1
KARAKTERISTIK DAN LAJU ENDAPAN SEDIMEN DI PERAIRAN KELURAHAN TANJUNG UNGGAT KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU Desarmilizar Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH
Risandi Dwirama Putra, ST, M.Eng Dosen Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH
Chandra J Koenawan, S.Pi, M. Si Dosen Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Perairan wiayah Kelurahan Tanjung Unggat Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulaun Riau.Tekstur sedimen menunjukkan jenis fraksi sedimen di perairan Tanjung Unggat dikelompokan menjadi tiga tekstur sedimen (Gravelly Sand, Sandy Gravel, dan Slightly Gravelly Sand) dengan dominan pada jenis tekstur Gravelly Sand atau pasir campuran kerikil. Namun pada titik sampling dengan aktifitas permukiman bertekstur campuran sedimen kasar dan halus namun pada dominan di jenis sedimen Slightly Gravelly Sand yaitu pasir berkerikil dengan campuran lumpur. Hasil pengukuran berat akumulasi menunjukkan bahwa nilai akumulasi sedimen pada perairan Tanjung Unggat adalah kisaran 0.02 – 0.25 gram/cm²/hari. Terpantau dari hasil analisis histogram bahwa rata-rata akumulasi sedimen sebesar 0.0878 gram/cm²/hari. Pada lokasi dengan nilai akumulasi tertinggi kondisi arusnya cenderung lebih lemah namun pada lokasi dengan akumulasi rendah arusnya lebih tinggi.
Kata Kunci: Karakteristik substrat, Laju endapan sedimen, Tanjung Unggat
2
I. A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kelurahan Tanjung Unggat memiliki luas wilayah 10.50 Km2 dengan batas – batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung Bugis. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjungpinang Timur. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kampung Bulang. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kemboja. Perairan Kelurahan Tanjung Unggat banyak aktifitas masyarakat yaitu : pelabuhan, permukiman, dan mata pencarian ( nelayan ). Perairan laut Kelurahan Tanjung Unggat memiliki beberapa ekosistem yang berperan penting bagi masyarakat, namun hal ini bisa saja terhambat oleh aktifitas yang berlebihan bahkan salah satu ekosistem sudah tidak sebanyak seperti dahulu lagi. (Lurah Tanjung Unggat, 2014). B. Kondisi di Tanjung Unggat Pendangkalan merupakan salah satu faktor permasalahan yang terjadi di Kelurahan Tanjung Unggat. Kondisi ini disebabkan karena adanya renovasi pembangunan Pelabuhan Tanjung Unggat yang di bangun pada tahun 2001. Menurut masayarakata Keluarahan Tanjung Unggat setempat renovasi pembangunan pelabuhan memerikan dampak yang signifikan terhadap terjadinya pendangklan di sepanjang perairan Keluarahan Tanjungunggat, hal ini dikuatkan pada tahun 2002 dilakukannya pengerukan disepanjang perairan Pelabuhan Tanjung Unggat, hal ini menandakan bahwa renovasi yang dilakukan menyebabkan terjadinya perubahan mekanisme transport sedimen yang menyebabkan di sebagian perairan Pelabuhan Tanjung Unggat terjadi proses sedimentasi yaitu pendangkalan yang mengubah fungsi dari ekosistem (Rifardi,2012) Proses sedimentasi yang terjadi di daerah perairan Kelurahan Tanjung Unggat dipercepat dengan adanya aktivitas pemukiman warga, salah satunya adalah pembuangan limbah rumah tanggga di periran Kelurahan Tanjung Unggat. Pembuangan limbah rumah tangga yang dilakukan oleh masayarakat sekitarnya yang merupakan bahan non oraganik menyebabkan terjadinya penumpukan limbah di seberan perairan pemukiman masyarakat kelurahan Tanjung Unggat yang mengganggu proses transportasi sedimen menyebabkan terjadinya ketidakstabilan sedimatasi di perairan tersebut. Penumpukan limbah ini semakin parah dan memberikan dampak yang kurang baik bagi masyarakat yaitu terjadinya kenaikan muka air laut beberapa tahun terakhir. Perairan di Tanjung Unggat berbentuk sungai yang selalau menjadi lalu lintas kapal – kapal, di karenkan di lokasi perairan tersebut adanya pelabuhan yang bisa bongkar muatnya barang di perairan Tanjung Unggat.dan juga perairan Tanjung Unggat bayaknya para masyarakat nelayan yang melewati perairan
Tanjung Unggat . di perairan Tajung Unggat tersebut adanya aktifitas galangan kapal yang bisa mengakibat nambahnya aktifitas kapal-kapal di perairan Tanjung Unggat. Berbagai macam aktifitas di perairan Tanjung Unggat yang bisa mengakibatkan dampak negafik yang di akibatkan ulah tangan manusia,yang bisa terjadinya pendangkalan. Yang akan berdampak pada permukiman penduduk di sekitar perairan Tanjung Unggat dan pelabuhan.yang menimbulkan muka air laut meningkat, yang meningkatnya pendangkalan.membuat masyarkat merasakan setiap tahunya yaitu naiknya muka air laut yang masuk ke dalam rumah.yang di akibatkan ulah masyarakat sekitar yang tidak mau menjaga perairan tersebut. Terlalu banyak Aktifitar di Perairan Tanjung Unggat menimbulkan berdampak negatif baik di pelabuhan, permukiman penduduk.yang akan menimbulnya erosi,baik di tepian pelabuhan mau pun di permukiman penduduk di sekitaran Peraiaran Tanjung Unggat.
II. METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perairan wiayah Kelurahan Tanjung Unggat Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulaun Riau.Penelitian ini di fokuskan pada dua lokasi yaitu di Hilir dan hulu , pengambilan sampel sedimen dan pengukuran kualitas perairan dilakukan di kedua lokasi tersebut.Sedangkan analisis sampel sedimen dilakukan di Laboratorium Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2016 sampai dengan Maret 2016. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar peta satelit(Google Earth).
Gambar . Peta lokasi penelitian (Google Earth) B. 1.
Prosedur Penelitian Sumber Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, data yang diperoleh berupa data primer dan data skunder. Data primer diperoleh di lapangan, kemudian dianalisis di laboratorium Ilmu
3
Kelautan dan Perikanan Universitas Maritim Raja Ali Haji. Sedangkan titik stasiun telah ditetapkan sebelumnya, yang dianggap dapat mewakili daerah perairan Kelurahan Tanjung Unggat Kecamatan Bukit Bestari kota Tanjungpinang. Dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dengan lokasi wilayah penelitian. Untuk selanjutnya data diolah dan dibahas secara deskriptif. 2.
Penentuan Stasiun Penelitian Penentuan Lokasi menggunakan metode Purposive sampling berdasarkan penilaian aktivitas yang terjadi di lokasi tersebut.Penentuan titik pengamatan berdasarkan metode random sampling dengan melihat panjang garis pantai Kelurahan Tanjung Unggat yang lokasinya cukup luas,dengan di batasi sebanyak 30 titik sampling. penentuan titik sampling sedimen dasar perairan dapat dilihat pada gambar berikut:
E.
Pengukuran Parameter Oseanografi Pengukuran parameter perairan meliputi pasang surut, kedalaman, kekeruhan, salinitas, dan arus perairan. Pengeukuran parameter perairan dilakukan pada setiap titik sampling. F. 1.
Analisis Data Laju Akumulasi Sedimen Akumulasi sedimen dapat dihitung denganperhitungan sebagai berikut Laju Berat Akumulasi = Keterangan : Laju Berat Akumulasi = (gram/cm3/hari) W= Berat Kering Sedimen (gram) L= VolumeSedimen trap (cm3) t= Waktu Pemasangan Sedimen trap (hari) 2.
Statistik Sedimen Diameter rata-rata (Mz) Mean Size =
a.
Skewness (SK 1)
b.
Sorting Koefisien (δ1)
Sk1 = Gambar . Pengambilan Titik Sampling. 3.
Pengambilan Sampel Sedimen Sampel sedimen diambil pada lokasi atau titik yang sudah ditentukan dan diplotkan pada peta dasar,secara umum pelaksanaan pengambilan sampel harus dilakukan secara sistematis sesuai dengan ketersediaan waktu. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan Ekman grab sebagai alat sampling. Akumulasi Sedimen Sedimen trap digunakan utnuk mengukur jumlah atau volume sedimen terakumulasi. Alat ini dapat diletakkan pada kedalaman yang diinginkan sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan, misalnya pengukuran sedimen tersuspensi pada tiga kedalaman yang berbeda (dasar, pertengahan, permukaan perairan). Menurut Rifardi (2008) istilah yang sering digunakan untuk menjelaskan jumlah (volume danberat) sedimen yang mengendap per satuan luas area per waktu, disebut dengan istilah akumulasisedimen.Secara umum metoda dan peralatanpenetuan tingkat akumulasi sedimen biasanya dipakai sedimen trap.English dan baker (1994) dalam Rifardi 2012 mendifinisikan bahwa sedimen trap adalah peralatan yang dipakai untuk menentukan kecepatan sedimentasi.
δ1 = c.
Kurtosis (KG)
KG =
a.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Kondisi Oseanografi Perairan Parameter perairan yang diukur dianggap merupakan parameter yang paling berpengaruh terhadap sedimentasi. Parameter oseanografi yang diukur dipenelitian ini meliputi arus permukaan, kedalam perairan, pasang surut perairan, salinitas dan kekeruhan perairan. 1.
Arus Permukaan Kecepatan arus yang diukur merupakan kecepatan arus permukaan dan dinyatakan dalam satuan meter per detik. Menunjukkan bahwa kecepatan arus permukaan pada lokasi penelitian berada pada kisaran
4
0.04-0.10 m/detik, dengan rata – rata kecepatan arus sebesar 0.06 (histogram=0.06047) m/detik dengan nilai standart deviasi sebesar 0.014 dengan total count (N=30). 2.
Kedalaman Perairan
Kondisi Kedalaman perairan pada lokasi penelitian berada pada kisaran 98 -146 cm, dengan rata – rata kedalaman perairan sebesar 128 cm. dari analisis histogram dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kedalaman perairan 1.749 dengan nilai standar deviasi senilai 0.87 dari total data sebanyak 30 data. Berdasarkan hasil tersebut kondisi kedalaman perairan dilokasi penelitian tergolong dangkal namun ada beberapa titik tergolong dalam. 3.
Pasang Surut Ketinggian pasang optimal terjadi pada pukul 01:00wib dengan ketinggian air sebesar 1.9 m dan pasang kedua terjadi pada pukul 16:00 hingga 17:00wib dengan ketinggian 1.7 m. Surut pertama terjadi pada pukul 09:00wib dengan ketinggian 0.4 meter dan surut kedua dengan ketinggian air 1.1 meter pada pukul 21:00wib. Dengan demikian kondisi pasang surut termasuk kedalam diurnal dengan 2 kali pasang dan 2 kali surut. 4.
Kekeruhan Perairan
Dari data kekeruhan terlihat bahwa rata-rata kekeruhan sebesar 3.74 NTU dengan kisaran kekeruhan antara 0.15-13.86 NTU. Hasil penelitian seperti pada grafik menunjukkan bahwa kekruhan perairan tertinggi terjadi pada titik 4 dengan nilai sebesar 13.86 NTU dan terendah pada titik 27 dengan nilai kekeruhan 0.15 NTU. Kekeruhan yang tinggi pada titik 4 yang merupakan area permukiman diasumsikan dipengaruhi oleh adanya buangan organik yang dihasilkan oleh pemukiman yang terdekomposisi oleh mikroba sehingga terjadi pembentukan bahan organik yang merupakan partikel yang akan menyebabkan kekeruhan perairan meningkat. Menurut Idham (2014) Faktorfaktor kekeruhan air ditentukan oleh benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb), jasad-jasad renik yang merupakan plankton,warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun daun tumbuhan yang terekstrak).
5.
Salinitas Perairan
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa kisaran salinitas perairan dengan nilai 30-35 ppt dengan nilai rata-rata sebesar 33.33 ppt. Dari grafik histogram dapat dilihat bahwa nilai salinitas data standar deviasinya
sebesar 1.49 dengan total nilai ataupun titik sampling sebanyak 30 titik. B.
Statistik Sedimen Dasar Perairan Analisis statistika sedimen meliputi diameter rata-rata, sorting, kurtosis, dan skewness untuk menggambarkan pola sedimentasi di perairan Tanjung Unggat yang dibahas pada sub bab dibawah ini. 1.
Diameter rata-rata (Mz) Diameter rata-rata ukuran butir sedimen atau mean size untuk semua titik sampling berbeda-beda. Namun secara keseluruhan hasil analisis diameter rata – rata bisa dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel. Perhitungan Diameter rata-rata (Mz) Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Lokasi
Permukiman
Pelabuhan
Lalu Lintas Kapal
Mean Size Coarse Sand Coarse Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Medium Sand Coarse Sand Coarse Sand Coarse Sand Coarse Sand Coarse Sand Coarse Sand Coarse Sand Coarse Sand Very Coarse Sand
Sumber : Data primer (2016). Klasifikasi rata-rata ukuran butiran sedimen pada titik sampling di perairan Tanjung Unggat tergolong dominan pada jenis medium sand artinya bentuk rata-rata ukuran butiran sedimennya yaitu pasir sedang. Namun pada sampling 22 hingga 30 sangat mencolok karena berbentuk rata-rata ukurannya yaitu Coarse Sand dan Very Coarse Sand yaitu pasir kasar dan pasir sangat kasar. Diketahui bahwa pada wilayah ini merupakan area transportasi kapal yang terdapat pergerakan dari baling-baling kapal. Akibat dari pergerakan ini, jenis sedimen yang halus akan terangkut dari dasar dan tersuspensi di badan perairan sehingga menyisakan jenis sedimen kasar, dan menyebabkan komposisi sedimennya berbutir kasar. Namun energi
5
dari pergerakan baling-baling kapal tidak cukup kuat untuk mengangkut sedimen yang lebih besar. Sedimen ukuran kasar akan mengendap tidak jauh dari sumbernya pada daerah sekitar mulut sungai, sebaliknya semakin jauh dari mulut sungai maka porsi pasir yang diendapkan semakin sedikit dan pada daerah ini menuju laut pengendapan didominasi oleh sedimen berukuran halus (Rifardi, 2008). Dasar perairan yang yang didominasi oleh partikel sedimen kasar mengambarkan perairan tersebut dipengaruhi oleh gelombang dan arus kuat, sebaliknya jika didominasi oleh partikel-partikel halus maka perairan dalam kondisi tenang dan arus lemah. Kondisi tersebut sesuai dengan kondisi arus permukaan perairan yang tergolong lambat. Arus yang lambat atau lemah akan lebih didominansi oleh partikel yang lebih halus karena pengadukan atau pencampuran sedimen berlangsung lambat. 2.
Skewness (SK) Skewness menggambarkan domianan ukuran butiran apa yang domianan pada titik sampling. Dari hasil secara keseluruhan analisis nilai skewness bisa dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel. Perhitungan Nilai Skewness (SK) Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Lokasi
Permukiman
Pelabuhan
Lalu Lintas Kapal
Skewness Fine skewed Symmetrical Coarse skewed Coarse skewed Symmetrical Coarse skewed Symmetrical Coarse skewed Coarse skewed Very Coarse skewed Very Coarse skewed Very Coarse skewed Coarse skewed Very Coarse skewed Very Coarse skewed Very Coarse skewed Symmetrical Very Coarse skewed Very Coarse skewed Very Coarse skewed Coarse skewed Very Fine skewed Fine skewed Fine skewed Very Fine skewed Fine skewed Fine skewed Symmetrical Very Fine skewed Fine skewed
Sumber : Data primer (2016). Hasil penelitian menunjukkan nilai skewnes terklasifikasi Very Fine skewed, Fine skewed, Symmetrical, Very Coarse skewed, dan Coarse skewed. Dari hasil analsisis menunjukkan bahwa pada area
permukiman memang dominan pada klasifikasi Coarse skewed namun ada beberapa titik klasifikasi skewednya tergolong Fine skewed yang mencirikan adanya komposisi dominan sedimen halus pada area permukiman. Hal ini sesuai dengan tekstur sedimen secara umum yang terdapat sedimen halus pada area permukiman akibat dari dekomposisi bahan organik hasil dari aktifitas perumahan masyarakat. Namun pada area pelabuhan kondisinya dominan dengan Coarse skewed hingga Very Coarse skewed mencirikan bahwa adanya dominan butiran kasar pada lokasi ini. Dominan ukuran butiran kasar pada lokasi ini disebabkan karean pergerakan dan perputaran kapal yang menyebabkan pengadukan bahan partikel sedimen halus sehingga sedimen kasar yang akan tertinggal. Skewness mencirikan ke arah mana dominan ukuran butir dari suatu populasi tersebut, mungkin simetri, condong ke arah sedimen berbutir kasar atau condong ke arah berbutir halus. Sehingga skewness dapat digunakan untuk mengetahui dinamika sedimentasi. Nilai skewness positif menunjukkan suatu populasi sedimen condong berbutir halus, sebaliknya skewness negatif menunjukkan populasi sedimen condong berbutir kasar (Supriadi, 2015). Sorting (δ1) Sorting secara umum merupakan pemilahan sedimen pada titik sampling yang kita amaiti. Secara keseluruhan hasil analisis nilai sorting koefisien bisa dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel . Perhitungan Nilai Sorting Koefisien (δ1) Titik Lokasi Sorting 1 Poorly Sorted 2 Poorly Sorted 3 Poorly Sorted 4 Poorly Sorted 5 Poorly Sorted Permukiman 6 Poorly Sorted 7 Poorly Sorted 8 Poorly Sorted 9 Poorly Sorted 10 Poorly Sorted 11 Poorly Sorted 12 Poorly Sorted 13 Poorly Sorted 14 Poorly Sorted 15 Poorly Sorted Pelabuhan 16 Poorly Sorted 17 Poorly Sorted 18 Poorly Sorted 19 Poorly Sorted 20 Poorly Sorted 21 Poorly Sorted 22 Lalu Lintas Kapal Poorly Sorted 23 Poorly Sorted 3.
6
24 25 26 27 28 29 30 Sumber : Data primer (2016).
Poorly Sorted Poorly Sorted Poorly Sorted Poorly Sorted Poorly Sorted Poorly Sorted Poorly Sorted
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan nilai sorting koefisien (δ1) hanya diperoleh 1 klasifikasi pola sortasi yaitu terpilah buruk Poorly Sorted. Dari hasil tersebut memaparkan bahwa secara keseluruhan dominan ukuran butir sedimen di lokasi penelitian tidaklah seragam ataupun sama, artinya ada ukuran butir sedimen yang dominan. Dari hasil pengamatan sebelumnya dengan nilai tekstur mencirikan jenis sedimen dominan pada Gravelly Sand sedangkan untuk nilai berdasarkan mean size dominan pada Medium Sand dengan demikian secara keseluruhan ukuran butir sedimen di area penelitian condong berbuitr kasar. Kondisi ini memungkinkan merupakan dampak dari adanya reklamasi dan pembukaan lahan pesisir menjadi area permukiman maupun menjadi area industri yang pada saat adanya aliran hujan akan membawa partikel kasar ke badan perairan sehingga merubah komposisi sedimennya. Dari hasil penimbunan yang dilakukan sedimen kasar yang ada pada bagian atas akan menggelinding karena kemiringan lereng penimbunannya sehingga sedimen-sedimen kasar akan masuk ke perairan. Klasifikasi sebaran butiran partikel oleh nilai sorting terpilah buruk poorly sorted, sehingga diduga kekuatan arus dan gelombang dilokasi stasiun tersebut tidak stabil, dimana pada suatu massa tertentu mengalami kuat arus dan gelombang dan pada masa yang lain mengalami arus yang lemah (Supriadi,2015). 4.
Kurtosis (KG) Secara keseluruhan hasil analisis nilai kurtosis bisa dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel. Perhitungan Nilai Kurtosis Titik Lokasi Kurtosis 1 Very Platykurtic 2 Very Platykurtic 3 Platykurtic 4 Mesokurtic 5 Platykurtic Permukiman 6 Platykurtic 7 Very Leptokurtic 8 Mesokurtic 9 Mesokurtic 10 Mesokurtic 11 Platykurtic 12 Pelabuhan Platykurtic 13 Mesokurtic
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Lalu Lintas 26 Kapal 27 28 29 30 Sumber : Data primer (2016).
Platykurtic Mesokurtic Platykurtic Leptokurtic Very Leptokurtic Leptokurtic Leptokurtic Mesokurtic Platykurtic Mesokurtic Very Leptokurtic Platykurtic Mesokurtic Mesokurtic Very Leptokurtic Leptokurtic Platykurtic
Klasifikasi nilai kurtosis terdapat jenis Platykurtic, Leptokurtic, Very Leptokurtic, Mesokurtic. Pada area permukiman kondisi kurtosis dominan pada klasifikasi Mesokurtic menandakan distribusi ukuran sedimen pada titik pengamatan seimbang atau normal. Pada area pelabuhan jenis klasifikasi kurtosis tergolong dominan pada jenis Platykurtic dengan keterangan bahwa distribusi jenis sedimen pada titik sampling di area pelabuhan adalah sama, artinya tidak ada perbedaan jenis sedimen secara umum pada titik sampling. Diketahui bahwa pada area pelabuhan ini, jenis sedimennya tergolong kasar yaitu Gravelly Sand. Pada area lalu lintas kapal juga terpantau klasifikasi kurtosisinya adalah Platykurtic yang mencirikan sebran jenis sedimen pada setiap titik cenderung sama dengan jenis sedimen kasar yaitu Gravelly Sand. Dari hasil ini, membuktikan bahwa secara umum jenis sedimen di perairan Tanjung Unngat dominan pada jenis substrat kasar. Rivardi (2012) mengatakan bahwa Kurtosis mengukur puncak dari kurva dan berhubungan dengan penyebaran distribusi normal. Bila kurva distribusi normal tidak terlalu runcing atau tidak terlalu datar disebut mesokurtic. Kurva yang runcing disebut leptokurtic, menandakan adanya ukuran sedimen tertentu yang mendominansi pada distribusi sedimen di daerah tersebut. Sedangkan untuk kurva yang datar disebut platikurtic, artinya distribusi ukuran sedimen pada daerah tersebut sama. C.
Laju Endapan Sedimen Laju endapan menggambarkan besaran nilai berat dari sedimen yang masuk keperairan yang tertangkap oleh perangkap sedimen pada waktu tertentu. Kecepatan endapan pada penelitian ini dibedakan menjadi kecepatan volume akumulasi (ml) dan berat akumulasi (gram) persatuan luas permukaan (cm)
7
sediment trap. Nilai rata-rata sedimen endapan di lokasi penelitian seperti pada tabel. Tabel. Berat Endapan Sedimen Titik
Lokasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Berat Akumulasi (gr/cm2/hari) 0.07 0.07 0.20 0.02 0.09 0.06 0.06 0.11 0.12 0.11 0.09 0.25 0.16 0.11 0.06 0.10 0.17 0.13 0.09 0.08 0.05 0.07 0.04 0.07 0.05 0.07 0.06 0.03 0.04 0.03
Permukiman
Pelabuhan
Lalu Lintas Kapal
Sumber : Data primer (2016). Berdasarkan analisis kurva histogram pada nilai Endapan sedimen secara lengkap pada setiap titik sampling dapat dilihat pada gambar . Histogram of Akumulasi rata-rata Normal
Mean StDev N
12
0.1060 0.04532 30
Frequency
10 8 6 4 2 0
0.00
0.04
0.08 0.12 0.16 Akumulasi rata-rata
0.20
0.24
Gambar. Histogram Endapan Sedimen Sumber : Olahan data Minitab 16. (2016). Hasil pengukuran berat Endapan menunjukkan bahwa nilai Endapan sedimen pada perairan Tanjung Unggat adalah kisaran 0.02 – 0.25 gram/cm²/hari. Terpantau dari hasil analisis histogram bahwa rata-rata Endapan sedimen sebesar 0.106 gram/cm²/hari dengan nilai standar deviasi 0.045 gram/cm²/hari dengan total data 30 data. Menurut Rifardi (2012) Kecepatan
sedimentasi adalah sedimen yang mengendap di dasar perairan selama periode waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan tebal pengendapan per waktu. Hasil penelitian Supriadi (2015) di Perairan Bukit Bestari mendapati kisaran laju berat endapan adalah 0.0928 – 0.2902 (gram/cm²/hari). Dan penelitian Robbi , (2014) Berdasarkan hasil tersebut rata-rata laju berat endapan adalah 1.0556-2.5508 (gram/cm²/hari) tertinggi terdapat yaitu 2.5508 (gram/cm2/hari), sedangkan laju berat endapan terendah yaitu 1.0556 (gram/cm2/hari), dengan jumlah rata-rata total laju berat endapan selama per-hari yaitu 1.8250 (gram/cm²/hari). Dibandingkan dari hasil penelitian-penelitian diatas bahwa nilai Endapan sedimen di perairan Tanjung Unggat masih tergolong rendah, namun jika ini terjadi pada waktu yang panjang juga akan mengakibatkan perubahan komposisi sedimen yang dampak luasnya adalah pendangkalan perairan. Endapan tertinggi terjadi pada titik sampling 13 dengan nilai berat Endapan sedimennya 0.25 gram/cm²/hari sedangkan terendah terjadi pada titik 4 dengan nilai akumulasi 0.02 gram/cm²/hari. Titik 13 endapannya tinggi karena pada titik ini kondisi arus lemah hanya sebesar 0.045 m/s sehingga mendukung terjadinya endapan lebih cepat karena partikel sedimen tidak terangkut menyebar ke lokasi lainnya. Sedangkan pada titik sampling 4 endapannya rendah karena arus lebih kuat dengan nilai 0.069 sehingga sedimen akan terbawa menyebar ke badan perairan dan mengakibatkan endapan melambat. Arus juga merupakan kekuatan yang menentukan arah dan sebaran sedimen. Kekuatan ini juga yang menyebabkan karakteristik sedimen berbeda sehingga pada dasar perairan disusun oleh berbagai kelompok populasi sedimen. Secara umum partikel berukuran kasar akan diendapkan pada lokasi yang tidak jauh dari sumbernya, sebaliknya jika halus akan lebih jauh dari sumbernya (Rifardi, 2008). Pergerakan sedimen pantai atau transport sedimen pantai adalah gerakan sedimen di daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya, Rifardi (2012). Menurut Kusnan, (2012) dalam Supriadi (2015) Sebagai akibat dari perubahan volume sedimen adalah terjadinya penggerusan (degredasi) di beberapa tempat serta pendangkalan (agradasi) di tempat lain pada dasar sungai, dengan demikian pada umumnya bentuk dasar sungai akan berubah. Apabila air mengalir pada suatu alur (sungai atau saluran), maka air tersebut akan menyebabkan pengikisan (scour) pada permukaan tanahnya. Partikel-partikel tanah yang berupa lumpur (sediment), kerikil, maupun kerikil agak besar diameternya dapat terlepas dari dasar alur (bed) atau tebing (bank), partikel tersebut akan terbawa oleh aliran air.
8
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan Tekstur sedimen menunjukkan jenis fraksi sedimen di perairan Tanjung Unggat dikelompokan menjadi tiga tekstur sedimen (Gravelly Sand, Sandy Gravel, dan Slightly Gravelly Sand) dengan dominan pada jenis tekstur Gravelly Sand atau pasir campuran kerikil. Namun pada titik sampling dengan aktifitas permukiman bertekstur campuran sedimen kasar dan halus namun pada dominan di jenis sedimen Slightly Gravelly Sand yaitu pasir berkerikil dengan campuran lumpur. Hasil pengukuran berat akumulasi menunjukkan bahwa nilai akumulasi sedimen pada perairan Tanjung Unggat adalah kisaran 0.02 – 0.25 gram/cm²/hari. Terpantau dari hasil analisis histogram bahwa rata-rata akumulasi sedimen sebesar 0.0878 gram/cm²/hari. Pada lokasi dengan nilai akumulasi tertinggi kondisi arusnya cenderung lebih lemah namun pada lokasi dengan akumulasi rendah arusnya lebih tinggi. B. Saran Saran dari peneliti adalah perlunya menjaga kestabilan pesisir dari dampak sedimentasi dengan cara pembangunan yang ramah lingkungan dan tidak mengoptimalisasi atau melakukan reklamasi pada lahan yang terdapat vegetasinya seperti mangrove, lamun, maupun terumbu karang sehingga akan menyebabkan sedimentasi. Perlu adanya perauturan dan turut serta dinas dan instansi terkait mengenai pengelolaan wilayah perairan Tanjung Unggat. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh aktifitas pemukiman terhadap perubahan komposisi sedimen serta pengaruh dari kekeuatan arus terhadap laju endapan sedimennya. DAFTAR PUSTAKA Robbi, A.2014. Sedimentasi Di Perairan Tepi Laut Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji; Tanjungpinang. Effendi Hefni.2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius : Jakarta. Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1986.Pengantar Oseanografi. Jakarta: Djambatan. Idham.2014. Studi Sedimentasi di Perairan Pulau Dompak Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji; Tanjungpinang.
Munandar. R.K.2014. Karakteristik Sedimen di Periran Desa Tanjung Momong Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas. Skripsi. University Maritime Raja Ali Haji;Tanjungpinang. Nontji. A.2007. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan : Jakarta. Kordi, K. M. G. H dan Andi, B. T. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta : Jakarta Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. (Marine Biology. An Ecological Approach). Diterjemahkan oleh H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen Hutomo dan S. Sukardjo. Gramedia, Jakarta. 480 Hal. Rifardi, 2008. Tekstur Sedimen:Sampling Analisis.Pekanbaru.UNRI Press.
dan
Rifardi, 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern Edisi Revisi. Pekanbaru. UNRI Press. Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2005. Biologi Laut : Djambatan. Jakarta. Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Penerbit PT. Grasindo. Jakarta.