TEKNIK PENYUTRADARAAN LAKON BESUT “WANI” Yusup Eko Nugroho 10020134225 ,
[email protected]
Dr. Autar Abdillah, S.Sn., M.Si
[email protected] Abstrak
Teater tradisi yang kini mulai ditinggalkan oleh penikmatnya dikarenakan perkembangan teknologi. Perkembangan alat komunikasi, transportasi, maupun hiburan diciptakan untuk memudahkan manusia. Televisi dan bioskop merupakan contoh perkembangan jaman. Masyarakat lebih memilih melihat Televisi dan Bioskop di banding melihat pertunjukan teater tradisi, durasi yang panjang semalam suntuk kemasan pertunjukan yang kurang di perhatikan baik dari segi lighting,sound maupun
pemanggungan
menjadikan
teater
tradisi
kini
semakin
di
tinggalkan
oeleh
penikmatnya.Besutan merupakan teater tradisi asli dari kabupaten jombang. Kesenian yang kini tidak dapat kita jumpai lagi di karna tidak adanya lagi grup kesenian Besutan yang mampu bertahan. Sutradara adalah seorang ‘pemimpin’. Sutradara, juga merupkan sebuah istilah atau penamaan yang lebih dikenal dalam teater yang ‘moderen’. Sutradara tidak atau kurang dikenal dalam drama maupun teater rakyat atau tradisional. Beberapa penamaan untuk seorang sutradara dalam teater tradisional adalah Syekh, Kiai, Dukun (orang tua). Penamaan ini dikarenakan fungsi dan perannya dalam teater tersebut. Hazim Amir menegaskan bahwa penamaan sutradara ini tergantung pada teater apa yang disutradarainya. Misalnya ‘teater sutradara’ seperti Mike Nichols, Arifin C. Noer atau Teguh Karya, sutradara bisa disebut sebagai motor, konseptor, organisator, guru, tukang momong, despot (diktator). Sedangkan dalam teater-teater lainya, sebagai seorang pelatih yang menyiapkan (melatih) pemain-pemain saja. Dan, dalam teater yang amatir (kebanyakan teater di Indonesia abad 20) seorang sutradara mengerjakan semuanya yang di paparkan Abdilah dalam bukunya. Yang menjadi pertaruhan dalam penyutradaraan Lakon Besut “Wani” bagaimana menyiapkan sebuah pertunjukan seperti pemaparan Anirun yaitu Teknik pensyiasatan medan, Teknik perancangan produksi, Teknik produksi Kata Kunci : Teaterb tradisi, Besutan, Penyutradaraan
TEKNIK PENYUTRADARAAN LAKON BESUT “WANI” Yusup Eko Nugroho 10020134225 ,
[email protected]
Dr. Autar Abdillah, S.Sn., M.Si
[email protected] Abstrak Traditional theater is now begun to be abandoned by the audience due to technological developments. The development in communication, transportation, and entertainment tools was created to help people. Television and cinema is an example of the development of this era. People prefer to see Television and Cinema rather than to see traditional theater performance, long overnight duration for the packaging of the performances are less got on the attention both in terms of lighting, sound and staging that make traditional theater is increasingly left with the audience. Besutan is the original traditional theater from the district of Jombang. Art that we couldn’t met again because there is no longer Besutan’s art group that can survive. The director is a 'leader'. Director is also a well-known term or naming in the 'modern' theater. Directed not or less well known in folk or traditional drama or theater. Some of the naming for a director in traditional theater is Sheikh, Kiai, Shaman (parent). This naming is due to its function and role in the theater. Hazim Amir confirmed that the naming of the director depends on what theater he directed. For example, 'theater’s director' like Mike Nichols, Arifin C. Noer or Teguh Karya, the director can be called a motor, a conceptor, an organizer, a teacher, a godfather, a despot (dictator). While in other theaters, director is a coach who prepares (train) players only. And, in an amateur theater (mostly 20th century theater in Indonesia) a director does everything that Abdilah describes in his book. The most important thing for the director of Lakon Besut "Wani"is how to prepare a performance such as Anirun exposure that is fielding technique, design prodduction technique, production technique
Keywords: traditional theater, Besutan, Directing
I.
Dalam kesenian tradisi pada umumnya
LATAR BELAKANG
tidak mengenal sutradara, hanya mengenal Perkembangan Teknologi dari mulai alat komunikasi, transportasi maupun hiburan di ciptakan untuk memudahkan manusia. Televisi dan Bioskop merupakan bentuk perkembangan
teknologi
pada
media
hiburan. Banyak orang yang memilih melihat hiburan di Televisi
maupun
Bioskop di banding melihat Pertunjukan kesenian Tradisi. Pertunjukan dengan durasi
panjang
semalam
suntuk,
dipentaskan dengan alakadarnya tanpa memperhatikan pendukung pertunjukan, seperti pemanggungan, lighting, sound menjadikan kesenian tradisi kini mulai ditinggalkan penikmatnya. Salah satunya ialah kesenian Besutan dari kabupaten Jombang. Besutan yang berasal dari kata Besut adalah tokoh dan –an yang dapat di maknai
dengan
memainkan.
Besutan
adalah adalah pertunjukan dengan tokoh
pimpinan
rombongan.
Pimpinan
rombongan yang menyampaikan Bedrip atau jalan cerita kepada aktor ketika akan naik keatas pentas. Aktor pun bermaian secara seponanitas dan eksploratif sesuai kesepakatan yang telah di bicarakan di belakang
panggung
antar
pemain.
Begitupula dalam kesenian Besutan yang tidak
mengenal
adanya
sutradara.
Sebagaimana tugas sutradara seperti dalam teater Moderen seperti pemilihan naskah, melakukan casting, memimpin latihan, melakuakan eksplorasi, serta melakukan tahapan tahapan penyutradaraan. Dalam karya
ini
penulis
mencoba
bermaksud
memasukan
untuk teknik
penyutradaraan teater moderen dalam penggarapan
kesenian
Besutan
dan
dipertunjukan dengan bentuk pertunjukan teater moderen.
utamanya ialah Besut, ini sulit kita jumpai pertunjukan Besutan dipentaskan karenak
Dalam kesenian tradisi pada umumnya
tidak adanya grup kesenian Besutan yang
tidak menggunakan naskah yang berisikan
bertahan di kabupaten Jombang.
dialog atau percakapan, begitu pula dalam kesenian Besutan. Bedrip di sampaikan
Berangkat dari fenomena kesenian Besutan yang tidak bisa kita temukan lagi sutradara bermaksud mehadirkan kembali kesenian Besutan dengan bentuk teater Moderen. Ada beberapa alasan kenapa penulis
menjadikan
penyutradaraan Lakon Besut
Teknik dalam
naskah lakon “wani” sebagai bentuk pertunjukan tugas akhir penulis seperti penjabaran di atas.
oleh pimpinan rombongan ketika akan naik keatas pentas itulah
di jadikan
pedoman aktor ketika bermain di atas panggung. Tidak adanya naskah yang berisikan dialog menjadikan salah satu kesulitan dalam mementaskan kesenian Besutan. karna ini benar benar menuntut kemampuan
improvisasi
aktor
atau
pemain. Bedrip sangat bertolak belakang dengan teater modern. Teater moderen
pada dasarnya menuntut adanya naskah.
penggarapan unsur-unsur pertunjukan.
Lakon
Sukses tidaknya sebuah pertunjukan,
Dalam
karya
sutradara
memilih
Besut
cerita
“Wani”
yang
biasa
hidup
atau
tidaknya
dibawakan atau dimainkan dalam kesenian
menjadi
Besutan. Bedrip yang di dapat dari
sutradara.
wawancara dan cerita yang telah di tulis
penggarapan menggunakan metode
dalam skripsi penelitian terdahulu yang di
teater
lakukan oleh Sri Prihatin Ningsih S.Pd
Dramaturgi,
(1992)
penyutradaraan dalam penggarapan
Mennggarap dengan memamasukan pendukung pertunnjukan stage, Lampu, dan
sound
dan
juga
dari
segi
penyutradaraan, Naskah, Metode latihan
lakon
jawaban
karya
seorang
Pengembangan
moderen,
Memasukan
memasukan
teknik
“Wani”,memasukan
Besut
demi pengembangan dan keberadaan kesenian Besutan Dari
uraian
permasalahn
yang
bagaimana
Penyutradaraan Lakon Besut “Wani”.
jawab
beberapa Pakem sebagai identitas,
menjadi eksplorasi dalam proses dan pertanggung
tanggung
pertunjukan,
di
atas,maka
dikaji
teknik
yaitu
penyutradaraan
Lakon Besut “Wani” ? FOKUS KARYA MANFAAT Kesenian tradisi yang tidak mengenal metode
sutradara latihan
adanya
Manfaat yang dimaksut penulis
kemasan
agar bisa berdampak positif bagi
tidak dan
pertunjukan yang apa adanya tanpa
masyarakat
memperhatikan
bahan menjadi bahan menuju hidup
pendukung
umum
untuk
menjadi
segi
yang lebih baik lagi dan berfikir lebih
sound,dan
sempurna dalam menghadapi suatu
lighting menjadikan kesenian tradisi
proses berkesenian khususnya seni
kini di tinggalkan penikmatnya,dari
teater dan pelakunya.Berikut manfaat
penjabaran di atas yang kemudian
yang
dirangkai dengan proses kreatif Teater
proses penciptaan karya teater :
moderen. Dalam pencapaian target
1. Bagi penulis
pertunjukan
dari
pemanggungan,
mulai
ligting
diharapkan
penulis
melalui
proses kreatif dibutuhkan kepekaan
Menambah serta mengembangkan
dramatik, teori dramaturgi dan teknik
pengalaman dan pengetahuan
berdasarkan teori tentang penyutradara
tentang teknik penyutradaraan
dalam memvisualkan teks.
Teater moderen yang relevan di
Sutradara adalah pemimpin dalam
proses
penciptaan
dan
terapkan untuk kesenian tradisi Besutan dengan Lakon Besut “Wani”
disutradarainya. Misalnya ‘teater sutradara’
2. Bagi Jurusan Sendratasik Sebagai
referensi
kepustakaan
seperti Mike Nichols, Arifin C. Noer atau
tentang teknik penyutradaaraan
Teguh Karya, sutradara bisa disebut sebagai
Teater moderan yang relevan di
motor, konseptor, organisator, guru, tukang
terapkan untuk kesenian tradisi
momong, despot (diktator). Sedangkan dalam
Besutan dengan naskah Lakon
teater-teater lainya, sebagai seorang pelatih
Besut “Wani”
yang menyiapkan (melatih) pemain-pemain
3. Bagi masyarakat Menambah teknik
saja.
wawasan
penyutradaraan
Dan,
amatir
Teater
seorang sutradara mengerjakan semuanya.( Abdillah,2008:123) Sedangkan harimawan dalam bukunya
Besut
mengatakan (Harymawan,1993:63) Sutradara
dapat
adalah karyawan yang mengkoordinasi segala
dalam
unsur teater dengan paham, kecakapan, serta
dunia kesenian dan khususnya
daya khayal yang intelegen sehingga mencapai
keberadaan kesenian Besutan di
suatu perunjukan yang berhasil. Pendekatan
masyarakat.
atau acuan yang digunakan oleh sutradara
“Wani”
Lakon
yang
(kebanyakan teater di Indonesia abad 20)
untuk kesenian tradisi Besutan naskah
teater
tentang
moderen yang relevan di terapkan
dengan
dalam
sehingga
memberikan
kontribusi
menjalankan teknik penyutradaraan meliputi ; II.
1.) teknik penyiasatan medan, 2.) teknik
PEMBAHASAN
perancangan produksi, 3.) teknik produksi KAJIAN TEORITIS Sebuah
pertunjukan
seni
teater
modern, ada sebuah istilah yang sering disebut dan digunakan dalam proses berteater yaitu sutradara.Sutradara
adalah
seorang
‘pemimpin’. Sutradara, juga merupkan sebuah istilah atau penamaan yang lebih dikenal dalam teater yang ‘moderen’. Sutradara tidak atau kurang dikenal dalam drama maupun teater
rakyat
atau
tradisional.
Beberapa
penamaan untuk seorang sutradara dalam
HASIL PENCIPTAAN YANG RELEVAN Pementasan Besutan dengan Lakon Keris Nogo Sosro sutradara Cak Slamet Riyadi oleh Komunitas Pondok Jula Juli Kab.Mojokerto di Anjungan Jawa timur Taman Mini Indonesia Indah Jakarta ,Minggu 14 Desember 2014. Lakon Keris Nogo Sosro biasanya di mainkan dalam ketoprak, atau dalam cerita ini lebih memilih besut sebagai tokoh utama atau pemeran utama.
teater tradisional adalah Syekh, Kiai, Dukun (orang tua). Penamaan ini dikarenakan fungsi
III.
ANALISIS
TEKNIK
dan perannya dalam teater tersebut. Hazim
PENYUTRADARAAN LAKON
Amir menegaskan bahwa penamaan sutradara
BESUT WANI.
ini
tergantung
pada
teater
apa
yang
pusat pemerintahan penjajah pada masa itu dan
PRA PRODUKSI
dimana kesenian Besutan berasal pas untuk Dari fenomena kesenian Besutan yang ada di masyarakat, pengkarya melakukan proses wawancara kepada narasumber dan mencoba mencari lieratur untuk mendapakan data yang kuat untuk menjadi acuan dalam melakukan
menjadi latar belakang cerita dalam Lakon Besut “wani”.Pengumpulan data dilakukan untuk menunjang proses kekaryaan
dan
mempermudah dalam pemilihan cerita dan menentukan karakter tokoh dalam karya ini.
proses rekontruksi kesenian Besutan. Besut yang awal muncul pada tahun 1908 sampai
Dalam
kesenian
Tradisi
tidak
ada
1930-an merupakanmedia penyampaian pesan
sutradara dan tidak menggunakan naskah
perjuangan
masyarakat,perjuangan
melainkan menggunakan Bedrip kekuatan
melawan penjajah maupun melawan hawa
improvisasi aktor menjadi modal kuat dalam
nafsu
kepada
menurut
Nasrul
ilahi
pertunjukanya dari situlah sutrada mencoba
Besutan
ada
mepelajari konsep yang di gunakan dalam
pakem yaitu adanya tokoh Besut, Rusmini,
pengarapan Theater tradisi dan kemudian
Man Gondo. Carik lawang dan Lurah Sumo
memilih teknik penyutradaraan suyatna anirun
Gambar sebagai tokoh tambahan, adanya ritual
dan metode pelatihan W.S Rendra metode
tokoh utama Besut yang mengikuti obor
dalam proses penggarapan Lakon Besut Wani.
budayawan
narasumber
Jombang.Dalam
menuju ke tengah Pentas
dan kemudian
melakukan sembah ke empat pejuru di
3.1. Pendekatan Sutradara
lanjutkan dengan nari dan parikan merupakan
penggarapan
tanda pertunjukan Besutan itu di mulai.
dalam
Lakon
Besut
proses wani
melakukan pendekatan dalam struktur Lakon
Besut
“Wani”
merupakan
Budaya
Arek
khususnya
wilayah
pengembangan dari cerita tentang perjuangan
jombang dari mulai pendekatan bahasa
tokoh Besut dengan berani melawan penjajah,
dan sosial budaya. Mencari informasi
kesewenangan seorang pemimpin Lurah Sumo
dan data tentang kesenian Besutan dari
Gambar
masa
mulai sejarah keberadaan, Makna,
itu,penulis mengambil latar pada tahun 1928
Arti, Bentuk pertunjukan maupun
sebagai latar belakang kejadian yang dimana
penyajian dari kesenian Besutan, dari
pada tahun itu kondisi Indonesia,jawatimur
beberapa aspek yang telah di dalami
sedang
dan
terhadap
di
jajah
masyarakat
bersama
di
dengan
itu
juga
Memahami
konsep
momentum sumpah pemuda yang merupakan
pertunjukan kesenian tradisi Besutan
titik awal pergerakan perjuangan melawan
kemudian di garap dengan metode
penjajah, dimana pada tahun itu juga banyak
theater moderen.
pergerakan
perjuangan memalui
kesenian
Sutradara menggarap dengan
seperti yang dilakukan oleh tokoh Markeso
pendekatan kesenian Besutan aslinya
dan Cak Durasim. Jombang yang merupakan
yang
di kemas dengan konsep
penggarapan teater moderen seperti
masyarakat kecil yang harus berani
yang di pentaskan oleh Teater SMA 3
melawan penindasan yang terjadi di
Jombang sebagai media ekspresi dan
jawa
juga
di
khususnya di mana kesenian Besutan
teater,
ini berasal, cerita ini menggambarkan
penyampaian
masyarakat sutradara
pesan
dengan bertujuan
media
jombang
pada
pada tahun 1928 bagaimana seorang
panggung
tokoh Besut berani melawan lurah
proscenium dan agar kesenian tradisi
yang memanfaatkan jabatanya untuk
tidak ditinggalkan bahkan masih bisa
sewena menarik pajak.
diatas
bisa
dan
di
pentaskan
agar
timur
di nikmati.
Dalam
proses
awal
penggarapan Lakon Besut “wani” di 3.2. Proses awal
bentuklah tim produksi, kemudian
Langkah awal yang di lakukan
melakukan bedah Bedrip bersama
oleh sutradara menganalisa isi Bedrib
dengan tujuan mendapatkan banyak
dari Lakon Besut “wani” untuk di
pendapat dan gagasan dalam proses
intepreasikan
kekaryaan
menjadi
sebuah
ini,sutradara
berusah
pertunjukan, sutradara memberikan
memahami bedrib dengan mencari
Bedrib
refrensi
yang
merupakan
sebuah
dengan
menari
berbagai
konsep cerita di paparkan kepada
narasumber
kepada seluruh aktor agar memahami
pelestari
maksud dari Lakon Besut “wani” ,
sendiri.Sutradara mencari kedetailan
konsep
kemudian
karakter tokoh dalam lakon untuk
menjadi pijakan dalam proses,Besutan
diaplikasikan setiap karakter tokoh di
yang menggunakan gaya bahsa “Arek”
panggung pertunjukan. Proses awal
jombang pada khususnya sutradara
setelah penggalian naskah, sutradara
melatih dan memmbiasakan untuk
mencari aktor sesuai kebutuhan Lakon
berdialog dengan menggunakan bahsa
Besut “Wani”
“Arek”,bahasa yang penuh dengan
dan menemukan karakter yang ada
pitutur yang di sampaikan dengan cara
didalam Lakon Besut “wani”
parikan,semonan juga menjadi proses
dengan cara melakukan latian bersama
latian awal dalam penggarapan Lakon
dengan
Besut “Wani”.
banyak karakter.
tersebut
Lakon
yang
Besut
“wani”
budayawan,pelaku kesenian
Besut
dan itu
. Sutradara mencari
improfisasi
itu
memainkan
3.3. Memilih lakon
menggambarkan sebuah kesewenang
Pemilihan Lakon bukanlah hal
wenangan dari seorang pemimpin di
mudah bagi sutradara.Dalam hal ini
Jaman
colonial,
sutradara bekerjasama dengan rekan
Representasi dari sebuah kehidupan
yang mengambil karya keaktoran.
penjajahan
Sejak
awal,
sutradara
memiliki
mempunyai dasar pemeranan yang
keinginan untuk menggarap sebuah
baik baik dalam memainkan karakter
kesenian tradisi BESUT yang didalam
sekaligus improvisasi karna dalam
lakon tersebut menceritakan tentang
proses
kesenjangan sosial dan memiliki unsur
menggunakan naskah.
penggarapanya
tidak
komedi agar bisa dinikmati oleh semua kalangan, selain itu beberapa tahun terakhir ini peminat kesenian
3.5. Proses latihan dalam penyutradaraan Lakon Besut “wani”
tradisi Besutan juga sudah mulai berkurang. Disisi lain Lakon Besut “wani”
juga memberi pelajaran
Penyutradaraan Lakon Besut “Wani”
menggunakan
dua
tokoh
banyak tentang bagaimana manusia
teater yaitu Suyatna Anirun dan WS
harus berani berjuang atas nama
Rendra, sutradara mengambil teknik
keadilan hidup rukun dengan sesama,
penyiasatan medan dan perancangan
manusia dengan Tuhan dan manusia
tim produksi, sedangkan dari WS
dengan lingkungan. Pada Lakon Besut
Rendra
“Wani”
juga memberi pertaruhan
pelathan untuk aktor yaitu teknik
kepada pemeran laki-laki, yakni pada
muncul, teknik memberi isi, teknik
tokoh
Besut
yang
diperankan
–
suradara
pengembangan,
mengambil
teknik
pola
membina
sekaligus sebagai ujian tugas akhir
puncak, teknik timming, takaran dalam
keaktoran
Syamsudin
permainan, tempo permainan, irama
Yahya.serta latar tahun pada bedrib ini
permainan, sikap badan dan gerak
juga menjadi pertaruhan artistik yang
yakin.
akan di garap sekaligus sebagai ujian
latihan penyutradaraan Lakon Besut
tugas akhir artistik ferika ratna ayu
“Wani” :
Muhamad
3.4. Memilih aktor
beberapa
tahapan
3.6. Olah Tubuh
Sutradara harus teliti dan peka terhadap
Berikut
tokoh
Olah tubuh merupakan sebuah
yang
kebutuhan bagi seorang aktor.Perlu
terhadap
dilakukan secara rutin agar seorang
pendekatan postur tubuh dan karakter
aktor mempunyai tubuh yang bagus
dari pemain harus cocok.Menentukan
dan terlihat baik ketika dilihat oleh
para pemain harus didasari atas suatu
penonton.Di dalam olah tubuh juga
analisa lakon secara detail. Sutradara
melatih dan kelenturan, dengan tujuan
menggunakan
agar
dimainkan.Minimal
casting
by
abillity
seorang
mampu
memainkan
dalam memilih seluruh aktor, karena
sebuah peran dengan konsisten dengan
90% aktor yang di pilih oleh sutradara
waktu yang lama. Setiap proses latihan
Lakon Besut “Wani”
ini selalu
sampai
diawali dengan pemanasan, selain mempunyai tujuan untuk membuat
maksimal,
dan
sebaliknya. 5. Mengangkat
kaki
kanan
tubuh mempunyai tubuh yang bagus
dengan posisi kaki melipat
penulis juga mempunyai tujuan agar
sampai lutut menempel perut
ketika berada dalam proses semua
dengan posisi kedua tangan
orang yang terlibat merasa sehat dan
memegang lutut, begitu juga
bugar. Olah tubuh yang dilakukan
sebaliknya.
sutradara dalam pelatihan Lakon Besut
6. Mengangkat
“Wani” adalah sebagai berikut
Peregangan. semua
kanan
kebelakang dengan posisi kaki melipat
3.6.1.
kaki
dan
ujung
kaki
menempel di pantat. Begitu aktor
melakukan
dan
berhitung
peregangan
menggunakan bahasa Jawa dengan
juga sebaliknya.
3.7. Ketahanan.
dialek jombang dengan tujuan
melatih ketahanan sutradara
untuk memperlancar aktor dalam
menggunakan
berbahasa
Peregangan
permainan seperti Gobak Betengan,
dilakukan dengan cara sebagai
kucing- kucingan, Gobak Dolip. Selain
berikut:
berfungsi untuk melatih ketahanan
1. Mendongakkan kapala keatas,
fisik aktor, Permainan tersebut juga
samping kanan, samping kiri,
berfungsi untuk membangun kemistri
bawah dan memutar.
pada semua aktor. Berikut ini salah
Jawa.
2. Menyatukan jari tangan kanan
cara
satu contoh prmainan yang digunakan
dan kiri, kemudian tangan
dalam
ditarik kedepan, atas, bawah,
Beteng-Betengan.
3. Mengarahkan kanan tangan kekiri melewati bawah dagu, tangan
kiri
semaksimal
menahan
mungkin
dan
sebaliknya.
yaitu
Gobak
aktor
yang
hadir dibagi menjadi dua tim 2. Masing-masing mempunyai
tim sebuah
benda kebesaran yang
4. Mengangkat dengan
pemanasan 1. Jumlah
samping kanan dan kiri.
membuat
tangan
posisi
kanan melipat
harus bisa dilindungi oleh
kelompok
kemudian tangan kiri menarik
tersebut seperti meja,
siku tangan kanan kearah kiri
kursi, level dan lain sebagainya.
3. Cara mainnya adalah
3. Sedangkan untuk ang
siapa saja yang bisa
sepontan
semua
menyentuh
pemain
duduk
benda
kebesaran lawan maka
menghadap panggung
dialah
kemudian
pemenangnya.Aturan
yang
mainnya adalah harus
sutradara
memegang
benda
otomatis
kebesaran
timnya
pemain
ditunjuk
oleh yang
mempersiapkan tema
sendiri dulu baru bisa
sendiri,
Pemain
maju.Terakhir,
selanjutnya yang di
memegang
benda
kebesaran
sendiri
haruslah
dialah
paling
tema
yang
tunjuk oleh sutradara
kuat.
peka yang
atas di
wacanakan dari dialog
3.8. Kecerdasan.
pemain
setiap latihan kecerdasan dan
pertama.Dalam setiap
intelejen seorang aktor perlulah
latihan aktor mencoba
untuk tetap di latih untuk ber
menggunakan
improfisasi
dialektika jombangan
dan
membangun
motifasi dengan cara melatih
dan
bermain Improvisasi Tematik
menyisipkan parikan
dan spontan:
dan semonan.
1. Semua pemain di bagi menjadi 3 kelompok
juda
wajib
3.9. Olah vocal. Selain menggunakan tubuh, vokal seorang aktor juga perlu
kecil. 2. Setiap
kelompok
dilatih.Artikulasi, diksi, pressing
bargantian untuk maju
berguna
agar
aktor
mampu
membuat
sebuah
mengungkapkan
dialog
dengan
permainan
drama
jelas dan penuh makna. Lakon
dengan peraturan ada
Besut “wani”
awal,
secara rutin, karena dalam Lakon
klimaks
dan
perlu pelatihan
penyelesaian dimana
Besut “wani”
maju di pilih oleh
bahasa Jawa dialek Arek jombang.
sutradara dan di beri
Cara pelatihannya bisa dilakukan
tema saat di tunjuk
dengan berbagai cara seperti belajar
untuk maju.
parikan dan tembang Rete-rete,
ini menggunakan
Berbahasa Jawa saat latihan dan
Holobes kuntul baris
lain sebagainya. Melatih kekuatan aktor dalam vokal juga sangat
Gambang gongso
penting supaya vokal aktor bisa
ricikane,wayange purwo
terdengar
dengan
jelas
oleh
Ricikane ricikane ,
penonton.
Kembang gedang gedebog,
Sutradara
menggunakan
gedebok
pelatihan olah vokal dengan cara menggunakan dengan
teknik
tujuan
mengucapkan
parikan
Tancepe wayang ,wang wang
,
aktor
mampu
bahasa
Jawa
wang Dudu sanak duduk kadang,lek mati melu kelangan
khususnya dialek daerah jombang.
Kalimat mawon
Pelatihan ini dilakukan karena mayoritas aktor berasal dari Jawa Timur.
Sutradara
Kenek opo dek jangkrek kok
juga
ngerik
melatihmembiasakan
Anane ngerik cak mergo di
tentangsebutan atau cara untuk memanggil
seperti
peno,ndiko.
Selain
semua
aktor
itu,
kileni Kenek opo dek rusmini kok
juga
porak porek
dibiasakan untuk nembang rete rete
Anane porek cak mergo di
besutan:
seneni
Ser koser, Mbang kombang Mampir dik, Mboten kang Prau kenter, gak di tambang Di tambang, sabuke ilang
Cepuk ingas di gembol di gembol.kerasa panas nas nas nas. Tiwas nggagas mbelani wong ora welas..
Kol migel jare gondang Bajul modek ketaal tayal Tayal tayal, ketayal tayal Bjol modek ketayal tayal
3.10. Olah Rasa. Sebuah metode yang sangat diperlukan oleh seorang aktor, selain melatih tentang konsentrasi
Juak lele Ola ole.e Juak lolo Ola ole,o Seng bareng ngene Ola ole,e
dan
fokus,
berfungsi
olah untuk
rasa
juga
melatih
kecerdasan seorang aktor. Untuk melakukan
penghayatan
dan
merasakan emosi pada tokoh yang dimainkan perlu kontinuitas
latihan oleh seorang aktor.Banyak
Bukan hanya seorang sutradara saja
aktor yang hanya mengekpresikan
yang melakukan proses bedah naskah,
tokoh
mengetahui
tetapi semua orang yang terlibat dalam
bagaimana perasaan dan emosi
proses kreativitas pertunjukan. Selain ada
yang dirasakan oleh tokoh.Dalam
teks yang sudah tertulis didalam naskah,
pelatihan yang digunakan oleh
semua orang yang terlibat dalam proses
penulis
melakukan
tersebut harus bisa menemukan sesuatu
mencoba
yang sebenarnya ingin disampaikan oleh
memberi stimulus kepada aktor
naskah tersebut, sehingga bisa terbentuk
untuk
kembali
satu tujuan pesan yang ingin disampaikan
kejadian yang pernah di alami
kepada penonton. Proses bedah naskah
aktor untuk menciptakan sebuah
yang dilakukan oleh sutradara adalah
emosi yang tepat.
sebagai berikut:
tanpa
adalah
konsentrasi
dan
mengingat
Berikut ini
adalah pelatihan olah rasa dalam 1. Sutradara membaca bedrib
pelatihan Lakon Besut “Wani”:
berkali
1.Semua aktor duduk melingkar
mencoba
dialog
dalam
sebuah naskah.
memejamkan mata
2. Setelah sutradara memahami,
3.Sutradara memberi perintah
seperti
supaya aktor memusatkan
tokoh
budayawan
sekaligus pelaku dan yang
pikiran dan konsentrasi pada
faham tentang besutan.
tokoh yang diperankan
3. Sutradara berdiskusi kepada
4. Sutradara memberi intruksi
semua
untuk mengamati secara detail
hasil
masing-masing
yang
telah
3.12. Observasi.
menirukan dan masuk pada
6. Setelah semua dilakukan
diskusi
dilaksanakan.
5. Setelah mengamati sutradara
tokoh yang akan di perankan.
untuk
dan kemudian menyepakati
laku tokoh berdasarkan peran
unruk
tim
menambahkan gagasan baru
mengenai karakter dan tingkah
aktor
dan
menuliskan
2.Merilekskan tubuh kemudian
meminta
kali
Seorang pemeran seharusnya menjadi seorang
observator
baik.Observasi
atau
berarti
pengamat
yang
menangkap
atau
semua aktor diminta untuk
merekam
menarik nafas dalam-dalam
kehidupan, tentang masyarakat, tempat, objek
dan mulai membuka mata
dan segala situasi yang menambah kedalaman
secara berlahan.
tingkat kepekaan seorang pemeran.Ketika
4.2.4. Bedah Naskah/ Bedrib
hal-hal
yang
terjadi
dalam
mengamati objek orang, pemeran seharusnya
membuat catatan-catatan baik secara tertulis
yang seragam. Beberapa observasi yang sudah
maupun dalam ingatan.Hal ini bisa menjadi
dilakukan oleh tim kreatif adalah sebagai
dasar karakter yang ditemukannya dimasa
berikut:
datang. Proses ini dapat membantu untuk menciptakan sebuah karakter yang lengkap
1. Sutradara melakukan observasi dengan cara wawancara dengan pelatih sekligus sutradara
dalam sebuah struktur permainan.
Besut teater SMA 3 jombang. Yaitu Pak Kekuatan
(observasi)
slamat Agus prasetyo,dan pak Nasrul ilahi
adalah gabungan antara empati dan perhatian
yang merupakan buayawan dan penulis naskah
intelektual. Artinya seorang pemeran harus
Besutan:
mengembangkan
pengamatan
sesitivitas
pada
indera:
melihat, misalnnya sutradara mengajak aktor pemeran bismo untuk menemui
1.) Pola latihan mayoritas dengan improvisasi
seorang
dalang. Kedua menyentuh, sutradara benar-
2.) Terbentuknya naskah itu melalui
benar mengajak
aktor untuk menyentuh
dialog
langsung
yang
kemudian dibukukan
benda
digunakan
diatas
antar
pemain
yang
panggung dalam bentuk aslinya. Misalnya sampur, meja, bedak, pagar selain itu aktor
3.) Kebersamaan dan kekompakan sebuah kelompok teater sangatlah
juga diminta untuk memperhatikan ketika ada
berpengaruh dengan karya yang
orang daerahjombang sedang berbicara dan
dihasilkan.
yang terakhir merasakan, mengajak aktor Besut untuk melihat dan mewawancarai tokoh
4.
Masing-masing
Besutan jombang agar mampu dan faham
karakter
bagaimana karakter tokoh Besut sebenarnya.
kemiripan
Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam
diperankan
aktivitas
keseharian
penting.Untuk seseorang
mengamati
harus
mengkategorikan
adalah
dapat
secara merasakan
inderanya.
Jadi,
orang
aktor yang
dengan
mencari memiliki
tokoh
yang
sangat benar dan indera
(senses), perasaan (feelings), dan pengamatan
5. Tim artistik mencari gambar tentang daerah jombang. 3.13. Eksplorasi Karakter. Proses
pencarian
karakter
yang
(observation) bergabung menjadi suatu mata
relevan pada Lakon Besut “wani”
rantai sebagai alat pembentuk sebuah karakter.
agar bisa dipahami oleh penonton. Dalam
Bukan hanya tugas seorang aktor saja yang harus melakukan observasi, tetapi semua orang yang terlibat juga harus mengikuti proses ini. Hal ini bertujuan agar karya yang diciptakan mempunyai sebuah rasa dan warna
eksplorasi
ini
segala
unsur
dilakukan
keaktoran
digabungkan dan diolah untuk menjadi peran yang utuh. Pendekatanya melalui observasi, imajinasi dan referensi lainnya.Pencapaian eksplorasi
karakter dapat dilakukan dengan
mengamati dan menganalisis sosok yang
menjadi properti dengan memolesnya secara
berada di sekitar kita dengan pertimbangan
rapi, sehingga tampak menarik dan tidak
kebutuhan peran masing-masing. Kemudian
dibuat-buat meskipun properti tersebut buatan.
mengolahnya
untuk
Pemeran
kebutuhan
pertunjukan
memaksimalkan
mencoba
mengakrabi
setting
(realita
panggung yang telah dibangun, yang nantinya
panggung).Selain aktor di breakdown karakter
pada proses akhir mengalami pengembangan
oleh
masih
bahkan pengurangan yang bertujuan untuk
diperbolehkan untuk melakukan penawaran
menguatkan laku peran. Pengakraban dengan
kemudian sutradara menetapkan.
setting panggung dilakukan dengan berdialog
3.14. Eksplorasi Hand Property
dan
sutradara,
Aktor
biasanya
berakting
tersebut.Sutradara Hand property membantu aktor dalam bisnis akting. Seorang pemeran memilih hand property yang cocok pada naskah dan peran. Untuk memperoleh eksplorasi yang maksimal, pemeran wajib “menyetubuhi” benda tersebut agar enak dan etis dalam penggunaannya. Teknik “menyetubuhi” benda dengan cara memahami bentuk, bahan, berat benda serta
di
sekitar
mencoba
setting
mnhadirkan
bentuk skeneri seadanya tetapi mendekati bentuk aslinya, dengan alasan tempat yang di pakai latihan harus berpindah-pindah karena mempertimbangkan digunakan
secara
tempat
yang
harus
bergantian.Misalnya
penghadiran warung di simbolkan dengan meja, kemudian tempat duduk yang diganti dengan kursi seadanya dan lain sebagainya.
kemungkinan menggunakan benda tersebut. Sebelumnya adalah tahap pemilihan benda
Saran
dengan pertimbangan zaman dan pendekatan sosial.Misalnya pada tokoh Besut, pemeran Besut menggunakan sampur untuk bisnis
Dalam poses suatu pertunjukkan kita tidak boleh meremehkan, kerjasama dan rasa saling memiliki sebuah kekarayan di rasa
acting.
sangatlah penting untuk menyatukan rasa 3.15. Eksplorasi Setting Panggung.
maupun menyatukan camistry dalam berperan menjadi aktor, Ini demi untuk menampilkan
Untuk menguatkan laku pemeran dan menghidupkan permainan, seting panggung harus diperlakukan secara maksimal pula. Dengan cara menganalisa motivasi, maksud penciptaan
seting
tersebut,
hingga
pada
penjajakan dalam memainkan setting agar benar-benar nampak hidup, efektif, praktis dan ekonomis sebagai salah satu upaya untuk mengelola
manajemen
artistik.
Mempertimbangkan bahan yang dapat diolah
sebuah pertunjukan yang maksimal baik dalam kemasan maupun isi.
DAFTAR PUSTAKA Abdillah,
Autar.
2002.
Independensi
Seni
dalam
Konstelasi
Kebudayaan, Surabaya : Unesa University Press Abdillah,
Autar.
Dramaturgi
2008. I
–
9.
http://teatersendratasiku nesa.blogspot.co.id/200 8_11_01_archive.html Anirun, Suyatna. 1998. Menjadi Aktor.
Bandung.
Studiklub
Teater
Bandung
bekerjasama
dengan Taman Budaya Jawa
Barat
dan
PT
Rekamedia Multiprakarsa Harymawan, RMA. 1988. ; Drama Turgi. Bandung : CV. Rosyda