Studi Pemodelan Numerik dalam Disain Awal Jalan Layang Non Tol Kp. MELAYU – Tn. ABANG: Struktur Bangunan Bawah Wilham G. Louhenapessy1 , A. Tejokusumo J.2 dan Wawan Kuswaya3
ABSTRACT: Dalam makalah ini disampaikan preliminary perencanaan struktur bangunan bawah Jalan Layang Non Tol (JLNT) di Jakarta Lintasan Tanah Abang – Kampung Melayu dengan menggunakan metoda Soil-Structure Interaction dengan bantuan software FB Multipier. Analisis juga diperiksa kembali dengan bantuan software finite element PLAXIS dan SAP 2000. Input ground motion yang digunakan adalah data ground motion dari gempa El Centro, Pasadena, dan Kobe. Selain itu juga dilakukan analisis potensi liquifaksi di sepanjang lokasi JLNT. Desain struktur bangunan bawah adalah dengan menggunakan pondasi borepile dengan diameter 1500 mm dan pilecap. Desain fondasi dan pilecap dimodelkan dengan berbagai variasi bentuk disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dengan mempertimbangkan kondisi tanah eksisting sepanjang alinyemen proyek dan besaran dari beban. Type-type pilecap menopang pier-pier bangunan Jalan layang dalam zone-zone sbb.: Zone 1 (Struktur Jalan layang double-pier yang berada di jln Casablanca, termasuk Pier Ramp Naik dan Ramp Turun), Zone 2 (Struktur Jalan layang single-pier di daerah terowongan Casablanca), Zone 3 (Double-pier di sepanjang Jln. Prof Dr Satrio - Mega Kuningan), Zone 4 (Single-pier di daerah FO Sudirman) dan Zone 5 (Double-pier). Keywords: soil-structure interaction, metoda elemen hingga, perencanaan pondasi-pilecap, likuifaksi
1 PENDAHULUAN Dalam mengatasi kemacetan lalu-lintas yang semakin kronik di Jakarta, Dinas PU Bina Marga DKI Jakarta merencanakan pembangunan Jalan Layang Non Tol (JLNT) yang menghubungkan Kp. Melayu-Tn.Abang. Analisis yang ditinjau dalam paper ini adalah Koridor Tahap 1, yaitu dari Jalan Mas Mansyur hingga Jalan Casablanca.
Gambar 1. Typical Potongan Model JLNT (Zone 3).
1
Paper ini ditulis saat Dr W. G. Louhenapessy masih bertugas di PT Pamintori Cipta, sebagai Ahli Mekanika Tanah dan Ahli Struktur (2009-2010). Sekarang bekerja di PT SNC Lavalin TPS. Contact: Email:
[email protected] dan
[email protected].
Director of Engineering and Operation di PT Pamintori Cipta. Email:
[email protected] 3 Dosen Mekanika Tanah dan Staff Lab.. Mekanika Tanah ISTN. Email:
[email protected]
Dalam perencanaan bangunan khususnya jalan layang, umumnya digunakan adalah analisis terpisah antara struktur atas dan struktur bawah. Analisis dilakukan terhadap struktur atas terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai gaya pada reaksi perletakan dan selanjutnya dilakukan analisis pondasi secara terpisah berdasarkan gaya-gaya dari struktur atas. Metoda ini memiliki kelemahan di mana, reaksi perletakan yang didapatkan diasumsikan dalam keadaan jepit sehingga besar deformasi dan gaya-gaya dalam yang dihasilkan akan memberikan hasil yang overestimate4. Dalam perencanaan ini, digunakan metoda soilstructure interaction, dengan memodelkan pondasipilecap-pier sebagai satu kesatuan struktur. Hasil yang diharapkan dari model ini adalah disain yang optimum bila dibandingkan dengan metoda konvensional. 2 KONDISI TANAH Untuk mendapatkan kondisi pelapisan tanah dilakukan penyelidikan tanah dan uji laboratorium dengan menggunakan bor dalam dan tes CPT. Jumlah penyelidikan tanah awal untuk bor dalam adalah 9 dan CPT adalah 18. Juga telah dilakukan pengumpulan data-data sekunder dari beberapa proyek (terakhir) di dekat dan sepanjang lokasi
2
4
Untuk pemodelan Struktur Atas (Analisa Pushover) pembaca dapat melihat referensi lainnya oleh: Yosafat A. P. & Madutujuh, Nathan (Maret 2011) dan Hoedajanto, D. & Madutujuh, Nathan (2010).
JLNT ini. Dari hasil penyelidikan tanah dilakukan pengklasifikasian lapisan tanah dengan menggunakan korelasi nilai konsistensi dan undrained shear strength pada hasil bor dalam (Bowless 1988, Ensoft 2000) seperti terlihat dalam Tabel 1 dan 2 (Berdasarkan NSPT), kurva korelasi CPT dan jenis tanah (Robertson 1990; A.C. Waltham, 1994; Wawan Kuswaya et.al. 2010) seperti terlihat dalam Gambar 2 dan Gambar 3. Dari klasifikasi tanah tsb. dan dari bentuk awal pier JLNT serta beberapa aspek lainnya, maka dilakukan pembagian zona untuk keperluan praktis analisa menjadi 5 zona (Gambar 4) sbb: Zone 1 (Casablanca), Zone 2 (Trw.-Casablanca), Zone 3 (Satrio), Zone 4 (FO Sudirman) dan Zone 5 (Jln. K.H. Mas Mansyur).
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Lempung Berdasarkan NSPT Konsistensi
Undrained Shear Strength
Lempung Lunak (Soft) Lempung Sedang (Medium) Lempung Kaku (Stiff) Lempung Sangat Kaku (Very Stiff) Lempung Keras (Hard)
12-24 24-48 48-96 96-192 192-383
Sub Grade Modulus kN/m3 8140 27150 136000 271000 543000
e50
Nilai NSPT
0.02 0.01 0.007 0.005 0.004
2-4 4-8 8-15 15-30 > 30
Tabel 2. Klasifikasi Tanah Berpasir Berdasarkan NSPT Konsistensi Sangat Halus (Very Loose) Pasir Halus (Loose) Pasir Sedang (Medium) Pasir Padat (Dense) Sangat Padat (Very Dense)
Relative Density
Unit Berat (kN/m3)
0 0.15 0.35 0.65 0.85
11-16 14-18 17-20 17-22 20-23
Sudut Geser Dalam 27-28 30-32 32-35 35-38 < 50
Sub Grade Modulus kN/m3di atas di bawah MAT MAT 5430 16300 33900
6790 24430 61000
Sudut 2-4 4-8 8-15 15-30 > 30
Penentuan nilai kohesi tanah didapatkan dari hasil Uji Triaxial CU, dan/atau Uji Unconfined Compressive. Selain itu, dapat juga digunakan korelasi antara NSPT dengan undrained shear strength (Gambar 5) dan diusulkan untuk memakai rumus:
Gambar 2. Plot Data Sondir dan Grafik Klasifikasi Tanah berdasarkan Rasio f/qc dan qc (Waltham, A.C. 1994, Wawan Kuswaya et.al. 2010).
Undrained shear strength - kN/m 2
cu 6.N SPT (Satuan: kN/m2) ............. (1) dimana: cu = kohesi tanah = tegangan geser undrained (undrained shear strength). NSPT = Nilai NSPT yang sudah dikoreksi terhadap prosedur di site dan tekanan tanah overburden. Soil groups refer to Unified system
CH
Sowers
CL
SC-ML
Terzaghi and pack
SPT N-value - blows/300 mm
Gambar 5. Korelasi antara NSPT dengan Undrained Shear Strength Tanah Lempung (Terzaghi & Peck, 1967)
Gambar 3. Plot Data Sondir dan Grafik Klasifikasi Tanah berdasarkan SBTn dan Friction Ratio (Robertson, 1990, Wawan Kuswaya et.al 2010).
Jika memakai sondir, korelasi antara CPT (sondir) dengan tegangan geser undrained memakai rumus sbb.: N kt 10.50 7. logFr , q v Su t N kt
(hanya berlaku pada SBTn : 1,2,3,4 dan 9 atau Ic > Ic_cutoff)
Ic = ((3.47–log Qt1)2 + (log Fr+1.22)2)0.5 ............. (2) dimana: Su = kohesi tanah = tegangan geser undrained dan Ic = Index SBTn. Sudut geser dalam, , digunakan dalam analisa dan disain pondasi tiang. Ditentukan berdasarkan hasil uji Triaxial CU, dan/atau uji Unconfined Compressive. Sudut ini, dapat juga diperoleh Gambar 4. Pembagian Zone Analisa (Louhenapessy 2010).
dari korelasi sudut geser dalam dengan NSPT (Gambar 6). Perhitungan Daya Dukung Boredpile hasil sebuah Borehole
Gambar 6. Korelasi antara sudut geser dalam, dengan NSPT tanah berpasir (Terzaghi & Peck, 1967)
Besarnya nilai Modulus subgrade reaction Tanah, k dan regangan tanah, e 50 yang direkomendasi dapat dilihat di Tabel 1 dan 2 diatas. 3 DAYA DUKUNG PONDASI DALAM Daya dukung boredpile dengan data sondir yang kedalamannya terbatas (Gambar 7), maka data yang lebih dalam dari total lekatan diakhir sondir, dilakukan ektrapolasi sampai kedalaman 30 m, atas dasar nilai lokal lekatan rata 105 kg/cm dan nilai qc di ujung tiang diambil 100 kg/cm2, rumus daya dukung yang dipakai adalah: Qall = 0.6 q c A p t f Okel 3
5
Gambar 7. Lembar Perhitungan Daya Dukung disebuah lokasi Boredpile (Wawan Kuswaya et.al. 2010). Tabel 3. Daya dukung Boredpile (data CPT) Titik
Qizin tekan (ton) Ø 120 cm Ø 150 cm
Qizin tarik (ton) Ø 120 cm Ø 150 cm
S8
515
762
138
173
S18
541
794
164
206
dimana: qc = Tahanan ujung (kg/cm2) Ap = Luas penampang (cm2), Okel = Keliling (cm) tf =Total lekatan sampai ujung tiang (kg/cm) Daya dukung Boredpile dihitung berdasarkan data hasil Boring (DB) sondir. Hasil tersebut, kemudian dikorelasikan terhadap nilai kohesi, c untuk lapisan tanah lempung lanau atau sebaliknya dan nilai sudut, untuk lapisan tanah pasir. Rumusnya adalah: Qult = Qs + Qp Qs = ( c + σv ko tan δ ) As , Qp = (c Nc + q Nq) Ap dimana : Qs dan Qp = Daya Dukung dari tahanan tanah terhadap selimut tiang & Daya Dukung dari ujung tiang δ = sudut geser dalam antara tanah dan tiang σv = Tekanan vertikal efektif akibat berat sendiri Nc, Nq = Faktor-faktor daya dukung c = Nilai kohesi, = Faktor adhesi As = Luas selimut tiang, Ap = Luas penampang tiang
4 PRELIMINARY DISAIN PENULANGAN PILECAP DAN BOREPILE: FB-MULTIPIER Analisa Preliminary Perhitungan Pada Perencanaan Preliminary JLNT setiap Pier telah ditentukan memiliki pilecap sendiri. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan atau meniadakan ganguan terhadap Pipa Air Baku milik PT. Jasa Tirta-2 berdimensi 2 x d=2.00 m, dengan ruang bebas minimal adalah 7 meter (Contoh di Zona 3). Beban yang diperhitungkan dalam analisis berupa: a) Beban mati, b) Beban hidup dan c) Beban gempa, d) dll. Beban mati dan beban hidup yang bekerja sebesar 678,27 kN yang ditumpu pada masing masing pot bearing. Ilustrasi pemodelan beban yang bekerja dapat dilihat pada Gambar 9. Beban gempa diinput dalam bentuk input motion, menggunakan input motion gempa El Centro (1940), Kobe (1995) dan Pasadena (untuk analisa dengan Plaxis) yang diskalakan terhadap kondisi kegempaan Jakarta berdasarkan predominant periodnya. Nilai PBA yang digunakan dalam kajian ini adalah 0.20 g – 0.23 g.
a)
Gambar 10. Box Input dimensi Pier. (Preliminary)
b)
Gambar 11. Grafik Input Pile-Cap (Preliminary)
5 SOIL STRUCTURE INTERACTION 5.1 Analisa FB-Multipier Dalam analisa nonlinear, persamaan gerak dinamis berikut ini harus diselesaikan: c)
....... (3) dimana [M] adalah matriks massa, [C] adalah matriks viscous damping, [K] matriks kekakuan (stiffness), adalah vektor percepatan relatif titik, adalah vektor kecepatan relatif titik dan {} adalah vektor perpindahan relatif titik. Sedangkan adalah percepatan di dasar kolom (pemodelan) tanah dan {I} adalah vektor unit satuan.
Gambar 8. a) dan b) Konsep Disain dengan Pipa Air Baku berdimensi 2 x d=2.00 m, [Contoh di Zona 3]. c) Konsep Awal Sumber: PT Pamintori Cipta (Bpk Tedjokusumo).
Gambar 12. Box Input Data Tanah. Gambar 9. Disain Awal di Zone 3: Pembebanan ……(Beban Mati dan Beban Hidup)
Input dimensi-dimensi Pier, Pile-Cap, Boredpile dan input data-data lapisan-lapisan tanah dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini.
Dengan mempergunakan Rayleigh Damping, dimana matriks damping didapat dari hasil penjumlahan dua matriks, sbb.: [C] = ao[M] + a1[K] ............... (4)
Lanau-2) menjadi non-linear dengan mempergunakan data-data hasil lab. (Unconfined Compression Test & Triaxial Test).
Gambar 13. Data Input SSI (Damping Formulation)
dimana [C] adalah matriks viscous damping, [M] adalah matriks massa, [K] matriks kekakuan (stiffness), ao dan a1 adalah nilai skalar yang dipilih agar didapat harga damping yang diinginkan untuk dua nilai frekwensi yang terkontrol (Gambar 13 sub-judul Rayleigh Damping Factor di kiri bawah). Beberapa hasil analisa dengan menggunakan FBMultipier dapat dilihat di Gambar 14, dengan Momen Maksimum di Pile Cap Zone 5 rata-rata adalah 3476 kN m / m (Dead Load & Live Load).
Gambar 15. Data Input SAP 2000
a)
5.3 Preliminary Study dengan PLAXIS**
b)
Analisis dinamik riwayat waktu dilakukan dengan menggunakan PLAXIS Dynamic (Gambar 16). Kondisi batas pemodelan adalah “absorbend boundary” pada sisi kanan dan kiri pemodelan, sedangkan pada bagian bawah dimodelkan sebagai “prescribed dispalcement” sebagai lokasi input beban gempa (input gempa sintetik). Batas bawah pemodelan diletakkan pada kedalaman 60 m dari permukaan tanah (catatan: kedalaman baserock di Jakarta berkisar 120-300m). Beban gempa diinput dengan pertimbangan sebagai berikut: • Walaupun dalam SNI 1726-2002 Jakarta merupakan wilayah gempa 3 dengan PBA 0.15g, tetapi beberapa hasil studi terakhir untuk Jakarta menunjukkan bahwa nilai PBA berkisar antara 0.19-0.23 g (Irsyam, M. et.al. 2010).
Gambar 14. Hasil Analisa Untuk Disain Tulangan :__ a) Typical Result Deformasi & Momen di Pile Cap Zone 3 b) Typical Results Deformasi & Momen di Pile Cap Zone 5 (Momen maksimum M2 – rata2 Load 1 & 2:, 3476 kN m / m).
5.2 Analisa Struktur SAP2000 Untuk preliminary pemodelan dengan SAP 2000, strategi yang digunakan adalah dengan membuat material properties tanah (Lempung, Lanau-1 dan
• Mempertimbangkan bahwa kondisi baserock di Jakarta berkisar antara 150-300 m dan sedangkan batas bawah pemodelan diletakkan pada kedalaman 60 m, maka diasumsikan ada peningkatan nilai PBA dari kedalaman 150-300 m sampai pada kedalaman 60 m.
**
2010).
Bagian komunikasi dgn Dr Dedi Apriadi (April & Juni
• Hasil-hasil M2 (Bending Moment) maksimum 3450 kN m / m (Gambar 17). Cr =
CN =
Cb = 1.0 untuk Ø 65 - 115 mm, Cb = 1.05 untuk Ø 150 dan Cb = 1.15 untuk Ø 200 mm Koreksi dari panjang stang ke lapisan, Cr = 0.75 untuk panjang stang 0 - 4 m, Cr = 0.85 untuk panjang stang 4 - 6 m, Cr = 0.95 untuk panjang stang > 10 m. Koreksi dari tekanan lapisan tanah dengan rumus CN =(
100 0,5 ) , 'vo
dimana σ’vo dalam KPa.
Selanjutnya perhitungan dibuat dalam sisitim tabel seperti dibawah ini. Gambar 16. Pemodelan awal potongan melintang pier, pile cap dan boredpile.
Gambar 17. Distribusi momen pada pile-cap (Zone 5) akibat gempa El Centro dengan PBA 0.2g, Momen maks. 3450 kN m / m.
6 POTENSIAL LIKUIFAKSI Laporan Mekanika Tanah melaporkan tentang terjadinya Potensial Likuifaksi. Untuk hasil di Borehole DB 1 berikut ini (Gambar 18 dan 19) menunjukkan indikasi terjadinya likuifaksi. Lokasinya di sekitar existing Fly Over Sudirman. Dengan rumus yang kami gunakan seperti dibawah ini. CSR = 0,65*rd*(amax/g)*(σvo/σ’vo).
………. (5)
Dimana: rd = 1 – 0,012*z ( z = kedalaman ). amax = percepatan gempa maksimum tergantung dari wilayah dan kekerasan tanah.
σvo = Tegangan total = *h σ’vo = Tegangan efektive = ’h. ’
= - w
(N1)60 = 1.67 Em Cb Cr CN N. Em = 0,45 untuk hammer donut Cb = Koreksi N dari diameter lubang bor,
Gambar 18. Analisa Potential Likuifaksi DB1 Rekomendasi NCEER 1997 dan Seed et.al. (2004).
Jasa Tirta-2) yang secara prinsip tidak boleh terganggu oleh pergerakan dinamis struktur JLNT yang sedang direncanakan. 7. Untuk memberi ruang aman kepada Pipa Air Baku, PileCap dibuat untuk masing-masing kaki Pier JLNT. Namun untuk membuat prilaku kedua PileCap sebagai satu Pile Cap yang saling memperkuat, maka antara kedua PileCap dihubungkan dengan balok TieBeam. TieBeam ini memperkecil besaran pergerakan dinamis struktur yang membahayakan Pipa Air Baku. 8. Dengan bantuan software-software komputer, maka kerumitan dan banyaknya pekerjaan komputasi numerik yang harus dilakukan sebagai akibat dari pemodelan SSI tidak menjadi masalah penghambat. Gambar 19. Analisa Potential Likuifaksi DB1 (Berdasarkan Metode Sharmer Prakash 1981).
7 KESIMPULAN Dalam analisa preliminary Design JLNT ini penulis telah melakukan perhitungan 5 zona JLNT Kamp.Melayu-Tn.Abang Koridor 1, sepanjang 3.5 km. Kesimpulan yang didapatkan diantaranya: 1. Penggunaan metoda SSI dapat memberikan gambaran yang lebih mendekati kenyataan, mengingat seluruh struktur ditinjau sebagai satu sesatuan analisa yang utuh. 2. Pendekatan ini memungkinkan dilakukan analisa gempa untuk melihat prilaku dinamika struktur 3 D. 3. Perbandingan hasil output bending momen (M2) maksimum atas hasil-hasil perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak FBMultipier dan PLAXIS adalah hasil yang berdekatan (Gambar 14.b dan Gambar 17), sehingga, .. 4. kedua software tsb. diatas dapat saling mendukung dan digunakan dalam analisa SSI (Soil Structure Interaction) disain jembatan layang lainnya dikemudian hari. 5. Dapat diketahui lebih pasti time history dari besaran gaya-gaya dalam yang terjadi di sembarang titik, termasuk dititik perbatasan antara Upper Structure (Pier) dengan Pile Cap, serta antara Pile Cap dengan BoredPile. 6. Dengan SSI, dapat diketahui defleksi / pergeseran disembarang titik, terutama pada lokasi dekat dengan Pipa Air Baku (milik PT.
9. Pada lokasi sekitar Flyover Sudirman yang diperkirakan bisa berpotensi terjadinya Likuifaksi, maka perlu dilakukan penelitian tanah yang lebih rinci. 10. Penggunaan metoda Finite Elemen (SOLID model dengan SAP2000 – Gambar 15), memungkinkan pemaduan berbagai karakteristik material yang berbeda dalam satu model simulasi, dalam hal ini meterial konstruksi yang bersifat elastis dan tanah yang bersifat elasto-plastis. 11. Program FB Multipier mampu memberikan perkiraan sebaran gaya dalam secara numerik dan grafis / visual dengan menggunakan warna, yang memudahkan perencana mengetahui letak dari titik-titik pada konstruksi yang kritis. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Ir. Novizal MT, Wakil Kepala Dinas PU DKI yang pada saat tulisan ini dibuat masih menjabat sebagai Kepala Bidang Jembatan Dinas PU Provinsi DKI Jakarta, Bpk. Ahmad Saipul (Kep. Seksi Perencanaan Teknik Jembatan Dinas PU Provinsi DKI Jakarta), Bpk. Ir. Deddy Arief MBA. MIHT. (PT Pamintori Cipta), Bpk. Dr. Dedi Apriadi (ITB) dan Usama Juniansyah Fauzi, MT. untuk bantuan dan dukungannya sehingga karya tulis ini dapat dipublikasikan. Terima kasih juga kepada Bpk. Lee Shaw (PT.SNC Lavalin TPS), Bpk. Hary Samudra dan Bpk. Ir. Fauzie Buldan Y. atas segala bantuannya.
REFERENSI Ahmed Elgamal, Zhaohui Yang, and Jinchi Lu, Jan. 2010 Cyclic1D: Seismic Ground Response, Version 1.2 - User’s Manual; University of California, San Diego, Dept. of Structural Engineering. Bowles, J. E. 1988. Foundation Analysis and Design, 4th Edition, McGraw-Hill. Ensoft, 2000. Manual of LPILE Software. Geologismiki-CLiq, http:// www.geologismiki.gr/ Products/ CLiq.html
Matlock, H. dan Reese, L.C. Generalised solutions for laterally loaded piles. Hoedajanto, D. dan Madutujuh, N. 2010. Laporan Perencanaan dan Analisis Pushover Struktur Pier Projek Jalan Flyover Non Tol Kampung Melayu-Casablanca. Irsyam, M. et.al. 2010 Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia (http://www.unisdr.org/files/14654_AIFDR.pdf) Louhenapessy, W.G. 2010. Hasil Analisa Perhitungan Boredpile (Boredpile) Zone 3, P55 (STA 3+000) s/d P.85 (STA 4+500), Laporan Presentasi kepada Dinas PU DKI (April 2010) dan Presentasi Gubernur DKI (Juni 2010). Prakash, Sharmer. 1981. Soil Dynamics. The McGraw-Hill Companies, Inc. PT. Pamintori Cipta. 2010. DED Ruas Jalan Layang Kampung Melayu-Tanah Abang (Draft Laporan Antara/Laporan Akhir). Robertson, P.K. 1990. Soil classification using the cone penetration test. Canadian Geotechnical Journal, 27 (1), 151-8. Robertson, 2009, Interpretation of Cone Penetration Tests – a unified approach; Canadian Geotech. Journal May 2009. Terzaghi, K. & Peck, R.B.; 1967. Soil Mechanics in Engineering Practice, 2nd edn.. John Wiley, New York, London, Sydney. Waltham, A.C., 1994. Foundation of Engineering Geology. Blackie Academic & Professional. London. Wawan Kuswaya et. al. (Lab. Mektan ISTN), April 2010. Soil Investigation Report Proyek Jalan Layang Kamp. Melayu-Tn. Abang). Wawan Kuswaya et. al. (Lab. Mektan ISTN), Juli 2010. Laporan Hasil Penyelidikan Tanah (Final Report Soil Investigation Tahap ke 2) Proyek Jalan Layang Kamp. Melayu-Tn. Abang.
Yosafat Aji P. dan Nathan Madutujuh, 2011. Desain Review Pier Flyover Bridge di Jakarta Jalur Tn.Abang – Kp.Melayu. ESRC National Conferences 2011, Universitas Nurtanio, Bandung, 22 Maret 2011.