perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIINTEGRASIKAN DENGAN PREDICT – OBSERVE – EXPLAIN (POE) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN INFERENSI SISWA (Studi Pembelajaran Biologi Materi Sistem Gerak pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014)
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains
DWI WAHYUNI NIM : S 831208027
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIINTEGRASIKAN DENGAN PREDICT – OBSERVE – EXPLAIN (POE) TERHADAP PRESTASI BELAJARS ISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN INFERENSI SISWA (Studi Pembelajaran Biologi Materi Sistem Gerak pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014)
TESIS Disusun Oleh: DWI WAHYUNI S 831208027 Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Tanggal
Ketua
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
.......................
......
Sekretaris
Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd. NIP. 19770125 200801 1 008
.......................
...........
Anggota Penguji
Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd. NIP. 19580723 198603 2 001
.....................
...........
Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. NIP. 19670430 199203 1 002
.....................
...........
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat pada Tanggal .................... Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS
Ketua Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dr. M. Masykuri, M.Si. commit to user NIP. 19600727 198702 1 001 NIP. 19681124 199403 1 001
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
iii
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
S 831208027
iv
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “ Efektivitas Implementasi Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) Diintegrasikan dengan Predict – Observe - Explain (POE) Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Siswa” yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bojonegoro, kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2013/ 2014 dapat diselesaikan dengan lancar. Adapun maksud dan tujuan penelitian ini disusun dalam rangka mendapatkan legalitas formal untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Pendidikan Sains pada Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis ini disusun atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penelitian ini. 2. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membuat Tesis ini. commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk membuat Tesis ini. 4. Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah merelakan waktu, tenaga, dan pikirannya serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyusun Tesis ini. 5. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, ide dan pemikiran yang berharga dalam penyusunan Tesis ini. 6. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan sumbangan pendalaman dan wawasan keilmuan. 7. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan September 2012, yang telah memberikan motivasi dan masukan kepada penulis dalam menyusun Tesis ini. 8. Drs. H. Puji Widodo, M.M., selaku Kepala SMA Negeri 1 Bojonegoro yang memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dan mengambil data untuk penyusunan Tesis. 9. Rekan-rekan guru serta karyawan SMA Negeri 1 Bojonegoro yang telah memberikan motivasi dan bantuan pelayanan kepada penulis utamanya pada saat pelaksanaan penelitian dan penyusunan Tesis. commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Suamiku dan anakku, serta segenap keluarga yang selalu memberikan do’a, kasih sayang, perhatian, dukungan, dan semangat dalam menyelesaikan Tesis ini. 11. Rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan Tesis ini. 12. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan Tesis ini. Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan Tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun bagi kesempurnaan Tesis ini. Semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Surakarta,
Agustus 2014
Penulis
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS dan PUBLIKASI ISI TESIS......................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xviii
ABSTRAK ........................................................................................................
xx
ABSTRACT.................................................................................................... ....
xxi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................
12
C. Pembatasan Masalah ....................................................................
13
D. Rumusan Masalah ........................................................................
14
E. Tujuan Penelitian ..........................................................................
15
F. Manfaat Penelitian ........................................................................
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
19
A. Kajian Teori...................................................................................
19
1. Hakikat Belajar Biologi............................................................
19
commit to user 2. Pembelajaran Biologi ..............................................................
19
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Teori Belajar ...........................................................................
21
4. Model Pembelajaran ................................................................
28
a. Model Pembelajaran PBL ..................................................
28
b. Model Pembelajaran POE ..................................................
31
c. Integrasi Model PBL-POE .................................................
33
5. Materi Sistem Gerak ................................................................
35
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................
47
a. Kreativitas .........................................................................
48
b. Kemampuan Inferensi .......................................................
51
7. Prestasi Belajar .......................................................................
54
B. Kerangka Berpikir.........................................................................
57
C. Penelitian yang Relevan.................................................................
61
D. Hipotesis.......................................................................................
65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
67
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
67
1. Tempat Penelitian ...................................................................
67
2. Waktu Penelitian .....................................................................
67
B. Metode Penelitian ..........................................................................
68
C. Penetapan Populasi dan Sampel ...................................................
69
1. Penetapan Populasi .................................................................
69
2. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................
69
D. Instrumen Penelitian .....................................................................
70
E. Variabel Penelitian ........................................................................ commit to user
72
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Uji Coba Instrumen .......................................................................
73
1. Test Prestasi ............................................................................
73
1) Uji Validitas ......................................................................
73
2) Uji Reliabilitas ...................................................................
74
3) Analisis Butir Soal ............................................................
75
2. Angket Kreativitas ..................................................................
75
3. Angket Kemampuan Inferensi .................................................
76
4. Uji Homogenitas.......................................................................
76
5. Uji Hipotesis Anova ................................................................
77
6. Uji Lanjut.................................................................................
77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................
78
A. Deskripsi Data ..............................................................................
78
1. Data Kemampuan Inferensi ............................................................
78
2. Data Kreativitas .............................................................................
79
3. Data Prestasi Belajar ......................................................................
81
a. Data Prestasi Belajar Kognitif ........................................................
81
1) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE dan Integrasi Model PBL-POE ..........................................
82
2) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kreativitas ............
83
3) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi ................................................................
84
b. Data Prestasi Belajar Afektif ..........................................................
87
1) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE dan Integrasi Model PBL-POE ...............................
87
user dari Kreativitas .............. 2) Data Prestasi Belajarcommit AfektiftoDitinjau
89
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi ................................................................
90
c. Data Prestasi Belajar Psikomotor ...................................................
92
1) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE dan Integrasi Model PBL-POE ...............................
92
2) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kreativitas .......
94
3) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Inferensi ................................................................
95
B. Pengujian Prasyarat .........................................................................
97
1. Uji Normalitas ........................................................................
97
2. Uji Homogenitas .....................................................................
100
C. Pengujian Hipotesis ......................................................................
101
D. Pembahasan Hasil Analisa Data ...................................................
108
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ....................................
118
A. Kesimpulan ..................................................................................
118
B. Implikasi ......................................................................................
122
1. Implikasi Teoritis ...................................................................
122
2. Implikasi Praktis ....................................................................
123
C. Saran ............................................................................................
123
1. Bagi Guru ...............................................................................
123
2. Bagi Siswa ..............................................................................
124
3. Bagi Peneliti Lain ....................................................................
124
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
125
LAMPIRAN ................................................................................................... commit to user
129
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1
Rata-rata Nilai Ulangan Harian Biologi Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2013/2014.................
6
Tabel 2.1 Tabel 3.1
Tahap-Tahap Pelaksanaan Model PBL ............................................ Jadwal Penelitian .............................................................................
30 67
Tabel 3.2
Desain Faktorial Penelitian ..............................................................
69
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah .............
78
Tabel 4.2
Perbandingan Frekuensi Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ......................................................................................
79
Tabel 4.3 Deskripsi Data Kreativitas Tinggi dan Rendah ...............................
80
Tabel 4.4 Perbandingan Frekuensi Kreativitas Tinggi dan Rendah ................
80
Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ...................................
82
Tabel 4.6 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE .............................................................................
82
Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah ..........................................................................
84
Tabel 4.8 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah ......................................................................... 84 Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ..........................................................
85
Tabel 4.10 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah .....................................
86
Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, commit to user Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ..................................
87
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.12 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE .............................................................................
88
Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah ..........................................................................
89
Tabel 4.14 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah ......................................................................... 89 Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ..........................................................
90
Tabel 4.16 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah .....................................
91
Tabel 4.17 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ................................... 92 Tabel 4.18 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE .............................................................................
93
Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah .......................................................................... 94 Tabel 4.20 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah ......................................................................... 94 Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah .......................................................... 95 Tabel 4.22 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ..................................... 96 Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi .......................... Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi .......................... commit to user
xiii
97 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.25 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif ..............
101
Tabel 4.26 Hasil Uji Lanjut untuk Pengaruh Model Terhadap Prestasi Belajar Kognitif ...................................................................
103
Tabel 4.27 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Afektif ................
104
Tabel 4.28 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor .........
106
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Kerangka Bagian Depan Tubuh Manusia .....................................
37
Gambar 2. 2
Kerangka Bagian Belakang Tubuh Manusia ................................
38
Gambar 2. 3
Otot Lurik atau Rangka ................................................................
41
Gambar 2. 4
Otot Polos .....................................................................................
42
Gambar 2. 5
Otot Jantung .................................................................................
43
Gambar 2. 6
Sendi ............................................................................................
44
Gambar 2. 7
Komponen Sendi .........................................................................
45
Gambar 2.8
Skema Kerangka Berpikir ...........................................................
60
Gambar 4.1
Histogram Perbandingan Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ......................................................................
79
Gambar 4.2
Histogram Perbandingan Kreativitas Tinggi dan Rendah ...........
81
Gambar 4.3
Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ....................................................................................
83
Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah .............................
85
Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ............
86
Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ....................................................................................
88
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7 Gambar 4.8
Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah ............................. commitFrekuensi to user Prestasi Belajar Afektif Histogram Perbandingan
xv
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ............
91
Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE ....................................................................................
93
Gambar 4.10 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah .............................
95
Gambar 4.11 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah ............
97
Gambar 4.9
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Silabus PBL Materi Tulang ...........................................................
129
Lampiran 2. Silabus PBL Materi Sendi ..............................................................
131
Lampiran 3. Silabus PBL Materi Otot ...............................................................
133
Lampiran 4. Silabus POE Materi Tulang ...........................................................
135
Lampiran 5. Silabus POE Materi Sendi .............................................................
137
Lampiran 6. Silabus POE Materi Otot ...............................................................
139
Lampiran 7. Silabus PBL-POE Materi Tulang ..................................................
141
Lampiran 8. Silabus PBL-POE Materi Sendi ....................................................
144
Lampiran 9. Silabus PBL-POE Materi Otot ......................................................
147
Lampiran 10. RPP 1 PBL Materi Tulang ..........................................................
150
Lampiran 11. RPP 2 PBL Materi Tulang ..........................................................
162
Lampiran 12. RPP 3 PBL Materi Sendi .............................................................
174
Lampiran 13. RPP 4 PBL Materi Sendi .............................................................
187
Lampiran 14. RPP 5 PBL Materi Otot ...............................................................
199
Lampiran 15. RPP 6 PBL Materi Otot ...............................................................
212
Lampiran 16. RPP 1 POE Materi Tulang ...........................................................
224
Lampiran 17. RPP 2 POE Materi Tulang ...........................................................
233
Lampiran 18. RPP 3 POE Materi Sendi .............................................................
245
Lampiran 19. RPP 4 POE Materi Sendi ............................................................
254
Lampiran 20. RPP 5 POE Materi Otot ..............................................................
267
Lampiran 21. RPP 6 POE Materi Otot ..............................................................
277
Lampiran 22. RPP 1 PBL-POE Materi Tulang ................................................. commit to user Lampiran 23. RPP 2 PBL-POE Materi Tulang ..................................................
290
xvii
303
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 24. RPP 3 PBL-POE Materi Sendi ....................................................
315
Lampiran 25. RPP 4 PBL-POE Materi Sendi ....................................................
327
Lampiran 26. RPP 5 PBL-POE Materi Otot ......................................................
339
Lampiran 27. RPP 6 PBL-POE Materi Otot ......................................................
350
Lampiran 28. Instrumen Aspek Kognitif ...........................................................
361
Lampiran 29. Instrumen Aspek Afektif .............................................................
373
Lampiran 30. Instrumen Aspek Psikomotor ......................................................
377
Lampiran 31. Instrumen Kreativitas ...................................................................
381
Lampiran 32. Instrumen Kemampuan Inferensi .................................................
386
Lampiran 33. Uji Statistik ...................................................................................
393
Lampiran 34. Data Hasil Pengamatan ................................................................
409
Lampiran 35. Dokumentasi Penelitian ..............................................................
426
Lampiran 36. Surat Ijin Penelitian ......................................................................
429
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dwi Wahyuni, S831208027. 2014. “Efektivitas Implementasi Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) Diintegrasikan dengan Predict – Observe - Explain (POE) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Siswa” TESIS. Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pembimbing I: Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd.; Pembimbing II: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pembelajaran model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE terhadap prestasi belajar ditinjau dari kreativitas dan kemampuan inferensi siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 3x2x2. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bojonegoro. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling Tahun Pelajaran 2013/2014 terdiri dari tiga kelas. Kelas eksperimen I menggunakan model PBL terdiri dari 32 siswa, kelas eksperimen II menggunakan model POE terdiri dari 32 siswa dan kelas eksperimen III menggunakan integrasi model PBL-POE terdiri dari 32 siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik tes untuk hasil belajar kognitif, angket untuk hasil belajar afektif, psikomotor, kreativitas dan kemampuan inferensi. Uji hipotesis penelitian menggunakan anova tiga jalan sel tidak sama dengan bantuan software SPSS 18. Hasil penelitian didapatkan bahwa: (1) ada pengaruh integrasi model PBLPOE terhadap prestasi belajar baik aspek kognitif, afektif, psikomotor; (2) ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa; (3) tidak ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa; (4) tidak ada pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kreativitas kategori tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa; (5) ada pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kemampuan inferensi kategori tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa; (6) ada pengaruh interaksi antara kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa; (7) tidak ada pengaruh integrasi model PBL-POE dengan kreativitas siswa dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa. Kata kunci : PBL, POE, integrasi model PBL-POE, kreativitas, kemampuan inferensi
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dwi Wahyuni. S831208027. 2014. “The Effectiveness Implementation Model of Problem Based Learning (PBL) Integrated with Predict-Observe-Explain (POE) towards Students’ Achievement overviewed from Students’ Creativities and Students’ Inference Abilities”. THESIS. Magister Program of Science Education, Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University, Surakarta. Advisor I: Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd., Advisor II: Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. ABSTRACT The purpose of this research is to know the influence of PBL model, POE model and integrated PBL-POE towards students’ achievement, overviewed from students’creativities and students’ inference abilities. This research achievement used students’ creativities and students’ inference abilities method with factorial design 3x2x2. The research population is grade XI science class student SMA Negeri 1 Bojonegoro. Sample research is decided randomly with cluster random sampling technics. In 2013/ 2014 academic year, it consisted of three classes. Experiment class I was given PBL model treatment consist of 32 students, experiment class II was given POE model treatment consists of 32 students and experiment class III was given integrated PBL-POE treatment and consists of 32 students. Data accumulation used technic test for cognitive study result, questionnaire for affective study result, psycomotor, creativity and inferency ability. Hyphothesis research test uses anova which three ways cell is not equel with help of software SPSS 18. The research result: 1) There is influence from integrated PBL-POE towards students’ achievement in cognitive, affective, psychomotor; 2) There is creativity influence towards students’ achievement; 3) There is no influence for students’ inferency abilities towards students’ achievement; 4) There is no learning model interaction with creativity low and high category influence towards students’ achievement; 5) There is learning model interaction with students’ inference abilities low and high category influence towards students’ achievement; 6) There is influence from interaction between creativity and students’ inferency abilities toward students’ achievement; 7) There is no influence from interaction between PBL model with students’ creativity and students’ inference abilities towards students’ achievement. Key word: PBL, POE, integrated PBL-POE, students’ creativity, students’ inference ability, students’ achievement
commit to user
xx
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban dewasa ini, menuntut perubahan di segala bidang kehidupan. Peranan sumber daya manusia sangat mendominasi, terutama pada era global saat ini. Walau memiliki sumber daya alam yang melimpah, jika tidak didukung dengan sumber daya manusia yang kuat maka negara akan kalah dalam bersaing. Indonesia negara yang memiliki sumber daya alam melimpah, tetapi tidak didukung dengan sumber daya manusia yang handal, memaksa Indonesia menempati lini belakang. Sumber daya manusia pada era global dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dituntut mampu untuk memecahkan masalah dan meramalkan kemungkinan – kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang, agar mampu mengantisipasi dengan mencari solusi yang tepat terhadap permasalahan yang ada (Kompas, 3 Maret 2012). Pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana kurikulum yang dikembangkan saat ini menuntut sekolah untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pendidik (teacher-centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Kecakapankecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan komunikasi. Semua kecakapan commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini bisa dimiliki oleh peserta didik apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang menantang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah (Bahri, 2009). Seiring berubahnya sistem pendekatan pembelajaran dan bergesernya tujuan pendidikan, menurut Davies dan Ellison (dalam Rudy, 2011) memasuki abad 21 tugas dan peranan pendidik memiliki pengaruh dalam proses pembelajaran. Pada abad ini diperlukan individu-individu yang menguasai keterampilan-keterampilan, yang meliputi: cerdas intelektual, cerdas vocational, cerdas emosional, cerdas moral, dan cerdas spiritual. Oleh karena itu, tantangan pendidik adalah menjadikan peserta didik di sekolah saat ini menjadi individu cerdas yang mandiri, unggul, dan tangguh yang mampu bertahan di abad 21, sehingga inovasi dalam bidang pendidikan sangat diperlukan. Inovasi tersebut dapat diawali dengan mengubah paradigma mengenai pendidikan itu sendiri ke arah yang lebih baik. Selanjutnya bergantung pada kualitas pendidik sebagai pemeran utama. Pendidik memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik peserta didik dalam proses pembelajaran. Sains merupakan ilmu yang sistematis, metodis dan logis yang diperoleh melalui penelitian. Penelitian ini merupakan penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Penelitian memegang peranan dalam: 1) Membantu manusia memperoleh pengetahuan; 2) Memperoleh jawaban suatu pertanyaan; 3)
commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Memberikan pemecahan atas suatu masalah. Hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu mendorong munculnya teknologi, dengan teknologi mendorong adanya penelitian, dari penelitian tersebut menghasilkan ilmu pengetahuan baru yang kemudian memunculkan teknologi baru. Sains merupakan ilmu pengetahuan tentang fenomena alam yang meliputi produk, proses dan sikap. Hal ini juga termaktup dalam hakikat sains menurut Carin dan Sund (dalam Wenno, 2008) meliputi scientific product, scientific processes, dan scientific attitudes. Oleh karena itu, biologi sebagai bagian dari sains harus mengacu pada tiga aspek yaitu produk, proses, dan sikap. Proses sains meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan masalah. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Sikap meliputi bagaimana cara bersikap dalam ilmu pengetahuan. Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang memunculkan hakikat sains yang terdiri dari tiga aspek yaitu : produk, proses dan sikap, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh. Oleh karena itu pembelajaran sains seharusnya dapat dikaitkan dengan pengalaman sehari-hari dari siswa. Siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat, dibiasakan untuk menemukan masalah dalam lingkungan lokal maupun secara global, dan merumuskan solusi ilmiah yang mengaitkan dengan konsep sains yang sedang dipelajarinya. Pembelajaran sains dapat berekspansi keluar dari sekedar mempelajari pengetahuan menuju ke penggunaan pengetahuan dan ketrampilan
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika keberadaan sains menjadi lebih dekat dengan diri dan kehidupan siswa, pembelajaran sains akan menjadi menarik dan lebih diminati oleh siswa untuk dipelajari. Peran sains menurut Toharudin (2011) adalah meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan peserta didik untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. Kompetensi tersebut meliputi: 1) kompetensi belajar sepanjang hayat, termasuk membekali peserta didik untuk belajar di sekolah dengan lebih lanjut; 2) kompetensi dalam menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi. Seseorang yang memiliki kemampuan literasi sains dan teknologi adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam membuat hasil teknologi yang disederhanakan sehingga para peserta didik mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat setempat (Poedjiadi dalam Toharudin, 2011). Berdasarkan pandangan di atas, maka guru harus mengajarkan materi sesuai hakikatnya yaitu pembelajaran harus mengacu pada kegiatan yang
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memungkinkan siswa mengembangkan ketrampilan berpikir (minds on), ketrampilan (hands on), dan sikap ilmiah sebagaimana para ilmuwan bekerja (hearts on) (Suciati, 2011). Secara umum kemampuan di bidang sains siswa Indonesia tergolong masih rendah. Hal ini diindikasikan dengan pencapaian prestasi bidang Sains dalam kompetisi tingkat nasional maupun tingkat Internasional. Berdasarkan data Programme for International Student Assesment/ PISA (Purwadi, B. 2006) menunjukkan bahwa 61,6% pelajar Indonesia memiliki pengetahuan sains yang sangat terbatas, sedangkan yang mampu melakukan penelitian sederhana baru sebanyak 27,5%. Pelajar yang mampu mengidentifikasi masalah-masalah ilmiah hanya 9,5%, sedangkan yang mampu memanfaatkan sains dalam kehidupan sehari-hari hanya 1,4%. Pada tahun 2012 di bidang Matematika, Indonesia mendapatkan peringkat ke 64 dari 65 negara, di bidang IPA/ Sains peringkat ke 64 dari 65 negara, dan bidang membaca pada peringka 61 dari 65 negara (Organization for Economic Co-operation and Development/ OECD, 2012). Kondisi rendahnya penguasaan Sains khususnya Biologi juga terjadi di SMA Negeri 1 Bojonegoro. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar siswa yang belum optimal khususnya pada materi Sistem Gerak. Hanya 40,3 % siswa yang tuntas, sedangkan sisanya 50,7% belum tuntas masih di bawah KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 78. Secara rinci data tersebut disajikan dalam Tabel 1.1.
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Biologi Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA Tahun Pelajaran 2012/ 2013. Materi Sistem Gerak
Nilai Ulangan Harian Materi Sistem Gerak XI XI XI XI XI XI IPA 1 IPA 2 IPA 3 IPA 4 IPA 5 IPA 6 81 79 80 77 75 74
Ratarata 77
Sumber : Leger SMA Negeri 1 Bojonegoro Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013
Rendahnya hasil belajar menjadi indikator kurang berhasilnya kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis menjelaskan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih rendah, khususnya pada materi Sistem Gerak. Siswa cenderung mengalami kesulitan ketika diberi pertanyaan-pertanyaan yang berbentuk pemecahan masalah. Hanya 20% siswa yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pemecahan masalah dengan benar. Kemampuan siswa dalam memprediksi rendah, sekitar 60% siswa kurang mampu meramalkan ketika diberikan permasalahan yang terkait dengan praktikum Sistem Gerak. Hasil observasi pembelajaran di SMA Negeri 1 Bojonegoro, guru mengajar cenderung tekstual, verbal, dan hanya transfer pengetahuan kepada siswa, akibatnya siswa pasif hanya menerima konsep dari guru. Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal siswa, yaitu faktor yang ada di luar diri individu yang sedang belajar yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya: fasilitas belajar, metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, dan lain-lain. Faktor internal siswa, yaitu faktor yang ada
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam diri individu yang sedang belajar yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya: kecerdasan siswa, kreativitas, kemampuan inferensi, motivasi belajar, dan lain-lain (Ewintri, 2008). Kreativitas dapat diartikan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam ciri berpikir kreatif maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada (Satiadarma, 2003). Hubungan antara kreativitas siswa dengan prestasi belajar, siswa yang kreatif lebih mudah mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Sementara kreativitas yang dimiliki oleh siswa sangat bervariasi, dengan demikian kondisi kreativitas yang bervariasi perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi prestasi belajar. Kemampuan inferensi dapat diartikan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan melalui proses berpikir untuk memecahkan suatu masalah, melalui diskusi dengan teman, memikirkan alternatif (differential diagnosis) dan pada akhirnya dapat membuat kesimpulan untuk memecahkan suatu masalah (Facione, 2011). Hal ini relevan dengan Dewey (2003) bahwa kemampuan inferensi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu mempertanyakan klaim, memikirkan alternatif (differential diagnosis), menarik kesimpulan, memecahkan masalah,
mengambil keputusan. Evaluasi inferensi dapat dilandaskan pada
kesahihan deduktif dan alasan lain. Inferensi sendiri berarti perpindahan yang kita
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
buat dari alasan hingga kesimpulan. Klaim pertama akan membenarkan klaim kedua, dari klaim kedua kita dapat menarik sebuah kesimpulan melalui silogisme. Hubungan antara kemampuan inferensi dengan hasil belajar siswa, siswa yang memiliki kemampuan inferensi tinggi diharapkan dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran di kelas dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui proses berpikir positif, akan menghasilkan suatu keputusan yang baik (Sumadi, 2005). Kemampuan inferensi siswa juga bervariasi, tetapi belum diperhatikan oleh guru. Adanya kemampuan inferensi yang bervariasi tersebut maka akan dapat memberikan dampak terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Undang Undang Guru dan Dosen (2005), guru dituntut memiliki 4 kompetensi, meliputi: 1) Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran dan evaluasi hasil belajar; 2) Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia; 3) Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien; 4) Kompetensi profesional yaitu kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru harus mampu mengelola pembelajaran dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendorong siswa mampu memecahkan masalah dan memprediksi. Hal ini relevan dengan Tujuan Pendidikan Nasional dan Standar Kompetensi mata pelajaran Biologi maka pembelajaran Biologi hendaknya melibatkan siswa secara aktif, melatih siswa menyelesaikan suatu masalah dan memilih metode yang sesuai dengan karakter materi mata pelajaran (Permendiknas No. 23 Tahun 2006). Mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan dapat melatih siswa berpikir kritis dengan cara inferensi. PBL merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Sintaks dalam pembelajaran model PBL, menurut Nur (2008): 1) Mengorientasi siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya; 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Model PBL memiliki kelebihan yang berbeda dengan model pembelajaran lain, diantaranya mendorong siswa mampu memecahkan masalah dengan mandiri maupun bekerjasama dalam kelompok, sehingga dapat menjawab permasalahannya dan mendukung ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Hal ini didukung oleh penelitian Peterson (2004) dan Tan (2009) bahwa model PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Model PBL akan efektif jika diintegrasikan dengan model-model konstruktivisme lain seperti POE, karena mendukung pelaksanaan PBL. Melalui model POE siswa terlatih untuk memprediksi jawaban dari masalah-masalah yang dihadapi. Model ini dipilih karena memacu kemampuan berpikir kreatif siswa, untuk mengemukan prediksi terhadap suatu permasalahan yang muncul di masyarakat dan memacu siswa untuk membuktikan prediksinya dengan upaya penyelidikannya. Hal ini didukung oleh penelitian Suspriyati (2012), bahwa pembelajaran model POE dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Menurut Suparno (2007) bahwa pembelajaran dengan model POE lebih difokuskan dalam menemukan gejala yang diprediksi, diobservasi, dan dijelaskan kesesuaian antara prediksi dengan hasil observasi. Berdasarkan penemuan dari penelitian yang telah dilakukan memiliki implikasi untuk pengembangan kurikulum, strategi belajar, pengembangan guru dan penilaian pemahaman siswa serta tingkat prestasi belajar siswa. Sintaks pembelajaran model POE menurut Suparno (2007), yaitu: 1) Prediction; 2) Observation; 3) Explanation. Keunggulan menggunakan model POE karena memiliki beberapa metode saintifik, yaitu membuat hipotesis (prediction), melakukan pengamatan (observation), dan menganalisis (explanation). Model POE memiliki kelebihan yang berbeda dengan model pembelajaran lain, kelebihannya yaitu siswa mampu berpikir kreatif untuk mengemukakan prediksi terhadap suatu permasalahan yang muncul di masyarakat dan memacu
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa untuk membuktikan prediksinya dengan upaya penyelidikannya, sehingga dapat menjawab permasalahannya dan mendukung ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Hal ini didukung oleh penelitian McNay (1993), bahwa pembelajaran model POE dapat meningkatkan kemampuan memprediksi. Integrasi model PBL-POE diawali dengan masalah, dengan sintaks: 1) Mengorientasi siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) Prediction; 4) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 5) Observation;
6)
Mengembangkan
dan
menyajikan
hasil
karya
serta
memamerkannya;7) Explanation; 8) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur, 2008 dan Suparno, 2007). Penggunaan integrasi model PBL-POE diharapkan dapat digunakan oleh guru untuk pembelajaran di kelas. Tujuan dari perpaduan dua model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperhatikan aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Siswa mampu untuk memecahkan masalah, memprediksi dan mengkomunikasikan prestasi belajar, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran yang utuh. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu penelitian dengan judul “Efektivitas Implementasi Pembelajaran Model Problem Based Learning (PBL) Diintegrasikan dengan Predict – Observe - Explain (POE) Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Siswa” Studi Pembelajaran Biologi Materi Sistem Gerak pada Siswa Kelas XI IPA SMA
commit to user
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Negeri 1 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014, diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1.
Kegiatan pembelajaran masih sebatas pada pencapaian penguasaan konsep, tanpa mengkaitkannya dengan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan nyata, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor kurang diperhatikan.
2.
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah rendah, yaitu ketika diberi pertanyaan yang berbentuk pemecahan masalah masih rendah, hal ini dibuktikan hanya 20% siswa yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pemecahan masalah dengan benar.
3.
Kemampuan siswa dalam memprediksi terhadap suatu fenomena alam masih rendah, hal ini dibuktikan sekitar 60% siswa kurang mampu meramalkan ketika diberikan permasalahan yang terkait dengan praktikum Sistem Gerak, akibatnya siswa mengalami hambatan dalam menemukan pola untuk memperkirakan suatu peristiwa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.
4.
Kreativitas siswa yang bervariasi, hal ini masih belum diperhatikan oleh guru.
5.
Kemampuan inferensi siswa yang bervariasi, hal ini masih belum diperhatikan oleh guru.
commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Cakupan materi Sistem Gerak sangat kompleks dan perananya sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari, selain itu pada materi Sistem Gerak Tahun Pelajaran 2012-2013 dengan KKM 78, siswa yang memiliki nilai di bawah KKM sekitar 50,7% siswa untuk tiap kelasnya, sehingga perlu kreativitas guru dalam pemanfaatan media, model dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dan menyenangkan. C. Pembatasan Masalah Adanya banyak masalah yang muncul, maka peneliti perlu membatasi
masalah-masalah yang ada. Dalam penelitian ini diberikan pembatasan masalah sebagai berikut: 1.
Model pembelajaran yang digunakan adalah a. Model PBL yang digunakan meliputi pembelajaran dengan sintaks: 1) Mengorientasi siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya; 5) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur, 2008). b. Model POE dengan sintaks: 1) Prediction; 2) Observation; 3) Explanation (Suparno, 2007). c. Integrasi model PBL-POE, dengan sintaks: 1) Mengorientasi siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) Prediction; 4) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 5) Observation;
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya; 7) Explanation; 8) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, (Modifikasi Nur, 2008 dan Suparno, 2007). 2.
Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi pada aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
3. Kreativitas siswa yang meliputi: kelancaran dalam berpikir (fluency), berpikir luwes (flexibility), orisinalitas (originality), keterampilan memperinci (elaboration),
perumusan
kembali
(redefinition)
(Satiadarma,
2003).
Kreativitas dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. 4. Kemampuan inferensi siswa yang meliputi: mempertanyakan klaim, memikirkan
alternatif,
membuat
kesimpulan,
memecahkan
masalah,
mengambil keputusan (Facione, 2011). Kemampuan inferensi dalam penelitian ini dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. 5. Materi yang digunakan adalah KD 3.1 Kelas XI IPA Semester 1 Sistem Gerak pada manusia. D. Rumusan Masalah Agar penelitian menjadi jelas dan terarah perlu ditetapkan terlebih dahulu perumusan masalahnya sebelum penelitian tersebut dilakukan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Adakah pengaruh pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE terhadap prestasi belajar siswa?
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Adakah pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar siswa? 3. Adakah pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa? 4. Adakah interaksi pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE dengan kreativitas kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa? 5. Adakah interaksi pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE dengan kemampuan inferensi kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa? 6. Adakah interaksi antara kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa? 7. Adakah interaksi antara pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE dengan kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE terhadap prestasi belajar siswa. 2. Pengaruh kreativitas terhadap presatasi belajar siswa. 3. Pengaruh kemampuan inferensi terhadap presatasi belajar siswa.
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Interaksi pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE dengan kreativitas kategori tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa. 5. Interaksi pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE dengan kemampuan inferensi kategori tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa. 6. Interaksi antara kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa. 7. Interaksi antara pembelajaran Biologi melalui model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE dengan kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberi gambaran yang jelas untuk menjawab permasalahan yang ada. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak. Ada dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Bahan kajian bagi Kepala Sekolah mengenai pengembangan teknologi pembelajaran yang terkait dengan desain instruksional (pembelajaran di SMA).
commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Memberikan bahan kajian bagi guru di SMA akan pentingnya memahami karakteristik siswa dalam proses pembelajaran di SMA khususnya memotivasi siswa untuk berprestasi. c. Memberikan wawasan untuk mengembangkan metode pembelajaran Biologi agar lebih bervariatif. d. Pengembangan ilmu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya dalam mendesain pendekatan, model, dan metode pembelajaran di SMA. e. Sebagai khasanah pengetahuan bagi pembaca dan bahan referensi bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis atau lanjutan. 2. Manfaat Praktis a. Sekolah 1) Mampu memberikan masukan kepada guru-guru perlunya perancangan model pembelajaran inovatif dan efektif, khususnya pembelajaran mata pelajaran Biologi di SMA dalam rangka pengembangan kreativitas dan kemampuan inferensi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 2) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang dapat menjadikan siswa mendapatkan pengalaman belajar melalui berbagai aktivitas intelektual sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi belajar maupun prestasi sekolah. b. Guru 1) Mampu mengembangkan strategi dan metode pembelajaran yang inovatif
commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan
menyesuaikan
karakteristik
materi
atau
bahan
ajar
dan
memperhatikan latar belakang siswa. 1) Mampu memberikan gambaran implementasi pembelajaran Biologi dengan model PBL, POE dan integrasi model PBL-POE. c. Siswa 1) Memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat membangun dan membentuk pengetahuannya sendiri, terlibat aktif serta dapat berinteraksi dalam pembelajaran Biologi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2) Memperoleh proses pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar nyata melalui berbagai aktivitas yang melibatkan aktivitas kognitif, psikomotor dan afektif, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar Biologi dengan mengembangkan kreativitas dan kemampuan inferensi siswa dalam pembelajaran Biologi dengan model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE.
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hakikat Belajar Biologi Belajar merupakan proses perubahan menuju keadaan yang lebih baik, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu melalui pengalaman, latihan, interaksi dengan lingkungan. Menurut Arsyad (2007), mengemukakan pendapatnya bahwa: “ Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya ”. Berpijak dari pendapat di atas maka belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik di lingkungan formal maupun non formal. Biologi menjadi wahana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai serta tanggung jawab sebagai seorang warga negara terhadap lingkungan, masyarakat, bangsa, negara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mata pelajaran Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sumaji, 2003). 2. Pembelajaran Biologi Pembelajaran secara umum didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional, dan lingkungan, pengaruh dan pengalaman
commit to user
19
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat perubahan pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan pandangan dunia (Illeris dan Ormorod, 2000). Proses belajar mengajar mengandung kegiatan interaksi antara guru dan siswa serta komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Interaksi yang dimaksud tidak sekedar hubungan komunikasi antara guru dan siswa, tetapi merupakan interaksi edukatif yang tidak hanya penyampaian materi pelajaran melainkan juga penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar (Sumaji, 2003). Rustaman (2004) mengemukakan bahwa untuk memahami makna proses belajar mengajar perlu dipahami beberapa pengertian yang membentuk proses tersebut. Pertama dari segi siswa yang mempunyai peran dan tugas dalam proses belajar. Kedua dari segi guru yang memiliki tugas dan peran mengajar. Ketiga dari segi proses yang memungkinkan kedua komponen yang terlibat tersebut saling berinteraksi, melalui materi pelajaran yang perlu dikuasai guru dengan memperhatikan kesiapan dan karakteristik siswa. Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari silabus, yakni perencanaan, prediksi, dan proyeksi yang akan dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat
commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta tercapainya indikator. Pembelajaran Biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung, karena itu siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh indera, mengajukan hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu
mempertimbangkan
keselamatan
kerja,
mengajukan
pertanyaan,
menggolongkan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari. Jadi pada dasarnya, pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam (Sumaji, 2003). 3. Teori Belajar Penjelasan tentang sesuatu yang terjadi merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menggambarkan cara orang dan hewan belajar, sehingga membantu dalam memahami proses kompleks inheren pembelajaran.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembahasan tentang proses belajar terus berkembang, dari pandangan yang menganggap siswa hanya berperan sebagai penerima dan bersikap pasif dalam proses belajar, sampai pandangan yang beranggapan bahwa siswa dapat membangun
pengetahuannya
dengan
ikut
terlibat
aktif
dalam
proses
pembelajaran. Pandangan-pandangan tentang belajar memunculkan berbagai teori belajar. Sejalan dengan perkembangan pola pikir dan pengalaman manusia, aliran teori belajar mengalami perkembangan sehingga paradigma belajar ini mengalami pergeseran sudut pandang dari teori belajar yang satu ke teori belajar yang selanjutnya. a. Teori Belajar Piaget Piaget menemukan teori konstruktivisme psikologis personal. Piaget (dalam Suparno, 2007) mengemukakan bahwa seorang anak membangun pengetahuan
kognitifnya,
seorang
anak
secara
pelan-pelan
membentuk
pengetahuannya sendiri, membentuk skema, mengembangkan skema dan mengubah skema. Menurut filsafat konstruktivisme,
pengetahuan adalah
bentukan atau konstruksi sendiri yang sedang menekuninya. Bila yang sedang menekuni adalah siswa maka pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri. Belajar pengetahuan menurut Piaget (dalam Dimyati, 2002) ada tiga fase antara lain : 1) fase eksplorasi di mana siswa mempelajari gejala dengan bimbingan; 2) fase pengenalan konsep dimana siswa mengenal konsep yang ada
commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hubungannya dengan gejala; 3) fase aplikasi konsep dimana siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih lanjut. Piaget (dalam Surya, 2004), mengemukakan bahwa perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berpikir logis dari bayi hingga dewasa, yang berlangsung melalui empat peringkat yaitu : 1) sensory motor usia 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun, pada peringkat ini anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat indera dan pergerakannya; 2) peringkat preoperasional usia 1,5 tahun sampai dengan 6 tahun, pada peringkat ini anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbul; 3) cocrete operasional usia 6 tahun sampai dengan 12 tahun, pada peringkat ini adak sudah memberikan kecakapan yang berkesnaan dengan konsepkonsep klasifikasi, hubungan dan kuantitas; 4) formal operasional usia 12 tahun ke atas, pada peringkat ini anak sudah bisa berpikir secara hipotesis dan berbeda dengan fakta, memahami konsep abstrak. Berdasarkan peringkat perkembangan kognitif individu di atas, siswa SMA kelas XI rata-rata berusia 15 sampai 16 tahun sehingga termasuk dalam peringkat operasional formal, yang telah memiliki kemampuan berpikir abstrak, yang dapat digunakannya untuk memecahkan permasalahan. Penerapan model PBL sangat tepat diterapkan pada siswa SMA karena siswa telah memiliki kemampuan berpikir abstrak, yang dapat digunakannya untuk memecahkan masalah. Demikian juga dengan penerapan model POE dapat digunakan dalam
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran dengan kegiatan memprediksi, eksperimentasi dan eksplanasi (Piaget dalam Dimyati, 2002). b. Teori Belajar Vygotsky Berbeda dengan Piaget, Vygotsky (dalam Suparno, 2007) lebih menekankan pentingnya aspek sosial belajar dan interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik, serta dialog dan komunikasi verbal dengan orang dewasa, anak ditantang untuk lebih mengerti tentang pengertian ilmiah dan mengembangkan pengertian spontan mereka. Penerapan teori belajar Vygotsky dalam penelitian ini bertolak pada pentingnya interaksi sosial dengan orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih
baik
yaitu
siswa
yang
belajar
dalam
kelompok
kecil
dapat
mengkonstruksikan gagasan-gagasan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Para siswa tahap ini diharapkan dapat bertukar pendapat atau pemikiran selama proses pembelajaran berlangsung, sehingga akan diperolah solusi yang tepat dalam meyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hal ini relevan dengan pendapat Slavin (2008) bahwa penerapan pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil memiliki kelebihan tersendiri, yaitu siswa dapat saling membantu sama lainnya dalam memahami materi pelajaran, saling mendiskusikan dan saling berargumentasi, menutup kesenjangan
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam pemahaman masing-masing. Hal ini tentunya dapat memotivasi siswa untuk lebih giat belajar. Penerapan model PBL dalam penelitian ini adalah siswa bekerja memecahkan masalah dalam kelompok-kelompok kecil, hal ini sesuai dengan fase ke-2 PBL yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, dengan membentuk kelompok siswa dapat berinteraksi dengan siswa lain untuk memecahkan masalah sampai menemukan konsep. Konsep yang telah ditemukan tersebut dapat dipamerkan dalam bentuk hasil karya, hal ini sesuai dengan fase ke-4 PBL mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan memamerkannya (Nur, 2008). Penerapan model POE dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk memprediksi terhadap permasalahan yang dihadapi dengan berinteraksi dengan siswa lain, hal ini sesuai dengan fase pertama POE yaitu prediction. c. Teori Belajar Ausubel Belajar menurut Ausubel (dalam Dahar, 1989) diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu dimensi pertama yang berkaitan dengan cara informasi atau materi pelajaran diberikan pada siswa dan dimensi kedua yang berkaitan dengan cara siswa mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang sudah ada. Lebih lanjut dinyatakan bahwa banyak ahli pendidikan yang berpendapat bahwa belajar bermakna hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri pengetahuan. Padahal kegiatan belajar dengan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep yang telah dipelajari oleh siswa, dapat disebut sebagai belajar bermakna.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Belajar bermakna menurut Ausubel memiliki tiga kelebihan, penjelasan mengenai kelebihan dari belajar bermakna adalah sebagai berikut: 1) informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat; 2) memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip; dan 3) memudahkan belajar hal-hal yang mirip meskipun telah terjadi “lupa”. Penerapan teori belajar Ausubel dalam penelitian ini berdasarkan pada klasifikasi Ausubel mengenai belajar ke dalam dua dimensi, yaitu: siswa dapat mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang sudah ada dan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep dari materi pelajaran yang telah dipelajari. Para siswa dalam penelitian ini diharapkan dapat mengalami belajar bermakna melalui pemecahan masalah selama proses pembelajaran berlangsung, dengan demikian siswa dapat menemukan solusi yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan cara mengaitkan informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan referensi pada struktur kognitif yang sudah ada, dan menjelaskan hubungan antara konsep-konsep dari materi yang telah dipelajari (Dahar, 1989). Penerapan model PBL adalah siswa dapat menyusun suatu hipotesis tentang fenomena alam dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Hipotesis tersebut dapat dibuktikan melalui serangkaian kegiatan ilmiah melalui kegiatan observasi maupun eksperimen, sehingga diperoleh konsep baru yang harus dikaitkan dengan konsepkonsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan fase-
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
fase model PBL, mengoganisasikan siswa pada masalah, menyusun hipotesis, melakukan observasi atau eksperimen akhirnya menemukan konsep sehingga pembelajaran akan lebih bermakna. Penerapan model POE adalah kegiatan observasi setelah melakukan prediksi akan membuat siswa lebih mudah dalam memahami konsep atau materi pelajaran karena dialami sendiri melalui pengalaman belajar nyata sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna. d. Teori Belajar Bruner Belajar menurut Bruner adalah penemuan. Menurut Bruner (dalam Dahar, 1989), belajar penemuan sesuai dengan pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Siswa berusaha sendiri mencari pemecahan masalah untuk menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Belajar penemuan terjadi apabila siswa terlibat secara aktif dalam menggunakan proses mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan siswa menemukan konsep atau prinsip tersebut. Implementasi pandangan Bruner dengan PBL dalam pembelajaran sains adalah siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif untuk mendapatkan pengalaman yang memungkinkan siswa menemukan pengetahuan sendiri. Melalui pengalaman yang dimiliki, siswa mencoba untuk memecahkan masalah tersebut dan menemukan pengetahuan yang baru. Guru bertugas memberikan masalah kepada siswa yang dapat mendorongnya untuk melakukan penemuan. Penerapan
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
model PBL dengan teori Bruner adalah siswa dapat menemukan pengetahuan untuk memecahkan masalah dengan melalui eksperimen atau observasi yang dilakukan secara langsung, hal ini sesuai dengan fase ke-3 PBL. Penerapan model POE dengan teori Bruner adalah siswa dapat menemukan sendiri konsep melalui observasi secara langsung, hal ini sesuai dengan fase ke-2 POE yaitu observation. 4. Model Pembelajaran a. Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) Salah satu model yang menunjang pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa (student center approach) adalah pembelajaran berbasis masalah PBL. Menurut Tan (2003), PBL memiliki ciri-ciri yaitu pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, pembelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Sedangkan pendidik lebih banyak memfasilitasi.
Dengan
demikian
siswa
menjadi
pembelaqjar
mandiri,
mendorongsiswa untuk belajar dalam kelompok, berinteraksi soaial, dan saling mengajarkan (peer teaching). Pada pembelajaran Sains khususnya Biologi sangatlah penting menerapkan pembelajaran berbasis masalah, karena strategi ini selain inovatif juga mendorong siswa bersikap memproyeksikan diri sendiri ke masa depan.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Ibrahim (dalam Wenno, 2008) prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis masalah adalah: 1) pemahaman dibangun melalui pengalaman; 2) arti atau makna diciptakan dari usaha untuk menjawab pertanyaan dan masalah kita sendiri; 3) instink alami siswa untuk melakukan penyelidikan dan kreasi seharusnya dikembangkan; 4) strategi yang berpusat pada siswa mampu membangun ketrampilan berpikir kritis dan bernalar, dan dalam perkembangan lebih lanjut akan mengembangkan kreativitas dan kemandirian. Ciri khas pembelajaran berdasarkan masalah (Nur, 2008) adalah : 1) Mengajukan pertanyaan atau masalah. Proses belajar mengajar menekankan pada mengorganisasikan pembelajaran di sekitar pertanyaan-pertanyaan atau masalahmasalah yang penting secara sosial dan bermakna secara pribadi bagi siswa. Pelajaran diarahkan pada situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memperbolehkan adanya keragaman solusi yang kompetitif beserta argumentasinya; 2) Berfokus pada interdisiplin. Meskipun suatu pelajaran berdasarkan masalah dapat berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah nyata sehari-hari dan otentik itulah yang diselidiki karena solusinya menghendaki siswa melibatkan banyak mata pelajaran; 3) Penyelidikan otentik. Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki siswa menggeluti penyelidikan otentik dan berusaha memperoleh pemecahan-pemecahan nyata terhadap masalah-masalah nyata.
Mereka
mengembangkan
harus
menganalisis
hipotesis
dan
dan
membuat
commit to user
mendefinisikan prediksi,
masalah
itu,
menumpulkan
dan
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen (bila diperlukan), membuat inferensi, dan membuat simpulan. Selain itu siswa dapat menggunakan metode penyelidikan khusus bergantung pada sifat masalah yang sedang diselisiki; 4) Menghasilkan karya nyata dan memamerkan. Pembelajaran berdasarkan masalah menghendaki siswa menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan memamerkannya. Produk ini mewakili solusi-solusi mereka. Produk ini dapat berupa laporan, model fisik, rekaman video, atau program komputer. Karya nyata dan pameran dirancang siswa untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak terkait apa yang telah mereka pelajari. Karya nyata dan pameran ini merupakan salah satu ciri inovatif pembelajaran berbasis masalah; 5) Kolaborasi. Seperti pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah juga ditandai oleh siswa yang bekerja sama dengan siswa lain, seringkali dalam pasangan-pasangan atau kelompok kecil. Tahap-tahap pelaksanaan Model PBL menurut Nur (2008), disajikan dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1. Tahap-tahap Pelaksanaan Model PBL Fase atau Tahap Fase 1: Mengorientasikan siswa pada masalah
Perilaku Guru Guru menginformasikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fase 2: Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa menentukan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3: Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya
Guru membimbing siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang layak sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model, serta membantu mereka bekerjasama dengan teman lain.
Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan prosesproses yang mereka gunakan.
(Sumber: Nur, 2008) b. Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) POE merupakan model pembelajaran yang memiliki urutan proses mengkonstruksi pengetahuan dengan melakukan pendugaan terhadap suatu permasalahan (prediction), melakukan observasi maupun eksperimen untuk membuktikan dugaan (observation), dan menjelaskan hasil observasi atau eksperimen tersebut (explanation). Menurut Suparno (2007) pembelajaran model POE menggunakan tiga langkah utama, yaitu : prediction, membuat prediksi; observation, melakukan penelitian atau
pengamatan apa yang terjadi, dan explanation, memberikan
penjelasan.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Langkah pelaksanaan model POE dalam pembelajaran adalah: a.
Membuat prediksi, langkahnya: 1) Guru menyajikan permasalahan tentang kejadian alam; 2) Siswa diminta membuat dugaan disertai alasan mengapa membuat dugaan demikian.
b.
Melakukan observasi, langkahnya: 1) Siswa melakukan observasi baik melalui pengamatan obyek maupun dengan percobaan; 2) Siswa mengamati yang terjadi, kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai keterampilan proses sains.
c.
Melakukan penjelasan, langkahnya: 1) Apabila dugaan sesuai dengan hasil observasi, maka guru dapat langsung memberikan penguatan; 2) Apabila dugaan tidak sesuai dengan hasil observasi, maka guru membantu siswa mencari penjelasan mengapa demikian, atau dengan membenarkan dugaan yang belum benar. Pembelajaran model POE, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memunculkan gagasan dalam membuat dugaan, karena menurut Wenno (2008) semakin banyak dugaan yang dikonstruksikan oleh siswa, guru dapat mengerti bagaimana konsep dan pengertian sains tentang persoalan yang diajukan. Melalui prndugaan yang disertai alasannya tersebut dapat membantu guru untuk mengetahui sejauh mana konsep awal yang dimiliki siswa, membantu guru mengetahui kemungkinan terjadi kesalahan konsep, sehingga guru dapat memperbaiki kesalaha konsep tersebut agar siswa memiliki konsep yang benar.
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran POE adalah sebagai
berikut:
1) Masalah
yang
diajukan
sebaiknya
masalah
yang
memungkinkan terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu; 2) Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar menebak;
3)
Demonstrasi harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi jawaban atas masalah; 4) Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi (Suparno, 2007). c. Integrasi Model PBL-POE Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005), Integrasi adalah pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Mengintegrasikan model PBL dan POE artinya pembauran dua model pembelajaran menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran.
Penggunaan integrasi model PBL-POE diharapkan dapat digunakan oleh guru untuk pembelajaran di kelas. Tujuan dari perpaduan dua model pembelajaran tersebut untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memperhatikan aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Siswa mampu untuk memecahkan masalah, memprediksi dan mengkomunikasikan prestasi belajar, sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran yang utuh. Model PBL dapat mendukung fase yang tidak dimiliki oleh model POE, demikian pula sebaliknya dengan model POE dapat mendukung fase yang tidak dimiliki oleh model PBL. Misalnya: pada fase ke-2 PBL mengorganisasikan siswa untuk belajar dan fase ke-4 PBL mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada model POE fase ini tidak ada. Hal ini bisa diintegrasikan fasenya sehingga pada model POE dapat diterapkan mulai fase pertama sampai fase terakhir, siswa dapat membentuk kelompok untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memamerkan hasil karya yang telah dibuat dengan kelompoknya. Model PBL tidak memiliki fase ke-1 POE yaitu prediction, siswa dapat memprediksi terhadap hipotesis yang ada pada model PBL untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran. Model PBL memiliki kelebihan yang berbeda dengan model pembelajaran lain, diantaranya mendorong siswa mampu memecahkan masalah dengan mandiri maupun bekerjasama dalam kelompok, sehingga dapat menjawab permasalahan dan mendukung pengetahuan yang dipelajarinya. Kelemahan model PBL yaitu tidak mudah dalam pembentukan tim atau kelompok kecil dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran, harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti perbedaan jenis kelamin, prestasi akademik, dll (Peterson, 2003). Model POE memiliki kelebihan yang berbeda dengan model pembelajaran lain, kelebihannya yaitu: 1) siswa mampu berpikir kreatif yang mendorong siswa untuk mengeksplorasi ide-ide dan gagasan untuk memprediksi guna pemecahan masalah; 2) mengurangi verbalitas dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi menarik karena siswa beraktivitas secara nyata melalui kegiatan observasi; 3) dapat membantu siswa memahami materi pelajaran secara lebih bermakna dan mendalam; 4) memberikan informasi bagi guru untuk mengetahui
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cara berpikir siswa; 5) mampu menemukan adanya miskonsepsi dalam perkembangan pengetahuan yang dimiliki siswa; 6) melatih siswa untuk melakukan kegiatan diskusi (Wenno, 2008). Kelemahan model POE yaitu kecenderungan terjadi kesalahan konsep pada siswa lebih besar, maka guru harus dapat memperbaiki kesalahan konsep tersebut agar siswa memiliki konsep yang benar. Integrasi model PBL-POE diawali dengan masalah, dengan sintaks: 1) Mengorientasi siswa pada masalah; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar; 3) Prediction; 4) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 5) Observation;
6)
Mengembangkan
dan
menyajikan
hasil
karya
serta
memamerkannya;7) Explanation; 8) Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Nur, 2008 dan Suparno, 2007). 5. Materi Sistem Gerak Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Kita sebagai makhluk hidup setiap saat bergerak, bahkan ketika tidur sekalipun. Manusia bergerak untuk melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia membutuhkan rangka dan otot untuk dapat bergerak. Rangka tidak dapat bergerak sendiri apabila tidak digerakkan oleh otot. Oleh sebab itu, rangka merupakan alat gerak pasif, sebaliknya otot dapat berkontraksi sehingga otot disebut alat gerak aktif. Gerak tubuh manusia dihasilkan karena adanya kerja sama antara rangka dan otot (Aryulina, 2007).
commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Tulang atau Rangka Rangka tubuh manusia tersusun dari 206 tulang dengan berbagai bentuk dan ukuran, namun tulang-tulang tersebut saling berhubungan. Rangka pada manusia maupun vertebrata memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1) Formasi bentuk tubuh; 2) Formasi sendi-sendi; 3) Pelekatan otot-otot; 4) Bekerja sebagai pengungkit; 5) Penyokong berat badan serta daya tahan untuk menghadapi pengaruh tekanan; 6) Proteksi; 7) Homopoesis; 8) Fungsi Imunologis; 9) Penyimpanan Kalsium (Aryulina, 2007). Secara garis besar, rangka tubuh manusia digolongkan menjadi dua kelompok tulang, yaitu tulang aksial dan tulang apendikular. Tulang aksial merupakan rangka yang terdiri dari tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada (sternum), dan tulang rusuk (tulang iga).
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber: Champbell (2002)
Gambar. 2.1 Kerangka Bagian Depan Tubuh Manusia commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber: Champbell (2002)
Gambar. 2.2 Kerangka Bagian Belakang Tubuh Manusia commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembentukan tulang manusia sangat ditentukan oleh osifikasi (proses pembentukan tulang). Tulang manusia sudah mulai dibentuk pada akhir bulan kedua stadium embrio, tetapi masih dalam bentuk tulang rawan (kartilago). Sel-sel tulang akan dibentuk dari bagian dalam dan terus berlanjut ke bagian luar sehingga proses pembentukan tulang menjadi konsentris. Setiap sel tulang melingkari pebuluh darah dan saraf yang akan membentuk suatu saluran disebut saluran Havers. Pembuluh darah dari saluran Havers bercabang-cabang menuju matriks menuju ke matriks untuk mengangkut fosfor dan kalsium. Adanya senyawa fosfor dan kalsium menyebabkan matriks tulang menjadi keras (Aryulina, 2007). Di sekitar saluran Havers terdapat lamela konsentrik berupa matriks berbentuk cincin yang mengandung kalsium. Di antara lamela konsentrik terdapat zona kosong yang disebut kanalikuli berupa saluran kecil berisi cairan ekstraseluler. Kanalikuli menghubungkan lakuna satu dan lainnya dengan saluran Havers. Lakuna merupakan ruang tempat terdapatnya osteosit. Apabila matriks tulang tersusun padat dan rapat, akan
terbentuk tulang kompak. Sebaliknya,
apabila susunan matriks tulang membentuk rongga, akan terbentuk tulang spons. Bagian tulang spons yang bercabang-cabang seperti jala-jala disebut trabekula. Tulang yang sedang berkembang dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut periosteum (Aryulina, 2007).
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Otot Otot terdiri dari sel-sel yang terspesialisasi untuk kontraksi, yaitu mengandung protein kontraktil yang dapat berubah dalam ukuran panjang dan memungkinkan sel-sel untuk memendek. Sel-sel tersebut sering disebut serabutserabut
otot.
Serabut-serabut
otot
disatukan
oleh
jaringan
ikat.Untuk
menghasilkan suatu gerak, otot bekerja berpasangan dengan otot lain. Saat suatu otot berkontraksi, otot yang bersangkutan akan menggerakkan tulang yang dilekatinya ke suatu arah. Sebaliknya, otot lain yang merupakan pasangannya akan menggerakkan tulang ke arah sebaliknya (berlawanan). Gerak kedua otot tersebut merupakan gerak antagonis. Misalnya, otot bisep dan otot trisep. Selain pasangan otot antagonis, ada juga beberapa jenis otot yang berbeda, namun kerjanya saling menunjang. Otot ini disebut otot sinergis. Misalnya, otot-otot di antara
tulang
rusuk
yang
bekerjasama
saat
terjadi
pengambilan
dan
penghembusan napas (Aryulina, 2007). Secara umum otot manusia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: a. Otot Lurik (Otot Rangka) Otot lurik merupakan otot yang melekat dan menggerakkan tulang rangka. Otot mampu menggerakkan tulang karena otot dapat memanjang (relaksasi) dan memendek (kontraksi). Hasil pergerakan otot menyebabkan tulang-tulang yang menjadi tempat perlekatan otot dapat bergerak. Gerak apapun yang dapat dilakukan oleh tubuh dikarenakan kedua ujung otot melekat pada tulang-tulang
commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sejati maupun tulang rawan. Kedua ujung otot merekat pada dua tulang yang berbeda. Kedua tulang tersebut dihubungkan oleh sendi. Otot rangka jika dilihat dengan menggunkan mikroskop terlihat berupa sel-sel otot berbentuk serabut.-serabut halus panjang (miofibril). Otot rangka mengandung banyak inti sel (multinuklei) dan tampak garis-garis terang diselingi garis-garis gelap yang melintang. Oleh karena itu, otot rangka disebut juga otot lurik atau otot serat lintang. Otot lurik dapat digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan mioglobin pigmen otot penyusunnya, yaitu otot merah dan otot putih. Otot merah memiliki lebih banyak mioglobin daripada otot putih. Mioglobin merupakan senyawa protein yang berfungsi mengikat molekul-molekul oksigen. Oksigen yang diikat oleh mioglobin berperan penting untuk respirasi sel-sel otot rangka. Respirasi sel-sel otot rangka akan menghasilkan energi yang penting untuk melakukan aktivitas gerak.
Sumber: Champbell (2002)
Gambar. 2.3 Otot Lurik atau Rangka commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Otot polos Otot polos terdiri dari sel-sel otot yang berbentuk gelendong dengan satu inti sel yang terletak di tengah. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop menunjukkan bahwa otot polos tidak memiliki garis-garis melintang seperti otot rangka (otot lurik). Otot polos tidak melekat pada tulang rangka tubuh. Aktivitasnya lambat, namun geraknya beruntun. Otot polos mampu berkontraksi dalam waktu lama dan tidak cepat mengalami kelelahan. Gerak otot polos tidak menurut kehendak kita karena dikontrol oleh saraf tak sadar (saraf otonom), sehingga disebut otot tidak sadar. Otot polos dapat dijumpai pada dinding penyusun organ-organ tubuh bagian dalam. Misalnya: saluran pencernaan, pembuluh darah, dll.
Sumber: Champbell (2002)
Gambar. 2.4 Otot Polos b. Otot Jantung Otot jantung (miokardium) hanya dijumpai pada dinding jantung dan vena kava yang memasuki jantung. Sayatan dinding otot jantung menunjukkan sel-sel commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
otot jantung menyerupai otot rangka dengan satu inti sel setiap satu sel otot jantung yang membentuk anyaman dengan percabangan. Pada setiap percabangan sel otot jantung terdapat jaringan ikat yang disebut diskus interkalaris. Otot jantung mampu berkontraksi secara ritmis dan terus-menerus sebagai akibat dari aktivitas sel otot jantung yang berpautan. Gerak otot jantung dikendalikan oleh saraf tak sadar (otonom). Kontraksi dan relaksasi otot jantung menyebabkan serambi dan bilik jantung menyempit dan melebar secara berirama yang menimbulkan denyut jantung. Dengan adanya kontraksi dan relaksasi, darah kita dapat dipompa ke dalam pembuluh-pembuluh darah dan dialirkan ke seluruh tubuh. Dalam keadaan normal jantung akan berkontraksi sekitar 72 kali setiap menit.
Sumber: Champbell (2002) Gambar. 2.5 Otot Jantung
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.) Sendi Menurut Aryulina, 2007 sendi merupakan hubungan antar-tulang sehingga tulang mampu digerakkan. Hubungan antara dua tulang atau lebih disebut persendian atau artikulasi. Untuk memperkuat sendi dan memudahkan pergerakan dibutuhkan komponen penunjang seperti berikut: (1) Ligamen merupakan jaringan ikat yang berfungsi mengikat bagian luar ujung tulang yang membentuk persendian dan mencegah berubahnya posisi tulang (dislokasi); (2) Kapsul sendi merupakan lapisan serabut yang berfungsi melapisi sendi dan menghubungkan dua tulang yang membentuk persendian. Di bagian persendian yang memiliki kapsul sendi terdapat rongga; (3) Cairan sinovial merupakan cairan pelumas pada ujung-ujung tulang yang terdapat pada bagian kapsul sendi; (4) Tulang rawan hialin merupakan jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang yang membentuk persendian. Perlindungan ini penting menjaga benturan yang keras.
Sumber: Champbell (2002) Gambar. 2.6 Sendi
commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber: Champbell (2002) Gambar. 2.7 Komponen Sendi Menurut Pratiwi (2007), komponen penunjang sendi terdiri dari: 1. Ligamen yaitu jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang. 2. Kapsul Sendi yaitu lapisan serabut yang melapisi sendi dan menghubungkan dua tulang yang membentuk persendian. 3. Cairan Sinovial yaitu cairan pelumas pada ujung-ujung tulang yang terdapat pada bagian kapsul sendi. 4. Tulang Rawan Hialin: jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang membentuk persendian berguna untuk menjaga persendian dari benturan keras. Menurut Pratiwi (2007), persendian memiliki bermacam-macam tipe, yang dapat dikelompokkan berdasarkan besar dan kecilnya gerakan yang terjadi. Tipe persendian tersebut adalah sebagai berikut: (1) Diartrosis; (2) Sendi Peluru; (3) Sendi Putar; (4) Sendi Pelana; (5) Sendi Engsel; (6) Sendi Luncur; (7) Sinartrosis.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sinartrosis atau Sendi mati yaitu persendian yang tdk dpt digerakkan, misalnya hubungan antar tulang kepala: a. Amfiartrosis: Persendian yang menggerakkan dengan gerakan yang sangat terbatas. Contoh: Hubungan antar tulang rusuk dan tulang belakang. b. Diartrosis/Sendi Gerak: Persendian yang paling bebas gerakannya. Menurut Aryulina (2007) macam-macam sendi gerak :1) Sendi peluru; 2) Sendi engsel; 3) Sendi putar; 4) Sendi pelana; 5) Sendi luncur. Adanya persendian memungkinkan gerakan yang bervariasi. Berbagai gerak dengan adanya persendian dikontrol juga oleh adanya kontaksi otot. Gerak yang muncul akibat adanya persendian adalah sebagai berikut: 1) Fleksi – Ekstensi; 2) Adduksi – Abduksi; 3) Elevasi – Depresi; 4) Supinasi – Pronasi; 5) Inversi – Eversi. Gangguan atau kelainan pada sistem gerak manusia dapat terjadi pada tulang, otot dan sendi. Menurut Aryulina (2007), gangguan atau kelainan tersebut dapat terjadi akibat aktivitas atau beban gerak yang berlebihan, pengaruh vitamin, atau terjadinya infeksi oleh mikroorganisme. 1) Gangguan pada sistem rangka/ tulang Misalnya: gangguan fisik ( fraktura sederhana, fraktura kompleks, greenstick, comminuted) gangguan fisiologis ( rakhitis, micro-sefalus, osteoporosis, kelainan akibat suatu penyakit). 2) Gangguan pada sistem otot Misalnya: atrofi, hipertrofi, hernia abdominalis, tetanus, distrofi otot.
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Gangguan pada sendi Misalnya: dislokasi, terkilir, ankilosis, artritis. 4) Gangguan tulang belakang Misalnya: skoliosis, kifosis, lordosis, subluksasi. 5) Gangguan pada sistem rangka/ tulang Misalnya: gangguan fisik (fraktura sederhana, fraktura kompleks, greenstick, comminuted) gangguan fisiologis (rakhitis, micro-sefalus, osteoporosis, kelainan akibat suatu penyakit). 6) Gangguan pada sistem otot Misalnya: atrofi, hipertrofi, hernia abdominalis, tetanus, distrofi otot, miastenia grafis. 6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal siswa, yaitu faktor yang ada di luar diri individu yang sedang belajar yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya: fasilitas belajar, penggunaan model pembelajaran untuk mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, waktu sekolah, dan lain-lain. Faktor internal siswa, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran diantaranya: kecerdasan siswa, kreativitas, kemampuan inferensi, motivasi belajar, dan lain-lain (Ewintri, 2008).
commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Kreativitas Kreativitas didefinisikan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam ciri berpikir kreatif maupun berpikir afektif, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada (Satiadarma, 2003). Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa sikap kreatif merupakan salah satu tujuan Pendidikan Nasional. Namun, kenyataan di lapangan pengembangan kreativitas tampaknya selalu menjadi wilayah yang paling sering terabaikan. Kreativitas sangat bermakna dan perlu dikembangkan dalam diri anak didik. Munandar (2009) mengemukakan beberapa alasannya, pertama dengan berkreasi orang dapat mengaktualisasi dirinya. Sebagaimana dikemukakan Maslow bahwa aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok tertinggi dalam hidup manusia. Kedua sebagai kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Pembelajaran yang terjadi saat ini lebih menekankan pada penerimaan pengetahuan, ingatan dan penalaran (berpikir logis). Ketiga bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi pribadi dan lingkungan, tetapi juga memberi kepuasan kepada individu. Keempat memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Kesejahteraan masyarakat bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. Bertolak dari pendapat di
commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atas, maka sekolah sebagai lembaga formal pembelajaran wajib untuk mengembangkan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Siswa
yang
kreatif
mempunyai
kemampuan
luar
biasa
untuk
menyesuaikan diri dalam segala situasi dan dengan keterampilannya, ia mampu melaksanakan pekerjaan untuk mencapai yang mereka inginkan. Ciri-ciri kepribadian yang kreatif adalah: 1) individu yang kreatif memiliki energi fisik yang besar yang memungkinkan bekerja berjam-jam; 2) individu yang kreatif cerdas dan cerdik. Suatu saat memiliki kebijakan, tetapi juga bisa seperti anakanak. Ia mampu berpikir secara konvergen dan divergen; 3) individu yang kreatif memiliki kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. Kreativitas memerlukan kerja, keuletan ketekunan untuk menyelesaikan masalah, dengan mengatasi masalah yang sering dihadapi; 4) individuyang kreatif dapat memiliki salah satu alternatif antara lain fantasi dan kenyataan. Kedua hal tersebut dibutuhkan untuk memisahkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan masa sekarang tanpa menghilangkan sentuhan masa lalu; 5) individu yang kreatif menunjukkan kecenderungan yang berbeda dalam merengkaikan hal-hal yang bersifat introversi maupun ekstroversi. Sebagian besar diantara individu cenderung untuk menjadi salah satu ciri di atas. Sebaliknya individu yang kreatif mampu mengekspresikan kedua cirri tersebut pada saat yang sama; 6) individu yang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama; 7) individu yang kreatif menunjukkan kecenderungan andragoni, yaitu mereka dapat melepaskan
commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diri dari stereotip gender maskulin-feminin; 8) individu yang kreatif cenderung mandiri, suka menentang; 9) kebanyakan orang yang kreatif sangat suka dengan pekerjaan mereka, tetapi juga sangat obyektif dalam penilaian karyanya; 10) sikap terbuka dan sensitif pada individu kreatif sering membuat menderita dan jengkel jika banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namum juga dapat menjadikan suatu kegembiraan baginya. Ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut Munandar (2009) adalah rasa ingin tahu yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasanatau usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapatnya, mempunyai rasa keindahan yang dalam, menonjol dalam salah satu bidang seni, mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang, mempunyai rasa humor yang luas, mempunyai rasa imajinasi, dan orisinal dalam ungkapan gagasan dalam pemecahan masalah. Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pribadi yang kreatif mempunyai ciri-ciri menonjol, antara lain: 1) imajinatif; 2) inisiatif; 3) rasa ingin tahu; 4) mandiri; 5) penuh energi dan bersibuk diri; 6) berani mengambil resiko dalam pendirian dan keyakinan. Ciri-ciri tersebut merupakan modal yang dimiliki siswa yang kreatif yang sangat dibutuhkan dan diharapkan untuk pengembangan pembelajaran demi keberhasilan proses pembelajaran. Siswa yang memiliki kreativitas mempunyai 4 faktor penting, yaitu: 1) Kelancaran berpikir (fluency of thinking) yang menggambarkan banyaknya
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gagasan yang keluar dalam pemikiran seseorang; 2) Fleksibilitas (keluwesan) yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam mengatasi persoalan; 3) Orisinalitas (keaslian) yaitu kemampuan seseorang untuk mencetuskan gagasan asli; 4) Elaborasi yaitu kemampuan untuk mengembangkan ide-ide dan menguraikan ide-ide tersebut secara terperinci 5) Perumusan kembali (Redefinition) (Satiadarma, 2003). Pada penelitian ini, tes kreativitas yang digunakan perpaduan antara berbagai jenis tes kreativitas yang disebutkan di atas, disusun dalam bentuk tes kreativitas belajar Biologi yang indikatornya disesuaikan dengan kondisi siswa di SMA Negeri 1 Bojonegoro antara lain sebagai berikut: 1) Kelancaran berpikir (fluency of thinking); 2) Fleksibilitas (keluwesan); 3) Orisinalitas (keaslian); 4) Elaborasi (Elaboration); 5) Perumusan kembali (Redefinition). b. Kemampuan Inferensi Facione (2011) mengungkapkan enam kemampuan berpikir utama yang terlibat di dalam proses berpikir kritis, yaitu: 1)Interpretasi; 2) Analisis; 3) Evaluasi; 4) Inferensi; 5) Eksplanasi; 6) Regulasi diri. Penelitian ini menggunakan kemampuan inferensi siswa. Menurut Facione (2011) untuk mengevaluasi inferensi dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Evaluasi inferensi dapat dilandaskan pada kesahihan deduktif dan alasan lain. Inferensi sendiri berarti perpindahan yang kita buat dari alasan hingga kesimpulan. Klaim pertama akan membenarkan klaim kedua, dari klaim
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kedua tersebut, kita dapat menarik sebuah kesimpulan melalui silogisme. Contoh: Semua A adalah B; C adalah bagian dari A; Kesimpulan: C adalah B; 2) Asumsi dan argumen-argumen lain yang relevan juga merupakan kriteria evaluasi inferensi. Kemampuan inferensi dapat diartikan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan melalui proses berpikir untuk memecahkan suatu masalah, melalui diskusi dengan teman, memikirkan alternatif (defferential diagnosis) dan pada akhirnya dapat membuat kesimpulan untuk memecahkan suatu masalah (Facione, 2011). Hubungan antara kemampuan inferensi dengan hasil belajar siswa, siswa yang memiliki kemampuan inferensi tinggi diharapkan dapat memecahkan masalah dalam proses pembelajaran di kelas dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui proses berpikir positif, akan menghasilkan suatu keputusan yang baik. Keputusan tersebut merupakan hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada (Sumadi, 2005). Dewey (2003) kemampuan inferensi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu mempertanyakan klaim, memikirkan alternatif (differential diagnosis), menarik kesimpulan, memecahkan masalah, mengambil keputusan. Evaluasi inferensi dapat dilandaskan pada kesahihan deduktif dan alasan lain. Inferensi sendiri berarti perpindahan yang kita buat dari alasan hingga kesimpulan. Klaim
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertama akan membenarkan klaim kedua, dari klaim kedua kita dapat menarik sebuah kesimpulan melalui silogisme. Keputusan untuk memecahkan masalah merupakan hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Pembentukaan pendapat berarti meletakkan hubungan antara dua pengertian atau lebih. Pendapat dibedakan menjadi tiga jenis. Ketiga jenis pendapat tersebut dijelaskan oleh Sumadi (2005) sebagai berikut: 1) pendapat afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang secrara tegas menyatakan dalam kedaaan sesuatu; 2) pendapat negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu hal; dan 3) pendapat modalitas, yaitu pendapat yang menerangkan kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal. Pemecahan masalah melalui proses berpikir akan menghasilokan suatu keputusan. Keputusan dapat diartikan sebagai hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Keputusan menurut Sumadi (2005) terdiri atas tiga macam sebagaimana berikut ini: 1) keputusan induktif yaitu keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum; 2) keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus; dan 3) keputusan analogis, yaitu keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapatpendapat khusus yang telah ada.
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kemampuan inferensi merupakan faktor internal yang masing-masing siswa memiliki tingkat berpikir yang berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan oleh guru dalam menentukan metode pembelajaran yang digunakan. Namun
belum
semua
guru
dalam
menentukan
metode
pembelajaran
memperhatikan faktor internal kemampuan inferensi. 7. Prestasi Belajar Sebelum dijelaskan pengertian mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang
setelah
melakukan
sesuatu
pekerjaan
atau
aktifitas
tertentu
(Purwodarminto, 1991). Prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu belajar menginginkan hasil yang sebaik mungkin. Oleh karena itu, setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya berhasil dengan baik. Sedang
pengertian
prestasi
juga
ada
yang
mengatakan,
prestasi
adalahkemampuan. Kemampuan disini berarti yang dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu. Belajar dapat membawa sesuatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut
commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Poerwodarminto (1991), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oeh seseorang yang diperoleh dengan ketelitiaan kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Sistem Pendidikan Nasional mencantumkan rumusan tujuan Pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S. Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: 1) pengetahuan atau ingatan; 2) pemahaman; 3) aplikasi; 4) analisis; 5) sintesis; dan 6) evaluasi. Dua aspek yang pertama disebut kognitif tingkat rendah dan empat aspek berikutnya disebut kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri daari lima aspek, yakni: 1) penerimaan; 2) jawaban atau reaksi; 3) penilaian; 4) organisasi; dan 5) internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor, yakni: 1) gerakan refleks; 2) keterampilan gerakan dasar; 3) kemampuan perseptual; 4) keharmonisan atau ketetapan; 5) gerakan keterampilan kompleks; dan 6) gerakan ekspresif dan interpretatif. Prestasi belajar yang dicapai siswa tidak hanya ditentukan oleh proses pembelajaran, melainkan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor internal, berasal dari dalam diri siswa sendiri dan faktor eksternal, berasal dari luar siswa
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau faktor lingkungan. Kemampuan yang dimiliki siswa merupakan faktor internal yang datang dari diri siswa. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, Sudjana (1990) mengemukakan ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengukuran hasil belajar bisa diketahui melalui kegiatan evaluasi. Menurut Cross (dalam Sukardi, 2010) bahwa: “evaluation is a process which determine the extend to which objectives have been achieved“. Pendapat tersebut menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat jelas antara evaluasi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru dalam perannya sebagai evaluator harus mampu mengevaluasi hasil belajar siswa dengan baik. Guru bertugas mengukur apakah siswa sudah menguasai ilmu yang dipelajari atas bimbingan guru sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Tes digunakan untuk menentukan prestasi belajar yang dilakukan setelah siswa mendapat materi pelajaran tersebut atau setelah kegiatan belajar mengajar selesai dilakukan. Prestasi belajar ditunjukkan dengan menggunakan nilai atau skor, apabila prestasi belajar siswa tinggi maka dapat
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
disimpulkan bahwa proses kegiatan belajar mengajar tersebut berhasil, atau dapat mencapai ketuntasan dalam belajar. Dengan demikian, prestasi belajar dapat dijadikan indikator atau petunjuk untuk mengetahui tingkat prestasi belajar yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. B. Kerangka Berpikir Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Peneliti melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Bojonegoro melalui pembelajaran model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE, ditinjau dari kreativitas dan kemampuan inferensi siswa. Tinggi rendahnya prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal siswa. Model pembelajaran merupakan faktor eksternal yang bisa mempengaruhi prestasi belajar siswa, sedangkan kemampuan inferensi dan kreativitas merupakan faktor internal yang dimiliki oleh siswa dan dapat mempengaruhi prestasi belajar. Adanya permasalahan di sekolah tempat penelitian ini dilaksanakan, maka kerangka berpikir ini bermanfaat sebagai acuan dalam memecahkan masalah yang ada. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan model PBL yaitu model pembelajaran berbasis masalah, memberi kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah yang ada dengan cara mengamati sistem gerak dan permasalahan melalui media yang telah disediakan oleh guru, sehingga siswa menjadi pembelajar yang aktif dengan
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan penyelidikan dengan mengidentifikasi masalah, menentukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menguji hipotesis sampai mengambil kesimpulan yang disertai LKS (Lembar Kerja Siswa) dalam menemukan konsep tentang Sistem Gerak, sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru yang lebih kompleks. Model POE menuntut siswa untuk lebih teliti dalam mengemukakan prediksi. Karena dalam menentukan prediksi, siswa dituntut untuk menyertakan alasannya, sehingga pada akhirnya nanti siswa mampu membuktikan apakah prediksinya sesuai dengan bukti yang ditemukan dalam penyelidikan siswa. Siswa yang kurang konsentrasi dalam memperhatikan proses mendapatkan data, maka siswa tersebut tidak akan bisa memperoleh hasil penemuan yang maksimal. Walaupun model pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran POE sama-sama berpusat pada siswa, namun kedua model pembelajaran tersebut sama-sama membutuhkan kreativitas dan kemampuan inferensi yang tinggi, sehingga permasalahan yang dimunculkan bisa terselesaikan dengan baik. 2. Kreativitas merupakan potensi dalam diri siswa untuk senantiasa berkreasi, dan suka mengkombinasi hal-hal baru. Kreativitas merupakan suatu proses yang terdiri dari: pengidentifikasian masalah, hipotesis, penyelidikan, penyelesaian masalah dalam acuan tertentu, serta pelaporan hasil. Faktor yang berpengaruh terhadap kreativitas adalah kemampuan yang unik, dan kesungguhan dalam diri seseorang. Walaupun permasalahan yang disebabkan pada Sistem Gerak
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, namun dalam upaya untuk menanggulangi penyakit atau gangguan pada Sistem Gerak membutuhkan kreativitas
dalam
mengembangkan
kiat-kiat
usaha
preventif
untuk
mengatasinya. Kreativitas siswa terlihat pada saat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan data hingga mempresentasikan hasil temuannya. 3. Pembelajaran dengan integrasi model PBL-POE, sama-sama membutuhkan kreativitas yang tinggi, sehingga diharapkan siswa yang kreativitasnya tinggi mempunyai prestasi yang lebih tinggi pula. 4. Pembelajaran dengan integrasi model PBL-POE, sama-sama membutuhkan kemampuan inferensi yang tinggi, sehingga diharapkan siswa yang mempunyai kemampuan inferensi yang tinggi mempunyai prestasi yang lebih tinggi pula. 5. Siswa yang memiliki kemampuan inferensi yang tinggi, dimungkinkan juga akan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi untuk melakukan kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa yang kreativitas tinggi dan kemampuan inferensi yang tinggi, diharapkan ada interaksi positif terhadap prestasi belajar. 6. Pembelajaran dengan integrasi model PBL-POE, membutuhkan kreativitas tinggi dan kemampuan inferensi yang tinggi, karena keduanya mempunyai peran yang sama dalam proses belajar mengajar.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Skema Kerangka Berpikir PEMBELAJARAN IDEAL meliputi: Bersifat Student Centre (SC), guru berperan sebagai fasilitator Memunculkan ketiga aspek Sains yaitu: o Kognitif: Berpikir Kritis seperti Problem Solving o Psikomotorik : Ketrampilan Proses Sains (KPS), seperti : kemampuan memecahkan masalah, memprediksi o Afektif : Sikap, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh Siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi(higher order thinking skills). Memperhatikan faktor internal siswa Problem solving siswa tinggi Kemampuan siswa dapat memecahkan masalah, memprediksi dan mengkomunikasikan hasil pembelajaran
FAKTA dalam PEMBELAJARAN : Bersifat Teacher Centre (TC), guru sebagai satu –satunya sumber belajar Siswa hanya mempelajari Sains sebagai aspek Kognitif saja, tanpa memperhatikan aspek Psikomotor yaitu Ketrampilan Proses Sains (KPS) dan aspek Afektif (Sikap) Kemampuan siswa memecahkan masalah, memprediksi dan mengkomunikasikan hasil pembelajaran kurang Problem solving siswa rendah Hasil tes yang kurang dari KKM tentang Sistem Gerak tiap kelas berjumlah banyak (50,7 %) Guru kurang mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi Guru kurang memperhatikan faktor internal siswa seperti kreativitas dan kemampuan inferensi
Solusinya menggunakan model pembelajaran yang dapat mendorong Problem Solving dan Keterampilan Proses Sains (KPS) Teori Belajar: Konstruktivisme (Piaget, Ausubel & Bruner)
Teori Belajar: Konstruktivisme (Vygotsky) Model PBL
Model POE
Perpaduan Model Problem BasedLearning (PBL) dengan Model Predict-Observe-Explain (POE) HASIL BELAJAR
KEMAMPUAN INFERENSI KOGNITIF
PSIKOMOTORIK
KREATIVITAS AFEKTIF
Gambar 2.8 Skema Kerangka Berpikir commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Penelitian yang Relevan 1. Ninik
Suspriyati,
2012.
Pembelajaran
Biologi dengan
Science,
Environment, Technology, and Society (SETS) menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan model Predict, Observe, Explain and Write (POEW) ditinjau dari kreativitas dan motivasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kreativitas tinggi berpengaruh secara signifikan daripada siswa yang mempunyai kreativitas rendah terhadap motivasi belajar. Relevansi dengan penelitian ini adalah penggunaan kreativitas sebagai faktor internal siswa dan penggunaan model PBL dalam pembelajaran. Perbedaannya adalah kreativitas sebagai faktor internal siswa, sedangkan pada penelitian ini faktor internal selain kreativitas juga kemampuan inferensi. Perbedaan model POEW, sedangkan pada penelitian ini hanya POE tanpa menggunakan write , PBL dan integerasi PBL dengan POE. 2. Veronika Sri Suharni, 2013. Pembelajaran Biologi model Problem Based Learning (PBL) menggunakan metode Buzz Group Discussion dan Whole Group Discussion ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berpikir kritis dapat meningkatkan hasil belajar dengan model PBL. Relevansi dengan penelitian ini adalah penggunaan model PBL terhadap faktor
commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
internal berpikir kritis, dalam penelitian ini menggunakan kemampuan inferensi yang merupakan bagian dari berpikir kritis. 3. Sawitri Epi Wahyuni, 2013. Pembelajaran Biologi model POE (Prediction, Observation, Explanation) melalui laboratoriun riil dan laboratorium virtuil ditinjau dari aktivitas belajar dan
kemampuan
berpikir abstrak. Hasil penelitian ini adalah ada perbedaan pengaruh penerapan model pembelajaran POE melalui laboratorium riil daripada laboratorium virtual. Relevansi dengan penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran POE terhadap prestasi belajar siswa. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Heppy Samosir dengan judul Model Predict, Observe, Explain and Write untuk meningkatkan penguasaan konsep kalor dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Pada penelitian ini terdapat kesamaan variabel dengan penelitian yang peneliti lakukan, yaitu menggunakan model pembelajaran POE tetapi tanpa menggunakan write.pada penelitian diperoleh hasil bahwa peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapatkan model pembelajaran POE secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. 5. Margaret McNay, Kathleen W. Melville.1993. Children’s skill in Making Predictions and Their Understanding or What Predicting Means. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap cara
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memprediksi menunjukkan peningkatan yang stabil di kelas 6. Keinginan penggunaan prediksi siswa di sekolah dan di rumah dan juga meningkat saat kelas 1 sampai dengan kelas 6. Relevansi hasil penelitian adalah adanya peningkatan kemampuan prediksi siswa seiring dengan pertambahan usia dan perkembangan kognitif siswa. Perbedaan dengan penelitian ini adalah kemampuan prediksi dalam penelitian McNay dan Melville digunakan sebagai hasil yang ingin dicapai, sedangkan dalam penelitian ini kemampuan prediksi digunakan sebagai variabel bebas untuk mengukur kemampuan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. 6. Tim O. Peterson (Oklahoma State University), Journal Of Management Education, Vol. 28 No. 5, October 2004, 630-647.
Penelitian ini
menunjukkan bahwa PBL lebih efektif daripada paradigma pengajaran tradisional.
Ada
3
faktor
penentu
keberhasilan
PBL
yaitu
mengorientasikan siswa pada strategi pengajaran yang baru, memilih masalah dalam pembelajaran, membentuk tim atau kelompok. Relevansi dengan penelitian ini adalah agar pembelajaran model PBL berhasil harus memperhatikan
tiga
faktor
strategi
pengajaran,
masalah
dalam
pembelajaran dan membentuk tim atau kelompok. 7. Yusra, L Visser Page 11 2002/04/05Total Medical College Admission Test skor yang lebih tinggi pada nilai rata-rata dari siswa yang masuk kurikulum berbasis masalah. Cariaga-Lo et al (1996), juga ditemukan
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa siswa yang memasuki kurikulum pembelajaran berbasis masalah lebih mandiri dan lebih memungkinkan untuk melakukannya dengan baik dalam pengaturan individu. 8. Penelitian Oon-Seng Tan, Stefanic Chye, dan Chua-Tee Teo (2009) melakukan penelitian pustaka yang dilaksanakan selama 9 tahun (20002008) untuk menjelaskan efektivitas PBL dalam mengembangkan kreativitas siswa. Hasil eksplorasi pustaka ini menunjukkan indikasi bahwa meskipun ada sebuah kumpulan tulisan yang mempelajari efek positif PBL, kekakuan akademik dan kualitasnya dipertanyakan. Perhatian seharusnya kemudian dilatihkan dalam memproklamasikan PBL sebagai suatu tambahan untuk kekurangan sistem pendidikan dalam memelihara kreativitas siswa, dapat disimpulkan bahwa perlu penelitian lebih lanjut untuk kemajuan pengetahuan, sebagai tindak lanjut penelitian ini, akan dikembangkan sebuah penelitian lebih lanjut yaitu integrasi antara model pembelajaran PBL dengan POE. 9.
Penelitian yang dilakukan oleh Arsoy dan Ozad (2004) menyimpulkan bahwa model siklus belajar yang telah diterapkan pada siswa tata letak dan desain grafis fakultas komunikasi dan studi media meningkatkan kreativitas dan strategi pemecahan masalah.
10.
Thomas (2000), menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kualitas belajar siswa.
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
11.
Bilqin (2009), menyatakan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan inferensi siswa sehingga penguasaan materi dapat tercapai dengan baik. D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dapat dikemukakan
hipotesis sebagai berikut: 1.
Terdapat pengaruh pembelajaran Biologi dengan integrasi model PBL-POE terhadap prestasi belajar.
2.
Terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah terhadap prestasi belajar Biologi.
3.
Terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki kemampuan inferensi yang tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan inferensi yang rendah terhadap prestasi belajar.
4.
Terdapat interaksi antara pembelajaran Biologi melalui integrasi model PBL-POE dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
5.
Terdapat interaksi antara pembelajaran Biologi melalui model PBL diintegrasikan dengan model POE dengan kemampuan inferensi siswa terhadap prestasi belajar Biologi.
6.
Terdapat interaksi antara kreativitas siswa dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar Biologi.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7.
Terdapat interaksi antara pembelajaran Biologi melalui model PBL diintegrasikan dengan model POE dengan kreativitas siswa dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar Biologi.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut tempat peneliti bekerja, sehingga peneliti telah memahami permasalahan pembelajaran yang dialami. Tempat pelaksanaan uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bojonegoro. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2013 sampai dengan bulan Mei 2014 Tahun Pelajaran 2013/2014 yang disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Jadwal Penelitian ______________________________________________________________ No. Kegiatan 1. Pengajuan Judul 2. Penyusunan Proposal 3. Perizinan 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Penyusunan Instrumen Pembelajaran Penyusunan Instrumen Tes Validasi Instrumen Uji Coba Instrumen Analisis Uji Coba Proses Pembelajaran Me-
Juli
Ags
Sep
Okt
V V
V
Nop
Des
V
V
Jan
Feb
Mar Apr
V V
V
V V V V
commit to user 67
Mei
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10.
11.
12. 13.
nggunakan Model PBL Proses Pembelajaran Menggunakan Model POE Proses Pembelajaran Menggunakan Model PBL diintegrasikan dengan Model POE Pengambilan Data Analisis Data
V V
V V
14. Penyusunan Tesis
V
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Arikunto (2006), eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Oleh karenanya penelitian eksperimen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui akibat dari suatu perlakuan penelitian. Penelitian ini mengambil tiga kelompok eksperimen, yaitu eksperimen I, eksperimen II dan eksperimen III. Ketiga kelompok tersebut dianggap sama dalam segala hal yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan. Kelompok eksperimen I diberi pembelajaran model PBL, kelompok eksperimen II diberi pembelajaran model POE, sedangkan kelompok eskperimen III diberi pembelajaran integrasi model PBL-POE. Masing-masing kelompok eksperimen commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
juga memperhatikan kreativitas dan kemampuan inferensi siswa dengan kategori tinggi dan rendah. Pada akhir eksperimen ketiga kelompok diuji dengan alat ukur yang sama dan hasilnya merupakan data eksperimen. Data eksperimen yang diperoleh kemudian diolah menggunakan uji statistik analisis variansi Anova tiga jalan dengan desain faktorial 3 x 2 x 2. Tabel 3.2. Desain Faktorial Penelitian Model Pembelajaran (A) PBL (A1) POE (A2) PBL-POE (A3) Kemampuan Inferensi Tinggi (B1)
Kemampuan Inferensi Rendah (B2)
Kreativitas Tinggi (C1) Kreativitas Rendah (C2) Kreativitas Tinggi (C1) Kreativitas Rendah (C2)
A1B1C1
A2B1C1
A3B1C1
A1B1C2
A2B1C2
A3B1C2
A1B2C1
A2B2C1
A3B2C1
A1B2C2
A2B2C2
A3B2C2
C. Penetapan Populasi dan Sampel 1. Penetapan Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Bojonegoro Tahun Pelajaran 2013/2014. 2. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara acak (cluster random sampling) terhadap seluruh jumlah kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Bojonegoro. Setelah
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditentukan tiga kelas untuk eksperimen, maka kelas eksperimen I adalah XI IPA-4 diberi perlakuan dengan menggunakan model PBL dan kelas eksperimen II adalah kelas XI IPA-5 diberi perlakuan dengan menggunakan model POE, sedangkan kelas eksperimen III adalah kelas XI IPA-6 diberi perlakuan dengan menggunakan integrasi model PBL-POE. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu instrumen pelaksanaan pembelajaran (perlakuan) dan instrumen untuk pengambilan data. Instrumen pelaksanaan pembelajaran meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Biologi dengan model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE, lembar kerja siswa pada pembelajaran dengan model PBL, lembar kerja siswa pada pembelajaran dengan model POE, dan lembar kerja siswa integrasi model PBL-POE. Instrumen pengambilan data meliputi 1) Angket kreativitas siswa, digunakan untuk mendapatkan data tentang kreativitas siswa yang dikategorikan dalam tinggi rendah; 2) Angket kemampuan inferensi siswa, untuk mendapatkan data tentang kemampuan inferensi siswa yang dikategorikan dalam tinggi rendah; 3) Soal - soal tes prestasi belajar Biologi materi Sistem Gerak untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar aspek kognitif; 4) LO (Lembar Observasi) untuk memperoleh data prestasi belajar aspek afektif dan psikomotor. Masing-masing instrumen pengambilan data ini dibuat oleh peneliti yang sebelumnya telah
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diujicobakan agar diperoleh validitas dan reliabilitasnya. Adapun tempat uji coba instrumen adalah SMA Negeri 2 Bojonegoro. Instrumen desain pembelajaran Biologi pada materi Sistem Gerak disusun berdasarkan kurikulum Biologi SMA (KTSP, 2006). Pada kelas eksperimen I untuk kelas XI IPA-4, instrumen desain pembelajaran mengacu pada penggunaan model PBL. Kelas eksperimen II untuk kelas XI IPA-5, instrumen desain pembelajaran mengacu pada penggunaan model POE. kelas eksperimen III untuk kelas XI IPA-6, instrumen desain pembelajaran mengacu pada integrasi model PBL-POE. Pengukuran prestasi belajar Biologi dilakukan menggunakan instrumen berupa soal-soal tes prestasi belajar materi Sistem Gerak. Instrumen ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa dari aspek kognitif. Penyusunan instrumen berupa soal-soal tes prestasi belajar mengacu pada rambu-rambu Taksonomi Bloom, sedangkan untuk prestasi belajar aspek afektif dan aspek psikomotorik digunakan lembar observasi. Instrumen lain yang digunakan adalah angket kreativitas, angket ini berguna untuk mendapatkan informasi tentang kreativitas siswa. Bentuk angket yang dipakai adalah angket langsung tertutup, yang terdiri dari dua bentuk yaitu pernyataan positif dan negatif. Penyusunan angket berdasarkan pada ciri dan indikator kreativitas (Lampiran 1). Skala pengukuran angket kreativitas menggunakan Skala Likert.
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kreativitas siswa dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah. Pengelompokan kategori tersebut berdasarkan hasil angket kreativitas. Siswa yang memiliki skor kreativitas di atas atau sama dengan rerata skor kreativitas digolongkan siswa yang memiliki kreativitas tinggi, sedangkan siswa yang memiliki skor kreativitas di bawah rerata skor kreativitas maka digolongkan pada siswa yang memiliki kreativitas rendah. Pengukuran kemampuan inferensi pada siswa dilakukan menggunakan instrumen berupa angket kemampuan inferensi siswa. Penyusunan angket berdasarkan pada aspek inferensi dan indikator kemampuan inferensi (Lampiran 2). Skala pengukuran angket kemampuan inferensi menggunakan Skala Likert. Kemampuan inferensi siswa dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu siswa yang memiliki kemampuan inferensi tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan inferensi rendah. Pengelompokan kategori tersebut berdasarkan hasil angka kemampuan inferensi siswa. Siswa yang memiliki skor kemampuan inferensi di atas atau sama dengan skor kemampuan inferensi digolongkan siswa yang memiliki kemampuan inferensi tinggi, sedangkan siswa yang memiliki skor kemampuan inferensi di bawah rerata skor kemampuan inferensi maka digolongkan pada siswa yang memiliki kemampuan inferensi rendah. E. Variabel Penelitian Pada
penelitian
ini
variabel
yang
bebas,variabel moderator dan variabel terikat.
commit to user
digunakan
meliputi
variabel
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE dalam pembelajaran Biologi. 2. Variabel moderator pada penelitian ini adalah kreativitas dan kemampuan inferensi siswa, keduanya dikategorikan dalam tinggi dan rendah. 3. Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar siswa, didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan belajar ranah kognitif mata pelajaran Biologi materi Sistem Gerak yang disampaikan dengan menerapkan pembelajaran Biologi dengan menggunakan model PBL, model POE dan integrasi model PBL-POE. F. Uji Coba Instrumen 1. Test Prestasi Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini telah diuji coba terlebih dahulu pada kelas XI IPA di SMA Negeri 2 Bojonegoro. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas instrumen. Untuk tes prestasi belajar perlu diuji taraf kesukaran, daya pembeda, uji reliabilitas, dan uji validitas. a. Analisis Butir Soal, Uji Validitas, dan Uji Reliabilitas 1) Uji Validitas Uji validitas instrumen mempunyai tujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
soal agar mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi (construct validity). Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi yang diberikan. Sama halnya dengan validitas isi, validitas konstruk dapat diketahui dengan memerinci dan memasangkan setiap butir soal dengan setiap aspek dalam tujuan khusus atau indikator (Arikunto, 2006). Oleh sebab itu, materi yang diajarkan harus sesuai dengan kurikulum. Soal-soal dikatakan valid, jika mempunyai tingkat kesesuaian yang tinggi antara tujuan dan isi materi pembelajaran. Validitas soal tes digunakan teknik correlation product moment yang telah dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut: N∑XY – ( ∑X ) ( ∑Y ) R xy = ----------------------------------------------------------√ ⌠N ∑X2 – ( ∑X2 )⌡⌠ N ∑Y2 – (∑ Y)2⌡
(Arikunto, 2006) Keterangan: R xy = koefisien korelasi skor tiap item X = skor tiap item Y = skor total N = jumlah siswa Suatu tes dikatakan valid jika r xy > r tabel. Korelasi skor butir soal terhadap skor total ditentukan dengan menggunakan program SPSS 18. 2) Uji Reliabilitas Reliabilitas
atau
keandalan
adalah
konsistensi
dari
serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur. Instrumen yang reliabel adalah instrumen
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang apabila digunakan untuk mengukur obyek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2009). Suatu tes dapat dikatakan taraf reliabilitasnya baik jika skor hasil yang diperoleh tidak menunjukkan penyimpangan yang terlalu besar. Uji reliabilitas soal uraian maka digunakan rumus Alpha: n ∑ 12 r 11 = ( _______ ) ( 1 - _______ ) n–1 1 2 Keterangan: r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan n = banyaknya item ∑ 12 = jumlah varians skor tia-tiap item 12 = varians total
(Arikunto, 2006)
3) Analisis Butir Soal Langkah pertama setelah uji coba adalah melakukan analisis butir soal. Analisis tersebut dimaksudkan untuk menentukan butir-butir soal didasarkan pada dua hal, yaitu tingkat kesulitan soal dan daya pembeda. a) Tingkat kesulitan soal dipertimbangkan dengan persamaan: TK = Rerata nilai pada setiap nomor soal Skor maksimal tiap nomor soal b) Rumus yang digunakan untuk menentukan adanya pembeda adalah sebagai berikut: DP = Rerata KA – Rerata KB Skor maksimal 2. Angket Kreativitas Dasar teori yang digunakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas angket
commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kreativitas sama dengan yang digunakan pada soal tes prestasi. Suatu tes dikatakan valid jika r
xy
>r
tabel
korelasi skor butir soal tes kreativitas terhadap
skor total ditentukan dengan menggunakan program SPSS 18. 3. Angket Kemampuan Inferensi Dasar teori yang digunakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas kemampuan inferensi siswa sama dengan yang digunakan pada soal tes prestasi. Suatu tes dikatakan valid jika r xy > r tabel. Korelasi skor butir soal tes kemampuan inferensi terhadap skor total ditentukan dengan menggunakan program SPSS 18. 4. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Pengujian yang dilakukan antara lain homogenitas model yang diuji vs prestasi belajar, homogenitas kreativitas vs prestasi belajar dan homogenitas kemampuan inferensi vs prestasi belajar dengan F - Test dan Levene’s Tes. Prosedur pengujian adalah sebagai berikut: 1) Menentukan Hipotesis Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang homogen. 2) Menentukan Keputusan Uji Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji tolak hipotesis
commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nol jika p-value > 0,05. 5. Uji Hipotesis Anova Setelah terpenuhinya prasyarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas, maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang sudah dilakukan ditolak atau diterima. Menguji hipotesis dalam penelitian digunakan rumus Anova tiga jalan dengan desain faktorial 3 x 2 x 2. Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Menentukan Hipotesis Nol (H0) 2. Menentukan Hipotesis Alternatif (H1) 3. Menetapkan Uji Statistik 4. Menentukan Taraf Signifikan 5. Menetapkan Keputusan Uji 6. Uji Lanjut Jika dalam pengujian diperoleh hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti. Tujuan uji lanjut Anova adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris, dan pasangan sel, sehingga diketahui pada bagian mana saja terdapat rerata yang berbeda. Uji lanjut dilakukan dengan Analysis of Mean (ANOM) yang perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 18.
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dari penelitian ini meliputi data kemampuan inferensi, kreativitas, dan prestasi belajar siswa. Data yang diperoleh dari kelas XI IPA-4 sebagai kelas eksperimen 1 yang diberi pembelajaran menggunakan model PBL, kelas XI IPA-5 sebagai kelas eksperimen 2 yang diberi pembelajaran menggunakan model POE dan kelas XI IPA-6 sebagai kelas eksperimen 3 yang diberi pembelajaran integrasi model PBL-POE. Deskripsi data penelitian dapat dilihat pada sajian berikut. 1. Data Kemampuan Inferensi Data kemampuan inferensi diperoleh melalui angket kemampuan inferensi yang terdiri dari 40 soal. Kemampuan inferensi pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kemampuan inferensi tinggi dan rendah. Deskripsi data kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah Statistik Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
Kemampuan Inferensi Rendah 78.76 78.40 78.40 5.62 31.64 64.80 88.80
commit to user 78
Tinggi 80.06 81.20 82.40a 6.36 40.52 63.20 89.20
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.1 memperlihatkan rata-rata kemampuan inferensi tinggi sebesar 80,06 dan kemampuan inferensi rendah sebesar 78,76. Perbandingan frekuensi kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Perbandingan Frekuensi Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah Interval 63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Kemampuan Inferensi Rendah 1 2 8 13 9 9 4
Tinggi 2 1 6 13 8 12 8
Perbandingan frekuensi kemampuan inferensi tinggi dan rendah agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 4.1. Frekuensi 14 12 10
Kemampuan Inferensi Rendah
8 6
Kemampuan Inferensi Tinggi
4 2 0 63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Nilai
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah 2. Data Kreativitas Data kreativitas diperoleh melalui angket kreativitas yang terdiri dari 40
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
soal. Kreativitas siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kreativitas tinggi dan rendah. Deskripsi data kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Deskripsi Data Kreativitas Tinggi dan Rendah Statistik
Kreativitas Rendah 79.12 79.20 78.40 6.09 37.11 63.20 89.20
Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
Tinggi 79.74 79.20 82.40a 6.00 36.11 64.00 89.20
Tabel 4.3 memperlihatkan rata-rata kreativitas tinggi sebesar 79,74 dan kreativitas rendah sebesar 79,12. Perbandingan kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Perbandingan Frekuensi Kreativitas Tinggi dan Rendah Interval 63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Kreativitas Rendah 2 2 5 13 11 8 6
Tinggi 1 1 9 13 6 13 6
Perbandingan frekuensi kreativitas tinggi dan rendah agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.2.
commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Frekuensi 14 12 10 8
Kreativitas Rendah
6
Kreativitas Tinggi
4 2 0 63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Nilai
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Frekuensi Kreativitas Tinggi dan Rendah 3. Data Prestasi Belajar a. Data Prestasi Belajar Kognitif Data prestasi belajar kognitif diperoleh dari rata-rata tes evaluasi pada tiap pertemuan serta tes evaluasi akhir hasil belajar setelah satu kompetensi dasar selesai. Penskoran tes evaluasi tiap pertemuan adalah skor jawaban benar dikali dengan skor yang telah ditetapkan oleh guru. Penskoran tes evaluasi akhir hasil belajar setelah satu kompetesi dasar selesai adalah jumlah skor jawaban benar dibagi jumlah keseluruhan item soal (40 item soal kognitif) dikali 100. Nilai akhir belajar kognitif meupakan hasil penjumlahan dari rata-rata tes evaluasi pada tisap pertemuan dengan bobot 40% ditambah hasil tes evaluasi akhir setelah satu kompetensi dasar selesai dengan bobot 60%.
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Data prestasi belajar kognitif diperoleh melalui tes kognitif yang terdiri dari 40 soal. Data deskripsi hasil belajar kognitif ditinjau dari model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Ditinjau dari Kognitif Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Statistik PBL 81.26 82.40 86.40 4.84 23.44 71.20 88.80
Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
MODEL POE 76.22 75.20 74.40 6.12 37.49 63.20 89.20
PBL-POE 81.01 82.00 78.40 5.84 34.09 64.80 88.80
Tabel 4.5 memperlihatkan rata-rata prestasi belajar kognitif integrasi model PBL-POE sebesar 81,01, model PBL sebesar 81,26, dan model POE sebesar 76,22. Prestasi belajar kognitif pada integrasi model PBL-POE dan model POE memiliki rata-rata yag lebih tinggi dibandingkan model PBL. Perbandingan distribusi frekuensi prestasi belajar integrasi model PBL-POE, model POE, dan model PBL disajikan pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Interval 63-65 66-68 69-71 72-74 75-77
PBL 0 0 1 1 6
MODEL POE 2 2 0 10 10
commit to user
PBL-POE 0 0 0 0 0
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Interval 78-80 81-83 84-86 87-89
PBL 5 6 9 3
MODEL POE 2 2 3 2
PBL-POE 8 6 4 7
Perbandingan fekuensi prestasi belajar kognitif ditinjau dari model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE, agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 4.3. Frekuensi 12 10 8
Model PBL
6
Model POE
4
Model PBL-POE
2 0 63-65 66-68 69-71 72-74 75-77 78-80 81-83 84-86 87-89
Nilai
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE 2) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kreativitas Kreativitas siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kreativitas tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar kognitif ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.7.
commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah Statistik Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
Kreativitas Rendah 79.12 79.20 78.40 6.09 37.11 63.20 89.20
Tinggi 79.74 79.20 82.40a 6.00 36.11 64.00 89.20
Perbandingan prestasi belajar kognitif pada model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL , Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah Interval 63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Kreativitas Rendah 2 2 5 13 11 8 6
Tinggi 1 1 9 13 6 13 6
Perbandingan frekuensi prestasi belajar kognitif pada model PBL , model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.4.
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Frekuensi 14 12 10 8 6 4 2 0
Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi
63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Nilai
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL , Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah 3) Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Kemampuan inferensi siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kemampuan inferensi tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar kognitif ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah Statistik Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
Kemampuan Inferensi Rendah 78.76 78.40 78.40 5.62 31.64 64.80 88.80
commit to user
Tinggi 80.06 81.20 82.40a 6.36 40.52 63.20 89.20
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan frekuensi prestasi belajar kognitif pada model PBL , model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL , Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah Interval 63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Kemampuan Inferensi Rendah 1 2 8 13 9 9 4
Tinggi 2 1 6 13 8 12 8
Perbandingan frekuensi prestasi belajar kognitif pada integrasi model PBL-POE, model POE, dan model PBL ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah akan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.5. Frekuensi
14 12 10 8 6 4 2 0
Kemampuan Inferensi Rendah Kemampuan Inferensi Tinggi 63-66 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90
Nilai
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Data Prestasi Belajar Afektif Data prestasi belajar afektif diperoleh dari pengamatan langsung pada tiap proses pembelajaran melalui lembar observasi siswa serta angket afektif di akhir petemuan. Nilai akhir hasil belajar afektif didapatkan dari hasil penjumlahan ratarata nilai lembar observasi dengan bobot 40% ditambah nilai hasil angket afektif dengan bobot 60%. 1) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Data prestasi belajar afektif diperoleh melalui angket afektif yang terdiri dari 20 soal. Data deskripsi prestasi belajar afektif ditinjau dari model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.11. Tabel 4.11 Dekripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Statistik Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
PBL 84.82 86.10 86.10 4.81 23.12 74.00 91.80
MODEL POE 82.34 82.30 82.30 6.08 36.96 71.90 95.50
PBL-POE 82.59 81.20 76.10 6.74 45.39 65.30 95.50
Tabel 4.11 memperlihatkan rata-rata prestasi belajar afektif integrasi model PBL-POE sebesar 82,59, model PBL sebesar 84,82, dan model POE sebesar 82,34. Prestasi belajar afektif pada model POE memiliki rata-rata yang paling tinggi kemudian disusul integrasi model PBL-POE dan model PBL.
commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan frekuensi distribusi prestasi belajar afektif model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.12. Tabel 4.12 Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Interval
MODEL POE 2 5 7 9 6 4 0
PBL 0 2 7 6 9 7 0
70-73 74-77 78-81 82-85 86-89 90-93 94-97
PBL-POE 0 8 9 5 6 3 2
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif ditinjau dari model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 4.6. Frekuensi 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
Model PBL Model POE Model PBL-POE
70-73
74-77
78-81
82-85
86-89
90-93
94-97
Nilai
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE
commit to user
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kreativitas Kreativitas siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kreativitas tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar afektif ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.13. Tabel 4.13 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah Statistik
Kreativitas
Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
Rendah 82.59 82.30 76.10a 6.64 44.12 65.30 95.50
Tinggi 83.96 84.10 88.80 5.24 27.47 73.10 92.50
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif pada model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.14. Tabel 4.14 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah Interval 65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88 89-92 93-96
Kreativitas Rendah 0 1 1 12 11 5 8 3
commit to user
Tinggi 0 0 6 5 14 11 13 0
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif pada model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.7. Frekuensi 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi
65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88 89-92 93-96
Nilai
Gambar 4.7 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah 3) Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Kemampuan inferensi siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kemampuan inferensi tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar afektif ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.15. Tabel 4.15 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah Statistik Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
Kemampuan Inferensi Rendah 82.16 81.25 79.80 5.99 35.97 65.30 92.50
commit to user
Tinggi 84.34 83.80 82.30a 5.82 33.90 73.10 95.50
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif pada model PBL, model POE, dan model integrasi PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.16. Tabel 4.16 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah Interval 65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88 89-92 93-96
Kemampuan Inferensi Rendah 1 1 6 13 9 6 10 0
Tinggi 0 0 7 4 16 9 11 3
Perbandingan frekuensi prestasi belajar afektif pada model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.8. Frekuensi 20 15
Kemampuan Inferensi Rendah
10
Kemampuan Inferensi Tinggi
5 0 65-68 69-72 73-76 77-80 81-84 85-88 89-92 93-96
Nilai
Gambar 4.8 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Data Prestasi Belajar Psikomotor Data prestasi belajar psikomotor diperoleh dari pengamatan langsung pada tiap proses pembelajaran melalui lembar observasi siswa serta angket psikomotor di akhir petemuan. Nilai akhir hasil belajar psikomotor didapatkan dari hasil penjumlahan rata-rata nilai lembar observasi dengan bobot 40% ditambah nilai hasil angket psikomotor dengan bobot 60%. 1) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Data prestasi belajar psikomotor diperoleh melalui angket psikomotor yang terdiri dari 20 soal. Data deskripsi hasil belajar psikomotor ditinjau dari model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.17. Tabel 4.17 Dekripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Statistik Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
PBL 83.11 83.40 82.30 6.26 39.24 72.00 94.70
MODEL POE 87.82 88.55 75.00 7.58 57.55 67.80 100.70
PBL-POE 82.59 81.45 79.80 6.31 39.84 71.80 94.80
Tabel 4.17 memperlihatkan rata-rata prestasi belajar psikomotor integrasi model PBL-POE sebesar 82,59, model PBL sebesar 83,11, dan model POE sebesar 87,82. Prestasi belajar pskomotor pada integrasi model PBL memiliki rata-rata yang paling tinggi kemudian disusul model POE dan integrasi model
commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PBL-POE. Perbandingan frekuensi distribusi prestasi belajar psikomotor model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE disajikan pada Tabel 4.18. Tabel 4.18
Perbandingan Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBLPOE
Interval 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 95-98
PBL 0 4 5 4 10 4 4 0
MODEL POE 1 0 3 3 7 7 5 7
PBL-POE 0 3 6 9 4 6 3 1
Perbandingan frekuensi prestasi belajar pskomotor ditinjau dari model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE agar lebih jelas disajikan dalam bentuk histogram dapat dilihat pada Gambar 4.9. Frekuensi 12 10 8
Model PBL
6
Model POE
4
Model PBL-POE
2 0 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 95-98
Nilai
Gambar 4.9 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBLPOE
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Data Prestasi Belajar Psikomotor ditinjau dari Kreativitas Kreativitas siswa pada penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kreativitas tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar psikomotor ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.19. Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah Statistik Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian Nilai Minimum Nilai Maksimum
Kreativitas Rendah 83.59 83.80 91.80 7.15 51.18 71.80 99.90
Tinggi 85.47 85.80 79.80a 6.90 47.72 67.80 100.00
Perbandingan frekuensi prestasi belajar psikomotor pada model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.20. Tabel 4.20 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah Interval 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 98-98
Kreativitas Rendah 6 7 8 9 7 7 3 0
commit to user
Tinggi 1 1 6 7 12 10 4 6
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbandingan frekuensi prestasi belajar psikomotor pada model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kreativitas tinggi dan rendah akan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.10. Frekuensi 14 12 10 8
Kreativitas Rendah
6
Kreativitas Tinggi
4 2 0 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 98-98
Nilai
Gambar 4.10 Histogram Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kreativitas Tinggi dan Rendah 3) Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Kemampuan inferensi penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu kemampuan inferensi tinggi dan rendah. Deskripsi data prestasi belajar Psikomotor ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.21. Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah Statistik Rata-rata Nilai Tengah Nilai sering muncul Std. Deviasi Varian
Kemampuan Inferensi Rendah 83.25 83.00 72.80a 6.97 48.62
commit to user
Tinggi 85.74 85.65 85.30a 6.98 48.84
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Statistik
Kemampuan Inferensi Tinggi
Rendah
67.80 97.20
72.00 100
Nilai Minimum Nilai Maksimum
Perbandingan frekuensi prestasi belajar psikomotor pada model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah disajikan pada Tabel 4.22. Tabel 4.22 Perbandingan Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah Interval 67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 98-98
Kemampuan Inferensi Rendah Tinggi 1 0 4 3 7 7 10 6 10 11 6 11 5 6 3 6
Perbandingan frekuensi prestasi belajar psikomotor model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE ditinjau dari kemampuan inferensi tinggi dan rendah akan disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.11.
commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Frekuensi 12 10 8 6 4 2 0
Kemampuan Inferensi Rendah Kemampuan Inferensi Tinggi
67-70 71-74 75-78 79-82 83-86 87-90 91-94 98-98
Nilai
Gambar 4.11 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Psikomotor pada Model PBL, Model POE, dan Integrasi Model PBL-POE Ditinjau dari Kemampuan Inferensi Tinggi dan Rendah B. Pengujian Prasyarat 1. Uji Normalitas Hasil uji normalitas prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotor, kreativitas dan kemampuan inferensi disajikan pada Tabel 4.23. Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi MODEL Kognitif
Afektif
Psikomotor
Kreativitas
Inferensi
PBL POE PBL-POE PBL POE PBL-POE PBL POE PBL-POE PBL POE PBL-POE PBL POE PBL-POE
Simpulan Sig. .067 .055 .057 .569 .053 .057 .229 .672 .077 .065 .183 .462 .161 .057 .729
commit to user
H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil uji normalitas prestasi belajar kognitif untuk kelas PBL diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,067 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar kognitif kelas PBL terdistribusi normal. Hasil uji normalitas prestasi belajar kognitif untuk kelas POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,055 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar kognitif kelas POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas prestasi belajar kognitif untuk kelas integrasi model PBL-POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,057 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar kognitif kelas integrasi model PBL-POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas prestasi belajar afektif untuk kelas PBL diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,569 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar afektif kelas PBL terdistribusi normal. Hasil uji normalitas prestasi belajar afektif untuk kelas POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,053 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar afektif kelas POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas prestasi belajar afektif untuk kelas integrasi model PBL-POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,057 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar afektif kelas integrasi model PBL-POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas prestasi belajar psikomotor untuk kelas PBL diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,229 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar psikomotor kelas PBL terdistribusi normal. Hasil
commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
uji normalitas prestasi belajar psikomotor untuk kelas POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,672 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar psikomotor kelas POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas prestasi belajar psikomotor untuk kelas integrasi model PBL-POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,077 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar psikomotor kelas integrasi model PBL-POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kreativitas siswa untuk kelas PBL diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,065 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kreativitas siswa kelas PBL terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kreativitas siswa untuk kelas POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,183 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kreatifitas siswa kelas POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kreatifitas siswa untuk kelas integrasi model PBL-POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,462 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kreativitas siswa kelas integrasi model PBLPOE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kemampuan inferensi siswa untuk kelas PBL diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,161 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kemampuan inferensi siswa kelas PBL terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kemampuan inferensi siswa untuk kelas POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,055 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
data kemampuan inferensi siswa kelas POE terdistribusi normal. Hasil uji normalitas kemampuan inferensi siswa untuk kelas integrasi model PBL-POE diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,729 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kemampuan inferensi siswa kelas integrasi model PBL-POE terdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Hasil uji homogenitas hasil belajar kognitif, afektif, psikomotor, kreativitas dan kemampuan inferensi disajikan pada tabel 4.24. Tabel 4.24 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif, Afektif, Psikomotor, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Simpulan Sumber Sig. Kognitif Afektif Psikomotor Kreativitas Inferensi
Berdasarkan rata-rata Berdasarkan rata-rata Berdasarkan rata-rata Berdasarkan rata-rata Berdasarkan rata-rata
.192 .989 .211 .322 .490
H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima
Hasil uji homogenitas prestasi belajar kognitif diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,192 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar kognitif homogen. Hasil uji homogenitas prestasi belajar afektif diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,989 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar afektif homogen. Hasil uji homogenitas prestasi belajar psikomotor diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,211 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data prestasi belajar psikomotor homogen. Hasil uji homogenitas kreativitas diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,322 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kreativitas homogen. Hasil uji
commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
homogenitas kemampuan inferensi diperoleh hasil signifikansi sebesar 0,490 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan data kemampuan inferensi homogen. C. Pengujian Hipotesis Hasil Anova untuk pengaruh model, kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.25. Tabel 4.25 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Sumber Model Kreativitas Inferensi Model * Kreativitas Model * Inferensi Kreativitas * Inferensi Model * Kreativitas * Inferensi
Sig. .020 .000 .071 .687 .509 .831 .601
Simpulan H1 diterima H1 diterima H1 ditolak H1 ditolak H1 ditolak H1 ditolak H1 ditolak
Hasil Anova untuk pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,02 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model terhadap prestasi belajar kognitif. Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar kognitif. Pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,071 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap hasil
commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar kognitif walaupun tidak signifikan karena taraf signifikansi masih dekat dengan 0,05. Pengaruh integrasi model pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,687 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh integrasi model pembelajaran degan kreatifitas terhadap prestasi belajar kognitif. Pengaruh integrasi model pembelajaran dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,509 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh integrasi model pembelajaran degan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif. Pengaruh interaksi kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,831 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif. Pengaruh integrasi model pembelajaran, kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,601 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh integrasi model pembelajaran, kreativitas, dan kemampuaan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif. Hasil uji lanjut untuk pengaruh model terhadap prestasi belajar kognitif disajikan pada Tabel 4.26.
commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.26 Hasil Uji Lanjut untuk Pengaruh Model Terhadap Prestasi Belajar Kognitif (I) MODEL
Scheffe
PBL dan POE POE PBL
(J) MODEL
POE PBL PBL dan POE PBL PBL dan POE POE
Mean Difference (I-J) 13.38* 3.00 -13.38* -10.38* -3.00 10.38*
Std. Error
Sig.
1.463 1.463 1.463 1.463 1.463 1.463
.000 .128 .000 .000 .128 .000
1. Ada pengaruh integrasi model PBL-POE dengan model POE terhadap prestasi belajar kognitif (taraf signifikan 0.000<0.05), pengaruh yang paling besar yaitu integrasi model PBL-POE karena (I-J) hasilnya positif, maka integrasi model PBL-POE lebih berpengaruh dibandingkan model POE. Tidak ada pengaruh integrasi model PBL-POE dengan model PBL terhadap prestasi belajar kognitif (taraf signifikan 0.128>0.05), 2. Ada pengaruh model POE dengan integrasi model PBL-POE terhadap prestasi belajar kognitif (taraf signifikan 0.000<0.05), pengaruh yang paling besar yaitu integrasi model PBL-POE karena (I-J) hasilnya negatif maka integrasi model PBL-POE lebih berpengaruh dibandingkan model POE. Ada pengaruh model POE dan PBL terhadap prestasi belajar kognitif (taraf signifikan 0.000<0.05), pengaruh yang paling besar yaitu model PBL karena (I-J) hasilnya negatif maka model PBL lebih berpengaruh dibandingkan model POE. 3. Tidak ada pengaruh model PBL dengan integrasi model PBL-POE terhadap prestasi belajar kognitif (taraf signifikan 0.128>0.05). Ada pengaruh model
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PBL dengan model POE terhadap prestasi belajar kognitif (taraf signifikan 0.000<0.05), pengaruh yang paling besar yaitu model PBL karena (I-J) hasilnya positif maka model PBL lebih berpengaruh dibandingkan model POE. Hasil Anova untuk pengaruh model, kreativitas, dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif disajikan pada Tabel 4.27. Tabel 4.27 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas, dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Afektif Sumber Model Kreativitas Inferensi Model * Kreativitas Model * Inferensi Kreativitas * Inferensi Model * Kreativitas * Inferensi
Sig. .198 .000 .080 .182 .396 .277 .615
Simpulan H1 dtolak H1 dterima H1 dtolak H1 dtolak H1 dtolak H1 dtolak H1 dtolak
Hasil Anova untuk pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,198 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh model terhadap prestasi belajar afektif. Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar afektif. Pengaruh
kemampuan
inferensi
terhadap
prestasi
belajar
afektif
menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,080 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi
commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar afektif walaupun tidak signifikan karena taraf signifikansi masih dekat dengan 0.05. Pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,182 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif. Pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,396 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi model pembelajaran degan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif. Pengaruh interaksi kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,277 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif. Pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,615 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas, dan kemampuaan inferensi terhadap prestasi belajar afektif.
commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil Anova untuk pengaruh model, kreativitas, dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor disajikan pada Tabel 4.28. Tabel 4.28 Hasil Anova untuk Pengaruh Model, Kreativitas, dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Psikomotor Sumber Model Kreativitas Inferensi Model * Kreativitas Model * Inferensi Kreativitas * Inferensi Model * Kreativitas * Inferensi
Sig. .992 .192 .151 .029 .037 .510 .785
Simpulan H1 dtolak H1 dtolak H1 dtolak H1 diterima H1 diterima H1 dtolak H1 dtolak
Hasil Anova untuk pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,992 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh model terhadap hasil belajar psikomotor. Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,192 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor. Pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,151 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor. Pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,029 yang
commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh interaksi model pembelajaran degan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor. Uji lanjut menunjukkan urutan pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor sebagai berikut. Integrasi model PBL-POE dengan kreativitas tinggi paling berpengaruh terhadap prestasi belajar psikomotor. Kemudian disusul integrasi model PBL-POE dengan kreativitas rendah, model POE dengan kreativitas tinggi, model POE dengan kreativitas rendah, model PBL dengan kreativitas tinggi dan model PBL dengan kreativitas rendah. Pengaruh interaksi model pembelajaran dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,037 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh interaksi model pembelajaran degan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor.
Uji
lanjut
menunjukkan
urutan
pengaruh interaksi
model
pembelajaran dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor sebagai berikut. Integrasi model PBL-POE dengan kemampuan inferensi tinggi paling berpengaruh terhadap prestasi belajar psikomotor. Kemudian disusul integrasi model PBL-POE dengan kemampuan inferensi rendah, model POE dengan kemampuan inferensi tinggi, model POE dengan kemampuan inferensi rendah, model PBL dengan kemampuan inferensi tinggi dan model PBL dengan kemampuan inferensi rendah.
commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengaruh interaksi kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotoor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,510 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi kreativitas dengan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor. Pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,785 yang lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas, dan kemampuaan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor. D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hasil menunjukkan ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. Kehadiran model dengan sintaks tertentu menuntut siswa untuk aktif melakukan proses pembelajaran sehingga berdampak langsung dalam pembentukan konsep materi pembelajaran. Model PBL lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dibandingkan model POE. Integrasi model PBL-POE lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dibandingkan model PBL. Integrasi model PBL-POE lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dibandingkan model POE. Integrasi model PBL-POE merupakan model dengan penggabungan keunggulankeunggulan sintaks model PBL dan POE. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
integrasi model PBL-POE paling berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan teori Ausubel tentang belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsepkonsep. Pada dasar-dasar biologi, belajar bermakna menyangkut perubahanperubahan dalam jumlah atau ciri-ciri yang berpartisipasi dalam belajar bermakna. Hal ini didukung pula oleh penelitian Peterson (2004) dan Tan (2009) bahwa model PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, dan penelitian McNay (1993), bahwa pembelajaran model POE dapat meningkatkan kemampuan memprediksi. Oleh karena itu, integrasi model PBL-POE dapat diterapkan dalam proses pembelajaran karena peserta didik lebih aktif, kreatif, terampil, obyektif dan dapat menemukan konsep. Model pembelajaran hadir beserta sintaks, menurut teori Bruner salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model yang dikenal dengan penemuan. Siswa mencari pemecahan masalah untuk menghasilkan pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif. Kehadiran model dengan sintak tertentu belum tentu bisa membuat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan sungguhsungguh, tanggung jawab, disiplin, dan lebih aktif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor. Hasil eksperimen bertentangan dengan hipotesis yang dirumuskan. Hal tersebut disebabkan karena faktor internal dan eksternal siswa, faktor internal siswa
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diantaranya kreativitas dan kemampuan inferensi siswa, sedangkan faktor eksternal siswa diantaranya adalah waktu sekolah jam pelajaran sampai sore yaitu jam ke 9-10, sehingga siswa sudah lelah, model pembelajaran yang digunakan, dan lain-lain. Oleh karena itu, prestasi belajar afektif dan psikomotor siswa tidak meningkat pada pembelajaran dengan pemberian integrasi model PBL-POE. Oleh karena itu, pemberiaan integrasi model PBL-POE tidak mempengaruhi prestasi belajar afektif dan psikomotor. Menurut Thomas (2000) dalam bukunya tentang review hasil penelitian pembelajaran berbasis masalah menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya, memiliki nilai untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dalam bidang materi pelajaran. Proses pembelajaran yang ada dalam PBL membuat kemampuan siswa meningkat dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah, sehingga penguasaan materi dapat tercapai dengan baik. 2. Pengaruh Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar afektif. Siswa yang mempunyai kreativitas baik cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar dan cenderung bersungguh-sungguh serta tanggung jawab dalam mengikuti proses pembelajaran. Hasil menunjukkan tidak ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor. Siswa dengan kreativitas tinggi belum tentu memiliki prestasi belajar
commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
psikomotor baik juga. Siswa dengan kreativitas rendah belum tentu memiliki prestasi belajar psikomotor rendah. Siswa dengan kreativitas rendah bisa memiliki prestasi belajar psikomotor baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran didominasi dengan adanya model pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, kreativitas tidak mempengaruhi prestasi belajar psikomotor. Sardiman (2007) menyatakan bahwa kreativitas dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi kreativitas tumbuh dari dalam diri seseorang. Penggerak dalam diri siswa menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai. Oleh karena itu, kreativitas mempengaruhi hasil dari tujuan pembelajaran yaitu ketercapaian prestasi belajar yang baik. Menurut Arsoy dan Ozad (2004), model siklus belajar dapat meningkatkan kreativitas dan strategi pemecahan masalah. Borich dan Ong (2006) menyatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah mempunyai keuntungan diantaranya adalah meningkatkan kreativitas siswa untuk belajar, sehingga penguasaan materi dapat tercapai dengan baik. Liu (2005) menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat membuat siswa untuk belajar lebih kreatif sehingga penguasaan materi dapat tercapai dengan baik. Hal ini didukung pula oleh penelitian Tan (2009), menyatakan bahwa efektivitas PBL dalam
commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. 3. Pengaruh Kemampuan Inferensi terhadap Prestasi Belajar Siswa Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif walaupun tidak signifikan karena taraf signifikansi masih dekat dengan 0.05. Siswa dengan kemampuan inferensi baik belum tentu memiliki prestasi belajar kognitif baik juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah belum tentu memiliki prestasi belajar kognitif rendah juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah bisa memiliki prestasi belajar kognitif baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran didominasi dengan adanya model pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, kemampuan inferensi tidak mempengaruhi prestasi belajar kognitif. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif. Adanya kemampuan inferensi yang baik, menuntut siswa menjadi lebih bertanggung jawab, saling berkomunikasi dengan baik, dan saling menghargai. Oleh karena itu, ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor. Siswa dengan kemampuan inferensi baik belum tentu memiliki hasil belajar psikomotor baik juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah belum tentu memiliki prestasi belajar psikomotor
commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rendah juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah bisa memiliki prestasi belajar psikomotor baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran didominasi dengan adanya model pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, kemampuan inferensi tidak mempengaruhi prestasi belajar psikomotor. Pelaksanaan model pembelajaran PBL selain untuk meningkatkan keterampilan siswa juga dapat meningkatkan kemampuan inferensi siswa. Siswa akan mengalami proses dimana siswa akan mengolah informasinya sendiri. Kemudian memecahkan masalah yang diperoleh selama pembelajaran secara mandiri melalui kegitan penyususnan rencana dan laporan kegiatan yang dilakukan.
Adanya
peningkatan
kemampuan
inferensi
berdampak
pada
penguasaan materi sehingga materi dapat tercapai dengan baik. Hal ini didukung oleh pernyataan Bilqin (2009), yang menyatakan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan inferensi siswa sehingga penguasaan materi dapat tercapai dengan baik. 4. Pengaruh Interaksi Model Pembelajaran dengan Kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kreativitas dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini terjadi karena ketika model hadir dengan didukung kreativitas yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar kognitif yang baik. Ketika model saja yang tampil akan menunjukkan pengaruh yang nyata pada prestasi belajar kognitif. Proses
commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran didapatkan ketika model pembelajaran hadir beserta sintaksnya yang merupakan proses atau langkah-langkah untuk membentuk konsep. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kreativitas dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi karena ketika model hadir dengan didukung kreativitas yang baik tidak selalau menunjukkan prestasi belajar afektif baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kreativitas dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor. Adanya kreativitas baik serta didukung dengan model yang sesuai, menuntut siswa menjadi lebih aktif, saling berkomunikasi dengan baik, dan tergerak untuk bekerja secara berkelompok. 5. Pengaruh Interaksi Model Pembelajaran dengan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini terjadi karena ketika model hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar kognitif yang baik. Ketika model saja yang tampil akan menunjukkan pengaruh yang nyata pada prestasi belajar kognitif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena ketika model hadir dengan disertai kemampuan inferensi yang baik tidak selalau menunjukkan prestasi belajar afektif yang baik. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor. Adanya kemampuan inferensi baik serta didukung dengan model yang sesuai, menuntut siswa menjadi lebih aktif, saling berkomunikasi dengan baik, dan tergerak untuk bekerja secara berkelompok. Kreativitas dengan adanya model yang sesuai lebih berpengaruh daripada adanya kemampuan inferensi dengan adanya model yang sesuai terhadap prestasi belajar psikomotor secara signifikan. Hal ini terjadi karena pada siswa yang memiliki kemampuan inferensi baik dan kreativitas baik akan cenderung aktif. Oleh karena itu, ranah psikomotor lebih terberdayakan ketika kemampuan inferensi muncul beseta model yang sesuai serta ketika kreativitas muncul beserta model yang sesuai. 6. Pengaruh Interaksi antara Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif. Hal tersebut terjadi karena ketika kreativitas baik hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar kognitif yang baik. Prestasi belajar kognitif baik ketika siswa melalui proses pembelajaran yang baik dengan adanya
commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
model pembelajaran. Oleh karena itu, tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan keterampian berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi karena ketika kreativitas baik hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar afektif yang baik. Oleh karena itu, tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor. Hal tersebut terjadi karena ketika kreativitas baik hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar psikomotor yang baik. 7. Pengaruh Interaksi antara Model Pembelajaran, Kreativitas dan Kemampuan Inferensi Terhadap Prestasi Belajar Hasil penelitian untuk pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,116 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas, dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh kemampuan inferensi, dan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. Hal tersebut terjadi karena ketika model hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik dan
commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau kreativitas yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar kognitif yang baik. Ketika model saja yang tampil menunjukkan pengaruh yang nyata pada prestasi belajar kognitif. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada pengaruh keterampian berpikir kritis, kemampuan inferensi, dan model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi karena ketika model hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik dan atau kreativitas yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar afektif yang baik.
commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang dikumpulkan dan hasil analisis data yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.
Ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif, kehadiran model dengan sintaks-sintaksnya menuntut siswa untuk aktif melakukan proses pembelajaran sehingga berdampak langsung dalam pembentukan konsep materi pembelajaran. Model PBL lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dibandingkan model POE, sedangkan integrasi model PBL-POE lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar kognitif dibandingkan model PBL dan model POE. Integrasi model PBLPOE merupakan model dengan penggabungan keunggulan-keunggulan dalam sintaks model PBL dan POE. Oleh karena itu, integrasi model PBL-POE paling berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa. Tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif dan psikomotor. Kehadiran model dengan sintaks tertentu belum tentu bisa membuat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan sungguhsungguh, tanggung jawab, disiplin, dan lebih aktif. faktor internal dan eksternal siswa.
commit to user
118
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif. Siswa dengan kreativitas baik cenderung memiliki prestasi belajar kognitif baik juga. Siswa yang kreatif cenderung berpikir lebih dalam untuk menemukan konsepkonsep materi pelajaran. Ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar afektif. Siswa yang mempunyai kreativitas baik, memiliki rasa ingin tahu yang besar dan bersungguh sungguh serta tanggung jawab dalam mngikuti pelajaran. Tidak ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor. Siswa dengan kreativitas tinggi belum tentu memiliki prestasi belajar psikomotor baik juga. Siswa dengan kreativitas rendah belum tentu memiliki prestasi belajar psikomotor rendah. Siswa dengan kreativitas rendah bisa memiliki prestasi belajar psikomotor baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik. 3. Ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar kognitif walaupun tidak signifikan. Siswa dengan kemampuan inferensi baik belum tentu memiliki prestasi belajar kognitif baik juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah belum tentu memiliki prestasi belajar kognitif rendah juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah bisa memiliki prestasi belajar kognitif baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Ada pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar afektif. Adanya kemampuan inferensi yang baik, menuntut siswa menjadi lebih bertanggung jawab, saling berkomunikasi dengan baik, dan saling menghargai. Tidak ada
commit to user
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengaruh kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar psikomotor. Siswa dengan kemampuan inferensi baik belum tentu memiliki hasil belajar psikomotor baik juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah belum tentu memiliki prestasi belajar psikomotor rendah juga. Siswa dengan kemampuan inferensi rendah bisa memiliki prestasi belajar psikomotor baik ketika mengikuti proses pembelajaran dengan baik. 4. Tidak ada pengaruh kreativitas dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. Proses pembelajaran didapatkan ketika model pembelajaran hadir beserta sintaksnya yang merupakan proses atau langkah-langkah untuk membentuk konsep. Tidak ada pengaruh kreativitas dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi karena ketika model hadir dengan didukung kreativitas yang baik tidak selalau menunjukkan prestasi belajar afektif baik. Ada pengaruh kreativitas dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor. Adanya kreativitas yang baik dan didukung dengan model yang sesuai, menuntut siswa menjadi lebih aktif, saling berkomunikasi dengan baik, dan tergerak untuk bekerja secara berkelompok. 5.
Tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini terjadi karena ketika model hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar kognitif yang baik. Ketika model saja yang tampil akan
commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan pengaruh yang nyata pada prestasi belajar kognitif. Tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar afektif. Ada pengaruh kemampuan inferensi dengan model pembelajaran terhadap prestasi belajar psikomotor.
Adanya kemampuan
inferensi baik serta didukung dengan model yang sesuai, menuntut siswa menjadi lebih aktif, saling berkomunikasi dengan baik, dan tergerak untuk bekerja secara berkelompok. 6.
Tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif. Prestasi belajar kognitif baik ketika siswa melalui proses pembelajaran yang baik dengan adanya model pembelajaran. Tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif. Hal tersebut terjadi karena ketika kreativitas baik hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar afektif yang baik. Tidak ada pengaruh kemampuan inferensi dengan kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotor.
7. Tidak ada pengaruh interaksi model pembelajaran, kreativitas, dan kemampuan inferensi terhadap prestasi belajar aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor terhadap prestasi belajar siswa. Hal tersebut terjadi karena ketika model hadir dengan didukung kemampuan inferensi yang baik dan atau kreativitas yang baik tidak selalu menunjukkan prestasi belajar yang baik.
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas, maka implikasi hasil penelitian ini adalah: 1. Implikasi Teoritis a. Penggunaan integrasi model PBL-POE lebih memberikan pengaruh secara tidak signifikan terhadap prestasi belajar kognitif daripada prestasi belajar afektif dan psikomotor. Pemberian integrasi model PBL-POE meningkatkan prestasi kognitif tetapi tidak signifikan. Pemberian integrasi model PBL-POE dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai alternatif pada proses pembelajaran. b. Kreativitas dan kemampuan inferensi merupakan faktor internal siswa yang mempunyai
pengaruh
terhadap
prestasi
belajar.
Guru
hendaknya
memperhatikan siswa yang memiliki kreativitas dan kemampuan inferensi yang bervariasi. Kreativitas pada penelitian ini memberikan pengaruh yang tidak signifikan pada prestasi belajar afektif, sedangkan kemampuan inferensi memberikan pengaruh yang tidak signifikan pada prestasi belajar psikomotor. Guru dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan inferensi siswa. c. Penggunaan model PBL, model POE, dan integrasi model PBL-POE memberikan dampak positif kepada siswa, yaitu siswa mampu memecahkan masalah dan memprediksi.
commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Implikasi Praktis a. Integrasi model PBL-POE dapat diterapkan dalam proses pembelajaran Biologi karena siawa lebih aktif, kreatif, terampil, obyektif dan memiliki kemampuan inferensi dengan menemukan konsep. b. Kreativitas dan kemampuan inferensi yang merupakan faktor internal siswa dapat dikembangkan untuk menunjang tercapainya prestasi belajar yang lebih baik. Siswa yang mempunyai kreativitas baik menunjukkan prestasi belajar afektif yang lebih baik, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan inferensi baik menunjukkan prestasi belajar psikomotor yang lebih baik. C. Saran Berdasar kesimpulan dan implikasi yang diperoleh, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi Guru a. Integrasi model PBL-POE hendaknya dilakukan dengan persiapan yang matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai rencana. b. Integrasi model PBL-POE dapat diterapkan oleh guru lain, tetapi perlu diperhatikan hambatannya yaitu: pembentukan kelompok kecil dalam sintaks pembelajaran, perlu diperhatikan perbedaan jenis kelamin dan prestasi belajar, waktu jam mengajar, dan sarana yang dimiliki sekolah.
commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Perlu dilakukan pengukuran kreativitas dan kemampuan inferensi yang merupakan faktor internal siswa. 2. Bagi Siswa a. Setiap siswa mempunyai kreativitas dan kemampuan inferensi yang bervariasi. b. Setiap siswa mampu memecahkan masalah dan memprediksi, hal ini terkadang tidak disadari oleh siswa. c. Sebaiknya siswa selalu memahami tujuan yang hendak dicapai setiap proses pembelajaran. 3. Bagi Peneliti Lain a. Hasil penelitian ini hanya pada siswa di SMA Negeri 1 Bojonegoro, sehingga perlu dilakukan penelitian di sekolah lain untuk memperoleh temuan yang lebih bervariasi. b. Validasi instrumen sangat perlu dilakukan dengan cermat dan teliti untuk memperoleh data hasil penelitian yang lebih signifikan, sehingga dihasilkan kesimpulan yang sahih. c. Peneliti dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambah atau mengubah variabel-varuabel penelitiannya. d. Penelitin baru dapat dilakukan dari model pembelajaran pada penelitian ini atau dari tinjauan yang lainnya.
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsoy, Aysu dan Ozad, Bahire Efe. 2004. PBL in Science Education. Journal of Turkish Science Education, 6 (1): 26-36 Arsyad, Azhar.2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Aryulina, Dyah. 2007. Biologi 1 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta : Esis. Bahri, Alim. 2009. Sistem Pembelajaran Abad 21 dengan “Project Based Learning” (PBL) (Online). Bilqin, I. 2009. The Effect of Guided Inquiry Instruction in Corporating a Cooperative Learning Approach on University Students’ Achievement of Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction. Scientific Research and Essay, 4(10): 1038-1040 Campbell, Neil A. Reece, Jean B. Mitchell, lawrence G. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga. Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas. 2006. Undang-undang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas, 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Dewey, Jhon. 2003. Democracy and Education. New York: Free Press. Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ewintri. 2008. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Lampung: Universitas Lampung.
commit to user
125
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Facione. 2011. Critical Thinking: A Statement of Expert Consensus for Purposes of Educational Assessment and Instruction. Fullerton: California State University. Illeris dan Ormorod. 2000. From Vocational Training to Workplace Learning. Center for Research in Lifelong Learning. -------------. 3 Maret 2012. Kemajuan IPTEK Era Global. Jakarta: Kompas. Liu, M. 2005. Motivating Students Through Problem – Based - Learning. Austin University of Texas. Margaret McNay, Kathleen W. Melville. 1993. Children’s Skill in Making Predictions and Their Understanding or What Predicting Means. Journal of Research in Science Teaching. 561-577. Munandar, Utami. 2009. Pengembangan dan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta. Ninik Suspriyati. 2012. Pembelajaran Biologi dengan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dan Model Predict, Observe, Explain, and Write (POEW) Ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Belajar Siswa. Tesis Tidak Diterbitkan: Program Pascasarjana UNS Surakarta. Nur, Mochmamad. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah Universitas Negeri Surabaya. Ong, A.C., & Borich, D. G. 2006. Teaching Strategies That Promete Thingking. Singapore : Mcgraw-Hill Education. Peterson, T. O., & Van Fleet, D. D. 2003. Critical Managerial Leadership Behavior. Oklahoma State University. Peterson, T. O. 2004. So You’re Thinking of Trying Problem Based Learning? Three Critical Success Factor for Implementation. Journal of Management Education. 28 (5): 630-647 Poerwodarminto, W.J.S. 1991. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pratiwi, A., dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga. Purwadi, B. 2006. PISA dan TIMSS 2003. Gambaran Umum Metode Penelitian. Jakarta: Puspendik Depdiknas. Rudy. 2011. Peran Guru Abad XXI. Surabaya: Unesa (Online). http://rudy-unesa.blogspot.com/2011/02/peran-guru-abad-xxi.html September 2012).
(15
Rustaman, Nuryani, Y. 2004. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Satiadarma, M.P. dan Wawuru, F.E. 2003. Mendidik Kecerdasan. Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru Dalam Mendidik Anak Cerdas. Jakarta: Pustaka Populer. Sawitri Epi Wahyuni. 2013. Pembelajaran biologi Model POE (Prediction, Observation, Explanation) Melalui laboratorium Riil dan Laboratorium Virtuil Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kemampuan Berpikir Abstrak. Tesis Tidak Diterbitkan: Program Pascasarjana UNS Surakarta. Slavin, Robert, E. 2008. Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktek. Bandung: Nusa Media. Suciati. 2011. Tugas Rumah Berbasis Home Science Process Skill (HSPS) pada Pembelajaran Biologi untuk Mengembangkan Literasi Sains Siswa. Proceeding Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi FKIP UNS Surakarta. Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad. 1990. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Siswa. Sumaji. 2003. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivis dan Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Surya, M. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Tan, Oon-Seng. 2003. Problem Based Learning Innovation. Singapore: Cengange Learning Asia Pte, Ltd. Toharudin, Uus. 2011. Membangun Literasi Sains. Bandung: Humaniora. Thomas, J. W. 2000. A Review Of Research on Project – Based - Learning. California: The Autodesk Foundation. Veronika Sri Suharni. 2013. Pembelajaran Biologi Model Problem Based Learning (PBL) Menggunakan Metode Buzz Group Discussion dan Whole Group Discussion Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Tesis Tidak Diterbitkan: Program Pascasarjana UNS Surakarta. Wenno, I. H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta: Inti Media.
commit to user