STRATEGI MARKETING PUBLIC RELATIONS PT.BAKRIE TELECOM DALAM PROGRAM “TALK TIME” ESIA (PERIODE AGUSTUS 2005-JUNI 2006)
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh: Nama NIM Jurusan
: : :
Primasita Melati 4420412 – 020 Ilmu Hubungan Masyarakat
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2007
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Dalam menjalankan aktifitasnya perusahaan untuk mendapatkan keuntungan agar roda bisnis perusahaan dapat berputar dan keuntungan ini tentu saja didapat dari hasil penjualan produk atau jasa perusahaan kepada para konsumennya.
Selain
bergantung pada konsumennya untuk mendapatkan keuntungan, perusahaan juga memerlukan karyawan serta organisasi – organisasi lainnya untuk menjalankan bisnis perusahaan. Seperti menurut Frazier Moore, organisasi bertumpu pada banyak orang untuk keterampilan materi, komponen – komponen dan pemasaran produk-produknya Oleh karena itu sangat diperlukan promosi atau pengenalan suatu produk untuk memasarkan dan memperkenalkan suatu produk tertentu kepada masyarakat, agar produk yang dikeluarkan dapat diterima oleh masyarakat. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilakukan dengan konsep Konsep MPR (Marketing Public Relations) yaitu merupakan perpaduan kegiatan PR yang didesain untuk mendukung tercapainya tujuan pemasaran. Konsep MPR secara garis besarnya terdapat tiga taktik untuk melaksanakan program PR dalam mencapai tujuan, yaitu: pertama bahwa Public Relations merupakan potensi untuk menyandang suatu taktik pull strategy (menarik), sedangkan kedua adalah power (kekuatan) sebagai penyandang, push strategy (untuk mendorong) dalam hal pemasaran. Dan taktik ketiga, pass strategy sebagai upaya
2
mempengaruhi atau menciptakan opini publik yang menguntungkan.1 Jelas bahwa fungsi PR juga dapat menunjang pembelian dan sekaligus dapat memberikan nilai-nilai atau kepuasan pelanggan yang telah menggunakan produknya. Pengembangan sinergi antara Public Relations dan dari fungsi pemasaran yang dikenal dengan istilah ”MPR” ini dinilai cukup efektif dalam membangun brand awareness (pengenalan merek) dan brand knowledge (pengetahuan merek). Dalam bukunya Rhenald Kasalai mengatakan : ” Khalayak Marketing Public Relations (MPR) adalah masyarakat dan konsumen’ (2003:105).
Berdasarkan
pendapat- pendapat tersebut, MPR sendiri dapat diartikan sebagai pengelolaan komunikasi untuk memotivasi pembelian dan kepuasan pelanggan, konsumen dan masyarakat. Selain promosi hal yang essensial bagi perusahaan adalah pencitraan suatu produk, karena citra positif memiliki dampak langsung terhadap keberhasilan perusahaan dalam peningkatan penjualan dan jasa. Citra sebuah perusahaan tidak terbentuk secara langsung dan dengan sendirinya, namun ia harus diciptakan. Dalam hal ini petugas PR yang harus menciptakan citra positif tersebut. Dengan dukungan dari pihak manajemen, petugas PR membentuk, mengembangkan, dan sekaligus memelihara citra perusahaan, termasuk untuk memulihkan dan mempertahankan citra tersebut. Public Relations adalah praktisi yang bertugas untuk selalu menciptakan citra positif perusahaan di mata publiknya. Menurut Elizabeth Goenawan Ananto dalam
1
Rosady Ruslan, Manajemen Public Relationss & Media Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1998, Hal 240
3
“EGA BRIEFINGS” No.1 dengan judul “Public Relations Myth and Reality”; dijelaskan bahwa secara mitos Public Relations sering dianggap sebagai ‘public figure’ yaitu seseorang yang disukai orang lain, mengatur pesta selebritis, artis, publisitas yang glamour, promosi yang panjang, berhubungan dengan dunia komersial dan hanya berhubungan dengan publik eksternal. Padahal menurutnya, secara realitas, Public Relations berhubungan dengan manajemen isu, manajemen krisis, membangun kepercayaan, membangun hubungan antara organisasi dengan publiknya berdasarkan saling pengertian dan penerimaan.
Berhubungan dengan publik internal maupun
dengan publik eksternal. Hal ini difokuskan pada strategi komunikasi yang didasari oleh kebenaran, kode etik dan standar penampilan professional.2 Tingginya tingkat persaingan bisnis operator selular, mengakibatkan para operator selular harus membuat berbagai macam diferensiasi produk. Setelah lama mendominasi pasar telekomunikasi selular dengan produk yang telah terbentuk para pemain jaringan GSM (Global System for Mobile C ommunication), adalah salah satu standar sistem komunikasi nirkabel (wireless) yang bersifat terbuka)3 seolah harus kembali merevisi rencana strategis mereka sejalan dengan pertumbuhan telpon selular murah berbasis CDMA(Code Division Multiple Access). CDMA adalah teknologi akses voice dan data, dimana setiap user menggunakan code tersendiri yang unik dalam mengakses kanal frekuensi yang sama dalam sebuah sistem. Pada CDMA,
2 Ananto, Elizabeth Goenawan.Ega briefings No.1, Public Relations Myth and Realitiy. Jakarta: Jan-Feb 2001. Hal.2. 3 .wikipedia.org/wiki/GSM
4
sinyal informasi pada transmitter dicoding dan disebar dengan bandwidth sebesar 1.25 MHz (spread spectrum), kemudian pada sisi receiver dilakukan decoding sehingga didapatkan sinyal informasi yang dibutuhkan 4. (Sebut saja; Telkom dengan produk Telkom-Flexi, yang menjanjikan telepon selular semurah telepon rumah, atau Mobile-8 dengan tariff Rp. 7 ke sesama pelanggan Fren untuk sambungan jarak jauh. Sejalan dengan semakin dewasanya tingkat kesadaran para pelanggan, telepon CDMA yang semula menjadi ‘telepon kedua’ karena menawarkan tariff yang lebih murah semakin bergeser. Kebutuhan untuk memiliki telepon selular dengan pulsa yang murah menjadi salah satu basis utama pelanggan untuk menggunakan jasa operator selular. Keadaan persaingan pasar yang semakin ketat tersebut, membuat para pelaku bisnis telekomunikasi selular berbasis GSM meluncurkan berbagai produk dan paket guna dapat bersaing dengan telepon selular berbasis CDMA. Sebut saja Telkomsel dengan Kartu As dan berbagai paket bonus, Indosat dengan berbagai paket bicara murah pada jam tertentu, dan XL yang memecah basis produk mereka menjadi tiga produk utama (Xplore, Bebas, Jempol). .
Sejalan dengan adanya persaingan dalam industri telekomunikasi Indonesia yang semakin ketat, Kelompok Usaha Bakrie (Bakrie), PT. Bakrie Telecom menghadirkan Esia, jasa layanan telekomunikasi terbarunya yang menggunakan teknologi CDMA 2000 1X. merupakan momentum bangkitnya kembali bisnis layanan
4
http://www.telkomflexi.com/corporate/
5
telekomunikasi Bakrie sebagai bagian dari upaya untuk memberikan solusi komunikasi yang terbaik bagi industri dan masyarakat pengguna jasa telekomunikasi komitmen terhadap peningkatan kualitas layanan pelanggan ini merupakan aspek terpenting yang menjadi pendorong kelahiran Esia. Esia menyadari aspek teknologi memegang peranan penting dalam industri telekomunikasi. Namun teknologi saja tidaklah cukup dalam iklim persaingan di masa kini . Teknologi hanya merupakan sarana berkomunikasi yang terus berubah dan sangat mudah ditiru oleh pesaing. Melalui penerapan teknologi baru ini, Esia akan berusaha mengeksploitasi secara maksimum kelebihan CDMA dan memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Esia melakukan terobosan disaat operator telepon saat ini berlomba-lomba menurunkan harga kartu perdana atau memberikan bonus pulsa dengan mengambil tema “ Talktime Esia Paling Lama” Esia yang telah meluncurkan serangkaian program edukasi yang bertujuan untuk memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa yang terpenting ketika memilih produk operator telepon bukan pada besarnya nilai pulsa tapi pada berapa lamanya waktu bicara yang ditawarkan oleh operator tersebut. Selama ini masyarakat lebih mementingkan nilai Rupiah pulsa ketika membeli kartu perdana atau memilih operator telepon. Padahal yang dibutuhkan sebenarnya adalah lamanya waktu bicara karena mereka menggunakan telepon untuk memenuhi kebutuhan komunikasinya. Semakin lama waktu bicara berarti semakin panjang komunikasi yang terjadi.5 Esia juga memerlukan pemberitaan demi meningkatkan citra perusahaan. Peningkatan citra perusahaan sangat diperlukan, mengingat PT. Bakrie Telecom (BTEL) merupakan 5
Siaran Pers PT. Bakrie Telecom, 8 September 2005
6
pemain baru di dunia telekomunikasi selular dan masuk ke dalam masyarakat yang telah terbiasa dengan operator – operator selular lain yang telah terlebih dahulu ada
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui strategi Marketing Public Relations BTEL Dalam Program Talk Time periode Agustus 2005 - Juni 2006, pemilihan periode tersebut didasari oleh pertimbangan bahwa pada masa tersebut merupakan masa peluncuran dan gencar-gencarnya pensosialisasian program tersebut Dalam mensosialisasikan program Talk Time untuk khalayak eksternal. Talk Time atau lamanya waktu bicara yang dirumuskan Esia, mampu menawarkan harga lebih murah dibandingkan operator seluler lain6. Namun walaupun Esia menawarkan harga lebih murah dibandingkan operator lainnya, BTEL menghadapai tantangan terbesar dalam program Talk Time ini terutama berasal kurangnya informasi yang detail kepada masyarakat mengenai produk komunikasi selular yang ditawarkan. Kurangnya informasi yang valid dan detail, menyebabkan masyarakat yang saat ini telah semakin. kritis mempunyai resistensi tertentu terhadap produk komunikasi selular yang baru. Tingkat resistensi tersebut akan berdampak pada keengganan masyarakat untuk mengetahui lebih dalam, mencoba ataupun menjadi pelanggan Esia. Maka pentingnya pensosialisasian kepada khalayak eksternal khususnya melalui media eksternal.
Karena Penyampaian informasi kepada masyarakat sebagai khalayak
eksternal
merupakan salah satu tugas yang essensial bagi PR dan salah satu
keberhasilan
6
suatu
program,
Press Release, PT. Bakrie Telecom. 2005
juga
merupakan
bagaimana
PR
tersebut
7
mengkampanyekan program tersebut kepada Media Eksternal. Fungsi penyampaian informasi tersebut, akan semakin efektif dengan bantuan pers dan program-program yang dibuat oleh PR PT. Bakrie Telecom dalam rangka pensosialisaian program ”Talk time”. Karena informasi sangat penting, maka dibutuhkan pembinaan hubungan baik dan harmonis dengan para pelanggan dan pers. Selain daripada itu fungsi PR juga dalam rangka menunjang promosi program suatu produk yang disebutkan dalam konsep Marketing Public Relations. Dilihat dari konsep Marketing Public Relations dari Thomas L. Harris (1991) : merupakan suatu proses perencanaan dan pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan pelanggan. Hal tersebut dilakukan melalui pengkomunikasian informasi yang kredibel dan kesan – kesan yang dapat menghubungkan, perusahaan, produk dengan kebutuhan serta perhatian pelanggan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi Marketing Public Relations BTEL dalam program “Talk time” Esia (periode Agustus 2005 - Juni 2006). Dan dipilihnya periode tersebut karena merupakan masa peluncuran dan gencar-gencarnya pensosialisasian program tersebut.
8
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui
strategi Marketing Public Relations BTEL dalam mendukung
promosi program “Talk time Esia” (Periode Agustus 2005-Juni 2006) 1.4.Signifikasi Penelitian 1.4.1 Penelitian Akademis Memberikan tambahan bagi kajian ilmiah PR dan aktivitas PR khususnya dalam hal kegiatan PR yang menunjang sosialisasi program promosi. 1.4.2. Siginikansi Praktis Sebagai bahan masukan bagi praktisi PR khususnya pada perusahaan operator selular untuk menunjang promosi produknya pada media external.
9
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Komunikasi Komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi (1992:3) yaitu berasal dari perkataan bahasa Latin : communication yang berarti “pemberitahuan” atau pertukaran pikiran”. Dengan demikian maka secara garis besar dalam suatu proses komunikasi harus terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran atau pengertian, antara komunikator (penyebaran pesan) dan komunikan (penerima pesan)7 Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan – pesan (messages) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan. Tujuan dari proses komunikasi tersebut adalah tercapainya saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak. Sebelum pesanpesan tersebut dikirim kepada komunikan, komunikator memberikan makna-makna dalam pesan tersebut (decode) yang kemudian ditangkap oleh komunikan dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode). Melalui transfer informasi/pesan – pesan tersebut terjadi proses interprestasi, yaitu peng – encode-an pesan ter-decode oleh komunikan dengan berbagai prespektif yang didasari dari pengalaman yang dialami (field of experience) dan kerangka referensinya (frame of reference).
Kemudian pihak komunikan akan memberikan
reaksi atau umpan balik kepada pihak komunikator.
7
Uchjana, Onong. Effendi.Rosady Ruslan. Manajemen Public Relatioss & Media Komunikasi.Jakarta: Raja Grafindo persada Hal 79
10
Peran Komunikasi sangat penting bagi manusia dalam kehidupan sehari –hari, sesuai dengan fungsi komunikasi yang bersifat: persuasif, edukatif, dan informatif, tanpa komunikasi tidak adanya proses interaksi, yaitu saling tukar ilmu pengetahuan, pengalaman, pendidikan, persuasi, informasi dan lain sebagainya. Proses penyampaian informasi/pesan tersebut pada umumnya berlangsung melalui suatu media komunikasi, khususnya bahasa percakapan yang mengandung makna yang dapat dimengerti atau dalam lambang yang sama. Dalam kegiatan Public Relations, sarana komunikasi tersebut adalah hal yang sangat penting dalam penyampaian pesan – pesan (message) demi tercapainya tujuan dan pengertian bersama dengan publik, khalayak sasarannya. Newson and Siefried, (1981) mengungkapkan pentingnya komunikasi dalam kegiantan PR/PR “Finnally and most important of all, (The Public Relations Officer must be an expert in communication expect)”. Dari pernyataan tersebut diatas, jelas bahwa praktisi PR mutlak mempunyai keterampilan dalam menguasai aspek dan teknis komunikasi, atau unsur – unsur pokok dalam proses berkomunikasi yatiu: 1. Source, yaitu individu atau penjabata PR yang berinisiatif sebagai sumber atau menyampaikan pesan – pesannya. 2. Message, suatu gagasan, dan ide berupa pesan, informasi, pengetahuan, ajakan, bujukan atau ungkapan bersifat pendidikan, emosi dan lain sebagainya yang akan disampaikan komunikator kepada perorangan atau kelompok tertentu (komunikan).
11
3. Channel, berupa media, sarana, atau saluran yang dipergunakan oleh komunikator dalam mekanisme penyampaian pesan – pesan kepada khalayaknya. 4. Effect, suatu dampak yang terjadi dalam proses penyampaian pesan – pesan tersebut. Dapat berakibat positif maupun negatif tergantung dari tanggapan, presepsi dan opini dari hasil komunikasi tersebut.8
2.2 Public Relations Public Relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang berlandaskan saling pengertian.9 Dari definisi tersebut setidaknya dijelaskan bahwa PR adalah kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan perusahaan kepada publiknya dengan maksud adanya saling pengertian. Komunikasi ini harus direncanakan karena menyangkut tujuan – tujuan perusahaan. Sampai awal decade 1970-1980 tidak kurang dari 2000 definisi Public Relations yang dapat dijumpai dalam buku – buku serta majalah ilmiah dan berbagai berkala lainnya, sejak pengetahuan itu diketahui sebagai profesi.
Karena begitu
banyaknya definisi Public Relations itu, maka para pemarkasa Public Relations dari
8 9
Ibid. Hal 81 Jefkins, Frank. Public Relations, Edisi 4,(Jakarta: Erlangga,1996), Hal. 9.
12
berbagai negara di seluruh dunia, yang terhimpun dalam organisasi yang bernama “The International Public Relations Association” (IPRA), bersepakat untuk merumuskan sebuah definisi dengan harapan dapat diterima dan dipraktekkan bersama. Definisinya adalah sebagai berikut: 10 “Public Relations is a management function, of a continuiting and planned character, through which public and private organizatios and institutions seek to win and retain the understanding, sympathy, and support of those with whom they are or maybe concerned – by evaluating public opinion about themselves, in order to correlate, as fact as possible, their own polces and procedures, to achieve by planne and widespread information more productive co – operation and more efficient fulfillment of their common interest.” (Hubungan Masyarakat adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan bersinambungan yang dengan itu organisasi – organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungannya – dengan jalan menilai pendapat umum di antara mereka, untuk mengkorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerja sama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien.
10
Onong Uchjana. Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 1998.Hal 20-21.
13
Onong Uchjana., Mengatakan bahwa pada Public Relations melekat dua aspek yang hakiki yaitu: Pertama, sasaran Public Relations adalah publik internal dan public eksternal
Kedua kegiatan Public Relations adalah komunikasi dua arah timbal balik
(reciprocal two way traffic communication).11 Publik Internal adalah orang – orang yang bergiat di dalam organisasi, antara lain para karyawan. Tentu saja tidak hanya karyawan yang termasuk publik internal, bisa juga termasuk para pemegang saham. Sedangkan publik ekstern adalah orang – orang diluar perusahaan yang ada kegiatan organisasi. Publik eksternal ini adalah termasuk konsumen, wartawan, pemerintah, LSM, dan sebagainya, yang berhubungan dengan jalannya perusahaan. Tujuan utama staf PR adalah menjangkau masyarakat dengan cara yang seefektif mungkin. Inilah contoh nyata dari komunikasi keluar dalam tindakan nyata. Staf PR berusaha keras untuk ‘meneruskan produk’ dan meraih publisitas semaksimal mungkin.12 Namun demikian, segera setelah produk baru itu diperkenalkan ke masyarkat, maka staf PR akan terlibat dengan proses komunikasi ke dalam. Komunikasi ke dalam, memperlihatkan fungsi – fungsi PR yang terpusat ke dalam perusahaan itu sendiri.13
11
Ibid, Hal 10 Bob Weinstein. Public Relationss: Meraih Sukses Lewat Karier PR, saduran dari Your Career in PR.Dahara Prize. Semarang. 1986. Hal 14 13 Ibid, Hal. 15. 12
14
Aspek yang kedua adalah komunikasi dua arah timbal balik, yang berarti selain dalam penyampaian informasi dari perusahaan kepada konsumennya, perusahaan juga akan mendapatkan informasi dari konsumen. Dalam komunikasi dua arah diharapkan dapat terjadi feedback, yaitu informasi yang disampaikan oleh perusahaan akan mendapatkan tanggapan positif atau negatif dari konsumen. Seperti yang dikatakan Prof. Drs. Onong bahwa dalam rangka penyampaian informasi, baik, yang ditujukan kepada publik internal maupun kepada publik eksternal, harus terjadi arus balik (feedback) Ini berarti bahwa PR harus mengetahui efek atau akibat dari penyampaian informasinya itu, apakah ditanggapi publik secara positif atau secara negatif. Dalam proses komunikasi, baik ke dalam maupun keluar, PR berfungsi sebagai penghubung yang kreatif. Bila terlibat dalam komunikasi ke luar, maka tugas PR harus ditujukan sebagai penahan antara perusahaan dan dunia luar. Bila seseorang meminta informasi tentang perusahaan, baik ia seorang wartawan maupun seorang langganan, maka PR merupakan wakil atau juru bicara perusahaan. PR berbicara atas nama perusahaan dan bertanggung jawab untuk menyampaiakn warta perusahaan. Fungsi PR (Public Relations) adalah menjadi penghubung-antara pimpinan perusahaan dengan para karyawan, pimpinan perusahaan dengan perusahaan atau perusahaan dengan konsumen PR memiliki tugas yang penting.
Selain itu juga
merupakan suara atau alat yang setiap saat wajib memberikan informasi tentang produk, perusahaan, agen atau langganan perusahaan. Sebelum membahas lebih jauh tentang fungsi Public Relations dari berbagai ahli, sebaiknya kita telah dulu komponen-komponen dasar Public Relations yang
15
berhubungan dengan fungsinya, berdasarkan Public Relations Society of America (PRSA):14 1. Counselling. Menyediakan saran untuk manajemen yang berhubungan dengan kebijakan, hubungan dan komunikasi. 2. Research. Melihat tindakan dan perilaku publik dalam rangka merencanakan strategi PR Research dapat digunakana untuk (1) membangun saling pengertian atau (2) mempengaruhi dan meyakinkan publik. 3. Media Relations. Bekerja sama dengan pihak media untuk mencari publisitas atau merespon ketertarikan mereka terhadap perusahaan. 4. Publicity.
Menampilkan pesan terencana melalui media tertentu untuk
menghasilkan ketertarikan yang lebih jauh lagi. 5. Employee/Member Relations.
Memberikan respon terhadap suatu masalah,
menginformasikan dan memotivasi karyawan atau member organisasi. 6. Public Affair. Membangun keterlibatan efektif dalam kebijakan publik dan membantu beradaptasi dengan harapan publik. Publik Affair juga digunakan oleh agen pemerintah untuk menjelaskan aktivitas PR mereka dan oleh kebanyakan perusahaan sebagai paying untuk menjelaskan aktivitas ganda PR. 7. Government Affair.
Berhubungan langsung dengan agen legislatif dan
regulator demi organisasi. Melobi dapat menjadi salah satu program hubungan dengan pemerintah.
14
Wilcox, Dennis L.,Ault Philip., Agee, Warren K., Cameron, Glen T., Public Relationss: Strategies and Tactics, Sixth Edition, (United States: Addison-Wesley Educational Publisher Inc.,2000), Hal.9-10
16
8. Issues Management. Mengidentifikasi dan mengetahui isu yang berkembang pada publik yang berakibat pada organisasi. 9. Financial Relations. Menciptakan dan menjaga kepercayaan diri investor dan membangun hubungan baik dengan komunitas financial. Juga dikenal dengan Investor Relations atau Shareholders Relations. 10. Industry Relations. Berhubungan dengan lembaga-lembaga lain dalam industri dari sebuah organisasi dan dengan asosiasi dagang. 11. Development/Fund-Raising. Menciptakan kebutuhan dan untuk memberanikan publik untuk mendukung organisasi, terutama melalui kontribusi financial. 12. Multicultural Relations/Workplace Diversity. Berhubungan dengan individuindividu dan kelompok-kelompok dalam berbagai kelompok budaya. 13. Special Events. Memancing ketertarikan seseorang, produk atau organisasi dengan aktifitas yang didesain untuk berinteraksi dengan publik untuk diperhatikan. 14. Marketing Communications.
Kombinasi dari aktifitas yang didesain untuk
menjual produk, jasa atau ide, termasuk iklan, collateral materials, publisitas, promosi, direct mail, show dagang, dan special events.
Dalam melakukan tugasnya, seorang petugas PR seringkali berhubungan dengan media Massa, baik cetak maupun eletronik mulai dari wartawan, reporter sampai dengan redaktur surat kabar. Seorang PR diharapkan mampu untuk mengembangkan interaktif positif dengan media massa sebagai mitra kerja. Hal ini
17
dilakukan agar perusahaan atau lembaga memperoleh tempat dengan pemberitaan media massa, maka dari itu PR harus memahami dan mengerti peranan media massa yang mengharuskan aktualitas serta nilai akurasi berita15
2.2.1 Kegiatan PR Salah satu tugas PR yaitu untuk pembentukan citra yaitu dengan mengadakan dan memanajemen kegiatan – kegiatan PR untuk publik eksternal dalam usaha untuk pensosialisasian dan meningkatkan citra suatu program yang dikeluarkan perusahaan. Adapun kegiatan – kegiatan PR eksternal untuk meningkatkan citra adalah: 1. Menyusun serta mendistribusikan sajian berita (news release), foto-foto dan berbagai artikel untuk konsumsi kalangan media massa. 2. Mengorganisasikan konferensi pers, termasuk acara resepsi dan kunjungan kalangan media massa ke organisasi atau perusahaan. 3. Menjalankan fungsi sebagai penyedia informasi bagi pihak media massa 4. Mengatur acara wawancara antara kalangan pers, radio dan televisi dengan pihak manajemen. 5. Melaksanakan fungsi fotografi dan membentuk sebuah perpustakaan foto. 6. Menyunting atau memproduksi majalah atau surat kabar internal serta mengelola berbagai bentuk komunikasi internal lainnya seperti video, presentasi slide, majalah dinding dan sebagainya 15 F. Rachmadi. Public Relationss Dalam Teori dan Praktek. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama:. 1994. Hal. 143. .
18
7. Menyunting serta memproduksi jurnal – jurnal external untuk konsumsi pihak luar, misalnya saja untuk para distributor, para pemakai jasa perusahaan, konsumen dan sebagainya. 8. Menulis dan membuat bahan-bahan cetak seperti lembaran informasi yang memuat tentang sejarah perusahaan, laporan tahunan atas hasil kerjanya, media komunikasi antara sesama pegawai, poster – poster yang bersifat mendidik 9. Mengadakan dan mengelola berbagai bentuk instrumen audio-visual sperti presentasi slide dan rekaman video, termasuk melaksanakan distribuis, penyusunan katalao, pameran serta pemeliharaanya. 10. Menciptakan dan memelihara berbagai bentuk identitas perusahaan dan ciri khasnya, seperti logo, komposisi warna, tipografi dan hiasannya, jenis kendaraan dinas, pakaian seragam para pegawai dsb. 11. Mengelola berbagai hal yang berkaitan dengan sponsor ke- PRan 12. Mengelola hal – hal seperti kunjungan pihak luar ke perusahaan, atau sebaliknya kunjungan dari personil perusahaan ke tempat- tempat lain, termasuk mengatur jadwal penerbangan atau jadwal pelayaran, akomodasi tur dsb. 13. Mengikuti rapat- rapat penting yang diselenggarakan oleh dewan direksi dan para pimpinan departemen produksi, pemasara, penjualan dsb 14. Mengikuti konferensi yang diselenggarakan oleh divisi penjualan dan pertemuan para agen. 15. Mewakili perusahaan pada pertemuan asosiasi dagang
19
16. Mendampingi
para
konsultan
PR
eksternal,
apabila
perusahaan
mendatangkannya 17. Melatih segenap staf kePRan 18. Mengelola survei – survei pendapat atau berbagai macam penelitian 19. Mengerjakan tugas-tugas periklanan (bila fungsi ini disatukan dengan departemen PR) 20. Menjalin hubungan dekat dengan politis dan birokrat 21. Mengatur acara-acara resmi, meisalnya saja dalam acara peresmian suatu gedung baru, termasuk mengatur para tamu undangan dan media massa yang datang meliput. 22. Mengatur acara-acara kunjungan dari para pejabat, tamu kehormatan maupun tokoh-tokoh asing. 23. Aktif dalam acara-acara pemberian penghargaan, misalnya saja penghargaan pemeritah atas prestasi di bidang industri dan sebagainya misalnya saja penghargaan pemerintah atas prestasi di bidang industri 24. Mengumpulkan serta mengorganisisr segenap umpan balik dari berbagai sumber informasi mulai dari kliping koran, berita-berita radio dan televisi , serta memantau berbagai laporan dari luar 25. Menganalisa umpan balik dan berbagai laporan tersebut , termasuk yang berhubungan dengan tingkat kemajuan pencapaian tujuan yang sudah diraih.16
16
Frank Jefkins, Public Relations, Jakarta: Erlangga, 1996, Hal : 30
20
2.2.2 Strategi PR Dalam menjalankan suatu program PR, baik yang berjangka panjang atau pendek, harus direncanakan dengan cermat dan hati-hati, sedemikan rupa sehingga akan diperoleh hasil-hasil yang nyata. Empat alasan mengapa diperlukan perencanaan PR adalah 1. Untuk menetapkan target-target operasi humas yang nantinya akan menjadi tolak ukur atas segenap hasil yang diperoleh 2. Untuk memperhitungkan jumlah jam kerja dan berbagai biaya yang diperlukan. 3. Untuk menyusun skala prioritas guna menentukan: jumlah program dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan segenap program humas yang telah diprioritaskan itu. 4. Untuk menentukan kesiapan atau kelayakan pelaksanaan berbagai upaya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan tertentu sesuai dengan jumlah dan kualitas: personil yang ada, daya dukung dari berbagai peralatan fisik seperti alat kantor, mesin cetak, kamera, kendaraan, dsb serta anggaran dana yang tersedia.17 Model perencanaan Humas ada enam langkah yang sudah diterima secara luas oleh para praktisi humas profesional itu adalah18 : 1. pengenalan situasi
17 18
Frank Jefkins.1996. Public Relations. PT. Erlangga, Jakarta, Hal. 49 Ibid, Hal. 50
21
2. penetapan tujuan 3. definisi khalayak 4. pemilihan media dan teknik-teknik hummas 5. perencanaan anggaran 6. pengukuran hasil 1. Pengenalan Situasi Merupakan keseluruhan prosedur penyusunan rencana yang didasarkan pada tujuan. Kunci utama dalam menyususn suatu rencana secara logis adalah pemahaman terhadap situasi yang ada, dapat diperoleh dengan mengajukan dan menjawab serangkaian pertanyaan seperti: dimana posisi kita sekarang? Apa saja yang sudah diketahui dan yang tidak diketahui oleh masyarakat tentang organisasi kita?Apakah ada kesalahan dalam pandangan mereka? Apakah ada kesalahpahaman antara organisasi ini dengan khalayaknya. 2. Penetapan Tujuan Dalam peerencanaan program humas diperlukan penetapan tujuan kegiatan PR, beberapa diantaranya yang pokok seperti: 1. Untuk mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan –kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Untuk meningkatkan bobot kualitas para calon pegawai 3. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakua
22
4. Untuk memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas, serta membuka pasar – pasar baru. 5. Untuk memperbaiki hubungan perusahaan dengan khalayaknya sehubungan dengan telah terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kesangsian atau kesalahpahaman di masyarakat. 3. Definisi Khalayak Dalam membuat suatu program perlunya organisasi mengenali dan membatasi khalayaknya.
Sebesar apapun suatu organisasi tidak mungkin dapat menjangkau
semua orang. Dengan jenis dan jumlah khalayak yang terbatas suatu organisasi akan lebih efisien dalam menggarapnya. 4.Pemilihan Media dan Tehnik-tehnik Humas Pemilihan Media dan Teknik PR Media dan teknis PR sangat bervariasi, contoh disini adalah para jurnalis untuk media, dan penyelanggaraan acara resepsi pers untuk tekniknya. Variasi Media Humas : 1. media pers 2. audio visual 3. radio 4. televisi 5. pameran 6. bahan cetakan 7. penerbitan buku khusus
23
8. pesan – pesan lisan 9. pemberian sponsorship 10. jurnal organisasi 11. identitas perusahaan (corporate identity) dll. 5.Perencanaan Anggaran PR memiliki kegiatan yang padat karya, sehingga pso pengeluaran harus direncanakan secara matang. 6.Pengukuran Hasil Tiga hal pokok pengukuran keberhasilan atau kegagalan suatu progam PR: 1. Mengevaluasi program humas dengan metode pengumpulan pendapat atau uji sikap 2. Metode evaluasi hasil 3. Setiap program PR harus memilikan tujuan pasti, untuk itu target – target ini natinya akan digunakan sebagai tolak ukur perbaningan atas hasil riil yang telah dicapai. Menurut Allen H. Center dan Scott N. Cutlip dalam bukunya Effective Public Relations menjelaskan, strategi PR dalam menjalankan programnya terdiri dari 4 tahap yaitu: 1. Defining The Problem 2. Planning and Programming 3. Taking Action and Communicationg
24
4. Evaluating Program 1. Defining the Problem Pada tahap pertama, kegiatan PR adalah usaha mengumpulkan terhadap sasaran komunikasi antara lain mencakup: 1. Meneliti mengenai kebutuhan dan kepentingan yang diinginkan publik 2. Mencari dan mendapatkan data guna mengetahui bagaimana situasi dan kondisi yang terdapat pada diri publik 3. Mengapa publik bersikap dan bertingkah laku tidak mau tahu? 4. Mencari dan menentukan siapa saja yang dijadikan sasaran komunikasi Pada langkah pertama ini melibatkan pencarian dan pengawasan pengetahuan, pendapat, sikap dan perilaku dari mereka yang berkepitngan dan dipengaruhi oleh tindakan dan kebijakan dari dari sebuah organisasi. Hal ini merupakan dasar untuk semua tahap lainnya yaitu : ”Apa yang sedang terjadi saat ini ?” 2. Planning dan Programing Pada tahap kedua, kegiatan PR menitikberatkan pada usaha perencanaan bagi memperoleh hasil maksimal melalui penglolaan dan selektifitas terhadap data atau pun fakta yang diperoleh.
Oleh karenanya seorang praktisi PR dalam menjalankan
kegiatan Humas harus dapat memikirkan:
25
1. Faktor Sumber Komunikasi (Source) Siapa kiranya orang yang paling tepat untuk melaksanakana kegiatan komunikasi tersebut dalam kegiatan Humas. 2. Faktor pesan komunikasi (Message) Dalam kegiatan penyebaran pesan komunikasi, pernyataan atau gagasan yang bagaimana akan disampaikan, serta maksud dan tujuan yang akan dicapai nantinya. 3. Media Komunikasi yang digunakan (Channel) Dilain pihak seorang praktisi PR harus memikirkan juga penggunaan media komunikasi massa yang paling cocok dipakai untuk menyampaikan serta menyebarkan pesan komunikasi kepada publik, seperti radio, televisi, film dan surat kabar. Oleh karenanya seorang praktisi PR perlu mengetahui sedikit banyak kelemahan dan keunggulan dari masing-masing media komunikasi massa tersebut. 4. Sasaran Komunikasi Seorang praktisi PR perlu memikirkan siapakah sasaran komunikasi yang dimaksud oleh pimpinan (Top Manager).
Dengan perincian sasaran
komunikasi hanya bersifat internal publik yang berarti hanya untuk publik dalam organisasi seperti: a. Publik karyawan b. Publik pemegang saham c. Publik buruh.
26
Dengan demikian diharapkan apabila identitas publik yang menjadi sasaran dan kegiatan komuniksai sudah ditentukan atau diketahui maka tahap berikutnya dalam proses penerimaan pesan komunikasi akan mudah diterima dan dimengerti publik.
3. Action and Communicating Pada tahap ketiga, proses kegiatan komunikasi dalam PR ditujukan kepada usaha untuk mengeluarkan serta menyebarkan pernyataan terhadap publik.
Oleh
karenanya, pada bahasan tersebut diperlukan strategi komuniksi yang mencakup suatu perencanaan berdasarkan fakta yang ada. 4.Evaluation Pada tahap akhir, proses kegiatan komunikasi mengarah kepada usaha untuk menilai kembali sampai sejauh mana pesan kompunikasi yang disampaikan kepada publik itu dapat diterima.. Tanggapan yang bagaimana timbul pada diri publik ketika menerima pesan komunikasi itu? Dimana letak kelemahannya bila pesan komunikasi ditolak oleh publik sebagai sasaran komunikasi. Dengan demikian pada tahap akhir kegiatan komunikasi dalam PR difokuskan kepada usaha untuk menilai terhadap langkah atau kebijaksanaan yang sudah diambil, disamping itu melalui fakta atau data yang ada melalui kegiatan evaluasi, semua hal tersebut merupakan bahan yang berguna bagi penyusunan langkah baru kegitan humas dalam suatu instansi atau organisasi.19
19
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom;Effective Public Relations ;2000;Hal. 345
27
Tiap langkah sama pentingnya dengan yang lain, tetapi proses dimulai dengan mendiagnosa masalah.
Informasi dan pengertian yang terbangun pada langkah
pertama akan memotivasi dan membimbing langkah-langkah selanjutnya dalam proses. Saleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto dalam bukunya Dasar- dasar Public Relations mengungkapkan pada perencanaan strategis PR, praktisi PR dapat melakukan langkah-langkah: 1.
Menyampaikan fakta dan opini, baik yang beredar di dalam maupun diluar perusahaan.
Bahan-bahan itu dapat diperoleh dari kliping
media massa dalam kurun waktu tertentu, dengan melakukan penelitian terhadap naskah-naskah pidato pimpinan, bahan yang dipublikasikan perusahaan, serta melakukan wawancara tertentu dengan pihak-pihak yang berkepentingan atau dianggap penting. 2.
Menelusuri dokumen resmi perusahaan dan mempelajari perubahan yang terjadi secara historis. Perubahan umumnya disertai dengan perubahan sikap perusahaan terhadap publiknya atau sebaliknya
3.
Melakukan
analisis
SWOT
Weaknesses/kelemahan,Opportunities/peluang, Threats/ancaman).
(Strenghts/Kekuatan, dan
Meski tidak perlu menganalisa hal-hal berada
diluar jangakauannya, seorang praktisi PR perlu melakukan analisis yang berbobot mengenai prespesi dari luar dan dalam perusahan atas SWOT yang dimilikinya. Misalnya menyangkut masa depan industri
28
yang ditekuninya , citra yang dimilik perusahaan, kultur yang dimiliki serta potensi lain yang dimiliki perusahan. Komponen kekuatan dan kelemahan dikaji dari unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan. Sedangkan kedua komponen lainnya peluang dan ancama dikaji dari lingkungan dimana persuahaan / organisasi berada.20
2.3. Marketing Public Relations Marketing Public Relations definisi dari Thomas L. Harris (1991) melalui bukunya berjudul The Marketer’s Guide to Public Relations adalah sebuah proses perencanaan dan pengevaluasian program yang merangsang penjualan dan pelanggan. Alat dan tehnik Public Relations yang sering digunakan untuk menunjang marketing dan sasaran penjualan suatu bisnis disebut ”Komunikasi Marketing atau ”Marketing Public Relations”. Begitu erat dan Staf PR yang bekerja di bidang ini biasanya tergabung dalam divisi marketing. PR yang berorientasi marketing dibentuk oleh suatu divisi baru ”Komunikasi dan Marketing” (Wilcox,et al.1992:339).
Hal tersebut
dilakukan melalui pengkomunikasian informasi yang kredibel dan kesan-kesan yang dapat menghubungkan perusahaan, produk dengan kebutuhan serta perhatian pelanggan. Yang dapat disimpulkan yaitu suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang dapat merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui pengkomunikasian informasi yang dapat dipercaya dan melalui
20
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto. Dasar – dasar Public Relations,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005,Hal: 91
29
kesan-kesan positif yang ditimbulkan dan berkaitan dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan kepentingan bagi konsumennya.21
Masuknya bidang PR ke dalam marketing , karena peningkatan
kebutuhan dan minat konsumen; harga semakin kompetitif, perlu memperluas distribusi, banyaknya promosi dari produk/ jasa sejenis. Berubahnya cara marketing dengan memasukkan PR ke dalamnya, bagi dunia usaha di Amerika disebabkan : •
Adanya sikap kritis konsumen dan ketatnya pengawasan pemerintah
•
Penarikan berbagai produk, selalu menghiasi berita utama di media massa
•
adanya kesan negatif konsumen kepada setiap produk yang ditawarkan
•
Perlunya pemasangan iklan dengan muatan yang mencerminkan kebutuhan sosial dan tanggung jawab produsen
•
Seringkali bermunculan berbagai isu produk dan perusahaan
•
Masalah citra perusahaan dan produk yang selalu harus dipelihara dan ditingkatkan.
PR dapat menjadi efektif menopang fungsi marketing, harus terlebih dahulu diperjelas dalam perencanaan marketing. Perencanaan harus matang dalam menentukan sasaran dan target perusahaan, yaitu dengan penerapan strategi dan taktik promosi untuk penjualan suatu produk. PR digunakan dalam perencanaan marketing untuk mencapai sejumlah sasaran: 1. Membantu perusahaan dan nama produknya agar lebih dikenal
21
Soleh Soemirat & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung ,2005, Hal: 154
30
2. Membantu mengenalkan produk baru atau peningkatan produk 3. Membantu meningkatkan suatu produk life style contohnya menyempurnakan pesan iklan dan promosi pneujualan dengan menambah informasi baru 4. Mencari pangsa baru dan memperluas keberadaanya 5. Memantapkan
semua
image
(citra)
yang
positif
bagi
produk
dan
perusahaannya. Marketing Public Relations (MPR), sebagaimana dijelaskan sebelumnya, merupakan perpaduan sinergi antara pelaksanan program dan strategi pemasaran dengan aktivitas kerja PR dalam upaya meluaskan pemasaran dan demi mencapai kepuasan konsumennya. PR dapat memperluas peranannya dalam bidang pemasaran produk atau jasa pada akhir tahun 1970- an dan awal 1980-an di Amerika Serikat . Banyak pengelola marketing menerapkan PR sebagai pendukung unsur promosi dalam Marketing Mix (bauran pemasaran terdiri dari produck/produk, price/ harga, place/tempat, promotion/ promosi) menurut Seitel. 1992:215 Faktor-faktor penyebab dibutuhkannya strategi MPR , Kotler (1993) menyebutkan : 1. Meningkatnya biaya promosi periklanan yang tidak seimbang dengan hasil keuntungan yang diperoleh dan keterbatasan tempat 2. Persaingan yang ketat dalam promosi dan publikasi, baik melalui media elektronik maupun media cetak 3. Selera konsumen yang cepat mengalami perubahan dalam waktu relatif pendek, karena kebanyakan pilihan atau subsitunsi atas produk yang ditawarkan di pasaran.
31
4. Makin menurunnya perhatian atau minat konsumen terhadap tayangan iklan, karena pesan dalam iklan yang kini cenderung berlebihan dan membosankan perhatian konsumennya. Pada prakteknya, PR/ PR dapat berfungsi ganda : yaitu disatu pihak sebagai MPR dan di pihak lain sebagai CPR (Corporate Public Relations) , untuk mencapai tujuan perusahaaan dalam menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif. Dalam buku diktat MPR Interstudi School Public Relations disebutkan PR sebagai fungsi atau alat pemasaran, PR yang tidak luput dari strategi dan MPR yang senantiasa memperhatikan strategi pemasaran, diikuti pengembangan sarana dan hasil secara langsung berhubungan dengan pembelian dan penjualan. Namun diatas semua itu, yang paling penting adalah bahwa strategi marketing selalu ditekankan pada titik pandang PR, yang melengkapi suatu rencana rinci kegiatan, yang sesungguhnya bisa diikuti oleh siapapun juga, baik berpengalaman ataupun tidak sama sekali dalam bidang pemasaran. Prosedur-prosedur PR dilukiskan guna mencapai tujuan strategis yang dalam banyak contoh adalah efektif serta lebih kuat dibanding pendekatan marketing traditional.
22
Banyak para manajer tidak menyadari bahwa periklanan tidak bisa untuk mencapai segalanya, situasi pemasaran tertentu dapat menetralisir apa yang ingin dicapai melalui periklanan. Sementara situasi yang sama sebenarnya ditangani secara efektif dan ekonomis melalui PR. Kasali menyebutkan sering ada pertanyaan yang mengacaukan para praktisi PR adalah PR sama dengan marketing? Kalangan praktisi 22
Ibid Hal.1`56
32
pemasaran dalam kurun waktu lima tahun belakangan ini memang sering menilai bahwa kampanye PR merupakan suatu pengembangan baru bagi kampanye pemasaran. Pendapat ini memang tidak salah 100%, karena Phillip Kotler, tokoh sentral pemasaran yang buku-buku teksnya dipakai secara luas diseluruh dunia, pernah menulis di dalam Harvard Business Review bahwa PR merupakan bagian dari mega marketing. Dalam artikel Kotler menyebutkan bahwa PR merupakan salah satu unsur dari marketing mix bersama dengan 4P lainnya dan power. Kotler percaya bahwa PR bersama konsep mega marketing mampu membuka negara-negara tertutup.
Kotler mendefinisikan
mega marketing sebagai : ” Aplikasi kordinasi secara terencana atas unsur-unsur ekonomi, psikologi, politik, dan keterampilan PR untuk memperoleh simpati, dari pihak-pihak yang terkait agar dapat beroperasi atau masuk pasar tertentu.23 Pendapat ini pernah diperdebatkan oleh para ahli PR, karena khalayak sasaran kedua konsep ini berbeda yang satu mempunyai sasaran tembak market dan yang lain mempunyai sasaran target publik. Untuk meluruskan perbedaan pendapat ini, ungkap Kasali , Thomas L. Harris, guru besar jurnalisme pada Kellog School of Journalism mengembangkan konsep yang disebut MPR. Dengan melihat praktek-praktek PR pada kegiatan pemasaran, Harris menyarankan agar para praktisi dapat memisahkan kegiatan yang menjadi bagian dari marketing (MPR) dan bagian yang menjadi bagian dari korporat (CPR).24
23 24
Ibid 157 Ibid Hal. 157
Kaali menambahkan MPR adalah bagian dari kegiatan
33
pemasara, penanggung jawab tertingginya adalah manajer pemasaran, dan objektifdari kegiatan PR adalah mendukung objektif di bidang pemasaran. Bentuk – bentuk MPR menurut Rhenald Kasali terdiri dari : 1. Publikasi Kegiatan komunikasi untuk menjangkau dan mempengaruhi pasar sasaran mencakup laporan tahunan, brosur, artikel, audio visual dan majalah perusahaan. 2. Sponsorship Kegiatan menarik khalayak sasaran atas produk atau kegiatan perusahaan lainnya dengan mengatur suatu peristiwa atau partisispasi dalam acara tertentu seperti seminar, konferensi, olahraga, peringatan hari jadi dan pameran 3. Berita Kegiatan menemukan dan menciptakan informasi yang mendukung perusahan maupun produk 4. Kegiatan Layanan Publik Kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat melalui pemberian sumbangan, aksi sosial 5. Pidato Kegiatan memberi ceramah atau mengisi acara pada berbagai jenis kegiatan 6. Media Identitas Identitas atau ciri khas perusahaan seperti logo, warna dan slogan
34
7. Bentuk kegiatan lain sesuai dengan kebijakan perusahaan seperti tokoh, armada penjualan Philip Kotler mengemukakan, Komunikator pemasaran harus mengambil keputusan komunikasi meliputi identifikasi audiens sasaran, menentukan tanggapan yang dikehendaki, memilih media, memilih atribut sumber, dan mengumpulkan umpan balik” (1987:180). Disebutkan juga MPR merupakan pengelolaan upaya komunikasi yang mempunyai tujuan membentuk citra perusahaan dan memotivasi pembelian sehingga mendorong pemilihan pendekatan PR. Adapun strategi MPR diungkapkan oleh Rhenald Kasali, 2003:12): 1. Analisis Situasi dan Audit Komunikasi Mengadakan analisis atau mengindetifikasi situasi dan kondisi publik sasaran yang selanjutnya audit komunikasi melalui penelitian dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pandangan atau opini publik sasaran terhadap perusahaan. Yang bertujuan dalam ruang lingkup citra, kepercayaan, realitas, manfaat, keterlibatan publik sasaran dengan perusahaan. 2. Menentukan Publik Sasaran Khalayak sasaran adalah stakeholders. Oleh karena itu sasaran dipilih dalam pelaksanaanya adlah kelompok stakeholders, yaitu konsumen, calon konsumen,, pemegang saham, karyawan, pemerintah, pemasok, pesaing, dan komunitas. Kelompok tersebut dipilih berdasarkan kondisi yang dihadapi perusahaan dan bentuk pelaksanaan kegiatan untuk tiap kelompok berbeda.
35
3. Penentuan Media Penentuan media penting sebagai pendukung perencanaan tugas yang dapat menjadi ukuran keberhasilan dalam menjangkau target sasaran. Media ini dapat berupa media elektronik, media cetak dsb.nya 4. Menetapkan Anggaran Perkiraan besarnya anggaran yang dikeluarkan untuk semua program yang akan dilaksanakan. 5. Penetapan Program Formulasi bentuk yang sistematis dan logis dalam wujud gambar atau bagan dari suatu rencana. Hal ini biasa dibentuk lebih konseptual melalui jaringan kerja yang lebih lengkap dengan strukturisasi dan grafik untuk memudahkan pemantauan dan pengevaluasian 6.Analisis hasil Akhir Kegiatan mengidentifikasi setiap komponen atau tahapan perencanaan dan pelaksanaan. Hasil evaluasi memberikan gambaran keberhasilan program sehingga bisa dijadikan acuan dalam penyusunan atau perencanaan berikutnya. Metode tersebut dapat dijalankan secara fleksibel dan dinamis tergantung pada masalah yang dihadapi serta kemampuan perusahaan Semua rencana dan kegiatan dalam metode ini pada akhirnya dimasukkan untuk memporelh hasil dalam ruang lingkup target yang ditetapkan.
36
2.4 Media Eksternal Public Relations Kegiatan – kegiatan Public Relations dalam menjangkau public eksternal yang tujuannya adalah mengusahakan tumbuhnya sikap dan citra publik yang positif terhadap segala kebijakan dan langkah-langkah organisasi/perusahaan 1. Eksibisi (pameran) 2. Konferensi Pers 12. Pers Gathering 13. Kunjungan Pers 2.4.1 Eksibisi Eksibisi atau pameran adalah untuk memperkenalkan suatu produk kepada masyarakat agar mereka tertarik, kemudian membelinya.25 Kegiatan eksibisi ini adalah kegiatan PR untuk mencapai tujuan-tujuannya dan bermanfaat juga menunjang keberharhasilan PR untuk memikat khalayak dan para konsumen. Jenis-jenis Eksibisi atau pameran adalah: 1. Pameran Umum (public exhibition), yakni pameran yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu organisasi atau produknya, atau suatu hal khusus, kepada khalayak umum. 2. Pameran Dagang (trade exhibition), yakni suatu acara pameran yang khusus diperuntukan bagi kalangan atau pihak – pihak tertentu, yakni mulai dari para pembeli karcis pameran, perusahaan-perusahaan bonafide, calon pembeli,
25
Frank Jefkins. Public Relations. PT. Erlangga, Jakarta, 1996,Hal: 185
37
instasi pemerintah yang menangani perdagangan dan unsur-unsur lainnya dari komuntas bisnis. 3. Pameran di luar ruangan (outdoor exhibition), pameran pertanian dan pedesaaan yang memadukan acara-acara hiburan dan pameran dagang. Acara luar ruangan lainnya yang cukup populer adalah pameran peralatan bangunan, pameran karavan, dan juga pameran kedirgantaraan. 4. Pameran terbatas (private exhibition), yang diadakan di dalam ruangan, baik itu dalam sebuah gedung milik sendiri maupun gedung sewaan dan khusus ditujukan hanya untuk para tamu undangan. 5. Pameran dagang luar negeri (overseas trade fairs), yang khusus diselenggarakan dalam rangka mempromosikan produk-produk buatan suatu negara di negara lain, dan menarik minat para pembeli atau importir setempat. 6. Pameran Patungan (joint venture), yakni pembukaan suatu gerai yang melibatkan beberapa peserta dan perusahaan disuatu negara yang dibiayai atau disubsidi oleh pihak ketiga 7. Pameran Keliling (mobile show), yakni eksibisi yang biasa diselenggarakan secara berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat-tempat yang lain. 8. Pameran Jinjing (portable exhibition), yakni suatu pameran yang perangkat – perangkatnya begitu ringkas. dipasang, dilipat dan diangkut.
Gerai yang dipakai ringkas sehingga mudah
38
9. Pameran Kecil (small exhibiton), yang biasanya hanya diadakan pada sebuah pojok atau sudut toko, beranda hotel, dan di emperan stasium atau bandar udara. 10. Acara minggu belanja atau pekan promosi (shopping weeks),yang sering disponsori oleh pihak pemerintah, asosiasi perdagangan, pabrik manufaktur, badan promosi pariwisata, atau lembaga lainnya. 11. Ajang
pamer
khusus
(special
exhibits),
yakni
pengadaan
sesuatu
perlengkapan atau acara tambahan khusus untuk menyemarakan atau meningkatkan kualitas dan daya tarik lokasi kunjungan. 2.4.2 Konferensi pers Konferensi Pers adalah suatu kegiatan yang mengundang wartawan untuk berdialog, dengan materi yang telah disiapkan secara matang oleh PR. Sedangkan sasaran pertememuan itu diharapkan dapat dimuat media massa dari wartawan yang diundang.26
Tujuan dari Konferensi pers adalah : 1. Menyebarkan informasi positif kepada publik (masyarakat luas) tentang perusahaan, seperti penandatanganan kerjasama, ekspor perdana, pergantian direksi, publik eksopse. 2. menetralisisr atau membantah berita yang tidak benar atau negatif tentang perusahaan, manajemen, karyawan, produk/jasa dan lainnya 26
Soemirat, Soleh . Dasar-dasar Public Relations.Bandung : Remaja Rosdakarya.2005. Hal: 135-136
39
3. meningkatkan image yang dapat menunjang pemasaran dan penjualan suatu produk/jasa seperti perkenalan produk baru. 4. membina hubungan secara langsung dengan pers. Persiapan Konferensi Pers antara lain: 1. Mengirimkan undangan kepada redaksi minimal tiga hari sebelum konferensi pers berlangsung 2. Cek undangan yang telah dikirim 3. Membuat press release tentang topik yang ingin disampaikan kepada pers dalam konferensi pers. Biasanya dimasukkan dalam press kit/ seminar kit yang berisikan berbagai informasi perusahaan seperti brosur, profil perusahaan, dan laporan tahunan. 4. Menunjuk juru bicara dalam konferensi pers yang mengetahui betul permasalahananya. 5. Menyiapkan tempat pertemuan sesuai dengan jumlah wartawan yang diundang 6. Dalam presentasi konferensi pers sebaiknya dilengkapai dengan alat bantu media seperti slide, ohp dan video 7. Sediakan souvenir 8. Membuat daftar hadir tamu 9. Lama dan jalannya konferensi pers diatur secara ringkas, padat jelas dan terarah agar waktu tidak terbuang bagi kalangan pers 10. Dalam konferensi pers terdapat wartawan tak diundang atau datang karena dibawa temannya yang diundang, tetap saja dilayani dan diterima baik-baik.
40
2.5 Publisitas Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations menerangkan publisitas adalah
dampak dari diketahuinya suatu informasi.
Dampak itu tidak
selamanya bisa dikendalikan atau diatur sesuai dengan kehendak kita. Orang – orang pada umumnya, selain mempunyai publisitias yang baik, juga tidak luput dari yang buruk. Perilaku terkait erat secara timbal bali dengan baik- buruknya publisitas, dan humas itu pada dasarnya berfokus pada perilaku seseorang, suatu organisasi, suatu perusahaan, dan suatu produk berupa barang atau jasa tertentu. Publisitas memunculkan suatu citra, berdasarkan informasi tertentu. Citra dari sesuatu tidak selamanya mencerminkan kenyataan yang sesungguhnya, karena citra semata2 terbentuk berdasarkan informasi yang tersedia.
27
Salah satu aspek dari PR
dalam bisnis adalah karena utnuk membentuk citra bagi produk dan publisitas untuk identitas perusahaan, sasaran ini dapat dibentuk melalui banyak cara, seperti contonhya: 1. Perisitiwa Sipil dan Budaya, dengan pemberian sponsor pada pertunjukan tari dan drama, pameran seni, konser simponi, dan peristiwa budaya seperti ini membantu sebuah perusahaan membangun reputasi sebagai warga masyarakat yang peduli 2. Pensposoran Acara Olahraga. Dengan mencantumkan nilai harga kompetisi, sebuah perusahaan diizinikna mencantumkan namanya pada
27
Jefkins, Frank. Public Relations. 1996. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hal: 16
41
sebuah acara karena hal ini dapat menjangkau luas para khalayak dibandingkan pensposoran budaya 3. Pensposoran
Proyek
mencantumkan
Nama
pengumpulan Merek.
pendapat
Sekali
lagi
dan
riset
tujuannya
yang adalah
mendapatkan kesempatan nama komersialnya disebut secara gratis di laporan-laporan berita. 4. Tur Public Relations. Menindaklanjuti iklan televisi hiburan dengan menampilkan seorang rahib, Brother Dominic, yang mengumumkan mesin duplikasinya sebagai ” keajaiban” Xerox mengikutsertakan ” rahib” ini pada tur penampilan tokoh.
Pelawak Jack Eagle, yang
memainkan peran sebagai rahib. Pelawak Jack Eagle, yang memainkan peran sebagai rahib, ia mengunjungi ratusan pameran dagang dan cabang-cabang Xerox di seluruh negeri. 5. Hiburan Gratis. Bir Coors meluncurkan Coors Cowboy Band ke acara sirkuit rodeo, dengan menampilkan acara musik gratis bagi semua pengunjung.
Penampilan ini sesuai dengan tema ”macho” di iklan
Coors. 6. Hadiah dan Penghargaan. Program ”sering-terbang” yang diadakan oleh perusahaan penerbangan merupakan contoh sangat efektif dari metode ini.
Tujuan mereka adalah membangun kesetiaan di antara
pelanggan dan membuat mereka selalu terbang dengan penerbangan yang sama. Penumpang mendapat nilai bonus setiap kali terbang
42
bersama mereka.
Mereka yang sudah mengumpulkan nilai tertentu
mendapat tiket gratis atau kursi eksekutif untuk harga ekonomi, disamping hadiah-hadiah lain.28 2.6. Membina Hubungan Baik dengan Pers Seorang PR sangat penting sekali dalam membina hubungan dengan pihak media baik dengan pimpinan atau wakil surat kabar, majalah, radio dan televisi. Membina hubungan baik dengan pihak pers merupakan salah satu ukuran akan berhasil atau tidaknya fungsi atau tugas PR. Hal ini dilakukan dengan melihat sejauh mana kegiatan PR berguna baik perusahaan. Kegunaan tersebut bisa dilihat dari sejauh mana pemberitaan pers itu dapat menghasilkan citra positif dimata publik atau masyarakat, sebagai hasil kerjasama antara pihak PR dan pers, karena pers merupakan sarana untuk dapat menjangkau publik yang luas. Hubungan pers adalah hubungan kerja yang terkait antara para petugas PR dengan orang-orang pers, untuk kegiatan penyebaran informasi dalam media berita (news media).29 Menurut Onong Uchjana hubungan media massa diartikan sebagai hubungan yang didalamnya terjalin kerjasama antara PR dengan pihak media massa sepeti redaktur, surat kabar dan ajalah, wartawan radio atau reporter televisi.30 Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan hubungan antara PR dengan pihak pers merupakan hubungan yang bersifat menguntungkan dari kedua belah pihak.
28
Wilcox, Dennis L. Ault, Philip H. Agee, Warren K. Djafar H. Asegaf.1982.Hubungan Masyarakat dalam Praktek.PT Ghalia Indonesia.Jakarta.Hal.37 30 Onong.Op.Cit.Hal.64 29
43
Dalam membina hubungan yang baik dengan pers yang jumlahnya begitu banyak maupun jenisnya, praktisi PR harus mengenal dan memahami media-media yang beredar. Pengenalan terhadap pers termasuk reporter, yang bekerja di lapangan, editor, hingga pimpinan , bagaimana karakter para reporter tersebut, jenis informasi apa yang mereka harapkan dan dalam bentuk apa. Pemahaman terhadap pers juga sangat diharapkan, seperti kapan deadline sebuah media, bagaimana prosedur mereka dalam media hinga sebuah informasi menjadi berita, materi apa saja yang dibutuhkan kenali karagteristik dan segmentasi media dan sebagainya. Dalam memberikan informasi dan data kepada pers, praktisi PR harus mengetahui dan memahami apa yang menjadi visi dan misi organisasinya. Dengan demikian ia mampu memberikan penjelasan kepada pers sebaik mungkin dan mengerti tujuan organisasinya.
Dengan demikian praktisi PR dapat menentukan gerakan
kerjanya terhadap media, apakah harus reaktif, proaktif atau interaktif. Beberapa prinsip umum untuk membina hubungan yang baik dengan pers menurut Jefkins, adalah: 1. By servicing the media yaitu memberikan pelayanan kepada media. Misalnya PR harus mampu menciptakan kerjasama dengan media.
PR harus
menciptakan suatu hubungan timbal balik. 2. By establishing a reputations for reliability yaitu menegakkan suatu reputasi agar dapat dipercaya. Misalnya selalu menyiapkan bahan – bahan informasi akurat dimana dan kapan saja diminta. Wartawan selalu ingin tahu sumber
44
berita paling baik untuk mendapatkan informasi yang akurat dan hubungan timbal balik terjalin semakin erat. 3. By Cooperations in providing material yaitu melakukan kerjasama yang baik dalam menyediakan bahan informasi. Misalnya merancang wawancara pers dengan seseorang yang dibutuhkan pers ketika itu. 4. By
supplying good copy yaitu memasok naskah informasi yang baik.
Misalnya memberikan naskah yang baik, menarik perhatian, penggandaan gambar/foto, pembuatan teks gambar/foto dengan baik. Juga pengiriman News Release yang baik sehingga hanya sedikit memerlukan penulisan ulang atau menyuntingnya. 5. By Providing verification facilities yaitu penyediaan fasilitas yang memadai. Misalnya memberikan fasilitas yang dibutuhkan wartawan sewaktu menggali berita. 6. By building personal relationship with the media yaitu membangun hubungan secara personal dengan media.
Hal ini mendasari keterbukaan dan saling
menghormati profesi masing.31 Dan dalam membina hubungan yang baik dengan pers sangatlah perlu untuk mengetahui prinsip – prinsip dalam membina hubungan dengan pers, yaitu antara lain: 1. Memahami dan melayani media. Dengan berbekalkan semua pengetahuan di atas, maka seorang praktisi humas akan mampu menjalin kerja sama dengan
31
Jefkins, Frank. Public Relations. 1996.Jakarta: PT. Erlangga, hal 102-103
45
media.
Ia juga akan menciptakan hubungan timbal bali yang saling
menguntungkan 2. Membangun Reputasi sebagai Orang yang dapat dipercaya
Para praktisi
humas harus senantiasa siap menyediakan dan memasok materi-materi yang akurat di mana saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah ia kana dinilai sebagai suatu sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu, maka komnikasi timbal bali yang saling menguntungkan akan lebih mudah diciptakan dan dipelihara. 3. Menyediakan salinan yang baik. Misalnya saja menyediakan reproduksi fotofoto yang baik, menarik, dan jelas. Dengan adanya teknologi input langsung melalui komputer (teknologi ini sangat memudahkan koreksi dan penyusunan ulang dari suatu terbitan, seperti siaran berita atau news release, penyediaan salinan naskah dan foto-foto yang baik secara cepat menjadi semakin penting. 4. Bekerja sama dalam penyediaan materi: Sebagi contoh, petugas humas dan jurnalis dapat bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu. 5. Menyediakan Fasilitas Verifikasi: Para praktisi humas juga perlu memberi kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan verifikasi (membuktikan kebenaran) atas setiap materi yang mereka terima. Contoh konkretnya, para jurnalis itu diizinkan untuk langsung menengok fasilitas atau kondisi-kondisi organisasi yang hendak diberitakan.
46
6. Membangun hubungan personal yang kokoh: Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan terciptas serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan sikap saling menghormati profesi masing-masing.32 Menurut Jefkins, tidak menutup kemungkinan bahwa terjadi konflik antara PR dan Pers, karena adanya perbedaan tanggung jawab dan loyalitas. PR pertama – tama bertanggung jawab terhadap kliennya dan karyawan, hali ini tidak berarti harus melanggar etika profesionalnya, hukum dan kepentingan publik. 2.6.1 Pers Pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak, seperti surat kabar, majalah , mingguan tabloid dan sebagainya, sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa cetak elektronik, antara lain radio siaran dan televisi siaran, sebagai media yang menyiarkan karya jurnalistik.33 Pers dapat diartikan sebagai lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub system dari system kemasyarakatan tempat ia beroperasi, bersama-sama subsistem lainnya. Dengan demikian maka pers tidak dapat hidup mandiri, tetapi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga-lembaga kemasyarakat lainnya.34 Ruang lingkup kegiatan pers sendiri meliputi kegiatan penerbitan yang teratur waktu terbitnya. Kegiatan itu umumnya dilengkapi dengan alat-alat milik sendiri atau perusahaan 32
Ibid, Hal 101 Uchjana, Onong. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.2003 34 Ibid. Onong. Hal. 145 33
47
berupa percetakan, alat-akat foto mesin-mesin stensil atau alat-alat tehnik lainnya. Hal ini telah diatur dalam undang-undang No.11 tahun 1966 tentang kententuan-ketentuan Pokok Pers (Departemen Penerangan RI, 1998). Fungsi Pers meliputi: 1. Menyiarkan informasi Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal di bumi ini: mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan sebagainya. 2. Mendidik Sebagai sarana pendidikan massa, pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung
pengetahuan
sehingga
khalayak
pembaca
bertambah
pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita, dapat juga secara explisit dalam bentuk artikel atau tajuk renana. Kadangkadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan. 3. Menghibur Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat pers untuk mengimbangai beritaberita berat dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar atau majalah bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok dan sebagainya.
48
4. Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.35 Dalam melakukan hubungan dengan khalayak praktisi PR menggunakan media sebagai saluran/channel. Mengenal media dengan baik adalah satu permulaaan bagi hubungan kemitraaan antara 2 lembaga yang diwakilkan perusahaan yaitu perusahaan anda dan perusahaan media . Mengenal saja tidak cukup karena diperlukan metode tertentu dalam menangani orang-orang media ini sehingga dapat dihasilkan suatu hubungan yang mutual. Selain diperlukan jalinan hubungan secara personal yang baik, praktisi PR dituntut untuk dapat meyakinkan media terhadap isu, ide, maupun materi yang disampaikan tersebut merupakan materi yang sangat bermanfaat dan diperlukan khalayak sehingga layak untuk dipublikasikan. Keahlian ini merupakan seni sekaligus skill yang dituntut dari seorang PR yang handal.36
35 36
Ibid.Onong. Hal.149 Fachri Azhar.2005.Modul Media Relation.Jakarta.
49
BAB III METODOLOGI
3.1.Tipe dan Sifat Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bermaksud membuat dan memaparkan strategi – strategi MPR PT. Bakrie Telecom dalam menunjang program ’Talk time’’ . 37 Sifat Penelitian ini kualitatif.
Penelitian Deskriptif adalah : penelitian yang bertujuan untuk
memaparkan situasi atau peristiwa Tujuan penelitian deskriptif adalah: a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada b. mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktel-praktek yang berlaku c. membuat perbandingan dan evaluasi d. menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalamana mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang Penelitian Kualitatif adalah, Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang diamati (Moleong,2005:4). 37
Jallaludi Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2000, hal 24
50
Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif: 1. Persiapan, mengkaji bahan pustaka, memperluas fokus perhatian 2. memilih site lapangan dan memperoleh akses 3. memulai ditempat penelitian dan menjain hubungan sosial dengan orang yang diteliti 4. mengumpulkan data 5. analisa data mengembangkan dan mengevaluasi hipotesa kerja 6. fokus pada aspek – aspek khusus dari setting yang diamatin 7. melakukan wawancara 8. meninggalkan lokasi dan menyelesaikan analisa dan menulis laporan. 38 Dari pemahaman diatas penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan masalah dari data-data orang – orang dan perilaku yang diamati, serta membuat perbandingan dan evaluasi terhadap masalah tersebut. 3.2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) dan studi pustaka. Menurut Yin (2005|:1) studi kasus adalah : Studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bila mana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.
Dari pemahaman studi kasus yang telah diuraikan diatas bahwa penelitian ini adalah bertujuan untuk memperoleh pemahaman atau gambaran yang jelas tentang 38
Modul Materi Perkuliahan Metode Penelitian Sosial, Universitas Indonesia, Jakarta, 2001, hal 10
51
strategi MPR PT. Bakrie Telecom dalam proses pensosialisaian suatu program kampanye dan peranan PR dalam menunjang program tersebut. Adapun program tersebut adalah program “ Talk Time” yang datanya diambil selama periode mulainya program tersebut September 2005 hingga Juni 2006.
3.3. Nara Sumber (Key Informan) Nara Sumber (Key Informan) adalah seseorang yang pengetahuannya dapat dipakai dan setelah cukup akan menunjukkan subjek lain ang dipandang mengetahui lebih banyak tentang masalahnya. Informan
adalah orang atau individu yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”39 Dalam penelitian ini yang menjadi key informan atau nara sumber yang dianggap paling kompeten adalah: 1. Krisna Zulkarnain, VP Marketing PT. Bakrie Telecom Tugas dan tanggung jawabnya adalah : Krisna Zulkarnain merupakan pencetus ide untuk program “Talk Time” membuat strategi program talk time. 2. Nadia Mars, VP Corporate Communication PT. Bakrie Telecom Tugas dan tanggung jawab informan tersebut adalah untuk membuat konsep awal dari strategi program talk time untuk Public Relations
39
Lexy. J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: 2004,PT. Remaja Rosdakarya, Hal: 132
52
3.
A. Noorman Iljas ,PR PT. Bakrie Telecom Tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai nara sumber dalam membina
hubungan dengan pers dan mengatur strategi talk time yang berkenaan dengan pers. 4. Retno Safitri, Corporate Communication PT. Bakrie Telecom Untuk membuat release dan mengumpulkan informasi yang berkenaan dengan program talk time.
3.4.Tehnik Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer Data primer dalam penelitian ini, penulis mencari dan mengumpulkan informasi serta data para informan sebagai representatif dari program yang diteliti. Untuk mendapatkan
informasi,
penulis
menggunakan
pertanyaan-pertanyaan
melalui
wawancara. Wawancara adalah merupakan sumber essensial bagi studi kasus. Bentuk wawancara adalah dimana penulis dapat bertanya kepada responden kunci (key informan) tentang fakta-fakta suatu peristiwa disamping opini mereka mengenai peristiwa yang ada.40 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder melalui studi kepustakaan dan dari literatur – literatur yang ada. 3.5.Definisi Konsep PR
40
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: 2001, PT. Remaja Rosdakarya, hal: 180
53
Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dan segenap khalayaknya. Dalam hal ini penulis ingin mengupas strategi PR dalam usaha menjalankan suatu program agar dapat berhasil dan sukses diterima masyarakat. Maka diperlukan suatu program yang sinergi dengan program – program divisi lainnya. Karena suksesnya suatu program sangat diperlukan dukungan dari divisi lain dalam perusahaan agar program tersebut dapat berjalan secara sinergi dan efektif. Menurut Allen H. Center dan Scott N. Cutlip dalam bukunya Effective Public Relations menjelaskan, strategi PR dalam menjalankan programnya terdiri dari 4 tahap yaitu: 1. Defining The Problem 2. Planning and Programming 3. Taking Action and Communicationg 4. Evaluating Program
Marketing Public Relations (MPR) MPR adalah serangkaian kegiatan dari Public Relations yang bertujuan untuk mendukung tercapainya tujuan pemasaran (Marketing). Biasanya unit ”PR” mempunyai tugas menjadi ”corong” agar citra organisasi tetap baik dan menjadi ”mediator” antara kepentingan klien dengan perusahaan atau badan usaha. Pengertian Public Relations adalah usaha untuk mengembangkan citra atau image terbaik bagi
54
suatu lembaga, organisasi, perusahaan dan produk atau pun layanan terhadap masyarakat. Membangun citra organisasi sangat penting karena berdampak pada kelangsungan
organisasi
atau
perusahaan
tersebut.
Jika kedua kata digabungkan, secara prinsip arti kedua kata tersebut tidak hilang, yaitu satu sisi berarti memasarkan dan satu sisi lain berarti menjadi alat ”corong” atau publikasi kepada masyarakat. Dalam pemasaran salah satu bagian terpenting adalah mewujudkan produk atau layanan kita berkualitas yang berarti produk atau layanan sesuai kebutuhan klien, cepat, dan memuaskan. Secara sederhana marketing Public Relations berarti kegiatan Public Relations yang didesain untuk mendukung tercapainya tujuan pemasaran Strategi MPR Dalam menjalankan suatu program jangka pendek maupun jangka panjang seorang PR memerlukan perencaaan dan strategi – strategi untuk membuat program itu berhasil. Karena setiap perusahaan mempunyai tujuan – tujuan dari berbagai macam program dan ini memerlukan pernecanaan yang didasarkan dari tujuan tersebut.
Tentulah
keberhasilan tidak ditentukan semata –mata dari baik – tidak nya perencanaan, melainkan juga pada keahlian dan efisiensi proses.
Dalam hal ini Strategi PR
digabungkan dengan beberapa konsep – konsep MPR sehingga terdapat keselarasan program yang akhirnya dapat mendukung suatu program. Adapun strategi MPR diungkapkan oleh Rhenald Kasali, 2003:12): 1. Analisis Situasi dan Audit Komunikasi
55
Mengadakan analisis atau mengindetifikasi situasi dan kondisi publik sasaran yang selanjutnya audit komunikasi melalui penelitian dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pandangan atau opini publik sasaran terhadap perusahaan. Yang bertujuan dalam ruang lingkup citra, kepercayaan, realitas, manfaat, keterlibatan publik sasaran dengan perusahaan. 2. Menentukan Publik Sasaran Khalayak sasaran adalah stakeholders. Oleh karena itu sasaran dipilih dalam adalah kelompok stakeholders, yaitu konsumen, calon konsumen,pemegang saham, karyawan, pemerintah, pemasok, pesaing, dan komunitas. Kelompok tersebut dipilih berdasarkan kondisi yang dihadapi perusahaan dan bentuk pelaksanaan kegiatan untuk tiap kelompok berbeda. 3. Penentuan Media Penentuan media penting sebagai pendukung perencanaan tugas yang dapat menjadi ukuran keberhasilan dalam menjangkau target sasaran.
Media ini
dapat berupa media elektronik, media cetak dsb.nya 4.Menetapkan Anggaran Perkiraan besarnya anggaran yang dikeluarkan untuk semua program yang akan dilaksanakan. 5.Penetapan Program Formulasi bentuk yang sistematis dan logis dalam wujud gambar atau bagan dari suatu rencana. Hal ini biasa dibentuk lebih konseptual melalui jaringan kerja
56
yang lebih lengkap dengan strukturisasi dan grafik untuk memudahkan pemantauan dan pengevaluasian 6.Analisis hasil Akhir Kegiatan mengidentifikasi setiap komponen atau tahapan perencanaan dan pelaksanaan.
Hasil evaluasi memberikan gambaran keberhasilan program
sehingga bisa dijadikan acuan dalam penyusunan atau perencanaan berikutnya. Metode tersebut dapat dijalankan secara fleksibel dan dinamis tergantung pada masalah yang dihadapi serta kemampuan perusahaan
Semua rencana dan
kegiatan dalam metode ini pada akhirnya dimasukkan untuk memporelh hasil dalam ruang lingkup target yang ditetapkan. Program Talk Time Program Talk Time adalah program PT. Bakrie Telecom untuk dapat bersaing dengan operator telepon yang lain dengan strategi mensosialisasikan lamanya waktu bicara disaat operator lain berlomba – lomba menurunkan harga kartu perdana dan memberikan bonus pulsa.
Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat bahwa yang terpenting ketika memilih produk operator telepon bukan pada besarnya nilai pulsa tetapi pada berapa lama waktu bicara yang ditawarkan operator telepon tersebut. “Selama ini masyarakat lebih mementingkan nilai Rupiah pulsa ketika membeli kartu perdana atau memilih operator telepon. Padahal yang dibutuhkan sebenarnya adalah lamanya waktu bicara karena mereka menggunakan telepon untuk memenuhi kebutuhan komunikasinya. Semakin lama waktu bicara berarti semakin panjang komunikasi yang terjadi.
57
3.6.Fokus Penelitian Fokus Penelitian ini adalah bagaimana strategi MPR PT. BTEL dalam mengkampanyekan suatu program yang terdiri dari 4 (empat ) tahapan yaitu: 1. Defining the problem Pada tahap ini tugas PR adalah untuk mengumpulkan sasaran komunikasi yaitu dengan meneliti kebutuhan dan kepentingan publik, dan mendapatkan data untuk mengatahui bagaimana situasi dan kondisi yang terdapat pada diri publik. 2. Planning and Programming Pada tahap ini PR menitikberatkan pada perencanaan untuk memperoleh hasil maksimal melalui pengelolaan dan selektifitas terhadap data ataupun data yang diperoleh. 3. Taking action and communicating Proses kegiatan PR pada tahap ketiga ini ditujukan pada usaha untuk mengeluarkan serta menyebarkan pernyataan terhadap publik 4. Evaluating the Program Pada tahap akhir kegiatan komunikasi PR mengarah pada usaha ntuk menilai kembali sampai sejauh mana pesan komunikasi yang disampaikan kepada publik itu dapat diterima. Dan sejauh mana sukses dar program tersebut 3.7.Analisis Data Dalam peneliatian kualtitatif analisis data yaitu secara induktif. Analisa data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan, yaitu:
58
1. Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data 2. Analisa induktif lebih dapat membuat hubungan peneliti- responden menjadi eksplisit , dapat dikenal dan akuntabel. 3. Analisa demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan- keputusan tentang dapat-tidaknya pengaliahn pada suatu latar lainnya. 4. Analisa induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan – hubungan. 5. Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai – nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik. Dengan menggunakan analisis secara induktif, berarti bahwa upaya pencarian data bukan dimasukkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan. Analisis ini lebih merupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudia dikelompok-kelompokkan. Jadi penyusunan teori disini berasal dari bahwa ke atas (grounded theory) yaitu dari sejumlah data yang banyak dikumpulkan dan yang saling berhubungan. Jika peneliti merencanakan untuk menyusun teori, arah penyusunan teori tersebut akan menjadi jelas sesudah data dikumpulkan. Jadi, peneliti dalam hal ini menyusun atau membuat gambaran yang makin menjadi jelas sementara data dikumpulkan dan bagian-
59
bagiannya diuji. Dalam hal ini peneliti tidak berasumsi bahwa sudah cukup yang diketahui untuk memhami bagian – bagian penting sebelum mengadakan penelitian.41 Untuk menjaga keabsahan data dan hasil penelitian maka penulis menggunakan metode triangulasi data. Triangulasi data adalah tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang akan digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek dari
derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini akan dilakukan dengan jalan. 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2. membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan orang secara pribadi 3. membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatanya sepanjang waktu 4. membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi 5. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan42
41
Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. 2005. Jakarta : PT. Remaja Rosdakarya, hal. 10
60
Setelah memperoleh data yang dikumpulkan dengan cara wawancara yang mendalam dengan para nara sumber maka akan disajikan suatu analisa kualitatif yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan strategi MPR BTEL dalam media eksternal pada program promo ”Talk Time” Esia, melalui media eksternal.
42
Ibid hal 330
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum PT. Bakrie Telecom Dalam bab ini, penulis akan menguraikan hasil penelitian. Hasil penelitian tersebut kemudian dihubungkan dengan beberapa teori yang telah penulis jelaskan pada Bab dua.
Penulis melakukan penelitian di PT. Bakrie Telecom, PT. Bakrie
Telecom yang merupakan anak perusahaan dari PT. Bakrie & Brothers bertempat di Wisma Bakrie, Jl. HR. Rasuna Said Kav. B1, Jakarta.
Bakrie Telecom,tbk
(BEJ:BTEL) adalah perusahaan operator telekomunikasi berbasis CDMA di Indonesia. Bakrie Telecom memiliki produk layanan dengan nama produk Esia serta Wifone. Penulis juga menyertakan highlight PT. Bakrie Telecom, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan penjelasan mengenai PT. Bakrie Telecom.
Penulis
melakukan penelitian tentang Bagaimana strategi Marketing Public Relations BTEL dalam mendukung promosi program Talk time Esia (Periode September 2005-Juni 2006). Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data dan melakukan interview terhadap para nara sumber yang mempersiapkan dan melaksanakan program talk time.
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Bakrie Telecom sebelumnya dikenal dengan nama PT Ratelindo, yang didirikan pada bulan Agustus 1993, sebagai anak perusahaan PT Bakrie & Brothers Tbk yang bergerak dalam bidang telekomunikasi di DKI Jakarta, Banten dan Jawa
62
Barat berbasis Extended Time Division Multiple Access (ETDMA). Pada bulan September 2003, PT Ratelindo berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom, yang kemudian bermigrasi ke CDMA2000 1x, dan memulai meluncurkan produk Esia. Saat ini produk Esia dapat dinikmati di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Pada tahun 2006, Bakrie Telecom telah go-public dengan mendaftarkan sahamnya dalam Bursa Efek Jakarta.43
Dewan Komisaris & Direksi Komisaris Utama
: Bobby Gafur Umar
Komisaris Independen
: Ai Mulyadi Mamoer
Komisaris Independen
: Raj Mitta
Komisaris
:Nalinkant A. Rathod
Komisaris
: Ambono Janurianto
Dewan Direksi Presiden Direktur
: Anindya Novyan Bakrie
Deputy Presiden Direktur Komersial
: Erick Meijer
Deputy Presiden Direktur Operasioanl
: Mohammad Buldansyah
Head of Strategic Initiative
: Amit Bose
Direktur Corporate Service
: Rahmat Junaidi
Direktur Legal
: Juliandus L. Tobing
Direktur Finance
: Jastiro Abi
EVP Sales
: Charles Sitorus
EVP Human Resources
: Triharry D. Oetji
EVP Supply Chain Management
: Ari Ahmad
43
Annual Report Bakrie Telecom 2006
63
4.1.2 Visi PT.Bakrie Telecom Memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia dengan menyediakan konektivitas informasi44
4.1.3 Misi PT. Bakrie Telecom Menyediakan konektivitas informasi yang berkualitas dengan harga terjangkau45.
4.1.4.Strategi PT. Bakrie Telecom Bakrie Telecom merupakan pelopor penyedia jaringan dan jasa telekomunikasi nirkabel di Indonesia, melalui produk pertamanya Ratelindo.
Saat ini, BTEL
menyediakan jasa telepon tetap nirkabel dengan mobilitas terbatas adalah biaya panggilan lebih murah jika dibandingkan dengan telepon seluler, karena layanan ini dikategorikan sebagai telepon tetap.
Potensi permintaan dari layanan mobilitas
terbatas sangat besar, terutama bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang tidak memerlukan layanan roaming antar kota. Roaming adalah kejadian dimana pengguna ponsel menggunakan ponselnya diluar dari daerah yang mengeluarkan nomor ponselnya, misal pengguna ponsel dengan nomor Surabaya yang berada di Jakarta atau di kota-kota lain diluar Surabaya.46
Bakrie Telecom membangun bisnis dan organisasinya berdasarkan model budget operator. Sebagai budget operator, Bakrie Telecom membedakan layanannya
44
Ibid AR BTEL 2006 Ibid AR BTEL 2006 46 http://www.indocell.net/id48.htm 45
64
dengan memberikan Better Product at Lower Prices kepada seluruh Value Consicious Customers melalui disruptive innovation yang fokus kepada pelanggan. Sebagai hasil dari inovasi yang berkelanjutan dan mendobrak pasar BTEL dipresepsikan sebagai operator yang memberikan waktu bicara (Talktime) terpanjang kepada pelanggan, mengubah paradigma pulsa menjadi waktu bicara sebagai tolak ukur menentukan biaya komunikasi.
Strategi ini berhasil membangun keunggulan strategi yang unik
dibandingkan dengan pesaing. Model bisnis sebagai budget operator membuat Perseroan menjatuhkan pilihan pada teknologi CDMA 2000 1X untuk layanan telepon tetap nirkable. Teknologi ini menggunakan teknik kompresi yang lebih unggul, teknologi paket data yang lebih baik dan metode sinyal yang lebih efisien. Keunggulan ini menyebabkan BTEL memiliki biaya modal yang lebih rendah, biaya operasional jaringan yang rendah dan penggunaan spektreumyang lebih efisien, sehingga perseroan dapat mempertahankan struktur biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaing berbasis teknologi GSM. Penggunaan teknologi CDMA 2000 1X juga memungkinkan Perseroan untuk menyediakan jasa internet dan data kecepatan tinggi dibandingkan dengan teknologi GSM. Pada bulan Desember 2006. Perseroan memperoleh lisensi nasional yang memberikan peluang bagi Perseroan untuk memperluas layanannya secara nasional, dibandingkan lisensi sebelumnya yang terbatas pada wilayah Jakarta, Jawa Barat dan
65
Banten.
Hal ini
akan memberikan peluang pada peningkatan basis pelanggan
Perseroan dan peningkatan kinerja keuangan Perseroan.47
4.1.5 Teknologi & Infrastruktur PT. Bakrie Telecom Target bisnis Perseroan untuk memberikan kualitas produk yang lebih baik de ngan harga terjangkau merupakan alasan utama yang mempengaruhi pemilihan Perseroan terhadap teknologi yang digunakan BTEL memanfaatkan teknologi CDMA 2000 1x yang memberikan banyak keuntungan termasuk didalamnya kualitas suara yang lebih jernih, kapasitas yang relatif lebih tinggi sesusai dengan spektrum frekuensi yang digunakan, dan layanan data yang mampu mencapai 153 Kbps.
Teknologi
CDMA 2000 1x juga menggunakan kompresi dan paket data yang lebih baik, dan memiliki metode signalling yang lebih efisien. Fitur ini membuat biaya operasional jaringan menjadi lebih rendah dan penggunaan spektrum yang lebih efisien, sehingga Perseroan dapat melakukan kontrol terhadap biaya operasioanl.
Selama tahun 2006, BTEL menambah 173 BTS (BTS adalah kependekan dari Base Transceiver Station. Terminologi ini termasuk baru dan mulai populer di era booming seluler saat ini. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Satu cakupan pancaran BTS dapat disebut Cell. Komunikasi seluler adalah komunikasi modern yang mendukung mobilitas yang tinggi. Dari beberapa BTS kemudian dikontrol oleh satu Base Station Controller (BSC) yang terhubungkan dengan koneksi microwave ataupun serat 47
Ibid AR BTEL 2006
66
optik.)48dengan cakupan wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Banten dan juga tambahan koneksi 10 POLS (Point of Interconnection) dengan Telkom PSTN di wilayah ini. Dengan tambahan ini, jumlah BTS yang digunakan Perseroan mencapai 408 BTS sampai dengan akhir 2006. Dengan jumlah BTS yang optimal ini. Pada kuartal 4 2006 perseroan membukukan pendapatan kotor per BTS sebesar Rp. 591 49
Daerah Jangkauan Esia
48 49
•
Jadetabek
•
Bandung
•
Bogor
•
Cirebon
•
Indramayu
•
Kuningan
•
Cilegon
•
Serang
•
Tasikmalaya
•
Ciamis
•
Garut
•
Karawang
•
Purwakarta
•
Subang
•
Sumedang
•
Sukabumi
•
Cianjur
Internet: http://id.wikipedia.org/wiki/Base_Transceiver_Station Ibid AR BTEL 2006
67
Dengan total 235 BTS BTEL bangun akan semakin memberikan service kepada pelanggan Esia. Pada tahun 2005 pemerintah memberikan lisensi agar dapat beroperasi secara nasional , Dengan license tersebut dapat menjadikan esia sebagai yang utama dlam Mobile Virtual Network Operator di Indonesia sehingga mendapatkan market yang besar di Indonesia .
4.1.6 Sumber Daya Manusia
Perseroan menempatkan manajemen dan pengembangan sumber daya manusia menjadi bagian yang sangat penting untuk mendorong pertumbuhan Perseroan oleh karena itu , Perseroan mengembangkan kebijakan yang komprehensif dan evaluasi kinerja.
Selama tahun 2006, Perseroan telah mengembangkan system penermaan
pegawai yang mampu memenuhi kebutuhan kebutuhan organisasi yang berkembang dengan cepat. Perseroan juga mendirikan Pusat Pelatihan dan Pengembangan Bakrie Telecom, yang digunakan oleh pegawai sebagai fasilitas pelatihan dan pusat pengembangan pengentahuan didalam organisasi. Selain itu , perhaitan juga diberikan untuk mempromosikan program pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk mendukung kinerja Perseroan di masa yang akan deatang.
Kompetisi yang ketat di industri telekomunikasi mendorong adanya kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tinggi dan mempertahan kan sumber daya manusia yang terbaik. BTEL mengimplementasikan system manajemen
68
kinerja baru untuk mengukur dan memonitor kinerja dari seluruh pegawainya. Selain kinerja karyawan yang bersangkutan paramenter-parameter yang digunakan antara laion adalah kinerja perseroan , peningkatan harga saham serta hal – hal lain yang dapat mendukung peningkatan nilai pemegang saham serta tercapainya visi dan misi perseroan.
Perseroan juga memperkenalkan system penghargaan yang baru kepada pegawai, seperti BTEL Mission Impossible Award an BTEL Team Award, yang bertujuan untuk memberikan pegnhargaan terhadap kinerja melampaui standar. Sejauh ini, BTEL mempertahankan kompnesasi dan benefit yang kompetitif dibandingkan dengan tolak ukur dalam insdustri.
4.2. Analisis Data Setelah penulis melakukan wawancara di PT. Bakrie Telecom dalam program kampanye Talk Time periode Agustus 2005 -Juni 2006 maka kami mendapatkan strategi MPR BTEL untuk mensuseskan jalannya program kampanye tersebut. Strategi Kampanye MPR BTEL mengacu pada 4 (empat) tahapan fungsi menurut Allen H. Center dan Scott N. Cutlip dalam bukunya Effective Public Relations menjelaskan, strategi PR dalam menjalankan programnya terdiri dari 4 tahap yaitu:
1. Pendefinisian Masalah/Fact Finding 2. Perencanaan dan Pemograman/Planning and progamming 3. Aksi Komunikasi/Action and Communicating
69
4.Evaluasi/Evaluation
4.2.1 Pendefinisian Masalah Pada langkah ini dicari pencarian data, pendapat, sikap dan perilaku mereka yang berkepetingan,ini adalah tahap dasar untuk semua tahap lainnya dengan menentukan, ” Apa yang sedang terjadi saat ini?”50 Dilihat dari hasil penelitian dan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa identifikasi dari faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yaitu peluang/tantangan dan hambatan dalam program talk time ini : a.
Kekuatan /Strengths: 1. Esia sudah dikenal masyarakat sebagai operator telepon yang murah 2. Awarness masyarkat yang cukup besar terhadap Esia 3. Tarif percakapan yang murah antar sesama pengguna eEsia
b.
Kelemahan /Weaknesses: Dikenal dengan operator yang murah, seringkali menimbulkan keengganan masyarakat untuk memilih barang yang murah
c.
Peluang/ Opportunities: 1. Segmen-segmen menengah kebawah yang belum terjamah sebesar 170 juta orang yang masih belum terjamah.
50
Cutlip M. Scott. Center, Aleen H, Broom. Glen M. Effective Public Relations. San Diego; Prentice Hall International, Inc, 2000, Hal. 343
70
2. Bisnis telekomunikasi yang cukup menjanjikan di Indonesia dan potential market yang besar. 3. Prospek bisnis wireless masih cerah, akhir tahun 2004, pelanggan telepon selular dan tetap nirkabel di Indonesia lebih kurang 31 juta pelanggan, kemudian tumbuh menjadi 43,7 juta pelanggan pada pertengahan tahun 2005 menjadi 45 juta atau tumbuh sekitar 41%. Diperkirakan tahun 2008 pelanggan telepon selular Indonesia diperkirakan akan tumbuh hingga 90 juta sambungan. d.
Ancaman /Threats: 1. Persaingan tarif dari operator-operator telepon yang lain, 2. Pengimplementasian kepada masyarakat yang dapat membuat masyarakat menjadi defensif terhadap program ini 3. Peraturan pemerintah yang seringkali berubah.
Persiapan dalam melakukan kampanye ”Talk Time” . (Talk Time adalah program yang diluncurkan oleh BTEL dalam rangka untuk membentuk opini dan pemikiran masyarakat di Indonesia, yang bertujuan mengubah presepsi masyarakat mengenai istilah pulsa). Program Talk Time ini ditargetkan dalam jangka waktu satu tahun. Pada tahap pertama BTEL melakukan pengumpulan data dan informasi yang nantinya akan berpengaruh terhadap strategi- strategi yang akan dikeluarkan oleh BTEL untuk mendukung suksesnya kampanye ini. Seperti yang telah disebutkan diatas pada pertama BTEL melakukan pengumpulan informasi mengenai keadaan jumlah subscriber Esia, sebelum kampanye
71
esia ini dimulai jumlah subscriber Esia adalah sekitar 300.000 pelanggan dan tidak terjadi pertambahan pelanggan yang signifikan. Hal ini ditegaskan oleh VP Marketing BTEL Krisna Zulkarnain : Saya masuk BTEL pada April 2005, dan pada saat itu subscriber esia sangat tidak significant , posisi esia pada waktu itu pertengahan tahun 2005, sekitar July 2005 jumlah subscriber base esia 300.000, dan ternyata dari awal esia launching 2003 jumlah subscriber kita tidak bertambah cukup banyak. Dan BTEL harus melakukan gebrakan untuk meningkatkan jumlah subscriber. Posisi esia ini saya mengetahuinya dari internal esia melalui report – report finance. Berdasarkan riset yang di lakukan Esia terhadap produknya didapatkan kesimpulan Esia bahwa produk Esia sudah cukup baik dikenal masyarakat namun pada kenyataaannya jumlah orang yang mencoba produk Esia masih lebih kecil jika dibandingkan dengan besarnya jumlah masyarakat yang telah mengenal Esia, maka sangat diperlukan suatu strategi yang dapat mendorong masyarakat untuk membeli dan mencoba Esia. Dan melalui edukasi-edukasi Esia didapatkan bahwa masyarakat sudah cukup mengenal Esia sebagai telepon murah namun Esia tidak hanya mau disebut dengan telepon murah dan murahan yang notabene berarti dengan kualitas yang hanya pas-pas an, Esia akan mengubah tidak hanya murah namun juga value for money dengan harga yang sama ditawarkan provider lain, dengan esia mendapatkan kualitas suara yang lebih baik, jaringan yang baik dan berbagai fitur tambahan dari Esia. Dalam memasarkan produknya BTEL harus melakukan gebrakan dengan strategi pemasaran Distruptive Innovation yang berfokus pada pelanggan hal ini sangatlah berakar dalam DNA BTEL, melalui Distruptive Innovation akan mendorong revolusi di industri telekomunikasi dan akan meningkatkan teledensitas di Indonesia.
Distruptive
72
Innovation atau yang disebut juga inovasi yang tidak biasa dinilai akan sangat efektif karena apabila kita mengikuti program – program yang sudah ada maka tidak akan terjadi lonjakan jumlah subscriber yang cukup signifikan, kita akan membuat program – program yang lebih baik dan berbeda dari operator lainnya. Hal ini ditegaskan oleh VP Marketing , Krisna Zulkarnain asal mula program yang akan dibuat: istilah pulsa ini sebenarnya artinya apa dan istilah dari mana siapa yang mengeluarkan istilah pulsa pertama kali? Pertanyaan- pertanyaan tersebut tidak ada yang dapat menjawab dengan jelas. Lalu saya menanyakan ke beberapa teman di Indonesia dan mencari tahu siapa sebenarnya istilah pulsa ini asalnya dari mana, saya bertanya ke teman – teman saya diluar negeri mereka juga tidak mengetahui istilah puls di kebanyakan menggunakan waktu bicara. Dan dengan distruptive innovations: kita bisa membuat quantum leap yaitu bila dilihat dari jumlah subscriber dengan destruptive innovation akan menghasilkan peningkatan jumlah subscriber yang besar maka program yang akan kita keluarkan adalah menjelaskan kepada customer yang selama ini tidak tahu dengan pulsa Rp. 50.000 customer tersebut akan mendapatkan waktu bicara berapa lama? karena sebagian besar pengguna operator telepon saat ini tidak dan belum mengerti maksud dari waktu bicara (Talk Time). Mereka menggunakan satuan jumlah pulsa atau nilai rupiah dalam voucher (beli pulsa Rp. 50.000)sehingga membuat mereka berfikir, semakin besarnya “pulsa” dalam voucher, semakin lama mereka mendapatkan waktu bicara. Informan Nadia Mars, VP Corporate Communication menambahkan: Awal mula program ini dibuat kita mengadakan berbagai macam diskusi dengan para advertising agency, membentuk focus group discussion dan melakukan kerjasama dengan pakar telekomunikasi Roy suryo untuk mendapatkan keyakinan bahwa program talk time yang akan kita keluarkan benar dan tidak salah menurut peraturanperaturan pertelekomunikasian yang berlaku.
73
Berdasarkan ungkapan diatas dapat dilihat bahwa akhirnya diputuskan program “Talk time” yang mengandung misi edukasi kepada masyarakat dan mengganti paradigma “Pulsa” menjadi “Talk Time atau Waktu Bicara. Karena selama ini masyarakat lebih mementingkan nilai rupiah pulsa ketika membeli kartu perdana atau memilih operator telepon, karena nilai rupiah pulsa pada voucher misalnya bisa saja sama tapi lama waktu bicara bisa berbeda karena besaran tariff tiap operator tidaklah sama,pelanggan tidak mendapatkan lama waktu bicara seperti yang mereka kira, dengan talk time mereka mengetahui dengan jelas jumlah waktu bicara mereka dengan jumlah dana yang mereka keluarkan. Hal ini diungkapkan oleh Bp. Krisna Zulkarnain VP Marketing Esia: selama ini pelanggan tidak mendapatkan lama waktu bicara yang mereka seperti yang mereka kira, besarnya pulsa bukan berarti menunjukka lamanya waktu bicara. Talk Time memberikan alasan yang lebih rasional bagi pelanggan baru. Jadi kita bisa langsung mengetahui waktu bicara yang kita dapatkan.
74
Rencana Kerja PR PT. Bakrie Telecom dalam 1 tahun Media/Medium
BULAN 1
Esia Campaign Anchor Event Television TV Break : Mon 22 nd Aug Phase 1 Phase 2 PRINT Newspaper Print Break : Tues 30 th Aug
Tabloid Magazines BTEL Event Break : Mon 22 nd Aug
2
3
√
4
5
√
√
√
8
9
√
1 0
1 1
√
√
√ √ √ √ √ √
Kompas Pikiran Rakyat Nova Bola Tempo
√ √ √ √
Talk Show Talk Time discussion Esia Campaign
√ √
√
√
√
1 2
√
√
Radio
Press Release Family Gathering Annual Report Refresh Website Company Profile
7
√
TVC 5 Sec TVC 30 Sec
Canvassing Traffic Light HP Mall Tour
PR
6
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√ √
√
√
75
4.2.2Perencanaan dan Pemograman Pada tahap perencanaan dan pemograman kegiatan PR menitikberatkan pada usaha perencanaan bagi memperoleh hasil maksimal melalui pengelolaan
dan
selektifitas terhadap data atau pun fakta yang diperoleh. Oleh karenanya seorang praktisi PR dalam menjalankan kegiatan Humas harus dapat memikirkan: Faktor Sumber Komunikasi (Source) Mendapatkan orang yang tepat untuk melaksanakan program Talk Time Faktor pesan komunikasi (Message) Dalam kegiatan penyebaran pesan komunikasi, pernyataan atau gagasan yang bagaimana akan disampaikan, serta maksud dan tujuan yang akan dicapai nantinya. Media Komunikasi yang digunakan (Channel) Dilain pihak seorang praktisi PR harus memikirkan juga penggunaan media komunikasi massa yang paling cocok dipakai untuk menyampaikan serta menyebarkan pesan komunikasi kepada publik, seperti radio, televisi, film dan surat kabar. Oleh karenanya seorang praktisi PR perlu mengetahui sedikit banyak kelemahan dan keunggulan dari masing-masing media komunikasi massa tersebut. Sasaran Komunikasi Sasaran komunikasi program Talk Time ini dibuat, PR kan menyiapkan internal publik dan eksternal publik khususnya dalam menyiapkan program talk time ini
76
Internal Publik: a. Publik karyawan b. Publik pemegang saham Eksternal Publik: i.
Khalayak Pemerintah: Dalam hubungan perusahaan dengan pemerintah, sangatlah berperan besar terutama di industri telekomunikasi hal ini terkait dengan badan regulasi telekomunikasi khususnya menyangkut ijin dan lisensi Seperti : BRTI, POSTEL
ii.
Khalayak Finansial: PR perlu memahami khalayak finansial karena bisa jadi dapat memiliki peran langsung dalam berhubungan dengan para kreditor dan komunitas keuangan umum dan khalayak ini tentulah penerima atau sasaran sebagian dari program-program komunikasi yang akan dijalankan . Seperti : Investor, Analis dan Kreditor
iii.
Pelanggan Jelas bahwa tidak ada organisasi yang tidak akan bertahan tanpa pelanggan, jelas pengelolaan reputasi dengan pelanggan dan pendekatan terintegrasi untuk mengelola reputasi perusahaan dan menghasilkan program kampanye yang berhasil
77
Seperti : Pemakai akhir, Distributor iv.
Khalayak Komunitas Pada program talk time ini jelas penting sekali peran serta khalayak komunitas untuk mengembangkan issue – issue yang akan disampaikan kepada masyarakat sehingga tercapainya tujuan dari program yang akan dibuat/ Seperti : Organisasi-organisasi Telekomunikasi
v.
Media Hubungan
baik
dengan
media
merupakan
faktor
penting
pelaksanaan program PR. Seperti: Media Cetak, Media Radio, Televisi Dengan demikian diharapkan apabila identitas publik yang menjadi sasaran dan kegiatan komunikasi sudah ditentukan atau diketahui maka tahap berikutnya dalam proses penerimaan pesan komunikasi akan mudah diterima dan dimengerti publik. Perencanaan jangka panjang yang baik akan menghasilkan hal – hal berikut ini: 1.
Sebuah
program
terintegrasi
dimana
usaha
keseluruhan
menghasilkan penyelesaian yang pasti menuju tujuan spesifik 2.
meningkatnya partisipasi dan dukungan manajemen
3.
penekanan program yang bersifat lebih positif daripada defensif
4.
pendahuluan yang baik mengenai pemilihan tema, waktu dan taktik
78
Melalui kutipan diatas jelas sangat diperlukan perencanaan yang baik sebelum program dilakukan.
STRATEGI “TALKTIME” Membutuhkan beberapa fase untuk mengubah konsep berpikir pelanggan. Esia harus merubah penggunaan term ‘Pulsa” dan menggantinya dengan “talktime”.
Reaksi pelanggan yang diharapkan: “WOW! Saya salah selama ini. Saya akhirnya mengerti bahwa yang penting adalah “Talk Time”, bukannya “Pulsa” atau Rupiah. Saya sekarang yakin bahwa Esia adalah produk untuk saya
Phase 2:
TALKTIME
Kenapa pulsa salah? + Kenapa Talktime itu penting?
Phase 1:
Pulsa
Pulsa adalah salah
Fase-fase di atas sangat penting, karena konsep dan pengertian pelanggan harus diubah secara total. Konsep konsep yang salah tentang “Pulsa” harus dihapus dari benak pelanggan sebelum mereka bisa menerima konsep baru: “Talktime”
diambil dari bahan konferensi pers ke wartawan
Pesan – pesan yang ingin disampaikan Esia melalui programi ini adalah: Pulsa salah! Pulsa bisa menipu Anda. Besarnya jumlah pulsa bukan berarti waktu bicara lebih lama. Talktime adalah lama bicara, yang sebenarnya dibutuhkan oleh pelanggan. Talktime tidak akan mengecoh! Bandingkan TalkTime dengan operator lain Esia TalkTime-nya paling lama. Adapun tujuan dari Program ” Talk Time” ini adalah :
79
1. Menjadikan 'TalkTime' sebagai prioritas utama di benak konsumen pada saat mereka memilih operator telekomunikasi 2. TalkTime akan mempengaruhi posisi Esia dan kompetitor-nya 3. Karena dapat dibuktikan bahwa TalkTime Esia terlama, Esia akan memiliki posisi yang lebih baik untuk bersaing di pasar. Karena Sosialisasi Talk time ini akan berlangsung jangka panjang dan istilah yang digunakan yaitu mengubah konsep berfikir pelanggan mengenai pulsa yang sudah terjadi bertahun-bertahun dengan istilah yang benar yaitu waktu bicara atau ”Talktime”. Dibutuhkan beberapa fase untuk mengubah konsep berfikir pelanggan. Diungkapkan oleh Informan Krisna Zulkarnain: Sosialisasi Talk Time ini yaitu mengubah konsep berfikir pelanggan yang selama ini salah dengan istilah pulsa dan mengganti dengan istilah yang benar yaitu Talktime. Dibutuhkan beberapa fase untuk mengubah konsep berfikir pelanggan. Fase pertama adalah : Pulsa adalah Salah, Fase ke dua : Kenapa Pulsa salah Kenapa Talk time itu Penting. Fase Ketiga yaitu menunjukkan kepada masyarakat bahwa talk time esia paling lama. Fase-fase tersebut sangat penting, karne konsep dan pengertian pelanggan harus diubah secara total. Konsep yang salah tentang pulsa harus dihapus dari benak pelanggan sebelum mereka bisa menerima konsep baru : Talk Time. Berdasarkan ungkapan diatas jelas diperlukan strategi yang tepat untuk mengimplementasikan program Talk Time ini, adapun seperti dijelaskan diatas fase tersebut adalah : a.
Fase pertama adalah : Pensosialisasian kepada publik bahwa bahwa Pulsa adalah Salah, Publik akan bertanya-tanya kenapa pulsa itu salah
80
b.
Fase ke Kedua: Kenapa Pulsa salah Kenapa Talk time itu Penting.
Menjelaskan kepada publik mengapa pulsa itu salah dan publik menyadari bahwa mereka salah selama ini, yang paling penting bukannya ”Pulsa” atau rupiah namun yang penting adalah waktu bicara ”Talk Time” Fase-fase tersebut sangat penting, karena konsep dan pengertian publik harus diubah secara total. Konsep yang salah tentang pulsa harus dihapus dari benak pelanggan sebelum mereka bisa menerima konsep baru : Talk Time. Informan Krisna, VP Marketing BTEL mengungkapkan bahwa : Program talk time ini bertujuan untuk meningkatkan market share dan meningkatkan brand awarness: Top of Mind, Spontaneous Awarness, Aided Awarness Informan A. A. Noorman Iljas Iljas sebagai GM Corporate Communication BTEL menambahkan : Tujuan dari sosialisasi ini yaitu esia menjadi trend setter pengkomunikasian yang benar karena talk time sendiri memang merupakan istilah sebenarnya dibandingkan dengan istilah pulsa. Berdasarkan ungkapan diatas jelas tujuan dari program talk time ini luas sekali karena tidak hanya menjadi trendsetter tapi juga menjadikan Esia operator telepon nomor satu melalui top of mind public c. Fase Ketiga Fase Ketiga akan menjelaskan bahwa “Talk time” esia adalah yang paling lama. Pada Fase ini akan menjelaskan kepada public bahwa waktu bicara esia paling lama dibandingkan dengan operator telepon lainnya.
81
Dalam melaksanakan program “Talk Time” perencanaan ke media adalah : Perencanaan Media 1. Kampanye Esia: 14 Agustus - 4 September 2005 2 -30 Oktober 2005 2. Televisi : Phase I : TVC 5 Detik : 21 Agustus – 4 September 2005 Phase II : TVC 30 Detik : 28 Agustus -16 Oktober 2005 3. Koran : Kompas terbit 28 Agustus 2005 Pikiran Rakyat terbit 28 Agustus 2005 4. Tabloid: Nova : 4 September & 18 September 2005 5. Majalah : Tempo : 11 September & 25 September 2005
Below the line Canvassin : Traffing Light: 21 Agustus 2005 Mall & Campuss tour: 18 september ,25 September dan 2 Oktober 2005 Radio: Talk show : 18 September, 25 September & 2 Oktober 2005 PR : Talk time discussion : 28 Agustus 2005 Kampanye Esia : 4 September 2005
82
4.2.3 Aksi dan Impelementasi Komunikasi Proses kegiatan PR adalah ditujukan untuk usaha bagaimana mengambil tindakan
dan
mengkomunikasikannya.
Tahap
ketiga
ini
melibatkan
pengimplementasian program tindakan dan komunikasi yang dirancang untuk mencapai tujuan program.
Siapa yang melakukannya, kapan dimana dan serta
bagaimana. Informan Nadia Mars Mengungkapkan : Program – program PR yang kita jalankan yaitu pertama kali kita bekerja sama dengan suatu badan telekomunikasi untuk dapat membantu mengkomunikasikannya kepada publik, karena kita semua tahu program ini akan berhasil jika ada seorang pakar telekomunikasi yang bicara mengenai talk time, selain dari sisi event-event yang kita laksanakan. Informan Nadia Mars terlihat menegaskan bahwa keberhasilan suatu program tidak hanya dari event-event yang kita jalankan namun peran serta orang yang dianggap expert dalam bidang tersebut sangat penting untuk mensuseskan jalannya program talk time ini. Program –program “Talk Time” yang dijalankan dari sisi PR yaitu :
1. Konferensi Pers Konferensi pers ini dengan para wartawan dan pakar telekomunikasi Pada saat akan mengeluarkan program “Talk Time” PR mengadakan konferensi pers dengan mengundang media-media di Jakarta dan diluar Jakarta hal ini bertujuan agar konsep yang telah dibuat oleh BTEL dan apa
83
yang akan di umumkan ke publik sama. Maka perlu diadakan konferensi pers untuk menjelaskan kepada pers mengenai tujuan dari program “Talk Time” ini , fase – fase program ini dan strategi – strategi dari program talk time ini . 2. FGD, Focus Group Discussion Focus Group Discussion adalah langkah dari kontak pribadi dan informan kunci sampai ke pertanyaan kelompok untuk ide dan umpan balik. BTEL menggunakan FGD ini untuk mengeksplorasi bagaiman orang bereaksi atas usulan atau program “Talk time” yang akan dibuat Esia.
Program ini
bertujuan untuk brainstorming mengenai konsep “Talk Time” yang dikeluarkan oleh BTEL. Fokus group ini mewakili pendekatan yang lebih terstruktur mereka mendiskusikan hal dan program talk time. Kekuatan utama dari FGD ini adalah diskusi yang terbuka, spontan dan mendetail yang diciptakan. 3. Kerjasama dengan badan asosiasi telekomunikasi Melakukan komunikasi intensif dengan badan asosiasi telekomunikasi untuk mendapatkan pemahaman yang menyangkut dengan regulasi dan issue – issue dalam dunia telekomunikasi. 4. Talk show e life style metro tv dengan pembicara Roy Suryo sebagai pakar telekounikasi. Mengadakan “Talk Show” mengenai “Talk time” dengan menghadirikan Presiden Direktur BTEL dan Direktur BTEL .
84
Informan Krisna Zulkarnain mengungkapkan strategi-strategi dari Program Talk Time yang terbagi dalam tiga fase adalah adalah dan terbagi atas Above The Line dan Below The Line, Above The Line yaitu iklan media seperti : Iklan TV, Iklan Radio, Print- ad. dan Below the Line yaitu : berbagai bentuk komunikasi yang tidak hanya berhuhubungan denga sales, namun perpaduan dari sales promosi dan public relations 51
Below The Line berhubungan dengan budget PR. Adapun Fase Pertama terdiri dari : 1. Above The Line : 4 versi TVC berdurasi 5 detik 2. Print ad : 3 versi dari 3 seri campaign 3. Below the line : 2 event yang menciptakan buzz Detail Program Kampanye Fase Pertama : 1. Kampanye Esia: 14 Agustus - 4 September 2005 2. Televisi : Phase I : TVC 5 Detik : 21 Agustus – 4 September 2005 3. Koran : Kompas terbit 28 Agustus 2005 Pikiran Rakyat terbit 28 Agustus 2005 4. Tabloid: Nova : 4 September 2005 Bola : 4 September 2005 Pulsa : 11 September 2005 5. Majalah : Tempo : 11 September
51
Smith, PR. Marketing Communication An Integrated Communications, Kogan Page, London. Hal: 20
85
Below the line Canvassing : 21 Agustus – 4 September 2005 Traffing Light : 21 Agustus 2005
Radio: Talk show : 18 September, 25 September & 2 Oktober 2005
PR : Talk time discussion : 28 Agustus 2005
Fase Kedua Pada fase kedua kita akan menjelaskan komunikasi yang pertama yaitu pulsa itu salah, kita akan menjelaskan kenapa pulsa itu salah dan kenapa Talk Time itu penting. Adapun Fase II akan terdiri dari 1 Above The Line : Versi TVC berdurasi 30 detik 2. Print : 3 versi dari 3 halaman print campaign 3. Below the Line : road show mall to mall
Detail Kampanye Fase Kedua Above The Line 1. Kampanye Esia: 2 -30 Oktober 2005 2. Televisi : TVC 30 Detik : 28 Agustus -16 Oktober 2005 3. Tabloid: Nova : 4 September & 18 September 2005 4. Tempo :25 September 2005
86
Below the line Event: HP Mall tour 11,18 dan 25 September 2005 Radio: Talk show : 18 September, 25 September & 2 Oktober 2005
PR : Kampanye Esia : 4 September
Fase Ketiga: Pada fase ketiga akan mengkomunikasikan bahwa dengan esia publik mengetahui bahwa dengan Esia memiliki waktu bicara yang paling lama •
Above The Line: 2 versi TVC 30 Detik2 versions of 30’s TVC
Print ad : 3 versi kampanye ½ halaman di surat kabar Pesan – pesan yang akan disampaikan pada program Talk Time ini adalah : 1. Pulsa Salah ! Pulsa dapat menipu anda 2. Besarnya jumlah pulsa bukan berarti waktu bicara lebih lama 3. Talktime adalah lama bicara yang sebenarnya dibutuhkan pelanggan. Talktime tidak akan mengecoh! 4. Bandingkan Talktime dengan operator lain 5. Esia Talk Time-nya paling lama. Fase – fase ini
akan membawa pelanggan untuk merubah konsep dan
pengertiannya dari Pulsa menjadi TalkTime.
Fase pertama akan membuat rasa
penasaran, yang kedua menjelaskan kenapa salah dan menunjukkan yang mana yang
87
benar, fase ketiga menunjukkan bahwa Esia Talk Time nya paling lama. Dalam pengkomunikasian kepada publik kekuatan Strategy yang dalam hal ini adalah strategy komunikasi. Memanfaatkan data valid, menggabungkannya dengan insight serta kemudian mengolahnya dari point of view komunikasi yang berbeda serta membuat eksekusi kreatif yang menyentuh
88
Media Plan MEDIA/MEDIUM ESIA CAMPAIGN ANCHOR EVENT TELEVISION TV Break: Mon 22nd Aug phase 1 TVC 5 sec phase 2 TVC 30 sec PRINT Newspaper Print Break: Tues 30th Aug Kompas Pikiran Rakyat Nova Tabloid Bola Pulsa Magazine Tempo
AUGUST SEPTEMBER OCTOBER w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30 Independent Day Festive
Launch Talk Time
BTL Event break: Mon 22nd Aug Canvassing Traffic light Mall & Campus Tour Radio TalkShow PR Talktime discussion Esia Campaign
didapatkan dari hasil wawancara dengan informan
89
PHASE 1 MEDIA/MEDIUM ESIA CAMPAIGN ANCHOR EVENT TELEVISION TV Break: Mon 22nd Aug phase 1 TVC 5 sec phase 2 TVC 30 sec PRINT Newspaper Print Break: Tues 30th Aug Kompas Pikiran Rakyat Nova Tabloid Bola Pulsa Tempo Magazine
AUGUST SEPTEMBER OCTOBER w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30 Independent Day Festive
Launch Talk Time
BTL Event break: Mon 22nd Aug Canvassing Traffic light Mall & Campus Tour Radio TalkShow PR Talktime discussion Esia Campaign
didapatkan dari hasil wawancara dengan informan
90
PHASE 2 MEDIA/MEDIUM ESIA CAMPAIGN ANCHOR EVENT TELEVISION TV Break: Mon 22nd Aug phase 1 TVC 5 sec phase 2 TVC 30 sec PRINT Newspaper Print Break: Tues 30th Aug Kompas Pikiran Rakyat Nova Tabloid Bola Tempo Magazine
AUGUST SEPTEMBER OCTOBER w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30 Independent Day Festive
Launch Talk Time
BTL Event break: Mon 22nd Aug Canvassing Traffic light HP Mall Tour Radio TalkShow PR Talktime discussion Esia Campaign
didapatkan dari hasil wawancara dengan informan
91
Below The Line & Radio AUGUST SEPTEMBER OCTOBER w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c w/c Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun Sun 7 14 21 28 4 11 18 25 2 9 16 23 30
MEDIA/MEDIUM BTL Event break: Mon 22nd Aug Canvassing Traffic light Mall & Campus Tour Radio TalkShow
didapatkan dari hasil wawancara dengan informan
92
4.2.4. Evaluasi Program
Pada tahap akhir proses kegiatan komunikasi seperti yang telah diungkapkan pada Bab II adalah mengarah kepada usaha untuk menilai kembali sejauh mana pesan komunikasi yang disampaikan kepada publik tersebut dapat diterima. Ditahap ini fokuskan kepada usaha untuk menilai terhadap kebijaksanaan dan langkah yang sudah diambil, melalui fakta atau data dan melalui kegiatan evaluasi. Berdasarkan dengan hasil informasi dengan informan pada kampanye Talk time ini tidak dilakukan evaluasi secara khusus, namun evaluasi dilakukan secara luas menyatu pada program – program lainnya: Evaluasi program kampanye ini dilakukan dengan: 1. Brand Tracking Awarness oleh TNS Brand Tracking ini untuk mengetahui awarness public mengenai produk Tahun 2006 dari hasil kutipan wawancara dengan CEO BTEL Bp. Anindya Bakrie dari Laporan Tahunan BTEL 2006: Kesadaran masyarakat terhadap produk BTEL (Brand Awarness) menempati urutan kedua di industri telekomunikasi. 2. Monitoring Berita dari Pemberitaan – pemberitaaan hasil press release Monitoring ini dengan membuat kliping mengenai pemberitaanpemberitaan dunia telekomunikasi Monitoring ini dibuat secara luas tidak selalu kliping dan analisa mengenai program “Talk Time” saja namun juga mencakup keseluruhan berita tentang dunia telekomunikas. Monitoring berita ini dilakukan dengan membuat kliping dan menyimpan hasil kliping
93
berita itu di dalam CD, kemudian CD tersebut disimpan oleh bagian Corporate Communication. Monitoring berita ini dilakukan setiap minggu setiap CD berisi berita dunia telekomunikasi selama satu minggu. Media ini tidak hanya dari Jakarta atau daerah Jawa saja tetapi juga berita – berita telekomunikasi diluar pulau jawa. Hal ini ditegaskan oleh Retno Safitri, Corporate Coomunication Esia: Monitoring berita ini kita lakukan untuk selain mengecek berita-berita yang kita buat releasenya juga selain itu kita dapat menganalisa beritaberita diluar Bakrie Telecom namun tetap dalam industri telekomunikasi untuk mengetahui issue-issue yang ada di industri telekomunikasi yang nantinya akan berpengaruh terhadap strategi – strategi yang dikeluarkan oleh BTEL. Berikut ini beberapa release berita yang berhubungan dengan evaluasi dan suksenya program Talk time. Dari kutipan Ungkapan Wakil Direktur BTEL Eric Meijer dalam Siaran Pers Republika 11 Agustus 2007 : BTel, tampaknya tengah melakukan campaign bahwa tarif murah tidak identik dengan kualitas jaringan maupun layanan yang juga 'murah'. Maklumlah, BTel pada dua tahun terakhir ini gencar mengkampanyekan talktime murah. Kampanye BTel terbukti berhasil. Tahun 2006, BTel membukukan pertumbuhan pelanggan dan pendapatan yang signifikan, dari 486,6 ribu tahun 2005, naik menjadi 1,547 juta pada tahun 2006. Tahun ini dengan memegang lisensi nasional, BTel mematok target 3,6 juta pelanggan. BTel optimis sasaran itu tercapai. BTel, menurut Wakil Dirut Erik Meijer, telah memberikan nuansa baru dalam tarif percakapan telepon yang terjangkau. Talk time sebesar Rp
94
50/menit atau Rp 1000/jam menjadi acuan yang mendorong turunnya tarif percakapan telepon di Indonesia. Benar kata Erik, konsep Talktime yang diusung BTel memberi nuansa baru pada industri seluler. Indikasinya, kompetitornya ramai-ramai menawarkan tarif murah. Dukungan serupa juga didapat dari Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia melalui http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/042007/26/1101.htm
Beberapa waktu lalu, BRTI memang mengusulkan agar Telkom mengubah standar tarif dari perhitungan pulsa menjadi durasi menit. Menurut anggota BRTI, Heru Sutadi, perubahan ini dimaksudkan agar perhitungan tagihan telepon pelanggan lebih murah dan transparan. Pada intinya, dengan pemberlakukan standar baru ini operator dituntut untuk lebih menyederhanakan dasar penetapan tarif telepon. Dalam usulan BRTI juga disampaikan penghapusan batas waktu percakapan. Sebab, menurut dia, biaya operasi untuk percakapan siang dan malam yang dikeluarkan oleh operator sebenarnya sama. Pembedaan biaya yang selama ini dilakukan dinilai sebagai salah satu cara untuk mengatur kesibukan lalu lintas percakapan. Terlebih, dengan adanya penambahan bandwidth Telkom, kesibukan lalu lintas percakapan pada siang dan malam sudah bisa diatasi, sehingga penghapusan perbedaan waktu pun tidak berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi meski dilakukan saat jam sibuk. Sesuai dengan ungkapan diatas jelas bahwa BRTI sudah mendukung dan menyetujui perhitungan pulsa menjadi durasi menit (waktu bicara)
BRTI adalah Sebuah Badan Regulasi Mandiri (IRB-Independent Regulatory Body) yang diharapkan dapat melindungi kepentingan publik (pengguna telekomunikasi) dan mendukung serta melindungi kompetisi bisnis telekomunikasi sehingga menjadi sehat, efisien dan menarik para investor. Di sahkan tanggal 11 Juli 2003 melalui Keputusan Menteri Perhubungan No.31/2003 .
95
Dari kutipan press release CEO BTEL, Bp. Anindya Bakrie mengungkapkan bahwa:
http://www.bakrietelecom.com/media_center/press_release/pendapatan_bersih_bakrie_ telecom_tumbuh_507_60.html
Jakarta, Juni 2006 Tahun 2005 menjadi awal tahun kebangkitan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Kondisi keuangan perusahaan membaik dan jumlah pelanggan terus bertambah menjadikan BTEL sebagai operator telekomunikasi yang mulai dilirik keberadaannya. Tak heran jika pada masa penawaran saham (bookbuiling) yang dilakukan BTEL Januari lalu saham perusahaan mengalami oversubscribed sebanyak 7,9 kali. Anindya Bakrie, Direktur Utama PT. Bakrie Telecom Tbk menjelaskan pendapatan bersih perusahaan (net revenue) tahun 2005 mencapai Rp 244 milyar, atau meningkat sebesar 50,7% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 162 milyar. Demikian pula dengan pendapatan kotor (gross revenue) yang meningkat 34,2% atau berkembang dari Rp 275 miliar di tahun 2004 menjadi Rp 369 miliar di tahun 2005. Pendapatan kotor ini 5,1% di atas proyeksi keuangan tahun 2005 sebesar Rp 351 miliar. Menurut Anindya pada paparan di hadapan para pemegang saham perusahaan di RUPS pertama BTEL kemarin di Jakarta, peningkatan pendapatan tersebut antara lain diakibatkan oleh peningkatan jumlah pelanggan Bakrie Telecom yang tumbuh hingga 153,6% selama tahun 2005. Pelanggan Bakrie Telecom meningkat dari 192 ribu di tahun 2004 menjadi 487 ribu di tahun 2005. Pencapaian jumlah pelanggan ini juga sekaligus mencatat 19,3% di atas target yang semula dicanangkan, yaitu sebesar 408 ribu pelanggan. “Keberhasilan kampanye Talk Time dan paket kerjasama pemasaran menunjukkan pada kami bahwa paket-paket yang dibuat dengan unik, berdasarkan kebutuhan real masyarakat akan mendapat respon positif dari pasar. Karena itu kami selalu berusaha untuk
96
memberikan pada masyarakat apa yang sebenarnya mereka inginkan. Sederhananya, better products, better service and lower prices”, jelas Anindya. Kampanye Talk Time yang diperkenalkan pada awal bulan September 2005 telah meningkatkan aktivasi pelanggan hingga kini rata-rata pertambahan pelanggan Esia mencapai 3 ribu orang per hari. Kampanye Talk Time merupakan upaya edukasi Bakrie Telecom untuk memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa yang terpenting ketika memilih produk operator telepon bukan pada besarnya nilai pulsa tapi pada berapa lamanya waktu bicara yang ditawarkan oleh operator telepon tersebut.
Berdasarkan kutipan tersebut diatas jelas terlihat keberhasilan program Talk Time yang juga telah ditekankan CEO PT. Bakrie Telecom Bp. Anindya Bakrie.
3. Hasil – hasil laporan keuangan 2005
Dari hasil laporan keuangan 2005 didapatkan bahwa kenaikan pelanggan Esia setelah program Talk Time dari kutipan Laporan Tahunan Bakrie Telecom 2005 meningkat sebesar 424% menjadi .372.129 pada akhir tahun 2005. Menurut kutipan ungkapan Bp. Anindya Novyan Bakrie pada Laporan Tahunan 2005: Pendapatan usaha kami meningkat 34% dari 275 milyar diakhir tahun 2004 menjadi 369 milyar di akhir tahun 2005, sementara pendapatan usaha bersih kami juga tumbuh 51% dari Rp. 161,7 milyar menjadi Rp. 243,7 milyar . 4. Hasil Laporan Keuangan 2006 Dilihat dari hasil Laporan Keuangan BTEL menunjukkan bahwa terjadi peningkatan menjadi 1.547.557 pelanggan pada akhir tahun 2006, atau 19% lebih tinggi dari target internal yaitu 1,3 juta pelanggan dan peningkatan
97
218% dari tahun 2005. Pertumbuhan ini menghasilkan pendapatan usaha sebesar Rp. 829,4 milyar pada tahun 2006, meningkat secara signifikan dari Rp. 369,0 miliar di tahun 2005. 4.3
Pembahasan Dalam melakukan kampanye “Talk time” BTEL, dari hasil penelitian penulis
melihat BTEL telah menjalani 4 tahapan oleh Allen H. Center dan Scott N. Cutlip dalam bukunya Effective Public Relations. ”Talk Time” merupakan istilah yang sudah sering digunakan di Negara lain untuk menghitung berapa lama sesorang “on air” dengan orang lain lewat telepon. Pada proses penemuan fakta dilakukan secara intensif dan melibatkan beberapa pihak.
Dijelaskan Strategi “Talk Time” sebagian besar awalnya keluar dari VP
Marketing Krisna Zulkarnain yang kemudian ide tersebut diramu bersama tim dan diimplementasikan bersama dengan tim humas. Munculnya program tersebut awalnya dilihar bahwa pelanggan Esia yang sangat tidak signifikan dan memerlukan suatu program yang berbeda dengan program operator lainnya dengan konsep distruptive innovasion atau inovasi yang tidak biasa untuk mendapatkan lonjakan pelanggan secara cepat dan dapat bersaing dengan operator telepon lainnya Karena bila BTEL tetap melaksanakan program kampanye yang telah dilakukan oleh operator lainnya maka tidak akan terjadi lonjakan pelanggan yang sangat siginifikan Pada perencanaan dan pemograman talk time meliputi tiga fase strategi dengan mengadakan talk show radio dan televisi , media koran radio dan televisi dan event dari kampus ke kampus. Fase – fase tersebut
akan membawa pelanggan untuk
98
merubah konsep dan pengertiannya dari Pulsa menjadi “TalkTime”. Fase pertama akan membuat rasa penasaran, yang kedua menjelaskan kenapa pulsa itu salah dan menunjukkan yang mana yang benar dan fase ketiga akan menjelaskan bahwa waktu bicara esia paling lama. Fase – fase tersebut sangat penting karena BTEL mempunyai presepsi masyarakat akan istilah pulsa yang hal ini
mengubah
sudah berlangsung selama
beberapa tahun sebelum menjadi konsep waktu bicara atau talktime. Strategi tersebut terdiri dari above the line dan below the line yang implementasinya merupakan kerjasama sinergi antar marketing dan public relations Dalam proses komunikasi kepada publik yang sesuai dengan perencanaan terdiri dari tiga fase. Komunikasi ke publik dilakukan dengan press release, iklan tv, talk show radio dan televisi, talk show di sekolah-sekolah. Selain komunikasi yang dilakukan terhadapa masyarakat juga dilakukan komunikasi terhadap internal perusahaan yaitu karyawan BTEL, komunikasi ini dilakukan melalui sebuah acara yang diumumkan secara khusus mengenai program “Talk Time” agar karyawan pun memahami istilah waktu bicara sehingga nantinya dapat membantu perusahaan untuk mengkomunikasikannya kepada publik. Proses komunikasi ini juga melibatkan asosiasi telekomunikasi dan pakar telekomunikasi Roy Suryo agar masyarakat lebih percaya dan yakin akan edukasi yang diberikan BTEL. Proses pengevaluasi program “Talk Time” tidak dilakukan secara khusus namun dilakukan secara luas bersama program – program lainnya. Evaluasi program ini dilakukan dengan melihat dari berbagai sisi yaitu meningkatnya jumlah pelanggan
99
esia yang meningkat secara signifikan, brand awarness masyarakat terhadap Esia yang mencapai posisi kedua di industri telekomunikasi , monitoring berita-berita dan laporan tahun BTEL 2005 & Laporan Tahunan Bakrie Telecom 2006
100
BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi Marketing Public Relations BTEL dalam mendukung promosi program Talk time Esia (Periode Agustus 2005-Juni 2006). Berdasarkan hasil observasi, wawancara dengan informan dan dari klipingkliping pemberitaan mengenai program Talk Time, beberapa kesimpulan bisa ditarik dari penelitian yang sudah dilakukan. Kesimpulan – kesimpulan itu adalah sebagai berikut : 1. Kampanye Talk Time ini merupakan kampanye yang dipersiapkan dengan melibatkan sampai ke tingkat direksi untuk penentuan keputusan program maupun budget. 2. Dalam merencanakan program talk time strategi talk time ini terdiri dari tiga fase penting yang bertujuan mengubah presepsi masyarakat akan istilah pulsa menjadi waktu bicara (Talk Time) fase ketiga akan menunjukkan bahwa waktu bicara esia paling lama. 3. Dilihat dari hasil analisa program PR ini mencangkup keseluruhan konsep MPR sebagaimana dijelaskan sebelumnya, merupakan perpaduan sinergi antara pelaksanan program dan strategi pemasaran dengan aktivitas kerja PR dalam upaya meluaskan pemasaran dan demi mencapai kepuasan konsumennya dari hasil penelitian terlihat berlangsungnya program ”Talk Time” ini merupakan sinergi antara divisi marketing dan Public Relations untuk melengkapi satu
101
dengan lainnya sehingga program ”Talk Time” dapat sukses walaupun peranan ini tidak luput dari performance perusahaan untuk terus meningkatkan layanan jaringan network yang baik sehingga publik merasa puas dan akan terus memakai Esia. Karena apabila walaupun semua program yang dijalankan dari marketing dan PR baik apabila perusahaan tidak terus meningkatkan fasilitas networknya tidak akan terjadi kenaikan pelanggan yang sangat signifikan pada tahun 2006. 4. Evaluasi program talk time tidak dilakukan secara khusus namun secara luas menyatu dengan program – program Esia lainnya. 5. Keberhasilan dari program Talk Time yang terlihat dari peningkatan jumlah pelanggan Esia setelah program Talk time yang pada akhir tahun 2004 sejumlah 192.029 pelanggan , akhir tahun 2005: 486.604 pelanggan dan pada akhir tahun 2006 : 1.547.557 pelanggan
dan awarness masyarakat terhadap
produk Esia yang menempati di posisi kedua di industri telekomunikasi. 5.2 Saran Setelah meneliti kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran
yang
mungkin berguna bagi perusahaan. Adapun saran-saran tersebut adalah : 1. Mempertahankan dan meningkatkan program – program Esia dengan inovasiinovasi yang lebih menarik agar Esia dapat menjadi yang terdepan di dunia operator khususnya CDMA
102
2. Melakukan evaluasi kampanye program secara khusus yang dapat menjadikan tolak ukur dan pembanding untuk program – program kedepannya agar tidak terulang kembali apabila ada keselahan dari program sebelumnya. 3. Memperluas jaringan coverage dan selalu memperbaiki network agar dapat menjadi yang terdepan di operator CDMA, serta hal ini juga dapat menciptakan loyalitas pelanggan esia.
103