perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DENGAN THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DITINJAU DARI MATRA KOGNITIF SISWA XI IPS SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI Oleh: SRI PUJI LESTARI K7409156
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DENGAN THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DITINJAU DARI MATRA KOGNITIF SISWA XI IPS SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh: SRI PUJI LESTARI K7409156
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2013 iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Sri Puji Lestari. STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE A MATCH DENGAN THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI MATRA KOGNITIF SISWA XI IPS SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Pembelajaran yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan ceramah. (2) Pembelajaran yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan ceramah. (3) Pembelajaran yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan Think Pair Share. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian perluasan dari Two Groups Randomized Subjects Posttest-Only Design dengan populasi semua siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2012 – 2013 yang terdiri dari 120 siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 90 siswa yang terbagi atas kelas XI IPS 1 sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran Make A Match, kelas XI IPS 2 sebagai kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share dan kelas XI IPS 3 sebagai kelompok kontrol yang diambil secara simple random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi untuk data kemampuan awal siswa sebelum eksperimen dan tes untuk data matra kognitif belajar siswa pada pokok bahasan kertas kerja yang diperoleh dari tes obyektif yang berbentuk pilihan ganda. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varians (anava) satu jalan dengan sel sama berbantuan software minitab versi 14 dan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda menggunakan metode Scheffe. Uji prasyarat analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode Liliefors untuk uji normalitas dan metode varians terbesar dibanding varians terkecil untuk uji homogenitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik daripada pembelajaran ceramah. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode Scheffe diperoleh Fobs = 10,680 > F(2)(3,09) = 6,18 sehingga H1 dalam penelitian ini terbukti. (2) Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik daripada pembelajaran ceramah. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode Scheffe diperoleh Fobs = 0,780 < F(2)(3,09) = 6,18 sehingga dalam penelitian tidak terbukti. (3) commit toH1user Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menunjukkan matra kognitif siswa vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lebih baik daripada pembelajaran Think Pair Share. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan metode Scheffe diperoleh Fobs = 5,680 < F(2)(3,09) = 6,18 sehingga H1 dalam penelitian ini terbukti.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Sri Puji Lestari. A COMPARATION STUDY OF COOPERATIVE LEARNING TYPE MAKE A MATCH WITH THINK PAIR SHARE VIEWED FROM COGNITIVE MATRA STUDENTS CLASS XI SOCIAL SCIENCE OF SMA NEGERI 3 SURAKARTA IN THE ACADEMIC YEAR 2012 – 2013 IN ACCOUNTING LEARNING, Thesis. Surakarta : Faculty of Teaching and Education Sebelas Maret University, March 2013. The purposes of this research are knowing : (1) the cognitive dimension of learning that shows better student between the type of cooperative learning Make A Match to the talkative. (2) the cognitive dimension of learning that shows better student learning type cooperative Think Pair Share with talkative. (3) cognitive dimension of learning that shows better student between the type of cooperative learning Make A Match to the Think Pair Share. This research is experimental research design expansion of Subjects Randomized Two Groups Posttest-Only Design with a population of all the students of class XI IPS SMA 3 Surakarta academic year 2012 to 2013 consists of 120 students. The sample used in this study were 90 students, divided into class XI IPS 1 as the experimental group using the learning Make A Match, XI IPS 2 as the experimental group using the Think Pair Share learning and class XI IPS 3 as a control group taken simple random sampling. Data collection techniques used is the documentation for the data capabilities of students before the beginning of the experiment and the data dimension of cognitive tests to students on the subject of working papers obtained from the tests are multiple-choice objective. The data analysis technique used is the analysis of variance (Anova) the same way with cell-assisted software Minitab version 14 and was followed by multiple comparison test using the Scheffe method. Test requirements analysis performed using Liliefors method to test for normality and the method of greatest variance compared to the smallest variance homogenity test. Based on these results it can be concluded that: (1) The type of cooperative learning Make A Match showed cognitive dimension better student learning than talkative. Based on the analysis of data obtained using the Scheffe method Fobs = 10.680> F (2) (3.09) = 6.18 so that H1 in this study supported. (2) Cooperative Learning Type Think Pair Share showed cognitive dimension better student learning than talkative. Based on the analysis of data obtained using the Scheffe method Fobs = 0.780
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S Asy-Asyuura : 19)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.” (Q.S Al-Kautsar: 1)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluk”. ( QS. Al-Zalzalah: 7)
“Jangan batasi dirimu dengan kata 'menyerah'. Kegagalan hanya sementara. Percaya diri, terus berusaha dan katakan 'aku bisa!'.“ (Penulis) commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Bapakku Akhmad Jumadi dan Ibuku Kusmiyati atas segala cinta kasih, doa, dukungan, dan yang selalu memotivasiku. 2. Adikku Arif Hidayat dan adikku Aji Setiawan yang senantiasa memberikan semangat dan menceriakan hari-hariku. 3. Ambar dan Sufitayanuta (Sukma, Fina, Tata, Yannah,
Nurul)
yang
selalu
memberikan
dukungan serta inspirasinya kepadaku. 4. Teman-teman
BKK
Akuntansi
Almamater. 5. Keluarga Kos Pondok Bulan.
commit to user xi
2009
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam penyusunan skripsi ini tentunya penulis mengalami berbagai hambatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri. Namun hambatan-hambatan tersebut dapat teratasi dengan adanya bantuan dari pihak lain. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Syaiful Bachri, M. Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd, selaku ketua Bidang Keahlian Khusus Akuntansi Program Studi Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. Sigit Santoso, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana. 5. Dr. Ngadiman, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan, semangat, dan bimbingan dengan baik. 6. Tim Penguji Skripsi yang bersedia menguji dan memberikan kritik dan saran. 7. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta yang memberikan izin penelitian skripsi ini. 8. Dra. Indah Tri Esti M, selaku guru pamong yang memberikan bimbingan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini, serta kepada seluruh guru, staf karyawan, dan siswa-siswi kelas XI IPS 1, XI IPS 2 dan XI IPS 3 yang membantu dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini. 9. Bapak, Ibu, Dek Aji, Dek Arif, dan Mas Aji yang dengan setia memberikan dukungan, semangat, dan bantuan dalam bentuk moral dan spiritual. commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10. Teman-teman seperjuangan di BKK Akuntansi, Ambar, dan Sufitayanuta. 11. Keluarga Kos Pondok Bulan. 12. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT, amin ya Rabb. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada khususnya.
Surakarta,
Penulis
commit to user xiii
Maret 2013
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .......................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................
iv
HALAMAN REVISI..................................................................................
v
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................
vi
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................
vii
HALAMAN ABSTRACT........................................................................ .
viii
HALAMAN MOTTO ................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................
x
KATA PENGANTAR ...............................................................................
xi
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xvi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................
9
C. Pembatasan Masalah ......................................................................
10
D. Perumusan Masalah .......................................................................
10
E. Tujuan Penelitian ...........................................................................
11
F. Manfaat Penelitian .........................................................................
11
BAB II. LANDASAN TEORI commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Kajian Pustaka ...............................................................................
14
1. Hakikat Pendidikan .................................................................
14
2. Hakikat Belajar ........................................................................
14
3. Hakikat Pembelajaran………………………………………...
16
4. Model Pembelajaran Kooperatif………………………………
19
5. Model Pembelajaran Make A Match………………………….
25
6. Model Pembelajaran Think Pair Share………………………...
27
7. Model Pembelajaran Ceramah………………………………… 31 8. Matra Kognitif……………………………………………….
34
9. Mata Pelajaran Akuntansi……………………………………
36
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ......................................................
41
C. Kerangka Berpikir ..........................................................................
43
D. Hipotesis.........................................................................................
46
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
47
1. Tempat Penelitian.....................................................................
47
2. Waktu Penelitian ......................................................................
48
B. Rancangan Penelitian ...................................................................
49
1. Variabel Penelitian ..................................................................
49
2. Desain Penelitian .....................................................................
50
C. Populasi, Sampel, Sampling...........................................................
51
1. Populasi ....................................................................................
51
2. Sampel ......................................................................................
51
3. Sampling...................................................................................
51
D. Pengumpulan Data ........................................................................
52
1. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
52
2. Instrumen Penelitian ................................................................
54
E. Uji Instrumen Penelitian ...............................................................
55
1. Uji Validitas ............................................................................
56
2. Uji Reliabilitas ........................................................................ commit to user 3. Uji Taraf Kesukaran ................................................................
56
xv
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Uji Daya Pembeda ...................................................................
58
F. Analisis Data ..................................................................................
59
1. Uji Prasyarat Analisis ..............................................................
60
2. Uji Hipotesis ............................................................................
62
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ................................................................................
65
1. Deskripsi Data Umum ..............................................................
65
2. Deskripsi Data Khusus .............................................................
68
B. Pengujian Prasyarat Analisis ..........................................................
82
C. Pengujian Hipotesis ........................................................................
83
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ....................................................
85
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ....................................................................................
93
B. Implikasi .........................................................................................
94
C. Saran ...............................................................................................
96
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
98
LAMPIRAN .....................................................................................................
99
PERIJINAN ....................................................................................................
229
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ....................................................................
45
Gambar 2. Histogram Nilai Keadaan Awal Kelompok Eksperimen (MAM) 69 Gambar 3. Histogram Nilai Keadaan Awal Kelompok Eksperimen (TPS)
70
Gambar 4. Histogram Nilai Keadaan Awal Kelompok Kontrol ................
71
Gambar 5. Histogram Nilai Tes Kognitif Kelompok Eksperimen (MAM)
74
Gambar 6. Histogram Nilai Tes Kognitif Kelompok Eksperimen (TPS) ..
75
Gambar 7. Histogram Nilai Tes Kognitif Kelompok Kontrol ..................
77
Gambar 8. Histogram Pencapaian Nilai Tes Kognitif Kelompok Eksperimen I, Eksperimen II dan Kelompok Kontrol……………………………
commit to user xvii
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rata-rata Nilai Ulangan Akuntansi Siswa SMA Negeri 3 Surakarta Tahun 2012/2013 ...................................................................................
8
Tabel 2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ...................................
24
Tabel 3. Langkah-Langkah Pembelajaran Think Pair Share (TPS) ...............
29
Tabel 4. Jadwal Penelitian..............................................................................
48
Tabel 5. Desain Penelitian..............................................................................
50
Tabel 6. Langkah-Langkah Perhitungan Analisis Varians ............................
63
Tabel 7. Jumlah Siswa SMA Negeri 3 Surakarta…………………………….. 66 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Kelompok Eksperimen(MAM)
68
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Kelompok Eksperimen (TPS)
69
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Kelompok Kontrol .................
70
Tabel 11. Tingkat Kesukaran Soal ...................................................................
72
Tabel 12. Daya Pembeda Soal .........................................................................
73
Tabel 13.Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelompok Eksperimen(MAM)
73
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelompok Eksperimen (TPS)… 75 Tabel 15. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Kelompok Kontrol……………
76
Tabel 16. Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Eksperimen (MAM) Sebelum Perlakuan .........................................................................................
78
Tabel 17. Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Eksperimen (MAM) Setelah Perlakuan……………………………………………………………
79
Tabel 18. Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Eksperimen (TPS) Sebelum Perlakuan ......................................................................................... commit to user Eksperimen (TPS) Setelah Tabel 19. Pencapaian Matra Kognitif Kelompok xviii
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perlakuan ......................................................................................... Tabel 20. Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Kontrol Sebelum Perlakuan.
80 80
Tabel 21. Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Kontrol Setelah Perlakuan… 81 Tabel 22. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Awal dan Tes Kognitif …..
82
Tabel 23. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Awal dan Tes Kognitif..
83
Tabel 24. Rangkuman Analisis Varians (Anava) Satu Jalan dengan Sel Sama
84
Tabel 25. Rangkuman Perhitungan Uji Scheffe………………………………
84
commit to user xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Nama Siswa ....................................................................... 100 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...............................
112
Lampiran 3. Materi Ajar Kertas Kerja ..........................................................
128
Lampiran 4. Soal Make A Match ...................................................................
135
Lampiran 5. Paket Soal Think Pair Share ......................................................
138
Lampiran 6. Jawaban Soal-Soal .....................................................................
143
Lampiran 7. Kisi-kisi Soal Tes Ujicoba Kognitif Belajar Akuntansi ............
150
Lampiran 8.Kunci Jawaban Tes Ujicoba Kognitif Belajar Akuntansi ...........
159
Lampiran 9. Validitas Tes Ujicoba Kognitif Belajar Akuntansi ...................
160
Lampiran 10. Validitas, Reliabilitas soal ..........................................................
163
Lampiran 11. Kisi-kisi Soal Tes Kognitif Belajar Akuntansi ...........................
173
Lampiran 12. Kunci Jawaban Tes Kognitif Belajar Akuntansi .......................
179
Lampiran 13. Data Induk Penelitian ................................................................
180
Lampiran 14. Uji Normalitas Nilai Awal Siswa .............................................
186
Lampiran 15. Uji Homogenitas Nilai Awal Siswa...........................................
189
Lampiran 16. Nilai Tes Kognitif Belajar Akuntansi Siswa .............................
194
Lampiran 17. Uji Normalitas Tes Kognitif Belajar Akuntansi..........................
205
Lampiran 18. Uji Homogenitas Tes Kognitif Belajar Akuntansi ...................
208
Lampiran 19. Perhitungan Analisis Variansi ....................................................
216
Lampiran 20. Perhitungan Uji Scheffe .............................................................
219
Lampiran 21. Hasil Uji Hipotesis Berbantuan Minitab ..................................
221
Lampiran 22. Tabel Banttu Nilai r Product Moment .......................................
222
commit to user Lampiran 23. Tabel Bantu Nilai Uji Liliefors .................................................
224
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 24. Tabel Bantu Nilai F ..................................................................
225
Lampiran 25. Foto Kegiatan ...........................................................................
227
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah Pada era kemajuan seperti ini, pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, agar dapat tercipta insan yang berkemampuan dan berintelektual dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini, manusia yang berkualitas itu dilihat dari segi pendidikan, yang telah terkandung secara jelas dalam tujuan pendidikan nasional, yakni untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. (GBHN : 1993) / (TAP MPR No.II/MPR/1993). Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang (UU RI No.2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1). Usaha sadar dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional-objektif. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik yang dikaitkan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara yang baik, warga bangsa dan calon pembentuk keluarga baru, serta mengemban tugas dan pekerjaan kelak dikemudian hari. Bimbingan pada hakikatnya adalah pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri. Pengajaran adalah bentuk kegiatan dimana terjalin hubungan interaksi dalam proses belajar dan mengajar antara tenaga pendidik (khususnya pengajar atau guru) dan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil yang ingin dicapai oleh proses pendidikan adalah berupa lulusan yang mempunyai kemampuan melaksanakan peranan-peranannya untuk masa yang akan datang. commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2 Salah satu bentuk pelaksanaan pendidikan adalah pengajaran yang dapat dilakukan dengan mengadakan proses belajar mengajar pada suatu pendidikan formal yaitu sekolah. Proses belajar mengajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa komponen utama yang saling berkaitan, yaitu: peserta didik, tenaga pendidik, materi pelajaran, media atau peralatan pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, evaluasi atau hasil penilaian, lingkungan pembelajaran, serta pengelolaan kelas (Iskandar, 2009:31). Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif. Tenaga pendidik merupakan suatu komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang tugas utamanya adalah mengajar, yang harus mempunyai kemampuan profesional dalam pembelajaran sehingga guru dapat melaksanakan salah satu perannya yaitu sebagai agen kognitif yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan masyarakat. Selain itu, guru juga dituntut untuk mampu menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan karena secara tidak langsung siswa akan termotivasi untuk aktif dan antusias dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Strategi model pembelajaran lebih mengarah kepada unit pembelajaran terpadu yang dikembangkan oleh Dr. J. Dewey, merupakan suatu sistem pembelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah atau proyek yang dipelajari atau dipecahkan oleh siswa baik secara individual maupun secara kelompok dengan model yang bervariasi dengan bimbingan guru guna mengembangkan pribadi siswa secara utuh dan terintegrasi. Komponen-komponen tersebut memegang peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang ditinjau salah satunya dari matra kognitif siswa. Matra kognitif menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom (Djaali, 2011) mengungkapkan jenjang-jenjang tujuan kognitif, antara lain: pengetahuan, commit to user pemahaman, penerapan (aplikasi), analisis (pengkajian), sintetis, dan evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3 Sudrajat (2009) menyatakan : di dalam kemampuan kognitif meliputi berbagai domain diantaranya: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa, dan evaluasi. Susilo (2008) mengemukakan bahwa kognitif adalah suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi didalam kegiatan belajar. Apabila semua komponen tersebut dapat bekerjasama dengan maksimal, maka kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan lancar serta diharapkan mampu memberikan pengaruh yang positif dalam tujuan pembelajaran yang akan dicapai, terutama terhadap ranah kognitif siswa. Pada kenyataannya, di dalam dunia pendidikan masih saja terdapat banyak kekurangan yang akhirnya dapat menimbulkan masalah dari waktu ke waktu. Salah satu yang paling umum adalah kemampuan kognitif yang tergolong masih minoritas. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kualitas pembelajaran yang dapat dilihat dari proses pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas akan berkualitas bila guru dapat memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi kelas, tujuan pembelajaran dan materi yang akan diberikan. Sebagai guru profesional, sudah seharusnya guru menerapkan suatu metode pembelajaran. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam penyusunan penelitian ini adalah faktor intern yang berupa kemampuan kognitif peserta didik. Dalam penentuan, pelaksanaan, penafsiran, dan evaluasi hasil belajar peserta didik, pendidik memiliki peranan yang signifikan dalam penetapan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Pemilihan jenis model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan kompetensi siswa melalui penguasaan materi secara teoritis maupun penerapan secara praktis. Demikian besarnya peran dari model pembelajaran mengakibatkan guru harus mampu untuk mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran yang dapat menjangkau kemampuan siswa, aktif, kreatif, menambah pemahaman siswa terkait dengan materi pembelajaran, dan dapat menciptakan situasi yang menyenangkan. Model pembelajaran lazim dengan ceramah yang digunakan oleh guru to user mata pelajaran akuntansi kelas XIcommit IPS SMA Negeri 3 Surakarta, pada realitasnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4 belum mampu untuk mengembangkan potensi dari kemampuan kognitif siswa kelas XI IPS tersebut. Hal ini diakibatkan karena dalam metode pembelajaran dengan model ceramah hanya menekankan pada keaktifan guru (Teacher Centered), pusat pembelajaran berada pada guru secara individu dan kurang memberikan ruang bagi siswa untuk aktif menyampaikan gagasan, pandangan dan pendapatnya terkait dengan materi pembelajaran akuntansi. Adanya model pembelajaran lazim ini, siswa cenderung kurang antusias untuk aktif di kelas, bekerja sama dengan teman atau kelompok, dan kurang untuk mengembangkan diri, sehingga dapat menghambat perkembangan dari kualitas matra kognitif siswa. Penerapan model pembelajaran secara lazim mengakibatkan rendahnya hasil belajar akuntansi siswa yang justru memerlukan pengaplikasian model pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi serta menumbuhkan keantusiasan siswa untuk belajar. Penerapan model pembelajaran ini juga mengakibatkan situasi pembelajaran menjadi kurang menyenangkan, terkesan membosankan, kurang mendapatkan reaksi siswa dan bahkan dalam model ceramah ini menjadi kurang efektif karena hanya sebagian kecil siswa yang mendengarkan atau aktif, sedangkan siswa lain cenderung bergurau sendiri dan tidak memperhatikan pembelajaran akuntansi tersebut. Demikian halnya dengan penerapan model pembelajaran dengan ceramah yang sebelumnya diaplikasikan pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta, mengakibatkan kurangnya keantusiasan dalam mengembangkan diri terutama kemampuan kognitif siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2012/2013. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan pembelajaran dengan model pembelajaran dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa, memotivasi siswa untuk berprestasi, memberikan persepsi positif siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta. Salah satu jenis model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan sekumpulan strategi mengajar yang to user digunakan guru agar siswa salingcommit membantu dalam mempelajari sesuatu (Eggen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5 dan Kauchak 1993:319). Pembelajaran kooperatif mengacu pada model pengajaran yang menghimbau siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2000:25). Terdapat berbagai model pembelajaran kooperatif, beberapa diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan Think Pair Share. Model Make a Match merupakan suatu model dalam proses belajar mengajar yang menitikberatkan pada kegiatan untuk menuntut siswa dalam belajar mandiri dan meningkatkan kreatifitas. Dengan menerapkan model Make a Match dalam kegiatan pembelajaran, siswa diharapkan memahami materi yang diberikan guru dengan menciptakan keaktifan dan keantusiasan siswa dalam belajar. Model Make a Match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan model ini dimulai dari teknik yaitu siswa diberikan perintah untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya dan bagi siswa yang dapat mencocokkan kartunya akan diberi poin. Dengan penerapan model pembelajaran Make a Match terutama pada bidang studi akuntansi, materi pembelajaran yang disampaikan menjadi lebih menarik perhatian siswa dan siswa dapat menguasai konsep pembelajaran pada materi akuntansi dengan penguasaan yang optimal baik secara teoritis dan praktis sehingga proses pembelajaran menjadi aktif, menyenangkan, serta dapat memberikan “feed back” positif dalam peningkatan matra kognitif siswa. Kemampuan kognitif siswa dapat dilihat dari keaktifan siswa dan kemandirian siswa dalam pembelajaran. Inti pokok dari pembelajaran Make a Match adalah siswa belajar yang mencakup perubahan dan peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Perkembangan kognitif sendiri adalah
perkembangan
fungsi
intelek
atau
proses-proses
perkembangan
kemampuan atau kecerdasan otak. Kemampuan kognitif berkaitan dengan pengetahuan kemampuan berfikir dan kemampuan memecahkan masalah. Tanpa kemampuan kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat memahami materimateri pelajaran yang disajikan kepadanya. Model Think Pair Share merupakan model pembelajaran kooperatif yang commitsiswa to userdiberi kesempatan untuk berfikir mudah untuk diterapkan. Didalamnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6 dalam memecahkan masalah dan melakukan kerjasama dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok kecil sehingga seluruh siswa dapat aktif dalam pembelajaran (Gunter: 1999). Selain itu, metode Think Pair Share adalah mudah diterapkan pada berbagai tingkat kemampuan berfikir, karena siswa diberi waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Berdasarkan pengamatan terdahulu, dapat diuraikan bahwa tidak semua siswa memiliki persepsi serta motivasi belajar yang sama terhadap penerapan model pembelajaran Make a Match maupun Think Pair Share dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran Make A Match dapat melatih siswa untuk memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan siswa, proses pembelajaran lebih menarik dan tampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Model pembelajaran Think Pair Share mengasumsikan bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam kelompok kelas secara keseluruhan. Model pembelajaran ini memberi waktu pada siswa untuk berpikir dan merespon serta membantu satu sama lain. Setiap siswa memiliki tingkat ukuran yang berbeda untuk mendeskripsikan persepsi yang ada pada diri siswa tersebut terhadap model pembelajaran terutama terkait dengan tingkat pemahaman siswa dan tidak semua siswa dengan gaya persepsi yang berbeda-beda pada saat kegiatan pembelajaran di sekolah dengan tingkat kesulitan yang berbeda, tetapi mereka tidak mengetahui penyebabnya serta tidak mengetahui bagaimana pemecahannya, padahal tujuan dari pembelajaran selain mengembangkan model pembelajaran untuk memudahkan siswa dalam pemahaman materi ada pula tujuan lain sebagai indikator pemahaman yang baik yaitu kemampuan kognitif. Guru harus mampu mengubah siswa untuk lebih tertarik pada mata pelajaran akuntansi, khususnya tentang materi kertas kerja/neraca lajur (worksheet) dengan melibatkan peran aktif siswa di dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membuat siswa tertarik dalam mengikuti proses belajar dan membuat siswa aktif dalam membangun to model user pembelajaran yang inovatif dan pengetahuannya sendiri (kognitif).commit Dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7 menyenangkan adalah pembelajaran Make A Match dan Think Pair Share yang merupakan jenis dari pembelajaran kooperatif. Dalam penggunaan pembelajaran Make A Match, guru harus menyiapkan kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban. Kartu-kartu tersebut akan diberikan kepada peserta didik yang telah dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: kelompok yang memegang pertanyaan, kelompok yang memegang jawaban, dan kelompok penilai. Peserta didik yang telah mendapatkan kartu akan diposisikan berhadap-hadapan mengikuti aturan dari guru. Dengan aba-aba dari guru, peserta didik akan mulai mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Dengan model pembelajaran Make A Match, peserta didik akan belajar dengan suasana yang menyenangkan. Seperti halnya menurut Curran dalam Huda (2011 : 135), bahwa salah satu keunggulan model pembelajaran ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Dalam penggunaan pembelajaran Think Pair Share, guru mengajukan sebuah pertanyaan atau masalah yang terkait dengan pelajaran dan meminta siswa untuk memikirkan sendiri jawabannya selama satu menit (Thinking); guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan, interaksi selama masa ini dapat berupa saling berbagi jawaban pertanyaan atau berbagai ide dalam menyelesaikan masalah, biasanya guru memberikan waktu tidak lebih dari empat atau lima menit untuk berpasangan (Pairing); guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi jawaban atau penyelesaian masalahnya dengan seluruh kelas, ini efektif bagi guru untuk berjalan mengelilingi ruangan dari pasangan satu ke pasangan yang lain sampai seperempat atau separo pasangan berkesempatan melaporkan hasil diskusinya. SMA Negeri 3 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah atas yang berdomisili di Jalan Prof. WZ.Johanes No.58 Surakarta. SMA Negeri 3 Surakarta merupakan sekolah yang berkualitas sehingga mengutamakan matra kognitif siswanya, hal ini ditunjang dengan proses belajar mengajar yang aktif dan bersemangat. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan proses belajar mengajar commit pembelajaran to user yang berlangsung masih menggunakan ceramah yang didominasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8 dengan penugasan, yang menyebabkan beberapa siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran akuntansi dan beberapa siswa juga masih merasa kesulitan untuk memahami dan menguasai materi yang dapat menyebabkan matra kognitif yang dihasilkan belum maksimal. Data otentik yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa nilai belajar akuntansi siswa kelas XI IPS dari hasil penilaian guru pada lampiran 1 didapat rata-rata nilai Uji Kompetensi Dasar (UKD) 2 yang merupakan nilai murni mata pelajaran akuntansi seperti pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Nilai Ulangan Akuntansi Siswa SMA Negeri 3 Surakarta Tahun 2012/2013 Kelas
Rata-rata Nilai
XI IPS-1
72,43
XI IPS-2
71,27
XI IPS-3
73,43
Akuntansi merupakan suatu pelajaran yang memerlukan pemahaman mendalam, apalagi bagi siswa kelas XI IPS yang kenyataannya baru saja memperoleh pelajaran akuntansi. Untuk itu, diperlukan pembelajaran yang lebih efektif yang mampu menciptakan pengalaman belajar bagi siswa. Selain itu diperlukan pembelajaran yang tidak hanya mencakup kerja sama antar siswa tetapi juga diperlukan yang benar-benar memberi pemahaman mendalam terhadap pelajaran akuntansi sehingga pembelajaran dapat dirasakan menyenangkan. Pemahaman yang diperoleh siswa dalam pembelajaran dapat dilihat dari matra kognitif yang diukur dengan memberikan tes kepada siswa sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mencari tipe pembelajaran kooperatif yang lebih efektif dalam proses belajar mengajar di kelas. Ini dilakukan dengan membandingkan matra kognitif siswa dalam kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan matra kognitif siswa dalam kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap matra kognitif siswa dalam kelas kontrol dengan pembelajaran ceramah. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan alternatif tipe pembelajaran kooperatif commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9 yang memungkinkan untuk diterapkan dalam proses pembelajaran akuntansi kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta. Oleh karena itu, akan dilakukan suatu penelitian dengan judul “Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif “Make A Match” Dengan “Think Pair Share” Ditinjau Dari Matra Kognitif Siswa XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Mata Pelajaran Akuntansi”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, terdapat berbagai masalah yang diidentifikasi sebagai berikut : 1. Mengapa matra kognitif siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 3 Surakarta kurang maksimal? 2. Mengapa dalam pembelajaran akuntansi siswa cenderung pasif? 3. Apakah diperlukan suatu pembelajaran yang bervariasi untuk meningkatkan matra kognitif siswa? 4. Apakah penggunaan pembelajaran kooperatif memberikan matra kognitif siswa yang lebih baik daripada pembelajaran ceramah? 5. Apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan matra kognitif siswa? 6. Apakah penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan matra kognitif siswa? 7. Apakah terdapat perbedaan matra kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, tipe Think Pair Share dan pembelajaran ceramah? 8. Manakah yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan kelas yang menggunakan pembelajaran ceramah ? 9. Manakah yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan kelas yang menggunakan pembelajaran ceramah? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10 10. Manakah yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share?
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan agar penelitian yang dikaji dapat lebih terarah maka perlu pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 3 Surakarta kelas XI IPS semester genap tahun pelajaran 2012-2013 yang terbagi atas kelas eksperimen I yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, kelas eksperimen II yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, dan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan atau yang menggunakan pembelajaran ceramah. 2. Penelitian mengambil mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS semester genap materi kertas kerja perusahaan jasa. 3. Dalam penelitian ini yang dibandingkan matra kognitif siswa dalam kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan. 4. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan Think Pair Share untuk kelas eksperimen dan pembelajaran ceramah untuk kelas kontrol. 5. Penilaian matra kognitif didasarkan pada nilai evaluasi kognitif siswa.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka timbul masalah yang dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tipe pembelajaran manakah yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan ceramah? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11 2. Tipe pembelajaran manakah yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan ceramah? 3. Tipe pembelajaran manakah yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan Think Pair Share?
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui tipe pembelajaran manakah yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan ceramah. 2. Mengetahui tipe pembelajaran manakah yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan ceramah. 3. Mengetahui tipe pembelajaran manakah yang menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dengan Think Pair Share.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak antara lain sebagai berikut : 1.
Manfaat Teoretis
a. Penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran akuntansi untuk mengaplikasikan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta memberikan ruang bagi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran akuntansi pada siswa SMA Kelas XI. b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan model-model pembelajaran dan mendukung teori-teori yang sudah ada berkaitan dengan commit toXI. user kemampuan kognitif siswa SMA kelas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12 c. Penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran akuntansi yang mulai bergeser ke pembelajaran yang mementingkan prosesnya karena dalam proses pembelajaran disarankan untuk menggunakan paradigma belajar yang menunjukkan pada proses untuk mencapai hasil. d. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan aspek-aspek teoretis dalam pembelajaran akuntansi terkait dengan model pembelajaran kooperatif terutama “Make A Match” dan “Think Pair Share” khususnya untuk siswa SMA kelas XI.
2.
Manfaat Praktis
Selain memberikan kemanfaatan secara teoretis, penelitian ini juga memberikan kemanfaatan secara praktis untuk beberapa pihak yaitu sebagai berikut: a. Bagi Guru Penelitian ini dapat digunakan guru dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif siswa, khususnya dalam mata pelajaran akuntansi untuk siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Surakarta. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi pada guru untuk dapat mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif yang dapat menumbuhkan persepsi positif siswa sehingga suasana pembelajaran menjadi aktif dan menyenangkan. b. Bagi Siswa Penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran akuntansi. Selain itu hasil penelitian ini dapat memberikan kemanfaatan bagi siswa untuk lebih bersemangat dalam pembelajaran akuntansi sehingga kemampuan kognitif siswa menjadi lebih baik. c. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat memberikan kontribusi secara praktis bagi sekolah dalam mengevaluasi model pembelajaran akuntansi yang sebelumnya digunakan guru untuk dapat dilakukan tindak lanjut untuk memperbaiki atau mengganti model pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
d. Bagi perpustakaan Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber referensi bagi penelitian berikutnya. e. Bagi peneliti/penulis Menambah wawasan maupun pengetahuan tentang pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan Think Pair Share yang dapat memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1.Hakikat Pendidikan Pada kenyataannya pendidikan sangat melekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Pendidikan telah menjadi salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Banyak orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, tapi terkadang orang lupa akan arti pendidikan, pendidikan sering kali hanya diartikan sebagai sekolah. Sebenarnya makna pendidikan sangat luas, namun sering kali orang hanya mengetaui bahwa pendidikan itu adalah hanya sekolah saja. Didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Oemar Malik (2008) berpendapat bahwa “pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memenuhi peserta didik supaya menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkunganny, dan dengan demmikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan masyarakat”. Berdasarkan pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses untuk memberikan perubahan pada diri sesorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pembelajaran yang berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil, manusia utuh atau kafah. Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran pembersihan dan pembiasaan, dan latihan dengan memperhatikan kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian dan sosial. Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin , karakter, pikiran dan tubuh peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-pisahkan commit to user antara ranah-ranah tersebut. 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15 2. Hakikat Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling utama. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Belajar merupakan suatu proses tindakan atau perilaku. Menurut W.S Winkel (1996:53) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilaisikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Menurut Nana Sudjana (1992:5), belajar adalah: Suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam beberapa bentuk. Seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspekaspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Robert Heinich dkk dalam Benny A. Pribadi (2009:6) “Belajar merupakan suatu proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi secara intensif dengan sumber-sumber belajar”. Dari berbagai pendapat tentang pengertian belajar yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya interaksi aantara individu dengan lingkungannya. Interaksi ini dapat terjadi antara siswa dengan guru, dengan membaca buku, dengan melakukan percobaan dan siswa dengan orang lain melalui diskusi. Perubahan tingkah laku meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, apresiasi, dan aspek tingkah laku yang lain. Perubahan tingkah laku ini dapat berupa siswa dapat mengukur, menjabarkan, memahami pola penjabaran dan pengukuran sehingga dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya apabila siswa telah memahami kertas kerja, siswa akan mengapresiasikan pengetahuan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16 telah dimiliki dalam kehidupan nyata yaitu dengan menyusun kertas kerja secara benar dalam suatu perusahaan jasa. a) Tujuan Belajar Menurut Bloom dalam Gino,dkk (1999:19) “tujuan belajar dikelompokkan menjadi tiga yaitu kognitif, psikomotor dan afektif”. Tiap-tiap tujaun belajar tertentu membutuhkan sistem lingkungan yang relevan. Sistem lingkungan belajar untuk mencapai tujuan belajar kognitif berbeda dengan lingkungan yang diarahkan untuk mencapai tujuan belajar keterampilan. b) Ciri-ciri Belajar Menurut Gino, dkk (1999:15) ada 3 ciri yang khas pada aktivitas manusia yang dapat disebut sebagai kegiatan belajar, yaitu: 1) Aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pelajar (individu yang belajar/Behavioral Conges) baik aktual maupun potensial. 2) Perubahan itu pada pokoknya didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. 3) Perubahan itu terjadi karena usaha. 3. Hakikat Pembelajaran “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran” (Oemar Hamalik, 2001:57). Menurut Driscoll dalam Robert E.Slavin (2008:179) memaparkan bahwa “Pembelajaran adalah sebagai perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman”. Sedangkan, menurut Gino, dkk (1999:33) menyatakan bahwa “Pembelajaran merupakan usaha sadar dan sengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar.” Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses terlibatnya manusia, lingkungan, prosedur, sarana dan prasarana yang akan menciptakan suatu perubahan untuk mencapai tujuan belajar mengajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17 Gino, dkk (1999:30) menjelaskan bahwa sebuah kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan komponen-komponen meliputi siswa, guru, isi, tujuan, isi pelajaran, media, metode, tujuan, dan evaluasi. Komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan; b) Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar,
katalisator
belajar
mengajar,
dan
peranan
lainnya
yang
memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien; c) Tujuan, yaitu pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif; d) Isi pelajaran, yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan; e) Metode, yaitu cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan; f) Media, yaitu bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan; g) Evaluasi, yaitu cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan nilainya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu sistem. Dalam proses pembelajaran terdapat prinsip belajar dan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut: a. Prinsip Kesiapan (Readiness) Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seorang siswa yang belum siap untuk commit to akan user mengalami kesulitan atau malah melaksanakan suatu tugas dalam belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18 putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar. b. Prinsip Motivasi (Motivation) Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anakanak selalu ingin
tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam
lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak. c. Prinsip Persepsi Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu. d. Prinsip Tujuan Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi. e. Prinsip Perbedaan Individual Proses pengajaran hendaknya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru
perlu
memperhatikan
latar
belakang,
emosi,
dorongan
dan
kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut. f. Prinsip Transfer dan Retensi Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses commit to user transfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19 disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru. g. Prinsip Belajar Kognitif Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental. h. Prinsip Belajar Afektif Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu. i. Proses Belajar Psikomotor Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. j. Prinsip Evaluasi Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya. 4. Model Pembelajaran Kooperatif a. Hakikat Model Pembelajaran Menurut
Arends
dalam
Agus
Suprijono
(2010:46)
“Model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalammya
tujuan-tujuan
pembelajaran,
tahap-tahap
dalam
kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.” Sedangkan Mills dalam Agus Suprijono (2010:45) menyatakan bahwa “Model adalah user aktual yang memungkinkan bentuk reperesentasi akurat commit sebagaito proses
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20 seseorang atau sekelompok orang mencoba berrtindak berdasarkan model itu. “Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Berdasarkan beberapa pengertian model pembelajaran diatas, maka pengertian model pembelajaran itu sendiri adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran yang mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang luas dibandingkan strategi, metode, atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah: a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaiman siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajarn itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9). Jenis-jenis model pembelajaran antara lain model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran quantum, model pembelajaran ekspositori. b. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Dalam rangka untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran, peran serta usaha dari seorang guru sangat penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.
Berdasarkan pengertian dan jenis-jenis model pembelajaran,
peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran akuntansi dengan pokok laporan keuangan. Model pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21 pembelajaran sehingga siswa saling bekerjasama untuk saling membantu satu sama lain. Pembelajaran Kooperatif menurut Rusman (2010:202): “Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen”. Menurut Kunandar (2007:359) Pembelajaran Kooperatif adalah “pembelajaran yang secara sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar peserta didik untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”. Anita Lie (2008:12), cooperative learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Slavin (2008:4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Menurut Abdurrahman & Bintoro (Nurhadi, 2004:60-61) yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis menggunakan interaksi yang silih asah, silih asih dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Isjoni (2009:19) menyatakan bahwa “Cooperative learning dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive). Model pembelajaran kooperatif adalah variasi metode pembelajaran di mana siswa bekerja pada kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam memahami suatu pokok pembahasan/materi pembelajaran. Siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi, dan berargumen dengan yang lainnya sehingga dapat menekan perbedaan pemahaman dan pengetahuan dalam mempelajari suatu pokok bahasan tersebut (Slavin, 1995). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22 Berdasarkan
beberapa
pendapat
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented). Siswa bekerja sama dalam kelompok yang heterogen, kelompok heterogen dibentuk dengan memperhatikan keberagaman gender, agama, suku, serta kemampuan akademis dengan menggunakan keterampilan kooperatif. Hal utama dari pembelajaran kooperatif adalah peran guru dalam pengelolaan kelas karena pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran kelompok konvensional yang ditandai dengan karakteristik pembelajaran kooperatif, yaitu (1) tujuan kelompok (group goals), (2) tanggung jawab individu (individual accountability), (3) kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan (equal opportunities for success), (4) kompetisi tim (team competitional), (5) spesialisasi tugas (task specialization), dan (6) adaptasi terhadap kebutuhan individual (adaptation to individual need) (Slavin, 1995). Johnson dalam Isjoni (2009: 23-24) menyatakan bahwa “Cooperative learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopan santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain. Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b. Setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. c. Setiap anggota kelompok harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. d. Setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi. e. Setiap
anggota
kelompok
berbagi kepemimpinan dan commit to user keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
membutuhkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23 f. Setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Beberapa ciri dari cooperative learning menurut Isjoni ( 2009:20) adalah sebagai berikut: 1. Setiap anggota memiliki peran 2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antar siswa 3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman kelompoknya 4. Guru
membantu
mengembangkan
keterampilan-keterampilan
interpersonal
kelompok 5. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Model pembelajaran kooperatif mempunyai bermacam-macam tipe, yang merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif. Macam-macam tipe pembelajaran kooperatif tersebut adalah Think Pair Sahre (TPS), Make A Match (Mencari Pasangan), Student Teams Achievement Division (STAD), Number Head Together (NHT), Jigsaw, Teams Games Turnament (TGT). Pembelajaran dengan menggunakan model koopertif mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Prestasi akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas siswa dalam kinerjanya dan tugas-tugas akdemiknya berdasarkan kemampuan kognitifnya. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model pembelajarn kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. Hal tersebut berarti sesuai dengan pembelajaran materi pokok akuntansi yang tidak hanya memebutuhkan hapalan atau analisis seperti ilmu ekonomi tetapi juga pemahaman konsep mendalam. b. Pengakuan adanya keragaman Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain, perbedaan kepribadian, tingkat intelegensi, commitsosial, to user tingkat kemampuan kognitif, tingkat agama.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24 c. Pengembangan ketrampilan sosial Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan sosial siswa dalam pembelajaran seperti aktif bertanya dan mengungkapkan ide atau pendapat,menghargai anatar anggota kelompok, saling membantu dan bekerja sama antar anggota kelompok. Menurut (Rusman, 2010;211) terdapat 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif : Tabel 2. Enam langkah model pembelajaran kooperatif
Langkah Langkah 1
Indikator
Yang dilakukan guru
Menyampaikan tujuan dan Guru memotivasi siswa.
harus
menyampaikan
tujuan
pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai sisiwa serta memotivasi siswa.
Langkah 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
Langkah 3
Mengorganisasikan siswa Guru mengelompokkan siswa kedalam kelompok belajar
Langkah 4
Membimbing
kelompok Guru memotivasi serta memvasilitasi
kelompok belajar
siswa
dalam
kelompok
kelompok
belajar Langkah 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar siswa tentang
pembelajaran
yang
telah
penghargaan
hasil
dilaksanakan. Langkah 6
Memberikan penghargaan
Guru
memberi
belajar individual dan kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25 c.Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif bagi siswa, terutama bagi siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan pada hasil belajar yang signifikan. Tetapi pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Jarolimek & Parker yang dikutip dalam Isjoni (2009:24-25) menyatakan bahwa Keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah: 1) Saling ketergantungan yang positif. 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Di sisi lain pembelajaran kooperatif memiliki kelemahan sebagai berikut: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar, maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. 5. Model Pembelajaran Make A Match (Mencari Pasangan) Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) menurut Miftahul Huda (2011: 135) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Lurna Curran, yang dalam proses pembelajarannya
siswa mencari pasangan
sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan. Berdasarkan pendapat tersebut model make a match merupakan to yang user dalam proses pembelajarannya salah satu model pembelajaran commit koperatif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26 menggunakan kartu-kartu untuk mempermudah dalam penyampaian materi karena kondisi belajar yang menyenangkan. Setiap model pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kelemahan. Seperti halnya uraian di atas model make a match mempunyai kelebihan, yaitu: 1. Proses pembelajarannya dilaksanakan dengan suasana yang menyenangkan, sehingga siswa lebih mudah dalam menyerap materi, 2. Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Tarmizi ( 2008) berpendapat model make a match mempunyai kelemahan, yaitu: 1) Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan 2) Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran 3) Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai. Menurut Agus Suprijono (2011:94) hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan metode make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan katu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Untuk itu sebelum guru melaksanakan proses pembelajaran guru terlebih dahulu membuat kartukartu yang berisi jawaban dan pertanyaan. Begitu pula menurut Rusman (2011: 223) penerapan model make a match ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberikan point. Dalam proses pelaksanaanya ada wasit yang menentukan batas waktu dimulainya proses pembelajaran tersebut. Setiap model pembelajaran pasti mempunyai langkah-langkah dalam pelaksanaannya, begitu pula dengan model make a match. Rusman (2011:223) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran make a match sebagai berikut: a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27 b. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. c. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban). d. Siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberikan poin. e. Setelah satu babak kartu dicocokkan lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelunya, demikian seterusnya. f. Kesimpulan. 6. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985 sebagai salah satu struktur kegiatan cooperative learning. Think pair share memberikan waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Think pair share memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari pembelajaran ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Kagan dalam (Atik Widarti :2007) menyatakan manfaat think pair share sebagai berikut: 1. Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain, ketika mereka terlibat dalam kegiatan think pair share lebih banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin mengingat secara lebih seiring penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik. 2. Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika menggunakan think pair share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi. Fogarty dan Robin (1996) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar think pair share mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut: commit to user a. Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28 b.
Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi pelajaran,
c.
Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara keseluruhan. Dengan teknik belajar mengajar think pair share yang disebutkan Fogarty
dan Robin siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pada ranah kognitif siswa karena siswa dituntut untuk mengikuti proses pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi. Ciri utama pada model pembelajaran kooperatif tipe think pair share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Yaitu langkah think (berpikir secara individual), pair (berpasangan dengan teman sebangku), dan share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas). 1.
Think (berpikir secara individual)
Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya “think time” atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri. 2. Pair (berpasangan dengan teman sebangku) Langkah kedua adalah guru meminta para siswa untuk berpasangan dan commit user mendiskusikan mengenai apa yang telah to dipikirkan. Interaksi selama periode ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29 dapat menghasilkan jawaban bersama. Biasanya guru mengizinkan tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan pemecahan masalah yang lain. 3. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. Pada langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separuh dari pasanganpasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor. Langkah ini merupakan penyempurnaan dari langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok menjadi lebih memahami mengenai pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan di akhir pembelajaran. Langkah-langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif tipe think pair share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share
Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran - Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk
Tahap 1 Pendahuluan
tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah, - Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa - Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui
Tahap 2 Think
kegiatan demonstrasi, - Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada commit to user seluruh siswa,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 - Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu - Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya,
Tahap 3
- Siswa
Pair
berdiskusi
dengan
pasangannya
mengenai
jawaban tugas yang telah dikerjakan - Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi
Tahap 4
pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu
Share
oleh guru.
Tahap 5 Penghargaan
- Siswa dinilai secara individu dan kelompok
Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut: a. Tahap pendahuluan Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. b. Tahap think (berpikir secara individual) Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. c. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku) Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah
diberikan
oleh
guru.
Setiap
siswa
memiliki
kesempatan
mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama. commit to user
untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31 d. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap ini, siswa dapat
mempresentasikan jawaban
secara
perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka. e. Tahap penghargaan Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas. 7.Pembelajaran Ceramah a. Pengertian Pembelajaran Ceramah Dalam penelitian ini digunakan kelas kontrol sebagai pengendali terhadap kelas eksperimen. Kelas kontrol menggunakan pembelajaran ceramah. Menurut Martinis Yamin (2008: 74) menyatakan “Ceramah adalah pembelajaran dengan menyampaikan materi secara langsung dari guru/dosen kepada siswa/mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Menurut Eveline Siregar (2010 : 81) menyatakan bahwa “Ceramah adalah metode tradisional yang fungsi pentingnya adalah membangun komunikasi antara pengajar dan pembelajar”. Menurut Mulyani Sumantri (2001 : 116) menyatakan bahwa “metode ceramah atau kuliah mimbar adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan-penjelasan secara lisan kepada siswa”. Metode ceramah adalah metode yang paling populer dan banyak dilakukan guru. Selain mudah penyajiannya juga tidak banyak memerlukan media.. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung pada kemampuan guru, karena gurulah yang berperan penuh dalam pembelajaran ceramah. b. Tujuan Pembelajaran Ceramah Menurut Mulyani Sumantri (2001 :117) menyatakan bahwa “Tujuan pembelajaran ceramah adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32 (konsep, pengertian-pengertian, prinsip-prinsip)”. Secara spesifik metode ceramah bertujuan : 1) Menciptakan landasan pemikiran siswa melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan siswa sehingga siswa dapat belajar melalui bahan tulisan hasil ceramah guru. 2) Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan penting yang terdapat dalam isi pelajaran. 3) Merangsang siswa untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar. 4) Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang dan menyinggung penjelasan teori dan prakteknya. 5) Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya memperjelas prosedur yang harus ditempuh siswa. c. Pelaksanaan Pembelajaran Ceramah Pembelajaran ceramah yang terlalu lama sering menimbulkan rasa kebosanan dan kurangnya peran aktif siswa dalam pembelajaran, sehingga sering kali pembelajaran ceramah dikombinasikan dengan metode yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa, seperti tanya jawab maupun penugasan. Menurut Muhibbin Syah (2004 : 246) menyatakan bahwa ceramah termasuk dalam expository learning dengan garis besar prosedurnya adalah sebagai berikut : 1) Preparasi : Guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi. 2) Apersepsi : Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan diajarkan. 3) Prenentasi : Guru menyajikan bahan dengan cara memberi ceramah atau menyuruh peserta didik membaca bahan yang telah dipersiapkan (diambil) dari buku teks tertentu atau ditulis oleh guru. 4) Resitasi : Guru bertanya dan peserta didik menjawab sesuai dengan bahan yang dipelajari, atau peserta didik yang diminta untuk menyatakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33 kembali dengan kata-kata sendiri terhadap pokok-pokok yang telah dipelajari. d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Ceramah 1) Kelebihan pembelajaran ceramah Menurut Mulyani Sumantri (2001 : 118) menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran ceramah adalah sebagai berikut : (a) Pemanfaatan waktu lebih efisien dalam menyampaikan materi dengan seorang guru yang menghadapi banyak siswa. (b) Materi dapat dengan mudah disesuaikan dengan keterbatasan peralatan yang menunjang pembelajaran (c) Meningkatkan daya dengar siswa dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain. (d) Memperoleh penguatan bagi
guru dan siswa, yaitu guru memperoleh
penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari siswa atas perhatian yang ditunjukkan siswa dan siswa pun merasa senang dan menghargai guru bila ceramah guru meninggalkan kesan dan berbobot. (e) Ceramah memberikan wawasan yang luas daripada sumber lain karena guru dapat menjelaskan topik dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. (f) Memberikan kemungkinan kepada guru untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya atas penguasaan materi. (g) Memberikan kemungkinan kemudahan penyampaian materi dengan jumlah siswa yang banyak dan bahan pelajaran yang luas. 2) Kekurangan pembelajaran ceramah Menurut Mulyani Sumantri (2001 : 119) menyatakan bahwa kekurangan pembelajaran ceramah adalah sebagai berikut : (a) Dapat menimbulkan kejenuhan siswa apalagi bila guru kurang dapat mengorganisasikannya. (b) Menimbulkan verbalisme pada siswa (c) Materi ceramah terbatas pada pengetahuan guru. commit to keterampilan user (d) Merugikan siswa yang lemah dalam mendengarnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34 (e) Menjejali siswa dengan konsep yang belum tentu diingat terus. (f) Tidak merangsang perkembangan kreativitas siswa. (g) Terjadi proses satu arah yang kurang mengaktifkan siswa 8. Matra Kognitif Matra (kemampuan) kognitif manusia dapat menghadirkan realitas dunia ke dalam dirinya, mulai dari hal-hal yang bersifat material maupun non material, sehingga semakin banyak tanggapan dan gagasan yang dimiliki seseorang, maka semakin luaslah alam internal kognitif orang itu. Kemampuan kognitif itu harus dikembangkan melalui belajar. Belajar dengan menggunakan kemampuan kognitif merupakan suatu proses belajar dengan menggunakan pendekatan berpikir. Dalam belajar secara kognitif, siswa diajak berfikir induktif dan deduktif. Para ahli pendidikan dan psikologi menekankan bahwa belajar seperti ini lebih banyak mencari hubungan-hubungan yang logis dan rasional, yang mengandung stimulus dan respon. Sehubungan dengan hal tersebut, kegiatan belajar berdasarkan kemampuan kognitif ini tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran akuntansi pada materi laporan keuangan. a. Hakikat Kemampuan Kognitif Kemampuan
kognitif
merupakan
kemampuan
yang
melibatkan
pengetahuan dan pengembangan keterampilan intelektual siswa (Bloom, 1956). Secara tidak langsung kemampuan ini pasti dimiliki oleh setiap siswa, namun tingkatan kemampuan setiap siswa berbeda tergantung bagaiman dan sejauh apa kemampuan tersebut dilatihkan. Anas Sudijono (2005:49) mengemukakan bahwa “Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kagiatan mental (otak)”. Sedangkan Bloom yang dikutip oleh Anas Sudijono (2005:49) mengemukakan bahwa “Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah ranah kognitif.” Ranah kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang terdiri dari: Ingatan (C-1), Pemahaman (C-2), Aplikasi (C-3), Analisa (C-4), Sintesa (C-5), dan Evaluasi (C-6). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35 Menurut Wahyudin, dkk (2006:30) perilaku kognitif merupakan perilaku siswa dalam upaya mengenal dan memahami materi pelajaran. Secara hierarkis, perilaku kognitif mencakup 6 tahapan kemampuan yaitu: a. Pengetahuan/knowledge (C-1), merupakan kemampuan pengetahuan jenjang paling rendah dalam ranah kognitif. Kemampuan pengetahuan merupakan kemampuan siswa untuk mengingat atau menghapal sesuatu yang pernah dipelajari sebelumnya. Yang ditentukan disini adalah pengenalan kembali terhadap sesuatu berupa: fakta, istilah, prinsip, teori, proses, dan pola struktur. Kata kerja operasional yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan ini,
diantaranya
adalah
menyebutkan,
mendefinisikan,
melukiskan,
mencocokkan, mengidentifikasikan, memberi nama, membuat garis besar, dan menyatakan kembali. b. Pemahaman/comprehension (C-2), jenjang kemampuan ini menunjukkan kepada kemampuan berpikir siswa untuk memahami bahan-bahan atau materi yang dipelajari. Dengan kemampuan ini siswa mampu menterjemahkan dan mengorganisasikan bahan-bahan yang diterima ke dalam bahasa sendiri. Katakata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini, diantaranya adalah menjelaskan, merumuskan dengan kata-kata sendiri, mengubah, menyatakan secara luas, memberi contoh, memperkirakan, membedakan, dan menarik kesimpulan. c. Penerapan/application (C-3), kemampuuan penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan teori-teori, prinsip-prinsip, rumus-rumus dan abstraksiabstraksi dalam situasi tertentu atau dalam situasi yang lebih konkrit. Katakata kerja yang dapat digunakan untuk kemampuan ini, diantaranya adalah menghitung, menggunakan, mengapresiasikan, mendemonstrasikan, membuat modifikasi, menghubungkan, memecahkan, dan menghasilkan. d. Analisis/analysis (C-4), adalah kemampuan untuk menguraikan suatu keseluruhan atau suatu sistem hubungan kedalam unsur-unsur dan cara unsurunsur itu diorganisasikan. Kata-kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini diantaranya adalah menguraikan, mengkategorikan, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36 merinci, memilih, memisah-misahkan, membuat diagram, menggambarkan, membuat skema dan membeda-bedakan. e. Sintesis/synthesis (C-5), merupakan kemampuan siswa untuk memadukan atau menyatukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis menjadi suatu peta struktur yang menunjukkan keseluruhan. Kata-kata kerja yang dapat digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
ini,
diantaranya
adalah
menggabungkan, menghimpun, menyusun, mengorganisasikan, merancang, menyusun kembali, merevisi, menceritakan dan membuat modifikasi. f. Evaluasi/evaluation (C-6), merupakan jenjang kemampuan kognitif yang paling
kompleks,
menunjikkan
pada
kemampuan
siswa
untuk
mempertimbangkan suatu ide, situasi, nilai-nilai, metode berdasarkan suatu aturan tetentu. Kata-kata kerja yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan ini, diantarnya membandingkan, menilai, mempertentangkan, mengkritik, menginterpretasikan dan menyimpulkan. A. De Block yang dikutip oleh Winkel (1996:64) menyatakan bahwa: Ciri khas belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, entah objek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Objek-objek itu direpresentasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental. Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matra (kemampuan) kognitif merupakan penampilan yang dapat diamati sebagai hasil dari adanya aktivitas mental (otak) untuk memperoleh pengetahuan melalui bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi ataupun melalui pengalaman sendiri. Kemampuan kognitif ialah kemampuan yang paling banyak dinilai oleh guru di sekolah dan dijadikan sebagai batasan untuk kelanjutan pendidikan siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menekankan penilaian pada kemampuan kognitif yang meliputi enam aspek yakni, pengetahuan, pemahaman, aplikasiu, analisis, sintesis, serta evaluasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37 9. Mata Pelajaran Akuntansi Definisi akuntansi yang paling relevan adalah menurut Accounting Principle Board (1970) yang dikutip oleh Slamet Sugiri,dkk (2001:1) dalam bukunya menyatakan bahwa “ Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam pengambilan keputusan ekonomik-dalam membuat pilihan-pilihan yang nalar diantara pelbagai alternatif arah tindakan.” Ditinjau dari segi rangkaian prosedur, akuntansi didefinisikan sebagai suatu teknik atau seni (art) untuk mencatat, menggolongkan, dan menyimpulkan transaksi-transaksi atau kejadian-kejadian yang mempunyai sifat keuangan dalam nilai mata uang serta menganalisis hasil dari teknik tersebut. Pada kelas XI IPS semester genap ini mata pelajaran akuntansi yang diajarkan adalah seputar akuntansi perusahaan jasa. Perusahaan jasa merupakan perusahaan yang kegiatannya menjual jasa kepada masyarakat yang membutuhkannya. Contohnya: jasa komunikasi, jasa perbengkelan, jasa persewaan, jasa konsultan keuangan, jasa transpostasi, dan sebagainya. Dalam penelitian ini materi yang menjadi objek penelitian adalah mengenai penyusunan kertas kerja atau neraca lajaur (Worksheet). a. Kertas kerja adalah alat bantu untuk mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan setiap akhir periode tertentu. b. Fungsi kertas kerja antara lain : 1. Kertas kerja mempermudah penyusunan laporan keuangan. 2. Untuk menghindarkan kesalahan dalam membuat laporan keuangan. 3. Untuk memeriksa ketepatan perhitungan yang dilakukan. c. Ada beberapa bentuk kertas kerja yaitu :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38 a) Kertas Kerja 6 Kolom PT ABC Neraca Lajur Per 31 Desember 2011
No
Neraca Saldo
Laporan
Nama Akun
Neraca
Laba/Rugi D
K
D
K
D
K
b) Kertas Kerja 8 Kolom
PT ABC Neraca Lajur Per 31 Desember 2011
No
Neraca Nama Akun
AJP
Laporan
Saldo D
Neraca
Laba/Rugi
K
D
K
D
K
D
K
c) Kertas Kerja 10 Kolom PT ABC Neraca Lajur Per 31 Desember 2011
No
Neraca Nama Akun
AJP
NSD
Saldo D
Laporan
Neraca
Laba/Rugi K
D
commit to user
K
D
K
D
K
D
K
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39 d) Kertas Kerja 12 kolom PT ABC Neraca Lajur Per 31 Desember 2011
No
Neraca Nama Akun
AJP
NSD
Saldo D
K
Laporan
Modal
Neraca
Laba/Rugi D
K
D
K
D
K
D
K
D
d.Cara menyusunan Kertas Kerja Untuk menyusun Kertas Kerja 10 kolom prosedurnya sebagai berikut: 1. Kolom nomor dan nama akun untuk mencatat sesuai dengan nomor dan nama akun buku besar. 2. Kolom Neraca saldo untuk mencatat saldo-saldo sementara setiap akun buku besar yaitu saldo debit dicatat di sisi debit dan saldo kredit di catat di sisi kredit. Setelah itu lajur debit dijumlahkan dan hasilnya harus sama dengan jumlah lajur kredit neraca saldo (Biasanya neraca saldo telah disiapkan sebelum menyusun kertas kerja). 3. Kolom ayat penyesuaian adalah untuk mencatat semua ayat penyesuaian pada akhir periode akuntansi yang biasanya telah di buat secara terpisah dalam bentuk jurnal umum. Ayat jurnal penyesuaian sisi debit dipindahkan pada akun yang bersangkutan, lajur debit dan ayat jurnal sisi kredit dipindahkan pada akun lajur kredit. Apabila akun dalam ayat penyesuaian belum ada dalam daftar akun neraca saldo, maka dapat ditambahkan nama akun baru di bawahnya. Ingat lajur debit dan kredit kolom ayat penyesuaian harus sama jumlahnya. 4. Kolom neraca saldo disesuaikan. Kolom ini merupakan perpaduan antara kolom neraca saldo dengan ayat penyesuaian. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
commit to user
K
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40 a. Semua akun yang tidak mendapat penyesuaian maka saldo akun yang terdapat dalam kolom neraca saldo langsung dipindahlkan ke kolom neraca saldo disesuaikan (saldo debit dipindah ke sisi debit dan saldo kredit dipindahkan ke sisi kredit) b. Setiap saldo akun neraca saldo debit yang mengalami penyesuaian debit dijumlahkan, angkanya di catat di sisi debit neraca saldo disesuaikan. Begitu juga dengan saldo akun kredit mengalami penyesuaian kredit dijumlahkan. Angkanya dicatat di sisi kredit Neraca saldo disesuaikan. c. Setiap saldo akun di neraca saldo kredit jumlahnya lebih besar mengalami penyesuaian debit , maka selisihnya dicatat di sisi dkredit neraca saldo disesuaikan. d. Setiap saldo akun di neraca saldo debit jumlahnya lebih besar mengalami penyesuaian kredit, maka selisihnya dicatat di sisi debit neraca saldo disesuaikan. e. Akun baru yang angkanya tertera jumlahnya hanya terdapat pada kolom ayat penyesuaian, maka jumlah tersebut langsung dipindahkan. Jumlah kolom debit dipindahkan ke sisi debit dan jumlah kolom kredit dipindahkan ke sisi kredit kolom neraca saldo disesuaikan. f. Jumlah akun Ikhtisar laba rugi debit dan kredit kolom penyesuaian tidak diselisihkan, melainkan langsung dipindahkan ke debit dan kredit kolom neraca saldo disesuaikan. g. Apabila semua saldo akun sudah dicatat dan dipindahkan ke kolom neraca saldo disesuaikan, berarti saldo akun telah mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan siap untuk disajikan dalam laporan keuangan. 5. Kolom Rugi Laba Sebelum dilakukan pencatatan dalam kolom laba rugi ini, maka terlebih dahulu data akun yang ada dalam kolom neraca saldo disesuaikan yang terdiri dari golongan akun riil dan golongan akun nominal.Setelah dipastikan golongan akunnya, baru dipindahkan akun nominal ke kolom rugi laba sisi debit maupun sisi kredit.Oleh karena jumlah debit akun ikhtisar laba rugi commit user debit dan kredit akun tersebut mempengaruhi perhitungan laba, makatojumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41 langsung dipindahkan ke debit dan ke kredit kolom laba rugi. Setelah semua jumlah/angka yang termasuk akun nominal dipindahkan ke kolom debit/kredit laba rugi maka sisi debit dan sisi kredit masing-masing dijumlahkan. Selisih sisi debit dan kredit pada kolom laba rugi merupakan sisa laba bersih atau rugi bersih. Apabila sisi debit lebih besar dari pada jumlah sisi kredit berarti rugi bersih, dan sebaliknya apabila jumlah sisi kredit lebih besar dari pada sisi debit berarti sisa laba bersih. Pencatatan selisih tersebut adalah pada kolom jumlah yang lebih kecil sehingga jumlah debit dan kredit kolom laba rugi seimbang (sama). 6. Kolom Neraca Kolom neraca merupakan tempat untuk mencatat akun riil yang terdiri dari aktiva, kewajiban dan modal. Semua akun riil debit atau kredit dicatat dalam kolom neraca. Setelah itu sisi debit dijumlahkan dan sisi kredit dijumlahkan, selisih atau perbedaannya merupakan penambahan modal atau pengurangan modal yang disebabkan adanya laba bersih atau rugi bersih. Pencatatan laba dalam kolom neraca di sisi kredit, dan sebaliknya apabila perusahaan menderita kerugian maka dicatat dalam neraca di sisi kredit. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Lia Nur Annisa (2011). Dalam penelitiannya yang berjudul “Studi Perbandingan Metode Group Investigation Dengan Metode Think Pair Share Dalam Pembelajaran Akuntansi Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif Siswa Kelas XI.IPS SMA N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ada perbedaan antara metode Group Investigation dan metode Think Pair Share ditinjau dari kemampuan kognitif siswa kelas XI.IPS SMA N 2 Surakarta. Perbedaannya itu ialah Metode Group Investigation lebih baik daripada metode Think Pair Share ditinjau dari kemampuan kognitif. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama menggunakan metode penelitian eksperimen dan tipe pembelajaran Think Pair Share dan sama-sama meninjau kemampuan kognitif. Subjek penelitian juga sama yaitu siswa SMA Kelas XI IPS. Perbedaannya adalah tipe pembelajaran yang dikomparasikan oleh user Pair Share, sedangkan pada peneliti adalah Make A Matchcommit denganto Think
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 penelitian Lia Nur Annisa mengkomparasikan Group Investigation dengan Think Pair Share. Woro Setiyati (2011). Dengan skripsinya yang berjudul “ Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share dan Number Head
Together Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI Di SMA N 5 Magelang Tahun Ajaran 2010/2011”. Dalam skripsinya disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pencapaian prestasi belajar akuntansi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Share dan Number Head Together pada siswa kelas XI di SMA N 5 Magelang Tahun Ajaran 2010/2011 teruji kebenarannya dan diterima. Persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan metode penelitian eksperimen dan tipe pembelajaran Think Pair Share. Subjek penelitian juga sama yaitu siswa SMA kelas XI. Perbedaannya adalah tipe pembelajaran yang dikomparasikan oleh peneliti adalah Make A Match dengan Think Pair Share, sedangkan pada penelitian Woro Setiyati mengkomparasikan Think Pair Share dan Number Head Together. Selain itu, penelitian ini mengkaji matra kognitif siswa sedangkan penelitian Woro Setiyati mengkaji prestasi belajar akuntansi. Wahyu Mustika Ningsih (2011). Dengan judul skripsinya yakni “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Ditinjau Dari Motivasi Siswa Kelas XI IPS SMA N 6 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011”. Di dalam skripsi tersebut dinyatakan bahwa ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terhadap prestasi belajar akuntansi siswa, ada pengaruh antara motivasi belajar kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar akuntansi, dan tidak ada interaksi antara model pembelajaran akuntansi dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi. Persamaannya adalah dalam penerapan pemebelajaran tipe Think Pair Share dan subjek penelitiannya juga siswa SMA kelas XI IPS. Perbedaannya adalah dalam objek penelitian. Objek penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Mustika Ningsih adalah prestasi belajar sedangkan peneliti mengambil matra kognitif sebagai objek penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43 Wina Ari Astuti (2012). Dengan skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Metode Mencari Pasangan (Make A Match) Pada Siswa Kelas X AK 2 SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Dalam skripsinya disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make A Match) dapat meningkatkan prestasi dan minat belajar akuntansi siswa. Persamaannya adalah sama-sama menerapkan metode pembelajaran Make A Match. Perbedaannya adalah dalam penggunaan metode penelitian. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah eksperimen, sedangkan yang dilakukan oleh Wina Ari Astuti adalah penelitian tindakan kelas. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini ditunjukkan dengan adanya persamaan dan perbedaan subyek, obyek, jenis maupun variabel penelitian lain yang dilakukan oleh peneliti. Persamaanpersamaan tersebut dapat digunakan untuk memperkuat penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, sedangkan perbedaan yang ada dapat digunaka untuk menciptakan inovasi baru dari setiap penelitian yang sudah dilakukan. C.Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan arah penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah, serta didasarkan pada kajian teoretis untuk dapat sampai kepada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut : Siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasai fakta-fakta, konsepkonsep maupun prinsip-prinsip saja melainkan perlu suatu proses penemuan dan pemahaman yang mendalam dalam mata pelajaran akuntansi, sehingga hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan. Namun pada kenyataannya pembelajaran yang masih digunakan di lingkungan sekolah cenderung masih menggunakan pembelajaran metode ceramah yang belum memberikan matra kognitif siswa yang maksimal. Untuk itu perlu diterapkan pembelajaran yang to useryang menerapkan pembelajaran bervariasi dengan melakukan commit eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44 kooperatif tipe Make A Match dalam kelas eksperimen 1, tipe Think Pair Share dalam kelas eksperimen 2 terhadap penggunaan pembelajaran ceramah dalam kelas kontrol pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS. Setelah melakukan eksperimen dari kedua tipe pembelajaran terhadap kelas kontrol kemudian membandingkan matra kognitif siswa yang diperoleh melalui hasil tes kognitif yang diduga akan diperoleh matra kognitif yang berbeda antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan Think Pair Share serta yang menggunakan ceramah. Hal ini dapat dikarenakan perbedaan prosedur walaupun memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Yaitu memiliki karakteristik sama-sama bertanggung jawab dalam sebuah kelompok dan memiliki tujuan yaitu sama-sama saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Perbedaan matra kognitif dari ketiga kelas kemudian dibandingkan untuk mengetahui
matra
kognitif
mana
yang
lebih
baik.
Pertama
dengan
membandingkan rata-rata nilai tes kognitif yang diperoleh dari kelas yang menggunakan pembelajaran Make A Match dengan kelas kontrol. Diduga kelas dengan pembelajaran Make A Match menghasilkan matra kognitif yang lebih baik dari kelas kontrol. Karena dalam pembelajaran Make A Match siswa selain mendapat materi dari guru siswa juga berkesempatan untuk saling bertukar pikiran dan saling bekerjasama dalam membahas materi dengan mencari pasangan untuk menyesuaikan antara kartu soal dan kartu jawaban. Kedua dengan membandingkan rata-rata nilai tes kognitif yang diperoleh dari kelas yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share dengan kelas kontrol. Diduga kelas dengan pembelajaran Think Pair Share menghasilkan matra kognitif yang lebih baik dari kelas kontrol. Karena dalam pembelajaran Think Pair Share setiap siswa bertanggung jawab membagikan ilmunya terhadap teman satu kelompoknya, sehingga akan lebih mempelajari materi dengan sungguh-sungguh. Ketiga dengan membandingkan rata-rata nilai tes kognitif yang diperoleh dari kelas yang menggunakan pembelajaran Make A Match dengan kelas yang dikenai pembelajaran Think Pair Share. Diduga kelas dengan pembelajaran Make A commit to user lebih baik dari kelas dengan Match menghasilkan matra kognitif yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45 pembelajaran Think Pair Share. Hal ini dikarenakan dalam tipe Make A Match setiap siswa bertangung jawab untuk aktif di dalam pembelajaran dengan mencari pasangan belajar masing-masing dengan sungguh-sungguh. Pada tipe Think Pair Share, tidak semua siswa aktif dalam belajar kelompok karena dapat mengandalkan teman satu kelompoknya yang lebih pintar. Berdasarkan pemaparan di atas, maka kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Siswa XI IPS 1, XI IPS 2, XI IPS 3
Proses Pembelajaran
Make A Match
Ceramah
Think Pair Share
( Eksperimen 1)
(Kontrol)
(Eksperimen 2)
Tes
Tes
Tes
Matra Kognitif
Matra Kognitif
Matra Kognitif
Matra Kognitif
Matra Kognitif
Matra Kognitif
(Make A Match)
(Ceramah)
(Think Pair Share)
Dibandingkan
Dibandingkan
Matra Kognitif Make A Match Lebih Baik Daripada Matra Kognitif Ceramah
Matra Kognitif Think Pair Share Lebih Baik Daripada Matra Kognitif Ceramah Dibandingkan
Matra Kognitif Make A Match Lebih Baik Daripada Matra Kognitif Think Pair Share (TPS)
to userBerpikir Gambarcommit 1. Kerangka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46 C. Hipotesis Perumusan hipotesis merupakan hal penting yang harus ada dalam penelitian kuantitatif. “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”(Sugiyono, 2009:96). Menurut Sukardi, “Hipotesis merupakan jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoretis”(2008:41). Hipotesis dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan hanya didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoretis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban secara empirik dengan data. Dengan demikian hipotesis merupakan kesimpulan sementara dan masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Berdasarkan landasan teori yang mencakup kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir diatas maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik daripada ceramah. 2. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik daripada ceramah. 3. Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik daripada Think Pair Share.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta yang beralamat di Jalan Prof. WZ.Johanes No. 58 yang dipimpin oleh Drs. Makmur Sugeng, M.Pd. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI IPS semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Alasan peneliti memilih SMA Negeri 3 Surakarta sebagai tempat penelitian adalah sebagai berikut: a.
Adanya permasalahan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 khususnya pada mata pelajaran akuntansi yang perlu diatasi. Permasalahan tersebut antara lain kegiatan KBM kurang menarik dan menyenangkan, serta kurang kondusif sehingga tujuan pembelajaran belum bisa tercapai. Oleh karena itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan Think Pair Share dengan harapan nilai siswa mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran akuntansi, sehingga akan berdampak positif terhadap matra kognitif siswa kelas XI IPS SMA N 3 Surakarta.
b.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan Think Pair Share belum pernah diterapkan pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 SMA N 3 Surakarta, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang dan diharapkan penelitian yang akan dilakukan dapat membantu guru dan siswa dalam mengatasi permasalahan yang ada.
c.
SMA Negeri 3 Surakarta mempunyai hubungan yang baik dengan pihak UNS, sehingga bersedia menyediakan data-data yang diperlukan peneliti dan data tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
d.
Tempat penelitian dekat dengan rumah kos peneliti, sehingga mudah untuk pengambilan data dan informasi.
Pelaksanaan penelitian dilaksanakan secara kolaborasi dengan guru mata pelajaran Akuntansi yaitu Ibu commit Indah to Triuser Esti M. yang membantu dalam 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48 pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan secara bertahap, adapun tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut: a. Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi penyusunan dan pengajuan proposal, mengajukan ijin penelitian, serta penyusunan instrument dan perangkat penelitian. Tahap ini dilakukan pada bulan November – Desember 2012. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian pada Januari 2013. c. Tahap penyelesaian Pada tahap ini terdiri dari proses analisis data dan penyusunan laporan penelitian, yang dilaksanakan bulan Februari - Maret 2013.
Tabel 4. Jadwal penelitian. Bulan/Tahun 2012 – Tahun 2013
Keterangan
Nov 1. Persiapan penelitian a. Pengajuan judul b. Penyusunan proposal c. Ijin Penelitian d. Koordinasi dengan Kepala Sekolah dan guru e. Penyusunan
RPP
dan
soal tes uji coba f. Melakukan uji coba tes g. Menganalisis hasil uji commit to user
Des
Jan
Feb
Mar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49 coba tes dan merevisi tes h. Finalisasi danPenggandaan tes 2. Pelaksanaan penelitian a. Pelaksanaan eksperimen b. Pelaksanaan tes c. Analisis
data
hasil
eksperimen 3. Penyusuanan laporan a. Penyusunan draf b. Pengetikan Skripsi 4.Pelaksanaan ujian skripsi dan revisi
B. Rancangan Penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas Sugiyono (2009 : 61) menyatakan bahwa variabel bebas disebut juga variabel independen, stimulus, input yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau mempengaruhi perubahan variabel terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu : X1 = Pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match X2 = Pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share X3 = Pembelajaran yang menggunakan ceramah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
b. Variabel Terikat Sugiyono (2009 : 61) menyatakan bahwa variabel terikat disebut juga variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah matra kognitif siswa (Y) dengan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, matra kognitif siswa (Y) pembelajaran koopeartif tipe Think Pair Share, dan matra kognitif siswa (Y) dengan pembelajaran ceramah. 2. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen dengan bentuk perluasan dari Two Groups Randomized Subjects Posttest-Only Design. Adapun rancangan penelitiannya seperti pada tabel 5. Tabel 5. Desain penelitian “Two Groups Randomized Subjects Posttest-Only Design” Kelompok
Pendekatan
Matra
Pembelajaran
Kognitif
E1
X1
Y
E2
X2
Y
K
X3
Y
Keterangan : E1 : Kelompok eksperimen pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match E2 : Kelompok eksperimen pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share K : Kelompok kontrol pembelajaran ceramah Y : Matra kognitif siswa setelah diberi perlakuan X1 : Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match X2 : Penggunaan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share X3 : Tidak menggunakan pendekatan (pembelajaran ceramah) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51 C. Populasi, Sampel, Sampling 1. Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas XI jurusan ilmu sosial SMA Negeri 3 Surakarta, yang terdiri dari empat kelas. Keempat kelas tersebut adalah kelas XI.IPS 1 yang terdiri dari 30 siswa, kelas XI.IPS 2 yang terdiri dari 30 siswa, kelas XI.IPS 3 yang terdiri dari 30 siswa, dan kelas XI.IPS 4 yang terdiri dari 30 siswa. Jumlah keseluruhan populasi dalam penelitian ini sebanyak 120 siswa. 2. Sampel Sugiyono (2009 : 118) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Pemilihan sampel dilakukan karena jumlah populasi yang banyak, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Sampel yang diambil adalah 90 siswa yang akan dibagi dalam kelompok eksperimen 1 dengan pembelajaran Make A Match di kelas XI IPS 1, kelompok eksperimen 2 dengan pembelajaran Think Pair Share di kelas XI IPS 2 dan kelompok kontrol dengan pembelajaran ceramah di kelas XI IPS 3. 3. Sampling Sampling adalah cara untuk menentukan sampel (Siswandari, 2009). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random sampling yang termasuk dalam probability sampling.
Menurut
Sugiyono (2009 : 120) menyatakan bahwa “ probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Simple random sampling dilakukan dengan pemilihan secara acak dari populasi yang ada dan sampel yang diambil adalah 90 siswa yang akan dibagi dalam kelompok eksperimen I dengan pembelajaran Make A Match di kelas XI IPS 1 sebanyak 30 siswa, kelompok eksperimen II dengan pembelajaran Think Pair Share di kelas XI IPS 2 sebanyak 30 siswa dan kelompok kontrol dengan pembelajaran commit30tosiswa. user ceramah di kelas XI IPS 3 sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52 D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:265), ada beberapa cara dalam pengumpulan data antara lain: menggunakan metode tes, metode angket, metode interview, metode observasi, menggunakan skala bertingkat (rating) atau rating scale, dan menggunaan metode dokumentasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi metode dokumentasi dan metode tes. 1. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Penggunaan teknik dokumentasi dalam penelitian memiliki keuntungan, yaitu biaya yang dikeluarkan cenderung lebih murah, waktu dan tenaga lebih efisien, selain itu dokumentasi juga digunakan untuk menentukan kelas yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini yang memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Langkah awal dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat digunakan teknik dokumentasi untuk memperoleh data awal siswa mengenai prestasi belajar akuntansi. Nilai yang diambil bukan berasal dari nilai akhir ulangan semester gasal karena nilai tersebut merupakan nilai gabungan dari mata pelajaran akuntansi dan ekonomi, tetapi nilai akuntansi yang diperoleh dari Uji Kompetensi Dasar (UKD) 2 yang diujikan guru mata pelajaran akuntansi. 2. Metode Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Metode tes digunakan untuk mengetahui matra kognitif siswa pada commitbahasan to userkertas kerja perusahaan jasa. Tes pembelajaran akuntansi dengan pokok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53 ini menggunakan instrument berupa soal pilihan ganda yang menggunakan ranah kognitif dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan peneliti. Menurut Anas Sudijono (2008 : 133 – 134) kebaikan tes obyektif daripada tes bentuk lainnya adalah sebagai berikut : 1) Tes obyektif sifatnya lebih representatif dalam hal mencakup dan mewakili materi yang telah diajarkan kepada siswa atau telah diperintahkan kepada siswa untuk mempelajarinya. 2) Dengan jumlah butir soal tes obyektif yang banyak maka berbagai aspek ranah kognitif (aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis dan lainlain) dapat dicakup dan diungkap secara lengkap. 3) Tes obyektif lebih memungkinkan bagi tester ( korektor) untuk bertindak lebih obyektif baik dalam mengoreksi jawaban soal, menentukan bobot skor maupun dalam menentukan nilai hasil tesnya 4) Mengoreksi hasil tes obyektif adalah jauh lebih mudah dan lebih cepat ketimbang mengoreksi hasil tes uraian. 5) Butir-butir soal pada tes obyektif, jauh lebih mudah dianalisis baik analisis dari segi derajat kesukaran, daya pembeda, validitas maupun reliabilitasnya. Namun disamping memiliki kelebihan, juga memiliki kelemahan. Menurut Anas Sudijono (2008 : 135 – 136) kelemahan tes obyektif adalah sebagai berikut : 1) Menyusun butir-butir soal tes obyektif adalah tidak semudah seperti halnya menyusun tes uraian, karena jumlah butir soal cukup banyak dan menyiapkan kemungkinan jawaban yang harus dipasangkan pada setiap butir item pada tes obyektif. 2) Tes obyektif pada umumnya kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam. 3) Dengan tes obyektif, terbuka kemungkinan bagi penjawab tes untuk bermain spekulasi,tebak terka,adu untung dalam memberikan jawaban soal. 4) Tes obyektif dapat membuka peluang pagi penjawab tes untuk melakukan kerja sama yang tidak sehat dengan penjawab tes lainnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54 2. Instrumen Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2010:192) menyatakan bahwa ” instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Menurut Suharsimi Arikunto (1996:155), menjelaskan beberapa langkah umum yang biasa ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian, antara lain : a. Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub variabel dan indikator penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. b. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel-sub variabel, indikator-indikatornya. c. Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi layout instrumen yang berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. d. Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisikisi. e. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba, bertujuan untuk revisi instrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya dengan yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi atau tata bahasanya. Instrumen yang digunakan peneliti dalam mengambil data adalah instrumen tes. Menurut Djemari (dalam S. Eko Putro Widoyoko, 2010 : 45) menyatakan bahwa tes merupakan instrumen penelitian yang digunakan sebagai salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Menurut Masidjo (1995 : 93 – 94) menyatakan bahwa kriteria ranah kognitif dalam tes harus mencakup hal berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55 a. Pengetahuan Tingkat pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan berupa fakta, kaidah, dan prinsip serta metode yang diketahui. b. Pemahaman Tingkat pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. c. Penerapan Tingkat penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau masalah yang konkret dan baru. d. Analisis Tingkat analisis mencakup kemampuan untuk menerima suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. e. Sintesis Tingkat sintesis mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. f. Evaluasi Tingkat evaluasi ini
mencakup kemampuan membentuk suatu pendapat
mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, berdasarkan suatu criteria tertentu. Tes digunakan untuk memperoleh data belajar kognitif siswa atas penguasaan dan kemampuan siswa setelah menerima proses belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan untuk dijawab oleh siswa. Penilaian kognitif belajar yang akan diujicobakan dalam penelitian ini menggunakan instrument bentuk tes objektif, terdiri dari 30 butir soal yang berupa pilihan ganda dengan lima pilihan. Skala penilaian menggunakan skala 100, dengan penilaian jumlah jawaban benar dibagi 30 di kali 100. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes ditryoutkan terlebih dahulu terlebih dahulu pada populasi di luar sampel penelitian. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56 E.Uji Instrumen Penelitian Untuk mengetahui apakah suatu instrumen layak digunakan di dalam penelitian, maka diperlukan data yang valid dan reliabel. Untuk memperoleh data yang valid dan reliabel, maka diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Sebelum instrument diberikan kepada siswa perlu dilakukan tryout untuk menguji validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal. Menurut Masidjo (1995 : 208) menyatakan bahwa suatu penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut valid dan reliabel. Hal ini dilakukan agar dapat mengungkapkan matra kognitif belajar akuntansi secara objektif, selain menguji validitas dan reliabilitas, perlu juga menganalisis item-item soal dengan menggunakan uji taraf kesukaran dan uji daya pembeda. a. Uji Validitas Eko Putro (2010:115) mengatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Penelitian ini menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda, yang mana setiap butir soal yang dijawab benar diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk setiap jawaban salah diberi skor 0 (nol). Rumus yang digunakan untuk menentukan validitas butir soal yaitu rumus Korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan angka kasar sebagai berikut :
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi item soal
N
: banyak peserta tes
X
: skor butir item nomor tertentu
Y
: skor total
Kriteria pengujian : Jika rpbi > rtabel maka soal dinyatakan valid Jika rpbi ≤ rtabel maka soal dinyatakan tidak valid (Suharsimi Arikunto, 2009 : 72) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57 b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat penilaian dalam menilai apa yang dinilainya, artinya kapan pun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama (Sudjana, 2006:16). Suatu tes dapat dikatakan mempunyai reliabilitas tinggi apabila tes tersebut digunakan beberapa kali untuk mengukur suatu subjek yang berbeda, dan tes tersebut akan menghasilkan hasil ukur yang relatif sama. Arikunto menyebutkan, “Cara-cara yang digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas diantaranya metode bentuk parallel (equivalent), metode tes ulang (test-retest method), dan metode belah dua (split-half method)” (2010:223). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode belah dua (split-half method) yaitu dengan cara membelah item instrument menjadi dua bagian (ganjil genap), kemudian mengkorelasikan angka-angka pada setiap belahan. Harga r dari perhitungan korelasi tersebut merupakan reliabilitas separo tes, sehingga langkah selanjutnya
adalah
menghitung
reliabilitas
secara
keseluruhan
dengan
menggunakan teknik tertentu. Adapun teknik yang digunakan adalah rumus Spearman-Brown yaitu:
r11 = (Arikunto, 2009:93) Dimana: r ½½ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes r11
= koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes
(r11) pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut:
r11
0,70 = reliabel
r11
0,70 = tidak reliabel (Sudijono, 2008:209)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58 c. Uji Taraf Kesukaran Kualitas soal yang baik disamping memenuhi validitas dan realibilitas adalah adanya keseimbangan dari taraf kesukaran soal tersebut. Keseimbangan tersebut adalah adanya soal-soal yang termasuk golongan mudah, sedang dan sukar secara proposional. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Cara melakukan analisis untuk menentukan taraf kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: P= (Arikunto, 2009:208) Dimana: P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
JS
= jumlah seluruh siswa
Kriteria indeks kesukaran soal: 1,00 – 0,30
= soal sukar
0,30 - 0,70
= soal sedang
0, 70 – 1,00
= soal mudah
d. Uji Daya Pembeda Perhitungan daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah menguasai kompetensi dengan peserta didik yang belum/kurang menguasai berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menghitung daya pembeda butir soal dapat digunakan rumus sebagai berikut: D= (Arikunto, 2009:213) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59 Keterangan: D
= daya pembeda
J
= jumlah peserta tes
JA
= banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
PA
= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB
= Poporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda: 0,00 – 0,20
= jelek (poor)
0,20 – 0,40
= cukup (satisfactory)
0,40 – 0,70
= baik (good)
0,70 – 1,00
= baik sekali (excellent)
negatif
= semuanya tidak baik, sebaiknya dihapus Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebelum
instrumen tes digunakan, maka perlu dianalisis terlebih dahulu agar pertanyaanpertanyaan yang muncul dalam instrumen tersebut benar-benar dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Analisis kualitas instrumen tes tersebut diantaranya validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Sejalan dengan pernyataan tersebut, maka butir-butir soal yang akan digunakan dalam penelitian ini harus: 1) Valid yaitu apabila r hitung melebihi harga kritik r table (r hitung > r tabel), 2) Reliabel yaitu butir soal yang digunakan untuk mengukur matra kognitif pada matapelajaran akuntansi adalah butir soal yang mempunyai reliabilitas lebih tinggi dari 0,70 (> 0,70), 3) Tingkat kesukaran soal yang digunakan meliputi mudah, sedang dan sukar. Hal ini dilakukan agar semua siswa dalam kelas, baik berkemampuan tinggi, sedang dan rendah, dapat mengerjakan semua soal yang diberikan. 4) Daya beda butir soal yang digunakan adalah cukup dan baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60 F.Analisis Data Riduwan (2003:184) mengungkapkan bahwa pengolahan data merupakan kegiatan pokok yang wajib dilakukan oleh para peneliti, karena mustahil para peneliti akan mendapatkan kesimpulan yang berarti tanpa didahului oleh kegiatan pengolahan data tersebut. Biasanya, dalam pengolahan data skala pengukuran berbentuk interval dan ratio, analisis yang cocok adalah analisis parametik. Yang termasuk analisis parametik, salah satunya adalah Anova Satu Jalur (One Way – Anova). Analisis data dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis dan menjawab rumusan masalah yang diajukan, karena menggunakan skala interval dan ratio, maka sebelum melakukan pengujian harus dipenuhi persyaratan analisis terlebih dahulu, dengan asumsi bahwa data harus: dipilih secara acak (random), normal artinya data yang dihubungkan berdistribusi normal maka perlu uji normalitas, homogen artinya data yang dibandingkan (dikomparasikan) sejenis (bersifat homogen) maka perlu uji homogenitas. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai salah satu pengujian prasyarat sebelum melakukan penelitian. Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui keadaan awal dari setiap sampel sehingga layak untuk diteliti. Selain itu, uji ini dapat digunakan untuk menentukan teknik statistik apa yang hendak diteliti untuk menganalisis data. Data dikatakan membentuk distribusi normal apabila jumlah data di atas dan di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya. Riduwan menyebutkan bahwa uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 1) Uji Kertas Peluang Normal, 2) Uji Liliefors, dan 3) Uji Chi Kuadrat (2003:187). Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah metode Liliefors karena datanya tidak dalam distribusi frekuensi data bergolong. Uji normalitas dengan metode Liliefors sebagai berikut : L0 = max │F (Zi) – S (Zi)│ commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61 Dimana: L0
= harga paling besar dari │F (Zi) – S (Zi)│
Zi
= harga baku dari Xi
Langkah-langkah untuk melakukan uji liliefors adalah sebagai berikut: 1) Menghitung rerata dan simpangan baku
= S= 2) Menghitung nilai Zi dengan rumus: (
dan Si merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel)
Zi = 3) Mencari nilai F (Zi) dari tabel distribusi normal F (Zi) = peluang Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi = P (Zn ≤Zi) 4) Menghitung S (Zi), yaitu: S (Zi) = proporsi Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi 5) Menentukan nilai │F (Zi) – S (Zi)│yang paling besar sebagai L0 6) Menentukan nilai kritik table uji Liliefors, taraf signifikansi 5% 7) Keputusan uji: Jika L0 < Ltabel, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas merupakan uji kesamaan dua varians yang digunakan untuk menguji apakah kedua data tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansnya (Husaini Usman, 1995). Uji homogenitas dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi sama. Dengan demikian perbedaan yang terjadi dalam hipotesis benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok itu sendiri. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji homogenitas untuk mengetahui kemampuan awal dari sampel yang diteliti, commit to user apakah keduanya mempunyai kemampuan yang homogen atau tidak. Selain itu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62 juga berfungsi untuk menentukan rumus statistika yang digunakan untuk menguji hipotesis. Riduwan mengungkapkan bahwa uji homogenitas dapat dilakukan dengan uji Bartlet dan uji varians terbesar dibanding varians terkecil (2003:184). Suatu kelompok dikatakan homogen apabila nilai perhitungan dari teknik perhitungan tersebut lebih kecil daripada nilai pada tabel. Ketika suatu sampel dikatakan homogen, maka analisis uji berikutnya dapat dilanjutkan. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(Siswandari, 2009:109) Langkah-langkah melakukan uji varians terbesar dibanding varians terkecil adalah sebagai berikut: 1) Statistik uji
F= 2) Taraf signifikan 5% 3) Nilai kriktik Fα (n1-1;n2-1) 4) Keputusan uji Fhitung ≥ Fα (n1-1;n2-1), berarti sampel berasal dari populasi yang tidak homogeny. Fhitung < Fα (n1-1;n2-1), berarti sampel berasal dari populasi yang homogen.
2. Uji Hipotesis a. Analisis Varians Tulus Winarsunu (2006 : 95) mengatakan bahwa analisis varians adalah jenis analisis statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan antara 3 kelompok data atau lebih. Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan uji analisis varians satu jalur. Untuk menguji commit to user hipotesis nol (H0) dengan tandingan (H1).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63 H0 = μ1 = μ2 = μ3 H1 = Paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku Keterangan : μ1
= rata-rata nilai tes siswa yang tidak dikenai /pembelajaran ceramah
μ2
= rata-rata nilai tes siswa yang dikenai pembelajaran Make A Match
μ3
= rata-rata nilai tes siswa yang dikenai pembelajaran Think Pair Share Menurut Budiyono (2009 : 195-198) menyatakan bahwa dalam
perhitungan Anava satu jalur dengan sel sama (dengan n untuk masing-masing sampel sama) menggunakan tabel analisis varians seperti pada tabel 6. berikut : Tabel 6. Langkah–langkah Perhitungan Analisis Variansi Sumber
JK
Dk
RK
Perlakuan
JKA
k-1
Galat
JKG
Total
JKT
Fobs
Fα
P
RKA
Ftabel
P<α atau p>α
N-k
RKG
-
-
N-1
-
-
-
-
Keterangan : dkA = k – 1 dkG = N – k dkT = N – 1
Statistik uji untuk analisis variansi ini adalah : Yang merupakan nilai dari variabel random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan k-1 dan N-k. Daerah kritis untuk uji ini adalah : DK = {F ǀ F > Fα;k-1, N-k} Jika harga Fhitung > Ftabel, dengan Ftabel = Fα,(k-1,n-k) dengan α = 5%, maka H0 ditolak. Jika H0 ditolak, diteruskan dengan uji lanjut ANAVA yaitu dengan Uji Scheffe. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64 b. Uji Scheffe Uji scheffe digunakan untuk mengkomparasikan rerata (mean) dari kelompok-kelompok perlakuan dengan n yang sama tetapi juga dapat dengan n yang berbeda. Prosedur pelaksanaan dari uji scheffe menurut Budiyono (2009 : 201 – 205), sebagai berikut : 1) Identifikasikan semua pasangan komparasi rerata yang ada. Jika terdapat k perlakuan, maka ada
pasangan rerata.
2) Rumuskan hipotesis nol yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. Komparasi
H0
H1
μ1 vs μ2
μ1 = μ2
μ1 ≠ μ2
μ2 vs μ3
μ2 = μ3
μ2 ≠ μ3
μ1 vs μ3
μ1 = μ3
μ1 ≠ μ3
3) Tentukan tingkat signifikansi α ( pada umumnya α yang dipilih sama dengan pada uji analisis variansinya) 4) Carilah nilai statistic uji F dengan menggunakan rumus berikut :
Dengan : Fi-j
= nilai Fobs pada perbandingan perlakuan ke-i dan perlakuan ke-j rerata pada sampel ke-i rerata pada sampel ke-j
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi ni
= ukuran sampel ke-i
nj
= ukuran sampel ke-j
5) Tentukan daerah kritis dengan rumus berikut : DK = {F ǀ F > (k-1) Fα;k-1,N-k} 6) Tentukan keputusan uji untuk masing-masing komparasi ganda commit to user 7) Tentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65 BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Umum a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 3 Surakarta Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 3 Surakarta dahulu bernama Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) Negeri 3 Surakarta diawali dengan Sekolah menengah tinggi (SMT) yang berlokasi di Manahan. Pada zaman pendudukan Jepang, tepatnya tanggal 3 November 1943 diresmikan Sekolah Lanjutan Atas dengan nama Sekolah Tinggi Negeri yang disingkat SMT Negeri Surakarta. Sekolah ini berlokasi di Manahan, Surakarta yang di kepalai oleh Mr. Widodo Sastrodiningrat. Pada tanggal 15 Desember 1949 diresmikan pembukaan SMA Negeri A/B Margoyudan yang terdiri dari : SMA Negeri A/B I : masuk pagi dan SMA Negeri A/B II : masuk siang (untuk para pejuang). Tanggal 1 Agustus 1958 diresmikan sebagai tanggal lahir SMA Negeri 3 Surakarta. Pada tanggal 1 Agustus diadakan serah terima pimpinan SMA Negeri 3 Surakarta dari bapak Roespandji Atmowirogo kepada bapak B.G.R.M. Soemitro. Pada tanggal 30 Januari 1967 SMA Negeri 3 Surakarta pindah dari Margoyudan 56 Solo ke Jl. Warung Miri 90 (sekarang R.E. Martadinata 143) menempati bekas SD Sintjing. Kemudian pada tahun 1975 menempati di Jl. Prof. W.Z.Yohanes 58 (Kerkop) Surakarta. Tanggal 7 Maret 1997 berubah nama menjadi SMU N 3 Surakarta. Berdasarkan keputusan Mendikbud RI No. 035/0/1997 tanggal 7 Maret 1997 tentang perubahan Nomenklatur SMA menjadi SMU serta organisasi dan tata kerja SMU. Tanggal 8 Juli 2003 nama SMU Negeri 3 Surakarta berubah kembali menjadi SMA Negeri 3 Surakarta. Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta : 1. Bp. R.M. Soepandam
: 17 Agustus 1951 – 1 Agustus 1958
2. Bp. R. Soepandji Atmowirogo
: 1 Agustus 1958 – 1 Agustus 1960
3. Bp. R.M. Soemitro 4. Bp. R. Soeradjo (pjr)
: 1 Agustus 1960-31 Desember 1968 commit to user : 1 Januari 1969 – 31 Mei 1969 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66 5. Bp. Drs. Singgih Prawoto
: 1 Juni 1969 – 29 Januari 1980
6. Bp. Soeyono
: 30 Januari 1980-21 Desember 1986
7. Bp. Drs. Sri Waluyo. M.
: 22 Desember 1986 -30 April 1993
8. Bp. Soegiman Bsc.
: 1 Mei 1993 – 1 Mei 1995
9. Bp. Soekiman
: 1 Mei 1995 – 31 Oktober 1998
10. Bp. Drs. H. Kuswanto,M.M.
: 1 November 1998 - 7 April 1999
11. Bp. Drs. Soediyono, M.M.
: 7 April 1999 – 24 Mei 2001
12. Bp. Drs. H. Ruswanto, M.M.
: 24 Mei 2001 – 14 Mei 2004
13. Bp. Drs. H. Sunarso, M.M.
: 14 Juni 2004 – April 2008
14. Bp. Drs. H. Ngadiyo, M.Pd
: Mei 2008 – September 2011
15. Bp. Drs. H. M. Thoyibun, S.H, M,M
: Oktober 2011 – Juni 2012
16. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd.
: Juli 2012 – sekarang
b. Jumlah Siswa Jumlah siswa di SMA Negeri 3 sebanyak 1087 anak dengan rincian sebagai berikut: Tabel 7. Jumlah Siswa SMA Negeri 3 Surakarta Kelas
Jumlah siswa
Jenis Kelamin (P/ L)
X1
32
20
12
X2
32
20
12
X3
31
22
9
X4
31
20
11
X5
32
18
14
X6
31
19
12
X7
33
21
12
X8
32
20
12
X9
32
20
12
X10
32
20
12
XI IPA 1
29
18 commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67 XI IPA 2
30
18
12
XI IPA 3
30
18
12
XI IPA 4
30
18
12
XI IPA 5
30
18
12
XI IPA 6
29
18
11
XI IPA 7
29
18
11
XI IPS 1
29
19
10
XI IPS 2
30
20
10
XI IPS 3
30
20
10
XI IPS 4
31
21
10
XII IPA 1
32
18
14
XII IPA 2
32
18
14
XII IPA 3
30
16
14
XII IPA 4
32
18
14
XII IPA 5
31
18
13
XII IPA 6
30
18
12
XII IPA 7
32
19
13
XII IPS 1
28
21
7
XII IPS 2
28
21
7
XII IPS 3
29
21
8
XII IPS 4
29
21
8
X Aksel 1
18
11
7
X Aksel 2
18
10
8
X Aksel 3
17
9
8
XI IPA
19
14
5
18
10
8
Aksel 1 XI IPA Aksel 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68 XI IPA
19
13
6
1087
682
405
Aksel 3 JUMLAH
c. Keadaan Lingkungan Sekolah 1.Jenis bangunan yang mengelilingi sekolah : a. Pagar sekolah Merupakan pagar tembok permanen dengan pintu besi b.Bangunan lain sekeliling sekolah Merupakan lingkungan pemukiman penduduk dengan bangunan dan tembok permanen. 2.Kondisi lingkungan sekolah a. Kondisi SMA Negeri 3 Surakarta lokasi Waung Miri berada di Jalan R.E.Martadinata 143 Surakarta dengan lingkungan pemukiman penduduk, lalu lintas di jalan Martadinata cukup ramai, baik kendaraan umum maupun pribadi. b. SMA Negeri 3 Surakarta lokasi Kerkop berada di Jalan W.Z.Yohanes Surakarta dengan lingkungan berupa pemukiman penduduk dan rumah sakit, lalu lintas di jalan ini tidak terlalu ramai. Kedua lokasi SMA Negeri 3 Surakarta mudah dijangkau dengan kendaraan umum. 2. Deskripsi Data Khusus Data dalam penelitian ini meliputi data keadaan awal siswa, data hasil uji coba instrumen tes kognitif belajar akuntansi, data nilai tes kognitif belajar akuntansi siswa dari masing-masing kelompok sampel dan data pencapaian matra kognitif siswa pada matapelajaran akuntansi. Berikut ini akan diberikan uraian tentang data-data yang diperoleh. 1. Data Keadaan Awal Matra Kognitif Siswa Data keadaan awal matra kognitif siswa pada mata pelajaran akuntansi diambil dari nilai Ulangan Harian 2. Nilai keadaan awal siswa kelompok eksperimen I dengan pembelajaran Make A Match memiliki rata-rata sebesar 2 commit to user ( X ) 72,43 dan varians (σ ) 217,15, untuk kelompok eksperimen II dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69 2
pembelajaran Think Pair Share memiliki rata-rata ( X ) 71,27 dan varians (σ ) 84,47, sedangkan kelompok kontrol memiliki ( X ) rata-rata 73,43 dan varians 2
(σ ) 65,56 yang disajikan pada lampiran 13. Distribusi Frekuensi keadaan awal siswa pada kelompok eksperimen I disajikan dalam tabel 8 dan gambar 2 sebagai berikut: Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Kelompok Eksperimen I No
Interval
Nilai Tengah
Frek. Mutlak
Frek Relatif
1
41-50
45,5
2
7%
2
51-60
55,5
3
10%
3
61-70
65,5
11
37%
4
71-80
75,5
5
17%
5
81-90
85,5
6
20%
6
91-100
95,5
3
10%
30
100%
Jumlah
Berdasarkan table tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI IPS 1 sebanyak 37% memperoleh nilai dengan interval 61-70. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dalam kelas tersebut masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah diterapkan di sekolah. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang menunjukkan tingkat frekuensi nilai siswa dalam menempuh mata pelajaran akuntansi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Gambar 2. Histogram Nilai Keadaan Awal Kelompok Eksperimen I Histogram di atas menunjukkan bahwa hampir dari setengah jumlah siswa kelas XI IPS 1 mendapatkan nilai dengan rata-rata 65,5 yaitu sebanyak 11 siswa. Distribusi frekuensi keadaan awal siswa pada kelompok eksperimen II dapat dilihat pada tabel 9 dan gambar 3 sebagai berikut: Tabel 9. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Kelompok Eksperimen II No
Interval
Nilai Tengah
Frek. Mutlak
Frek Relatif
1
41-50
45,5
2
7%
2
51-60
55,5
0
0%
3
61-70
65,5
10
33%
4
71-80
75,5
16
53%
5
81-90
85,5
2
7%
6
91-100
95,5
0
0%
30
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai yang diiperoleh siswa kelas XI IPS 2 sebanyak 33% dan 53% dari jumlah siswa memperoleh nilai dengan interval 61-70 dan 71-80. Sama halnya dengan kelompok eksperimen I, kelompok ini juga masih cukup banyak yang belum mencapai KKM yang ditetapkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71 Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang menunjukkan tingkat frekuensi nilai siswa dalam menempuh mata pelajaran akuntansi.
Gambar 3. Histogram Nilai Keadaan Awal Kelompok Eksperimen II Berdasarkan gambar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI IPS 2 sebanyak 10 dan 16 siswa memperoleh nilai rata-rata 65,5 dan 75,5. Distribusi frekuensi keadaan awal siswa pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 10 gambar 4 sebagai berikut: Tabel 10. Distribusi Frekuensi Keadaan Awal Kelompok Kontrol No
Interval
Nilai Tengah
Frek. Mutlak
Frek Relatif
1
41-50
45,5
1
3%
2
51-60
55,5
2
7%
3
61-70
65,5
7
23%
4
71-80
75,5
15
50%
5
81-90
85,5
5
17%
6
91-100
95,5
0
0%
30
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai yang diperoleh siswa XI IPS 3 sebanyak 23% dan 50% dari jumlah siswa memperoleh nilai user dengan kelompok eksperimen I dengan interval 61-70 dan 71-80.commit Sama to halnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72 dan kelompok eksperimen II, kelompok ini juga masih ada yang belum mencapai KKM yang ditetapkan. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang menunjukkan tingkat frekuensi nilai siswa dalam menempuh mata pelajaran akuntansi.
Gambar 4. Histogram Nilai Keadaan Awal Kelompok Kontrol Berdasarkan gambar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI IPS 3 sebanyak 7 dan 15 siswa memperoleh nilai rata-rata 65,5 dan 75,5. Setelah dilakukan perbandingan nilai awal antara kelompok eksperimen I, kelompok eksperimen II, dan kelompok kontrol, maka dapat diketahui bahwa matra kognitif siswa dalam belajar akuntansi pada kelompok kontrol secara kumulatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II, dimana nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 73,43 sedangkan kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II adalah 72,43 dan 71,27. 2. Data Hasil Uji Coba Instrumen Tes Kognitif Belajar Akuntansi Berdasarkan hasil uji coba tes kognitif belajar akuntansi pada pokok bahasan kertas kerja diperoleh data sebagai berikut: a. Untuk uji validitas dari 30 soal diperoleh 22 soal yang valid dan 8 soal yang invalid, sehingga dalam penelitian yang digunakan hanya 22 soal. Hal ini karena 22 soal tersebut telah memenuhi indikator ranah kognitif yang terdiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73 dari: ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 10. b. Untuk uji reliabilitas diperoleh r11 = 0,90 sehingga soal tes tersebut tergolong reliabel. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudijono yang menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,70. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 10. c. Untuk uji taraf kesukaran dari 30 soal diperoleh 8 soal kriteria muddah, 19 soal kriteria sedang dan 3 kriteria sukar. Rincian tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Tingkat Kesukaran Soal Tingkat
Nomor Soal
Jumlah
Mudah
2,4,6,8,16,21,27,30
8
Sedang
1,3,5,7,9,10,11,12,13,14,15,17,18,19,20,23,25,26,29 19
Sukar
22,24,28
Kesukaran
3
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa soal yang digunakan untuk tes uji coba paling banyak menggunakan soal dengan tingkat kesukaran sedang. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa, baik yeng berkemampuan tinggi maupun rendah, dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan. Selain itu, peneliti juga menggunakan soal dengan tingkat kesukaran mudah dan sukar. Soal dengan tingkat kesukaran mudah dapat digunakan untuk membangkitkan semangat para siswa yang mempunyai kemampuan rendah untuk mengerjakan soal, sedangkan soal sukar digunakan sebagai tantangan bagi siswa yang berkemampuan tinggi. Oleh karena itu, ketiga tingkat kesukaran tersebut digunakan dalam pembuatan soal. Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 10. d. Untuk uji daya beda dari 30 soal diperoleh 12 soal baik, 11 soal cukup, 4 soal jelek dan 3 soal memiliki daya beda tidak layak pakai/tidak baik. Rincian daya beda dapat dilihat pada tabel berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74 Tabel 12. Daya Pembeda Soal Daya Beda
Nomor Soal
Jumlah
Baik
1,3,7,10,15,18,19,20,25,28,29,30
12
Cukup
2,4,5,12,16,17,21,22,24,26,27
11
Jelek
8,9,14,23
4
Tidak Baik
6,11,13
3
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh bahwa soal yang paling banyak digunakan adalah soal yang mempunyai daya beda baik dan cukup yaitu sebanyak 23 soal. Sisa 7 soal mempunyai daya beda jelek dan tidak baik sehingga tidak dapat dipakai dalam tes kognitif belajar akuntansi karena soal tersebut tidak dapat digunakan untuk membedakan antara kemampuan siiswa yang tinggi dan rendah. Sesuai dengan hasil analisis soal uji coba instrumen di atas, diperoleh 22 soal yang digunakan dalam tes kognitif belajar akuntansi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 10. 3. Data Nilai Tes Kognitif Akuntansi Nilai
tes kognitif
siswa kelompok eksperimen
yang dengan 2
pembelajaran Make A Match memiliki rata-rata ( X ) 88,40 dan varians (σ ) 77,282, kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share memiliki 2
rata-rata ( X ) 81,47 dan varians (σ ) 180,741 sedangkan kelompok kontrol 2
memiliki ( X ) rata-rata 78,90 dan varians (σ ) 122,103 yang disajikan pada lampiran 16. Distribusi frekuensi tes kognitif siswa pada kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match disajikan pada Tabel 12 dan Gambar 5. Tabel 13. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Kelompok Eksperimen (MAM) No
Interval
Nilai Tengah
Frek. Mutlak
Frek. Relatif
1
41 – 50
45.5
0
0%
2
51 – 60
0
0%
3
61 – 70
55.5 commit to user 65.5
1
3%
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75 4
71 – 80
75.5
4
13%
5
81 – 90
85.5
13
43%
6
91 – 100
95.5
12
40%
30
100%
Jumlah
Pengamatan histogram pada Gambar 5 di bawah ini menunjukkan tingkat frekuensi nilai siswa dalam menempuh mata pelajaran akuntansi.
Gambar 5. Histogram Nilai Tes Kognitif Kelompok Eksperimen (MAM) Berdasarkan tabel 13, data diperoleh dari hasil tes kognitif akuntansi siswa kelas XI IPS 1, dimana diketahui siswa yang memperoleh nilai 41-50 sebanyak 0% dari jumlah siswa kelas XI IPS 1 sejumlah 30 siswa. Nilai 51-60 didapat oleh 0% siswa, nilai 61-70 didapat oleh 3 % siswa, nilai 71-80 didapat oleh 13% siswa, sedangkan nilai 81-90 dan nilai 91-100 secara berturut-turut diperoleh 43% siswa dan 40% siswa. Hasil sudah mencapai nilai KKM sebesar 75 yang dapat dilihat dari rata-rata kelas yang didapat. Berdasarkan gambar 5 diketahui hasil tes kognitif akuntansi kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match menggambarkan siswa yang memperoleh nilai rata-rata 45,5 sejumlah 0 siswa, rat-rata 55,5 sejumlah 0 siswa, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 nilai rata-rata 65,5 sejumlah 3 siswa, nilai rata-rata 75,5 sejumlah 4 siswa, nilai rata-rata 85,5 dan nilai rata-rata 95,5 masing-masing 13 siswa dan 12 siswa. Distribusi frekuensi tes kognitif siswa pada kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 6. Tabel 14. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Kelompok Eksperimen (TPS) No
Interval
Nilai Tengah
Frek. Mutlak
Frek. Relatif
1
41 – 50
45.5
0
0%
2
51 – 60
55.5
3
10%
3
61 – 70
65.5
6
20%
4
71 – 80
75.5
3
10%
5
81 – 90
85.5
10
33%
6
91 – 100
95.5
8
27%
30
100%
Jumlah
Pengamatan histogram pada Gambar 6 di bawah ini menunjukkan tingkat frekuensi nilai siswa dalam menempuh mata pelajaran akuntansi.
Gambar 6. Histogram Nilai Tes Prestasi Kelompok Eksperimen (TPS) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77 Berdasarkan tabel 14, data diperoleh dari hasil tes kognitif akuntansi siswa kelas XI IPS 2, dimana siswa yang memperoleh nilai 41-50 sebanyak 0% dari jumlah siswa kelas XI IPS 2 sejumlah 30 siswa. Nilai 51-60 didapat oleh 10% siswa, nilai 61-70 didapat oleh 20 % siswa, nilai 71-80 didapat oleh 10% siswa, sedangkan nilai 81-90 dan nilai 91-100 masing-masing sebesar 33% siswa dan 27% siswa. Hasil sudah mencapai nilai KKM sebesar 75 yang dapat dilihat dari rata-rata kelas yang didapat. Beradasarkan gambar 6 diketahui hasil tes kognitif akuntansi kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share menggambarkan siswa yang memperoleh nilai rata-rata 45,5 sejumlah 0 siswa, rata-rata 55,5 sejumlah 3 siswa, nilai rata-rata 65,5 sejumlah 6 siswa, nilai rata-rata 75,5 sejumlah 13 siswa, nilai rata-rata 85,5 dan nilai rata-rata 95,5 masing-masing sejumlah 10 siswa dan 8 siswa. Distribusi frekuensi tes kognitif siswa pada kelompok kontrol ditunjukkan pada Tabel 15 dan Gambar 7 sebagai berikut: Tabel 15. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kognitif Kelompok Kontrol No
Interval
Nilai Tengah
Frek. Mutlak
Frek. Relatif
1
41 – 50
45.5
1
3%
2
51 – 60
55.5
0
0%
3
61 – 70
65.5
4
13%
4
71 – 80
75.5
10
33%
5
81 – 90
85.5
8
27%
6
91 – 100
95.5
7
23%
30
100%
Jumlah
Pengamatan histogram pada Gambar 7 di bawah ini menunjukkan tingkat frekuensi nilai siswa dalam menempuh mata pelajaran akuntansi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
Gambar 7. Histogram Nilai Tes Kognitif Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 15, data diperoleh dari hasil tes kognitif akuntansi siswa kelas XI IPS 3, dimana siswa yang memperoleh nilai 41-50 sebanyak 3% dari jumlah siswa kelas XI IPS 3 sejumlah 30 siswa. Nilai 51-60 didapat oleh 0% siswa, nilai 61-70 didapat oleh 13 % siswa, nilai 71-80 didapat oleh 33% siswa, sedangkan nilai 81-90 dan nilai 91-100 masing-masing sebesar 27% siswa dan 23% siswa. Hasil tersebut sudah mencapai nilai KKM sebesar 75 dan dilihat dari rata-rata kelas. Berdasarkan gambar 7 diketahui hasil tes kognitif akuntansi kelompok kontrol menggambarkan siswa yang memperoleh nilai rata-rata 45,5 sejumlah 1 siswa, rata-rata 55,5 sejumlah 0 siswa, nilai rata-rata 65,5 sejumlah 4 siswa, nilai rata-rata 75,5 sejumlah 110 siswa, nilai rata-rata 85,5 dan nilai rata-rata 95,5 masing-masing sejumlah 8 siswa dan 7 siswa. Perbandingan nilai tes kognitif akuntansi antara kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match, kelompok eksperimen yang dikenai pembelajaran Think Pair Share dan kelompok kontrol dapat diketahui bahwa matra kognitif siswa pada mata pelajaran akuntansi sementara secara kumulatif lebih baik siswa kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match commit to user dibanding kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79 kelompok kontrol dimana nilai rata-rata kelompok eksperimen (Make A Match) adalah 88,40 sedangkan kelompok eksperimen (Think Pair Share) adalah 81,47 dan kelompok kontrol adalah 78,90. 4. Data Pencapaian Matra Kognitif Belajar Akuntansi Data pencapaian prestasi belajar akuntansi merupakan data (nilai) secara kuantitatif yang berisi tentang banyaknya siswa yang yang telah mencapai KKM yaitu memperoleh nilai 75 ke atas setelah dan sebelum diberi perlakuan. Berikut ini disajikan data pencapaian sebelum dan sesudah perlakuan untuk melihat peningkatan matra kognitif dari setiap kelompok eksperimen. 1) Kelompok Eksperimen I Berikut ini merupakan data pencapaian matra kognitif siswa sebelum dan sesudah dilakukan eksperimen pada kelompok eksperimen I. Data tersebut disajikan dalam tabel 16 dan 17 sebagai berikut: Tabel 16.Data Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Eksperimen I Sebelum Perlakuan No.
Kriteria
Jumlah
%
1
≥ 75
14
46,67%
2
≤ 75
16
53,33%
30
100%
Total
Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa siswa yang belum mencapai KKM adalah 53,33% dari kelas XI IPS 1 yaitu 30 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa perlu diterapkan pembelajaran yang inovatif pada kelompok ini agar matra kognitif siswa bisa meningkat. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Setelah dilakukan penerapan pembelajaran tersebut, diperoleh data sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80 Tabel 17. Data Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Eksperimen I Setelah Perlakuan
Nomor
Kriteria
Jumlah
%
1
≥ 75
28
93,33%
2
≤ 75
2
6,67%
30
100%
Total
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPS 1 yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 46,67% meningkat menjadi 93,33%. Peningkatan sebesar 46,66% ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berhasil. 2) Kelompok Eksperimen II Berikut ini merupakan data pencapaian matra kognitif siswa sebelum dan sesudah dilakukan eksperimen pada kelompok eksperimen II. Data tersebut disajikan dalam bentuk tabel 18 dan 19 dibawah ini:
Tabel 18.Data Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Eksperimen II Sebelum Perlakuan No.
Kriteria
Jumlah
%
1
≥ 75
18
60%
2
≤ 75
12
40%
30
100%
Total
Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa siswa yang belum mencapai KKM adalah 40% dari jumlah kelas XI IPS 2 yaitu 30 siswa. Hal ini juga menunjukkan bahwa perlu diterapkan pembelajaran inovatif pada kelompok ini. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Setelah dilakukan penerapan pembelajaran commit to user tersebut, diperoleh data sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81 Tabel 19. Data Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Eksperimen II Setelah Perlakuan
Nomor
Kriteria
Jumlah
%
1
≥ 75
21
70%
2
≤ 75
9
30%
30
100%
Total
Tabel 19 tersebut menunjukkan bahwa siswa XI IPS 2 yang telah mencapai KKM sebesar 60% meningkat menjadi 70%. Peningkatan sebesar 10% ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berhasil. Kedua tipe pembelajaran tersebut sama-sama meningkatkan matra kognitif siswa dalam belajar akuntansi. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebesar 75 yang ditetapkan sekolah. 3) Kelompok Kontrol Berikut ini merupakan data pencapaian matra kognitif siswa sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol. Data tersebut disajikan dalam tabel 20 dan 21 sebagai berikut: Tabel 20. Data Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Kontrol sebelum Perlakuan No.
Kriteria
Jumlah
%
1
≥ 75
20
66,67%
2
≤ 75
10
33,33%
30
100%
Total
Dari tabel di atas, dapat dikatakan bahwa siswa yang belum mencapai KKM adalah 33,33% dari jumlah kelas XI IPS 3 yaitu 30 siswa. Hal ini sebagai patokan pencapaian KKM sebelum dan sesudah perlakuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82 Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok ini adalah pembelajaran ceramah. Kelompok ini nantinya yang akan dijadikan sebagai kelompok pengontrol terhadap penerapan pembelajaran pada kedua kelompok eksperimen. Setelah dilakukan pembelajaran ceramah diperoleh data sebagai berikut: Tabel 21. Data Pencapaian Matra Kognitif Kelompok Kontrol Setelah Perlakuan Nomor
Kriteria
Jumlah
%
1
≥ 75
19
63,33%
2
≤ 75
11
36,67%
30
100%
Total
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPS 3 yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 66,67% menurun menjadi 63,33%. Penurunan sebesar 3,34% ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran ceramah menunjukkan hasil pencapaian KKM tidak jauh berbeda. Untuk lebih jelasnya, peningkatan jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dapat dilihat pada histogram sebagai berikut: 30
Jumlah Siswa
25 20 15
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
10 5 0
Eksperimen I Eksperimen II
Kontrol
Gambar 8. Histogram Pencapaian Nilai Tes Kognitif Kelompok Eksperimen I, Kelompok Eksperimen II dan Kelompok commit Kontrol to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
Berdasarkan gambar tersebut, dapat disimpulkan bahwa baik pada kelompok eksperimen I maupun kelompok Eksperimen II sama-sama mengalami peningkatan matra kognitif siswa pada mata pelajaran akuntansi sedangkan pada kelompok Kontrol mengalami penurunan matra kognitif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mencapai KKM untuk kelompok eksperimen I dari 14 anak meningkat menjadi 28 anak, untuk kelompok eksperimen II sejumlah 18 anak menjadi 21 anak, sedangkan untuk kelompok kontrol sejumlah 20 anak menjadi 19 anak. Sesuai dengan data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peningkatan yang terjadi pada kelompok eksperimen I lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok eksperimen II. B. Pengujian Prasyarat Analisis Sesuai dengan teknik analisis data yang dipakai untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu: uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Perhitungan uji normalitas nilai awal, dan tes kognitif akuntansi menggunakan uji Liliefors pada taraf signifikansi 5%. Rangkuman hasil uji normalitas nilai awal, dan tes kognitif akuntansi dapat dilihat pada Tabel 21 dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 dan 17. Tabel 22. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Nilai Awal dan Matra Kognitif Akuntansi Kelompok
Lmaks
Ltabel
Kesimpulan
Eksperimen Nilai Awal
0.075
0.161
Normal
(MAM)
0.147
0.161
Normal
Eksperimen Nilai Awal
0.130
0.161
Normal
(TPS)
Tes Kognitif Akuntansi
0.101
0.161
Normal
Nilai Awal
0.153
0.161
Normal
Tes Kognitif Akuntansi
0.133
0.161
Normal
Kontrol
Kategori
Tes Kognitif Akuntansi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84 Berdasarkan hasil di atas, maka untuk setiap kelas siswa diperoleh harga Lmaks yang lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Setelah diketahui tingkat kenormalan data, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan varians antara tiga kelompok, yakni kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match, kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas nilai awal, dan tes kognitif akuntansi menggunakan statistik uji Varians (F) pada taraf signifikansi 5% dapat dilihat pada Tabel 22 dan data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15 dan 18. Tabel 23. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Awal, dan Tes Kognitif Akuntansi. Kategori
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
Nilai Awal
0.331
1.790
Homogen
Tes Kognitif Akuntansi
0.633
1.790
Homogen
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh harga statistik uji yang tidak melebihi harga kritik (Fhitung < Ftabel). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis 1.
Analisis Varians (Anava)
Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan analisis varians (anava) satu jalan dengan sel sama. Perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 19 dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85 perhitungan berbantuan minitab versi 14 dapat dilihat pada lampiran 21 dan rangkuman hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Rangkuman Analisis Varians (Anava) Satu Jalan dengan Sel Sama Sumber
JK
Dk
RK
Kelompok
1449,089
2
724,544
Galat
11023,367
87
126,705
Total
12472,46
89
Fobs
Fα
P
5,718
3,09
<0,05
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan derajat kebebasan untuk perlakuan sebesar 2 dan derajat kebebasan galat sebesar 87 didapatkan harga Fα = 3,09 pada taraf 5%. Berdasarkan harga Fobs sebesar 5,718 lebih besar daripada Fα pada taraf 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yaitu tidak benar bahwa pembelajaran Make A Match, Think Pair Share dan Ceramah menghasilkan matra kognitif siswa yang sama. Dengan kata lain terdapat perbedaan matra kognitif siswa dalam belajar akuntansi yang signifikan setelah dilakukan pembelajaran yang berbeda yaitu pembelajaran Make A Match, Think Pair Share dan ceramah. Karena H0 ditolak,maka diteruskan dengan uji lanjut ANAVA yaitu dengan Uji Scheffe.
2.
Uji Scheffe
Perhitungan uji scheffe digunakan untuk mengkomparasikan rerata (mean) dari kelompok-kelompok perlakuan dengan n yang sama tetapi juga dapat dengan n yang berbeda. Perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 20 dan rangkuman hasil pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 25 berikut ini Tabel 25. Rangkuman Perhitungan Uji Scheffe Komparasi
Fobs
μ1 vs μ2
10,68
μ1 vs μ3
0,78
μ2 vs μ3
5,68 commit to user
F(2)(3,09) 6,18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86 Keterangan : μ1 = rata-rata nilai tes kognitif siswa dengan pembelajaran ceramah μ2 = rata-rata nilai tes kognitif siswa dengan pembelajaran Make A Match μ3 = rata-rata nilai tes kognitif siswa dengan pembelajaran Think Pair Share Perhitungan menggunakan uji scheffe dilakukan dengan membandingkan Fobs dengan DK = {F | F > (2)(3,09)} = ; {F | F > 6,18}. Dari hasil perbandingan dapat diketahui : 1.
μ1 vs μ2 dimana Fobs > F(2)(3,09). Hal ini berarti rata-rata nilai tes kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran ceramah dengan rata-rata nilai tes kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Make A Match berbeda secara signifikan, yaitu matra kognitif dengan pembelajaran Make A Match lebih baik daripada matra kognitif siswa dengan pembelajaran ceramah.
2.
μ1 vs μ3 dimana Fobs < F(2)(3,09). Hal ini berarti rata-rata nilai tes kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran ceramah dengan rata-rata nilai tes kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share tidak berbeda secara signifikan. Dengan kata lain matra kognitif siswa dengan pembelajaran ceramah sama dengan matra kognitif siswa dengan pembelajaran Think Pair Share.
3.
μ2
vs μ3 dimana Fobs < F(2)(3,09). Hal ini berarti rata-rata nilai tes kognitif siswa
yang menggunakan pembelajaran Make A Match dengan rata-rata nilai tes kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share tidak berbeda secara signifikan. Dengan kata lain matra kognitif siswa dengan pembelajaran Make A Match sama dengan matra kognitif siswa dengan pembelajaran Think Pair Share.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan matra kognitif siswa antara yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match, Think Pair Share dan Ceramah. Setelah diketahui perbedaanya, penelitian ini juga ingin mengetahui pembelajaran yang menunjukkan matra kognitif siswa yang commit to user lebih baik antara pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan ceramah, antara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87 pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan ceramah, serta antara pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan Think Pair Share. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik simple random sampling yang termasuk dalam probability sampling dengan cara undian kelas disertai uji homogenitas dan normalitas menggunakan data nilai UKD 2 untuk ketiga kelas. Berdasarkan teknik ini diperoleh kelas XI IPS 1 sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match, kelas XI IPS 2 sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share dan kelas XI IPS 3 sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran ceramah. Sebelum dilakukan pembelajaran akuntansi materi kertas kerja terlebih dahulu peneliti menggunakan data nilai UKD 2 untuk ketiga kelas sebagai rujukan untuk pengetahuan awal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal dari masing – masing kelompok. Hasil analisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas nilai awal kelas XI IPS 1, XI IPS 2, dan XI IPS 3 SMA Negeri 3 surakarta tahun pelajaran 2012 - 2013 dari nilai UKD 2 yang menghasilkan bahwa ketiga kelas berdistribusi normal dan populasi mempunyai varians yang homogen. Dari hasil uji normalitas nilai awal dari ketiga kelas pada lampiran 14 dapat dilihat bahwa kelas XI IPS 1 sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match memiliki Lhitung 0,075 lebih kecil dari Ltabel 0,161 maka dapat disimpulkan berdistribusi normal, kelas XI IPS 2 sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share memiliki Lhitung 0,130 lebih kecil dari Ltabel 0,161 maka dapat disimpulkan berdistribusi normal, dan kelas XI IPS 3 sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran ceramah memiliki Lhitung 0,153 lebih kecil dari Ltabel 0,161 maka dapat disimpulkan berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas nilai awal dari ketiga kelas pada lampiran 15 dapat dilihat bahwa ketiga kelas memiliki Fhitung 0,633 lebih kecil dari Ftabel 1,790 dengan taraf signifikansi 5% maka dapat disimpulkan ketiga kelas merupakan sampel yang homogen. Hal ini berarti sampel berasal dari kondisi atau keadaan yang sama yaitu pengetahuan yang sama. Setelah diuji menggunakan uji normalitas dan homogenitas nilai awal commit user kelas sampel setara. Selanjutnya didapatkan hasil bahwa kemampuan awaltoketiga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88 ketiga kelas sampel masing-masing dikenai perlakuan dimana kelas XI IPS 1 diberikan pembelajaran Make A Match, XI IPS 2 diberikan pembelajaran Think Pair Share, dan XI IPS 3 diberikan pembelajaran ceramah dengan waktu 6 kali pertemuan (9 jam pelajaran). Setelah diberi perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan tes kognitif belajar akuntansi. Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match secara garis besar terdapat delapan tahap: mengajar, pembagian kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa, setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, pencarian pasangan dari masing-masing kartu, siswa yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, diskusi oleh setiap pasangan, koreksi ketepatan kartu soal dan kartu jawaban, presentasi oleh pasangan. Tahap mengajar dilakukan dengan memberikan pokok-pokok materi kertas kerja secara singkat. Setelah itu guru menyiapkan dan membagikan kartu soal dan kartu jawaban yang berisi materi kertas kerja, setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, diskusi oleh setiap pasangan untuk mengoreksi ketepatan kartu soal dan kartu jawaban, setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, dan tahap terakhir adalah kesimpulan. Pembelajaran Make A Match sebagai salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif juga mempunyai keunggulan teknik yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, sehingga peran aktif siswa dalam pembelajaran ini lebih diutamakan karena setiap siswa mempunyai tanggung jawab dalam mencari pasangan dari kartu yang dipegangnya. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share secara garis besar terdapat tiga tahap (Thinking, Pairing, dan Sharing): guru mengajukan suatu pertanyaan yang terkait dengan materi kertas kerja dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri menemukan jawaban dari pertanyaan commit to user tersebut (siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89 bukan bagian berpikir), selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dan interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu pertanyaan yang diidentifikasi, pada langkah terakhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka diskusikan dan hal ini efektif bagi guru untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan hasil diskusinya. Pembelajaran Think Pair Share sebagai salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif juga mempunyai keuntungan yaitu siswa dilatih untuk banyak berfikir dan saling tukar pendapat baik dengan teman sebangku ataupun dengan teman sekelas, sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran agar dapat menjawab setiap pertanyaan dan berdiskusi. Setelah kedua kelas sampel tersebut diberi perlakuan selama 6 x 45 menit dalam 6 kali tatap muka, selanjutnya diberikan tes kognitif belajar akuntansi untuk mengetahui seberapa besar siswa mampu menguasai materi kertas kerja yang telah dipelajarinya. Berdasarkan tes kognitif belajar akuntansi yang diperoleh ketiga kelompok ditunjukkan dalam Lampiran 13 dapat dilihat bahwa rata-rata tes kognitif belajar akuntansi kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match adalah 88,40, rata-rata tes kognitif belajar akuntansi kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share adalah 81,47 dan kelas kelas kontrol adalah 78,90. Berdasarkan tes kogntif belajar akuntansi setelah diberi perlakuan dapat diketahui uji normalitas dan homogenitasnya. Dari hasil uji normalitas tes kognitif belajar akuntansi dari ketiga kelas pada lampiran 17 dapat dilihat bahwa kelas XI IPS 1 sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match memiliki Lhitung 0,147 lebih kecil dari Ltabel 0,161 maka dapat disimpulkan berdistribusi normal, kelas XI IPS 2 sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share memiliki Lhitung 0,101 lebih kecil dari Ltabel 0,161 maka dapat disimpulkan berdistribusi normal, dan kelas XI IPS 3 sebagai commitceramah to user memiliki L kelompok kontrol dengan pembelajaran hitung 0,133 lebih kecil
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90 dari Ltabel 0,161 maka dapat disimpulkan berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas tes kognitif belajar akuntansi dari ketiga kelas pada lampiran 18 dapat dilihat bahwa ketiga kelas memiliki Fhitung 0,633 lebih kecil dari Ftabel 1,790 dengan taraf signifikansi 5% maka dapat disimpulkan ketiga kelas merupakan sampel yang homogen. Hal ini menunjukkan ketiga kelas sampel dengan kemampuan awal yang setara ternyata setelah diberikan perlakuan yang berbeda maka diperoleh hasil yang berbeda pula. Untuk mengetahui perbedaan antara matra kognitif siswa dalam kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran Make A Match, pembelajaran Think Pair Share, dan pembelajaran ceramah dan perbandingan dari masingmasing matra kognitif yang dihasilkan dari ketiga pembelajaran yang berbeda maka digunakan perhitungan analisis varians dan dilanjutkan dengan perhitungan uji scheffe. 1.
Berdasarkan perhitungan anava yang telah dilakukan menghasilkan Fobs sebesar 5,718 lebih besar daripada Fα = 3,09 pada taraf 5% yang dapat dilihat pada lampiran 19. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yaitu tidak benar bahwa pembelajaran Make A Match, Think Pair Share dan Ceramah menghasilkan matra kognitif siswa yang sama. Dengan kata lain terdapat perbedaan matra kognitif siswa dalam belajar akuntansi yang signifikan setelah dilakukan pembelajaran yang berbeda yaitu pembelajaran Make A Match, Think Pair Share dan ceramah. Perbedaan matra kognitif
yang dihasilkan mungkin
dikarenakan
penggunaan pembelajaran Make A Match dan Think Pair Share yang belum pernah diterapkan pada pembelajaran sehari-hari dan selain itu masingmasing pembelajaran memiliki kebaikan dan kelemahan yang berbeda sehingga matra kognitif yang dihasilkan pun berbeda. Disamping penggunaan pembelajaran yang berbeda faktor internal dan eksternal juga mungkin memberi pengaruh perbedaan matra kognitif. Faktor internal siswa antara lain intelegensi, sikap, bakat dan motivasi siswa, sedangkan faktor eksternal siswa antara lain pendekatan pembelajaran, materi pembelajaran, fasilitas commit to user belajar dan kondisi lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91 2.
Berdasarkan perhitungan uji scheffe atas perbedaan rata-rata yang dihasilkan diketahui rata-rata matra kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran ceramah dengan Make A Match menghasilkan Fobs = 10,68 > F(2)(3,09) = 6,18 . Hal ini berarti rata-rata nilai tes kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran ceramah dengan rata-rata nilai tes kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Make A Match sangat berbeda secara signifikan, yaitu matra kognitif dengan pembelajaran Make A Match lebih baik daripada matra kognitif siswa dengan pembelajaran ceramah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tes kognitif belajar akuntansi kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match lebih baik daripada kelompok kontrol dan ternyata selisih nilai rata-rata tes kognitif belajar akuntansi antara kelompok eksperimen dengan pembelajaran Make A Match dengan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat dikatakan matra kognitif yang dihasilkan dari kedua pembelajaran itu adalah berbeda. Matra kognitif yang dihasilkan pembelajaran Make A Match yang merupakan salah satu pembelajaran inovatif dan sesuai harapan peneliti dapat memberikan matra kognitif yang lebih baik daripada pembelajaran ceramah. Hal ini mungkin dikarenakan semua siswa aktif dalam mencari pasangan kartu yang dipegang atas materi yang telah menjadi tanggungjawabnya, member kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk menemukan jawaban yang tepat dari kartu soal maupun kartu jawaban yang dipegangnya.
3.
Rata-rata matra kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran ceramah dengan Think Pair Share menghasilkan dimana Fobs = 0,78 < F(2)(3,09) = 6,18. Hal ini berarti rata-rata nilai tes kognitif belajar akuntansi siswa yang menggunakan pembelajaran ceramah dengan rata-rata tes kognitif belajar akuntansi siswa yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share cukup berbeda secara signifikan. Dengan kata lain matra kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share lebih baik daripada matra commit to user kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran ceramah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92 Hal tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata tes kognitif belajar akuntansi kelompok eksperimen dengan pembelajaran Think Pair Share lebih baik daripada kelompok kontrol meskipun selisih nilai rata-rata tes kognitif belajar akuntansi antara kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share dengan kelompok kontrol menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Matra kognitif yang dihasilkan pembelajaran Think Pair Share yang merupakan salah satu pembelajaran inovatif telah dapat memberikan matra kognitif yang lebih baik daripada pembelajaran ceramah. 4.
Rata-rata matra kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Make A Match dengan Think Pair Share menghasilkan Fobs = 5,68 < F(2)(3,09) = 6,18. Hal ini berarti rata-rata nilai tes kognitif belajar siswa yang menggunakan pembelajaran Make A Match dengan rata-rata nilai tes kognitif belajar siswa yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share cukup berbeda secara signifikan. Dengan kata lain matra kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Make A Match lebih baik daripada matra kognitif siswa yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share. Hal tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata tes kognitif belajar akuntansi kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran Make A Match lebih baik daripada kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share, karena selisih nilai rata-rata tes kognitif akuntansi antara kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran Make A Match dengan kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran Think Pair Share menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Matra kognitif yang dihasilkan pembelajaran Make A Match sesuai dengan harapan peneliti karena dapat memberikan matra kognitif yang lebih baik daripada pembelajaran Think Pair Share.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik daripada pembelajaran ceramah, karena pada pembelajaran Make A Match siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran dan keaktifan siswa juga meningkat terlihat dari masing-masing siswa yang berusaha keras untuk menemukan pasangan kartu yang dipegangnya sampai mereka menemukan pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang tepat. Sedangkan pada pembelajaran ceramah setiap siswa cenderung bersikap pasif. 2. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik daripada pembelajaran ceramah, karena pelaksanaan diskusi dalam pembelajaran Think Pair Share dapat mendorong siswa untuk menggali dan memperdalam cara berpikir mereka dengan memunculkan alternatif berpikir dan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan dalam diskusi juga meningkat. Tetapi pada pembelajaran ceramah, masing-masing siswa terlihat kurang bersemangat karena pembelajarannya sangat monoton. 3. Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match menunjukkan matra kognitif siswa yang lebih baik daripada pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, karena pada pembelajaran Make A Match benar-benar mandiri yaitu masingmasing siswa harus aktif dan bertanggung jawab dengan dirinya sendiri maupun pasangan belajarnya, sedangkan pada pembelajaran Think Pair Share masing-masing siswa belum benar-benar mandiri dan aktif sebab masih ada siswa yang hanya mengandalkan kepandaian temannya di dalam kelompok. 4. Pembelajaran kooperatif tipe Make A Match mempunyai beberapa hambatan serta kemudahan dalam pelaksanaannya. Hambatan yang ditemukan selama penelitian dengan menggunakan pembelajaran Make A Match ini antara lain: commitdan to user guru masih kurang persiapan bahan alat yang memadai, masih ada siswa 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94 yang kurang aktif dalam pembelajaran sehingga kurang dapat menggunakan waktu dengan baik padahal waktu yang disediakan itu terbatas, serta guru belum bisa maksimal dalam memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kegiatan mencari pasangan belajar mereka masing-masing. Pembelajaran Make A Match sebenarnya mudah untuk dilaksanakan karena adanya penggunaan kartu-kartu soal dan jawaban yang dapat mempermudah dalam penyampaian materi sehingga siswa akan lebih mudah dalam menyerap materi, dan Make A Match ini dapat digunakan untuk semua matapelajaran serta tingkatan kelas khususnya matapelajaran akuntansi pada tingkatan kelas XI IPS. 5. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share mempunyai beberapa hambatan dan kemudahan dalam pelaksanaannya. Hambatan yang ditemukan selama penelitian dengan menggunakan pembelajaran Think Pair Share antara lain: beberapa siswa belum secara maksimal dalam melakukan belajar kelompok Think Pair Share karena masih ada siswa yang hanya mengandalkan teman sekelompoknya yang dianggap paling pintar sehingga siswa tersebut masih kurang dapat memahami materi yang diajarkan oleh guru dan suasana kelas terkadang masih cukup ramai karena siswa kurang dapat mengelola kelompoknya dengan baik. Kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran Think Pair Share antara lain: mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar, bisa menyediakan waktu yang lebih untuk siswa agar dapat merefleksikan isi materi pelajaran dan melatih siswa untuk mengeluarkan pendapatnya masing-masing.
B. Implikasi Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat dikaji implikasinya baik implikasi teoretis maupun implikasi praktis sebagai berikut:
Implikasi Teoretis Dari simpulan di atas
maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini
mendukung teori yang dikemukakan oleh Anita Lie (2008:55) yang menjelaskan commit to user bahwa model pembelajaran kooperatif metode mencari pasangan (Make A Match)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95 apabila dilaksanakan dengan maksimal dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa baik dalam prosesnya dan hasil yang diujikan dalam evaluasi menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan metode Make A Match tidak hanya mengajarkan teori tetapi praktik untuk memberikan materi secara menyenangkan namun tetap mementingkan pemahaman materi.
1. Implikasi Praktis Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan matra kognitif siswa yang ditunjukkan dengan hasil tes kognitif akuntansi pada materi kertas kerja yang nilainya lebih baik daripada nilai sebelum diterapkannya model pembelajaran tersebut, karena didalam pembelajaran tersebut keaktifan siswa sangat terlihat dan siswa juga antusias mengikuti pelajaran. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat dipertimbangkan oleh guru akuntansi SMA Negeri 3 Surakarta sebagai salah satu alternatif untuk membelajarkan akuntansi khususnya pada pokok bahasan kertas kerja perusahaan jasa.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang perlu peneliti sarankan, yaitu: 1. Bagi siswa Di dalam pembelajaran Make A Match, siswa diharapkan lebih aktif terlibat dan lebih antusias dalam proses belajar mengajar agar benar-benar mampu memahami, mengerti, dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat. Siswa harus mampu untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok khususnya dalam pembelajaran Make A Match sehingga siswa mendapatkan pengetahuan secara optimal bukan hanya dari guru tetapi dengan pembelajaran Make A Match siswa dapat menemukan langsung dan membangun sendiri pengetahuan mereka melalui commit to user belajarnya dengan tepat. keaktivan siswa dalam menemukan pasangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96 2. Bagi guru Guru dapat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam mengajar mata pelajaran akuntansi karena mampu memotivasi siswa agar siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran sehingga dapat memahami dan menguasai materi. Pemilihan tipe pembelajaran Make A Match juga dapat disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan serta memahami kelemahan dan kelebihannya. Di dalam pembelajaran Make A Match guru hendaknya selalu mampu membuat suasana belajar yang berpusat pada siswa sehingga siswa mampu berperan aktif dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
3.
Bagi Sekolah Sekolah dapat membimbing dan memotivasi guru untuk berusaha menggunakan pembelajaran Make A Match sebagai alternatif dalam proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan keaktifan. Selain itu sekolah dapat meningkatkan fasilitas yang dapat mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar terutama buku ajar dan mengusahakan pemerataan fasilitas pada setiap kelas. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran Make A Match akan lebih optimal sehingga mampu meningkatkan matra kognitif siswa.
4.
Bagi peneliti lain Penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada pokok bahasan kertas kerja telah berhasil, maka peneliti menyarankan pada peneliti lainnya agar : a. Menerapkan pembelajaran Make A Match terutama saat jam-jam pelajaran terakhir agar siswa lebih semangat dan tidak cepat bosan. Selain itu, harus segera mengkondisikan siswa kembali setelah siswa selesai mencari pasangan agar suasana kelas tidak terlalu gaduh dan mengganggu kelas yang lain. b. Menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada mata commitbahasan to user selain kertas kerja tetapi pokok pelajaran akuntasi, pada pokok
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97 bahasan yang sejenis dengan kertas kerja misalnya pokok bahasan jurnal penyesuaian. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pendidik pada umumnya dan peneliti lain pada khususnya, serta dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengkaitkan aspek-aspek yang belum diungkap dan disajikan agar dapat lebih bermanfaat bagi dunia pendidikan.
commit to user