STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK INDUSTRI KOTAK KARTON GELOMBANG
GIGANTIKA P. H. SAMOSIR
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Industri Kotak Karton Gelombang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Gigantika P. H. Samosir NIM F34090075
ABSTRAK GIGANTIKA P. H. SAMOSIR. Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Industri Kotak Karton Gelombang. Dibimbing oleh YANDRA ARKEMAN dan ERLIZA NOOR. Permintaan bahan baku kayu untuk pembuatan kertas semakin meningkat sehingga berdampak pada kerusakan hutan. Tandan kosong kelapa sawit memiliki potensi untuk bahan baku pembuatan kertas karena kandungan selulosanya cukup tinggi. Adanya isu tandan kosong yang dikembalikan ke lahan petani menjadi masalah dalam pengadaan bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan pilihan strategi dan penentuan strategi penyediaan bahan baku industri kotak karton gelombang. Kriteria kelayakan menunjukkan nilai net present value yaitu Rp 13.577.950.803, internal rate return diperoleh sebesar 49,9%, B/C ratio sebesar 1,08, break event point pada tahun pertama yaitu 3.589.632 kotak dan waktu pengembalian modal selama 3 tahun. Hasil analisis Fuzzy AHP menunjukan strategi penyediaan bahan baku yang terpilih yaitu melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit dalam jangka panjang dengan bobot 0,331. Kata kunci : strategi penyediaan, tandan kosong kelapa sawit, kotak karton gelombang, fuzzy analytical hierarchy process
ABSTRACT GIGANTIKA P. H. SAMOSIR. Raw Material Supply Strategy of Empty Fruit Bunch Palm Oil for Corrugated Boxes Industry. Supervised by YANDRA ARKEMAN and ERLIZA NOOR. The demand of timber as raw material for paper industry is increasing, those thing bring a negative impact to the environment such as forest degradation. Empty fruit bunch palm oil has a potency as paper raw material production because it has high cellulose level. Lately, imerge an issue about practical giving-back the empty empty fruit bunch into palm oil plantation area become a problem in supplying raw material for paper productiion. This research was conducted to determine and select the strategy of raw material supplying for coggurated box industry. The investment criteria show that Net Present Value is Rp 13.577.950.803, Internal Rate Return is 49,9%, Benefit/Cost ratio is 1,08, break even point shows that at first year must be produced at least 3.589.632 unit and Pay Back Period is 3 years. Result of FAHP analysis shows that the expert assessment long term cooperation with palm oil factory with a weight of 0,331. Keywords: supply strategy, empty fruit bunch palm oil, cogurrated box, fuzzy AHP
STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT UNTUK INDUSTRI KOTAK KARTON GELOMBANG
GIGANTIKA P. H. SAMOSIR
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Untuk Industri Kotak Karton Gelombang Nama : Gigantika P. H. Samosir NIM : F34090075
Disetujui oleh
Dr Ir Yandra Arkeman, MEng Pembimbing I
Prof Dr Ir Erliza Noor Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang Strategi Penyediaan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit untuk Industri Kotak Karton Gelombang dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama Februari 2014 sampai Juni 2014 ini ialah strategi penyediaan bahan baku. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Yandra Arkeman, MEng dan Ibu Prof Dr Ir Erliza Noor selaku pembimbing yang telah banyak memberi arahan dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, teman-teman Teknologi Industri Pertanian 46 dan 47 atas dukungan yang diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Agustus 2014 Gigantika P. H. Samosir
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
3
METODE
3
Lokasi dan Waktu Penelitian
3
Metode
3
Prosedur Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Permintaan kertas
9 9
Ketersediaan Bahan Baku
10
Kapasitas dan Proses Produksi
13
Analisis Keuangan
18
Strategi Penyediaan Bahan Baku
23
SIMPULAN DAN SARAN
28
Simpulan
28
Saran
28
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
87
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Produksi kertas dan karton di dunia tahun 2007-2010 Ekspor dan impor karton, box dari karton bergelombang Komponen kimia tandan kosong kelapa sawit (TKKS) Luas areal dan produksi Crude Palm Oil (CPO) tahun 2012 Bahan dan konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan kertas Harga dan penerimaan Struktur pembiayaan Angsuran modal investasi Skala penilaian perbandingan berpasangan Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku Nilai indeks konsistensi acak (RI) berdasarkan ukuran matriks Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku Total bobot prioritas atribut tujuan penyediaan bahan baku dengan mempertimbangkan bobot kriteria penyediaan bahan baku Total bobot prioritas atribut alternatif penyediaan bahan baku dengan mempertimbangkan bobot tujuan penyediaan bahan baku
9 10 11 12 14 21 21 22 24 26 26 27 27 27 27
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5
Diagram alir penelitian Produksi kertas dunia berdasarkan jenis (total sekitar 391 juta ton) Komposisi tandan olah Diagram alir proses pembuatan kotak karton gelombang Fungsi keanggotaan bilangan fuzzy triangular
4 10 11 14 24
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan bahan baku tandan kosong kelapa sawit Spesifikasi alat dan mesin Neraca massa proses pembuatan kotak karton gelombang Neraca energi proses pembuatan kotak karton gelombang Asumsi-asumsi Rincian biaya investasi Rincian modal kerja Rincian biaya penyusutan aset Rincian biaya nilai sisa Rincian biaya pemeliharaan Rincian biaya premi asuransi Rincian gaji
31 32 36 42 48 49 51 52 52 53 53 54
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Rincian biaya produksi Rincian biaya operasional Rincian laba dan rugi Arus kas NPV, IRR, Net B/C, PBP Analisis sensitivitas kenaikan harga 5% Analisis sensitivitas kenaikan harga 10% Struktur analitycal hierarchy process Kuesioner AHP Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar
55 56 58 59 60 62 64 66 67 72 78 85
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kertas merupakan barang yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Kebutuhan akan kertas di dunia semakin lama semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut berita resmi statistik, pertumbuhan produksi industri kertas pada tahun 2012 naik 14,78% dari tahun sebelumnya, sedangkan menurut data Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menyebutkan tahun 2009 produksi kertas Indonesia sebanyak 9,363 juta ton, naik menjadi 9,951 juta ton di tahun 2010. Kertas pada dasarnya dapat dibuat dari semua bahan setengah jadi yang mengandung selulosa (pulp). Namun demikian, selulosa (pulp) kayu sampai saat ini masih mendominasi sebagai bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan kertas. Tingginya kebutuhan kertas harus diimbangi dengan ketersediaan bahan baku. Pada industri pulp dan kertas dalam memproduksi 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton akan menghabiskan kayu sebanyak 670 juta ton, sehingga permintaan kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas juga akan meningkat. Peningkatan kebutuhan akan kayu tersebut dapat menyebabkan kenaikan laju deforestasi dan kerusakan hutan. Kenaikan laju deforestasi ini menimbulkan beberapa dampak terhadap lingkungan salah satunya efek global warming. Penggundulan hutan yang terjadi mengurangi jumlah tumbuhan yang dapat mengikat emisi CO2 dari aktifitas manusia sehingga CO2 yang tak terserap oleh tumbuhan membentuk lapisan yang mengakibatkan pemanasan global (global warming). Pemanasan global ini akan berdampak pada perubahan iklim secara tidak menentu. Selain itu, penggundulan hutan dapat menyebabkan bencana alam seperti erosi dan banjir (Setiawan 1999). Permasalahan tersebut dapat ditanggulangi dengan alternatif bahan baku non kayu agar penebangan hutan yang kerap terjadi dapat berkurang. Kelapa sawit (Elaeis quineensis), merupakan komoditas perkebunan yang sedang berkembang pesat saat ini. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia hingga tahun 2012 telah mencapai 9,5 juta hektar. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat terbesar yang dihasilkan oleh Perkebunan Kelapa Sawit (PKS). Setiap pengolahan 1 ton Tandan Buah Segar (TBS) dihasilkan sebanyak 20-23% TKKS. Jumlah limbah TKKS seluruh indonesia pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 26,5 juta ton (Ditjen Perkebunan 2012). Kebanyakan limbah berupa serat ini hanya dijadikan kompos, atau ditimbun di dalam tanah sebagai pengeras jalan. Menurut Hermiati (2010) komposisi kimia tandan kosong terdiri dari 41,346,5% selulosa, 25,3-33,8% hemiselulosa, dan 27,6-32,5% lignin. Kandungan lignoselulosa yang terdapat pada tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas. Limbah tandan kosong yang diolah kembali menjadi bahan baku kertas dapat mengatasi masalah pembuangan limbah serat kelapa sawit serta memberikan nilai tambah secara ekonomi. Tandan kosong yang dikembalikan ke lahan petani untuk dijadikan kompos, menjadi salah satu masalah dalam pengadaan bahan baku. Bahan baku yang digunakan suatu industri harus tercukupi dari jumlah dan kontinuitasnya secara
2
jangka panjang. Untuk itu diperlukan strategi penyediaan bahan baku yang efektif dan sesuai untuk meminimumkan resiko, dan ketidakpastian dalam pengadaan bahan baku dan kelancaran proses produksi. Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy-AHP) adalah salah satu metode untuk menentukan strategi penyediaan bahan baku. Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Menurut Kastaman et al (2007) keuntungan fuzzy AHP adalah pada saat melakukan penilaian, dimana para pengambil keputusan tidak dipaksa untuk melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka melalui bilangan linguistik.
Perumusan Masalah Permintaan kertas yang semakin tinggi akan berdampak buruk bagi dunia dan Indonesia yang termasuk salah satu produsen kertas terbesar, jika tidak dikritisi mengenai ketersediaan bahan bakunya. Produksi kertas yang masih mengandalkan kayu hutan alam membuat tingkat deforestasi semakin meningkat dan akan berdampak buruk bagi alam dan kesehatan manusia dikemudian hari. Oleh karena itu, pengganti selulosa kayu untuk pembuatan kertas yang cocok adalah tandan kosong kelapa sawit. Namun adanya kandungan minyak dan lemak, kertas yang dapat dicetak dari tandan kosong adalah kertas bergelombang (Cogurrated paper) yang dapat dijadikan kardus atau box. Perkebunan kelapa sawit terpencar-pencar tidak terfokus pada suatu tempat menjadi suatu masalah dalam pengadaan bahan baku. Bahan baku yang digunakan suatu industri harus tercukupi dari jumlah dan kontinuitasnya secara jangka panjang. 1. Berapa besarnya permintaan kertas gelombang/kardus di pasar dalam negeri? 2. Apakah industri dapat memenuhi permintaan kertas gelombang/kardus di pasar dalam negeri? 3. Bagaimana strategi penyediaan bahan baku agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dan kontinuitas industri dapat terus berjalan?
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis finansial pendirian industri kotak karton gelombang dan merancang strategi penyediaan bahan baku serat kelapa sawit untuk industri kotak karton gelombang agar dapat memenuhi permintaan pasar dan proses produksi dapat berlangsung optimal.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran dalam penentuan strategi yang terbaik untuk penyediaan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan baku kotak karton gelombang. Sehingga dengan adanya skripsi ini, tandan kosong kelapa sawit dapat diolah menjadi barang yang memiliki nilai tinggi dan dapat memenuhi permintaan pasar nasional maupun
3
pasar ekspor. Manfaat lainnya adalah menambah informasi bagi industri dalam menyusun strategi dan kebijakan untuk pengadaan bahan baku serta dapat memberikan manfaat berupa nilai tambah pada tandan kosong kelapa sawit. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor teknologi, perhitungan finansial, dan kapasitas produksi yang berpengaruh dalam industri kotak karton gelombang tandan kosong kelapa sawit untuk memenuhi permintaan pasar dalam dan luar negeri, serta penentuan strategi penyediaan bahan baku di industri kertas bergelombang serat tandan kosong kelapa sawit yang prospektif.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kampus Dramaga IPB Bogor dan pengambilan data diperoleh dari PT. Kertas Padalarang dan Balai Pulp dan Kertas Kementerian Pertanian, Badan Pusat Statistik. Waktu penelitian dilakukan mulai periode Maret 2014 hingga Juni 2014. Metode Proses perumusan strategi penyediaan bahan baku industri kotak karton gelombang dari tandan kosong kelapa sawit diawali dengan tahap pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi langsung di lapangan, wawancara dengan pakar dan penyebaran kuesioner kepada pakar. Data sekunder didapat dari penelusuran berupa dokumen dari instansi yang terkait yaitu PT. Kertas Padalarang dan Balai Pulp dan Kertas serta informasi-informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-buku literatur, media massa, maupun media elektronik (internet). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pakar ahli, kemudian dapat dianalisis kendala-kendala yang ada dalam hal penyediaan bahan baku tandan kosong kelapa sawit dalam produksi kotak karton gelombang. Berdasarkan kendala tersebut, dapat ditentukan beberapa strategi untuk menyediakan tandan kosong kelapa sawit. Penentuan strategi ini dilakukan dengan menggunakan informasi pakar yang kemudian diolah dengan metode fuzzy AHP. Diagram alir penentuan strategi penyediaan bahan baku industri kotak karton gelombang tandan kosong kelapa sawit disajikan pada Gambar 1.
4
Mulai
• Studi Pustaka • Pengumpulan data sekunder
• Studi Pustaka • Analisis data sekunder
Demand/permintaan kotak karton gelombang (presentase penggunaan kotak karton gelombang x jumlah keseluruhan penggunaan kertas)
Analisis ketersediaan bahan baku (menghitung persentase limbah tandan kosong dari jumlah pengolahan tandan buah segar)
Kelayakan pendirian industri kotak karton gelombang: - Analisis teknologi - Analisis kapasitas produksi - Analisis finansial
• Studi Pustaka • Diskusi Pakar • Kuesioner
Penentuan strategi penyediaan bahan baku tandan kosong kelapa sawit untuk industri kotak karton gelombang dengan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP).
Selesai
Gambar 1 Diagram alir penelitian Prosedur Analisis Data Analisis permintaan kotak karton gelombang Analisis permintaan kotak karton gelombang diperoleh dari data sekunder yang berasal dari beberapa pustaka yaitu Statistik Industri Manufaktur Bahan Baku, Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri, dan data dari internet. Data tersebut menjadi dasar kebutuhan tandan kosong untuk pengolahan kotak karton gelombang.
5
Analisis ketersediaan bahan baku Analisis ketersediaan bahan baku dilakukan dengan studi pustaka. Pustaka yang digunakan adalah Statistik Kelapa Sawit 2010-2014 berdasarkan Direktorat Jendral Perkebunan. Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah padat yang dihasilkan sebanyak 20-23%. Analisis teknologi produksi Analisis teknologi didapat dari wawancara dan pengumpulan data sekunder. Wawancara dilakukan dengan pihak PT. Kertas Padalarang dan Balai Pulp dan Kertas sedangkan data sekunder didapat dari studi pustaka dan internet. Hasil wawancara berupa tahapan proses pembuatan kertas dari tandan kosong kelapa sawit hingga menjadi jumbo roll, sedangkan tahapan pembuatan kotak karton gelombang didapat dari studi pustaka dan internet. Kebutuhan dan kapasitas mesin untuk proses pembuatan kotak karton gelombang diperoleh dari internet. Bahan baku yang digunakan didapat dari perhitungan sebagai berikut : Bahan baku = kapasitas mesin × jam kerja mesin × jumlah mesin
Analisis kapasitas produksi Analisis kapasitas produksi didapatkan berdasarkan kapasitas mesin dan ketersediaan bahan baku. Analisis kapasitas produksi secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisis finansial Aspek finansial dapat ditentukan dengan menghitung Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), Break event point (BEP) dan Payback Period (PBP) dari keuntungan yang diperoleh. a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu Menurut Gray et al. (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut. 𝑛𝑛 𝐵𝐵𝑡𝑡 − 𝐶𝐶𝑡𝑡 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 = � (1 + 𝑖𝑖)𝑡𝑡 𝑡𝑡=0
Keterangan : Bt = keuntungan pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t i = tingkat suku bunga (%) t = periode investasi (t = 0,1,2,3,...,n) n = umur ekonomis proyek Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal. b. Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return (IRR) adalah tingkat suku bunga pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen (Gray et al.,1993). IRR merupakan
6
tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut. 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 (+) [𝑖𝑖 − 𝑖𝑖(+) ] 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼 = 𝑖𝑖(+) + 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁(+) − 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁(−) (−) Keterangan : NPV (+) = NPV bernilai positif NPV (-) = NPV bernilai negatif i(+) = suku bunga yang membuat NPV positif i(-) = suku bunga yang membuat NPV negatif Jika IRR dari suatu proyek atau usaha sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek itu sebesar 0. Jika IRR ≥ I, maka proyek atau usaha layak untuk dijalankan, begitu pula sebaliknya. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut. Net B/C = NPVB-C Positif / NPVB-C Negatif Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al.,1999). d. Break Even Point (BEP) dan Pay Back Period (PBP) Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada rumus berikut: BEP = Total Fixed Cost / (Harga per unit – Variabel Cost per unit) e. Pay Back Period (PBP) merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan meliputi periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut 𝑚𝑚 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 = 𝑛𝑛 + 𝐵𝐵𝑛𝑛+1 − 𝐶𝐶𝑛𝑛+1 Keterangan : n = periode investasi saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun) m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (Rp) Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n (Rp) Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)
7
Analisis strategi penyediaan bahan baku Pada tahap ini dilakukan pengembangan sejumlah alternatif strategi dan pemilihan strategi terbaik yang sesuai dengan masalah yang ada dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP) Prosedur penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayağ (2005) dalam Marimin et.al (2013) adalah sebagai berikut: a. Perbandingan skor Bilangan fuzzy triangular digunakan untuk melakukan indikasi tingkat kepentingan relatif tiap pasang elemen pada hirarki yang sama. b. Pembuatan matriks perbandingan fuzzy Bilangan fuzzy melalui perbandingan berpasangan dibuat matriks penilaian fuzzy Ã(aij) sebagai berikut. 1 𝑎𝑎�12 … 𝑎𝑎�1𝑛𝑛 ⋮ … … 𝑎𝑎�2𝑛𝑛 Ã= � � ⋮ … … ⋮ 𝑎𝑎�𝑛𝑛1 𝑎𝑎�𝑛𝑛2 … 1 𝛼𝛼 𝛼𝛼 dengan 𝑎𝑎�𝑖𝑖𝑖𝑖 = 1 jika i=j, dan 𝑎𝑎�𝑖𝑖𝑖𝑖 = 1� , 3� , 5� , 7� , 9� 𝑜𝑜𝑜𝑜 1� −1 , 3� −1 , 5� −1 , 7� −1 , 9−1 jika i ≠ j c. Penyelesaian nilai eigen fuzzy
Tujuan langkah ini adalah untuk menghitung tingkat kepentingan relatif seluruh elemen berdasarkan elemen pada tingkat diatasnya dalam struktur hirarki. Menurut Nepal (2010), penentuan bobot prioritas dihitung dengan rumus berikut. 𝑎𝑎 ∑𝑛𝑛𝑖𝑖=1 � 𝑛𝑛 𝑖𝑖𝑖𝑖 � ∑ 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑥𝑥𝑖𝑖 =
𝑗𝑗=1
𝑛𝑛
α-cut merupakan tingkat kepercayaan pakar atau pengambil keputusan pada penilaiannya. Derajat kepuasan penilaian matrik à diestimasikan oleh indeks optimisme ω. Semakin besar nilai indeks ω menunjukkan tingkat optimisme merupakan kombinasi konveks linier (Promentilla 2006) yang didefinisikan sebagai berikut. 𝛼𝛼 𝛼𝛼 𝛼𝛼 𝑎𝑎�𝑖𝑖𝑖𝑖 = ω 𝑎𝑎�𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 + (1- ω) 𝑎𝑎�𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 , ∀ω ∈[0,1]
Normalisasi pada perbandingan berpasangan dan perhitungan bobot prioritas dilakukan dalam penghitungan vektor eigen. Untuk mengendalikan hasil dilakukan rasio konsistensi untuk setiap matriks dan seluruh hierarki. Pengukuran indeks konsistensi sebagai berikut. 𝜆𝜆𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 − 𝑛𝑛 𝐶𝐶𝐶𝐶 = 𝑛𝑛 − 1 dengan CI : indeks konsistensi λmax : vektor konsistensi n : jumlah alternatif
8
Rasio konsistensi digunakan untuk mengestimasikan perbandingan berpasangan secara langsung. Rasio konsistensi dihitung dengan rumus sebagai berikut. 𝐶𝐶𝐶𝐶 𝐶𝐶𝐶𝐶 = 𝑅𝑅𝑅𝑅 CR : rasio konsistensi RI : indeks rata-rata bobot yang dibangkitkan secara acak d. Bobot prioritas pada setiap alternatif dapat diperoleh dengan cara mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot atribut dan menjumlahkan seluruh atribut dengan rumus sebagai berikut. 𝑡𝑡
(𝑘𝑘 = �(𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑖𝑖 𝑥𝑥 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑖𝑖𝑖𝑖 ) 𝑖𝑖=1
Untuk i = 1,2,...,t Dengan i : atribut t : total jumlah atribut k : alternatif Setelah penghitungan bobot untuk setiap alternatif, seluruh indeks konsistensi dihitung untuk meyakinkan bahwa penilaian tersebut konsisten.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Permintaan kertas Kegunaan pulp, kertas, dan produk turunan lain turunan pulp tidak diragukan lagi untuk kepentingan manusia di hampir seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan konsumsi kertas yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan besarnya jumlah penduduk di Indonesia, sehingga penggunaan kertas dan sejenisnya terus menerus mengalami peningkatan. Menurut data statistik, pertumbuhan produksi industri kertas dan sejenisnya pada akhir tahun 2011 sebesar 2,74% dan pada awal tahun 2012 naik menjadi 14,78%. Begitu juga produksi kertas dan karton di dunia yang mencapai 392 juta ton pada tahun 2010 yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produksi kertas dan karton di dunia tahun 2007-2010 No Tahun Total (juta ton) 1 2007 393 2 2008 391 3 2009 371 4 2010 392 Sumber : PPI dalam Analisis industri kertas 2012 Kertas terbagi menjadi beberapa jenis yaitu kertas bungkus, kertas tisu, kertas cetak, kertas tulis, kertas koran, dan kertas karton. Karton gelombang (corrugated board) adalah merupakan salah satu jenis karton yang dibuat dari satu atau beberapa lapisan kertas medium bergelombang dengan kertas liner sebagai penyekat dan pelapisnya. Karton bergelombang atau karton beralur terdiri dari dua macam corrugated sheet, yaitu : Kertas kraft (kraft liner) untuk lapisan luar dan dalam dan kertas medium untuk bagian tengah yang bergelombang. Kertas liner adalah kertas yang digunakan sebagai penyekat dan pelapis pada karton bergelombang. Kertas liner memiliki gramatur : 125; 150; 200 dan 300 gr/m2. Kertas medium adalah kertas yang digunakan sebagai lapisan bergelombang pada karton gelombang. Kertas medium memiliki gramatur : 112; 125; 140; 150 dan 160 g/m2 (Hidayat et al 2007). Tingginya kontribusi penjualan kotak karton gelombang seiring dengan adanya kebutuhan industri makanan, minuman, dan kosmetik dalam penggunaan kemasan. Penjualan kemasan plastik dan kotak karton mempunyai konstribusi yang paling tinggi. Dalam industri kemasan, kemasan kertas karton mempunyai konstribusi 30% dan merupakan industri kemasan kedua yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan industri. Menurut Badan Pusat Satistik (2011), permintaan kotak dari karton bergelombang secara nasional pada tahun 2011 yaitu 284.999.396 buah atau sekitar 113.859.141 kg. Kebutuhan karton, box dan kemasan dari karton gelombang mengalami peningkatan dengan trend 3,03% selama tahun 2007 sampai 2011. Maka diperkirakan penggunaan kotak karton gelombang akan terus meningkat hingga 30 juta per tahun. Peningkatan ekspor kemasan karton gelombang dapat dilihat pada Tabel 2.
10
Tabel 2 Ekspor karton, box dan kemasan dari karton gelombang (dalam ribu US$) Jenis kertas 2007 Karton, box dan 20.399,0 kemasan dari kotak karton gelombang
2008 2009 20.765,6 13.908,0
2010 2011 Trend 19.070,9 24.708,8 3,03%
Sumber : Kemenperin, 2014
Penggunaan kemasan di dunia berdasarkan Gambar 2, berkontribusi 13% dari total penggunaan kertas dunia sekitar 391 juta ton atau sekitar 50,83 juta ton. produksi kertas dan kemasan yang semakin meningkat, menunjukkan penggunaan bahan baku kayu juga akan terus meningkat. Sampai saat ini belum ada industri yang mengolah kemasan kotak karton gelombang menggunakan bahan baku tandan kosong kelapa sawit. Pembuatan kertas atau kotak karton gelombang dari tandan kosong kelapa sawit masih sebatas penelitian. Ini merupakan peluang pasar yang besar. Paperboard for packaging 13%
Other paper 8%
Corrugated material 33%
Newsprint 9% Printing and writing paper 30%
Tissue paper 7%
Gambar 2 Produksi kertas dunia berdasarkan jenis (total sekitar 391 juta ton) Sumber : PPI dalam Analisis industri kertas 2012 Permintaan kotak karton gelombang yang ada di pasar nasional maupun dunia dapat di atasi dengan adanya penggunaan bahan baku tandan kosong kelapa sawit, sehingga penggunaan bahan baku kayu dapat dikurangi. Ketersediaan Bahan Baku Kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman perkebunan penghasil minyak nabati terbesar. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat setiap tahun diikuti dengan produksi minyak kelapa sawit. Pengolahan kelapa sawit memproduksi produk utama, yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit. Produksi minyak kelapa sawit tersebut menghasilkan hasil samping berupa tandan kosong, sabut perasan, lumpur, cangkang dan bungkil inti sawit. Limbah padat tandan kosong yang dihasilkan sebesar 20-23% dari 100% tandan buah segar (TBS) yang diolah. Bagan material balance (komposisi tandan olah) dapat dilihat pada Gambar 3.
11
TBS 100%
Tandan buah rebus (88-92%)
Tandan kosong (20-23%)
Air kondesat (8-12%)
Buah terpipil (55-65%)
Biji (12-16%)
Mesokarp (43-53%)
Minyak (20-23%)
Air (13-23%)
Serat (10-12%)
Kernel (5-7%)
Cangkang (7-9%)
Gambar 3 Komposisi tandan olah Sumber: Panduan lengkap pengelolaan kebun dan pabrik kelapa sawit (2008) Kandungan lignin yang tinggi pada tandan kosong maka limbah tandan kosong disebut juga lignoselulosa. Kompnen penyusun tandan kosong kelapa sawit menurut Nuryanto (2000) dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Komponen kimia tandan kosong kelapa sawit (TKKS) Parameter Lignin α-selulosa Holoselulosa Pentosa Kadar abu
Kandungan (%) 22,60 45,80 71,80 25,90 1,60
Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tersebar luas diberbagai wilayah. Produksi kelapa sawit didominasi di pulau Sumatera dengan produktivitas mencapai 3.775 kg/ha. Luas areal, produksi dan produktivitas kelapa sawit di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 3.
12
Tabel 4 Luas areal dan produksi Crude Palm Oil (CPO) tahun 2012 No 1 2 3 4 5
Wilayah Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Indonesia
dan
Luas areal (ha) 6.140.708 29.083 3.049.918 289.503 63.503
Produksi (ton) 18.611.685 49.431 6.629.623 582.469 142.310
Produktivitas (kg/ha) 3.775 2.517 3.680 2.998 3.255
9.572.715
26.015.518
3.722
Sumber : Direktorat jendral perkebunan 2013
Ketersediaan bahan baku menjadi salah satu faktor untuk menetapkan lokasi proyek. Lokasi bahan baku yang berdekatan dengan lokasi proyek akan meminimumkan biaya transportasi pengangkutan bahan baku menuju lokasi proyek. Tandan kosong kelapa sawit yang dihasilkan berkisar antara 20-23% dari pengolahan 1 ton tandan buah segar, sehingga dari berdasarkan data pada Tabel 4, produksi crude palm oil (CPO) 26.015.518 ton akan menghasilkan tandan kosong sekitar 5,204 juta ton per tahun. Menurut Sunarko (2014), siklus produksi tanaman sawit selama 25 tahun dengan manajemen yang baik, rata-rata produktivitasnya dapat mencapai 18 ton TBS/hektar/tahun. Tandan kosong yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit sebesar 20-23% sehingga untuk memenuhi produksi kotak karton gelombang sebanyak 30ton/hari dengan produktivitas 18 ton TBS/hektar/tahun, maka diperlukan luas areal kelapa sawit sekitar 2.400 ha/tahun. Perincian kebutuhan tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada Lampiran 1. Pemanfaatan tandan kosong sawit (TKS) saat ini hanya digunakan sebagai penambah bahan bakar yang dibakar dalam incinerator agar mudah dibuang, akan tetapi pembakaran tandan kosong dalam incinerator telah lama dilarang karena dapat menyebabkan polusi udara (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005), selain itu tandan kosong juga dapat digunakan sebagai mulsa dan sumber unsur hara di perkebunan, namun tidak selalu dapat diterapkan terutama pada areal yang topografnya berbukit-bukit dan lokasinya jauh dari perkebunan karena biaya distribusinya mahal. Disamping itu unsur hara yang terdapat pada TKS sangat rendah dan proses dekomposisinya secara alami lambat. Dekomposisi TKS dengan limbah cair PKS merupakan suatu pilihan yang penting dalam pengelolaan limbah agroindustri kelapa sawit (Mardiana, 2008). Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa limbah tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik, bahan pengisi jok atau matras, pulp dan kertas serta pembuatan papan partikel. Tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Selain pupuk kompos, TKKS juga dapat diolah menjadi pupuk kalium dengan membakar tandan kosong kelapa sawit dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan
13
memiliki kandungan 30-40% K2O, 7% P2O5, 9% CaO, dan 3% MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 1.00 ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu. Pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari dan kompos yang diperlukan 1000-1500 kg/hektar. Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri. Tandan kosong kelapa sawit juga dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas serta dapat dibuat sebagai sebagai papan partikel.
Kapasitas dan Proses Produksi Kapasitas produksi ditentukan dari jumlah permintaan pasar kotak karton gelombang. Asumsi pendirian industri mampu memenuhi kebutuhan pasar 80% pada tahun pertama, 90% pada tahun kedua dan 100% pada tahun ketiga hingga kesepuluh. Selain itu penentuan kapasitas dapat dilihat dari spesifikasi kapasitas mesin untuk menentukan keuntungan pendirian industri kotak karton gelombang dari tandan kosong kelapa sawit. Oleh karena itu, bahan baku tandan kosong yang akan diolah tiap harinya adalah 30 ton per hari. Proses pembuatan kotak karton bergelombang dapat dijadikan berbagai jenis ukuran, namun dalam perencanaan industri ini digunakan ukuran kotak 64x38x42 sehingga dari 30 ton bahan baku akan menghasilkan kotak karton gelombang sebanyak 23.370 buah/hari. Proses pembuatan pulp menggunakan cara semi kimia yaitu meliputi proses kimia dan mekanis. Proses kimia untuk pelunakan dilakukan dengan bahan pemisah basa atau biasa disebut dengan proses soda. Sedangkan proses mekanis dilakukan untuk pemisahan serat. Adapun kelebihan pembuatan pulp dengan cara semi kimia yaitu : - Tidak menggunak senyawa sulfur, sehingga bahan polusi sedikit dan tidak perlu recovery - Cocok untuk kapasitas kecil atau menengah (25-50 ton/hari) - Cocok untuk bahan baku serat alami - Proses murah Bahan penolong dapat memperbaiki struktur kertas agar lebih kuat dan rapat. Bahan pengisi (filler) digunakan untuk meratakan permukaan, bahan sizing dapat menaikkan retensi kertas serta penggunaan bahan-bahan penolong lainnya untuk menambah kekuatan kertas. Penggunaan bahan-bahan penolong beserta konsentrasinya dapat dilihat pada Tabel 5.
14
Tabel 5 Bahan dan konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan kertas No. 1
Nama Caustic soda
Konsentrasi 10%
2
0,6%
3
AKD (Alkylketene Dimer) Biocide
4
Kaporit
3%
5
Magnesium silikat
1,5%
6
Tapioka
1,5%
7
CaCO3
15%
1,5%
Fungsi Untuk boil out (pembersihan) mesin kertas, pengaturan pH Untuk menambah ketahanan kertas (sizing degree) terhadap penetrasi cairan Untuk membunuh bakteri yang terdapat pada bubur kertas Sebagai retention agent yang bermuatan positif untuk proses koagulasi (pembentukan flok tahap awal / ukuran kecil) Sebagai retention agent yang bermuatan negatif untuk proses flokulasi (pembentukan flok lebih besar) Sebagai peningkat kekuatan tarik yang bermuatan positif, berikatan dengan serat Sebagai bahan pengisi antar serat sehingga meningkatkan sifat formasi & daya cetak
Pembuatan pulp tandan kosong kelapa sawit dilakukan dengan proses semi kimia soda panas tertutup. Tandan kosong pertama di pres dengan mesin pres berkapasitas 3500 kg/jam kemudian dimasak dalam digester pada konsentrasi alkali (NaOH) 10% selama 3 jam pada suhu maksimum 120°C. Nilai banding TKKS terhadap larutan pemasak adalah 1,0 : 5,5. Setelah pemasakan, TKKS dipisahkan dari larutan pemasak dan dicuci hingga bersih. Selanjutnya serpihan lunak TKKS diberi perlakuan defiberasi secara mekanis menjadi serat-serat terpisah dalam beater pada konsistensi 4%. Seluruh pulp TKKS yang telah terpisah di saring menggunakan centrifugal screen dengan tujuan untuk memisahkan bubur kertas dari pengotor. Hasil dari pemisahan ini adalah bubur kertas bersih, kemudian dialirkan melalui pipa dengan cara dipompa ke dalam Chest Screening. Selanjutnya pulp dicuci dengan Washing Pulper dan disimpan dalam Chest Washing untuk persiapan pembuatan kertas pada unit stock preparation. Diagram alir keseluruhan proses pembuatan pulp dapat dilihat pada Gambar 4.
TKKS 30000 kg
Pengepresan P=20 kg.m/s2
15
Pemasakan dengan suhu 120oC selama 3 jam Pemisahan gumpalan serat dengan konsistensi 4%
Penyaringan 120 mesh
Air
Pencucian
Pulp TKKS
Unit persiapan
Penguraian serat AKD Biocide Kaporit Magnesium silikat Tapioka CaCO3
Pencampuran bahan penolong
Pembuatan jumbo roll
Pembuatan karton bergelombang
Pencetakan kardus
Air
16
Penyambungan dan folding
Kotak karton gelombang Gambar 4 Diagram alir proses pembuatan kotak karton gelombang Unit stock preparation merupakan lini awal yang bertugas mempersiapkan bubur kertas. Bahan baku berupa pulp TKKS diangkut melalui belt conveyor untuk ditimbang sesuai dengan komposisi jenis kertas yang ingin dihasilkan. Selanjutnya bubur dipompa menuju tempat penampungan bubur bernama pulper chest. Pada pulper chest tetap dilakukan pengadukan untuk menjaga konsistensi dan menjamin homogenisasi bubur. Konsistensi stock di pulper chest adalah 5%. Proses refining dilakukan penambahan kaporit yang bertujuan membunuh kuman. Bubur kemudian masuk ke dalam steel refiner. Steel refiner merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan pemotongan terhadap serat. Pada mesin ini terjadi fibrilasi yaitu penguraian serat menjadi komponen serat primer (fibril) yang lebih sederhana. Setelah serat dihaluskan di steel refiner, stock kemudian masuk ke continuous mixer dan ditambahkan dengan pewarna. Setelah melalui continuous mixer, stock kemudian ditambahkan Talk/ magnesol (magnesium silicate) yang berfungsi menonaktifkan pitch (getah). Selain itu juga ditambahkan biocide dan cationic starch 1,5%. Tapioka berfungsi sebagai dry strength agent dan penetral muatan negatif yang terdapat pada serat. Bahan tambahan berupa 15% kalsium karbonat (CaCO3) yang berfungsi sebagai filler serta 0,6% AKD (Alkylketene Dimer) yang berfungsi untuk mengontrol penetrasi cairan ke kertas (sizing degree) juga ditambahkan ke dalam stock sambil terus dilakukan pengadukan agar terjadi homogenisasi. Inti proses refining merupakan tahapan pencampuran bahan baku serat dengan derajat giling (freeness sesuai target) serta tambahan bahan kimia yang berguna untuk memperbaiki stock sehingga nantinya akan didapatkan kualitas produk yang baik. Stock kemudian di kirim ke head box yang selanjutnya akan dibentuk menjadi lembaran kertas. Paper machine merupakan bagian yang sangat penting dalam pembentukan kertas. Karena pada paper machine inilah terjadi perubahan formasi dari bubur kertas menjadi lembaran kertas berbentuk jumbo roll. Paper machine yang digunakan adalah fourdrinier. Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan corrugated paperboard atau corrugated sheet dilakukan pada sebuah mesin yang bernama Corrugator. Pada proses pembuatan sheet single wall diperlukan tiga kertas roll besar. Satu untuk dibentuk menjadi corrugating medium dan dua roll
17
lainnya sebagai liner. Lapisan board bagian atas biasanya dinamakan single face linerboard dan lapisan bawah biasa disebut double face linerboard. Proses pembuatan corrugated sheet single wall diawali dengan proses melembutkan kertas medium dengan uap (steam) dalam sebuah pre-conditioner kemudian dibentuk menjadi gelombang atau flute dengan cara menekan diantara dua corrugating roll. Corrugating roll adalah roll yang terbuat dari logam yang sangat keras dengan bentuk permukaan bergerigi seperti flute. Setelah ditekan diantara dua corrugating roll tersebut kertas medium berubah bentuknya menjadi flute. Kemudian pada puncak-puncak gelombang diberi lapisan glue yang terbuat dari bahan dasar tapioka. Flute yang sudah diberi glue kemudian ditempelkan pada linerboard dan di pres dengan pressroll menjadi sebuah single face. Sebelum ditempelkan dengan flute kertas liner terlebih dahulu dipanaskan dengan preheater. Selanjutnya single face tersebut bergerak keatas ke jembatan menuju ke unit double facer. Pada seksi berikutnya dari mesin corrugator yang biasanya disebut double backer atau double facer, lapisan linerboard kedua ditambahkan. Lapisan ini sebelumnya juga dipanaskan dengan pre-heater dan glue diberikan pada puncak flute bagian luar yang akan menempel dengan lapisan liner kedua tersebut. Agar single face yang ditempelkan dengan linerboard kedua ini bisa menempel dengan sempurna maka ditambahkan panas pada hot plate. Dari heating plate selanjutnya sheet mengalami proses pendinginan dan berjalan menuju ke unit slitter untuk dibelah menjadi beberapa lajur dan diberi creasing sesuai kebutuhan. Selanjutnya dipotong panjang di unit speed cut sesuai ukuran yang diinginkan. Setelah proses pembuatan sheet selesai dengan hasil produksi berupa lembaran karton (corrugated board/corrugated sheet) selanjutnya karton akan di converting. Proses converting terdiri dari pemberian cetakan (printing), pembuatan slotter dan lidah box, pembuatan creasing vertikal, folding (melipat) dan penyambungan (stiching/gluing) Proses cetak, pemotongan slotter dan lidah box serta pemberian creasing vertikal dilakukan di mesin Flexo selanjutnya karton box setengah jadi tersebut diproses di mesin folder/gluer atau mesin stiching untuk melanjutkan proses folding dan penyambungan. Untuk mengetahui jenis alat yang digunakan pada proses pembuatan kotak karton gelombang beserta spesifikasinya dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan untuk melihat neraca massa dan neraca energi dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.
18
Analisis Keuangan Analisis keuangan adalah menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan perhitungan rencana keuangan diperlukan beberapa parameter yang berasal dari analisis sebelumnya yaitu kapasitas produksi, pangsa pasar, teknologi yang digunakan, pemilihan peralatan, jumlah tenaga kerja, fasilitas pendukung, dan proyeksi-proyeksi harga. Asumsiasumsi yang digunakan dalam analisis finansial industri kotak karton gelombang adalah sebagai berikut atau dapat dilihat pada Lampiran 5. 1. Analisis finansial dilakukan selama 10 tahun dengan mempertimbangkan umur ekonomis mesin dan peralatan sekitar 10 tahun 2. Jumlah hari kerja 288 hari dalam setahun Direncanakan dalam satu minggu terdiri dari 6 hari produksi. 3. Pajak dihitung berdasarkan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 untuk pajak penghasilan dan perusahaan adalah sebesar 28%, pajak bumi dan bangunan 2,5%, dan pajak kendaraan 1,4%. 4. Biaya investasi adalah jumlah dari total biaya tetap dan biaya modal kerja dan dikeluarkan seluruhnya pada tahun ke-0 5. Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan produksi dimulai pada tahun ke-1. 6. Kapasitas produksi pada tahun ke-1 adalah 80%, kapasitas produksi tahun ke-2 adalah 90%, dan kapasitas tahun ke 3 dan seterusnya adalah 100%. 7. Harga yang ditetapkan oleh PT PLN : - Harga listrik : Rp1 352/Kw 8. Berdasarkan perkiran biaya menurut Peters et al (2004), maka penetapan biaya adalah sebagai berikut: - Kontingensi 10% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi - Biaya pemeliharaan ditetapkan 5% dari harga pembelian mesin dan peralatan produksi - Biaya asuransi 0.75% dari nilai awal pembelian barang yang diasuransikan. 9. Penyusutan menggunakan straight line method - Nilai sisa mesin dan peralatan, instalasi listrik, perlengkapan, dan kendaraan ditetapkan sebesar 10% dari harga awal pembelian - Nilai sisa bangunan sebesar 50% dari harga pembangunan - Umur ekonomis mesin dan peralatan, kendaraan, dan perlengkapan adalah 10 tahun 10. Skema pembiayaan investasi adalah 65% dari pembiayaan bank dan 35% dari pembiayaan sendiri, skema pembiyaan ini mengacu pada skema pembiayaan maksimum yang ditawarkan oleh Bank Mandiri. Bunga 13.5% berdasarkan bunga pada Bank Mandiri. 11. Pembayaran kredit menggunakan metode sliding rate. 12. Jangka waktu pembayaran kredit modal investasi tetap adalah selama 5 tahun dan kredit modal kerja selama 5 tahun. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan pada saat akan mendirikan industri kotak karton gelombang. Biaya ini terdiri dari atas dua komponen yaitu
19
biaya tetap dan biaya modal kerja. Biaya tetap merupakan biaya yang diperlukan untuk keperluan fisik dari pabrik, mulai dari tanah dan pembangunan pabrik, fasilitas penunjang, pembelian mesin dan alat perkantoran, sarana distribusi serta kontingensi. Perhitungan modal kerja tergantung pada kebijakan perusahaan yang pembelian dan penjualannya secara kredit tentu akan membutuhkan modal kerja yang berbeda dengan perusahaan yang melakukan tunai. Berikut ini merupakan biaya investasi yang diperlukan dalam pendirian industri kotak karton gelombang : 1. Pengadaan Mesin dan Peralatan Biaya pengadaan peralatan dan mesin meliputi biaya pembelian mesin dan peralatan, biaya transportasi, biaya instalasi mesin dan peralatan, biaya instalasi listrik dan air. Biaya pembelian mesin dan peralatan dapat dilihat pada Lampiran 6. Data harga mesin dan peralatan tersebut diperoleh dari internet. Jumlah keseluruhan biaya untuk pengadaan mesin dan peralatan sebesar Rp 3.680.600.000. Rincian biaya keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 3. 2. Biaya tanah dan Bangunan Biaya bangunan sebesar 20% dari biaya mesin dan biaya tanah sebesar 4% dari biaya mesin (Peter, et al 2004). Sehingga total biaya tanah dan bangunan sebesar Rp 883.344.000 3. Fasilitas dan Kendaraan Biaya fasilitas terdiri dari biaya peralatan laboratorium, peralatan kantor, peralatan suku cadang, dan kendaraan. Kendaraan yang akan dibeli sebanyak 2 unit yaitu kendaraan truk bak terbuka yang berfungsi untuk membawa bahan baku maupun pendistribusian produk. Total biaya pengadaan fasilitas Rp 200.000.000 dan kendaraan Rp 400.000.000. 4. Biaya Pra Investasi Biaya para investasi adalah biaya yang dikeluarkan sebelum investasi proyek dimulai. Biaya tersebut meliputi biaya perizinan, biaya sertifikasi, dan biaya studi kelayakan. Total biaya pra investasi sebesar Rp 125.000.000. 5. Modal Kerja Modal kerja adalah dana yang disediakan dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat berupa kas, piutang, surat-surat berharga, persediaan, dan lainlain. Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari aktiva lancar yang terdapat dalam sisi debet neraca. Modal kerja neto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar. Sehingga modal kerja neto adalah selisih aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. Perincian modal kerja dapat dilihat pada Lampiran 7. Penyusutan Barang Modal Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method). Penyusutan barang modal terdiri dari penyusutan dan peralatan, penyusutan bangunan serta penyusutan fasilitas, dimana nilai sisa ditetapkan untuk mesin dan peralatan sebesar 10% bangunan dan fasilitas sebesar 50% dari nilai awal barang modal. Biaya penyusutan aset tetap sebesar Rp 555.272.000 per tahun. Perhitungan penyusutan mesin serta bangunan dan fasilitas dapat dilihat pada Lampiran 8 dan perhitungan nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 9.
20
Biaya Pemeliharaan dan Premi Asuransi Total biaya pemeliharaan mesin sebesar Rp 220.902.400 per tahun. Sedangkan total biaya premi asuransi yang di bayar sebesar Rp 36.447.900 per tahun. Perincian perhitungan biaya pemeliharaan dan biaya premi asuransi dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Biaya Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan pada industri kotak karton gelombang berjumlah 19 orang yang terdiri dari tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tak langsung. Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 90.000.000 per tahun dan biaya tenaga kerja tak langsung sebesar Rp 389.400.000 per tahun. Rincian gaji tenaga kerja dapat dilihat pada Lampiran 12. Biaya Operasional Biaya yang dikeluarkan pada industri kotak karton gelombang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh naik turunnya produksi. Biaya tetap industri kotak karton gelombang antara lain biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya administrasi kantor, biaya utilitas kantor, biaya pemeliharaan, biaya asuransi, biaya pemasaran, biaya laboratorium, pajak, dan penyusutan. Biaya variabel industri kotak karton gelombang antara lain biaya pembelian bahan baku, biaya bahan penolong, biaya utilitas produksi, dan biaya tenaga kerja langsung. Perhitungan rincian biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 13. Biaya operasional untuk industri kotak karton gelombang ini sebesar Rp 14.180.668.080 pada tahun pertama dengan jumlah produksi per tahun tersebut baru mencapai 80 %. Pada tahun kedua jumlah produksi baru mencapai 90% per tahun sehingga biaya operasionalnya sebesar Rp 15.953.251.590. Untuk tahun ketiga peningkatan produksi dimaksimalkan menjadi 100% dimana total biaya sebesar Rp 17.725.835.100 per tahun. Pada tahun selanjutnya produktivitas pabrik tetap konstan 100% untuk memaksimalkan keuntungan. Biaya operasional pada setiap tahunnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
Harga penjualan dan Prakiraan Penerimaan Umumnya biaya dalam sebuah pendirian industri dibagi ke dalam dua jenis, yaitu biaya investasi dan modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan dan biaya lainya yang berhubungan dengan pembangunan proyek. Sedangkan modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Tabel 6 menunjukkan total biaya dan total penjualan kotak karton gelombang. Biaya per unit kotak karton gelombang ditentukan menggunakan metode full costing dengan rumus : 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 + 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣𝑣 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 = 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
21
Tabel 6 Harga dan penerimaan Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kapasitas produksi 5.384.448 6.057.504 6.730.560 6.730.560 6.730.560 6.730.560 6.730.560 6.730.560 6.730.560 6.730.560
Harga (Rp/pc) 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500 10.500
Total Penjualan (Rp) 56.536.704.000 63.603.792.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000
Total Biaya (Rp) 14.180.668.080 15.953.251.590 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100
Penerimaan (Rp) 42.356.035.920 47.650.540.410 52.945.044.900 52.945.044.900 52.945.044.900 52.945.044.900 52.945.044.900 52.945.044.900 52.945.044.900 52.945.044.900
Pembiayaan Pendirian industri kotak karton gelombang ini dibiayai dengan modal sendiri dan modal pinjaman dari bank dengan perbandingan 65:35. Hal ini mengacu pada kebijakan salah satu bank yaitu Bank Mandiri bahwa maksimal porsi pembiayaan bank baik untuk modal investasi ataupun modal kerja maksimal hanya 65%. Tabel 7 menunjukkan struktur pembiayaan. Tabel 7 Struktur pembiayaan Jenis kredit Modal investasi tetap modal investasi kerja Jumlah
Kebutuhan investasi (Rp)
Modal sendiri Rp (35%)
Pinjaman Rp (65%)
5.645.138.400
1.975.798.440
3.669.339.960
919.956.300
321.984.705
597.971.595
6.565.094.700
2.297.783.145
4.267.311.555
Lama masa peminjaman kredit modal investasi tetap adalah 5 tahun dan untuk kredit modal kerja 5 tahun. Bunga ditetapkan 13.5% untuk kredit bunga modal investasi tetap maupun modal kerja. Hal Ini mengacu pada bunga yang diberlakukan di Bank Mandiri untuk pembiayaan industri turunan kelapa sawit. Pembayaran bunga ditetapkan dengan menggunakan metode slidding rate. Proyeksi pembayaran angsuran bersama bunganya pada tiap tahun ditunjukan pada Tabel 8.
22
Tabel 8 Angsuran modal investasi Tahun 0 1 2 3 4 5
Jumlah kredit (Rp) 3.669.339.960 3.669.339.960 2.935.471.968 2.201.603.976 1.467.735.984 733.867.992
Angsuran pokok (Rp) 733.867.992 733.867.992 733.867.992 733.867.992 733.867.992 733.867.992
Bunga (Rp) 495.360.895 495.360.895 396.288.716 297.216.537 198.144.358 99.072.179
Jumlah Angsuran (Rp) 1.229.228.887 1.229.228.887 1.130.156.708 1.031.084.529 932.012.350 832.940.171
Proyeksi Laba-Rugi Proyeksi laba-rugi memuat informasi mengenai proyeksi total penerimaan dan pengeluaran sehingga diketahui tingkat profibilitasnya. Selisih antar proyeksi total penerimaan dan pengeluaran merupakan besarnya laba dan rugi sebelum pembayaran pajak dan bunga. Laba bersih merupakan laba yang sudah dikurangi dengan pembayaran bunga dan pajak. Laba bersih yang dihasilkan pada tahun pertama Rp 29.267.116.976 per tahun dengan penjualan 80%. Pada tahun kedua laba bersih meningkat menjadi Rp 32.681.661.213 per tahun dengan penjualan 90%. Pada tahun ketiga dan seterusnya penjualan 100% sehingga laba bersih yang diterima menjadi Rp 36.641.765.913 per tahun. Besaran laba yang diterima bernilai positif sehingga dari analisis laba-rugi proyek masih layak untuk dijalankan. Pada Lampiran 15 menunjukan perincian perhitungan laba-rugi industri kotak karton gelombang. Proyeksi Arus Kas Arus kas merupakan gambaran dari laporan keuangan satu perusahaan baik dalam bentuk arus kas masuk maupun arus kas keluar. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa arus kas bersih kapasitas 80% sebesar Rp 30.187.073.276, pada tahun kedua dengan kapasitas 90% sebesar Rp 33.233.743.151, dan pada tahun ketiga dengan kapasitas 100% sebesar Rp 37.125.807.173. Perhitungan aliran kas dapat dilihat pada Lampiran 16. Hasil yang diperoleh bernilai positif hingga pada akhir proyek sehingga akan memberikan pengaruh yang baik kepada para investor untuk mendirikan industri kotak karton gelombang ini. Titik Impas (Break Even Point) dan Harga Pokok Produksi (HPP) Titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan total penerimaan. Titik impas atau biasa disebut BEP juga dapat memberikan informasi mengenai hubungan dengan biaya tetap dan biaya viabel. Pada industri kotak karton gelombang ini, pada keadaan rata-rata BEP unit kotak karton gelombang yang dihasilkan pada tahun pertama dengan produksi 80% adalah 3.589.632 buah per tahun dan tahun kedua BEP unit mencapai 4.038.336 buah per tahun dan pada tahun ketiga dan seterusnya BEP unit konstan menjadi 4.487.040 kg per tahun. Nilai yang diperoleh merupakan batasan yang harus dipenuhi industri sebelum mendapatkan keuntungan. Jika nilai melebihi dari BEP maka perusahaan akan
23
mendapatkan keuntungan sesuai dengan margin dari jumlah produk di atas BEP yang dijual. Harga pokok kotak karton gelombang yang diperoleh sebesar Rp 2.634 per buah kotak karton gelombang ukuran 64x38x42. Menurut Steve Blank dan Dorf (2012), Harga jual ditentukan berdasarkan harga pokok produksi, dimana untuk industri dengan pangsa pasar baru, maka harga diperoleh tiga kali lipat harga pokok produksi. Kenaikan harga tersebut dikarenakan harga pokok produksi belum memperhitungkan biaya distribusi dan pemasaran produk. Harga jual kotak karton gelombang yang ditetapkan yaitu Rp 10.500 sehingga mendapatkan nilai Net Present Value uang positif. Kriteria Kelayakan Investasi Pada analisis finansial ini dilakukan penilaian kriteria investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri kotak karton gelombang adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Ratio (Net B/C) dan Pay Back Periode (PBP). Nilai NPV industri kotak karton gelombang adalah Rp 13.577.950.803. NPV menunjukan angka yang positif sehingga proyek pada nilai NPV dikatakan layak. Nilai IRR industri yang diperoleh adalah 49,9% yang lebih tinggi dari suku bunga yang berlaku, sehingga proyek dinyatakan layak. Nilai Net B/C pada skenario 1,08 lebih dari satu sehingga dari nilai proyek layak untuk dilaksanakan. Waktu Pay Back Periode untuk industri kotak karton gelombang adalah 3,01 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi industri kotak karton gelombang diatas layak dilaksanakan, karena semua kriteria yang dihitung masuk dalam kategori layak untuk dijalankan. Perhitungan kelayakan investasi dapat dilihat pada Lampiran 17. Analisis Sensitivitas Analisis ini dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan harga pada sektor pengeluaran. Variabel yang diubah pada analisis ini adalah harga bahan baku atau harga tandan kosong kelapa sawit. Rincian perhitungan analisis sensitivitas 5% dan 10% dapat dilihat pada Lampiran 18 dan 19. Bila terjadi peningkatan harga bahan baku tandan kosong kelapa sawit sebesar 5%, industri ini masih tetap layak untuk didirikan karena nilai NPV positif Rp13.513.361.737, IRR 58,1%, net B/C sebesar 1.08 dan PBP selama 3,10 tahun. Bila terjadi peningkatan harga bahan baku tandan kosong kelapa sawit sebesar 10%, industri ini masih tetap layak untuk didirikan karena nilai NPV positif Rp9.350.940.099, IRR 46,7%, net B/C sebesar 1,05 dan PBP selama 4,08 tahun. Strategi Penyediaan Bahan Baku Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria. Menurut Kastaman et al (2007) keuntungan fuzzy AHP adalah pada saat melakukan penilaian, dimana para pengambil keputusan tidak dipaksa untuk melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka melalui bilangan linguistik. Pendekatan fuzzy AHP juga digunakan untuk memperbaiki ketidakjelasan dan ketidakpastian yang muncul dalam memutuskan tingkat kepentingan indikator kinerja oleh
24
pengambil keputusan atau pakar. Hirarki strategi penyediaan bahan baku yang diidentifikasi berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan para pakar terdapat pada Lampiran 20 dan kuesioner hirarki dapat dilihat pada Lampiran 21. Analisis strategi penyediaan bahan baku dilakukan untuk menentukan strategi yang terbaik untuk menyediakan bahan baku tandan kosong kelapa sawit untuk industri kotak karton gelombang. Fuzzy AHP merupakan suatu metode AHP dengan menggunakan bilangan fuzzy dalam penilaian yang diberikan pakar. Bilangan fuzzy memiliki skala 1 sampai 9 yang memiliki defini berbeda. Bilangan perbandingan fuzzy ditunjukkan pada Tabel 9. Fuzzy AHP digunakan karena metode ini dapat menutupi kelemahankelemahan pada AHP biasa. Kelebihan FAHP dari pada AHP adalah sebagai berikut: a. Dapat menutupi kelemahan AHP biasa, yang masih memiliki tingkat subjektivitas yang tinggi. b. Angka penilaian sudah dalam bentuk interval bukan eksak. Model AHP pertama yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty (1990) merupakan AHP dengan pembobotan additive. Additive adalah operasi aritmatika untuk mendapatkan bobot totalnya dengan penjumlahan. Tabel 9 Skala penilaian perbandingan berpasangan Identitas Kepentingan 1 3
Definisi Nilai Kedua elemen sama penting Elemen yang satu sedikit lebih penting (kebalikannya 1/3) Elemen yang satu esensial atau sangat penting (Kebalikannya bernilai 1/5) Satu elemen jelas lebih penting (kebalikannya 1/7) Satu elemen mutlak lebih penting (kebalikannya 1/9) Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan (kebalikannya 1/2, 1/4, 1/6, 1/8)
5 7 9 2,4,6,8
Menurut Ayağ (2005) dalam Marimin et.al (2013), definisi dan fungsi keanggotaan bilangan fuzzy ditunjukkan pada Gambar 5. Sama Penting
µM(x)
sedikit lebih penting
1�
1,0
lebih Penting
3�
sangat lebih penting
5�
mutlak lebih penting
7�
9�
0,5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Gambar 5 Fungsi keanggotaan bilangan fuzzy triangular
25
Strategi ini diperoleh berdasarkan analisis yang diperoleh dari kondisi lapangan dan diskusi pakar. Tandan kosong yang dihasilkan dari proses produksi Crude palm oil (CPO) di beberapa pabrik kelapa sawit sebagian di kembalikan ke lahan petani dan sebagian di bakar dalam incenerator. Pengembalian tandan kosong ke lahan petani menjadi suatu masalah karena jumlah tandan kosong yang dapat diolah dipabrik kelapa sawit menjadi berkurang. Salah satu cara yaitu dengan melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit agar tandan kosong diberikan kepada pihak industri sesuai permintaan dan sisanya dapat diberikan ke petani, mengingat jumlah tandan kosong yang banyak perharinya. Tandan kosong yang akan dibakar hanya ditumpuk dan dibiarkan begitu saja, oleh kerena itu diperlukan penerapan produksi bersih agar tandan kosong dapat dimanfaatkan secara optimal. Permasalahan yang lain adalah letak antar perkebunan yang jauh menyebabkan kesulitan dalam pengumpulan tandan kosong. Adanya badan pengepul yang didirikan oleh pihak industri dapat menjadi salah satu alternatif, agar pengumpulan tandan kosong didapatkan dengan lebih mudah. Berdasarkan masalah-masalah yang ada diatas maka akan menghambat produktivitas tandan kosong kelapa sawit. Oleh karena itu, alternatif yang diberikan untuk mempertahankan produktivitas tandan kosong kelapa sawit agar penyediaan bahan baku untuk industri kotak karton gelombang dapat berjalan kontinu dan lancar, adalah sebagai berikut: 1. Melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit yang akan untuk pemanfaatan tandan kosong yang akan dibakar. (A1) 2. Melakukan integrasi dengan pabrik kelapa sawit (A2) 3. Melakukan kerjasama dalam penerapan produksi bersih (A3) 4. Melakukan kerjasama dalam pengembangan infrastruktur (A4) 5. Membangun badan pengepul tandan kosong kelapa sawit (A5) Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi, maka kriteria yang mempengaruhi penyediaan bahan baku tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai berikut: 1. Kontinuitas Produksi (K1) 2. Produktivitas tandan kosong kelapa sawit (K2) 3. Transportasi (K3) 4. Permintaan pasar kotak karton gelombang (K4) Tujuan penyediaan bahan baku dapat dicapai jika kriteria terpilih dapat dilakukan dengan baik. Tujuan penyediaan bahan baku tersebut adalah sebagai berikut: 1. Meningkat keuntungan finansial (T1) 2. Meningkatkan pemanfaatan limbah TKKS (T2) 3. Meningkatkan lapangan pekerjaan (T3) Pengambilan keputusan dilakukan dengan mengisi kuesioner oleh beberapa pakar yang terdiri dari praktisi, akademisi dan peneliti. 1. Prof.Dr.Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc.St sebagai akademisi, dosen fakultas teknologi pertanian IPB 2. Dr. Ir. Han Roliadi, M.Sc sebagai peneliti, peneliti utama IVe Pusat Penelitian Kehutanan Bogor
26
3. Oky Ferdinal Duar, SP sebagai praktisi, staff tanaman sawit PTPN VIII Bandung Hasil penyelesaian fuzzy AHP menurut Ayag (2005) adalah sebagai berikut : Pembuatan matriks perbandingan fuzzy Hasil pembuatan matriks perbandingan fuzzy hasil penilaian para pakar pada kriteria terdapat pada Tabel 10. Hasil matriks perbandingan berpasangan fuzzy secara lengkap terdapat di Lampiran 18. 1.
Tabel 10 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku K1 K2 K3 K4 2. • • •
K1 1
K2
5� -1 1� 1�
1
K3
5�
1� 3� -1
3� 5�
1
1�
K4
1� 5� -1 1� 1
Menentukan batas atas dan batas bawah kemudian menetapkan nilai α-cut dengan menggunakan persamaan : 1� 𝑎𝑎 = �1, 3 − 2𝑎𝑎� 1 1 3� 𝑎𝑎 = �1 + 2𝑎𝑎 , 5 − 2𝑎𝑎�,3� 𝑎𝑎−1 = �5−2𝑎𝑎 , 1+2𝑎𝑎� 1 1 5� 𝑎𝑎 = �3 + 2𝑎𝑎 , 7 − 2𝑎𝑎�, 5� 𝑎𝑎−1 = [ , ] 7−2𝑎𝑎 3+2𝑎𝑎
1 1 7� 𝑎𝑎 = �5 + 2𝑎𝑎 , 9 − 2𝑎𝑎�, 7� 𝑎𝑎−1 = [9−2𝑎𝑎 , 5+2𝑎𝑎] 1 1 • 9� 𝑎𝑎 = �7 + 2𝑎𝑎 , 11 − 2𝑎𝑎�,9� 𝑎𝑎 −1 = [11−2𝑎𝑎 , 7+2𝑎𝑎] Dengan memasukkan nilai α, nilai fuzzy triangular dapat dikonversikan kedalam rentang α-cut yang digunakan pada bilangan fuzzy hasil pakar untuk mengubah nilai fuzzy menjadi α-cut fuzzy. Nilai α yang digunakan adalah 0,5 karena para pakar mempunyai tingkat kepercayaan rata-rata saat penilaian matriks perbandingan berpasangan. Matriks perbandingan α-cut fuzzy ditunjukkan pada Tabel 11.
•
Tabel 11 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku K1 K2 K3 K4 3.
K1 1 1 1 � , � 6 4 [1,2] [1,2]
K2 [4,6] 1 [2,4] [2,4]
K3 [1,2] 1 1 � , � 4 2 1 [1,2]
K4 [1,2] 1 1 � , � 4 2 [1,2] 1
Mengubah nilai matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy ke dalam nilai crips. Nilai matriks α-cut fuzzy selanjutnya akan dihitung nilai crisp dengan menggunakan nilai indeks optimisme. Nilai indeks optimisme yang digunakan adalah 0,5 yang menunjukkan penilaian yang diberikan tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimis.
27
Vektor eigen dapat dihitung dengan menyelesaikan persamaan nilai matriks α-cut fuzzy dengan memasukkan nilai eigen terbesar (λmaks) dan selanjutnya dilakukan normalisasi nilai Xi sehingga diperoleh tingkat kepentingan elemen i. Konsistensi penilaian para pakar dihitung sesuai nilai indeks konsistensi acak (RI) yang ditunjukkan pada Tabel 23 Tabel 12 Nilai indeks konsistensi acak (RI) berdasarkan ukuran matriks Ukuran 1 RI 0,00
2 0,00
3 0,52
4 0,89
5 1,11
6 1,25
7 1,35
8 1,40
9 1,45
10 1,49
Hasil nilai crips matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR terdapat pada Tabel 11. Hasil nilai crisp matriks perbandingan berpasangan dilakukan penggabungan dari tiga pakar dengan menggunakan metode rataan geometrik. Selain menghitung nilai CI, juga memperhitungkan rasio tingkat konsistensi penilaian pakar yaitu dengan menghitung nilai CR. Tabel 13 Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku K1 K2 K3 K4 x K1 1,000 1,405 0,822 0,281 0,180 K2 0,711 1,000 2,027 0,711 0,224 K3 1,216 0,493 1,000 0,281 0,143 K4 3,557 1,405 3,557 1,000 0,453 CI= 0,070 CR= 0,078 λmaks = 4,209 Keseluruhan total bobot prioritas untuk setiap alternatif diperoleh dengan mengalikan matriks penilaian dengan vektor bobot dan menjumlahkan seluruh atribut. Dari hasil perhitungan analisis Fuzzy AHP di dapatkan bobot untuk setiap kriteria, tujuan dan alternatif dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 14 Hasil bobot kriteria dan tujuan dari masing-masing kriteria
Bobot Tujuan dari setiap kriteria
Bobot Kriteria T1 T2 T3
K1
K2
K3
K4
0,177
0,235
0,141
0,446
Total Bobot
0,447 0,359
0,537 0,299
0,462 0,371
0,482 0,388
0,486 0,360
1 2
0,194
0,164
0,167
0,129
0,154
3
Tabel 15 Hasil bobot alternatif dari masing-masing tujuan
Bobot alternatif dari setiap tujuan
Bobot Tujuan A1 A2 A3 A4 A5
T1
T2
T3
0,486
0,360
0,154
Total Bobot
0,402 0,269 0,208 0,074 0,046
0,268 0,281 0,294 0,093 0,063
0,255 0,340 0,215 0,071 0,118
0,331 0,284 0,240 0,080 0,064
Ranking
1 2 3 4 5
Ranking
28
Berdasarkan hasil pengambilan keputusan Fuzzy AHP menunjukan bahwa kriteria penyediaan bahan baku yang utama adalah permintaan pasar kotak karton gelombang dengan bobot 0,446. Tujuan yang terpenting apabila kriteria permintaan pasar terpenuhi adalah meningkatkan keuntungan finansial dengan bobot 0,486. Strategi yang terpilih agar tujuan tercapai yaitu melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit dalam jangka panjang dengan bobot 0,331. Melakukan kerjasama dengan pabrik kelapa sawit merupakan salah satu strategi terbaik yang saat ini dapat dijalankan. Tandan kosong yang dimiliki pabrik kelapa sawit di Jawa Barat hanya digunakan sebagai pupuk atau kompos. Adanya isu mengenai tandan kosong kelapa sawit yang dikembalikan ke lahan petani dan adanya pemanfaatan tandan kosong menjadi berbagai barang menjadi persaingan dalam ketersediaan bahan baku. Hal ini dapat di atasi apabila kerjasama dengan pabrik kelapa sawit dilakukan dengan baik dan menguntungkan kedua belah pihak.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Permintaan kotak karton gelombang sebagai kemasan dapat diganti dengan penggunaan bahan baku alternatif seperti tandan kosong kelapa sawit. Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit di Indonesia sangat melimpah terutama di pulau Sumatera. Berdasarkan ketersediaan bahan baku di berbagai provinsi, proyek industri kotak karton gelombang dapat didirikan dengan pertimbangan faktor kedekatan dengan bahan baku. Kotak karton gelombang yang dihasilkan dengan ukuran 64x38x42. Harga jual kotak karton gelombang Rp 10.500. Penilaian analisis finansial diperoleh nilai Net Present Value Rp 13.577.950.803 dengan discount rate sebesar 13,5%, Internal Rate Return diperoleh sebesar 49,9%, B/C ratio sebesar 1,08, dan waktu pengembalian modal berkisar selama 3 tahun. Berdasarkan hasil tersebut, industri kotak karton gelombang dari tandan kosong kelapa sawit layak untuk didirikan. Berdasarkan hasil pengambilan keputusan dengan metode FAHP menunjukkan bahwa kriteria penyediaan bahan baku yang paling utama adalah permintaan pasar sedangkan, tujuan yang paling utama dalam penentuan strategi penyediaan bahan baku adalah untuk meningkatkan keuntungan finansial. Tujuan ini dapat diperoleh apabila kriteria permintaan pasar dapat terpenuhi. Strategi penyediaan bahan baku serat daun nenas yang dipilih berdasarkan hasil penilaian pakar adalah melakukan kontrak dengan pabrik kelapa sawit jangka panjang dengan memperhatikan permintaan pasar agar dapat memaksimalkan keuntungan. Saran Hal yang dapat disarankan untuk mengimplementasikan pendirian industri kotak karton gelombang berbahan baku tandan kosong kelapa sawit yaitu melakukan studi kasus di pabrik kelapa sawit untuk menganalisis kelayakan
29
industri lebih dalam. Selain itu juga disarankan untuk melakukan pengembangan bisnis produk kertas dari tandan kosong kelapa sawit.
DAFTAR PUSTAKA Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual: The Step-by Step Guide for Building a Great Company. New Jersey (US): K&S Ranch, Inc. Publisher [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Industri Manufaktur Bahan Baku. Jakarta (ID) : BPS Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Produksi, Luas Areal dan Produktivitas Perkebunan di Indonesia. Jakarta (ID) : Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Statistik Perkebunan Indonesia Kelapa Sawit 2012-2014. Jakarta (ID) : Kementerian Pertanian. Darnoko. 1992. Potensi Pemanfaatan Limbah Lignoselulosik Kelapa Sawit Melalui Biokonversi. Berita Panel Perkebunan, 85 – 97. Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 1999. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 589/MP/Kep/10/1999 tentang Penerapan jenis-jenis Industri dalam Pembinaan masing-masing Direktorat Jendral dan Kewenangan Pemberian Izin Bidang Industri. Jakarta (ID): Depdagri. Hermiati Euis. 2010. Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu untuk Produksi Bioetanol. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi /p3294101.pdf. Diakses tanggal 20 maret 2014. Hidayat T, Masriani R, Asid DS. 2007. Prediksi Dampak Substitusi Kertas Lainer oleh Kertas Medium pada Karton Gelombang Menggunakan Persamaan Empiris. Berita Selulosa. 43(1):19-28 Jatmika A. 2007. Rancang Bangun Sistem Pengembangan Agroindustri Kelapa Sawit Dengan Strategi Pemberdayaan [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Kadariah L, Karlina dan Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi revisi. Jakarta (ID) : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dalam Sanday T A. 2011. Analisa Teknoekonomi Pendirian Industri Biodiesel dari Biji Nyamplung [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Kastaman R., Kendarto DR, dan Nugraha S. 2007. Penggunaan Metode Fuzzy Dalam Penentuan Lahan Kritis dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Daerah Sub DAS Cipeles. FTIP-Roni. 1(16):1-11 [Kemenperin] Kementerian Perindustrian. Perkembangan Impor Komoditi Hasil Industri.http://www.kemenperin.go.id/statistik/query_komoditi.php?komo diti=paperboard&negara=&jenis=i&action=Tampilkan. Diakses tanggal 19 Juli 2014 Kusumadewi Sri dan Purnomo Hari. 2004. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. [LM FEUI] Lembaga Management Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2012. Analisis Industri Pulp dan Kertas Dunia: Masukan bagi Pengelola BUMN. Jakarta (ID): LM FEUI
30
Mangoensoekarjo S. Dan H. Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Mangunwidjaja D, Suryani A. 2002. Rekayasa Proses. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Marimin. 2002. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar Dalam Teknologi Manajerial. Bogor (ID): IPB Press. Marimin. 2004. Teknik Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta (ID): Grasindo. Marimin, Taufik D, Suharjito, Syarif H, Ditdit U, Retno A, Sri Martini. 2013. Teknik dan Analisis Pengambilan Keputusan Fuzzy dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press Neimo Leo, Oy fapet. 1999. Paper Making Chemistry. Helsinski, Finlandia. Nuryanto, Eko. 2000. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit sebagai Sumber Bahan Kimia. Warta PPKS. 8(3): 137 Peters dan Timmerhaus. 1981. Plant Design and Economic for Chemical Engineering, 4th ed. New York: McGraw-Hill Book Company. Saaty, T. L. 1990. The Analitycal Hierarchy Process. New York (ID) : McGrawHill dalam Rahardjo Jani dan Sutapa I Nyoman. 2002. Aplikasi fuzzy analitycal hirearchy process dalam seleksi karyawan. Jurnal Teknik Industri. 4(2):82-92 Setiawan, I. 1999. Manajemen Hutan Sebagai Upaya Pengurangan Gas Rumah Kaca. Skripsi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. IPB, Bogor.
31
Lampiran 1 kebutuhan bahan baku tandan kosong kelapa sawit Permintaan kotak karton gelombang Dunia : 50.83 juta ton/tahun atau 171 493 000 kg/hari Indonesia : 113 859 141 kg/tahun atau 395 344 kg/hari
Tandan kosong kelapa
Tandan buah segar
Produktivitas TBS: 18ton/ha/th
Bahan baku yang dibutuhkan : 30 ton/hari Limbah TKKS= 20% dari TBS
Industri kotak karton gelombang Kapasitas= 23 370 unit/hari atau 3 900 kg/hari
Untuk memenuhi kebutuhan dunia: 171 493 000 kg/hari 3 900 kg/hari = 43 973 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
Untuk memenuhi kebutuhan Indonesia: 395 344 kg/hari = 102 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 3 900 kg/hari
Basis : 30 ton/hari
Untuk mengetahui jumlah luas areal kelapa sawit yang dibutuhkan untuk memenuhi bahan baku industri: Produktivitas TKKS =
20
𝑥𝑥
100
18
𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 ℎ𝑎𝑎
𝑡𝑡ℎ
= 3,6 ton/ha/th
Luas areal kelapa sawit yang dibutuhkan = =
=
(Kapasitas produksi/hari x hari kerja/tahun)
produktivitas rata − rata 30 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑥𝑥 288 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎/𝑡𝑡𝑡𝑡ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢
3,6 = 2400 ha
ton ha
/th
TKKS ha
/th
Daerah penghasil kelapa sawit terluas di Indonesia: Riau (Luas perkebunan tahun 2012 = 2 037 733 ha) Sehingga pabrik yang dapat didirikan = 2 037 733 ha = 2400 ha = 849 pabrik
32
Lampiran 2 Spesifikasi alat dan mesin Nama mesin dan spesifikasi 1. Digester Fungsi : proses pemasakan Type : PRTDS25C Motor : 5,5kW Kapasitas : 35 ton 2. Mesin pres Model Kapasitas Main power Electrical motor Main rotation speed Weight Dimensi (m)
Gambar mesin
Harga (Rp) 250.000.000
70.000.000 : palm fruit oil press : 3000-3500kg/h : Diesel engine: 8-12HP : 10 kw : 25-35r/min : 260kg : 1.5*0.6*0.7
3. Beater Fungsi : memisahkan gumpalan serat secara mekanis Type : ZDSD22 Motor : 75 kW Kapasitas : 20- 60 ton/hari
135.000.000
4. Washing Pulp Fungsi : membersihkan bubur kertas dari pengotor Type : DNT-1 Motor : 7,5 kW Kapasitas : 20-30 ton/hari
102.000.000
5. Belt conveyor Fungsi : mengangkut pulp menuju unit stock preparation Type : inclined belt conveyor Size : 750 mm x 8000 mm Speed : 50 m / min Motor : 7,5 kW 6. Pulper chest Fungsi : menampung pulp dan diaduk dengan agitator Konsistensi : 5% kapasitas : maks 30 ton Motor : 30 kW
15.000.000
121.000.000
33
7. Pulp pump Fungsi : memompa stock menuju head box dan riffler Motor : 19 kW, 1.450 rpm
131.200.000
8. Centrifugal screen Fungsi : menyaring stock dari riffler Tipe : cowan B-screen Kapasitas : 36 ton/hari Motor : 50 kW, 970 rpm
113.200.000
9. Steel refiner Fungsi : memotong serat-serat yang masih panjang Jenis : conical type, super refiner Kapasitas : 8-80 ton / hari Ukuran steel : diameter 266 mm, panjang 454 mm Motor : 7 kW 10. Refiner chest Fungsi : menampung stock setelah proses refining Jenis : horizontal chest kapasitas : 35 ton Motor : 30 kW
190.000.000
11. Continuous mixer Fungsi : mencampurkan bahan pewarna secara kontinu kapasitas : 35 ton Bahan : baja tahan asam Motor : 25 kW
133.000.000
121.000.000
34
12. Mixing chest Fungsi : menampung campuran pulp dengan bahan kimia lain Jenis : horizontal chest Bahan : beton, bagian dalam dilapisi resin kapasitas : 35 ton Motor : 25 kW
121.000.000
13. Head box Fungsi : menampung melakukan sheet formation Konsistensi : 0,5%
105.000.000 stock
untuk
14. Genset Voltage : 220V ; 1 phase Frequency : 50 Hz Rated Current : 43.5 A DC Output : 12V/8.3A Model : TE2V78 Max. Output : 19.5 HP 15. Fourdrinier Fungsi : membuat jumbo roll Dimensi lebar : 2500mm Gramatur : 70-220g/m2 Motor : 25 kW Kapasitas : 10-30ton/hari Kecepatan : 80-150 m/min Type : AC frequency converse, section drive 16. Corrugator Fungsi : membuat corrugated paper Lebar : 1092-4200 Gramatur : 40-250gsm Motor : 25 kW Kapasitas : 10-30ton/hari
60.000.000
310.000.000
310.000.000
35
17. Flexo Fungsi : Proses cetak, pemotongan slotter dan creasing vertikal Type : SYJ1200 Motor : 25 kW Max speed : 700 sheet/min
263.000.000
18. Stitching Fungsi Type Motor Berat Speed
155.000.000 : penyambungan dan folding : SAC2500 : 25 kW : 2000kg : 600/stitches/min
36
Lampiran 3 Neraca massa proses pembuatan kotak karton gelombang NERACA MASSA
Basis perhitungan Satuan berat Kapasitas produksi Waktu operasi Jam kerja Bahan baku Produk
: 1 hari operasi : kilogram (kg) : 8640 ton/tahun : 24 hari/bulan atau 288 hari/tahun : 10 jam/hari : tandan kosong kelapa sawit : kotak karton gelombang
1.
Pengepresan Pada proses pengepresan akan menggunakan mesin pres dengan tekanan 20 kg.m/s2. kapasitas mesin adalah 3500 kg/jam dengan efisiensi bahan yang keluar sebesar 85 %. Mesin pres yang dibutuhkan adalah 4 buah, sehingga dalam 1 hari terdapat 20 kali proses dengan total waktu 2 jam. Tandan kosong yang kemungkinan loss adalah tandan kosong yang susah dipres dan yang menempel pada mesin sebesar 10%. F = Tandan kosong kelapa sawit 30000 kg
Serat TKKS 85%
Pengepres
Tandan kosong yang susah hancur
F F 0.15F 0.15 (30000) W Maka P
=P+W = 0.90 F + W =W =W = 4500 kg = 30000 – 4500 = 25500 kg
Komponen TKKS Serat TKKS Loss serat TKKS Total
Masuk (kg/hari)
Keluar (kg/hari)
30000 25500 4500 30000
30000
37
2.
Pemasakan Serat TKKS di tambahkan NaOH 10% dimasak dalam digester selama 3 jam pada suhu maksimum 120oC. Nilai banding TKKS terhadap larutan pemasak adalah 1,0 : 5,5. Kapasitas alat 30.000 kg, dengan waktu pemasakan yaitu 3 jam. NaOH 2.700 kg Air 148.500 liter Serpihan lunak TKKS Kadar air 10%
F = serat TKKS 25.500 kg
Pemasakan
Serat TKKS 15% Air 98% Larutan NaOH 95%
Komponen
Masuk (kg/hari)
Serat TKKS air NaOH
25.500 148.500 2.700
Total
175.200
Keluar sebagai residu (kg/hari) 3.825 145.530 2.565
Keluar sebagai produk (kg/hari) 21.675 2.970 135 175.200
3.
Pemisahan gumpalan serat Pemisahan gumpalan serat digunakan alat beater. Kapasitas alat 30000 kg dengan waktu operasi dalam sehari yaitu 30 menit. Gumpalan serat TKKS yang di buang merupakan serat TKKS yang masih memiliki ukuran besar atau rusak sebesar 20%. F = serpihan TKKS 24.780 kg
Pemisahan gumpalan serat
Bubur TKKS 85%
Serat ukuran besar
Komponen Serpihan TKKS Serat ukuran besar Total
Masuk (kg/hari) 24.780
24.780
Keluar (kg/hari) 21.063 3.717 24.780
38
4.
Penyaringan Alat penyaring yang digunakan berukuran 120 mesh menggunakan centrifugal screen untuk memisahkan bubur kertas dari pengotor. Kapasitas alat 36.000 kg dengan waktu operasi dalam sehari yaitu 30 menit. Bubur kertas yang tidak lolos saring merupakan bubuk stevia yang masih memiliki ukuran besar sebesar 20%. F = serat TKKS 21.063 kg
Bubur ketas TKKS 85%
Penyaringan
Bubur kertas kasar
Komponen Serat TKKS Bubur kertas kasar Total
Masuk (kg/hari) 21.063
Keluar (kg/hari) 17.903,55 3.159,45
21.063
21.063
5.
Pencucian Bubur kertas yang sudah jadi, dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa pengotor sebanyak 1.1% dalam washing pulp. Kapasitas mesin ini 10 ton, sehingga diperlukan 2 mesin washing pulp. Air 100.000 liter bubur TKKS 90% kadar air 12%
F = bubur TKKS 17.903,55 kg
Pencucian
Air 98%
Komponen Bubur TKKS air Total 6.
Masuk (kg/hari) 17.903,55 100.000,00 117.903,55
Keluar sebagai residu (kg/hari) 1.790,35 98.000
Keluar sebagai produk (kg/hari) 16.113,2 2.000 117.903,55
Pemotongan serat Pemotongan atau penghalusan serat dilakukan dalam steel refiner dengan penambahan kaporit 5%, yang bertujuan untuk membunuh kuman.
39 Kaporit 495 kg F = bubur TKKS 18.113,2 kg
Bubur halus TKKS 91%
Pemotongan serat
Kaporit 98%
Komponen Bubur TKKS Kaporit Total
Masuk (kg/hari) 18.113,2 495 18.608,2
Keluar sebagai residu (kg/hari) 1.623,2 485
Keluar sebagai produk (kg/hari) 16.490 10 18.608,2
7.
Pencampuran bahan Pencampuran bahan-bahan penolong dilakukan pada alat continuous mixer dengan kapasitas 20.000kg/hari, lama operasi dalam satu hari 1 jam. AKD 99 kg Biocide 247,5 kg Magnesium silikat 247,5 kg Tapioka 247,5 kg CaCO3 2.475 kg
F = bubur halus TKKS 16.500 kg
Bubur halus TKKS
Pencampuran bahan
AKD 90% Biocide 90% Magnesium silikat 90% Tapioka 90% CaCO3 90% Bubur TKKS 10%
Komponen bubur halus TKKS AKD Biocide Magnesium silikat Tapioka CaCO3 Total
Masuk (kg/hari) 16.500
Keluar sebagai residu (kg/hari) 1650
Keluar sebagai produk (kg/hari) 14.850
99 247,5 247,5
89,1 222,75 222,75
9,10 24,75 24,75
247,5 2.475 19.816,5
222,75 2227,5
24,75 247,50 19.816,5
40
8.
Pembuatan jumbo roll Alat pembuatan sheet adalah fourdrinier. Pada mesin ini terjadi perubahan bentuk dari bubur kertas menjadi lembaran kertas berbentuk jumbo roll sehingga rendemen menjadi sangat kecil. Kapasitas alat 10000-30000ton/hari dengan kecepatan mencapai 150 m/menit. Berat kertas 112 gr/m2, sehingga menghasilkan kertas dengan ukuran 85cm/roll dan diameter 57cm. Jumlah roll yang dihasilkan 30 dengan panjang setiap roll 3000 m dan berat masing-masing roll berkisar 130 kg F = pulp TKKS 15.180,85 kg
Pembuatan jumbo roll
Sheet jumbo roll 30%
Sisa hasil pembuatan sheet
Komponen Pulp TKKS Sisa pembuatan sheet Total
Masuk (kg/hari)
Keluar (kg/hari)
15.180,85
4 554 10.626,85
15.180,85
15.180,85
9.
Pencetakan karton gelombang Pencetakan lembaran karton gelombang digunakan mesin corrugator. Kapasitas alat 10000-30000 kg/hari. F = sheet jumbo roll 4.554 kg
Pembuatan corrugated sheet
Corrugated sheet
Sisa sheet 8%
Komponen Sheet jumbo roll Sisa sheet Total
Masuk (kg/hari) 4.554 4.554
Keluar (kg/hari) 4.189,68 364,32 4.554
10. Pemotongan slotter dan pemberian creasing Pemotongan slotter dan pemberian creasing dilakukan di mesin flexo, dengan kecepatan maksimum 700 sheet/menit. Pemotongan kotak karton gelombang dengan ukuran 64x38x32 cm. Sehingga dihasilkan 23 370 kotak, maka waktu yang diperlukan untuk pemberian creasing adalah 30 menit dalam sehari.
41
F = corrugated sheet 4.189,68 kg
Kotak setengah jadi
Pemotongan slotter
Potongan sheet 5.5%
Komponen Cogurrated sheet Potongan sheet Total
Masuk (kg/hari) 4.189,68 4.189,68
Keluar (kg/hari) 4.050 239,68 4.189,68
11. Penyambungan dan folding Penyambungan dan folding dilakukan pada mesin stitching dengan kecepatan maksimum 600 stiches/menit, sehingga diperlukan waktu operasi 1 jam dalam sehari. F = kotak setengah jadi 4.050 kg
Penyambungan dan folding
Kotak karton gelombang 3.900 kg
Potongan sambungan 3,5%
Komponen Kotak setengah jadi Potongan sambungan Total
Masuk (kg/hari) 4.050 4.050
Keluar (kg/hari) 3.900 150 4.050
42
Lampiran 4 Neraca energi proses pembuatan kotak karton gelombang NERACA ENERGI Mesin Sumber Energi Mesin pres Listrik (4 Unit) Digester Listrik (1 unit) Beater Listrik (1 unit) Washing pulp Listrik (2 unit) Belt conveyor Listrik (3 unit) Pulp pump Listrik (2 unit) Centrifugal screen Listrik (1 unit) Steel refiner Listrik (1 unit) Continous mixer Listrik (1 unit) Fourdrinier Listrik (1 unit) Corrugator Listrik (1 unit) Flexo Listrik (1 unit) Stitching Listrik (1 unit) Total daya yang dibutuhkan (maka dibutuhkan pembangkit daya listrik 500 kW) Neraca energi masing-masing peralatan: 1. Mesin pres Diketahui: Q (debit) = 3500 kg/jam P (daya alat) = 10 kW Volume bahan yang dipres = 30000 kg Unit alat = 4 unit Perhitungan waktu proses: Q (debit)
=
t (waktu)
=
3500 𝑘𝑘𝑘𝑘
x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
58.33 𝑘𝑘𝑘𝑘
= 58.33 kg/menit
x 30000 kg = 515 menit
mesin yang digunakan 4 buah, maka: Waktu yang dibutuhkan = 515 menit/4 = 129 menit Perhitungan energi real proses: W
= 40 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 300 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 200 kWh x
= 72 x 107 joule
1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
Daya 40 kW 25.5 kW 75 kW 15 kW 22.5 kW 38 kW 50 kW 17 kW 25 kW 25 kW 25 kW 25 kW 25 kW 408 kW
43
2. Digester Diketahui: Q (Debit) = 30000 kg/3jam P (Daya Alat) = 22.5 kW Volume yang dimasak = 30000 kg Unit alat =1 Perhitungan waktu proses: Q (debit)
=
t (waktu)
=
30000 𝑘𝑘𝑘𝑘
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 x 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚= 166.67 kg/menit 3 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 x 30000 kg = 180 menit 166.67 𝑘𝑘𝑘𝑘
maka waktu yang dibutuhkan = 180 menit = 3 jam Perhitungan energi real proses: W
= 22.5 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 180 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 67.5 kWh x
= 24.3 x 107 joule
1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
3. Beater Diketahui: Q (Debit) = 30000 kg/30meit P (Daya Alat) = 75 kW Volume yang dimasak = 30000 kg Unit alat = 1 Perhitungan waktu proses: Q (debit)
=
t (waktu)
=
30000 𝑘𝑘𝑘𝑘
0,5 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 x 1000 𝑘𝑘𝑘𝑘
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚= 1000 kg/menit
30000 kg = 30 menit
maka waktu yang dibutuhkan = 30 menit Perhitungan energi real proses: W
= 75 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 30 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 37.5 kWh x
= 13.5 x 107 joule
1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
4. Centrifugal screen Diketahui: Diketahui: Q (Debit) = 20000 kg/30menit P (Daya Alat) = 50 kW Volume yang disaring = 20000 kg Unit alat = 1
44
Perhitungan waktu proses: Q (debit) t (waktu)
=
20000 𝑘𝑘𝑘𝑘
0.5 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 666.67𝑘𝑘𝑘𝑘
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚= 666.67 kg/menit
x 20000 kg = 30 menit
maka waktu yang dibutuhkan = 30 menit Perhitungan energi real proses: W
= 50 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 30 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 25 kWh x
= 9 x 107 joule
1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
5. Washing pulp Diketahui: Q (Debit) = 10000 kg/30menit P (Daya Alat) = 15 kW Volume yang dicuci = 20000 kg Unit alat = 2 Perhitungan waktu proses: Q (debit) t (waktu)
=
10000 𝑘𝑘𝑘𝑘
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 333.33 kg/menit 0.5 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 333.33 𝑘𝑘𝑘𝑘 x 20000 kg = 60 menit
mesin yang digunakan 2 buah, maka waktu yang dibutuhkan = 60 menit/2 = 30 menit Perhitungan energi real proses: W
= 30 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 120 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 60 kWh x
1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
= 21.6 x 107 joule
6. Steel refiner Diketahui: Q (Debit) = 20000 kg/jam P (Daya Alat) = 17 kW Volume yang dimasak = 20000 kg Unit alat = 1 Perhitungan waktu proses: Q (debit)
=
t (waktu)
=
20000 𝑘𝑘𝑘𝑘
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 x 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚= 333.33 kg/menit 1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 x 20000 kg = 60 menit 333.33 𝑘𝑘𝑘𝑘
maka waktu yang dibutuhkan = 60 menit = 1 jam
45
Perhitungan energi real proses: W
= 17 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 60 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 17 kWh x
1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
= 6.12 x 107 joule
7. Continuous mixer Diketahui: Q (Debit) = 20000 kg/jam P (Daya Alat) = 25 kW Volume yang dicampur = 20000 kg Unit alat = 1 Perhitungan waktu proses: Q (debit)
=
t (waktu)
=
20000 𝑘𝑘𝑘𝑘
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 x 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚= 333.33 kg/menit 1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 x 20000 kg = 60 menit 333.33 𝑘𝑘𝑘𝑘
maka waktu yang dibutuhkan = 60 menit = 1 jam Perhitungan energi real proses: W
= 25 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 60 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 25 kWh x
= 9 x 107 joule
1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
8. Fourdrinier Diketahui: Q (Debit) = 20000 kg/jam P (Daya Alat) = 25 kW Volume yang diolah = 20000 kg Unit alat = 1 Perhitungan waktu proses: Q (debit)
=
t (waktu)
=
20000 𝑘𝑘𝑘𝑘
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 x 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚= 333.33 kg/menit 1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 x 20000 kg = 60 menit 333.33 𝑘𝑘𝑘𝑘
maka waktu yang dibutuhkan = 60 menit = 1 jam Perhitungan energi real proses: W
= 25 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 60 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 25 kWh x
= 9 x 107 joule
1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
46
9. Corrugator Diketahui: Q (Debit) = 20000 kg/1jam P (Daya Alat) = 25 kW Volume yang dimasak = 20000 kg Unit alat = 1 Perhitungan waktu proses: Q (debit)
=
t (waktu)
=
20000 𝑘𝑘𝑘𝑘
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 x 60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚= 333.33 kg/menit 1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 x 20000 kg = 60 menit 333.33 𝑘𝑘𝑘𝑘
maka waktu yang dibutuhkan = 60 menit = 1 jam Perhitungan energi real proses: W
= 25 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 25 kWh x
= 9 x 107 joule 10. Flexo Diketahui: Q (Debit) P (Daya Alat) Volume sheet Unit alat = 1
x 60 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
= 700sheet/menit = 25 kW = 23370 kg
Perhitungan waktu proses: Q (debit)
=
700 𝑠𝑠ℎ𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 700 𝑠𝑠ℎ𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒
= 700 sheet/menit
t (waktu) = x 23370 = 34 menit maka waktu yang dibutuhkan = 34 menit Perhitungan energi real proses: W
= 25 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 14.17 kWh x
= 5.1 x 107 joule 11. Stitching Diketahui: Q (Debit) P (Daya Alat) Volume sheet Unit alat = 1
x 34 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗 1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
= 600stitches/menit = 25 kW = 23370 sheet
47
Perhitungan waktu proses: Q (debit)
=
600 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ𝑒𝑒𝑒𝑒
𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 1 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 = 600 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠ℎ𝑒𝑒𝑒𝑒
= 600 stitches/menit
t (waktu) x 23370 sheet = 39 menit maka waktu yang dibutuhkan = 39 menit Perhitungan energi real proses: W
= 25 kW x
1 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
x 39 menit
60 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 3.6 𝑥𝑥 106 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
= 16.25 kWh x
= 5.85 x 107 joule
1 𝑘𝑘𝑘𝑘ℎ
Penggunaan alat dan mesin pada industri sebagai berikut. Nama alat mesin Mesin pres Digester Beater Centrifugal screen Washing Pulp Steel Refiner Continous mixer Fourdrinier Corugator Flexo Stitching
Digunakan dalam sehari 2 kali 1 kali 1 kali 1 kali 2 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali
Jumlah mesin
Kapasitas
4 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1
3500 kg/jam 30.000 kg/hari 30.000 kg/hari 20.000 kg/hari 10.000 kg/hari 20.000 kg/hari 20.000kg/hari 20.000kg/hari 20.000kg/hari 700 sheet/menit 600stitches/menit
48
Lampiran 5 Asumsi-asumsi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18
19 20 21
Variabel asumsi Umur proyek Bulan kerja per tahun Jumlah hari kerja per tahun Nilai sisa bangunan dari nilai awal Nilai sisa tanah dari nilai awal Nilai sisa mesin dari nilai awal Umur ekonomis bangunan Umur ekonomis peralatan kantor Umur ekonomis mesin dan peralatan Biaya pemeliharaan mesin Kapasitas produksi Kapasitas produksi Target kapasitas produksi a. Tahun 1 b. Tahun 2 c. Tahun 3 Kebutuhan dan harga bahan baku Tandan kosong kelapa sawit Harga jual Kotak karton gelombang (64x38x42) Suku bunga Discount factor Kontingensi Pajak pajak penghasilan pajak bumi dan bangunan Bangunan 20% dari biaya pembelian mesin dan alat Tanah 4% dari biaya pembelian mesin dan alat Penggunaan bahan baku
Satuan tahun bulan hari % % % tahun tahun tahun % pc/hr pc/tahun % % % rupiah/kg
Nilai 10 12 288 50 100 10 20 5 10 10 23370 6730560 80 90 100 80
pc % % %
10500 13,5 7,5 10
% %
28 0,2
ton/hari
30
49
Lampiran 6 Rincian biaya investasi No
Komponen
1
Biaya Pra Investasi a. Perijinan b. Akte perusahaan c. Studi kelayakan d. Izin sertifikasi BPOM Subtotal fasilitas Penunjang a. Instalasi listrik b. Instalasi air
2
3
4
Subtotal Mesin dan Peralatan Mesin pres Digester Washing Pulp Pulper Chest Beater Screening Chest Pulp Pump Centrifugal Screen Steel Refiner Belt conveyor Continous Mixer Mixing Chest Head Box Fourdinier Corrugator Flexo Stitching Genset Subtotal
satuan
1 1 1 1
paket paket paket paket
Harga satuan (Rp) 50.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000
Nilai total (Rp) 50.000.000 25.000.000 25.000.000 25.000.000 125.000.000
1 1
paket paket
20.000.000 15.000.000
20.000.000 15.000.000 35.000.000
4 1 2 2 1 2 2 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1
unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit
70.000.000 250.000.000 102.000.000 121.000.000 135.000.000 121.000.000 131.200.000 113.200.000 190.000.000 17.000.000 133.000.000 121.000.000 105.000.000 310.000.000 310.000.000 263.000.000 155.000.000 60.000.000
280.000.000 250.000.000 204.000.000 242.000.000 135.000.000 242.000.000 262.400.000 113.200.000 190.000.000 51.000.000 266.000.000 242.000.000 105.000.000 310.000.000 310.000.000 263.000.000 155.000.000 60.000.000 3.680.600.000
tanah bangunan a. Bangunan b. Tanah
5
Jumlah
Subtotal Alat kantor a. Komputer b. Meja dan kursi kantor
20% biaya mesin 4% biaya mesin
Rupiah
736.120.000
Rupiah
147.224.000 883.344.000
1 2
unit unit
4000000 1500000
4.000.000 3.000.000
50
6
7
c. Peralatan kantor Subtotal sarana distribusi a. Kendaraan truk Subtotal Kontingensi 10% Total investasi
1
unit
1000000
1.000.000 8.000.000
2
unit
200.000.000
400.000.000 400.000.000 513.194.400 5.645.138.400
51
Lampiran 7 Rincian modal kerja No 1 2
Komponen Account Receivable (Piutang Usaha) Account Payble (Bahan Baku) Total
Total biaya/tahun
hari
Nilai (Rp)
5.645.138.400
24
235.214.100
Rp 26.012.856.960
24
1.083.869.040 1.319.083.140
Rp
52
Lampiran 8 Rincian biaya penyusutan aset No
Komponen 1 Biaya pra investasi 2 Tanah 3 bangunan 4 fasilitas penunjang 5 mesin dan peralatan 6 alat kantor 7 sarana distribusi total penyusutan
Nilai residu 0% 0% 50% 5% 10% 5% 5%
Umur 5 0 10 5 10 5 5
Nilai residu 100% 50% 10% 5% 5% 5%
Umur 0 10 10 5 5 5
Nilai total Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
125.000.000 147.224.000 736.120.000 35.000.000 3.680.600.000 8.000.000 400.000.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Nilai total 147.224.000 736.120.000 3.680.600.000 35.000.000 8.000.000 400.000.000
Biaya penyusutan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
25.000.000 73.612.000 7.000.000 368.060.000 1.600.000 80.000.000 555.272.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Nilai sisa 147.224.000 73.612.000 368.060.000 7.000.000 1.600.000 80.000.000 677.496.000
Lampiran 9 Rincian biaya nilai sisa No
Komponen 1 Tanah 2 bangunan 3 mesin dan peralatan 4 fasilitas penunjang 5 alat kantor 6 sarana distribusi total nilai sisa
53
Lampiran 10 Rincian biaya pemeliharaan No 1 2 3 4 5 6
Komponen Tanah bangunan mesin dan peralatan fasilitas penunjang alat kantor sarana distribusi total biaya pemeliharaan
Nilai residu 0% 2% 5% 5% 5% 5%
Nilai total Rp 147.224.000 Rp 736.120.000 Rp 3.680.600.000 Rp 35.000.000 Rp 8.000.000 Rp 400.000.000
Nilai Rp Rp Rp Rp Rp Rp
14.722.400 184.030.000 1.750.000 400.000 20.000.000
Rp
220.902.400
Lampiran 11 Rincian biaya premi asuransi No 1 2 3 4 5 6
Komponen Tanah bangunan mesin dan peralatan fasilitas penunjang alat kantor sarana distribusi total biaya premi
Nilai residu 0% 0,75% 0,75% 0,75% 0,75% 0,75%
Nilai total Rp 147.224.000 Rp 736.120.000 Rp 3.680.600.000 Rp 35.000.000 Rp 8.000.000 Rp 400.000.000
Nilai Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5.520.900 27.604.500 262.500 60.000 3.000.000 36.447.900
54
Lampiran 12 Rincian gaji No 1
2
Komponen
Jumlah
Gaji Pokok/bulan
Tunjangan/bulan
total per bulan
total per tahun
Tenaga Kerja Langsung Teknisi
1
Rp
2.000.000
Rp
500.000
Rp
2.500.000
Rp
30.000.000
Laboran
1
Rp
2.000.000
Rp
500.000
Rp
2.500.000
Rp
30.000.000
Operator
10
Rp
2.000.000
Rp
500.000
Rp
2.500.000
Rp
30.000.000
Total tenaga kerja langsung Tenaga Kerja Tidak Langsung Direktur
12
Rp
90.000.000
1
Rp 10.000.000
Rp
1.500.000
Manajer Produksi Manajer Distribusi dan Pemasaran
1
Rp
5.000.000
Rp
1
Rp
5.000.000
Manajer Keuangan
1
Rp
Pengemudi/kurir
2
Keamanan Total tenaga kerja tidak langsung
1
Total Biaya Tenaga Kerja
7
Rp 11.500.000
Rp 138.000.000
750.000
Rp
5.750.000
Rp
69.000.000
Rp
750.000
Rp
5.750.000
Rp
69.000.000
5.000.000
Rp
750.000
Rp
5.750.000
Rp
69.000.000
Rp
1.500.000
Rp
350.000
Rp
1.850.000
Rp
22.200.000
Rp
1.500.000
Rp
350.000
Rp
1.850.000
Rp
22.200.000
Rp 389.400.000 Rp 479.400.000
55
Lampiran 13 Rincian biaya produksi
No
Biaya
Satuan Jumlah (bulan) Harga (Rp)
1 TKKS
kg
2 Causatic Soda/ NaOH
kg
3 Ca(ClO)2 (Kaporit)
kg
4 Magnesium Silikat
kg
5 Tapioka
kg
6 Biocide
kg
7 CaCO3
kg
8 Alkylketene Dimer (AKD)
kg
9 Air
m3
10 Listrik 11 Bahan bakar Total
kwh L
Kapasitas 80%
Kapasitas 90%
Kapasitas 100%
Total per Bulan (Rp/Bln)
Rp/tahun
Rp/tahun
Rp/tahun
720000 38160 11448 5724 5724 5724 57240
80 13.000 18.000 10.500 6.200 3.000 3.500
57.600.000 496.080.000 206.064.000 60.102.000 35.488.800 17.172.000 200.340.000
552.960.000 4.762.368.000 1.978.214.400 576.979.200 340.692.480 164.851.200 1.923.264.000
622.080.000 5.357.664.000 2.225.491.200 649.101.600 383.279.040 185.457.600 2.163.672.000
691.200.000 5.952.960.000 2.472.768.000 721.224.000 425.865.600 206.064.000 2.404.080.000
2289,6 71658 123840 150
13.500 12500 1352 5.500
30.909.600 895.725.000 167.431.680 825.000
296.732.160 8.598.960.000 1.607.344.128 7.920.000
333.823.680 9.673.830.000 1.808.262.144 8.910.000
370.915.200 10.748.700.000 2.009.180.160 9.900.000
20.810.285.568
23.411.571.264 26.012.856.960
56 Lampiran 14 Rincian biaya operasional Tahun 1 Kapasitas Produksi (%) Kapasitas Produksi (pc) Biaya variabel (Rp) TKKS Causatic Soda/ NaOH Ca(ClO)2 (Kaporit) Magnesium Silikat Tapioka Biocide CaCO3 Alkylketene Dimer (AKD) Air Listrik Bahan bakar Total biaya variabel (Rp)
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
80%
90%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
5.384.448
6.057.504
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
552.960.000
622.080.000
691.200.000
691.200.000
691.200.000
691.200.000
691.200.000
691.200.000
691.200.000
691.200.000
4.762.368.000
5.357.664.000
5.952.960.000
5.952.960.000
5.952.960.000
5.952.960.000
5.952.960.000
5.952.960.000
5.952.960.000
5.952.960.000
1.978.214.400
2.225.491.200
2.472.768.000
2.472.768.000
2.472.768.000
2.472.768.000
2.472.768.000
2.472.768.000
2.472.768.000
2.472.768.000
576.979.200
649.101.600
721.224.000
721.224.000
721.224.000
721.224.000
721.224.000
721.224.000
721.224.000
721.224.000
282.720.000
318.060.000
353.400.000
353.400.000
353.400.000
353.400.000
353.400.000
353.400.000
353.400.000
353.400.000
164.851.200
185.457.600
206.064.000
206.064.000
206.064.000
206.064.000
206.064.000
206.064.000
206.064.000
206.064.000
1.923.264.000
2.163.672.000
2.404.080.000
2.404.080.000
2.404.080.000
2.404.080.000
2.404.080.000
2.404.080.000
2.404.080.000
2.404.080.000
296.732.160
333.823.680
370.915.200
370.915.200
370.915.200
370.915.200
370.915.200
370.915.200
370.915.200
370.915.200
2.346.000.000
2.639.250.000
2.932.500.000
2.932.500.000
2.932.500.000
2.932.500.000
2.932.500.000
2.932.500.000
2.932.500.000
2.932.500.000
255.041.280
286.921.440
318.801.600
318.801.600
318.801.600
318.801.600
318.801.600
318.801.600
318.801.600
318.801.600
7.920.000
8.910.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
9.900.000
13.147.050.240 14.790.431.520 16.433.812.800 16.433.812.800 16.433.812.800 16.433.812.800 16.433.812.800 16.433.812.800 16.433.812.800 16.433.812.800
57 Lampiran 14 Rincian biaya operasional (lanjutan)
Biaya Tetap (Rp) Tenaga Kerja Biaya Pemeliharaan Premi asuransi Penyusutan Total Biaya Tetap (Rp) Biaya Total (Rp) HPP (Rp/pc) BEP unit (pc)
383.520.000 431.460.000 479.400.000 479.400.000 479.400.000 479.400.000 479.400.000 479.400.000 479.400.000 479.400.000 176.721.920 198.812.160 220.902.400 220.902.400 220.902.400 220.902.400 220.902.400 220.902.400 220.902.400 220.902.400 29.158.320 32.803.110 36.447.900 36.447.900 36.447.900 36.447.900 36.447.900 36.447.900 36.447.900 36.447.900 444.217.600 499.744.800 555.272.000 555.272.000 555.272.000 555.272.000 555.272.000 555.272.000 555.272.000 555.272.000 1.033.617.840 1.162.820.070 1.292.022.300 1.292.022.300 1.292.022.300 1.292.022.300 1.292.022.300 1.292.022.300 1.292.022.300 1.292.022.300 14.180.668.080 15.953.251.590 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 17.725.835.100 2.634 2.634 2.634 2.634 2.634 2.634 2.634 2.634 2.634 2.634 3.589.632 4.038.336 4.487.040 4.487.040 4.487.040 4.487.040 4.487.040 4.487.040 4.487.040 4.487.040
58 Lampiran 15 Rincian laba dan rugi komponen
tahun 1
tahun 2
tahun 3
tahun 4
tahun 5
tahun 6
tahun 7
tahun 8
tahun 9
tahun 10
80% (Rp)
90% (Rp)
100% (Rp)
100% (Rp)
100% (Rp)
100% (Rp)
100% (Rp)
100% (Rp)
100% (Rp)
100% (Rp)
5.384.448
6.057.504
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
6.730.560
Penjualan Produksi per kg Total penjualan
56.536.704.000 63.603.792.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000 70.670.880.000
Pengeluaran Biaya variabel Biata tetap
13.152.502.656 15.340.885.488 17.045.428.320 17.045.428.320 17.045.428.320 17.045.428.320 17.045.428.320 17.045.428.320 17.045.428.320 17.045.428.320 1.032.241.680
1.164.448.040
1.164.448.040
1.164.448.040
1.164.448.040
1.164.448.040
1.164.448.040
1.164.448.040
1.164.448.040
1.164.448.040
Total Pengeluaran
14.184.744.336 16.505.333.528 18.209.876.360 18.209.876.360 18.209.876.360 18.209.876.360 18.209.876.360 18.209.876.360 18.209.876.360 18.209.876.360
Laba sebelum pajak pajak penghasilan (28%) Angsuran pokok
42.356.035.920 47.098.458.472 52.461.003.640 52.461.003.640 52.461.003.640 52.461.003.640 52.461.003.640 52.461.003.640 52.461.003.640 52.461.003.640
Bunga (13,5%) Laba bersih
11.859.690.058 13.187.568.372 14.689.081.019 14.689.081.019 14.689.081.019 14.689.081.019 14.689.081.019 14.689.081.019 14.689.081.019 14.689.081.019 733.867.992
733.867.992
733.867.992
733.867.992
733.867.992
395.288.716
395.288.716
395.288.716
395.288.716
395.288.716
29.267.116.976 32.681.661.213 36.641.765.931 36.641.765.931 36.641.765.931 37.771.922.621 37.771.922.621 37.771.922.621 37.771.922.621 37.771.922.621
59
Lampiran 16 Arus kas Tahun 0
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
Tahun 7
Tahun 8
Tahun 9
Tahun 10
Penerimaan (Rp) Modal sendiri (Rp)
1.975.798.440
321.984.705
Kredit bank (Rp)
3.669.339.960
597.971.595
Nilai penjualan (Rp)
56.536.704.000
63.603.792.000
70.670.880.000
70.670.880.000
Nilai sisa investasi (Rp) total penerimaan (Rp)
70.670.880.000
70.670.880.000
70.670.880.000
70.670.880.000
70.670.880.000
88.600.000 5.645.138.400
57.456.660.300
63.603.792.000
70.670.880.000
70.670.880.000
70.670.880.000
70.670.880.000 441.672.000
70.670.880.000
70.670.880.000
70.670.880.000
70.670.880.000
70.670.880.000
Pengeluaran (Rp) Investasi (Rp)
5.645.138.400
Biaya variabel (Rp)
88.600.000
441.672.000
13.147.050.240
14.790.431.520
16.433.812.800
16.433.812.800
16.433.812.800
16.433.812.800
16.433.812.800
16.433.812.800
16.433.812.800
16.433.812.800
Biaya tetap (Rp)
1.033.617.840
1.162.820.070
1.292.022.300
1.292.022.300
1.292.022.300
1.292.022.300
1.292.022.300
1.292.022.300
1.292.022.300
1.292.022.300
Angsuran pokok
733.867.992
733.867.992
733.867.992
733.867.992
733.867.992
Bunga (13,5%)
495.360.895
495.360.895
396.288.716
297.216.537
198.144.358
11.859.690.058
13.187.568.372
14.689.081.019
14.689.081.019
14.689.081.019
14.689.081.019
14.689.081.019
14.689.081.019
14.689.081.019
14.689.081.019
27.269.587.024
30.370.048.849
33.545.072.827
33.446.000.648
33.435.528.469
32.414.916.119
32.414.916.119
32.414.916.119
32.414.916.119
32.856.588.119
30.187.073.276
33.233.743.151
37.125.807.173
37.224.879.352
37.235.351.531
38.255.963.881
38.255.963.881
38.255.963.881
38.255.963.881
37.814.291.881
Pajak (Rp) Total pengeluaran (Rp) Sisa kas (Rp)
5.645.138.400
60
Lampiran 17 NPV, IRR, Net B/C, PBP
Tahun
Biaya
Penerimaan
0
Rp
1
Rp 27.269.587.024
Rp
2
Rp 30.370.048.849
3
13,50%
PV Biaya
PV penerimaan
PV manfaat Bersih
Rp
(5.645.138.400)
1,00
Rp
5.645.138.400
Rp
-
29.267.116.976
Rp
1.997.529.952
0,88
Rp
24.026.067.863
Rp
Rp
32.684.453.117
Rp
2.311.612.364
0,78
Rp
23.575.112.149
Rp 33.545.072.827
Rp
36.644.332.797
Rp
3.096.693.086
0,68
Rp
22.942.521.876
4
Rp 33.446.000.648
Rp
36.743.179.957
Rp
3.294.837.444
0,60
Rp
5
Rp 33.435.528.469
Rp
36.842.027.117
Rp
3.404.381.802
0,53
6
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp
5.357.006.502
0,47
7
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp
5.357.006.502
0,41
8
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp
5.357.006.502
9
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp
10
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp 361.030.905.569
Total
5.645.138.400
Manfaat Bersih
Akumulasi
Rp (5.645.138.400)
Rp (5.645.138.400)
25.786.006.146
Rp
1.759.938.283
Rp (3.885.200.117)
Rp
25.369.528.780
Rp
1.794.416.631
Rp (2.090.783.486)
Rp
25.060.446.891
Rp
2.117.925.015
Rp
27.141.530
20.153.976.495
Rp
22.139.388.058
Rp
1.985.411.562
Rp
2.012.553.092
Rp
17.751.247.703
Rp
19.558.667.158
Rp
1.807.419.455
Rp
3.819.972.547
Rp
15.162.462.261
Rp
17.668.265.719
Rp
2.505.803.458
Rp
6.325.776.005
Rp
13.358.997.587
Rp
15.566.753.938
Rp
2.207.756.351
Rp
8.533.532.356
0,36
Rp
11.770.041.927
Rp
13.715.201.707
Rp
1.945.159.781
Rp 10.478.692.137
5.357.006.502
0,32
Rp
10.370.080.993
Rp
12.083.878.156
Rp
1.713.797.164
Rp 12.192.489.300
Rp
4.915.334.502
0,28
Rp
9.261.127.181
Rp
10.646.588.684
Rp
1.385.461.503
Rp 13.577.950.803
Rp
34.803.276.756
Rp 187.594.725.238
Rp
13.577.950.803
Rp 174.016.774.435
61
Lampiran 17 NPV, IRR, Net B/C, PBP (lanjutan) Tahun
Biaya
Penerimaan
Manfaat Bersih
0
Rp
1
Rp
(5.645.138.400)
Rp 27.269.587.024
Rp
29.267.116.976
Rp
1.997.529.952
2
Rp 30.370.048.849
Rp
32.684.453.117
Rp
2.311.612.364
3
Rp 33.545.072.827
Rp
36.644.332.797
Rp
3.096.693.086
4
Rp 33.446.000.648
Rp
36.743.179.957
Rp
3.294.837.444
5
Rp 33.435.528.469
Rp
36.842.027.117
Rp
3.404.381.802
6
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp
5.357.006.502
7
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp
5.357.006.502
8
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp
5.357.006.502
9
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp
5.357.006.502
10
Rp 32.414.916.119
Rp
37.771.922.621
Rp
4.915.334.502
Rp 361.030.905.569
Rp
34.803.276.756
Total
5.645.138.400
Kriteria NPV IRR Net B/C PBP ( Tahun ) Rata-rata penerimaan
Nilai Rp 13.577.950.803 49,9% 1,08 3,01 Rp 3.480.327.676
Status Layak Layak Layak Layak Positif
PV penerimaan PV manfaat Bersih Akumulasi 50,00% PV Biaya 1,000 Rp 5.645.138.400 Rp - Rp (5.645.138.400) Rp (5.645.138.400) 0,667 Rp 18.179.724.683 Rp 19.511.411.317 Rp 1.331.686.634 Rp (4.313.451.766) 0,444 Rp 13.497.799.488 Rp 14.525.182.761 Rp 1.027.383.273 Rp (3.286.068.492) 0,296 Rp 9.939.280.838 Rp 10.856.819.530 Rp 917.538.692 Rp (2.368.529.800) 0,198 Rp 6.606.617.412 Rp 7.257.449.500 Rp 650.832.088 Rp (1.717.697.713) 0,132 Rp 4.403.032.556 Rp 4.851.346.209 Rp 448.313.653 Rp (1.269.384.060) 0,088 Rp 2.845.753.953 Rp 3.316.053.563 Rp 470.299.611 Rp (799.084.449) 0,059 Rp 1.897.169.302 Rp 2.210.702.376 Rp 313.533.074 Rp (485.551.375) 0,039 Rp 1.264.779.535 Rp 1.473.801.584 Rp 209.022.049 Rp (276.529.326) 0,026 Rp 843.186.356 Rp 982.534.389 Rp 139.348.033 Rp (137.181.293) 0,017 Rp 569.783.506 Rp 655.022.926 Rp 85.239.420 Rp (51.941.873) Rp 65.692.266.028 Rp 65.640.324.155 Rp (51.941.873)
62
Lampiran 18 Analisis sensitivitas kenaikan harga 5% Tahun
Biaya
0
Rp
1
Rp 26.697.710.650
2 3
Penerimaan
5.645.138.400
Manfaat Bersih
13,50%
PV Biaya
PV penerimaan
PV manfaat Bersih
Rp (5.645.138.400)
1,00
Rp
5.645.138.400
Rp
-
Rp 29.267.116.976
Rp
2.569.406.326
0,88
Rp 23.522.212.026
Rp
Rp 29.880.341.538
Rp 32.681.661.213
Rp
2.801.319.675
0,78
Rp 23.194.971.017
Rp 33.236.606.759
Rp 36.641.765.913
Rp
3.405.159.154
0,68
Rp 22.731.552.309
4
Rp 33.236.606.759
Rp 36.740.838.092
Rp
3.504.231.333
0,60
5
Rp 33.236.606.759
Rp 36.839.910.271
Rp
3.603.303.512
6
Rp 33.236.606.759
Rp 37.771.922.621
Rp
7
Rp 33.236.606.759
Rp 37.771.922.621
Rp
8
Rp 33.236.606.759
Rp 37.771.922.621
9
Rp 33.236.606.759
10 Total
Akumulasi
Rp (5.645.138.400)
Rp (5.645.138.400)
25.786.006.146
Rp
2.263.794.120
Rp (3.381.344.280)
Rp
25.369.528.780
Rp
2.174.557.764
Rp (1.206.786.516)
Rp
25.060.446.891
Rp
2.328.894.583
Rp
1.122.108.066
Rp 20.027.799.391
Rp
22.139.388.058
Rp
2.111.588.667
Rp
3.233.696.733
0,53
Rp 17.645.638.230
Rp
19.558.667.158
Rp
1.913.028.928
Rp
5.146.725.661
4.535.315.862
0,47
Rp 15.546.817.824
Rp
17.668.265.719
Rp
2.121.447.896
Rp
7.268.173.557
4.535.315.862
0,41
Rp 13.697.636.849
Rp
15.566.753.938
Rp
1.869.117.089
Rp
9.137.290.646
Rp
4.535.315.862
0,36
Rp 12.068.402.510
Rp
13.715.201.707
Rp
1.646.799.197
Rp 10.784.089.843
Rp 37.771.922.621
Rp
4.535.315.862
0,32
Rp 10.632.953.753
Rp
12.083.878.156
Rp
1.450.924.403
Rp 12.235.014.246
Rp 33.236.606.759
Rp 37.771.922.621
Rp
4.535.315.862
0,28
Rp
Rp
10.646.588.684
Rp
1.278.347.491
Rp 13.513.361.737
Rp 328.116.044.661
Rp 361.030.905.569
Rp 32.914.860.908
Rp 187.594.725.238
Rp
13.513.361.737
9.368.241.192
Rp 174.081.363.501
63
Lampiran 18 Analisis sensitivitas kenaikan harga 5% (lanjutan) Tahun
Biaya
Penerimaan
Manfaat Bersih
60,00%
PV Biaya
Rp (5.645.138.400)
1,000
Rp 5.645.138.400 Rp 16.686.069.156 Rp 11.672.008.413 Rp 8.114.405.947 Rp 5.071.503.717 Rp 3.169.689.823 Rp 1.981.056.139 Rp 1.238.160.087 Rp 773.850.054 Rp 483.656.284 Rp 302.285.178
0
Rp
1
Rp 26.697.710.650
Rp 29.267.116.976
Rp
2.569.406.326
0,667
2
Rp 29.880.341.538
Rp 32.681.661.213
Rp
2.801.319.675
0,444
3
Rp 33.236.606.759
Rp 36.641.765.913
Rp
3.405.159.154
0,296
4
Rp 33.236.606.759
Rp 36.740.838.092
Rp
3.504.231.333
0,198
5
Rp 33.236.606.759
Rp 36.839.910.271
Rp
3.603.303.512
0,132
6
Rp 33.236.606.759
Rp 37.771.922.621
Rp
4.535.315.862
0,088
7
Rp 33.236.606.759
Rp 37.771.922.621
Rp
4.535.315.862
0,059
8
Rp 33.236.606.759
Rp 37.771.922.621
Rp
4.535.315.862
0,039
9
Rp 33.236.606.759
Rp 37.771.922.621
Rp
4.535.315.862
0,026
10
Rp 33.236.606.759
Rp 37.771.922.621
Rp
4.535.315.862
0,017
Total
Rp 328.116.044.661
Rp 361.030.905.569
Rp 32.914.860.908
5.645.138.400
Kriteria NPV IRR Net B/C PBP ( Tahun ) Rata-rata penerimaan
Nilai Rp 13.513.361.737 58,1% 1,08 3,10 Rp 3.291.486.091
Status Layak Layak Layak Layak Positif
PV penerimaan
Rp Rp 18.291.948.110 Rp 12.766.273.911 Rp 8.945.743.631 Rp 5.606.206.984 Rp 3.513.327.624 Rp 2.251.382.030 Rp 1.407.113.769 Rp 879.446.106 Rp 549.653.816 Rp 343.533.635
PV manfaat Bersih
Rp (5.645.138.400) Rp 1.605.878.954 Rp 1.094.265.498 Rp 831.337.684 Rp 534.703.267 Rp 343.637.801 Rp 270.325.891 Rp 168.953.682 Rp 105.596.051 Rp 65.997.532 Rp 41.248.457 Rp (583.193.582)
Akumulasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(5.645.138.400) (4.039.259.446) (2.944.993.948) (2.113.656.264) (1.578.952.997) (1.235.315.195) (964.989.304) (796.035.623) (690.439.572) (624.442.040) (583.193.582)
64
Lampiran 19 Analisis sensitivitas kenaikan harga 10% Tahun
Biaya
Penerimaan
5.645.138.400
Manfaat Bersih
13,50%
PV Biaya 5.645.138.400
PV penerimaan Rp
PV manfaat Bersih -
Akumulasi
0
Rp
Rp (5.645.138.400)
1,00
Rp
Rp (5.645.138.400)
Rp (5.645.138.400)
1
Rp 27.355.063.162
Rp 29.267.116.976
Rp
1.912.053.814
0,88
Rp 24.101.377.235
Rp 25.786.006.146
Rp
1.684.628.911
Rp (3.960.509.489)
2
Rp 30.619.863.114
Rp 32.681.661.213
Rp
2.061.798.099
0,78
Rp 23.769.033.448
Rp 25.369.528.780
Rp
1.600.495.332
Rp (2.360.014.157)
3
Rp 34.058.297.399
Rp 36.641.765.913
Rp
2.583.468.514
0,68
Rp 23.293.532.173
Rp 25.060.446.891
Rp
1.766.914.718
Rp
(593.099.439)
4
Rp 34.058.297.399
Rp 36.740.838.092
Rp
2.682.540.693
0,60
Rp 20.522.935.835
Rp 22.139.388.058
Rp
1.616.452.222
Rp
1.023.352.783
5
Rp 34.058.297.399
Rp 36.839.910.271
Rp
2.781.612.872
0,53
Rp 18.081.881.793
Rp 19.558.667.158
Rp
1.476.785.365
Rp
2.500.138.148
6
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,47
Rp 15.931.173.386
Rp 17.668.265.719
Rp
1.737.092.333
Rp
4.237.230.481
7
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,41
Rp 14.036.276.111
Rp 15.566.753.938
Rp
1.530.477.827
Rp
5.767.708.308
8
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,36
Rp 12.366.763.094
Rp 13.715.201.707
Rp
1.348.438.614
Rp
7.116.146.922
9
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,32
Rp 10.895.826.514
Rp 12.083.878.156
Rp
1.188.051.642
Rp
8.304.198.564
10
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,28
Rp
9.599.847.149
Rp 10.646.588.684
Rp
1.046.741.535
Rp
9.350.940.099
Total
Rp 336.086.443.869
Rp 361.030.905.569
Rp 24.944.461.700
Rp 178.243.785.140
Rp 187.594.725.238
Rp
9.350.940.099
65
Lampiran 19 Analisis sensitivitas kenaikan harga 10% (lanjutan) Tahun
Biaya
Penerimaan
Manfaat Bersih
5.645.138.400
60,00%
0
Rp
Rp (5.645.138.400)
1,00
1
Rp 27.355.063.162
Rp 29.267.116.976
Rp
1.912.053.814
0,88
2
Rp 30.619.863.114
Rp 32.681.661.213
Rp
2.061.798.099
0,78
3
Rp 34.058.297.399
Rp 36.641.765.913
Rp
2.583.468.514
0,68
4
Rp 34.058.297.399
Rp 36.740.838.092
Rp
2.682.540.693
0,60
5
Rp 34.058.297.399
Rp 36.839.910.271
Rp
2.781.612.872
0,53
6
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,47
7
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,41
8
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,36
9
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,32
10
Rp 34.058.297.399
Rp 37.771.922.621
Rp
3.713.625.222
0,28
Total
Rp 336.086.443.869
Rp 361.030.905.569
Rp 24.944.461.700
Kriteria NPV IRR Net B/C PBP ( Tahun ) Rata-rata penerimaan
Rp
Rp
Nilai 9.350.940.099 46,7% 1,05 4,08 2.494.446.170
Status Layak Layak Layak Layak Positif
PV Biaya
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
5.645.138.400 18.236.708.774 13.608.828.051 10.091.347.378 6.727.564.918 4.485.043.279 2.990.028.853 1.993.352.568 1.328.901.712 885.934.475 590.622.983 66.583.471.391
PV penerimaan
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
19.511.411.317 14.525.182.761 10.856.819.530 7.257.449.500 4.851.346.209 3.316.053.563 2.210.702.376 1.473.801.584 982.534.389 655.022.926 65.640.324.155
PV manfaat Bersih
Rp (5.645.138.400) Rp 1.274.702.543 Rp 916.354.711 Rp 765.472.152 Rp 529.884.581 Rp 366.302.930 Rp 326.024.711 Rp 217.349.807 Rp 144.899.871 Rp 96.599.914 Rp 64.399.943 Rp (943.147.237)
Akumulasi
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
(5.645.138.400) (4.370.435.857) (3.454.081.146) (2.688.608.994) (2.158.724.413) (1.792.421.483) (1.466.396.772) (1.249.046.965) (1.104.147.094) (1.007.547.180) (943.147.237)
66
Lampiran 20 Struktur analitycal hierarchy process Goal
Penyediaan bahan baku industri kotak karton gelombang dari tandan kosong kelapa sawit
Kriteria Produktivitas TKKS
Kontinuitas Produksi
Permintaan Pasar Kardus
Transportasi
Tujuan Meningkatkan keuntungan
Meningkatkan pemanfaatan limbah TKKS
Meningkatkan lapangan pekerjaan
Alternatif Melakukan kontrak jumlah TKKS dengan PKS untuk jangka panjang
Melakukan integrasi dengan pabrik kelapa sawit
Kerja sama dalam penerapan produksi bersih
Kerja sama dalam pengembangan infrastruktur
Membangun badan pengepul tandan kosong
67
Lampiran 21 Kuesioner AHP KUESIONER PENENTUAN STRATEGI PENYEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE AHP
Nama NRP Email
IDENTITAS MAHASISWA : Gigantika P. H. Samosir : F34090075 :
[email protected]
Kuesioner ini akan digunakan untuk memperoleh informasi sebagai bahan untuk penelitian saya tentang “Strategi Penyediaan Bahan Baku Industri Kotak Karton Gelombang dari Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit”. Penelitian ini digunakan untuk penyusunan tugas akhir berupa Skripsi di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
IDENTITAS RESPONDEN Nama : Jabatan: Bersamaan dengan tanda tangan ini saya selaku responden bersedia mengisi Kuesioner Penelitian ini dengan sebaik-baiknya agar didapatkan data yang representative untuk menggambarkan kondisi yang sesungguhnya. Tanda Tangan
68
Petunjuk Pengisian 1. Pertanyaan yang diajukan akan berbentuk perbandingan antara satu unsur dengan unsur baris yang lainnya. 2. Jawaban dari pertanyaan tersebut diberi nilai oleh responden berdasarkan tingkat kepentingan dari unsur-unsur yang dibandingkan secara berpasangan. 3. Nilai perbandingan diberikan sesuai dengan petunjuk nilai skala banding sebagai berikut : Nilai 1 3 5 7 9 2,4,6,8 1/3 1/5 1/7 1/9 1/2,1/4,1/6,1/8
A sama penting dengan B A sedikit lebih penting dari B A jelas lebih penting dari B A sangat jelas lebih penting dari B A mutlak lebih penting dari B Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (A dibandingkan dengan B) B sedikit lebih penting dari A B jelas lebih penting dari A B sangat jelas lebih penting dari A B mutlak lebih penting dari A Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan (B dibandingkan dengan A)
Nilai-nilai skala banding genap (2,4,6,8 atau ½,1/4,1/6/1/8) khusus diberikan untuk nilai skala pembanding ganjil berurutan. Misalnya, pada kasus A dibandingkan dengan B, nilai A sedikit lebih penting hingga jelas lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala pembanding yang diberikan antara 3 dan 5, yaitu 4 atau ¼ bila sebaliknya. PENILAIAN BOBOT KRITERIA
Bandingkan besarnya tingkat kepentingan dari kriteria-kriteria yang mempengaruhi penyediaan bahan baku ELEMEN ELEMEN FAKTOR B FAKTOR A Kontinuitas Produktivitas Transportasi Permintaan Produksi TKKS Pasar Kardus Kontinuitas 1 Produksi Produktivitas 1 TKKS Transportasi 1 Permintaan Pasar Kardus
1
69
PENILAIAN BOBOT TUJUAN Berikan hasil perbandingan berikut untuk menentukan tujuan berdasarkan masing-masing kriteria. 1. KRITERIA KONTINUITAS PRODUKSI
ELEMEN FAKTOR A
Meningkatkan keuntungan finansial Meningkatkan pemanfaatan limbah TKKS Meningkatkan lapangan pekerjaan 2.
1
1
KRITERIA PRODUKTIVITAS TKKS
ELEMEN FAKTOR A
Meningkatkan keuntungan finansial Meningkatkan pemanfaatan limbah TKKS Meningkatkan lapangan pekerjaan 3.
ELEMEN FAKTOR B Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan keuntungan pemanfaatan lapangan finansial limbah TKKS pekerjaan 1
ELEMEN FAKTOR B Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan keuntungan pemanfaatan lapangan finansial limbah TKKS pekerjaan 1
1
1
KRITERIA TRANSPORTASI
ELEMEN FAKTOR A
Meningkatkan keuntungan finansial Meningkatkan pemanfaatan limbah TKKS Meningkatkan lapangan pekerjaan
ELEMEN FAKTOR B Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan keuntungan pemanfaatan lapangan finansial limbah TKKS pekerjaan 1
1
1
70
4.
KRITERIA PERMINTAAN PASAR KARDUS
ELEMEN FAKTOR A
Meningkatkan keuntungan finansial Meningkatkan pemanfaatan limbah TKKS Meningkatkan lapangan pekerjaan
ELEMEN FAKTOR B Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan keuntungan pemanfaatan lapangan finansial limbah TKKS pekerjaan 1
1
1
PENILAIAN BOBOT ALTERNATIF Berikan hasil perbandingan pada tabel berikut untuk menentukan alternatif berdasarkan masing-masing tujuan. 1.
TUJUAN MENINGKATKAN KEUNTUNGAN FINANSIAL
ELEMEN FAKTOR A
Melakukan kontrak dengan PKS untuk jangka panjang Melakukan integrasi dengan PKS Kerja sama dalam penerapan produksi bersih Melakukan pengembangan infrastruktur Membangun badan pengepul TKKS
Melakukan kontrak dengan PKS untuk jangka panjang
ELEMEN FAKTOR B Melakukan Kerja sama Melakukan integrasi dalam pengembangan dengan PKS penerapan infrastruktur produksi bersih
Membangun badan pengepul TKKS
1
1
1
1
1
71
2.
TUJUAN MENINGKATKAN PEMANFAATAN LIMBAH
ELEMEN FAKTOR A
Melakukan kontrak dengan PKS untuk jangka panjang
Melakukan kontrak dengan PKS untuk jangka panjang Melakukan integrasi dengan PKS Kerja sama dalam penerapan produksi bersih Melakukan pengembangan infrastruktur Membangun badan pengepul TKKS 3.
ELEMEN FAKTOR B Melakukan Kerja sama Melakukan integrasi dalam pengembangan dengan PKS penerapan infrastruktur produksi bersih
Membangun badan pengepul TKKS
1
1
1
1
1
TUJUAN MENINGKATKAN LAPANGAN PEKERJAAN
ELEMEN FAKTOR A
Melakukan kontrak dengan PKS untuk jangka panjang Melakukan integrasi dengan PKS Kerja sama dalam penerapan produksi bersih Melakukan pengembangan infrastruktur Membangun badan pengepul TKKS
Melakukan kontrak dengan PKS untuk jangka panjang
ELEMEN FAKTOR B Melakukan Kerja sama Melakukan integrasi dalam pengembangan dengan PKS penerapan infrastruktur produksi bersih
Membangun badan pengepul TKKS
1
1
1
1
1
72
Lampiran 22 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar 1. Penilaian oleh Dr. Ir. Han Roliadi, M.Sc Tabel 22.1.1 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku K1 K2 K3 K4
K1 1
K2
5� -1 1� 1�
1
K3
5�
K4
1� 3� -1
3� 5�
1� 5� -1 1�
1
1�
1
Tabel 22.1.2 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria kontinuitas produksi (K1) T1 T2 T3
T1 1
T2
5� -1 5�
1
5� 5�
T3
5� -1 5� -1 1
Tabel 22.1.3 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria produktivitas TKKS (K2) T1 T2 T3
T1 1
3� 3�
T2
3� -1 1
3�
T3
3� -1 3� -1 1
Tabel 22.1.4 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria transportasi (K3) T1 T2 T3
T1 1
T2
5� -1 3�
1
5� 3�
T3 3� -1 3� -1 1
Tabel 22.1.5 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria permintaan pasar kotak karton gelombang (K4) T1 T2 T3
T1 1
T2
5� -1 1�
1
5� 1�
T3
1� 1� 1
73
Tabel 22.1.6 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan keuntungan finansial (T1) A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2
7� -1 3� 5� -1 7� -1
1
A3
7�
A4
3� -1 3� -1
3� 3� 5� -1
A5
5� 3� -1 3�
1
3� -1 3� -1
7� 5� 3� 3�
1
3� -1
1
Tabel 22.1.7 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan pemanfaatan limbah (T2) A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2
3� -1 3� 3� 3� -1
1
A3 3� -1 3� -1 1
3� 3� 3� 3�
A4 3� -1 3� -1
A5
3� 3� -1 3� 3�
3�
3� -1 3� -1
1
3� -1
1
Tabel 22.1.8 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan lapangan pekerjaan (T3) A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2
1� 3� 3� -1 5� -1
1
A3 3� -1 3� -1 1
1� 3� 3� 1�
A4
A5
3� 3� -1 3�
3� -1 3� -1
5� 1� 3� 3� -1
1
3�
1
2. Penilaian oleh Prof.Dr.Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc.St
Tabel 22.2.1 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku K1 K2 K3 K4
K1 1
K2
5� -1 5� -1 5�
1
5�
5� -1 5�
K3
5� 5� 1
5�
K4
5� -1 5� -1 5� -1 1
74
Tabel 22.2.2 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria kontinuitas produksi (K1) T1 T2 T3
T1 1
T2
5� -1 5� -1
1
T3
5�
5� 5�
5� -1
1
Tabel 22.2.3 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria produktivitas TKKS (K2) T1 T2 T3
T1 1
T2
5� -1 5� -1
1
T3
5�
5� 5�
5� -1
1
Tabel 22.26.4 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria transportasi (K3) T1 T2 T3
T1 1
T2
5� -1 5� -1
1
T3
5�
5� 5�
5� -1
1
Tabel 22.2.5 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria permintaan pasar kotak karton gelombang (K4) T1 T2 T3
T1 1
T2
5� -1 5� -1
1
T3
5�
5� 5�
5� -1
1
Tabel 22.2.6 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan keuntungan finansial (T1) A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
7� 5� -1 5� -1 5� -1
A2 7� -1 1
5� -1 7� -1 7� -1
A3
5� 5� 1
5� -1 7� -1
A4
5� 7� 5 1
5�
A5
5� 7� 7� 5� -1 1
75
Tabel 22.2.7 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan pemanfaatan limbah (T2) A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2
A3
7� -1
7� 5� 5� -1 5� -1
A4
5� -1 7�
1
7� -1 7� -1 7� -1
A5
5� 7� 7�
1
7� -1 7� -1
5� 7� 7� 5� -1
1
5�
1
Tabel 22.2.8 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan lapangan pekerjaan (T3) A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2 7� -1 1
7� 5� 5� -1 5�
A3
A4
5� -1 7�
7� -1 7� -1 7� -1
A5
5� 7� 5�
1
5� -1 7�
5� -1 7� 7� -1 7� -1
1
7�
3. Penilaian oleh Oky Ferdinal Duar, SP
1
Tabel 22.3.1 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku K1 K2 K3 K4
K1 1
9� 9� 9�
K2 9� -1 1
5� -1 9� -1
K3 9� -1
K4 9� -1
9�
1
5�
9� 9� -1
1
Tabel 22.3.2 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria kontinuitas produksi (K1) T1 T2 T3
T1 1
9� 9� -1
T2
9� -1 1
9� -1
T3
9� 9� 1
76
Tabel 22.3.3 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria produktivitas TKKS (K2) T1 T2 T3
T1 1
T2
9� -1 9� -1
1
T3
9�
9� 9�
9� -1
1
Tabel 22.3.4 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria transportasi (K3) T1 T2 T3
T1 1
T2
T3
9� -1
9� 9� -1
9� 9�
1
9� -1
1
Tabel 22.3.5 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria permintaan pasar kotak karton gelombang (K4) T1 T2 T3
T1 1
T2 9� -1 1
9� 9� -1
T3
9� 9�
9� -1
1
Tabel 22.3.6 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan keuntungan finansial (T1) A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2
9� -1 7� -1 5� -1 9� -1
1
9�
A3
7� 7�
A4
5� 7� 5�
7� -1 7� -1 9� -1
5� -1 9� -1
5� -1
A1 1
A2
A3
A4
9� -1 5� -1 5� -1 9� -1
1
1
1
A5
9� 9� 9� 5� 1
Tabel 22.3.7 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan pemanfaatan limbah (T2) A1 A2 A3 A4 A5
9�
7� -1 7� -1 9� -1
5� 7� 1
5� -1 9� -1
5� 7� 5� 1
5� -1
A5
9� 9� 9� 5� 1
77
Tabel 22.3.8 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan lapangan pekerjaan (T3) A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2
7� -1 7� -1 7� -1 7� -1
1
7�
7� -1 7� -1 7� -1
A3
7� 7� 1
7� -1 5� -1
A4
7� 7� 7� 1
5� -1
A5
7� 7� 5� 5� 1
78
Lampiran 23 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar 1.
Penilaian oleh Dr. Ir. Han Roliadi, M.Sc
Tabel 23.1.1 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku K1 K2 K3 K4
K1 1 1 1 � , � 6 4 [1,2] [1,2]
K2 [4,6] 1
K3 [1,2] 1 1 � , � 4 2 1 [1,2]
[2,4] [2,4]
K4 [1,2] 1 1 � , � 4 2 [1,2] 1
Tabel 23.1.2 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria kontinuitas produksi (K1) T1 T2 T3
T1 1
T2 [4,6]
1 1 � , � 6 4 [4,6]
1 [4,6]
T3 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4 1
Tabel 23.1.3 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria produktivitas TKKS (K2) T1
T1 1
T2
[2,4]
T3
[2,4]
T2 1 1 � , � 4 2 1 [2,4]
T3 1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 4 2 1
Tabel 23.1.4 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria transportasi (K3) T1 T2 T3
T1 1
T2 [4,6]
1 1 � , � 6 4 [2,4]
1 [2,4]
T3 1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 4 2 1
79
Tabel 23.1.5 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria permintaan pasar kotak karton gelombang (K4) T1 1 1 1 � , � 6 4 [1,2]
T1 T2 T3
T2 [4,6] 1
T3 [1,2] [1,2]
[1,2]
1
Tabel 23.1.6 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan keuntungan finansial (T1) A1
A2
A3
A4
A5
A1
1
[6,8]
[4,6]
[6,8]
A2
1 1 � , � 8 6 [2,4] 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 8 6
1
1 1 � , � 4 2 [2,4] 1
[4,6]
1 1 � , � 6 4
1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 4 2 1 1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 4 2
1 1 � , � 4 2
1
A1
A2
A3
A4
A5
A1
1
[2,4]
1 1 � , � 4 2 [2,4] [2,4]
1
1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 4 2 [2,4] 1
[2,4]
A2
1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 4 2 1 1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 4 2
A3 A4 A5
[2,4] [2,4]
[2,4] [2,4]
Tabel 23.1.7 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan pemanfaatan limbah (T2)
A3 A4 A5
1 1 � , � 4 2
[2,4] [2,4] [2,4]
1 1 � , � 4 2
1 1 � , � 4 2 [2,4] [2,4] 1
80
Tabel 23.1.8 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan lapangan pekerjaan (T3) A1
A1 1
A2 [1,2]
A2
[1,2]
1
A3
[2,4] 1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 6 4
[2,4]
A4 A5
A3 1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 4 2 1 1 1 � , � 4 2 1 1 � , � 4 2
[2,4] [1,2]
A4 [2,4]
A5 [4,6]
1 1 � , � 4 2 [2,4]
[1,2]
1
[2,4]
[2,4] 1 1 � , � 4 2 1
2. Penilaian oleh Prof.Dr.Ir. Khaswar Syamsu, M.Sc.St Tabel 23.2.1 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku K1 K2 K3 K4
K1 1
K2 [4,6]
K3 [4,6]
1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4 [4,6]
1
[4,6]
1 1 � , � 6 4 [4,6]
1 [4,6]
K4 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4 1
Tabel 23.2.2 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria kontinuitas produksi (K1) T1 T2 T3
T1 1 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4
T2 [4,6] 1
T3 [4,6] [4,6]
1 1 � , � 6 4
1
Tabel 23.2.3 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria produktivitas TKKS (K2) T1 T2 T3
T1 1 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4
T2 [4,6] 1
T3 [4,6] [4,6]
1 1 � , � 6 4
1
81
Tabel 23.2.4 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar dari kriteria transportasi (K3) T1 1 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4
T1 T2 T3
T2 [4,6] 1
T3 [4,6] [4,6]
1 1 � , � 6 4
1
T2 [4,6] 1
T3 [4,6] [4,6]
1 1 � , � 6 4
1
Tabel 23.2.5 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar kriteria permintaan pasar kotak karton gelombang (K4) T1 1 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4
T1 T2 T3
Tabel 23.2.6 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan keuntungan finansial (T1) A1
A2
A3
A4
A5
A1
1
[4,6]
[4,6]
[4,6]
A2 A3
[6,8] [4,6]
[4,6] 1
[6,8] [4,6]
[6,8] [6,8]
A4
1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4
1 1 � , � 8 6 1 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6
1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 8 6
1
1 1 � , � 6 4 1
A1
A2
A3
A4
A5
A1
1
[4,6]
[6,8] [4,6]
1 1 � , � 6 4 [6,8] 1
[4,6]
A2 A3
[6,8] [6,8]
[6,8] [6,8]
A4
1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4
1 1 � , � 8 6 1 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6
1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6
1
1 1 � , � 6 4 1
A5
[4,6]
Tabel 23.2.7 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan pemanfaatan limbah (T2)
A5
[4,6]
82
Tabel 23.2.8 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan lapangan pekerjaan (T3) A1
A1 1
A2 A3
[6,8] [4,6]
A4
1 1 � , � 6 4 [4,6]
A5
A2 1 1 � , � 8 6 1 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6
A3 1 1 � , � 6 4 [6,8] 1
A4 [4,6]
1 1 � , � 6 4 [6,8]
1
[6,8] [4,6]
[6,8]
A5 1 1 � , � 6 4 [6,8] 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6 1
3. Penilaian oleh Oky Ferdinal Duar, SP Tabel 23.3.1 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku K1
K1 1
K2
[8,10]
K3
[8,10]
K4
[8,10]
K2 1 1 � , � 10 8 1
K3 1 1 � , � 10 8 [4,6]
1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 10 8
1 [8,10]
K4 1 1 � , � 10 8 [8,10] �
1 1 , � 10 8 1
Tabel 23.3.2 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar dari kriteria kontinuitas produksi (K1)
T1 T2 T3
T1 1 [8,10] 1 1 � , � 10 8
T2 1 1 � , � 10 8 1 1 1 � , � 10 8
T3 [8,10] [8,10] 1
Tabel 23.3.3 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar dari kriteria produktivitas TKKS (K2) T1 T2 T3
T1 1 1 1 � , � 10 8 1 1 � , � 10 8
T2 [8,10] 1
T3 [8,10] [8,10]
1 1 , � 10 8
1
�
83
Tabel 23.3.4 Matriks perbandingan berpasangan fuzzy hasil penilaian pakar ditinjau dari kriteria transportasi (K3) T1 1
T1 T2 T3
[8,10] 1 1 � , � 10 8
T2 1 1 � , � 10 8 1 1 1 � , � 10 8
T3 [8,10]
T2 1 1 � , � 10 8 1 1 1 � , � 10 8
T3 [8,10]
[8,10] 1
Tabel 23.3.5 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar dari kriteria permintaan pasar kotak karton gelombang (K4) T1 1
T1 T2 T3
[8,10] 1 1 � , � 10 8
[8,10] 1
Tabel 23.3.6 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan keuntungan finansial (T1) A1 A2 A3 A4 A5
A1
A2
A3
A4
A5
1
[8,10] 1
[6,8] [6,8]
[4,6] [6,8]
[8,10] [8,10]
1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 10 8
1
[4,6]
[8,10]
1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 10 8
1
[4,6]
1 1 � , � 6 4
1
A1
A2
A3
A4
A5
1 1 1 � , � 10 8 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 10 8
[8,10] 1
[4,6] [6,8]
[4,6] [6,8]
[8,10] [8,10]
1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 10 8
1
[4,6]
[8,10]
1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 10 8
1
[4,6]
1 1 � , � 6 4
1
1 1 , � 10 8 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 6 4 1 1 � , � 10 8 �
Tabel 23.3.7 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan pemanfaatan limbah (T2) A1 A2 A3 A4 A5
84
Tabel 23.3.8 Matriks perbandingan berpasangan α-cut fuzzy hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan lapangan pekerjaan (T3) A1 A2 A3 A4 A5
A1 1 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6
A2 [6,8] 1
A3 [6,8] [6,8]
A4 [6,8] [6,8]
A5 [6,8] [6,8]
1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 8 6
1
[6,8]
[4,6]
1 1 � , � 8 6 1 1 � , � 6 4
1
[4,6]
1 1 � , � 6 4
1
85
Lampiran 24 Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar Tabel 24.1
Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar pada kriteria penyediaan bahan baku
K1 K1 1,000 K2 0,711 K3 1,216 K4 3,557 λmaks = 4,209 Tabel 24.2
K2 1,405 1,000 0,493 1,405 CI= 0,070
K3 K4 0,822 0,281 2,027 0,711 1,000 0,281 3,557 1,000 CR= 0,078
x 0,180 0,224 0,143 0,453
Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria kontinuitas produksi (K1)
T1 T2 T3 x T1 1,000 1,405 2,080 0,447 T2 0,711 1,000 2,080 0,359 T3 0,481 0,481 1,000 0,194 λmaks = 3,013 CI= 0,006 CR= 0,011 Tabel 24.3 Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria produktivitas TKKS (K2) T1 T1 1,000 T2 0,405 T3 0,405 λmaks = 3,091 Tabel 24.4
T1 T2 T3 λmaks = 3,012 Tabel 24.5
T1 T2 T3 λmaks = 3,015
T2 2,465 1,000 0,405 CI= 0,045
T3 2,465 2,465 1,000 CR= 0,078
x 0,537 0,299 0,164
Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria transportasi (K3) T1 1,000 0,711 0,405
T2 1,405 1,000 0,405 CI= 0,006
T3 2,465 2,465 1,000 CR= 0,011
x 0,462 0,371 0,167
Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar pada tujuan penyediaan bahan baku ditinjau dari kriteria permintaan pasar kotak karton gelombang (K4) T1 1,000 0,711 0,281
T2 1,405 1,000 0,281 CI= 0,008
T3 3,557 3,557 1,000 CR= 0,013
x 0,482 0,388 0,129
86
Tabel 24.6
Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan keuntungan finansial (T1)
A1 A1 1,000 A2 0,481 A3 0,441 A4 0,200 A5 0,195 λmaks = 5,243 Tabel 24.7
A3 2,267 2,267 1,000 0,211 0,174 CI= 0,061
A4 5,000 2,536 4,718 1,000 0,693 CR= 0,054
A5 5,130 5,739 5,739 1,442 1,000
x 0,402 0,269 0,208 0,074 0,046
Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan pemanfaatan limbah (T2)
A1 A1 1,000 A2 0,637 A3 1,442 A4 0,493 A5 0,195 λmaks = 5,397 Tabel 24.8
A2 2,076 1,000 0,441 0,393 0,174
A2 1,565 1,000 0,394 0,394 0,362
A3 0,693 2,536 1,000 0,212 0,174 CI= 0,099
A4 2,027 2,536 4,718 1,000 0,693 CR= 0,089
A5 5,130 2,758 5,739 1,442 1,000
x 0,268 0,281 0,294 0,093 0,063
Nilai crisp matriks perbandingan berpasangan, x, λmax, CI dan CR hasil penilaian pakar pada strategi penyediaan bahan baku untuk tujuan meningkatkan lapangan pekerjaan (T3)
A1 A1 1,000 A2 0,998 A3 1,287 A4 0,211 A5 0,522 λmaks = 5,270
A2 0,998 1,000 0,393 0,393 0,272
A3 0,775 2,536 1,000 0,211 0,775 CI= 0,067
A4 A5 4,718 1,913 2,536 3,659 4,718 1,287 1,000 0,618 1,613 1,000 CR= 0,060
x 0,255 0,340 0,215 0,071 0,118
87
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purwokerto pada tanggal 13 April 1992 dari ayah Albiden R.Y. Samosir dan ibu Tanti Tri Prabandari. Penulis adalah putri ketiga dari tiga bersaudara. Pada tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 15 Bandung dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama masa perkuliahan, penulis aktif menjadi anggota Keluarga Mahasiswa Katolik IPB (KEMAKI) dan aktif dalam berbagai kegiatan Himpunan Keprofesian Himalogin 2011 menjadi anggota. Penulis juga aktif menjadi anggota beberapa kepanitiaan acara yang diadakan oleh IPB seperti menjadi anggota divisi Acara pada acara Santa Claus Day 2009, dan tim Publikasi dan Dokumentasi pada acara Natal Civitas IPB 2010. Pada bulan Juni – Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapang di PT Ultrajaya Milk and Trade Company Padalarang. Penulis juga pernah mendapat beasiswa PPA pada tahun 2011.