J URN A L
ISSN 1412-548X
TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH TERAKREDITASI BERDASARKAN SK DIRJEN DIKTI NO. 23A1DIKTIIKEP/2004
Volume 6
I Tabuo VI
No.1, Mei 2007
STRUKTUR GEOTEKNIK HIDROTEKNIK TRANSPORTASI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI
JURNAL
ISSN: 1412-548X
TEKNIK SIPIL
JURUSAN TEKNIK SIPIL, FAKULTAS TEKNIK, UNIVERSITAS SYIAH KUALA, BANDA ACEH
Volume 6
I Tabuo VI
No.1, Mei 2007
~
Daftar lsi ADE SJAFRUDDIN, OFYAR Z. TAMIN, DAN SOFYAN M. SALEH Analisis Pola Transportasi Barang Di Era Otonomi Oaerah (Studi Kasus Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam)
1
-
8
9
-
16
MUNIRWANSYAH Kajian Geoteknik Tentang Hubungan Empiris Fungsi Filler untuk Menentukan Stabilitas Material Pondasi Jalan Raya
CUT RANJAN DAN SAHARUDDIN H.A. Teknologi dan Metoda Konstruksi Komponen Struktur Arch Beton Pratekan lembatan Rempang Galang Kawasan Barelang Riau
17 - 24
LAlLA QADRI Kenyamanan Tennal Pada Hunian Perumahan Di Banda Aceh (Kasus: Perumahan Villa Citra Oi Kampung Pineung Banda Aceh)
DIRWAN
25
- 30
31 - 36
Estimasi Waktu Konsentrasi Aliran Pada Daerah yang Ditutupi Rumput
KHAIZAL DAN MUKHSIN Hubungan Sensitifitas Dengan Parameter Kuat Geser Tanah Lempung Di Sekitar Kota Banda Aceh
37
-
42
43
-
47
M. JAMIL DAN SAHARUDDIN H.A. Proses Keputusan Level Strategis Pada Bisnis Real Estate Pemukiman Harapan Indah Banda Aceh
NGUDIYONO DAN FATMAH MAHMUD Pemanfaatan Fiber Lokal (Kawat Bendrat) Sebagai Tulangan Geser Mikro (Micro Shear Reinforcement) Pada Balok Beton Bertulang
49 - 59
ASHFA Upaya Untuk Mengembalikan Sense OfPlace Di Pedestrian Mall Koridor Jalan Tgk. Chik Pantekulu Kota Banda Aceh Melalui Rehabilitasi Bangunan Pertokoan Lama
61 - 68
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
ISSN 1412-548X
pp. 1- 8
ANALISIS POLA TRANSPORTASI BARANG
DI ERA OTONOMI DAERAH
liah lainnya
(Studi Kasus Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam)
Ade Sjafruddin l ), Ofyar Z. Tamin 2) dan Sofyan M. Saleh
baku
3)
Jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung
3) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
i) & 2)
tunggal dan
.
Abstrak
.
;mg-masmg
Besarnya pergerakan barang dapat direpresentasikan dengan Matriks Asal Tujuan (MAT) ataupun dengan diagram garis keinginan (desire line). Dalam era otonomi daerah, tuntutan pemekaran wilayah tidak dapat dielakkan. Dalam kajian ini diambil kasus transportasi barang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dimana hampir 95% pergerakan barang dilakukan dengan moda darat Ualan raya), walaupun sebagian besar wilayah NAD berada pada daerah pesisir dimana pergerakan terse but dapat dilakukan dengan moda laut, namun karena kurangnya prasarana dan sarana maka pergerakan lewat jalan raya tetap menjadi pilihan karena lebih efisien. Sebelum diberlakukan Undang-Undang No. 22 Tahun ] 999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Undang-Undang No. 18 Tahun 200 I tentang otonomi khusus untuk Provinsi NAD, jumlah kabupaten/kota di NAD hanya 10 daerah. Pada era otonomi daerah, jumlah kabupatenlkota menjadi 21 daerah, dimana kabupatenlkota mulai merumuskan kebijakan pembangunan baik prasarana maupun sarana sesuai keinginan dan kebutuhan daerah masing-masing. Untuk itu, pada tuli~an ini dianalisis pola pergerakan barang antar zona setelah diberlakukan otonomi daerah dengan menggunakan model gravity. HasiJ analisis menunjukkan bahwa perubahan jumlah zona mempengaruhi pola pergerakan barang cukup signifikan antar zona dalam daerah kajian.
jenis huruf
lalah Times
dri 5,5 em, iengan kata
Roman-12
gan urutan pustaka. lhun terbit,
udi Teknik ~auf No: 7, Fax: 0651
:sinya) satu , foto. yang lam naskah m program digunakan
:-mail Uika
kan editing
ian naskah
lemperoleh
Kata kunci: Transportasi barang. otonomi daerah. matrik asal tujuan, model gravity.
I.
PendahuIuan
l.l
Latar Belakang
Permintaan terhadap transportasi barang terus meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan terjadinya perubahan tataguna lahan. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya minat masyarakat untuk mengembangkan daerah perkebunan sawit di daerah pesisir barat-selatan dan daerah timur - utara propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Sementara untuk daerah pegunungan di bagian tengah-tenggara menghasilkan berbagai kebutuhan sayur-sayuran dan buah-buahan serta hasil pertanian dan hasil hutan lainnya. Secara geografis, letak c propinsi NAD dengan luas 57.365,57 km merupakan propinsi paling barat di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia berada pada posisi antara 2° - 6° lintang Utara dan 95° - 98° BT. Kondisi geografis yang dikelilingi laut sepanjang kira-kira 1200 km garis pantai dimana sebagian besar kabupatenlkota berada sepanjang garis pantai, hal ini selayaknya dapat memanfaatkan transportasi laut untuk pergerakan barang. Namun karena terbatasnya prasarana dan sarana, maka transportasi darat masih dominan.
Sejak diberlakukan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, telah merubah paradigma dalam sistim pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik. Daerah mulai memikirkan pemekaran wilayah dan merumuskan kebijakan pembangunan baik prasarana maupun sarana sesuai keinginan masing masing. Bahkan Untuk provinsi NAD diberlakukan otonomi khusus berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 200 I. Konsekuensi dari otonomi daerah adalah munculnya pemekaran daerah kabupatenlkota di NAD dari 8 kabupaten dan 2 kota menjadi 17 kabupaten dan 4 kota. Koridor utama yang menghubungkan Banda Aceh (ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, NAD) dengan Sumatera Utara (Sumut) adalah jaringan jalan pantai Utara-Timur. Dua koridor jalan yang penting lainnya adalah jalan lintas pantai Barat-Selatan dan jalan lintas bagian Tengah. Hampir semua kabupatenlkota din provinsi NAD terletak disepanjang ketiga koridor tersebut yang memanjang dari Banda Aceh kearah perbatasan Sumut. Pemerintah pusat dan pemerintah provinsi NAD telah melakukan suatu usaha untuk meningkatkan jaringan jalan yang
Volume 6, Tahun VI, No.1, Mei 2007
- 1
menghubungkan korodor pantai Barat dan Selatan (lautan Hindia) ke koridor pantai Timur provinsi NAD (selat Malaka) melalui koridor tengah yang terdiri dari empat kabupaten di pedalaman Aceh, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara. Selain angkutan jalan raya, angkutan ferry merupakan jasa angkutan utama yang menghubungkan daratan Aceh ke daerah pulau, seperti pulau Weh (Kota Sabang) yang dirancang sebagai Zona Perdagangan Bebas, pulau Simeulu (kabupaten Simeulu), dan ke kepulauan banyak (kabupaten Aceh Singkil). Provinsi NAO memiliki 11 pelabuhan dengan kategori yang bervariasi, hal ini menunjukkan pentingnya angkutan laut didaerah ini. Hubungan laut sub regional telah berperan dengan berkembangnya jaringan angkutan laut komersial dan rute-rute laut tradisional. Untuk kargo hanya pada beberapa pelabuhan (dengan fasilitas kurang memadai) yang mungkin dilakukan bongkar muat seperti Sabang, Malahayati dan Lhokseumawe. Provinsi NAO juga memiliki 8 bandara yang kawasannya diatur dengan baik dengan infrastruktur penerbangan sipil. Salah satunya adalah Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), berlokasi kira-kira 15 km dari Banda Aceh digolongkan kedalam tingkatan kedua menurut klasifikasi leAO dengan panjang runway 2,500 m dan lebar 45 m. 1.2
Permasalahan
Hampir 95% pergerakan barang di Propinsi NAO dari data 00 nasional 200 I (sebelum otonomi daerah) dilakukan dengan moda jalan, walaupun ada beberapa daerah pesisir pergerakan tersebut dapat dilakukan dengan moda laut. Hal ini tidak berbeda jauh dengan era otonomi daerah, namun karena kurangnya prasarana dan sarana maka pergerakan barang melalui jalan tetap lebih efisien. Pergerakan melalui jalan juga ada kendala geografis daerah dan minimnya jaringan jalan antar zona. Sementara akibat tsunami pola tersebut berubah secara drastis, banyaknya jaringan jalan yang hancur, terutama di daerah pantai barat dan selatan provinsi NAD. Terputusnya ruas jalan dari dan ke kabupaten Aceh Jaya dan Aceh Barat telah mengharuskan pergerakan barang hanya dapat dilakukan melalui laut dan udara sesaat setelah tsunami.
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
Jurnal Teknik Si Universitas Syi2
otonomi daerah dengan dasar surplus dan permintaan, tata guna lahan dan kebijakan daerah.
Untuk kalibra atau ukuran keml merupakan hal ya pangkat digunaka kajian ini karena relatif 1uas. Bentl Hyman (1969) dal
Batasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini dititikberatkan pada pergerakan barang regional antar zona di provinsi NAD melalui moda darat (truk) dengan 9 zona untuk membentuk model bangkitan dan tarikan dan dikembangkan dalam anal isis menjadi 19 zona di daratan (zona internal), dan 2 zona daerah kepulauan serta ditambah satu zona yaitu Medan (Sumut) yang selama ini merupakan gerbang distribusi barang dari dan keluar NAO yang dianggap sebagai zona eksternal, dengan tidak membedakan jenis komoditi.
2.
Studi pustaka
Tabel3.1 JIJ , I
I Kabupatco/Kota I (Zooa)
'Banda Aceh IAceh Besar IPidie iAceh Utara IAceh Timur !Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Barat Aceh Selatan
Persamaan dasar model gravity (GR) dapat dinyatakan sebagai:
Jumlab
Oimana: jumlah pergerakan (kendaraan, penumpang, barang) dari zona i ke d fungsi hambatan f(C,d) sebagai faktor Ai dan B d = konstanta penyeimbang. dimana:
A
=__._1_ _
1
N
d;1
2 - Volume 6, Tahun VI, No.1, Mei 2007
Metode anal.
Seperti yang te dapat menggunaki ekonomi yang dipe distribusi Produk (PDR?1. dan kabupalc kota dip
Model transportasi barang yang secara ekplisit memperhitungkan jaringan transportasi merupakan pengembangan dari model gravity. Model-model seperti ini dikategorikan ke daJam pendekatan interaksi spasial. Metode sintetis (interaksi spasial) yang paling terkenaJ dan sering digunakan adalah model gravity (GR) karen a sangat sederhana sehingga mudah dimengerti dan digunakan. Model ini menggunakan konsep gravity yang diperkenalkan oleh Newton pada tahun 1686 yang dikembangkan dari analogi hukum gravitasi.
Tujuan dan Batasan
Tujuan dari penulisan Inl adalah untuk menganalisis pola transportasi barang di era
3.
Pergerakan barang terjadi karena adanya kebutuhan disatu pihak dan surplus dipihak lain. Hal ini umumnya dilandasi atas dasar ekonomi (Kanafani, 1983). Oleh karena itu penerapan kaidah kaidah ekonomi dalam anal isis pergerakan barang lebih sesuai karena variasi yang tidak dapat dijelaskan relatif kecil, walaupun tidak berarti hilang sama sekali.
I)BJ.Dd·J:d) 1.3
Berdasarkan pemodelan kebutu jawa menunjukk~ (penduduk, PDRE masih merupakan tersebut (Sjafruddi
Bd =
1
~N:-:-'- - - -
I
(A,.o, ·f:" )
: I
I
,I
j
1\0
:"lama Zon j
i
[I
I
Banda Aceh
~ AcehBesar
I Pi die i Bireun 5 I Lhokseumawl : 6 : Aceh Ltara 7 Aceh Timur 8 Langsa 9 Aceh Tamianj 10 Gayo Lues II Aceh Tengg81 j
3
I
4
I
I Teknik Sipil Syiah Kuala
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
surplus dan akan daerah.
Untuk kalibrasi model gravity fungsi hambatan atau ukuran kemudahan antara zona i dan zona d merupakan hal yang penting. Oleh karena itu fungsi pangkat digunakan sebagai fungsi hambatan dalam kajian ini karen a menganalisis suatu wilayah yang relatif luas. Bentuk persamaan dikemukakan oleh Hyman (1969) dalam Tamin (2003) adalah:
am penelitian regional Ii moda darat bentuk model mgkan dalam zona internal), ditambah satu ~ selama ini lng dari dan :ona eksternal. oditi. ~rang
!(C1J )
Untuk memperoleh MAT pada tahun 2004, dibuat model berdasarkan data sosial ekonomi NAD tahun 2001 dan data O-f2.!t~sional 2001 yang dimasukkan ke dalam model sehingga didapat jumlah pergerakan tahun 2004 (sebelum tsunami). Selanjutnya diprediksi MAT tahun 2006 (pasca tsunami), tahun 20 I0 (pasca rekonstruksi).
(fungsi pangkat)
Berdasarkan hasil penelitian mengenal pemodelan kebutuhan transportasi barang di pulau jawa menunjukkan bahwa data sosio-ekonomi (penduduk, PDRB baik urn urn maupun industri) masih merupakan faktor penentu dalam model tersebut (Sjafruddin dkk. 1998). 3.
Irena adanya ~ dipihak lain. lasar ekonomi tu penerapan sis pergerakan ng tidak dapat tidak berarti
Wilayah studi dibagi ke dalam zona-zona. Sesuai dengan asumsi dalam pemodelan transportasi (makro) yaitu bahwa pergerakan mulai dan berakhir dari/ke suatu titik dalam zona yang biasa disebut sebagai pusat zona (zone centroid). Penentuan sistem zona (termasuk batas-batasnya) didasarkan kepada sistem batas administratif. Untuk membuat model bangkitan dan tarikan diambil pada kondisi sebelum otonomi daerah dengan 9 zona (tidak termasuk Sabang). Dari model sebelum tsunami pada studi ini jumlah zona internal dibagi menjadi 19 sistem zona dan zona eksternal ada 3 zona.
Metode analisis
Seperti yang telah disebutkan bahwa model ini dapat menggunakan data sekunder. Data sosial ekonomi yang diperlukan adalah distribusi populasi, distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRE), dan jumlah kendaraan setiap kabupaten/kota diperoleh dari Badan Pusat Statistik
secara ekpJisit asi merupakan Model-model 11 pendekatan :eraksi spasial) unakan adalah gat sederhana Jnakan. Model 'ravity yang 1un 1686 yang ravitasi.
Tabel3.1 Jumlah Zona dan Data Sosioekonomi yang Mempengaruhi Model Sebelum Otonomi
Kabupaten/Kota (Zona) !Banda Aceh Aceh Besar I,Pidie iAceh Utara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Barat Aceh Selatan Jumlab i
(GR) dapat
y"
= C/~a
Propinsi NAD. Data lain adalah data aksessibilitas jaringan transportasi seperti waktu tempuh dan jarak tempuh (dalam kasus ini adalah data jaringan jalan) diperoleh dari Dinas Praswil dan Dinas Perhubungan Propinsi NAD.
Bangkitan I Tarikan I (ton/tabun) I (ton/tabun) Oi Dd 1.313.919 523374 598044 2.570.917 445.272 572.337 166.205 1562.527 497372 8.249.967
527.442 1.626610 623.060 1.435.642 953.809 1.360.482 194.969 769.245 758.708 8.249,967
Populasi (orang) X2 218.300, 288.600 504.900 1.026.600 662.600 265.700 211.800 427.700 427000 4.033.200
Jumlab I PDRB Angkatan Kendaraan I I kerja (unit) (ribu) I (orang) Ii
Xl 194.970 20.129 28780 79.656 31.658 24.884 4.629 27.826 19.301 431.833,00
XI 3182.77 4304,77 2.809,02 38.396.83 7.589.43 4.742.70 2228,01 2.93831 6.722.69 72.914,53
Jumlab Industri (unit)
Produksi Padi (ton)
~
X,
X~
104.700 153700 179055 453.766 242.754 167.672 98388 210.797 127329 1.738.161
8 14
1748.00 158.483,00 I 156602,00 176642.00 211083.00 48.273.00 117.832,00 184.336,00 68.417.00 1.123.416,00
I
10 22 I 1
7 8 72
Tabel 3.2 Nama dan Nomor Zona Setelah Otonomi
n (kendaraan, 19) dari zona i
:\0 , I
i
Nama Zona
!
:I ~ai
lana:
faktor
Banda Aceh
Aceh Besar
Pidie
3
Bireun 4
5 , Lhokseumawe ,6 Aceh Utara 7 Aceh Timur . 8 I Langsa 9 Aceh Tamiang 10 ! Gayo Lues I 11 i Aceh Tenggara 2
I
I
I
iIJ)
!
.f:J )
I
I
!
Nomor I Zona I 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011
Keterangan
Zona Internal Zona Internal Zona Internal Zona Internal Zona Internal Zona Internal Zona Internal , Zona Internal Zona Internal Zona Internal Zona Internal
r-=:I No
,
Aceh Selatan Aceh Singkil ~4 Aceh Barat Dava , 15 : Aceh Barat Naean Rava 16 17 , Aceh Java I 18 Aceh Tengah I 19 Bener Meriah Simeulue 20 Sabang I ~ Medan 12 . 13
~
I
Nomor II Zona
Nama Zona
I I
i I
I
I
1012 10\3 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020 1021 1022
I
Keterangan
-
Zona Internal Zona Internal , Zona Internal Zona Internal Zona Internal r Zona Internal Zona Internal
Zona Internal
! Zona Eksternal
Zona Eksternal Zona Eksternal
Volume 6, Tahun VI, No.1, Mei 2007 - 3
I
i
Jurnal Teknik 5
Universitas Syi,
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan uji linearitas dan korelasi terhadap variabel sosioekonomi. Uji linearitas dilakukan antara variabel tak bebas (Oi dan Dd) dengan variabel bebas XI, Xl, dan X 3 • Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai (Xd, Jumlah Penduduk sebagai (Xl), dan Jumlah Kendaraan sebagai (X 3 ). Sedangkan uji korelasi dilakukan baik antara variabel bebas dengan variabel tak bebas maupun sesama variabel bebas. Analisis hambatan pergerakan antar zona diperoleh dari mentransfer jarak tempuh menjadi waktu tempuh. Waktu tempuh yang dikaitkan dengan nilai waktu, maka dapat diperoleh hambatan biaya (C lj ) antar zona dari sisi penggunaan waktu. Sementara Biaya Operasi Kendaraan (BOK) dikaitkan dengan jarak tempuh diperoleh biaya antar zona dari sisi BOK. Hingga total hambatan antar zona merupakan gabungan dari kedua komponen biaya tersebut. Faktor hambatan C iJ yang dipakai adalah fungis pangkat dengan alasan kajian merupakan suatu wilayah yang relatif luas.
,--- I I
Sebelum Olonoml Daerah
------,-~
... - ~ - 00 Naslonal
Data Sosioekonoml Data Janngan Jalan
!
..... _~--
'~----fI>,i OlslnbUSl Pergerakan '
Model Bangkltanl
Tankan 8arang
_--_L-...
I
(MAT) Sebelull1 01 DA i
_
PredtlC.SI Demand dan Dlstnbu$1 MAT
Anahsl$ Pola
Pergerakan sarang eli
Era Otonomt daerah
maka untuk model bangkitan dipilih variabel Xi dan X 3 Sedangkan untuk model tarikan dipilih variabel bebas X2.
Banda Aceb Aceb Bellar Pidie Aceh Ubira Aceb TiDlur Aceh Tenllah Aceh Tenllllllra Aceb Baral Aceh Selabin Medan
Persamaan Bangkitan Barang:
0, = 306607,54 + 47.201 XI + 4.745 X 3 Persamaan Tarikan Barang:
Dd
=
621500,188+0,6587 Xl
Dimana: Trip ends (Total bangkitan dan tarikan) dalam ton/tahun PDRB dalam jutaan. Penduduk dalam ribu jiwa Jumlah kendaraan (total semua jenis, termasuk sepeda motor).
leu B.;nj,J Accb
Tahun 2004
•
Sebelum Tsunami
sete~~h~~u~~c:.dan: :1 Dim Masa Rekonstruksl!
~·;~~I
' Pasca Rekonstru)c;sl I
~Do~~~:~~~Q
Gambar 3.1. Kerangka Verja
4.
Hasil analisis dan diskusi
4.1
HasH Analisis
Dari hasil anal isis korelasi antara sesama semua variabel dapat dilihat bahwa variabel yang cukup berpengaruh terhadap besamya bangkitan pergerakan adalah PDRB dan jumlah kendaraan, walaupun hanya dengan korelasi yang rendah. Sementara untuk tarikan pergerakan yang dominan berpengaruh adalah PDRB dan jumlah penduduk dengan korelasi yang cukup signitikan. Antar sesama variabel bebas, hanya antara PDRB dan jumlah kendaraan. Bila diambil prinsip seleksi variabel untuk memperoleh model yang lebih baik,
4 - Volume 6, Tahun VI, No.1, Mei 2007
Aocil
&ur
112
59 :!2
36
LhokidlJmc\\ t:
8
9 9
A~Ul.ariJ
8 4
B=~
A~h
TllUur
0
10
5
Lm;.... AQah
Tanu ana
G'i\oLUl;.1; A~ rcnl1.. ~a
ACI;lh Scl:ll..m AcchS",gloJ
Sunculue
""1 7,
Saban,. ~'
3 22
Garis keingina besamya pergeraka Garis keinginan rr dari matriks asal tuj karena poJa pergen jumJah pergerakan, (spasial) yang leb gratis. Dari matri diketahui secarajel;
Distribusi Pergerakan
Bangkitan pergerakan memperlihatkan banyaknya lalulintas yang dibangkitkan oleh setiap zona, sedangkan sebaran perjalanan/pergerakan menunjukkan ke mana dan dari mana lalulintas tersebut. Matriks Asal-Tujuan (MAT) adalah suatu metoda yang sering digunakan untuk menggambarkan besarnya distribusi pergerakan. Pendekatan yang digunakan pada pemodelan sebaran pergerakan adalah dengan mengasumsikan bahwa pelaku perjalanan, pengendara atau kebutuhan pergerakan di dalam suatu daerah kajian dapat dinyatakan secara baik dengan model kebutuhan akan transportasi yang umum, misalnya model gravity (GR). Distribusi pergerakan dalam bentuk MAT dapat diperoleh dengan menggunakan rumus model gravity (GR), setelah melalui iterasi (pengulangan) Ai dan Bd hingga mencapai konvergensi. Hasil anal isis MAT tahun 2001 (sebelum otda) dan MAT 2004 (era otda) dalam truk per hari diperlihatkan pada tabel berikut.
'''''0
Plmc
------+----------~
.-----~~-
S""""
Aceb8elw
Total bangkitan pergerakan dari semua zona i (IOi) dan total tarikan pergerakan yang menuju zona d (IDd) yang diperoleh dari model bangkitan harus sarna, dengan demikian diperlukan penyesuaian untuk menyamakan jumlah tersebut. Pada studi ini digunakan pertumbuhan berdasarkan zona, kecuali pertumbuhan jumlah kendaraan yang digunakan pertumbuhan yang sarna untuk semua zona. Dengan asumsi tersebut, berdasarkan model yang dikembangkan dari era sebelum otonomi daerah, diperoleh bangkitan dan tarikan tahun 2004 dengan memasukkan variabel sosioekonmi, dan dapat diprediksi untuk 2006, dan 2010, seperti dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan tabel 4.2 di halaman berikut ini.
4.2
'---~---;
zona
I iI
I
~-.....,,-I_
~"8VI'O. Aaeh ..
Gamb
Jrnal Teknik Sipil iitas Syiah Kuala
Jurnal Teknik Sipi!
Universitas Syiah Kuala
Tabel 4.1 Matrik Asal Tujuan Tahun 2001 (Truk/hari), Sebelum Otonomi
pilih variabel Xl el tarikan dipilih
~
.J.7-/5 X3
II bangkitan dan :1!tahun Ian. ribujiwa an (total semua sepeda motor).
jari semua zona i
kan yang menuju
'j model bangkitan
kian diperlukan
I jumlah tersebut.
Juhan berdasarkan
Ih kendaraan yang
ama untuk semua
)erdasarkan model
sebelum otonomi
tarikan tahun 2004
sosioekonmi, dan
:Ian 20 I 0, seperti
dan tabei 4.2 di
memper\ihatkan gkitkan oleh setiap jalananipergerakan Ii mana lalulintas Vi AT) adalah suatu igunakan untuk ribusi pergerakan. pacta pemodelan an mengasumsikan pengendara atau suatu daerah kajian k dengan model 19 umum, misalnya pergerakan dalam ngan menggunakan elah melalui iterasi hingga mencapai
lAT tahun 2001
l (era otda) dalam
tabe I berikut.
Banda Aceh
Zona
Aceh Besar
0 79 35 54 9 4 13 22 16 30
Banda Aceh Aceh Besar Pidie Aceh Utara Aceh Timur Aceh Tenllah Aceh TeDlllzlIra Aceh Barat Aceh Setatan Medon I
I
Aceh Hara
Pidie
148 0 35 39 6 3 7 10 12 19
Aceh Timur
41 16 35 0 115 9 23 17 40 149
77
41 0 103 12 5 9 13 30 35
Aceh Tengah
12 4 7 199 0 4 9 5 16 107
Aceh Tenggara
8 3 5 25 6 0 26 9 24 156
Aceh Barat
Aceh Selatan
55 \3 14 54 9 10 89 0 17 47
26 7 8 59 13 26 0 72 13
84
Medan
26 10 22 86 20 19 11 II
19 7 10 124 51 49 27 12
0
'6
68
0
Tabel 4.2 Matrik Asal Tujuan Tahun 2004 (Truk/hari), Setelah Otonomi s",,,,"
Zoo.
Acch
0
iB.-r..iJA.;cb i..l.,~h&&1r
l.il~
iB,"~ iuoUil\l.lJU\\c Ac.:hLiuro:
IA.:o::h Tunur
1:..0'" ~h Tanuilnil
!GJHlLUCl> {Accb rcn'~21a
IA'4b s.:l:lt.m
,A~$makil ~.b8ll!'aIDo\,l
I,_&rot :\a~
,R;r:,"
1·-\cebJa\il
i.. ..--:l', T~i!ah '3ot"Memlt ;Slll1~u!~
Sab.J.'1" i:\~dJL
Accil. fl=r
112
59
0 22 36
7
9
9
8
8
10
4
5
2
2
2
3
2
2
2
2
5
3
21
3
2
4
71
7
2
3
2
2
2
2
4
3
12
3
2
3
22
8
PldJ~
56
47
0 33
25
25
9
3
4
6
4
2
4
2
4
3
12
8
6
4
16
13
BJNU.n
Lh~u mL,"~
14
9
24
0 76
52
II
4
4
6
4
5
3
7 29
0 129
9
3
3
3
I
3
I
2
1
5
15
12
2
5
11
2
I
2
I
1
I
i
4
3
I
2
8
A~
A~b
Ut= Tunur 8
8 5
4
9
6
26 10 24
167 0 43
22
0 6
58
6
34
2
3
3
2
2
1 4
4
I
I
I
2
I 1 4
4
3
4
2
3
2
2
3
3
14
35
Lan~!I
AC;t~
A""h
Ga;'D
Acch
T;>J1llan
Lu~
T~£!!!aro
4 2 3
4
9 15
75
0 64
2
I
I
4
1
1 I
2
2
I
I
1
26
5
8 5
7
II
II
3 4
5
10
17
47
69
0 2
2
3
7
2
1
9
2
6
2
3
0 47
4
11
3
2
2
4
14
9
5
3
49
35
J 3
2
2
2
Garis keinginan (desire line) mengambarkan besamya pergerakan antar zona di wilayah kajian. Garis keinginan merupakan bentuk secara grafts dari matriks asal tujuan (MAT). Nama ini diberikan karena pola pergerakan selain mempunyai dimensi jumlah pergerakan, juga mempunyai dimensi ruang (spasial) yang lebih mudah digambarkan secara gratis. Dari matriks asal tujuan (MAT) dapat diketahui secara jelas orientasi pergerakan tersebut.
A~b
&:lral'lll Suw.kI!
7
8
4
3
3 5
6
4
2
4
5
7
8
7 5
2
2
48
0 7
19
5 5
9
0 26
56
10
16
9
5 3
3
4
7
5
4
3
67
I
I
38
3
13
8
4
5
6
9
13
8
6
9
11
19
21
0 9
7
8
8
3
2
18
3
41
A~bB::.r:l1
Acch
:-':.lp.an
A.;gh
DQ\iJ
BIiI"i1t
Rava
JiI,a
9
4
4
2 4
5
3
2
3
4
6
60
12
0 16
33
II
I
I
20
4
9
18
7 6
4
5
6
3
I
2
3
4
10
8
14
0 58
35
2
1
20
7
8
13
5
51
16 12
6
7
9
5
2
3
3
3
5 3 4
5 3
I
2
3
4
16 10
3J 62
0 19
2
1
13
5
9
8:ro.,'T
A;;cl)
Tcnnah MI.11:1h
5
6
6
23
12
0 3
2
10
15
7
7
4
8
21
16
8
6
2
2
12
6
I
2
1
1
I
31 0 109
SII1'J>;u.!u,: SJ.bJ.Qg.
6
4
7
18
13
7
5
2
2
8
4
,
I
2
I
I
\ 3
121
0 I
3
10
2
7
14
6
6
4
5
7
4
2
3
6
4
34
20
17
19
12
15
2
:--!<Janl
116
19
10
4
5
5
3
I
I
2
1
I
2
5
3
4
4
8
II
14
8
14
I
2
2
2
8
14
2
9
3
2
10'
2
2
I
3
0
3
2
3
2
5
0
2
0 6
16
Hal ini dapat diatasi dengan bantuan garis keinginan arus pergerakan antar zona tetapi yang menunjukkan gambaran pergerakan yang terjadi, meskipun ada tidak diketahui gambaran arahan atau juga kelemahannya berupa tidak tepatnya informasi arus pergerakan (besar arus pergerakan dinyatakan dengan tebal garis keinginan). Garis keinginan di wilayah kajian disajikan pada Gambar 2 sampai dengan Gambar 5.
I
·......... II I
nd.l.urA "'U1.UJl'R 5OU& ~(RB
SCALa
Z178
4!119
llIfIM)Mrl"':
loiRE
DJIWg
u
•
n.ow
I
'
i I
\
!
•k • • p
Q
•
w .... 'IIBVJICI. Aoo" DaPues.lafl..
16-12- 6
~
I'Canggl'09 Aooll laPu_dl ... N
16-12- 6
Gambar 2. Desire Line (a) dan Demand Flow (b) Pergerakan Barang Tahun 2001
Volume 6, Tahun VI, No.1, Mei 2007 - 5
Jurnal Teknik Universitas 5
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
menunjang pr< yang terkena I barang tersebu seluruh daerah
-"
_'t.e4 .....
IICI'U.B
.- ...... scau
Z1?8
1"'=
""
2171:
""1IIll1lClt:
_ 1 _ LIME
SCALa: 58.
Pergerakan hanya melalui udara, yang dal.
OPt'IQIII;:
.I 5
•
~
•
~-- "-"._'-"'" --.-. I;:_J -
- - - - - - - - - - - - - - - - -
Gambar 3. Desire Line (a) dan Demand Flow (b) Pergerakan Barang Tahun 2004
----r--r
_
......
_.Ul'A
_'-'.UPft 3CIIIIlLa
It:A.I!
JIr"
....
..........
_lAB
118 :
sc:::M.a: 1
_
I Z12?'
fW'ItOTATl .. : i
.
PLDOl I
•
OPTJmIS.
p
"
f-------,,-----..,.-.....,.-=----:---=--=----::----..,.----{"
'---_ _
-
-
=
~
~
_.L_
_
-----------
Gambar 4. Desire Line (a) dan Demand Flow (b) Pergerakan Barang Tahun 2006
nu.1IIbop.WtA ... t.1Rfto.Utrll
sau.a
Dari total I: otonomi maupl zona ekstemal dalam pergerak juga terlihat dal gambar 2 samp tersebut terliha mempunyai VI pembangnunan biru R3WANS dilakihkan ke ja darilke kabup2 seperti Aceh I, Meriah), Gayo m"miliki jumlal akib, kurangn keadau.l 0pogra daerah cukup barang dari Gay dominan meng perbatasan Sumu
Jika semua ji menghubungkan Barat dalam kon dapat dikurangi I dan waktu ternpu operasi kendara terjadi perubah2 pergerakan ang otonomi dan se setelah tsunami.
II i
I DISIU LiMa I ;e1?8
1,..= ! 58.. i
¥UIU.It:
-'I OP'le.tB:
I I
I Q !
L
7
" X>
"
••
.I':
, _~1
_ _I'la_38KJ_. AaaIt DaJPUDCOlllaJI N
Ut-l:l b _ _
JQ
_
Gambar 5. Desire Line (a) dan Demand Flow (b) Pergerakan Barang Tahun 2010
5.
Kesimpulal
Dari hasil al antara lain: I. Ierdapat pe
4.3 Diskusi Dengan menggunakan data sekunder dan diperoleh model pergerakan barang yang telah dianalisis berdasarkan data sebelum otonomi daerah (tahun 2001) di provinsi NAD, maka distribusi pergerakan barang dapat diprediksikan untuk tahun 2004 (sebelum terjadi tsunami), dan tahun 2006 (setahun setelah terjadi tsunami) serta tahun 20 I0 (setelah masa rekonstruksi). Model bangkitan dan tarikan dengan variabel bebas PDRB, jumlah
6 -
Volume 6, Tahun VI, No.1, Mei 2007
penduduk, dan jumlah kendaraan yang mempunya korelasi yang signifikan. Ierputusnya jaringan jalan pada lintas Band, Aceh - Meulaboh menyebabkan pergerakan dar zona-zona bagian Barat dan Selatan NAD beralir melalui lintas tengah. hal ini menyebabkan fungs hambatan juga berubah. Perubahan fungs hambatan ini menghasilkan MAT yang berbedi antara sebelum tsunami, pasca tsunami. Selama masa tanggap darurat dan rekonstruks banyak terjadi pergerakan barang, terutama bah, makanan, bahan bangunan dan peralatan unn
signifikan ar otonomi. 2.
Lintasan ant, propinsi NA barang yang selatan dan penduduk d2 kondisi jalal orientasi pc sebai iknya.
Jurna! Teknik Sipil Universitas 5yiah Kuala
Jurnal Teknik 5ipil rsitas Syiah Kuala
menunjang proses pembangunan kembali daerah yang terkena bencana tsunami.Namun pergerakan barang tersebut bersifat ekstemal, terutama dari seluruh daerah di luar Aceh, bahkan dari luar negeri.
T
i
l....
!:IOlIlL& 21'" i~M"ICltI: [ItllllAflD PUIU
i •
~
i.i .
I
I,
I,
!. i
I·
ii
r-. _~ _ 1 hun 2004
r-~
_. !
1"7.. . . ..,.,...
~
Z1Z'r
flfIIIOTAT 10ft:
I.:;.
~ d~-I' I.
In
2006
I
i:::", \
\:7 . . .
o1HtO 'MilOI' :
1~
?1 •
L:l- b
A
Pergerakan barang saat itu dilakukan tidak hanya melalui darat, tapi juga malalui laut dan udara, yang dalam tulisan ini tidak dibahas. Dari total bangkitan dan tarikan baik sebelum otonomi maupun setelah otonomi terlihat bahwa zona eksternal (Medan, Sumut) sangat dominan dalam pergerakan barang di provinsi NAD, hal ini juga terlihat dari garis keinginan (desire line) pada gam bar 2 sampai gambar 5 di atas. Dari gam bar tersebut terlihat bahwa jaJan lintas Timur NAD mempunyai volume truk paling besar. Jika pembangnunan jalan rei terealisasi sesuai cetak biru R3WANS, maka pergerakan barang dapat dilakihkan ke jalan reI. Sementara untuk pergerakan dari/ke kabupaten pedalaman propinsis NAD, seperti Aceh Tengah (termasuk kabupaten Bener Meriah), Gayo Lues dan Aceh Tenggara masih memiliki jumlah pergerakan yang relatif rendah akibat kurangnya baiknya jaringan jalan dan keadaan topografi yang berbukit, walaupun potensi daerah cukup besar. Khusus untuk pergerakan barang dari Gayo Lues dan Aceh Tenggara masih dominan menggunakan lintas tengah menuju perbatasan Sumut. Jika semua jaringan jalan lintas Tengah yang menghubungkan antara pantai Timur dan pantai Sarat dalam kondisi baik, maka biaya transportasi dapat dikurangi melalui pengurangan jarak tempuh dan waktu tempuh, sehingga bisa mengurangi biaya operasi kendaraan (BOK). Dari hasil anal isis terjadi perubahan sangat signifikan pada poia pergerakan angkutan barang antara sebelum otonomi dan setelah otonomi daerah, dan juga setelah tsunami.
I"
I~
I'
li;l __~_~
5.
Kesimpulan dan rekomendasi
un 2010
Dari hasil anal isis dapat ditarik kesimpulan antara lain:
aan yang mempunyal
1. Terdapat perubahan pola pergerakan cukup signifikan antar sebelum otonomi dan setelah otonomi.
n pada lintas Banda Ikan pergerakan dari Selatan NAD beralih menyebabkan fungsi Perubahan fungsi MAT yang berbeda tsunami. urat dan rekonstruksi, .rang, terutama bahan dan peralatan untuk
2. Lintasan antar kabupaten/kota di Iintas Timur propinsi NAD mempunyai volume pergerakan barang yang besar dibandingkan lintas barat selatan dan Iintas tengah, karena jumlah penduduk dan PDRB relatif lebih tinggi dan kondisi jalan yang relatif lebih baik, serta orientasi pergerakan menuju Medan dan sebaiiknya.
3. Direkomendasikan agar jalan tembus antara pantai Timur dan pantai Barat NAD ditingkatkan baik fungsinya maupun kondisi fisiknya, sehingga para pengguna jalan dapat memilih rute yang pendek dan biaya yang relatifkecil agar harga barang dapat ditekan. 4. Direkomendasikan hasil anal isis ini perlu diuji lagi dengan MAT hasil survey di lapangan pasca rekonstruksi, dimana tataguna lahan, kondisi keamanan, dan prasarana dan sarana untuk propinsi NAD telah berubah sesuai dengan masa rekonstruksi Aceh dan Nias dan cetak biru R3WANS.
6.
Ucapan terimakasih
Terimakasih penulis ucapkan kepada LPPM ITB karena "PeneJitian Ini Dibiayai oleh Riset ITB No: 0004/KO 1.03 .2/PL2.1.5/I/2006, tanggal 04 bulan Januari 2006 " 7.
Daftar pustaka
Ade
Sjarruddin, dkk. (1998). Pemodelan Kebutuhan Transportasi Barang Regional di Pulau Jawa, Laporan Penel itian Hibah Bersaing Y Tahun 1997/1998, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITB.
Ade Sjarruddin, dan Lubis, H.A.R., (2003), Modeling Inter-Island Freight Transportation Netwok in Indonesia, 8th JSPS Seminar on Marine Transportation Engineering, Hiroshima, Bappenas, (2005) Rencana Induk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Aceh dan Nias, Sumatera Utara, Buku Ill: Rencana Bidang Infrastruktur dan Perumahan, Bappenas RI. BRR-Bappeda NAD, (2006), Studi Kelayakan Jalan Lintas Timur. Lintas Barat-Selatan, dan Lintas Tengah Provinsi l\'anggroe Aceh Darussalam, BRR dan Bappeda Provo NAD. Dinas Praswil Prop. NAD, (2003) Ka)i Ulang Sistem Jaringan Jalan Regional Propinsi NAD. Isya,
M. dan Sofyan, M.S., (2005), Model Bangkitan/Tarikan dan Distribusi Pergerakan di Pro\'insi Nangroe Aceh Darussalam, Juma\ Teknik Sipil, FT Unsyiah, YoU No.2 Januari 2005, hal. 63-70.
Kanafani, A. (1983). Transportation Anal.vsis. McGraw-Hili, New York
Demand
Sofyan, M.S., dan Tamin, O.Z. (2005), Estimasi dan Analisis Pergerakan Barang Pasca
Volume 6, Tahun VI, No.1, Mei 2007 - 7
Jurnal Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala
Tsunami, Prosiding Simposium VIII FSTPT, Universitas Sriwijaya, Palembang.
Tamin, 0.2., (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, ITB, Bandung.
Sofyan, M.S., Tamin, 0.2., Sjafruddin, A,. (2006), Peran Jalan Aiternatif dan Analisis Transportasi Barang Pasca Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jumal Transportasi, dari Simposium IX FSTPT, Universitas Brawijaya, Malang.
Tamin, 0.2., (2003), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Contoh Soal dan Aplikasi, ITB, Bandung.
Tamin, 0.2,. (2001), Peran Prasarana Transportasi Jalan Dalam Menunjang Otonomi Daerah, Seminar Sehari Teknik Sipil; Untar, Jakarta.
Jurnal Tekni
Universitas ~
KAJIi HUBL
Tamin, 0.2., (2002), Konsep Pengembangan Sistem Transportasi Wilayah Propinsi/Kabupaten di Era Otonomi Daerah, Makalah disampaikan pada Orientasi Pengelolaan Sektor Perhubungan Angkatan 1, STPDN Bandung.
Dalam p suatu konst tanah dasar hal us (fllIe, mempengar campuran a, kondisi ber dimaksud d campuran m yang tinggi, campuran y, ,-Itan konta !il/L'I' yang di orang sebagz dan finansia uraian diata5 tentang pen, ketiga kondi: relevan dan I dilakukan di product pias, metode standi OJeh karena diperoleh sua Basil yang di( kondisi soake 0.9] 9 dan kua
Kata Kunci :
l.
Pendahulua
Struktur pond. bahan granular interlocking dan butiran dan sifat hal yang sanga konstruksi perkera~
Pada umumny, gradasi. Batasan ~ jumlah persentase lolos t: 200 (75 Ilm nilai maksimum spesifikasi Bina ~ (base course) m
8 - Volume 6, Tahun VI, No.1, Mei 2007