STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN PERAIRAN PULAU LOS KOTA TANJUNGPINANG Samsuar(1), Muzahar(2), Andi zulfikar(3) Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Maritime Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29122 ABSTRAK Struktur komunitas lamun merupakan data dasar dari ekosistem lamun yang perlu untuk diketahui. Penelitian dilakukan di perairan Pulau Los, Kelurahan Senggarang, Kota Tanjungpinang, dimulai dari bulan April sampai juni 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menyusun data tentang parameter perairan ekosistem lamun, komposisi jenis, indeks nilai penting, dan pola sebaran lamun di Pulau Los. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data lamun menggunakan metode line transect quadrant, sedangkan penentuan titik stasiun dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian dapat ditemukan jenis lamun di Pulau Los, diantaranya yaitu jenis Holodule uninervis, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila minor, dan Halophila ovalis. Komposisi jenis lamun hampir merata pada stiap stasiunnya. Rerata nilai tutupan jenis lamun sebesar 53,401% dan tergolong sedang, dengan nilai tutupan tertinggi adalah jenis Thalassia hemprichii. Rerata total kerapatan sebesar 218,939 tegakan/m2, dengan kerapatan tertinggi adalah jenis Thalassia hemprichii. Keanekaragaman jenis lamun berkisar antara 1,685 – 2,835 dan tergolong sedang, keseragaman jenis lamun berkisar antara 0,726 - 0,833 dan tergolong keseragaman yang tinggi, sedangkan nilai indeks dominasi berkisar antara 0,163 - 0,395 dan tergolong dominasi yang rendah. Nilai pola sebaran berkisar antara 0,285 - 0,323 dan tergolong dalam pola sebaran yang seragam. Nilai kualitas perairan ekosistem lamun masih dapat mendukung kehidupan biota asosiasinya. Kata kunci : Lamun, Pulau Los, Struktur komunitas ABSTRACT Community structure of Seagrass is basic data of seagrass that needs to be known. The study was conducted in the waters of Los Island, Village Senggarang, Tanjungpinang city, starting from April to June 2015. The purpose of this study was to obtain and compile data about the parameters waters seagrass ecosystems, species composition, index values, and the distribution pattern of seagrass Island Los. Data used include primary data and secondary data. Seagrass data retrieval using line transect method quadrant, while the station point determination by purposive sampling method. Results of the study can be found on the island of Los seagrass species, among which types Holodule uninervis, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila minor, and Halophila ovalis. Seagrass species composition is almost evenly on stiap stations. The mean value of seagrass species cover of 53,401% and classified, with the highest value is the type of Thalassia hemprichii. The mean total density of 218,939 stand/m2, with the highest density is the type of Thalassia hemprichii. Seagrass species diversity ranged from 1,685 to 2,835 and is classified, uniformity seagrass species ranged from 0,726 to 0.833 and a relatively high uniformity, while the dominance index values ranged from 0,163 to 0,395 and a relatively low dominance. Value distribution pattern ranged from 0.285 to 0,323 and classified in a uniform distribution pattern. Water quality value of seagrass ecosystems are still able to support microbial life association. Keywords : Seagrass, Los Island, Community structure
I.
PENDAHULUAN
Pulau Los adalah salah satu pulau yang
terdapat
di
terutama
mengenai
informasi
Kelurahan
keanekaragaman jenis lamun, pola
Senggarang. Pulau Los merupakan
sebaran dan nilai indeks ekologi lamun
bagian dari Kecamatan Tanjungpinang
yang ada di kawasan perairan tersebut.
Kota, Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Pulau Los terletak di
II.
depan Senggarang Besar merupakan
TINJAUAN PUSTAKA Komunitas merupakan kumpulan
pulau yang tidak berpenghuni, namun
populasi
kawasan
lingkungan habitat tertentu dan saling
ini
telah
dimanfaatkan
yang
hidup
pada
masyarakat setempat untuk kegiatan
berinteraksi.
tempat mencari ikan, udang dan
dibedakan menjadi komunitas mayor
kerang - kerangan yang di panen
dan
langsung dari area padang lamun di
mayor adalah komunitas yang tidak
pesisir Pulau Los tersebut dan ada juga
bergantung pada komunitas lain serta
yang mendirikan keramba jaring apung
dapat
di sekitar pulau tersebut. Pemanfaatan
menjadi ekosistem yang mandiri pada
yang berlebihan dan pengelolaan yang
suatu habitat. Komunitas minor adalah
lemah
terancamnya
komunitas di dalam atau di luar
keberadaan lamun dan efeknya akan
komunitas mayor, yang bergantung
mengancam ekosistem lainnya.
pada komunitas lain di dekatnya.
mengakibatkan
komunitas
Komunitas
suatu
minor.
menyokong
dapat
Komunitas
komunitasnya
Berkaitan hal diatas, diperlukan
Komunitas merupakan konsep yang
data dasar yang merujuk kepada
penting karena di alam berbagai
pengelolaan lamun. Namun, saat ini
spesies
informasi dan data dasar tentang
dalam suatu aturan dan apa yang
pengelolaan
kawasan
dialami oleh komunitas akan dialami
Kelurahan
oleh organisme. Di alam komunitas
perairan
lamun
Pulau
Los
di
Senggarang tersebut masih minim
organisme
hidup
bersama
mempunyai struktur dan pola tertentu
lumpur, pasir, kerikil, dan patahan
(Krebs, 1989 dalam Ayunda, 2011).
karang mati dengan kedalaman sampai
Lamun
adalah
4 meter. beberapa jenis lamun bahkan
tumbuhan berbunga (angiospermae)
di temukan tumbuh sampai kedalaman
yang tumbuh dan berkembang dengan
8-15 meter dan 40 meter (Philips, 1960
baik di lingkungan laut dangkal hingga
dalam Verinica, 2011).
sampai
(seagrass)
kedalaman
40
meter,
membentuk kelompok kecil hingga padang yang sangat luas dan dapat membentuk vegetasi tunggal yang terdiri satu jenis lamun atau vegetasi campuran yang terdiri 2 sampai 12
Gambar 1. Morfologi Lamun
jenis lamun yang tumbuh bersam-
Luas padang lamun di Indonesia
sama pada satu substrat. Menurut
diperkirakan sekitar 30.000 km2 yang
(Azkab,
dihuni
oleh 12 jenis lamun. Suatu
2011) Lamun mempunyai sifat yaitu
padang
lamun
mampu hidup di media air asin,
vegetasi tunggal yakni tersusun dari
berfungsi
keadaan
satu jenis lamun saja ataupun vegetasi
sistem
campuran yang terdiri dari berbagai
perakaran jangkar yang berkembang
jenis lamun (Nontji,2009). Sebaran
dengan baik, mempunyai kemampuan
spesies lamun yang paling luas dan
untuk
dominan di indoensia adalah Thalassia
2006
dalam
normal
terbenam,
Nainggolan,
dalam
mempunyai
berkembang
biak
secara
dapat
terdiri
dari
generatif dalam keadaan terbenam, dan
hemprichii dan Enhalus
dapat berkompetisi dengan organisme
spesies ini dapat membentuk vegetasi
lain dalam keadaan stabil ataupun
tunggal maupun campuran dengan
tidak stabil pada lingkungan laut.
sebaran zona intertidal sampai subtidal
Lamun
(Hutomo, et al., 2009).
tumbuh
subur
di
daerah
terbuka pasang surut dan perairan pantai atau goba yang dasarnya berupa
acoroides
Di seluruh dunia lamun telah
habitat
ikan
dan
berbagai
biota
ditemukan 4 Famili dan 60 jenis
lainnya. Berbagai jenis ikan yang
lamun, 2 famili diantaranya ditemukan
bernilai ekonomi penting menjadikan
di Indonesia yaitu Hydrocharitaceae
padang lamun sebagai tempat mencari
dan Potamogetonaceae dan 13 jenis
makan, berlindung, bertelur, memijah
yang tercatat diantaranya di temukan
dan sebagai daerah asuhan. Padang
di Indonesia.
lamun juga berperan penting untuk
Jenis-jenis lamun dalam komunitas akan membentuk sebuah tipe vegatasi.
menjaga kestabilan garis pantai. Ferianita
(2007),
mengatakan
Vegetasi campuran jenis lamun yaitu
dalam kehidupan masyarakat, lamun
Cymodocea
rotundata,
Cymodocea
dapat
Enhalus
acoroides,
pupuk,
serrulata,
digunakan bahan
sebagai
baku
pangan,
obat,
bahan
Holodule uninervis, Holophila ovalis,
kerajinan, bahan baku kertas, pakan
Syringodium isoetifolium, Thalassia
ternak,
hemprichii, Holophila sp (Nienhuis et
Fauziyah, 2004 menambahkan bahwa
al, 1991 dalam Fauziyah, 2004). Jenis
peran lamun dalam ekonomi sebagai
lamun yang umumnya membentuk
penunjang sumber daya perikanan.
monospesifikasi
Thalassia
Berbagai jenis hewan laut hidup di
hempirichii, Talassodendrom ciliatum,
padang lamun seperti ikan, molusca,
Enhalus acoroides, Cymodocea sp,
krustacea, ecinodermata, dugong, dan
Syringodium
lain-lainnya.
adalah
isoetifolium
dan
Holodule sp, (Nienhuis et al, 1991 dalam Fauziyah, 2004). Ekosistem padang lamun dalam ekosistem
di
laut
dangkal
yang
produktif mempunyai peran sangat penting. Menurut (Nontji, 2009) lamun mempunyai peran penting sebagai
pariwisata
dan
perikanan.
Tabel 1. Parameter lingkungan lamun Parameter Satuan Baku mutu Suhu °C 28 °C 30°C Salinitas ‰ < 35 Kecerahan M >3 Derajat 7 - 8,5 keasaman (pH) Sumber : Kepmen LH (2004)
Tabel 2. Kategori substrat Ukuran Tipe Substrat Substrat > 2 mm kerikil 1 - 2 mm
pasir sangat kasar
0,5 - 1 mm
gersik
0,25 - 0,5 mm
medium pasir
0,125 - 0,25 mm
pasir halus
III.
METODE PENELITIAN
Kuadrant (1x1) Repraktometer Thermometer pH meter
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Secchi disk
April 2015 sampai Juni 2015 yang
Tali dan pelampung Stopwatch
terdiri dari identifikasi jenis, kerapatan jenis, frekuensi jenis, tutupan lamun, indeks nilai penting, nilai indeks ekologi lamun, dan pola sebaran lamun, serta pengukuran parameter lingkungan salinitas,
yang derajat
meliputi
suhu,
keasaman
(pH),
kecerahan, kekeruhan, kecepatan arus, dan tipe substrat lamun di perairan
yang
Tabel 3. Peralatan yang digunakan
Roll Meter
Sumber : Wenworth, 1992
bahan
sebagai berikut : Alat
Lumpur
dan
digunakan dalam penelitian ini adalah
GPS
0,063 - 0,125 mm pasir sangat halus < 0,063 mm
Peralatan
Kegunaan Menentukan koordinat stasiun pengamatan Menentukan jarak transek kuadrat Mengamati jenis Mengukur salinitas Mengukur suhu Untuk mengukur pH perairan Mengukur kecerahan
Mengukur kecepatan arus Mengukur waktu kecepatan arus Alat tulis dan Mencatat hasil kertas pengamatan Buku identifikasi Identifikasi lamun (McKenzie, L.J. 2003) Kertas lebel Menyimpan dan menandai sampel pengamatan Penggaris Mengestimasi ukuran substrat Kamera Untuk dokumentasi selama di lapangan
Pulau Los, Kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota
Data
yang
digunakan
dalam
Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan
penelitian ini meliputi data primer dan
Riau.
data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi pada titik sampling yang sudah ditentukan, semua hasil
yang
diperoleh
dan
(dua) berada dibagian tanjung pulau
dalam
dekat dengan ekosistem mangrove dan
Data
masih berada dalam perairan tertutup.
sekunder diperoleh dari penulusuran
Untuk stasiun 3 (tiga) berada di dekat
berbagai pustaka dan instansi Dinas
tanjung
Pemerintah Kota Tanjungpinang dan
terbuka, sedangkan stasiun 4 (empat)
instansi yang terkait lainnya dalam
berada
bentuk dokumen.
masyarakat setempat dan perairannya
dianalisis bentuk
secara tabel
ditabulasi deskriftif
dan
gambar.
Penentuan titik stasiun pengamatan lamun purposive
menggunakan sampling.
metode
dekat
yang
perairannya
dengan
aktivitas
sedikit terbuka. Metode sampel lamun melalui
ini
metode line transect quadrant dimana
merupakan penentuan lokasi penelitian
metode ini mengacu pada metode
secara sengaja berdasarkan tingkat
seagrass watch (McKenzie, 2003),
kerapatan lamun, tutupan lamun dan
yang umum dipakai dalam pengamatan
berdasarkan lokasi tempat penelitian
struktur komunitas padang lamun. Line
yang dianggap representatif lamun di
trnasect quadrant dibentang tegak
kawasan perairan Pulau Los tersebut.
lurus terhadap garis pantai, yang
Setelah melakukan survey awal di
dimulai dari titik 0 (nol) pada meteran.
lokasi penelitian dapat menyimpulkan
Penentuan titik 0 (nol) dimulai dari
bahwa pengambilan sampel lamun
ditemukannya jenis lamun pertama,
untuk memenuhi representatif lamun
kemudian ditarik garis kearah laut
di
sepanjang 100 meter (m). Di setiap
kawasan
Kelurahan
Metode
pulau
perairan Senggarang
Pulau
Los
diputuskan
stasiun
dibentang
garis
transek
membagi stasiun pengamatan menjadi
sebanyak 3 (tiga) garis, dengan jarak
4 (empat) stasiun dan tiap stasiun akan
antar garis transeknya adalah 50 meter
dibentang 3
transek.
(m). Sehingga jumlah total garis
Stasiun 1 (satu) berada dekat dengan
transek pada 1 (satu) stasiun berjumlah
keramba jaring apung dan berada pada
3 (tiga) garis transek, dengan total
perairan tertutup, sedangkan stasiun 2
keseluruhan
(tiga)
garis
dari
keempat
stasiun
adalah 12 (dua belas) garis transek. Titik pengamatan lamun dalam satu
memudahkan pengamatan jenis dan persentase tutupan lamun digunakan
garis transek terdapat contoh petakan plot, yang diletakan di sepanjang garis transek 100 meter tersebut, dengan jarak 10 meter (m) antar tiap plotnya.
buku panduan penilaian secara cepat pada habitat lamun di Pasifik bagian Barat (McKenzie, L.J. & Campbell,
Jadi total petakan contoh plot lamun dalam satu transek adalah 11 plot, dengan jumlah total petakan contoh plot dalam satu stasiun sebanyak 33 plot.
Dengan
demikian,
pengamatan sebanyak 132 plot. meliputi
jenis lamun, kerapatan lamun, peluang kehadiran
lamun,
dan
catalog
morfologi
lamun.
Lamun
diamati langsung di lapangan secara
jumlah
petakan plot dari keseluruhan titik
Pengamatan lamun
S.J. 2003) dan didukung oleh buku
persentase
tutupan lamun. Pengamatan lamun dilakukan dengan cara menempatkan transek kuadran atau petakan contoh
visual, untuk meminimalisir kesalahan dalam pendugaan persentase tutupan dilakukan
perbandingan
penilaian
persentase tutupan visual jenis lamun dengan jumlah tegakan lamun tersebut. Mengindentifikasi lamun hal yang dilihat paling utama dan pertama adalah bentuk daun dari jenis lamun tersebut, kemudian melihat ukuran dari
plot dengan ukuran 1x1 meter yang dimodifikasi dengan membuat sub plot lagi sebanyak 25 sub plot dalam
daun
lamun
tersebut,
selanjutnya
membedakan ujung dari daun lamun tersebut berdasarkan buku panduan dari catalog morfologi lamun. Begitu
kuadran 1x1 meter tersebut, dengan ukuran masing-masing sub plotnya sebesar 20x20 centi meter. Untuk
juga menghitung tegakan lamun, yang dihitung adalah jumlah total tegakan lamun
perjenisnya.
Data
tegakan
lamun tersebut merupakan data awal
identifikasi jenis, selanjutnya dihitung
untuk mencari kerapatan dari jenis
Kerapatan, Frekuensi, Tutupan, dan
lamun tersebut. Sedangkan peluang
Indek Nilai Penting, serta dihitung
kehadiran dari jenis lamun tersebut
Indeks
pada setiap plotnya dicatat, agar data
Keseragaman, Indeks Dominasi, dan
tersebut memudahkan untuk mencari
Pola Sebaran
nilai frekuensi dari lamun tersebut
rumus sebagai berikut :
perjenisnya. Sementara nilai tutupan
a.
Keanekaragaman,
Indeks
dengan menggunakan
Kerapatan jenis lamun
jenis lamun yang menutupi petakan
Kerapatan jenis adalah jumlah
plot atau kuadran tersebut merupakan
individu (tegakan) per satuan luas.
nilai untuk mencari tutupan lamun.
Kerapatan masing-masing jenis lamun
Dari
dari semua plot pencuplikan pada
pengamatan
keseluruhan
lamun
lamun
yang
secara dihitung
setiap
stasiun
dihitung
dengan
adalah perjenisnya yang dilakukan
menggunakan rumus sebagai berikut :
dengan visual yang mengacu pada
(Odum, 1971 dalam Nur, 2011).
buku McKenzie, 2003.
Di = ni / A
Sebagian besar parameter diukur
b.
secara insitu pada setiap stasiun,
Kerapatan relatif (RDi) Kerapatan
relatif
adalah
parameter lingkungan yang diamati
perbandingan antara jumlah individu
disajikan pada Tabel berikut ini.
jenis dan jumlah total individu seluruh
Tabel 4. Parameter ekosistem lamun
jenis (Odum, 1971 dalam Nur, 2011).
Parameter Suhu Salinitas Kecerahan Arus pH Substrat
Alat / Analisis Termometer Refraktrometer Secchi disk Stopwach pH meter Penggaris
Keterangan Insitu Insitu Insitu Insitu Insitu Insitu
Lamun yang masuk kedalam plot pencuplikan kemudian diamati dan diambil
sebagai
sampel
untuk
RDi c.
ni x100 n
Frekuensi jenis lamun Frekuensi jenis adalah peluang
suatu jenis ditemukan dalam titik contoh yang diamati. Frekuensi jenis
dihitung dengan rumus (Odum, 1971
RCi
dalam Nur, 2011).
F d.
Pi P
Kondisi
Ci x100% Ci lamun
ini
dapat
dikategorikan dari nilai besar kecilnya suatu
Frekuensi relatif (RFi)
persentase
tutupan
lamun
adalah
tersebut yang dapat dikelompokan
perbandingan antara frekuensi species
statusnya yaitu adalah sebagai berikut.
(Fi) dengan jumlah frekuensi semua
(Kepmen LH, 2004).
Frekuensi
Relatif
jenis (∑Fi) (Odum, 1971 dalam Nur,
≥ 60 % = Kaya / sehat
2011).
30 % - 59 % = Sedang
e.
≤ 29,9 % = Miskin / rusak
Fi RFi x100 F
g.
Persentase penutupan lamun
jenis relatif terhadap jenis lainnya,
Indeks Nilai Penting (INP) Semakin tinggi nilai INP suatu
Penutupan adalah luas area yang
semakin tinggi peranan jenis pada
tertutupi oleh jenis-i. Penutupan jenis
komunitas tersebut (Ferianita, 2007
dihitung dengan menggunakan rumus
dalam
(Odum, 1971 dalam Nur, 2011).
digunakan untuk menghitung INP
Ci = ai / A f.
perbandingan
2011).
Rumus
yang
adalah :
Penutupan Relatif (RCi) Penutupan
Nur,
Relatif antara
adalah
INP = RC + FR + RD h.
penutupan
Nilai Indeks Ekologi Lamun Nilai
indeks
ekologi
lamun
individu jenis ke-i dengan jumlah total
meliputi keanekaragaman, dominasi,
penutupan seluruh jenis. Penutupan
dan
relatif
dengan
ditentukan dari besarnya nilai indeks
menggunakan rumus (Odum, 1971
yang ada. Indeks keanekaragaman
dalam Nur, 2011).
menggunakan rumus :
jenis
dihitung
keseragaman
lamun
yang
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan
hasil
pengamatan
lamun yang telah dilakukan di perairan Indeks keseragaman dapat dihitung
Pulau Los, teridentifikasi sebanyak 9 jenis lamun yang dapat ditemukan
dengan menggunakan rumus :
pada beberapa titik pengamatan yang tersebar di pesisir perairan Pulau Los kelurahan Senggarang, 9 jenis lamun yang ada di perairan Pulau Los
Indeks dominasi dapat dihitung
disajikan pada tabel 5 berikut ini.
dengan menggunakan rumus :
i.
Pola Sebaran Pola sebaran lamun dapat dihitung
dengan rumus :
Kondisi struktur komunitas lamun dianalisis berdasarkan nilai-nilai yang diperoleh
dibandingkan
dengan
kriteria nilai untuk masing-masing indeks,
sedangkan
kualitas
air
berpedoman pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut.
Tabel 5. Lamun perairan Pulau Los Marga Jenis Halodule Halodule uninervis Halodule pinifolia Cymodocea Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata Syringodium Syringodium isoetifolium Enhalus Enhalus acoroides Thalassia Thalassia hemprichii Halophila Halophila minor Halophila ovalis Sumber : Data Primer
Kerapatan
jenis
lamun
adalah
banyaknya jumlah individu/tegakan suatu spesies lamun pada luasan tertentu. Kerapatan jenis lamun akan semakin tinggi bila kondisi lingkungan dalam keadaan baik. Perbandingan kerapatan jenis lamun perairan Pulau
Los dapat dilihat pada diagram batang
kerapatan dan tutupan suatu jenis
berikut ini.
lamun tersebut. Nilai frekuensi atau
120 Th
100
Hm
80
Ea
60
Cr
40
Cs
20
Hu
0
Ho Si Hp
Gambar 2. Nilai kerapatan Frekuensi
jenis
peluang
kehadiran
lamun
terdapat di perairan Pulau Los dapat dilihat pada gambar berikut ini. 0.5 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0
Th Hm Ea Cr Cs Hu Ho
merupakan
Si Hp
penggambaran peluang suatu jenis ditemukan dalam plot-plot contoh yang
diamati
sehingga
dapat
menggambarkan sebaran lamun yang ada. Walaupun semua jenis lamun umumnya dapat hidup pada semua substrat tetapi setiap jenis lamum mempunyai terhadap Substrat
karakteristik lingkungan
dan
tersendiri hidupnya.
karakteristik
habitat
menjadi pembatas sebaran lamun pada suatu
area.
Semakin
tinggi
nilai
frekuensi suatu jenis lamun atau semakin besar peluang kehadiran suatu jenis lamun, maka akan berdampak kepada semakin tinggi pula nilai
yang
Gambar 3. Nilai frekuensi lamun Perhitungan mendapatkan
persentase nilai
untuk
persentase
penutupan total lamun suatu stasiun. Maka dilakukan dengan pendekatan menjumlahkan nilai-nilai persentase penutupan jenis masing-masing lamun pada setiap stasiun. Dengan tujuan untuk menggambarkan seberapa luas lamun yang menutupi perairan yang biasanya dinyatakan dalam persen. Nilai persen penutupan lamun tidak serta merta bergantung dengan nilai kerapatan jenis lamun saja melainkan juga dipengaruhi oleh lebarnya helaian
jenis lamun karena lebar helaian daun lamun sangat mempengaruhi nilai penutupan, makin lebar daun jenis lamun maka semakin besar juga kemampuan untuk menutupi substrat di suatu perairan. Hasil pengamatan persentase penutupan lamun tersaji pada gambar di bawah ini. 35 30
Th
25
Hm
20
Ea
15
Cr
10 Cs
5
Hu
0
Ho
Tabel 6. Indeks nilai penting Jenis Lamun Thalassia hemprichii Halophila minor Enhalus acoroides Cymodocea rotundata Cymodocea serrulata Halophila uninervis Halophila ovalis syrongodium isoetifolium Halodule pinipolia TOTAL
RDI
RFI
RCI
34,3
30,36 34,33 98,99
19,95 13,95 13,05 46,95 7,29
19,28 20,85 47,42
9,71
7,59
7,75
25,05
3,62
4,51
4,47
12,6
7,42
7,08
6,88
21,38
1,24
1,74
1,42
4,4
6,56
5,64
5,6
17,8
9,91
9,85
5,65
25,41
100
100
100
300
Si Hp
Indeks ekologi digunakan untuk melihat
Gambar 4. Persentase tutupan lamun INP sangat ditentukan oleh nilai
keseimbangan
komunitas
lamun, indeks yang digunakan adalah indeks
Keanekaragaman,
kerapatan relatif, nilai frekuensi relatif
Keseragaman, Dominasi dan indeks
dan penutupan relatif. Kisaran INP
Dipersi Morasita.
Indeks
menunjukan apakah jenis
keanekaragaman
digunakan
tertentu
INP
untuk
mempunyai peran yang besar, sedang
mengukur
atau rendah. INP lamun di perairan
berdasarkan jumlah jenis dan jumlah
Pulau Los dapat di lihat pada table di
tegakan pada suatu area, kelimpahan
bawah ini.
suatu jenis berkaitan erat dengan
kelimpahan
komunitas
faktor biotik dan abiotik lingkungan
hidupnya. Indeks keseragaman dapat
tidak lebih dari 1. Perhitungan nilai
digunakan
Indeks Dispersi Morasita dapat dilihat
untuk
mengetahui
penyebaran tegakan antar spesies yang
pada Tabel 8 di bawah ini.
berbeda dan indeks dominasi dapat
Table 8. Pola sebaran lamun Stasiun ID
besar suatu spesies mendominasi suatu
I
0,3234059
Pola Sebaran Seragam
habitat. Sedangkan indeks Dispersi
II
0,293158477
Seragam
Morasita digunakan untuk mengetahui
III
0,290910198
Seragam
pola sebaran jenis lamun. Berdasarkan
IV
0,2849948
Seragam
digunakan untuk mengetahui seberapa
perhitungan Indeks ekologi lamun di perairan Pulau Los dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Kondisi
lingkungan
perairan
mempengaruhi kehidupan yang ada di
Tabel 7. Indeks ekologi lamun Pulau Los Indeks Nilai Kategori Keanekaragaman
2,164
Sedang
Keseragaman
0,784
Tinggi
Dominasi
0,288
Rendah
Ekosistem lamun dalam populasi
perairan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Karakteristik parameter fisika–kimia juga dapat mempengaruhi biota yang hidup di dalamnya. Nilai-nilai parameter fisikakimia perairan
menggambarkan yang
dapat
kualitas mendukung
keberadaan ekosistem padang lamun.
tersebar melalui tiga pola yaitu acak, seragam dan mengelompok. Dari hasil
V.
PENUTUP
perhitungan nilai total pola sebaran
Dari hasil penelitian yang telah
lamun perstasiun di perairan Pulau Los
dilakukan di perairan Pulau Los
dengan
perhitungan
Kelurahan Senggarang, ditemukan 9
Indeks Dispersi Morasita diperoleh
jenis spesies lamun yang tersebar dan
nilai indeksnya seragam, karena hasil
tumbuh merata pada substrat yang
perhitungan setiap stasiun pengamatan
sama,
menggunakan
mulai
dari
substrat
yang
berlumpur hingga berpasir. Sembilan
ditemukan di perairan Pulau Los.
jenis lamun yang ditemukan tersebut
Indeks nilai penting lamun terdapat
yaitu Thalassia hemprichii, halophila
pada jenis Thalassia hemprichii sangat
minor, Enhalus acoroides, Cymodocea
jauh berbeda dengan jenis lamun
rotundata,
lainnya dan memiliki peran yang
Cymodocea
serulatta,
Halophila unidervis, Halophila ovalis, syrongodium
isoitofolium,
dan
halophile pinipolia.
sangat penting di perairan Pulau Los. Keanekaragaman jenis lamun di perairan Pulau Los termasuk dalam
Kerapatan rata-rata jenis lamun
kategori yang cukup beragam jenisnya,
yang tertinggi terdapat pada jenis
ini dapat dilihat dari jenis lamun yang
Thalassia hemprichii dan kerapatan
ditemukan pada titik pengamatan dapat
jenis
sedikit
dijumpai 5 sampai 9 jenis lamun.
terdapat pada jenis Halophila ovalis
Indeks dominasi lamun di perairan
yang hanya ditemukan pada satu
Pulau
stasiun saja. Frekuensi atau peluang
kedalam kelompok rendah, karena
kehadiran lamun yang paling banyak
tidak ada salah satu jenis yang
ditemukan
Thalassia
mendominasi pada titik pengamatan,
hemprichii dan Enhalus acoroides
semua jenis lamun hidup merata pada
karena bisa ditemukan pada setiap
substrat
stasiun pengamatan. Dari kesembilan
tersebut. Indeks keseragaman jenis
jenis lamun yang teridentifikasi pada
lamun di perairan Pulau Los dapat
keempat titik pengamatan diperoleh
dikategorikan dalam kelompok tinggi,
rata-rata
sebesar
karena pada setiap stasiun pengamatan
hemprichii
dapat dijumpai setiap lamun tertentu
lamun
yang
adalah
tutupan
53,401%.
paling
jenis
total
Thalassia
Los
yang
dapat
sama
di
perairan
memiliki rata-rata tutupan yang lebih
yang
besar
lainnya,
setiap stasiunnya. Pola sebaran di
sedangkan Halophila ovalis memiliki
perairan Pulau Los dapat dikatakan
persentase
tutupan
dari
seragam pada setiap stasiunnya karena
kesembilan
jenis
yang
hal ini bisa dilihat dari jenis lamun
dari
pada
jenis
terkecil lamun
penyebarannya
dikategorikan
merata
pada
yang dijumpai pada setiap stasiun hampir sama jenisnya dan hidup merata yang tersebar di sekeliling perairan Pulau Los tersebut. Perlu
melakukan
pendekatan
kepada masyarakat nelayan setempat untuk
keberlangsungan
ekosistem
lamun di perairan Pulau Los, dengan memberikan pemahaman akan manfaat dan pentingnya ekosistem lamun itu untuk kehidupan masyarakat pesisir agar tidak merusaknya secara langsung maupun tidak langsung dan untuk mengetahui perubahan dari komposisi jenis,
kerapatan
jenis,
persentase
tutupan dan indeks ekologi lamun serta sebaran lamun yang ada di perairan Pulau Los, perlu diadakan penelitian dan monitoring secara berkala untuk mengetahui nilai ekologis lamun dan biota-biota
yang
berasumsi
di
ekosistem lamun yang ada di perairan Pulau Los tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Azkab, M.H. 2006. Ada Apa dengan Lamun, Oseana, Volume XXXI, Nomor 3, 2006 : 45-55. Balitbang Biologi Laut, PustlibangBiologi Laut-LIPI, Jakarta. Ferianita, M., 2006. Metode Sampling Bioekologi, Penerbit PT Bumi Aksara. Jakarta. Hutomo, M. 1997. Padang Lamun Indonesia : salah satu ekosistem laut dangkal yang belum banyak dikenal. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta: 35 hal. Kepmen LH, Nomor 51, 2004. Baku mutu air laut. Kepmen LH, Nomor 200, 2004. Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun. Kiswara, W dan M. Hutomo,. 1985. Habitat Dan Sebaran Geografik Lamun. Oseana, Volume X, Nomor 1 : 2130. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Mckenzie, L. J. and Yoshida, R. L. (2009). Seagrass-Watch: Proceedings of a workshop for monitoring seagrass habitats in cape York peninsula, Queensland, 9-10 march 2009.( Seagrass- Watch HQ, Cairns). 54 pp. Nainggolan, P. 2011. Distribusi Spasial dan Pengelolaan Lamun (Seagrass) Di Teluk Bakau, Kepulauan Riau. Skripsi, IPB. Bogor. Nontji, A., 1993. Laut Nusantara. Cetakan Kedua. Penerbi Djambatan. Jakarta.