IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)
Disusun Oleh :
Aji Maulana 104053002040
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
74
75
IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Disusun oleh :
Aji Maulana NIM : 104053002040
Di bawah Bimbingan :
DRS. M. Sungaidi, MA NIP : 150 282 640
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
76
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjjudul IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salh satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I.) pada Program studi Manajemen Dakwah.
Ciputat, 12 Desember 2008
Sidang munaqasyah Ketua,
Sekretaris,
Drs. Study Rizal LK. MA NIP : 150 262 876
Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP : 150 287 029
Anggota, Penguji I,
Penguji II,
Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA
Noor Bekti Negoro, SE. STP,
Msi NIP : 150 270 815
NIP : 150 293 230
Pembimbing,
Drs. M. Sungaidi, MA NIP : 150 282 640
77
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya mentyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini saya telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Desember 2008
Aji Maulana
78
ABSTRAKSI Aji Maulana Di bawah bimbingan Drs. M. Sungaidi. MA Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah pada Pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Zakat yang merupakan kewajiban atas setiap muslim, berkedudukan untuk menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan yang bersatu yang mengandung unsur-unsur perasaudaraan, perkokohan umat, dan kenbersamaan bersama. Zakat dalam pengelolaannya haruslah benar-benar dikelola oleh para amil zakat, yang bias memegang amanah dari para donator maupun para muzaki. Agar dan tersebut dapat benar teralokasikan kepada mustahik yang membutuhkan dengan menentukannya sesuia dengan ketentuan syariat Islam. Sifat amanah saja belumlah cukup untuk mengambarkan sifat yang harus dipegang oleh amil zakat, haruslah ditambah sifat fathanah dalam pengelolaan zakat, sifat fathanah yan diartikan sebagai kecerdasan dalam buku Kecerdasan Rohaniah karya Toto Tasmara, disini mengartikan bahwasanya fathanah itu adalah bentuk kemahiran, kecerdasan dan keahlian dalam bidang tertentu. Sifat amanah dan fathanah memanglah penting sekali dipegang oleh para amil zakat, di mana sifat amanah yang diartikan sebagai misi hidup seorang muslim dan fathanah sendiri diartikan sebagai strategi hidup seorang muslim, maka disini perlulah sifat amanah dan fathanah melekat pada seorang amil zakat. Kecerdasan sangatlah penting untuk dimiliki oleh para amil zakat, untuk mewujudkan ide-ide segar, kreativitas, dan inovasi baru dalam program-program pendayagunaan, penyaluran dana zakat. Pengelolaan zakat dengan peneraan konsep amanah dan fathanah perlulaha kita perhatikan sehingga salam pengelolaan dapet benar-benar efektif dan dipercaya oleh masyarakat. Pengelolaan zakat bukanla kegiatan individu melainkan suatu bentuk kegiatan yang dilaksanakan secara kolektif atua bersama atau kegiatatn yang diselenggarakan oleh lembaga di mana disitu terjadi kerjasama antara para ulama, ormas-ormas islam sehingga mendukkung kegiatan pengelolaannya. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengelolaan zakat yang dijalankan oleh lembaga-lembaga zakat, apakah sudah benar benar sesuai dengan ketentuan syariat islam dengan amanah danprofesional melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa pengelolaan yang dilaksanakan denga penerapan konsep amanah dan dikelola dengan sistem profesioanlisme dalam menjalankan tugasnya sehingga dana tersebut tersalurkan dengan benar dan tepat sasaran. Sumber penelitian ini adalah Badan Amil Zakat Nasional yaitu suatu lembaga pengelolaan zakat yang didirikan oleh pemerintah untuk menjalankan amanah tentang pengelolaan zakat. Dalam pengelolaannya BAZNAS disini menerapkan sifat Rasul yaitu pada pengelolaan zakat, di sini melekat pada sebagai Azas dan budaya kerja yang dilakukan oleh BAZNAS yaitu sifat amanah dan fathanah.
79
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT, sebagaimana kita telah diberi nikmat iman dan islam yang tiada tara, serta nikmat sehat sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada kita semua. Berkat rahmat dan hidayahnyalah skripsi ini bisa terselesaikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada baginda besar kita Nabi Muhammad saw, juga segenap keluarga, para sahabat, serta umat beliau hingga akhir zaman. Babak demi babak dalam penulisan ini berlalu demi mencapai terbentuknya sebuah skripsi ini, ada kalanya senang bahagia dan banyak pula halangannya, sebagai penulis yang masih banyak perlu belajar kepada para guru, dosen maupun pengajar yang lebih ilmunya maupun pengalaman dalam mengalami dunia luar, khususnya dalam bidang zakat. Penulis merasa bahwasanya terselesaikannya penulisan karya ilmiah ini banyak dibantu oleh banyak orang yang selalu berhubungan langsung maupun tidak langsung kepada penulis, dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka semua, diantaranya: 1. Orang Tua penulis, Bapak Supeno dan Ibunda Djohariyah yang senantiasa memberi semangat kepada penulis, baik itu semangat doa dan cinta kasihnya yang tak terhingga, untuk mereka skripsi ini penulis persembahkan. 2. Orang tua angkat penulis Bapak Chaerudin yang telah mendidik penulis dalam dunia bisnis dan telah membiayai segala kebutuhan penulis dalam menempuh pendidikan sarjana ini, dan kepada nenek penulis Hj. Tumakminah atas berkat doanya dan motivasi dari beliau penulis semangat dalam menjalani kehidupan. 3. D R. Murodi M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN beserta segenap jajaran Pembantu Dekan. 4. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, M.A, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah,
Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Sekretaris Jurusan
80
Manajemen Dakwah, beserta segenap jajaran karyawan struktural dan Kru Jurusan dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN. 5. Drs. Sungaidi, MA selaku pembimbing yang dengan murah hati dan begitu sabar dalam memberikan pengarahan kepada penulis, dan Noor Bekti Negoro, SE. STP, Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik. 6. Segenap pengurus BAZNAS yang membantu penulis, khususnya kepada Bapak Broto Santoso (supervisor HRD), dan Bapak Budi Setiawan (bagian pendayagunaan),
yang bersedia
meluangkan
waktunya untuk memberikan informasi tentang Amanah dan Fathanah dalam pengelolaan zakat di BAZNAS. 7. Adik-adik penulis Fatkhu Rochim, yang telah memberikan motivasi terus-menerus kepada penulis agar selalu semangat, dan adik-adik tercinta Agung Prabowo, Nur Hikmah, Achmad Zulfi Rahman. 8. Segenap temen-temen MD A/B seangkatan yang berjuang bersama dalam menempuh gelar kesarjanaan ini, khusnul khuluki, hidayatullah subiki (bim-bim), Apoy, M. Zakaria, jiepam, ipin, joe, nurdin, deby, uzy, ummi, herva, chris, heri, fahmi, slamet, dll yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu 9. Keluarga besar FKMP dan IMABA, saudara-saudara penulis yang berjuang bareng dari daerah, Udin, Arif H, bejo, arif M, Yanti, kang Takin, ika kita tetap haris tetap semangat daerah kita butuh orangorang yang pintar dan jujur untuk lebih maju. Serta teman penulis di HMI Komfakda, dan BEMJ MD yang banyak mengajari penulis dalam berorganisasi. Semoga Allah memberikan balasan pada mereka denagn setimpal atas segala upaya yang dilaksanakannya. Sedikit harapan penulis semoga kaya ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Ciputat, 2008
10
Desember
Aji Maulana
81
DAFTAR ISI Abtraksi
……………………………………………………
i
Kata Pengantar
……………………………………………………
ii
Daftar Isi
……………………………………………………
iii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
6
D. Tinjauan Pustaka .....................................................................
7
E. Metodologi Penelitian ..............................................................
8
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 10
BAB II : LANDASAN TEORI A. Konsep Pengelolaan Zakat ........................................................ 13 1. Pengertian Pengelolaan Zakat .............................................. 13 2. Pengelolaan Zakat pada Zaman Rosulullah .......................... 15 3. Pengelolaan Zakat pada Zaman Khalifaturrosyidin .............. 16 4. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang No.38 Thn. 1999.19 B. Konsep Amanah dan Fathanah ................................................. 20 1. Pengertian Amanah .............................................................. 20 2. Amanah dalam Zakat ........................................................... 23 3. Pengertian Fathanah ............................................................. 24 4. Fathanah dalam Zakat. ......................................................... 27
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS JAKARTA A. Sejarah Berdirinya BAZNAS ................................................... 31 B. Landasan Hukum BAZNAS .................................................... 32 C. Visi dan Misi Tugas pokok ...................................................... 32 D. Struktur Organisasi BAZNAS .................................................. 33 E. Program Kerja BAZNAS. ........................................................ 39 BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS
82
A. Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah dalam Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional ............... 46 B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pengelolaan zakat di BAZNAS
................................................................. 66
C. Praktek pelaksanaan Pengelolaan Zakat di BAZNAS ............... 69
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 72 B. Saran ....................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 74
83
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Zakat yang merupakan bagian dari rukun Islam yang keempat itu termasuk unsur penting bagi suatu kesejahteraan masyarakat, umat manusia serta sebagai unsur tegaknya keadilan sosial umat Dilihat dari aspek ibadah, Zakat memiliki posisi yang sangat vital karena Zakat merupakan kewajiban umat Islam yang jika ditinggalkan menyebabkan pelakunya mendapatkan beban dosa. Dari penjelasan yang terdapat dalam sumber-sumber Hukum agama Islam, yakni al-Quran dan Al-Hadist mengisyaratkan secara tegas bahwa orang-orang yang menahan hartanya dari membayar zakat akan mendapatkan balasan yang berat dari Allah SWT. Secara istilah Zakat adalah sejumlah harta tertentu yang harus diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat, sedangkan menurut Hukum Islam (istilah Syara’) Zakat adalah Nama bagi sesuatu pengambilan tertentu dan untuk diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al-Hawiy)1 Setiap kali kita mendengar kata zakat sering muncul dalam benak pikiran kita bahwasanya itu berkaitan dengan suatu kegiatan philantrophy, suatu bentuk sosial kemanusiaan salah satu kewajiban dalam Islam, zakat merupakan instrumen yang dapat mensucikan diri (pribadi) dari sebuah dosa, menimbulkan akhlak mulia, peka terhadap suatu rasa kemanusiaan, dan dapat mengurangi rasa dekil, kikir serta serakah terhadap sesama muslim. 1
. Sebagai mana dikutip Lili Bariadi, dkk, Zakat & Wirausaha, (Ciputat : Center For Enterpreneurship Development , 2005 ), h. 4, cet.-1
84
Potensi zakat dapat menunjang terwujudnya sistem kemasyarakatan Islam yang terdiri atas prinsip-prinsip : Ummatan Wahidah (ummat yang satu), Musawamah (persatuan derajat, dan kewajiban), Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), dan Takaful Ijti’wa ( tanggung jawab bersama ).2 Sesuai dengan firman Allah bahwa Zakat diberikan kepada delapan Ashnaf :
☺ ☺!"# &'()*+ $☺ %!"# (/'+12%% &⌧-⌧☺!"# 45 67 3"# :;<= 3"# 86 9!"# ? :;< !9"# > G"# > DEF8 @&ABC6 L4 BI;<K HIJ+ “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah/ 9 : 60)
Pengelolaan zakat bukanlah semata-mata dilakukan secara individual dari muzakki langsung diserahkan kepada mustahik, akan tetapi pengelolaan zakat lebih baik dikelola oleh lembaga yang benar-benar khusus menangani zakat, yang memenuhi sebuah persyaratan tertentu yang disebut dengan amil zakat. Amil zakat inilah yang memiliki tugas melakukan sosialisasi kepada
2
. Ibid, h.7
85
masyarakat,
untuk
melakukan
penagihan
dan
pengambilan,
serta
mendistribusikannya secara tepat dan benar.3 Munculnya organisasi-organisasi maupun lembaga-lembaga pengelola zakat di Indonesia, itu merupakan indikasi bahwa kesadaran masyarakat akan menyalurkan zakat makin maju, lembaga pengelola zakat itu baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Secara garis besar, lembaga pengelola zakat mempunyai kegiatan utama yaitu meliputi 3 kegiatan, seperti Penghimpunan, Pengelolaan (keuangan), serta Pendistribusian. Salah satu lembaga yang mengelola zakat itu di antaranya adalah BAZNAS. Lembaga ini bergerak dalam pengelolaan zakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran untuk mensucikan hartanya dengan memulai berzakat terhadap para masyarakat muslim. Ada hal lain yang perlu diperhatikan agar zakat dikelola dengan benar serta baik, yaitu zakat harus dikelola oleh lembaga yang profesional, dan para amil zakat yang profesional dan dapat menjalankan amanah. Salah satu syarat bagi keberhasilan zakat, dalam mencapai suatu tujuan sosial kemanusiaan adalah dengan cara pendistribusian yang profesional yang disandarkan kepada landasan yang sehat, sehingga zakat tidak salah sasaran. Konsep manajemen amanah merupakan salah satu ungkapan yang dilakukan oleh lembaga zakat untuk menjaga kepercayaan muzakki dalam menyalurkan dana zakatnya kepada amil yang akan didistribusikan kepada mustahik. Amanah ini suatu bentuk kepercayaan yang dijalin oleh muzakki
3
. Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), h. 52, cet- 1
86
kepada amil terhadap harta maupun barang yang akan disalurkan kepada mustahik yang benar-benar berhak mendapatkannya. Sifat Amanah merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini, hancurlah semua sistem yang dibangun. Sebagaimana hancurnya perekonomian kita yang lebih besar disebabkan karena rendahnya moral dan tidak amanahnya para pelaku ekonomi. Sebaik apa pun sistem yang ada, akan hancur juga jika moral pelakunya rendah. Terlebih dana yang dikelola oleh Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) adalah dana ummat. Dana yang dikelola itu secara esensi adalah milik mustahik. Muzakki memberikan dananya kepada LPZ tidak ada keinginan sedikitpun untuk mengambil dananya lagi. Kondisi ini menuntut sifat amanah dari para Amil Zakat. Pengelola zakat bila dilakukan dengan baik akan menjadi sumber bagi kesejahteraan masyarakat. Sifat amanah saja belumlah cukup dalam mengelola zakat, haruslah diimbangi dengan sifat profesionalitas dalam mengelolanya, yaitu dengan sifat Fathanah yang mana dapat dipandang sebagai strategi hidup setiap muslim. Karena untuk mencapai sang maha besar,
Seorang muslim
harus
mengoptimalkan segala potensi yang telah diberikan oleh-Nya. Potensi paling berharga dan termahal yang hanya diberikan pada manusia adalah akal (intelektualitas).4 Hanya dengan profesionalitas yang baik dan benarlah dana yang diamanatkan oleh muzakki kepada amil akan dikelola menjadi efektif serta efisien.
4
. Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam,( Jakarta : IIIT Indonesia, 2003 ), cet-2. h. 19
87
Fathanah seringkali diartikan sebagai kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan terhadap bidang tertentu, padahal makna Fathanah merujuk pada dimensi mental yang sangat mendasar dan menyeluruh, sehingga dapat diartikan bahwa Fathanah merupakan kecerdasan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan terutama kecerdasan spiritual. Kecerdasan sangat dibutuhkan oleh amil untuk mewujudkan ide-ide segar, ditopang oleh kreativitas dan inovasi. Kedua aspek tersebut diperlukan guna menemukan kekuatan positif. Upaya mendayangunakan dana ZIS merupakan
langkah
strategis
dan
menjadi
garda
depan
dalam
mengimplementasikan salah satu visi lembaga pengelola ZIS. Adapun visi pengelolan zakat yang terdapat dalam UU no. 38 Tahun 1999 yaitu “Terwujudnya pengelolaan zakat yang amanah dan Fathanah sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat yang bermanfaat sesuai dengan syari’ah. Banyaknya lembaga zakat maupun badan zakat yang ada di Indonesia belumlah diimbangi dengan kepercayaan masyarakat atas lembaga-lembaga tersebut. Sebenarnya itu bukan dikarenakan kurang amanahnya lembaga zakat tersebut melainkan kurang taunya masyarakat atas harta yang diterima oleh amik tersebut teralokasikan kemana. Sehingga disinilah yang menjadi peran utama bagi para pengelola-pengelola zakat untuk dapat membuktikan bentuk amanahnya lembaga zakat tersebut kepada masyarakat dan benar-benar menyalurkan dana yang diterimanya itu kepada mustahik yang benar membutuhkan, dan benar menyalurkannya sesuai dengan ketentuan syarat islam dalam Al-Qur’an maupun Al-hadist.
88
Sifat wajib Rasul yang terdiri dari sidiq, amanah, tabliqh, dan fathanah haruslah kita pegang erat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat merealisasikan hidup yang tentram dan damai, khususnya dalam urusan pengelolaan zakat, sifat tersebut harus melekat erat pada setiap amil zakat yang telah dipercaya untuk mengelola dana zakat, di mana sifat-sifat tersebut diartikan sebagai berikut; Sidiq yang diartikan visi hidup seorang muslim, Amanah diartikan sebagai misi hidup seorang muslim, Tabliqh yang diartikan sebagai taktik dalam menjalankan hidup, serta Fathanah yang diartikan sebagai strategi untuk menjalankan kehidupan di dunia.semuanya itu perlulah diketahui oleh para amil zakat yang menjalankan roda pengelolaan zakat. Sehingga penulis merasa ingin sekali melihat bahwasanya bagaimana sifat Rasul tersebut terserat pada pengelolaan zakat, khususnya pada sifat amanah yang didalanya juga sudah termasuk pengertian dari sifat sidiq, dan sifat fathanah yang telah merangkap arti dalam sifat tabliqh. Sehingga penulis lebih terfokus pada pengelolaan zakat dengan menerapkan sifat amanah dan fathanah. Pengelolaan zakat haruslah dipegang orang-orang yang amanah, dan harus ditambah sifat fathanah, di sini agar bisa lebih banyak terpercaya oleh para muzaki, donatur zakat, maupun masyarakat umum atas dana yang dikelolanya, profesionalitas dalam pengelolaannya pun harus dilihat penting untuk mengelola dana yang diterimanya dengan berbagai program-program penyaluran maupun pendayagunaan. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian guna mengetahui bagaimana aplikasi pengelolaan dana zakat secara
89
benar, dan sesuai dengan konsep amanah. Bagaimana pula lembaga zakat tersebut dapat menjalankan pengelolaan dana zakat yang telah diamanatkan tersebut dengan profesional, sesuai dengan konsep profesional yang ditetapkan oleh dewan syariah. Badan Amil Zakat Nasional merupakan sebuah organisasi yang mengelola zakat dengan menerapkan konsep amanah kepada para amilamilnya, dan mengharapkan kepada para amil untuk menyalurkan dana zakat secara profesional, dan benar menurut syariah. Maka penulis meninjau perlunya penelitian yang lebih mendalam mengenai proses pengelolaan dana zakat pada BAZNAS dengan menerapkan sistem Manajemen Amanah serta Fathanah maka itu penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
(BAZNAS)”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah. 1. Pembatasan Masalah Dengan melihat latar belakang masalah yang di atas, banyak hal sekiranya dapat diteliti serta dikaji mengenai model, pola dan strategi yang dilakukan oleh BAZNAS. Dalam kaitannya dengan penelitian yang akan penulis lakukan haruslah ditujukan untuk mengarah kepada satu hal objek sasaran, maka dari itu penulis dalam hal ini merasa ingin membatasinya objek kajian ini hanya pada lingkup Pengelolaan Zakat dengan konsep Amanah dan Fathanah pada BAZNAS.
90
2. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah yang penulis tuangkan adalah senbagai berikut : a. Bagaimanakah usaha BAZNAS Pusat dalam menerapkan konsep Amanah dan Fathanah dalam pengelolaan zakat ? b. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan zakat di BAZNAS? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian Setiap karya tulis yang bernilai ilmiah tentunya memiliki tujuan yang akan dicapai, begitu pula skripsi ini yang bertujuan secara umum, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui usaha BAZNAS dalam menerapkan konsep Amanah dan Fathanah dalam pengelolaan zakat 2. Untuk mengetahui faktor pendukung serta penghambat BAZNAS dalam pengelolaan zakat di BAZNAS Sedangkan Manfaat Penelitian ini sebagai berikut : 1. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan khususnya kepada Manajemen Dakwah dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi pada umumnya. 2. Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pedoman bagi pengelola-pengelola zakat lainnya.
D. Tinjauan Pustaka
91
Penelitian dan penulisan Skripsi adalah karya ilmiah yang disusun dalam rangka menyelesaikan studi tingkat sarjana strata 1 (S1). Karena itu tidak menutup kemungkinan adanya kemiripin dalam penulisannya baik dengan buku maupun dengan skripsi-skripsi yang terdahulu. Ada beberapa skripsi yang membahas mengenai BAZNAS yang telah dilakukan oleh mahasiswa terdahulu, untuk mengetahui materi penelitiannya, dibawah ini diuraikan sebagai berikut : 1. Judul skripsi, “Peran Sosialisasi BAZNAS
terhadap peningkatan
penerimaan Zakat Maal”, penulis Dini Rostika Sari, Fakultas Syari’ah dan Hukum, jurusan Muamalat (Ekonomi Islam), UIN Jakarta, 2006. yang berisi tentang peran BAZNAS dalam mensosialisasikan Zakat Maal kepada masyarakat dalam upaya peningkatan penerimaan Zakat Maal. 2. Judul skripsi, “Kedudukan dan peranan BAZNAS dalam pengelolaan Zakat Di Indonesia”, penulis Ishak, Fakultas Syaria’ah dan Hukum, jurusan Muamalat (Ekonomi Islam), UIN Jakarta, 2005, berisi tentang bagaimana
praktek
pelaksanaan
tugas
BAZNAS
dalam
sistem
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, pada penelitian kali ini penulis lebih membahas masalah Implementasi konsep Amanah dan Fathanah pada pengelolaan Zakat Badan Amil Zakat Nasional.
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
92
Pada penyusunan skripsi ini, penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan penemuanpenemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuhan).5 Menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertentu atau lisan dari orang-orang dan perilaku organisasi. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif penulis akan melakukan sebuah penelitian secara langsung di tempat lapangan di mana penulis mendeskripsikannya secara sistematis, mengenai berbagai masalah yang diteliti tersebut serta kemudian dianalisis. 2. Subyek dan Objek Penelitian Subyek penelitian ini adalah orang atau kelompok yang dinilai dapat memberikan informasi kepada penulis, yaitu ketua maupun para pegawai BAZNAS, Khususnya kepala BAZNAS. dan Objek penelitian ini adalah deskripsi tentang implementasi konsep amanah dalm pengelolaan zakat di BAZNAS. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis melakukannya dengan cara : a. Observasi Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti.6
5
.Syamsir Salam & Jaenal Aripin, Metodologi Penelitisn Sosial, (Jakarta : UIN Press, 2006), h.30 6 . Hariwijaya & Triton, Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal & Skripsi, (Yogyakarta : TUGU PUBLISHER ORYZA, 2007 ), h.63. cet-1
93
Dalam kegiatan ini penulis akan melakukan pengamatan secara langsung di BAZNAS yaitu yang berkaitan dengan Pengelolaan zakat menggunakan konsep Amanah dan Fathanah. b. Wawancara Wawancara adalah proses pencarian data dengan cara Tanya jawab langsung kepada responden. Dalam hal ini penulis akan mengadakan wawancara langsung kepada Ketua atau Sekretaris BAZNAS guna mendapatkan informasi yang akurat mengenai dana zakat yang dikelola dengan konsep Amanah dan Fathanah. c. Dokumentasi Untuk melengkapi data-data yang diperoleh, penulis melakukan penelitian dokumentasi yaitu dengan meneliti berbagai literatur baik itu berupa buku, majalah, jurnal, dan sumber yang lain dari laporan BAZNAS. Adapun pedoman yang dijadikan sandaran penulis dalam menyusun skripsi ini adalah buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis Disertasi ” yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dikantor BAZNAS, Jln. Kebon Sirih Raya No.57 Jakarta Pusat. Telp : (021) 3904555. 5. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatu teknik data di mana penulis lebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara sistematis, lalu
94
diklasifikasi untuk dianalisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.
F. Sistematika Penulisan Dalam menyusun skripsi ini, penyusun akan menulisnya ke dalam babbab masing-masing memiliki sub-sub bab, dengan penyusunan sebagai berikut: BAB I :
Merupakan bab Pendahuluan yang diawali dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Menjelaskan kerangka teoritis mengenai Konsep Pengelolaan Zakat dan Konsep Amanah dan Fathanah. Konsep Pengelolaan Zakat meliputi Pengertian Pengelolaan zakat, Pengelolaan Zakat pada zaman Rosulullah, Pengelolaan Zakat pada Zaman Khalifah, Pengelolaan Zakat Menurut UU. No.38 Thn. 1999. Sedangkan Konsep Amanah dan Fathanah yang meliputi: pengertian Amanah, Amanah dalam Zakat, Pengertian Fathanah, Fathanah dalam zakat. BAB III : Gambaran umum tentang Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), meliputi Sejarah Berdirinya, Tujuannya, Visi dan Misi, Stuktur Organisasinya dan juga Program Kerjanya. BAB IV : Implementasi Konsep Amanah Dan Fathanah dalam Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional. Dalam Bab ini membahas tentang penerapan konsep Amanah dan Fathanah BAZNAS, faktor
95
pendukung dan penghambat dalam Pengelolaan Zakat di BANAS, praktek pelaksanaan pengelolaan zakat di BAZNAS. BAB V : Bab ini merupakan penutup dari skripsi, yang di dalamnya menguraikan tentang Kesimpulan dari Pembahasan dan Analisis serta Saran-saran yang sifatnya membangun Lembaga tersebut.
96
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Pengelolaan Zakat 1. Pengertian Pengelolaan zakat Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengelolaan dapat diartikan sebagai berikut :7 a. Proses membantu merumuskan kebijaksanaan dan tinjauan organisasi. b. Proses yang memberikan pengawasan pada hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dari pencapaian tujuan. c. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan mengerakkan tenaga orang lain. Pengelolaan ialah suatu Bentuk tindakan menjalankan aktivitas yang meliputi unsur perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam suatu bentuk kegiatan yang akan maupun sedang dilakukan. Zakat ialah jumlah harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh orang Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (mustahik ), menurut yang telah ditetapkan oleh syarak. Ditinjau dari segi bahasa zakat merupakan kesuburan, kesucian, keberkahan, kebaikan, yang banyak. Menurut istilah fikih berarti “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-
7
. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1989), h.411
97
orang yang berhak”8, disamping berarti ”Mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri, jumlah yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yan dikeluarkan itu. Zakat adalah merupakan salah satu institusi yang dapat dipakai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau menghapuskan derajat kemiskinan masyarakat serta mendorong terjadinya keadilan distribusi harta. Zakat merupakan bagian pilihan dari harta yang dimiliki seseorang yang dibelanjakan untuk membersihkan diri. Jadi pengelolan zakat ialah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Di mana pengelolan tersebut terkait dalam suatu bentuk Pengambilan (Fundraising), Organizing, dan Pendistribusian dana-dana zakat. Pengelolaan zakat sebagaimana dijelaskan dalam definisi pengelolaan zakat di atas, diawali dengan kegiatan perencanaan, di mana dapat meliputi perencanaan program beserta budgetingnya serta pengumpulan (collecting) data muzakki dan mustahiq, kemudian pengorganisasian meliputi pemilihan struktur organisasi (Dewan pertimbangan, Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana), penempatan orang-orang (Amil) yang tepat dan pemilihan sistem pelayanan yang memudahkan ditunjang dengan perangkat yang memadai, Amil zakat bertindak nyata (pro active) melakukan sosialisasi serta pembinaan baik kepada muzakki maupun mustahiq dan terakhir adalah pengawasan dari sisi syari’ah, manajemen dan keuangan operasional pengelolaan zakat.
8. Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor : Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), h.34
98
Tujuan besar dilaksanakannya pengelolaan zakat adalah :9 a. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penunaian dan dalam pelayanan ibadah zakat b. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. c. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat. Setiap lembaga zakat sebaiknya memiliki database tentang muzakki dan mustahiq. Profil muzakki perlu didata untuk mengetahui potensi-potensi atau peluang untuk melakukan sosialisasi maupun pembinaan kepada muzakki 2. Pengelolaan Zakat Zaman Rasulullah Pemberlakuan syariat zakat diterapkan secara efektif pada tahun ke-2 H. Eksensi zakat pada masa itu yaitu sebagai ibadah bagi muzakki dan sumber pendapatan Negara. Dalam pengelolaannya, Nabi terlibat secara langsung memberikan contoh dan petunjuk pelaksanaan. Adapun pelaksanaan pengumpulan dan pendistribusian nya, Nabi SAW, mengutus petugas di luar daerah sebagai utusan untuk mengambil zakat tersebut, dan sekaligus menyuruh orang tersebut untuk mengelola dana zakat itu. Sesuai dengan ayat al-Quran anjuran tentang mengambil harta para dermawan untuk berzakat ; yang artinya “Pungutlah zakat dari kekayaan mereka, engkau bersihkan dan sucikan mereka dengannya”(taubah ayat 103) Diantara yang menjadi Amil atas perintah nabi pada saat itu yaitu Mu’adz bin Jalal yang diutus ke penduduk Yaman. Para petugas yang ditunjuk oleh Nabi tersebut dibekali dengan pedoman, petunjuk teknis 9
. Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat pemberdayaan Zakat, Profil Direktorat Pemberdayaan Zakat, ( Jakarta : 2006)
99
dalam pelaksanaan, bimbingan, serta peringatan keras dan ancaman sanksi agar dalam pelaksanaan dan pengelolaan zakat dapat berjalan efektif dan efesien.10 3. Pengelolaan Zakat Zaman Kholifaturrosyidin. a. Zaman khalifah Abu Bakar Pada masa Abu Bakar yakni menjamurnya para pembangkang untuk melaksanakan zakat diberbagai wilayah Islam,. Mereka beranggapan hanya nabi yang berhak menarik harta zakat, karena beliaulah yang diperintahkan untuk memungut zakat. Kelompok yang membangkan dipimpin oleh Musailamah al-Kadzdzab dari Yamamah. Abu Bakar kemudian menyatakan perang kepada semua orang yang membangkang membayar zakat, karena mereka telah dianggap murtad. Abu Bakar sangat keras dan tegas menindak orang-orang yang menentangkan penunaian zakat. Setelah itu didistribusikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya menurut cara yang dilakukan Rosulullah. Ia sendiri yang mengambil harta dari Baitul Mal menurut ukuran yang wajar dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dan selebihnya dibelanjakan untuk persediaan bagi angkatan bersenjata yang berjuang dijalan ALLAH. Abu Bakar mendirikan Baitul Mal di Siriah, suatu tempat di dataran tinggi Madinah. Pada saat Abu Bakar meninggal dunia tidak ada sedikit pun dinar dan dirham dalam Baitul Mal, itu dibuktikan oleh para sahabat yang terpercaya, diantaranya Abdurahman bin Auf dan Usman bin Affan untuk masuk ke dalam 10
. Lili Bariadi, dkk., Zakat Dan Wirausaha, ( Ciputat : CED center for enterpreneurship development, 2005 ), h.28
100
Baitul Mal tersebut tidak menemukan atau mendapi satu dirham maupun satu dirhampun didalamnya kecuali satu karung harta yang berisi satu dirham saja. 11 Abu Bakar merupakan seorang yang sangat mulia, Dia benarbenar menyalurkan zakat yang telah dipungutnya langsung kepada para masyarakat muslim yang membutuhkan. Tanpa adanya perbedaan status masyarakat. Dari Bayhaqi diriwayatkan bahwa Aslam r.a. mengatakan “ketika Abu Bakar ditunjuk sebagai khalifah, “ia menetapkan persamaan hak di dalam pembagiaan zakat diantara anggota-anggota masyarakat. Ketika ada usulan untuk menyerahkan pilihan kepada kaum muhajjirin atau anshar, Abu Bakar menjawab, aku memandang seseorang dalam kaitannya dengan urusan dunia. Oleh karena itu, lebih baik menyetarakan mereka dari pada menyerahkan pilihan kepada mereka. Pilihan masyarakat yang terbaik tergantung pada penilaian Allah.”12 b.
Zaman Khalifah Umar bin Khatab Pada masa Umar, situasi jazirah Arab relatif lebih stabil dan tentram. Semua kabilah menyambut seruan untuk membayar zakat dengan sukarela. Umar melantik Amil-Amil untuk bertugas mengumpulkan zakat dari harta orang-orang kaya dan kemudian mendistribusikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Sisanya dikirim kepada khalifah. Untuk mengelola wilayah yang makin luas dan dengan persoalan yang makin komplek. Umar membenahi stuktur pemerintahannya dengan menambah beberapa lembaga baru yang
11
. “Pengelolaan Zakat masa Khalifaturrosyidin,” PELITA, 15 Maret 2000, h.7 . Yasin Ibrahim al-syaikh, cara mudah menunaikan zakat : membersihkan kekayaan menyempurnakan puasa ramadhan. Penerjemah Wawan S. Husin dan Danny (Bandung : Pustaka Madani, 1997),h. 135 12
101
bersifat eksekutif operasional. Baitul Mal, lembaga yang berfungsi mengelola sumber zakat. Pada masa Umar harta melimpah ruah, karena semakin banyak negeri-negeri baru yang takluk di bawah khalifah Umar.13 c. Zaman Khalifah Usman bin Affan Pada masa Usman pengelolaan zakat pada dasarnya melanjutkan dasar-dasar kebijakan yang telah ditetapkan Umar. Pada masa Usman kondisi ekonomi sangat makmur. Harta pada masa itu mencapai rekor tertinggi. Usman melantik Zaid bin Tsabit untuk mengurus zakat. Pernah satu masa, Usman disuruh membagikan harta kepada yang berhak, namun masih tersisa seribu dirham, lalu Usman menyuruh Zaid untuk membelanjakan sisa dana tersebut untuk membangun masjid Nabawi.14 d. Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib Kebijakan Ali tentang zakat masih mengikuti khalifah sebelumnya. Bahkan Ali terkenal sangat hati-hati dalam mengelola hasil zakat. Seluruh harta di Baitul Mal benar-benar disalurkan untuk orang–orang yang berhak menerimanya tidak untuk kepentingan pribadi maupun keluarganya. Dalam sebuah riwayat, saudara Ali yang bernama Agil pernah meminta bagian dari Baituk Mal, namun Ali kemudian menolak, seraya berkata” kamu tidak berhak atas harta Baitul Mal, namun
13
. “Pengelolaan Zakat masa khalifaturrosyidin,” PELITA,15 Maret 2000, h. 7 . Ibid, h.7
14
102
bersabarlah hingga saya bisa mengumpulkan harta yang banyak niscaya engkau akan kuberi bagian.15 4. Pengelolaan Zakat Menurut UU. No. 38 Tahun 1999 Menurut undang-undang No.38 Thn. 1999 bahwa pengelolaan zakat ialah kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendristribusian serta pendayagunaan zakat. Dalam undang-undang tentang pengelolaan zakat disebutkan baik perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dilaksanakan oleh Badan Amil Zakat, di semua wilayah (tingkat), baik itu di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi maupun Nasional yang dikukuhkan, dibina, dan dilindungi oleh pemerintah. Pengelolaan zakat ini berasaskan kepada iman da taqwa, keterbukaan dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Dalam UU No.38 Thn. 1999 tentang pengelolaan zakat, yang wajib membayar zakat ialah orang warga Negara Indonesia baik yang ada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri yang beragama Islam dan mampu atau badan hukum (badan usaha) yang dimiliki oleh seorang muslim. Negara berkewajiban memberikan perlindungan kepada muzakki, mustahiq dan Amil zakat. UU pengelolaan zakat berdasarkan atas iman dan taqwa, keterbukaan dan kepastian hukum sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 ( Pasal 4 ), serta bertujuan meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan ibadah zakat, sesuai dengan tuntutan agama ( pasal 5 ayat 1 ), mengangkat fungsi dan peranan pranata
15
. Ibid, h.7
103
keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial ( Pasal 5 ayat 2 ), serta meningkatkan hasil guna zakat (Pasal 5 ayat 3). Visi pengelolaan zakat dalam UU No.38 Thn.1999 disebutkan bahwa terwujudnya pengelolaan Zakat yang Amanah dan Fathanah sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berzakat yang bermanfaat sesuai dengan syari'ah Pengelolaan zakat tersebut yang mengatakan bahwa; Dengan dibentuknya undang-undang tentang pengelolaan zakat, diharapkan dapat ditingkatkan kesadaran muzakki untuk menunaikan kewajiban zakat dalam rangka mensucikan diri terhadap harta yang dimilikinya mengangkat derajat mustahiq, dan meningkatkan keprofesional pengelola zakat, yang semuanya untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.
B. Konsep Amanah Dan Fathanah 1. Pengertian Amanah Amanah berasal dari bahasa Arab, dari kata ’amuuna’–’ya’munu’– ’amanah’ yang bermakana ”yang harus ditepati” atau ”titipan yang harus ditunaikan”. Amanah dalam arti khusus ialah pengembalian seseorang akan harta benda atau lainnya kepada orang lain yang menitipkan kepadanya atau mempercayakannya kepadanya, karena dia harus memelihara barang titipan tersebut dan bertanggung jawab terhadap barang itu serta tidak berhak terhadap barang tersebut, dan jika orang yang
104
menitipkan barang itu minta kembali barangnya, maka ia harus segera mengembalikannya. Menurut Mahdi dalam bukunya yang berjudul amanah dalam manajemen menyebutkan bahwa kata amanah digunakan dalam salah satu dari dua hal berikut :16 a. Akhlak mulia yang mendorong pemiliknya menjaga hak-hak orang lain. b. Hak-hak yang dipeliharanya diserahkan kepada seseorang seperti barang titipan atau yang lain. Di sini perlu diperhatikan bahwa dalam arti yang kedua amanah harus mengandung dua syarat, yaitu pertama; kesiapan orang yang dipercayai untuk memelihara hak-hak; kedua adanya pengakuan orang yang mempercayakan kepada orang yang dipercaya sekalipun melalui suatu tujuan. Sedangkan menurut kamus istilah agama Islam karya Drs. Abu A. Baiguni dan Dra. Fauziana, amanah merupakan suatu kepercayaan atau dipercayakan; suatu yang harus ditunaikan sesuai dengan kewajiban yang dibebankan; termasuk bagian dalam akhlakul karimah. Amanah di sini juga dapat diartikan suatu titipan, seperti tangung jawab yang harus ditanggung oleh seseorang terhadap barang maupun sesuatu yang telah dititipkannnya.17 Amanah adalah hak dan kewajiban, baik yang bersifat material maupun yang bersifat spiritual, yang dibebankan kepada seorang untuk
16
. Mahdi bin Ibrahim, Amanah Dalam Manajemen, penerjemah : Rahmad Abbas (Jakarta : Pustaka Al-kautsar, 1997), h. 27 17 . Abu A. Baiquni dan Eni Fauziana, Kamus Istilah Agama Islam, (Surabaya : ARLOKA, 1995), h.113
105
dipelihara. Hak-hak tersebut merupakan hak-hak Allah atas hambanya dan hak-hak manusia antara sesamanya. Amanah merupakan unsur penting dalam manajemen, sebab amanah merupakan unsur yang sangat urgen dalam penunaian tugas manajer dalam segala bidang baik itu bidang perencanaan, pengarahan, pengawasan, serta dalam pemberian motivasi antar sesama karyawan, maupun antara atasan dan bawahan. Tiadanya unsur amanah dalam manajemen maupun dalam penunaian tugas akan mengakibatkan bahaya besar yang akan timbul untuk aspek manajemen tersebut. Dalam suatu bentuk kegiatan yang perlu diperhatikan yaitu unsur amanah dalam kaitannya amanah itu meliputi beberapa aspek antara lain:18 a. Aspek Tanggung Jawab
yaitu meliputi beberapa kegiatan sebagai
berikut, berhati-hati dalam
bertindak,
memperbaiki kesalahan,
berusaha melakukan yang terbaik. b. Aspek Menjaga Kepercayaan yaitu terdiri dari tidak mengecewakan orang lain, bertindak sesuai dengan yang diinginkan, tidak menghianati kepercayaan. c. Aspek Memelihara yaitu terdiri dari menjaga titipan, mengembangkan titipan, mendayagunakan kemampuannya, bersikap hati-hati terhadap titipan. d. Aspek Menyampaikan kepada yang berhak yaitu terdiri dari tidak salah dalam memberikan titipan, komitmen yang tinggi, tidak mengambil
18
. Dzulfiqor Alhamumi, “Amanah dan hubungannya dengan etos kerja pegawai lembaga Amil Zakat,” (Skripsi S1 Fakultas Pksikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), h.36
106
manfaat dari titipan, memelihara kepada yang seharusnya, tidak mengalihkan titipan kepada orang lain. Amanah akan melahirkan kejujuran dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Sebab sekecil apapun tugas yang diemban, tanggungjawabnya bukan hanya sekedar kepada manusia saja yang kadang kala bisa ditipu dan dibohongi akan tetapi kepada Allah SWT, dzat yang tidak akan pernah lupa pada setiap aktivitas yang dilakukan hamba-Nya. 2. Amanah dalam Zakat Lembaga pengelola ZIS sampai sekarang ini banyak yang kurang dipercayai masyarakat, karena kurang amanah, kurang amanah di sini bukan saja berarti lembaga banyak menyelewengkan dana yang diterimanya, tetapi mungkin masyarakat belum begitu banyak mengerti arah dana yang diterima oleh badan Amil zakat terebut disalurkan dan dimanfaatkan. Amanah dalam arti khusus ialah pengembalian seseorang akan harta benda atau lainnya kepada orang yang menitipkan kepadanya atau mempercayakannya kepadanya, karena ia harus memelihara barang titipan tersebut dan bertanggungjawab terhadap barang itu serta tidak berhak terhadap barang itu, dan jika yang menitipkan barang itu minta kembali barangnya, maka ia harus segera mengembalikannya. Nabi Muhammad SAW sangat keras terhadap urusan harta zakat dan memberi peringatan keras kepada para Amil zakat dengan siksa Allah yang sangat keras jika mereka melecehkan hal tersebut, sehingga mereka
107
menghalalkan zakat terhadap dirinya dengan mengambil sesuatu dari zakat yang ia kumpulkan.19 Dalam sebuah hadist riwayat Adiy bin Umairah Ra. Ia berkata saya pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda yang artinya : “Siapa saja di antara kamu yang kami jadikan Amil (zakat), lalu dia menyembunyikan kepada kami sebuah jarum atau lebih, maka ia telah khianat yang menyebabkan nya akan menanggung beban ketika datang pada hari kiamat” ( HR Muslim dan Abu Dawud).
3. Pengertian Fathanah Fathanah dapat diartikan bahwa bijaksana dalam segala sesuatau sikap, perkataan, dan perbuatan.20 Sedangkan dalam buku Kecerdasan Rohaniah karya K.H. Toto Tasmara, Fathanah diartikan sebagai kecerdasan, kemahiran, atau penguasaan terhadap bidang tertentu, makna Fathanah merujuk pada dimensi mental yang sangat mendasar dan menyeluruh, sehingga dapat diartikan bahwa Fathanah merupakan kecerdasan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosional, dan terutama kecerdasan spiritual.21 Seseorang yang memiliki sifat Fathanah, keputusan-keputusannya menunjukkan warna kemahiran seorang profesional yang didasarkan pada sikap moral atau akhlak yang luhur. Seorang yang Fathanah itu tidak saja 19
. Dikutip oleh Yusuf Qardhawi, Kiat Sukses Mengelola Zakat, penerjemah ; Amuni Solihan, (Jakarta : media dakwah, 1997), h. 45 20 . Abu A. Baiquni, op.cit, h. 117 21 Toto Tasmara, Kecerdasan Rohaniah, (Jakarta ; Gema Insani Press, 2001), h. 212
108
cerdas, tetapi juga memiliki kebijaksanaan maupun kearifan dalam berfikir dan bertindak. Mereka yang memiliki jiwa Fathanah mampu menempatkan dirinya sebagai fokus perhatian lalu menjadikan dirirnya sebagai figur atau uswatun khasanah karena kemahiran (profesionalisme), yang dimilikinya dan kepribadiannya yang mampu menumbuhkan situasi yang menentramkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aston Agor terhadap tiga ribu eksekutif, diketahui bahwa ternyata mereka yang berhasil meraih prestasi puncak karena mereka paling cerdas dalam pendayagunaan intuisi pada saat pengambilan keputusan. Sedangkan David Colemen mendifinisikan intuisi dan firasat sebagai kemampuan mengindrakan pesan-pesan dari gudang penyimpanan memori emosi kita, yakni tempat tersimpannya kebijaksanaan dan kearifan.22 Orang yang Fathanah pasti bersikap proaktif dan memandang disiplin sebagai konsep dan gambaran diri (self image), serta martabat diri (meaning and self esteem), mereka yang Fathanah memandang disiplin sebagai cara individu untuk menunjukkan jadi diri dan harga dirinya. Tampakanya bahwa Fathanah dapat pula kita katakan sebagai kecerdasan total yang berawal dari ketajaman intuisi mata batin (basirah) yang berada pada dimensi ruhiah. Ada beberapa karakteristik yang terkandung dalam jiwa Fathanah antara lain :23
22
. Ibid. 212 . Ibid. 219
23
109
a. Mereka tidak hanya menguasai dan terampil melaksanakan profesinya, tetapi juga sangat berdedikasi dan dibekali dengan hikmah kebijakan. b. Sangat bersunguh-sungguh dalam hal, khususnya dalam meningkatkan kualitas dirinya. c. Mereka memiliki motivasi yang sangat kuat untuk terus belajar dan mampu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang dihadapinya. d. Mereka bersikap proaktif, ingin memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya. Dari pengalaman yang dia miliki akan memberikan sebuah keputusan yang terbaik dan menjauhi hal-hal yang akan merugikan bagi orang lain. e. Sangat mencintai Tuhannya dan karenanya selalu mendapatkan petunjuk dari-Nya. f. Selalu berusaha untuk mendapatkan dirinya sebagai insan yang dapat dipercaya sehingga tidak pernah mau mengingkari janji atau menghianati amanah yang dipikulnya. g. Selalu ingin menjadikan dirinya sebagai teladan yang dapat menampilkan kinerja yang baik. h. Menaruh cinta kepada orang lain sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri i. Memiliki kedewasaan emosi, tabah, dan tidak pernah mengenal kata menyerah serta mampu mengendalikan diri dan tidak perbah terperangkap dalam keputusan yang emosional. j. Memiliki jiwa yang tenang. k. Memiliki arah tujuan atau misi yang jelas dalam kehidupannya.
110
l. Memiliki sikap untuk bersaing dengan sehat, karena sadar bahwa setiap umat memiliki kiblat dan martabatnya.
4. Fathanah dalam Zakat Selain dalam persyaratan amanah yang harus dimiliki lembaga pengelola ZIS, Prof. KH. Ali Yafie menambahkannya dengan persyaratan Fathanah yang diartikanya dengan profesional. Mengelola ZIS tidak boleh dilakukan hanya selingan saja, namun dalam pengelolaan ZIS hendaknyalah lembaga yang benar-benar dikelola oleh SDM yang profesional dalam bidangnya. ZIS jika akan dijadikan suatu kekuatan bangsa dan umat, maka sudah saatnya untuk dikelola dengan standar profesional. SDM yang ada haruslah orang-orang yang profesional dan dihargai sebagai seorang profesional, penghargaan dalam hal ini, Islam telah menyiapkannya melalui dana ZIS itu sendiri yang alokasi persentasinya cukup tinggi. Kecerdasan sangat dibutuhkan oleh Amil untuk mewujudkan ideide segar, ditopang oleh kreativitas dan inovasi. Kedua aspek tersebut diperlukan guna menemukan kekuatan positif. Upaya mendayagunakan dana ZIS merupakan langkah strategis dan menjadi garda depan dalam mengimplementasikan salah satu visi lembaga pengelola ZIS yaitu profesional. Profesional berarti kemampuan (competence) hasil dari akumulasi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) yang dilengkapi dengan pengalaman (experience).
111
Kemampuan profesional dalam mendayagunakan dana ZIS, artinya bagaimana upaya mendayagunakan menjadi suatu kenyataan dalam bentuk amal shalih, “…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya” (Q.S. al-Kahfi:110), Sehingga para Amil bertindak sebagai orang-orang yang mampu membuat sesuatu menjadi kenyataan. Para Amil mesti berangkat dari pemikiran dari luar ke dalam dari pada pemikiran dari dalam ke luar. Jadi langkah strategis yang dapat dilakukan adalah memulai untuk mengidentifikasi problem mendasar umat Islam. Penemuan akar masalah paling tidak dapat dicapai melalui kemampuan diri semacam “radar” untuk melihat trend kebutuhan mendasar masyarakat, yang kemudian diartikulasikan menjadi suatu produk yang mampu memenuhi harapan dan menyelesaikan masalah. Dengan demikian, upaya mendayagunakan dana ZIS mesti melahirkan nilai yang bermanfaat yaitu berdaya dan berguna.24 Pengelolaan zakat yang profesional memang perlu dilakukan lembaga zakat, namun harus benar-benar diingat bahwa profesional di lembaga zakat harus sesuai dengan syariah. Jangan sampai slogan profesional sama seperti yang dilakukan Dirjen Perpajakan dan cukai. Kita lihat kurang profesional apalagi di perpajakan, tapi korupsinya juga masih
24
.Ahmad Hasan Ridwan, artikel diakses pada tanggal 2 juli 2008 dari
http://persis.or.id
112
tinggi. Oleh sebab itu profesionalisme di lembaga zakat harus bersih dari tindakan-tindakan di luar syariat Islam. Pekerjaan mengurus harta benda lebih mudah menggelincirkan orang jauh kepada pelanggaran, bagi yang tidak tabah mengerjakannya, orang-orang yang lemah iman dan akhlaknya yakni orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dalam bertugas mengumpulkan dan membagikan zakat. Kita harus cermat dan teliti memilih setiap orang yang akan diangkat dalam memegang amanah urusan zakat. Baik yang memungut, membagikan, maupun yang mengaturnya. Khususnya dalam pengurus pusat lembaga zakat sebab pemimpin adalah bagaikan hati, apabila dia baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik tetapi jika dia rusak maka satu tubuh pun akan rusak pula.25 Sebagai petugas atau Amil zakat dia harus bersifat adil, yaitu tidak boleh memungut zakat dengan perhitungan yang ringan kepada yang dicintai dan tidak boleh zalim terhadap orang yang tidak disukai., tidak ridha terhadap kesalahan, tidak bertujuan untuk dekat kepada orang-orang kaya, dan kerelaan orang-orang miskin. Tetapi semua keinginannnya adalah semata-mata karena untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Unsur manajemen pengelolaan zakat masa kini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Unsur organiasasi / stukrural Amil adalah merupakan kumpulan orang banyak, bukan orang perorangan. Orang-orang tersebut dilibatkan dalam urusan keahliannya 25
. Yusuf Qardhawi, kiat sukses mengelola zakat, op.cit. h. 42
113
masing-masing dan diangkat oleh penguasa atua oganisasi sosial yang diberi kewenangan untuk mendaftarkan para seseorang yang pantas menjadi muzaki, menarik, mengumpulkan harta zakat, melihat dan mendayagunakan zakat kepada mustahik yang berhak menerimanya. b. Unsur koordinasi Pengelolaan zakat sangat berkaitan dengan masalah hukum (syariat Islam), kondisi sosial masyarakat muzaki dan sistem manajemen pengelolaannya yang baik untuk menyatukan ketiga unsur itu, maka pengelolaan zakat diperlukan adanya koordinaasi dengan instansi atau lembaga pemerintahan, maupun lembaga swasta, lembaga profesi masyarakat, seperti MUI, tokoh masyarakat, cendekiawan muslim dan lembaga-lembaga profesi lainnya. Koordinasi ini bertujuan untuk menyatakan visi dan misi sehingga terjalin sinergi antara lembaga amil pemerintah, lembaga amil masyarakat dan tokoh masyarakat atau cendekiawanan sehingga dihindari timbulnya benturan berbagai kepentingan dan pendapat dikalangan kelompok dan lembaga tersebut. c. Unsur Staf atau Aparatur. Dalam mengefektifkan pengelolaan zakat maka penunjukan pengurus zakat harus benar-benar memenuhi syarat antara lain sifat amanah, jujur, serta ahli dalam bidangnya, karena tugas dan tanggungjawab pengelolaan zakat sangatlah luas dan berat, bukan saja tugas pengumpulan saja yang berat melainkan juga pendayagunaan yang berdampak kepada sosial ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan
114
umat juga sangat penting sesuai degan ahlinya. Staf dan Aparatur yang sesuai dengan keahliannya masing-masing ditempatkan pada bagian organisasi seperti pengumpulan, pendayagunaan, bina program, ketatausahaan, pengembangan ekonomi rakyat serta bagian lain yang dianggap perlu.26
26
. fungsi dan peran lembaga zakat, Pelita, (Jakarta), 21 maret 2000. h.7
115
BAB III GAMBARAN UMUM BAZNAS JAKARTA
A. Sejarah Berdirinya BAZNAS adalah singkatan Badan Amil Zakat Nasional yang dibentuk oleh pemerintah tingkat nasional berdasarkan Keputusan Presiden No. 8 tahun 2001, tanggal 17 Januari 2001. BAZNAS, lahir sesuai dengan undang-undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, lembaga ini bersifat Koordinatif, Konsultatif, dan Informatif, yang berkhidmad untuk meningkatkan harkat masyarakat yang secara sosial ekonomi belum beruntung dengan dana Zakat, infak, dan shadaqoh. Landasan syar'i berdirinya BAZNAS sesuai dengan QS At Taubah : 103 yang artinya : "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Sesungguhnya doa kamu menjadi ketenteraman jiwa mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui." Jumhur ulama menyatakan bahwa yang berhak melakukan pengambilan sebagaimana kata "Ambillah" yang tercantum pada ayat tersebut adalah pemerintah. " Dari Ibnu Umar, semoga Allah meridlai keduanya. Ia berkata : Serahkanlah sedekah kamu sekalian pada orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa urusan kamu sekalian………….. (HR Baihaqi). Lahirnya BAZNAS diharapkan menjadi modal bagi pengelola lembaga zakat yang dapat mengemban Amanah baik dari Muzakki, terlebih lagi dari mustahik yang menggantungkan harapannya pada dana ZIS, sesuai dengan azas yang dimiliki oleh BAZNAS dalam mengelola dana ZIS masyarakat, yaitu moral yang amanah, manajemen yang transfaran dan profesional, serta pengembangan yang kreatif dan inovatif.27
27
. Profil BAZNAS
116
B. Landasan Hukum BAZNAS Landasan hukum berdirinya BAZNAS Jakarta yaitu terdiri dari 1. UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat.
2. Surat Keputusan Presiden RI No. 8 tahun 2001 tanggal 17 Januari 2001 diperbarui dengan SK Presiden RI No. 103 tahun 2004. 3. Keputusan Menteri Agama No. 531 tahun 2000 diperbarui dengan No. 373 tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. 4. Keputusan Dirjen Bimas Islam No. D/281 tentang petunjuk teknis pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat.28
C. Visi, Misi dan Tugas Pokok BAZNAS 1. Visi Visi dari BAZNAS yaitu : “Menjadikan BAZNAS sebagai Pusat Zakat Nasional yang memiliki peran dan posisi yang sangat strategis di dalam upaya pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, melalui pengelolaan zakat nasional yang amanah, profesional, efisien dan efektif, berdasarkan syariat Islam dan aturan perundang-undangan yang berlaku” 2. Misi Misi yang diemban oleh Baznas yaitu : a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat melalui amil zakat b. Sebagai koordinator BAZ dan LAZ yang ada, melalui sinergisitas yang efektif dan tepat sasaran 28
. Ibid.
upaya
117
c. Sebagai Pusat Data Nasional, yang mencakup data BAZ/LAZ, data jumlah penerimaan zakat BAZ/LAZ, data pendayagunaan zakat BAZ/LAZ, maupun data muzakki dan mustahik secara nasional. d. Sebagai pusat pembinaan dan pengembangan SDM zakat nasional 3. Tugas pokok BAZNAS. Tugas pokok BAZNAS adalah merealisasikan misi BAZNAS yaitu: a. Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat b. Mengarahkan masyarakat mencapai kesejahteraan baik fisik maupun non fisik melalui pendayagunaan zakat c. Meningkatkan status mustahik menjadi muzakki melalui pemulihan, peningkatan
kualitas
SDM,
dan
pengembangan
ekonomi
masyarakat. d. Mengembangkan budaya "memberi lebih baik dari menerima" di kalangan mustahik. e. Mengembangkan manajemen yang amanah, profesional dan transparan dalam mengelola zakat. f. Menjangkau muzakki dan mustahik seluas-luasnya. g. Memperkuat jaringan antar organisasi pengelola zakat29
D. Struktur Organisasi Dewan Pengurus Baznas 1. Pembentukan Badan Amil Zakat a. Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah dan BAZNAS oleh presiden atas usul menteri. 29
. WWW. BAZNAS. Or.id, dikutip tanggal 2 september 2008
118
b. Keputusan pembentukan BAZNAS dengan keputusan presiden (KEPPRES). c. BAZNAS berkedudukan di Ibu kota Negara d. Wilayah operasional BAZNAS meliputi instansi / lembaga ti8ngkat pusat, swasta Nasional dan luar negeri e. BAZ bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai tingkatannya, maka BAZNAS bertanggung jawab kepada pemerintah f. BAZ mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakn zakat sesuai dengan ketentuan agama. 2.
Organisaai BAZ terdiri dari a. Unsur pertimbangan b. Unsur pengawas dan c. Unsur pelaksana
3. Kepengurusan BAZ yaitu : a. Unsur masyarakat b. Unsur pemerintah Yang keduanya memenuhi persyaratan tertentu, unsure di atas terdirir dari : 1. Ulama, 2. Cendekiawan, 3. Tokoh Masyarakat, 4. Tenaga Profesional, 5. wakil pemerintah. Masa kepengurusan BAZNAS sampai 3 tahun ketentuan ini berdasarkan keputusan yang bersandar pada pasal 13 Kep Menag No 581. dari kepengurusan itu terdiri dari dewan pertimbangan, komisi pengawas, dan Badan pelaksana :
119
Dewan pertimbangan 1. Susunan dewan pertimbangan BAZNAS terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris , wakil sekretris, anggota sebanyak-banyaknya sepuluh orang. 2. Dewan
pertimbangan
mempunyai
peran
dan
fungsi
memberikan
pertimbangan, fatwa, saran, dan rekomendasi tentang pengembangan hukum dan pemahaman mengenai pengelolaan zakat. 3. Dewan pertimbangan mempunyai tugas a. menetapkan garis-garis kebijakan umum BAZ bersama komisi pengawas dan badan pelaksana b. mengeluarkan fatwa syariah baik itu di minta maupun tidak berkaitan dengan hukum zakat yang wajib di ikuti oleh pengurus BAZ c. memberikan pertimbangn, saran dan rekomendasi kepada badan pelaksana dan komisi pengawas d. menampung, mengolah dan menyampaikan pendapat umst tentang pengelolaan zakat Komisi pengawas 1. Susunan komisi pengawas BAZNAS : ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, anggota sebanyak-banyaknya sepuluh anggota. 2. Komisi pengawas mempunyai peran dan fungsi melaksanakan pengawas internal atas operasional kegiatan yan di laksanakan badan pelaksana 3. Komisi pengawas mempunyai tugas : a. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan. b. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
120
c. Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana yang mencakup pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan. d. Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari’ah dan perundang-undangan. e. Menunjuk akunta publik. Badan pelaksana 1. Susunan kepengurusan BAZNAS terdiri dari ketua umum, beberapa ketua, sekretaris umum, beberapa sekretaris, bendahara, devisi pengumpulan, devisi pendistribusian, divisi pendayagunaan dan divisi pengembangan. 2. Badan pelaksana mempunyai peran dan fungsi melaksanakan kebijakan BAZ dalam program pengumulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat. 3. Badan pelaksana mempunyai tugas : a. Membuat rencana kerja yang meliputi rencana pengumpulan, penyaluran dan pendayagunaan zakat. b. Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai dengan rencana kerja yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah dittapkan. c. Menyusun laporan tahunan dan laporan audit. d. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban
kepada pemerintah dan
dewan perwakilan rakyat sesuai tingkatannya. e. Bertindak dan bertanggungjawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat baik yang kedalam maupun keluar.30
30
. Profil BAZNAS.
121
Sesuai Surat Keputusan Presiden RI Nomor : 8 tahun 2001 Tanggal 17 Januari 2001, maka organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) terdiri dari : Badan Pelaksana, Dewan Pertimbangan, dan Komisi Pengawasan DEWAN PERTIMBANGAN
BADAN PELAKSANA
KOMISI PENGAWAS
SEKRETARIS
DIVISI PENGEMBANGAN
BENDAHARA
DIVISI PENDISTRIBUSIAN
DIVISI PENGUMPULAN
DIVISI PENDAYAGUNAAN
PELAKSANA HARIAN BAZNAS
1. Badan Pelaksana Ketua Umum
: Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, Msc.
Ketua I
: Drs. H. Eri Sudewo, M.DM.
Ketua II
: H. Aries Muftie, SE, SH
Sekretaris Umum
: Prof.Dr. Nasrun Haroen, MA.
Sekretaris I
: Drs. H. Isbir Fadly
Sekretaris II
: Hj. Isye S. Latif
Bendahara
: Dr. Hj. Marwah Daud Ibrahim
Divisi Pengumpulan Kepala
: Dr. Siti Chalimah Fadjriyah, SE, Akt, MM
Anggota
: 1. Dr. H. Salim S. Al Jufrie, MA. 2. Dr. H. Naharus Surur, M.Ked.
122
Divisi Pendistribusian Kepala
: Drs. H. Abdul Shomad Muin, MM.
Anggota
: 1. M. Fuad Nasar, S.Sos. 2. Rahmat Riyadi
Divisi Pendayagunaan Kepala
: Laksda (Purn) H. Husein Ibrahim
Anggota
: 1. Ir. Jamil Azzaini, MM. 2. Drs. H. Miftahul Munir, MM.
Divisi Pengembangan Kepala Anggota
: Wahyu Dwi Agung, SH. : 1. Hertanto Widodo, SE, Akt. 2. Dra. Hj. Faiqoh, M.Hum
2. Dewan Pertimbangan Ketua
: H. Muchtar Zarkasyi, SH.
Wakil Ketua
: Prof. Dr. H. Syeihul Hadi Permono, SH, MA
Sekretaris
: H. Iskandar Zulkarnain, SE, M.Si.
Wakil Sekr.
: Dr. H. Wahidudin Adam, MA
Anggota
: 1. Drs. H. A. M. Fatwa 2. Dr. H. Daud Rasyid, MA. 3. K.H. Abdullah Gymnastiar 4. Prof. Drs. H. Cecep Syarifuddin 5. Prof. H. Fathurrahman Jamil 6. Drs. H. Djamal Doa 7. Drs. H. Rahmad Gobel 8. Ir. H. Hariyadi Sukamdani
123
3. Komisi Pengawas Ketua
: Drs. H. Achmad Subianto, M.BA.
Wakil Ketua
: Dr. H. Muhammad Syafii Antonio, M.Sc
Sekretaris
: Drs. H. Basri Barmanda, M.BA.
Wakil Sekretaris
: Drs. H. Farid Hadjiry, MM
Anggota
: 1. Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, SH, MA 2. Prof. Dr. H.M. Tahir Azhary, SH 3. Drs. Mar’i Muhammad 4. Dra. Hj. Yuniwati T. Masjchun Sofwan 5. Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin 6. Drs. H. Taufiq Kamil 7. Prof. Dr. H. Muchsin, SH. 8. Prof. Dr. Didiek J. Rachbini 9. Drs. H. Mubarok 10. K.H. Cholid Fadlullah, SH
E. Program Kerja BAZNAS 1. Program penghimpunan a. Kerjasama 1) Pembentukan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) 2) Program penyaluran ZIS b. Layanan Pembayaran ke BAZNAS 1) Pembayaran melalui Konter, 2) Pembayaran melalui UPZ Mitra
124
3) Pembayaran Melaui Bank : ATM, transfer, phone & internet banking 4) Pembayaran Layanan Jemput 5) Pembayaran via SMS dll c. Layanan Lain 1) NPWZ (Nomor Pokok Wajib Zakat ) 2) BSZ ( Bukti Setor Wajib Zakat )
2. Program Pendayagunaaan Zakat, infak dan shadaqoh yang terhimpun disalurkan BAZNAS untuk kepentingan umat melalui program-program sbb ini : a. Program kemanusiaan (Indonesia peduli) 1) Unit salur zakat center b. Program kesehatan (Indonesia sehat) 1) Unit kesehatan keliling (UKK). 2) Dokter keluarga prasejahtera. 3) Selamatkan tunas bangsa. c. Program Dakwah (Indonesia Taqwa) 1) Da’I terpencil mandiri d. Program pengembangan ekonomi masyarakat (Indonesia makmur) 1) Sentral ternak domba cimande. 2) Desa ternak makmur 3) Lapak sampah terpadu 4) Lubung tani organik
125
5) Pemberdayaan kampong nelayan (PKN) 6) pemberdayaan perempuan e. Program penongkatan kualitas SDM (Indonesia cerdas) 1) Satu Keluarga Satu Sarjana (SKSS) 2) Dana Infak Abadi Anak Negeri (DINNAR) 3) Mobil dan Motor Pintar 4) BAZNAS latihan kerja (BLK)31
Dana BAZNAS di dayagunakan berdasarkan prioritas kebutuhan mustahik dan dimanfaatkan untuk usaha produktif, adapun pendayagunaan dana BAZNAS untuk usaha yang produktif dilakukan dengan berdasarkan persyaratan sbb: a. Apabila pendayagunaan dana BAZNAS dari zakat pada tahap pertama sudah terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan. b.
Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.
c. Mendapat persetujuan tertulis dari dewan pertimbangan. 32 Sedangkan dana BAZNAS yang berasal dari hasil penerimaan Infak, shadaqoh, hibah, wasiat, dan kafarat didayagunakan terutama untuk usaha produktif di mana dilakukan dengan prosedur sbb : a. Dilakukan studi kelayakan, b. Ditetapkan jenis usaha produktif c. Dilakukan bimbingan dan penyuluhan, d. Dilakukan pemantauan, pengendaliaan dan pengawasan, 31
. BAZNAS, katalok Program 2008. . Dikutip oleh Yeni Fitriani, dari Risalah Rekornas ke-1, skripsi peranan Badan Amil Zakat Nasional dalam pemodalan usaha kecil menengah, f akultas syariah dan hokum UIN syarif hidayatullah jakarta. 32
126
e. Dilakukan evaluasi dan f. Membuat lapaoran Agar
memberikan
manfaat
yang
optimal,
zakat
harus
didayagunakan sesuai kebutuhan mustahik dengan tetap mengacu pada aturan syariah, untuk menjangkau mustahik secara luas dan tepat sasaran, strategi penyaluran dilakukan langsung dan tidak langsung. Penyaluran secara langsung adalah penyaluran yang disalurkan langsung kepada mustahik oleh USZ oknter. Sedangkan penyaluran tidak langsung adalah penyaluran yang dilakukan melalui lembaga mitra BAZNAS, seperti Badan Amil Zakat (BAZ), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan USZ mitra yang ada di BUMN, BUMS, BMT, maupun lembaga Masjid.33 Jenis pendayagunaan dana ZIS BAZNAS terbagi kedalam 5 kategori program yaitu : program kemanusiaan, kesehatan, kualitas SDM, pengembangan ekonomi masyarakat, serta program dakwah. a. Program Kemanusiaan. Program bantuan untuk meringankan masyarakat yang tertimpa bencana alam, kemanusiaan maupun bantuan untuk memenuhi kebutuhan asasi masyarakat, seperti evakuasi, logistic, pelayanan kesehatan dan rehabilitasinya termasuk program ini. Dalam program ini BAZNAS telah melakukan Penanganan Bencana : Bantuan Evakuasi Korban, Pelayanan Kesehatan Gawat Darurat, Bantuan Pangan dan Sandang, Bantuan Rehabilitasi Daerah Pasca
33
. BAZNAS, Annual Report, 2006. h. 34
127
Bencana, Bantuan Rawan Pangan, Bantuan pendidikan & kesehatan sesaat, Bantuan Ibnu Sabil dan bantuan Tsunami Aceh, gempa DIY, Bengkulu, Sumbar, banjir longsor di seluruh Indonesia dll.34 b. Program kesehatan. Pada program kesehatan ini BAZNAS melakukan berbagai kegiatan antara lain : 1. Unit Kesehatan Keliling & Siaga Bencana, diantaranya memberikan fasilitas sebagai berikut; Memberikan penyuluhan dan pencegahan wabah penyakit di daerah kantong kemiskinan. Layanan kesehatan gratis di daerah kantong kemiskinan dan daerah-daerah bencana, Pencegahan dan penanggulangan rawan gizi, Telah beroperasi di 14 Kecamatan di Jadebotabek 2. Dokter Keluarga Pra Sejahtera dianataranya program ini Beroperasi di 5 wilayah DKI dan Solo, dan 3. Rumah Sehat Masjid Sunda Kelapa c. Program Kualitas SDM. Pada program ini baznas melakukan suatu terobosan bagus dalam bidang pendidikan ; 1. satu keluarga satu sarjana yaitu program yang merupakan program Beasiswa kepada mahasiswa berprestasi secara
akademik dan kemasyarakatan,
untuk mengembangkan
mahasiswa yang berkarakter dan mandiri serta mampu membangun masyarakat. 2. Program Peningkatan Kualitas Guru, program ini merupakan program pelatihan pelajaran eksakta untuk guru Madrasah, 3. Pengelolaan Motor Pintar, Mobil Pintar, Rumah Pintar bekerjasama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu
34
. Profil Baznas
128
d. Program Pengembangan Ekonomi Umat. Pada program ini BAZNAS menjalankan berbagai bentuk kegiatan antara lain; 1. Desa Ternak Makmur ; beberapa yang dilakukan yaitu Pemberdayaan dan pendampingan intensif peternak kambing & domba, ayam,ikan. Pembangunan jaringan pemasaran produk, Lokasi : Bandung, Sukabumi, Bogor, Payakumbuh, Lombok Barat NTB, Lombata NTT. 2. Kampung Nelayan Makmur di mana berbenruk kegiatan yang bermacam yaitu Pemberdayaan dan pendampingan nelayan secara intensif dengan pembrian kapal, alat pancing, Bantuan pemasaran hasil tangkapan, Dakwah, Lokasi : Indramayu, Maluku Utara, Adonara NTT. 3. Program Wirausaha Mandiri diantaranya program ini meliputi kegiatan sebagai berikut yiatu, Program mengurangi pengangguran pemuda, Pelatihan diikuti dengan pemberian modal kerja dan pendampingan. Contoh : pelatihan bengkel motor, ternak ayam, service telepon seluler dll. 4. Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah
(Bank Desa
Makmur) yaitu program yang mengarap berbagi kegiatan antara lain, Membangun Baitul Qiradh dan BMT, Mengembangkan BMT dengan pemberian modal kerja untuk 14 BMT, Membangun 22 Baitul Maal Desa (BMD)
di DIY dan Jawa Timur. 5. Kelompok Masyarakat
Makmur yang terdiri dari berbagai kegiatan ; Pemberian modal dan sarana, Budidaya rumput laut, pengolahan limbah plastik & Pertanian ubi jepang di Pamijahan Bogor, Kuningan Kerajinan tas, garmen dll
129
e. Program dakwah Program ini menjalankan berbagai bentuk kegiatan antara lain : Dengan melakukan Pengiriman Dai ke daerah terpencil, Kerjasama dengan lembaga dakwah dalam rangka pemberdayaan dai, termasuk donasi untuk para dai, Beasiswa untuk pendidikan kader ulama (dai), Memberikan donasi bagi muallaf di daerah tertentu.
130
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah dalam Pengelolaan Zakat pada BAZNAS 1. Amanah pada pengelolaan zakat Badan Amil Zakat Nasional Undang-undang no.38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang disusun oleh pemerintah sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaan zakat yang ada di berbagai lembaga zakat yang berdiri di Indonesia ini. Yaitu di mana pengelolaan zakat yang dikelola oleh lembaga maupun badan zakat yang profesional , amanah, dan transparan. Amanah adalah kepercayaan yang dipercayakan kepada seseorang.35 Amanah di dalam penglolaan zakat di BAZNAS diartikan proses pembuktian, menyalurkan dana zakat, melaporkan kepada muzakki, dan mengumumkan kepada khalayak umum maupun masyarakat.36 Sifat amanah sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzakki akan dengan rela menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelolaan zakat, jika lembaga tersebut patut dan layak untuk dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparasi (keterbukaan) dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara
35
. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqih (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1999), h. 18 . Wawancara, Budi setiawan, tanggal 5 november 2008
36
131
berkala dan juga ketetapan penyalurannya sejalan dengan ketentuanketentuan syariah islamiyah.37 Amanah merupakan kepercayaan yang diberikan kepada kita untuk menjaga baik-baik apa yang Di manaahkan sebelum itu diambil oleh yang berhak mendapatkannya. Dalam kenyataannya suatu amanah yang diemban oleh BAZNAS dari para donator maupun muzakki untuk menyalurkan dan mengelola
harta zakatnya itu tidak disia-siakan,
maksudnya yaitu BAZNAS dengan proses penyaluran dana kepada mustahik yang sesuai kriteria, yang berhak menerima zakat barulah dana tersebut disalurkan. Dalam penyaluran tersebut Andanya sebuah proses pembuktian bahwasanya dana zakat itu tersalurkan dengan baik dan benar. Di mana semua
bentuk aktivitas
yang dilakukan baik berupa
pengumpulan, penyaluran, dan pendayangunaan dibuat dalam bentuk laporan sebagai laporan pertanggungjawaban atas dana yang dikelolanya, baik itu kepada muzakki, maupun kepada pihak pemerintah yang telah mendirikan BAZNAS. Pengelolaan zakat harus dilandasi sikap amanah, yaitu merupakan bentuk sikap kejujuran dan kesediaan berkorban dengan kepentingan orang lain. Pengelolaan zakat merupakan amanah Allah dan sekaligus amanah masyarakat kepada para penguasa, karena pengtingnya amanah ini, maka Rosulullah SAW menyatakan bahwa apabila amanah diabaikan maka tunggulah saat kehancuran. Kehancuran yang dimaksudkan dalam sabda nabi tersebut dapat dipahami dalam makna yang luas termasuk krisis 37
Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani, 2002 ), cet-1, h 128
132
ekonomi yang berkepanjangan dan bobroknya moral penguasa yang ditandai dengan meningkatnya kolusi, korupsi, dan manipulasi. Akibatnya penderitaan dialami oleh masyarakat kalangan bawah (BAZNAS, Risalah silaturahmi Rakernas ke-1 )38 Pada awal pendiriannya, BAZNAS dipimpin oleh DRS. H. Achmad Subinto, MBA, menghadapi berbagai tantangan yang cukup berat, yaitu rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat. Namun perlahan tapi pasti, dengan didukung pengurus yang kredibel dalam
mengelolanya,
serta
program-program
yang
dapat
dipertanggungjawabkan, maka BAZNAS mulai dapat mengatasi tantangan tersebut, kini BAZNAS di bawah pimpinan kyai Didin, semakin eksis di kancah perzakatan nasional. Dukungan dari berbagai instansi negara terus mengalir, termasuk dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono yang telah ikut menyalurkan zakatnya kepada BAZNAS. Tak ketinggalan dari kalangan pejabat-pejabat negara, Dewan Perwakilan Rakyat yang juga menyalurkan zakatnya kepada BAZNAS. Sebelumnya beberapa BUMN telah secara rutin mempercayakan penyaluran zakatnya ke lembaga zakat ini (BAZNAS).39 Amanah bisa berupa harta, pangkat atau jabatan. Amanah ini harus dijaga sebaik-baiknya sesuai dengan perjanjian dengan yang memberinya. Kalau tidak, yang memberikan kepercayaan akan marah. Harta, pangkat adalah amanah dari Allah yang diberikan kepada manusia. Karena itu 38
. Sebagaimana dikutip yeni fitriani, “Perananan Badan Amil Zakat Nasional dalam permodalan usaha kecil menengah, ” (skripsi S! fakultas Syariah dan hokum, universitas islam Negeri Jakarta, 2004), h.32 39 . BAZNAS : “Mewujudkan Pusat Zakat Nasional yang Amanah, transparan dan Profesional, Future Leaders: Newsletters PPSDMS, (Jakarta), mei 2008, h.6
133
dalam harta ada hak Allah. Hak Allah dalam harta adalah mengeluarkan zakat kepada yang berhak menerimanya. Tidak pernah melupakan salat dan selalu dekat dengan Allah.40 Setiap rupiah yang dititipkan lembaga zakat adalah merupakan bentuk bentuk amanah. Setiap amanah akan dimintai pertanggungjawaban. bukannya pertanggungjawaban di dunia saja melainkan juga di akhirat. Sebagai pembawa amanah dari donator dan muzakki, lembaga zakat hendaknya memperhatikan pesan moral seperti itu. Sebagaimana yang tersirat dalam surat An’Nisa ayat 58 :
O#S (/P8RC - NO M "@ 8VW ?#TJ⌧% ]"# Z\#S X*Y O#S NN@ ` IV_☺K c 4b_ %!` ?2☺!#8 `f%C de% - NO O ⌧P - NO gK` L @)` ☺%;⌧h “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”(QS. An-Nisa’: 58) Para amil yang diamanahi untuk membelanjakan dana maupun mendistribusikan dana ZIS, harus benar-benar memegang amanah dan hati-hati agar jangan sampai terjadi pengeluaran belanja yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Pergumulan (keilmuan) dalam dunia zakat sesungguhnya bukanlah semata-mata pergumulan masalah hukum dan fikih, akan tetapi juga 40
. Ameer Hamzah, “Amanah : Pernik-pernik Manajemen Qur’ani”, (Aceh : PT Arun NGL.Co, 1997 ), h.48
134
pergumulan persoalan kemanusiaan secara luas dan menyeluruh. Betapa tidak, jika zakat dikelola dengan baik, profesional, tranparan dana amanah oleh amil zakat, maka akan mampu meminimalisir persoalan kemiskinan sekaligus
meningkatkan
mensilaturahmikan
antar
kesejahteraan.
Zakat
kelompok-kelompok
juga
miskin,
mampu sekaligus
menghilangkan kesenjangan dan kecemburuan sosial.41 Amanah akan melahirkan kejujuran dan tanggungjawab dalam melaksanakan tugas, sebab sekecil apapun tugas yang diemban, yang berkaitan dengan hajat dan kepentingan orang banyak, tanggungjawabnya bukan sekedar kepada manusia (masyarakat) saja, melainkan itu harus bertanggung jawab kepada Allah SWT yang telah memberi kita Amanah untuk suatu pekerjaan tersebut. Amil zakat harus mempunyai sifat Iffah (menghindari setiap yang haram walau sekecil apapun), sehingga tangan dan matanya tidak tertarik sedikitpun terhadap harta zakat yang telah diterimanya dari muzakki, dan seterusnya
benar-benar
dialokasikan
terhadap
mustahik
yang
membutuhkannya. Zakat adalah kepercayaan. Amanah dalam pengelolaan zakat menjadi tujuan utama BAZNAS. karena itu, BAZNAS menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaannya. 42 Amanah dalam lingkupnya pengelolaan zakat yang terdiri dari pengumpulan, pendistribusian, pendayangunaan, dan pengembangan yaitu yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan. 41
. Didin Hafidhudin, “Amanah, Kunci Sukses Mengelola Zakat” : BAZNAS News, Media Zakat,”(Januari 2008), h.3 42 . BAZNAS, Annual Report. 2006, h.4
135
Dalam kegiatan pengumpulan dana ZIS, BAZNAS menetakan strategi bertahap yaitu dimulai dari sosialisasi dan kampanye sadar zakat maupun wajib zakat kepada seluruh masyarakat luas yang berada di Negara Indonesia ini, dengan melakukan sosialisasi dan edukasi (pendidikan kepada masyarakat) tersebut akan mengakibatkan sadar masyarakat atas berzakat kepada harta yang dimilikinya, di mana ini diharapkan untuk kepada masyarakat menjadi faham tentang zakat sehingga mereka sadar atas dirinya untuk menjalankan wajib zakat atas harta yang dimiliki dengan mengeluarkan zakatnya. Untuk menegakkan kemaslahatan umum, pengumpulan zakat adalah amanah yang harus dijunjung tinggi. Pengumpulan zakat harus dilakukan dengan transparan dan akuntabel. Pemerintah atau lembaga swasta boleh saja bertindak sebagai amil zakat asal dengan amanah. Di sinilah perlu ada lembaga pemantau atau auditor yang berfungsi sebagai penegak amanah. Karena banyak masyarakat yang ''lugu" menyerahkan zakatnya kepada tokoh yang disukai, yang boleh jadi tidak mampu mengemban amanah. Godaan setan semakin kuat dalam situasi bebas, tanpa pengawasan. Pengumpulan adalah sebuah tujuan utama yang paling utama untuk menyampaikan informasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Hasil informasi dan interaksi ini akan membentuk citra lembaga dalam benak khalayak ramai. Citra ini dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Dengan citra ini setipa orang akan menilai lembaga, maupun badan zakat yang dipercayainya tersebut, dan pada akhirnya menunjukkan sikap atau
136
perilaku terhadap lembaga yang bersangkutan. Jika yang ditunjukan adalah sikap yang baik dan positif, maka akan timbul suatu benak pada masyarakat yang mendukung dan simpati akan mengalir dengan sendirinya terhadap lembaga maupun badan zakat tersebut, dan dengan demikian tidak ada lagi kesulitan dalam mencari donator, karena dengan sendirinya akan memberikan
dana zakatnya kepada lembaga maupun
badan amil zakat yang telah terpercaya oleh para muzaki, donator tersebut. Begitu pula halnya dengan kepercayaan, dengan citra yang baik akan sangat mudah sekali mempengaruhi masyarakat untuk memberikan donasi kepada Lembaga Amil Zakat maupun Badan Amil Zakat. Dalam tahapan untuk mengumpulkan dana sebagai promosi, atau kampanye kepada masyarakat untuk menjalin kepercayaan masyarakat atas dana tersebut, maka masyarakat sangatlah perlu juga mengetahui tahapan dalam fundraising (pengumpulan dana zakat): 1) Melihat masalah-masalah umat, melalui sosialisasi dan program. 2) Formulasi program pemberdayaan atau pemanfaatan dana , yaitu melalui proses pelayanan dan pengumpulan dana, publikasi Donatur, dan donasi. 3) Formulasi
metode
dan
stategi
fundraising,
yaitu
laporan
pemanfaatan dana. 4) Penyusunan proposal program, yaitu melalui evaluasi program.43 b. Pendistribusian dan Penyaluran.
43
. Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama RI 2007, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta:2007), h. 72
137
Pendistribusian dana BAZNAS kepada yang berhak menerimanya dilakukan sesuai dengan hokum dan ketentuan syarat yang berada dalam Al-Quran dan Al-Hadist. Sedangkan penyaluran dana BAZNAS kepada mustahiq bersifat hibah atau bantuan dengan memeperhatikan skala kebutuhan mustahiq, dan penyalurannya memprioritaskan kebutuhan mustahiq di wilayah kerjanya masing-masing dan bersifat bermacammacam sesuai ketentuan maupun kriteria yang ada dalam kebutuhan atas mustahiq, dimana sifat–sifat yang terjalin didalamnya yaitu: `a. bantuan sesaat yaitu membantu muntahiq dalam menyelesaikan atau mengurangi masalah yang sangat mendesak atau darurat. b. bantuan pemberdayaan yaitu membantu mustahiq meningkatkan kesejahteraanny abik secara perseorangan maupun kelompok melalui program atau kegiatan yang berkesinambungan. Demikian juga, amanah harus menjadi roh dalam penyaluran zakat. Banyak orang yang mengatakan bahwa ikhlas dalam berzakat berarti menyerahkan begitu saja zakatnya tanpa meminta pertanggungjawaban. Sehingga, tidak seorang pun tahu ke mana larinya uang zakat. Apakah disalurkan kepada mereka yang berhak berdasar prioritas kebutuhan, atuakah prioritas keluarga amil. Apakah disalurkan seluruhnya ataukah diembat sebagiannya. Manusia tetap saja manusia. Iman bisa bertambah dan berkurang. Hati bisa berbolak-balik sehingga pengelolaan zakat sangat rawan penyelewengan. Amanah atau kejujuran menjadi sangat penting dalam pengelolaan zakat.
138
c. Pendayangunaan dan pengembangan. Pendayangunaan yang merupakan suatu bentuk alokasi dana zakat yang disalurkan kepada mustahik. untuk dapat mentusun program atau proyek pendayangunaan zakat yang lebih bermanfaat tidak dapat ditebak begitu saja diatas meja atau diperkirakan tanpa ada data yang mendukungnya. diantara data yang dapat digali untuk mendukung terwujudnya proyrk itu dapat dilaksanakan dengan bertahap. Tujuan pendayangunaan zakat yang utama adalah memperbaiki taraf hidup rakyat. rakyat Indonesia masih banyak yang hidup di bawahgaris kemiskinan, dan akibat dari itu juga, maka maslah kebodohan dan kesempatan memperoleh pendidikan masih merupakan masalah serius yang harus dipecahkan. kegiatan
yang
dilakukan
dalam
pendayangunaan
dan
pengembangan di BAZNAS dilakukan dalam bentuk kegiatan yang bersifatnya Pemberian Motivasi seperti memberikan pengetahuan tentang system manajemen (dalam arti sederhana), bimbingan, dan pendampingan dalam bidang usaha. bentuk lainnya yaitu dalam pemberian modal, baik itu berupa uanga untuk modal utama, modal tambahan maupun modal berupa barang dagangan baik itu peralatan maupun bentuk ternak untuk dipelihara dan selanjutnya diawasi oleh pihak BAZNAS dalam pelaksanaan kegiatannya. 2. Fathanah pada pengelolaan zakat Badan Amil Zakat Nasional. Azas dan budaya kerja yang diterapkan oleh BAZNAS yaitu meneladani sifat rosul yaitu sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Di
139
mana masing-masing diartikan sebagai berikut ; Sifat Siddiq diartikan melakukan pekerjaan dengan benar dan profesional, Amanah diartikan jujur dan dapat dipercaya, sifat Tabligh diartikan manajemen yang transparan dana akuntabel, serta sifat fathanah sendiri diartikan sebagai pemberdayaan yang kreatif, efektif dan bermanfaat ganda ( Multiplier effect)44 Salah satu sifat yang melekat pada Rasulullah saw. Adalah sifat Fathanah (cerdas). Kecerdasan Rasulullah sudah diakui dan diyakini oleh seluruh umat Islam. Kecerdasan Rasulullah telah membuktikan pencapaian dakwah Islam yang dimaknai sebagai keberhasilan global (rahmatan lil alamin). Kecerdasan Rasulullah patut diteladani dalam konteks sekarang. Kecerdasan dalam mengelola suatu lembaga pengelola ZIS mutlak diperlakukan, dan kecerdasan yang diperlukan oleh amil untuk suatu tugas pendayangunaan ZIS menjadi cerita menarik.45 Dalam pengelolaan zakat, adanya suatu persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang amil zakat, yaitu sifat yang harus dimiliki oleh para amil zakat yaitu amanah dalam menjalankan roda keberlangsungan dana zakat, selain amanah ada lagi sifat yang harus dipunyai oleh seorang amil zakat, sifat itu merupakan Fathanah yang sering diartikan dengan profesional. Fathanah dalam wawancara pribadi dengan Budi Setiawan staf bagian pendayangunaan BAZNAS, dia mengatakan bahwa Fathanah itu suatu bentuk penetapan standar mutu manajemen dalam pengelolaan zakat, 44
. Ibid, h. 19 . Ahmad Hasan Ridwan, “Pengelolaan Zakat” artikel diakses pada 2 juli 2008 dari http://PERSIS.or.id/QS/?P=21 45
140
kehati-hatian dalam mengelolanya, cepat dan efisien dalam penyaluran dan pendayangunaan dana zakat tersebut.46 Selain menjalankan amanat UU dan keputusan presiden, BAZNAS juga melaksanakan kewajibannya sebagainya sesuai keputusan menteri agama RI No.531 tahun 2001 yang diperbaharui dengan keputusan Mahkamah Agung N0.373 tahun 2003 tentang pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 pengelolaan zakat, dan keputusan Dirjen dinas Islam dan urusan haji No. 291 tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. Tugas yang diemban BAZNAS berdasarkan peraturan perundangundangan tersebut adalah : a. Sebagai Badan Amil Zakat yang melakukan kegiatan pengumpulan, pengadministrasian dan pendayangunaan atau penyaluran zakat, infak, dan shodaqah hibah dan dana-dana sosial lainnya. b. Sebagai BAZ Nasional bertugas untuk melakukan fungsi koordinasi, konsultasi, dan informasi serta pengembangan kelembagaan Badan Amil Zakat daerah dan lembaga Amil Zakat.47 Dilihat dari tugas yang diemban oleh BAZNAS sesuai peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai lembaga pengelolaan zakat yang meliputi kegiatan,
pengumpulan,
pengorganisasian,
dan
penyaluran
atau
pendayangunaan zakat, maka dalam merealisasikannya itu BAZNAS melakukan berbagai hal sebagai berikut, yaitu juga sebagai bentuk profesionalisme atau yang disini disebut sebagi bentuk fathanah dalam pengelolaan zakat pada badan zakat yang didalamnya terdiri dari: 46
. Wawancara dengan Budi Setiawan, tanggal 5 November 2008 . BAZNAS, Annual Report. 2006, h.6
47
141
a. Pengumpulan Segala upaya dalam mengumpulkan shadaqoh, infak, dan zakat. BAZNAS menetapkan strategi bertahap yaitu dimulai dari sosialisasi dan edukasi sadar zakat kepada masyarakat. Dengan sosialisasi tersebut supaya masyarakat itu benar-benar sadar dan mulai mengerti tentang kegunaan dana zakat yang disalurkan kepada lembaga dan kemudian disalurkan kepada mustahik yang membutuhkan,dan menjadikan masyarakat itu para masyarakat yang sadar atas hartanya itu wajib untuk dizakati. Mengupayakan timbulnya kesadaran berzakat dimasyarakat dan mengusahakan tersedianya kemudahan dalam layanan para pembayar zakat adalah suatu target kerja BAZNAS. Selain melakukan upaya penyadaran berzakat yang umum dialkukan pengumpulan zakat, seperti sosialisai melalui presentasi, pengajian, talk show di media elektronik, publikasi program di media cetak termasuk menerbitkan newsletter, brosur dan buku-buku. BAZNAS juga mensosialisasikan programnya kedaerahdaerah. Maka sinergi dengan Badan Amil Zakat daerah pun digalang.48 Bentuk
usaha
meningkatkan
kesadaran
masyarakat
untuk
mengeluarkan zakat tersebut diimbangi pula dengan usaha BAZNAS dengan meningkatkan kualitas pelayanannya kepada Muzaki, sehingga para muzaki dapat melakukan pembayaran zakat dengan mudah dan nyaman. Kemudahan lain yang lahir setelah UU No.17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan diterbitkan. BAZNAS dan UPZ maupun mitra
48
. Ibid, h.27
142
BAZNAS lainnya telah dapat menerima zakat sebagai pengurang pengahsilan kena pajak. Para pembayar zakat muzaki memperoleh dua keuntungan apabila dia membayar zakat kepada lembaga maupun Badan zakat, yaitu keuntungan yang terdapat di dunia maupun keuntungan di akhirat nanti. Keuntungan di dunia yaitu zakat sebagai pengurangan dari harta yang kena pajak dari pemerintah, dan keuntungan kedua yaitu untung dia akhirat karena telah membantu kemaslahatan orang banyak dengan menyalurkan hartanya. Hal ini tentu akan mendorong para muzaki untuk membayar zakatnya terlebih dahulu agar penghasilan yang akan dikenai pajak berkurang. Bagi para muzaki yang membayakan zakatnya pada BAZNAS akan mendapatkan tanda bukti seperti mendapatkan NPWZ Nomor Pokok Wajib Zakat dan Bukti Setoran Zakat BSZ, yang dapat dipergunakan sebagai bukti pengurangan penghasilan pajak.49 Dalam pengumpulan dana ZIS BAZNAS memberikan banyak hal fasilitas kepada muzaki sebagi bentuk pelayanannya. Diantar fasilitas itu diantaranya konsultasi dan informasi ZIS, adanya UPZ mitra BAZNAS sebagai kemudahan bagi muzaki untuk menyalurkan zakat, di mana ada beberapa konter UPZ mitra BAZNAS di Jakarta, transfer rekening di beberapa bank yang bekerja sama dengan BAZNAS, pembayaran Via ATM dan kartu debit, serta juga ada layanan jemput zakat. Pada sisi penghimpunan, banyak aspek yang harus dilakukan, seperti aspek penyuluhan, edukasi, dan lainnya. Aspek ini menduduki fungsi kunci untuk keberhasilan penghimpunan dana ZIS. Karena itu,
49
. Ibid, h.27
143
setiap sarana harus dimanfaatkan secara optimal. Salah satu sarana yang bisa dimanfaatkan adalah seperti medium khutbah jumat, majelis taklim, surat kabar, majalah, melihat secara langsung pendistribusian dan pendayangunaan ZIS, bisa juga dalam bentuk gambar, potret/foto, tayangan televisi, dan sebagainya. Ini semua akan menumbuhkan kepercayaan muzakki pada pengelola dana ZIS. Brosur−brosur yang sifatnya praktis yang berisikan tentang harta yang harus dizakati dan cara perhitungannya, akan sangat membantu usaha sosialisasi ZIS ini. Aspek lainnya yang juga tak kalah pentingnya adalah penghimpunan dan pengolahan data muzakki (donatur) di lingkungan pengelola ZIS. b. Pengelolaan BAZNAS merupakan suatu lembaga yang berbentuk lembaga keuangan, namun tegasnya lembaga keuangan yang bukanlah lembaga keuangan perbankan dan bukan pula lembaga asuransi. Memang ada suatu hal yang mendasar yang dapat membedakan antara lembaga zakat dengan lembaga perbankan atau asuransi. Perbedaannya sangat jelas terutama melihat dari legal lembaga zakat yang merupakan yayasan, dibanding perbankan dan asuransi yang berlegal PT. Sementara lembagalembaga yang berlegal yayasan pun, toh ternyata tidak semuanya memiliki kesamaan karakteristik. Satu contoh yang dibahas, ada perbedaan karakter yang membedakan lembaga zakat yang nirlaba dengan sekolah atau rumah sakit yang non profit yang sama-sama berlegal sebagai nama sebuah lembaga yang berlebel yayasan.
144
Sesuai dengan surat Al-Ankabut ayat 69 :
"@J ?# Z l jkC -"# c "@*n= (/'NmC ('m o☺
-
NO"#
LB @ 9☺! “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”. (QS, Al-Ankabut : 69) Bicara status kepemilikan dan karakter lembaga, merupakan bagian penting dalam pembahasan pengelolaan keuangan. Tak paham jati diri dan asal-usul kelembagaan, akan berakibat pada kekeliruan cara pembahasan termasuk program-program yang dikemas. Termasuk dalam pembahasan di sini, ada kesalahan paradigma pada lembaga nirlaba dan lembaga non profit. Karena hal ini tidak pernah dibahas secara lebih kritis, kekeliruan itu telah dianggap sebagai kebenaran yang sulit dibenahi. BAZNAS yang merupakan suatu lembaga yang berbentuk lembaga non profit, atau disebut lembaga yang azasnya nilai dan moral, di mana dalam menjalankan dan memperjuangkan nilai dan moralitas, lembaga nirlaba ini BAZNAS masih memerlukan dana. Dana yang diperoleh hanya untuk operasional, bukan mencari uang untuk meraup laba sebesarbesarnya. Di mana BAZNAS mendapatkan dana operasional untuk menjalankan aktivitas pengelolaan zakat mendapatkan dana dari para donasi masyarakat. Yang mana dana tidak bersifat mengikat dan bukan pula sebagai pinjaman, baik itu berasal dari hibah, zakat, infak, dan
145
shadaqoh. Lembaga nirlaba dapat saja menjalankan kegiatanya dengan menggunakan dana-dana tersebut, yaitu sebagai dana membiayai kegiatan operasional yang berlangsung. Ibarat darah, uang merupakan hal pokok dalam pengelolaan lembaga apapun, sedang ibarat saluran darah, sistem keuangan memegang peran amat penting pula pada lembaga apapun. BAZNAS yang merupakan suatu lembaga juga melakukan suatu kegiatan yang menjalankan berbagai aktivitasnya dengan membutuhkan dana, yang mana dana tersebut didapatnya dari sebagian kecil dana ZIS tersebut yang diterimannya dari para donator. Di mana itu dilakukannya dengan rasa amanah yang telah ditanggung jawabkan oleh para donator dan dikelolanya dengan sifat fathanah (profesional). Dalam
pengelolaan
ZIS
lembaga
nirlaba
ini,
BAZNAS
menggunakan struktur pengelolaan dalam bidang keuangan yaitu pengelolaan dana yang bersumber pada bendahara, yang bertugas dalam mengelola semua dana ZIS dalam kaitannya keluar maupun masuk, di mana BAZNAS dibantu oleh para akuntan-akuntan yang profesional dalam bidangnya sebagai bukti bahwa dana ini benar-benar dikelola untuk menjalankan amanah yang telah diberikan oleh para muzakki, dikelola oleh amil, dan disalurkan kepada mustahik. BAZNAS mencakup ruang lingkup yang berskala nasional yaitu unit pengumpul zakat di departemen, BUMN, BUMS, Konsulat Jenderal yang berskala nasional, dan dalam menjalankan program kerjanya BAZNAS menggunakan konsep sinergi, yaitu pengumpulan ZIS
146
menggunakan hubungan kerjasama dengan unit pengumpul zakat (UPZ) di Departemen, BUMN, konjen dan lembaga Amil zakat lainnya. Pola kerja sama itu disebut dengan UPZ mitra BAZNAS, sedangkan untuk penyalurannya, BAZNAS juga menggunakan pola sinergi dengan lembaga Amil Zakat lainnya, yang disebut Unit Salur Zakat (USZ) mitra BAZNAS. BAZNAS sebagi BAZ nasional dituntut untu mengelola dana ZIS dengan
kreatif,
inovatif dan profesional diman agar
membuat
kepercayaan kepada masyarakat. Manajemen lembaga Amil zakat adalah aspek komunikasi kepada publik, dengan komunikasi ini merupakan salah satu kekuatan lembaga-lembaga amil zakat. Setiap aktivitas yang dilakukannya harus dimuat oleh media, baik cetak maupun elektronk, ini semua merupakan bagi bukti untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap lembaga amil zakat tersebut, dan selain itu tentunya sebagai bahan untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat kepada BAZNAS, agar makin maju, berkembang dan terpercaya. BAZNAS dalam mendapatkan dana operasional kegiatannya mendapat dari para donator. Donator yang percaya kepada BAZNAS, di BAZNAS sendiri pengertian donator muzaki yaitu perorangan atua lembaga yang bersedia mendanai program penyaluran baik bidang karitas maupun pendayangunaan. Setiap jenis donasi, donator dapat menentukan program dan lokasi penyaluran yang aakn dipilih, donatur dapat menyertakan identitas lembaga pada program yang dipilih untuk menguatkan kemitraan dengan BAZNAS.
147
Biaya penyelenggaraan program bersumber dari Zakat, Infaq, Shodaqoh maupun dana kepedulian. Dalam hal pemberian donasi bantuan dapat di lakukan: a. Donatur Individu : Donatur pengorangan dapat melakukan registrasi kepada BAZNAS melaui petugas atau konfirmasi kesediaan dengan melengkapi formulir registrasi donatur. Donatur dapat menentukan besaran bantuan dan lokasi yang diinginkan . Penyaluran Donasi dapat di lakukan melalui : 1) Datang ke Konter Pelayanan Kantor Pusat Badan Amil Zakat Nasional di Jalan Kebon sirih Raya No. 57 Jakarta Pusat (021) 3904555 2) Melalui Bank Mitra BAZNAS Bank Central Asia (BCA) 6860 148577 an.BAZNAS Bank Mandiri
070-00-087777-3 an.BAZNAS
3) Melalui Petugas jemput donasi b. Donatur Instansi / lembaga Donatur lembaga dapat melakukan pengajuan atau menerima pengajuan kerjasama kemitraan program. Kemitraan program di relisasikan dengan kesepakatan kerjasama (MOU). Donatur Instansi dapat menentukan besaran bantuan dan lokasi yang diinginkan. Donatur dapat mengajukan bantuan bersyarat kemitraan dengan membiayai 1 lokasi program. Kerjasama Kemitraan dapat dilakukan
148
melalui MOU antara BAZNAS dengan Donatur Mitra. Penyaluran Donasi dapat di lakukan melalui : 1) Datang ke Konter Pelayanan Kantor Pusat Badan Amil Zakat Nasional di Jalan Kebon sirih Raya No. 57 Jakarta Pusat (021) 3904555 2) Melalui Bank Mitra BAZNAS Bank Central Asia (BCA) Bank Mandiri
6860 148577 an.BAZNAS
070-00-087777-3
an.BAZNAS
3) Melalui Petugas jemput donasi.50 BAZNAS dalam melakukan pengelolaan dana ZIS sangatlah memegang erat Azas dan BUdaya kerja yang melekat pada setiap Amil zakatnya, sehingga menjadi lembaga Amil zakat yang kuat, amanah, transparan. Sebagai usaha BAZNAS kedepan agar menjadi institusi maupun Badan Amil Zakat Nasional yang lebih kuat, dipercaya oleh masyarakat, BAZNAS melakukan beberapa hal yang berkaitan dengan pengelolaan dana ZIS tersebut, diantaranya sebagai berikut : a. Melakukan sinergi kemitraan, dengan berbagi elemen-elemen masyarakat. b. Memperluas sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan BAZNAS. c. Memposisiskan BAZNAS menjadi lembaga Regulator. d. Mengusulkan APBN untuk BAZNAS dapat direalisasikan.51
50
. BAZNAS, Katalog Program, Devisi program 2008 . Budi Setiawan, Wawancara Pribadi
51
149
BAZNAS dalam pengelolaan dana ZIS yang diamanahkan dari muzaki dikelola oleh amil, dan diserahkan kepada mustahik selalu mengevaluasi kinerja para amilnya, di mana BAZNAS selalu mementau kinerja para amilnya apakah sudah bekerja dengan maksimal atau sesuai dengan target, dan cara melihatnya yaitu dengan melihat kinerja melalui SDM yang dimiliki oleh amil-amil setiap tiga bulan sekali. Tidak hanya itu saja dalam meningkatkan kualitas para amilnya BAZNAS melakukan bentuk bimbingan kepada amilnya, yaitu dengan melakukan pendidikan dan pelatihan khusus kepada para amilnya supaya bekerja lebih profesional, amanah, dan transparan.52 c. Pendayangunaan dan Penyaluran Pendayangunaan merupakan tujuan dari didirikannya lembaga maupun badan amil zakat yang berjalan saat ini, penyaluran maupun pendayangunaan tersebut itu disalurkan kepada para mustahik yang benar-benar membutuhkan, begitu pula BAZNAS yang merupakan suatu lembaga nirlaba yang bergerak dalam status nilai kepercayaan dan moralitas para pengelolanya, benar menyalurkan dana ZIS yang diperolehnya. Penyaluran dan pendayangunaan mempunyai arti yang berbeda, di mana penyaluran diartikan bahwa dana yang diberikan kepada mustahik itu hanya sekedar diberikan saja, tetapi kalau pendayangunaan diartikan bahwasannya dana yang disalurkan itu tidak disalurkan dengan begitu saja, melainkan dengan berbagai bentuk kegiatan maupun bentuk program-program yang dimiliki oleh
52
. Budi Setiawan, Wawancara Pribadi
150
BAZNAS. Dalam pelaksanaan penyaluran dan pendayangunaan dana tersebut BAZNAS melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan ke masyarakat. Baznas melakukan penyalurannya dengan dua sistem. Pertama, program yang kita buat sendiri. Program ini berdasarkan data yang kita cari. Di sini ada lima program: Indonesia takwa, Indonesia cerdas, Indonesia makmur, Indonesia sehat, dan Indonesia peduli. Indonesia cerdas misalnya, dengan memberikan beasiswa. Kedua, bisa juga ajuan dari masyarakat. Masyarakat mengajukan proposal. Kemudian kita teliti, dan seterusnya. Tapi, yang jelas semuanya sejalan dengan mustahik itu. Selama itu sesuai dengan kriteria mustahik, insya Allah akan kita salurkan.53
B. Faktor pendukung dan penghambat dalam Pengelolaan Zakat BAZNAS 1. Faktor Pendukung a. Kehadiran para Ulama, profesional, birokrat, wakil rakyat, dan tokoh masyrakat yang dikenal bersih, berdedikasi, kredibel dan ahli dibidangnya
dalam
kepengurusannya,
BAZNAS
melaksanakan
tugasnya secara amanah dan profesional. b. Sesuai dengan azas dan budaya kerja BAZNAS, yang meneladani sifat Rosul ; sidiq, amanah, tabligh, serta Fathanah dalam pengelolaan zakat.
53
. www.eramuslim.com, tentang Didin Hafidhuddin: Penyaluran Zakat itu Harus Bermartabat diakses tanggal 16 desember 2008.
151
c. Sesuai dengan visi BAZNAS, menjadi pusat zakat yang memiliki peran dan posisi yang sangat strategis didalamnya upaya pengentasan kemiskinan
dan
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat
secra
keseluruhan melalui pengelolaan nasional yang amanah, profesional, efesienn, dan efektif berdasarkan syariat Islam dan aturan perundangundangan yang berlaku. d. BAZNAS dalam mengumpulkan dana zakat dari para Muzakki dibantu oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) dan mitra BAZNAS, BAZNAS dalam melaksanakan tugasnya mempunyai sistem adminisatrasi keuangan yang berbasis dasar teknologi, informasi, dan melayani muzakki yang ingin membayar zakatnya. e. Mempunyai sistem administrasi keuangan yang berbasis dasar teknologgi informasi. f. Melayani para muzakki lewat website BAZNAS, www. BAZNAS. Or.id g. Terletak dilokasi yang sangat strategis ditengah-tengah kota. h. Rekening dalam setiap bentuk infak, shadaqoh, dan zakat memiliki rekening yang berbeda-beda, untuk mempermudah donator atau muzaki menyalurkan dana ZIS. i. Andaya UU RI. No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, surat keputusan presiden RI no. 8tahun 2001 tentang pembentukan BAZNAS, surat keputusan menteri agama RI no. 581 tahun 1999 tentang pelaksanaan UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,
152
dan keputusan direktur jendral bimbingan masyarakat islam dan urusan haji no.291tahun 2000 tentang pedoman teknis pengelolaan zakat. 2. Faktor Penghambat a. Tidak teralisasinya APBN yang disebutkan dalam undang-undang sebagai anggaran pengelolaan BAZNAS, kurang mensosialisasikan BAZNAS pada masyarakat, kesadaran masyarakat untuk membayar zakat masih kurang, dan belum adanya ketentuan yang mewajibkan UPZ di departemen, lembaga, BUMN, perwakilan Indonesia diluar negeri, harus menyetor ke BAZNAS. b. Belum adanya peraturan pemerintah dari UU no.38 tahun 1999 tersebut, terutama tentang pola koordinasi antara BAZNAS dengan BAZDA dan LAZ, sehingga lembaga-lembaga tersebut tidak bersedia dibawah koordinasi BAZNAS. c. Belum adanya kesepakatan bahwa bukti Setor Zakat Zakat (BSZ) BAZNAS merupakan satu-satunya BSZ yang diakui oleh dirjen pajak, sehingga realisasi dari zakat pengurangan penghasilan kena pajak belum dilaksanakan secara optimal. d. Hubungan antara BAZNAS, BAZ daerah serta lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dikukuhkan oleh pemerintah, tidak terikat dalam garis kooordinasi yang jelas. e. Belum adanya ketentuan yang mewajibkan UPZ (departemen, lembaga BUMN, BUMS, dan Perwakilan Indonesia di luar negeri ) harus membayar zakatnya ke BAZNAS, kendala lainnya pada umummnya
153
departemen, BUMN tersebut telah memiliki pengelolaan zakat tersendiri dan pola program dalam penyalurannya sendiri. C. Praktek pelaksanaan Pengelolaan Zakat di BAZNAS Pengelolaan Zakat adalah kegiatan yang didalamnya meliputi berbagai kegiatan antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pendistribusian serta pendayangunaan zakat. Diawali dengan kegiatan perencanaan, dimana dapat meliputi perencanaan program beserta budgetingnya serta pengumpulan (collecting) data muzakki dan mustahiq, kemudian pengorganisasian meliputi pemilihan struktur organisasi (Dewan pertimbangan, Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana), penempatan orang-orang (amil) yang tepat dan pemilihan system pelayanan yang memudahkan ditunjang dengan perangkat lunak (software) yang memadai, kemudian dengan tindakan nyata (pro active) melakukan sosialisasi serta pembinaan baik kepada muzakki maupun mustahiq dan terakhir adalah pengawasan dari sisi syariah, manajemen dan keuangan operasional pengelolaan zakat. 4 (empat) hal diatas menjadi persyaratan mutlak yang harus dilakukan terutama oleh lembaga pengelola zakat baik oleh BAZ (Badan Amil Zakat) maupun LAZ (Lembaga Amil Zakat) yang professional. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang terhimpun dalam BAZNAS yaitu kegiatan dalam pengelolaan zakat yaitu yang terdiri dari (POAC) Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan Pengawasan dari pihak ketua umum dalam bentuk laporan disetiap devisi ini berjalan dalam semua divisi mencakup dalam pengumpulan, Pendistribusian, Pendayangunaan, dan Pengembangan yaitu sebagai berikut :
154
1. Divisi Pengumpulan. a. Melakukan pendataan muzaki, harta zakat yang dipunyai muzaki. b. Melakukan usaha penggalilan dana zakat. c. Melakukan pengumpulan zakat, dan menyetorkan hasilnya ke Bank yang ditunjuk serta menyampaikan tanda bukti penerimaan kepada bendahara. d. Mencatat dan membukukan hasil pengumpulan zakat. e. mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan zakat. 2. Devisi Pendistribusian a. Menerima dan menyeleksi pemodalan calaon mustahik. b. Mencatat
mustahik yang memenuhi syarat menurut ketentuan
syarat dan sesuai dengan kelompok masing-masing mustahik. c. Menyiapkan
rancangan
keputusan
tentang
mustahik
yang
menerima zakat. d. Melaksanakan pendistribusian dana zakat sesuai dengan keputusan yang telah ditetapkan. e. Mencatat pendistribusian dana zakat, dan menyerahkan tanda bukti penerimaan kepada bendahara. f. Menyiapkan laporan pendistribusian dana zakat. g. Mempertangungjawabkan hasil kerjanya kepada Ketua Umum. 3. Devisi Pendayangunaan a. Melakukan pendataan mustahik, harta zakat. b. Melaksanakan pendayangunaan zakat, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
155
c. Mencatat pendayangunaan zakat serta menyerahkan tanda bukti penerimaan kepada bendahara. d. Menerima dan mencatat permohonan pendayangunaan dana zakat untuk usaha produktif. e. Meneliti dan menyeleksi calon penerima dana produktif. f. Menyalurkan dana produktif kepada mustahik. g. Mencatat dana produktif
yang telah didayangunakan dan
menyerahkan tanda bukti penerimaan kepada bendahara. h. Menyiapkan bahan laporan pendayangunaan dana zakat untuk usaha produktif. i.
Mempertangungjawabkan hasil kerjanya kepada Ketua Umum.
4. Devisi Pengembangan a. Menyusun bentuk rencana pengumpulan, pendayangunaan, dan pengembangan dana zakat. b. Melakukan penelitian dan pengembangan masalah sosial dan keagamaan dalam ranga pengembangan zakat. c. menerima dan memberi pertimbangan, usul, dan saran mengenai pendayangunaan zakat untuk pengembangan ekonomi umat. d. Mempertangungjawabkan hasil kerjanya kepada Ketua Umum.
156
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan. 1. Pengelolaan zakat oleh BAZNAS dilakukan secara tranparan dan professional dengan dukungan sistem dan teknologi dan sumber daya manusia yang kapabel, amanah dibaeah pengawasan para ulama yang ahli dalam bidang zakat dan tokoh masyarakat yang amanah dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Negara maupun Swasta, sehingga bisa menjaga keberlangsungan BAZNAS dikancah perzakatan, untuk menjaga kepercayaan masyarakat. 2. Sistem teknologi yang menjamin keakuratan data, dengan sistem informasi tersebut, sebagai bukti pengelolaan yang profesional oleh BAZNAS, dimana BAZNAS melakukan pengelolaan data base muzaki, mustahik, dan program-program yang akan dijalankan. Pengelolaan data base yang kuat itu merupakan sebagai langkah konkrit potensi-potensi yang ada di muzaki dan mustahik, sehingga dapat dibuatkan suatu program penanggulangan kemiskinan yang benar-benar tepat sesuai dengan kebutuhan untuk secara berkelanjutan dan merata yang dapat menjangkau seluruh wilayah maupun daerah membutuhkan dana Zakat tersebut. 3. Dalam pengelolaan zakat BAZNAS melakukan sinergi keberbagai lembaga amil zakat lainnya, yang meliputi kerjasama dengan para ulama, ormas-ormas islam, terlebih kepada pemerintah. Dalam pengumpulan dana ZIS BAZNAS melakukan hubungan kerjasama dengan unit pengumpul
157
zakat diberbagi departemen, BUMN, BUMS, Kedutaan dan Konsulat Jenderal LN, berbagai BAZ maupun LAZ lainnya, serta dalam penyaluran maupun pendayagunaan BAZNAS ada yang disalurkan secara langsung dan ada pula yang tidak langsung, yang tidak langsung penyaluran dilakukan melalui lembaga mitra, seperti badan Amil zakat (BAZ), lembaga amil zakat (LAZ), dan USZ mitra BAZNAS yang ada di BUMN, BUMS, BMT maupun lembaga Masjid.
B. Saran. 1. Maksimalkan perangkat kelembagaan agar bisa terlihat oleh masyarakat sebagai bentuk lembaga yang mengelolaa zakat dan menunjukan image, citra lembaga yang dipandang sebagai lembaga pengelola ZIS yang terpercaya, profesional, dan transparan. 2. Perlunya sosialisasi yang sungguh-sungguh atas pentingnya penyaluran zakat melalui lembaga amil zakat kepada masyarakat. 3. Sosialisasi zakat secara terus-menerus yang sesuai dengan hukum islam, hikmah dan tujuaannya secara merinci dan sesuai tatacara perhitungannya, perlu ditingkatkan baik itu melalui media apa saja (surat kabar, brosur, majalah, maupun audio visual )
158
DAFTAR PUSTAKA AL-Quranul Karim Alhumami, Dzulfiqor, “Amanah dan Hubungannya dengan Etos Kerja Pegawai Amil Zakat,” ( skripsi S1 Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006 ) Baiquni Abu A. dan Eni Fauziana, kamus istilah Agama Islam, ( Jakarta : Arloka 1995 ) Bariadi, Lily. dkk, Zakat Dan Wirausaha, (Ciputat :CED, 2005) BAZNAS, annual report, 2006 BAZNAS, Profil BAZNAS, 2007 BAZNAS, Katalok Program 2008 BAZNAS, BAZNAS news, Media Zakat, Januari 2008 BAZNAS, newsletter PPSDMS, edisi XXIV / mei 2008 Departemen Agama RI, Direktorat jenderal bimbingan Islam, Direktorat pemberdayaan Zakat, profil direktorat pemberdayaan Zakat, ( Jakarta : 2006 ) Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Departemen Agama RI 2007, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta:2007) Fitriani. Yeni, “peranan Badan Amil Zakat Nasional dalam Pemodalan Usaha Kecil Menengah,” ( skripsi S1 fakultas Syariah dan hokum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004 ) Hafidhuddin, Didin. Zakat Dalam Perekonomian Modern, Insani, 2002). Cet-1
(Jakarta : Gema
Hamzah, Amer Pernik-pernik Manajemen Qur’ani (Aceh : PT Arum NGL.co. 1997) Hariwijaya & Triton. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal Dan Skripsi, (Yogyakarta : TUGU PUBLISHER oryza, 2002) www.eramuslim.com, 16 desember 2008 Http://Baznas.or.id, September 2008 Http:// Persis.or.id, Juli 2008
159
Ibrahim, Yasin Al-syaikh. Cara Mudah Menunaikan Zakat: Membersihkan Kekayaan Menyempurnakan Puasa Ramadhan, Penerjemah Wawan. S Husin dan danny ( Bandung : Pustaka madani, 1997 ) Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islam, ( Jakarta : IIIT Indonesia, 2003). Cet-2 Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam Manajemen, penerjemah : Rahmad Abbas (Jakarta : Pustaka Alkautsar, 1997 ) Mujieb, Abdul, Kamus Istilah Fiqih ( Jakarta :Pustaka Firdaus, 1999 ) Pelita, bagian artikel tentang ”Pengelolaan Zakat Masa Khalifaturrosidin” 15 maret 2000 Qardhawi, yusuf. Hukum Zakat, (Bogor : Pustaka Lintera Antar Nusa, 1996 ) --------------------, Kiat Sukses Mengelola Zakat, Penerjemah : Amuni Solihan (Jakarta : Media Dakwah, 1997 ) Salam, Syamsir & Jaenal Aripin. Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta UIN PRESS, 2006) Sudewo, Eri. Cet-1
Manajemen Zakat, (Ciputat : Institus Manajemen Zakat,2004).
Tasmara. Toto, Kecerdasan Rohaniah, ( Jakarta : gema insanii press, 2001 ) Triyowono, Iwan. Organisasi dan Akuntans Syari’ah, (Yogyakarta : LkiS, 2000) Yustanto, M Ismail dan M Karebet, Manajemen Stategis Perspektif Syariah, (Jakarta : Khairul Bayan, 2008 )
160
DAFTAR ISI Kata Pengantar
……………………………………………………
I
Daftar Isi
……………………………………………………
II
BAB I
PENDAHULUAN G. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
H. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................
6
I. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
6
J. Tinjauan Pustaka ......................................................................
7
K. Metodologi Penelitian ..............................................................
8
L. Sistematika Penulisan ............................................................... 10
BAB II : LANDASAN TEORI A. Konsep Pengelolaan Zakat ........................................................ 13 1. Pengertian Pengelolaan Zakat ............................................... 13 2. Pengelolaan Zakat pada Zaman Rosulullah ........................... 15 3. Pengelolaan Zakat pada Zaman Khalifaturrosyidin ............... 16 4. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-undang No.38 Thn. 1999.19 C. Konsep Amanah dan Fathanah ................................................. 20 1. Pengertian Amanah .............................................................. 20 2. Amanah dalam Zakat ............................................................ 23 3. Pengertian Fathanah ............................................................. 24 4. Fathanah dalam Zakat. .......................................................... 27
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS JAKARTA F. Sejarah Berdirinya BAZNAS ................................................... 31 G. Landasan Hukum BAZNAS ..................................................... 32 H. Visi dan Misi Tugas pokok ....................................................... 32 I. Struktur Organisasi BAZNAS .................................................. 33 J. Program Kerja BAZNAS. ........................................................ 39
161
BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS D. Implementasi Konsep Amanah dan Fathanah dalam Pengelolaan Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional ................................... 46 E. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerapan konsep Amanah Dan Fathanah. ............................................................ 61 F. Analisis SWOT ........................................................................ 63
BAB V : PENUTUP C. Kesimpulan .............................................................................. 66 D. Saran ........................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 68
162
Nomor : Istemewa
Jakarta,
5
Juni
2008 Lamp : 1 Berkas Hal
: Pengajuan Judul Skripsi Kepada YTH,
Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di Tempat Assalamualaikum Wr.Wb Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIM Fak/Jur Semester
: : : :
Aji Maulana 104053002040 Dakwah dan Komunikasi / Manajemen Dakwah VIII ( Delapan )
Dengan ini mengajukan judul skripsi sebagai guna mendapat gelar Sarjana Strata Satu (S1) dengan judul : “ Pengelolaan Zakat dengan Konsep Amanah Dan
Fathanah pada
Badan Amil Zakat NAsional (BAZNAS) Jakarta ” Sebagai Bahan Pertimbangan saya lampirkan satu berkas proposal skripsi yang terdiri dari : 1. Out line 2. Proposal Skripsi 3. Daftar Pustaka Sementara Demikianlah surat pengajuan ini saya sampaikan atas perhatiaan dan pertimbangannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb Mengetahui, Dosen Pembimbing Akademik
Noor Bekti Negoro, SE. STP, MSi NIP : 150293230
Pemohon
Aji maulana 104053002040
163
DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JI. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputal 15412
Telp. :
7432728 FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA KE-74 SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2008/2009 1. Nama
: AJI MAULANA
2. Tempat/Tanggal Lahir
: Pekalongan, 7 Mei 1986
3. Nomor Pokok
: 104053002040
4. Fakultas
: Dakwah dan Komunikasi
5. Jurusan
: Manajemen Dakwah
6. Program
: S1
7. Judul Skripsi
: IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS)
8. Tanggal Lulus
: 11 Desember 2008
9. No. Ijazah
:
10. Indek Prsetasi
: 3,27
Yusidium : AMAT BAIK
11. Jabatan Dalam Organisasi Kemahasiswaan
: Kabid. Penerbitan BEMJ-MD 2006-2007
12. Alamat Asal
: Jl. Sulawesi Bendan Gg. 3/48. RT 04/02 Pekalongan
13. Alamat Sekarang
: Jl. Pahlawan No. 9 RT 09/01 Rempoa Raya ciputat, Tangerang
14. Nama Ayah
: SUPENO
15. Pendidikan Ayah
: SLTP
16. Pekerjaan Ayah
: BURUH
164
17. Nama Ibu
: Djohariyah
18. Pendidikan Ibu
: SLTP
19. Pekerjaan Ibu
: Ibu rumah Tangga Ciputat, 15 desember 2008 Tanda tangan Ybs.
Aji Maulana
DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JI. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputal 15412
Telp. : 7432728
IDENTITAS ALUMNI WISUDA KE : 74 /TAHUN AKADEMIK : 2008/2009
Yang bertanda tangan di bawah ini, 1. Nama
: AJI MAULANA
2. Nomor Pokok/NIM
: 104053002040
3. Jenis Kelamin
: Laki-Laki
4. Tenpa/Tanggal Lahir
: Pekalongan, 7 Mei 1986
5. Alamat Asal
:
Jl.
Sulawesi
Bendan
Gg.
3/48.
RT.04/02,
Pekalongan. 6. Alamat Sekarang
: Jl. Pahlawan No. 9 RT 09/01 Rempoa Raya Ciputat,
Tangerang. 7. Kode Pos
: 15412
8. Telepon
: (021) 7403107
9. Jurusan/Program Studi
: Manajemen Dakwah/S1
HP : 081584177099
165
10. Juduk Skripsi
: IMPLEMENTASI KONSEP AMANAH DAN FATHANAH PADA PENGELOLAAN ZAKAT BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL.
11. Pembimbing
: Drs. M. Sungaidi, M.A
12. Penguji 1
: Drs. Hasanudin Ibnu Hiban. M.A
13. Penguji 2
: Noor Bekti Negoro, SE, STP, Msi
14. Tanggal Lulus
: 11 Desember 2008
15. IP/Yusidium
: 3,27/AMAT BAIK
16. Nomor & Tgl. Ijazah
:
17. Pekerjaan
: -----------
18. Alamat Pekerjaan
: -----------
Mengetahui,
Ciputat,
15
Desember
2008 Ketua jurusan
Tanda Tangan Ybs.
Drs. Hasanudin Ibnu Hiban, MA
Aji Maulana