuk memiliki ijazah. Makanya untuk tingkat SMA lebih banyak warga belajar berada dalam kelompok level 2. 8. Bagaimana Program Mataqu dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa? apakah Program Mataqu berhasil dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa? Adakah bukti yang bisa disampaikan? Yang jelas segala sesuatunya kita ikhtiar, segala sesuatunya bukan kita yang menentukan, kita hanya berupaya menyampaikan. Bagi mereka yang intensif berinteraksi dengan program Mataqu, Alhamdulillah ada perubahan peningkatan. Karena monitoring peningkatan bacaan mereka termonitor setiap harinya. Dari sisi interaksi sosial dan kepedulian, semangt dan keinginan belajarnya tumbuh. Sehingga kami memberikan mereka peluang untuk melanjutkan belajar bimbingan intensif dengan rumah belajar mahasiswa UI. Semangat ini menumbuhkan keyakinan warga belajar untuk bisa melanjutkan belajar di bangku kuliah, khususnya ke perguruan tinggi negeri. Semua ini tumbuh dalam proses mataqu. Sehingga ada ghiroh untuk teris belajar. Kemudian ada komentar dari orang yang tua, sekolah master ini sekolah atau pesantren, koq lebih banyak pelajaran agamanya ketimbang umumnya. Memang porsi pembinaan Mataqu 60 % dan 40 % untuk pelajaran umum. Alhamdulillah yang tadinya tidak mengenl huruf al-Qur’an, sekarang mereka bukan hanya mengenal tapi mampu membaca dengan baik. Dari sisi akhlak, yang tadinya tidak menggunakan jilbab atau menggunakan jilbab seadanya sekarang mereka sudah bisa merapatkan jilbabnya lalu penampilan busananya lebih tertutup 9. Kendala apa saja yang dialami dalam menjalankan program Mataqu? Kendala yang pertama adalah SDM. Dalam hal ini adalah para relawan. Kesibukan relawan di luar SMI berakibat tidak maksimal materi yang disampaikan karena harus berganti tutor. Kedua, adalah warga belajar itu sendiri. Tanggungjawab keluarga, 115
kondisi keluarga, dan kondisi lingkungan yang berakibat intensitas interaksi mengikuti program sangat kurang dan tidak maksimal, di warga belajarnya itu sendiri. Informan III Nama Jabatan
: Sri Lestari, S.Sy : Koordinator SMA Terbuka dan Paket C Sekolah Master Indonesia
Indikator
: Program Pembelajaran dan Kurikulum Sekolah Master Indonesia Depok
1. Secara umum, Program apa yang dilaksanakan di SMA Master? Secara umum program pembelajarn di SMA Master: pertama jam belajar dimulai dari pukul 12.30 sampai dengan pukul 17.00 WIB. Pukul 12.30-14.00 program Mataqu. Dari semua mata pelajaran ditemukan benang merahnya untuk nilai-nilai pembinaan. Karena di sekolah ini lebih ditekankan pembinaan. Mata pejaran PAI juga ada pelajaran tersendiri sesuai kurikulum. 2. Dalam PAI, ada inovasi yang dinamakan Mataqu, bagaimana profil Mataqu di SMA? Mataqu diprogramkan dengan tujuan diantaranya mengkondisikan warga belajar sebelum mengikuti pembelajaran. Ini dikarenakan setiap warga belajar memiliki aktifitas dan permasalahan masing-masing. Mataqu untuk membuat mereka lebih tenang. Di jenjang SMA Terbuka, Program Mataqu dilaksanakan setiap hari senin sampai jum’at pukul 12.30-14.00 WIB. Pada hari senin, selasa, dan kamis diawali dengan muroja’ah juz 29 dan juz 30 dilanjutkan pembinaan oleh Tutor berupa penyampaian nasehat yang berkaitan dengan hadits, akidah, akhlak, sirrah nabawiyyah, dan motivasi kemudian belajar membaca al-Qur’an oleh Tutor sebaya, warga belajar yang sudah lancar dan baik bacaannya mengajarkan temannya. Pada hari rabu, setelah muroja’ah juz 29 dan juz 30 dilanjutkan pembinaan praktek sholat. Praktek sholat dilaksanakan di kelas masing-masing di bawah bimbingan tutor. Pada hari jum’at, membaca surat al-Kahfi dilanjutkan kultum (taushiyyah singkat) yang disampaikan oleh warga belajar secara bergantiam. 3. Apa tujuan dari program Mataqu? Tujuan Mataqu untuk mencapai visi dan misi sekolah Master. Minimal setelah lulus dari sekolah ini mereka mampu membaca al-Qur’an dan mampu sholat dengan baik dan benar. 4. Seperti apa kurikulum Mataqu? Kurikulum untuk Mataqu yang terpenting adalah mampu membaca al-Qur’an dan sholat. Dasar-dasar yang disampaikan dalam pembinaan disiapkan oleh sekolah. Dalam penyampaiannya fleksibel sesuai kebutuhan dan kondisi. 5. Metode apa yang digunakan dalam Mataqu? Metode baca al-Qur’an dengan menggunakan metoe iqro. 6. Media pembelajaran apa yang digunakan dalam Mataqu? Media al-Qur’an disediakan oleh warga belajar sendiri kecuali jika rusak atau tidak bawa maka pihak sekolah memberikan pinjaman.
116
Indikator
: Kecerdasan spiritual
7. Apa makna kecerdasan spiritual menurut anda? kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang karena terbiasa mengamalkan ajaran agama dan berpengaruh terhadap kecerdasan lain. Ini terbukti, bahwa mereka yang berprestasi adalah mereka yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik. 8. Dari input siswa yang ada di sekolah ini, bagaimana latar belakang spiritual siswa? Ada warga belajar yang sebelum masuk ke sekolah ini belum bmampu membaca alQur’an, sholatnya masih bolong-bolong, banyak yang lupa bacaan sholat dan lain-lain. Dari segi penampilan dan perilaku, banyak anak-anak baru yang penampilannya masih gaul dan Ber-make up. Dalam razia sering ditemukan alat-alat kosmetik. 9. Menurut anda, apakah Program Mataqu berhasil dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa? Adakah bukti yang bisa disampaikan? Iya bisa jadi indikasinya, disiplinnya terlatih, dengan adanya program tahfizh daya ingatnya menjadi terasah, rasa kebersamaan bersama teman-temannya, penghormatan terhadap guru, penguatan aqidah dan akhlak yan.g sudah terlihat 10. Kendala apa saja yang dialami dalam menjalankan program Mataqu? Kendalanya diantaranya ada beberapa anak yang belum bisa intens mengikuti program Mataqu dengan beragam alasan, diantaranya membantu orang tua, macet dan alasanalasan lainnya. Kemudian banyak warga belajar yang kurang dorongan dari orang tua, ada anak sekolah di sini orang tua tidak tahu dan tidak peduli. Kendala secara internal masih kurang SDM karena disini kerja sosial. Informan IV Nama Jabatan
: Nurma Yunita, S. Sy : Tutor Mataqu.
Indikator
: Program Pembelajaran dan Kurikulum
1. Apa yang anda ketahui tentang Program Mataqu? Program Mataqu sebenarnya sudah dilaksanakan sejak lama di sekolah ini. Dahulu namanya one day one ayat di kelas masing-masing, setiap anak diwajibkan menghafal stu ayat dan tutor menjelaskan. Setelah dua tahun ke belakang baru ada Program yang disebut Mataqu yang dilaksanakan setiap hari mulai pukul 12.30-14.00 WIB. Warga belajar SMA yang intensif mengikuti program Mataqu kurang lebih 70%. 2. Bagaimana kurikulum Mataqu yang anda gunakan? Awaknya kita punya kurikulum dan ada modulnya buku mentoring khusus untuk SMA. Karena materi yang disampaikan dalam modul telah habis maka kita juga mengambil materi dari hadits al-arba’in al-nawawiyyah, riyadhus sholihin, dan tafsir-tafsir. 3. Metode apa yang anda gunakan dalam pembelajaran Mataqu? Pembinaan al-Qur’an menggunakan Iqro dan metode penyampaian materi dengan cara interaktif dan diselipi dengan candan gar tidak monoton. 117
4. Media pembelajaran yang anda gunakan dalam pembelajaran Mataqu? Media audiovisual.internet, audio visual sehingga mereka melihat sendiri setelah itututor menjelaskan. Bahkan belajar tajwid dan tahsin juga menggunakan 5. Apakah fasilitas sekolah menunjang untuk pembelajaran Mataqu? Bagaimana anda memanfaatkan fasilitas yang ada dalam pembelajaran Mataqu? Fasilitas yang ada belum terlalu menunjang. Seperti buku Iqro yang masih kurang. Walalupun kami sudah disediakan namun beberapa hari kemudian hilang entah kemana. Fasilitas media belajar di sediakan sekolah, namun penggunaannya tidak sering digunakan. Karena walaupun disediakan terkadang yang memegang fasilitas ini yang tidak ada di tempat sehingga tidak optimal penggunaannya. 6. Bagaimana aktifitas dan respon siswa dalam mengikuti pembelajaran Mataqu? Respon macam-macam kita tidak bisa menuntuk untuk megikuti dan focus semuanya. Kembali ke kita sendiri untuk interaktif dengan mereka. Antusias mereka luar biasa bagus. Indikator
: Kecerdasan spiritual
7. Apa makna kecerdasan spiritual menurut anda? kecerdasan spiritual adalah ungkapan kemampuan diri sesuai dengan perintah Allah SWT yang dilakukan sepenuh hati sehingga bisa menempatkan diri sesuai ajaran agama. 8. Menurut anda, apakah Program Mataqu berhasil dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa? Adakah bukti yang bisa disampaikan? Peningkatan kecerdasan spiritual dari Program Mataqu terlihat daru perilaku mereka sehari-hari. Mereka lebih kritis dalam hal-hal yang baik dalam artian ketika melihat sesuatu yang tidak baik mereka sangat kritis. Secara ikhtiyari Mataqu menjadikan mereka lebih baik dari sisi spiritual. Dari sisi akademik, siswa yang tadunya cuek atau tidak peduli terhadap pelajaran, setelah ikut Mataqu mereka lebih aktif mengikuti pelajaran dan kegiatan organisasi. 9. Bagaimana cara anda meningkatkan kecerdasan spiritual siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas? Melaksanakan program yang sudah ada dan terus memotivasi mereka untuk terus belajar, karena belajar bukan untuk saat ini saja. 10. Kendala apa saja yang dialami dalam menjalankan program Mataqu? Kendala yang saya alami adalah ketemu anak yg belum bisa baca al-Qur’an tapi mereka tidak peduli. Maka cara kami adalah terus bertanya dan memberikan perhatian lebih kepada mereka dengan penuh kesabaran. Cara ini ada yang berhasil ada yang tidak, dari 10 anak sekitar 3 sampai 4 orang yang berhasil di ajarkan. Terkadang ada juga siswa yg kurang peduli tadi karena malu, lalu saya motivasi untuk belajar kepada temannya. Informan V Nama Jabatan
: Kanita Rizkinaya : Siswa Mandiri 3 Putri. 118
Indikator
: Program Pembelajaran dan Kurikulum
1. Apakah anda tahu Program Mataqu? Mataqu itu Majelis Tadabbur al-qur’an. Program Mataqu itu muroja’ah al-Qur’an dan sekarang saya alhamdualillah sudah sampai juz 29 setelah itu tilawah perkelompok saling menyimak. Sat ini saya baru hafal juz 30 dan selama di Mataqu tilawah alQur’an sudah 2 kali khatam. 2. Bagaimana pendapat anda Program Mataqu yang diterapkan di sekolah master? Bagus, Mataqu membentuk karakter anak. Saya merasa lebih dekat dengan mushaf alQur’an. 3. Bagaiman pengalaman anda mengikuti Program Mataqu? Saya merasa asyik saja mengikutinya. Guru yang menyampaikan membuat saya nyaman. Walalupun ada guru yang ngeselin tapi saya sadar bahwa guru mempunyai tujuan yang baik dari yang dilakukannya. 4. Metode seperti apa yang anda ikuti dalam Program Mataqu ini? Metode yang saya lakukan untuk memperlancar tahsin saya minta kakak kelas untuk mengajarkan secara privat setiap hari minggu. 5. Apakah tutor menggunakan media ketika menyampaikan pelajaran Mataqu? Adad beberapa tutor yang mengunakan media dalam menyampaikan. Lebih enak sambil melihat dengan audio visual sambil dijelaskan. Walalupun tidak semua tutor mrnggunakan media. 6. Adakah kendala ketika anda mengikuti pembelakjaran Mataqu? Mnurut saya keterbatasan tutor dan siswa banyak sehingga tidak semua siswa terajari. Siswa yang mengikuti Mataqu kurang lebih 60%. Indikator
: Kecerdasan spiritual
7. Apa yang anda ketahui tentang kecerdasan spiritual? Kecerdasan dalam hal ibadah dalam artian yang mempunyai tingkat kesalehan yang lebih. 8. Apakah Program Mataqu memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pengamalan agama anda? Iya cukup memenuhi. Dahulu akau tidak tahu hukum dan tujuan berhijab, sekaramg menjadi tahu hokum berhijab. Dahulu sekedar hanya tau menutup aurat dan ikutikutan. Sekarang saya memahami adab atau akahlak sebagai siswa. Pengalaman yang saya dapatkan disini adalah bagaimana cara menghafal al-Qur’an. 9. Apakah anda merasa lebih baik dalam menjalankan aturan agama setelah mengikuti program Mataqu dibandingkan sebelumnya? Saya merasa lebih baik dari sebelumnya. Sebelumnya untuk sholat saja belum sampai melaksanakan 5 waktu. Saat ini bukan hanya sholat 5 waktu tapi sholat-sholat sunnah saya lakukan. Bahkan sholat di awal waktu dan berjamaah. Saya merasa lebih tenang dan lebih nayaman.
119
Informan VI Nama Jabatan
: Muhammad Rizky Ashari : Siswa Mandiri 2 Putra.
Indikator
: Program Pembelajaran dan Kurikulum
1. Apakah anda tahu Program Mataqu? Mataqu adalah Majelis tadabbur al-Qur’an. Mataqu ini ngaji bersama sebelum belajar di kelas. Setiap hari jum’at belajar kultum bergiliran. Setelah ngaji ada yang meberikan materi hadits. 2. Bagaimana pendapat anda Program Mataqu yang diterapkan di sekolah master? Bagus dan membantu kami-kami yang belum bisa baca al-qur’an karena di lura belum tentu seperti ini. 3. Bagaiman pengalaman anda mengikuti Program Mataqu? Sedikit membantu mengingat hafalan al-Qur’an. Pemahaman agama juga sangat terbantu. Bisa mengoreksi kesalahan sendiri. Jika dulu sholat masih tertinggal sekarang tertinggal awal waktu. 4. Apakah fasilitator menggunakan media ketika menyampaikan pelajaran Mataqu? Terkadang tutor menggunakan media, baik itu computer, handphone, dan audio visual walaupun jarang. 5. Adakah kendala ketika anda mengikuti pembelakjaran Mataqu? Saya merasa saat ini susah menghafal karaena banyak pikiran dan butuh metode yang mudah untuk menghafal. Indikator
: Kecerdasan spiritual
6. Apa yang anda ketahui tentang kecerdasan spiritual? Kecerdasan spiritual itu semangat belajar 7. Apakah Program Mataqu memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pengamalan agama anda? Iya dalam hal menghafal, kultum dan hadits. 8. Apakah anda merasa lebih baik dalam menjalankan aturan agama setelah mengikuti program Mataqu dibandingkan sebelumnya? Ya merasa lebih baik. Menjadi lebih tahu tentang perintah dan larangan dalam agama yang diketahui dari berbagai hadits. 9. Apa yang anda harapkan dari program Mataqu? Ingin menjadi lebih baik. Aturan bisa lebih baik. Informan VII Nama Jabatan
: Khairul Fattah : Siswa Mandiri 2 Putra.
Indikator
: Program Pembelajaran dan Kurikulum 120
1. Apakah anda tahu Program Mataqu? Mataqu di Master itu kita muroja’ah al-qur’an setelah itu disambung dengan materi hadits dan lain-lain, pada hari jum’at ada kultum. Setiap hari Rabu praktek Sholat. 2. Bagaimana pendapat anda Program Mataqu yang diterapkan di sekolah master? Bagus karena kita bisa muroja’ah hafalan dan yang belum hafal bisa membaca setiap hari. 3. Bagaimana pengalaman anda mengikuti Program Mataqu? Pengalaman saya lebih banyak mengikuti bacaan al-qur’an, jika selasai saya lanjutkan untuk membaca satu surat lagi. 4. Apakah fasilitator menggunakan media ketika menyampaikan pelajaran Mataqu? Kita lebih condong mendengar artinya jarang pake media. Nah praktek ibadah baru menggunakan audio visual. 5. Adakah kendala ketika anda mengikuti pembelakjaran Mataqu? Alhamdulillah tidak ada kendala, aman-aman saja. Indikator
: Kecerdasan spiritual
6. Apa yang anda ketahui tentang kecerdasan spiritual? Kecerdasan spiritual itu sesuatu yang tidak kelihatan tetapi ada seperti rasa yang tidak kelihatan tapi ada. 7. Apakah Program Mataqu memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pengamalan agama anda? Belum banyak memenuhi karena Mataqu lebih dominan pembinaan baca al-Qur’an. 8. Apakah anda merasa lebih baik dalam menjalankan aturan agama setelah mengikuti program Mataqu dibandingkan sebelumnya? Saya merasa lebih baik dan terbiasa membaca al-Qur’an. Jika ada waktu luang lebih sering membaca al-qur’an dibanding menggunakan HP. Dari sisi ibadah juga lebih baik. Sebelum ikut Mataqu lebih sering menunda dan di akhir waktu, sekarang lebih mengejar takbir bersama imam. Sholat sunnah lebih sering dilaksnakan. 9. Apa yang anda harapkan dari program Mataqu? Saya berharap setelah muroja’ah ada tutor yang menjelaskan tujuan kita membaca apa yang telah kita baca. Informan VIII Nama Jabatan
: Muhammad Darmansyah : Siswa Mandiri 1 Putra.
Indikator
: Program Pembelajaran dan Kurikulum
1. Apakah anda tahu Program Mataqu? Mataqu program membaca dan menghafal al-Qur’an kemudian hafalan bacaan sholat dan banyak lagi. 2. Bagaimana pendapat anda Program Mataqu yang diterapkan di sekolah master? Sangat bagus, bisa menambah bacaan dan hafalan al-Qur’an, juga bisa hafal bacaan sholat. 121
3. Bagaiman pengalaman anda mengikuti Program Mataqu? Menjadi tau segala bentuk ayat-ayat al-Qur’an dan maknanya yang awalnya belum diketahui. 4. Metode seperti apa yang anda ikuti dalam Program Mataqu ini? Metode yang digunakan Iqro dan langsung al-Qur’an. 5. Apakah Tutor menggunakan media ketika menyampaikan pelajaran Mataqu? Jarang menggunakan media lbih banyak ceramah langsung. 6. Adakah kendala ketika anda mengikuti pembelakjaran Mataqu? Alhamdulillah tidak ada kendala. Indikator
: Kecerdasan spiritual
7. Apa yang anda ketahui tentang kecerdasan spiritual? Kecerdasan spiritual kecerdasan yang ada dalam hati seperti pengetahuan tentang apaapa yang kita ingin ketahui. 8. Apakah Program Mataqu memenuhi kebutuhan pengetahuan dan pengamalan agama anda? Ya memenuhi. Saya menjadi tahu aturan-aturan dalam agama. 9. Apakah anda merasa lebih baik dalam menjalankan aturan agama setelah mengikuti program Mataqu dibandingkan sebelumnya? Ya merasa menjadi lebih baik. Jika dahulu sering main di warnet, sholat lebih sering ditinggalkan. Sat ini sudah tidak sering ke warnet malah lebih sering baca al-Qur’an, sholat pun tidak ditinggalkan. Dan ini semua atas dasar kesadaran sediri. 10. Apa yang anda harapkan dari program Mataqu? Mataqu bisa lebih baik, sekarang masih ada yang berisik dan bercanda. Tegakkan peraturan agar siswa bisa lebih baik mengikutim program ini.
122
Lampiran 3 DOKUMENTASI KEGIATAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
Wawancara Dengan Pendiri dan Dewan Pembina YABIM, Nurrohim
Bersama Pendiri dan Dewan Pembina YABIM juga Pendiri Sekolah Master indonesia
Wawancara dengan Ka. Divisi Pendidikan YABIM, Sugeng Riyanto
Wawancara dengan Koordinator SMA Master, Sri Lestari
Wawancara dengan Tutor Mataqu, Nurma Yunita
Wawancara dengan Warga Belajar Kelas Mandiri 3, Kanita Rizkinaya
123
Wawancara dengan Warga Belajar Kelas Mandiri 2, M. Rizky Ashari
Wawancara dengan Warga Belajar Kelas Mandiri 2, Khairul Fattah
Operator Pusat Informasi dan pelayanan Master (Pilter), Agus Niyanto
Suasana Kegiatan Pembelajaran Mataqu
Suasana Kegiatan Pembelajaran Mataqu
Suasana Kegiatan Pembelajaran Mataqu
124
Pembelajaran Methode Peer Learning (Tutor Sebaya)
Pembelajaran Methode Peer Learning (Tutor Sebaya)
Pembelajaran Methode Peer Learning (Tutor Sebaya)
Tawshiyyah setelah Belajar Baca al-Qur’an
Kultum
Kultum
125
Prestasi SMA Master Indonesia
Lingkungan Sekolah Master Indonesia
Lingkungan Sekolah Master Indonesia
Ruang Belajar Sekolah Master Indonesia
Ruang Belajar Sekolah Master Indonesia
Musholla Master Pusat Pembelajaran Mataqu
126
Lampiran 4
DAFTAR NAMA TUTOR SMA TERBUKA & PAKET C SETARA SMA SEKOLAH MASTER INDONESIA - DEPOK Jl. Margonda Raya No. 58 Terminal Depok NO
1
NAMA LENGKAP
ACIH SURYANIH
L/ P
TTL
PENDIDIKAN
TANGGUNG JAWAB
TMT
P
Bogor, 18 Novemb er 1979
S2
Fasilitator Mandiri 1 Tutor Sosiologi & Bahasa Indonesia
2016
L
Wonosob o, 30 April 1990
S1. SOSIOLOGI PEMBANGUN AN UNJ
Fasilitator Paket C Malam, Pilter & Tutor Geografi
2013
L
Jakarta, 23 Januari 1992
S1 PENDIDIKAN SOSIOLOGI UNJ
Tutor Sosiologi
2014
S1 PEND. STAI AL-QUDWAH
Tutor B.Inggris
2004
SMA
Tutor B.Indonesia
2014
Pilter
2016
2
AGUS NIYANTO
3
AKRAM DIPONEGO RO
4
ANGGA ROMAN WIDYA
L
5
BAMBANG WAHYUDI N
L
6 7
BUDI SEPTIAN EKWANTO TP
Jember, 15 Agustus 1974 Malang, 24 Februari 1965
L L
8
ENDANG SURYANA
L
9
IFAN AZWAR
L
2016 Depok, 14 Oktober 1994 Jakarta, 18 Januari 1984
S1. STAI ALQUDWAH
Tutor PAI & Mataqu
2014
S1 UNIV. IPB
Tutor Matematika
2014
127
10
MARDIANA ANUGRAH
11
MAULANA RAHMAN SENJAYA
P
Bogor, 07 Maret 1995
D3- LP3I
Tutor Komputer
2015
L
Depok, 07 Oktober 1989
S1 PEND. BK UNINDRA PGRI
Tutor B.Indonesia
2016
L
Kuninga n, 7 MEI 1990
S1 PEND. EKONOMI UNIV. INDRAPRAST A
Tutor Ekonomi
2009
P
Jakarta, 31 Desembe r 1980
S1 PEND. UNIV. PEND. INDONESIA
Tutor B. Inggris
2014
S1 STAI ALQUDWAH
Fasilitator Mandiri 1, Tutor PAI & Mataqu
2011
12
NANA SUTARNA
13
NILA RIPTIYANA
14
NURMA YUNITA
P
Sape, 10 Novemb er 1985
15
PUJA DWI ADITIA
L
Jakarta, 31 Juli 1988
S1 Pend. MATEMATIK A UNINDRA
Tutor MTK
2016
16
PRAYUDHO
L
Kudus. 20 April 1991
D3- LP3I
Tutor Ekonomi
2016
17
RAHMAWA TI DWI WULANDA RI
P
Jakarta, 03 Juni 1992
S1 UNIV. INDRAPRAST A
Tutor Ekonomi
2015
18
ROMLAH
P
19
SITI ARWAH NASUTION
20
SITI NUR NENENG
P
Gunung Tua, 5 Novemb er 1962
S1 PENDIDIKAN SHALAHUDDI N ALAYYUBI
P
Jakarta, 24 Juni 1969
D3PENDIDIKAN UIN
Tutor Sosiologi Sekjend Fasilitator Mandiri 3 Tutor Geografi & Bahasa Indonesia Tutor Mataqu
2016
2011
2007
128
Jakarta, 4 Oktober 1974
S1 STAI ALQUDWAH
Koordinator SMA Fasilitator Mandiri 2, Tutor Ekonomi & PAI
2012
S1 .PEND.TEHNI K UNJ
Tutor Kewirausahaa n
2015
21
SRI LESTARI
22
SUGENG RIYANTO
L
23
SYAMSUL MA'ARIF
L
24
TIA MARIA NATANAG ARA
P
New York, 21 Mei 1965
S1 TEHNIK UNIVERSITAS INDONESIA
Tutor B.Inggris
2016
L
Brebes, 10 Agustus 1991
S1 PEND. FISIKA UNINDRA PGRI
Fasilitator Mandiri 2 & Tutor Matematika
2013
P
Jakarta, 25 Juli 1995
SI BK UNINDRA PGRI
Tutor Geografi & Bahasa Indonesia
2016
25
WAHIDIN
26
YULI LESTARI
P
Jakarta, 03 Januari 1980 Pemalan g, 18 Mei 1982
S1 UIJ PEND. B.ARAB
2003
129
Lampiran 5 DAFTAR SISWA/ WARGA BELAJAR SMA TERBUKA SEKOLAH MASTER INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KELAS MANDIRI 1 PUTRA/ X (SEPULUH) PUTRA KELAHIRAN NO
NAMA
L/P TEMPAT
AGAMA
TANGGAL MASUK
TANGGAL
01
ADE YOGA
L
CIANJUR
070701
ISLAM
010816
02
AJI HIDAYAT
L
DEPOK
230100
ISLAM
290716
03
ARI DWI JULIAYADI
L
JAKARTA
110399
ISLAM
010816
04
ARJUN NASRULL0H
L
DEPOK
051199
ISLAM
260716
05
BAGASTARI DEWA RISKY
L
SALATIGA
110516
ISLAM
250716
06
BIMA MANDALA SYAHPUTRA
L
BOGOR
160400
ISLAM
260716
07
DENI RIO FERDIANSYAH
L
DEPOK
090701
ISLAM
260716
08
FERRYL ADITYA
L
DEPOK
140901
ISLAM
010816
09
LODY SAYAH ANTANMI
L
DEPOK
'060699
ISLAM
260716
10
MUHAMAD FEBRIYANSYAH
L
JAKARTA
280200
ISLAM
250716
11
MUHAMMAD ALFIAN
L
BOGOR
300501
ISLAM
260716
12
MUHAMMAD ANNAS
L
PANDEGLANG
181102
ISLAM
020816
13
MUHAMMAD DARMANSYAH
L
JAKARTA
031097
ISLAM
250716
14
RENALDY
L
BOGOR
260698
ISLAM
030816
15
RIZKI FEBRIAN
L
DEPOK
091102
ISLAM
020816
16
ROFIUDDIN FARHAN
L
CIREBON
161199
ISLAM
260716
17
TEGUH RAMDAN KUSUMA
L
BOGOR
251200
ISLAM
250716
130
DAFTAR SISWA/ WARGA BELAJAR SMA TERBUKA SEKOLAH MASTER INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KELAS MANDIRI 1 PUTRI/ X (SEPULUH) PUTRA KELAHIRAN NO
NAMA
L/P TEMPAT
TANGGAL
AGAMA
TANGGAL MASUK
01
ADINDA BERLIANI
P
JAKARTA
100500
ISLAM
190816
02
AFELIA SEPTIANA
P
DEPOK
020900
ISLAM
260716
03
AGATHA PEBRIAN PUTRI
P
DEPOK
250201
ISLAM
190816
04
ARI AYU DIAWATI
P
DEPOK
120102
ISLAM
260716
05
BELLA TAMARA AZZAHRA
P
DEPOK
090201
ISLAM
290716
06
MARSELA ASTUTI JEHARI
JAKARTA
160801
KRISTEN KATHOLIK
260716
07
MUSLIHATUN
P
WONOSOBO
140300
ISLAM
250816
08
NURUL AULIA SALSABILA
P
TANGERANG
180301
ISLAM
50916
09
PIRA
P
CIANJUR
070201
ISLAM
010816
10
RISMA ALFIAH
P
JAKARTA
040698
ISLAM
090816
11
SAFIRA YUNITA
P
DEPOK
170601
ISLAM
250716
12
SEPTIANA SOFYAN
P
BOGOR
260801
ISLAM
260716
13
SHEPIA FERIHATIN NINGSIH
P
BOGOR
260701
ISLAM
260716
14
SITI NUR SUKMA HAVY PUTRI
P
SERANG
291100
ISLAM
250716
15
WINDI KOMALA PUTRI
P
DEPOK
130900
ISLAM
260716
16
YUYUN EKA INDRIYANI
P
BREBES
020700
ISLAM
250716
P
131
DAFTAR SISWA/ WARGA BELAJAR SMA TERBUKA SEKOLAH MASTER INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KELAS MANDIRI 2 PUTRA/ XI (SEBELAS) PUTRA KELAHIRAN NO
NAMA
L/P TEMPAT
TANGGAL
AGAMA
TANGGAL MASUK
01
ACHMAD DANDY SAPUTRA
L
DEPOK
270199
ISLAM
220615
02
AGIH ANGGARA
L
DEPOK
030495
ISLAM
070915
03
AHMAD HUDIA
L
JAKARTA
171095
ISLAM
070316
04
AHMAD SURURI
L
DEPOK
010700
ISLAM
230615
05
ANDI LESMANNA
L
06
APRIANTO
L
DEPOK
110400
ISLAM
120816
07
ARMAN MAYANA DIKARTA
L
DEPOK
010796
ISLAM
220615
08
BAGAS AL FARIDIZI
L
BOGOR
041198
ISLAM
270715
09
BONNY SETIAWAN
L
MAGELANG
050815
ISLAM
050815
10
CHAIRUL FATAH
L
WONOSOBO
220900
ISLAM
270715
11
DOA ROBBY LIAPUTRA
L
DEPOK
140798
ISLAM
250615
12
JAYSY FARHAN ABROR
L
JAKARTA
220600
ISLAM
280515
13
LUKMAN NUR HANIF
L
BREBES
150499
ISLAM
260615
14
M ABDUL RIDWAN
L
JAKARTA
280998
ISLAM
070316
15
M RIZKI ASHARI
L
BOGOR
250799
ISLAM
230615
16
MAULANA IBRAHIM
L
JAKARTA
050999
ISLAM
230615
17
MIKAIL AL FARUQ
L
TANGERANG
070200
ISLAM
030815
18
L
JAKARTA
030499
ISLAM
280715
19
MUHAMMAD ANDREAN SITOHANG MUHAMMAD APRIZAL
L
DEPOK
020497
ISLAM
220615
20
MUHAMMAD FAJAR
L
BOGOR
040299
ISLAM
230615
21
MUHAMMAD IDHAM
L
JAKARTA
160300
ISLAM
280715
22
PRABU ACHMAD VALENTIO
L
DEPOK
140200
ISLAM
220615
23
REKTA GIZARELLI
L
PEKALONGAN
301000
ISLAM
230615
24
SEPTIAN
L
PANDEGLANG
270999
ISLAM
030815
25
SUBUR
L
BOGOR
040599
ISLAM
270715
26
SYIFA RUDI
L
DEPOK
270897
ISLAM
091115
27
YOGI PRAKOSO
L
DEPOK
021199
ISLAM
010816
28
YUDHITIRA ADITYA PRAMUDITA ARDY
L
JAKARTA
060300
ISLAM
030715
132
DAFTAR SISWA/ WARGA BELAJAR SMA TERBUKA SEKOLAH MASTER INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KELAS MANDIRI 2 PUTRI/ XI (SEBELAS) PUTRI NO
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
NAMA AFIFAH AFIFAH INDAH DAROJATUN AMALIA SARI ANITA FARIDA ANNISAA NABILAH NUGROHO AYU KITI CAHYANING JAGAD AGEUNG CAHYANING JAGAD ALIT CICI ARLITA DESIH SAFILA DESTI ASWITA NURAVIN DEVA HADI PRASETYO DEVI HADI PRASETYO DEVI MUTIA KANZA ELFIRA ROSEMALINDA ERIKA FATIA RIZKI SITOHANG FINA LESTARI HANDAYANI FRISKA HARTILA BR TAMBA ISTI QOMAH LUSI FELISIA MASAYU USTADZAH KHODIJAH QADRIANI NATALIA NOVITA IIK SAPUTRI NUR ARIFAH SHAFIRA NURHALIZA ARIYANI RIZQIYATUN MUFARIHAH RODHIYAH M J SRIDAYANTI SUCI NURIYAH TITIK NURHALIZA TSAMAROH TSAMAWAT SABILAH YUNITA SURYA HASANAH
L/P
P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
KELAHIRAN
AGAMA
TANGGAL MASUK
190499
ISLAM
280715
241099
ISLAM
290615
TEMPAT
TANGGAL
BOGOR BOGOR PEKALONGAN
071199
ISLAM
160316
BOGOR
280298
ISLAM
220615
JAKARTA
060800
ISLAM
250716
MADURA
200899
ISLAM
280715
BOGOR
231296
ISLAM
060916
CIREBON
161200
ISLAM
270715
JAKARTA
121297
ISLAM
220615
JAKARTA
020700
ISLAM
280716
JAKARTA
020700
ISLAM
280715
JAKARTA
280997
ISLAM
300715 270715
DEPOK
120400
ISLAM
WOINOGIRI
140799
ISLAM
280715
JAKARTA
290600
ISLAM
270715
PURBALINGGA
061298
ISLAM
260615
TEBING TINGGI
110900
ISLAM
220615
WONOSOBO
260900
ISLAM
191015
JAKARTA
260100
ISLAM
230615
JAKARTA
260300
ISLAM
280715
PEMALANG
151100
ISLAM
230615
DEPOK
190300
ISLAM
230615
DEPOK
100700
ISLAM
280715
BREBES
080799
ISLAM
270715
JAKARTA
080799
ISLAM
110815
SUBANG
030600
ISLAM
180815
DEPOK
030101
ISLAM
270715
DEPOK
021199
ISLAM
270715
JAKARTA
170500
ISLAM
220615
DEPOK
300699
ISLAM
280715
133
DAFTAR SISWA/ WARGA BELAJAR SMA TERBUKA SEKOLAH MASTER INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KELAS MANDIRI 3 PUTRA/ XII (DUA BELAS) PUTRA KELAHIRAN NO
NAMA
L/P TEMPAT
TANGGAL
AGAMA
TANGGAL MASUK 110814
01
ABDUL GHOFUR AINUN NAJIB
L
KUDUS
271098
ISLAM
02
ABDUL LATIF
L
TEGAL
100697
ISLAM
03
AGUS TAKKIN
L
BOGOR
040896
ISLAM
300614
04
ALWI DASUKI
L
BEKASI
290599
ISLAM
150814
05
DIKI RAMADHAN
L
JAKARTA
040198
ISLAM
300614
06
EDY JUNAEDI
L
07
FAHMI IBNUSINA
L
DEPOK
180898
ISLAM
300614
08
GHOZI AZASAN AL ARSYI MADANI
L
JAKARTA
10699
ISLAM
090914
09
HADI WIJAYA
L
BOGOR
070197
ISLAM
040714
10
MAULANA ABDURRAHMAN A. A. L
L
11
MUHAMAD IQBAL
L
JAKARTA
280797
ISLAM
300614
12
MUHAMMAD ABDUL RAHMAN
L
020298
ISLAM
130914
13
MUHAMMAD FERDIAN SYAH
L
JAKARTA
121298
ISLAM
070316
14
MUHAMMAD IKHSAN
L
JAKARTA
270397
ISLAM
070316
15
MUHAMMAD SOFYAN
L
JAKARTA
260398
ISLAM
130614
16
RAHMATD PALA LS
L
KAOHUA
021196
ISLAM
220816
17
RENALDI SAPUTRA
L
JAKARTA
270997
ISLAM
070316
18
RIDWAN
L
BOGOR
111096
ISLAM
010914
19
RIYANULLOH
L
JAKARTA
270197
ISLAM
270716
20
RIZAL MUHAMMAD
L
WAARA
140100
ISLAM
200215
21
ROMI SODIKIN
L
TEGAL
100297
ISLAM
090814
22
RUHIDIN
L
MANDI ANGIN
231098
ISLAM
090714
23
RUSLI
L
TEGAL
220198
ISLAM
220814
24
TAUFIQ ILMAN MULYA
L
TIKU
180698
ISLAM
290914
134
DAFTAR SISWA/ WARGA BELAJAR SMA TERBUKA SEKOLAH MASTER INDONESIA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KELAS MANDIRI 3 PUTRI/ XII (DUA BELAS) PUTRI KELAHIRAN NO
NAMA
L/P
AGAMA
TANGGAL MASUK
TEMPAT
TANGGAL
DEPOK
020399
ISLAM
250716
01
AISYAH NABILLAH
P
02
AISYAH ROID SAPUTRI
P
03
ANISA NUR RAHMAH
P
JAKARTA
111099
ISLAM
090714
04
DEWI RORO ANOM
P
JAKARTA
140300
ISLAM
100714
05
FITRI RAMADHANTI
P
06
KANITA RIZKINAYA
P
CIAMIS
280299
ISLAM
300614
07
NADIYAH
P
DEPOK
150299
ISLAM
020714
08
NENI NURAENI
P
TASIKMALAYA
210699
ISLAM
120714
09
NOURMA NURDJANAH
P
JAKARTA
[B,XZ
ISLAM
BARU
10
RISMA MONICA
P
051199
ISLAM
090315
11
RITA NUR RAHAYU ZAMASI
P
NGAWI
200899
ISLAM
300614
12
SITI FATIMAH
P
DEPOK
090996
ISLAM
191214
13
SRI RIZKI SUPRAPTININGSIH
P
BREBES
030998
ISLAM
010714
14
YUNI WARYUNI
P
SUBANG
241098
ISLAM
120714
135
Lampiran 6 PENGUMUMAN HASIL SNMBPTN TAHUN 2017
136