Budiana Setiawan dan R.R. Nur Suwarningdyah, Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
STRATEGI PENGEMBANGAN TENUN IKAT KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR STRATEGY FOR DEVELOPMENT OF KUPANG IKAT WOVEN EAST NUSA TENGGARA PROVINCE Budiana Setiawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Balitbang, Kemdikbud e-mail:
[email protected] R.R. Nur Suwarningdyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Balitbang, Kemdikbud e-mail:
[email protected] Naskah diterima tanggal: 10/07/2013; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 04/03/2014; Disetujui tanggal: 20/08/2014 Abstract: The purpose of this research was to review strategies used by craftsmen and role of local government in the effort to develop Kupang ikat woven in Kupang Municipality, East Nusa Tenggara. The method used in this research included: observation at Kupang ikat woven workshop, in-depth interviews with resource people such as artisans, entrepreneurs, and local government; study of literatures; and focus group discussion. The result of the research represented that the strategies undertaken by craftsmen for developing the Kupang ikat wovens are started from cheap raw material supply and easy to obtain; diversification of products; development of manufacturing technology; increasing the organizational management, and marketing effort to increase better product. In order to implement the strategies successfully, the craftsmen shall have to get support and training from the local government. Through the Institution of Industry and Trade, the support for the craftsmen given in several activities, i.e. workshop; assistance of equipment production; credit for capital, involvement in exhibitions; guidance to have patent, and increase the affection of people to the crafts of the region. The challenge for the craftsmen in developing the Kupang ikat woven were the limited of fund, difficulty to gain raw materials and marketing. Keywords: development strategy, craftsmen, Kupang ikat woven Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi para perajin dan peran pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan tenun ikat Kupang di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Metode penelitian yang digunakan yaitu pengamatan di sentra-sentra kerajinan tenun ikat; wawancara mendalam dengan narasumber, dari unsur perajin, pengusaha tenun ikat, dan pemerintah daerah; studi pustaka; dan focus group discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan para perajin untuk mengembangkan tenun ikat Kupang dimulai dari upaya penyediaan bahan baku yang murah dan mudah diperoleh, diversifikasi (pengayaan) produk, pengembangan teknologi pembuatan, peningkatan organisasi pengelolaan, sampai dengan upaya pemasarannya, yang dinilai dapat meningkatkan hasil yang lebih baik. Dalam menjalankan strateginya dengan baik, para perajin juga harus mendapatkan dukungan dan pembinaan dari pemerintah daerah. Melalui Dinas Industri dan Perdagangan, dukungan dan pembinaan dilakukan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan; pemberian bantuan alat produksi; pemberian pinjaman modal; mengikutsertakan dalam pameran; perlindungan hak paten; dan peningkatan kecintaan masyarakat terhadap hasil kerajinan dari daerahnya. Hambatan dan tantangan dalam pengembangan tenun ikat yang dihadapi para perajin, yaitu keterbatasan modal, kesulitan memperoleh bahan baku, dan kesulitan dalam pemasaran. Kata kunci: strategi pengembangan, perajin, tenun ikat Kupang
353
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
Pendahuluan
sosial, tingkat kemajuan suatu negara diukur dari
Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal memiliki
kualitas sumber daya manusianya. Suatu bangsa
banyak kerajinan tenun tradisional yang tumbuh
dikatakan makin maju apabila sumber daya
dan berkembang secara turun-temurun dalam
ma nusi anya
masyarakat, seperti tenun ikat Sumba, tenun ikat
berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang
Kupang, kain Timor, tenun Buna, tenun Lotis, dan
tinggi. Ditinjau dari indikator ekonomi, kemajuan
lain-lain. Kerajinan tenun tradisional tersebut
suatu bangsa diukur dari tingkat kemakmurannya
mempunyai potensi untuk dapat menampung
yang tercermin pada tingkat pendapatan dan
banyak tenaga kerja, menopang perekonomian
pem erat aannya. Nega ra y ang maju secara
masyarakat, dan pada gilirannya dapat mening-
ekonomi adalah negara yang sektor industri dan
katkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun
sektor jasanya telah berkembang dan mem-
demikian, hingga saat ini Pemerintah Provinsi Nusa
berikan makna dan arti penting bagi bangsa-
Tenggara Timur dan kabupaten/kota di provinsi
bangsa lain di dunia (Renstra, Kembudpar 2010 –
tersebut belum memiliki peraturan daerah (Perda)
2014).
ya ng
b erke naa n
de ngan
pe lest ari an
mem ilik i
k epri badi an b angsa,
d an
Berdasarkan Renstra Kemenbudpar tersebut,
pengembangan tenun ikat. Keberadaan Perda ini
bagaimana dengan perkembangan tenun ikat di
pe nting da n di butuhkan guna m enci ptak an
Kup ang,
keteraturan, kepastian hukum, dan komitmen
tersebut? Apakah kerajinan tenun ikat telah
yang jelas dalam pengembangan industri-industri
mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi
budaya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (Nong,
dan sumberdaya manusia para perajin tenun ikat
2012).
di Kot a Kupang ? Ap aka h Pe meri ntah tel ah
Salah satu kerajinan tenun tradisional yang
apa kah
seja lan
deng an
R enst ra
memberikan peran yang berarti bagi para perajin
relatif cukup dikenal luas oleh masyarakat Nusa
dan pengusa ha t enun
ika t Kupang unt uk
Tenggara Timur, yaitu kain tenun ikat Kupang.
meningkatkan SDM dalam melestarikan dan
Disebut demikian karena kerajinan tenun ikat ini
mengembangkannya? Terkait dengan konteks
banyak terdapat di Kota Kupang dan Kabupaten
tersebut, penulisan artikel ini dimaksudkan untuk
Kupang. Tenun ikat Kupang tidak kalah terkenal
mengkaji mengenai berbagai faktor hambatan dan
dengan tenun ikat Sumba, meskipun baru-baru
tantangan pengembangan tenun ikat Kupang,
ini Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
strategi yang digunakan oleh masyarakat pelaku
Pendidikan dan Kebudayaan tengah mengusulkan
industri kerajinan tenun ikat Kupang, serta peran
te nun ikat Sum ba seba gai wari san buda ya
pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan
takbenda ke UNESCO untuk kategori Need of
tenun ikat Kupang.
Urgent Safeguarding of Intangible Cultural Heritage
Berkaitan dengan penjelasan di atas, dalam
(Warisan Budaya Takbenda yang Membutuhkan
penelitian ini dirumuskan permasalahan, yaitu 1)
Perlindungan Mendesak). Dalam hal ini tenun ikat
Bagaimana strategi perajin tenun ikat Kupang
Sum ba
untuk dapat mengembangkan dan menyesuaikan
d iang gap
dapa t
me waki li
t radi si
pertenunan di Indonesia (Setiawan, 2012). Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian
dengan per anan
kebutuha n pa sar? ; pem erintah
2)
Bag aima na
daer ah d alam
upa ya
Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbupar) Tahun
mengembangkan kerajinan tenun ikat Kupang dan
2010-2014 disampaikan bahwa untuk mem-
meningkatkan kesejahteraan para perajin? dan
bangun kemandirian bangsa Indonesia, sikap
3)
kemandirian harus dicerminkan dalam setiap
pengelolaan kerajinan tenun ikat Kupang selama
aspek kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik,
ini?
Apa
ham bata n
da n
t anta ngan
dal am
sosial budaya, maupun pertahanan keamanan.
Konsisten dengan permasalahan tersebut,
Semakin mandiri suatu bangsa, maka tingkat
penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
kemajuan bangsa tersebut semakin tinggi. Tingkat
mengkaji tentang: 1) Strategi perajin tenun ikat
kemajuan suatu b angsa dini lai berdasarkan
Kupang unt uk d apat mengemb angk an d an
ber baga i ind ikat or, seper ti i ndika tor sosi al,
menyesuai kan d engan kebut uhan pasar; 2 )
ekonomi, jasa, dan lain-lain. Ditinjau dari indikator
Per anan pem erintah daer ah d alam rangka
354
Budiana Setiawan dan R.R. Nur Suwarningdyah, Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
me ngem bang kan
tenun
i kat
Kupa ng
d an
meningkatkan kesejahteraan para perajin; dan 3) Hambatan dan tantangan dalam pengelolaan
Sabu, Sumba, Rote, Flores, Alor, Kupang, dan Ende. Pa da
a walnya
p roduk
te nuna n
ya ng
ind ustr i ke raji nan tenun ik at K upang se rta
dihasilkan hanya meliput i ai ( sarung), hi dj
harapan dari perajin untuk mengembangkan
(selimut), dan selempang. Selimut dipakai oleh
usaha mereka.
kaum pria, sarung dipakai oleh kaum wanita, sedangkan selempang dipakai di pundak, baik pria
Kajian Literatur
maupun wanita. Pemanfaatan kain tenun pun
Tenun Ikat Kupang
baru terbatas untuk pakaian pelindung tubuh, di
Hingga saat ini belum banyak dilakukan kajian
samping motif hiasnya untuk menunjukkan status
penelitian tentang tenun ikat Kupang. Meskipun
sosial seseorang dalam masyarakat. Kain tenun
demikian, cukup banyak tulisan yang bersifat
juga digunakan dalam upacara daur hidup, yaitu
popular, baik di media cetak maupun internet, yang
dipakai dalam upacara inisiasi ketika seorang
memberitakan tenun ikat Kupang. Salah satunya
remaja beranjak dewasa dan sebagai mas kawin
adalah informasi yang diperoleh dari jejaring sosial
dalam upacara perkawinan. Namun, dewasa ini
di internet, yang menyebutkan bahwa tenun ikat
kain tenun sudah tidak hanya digunakan untuk
merupakan hasil kerajinan yang cukup penting
pakaian pelindung tubuh, tetapi juga untuk
dalam kehidupan masyarakat di Nusa Tenggara
benda-benda lain, seperti tas, taplak meja, bed
Timur. Dinamakan “tenun ikat” karena sebelum
cover, hiasan dinding, dan lain-lain. Dengan
diberi warna, benang-benang yang akan ditenun
demikian kain tenun ikat Kupang telah mengalami
diikat deng an tali rafia pada ba gian-bagian
diversifikasi bentuk dan pemanfaatan (Dinas
tertentu, kemudian dicelup ke dalam cairan
Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang,
pewarnaan. Bagian yang diikat dengan rafia,
2006a).
setelah dibuka, tetap berwarna putih, sedangkan
Penelit ian yang dil akuk an oleh Yaya san
bagian yang tidak diikat rafia menjadi berwarna
Pantau yang bekerja sama dengan Swisscontact
sesuai dengan warna pada cairan. Komposisi
menyampaikan bahwa kendala yang dihadapi
warna benang-benang tersebut ada bagian yang
Usaha Kecil Menengah (UKM), termasuk para
berwarna dan ada bagian yang tetap putih. Pada
perajin tenun ikat Kupang, yakni usaha masih
saat ditenun akan membentuk pola-pola ragam
dil akukan secar a trad isiona l yang dibangun
hias dengan warna-warni tertentu. Benang yang
dengan mana jeme n ke keluarga an d an k e-
digunakan untuk menenun terbuat dari kapas
ahliannya hany a di dapa tkan secara turun-
atau sutera, yang khusus digunakan untuk tenun
tem urun, se hing ga p enge mbangan prod uk
ikat (Langgar, 2014).
tersendat; akses perajin ke lembaga pemberi
Ker ajinan te nun ikat di K upang se la in
modal terhambat; serta pengelolaan teknis,
digunakan dan bermanfaat untuk memenuhi
pemasaran produk, dan prasarana yang kurang
ke butuhan sand ang seha ri-hari juga unt uk
memadai (Yayasan Pantau bekerja sama dengan
menambah penghasilan keluarga, serta bermakna
Swisscontact, 2005).
untuk menunjukkan status sosial seseorang dalam masyarakat. Oleh karena itu, keterampilan
Strategi Pengembangan
menenun senantiasa diwariskan secara turun-
David (2006) mendefinisikan strategi sebagai
temurun dari orangtua, khususnya ibu kepada
tindakan potensial yang membutuhkan keputusan
anak perempuan sejak mereka masih remaja.
manajem en t ingk at a tas dan sumb er d aya
Pada masa lalu keterampilan menenun bahkan
perusahaan dalam jumlah yang besar. Dengan
sudah menjadi norma dalam masyarakat yang
demikian, strategi memiliki konsekuensi yang
menjadi tolok ukur sifat feminim seorang gadis.
mul tifungsi dan mul tidi mensi, serta har us
Hal ini menjadikan kain tenun ikat sebagai industri
mempertimbangkan faktor-faktor internal dan
rumah tangga masyarakat dari berbagai suku
eksternal yang dihadapi perusahaan. Definisi yang
yang tinggal di Kota Kupang, seperti suku Timor,
berbeda disampaikan oleh Sumarsono (2003),
355
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
me nurutnya str ateg i a dala h re ncana ya ng
Konsep stra tegi ti dak terl epa s da ri p e-
merupakan satu kesatuan yang bersifat luas dan
ngembangan, sehingga sering disebut dengan
ter padu,
keunggul an
“st rate gi
str ateg is
ya ng m enghadap kan d alam
menghad api
p enge mbangan”.
Da lam
hal
ini
tant anga n-
pengertian pengembangan menurut Kamus Besar
tantangan lingkungan. Adapun pengertian strategi
Bahasa Indonesia adalah proses, cara, atau
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
perbuatan mengembangkan. Sedangkan me-
rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
ngembangkan sendiri berarti membuka lebar-
mencapai sasaran khusus (Tim Penyusun Kamus
lebar, membentangkan; menjadikan besar/luas/
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
merata; atau menjadikan maju/ baik/sempurna
1990).
(Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Menurut Stoner dan Gilbert, konsep strategi
Pengembangan Bahasa, 1990).
dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif
Be rdasarka n pe ndap at R angk uti (200 0)
yang berbeda, yaitu: apa yang suatu organisasi
bahw a terda pat tig a bent uk stra tegi, y akni
ingin lakukan (imtensis to do); dan apa yang
strategi manajemen, strategi investasi, dan
organisasi lakukan pada akhirnya (eventually does)
strategi bisnis. Strategi pengembangan dalam
(Stoner dan Gilbert, 1995). Pada perspektif yang
konteks industri budaya, dalam hal ini industri
pertama, strategi didefinisikan sebagai program
tenun ikat Kupang, meliputi: 1) Proses atau cara
untuk
tujuan
yang dilakukan oleh perajin/ pengusaha dalam
organisasi, serta mengimplementasikan misinya.
mene ntuk an
d an
m enca pai
upaya meng embangkan produk industri bu-
Dalam hal ini para manajer memainkan peranan
dayanya (strategi manajemen); 2) Upaya yang
yang aktif, sadar, dan rasional dalam merumuskan
dil akuk an
strategi organisasi. Pada perspektif yang kedua,
mengadakan bahan baku dan peralatan produksi
strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan
yang digunakan, serta peningkatan kemampuan
atau respon organisasi terhadap lingkungannya
tenaga kerja (strategi investasi); dan 3) Upaya
sepanjang waktu. Dalam hal ini, setiap organisasi
yang dilakukan oleh perajin dalam bersaing dan
pasti memiliki strategi, meskipun strategi tersebut
bekerja sama antarperajin/ pengusaha dalam
tidak pernah dirumuskan secara eksplisit.
memasarkan hasil produksinya.
oleh
pera jin/ peng usaha
untuk
Strategi dapat dikelompokkan menjadi tiga,
Berka itan denga n hal ter sebut, str ategi
yakni strategi manajemen, strategi investasi, dan
pe ngem bang an y ang hendak dike tahui da ri
str ategi bisnis. Strateg i manajeme n ada lah
indust ri tenun i kat Kupang, antara la in: 1)
strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen
Kreativitas, meliputi: desain, inovasi bentuk, cita
dengan orientasi pengembangan strategi secara
rasa seni, nilai-nilai, dan lain-lain. Dari poin ini akan
makro. Misalnya: strategi pengembangan produk,
dapat diketahui apakah terdapat hal-hal yang
strategi penerapan har ga, strategi a kuisisi,
spesifik di tempat perajin tersebut, seperti:
strategi pengembangan pasar, strategi mengenal
pengetahuan lokal (local knowledge), nilai-nilai
keuangan, dan lain-lain. Strategi investasi adalah
yang membatasi kreativitas, dan lain-lain. 2)
keg iata n ya ng b eror ient asi pada inv esta si.
Teknologi pembuatan, meliputi: penyediaan bahan
Misalnya: apakah perusahaan ingin melakukan
bak u,
strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha
dikembangkan, keahlian yang dibutuhkan, dan
mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan,
lain-lain. 3) Strategi untuk memasarkan hasil
strategi pembangunan kembali suatu divisi baru,
kerajinan. Strategi ini meliputi pula peranan
strategi divestasi, dan sebagainya. Strategi bisnis
organisasi tempat mereka bernaung.
p rose s
pe mbua tan,
tek nologi
y ang
adalah strategi yang berorientasi pada fungsifungsi kegiatan manajemen. Misalnya: strategi
Metode Penelitian
pemasaran, strategi produksi atau operasional,
Metode penelitian yang digunakan dalam kajian
strategi distribusi, strategi organisasi, strategi
ini adalah pengamatan/observasi, wawancara
yang berhubungan dengan keuangan, dan lain-
mendala m, studi pustaka , da n focus group
lain (Rangkuti, 2000).
discussion (FGD). Pengamatan dilakukan untuk menghimpun data secara visual (Spradley, 1980),
356
Budiana Setiawan dan R.R. Nur Suwarningdyah, Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
misalnya teknik menenun, pola hubungan sosial,
se lanj utny a me nsintesakan dal am susunan
pola p roduksi dan dist ribusi, dan lain-lai n.
diskripsi yang melukiskan tema tenun ikat dan
Wawancara mendalam dilakukan untuk menghim-
hambatannya.
pun data yang bersifat verbal (Koentjaraningrat, 1997). Para nara sumber yang dipilih untuk
Hasil Penelitian dan Pembahasan
diwawancarai adalah informan yang dianggap
Gambaran Umum Tenun Ikat Kupang
menguasai hal-ikhwal tentang tenun ikat Kupang,
Motif kerajinan tenun ikat di Nusa Tenggara Timur
baik dari unsur perajin, pengusaha di sentra
yang dihasilkan dari berbagai etnis yang ada di
industri, maupun pemerintah daerah. Spradley
Kota Kupang mengambil bentuk-bentuk alam,
menyatakan bahwa dalam kegiatan pengumpulan
seperti geometris, sulur-suluran, bunga, daun
da ta d i la pang an, har us m e-ne ntuk an d an
lontar, burung, ayam, dan kuda. Teknologi yang
menyeleksi fokus pengamatan (Spradley, 1980).
digunakan untuk membuat kain tradisional terdiri
Di samping itu, agar wawancara dapat lebih
dari dua jenis, yaitu teknologi manual (gedogan)
terarah, perlu dipersiapkan pedoman wawancara
dan teknologi alat tenun bukan mesin (ATBM).
yang berisikan tentang berbagai aspek yang akan
Proses pembuatan kain tenun ikat pada saat ini,
di tany akan
me ndal am
khususnya bagi perajin yang mempunyai cukup
(Koentjaraningrat, 1997), terutama terfokus pada
dal am
w awa ncar a
modal adalah menggunakan ATBM. Keunggulan
hambatan dalam mempertahankan kelestarian
alat ini dibandingkan dengan gedogan adalah lebih
dan pengembangan kerajinan tenun ikat serta
mudah, cepat, dan hasilnya lebih rapi. Apabila
strategi pengembangannya.
menggunakan teknik gedogan dalam satu hari
Setelah pengumpulan data melalui observasi
hanya dapat menghasilkan tiga meter kain, maka
dan wawancara dilakukan, langkah selanjutnya
dengan menggunakan ATBM dapat menghasilkan
yakni melaksanakan FGD dengan mengundang
10 meter kain. Proses pembuatan dengan teknik
pihak-pihak yang terlibat sebagai narasumber
gedogan lebih lama dan rumit, sehingga kain tenun
dalam penelitian. Tujuan dari FGD adalah untuk
yang dihasilkan menjadi lebih mahal harganya.
mensinergikan hasil penelitian dan menerima
Proses Pembuatan tenun ikat dalam proses
masukan-masukan dari para narasumber, aparat
pembuatannya memiliki beberapa tahap, yaitu:
dari instansi pemerintah, maupun pihak-pihak
penataan benang pada alat, pengikatan motif dan
ter kait lai nnya . FG D di lakukan juga unt uk
rag am
memvalidasi data dengan teknik trianggulasi serta
Selanjutnya, diuraikan tahapan-tahapan proses
memperkaya informasi dari berbagai sumber.
pembuatan tenun sebagai berikut.
hias,
pew arna an,
dan
pene nuna n.
Untuk mendukung hasil pengumpulan data di lapangan, juga dilakukan studi pustaka, baik
Penataan Benang pada Alat
sebelum maupun sesudah turun ke lapangan.
Benang untuk menenun terbagi menjadi dua
Tuj uan
untuk
kelompok, yakni benang pakan (benang dalam
memperkuat data dan analisis tentang kerajinan
posisi melintang) dan benang lungsi (benang
te nun ikat Kup ang seba gai suat u indust ri
dal am p osisi me mbuj ur). Proses mene nun
masyarakat, serta kaitannya dengan kondisi
dilakukan dengan cara memasukkan benang
sosial-budaya masyarakat Kota Kupang.
pakan secara berulang-ulang dan berselang-seling
dari
studi
p usta ka
a dala h
Analisis data dilakukan dengan cara diskriptif
pada benang-benang lungsi yang telah disusun
kualitatif, yakni memberikan gambaran yang
secara membujur. Benang lungsi pada dasarnya
lengkap tentang strategi para perajin dan peran
berwarna putih. Untuk dapat diberi motif dan
pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan
warna, benang tersebut harus dibentangkan
tenun ikat Kupang di Kota Kupang, Nusa Tenggara
ter lebih dahulu pada alat penata an benang
Timur, berbagai hambatan dan cara mengatasinya.
sebelum diberi warna.
Prosesnya m elak ukan pemi laha n da n pe ngka tegorian dat a, m elak ukan red uksi dat a,
357
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
Foto 1 Alat tenun gedogan
Foto 2 Alat Tenun ATBM
Pengikatan Motif dan Ragam Hias
kain tenun yang dihasilkan nantinya berkualitas
Proses selanjutnya, bagian benang yang akan
baik. Namun pada saat ini warna juga bisa
dibiarkan berwarna putih diikat dengan tali rafia,
didapatkan dari bahan-bahan kimia. Beberapa
sedangkan bagian yang tidak diikat rafia akan
tumbuhan yang digunakan untuk pewarnaan,
be rwar na.
cair an
antara lain: akar mengkudu, tarum, zopha, kemiri,
pewarna, bagian benang yang tidak diikat rafia
Sete lah
dicelup
dengan
kunyit, dan lain-lain. Akar mengkudu, misalnya,
akan berwarna sesuai dengan cairan pewarna.
menghasilkan warna merah, tarum menghasilkan warna hitam nila, dan kunyit menghasilkan warna
Pewarnaan
kuning. Proses pewarnaan memakan waktu yang
Pada tahap pewarnaan, benang dicelupkan ke
cukup lama agar zat pewarnanya benar-benar
dalam cairan pewarna yang diperoleh dari hasil
meresap ke dalam benang. Setelah dicelup,
racikan dedaunan dan tumbuh-tumbuhan. Secara
benang yang sudah berwarna ditiriskan dan
tradisional pewarna alami ini diramu dengan
dik eringkan dengan cara dia ngin-ang inka n.
disertai membaca doa dan mantra tertentu agar
Setelah kering, tali-tali rafia yang mengikat
358
Budiana Setiawan dan R.R. Nur Suwarningdyah, Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Foto 3 Benang dasar dibentangkan pada alat
Foto 4 Pengikatan motif dengan menggunakan tali rafia benang
dibuka.
Hasi lnya ,
be nang -benang
Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang
tersebut mempunyai kombinasi antara warna putih
Sebagaimana telah disampaikan di atas, strategi
dan warna hasil celupan.
pengembangan adalah proses atau cara yang dilakukan oleh perajin dalam upaya memper-
Penenunan
tahankan atau meningkatkan hasil kerajinannya,
Setelah proses pewarnaan selesai dan benang
te rmasuk d i da lamnya adal ah p eningkat an
telah benar-benar kering, maka benang dipasang
kemampuan bersaing dan sekaligus bekerja sama
pada alat tenun gedogan atau ATBM, dan siap
antar perajin. Adapun strategi yang dilakukan oleh
untuk ditenun. Dalam hal ini benang-benang lungsi
perajin meliputi seluruh aktivitas produksinya,
kembali dibentangkan dalam posisi membujur
mulai dari penyediaan bahan baku, diversifikasi
pada alat penataan benang. Penenun kemudian
(pengayaan) produk, pengembangan teknologi
mem asuk kan
p osi si
pembuat an, organisasi pengelolaan, sampai
melintang. Benang pakan digerakkan berulang-
dengan pema sara nnya . Untuk menj aga ke-
ulang ke kiri-dan kanan di antara benang-benang
sinambungan usaha, para perajin juga mewa-
lungsi, sehingga saling kait-mengait membentuk
riskan pengetahuan dan keterampilannya kepada
tenunan.
anak keturunannya atau orang lain yang berminat.
b enang
pak an
d ala m
359
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
produksi tidak akan dapat berjalan. Bagi perajin tenun ikat tidak terdapat kesulitan di dalam menyediakan bahan baku. Saat ini mereka tidak perlu memintal benang sendiri, melainkan sudah dapat membeli benang pintal dari pabrik. Agar ba han baku benang pint al d apat dip erol eh dengan harga grosir, para pengusaha di sentrasentra industri membelinya dalam partai besar, kemudian didistribusikan kepada para perajin. De ngan dem ikia n pa ra p eraj in t idak per lu mengeluarkan modal untuk membeli benang. Namun sebagai konsekuensinya, hasil tenunannya dijual kepada para pengusaha di sentrasentra industri. Diversifikasi Produk Untuk mempertahankan kesinambungan produksi, pe raji n di tunt ut untuk kr eati f da n inovat if menciptakan bentuk-bentuk produk baru agar tetap diminati konsumen. Meskipun demikian, kreativitas dan inovasi yang terjadi seringkali Foto 5 Benang yang telah dicelup kemudian ditiriskan
memerlukan campur tangan pihak lain sebagai motivator atau motor penggeraknya. Kerajinan tenun ikat Kupang pada awalnya produk yang
Adapun penjelasan dari masing-masing unsur
dihasilkan hanya berupa kain sarung, selimut, dan
strategi yang dilakukan oleh para perajin sebagai
selempang. Namun, dalam perkembangannya,
berikut.
tidak hanya dibuat menjadi sarung, selimut, dan selempang, tetapi juga barang-barang lainnya,
Penyediaan Bahan Baku
seperti: tas, taplak meja, bed cover (penutup sprei),
Bahan baku adalah modal awal dari para perajin
hiasan dinding, dan lain-lain. Dalam hal ini para
kar ena tanp a ad anya bahan b aku, proses
pengusaha di sentra-sentra industri tenun ikat lah
Foto 6 Proses penenunan 360
Budiana Setiawan dan R.R. Nur Suwarningdyah, Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
yang
be rper an
sebag ai
m otor
pengger ak
yang bertindak membeli kain-kain produk UKM
kreativitas dan inovasi. Meskipun demikian,
untuk kemudian dijual kembali kepada para
diversifikasi produk ini baru terbatas di kalangan
di stri butor. Sentra-se ntra ind ustr i te rseb ut
perajin skala besar, sedangkan perajin skala kecil
be rtindak seba gai kope rasi dengan tujuan
masih banyak yang tetap memproduksi sarung,
memberikan pinjaman modal dengan bunga
selimut, dan selempang.
rendah kepada para perajin tenun ikat. Di samping itu sentra-sentra industri juga ditunjuk oleh
Pengembangan Teknologi Pembuatan
Pemerintah Daerah untuk memberikan pendidikan
Setiap jeni s kerajinan pada awa lnya dibuat
dan pelatihan terhadap perajin pemula secara
dengan teknologi tradisional. Dalam hal ini barang-
gratis.
barang kerajinan dibuat secara manual sematamat a, t anpa bantuan mesin. Namun da lam
Pemasaran
perkembangannya, pembuatan beberapa jenis
Pem asar an m erup akan tahap y ang sang at
kerajinan sudah dibantu dengan teknologi mesin.
menentukan
Pembuatan kerajinan yang dibantu dengan mesin
kerajinan. Apabila produk dapat laku di pasar,
mempunyai beberapa keuntungan, yaitu proses
maka usaha mereka dapat berlanjut, atau bahkan
pengerjaannya menjadi lebih cepat, efisien, dan
semakin berkembang. Para perajin tenun ikat
bar ang yang dip roduksi dapa t di ting katk an
mempunyai dua cara untuk memasarkan. Pertama
jumlahnya.
adalah menjual kepada sentra-sentra industri
kebe rlangsungan
suat u
je nis
Teknologi pembuatan kain tenun ikat di Kota
tenun ikat dan yang kedua menjual sendiri ke
Kupang saat ini telah mengalami perkembangan.
masyarakat. Sentra-sentra industri tenun ikat ini,
Para perajin tenun ikat di Kupang juga telah
di samping memproduksi tenun ikat sendiri juga
mengenal alat tenun semi modern, yang disebut
berfungsi sebagai pengepul. Merekalah yang
ATBM. Meskipun demikian, sebagian besar perajin,
kemudian menjual kembali kepada para distributor.
terutama perajin skala kecil, masih menggunakan
Meskipun demikian, sentra-sentra industri tenun
alat tenun gedogan di rumahnya masing-masing.
ikat tersebut hanya mau membeli kain dianggap
Kendalanya adalah ketidakmampuan mereka
berkualitas baik, sedangkan kain-kain yang tidak
untuk membeli alat tenun ATBM. Di samping itu
terjual kepada sentra-sentra industri tenun ikat
beberapa jenis hiasan, terutama untuk hiasan
tersebut dijual sendiri oleh para perajin dengan
timbul, tidak dapat dilakukan dengan menggu-
harga yang lebih murah. Sasaran penjualan
nakan alat tenun ATBM.
adalah ke pasar-pasar tradisional atau warungwa rung
Organisasi Pengelolaan
kar ena
pang sa
p asar nya
adal ah
masyarakat yang mempunyai daya beli rendah.
Di samping bersaing untuk memperebutkan
Harga tenun ikat sangat bervariasi. Misalnya,
pel uang pasar, sesa ma p eraj in j uga sali ng
sebuah selendang yang sederhana dijual dengan
membantu dan bekerja sama. Untuk dapat saling
harga yang cukup murah, yaitu 30.000,00 rupiah,
membantu di antara sesama perajin, idealnya
namun satu stel busana wanita tenun satis, yang
se tiap jenis k eraj ina n me mbentuk sebuah
terdiri dari sarung, selendang, serta kebaya bordir
organisasi. Organisasi tersebut dapat berupa
harganya bisa mencapai 750.000,00 rupiah.
kop erasi, ya yasa n, at au be ntuk orga nisa si-
Ti ngka tan harg a ka in t enun ika t te rseb ut
organisasi lainnya. Fungsi utama dari organisasi
ber dasa rkan
yang dibentuk adalah untuk membantu per-
digunakan, motif kain (semakin rumit motifnya,
modalan dan strategi pemasaran produknya.
semakin mahal), warna kain (semakin banyak
Namun tidak setiap jenis kerajinan membentuk
variasi warnanya, semakin mahal), dan ukuran
wadah organisasi tersebut.
panjang dan lebar kain. Untuk memasarkan
pad a
kualit as
b enang
ya ng
Para perajin tenun ikat Kupang bergabung di
produk kain tenun, para perajin bergabung dalam
dalam beberapa unit Usaha Kecil Menengah
UKM yang ada di Kota Kupang (Dinas Perindustrian
(UKM). UKM dikoordinir oleh sentra-sentra industri
dan
tenun ikat. Sentra-sentra industri tenun ikat ini
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan
Per daga ngan
Kota
Kup ang,
200 6b ) .
361
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
Perdagangan Kota Kupang, bahwa jumlah UKM
berlangsung selama puluhan tahun. Pengelo-
mencapai 364 unit usaha dengan jumlah tenaga
laannya pun telah melampaui lebih dari satu
kerja 568 orang, dan total produksi mencapai
generasi. Oleh karena itu, para perajin harus
Rp6.852.400.000 (BPS, 2012). Selanjutnya
melakukan regenerasi untuk meneruskan usaha
terdapat sentra-sentra industri tenun ikat yang
mereka. Regenerasi dilakukan dengan men-
bertindak selaku pengepul. Sentra industri tenun
transfer pengetahuan dan keterampilan mereka
ikat ini membeli kain-kain produk dari UKM, untuk
da ri g ener asi tua kep ada gene rasi mud a,
kemudian dijual kembali kepada para distributor.
khususnya
Distributorlah yang memasarkan ke berbagai kota
demikian, sebagian perajin mengalami kesulitan
di Indonesia, bahkan mengekspor ke negara-
untuk melakukan regenerasi karena generasi
negara lain. Salah satu pangsa pasar kain tenun
mudanya tidak berminat lagi untuk menggeluti
ikat Nusa Tenggara Timur adalah Australia.
jenis kerajinan tersebut dan memilih bekerja di
Keberadaan sentra-sentra industri tenun ikat yang bertindak selaku pengepul sangat dirasakan
anak-ana k
me reka .
Me skip un
sektor lain yang dianggap lebih menguntungkan. Untuk
meng atasi
ke sul itan
ter sebut,
manfaatnya bagi para perajin karena sentra-
di perl ukan per anan pe meri ntah unt uk m e-
sentra industri tersebut lebih berfungsi sebagai
ningkatkan kecintaan masyarakat terhadap tenun
pem bina pera jin, buka n se baga i tengkul ak.
ikat Kupang. Kecintaan terhadap tenun ikat
Me reka lah yang mer ekrut pa ra p eraj in d an
Kup ang ini akan ber damp ak d ari sema kin
memberi bantuan mulai sejak proses produksi
me ning katnya p ermi nta an t enun ika t ol eh
sampai dengan pemasaran. Adapun pembinaan
masyara kat kepa da p ara pera jin. Dengan
yang dilakukan oleh sentra-sentra industri adalah:
demikian, sedikit demi sedikit industri tenun ikat
a) Memberikan pinjaman modal kepada para
ini kembali digeluti oleh generasi muda karena
perajin melalui koperasi dengan bunga rendah;
dianggap sebagai industri yang menjanjikan.
b) Memberikan pendidikan tentang cara menenun yang baik secara gratis terhadap perajin pemula,
Peranan Pemerintah Daerah
mereka pun diberi gaji/upah sesuai dengan
Pe rana n pe meri ntah dae rah, mel alui Dinas
kapasitas hasil pekerjaannya; c) Mendistribusikan
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Nusa
bahan baku benang, baik buatan lokal maupun
Teng gara Tim ur dalam pembinaan terhadap
impor, secara langsung kepada para perajin; d)
industri tenun tradisional Nusa Tenggara Timur
Kai n te nun yang sud ah j adi dan dipe san
dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yakni
konsumen, langsung dikirim melalui darat maupun
pendidikan dan pelatihan, pemberian bantuan alat
udara sesuai dengan perjanjian yang sudah
pr oduk si, peng ikut sert aan dala m pa mera n,
disetujui oleh kedua belah pihak. Sebagian dari
pe rlindung an hak p ate n, d an p eningkat an
kain tenun tersebut disimpan sebagai stok,
kecintaan masyarakat terhadap hasil kerajinan
tepatnya diletakkan di dalam galeri atau ruang
tenun ikat di daerahnya.
pamer mereka; dan e) Pemasaran juga dilakukan dengan
beke rjasama deng an K ementeri an
Pendidikan dan Latihan (Diklat)
Perindustrian dan Kementerian Perdagangan,
Program pendidikan dan latihan (diklat) dilakukan
antara lain dengan mengikuti pameran-pameran,
oleh Dinas Perindustrian dan PerdaganganProvinsi
baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Para
Nusa Tenggara Timur maupun Dinas Perindustrian
perajin sering diajak mengikuti pameran di
dan Perdagangan Kota Kupang kepada para
beb erap a kota b esar di Indonesi a, seper ti:
perajin tenun ikat Kupang. Dengan demikian,
Ja kart a,
Yogya kart a.
diharapkan para perajin dapat membuat inovasi
Terkadang pula pameran dilaksanakan di luar
dan meningkatkan kreativitas pada seni hiasnya,
negeri, misalnya ke Belanda, Jerman, dan Jepang.
sehingga karya mereka dapat diminati oleh
Surab aya,
Ba ndung,
masyarakat mancanegara. Program diklat yang Kesinambungan Usaha Ind ustr i ke raji nan
p ada
oleh
Dina s
Pe rind ustr ian
dan
umum nya
Perdagangan terhadap perajin tenun ikat adalah
me rupa kan usaha mi lik keluarga dan tel ah
dengan melakukan pelatihan dan pendampingan
362
raky at
dil akuk an
Budiana Setiawan dan R.R. Nur Suwarningdyah, Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
ke sentra-sentra industri tenun ikat. Selanjutnya
fasilitator. Selanjutnya, perajin sendiri yang harus
diharapkan sentra-sentra industri tenun ikat
berperan aktif mempromosikan dan memasarkan
te rseb ut y ang mela njutkan pel atihan d an
produknya. Meskipun demikian, karena banyaknya
pendampingan kembali kepada para perajin
jumlah per ajin, ti dak sem ua d ari mere ka
tenun ikat. Dinas Perindustrian dan Perdagangan
mendapat kesempatan untuk ikut pameran.
bel um d apat mel akuk an p embi naan secara
Biasanya pemerintah daerah mengikutsertakan
langsung kepada para perajin secara keseluruhan
perajin yang sudah cukup mapan usahanya atau
karena keterbatasan kemampuan yang mereka
yang bernaung di dalam wadah organisasi yang
miliki, seperti dana dan sumber daya manusia.
terdaftar oleh pemerintah daerah; sedangkan
Adapun program pembi naan yang di berikan
mereka yang tidak pernah diikutsertakan dalam
melalui sentra-sentra industri tenun, antara lain:
pameran tentu tidak mempunyai kesempatan
pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan
untuk mempromosikan hasil kerajinannya.
kualitas produk tenun; membuat diversifikasi produk berbahan dasar tenunan; pengembangan
Perlindungan Hak Paten
program anggota UKM; pengembangan kemi-
Banyak hasil kerajinan di Indonesia yang sampai
traan; dan pengembangan pasar Kupang (Dinas
pada saat ini belum dilindungi dengan hak paten.
Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang,
Hal ini menyebabkan hasil karya mereka dengan
2006b).
mudah diduplikasi oleh orang lain tanpa dapat menuntut secara hukum. Sebaliknya, seringkali
Pemberian Bantuan Alat Produksi
orang lain terebut yang terlebih dahulu membuat
Bantuan alat produksi, antara lain diberikan
sertifikat hak paten, sehingga justru perajinlah
kepada perajin tenun ikat Kupang. Bantuan alat
yang dianggap sebagai pihak yang melakukan
yang diberikan kepada para perajin tenun ikat
duplikasi. Di sisi lain, kesadaran dari para perajin
adalah beberapa buah ATBM di beberapa sentra
untuk mempatenkan hasil karya mereka masih
industri tenun ikat. Meskipun demikian, karena
rendah. Hal ini dikarenakan beberapa hal, antara
ma sih terb atas di sent ra industri ter sebut,
lain: belum jelasnya keuntungan yang diperoleh
sebagian besar perajin masih tetap menggunakan
dari mematenkan hak cipta karena belum tahu
alat tenun gedogan.
sampai sejauh mana hak cipta tersebut dapat melindungi hasil karya mereka; dan proses
Pengikutsertakan dalam Pameran
mendapatkan Hak Karya Intelektual (HAKI)
Pemerintah daerah juga senantiasa mengikut-
memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang
sertakan beberapa orang perajin dari semua jenis
besar.
kerajinan yang ada di Provinsi Nusa Tenggara
Sehubungan
deng an
p enti ngny a
HAKI
Timur ke dalam kegiatan pameran secara rutin
terhadap para perajin, pemerintah daerah telah
setiap tahunnya, baik di dalam provinsi, antar
mengupa yaka n ha k pa ten, nam un sebag ian
provinsi, maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan
lainnya masih terbatas dalam wacana. Ber-
tujuan dari pameran adalah untuk mempro-
dasarkan hasil penelitian, upaya untuk mem-
mosika n ha sil kary a p ara pera jin kepa da
perjuangkan hak paten baru dilakukan oleh
ma syar akat . De ngan de miki an, diha rapk an
Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
masyara kat daerah la in mengetahui produk
Pada saat ini sudah ada 11 motif kain tenun dari
tersebut dan menjadi konsumennya. Dengan kata
kabupaten/ kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
lain, pameran dimaksudkan untuk memperoleh
yang sudah memp erol eh hak p aten mot if
peluang pasar. Sebaliknya, dengan diikutkan
tenunny a, sedangkan beb erap a ka bupa ten
pa mera n bukan bera rti usaha pa ra p eraj in
lainnya masih dalam proses.
tergantung pada pemerintah daerah. Pameran yang diselenggarakan pemerintah daerah hanya
Peningkatan Kecintaan Masyarakat
mer upak an
me nge mba ngk an
Upaya untuk meningkatkan kecintaan masyarakat
jaringan pasar. Dalam hal ini Dinas Perindustrian
terhadap produk kerajinan dari daerah mereka
dan Per daga ngan
sendiri
aj ang
untuk
hanya b erti ndak
sel aku
mer upak an
b agia n
da ri
p eranan
363
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
pemerintah daerah. Dalam hal ini Pemerintah
konsumen mancanegara perlu dibarengi dengan
Provinsi Nusa Tenggara Timur mewajibkan setiap
pemasaran sabun lerak yang relatif aman bagi
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan instansi
warna kain. Di samping itu juga perlu disampaikan
pemerintah untuk memakai pakaian dari bahan
kepada konsumen mancanegara bahwa kain
tenun ikat Nusa Tenggara Timur pada setiap hari
tenun juga dapat dicuci secara dry cleaning, seperti
Kamis. Di samping itu, pemerintah daerah melalui
halnya mencuci setelan jas atau kain beludru.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mencanangkan program Gerakan Cinta Seni dan Pariwisata
Hambatan dan Tantangan
(Ge ntania ). G erak an ini dim aksudka n ag ar
Hambatan yang dihadapi para perajin tenun ikat
masyarakat lebih menghargai karya seni dari
Kup ang terut ama yait u se maki n sedi kitnya
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
generasi muda yang mempunyai kemampuan
Meskipun pemerintah daerah telah berperan
menenun karena banyak dari mereka yang lebih
dal am me lakuk an pe ndid ikan dan p elati han
memilih mencari pekerjaan lain yang dianggap
terhadap perajin, menyelenggarakan pameran,
lebih menguntungkan. Kegiatan menenun oleh
memperjuangkan hak paten, mewajibkan PNS
se bagi an g ener asi mud a di angg ap sebag ai
menggunakan pakaian dari tenun ikat pada hari
pekerjaan sambilan yang hanya cocok dilakukan
tertentu, dan mencanangkan Gentania, terdapat
pada masa lalu, ketika sebagian besar masya-
beb erap a pe rmasalahan y ang belum da pat
rakat bermatapencaharian bercocok tanam. Di sisi
tertangani. Permasalahan-permasalahan ter-
lain, masih banyak perajin yang belum terjangkau
sebut, yakni: a) Proses pembuatan kain tenun ikat
pembinaannya oleh pemerintah daerah untuk
cukup rumit, sehingga harga jualnya menjadi
menerima bantuan, baik dalam bentuk pelatihan
mahal. Di samping itu, sebagian besar perajin
untuk meningkatkan keterampilan dan pengem-
masih menggunakan alat tenun gedogan yang
bangan kreativitas, pameran, pemasaran, maupun
sepenuhnya digerakkan secara manual, sehingga
bantuan modal.
membutuhkan waktu lama untuk memproduksi
Hambatan lain yang dihadapi para perajin
selembar kain tenun ikat; b) Perajin memiliki posisi
tenun ikat yaitu masih ada perajin yang belum
tawar yang lebih lemah daripada pengepul (yang
mem puny ai k emam puan
juga merangkap sebagai pengusaha pada sentra
mengemb angk an p roduknya . Me reka hanya
industri tenun). Pengepul biasanya hanya membeli
mampu membuat sarung, selimut, atau selem-
kai n-ka in y ang dianggap ber kual itas bai k.
pang. Padahal permintaan pasar sudah menuntut
Akibatnya, perajin kesulitan memasarkan kain
diversifikasi produk dalam berbagai bentuk, seperti
yang ditolak oleh pengepul; c) Banyak perajin
tas, taplak meja, bed cover, hiasan dinding, dan
skala kecil yang belum mendapatkan bantuan
lain-lain. Hal ini menyebabkan produk mereka sulit
dana dan peralatan dari pemerintah daerah. Hal
bersaing di pasaran. Di samping itu teknik yang
ini di kare naka n ba nk- bank set empa t ya ng
digunakan oleh para perajin untuk menenun
diharap kan
tid ak
adalah teknik gedogan, sehingga hanya sedikit kain yang dapat dihasilkan dan satuan produk yang
ngembalikan pinjaman. Sebaliknya, sentra-sentra
mereka jual terbatas. Dikarenakan teknik gedogan
industri tenun justru mendapat bantuan baik dana
lebih lama dan rumit dibandingkan dengan teknik
maupun peralatan, khususnya ATBM; d) Hal yang
ATBM, mak a har ga sat uan k ain t enun yang
pal ing
k onsumen
dihasilkan juga menjadi lebih mahal dibandingkan
mancanegara adalah cara perawatan kain tenun
dengan teknik ATBM, dan dengan sendirinya sulit
ikat yang dianggap sulit. Kain tenun tidak dapat
lak u di pasaran. Da lam hal ini hany a pa ra
dicuci dengan sabun deterjen karena warnanya
pengusaha yang mempunyai modal besar saja
akan luntur. Bagi masyarakat Indonesia, kain
yang dapat memfasilitasi para perajinnya dengan
tenun ikat dan kain batik biasanya dicuci dengan
ATBM. Keunggulan alat ini dibandingkan dengan
sabun lerak, sehingga kain tidak luntur. Oleh
gedogan adalah lebih mudah, cepat, dan hasilnya
karena itu perlu pemasaran kain tenun untuk
lebih rapi.
seri ng
memb eri
d ikel uhka n
pinj aman
unt uk
mempercayai kemampuan mereka untuk me-
364
mau
kre ativ itas
ol eh
Budiana Setiawan dan R.R. Nur Suwarningdyah, Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Adapun tantangan yang dihadapi para perajin
masih menggunaan teknik gedogan, sehingga
adalah sudah dikenalnya kain tenun ikat Kupang
hanya sedikit produk yang dihasilkan. Adapun
di luar Provinsi Nusa Tenggara Timur. Hal ini
tantangan yang dihadapi para perajin adalah telah
membuka peluang pangsa pasar kain tenun ikat
dikenalnya tenun ikat Kupang di luar Provinsi Nusa
Kupang di luar Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tenggara Timur, bahkan hingga ke manca negara
Tantangan lain yang dimiliki para perajin tenun
dan semakin banyaknya produk yang dihasilkan
ikat adalah semakin berkembangnya produk yang
dari tenun ikat Kupang, seperti tas, taplak meja,
dap at d ihasilka n da ri t enun ika t, sehingga
bed cover, hiasan dinding, dan lain-lain. Hal ini
konsumen mempunyai banyak pilihan untuk
mendorong semakin terbukanya peluang pasar
membeli jenis produk kain tenun sesuai dengan
kain tenun Ikat Kupang.
kebutuhannya. Saran Simpulan dan Saran
Berdasarkan simpulan di atas, dapat disampaikan
Simpulan
beberapa saran. Pertama, untuk para perajin
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui
tenun ikat yang usahanya sudah berkembang
bahwa
pe ngem bang anny a,
dengan baik, hendaknya tetap mempertahankan,
kerajinan tenun ikat Kupang pada saat ini tengah
a spek
str ateg i
atau bahkan lebih mengembangkan strategi-
berkembang, bahkan mampu menjadi komoditi
strategi yang telah dilakukan. Bagi para perajin
ekspor ke berbagai negara. Kerajinan tenun ikat
yang hanya mampu bertahan, karena keter-
Kupang tersebut dapat berkembang karena dapat
batasan fasilitas, teknologi, dan kreativitas untuk
menyerap, menyesuaikan, dan mengembangkan
menghasilkan karya tenun ikat Kupang, perlu
hasil kerajinannya sesuai dengan situasi dan
dicarikan jalan keluar untuk memperbaiki faktor-
kondisi masa kini. Banyak perajin yang dapat
faktor tersebut. Dalam hal ini, peranan pemerintah
mengatasi kendala dalam melakukan diversifikasi
da erah sangat dipe rlukan untuk me mbantu
produk, dan mengikuti perkembangan teknologi.
sebagian dari para perajin agar keluar dari
Salah satu indikasi berkembangnya suatu jenis
keterpurukannya. Hal-hal yang perlu dilakukan
kerajinan adalah banyaknya populasi jumlah
pihak pemerintah daerah, antara lain: pelindungan
perajin yang menekuni bidang kerajinan tersebut.
hak paten, pemberian bantuan modal, peng-
Di samping jumlah populasinya yang tinggi, para
galakan kecintaan masyarakat terhadap produk
perajin juga juga memiliki organisasi pengelolaan
tenun ikat, dan penyelenggaraan pendidikan dan
untuk membantu aktivitas mereka, baik di bidang
pelatihan teknis. Berkaitan dengan hak paten,
pembinaan dan pelatihan, peminjaman modal,
pa da saat ini pera nan pem erintah daer ah
maupun pemasaran.
terhadap upaya pemberian hak paten dirasakan
Adapun peranan pemerintah daerah melalui
masih kurang. Sementara itu, kesadaran dari para
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
perajin untuk mempatenkan hasil karya mereka
Nusa Tenggara Timur yaitu dengan melakukan
masih rendah. Oleh karena itu, pemerintah daerah
pendidikan dan pelatihan, pemberian bantuan alat
perlu lebih memberikan perlindungan hak paten
pr oduk si, peng ikut sert aan dala m pa mera n,
kepada para perajin.
pe rlindung an hak p ate n, d an p eningkat an
Ber kait an
d enga n
pe mber ian
bant uan
kecintaan masyarakat terhadap hasil kerajinan
pinjaman modal, hendaknya bantuan pinjaman
tenun ikat di daerahnya.
modal tersebut diberikan secara merata kepada
Beberapa hambatan yang dihadapi para
se mua lapi san pera jin yang me mbut uhka n,
perajin tenun ikat yaitu semakin sedikitnya
terutama perajin dengan modal kecil. Dalam hal
generasi muda yang mempunyai kemampuan
ini pihak pemberi pinjaman, terutama bank-bank
untuk menenun, banyak perajin yang belum
setempat, agar memberikan pinjaman dengan
te rjangkau pem bina annya oleh peme rint ah
persyaratan jaminan yang lebih mudah, sehingga
daerah, sebagian di antara para perajin yang
tidak memberatkan perajin.
tidak mempunyai kreativitas untuk mengem-
Pemerintah daerah juga perlu lebih meng-
bangkan produknya, serta banyak perajin yang
galakkan kecintaan masyarakat terhadap produk
365
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
te nun ikat Kup ang. Ke cint aan masy arak at
kualit as d an k uant itas, ma upun pem asar an
terhadap tenun ikat Kupang akan meningkatkan
produk tenun ikat Kupang, sekaliguus memotivasi
pe rmintaan pasar, yang se lanj utnya ak an
generasi muda dan meminimalis hambatan dan
berimbas pada ketahanan budaya. Salah satu
tantangan para perajin muda tenun ikat di NTT.
upaya untuk menggalakkan kecintaan masyarakat
Upaya ini dilakukan terutama sebagai terobosan
yaitu dengan mewajibkan pegawai dari instansi
terhadap para perajin yang usahanya sedang
Pemerintah maupun swasta untuk menggunakan
mengalami stagnasi atau bahkan hampir gulung
produk tenun ikat Kupang.
tikar dan/atau menumbuhkembangkan bakat dan
Pe meri ntah dae rah perl u me ning katk an penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan teknis
minat generasi muda terhadap kerajinan tenun ikat di NTT.
fungsional dengan tujuan untuk meningkatkan
Pustaka Acuan Badan Pusat Statistik. 2012. Kota Kupang dalam Angka. Kupang: Badan Pusat Statistik. David, F. R. 2006. Manajemen Strategis. Buku I, Edisi ke-10. Jakarta: Salemba 4. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang. 2006a. Brosur Aneka Tenun Ikat Kupang. Kupang: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang. 2006b. Brosur Sentra Ina nDao. Kupang: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang. Koentjaraningrat. 1997. “Metode Wawancara” dalam Metode-Metode Penelitian Masyarakat. edisi ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010 – 2014, Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Langgar, A. 2014. Kain Tenun NTT, Selayang Pandang. http://www. adhylanggar.info/ide/kain-tenunntt-selayang-pandang/, diakses tanggal 2 September 2014. Nong, Y. 2012. Tenun Ikat NTT. http://yustinusnong.blogspot.com/ 2012/01/tenun-ikat-ntt.html, diakses tanggal 5 Mei 2014. Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan. 2007. Laporan Penelitian Pengembangan dan Strategi Industri Budaya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Setiawan, B. 2012. “Pengusulan Tenun Ikat Sumba sebagai Warisan Budaya Takbenda ke UNESCO”. Warta Balitbang. Vol IX, Edisi 02, Juni 2012. Jakarta: Balitbang Kemdikbud. Spradley, J. P. 1980. Participation Observation. New York: Holt, Rinehart, and Winston. Stoner, J. E. dan Jt. Gilbert, D. 1995. Management. tirth edition. Englewood Cliff, New Jersey: Prentice Hall. Sumarsono, S. 2003. Manajemen Koperasi: Teoti dan Praktek: Yogyakarta: Graha Ilmu.
366
Budiana Setiawan dan R.R. Nur Suwarningdyah, Strategi Pengembangan Tenun Ikat Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Yayasan Pantau bekerja sama dengan Swisscontact. 2005. Laporan Penelitian Orientasi Media di Nusa Tenggara Timur dalam Memberitakan Sektor Usaha Kecil dan Menengah.
367