STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZAKAT, INFAK, DAN SEDEKAH (ZIS) DI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh: Riyantama Wiradifa (1112046300021)
JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M. / 1438 H.
ii
iii
iv
Strategi Pendistribusian Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan ABSTRAK Riyantama Wiradifa. Jurusan Ekonomi Syari’ah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017 M. / 1438 H. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan dana ZIS, dan bagaimana aplikasi distribusi ZIS di BAZNAS Kota Tangerang selatan. Pada Penelitian ini akan dibahas mengenai analisis SWOT untuk menentukan strategi pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Penulis Menggunakan analisis penelitian kualitatif induktif untuk mengumpulkan data secara khusus pada pendistribusian ZIS. Penulis mengumpulkan data dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada dua hal yang dapat mengidentifikasi pendistribusian pada ZIS, yaitu mekanisme dan strategi pendistribusian. Dalam mekanisme pendistribusian ZIS, BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan kegiatan bebas riba dan gharar. BAZNAS Kota Tang erang Selatan juga menentukan proporsi dalam pendistribusian ZIS dari UPZ, BAZCAM, dan UPZ Instansi sebesar 20% dalam bentuk zakat fitrah, dan 94,5% dalam bentuk zakat maal. Dalam strategi pendistribusian, BAZNAS Kota Tangerang selatan melakukan penetapan strategi dengan menyusun kekuatan dan kelemahan internal melalui RAKER, Implementasi strategi berdasarkan kegiatan dari RAKER, dan mengevaluasi dari rencana pentasarufan untuk tahun berikutnya, serta menganalisis SWOT, yaitu melakukan pendekatan personal kepada masyarakat dan menggunakan fasilitas yang ada di BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Sedangkan Aplikasi pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai tiga jenis pendistribusian yaitu, konsumtif tradisional dengan mendistribusikan zakat fitrah, produktif tradisional dengan mendistribusikan bantuan beasiswa, dan produktif kreatif dengan mendistribusikan bantuan modal dan peningkatan ekonomi umat. Jenis pendistribusian ZIS tersebut dituang ke dalam tiga program pokok, yaitu Program Tangsel Cerdas, Program Tangsel Modern, dan Program Tangsel Religius untuk lima asnaf, yaitu fakir, miskin, gharimin, muallaf, ibnu sabil dan fisabilillah. Kata Kunci : Mekanisme, Strategi, Pendistribusian ZIS, Analisis SWOT Pembimbing : Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA. Daftar Pustaka: Tahun 1983 s.d. Tahun 2016
v
Strategi Pendistribusian Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan ABSTRACT Riyantama Wiradifa. Department of Economics Syari'ah, Faculty of Economics and Business, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017 M. / 1438 H. This study aims to find out how the mechanism and strategy BAZNAS Tangerang Selatan City in an effort to distribute ZIS funds, and how the application of ZIS distribution in BAZNAS Tangerang City south. In this research will be discussed about SWOT analysis to determine the strategy of distribution of ZIS in BAZNAS Tangerang Selatan City. The authors used an inductive qualitative research analysis to collect data specifically on the distribution of ZIS. The authors collect data by observation methods, interviews and documentation. The results of the research indicate that there are two things that can identify the distribution in ZIS, that is mechanism and distribution strategy. In the mechanism of distribution of ZIS, BAZNAS South Tangerang City performs activities free of usury and gharar. BAZNAS Kota Tang erang Selatan also determine the proportion in the distribution of ZIS from UPZ, BAZCAM, and UPZ Agencies by 20% in the form of zakat fitrah, and 94.5% in the form of zakat maal. In the strategy of distribution, BAZNAS South Tangerang City to determine the strategy by arranging internal strengths and weaknesses through RAKER, Implementation of strategies based on activities from RAKER, and evaluate the plan of marketing for the next year, and analyzing the SWOT, which is a personal approach to the community and use the facilities is in BAZNAS South Tangerang City. While the application of ZIS distribution in BAZNAS South Tangerang City has three types of distribution that is, traditional consumptive by distributing zakat fitrah, traditional productive by distributing scholarship aid, and creative productively by distributing capital aid and economic improvement of ummah. The type of distribution of ZIS is poured into three main programs, namely Tangsel Cerdas Program, Tangsel Modern Program, and Religious Tangsel Program for five asnafs, namely the poor, gharimin, muallaf, ibnu sabil and fisabilillah. Keywords Advisor References
: Mechanism, Strategy, ZIS Distribution, Analysis SWOT : Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA. : Year 1983 s.d. Year 2016
vi
KATA PENGANTAR Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sampaikan terima kasih kepada: 1.
Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum yang saya hormati dan menjadi guru bagi kita semua.
2.
Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., Msi, selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang saya hormati dan menjadi guru bagi kita semua.
3.
Bapak A.M Hasan Ali, MA., dan Dr. Abdurrauf, MA., selaku ketua dan sekretaris program studi Muamalat yang selalu memberikan arahan dan bimbingan kepada saya selama menjadi mahasiswa.
4.
Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, MA., selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi.
5.
Bapak Dr. Abd. Azis Hsb, M.Pd selaku dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan saran dan masukan atas skripsi ini.
vii
6.
Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mengajarkan ilmu dan motivasi perkuliahan selama penulis berkuliah di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Staff Perpustakaan dan staff Akademik Fakultas Syariah dan Hukum yang memfasilitasi penulis untuk mencari referensi terkait penulisan skripsi ini.
8.
Bapak Drs. K.H. Endang Saefuddin, MA selaku Ketua BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulisan skripsi ini.
9.
Segenap anggota BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan arahan, masukan, dan saran dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, maka dengan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun guna penyempurnaan penulisan-penulisan lainnya di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Wassalam ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh
Jakarta, April 2017
Riyantama Wiradifa
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...............................................iii LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................iv ABSTRAK .........................................................................................................v ABSTRACT .......................................................................................................vi KATA PENGANTAR .......................................................................................vii DAFTAR ISI ......................................................................................................ix DAFTAR TABEL..............................................................................................xi DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................1 B. Identifikasi Masalah .........................................................................5 C. Pembatasan dan Rumusan Masalah .................................................5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................6 E. Review Penelitian Terdahulu ............................................................7 F. Metode Penelitian.............................................................................9 G. Kerangka Teori .................................................................................12
ix
H. Sistematika Penulisan .......................................................................14
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Zakat, Infak dan Sedekah ....................................................16 B. Mekanisme Pendistribusian ZIS.......................................................27 C. Strategi Pendistribusian Zakat, Infak, dan Sedekah .........................34 BAB III GAMBARAN
UMUM
BAZNAS
KOTA
TANGERANG
SELATAN A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...................48 B. Struktur Organisasi BAZNAS Kota Tangerang Selatan ..................51 C. Program-Program BAZNAS Kota Tangerang Selatan ....................62 BAB IV STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZIS DI BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN A. Mekanisme dan Strategi Pendistribusian ZIS BAZNAS Kota Tangerang Selatan ....................................................................................64 B. Aplikasi Pendistribusian ZIS BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.......................................................................................91 B. Saran .................................................................................................92 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................94 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL A. Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu.........................................................7 B. Tabel.2.1. Matrik SWOT ........................................................................44 C. Tabel 4.1. Rekapitulasi ZIS BAZNAS Kota Tangerang Selatan ............65 D. Tabel 4.2. Pentasharufan BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016 .......71 E. Tabel 4.3. Kekuatan dan Kelemahan pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan .....................................................................................................74 F. Tabel 4.4. Evaluasi dan Rencana Kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017 .....................................................................77 G. Tabel 4.5. Matriks SWOT BAZNAS Kota Tangerang Selatan ..............83 H. Tabel 4.6. Aplikasi Program Pendistribusian BAZNAS Kota Tangerang Selatan .....................................................................................................89
xi
DAFTAR GAMBAR A. Gambar 1.1. Kerangka Teori ...................................................................13 B. Grafik 4.1. Pendistribusian, Zakat, Infak dan Sedekah BAZNAS Kota Tangerang Selatan ...................................................................................90
xii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Zakat sebagai salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan pembangunan ekonomi umumnya. Zakat dalam Islam dapat menjadi prasarana untuk menolong, membantu dan membina para Mustahiq dan meningkatkan serta menguggah komitmen para Muzakki. Sebab pada hakikatnya zakat merupakan perintah Tuhan yang harus dilaksanakan sehingga diinterpretasikan bahwa penunaian zakat memiliki urgensi yang sebanding dengan pendirian sholat.1 Zakat merupakan seperangkat alternatif untuk mengubah umat Islam dari mustahik menjadi muzakki dan instrument yang diharapkan mampu menanggulangi masalah sosial tersebut. Salah satu tugas lembaga pengelolaan zakat yang keberadaannya dipayungi undang-undang adalah mewujudkan peran zakat sebagai solusi untuk menanggulangi kemiskinan. Zakat dan kondisi ekonomi umat memiliki hubungan timbal balik yang erat. Tingkat ekonomi umat semakin baik akan meningkatkan penerimaan zakat, dan sebaliknya dana zakat yang dikelola dan disalurkan secara benar pada kelompok mustahik diharapkan dapat merubah peta kemiskinan di tengah masyarakat.
1
Sudirman, Zakat Dalam Arus Modernenitas (Malang: UIN Malang Press, 2007) Cet
Ke-1, h. 22.
1
2
Pendayagunaan zakat yang dikelola oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) tidak hanya terbatas pada kegiatan-kegiatan tertentu saja yang berdasarkan pada orientasi yang bersifat konsumtif, tetapi dapat pula dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan ekonomi umat. Sistem penghimpunan dan penyaluran zakat dari masa ke masa memiliki perbedaan. Awalnya, zakat lebih banyak disalurkan untuk kegiatan konsumtif,
tetapi belakangan ini telah banyak pemanfaatan
dana zakat untuk kegiatan produktif, upaya ini diharapkan dapat merubah strata sosial dari yang terendah (mustahik) kepada yang tertinggi (muzakki). Pengumpulan zakat tidak dapat dilakukan dengan paksaan terhadap muzakki, melainkan muzakki melakukan dengan kesadaran sendiri, menghitung sendiri jumlah hartanya yang harus dibayarkan kewajibannya. Dalam hal, muzakki dapat meminta bantuan kepada BAZ/LAZ atau Lembaga Pengelolaan Zakat (LPZ). Idealnya LPZ menyediakan panduan dalam menghimpun dana, jenis dana, dan cara dana itu diterima. Organisasi pengelola menetapkan jenis dana yang diterima sebagai sumber dana. Setiap jenis dana memiliki karakteristik sumber dan konsekuensi pembatasan berbeda yang harus dipenuhi oleh pengelola zakat.2 Pada zaman Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, seseorang yang mengingkari zakat termasuk ke dalam golongan kafir. Sedangkan orang yang enggan mengelurkan zakat karena bakhil namun ia tahu bahwa
2
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta :CED, 2005)Cet. 1. h. 20.
3
zakat adalah wajib,
maka ia berdosa disebabkan keengganannya
tersebut. Hendaknya zakat diambil dari orang tersebut secara paksa disertai Ta’zir. Perkataan Khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq ketika memerangi orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat, “Seandainya meraka enggan menyerahkan seekor anak kambing muda seperti yang telah mereka berikan kepada rosulullah, pasti akan saya perangi mereka karena tidak ingin membayar zakat.”3 BAZNAS Kota Tangerang Selatan merupakan badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Badan lembaga pemerintah nonstruktural ini bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.4 BAZNAS Kota Tangerang Selatan mengukuhkan pengelolaan zakat secara nasional dalam wilayah Kabupaten / Kota. Dengan diharuskannya amandemen Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999, menjadikan BAZNAS Kota Tangerang Selatan bertransformasi ke BAZNAS Kota Tangerang Selatan berdasarkan SK Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam No. DJ.11/568/2014. Sementara itu, Tangerang Selatan merupakan daerah otonomi baru yang memiliki jumlah penduduk 1.543.209 jiwa dengan kepadatan
3
Imam Shuyuti. Tarikh Khulafa, Pustaka Al- Kusar, Jakarta. 2001, h. 80-81. Tim BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 26 November 2016 pukul 15:15 dari http://baznaskotatangsel.com/profil/ 4
4
penduduk 10.484 jiwa/km2,5 dan 90,98 % beragama Islam. Kota yang terletak di Barat Jakarta ini bergerak dengan laju pertumbuhan ekonomi senilai 7,25 %.6 Laju pertumbuhan tersebut dapat terlihat berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita yang mencapai Rp. 29.597, 94 atau US$ 2,25 per kapita. Akan tetapi, di samping kepadatan penduduknya yang tinggi dan laju pertumbuhan yang sedang, jumlah kemiskinan di kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang ini cenderung naik dari 88.554 jiwa pada 2011 menjadi 115.183 jiwa pada 2015.7 Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan BAZNAS Kota Tangerang Selatan mengumpulkan zakat dari muzakki sebanyak 471.500 orang. Jumlah ini hanya menyentuh 27,79 % dari 90,98 % penduduk di Tangerang Selatan. dilihat dari segi pendayagunaannya, BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendayagunakan zakat kepada 22.029 mustahik untuk tujuh kecamatan. Jumlah tersebut juga belum menyentuh lapisan kebutuhan masyarakat miskin di Tangerang Selatan yang berjumlah 115.183 jiwa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema “Strategi Pendistribusian Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan.” 5
Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan dalam Angka, (Serpong: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 45. 6 Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang Selatan dalam Angka, (Serpong: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 211. 7 Batur Parisi, “Angka Kemiskinan Kabupaten Tangerang dan Tangsel Bertambah” Mterotvnews.com, artikel diakses pada 5 November 2016 pukul 22:14 dari http://tinyurl.com/hoat56o
5
B.
Identifikasi Masalah Banyaknya Lembaga atau Badan Amil Zakat baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh swasta tidak dapat menutup persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Diperlukan strategi pendistribusian yang tepat untuk mengelola harta muzakki kepada mustahiq demi terwujudnya kesejahteraan umat. Oleh sebab itu, akan dipaparkan alternatif-alternatif persoalan yang pada gilirannya akan diteliti sesuai dengan batasan penulis. Masalah yang akan diidentifikasi adalah sebagai berikut, 1. Apa mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam mengelola ZIS? 2. Bagaimana pengaplikasian BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam mendistribusikan ZIS?
C.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Dalam penulisan ini, agar tidak meluas dan fokus pada permasalahan yang akan dibahas dan mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada “Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan Aplikasinya”. Studi penelitian yang akan diambil adalah BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
6
2. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis, yaitu: a. Bagaimana mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan ZIS? b. Bagaimana aplikasi distribusi ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan? D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Secara garis besar tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari pokok permasalahan di atas, akan tetapi secara spesifik (khusus) akan dijelaskan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan dana ZIS. b. Bagaimana aplikasi distribusi ZIS di BAZNAS Kota Tangerang selatan.
2.
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan pencerahan dan dayaguna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:
7
a. Manfaat Akademisi Memberikan acuan referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi untuk menunjang perkembangan penulisan selanjutnya. b. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah, 1. Bagi Lembaga, diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah sumbangan wacana pemikiran kepada BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam pengelolaan ZIS. 2. Bagi
Penulis,
diharapkan
dapat
menambah
wawasan,
informasi, dan pengetahuan tentang strategi pendistribusian dana ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan 3. Bagi Masyarakat, diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi mustahik dan meningkatkan kesadaran untuk berzakat. E.
Review Penelitian Terdahulu Sebagai bahan acuan untuk penulis, berikut ini akan dijabarkan beberapa penelitian yang sama dengan penelitian yang ditulis penulis. Penelitian tersebut diantaranya adalah:
No.
1
Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu Nama Peneliti / Keterangan Judul / Instansi / Tahun
Perbedaan
Siti Masuko, SE.I / Skripsi ini membahas Penulis Strategi Penyaluran tentang Dana Yayasan
LAZIS Penyaluran Amaliyah Lazis
melakukan
strategi penelitian
untuk
Dana mengetahui strategi Yayasan pendistribusian
8
Astra dalam Rangka Amaliyah
Astra zakat.
Pemberdayaan Eko- Dalam
Rangka menggunakan
nomi Masyarakat / pemberdayaan Perbankan
metode
kualitatif
Syari’ah, masyarakat. Penelitian dengan
Fakultas Syari’ah & ini
2
Penulis
dilakukan
pada mengandalkan field
Hukum, UIN Jakarta / 2014.
research, wawancara
2014.
& dokumentasi.
Muklisin/Pendistribu
Skripsi ini membahas Penulis
sian Dana Zakat
tentang
untuk Pemberda-
busian
yaan Ekonomi pada
untuk
BAZNAS Karawang
ekonomi di BAZDA Selatan
melakukan
pendistri- penelitian dana
untuk
Zakat mengetahui Strategi
pemberdayaan BAZNAS Tangerang terhadap
/ Manajemen Dakwah, Karawang. Penelitian pendistribusian ZIS. Fakultas Dakwah dan
ini
dilakukan
Komunikasi, UIN
tahun 2011.
pada Penulis studi
Jakarta / 2011.
melakukan kepustakaan
melalui literatur terkait strategi pendistribusian zakat.
3
Nirma Bhakti Pertiwi, Penelitian SE.I
/
Optimalisasi
tujuan
ini
untuk
ber- Penulis
melakukan
me- penelitian untuk me-
Pendistribusian Zakat ngetahui optimalisasi ngetahui
strategi
Melalui
Lembaga pendistribusian zakat BAZNAS Kota Zakat dalam Pember- & pengaruh hubungan TangSel dalam pendayaan Perekonomian Masyarakat
pada
LAZISWA
Kota
Cirebon / IAIN Syekh
Nurjati 2012.
Cirebon
/
optimalisasi tribusian
pendis- distribusian
zakat
ter- Penulis
hadap pemberdayaan studi perekonomian
mas- dalam
melakukan kepustakaan mengatasi
yarakat di LAZISWA masalah Kota Cirebon.
zakat.
busian ZIS.
pendistri-
9
Bintang Mikail Subuh, Penelitian ini bertuju- Penulis
4
SE
/
melakukan
Manajemen an untuk mengetahui penelitian
untuk
Zakat di Badan Amil penerapan manajemen mengetahui strategi Zakat
Nasional
( zakat
BAZNAS BAZNAS
BAZNAS ) Daerah Daerah Kota Tange- TangSel
Kota terhadap
Tangerang rang Selatan dan pe- pendistribusian
Kota
Selatan / UIN Jakarta nyesuaian / 2016.
dalam zakat.
undang-undang yang berlaku.
Yoghi Citra Pratama, Penelitian ini bertuju- Penulis
5
melakukan
M.Si / Peran Zakat an untuk mengetahui penelitian pada Penanggulang- sejauh an
mana
untuk
peran mengetahui strategi
Kemiskinan zakat produktif dalam BAZNAS Zakat memberdayakan
(Program
pada masyarakat
Produktif
Badan Amil Zakat mampu Nasional)
/
TangSel
Kota terhadap
kurang pendistribusian yang zakat.
UIN diidentifikasi sebagai
Jakarta / 2015.
mustahik
dalam
berwirausaha.
F.
Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sosiologis atau empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, berikut beberapa prosedur pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya :
10
a. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: 1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan pihak mustahik melalui instrument wawancara yang secara terstruktur. 2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literature dan referensi lain seperti buku, majalah, serta annual BAZNAS Kota Tangerang Selatan tahun 2015 – 2016 dan setiap artikel yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet. b. Teknik Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam rangka mengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Observasi (pengamatan) adalah kegiatan keseharian seseorang dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya. Dilakukan guna mendapatkan data dengan melakukan pengamatan langsung ketempat penelitian yaitu BAZNAS Kota Tangerang Selatan untuk mendapatkan data yang relevan, mencari tahu kegiatan-kegiatan yang ada dilembaga tersebut khususnya.
11
2. Wawancara / Interview Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Adapun interview terpimpin yang penulis gunakan adalah interview bebas terpimpin. Interview bebas terpimpin artinya dalam penyampaian interview dengan maksud meminta jawaban dengan bebas dan terbuka. Sedangkan alasan menggunakan jenis interview ini sangat mudah dipahami oleh individu secara langsung, sehingga dapat menghasilkan data yang memuaskan. Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian ini. Melalui tekhnik penulis berkomunikasi langsung (wawancara) dengan pimpinan / ketua, karyawan BAZNAS Kota Tangerang Selatan. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dari pemikiran terhadap peristiwa. Dan oleh penulis dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang sudah tersimpan BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
12
c. Analisis Data Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data yang dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasinya dan
menganalisa
berhasilnya
pengelolaan
khususnya
strategi
pendistribusian zakat, infak, dan shodaqoh pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan. d. Teknik Penulisan Skripsi Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”, yang merupakan sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.
G.
Kerangka Teori Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (Planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya member arah saja, melaikan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya. 8
8
Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandun: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. Ke-4, h. 32.
13
Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) pada dasarnya merupakan konsep Islam dalam meningkatkan kesejahteraan sosial yang merata melalui pendistribusian harta dari muzakki kepada mustahiq. Pendistribusian ZIS tersebut bisa dilakukan secara langsung maupun melalui perantara. Lembaga zakat merupakan perantara yang mempertemukan muzakki serta mustahik dalam mendistribusikan harta sesuai dengan syariat agama. Fungsi dan tugas organisasi zakat adalah mengelola zakat. Mengingat itu kebanyakan organisasi zakat langsung terjun ke masyarakat untuk bersosialisasi. Cara seperti ini mengabaikan satu hal penting, yaitu tersisihnya perencanaan di tubuh internal organisasi zakat yaitu rancang bangun organisasi. Mereka tak sadar bahwa rancang bangun sosok organisasi zakat merupakan induk kegiatan pengelolaan zakat.9 Adapun kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1. Kerangka Teori Pendistribusian • Mekanisme • Strategi • Analisis SWOT
Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Aplikasi • Program 9
Eri Sudewo, Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar, (Ciputat: IMZ, 2004), Cet 1, h. 100.
14
H.
Sistematika Penulisan Agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya maka penulis membuat sistematika penulisan yang akan dituangkan pada: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pusta, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai dasar-dasar teori yang merupakan dasar pembahasan meliputi pengertian strategi, pengertian pendistribusian, pembahasan mengenai konsep zakat, yang meliputi definisi zakat, hukum zakat, fungsi dan tujuan penyaluran zakat, serta syarat-syarat wajib zakat. BAB III GAMBARAN BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN Dalam bab ini akan membahas mengenai gambaran umum dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang meliputi sejarah berdirinya, landasan hukum, visi dan misi, fungsi dan tanggung jawab, struktur organisasi, dan program kerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
15
BAB IV STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZIS DI BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN Pada bab ini diuraikan mengenai jawaban dari rumusan masalah yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, yaitu aplikasi, mekanisme, dan strategi dalam pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan. BAB V PENUTUP Bab terakhir dari laporan penelitian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan, dan saran-saran.
BAB II LANDASAN TEORI A.
Konsep Zakat, Infak, dan Sedekah 1.
Zakat Secara etimologi (bahasa) zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dipahami demikian sebab zakat merupakan upaya mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa, serta menyuburkan pahala melalui pengeluaran sedikit dari nilai harta pribadi untuk kaum yang memerlukan.10 Makna suci, berkah, tumbuh dan berkembang pada zakat merupakan esensi terpenting dalam distribusi kekayaan antara muzakki selaku penerima zakat.
Dalam terminologi syariat (istilah) zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.11 Jumlah harta tersebut, dikeluarkan untuk menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.12 Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah sangat nyata dan erat sekali. Bahwa harta yang
10
Amiruddin Inoed, dkk. Anatomi Fiqh Zakat : Potret & Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 8. 11 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis tentang Zakat, Infaq, dan Shadaqah, (Jakarta : Gema Insani, 1998), hlm. 13. 12 Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat, alih bahasa: Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, (Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa, 1993), hlm. 19.
16
17
dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah serta bersih (baik). Zakat adalah rukun Islam ketiga dan merupakan perintah wajib. Zakat pertama kali diwahyukan di Madinah pada tahun kedua setelah hijrah sesudah kewajiban puasa dan menunaikan zakat fitrah,13 ia merupakan kewajiban bagi orang beriman (muzakki) yang mempunyai harta yang telah mencapai ukuran tertentu (nisab) dan waktu tertentu (haul) untuk diberikan pada orang yang berhak (mustahiq).14 Zakat juga sangat ditekankan dalam QS. At-Taubah ayat 103 yaitu:15
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS. At-Taubah 10:103) a. Macam-Macam Zakat (1) Zakat Fitrah Zakat fitrah adalah zakat untuk pembersih diri yang diwajibkan untuk dikeluarkan setiap akhir bulan Ramadhan atau disebut juga dengan zakat pribadi yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada hari raya idul fitri. Ketentuan waktu pengeluaran zakat 13
Inoed, dkk, Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan, h. 10. 14 Didin Hafidudin, Formalisasi Syari’at Islam Dalam Pespektif Tata Hukum Indonesia (Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), h. 119. 15 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), h. 13.
18
dapat dilakukan mulai dari awal ramadhan sampai yang paling utama pada malam idul fitrih dan paling lambat pagi hari idul fitrih. Sedangkan hukumnya wajib atas setiap orang muslim kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka. Adapun fungsi zakat fitrah adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya dengan mensucikan jiwa mereka dari kotorankotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya. 16 Sedangkan besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,5 kg. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan zakatnya yang disebut oleh nash hadits yaitu: jewawut, kurma, gandum, zahir (anggur), danagit (semacam keju). Untuk daerah atau negara yang makananya selain makanan di atas, madhab Maliki dan Syafi’i membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang lain.17 Menurut mazdhab Hambali pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang dimakan. Adapun waktu pembayaran zakat fitrah menurut jumhur (mayoritas) ulama adalah: (a) Waktu wajib membayar zakat fitrah ditandai dengan terbenamnya matahari diakhir bulan Ramadhan.
16
Muhammad Ja’far, Tuntutan Zakat, Puasa dan Haji (Jakarta: Kalam Mulia, 1990) Cet Ke- 2, h. 63. 17 Abdullah Bin Abdurahman Bin Jibrin, Panduan Praktis Rukun Islam (Jakarta: Darul Haq, 2001), h. 159.
19
(b) Boleh mendahulukan pembayaran zakat fitrah diawal bulan Ramadhan. (2) Zakat Mal Zakat mal atau zakat harta benda telah difardhukan oleh Allah SWT sejak permulaan Islam sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Pada awalnya zakat mal itu difardukan tidak ditentukan kadar serta tidak pula diterangkan dengan jelas harta-harta
yang
dikenakan
zakatnya.
Syara’
hanya
memerintahkan mengeluarkan zakat banyak sedikitnya terserah kemauan dan kebaikan para penzakat itu sendiri, hal itu berjalan hingga tahun kedua.18 Pada tahun kedua hijrah bersamaan dengan tahun 623 masehi barulah syara’ menentukan harta-harta yang wajib dizakati serta kadar masing-masing.19 Menurut istilah bahasa mal adalah segala sesuatu yang diinginkan
oleh
setiap
manusia
untuk
dimiliki,
diambil
kemanfaatannya, dan menyimpanya. Adapun menurut istilah Syari’at mal adalah sesuatu yang dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaan. Sedangkan sesuatu itu dapat dikatakan mal bilamana memenuhi dua syarat yaitu:
18
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999) Cet Ke- 3, h. 10. (Jakarta : Gema Insani, 2002), h. 93. 19 Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999) Cet Ke- 3, h. 10.
20
(a) Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, dan disimpan. (b) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan kebiasaan. Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain sebagai berikut:20 (a) Binatang Ternak Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). Sedangkan syarat pada binatang ternak diharuskan sudah mencapai nishab, telah dimiliki satu tahun, digembalakan, maksudnya adalah segaja diurus sepanjang tahun dengan dimaksudkan untuk memperoleh susu, daging, dan hasil perkembanganya, tidak untuk dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak dan sebagainya. (b) Emas dan Perak Segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, atau surat berharga lainya, masuk ke dalam kategori emas dan perak, sehingga penentuan nisab dan besar zakatnya disetarakan dengan emas dan perak. Demikian pula dengan harta kekayaan yang lainnya, seperti: vila, rumah, kendaraan, tanah, dan lain20
Gustian Djuanda dkk, Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 18-20.
21
lain yang melebihi keperluan menurut syara’ atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat diuangkan (dicairkan). (c) Harta Peniagaan Harta
perniagaan
adalah
semua
yang
diperuntukkan untuk diperjual belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dan lain-lain. Perniagaan tersebut diusahakan perorangan atau perserikatan seperti: PT, CV, Koperasi dan sebagainya. (d) Hasil Pertanian. Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, sayur-mayur,
buah-buahan,
tanaman
hias,
rumput-
rumputan, dedaunan, dan lain-lain. (e) Hasil Tambang. Hasil tambang adalah benda-benda yang terdapat dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperi emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu bara dan sebagainya. Adapun kekayaan yang berasal dari lautan seperti mutiara, marjan, dan sebagainya.
22
(f) Rikaz Harta rikaz adalah harta yang terpendam pada zaman dahulu atau yang lebih dikenal dengan nama harta karun. Termasuk pula didalam harta rikaz yaitu harta yang tidak ditemukan dan tidak ada yang mengakui sebagai pemiliknya. (3) Zakat Profesi Pendapatan profesi adalah buah dari hasil kerja menguras otak dan keringat yang dilakukan oleh setiap orang. Contoh dari pendapatan profesi adalah : gaji, upah insentif, atau nama lain yang disesuaikan dengan profesi yang dikerjakan baik itu pekerjaan yang mengandalkan kemampuan otak atau kemampuan fisik lainnya dan bahkan keduaduanya.21 Sedangkan
dasar
hukum
kewajiban
zakat
ini
berdasarkan kandungan Al-Qur’an dalam Surat Adz-Dzaariyat ayat 19 yaitu,
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzaariyat 51:19)
21
2006) Cet. 1 h. 73.
M. Arif Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana,
23
Berdasarkan ayat tersebut, dijelaskan bahwa di dalam harta yang kita miliki terdapat hak orang-orang miskin. Untuk itu kita berkewajiban untuk mengeluarkan zakat atau mendistribusikannya. Distribusi zakat sesuai ayat tersebut diperuntukkan untuk orang-orang yang tergolong miskin. Baik yang meminta ke kita maupun yang tidak meminta. Di samping itu, juga berdasarkan pada tujuan disyari’atkannya zakat, seperti untuk membersihkan harta dan mengembangkan harta serta menolong para mustahik. Jadi, zakat profesi juga mencerminkan rasa keadilan yang merupakan ciri utama ajaran Islam, yaitu kewajiban zakat pada semua penghasilan dan pendapatan.22 Adapun kadar zakat profesi yang dikeluarkan diqiyaskan berdasarkan zakat emas dan perak, yaitu 2,5 % dari seluruh penghasilan kotor.23 b. Tujuan dan Manfaat Zakat Dalam Kitab Fiqih Zakat, bahwa tujuan dan dampak zakat bagi penerima (mustahik) antara lain24:
22
Didin Hafiduddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) Cet Ke-3, h. 103-104. 23 Jusmailani dkk, Kebijakan Ekonomi Dalam Islam (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005) Cet Ke- 1, h. 128. 24 Yusuf Qaradhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan terj, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), dalam Yoghi Citra Pratama, Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta, The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1, 2015), h. 94.
24
(1) Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga dapat merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu ibadat kepada Tuhannya. (2) Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci. Karena sifat ini akan melemahkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini dengan semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba mencabut akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan satu sama lain. Hafidhuddin menjelaskan bahwa para ulama seperti Imam Syafi’i, an-Nasa’i, dan lainnya menyatakan bahwa jika mustahik zakat memiliki kemampuan untuk berdagang, selayaknya dia diberi modal usaha yang memungkinkannya memperoleh keuntungan yang dapaat memenuhi
kebutuhan
pokoknya.
Demikian
juga
jika
yang
bersangkutan memiliki ketrampilan tertentu, kepadanya bisa diberikan peralatan produksi yang sesuai dengan pekerjaannya. 25 Jika mustahik tidak bekerja dan tidak memiliki keterampilan tertentu, diberikan jaminan hidup dari zakat, misalnya dengan cara ikut menanamkan modal (dari uang zakat tersebut) pada usaha tertentu sehingga mustahik tersebut memiliki penghasilan dari perputaran zakat itu.
25
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2015), dalam Yoghi Citra Pratama, Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta, The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1, 2015), h. 95.
25
Zakat akan dapat memberikan dampak yang lebih luas (multiplier effect), dan menyentuh semua aspek kehidupan, apabila pendistribusian zakat lebih diarahkan pada yang kegiatan bersifat produktif. Sebagaimana Jamal mengemukakan, bahwa pemanfaatan zakat juga perlu dilakukan ke arah investasi jangka panjang. Hal ini bisa dalam bentuk, pertama, zakat dibagikan untuk mempertahankan insentif bekerja atau mencari penghasilan sendiri di kalangan fakir miskin. Kedua, sebagian dari zakat yang terkumpul, setidaknya 50% digunakan untuk membiayai kegiatan yang produktif kepada kelompok masyarakat fakir miskin, misalnya penggunaan zakat untuk membiayai berbagai kegiatan dan latihan keterampilan produktif, pemberian modal kerja, atau bantuan modal awal.26 Apabila pendistribusian zakat semacam ini bisa dilaksanakan, maka akan sangat
membantu
kemiskinan,
program
memeratakan
pemerintah
dalam
mengentaskan
pendapatan,
dan
mempersempit
kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin. 2.
Infak Infak berasal dari kata “anfaqa” yang berarti mengeluarkan
sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan
26
Mustafa Jamal. Pengelolaan Zakat oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan. (Jakarta: KOPRUS, 2004), dalam Yoghi Citra Pratama, Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta, The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1, 2015), h. 95.
26
ajaran Islam. Jika zakat ada nishabnya, infak tidak mengenal nishab. Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah.27 3.
Sedekah Shodaqoh atau sedekah berasal dari kata “shadaqa” yang
berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat non materiil.28 Hukum sedekah ialah sunnah. Pengertian sedekah sama dengan
pengertian
infak,
termasuk
juga
hukum
dan
ketentuannya. Hanya saja, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat materi dan non-materi. Di dalam AlQur’an ayat yang menganjurkan agar kita bersedekah di antaranya terdapat dalam firman-Nya antara lain dalam Surah Al-Baqarah ayat 280 yang berbunyi:29
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 2:280)
27
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis tentang Zakat, Infaq, dan Shadaqah, (Jakarta : Gema Insani, 1998), h.14. 28 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT. Grasindo, 2007), h. 5. 29 Departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta : Magfirah Pustaka,2006), h.44.
27
B. 1.
Mekanisme Pendistribusian ZIS Pengertian Pendistribusian Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.30 Kebijakan distribusi yang diajarkan Islam sangat berkaitan dengan harta agar tidak menumpuk pada golongan tertentu dimasyarakat. Serta mendorong terciptanya keadilan distribusi.31 Sehingga pada konsep distribusi landasan penting yang dijadikan pegangan yakni agar kekayaan tidak terkumpul hanya pada satu kelompok saja.32 Berdasarkan
pengertian
tersebut
maka
yang
dimaksud
pendistribusian zakat adalah kegiatan mempermudah dan memperlancar penyaluran (pembagian dan pengiriman) dana zakat, termasuk infak dan sedekah dari muzzaki kepada mustahik, sehingga dana zakat dapat tersalurkan tepat sasaran dan sesuai dengan yang diperlukan mustahik. Dan dengan pendistribusian yang tepat maka kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu saja. Ada beberapa prinsip yang mendasari proses distribusi dalam ekonomi Islam yang terlahir dari Q.S al Hasyr (59): 7 yang artinya “agar
30
Fendy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: ANDI, 2001), h. 185. Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 88. 32 Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 87. 31
28
harta itu jangan hanya beredar di antara golongan kaya di kalangan kamu”. Prinsip tersebut yakni33: a. Larangan riba dan gharar Larangan terhadap riba. Bertujuan untuk menjauhkan manusia dari tindakan mengambil harta atau hak milik orang lain dengan jalan yang tidak baik menurut hukum islam.34 Riba didefinisikan sebagai melebihkan keuntungan dari salah satu pihak terhadap pihak lain dalam transaksi jual beli, atau pertukaran barang sejenisnya dengan tanpa memberikan imbalan atas kelebihan tersebut. Gharar diartikan sebagai ketidakpastian dalam transaksi. Islam melarang seseorang bertransaksi atas suatu barang yang kualitasnya tidak diketahui karena kedua belah pihak tidak tahu pasti apa yang mereka transaksikan. b. Keadilan dalam distribusi Keadilan dalam distribusi diartikan sebagai suatu distribusi pendapatan dan kekayaan, secara adil sesuai dengan norma–norma yang diterima secara universal. Keadilan distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan yakni agar kekayaan tidak menumpuk satu bagian kecil masyarakat, tetapi selalu beredar dalam masyarakat. Keadilan distribusi menjamin terciptanya pembagian yang adil dalam kemakmuran, sehingga memberikan kontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik. Zakat, infak,
33
Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan Ekonomi Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 76-86. 34 Desmadi Saharuddin, Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah, (Jakarta: Praneda Media Grup, 2015), h. 65.
29
dan sedekah merupakan salah satu hal yang dapat menciptakan distribusi yang adil. c. Konsep kepemilikan dalam Islam Kepemilikan terhadap harta tidak menutup kewajiban untuk tidak melupakan hak–hak orang miskin yang terdapat pada harta tersebut. Ketika manusia menyadari bahwa dalam harta yang dimiliki terdapat hak orang lain, secara langsung mempersempit jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Hal ini juga merupakan salah satu hikmah berzakat, berinfak, ataupun bersedekah. d. Larangan menumpuk harta Menumpuk harta berlebihan akan berimbas pada rusaknya sistem sosial dengan munculnya kelas–kelas yang mementingkan kepentingan pribadi. Di samping itu penumpukan harta dapat melemahkan daya beli masyarakat dan menghambat mekanisme pasar bekerja secara adil, karena harta tidak tersebar di masyarakat. Hal itu dapat dicegah melalui instrumen ZIS. Mewajibkan bagi yang mendapatkan harta berlebih untuk mengeluarkan zakat sebagai kompensasi bagi penyucian dan pembersih harta atas hak orang lain. 2. Pendistribusian Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) Dilihat dari pengertian distribusi dan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) di atas, maka yang dimaksud pendistribusian (ZIS) adalah kegiatan mempermudah
dan
memperlancar
penyaluran
(pembagian
dan
pengiriman) dana dari muzzaki kepada mustahiq, sehingga dana ZIS dapat
30
tersalurkan tepat sasaran dan sesuai dengan yang diperlukan mustahiq. Dalam
Undang-Undang No.23
Tahun
2011
menjelaskan
bahwa
pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. 35 Bentuk inovasi distribusi dikategorikan dalam empat bentuk berikut36: a. Distribusi bersifat konsumtif tradisional, yaitu dibagikan kepada mustahiq untuk dimanfaatkan secara langsung, seperti zakat fitrah atau zakat mal yang dibagikan kepada para korban bencana alam. b. Distribusi bersifat konsumtif kreatif, yaitu diwujudkan dalam bentuk lain dari barangnya semula seperti diberikan dalam bentuk alat–alat sekolah atau beasiswa. c. Distribusi bersifat produktif tradisional, diberikan dalam bentuk barang–barang yang produktif seperti kambing, sapi, dan lainnya. Pemberian dalam bentuk ini akan menciptakan suatu usaha yang membuka lapangan kerja bagi fakir miskin. d.
Distribusi dalam bentuk produktif kreatif, yaitu diwujudkan dalam bentuk permodalan baik untuk membangun proyek sosial atau menambah modal pedagang pengusaha kecil. Pendistribusian zakat dalam bentuk yang ketiga dan keempat ini
perlu dikembangkan karena pendistribusian zakat termasuk infak dan sedekah yang demikian membantu masyarakat untuk hidup lebih
35 36
146 – 148.
Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 26. M. Arif Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat,(Jakarta : Kencana 2006) Cet. 1 h.
31
mandiri. Pola pendistribusian zakat di atas juga dapat digunakan untuk pola pendistribusian infak dan sedekah. Pendistribusian zakat dalam Islam tercantum dengan jelas. Sebagaimana yang tertuang dalam QS. At–Taubah ayat 60
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu‟ allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan. Sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”(QS. AT-Taubah 9:60)
Dari ayat tersebut pendistribusian zakat diberikan kepada delapan golongan atau asnaf yaitu fakir, miskin, amil, muallaf, untuk memerdekakan budak (riqab), orang yang berhutang (gharim), orang yang berjuang di jalan Allah (fisabilillah), orang yang dalam perjalanan (ibnusabil). Bentuk pendistribusian kepada delapan asnaf yaitu sebagai berikut37: 1. Bagi fakir dan miskin, Jika memiliki potensi usaha maka dana zakat dapat diberikan untuk: (1) Pinjaman modal usaha agar usaha yang ada dapat berkembang. (2) Membangun sarana pertanian dan perindustrian untuk mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan.
37
h. 176 – 205.
M. Arif Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat,(Jakarta : Kencana 2006), Cet. 1
32
(3) Membangun sarana–sarana pendidikan dan pelatihan untuk mendidik mereka agar terampil dan terentas dari kemiskinan. 2. Zakat untuk amil dialokasikan untuk: (1) Menutupi biaya administrasi dan memberikan gaji bagi amil yang telah mendarmakan hidupnya untuk kepentingan umat. (2)Mengembangkan lembaga–lembaga zakat dan melatih amil agar lebih professional. 3. Untuk golongan muallaf, zakat dapat diberikan pada beberapa kriteria: (1) Membantu kehidupan muallaf karena kemungkinan mereka mengalami kesulitan ekonomi karena berpindah agama. (2) Menyediakan sarana dan dana untuk membantu orang–orang yang terjebak pada tindakan kejahatan, asusila, dan obat– obatan terlarang. (3) Membantu
terciptanya
sarana
rehabilitasi
kemanusiaan
lainnya. 4. Dana zakat bagi golongan riqab (budak) saat ini dapat dialokasikan untuk: (1) Membebaskan masyarakat muslim yang tertindas sehingga sulit untuk mengembangkan diri terutama di daerah minoritas dan konflik. (2) Membantu membebaskan buruh–buruh dari majikan yang zalim, dalam hal ini membantu dalam biaya maupun
33
mendirikan lembaga advokasi para tenaga kerja wanita (TKW) atau tenaga kerja Indonesia (TKI) yang menjadi korban kekerasan. (3)Membantu membebaskan mereka yang menjadi korban trafiking sehingga menjadi pekerja seks komersil (PSK), dan pekerja di bawah umur yang terikat kontrak dengan majikan. 5. Dana zakat untuk golongan gharimin (orang–orang yang berutang) dapat dialokasikan untuk: (1) Membebaskan utang orang yang terlilit hutang oleh rentenir. (2) Membebaskan para pedagang dari utang modal pada bank keliling di pasar–pasar tradisional yang bunganya mencekik. 6. Pada golongan fisabilillah, dana zakat dapat dialokasikan untuk: (1) Membantu pembiayaan dalam meningkatkan sumberdaya manusia. (2) Membantu para guru agama atau umum yang ada di daerah– daerah terpencil dengan penghasilan yang minus. (3) Membantu pembiayaan pemerintah dalam mempertahankan kedaulatan negara dari gangguan asing. 7. Zakat untuk golongan ibnu sabil dapat dialokasikan untuk: (1) Membantu para pelajar atau mahasiswa yang tidak mampu untuk membiayai pendidikannya terutama pada kondisi dewasa ini, di mana pendidikan menjadi mahal dan cenderung kearah komersial.
34
(2) Menyediakan bantuan bagi korban bencana alam dan bencana lainnnya. (3) Menyediakan dana bagi musafir yang kehabisan bekal, ini sering terjadi ketika mereka terkena musibah di pejalanan seperti kehilangan bekal, penipuan, dan lainnnya. Sedangkan pendistribusian untuk Infak dan Sedekah tidak terbatas pada 8 asnaf saja tetapi lebih luas yaitu siapa saja yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan, dan diutamakan adalah orang–orang di sekitar. Tetapi bentuk pendistribusian Infak dan sedekah hampir sama. Pendistribusian ZIS yang efektif dan tepat oleh pengelola yang profesional, dengan begitu pendistribusian ZIS akan memberikan manfaat yang maksimal dan dapat dirasakan masyarakat. C.
Strategi Pendistribusian Zakat, Infak dan Sedekah 1. Pengertian Strategi Secara etimologi, strategi berasal dari kata Yunani Strategos yang berarti Jenderal.38 strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai salah satu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk untuk keperluan ekonomi, sosial, budaya dan agama.39
38
George Steiner dan John Minner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 18. 39 Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 76.
35
Dalam Kamus Istilah Manajemen, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling hubungan dalam hal waktu dan ukuran.40 Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi dalam perspektif terminologis, berikut penulis paparkan pengertian strategi yang dikemukakan oleh beberapa pakar, antara lain: a. Syarif
Usman
mengatakan,
“Dalam
pembangunan,
saya
mendifinisikan strategi sebagai kebijaksanaan menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya dan kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan”.41 b. Onong Uchyana Efendi, mengatakan: “Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi untuk mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik oprasionalnya”.42 c. Menurut George Steiner dan John Minner, “Strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi, dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi 40
tertentu
untuk
mencapai
sasaran
dan
memastikan
Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen, (Jakarta: Balai Aksara, 1983), cet Ke-2, h. 245. 41 Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam, (Jakarta: Firman Jakarta, tanpa tahun), h. 6. 42 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), h. 32.
36
implementasi secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.43 d. Menurut Sondang Siagian, strategi adalah adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia, sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan.44 Untuk memenuhi persyaratan-persyaratan strategi yang baik, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain: a. Strategi sebagai keputusan jangka panjang harus mengandung penjelasan singkat tentang masing-masing komponen dari strategi organisasi yang bersangkutan, dalam arti terlihat kejelasan dari ruang lingkup, pemanfaatan sumber dana dan daya, serta keunggulannya, bagaimana menghasilkan keunggulan tersebut dan sinergi antara komponen-komponen tersebut diatas. b. Strategi sebagai keputusan jangka panjang yang mendasar sifatnya harus memberikan petunjuk tentang bagaimana strategi akan membawa organisasi lebih cepat dan efektif menuju tercapainya tujuan berbagai sasaran organisasi. c. Strategi organisasi dinyatakan dalam pengertian fungsional, dalam arti jelasnya sesuatu kerja sebagai pelaksanaan utama kegiatan melalui pembagian kerja yang jelas sehingga kemungkinan
43
George Steiner dan John Minner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1997) h. 20. 44 Sondang Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet. Ke-2, h. 17.
37
terjadinya tumpah tindih, saling lempar tanggung jawab dan pemborosan dapat dicegah. d. Pernyataan strategi itu harus bersifat spesifik dan tepat, bukan merupakan
pernyataan-pernyataan
yang
masih
dapat
diimplementasikan dengan berbagai jenis interpretasi yang pada selera dan persepsi individual dari pembuat interpretasi.45 Dari berbagai pengertian strategi yang dikemukakan oleh para pakar di atas penulis menyimpulkan bahwa strategi pada dasarnya merupakan cara untuk mencapai suatu tujuan dengan terlebih dahulu memperhatikan segala kemungkinan yang akan terjadi, dan mempersiapkan segala potensi yang ada. Organisasi
yang menyusun strategi
umumnya lebih afektif
dibandingkan dengan organisasi yang tidak menyusun strategi. Hal ini disebabkan strategi adalah kacamata yang bermanfaat untuk memonitor apa yang dikerjakan dan sedang terjadi didalam organisasi, dapat memberikan sumbangan terhadap kesuksesan organisasi atau malah mengarahkan kegagalan organisasi. Strategi digunakan dalam segala hal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala tindakan atau perbuatan itu tidak terlepas dari strategi. Menurut Hisyam Alie yang dikutip oleh Rafi’udin, strategi yang disusun, 45
dikonsentrasikan dan
dikonsepsikan
dengan
baik dapat
Sondang Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), cet. Ke-2, h. 23.
38
membuahkan pelaksanaan yang disebut strategi. Menurutnya, untuk mencapai strategi yang harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Kekuatan, yaitu memperhitungkan kekuatan yang dimiliki dan biasanya menyangkut manusia, dan beberapa piranti yang dimiliki. b. Kelemahan, yaitu memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan menyangkut aspek-aspek sebagaimana kekuatan. c. Peluang, yaitu melihat seberapa besar peluang yang mungkin tersedia di luar, sehingga peluang yang sangat kecil pun dapat diterobos. d. Ancaman, yaitu memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman dari luar.46 2. Proses-Proses Strategi Proses strategi terdiri dari tiga langkah: a. Perumusan Strategi Perumusan strategi ini didalamnya termasuk mengembangkan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.
46
Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 77.
39
b. Implementasi Strategi Di dalamnya termasuk menciptakan struktur organisasi yang efektif, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang diterima. Implementasi strategi sering disebut tahap tindakan, karena implementasi berarti memobilisasi manusia yang ada dalam sebuah organisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi tindakan. Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit karena memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan. Kerjasama juga merupakan kunci dan berhasilnya atau tidaknya implementasi strategi. c. Evaluasi Strategi Tahap ini merupakan tahap terakhir dari strategi, ada tiga aktifitas mendasar untuk mengevaluasi strategi: (1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi yang sekarang. (2) Mengukur prestasi, yakni membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan. (3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai rencana.47 Dalam menerjemahkan dan merealisasikan strategi-strategi, Philip Kotler menjelaskan lengkah-langkah strategi usaha adalah sebagai berikut:
47
Fred David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1998), h. 5-6.
40
a. Mengolah Perbedaan Strategi ini mencangkup perbadaan inovatif dari pesaing. Apa yang pembeli harapkan dari produsen disebut paket jasa primer (primary service package), sedang penambahan jasa disebut jasa sekunder (secondary service package). Jasa sekunder inilah yang disebut perbedaan inovatif. Perbedaan itu dapat berupa perbedaan penawaran, penyampaian maupun citranya, terutama melalui simbol dan merek. b. Mengolah Kualitas Jasa Salah satu cara utama mendefinisikan perusahaan jasa adalah memberikan jasa berkualitas lebih tinggi dari pesaing, secara konsisten. Kuncinya adalah memenuhi atau melebihi harapan kualitas jasa yang dijanjikan dengan akurat dan terpercaya, membantu pelanggan mendapatkan jasa dengan cepat, sopan dan peduli dalam pelayanan, fasilitas fisik, peralatan dan media yang prima. c. Mengelola Produktivitas Langkah-langkah produktifitas adalah ia harus mengelola produktivitas pekerjaannya dengan membuat pegawainya bekerja lebih terampil, meningkatkan kualitas jasa dengan lepas kualitas tertentu, mengindustrikan jasa-jasa, menemukan solusi produk baru, merancang jasa yang lebih efektif, memberikan insentif pada
41
pelanggan untuk menggantikan tenaga perusahaan dengan tenaga mereka sendiri atau menggunakan teknologi untuk menghemat waktu dan biaya.48 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Kesadaran bagi setiap orang baik sebagai individu atau kelompok organisasi, baik organisasi sosial bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai akan berbuah suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dan usaha-usaha yang mengarah pada pencapaian tujuan disebut strategi. Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan organisasi kepada tujuannya. Untuk itu para penetap suatu strategi harus memperhatikan faktor-faktor penetapan strategi, di antaranya: 1. Lingkungan Lingkungan tak pernah berada pada suatu kondisi dan selalu berubah. Sebagai individu dan masyarakat tidak hanya pada cara berfikir tetapi juga tingkah laku, kebiasaan, kebutuhan dan pandangan hidup. 2. Lingkungan Organisasi Lingkungan organisasi yang mencangkup segala sumber daya dan kebijakan organisasi yang ada. 3. Kepemimpinan Seorang pemimpin adalah orang yang tertinggi dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai
48
Philip Kothler, Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 1995), h. 88-89.
42
perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau internal berbeda.49 Faktor-faktor yang efektif dan inovatif akan membawa perusahaan atau lembaga untuk berjalan secara strategis. Hal ini juga diperlukan untuk lembaga zakat. Dengan banyaknya lembaga zakat yang berdiri, akan memerlukan sumber daya yang inovatif dan memerlukan kepemimpinan yang membawa pada keefektifan. 4. Analisis SWOT a. Pengertian Analisis SWOT Analisis SWOT (SWOT analysis) yakni mencakup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan kinerja perusahaan. Informasi eksternal mengeni peluang dan ancaman dapat diperoleh dari banyak sumber, termasuk pelanggan, dokumen pemerintah, pemasok, kalangan perbankan, rekan di perusahaan atau lembaga lain. Banyak perusahaan atau lembaga menggunakan jasa lembaga pemindaian orang ketiga untuk memperoleh kliping surat kabar, riset di internet, dan analisis tren-tren domestik dan global yang relevan. 50 Analisis utama dalam SWOT adalah mengidentifikasi deskripsi mengenai kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threath). Semua diukur berdasarkan kinerja sebuah perusahaan atau lembaga, termasuk pada visi, misi, dan 49
S.P. Siagian, Manajemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), cet. Ke-2, h.9. Richard L. Daft, Era Baru Manajemen: Alih Bahasa: Edward Tanujaya Edisi 9, (Jakarta : Salemba Empat, 2010), h. 253. 50
43
tujuan dari perusahaan atau lembaga yang telah ditentukan di awal pembentukan sebuah perusahaan atau lembaga. Pada lembaga zakat juga diperlukan analisis ini, untuk membandingkan kepada lembaga zakat lainnya. b. Unsur-Unsur Analisis SWOT Unsur-unsur analisis SWOT adalah kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Untuk menganalisis secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisis SWOT, yaitu51: a. Faktor eksternal (External Factor Analysis Strategies / EFAS) Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunities and threats (O dan T). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondisi
yang
terjadi
di
luar
perusahaan
yang
mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan, dan sosial budaya. b. Faktor Internal (Internal Factor Analysis Strategies / IFAS) Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strenghts and weaknesses (S dan W). Dimana faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam perusahaan, yang mana ini turut mempengaruhi terbentuknya pembuatan keputusan (decision
51
Irham Fahmi, Manajemen Strategis, (Jakarta: Alfabeta, 2013), h. 260.
44
making) perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua macam manajemen
fungsional:
pemasaran,
keuangan,
operasi,
sumberdaya manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen dan budaya perusahaan (corporate culture). c. Alat Analisis SWOT Salah satu alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat mengambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh sebuah perusahaan atau lembaga dan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya secara internal. Setelah disesuaikan, perusahaan atau lembaga membandingkan SWOT tersebut, baik internal maupun eksternal. Tabel.2.1. Matrik SWOT IFAS STRENGHT (S)
WEAKNESS (W)
Tentukan 5 – 10 faktor- Tentukan 5 – 10 faktorfaktor kekuatan internal. faktor kelemahan internal.
EFAS OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
Tentukan 5 – 10 Ciptakan strategi yang faktor ancaman menggunakan kekuatan eksternal. untuk memanfaatkan peluang.
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.
THREATS (T)
STRATEGI WT
STRATEGI ST
45
Tentukan 5 – 10 Ciptakan strategi yang faktor ancaman menggunakan kekuatan eksternal. untuk mengatasi ancaman.
Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan untuk menghindari ancaman.
Dalam menciptakan strategi dalam analisis SWOT, suatu perusahaan atau lembaga harus membandingkan dalam analisis SWOT. Perpaduan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut52: 1. Strategi SO (Strength–Opportunities). Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan atau lembaga, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST (Strenghts–Threats). Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.
3. Strategi
WO
(Weakness–Opportunities)
Strategi
ini
diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4. Strategi WT (Weakness–Threats). Strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
52
Michael E. Porter, Strategi Bersaing (Competitive Strategy): Alih Bahasa Hendry , (Tangerang : Kharisma Publishing Group, 2007), h. 259.
46
5. Strategi Pendistribusian ZIS Pada Lembaga Zakat Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain53: a. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. b. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzakki. c. Untuk mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. d. Untuk
memperlihatkan
syiar
Islam
dalam
semangat
penyelenggaraan pemerintahan yang Islami. Jika zakat diserahkan langsung dari muzakki kepada mustahiq, meskipun secara hukum syari'at adalah sah, akan tetapi disamping akan terabaikannya halhal tersebut di atas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang berkaitan dengan kesejahteraan umat akan sulit diwujudkan. Yusuf Qaradhawi dalam bukunya, menyatakan bahwa seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat harus memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut54:
53
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani, 2012), h. 126. 54 Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat: Alih Bahasa Salman Harun dkk Cetakan 7, (Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa, 2004), h. 551 – 552.
47
a. Beragama Islam. b. Mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akan pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat. c. Memiliki sifat amanah atau jujur. d. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat dan mampu melakukan sosialisasi berkaitan dengan zakat kepada umat. e. Memiliki
kemampuan
untuk
melaksanakan
tugas
dengan
sebaikbaiknya. Menurut Didin Hafidhuddin, amil zakat yang baik adalah amil zakat yang full time dalam melaksanankan tugasnya, tidak asal-asalan dan tidak pula sambilan. Di Indonesia, berdasarkan keputusan Menteri Agama RI No. 581 tahun 1999, dikemukakan bahwa lembaga zakat harus memiliki persyaratan teknis, antara lain55: a. Berbadan hukum. b. Memiliki data muzakki dan mustahiq. c. Memiliki program kerja yang jelas. d. Memiliki pembukuan yang baik. e. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit. Dalam peraturan tersebut, lembaga zakat melakukan strategi dalam menentukan arah pengelolaan zakat ke depannya. Untuk itu diperlukan ketetapan hukum yang jelas, berdiri sebagai lembaga hukum dan terorganisir dengan melakukan kegiatan pembukuan secara rutin. 55
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani, 2012), h. 129 – 130.
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN A.
Sejarah Berdirinya BAZNAS Kota Tangerang Selatan Badan Amil Zakat Daerah (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan merupakan organisasi pemungut zakat bentukan pemerintah yang bertugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat. BAZNAS Kota Tangerang Selatan dibentuk melalui Keputusan Walikota No. 451.12/Kep 252-Huk./2010 Tanggal 23 Juli 2010 sebagai realisasi dari UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat di Kota Tangerang Selatan. BAZNAS Kota Tangerang Selatan dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri Agama.56 BAZNAS Kota Tangerang Selatan didirikan selain sebagai realisasi undang-undang, juga meningkatkan kesadaran dalam berzakat. Selama ini, zakat yang dilakukan oleh masyarakat Kota Tangerang Selatan masih tradisional. BAZNAS Kota Tangerang Selatan hadir di tengah-tengah masyarakat dalam melayani pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, infak, sedekah dan dana keagamaan lainnya. Dilihat dari sisi ketenagaannya BAZNAS ini merupakan perpaduan antara potensi ulama, umaro dan masyarakat. Hal ini sesuai BAB V pasal 6 PERDA Kabupaten Tangerang No. 2 Tahun 2006. Susunan hierarki BAZ 56
Tim BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 10 Januari 2017 pukul 15:15 dari http://baznaskotatangsel.com/profil/
48
49
terdiri atas BAZNAS Kabupaten / Kota dan BAZNAS Kecamatan (BAZCAM).57 BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki struktur anggota untuk melakukan pengelolaan zakat. Anggota BAZNAS Kota Tangerang Selatan merupakan individu yang berasal dari ulama, tokoh masyarakat, dan praktisi. Selain itu, BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai kepanjangan
tangan
dalam
mengumpulkan,
mendistribusikan
dan
mendayagunakan dana zakat, yaitu BAZNAS Kecamatan (BAZCAM). BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai Visi yaitu, Menjadikan Badan Amil Zakat Daerah (BAZNAS) sebagai lembaga pengelola zakat yang dipercaya dalam membangkitkan ekonomi umat dalam rangka memerangi dan mengetaskan kemiskinan. Dari visi diatas dapat kita lihat bahwa BAZNAS Kota Tangerang Selatan akan berusaha dipercaya
umat
menjadikan
sebuah
lembaga
dalam menyalurkan zakat sebagai
yang
dapat
aplikasi terhadap
perintah Allah dalam surat At-Taubah yaitu mengeluarkan zakat. Hal ini sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an dan Sunnah yang menjadi landasan dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan. BAZNAS mempunyai visi sebagai pengumpul, pendayaguna, dan pendistribusi zakat di Kota Tangerang Selatan Visi tersebut ialah Menjadikan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai lembaga pengelola zakat yang dipercaya dalam membangkitkan ekonomi umat dalam rangka 57
Tim BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 10 Januari 2017 pukul 15:15 dari http://baznaskotatangsel.com/profil/
50
memerangi dan mengentaskan kemiskinan.58 Visi tersebut menjelaskan bahwa BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam mengumpulkan, mendayagunakan, dan
mendistribusikan zakat mempunyai integritas dan dapat menumbuhkan perekonomian umat Islam di Tangerang Selatan. Untuk mencapai visi tersebut, tugas BAZNAS Kota Tangerang Selatan ditopang dengan misi-misi yang meliputi:
a. Menggali potensi umat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang Selatan dalam upaya memperkecil kemiskinan, b. Memudahkan pelayanan para muzakki, munfiq dan mufashaddiq dalam menunaikan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS), c. Mendistribusikan zakat kepada mustahik (yang berhak menerima zakat) sesuai dengan hukum dan syari’at serta Undang-undang yang berlaku. Misi-misi berikut terdefinisikan untuk memenuhi visi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam pengumpulan, pendayagunaan dan pendistribusian zakat. Menggali potensi umat dalam kesejahteraan masyarakat
dilakukan
dalam
pengumpulan
zakat
yang
optimal.
Memudahkan pelayanan mewujudkan dalam manajemen BAZNAS Kota Tangerang
Selatan,
hingga
zakat
tersebut
didayagunakan
dan
didstribusikan untuk mustahik. Pemberian layanan dalam pengelolaan zakat, BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai kantor pusat di Jalan Benda Raya,
58
Tim BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 10 Januari 2017 15:15 dari http://baznaskotatangsel.com/profil/
51
Pamulang, Tangerang Selatan. Setelah berpindah tempat, kini BAZNAS Kota Tangerang Selatan beralamat di Jalan Benda Barat XIV Nomor 8, Pamulang Permai II, Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan. B.
Struktur Organisasi BAZNAS Kota Tangerang BAZNAS sebagai lembaga pelayanan masyarakat dari masyarakat yang berzakat (muzakki) untuk masyarakat yang membutuhkan bantuan zakat (mustahik), BAZNAS Kota Tangerang Selatan dikelola berdasarkan struktur organisasi. Struktur organisasi dikelola oleh sumber daya independen dan pemerintah untuk mengurusi administrasi, memfasilitasi, dan melakukan penataan dalam pengelolaan zakat. Selain itu, sumber daya dalam
BAZNAS
Kota
Tangerang
Selatan
mengumpulkan
mendistribusikan, dan mendaya-gunakan zakat sesuai aturan undangundang dan ketentuan syari’ah. Anggota dalam struktur organisasi BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai tanggung jawab. Tanggung jawab tersebut antara lain memperbaiki keadaan dan taraf perekonomian masyarakat, menyediakan fasilitas yang akan menunjang upaya perbaikan penghasilan bagi umat, dan melakukan penataan administrasi umum, personalia dan keuangan zakat. Tanggung jawab tersebut disalurkan melalui bentuk pengelolaan zakat berlandaskan syari’ah. Struktur organisasi di BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebagai berikut:
52
Dewan Pertimbangan Ketua
: Walikota Tangerang Selatan
Wakil Ketua
: Sekertaris Kota Tangerang Selatan
Sekertaris
: Asda 1 Kota Tangerang Selatan
Wakil Sekertaris
: Kabag Kesra Setda Kota Tangerang Selatan
Anggota
: 1. K.H Saidih, S.Ag. 2. K.H Zinuddin Abdullah, M.HUM. 3. K.H Hasyim Rais
2. Komisi Pengawas Ketua
: Kepala Kandepag Kab. Tangerang
Wakil Ketua
: H. Norodom soekarno, S.Ip.
Sekertaris
: Drs. H. Noor Aly
Wakil Sekertaris
: Drs. H. Hasanuddin, M.M.
Anggota
: 1. H. Dadang Syarif 2. H. Abdul Rahim Aryad 3. Drs. H. Suryadi
3. Badan Pelaksana Ketua Umum
: Drs. K.H. Endang Saefuddin, M.A.
Ketua I
: Drs. H.M. Idris Elby, M.H.M.A
Ketua II
: K.H. Komarudin
Ketua III
: K.H. Juhana Zakaria
Sekertaris Umum
: Drs. H. Nana Suardi
Sekertaris I
: Bukit Sutiarno
53
Sekertaris II
: Drs. Muchtar Kasmarang, S.Ag. M.M.
Bendahara
: Drs. H. Masir
Wakil Bendahara
: Drs. Abdul Karim Ja’far, M.M.
Seksi-Seksi 1. Seksi Pengumpulan Ketua
: DR.H. Dimyati Sajari, M.Ag.
Anggota
: 1. H. Ruslan Sudjaja, S.H, M.M. 2. H. Muhyidin 3. H. Ramli Sondakh 4. H. Suroso 5. Baihaqi Hamdi 6. H. Weldy CH, S.E. 7. Yusuf FHR, S.Pd.
2. Seksi Pendistribusian Ketua
: Drs. Abdul Rozak Sastra, M.A.
Anggota
: 1. Drs. H. Hasan HB, M.Pd. 2. Drs. Halimi 3. M. Tata Surya 4. Drs. M. Nasir Syah 5. H. Muchlash 6. Drs. Syamsuri
3. Seksi Pendayagunaan Ketua
: Drs. H. Nasuha Abu Bakar, M.A.
Anggota
: 1. Drs. H. A. rozak, M.A. 2. H. Muhammad Siddiq, S.H.I.M.H
54
3. Drs. Jayadi. 4. Drs. H. Haryadi 5. Wandi, S.Sos. 6. H. Budi Hryawan, S.E. 7. Ust. H. Syarif 4. Seksi Pengembangan Ketua
: Ir. H. Junaidi
Anggota
: 1. Drs. H. Haris Nasution 2. Drs. Syuhada, M.A. 3. H. Irawan, M.P.d. 4. Joko Suprapto 5. Ahmad Kurniadi, B.A. 6. Drs. Tafsir Munir 7. H. Muhammad Syafe’i, S.Ag
Struktur organisasi tersebut menggambarkan bahwa, masingmasing anggota BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai tugastugas yang meliputi, a. Ketua Ketua mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam menjalankan program kerja dan rencana yaitu: (1) Membina dan membimbing umat dalam rangka pelaksanaan zakat, infak dan sedekah,
55
(2) Mensosialisasikan hukum zakat dan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, (3) Memungut, menerima dan menyalurkan zakat, infak dan sedekah serta lainnya sesuai dengan ketentuan syariat, dan (4) Melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam peningkatan kualitas pungutan zakat dan kualitas pengelolaan zakat.59 Ketua bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan, baik dalam pengumpulan, penyaluran dan pendistribusian zakat. Selain itu, ketua melakukan sosialisasi dan kerja sama kepada pemerintah dan lembaga-lembaga lain terkait pengelolaan zakat dan rencana kerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan. b. Sekretaris Sekretaris mempunyai tugas yang meliputi: (1) Mengadakan pembagian tugas bagi masing-masing staf sekretaris, (2) Melakukan penataan administrasi surat menyurat (kode surat) dan lain-lain dan penataan arsip surat, (3) Melakukan penataan sekretariat dari segi kelengkapan dan tata letak arsip dan lain-lain, (4) Menghimpun data seluruh seksi untuk bahan laporan dan publikasi, (5) Melaksanakan
sosialisasi
pengelolaan
zakat
bekerjasama
dan
berkoordinasi dengan seksi-seksi lain, (6) Melaksanakan tugas lain di seksi pengelolaan zakat sesuai hasil rapat, 59
Tim BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 10 Januari 2017 15:15 dari http://baznaskotatangsel.com/profil/
56
(7) Menerbitkan buletin, pamflet, spanduk, buku petunjuk dan bimbingan zakat bersama dengan seksi-seksi lain, (8) Menyusun laporan bulanan, triwulan dan tahunan bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-seksi lain, (9) Menyiapkan kupon pungutan dan pendistribusian zakat, infak dan sedekah, (10) Mengadakan dan membuat data inventaris BAZNAS, (11) Melaksanakan sosialisasi peraturan perundang-undangan.60 Sekretaris membantu ketua untuk menginventaris setiap kegiatan yang dilakukan oleh BAZNAS. Sekretaris yang menyediakan sumber daya organisasi, menjaga kepemilikan perangkat untuk ke-butuhan BAZNAS. Terdapat tiga pimpinan sekretaris untuk merincikan setiap kegaiatan BAZNAS. c. Bendahara Bendahara mempunyai tugas yang meliputi, (1) Membuat rencana anggaran tahun operasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan bersama sekretaris, (2) Melaksanakan penataan administrasi keuangan zakat dan keuangan operasional, (3) Mengadakan pembagian tugas yang menangani administrasi keuangan zakat dan menangani keuangan biaya operasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan, 60
Tim BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 10 Januari 2017 15:15 dari http://baznaskotatangsel.com/profil/
57
(4) Melaksanakan pembukuan penerimaan dan pengeluaran keuangan zakat dan biaya operasional sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (5) Menyiapkan data keuangan baik penerimaan dan pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan, pengembangan maupun data biaya pengelolaan sebagai data laporan dan publikasi, (6) Menyiapkan laporan keuangan bulanan, triwulan, semesteran dan tahunan, (7) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan zakat, infak dan sedekah bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-seksi lain. Bendahara
membantu
ketua
dalam
pelaksanaan
operasional
pengelolaan zakat. Seluruh administrasi dan keuangan BAZNAS diemban oleh bendahara yang terdiri atas bendahara dan wakil bendahara. Operasional mencakup dana hibah APBD Kota Tangerang Selatan, fleksibel untuk dilaporkan kepada walikota. d. Seksi Pengumpulan Di bawah naungan ketua, terdapat seksi-seksi yang membantu dalam pengelolaan zakat. Seksi-seksi tersebut berwenang menjalankan tugas dalam pengumpulan, pendayagunaan, pendayagunaan dan pengembangan zakat. Seksi pengumpulan pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai tugas yang meliputi: (1) Menyusun rencana dan program pelaksanaan pengumpulan zakat, infak dan sedekah dan menginformasikan hasil pengumpulan zakat, infak dan sedekah,
58
(2) Melaksanakan sosialisasi pengumpulan zakat, infak dan sedekah bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-seksi lain, (3) Melakukan bimbingan tentang pengumpulan zakat, infak, dan sedekah kepada UPZ, SKPD dan BAZ kecamatan, (4) Mengintensifkan pengumpulan zakat, infak dan sedekah di seluruh instansi / lembaga pemerintah dan swasta serta perusahaan, sesuai ketentuan perundangan yang berlaku, (5) Mendistribusikan kupon ke DKM, UPZ SKPD dan BAZ Kecamatan serta lembaga pemerintah maupun swasta, (6) Menyiapkan data pengumpulan zakat, infak dan sedekah sebagai bahan laporan dan publikasi, (7) Menyusun
format
database,
melakukan
pendataan
dan
mengidentifikasi tentang muzakki, (8) Melaksanakan tugas lain tentang pengelolaan zakat sesuai hasil rapat. Pengelolaan zakat memerlukan fundraising atau penghimpunan zakat.61 dalam mencapai fungsi keberadaan lembaga zakat. Kekuatan lembaga zakat, termasuk BAZNAS adalah hak amil dari muzakki. Organisasi mengindikasi zakat untuk dikumpulkan berdasarkan operasional dalam ketahanan sumber daya BAZNAS. Maka, perlu adanya pengelolaan zakat meliputi pengumpulan zakat untuk mencapai tujuan BAZNAS.
61
Tim BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Profil BAZNAS Kota Tangerang Selatan, artikel diakses pada 10 Januari 2017 15:15 dari http://baznaskotatangsel.com/profil/
59
e.
Seksi Pendistribusian Seksi pendistribusian pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan
mempunyai tugas yang meliputi: (1) Merumuskan format database, melakukan pendataan dan penyusunan identifikasi tentang mustahik, (2) Menyusun rencana dan program pelaksanaan pendistribusian kepada mustahiq sesuai asnaf dan berdasarkan database, (3) Mengelola pendistribusian zakat, infak dan sedekah secara produktif untuk membebaskan umat dari rentenir dan membentengi akidah umat serta meningkatkan kualitas SDM serta kesejahteraan umat, (4) Melaksanakan sosialisasi pendistribusian zakat, infak dan sedekah bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-seksi lain, (5) Menyiapkan data pendistribusian zakat, infak dan sedekah sebagai bahan laporan dan publikasi, (6) Melaksanakan tugas lain tentang pengelolaan zakat sesuai hasil rapat BAZNAS mengembangkan data mustahik untuk kemudian menjadi bahan acuan untuk mendistribusikan zakat secara optimal. Pendistribusian bersyarat untuk menyalurkan zakat kepada usaha konsumtif dan produktif guna membebaskan hidup umat dari keterbatasan ekonomi. Setelah itu, seksi pendistribusian memberikan hasil publikasi kepada ketua untuk dialporkan kepada muzakki dan walikota.
60
f. Seksi Pendayagunaan Seksi pendayagunaan pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai tugas yang meliputi: (1) Merencanakan dan melaksanakan pendayagunaan dana zakat, infak dan sedekah untuk kegiatan non komsumtif (modal bergulir) bersama seksi pendistribusian dan seksi lainnya, (2) Merencanakan dan melaksanakan pendayagunaan dana zakat, infak, sedekah, dan sebagainya bekerjasama dengan seksi pen-distribusian dan seksi lain untuk usaha produktif, (3) Merencanakan pendayagunaan zakat, infak dan sedekah dalam pengikutsertaan modal usaha produktif di bawah pengawasan / kontrol yang ketat,
(4) Mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam pendayagunaan zakat, infak dan sedekah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (5) Menyiapkan data pendayagunaan zakat, infak dan sedekah sebagai bahan laporan dan publikasi, (6) Mengadministrasikan dokumen pendayagunaan zakat, infak dan sedekah, (7) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan zakat bersama dan berkoordinasi dengan seksi lain, (8) Melaksanakan tugas lain tentang pengelolaan zakat sesuai hasil rapat.
61
Melakukan tugas yang hampir sama dengan seksi pendistribusian zakat, seksi pendayagunaan zakat bertanggung jawab dalam pendayagunaan zakat setelah didistribusikan. Usaha produktif meliputi modal bergulir untuk membebaskan umat dari jeratan kemiskinan. Seksi pendayagunaan melaksanakan tugas tersetu dan melaporkannya kepada ketua. g. Seksi Pengembangan BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki seksi pengembangan untuk mengembangkan operasional yang sudah berjalan dan demi mencapai terbentuknya zakat sebagai pengentasan kemiskinan di Kota Tangerang Selatan. Baik pengelolaan dan sumber daya dikembangkan sesuai dengan rencana. Seksi pengembangan pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai tugas yang meliputi, (1) Menyusun rencana program pelaksanaan pengembangan ZIS dengan pengelolaan yang profesional, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, (2) Menyusun rencana program pengelolaan zakat, infak dan sedekah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, (3) Melaksanakan penelitian tentang pengelolaan zakat, infak dan sedekah, (4) Melaksanakan sosialisasi pengelolaan zakat, infak dan sedekah dalam bentuk seminar, pelatihan dan lain-lain bekerjasama dan berkoordinasi dengan seksi-seksi lain,
62
(5) Menyiapkan data pengembangan pengelolaan zakat, infak dan sedekah sebagai bahan laporan dan publikasi, (6) Mengurus tugas lain pada pengelolaan zakat sesuai hasil rapat. Pengembangan seperti membentuk penelitian dan melakukan sosialisasi dapat meningkatkan muzakki dalam membayar zakat. BAZNAS membentuk seksi pengembangan untuk memgembangkan potensi zakat yang ada di wilayah BAZNAS Kota Tangerang Selatan. C.
Program-Program BAZNAS Kota Tangerang Selatan Program-program yang ada di BAZNAS Kota Tangerang Selatan dibuat meurut dengan asnaf, sebagai berikut: 1. Asnaf Riqab terdiri dari: a. Bantuan Kesehatan b. Rehab / Bedah Rumah c. Bantuan berdasarkan proposal 2. Asnaf Gharimin terdiri dari: a. Bantuan sarana keagamaan yaitu: b. TPQ / TPA c. Majlis Taklim d. Mushalla / Masjid 3. Asnaf Muallaf terdiri dari: a. Bantuan Pembinaan Muallaf b. Bantuan Masyarakat Dhu’afa
63
4. Asnaf Ibnu Sabil terdiri dari: a. Bantuan Beasiswa Berkelanjutan: b. Siswa SD / MI c. Siswa SLTP d. Siswa SLTA 5. Asnaf fi sabilillah terdiri dari: a. Bantuan Guru Ngaji b. Bantuan Guru TPQ / TPA. Dari berbagai asnaf, program tersebut dikategorikan ke dalam tiga program besar, yaitu: 1. Program Tangsel Cerdas 2. Program Tangsel Modern 3. Program Tangsel Religius
BAB IV STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZIS DI BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN A.
Mekanisme dan Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan Pendistribusian ZIS menjadi sangat penting, di samping pengumpulan dan pendayagunaan ZIS. Pendistribusian zakat dilakukan setelah tercapainya hasil dalam pengumpulan zakat, dan nantinya akan dilakukan pemberdayaan, apabila kebutuhan mustahik tercukupi. Ada dua hal yang dapat mengidentifikasi pendistribusian pada ZIS, yaitu mekanisme pendistribusian, dan strategi pendistribusian. 1. Mekanisme Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Mekanisme mengacu kepada cara kerja suatu kegiatan untuk meningkatkan hasil kerja. Dalam menjalankan sebuah mekanisme, BAZNAS Kota Tangerang Selatan menjalankan kegiatan pendistribusian dengan beberapa hal, yaitu: a. Larangan Kegiatan terhadap Riba dan Gharar Sebagai lembaga zakat, kegiatan yang dilakukan berdasarkan prinsip keislaman, baik dalam kegiatannya maupun dalan segi administrasinya. Larangan terhadap riba dan gharar tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dasar Nomor 23 Tahun 2011, bahwa zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syari’at
64
65
Islam.62 Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pendistribusian harus sesuai dengan nilai-nilai kesyari’ahan. Dalam menjalankan kegiatannya, BAZNAS Kota Tangerang Selatan menerapkan pendistribusian ZIS dengan tidak mengandung unsur riba dan gharar. Hal tersebut dapat dilihat melalui laporan keuangannya. Tabel 4.1. Rekapitulasi ZIS BAZNAS Kota Tangerang Selatan No
Uraian
Pemasukan
1
Fitrah 7 BAZCAM
1,556,022,000
2
Fitrah SKPD, dll
3
ZIS SKPD, dll
4
Infak Calhaj
45,697,500
5
Bonus Bank
74,492,854
6
Administrasi & Pajak Bank Asnaf Fuqoro, masakin, & amilin dari Fitrah, SKPD, dll Amilin Dari ZIS SKPD DLL Pentasarufan 2016
7
8 9
Jumlah
Saldo
Pengeluaran
214,309,700 1,599,252,922
16,980,199 33,275,510
115,978,000 3,016,000,000 3,489,774,976
3,182,233,709
307,541,267
Pada rekapitulasi hasil pengumpulan ZIS pada tahun 2015, BAZNAS Kota Tangerang Selatan telah mengumpulkan dana dari 7 BAZCAM atau Badan Amil Zakat Kecamatan, dan institusi 62
Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 25
66
pemerintah dalam bentuk SKPD. Dalam mengumpulkan hasil ZIS tersebut, BAZNAS Kota Tangerang Selatan juga melayani muzakki dalam bentuk rekening bank. BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak mencampur bonus bank yang sebanyak Rp. 74.492.854,dengan jumlah zakat muzakki karena BAZNAS Kota Tangerang Selatan masih menjadi nasabah bank konvensional. Sehingga, dalam pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan telah menjalankan prinsip syari’ah. b. Proporsi Pendistribusian Zakat yang
terkumpul
di
wilayah
Kota
Tangsel
telah di
distribusikan dan didayagunakan Berdasarkan asnaf sebagai berikut63: (1) Zakat Fitrah Sebesar 60% zakat fitrah didistribusikan di DKM / UPZ setempat, dengan prosentase sebagai berikut:
63
(a) Asnaf fakir
12,5%
(b) Asnaf miskin
12,5%
(c) Asnaf amilin
7,0%
(d) Asnaf muallaf
7,5%
(e) Asnaf Riqab
3.0%
(f) Asnaf Gharimin
5.0%
(g) Asnaf Fi Sabilillah
10,0%
Kasmarang H. Muchtar, BAZNAS Kota Tangerang Selatan, (Tangerang Selatan : 2011) Cet. 1 h. 29.
67
Sebesar 5%, zakat fitrah didistribusikan di UPZ Kelurahan dengan prosentase sebagai berikut: (a) Asnaf Amilin
3,0%
(b) Asnaf Riqab
2,0%
Sebesar 20%, zakat fitrah didistribusikan di BAZCAM dengan prosentase sebagai berikut: (a) Asnaf Amilin
2,5%
(b) Asnaf Muallaf
2,5%
(c) Asnaf Riqab
5,0%
(d) Asnaf Gharimin
5,0%
(e) Asnaf Ibnu Sabil
5,0%
Sebesar 20%, zakat fitrah didistribusikan di BAZNAS Kota Tangerang Selatan dengan prosentase sebagai berikut: (a) Asnaf Muallaf (b) Asnaf Riqab
2,5% 2,5%
(c) Asnaf Gharimin
2,5%
(d) Asnaf Ibnu Sabil
5,0%
(e) Asnaf fi Sabilillah
2,5%
Zakat Fitrah yang di kumpulkan di UPZ Kantor Dinas/ Badan/Instansi/ Lembaga dan BUMN/ BUMD, Perusahaan
68
Swasta didistribusikan Sebesar 32% dengan prosentase sebagai berikut64: (a) Asnaf Fakir
12,5%
(b) Asnaf Miskin
12,5%
(c) Asnaf Amilin
7,0%
Sisanya dari UPZ Kantor dinas yang sebesar 68% didistribusikan/didayagunakan di BAZNAS Kota Tangerang Selatan dengan prosentase sebagai berikut: (a) Asnaf Amilin
5,5%
(b) Asnaf Muallaf
12,5%
(c) Asnaf Riqab
12,5%
(d) Asnaf Gharimin
12,5%
(e) Asnaf Ibnu Sabil
12,5%
(f) Asnaf fi Sabilillah
12,5%
(2) Zakat Profesi dan ZIS lainnya Sejak tahun 2009 sampai saat ini zakat profesi dan ZIS lainnya
hanya dipungut
dari
SKPD/ Dinas/ Badan/
Instansi Pemerintah dari Kantor Kecamatan wilayah Kota Tangerang Selatan yang didistribusikan sebagai berikut65: (a) Di UPZ yang bersangkutan prosentase untuk asnaf Amilin sebesar 5,5%.
64
Kasmarang H. Muchtar, BAZNAS Kota Tangerang Selatan, (Tangerang Selatan : 20011) Cet. 1 hal. 31. 65 Kasmarang H. Muchtar, BAZNAS Kota Tangerang Selatan, (Tangerang Selatan : 20011) Cet. 1 hal. 31.
69
(b) Di BAZNAS Kota Tangerang Selatan dengan prosentase sebagai berikut: Asnaf Fakir
12,5%
Asnaf Miskin
12,5%
Asnaf Muallaf
7,0%
Asnaf Riqab
12,5%
Asnaf Gharimin
12,5%
Asnaf Ibnu Sabil 12,5% Asnaf fi Sabilillah Keseluruhan
penggolongan
12,5% dana
zakat
tersebut
diatas,
didistribusikan dan didayagunakan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan tahapannya yaitu66: (1) Pentasharrufan Tahap Pertama didistribusikan kepada: a. Asnaf Riqab terdiri dari: Bantuan Kesehatan Rehab / Bedah Rumah Bantuan berdasarkan proposal b. Asnaf Ibnu Sabil (Beasiswa Berkelanjutan) terdiri dari: Siswa SD/ MI Siswa SLTP Siswa SLTA
66
Endang Saefudin, Drs. K. H, Ketua BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Wawancara Pribadi, Tangerang Selatan, 12 Februari 2017
70
c. Asnaf fi sabilillah terdiri dari: Bantuan Guru Ngaji Bantuan Guru TPQ / TPA (2) Pentasharrufan tahap kedua di distribusikan kepada: (a) Gharimin terdiri dari: Sarana keagamaan yang terdiri dari: o TPQ/TPA o MI o SD o MTS o Majelis Ta’lim o Mushalla o Masjid (b) Muallaf yang terdiri dari: Bantuan Muallaf Bantuan Dhuafa Penggolongan bantuan ini sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan ketersediaan dana dan kebutuhan bantuan. Selain bantuan kelima asnaf di atas, BAZNAS Kota Tangerang Selatan melayani pula bantuan spontanitas (sewaktu-waktu) yang kemudian disesuaikan dengan asnaf pemohon. Berikut adalah uraian pentasharufan yang dilakukan oleh BAZNAS Kota Tangsel pada tahun 2016.
71
Tabel 4.2. Uraian Pentasharufan BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016 NO
URAIAN/ASNAF
VOLUME
SATUAN
Penerimaan ZIS 2015 Pengeluaran administrasi dll Pengeluaran Saldo I
II
3.489.774.976 256.445.949 3.016.000.000 217.329.027
Masakin = Rp. 595.000.000 1.Bantuan Temporer
200.000.000
2.Bantuan Kesehatan
120.000.000
3.Bantuan Modal dan peningkatan ekonomi umat
275.000.000
Sabilillah = Rp. 682.750.000 1.Guru Ngaji
III
JUMLAH
71.250.000
2.Guru TPA/TPQ 400 Orang @Rp. 300.000
120.000.000
3.Bantuan Dhuafa
491.500.000
Ibnu Sabil = Rp. 1.217.200.000 1.Beasiswa SD/MI
187.600.000
2.Beasiswa SLTP
232.200.000
3.Beasiswa SLTA
259.500.000
4.Marbot
69.900.000
5.Mushalla
117.000.000
6.Masjid
236.000.000
7.KKM- MTs.
50.000.000
8.KKM- MI
25.000.000
72
IV
Muallaf = Rp. 49.050.000 1.Muallaf
V
49.050.000
Gharimin = Rp. 512.000.000 1.Rehab Rumah
512.000.000
JUMLAH
3.016.000.000
Pendistribusian dana dari Rp. 3.016.000.000,- seluruh asnaf di sebar ke tujuh kecamatan yang ada di Kota Tangerang Selatan yaitu Kecamatan Pamulang, Kecamatan Ciputat, Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pondok
Aren,
Kecamatan
Serpong, Kecamatan Serpong Utara dan
Kecamatan Setu. Para mustahik atau penerima dana tersebut telah didata oleh BAZCAM yang mengerti akan kondisi perekonomian di wilayahnya. BAZNAS Kota Tangerang Selatan memproporsikan kepada BAZCAM yang juga menjabat sebagai pengurus kecamatan untuk dibagikan ke setiap kecamatan. 2. Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan Dalam
menetapkan
pendistribusian
ZIS,
BAZNAS
Kota
Tangerang Selatan melakukan strategi di antaranya, a. Penetapan Strategi Penetapan strategi
dilakukan sebelum
melakukan
kegiatan. Biasanya, BAZNAS kota Tangerang Selatan melakukan Rapat Kerja (RAKER) untuk menentukan tugastugas dalam pendistribusian zakat.
73
Target penyusunan RAKER terdiri atas67: (1) Membangun kerjasama yang baik dalam persiapan cetak biru
pengembangan
sinergi
lembaga
zakat
dari
pemerintah dalam jangka panjang. (2) Melaksanakan solusi jabaran evaluasi hasil pelaksanaan tugas, pencapaian pencapaian program setiap tahun ndan menjadi bahan pengambilan keputusan serta kebijakan di tahun berikutnya. (3) Menyusun rumusan program, jabaran tata kerja serta draft
reasioning
anggaran
(dana
hibah)
tahun
berikutnya. Dalam menetapkan pendistribusian zakat, BAZNAS Kota Tangerang Selatan telah memiliki sasaran-sasaran untuk kelima asnaf yang terdiri atas riqab, masakin, sabilillah, ibnu sabil dan gharimin. BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan RAKER setiap satu periode setelah selesai dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Selain
itu,
BAZNAS
Kota
Tangerang
Selatan
mendeskripsikan kekuatan dan kelemahan pada intern
67
Panitia Pelaksana Raker BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Bahan RAKER (Rapat Kerja) BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016, (Pamulang: BAZNAS Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 2.
74
BAZNAS sendiri. Kekuatan dan kelemahan BAZNAS dapat tertuang pada tabel berikut.68 Tabel 4.3. Kekuatan dan Kelemahan pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Kekuatan
Kelemahan (Permasalahan)
Pentasarufan ZIS mempunyai prosentasi yang besar. Pada tahun terakhir (2015), BAZNAS telah mendistribusikan sebesar Rp.3.016.000.000,atau mencapai 100 persen. Pendistribusian dibantu oleh BAZCAM, Kelurahan dan UPZ lainnya untuk memaksimalkan pendistribusian.
Terbatasnya sarana penunjang guna kelancaran tugas pokok pelayanan (seperti laptop, komputer, dan transportasi).
Pendistribusian ZIS mendapatkan dana dari institusi pemerintah dalam bentuk SKPD.
Belum maksimalnya satuan kerja / seksi di lingkungan BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam melaksanakan tugas di bidang pengelolaan zakat.
Pelaksanaan program dan kegiatan pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan dibantu dana hibah Pemerintah Kota Tangerang Selatan.
Tidak tersedianya honorarium atau uang transportasi bagi pengurus (sebagai motivasi peningkatan kinerja).
Belum terbentuk / ditetapkannya pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang telah selesai masa tugasnya.
Dari segi operasional, BAZNAS Kota Tangerang Selatan masih belum strategis menjalankanya. Belum tergantikannya pengurus, tidak maksimalnya satuan kerja, dan kurangnya fasilitas pada internal dapat menghambat jalannya nilai strategis pada operasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan. 68
Panitia Pelaksana Raker BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Bahan RAKER (Rapat Kerja) BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016, (Pamulang: BAZNAS Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 12.
75
b. Implementasi Strategi Penerapan strategi merupakan proses yang sangat penting bagi keberhasilan
suatu
organisasi.
Berikut
implementasi strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan ZIS: (1) Pendistribusian zakat dilakukan sesuai dengan syar’i setelah dikurangi dengan hak amilin 12,5 persen. Sisanya sebesar 87,5 persen dibagikan kepada lima
ashnaf
lainnya yaitu fakir, miskin, ghorimin, ibnu sabil dan fisabilillah. (2) BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan Rapat Kerja (RAKER) untuk mendeskripsikan pendistribusian zakat untuk lima ashnaf agar ZIS yang didistribusikan tersalur secara strategis dan tepat sasaran. (3) BAZNAS
Kota
Tangerang
Selatan
memberikan
pelatihan-pelatihan dan pembekalan skill bagi para kaum dhuafa, sehingga dana zakat yang diberikan oleh lembaga dapat di kelola dengan baik dan dapat meningkatkan pendapatan. (4) Adanya
dana
produktif
produktif adalah dana
dan
konsumtif,
dana
yang diberikan kepada kaum
dhuafa dapat dikelola dengan baik agar dana yang terbatas itu dapat dimanfaatkan dalam bentuk UMKM,
76
harapannya adalah agar dana yang terbatas itu dapat bergulir
menjadi besar dan dapat disalurkan kepada
mustahik lainnya, sedangkan dana konsumtif adalah dana yang diperuntukan santunan. (5) BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan hubungan kerja kepada BAZCAM dan UPZ terkait dengan pengumpulan dan pentasharrufan atau pendistribusian zakat. Zakat yang telah dikumpulkan, disalurkan melalui BAZCAM dan UPZ melalui BAZNAS Kota Tangerang Selatan. pendistribusian oleh BAZCAM dan UPZ ditentukan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan terkait besaran yang diberikan setiap mustahik.69 BAZNAS Kota Tangerang Selatan telah menjalankan implementasi strategi dengan baik pada akses eksternal. Dengan dibantu BAZCAM dan UPZ, BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan pendistribusian ZIS kepada mustahik dengan berbagai macam jenisnya, seperti pelatihan dan memberikannya langsung. c. Evaluasi Strategi Setelah
menetapkan
dan
menerapkan
strategi,
BAZNAS Kota Tangerang Selatan mengevaluasi hasil kinerja mereka. Pada 2015 sebagai pengimplementasi tahun 2016, 69
Endang Saefudin, Drs. K. H, Ketua BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Wawancara Pribadi, Tangerang Selatan, 12 Februari 2017
77
BAZNAS Kota Tangerang Selatan telah melakukan kegiatan yang dikaregorikan berdasarkan tiga garis besar program, yaitu Tangsel Cerdas, Tangsel Modern, dan Tangsel Religius. BAZNAS Kota Tangerang Selatan juga melakukan rencana pentasharufan ZIS untuk tahun berikutnya, dan dibagikan kepada dewan pertimbangan dan komisi pengawas pada RAKER 2016. Uraian tersebut dituangkan dalam tabel berikut.70 Tabel 4.4. Evaluasi dan Rencana Kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan Tahun 2016 – 2017
No A
Uraian Kegiatan
Estimasi Keterangan
Nilai (Rp)
PROGRAM TANGSEL CERDAS 1 Beasiswa SD / MI
187,600,000 270 Mustahik @ 700,000
189,000,000
2 Beasiswa SLTP
232,200,000 216 Mustahik @ 1,350,000
291,600,000
Beasiswa SLTA
259,500,000 175 Mustahik @ 1,500,000
262,500,000
200,000,000
300,000,000
4 KKM.MTs
50,000,000
50,000,000
5 KKM.MI
25,000,000
25,000,000
3 Bantuan Temporer
B
Nilai Realita (Rp)
PROGRAM TANGSEL MODERN
70
Panitia Pelaksana Raker BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Baham RAKER (Rapat Kerja) BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016, (Pamulang: BAZNAS Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 11 dan 16.
78
1 Bantuan Kesehatan
120,000,000
170,000,000
2 Bantuan Modal & Peningkatan Ekonomi Umat
275,000,000 366 Mustahik @ 1,000,000
366,000,000
3 Bedah Rumah
512,000,000 31 Rumah @ 17,500,000
542,500,000
4 Pembinaan Mu’alaf
49,050,000
5 Bantuan Dhu’afa
C
100,000,000
261,500,000 1080 Mustahik @ 300,000
324,000,000
1 Bantuan Masjid
236,000,000 118 Masjid @ 2,500,000
295,000,000
2 Bantuan Musholla
117,000,000 117 Masjid @ 1,500,000
175,500,000
3 Bantuan Marbot
69,900,000 233 Mustahik @ 300,000
69,900,000
4 Bantuan Guru Ngaji
71,250,000 285 Mustahik @ 300,000
85,500,000
5 Bantuan Guru TPA / TPQ
120,000,000 4000 Mustahik @ 350,000
140,000,000
6 Bantuan Anak Yatim
230,000,000
PROGRAM TANGSEL RELIGIUS
Jumlah
3,016,000,000 Dalam
tabel
evaluasi
3,386,500,000 dan
perencanaan
kinerja
BAZNAS Kota Tangerang Selatan, penentuan pada evaluasi kegiatan sudah berjalan dengan baik. BAZNAS Kota Tangerang
Selatan
optimis,
hasil
pendistribusian akan ZIS meningkat
pentasharufan
dan
dengan selisih Rp.
79
268,549,900,- di periode berikutnya. Namun dari penentuan evaluasi tersebut, BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak menyebutkan secara strategis angka tersebut datangnya dari mana, dan BAZNAS Kota Tangerang Selatan kurang detail dalam menentukan jumlah mustahik pada prediksi tersebut. d. Analisis SWOT Untuk mencapai tujuan yang ditentukan, terdapat beberapa faktor penting yang harus kekuatan,
kelamahan,
peluang,
diperhatikan, yakni
dan
ancaman dimasa
sekarang dan dimasa yang akan datang. BAZNAS Kota Tangsel harus mengetahui faktor-faktor tersebut. Faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman BAZNAS Kota Tangsel dalam mendistribusikan dana ZIS dapat digambarkan dalam unsur-unsur analisis SWOT berikut. (1) Kekuatan (Strenght) Kekuatan yang dimiliki BAZNAS Kota Tangsel dalam mendistribusikan dana ZIS, yaitu: (a) Mempunyai sumber pendanaan tetap dari pegawai negeri di pemerintahan Kota Tangerang Selatan dalam bentuk SKPD. (b) Mempunyai tiga program pokok, yaitu Tangsel Cerdas, Tangsel Modern dan Tangsel Religius dan berjalan tetap.
80
(c) BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan hubungan kerja kepada BAZCAM dan UPZ terkait dengan pendistribusian ZIS. (d) SDM yang berkualitas. Para amil yang berada di BAZNAS Kota Tangerang Selatan adalah tenaga– tenaga profesional yang memiliki latar belakang berbeda dan jiwa sosial yang cukup tinggi. (e) Mempunyai pelatihan soft skill untuk mustahik. (2) Kelemahan (Weakness) Kelemahan yang dimiliki BAZNAS Kota Tangsel dalam mendistribusikan dana ZIS, yaitu: (a) Dorongan pemerintah yang kurang karena belum adanya PERDA tentang zakat. (b) Keterbatasan pencapaian pengumpulan dana ZIS, sehingga pendistribusian dana ZIS kurang merata. (c) Belum terbentuk kembali Pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan masih diurus pengurus periode lama. (d) Tidak adanya honor tetap untuk pengurus BAZNAS Kota Tangerang Selatan. (e) Kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana sebagai penunjang operasional pengurus.
81
(3) Peluang (Opportunities) Peluang yang dimiliki oleh BAZNAS Kota Tangsel dalam mendistribusikan dana ZIS, yaitu: (a) Sekitar 90 persen masyarakat Tangerang Selatan beragama muslim. (b) Potensi ZIS cukup besar di Kota Tangerang Selatan, dilihat dari 29 miliar pendapatan per kapita masyarakat. (c) Kesadaran masyarakat untuk membayar zakat di lembaga zakat mulai membaik. (d) Capaian ZIS pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan mencapai tiga miliar, sehingga akan terus berkembang. (e) BAZNAS
Kota
Tangerang
Selatan
dibantu
pemerintah untuk membuat anjuran berzakat di BAZNAS Kota Tangerang Selatan. (4) Ancaman (Threat) Ancaman BAZNAS Kota Tangsel dalam mendistribusikan dana ZIS, yaitu: (a) Kurangnya sosialisasi mengenai ZIS dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Pemerintah turut andil untuk lebih giat mempromosikan BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
82
(b) Letak kantor BAZNAS Kota Tangerang Selatan kurang strategis, sehingga masyarakat Tangerang Selatan belum mengenal jauh BAZNAS Kota Tangerang Selatan. (c) Banyak
pesaing,
seiring
dengan
tumbuhnya
pemahaman masyarakat akan ajaran agama islam yang ditunjukan, dengan tumbuhnya lembaga– lembaga ekonomi syariah, maka zakat sebagai suatu kewajiban
yang
berkembang.
harus
Sehingga
dijalankan tumbuh
pun
ikut
kembangnya
Lembaga Amil Zakat swasta pun tidak bisa dihindarkan. (d) Kurangnya pengawasan, karena jumlah amil yang terbatas,
sehingga
dalam
pendistribusian/pem-
berdayaan belum dapat melakukan pembinaan dan pendampingan
secara
maksimal
kepada
para
mustahik. (e) Pendistribusian masih kurang maksimal. Dengan capaian tiga miliar, BAZNAS Kota Tangerang Selatan masih memberikan proporsi kecil.
83
Setelah dijabarkan, dapat dibuat matriks sebagai berikut. Tabel 4.5. Matriks SWOT BAZNAS Kota Tangerang Selatan IFAS
Strenght Sumber Pendanaan Tetap pada SKPD; Program Pokok dan Tetap; Kerjasama dengan UPZ dan BAZCAM; SDM Berkualitas; Pelatihan Soft Skill
Weakness Kurangya Dorongan Pemerintah; Keterbatasan Pendistribusian ZIS; Pengurus baru belum dibuat; Tidak adanya honor tetap; Kurangnya Fasilitas
EFAS Opportunities Masyarakat Tangerang Selatan Mayoritas Islam; Potensi ZIS sangat Besar; Kesadaran Berzakat di Lembaga Zakat Membaik; Capaian Besar; Pemerintah Menganjurkan Masyarakat untuk Berzakat di BAZNAS Tangsel.
Strategi S–O Merancang Strategi Pendistribusian ZIS dari Dana SKPD; Mendeskripsi Program Pokok untuk Menggali Potensi ZIS; Kerjasama dengan UPZ dan BAZCAM akan urgensi ZIS; SDM Berkembang untuk Mengelola Capaian ZIS yang Besar; Pemerintah Mengembangkan Pelatihan dan Menunjukkan Hasilnya Ke Masyarakat.
Strategi W–O Melakukan Pendekatan Kepada Masyarakat dengan Personal Bangun Inovasi untuk Membangun Potensi ZIS; Recruitment Relawan untuk Membantu BAZNAS; Relokasi Anggaran untuk Bonus Pengurus; Pendekatan dari pemerintah ke Masyarakat, Bantu Maksimalkan Pendistribusian ZIS.
84
Strategi S – T
Threath Kurangnya Sosialisasi ZIS; Letak Kantor Kurang Strategis; Pesaing LAZ Belum Melakukan Pembinaan Pendistribusian ZIS; Proporsi Pendistribusian Masih Kecil.
Gunakan Dana SKPD untuk Mensosialisasikan ZIS; Distribusikan Program dengan Maksimal Agar Masyarakat Mengetahui Kinerja, sehingga Letak Tidak Menjadi Penghalang; Lakukan Kerjasama Tim dengan BAZCAM dan UPZ untuk Membangun Pendistribusian ZIS; Gunakan SDM yang ada untuk melakukan pembinaan; Kurangi Dana Pelatihan untuk menambah Proporsi.
Strategi W–T BAZNAS Datang Sendiri ke Masyarakat untuk Meningkatkan Distribusi ZIS; BAZNAS Lebih Banyak Studi Lapangan; Membentuk Pengurus Sesegera Mungkin; Membuat Distribusi Ke Arah Produktif dan Berkelanjutan; Menggunakan Fasilitas yang ada untuk Menyetarakan Proporsi distribusi.
Berdasarkan matriks di atas, BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai peluang strategis dari kekuatan yang dimiliki, seperti hadirnya pemerintah, UPZ dan BAZCAM untuk membantu meningkatkan pendistribusian ZIS. Pada saat ini, BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebaiknya melakukan pendekatan personal kepada masyarakat untuk memaksimalkan pendistribisian dan menggunakan fasilitas yang ada. Cara-cara efektif lainnya, dapat dilihat pada
85
strategi S–T yang secara garis besar, meningkatkan SDM internal untuk bisa mendapat perhatian pada eksternal. B.
Aplikasi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan 1. Jenis Pendistribusian Pendistribusian pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki karakter berdasarkan inovasi program dan bantuan untuk para mustahik. Inovasi tersebut dibagi menjadi tiga jenis pendistribusian, yaitu: a. Distribusi Konsumtif Tradisional BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendistribusikan zakat fitrah kepada lima asnaf yang diwakili oleh BAZCAM di tujuh kecamatan. Pada 2016, BAZNAS Kota Tangerang Selatan membagikan kupon sebanyak 9380 lembar dengan nominal sebanyak Rp. 16.415.000.000. b. Distribusi Produktif Tradisional BAZNAS Kota Tangerang Selatan mendistribusikandana ZIS dalam bentuk beasiswa pendidikan. Beasiswa tersebut dibagi ke dalam tiga tingkat, yaitu SD, SLTP, dan SLTA yang dimasukan ke dalam program Tangsel Cerdas. c. Distribusi Produktif Kreatif BAZNAS
Kota
Tangerang
Selatan
secara
periodik
mendistribusikan bantuan modal dan peningkatan ekonomi umat kepada masyarakat Kota Tangerang Selatan di tujuh kecamatan. Bantuan tersebut digolongkan pada program Tangsel Modern.
86
Dalam
mendistribusikan
dana
ZIS,
BAZNAS
Kota
Tangerang Selatan memberikan syarat kepada mustahik yang akan menerima bantuan dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Adapun syaratnya sebagai berikut71: a. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari Kelurahan, b. Bukti kepemilikan rumah untuk Program Tangsel Modern, c. Bukti usaha dagang untuk Program Tangsel Modern, d. Surat keterangan pembayaran sekolah untuk Program Tangsel Cerdas, e. Surat keterangan kepala sekolah untuk Program Tangsel Cerdas f. Kartu keluarga, g. BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan survei kepada mustahik untuk melihat kondisi keluarga, rumah yang ingin dibedah, dan usaha yang ingin dibantu. Syarat-syarat tersebut didasarkan kepada bantuan BAZNAS Kota Tangerang untuk memudahkan dalam pengelolaan zakat. 2. Program Pendistribusian BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai program pokok dari bermacam-macam bantuan pada ZIS. Adapun program tersebut terbagi pada:
71
Bintang Mikail Subuh, “Manajemen Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Daerah Kota Tangerang Selatan” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Binsis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 54.
87
a. Program Tangsel Cerdas Program Tangsel cerdas yaitu program BAZNAS Daerah Kota
Tangerang
Selatan
untuk
membantu
mencerdaskan
masyarakat di Kota Tangerang Selatan. Program ini sebagai perwujudan pemberdayaan ZIS dalam bentuk pendidikan.72 Program ini dikoordinir oleh Ketua I dengan deskripsi sebagai berikut73, (1) Merealisasikan pemberian beasiswa berkelanjutan di bidang pendidikan dasar dan pendidikan menengah; (2) Mengadakan pekasanaan bantuan biaya spontan / temporer di bidang pendidikan, KKM-MI dan KKM-MTs; (3) Melayani pembinaan penelitian tentang pengelolaan ZIS oleh mahasiswa maupun oleh masyarakat umum. Dalam program ini, bantuan yang diberikan meliputi bantuan beasiswa, bantuan seragam dan buku, serta bantuan guru-guru pada tingkat KKM masing-masing. b. Program Tangsel Modern Program Tangsel modern yaitu program yang dilakukan oleh BAZNAS Daerah Kota Tangerang Selatan dalam meningkatkan taraf hidup umat. Dengan adanya program ini, diharapkan dapat
72
Bintang Mikail Subuh, “Manajemen Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Daerah Kota Tangerang Selatan” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Binsis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 47. 73 Panitia Pelaksana Raker BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Baham RAKER (Rapat Kerja) BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016, (Pamulang: BAZNAS Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 13.
88
memenuhi kelayakan hidup dalam bidang ekonomi di Tangerang Selatan.74 Program ini dikoordinir oleh Ketua II dengan deskripsi sebagai berikut75, (1) Merencanakan sekaligus merealisasikan uaya peningkatan ekonomi umat melalui kegiatan pembinaan mualaf dan keluarga yang bekekurangan; (2) Melaksanakan pengadaan bantuan modal bagi pedagang kecil di lingkungan Kota Tangerang Selatan; (3) Melaksanakan pengadaan bantuan biaya kesehatan/berobat bagi masyarakat tidak mampu; (4) Melaksanakan kegiatan bantuan rehab/bedah rumah tidak layak. Program
Tangsel
Modern
mengindikasikan
kepada
peningkatan masyarakat ke era modern. Peningkatan ekonomi melalui modal, bantuan kesehatan, serta bantuan yang belum ada pada lembaga lain, rehab rumah, merupakan bantuan unggulan di tiap tiga program di BAZNAS Kota Tangerang Selatan. c. Program Tangsel Religius Program Tangsel religius yaitu program yang dilakukan oleh BAZNAS Daerah Kota Tangerang Selatan dalam meningkatkan
74
Bintang Mikail Subuh, “Manajemen Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Daerah Kota Tangerang Selatan” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Binsis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 47. 75 Panitia Pelaksana Raker BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Baham RAKER (Rapat Kerja) BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016, (Pamulang: BAZNAS Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 13.
89
sarana agama dan ibadah di seluruh Kecamatan di Kota Tangerang Selatan.76 Program ini dikoordinir oleh Ketua II dengan deskripsi sebagai berikut77: (1) Merealisasikan bantuan masjid/mushalla; (2) Melaksanakan kegiatan santunan kepada para guru ngaji, guru TPA/TPQ, kaum fakir/miskin, marbut dan dhua’fa. Program ini bertujuan untuk memudahkan akses beribadah untuk warga Kota Tangerang Selatan dan memakmurkan fasilitas ibadah sehari-hari, yaitu masjid dan mushalla. Program tersebut dapat dihubungkan melalui lima asnaf yang dibantu oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Bantuan dari program BAZNAS Kota Tangerang Selatan diaplikasikan dalam asnaf berikut. Tabel 4.6. Aplikasi Program Pendistribusian BAZNAS Kota Tangerang Selatan Jenis Program Jenis Bantuan Asnaf Tangsel Cerdas
Tangsel Modern
76
Beasiswa SD / MI; Beasiswa SLTP; Beasiswa SLTA; Bantuan Temporer; KKM.MTs; KKM.MI. Bantuan Kesehatan; Bantuan Modal dan Peningkatan Ekonomi; Bedah Rumah;
Fakir Miskin Ibnu Sabil
Fakir Miskin Sabilillah Gharimin
Bintang Mikail Subuh, “Manajemen Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Daerah Kota Tangerang Selatan” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Binsis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 47. 77 Panitia Pelaksana Raker BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Baham RAKER (Rapat Kerja) BAZNAS Kota Tangerang Selatan 2016, (Pamulang: BAZNAS Kota Tangerang Selatan, 2016), h. 13.
90
Pembinaan Mu’alaf; Bantuan Dhu’afa. Bantuan Masjid; Bantuan Musholla; Bantuan Marbot; Guru Ngaji; Bantuan Guru TPA / TPQ;
Tangsel Religius
Muallaf Fakir Miskin Sabilillah Ibnu Sabil
120,000,000
71,250,000
69,900,000
236,000,000 49,050,000
117,000,000
491,500,000
275,000,000 25,000
50,000
120,000,000
200,000,000
259,500,000
232,200,000
187,600,000
512,000,000
Grafik 4.1. Pendistribusian Zakat Infak dan Sedekah BAZNAS Kota Tangerang Selatan
PENTASYARUFAN 2015-2016
Beasiswa SD/MI
Beasiswa SLTP
Beasiswa SLTA
Bantuan Temporer
KKM.MTs
KKM.MI
Bantuan Kesehatan
Bantuan Modal dan Peningkatan Ekonomi
Bedah Rumah;
Pembinaan Mu’alaf
Bantuan Dhu’afa
Bantuan Masjid
Bantuan Musholla
Bantuan Marbot
Guru Ngaji
Bantuan Guru TPA / TPQ
Tangsel Cerdas
21%
30% Tangsel Modern
49% Tangsel Religius
BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang penulis paparkan, maka penulis dapat menunjukkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada dua hal yang dapat mengidentifikasi pendistribusian pada ZIS, yaitu mekanisme dan strategi pendistribusian. Dalam mekanisme pendistribusian ZIS, BAZNAS Kota Tangerang Selatan melakukan kegiatan bebas riba dan gharar. BAZNAS Kota Tangerang Selatan juga menentukan proporsi dalam pendistribusian ZIS dari UPZ, BAZCAM, dan UPZ Instansi sebesar 20% dalam bentuk zakat fitrah, dan 94,5% dalam bentuk zakat maal. Dalam strategi pendistribusian, BAZNAS Kota Tangerang
selatan
melakukan
penetapan
strategi
dengan
menyusun kekuatan dan kelemahan internal melalui RAKER, Implementasi strategi berdasarkan kegiatan dari RAKER, dan mengevaluasi dari rencana pentasharufan untuk tahun berikutnya, serta menganalisis SWOT, yaitu melakukan pendekatan personal kepada masyarakat dan menggunakan fasilitas yang ada, agar internal BAZNAS dapat terlihat oleh eksternal. 2. Aplikasi pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai tiga jenis pendistribusian yaitu, konsumtif tradisional dengan mendistribusikan zakat fitrah, produktif
91
92
tradisional dengan mendistribusikan bantuan beasiswa, dan produktif kreatif dengan mendistribusikan bantuan modal dan peningkatan ekonomi umat. Jenis pendistribusian ZIS tersebut dituang ke dalam tiga program pokok, yaitu Program Tangsel Cerdas, Program Tangsel Modern, dan Program Tangsel Religius untuk lima asnaf, yaitu fakir, miskin, gharimin, muallaf, ibnu sabil dan fisabilillah. B.
Saran Berdasarkan hasil kesimpulan yang penulis paparkan, penulis akan memberikan masukan dan kritik terkait pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan, yaitu: 1. Optimalisasi dan efisiensi dalam pengelolaan zakat, infak dan sedekah perlu ditingkatkan. Dalam hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi kebutuhan dan proporsi pengeluaran yang berlebih. Dan juga pemanfaatan secara maksimal fasilitas maupun aset yang telah dimiliki. Contoh kecil yang disoroti yakni dari pelatihan
amil
sebelum
proses
pendistribusian
harus
diselenggarakan secara maksimal dalam kualitas output dan diupayakan menggunakan anggaran yang sekecil mungkin. 2. BAZNAS Kota Tangsel sebaiknya menjalin kerjasama dengan perusahaan–perusahaan yang berada diwilayah Kota Tangerang Selatan dalam hal penggalangan dana ZIS agar mendapat hasil yang maksimal, dan dapat berkembang lebih baik lagi, agar
93
manfaatnya dirasakan oleh masyarakat sekitar secara lebih laus dan merata. 3. BAZNAS Kota Tangerang Selatan diharapkan mendistribusikan dana zakatnya di masing-masing kecamatan agar lebih merata. 4. Diharapkan adanya pengawasan atau pendampingan khusus dalam setiap program-program BAZNAS Kota Tangerang Selatan agar dana tersebut tidak disalahgunakan oleh para mustahik yang menerima bantuan dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
94
DAFTAR PUSTAKA Buku Referensi Ahmad, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Ali, Nuruddin Madi. 2006. Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Fiskal Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ash Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi. 1999. Pedoman Zakat. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. 2016. Kota Tangerang Selatan dalam Angka. Serpong: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan. Bariadi, Lili, dkk. 2005. Zakat dan Wirausaha. Jakarta :CED. Bariyah, Oneng Nurul. 2012 Total Quality Management Zakat Prinsip dan Praktek Pemberdayaan Ekonomi. Jakarta: Wahana Kardofa FAI UMJ Chapra, M. Umer. 1999. Islam dan Tantangan Ekonomi. Surabaya: Risalah Gusti. Daft, Richard L. 2010. Era Baru Manajemen: Alih Bahasa: Edward Tanujaya Edisi 9. Jakarta : Salemba Empat. David, Fred. 1998. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: PT. Prenhallindo. Departemen Agama Republik Indonesia 2006. Jakarta : Magfirah Pustaka. Djuanda, Gustian, dkk,. 2006. Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Fahmi, Irham. 2013. Manajemen Strategis. Jakarta: Alfabeta. Faulkner, David dan Gerry Jhonson. 1995. Strategi Manajemen. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.
95
Geuck, William F. 1989. Manajemen Strategi dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Erlangga Hafidhuddin, Didin. 1998. Panduan Praktis tentang Zakat, Infaq, dan Shadaqah. Jakarta : Gema Insani. Hafidhuddin, Didin. 2012. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta : Gema Insani. Hafidhuddin, Didin. 2015. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Hafiduddin, Didin. 2001. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta : Gema Insani Press. Hafidudin, Didin. 2006. Formalisasi Syari’at Islam Dalam Pespektif Tata Hukum Indonesia. Bogor : Ghalia Indonesia. Inoed, Amiruddin, dkk. 2005. Anatomi Fiqh Zakat : Potret & Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ja’far, Muhammad. 1990. Tuntutan Zakat, Puasa dan Haji. Jakarta: Kalam Mulia. Jamal, Mustafa. 2004. Pengelolaan Zakat oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan. Jakarta: KOPRUS. Jibrin, Abdullah Bin Abdurahman. 2001. Panduan Praktis Rukun Islam. Jakarta: Darul Haq. Jusmailani, dkk. 2005. Kebijakan Ekonomi Dalam Islam. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
96
Kasmarang, H. Muchtar. 2011. BAZDA Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan : 2011 Kotler, Philip. 1995. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Implemen-tasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat. Mufraini, M. Arif. 2006. Akutansi dan Manajemen Zakat. Jakarta : Kencana. Muhammad. 2002. Zakat Profesi, Wacana Pemikiran Zakat Dalam Fiqih Kontemporer. Jakarta: Salemba Diniyah. Noor, Ruslan Abdul Ghofur. 2003. Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM. 1983. Kamus Istilah Manajemen. Jakarta: Balai Aksara. Permono, Sjcehul Hadi. 1993. Sumber-Sumber Pengalian Zakat. Jakarta: Pustaka Firdaus. Porter, Michael E. 2007. Strategi Bersaing (Competitive Strategy): Alih Bahasa Hendry. Tangerang : Kharisma Publishing Group. Qadir, Abdurrachman. 2001. Zakat dalam Dimensi Mahdah dan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Qaradhawi, Yusuf. 2004. Hukum Zakat: Alih Bahasa Salman Harun dkk Cetakan 7. Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa. Qaradhawi, Yusuf. 1993. Hukum Zakat alih bahasa: Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin. Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa. Qaradhawi, Yusuf. 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan terj. Jakarta: Gema Insani Press.
97
Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel. 1997. Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka Setia. Saefuddin, Ahmad M. 1987. Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam. Jakarta: CV Rajawali. Saharuddin, Desmadi. 2015. Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah. Jakarta: Praneda Media Grup. Sari, Elsi Kartika. 2007. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf . Jakarta: PT. Grasindo. Shuyuti, Imam. 2001. Tarikh Khulafa. Jakarta : Pustaka Al- Kusar. Siagian, S.P. 1994. Manajemen Modern, Jakarta: Masagung. Siagian, Sondang. 1986. Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi. Jakarta: PT. Gunung Agung. Steiner, George. John Miller. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen Jakarta: Erlangga. Sudewo, Eri. 2004. Manajemen Zakat Tinggalkan 15 Tradisi Terapkan 4 Prinsip Dasar. Ciputat: IMZ. Sudirman. 2007. Zakat Dalam Arus Modernenitas. Malang: UIN Malang Press. Syarifuddin, Amir. 2003. Garis-Garis Besar Fiqih. Bogor : Kencana. Tjiptono, Fendy. 2001. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: ANDI. Uchyana, Onong. 1992. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
98
Usman, Syarif. Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan dalam Islam. Jakarta: Firman Jakarta. Yusanto, M. Ismail dan M. Karebet Widjayakusuma. 2002. Menggagas Bisnis Islam. Jakarta: GIP. Zuhdi, Masyfuk. 1994. Masail Diniyah Ijtimaiyah. Jakarta: Haji Mas Agung. Literatur Lain Pratama, Yoghi Citra. “Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional).” The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1. 2015 Subuh, Bintang Mikail. “Manajemen Zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Daerah Kota Tangerang Selatan.” Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Binsis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016. Internet Tim BAZDA Kota Tangerang Selatan, Profil BAZDA Kota Tangerang Selatan, artikel
diakses
pada
10
Januari
2017
pukul
15:15
dari
http://baznaskotatangsel.com/profil/. Batur Parisi, “Angka Kemiskinan Kabupaten Tangerang dan Tangsel Bertambah” Metrotvnews.com, artikel diakses pada 5 November 2016 pukul 22:14 dari http://tinyurl.com/hoat56o. Wawancara Endang Saefudin, Drs. K. H, Ketua BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Wawancara Pribadi, Tangerang Selatan, 12 Februari 2017.
99
100
101
LAMPIRAN Hasil Wawancara
“Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang
Selatan” Narasumber
: Drs. K.H. Endang Saefuddin, M.A.
Jabatan
: Ketua Umum BAZNAS Kota Tangsel
Tempat
: BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Jalan Benda Barat XIV Blok B14 No. 15, Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Tgl & waktu
: 12 Februari 2017 Pukul 15:00 – 15:50
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Nama saya Riyantama Wiradifa, peneliti dari skripsi Strategi Pendistribusian ZIS di Baznas Kota Tangerang Selatan. Hari ini saya berkesempatan untuk melakukan observasi dan wawancara kepada ketua BAZNAS Kota Tangerang Selatan, Bapak Endang Syaefudin. Assalamu „alaikum Bapak! Saya ingin menanyakan mengenai bagaimana mekanisme dan strategi BAZNAS
Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan dana ZIS serta bagaimana pengaplikasian distribusi ZIS kepada para Mustahik di BAZNAS
102
Kota Tangerang selatan. Kita lanjutkan saja dengan pertanyaan-pertanyaan yang saya sudah saya rancang
*Ditebalkan
: Penulis
*Normal
: Narasumber
1. Seperti apa sajakah mekanisme/standar operasional yang ada pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan untuk mendistribusikan dana ZIS kepada para mustahik? Mekanisme Pendistribusian ZIS BAZNAS Kota Tangsel Mengacu kepada UU No 23 Tahun 2011 yaitu pasal 25 yang berbunyi, Zakat di distribusikan kepada mustahik sesuai syari’at Islam, dan pasal 26 yang berbunyi, pendistribusian zakat sebagaimana yang dimaksud pasal 25, dilakukan sesuai skala prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan keadilan dan kewilayahan, Pendistribusian zakat haruslah sesuai dengan syari’ah. 2. Bagaimana
strategi
BAZNAS
Kota
Tangsel
dalam
upaya
mendistribusikan dana ZIS agar dana tersebut tersalurkan dengan efektif dan efisien? Yang pertama, menyalurkan dana itu...(sambil menghisap rokok) pertama, untuk fuqoro dan dhuafa yaitu permohonannya diminta surat keterangan tidak mampu itu dari kelurahan setempat. Otomatis kalo kelurahan membikinkan itu ada sepengetahuan Rtnya karna ada surat
103
pengantar dari RT untuk membikinkan surat keterangan tidak mampu, gitu kan..insyaallah ini tepat sasaran, kalaupun memanng ga tepat bukan salah saya yg menyalurkan, termasuk berarti RT sama Lurahnya yg bohong, gitu kan..hehehe iya kan itu yg pertama. Yang kedua kalo ada penyaluran itu yg sifatnya temporer gitu kan..ini yg sifatnya temporer yg tadi yg pertama, baik pendidikan, kesehatan itu dll disini ya, umpamanya pemberdayaan ekonomi umat pake ini juga permohonan modal dan segala macem ya. Yang kedua, saya mau mendistribusikan dana zakat itu dari BAZNAS Tangsel itu, yang pertama yaitu didistribusikan melalui BAZ Kecamatan gitu, jadi di alas...disitu kan ada umpamanya bantuan konsumtif dhuafa sekian, gitu kan bantuan masjid, bantuan pendidikan, dan segala macem lah bantuan guru ngaji nah itu BAZ Kecamatan mensosialisasikam, menginformasikan
ke
kelurahan-kelurahan
masing-masing
disuruh
menyetorkan orangnya, jadi minta data orangnya dulu, nih pendidikan yg mau dibantu tingkat SD, SLTP dari kelurahan itu ini sekian orang, SLTA sekian orang, SLTP sekian orang, nih yang layak dibedah rumahnya itu sekaligus mencantumkan foto rumah yang akan direhab gitu yaa..dan kemudian guru ngaji dan segala macam. Dengan guru ngaji itu tau keterangan guru ngaji itu sepeti guru TPA ada stempel lembaganya berarti bukan guru ngaji abal-abal berarti kan resmi. Sebab diketahui oleh kepala sekolahnya. Kalau rehab rumah disertai foto. Kalau bantuan SLTA, SLTP dan segala macam ini yang sifatnya bareng bukan temporer itu dibarengi dengan surat keterangan dari sekolah betul bahwa ini adalah siswa kami
104
disekolah anu. Dan dibarengi juga dengan tunggakan-tunggakan sekolah. Jadi tunggakan itu yang tanda tangan kepala sekolah jadi dia tidak bisa bikin-bikin tidak bisa reka-reka gitu yaa.. jadi bikin surat keterangan bahwa ini siswa kami dilampirkan fotokopi kartu nama kalau gak fotokopi rapot gitu kan. Kemudian dibarengi dengan nama murid yang diatas mempunyai tunggakan sampai saat ini terlampir gitu baru ditanda tangan lalu stempel sekolah. Terus pak tadi bapak bilang kalau bantuan kaya semacam yang bersifat produktif pemberdayaan ekonomi umat bapak minta datanya dari pihak kecamatan. Ada itu yang sifatnya kelompok, kalau ada bantuan ekonomi yang sifatnya temporer ini yang sifatnya kelompok. Kelompok itu ayo bikin satu kelompok supaya bisa itu mereka dididik disitu ada edukatif gitu supaya bisa berinfak, berapa sanggupnya. Jadi tidak minta itu dikembalikan. Jadi kaya semacam Qardhul hasan yaa Yaa kita bantu tapi berapa infaknya apa seminggu seribu, yaa tergantung keikhlasannya aja gitu yaa. Kalau soal dananya itu apakah memang ketika ada data dari pihak kecamatan yang BAZNAS melempar ke kecamatan atau memang pendistribusian langsung oleh BAZNAS ke para mustahiq. Pendistribusian BAZNAS kepada mustahiq langsung tidak melalui kecamatan. Jadi dari BAZNAS itu minta datanya aja. Minta datanya aja gitu mana orangnya nanti kumpul disatu tempat kecamatan itu nanti kita berikan dulu pengarahan gitu kan baru diberikan langsung, ada kwitansinya ya ada apanya gitu. Paham kan ? Ohh gitu iya pak
105
3. Dilihat dari faktor Internal Menurut Bapak/Ibu hal-hal apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan dana ZIS untuk para mustahik? Sebetulnya tidak ada, tidak ada hambatan untuk mendistribusikan mah. Yang jadi hambatan BAZNAS dalam pendistribusiannya adalah dalam rangka pengumpulannya zakatnya. Yaa hambatannya dalam pengumpulan. Karena BAZNAS tangsel itu baru mengumpulkan yaa barangkali sekian persen tidak sesuai dengan apa namanya keadaan tangsel. Potensi tangsel itu gak sesuai kan. seharusnya tangsel itu bukan 3 miliar 4 miliar harusnya 1 tahun itu zakat itu zakat harta itu zakat profesi gitu kan zakat perdagangan segala macam, potensi luar bisa disini para pengusaha ada disini. Seharusnya paling kecil 10 sampai 15 miliar gitu. Kalau yang kekuatannya itu gimana pak. Kekuatannya itu kita hanya, faktor pertama mempunyai celengan itu celengan dalam arti itu dalam pengumpulan itu yang sudah rutin, itu dari pegawai negeri yaitu zakat profesi, Zakat Infak, dan Shodaqah dari pegawai negeri itu yg paling kuat dananya. Yang kedua ya zakat fitrah karna zakat firah itu diambil 15 % dari nominal perkepala andai kata zakat fitrah itu 25 ribu saya hanya minta 15%, 15% ke 25 berapa, sekitar 2.500, 3 ribuan lah ya, sekitar itu hanya minta 15 %. Yang 85 % silahkan salurkan dibawah, sama UPZ yg ada di DKM dan lain-lain. Saya hanya minta 15 % itupun mengambil untuk mustahik yang pertama, fisabilillah, riqob, ibnu sabil gitu. Nanti ada
106
rinciannya di SK. Sementara kalo zakat harta, zakat profesi diluar yg ada di tangsel ini masih jarang sekali, zakat perseorangan itu jarang sekali, bukan belum tersentuh mungkin mereka sudah dengar dan segala macam nah kelemahannya kita akui adalah sosialisasi. Yang kedua ya kelemahannya untuk pengumpulan itu, banyak disini tuh lembaga-lembaga zakat jadi kita kompetisi, gitu kan. Yang ketiga mungkin ya termasuk dorongan dari pemerintah yang kurang karna belum adanya PERDA. Jadi, disini tuh belum ada PERDA yang mengatur soal zakat. Nah, makanya campur tangan pemerintah itu sangat penting untuk menegakan syariat itu, tanpa ada campur tangan pemerintah ya syariah itu tidak akan tegak, gitu kan. Bener pak!
4. Dilihat dari faktor eksternal Menurut Bapak hal-hal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman bagi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan dana ZIS kepada para mustahik?
Sebetulnya ya, banyak sekarang tuh dari faktor eksternal, eksternal itu dalam arti tidak sedikit juga orang yang lata, mampu tapi pura-pura miskin jadi kan faktor eksternal untuk menghambat dan menghamburkan uang zakat, sehingga kurang begitu efektif, ada yang begitu ada punya suami tapi ngaku janda karna ingin dibantu, gitu kan, ada juga yg dia itu mampu tapi datang kekelurahan bikin surat keterangan tidak mampu, jadi ada kelonggaran dari kelurahan siapa yang datang di layani tanpa di survei
107
dulu, mungkin itu ancamannya seperti itu. Kalo yang namanya bedah rumah engga karna itu di lihat kan di survei dulu. Sehubungan kita ini adalah belum adanya SK yg baru belum sesuai dengan UU No. 23 tahun 2011 sehingga di BAZNAS itu sendiri kepengurusannya hanya ada diatas kertas, kurang tenaga, gitu kan. Yang kedua tidak ada keuangan untuk pengurus BAZNAS, kompensasi atau berupa honor tidak ada, hanya semata-mata hanya ngandelin itu aja, ngandelin apa namanya ngandelin amilin, itupun amilin ga seberapa. Kalo peluangnya yaitu potensi zakat yang cukup besar di Kota Tangerang Selatan, sehingga jika bisa dimaksimalkan pendistribusian ZIS pun mungkin bisa lebih merata. 5. Bagaimana pengaplikasian distribusi dana ZIS kepada para mustahik zakat di Kota Tangerang Selatan?
Tadi kan udah, jadi pendistribusiannya lewat kecamatan, itu kan udah, daftarnya dikasih ni kecamatan ini anak SD sekian, anak SLTP sekian, SLTA sekian, bedah rumah sekian rumah silahkan mereka bagi ke setiap kelurahan-kelurahan, gitu ya guru ngaji sekian, kaum dhuafa sekian guru TPA/TPQ sekian, gitu... Apakah memang pas pendistribusian dana zakat itu mengadakan acara ceremonynya pak? Ya, hadir semuanya para mustahik, di kumpulin gitu pak? Ya, jadi kita yang datang, kita menyaksikan, jadi sekaligus misalkan acara tabligh akbar? Oh engga, khusus pendistribusian kita berikan pengarahan dulu gitu kan kemudian di berikan siapkan uangnya terus di siapkan daftarnya
108
lalu di tanda tangan disitu ya sudah selesai. Jadi camat di undang, jadi perkecamatan kita datang, jadi saya datang ni sekarang giliran pendistribusian di kecamatan anu saya datang kesana saya liat gitu saya lihat mustahik nya, pada kumpul disitu, baik itu yang menerima bantuan masjid, menerima rehab rumah, menerima itu semuanya kumpul, jadi tidak ada yang tanpa sepengetahuan kita, dan tidak ada yang tertutup, jadi semuanya terbuka. Dari mulai penyetoran nah kita uraikan bahwa pendapatan ini sekian, ni dari kecamatan ini sekian, tanya yang setornya, ni dari data yang SKPD. Jadi, di undang semuanya termasuk didalam RAKER itu dibuka pemasukan uang zakat itu, ni dari fitrah, ni dari SKPD dari tiap-tiap SKPD gitu kan, ini dari itu, jadi mereka yg setor mereka juga yang mendistribusikan, cuma ya di saksikan oleh kita. Jadi, tidak ada yang
ditutup-tutupi,
BAZNAS
terbuka
sama-sama
mengontrol,
BAZCAM mengontrol kita, kita mengontrol dalam pendistribusian, gitu ya. 6. Apakah pendistribusian yang dilakukan BAZNAS Kota Tangsel sudah mencapai target yang diharapkan?
Belum, karna memang pencapaian dana ZIS nya yang sangat terbatas sehingga pendistribusian juga kepada para dhuafa yang membutuhkan bantuan belum merata, belum tersentuh semuanya. Dan juga belum mencapai harapaan masyarakat karna memang sangat terbatas sekali capaian pengumpulannya, gitu kan.
109
7. Zakat apa sajakah yang diterima atau dikumpulkan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan?
Yang tadi disebutkan Zakat Harta, Zakat Profesi, Zakat Fitrah, kemudian Infak dan Shodaqah.
8. Apa saja jenis bantuan yang diberikan kepada mustahiq dari dana ZIS? (Zakat Konsumtif atau Zakat Produktif)
Bantuan yang diberikan kepada para mustahiq berupa bantuan yang sifatnya produktif dan konsumtif jadi kedua nya seimbang karna dari program pendistribusiannya pun keduanya bersifat konsumtif dan produktif, misalkan dalam program tangsel modern, adanya bantuan sifatnya untuk modal UMKM, dalam program tangsel cerdas membantu mencerdaskan siswa berprestasi yang kurang memiliki biaya untuk melanjutkan pendidikan, ada program tangsel religius yaitu program bantuan guru ngaji yang sifatnya konsumtif.
9. Apakah ZIS yang didistribusikan berlaku kepada delapan asnaf atau salah satu menjadi prioritas?
Semuanya.. tapi ada salah satu yang diprioritaskan tuh pada intinya kan kaum dhuafa, guru ngaji yang dhuafa, gitu kan, bantuan pemberdayaan umat kan yang dhuafa, yang mampu mah ya engga mungkin, kondisinya itu semuanya dhuafa.
110
10. Apakah
dampak
pengelolaan
ZIS
yang
dilakukan
mampu
mensejahterakan masyakarat ?
Kalo untuk saat ini belum karna keterbatasan pencapaian ZIS nyapun kurang maksimal, untuk saat ini insya allah usaha BAZNAS dalam rangka mendistribusikan ZIS bisa perlahan lahan bisa mensejahterahkan masyarakat Kota Tangsel.
11. Apa yang menjadi harapan BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam pengelolaan ZIS terkait dengan program yang ada pada lembaga ini?
Ya harapannya mensejahterakan masyarakat khususnya di Kota Tangsel, baik dari segi pendidikan agar tidak ada anak yang putus sekolah karna kekurangan biaya, segi kesehatan, ekonomi sehingga kebutuhan sehari hari bisa terpenuhi. Nah kalau sudah sejahtera BAZNAS berharap yang tadinya mustahiq bisa menjadi muzakki, ini kan kita hanya berusaha melaksanakan syariat, melaksanakan kewajiban dan kemudian kita mendistribusikan amanah, dan itu usaha kita terhadap petunjuk agama, fakir miskin itu sampai hari kiamat pun tidak bakal hilangcuma kita harus menunjukan kegigihan dalam rangka menanggulangi kemiskinan.
12. Adakah
koordinator
atau
petugas
khusus
yang
mengatur
pengumpulan dan pendistribusian zakat? kalau ada siapa dan jobdeskripsinya bagaimana?
111
Kalau koordinator yang jelas ada yang mengatur tentang pendistribusiannya dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan, ada kan di SKnya, yang waktu itu saya kasih hehehe nanti di lihat di situ ada bagian pendistribusian, bagian pengumpulan di SK itu.
13. Bagaimanakah
realisasi
pelaksanaan
pengumpulan
dan
pendistribusian zakat dilapangan? Kalau tidak sesuai target, kebijakan apa yang diambil?
Itulah tadi yang sudah saya jabarkan, realisasinya itu pada pengumpulan itu ada yang di tagih, ada yang dijemput, ada juga yang langsung menyetorkan lewat rekening, ada juga yang datang ke kantor, gitu di dalam pengumpulan. Tapi dalam pengumpulan itu tidak ada secara paksa ya? Oh tidak ada. Itu kan kelemahannya PERDA dari pemerintah belum. Yang namanya kewajiban agama itu tidak ada yang secara paksa, gitu kan, silahkan seikhlasnya. Cuma kita wajib untuk memberitahukan, memberikan penerangan bahwa zakat anu sekian, zakat itu sekian, gitu kan. Zakat fitrah sekian, zakat maal sekian, zakat profesi sekian gitu...adapun mau ngasih mau engga, itu urusannya dia sama Allah. Tapi misalkan dalam suatu RAKER pertahun itu BAZNAS harus mengumpulkan sekian juta, ternyata pas eeee penghimpunan dana zakat itu tidak mencapai target, langkah apa sih yang
Bapak
diambil? Berarti kekuarangan- kekurangan tahun ini kita betulin, gitu! harus ada evaluasi kan! ada itu jadi kita berusaha meningkatkan perolehan
112
atau pengumpulan dana zakat, infak, dan shodaqah. Tetap usaha! Dengan jalan nanti kita sosialisasi, gitu kan di tiap-tiap elemen.
14. Kalau ada penyelewengan dalam pengumpulan dan pendistribusian zakat, bagaimanakah penanganan yang diambil oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan?
Sampai saat ini belum ada indikasi kesitu! Oh belum ada ya pak.
15. Bagaimana prosedur seseorang yang berhak menerima zakat untuk dapat menerima zakat ( pengajuan untuk mendapatkan zakat)?
Program pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan mempunyai indikator-indikator untuk dapat dimiliki oleh mustahik terkait pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Indikator tersebut wajib dijalani oleh mustahik untuk mendapatkan bantuan dari BAZNAS. Indikator tersebut berlaku untuk ketiga program BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Indikator-indikator tersebut yaitu Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) Kartu Keluarga (KK) dari RT maupun Kelurahan, Bukti kepemilikan rumah untuk Program Tangsel Modern, Bukti usaha dagang untuk Program Tangsel Modern, Surat keterangan tunggakan pembayaran sekolah untuk Program Tangsel Cerdas. Surat keterangan kepala sekolah dilengkapi dengan kartu siswa untuk Program Tangsel Cerdas dan Kartu keluarga.
113
Hasil Wawancara Mustahiq “Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Salatan” Nama Mustahik (Penerima Zakat) : Ibu Arpah Tempat
: Jl. Cirendeu 2 No. 56 RT. 005/004. Pisangan Timur
Tanggal dan Waktu
: 13 Februari 2017 Pukul 15:05 - 15 20
1. Apakah Bapak/Ibu merupakan salah satu orang yang menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Ya, benar 2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Baru sekali 3. Bantuan apa yang pernah Bapak/Ibu terima dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Dan digunakan untuk apa bantuan tersebut? Modal usaha de..buat jualan gado-gado 4. Apakah
bantuan
tersebut
mampu
membantu
mencukupi/meningkatkan ekonomi Bapak/Ibu? Ya bisa dikatakan mencukupi 5. Apakah ada pendampingan/pengawasan dari pihak BAZNAS dari bantuan yang Bapak/Ibu terima?
114
Engga ada de kalo itu 6. Apakah cara pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah baik? Alhamdulillah yang saya rasakan sudah cukup baik 7. Adakah saran yang bisa diberikan dalam pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Kalo bisa, lebih ditambah lagi jumlah bantuan modal usahanya Baik bu, terima kasih banyak atas waktunya, maaf jikalau saya merepotkan, wassalam.
Hasil Wawancara Mustahiq “Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Salatan” Nama Mustahik (Penerima Zakat) : Pak Idris Tempat
: Rt.001/08 Pd. Benda
Tanggal dan Waktu
: 14 Februari 2017 Pukul 16:05 – 16:15
1. Apakah Bapak/Ibu merupakan salah satu orang yang menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Ya, benar 2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan?
115
Sudah dua kali, tahun 2014 dan 2016 3. Bantuan apa yang pernah Bapak/Ibu terima dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Dan digunakan untuk apa bantuan tersebut? Uang 250.000 ribu untuk keperluan keluarga 4. Apakah
bantuan
tersebut
mampu
membantu
mencukupi/meningkatkan ekonomi Bapak/Ibu? Ya kalo dibilang mencukupi ya jauh lah, paling buat seminggu juga sudah habis sih (sambil merokok), tapi Alhamdillah namanya di kasih. 5. Apakah ada pendampingan/pengawasan dari pihak BAZNAS dari bantuan yang Bapak/Ibu terima? Engga ada de kalo itu, cuma waktu itu saya menerima dana zakatnya ya itu di balai desa, jadi diundang sama kecamatan bahwasannya saya dan guru ngaji lainnya dapat bantuan dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan. 6. Apakah cara pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah baik? Bukannya ga baik, tapi katakanlah kalo cuma segitu bukannya kita tidak mensyukuri kalo cuma uang 250 ribu itu jauh dibilang cukup lah, katakanlah gitu, tapi ya Alhamdulillah. 7. Adakah saran yang bisa diberikan dalam pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan?
116
Kalo bisa menurut saya, kalo jumlah yg saya bilang tadi kalo bisa ya seminggu sekali lah. Mungkin bisa mencukupi bisa buat lainlain , gitu Baik pak, terima kasih banyak atas waktunya, maaf jikalau saya merepotkan, wassalam.
Hasil Wawancara Mustahiq “Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Salatan” Nama Mustahik (Penerima Zakat)
: Pak Syaiful (ketua DMI)
Tempat
: Cilenggang RT. 010/004 (Masjid Al Ikhlas)
Tanggal dan Waktu
: 17 Februari 2017 Pukul 14:53 – 15:14
1. Apakah Bapak/Ibu merupakan salah satu orang yang menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Ya, benar 2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Baru sekali atau berapanya saya lupa, ya pokoknya terakhir tahun 2016 lah 3. Bantuan apa yang pernah Bapak/Ibu terima dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Dan digunakan untuk apa bantuan tersebut?
117
Bentuknya uang 10 juta 4. Apakah
bantuan
tersebut
mampu
membantu
mencukupi/meningkatkan ekonomi Bapak/Ibu? Sebetulnya sih sebelum dana itu turun atau ada, kita udah menggunakan dana masjid untuk tempat wudhu dan area wudhu ya semuanya lah. Setelah selesai baru ada bantuan itu dari BAZNAS. Ya kalau di hitung-hitung ya engga cukup sebetulnya, tapi kan ya lumayan lah buat nambah kas lagi, gitu kan. 5. Apakah ada pendampingan/pengawasan dari pihak BAZNAS dari bantuan yang Bapak/Ibu terima? Engga ada, paling kita berhubungan langsung dengan pengurus DMI Kecamatan, jadi nanti dari masing-masing DMI Kelurahan itu menyetorkan bukti penggunaan dana itu dari masing-masing koordinator. Setau saya seperti itu. 6. Apakah cara pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah baik? Alhamdulillah baik. 7. Adakah saran yang bisa diberikan dalam pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Perlu adanya pengawasan langsung dari pihak BASNAZ Kota Tangerang Selatan. Jadi, sebelum dana itu turun atau sesudah itu harus di tinjau atau di lihat langsung jadi biar tepat lah. Yang kedua, saya denger-denger kalo yg ga dapet bantuan tahun ini
118
berarti tahun yang akan datang akan mendapatkan bantuan, kalo menurut saya sih bagus, biar adil kan ya. Baik pak, terima kasih banyak atas waktunya, maaf jikalau saya merepotkan, wassalam.
Hasil Wawancara Mustahiq “Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Salatan” Nama Mustahik (Penerima Zakat) : Pak Masthuro, S. Pd (Ketua DKM) Tempat
: Jl. Kemuning III RT.001/006 Pamulang Barat (Mushollah Nurul Hidayah)
Tanggal dan Waktu
: 18 Februari 2017 Pukul 14:15 – 14:30
1. Apakah Bapak/Ibu merupakan salah satu orang yang menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Ya, benar 2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan?
119
Lupa saya berapa kalinya, yang pasti pernah BAZNAS itu memberikan bantuan pada mushollah ini 3. Bantuan apa yang pernah Bapak/Ibu terima dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Dan digunakan untuk apa bantuan tersebut? Bentuknya uang, digunakannya untuk keperluan mushollah seperti bayar listrik, di cat ulang, dibelikan peralatan-perlatan yg perlu, ya pada intinya semuanya untuk fasilitas mushollah. 4. Apakah bantuan tersebut mampu membantu mencukupi/meningkatkan ekonomi Bapak/Ibu? Alhamdulillah cukup. 5. Apakah ada pendampingan/pengawasan dari pihak BAZNAS dari bantuan yang Bapak/Ibu terima? Engga ada, paling dari kelurahan. Terus sama bikin laporan ke Kecamatan kalo dana dari BAZNAS itu digunakan untuk ini untuk itu, ya sepeti itulah. 6. Apakah cara pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah baik? Di bilang baik ya sudah baik, dibilang cukup ya tergantung kegunaannya. Yang penting dimanfaatkan untuk keperluan mushollah 7. Adakah saran yang bisa diberikan dalam pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Jangan asal menyalurkan dana zakat, harus ada yang mengontrol dari pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan
120
Baik pak, terima kasih banyak atas waktunya, maaf jikalau saya merepotkan, wassalam.
Hasil Wawancara Mustahiq “Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Salatan” Nama Mustahik (Penerima Zakat) : Bu Anah Tempat
: Kp. Sengkol RT.001/001 Kel. Muncul
Tanggal dan Waktu
: 20 Februari 2017 Pukul 15:30 – 15:55
1. Apakah Bapak/Ibu merupakan salah satu orang yang menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Ya, benar 2. Sudah berapa lama Bapak/Ibu menerima zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Baru sekali tahun 2015. 3. Bantuan apa yang pernah Bapak/Ibu terima dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Dan digunakan untuk apa bantuan tersebut? Bantuan Bedah Rumah, waktu itu dibetulin cuma plafonnya doang. 4. Apakah
bantuan
tersebut
mampu
membantu
mencukupi/meningkatkan ekonomi Bapak/Ibu? Alhamdulillah sedikit membantu, cukup. Namanya dibantu ya Alhamdulillah.
121
5. Apakah ada pendampingan/pengawasan dari pihak BAZNAS dari bantuan yang Bapak/Ibu terima? Ada pak Lurah mondar mandir, jadi dia ngeliat-ngeliatin aja kaya ngeliatin hasil gitu, ya dipantau gitu lah. 6. Apakah cara pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan sudah baik? Yang saya rasakan cukup baik, cuma kalo bisa seluruh nya yang di rehab bukan cuma atasnya doang de tapi semuanya 7. Adakah saran yang bisa diberikan dalam pendistribusian ZIS yang dilakukan BAZNAS Kota Tangerang Selatan? Program nya bisa lanjut, bisa di tingkatkan lagi apa namanya kualitasnya gitu, jadi kaya rumah ibu ini bukan plafonnya atau atasnya doang yang dibetulin, ya kalo bisa mah dari awal di benerinnya, semuanya gitu hehehe. Baik bu, terima kasih banyak atas waktunya, maaf jikalau saya merepotkan, wassalam.
122
Dokumentasi wawancara Ketua Umum BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan Mustahiq
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140