Struktur Komunitas Zooplankton pada Malam Hari di Perairan Teluk Riau Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau Efiyandi ABSTRACT Riau Gulf waters are waters that are used as fishing grounds by society, these activities signify that the waters of the Gulf of Riau have a good fishery resources. Zooplankton is marine life into a water carrying capacity, because of the zooplankton in the waters signifies high fish resources in these waters. This research was conducted in September 2014. The purpose of this study was to determine the zooplankton community structure at night that are in the waters of the Gulf of Riau village Senggarang Tanjungpinang of Riau Islands Province. Results of the study found types of zooplankton among other Acartia Clausi, Acartia tranteri, Globigerina bulloides, Leprottintinnus simplex, Oikopleura albicans, Prorodon teres, Tigriopus japonicus, Tintinnopsis radix, Cestum amphithrites, Creseis conica, Leprottintinnus bottnicus, Favella azorica, and Corycaeus ovalis. Results of the analysis of the abundance of zooplankton in the waters of the Gulf of Riau ranged between 500-740 ind / l. Diversity Index (H') in Riau Gulf waters ranging from 2,1044985 – 2,8643681 who are at moderate levels of diversity. Uniformity index value (E) in the waters of the Gulf of Riau ranges from 0,90635815 – 0,954789356 which is at a high level of uniformity. Index values Dominance (D) in the waters of the Gulf of Riau ranges from 0,1497443 – 0,264 which is at a low level so it does not happen dominance domination by certain types of zooplankton. The observation parameter Riau waters in the Gulf waters is known that the pH ranges from 6 - 6.89, temperatures ranged from 29 - 27.3 0C, salinity ranged from 28.3 - 29.3 ‰ and dissolved oxygen ranges from 4.77 - 5.8 mg / l. Keywords : Community Structure, Night, Zooplankton, Teluk Riau, and Tanjungpinang PENDAHULUAN Perairan Teluk Riau merupakan salah satu perairan yang terdapat di Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki aktifitas perairan yang
tinggi dikarenakan merupakan jalur transportasi laut bagi masyarakat sekitarnya. Perairan Teluk Riau ini dimungkinkan terjadi perubahan lingkungan perairan akibat dari aktivitas manusia (anthropogenik)
yang terjadi sekitar perairan tersebut. Selain itu, Perairan Teluk Riau digunakan sebagai daerah penangkapan ikan oleh masyarakat. Aktifitas tersebut menandakan bahwa perairan Teluk Riau memiliki sumber perikanan yang baik. Zooplankton merupakan biota laut yang menjadi daya dukung suatu perairan, karena adanya zooplankton di perairan menandakan tingginya sumberdaya ikan di perairan tersebut. Menurut Arinardi (1997) bahwa dalam hubungannya dengan rantai makanan, terbukti zooplankton merupakan sumber pangan bagi semua ikan pelagis, oleh karena itu kelimpahan zooplankton sering dikaitkan dengan kesuburan perairan. Menurut Nybakken (1992) bahwa penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan penyebaran zooplankton. Zooplankton beruaya ke arah mendatar dan tegak mengikuti kelompok fitoplankton dan jika sudah mencapai tingkat kepadatan tertentu perkembangan zooplankton akan berkurang sedangkan fitoplankton bertambah. Romimohtarto dan Juwana (2001) menyatakan bahwa Crustacea merupakan jenis zooplankton yang terpenting bagi ikan-ikan, baik di perairan tawar maupun di perairan laut. Diantara anggota filum Arthropoda, hanya Crustacea yang dapat hidup sebagai plankton dalam perairan. Menurut Arinardi (1997) menyatakan bahwa kepadatan zooplankton sangat tergantung pada kepadatan fitoplankton, karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian kuantitas atau kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan
yang tinggi kandungan fitoplanktonnya. Adapun tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton pada malam hari yang terdapat di Perairan Teluk Riau Kelurahan Senggarang Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilaksanakan pada malam hari tepatnya jam 21.00 WIB di perairan Teluk Riau Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau pada bulan September 2014. Pengambilan sampel zooplankton dan pengukuran parameter perairan dilakukan pada setiap stasiun. Setelah itu, sampel diamati dan diidentifikasi di Laboratorium Terpadu Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang. Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan antara lain aquades dan larutan Lugol. Alat yang digunakan adalah pH Meter, Thermometer, Handfractometer, DO meter, Ember , Botol sampel, Plankton net, Mikroskop, GPS (Global Posision System), dan Buku Identifikasi. Pengambilan sampel. Pengambilan sampel dilakukan pada malam hari di setiap stasiun, setiap stasiun terdiri dari 3 titik sampel, setiap titik sampel diambil 3 ulangan sampel. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan plankton net dengan ukuran 30 – 50 µm sebanyak 10 liter yang selanjutnya diawetkan dengan menggunakan pengawet lugol.
Identifikasi Plankton. Identifikasi zooplankton ini bertujuan untuk mengetahui jeni-jenis zooplankton yang ditemui pada saat penelitian. Identifikasi zooplankton ini menggunakan buku panduan identifikasi dari Basmi (1999). Setelah zooplankton diidentifikasi barulah zooplankton dihitung kelimpahan, keanekaragaman jenisnya, indeks dominansi dan keseragaman. Kelimpahan. Setelah melakukan identifikasi zooplankton, kemudian dilakukan perhitungan kelimpahan zooplankton di perairan Teluk Riau. Perhitungan kelimpahan zooplankton ini menggunakan rumus dari APHA, (1992) yang dijelaskan sebagai berikut :
Dengan ketentuan : N = jumlah total individu plankton perliter (individu/liter) n = jumlah individu spesies individu ke-i yang tercacah (ind) ja = jumlah total strip pada Sedwigck Rafter Cell (50 strip) jb = jumlah strip yang diamati di Sedwigck Rafter Cell (10 strip) vt = volume air yang tertampung pada botol koleksi (40 ml) vs = volume air pada Sedwigck Rafter Cell (1 ml) vd = volume air yang disaring (10 liter). Indeks keanekaragaman jenis (H’). Indeks keanekaraman jenis ini
dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener (Krebs, 1989) yaitu :
Dengan ketentuan : H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (nits/individu) pi = ni/N ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu Indeks Kesegaraman (E). Indeks keseragaman ini dihitung menggunakan rumus “Evenness Shannon” (Soegianto, 1994) yaitu :
Keterangan : E = Indeks keseragaman H’ = Indeks keragaman H’maks = Ln S S = Jumlah spesies Indeks Dominansi (D). Indeks keseragaman (D) yang digunakan yaitu indeks Dominansi Simpson dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan : D = Indeks dominansi Simpson ni = Jumlah individu ke-i N = Jumlah total individu
dalam jumlah individu per liter air (Raimont, 1983). Hasil analisis zooplankton di perairan Teluk Riau dijelaskan pada tabel berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kelimpahan Plankton. Kelimpahan zooplankton didefenisikan sebagai jumlah unit individu zooplankton persatuan volume air dan dinyatakan
Tabel 1. Jenis dan kelimpahan zooplankton (ind/l) di perairan Teluk Riau Stasiun No. Spesies I II III 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Acartia clausi Acartia tranteri Globigerina bulloides Leprottintinnus simplex Oikopleura albicans Prorodon teres Tigriopus japonicus Tintinnopsis radix Cestum amphithrites Creseis conica Leprottintinnus bottnicus Favella azorica Corycaeus ovalis
Total
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa total kelimpahan zooplankton di perairan Teluk Riau berbeda-beda setiap stasiun pengamatannya. Total kelimpahan zooplankton berkisar antara 500 – 740 ind/l. Kelimpahan zooplankton pada stasiun I sebanyak 740 ind/l, stasiun II sebanyak 500 ind/l dan pada stasiun III sebanyak 600 ind/l. Sedangkan menurut Firman Adhi Wahyudi, 2014 (komunikasi pribadi) diketahui bahwa kelimpahan zooplankton di perairan Teluk Riau pada siang hari diperoleh stasiun I sebanyak 400 ind/l, stasiun II sebanyak 420 ind/l dan stasiun III sebanyak 500 ind/l. Selanjutnya pada siang hari ditemukan jenis
40 100 60 80 120 180 60 100 -
120 200 40 80 60 -
140 40 60 140 60 100 60
740
500
600
zooplankton sebanyak 9 spesies zooplankton di perairan Teluk Riau. Indeks Keanekaragaman (H’). Menurut Kaswadji (1976) bahwa Indeks keanekaragaman atau “Diversity Indeks” diartikan sebagai suatu gambaran secara matematik tentang jumlah spesies suatu organisme dalam populasi. Indeks keanekaragaman akan mempermudah dalam menganalisis informasi-informasi mengenai jumlah individu dan jumlah spesies suatu organisme. Untuk mengetahui tentang Indeks Keanekaragaman (H’) zooplankton di perairan Teluk Riau dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1. Diagram lingkaran Indeks Keanekaraman (H’) zooplankton di perairan Teluk Riau
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa kisaran Indeks keanekaragaman (H’) berada pada kisaran antara 2,1044985 – 2,8643681. Indeks Keanekaragaman (H’) tertinggi pada perairan Teluk Riau diperoleh pada stasiun I sebesar 2,8643681, kemudian diikuti oleh stasiun III dengan Indeks Keanekaragaman (H’) sebesar 2,6676482 dan Indeks Keanekaragaman (H’) terendah pada perairan Teluk Riau diperoleh pada stasiun II sebesar 2,1044985. Berdasarkan hasil analisis Indeks Keanekaragaman (H’) di setiap stasiun yang terdapat di perairan Teluk Riau, dapat diketahui bahwa Indeks Keanekaragaman (H’) berada dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan pada malam hari zooplankton mencari makan di permukaan perairan. Menurut
Soegianto (1994), bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi, jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies (jenis) dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Sebaliknya, jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies, dan jika hanya sedikit saja spesies yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah. Indeks Keseragaman (E). Indeks Keseragaman (E) merupakan suatu perhitungan untuk mengukur kemerataan penyebaran zooplankton di perairan Teluk Riau. Untuk mengetahui tentang indeks keseragaman (E) pada perairan Teluk Riau di setiap stasiun pengamatan, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Diagram lingkaran indeks keseragaman (E) zooplankton setiap stasiun di Perairan Teluk Riau
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa Indeks Keseragaman (E) di perairan Teluk Riau berada pada kisaran 0,90635815 – 0,954789356. Indeks Keseragaman (E) tertinggi diperoleh pada stasiun I sebesar 0,954789356 kemudian diikuti oleh stasiun III sebesar 0,950235461 dan yang terendah diperoleh pada stasiun II yaitu sebesar 0,90635815. Pada stasiun I diketahui memiliki Indeks Keseragaman (E) tertinggi dengan nilai sebesar 0,954789356 yang berarti bahwa penyebaran zooplankton stasiun I merata dan jumlah individu zooplankton yang menyusun komunitas dapat dikatakan sama, karena mendekati 1. Sedangkan pada stasiun II memiliki Indeks Keseragaman (E) sebesar 0,90635815. Indeks Keseragaman (E) termasuk dalam kategori tinggi karena nilainya mendekati 1, hal ini menunjukkan bahwa penyebaran zooplankton stasiun II merata dan jumlah individu zooplankton yang
menyusun komunitas dapat dikatakan sama. Selanjutnya pada stasiun III sebesar 0,950235461 hal ini menunjukkan bahwa Indeks Keseragaman (E) mendekati nilai 1 yang berarti bahwa penyebaran zooplankton stasiun III merata dan jumlah individu zooplankton yang menyusun komunitas dapat dikatakan sama. Menurut Michael (1994) bahwa kriteria keseragaman yaitu 0<E<0,4 menunjukkan keseragaman rendah, 0,4<E<0,6 menunjukkan keseragaman sedang dan E>0,6 menunjukkan keseragaman tinggi. Indeks Dominansi (D). Sediadi (2004) menyatakan bahwa dominansi merupakan suatu bentuk penguasaan dalam suatu perairan untuk mendapatkan makanan maupun tempat tinggal yang layak serta bertahan cukup lama. Selanjutnya untuk mengetahui lebih jelas tentang Indeks Dominansi (D) di perairan Teluk Riau, dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3. Diagram lingkaran Indeks Dominansi (D) zooplankton setiap stasiun
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa kisaran Indeks Dominansi (D) berkisar antara 0,1497443 – 0,264. Indeks Dominansi (D) tertinggi diperoleh pada stasiun II sebesar 0,264 kemudian diikuti oleh stasiun III sebesar 0,1711111 dan yang terendah diperoleh pada stasiun I yaitu sebesar 0,1497443. Kemudian dapat diketahui bahwa Indeks Dominansi (D) tertinggi diperoleh pada stasiun II dengan nilai sebesar 0,264. Pada stasiun II ini Indeks Dominansi (D) mendekati angka 0 yang berarti bahwa stasiun tersebut tidak terjadi dominasi oleh jenis zooplankton tertentu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Odum, (1971) menyatakan bahwa apabila nilai indeks dominansi mendekati 0, maka tidak ada spesies atau filum yang dominan pada komunitas tersebut. Pada gambar di atas menunjukkan bahwa pada stasiun III diperoleh Indeks Dominansi (D) sebesar 0,1711111, hal ini menunjukkan bahwa pada stasiun ini
juga tidak terjadi dominasi oleh jenis zooplankton tertentu. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Odum, (1971) menyatakan bahwa apabila nilai indeks dominansi mendekati 0, maka tidak ada spesies atau filum yang dominan pada komunitas tersebut. Pada stasiun III ini, ditemukan jenis zooplankton yaitu Acartia clausi, Favella azorica, Leprottintinnus simplex, Corycaeus ovalis, Prorodon teres, Tigriopus japonicus dan Creseis conica. Indeks Dominansi (D) pada stasiun I sebesar 0,1497443 yang termasuk dalam kategori rendah, karena Indeks Dominansi (D) pada stasiun I mendekati angka 0 yang menunjukkan bahwa tidak ada jenis zooplankton tertentu yang mendominasi di stasiun I. Menurut Odum, (1971) menyatakan bahwa apabila nilai indeks dominansi mendekati 1, maka komunitas tersebut didominasi oleh spesies atau filum tertentu, dan apabila mendekati 0, maka tidak ada spesies atau filum yang dominan pada komunitas tersebut.
Parameter Perairan. Hasil pengamatan parameter perairan di perairan Teluk Riau diketahui bahwa yaitu pH berkisar 6 – 6,89 , Suhu berkisar 29 – 27,3 0C, salinitas berkisar antara 28,3 – 29,3 ‰ dan oksigen terlarut berkisar 4,77 – 5,8 mg/l. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan jenis zooplankton antara lain Acartia clausi, Acartia tranteri, Globigerina bulloides, Leprottintinnus simplex, Oikopleura albicans, Prorodon teres, Tigriopus japonicus, Tintinnopsis radix, Cestum amphithrites, Creseis conica, Leprottintinnus bottnicus, Favella azorica, dan Corycaeus ovalis. Hasil analisis kelimpahan zooplankton di Perairan Teluk Riau berkisar antara 500 – 740 ind/l. Kelimpahan zooplankton pada stasiun I sebanyak 740 ind/l, stasiun II sebanyak 500 ind/l dan pada stasiun III sebanyak 600 ind/l. Indeks Keanekaragaman (H’) di Perairan Teluk Riau berkisar antara 2,1044985 – 2,8643681 yang berada pada tingkat keanekaragaman sedang. Indeks Keanekaragaman (H’) tertinggi pada perairan Teluk Riau diperoleh pada stasiun I sebesar 2,8643681, kemudian diikuti oleh stasiun III dengan Indeks Keanekaragaman (H’) sebesar 2,6676482 dan Indeks Keanekaragaman (H’) terendah pada
perairan Teluk Riau diperoleh pada stasiun II sebesar 2,1044985. Nilai Indeks Keseragaman (E) di Perairan Teluk Riau berkisar antara 0,90635815 – 0,954789356 yang berada pada tingkat keseragaman tinggi. Indeks Keseragaman (E) tertinggi diperoleh pada stasiun I sebesar 0,954789356 kemudian diikuti oleh stasiun III sebesar 0,950235461 dan yang terendah diperoleh pada stasiun II yaitu sebesar 0,90635815. Nilai Indeks Dominansi (D) di Perairan Teluk Riau berkisar antara 0,1497443 – 0,264 yang berada pada tingkat dominansi rendah sehingga tidak terjadi dominasi oleh jenis zooplankton tertentu. Indeks Dominansi (D) tertinggi diperoleh pada stasiun II sebesar 0,264 kemudian diikuti oleh stasiun III sebesar 0,1711111 dan yang terendah diperoleh pada stasiun I yaitu sebesar 0,1497443. Saran. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton di perairan Teluk Riau dengan jumlah stasiun yang lebih banyak dan pengambilan sampel dilakukan berdasarkan musim kemarau dan musim penghujan. Selain itu, dalam pengamatatan zooplankton pada penelitian selanjutnya, hendaknya memperhitungkan pengaruh pasang surut terhadap fluktuasi parameter perairan.
DAFTAR PUSTAKA Arinardi, O. 1997. Kisaran Kelimpahan dan Komposisi Plankton Predominan Di Perairan Kawasan Timur Indonesia. LIPI : Jakarta. APHA. 1992. Standart Methods for the Examination of Water and Waste Water. 18th edition. Washington. Basmi,
J. 1999. Planktonologi (Bioekologi Plankton Algae). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kaswadji, R. F. 1976. Studi Pendahuluan Tentang Penyebaran dan Kemelimpahan Phytoplankton di Delta Upang, Sumatera Selatan. Karya Ilmiah Fakultas Perikanan IPB Bogor. Bogor. Krebs,
C, J. 1989. Ecological methodology. h. 328-370. Harper Collins Publisher, Inc. New York.
Michael. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. UI Press : Jakarta. Nybakken, J.W. 1992. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 459 hal. Odum, E, P. 1971. Fundamentals of ecology. 3rd Ed W.B Saunders, Co Philadelphia.
Raymont, J. E. E. 1983. Plankton and Productivity in the Ocean. 2nd edition. Pergamon Press, Oxford. 770 pp. Romimohtarto, K. Dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Penerbit Djambatan. Jakarta. Sediadi, 2004. Keanekaragaman, Pola Penyebaran dan Ciri-ciri Substrat Cacing Laut (Polychaeta) di Perairan Pantai Timur Lampung Selatan. [Thesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Soegianto. A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasional. Surabaya.