STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(S OP) NENAS KABUPATEN SUBANG REVISI 1
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jalan Surapati 71 Tlp. (022) 2503884 Fax. (022) 2500713
BANDUNG 2008
KATA PENGANTAR REVISI 1 Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu sentra produksi nenas di Indonesia. Nenas merupakan komoditas buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Daya serap pasar (konsumen) yang semakin tinggi mengindikasikan agribisnis ini mempunyai prospek cerah. Untuk pengembangan usaha nenas skala komersial, baik secara agribisnis maupun agroindustri, diperlukan perencanaan yang cermat, terutama dalam hal teknik budidayanya. Buku Standar Operasional Prosedur (SOP) Nenas Kabupaten Subang telah disusun pada bulan Desember 2004 sebagai bahan informasi yang memuat tentang budidaya nenas yang baik dan benar mulai dari pembibitan sampai penanganan pasca panennya sebagai pedoman bagi para petani. Dalam perjalanannya selama lebih dari 3 (tiga) tahun, ternyata dijumpai beberapa kekurangan dan ada bagian-bagian yang harus diperbaiki sesuai dengan perkembangan teknologi. Buku SOP Nenas ini merupkan hasil revisi 1 dari Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah disusun tersebut. Buku SOP ini masih belum sempurna, oleh karena itu sumbang saran dari pembaca atau pelaku usaha sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan buku ini. Akhirnya, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Lembang, 26 Mei 2008 Tim Penyusun
i
KATA PENGANTAR Mutu produk buah merupakan bagian integral dari subsistem produksi buah-buahan yang tidak dapat dipisahkan. Produk buah akan mempunyai daya saing apabila dibarengi dengan adanya standar mutu dan jaminan mutu terhadap konsumen. Dalam perdagangan dunia, standar dan jaminan mutu buah merupakan persyaratan pokok yang harus dipenuhi. Buku Standar Prosedur Operasional (SPO) Nenas Kabupaten Subang ini memuat keterangan alur proses budidaya dan penanganan pasca panen buah nenas segar jenis Smooth Cayenne di Subang. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Dinas Pertanian Kabupaten Subang, BPTP Jawa Barat serta instansi lain yang terkait yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini. Kami menyadari sepenuhnya buku ini jauh dari sempurna maka kami mengharapkan masukan yang mendukung perbaikan untuk buku ini dikemudian waktu. Semoga buku ini bermanfaat. Jakarta, Desember 2004 Direktur Tanaman Buah
Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR....................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................ ii DAFTAR GAMBAR......................................................................... iii PENDAHULUAN............................................................................ iv STANDAR MUTU NENAS............................................................... v STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) I.
Pemilihan Lokasi.................................................................
II.
Pemilihan dan Pengkelasan Benih ........................................
III.
Persiapan Lahan (Pembersihan)...........................................
IV.
Persiapan Lahan (Pengajiran) ..............................................
V.
Persiapan Lahan (yang menggunakan sistem bedengan).......
VI.
Penanaman.... ....................................................................
VII. Sanitasi Lahan.................... ................................................ VIII. Pemupukan........................................................................ IX.
Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu ...........................
X.
Forcing..............................................................................
XI.
Panen................................................................................
XII. Sortasi dan Pengkelasan..................................................... XIII. Pengkelasan Buah..............................................................
DAFTAR PUSTAKA TIM PENYUSUN
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Pembersihkan Lahan
Gambar 2.
Pola Jarak Tanam 1 Alur
Gambar 3.
Pola Jarak Tanam Ganda (2 Alur)
iii
TIM PENYUSUN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL NENAS SUBANG Tim Penyusun : 1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc 2. Ir. Sri Kuntarsih, MM 3. Dr. Ir. Sobir, Msi 4. Dr. Herdrajat 5. Haposan Simanjuntak, BSc 6. Ir. Atiek Saptiati, MM 7. Indra Husni, STP 8. Apriyanti Roganda, SP Kontributor : 1. Ir. Alan R. S 2. Ir. Agus Gunawan 3. Ir. Rahmat Sanjaya 4. Ir. Narli 5. Kelompok Tani Nenas Subang
TIM PENYUSUN REVISI 1 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NENAS SUBANG I.
PENANGGUNG JAWAB
II. III.
: Ir. Mia Resmiati Kepala Sub Dinas Hortikultura KETUA PELAKSANA : Ir. Hj. Poppy Farida A. Kepala Seksi Produksi Buahbuahan dan Aneka Tanaman TIM PENYUSUN/NARASUMBER :
1.
Ir. H. Slamet Martasasmita, MS
Penyuluh Pertanian Senior pada Sub Dinas Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
2.
Ir. Uneef Primadi
Seksi Pengembangan Benih Hortikultura pada UPTD BPBHAT
3.
Ir. Hj. Lilis Irianingsih, MP
Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
4.
Adang, SP, MP
Pelaksana pada Sub Dinas Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
5.
Dewi Ramdiani, SP, MM
Pelaksana pada Sub Dinas Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
6.
Juju Rukman, SP, MP
Pelaksana pada Sub Dinas Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
7.
H. Halim Diria
Pelaksana pada Sub Dinas Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
8.
DR. Neni Rostini
LPM UNPAD dan Anggota Tim Rencana Umum Strategi Nasional (RUSNAS) Nenas
9.
Ir. Deden Kuswandi
Kepala Sub Dinas Hortikultura Kabupaten Subang
10.
Yati Mulyati, SP
Kepala Seksi Sayuran dan Aneka Tanaman, Kabupaten Subang
11.
Nina Wahyunina, BSc
Kepala Seksi Buah-buahan, Kabupaten
Subang 12.
Andrie Anggraeni, SP
Pelaksana, Kabupaten Subang
13.
Novika Rukmi, SP
Pelaksana, Kabupaten Subang
14.
Arif Priyatna, SP
Pelaksana, Kabupaten Subang
15.
Ir. Dian Kudriana
Pengawas Benih Tanaman, Kabupaten Subang
16.
Juandi
Pelaksana KCD Pertanian Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang
17.
Nana Supriatna, SP
Pelaksana KCD Pertanian Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang
18.
Ade Sutardi
Pelaksana KCD Pertanian Kecamatan Subang, Kabupaten Subang
19.
Badrudin
POPT Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang
20.
Oman Sutarman
POPT Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang
21.
Maman Sopandi
POPT Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang
22.
Dedih Khidayat, SP
Penyuluh Pertanian pada BPP Jalancagak, Kabupaten Subang
23.
Naikim
Penyuluh Pertanian Muda / PPL UPPP Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang
24.
Ola Wahyudin
Penyuluh Pertanian Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang
25.
Ferry Agustian
Penyuluh Pertanian Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang
26.
Ana Nasir Munawar, STP
Koordinator Penyuluh Pertanian UPPP Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang
27.
Oboy K
Petani Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang
28.
W. Irianto
Petani Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang
29.
Warkam
Petani Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang
30.
Oman
Petani Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang
31.
Idit Mustopa
Petani Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang
32.
Ir. Narli
Petani Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang
33.
E. Suhendi
Petani Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang
34.
Elan Suherlan
Petani Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang
35.
Suryana
Petani Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang
36.
Jajang Karmana Saepuloh
Petani Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang
37.
Engkon Sukandi
Petani Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang
38.
Nining Ratnaningsing
Petani Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang
39.
P. Sukirman
Petani Kecamatan Sagalaherang, Kabupaten Subang
40.
A. Karsin
Petani Kecamatan Kasomalang, Kabupaten Subang
41
H. Ade Surachman
Petani Kecamatan Subang, Kabupaten Subang
IV.
EDITOR
: Andi Supandi Pelaksana pada Sub Dinas Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
PENDAHULUAN Nenas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu komoditi buah-buahan yang mudah dikembangkan dan banyak dibudidayakan di Kabupaten Subang. Hal ini disebabkan karena adanya kesesuaian agroklimat, sifat adaptasi yang tinggi dan mudah diperbanyak baik melalui mahkota buah, tunas buah, tunas tangkai buah, tunas batang, tunas akar dan metode batang beruas. Varietas yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Subang adalah Smooth Cayenne yang mempunyai rasa yang manis dan kandungan airnya lebih tinggi dibandingkan dengan nenas yang dibudidayakan di kabupaten lain. Sejak tanggal 3 Juli 2002 varietas ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul dengan nama varietas Subang. Di kabupaten Subang, nenas berkembang di beberapa kecamatan dengan ketinggian tempat dari 300 – 700 m dpl antara lain di kecamatan Jalancagak, Kasomalang, Serang Panjang, Sagalaherang, Cijambe, Cisalak dan Ciater dengan luas produksi masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal Tanaman Nenas dan Produksi Nenas di Tujuh Kecamatan di Kabupaten Subang Tahun 2007 Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Ciater Jalan Cagak Kasomalang Sagalaherang Serang Panjang Cisalak Cijambe Jumlah
800 2.250 280 65 5 98 1.000 4.498
40.000 126.000 14.000 3.250 250 2.500 50.000 236.000
Sumber : Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Subang, 2007
Buah nenas yang dikonsumsi segar dalam 100 gramnya mengandung kandungan gizi seperti tertera dalam Tabel 2. Tabel 2. Kandungan gizi buah nenas segar tiap 100 gram
Kandungan gizi (nutrisi) Jumlah Kalori 52.00 Kal. Protein 0.40 g Lemak 0.20 g Karbohidrat 16.00 g Fosfor 11.00 mg Zat Besi 0.30 mg Vitamin A 130.000 S.I Vitamin B1 0.08 mg Vitamin C 24.00 mg Air 85.30 g Bagian yang dapat dimakan 53.00 % (Bdd) (Direktorat Gizi Depkes R.I.,1998)
iv
STANDAR MUTU NENAS Target produksi yang ingin dicapai oleh petani Nenas di Subang dengan adanya SOP adalah 60 – 70 ton/ha. Sekarang ini produksi hanya sekitar 40 – 50 ton/ha, dan hanya sedikit petani yang produksinya bisa mencapai 60 – 70 ton/ha. Standar mutu Nenas Segar Subang (Smooth Cayenne) yang telah disepakati antara kelompok tani, produsen nenas dan aparat pemerintah (Pusat dan Kabupaten) adalah seperti pada Tabel berikut : No
Kriteria
1 2 3 4 5 6
Diameter (cm) Bobot (kg) Mahkota (cm) Brix (ekSOPr) (%) Brix (pabrik) (%) Tangkai buah (cm)
A 11 – 12,9 2 – 2,5 ≥ 10 ≥ 15 12 3-5
Standar (Grade) B C 10 – 10,9 ≤ 10 1,5 – 2 1 – 1,5 ≥ 10 ≥ 10 ≥ 15 ≥ 15 12 12 3-5 3-5
D ≤ 10 ≤1 ≥ 10 ≥ 15 12 3-5
Standar mutu nenas adalah SNI (Standar Nasional Indonesia) nomor 01-3166-1992. Standar Mutu Nenas adalah sebagai berikut : Karakteristik Kesamaan sifat varietas Tingkat Ketuaan
Kekerasan Ukuran Gagang Mahkota
Persyaratan Mutu I
Mutu II
Seragam
Seragam
Tua tapi tidak terlalu Tua tapi tidak terlalu matang dan tidak matang dan tidak lunak lunak Keras Cukup keras
Cara Uji Organoleptik Organoleptik
Organoleptik
Seragam, diameter min 9,5 cm Terpotong rapi
Kurang seragam
SP-SMP-309-1981
Terpotong rapi
Organoleptik
Satu, utuh, rapi, ukuran normal
Terpotong rapi
Organoleptik
Karakteristik
Persyaratan
Cara Uji
Mutu I
Mutu II
Kotoran
Bebas
Bebas
Organoleptik
Kerusakan, % (bobot/bobot) Maks.
5
10
SP-SMP-310-1981
Busuk, % (bobot/bobot) Maks Kadar Total Padatan Minimal
1
2
12
12
SP-SMP-31118981 SP-SMP-31218981
Kadar Gula Saat Panen
Refraktometer
v
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NENAS SUBANG Standar Operasional Prosedur Pemilihan Lokasi I.
Nomor SOP NS I Halaman 1/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
Pemilihan Lokasi
A. Definisi : Memilih lokasi tanam yang menjamin agar usaha produksi nenas dapat dioptimalkan dan mencegah kegagalan proses produksi, serta dapat menghasilkan buah sesuai dengan mutu yang ditetapkan. B. Tujuan : Mendapatkan lahan yang bebas dari penyakit endemis, subur dengan lapisan top soil tanah yang cukup tebal, tidak ternaungi dan banyak mengandung humus. C. Validasi : a. Pengalaman petani nenas Kabupaten Subang b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor D. Alat dan Bahan : Data iklim 10 tahun terakhir, pH meter E. Fungsi : a. Data iklim untuk mengetahui tingkat curah hujan dan suhu udara tahunan di suatu daerah. I-1
Standar Operasional Prosedur Pemilihan Lokasi
Nomor SOP NS I Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
b. pH meter untuk mengukur tingkat kemasaman tanah. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Menghubungi stasiun meteorologi terdekat mendapatkan data iklim 10 tahun terakhir. b. Mengukur pH tanah.
untuk
G. Sasaran: a. Rata-rata pH dari 5 lokasi pengukuran berkisar 5 - 6. b. Suhu rata-rata 210C – 270C dan curah hujan 3000 mm/tahun dengan jumlah bulan basah (curah hujan > 200 mm) 2 bulan dan bulan jumlah bulan kering (curah hujan < 100 mm) 7 bulan. c. Tanah aluvial, andosol, dan regosol coklat kemerahan atau merah.
I-2
Standar Operasional Prosedur Pemilihan dan Pengkelasan Benih
Nomor SOP NS II Halaman 1/3
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
II. Pemilihan dan Pengkelasan Benih A. Definisi : Memilih benih yang sehat dan berkualitas serta mempunyai daya tumbuh yang tinggi berdasarkan kelas benih. B. Tujuan : Untuk mendapatkan benih yang berkualitas dan mempunyai daya tumbuh yang baik, ukuran seragam, tidak mengandung penyakit dan berproduksi tinggi. C. Validasi : a. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. b. Pengalaman petani Nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat. D. Alat dan Bahan : Benih, alat ukur anakan E. Fungsi : a. Benih sebagai bahan untuk menghasilkan buah. b. Alat ukur anakan untuk mengukur dan mengkelaskan anakan.
II-1
Standar Operasional Prosedur Pemilihan dan Pengkelasan Benih
Nomor SOP NS II Halaman 2/3
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
F. Prosedur Pelaksanaan : a. Benih berasal dari tanaman induk yang sehat yang mempunyai ciri : - pertumbuhan normal dan sehat. - daun berduri di ujung - pangkal daun berwarna hijau keunguan, ujung daun berwarna hijau. - buah bermahkota tunggal. - bentuk buah normal sesuai varietasnya. - jumlah tunas 2 – 4 tunas. - buah sehat dan seragam. b. Benih dapat diperbanyak dengan menggunakan bagian mahkota (crown), tunas batang (seler batang), seler (sucker), dan tunas akar. c. Benih berasal dari mahkota, dengan ciri-ciri: - Ukuran benih untuk : Kelas A : lebih dari 25 cm keatas. Kelas B : antara 20 – 25 cm. Kelas C : kurang dari 20 cm. - Titik tumbuh tidak dihilangkan/potes. - Daun pada dasar mahkota dibuang hingga terlihat pangkal batang (2 cm).
II-2
Standar Operasional Prosedur Pemilihan dan Pengkelasan Benih
Nomor SOP NS II Halaman 3/3
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
d. Benih berasal dari seler gagang (tunas batang), dengan ciri-ciri: - Ukuran benih untuk : o Kelas A : panjang lebih dari 50 cm. o Kelas B : panjang antara 40 – 50 cm. o Kelas C : panjang antara 30 – 40 cm. - Daun bagian bawah dibuang, 2 – 3 helai (1 cm) e. Benih berasal dari seler (sucker), dengan ciri-ciri: - Ukuran lebih panjang dari 30 cm. - Daun paling bawah dibuang 2 – 3 helai (1 cm). f. Benih berasal dari tunas akar, dengan ciri-ciri: - Ukuran lebih panjang dari 30 cm. - Daun paling bawah dibuang 2 – 3 helai (1 cm). g. Benih asal sortasi dikumpulkan berdasarkan kelompok ukuran. G. Sasaran : Mengelompokkan benih yang sehat dengan pertumbuhan normal, berasal dari tanaman induk yang sehat berdasarkan ukurannya.
II-3
Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan (Pembersihan) III.
Nomor SOP NS III Halaman 1/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
Persiapan Lahan (Pembersihan)
A. Definisi : Membersihkan lahan dari bahan-bahan mengganggu pertumbuhan tanaman.
yang
dapat
B. Tujuan : Menyiapkan lahan agar siap untuk ditanami dan tanaman dapat tumbuh optimal. C. Validasi : a. Pengalaman petani nenas Kabupaten Subang. b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor. D. Alat dan Bahan : Congkrang, golok, cangkul, sarung tangan, sepatu lapangan, cungkir (cangkul garpu) dan garpu E. Fungsi : a. Congkrang/golok digunakan untuk memotong dan membersihkan semak, pohon kecil, cabang dan ranting pohon besar yang diperkirakan dapat menghalangi tanaman muda untuk mendapatkan sinar matahari. b. Cangkul dan garpu digunakan untuk mengolah tanah c. Cungkir digunakan untuk membersihkan tanah dari rumput dan sisa-sisa semak yang tertinggal. d. Sarung tangan untuk melindungi tangan saat bekerja. e. Sepatu lapangan untuk melindungi kaki saat bekerja. III-1
Standar Operasional Prosedur Penyiapan Lahan (Pembersihan)
Nomor SOP NS III Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
F. Prosedur Pelaksanaan : a. Buang dan bersihkan batu-batu besar, alang-alang atau tunggul batang dan sebagainya dari lahan yang akan mengganggu sistem perakaran tanaman maupun menghambat penyerapan unsur hara. b. Buang kotoran-kotoran, daun-daun dan ranting bekas pangkasan yang dapat menjadi sumber penularan hama dan penyakit.
Gambar 1. Pembersihkan Lahan G. Sasaran : a. Lahan bebas dari batuan besar, semak belukar dan dahan-dahan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. III-2
Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan (Pengajiran)
Nomor SOP NS IV Halaman 1/3
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
IV. Persiapan Lahan (Pengajiran) A. Definisi : Suatu upaya untuk memperoleh posisi tanam sehingga diperoleh populasi tanam sesuai dengan standar yang ditetapkan. B. Tujuan : Memperoleh jarak tanam yang menjamin tanaman dapat tumbuh optimum. C. Validasi : a. Pengalaman petani nenas Kabupaten Subang. b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor. D. Alat dan Bahan : Tali rapia, ajir, meteran E. Fungsi : a. Tali rapia untuk menjadi pembatas agar jarak tanam lurus. b. Ajir (bambu) untuk menandai dan melubangi tanah. c. Meteran sebagai alat ukur. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Membuat tanda dengan menggunakan mengacu pada jarak tanam. IV-1
ajir
dengan
Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan (Pengajiran)
Nomor SOP NS IV Halaman 2/3
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
35 – 50 cm
b. Bila pola tanam 1 alur : - Jarak dalam baris : 35 cm - 50 cm - Jarak antar baris 80 cm – 100 cm c. Pola tanam ganda (2 alur) : jarak dalam baris 35 cm – 50 cm dan jarak antar baris terdekat sama dengan jarak dalam baris. d. Pada areal pengembangan yang lebih luas sebaiknya menggunakan alat ukur theodolit. 80 - 100 cm ☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
☻
Keterangan : ☻ = Nenas Gambar 2. Pola Jarak Tanam 1 Alur IV-2
U u
Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan (Pengajiran)
Nomor SOP NS IV Halaman 3/3
35 – 50 cm
80 - 100 cm
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008 U
35 - 50 cm
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
☻ ☻
Keterangan : ☻ = Nenas Gambar 3. Pola Jarak Tanam Ganda (2 Alur) G. Sasaran : Jarak lubang tanam bila 1 alur : jarak dalam baris 35 cm - 50 cm dan jarak antar baris 80 cm – 100 cm, sedangkan bila pola tanam ganda (2 alur) : jarak dalam baris 35 cm – 50 cm dan jarak antar baris terdekat sama dengan jarak dalam baris. IV-3
Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan (Pembuatan Bedengan) V. Persiapan Lahan Bedengan)
Nomor SOP NS V Halaman 1/2 (yang
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
menggunakan
Sistem
A. Definisi : Membentuk gundukan pada areal lahan sesuai jarak tanam. B. Tujuan : Memudahkan penanaman, pemeliharaan dan panen. C. Validasi : a. Pengalaman petani nenas Kabupaten Subang. b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor. D. Alat dan Bahan : Cangkul, tali rapia, gacok/cungkir dan ajir. E. Fungsi : a. Cangkul berfungsi untuk membentuk bedengan. b. Tali rapia berfungsi untuk meluruskan bedengan. c. Gacok/cungkir untuk meratakan tanah. d. Ajir untuk patok penahan tali rapia pada saat membuat bedengan. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Membuat bedengan dengan membentuk gundukan tanah yang berpola dan sesuai dengan ukuran yang diperlukan. V-1
Standar Operasional Prosedur Persiapan Lahan (Pembuatan Bedengan)
Nomor SOP NS V Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
b. Ukuran bedengan dibuat dengan lebar 1,2 meter, tinggi 25 cm – 30 cm dan panjang sesuai kondisi lahan sedangkan jarak antar bedengan dibuat 50 cm – 60 cm. G. Sasaran : Bedengan lahan.
yang
berpola
dan
V-2
sesuai
dengan
kondisi
Standar Operasional Prosedur Penanaman
Nomor SOP NS VI Halaman 1/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
VI. Penanaman A. Definisi : Meletakkan benih pada lubang tanam dipersiapkan sesuai dengan jarak tanam. B. Tujuan : Untuk memberikan lingkungan pertumbuhan tanaman.
yang
yang
optimal
telah
terhadap
C. Validasi : a. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. b. Pengalaman petani Nenas di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. D. Alat dan Bahan : Cangkul, benih, tugal, pestisida, air dan ember. E. Fungsi : a. Cangkul untuk mengembalikan tanah ke lubang tanam. b. Benih sebagai bahan untuk menghasilkan buah. c. Tugal untuk membuat lubang tanam. d. Pestisida untuk pencegahan OPT. e. Air untuk melarutkan pestisida. f. Ember untuk menampung larutan pestisida. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Benih sebelum ditanam dicelupkan pada larutan pestisida selama ± 1 menit bagian pangkal batang sekitar 5 cm – 10 cm. VI-1
Standar Operasional Prosedur Penanaman
Nomor SOP NS VI Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
b. Benih ditanam sedalam 5 cm – 10 cm tergantung ukuran kelas benih (kurang lebih 1/4 panjang bagian benih). c. Benih yang telah disiapkan ditanam masing-masing satu benih per lubang. d. Tanah ditekan/dipadatkan di sekitar pangkal batang nenas agar tanaman tidak mudah roboh. e. Lakukan penyiraman hingga tanah lembab dan basah. f. Lakukan penyulaman maksimal 1 bulan setelah tanam. g. Peremajaan tanaman dilakukan maksimal 5 tahun sekali. G. Sasaran : Benih dapat tumbuh optimal.
VI-2
Standar Operasional Prosedur Sanitasi Lahan
Nomor SOP NS VII Halaman 1/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
VII. Sanitasi Lahan A. Definisi : Menjaga kebersihan lingkungan tanaman dapat tumbuh optimal.
tanaman
nenas
agar
B. Tujuan : Tanaman dapat tumbuh optimal. C. Validasi : a. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. b. Pengalaman petani Nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat. D. Alat dan Bahan : Cangkul, parang, golok, garpu, congkrang E. Fungsi : a. Cangkul untuk membantu dalam penyiangan gulma sekaligus penggemburan tanah. b. Parang untuk menyiang gulma. c. Golok untuk membantu dalam kegiatan sanitasi lahan. d. Garpu digunakan agar tanah menjadi gembur. e. Congkrang untuk membantu atau memudahkan pengumpulan gulma yang telah disiang. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Penyiangan dilakukan agar pertanaman bebas dari gulma sampai menjelang panen (3 kali selama pertanaman). b. Membersihkan gulma yang ada disekitar tanaman. VII-1
Standar Operasional Prosedur Sanitasi Lahan
Nomor SOP NS VII Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
c. Menjarangkan tunas anakan untuk mengatur jumlah anakan maksimal 2 anakan dalam setiap rumpun. G. Sasaran : Lahan bersih sehingga pertumbuhan tanaman optimal.
VII-2
Standar Operasional Prosedur Pemupukan
Nomor SOP NS VIII Halaman 1/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
VIII. Pemupukan A. Definisi : Memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dan perakaran bisa berkembang lebih baik. B. Tujuan : Mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimum, produksi yang tinggi dan kualitas yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. C. Validasi : c. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. d. Pengalaman petani Nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat. D. Alat dan Bahan : Cangkul, Pupuk, wadah dan tugal E. Fungsi : a. Cangkul sebagai alat untuk membantu dalam pemupukan. b. Pupuk untuk menambah hara bagi tanaman, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. c. Wadah untuk menampung pupuk sebelum diaplikasikan pada tanaman nenas. d. Tugal alat untuk membantu membuat lubang pemupukan. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Pemupukan dilakukan 3 kali dengan dosis : VIII-1
Standar Operasional Prosedur Pemupukan
Nomor SOP NS VIII Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
1) Pemupukan dasar pupuk organik 20 – 40 ton/ha (1 kg/per lubang tanam. 2) Pemberian pupuk susulan pertama diberikan 3 bulan sesudah tanam dengan dosis : - Urea : 300 kg/ha. - SP 36 : 100 kg/ha. - KCl : 50 kg/ha. 3) Pemberian pupuk susulan kedua diberikan 7 – 10 bulan (menjelang forcing) dengan dosis : Urea : 150 kg/ha. SP 36 : 0 – 50 kg/ha. KCl : 100 – 200 kg/ha. 4) Pemupukan dengan cara ditugal sedalam 5 cm – 10 cm kemudian ditutup kembali oleh tanah. G. Sasaran : Pemberian pupuk sesuai dosis anjuran sehingga tanaman dapat tumbuh optimal.
VIII-2
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor SOP NS IX Halaman 1/8
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
IX.Pengendalian OPT A. Definisi : Melakukan upaya pengendalian dengan mengamati dan melakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman. B. Tujuan : - Untuk mengetahui jenis hama dan penyakit yang mempunyai potensi akan merusak tanaman - Untuk meningkatkan kualitas produk. - Melindungi tanaman dari serangan OPT. C. Validasi : a. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. b. Pengalaman petani Nenas Subang di Kabupaten Subang, Jawa Barat. c. Literatur D. Alat dan Bahan : a. Buku panduan dalam pengamatan OPT b. Sprayer c. Pestisida sintetis d. Pestisida nabati e. Air f. Masker g. Wadah IX-1
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor SOP NS IX Halaman 2/8
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
E. Fungsi : a. Buku panduan digunakan sebagai bahan informasi dan petunjuk dalam identifikasi pengendalian dan pemberantasan hama dan penyakit. b. Sprayer digunakan sebagai wadah dalam memberantas hama dan penyakit tanaman dengan menggunakan pestisida. c. Pestisida sintetis untuk bahan pengendalian OPT. d. Pestisida nabati untuk bahan pengendalian OPT. e. Air untuk mencampur pestisida sintetis maupun nabati f. Masker untuk melindungi drif pestisida yang diaplikasikan. g. Wadah untuk menampung air dan mencampur pestisida. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Lakukan pengamatan OPT secara dini dan berkala, dengan melakukan identifikasi potensi timbulnya hama dan penyakit. b. Identifikasi jenis-jenis OPT yang membahayakan produksi dan mutu. c. Identifikasi jenis dan cara pengendalian. d. Lakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu yaitu : - Teknik bercocok tanam yang baik dan benar. - Menanam varietas toleran. - Pengendalian secara mekanis. - Pengendalian OPT dengan menggunakan agens hayati. IX-2
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor SOP NS IX Halaman 3/8
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
1. HAMA UTAMA a. Kutu Putih Penyebab : Kutu Dysmicoccus brevipes i. Gejala : tanaman berhenti tumbuh mati dan membusuk.
karena
jaringan
akar
ii. Pengendalian : a) Rendam benih nenas dalam larutan Chemition atau Diazinon 50 ml dengan 1 L air selama 3 menit, lalu tiriskan benih secara vertikal selama 24 jam supaya larutan meresap pada pangkal daun. b) Semprot tanaman di lahan dengan pestisida seperti Paration. c) Hindari penanaman nenas di sekitar tanaman inang hama seperti tebu, padi, kopi, pisang, kedelai, dan kacang tanah. d) Aplikasi pestisida nabati (daun picung, suren, mindi, sirsak dan gadung) e) Aplikasi pestisida sintetis yang efektif dan efisien bila cara yang lain tidak bisa mengendalikan hama. b. Kutu Sisik Penyebab: Kutu Diaspis bromeliae i. Gejala: Daun tampak bercak-bercak kering pada permukaannya, dan penampakan buah menjadi tidak menarik karena kutu mengisap cairan buah. IX-3
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor SOP NS IX Halaman 4/8
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
ii. Pengendalian: a. Rendam benih nenas dalam larutan Chemition atau Diazinon 50 ml dengan 1 L air selama 3 menit, lalu tiriskan benih secara vertikal selama 24 jam supaya larutan meresap pada pangkal daun. b. Pemanfaatan predator kumbang Chilorococus melanophthalmus Uls. c. Lakukan penyemprotan dengan Diazinon, Basudin, dan Basaminon. d. Aplikasi pestisida nabati (daun picung, suren, mindi, sirsak dan gadung) e. Aplikasi pestisida sintetis yang efektif dan efisien bila cara yang lain tidak bisa mengendalikan hama. c. Nematoda Penyebab: Cacing Meloidogyne spp. i. Gejala: Bagian akar tanaman yang terserang membengkak dengan mencolok. Pada serangan yang hebat menyebabkan akar mati selanjutnya tanaman mati total. ii. Pengendalian: a. Menggunakan benih tanaman yang tahan nematoda b. Setelah diolah, lahan dibiarkan terbuka selama 2-3 minggu c. Menggunakan Furadan 3G dengan dosis 20-30 kg per hektar d. Pergiliran tanaman dengan tanaman lain IX-4
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor SOP NS IX Halaman 5/8
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
d. Lundik Penyebab: Phyllophaga helleri i. Gejala: e. Babi Hutan 2.
PENYAKIT UTAMA a. Busuk Hati (Heart Rop) Penyebab: Phytophthora cinnamomi atau Phytophthora niicotiane var parasitica i. Gejala: Tanaman muda yang terjangkit busuk hati mempunyai daun yang klorosis dengan ujung nekrosis. Daun-daun muda mudah dicabut, karena pangkalnya busuk. Bagian daun yang busuk mempunyai batas berwarna coklat. ii. Pengendalian: a. Memperbaiki drainase tanah b. Sanitasi kebun dari tanaman yang terserang penyakit dan sisa-sisa tanaman sebelumnya c. Sebelum ditanam benih dicelup dalam suspensi fungisida, missal bubur Bordo. d. Penanaman varietas tahan penyakit tersebut, yaitu jenis Queen dan Cayenne.
IX-5
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor SOP NS IX Halaman 6/8
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
b. Busuk Pangkal (Base Rot) Penyebab: Ceratocystis paradoxa (Dade), C. moreau i. Gejala: - Pembusukan pada bagian benih, daun, atau buah - Pada benih nenas terjadi busuk lunak yang berwarna coklat pada pangkalnya. Pembusukan ini dapat meluas ke atas, ke daun-daun sebelum atau sesudah benih dipindah ke lapang. - Pada daun timbul bercak-bercak putih kekuningan atau garis-garis yang lebar dan pendek. - Buah matang yang terinfeksi menjadi busuk, berwarna kuning yang akhirnya berubah menjadi hitam. Biasanya mulai dari bekas potongan pada tangkai. Dari bagian busuk keluar bau yang khas. ii. Pengendalian: a. Cendawan hanya dapat menginfeksi tanaman apabila ada luka, baik luka karena pemotongan maupun penanganan yang kasar. Benih yang akan ditanam sebaiknya diletakkan secara terbalik beberapa hari untuk menyembuhkan bagian yang luka akibat pemotongan. b. Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat cuaca kering. IX-6
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor SOP NS IX Halaman 7/8
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
c. Apabila penanaman direncanakan pada musim hujan sebaiknya dilakukan perendaman terlebih dahulu dengan fungisida Benomyl, Thiabendazole, atau Kaptafol. d. Pada saat panen, sebaiknya disertakan tangkai buahnya. Untuk mencegah infeksi pada tangkai buah dapat digunakan asam benzoate 10% dalam etanol, yang dilakukan paling lambat 5 jam setelah pemotongan buah. c. Busuk Buah Penyebab: Phytophthora cinnamomi atau Phytophthora niicotiane var
parasitica
i. Gejala: Buah membusuk berwarna coklat merah atau hitam yang luas dari pusat anak buah ke pusat buah. ii. Pengendalian: a. Pemanenan buah secara hati-hati dengan tidak melukai permukaan kulitnya. b. Hindari benturan saat pemanenan atau pengangkutan.
IX-7
Standar Operasional Prosedur Pengendalian OPT
Nomor SOP NS IX Halaman 8/8
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
d. Busuk Akar Penyebab: Phytophthora cinnamomi i. Gejala: Buah membusuk berwarna coklat merah atau hitam yang luas dari pusat anak buah ke pusat buah. ii. Pengendalian: a. Pemanenan buah secara hati-hati dengan tidak melukai permukaan kulitnya. b. Hindari benturan saat pemanenan atau pengangkutan G. Sasaran : a. Penyakit daun merah dan busuk akar dapat terkendali. b. Tanaman dapat tumbuh optimal.
IX-8
Standar Operasional Prosedur
Forcing
Nomor SOP NS X Halaman 1/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
X. Forcing (Merangsang Pembungaan) A. Definisi : Mengatur pembungaan menggunakan zat pengatur tumbuh sehingga buah dapat dipanen serentak. B. Tujuan : - Mengatur pembungaan atau pembuahan pada waktu yang dihendaki. - Meningkatkan ukuran dan bobot buah. C. Validasi : a. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. b. Pengalaman petani Nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat. c. Literatur D. Alat dan Bahan :
Ember, Gelas ukur, ZPT yang mengandung bahan aktif Etepon 480 PGR, Urea, air
E. Fungsi : a. ZPT yang mengandung bahan aktif Etepon 480 PGR untuk merangsang pembungaan b. Gelas ukur alat untuk menakar larutan ZPT yang mengandung bahan aktif Etepon 480 PGR dengan air c. Urea dicampur dengan air, untuk mengikat ZPT yang mengandung bahan aktif Etepon 480 PGR agar tidak mudah tercuci serta untuk mempercepat pertumbuhan generatif. X-1
Standar Operasional Prosedur
Forcing
Nomor SOP NS X Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
d. Air untuk bahan pelarut ZPT yang mengandung bahan aktif Etepon 480 PGR dan Urea. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Forcing dilakukan pada waktu tanaman berumur 7 - 10 bulan jika benih berasal dari tunas batang dan umur 15 bulan jika benih dari mahkota atau memiliki daun sebanyak 35 – 40 helai. b. ZPT yang mengandung bahan aktif Etepon 480 PGR diberikan bersama dengan urea. c. 30 g Urea dilarutkan dalam 1 liter air, kemudian dicampur dengan 0,6 ml ZPT yang mengandung bahan aktif Etepon 480 PGR. d. Setiap tanaman mendapat 25 ml larutan dengan cara disiramkan pada titik tumbuh. e. Perlakuan forcing ini akan menyebabkan tanaman berbunga mulai umur 50 - 60 hari setelah pengaplikasian. f. Pemberian forcing dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk pagi hari dimulai dari jam 08.00 – 10.00 sedangkan untuk sore hari bisa dimulai dari jam 15.00 – 17.00, hal ini untuk menghindari terjadinya penguapan. g. Perlakuan tidak dapat dilaksanakan pada saat hujan. G. Sasaran : Buah dapat dipanen pada waktu yang diharapkan. X-2
Standar Operasional Prosedur Panen
Nomor SOP NS XI Halaman 1/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
XI. Panen A. Definisi : Proses pengambilan buah yang sudah menunjukkan ciri (sifat khusus) matang panen. B. Tujuan : Untuk mendapatkan buah segar semaksimal mungkin. C. Validasi : a. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. b. Pengalaman petani Nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat. D. Alat dan Bahan : a. Unit untuk angkut buah b. Golok E. Fungsi : - Unit angkut buah untuk sarana pengangkutan buah. - Golok untuk memotong buah dari tangkai buah. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Panen dilakukan 5 – 7 bulan setelah forcing. b. Pemanenan nenas sebaiknya dilakukan mulai pukul 07.00 – 10.00, hal ini dilakukan untuk mengurangi penurunan bobot buah dan kualitas buah akibat penguapan dan pemanasan sinar matahari. XI-1
Standar Operasional Prosedur Panen
Nomor SOP NS XI Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
c. Tingkat kematangan 20% (warna pada dasar buah berwarna kuning dan pangkal batang buah telah keriput). d. Pangkal mata buah telah menguning. e. Tangkai dipangkas dengan golok. f. Buah jangan dilempar/dibanting. g. Pengumpulan hasil panen dilakukan dibawah tempat teduh dengan diberi alas/jangan dibiarkan ditanah. h. Untuk nenas segar, sebelum dilakukan perlakuan lebih lanjut diupayakan menghilangkan panas lapang dengan diangin-anginkan atau disemprot dengan uap air bersih lalu ditutup dengan terpal. G. Sasaran : Panen dapat dilakukan tepat waktu dan tepat cara.
XI-2
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan Buah
Nomor SOP NS XII Halaman 1/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
XII. Sortasi dan Pengkelasan Buah A. Definisi : Melakukan pemilihan dan pemisahan berdasarkan tingkat kematangan buah dan ukuran buah. B. Tujuan : Untuk memisahkan buah yang baik dan yang rusak serta untuk mendapatkan buah yang seragam. C. Validasi : a. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. b. Pengalaman petani Nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat. D. Alat dan Bahan : Timbangan, alat sortir manual, kompresor dan sikat lunak. E. Fungsi : a.Timbangan Untuk menimbang buah b. Alat sortir manual untuk menetapkan klasifikasi buah. c. Kompresor untuk membersihakan kotoran yang menempel pada buah. d. Sikat lunak untuk membersihkan kutu-kutu yang menempel pada buah. F. Prosedur Pelaksanaan : a) Pisahkan buah yang bentuknya abnormal, cacat, luka, atau busuk dari buah yang bentuknya normal dan baik. XII-1
Standar Operasional Prosedur Sortasi dan Pengkelasan Buah
Nomor SOP NS XII Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
b) Buah yang muda, terlalu matang atau terlalu kecil, serta buah yang memar dan cacat dikategorikan sebagai “out-of-grade” atau di luar kelas. c) Hasil buah selanjutnya dibersihkan dengan sikat lunak dan kompresor. d) Pengkelasan buah dilakukan dengan memilah-milah buah sesuai ukuran berat yang ditentukan, untuk : - Grade A : 2 – 2,5 kg. - Grade B : 1,5 – < 2 kg. - Grade C : 1 - < 1,5 kg. - Grade D : < 1 kg. G. Sasaran : Pelaksanaan sortasi dan grading buah sesuai dengan prosedur.
XII-2
Standar Operasional Prosedur Pengepakan Buah
Nomor SOP NS XIII Halaman 1/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
XIII. Pengepakan Buah A. Definisi : Melakukan pengepakan buah berdasarkan hasil sortasi dan grading dan selanjutnya diangkut. B. Tujuan : Untuk mempertahankan tingkat kesegaran dan kualitas produk. C. Validasi : a. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB. b. Pengalaman petani Nenas di Kabupaten Subang, Jawa Barat. D. Alat dan Bahan : Alat kemas, alat pengangkutan, parafin cair E. Fungsi : a. Alat kemas untuk mengemas nenas dan mengepak. b. Alat angkut untuk mengangkut hasil panen dari tempat penyimpanan ke pasar. c. Parafin cair untuk mencegah nenas agar tidak cepat busuk. F. Prosedur Pelaksanaan : a. Setelah dikelaskan, buah dipak. b. Pangkal tangkai buah dicelup parafin cair. c. Buah dengan mahkota utuh disusun pada posisi tidur. XIII-1
Standar Produksi Operasional Pengepakan Buah
Nomor SOP NS XIII Halaman 2/2
Tanggal Desember 2004 Revisi 1 26 Mei 2008
d. Untuk pengangkutan jarak dekat kapasitas maksimum kemasan (maks. 50 kg) sedangkan untuk ekspor maksimal 12,5 kg. e. Untuk pengangkutan jarak jauh antar buah diberi penyekat yang berbahan lunak. f. Kemasan dapat berupa peti kayu atau kotak karton. G. Sasaran : a. Pengkelasan buah sesuai dengan ukuran. b. Pengemasan buah yang baik. c. Proses pengangkutan jarak dekat dan jauh.
XIII-2
DAFTAR PUSAKA Badan Pusat Statistik. Data Ekspor – Impor. 1996 s/d 1999. Badan Pusat Satistik (BPS). Jakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bengkulu. Proyek Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. 1994. Penuntun Budidaya Hortikultura (Nenas). PT. Yaremco Pasific Jakarta. Jakarta. Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2001. Informasi Hortikultura dan Aneka Tanaman. Jakarta. Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2002. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Sayuran, Buahbuahan, dan Aneka Tanaman di Indonesia Tahun 2001 (Angka Tetap). Jakarta. Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2003. Standar Prosedur Operasional (SPO) Pendekatan Sistem Jaminan Mutu Nenas. Jakarta. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Bengkulu. Proyek Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. 1994. Penuntun Budidaya Hortikultura (Nenas). PT. Yaremco Pasific Jakarta. Jakarta. Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor (IPB). Pedoman Penerapan Jaminan Mutu Terpadu Nenas. LPPM Institut Pertanian Bogor. Bogor.