STUDI TIPOMORFOLOGIS BANGUNAN KANTOR PENINGGALAN ARSITEKTUR KOLONIAL DI SURAKARTA PERIODE 1900-1940 Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Bangunan kolonial, dalam hal ini kolonial Belanda, adalah arsitektur cangkokan dari negeri induknya (Eropa) ke daerah koloni di seberang laut tersebar di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia (dulu: Hindia Belanda), dalam hal ini kota Surakarta. Suka atau tidak, bangunan dimaksud telah menjadi bagian dari khasanah arsitektur di Indonesia. Dalam menjalankan aktivitas mereka, kolonial Belanda antara lain memerlukan bangunan kantor. Dalam perkembangan jaman, sejak adanya politik etis dalam pemerintahan tradisional Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningratpun, muncul tipe bangunan kantor, yang belum dikenal dalam jaman-jaman sebelumnya. Tujuan penelitian, untuk mendeskripsikan perolehan macam tipologi dan morfologi bangunan di Surakarta yang berfungsi awal kantor yang dirancang dan dibangun antara tahun 1900-1940. Penggalian tipomorfologinya, dirunut dari bangunan sumber pengaruh yang relevan di Belanda sebagai hasil pengaruh dari negara-negara relevan di sekitarnya, yang kemudian terbawa dan mempengaruhi bangunan yang diperuntukkan sejak awal sebagai kantor di Surakarta. Kajian tipomorfologis, selain dikaji tipologi arsitektural dan non arsitekturalnya, juga morfologi dalam tata letak, tata ruang dan bentuk arsitektural. Metoda penelitiannya adalah perpaduan dari deskriptif analitis kualitatif dan historis. Hasil penelitian, dalam tipologi non arsitektural terkait kepemilikan lama bangunan, untuk tipologi arsitektural adalah asal tipologi bangunan kantor. Dalam morfologi tata letak terkait square dan jalan penting. Dalam morfologi tata ruang, terkait tipe dasar, pola organisasi ruang, sifat dasar, berruang antara/selasar depan, kesimetrisan dan hirarki ruang. Untuk morfologi bentuk, terkait bentuk geometris massa, berlantai tingkat atau tidak, gaya arsitektur, serta penampilan entranse. Perbedaan yang timbul, disebabkan antara lain oleh iklim dan budaya setempat serta karakter arsitek yang terlacak. Kata kunci: arsitektur kolonial, tipomorfologi bangunan kantor di Surakarta, periode 1900-1940.
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan kolonial, arsitektur cangkokan dari negeri induknya (Eropa) ke daerah koloni di seberang laut (Cyril M. dalam Dwi Suci 1994)
tersebar terkecuali
di
seluruh Indonesia
dunia.
Tak
(Nusantara,
yang pada jaman kolonial Belanda disebut dengan Hindia Belanda kota Surakarta, bagian dari Nusantara,
dan diketahui pernah menjadi bagian
rakyatnya. Namun akhirnya diterima
dari mata rantai pertahanan kumpeni
dengan terpaksa mengingat situasi
(Eryudhawan dalam Dwi Suci, 1994)
keuangan
atau persekutuan dagang Belanda
mengkhawatirkan
(Vereenigde
Indische
peperangan-perangan dalam dan luar
dengan
negerinya. Yakni, perang saudara
adanya barisan benteng pertahanan
antara Belanda dan Belgia sebagai
di
Boyolali
sesama jajahan Perancis yang ingin
(sudah tak dapat dijumpai, diduga
saling memisahkan diri (Fletcher
didemolisi),
dalam
Oost
Compagnie/VOC).
Ungaran,
Yakni
Salatiga,
Surakarta
dan
negaranya
Dwi
yang
akibat
Suci,
adanya
1994)
yang
Yogyakarta yang membelah dua
berbiaya besar, serta perang gerilya
pulau Jawa.
Pangeran Diponegoro tahun 1825-
Dikehendaki
tidak,
1830 yang juga menelan biaya besar.
bangunan kolonial telah menjadi
Hasil finansial Cultuurstelsel bagi
bagian dari khasanah arsitektur di
kerajaan Belanda sangat memuaskan,
Indonesia.
sehingga berdampak melonjaknya
budaya
atau
Apalagi,
(heritage)
peninggalan telah
kas negaranya, perdagangan dan
berumur lebih dari 50 tahun ini
pelayaran Belanda terdorong maju
berasal dari bumi sendiri, antara lain
pesat, sehingga menempati posisinya
sebagai
lagi sebagai pusat penjualan bahan
hasil
kekayaan
pengurasan
Nusantara,
semasa
politik
(Cultuurstelsel) digantikan (politik
yang
paksa
terutama
Tanam
dengan
balas
kebijakan
karena
Paksa
kemudian
politik
budi).
Etis
Awalnya
Cultuurstelsel
yang
mentah
dan
armadanya
menjadi
nomor tiga di dunia. Perkembangan
kota
Surakarta, yang berawal dari kota tradisional:
Negara-kota
Karaton
Kasunanan Surakarta Hadiningrat
ditawarkan oleh Pemerintah Belanda
(KKSH)
untuk Hindia Belanda ini di negeri
kemerdekaan
Belanda
ditolak
kemerdekaan kini, banyak memiliki
(Sartono, 1992). karena dianggap
heritage yang dengan sendirinya
tidak
harus dikenakan tindakan pelestarian
lembaga
(Nederland)
berperikemanusiaan dewan
oleh
perwakilan
pada
(preservation)
masa
sebelum
hingga
masa
ataupun
tindakan-
tindakan lain yang relevan dalam
dan sekitarnya, sangat dimungkinkan
payung
konservasi
akan terjadi perubahan, modifikasi
(Sidharta dan Budihardjo, 1986).
sebagai konsekuensi logisnya demi
Namun kotapun perlu pemenuhan
kenyamanan pengguna bangunan.
kebutuhan
Namun dengan karakter para arsitek
kegiatan
baru
sesuai
dengan
perkembangan usianya, agar tidak
perancangan
hanya
diibaratkan
dimaksud di Surakarta yang lebih
sebagai museum. Mengingat hal itu
peduli atas iklim dan budaya pada
maka
sasaran
tapak bangunan ataupun yang hanya
sebenarnya
sekedar membawa bekal arsitektural
stagnan
perlu
dan
dicermati
konservasinya,
yang
mengarahkan kegiatan
keselarasan
antara
pelestarian
pemenuhan
dengan
kebutuhan
baru
dimaksud.
mereka
negaranyapun
tipomorfologi hal
arsitektur ini
kolonial
bangunan
yang
punya
ini
kantor
di
Penggalian
dari
dimungkinkan
akan berpengaruh karya-karya
Terkait hal itu, upaya kajian
(dalam
yang
bangunan-bangunan
pula
terhadap
bangunan-bangunan Surakarta
dimaksud.
sumber-sumber
asal
arsitektural ini sangat pentingm demi
berfungsi awal sebagai kantor) di
timbulnya
wahana
eksplorasi
Surakarta,
pemaduan
arsitektur
tradisional
ini
merupakan
cara
pandang atau tafsir baru, yang akan
ataupun vernakular Jawa dengan
berguna
kebutuhan baru yang berasal dari
dalam
pertimbangan karya-karya
pertimbangan-
proses
pelestarian
arsitektural
perkembangan
baru
ataupun
heritage
kontekstual dengan arsitektur berasal
dimaksud, untuk lebih memperdalam
dari etnis lain. Yang pada gilirannya
wawasan arsitektural yang menjadi
akan mengokohkan langkah menuju
latar
identitas
belakang
penciptaannya.
arsitektur
di
Indonesia
Dengan iklim dan budaya yang
(Saliya dalam Dwi Suci, 1994)
sangat
umumnya
berlainan
diciptakan
dan
bangunan-bangunan
antara
tempat
yang
layak
didirikannya
dengan
kantor
identitas sebagai cara, bukan tujuan,
di
Surakarta yang akan dikaji dengan
demikian
sumber pengaruh asal negeri Belanda
Surakarta.
memandang
disikapi
pula
pencarian
khususnya
untuk
1.2. Tujuan dan Sasaran Penelitian
pengaruh arsitektur Eropa sampel studi, dengan pemilihan aspek yang
a. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah
yang relevan saja (analitis) secara tak
untuk memerikan pengidentifikasian
terukur
ciri-ciri umum arsitektural bangunan
pada pada ciri-ciri umum fisik
kantor di Surakarta antara tahun
arsitektural yang berfungsi awal
1900-1940 sebagai artefak historis
sebagai kantor baik bagi sumber
yang
arsitektural eropa (Belanda) maupun
memiliki
acuan
utama
(kualitatif).
arsitektur dari Belanda (Nederland)
sampel
studi
sebagaimana diserapnya dari negara
historis).
(sebagai
Tinjauan
artefak
tipomorfologis
ditujukan agar diketahui kesesuaian
sekitarnya secara tipomorfologis.
morfologi b. Sasaran penelitian Sasaran
Berpedoman
sampel
yang
menjadi
obyek studi di Surakarta dengan
penelitian
ini
morfologi kantor sumber di Eropa
sebagai berikut.
(Belanda).
1) Mengkomparasikan antara ciri-
eksplanatoris, untuk menelusuri cara
ciri umum bangunan kantor
perolehannya dan mengungkapkan
relevan Eropa (Belanda) per
faktor-faktor yang melatar belakangi
contoh dengan bangunan kantor
karakter sampel sebagai obyek studi
relevan
(modifikasi
(obyek
studi)
di
Surakarta.
ciri
bersifat
arsitektural
Eropa/Belanda).
2) Menungkapkan keunikan
Penelitian
lain
keunikandari
sample
sebagai obyek studi.
2.2
Obyek Studi Berdasarkan
Dwi
Suci
(1994), terdapat empat obyek studi 2. Metode Penelitian
bangunan
2.1 Macam Metode
sebagaimana dijelaskan dalam tabel
Metode
penelitian
adalah
perpaduan antara deskriptif analitis kualitatif
dan
historis.
Yakni
memberikan pemerian (deskriptif) terurai
pada
pengidentifikasian
2.1 berikut.
bertipologi
kantor
Tabel 2.1. Obyek studi bertipologi kantor tahun 1870-1940 di Surakarta No.
Nama bangunan kantor
1.
K. Bank Indonesia Cabang Ska. Kantor Perparkir-an (Eks. Kantor DPU Kodya Ska.) Eks. Kantor Brigif 6. Eks.Kantor Bondo Lumakso
2.
3. 4.
Tahun bangun-an 1910 1929 1917 1917
Lokasi
Arsitek Fermont -Cuypers
Di kawasan luar Benteng KKSH Di kawasan tepi Benteng KKSH
Herman Karsten
Jenis fungsi KepemiLama Terakhir likan lama KP
KP
HB.
KP
KP
KKSH.
KP
KP
HB.
KP
RT
KKSH.
Thomas
-(belum diketahui) -(belum diketahui)
Keterangan tabel: KP: Kantor pemerintah RT: rumah tinggal HB : Hindia Belanda KKSH : Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Untuk lebih jelasnya, visualisasinya disajikan dalam gambar 2.1 berikut.
Obyek studi ke-1 Kantor (lama) Bank Indonesia Cabang Surakarta (th. 19100
Balaikota
Surakarta
Obyek studi ke-4 Bangunan Kantor Perparkiran (eks Kantor DPU Kodya Ska. (th. 1929) Benteng Vastenburg
Obyek studi ke-2 Bangunan Eks Kantor Brigif 6 Surakarta (th. 1917)
Gapura Gladag Alun-alun Utara Jalan Supit Urang Jalan Supit Urang
Obyek studi ke-3 Bangunan Eks Kantor Bondo Lumakso (th. 1917)
Alun-alun Selatan
Jalan Kedunglumbu
: Lingkungan inti KKSH
Keterangan: (th)
: tahun berdiri Gambar 2.1 Obyek-obyek studi bangunan kantor di Surakarta
3. TINJAUAN
TEORI
DAN
mudah dikerjakan. Digambarkannya sebagai: pendatang baru menghadapi
DATA
iklim dan bahan bangunan baru yang
3.1 Arsitektur kolonial. Arsitektur kolonial, menurut
berlainan, yang sering tak mudah
Harrris (ed., 1977 dalam Dwi Suci,
untuk memadukannya. Sementara
1994)
arsitektur
penggunaan pekerja setempat yang
cangkokan dari negeri induknya
bertradisi artistik sendiri, sedikit
(Eropa) ke daerah koloni di seberang
banyak
laut.
import dimaksud. Sebagai contoh
merupakan
Karakter
bangunannya,
mempengaruhi
arsitektur
seumumnya mengcopy gaya dunia
adalah
lama mereka (Pothorn, 1982 dalam
suasana setempat pada bangunan
Dwi
Indische
Suci,
1994),
didominasi
upaya adaptasi iklim dan
Techische
Hogeschool
Institut
Teknologi
pengaruh Eropa –lebih khas lagi
(sekarang
dalam
sebagai
Bandung/ITB) karya Ir. H. Mclaine
pembawanya. Cara yang ditempuh
Pont arsitek Belanda yang kemudian
para penjajah dalam menerapkannya,
menjadi guru besar di ITB. Karakter
adalah langgam yang ada pada masa
arsitektur ITB saat itu baik ruang
kesejarahan mereka dikombinasikan
terbukanya (Tamna Sari) maupun
dengan
individual
bangunan-bangunan
demikian,
(khususnya
hal
ini
Belanda
selera
perancangnya.
Dengan
Aula
pokoknya Barat
yang
adakalanya model asli dalam bahan
berposisi simetris bilateral terhadap
batu,
dalam
Aula Timur, serta ruang-ruang kelas
bangunan baru berbahan kayu, dan
lamanya (yang berketinggian lantai
lain sebagainya. Namun beberapa di
berundak makin belakang makin
antaranya terdapat yang berkarakter
tinggi untuk mempejelas pandangan
bebas
kea rah pengajar dan papan tulis),
diimitasikan
dari
imitasi
ke
model-model
Eropa.
berkonsep sumbu kosmologi lokal ke Penampilan
kaidah
arah Gunung Tangkuban Perahu.
khas
Meskipun menurut hemat penulis
(Beazley dalam Dwi Suci, 1994) ini
terdapat salah persepsi atas karakter
hakekatnya menggambarkan adanya
arsitektur
persenyawaan
dimaksudkannya dengan arsitektur
bangunan
kolonial
yang
dan yang
tidak
selalu
setempatnya,
yang
lokal Sunda bagi Aula barat dan
d. Arsitektur Historikisme (arstektur
Aula Timur adalah mirip dengan atap
Neo
rumah
elemen arsitektur Klasik berasal
gadang
dalam
Arsitektur
tradisional Minangkabau. Hemat perjalanan
dengan
macam
dari dunia klasik Timur; termasuk
penulis,
sejarah
Klasik
dalam
arsitektural
dari Nusantara:
misal elemen
arsitektur Batak dan Jawa sebagai
Belanda sendiri, terdapat pengaruh-
hasil
pengaruh
muatan
Petrus Berlage –Bapak Arsitektur
dampak
Modern Belanda- ke Nusantara
pergaulannya dengan etnis-etnis lain
dalam masa penjajajahan yang
di dunia. Antara lain dari sejarah
diimplementasikan dalam karya-
masyarakatnya, terdapat pengaruh
karyanya
budaya
sekitarnya).
yang
lokalnya
menjadi
sebagai
Perancis
(bekas
perjalanan
di
Ir.
Hendrik
Belanda
dan
penjajahnya), budaya negara-negara
e. Arsitektur Art Nouveau (transisi
sekitarnya, bahkan juga dampak
ke Arsitektur Modern); termasuk
penyebaran hasil pertemuaan budaya
di
Eropa (Belanda) dengan kebudayaan
(Arsitektur
Cina sebagai dampak perjalanan
Belanda)
kembali Marcopolo dari China ke
arsitektur
Italia.
perjalanan Langgam
dalamnya
Nieuwe
Kunst
Art
Nouveau
beserta
sintesisnya
organik
(hasil
Berlage
bertemu
kesejarahan
Frank Lloyd Wright di Amerika),
arsitektur bangsa Barat/Eropa yang
yang berkarakter alamiah namun
berpengaruh secara tipomorfologis di
fungsional,
Belanda
pengelolaan Berlage kemudian
hingga
terbawa
yang
dalam
pengaruhnya ke Indonesia, menurut
menjadi
Amsterdam
School
Dwi Suci (1994) dalam lingkup
(menitik
beratkan
pada
sebagai berikut.
orisinalitias dan alamiah) dan De
a. Arsitektur Renaisan
Stijl
b. Arsitektur Barok dan Rokoko
fungsi).
c. Arsitektur
Neo
Klasik
(Neo
Renaisan,
Neo
Barok,
Neo
Rokoko dan Neo Gothik)
(menitik
f. Arsitektur
beratkan
Organik
Rasionalisme Awal
pada
dan
sempat populer menjadi tipe gereja
3.2 Tipomorfologi. Tipomorfologis, kependekan
dari
merupakan dan
Christian, dimulai pada abad IV),
morfologi. Arti tipologi adalah ilmu
sebelum muncul tipe lain gereja.
tentang tipe (typhos); dalam hal ini
Selanjutnya
tipe arsitektural; ilmu dan morfologi
dengan fungsi balaikota ataupun
adalah ilmu tentang bentuk (morf)
pengadilan di lantai atas dan lantai
dalam
bawah
hal
ini
arsitektural.
tipologi
awal di jaman Kristen Awal (Early
bentuk
Dengan
tipomorfologi adalah
fisik
demikian
dalam
sebagai
pasar
multi
fungsi,
perluasan
yang berada
di
fungsi
seberang
ilmu tentang
jalannya sebagaimana Palazzo del
bentuk fisik arsitektural berdasarkan
Broletto, bangunan dua lantai dengan
tipe (typhos) bangunannya, dalam hal
multi fungsi dimaksud, kemudian
ini bangunan yang bertipe asal
menjadi
kantor. Aspek kajian morfologi bagi
bangunan komersial di Eropa pada
obyek studi, meliputi tata letak, tata
abad XVI-XVIII. Untuk tipe khas
ruang dan bentuk.
kantor di Nederland, bagi Gutkind
model
populer
sebagai
(1971) berupa bangunan dua lantai 3.3
Sejarah
singkat
bangunan
kantor
dengan fungsi lantai dasar sebagai bangunan kantor dan lantai atas
Dalam kaitan tipe bangunan kantor terawal di dunia adalah
sebagai
1215 (Pevsner dalam Dwi
Suci, 1994). Yakni sebuah bangunan berfungsi
ganda:
balaikota
dan
pengadilan, yang saat itu dikenal sebagai tipe basilika. Setelah itu, dikenal bangunan kantor Palazzo Uffizi
di
Italia.
Perkembangan
bangunan bertipe basilika dengan denah lantai bawahnya terdiri dari ruang tengah (nave) dan ruang samping (aisle) kiri dan kanan,
dinas
kepala
kantornya.
Palazzo del Broletto di Como, Italia, tahun
rumah
Pada masa awal Arsitektur Modern,
salah
seorang
arsitek
Bauhaus terkenal: Ludwig Mies van der
Rohe,
mengekspresikan
selalu
berupaya semangat
jamannya dalam karya-karya untuk kliennya yang sudah terkenal dengan ciri khasnya. Yaitu mengekspose struktur beton bertulang bangunan bertingkatnya, dengan lantai-lantai tingkat yang selalu menjorok keluar
(kantilever),
agar
menjadi
dinding
culkan banyak bangunan kolonial di
transfaran dari kaca yang terletak di luar
Indonesia antara lain bangunan kantor.
kolom-kolom modul terluar bangunan.
Demikian juga muncul banyak bangunan
Tata ruang dalam (denah)nya tanpa
kantor di Nederland.
dinding pemisah permanen atau dirancang
b. Periode 1870-1900: era politik Ethis –
dengan sistem perencanaan terbuka (open
merupakan
plan).
pembangunan
masa
pesat
arsitektur
kedua kolonial;
ditandai oleh dibangunnya kota praja3.4 Obyek studi bangunan kantor di
kota
Surakarta
dikeluarkannya
Pertimbangan
periode
obyek
desentralisasi,
studi bangunan bertipologi kantor di Surakarta
praja
antara
tahun
(gemeente)
setelah
Undang-undang serta
bangunan-
bangunan untuk memenuhi slogan
1900-1940,
politik Etis: edukasi, irigasi dan
dimaksudkan dikaitkan dengan masa-
emigrasi.
masa produktif Belanda membangun bangunan kolonial di Surakarta, secara
3.5
Tipomorfologi bangunan kantor
rinci sebagai berikut. a. Periode
1870-1900:
di Belanda era
politik
Diungkapkan Dwi Suci (1994),
kolonial liberal - permulaan politik
terdapat perkembangan tipomorfologi
Ethis/Piltik Balas Budi; merupakan
bangunan kantor yang terdapat di
masa pesat pertama pembangunan arsitektur
kolonial,
dampak
swastanisasi dan modernisasi di Hindia Belanda, yang memun-
Belanda, sebagai serapan pengaruh dari negara-negara di sekitarnya, antara lain sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Negara-negara sekitar Belanda sebagai pemberi pengaruh tipomorfologi kantor di Belanda No. Era 1. Renaisan 2. Barok/Klasikisme dan Rokoko 3. Neo Klasikisme, Historikisme, Art Nouveau dan Arsitektur Organik 4. Rasionalisme Awal
Negara Italia, Perancis, Belgia dan Polandia Italia dan Perancis. Inggris, Perancis, Jerman, Belgia dan Spanyol Jerman
(Sumber: diolah dari Dwi Suci, 1994)
bangunan penting, di Eropa/Belanda Hasil
serapan
tipologi
bangunan kantor dari negara-negara sekitar Belanda hingga ke Belanda dimaksud,
adalah
tiga
macam
sebagai berikut.
pada era Renaisan sampai dengan Rasionalisme Awal yang terserap ke Belanda, yang sebenarnya terkait dengan orientasi; antara lain terkait dengan ruang terbuka kota (square),
a. Bangunan komersial Eropa abad XVII
ataupun
sumbu
jalan,
sebagai
berikut.
b. Bangunan dua lantai kantor dan rumah dinas di Belanda/ Nederland
a. Tata letak sebagai pembatas
c. Bangunan kantor berdenah open
Tata letak ini meliputi macam
plan (era Arsitektur Modern)
square baru sejajar kanal.
sebagai berikut: 1) sebagai pembatas square baru
3.6 Morfologi tata tetak, tata ruang
dan
bentuk
arsitektural bangunan kantor di Belanda.
2) mandiri di tepi square; di era setelah Barok menghadap taman b. Tata letak menghadap sumbu
Menurut Dwi Suci (1994) pula,
sejajar kanal, dan
pengaruh
jalan penting.
tipomorfologis
Tata letak ini meliputi yang
bangunan kantor di Belanda yang
menghadap jalan raya penting
relevan
dengan di belakangnya terdapat
sebagai
pengaruh
dari
sekitarnya/luar tabel
3.1
yang
hasil
serapan
negara-negara
di
Belanda
(periksa
lalu),
rincian
kanal ataupun tidak. Visualisasi tata letak dan perspektif eksterior,
berdasarkan
Verheul
bahasannya sebagaimana dijelaskan
(1946), Regt ( (1986), Gutkind.
berikut.
(1971), Fletcher, (1988). Broek, JH. van den. (1955) dalam Dwi Suci (1994).S
3.6.1 Tata letak Menurut Dwi Suci (1994) pula, kriteria tata letak bangunan-
ajian contoh karya relevan dimaksud dalam tabel 3.2 berikut,
Tabel 3.2 Morfologi tata letak bangunan kantor di Belanda pada era Renaisan sampai dengan Reasionalisme Awal Lokasi No As- Uraian pek
Pembatas square baru Pemsejajar batas kanal square
Terkait square / taman
1.
Gambar tata letak & penampilan bangunan dalam eranya Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal Tata letak + Tata letak+tam- Tata letak+tam- Tata letak+tamtampak/perpektif pak/perspektif pak/perspektif pak/perspektif
Grafis tata letak
Kanal Square BalaiKota
Oude Beurs Rotterdam
Haarlem Mandiri di tepi square
Balaikota lama/ Amsterdam Royal Palace
Square
BalaiMandiri Kota Square Middleburg
Sumbu / Jalan
2.
Meng- Kanal hadap Balaikota sumbu/ jalan penting dengan /tanpa kanal di Jalan bela- penting kang/ Kantor di depan
Balaikota Hilversum
Kanal -
Jalan penting BalaiKota Leiden
Balaikota Enkhuizen
-
Jalan penting
Sekolah di Zwalluwplein, Hillversum
Royal Palce Amsterdam
-
Kantor Asuransi Utrecht
Keterangan: NK, H, AN & AO R. Awal B.k.
: : :
Neo Klasik, Historikisme, Art Nouveau & Arsitektur Organik Rasionalisme Awal. Balai kota
(Sumber: diolah dari Dwi Suci, 1994)
3.6.2
kriteria
Tata ruang
dimaksudkan tidak hanya sebagai
Menurut Dwi Suci (1994) pula,
ruang
tata
ruang
duduk, melainkan sebagai respon
bangunan kantor dari luar Belanda
terhadap iklin di Indonesia yang
hingga ke Belanda, secara ringkas
mereka anggap panas. Dengan
diolah berdasarkan Ching (1985), Krier
adanya
(1988) dan Gutkind (1971), terdiri
dimaksud diperuntukkan sebagai
sebagai berikut.
pengurang panas matahari agar
a. Tipe dasar
tidak terlalu banyak/panas yang
ringkas,
relevan
ataupun
bagi
Secara
ruang
sirkulasi
terdapat
ruang
antara,
ruang
dua
akan menimbulkan dampak ruang
macam tipe dasar, yaitu 1) ruang-
dalam menjadi panas. Hal ini
ruang mirip sel otonom, dan 2)
terutama bagi ruang-ruang yang
paduan antara ruang mirip sel
menghadap
otonom dengan ruang mengalir.
matahari
datangnya
langsung:
sinar
menghadap
timur ataupun barat.
b. Pola organisasi ruang Tentang pola organisasi ruang
e. Kesimetrisan
secara ringkas terdapat pola ruang-
Sebelum
ruang:
ruang
Modern, pola penyusunan ruang-
terbuka/halaman, 2) mengelilingi
ruang bangunan banyak diarahkan
hal pusat, dan 3) mengelilingi
ke sifat simetri, meskipun pada
halaman
tahun 1859 arsitek Phillip Web
1)
mengelilingi
tengah
(inner
court)
tertutup.
timbulnya
sebenarnya konsep
c. Sifat dasar
telah
baru
Arsitektur
mencetuskan
rumah
melalui
Dalam sifat dasar, terdapat dua
karyanya: The Red House di
macam, yaitu 1) perpaduan antara
Bexley Heath, Inggris yang banyak
pola linier dan grid, dan 2) terpusat.
memiliki prinsip-prinsip baru, salah
d. Memiliki ruang antara/serambi
satunya
meninggalkan
prinsip
Ruang antara di sini adalah serambi
simetri dalam denah. Dalam hal
atau selasar depan, yang oleh para
simetri, dikenal prinsip simetri
arsitek/perancang
bangunan
bilateral, baik simetri bilateral
Belanda di Indonesia di masa
sempurna maupun simetri bilateral
sebelum
kemerdekaan
dulu,
seimbang. Selain itu juga simetri
Untuk lebih jelas, visualisasi contoh-
radial.
contoh morfologi tata ruang bangunan
f. Hirarkhi
kantor di Belanda di atas, berdasarkan
Dalam hal prinsip hirarkhi, dalam
Verheul (1946), Regt ( (1986), Gutkind.
hal ini terdapat hirakhi ruang
(1971), Fletcher, (1988). Broek, JH. van
terbesar terdapat pada 1) pusat
den. (1955) dan Russel (ed.) (1979) dalam
organisasi linier, dan 2) pada pusat
Dwi Suci (1994), disajikan dalam tabel
organisasi terpusat.
3.3 berikut.
Untuk lebih jelas, visualisasi contohTabel 3.3 Morfologi tata ruang bangunan kantor di Belanda pada era Renaisan sampai dengan Rasionalisme Awal Tata ruang No As- Uraian pek
Gambar tata ruang & penampilan bangunan dalam eranya Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tampak/Perpektif pak/Perspektif pak/Perspektif pak/Perspektif
Ruangruang mirip sel otonom
Tipe dasar
1.
Grafis tata ruang
Pola organisasi ruang
2.
-
Ruangruang mirip sel otonom Paduan ruangruang mirip sel otonom dan ruang mengalir Ruangruang mengelilingi halaman/ mengha dap sebagian halaman
Balai Kota Delft
Mauritshuis Den Haag
Ruang-ruang mirip sel otonom
Ruang mengalir
Amsterdam Beurs & Exchange -
Balaikota Midelburg
Royal Palace Amsterdam
Balaikota Hilversum -
-
-
-
-
Kantor dan rumah tepi kanal Leiden Palais Soetsdijk, Den Haag
Tata ruang No As- Uraian pek
Grafis tata ruang
Gambar tata ruang & penampilan bangunan dalam eranya Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tampak/Perpektif pak/Perspektif pak/Perspektif pak/Perspektif
Ruangruang mengelilingi hall pusat
-
-
-
-
-
-
Royal Palace Amsterdam
De Koninklijke Stallen Den Haag
Balaikota Hilversum
Balai Kota Delft Ruangruang mengelilingi inner court tertutup 3 .
Balaikota Middleburg
Organisasi terpusat
-
Sifat dasar
-
Balai Kota Delft Paduan organisasi linier dan grid
Mauritshuis, Den Haag
-
Balaikota Hilversum -
Amsterdam Beurs & Exchange
Berselasar dalam
-
Berrselasar
4 .
Balaikota Middleburg Tanpa selasar
Balaikota Hilversum
-
Balakota lama/ Royal Palace Amsterdam
De Koninklijke Stallen Den Haag
Balaikota Hilversum
Tata ruang No As- Uraian pek
Grafis tata ruang
Gambar tata ruang & penampilan bangunan dalam eranya Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tam- Tata ruang+Tampak/Perpektif pak/Perspektif pak/Perspektif pak/Perspektif
luar
Balai Kota Delft Simetris bilateral sempurna & hampir sempurna
Kesimterisan
5 .
Tidak simetris
Royal Palace Amsterdam
De Koninklijke Stallen Den Haag
Balai Kota Delft
Royal Palace Amsterdam
-
-
-
-
-
-
Rijkmuseum Amsterdam
RS Antroposofisch, Den Haag 6 .
Balaikota Hilversum
Pada pusat organisasi linier
-
B.k.Hilversum
-
Hirarkhi ruang tertinggi
-
Palais Soetsdijk, Den Haag Pada pusat organisasi terpusat
-
-
-
-
-
-
Balai Kota Delft
Keterangan: NK, H, AN & AO R. Awal B.k. RS
RS Antroposofisch, Den Haag
: : : :
Royal Palace Amsterdam
Neo Klasik, Historikisme, Art Nouveau & Arsitektur Organik Rasionalisme Awal. Balai kota Rumah sakit
(Sumber: diolah dari Dwi Suci, 1994)
Tabel 3.4 Morfologi bentuk arsitektural bangunan kantor di Belanda pada era Renaisan sampai dengan Rasionalisme Awal Bentuk arsitektural No
Aspek
Uraian
Gambar bentuk arsitektural & penampilan bangunan dalam eranya Grafis bentuk Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal arsitekTampak depan/ Tampak depan/ Tampak depan/ Tampak depan/ tural Perspektif Perspektif Perspektif Perspektif
1. Masif bergeometri beraturan
-
-
-
-
-
-
Berntuk geomeyris massa
Balai Kota Delft Ber-inner court, pola tertutup, berbentuk huruf O atau O ganda Menghadap ke halaman di belakang/depan, berbentuk huruf U/ U terbalik
Berbentuk huruf L
Balaikota Middleburg
Royal Palace Amsterdam
Oude Beurs Rotterdam
Balaikota Hilversum
-
-
-
-
-
-
Palais Soetsdijk, Den Haag -
-
-
-
-
American Hotel Amsterdam
Penampilan entranse
2. -
Tanpa kanopi + tidak berpedimen
-
Balaikota Delft
Stadhuis (B.k.) Javastraat
B.k. Hilversum
Bentuk arsitektural No
Aspek
Uraian
Gambar bentuk arsitektural & penampilan bangunan dalam eranya Grafis bentuk Renaisan Barok & Rokoko NK, H, AN & AO R. Awal arsitekTampak depan/ Tampak depan/ Tampak depan/ Tampak depan/ tural Perspektif Perspektif Perspektif Perspektif
Tanpa kanopi + berpedimen
-
-
-
-
Berkanopi + berpedimen
-
-
-
Buitenhuis Den Haag -
-
-
-
-
B.k. Haarlem Posisi entrance menyudut dengan lantai berundak /bertangga
Keterangan: NK, H, AN & AO R. Awal B.k.
-
-
-
-
-
RS Antroposofisch, Den Haag
: : :
Neo Klasik, Historikisme, Art Nouveau & Arsitektur Organik Rasionalisme Awal. Balai kota
(Sumber: diolah dari Dwi Suci, 1994) 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
divisualisasikan dalam gambar 1.1.
4.1. Gambaran umum obyek Studi Telah
diungkapkan
Secara
ber-
data
dimaksud dalam hal tata letak, tata
terdapat empat bangunan bertipologi sebagaimana
besar,
tipomorfologis obyek-obyek studi
dasarkan Dwi Suci (1994) pula,
kantor
garis
ruang
telah
dan
bentuk
arsitektural
sebagaimana disajikan dalam tabel
diungkapkan dalam tabel 1.1 dan
4.1 berikut.
Tabel 4.1 Gambaran umum tipomorfologi obyek studi di Surakarta Obyek studi OS-1 Aspek 1. Tahun berdiri 1910 2. Nama obyek Bank Indonesia
No.
OS-2 1917 Eks Brigif-6
OS-3 1917 Eks Kantor Bondo
OS-4 1930 Eks Kantor DPU
Obyek studi OS-1 Aspek studi 3. Arsitek Fermont-Cuypers 4. Luar benteng KKSH Kawasan
No.
5. Kepemilikan Hindia Belanda lama 6. suTata letak Jalan ngai 7. Tata ruang: massa +denah 8. Bentuk
Keterangan:
Tampak depan (timur)
OS-2
OS-3
OS-4
Lumakso
Hindia Belanda
Kodya Ska. H. Thomas Karsten Tepi benteng KKSH Luar benteng KKSH KKSH KKSH
Jalan
Jalan
Tampak depan (utara)
Perspektif tampak depan (barat daya)
Tepi benteng KKSH
Jalan
Tampak timur
OS: Obyek studi keKKSH : Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
(Sumber: diolah dari Dwi Suci, 1994) Tentang
perkembangan
tipomorfologi tata letak, tata ruang dan
bentuk
arsitektural
4.2. Perkembangan tipologi kantor dan morfologi tata letak
yang
Bahasan tata letak obyek studi,
merupakan pengaruh karakter Eropa
secara garis besar dirangkum dalam
(Belanda), sebagai berikut
tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Tipomorfologi tata letak bangunan kantor di Surakarta tahun 1900-1940 1940
PERIODISASI
Asal tipe bangunan kantor
TIPO-LOGI ARSITEKTUR-AL
TNA
BANGUNAN 1900 Kepemi- Hindia Belanda likan KKSH lama
1910
1917
OS-1
OS-2 OS-3
Bangunan komersial populer Eropa abad XVII Kantor dan rumah dinas di Nederland
1930
1940
OS-4 OS-4 Hasil renovasi: lantai dasar seperti perluasan pasar di depannya, lantai atas kantor.
OS-1 Sebelum era kemerdeka-
an, lantai dasar difungsikan untuk kantor; lantai atas: runtuk umah dinas kepala kantor/direktur OS-2
Denah open plan Denah tidak berdinding penyekat ruang.
MORFOLOGI TATA LETAK
Sederhana mirip rumah tinggal Terkait square Terkait jalan penting
OS-3
Mandiiri di tengah square kecil baru sejajar kanal Menghadap sumbu jalan penting
Keterangan:
OS-4
OS-1
OS-2
OS-3
OS- : Obyek studi keTNA : Tipologi non arsitektural
(Sumber: diolah dari Dwi Suci, 1994)
Dalam
tipologi
obyek
studi
di
tekait ruang terbuka/square serta
Surakarta, terdapat penambahan jenis
terkait
baru sebagai dampak situasi dan
dalam hal ini square kecil dalam
kondisi lokal yang berlainan (Kantor
interpretasi Dwi Suci (1994) yang
Bondo Lumakso, tidak besar/luas
merupakan jalan pengeliling beserta
dan tidak bertingkat). Hal ini penulis
pertemuan beberapa jalan di depan
duga
obyek
sebagai
lokasinya
konsekuensi
berada
dekat
logis dengan
kanal.
studi
Sumohardjo,
Kraton Surakarta. Yaitu agar tidak
Pranoto)
menyaingi keluasan dimensi serta
Hardjanagara.
dari
bangunan-bangunan
kantor
serta
tingginya
menara
ke-4
dimaksud,
(Jalan
RE.
Martadinata/Ketandan, Jalan Urip
benteng Kraton untuk menghormati
tinggi
Square
dan dan
Jalan Pasar
Suryo Gede
4.3. Tata ruang
Sanggabuwana,
Tata ruang obyek studi secara
Sebaliknya, dalam morfologi tata
garis besar dirangkum dalam tabel
letak
4.3. berikut.
Panggung
terdapat
pengurangan
macamnya, tinggal dua macam, yaitu
Tabel 4.3 Tata ruang bangunan kantor di Surakarta tahun 1900-1940
1940
PERIODISASI
1900
Kepemilikan lama
Sifat dasar
Hindia Belanda
1910
1917
OS-1
OS-2 OS-3
KKSH
Ruang-ruang mirip selel otonom
OS-1
Paduan ruangruang mirip sel otonom + ruangruang mengalir
OS-2
Pengeliling halaman/sebag ian halaman Pengeliling hall pusat
1923
OS-4
OS-4
OS-2
OS-1
OS-3 OS-4 Penulis menginterpretasi karya Karsten ini semula beratrium/ inner court
Pengeliling halaman tengah/ inner court tertutup Paduan linier dan grid
OS-2
Terpusat
Berselasar depan pengantisipasi panas
Tanpa selasar depan pengantisipasi panas
Hi ra rk i Kesimetrisan ru a n g
Pada pusat
OS-3
OS-4
OS-1 Kondisi awal (Sebelum : Kemerdekaan) terdapat selasar depan kanan-kiri merangkap entrance dan exit) OS-1 Kondisi akhir (setelah kemerdekaan), selasar depan hilang, entrance di tengah
Simetris bilateral seimpurna Simetris bilateral seimbang
1940
OS-3
OS-1
Berruang antara/selasar depan
MORFOLOGI TATA RUANG
Pola organisasi ruang
Tipe dasar
TNA
BANGUNAN
OS-4
OS-2
OS-3
OS-2
OS-1
OS-3
OS-2
1940
PERIODISASI
1900
TNA
BANGUNAN
Kepemilikan lama
Hindia Belanda
1910
1917
OS-1
OS-2
1923
OS-3
KKSH
1940
OS-4
orgamisasi linier OS-2 Pada pusat organisasi terpusat
OS-1
OS-2
OS-4
Dalam morfologi tata ruang obyek
tidak besar, kebanyakan tidak
studi di Surakarta, terdapat
berinner
perbedaan sebagai berikut.
terdapat dugaan bahwa obyek
1) Dalam
pola
organisai
ruang
court.
studi eks Kantor DPU dimungkin
terdapat perbedaan untuk jenis
dulunya
pertama
berinner court.
mengelilingi
Meskipun
ruang
dimaksudkan
untuk
terbuka/halaman, dalam hal ini adalah
mengelilingi
4.4. Bentuk
sebagian
Morfologi bentuk arsitektural
halaman (halaman belakang). obyek
2) Dalam jenis memiliki ruang antara,
tidak
terdapat
studi
secara
garis
besar
dirangkum dalam tabel 4.4 sebagai
jenis
berikut.
berselasar dalam sebagaimayang
Tabel 4.4 Morfologi bentuk bangunan kantor di Surakarta tahun 1900-1940 1940
PERIODISASI
1900
TNA
BANGUNAN
Kepemi -likan lama
Hindia Belanda
1910
1917
OS-1
OS-3
1923
1940 a
a
OS-4
KKSH a
Ga MORFOLOGI BENTUK ARSITEKTURAL ya Bertingkat/ Bentuk geometris massa arsi tidak tekt ur
OS-1
a
OS-4
OS-2
OS-3 a
OS-3 aa
Tampak 2 lantai bangunan Neo klasik
a
a
Massa masif persegi empat beraturan Massa segi tiga beraturan terpotong Massa berbentuk huruf L+ berbentuk huruf l Tampak 1 lantai bangunan
OS-2
OS-1 OS-2 a
OS-4
1940
PERIODISASI
1900
TNA
BANGUNAN
Kepemi -likan lama
1910
Hindia Belanda
OS-1
1917
1923
1940 a
OS-3
a
OS-4
KKSH
OS-1
OS-2
OS-2 OS-3 a
Sinkretisme Eropa + Jawa
OS-4
Penampilan entranse
a aa
Tanpa kanopi + berpediment/tidak
OS-1
OS-3 a
Berkanopi + berpe-didimen
OS-2 a
Posisi entrance menyudut dengan lantai berundak/ bertangga
entrance utara OS-2 kantor lantai atas menyudut dan bertangga
Dalam morfologi bentuk, terdapat
sebenarnya di Belanda bukan
perbedaan-perbedaan sebagai berikut.
berasal
1) Dalam bentuk geometris massa,
bangunan
terdapat
pengurangan
macam;
dari
kantor
terkenal:
walau
American
Hotel, dalam obyek studi tidak
yang tidak ada adalah jenis 1)
terdapat
berinner
pola
melainkan perpaduan antara dua
tertutup, berbentuk huruf O atau
massa berbentuk huruf L dengan
O ganda dan 2) menghadap ke
satu massa persegi empat. Hal ini
halaman, berbentuk huruf U.
disebabkan
Ketiadaan bentuk-bentuk massa
huruf L menerus di Belanda
dimaksud diduga karena pola
dipengaruhi oleh tapaknya yang
seperti
lebih
untuk
itu
dengan
biasa
kantor
balaikota tapak
court
yang luas;
dipergnakan
besar
huruf
L
massa
menerus,
berbentuk
memungkinkan
untuk
semacam
disusun denah berbentuk itu,
membutuhkan
sedangkan tapak persegi empat
sedangkan
di
Surakarta kantor-kantor ini bukan balaikota. Sementara untuk jang berjenis massa berbentuk huruf L
dalam
obyek
studi,
memungkinkan dibentuk
lebih dua
massa berbentuk L dengan satu massa
Belanda,
persegi
menghargai iklim dan budaya
empat
di
tengah
rangkaiannya.
selalu
berupaya
setempat.
2) Terdapat tambahan jenis dalam bentuk arsitektural, yaitu
5.
KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan di atas,
a) bertingkat/tidak bertingkat; yang
disimpulkan bahwa untuk tipo-morfologi
menunjukkan adanya kantor
bangunan kantor di Surakarta tahun 1900-
yang tidak bertingkat (eks kantor
1940 dalam obyek studi sebagai berikut.
Bondo Lumakso)
a. Perkembangan tipomorfologis ba-
di dalam
obyek studi; serta
ngunan kantor di Surakarta, tidak
b) gaya arsitektur; yang menimbulkan jenis
baru
yaitu
hanya berasal dari pengaruh dari negeri
adanya
Belanda yang diserap dari negara-
gaya
negara relevan di sekitarnya di Eropa
Eropa/Belanda dengan arsitektur
berdasarkan era ragam arsitektur yang
lokal Jawa. Hal ini karena
sedang berlaku, namun juga dari
bangunan kantor di negeri
pengaruh karakter pribadi arsitek yang
Belanda yang secara umum
terlibat ataupun berpengaruh dalam
berkarakter
perkembangan arsitektur di Belanda.
sinkretisme
bangunan
antara
kurang/’miskin’ lebih
Antara lain dari kepribadian Thomas
efisien; dan gaya arsitekturnya
Karsten yang menghargai iklim dan
memang
arsitektur
budaya setempat, juga pengaruh yang
umum/Eropa dan lokal/Belanda.
diserapnya dari perjalanan Berlage ke
Lokal dalam obyek studi adalah
Hindia Belanda.
arsitektur
bertingkat
gaya
Jawa
sebagai
b. Surakarta yang saat itu merupakan
penyusun sinkretisme dimaksud,
negara
selain merupakan konsekuensi
menimbulkan tipologi non arsitektural
logis yang seharusnya ada bagi
kepemilikan lama bangunan: bagi
kondisi
pemerintah Hindia Belanda maupun
iklim
dan
budaya
kerajaan
(vorstenlanden),
setempat, hal ini juga berasal
Keraton
dari karakter arsiteknya: Thomas
Hadiningrat (KKSH). Berarti bahwa
Karsten
sejak
yang
meskipun
merupakan arsitek asing /
Kasunanan
awal
Surakarta
periode
1900-1940, tepatnya tahun 1917, pada
antara lain Amsterdam. Dengan
lingkungan
tradisional
mahalnya ruang, di Belanda<
tipologi
semua bangunan kantor berlantai
KKSH
pemerintah
mulai
dikenal
bangunan baru yaitu kantor, melalui berdirinya kantor Bondo Lumakso.
tingkat. d. Dalam
morfologi
tata
letak
Lokasi kepemilikan KKSH, baik di
terdapat pengurangan macamnya,
kawasan dekat benteng Kraton (eks
tinggal dua macam, yaitu tekait
kantor Bondo Lumakso), maupun di
ruang terbuka/square serta terkait
luar benteng Kraton (Pasar Gede)
kanal. Square dimaksud, dalam
c. Macam
tipologi
asal
tipe
hal
ini
square
kecil
dalam
bangunan kantor baru: sederhana
interpretasi Dwi Suci (1994) yang
dan mirip rumah tinggal (eks
merupakan
Kantor
ini
beserta pertemuan beberapa jalan
penulis duga, berkaitan dengan
di depan obyek studi ke-3 (Jalan
posisi tata letak obyek studi
RE. Martadinata/Ketandan, Jalan
dimaksud
Urip
Bondo
Lumakso)
di
dekat
benteng
jalan
Sumohardjo,
pengeliling
dan
Jalan
Kraton, yang menuntut bangunan
Suryo Pranoto) dan Pasar Gede
dimaksud tidak berukuran besar
Hardjanagara. Lokasi obyek studi
dan tidak bertingkat yang dapat
dimaksud
mengurangi penghargaan kepada
karena merupakan bagian dari
eksistensi
melalui
pemukiman Europeeschewijk dan
bangunan-bangunan lain dalam
permukiman etnis keturunan Cina
kompleks
(Pecinan).
berbeda bangunan
KKSH
Kraton/KKSH. dengan
Ini
bangunan-
kantor
di
Eropa
umumnya dan khususnya Belanda
jauh
dari
benteng,
e. Berdasarkan morfologi tata ruang ruang, terdapat: 1) perbedaan untuk jenis me-
yang terkenal seluruh negerinya
ngelilingi
hanya memiliki wilayah sempit
/halaman, dalam hal ini hanya
(miskin
mengelilingi
dibantu
ruang),
itupun
dengan
telah
ruang
terbuka
sebagian
reklamasi-
halaman (halaman belakang),
reklamasi
pantai
yang
bukan seluruh halaman karena
menimbulkan
kota-kota
baru
tidak merupakan kantor besar
pemerintahan, misal balaikota
seperti itu biasa dipergunakan
sebagaimana
bangunan
untuk kantor besar semacam
sumber kantor balaikota di
balaikota yang bertapak luas.
Belanda.
Sementara untuk jang berjenis
2) Dalam jenis memiliki ruang
massa berbentuk huruf
L
antara, tidak terdapat jenis
sebenarnya di Belanda bukan
berselasar dalam sebagaimana
berasal dari jenis kantor yang
bangunan-bangunan
di
lebih dipengaruhi oleh bentuk
Belanda yang berukuran besar
tapaknya. Terdapat tambahan
serta berinner court, karena di
jenis tidak bertingkat (eks
wilayah iklim tropis seperti
kantor
Indonesia,
sebaiman
Surakarta,
antara
lain
karena
sedikit
Bondo
Lumakso),
telah
diuraikan
dalam buitr b di atas.
halaman telah memberikan
2) Dalam gaya arsitektur; timbul
banyak cahaya alami untuk
jenis baru, sinkretisme antara
bangunan.
gaya Eropa/Belanda dengan
bangunan
Terdapatnya beselasar
luar
arsitektur lokal Jawa. Hal ini
pengantisi panas (eks Kantor
karena
DPU),
ke-
setempat Jawa. Yang selain
pedulian arsiteknya terhadap
merupakan konsekuensi logis
iklim
ke-
yang seharusnya ada bagi
nyamanan ruang kegiatan di
kondisi iklim dan budaya
dalamnya.
setempat, juga berasal dari
membuktikan
setempat
guna
pengaruh
budaya
f. Terkait morfologi bentuk, terdapat
karakter arsiteknya: Thomas
sebagai berikut.
Karsten
1) Ketiadaan bentuk-bentuk geo-
yang
merupakan
meskipun
arsitek
metris massa berinner court
/Belanda,
dengan
menghargai iklim dan budaya
pola
tertutup,
berbentuk huruf O atau O
selalu
asing
berupaya
setempat>
ganda dan menghadap ke
f. Perbedaan tipologi dan morfologi,
halaman berbentuk huruf U,
disebabkan secara umum karena
yang
perbedaan
diduga
selain
pola
lokasi,
masyarakat
(organisasi
swasta
VOC,
EA.
pemerintah Hindia Belanda dan pemerintah KKSH), budaya dan iklim setempat. g. Tinjauan tipologi dan morfologi penting sebagai panduan dalam proses
konservasi
bangunan-
bangunan obyek studi di atas, antara
jika
tetap
diinginkan
prospek fungsinya sebagai kantor berlanjut.
6. DAFTAR PUSTAKA Akihary, Huib. (1990). Architectuur en Stedebouw in Indonesië 1870/1970. Penerbit de Walburg Pers. Anonim (1932). Boekbespreking: HP. Berlage – Mijn Indische Reis. Nederlandsch Indie Oud en Nieuw (NION), edisi ke VII, Den Haag. Blijstra, R. (1966). Dutch Architecture after 1900. Penerbit NV. PN. Van Kampen & Zoon, Amsterdam. Broek, JH. van den. (1955). Gids voor Nederlandse Architectuur. Penerbit NV. WL. & J. Brusse, Rotterdam. Ching,
Francis DK. (1985). Architecture: Space, Form and Order, diindonesiakan oleh Paulus Hanoto Ajie. Arsitektur:Ruang, Bentuk dan Susunannya.Penerbit Erlangga.
Dobby, Alan. (1978). Conservation Planning. Penerbit Hutchinson of London.
Gutkind. (1971). Urban Development in Western Europe: The Netherlands and Great Britain. Penerbit The Free Press, New York.
Fletcher, Banister Sir Knt. (1988). A History of Achitecture on the Comparative Methods. Penerbit BT. Batsford Ltd., edisi ke-27, London. Kartodirdjo, Sartono, (1992). Sejarah Pergerakan Nasional. Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme, Jilid 2. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kostof, Spiro (1991). The City Shaped, Urban Patterns and Meanings Through History. Penerbit Thames and Hudson Ltd., London. Krier, Rob. (1988). Architectural Composition. Penerbit Rizolli International Publications Inc., New York. Leerdam, Ben F. van (1988). Henry Maclaine Pont, Architect Tussen Twee Werelden: Over de Perikelen Rond het Onstaan van de Gebouwen van ee Hoogeschool, het ‘Institut Teknologi Bandung’ (ITB). Penerbit Deftse Universitaire Pers. Dwi
Suci Sri Lestari (1994). Identifikasi Pengaruh Arsitektur Eropa pada Bangunan Kantor di Semarang dan Surakarta 1870-1940. Suatu Pendekatan Tipomorfologis. Tesis S2 Arsitektur Program Pascasarjana. ITB Bandung.
Moneo, Rafael (1994). On Typology: Ordering Space Type in
Architectureil Design, penerbit Van Nostrand Reinhold, New York. Muhadjir, Noeng. (1990). Metode Penelitian Positivistik Rasionalistik dan Naturalistik, penerbit Pascasarjana UGM., Yogyakarta. Nas, Peter JM. (ed.) (1986). The Indonesian City: Studies in Urban Development and Plannin., Penerbit Foris Publications, Holand. Nix, Thomas. (t. th.). Stedebouw in Indonesie en de Stedebouwkundige Vormgeving. Penerbit Nix, Bandung. Pevsner, Nikolaus. (1976). A History of Building Types. Penerbit Princeton University Press. Pothorn, Herbert. (1982). A Guide to Architecture Style. Penerbit Phaidon Press Ltd, Oxford. Regt,
Evelyn de. (1986). Monumenten in den Haag. Gebouwen van de Rijksmonumentenlijst. Penerbit Negara (Staatuitgeverij). Den Haag.
Reid,
Richards. (1977). Picture Panorama of The World, Designing for Commerce. Penerbit Mills & Boon imited, London.
Russell, Frank (ed.) (1979). Art Nouveau Architecture. Penerbit Rizzolli International Publication Inc. London. Sidharta dan Eko Budihardjo. (1989). Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah
di Surakarta. Penerbit Gajah Mada University Press. Iegner,
Otto. (t. th.). Holland. Penerbit Ludwig Simon, Munchen-Pullach.
Strike, James (1994). Architecture in Conservation, Managing Development at Historic Sites. Penerbit Routledge, London. Verheul Dzn, J. (1946). Historische Gebouwen van Rotterdam, jilid 1. Penerbit W. Zwagers, Rotterdam.
Biodata Penulis Dwi Suci Sri Lestari, alumni S-1 Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (FT. UNDIP) Semarang (1985), S-2 Teknik Arsitektur pada alur Sejarah dan Teori Arsitektur Program Pasca Sarjana Institut Teknologi Bandung (1994), dan pengajar Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan (FT. UTP) Surakarta (1987- sekarang).