Berkarya untuk dunia dengan nilai-nilai baru.
EDISI 25 I JUNI 2016 I 16 HALAMAN TabloidVerbeek
Informasi, Interaksi, Inspirasi
@TabloidVerbeek
Dipublikasikan oleh Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Tbk
- Tidak Diperjualbelikan -
SOSOK > HAL 7
KREASI > HAL 11
DOKTER MENJAWAB > HAL 13
Sujarwo: Lebih Dekat dengan Alam Melalui SRI Organik
Membuat Mi dari Bahan Lokal
Hepatitis A, Kenali dan Cegah
PTPM Pertanian Berkelanjutan
SRI Organik Mendobrak “Tradisi” Gagal Panen
WAWASAN > Hal 9
Bangga Konsumsi Pangan Lokal! Laporan Utama > Hal 5
Safety > Hal 15 Komunitas Guru Belajar:
Memotivasi Guru Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat
Peran Penting Wanita Tani
Petani anggota Kelompok Tani Harapan Mandiri, Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti, melakukan panen musim kedua padi dengan teknik budidaya SRI Organik, Mei 2015.
SCAN ME!
2
EDITORIAL Verbeek edisi 25 | 2016
Pembaca yang budiman. Kita mengenal pepatah dalam bentuk pantun: berakit-rakit ke hulu, berenangrenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Pepatah ini cocok untuk menggambarkan pengalaman petani di Desa Libukan Mandiri. Sudah tiga kali musim tanam panen mereka gagal. Namun setelah menjalankan System of Rice Intensification (SRI) Organik, panen mereka meningkat. Mereka memanen hasil rata-rata 5,3 ton gabah dari tiap hektar sawah. Beras yang dihasilkan lebih pulen, aromanya harum, dan lebih tahan lama dibandingkan beras konvensional. Apa yang berubah dari mereka? Sebelum menggunakan pola SRI Organik, mereka biasa menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Lebih praktis. Kini, mereka harus rela bersusah payah mengumpulkan kotoran hewan, mencacah sampah organik, dan membuat kompos. Pola SRI Organik juga menguras tenaga dan membutuhkan kesabaran. Sawah yang digarap dengan prinsip SRI Organik tidak digenangi air, sehingga gulma menjadi lebih sering tumbuh. Maka mereka sering turun ke sawah untuk menyiangi. Hampir setiap hari ada saja bagian yang harus disiangi. Dalam jangka pendek, biaya produksi dan ongkos tenaga kerja membengkak. Untuk membeli kotoran hewan, petani mengeluarkan Rp25.000 per karung, ditambah Rp100.000 per hari untuk membayar tenaga kerja. Namun seiring membaiknya kualitas tanah, kebutuhan kompos makin berkurang. Artinya, biaya produksi semakin kecil. Harga jual gabah kering giling juga meningkat, dari biasanya Rp4.500/kg, menjadi Rp7.000/kg. Pasar juga tersedia. Hasil mereka diambil PT Bumi Timur Agro, Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Luwu Timur. Berita gembira petani di Desa Libukan Mandiri itu kami jadikan laporan utama. Pada rubrik “Kreasi”, kami sajikan cara membuat mi dari bahan lokal. Mi kini telah menjadi makanan kedua setelah nasi. Konsumsi mi di Indonesia mencapai 14,5 miliar bungkus pada 2013 atau nomor dua setelah China. Mi dari bahan lokal ini dijamin lebih sehat. Juga patut disimak tulisan tentang bullying yang bisa dialami oleh anak-anak kita. Selamat membaca.
SURAT PEMBACA INFO TERBIT
Saya dan teman-teman pelaku PMDM di desa senantiasa menunggu-nunggu tabloid Verbeek. Kami ingin sekali membaca kegiatan PMDM di desa-desa lain; dan senang bila desa kami juga tampil di Verbeek. Namun kami biasanya baru tahu Verbeek telah terbit bila kebetulan datang ke kantor kecamatan. Bagaimana caranya kami mendapatkan info penerbitan Verbeek secara rutin? Asbar, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Pasi-Pasi, Kecamatan Malili Terima kasih atas apresiasi Pak Asbar untuk Verbeek. Info terbit bisa dipantau melalui Facebook Tabloid Verbeek. Di laman tersebut kami juga memuat info kegiatan PTPM-PMDM mutakhir.
EDISI TERDAHULU
Saya tidak rutin mendapatkan Verbeek. Beberapa edisi terakhir cukup lengkap, tapi edisiedisi awal saya banyak ketinggalan. Padahal, menarik juga kalau kita baca-baca lagi kegiatan terdahulu. Selain melihat kemajuan, juga untuk kenang-kenangan. Di mana saya bisa mendapatkan edisi Verbeek sebelumnya? Apakah bisa diambil di alamat redaksi? Nurdin Sandy, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Balantang, Kecamatan Malili Pak Nurdin dan seluruh pembaca dapat mengakses Tabloid Verbeek edisi digital melalui website PT Vale di alamat www.vale.com/ indonesia. Di laman itu, Anda dapat mengakses seluruh edisi Verbeek dan publikasi lain yang diterbitkan oleh Departemen Komunikasi dan Urusan Luar PT Vale.
TAMBAH HALAMAN
Bisakah Verbeek ditambah halamannya? Menurut saya, terbitan yang sekarang terlalu tipis. Baru dibaca sebentar sudah habis, padahal masih banyak kegiatan PMDM yang bisa dilaporkan masuk. Kalau halamannya diperbanyak, pasti semakin banyak tulisan menarik yang bisa kita baca. Bukan hanya soal PMDM, melainkan juga tulisan-tulisan lain yang bermanfaat. Meilani, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) Asuli, Kecamatan Towuti Untuk saat ini, Verbeek masih konsisten terbit dengan 16 halaman. Jika Ibu Meilani ingin membaca informasi lain seputar PMDM, Ibu bisa mengakses laman Facebook Tabloid Verbeek. Dalam berbagai kesempatan, kami juga mengunggah berbagai artikel atau tips menarik yang bermanfaat bagi pembaca.
Fatma, staf BP3K Model-Kecamatan Nuha, sedang membaca tabloid Verbeek di jam rehat pelatihan pembuatan obat herbal, April 2016, di, Sorowako.
Tabloid ini diterbitkan sebagai media untuk mengabarkan kegiatan-kegiatan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) sekaligus sebagai bagian dari transparansi program tersebut. Kirimkan kritik dan saran Anda untuk tabloid Verbeek melalui email atau surat ke alamat redaksi. 08114056715
570946F9
Tabloid Verbeek
TabloidVerbeek
@TabloidVerbeek
Tabloid Verbeek
Pelindung: Dewan Direksi PT Vale | Penasihat: Basrie Kamba (Direktur Komunikasi & Urusan Luar), Busman Dahlan Shirat (Senior Manajer Program Pengembangan Sosial) | Penanggung Jawab: Bayu Aji Suparam (Senior Manajer Komunikasi) | Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela | Editor:La Ode M. Ichman, Aswaddin, Asriani Aminuddin, Megawati Ihyamuis, Baso Haris, Misdar | Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Wahyudi | Fotografer: Doni Setiadi | Desain & Tata Letak: Azwar Marzuki | Alamat Redaksi: Kantor Departemen Komunikasi & Urusan Luar, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan - 92984.
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 25 | 2016
3
PTPM Pertanian Berkelanjutan
SRI Organik, Mendobrak “Tradisi” Gagal Panen Petani di kawasan Mahalona panen untuk pertama kalinya setelah gagal selama tiga musim.
Lahan persawahan di Desa Libukan Mandiri, kawasan Mahalona, Kecamatan Towuti, yang digarap dengan pola SRI Organik. Di musim tanam perdana 2015, petani berhasil memanen 5,3 ton gabah dari tiap hektar sawah. Sementara di musim kedua, hasil produktivitas lahan meningkat menjadi 6,8 ton gabah per hektar.
…Bertahun-tahun semprotkan racun, tanah gersang, cacing mati. Tanahku sakit. Sekarang petani gembira, SRI datang. Serangga datang, petani senang…
B
egitulah petikan puisi berjudul “Tanahku Sakit” yang dibacakan seorang wanita petani di Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti. “Iya, dulu kami sedikit-sedikit semprot racun. Ada hama sedikit langsung semprot. Sekarang, setelah kenal SRI, tidak pakai lagi racun kimia. Tanah jadi sehat,” kata Suartini, seorang petani di desa tersebut. Yang dimaksud SRI, tak lain adalah System of Rice Intensification (SRI) Organik. Sebanyak 36 petani dari Kelompok Tani (KT) Harapan Mulya, Desa Libukan Mandiri, mengikuti pelatihan budidaya padi ramah lingkungan akhir Februari 2015 silam, mengolah tanah untuk persiapan musim tanam, dan melakukan tanam perdana dengan pola SRI Organik awal Agustus 2015. Setelah empat bulan menggarap sawah, pada Desember 2015 petani di kawasan Mahalona sukses melakukan panen perdana. Selanjutnya, panen musim kedua dilakukan pada Mei 2016. Kepala Desa Libukan Mandiri, Syahril, mengatakan, penduduk Desa Libukan Mandiri seluruhnya bekerja sebagai petani sawah, sehingga sektor pertanian menjadi tumpuan ekonomi masyarakat. “Dukungan terhadap petani dari Pemerintah Kabupaten dan PT Vale untuk memajukan ekonomi masyarakat sangat kami apresiasi,” kata Syahril. Dia berharap infrastruktur pertanian di Libukan Mandi-
ri mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Luwu Timur.
Panen meningkat
Sebelum panen perdana SRI Organik, petani di kawasan Mahalona sudah enam tahun menggarap sawah dengan hasil jauh dari memuaskan. Di tahun-tahun awal, saat lahan masih sehat, hasil panen petani sempat mencapai enam ton gabah per hektar. Namun setelah pemakaian bahan kimia secara masif, produktivitas lahan terus menurun. Gagal panen menjadi “tradisi”. Beberapa faktor ditengarai menjadi penyebabnya, antara lain menurunnya kesehatan dan kesuburan tanah akibat penggunaan kimia sintetik, baik pupuk maupun pestisida. Mulai musim tanam 2015, petani Libukan Mandiri berupaya mengembalikan kesuburan tanah mereka. Kompos dan Mikro Organisme Lokal (MOL) menjadi komponen penting dalam pola SRI Organik. Keberadaan keduanya menggantikan pupuk dan pestisida kimia. Sebelum memulai musim tanam, petani berhasil membuat 1.742 liter MOL dan 173 ton kompos yang menopang kebutuhan persawahan. Jerih payah 36 petani menggarap 18,5 hektar demplot SRI Organik terbayar pada pertengahan Desember 2015. Mereka memanen hasil rata-rata 5,3 ton gabah varietas sintanur dari tiap hektar sawah untuk selanjutnya diolah menjadi beras bebas bahan kimia. Beras tersebut lebih pulen, aromanya harum, dan lebih tahan lama dibandingkan beras konvensional. Di panen berikutnya, produktivitas bahkan meningkat hingga mencapai 6,8 ton gabah per hektar sawah.
“Sebelum ini kita masih bertanya-tanya, akankah kita bisa panen beras bebas bahan kimia. Ternyata kita bisa menepis kekhawatiran itu. Ini fakta yang bisa kita sampaikan kepada petani lain, bahwa menanam padi tanpa pupuk dan pestisida kimia ternyata bisa,” kata Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Luwu Timur Nursih Hariani. Dia turut menghadiri panen raya di kawasan Mahalona, bersama para Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Manajemen PT Vale, dan Direktur Utama PT Bumi Timur Agro, Bakri Madong.
Desa organik
Petani melihat dan merasakan perbedaan antara padi organik dan padi konvensional. “Banyak perbedaannya. Misalnya, dulu padi walaupun sudah tua, sudah siap
panen, masih berdiri tegak karena tidak berisi. Jadi ringan sekali itu batangnya. Sekarang padi-padi merunduk semua, isinya berat,” kata Sujarwo, salah satu petani yang beralih dari pola konvensional ke SRI Organik. Dengan hasil cukup memuaskan, di musim tanam mendatang petani KT Harapan Mulya berencana meningkatkan luasan lahan menjadi 20 hektar untuk ditanami padi bebas bahan kimia. “Salah satu harapan kami adalah menjadikan Libukan Mandiri sebagai desa organik. Selain padi, pelan-pelan kami akan menanam sayur dan mengembangkan budidaya ikan air tawar yang semuanya bebas bahan kimia,” tambah Sujarwo. Selain luasan lahan, diharapkan lebih banyak masyarakat lokal yang tertarik untuk ikut mempraktikkan pola pertanian ramah lingkungan di musim-musim mendatang. Sepanjang musim tanam perdana, petani Mahalona mengalami sejumlah kendala. Seperti kelangkaan hewan ternak di desa tersebut, yang menyebabkan kotoran hewan sulit didapat. Selain itu, rumahrumah kompos yang dibangun seadanya mulai rusak karena terpaan hujan dan angin. Kendala lain, keterbatasan jumlah alat untuk mengolah lahan dan tidak ada mesin penggiling, sehingga kualitas beras belum sesuai harapan. Senior Manajer Program Pengembangan Sosial PT Vale Busman Dahlan Shirat, menekankan arti penting keberlanjutan pertanian ramah lingkungan. “Ibarat rumah, ini pondasinya sudah terbangun. Petani sudah paham konsep pertanian bebas bahan kimia dan sudah punya kemampuan untuk menjalankannya. Tinggal dibangun ke atas, yang artinya perlu ditingkatkan terus kesiapan, kelengkapan, dan wawasan seputar pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata Busman.[]
Beras bebas pupuk dan pestisida kimia produksi KT Harapan Mulya, Mahalona.
4
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 25 | 2016
PTPM Pertanian Berkelanjutan
Makin Lama, Makin Menguntungkan Penurunan biaya dan kenaikan produksi akan terasa di musim tanam kedua dan seterusnya.
Usai seremoni panen raya perdana dan panen kedua, Desember 2015 dan Mei 2016 di Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti, anggota Kelompok Tani Harapan Mulya berdialog dengan Pemerintah Daerah, DPRD Lutim, manajemen PT Vale, dan perwakilan PT Bumi Timur Agro.
T
eknik budidaya tanaman pangan gak ada yang mau,” kata Paimin, Ketua menggunakan pola SRI Organik mem- Kelompok Tani Harapan Mulya, Desa Liberi berbagai keuntungan. Selain la- bukan Mandiri. han terjaga kelesNamun persoaltariannya, sistem an pasar telah metersebut memberi nemukan titik teDi berbagai supermarket termanfaat kesehatrang setelah Asosinama di Jakarta, beras orgaan dan meningasi Masyarakat Orkatkan produktiganik (AKAR) Lutim nik dijual dengan harga mulai vitas. mengadakan Temu Rp93.000 per 2 kg. Bahkan beNamun keunTani di Kecamatan ras organik varietas mentik watungan tidak diWotu, pertengahdapat dalam sean Desember 2015. ngi yang diberi label dan kemaskejap. Berbagai Pertemuan, yang dian memikat dibanderol seharga tantangan dan adakan untuk mengkekhawatiran evaluasi penerapan Rp309.000/2kg. Di Makassar, sempat mewarSRI Organik, dihaharga beras organik Rp30.000/ nai musim tanam diri Kepala Kepakg. Sementara di Luwu Timur, perdana padi bela Badan Pelaksana bas bahan kimia Penyuluhan Pertaberas Batara Guru dijual dedi kawasan Manian, Perikanan dan ngan harga Rp75.000 per 5 kg halona, KecamatKehutanan (BP4K) an Towuti. KendaLuwu Timur Nursih di awal kemunculannya dan kini la yang dihadapi Hariani, Manajemen turun menjadi Rp65.000 terkait dengan kePT Vale, Direktur tersediaan kotorUtama PT Bumi Tian hewan sebagai mur Agro Bakri Mabahan pembuat kompos, yang berakibat dong, Camat Wotu beserta para kepala pada rendahnya kualitas kompos, keter- desa, petugas penyuluh lapangan, dan batasan jumlah tenaga kerja penggarap sa- petani organik se-Luwu Timur. wah, dan belum tersedianya mesin pengDalam Temu Tani disepakati, PT Bumi giling gabah. Akibatnya kualitas beras Timur Agro, sebagai salah satu Badan Usamasih jauh dari yang diharapkan. ha Milik Daerah Luwu Timur, akan memDalam diskusi yang diadakan di ajang beli hasil panen petani Mahalona dalam panen raya, petani mengungkapkan ke- bentuk gabah kering siap giling seharga khawatiran mereka tentang pasar beras Rp7.000 per kilogram. Untuk musim taorganik yang masih terbatas. “Kalau dulu, nam perdana, dari 29 ton gabah kering begitu panen sudah ada pembeli yang me- yang dipanen, petani Harapan Mulya mennunggu di pinggir-pinggir sawah. Ditim- dapat pemasukan total Rp203 juta. Sebang, langsung dinaikkan ke truk. Tapi lanjutnya, PT Bumi Timur Agro mengoini, kan, beras spesial, harganya mahal. lah gabah kering, mengemasnya dengan Tidak bisa dijual langsung begitu. Eng- label Beras Batara Guru, dan menjual ke
konsumen. Catatan, harga gabah kering giling konvensional hanya Rp4.500 per kilogram.
Menguntungkan
11,3 ton/ha pada MT 6. Sementara padi yang dibudidayakan secara konvensional mendapatkan hasil gabah rata-rata antara 4-5 ton/ha, tanpa kenaikan. Manfaat kesehatan juga makin terasa jika mengonsumsi beras organik. “Saya sudah enggak mau lagi tanam padi konvensional. Jangankan tanam, makan berasnya saja saya sudah enggak mau. Rasanya beda sekali. Kalau beras organik enak, pulen, sehat. Dan yang jelas ada rasa bangga kalau makan beras organik yang sudah susah payah kami tanam,” kata Paimin. Di musim tanam berikutnya, petani Mahalona memperluas lahan padi SRI Organik. Selain itu, mereka juga bertekad memperkuat kelembagaan kelompok tani yang menjadi bagian terpenting untuk menopang keberlanjutan praktik pertanian organik di desa Libukan Mandiri. Kendala yang dijumpai petani, seperti infrastruktur irigasi dan belum adanya mesin pembuat kompos disampaikan kepada DPRD Luwu Timur dalam seremoni panen perdana dan panen kedua. []
Terdapat perbedaan mendasar antara pola tanam SRI Organik dan konvensional. Karena dibudidayakan tanpa pupuk dan pestisida kimia, padi organik memerlukan perlakuan khusus, seperti penyiangan lebih sering dan pembuatan kompos secara mandiri oleh petani. Hal itu berdampak pada biaya produksi dan ongkos tenaga kerja. Untuk membeli kotoran hewan, petani mengeluarkan Rp25.000 per karung, ditambah Rp100.000 per hari untuk membayar tenaga kerja. Namun seiring membaiknya kualitas tanah, kebutuhan kompos makin berkurang. Artinya, biaya produksi semakin kecil. Selain biaya produksi berkurang, pola SRI Organik meningkatkan produksi. Berbagai penelitian menyebutkan, volume produksi padi yang ditanam dengan pola SRI Organik naik, terutama bagi petani yang telah melakukan pola SRI Organik selama lebih dari dua kali musim tanam. Penelitian dosen Institut Teknologi Bandung di daerah irigasi Cihea, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menunjukkan, hasil padi yang ditanam dengan metode SRI Organik sebesar 4,3 ton/ha pada musim tanam (MT) 1, meningkat menjadi 5,2 ton/ha Beras bebas pupuk dan pestisida kimia yang dihasilkan oleh pada MT 2, dan menjadi petani kawasan Mahalona.
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 25 | 2016
5
PTPM Pertanian Berkelanjutan
Peran Penting Perempuan Tani Meskipun lelah dan kulit semakin hitam, mereka tetap antusias menggarap sawah.
A
da yang berbeda dari wajah para intensifikasi padi SRI Organik, antusiasibu di Desa Libukan Mandiri, Ke- me wanita petani di Desa Libukan Mancamatan Towuti. Jika pada awal diri sudah terasa. Dari 36 petani yang 2015, ketika mereka baru pertama kali mengikuti pendampingan teknis budidamendapat pelatihan ya, nyaris sepaSystem of Rice Intenruhnya wanita. sification (SRI) Or- P o l a t a n a m S R I O r g a n i k Dalam ajang ganik, kulit dan wa- s a n g a t b e r g a n t u n g p a d a panen perdana jah mereka masih yang dihadiri sedikit cerah. Sepu- t i g a f a k t o r : k o m p o s , Pemerintah Kaluh bulan berselang, m i k r o o r g a n i s m e l o k a l bupaten Luwu ketika tiba masa pa- ( M O L ) , d a n k e r j a k e r a s . Timur dan manen, kulit para waninajemen PT Faktor yang disebut ta tani menjadi kian Vale, wanita legam. Meski demi- t e r a k h i r m e l i b a t k a n p e t a n i petani juga bakian, rona berseri d a n k e l u a r g a n y a , t a k nyak ambil petampak pada wajah- t e r k e c u a l i p a r a w a n i t a . ran. Mereka mewajah yang lelah. nyambut tamu “Ibu-ibu sekarang sembari memturun ke sawah seperkenalkan kamua. Setiap hari, dari pagi sampai sore, rakteristik beras bebas bahan kimia itu. kami ikut panas-panasan di sawah. Padi Mereka juga menjawab pertanyaan tamu SRI ini, kan, harus digarap setiap hari, dengan penuh semangat. tidak seperti konvensional yang hanya Ketika para tamu sudah berangsur puperlu ditengok sekali-sekali. Karena ti- lang dan seremoni panen perdana usai, dak ada uang untuk bayar buruh tani, beberapa wanita terlihat langsung meya akhirnya ibu-ibunya sendiri yang tu- nuju ke petak sawah mereka untuk merun,” kata Parti, petani yang menggarap nyelesaikan pekerjaan memanen yang lahan sawah seluas satu hektar bersa- belum selesai. Matahari begitu terik sima suaminya. ang itu, tapi mereka tetap menyelesaiPola tanam SRI Organik memang sa- kan pekerjaan sembari sesekali bercanngat bergantung pada tiga faktor: kom- da dengan sesama petani. pos, mikroorganisme lokal (MOL), dan Pola SRI Organik semakin mendekatkerja keras. Faktor yang disebut terakhir kan petani dengan alam dan tanaman melibatkan petani dan keluarganya, tak padi. “Dulu petani hanya sesekali turun terkecuali para wanita. ke sawah, biasanya setelah tabur beDengan pupuk kimia, sistem pemupu- nih dan dipupuk, sawah dibiarkan. SRI kan cukup mudah. Namun setelah peta- mengingatkan kita untuk jangan meneni tidak lagi menggunakan pupuk kimia, ngok sawah ketika kita butuh saja, memereka harus rela bersusah payah me- lainkan harus setiap saat kita datangi ngumpulkan kotoran hewan, mencacah dan kita rawat. Tanpa disadari, sistem sampah organik, dan membuat kompos. SRI Organik membuat petani semakin Selain itu, petani harus membuat MOL dekat dengan sawahnya, semakin dekat yang dihasilkan dari fermentasi bahan- dengan alam yang telah menghidupi kita bahan organik seperti bonggol pisang, semua,” kata Kepala BP4K Luwu Timur, rebung, keong, nasi, dan hijauan. Nursih Hariani. Satu lagi tahapan pola SRI Organik Antusiasme wanita tani menjalar yang menguras tenaga dan membutuh- hingga komoditas di luar padi. Sebagikan kesabaran: penyiangan. Karena sa- an dari mereka kini giat menanam aneka wah digarap dengan prinsip SRI Organik sayur, seperti kacang panjang, bayam, yang tidak digenangi air, gulma menjadi dan kangkung di samping rumah. Melebih sering tumbuh. “Kami paling se- reka juga mencoba beternak ikan nila ring turun ke sawah untuk menyiangi. sebanyak 500 ekor di kolam seluas 3 x Hampir setiap hari ada saja bagian yang 4 meter. Semuanya menggunakan prinharus disiangi. Memang repot dan harus sip ramah lingkungan, tanpa pupuk, rabanyak sabar. Kalau tidak sabar, ya pas- cun, pakan, maupun obat-obatan kimia. ti sudah berhenti di tengah jalan, ndak Hal itu sejalan dengan dengan tujuan jadi panen,” kata Jumi Rahayu, petani besar Program Pertanian Berkelanjutan yang tergabung dalam Kelompok Tani yang merupakan bagian dari Program Harapan Mulya, Desa Libukan Mandiri. Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM). “PTPM mendorong budidaya Antusiasme pertanian yang berorientasi produkSejak pertama kali mengikuti pembel- si tanpa mengabaikan kelestarian lingajaran dasar ekologi dan prinsip sistem kungan,” kata Nursih.[]
(Atas-tengah) Istri-istri para petani ikut menggarap sawah setiap hari sejak pola SRI Organik diperkenalkan di Desa Libukan Mandiri, awal 2015. Mereka turut menjadi ujung tombak keberhasilan pertanian ramah lingkungan. (Bawah) Kepala BP4K Luwu Timur Nursih Hariani mengapresiasi SRI Organik sebagai pola budidaya yang mendekatkan petani kepada alam.
6
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 25 | 2016
baru dilakukan setelah pekerjaan selesai. Selain itu, semua desa perlu punya target penyelesaian tahapan dan dipantau perkembangannya setiap minggu oleh Fasilitator.
Penggalian gagasan
Rakor KPMD di Kecamatan Nuha, pertengahan Januari 2016. Dalam kegiatan tersebut, KPMD dari 38 desa melaporkan kegiatan di masing-masing desa, mengungkap kendala dan potensi, serta berdiskusi untuk mencari solusi bersama.
Program Mitra Desa Mandiri
Melaporkan Capaian, Bertukar Pikiran Personel KPMD berkumpul untuk membahas kendala dalam pelaksanaan kegiatan PMDM, sekaligus mencari solusinya.
D
ari delapan prinsip utama yang menjadi semangat PMDM, tiga di antaranya adalah partisipasi, akuntabilitas, dan transparansi. Tiga prinsip itu yang membedakan PMDM (Program Mitra Desa Mandiri) dengan mekanisme program sosial PT Vale terdahulu. PMDM mendorong keterlibatan aktif masyarakat, pelaksanaannya harus dikelola secara benar serta dapat dipertanggung jawabkan, dan seluruh kegiatan dilakukan secara terbuka. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), sebagai pelaku program yang bertugas memfasilitasi masyarakat dalam melaksanakan keseluruhan tahap-
an PMDM, perlu menjaga semangat par- kepada Fasilitator Kecamatan, Fasilitator tisipasi, akuntabilitas, dan transparan- Kabupaten, dan Fasilitator Teknik Kabusi. Salah satunya paten, serta bersilamelalui rapat koturahmi dengan seordinasi (Rakor) S e l a i n m e l a p o r k a n p r o g r e s sama KPMD. yang diadakan k e g i a t a n , m e n g g a l i g a g a s a n Dalam Rakor kesebanyak empat tiga yang dilaksanakali dalam tiap ta- m e r u p a k a n h a l p e n t i n g . H a l kan di aula Kantor itu selaras dengan prinsip hun anggaran. Camat Towuti, perDalam Rakor p a r t i s i p a t i f P M D M tengahan Desember tersebut, KPMD 2015, hampir seludari 38 desa terruh KPMD hadir. Cadampak operasi paian tiap desa dilaPT Vale berkumpul untuk melaporkan ke- porkan. Hasilnya bervariasi. giatan tiga sektor PMDM di desa masingMisalnya Desa Wasuponda, masih bermasing, memberi dan meminta masukan upaya menyelesaikan laporan penggunaan dana tahap 1, Desa Loeha terkendala perizinan lahan untuk kegiatan pembangunan pagar PAUD, dan Desa Nikkel punya sisa dana dari pelatihan kewirausahaan pemuda. Mereka lantas berdiskusi untuk mencari solusi. Dalam Rakor terakhir di Gedung Matano Player, Kecamatan Nuha, pertengahan Januari 2016, diskusi difokuskan pada percepatan penyelesaian kegiatan dan pelaporan. “Sampai akhir 2015, penyelesaian kegiatan baru 57%. Padahal, menurut jadwal, Februari 2016 semua kegiatan harus selesai. Langkah-langkah percepatan sangat penting dilakukan,” kata Fasilitator Teknik PMDM Kabupaten, Alwi Chaidir. Langkah percepatan yang diusulkan Fasilitator, antara lain, proses penyusunan laporan pekerjaan dilakukan sembaRakor KPMD di Kecamatan Towuti, pertengahan Desember 2015. ri proses pelaksanaan pekerjaan, bukan
Melaporkan capaian kegiatan merupakan tujuan paling penting Rakor KPMD. Ini agar seluruh pelaku PMDM bisa memantau kinerja di desa, sekaligus menjalankan prinsip akuntabilitas dan transparansi. “Fasilitator Kecamatan dan Kabupaten punya keterbatasan untuk menjangkau semua lokasi, sementara kami perlu mendapat update dari desa. Karena itu, pertemuan seperti ini penting sekali. Catatan Rakor inilah yang kami jadikan bahan laporan ke Tim Koordinasi PTPM maupun ke PT Vale,” kata Fasiltator PMDM Kabupaten Andi Narwis. Selain melaporkan progres kegiatan, menggali gagasan merupakan hal penting. Hal itu selaras dengan prinsip partisipatif PMDM. “Dari pelaksanaan PMDM dua tahun ini, saya melihat kegiatan di desa terlalu banyak. Apa mungkin di pelaksanaan tahun mendatang kita batasi saja jumlah kegiatannya? Dengan demikian lebih fokus, lebih berkualitas, dan tahapan kegiatan juga lebih cepat selesai,” kata KPMD Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha, Said Abdullah. Gagasan itu disambut baik oleh peserta Rakor. Usulan lain berdatangan. “Bisakah dibuatkan semacam kualifikasi atau persyaratan bagi calon Komite Desa atau bahkan KPMD? Jangan sampai mereka yang terpilih tidak punya kemampuan yang cukup untuk mengawal program, atau tidak punya visi yang sama terhadap pemberdayaan masyarakat,” kata KPMD Wawondula, Kecamatan Towuti, Denny Patandung. Para Fasilitator yang memimpin Rakor menampung semua usulan KPMD dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi pelaksanaan PMDM mendatang. Dalam dua Rakor terakhir, Fasilitator juga membahas sekilas peran strategis KPMD dalam Undang-Undang Desa No. 6/2014. Di sela-sela Rakor, beberapa personel KPMD terlibat dalam pembicaraan diskusi. “Memang yang paling penting dari pertemuan ini, ya silaturahmi. Kami jadi bisa ketemu satu sama lain dan membahas banyak hal tentang PMDM. Kalau misalnya ada yang terlambat atau bagaimana, jadinya malu sendiri dan termotivasi supaya bisa kejar ketinggalan,” kata KPMD Pasi-Pasi, Kecamatan Malili, Asbar. Dia intens berdiskusi dengan KPMD Balantang, Nurdin Sandi. KPMD Parumpanai, Kecamatan Wasuponda, Suhaebah, dan KPMD Matompi, Kecamatan Towuti, Murniati, juga menghabiskan waktu sekitar 40 menit untuk bertukar pikiran seputar target dan kiat menyelesaikan kegiatan tepat waktu. Diskusi mereka diselingi pembicaraan santai tentang kegiatan sehari-hari hingga kompetisi dangdut di televisi. Diskusi terbangun, persahabatan terjalin.[]
SOSOK Verbeek edisi 25 | 2016
7
Sujarwo, petani Mahalona
Lebih Dekat ke Alam Berkat SRI Organik Begitu saya dengar akan ada pendampingan untuk petani yang mau pakai sistem SRI Organik, saya langsung tertarik. Saya yakin sekali kalau sesuatu yang dekat ke alam itu pasti lebih baik.
Wawasan baru apa yang Anda dapatkan dari pembelajaran SRI Organik?
Wah, sudah enggak bisa dihitung banyaknya. Saya belajar mulai dari yang benar-benar Sujarwo menyiapkan mikro organisme lokal (MOL) sebelum memulai kegiatan tanam musim perdana padi dengan pola SRI Organik di Desa mendasar seperti ekoLibukan Mandiri, Kecamatan Towuti. logi tanah, peran ekoada seremoni panen raya padi be- dan Usaha Milik Daerah. Berikut petikan sistem, sampai hal-hal kecil yang menubas bahan kimia di Desa Libukan wawancara Verbeek dengan pria kelahir- rut saya menarik sekali. Mandiri, Kecamatan Towuti, pria an Kendari, 33 tahun lalu itu. Hal kecil seperti apa? ini dengan lantang membacakan laporan Misalnya begini, dulu waktu petani di pelaksanaan pola tanam SRI Organik di Mengapa Anda tertarik sini masih pakai pola konvensional, kita kawasan Mahalona. Nada bangga terlon- mengubah pola tanam, dari boros sekali menggunakan pupuk kimia. tar ketika dia membeberkan fakta bahwa konvensional ke pola ramah Begitu pupuk dihambur, 1-2 hari lahan 36 rekannya berhasil membuat 1.742 liter lingkungan? Saya memang sudah lama tertarik sudah kelihatan hijau. Kita rasanya seMOL dan 173 ton kompos di musim tanam dengan sesuatu yang alami. Dulu nang sekali. Sekarang begitu pakai sisperdana. Pria itu bernama Sujarwo. waktu masih di Kendari, saya tem SRI, lahan sudah dikompos tapi seSaat baru panen, beberapa pernah jadi sales obat- perti tidak kelihatan pengaruhnya. Saya petani sempat “loyo” kareobatan herbal. Saya li- jadi bertanya-tanya, agak was-was juga. na belum mendapat kehat sendiri manfaatnya Setelah kami disuruh mengamati, kami pastian pasar beras bebagi mereka yang me- lihat sendiri pelan-pelan air sawah berubas bahan kimia yang ngonsumsi obat ter- bah warnanya menjadi seperti warna teh. mereka hasilkan di sebut. Sejak itu, saya Dan ternyata itu pengaruh nutrisi dari musim perdana. Tapi mulai meninggalkan kompos. Kalau konvensional airnya jerJarwo, demikian dia biyang namanya obat- nih-jernih saja, artinya tanah tidak dapat asa disapa, tidak putus obat kimia. Kalau pu- nutrisi. Hal seperti itu saya baru tahu. Itu, asa. “Kalau saya tetap sing, saya minum air kan, pelajaran yang luar biasa berharga. semangat, karena saya putih banyak-banyak. yakin ini beras berkualiKalau sakit flu, saya mi- Berarti Anda juga sempat tas. Pasti ada jalan untuk num air rebusan daun li- meragukan pola SRI Organik? memasarkannya,” kata ayah dah mertua. Pokoknya Keraguan pasti ada, meskipun hanya dua anak itu. serba alami. sedikit. Wajar, karena dari zaman dulu Semangat dan keyakinan Jaryang kami tahu cara bertani, ya yang konwo terbayar ketika akhirnya vensional itu. Kan, tidak mudah untuk petani Mahalona mendamengubah pemikiran. Apalagi kanan-kiri pat kesepakatan jualmasih ada teman-teman yang tanam pabeli dengan sakai pola konvensional, jadi kelihatan lah satu Basekali bedanya. Sawah mereka sudah hijau, sawah saya masih gundul… hahahaha.
P
Anda mengenal pola tanam ramah lingkungan setelah ada dukungan PTPM?
Kalau sebatas dengar-dengar, saya sudah sering. Dulu juga kami pernah dapat bantuan pupuk organik dari Dinas Pertanian dan pernah ada orang Dinas yang menyarankan kami pakai pupuk itu. Ya kami pakai, tapi tetap masih pakai pestisida kimia. Lalu saya tanya ke Pak Alik (Alik Sutariat, pakar SRI Organik dari Yayasan Aliksa Organik yang bermarkas di Ciamis, Jawa Barat—red). Kata beliau, tidak perlu pakai kimia sama sekali. Kompos dan MOL saja sudah cukup.
Menurut Anda, benarkah pertanian ramah lingkungan menguntungkan petani?
Kalau sekarang memang belum terlalu terasa keuntungannya, karena kami baru satu kali tanam. Tapi saya berpikir begini, biaya produksi per hektar sawah untuk lahan konvensional lebih dari Rp6 juta. Bahkan sekarang sudah Rp7 juta ke atas. Begitu panen, kami juga dapatnya segitu, Rp6-7,5 juta. Jadi di mana untungnya? Sekarang kami pakai SRI, memang biayanya masih tinggi. Wajar karena tanah masih sakit, mungkin ini semacam “hukuman” karena dulu kami merusak tanah pakai bahan kimia. Tapi lama-lama, kalau tanah sudah bagus, kita tinggal manfaatkan jerami dan hijauan yang ada saja untuk kompos. Tidak keluar uang, tapi hasilnya banyak dan berasnya juga lebih berkualitas.
Dengan pola SRI Organik, Anda harus selalu membuat kompos dan MOL dalam jumlah banyak. Bukankah itu sebuah pekerjaan berat?
Dulu saya juga tidak yakin bisa membuat kompos dan MOL sebanyak sekarang ini. Saya pikir, pasti sibuk sekali, dan bisabisa 24 jam dihabiskan di sawah. Tidak sempat lagi kerja-kerja sedikit membetulkan rumah, tidak sempat main sama anak-anak. Tapi ternyata bisa dan hasilnya di luar dugaan. Ratusan ton kompos dan ribuan liter MOL bisa dibuat petani di sini secara swadaya. Jadi, semakin kuat keyakinan saya bahwa di mana ada niat, di sana ada jalan.[]
Sujarwo, Sekretaris Kelompok Tani Harapan Mulya Desa Libukan Mandiri, Kecamatan Towuti. Bersama kelompok taninya menjadi pelopor pertanian SRI Organik di wilayah pemberdayaan PT Vale.
8
WAWASAN Verbeek edisi 25 | 2016
Kopi Asli Indonesia Makin Digemari Sebuah tren yang perlu dijawab dengan peningkatan produksi dalam negeri.
T
ren minum kopi makin meningkat. Di kota-kota besar hingga ke pelosok daerah, kedai kopi semakin menjamur. Bahkan di rumah-rumah, orang mulai suka meracik sendiri dan mencecap kopi yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia atau dari mancanegara. Tren ini terjadi di penjuru dunia. Catatan Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, rata-rata masyarakat Indonesia kini mengkonsumsi kopi 1,6-1,7 kg/kapita/ tahun. Meningkat dari 10 tahun yang lalu hanya 0,8 kg/kapita/tahun. Kopi merupakan komoditas ekspor unggulan yang menjadi penyumbang terbesar keempat devisa negara setelah kelapa sawit, karet, dan kakao. Nilai devisa kopi mencapai US$ 1,4 miliar. Itu artinya, penduduk dunia menyukai kopi-kopi asli Indonesia. Tidak heran karena ada tujuh produk kopi Indonesia diakui oleh dunia internasional. Tujuh specialty coffee (kopi kualitas premium) yang diakui tersebut adalah Kopi Gayo
(Aceh), Kopi Java Preanger (Jawa Barat), Kopi Ijen (Jawa Timur), Kopi Kintamani (Bali), Kopi Bajawa (Flores, NTT), Kopi Toraja (Toraja, Sulsel), dan Kopi Kalosi (Enrekang, Sulsel). Selain tujuh kopi preium itu, masih ada 39 varian kopi terbaik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Indonesia juga menghasilkan kopi termahal di dunia yang memiliki rasa khas dan produksi terbatas yaitu Kopi Luwak.
Produksi turun
Meski permintaan bertambah, sayangnya tidak diikuti dengan peningkatan produksi. Pada tahun 2016, diprediksi produksi biji kopi hanya sebanyak 300350 ribu ton atau dari tahun 2015 yang mencapai 450 ribu ton. Akibat penurunan produksi, peringkat Indone-
sia sebagai produsen kopi juga turun. Jika sebelumnya berada di peringkat 3 dunia, kini menjadi ke 4. Penurunan produksi ini terjadi karena beberapa faktor yakni, iklim, faktor lahan, dan teknik budidaya. Musim kering berkepanjangan atau El Nino yang begitu kuat di 2015 membuat tanaman kopi menjadi kering. Kekeringan juga terjadi di Brasil yang menyebabkan produktivitas tanaman di Negeri Samba menurun. Faktor lahan yang memengaruhi penurunan produksi kopi adalah alih fungsi lahan ke komoditas lain, terutama sawit. Namun di luar iklim dan alih fungsi lahan, cara budidaya menjadi faktor utama produksi kopi di Indonesia turun. Umumnya petani datang ke kebun hanya saat musim tanam dan panen. Pemeliharaan tanaman tidak dilakukan. Sehingga tidak heran produksi rendah akibat tidak ada perlakuan yang sesuai dari petani. Penanganan pasca-panen juga belum maksimal, misalnya penyimpanan, cara menyangrai, atau mengemas kopi. Padahal dari pascapanen itulah kualitas kopi banyak ditentukan.
Potensi Indonesia
Negeri kita yang kaya akan jenis kopi ini sangat berpotensi menggantikan Brasil sebagai penyuplai kopi peringkat satu dunia. Saat ini, Indonesia berada di posisi keempat. Posisi pertama penyuplai kopi dunia ditempati Brazil, diikuti Vietnam, dan Kolombia. Dari sisi lahan, kita punya keunggulan. Data menyebutkan lahan perkebunan kopi Indonesia mencapai 1,24 juta hektar (kopi robusta 933 ribu ha dan arabika 307 ribu ha). Bandingkan dengan luas perkebunan kopi Vietnam yang hanya 550 ribu ha. Sayangnya dari sisi produktivitas, negara kita masih harus menyusul ketinggalan. Produktivitas tanaman kopi robusta sebanyak 741 kg/ha tiap tahun. Sedangkan produktivitas kopi arabika 808 kg/ ha per tahunnya. Sebagai perbandingan, rata-rata produktivitas petani kopi Brazil sebanyak 2.000kg/ha/tahun dan Vietnam 1.500/kg/ha/tahun. Produksi kopi kita masih 50% lebih rendah, padahal kita memiliki lahan potensial yang jauh lebih besar. Keunggulan lain ada pada kualitas biji kopi. Permintaan kopi Indonesia dari waktu ke waktu terus meningkat lantaran biji kopi asal Indonesia lebih baik, mempunyai karakteristik serta cita rasa unik. Produk kopi di Indonesia dikenal sangat beragam dari sisi rasa dan aroma. Alam sudah memberi dukungan maksimal bagi petani kopi Indonesia. Giliran kita yang harus menyambutnya dengan semangat dan kemauan untuk berbenah.[]
WAWASAN Verbeek edisi 25 | 2016
9
Bangga Konsumsi Pangan Lokal! Lebih sehat, ramah lingkungan, dan membantu meningkatkan kesejahteraan petani. hemat pengeluaran negara untuk impor pangan. Petani lokal yang sudah bersusah-payah mengolah sawah dan kebun, tidak layak dibuat gigit jari karena produk mereka kalah bersaing dengan produk pangan impor. Menyantap pangan lokal adalah salah satu bentuk penghargaan dan kecintaan terhadap produk, produsen, dan pelaku usaha dalam negeri. Pemerintah, melalui Kementerian Pertanian, terus mensosialisasikan pangan lokal melalui kampanye “Pangan Nusantara”. Sejak 2013, MITI melakukan gerakan “Go Pangan Lokal” di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Semarang, Medan, Jambi, Makassar, Samarinda, dan kotakota besar lain. Gerakan tersebut bertujuan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk bangga pada pangan lokal dan beralih kepada pangan lokal.
Berbagai olahan
Ubi jalar, salah satu pangan lokal yang bisa diolah menjadi berbagai macam hidangan, ramah bagi penderita diabetes, mengurangi tekanan darah, hingga menyehatkan pencernaan.
K
ekayaan alam Indonesia tak terbantahkan. Negara kita dianugerahi lahan dan tanaman pertanian yang luas dan beragam. Kondisi itu membuat kita tidak perlu repot mencari sumber pangan lokal. Sebut saja singkong, talas, ubi, sagu, jagung, serta aneka jenis sayur dan buah. Semua bisa dijumpai dengan mudah di pasar tradisional. Sayangnya, kecintaan terhadap pangan lokal semakin terkikis. Hasil penelitian Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) pada 2013 menunjukkan, masyarakat Indonesia lebih memilih produk pangan impor, sebab memiliki keunggulan pada segi tampilan produk dan kemasan. Meskipun berbagai macam umbi, buah, dan sayur dapat tumbuh subur di Indonesia, produk pangan impor tetap merajalela di negara kita. Pangan lokal sebenarnya lebih sehat. Contohnya singkong. Dengan kandungan kalsium yang tinggi, singkong cocok dikonsumsi kaum Lansia. Selain itu, singkong memiliki kadar glikemik rendah sehingga sangat baik dikonsumsi oleh penderita diabetes. Produk pangan lokal yang dijual di pasar sebagian besar tidak melalui pro-
ses pengawetan. Buah dan sayur segar langsung didistribusikan setelah panen. Berbeda dengan produk pangan impor, yang harus melalui proses pengawetan bioteknologi untuk menjadikan produk tersebut tetap segar, karena harus menempuh perjalanan jauh dan lama. Zat gizi yang terdapat dalam buah dan sayur lokal juga lebih baik dibandingkan produk pangan impor. Sementara beberapa produk impor terpaksa dipanen sebelum matang agar tidak mengalami pembusukan saat sampai di Indonesia. Produk pangan lokal relatif lebih aman dikonsumsi, terlebih jika ditanam secara organik.
kerap mendengar emisi karbon menghasilkan efek pemanasan global pada iklim Bumi. Dengan demikian, mengonsumsi pangan lokal artinya berkontribusi pada kelestarian Bumi. Membudayakan kembali pangan lokal akan meningkatkan kesejahteraan petani, membangkitkan perekonomian para pelaku usaha pangan nasional, serta meng-
Banyak potensi pangan lokal yang dimiliki Indonesia, seperti jagung di Gorontalo dan sagu di berbagai wilayah di Indonesia Timur. Apabila potensi tersebut dikembangkan, kemampuan nasional untuk meningkatkan produksi pangan pasti akan terwujud. Pangan lokal yang tersebar di Nusantara umumnya sama, hanya berbeda penyebutan dan cara pengolahannya antara daerah satu dan lainnya. Misalnya, di Jawa Barat, makanan bernama timus merupakan olahan singkong yang dicampur gula merah dan kelapa parut. Makanan serupa di Sumatera Utara disebut lemet. Jagung di Sumatera Utara dipipil dan rebus lalu dicampur kelapa parut dan gula putih, sementara di Sulawesi jagung muda diolah menjadi bubur dicampur dengan sayuran dan daging dan siap disajikan sebagai makanan. Salah satu makanan favorit orang Indonesia adalah mi. Anda ingin membuat mi sendiri berbahan pangan lokal? Simak langkah-langkahnya di rubrik “Kreasi”.[]
Bentuk memikat
Siapa tidak tergiur dengan tampilan buah-buahan impor yang mulus dan mengilat? Di balik bentuknya yang memikat, produk impor sudah melewati perjalanan yang sangat jauh sebelum menghiasi rak-rak di supermarket atau kios buah. Sebagai contoh, pengiriman buah apel dari Amerika memerlukan waktu sekitar 40 hari. Semakin jauh jarak yang ditempuh, maka makin banyak energi yang dihabiskan. Distribusi bahan pangan menyumbang emisi karbon. Mungkin Anda
Aneka pangan lokal yang semakin kalah pamor dengan bahan makanan impor. Padahal mengonsumsi pangan lokal tidak melalui proses pengawetan dan punya nilai gizi tinggi.
10
KREASI Verbeek edisi 25 | 2016
Membuat Mi dari Bahan Lokal Mudah didapat, bergizi, dan lezat.
P
angan impor disebutsebut sebagai makanan moderen, sedangkan pangan lokal dianggap ketinggalan zaman. Singkong, talas, ubi, sagu, jagung, dan berbagai tanaman yang banyak tumbuh di kebun dan pekarangan selama ini terkesan sebagai pangan ndeso. Tapi siapa sangka di balik kesan kampung, pangan lokal justru lebih sehat. Apa jadinya jika makanan favorit kita dibuat dari bahan pangan lokal? Sudah pasti lebih bergizi. Contohnya mi, makanan pokok yang menjadi menu “wajib” kedua setelah nasi. Konsumsi mi instan di Indonesia cukup tinggi. Data World Instant Noodles Association, konsumsi mi di Indonesia mencapai 14,5 miliar bungkus pada 2013 atau nomor dua setelah China. Sayangnya, bahan baku mi instan sepenuhnya berasal dari terigu, yang berasal dari gandum impor. Data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia, konsumsi terigu di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi terigu Januari-November 2014 naik menjadi 5,05 juta ton, meningkat 4,13% dibanding periode yang sama pada 2013. Padahal potensi pangan lokal sebagai sumber bahan pangan tersedia di negeri kita. Begitu banyak pilihan jenis pangan lokal yang mengandung karbohidrat yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mi. Mi ubi jalar, mi jagung, mi singkong, dan mie sagu, baik berbentuk mi kering maupun basah, tentu lebih sesuai dengan lidah orang Indonesia. Nutrisi mi dapat diperkaya dengan menambahkan sayuran. Aneka mi juga bisa diolah menjadi berbagai jenis masakan seperti mi goreng, schotel, martabak mi, dan masih banyak lagi.
Mie Jagung
Jagung merupakan salah satu bahan pangan lokal yang banyak tersedia di Indonesia. Jagung memiliki keunggulan kaya serat dan mengandung beta karoten.
Bahan mi jagung:
• 250 gr tepung jagung • 750 gr tepung terigu • 2 butir telur ayam • 1 sdt soda kue • 1 sdt garam • Air secukupnya
Cara membuat:
• Campurkan telur, soda kue, garam, tepung jagung, tepung terigu, tambahkan air sedikit demi sedikit hingga terbentuk adonan sambil diaduk dengan mixer. Pengadukan dilakukan hingga terbentuk adonan yang tepat/kalis. • Cetak adonan menjadi lembaran dengan menggunakan alat penggiling mi. Pada tahap awal gunakan ketebalan yang besar, giling berulang-ulang agar kenyal dan rata. Lalu ganti dengan ukuran yang lebih kecil ketebalannya hingga membentuk lembaran adonan. Cetak lagi hingga membentuk lembaran mi. • - Kukus selama 30 menit. • - Keringkan dengan oven pada suhu 6070°C selama 1-1,5 jam. Pengeringan dianggap cukup bila mi mudah dipatahkan.
Mie Ubi Ungu
Ubi jalar merupakan jenis umbi sumber karbohidrat yang mudah ditemukan. Jenisnya beragam, dari ubi jalar putih, kuning, dan ungu. Ubi jalar kuning kaya akan beta karoten, sedangkan ubi jalar ungu kaya antosianin. Keduanya berfungsi sebagai antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan. Ubi jalar ungu punya zat anti kanker selenium dan iodine yang 20 kali lebih tinggi daripada jenis ubi lainnya. Ubi ungu juga baik untuk mendorong kelancaran peredaran darah.
Bahan mi ungu:
• 250 gr ubi ungu, cuci, kukus sampai empuk, kupas kulitnya, haluskan • 300 gr terigu protein tinggi • 100 gr tepung beras (bisa diganti tapioka atau campuran keduanya dengan perbandingan 1:1) • 1 sdt garam • 2 butir telur • Tepung sagu untuk taburan • Air • Minyak goreng secukupnya
Cara membuat :
• Campur semua bahan mi, aduk hingga kalis. • Giling adonan dengan alat penggiling mi dari ukuran besar sampai kecil, digiling 2-3 kali hingga licin, sambil ditaburi tepung sagu tipis-tipis supaya tidak lengket. • Setelah semua adonan selesai digiling, potong adonan menggunakan pemotong mi sesuai selera. • Didihkan air dengan sedikit minyak goreng, rebus mi hingga terapung, angkat dan dinginkan. • Mi siap diolah menjadi aneka hidangan lezat.
Mie Sagu
Sagu merupakan salah satu sumber karbohidrat potensial di Indonesia. Area sagu di Indonesia mencapai hampir 50% dari total area tanaman sagu dunia. Mi sagu bebas gluten dan kaya pati resisten. Pati resisten menjadi probiotik yang menyehatkan saluran pencernaan. Sagu dapat diolah menjadi mi dengan tekstur yang kenyal. Warna mi sagu mirip dengan bihun, tetapi bentuknya lebih besar.
Bahan mi sagu:
• 200 gr tepung sagu • 15 ml air panas • Minyak goreng secukupnya
Cara membuat :
• Ayak tepung sagu, beri air panas sedikit demi sedikit, bentuk adonan, uleni hingga kalis. • Tipiskan adonan dengan alat penggiling mi. • Potong lembaran mi sesuai selera, masukkan ke dalam wadah. • Rebus air, beri sedikit minyak agar mi sagu tidak saling lengket, lalu masukkan mi ke dalam air mendidih. Jika mi sudah muncul ke permukaan berarti mi sagu telah matang. Angkat, tiriskan. • Masukkan mi sagu ke dalam air bersih (air matang), rendam 1 malam agar mi mengembang, kenyal, dan rasa tepung mentah hilang. • Esok hari, mi sagu siap digoreng atau dibuat mi kuah setelah ditiriskan.[]
INSPIRASI Verbeek edisi 25 | 2016
11
Kelompok Tani Organik Sarinah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Pelaku Produksi Pangan Terbaik 2015
B
eras merah kian diminati masyarakat seiring dengan semakin tingginya kesadaran terhadap penerapan pola hidup sehat. Beras merah memiliki kandungan anthocyanin yang bisa membantu mengurangi peradangan, alergi, menurunkan risiko kanker, dan membantu menurunkan berat badan. Makanan berserat ini juga memiliki nilai indeks glikemik yang rendah sehingga cocok dikonsumsi oleh penyandang diabetes. Menurut studi terbaru, mengonsumsi satu cangkir nasi merah setiap hari ternyata bisa menurunkan risiko diabetes sampai 60%. Kelompok Tani Sarinah di Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan salah satu kelompok tani yang mampu mengembangkan pertanian organik beras merah, yang kini tidak hanya mampu memberikan keuntungan bagi anggota kelompok, tetapi juga mampu mengangkat nama daerah di tingkat nasional. Pada tahun 2004, Ketua Poktan Organik Sarinah, Tuty Wariyati, membudidayakan padi tanpa pupuk kimia di hamparan sawah seluas 5 ha. Awalnya upaya Tuty kurang mendapatkan respons dari
petani setempat karena berbagai kendala untuk memulai pertanian organik, juga karena keuntungan yang belum maksimal. Pada tahun pertama peralihan pertanian organik, hasil panen Tuty merosot tajam dan diperlukan waktu hingga empat kali musim tanam untuk mengembalikan kesuburan tanah. Namun jerih payah Tuty berbuah manis. Bahkan kini telah terbentuk PT Sarinah Agro, sebuah perusahaan yang dibentuk oleh Poktan Organik Sarinah. Di pabrik skala kecil tersebut, pengemasan beras merah dilakukan untuk dijual ke sejumlah daerah di Indonesia dan diekspor ke mancanegara.
Kerja keras anggota Poktan yang berlokasi di Jl. Raya Laswi No.757 Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, itu diapresiasi melalui berbagai penghargaan. Kementrian Pertanian memberi penghargaan Citra Produk Pertanian Berdaya Saing pada 2012. Penghargaan yang lebih dikenal dengan nama Caping Award tersebut diberikan kepada individu, kelompok, maupun lembaga yang punya inovasi di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Poktan Organik Sarinah mengantongi penghargaan Produk Inovasi Pemasaran Berdaya Saing kategori produk tanaman pangan. Puncaknya adalah penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) 2015 yang diserahkan langsung oleh Presiden RI Joko Widodo. Kelompok Tani Organik Sarinah mendapatkan penghargaan APN 2015 sebagai Pelaku Produksi Pangan Terbaik. Tuty dan dua orang petani lainnya diberi kesempatan untuk berdialog langsung dengan Presiden.
Menguntungkan
Kelompok Tani Organik Sarinah sudah menggunakan pedoman sistem pengawasan yang mengacu kepada SNI 016729-202 tentang sistem pangan organik. Hasil panennya selain untuk memenuhi kebutuhan lokal, kabupaten dan provinsi, juga sudah diekspor. Di samping itu, kelompok sudah bermitra dengan 14 perusahaan, koperasi dan perorangan. Sertifikat organik diperoleh Poktan ini pada 2011. Berbagai perusahaan retail besar di Jakarta sudah berhasil ditembus. Sebut saja Borma, Food Hall, dan Kem Chicks. Merk terkenal Tropicana Slim pun berhasil digaet Poktan Organik Sarinah. Menurut Tuty, untuk menghasilkan produk pangan organik berstandar ekspor harus lolos berbagai persyaratan ketat. “Tidak mudah untuk memasok beras organik ke perusahaan makanan maupun ekspor. Terlebih dulu produk harus lolos uji, mulai dari penanaman sampai pengolahan,” katanya. Bahkan pengawasan ketat sudah dilaksanakan sejak pengolahan tanah, penanaman, hingga pengemasan. “Pada saat pengemasan harus benar-benar bersih karena terikut barang lain kecil saja, bungkusan beras berapa pun banyaknya akan dikembalikan dan dibongkar ulang,” kata Tuty. Meskipun persyaratan dan pengawasan sangat ketat, Tuty mengatakan bahwa menjadi petani organik sangat menguntungkan. Semula dia hanya bisa memproduksi padi sebanyak 4-5 ton per hektar. Tapi setelah menggunakan pola pertanian organik dan membuat mikro organisme lokal (MOL), produksinya meningkat hingga 100% dan hingga kini stabil dengan produktivitas rata-rata 8 ton/ha.[]
Adhikarya Pangan Nusantara
Poktan Organik Sarinah memproduksi beras merah organik sebanyak 107 ton per musim dari luas lahan 13,7 hektar. Beras merah produksi 48 anggota Poktan Organik Sarinah dijual dengan harga Rp 16 ribu/kg. Produk yang dihasilkan sudah beredar di berbagai retail di Indonesia, bahkan telah melanglangbuana ke negara tetangga.
Tuty Wariyati, ketua Kelompok Tani Organik Sarinah, saat menerima penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara 2015 dari Presiden RI Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta. Beras merah produksi Poktan di Kabupaten Bandung itu sebagian dikemas dengan merek dagang Tropicana Slim.
12
SAFETY Verbeek edisi 25 | 2016
Kenali Tanda Perundungan (2) orangtuanya, suka menyalahkan orang lain, dan cemas kehilangan popularitas.
10 langkah
D
i edisi sebelumnya Verbeek membahas definisi dan dampak bullying atau perundungan/penggencetan dalam bahasa Indonesia. Bullying merupakan bentuk kekerasan fisik maupun verbal yang dilakukan berulang-ulang, terjadi karena adanya ketimpangan kekuatan (misalnya anak yang lebih besar atau lebih tua mengganggu juniornya di sekolah yang bertubuh kecil), dan umumnya pelaku senang melihat korbannya ketakutan atau cemas. Setelah mengenali bullying, kita perlu mengetahui seorang anak menampakkan “gejala” menjadi korban atau pelaku penggencetan. Setelah itu, cari cara untuk menghentikannya. Guru, orangtua murid, dan siswa perlu memiliki komitmen kuat untuk memerangi bullying.
Tanda bahaya
Ada banyak penanda yang mengindikasikan seorang anak terdampak bullying, baik dia menjadi penggencet maupun korban. Mengenali tanda bahaya adalah langkah penting pertama untuk melawan bullying. Dan menjadi semakin penting karena anak yang terkena bullying tidak semuanya berani meminta pertolongan. Anak enggan memberi tahu orang dewasa karena banyak alasan. Bullying membuat anak tidak berdaya, namun mereka takut dianggap lemah atau dicap pengadu, takut terhadap reaksi si penggencet, anak merasa malu, bahkan takut dimarahi orangtua jika mereka tidak bisa melawan. Setiap anak adalah pribadi yang unik, sehingga “gejala” yang ditunjukkan akan berbeda. Namun secara garis besar, tanda-tanda bahaya berikut patut diwaspadai. Anak-anak yang menjadi korban bullying kerap mengalami memar di beberapa bagian tubuh tanpa bisa mereka jelaskan penyebabnya, sering kehilangan barang, mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau sering purapura sakit sehingga enggan masuk sekolah. Korban juga mendadak kehilangan selera makan, susah tidur dan kerap mimpi buruk, prestasi akademiknya menurun, dan malas bersosialisasi. Sementara anak yang menjadi penggencet seringkali terlibat perkelahian fisik maupun verbal, memiliki teman akrab yang juga seorang perundung, agresif, sering dipanggil ke ruang guru dan dihukum di sekolah, punya uang berlebih atau barang-barang baru tanpa dibelikan
2.
3.
4.
5.
6.
dang membalas perlakuan yang menimpanya selama ini. Daripada main hakim, dengarkan tiap anak dengan pikiran yang terbuka. 7. Bicara terpisah dengan masing-masing anak. Ketika Anda melakukan “interogasi”, lakukan secara terpisah. Jangan biarkan anak beradu mulut di depan Anda dan jangan meminta kesaksian anak lain di depan umum. Lakukan diskusi empat mata. Dengan demikian, anak bisa menceritakan apa yang mereka alami dari sudut pandangnya tanpa khawatir opininya didengar anak lain. 8. Jangan menyuruh anak yang terlibat bullying langsung berdamai dan bersalaman di tempat. Bawa mereka ke tempat yang tenang, diskusi empat mata, lalu katakan bahwa dia mengalami bullying. Jelaskan bahwa Anda akan menyikapi perilaku itu secara serius dan akan mencari akar permasalahan sebelum menentukan tindakan selanjutnya. Hal itu membuat korban bullying dan saksi mata merasa berdaya, berbesar hati karena ada orang dewasa yang peduli, dan mereka bisa mengharapkan hasil akhir yang adil. 9. Jangan abaikan saksi mata. Mereka adalah “penonton” bullying yang kerap memotivasi pelaku untuk melancarkan aksi. Jika terjadi, jelaskan bahwa itu merupakan perilaku yang salah, tidak bisa ditoleransi, dan mereka punya tanggung jawab untuk menghentikan tindakan bullying. Posisikan diri Anda sebagai orang dewasa yang peduli dan bisa diajak bicara setiap kali anak menjadi korban bullying atau melihat perilaku tersebut. 10. Buat aturan. Jika Anda tenaga pendidik, Anda bisa merumuskan peraturan dan program-program antibullying di sekolah. Jika Anda orangtua murid, ada baiknya menggagas pertemuan dengan pihak sekolah untuk membahas peraturan tersebut.[]
Bagi orangtua, guru, maupun orang dewasa yang melihat tanda dan kejadian bullying, ada langkahlangkah yang bisa Anda ambil untuk memutus rantai perilaku buruk tersebut. 1. Perhatikan tanda bahaya seorang anak menjadi korban atau pelaku bullying. Tidak semua anak menampakkan tandatanda atau mereka pandai menyembunyikannya. Karena itu, Anda perlu memperhatikan anak dengan jeli. Berkomunikasi dengan anak setiap hari. Tanyakan hal apapun yang menyangkut keseharian anak, seperti “Ada hal seru yang terjadi hari ini atau ada hal buruk?”, “Seperti apa suasana istirahat di sekolah tadi? Kamu makan ditemani siapa? Kalian ngobrol apa sambil makan?” “Apa rasanya naik bus ke sekolah?”, dan berbagai pertanyaan lain untuk menghidupkan diskusi Anda dengan anak. Jangan berasumsi situasi yang dialami anak adalah candaan tak berbahaya. Tiap anak punya tingkat adaptasi berbeda. Apa yang dianggap bercanda oleh seorang anak bisa berarti mempermalukan atau gangguan oleh anak lain. Setiap kali anak merasa terancam, lindungi anak Anda. Bertindak segera jika Anda melihat ada masalah di antara anak. Jangan menghindar dengan pemikiran “namanya juga anak-anak, lama-kelamaan akan lupa”. Sebagian anak akan selalu mengingat perilaku buruk yang menimpanya, sehingga an Bullying ying. Lindungi Korb gabaikan bull perilaku buruk perlu segeen m k tu n u menh anak n korban saat ra diakhiri demi mencegah nah menyuru ga er en p d i n at ga p n Ja 1. dan berem perilaku lebih buruk terjadi. kontak mata ng. 2. Lakukan lah kebu asalah llyi Tetap tenang. Ketika Anda llying bukan u b an rb o k diskusikan m i enjad melerai anak, jangan berdia bahwa m . 3. Yakinkan enggencetan debat atau memarahi salah engabaikan p salahannya. m k tu n u ak satu anak. Beri contoh peeminta an kum korban. 4. Jangan m karena atau menghu an k h la rang pelaku, ya rilaku saling menghormati. ye en m en n m ga as n al Ja b 5. kolah. ntuk yuruh anak u uarkan dari se Pastikan semua anak aman el en ik m d n n ga ka n Ja ah ,b a dan 6. uka, dihukum ukan orangtu atau langsung cari pertoak il d a is b g n anak bisa terl lkan dia , apa ya longan medis jika ada yang . Jangan kuci kepada anak n an ka am ya a an as T er 7. melinembuat dia m terluka. Tenangkan anakd Anda adalah su ak m n u guru untuk m ip k engganemannya mes , misalnya m anak yang terlibat penggencetan, in la ra ca dari teman-t an k agak ir ebih baik pik , jika kasusnya termasuk saksi mata. Persilakan au at as el k i dungi anak. L d k tempat dudu saksi mata melakukan kegiatan ti konfigurasi indah kelas. p a lah, dan is b ak an in gk kepala seko lain, sementara pelaku dan korn , u ru gu n ga berat, m ng sesuasi den ban penggencetan diajak ke temberkomunik an batasan ya d h la ah in gk aj n R la . 8 an rid. Diskusik pat yang tenang. orangtua mu h. la o a. Anda k se an ijak akhir seketik Jangan menghakimi terlalu ceer b ak d ti ai dengan keb g n ullyi onsisten inan besar, b pat. Sangat mungkin seorang anak kannya dan k ti gk n en u gh em en K m . k 9 en kuat untu yang Anda kira pelaku bullying seperlu komitm . an orb benarnya adalah korban yang semelindungi k
DOKTER MENJAWAB Verbeek edisi 25 | 2016
13
Hepatitis A, Kenali dan Cegah
Oleh: dr. Kriatiawan Basuki. Mkes, Occupational health specialist RS PT Inco
K
ejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A, yang secara awam dikenal sebagai sakit kuning, menghebohkan Institut Pertanian Bogor (IPB) pada awal Desember 2015 lalu. Sebanyak 28 mahasiswa terjangkit penyakit akibat infeksi virus yang dapat menyerang organ hati tersebut. Di dunia, prevalensi Hepatitis A mencapai 1,4 juta jiwa setiap tahunnya dengan porsi terbesar kalangan anak-anak. Sementara di Asia Tenggara, kasus Hepatitis A akut menyerang sekitar 400.000 orang per tahun dengan angka kematian hingga 800 jiwa. Selama 2015, RS Inco Sorowako menangani 9 kasus dengan diagnosis Hepatitis A yang membutuhkan layanan rawat jalan dan 1 orang membutuhkan layanan rawat inap.
Gejala
Gejala awal meliputi demam, mual, muntah, nyeri pada sendi dan otot, serta diare. Ketika organ hati sudah mulai terserang, muncul gejala lanjutan yaitu urin berwarna gelap, tinja berwarna pucat, sakit kuning, dan gatal-gatal. Selain itu, daerah perut bagian kanan atas juga akan terasa sakit terutama jika ditekan. Namun gejala itu tidak muncul pada setiap pengidap. Pada pengidap usia di bawah 6 tahun, hanya 1 dari 10 penderita yang mengalami sakit kuning. Sedangkan pada remaja dan orang dewasa, angkanya menjadi 7 dari 10 penderita.
Penyebab dan penularan
Pencegahan
Cara paling mudah adalah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Lakukan hal-hal berikut: Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, terutama sebelum makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah ke toilet. • Jangan berbagi barang-barang pribadi seperti sikat gigi atau handuk. • Jangan saling meminjamkan peralatan makan. • Selalu memasak makanan sampai matang dan merebus air sampai mendidih. • Hindari jajan di pedagang kaki lima yang kebersihannya kurang terjaga. • Hindari konsumsi makanan mentah yang berasal dari perairan yang terkontaminasi, misalnya tiram. • Pencegahan infeksi Hepatitis A juga dapat dilakukan melalui vaksinasi sebanyak dua kali dengan selang waktu 6-12 bulan terutama untuk mereka yang be-
Penyebab penyakit ini adalah virus Hepatitis A yang menyebar melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja pengidap Hepatitis A. Faktor risiko penyebaran virus lainnya: • Sanitasi yang buruk • Kontak langsung dengan pengidap • Konsumsi makanan mentah • Berbagi jarum suntik • B e r h u b u n g an seks dengan pengidap, terutama seks anal • Bekerja di area yang berhubungan dengan kotoran, misalnya selokan, sedot tin- Lalat bisa membawa berbagai jenis penyakit, seperti hepatitis A, tifoid, dan disentri dengan cara mengontaminasi makanan atau air. ja, dan lain-lain.
risiko tinggi. Di Indonesia, vaksin ini tidak termasuk ke dalam imunisasi wajib. Tetapi telah tersedia dan dapat diberikan pada anak mulai usia dua tahun dan orang dewasa.
Langkah pengobatan
Kekebalan tubuh penderita akan melenyapkan virus dengan sen- Pencegahan terhadap infeksi Hepatitis A bisa dilakukan dirinya, karena itu melalui vaksinasi sebanyak dua kali Hepatitis A tidak memerlukan penanganan khusus kecuali untuk meringankan gejala. Langkah • Jangan mengonsumsi minuman keras utama diagnosis hepatitis A yang disaranatau obat-obatan yang berdampak pada kan adalah pemeriksaan darah. Jika positif hati. Jika ada obat-obatan tertentu yang mengidap penyakit ini, dokter akan melaharus Anda gunakan, diskusikanlah dokukan evaluasi fungsi organ hati dan USG. sis atau jenis obat yang aman dengan Lakukan juga hal berikut untuk medokter. mulihkan diri: • Berbeda dengan Hepatitis B dan C, in• Banyak beristirahat. Pengidap hepati- feksi Hepatitis A umumnya tidak metis A pasti akan mengalami kelelahan, nyebabkan penyakit hati jangka panterutama pada awal infeksi. jang (kronis) dan jarang yang beraki• Atasi mual-mual dan muntah, misalnya bat fatal. Tapi beberapa kelompok terdengan menghindari makanan berlemasuk lansia, orang dengan penyakit mak dan makan dengan porsi sedikit. kronis seperti diabetes, orang dengan Jika gejala ini tidak berkurang, doksistem kekebalan tubuh yang menurun ter biasanya menganjurkan konsumseperti penderita HIV, dan orang yang si obat anti-muntah yang tersedia da- telah menderita penyakit hati sebelum lam bentuk tablet, kapsul, serbuk, serterinfeksi Hepatitis A, lebih rentan terta suntikan. hadap komplikasi.[]
14
GALERI Verbeek edisi 25 | 2016
Galeri Foto
Momen yang te rt kamera sepanja angkap n Program Terpa g pelaksanaan du Pengemban gan Masyarakat (P TP memiliki fotofo M). Jika Anda to dengan pelaksa yang terkait n silakan kirim k aan PTPM, e Redaksi Tablo Verbeek melalu id i verbeek@gma email tabloid. il.c foto minimal 5 om (ukuran 00KB). Foto ya ng dimuat akan m endapatkan suvenir menari k.
Fasilitator PMDM-Kabupaten dan Tim Program Pengembangan Sosial PT Vale mengunjungi Pustu di Desa Mahalona, Kecamatan Towuti, dalam rangkaian kegiatan monitoring-evaluasi (Monev), Januari 2016. PMDM memberikan bantuan berupa prasarana bagi Posyandu dan Pustu di desa tersebut.
Kegiatan monitoring dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha. Kegiatan yang berlangsung pada akhir 2015 itu merupakan bagian dari PMDM sektor kesehatan. (Foto: Lusi, Sekretaris Komite Kelurahan Magani)
Diskusi antara Lurah Magani Chaeruddin M. Arfah, tokoh masyarakat, dan pedagang kuliner sebelum menempati lokasi baru di Pujasera Simpang Tiga, Kelurahan Magani, Kecamatan Nuha. Diskusi dilakukan untuk menjaring aspirasi pedagang sekaligus mensosialisasikan relokasi pusat jajan. Saat ini, Pujasera Simpang Tiga telah berdiri dan menjadi sentra kuliner di Kelurahan Magani.
Tim Program Pengembangan Sosial berkunjung ke Desa Nuha, Kecamatan Nuha, untuk bertemu dengan pengrajin anyaman berbahan daun teduhu. PMDM memberikan bantuan berupa promosi produk, pelatihan, dan penyediaan bengkel kerja sebagai bentuk dukungan atas tradisi kriya dan industri kecil.
KOMUNITAS Verbeek edisi 25 | 2016
15
Memotivasi Guru Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat
Belajar identik dengan siswa atau mahasiswa. Komunitas Guru Belajar berupaya menepis anggapan itu. Belajar harus menjadi kegiatan setiap orang, bahkan guru, tanpa terhenti.
M
embuka situs gurubelajar.org, ada hal menarik yang bisa kita lihat. Di halaman depannya tertulis “Komunitas pendidik untuk berdiskusi dan berbagi praktik cerdas pengajaran dan pendidikan yang diinisiasi oleh Kampus Guru Cikal (Jakarta). Komunitas kami telah hadir di Ambon, Bandung, Cirebon, Depok, Jakarta, Lampung, Pekalongan, Semarang, Soroako, Surabaya, Tangerang, Tegal Waru, Timika, Tuban, Yogyakarta.” Sebuah komunitas yang digagas di ibukota tapi ada nama Sorowako “terselip” di antara kota-kota lain yang telah mengadaptasi konsep Komunitas Guru Belajar. Komunitas tersebut lahir dari fakta bahwa kebanyakan masalah pendidikan di Indonesia bukan disebabkan karena karena kualitas guru, tapi karena berhentinya guru belajar. Karena itu, guru perlu diberi motivasi untuk belajar. Salah satu caranya adalah mempertemukan sesama guru untuk saling bertukar pikiran. Komunitas Guru Belajar yang diinisiasi oleh Kampus Guru Cikal, dengan praktisi pendidikan Najelaa Shihab dan Bukik Setiawan sebagai pendirinya, adalah sebuah komunitas pendidik untuk berbagi praktik cerdas dalam pengajaran dan pendidikan. Komunitas itu meyakini bahwa guru belajar lewat kolaborasi yang beragam. Keragaman bentuk kolaborasi terwujud pada Temu Pendidik di setiap daerah dan Temu Pendidik Nusantara yang memberi kesempatan guru belajar dari sesama guru maupun dari non-guru.
Belajar dan berbagi
Konsep guru belajar menarik perhatian lima orang guru di Sorowako, yaitu
Hesti Wulandari, Ida Bagus Darmatika, Mahmuddin Patahangi, Mirna Haerani, dan Apriyana Achmad. Tanpa pikir panjang, mereka langsung bergabung dengan Grup Facebook Komunitas Guru Belajar dan berinisiatif untuk mengadakan Temu Pendidik (Mudik) di Sorowako pada September 2015. Bukik Setiawan didatangkan langsung untuk memandu kegiatan Mudik dan menjadi pemateri dalam seminar di Wasuponda dan Sorowako. Setelah menggelar Mudik, Komunitas Guru Belajar Sorowako resmi berdiri. Kegiatan selanjutnya adalah pelatihan guru bertema “Menerapkan Disiplin Positif” pada akhir Januari 2016 yang diikuti oleh 27 guru dari Nuha, Malili, Wotu, dan Tomoni Timur dan mendatangkan trainer dari Kampus Guru Cikal. Untuk bisa mengikuti pelatihan tersebut, guru diminta membuat tulisan esai dengan kriteria tertentu. Agenda selanjutnya, Komunitas yang kini beranggotakan 60 orang guru itu berencana kembali menggelar Mudik dengan topik diskusi seputar disiplin positif. “Kami berharap 27 guru yang sudah mendapat pelatihan langsung menerapkannya di sekolah dan bisa sharing pengalamannya dengan guru-guru lain,” kata Hesti Wulandari. Kegigihan guru-guru di Sorowako untuk belajar rupanya telah menggema ke banyak pihak di banyak tempat. Acara bincang-bincang di stasiun televisi nasional, Mata Najwa, mengundang Hesti Wulandari menjadi tamu untuk berbagi pengalamannya seputar Komunitas Guru Belajar Sorowako. Najwa Shihab, sang pemandu acara, menampakkan raut wajah antusias mendengar penuturan Hesti yang jauh-jauh datang dari Sorowako untuk berbagi kisah manis. Sudah ada tiga daerah di Sulawesi Selatan yang “teracuni” dengan gerakan guru mengajar, yaitu Makassar, Sinjai, dan Sorowako. Hesti dan para penggerak Komunitas Guru Belajar Sorowako mendorong agar daerah-daerah lain juga membentuk jejaring serupa. “Akan semakin menarik dan kelihatan manfaatnya kalau tumbuh Komunitas seperti ini di tempat-tempat lain. Caranya juga gampang,
Temu Pendidik (Mudik) pertama, September 2015, menjadi kegiatan perdana Komunitas Guru Belajar Sorowako. Komunitas yang beranggotakan 60 orang guru itu kembali mengadakan acara serupa, yang mempertemukan guruguru dengan antusiasme tinggi untuk saling belajar, pada April 2016.
tinggal gabung saja di Grup Facebook dan semua pihak di sana akan memberi dukungan,” kata Hesti. Menjadikan guru sebagai pembelajar sepanjang hayat memang terdengar se-
perti misi yang sangat berat. Namun bukan berarti mustahil. “Kami meyakini bahwa hanya guru yang mau belajarlah yang layak untuk mengajar,” tutup Hesti.[]
16
EVENT Verbeek edisi 25 | 2016
Dukungan bagi Pertanian Ramah Lingkungan
D
ukungan bagi pertanian ramah lingkungan terus mengalir. Setelah beras non-pestisida dan pupuk kimia hasil panen petani Mahalona, Kecamatan Towuti, dipasarkan oleh PT Bumi Timur Agro dengan label Beras Batara Guru, kini dukungan datang dari Asosiasi Masyarakat Organik (AKAR) Luwu Timur. Dewan Pembina AKAR Lutim berasal dari berbagai instansi pemerintah dan BUMD, mulai dari Kepala Badan Penyuluhan, Pertanian, perikanan dan Kehutanan (BP4K), Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan, Kepala Badan Ketahanan Pangan, serta Kepala Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian. Setelah terbentuk pada 21 Januari 2016, dilakukan pembekalan bagi pengurus AKAR Lutim di Ruang Pertemuan Otuno, Sorowako, akhir Januari 2016. Pembekalan yang dibuka oleh Ketua DPRD Luwu Timur Amran Syam tersebut bertujuan untuk menyamakan visi serta menambah wawasan pengurus seputar System of Rice Intensification (SRI) Organik. “Pola budidaya ramah lingkungan ini memberi manfaat bagi kemandirian petani, kesehatan masyarakat, serta menciptakan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat. Pertanian merupakan basis ekonomi yang besar di Luwu Timur. Kami berharap, kehadiran Asosiasi ini bisa mendorong kelahiran sebuah brand di Luwu Timur yang tidak dimiliki oleh kabupaten lain di Sulawesi Selatan,” kata Ketua Dewan Pengurus AKAR Lutim
s i u K
(Kiri) Pembekalan pengurus menjadi kegiatan perdana AKAR Lutim, akhir Januari 2016. Komunitas tersebut mendorong perkembangan pertanian ramah lingkungan di Kabupaten Luwu Timur dan bercita-cita mengangkat produk pertanian organik sebagai salah satu ikon Luwu Timur. (Kanan) Ketua DPRD Lutim Amran Syam membuka kegiatan pembekalan di ruang pertemuan Otuno, Kompleks perkantoran PT Vale, Sorowako, Januari 2016.
Aris Situmorang yang juga Wakil Ketua II DPRD Luwu Timur. Para Kepala SKPD menyatakan dukungan terhadap praktik pertanian berkelanjutan. Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan menyarankan agar lokasi lahan percontohan SRI Organik harus benar-benar steril dari input kimia. Kepala Bidang Sumber Daya Air dari Dinas Pekerjaan Umum sangat mendukung sistem budidaya yang hemat penggunaan air karena pengairan sawah menjadi kendala besar di Luwu Timur. "Praktik agrikultural yang
baik tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan melainkan juga melindungi kesehatan manusia, komoditas tanaman pangan, dan keanekaragaman hayati. Kita berharap semakin banyak petani yang melakukan program tersebut," kata Direktur Komunikasi dan Hubungan Luar PT Vale Basrie Kamba. Sementara Direktur Utama PT Bumi Timur Agro menyampaikan bahwa gabah kering dari Mahalona sudah digiling dan mulai didistribusikan ke toko-toko di Mangkutana dan Malili. Kepala BP4K Nursih Hariani melapor-
kan bahwa pada musim tanam perdana April-September 2015 sudah dilakukan pola tanam SRI Organik di 23 hektar demplot pertanian ramah lingkungan se-Luwu Timur. Untuk musim tanam selanjutnya, Oktober 2015-Maret 2016, lahan pertanian SRI Organik akan ditingkatkan menjadi 58 hektar. Program Pertanian Ramah Lingkungan merupakan bentuk kemitraan antara Pemerintah Kabupaten Luwu Timur dan PT Vale Indonesia dalam kerangka Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM).
Carilah lima (5) perbedaan dari gambar pedagang hasil bumi di bawah ini. Sepuluh (10) pengirim yang beruntung dan bisa menjawab dengan benar akan mendapat suvenir menarik dari Redaksi Tabloid Verbeek.
Kirimkan jawaban melalui email
[email protected] atau melalui surat ke alamat redaksi tabloid Verbeek, Kantor Communications & External Affairs PT Vale, Jl. Ternate 44, Pontada, Kec. Nuha, Kab. Luwu Timur, 92984. Sepuluh pengirim yang beruntung akan mendapatkan suvenir dari redaksi. Nama-nama pemenang kuis diumumkan melalui Facebook Tabloid Verbeek.