STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SERAT SABUT KELAPA
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2014 Fransisca Pangestu Adi Arti NIM F34100098
ABSTRAK FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI. Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa. Dibimbing oleh YANDRA ARKEMAN dan ONO SUPARNO. Serat sabut kelapa adalah limbah yang belum dimanfaatkan secara efisien. Pemanfaatan serat sabut kelapa di Indonesia biasanya masih digunakan sebagai alat pembersih, dan arang. Serat sabut kelapa dari Indonesia umumnya masih dijual di pasar ekspor dalam bentuk mentah. Serat sabut kelapa memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi produk-produk yang bernilai, contohnya adalah jok mobil. Permintaan akan jok dari serat sabut kelapa tinggi karena jok ini memiliki mutu dan karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan busa. Industri jok serat sabut kelapa dapat dikembangkan dan berpeluang untuk menutupi permintaan yang ada di pasar dalam dan luar negeri. Ketersediaan serat sabut kelapa yang berkesinambungan sebagai bahan baku pembuatan jok sangat penting dan vital. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan strategi penyediaan bahan baku serat sabut kelapa untuk industri jok agar produksi dapat berkelanjutan dan optimal. Strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa diformulasikan dengan penentuan kriteria dan sub kriteria penyediaan bahan baku dihitung dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP). Industri jok serat sabut kelapa layak untuk dijalankan dengan nilai NPV bernilai positif, dan IRR sebesar 34%. Dengan menerapkan metode FAHP diperoleh bobot tertinggi untuk alternatif strategi penyediaan bahan baku yaitu alternatif C5 (Memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani atau industri pengurai serat sabut kelapa) dengan nilai 0.3104. Kata kunci: Strategi, bahan baku, serat sabut kelapa, jok, fuzzy ahp
ABSTRACT FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI. Supply of Raw Materials Strategy Seat Coconut Coir Industry. Supervised by YANDRA ARKEMAN and ONO SUPARNO. Coconut coir is a waste that has not been used efficiently. The coconut coir utilization in Indonesia was still for a cleaning tools and charcoal. Coconut coir from Indonesia was generally exported as raw material/feedstock. Coconut coir has the potential to be developed into more valuable products, such as a material for car seats. The demand for coconut coir seat is high because it has better quality and characteristics than conventional foam seat. Coconut coir industry can be developed significantly and get a chance to comply the existing demand of both domestic and foreign markets. The availability of coconut coir as raw material for the seat manufacturing is very important and vital. Therefore, this research aimed to obtain the raw material supply strategy for coconut coir seat industry to have a sustainable and optimal production. The supply of raw material strategy for coconut coir seat industry formulation used criteria determination and sub criteria raw material supply calculated using a Fuzzy Analytical
Hierarchy Process (FAHP) method. Coconut coir seat industry is feasible to be executed as the NPV was positive and the IRR was 34%. From the FAHP data, the highest weight for supply of raw materials strategy alternative was C5 (providing capital assistance to purchase the machine for farmers or industries) with the value is 0.3104. Keywords: Strategy, raw materials, coconut coir, seat, fuzzy ahp
STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SERAT SABUT KELAPA
FRANSISCA PANGESTU ADI ARTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa Nama : Fransisca Pangestu Adi Arti NIM : F34100098
Disetujui oleh
Dr Ir Yandra Arkeman, M Eng Pembimbing I
Prof Dr Ono Suparno, STP, MT Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah serat sabut kelapa, dengan judul “Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa”. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng. dan Bapak Prof. Dr. Ono Suparno, S.TP, M.T. selaku pembimbing, Ibu Prof. Dr. Ir. Erliza Noor selaku dosen penguji, Bapak H. Azir dan Bapak Syarif yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Fitri dari Badan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia dan Bapak Mawardin dari Asian and Pacific Coconut Community, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014 Fransisca Pangestu Adi Arti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Metode
3
Prosedur Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Permintaan Jok
9 9
Proses Pembuatan Jok
10
Aspek Finansial
12
Analisis Ketersediaan Bahan Baku
18
Strategi Penyediaan Bahan Baku dengan Fuzzy AHP
20
SIMPULAN DAN SARAN
24
Simpulan
24
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
25
LAMPIRAN
28
RIWAYAT HIDUP
27
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri Rincian modal investasi Harga dan penerimaan Struktur pembiayaan Angsuran modal investasi tetap Angsuran modal investasi kerja Proyeksi laba rugi Kriteria investasi proyek Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria Nilai crips matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR pada kriteria Total bobot tujuan strategi penyediaan bahan baku dengan mempertimbangkan bobot kriteria utama Total bobot alternatif strategi penyediaan bahan baku dengan mempertimbangkan obot tujuan
9 13 15 16 16 16 17 18 20 21 21 22 22
DAFTAR GAMBAR 1 Prinsip dasar penelitian strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa 2 Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa 3 Diagram alir pembuatan jok serat sabut kelapa
3 4 11
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Alat dan mesin industri jok serat sabut kelapa Produksi kelapa di Indonesia tahun 2013 Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy Ilustrasi jok Rincian biaya investasi Rincian nilai penyusutan dan nilai sisa Rincian gaji tenaga kerja langsung & tenaga kerja tidak langsung Rincian biaya bahan baku dan bahan penolong produksi jok serat sabut kelapa Rincian biaya operasional Rincian biaya pemeliharaan Rincian biaya asuransi Rincian laba rugi industri Rincian break even point
28 31 32 32 33 35 36 37 37 41 41 42 44
14 Arus kas 15 Hierarki penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat kelapa 16 Kuisioner penentuan strategi penyediaan bahan baku 17 Daftar nama pakar 18 Hasil matriks perbandingan berpasangan fuzzy AHP 19 Hasil matriks α-cut fuzzy 20 Hasil nilai crips matriks perbandingan berpasangan x, λmax, CI dan CR 21 Ketersediaan butir kelapa tahun 2013
45 47 48 55 56 60 64 69
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada tahun 2013, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3.79 juta Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95%) merupakan perkebunan rakyat (APCC 2013). Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik, ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya. Sabut kelapa merupakan bagian yang cukup besar dari buah kelapa, yaitu 35 % dari berat keseluruhan buah. Sabut kelapa terdiri atas serat dan gabus yang menghubungkan satu serat dengan serat lainnya. Serat adalah bagian yang berharga dari sabut. Setiap butir kelapa mengandung serat 525 gram (75 % dari sabut), dan gabus 175 gram (25 % dari sabut) (APCC 2013) Rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,9 juta ton, maka terdapat sekitar 2.0 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan (APCC 2013). Serat sabut kelapa yang dimanfaatkan di Indonesia sekitar 10% dari total produksi saat ini, pemanfaatannya yaitu diolah menjadi produk seperti jok, keset kaki, matras, tali, sapu dan coco mesh. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya. Serat sabut kelapa memiliki nilai ekonomis yang baik. Sabut kelapa jika diurai akan menghasilkan serat sabut (cocofiber) dan serbuk sabut (cocopeat). Sabut biasanya hanya dibiarkan sebagai limbah dan hanya ditumpuk di bawah tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya hanyalah untuk kayu bakar. Secara tradisional, masyarakat telah mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Namun, pengembangan dari produk cocofiber dan cocopeat akan menghasilan aneka macam derivasi produk yang bermanfaat. Serat sabut kelapa tidak hanya diolah secara tradisional; salah satu pengolahan serat sabut kelapa secara modern adalah menjadi bahan pengisi untuk jok. Pengolahan serat sabut kelapa menjadi jok akan meningkatkan nilai ekonomi yang cukup tinggi komoditi tersebut. Pengembangan industri jok sabut kelapa akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan dan peningkatan pendapatan petani. Permintaan akan jok serat sabut kelapa di pasar dalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun sekitar 10-20% di tahun 2009 sampai 2013, diprediksi akan terus meningkat hingga 30% pada tahun 2018. Adanya industri jok serat sabut kelapa akan menghasilkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar nasional dan internasional. Pasokan bahan baku bagi industri sangat penting, agar bahan baku dapat tercukupi secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu serta kontinuitasnya terjamin, maka industri perlu berpikir secara jangka panjang dan menetapkan strategi yang sesuai. Strategi penyediaan bahan baku yang efektif sangat diperlukan untuk meminimumkan resiko dan ketidakpastian dalam pengadaan bahan baku agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tidak ada gangguan.
2 Perumusan Masalah Beberapa masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kelayakan industri jok serat sabut kelapa dari aspek finansial, aspek teknologi dan aspek kapasitas? 2. Bagaimana strategi penyediaan bahan baku serat sabut kelapa agar industri dapat terus produksi dan memenuhi kebutuhan pasar?
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan besarnya pasar jok yang ada di pasar dalam negeri maupun luar negeri, menentukan kelayakan industri jok berdasarkan kapasitas terpasang, dan memformulasikan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa agar bahan baku dapat tercukupi secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu serta kontinuitasnya.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan industri serat sabut kelapa sehingga serat sabut kelapa dapat diolah menjadi barang yang memiliki nilai tinggi dan bisnis pengembangan serat alami menjadi lebih maju, serta berpeluang untuk memenuhi permintaan pasar baik pasar nasional maupun pasar ekspor. Manfaat lainnya adalah menambah informasi bagi industri dalam menyusun strategi dan kebijakan untuk pengadaan bahan baku. Selain itu, dapat memberikan manfaat berupa nilai tambah pada produk pertanian, yaitu serat sabut kelapa dan dapat meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor teknologi, perhitungan finansial, dan kapasitas yang berpengaruh dalam industri jok serat sabut kelapa dan formulasi strategi penyediaan bahan baku berdasarkan masalah yang dihadapi dan analisis kriteria dan sub kriteria dari penyediaan bahan baku di industri jok serat sabut kelapa yang prospektif.
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Dramaga IPB Bogor dan pengambilan data diperoleh dari Asian and Pacific Coconut Community, Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor
3 Indonesia dan CV Serat Kelapa yang berada di Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan mulai periode Maret 2014 hingga Mei 2014. Metode Proses perumusan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa diawali dengan tahap pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung di lapangan, wawancara dengan pakar dan penyebaran kuesioner kepada pakar. Data sekunder didapat dari penelusuran berupa dokumen dari instansi yang terkait yaitu Asian and Pacific Coconut Community, Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia dan industri jok serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media massa, maupun media elektronik (internet). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pakar ahli, kemudian dapat dianalisis kendala-kendala yang ada dalam hal penyediaan bahan baku serat sabut kelapa dalam produksi jok. Berdasarkan kendala tersebut, dapat ditentukan beberapa strategi untuk menyediakan serat sabut kelapa. Penentuan strategi ini dilakukan dengan menggunakan informasi pakar yang kemudian diolah dengan metode fuzzy AHP. Prinsip dasar penelitian terdapat pada Gambar 1 dan diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa disajikan pada Gambar 2.
Permintaan jok dari pasar domestik dan luar negeri
Industri (analisis kelayakan industri berdasarkan aspek finansial, aspek kapasitas dan aspek teknologi)
Bahan baku yang dibutuhkan berdasarkan kapasitas industri
Strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa
Gambar 1 Prinsip penelitian strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa
4 Mulai
• Studi pustaka • Referensi internet
Penentuan permintaan jok
Kelayakan industri jok dengan : • Analisis aspek finansial • Analisis aspek teknologi • Analisis aspek kapasitas produksi
Layak? tidak ya • Studi pustaka • Diskusi pakar • Analisis data sekunder • Studi pustaka • Diskusi pakar • Kuisioner • Referensi internet
Analisis ketersediaan bahan ya baku dengan menghitung ketersediaan lahan kelapa dan produksinya
Penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).
Strategi terbaik untuk penyediaan bahan baku industri jok serat sabut
Selesai
Gambar 2 Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa
5 Prosedur Analisis Data Permintaan Jok Jok merupakan salah satu komponen penyusun dari mobil yang sangat dibutuhkan untuk memproduksi satu unit mobil. Permintaan jok yang berada di pasar dalam dan luar negeri dapat dihitung dari banyaknya produksi mobil di dalam dan luar negeri. Setiap memproduksi satu unit mobil membutuhkan komponen penyusun lainnya; salah satunya adalah jok yang dibutuhkan sebanyak 4-6 unit jok per mobilnya. Data sekunder produksi mobil selama 5 tahun dari tahun 2009 hingga tahun 2013 diperoleh dari Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (GAIKINDO). Rumus sederhana untuk menentukan banyaknya jok yang dibutuhkan setiap harinya berdasarkan banyaknya mobil yang diproduksi adalah sebagai berikut : Permintaan Jok = produksi mobil perhari × jumlah jok mobil
Aspek Finansial, Teknologi, Kapasitas dan Ketersediaan Bahan Baku Analisis kelayakan usaha diidentifikasi melalui aspek finansial. Aspek finansial yang akan dihitung meliputi nilai NPV, IRR, Net B/C dan PBP. Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan harga baik yang terjadi pada sektor penerimaan maupun pengeluaran. 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) dari suatu produk adalah nilai sekarang (present value) dari selisih antara penerimaan dan biaya pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk mengurutkan alternatif yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana proyek memberikan biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Rumus untuk mencari nilai NPV adalah : n
NPV = � t=0
Keterangan NPV : Nilai bersih sekarang Bt : Total pendapatan pada tahun ke-t Ct : Total biaya pada tahun ke-t i : Tingkat diskonto n : Umur ekonomis proyek
𝐵𝐵𝑡𝑡 − 𝐶𝐶𝐶𝐶 (1 + i)t
2. Internal Rate Return (IRR) Internal rate return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satu persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan. Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase dari keuntungan proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman.
6 Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar atau sama dengan tingkat diskonto, sedangkan jika lebih kecil dari tingkat diskonto maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan. Penerapan metode lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan penerapan NPV sama dengan nol. Namun hal tersebut sangat jarang terjadi. Kriteria IRR mempunyai beberapa keuntungan, yaitu tidak tergantung pada tingkat discount rate social yang berlaku. Sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat bunga yang berlaku maka investasi dikatakan tidak layak. Rumus untuk mencari nilai IRR adalah : IRR = L% + �
NPVL − (H − L) �% NPVL − NPVH
Keterangan : L : Tingkat diskonto rendah H : Tingkat diskonto tinggi NPVL : Hasil NPV untuk tingkat diskonto rendah NPVH : Hasil NPV untuk tingkat diskonto tinggi
3. Net Benefit Cost Ratio(Net B/C) Net benefit cost ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif dengan present value yang bernilai negatif. Perhitungan ini digunakan untuk melihat berapa kali lipat penerimaan yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Proyek dikatakan layak jika net B/C lebih besar dari satu sedangkan jika net B/C lebih kecil dari satu maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Payback Period Payback period merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat jagka waktu dalam pelaksanaan proyek yang dapat menutupi nilai negatif pada awal proyek tersebut. Payback period atau tingkat pengembalian investasi adalah umur dengan pada tingkat diskonto tertentu, penerimaan bersih kumulatif sama dengan nol dan menunjukkan pada umur proyek berapa investasi dapat dikembalikan. Perhitungan tingkat pengembalian investasi dilakukan dengan metode discounted payback period, dimana nilai manfaat bersih yang terdapat pada cash flow didiskontokan dan dikumulatifkan. Jumlah Investasi Payback Period = x 1 tahun NPV setiap tahun
5. Break Even Point (BEP) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sampai batas mana usaha yang dilakukan bisa memberikan keuntungan atau pada tingkat tidak rugi dan tidak untung. Biaya tetap (tahun) Break Even Point = (Harga jual − biaya variabel per satuan unit) Analisis berikutnya adalah aspek teknologi, analisis ini berdasarkan alat dan mesin yang digunakan pada saat proses produksi jok dari serat sabut kelapa. Alat dan mesin yang digunakan dan kapasitasnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
7 Analisis kapasitas produksi dihitung berdasarkan kapasitas mesin pengurai sabut kelapa menjadi serat panjang. Kapasitas mesin pengurai yang digunakan adalah 1 ton/jam. Mesin pengurai yang akan digunakan pada industri ini adalah sebanyak 2 unit mesin. Waktu kerja mesin adalah 7 jam. Berat jok yang dihasilkan dari mesin cetakan adalah 2 kg (1 kg tempat duduk dan 1 kg sandaran). Perhitungan kapasitas produksi adalah sebagai berikut : Kapasitas produksi =
kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin berat per satuan jok
Berdasarkan rumus diatas, maka didapatkan kapasitas produksi sebesar 7 000 unit jok/hari. Bahan baku yang digunakan untuk kapasitas 7 000 unit jok/hari adalah sebanyak 14 ton/hari. Ketersediaan bahan baku serat sabut kelapa dianalisis dengan data sekunder ketersediaan lahan yang ada di Indonesia dan produksinya. Data ketersediaan kelapa terdapat pada Lampiran 2. Rumus perhitungan bahan baku adalah : Bahan baku = kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin
Fuzzy AHP
Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Keuntungan fuzzy AHP adalah pada saat melakukan penilaian, dimana para pengambil keputusan tidak dipaksa untuk melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka melalui bilangan linguistik. Prosedur penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayag (2005) adalah sebagai berikut : 1. Perbandingan skor. Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy terdapat pada Lampiran 3. 2. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy Dengan menggunakan bilangan fuzzy melalui perbandingan berpasangan, matiks penilaian fuzzy Ã(aij) dibuat dengan persamaan berikut: 1 𝑎𝑎�12 ⋯ ⎡𝑎𝑎� 1 ⋯ ⎢ 21 ⋮ ⋯ Ã=⎢ ⋮ ⋮ ⋯ ⎢ ⋮ ⎣ 𝑎𝑎�𝑛𝑛1 𝑎𝑎�𝑛𝑛2 ⋯
⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯
𝑎𝑎�1𝑛𝑛 𝑎𝑎�2𝑛𝑛 ⋮ ⋮ 1
⎤ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦
𝑎𝑎 𝑎𝑎 −1 , 3� −1 , 5� −1 , 7� −1 , 9� −1 � , 3� , 5� , 7� , 9� atau 1� dengan 𝑎𝑎�𝑖𝑖𝑖𝑖 = 1 jika i=j, dan 𝑎𝑎�𝑖𝑖𝑖𝑖 =1 jika i≠ 𝑗𝑗 3. Penyelesaian nilai eigen fuzzy Nilai eigen fuzzy merupakan sebuah bilangan fuzzy untuk menyelesaikan persamaan :
𝐴𝐴̃ 𝑥𝑥� = 𝜆𝜆� 𝑥𝑥�
8 Ã merupakan (n x n) matriks fuzzy yang berisi bilangan fuzzy 𝑎𝑎�𝑖𝑖𝑖𝑖 𝑥𝑥� merupakan (n x 1) vektor fuzzy yang berisi bilangan fuzzy 𝑥𝑥� 𝑖𝑖 Penentuan bobot prioritas dapat disederhanakan dengan persamaan berikut :
𝑥𝑥𝑖𝑖 =
𝑎𝑎𝑖𝑖𝑖𝑖 � 𝑗𝑗=1 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
∑𝑛𝑛 𝑖𝑖=1�∑𝑛𝑛 𝑛𝑛
α − cut merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil keputusan pada penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian matriks 𝐴𝐴̃ diestimasikan oleh indeks optimisme ω. Semakin tingi nilai indeks ω menunjukkan tingkat optimisme yang lebih tinggi. Indeks optimisme merupakan kombinasi konveks linier yang didefinisikan dengan persamaan berikut : 𝑎𝑎 𝑎𝑎 𝑎𝑎 𝑎𝑎�𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝜔𝜔 𝑎𝑎𝑖𝑖𝑖𝑖 + (1 − 𝜔𝜔)𝑎𝑎𝑖𝑖𝑖𝑖 , ∀𝜔𝜔 ∈ [0,1]
Vektor eigen dihitung dengan memperbaiki nilai ω dan melakukan identifikasi α – cut maksimum yang akan menghasilkan sekumpulan nilai dari bilangan fuzzy. Normalisasi pada perbandingan berpasangan dan penghitungan bobot prioritas dilakukan dalam penghitungan rasio konsistensi untuk setiap matriks dan seluruh hierarki. Pengukuran indeks konsistensi dilakukan dengan menggunaan persamaan berikut ini : CI =
λmax − n n−1
CI : Indeks konsistensi : Vektor Konsistensi λmax n : Jumlah alternatif Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan perbandingan berpasangan secara langsung. Selang konsistensi adalah 0 sampai dengan 0.1. Jika nilai melebihi 0.1 maka dianggap tidak konsisten Rasio konsistensi dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : CR =
CI RI
CR : Rasio konsistensi RI : Indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara acak 4. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan cara mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot atribut dan menjumlahkan seluruh atribut dengan persamaan berikut : 𝑡𝑡
�𝑘𝑘 = �(bobot atribut × penilaianik )�
Untuk i : 1,2,3,….., t i : atribut t : total jumlah atribut k : alternatif
𝑖𝑖=1
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Permintaan Jok Indonesia merupakan negara yang memiliki perkembangan dalam industri otomotif yang relatif baik. Hal ini selain dikarenakan besarnya jumlah penduduk Indonesia juga disebabkan faktor konsumsi masyarakat serta mobilitas yang relatif tinggi, sehingga pasar otomotif domestik terutama sektor industri mobil dan komponennya terus menerus mengalami peningkatan dalam jumlah penjualannya. Permintaan kendaraan di Indonesia tumbuh sebesar 6% atau mencapai 1.239 juta unit pada tahun 2013. Penjualan segmen mobil penumpang menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan pasar otomotif Indonesia. Proyeksi pertumbuhan total volume industri tersebut dipicu oleh adanya perbaikan ekonomi secara bertahap, serta meningkatnya permintaan terhadap mobil yang terjangkau dan ramah lingkungan atau yang dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC) (Gaikindo 2013) Meningkatnya permintaan industri otomotif di pasar Indonesia juga meningkatkan pasar komponen-komponen penyusunnya. Salah satunya adalah jok. Jok dengan bahan pengisi yang berasal dari serat sabut kelapa semakin lama semakin dilirik pasar dalam negeri. Permintaan jok di pasar luar negeri berasal dari industri otomotif terkemuka di dunia, yaitu Mercedes Benz, Volkswagen Porche, dan Opel di Eropa dan beberapa merk mobil di Cina sudah menggunakan serat sabut kelapa untuk mengisi jok mobilnya. Data permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Permintaan jok di pasar dalam dan luar negeri Tahun
Permintaan Jok Dalam Negeri (unit/hari)
Permintaan Luar Negeri (unit/hari)
2009 2010 2011 2012 2013
3 940 4 214 5 036 5 926 6 542
206 429 265 244 269 911 262 203 288 177
Sumber : Gaikindo 2013 Permintaan jok di pasar dalam negeri sebanyak 6 542 berasal dari PT Astra Daihatsu Motor Indonesia yang memproduksi berbagai tipe mobil setiap harinya. PT Astra Daihatsu Motor Indonesia sudah menggunakan jok yang berasal dari serat sabut kelapa untuk beberapa tipe mobil yang di produksinya, contohnya adalah mobil Avanza, Xenia, dan Rush. Di Indonesia, jok yang berasal dari serat sabut kelapa biasanya dipasang pada mobil MPV (multi purpose vehicle) atau mobil serbaguna yang memiliki tempat duduk untuk 7 orang serta bagasi. Produksi mobil MPV di PT Astra Daihatsu Motor Indonesia adalah 550 unit mobil tiap harinya berupa tipe mobil Avanza, Xenia, dan Rush yang bekerja sama dengan Toyota Indonesia. Produksi mobil sebanyak 550 unit akan
10 membutuhkan 3 850 sampai 4 000 unit jok setiap harinya. Produksi jok yang berasal dari serat sabut kelapa juga dapat diserap oleh PT Meiwa yang merupakan eksportir jok dan kursi ke negara Jepang. PT Meiwa Indonesia dapat menyerap 20 000 sampai 35 000 jok dan berbagai jenis kursi setiap bulannya. Ini merupakan peluang pasar yang besar. Isu yang beredar saat ini adalah para produsen serat sabut kelapa yang ada di Indonesia sebagian besar mengekspor serat kelapa mentah (raw material) ke luar negeri dan nantinya dari raw material tersebut diolah menjadi jok, sehingga harga jual dan profitnya menjadi lebih tinggi. Indonesia hanya mendapatkan untung yang sedikit karena hanya menjual raw material. Para produsen serat sabut kelapa lebih tertarik ke pasar ekspor karena harga jualnya yang tinggi. Permintaan yang ada dari pasar jok serat sabut kelapa dalam negeri belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh industri yang ada. Hal ini dikarenakan industri pembuat jok serat sabut kelapa masih jarang dan masih dikerjakan dalam skala kecil. Dari aspek teknologi, pengolahan serat sabut kelapa relatif sederhana yang dapat dilaksanakan oleh usaha-usaha kecil. Adapun kendala dan masalah dalam pengembangan usaha kecil/menengah industri pengolahan serat sabut kelapa adalah keterbatasan modal, akses terhadap informasi pasar, serta mutu serat yang masih belum memenuhi persyaratan sehingga produksinya belum memenuhi permintaan pasar yang ada. Proses Pembuatan Jok Proses pengolahan serat sabut kelapa menjadi produk jok adalah sebagai berikut (CV Serat Kelapa 2014) : 1. Pemisahan sabut kelapa yang telah masak dari tempurung kelapa. 2. Perendaman dalam bak berisi air selama 1-3 hari, diusahakan di dalam air yang mengalir supaya terjadi penggantian air yang baik dan kontinyu. Maksud perendaman adalah untuk melunakan sabut kelapa agar mudah terjadi pemisahan serat-serat dari gabus dalam sabut kelapa. 3. Pemisahan serat menggunakan mesin pengurai serat sabut kelapa. Di dalam mesin ini terdapat rol yang berputar dengan sejumlah besar paku sepanjang 4-5 cm. Rol pemecah (breaker roll) akan berputar dan pakunya merobek sabut kelapa tanpa merusak serat. Mesin ini menghasilkan serat yang berukuran besar, panjang dan kasar yang disebut bristle fiber. 4. Proses selanjutnya adalah serat panjang yang telah didapat masuk ke dalam mesin pengayak sabut kelapa. Proses ini bertujuan untuk memisahkan serat satu sama lain dan menjadi lebih lembut. 5. Serat sabut kelapa dan lem polyurethane kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengaduk. 6. Proses terjadi pengadukan di dalam mesin, serat sabut kelapa yang telah mengandung lem dimasukkan ke dalam cetakan jok. Serat sabut kelapa yang ada dalam cetakan di-press selama 2-3 menit. Cetakan jok juga dialiri steam/uap panas. 7. Produk cetakan yang telah jadi masuk ke dalam bagian pengawasan mutu untuk dilakukan pengecekan mutunya. Produk yang gagal akan di reject.
11 8. Produk yang sudah jadi akan digabungkan dengan busa dan sarung jok sesuai dengan bentuk jok tersebut. Ilustrasi gambar jok terdapat pada Lampiran 4. Sabut kelapa yang digunakan adalah sabut kelapa dengan ukuran serat panjang berkisar 15-30cm. Selain itu kadar air dari serat sabut kelapa yang digunakan untuk pembuatan jok adalah <15%. Kelebihan sabut kelapa sebagai pengisi jok mobil adalah mempunyai daya lentur yang sangat baik, tahan lama, tidak berbau dan mempunyai tingkat pencemaran yang sangat rendah (biodegradability). Diagram alir pembuatan jok dari serat sabut kelapa dapat dilihat pada Gambar 3. Buah kelapa
Pemisahan sabut kelapa dari buah yang telah masak Perendaman dalam air 1-3 hari Penguraian sabut kelapa menjadi serat. Kadar air <15% Pemisahan serat sabut kelapa (coconut fibre) dengan cocopeat, serat pendek dan kontaminan lainnya. Ukuran serat yang digunakan adalah 15-30cm Pencampuran serat sabut kelapa dengan lem polyurethane. Perbandingan 2:1
Pencetakan jok ke dalam cetakan sesuai ukuran dan di-press dengan suhu 110oC
Pengawasan mutu dengan pemotongan jok yang tidak sesuai dengan ukuran.
tidak sesuai
sesuai Pengabungan dengan busa dan bahan penolong lainnya Sesuai
Jok Gambar 3 Diagram alir pembuatan jok serat sabut kelapa
12 Aspek Finansial Aspek finansial mengkaji mengenai perkiraan modal investasi, biaya operasional, struktur pembiayaan, rencana penerimaan, kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Analisis ini bertujuan untuk melihat kelayakan pada proyek yang dijalani. Aspek-aspek ini memperlihatkan kelayakan proyek dari sisi keuangan untuk dapat dikembangkan menjadi industri. Aspek finansial pada proyek ini dilihat dari aspek modal/investasi terhadap teknologi/mesin yang digunakan dan kriteria investasi. Analisis keuangan ini juga dapat dimanfaatkan pengusaha dalam perencanaan dan pengelolaan usaha industri jok serat sabut kelapa. Perhitungan aspek keuangan berdasarkan kelengkapan alat, teknologi dan proses yang digunakan, yang berimplikasi kepada total kebutuhan dana, kapasitas, mutu dan harga produk. Untuk penyusunan dan proyek kelayakan usaha diperlukan adanya beberapa asumsi mengenai parameter teknologi proses maupun biaya. Asumsi ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap usaha industri jok serat sabut kelapa serta informasi yang diperoleh dari pengusaha dan pustaka. Asumsinya adalah sebagai berikut : 1. Analisis finansial dilakukan selama 10 tahun dengan mempertimbangkan umur ekonomis mesin dan peralatan sekitar 10 tahun 2. Jumlah hari kerja 288 hari dalam setahun Direncanakan dalam satu minggu terdiri dari 6 hari produksi 3. Kapasitas terpasang 7 000 jok/hari 4. Produksi pada tahun ke-1 adalah 80%, tahun ke-2 adalah 90% dari kapasitas terpasang, tahun ke-3 hingga ke- 10 adalah 100% dari kapasitas terpasang. 5. Harga yang ditetapkan oleh PT PLN : - Harga listrik : Rp1 352/Kw 6. Harga bahan utama - Serat Sabut Kelapa : Rp3 000/kg 7. Harga bahan penolong antara lain - Busa : Rp50 000/meter - Kain jok: Rp30 000/buah - Lem : Rp15 000/liter - Rangka : Rp200 000/buah 8. Biaya pemasaran dan distribusi 2% dari biaya tetap 9. Berdasarkan perkiran biaya menurut Peters et al (2004), maka penetapan biaya adalah sebagai berikut: - Kontingensi 10% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi - Biaya pemeliharaan ditetapkan 5% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi - Biaya asuransi 0.75% dari nilai awal pembelian barang yang diasuransikan. 10. Penyusutan menggunakan straight line method - Nilai sisa mesin dan peralatan, instalasi listrik, perlengkapan, dan kendaraan ditetapkan sebesar 10% dari harga awal pembelian - Nilai sisa bangunan sebesar 50% dari harga pembangunan - Umur ekonomis mesin dan peralatan, kendaraan, dan perlengkapan adalah 10 tahun 11. Besarnya pajak ditetapkan sebagai berikut: - Pajak bumi dan bangunan sebesar 0.2% dari total investasi bangunan
13 - Pajak kendaraan sebesar 0.5% dari harga pembelian (UU no 22 tahun 1999) - Pajak penghasilan untuk perusahaan sebesar 28% (Pajak 2014) 12. Skema pembiayaan investasi adalah 65% dari pembiayaan bank dan 35% dari pembiayaan sendiri, skema pembiyaan ini mengacu pada skema pembiayaan maksimum yang ditawarkan oleh Bank Mandiri. Bunga 13.5% berdasarkan bunga pada Bank Mandiri untuk industri turunan kelapa. 13. Pembayaran kredit menggunakan metode sliding rate. 14. Jangka waktu pembayaran kredit modal investasi tetap adalah selama 5 tahun dan kredit modal kerja selama 5 tahun. Aspek Modal/Investasi Sebelum industri jok serat kelapa ini dapat berjalan, terdapat modal yang cukup besar yang harus dikeluarkan pada awal pendirian. Modal ini dinamakan modal investasi yang terdiri atas modal investasi tetap dan modal kerja. Modal investasi tetap berhubungan dengan kebutuhan manufacturing dan fasilitas pabrik. Modal investasi tetap terdiri atas biaya untuk pembelian peralatan dan mesin, bangunan, lahan, perlengkapan, dan pembelian kendaraan. Modal kerja merupakan modal yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan operasional industri. Modal investasi yang diperlukan untuk mendirikan industri ini ditunjukan pada Tabel 2 dan rincian selengkapnya terdapat pada Lampiran 5. Tabel 2 Rincian Modal Investasi (dalam ribuan rupiah) No.
Komponen
A 1 2 3 4 5 6 7 8
Modal Investasi Tetap Biaya pra investasi Lahan dan bangunan Biaya instalasi fasilitas Biaya alat dan mesin Biaya perlengkapan Biaya kendaraan Biaya kontingensi Bunga selama pembangunan Subtotal
B
Modal Kerja Subtotal Total Investasi
Nilai (Rp) 5 600 159 712 28 000 2 394 000 13 000 400 000 321 483 214 522 3 536 317
603 216 000 606 752 317
Aspek Penyusutan Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus (straight line method). Ditetapkan nilai sisa mesin dan peralatan, instalasi fasilitas, perlengkapan, dan kendaraan ditetapkan sebesar 10% dari harga awal pembelian.
14 Nilai sisa bangunan sebesar 50% dari harga pembangunan. Selanjutnya, umur ekonomis mesin dan peralatan, instalasi fasilitas, perlengkapan dan kendaraan adalah 10 tahun. Rincian nilai penyusutan dan nilai sisa ditunjukkan pada Lampiran 6. Aspek Biaya Operasional Biaya operasional yang dikeluarkan pada industri jok serat sabut kelapa terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh naik turunnya produksi. Biaya tetap industri jok serat sabut kelapa antara lain biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi kantor, biaya utilitas kantor, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya pemasaran, biaya laboratorium, pajak, dan penyusutan. Biaya variabel industri jok serat sabut kelapa antara lain biaya pembelian bahan baku, biaya bahan penolong, biaya dan utilitas produksi. 1. Biaya tenaga kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri jok serat sabut kelapa sebanyak 68 orang yang terdiri atas tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja langsung terdiri dari 60 orang operator yang tersebar di setiap unit kerja sedangkan tenaga kerja tidak langsung terdiri dari 2 orang manager, 2 orang staff, 1 orang tenaga pemasaran, 2 orang pengemudi, dan 1 orang keamanan. Gaji tenaga kerja terdiri dari gaji pokok. Rincian gaji tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung terdapat pada Lampiran 7. 2. Biaya bahan baku dan bahan penolong Biaya bahan baku terdiri dari biaya bahan baku utama yaitu serat sabut kelapa. Biaya bahan penolong terdiri dari pembelian busa, lem, sarung jok, dan rangka jok. Rincian biaya bahan baku dan bahan penolong produksi jok serat sabut kelapa terdapat pada Lampiran 8 dan rincian biaya operasional lengkap terdapat pada Lampiran 9. 3. Biaya pemeliharaan Biaya pemeliharaan terdiri dari biaya pemeliharaaan bangunan, instalasi, mesin dan peralatan, dan kendaraan. Biaya ini diasumsikan 2-5% dari harga pembelian. Rincian biaya pemeliharaan terdapat pada Lampiran 10. 4. Biaya asuransi Biaya asuransi terdiri dari biaya dari objek yang diasuransikan. Objek yang diasuransikan antara lain bangunan, mesin dan peralatan, dan kendaraan. Asumsi biaya asuransi sebesar 0.75% dari nilai beli objek. Rincian biaya asuransi terdapat pada Lampiran 11. Harga Penjualan dan Perkiraan Penerimaan Biaya per unit produk jok ditentukan menggunakan metode full costing dengan rumus sebagai berikut :
15
Biaya per unit produk =
biaya tetap + biaya variabel jumlah produk yang dihasilkan
Biaya untuk memproduksi jok per unitnya pada tahun pertama sebesar Rp339 032 sedangkan pada tahun kedua Rp327 894, tahun ketiga Rp318 984, tahun keempat Rp312 942, tahun kelima Rp306 900, tahun keenam hingga tahun kesepuluh Rp306 857. Harga jual jok per unitnya ditetapkan sebesar Rp1 033 000. Perkiraan penerimaan, seluruhnya berasal dari penjualan jok. Asumsi yang digunakan seluruh produksi habis terjual. Produksi jok pada tahun pertama adalah 80% dan tahun kedua mencapai 90% dari kapasitas terpasang. Hal ini mempertimbangkan daur hidup produk yang pada awal tahun pendirian berada dalam fase pertumbuhan sedangkan pada tahun ketiga hingga kesepuluh berada dalam fase stabil yaitu produksi mencapai 100% kapasitas terpasang. Rincian harga dan penerimaan industri terdapat pada Tabel 3. Tabel 3 Harga dan penerimaan (dalam ribuan rupiah) Tahun
Total Biaya (Rp)
1
546 790 581
2
Kapasitas produksi jok (unit)
Biaya Produksi /unit(Rp)
Harga (Rp/unit)
Penerimaan (Rp)
1 612
339
1 033
1 119 231 818
594 931 161
1 814
327
1 033
1 279 344 038
3
643 071 743
2 016
318
1 033
1 439 456 256
4
643 071 743
2 016
312
1 033
1 439 456 256
5
643 071 743
2 016
306
1 033
1 439 456 256
6
643 071 743
2 016
300
1 033
1 439 456 256
7
643 071 743
2 016
300
1 033
1 439 456 256
8
643 071 743
2 016
300
1 033
1 439 456 256
9
643 071 743
2 016
300
1 033
1 439 456 256
10
643 071 743
2 016
300
1 033
1 439 456 256
Pembiayaan Pendirian industri jok serat kelapa ini dibiayai dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari bank dengan perbandingan 65:35. Hal ini mengacu pada kebijakan salah satu bank yaitu Bank Mandiri bahwa maksimal porsi pembiayaan bank baik untuk modal investasi ataupun modal kerja maksimal hanya 65%. Tabel 4 menunjukkan struktur pembiayaan.
16 Tabel 4 Struktur pembiayaan (dalam ribuan rupiah) Jenis Kredit Modal Investasi Tetap Modal Investasi Kerja Jumlah
Kebutuhan Investasi (Rp) 3 536 317 606 216 000 606 752 317
Modal Sendiri (35%) 1 237 711 211 125 600 212 363 311
Pinjaman (65%) 2 298 606 392 090 400 394 389 006
Lama masa peminjaman kredit modal investasi tetap adalah 5 tahun dan untuk kredit modal kerja 5 tahun. Bunga ditetapkan 13.5% untuk kredit bunga modal investasi tetap maupun modal kerja. Hal Ini mengacu pada bunga yang diberlakukan di Bank Mandiri untuk pembiayaan industri turunan kelapa sawit. Pembayaran bunga ditetapkan dengan menggunakan metode slidding rate. Proyeksi pembayaran angsuran bersama bunganya pada tiap tahun ditunjukan pada Tabel 5 dan 6. Tabel 5 Angsuran modal investasi tetap (dalam ribuan rupiah) Tahun 0 1 2 3 4
Jumlah Kredit (Rp) 2 298 606 2 298 606 1 838 885 1 379 164 919 442
5
459 721
Angsuran Bunga (Rp) Pokok (Rp) 459 721 310 312 459 721 310 312 459 721 248 249 459 721 186 187 459 721 124 125 459 721
62 062
Jumlah Angsuran (Rp) 770 033 770 033 707 971 645 908 583 846 521 784
Tabel 6 Angsuran modal investasi kerja (dalam ribuan rupiah) Tahun 0 1 2 3 4 5
Jumlah Kredit (Rp) 606 752 317 606 752 317 485 401 854 364 051 390 242 700 927 121 350 463
Angsuran Pokok (Rp) 121 350 463 121 350 463 121 350 463 121 350 463 121 350 463 121 350 463
Bunga (Rp) 81 911 563 81 911 563 65 529 250 49 146 938 32 764 625 16 382 313
Jumlah Angsuran (Rp) 203 262 026 203 262 026 186 879 714 170 497 401 154 115 089 137 732 776
Proyeksi Laba Rugi Proyeksi laba rugi menggambarkan besarnya keuntungan dan kerugian pada industri ini. Proyeksi ini memuat mengenai pengeluaran dan penerimaan secara keseluruhan. Selisih antara penerimaan dengan pengeluaran produksi dinamakan laba operasi. Laba operasi setelah pengurangan pajak merupakan laba bersih. Pajak penghasilan ditetapkan sebesar 28%. Ini berdasarkan pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia untuk badan perusahaan. Rincian laba rugi
17 industri ditunjukan pada Lampiran 12. Perhitungan laba rugi menunjukan bahwa laba dari tahun-ke tahun mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan biaya pembayaran bunga yang semakin menurun tiap tahunnya dan pada akhir tahun kelima bunga modal investasi tetap telah habis terbayar. Tabel 7 menunjukkan proyeksi laba ruginya. Tabel 7 Proyeksi laba rugi (dalam ribuan rupiah) Tahun 1
Penerimaan (Rp) 1 666 022 400
Pengeluaran (Rp) 546 790 581
Laba Operasi (Rp) 1 119 231 818
Pajak (Rp) 313 384 909
Laba Bersih (Rp) 805 846 909
2
1 874 275 200
594 931 161
1 279 344 038
358 216 330
921 127 707
3
2 082 528 000
643 071 743
1 439 456 256
403 047 751
1 036 408 504
4
2 082 528 000
639 890 725
1 451 637 274
406 458 436
1 045 178 837
5
2 082 528 000
618 709 706
1 463 818 293
409 869 122
1 053 949 171
6
2 082 528 000
606 528 688
1 475 993 311
413 279 807
1 062 719 504
7
2 082 528 000
606 528 688
1 475 993 311
413 279 807
1 062 719 504
8
2 082 528 000
606 528 688
1 475 993 311
413 279 807
1 062 719 504
9
2 082 528 000
606 528 688
1 475 993 311
413 279 807
1 062 719 504
10
2 082 528 000
606 528 688
1 475 993 311
413 279 807
1 062 719 504
Break Even Point (BEP) Break even point merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan total biaya penerimaan. Analisis BEP menunjukan pada tahun pertama industri ini harus menjual minimal sebesar 90 566 unit, pada tahun kedua sebesar 71 860 unit kemudian pada tahun ketiga menurun menjadi 53 903 kg dan terus menurun hingga pada tahun kesepuluh titik impas berada pada 2 656 unit. Titik impas dari tahun pertama hingga kesepuluh menurun karena mulai tahun keenam bunga bank telah lunas dan tidak diperhitungkan lagi sehingga biaya tetap menurun. Rincian lengkap analisis break even point terdapat pada Lampiran 13. Kriteria Investasi Hasil perhitungan kelayakan usaha berdasarkan analisis finansial dihitung meliputi nilai NPV, IRR, net B/C dan PBP adalah sebagai berikut; Proyek dikatakan layak atau bermanfaat jika NPV bernilai positif, lebih besar atau sama dengan satu. NPV industri jok serat sabut kelapa sebesar Rp14 349 477 250 dengan discount rate sebesar 13.5% (sesuai dengan bunga pinjaman). Analisis NPV yang dilakukan untuk proyek perancangan industri jok serat sabut kelapa
18 didapatkan bahwa NPV melebihi satu yang menunjukkan bahwa proyek ini layak untuk dilaksanakan. Rincian arus kas terdapat pada Lampiran 14. Analisis IRR terhadap proyek pembangunan industri jok serat sabut kelapa didapatkan bahwa IRR 34%, lebih tinggi dari suku bunga. Hal ini menunjukkan akan proyek layak untuk dilaksanakan. Selain itu, IRR menunjukkan bahwa akan adanya pengembalian dari biaya/investasi yang dikeluarkan. Analisis net B/C proyek industri jok serat sabut kelapa menunjukkan perbandingan pendapatan dan biaya proyek sebesar 1.04 hal ini menunjukkan adanya kelayakan usaha yang dapat mengembalikan tingkat suku modal yang dikeluarkan. Nilai ini menunjukan juga bahwa satu rupiah yang diinvestasikan pada industri ini akan menghasilkan manfaat sebesar 1.04 rupiah. Hasil perhitungan payback period untuk industri jok serat sabut kelapa adalah selama 24.07 bulan/2.07 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi awal adalah selama 2.07 tahun. Manfaat perhitungan payback period adalah bahwa untuk investasi yang besar yang resikonya sulit untuk diperkirakan, maka tes dengan metode ini dapat mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan investasi. Analisis payback period menunjukkan bahwa pada tahun pertama modal awal yang dikeluarkan dapat dikembalikan. Payback period juga menunjukkan bahwa proyek ini layak untuk dijalankan hingga 10 tahun yang akan datang. Pengembalian modal usaha yang cepat dapat dilakukan dengan adanya harga jual yang sesuai dan perhitungan biaya pengeluaran tiap tahunnya. Berdasarkan perhitungan kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Kriteria Investasi Proyek Kriteria NPV IRR PBP Net B/C
Nilai 14 349 477 250
34% 2.07 1.04
Satuan Rp % Tahun
Analisis Sensitivitas Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan harga pada sektor pengeluaran. Variabel yang diubah pada analisis ini adalah harga bahan baku atau harga serat serabut kelapa. Bila terjadi peningkatan harga bahan baku serat sabut kelapa sebesar 5%, industri ini masih tetap layak untuk didirikan karena nilai NPV positif Rp6 404 066 855, IRR 17%, net B/C sebesar 1.00 dan PBP selama 3.78 tahun. Bila terjadi peningkatan harga bahan baku serat sabut kelapa sebesar 10%, industri ini masih tetap layak untuk didirikan karena nilai NPV positif Rp728 283 559, IRR 14%, net B/C sebesar 0.88 dan PBP selama 4.25tahun. Analisis Ketersediaan Bahan Baku Rincian kebutuhan bahan baku industri jok adalah sebagai berikut :
19 Permintaan jok mobil Dunia : 288 177 Indonesia : 6 542 Total : 294 719 Pohon kelapa
Kelapa
93 333 butir/hari 1 butir kelapa dapat menghasilkan 0.15 kg serat.
Serat sabut kelapa
Industri jok Kapasitas 7000 unit/hari
14 000 kg/hari
Pembatas : Kapasitas mesin
Berat jok: 2 kg (1 kg tempat duduk dan 1 kg sandaran)
Kapasitas mesin: 1 ton/jam. Jumlah Mesin: 2 unit mesin. Waktu kerja: 7 jam/hari.
3 111 pohon/hari 1 pohon kelapa menghasilkan 30 butir kelapa
Untuk memenuhi kebutuhan dunia maka diperlukan : 294 719 7 000
Perhitungan daerah penghasil kelapa terluas di Indonesia : a. Riau (Luas perkebunan : 526 574 Ha) � pohon kelapa = 526 574 Ha/tahun × 140 pohon/Ha = 73 720 360 pohon/tahun
Karena musim panen kelapa setiap 3 bulan sekali maka ; 73 720 360 pohon/tahun = 3 bulan/tahun = 24 573 453 pohon/bulan
Kebutuhan kelapa per hari adalah (1 bulan = 30 hari) 24 573 453 pohon/bulan = 30 hari = 819 115 pohon/hari Produksi pohon kelapa : 819 115 pohon/hari Kebutuhan : 3 111 pohon/hari
Pabrik jok yang dapat didirikan :
=
819 115 3 111
= 260 industri jok
= 42 pabrik jok
20 Untuk memenuhi kebutuhan dunia dan Indonesia diperlukan 42 industri jok serat sabut kelapa. Ketersediaan bahan baku kelapa masih melimpah di Indonesia, dari satu wilayah yang memiliki jumlah lahan kelapa paling luas dapat dibangun 260 industri jok dengan kapasitas 7000 unit jok/hari. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Indonesia dapat memenuhi pasar nasional dan internasional serta dapat membuka peluang pasar yang lebih luas bagi jok serat sabut kelapa. Perkebunan kelapa masih banyak tersebar di seluruh Indonesia, data produksi kelapa per butir terdapat pada Lampiran 21. Strategi Penyediaan Bahan Baku dengan Fuzzy AHP Strategi ini diperoleh berdasarkan analisis yang diperoleh dari kondisi lapangan dan pustaka. Keadaan lapangan diperoleh berdasarkan analisis masalah yang terdapat pada CV Serat Kelapa yang berada di Depok, Jawa Barat. Sedangkan untuk pustaka diperoleh dari buku mengenai kelapa. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan hasil pustaka maka terdapat beberapa masalah yang terjadi, yaitu : 1. Produsen serat sabut kelapa (petani dan industri pengurai) lebih tertarik pada pasar ekspor. 2. Sulit untuk menemukan supplier bahan baku serat sabut kelapa di pulau Jawa. 3. Proses pemasaran masih dikuasai oleh para pengumpul untuk dijual di pasar ekspor. 4. Produsen serat sabut kelapa (petani dan industri pengurai) yang tidak berproduksi secara konsisten. 5. Keterbatasan mesin pengurai yang dimiliki oleh petani/industri pengurai serat sabut kelapa sehingga kapasitas produksinya kecil. Berdasarkan masalah-masalah yang ada diatas maka akan menghambat pemanfaatan serat sabut kelapa dan berkembangnya industri dalam negeri. Oleh karena itu, beberapa alternatif yang diberikan untuk memperbaiki masalah yang ada adalah sebagai berikut : 1. Membeli bahan baku dengan harga lebih tingi (C1). 2. Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku C2). 3. Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan dan bantuan modal (C3). 4. Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat sabut kelapa. Pengiriman bahan baku dilakukan seminggu sekali sesuai dengan kapasitas pabrik (C4). 5. Memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani/industri pengurai serat sabut kelapa (C5). alternatif yang diberikan berasal dari diskusi dengan para pakar yang ahli di bidang serat sabut kelapa dan studi pustaka. Alternatif yang diberikan akan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan hierarki AHP yang terdapat pada Lampiran 15, daftar nama pakar ahli pada Lampiran 16 dan kuisioner pada Lampiran 17. Pendekatan fuzzy AHP digunakan untuk memperbaiki ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam memutuskan tingkat kepentingan indikator kinerja oleh pengambil keputusan/pakar dalam mengambil keputusan. Indikator kinerja dalam
21 penelitian ini yaitu dalam hal penentuan strategi/alternatif penyediaan bahan baku. Alternatif kunci diidentifikasi melalui tiga tingkat yaitu kriteria penyediaan bahan baku, tujuan penyediaan bahan baku dan alternatif penyediaan bahan baku. Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil pengamatan, maka kriteria utama yang mempengaruhi penyediaan bahan baku adalah kontinuitas produksi (A1), jaminan mutu (A2), dan kesejahteraan petani (A3). Sedangkan tujuan penyediaan bahan baku adalah kelancaran produksi (B1), meminimalkan biaya (B2), dan menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat (B3). Tingkat paling akhir dari hierarki adalah alternatif/strategi yang telah dijabarkan diatas. Strategi yang terpilih merupakan strategi yang terbaik untuk menyediakan bahan baku serat sabut kelapa. Hasil penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayag (2005) adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy Hasil pembuatan matriks perbandingan fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria terdapat pada Tabel 9. Hasil matriks perbandingan berpasangan fuzzy secara lengkap terdapat di Lampiran 18. Tabel 9 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria ELEMEN FAKTOR B ELEMEN FAKTOR A
Kontinuitas Produksi
Jaminan Mutu
Kesejahteraan Petani
Kontinuitas Produksi
1
~ 3
~ 3
Jaminan Mutu
~ 3-1
1
~ 3
Kesejahteraan Petani
~ 3-1
~ 3-1
1
2. Menentukan batas atas dan batas bawah kemudian tetapkan nilai α-cut dengan menggunakan persamaan :
1� a = [1, 3-2α]
1
3� a = [1+2α, 5-2α], 3� −1 a =�
5−2α
7� a = [5+2α, 9-2α], 7� −1 a =�
9−2α
5� a = [3+2α, 7-2α], 5� −1 a =�
1
7−2α
9� a = [7+2α, 11-2α], 9� −1 a =�
1
�,� �,�
�,�
1
11−2α
1
�
1+2α 1
�
3+2α 1
�
5+2α
�,�
1
7+2α
�
22 Nilai α-cut fuzzy adalah 0.5. Pemilihan nilai α-cut fuzzy karena para pakar memiliki tingkat kepercayaan rata-rata pada saat penilaian. Hasil matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria setelah perhitungan terdapat pada Tabel 10. Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy untuk matriks lainnya terdapat pada Lampiran 19. 3. Mengubah nilai matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy ke dalam nilai crips. α − cut merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil keputusan pada penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian matriks 𝐴𝐴̃ diestimasikan oleh indeks optimisme ω. Nilai indeks optimisme yang digunakan adalah 0.5. Nilai ini menunjukkan bahwa penilaian yang diberikan tidak optimis dan tidak pesimis. Hasil nilai crips matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR terdapat pada Tabel 11. Rincian matriks selengkapnya terdapat pada Lampiran 20. Tabel 10 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria ELEMEN FAKTOR A Kontinuitas Produksi
ELEMEN FAKTOR B Kontinuitas Jaminan Mutu Kesejahteraan Produksi Petani 1
[2,4]
[2,4]
Jaminan Mutu
[1/4, 1/2]
1
[2,4]
Kesejahteraan Petani
[1/4, 1/2]
[1/4, 1/2]
1
Tabel 11 Nilai crips matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR pada kriteria ELEMEN FAKTOR B ELEMEN FAKTOR A Kontinuitas Produksi
Kontinuitas Produksi
Jaminan Mutu
Kesejahteraan Nilai Crips Petani (x)
1.0000
3.0000
3.0000
0.5619
Jaminan Mutu
0.3750
1.0000
3.0000
0.2905
Kesejahteraan Petani λmax = 3.0000
0.3750 0.3750 1.0000 CI = 0.0000 CR = 0.0000
0.1476
23 4. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan cara mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot atribut dan menjumlahkan seluruh atribut. Bobot kriteria penentuan strategi pada dasarnya menunjukkan urutan prioritas atau pengaruh kriteria dalam penentuan strategi. Semakin besar bobot suatu kriteria maka semakin tinggi prioritas atau semakin besar pengaruh kriteria tersebut dalam proses penentuan strategi. Berdasarkan hasil perhitungan dari penilaian para pakar, kriteria utama yang memiliki bobot paling tinggi adalah kontinuitas produksi dengan bobot 0.5619. Kontinuitas produksi merupakan aspek paling penting yang harus diperhatikan dalam penentuan strategi penyediaan bahan baku. Bobot kriteria dapat dilihat pada Tabel 12. Tujuan strategi penyediaan bahan baku merupakan sub kriteria pada hierarki AHP ini. Hasil perhitungan fuzzy AHP menunjukkan bahwa tujuan strategi penyediaan bahan baku yang paling utama adalah menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat dengan bobot sebesar 0.5312. Strategi penyediaan bahan baku yang dipilih memiliki tujuan utama yaitu untuk menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat. Bobot tujuan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Total bobot tujuan strategi penyediaan bahan baku dengan mempertimbangkan bobot kriteria utama. A1 0.5619
A2 0.2905
Bobot Tujuan B1 ditinjau dari masingmasing kriteria B2
0.6146
0.4249 0.4228
0.5312
0.1791
0.0821 0.2291
0.1583
B3
0.2063
0.493 0.3481
0.3105
Bobot Kriteria
A3 0.1476
Total Bobot Prioritas Tujuan
Hasil perhitungan fuzzy AHP menunjukkan bahwa strategi pilihan para pakar dengan nilai bobot tertinggi adalah memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani atau industri pengurai serat sabut kelapa, nilai bobotnya adalah 0.3104. Strategi ini dipilih untuk menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat sehingga kontinuitas produksi tetap terjaga. Bobot alternatif strategi penyediaan bahan baku dapat dilihat pada Tabel 13. Pemberian bantuan berupa modal kepada petani atau industri pengurai serat sabut kelapa untuk membeli mesin pengurai akan meningkatkan kapasitas produksi serat sabut yang dihasilkan sehingga akan dapat memenuhi kapasitas produksi jok serat sabut kelapa dan proses produksi berjalan lancar. Bantuan modal yang diberikan kepada petani/industri pengurai serat sabut kelapa juga akan mengurangi biaya untuk pembelian bahan baku sabut kelapa. Pembelian serat sabut kelapa yang sudah jadi (siap pakai) lebih ekonomis daripada industri jok mengolah dari buah kelapanya langsung, hal ini karena proses pembuatan
24 serat dari buah kelapa lebih panjang, sumberdaya dan investasi mesin yang dibutuhkan akan lebih banyak. Tabel 13 Total bobot alternatif strategi penyediaan bahan baku dengan mempertimbangkan bobot tujuan.
Bobot Alternatif ditinjau dari masing-masing Tujuan
Bobot Tujuan C1 C2 C3 C4 C5
B1 0.5312
B2 0.1583
B3 0.3105
0.1759 0.1865 0.2182 0.2007 0.2187
0.0529 0.3000 0.1360 0.2714 0.2397
0.1074 0.2525 0.1389 0.2307 0.2705
Total Bobot Prioritas Alternatif 0.1351 0.2190 0.1406 0.2049 0.3104
Bahan baku kelapa masih banyak terdapat di seluruh pulau di Indonesia, pulau dengan jumlah ketersediaan sabut kelapa paling banyak adalah Sumatra (16%), Jawa (11.37%) dan Sulawesi (11.22%) (APCC 2013). Penggunaan serat sabut kelapa di pulau Jawa masih berfokus pada penjualan ekspor sehingga penjualan ke pasar domestik kurang dilirik oleh petani/industri pengurai serat sabut kelapa. Strategi pemberian modal kepada petani/industri pengurai serat sabut kelapa akan berjalan lancar jika dijalankan di luar pulau Jawa, yaitu di pulau Sumatra, Bali, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Papua karena para petani yang masih sederhana dan tradisional, dengan adanya modal pembelian mesin maka bahan baku yang belum termanfaatkan dapat dimanfaatkan dengan maksimal, sedangkan strategi yang sesuai untuk pulai Sulawesi adalah dengan membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi karena sabut kelapa biasa digunakan untuk bahan bakar pembuatan kopra.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Permintaan jok mobil dari pasar domestik dan luar negeri cukup besar. Proses dan teknologi pembuatan jok dari sabut kelapa cukup sederhana. Industri jok dari serat sabut kelapa dengan kapasitas produksi sebanyak 7000 unit jok/hari layak untuk dijalankan dengan NPV bernilai positif dan IRR 34%, payback period selama 2.07, serta merupakan bisnis yang cukup menguntungkan dilihat dari hasil perhitungan net B/C. Industri jok serat sabut kelapa dengan bahan baku serat sabut kelapa lebih murah dan efisien dibandingkan dengan bahan baku yang berasal dari buah kelapa secara langsung. Hasil analisis fuzzy AHP menunjukkan bahwa kriteria utama dalam strategi penyediaan bahan baku adalah kontinuitas produksi dengan nilai bobot 0.5619, tujuan utama dari strategi penyediaan bahan baku adalah menjamin pasokan bahan baku agar kuantitas yang tepat pada harga dan mutu yang tepat dengan
25 bobot sebesar 0.5312 dan strategi penyediaan bahan baku industri jok serat sabut kelapa adalah memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani atau industri pengurai serat sabut kelapa, dengan nilai bobotnya 0.3104.
Saran Saran yang bisa diberikan setelah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Para petani/industri pengurai serat sabut kelapa lebih melirik ke pasar domestik agar nilai jual serat sabut kelapa memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding hanya menjual bahan baku mentah. 2. Pendirian industri dilakukan di luar pulau Jawa karena penjualan serat sabut kelapa sudah didominasi untuk pasar ekspor sehingga industri lokal sulit untuk mendapatkan bahan baku serat sabut kelapa. 3. Serat sabut kelapa dapat diolah menjadi produk-produk turunan lainnya selain jok, untuk objek penelitian berikutnya diharapkan dapat mengembangkan produk potensial lainnya dari serat sabut kelapa baik dengan serat sabut pendek maupun dengan serbuk sabut kelapa sehingga memiliki nilai jual tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Ansori Y. 2012. Pendekatan Triangular Fuzzy Number Dalam Metode Analytic Hierarchy Process. J Ilmiah Foristek. 2(1): 126-135. [APCC] Asian and Pacific Coconut Community (ID). Coconut Statistic Book. 2013. Jakarta (ID) : APCC Pr. Askin, Guzin. 2007. Comparison of AHP and Fuzzy AHP for the Multi Criteria Decision Making Process with Linguistic Evaluation. Eur J Operation Resear. 1(5): 65-85. [DEKINDO] Dewan Kelapa Indonesia. 2001. Komposisi dan Pengembangan Berbagai Produk Kelapa [internet]. [diacu 2014 Mei 28]. Tersedia dari : http://www.dekindo.com/content/teknologi/jp184995.html. [GAIKINDO] Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (ID). 2014. Statistic Data [internet]. [diacu 2014 Mei 10]. Tersedia dari: http://gaikindo.or.id/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=0 &Itemid=110 Hartini S, Wijaya AB, Widjojo N, Susilowati M, Petriana G. 2013. Pemanfaatan Serabut Kelapa Termodifikasi Sebagai Bahan Pengisi Bantal dan Matras. J Tek Ind. 4(1): 2087-0922. Hetharia D. 2009. Penerapan Fuzzy Analytical Hierarchy Process dalam Metode Multi Attribute Failure Mode Analysis untuk Mengidentifikasi Penyebab Kegagalan Potensial pada Proses Produksi. J TI. 4(2). 106-113. Indonetwork. 2013. Mesin Pengolahan Sabut Kelapa [internet]. [diacu 15 Mei 2014]. Tersedia dari : http://www.indonetwork.co.id Intan AH, Sa’id EG, Saptono IT. 2004. Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Sabut Kelapa Nasional. J Man & Agribis. 1(1): 42-54.
26 Junardi. 2012. Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa Berkaret (SEBUTRET) (Studi Kasus di Kabupaten Sambas) [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Kong F, Liu H. 2005. Applying Fuzzy Analytic Hierarchy Process to Evaluate Success Factors of E-Commerce. J Inform Sys Sci. 1(3): 406-412. Lumintang RCA, Soenoko R, Wahyudi. 2011. Komposit Hibrid Polyester Berpenguat Serbuk Batang dan Serat Sabut Kelapa. J Rek Mes. 2(2): 145-153. Mardhikawarih DA, Jauhari WA, Rosyidi CN. 2012. Pemilihan Pemasok Drum Pelumas Industri Menggunakan Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus: PT. Petamina Pusat dan Production Unit Gresik). Performa 11(1): 67-74. Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID) : IPB Pr. Marimin, Djatna T, Suharjito, Hidayat S, Utama DN, Astuti R, Martini S. 2013. Teknik dan Analisis Pengambilan Keputusan Fuzzy dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID) : IPB Pr. Nurhasanah N, Tamam MA. Analisis Pemilihan Suplier Untuk Pemesanan Bahan Baku yang Optimal Menggunakan Metode AHP dan Fzzy AHP : Studi Kasus di PT. XYZ. J Tek Ind 234 (1411-6340). Pranata NA, Basuki A, Ansori N. 2012. Penentuan Supplier yang Efektif dengan Penerapan Integrasi Model SCOR dan Fuzzy AHP di PT. Indospring, TbkGresik. J Tek Ind. 4(2) 113. Satyanaratana KG, Pillai CKS, Sukumaran K, Rohatgi PK, Kalyanivijayan. Structure Property Studies Of Fibres From Various Parts Of The Coconut Tree. J Mat Sci. 17(1982) 2453-2462. Suciadi Y. 2013. Pemilihan dan Evaluasi Pemasok pada PT. New Hope Jawa Timur dengan Menggunakan Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process. J Ilmiah Univ Surabaya. 2(1): 213 Tejano EA. 1985. State of the Art of Coconut Coir Dust and Husk Utilization (General Overview). Journal Cocon Stud. 1(1985) 1-7. Tomas U, Ganiron Jr. 2013. Investigation on the use of Coco Coir Polypropylene as Thermal Insulator. Int J Adv Sci Tech. 59(2013) pp 13-26. doi : 10.14257/ijast.2013.59.02. Widiawati D, Rais Z, Haryudant A, Amanah ES. 2007. Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa Sebagau Bahan Baku Alternatif Tekstil. J Scie Design. 2(1). 57. Yudhistira TL, Diawati. 2000. The Development of Fuzzy AHP using NonAdditive Weight and Fuzzy Score. Jakarta (ID) : INSAHP.
28
LAMPIRAN
29 Lampiran 1 Alat dan mesin industri jok serat sabut kelapa No. Nama dan Gambar Alat/Mesin 1 Mesin Pengurai Sabut Kelapa
Spesifikasi Kapasitas : 750-1000 kg / jam Power : 20 Hp - rrt Material bhn : Mild Steel Ǿ cyl : 50 x 180 cm , tebal 4 mm Jumlah pisau : 68 buah (putar), 30 buah ( duduk ) Panjang pisau : 100 x 10 mm Tebal cyl : 12 mm Bearing : ucp - 209 Dimensi total : 250x80x140 cm
Harga (Rp) 30 000 000
2.
Mesin Pengayak Sabut Kelapa
Kapasitas : 500-750 kg Dimensi: 400cmx150cmx200cm Pengerak : 8 HP RRC Diesel
12 000 000
3.
Mesin Pengaduk
Kapasitas : 500 Kg/ jam Dimensi : P 240 cm, L 120 cm, T 200 cm Bahan Body : Mild Steel ( Besi Plat) 50cm, & 30cm Bahan Rangka : Besi UNP 10 cm Penggerak : Mesin Diesel 16 PK RRC Gear Box : Type 100
17 500 000
4.
Pencetak jok
Kapasitas : 1 kg/cetakan 8 jam : 115 jok Bahan Rangka : Besi UNP 7cm
8 000 000
30 5.
Pompa
10 000 000 Aurora Split Case Centrifugal Pump. Size: 4x5x11A. Capacity: 625 gpm @ 100 tdh. Base-mounted. US Motor, 25 hp, 1760 rpm, 230/460 V, 66.0/33.0 amps, 3 phase. Dimensi keseluruhan: p x l x t = 135 cm x 135 cm x 90 cm.
6.
Genset
Asal: Taiwan Garansi : 1 Year Rated Output : 10000 Watts Voltage : 220V ; 1 phase Frequency : 50 Hz Rated Current : 43.5 A DC Output : 12V/8.3A Model : TE2V78 Max. Outpu : 19.5 HP Displacement : 678 cc Noise Level (at 7m): 78 dB Starting System : Electric Type : Forced air-cooled , 4 stroke , OHV Ignition Type : Non contact transistorized Ignition (TCI) Fuel Tank : 25 L Fuel Type : Bensin Fuel Consumption : 6.5L/hour Oil Capacity : 1.5 L Dimension (LxWxH) : 91 X 59 X 80 cm Gross Weight : 158 Kg
20 000 000
7.
Boiler
Structure : Water-Fire Tube Fuel : Coal-fired Model number : DZL6 Steam Preassure : 16 bar Weight : 350 kg Steam Temp : 100-204 0C Efficiency : 90%
60 000 000
31
8.
Kompresor
Type : 1.5 S24R Power : 1.5 HP 1 Phase 220 V Voltage : 50 Hz RPM : 1450 Free Air Flow : 145 L/min Max Pressure : 8 bar (116 Psi) Tank Capacity : 24 liter Weight : 11 kg Dimension : 39x39x63 cm
5 000 000
9.
Mesin Potong Busa
Tipe Potongan : Horizontal Dimensi : 5m x 2.6m x 2.4m Tipe Proses : Foaming Machine Brand Name : SQUARE Voltage : 380 V 3P Power : 1.74 KW Model Number : LQ Warranty : 1 year Tipe Produk : Busa molding dan foam net
45 000 000
Sumber foto : Indonetwork 2013
32 Lampiran 2 Produksi Kelapa di Indonesia tahun 2013 Provinsi
Area
Produksi kelapa
Produksi sabut MT
Sumatra -Aceh -Sumatra Utara -Sumatra Barat -Riau -Kepulauan Riau -Jambi -Sumatra Selatan -Bangka Belitung -Lampung -Bengkulu
Ha 1 213 384 109 628 113337 92 523 526 574 37 367 118 641 68 038 9 213 130 953 7 110
% share 31.96 2.89 2.99 2.44 13.87 0.98 3.13 1.79 0.24 3.45 0.19
*MT 971 702 65 735 95 980 85 869 430 986 11 738 114 433 54 001 2 273 102 867 7 820
% Share 31.96 2.16 3.15 2.82 14.13 0.38 3.75 1.77 0.07 3.37 0.26
Jawa -Jawa Barat -Banten -Jawa Tengah -Jawa Timur -D.I. Yogyakarta
881 836 186 758 117 472 236 402 297 174 44 030
23.23 4.92 3.09 6.23 7.83 1.16
686 036 140 126 55 515 179 491 255 543 55 361
22.49 4.59 1.82 5.88 8.38 1.81
240 113 49 044 19 430 62 822 89 440 19 376
71 170
1.87
66 329
2.17
23 215
273 016 107 437
1.79 2.83
183 949 73 757
6.03 2.42
64 382
-Kalimantan Selatan -Kalimantan Tengah -Kalimantan Timur
49 514 82 204 33 861
1.30 2.17 0.89
29 296 70 081 10 815
0.96 2.30 0.35
25 815 10 254 24 528 3 785
Sulawesi -Sulawesi Utara -Gorontalo -Sulawesi Tengah -Sulawesi Selatan -Sulawesi Tenggara -Sulawesi Barat
748 291 275 165 70 827 178 519 110 571 57 286 55 923
19.71 7.25 1.87 4.70 2.91 1.51 1.47
676 880 264 416 58 816 200 675 72 805 38 225 41 943
22.19 8.67 1.93 6.58 2.39 1.25 1.38
236 908 92 546 20 586 70 236 25 482 13 379 14 680
Nusa Tenggara -Nusa Tenggara Barat
231 426 72 046
6.10 1.90
118 927 56 984
3.90 1.87
41 624 19 944
Bali Kalimantan -Kalimantan Barat
340 096 23 007 33 593 30 054 150 845 4 108 40 052 18 900 796 36 003 2 737
33 -Nusa Tenggara Timur
159 380
4.20
61 943
2.03
21 680
Maluku dan Papua 377 021 -Maluku 95 174 -Maluku Utara 226 262 -Papua 31 640 -Papua Barat 23 945 TOTAL 3 796 144 * MT : Metrik ton (satuan volume)
9.93 2.51 5.96 0.83 0.63 100
346 430 76 123 242 070 9 870 18 367 3 050 253
11.36 2.50 7.94 0.32 0.60 100
121 251 26 643 84 725 3 455 6 428 2 111 962
Lampiran 3 Definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy Tingkat Kepentingan
Bilangan fuzzy
Definisi
Fungsi Keanggotaan
1 3 5 7 9
1� 3� 5� 7� 9�
Sama penting Sedikit lebih penting Lebih penting Sangat lebih penting Mutlak lebih penting
(1,1,2) (2,3,4) (4,5,6) (6,7,8) (8,9,10)
Lampiran 4 Ilustrasi jok
Serat sabut kelapa
Rangka jok
Busa mold
Jok Sumber : AISKI 2013
34
Lampiran 5 Rincian biaya investasi No Komponen 1 Biaya Pra Investasi a. Perijinan IUI (Izin Usaha Industri) UUG (Undang-Undang Gangguan) AMDAL (Analisis Mutu&Dampak Lingkungan) b. Biaya Riset c. Studi kelayakan TOTAL 1 2 Tanah bangunan a. Tanah b. Bangunan TOTAL 2 3 Fasilitas Penunjang a. Instalasi listrik b. Instalasi air c. Instalasi generator TOTAL 3 4 Mesin dan Peralatan a. Mesin pengurai sabut kelapa b. Mesin pengayak sabut kelapa c. Mesin Pengaduk d. Pencetak jok e. Pisau Potong
Jumlah
Satuan
1 1 1 1 1
paket paket paket paket paket
2 000 800
m2 m2
Harga satuan (Rp)
Nilai total (Rp)
20 000 25 000 100 000 3 000 000 2 500 000
20 000 25 000 100 000 3 000 000 2 500 000 5 600 000
10 416 173 600
20 832 000 138 880 000 159 712 000
1 1 1
paket paket paket
20 000 000 5 000 000 3 000 000
20 000 000 5 000 000 3 000 000 28 000 000
2 2 4 121 10
unit unit unit unit unit
30 000 000 12 000 000 70 000 000 15 000 000 5 000 000
60 000 000 24 000 000 280 000 000 1 815 000 000 50 000 000
35 Lampiran 5 Rincian biaya investasi … (lanjutan)
5
6
g. Mesin Pemotong Busa h. Pompa i. Genset j. Boiler k. Kompresor TOTAL 4 Alat kantor a. Komputer b. Meja dan kursi kantor c. Peralatan kantor TOTAL 5 Sarana distribusi a. Kendaraan truk TOTAL 6 Bunga Selama Pembangunan Kontingensi 10% Total investasi
1 1 1 1 1
unit unit unit unit unit
45 000 000 10 000 000 20 000 000 85 000 000 5 000 000
45 000 000 10 000 000 20 000 000 85 000 000 5 000 000 2 394 000 000
3 5 2
unit unit unit
3 000 000 600 000 500 000
9 000 000 3 000 000 1 000 000 13 000 000
2
unit
200 000 000
400 000 000 400 000 000 214 522 308 321 483 431 3 536 317 739
36
Lampiran 6 Rincian nilai penyusutan dan nilai sisa Nilai penyusutan No 1 2 3 4 5 6 7
Komponen Biaya pra investasi Tanah Bangunan Fasilitas penunjang Mesin dan peralatan Alat kantor Sarana distribusi Total penyusutan
Niali residu (%) Umur 0 0 50 5 10 5 5
Nilai total 5 0 10 5 10 5 5
biaya penyusutan
5 600 000 20 832 000 138 880 000 28 000 000 2 394 000 000 13 000 000 400 000 000
1 120 000 13 888 000 5 600 000 239 400 000 2 600 000 80 000 000 342 608 000
Nilai sisa No 1 2 3 4 5 6
Komponen Tanah Bangunan Mesin dan peralatan Fasilitas penunjang Alat kantor Sarana distribusi Total Nilai Sisa
Niali residu (%) Umur Nilai total (Rp) Nilai sisa (Rp) 100 0 20 832 000 20 832 000 50 10 138 880 000 69 440 000 10 10 2 394 000 000 239 400 000 5 5 28 000 000 1 400 000 5 5 13 000 000 650 000 5 5 400 000 000 20 000 000 351 722 000
37
Lampiran 7 Rincian gaji tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung No
Komponen
1 Tenaga Kerja Langsung Pengurai Pengayak Pengaduk Pencetak Pemotong Jok Pemotong Busa Total tenaga kerja langsung 2
Tenaga Kerja Tidak Langsung Manajer Produksi Manajer Keuangan Pemasaran Staff Administrasi Produksi Staff Keuangan Pengemudi/kurir Keamanan Total tenaga kerja tidak langsung
Jumlah personil
Gaji Pokok/bulan
Total (Rp/bulan)
Total (Rp/tahun)
4 4 8 36 5 3 60
1 900 000 1 900 000 1 900 000 1 900 000 1 900 000 1 900 000
7 600 000 7 600 000 15 200 000 68 400 000 9 500 000 5 700 000
91 200 000 91 200 000 182 400 000 820 800 000 114 000 000 68 400 000 1 368 000 000
1 1 1 1 1 2 1 8
3 200 000 3 200 000 2 700 000 2 200 000 2 200 000 1 600 000 1 600 000
3 200 000 3 200 000 2 700 000 2 200 000 2 200 000 3 200 000 1 600 000
38 400 000 38 400 000 2 700 000 26 400 000 26 400 000 38 400 000 19 200 000 189 900 000
38
Lampiran 8 Rincian biaya bahan baku dan bahan penolong produksi jok serat sabut kelapa No
Biaya 1 2 3 4 5
Serat kelapa Busa Lem Sarung jok Rangka
Satuan
Jumlah (bulan)
kg m L unit unit
336 000 120 000 252 000 168 000 168 000
Harga (Rp)
Total (Rp/Bln)
3 000 50 000 15 000 35 000 200 000
1 008 000 000 6 000 000 000 3 780 000 000 5 880 000 000 33 600 000 000
Total (Rp/tahun) 12 096 000 000 72 000 000 000 45 360 000 000 70 560 000 000 403 200 000 000
Lampiran 9 Rincian biaya operasional
Kapasitas Produksi (%) Kapasitas Produksi (unit)
Tahun 1
Tahun 2
80%
90%
1 612 800
1 814 400
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
100%
100%
100%
2 016 000
2 016 000
2 016 000
Biaya variabel (Rp) Serat Sabut Kelapa
9 676 800 000
10 886 400 000
12 096 000 000
12 096 000 000
12 096 000 000
Busa
57 600 000 000
64 800 000 000
72 000 000 000
72 000 000 000
72 000 000 000
Lem
36 288 000 000
40 824 000 000
45 360 000 000
45 360 000 000
45 360 000 000
Sarung Jok
56 448 000 000
63 504 000 000
70 560 000 000
70 560 000 000
70 560 000 000
39 Lampiran 9 Rincian biaya operasional… (lanjutan tahun 1-5) Rangka
322 560 000 000
362 880 000 000
403 200 000 000
403 200 000 000
403 200 000 000
1 368 000 000
1 368 000 000
1 368 000 000
1 368 000 000
1 368 000 000
483 940 800 000
544 262 400 000
604 584 000 000
604 584 000 000
604 584 000 000
Tenaga Kerja Tidak Langsung
189 900 000
189 900 000
189 900 000
189 900 000
189 900 000
Biaya Pemeliharaan
144 527 600
144 527 600
144 527 600
144 527 600
144 527 600
22 304 100
22 304 100
22 304 100
22 304 100
22 304 100
Penyusutan
342 608 000
342 608 000
342 608 000
342 608 000
342 608 000
Bunga investasi tetap
229 861 000
183 888 000
137 916 000
91 944 000
45 972 000
60 675 232 000
48 540 185 000
36 405 139 000
24 270 093 000
12 135 046 000
1 232 348 654
1 232 348 654
1 232 348 654
1 232 348 654
1 232 348 654
13 000 000
13 000 000
13 000 000
13 000 000
13 000 000
62 849 781 354
50 668 761 354
38 487 743 354
26 306 725 354
14 125 706 354
546 790 581 354
593 931 161 354
643 071 743 354
630 890 725 354
618 709 706 354
Tenaga Kerja Langsung Total biaya variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp)
Premi asuransi
Bunga modal kerja Distribusi & Pemasaran Utilitas Kantor Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Total (Rp)
40 Lampiran 9 Rincian biaya operasional… (lanjutan tahun 1-5)
HPP (Rp/kg)
339 032
327 894
318 984
312 942
306 900
BEP unit (kg)
90 566
71 860
53 903
36 534
19 850
Lampiran 9 Rincian biaya operasional… (lanjutan tahun 6-10) Tahun 6 100%
Tahun 7 100%
Tahun 8 100%
Tahun 9 100%
Tahun 10 100%
2 016 000
2 016 000
2 016 000
2 016 000
2 016 000
Serat Sabut Kelapa
12 096 000 000
12 096 000 000
12 096 000 000
12 096 000 000
12 096 000 000
Busa
72 000 000 000
72 000 000 000
72 000 000 000
72 000 000 000
72 000 000 000
Lem
45 360 000 000
45 360 000 000
45 360 000 000
45 360 000 000
45 360 000 000
Sarung Jok
70 560 000 000
70 560 000 000
70 560 000 000
70 560 000 000
70 560 000 000
403 200 000 000
403 200 000 000
403 200 000 000
1 368 000 000
1 368 000 000
1 368 000 000
604 584 000 000
604 584 000 000
604 584 000 000
Kapasitas Produksi (%) Kapasitas Produksi (unit) Biaya variabel (Rp)
Rangka Tenaga Kerja Langsung Total biaya variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp)
403 200 000 000 403 200 000 000 1 368 000 000
1 368 000 000
604 584 000 000 604 584 000 000
41 Lampiran 9 Rincian biaya operasional… (lanjutan tahun 6-10) Tenaga Kerja Tidak Langsung
189 900 000
189 900 000
189 900 000
189 900 000
189 900 000
Biaya Pemeliharaan
144 527 600
144 527 600
144 527 600
144 527 600
144 527 600
22 304 100
22 304 100
22 304 100
22 304 100
22 304 100
342 608 000
342 608 000
342 608 000
342 608 000
342 608 000
-
-
-
-
-
1 232 348 654
1 232 348 654
1 232 348 654
1 232 348 654
1 232 348 654
13 000 000
13 000 000
13 000 000
13 000 000
13 000 000
1 944688 354
1 944 688 354
1 944 688 354
1 944 688 354
1 944 688 354
608 528 688 354
608 528 688 354
608 528 688 354
300 857
300 857
300 857
300 857
300 857
2 656
2 656
2 656
2 656
2 656
Premi asuransi Penyusutan Bunga investasi tetap Bunga modal kerja Distribusi dan Pemasaran Utilitas Kantor Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Total (Rp) HPP (Rp/kg) BEP unit (kg)
608 528 688 354 608 528 688 354
42
Lampiran 10 Rincian biaya pemeliharaan No 1 2 3 4 5 6
Komponen Tanah Bangunan Mesin dan peralatan Fasilitas penunjang Alat kantor Sarana distribusi Total biaya pemeliharaan
Nilai residu (%) 0 2 5 5 5 5
Nilai total (Rp) 20 832 000 138 880 000 2 394 000 000 28 000 000 13 000 000 400 000 000
Nilai sisa (Rp) 2 777 600 119 700 000 1 400 000 650 000 20 000 000 144 527 600
Lampiran 11 Rincian biaya asuransi No 1 2 3 4 5 6
Komponen Tanah Bangunan Mesin dan peralatan Fasilitas penunjang Alat kantor Sarana distribusi Total biaya premi
Nilai residu (%) 0 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75
Nilai total 20 832 000 138 880 000 2 394 000 000 28 000 000 13 000 000 400 000 000
Nilai sisa 1 041 600 17 955 000 210 000 97 500 3 000 000 22 304 100
43
Lampiran 12 Rincian laba rugi industri tahun 1 80% (Rp)
tahun 2 90% (Rp)
tahun 3 100% (Rp)
tahun 4 100% (Rp)
tahun 5 100% (Rp)
Penjualan Produksi per kg
1 612 800
1 814 400
2 016 000
2 016 000
2 016 000
Total penjualan
1 666 022 400 000
1 874 275 200 000
2 082 528 000 000
2 082 528 000 000
2 082 528 000 000
483 940 800 000
544 262 400 000
604 584 000 000
604 584 000 000
604 584 000 000
62 849 781 354
50 668 761 354
38 487 743 354
26 306 725 354
14 125 706 354
546 790 581 354
594 931 161 354
643 071 743 354
630 890 725 354
618 709 706 354
1 119 231 818 646
1 279 344 038 646
1 439 456 256 646
1 451 637 274 646
1 463 818 293 646
Pajak penghasilan (28%)
313 384 909 221
358 216 330 821
403 047 751 861
406 458 436 901
409 869 122 221
Laba bersih
805 846 909 425
921 127 707 825
1 036 408 504 785
1 045 178 837 745
1 053 949 171 425
Pengeluaran -Biaya variabel
-Biaya tetap Total Pengeluaran Laba sebelum pajak
44
Lampiran 12 Rincian Laba Rugi Industri… (lanjutan)
Penjualan Produksi per kg Total penjualan Pengeluaran Biaya variabel -Biaya tetap -Total Pengeluaran Laba sebelum pajak Pajak penghasilan (28%) Laba bersih
tahun 6 100% (Rp)
tahun 7 100% (Rp)
tahun 8 100% (Rp)
tahun 9 100% (Rp)
tahun 10 100% (Rp)
2 016 000
2 016 000
2 016 000
2 082 528 000 000
2 082 528 000 000
2 082 528 000 000
2 016 000 2 082 528 000 000
2 016 000 2 082 528 000 000
604 584 000 000
604 584 000 000
604 584 000 000
604,584 000 000
604 584 000 000
1 944 688 354
1 944 688 354
1 944 688 354
1 944 688 354
1 944 688 354
606 528 688 354
606 528 688 354
606 528 688 354
606 528 688 354
606 528 688 354
1 475 999 311 646
1 475 999 311 646
1 475 999 311 646
1 475 999 311 646
1 475 999 311 646
413 279 807 261
413 279 807 261
413 279 807 261
413 279 807 261
413 279 807 261
1 062 719 504 385
1 062 719 504 385
1 062 719 504 385
1 062 719 504 385
1 062 719 504 385
45
Lampiran 13 Analisis break even point (BEP) Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Biaya Tetap (Rp) 62 849 781 354 50 668 761 354 38 487 743 354 26 306 725 354 14 125 706 354 1 944 688 354 1 944 688 354 1 944 688 354 1 944 688 354 1 944 688 354
Harga Jual (Rp) 1 033 000 1 033 000 1 033 000 1 033 000 1 033 000 1 033 000 1 033 000 1 033 000 1 033 000 1 033 000
Biaya Variabel/ unit (Rp) 339 032 327 894 318 984 312 942 306 900 300 857 300 857 300 857 300 857 300 857
BEP (unit) 90 566 71 860 53 903 36 534 19 454 2 656 2 656 2 656 2 656 2 656
46
Lampiran 14 Rincian arus kas Komponen
tahun 0
Penerimaan Bersih Laba bersih
-
Depresiasi Nilai Sisa Subtotal
-
Pengeluaran Bersih Investasi + bunga sebelum pembangunan Modal Kerja Angsuran Modal Investasi Tetap Angsuran Modal Kerja Subtotal Arus Kas Bersih Discount Factor Present Value Present Value Kumulatif
1
2
3
4
5
805 846 909 425 342 608 000 -
921 127 707 825 1 036 408 504 785 1 045 178 837 745 342 608 000 342 608 000 342 608 000 -
1 053 949 171 425 342 608 000 -
806 189 517 425
921 470 315 825 1 036 751 112 785 1 045 521 445 745
1 054 291 779 425
3 536 317 739 -
603 216 000 000 459 721 000
459 721 000
459 721 000
459 721 000
459 721 000
3 536 317 739
121 350 463 000 725 026 184 000
121 350 463 000 121 810 184 000
121 350 463 000 121 810 184 000
121 350 463 000 121 810 184 000
121 350 463 000 121 810 184 000
3 536 317 739 (54 328 581 150)
(32 019 784 350)
(9 710 990 430)
7 829 675 490
25 348 292 850
1.00 0.88 3 536 317 739 (47 866 591 321) 3 536 317 739 (51 402 909 060)
0.78 (24 855 738 982) (76 258 648 042)
0.68 (6 641 649 327) (82 900 297 369)
0.60 4 718 025 855 (78 182 271 514)
0.53 13 457 655 549 (64 724 615 966)
47
Lampiran 14 Arus Kas … (lanjutan) Komponen
tahun 6
7
8
9
10
1 062 719 504 385
1 062 719 504 385
1 062 719 504 385
1 062 719 504385
1 062 719 504 385
-
342 608 000 1 063 062 112 385
342 608 000 342 608 000 1 063 062 112 385 1 063 062 112 385
342 608 000 1 063 062 112 385
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
42 911 008 770 0.47 20 072 134 343
42 911 008 770 0.41 17 684 699 862
42 911 008 770 0.36 15 581 233 358
42 911 008 770 0.32 13 727 958 906
42 911 008 770 0.28 12 008 066 746
(44 652 481 622)
(26 967 781 761)
(11 386 548 402)
2 341 410 504
14 349 477 250
Penerimaan Bersih Laba bersih Depresiasi Nilai Sisa Subtotal
Pengeluaran Bersih Investasi + bunga sebelum pembangunan Modal Kerja Angsuran Modal Investasi Tetap Angsuran Modal Kerja Subtotal Arus Kas Bersih Discount Factor Present Value Present Value Kumulatif
48
Lampiran 15 Hierarki Penentuan Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Kelapa Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok
Goal
Kontinuitas Produksi
Kriteria
Tujuan
Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat
Jaminan Mutu
Kesejahteraan Petani
Meminimalkan Biaya
Kelancaran Proses Produksi
Alternatif
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi (Fitri 2014)
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku (Azir 2014)
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan dan bantuan modal
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa. Pengiriman bahan baku dilakukan seminggu sekali sesuai dengan kapasitas pabrik (Fitri 2014)
Memberikan bantuan modal untuk pembelian mesin kepada petani/industri pengurai serat kelapa
49
Lampiran 16 Kuisioner penentuan strategi penyediaan bahan baku KUESIONER PENENTUAN BOBOT FORMULASI STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SERAT KELAPA
Nama : Fransisca Pangestu Adi Arti NRP : F34100098 Email :
[email protected] Kuesioner ini akan digunakan untuk memperoleh informasi sebagai bahan untuk penelitian saya tentang “Strategi Penyediaan Bahan Baku Industi Jok Serat Kelapa”. Penelitian ini digunakan untuk penyusunan tugas akhir berupa Skripsi di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. IDENTITAS RESPONDEN Nama
:
Jabatan
:
Bersamaan dengan tanda tangan ini saya selaku responden bersedia mengisi Kuesioner Penelitian ini dengan sebaik-baiknya agar didapatkan data yang representative untuk menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.
Tanda Tangan
50
Petunjuk Pengisian 1. Mohon bapak/ibu memberikan hanya satu skor penilaian numerik untuk masing-masing perbandingan kriteria dan alternatif. 2. Penilaian yang diberikan dinyatakan dalam skor atau nilai dengan ketentuan sebagai berikut: Identitas Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8 1/3 1/5 1/7 1/9 1/2, 1/4, 1/6, 1/8
Definisi Nilai A sama penting dengan B A sedikit lebih penting dari B A jelas lebih penting dari B A sangat jelas lebih penting dari B A mutlak lebih penting dari B Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (A dibandingkan dengan B) B sedikit lebih penting dari A B jelas lebih penting dari A B sangat jelas lebih penting dari A B mutlak lebih penting dari A Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (B dibandingkan dengan A) PENILAIAN BOBOT KRITERIA
ELEMEN FAKTOR A Kontinuitas Produksi Jaminan Mutu Kesejahteraan Petani
ELEMEN FAKTOR B Kontinuitas Produksi
Jaminan Mutu
Kesejahteraan Petani
51
PENILAIAN BOBOT TUJUAN STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SABUT KELAPA Berikan hasil perbandingan pada tabel berikut untuk menentukan alternatif berdasarkan masing-masing kriteria. 1. Kriteria Kontinuitas Produksi ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Kelancaran Proses Produksi
Meminimalkan Biaya
Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat
Kelancaran Proses Produksi Meminimalkan Biaya Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat
2. Kriteria Jaminan Mutu ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Kelancaran Proses Produksi
Kelancaran Proses Produksi Meminimalkan Biaya Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat
Meminimalkan Biaya
Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat
52
3. Kriteria Kesejahteraan Petani ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Kelancaran Proses Produksi
Kelancaran Proses Produksi Meminimalkan Biaya Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat
Meminimalkan Biaya
Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat
53
PENILAIAN BOBOT ALTERNATIF STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SABUT KELAPA Berikan hasil perbandingan pada tabel berikut untuk menentukan alternatif berdasarkan masing-masing kriteria. 1. Tujuan Kelancaran Proses Produksi ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
Membangun pabrik Bekerja sama dengan Memberikan yang lokasinya petani kelapa dalam bantuan modal dekat dengan bahan hal pembibitan kepada industri baku pengurai serat kelapa
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
54
2. Meminimalkan Biaya ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
55
3. Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
56
Lampiran 17 Daftar nama pakar • •
• • •
Mawardin M. Simpala, STP, MSc. Market Development Officer Asian and Pacific Coconut Community Fitri Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia dan Pengusaha Serat Kelapa Ady Indra Pawennari Ketua Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia H. Azir Pemilik Usaha CV. Serat Kelapa Syarif Manager Produksi PT Meiwa Indonesia
57
Lampiran 18 Hasil matriks perbandingan berpasangan fuzzy AHP GABUNGAN 5 PAKAR MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN FUZZY PENILAIAN BOBOT KRITERIA ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Kontinuitas Produksi
Kontinuitas Produksi
1
Jaminan Mutu
~ 3-1 ~ 3-1
Kesejahteraan Petani
Jaminan Mutu
Kesejahteraan Petani
~ 3 1
~ 3 ~ 3 1
~ 3-1
PENILAIAN BOBOT TUJUAN STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SABUT KELAPA 1. Kriteria Kontinuitas Produksi ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B
Menjamin Pasokan Bahan Baku Menjamin Pasokan Bahan Baku Meminimalkan Biaya
1
Kelancaran Proses Produksi
~ 5 1
~ 5-1 ~ 3-1
Kelancaran Proses Produksi
Meminimalkan Biaya
~ 3 ~ 1 1
~ 1
2. Kriteria Jaminan Mutu ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Menjamin Pasokan Bahan Baku
Menjamin Pasokan Bahan Baku Meminimalkan Biaya Kelancaran Proses Produksi
1 ~ 3-1 3
Meminimalkan Biaya ~ 3 1 ~ 5
Kelancaran Proses Produksi ~ 3-1 ~ 5-1 1
58
3. Kriteria Kesejahteraan Petani ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Menjamin Pasokan Bahan Baku
Menjamin Pasokan Bahan Baku Meminimalkan Biaya
Meminimalkan Biaya
1 ~ 3-1 ~ 1
Kelancaran Proses Produksi
Kelancaran Proses Produksi
~ 3
~ 1
1 ~ 1
1 ~ 1
PENILAIAN BOBOT ALTERNATIF STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SABUT KELAPA
1. Tujuan Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat ELEMEN FAKTOR A
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
1
~ 1
~ 1
~ 3-1
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa ~ 1
~ 1
1
~ 3-1
~ 1
~ 1
~ 3-1
~ 1
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
~ 1
3
1
~ 1
Memberikan bantuan modal kepada industri
~ 3
~ 1
~ 3-1
1
59
pengurai serat kelapa Terikat kontrak dengan
~ 1
~ 1
~ 3
~ 3-1
1
2. Meminimalkan Biaya ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
1
~ 9-1
~ 3-1
~ 3-1
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa ~ 3-1
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
~ 9
1
~ 5
~ 3-1
~ 1
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
~ 3
~ 5-1
1
~ 1
~ 3-1
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
~ 3
~ 3
~ 1
1
1
Terikat kontrak dengan
~ 3
~ 1
~ 3
~ 1
1
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
60
3. Kelancaran Proses Produksi ELEMEN FAKTOR A
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi 1
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
~ 5-1
~ 3-1
~ 3-1
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa ~ 1
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
~ 5
1
~ 5-1
~ 3
~ 1
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
~ 3-1
~ 1
1
~ 1
~ 3-1
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
~ 3
~ 1
~ 1
1
~ 1
Terikat kontrak dengan
~ 1
~ 1
~ 3
~ 3
1
61
Lampiran 19 Hasil matriks α-cut fuzzy MATRIKS α-CUT FUZZY PENILAIAN BOBOT KRITERIA
ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Kontinuitas Produksi
Kontinuitas Produksi
Jaminan Mutu
Kesejahteraan Petani
1
[2,4]
[2,4]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
1
[2,4]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
1
Jaminan Mutu Kesejahteraan Petani
PENILAIAN BOBOT TUJUAN STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SABUT KELAPA
1. Kriteria Kontinuitas Produksi ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B
Menjamin Pasokan Bahan Baku Menjamin Pasokan Bahan Baku Meminimalkan Biaya Kelancaran Proses Produksi
Meminimalkan Biaya
Kelancaran Proses Produksi
1
[4,6]
[1,2]
[1/ 6, 1/ 4 )]
1
[1,2]
[1,2]
[1,2]
1
2. Kriteria Jaminan Mutu ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Menjamin Pasokan Bahan Baku
Menjamin Pasokan Bahan Baku Meminimalkan Biaya Kelancaran Proses Produksi
Meminimalkan Biaya
Kelancaran Proses Produksi
1
[2,4]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
1
[1/ 6 , 1/ 4 ]
[2,4]
[4,6]
1
62
3. Kriteria Kesejahteraan Petani ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Menjamin Pasokan Bahan Baku
Menjamin Pasokan Bahan Baku Meminimalkan Biaya Kelancaran Proses Produksi
Meminimalkan Biaya
Kelancaran Proses Produksi
1
[2,4]
[1,2]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
1
[1,2]
[1,2]
[1,2]
1
PENILAIAN BOBOT ALTERNATIF STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SABUT KELAPA
1. Tujuan Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
1
[1,2]
[1,2]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[1,2]
[1,2]
1
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[1,2]
[1,2]
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
[1,2]
[2,4]
1
[1,2]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
Memberikan bantuan modal
[2,4]
[1,2]
[1,2]
1
[1,2]
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
63
kepada industri pengurai serat kelapa Terikat kontrak dengan
[1,2]
[1,2]
[2,4]
[1,2]
1
2. Meminimalkan Biaya ELEMEN FAKTOR A
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa Terikat kontrak dengan
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
1
[1/ 10 , 1/ 8 ]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[1/ 4 , 1/ 2]
[8,10]
1
[4,6]
[1/ 4 , 1/ 2]
[1,2]
[2,4]
[1/ 6 , 1/ 4 ]
1
[1,2]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[2,4]
[2,4]
[1,2]
1
[1,2]
[2,4]
[1,2]
[2,4]
[1,2]
1
64
3. Kelancaran Proses Produksi ELEMEN FAKTOR A
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa Terikat kontrak dengan
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
1
[1/ 6 , 1/ 4 ]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[4,6]
1
[4,6]
[2,4]
[1,2]
[2,4]
[4,6]
1
[1,2]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[2,4]
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[1,2]
1
[1/ 4 , 1/ 2 ]
[2,4]
[1,2]
[2,4]
[2,4]
1
65
Lampiran 20 Hasil nilai crips matriks perbandingan berpasangan x, λ max , CI dan CR GABUNGAN 5 PAKAR NILAI CRISP MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN, x, λ max , CI dan CR PENILAIAN BOBOT KRITERIA ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Kontinuitas Produksi
Jaminan Mutu
Kesejahteraan Petani
x
Kontinuitas Produksi Jaminan Mutu
1.0000 0.3750
3.0000 1.0000
3.0000 3.0000
0.5619 0.2905
Kesejahteraan Petani
0.3750
0.3750
1.0000
0.1476
λ max = 3.0000
CI = 0.0000
CR = 0.0000
PENILAIAN BOBOT TUJUAN STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SABUT KELAPA Berikan hasil perbandingan pada tabel berikut untuk menentukan alternatif berdasarkan masingmasing kriteria.
1. Kriteria Kontinuitas Produksi ELEMEN FAKTOR A Menjamin
Menjamin Pasokan Bahan Baku Meminimalkan Biaya Kelancaran Proses Produksi λ max = 3. 0291
ELEMEN FAKTOR B Kelancaran Proses Produksi
X
5.0000
3.0000
0.6146
1.0000
1.5000
0.1791
0.3750 1.5000 CI = 0.0145
1.0000 CR = 0.0279
0.2063
Pasokan Bahan Baku 1.0000
Meminimalkan Biaya
0.2080
2. Kriteria Jaminan Mutu ELEMEN FAKTOR A
Menjamin Pasokan Bahan Baku Meminimalkan Biaya
ELEMEN FAKTOR B Menjamin Pasokan Bahan Baku
Meminimalkan Biaya
Kelancaran Proses Produksi
X
1.0000
3.0000
3.0000
0.4249
0.3750
1.0000
0.2080
0.0821
66
Kelancaran Proses Produksi λ max = 3.0385
3.0000
5.0000
1.0000 CR = 0.0370
CI = 0.0192
0.4930
3. Kriteria Kesejahteraan Petani ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Menjamin Pasokan Bahan Baku
Menjamin Pasokan Bahan Baku Meminimalkan Biaya Kelancaran Proses Produksi λ max = 3.1356
Meminimalkan Biaya
Kelancaran Proses Produksi
x
1.0000
3.0000
1.5000
0.4228
0.3750
1.0000
1.5000
0.2291
1.5000 0.0678
1.0000 CR = 0.1303
0.3481
1.5000 CI =
PENILAIAN BOBOT ALTERNATIF STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI JOK SABUT KELAPA 1. Tujuan Menjamin Pasokan Bahan Baku agar Kuantitas yang Tepat pada Harga dan Kualitas yang Tepat ELEMEN FAKTOR A
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
x
1.0000
1.5000
1.5000
0.3750
1.5000
0.1759
1.5000
1.0000
0.3750
1.5000
1.5000
0.1865
1.5000
3.0000
1.0000
1.5000
0.3750
0.2182
67
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa Terikat kontrak dengan
3.0000
1.0000
0.3750
1.0000
1.5000
0.2007
1.5000
1.5000
3.0000
0.3750
1.0000
0.2187
λ max = 5.3309
CI = 0.0827
CR = 0.0738
2. Meminimalkan Biaya ELEMEN FAKTOR A
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
x
1.0000
0.1136
0.3750
0.3750
0.3750
0.0529
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
9.0000
1.0000
5.0000
0.3750
1.5000
0.3000
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
3.0000
0.208
1.0000
0.3750
0.1360
1.5000
0.2714
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
3.0000
3.0000
1.5000
1.5000
1.0000
68
Terikat kontrak dengan
3.0000 λ max = 5.3790
1.5000 CI =
3.0000 0.0947
1.5000
1.0000
0.2397
CR = 0.0853
3. Kelancaran Proses Produksi ELEMEN FAKTOR A
Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa Terikat kontrak dengan
ELEMEN FAKTOR B Membeli bahan baku dengan harga lebih tinggi
Membangun pabrik yang lokasinya dekat dengan bahan baku
Bekerja sama dengan petani kelapa dalam hal pembibitan
Memberikan bantuan modal kepada industri pengurai serat kelapa
Terikat kontrak dengan pemasok bahan baku serat kelapa
x
1.0000
0.2080
0.3750
0.3750
1.5000
0.1074
5.0000
1.0000
0.2080
3.0000
1.5000
0.2525
0.3750
1.5000
1.0000
1.5000
0.3750
0.1389
3.0000
1.5000
1.5000
1.0000
1.5000
0.2307
1.5000
1.5000
3.0000
3.0000
1.0000
0.2705
λ max = 5.4743
CI = 0.108
CR = 0.1058
69
Lampiran 69 Ketersediaan butir kelapa tahun 2013
Provinsi Sumatra -Aceh -Sumatra Utara -Sumatra Barat -Riau -Kepulauan Riau -Jambi -Sumatra Selatan -Bangka Belitung -Lampung -Bengkulu
Luas Lahan (Ha) 1 213 384 109 628 113 337 92 523 526 574 37 367 118 641 68 038 9 213 130 953 7 110
Pohon kelapa 8 667 783 810 661 3 761 267 847 486 66 935 51
Butir Kelapa 260 011 23492 24 287 19 826 112 837 8 007 25 423 14 580 1 974 28 061 1 524
Jawa -Jawa Barat -Banten -Jawa Tengah -Jawa Timur -D.I. Yogyakarta
881 836 186 758 117 472 236 402 297 174 44 030
6 299 1 334 839 1 689 2 123 315
188 965 40 020 25 173 50 658 63 680 9 435
71 170
508
15 251
Kalimantan -Kalimantan Barat -Kalimantan Selatan -Kalimantan Tengah -Kalimantan Timur
273 016 107 437 49 514 82 204 33 861
1 950 767 354 587 242
58 503 23 022 10 610 17 615 7 256
Sulawesi -Sulawesi Utara -Gorontalo -Sulawesi Tengah -Sulawesi Selatan -Sulawesi Tenggara -Sulawesi Barat
748 291 275 165 70 827 178 519 110 571 57 286 55 923
5 345 1 965 506 1 275 790 409 399
160 348 58 964 15 177 38 254 23 694 12 276 11 984
Bali
70
Nusa Tenggara -Nusa Tenggara Barat -Nusa Tenggara Timur Maluku dan Papua -Maluku -Maluku Utara -Papua -Papua Barat TOTAL
231 426 72 046 159 380
1 653 515 1 138
49 591 15 438 34 153
377 021 95 174 226 262 31 640 23 945 3 796 144
2 693 680 1 616 226 171 27 115
80 790 20 394 48 485 6 780 5 131 813 459
27
RIWAYAT HIDUP Fransisca Pangestu Adi Arti lahir di Jakarta, 3 Desember 1991 dari pasangan Drs. Constantinus Soenarto dan Agustina Warianingsih, sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada Tahun 2010 di SMA Negeri 2 Kota Tangerang Selatan dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan termasuk menjadi asisten praktikum Teknik Penyimpanan dan Penggudangan, dan Teknik Optimasi. Penulis aktif di beberapa anggota organisasi yaitu KEMAKI, MAX dan Koran Kampus pada tahun 2010. Penulis melaksanakan Praktik Lapang pada tahun 2013 dengan judul “Mempelajari Aspek Produksi, dan Pengawasan Mutu di Pabrik Tapioka Cikeruh”. Lokasi praktik lapang berada di Tasikmalaya-Jawa Barat. Pada tahun 2014 ini penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Jok Serat Sabut Kelapa”.