SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (AAS) SPEKTROSKOPI Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan strukturnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi cahaya dan materi. Dalam catatan sejarah, spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu dimana cahaya tampak digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisis kualitatif dan kuantitatif. Pada zaman modern, definisi spektroskopi berkembang seiring teknik-teknik baru yang dikembangkan untuk memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio atau sinar X dan radiasi non-elektromagnetik seperti electron, fonon, gelombang suara dan lain sebagainya. Spektroskopi umumnya digunakan dalam ilmu kimia fisika dan kimia analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi / zat melalui spectrum yang dipancarkan atau yang diserap. Alat untuk merekam spectrum tersebut disebut spektrofotometer. Spektroskopi juga digunakan secara intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh. Kebanyakan teleskop-teleskop besar mempunyai spektrograf yang digunakan untuk mengukur komposisi kimia dan struktur fisis lainnya dari suatu obyek astronomi atau untuk mengukur kecepatan obyek astronomi berdasarkan pergeseran Doppler dari garis-garis spectral obyek. Spektrofotometer dikembangkan beberapa puluh tahun lalu untuk keperluan para fisikawan dan kimiawan dalam mempelajari struktur atom atau molekul dan mengembangkan dengan teori atom. Kini spektrofotometer juga banyak digunakan untuk berbagai hal seperti studi materi, lingkungan ataupun untuk mengendalikan suatu proses kimiawi dalam industri.
Perbedaan Spektrofotometer UV-Vis dan AAS (Spektofotometer Serapan Atom) : Pada spektrofotometer analit menyerap dalam bentuk molekul atau ion dalam larutan. Sinar yang digunakan berasal dari lampu pijar yang telah diuraikan dan dipisahkan menjadi panjang gelombang yang diinginkan dengan menggunakan monokromator. Bila penyerapan terjadi pada daerah sinar tampak, ditandai dengan timbulnya warna pada larutan. Untuk analit yang tidak berwarna diperlukan suatu pereaksi sehingga analit dirubah menjadi senyawa berwarna. Pada spektrofotometer serapan atom (AAS), analit menyerap dalam bentuk atom bebas dalam keadaan gas. Umumnya unsus-unsur baru membentuk atom bebas pada suhu
tinggi. Untuk itu pada AAS diperlukan peralatan untuk merubah analit (dari bentuk senyawa atau ion dalam larutan) menjadi atom-atom bebas yang disebut pengatom. Ada dua cara yang umum digunakan sebagai pengatom yaitu nyala (flame) dan tungku grafit (graphite furnance) Karena spectrum penyerapan atom sempit, sinar yang digunakan tidak bisa dari sumber kontinyu yang diuraikan monokromator. Sinar yang dipakai berasal dari lampu katode berlubang yang sudah punya spectrum sempit dengan panjang gelombang yang sudah sesuai dengan yang diserap analit, karena katoda terbuat dari unsur untuk apa lampu itu digunakan. Dengan demikian setiap unsur memerlukan lampu katoda tersendiri. Panjang gelombang penyerapan masing-masing unsur sangat spesifik, sangat jarang terjadi pada panjang gelombang yang sama atau berdekatan. Monokromator pada AAS terletak sesudah pengatom, yang bertujuan untuk mengisolasi sinar dari lampu katoda dan mengeliminasi sinar dari pengatom dengan intesitas yang lebih tinggi.
PRINSIP SPEKTROSKOPI NYALA :
Radiasi transmisi/ emisi
Sumber Radiasi
Monokromator
Detektor
Sampel
I. ABSORPSI ATOM : Spektrum absorpsi terjadi pada saat electron bertransisi dari tingkat energi rendah ke keadaan tingkat energi tinggi, dimana atom gas menyerap foton yang mempunyai energi yang tepat sama dengan selisih energi pada keadaan eksitasi dengan energi pada keadaan dasar. Dengan kata lain, hanya pada panjang gelombang foton tertentu yang diserap oleh atom gas. Absorpsi cahaya oleh suatu atom merupakan suatu bentuk interaksi antara gelombang cahaya (foton) dan atom. Energi cahaya diserap oleh atom dan digunakan oleh electron di dalam atom tersebut untuk bertransisi ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Absorpsi hanya terjadi jika selisih kedua tingkat energi electron tersebut bersesuaian dengan energi cahaya (foton) yang datang.
II. EMISI ATOM : Spektrum emisi dihasilkan oleh suatu zat yang memancarkan gelombang elektromagnetik. Elektron dalam atom dibuat tereksitasi, misalnya dengan cara memberi medan listrik yang sangat kuat. Medan listrik tersebut menyebabkan electron bebas dalam atom dipercepat dan akan menumbuk atom lain sehingga menyebabkan electron tersebut tereksitasi. Elektron-elektron dalam keadaan tereksitasi cendrung kembali ke keadaan dasar. Ketika electron-elektron dari keadaan tereksitasi kembali ke keadaan dasar, maka energi eksitasi (selisih antara energi pada keadaan eksitasi dengan energi pada keadaan dasar) akan diemisikan dalam bentuk foton.
Spektrum emisi ada tiga macam yaitu : a. Spektrum garis
: Spektrum yang dihasilkan oleh gas-gas bertekanan rendah yang dipanaskan. Spektrum ini terdiri dari garisgaris cahaya monokromatis dengan panjang gelombang
b. Spektrum pita
tertentu. : Spektrum yang dihasilkan oleh gas-gas dalam keadaan molekuler, misalnya H2, O2, N2 dan CO. Spektrum ini berupa pita-pita yang terdiri dari banyak garis-garis yang
c. Spektrum kontinyu
terletak sangat berdekatan. : Spektrum yang dihasilkan oleh zat padat, zat cair dan gas yang berpijar. Berpijarnya zat-zat tersebut karena mempunyai atom-atom yang berjarak sangat dekat satu dengan yang lainnya sehingga saling berinteraksi.
Spektrum ini terdiri atas cahaya dengan semua panjang gelombang walaupun dengan intensitas yang berbeda. SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (AAS) : Teknik pengukuran dengan AAS umumnya digunakan untuk analisis logam-logam berat yang berada dalam sample (dalam bentuk padat maupun cair). Dasar analisis pada AAS adalah serapan energi cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh sejumlah atom netral dalam keadaan dasarnya. Teknik ini dapat digunakan untuk pengukuran secara kuantitatif dari element yang terdapat dalam sample. Keuntungan AAS adalah : peka, teliti, cepat, sederhana, tidak perlu pemisahan. Radiasi yang digunakan berasal dari sumber radiasi yang sesuai (lampu katoda cekung) yang dilewatkan ke dalam nyala api pembakar yang berisi sample yang telah teratomisasi. Sebagian dari radiasi tersebut diserap oleh atom dan sebagian diteruskan ke detector melalui monokromator. Untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi dan radiasi dari nyala digunakan chopper. Detektor akan mengukur signal dari sumber radiasi dan sample. Besarnya absorpsi terhadap intensitas radiasi sebanding dengan konsentrasi atom bebas dalam nyala, jadi sesuai dengan Hukum Lambert – Beer. Io A = ----- = abC It A ~ C dimana a dan b tetap.
Pada AAS juga terjadi emisi dari : - sample - nyala - spesies lain dalam sample Semua emisi tersebut ditolak oleh detector.
Komponen Peralatan AAS
Komponen utama dari peralatan spektrofotometer serapan atom adalah sumber energi, pengatom (sistem nyala), monokromator dan detector, tersusun seperti gambar berikut: Berkas sinar pembanding 2
2
2
1
3
4
5
6
8
9
7
1 = Lampu Hollow Katoda 2 = Cermin 3 = Choper 4 = Burner 5 = Monokromator 6 = Detektor 7 = Monitor 8 = Nebulizer dan ruang pengabut 9 = Sampel
Sumber sinar menghasilkan spectrum emisi sempit berintensitas tinggi dengan panjang gelombang sesuai dengan yang akan diserap oleh analit (radiasi resonansi), dengan intensitas konstan. Yang umum dipakai adalah lampu katoda (lampu hallow katoda) berlubang yang dinding lubangnya tersebut terbuat dari logam untuk apa lampu itu digunakan. Dengan demikian, setiap unsur memerlukan lampu tersendiri. Lampu hallow katoda terdiri dari anoda tungsten (+) dan katoda silindris (-) yang berada dalam sebuah tabung gelas yang berisi gas neon atau argon. Katoda dilapisi oleh logam dari unsur yang akan dianalisa. Prinsip kerja lampu katoda adalah bila terdapat perbedaan potensial antara kedua elektroda akan terjadi ionisasi gas dan arus listrik ± 5-10 mA. Jika potensial cukup besar, kation gas akan menerima energi kinetic yang cukup untuk melepaskan atom logam dari permukaan katoda sehingga terjadi kabut atom yang sebagian tereksitasi dan memancarkan radiasi emisi pada waktu atom logam kembali ke permukaan katoda (keadaan dasar).
Anoda
hollow katoda
kwartz atau pyrex
gelas pelindung
gas Neon atau Argon
Pengatom bertujuan untuk merubah analit dari bentuk ion dalam larutan menjadi atom-atom bebas dalam keadaan gas. Ini terdiri dari nebulizer, ruang pengabut dan kepala pembakar (burner). Nebulizer berfungsi untuk menyedot sample dalam bentuk larutan dengan bantuan aliran udara dan dirubah menjadi butiran-butiran halus (kabut) masuk dalam ruang pengabut (spray chamber). Di ruangan ini kabut dicampur dengan gas bakar (asetilen). Proses mengubah larutan sample menjadi kabut/aerosol yang selanjutnya masuk ke burner disebut proses aspirasi. Burner berfungsi sebagai tempat pembakaran. Menurut jenisnya pembakaran ada dua yaitu pembakar gas aliran turbulen dan pembakar gas aliran laminar. Pada pembakar gas aliran turbulen pengabut dan pembakar jadi satu dengan laju aliran sample 1-3 mL / menit. Kelebihan pembakar ini adalah sample dalam jumlah besar dapat masuk ke dalam nyala tanpa adanya nyala balik dan letupan. Sedangkan kekurangannya adalah panjang nyala yang dilalui radiasi relative pendek, mudah tersumbat dan berisik. Pada pembakar gas aliran laminar hanya butiran-butiran halus dari sample yang dapat mencapai nyala, sedangkan yang besar terkumpul di dasar ruang dan selanjutnya dibuang keluar melalui drain. Nyala api pada pembakar ini relative tenang, panjang nyala 5-10 cm serta sensitivitas dan reproduksibilitas tinggi. Karena burner adalah tempat pembakaran dengan suhu tinggi maka burner harus memiliki syarat-syarat seperti : 1. Menghasilkan nyala yang reproduksibel. 2. Kuat menahan panas balik. 3. Resisten terhadap korosi. 4. Bebas dari timbunan garam 5. Tidak memuai / regang karena panas. Gas bakar yang umum digunakan adalah asetilen dengan udara. Campuran gas asetilen dengan udara mampu menghasilkan suhu maksimum 2200 oC. Untuk unsur-unsur tertentu yang tidak mudah teratom seperti aluminium digunakan asetilen dengan N 2O yang menghasilkan nyala bersuhu tinggi. Campuran gas asetilen dengan N2O mampu
menghasilkan suhu maksimum 3000 oC. Dalam nyala, air dalam kabut akan lepas hingga analit akan membentuk padatan halus yang selanjutnya karena panas akan berubah menjadi atom. Atom-atom inilah yang menyerap sinar dari lampu katoda hingga intensitas yang diteruskan berkurang. Monokromator berfungsi untuk mengisolasi sinar dari lampu katoda, terutama dari sinar nyala yang berintensitas tinggi. Sinar dari nyala tersebut dibelokkan oleh monokromator dan hanya sinar dari lampu katoda yang diteruskan ke detector. Detektor yang dipakai adalah detector cahaya yang paling sensitive yaitu photomultiflier. Fungsi detector ini adalah mengubah energi cahaya menjadi energi listrik (dalam hal ini kuat arus). Energi listrik ini selanjutnya diproses secara elektronik dan dirubah menjadi besaran absorban yang selanjutnya dimunculkan pada meter digital (monitor). Peralatan AAS modern dilengkapi dengan mikroprosesor yang berfungsi untuk mengendalikan kerja dan proses yang terjadi pada spektrofotometer seperti misalnya untuk mengolah sinyal digital, memilih kombinasi gas pembakar dan mode pengukuran yang akan digunakan, melakukan perhitungan data dengan kurva kalibrasi dan sekaligus merubah besaran absorban menjadi konsentrasi yang dimunculkan di layar atau printer serta menyimpan data. JENIS SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (AAS) : 1. AAS berkas tunggal : -
Terdiri dari beberapa lampu hollow katoda.
-
Tidak menjamin kondisi yang sama pada waktu pembacaan larutan standar dan sample.
2. AAS berkas ganda : -
Berkas radiasi lampu katoda dipisahkan dengan sebuah copher. Setengah radiasi akan melewati nyala dan setengahnya lagi berada disekeliling nyala. Dengan cermin, kedua berkas sinar tersebut bergabung kembali kemudian menuju monokromator.
-
Keuntungan alat ini adalah dapat mengatasi perubahan radiasi lampu katoda.
Pemeliharaan AAS
Perhatian utama dalam pemeliharaan AAS adalah terhadap kepala pembakar (burner head). Kerak (deposit) dapat mengumpul pada bagian dalam pembakar. Hal ini akan meningkatkan noise dan menurunkan sensitivitas. Setiap habis pemakaian, bilas nebulizer dalam aquades selama 5-10 menit sebelum nyala dimatikan. Cara ini akan mengurangi korosi dan menghilangkan kerak yang terdapat dalam burner. Bila larutan sample yang diukur berada dalam asam kuat atau mengandung garam yang tinggi, burner sebaiknya dibuka setelah pemakaian. Tutup lobangnya dengan isolasi (tape), balikkan dan masukkan larutan HCl 6M kedalamnya, biarkan 5-10 menit kemudian keluarkan dan buang isolasi. Bilas dengan air keran, kemudian dengan air suling dan akhirnya bilas dengan aseton. Biarkan kering sampai semalam dan selanjutnya dipasang kembali. Sekali seminggu burner harus selalu dibersihkan. Lumasi perpak karet (O ring) dengan pelumas silicon. Periksa ruang pencampuran di belakang nebulizer. Bila terdapat kerak, bilas dengan air. Periksa semua sambungan slang gas terhadap kebocoran. Perawatan bulanan diantaranya memeriksa saluran buangan (drain). Bila ada kerak bersihkan agar saluran buangan berjalan lancar. Bersihkan lenza dengan tissue. Periksa juga saringan udara. Bila kotor bersihkan dengan sabun.
Kendala Pemeriksaan Logam Berat dengan AAS Walaupun AAS merupakan metoda yang sensitive dan selektif, sesungguhnya masih banyak juga kendala yang ditemui dalam pemeriksaan logam. Untuk sample cairan biologis dengan pengukuran langsung, adanya protein atau kadar garam tinggi dapat mempengaruhi hasil pengukuran. Senyawa tersebut dalam nyala dapat membentuk partikel yang mementalkan sinar yang jatuh padanya (hamburan). Jadi pengurangan intesitas cahaya bukan disebabkan oleh penyerapan analit tetapi karena hamburan oleh senyawa pengganggu tersebut, sehingga menimbulkan kesalahan positif. Protein dapat dihilangkan dengan penambahan asam trikloro asetat, sehingga protein akan mengendap. Bila pengganggu sulit dihilangkan, penentuan dilakukan dengan metoda standard addisi. Sampel dengan kandungan garam tinggi, atau konsentrasi analit terlalu rendah hingga tidak terukur dengan alat, diatasi dengan metode ekstraksi pelarut. Ke dalam sample ditambahkan senyawa pengompleks, sering dipakai ammonium pirolidin ditiokarbamat (APDC) atau EDTA (etilendiamin tetraasetat) hingga terbentuk kompleks tidak bermuatan dengan analit. Kompleks ini diekstrak dengan pelarut organik, biasanya digunakan metil isobutyl keton (MIBK). Analit yang sudah dalam pelarut organik diukur dengan AAS. Ada beberapa keuntungan yang didapatkan dengan cara ini yaitu analit terpisah dari unsur pengganggu, konsentrasi bertambah karena terjadi pemekatan dan efisiensi pengatoman tinggi dengan pelarut organik karena kekentalannya rendah serta energi cahaya bertambah akibat pembakaran senyawa organik.
Terjadinya interferensi spectra dan interferensi kimia. Interferensi spectra terjadi bila spectrum absorpsi pengganggu bertumpang tindih atau terletak dekat sekali dengan spectrum absorpsi analit sehingga tidak mungkin dipisahkan oleh monokromator. Terjadi bila pemisahan garis spectrum < 0,01 nm. Misalnya spectrum V = 308,211 dan spectrum Al = 308, 215 sehingga penentuan Al akan terganggu. Hal ini bisa diatasi dengan memilih panjang gelombang lain misalnya untuk Al = 309, 27 nm. Interferensi kimia terjadi karena pembentukan senyawa dengan volatilitas rendah, kesetimbangan disosiasi dan ionisasi dalam nyala. Misalnya penentuan kalsium atau magnesium dalam sample yang mengandung anion fosfat atau sulfat dimana anion ini sangat mengganggu. Anion tersebut akan membentuk senyawa dengan analit yang tidak mudah teratom dalam nyala, hingga populasi atom berkurang dan memberikan hasil penentuan yang rendah dari semestinya. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan pereaksi pembebas seperti lanthanum klorida atau stronsium klorida dengan konsentrasi relative lebih tinggi. Disini lanthanum atau stronsium yang bersenyawa dengan pengganggu, hingga Ca dan Mg bebas membentuk atom.
BEBERAPA METODA AAS : 1. AAS Metoda Emisi Nyala : Metoda ini digunakan untuk menentukan unsur-unsur logam dalam sample yang biasanya sulit ditentukan dengan metoda yang lain, seperti pada penentuan Na, K, Li, Cu, Cd, Cr, Pb, Zn dan Ca. Metoda ini bisa digunakan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Atom-atom unsur dalam nyala tereksitasi. Pada waktu kembali ke keadaan dasar akan memancarkan radiasi / radiasi emisi yang sama dengan energi radiasi eksitasi. Konsentrasi unsur sebanding dengan intensitas radiasi. Keterbatasan metoda ini adalah : 1. Atom tertahan dalam nyala dan berkas sinar. Atom bisa hilang oleh aliran gas. 2. Hanya 10 % larutan mencapai nyala dari nebulizer / pengkabut. 3. Sampel harus dalam bentuk larutan sehingga jika sample dalam bentuk padatan maka harus dibuat dalam bentuk larutan terlebih dahulu. 4. Perlu banyak sample ± 3 mL / menit, dengan waktu pengukuran ± 10 detik. 5. Garis resonansi pendek.
2. AAS Metoda Uap Dingin Satu-satunya logam yang dapat berbentuk atom bebas pada suhu kamar adalah merkuri. Karena itu atom-atom merkuri dapat dibentuk pada suhu kamar dengan mereduksi senyawa merkuri dalam larutan dengan stanno klorida (SnCl2). Atom-atom merkuri dalam larutan ditiup keluar dengan menggunakan aliran gas atau udara, yang
selanjutnya dilewatkan ke dalam tabung kuarsa yang ditempatkan pada jalur sinar lampu katoda di atas kepala pembakar. Merkuri organik dapat tereduksi menjadi atom-atomnya dengan menggunakan pereduksi campuran stano klorida dan cadmium klorida. Dengan menggunakan pereaksi ini, kandungan merkuri total akan terdeteksi. Dengan menggunakan stano klorida saja hanya merkuri anorganik yang didapatkan. Dengan demikian, kandungan merkuri organik didapatkan dengan cara pengurangan (kandungan merkuri total dengan merkuri anorganik). Peralatan metoda uap dingin terdiri dari (1) wadah tempat reaksi berlangsung dimana senyawa merkuri direduksi menjadi atom-atomnya, (2) alat untuk penambahan reagen pereduksi dan (3) peralatan untuk meniup atom-atom merkuri keluar larutan dan masuk ke daerah penyerapan sinar. Dengan metoda ini merkuri dapat terukur sampai konsentrasi 0,001 μg/L. Sedangkan dengan metoda nyala hanya sampai 170 μg/L (± 100.000 kali lebih sensitive). Kandungan merkuri dapat berkurang dalam sample selama penyimpanan, walaupun sample dibekukan. Hal ini dapat dicegah dengan penambahan asam sulfamat dan Triton X-100 ke dalam sample dan disimpan pada suhu 4 oC.
3. AAS Geberasi Hidrida Pada AAS nyala, kurang dari 10% larutan yang berubah menjadi kabut halus yang masuk ke nyala. Sebagian besar dari sample akan keluar melalui buangan (drain). Hal ini mengakibatkan kesensitifan metode AAS nyala relative rendah. Beberapa logam tertentu seperti arsen, selenium, antimony dan timah, pengatoman dengan nyala kurang efisien hingga baru bisa terukur pada konsentrasi yang tinggi (kesensitifan sangat rendah). Untungnya, logam-logam ini dapat membentuk senyawa hidrida yang menguap. Hampir semua senyawa-senyawa ini dalam sample yang dipakai berubah menjadi hidridanya. Hidrida dari unsur-unsur tersebut dapat diatomisasi pada suhu relative rendah. Pengatoman biasanya dilakukan dengan melewatkan hidrida tersebut melalui tabung kuarsa yang ditempatkan pada lajur sinar di atas burner yang dipanaskan dengan menggunakan nyala, atau panas listrik (dililit dengan filament listrik). Keuntungan lain yang didapatkan dengan cara pengatoman ini adalah pengurangan intentsitas sinar akibat absorbsi udara dan nyala. Panjang gelombang penyerapan dari arsen dan selenium masing-masing 193,7 dan 196,0 nm. Hampir 90% sinar pada panjang gelombang ini diserap oleh udara dan nyala yang menyebabkan kesensitifannya jauh berkurang. Dengan menggunakan pengatoman tabung kuarsa
panas, hal seperti di atas tidak terjadi. Dengan kesensitifan metoda generasi hidrida akan menjadi sekitar 1000 kali dibandingkan dengan metoda nyala. Berbagai pereaksi sudah digunakan untuk membentuk hidrida, tetapi yang paling efisien adalah menggunakan natrium borohidrida dalam suasana asam. Berbagai tipe peralatan juga sudah dikembangkan untuk pembentukan didrida ini. Peralatan utama terdiri dari (1) wadah tempat reaksi pembentukan didrida berlangsung, (2) peralatan untuk memasukkan pereaksi dan (3) peralatan untuk mendorong hidrida yang terbentuk masuk ke AAS.
PENENTUAN KONSENTRASI UNSUR DALAM SAMPEL : Dengan kurva kalibrasi Dengan standar adisi (penambahan standar) 1. Kurva Kalibrasi : Kurva kalibrasi adalah kurva yang menyatakan hubungan antara absorban dengan beberapa konsentrasi standar yang diukur. Hubungan ini dapat dinyatakan dalam persamaan garis : Y = BX + A
Y = Absorbans X = Konsentrasi A = Konstanta B = Koefisien regresi
Menurut Hukum Lambert – Beer, absorbans mempunyai hubungan linier dengan konsentrasi zat yang diukur. Namun demikian, kenyataannya sering terjadi penyimpangan karena banyaknya variable dalam pembentukan uap atom yang tidak terkendali sehingga kurva kalibrasi harus dibuat setiap kali analisis dengan AAS. Dengan membuat kurva kalibrasi, penyimpangan standar dapat dikoreksi.
A b s o r b a n s
K o n s e n t r a s i (ppm) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyiapan larutan standar antara lain ;
1. Larutan blanko dipakai untuk mengatur absorbans sama dengan nol. Larutan ini harus mengandung semua zat tambahan sama seperti perlakuan sample. 2. Standar harus disiapkan segar setiap kali analisis, dengan cara mengencerkan larutan induk. 3. Pereaksi yang digunakan harus murni (sangat penting untuk analisis elemen-elemen dalam jumlah yang sangat kecil / trace element). 2. Metoda Penambahan standar : Metoda ini digunakan bila : a. Hanya sedikit jumlah sample yang dianalisis. b. Sampel mempunyai matriks yang kompleks c. Konsentrasi analit sangat kecil. Bila ada hubungan linier antara absorbans dengan konsetrasi maka : AX = k.CX AT = k.(CS + CX) dimana :
AX AT CX CS
= Absorbans larutan sample = Absorbans larutan sample yang ditambahkan standar = Konsentrasi unsur dalam larutan sample = Konsentrasi unsur dalam larutan sample yang ditambahkan standar
Kombinasi persamaan di atas menjadi : AX CX
=
AT CS + C X
CX.AT = AX.(CS + CX)
CX =
AX.CS AT - AX