STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS PADA SEDIMEN MANGROVE DI PULAU LOS KELURAHAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG Dian Ayu Nurmala Dewi Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Arief Pratomo Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Chandra J Koenawan Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Pulau Los dengan tujuan untuk mengetahui struktur komunitas makrozoobenthos yang ada di daerah Pulau Los. Sampel makrozoobenthos diambil dengan metode transek. Pada lokasi penelitian ditentukan 3 stasiun dan tiap stasiun terdiri dari 2 transek. Dari hasil pengamatan jenis makrozoobenthos di lokasi penelitian didapatkan 25 spesies. Berdasarkan hasil perhitungan dan hasil analisis data pada ke tiga stasiun di Pulau Los dapat diberikan kesimpulan bahwa tipe sedimen di lokasi pengamatan adalah tipe sedimen pasir dan kerikil berpasir. Kepadatan makrozoobenthos tertinggi yang ditemukan pada Pulau Los yaitu 6,1111105 ind/m2, nilai indeks keanekaragaman (H’) tertinggi pada Pulau Los yaitu 3,623425423, nilai indeks dominansi (C) tertinggi pada Pulau Los yaitu 0,151095732 dan nilai indeks keseragaman tertinggi pada Pulau Los yaitu 0,833904226. Indeks dominansi (C) yang diperoleh menyatakan bahwa kondisi Perairan Pulau Los masih berada dalam keadaan baik dan tidak ada jenis yang mendominasi.
Kata kunci : Makrozoobenthos, Struktur Komunitas, Kota Tanjungpinang
1
MACROZOOBENTHOS COMMUNITY STRUCTURE IN MANGROVE SEDIMENTS IN LOS ISLAND SENGGARANG VILLAGE TANJUNGPINANG
Dian Ayu Nurmala Dewi Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Arief Pratomo Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
Chandra J Koenawan Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
ABSTRACT
The research had been conducted in los island with the aim was to determine macrozoobenthos community structure in los island area. Macrozoobenthos samples were taken with the transect method. On the research location was determined three stations and each station consists of two transects. From the observations of macrozoobenthos type on the research location had been obtained 25 species. Based on the result of calculation and data analysis at three stations in los island, researcher can conclude that the type of sediment onsite observation were sand and gravel sandy sediment, while at station II has sand sediment type. The highest densities of macrozoobenthos in Los Island were (6,1111105 ind/m2), the highest diversity index (H’) value in Los Island were (3,623425423), the highest dominance index (C) value in Los Island were (0,151095732) and the highest uniformity index value in Los Islind were (0,833904226). Based on dominance index values that obtained, it can be stated that los island water condition still in good condition and no species that dominate Keywords: Macrozoobenthos, Community structure, Tanjungpinang
2
I. PENDAHULUAN
II. Tinjauan Pustaka Sumber Daya Pesisir dan Laut
Makrozoobenthos organisme dasar yang
Pantai Indonesia adalah pantai terpanjang
berukuran relatif besar yaitu lebih dari 1 mm.
kedua setelah Kanada dan banyak pulau kecil yang
Keberadaan organisme ini di dasar perairan sangat
indah serta memiliki iklim tropis dimana matahari
dipengaruhi oleh perubahan kondisi perairan.
bersinar sepanjang hari. Potensi kelautan Indonesia
Perubahan-perubahan tersebut dapat disebabkan
juga beragam seperti banyaknya ikan hias,
oleh berbagai aktifitas baik secara alami seperti sedimentasi
dan
aktifitas
non-alami
terumbu karang dan mangrove terbesar didunia
seperti
menjadi modal besar pengembangan wisata bahari.
penambangan bauksit.
Adanya kecenderungan orang kembali pada alam,
Keberadaan dan kelimpahan beberapa
memungkinkan
jenis makrozoobenthos sebagai hewan bentik
untuk
sangat dipengaruhi oleh kondisi habitatnya yaitu
berjumlah 7.519,12 ton
Beberapa
perikanan
penelitian yang hanya menghubungkan antara struktur
komunitas
makrozoobenthos
apabila
tidak ditunjang
Kecamatan
Tanjungpinang
Kota,
Kota
berlumpur (BAPPEDA, 2010 dalam Affandi, 2012). Makrozoobenthos
kimia sedimen dasar) diteliti (Cummins, 1975). bagian
rupiah.
pantai berpasir, berbatu dan berkarang serta
fisika-kimia air dekat dasar dan kualitas fisika-
merupakan
juta
Tanjungpinang adalah landai ke arah laut, substrat
dengan
lebih baik apabila kedua aspek tersebut (kualitas
Los
2.624,08
dan nilai produksi
dan darat yang cukup luas. Kondisi pantai Kota
menganalisis karakteristik sedimen dasar dan akan
Pulau
lagi
Tanjungpinang memiliki potensi perikanan laut
dengan
karakteristik kualitas air diperkirakan relatif kurang informatif
baik
perairan 170 km2, mempunyai produksi perikanan
juga menyediakan sumber bahan makanan bagi makrozoobenthos.
lebih
alam
Kota Tanjungpinang mempunyai luas
selain sebagai habitat komunitas makrozoobenthos
jenis
dikembangkan
berbasis
(Kusumaatmaja, 1997 dalam Affandi, 2012).
sedimen dasar dan kualitas air. Sedimen dasar
beberapa
pengembangan
(Odum, 1971 dalam Setianingsih, 2001)
dari
menjelaskan bahwa benthos adalah organisme
Kota
yang mendiami dasar perairan dan hidup di dalam
Tanjungpinang. Pulau Los ini merupakan pulau
(infauna) maupun pada
yang tidak berpenghuni, tetapi di perairannya
permukaan sedimen
(epifauna). Benthos meliputi organisme nabati
terdapat aktifitas manusia seperti penangkapan ikan
yang disebut fitobenthos dan organisme hewani
dan transportasi laut. Limbah dari aktifitas-aktifitas
yang disebut zoobenthos. Secara umum benthos
manusia tersebut diperkirakan dapat menyebabkan
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu makrobenthos
terjadinya perubahan stabilitas ekosistem perairan,
yang merupakan benthos dengan ukuran besar dari
seperti struktur komunitas makrozoobenthos di
1 mm, meiobenthos dengan ukuran antara 0,1 mm
dalamnya.
sampai 1 mm dan mikrobenthos dengan ukuran
Dengan demikian tujuan dari penelitian ini
yang lebih kecil dari 0,1 mm (Mann, 1982 dalam
adalah Untuk mengetahui struktur komunitas
Muhyin, 2006). Berdasarkan pengertian di atas
makrozoobenthos yang ada dikawasan Pulau Los
maka dapat dikatakan bahwa makrozoobenthos
dan tipe substrat dasar serta keterkaitannya
merupakan organisme hewani yang hidup pada
terhadap makrozoobenthos
3
permukaan atau di dalam substrat dasar perairan
di Pulau Los sebagai lokasi pengamatan untuk
dengan ukuran lebih besar dari 1 mm.
memperoleh data primer. Untuk pengamatan ini
Struktur Komunitas Makrozoobenthos
dilakukan dengan metode transek plot garis/line
Menurut
(Krebs,
1989
dalam
plot sampling (Noor et al., 1999). Disamping itu
Setianingsih, 2001) komunitas adalah kumpulan
dikumpulkan beberapa parameter perairan yang
beberapa populasi dalam suatu area atau habitat.
diperlukan dalam penelitian ini.
Karakteristik struktur komunitas makrozoobenthos
Prosedur Kerja
yang dapat dipelajari lima, yaitu : keanekaragaman
Penentuan stasiun pengamatan
species, pola pertumbuhan, dominansi species,
Pada pelaksanaan penelitian ini penentuan
kepadatan relatif dan struktur trofik.
stasiun pengamatan dan titik sampling berdasarkan
III. Metode Penelitian
pertimbangan-pertimbangan dengan cara melihat
Waktu dan Tempat
kondisi umum terhadap lokasi. Tujuannya adalah
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
untuk mengetahui secara umum keadaan lapangan
Desember sampai Februari 2013 di perairan Pulau
sehingga pembuatan transek dapat mewakili
Los Kelurahan Senggarang, Kota Tanjungpinang
keadaan umum di lokasi penelitian.
Provinsi Kepulauan Riau.
Pengambilan sampel makrozoobenthos Pengambilan sampel makrozoobenthos
Alat dan Bahan Yang digunakan dalam penelitian sebagai
dilakukan di dalam transek pengamatan 10m X
berikut:
10m. Dalam setiap plot transek 10m X 10m
Tabel.1 Alat dan bahan
tersebut dibuat tiga sub plot. Pengambilan contoh
NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
makrozoobenthos dilakukan pada masing-masing
Alat & Bahan
sub plot menggunakan skop dengan kedalaman 25
GPS Rol Meter Tali Rafia Kamera Digital Saringan Bertingkat Termometer Hand Refraktometer pH Meter DO Meter Alat tulis Kertas label Turbidimeter Tisu/kertas Akuades pH Tanah Skop Kantong Plastik Ice Box Aluminium Foil Timbangan Oven H2O2 Pipet
cm. Contoh biota yang diambil dimasukkan kantong plastik selanjutnya disaring dan kemudian diidentifikasi.
Metode
ini
juga
memiliki
kekurangan yaitu jenis makrozoobenthos yang bergerak agak cepat hingga cepat kemungkinan akan sulit terambil Pengukuran kualitas perairan Pengukuran data kualitas air meliputi pengukuran parameter Fisika (Suhu, Salinitas, Kekeruhan, Kecepatan arus) dan Kimia (pH) yang di lakukan pada tiap stasiun. Analisis Data 1. Analisis Besar Butir Sedimen Analisis ukuran butiran sedimen dilakukan di laboratorium sebagai berikut : -
Sampel sedimen ditimbang sebanyak 100 gr dan dimasukkan ke dalam mangkuk
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana hutan mangrove 4
-
Sampel sedimen di oven selama 24 jam
mm, Ø>7 atau 0,0039 mm) maka dapat
dengan suhu 105ºC
dihitung persen fraksi.
-
Setelah itu ditimbang berat kering sampel
-
Sampel direndam dengan larutan hidrogen
-
pasir) dan (Ø5, Ø6, Ø7, Ø>7 = lumpur)
peroksida (H2O2) 3% -
-
Untuk mendapatkan Ø5, Ø6, Ø7, Ø>7 sampel
disaring
terlebih
(Ø-1 = kerikil) (Ø0, Ø1, Ø2, Ø3, Ø4 =
% fraksi dapat ditemukan dengan rumus seperti berikut :
dahulu
menggunakan saringan Ø4 -
-
-
-
-
Hasil dari % fraksi kerikil, pasir dan
Ø4 dimasukkan kedalam tabung sebanyak
lumpur dimasukkan kedalam segitiga
1000ml, lalu diaduk
Shepart untuk ditemukan jenis fraksinya.
Setelah itu didiamkan selama 5 menit
Hasil dari metode pengayakan dan metode pipet
untuk Ø5, 10 menit Ø6, 20 menit Ø7, 40
digabungkan dan didapatkan diameter rata-rata atau
menit Ø>7
mean size (Ø), koefisien sorting (δ1), skewness
Lalu sampel didalam tabung di pipet
(Sk1) yang diperoleh dari metode grafik menurut
dengan
Fork dan Ward dalam Arifin (2008). Perhitungan
pipet
bervolume
25ml
dan
dimasukkan kedalam mangkuk
nilai tersebut didapatkan dengan menggunakan
Untuk mendapatkan Ø-1, Ø0, Ø1, Ø2, Ø3
rumus sebagai berikut:
dan Ø4 menggunakan sampel yang tersisa
mean size (Mz) = Ø16 + Ø50 + Ø84
di
-
-
Setelah itu sampel yang lolos dari saringan
saringan
Ø4
dari
3
penyaringan
sebelumnya. Sisa sampel tersebut disaring
Klasifikasi:
kembali mengunakan penyaring bertingkat
Ø1
: coarse sand (pasir kasar)
dengan susunan Ø-1, Ø0, Ø1, Ø2, Ø3 dan
Ø2
: medium sand (pasir menengah)
Ø4
Ø3
: fine sand (pasir halus)
Setelah itu sampel-sampel sedimen yang
Ø4
: very fine sand (pasir sangat halus)
tersaring pada masing-masing ukuran
Ø5
: coarse silt (lumpur kasar)
penyaring
Ø6
: medium silt (lumpur menengah)
aluminium foil yang telah diberi label
Ø7
: fine silt (lumpur halus)
Dan
Ø8
: very fine silt (lumpur sangat halus)
> Ø8
: clay (liat)
dimasukkan
sampel-sampel
kemangkuk
sedimen tersebut
dimasukkan kembali ke oven selama 24 jam untuk dikeringkan dengan suhu
-
-
105°C.
Satuan MZ (mean size) adalah phi (φ). Skala phi
Setelah 24 jam sampel dikeluarkan dari
(φ) ini didasarkan pada logaritma negatif berbasis
oven dan ditimbang kembali.
dua
Setelah didapatkan berat(gr) sampel pada
persamaan berikut:
masing-masing mangkuk dengan label (Ø-
log2 d
1 atau 2 mm , Ø0 atau 1 mm , Ø1atau 0,5
dimana: d= diameter partikel (mm)
mm, Ø2 atau 0,25 mm, Ø3 atau 0,125
Untuk mengkonversi unit phi menjadi milimeter
mm, Ø4 atau 0,063 mm, Ø5 atau 0,031
digunakan persamaan (USACE,1998):
dengan
bentuk
d= 2-φ
mm, Ø6 atau 0,0155 mm, Ø7 atau 0,0078
5
konversi
seperti
pada φ = -
Sorting (δ1)= Ø84 - Ø16 + Ø95 - Ø5 4
ni = jumlah individu jenis ke – i yang diperoleh
6,6
(ind) A = luas total area pengamatan (cm2)
Klasifikasi: Indeks Keanekaragaman
<0,25Ø : very well sorted (terpilah sangat baik)
Indeks keanekaragaman menggambarkan
0,35 – 0,50Ø: well sorted (terpilah baik) 0,50 – 0,71Ø: moderately well sorted (terpilah)
keadaan
populasi
makrozoobenthos
secara
0,71 – 1,0Ø: moderately sorted (terpilah sedang)
matematis agar memudahkan dalam menganalisis
1,0 – 2,0Ø: poorly sorted (terpilah buruk)
tingkat keanekaragaman populasi dalam suatu
>2,0Ø: very poorly sorted (terpilah sangat buruk)
komunitas dengan menggunkan indeks Shannon dan Wienner (Krebs, 1989 dalam Setianingsih, 2001) :
Skewness (Sk1) = (Ø84 + Ø16 - 2Ø50) + (Ø95 + Ø5 - 2Ø50)
∑
2(Ø95 –
2(Ø84- Ø16) Ø5)
Dimana : H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener Pi = ni /N (proporsi jenis ke-i)
Klasifikasi:
ni = jumlah individu tiap jenis ke-i + 1,0 s.d + 0,3
: very fine skewed
N = jumlah total individu
+ 0,3 s.d + 0,1
: fine skewed
S = jumlah spesies
+ 0,1 s.d – 0,1
: near symmitrical
Kategori indeks keanekaragaman :
- 0,1 s.d – 0,3
: coarse skewed
H’ < 1
: keanekaragaman rendah
> - 0,3
: very coarse skewed
1 < H’ < 3
: keanekaragaman sedang
H’ > 3
: keanekaragaman tinggi
Setelah
itu
digunakan
diagram
Hjulström untuk menunjukkan hubungan antara Indeks Keseragaman
kecepatan aliran air dan ukuran butir (Hjulström,
Indeks keseragaman
1939 dalam Hasan, 2011).
rumus sebagai
dihitung
berikut (Krebs,
dengan
1989 dalam
Setianingsih, 2001) :
2. Analisis Struktur Komunitas Makrozoobenthos Kepadatan
Dimana :
Kepadatan makrozoobenthos didefinisikan sebagai
jumlah
individu
satu
spesies
makrozoobenthos per satuan luas (m2).
E
= indeks keseragaman
H’
= indeks keanekaragaman Shannon-
Wiener Hmaks
= log2 S (3,322 log S)
Dimana :
S
= jumlah spesies
Di = kepadatan jenis individu ke-i (ind/m2)
Kategori indeks keseragaman : 0 ≤ E < 0,4 6
: keseragaman rendah
0,4 ≤ E < 0,6
: keseragaman sedang
0,6 ≤ E ≤ 1,0
: keseragaman tinggi
Parameter kualitas perairan yang diukur dalam penelitian ini adalah parameter fisika dan
Indeks keseragaman berkisar antara 0
kimia yang meliputi: suhu, salinitas, kecepatan
sampai dengan 1. Semakin mendekati nilai 0,
arus, kekeruhan, derajat keasaman tanah (pH tanah)
semakin kecil keseragaman populasi, artinya
dan derajat keasaman (pH). Hasil pengukuran
penyebaran jumlah individu setiap jenis tidak sama
parameter lingkungan Perairan Pulau Los dapat
dan ada kecenderungan satu jenis mendominasi.
dilihat pada Tabel 2 dibawah ini :
Sebaliknya, semakin mendekati nilai 1 maka Tabel 2. Parameter Kualitas Perairan
penyebaran cenderung merata dan tidak ada jenis
No
yang mendominasi.
Paramet er
Satua n
Stasiu n I
Indeks Dominansi Untuk melihat dominansi suatu jenis digunakan Indeks Simpsons (Krebs, 1989 dalam
1
Setianingsih, 2001) dengan rumus sebagai berikut : ∑( )
Suhu
(ºC) o
Rata -rata II
Transe k I
I
II
30, 6 32
30, 3 32
30,4
II
I
II
30, 3 29
30, 1 30
30
Salinitas
( /oo)
3
pH
-
8,7 3
8,5 8
8,25
8,2 5
8,2 6
8,2 7
5
Kekeruh an Kec. Arus
(NTU ) (m/s)
5,0 8 0,4
2,1 3 0,6
1,53
1,1 5 0,4
2,3
3,4
2,6
0,2
0,5
0,4
0,3
28
30,2 8 30,1 7 8,39
2
6
30
III
Sumber: Data Primer Dimana : C = indeks dominansi Simpson
Kisaran suhu perairan di Pulau Los
ni = jumlah individu tiap jenis
berdasarkan hasil pengukuran adalah 30 – 30,6 °C,
N = jumlah total individu
pada Stasiun I Transek I yaitu 30,6 °C dan Stasiun I
i = 1,2,...,23 dan seterusnya
Transek II yaitu 30,3 °C, pada Stasiun II Transek I
Dengan kategori indeks dominansi :
yaitu 30,4 °C dan Stasiun II Transek II yaitu 30,3
C mendekati 0 ( C < 0,5) = tidak ada jenis yang
°C, pada Stasiun III Transek I yaitu 30,1 °C dan
mendominansi
Stasiun III Transek II yaitu 30 °C. Umumnya tiap
C mendekati 1 ( C > 0,5) = ada jenis yang
stasiun suhunya sama, kisaran suhu yang terdapat
mendominansi
pada stasiun pengamatan merupakan kisaran yang mampu mendukung kehidupan makrozoobenthos.
3. Analisis Hubungan Antara Struktur
Hal ini sesuai dengan pernyataan Ihlas (2001 dalam
Komunitas Makrozoobenthos dengan Tipe
Syamsurisal, 2011) mengatakan bahwa suhu yang
Sedimen Dasar
ditolerir oleh makrozoobentos dalam hidup dan
Untuk
mengetahui
keterkaitan
antara
kehidupannya berkisar antara 25°C - 53°C. Nilai
struktur komunitas makrozoobenthos dengan tipe
kisaran ini mampu mendukung hidup yang layak
sedimen dasar, digunakan analisa dengan matriks.
dalam ekosistem dimana mereka hidup.
Sehingga diharapkan dapat diketahui pengaruh tipe
Salinitas perairan Pulau Los berkisar
sedimen dasar sebagai habitat dari komunitas
antara 28 - 32‰, dengan salinitas tertinggi terdapat
makrozoobenthos.
pada stasiun I dan salinitas terendah terdapat pada stasiun III transek II. Nontji (2007) menyatakan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
salinitas diperairan berkisar antara 24‰ sampai
Parameter Kualitas Perairan
35‰. Berdasarkan kisaran tersebut maka dapat
7
dikatakan salinitas di perairan ini dalam keadaan
dari Sub plot lainnya diperkirakan karena terdapat
normal.
sedimen bawaan yang teksturnya lebih kasar oleh Berdasarkan hasil pengukuran didapat
debit air.
nilai pH perairan Pulau Los berkisar antara 8,25 –
Nilai pH sedimen menunjukkan tingkat
8,73 , dengan pH tertinggi terdapat pada stasiun I
keasaman
transek I dan pH terendah terdapat pada stasiun II.
metabolisme makrozoobenthos. Apabila pH berada
Nilai pH yang didapatkan dari ketiga stasiun
pada kisaran normal maka proses metabolisme
penelitian
dan
dapat berlangsung optimal, sedangkan apabila pH
perkembangan makrozoobenthos. Efendi, (2003)
sedimen memiliki nilai yang terlalu ekstrim (terlalu
menyatakan bahwa biota laut sangat sensitif
rendah / asam maupun terlalu tinggi / basa) maka
dengan perubahan pH dan menyukai nilai pH
akan mengganggu kelancaran proses metabolisme
sekitar 7 – 8,5.
dan akan terjadi seleksi alam terhadap komunitas
masih
mendukung
kehidupan
lingkungan
yang
mempengaruhi
makrozoobenthos yang dapat beradaptasi terhadap sampai 3,00 mg/l. Semakin besar kandungan
kondisi lingkungan seperti tersebut diatas. Nilai pH
oksigen dalam ekosistemnya semakin baik pula
yang didapat pada setiap stasiun penelitian berada
kehidupan makrozoobentos yang mendiaminya.
pada kisaran normal yaitu Stasiun I 6 – 7 , Stasiun
Berdasarkan hasil pengukuran kekeruhan
II 6,2 – 6,9 dan Stasiun III 6,1 – 6,9.
didapat nilai kekeruhan Pulau Los berkisar antara 1,15 – 5,08 NTU, dengan kekeruhan tertinggi
Struktur Komunitas Makrozoobenthos
terdapat pada stasiun I transek I dan kekeruhan Hasil pengamatan jenis makrozoobenthos
terendah terdapat pada stasiun II transek II. Batas
di lokasi penelitian didapatkan 25 spesies yang
maksimum kekeruhan bagi kehidupan biota air
terdiri dari 16 genus, terdiri dari tiga kelas yaitu
adalah 30 NTU (Pescod, 1973 dalam Retnowati,
bivalva, gastropoda dan polychaeta. Kelas bivalva
2003). Oleh karena itu, dapat dikatakan kekeruhan
1 genus dan 1 spesies. Kelas gastropoda 14 genus
di perairan Pulau Los selama pengamatan cukup
dan 23 spesies. Kelas polychaeta 1 genus dan 1
baik untuk kehidupan biota akuatik.
spesies.
Berdasarkan hasil pengukuran kecepatan
Dari hasil analisis dan perhitungan jumlah
arus didapat nilai kecepatan arus Pulau Los
jenis, kepadatan, indeks keanekaragaman, indeks
berkisar antara 0,2 – 0,6 m/s, dengan kecepatan
dominansi dan indeks keseragaman diperoleh hasil
arus tertinggi terdapat pada stasiun I transek II dan
seperti Tabel 3 dibawah ini :
kecepatan arus terendah terdapat pada stasiun III transek I.
Tabel 3. Hasil Perhitungan Makrozoobenthos
Karakteristik Sedimen
Indeks Jumlah Jenis Kepadatan Keanekaragaman Dominansi Keseragaman
Berdasarkan hasil analisis fraksi butiran sedimen pada Stasiun I, II dan III di setiap Sub plot jenis fraksi sedimennya adalah pasir kecuali pada
Stasiun I 21 6,1111105 3,623425423 0,116033058 0,824946
Stasiun II 17 5,3333328 3,408552538 0,13964844 0,833904226
Stasiun III 16 4,24999958 3,291400237 0,151095732 0,822850059
Sumber: Data Primer
Stasiun I Transek I Plot I Sub plot I dan Stasiun III Transek II Plot II Sub plot I yang jenis fraksinya
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa
adalah kerikil berpasir. Adanya perbedaan jenis
indeks keanekaragaman (H’) pada stasiun I berkisar
fraksi sedimen pada Stasiun I Transek I Plot I Sub
3,623425423,
plot I dan Stasiun III Transek II Plot II Sub plot I
3,408552538, dan pada stasiun III berkisar 8
pada
stasiun
II
berkisar
3,291400237. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
mendekati
1
keseregaman
tinggi
yang
indeks keanekaragaman tinggi. Sesuai dengan
menunjukkan tidak ada jenis yang mendominansi.
pernnyataan Krebs (1989) dalam Setiawan (2008)
Dominansi dinyatakan ada jika nilai C
menyatakan bahwa indeks keanekaragaman (H’)
mendekati 1, sedangkan pada Tabel 22 terlihat nilai
terdiri dari beberapa kriteria yaitu : jika (H’) lebih
indeks domonansi yaitu pada stasiun I yaitu
dari 3 menunjukkan keanekaragaman tinggi, jika
0,116033058, pada stasiun II yaitu 0,13964844,
nilai (H’) kecil dari 3 dan besar dari 1
dan pada stasiun III bernilai 0,151095732. Terlihat
menunjukkan keanekaragaman sedang, jika nilai
dari nilai indeks dominansi pada Tabel 21
(H’) kecil dari 1 menunjukkan keanekaragaman
menunjukkan bahwa dominansi dinyatakan tidak
rendah. Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan
ada. Nilai dominansi mempunyai kecenderungan
penyebaran jumlah individu tiap jenis yang tinggi
mendekati
dan kestabilan juga tinggi.
mendominansi perairan yang berarti setiap individu
Tingginya
keanekaragaman
0 artinya
tidak ada
jenis yang
pada stasiun pengamatan mempunyai kesempatan
makrozoobenthos di sedimen mangrove Pulau Los
yang
disebabkan karena sedimen mangrove merupakan
memanfaatkan sumberdaya yang ada didalam
sedimen yang kaya akan unsur hara. Sesuai dengan
perairan tersebut. Odum (1993) dalam Syamsurisal
pernyataan McConnaughey dan Zottoli (1983)
(2011) menyatakan bahwa nilai indeks dominansi
dalam Taqwa (2010) Guguran daun, biji, batang
yang tinggi menyatakan konsentrasi dominansi
dan bagian lainnya dari mangrove sering disebut
yang tinggi (ada individu yang mendominansi),
serasah. Mangrove mempunyai peran penting bagi
sebaliknya nilai indeks dominansi yang rendah
ekologi
menyatakan konsentrasi yang rendah (tidak ada
yang
didasarkan
atas
produktivitas
primernya dan produksi bahan organik yang berupa
sama
dan
secara
maksimal
dalam
yang dominan).
serasah, dimana bahan organik ini merupakan dasar
Perairan Stasiun I didominasi oleh tipe
rantai makanan. Serasah dari tumbuhan mangrove
sedimen pasir. Hasil perhitungan karakteristik
ini akan terdeposit pada dasar perairan dan
sedimen
terakumulasi terus menerus dan akan menjadi
Stasiun I berupa pasir kasar sampai pasir halus (Mz
sediment yang kaya akan unsur hara, yang
0,83 - 3,15 φ) . koefisien sorting (pemilahan)
merupakan tempat yang baik untuk kelangsungan
terpilah cukup baik (moderately well sorted)
hidup fauna makrobenthos.
sampai terpilah sangat buruk (poorly sorted) dan
menunjukkan
bahwa
jenis
sedimen
Dari tabel 22 terlihat bahwa indeks
nilai skewness (kecondongan) condong sangat
keseragaman (E) pada stasiun I berkisar 0,824946,
halus (very fine skewed) sampai condong sangat
pada stasiun II berkisar 0,833904226 dan pada
kasar (very coarse skewed). Berdasarkan diagram
stasiun
ini
Hjulstrom (Lampiran 8), dengan kecepatan arus
menunjukkan bahwa nilai indeks keseragaman
101,602 cm/s (0,4 m/s atau 40 cm/s) dan ukuran
tinggi karena keseragaman pada ketiga stasiun
partikel 10-0,25 – 10-0,948 mm (0,83 - 3,15 φ atau
pengamatan
dengan
0,561 – 0,112 mm) menunjukkan bahwa partikel
pernyataan Odum (1993) dalam Syamsurisal
pada Stasiun I yang merupakan partikel butir pasir
(2011) indeks keseragaman (E) berkisar 0 – 1. Bila
dalam keadaan terangkut.
III
berkisar
mendekati
0,822850059.
1.
Sesuai
Hal
nilai mendekati 0 berarti keseragaman rendah
Kelimpahan organisme makrozoobenthos
karena adanya jenis yang mendominansi, dan bila
di Stasiun I dipengaruhi oleh faktor kualitas air.
9
Hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan
Stasiun II berupa pasir kasar sampai pasir halus
di Stasiun I menunjukkan bahwa kualitas perairan
(Mz 1,25 - 3.116667φ) . koefisien sorting
Stasiun I masih mendukung kehidupan
biota
(pemilahan) terpilah cukup baik (moderately well
(1992)
sorted) sampai terpilah sangat buruk ( very poorly
yang
sorted) dan nilai skewness (kecondongan) condong
mempengaruhi kelimpahan benthos ialah arus, pH,
halus (fine skewed) sampai condong sangat kasar
suhu dan salinitas.
(very
perairan
dengan
menyatakan
baik.
bahwa
Stasiun
Nybakken
faktor
memiliki
coarse
skewed).
Berdasarkan
diagram
indeks
Hjulstrom (Lampiran 8), dengan kecepatan arus
3,623425423
101,602 cm/s (0,4 m/s atau 40 cm/s) dan ukuran
karena memiliki jumlah jenis makrozoobenthos
partikel 10-0,376 – 10-0,938 mm (1,25 - 3.116667φ
yang banyak (21 jenis).
atau 0,42 – 0,115 mm)
keanekaragaman
I
pembatas
tertinggi
yaitu
Makrozoobenthos yang banyak ditemukan
menunjukkan bahwa
partikel pada Stasiun II yang merupakan partikel
di Stasiun I adalah dari kelas Gastropoda spesies
butir pasir dalam keadaan terangkut.
Littoraria (Littorinopsis) scabra. Gastropoda yang
Kelimpahan organisme makrozoobenthos
hidup di mangrove merupakan dari jenis Littoraria.
di Stasiun II dipengaruhi oleh faktor kualitas air.
Littoraria
yang
Hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan
dan
Stasiun II menunjukkan bahwa kualitas perairan
adalah
memakan
hewan
detritus,
mikroorganisme
tak
mikrofagus
sponge,
alga
bercangkang
lainnya
Stasiun II masih mendukung kehidupan
(Campbell, 2003 dalam Syamsurisal, 2011).
perairan
Nilai indeks dominansi (C) di Stasiun I
dengan
menyatakan
baik.
bahwa
biota
Nybakken
faktor
(1992)
pembatas
yang
adalah 0,116033058 . Nilai tersebut mendekati nol,
mempengaruhi kelimpahan benthos ialah arus, pH,
berarti tidak ada jenis makrozoobenthos yang
oksigen terlarut, suhu dan salinitas.
mendominasi. Menurut Simpson (dalam Odum,
Nilai indeks keanekaragaman Stasiun II
1971) bahwa jika nilai indeks dominansi mendekati
yaitu 3,408552538 dan memiliki 17
nol berarti tidak ada jenis yang dominan dan dari
makrozoobenthos.
jenis
nilai indeks dominansi (C) dapat dilihat bahwa
Makrozoobenthos yang banyak ditemukan
indeks dominansi tertinggi akan didapatkan nilai
di Stasiun II adalah dari kelas Gastropoda spesies
indeks keragaman terendah dan demikian pula
Littoraria (Littorinopsis) scabra. Gastropoda yang
sebaliknya.
hidup di mangrove merupakan dari jenis Littoraria.
Hasil perhitungan indeks keseragaman (E)
Littoraria
adalah
hewan
Stasiun I adalah 0,824946. Sesuai dengan pendapat
memakan
Abdullah et, al., (1989 dalam Arifin, 2008) bahwa
mikroorganisme
nilai indeks keseragaman (E) mendekati 1 berarti
(Campbell, 2003 dalam Syamsurisal, 2011 ).
detritus, tak
mikrofagus
sponge,
yang
alga
bercangkang
dan lainnya
perairan dianggap seimbang dan bila nilai ini
Nilai indeks dominansi (C) di
mendekati nol berarti perairan tercemar. Jika dilihat
Stasiun II adalah 0,13964844. Nilai tersebut
dari nilai indeks keseragaman (E) maka perairan
mendekati
Stasiun I masih seimbang.
makrozoobenthos yang mendominasi. Menurut
nol,
berarti
tidak
ada
jenis
Perairan Stasiun II didominasi oleh tipe
Simpson (dalam Odum, 1971) bahwa jika nilai
sedimen pasir. Hasil perhitungan karakteristik
indeks dominansi mendekati nol berarti tidak ada
sedimen
jenis yang dominan dan dari nilai indeks dominansi
menunjukkan
bahwa
jenis
sedimen
10
(C) dapat dilihat bahwa indeks dominansi tertinggi
Makrozoobenthos yang banyak ditemukan
akan didapatkan nilai indeks keragaman terendah
di Stasiun III adalah dari kelas Gastropoda spesies
dan demikian pula sebaliknya.
Littoraria (Littorinopsis) scabra. Gastropoda yang
Hasil perhitungan indeks keseragaman (E)
hidup di mangrove merupakan dari jenis Littoraria.
Stasiun II adalah 0,833904226. Sesuai dengan
Littoraria
adalah
hewan
pendapat Abdullah et, al., (1989 dalam Arifin,
memakan
2008) bahwa nilai indeks keseragaman (E)
mikroorganisme
mendekati 1 berarti perairan dianggap seimbang
(Campbell, 2003 dalam Syamsurisal, 2011).
detritus, tak
mikrofagus
sponge,
yang
alga
bercangkang
dan lainnya
dan bila nilai ini mendekati nol berarti perairan
Nilai indeks dominansi (C) di Stasiun III
tercemar. Jika dilihat dari nilai indeks keseragaman
adalah 0,151095732. Nilai tersebut mendekati nol,
(E) maka perairan Stasiun I masih seimbang.
berarti tidak ada jenis makrozoobenthos yang
Perairan Stasiun III didominasi oleh tipe
mendominasi. Menurut Simpson (dalam Odum,
sedimen pasir. Hasil perhitungan karakteristik
1971) bahwa jika nilai indeks dominansi mendekati
sedimen
sedimen
nol berarti tidak ada jenis yang dominan dan dari
Stasiun III berupa pasir kasar sampai pasir halus
nilai indeks dominansi (C) dapat dilihat bahwa
(Mz 1.183333 - 2.66667φ) . koefisien sorting
indeks dominansi tertinggi akan didapatkan nilai
(pemilahan) terpilah cukup baik (moderately well
indeks keragaman terendah dan demikian pula
sorted) sampai terpilah buruk (poorly sorted) dan
sebaliknya.
menunjukkan
bahwa
jenis
nilai skewness (kecondongan) condong sangat
Hasil perhitungan indeks keseragaman (E)
halus (very fine skewed) sampai condong kasar
Stasiun III adalah 0,822850059. Sesuai dengan
(coarse skewed). Berdasarkan diagram Hjulstrom
pendapat Abdullah et, al., (1989 dalam Arifin,
1,602
(Lampiran 8), dengan kecepatan arus 10
cm/s
-0,356
2008) bahwa nilai indeks keseragaman (E)
–
mendekati 1 berarti perairan dianggap seimbang
mm (1.183333 - 2.66667φ atau 0,44 – 0,157
dan bila nilai ini mendekati nol berarti perairan
mm) menunjukkan bahwa partikel pada Stasiun III
tercemar. Jika dilihat dari nilai indeks keseragaman
yang merupakan partikel butir pasir dalam keadaan
(E ) maka perairan Stasiun III masih seimbang.
(0,4 m/s atau 40 cm/s) dan ukuran partikel 10 -0,802
10
terangkut.
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa
Kelimpahan organisme makrozoobenthos
jumlah makrozoobenthos yang hidup di sedimen
di Stasiun III dipengaruhi oleh faktor kualitas air.
berjenis
Hasil pengukuran parameter fisika kimia perairan
dibandingkan dengan jumlah makrozoobenthos
di Stasiun III menunjukkan bahwa kualitas perairan
yang hidup di kerikil berpasir (8 individu).
Stasiun III masih mendukung kehidupan
biota
Banyaknya jumlah makrozoobenthos di sedimen
(1992)
berjenis pasir dibandingkan kerikil berpasir diduga
yang
karena jenis-jenis makrozoobenthos yang berada di
mempengaruhi kelimpahan benthos ialah arus, pH,
Pulau Los lebih menyukai sedimen berjenis pasir
oksigen terlarut, suhu dan salinitas.
dan memiliki daya adaptasi yang baik terhadap
perairan
dengan
menyatakan
bahwa
baik.
Nybakken
faktor
pembatas
Nilai indeks keanekaragaman Stasiun III yaitu
3,291400237
dan
memiliki
16
pasir
lebih
banyak
(217
individu)
sedimen berjenis pasir dibandingkan dengan
jenis
sedimen berjenis kerikil
makrozoobenthos.
berpasir. Perubahan
tekstur sedimen sedikit banyak mempengaruhi jenis-jenis
11
makrozoobenthos
didalamnya,
hal
tersebut sesuai dengan pendapat Hynes (1972)
memberikan informasi kepada berbagai pihak
dalam
terkait mengenai kondisi lingkungan Pulau Los.
Setianingsih
(2001)
bahwa
substrat
mempengaruhi jenis dan menentukan penyebaran makrozoobenthos.
UCAPAN TERIMA KASIH 1.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Koenawan
Kesimpulan
S.Pi
M.Si
selaku
dosen
yang
telah
pembimbing 1 dan 2.
Berdasarkan
hasil
pengamatan,
2.
perhitungan dan hasil analisa data pada ke tiga
Bapak
dan
Ibu
tercinta
membesarkan dan mendidik hingga dapat
stasiun di Pulau Los dapat diberikan kesimpulan bahwa di
Bapak Arief Pratomo S.Pi M.Si dan Chandra J
menempuh pendidikan yang layak. Serta
lokasi pengamatan Stasiun I dan III
keluarga besar.
memiliki tipe sedimen pasir dan kerikil berpasir,
3.
sedangkan pada Stasiun II memiliki tipe sedimen
Teman-teman membantu
pasir. Jenis makrozoobenthos di Pulau Los terdiri
seperjuangan
dilapangan
yang
selama
telah
kegiatan
penelitian.
dari 25 spesies dan makrozoobenthos yang banyak ditemukan di ketiga stasiun adalah dari jenis Littoraria
(Littorinopsis)
scabra.
DAFTAR PUSTAKA
Kepadatan
makrozoobenthos tertinggi ditemukan pada Stasiun I
yaitu
6,1111105
2
ind/m ,
nilai
Affandi, Z. 2012. Identifikasi dan Zonasi Vegetasi Mangrove di Pulau Los Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang. (Skripsi) Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang
indeks
keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada Stasiun
I
yaitu
3,623425423,
nilai
indeks
Arifin, B. 2008. Karakteristik Sedimen ditinjau dari Aktivitas Anthropogenik di Perairan Dumai. (Skripsi) Universitas Riau. Pekanbaru
dominansi (C) tertinggi terdapat pada Stasiun III yaitu 0,151095732 dan nilai indeks keseragaman tertinggi
terdapat
0,833904226.
pada
Indeks
Stasiun
dominansi
II
yaitu
(C)
yang
Ayu. W. 2009. Keterkaitan Makrozoobenthos Dengan Kualiutas Air dan Substrat Di Situ Rawa Besar Depok. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor
diperoleh menyatakan bahwa kondisi Perairan Pulau Los masih berada dalam keadaan baik dan tidak ada
jenis
yang mendominasi.
Indeks
Dahuri., R. 2003. Keaneka Ragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Penerbit PT Gramedia. Jakarta
keragaman (H’) dan indeks keseragaman jenis (E) menunjukkan Perairan Pulau Los dalam keadaan
Dharma, B. 1998. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesia Shells)
seimbang. Jumlah makrozoobenthos yang hidup di
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius : Jakarta
fraksi sedimen berjenis pasir lebih banyak (217) dibandingkan dengan jumlah makrozoobenthos yang hidup di kerikil berpasir (8).
Firly, M. 2008. Struktur dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove Serta Makrozoobenthos yang Berokoeksistensi, di Desa Tanah Merah dan Oebelo Kecil Kabupaten Kupang. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor
Saran Selain kualitas fisika kimia perairan, fraksi sedimen dan makrozoobenthos, sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap faktor-faktor lain
seperti
karbon
organik
dalam
upaya 12
Hardy, E. Internet Guide to Marine Gastropods. http://www.gastropods.com (diakses pada Maret 2013) Hasan.
Muhyin,
Nontji,
Wibisono, M.S.2005.Pengantar Ilmu Kelautan. Penerbit PT Grasindo. Jakarta http://jujubandung.wordpress.com/2012/06/04/mak rozoobenthos-sebagai-bioindikatorkualitas-air-2/
Diagram Hjulstrom. http://hasancelebes.blogspot.com/2011/02/ diagram-hjulstrom.html?m=1 (diakses pada hari selasa tanggal 16 Juli 2013)
http://speciesidentification.org/species.php?species_gro up=mollusca&id=832 (diakses pada Maret 2013)
M. 2006. Struktur Komunitas Makrozoobenthos dan Kaitannya dengan Karakteristik Sedimen di Areal Sekitar Penempatan Tailing PT. Newmont, Nusa Tenggara. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan . Jakarta
http://www.marinespecies.org (diakses pada Maret 2013)
Penerbit
Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut ; Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT Gramedia. Jakarta. 459 hal Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh M. Ediman, D. G. Bangen, M. Hutomo dan S. Sukarjo. Gramedia. Jakarta. 402 halaman Romimohtarto, K. Juwana. S. 2005. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta Setiawan, D. 2008. Struktur Komunitas Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Lingkungan Perairan Hilir Sungai Musi. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor Setianingsih, I. 2001. Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Sedimen Dasar Sungai Cileungsi-Bekasi, Kabupaten Bogor dan Bekasi Jawa Barat. (Skripsi) Institut Pertanian Bogor. Bogor Supriharyono, 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir tropis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Syamsurisal. 2011. Studi Beberapa Indeks Komunitas Makrozoobenthos Di Hutan Mangrove Kelurahan Coppo Kabupaten Barru. (Skripsi) Universitas Hasanuddin. Makassar Taqwa, A. 2010. Analisis Produktivitas Primer Fitoplankton dan Struktur Komunitas Fauna Makrobenthos Berdasarkan Kerapatan Mangrove di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan Timur. (Tesis) Universitas Diponegoro. Semarang 13